Karim Santoso Masri
APLIKASI TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES
PADA SISTEM MANAJEMEN PEMBELAJARAN
di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
iii
APLIKASI TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES PADA SISTEM
MANAJEMEN PEMBELAJARAN
di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
Oleh : Karim Santoso Masri
Diterbitkan oleh
v
Persembahan
Amal Jariyah yang mengalir dari kebaikan buku ini, saya peruntukkan buat
ibunda:
Hj. Marion binti H. Agus
Allahummagfir laha warhamha wa’afiha wa’fu ‘anha wa akrim nuzulaha
wawassi’ madkholaha... Amin
vii
Istriku... Heni Lestari Soetoro,
Allah SWT lancarkan studi Doktoralnya di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
dan Masa Depanku...
Nabiel Muhammad
(Karim Santoso Masri)
ix
MUKADIMAH
Segala puji dan syukur kita panjatkan pada Allah Swt yang senantiasa
memberikan segala kenikmatanNya yaitu nikmat iman dan Islam. Shalawat
dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga,
sahabatnya dan seluruh umatnya yang setia mengamalkan sunnah-sunnahnya.
Belajar adalah sebuah upaya dan proses untuk mencapai indikator hasil
belajar pada setiap kompetensi. Sejatinya pengajaran yang menyesuaikan
dengan pola kerja otak sesuai gaya belajar peserta didik adalah mementingkan
usaha yang menyeluruh (the best process), dimana konsekuensi logis dari
usaha menyeluruh dan proses terbaik belajar peserta didik harus dinilai secara
autentik (penilaian berbasis proses). Proses terbaik akan menghasilkan hasil
(produk) terbaik. Dalam melakukan aktivitas pembelajaran, penting kita
mengetahui jenis kecerdasan terbaik dari peserta didik sebelum kita memilih
strategi pengajaran. Strategi mengajar multiple intelligences yang
diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis dominan kecerdasan jamak atau
multiple intelligences.
Dalam buku ini dibahas tentang manajemen pembelajaran berbasis
multiple intelligences theory, hubungan multiple intelligences theory dengan
konsep fitrah dalam pendidikan Islam, analisis aplikasi multiple intelligences
dalam pembelajaran, dan peran guru dalam aplikasi teori multiple
intelligences.
Tentu saja, seperti yang dikatakan Thomas Armstrong, strategi
pembelajaran multiple intelligences mendorong para guru melakukan inovasi
dalam cara mengajarnya. Oleh karena itu, setiap guru dituntut agar lebih kreatif
mencari terobosan untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada.
Sehingga, kreatifitas-kreatifitas guru menjadi kata kunci untuk memunculkan
strategi mengajar multiple intelligences.
Akhirnya kita berdoa semoga Allah Swt memberikan kemudahan dan
bimbinganNya dalam menjalankan amanah yang mulia sebagai guru dan
aktifitas sehari-hari dalam rangka meraih sukses dunia dan akhirat.
Selamat membaca dan semoga buku ini bermanfaat. Amiin.
Jakarta, 03 Juli 2016
xi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bismillāhi washsholātu wassalāmu ‘alā rasulillah saw
Puji dan syukur ke hadirat Allah Swt, atas nikmat dan karunia-Nya,
shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw,
keluarga, para sahabatnya serta kaum muslimin yang setia menjalankan
sunnahnya hingga akhir zaman.
Alhamdu lillah, dengan selesainya penulisan disertasi ini, ucapan
terima kasih dan jazakumullahu khairan katsira kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, bimbingan, saran, motivasi dan doa baik secara
langsung maupun tidak langsung. Mereka tersebut adalah Bapak Prof. Dr.
Dede Rosyada, M.A., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak
Prof. Dr. Masykuri Abdillah, sebagai Direktur SPs UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Bapak Prof. Dr. Didin Saepudin, M.A., dan Bapak Dr. J. M. Muslimin,
M.A., masing-masing sebagai Kajur Program Doktor dan Kajur Program
Magister SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bapak Prof. Dr. Husni Rahim, dan Bapak Prof. Dr. Armai Arief,
M.Ag., sebagai promotor dan selaku pembimbing, terima kasih atas perhatian,
kesabaran, ilmu dan ide yang telah disampaikan, yang sangat berarti dalam
penyelesaian disertasi ini. Bapak Prof. Dr. Suwito, M.A., atas ide-ide cerdas
yang menghasilkan teori baru, telah memantik kreatifitas berpikir cepat, Bapak
Dr. Yusuf Rahman, M.A., Bapak Suparto, P.hD., Bapak M. Zuhdi, P.hD. yang
dalam kesibukannya masih bersedia membaca dan mengoreksi disertasi ini.
Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si terima kasih atas revisi judul saat
ujian WIP 1. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membuka wawasan intelektual
para mahasiswa. Seluruh karyawan Sekolah Pascasarjana, Mba Ima, Mas
Adam, Mas Arief dan tim yang telah memberikan bimbingan, informasi dalam
suasana penuh kekeluargaan, keramahan, dan pelayanan terbaik. Segenap
rekan-rekan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saudara
seperjuangan terutama Alamsyah Said, M.Si., Sapari Andi, Dr. Nicolas Habibi,
Dr. Supandi, yang telah memberi semangat, sabar, ikhlas dan setia menemani
penyelesaian disertasi ini. Pak Abdul, Pak Budi, Pak Alvi, Pak Arip, Pak
Chayat, Pak Kasman, Bang Uji, Pak Zein, Ust. Al Mansur Hidayatullah, Lc
dan tim.
Seluruh guru, karyawan, murid dan orang tua murid Sekolah Insan
Mandiri Jakarta: Pak Rohmat, M.Pd., Ust. H. Abdul Mughni, M.A., Bu Erliani
Prihati, M.Pd., Bu Tuti Alawiyah, M.Pd., Bu Mustiawati, S.Pd.I, Bu Driana
Sukma Anomsari, A.Md dan tim. Greenville: Pak Sugiarto, M.Pd., Ust. Anwar
Soleh, M.Pd. dan tim. Kalisari: Ustadzah Tri Rachma Nurullita, M.Pd., Ust.
Abdul Hakim, MM dan tim. Parung: Ust. Jafaruddin, S.Pd.I., Ust. Luthfi
xii
Zulkarnain, M.Si dan tim. Palembang: Ibu Adriyani Astuti, M.Pd dan tim yang
mendoakan serta memberikan semangat yang tidak terbatas.
Lembaga-lembaga pendidikan yang tergabung dalam Forum Group
Discussion, khususnya Pembina dan ketua umum JSIT Indonesia Ust. Dr.
Fahmi Alaydroes, Ust. Dr. Sukro Muhab, M.Si., Direktur Eksekutif KPI Ust.
Dr. Shobikhul Qisom, Direktur GLC Bapak Dr. Pardan Prasetyo, Direktur
Next Bapak Munif Chatib.
Ayahanda terhormat Bapak H. M. Masri HB, semoga selalu dalam
limpahan berkah dan ridhoNya, dan Ibunda tercinta Hj. Marion (Almh)
semoga Allah Swt tempatkan dalam rahmat dan maghfirahNya, semoga Allah
Swt menjadikan anak-anaknya, sebagai salah satu amal sholeh yang mengalir
selamanya bagi kedua orang tua.
Istri tersayang Hj. Heni Lestari, S.Pd, M.Si, terima kasih atas cintanya
yang tulus, ananda terkasih Nabiel Muhammad, hadirmu menjadi
penyemangat, semoga kelak menjadi pemimpin bagi orang-orang yang
bertakwa. Mertuaku Ibunda Hj. Siti Rohaya, Ujuk Hj. Koryati, Kak Cak, Yuk
Sari, Yuk Cek, Mas Gino, Yuk Nga, Kak Achyar, Yuk Kar, Bang Erwan, Said,
Nadia, Mahfud, Eliya, Syaeful, Eva, Irdan, Nurul, Luthfi, Bang Agus, Bang
Iim, Mama Mia serta seluruh keluargaku, terima kasih atas kasih sayang,
pengertian, doa, dan segala bantuannya yang tiada lelah hingga
terselesaikannya disertasi ini.
Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, tetapi
mempunyai peranan dalam menyelesaikan disertasi ini.
Semoga disertasi ini dapat memberi manfaat yang luas bagi penulis dan
para pembaca. Mohon maaf atas kekurangan dan keterbatasan penulisan
disertasi ini, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun terus
diharapkan demi perbaikan disertasi ini.
Semoga Allah Swt menerima semua amal kebaikan kita, Amiin.
Jakarta, 25 Maret 2016
xiii
ABSTRAK
Disertasi ini menunjukkan penerapan teori multiple intelligences dalam
strategi pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar, bakat, dan kreatifitas
peserta didik.
Hasil disertasi ini menguatkan pendapat Sibel G. Yalmanci dan Ali
Ibrahim, dalam “The Effects of Multiple Intelligences Theory Based Teaching
on Students Achievement and Retention of Knowledge,” tentang penerapan
teori multiple intelligences jika diterapkan dalam proses belajar lebih efektif
dibanding dengan pola pengajaran guru yang tradisional.
Penelitian ini membantah pendapat Anita Woolfolk dalam
“Educational Psychology” bahwa guru olahraga kesulitan mengajar atletnya
berdasarkan teori multiple intelligences. Walaupun pelajaran olahraga sangat
dominan praktek kinestetik, namun dapat diajarkan dengan strategi mengajar
melalui pendekatan multi strategi.
Penelitian dalam disertasi ini termasuk jenis penelitian kualitatif,
dengan menggunakan metode deskriptif analitis untuk mendeskripsikan dan
memaparkan sistem manajemen pembelajaran yang berbasis multiple
intelligences system. Metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan
penyebaran angket, observasi, wawancara, dan forum group discusion.
Adapun subyek penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri Jakarta.
xv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman penulisan transliterasi dalam penelitian ini:
b = ب Z = ز F = ف
t = ت S = س Q = ق
th = ث Sh = ش K = ك
j = ج ṣ = ص L = ل
ḥ = ح ḍ = ض M = م
kh = خ ṭ = ط N = ن
d = د ẓ = ظ H = ه
dh = ع = ‘ ذ W = و
r = ر Gh = غ Y = ى
Short : a = ‘ i = u =
Long : ā = ا ī = ى ū = و
Diphthong : ay = اى aw او =
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
MUKADIMAH ..............................................................................................ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................xi
ABSTRAK ................................................................................................... xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................. xv
DAFTAR ISI .............................................................................................. xvii
DAFTAR TABEL ........................................................................................xix
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................xxi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xxiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Permasalahan ................................................................................. 12
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 13
D. Manfaat atau Signifikasi Penelitian ............................................... 14
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................... 14
F. Metodologi Penelitian .................................................................... 21
G. Sistematika Penulisan. ................................................................... 24
BAB II MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE
INTELLIGENCES THEORY A. Sistem Multiple Intelligences......................................................... 25
B. Multiple Intelligences Theory dalam Dunia Pendidikan dan
Pengajaran. ..................................................................................... 35
C. Hubungan Multiple Intelligences Theory dengan Konsep Fitrah
dalam Pendidikan Islam. ................................................................ 54
D. Kritik dan Kelemahan Teori Multiple Intelligences ...................... 61
BAB III SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN MANDIRI
JAKARTA PADA PELAKSANAAN MULTIPLE INTELLIGENCES
SYSTEM A. Sejarah Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. ..................... 65
B. Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dalam
Tinjauan Teori Multiple Intelligences System. .............................. 74
C. Tahapan Pelaksanaan Penerapan Teori Multiple Intelligences
dalam Pembelajaran. .................................................................... 112
BAB IV ANALISIS APLIKASI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM
PEMBELAJARAN A. Analisis Aplikasi Multiple Intelligences dalam Hidden Kurikulum.
..................................................................................................... 123
B. Strategi Mengajar Multiple Intelligences di Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri................................................................. 127
C. Penilaian Berbasis Proses (Authentic Assessment) ...................... 143
xviii
D. Peran Guru dalam Aplikasi Teori Multiple Intelligences. ........... 147
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan. ................................................................................. 153
B. Saran. ........................................................................................... 153
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 155
GLOSARIUM ............................................................................................. 171
INDEKS ....................................................................................................... 175
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................... 179
xix
DAFTAR TABEL
2.1 Tabel Perubahan Paradigma. .................................................................... 31
2.2 Tabel Penerapan Teori Kecerdasan Majemuk. ........................................ 36
2.3 Tabel Fasilitas Penunjang Pembelajaran Sesuai Kecerdasan Jamak........ 51
3.1 Tabel Ringkasan Cara Pengembangan Manusia Dalam Praktek
Pendidikan Sesuai Usia dan Tumbuh Kembang ............................ 98
3.2 Tabel Pelatihan Guru. ............................................................................. 105
3.3 Tabel Mapping Kegiatan Pembelajaran Ekstrakurikuler Yang Sesuai
Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences) Peserta Didik .......... 109
3.4 Tabel Aplikasi Model PEP Dalam Sistem Pembelajaran Multiple
Intelligences Strategy Diterapkan. ............................................... 116
3.5 Tabel Hasil Multiple Intelligences Research.......................................... 118
3.6 Tabel Strategi Mengajar Berdasarkan Tabel Hasil Multiple Intelligences
Research. ...................................................................................... 119
4.1 Tabel Fasilitas Penunjang Pembelajaran Sesuai Kecerdasan Jamak...... 137
4.2 Tabel Aspek Penilaian Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences .. 144
xxi
DAFTAR DIAGRAM
2.1 Diagram Siklus Pengawasan Pembelajaran Sistem Multiple Intelligences.
................................................................................................... 30
3.1 Diagram Bagan Alur Input Penerimaan Calon Siswa Baru ..................... 75
3.2 Diagram Laporan Hasil Pemeriksaan Psikologis Multiple Intelligences
Research, peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri. ..................................................................................... 77
3.3 Diagram Siklus pembelajaran berbasis Multiple Intelligences ................ 89
3.4 Diagram Alur Aplikasi Teori Multiple Intelligences Dalam Sistem
Manajemen Pembelajaran. ...................................................... 116
4.1 Diagram Penilaian Berbasis Proses ........................................................ 144
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Standar Isi : 1. Kurikulum Kekhasan Sekolah Islam Terpadu
2. Islami Pembelajaran
Lampiran II Standar Proses : 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
2. Mind Map Peserta Didik
3. Proses Folio Assessment
4. Kegiatan Pembiasaan
5. Kegiatan Pendukung
Lampiran III Standar Kompetensi Lulusan :
Lampiran IV Standar Pendidik dan Kependidikan : 1. Rekruitmen Guru
2. Pelatihan
Lampiran V Standar Sarana dan Prasarana: 1. Pemeliharaan Sarana dan Pra Sarana
Lampiran VI Standar Pengelolaan : 1. Dokumen Manual Mutu
2. Data Murid
3. Struktur Organisasi
4. Wawancara Yayasan
5. Wawancara Kepala Sekolah,
6. Wawancara Wakil Kepala Sekolah
7. Wawancara Guru
8. Wawancara Murid
9. Wawancara Orang Tua Murid
10. Wawancara Pengurus Jaringan Sekolah Islam Terpadu
11. Wawancara Pengurus Global Learning Center Indonesia
12. Wawancara Pengurus Kualita Pendidikan Indonesia
Lampiran VII Standar Pembiayaan : 1. Penggajian
2. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah
3. Alur Pengajuan Keuangan
4. Operasional Pendidikan
5. Dana Pengembangan Sumber Daya Manusia.
xxiv
Lampiran VIII Standar Penilaian : 1. Observasi Kematangan Sekolah
2. Interview Calon Orang Tua Murid
3. Daftar Prestasi Murid
4. Hasil dari Multiple Intelligences Research
5. Alur Pendaftaran Penerimaan Murid Baru
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan utama keberadaan sekolah adalah menjadikan peserta
didiknya sebagai manusia dengan akhlak dan karakter baik. Dengan kata lain
tujuan pendidikan adalah menciptakan seorang cerdik pandai yang beretika,
terampil, dan berakhlak. Yang demikian tersebut adalah hakikat filosofis
pendidikan.1 Dari filosofi ini terlihat bahwa pendidikan bukan hanya sebatas
nilai dalam bentuk angka untuk mata pelajaran tertentu, ataupun hanya sekedar
ranking satu. Pendidikan hakikatnya lebih daripada sekedar angka-angka di
atas kertas. Pendidikan adalah bagaimana menjadikan nilai-nilai positif
terinternalisasi dalam diri seorang peserta didik. Dalam perpspektif Islam
pendidikan haruslah berpedoman pada Alquran sebagai petunjuk bagi manusia
dalam menata kehidupan untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Untuk mencapai makna tersebut, Alquran tidak hanya menyebutkan
dasar-dasar dan ketentuan-ketentuan kehidupan manusia, baik yang
menyangkut hubungan dengan Allah Swt sebagai Khaliq yang wajib
disembah, maupun sebagai integrasinya dalam hubungan sesama manusia.
Akan tetapi lebih jauh lagi tentang hal-hal yang berhubungan dengan
pendidikan.2 Plato menjelaskan bahwa pendidikan adalah etika. Aristoteles
menyebut pendidikan dengan cognito ergo sum,3 yaitu suatu pemenuhan
ruang-ruang kognisi (inteligensi atau kecerdasan) di dalam lobus-lobus otak.
Secara harfiah, Aristoteles ingin menekankan bahwa pendidikan juga
berkaitan dengan kemampuan akademik kognitif. Pendidikan juga adalah
menghasilkan produk. Thomas Alva Edison misalnya, ia merupakan tipe
peserta didik yang sangat aktif melakukan apa saja. Karena kebiasaannya
mengutak-atik sesuatu, Edison berhasil menemukan lampu. Karya Edison
disebut produk atau istilah pendidikannya adalah kreatifitas atau keterampilan
atau psikomotorik.
Pendidikan secara umum menyangkut pada masalah akhlak, karakter
etika estetika, akademik kognitif, dan keterampilan. Keempatnya bersemayam
dalam otak jiwa manusia. Adapun hubungan manusia dengan Allah Swt yang
diwujudkan dalam bentuk ibadah adalah manifestasi dari sifat berakhlak. Sifat
berakhlak manusia diyakini berada pada daerah komponen otak cortex
1 Alamsyah Said, Sekolah Tanpa Tembok Pendidikan Tanpa Batas: Mal Praktek
Pendidikan di Sekolah Tembok (Jakarta: Pena Publishing, 2015), 45. 2 Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Klasik (Bandung: Penerbit Angkasa, 2005), 1. 3 Cognito ergo sum berasal dari bahasa Latin yang berarti aku berpikir karena aku ada.
2
orbitofrontalis, ventomedial prefrontal, lateral prefrontal.4 Manifestasi sifat
berakhlak merupakan hubungan transenden dalam bentuk ibadah ritual
(hablummin Allah, hubungan manusia dengan Allah Swt). Dalam teori
gelombang fisika disebutkan, bahwa setiap subjek yang bergerak cenderung
menghasilkan getaran dan gelombang. Dalam kehidupan manusia, implikasi
gelombang ibadah ritual (hablummin Allah) berdampak pada ibadah sosial
(hablumminannas, hubungan sesama manusia). Efek yang ditimbulkan dari
getaran dan gelombang akhlak adalah karakter. Karena itu, karakter
seharusnya muncul dari sebuah sebab, yaitu akhlak.
Di negara seperti Jepang, karakter muncul tidak disebabkan dari
akhlak, namun terbentuk dari pendidikan dan kebiasaan kolektif yang
terbudaya.5 Salah satu yang menjadi karakter orang Jepang adalah antri di
tempat umum, disiplin, dan taat aturan. Akhlak ibadah mereka menyembah
Dewa Matahari (tentu ini bukan akhlak dalam pandangan Islam).
Membingungkan, seorang yang berakhlak tidak serta merta berkarakter positif.
Bukankah akhlak shalat mencegah perbuatan keji dan munkar? Sepertinya ada
yang gagal dari sistem pendidikan karakter kita.
Karakter muncul dari perilaku umum yang dilakukan secara kolektif
komunal, diajarkan melalui contoh dan perilaku, disimulasikan secara edukatif
di ruang-ruang kelas, dipraktekkan di pojok-pojok kehidupan sekolah, dan
membentuk karakter, bahkan sampai menjadi budaya, tentu memerlukan
waktu yang panjang. Pada sistem pendidikan formal, pendidikan karakter
masih sebatas slogan saja. Sebagai guru, saya sangat mengerti, mengapa bisa
seperti ini, karena paradigma sistem pendidikan kita adalah bagaimana
memperoleh nilai ujian terbaik. Pendidikan di negeri ini sangat kuat
berorientasi akademik kognitif. Lebih mementingkan pemenuhan-pemenuhan
kognisi pada otak anak.
Di Indonesia pendidikan akhlak dan karakter adalah ironi. Dikarenakan
gravitasi paling besar dalam sistem pendidikan adalah akademik. Daya tarik
akademik begitu kuat sehingga nampak dominan.6 Untuk memenuhi unsur
keberhasilan akademik dibuatlah hasil belajar sistem ranking, peserta didik
diklasifikasikan dalam kelompok pintar, kurang pintar dan bodoh. Kuatnya
gravitasi akademik terhadap keberhasilan peserta didik, menjadikan orangtua
mengalami disorientasi makna kualitas pendidikan. Faktor kognitif dianggap
menjadi penentu sukses masa depan pendidikan seorang peserta didik.
4 Taufiq Pasiak, Tuhan dalam Otak Manusia: Mewujudkan Kesehatan Spiritual
Berdasarkan Neurosains (Bandung: Mizan, 2012), 208. 5 Andriana Nesia Arif, Dengan Pujian Bukan Kemarahan, Rahasia Pendidikan dari
Negeri Sakura (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002), 25. 6 Alamsyah Said, Sekolah Tanpa Tembok Pendidikan Tanpa Batas: Mal Praktek
Pendidikan di Sekolah Tembok, 48.
3
Pelaksanaan proses pendidikan dan pengajaran juga selayaknya
berpusat pada peserta didik. Artinya dalam penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran di sekolah komponen-komponen terkait seperti: peserta didik,
guru-guru, para staf, orang tua peserta didik, masyarakat dan lain-lain harus
berfungsi optimal melalui aktivitas pemberdayaan yang dipengaruhi oleh
kebijakan dan kinerja organisasi sekolah. Sebagai operator sekolah, guru
menjadi sutradara sekaligus manajer dalam keberlangsungan proses
pendidikan. Faktor kualitas guru turut serta memberikan dampak pada
pelaksanaan sistem manajemen berbasis sekolah.7 Statement yang
disampaikan Supriyoko, bahwa pendidikan tanpa guru bermutu sudah berjalan
bertahun-tahun.8 Telah memberikan penegasan bahwa kualitas mutu guru yang
rendah akan sulit melakukan sistem manajemen pada sekolah.9
Umumnya pelaksanaan manajemen berbasis sekolah harus
menentukan salah satu fokus arah dan tujuan yang jelas, yaitu bagaimana
kinerja sekolah yang akan ditingkatkan. Sulit akan meningkatkan kinerja
sekolah secara umum tanpa adanya arah yang jelas. Apakah akan terfokus pada
mutu belajar peserta didik, mutu manajemen pembelajaran, mutu kurikulum,
mutu personal, mutu pengelolaan keuangan dan lain-lain.10 Selain manajemen
berbasis sekolah, faktor seperti kualitas kurikulum sekolah yang menekankan
tumbuh kembang, minat dan potensi peserta didik didukung dengan
kemampuan kualitas pengajaran guru yang sesuai dengan potensi multiple
intelligences peserta didik menjadi ruh penting bagi sekolah dalam
menerapkan manajemen berbasis sekolah.11
Aplikasi teori multiple intelligences pada sistem manajemen
pembelajaran dapat diterapkan sesuai dengan rujukan teori sistem manajemen
berbasis sekolah. Dalam penerapan sistem manajemen pembelajaran diawali
dengan sebuah perencanaan (planning), pengaturan sistem dan peraturan
7 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori Model dan Aplikasi (Jakarta:
Grasindo, 2002), 34. 8 Pendidikan tanpa guru bermutu sudah berjalan bertahun-tahun di Indonesia, dan
dampaknya sudah dirasakan kini. Kita harus mengakhiri semua itu. Pemerintah dalam hal ini
Depdiknas tidak perlu lagi menyibukkan diri dengan urusan-urusan yang sebenarnya bisa di
nomorsepuluhkan seperti Kurikulum Berbasis Kompetensi, Manajemen Berbasis Sekolah,
Pendidikan Berbasis Masyarakat, dan sebagainya. Semua itu akan sia-sia belaka dan tidak
pernah dapat membuahkan hasil nyata tanpa guru bermutu. Kini, fokuskan kita, untuk
memutukan guru SD, SMP, SMU dan SMK. Bila guru sudah bermutu, urusan lain akan
terbereskan. Percayalah (Kompas, edisi 9 Juli 2002). 9 Manajemen Berbasis Sekolah atau MBS sebagai salah satu pendekatan dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan mendekati suatu permasalahan dari sudut pandang dan dalam
perspektif yang lebih luas, Jakarta: Grasindo, 2002, 11. 10 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori Model dan Aplikasi, 4. 11 Disampaikan oleh Conny Semiawan, Guru Besar Universitas Negeri Jakarta dalam
sebuah pengantar buku terjemahan karya: Thomas Armstrong. The Best School, Mendidik
Siswa Menjadi Manusia Indonesia Seutuhnya (Bandung: Kaifa Learning, 2006), 17-19.
4
(organizing), pelaksanaan terhadap proses pendidikan dan pengajaran yang
luas (actuating) dan proses evaluasi melalui sistem supervisi dan konsultasi
(controling), serta proses pelaporan rekam jejak berbasis kinerja yang
dituangkan dalam bentuk rapor guru (report progrest). Pelaksanaan proses
manajemen berbasis sekolah menjadi suatu keharusan dalam proses
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Hal ini karena input yang mengalami
proses pendidikan dan pengajaran sampai menjadi output adalah manusia
(humaniora).
Sumber kecerdasan ditentukan oleh tiga hal yaitu: genetik, asupan
makanan, dan lingkungan. Kecerdasan yang diturunkan melalui faktor genetik
pada manusia tidak bersifat mutlak terhadap kecerdasan, namun sebagai
pondasi awal potensial kecerdasan. Kecerdasan manusia yang diperoleh dari
turunannya lebih bersifat kekuatan potensial saja. Proses belajar menjadi cara
terbaik untuk meningkatkan kualitas kecerdasan.12 Asupan makanan berfungsi
memperkaya kandungan kualitas kecerdasan, sedangkan faktor lingkungan
yang positif akan memberikan hal baik terhadap kualitas kecerdasan pada usia
tumbuh kembang. Pengalaman-pengalaman yang baik serta perilaku edukatif
yang diperoleh selama masa tumbuh kembang telah memberikan sumbangsih
besar dalam meningkatkan potensi kecerdasan manusia.13 Kesempurnaan dan
keistimewaan manusia yang lain adalah potensi kecerdasan yang dimiliki
melebihi level kecerdasan makhluk ciptaan Allah Swt yang lain. Potensi
kecerdasan ini adalah keberkahan luar biasa yang Allah Swt berikan melalui
otak. Otak merupakan perangkat keras esensi seorang sebagai manusia.14 Otak
merupakan sumber kecerdasan, karena itulah otak manusia merupakan sumber
bagi banyak hal.15
Dalam batok kepala manusia, milyaran saraf dan bahan dasar lain
tersusun sangat rapi dan kompleks. Allah Swt telah menciptakan setiap inci
bagian otak dengan sangat canggih. Dalam istilah ilmu kedokteran, bagian-
bagian otak disebut lobus. Posisi lobus-lobus dalam otak (lobes of the brain)
merupakan ruang-ruang kecerdasan yang menegaskan bahwa sepanjang
manusia terlahir dengan memiliki otak, maka anak itu cerdas dengan multiple
intelligences. Teori multiple intelligences lahir dari hasil riset otak dari sebuah
kerja sistem saraf atau neurosains. Multiple intelligences dilandasi dari proses
persepsi psikologis serta jalinan jalur saraf dalam otak yang membuat orang
12 Kazuo Murakami, The Divine Massage of The DNA: Tuhan dalam Gen Kita
(Bandung: Mizan, 2007), 79. 13 Faizah Dewi Utama, Keindahan Belajar dalam Perspektif Pedagogi: Memaknai
Pengembangan dan Pergulatan Masa Inisiatif di TK dan Masa Industri di Kelas Awal SD
(Jakarta: Cindy Grafika, 2008), 92. 14 Daniel G. Amen, Change Your Life Changer Your Brain: Mengoptimalkan Fungsi
Otak untuk Hidup yang Lebih Baik dan Lebih Sehat (Jakarta: Qonita, 2011), 15. 15 Taufiq Pasiak, Otak dan Kecerdasan dalam Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains
dan Alquran (Bandung: Mizan, 2002), 26.
5
menyadari dan memperoleh pengetahuan.16 Multiple intelligences yang berarti
kecerdasan jamak adalah representasi proses dari sistem kerja neurosains.
Hasil penelitian Howard Gardner di universitas Harvard sejak tahun 1960 telah
melahirkan gagasan kemunculan kecerdasan jamak atau multiple intelligences
theory. Howard Gardner membangun teori multiple intelligences bukanlah
sebagai sesuatu yang berdiri sendiri dan steril dari dimensi lain, namun ia
mengaitkannya antara kecerdasan, kreativitas, kepemimpinan, profesionalitas,
tanggungjawab dan berbagai bentuk seni.17
Pada tahun 1983, tepat dua puluh tiga tahun sejak kali pertama
melakukan penelitian tentang otak, Howard Gardner mempostulatkan teori
multiple intelligences melalui tujuh dimensi kecerdasan yang kemudian terus
berkembang hingga kini sampai delapan dimensi kecerdasan (dengan
mengabaikan dimensi kecerdasan spiritual). Postulat teori multiple
intelligences yang ditawarkan Howard Gardner terdiri dari kecerdasan
linguistik, kecerdasan logis matematis, kecerdasan spasial visual, kecerdasan
musik, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal dan kecerdasan naturalis.18 Dua kecerdasan pertama yaitu
linguistik dan kecerdasan logis matematis, lebih sering masuk dalam ranah
akademik dan banyak berhubungan dengan penilaian di sekolah.
Tiga kecerdasan berikutnya, yaitu spasial visual, kecerdasan musik dan
kecerdasan kinestetik lebih sering diasosiasikan dengan seni. Jenis kecerdasan
ini kurang berhubungan dengan penilaian di sekolah. Sementara kecerdasan
interpersonal dan kecerdasan intrapersonal lebih terinput sebagai kecerdasan
personal (personality smart),19 dan jenis kecerdasan ini tidak mendapat porsi
penilaian di sekolah atau tidak berhubungan dengan penilaian dalam
pendidikan di sekolah. Sementara pada kecerdasan naturalis terfokus pada
suatu respon sikap, tanggungjawab dan perhatian dalam makna yang lebih luas
dari setiap individu terhadap lingkungan sekitar yang menyangkut flora dan
fauna. Hal ini bertumpu pada jalur emosi dalam otak manusia.20 Kecerdasan
naturalis adalah kecerdasan tambahan yang ditawarkan Howard Gardner selain
16 Taufiq Pasiak, Otak dan Kecerdasan dalam Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains
dan Alquran, 6. 17 Faizah Dewi Utama, Keindahan Belajar dalam Perspektif Pedagogi: Memaknai
Pengembangan dan Pergulatan Masa Inisiatif di TK dan Masa Industri di Kelas Awal SD, 97. 18 Thomas R Hoerr, Becoming A Multiple Intelligences School. 3rd Edition,
(Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision Curriculum Development ASCD,
2000), 4. Dan, Susan Baum, Julie Viens, dan Barbara Slatin in consultation with Howard
Gardner, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom. A Teacher’s Toolkit, (New York
and London: Teacher College Columbia University, 2005), 10. 19 Reza Prasetyo dan Yeny Andriani, Multiply Your Multiple Intelligences (Yogyakarta:
Andi, 2009), 3. 20 Taufiq Pasiak, Otak dan Kecerdasan dalam Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains
dan Alquran, 27.
6
juga kecerdasan eksistensialis. Ruang lingkup dan cakupan dimensi
kecerdasan tidak hanya dimensi kognisi saja, namun juga mencakup dimensi
kreativitas, kepemimpinan, profesionalitas, tanggungjawab dan berbagai
bentuk seni.
Howard Gardner menyebutkan bahwa kecerdasan bukanlah suatu
kesatuan tunggal yang bisa diukur secara sederhana dengan tes IQ. Kecerdasan
dapat ditingkatkan dan berkembang sepanjang sejarah hidup seseorang.
Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai suatu kapasitas untuk
memecahkan permasalahan atau membentuk produk yang bernilai budaya.21
Potensi-potensi kecerdasan yang dibawa sejak lahir mengalami perkembangan
sesuai pengalaman setiap individu. Proses belajar secara terus menerus
memberikan stimulasi perkembangan jalur-jalur saraf di otak yang saling
terhubung antar masing-masing lobus dalam otak. Kompleksnya jalinan
milyaran saraf pada setiap lobus-lobus otak sangat memungkinkan setiap
individu memiliki kecerdasan lebih dari satu, namun juga memiliki
kemampuan terhadap kreativitas, kemampuan memecahkan masalah,
kepemimpinan, tanggungjawab, simpati, empati dan berbagai bentuk seni.
Walaupun payung hukum sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun
2003 menegaskan, bahwa pengembangan kemampuan dan membentuk watak
atau karakter peserta didik. Namun prakteknya, sistem pendidikan melalui pola
dan proses pengajaran guru dan pembelajaran peserta didik mengabaikan
faktor pengembangan kemampuan dan pembentukan watak atau karakter. Tak
dipungkiri, gravitasi capaian utama output keberhasilan peserta didik adalah
nilai akademik. Secara faktual, pengembangan kurikulum dan aplikasi silabus
materi ajar menitikberatkan pada target capaian penyelesaian soal-soal
bermuatan akademik. Secara nyata, hal ini masih mengindikasikan betapa
kuatnya tarikan gravitas kognitif akademik dalam proses panjang pendidikan
peserta didik.
Sistem pendidikan nasional melalui undang-undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 menegaskan dasar, fungsi dan tujuan
pendidikan nasional sebagai pengembangan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.22
Ketentuan pendidikan nasional menurut undang-undang nomor 20
tahun 2003 sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
21 Reza Prasetyo dan Yeny Andriani, Multiply Your Multiple intelligences, 7. 22 Pasal 3 dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 3.
7
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Prinsip
penyelenggaraan pendidikan nasional diselenggarakan dengan memberi
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran, semua peserta
didik berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat,
dan kemampuannya.
Setiap manusia memiliki fitrah yang dituangkan dalam bentuk potensi,
minat, bakat dan kecerdasan. Potensi kecerdasan teraktualisasi dalam bentuk
kemampuan. Potensi kemampuan ditimbulkan oleh otak yang ada dalam setiap
manusia. Manusia yang terlahir sepanjang memiliki otak (brain) dipastikan
cerdas.23 Otak yang ada dalam kepala manusia merupakan mesin pengelola
kecerdasan.24
Dalam proses pendidikan, penekanan yang utama dalam sekolah
adalah pengembangan kemampuan dan pembentukan watak atau karakter.
Kemampuan yang dimaksud dalam lingkup pendidikan sekolah berupa
potensi, minat, bakat, kemampuan kreatifitas, memecahkan masalah (problem
solver), keterampilan dan kemampuan akademik kognitif. Sedangkan,
pembentukan watak atau karakter dalam lingkup pendidikan sekolah berupa
pembentukan karakter positif melalui proses pembiasaan.
Sistem pendidikan nasional yang diatur dalam undang-undang dasar
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 memiliki konteks yang bersifat
humaniter (membangun manusia seutuhnya). Namun, dalam konteks
pelaksanaan sistem pendidikan nasional masih cenderung mengabaikan
potensi fitrah manusia. Target hasil proses pembelajaran peserta didik lebih
mengarah pada nilai akademik melalui penguatan kognisi. Hal ini terlihat dari
praktek pendidikan melalui kelulusan dalam ujian nasional peserta didik.
Disadari, dua kutub target yang ada dalam sistem ini, yaitu kutub target hasil-
hasil ujian atau disebut pencapaian akademik terstandar (penguatan kognisi
akademik) dan kutub target keterampilan serta kutub watak atau karakter, yang
cenderung tidak terukur hasilnya. Saat ini sistem penilaian kelulusan peserta
didik memiliki porsi yang lebih besar 60% pada performance akademik,
sedangkan performance keterampilan peserta didik memiliki komposisi 40%
dari kalkulasi standar output pendidikan.25 Sementara, sisi pengembangan
23 Linda Campbell dan Bruce Campbell, Multiple Intelligences And Student Achievment
Success Stories From Six Schools (Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision nd
Curriculum Development ASCD, 2000), 4. 24 Jeff Hawkins and Sandra Blakesle, On Intelligence (Jakarta: Buana Ilmu Populer,
2004), 57. 25 Petunjuk Teknis penilaian dalam Ujian Nasional (60% penilaian hasil UN dan 40%
penilaian hasul US).
8
watak atau karakter tidak masuk dalam prosentase kalkulasi standar output
kelulusan.
Ironi pendidikan bangsa ini adalah terabaikannya pelatihan
pengembangan watak atau karakter positif pada proses pendidikan peserta
didik. Dalam prakteknya, proses pendidikan mengabaikan potensi fitrah serta
minat peserta didik dan bakat yang tidak terwadahi dalam sistem proses
pembelajaran. Semua sistem pendidikan termasuk proses pembelajarannya
mengarah pada target capaian kognitif akademik. Faktor-faktor di atas,
diakibatkan dari sistem yang sudah ada dan terbentuk akibat pola pikir atau
paradigma guru dalam menerapkan sistem pembelajaran. Dikarenakan sistem
pembelajaran, melalui pendekatan sistem sebagai suatu kesatuan dari
komponen-komponen pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lain, karena satu sama lain saling mendukung. Maka, faktor
kepala sekolah, guru, orangtua peserta didik, sarana dan prasarana serta
lingkungan turut memberikan andil terhadap kualitas output hasil pendidikan.
Standar kelulusan peserta didik setiap jenjang sekolah yang diatur
dalam delapan standar pendidikan nasional mengacu pada undang-undang
dasar Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional.26 Artinya target kelulusan peserta didik tidak hanya persoalan
akademik kognitif semata tetapi juga masalah perilaku, watak dan sikap
peserta didik. Namun di lapangan, interpretasi, paradigma serta tujuan yang
diharapkan menjadi bias dan cenderung salah. Paradigma penyelenggara
sekolah, termasuk orang tua peserta didik lebih menekankan faktor akademik
semata.
Paradigma kesempurnaan peserta didik sebagaimana yang ditulis pada
awal bab pertama dan kelebihan manusia dalam bidang intelektualitas terhadap
ilmu pengetahuan yang disumberkan dari mesin kecerdasan otak serta faktor
kekuatan kemauan dan iradat yang dimiliki individu peserta didik tidak serta
merta dapat diterima dengan respon baik. Seolah hanya semata akademik
kognisi faktor kesuksesan dan keberhasilan setiap individu peserta didik. Tentu
hal ini salah dalam pandangan psikologi multiple intelligences. Ditambah
dengan faktor kualitas guru yang tidak memahami dengan benar konsep
penerapan multiple intelligences dalam dunia pendidikan. Menurut Thomas
Armstrong, bahwa semua anak terlahir cerdas dan berbakat dan karenanya
setiap anak itu unik.27
Dalam ranah pendidikan dan pengajaran guru di sekolah, pelaksanaan
penerapan teori multiple intelligences terjadi banyak salah memahami dan
tidak sesuai aplikasinya. Pandangan dan paradigma yang lebih luas terhadap
penerapan multiple intelligences dalam ranah pendidikan dan pengajaran
26 Standar Kelulusan Siswa dalam 8 Standar Pendidikan Nasional menurut Undang-
Undang Dasar Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 27 Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara (Bandung: Kaifa, 2002), 57.
9
dimulai dari sistem yang lebih tinggi dari panduan proses pendidikan, yaitu
kurikulum. Kurikulum sebagai peta pelaksanaan proses pendidikan harus
mengikuti wacana perkembangan manusia.28 Teori multiple intelligences
sebagai ranah psikologi ditransformasikan ke dalam dunia pendidikan dan
pengajaran dalam bentuk penyesuaian strategi mengajar guru berdasarkan
gaya belajar dan modalitas belajar peserta didik. Secara utuh, proses
pendidikan dan pengajaran dimulai dari kehadiran peserta didik sebagai
peserta didik yang akan belajar di sekolah.
Kesalahan dalam memahami dan mempraktekkan multiple
intelligences dalam dunia pendidikan diakibatkan oleh pemahaman yang
parsial dan cenderung konservatif. Dalam beberapa kasus, multiple
intelligences dalam ranah pendidikan dianggap sebagai kurikulum.29 Tentu
pemahaman ini adalah kurang tepat. Dan akibat pemahaman yang salah
terhadap multiple intelligences, penerapannya dibuat dalam bentuk kelas
mengikuti komponen multiple intelligences. Tentu ini akibat pemahaman yang
parsial. Sementara disisi yang lain, kuatnya paham konservatif dari elemen-
elemen pengelola pendidikan sehingga menolak multiple intelligences dalam
suasana pembelajaran peserta didik. Bahwa, multiple intelligences membuat
peserta didik cenderung santai dan rileks sehingga dianggap tidak akan
memperoleh nilai akademik yang tinggi. Lebih dari pada itu, sistem penilaian
proses belajar lebih cenderung konservatif pragmatis. Peserta didik dinilai
secara tunggal melalui tes-tes tertulis. Dan salah satu dari sistem tersebut
adalah sistem kelulusan pada ujian nasional yang mengutamakan nilai
akademik.
Baik dalam penerapan teori multiple intelligences atau pun tidak,
terjadi pemahaman yang parsial, paradigma yang konservatif, dan keinginan
yang cenderung pragmatisme dalam mengelola proses pendidikan dari
pengambil kebijakan dan pengelola pendidikan harus dikritisi. Didukung
faktor kualitas guru yang cenderung kurang kreatif dan inovatif menyebabkan
terhambatnya kesuksesan penerapan teori multiple intelligences di sekolah.
Kegagalan guru dalam kreatifitas dan kekurangan inovasi dalam
mengoperasionalkan proses pengajaran, serta kecenderungan asal mengajar
tanpa melibatkan peserta didik belajar dalam proses mengajar guru
menyebabkan malpraktek pendidikan kita.
28 Thomas Armstrong, The Best School: Human Development Research Should Inform
Educaional Practice (Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision nd Curriculum
Development ASCD, 2006), 37. 29 Thomas Armstrong, Multiple Intelligencces in the Classroom. 3rd Edition
(Alexandria, Virginia USA: ASCD, 2000), 54.
10
Secara sederhana, malpraktek pendidikan didefinisikan sebagai sebuah
kesalahan prosedural dan tindakan dalam melakukan proses pendidikan30
dalam makna yang luas. Makna yang luas dapat berarti asal mengajar dengan
mengindahkan gaya belajar sesuai multiple intelligences peserta didik.
Kesalahan ini bisa terjadi dalam proses pendidikan, baik di sekolah maupun di
rumah, sehingga peserta didik dan anak gagal meraih hasil belajar secara
paripurna. Kesalahan dalam proses pembelajaran di sekolah melibatkan
sekolah dan guru sebagai ujung tombak pendidikan. Sementara di rumah,
terkadang orangtua berperan dalam melahirkan bencana edukasi bagi anak-
anaknya. Sistem di rumah dan di sekolah yang masuk kategori malpraktek
pendidikan mempercepat pengkerdilan potensi kecerdasan dan mempercepat
kematian minat dan bakat.
Penerapan teori multiple intelligences digunakan sebagai dasar untuk
menyediakan layanan software perangkat pembelajaran di dalam kelas atau
berupa hasil desain metode yang sesuai dengan perangkat multiple
intelligences. Sangat mungkin aplikasi multiple intelligences muncul dalam
aplikasi multiple intelligences dalam pembelajaran komputer atau (multimedia
learning project). Penggunaan teks dalam aktivitas pembelajaran komputer
(multimedia learning project) dikategorikan sebagai area linguistik, ilustrasi
sebagai area spasial, penggunaan sound sebagai area musik dan linguistik, dan
video sebagai area kinestetik dan kecerdasan lainnya dapat dikembangkan oleh
guru dalam sebuah aktivitas pembelajaran kreatif.
Sebagai contoh, siswa yang belajar pada proyek holtikultura dapat
mengkresi prosedur aktivitas belajarnya. Program penguatan informasi dalam
proyek pembelajaran holtikultura dimulai dari menulis uraian bunga
(linguistik), melengkapi uraian tentang bunga pada proyek holtikultura dengan
data statisik (logis-matematis). Melukis ilustrasi bunga (spasial-visual),
menndengarkan, menyanyikan atau membuat lagu tentang bunga (musik dan
kecerdasan linguistik)) dan mempresentasikan hasil proyek bunga (kinestetik)
yang dilakukan secara kelompok (interpersonal) dan memaknai makna
kehidupan dari tumbuhan holtikutura (intrapersonal), belajar dialam terbuka
dengan media bunga (naturalis).31
Teori multiple intelligences berhasil ditransformasi ke dalam dunia
pendidikan dan pengajaran di sekolah dengan suatu pengembangan strategi-
strategi mengajar yang kreatif, inovatif dengan menekankan proses berpikir
tinggi atau high order thinking. Ini dilakukan agar menghasilkan kemampuan
memecahkan masalah dan kemampuan menghasilkan produk bernilai
30 Pardan Prasetyo, “Malpraktek Pendidikan Kita,” Majalah Oase, No 4. Jakarta, 4
Agustus 2015. 31 Thomas Armstrong, Multiple Intelligencces in the Classroom. 3rd Edition, 174.
11
budaya.32 Strategi pembelajaran multiple intelligences adalah suatu upaya
mencapai kompetensi tertentu dalam pembelajaran dengan cara
mengoptimalkan delapan kecerdasan yang dimiliki masing-masing peserta
didik.33 Strategi pembelajaran multiple intelligences adalah suatu cara
mengakses informasi melalui delapan jalur kecerdasan yang ada pada masing-
masing peserta didik, namun untuk mengeluarkannya kembali seluruh
kecerdasan bersinergi dalam satu kesatuan yang unik sesuai dengan kebutuhan.
Sehingga peserta didik mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran
dengan cara yang menakjubkan.
Strategi pembelajaran multiple intelligences menjadikan peserta didik
sebagai sang juara pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan kecerdasan yang
menonjol pada dirinya, karena pada dasarnya dalam diri setiap peserta didik
selalu ada satu atau lebih kecerdasan dominan yang dimilikinya. Strategi
pembelajaran multiple intelligences mendorong para guru melakukan inovasi
dalam cara mengajarnya. Oleh karena itu, setiap guru dituntut agar lebih kreatif
mencari terobosan untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada.
Sebagai strategi pembelajaran, asalkan memiliki prosedural aktivitas
yang tertuang dalam rencana pembelajaran guru. Strategi multiple
intelligences adalah seperti sebuah konteks yang luas. Apapun nama
strateginya, disebut sebagai strategi multiple intelligences. Misalnya, strategi
sosio drama (role play) sah-sah saja dimasukkan dalam keluarga besar strategi
multiple intelligences. Demikian juga tebak kata, konser, simulasi dan lain-
lain. Strategi mengajar multiple intelligences juga active learning,
menekankan pada pembelajaran peserta didik aktif. Strategi mengajar multiple
intelligences berdampak pada inovasi guru. Sebagaimana hasil penelitian
Iskandar tentang kemampuan pembelajaran dan keinovatifan guru
menunjukkan hubungan yang signifikan antara kemampuan pembelajaran
dengan keinovatifan guru.34 Pola inovasi dan kreatifitas guru ketika
menerapkan strategi multiple intelligences adalah guru dituntut memiliki
wawasan yang luas tentang cara, teknik, metode, pendekatan, dan strategi
pembelajaran, yang sesuai dengan karakteristik wawasan masing-masing.
Salah satu pendekatan yang dianggap sesuai untuk menjelaskan pokok bahasan
tersebut adalah melalui pendekatan cooperative learning dengan teknik
jigsaw.35 Pada konteks inilah, strategi pembelajaran guru yang sesuai dengan
32 Linda Campbell dan Bruce Campbell, Multiple Intelligences And Student Achievment
Success Stories From Six Schools, 4-5. 33 Thomas Armstrong, Multiple Intelligencces in the Classroom. 3rd Edition, 6-7. 34 Iskandar S, “Kemampuan Pembelajaran dan Keinovatifan Guru”, Jurnal Universitas
Pendidikan Indonesia, Vol. V, No. 9, April 2008, www.jurnal.upi.edu/ pendidikan dasar
(Accessed: 16/09/2015). 35 Mulyanto R, “Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw untuk Meningkatkan
Penguasaan Operasi Pecahan di SDN Paseh I Kabupaten Sumedang”, Jurnal Universitas
12
karakteristik kecerdasan peserta didik menjadi inti dasar penerapan teori
multiple intelligences di sekolah.
Potensi-potensi intelektualitas, kekuatan kemauan dan iradatnya,
ditunjang kemampuan otak sebagai fungsi kecerdasan dan emosional sebagai
sumber kekuatan kecerdasan bermuara di sekolah. Penemuan dan peningkatan
potensi kecerdasan peserta didik menjadi tanggungjawab moral sekolah. Peran
sekolah seharusnya seperti detektif pencari minat, bakat dan potensial
kecerdasan peserta didik. Sebagaimana perbedaan pada pola genetik setiap
individu peserta didik, maka perbedaan pada kemunculan potensial kecerdasan
peserta didik adalah berbeda satu sama lain.36 Kalau ada banyak pintu menuju
syurga, begitu juga akan banyak cara untuk memantik munculnya potensi-
potensi kecerdasan. Ada banyak cara untuk menghadirkan anak-anak menjadi
cerdas. Kalau ada banyak cara, berarti ada banyak tanda pula untuk melihat
kecerdasan peserta didik. Tanda itu bukan hanya dapat dilihat dari prestasi
akademiknya di sekolah, atau mengikutkan anak ke dalam tes IQ. Setiap
peserta didik dapat memperlihatkan kecerdasannya lewat banyak cara. Cara itu
misalnya melalui kata-kata, angka, musik, gambar, kegiatan fisik (kemampuan
motorik) atau lewat cara sosial emosional. Secara keilmuan teori multiple
intelligences merupakan wilayah keilmuan pada bidang psikologi.
Berdasarkan penjelasan permasalahan-permasalahan sebelumnya,
maka perlu dilakukan kajian lebih mendalam dan komprehensif terhadap
aplikasi teori multiple intelligences pada manajemen pembelajaran. Oleh
karena itu, kajian dalam disertasi ini diberi judul: “Aplikasi Teori Multiple
Intelligences Pada Sistem Manajemen Pembelajaran: Studi pada Sekolah
Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta.”
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat
diidentifikasi sejumlah permasalahan yang berkaitan dengan cara
mengaplikasi teori multiple intelligences pada sistem manajemen
pembelajaran.
a. Kurangnya pemahaman para guru secara utuh mengenai konsep multiple
intelligences.
b. Rendahnya informasi tentang cara-cara untuk mengetahui tipe
kecenderungan kecerdasan atau gaya belajar peserta didik.
c. Belum adanya model aplikasi teori multiple intelligences pada sistem
manajemen pembelajaran.
Pendidikan Indonesia, Vol. V. No. 7, April 2007. www.jurnal.upi.edu/ pendidikan dasar
(Accessed: 16/09/2015). 36 Kazuo Murakami, The Divine Massage of The DNA: Tuhan dalam Gen Kita, 138.
13
d. Kurangnya pengetahuan para guru mengenai cara melakukan penilaian
pembelajaran berbasis multiple intelligences.
e. Terbatasnya hasil penelitian yang terkait dengan cara mengaplikasikan teori
multiple intelligences pada manajemen sistem pembelajaran.
2. Pembatasan Masalah
Mengacu pada identifikasi masalah di atas, maka kajian ini dibatasi
tentang cara mengetahui kecenderungan kecerdasan peserta didik atau gaya
belajar peserta didik dan aplikasi teori multiple intelligences pada sistem
manajemen pembelajaran serta cara melakukan penilaian pembelajaran
berbasis multiple intelligences.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah yang akan
diteliti dirumuskan dalam sebuah pertanyaan besar yaitu, bagaimana aplikasi
teori multiple intelligences dalam sistem manajemen pembelajaran? Hal ini
perlu untuk dikaji mengingat bahwa teori multiple intelligences ini
beranggapan bahwa semua anak adalah cerdas.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, secara umum studi ini
bertujuan untuk mengetahui aplikasi teori multiple intelligences pada sistem
manajemen pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tahapan-tahapan pelaksanaan aplikasi teori multiple
intelligences di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
b. Mengidentifikasi kecenderungan kecerdasan peserta didik berdasarkan
hasil Multiple Intelligences Research (MIR).
c. Menganalisa model aplikasi teori multiple intelligences pada sistem
manajemen pembelajaran.
d. Membandingkan teknik penilaian pembelajaran berbasis multiple
intelligences dengan teknik penilaian non multiples intelligences
e. Menghasilkan studi yang terkait dengan cara mengaplikasikan teori
multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran.
14
D. Manfaat atau Signifikasi Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini mencoba mengaplikasikan teori multiple
intelligences pada sistem manajemen pembelajaran secara komprehensif
diawali dari input peserta didik, proses pembelajaran peserta didik dan output
pembelajaran peserta didik, serta outcome peserta didik. Dengan menggunakan
konsep multiple intelligences research dan strategi mengajar multiple
intelligences. Penelitian ini mencoba menjelaskan aplikasi multiple
intelligences pada sistem manajemen pembelajaran.
2. Manfaat Metodologis
Dengan penelitian kualitatif dan strategi focus group discussion
diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk keperluan menyusun teori.
Dalam penelitian ini juga disusun instrumen wawancara mencakup pra input,
input, proses, output dan outcome. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
perspektif baru mengenai aplikasi teori multiple intelligences pada sistem
manajemen pembelajaran di sekolah.
3. Manfaat Aplikatif
a. Penyusunan Kebijakan dan Pengelola Program
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi
kementerian pendidikan dan komisi nasional hak azasi manusia. Hasil ini dapat
memberikan pemahaman yang komprehensif dalam mengaplikasikan teori
multiple intelligences. Diharapkan para pembuat kebijakan dapat bekerja
secara sinergis dalam menyelenggarakan sistem pola asuh pendidikan di rumah
dan pendidikan di sekolah.
b. Bagi Sekolah
Penelitian ini memfokuskan pada cara mengetahui kecenderungan
kecerdasan atau gaya belajar peserta didik, cara mengaplikasikan teori mutiple
intelligences pada sistem manajemen pembelajaran dan cara melakukan
penilaian pembelajaran berbasis multiple intelligences.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. Penelitian : Pratical Assessment Research and Evaluation mengenai teori
multiple intelligences menyebutkan bahwa, Howard Gardner (1983)
mengusulkan agar pandangan baru tentang kecerdasan dimasukkan ke
dalam kurikulum Sekolah Dasar. Mengingat definisi kecerdasan dalam
teori multiple intelligences adalah sebagai kapasitas untuk memecahkan
masalah dan memperoleh produk yang bernilai budaya.37
2. Penelitian : Multiple intelligences Go to School Educational Implications
of the Theory of Multiple intelligences yang dimuat dalam American
37 Brualdy Timmins and Amy C, Multiple Intelligences: Gardner’s Theory, “Practical
Assessment, Research & Evaluation,” Vol. 5, No. 10 (1996), 10, Http://pareonline.net/
getvn.asp?v=5&n=10 (Accessed: 17/09/2015).
15
Educational Research Association, menyimpulkan multiple intelligences
sebagai sebuah pendekatan humanis dengan spektrum yang lebih luas
terhadap kecerdasan seseorang. Howard Gardner Brualdi Timmins,
mendefinisikan kecerdasan sebagai kapasitas untuk memecahkan masalah
dan memperoleh produk yang bernilai budaya. Aplikasi dan penerapan
multiple intelligences dapat diterapkan pada kelompok peserta didik usia
dini (childhood) sampai peserta didik menengah atas.38
3. Penelitian : “Playing with the multiple intelligences How Play Helps Them
Grow.” Bermain yang dimaksudkan Gardner dalam penelitian ini adalah
permainan yang melibatkan semua tipe kecerdasan, seperti permainan
menggunakan verbal (kecerdasan linguistik), permainan dengan olahraga
(kecerdasan kinestetik), permainan konser (kecerdasan musik), permainan
angka-angka dan permainan melibatkan unsur logika (kecerdasan logis
matematis), permainan yang dilakukan secara berkelompok (kecerdasan
interpersonal), permainan yang dilakukan sendiri (kecerdasan
intrapersonal), permainan yang melibatkan unsur imajinasi dan khayalan
(kecerdasan spasial visual), dan permainan yang menggunakan lingkungan
outdoor dengan menggunakan unsur alam (kecerdasan naturalis). Hasil
riset yang dilakukan Eberle, Scott menyimpulkan bahwa bermain
meningkatkan keterampilan dan memperkuat bakat alami, yang mana
setiap jenis kecerdasan saling bersinergi satu sama lain dan betapa sulit
memisahkan satu kecerdasan dengan satu kecerdasan lainnya. Semua ini,
menurut Howard Gardner, meningkatnya keterampilan dan menguatnya
bakat alami anak adalah produk dan proses dari bermain yang membuat
anak tajam dalam penguatan keterampilan bakat.39
4. Penerapan multiple integlligences dalam sistem pembelajaran peserta didik
memiliki keunikan masing-masing. Setiap peserta didik memiliki
kecerdasan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Pandangan yang menyatakan bahwa kecerdasan seseorang dapat dilihat
berdasarkan hasil tes intelligences question sudah tidak relevan lagi karena
tes intelligences question hanya membatasi pada kecerdasan logika
(matematika) dan bahasa. Saat ini masih banyak sekolah yang terjebak
dengan pandangan tradisional tersebut. Masih banyak guru yang hanya
menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Teori
multiple intelligences, mencoba untuk mengubah pandangan bahwa
kecerdasan seseorang hanya terdiri dari kemampuan logika (matematika)
dan bahasa. Multiple intelligences memberikan pandangan bahwa terdapat
38 Howard Gardner and Thomas Hatch, “Multiple Intelligences Go to School:
Educational Implications of the Theory of Multiple Intelligences,” American Educational
Research Association, Vol. 18, No. 8 (Nov. 1989), 4-10 (Accessed: 16/09/2015). 39 Eberle Scott, “Playing with the Multiple Intelligences How Play Helps Them Grow”,
American Journal of Play, Vol. 4, Number 1, (2011) (Accessed: 16/09/2015).
16
sembilan macam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Yang
membedakan antara yang satu dengan yang lainnya adalah komposisi atau
dominasi dari kecerdasan tersebut. Teori multiple intelligences mampu
menjembatani proses pengajaran yang membosankan menjadi suatu
pengalaman belajar yang menyenangkan dan peserta didik tidak hanya
dijejali oleh teori semata. Mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa teori
yang mereka terima memang dapat ditemui di dalam kehidupan nyata dan
dapat mereka alami sendiri sehingga mereka memiliki kesan yang
mendalam. Selain itu proses pendidikan dapat mengakomodir setiap
kebutuhan peserta didik dan sesuai dengan keunikannya masing-masing.
Jika sekolah ingin menerapkan multiple intelligences di dalam sistem
pendidikannya, maka dibutuhkan inisiatif dari setiap guru untuk mencoba
memulai dan bersedia untuk keluar dari zona nyamannya masing-masing.
Guru dan orang tua harus bersinergi agar memiliki pandangan yang sama
di dalam memberikan pendidikan bagi anak sesuai dengan kebutuhan dan
keunikannya masing-masing. Kesamaan pandangan dapat diciptakan
melalui pertemuan berkala antara wali kelas dan guru bimbingan konseling
dengan orang tua.40
5. Penelitian : Multiple Intelligences Theory, Action Research and Teacher
Professional Development: The Irish Multiple Intelligences Project yang
diterbitkan oleh jurnal Australian Journal of Teacher Education
memberikan kesimpulan bahwa, kegagalan peserta didik di sekolah
umumnya dikarenakan oleh pandangan yang sempit terhadap kecerdasan.
Konstruksi dan pandangan yang sempit terhadap kecerdasan memberikan
dimensi kerugian pada pendidikan. Konstruksi yang lemah pada
pendidikan dasar diakibatkan oleh ruang lingkup kecerdasan yang
dipersempit. Ruang lingkup yang ditawarkan oleh kecerdasan yang
diperluas mampu memberikan solusi terhadap kelemahan pendidikan. Efek
penerapan multiple intelligences dalam pendidikan dan pengajaran yang
diselenggarakan di sekolah mampu meningkatkan kemampuan, minat dan
motivasi, peserta didik dan secara manajerial, sistem manajemen yang
diterapkan dalam proses pendidikan dan pengajaran memberikan efek
peningkatan kompetensi pedagogi guru.41
6. Penelitian tentang pengaruh penerapan teori multiple intelligences
menegaskan bahwa teori multiple intelligences jika diterapkan dalam
proses belajar lebih efektif dibanding dengan pola pengajaran guru yang
40 Handy Susanto, “Penerapan Multiple intelligences Dalam Sistem pembelajaran”,
Jurnal Pendidikan Penabur, No.04/Th.IV/Juli 2005 (Accessed: 16/09/2015). 41 Joan Hanafin, “Multiple Intelligences Theory, Action Research, and Teacher
Professional Development: The Irish MI Project”, Australian Journal of Teacher Education.
Vol. 39, Issue 4 Article 8 (2004), (Accessed: 16/09/2015).
17
tradisional. Peserta didik dapat lebih berhasil secara akademis melalui
pengajaran berbasis teori multiple intelligences.42
7. Penelitian penerapan teori multiple intelligences dalam pembelajaran fisika
menyebutkan bahwa metode pengajaran fisika yang kreatif dan aplikatif
berdasarkan penerapan teori multiple intelligences dapat meningkatkan
aktivitas dan rasa senang para peserta didik terhadap mata pelajaran fisika.
Proses pembelajaran fisika yang menarik dan menyenangkan sesuai
dengan kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Penerapan multiple
intelligences dalam pengajaran guru mampu meningkatkan minat dan
kreatifitas peserta didik.43
8. Manfaat multiple intelligences dalam proses pengajaran guru meliputi
metode dan praktek pengajaran. Dengan demikian penggunaan pendekatan
pembelajaran multiple intelligences bagi peserta didik akan menjadikan
peserta didik keluar sebagai individu yang memiliki jati diri, yang potensial
pada salah satu atau lebih dari sembilan jenis kecerdasan yang
dimilikinya.44
9. Penelitian tentang pengaruh strategi pembelajaran berbasis multiple
intelligences terhadap hasil belajar dengan kesimpulan yaitu terdapat
pengaruh yang signifikan pada penerapan strategi pembelajaran berbasis
multiple intelligences terhadap hasil belajar afektif peserta didik.45
10. Penelitian tentang multiple intelligences, bahwa berbagai kegiatan yang
relevan dengan pengembangan multi kecerdasan bermanfaat dalam
pengembangan kompetensi peserta didik. Pengembangan multiple
intelligences peserta didik pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas
peserta didik dalam menerima materi pelajaran, sekaligus dapat meningkat
mutu hasil pembelajaran. Kegiatan non intrakurikuler dalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah mampu mengembangkan hobi,
bakat, dan minat peserta didik juga dapat meningkatkan mutu proses dan
hasil belajar, dan sekolah perlu mengembangkan multi kecerdasan peserta
42 Sibel G. Yalmanci and Ali Ibrahim, “The Effects of Multiple intelligences Theory
Based Teaching on Students Achievement And Retention of Knowledge”, International
Journal on New Trends in Education And Their Implication. Vol. 4, Issue: 3 (July 2013),
Article: 04 ISSN 1309-6349 (2013) (Accessed: 16/09/2015). 43 Piping Sugiarti, “Penerapan Teori Multiple Intelligences Dalam Pembelajaran
Fisika”, Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. 2, No. 05/Th.IV/Desember 2005 (Accessed:
16/09/2015). 44 Syukron Smanela, Makalah Hasil Penelitian Mengenai Multiple Intelligences. 45 Tri Mei Ade Saputra, Alben Ambarita dan Yuliana Hamdan, “Pengaruh Strategi
Mengajar Multiple intelligences terhadap Hasil Belajar”, Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung, 2015.
18
didik secara terintegrasi dalam proses pembelajaran, karena hal itu dapat
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.46
11. Artikel pendekatan belajar multiple intelligences menyimpulkan bahwa
pendekatan pembelajaran multiple intelligences menekankan pada
kecerdasan dominan atau yang menonjol pada diri peserta didik dan
berupaya mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal yang
ditentukan oleh lembaga atau sekolah. Penggunaan pendekatan
pembelajaran multiple intelligences kepada peserta didik akan menjadikan
peserta didik keluar sebagai individu yang memiliki jati diri yang potensial
pada salah satu atau lebih dari jenis kecerdasan yang ada.47
12. Penelitian : “Educational Implications of the Theory of Multiple
Intelligences” bahwa, implikasi yang ditimbulkan dari penerapan konsep
kecerdasan jamak dalam pendidikan sebagai berikut “preliminary data
secured from project spectrum, an application in early childhood, indicate
that even 4- and 5-year-old children exhibit distinctive profiles of strength
and weakness. Moreover, measures of the various intelligences are largely
independent and tap abilities other than those measured by standard
intelligence tests.” Bahwa pada usia 4 dan 5 tahun, anak-anak pada usia
dini mampu menunjukkan potensi kecerdasan jamak mereka.48
13. Penelitian mengenai Learning Style and Multiple Intelligences in Student.
Manner menjelaskan hasil risetnya bahwa, bagaimana peserta didik
memproses informasi dengan baik saat mereka belajar dan seberapa baik
peserta didik mempertahankan pengetahuan secara langsung sangat terkait
dengan gaya belajar setiap individu. Peserta didik yang belajar dengan baik
melalui pemaknaan informasi, mendengarkan ide, memproses informasi
melalui refleksi, melakukan brainstorming terhadap informasi yang
diterima dengan orang lain lalu merefleksikan informasi pengetahuan
dalam kehidupan nyata dan melibatkan informasi pengetahuan pada
pengalaman diri dari berbagai perspektif. Peserta didik yang secara aktif
terlibat dalam pembelajaran mereka sendiri berkembang selama proses
memanipulasi informasi pengetahuan atau ketika peserta didik
menggunakan hasil manipulasi informasi pengetahuan dalam memecahkan
persoalan atau problem solving yang dihadapi peserta didik. Manner
46 Siskandar, “Pengembangan Multiple Intelligences Melalui Kegiatan Non-
Ekstrakurikuler Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Proses dan hasil Pembelajaran”, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Dasar dan Menengah.
Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 5, No. 2, 2008 (Accessed: 16/09/2015). 47 Siti Suratmi, “Pendekatan Belajar Multiple Intelligences”.
Http://suratmisitisuratmi.blogspot.com/2013/05/v-bahavorurldafaulttvmlo.html (Accessed:
16/09/2015). 48 Howard Gardner and Thomas Hatch, “Educational Implications of the Theory of
Multiple intelligences”, Journal Educational Researcher Journal, Vol 18, 4-10, (1989)
(Accessed: 16/09/2015).
19
menyebut, sebagai cara kerja peserta didik dalam proses belajar atau
sebagai gaya belajar yang khas dari individu peserta didik. Setiap proses
belajar yang melibatkan semua dimensi berpikir dan manipulasi panca
inderawi saling terkordinasi dan terkoneksi dengan bidang-bidang
kecerdasan yang dimiliki setiap individu. Menurut Black (1994) yang
dikutip Manner, bahwa setiap individu memiliki masing-masing delapan
kecerdasan jamak sampai batas tertentu. Kombinasi dan derajat kecerdasan
masing-masing peserta didik berbeda dan sangat jarang beroperasi secara
independen.49
14. Penelitian : “Implications of Human Intelligences Theory in ELT Filed”,
menyimpulkan bahwa, peserta didik cenderung menjadi lebih terlibat
dalam belajar karena mereka menggunakan metode yang sesuai kecerdasan
mereka. Selain itu, peserta didik efektif dalam proses pembelajaran yang
melibatkan praktek. Keterlibatan pendekatan ini meningkatkan peserta
didik dan keberhasilan peserta didik dalam merangsang pembelajaran guru
untuk meningkatkan nilai mencapai tingkat keberhasilan semua. Inti
kesimpulan dari riset ini adalah teori multiple intelligences bisa memiliki
peran yang penting dalam menciptakan suasana yang menarik, mendorong
peserta didik dan memotivasi peserta didik dalam pembelajaran. Dari hasil
penemuan riset tersebut, memberikan rekomendasi sebagai berikut yaitu,
agar guru memiliki kesadaran bahwa teori multiple intelligences
memberikan implikasi dalam pendidikan secara umum dan pengajaran
secara khusus, dan untuk memahami metodologi penerapan teori multiple
intelligences dalam pendidikan dan pengajaran diperlukan sesi pelatihan
untuk para guru.50
15. Penelitian : “The Influence of Multiple Intelligences Theory on Web-Based
Learning”, Penerapan teori pembelajaran dalam pembelajaran jarak jauh
diterapkan dalam konsep pembelajaran menggunakan dinamika kelompok.
Kesimpulan riset ini melaporkan bahwa mengintegrasikan kecerdasan
jamak dalam dunia pendidikan dan pengajaran merupakan komponen
kunci untuk keberhasilan peserta didik. Guru yang memberi materi dan
memenuhi kebutuhan dari kecerdasan jamak akan mendorong keberhasilan
akademis dan mempromosikan pengalaman belajar yang berkualitas.51
49 Barbara Manner, “Learning Styles and Multiple Intelligences in Students”, Journal
of College Science Teaching, NSTA, 2001 (Accessed: 16/09/2015). 50 Ibnian, S.S.K. and Hadban, A.D, “Implications of Multiple Intelligences Theory in
ELT Field”, International Journal of Humanities and Sosial Science, Vol. 3. No. 4, 2013
(Accessed: 16/09/2015). 51 Mark Riha and Rebecca A.R. Pina, “The Influence of Multiple intelligences Theory
on Web-Based Learning”, Journal of Online Learning and Teaching, Vol. 5, No. 1, March
2009, (Accessed: 16/09/2015).
20
16. Penelitian : “Pengaruh Media Pembelajaran dan Kecerdasan Ganda
Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komputer (TIK)
Mahapeserta didik PGSD Universitas Negeri Medan.” Menyimpulkan
hasil belajar pelajaran TIK mahapeserta didik yang dibelajarkan dengan
menggunakan media pembelajaran CD multimedia interaktif lebih baik
dibandingkan dengan media pembelajaran modul. Hasil belajar
mahapeserta didik yang dominan kecerdasan spasial visualnya lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar mahapeserta didik yang memiliki
kecerdasan ganda linguistik.52
17. Penelitian : Manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah,
bahwa harapan masyarakat akan pendidikan yang bermutu sejalan dengan
tuntuan dunia usaha untuk memperoleh tenaga kerja yang berkualitas.
Sehingga, penyelenggaraan pendidikan harus mampu merespon dan
mengakomodir harapan dan tuntutan tersebut dalam proses pengambilan
keputusan untuk peningkatan mutu pendidikan. Ini memberi keyakinan
bahwa dalam proses pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu
pendidikan, dapat dipergunakan berbagai teori, perspektif dan kerangka
acuan (frame work) berbasis sekolah. Asumsi ini memberi konsekuensi
bahwa sekolah harus menjadi bagian utama dalam proses pembuatan
keputusan dalam peningkatan mutu pendidikan. Sementara masyarakat
dituntut partisipasinya agar lebih memahami pendidikan, sedangkan
pemerintah berperan dalam hal menentukan kerangka kebijakan
pendidikan.53
Penelitian-penelitian terdahulu lebih menitikberatkan pada penerapan
metode-metode pengajaran kreatif berbasis multiple intelligences dalam
pembelajaran,54 menitikberatkan hasil pembelajaran melalui penerapan
52 Harun Sitompul dan Reni Astuti, “Pengaruh Media Pembelajaran Dan Kecerdasan
Ganda Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi Dan Komputer (TIK) Mahasiswa PGSD
Universitas Negeri Medan”, Jurnal teknologi Pendidikan, Teknologi Pendidikan PPs
Universitas Negeri Medan. 2012 (Accessed: 16/09/2015). 53 Hamzah, “Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah”, Jurnal
Studi Islamika STAIN Datokarama, Palu. Vol. 5, No. 1, Juni 2013 (Accessed: 20/10/2015). 54 Lihat Piping Sugiharti dalam “Penerapan Teori Multiple Intelligences Dalam
Pembelajaran Fisika”, Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. 2, No. 05/Th.IV/Desember 2005
(Accessed: 16/09/2015), Lihat juga Sibel G. Yalmanci dan Ali Ibrahim, dalam The Effects of
Multiple intelligences Theory Based Teaching on Students Achievement And Retention of
Knowledge”, International Journal on New Trends in Education And Their Implication. Vol.
4, Issue: 3 (July 2013), Article: 04 ISSN 1309-6349 (2013) (Accessed: 16/09/2015), dan lihat
juga Harun Sitompul dan Reni Astuti dalam “Pengaruh Media Pembelajaran Dan Kecerdasan
Ganda Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi Dan Komputer (TIK) Mahasiswa PGSD
Universitas Negeri Medan”, Jurnal teknologi Pendidikan, Teknologi Pendidikan PPs
Universitas Negeri Medan. 2012 (Accessed: 16/09/2015).
21
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences,55 serta paling umum dari
hasil penelitian-penelitian terdahulu adalah deskripsi proses pembelajaran
yang lebih kreatif, proses belajar efektif, dan peserta didik cenderung lebih
terlibat aktif dibanding pembelajaran konvensional.56
Perbedaan penelitian sebelumnya di atas dengan penelitian “Aplikasi
Teori Multiple Intelligences pada Sistem Manajemen Pembelajaran” terletak
pada jalur rangkaian penerapan teori multiple intelligences yang meliputi
input, proses, outpout dan outcome.57 Sehingga, pada penelitian ini meliputi
sistem manajemen pembelajaran. Penelitian ini, tidak hanya pada proses
pembelajaran dan hasil pembelajaran peserta didik namun juga menyangkut
input awal peserta didik serta outcome yang diperoleh setelah peserta didik
lepas menjalani proses pembelajaran.
F. Metodologi Penelitian
55 Tri Mei Ade Saputra, Alben Ambarita dan Yuliana Hamdan, dalam “Pengaruh
Strategi Mengajar Multiple intelligences terhadap Hasil Belajar”, Jurnal Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, 2015, dan lihat juga Siskandar dalam
“Pengembangan Multiple intelligences Melalui Kegiatan Non-Ekstrakurikuler Dalam Rangka
Meningkatkan Mutu Proses dan hasil Pembelajaran”, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional Dasar dan Menengah. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan,
Vol. 5, No. 2, 2008 (Accessed: 16/09/2015). 56 Ibnian S.S.K. dan Hadban, A.D., dalam “Implications of Multiple Intelligences
Theory in ELT Field”, International Journal of Humanities and Sosial Science, Vol. 3. No. 4,
2013 (Accessed: 16/09/2015). Amy C. Brualdi, dalam “Multiple Intelligences: Gardner’s
Theory, Practical Assessment, Research & Evaluation,” Vol. 5, No. 10 (1996), 10,
Http://pareonline.net/ getvn.asp?v=5&n=10 (Accessed: 17/09/2015). Mark Riha dan Rebecca
A.R. Pina dalam “The Influence of Multiple intelligences Theory on Web-Based Learning”,
Journal of Online Learning and Teaching, Vol. 5, No. 1, March 2009, (Accessed: 16/09/2015).
Alamsyah Said dalam Penerapan Hasil Riset Gaya Belajar Dalam Pengajaran Guru. Penelitian
Tindakan Sekolah”, GLC Indonesia, Jakarta, 2014, dan lihat juga Pardan Prasetyo dalam
“Manajemen Peningkatan Mutu Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Studi Deskriptip
Kualitatif di Sekolah Islam DKI Jakarta),” Disertasi Universitas Islam Nusantara Bandung,
2015. 57 Input adalah, peserta didik baru dan peserta didik lama yang menjadi sumber objek
pelaksanaan pembelajaran dimana setiap siswa baru dan lama dilakukan riset kecenderungan
kecerdasan melalui multiple intelligences research. Proses adalah pelaksanaan strategi-strategi
pembelajaran guru dalam aktivitas belajar mengjar peserta didik atau penerapan strategi
multiple intelligences setelah hasil riset multiple intelligences pada input diperoleh. Proses
merupakan langkah kedua penerapan multiple intelligences setelah pelaksanaan multiple
intelligencecs research. Output adalah aktivitas penilaian pada peserta didik, dimana penilaian
melaksanakan deskripsi rubrik penilaian. Dengan menekankan pada aktivitas proses belajar
pserta didik, maka penilaian otentik merupakan langkah ketiga pelaksanaan aplikasi teori
multiple intelligences dalam sistem manajemen pembelajaran. Sementara, Outcome adalah
hasil dari output yang diperoleh dari proses pembelajaran. Outcome merupakan hasil balik
yang dihasilkan setelah peserta didik lepas dari proses pembelajaran di sekolah. Outcome
memebrikan dampak yang lebih luas terhadap pendidikan.
22
1. Tempat dan Sumber Penelitian.
Tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pemilihan
objek penelitian terhadap Sekolah Dasar tersebut dikarenakan telah
mengaplikasikan teori multiple intelligences ke dalam sistem manajemen
pembelajaran dan metode pengajaran guru menggunakan pendekatan multiple
intelligences atau multiple intelligences approach.
Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu primer dan sekunder. Data primer adalah data-data utama yang
menjelaskan masalah yang dikaji yaitu dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri Jakarta, wawancara dan observasi. Sedangkan sumber data
sekunder adalah buku-buku dan jurnal yang terkait teori multiple intelligences,
psikologi Islam dan buku-buku yang sesuai tema aplikasi teori multiple
intelligences pada sistem manajemen pembelajaran.
2. Metode Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang data-datanya
dinyatakan dalam bentuk verbal. Model peelitian ini dilakukan untuk
menjadikan penelitian dan fenomena-fenomena yang ditemukan dari data-data
yang ditemukan menjadi ilmiah dan filosofis. Kualitatif digunakan untuk
merumuskan generalisasi dari data-data yang dianalisis berdasarkan informasi
yang diperolah dari wawancara, observasi dan forum group discussion.
Informasi yang diperoleh diharapkan menjadi acuan aplikasi teori multiple
intelligences pada sistem manajemen pembelajaran. Penelitian ini juga bersifat
kualitatif karena data diperoleh melalui sumber utama yaitu dokumen Sekolah
Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri akan dideskripsikan dan dianalsis secara
komprehensif dan detail.58
Metode penelitian kualitatif yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah menggunakan teknik:
(1) Kuisioner
Pengumpulan data dengan cara penyebaran kuisioner langsung dengan
para pengelola lembaga yaitu pengurus yayasan terdiri dari pembina
yayasan, pengawas yayasan dan pengurus yayasan. Kepala sekolah serta
wakil kepala sekolah yang terdiri dari bidang kesiswaan, bidang akademik
dan sarana dan prasarana, guru-guru berjumlah 15 orang, siswa berjumlah
150 dan orangtua siswa 15 serta 10 orang alumni Sekolah Islam Terpdau
Insan Mandiri. Untuk mengetahui pandangan atau persepsi baik para
pengelola sekolah maupun para orangtua siswa terhadap pelaksanaan
aplikasi teori multiple intelligences dalam manajemen pembelajaran.
58 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 17.
23
(2) Wawancara
Metode wawancara dilakukan untuk menggali lebih dalam dan detail serta
melengkapi informasi data kuisioner sebelumnya. Guru yang di
wawancara 5 orang, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah dan 3 orang
pengurus yayasan. Diperoleh informasi hasil wawancara dari guru, kepala
sekolah, wakil kepala sekolah dan pengurus yayasan sebagai berikut:
Sekolah Insan Mandiri mengaplikasikan teori multiple intelligences
berdasarkan input peserta didik, proses pembelajaran, penilaian proses
pmbelajaran (output pembelajaran). Sementara hasil wawancara 10 orang
siswa dan 3 orang alumni adalah: Input siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri sangat beragam tipe kecerdasannya, prestasi siswa sangat
beragam, siswa sering mengikuti lomba bidang apa saja dan selalu juara
walaupun tidak mendapatkan juara pertama. Hal ini sesuai dengan motto
Sekolah Dasar Islam Terpadu sebagai Sekolah Para Juara. Hasil
wawancara 3 orangtua siswa memberikan informasi bahwa Sekolah Dasar
Islam Terpadu Insan Mandiri menganggap bahwa setiap anak adalah
istimewa (juara), metode mengajar guru mampu memberikan kenyamanan
belajar bagi siswa dan sistem penilaian yang menekankan proses belajar
siswa.
(3) Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat proses kegiatan belajar mengajar di
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, dan melihat secara langsung
kondisi ril tentang lingkungan fisik lembaga pendidikan dan lingkungan
sosial. Secara umum hasil observasi proses kegiatan belajar mengajar,
mengindikasikan aplikasi teori multiple intelligences pada sistem
manajemen pembelajaran, ini ditunjukkan melalui guru mengajar sesuai
dominan kecerdasan anak atau sesuai hasil multiple intelligences research.
Resume hasil observasi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Guru-guru
Insan Mandiri sangat baik dalam menjelaskan materi sehingga murid-
murid bisa belajar dengan menyenangkan. Metode mengajar guru mudah
dipahami, ditunjang dengan perilaku guru yang baik dalam kegiatan
belajar mengajar, namun terkadang terlalu fokus.
(4) Forum Grup Diskusi
Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan para tokoh yang menguasai
bidang pendidikan dan juga lembaga-lembaga yang konsern di dunia
pendidikan, untuk mendapatkan informasi terkait kelebihan dan
kekurangan pada lembaga yang sedang diteliti, terkait penerapan teori
multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran. Para tokoh
dalam forum grup diskusi adalah global learning center Indonesia yaitu
lembaga konsultasi dan pelatihan pendidikan, jaringan sekolah Islam
terpadu Indonesia dan kualita pendidikan Indonesia sebagai lembaga
konsultasi dan pelatihan pendidikan. Proses forum grup diskusi sebagai
24
berikut: Anggota grup berdiskusi mengenai penerapan teori multiple
intelligences pada sistem manajemen pembelajaran. Hasil diskusi
menunjukkan bahwa penerapan teori multiple intelligences harus diawali
dari kesamaan konsep tentang setiap anak cerdas, setiap anak memiliki
kecerdasan dominan sebagai gaya belajar. guru mengajar sesuai dengan
gaya belajar siswa dan penilaian pembelajaran siswa dilakukan secara
proses.
3. Metode Analisis Data.
Setelah data dikumpulkan dan direkap, selanjutnya untuk
menginterpretasikan data tersebut akan dianalisis dengan analisis kualitatif.
Adapun analisis kualitatif menjelaskan secara langsung dari observasi dan
wawancara serta hasil forum grup diskusi yang dilakukan secara langsung
sehingga diperoleh kesimpulan yang jelas.
G. Sistematika Penulisan.
Dalam upaya menghadirkan karya tulis dalam bentuk yang sistematis,
jelas dan terarah, maka disertasi ini diklasifikasi menjadi enam bab. Dimana
setiap bab merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan satu sama lainnya.
Berikut gambaran dari penjelasan masing-masing bab disertasi ini, yaitu:
Pada bab pertama, merupakan latar belakang problematika yang dikaji,
apakah implikasi teori multiple intelligences terhadap sistem manajemen
pembelajaran? Dalam bab ini juga terdiri dari beberapa sub bab seperti latar
belakang masalah, permasalahan masalah, penelitian terdahulu yang relevan,
tujuan penelitian, manfaat atau signifikansi penelitian, metodologi penelitian
dan sistematika penulisan.
Bab kedua ialah berisikan perdebatan akademik teori-teori multiple
intelligences serta sistem multiple intelligences, multiple intelligences theory
dalam dunia pendidikan dan pengajaran, hubungan multiple intelligences
theory dengan konsep fitrah dalam pendidikan Islam, kritik dan kelemahan
teori multiple intelligences.
Bab ketiga, berisikan sejarah jaringan sekolah Islam terpadu Indonesia,
profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dalam tinjauan teori
multiple intellegences system, tahapan pelaksanaan penerapan teori multiple
intelligences dalam pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta.
Bab keempat, multiple intelligences sebagai sistem sekolah unggul,
peran guru dalam multiple intelligences dan strategi mengajar, penilaian
berbasis proses.
Terakhir adalah bab kelima atau penutup, bab ini berisi tentang
kesimpulan dan saran-saran.
25
BAB II
MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE
INTELLIGENCES THEORY
Pada bab ini, dijelaskan tentang kerangka teori multiple intelligences
dalam pembelajaran. Dengan landasan-landasan teori ini, akan dikembangkan
teori yang sinkron berdasarkan teori-teori multiple intelligences dan
manajemen pembelajaran. Oleh karena itu, dalam beberapa sub bab ini, akan
dibahas tentang teori-teori multiple intelligences serta sistem multiple
intelligences, multiple intelligences theory dalam dunia pendidikan dan
pengajaran, hubungan multiple intelligences theory dengan konsep fitrah
dalam pendidikan Islam, kritik dan kelemahan teori multiple intelligences.
A. Sistem Multiple Intelligences
Untuk memperkuat perspektifnya tentang kognisi manusia, Howard
Gardner melahirkan teori multiple intelligences (kecerdasan majemuk), di
mana teori ini menyatakan bahwa kecerdasan seseorang tidak hanya diukur dari
hasil tes psikologi standar (Psycho test). Menurut teori Gardner ini kecerdasan
seseorang dapat dilihat dari dua aspek, yakni kemampuan menyelesaikan
masalah (problem solving) dan kreativitas (creativity) atau kemampuan
menciptakan produk yang bernilai budaya,1 di mana kedua hal ini didapatkan
seseorang dari perkembangan dan pengalamannya bukan karena faktor
kelahiran atau genetik atau bawaan semata.2 Teori multiple intelligences yang
dikenalkan Howard Gardner ini melengkapi teori kecerdasan sebelumnya di
mana kecerdasan tidak hanya dilihat secara verbal logika sepeerti halnya teori
kecerdasan IQ (Intellignece Quetient) Alfred Binet, teori kecerdasan EQ
(Emotional Quetient) Daniel Goleman, dan teori kecerdasan SQ (Spiritual
Quotient) yang dikenalkan oleh Steven Covey.
Dalam perspektif Islam antara IQ (Intellignece Quetient), EQ
(Emotional Quetient), dan SQ (Spiritual Quotient) memiliki kaitan yang erat
dan saling mempengaruhi serta memiliki tempat dan fungsi masing-masing.
IQ yang menempati tempat pada otak manusia berfungsi untuk memperoleh
pengetahuan secara nalar. Akal yang digunakan untuk berfikir akan
menciptakan pribadi yang unggul.3 Otak yang memiliki kemampuan yang luar
biasa ini baru bersifat potensi. Dan jika dikembangkan secara optimal dengan
mengetahui bagaimana cara kerjanya, maka akan tercapailah suatu kecerdasan
1 Thomas R. Hoerr, Becoming A Multiple Intelligences School (Alexandria, Virginia
USA: Association for Supervision and Curriculum Development ASCD, 2000), 2-3. 2 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), 54. 3 Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005), cet 1,
119-120. Lihat juga surat Ali-Imran:190-191
26
intelektual yang besar. Kecerdasan emosional (EQ) menurut Goleman
merupakan suatu dorongan untuk bertindak atau rencana dalam mengatasi
masalah. Dalam perspektif Islam, kecerdasan spritual (SQ) merupakan
kematangan iman yang tempatnya di hati berupa kesadaran tauhid yang akan
mengendalikan kecerdasan intelektul dan kecerdasan emosional. Seseorang
yang hatinya terkendali oleh nilai-nilai tauhid (keimanan), maka emosinya
akan stabil dan akhirnya akan berimbas pada kemampuan berfikir yang
optimal.
Jika dilihat dari perspektif Islam hal ini sesuai dengan hadits yang
menyatakan bahwa setiap anak yang lahir itu membawa fitrah atau potensi.
Lingkungannyalah (orang tuanya) yang kemudian membentuknya menjadi
seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Berdasarkan hadits ini maka fitrah
merujuk pada faktor kelahiran atau genetik atau bawaan. Sedangkan orang tua
merujuk pada faktor lingkungan atau pengalaman yang diterimanya dalam
proses perkembangannya.
Teori kecerdasan majemuk Gardner menemukan bahwa kecerdasan
manusia tidak terbatas hanya pada satu atau dua jenis-jenis kecerdasan tapi
multiple atau beragam (kata sifat jamak). Itulah mengapa dalam pandangan
Gardner kecerdasan manusia tidak hanya dinilai dari aspek kognitif atau
akademik saja. Riset yang dilakukan Gardner menemukan paling sedikit ada
sembilan jenis kecerdasan pada manusia, yakni kecerdasan linguistik,
kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musik,
kecerdasan gerak-badani/kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal.4 Berikutnya, pada tahun 1999, Howard Gardner menambahkan
adanya dua kecerdasan baru, yaitu kecerdasan naturalis atau lingkungan dan
kecerdasan eksistensial.5 Pembahasan lebih lanjut mengenai kecerdasan
majemuk Gardner ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kecerdasan Linguistik, menurut Gardner kecerdasan ini merupakan
kemampuan mengekspresikan daya pikir melalui rangkaian kata dan bahasa
dalam menghargai makna yang kompleks. Anak yang memiliki kecerdasan
linguistik dalam proses belajar mengajar akan lebih percaya diri ketika mereka
mampu mempertahankan posisi dalam berargumentasi. Mereka memiliki
peluang untuk mengetahui lebih dalam suatu pelajaran dari diskusi dengan
teman-temannya. Dari kebiasaan berdiskusi inilah yang akan membuka
peluang seseorang mengembangkan kecerdasan bahasanya. Anak yang
memiliki cerdas bahasa ini akan menjadi manusia yang hebat dengan
kemampuan bahasanya dan memiliki peluang berkarir sebagai penyair,
pengarang, pembicara, pengajar, jurnalis dan sebagainya.
4 Howard Gardner, Frame of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (New York:
Basic Books, 1983). 5 Howard Gardner, Intelligence Reframed: Multiple Intelligences (New York: Basic
Books, 1999).
27
2. Kecerdasan logis-matematis, merupakan kemampuan menyelesaikan
operasi-operasi matematis seperti berhitung, mengukur, dan menilai.
Kecerdasan ini dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam mengolah
angka-angka dan menggunakan logika.6 Strategi pembelajaran yang dapat
digunakan untuk anak dengan kecerdasan matematis logis ini dapat dilakukan
melalui proses penalaran dan berpikir dalam hubungan sebab akibat serta
melahirkan suatu hipotesis, menyusun keteraturan konseptual atau numerik,
dan sebagainya. Anak yang memiliki kecerdasan matematis logis ini akan
menjadi manusia yang hebat dengan kemampuannya ini dan memiliki peluang
berkarir sebagai ilmuwan, akuntan dan programer.
3. Kecerdasan visual-spasial, yaitu kecerdasan yang mencakup kemampuan
untuk memahami, mengubah dan mengkonstruksi aspek yang bersifat visual-
spasial. Anak dengan kecerdasan visual-spasial yang tinggi mempunyai dapat
memvisualisasikan sesuatu dengan begitu hidup dan membangkitkan kapasitas
tiga dimensi sebagaimana pelaut, pemahat, pelukis atau arsitek. Anak dengan
kecerdasan ini biasanya memiliki perilaku suka membuat coretan-coretan
lingkaran atau yang lainnya. Anak dengan kecerdasan visula-spasial yang
tinggi akan memiliki peluang berkarir sebagai arsitek, fotografer, dan insinyur
mesin, dan sebagainya.
4. Kecerdasan gerak badani atau kinestetik, sering disebut juga dengan
kecerdasan fisik yang mencakup bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan
keterampilan dalam menangani benda. Secara kognisi kecerdasan ini berawal
dari kontrol refleks dan gerakan-gerakan sukarelawan di mana inteligensi
kinestetik ini digunakan oleh tubuh mengubah tujuan menjadi aksi yang
menawan. Itulah mengapa anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki
peluang berkarir menjadi seorang atlet olahraga, penari, aktor dan pemain
pantomim, dan sebagainya. Dalam strategi pembelajaran, anak dengan
kecerdasan kinestetik ini akan menyukai proses pembelajaran yang banyak
mengakomodir gerak tubuh seperti berlari, memegang, menyentuh, dan
sebagainya.
5. Kecerdasan musikal, ciri dasar dari kecerdasan ini ialah kemampuan untuk
menangkap, menghargai dan menciptakan irama dan melodi melalui ritme dan
nada. Secara kognisi disebutkan bahwa di suatu tempat dalam benak kita,
terdapat ribuan ungkapan musikal yang menunggu isyarat untuk diaktifkan.
Modal inilah yang dikembangkan seorang musisi, komposer serta pembuat alat
musik untuk menciptakan nada-nada musik. Startegi pembelajaran yang dapat
digunakan untuk anak dengan cerdas musikal ini antara lain adalah melalui
metode bernyanyi atau nada-nada yang berirama.
6 Thomas Armstrong, 7 Kinds of Smart, Identifiying and Development Your Multiple
Intelligences (New York: New American Library, 1993), 85-86.
28
6. Kecerdasan interpersonal menurut Gardner merupakan kemampuan untuk
memahami dan berinteraksi dengan orang lain. Anak dengan kecerdasan
interpersonal yang tinggi memiliki kemampuan untuk peka dan tanggap
terhadap suasana hati, perasaan, perangai, dan hasrat orang lain. Termasuk
juga kemampuan untuk membentuk dan membina hubungan serta mengetahui
berbagai peranan yang terdapat dalam suatu kelompok, baik sebagai anggota
maupun pemimpin.7 Kecerdasan ini terlihat jelas pada orang-orang yang
memiliki kemampuan sosial yang baik seperti pemimpin organisasi, guru, ahli
terapi dan konselor. Strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk anak
dengan kecerdasan ini antara lain adalah melalui kegiatan kelompok, sosio
drama, dan sebagainya.
7. Kecerdasan intrapersonal, yaitu kemampuan untuk membuat persepsi yang
akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam itu dalam
merencanakan dan mengarahkan hidup.8
8. Kecerdasan naturalis mampu mengenali dan memahami flora dan fauna
dengan baik, menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang dengan baik.
Anak dengan kecerdasan ini menyukai kegiatan outdoor seperti camping,
hiking, memancing, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran mereka
menyukai aktifitas belajar di luar kelas untuk mengobservasi alam secara
langsung, serta senang mengoleksi benda-benda alam seperti batu-batuan, kulit
kerang dan sebagainya.
Teori multiple intelligences membawa implikasi perubahan terhadap
makna kecerdasan. Kecerdasan yang sebelumnya didefinisikan sebagai hasil
akhir dari sebuah proses ujian atau tes standar dan erat kaitannya dengan
intelligences question (IQ) seseorang yang pada akhirnya menjadi sebuah
labelisasi disability test, yaitu tes yang pada akhirnya digunakan untuk melihat
ketidakmampuan seseorang.9 Teori multiple intelligences atau kecerdasan
majemuk Gardner mengubah pandangan ini yang pada akhirnya memberikan
kontribusi besar terhadap dunia pendidikan menjadi sebuah strategi
pembelajaran untuk semua materi apapun. Namun dalam praktiknya umumnya
terdapat kesalahan pada sekolah yang menerapkan teori
multiple intelligences ini. Beberapa kesalahan tersebut antara lain adalah;
7 Psikolog asal Inggris, Nicholas Keynes Humphrey menyebut bahwa, inteligensi
sosial adalah hal yang paling penting dalam intelek manusia. Humphrey mengatakan bahwa
kegunaan kreatif dari pikiran manusia yang paling besar adalah mengadakan cara untuk
mempertahankan sosial manusia secara efektif. Lihat, Linda Campbell dan Bruce Campbell,
Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences (Depok: Intuisi Press, 2006),
172. 8 Sebagian besar peneliti percaya bahwa ketika kita lahir ke dunia, kecerdasan
intrapersonal telah berkembang dari sebuah kombinasi gen, lingkungan dan pengalaman.
Lihat, Linda Campbell dan Bruce Campbell, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences, 202. 9 Dicetuskan oleh Howard Gardner pada tahun 1983 di Harvard University.
29
bahwa Multiple Intelligences dianggap sebagai bidang studi dan tidak
diterapkan secara sistemik (komprehensif).10
Aplikasi teori multiple intelligences pada sistem manajemen sekolah
dilakukan melalui beberapa tahapan yakni: input, process dan output. Input,
adalah bahan masukan berupa peserta didik yang dominan kecerdasannya
diriset menggunakan multiple intelligences research, hasil riset tersebut
menghasilkan informasi gaya belajar (kecenderungan kecerdasan yang paling
dominan). Data informasi gaya belajar peserta didik menjadi penting untuk
dilanjutkan ke dalam process pembelajaran, di mana guru menggunakan
strategi mengajar multiple intelligences sesuai data hasil multiple intelligences
research.11 Penekanan strategi mengajar multiple intelligences adalah aktivitas
belajar cara belajar. Proses aktivitas belajar peserta didik dinilai menggunakan
prinsip penilaian berbasis proses. Penilaian berbasis proses sebagai output
penilaian kompetensi. Fokus utama aplikasi sistem multiple
intelligences dalam manajemen pembelajaran adalah bagaimana gaya
mengajar guru sama dengan gaya belajar peserta didik karena selama ini
kesulitan peserta didik dalam menerima pelajaran dikarenakan gaya mengajar
guru yang tidak sesuai dengan gaya belajar peserta didik.
Aplikasi sistem multiple intelligences dalam manajemen sistem
pembelajaran diterapkan dengan penekanan pada kinerja guru, tepatnya
sebelum pelaksanaan pembelajaran, yaitu pada tahap penyusunan rencana
pembelajaran guru melalui tahapan penguasaan strategi mengajar dengan
multiple intelligences, yaitu pemilihan modalitas belajar yang tepat dengan
memperhatikan kecerdasan siswa yang didapat melalui multiple intelligences
risearch (MIR), penguasaan teknik belajar cara belajar dan kemampuan
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Kelebihan aplikasi teori multiple
intelligences ini dalam manajemen pembelajaran antara lain dilakukan melalui
siklus pengawasan pembelajaran empat tahapan, di antaranya:
10 Sistemik penerapan teori multiple intelligences memiliki prasyarat pelaksanaan dan
syarat pelaksanaan. Prasayarat pelaksanaan adalah ketuntasan paradigma mengenai
kecerdasan. Sedangkan syarat pelaksanaan meliputi input-proses output. 11 Alamsyah Said, “Penerapan Hasil Riset Gaya Belajar Dalam Pengajaran Guru.
Penelitian Tindakan Sekolah”, GLC Indonesia, Jakarta, 2014.
30
2.1 Diagram Siklus Pengawasan Pembelajaran Sistem Multiple
Intelligences.12
Pola kerja siklus pengawasan manajemen pembelajaran merupakan
bagian dari proses sistem multiple intelligences, dan bagian ini sebagai inti atau
titik poin dari pelaksanaan mengajar menggunakan strategi multiple
intelligences. Dampak yang dihasilkan dari siklus pengawasan pembelajaran
adalah:
1. Guru menguasai perencanaan belajar dengan alat pengawasan lesson plan.
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran secara otomatis merupakan standar
operasional prosedur guru dalam mengajar.
3. Alur isi rencana pelaksanaan pembelajaran adalah: persiapan (preparation),
presentasi (presentation), praktek (practice), penampilan aktivitas
(performance).
Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan siklus pertama dari
sebuah proses pembelajaran yang profesional. Rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah perencanaan yang dibuat oleh guru sebelum mengajar.
Banyak sekali guru pada saat mengajar tidak membuat terlebih dahulu lesson
plan. Akan berbeda kualitas pembelajaran seorang guru yang diawali dengan
pembuatan lesson plan dibandingkan dengan guru yang tidak melakukan
persiapan rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum mengajar. Keuntungan
guru mengajar dengan menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran:
1. Rencana pengajaran pada jenjang kompetensi secara otomatis tercatat dan
dapat di arsip.
2. Dengan adanya record/arsip dari rencana pelaksanaan pembelajaran akan
menjadi bekal untuk guru yang bersangkutan menggunakannya dengan
penyempurnaan pada tahun berikutnya.
12 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition,
(Alexandria, Virginia USA: ASCD, 2009), 64-67.
Lesson plan
Konsultasi
Observasi
Feedback
31
3. Dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, kualitas guru akan terkontrol
dan tercatat (Management Quality Control). Tugas mengevaluasi kualitas
rencana pelaksanaan pembelajaran adalah konsultan atau supervisor atau
petugas yang ditunjuk.
4. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan siklus pertama dari sebuah
proses pembelajaran yang profesional.
5. Dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, akan dapat terukur kualitas
pembelajaran di kelas yang berhubungan dengan hasil prestasi akademik
siswa.
6. Dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru akan mempunyai waktu
perencanaan sebuah topik pembelajaran tentang bagaimana sebuah topik
disampaikan dengan baik dan menarik.
Dampak lain yang dihasilkan dari siklus pengawasan pembelajaran
multiple intelligences adalah: perubahan paradigma.
2.1 Tabel Perubahan Paradigma.13
Paradigma Lama Paradigma Baru
1. Konsep kalau guru mengajar
murid akan belajar.
1. Dengan guru mengajar belum
tentu murid belajar. Sebab
mengajar dan belajar adalah dua
proses yang berbeda.
2. Perencanaan mengajar
terletak pada bagaimana guru
mengajar kemudian murid
mengerti.
2. Perencanaan mengajar terletak
pada bagaimana murid bisa
mengerti, barulah merancang
bagaimana guru mengajar.
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta menerapkan
sistem multiple intelligences dengan terlebih awal melakukan pendidikan dan
pelatihan secara berjenjang dan berkesinambungan mengenai multiple
intelligences secara lengkap. Dan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta melakukan riset tentang kondisi peserta didik yang mendaftar ke
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, sehingga didapat data
yang cukup. Data tersebut merupakan masukan penting dan acuan bagi sekolah
dalam proses belajar mengajar. Dalam penerimaan calon peserta didik
digunakan multiple intelligences research yaitu sebuah riset untuk mengetahui
dominan kecerdasan dan gaya belajar siswa.
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta adalah sekolah
yang mempunyai konsep dan sistem secara komprehensif. Sekolah unggul (the
best school) menitikberatkan pada kualitas proses belajar, dan bukan pada input
13 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition, 64-67.
32
peserta didik. Paradigma sistem sekolah unggul (the best school) tidak
menerapkan seleksi tes masuk, artinya sekolah unggul mensyaratkan tingkatan
untuk disebut unggul, pertama: sekolah yang menerapkan tes standar masuk,
sebagai sekolah dengan tingkatan terendah, kedua: sekolah yang hanya
menerima anak-anak pintar dan bodoh, sebagai sekolah tingkatan rendah, dan
ketiga: sekolah yang menerima semua kategori sebagai sekolah tingkatan
tertinggi. Isyarat ini merujuk pada sekolah dengan tujuan dimensi kemanusiaan
dan berkeadilan (human for learning). Delapan pilar sekolah disebut unggul di
antaranya:
1. Desain kurikulum.
Desain kurikulum dikembangkan dari tiga pilar penting, di antaranya:
jasmani-ruhani, agama-akhlak, dan karakter. Penerapan kurikulum dengan
silabus. Penerapan kurikulum yang baik adalah dengan keseimbangan dua
muatan sebagai berikut:
1) Catalysis, menggali dan mengetahui apa yang diinginkan siswa, terdiri
dari:
a. Tema: Tema pembelajaran dari siswa.
b. Pemilihan Tema: Siswa memilih sendiri tema yang akan
dipelajarinya.
2) Challenge, memberi tantangan anak untuk mengetahui hal-hal yang
baru.
a. Guru menentukan tema pembelajaran
2. Agent of Change.
Sekolah yang berperan sebagai agen pengubah kondisi siswanya dari
kondisi negatif menjadi kondisi positif.
3. The Best Process.
Belajar yang berkualitas dan menyenangkan untuk semua kondisi.
Strategi mengajar multiple intelligences menekankan apda sebuah
kesamaan antara gaya menagajr guru dengan gaya belajar peserta didik.
4. The Best Teachers.
Penekanan pada kualitas guru sebagai kunci keberhasilan pendidikan
dan pengajaran. Kualitas guru terindikasi dengan dalam momen mengajar
dengan bertindak sebagai fasilitator ketika peserta didik belajar, terindikasi
sebagai katalisator, ketika peserta didik mengalami proses aktivitas belajar.
Guru katalisator adalah guru yang mampu mempercepat proses pemahaman
peserta didik. Bagi peserta didik dengan kecepatan belajar normally learner
menjadi lebih cepat paham, peserta didik dengan kategori belajar lambat
(slow learner) menjadi mudah paham. Indikasi beriktunya adalah open
mind. Guru memiliki idealitas belajar untuk memenuhi ruang-ruang
kognisinya dan the best teacher terindikasi dengan komitmen. Termasuk
komitmen meningkatkan kualitas sebagai guru, memiliki sikap kasih
sayang dan penuh Perhatian, dan kaya strategi mengajar.
33
5. Active Learning.
Model pembelaajran yang dikembangkan sekolah unggul adalah
menekankan pada keaktififan peserta didik sat belajar.
6. Applied Learning.
Sekolah mengaitkan materi belajar dengan kehidupan nyata sehari-
hari, sehingga siswa tidak hanya belajar konsep-konsep abstrak tetapi
pembelajaran yang langsung diaplikasikan.
7. Management Control.
Sekolah yang mempunyai siklus kontrol dalam proses pembelajaran,
mulai dari perencanaan mengajar, konsultasi, observasi kelas dan analisa
perbaikan yang dilakukan secara kontinyu.
8. Sistem multiple intelligences.
Input peserta didik dengan data hasil riset gaya belajar (multiple
intelligences research), proses pembelajaran guru dengan apersepsi dan
menggunakan strategi multiple intelligences sesuai hasil riset gaya belajar
(multiple intelliegnces research) dan dengan teknik penilaian autentik atau
penilaian berbasis proses aktivitas belajar.
Banyak orang termasuk guru, pengelola pendidikan, orangtua peserta
didik, pengawas sekolah, masyarakat termasuk pengambil kebijakan bidang
pendidikan menyebut bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang peserta
didiknya adalah lulus masuk tes akademik, memiliki ranking akademik yang
tinggi, serta selektif dan berstandar akademik tinggi dalam penerimaan peserta
didik baru. Kenyataan tersebut di atas berbanding terbalik dengan konsep
sekolah unggul dalam konteks dimensi kemanusiaan dan berkeadilan (human
for learning).
Sekolah diharapkan berkomitmen untuk mengembangkan pemahaman
peserta didik yang mendalam dalam beberapa disiplin inti. Hal ini mendorong
peserta didik menggunakan pengetahuan itu untuk memecahkan masalah-
masalah dan menyelesaikan tugas-tugas yang mereka hadapi dalam
masyarakat luas. Pada saat yang sama, sekolah berusaha untuk mendorong
perpaduan unik dari kecerdasan-kecerdasan masing-masing peserta didik.
Menilai perkembangan peserta didik secara teratur dengan cara-cara adil dan
cerdas pula.14
Implikasi dari teori multiple intelligences jauh melampaui pengajaran
kelas. Pada intinya, teori multiple intelligences tidak kurang suatu perubahan
mendasar dalam cara sekolah-sekolah distruktur. Hal ini memberitahukan
kepada para pendidik dimana pun pesan yang kuat, bahwa peserta didik yang
datang ke sekolah setiap pagi hari memiliki hak untuk diberi pengalaman-
pengalaman yang mengaktifkan dan mengembangkan semua kecerdasan
14 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition, 131.
34
mereka. Selama hari sekolah normal, setiap peserta didik harus berhadapan
dengan pelajaran, latihan, proyek atau program yang berfokus pada
pengembangan kecerdasan peserta didik masing-masing, bukan hanya untuk
kemampuan verbal dan logis yang standar yang selama puluhan tahun telah
dijunjung tinggi di atas segala bentuk potensi manusia.15
Sekolah adalah kumpulan para peserta didik yang sedang mengalami
proses belajar dalam dimensi bertumbuh dan berkembang.16 Penting sekali
mengenali dan mengembangkan semua kecerdasan manusia yang bervariasi
(keanekaragaman kecerdasan). Setiap peserta didik berbeda terutama karena
semuanya memiliki kombinasi yang berbeda dari kecerdasan-kecerdasan itu.17
Hampir 80 tahun setelah tes kecerdasan pertama dikembangkan,18 teori
multiple intelligences memiliki cakupan yang luas mengenai lingkup potensial
manusia di mana melebihi batas-batas skor intelligence question (IQ). Psikolog
kini telah meredefinisi kecerdasan, sebagai kapasitas/kemampuan
memecahkan masalah-masalah dan menciptakan produk-produk dan karya-
karya yang bernilai budaya, atau kemampuan melakukan tindakan kreatif
(produk kreatif).
Sekolah unggul adalah sekolah yang para gurunya mampu menjamin
semua peserta didik akan dibimbing kearah perubahan yang lebih baik dalam
arti lain. Guru mampu mengubah kualitas akademis dan moral peserta didik
dari yang awalnya nakal, malas, menjadi positif. Resiko bagi pengurus sekolah
yang mengklaim sebagai sekolah unggul adalah mau menerima semua peserta
didik apa adanya tanpa diskriminasi dan tanpa menerapkan test seleksi. Sebab,
setiap anak memiliki keunikan (unique) terhadap belajar, memiliki bakat
15 Thomas Armstrong, Kecerdasan Multiple di dalam Kelas. Edisi Ketiga (Jakarta:
Indeks, 2013), 129.
16 Ekosistem yang ada dalam komunitas sekolah adalah manusia. Manusia dengan
segala fitrah, potensi kecerdasan, minat dan bakat mengalami fase belajar dalam dimensi
tumbuh dan kembang. Namun, mencari sekolah yang benar-benar memfasilitasi fitrah, potensi
kecerdasan, minat dan bakat dalam masa belajar sangatlah sulit. Sekarang ini, banyak sekali
sekolah yang bukannya membangun keunggulan peserta didik melainkan membunuh banyak
potensi-potensi yang ada pada peserta didik. Mayoritas sekolah di Indonesia tidak menghargai
kecerdasan yang dimiliki peserta didik sebagai siswanya. 17 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences di dalam Kelas. Edisi Ketiga, 45. 18 Tes kecerdasan pertama dikembangkan oleh Alfred Binet pada tahun 1905 di
Perancis. Tujuan tes kecerdasan (tes IQ) adalah untuk menentukan siswa kelas dasar mana
yang “beresiko” untuk gagal. Sehingga, para siswa tersebut bisa mendapatkan perhatian
khusus untuk memperbaikinya. Tes kecerdasan pertama kemudian diimpor ke Amerika
Serikat. Beberapa tahun kemudian, tes kecerdasan menjadi tersebar luas, begitu pula gagasan
ada sesuatu yang disebut “kecerdasan” yang dapat diukur secara objektif, dan dipersingkat
menjadi satuan angka atau yang disebut skor/nilai “IQ”.
35
(talent) dan memiliki kemampuan (ability).19 Karena, prinsip dasar yang
digunakan oleh sekolah unggul adalah tidak ada siswa yang bodoh. Sekolah
yang dijadikan model pendidikan pada dasarnya adalah sekolah yang berbasis
pada konsep tumbuh kembang manusia (human) sesuai fitrah kemanusiaannya.
B. Multiple Intelligences Theory dalam Dunia Pendidikan dan
Pengajaran.
Sejak pertama kali teori multiple intelligences diperkenalkan, para
guru-guru mengalami dampak akibat implikasi penerapan teori multiple
intelligence. Para guru bergulat (grappling) secara pemikiran dan aplikatif
dalam sistem pengajaran dan paradigmanya. Aplikatif dalam sistem
pengajaran multiple intelligences lebih menekankan pada kemampuan dan
keahlian guru dalam menggunakan kreatifitas pengajarannya, kreatifitas
karyanya terhadap media-media pembelajaran di dalam kelas. Hal ini terjadi,
dikarenakan guru-guru terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami
karakteristik-karakteristik dari setiap jenis-jenis kecerdasan. Hal ini penting
untuk menilai jenis kecerdasan siswa.20
Dalam lingkup pendidikan, belajar diidentikkan dengan proses
kegiatan sehari-hari siswa di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks.
Kompleksitas belajar dapat dipandang dari dua subjek, yaitu siswa dan guru.
Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses
mental dalam menghadapi bahan belajar. Sedangkan dari sisi guru, belajar itu
dapat diamati secara tidak langsung. Artinya, proses belajar yang merupakan
proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru.
Proses belajar “tampak” lewat perilaku siswa dalam mempelajari bahan ajar.
Perilaku belajar itu tampak pada tindak-tindak hasil belajar. Oleh karena itu,
belajar adalah “perubahan tingkah laku lebih merupakan proses internal siswa
dalam rangka menuju kematangan.”21
Secara sederhana, istilah pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk
membelajarkan seseorang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai
strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah
direncanakan. Dengan demikian, berbagai upaya pembelajaran memiliki
banyak usaha untuk secara taktis merangsang seseorang siswa agar bisa belajar
dengan baik sesuai dengan karakteristik anak atau siswa.
19 Thomas Armstrong, In Their Own Way: Discovering and Encouraging Your
Child’s Multiple Intelligences. Revised and Update (New York: Penguin Putnam Inc, 2000),
2. 20 Walter McKenzie, Multiple Intelligences and Instructional Technology. Second
Edition (Washington, DC, USA: International Society for Technology in Education ISTE,
2005), 11. 21 Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, Tadzkirah Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) Berdasarkan Pendekatan Kontekstual (Jakarta: Grafindo, 2005), 7-8
36
Mengenai penerapan teori kecerdasan jamak telah banyak dikaji dan
diulas baik dalam bentuk buku maupun jurnal-jurnal hasil penelitian yang telah
dilakukan, di antaranya:
2.2 Tabel Penerapan Teori Kecerdasan Majemuk.
No Judul Buku
dan Jurnal Bahasan
1.
Multiple
Intelligences:
The Theory in
Practice.
Implikasi praktis multiple intelligences
melahirkan gagasan yang kuat bahwa ada
kapasitas manusia yang terpisah, namun dapat
saling bersinergi membentuk kompleksitas
kecerdasan. Multiple intelligences pada manusia
didasari dari area-area pada lobus otak, dan
masing-masing saling berdiri sendiri, walau
berdiri sendiri dapat bekerja secara bersama
melalui proses belajar.22
2.
Multiple
Intelligences Go
to School
Educational
Implications of
the Theory of
Multiple
Intelligences.
Menurut Howard Gardner, setiap manusia
memiliki delapan bentuk kecerdasan dan relatif
independen satu sama lain. Berbagai kecerdasan
terbaik dinilai melalui cara kontekstual.
Sebuah aplikasi teori multiple Intelligences yang
diriset pada kelompok anak usia dini, umur 4 dan
5 tahun, di mana anak menunjukkan profil
kekuatan dan kelemahan.23
3
Multiple
intelligences
Theory, Action
Research and
Teacher
Professional
Development:
The Irish
Laporan isi jurnal ini adalah menyajikan temuan
dari sebuah proyek penelitian penerapan multiple
intelligences di sekolah dan ruang kelas. Ini
menunjukkan bagaimana teori multiple
intelligences digunakan untuk menghasilkan
praktik kelas, bagaimana guru berpartisipasi,
dievaluasi proyek; dan bagaimana guru
menanggapi pengalaman profesional. Guru
22 Howard Gardner, Multiple Intelligences: The Theory In Practice (New York: Basic
Books, 1993). 23 Howard Gardner and Thomas Hatch, “Multiple Intelligences Go to School:
Educational Implications of the Theory of Multiple Intelligences”, American Educational
Research. Vol. 18, No. 8 (Nov., 1989), pp. 4-10 (Accessed: 16/09/2015). Laporan jurnal
tersebut merekomendasi aplikasi teori multiple intelligences dalam pendidikan. Howard
Gardner mengangankan sebuah sistem pendidikan yang akan membantu menerbitkan
generasi-generasi muda yang mampu menantang masa depan, dengan tetap memelihara tujuan
tradisional pendidikan humanis.
37
Multiple
Intellgences
Project.
melaporkan hasil siswa yang sukses termasuk
minat dan motivasi, ingat yang lebih baik dan
pemahaman yang lebih dalam, pencapaian yang
lebih tinggi, meningkatkan harga diri, dan lebih
menyenangkan dan pengalaman kelas
menyenangkan. Untuk guru sendiri, proyek
adalah sebuah tantangan. Mereka membutuhkan
lebih banyak waktu, ketekunan, lebih
kolegialitas, dan lebih perencanaan dukungan
manajemen.24
4
Multiple
intelligences:
Gardner’s
Theory,
Practical
Assessment,
Research and
Evaluation.
Usulan agar teori multiple intelligences
dimasukkan ke dalam kurikulum Sekolah Dasar.
Mengingat definisi kecerdasan teori multiple
intelligences adalah sebagai kapasitas untuk
memecahkan masalah dan memperoleh produk
yang bernilai budaya.25
5.
Playing with the
multiple
intelligences
How Play Helps
Them Grow.
Teori multiple intelligences dalam proses
pengajaran guru mampu meningkatkan
keterampilan dan menguatkan bakat alami anak.
Strategi mengajar sesuai multiple intelligences
membuat anak tajam dalam penguatan
keterampilan dan bakat.26
6.
The Effects of
Multiple
intelligences
Theory Based
Teaching on
Students
Teori multiple intelligences jika diterapkan dalam
proses belajar lebih efektif dibanding dengan pola
pengajaran guru yang tradisional. Peserta didik
dapat lebih berhasil secara akademis melalui
pengajaran berbasis multiple intelligences.27
24 Joan Hanafin, “Multiple intelligences Theory, Action Research, and Teacher
Professional Development: The Irish MI Project”, Australian Journal of Teacher Education,
Vol. 39, Issue 4 Article 8 (2004) (Accessed: 16/09/2015). 25 Brualdy Timmins and Amy C, “Multiple intelligences: Gardner’s Theory, Practical
Assessment, Research & Evaluation,” Vol. 5, No. 10 (1996), 10,
Http://pareonline.net/getvn.asp?v=5&n=10 (Accessed: 17/09/2015). 26 Eberle, G. Scott, “Playing with the Multiple Intelligences How Play Helps Them
Grow”, American Journal of Play, Vol. 4, Number 1, (2011) (Accessed: 16/09/2015). 27 Sibel G. Yalmanci and Ali Ibrahim, “The Effects of Multiple Intelligences Theory
Based Teaching on Students Achievement and Retention of Knowledge”, International
Journal on New Trends in Education And Their Implication, Vol. 4, Issue: 3 (July 2013),
Article: 04 ISSN 1309-6349 (2013), Www.ijonte.org/FileUpload/ks63207/File/04.yalmanci
(Accessed: 16/09/2015).
38
Achievement
and Retention of
Knowledge.
7.
Learning Styles
and Multiple
intelligences in
Students.
Praktek mengajar sesuai gaya belajar (multiple
intelligences) membantu peserta didik
memproses informasi dengan baik saat mereka
belajar.28
8.
In Their Own
Way:
Discovering and
Encouraging
Your Child’s
Multiple
Intelligences
Setiap anak memiliki keunikan masing-masing
dalam belajar dan memproses pengetahuan, ini
merupakan hadiah dalam proses tumbuh
kembang manusia (human growth). Setiap anak
memiliki bakat (talent) dan kemampuan (ability).
Faktanya, banyak anak yang dengan keunikannya
diberi label sebagai Atention Deficit Disorder
atau ADD dan Atention Deficit Hyperactivify
Disorder atau ADHD, kesulitan belajar atau
learning disabled, kesulitan belajar bahasa
(dyslexic), kesulitan belajar angka (dyscalculia)
atau singkatnya karena mengalami tidak
berprestasi secara akademik (simply as
underachievers).29
9.
Multiple
Intelligences in
the Elementary
Classroom
Teori multiple intelligences merupakan gagasan
perubahan terhadap kecerdasan tunggal (IQ).
Terdapat tiga hal yang siginifikan yang
dikandung teori multipe intelligences dengan
kecerdasan tunggal atau IQ, yaitu: 1). Kecerdasan
bersifat jamak dan tidak hanya satu jenis
kecerdasan, 2) Kecerdasan seseorang
diekspresikan melalui aktivitas atau
performance, hasil karya atau product, gagasan
atau idea, kecerdasan tidak dinyatakan dalam
bentuk nilai hasil test. dan, 3) kecerdasan
dihasilkan melalui ekspresi kebudayaan
seseorang.30
28 Manner, M. Barbara, “Learning Styles and Multiple Intelligences in Students”,
Journal of College Science Teaching, NSTA, 2001 (Accessed: 16/09/2015). 29 Thomas Armstrong, In Their Own Way: Discovering and Encouraging Your
Child’s Multiple Intelligences. Revised and Update, 2. 30 Baum Susan, Julie Viens, and Barbara Slavin, Multiple Intelligences in the
Elementary Classroom. A Teacher’s Toolkit (New York and London: Teacher Collage,
Columbia University, 2005), 10
39
10.
Multiple
Intelligences
and Leadhership
Pertanyaan tentang kecerdasan dalam
kepemimpinan (leadership). Individu yang
menyukai dan memiliki jiwa kepemimpinan
(leadership) akan sangat efektif dalam
kepemimpinannya. Sebuah studi yang dilakukan
pada tahun 1920 sampai 1930, menyebut
kecerdasan berkontribusi terhadap
kepemimpinan seseorang, sebagaimana studi
yang dilakukan Edward Thorndike yang
dilaporkan oleh Ronald E. Riggio, Susan E.
Murphy, and Francis J. Pirozzolo. Sebelum teori
multiple intelligences dimunculkan tahun 1983,
telah banyak penelitian-penelitian mengenai
kecerdasan yang berhubungan dengan
representasi mental. Sebagai contoh, Edward
Thorndike pada tahun 1920 mendefinisikan
kecerdasan sosial sebagai upaya untuk mengukur
level mental sosial seseorang.31
11.
Multiple
Intelligences
Around The
World
Howard Gardner dan Thomas Armstrong telah
banyak berkecimpung dalam aplikasi teori
multiple intelligences dalam dunia pendidikan
dan pengajaran, bahkan diaplikasikan dibanyak
negara (around the world). Teori multiple
intelligences dijadikan konsep dasar dalam proses
pendidikan dan pengajaran. Di negara-negara
yang menggunakan konsep multiple intelligences
telah mendeskripsikan, menganalisis,
mengevaluasi dan mensistesis sesuai kearifan
lokal kebudayaan dimasing-masing negara.
Aplikasi multiple intelligences memperbaiki
(improve) pendidikan semua siswa (students).
Banyak orang yang akhirnya menemukan
pekerjaan sesuai kepandaiannya (diligently),
sesuai kecerdasan dominannya setelah
mengaplikasikan multiple intelligences.32
11. Penerapan Teori
Kecerdasan
Piping Sugiharti hasil penelitian menyebutkan
bahwa metode pengajaran fisika yang kreatif dan
31 Ronald E. Riggio, Susan E. Murphy, and Francis J. Pirozzolo, Multiple Intelligence
and Leadership (New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers, 2002), 3. 32 Jie-Qi, Seana Moran, Howard Gardner, Multiple Intelligences Around The World
(Editors by Howard Gardner), (San Fransisco CA 94103-1741: Jossey-Bass A. Wiley Imprint,
2009), 2.
40
Jamak dalam
Pembelajaran
Fisika.
aplikatif berdasarkan penerapan teori multiple
intelligences dapat meningkatkan aktivitas dan
rasa senang para peserta didik terhadap mata
pelajaran fisika. Proses pembelajaran fisika yang
menarik dan menyenangkan sesuai dengan
kecerdasan yang dimiliki peserta didik.
Penerapan multiple intelligences dalam
pengajaran guru mampu meningkatkan minat dan
kreatifitas peserta didik.33
12.
95 Strategi
Mengajar
Multiple
Intelligences.
Mengajar Sesuai
Cara Kerja Otak
dan Modalitas
Belajar Siswa.
Peserta didik bodoh itu mitos, sebab sepanjang
anak terlahir dengan fungsi otak yang sehat
(medis), maka saat itu pula anak memiliki
kemampuan mengolah kecerdasan, dan dengan
proses belajar yang sesuai dengan jenis multiple
intelligences, anak akan senang, aktif belajar
sehingga anak mudah memahami materi yang
dilihat dari hasil penilaian autentik.34
13. Sekolahnya
Manusia.
Paradigma salah kaprah menyebut sekolah
unggul adalah sekolah favorit, yaitu sekolah yang
menerima calon peserta didiknya dengan seleksi
ketat, yang pandai berhak masuk dan yang bodoh
tidak diterima. Sekolah yang baik dan benar
adalah, sekolah yang manusiawi dalam
pandangan sekolahnya manusia adalah sekolah
yang menerima input peserta didiknya dengan
segala kondisi (termasuk calon peserta didik
dengan hambatan belajar).35
14.
Sekolah Anak-
Anak Juara.
Berbasis
Kecerdasan
Jamak dan
Pendidikan
Berkeadilan.
Menegaskan dengan disertai fakta-fakta empiris
berdasarkan riset dan pengalaman, bahwa
kecerdasan seseorang sangat beranekaragam dan
seorang dengan kemampuan IQ yang biasa-biasa
saja dapat meraih kesuksesan hidup. Buku ini
menjelaskan bahwa siswa yang rendah kognitif
33 Piping Sugiarti. “Penerapan Teori Multiple Intelligences Dalam Pembelajaran
Fisika”, Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. 2, No. 05/Th.IV/Desember 2005 (Accessed:
16/09/2015). 34 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple
Intelligences Mengajar Sesuai Cara Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2015) 35 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di
Indonesia (Bandung: Kaifa Learning, 2009).
41
namun tinggi bidang psikomotorik dan afektif
cenderung tidak dianggap dalam dunia sekolah.36
15.
Multiple
Intelligences in
the Calssroom.
Teori multiple intelligences tidak hanya dalam
kaitannya dengan belajar mata pelajaran
akademik, tetapi perilaku, manajemen kelas, dan
kehidupan secara umum. Anda tidak akan pernah
melihat pendidikan dengan cara yang sama.
Mempraktekkan multiple intelligences dalam
pembelajaran guru di kelas sesuai dengan jenis-
jenis kecerdasan jamak peserta didik. Metode
pengajaran yang kreatif adalah hal yang sangat
direkomendasikan agar pembelajaran guru di
kelas mudah diterima peserta didik.37
Dalam sejarah perkembangan teori-teori pendidikan sampai pada abad
ke-20, menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih bersifat pengembangan
manusia. Trend yang mengarah pada teori pendidikan yang berbasis pada
manusia sesuai fitrah neurosains manusia.38 Ini singkron dengan kemunculan
dan perkembangan teori-teori pendidikan (learning theory) yang diawali dari
teori behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, dan teori humanistik.
Berikut ini beberapa penjelasan tentang ini, yaitu:
1. Telaah teori-teori belajar (learning theory) yang diawali teori behaviorisme
memberikan asumsi filosofis bahwa manusia tumbuh secara alami (nature
of human being) dan perubahan tingkah laku manusia sebagai hasil dari
36 Munif Chatib dan Alamsyah Said, Sekolah Anak-Anak Juara. Berbasis Kecerdasan
Jamak dan Pendidikan Berkeadilan (Jakarta: Kaifa, 2012). Buku ini menegaskan bahwa setiap
anak juara sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. Dengan mengisahkan pengalaman
empiris penulis buku Sekolah Anak-Anak Juara ingin menekankan kecerdasan otak, dan tidak
ada ciptaan Allah yang gagal. Semua manusia adalah penciptaan terbaik dan karya Maha
Agung Allah. 37 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition. Thomas
Arsmtrong memberikan review dari dasar-dasar teori multiple intelligences. Armstrong
memberikan contoh yang tak terhitung tentang bagaimana setiap kecerdasan dapat digunakan
di dalam kelas, serta bagaimana mereka kecerdasan dapat dinilai. Thomas Armstrong juga
menyediakan ide-ide tentang apa yang harus disertakan dalam portofolio multiple intelligences
dan bagaimana menilai belajar masing-masing siswa melalui kecenderungan yang unik
intelektual mereka. 38 Taruna Ikrar, Ilmu Neurosains Moderen (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2015). Jika
dilihat dan dicermati dengan seksama, teori-teori pendidikan sejak dahulu hingga sekarang
mengalami perluasan maknawi terhadap objek pendidikan, di mana manusia dipandang secara
luas dengan melibatkan unsur neurobiologis. Ketika awal teori pendidikan dalam proses
belajar hanya menekankan sebagai proses mekanistik saja, maka pada era milenium proses
belajar telah melibatkan representasi mental, fungsi kerja otak secara neurosains dan
melibatkan unsur pancainderawi tubuh.
42
pengalaman. Teori behaviorisme dengan model hubungan stimulus-
responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman. Penguatan yang dimaksud adalah
belajar. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon.39
2. Teori belajar kognitivisme.
Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar
yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini
telah memberikan kontribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau
mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran
behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat
mekanistik antara stimulus dan respon, aliran kognitif memandang
kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan respon yang bersifat
mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan
mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Oleh karena
itu, menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif
untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Sehingga
perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa
melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan
lain sebagainya.
3. Teori belajar konstruktivisme.
Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual. Teori
belajar konstruktivisme berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar,
yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga
dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi
dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.
Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau
perbuatan.40 Adapun konstruktivisme yang dibangun atas dasar interakasi
sosial merupakan proses belajar bagi anak yang dilakukan dalam interaksi
dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam
belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang.41
39 Slavin, R.E, Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition (Boston:
Allyn and Bacon, 2000), 143. 40 Diungkapkan oleh Jean Piaget. Jean Piaget adalah seorang filsuf, ilmuwan,
dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-
anak dan teori perkembangan kognitifnya. Jean Piaget adalah juga perintis besar dalam
teori konstruktivis tentang pengetahuan. 41 Dirumuskan oleh Vygotsky, psikolog asal Rusia yang dikenal atas kontribusinya
dalam teori perkembangan anak. Konsep ini menerangkan bahwa dalam proses pembelajaran
seorang anak ada sebuah area dimana anak tersebut harus diberikan bantuan eksternal untuk
dapat belajar hal yang baru sedangkan ada area lain dimana anak tersebut dapat belajar mandiri
tanpa dibantu.
43
Belajar adalah proses aktif peserta didik dalam mengkonstruksi arti,
wacana, dialog, pengalaman fisik. Dalam proses belajar tersebut, terjadi
proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang
sudah dipelajari. Prinsip dalam pembelajaran teori konstruktivisme
adalah:42
a. Pertanyaan dan konstruksi jawaban peserta didik adalah penting.
b. Berlandaskan beragam sumber informasi materi dapat dimanipulasi
peserta didik.
c. Pendidik lebih bersikap interaktif dan berperan sebagai fasilitator dan
mediator.
d. Program pembelajaran dibuat bersama peserta didik.
e. Strategi pembelajaran, student-centered learning , dilakukan dengan
belajar aktif, belajar mandiri, kooperatif dan kolaboratif.
Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan
dalam belajar mengajar adalah:
a. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik sendiri.
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke peserta didik,
kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c. Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep ilmiah.
d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
konstruksi berjalan lancar.
e. Menghadapi masalah yang relevan dengan peserta didik.
f. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan.
g. Mencari dan menilai pendapat peserta didik.
h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan peserta didik.
4. Teori belajar humanistik
Linieritas perkembangan teori-teori belajar mengarah pada humanistik
dan mengerucut secara spesifik pada pembelajaran berbasis manusia,
sesuai fitrah dan fungsi otak yang menjadi mesin kecerdasan manusia.
Fitrah sebagai makhluk Allah Swt yang paling sempurna diwujudkan dari
kemampuan proses belajar manusia. Sejak pada usia awal pertumbuhan
dan perkembangan manusia, respon terhadap belajar dapat diakses melalui
otak sebagai mesin kecerdasan. Diawali dari pertumbuhan dan
perkembangan kemampuan sosial emosional yang berada pada area system
limbic dan spiritualitas pada area temporal lobus dan kemampuan kognitif
pada area cortex cerebri,43 yang diakses melalui kinestetik pada area
42 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan pembelajaran dan Konsep Dasar (Bandung:
Rosda, 2011). 18. 43 Taufiq Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ. Menyingkap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan
Alquran dan Neurosains Mutakhir (Bandung: Mizan, 2008), 120-121.
44
cerebellum dan motor korteks,44 dan juga diakses secara visual spasial dan
seni masing-masing pada area hemisfer kanan bagian belakang, lobus
occipital dan lobus temporal bagian kanan.45
Gaya belajar yang terdiri dari kecerdasan logis matematis, kecerdasan
linguistik, kecerdasan musik (seni), kecerdasan spasial visual, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan kinestetik dan
kecerdasan naturalis serta modalitas belajar yang terdiri dari auditori,
visual, psikomotorik, dan taktil, yaitu dua kelompok besar aplikasi teori
multiple intelligences dalam pengajaran di sekolah. Sistem aplikasi diawali
dari input penerimaan peserta didik baru.
Ditengarai bahwa tidak ada sekolah multiple intelligences “resmi” dan
tidak ada lembaga akreditasi untuk menjamin bahwa sebuah sekolah yang
menggunakan pendekatan dan strategi multiple intelligences mengikuti
seperangkat standar yang sudah disetujui. Sekolah yang berbeda menerapkan
multiple intelligences dengan cara yang berbeda.46 Ini menegaskan bahwa ada
banyak cara untuk mengambil teori multiple intelligences dan menerapkannya
pada berbagai seting. Meski demikian, tidak berarti segala cara dihalalkan
dalam sekolah multiple intelligences. Ada banyak cara di mana multiple
intelligences bisa diguakan dalam nama tapi keliru diterapkan dalam semangat.
44 Daniel G. Amen, Changes Your Life Changes Your Brain. Mengoptimalkan Fungsi
Otak untuk Hidup yang Lebih Baik dan Lebih Sehat (Jakarta: Qonita, 2009), 34. 45 Daniel G. Amen, Changes Your Life Changes Your Brain. Mengoptimalkan Fungsi
Otak untuk Hidup yang Lebih Baik dan Lebih Sehat, 15-20.
46 Sebagai contoh: Key Renaisance Learning Community di Indanapolis, Indiana,
Amerika Serikat adalah sekolah dengan pengalaman terlama dalam menggunakan multiple
intelligences, menggunakan berbagai jenis struktur organisasi untuk menyelipkan teori
multiple intelligences ke dalam kurikulum. Para guru mengembangkan dua tema setiap tahun
dalam berbagai topik yang melibatkan semua kecerdasan.The Key School juga menilai
kemajuan peserta didik berdasarkan multiple intelligences, membuat peserta didik menyiapkan
portofolio hasil karya mereka melalui semua bentuk kecerdasan dan menggunakan laporan
kemajuan khusus yang menilai kedelapan kecerdasan. The Key School juga menggabungkan
unsur-unsur pembaruan sekolah dari ahli teori pendidikan yang lain. Di Cascade Elementry
School, di Marysville, Washington, memperkaya penggunaan multiple intelligences dengan
menciptakan kegiatan khusus dalam ruang kelas bagi masing-masing kecerdasan. Di mana
kelas-kelas khusus itu diberi nama berdasarkan orang-orang ternama yang menonjol dalam
masing-masing area, seperti: Mother Teresa Center (kecerdasan interpersonal), Emily
Dickinson (kecerdasan intrapersonal) William Shakespere Center (Kecerdasan linguistik),
dan Pablo Picasso Center (kecerdasan spasial). Dalam satu tahun ajaran, para peserta didik
mempunyai peluang untuk terlibat dalam kegiatan di semua pusat. Di Kent Garden Elementry
School di McLean, Virgina, peserta didik kelas enam memenuhi ruang penemuan praktek
pusat ide untuk menjelajahi multiple intelligences. Hal tersebut merupakan contoh dari sekian
banyak cara penggabungan multiple intelligences ke dalam program sekolah atau kelas. Lihat,
Thomas Arsmtrong, Setiap Anak Juara: Panduan Membantu Anak Belajar Dengan
Memanfaatkan Multiple Intelligences, 239.
45
Sebuah sekolah atau kelas bisa kelihatan seperti program multiple
intelligences, dengan banyak poster, lagu dan kegiatan multiple intelligences
yang dilibatkan, tetapi tidak benar-benar menyentuh inti teori multiple
intelligences. Ini merupakan salah penerapan teori multiple intelligences.47
Teori kecerdasan jamak yang dikenalkan tidak terlepas dari penelitian-
penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan sebelumnya pada proyek
zero tahun 1967 mengkhususkan kepada kajian sistematis pemikiran artistik
dan kreativitas dalam seni, serta humanistik dan disiplin ilmu baik ditingkat
individu maupun kelembagaan.48 Ilmuwan Universitas Harvard yang berlatar
belakang ilmu psikologis klinis, psikologi, sosiologi dan antropologi,
memunculkan istilah multiple intelligences yang kemudian dikembangkan
menjadi multiple intelligences theory melalui penelitian yang rumit melibatkan
antropologi, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, fisiologi
hewan dan neuroanatomi. Secara garis besar, teori kecerdasan jamak lahir dari
aplikasi ilmu-ilmu terapan dalam domain psikologi dan neurosains.49
Implikasi teori kecerdasan jamak dalam pendidikan bagi pendidik
adalah, multiple intelligences melihat anak sebagai individu yang unik.
Pendidik akan melihat bahwa ada berbagai variasi dalam belajar, yang setiap
variasi menimbulkan konsekuensi dalam cara pandang dan evaluasinya. Dasar
pemikiran untuk menggunakan konsep multiple intelligences dalam kurikulum
adalah sebagai berikut yaitu:
1) Multiple intelligences berkenaan dengan kemampuan peserta didik dalam
melakukan sesuatu dalam berbagai konteks.
2) Multiple intelligences menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui peserta
didik untuk menjadi standart kompetensi.
3) Multiple intelligences merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang
menjelaskan hal-hal yang dilakukan peserta didik setelah melalui proses
pembelajaran.
4) Kehandalan kemampuan peserta didik melakukan sesuatu harus
didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai
melalui kinerja yang dapat diukur.
5) Penyusunan standar kompetensi, kompetensi dan hasil belajar hendaknya
didasarkan pada kecerdasan jamak yang ditetapkan secara proporsional,
tidak hanya aspek kognitif atau spiritual saja tetapi secara seimbang dan
tepat sasaran.
47 Thomas Armstrong. Setiap Anak Juara: Panduan Membantu Anak Belajar Dengan
Memanfaatkan Multiple Intelligence (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), 239. 48 Sebuah proyek besar-besaran yang mulai dilaksanakan pada awal tahun 1960-an,
proyek zero ini merupakan proyek akademi, khususnya ilmu psikologis dari Universitas
Harvard, Amerika Serikat. Proyek zero fokus pada penelitian mengenai kecerdasan manusia. 49 Howard Gardner, Frame of Mind: The Theory of Multiple Intelligences.
46
6) Multiple intelligences adalah suatu konsep kecerdasan yang ada sejak
manusia dilahirkan.50 Konsep ini merupakan hasil kajian neurobiologis
(neuroscience) dari peta otak yang mengandalkan jalinan saraf. Pada setiap
lobus-lobus otak (lobe of brain), bertanggungajawab terhadap jenis
kecerdasan dan saling independen, bekerjasama satusama lain secara
biokimia. Implikasi dalam dunia pendidikan bagi guru, digunakan dalam
pembelajaran bagi peserta didik. Guru mengajar dengan terlebih dahulu
memahami gaya belajar kecenderungan jenis kecerdasan jamak peserta
didik dan dominan modalitas belajar. Dalam konteks pembelajaran, guru
yang mengajar jika sama dengan gaya belajar peserta didik, pelajaran
menjadi mudah, peserta didik aktif dan terlibat dalam proses
pembelajaran.51
Memperkenalkan multiple intelligences dalam kegiatan pembelajaran
dapat dilakukan dalam tiga bentuk utama yakni; orientasi kurikulum,
metodologi pengembangan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan
bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seorang menjadi
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar untuk melakukan sesuatu.
Teori multiple intelligences memberikan kesempatan bagi guru– guru
untuk mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru di
dunia pendidikan. Tidak ada satu strategi pun yang akan bekerja secara penuh
untuk memacu kecerdasan ganda setiap peserta didik. Strategi pembelajaran
multiple intelligences adalah suatu upaya mencapai kompetensi tertentu dalam
pembelajaran dengan cara mengoptimalkan delapan kecerdasan yang dimiliki
masing-masing peserta didik. Strategi pembelajaran multiple intelligences
adalah suatu cara mengakses informasi melalui delapan jalur kecerdasan yang
ada pada masing-masing peserta didik, namun untuk mengeluarkannya
kembali seluruh kecerdasan bersinergi dalam satu kesatuan yang unik sesuai
50 Manusia adalah makhluk paripurna (sempurna) yang diciptakan Allah Swt.
Manusia lahir dengan membawa otak sebagai mesin kecerdasan. Sepanjang manusia lahir
dengan memiliki otak yang sehat (tidak rusak secara medis), maka sudah pasti cerdas. Kualitas
kecerdasan pada setiap orang banyak dipengaruhi oleh lingkungan, kualitas keluarga, asupan
gizi makanan dan genetik, namun genetik tidak menjadi penentu mutlak terhadap kecerdasan,
namun bersifat potensial. 51 Tesis mengenai “gaya mengajar guru sama dengan gaya belajar peserta didik,
menjadikan materi ajar menjadi mudah dipahami oleh peserta didik” Tesis ini sering
disampaikan Munif Chatib dalam setiap sesi pelatihan Multiple Intelligences Strategy.
Setidaknya tesis Munif Chatib mendapat dukungan dari hasil Penelitian Tindakan Kelas yang
dilakukan oleh Sekolah Kristen BPK Penabur, Jakarta. Tesis ini juga terdapat dalam buku
Munif Chatib, berjudul Gurunya Manusia. Terbitan Kaifa, Bandung, tahun terbit 2011.
47
dengan kebutuhan. Sehingga peserta didik mampu memecahkan masalah-
masalah pembelajaran dengan cara yang menakjubkan.52
Strategi mengajar multiple intelligences menekankan pada
pembelajaran peserta didik aktif. Strategi pembelajaran multiple intelligences
menjadikan peserta didik sebagai sang juara pada bidang-bidang tertentu
sesuai dengan kecerdasan yang menonjol pada dirinya, karena pada dasarnya
dalam diri setiap peserta didik selalu ada satu atau lebih kecerdasan yang
menonjol yang dimilikinya. Strategi pembelajaran multiple intelligences
mendorong para guru melakukan inovasi dalam cara mengajarnya. Oleh
karena itu, setiap guru dituntut agar lebih kreatif mencari terobosan untuk
mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada. Sebagai strategi
pembelajaran, asalkan memiliki prosedural aktivitas yang tertuang dalam
lesson plan. Strategi multiple intelligences adalah seperti sebuah konteks yang
luas. Apapun nama strateginya, saya berusaha menamakan sebagai strategi
multiple intelligences, contoh, strategi sosio drama (role play) sah-sah saja
saya masukkan dalam keluarga besar strategi multiple intelligences. Demikian
juga tebak kata, konser, simulasi dan lain-lain.53 Sebagai contoh, pada
kecerdasan musik (musical intelligences) guru dapat memunculkan dengan
hanya memperkenalkan musik menjadi pelajaran, atau dengan menargetkan
kecerdasan naturalis (naturalis intelligences) menyederhanakan pelajaran
yang berhubungan dengan flora dan fauna kedalam prosedur aktivitas
pembelajaran.54
Pengembangan metodologi pembelajaran guru disesuaikan dengan
kecenderungan kecerdasan peserta didik. Sehingga beragam metode atau
strategi pengajaran guru saling bersinergi dengan jenis kecerdasan lainnya.
Seperti berikut ini:55
1). Problem solving, peserta didik dihadapkan pada masalah konkret.
Misalnya adanya perkelahian antar pelajar, sering terlabat sekolah,
prestasi kelas menurun, komunikasi dengan guru kurang baik. Peserta
didik diajak untuk memikirkan bersama, mendiskusikan bersama, dan
memecahkan masalah secara bersama-sama. Metode ini dapat mengasah
kecerdasan interpersonal.
2). Metode bercerita, adalah salah satu bentuk untuk mengembangkan
kecerdasan bahasa, di mana peserta didik diajak menyenangi dan
52 Disarikan dari catatan ilmuwan psikologi pendidikan Thomas Armstrong, yang
disadur dari prolog soft copy buku 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences: Sesuai Kerja
Otak dan Modalitas Belajar Peserta Didik, karya Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, yang
diterbitkan oleh Prenada Media, Jakarta. 53 Disarikan dari catatan Munif Chatib, hal ini juga sering kali diungkapkan Munif
Chatib dalam berbagai pelatihan-pelatihan Strategi Mengajar Multiple Intelligences. 54 Walter McKenzie, Multiple Intelligences and Instructional Technology. Second
Edition, 11. 55 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition, 58-59.
48
mencintai bahasa, peserta didik dapat menikmati suara dari kata-kata,
menghargai dan memaknai kekuatan dengan penuh tanggungjawab.
3). Reflective thinking/critical thinking, peserta didik secara pribadi atau
berkelompok dihadapkan pada suatu artikel, peristiwa, kasus, gambar,
foto, dan lain sebagainya. Peserta didik diajak untuk membuat catatan
refleksi atau tanggapan bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan bisa dipilih
sendiri oleh peserta didik. Cara ini dapat mengembangkan kecerdasan
kinestetik juga kecerdasan interpersonal.
4). Group dynamic, peserta didik dibimbing untuk kerja kelompok secara
kontinyu dalam mengerjakan suatu proyek tertentu. Metode ini dapat
diterapkan untuk mengembangkan kecerdasan logika matematika, dan
kecerdasan interpersonal.
5). Community building, peserta didik satu kelas diajak untuk membangun
komunitas atau masyarakat mini dengan aturan, tugas, hak, dan kewajiban
yang mereka atur sendiri secara demokratis. Cara ini dapat dikembangkan
untuk membangun kecerdasan intrapersonal.
6). Responsibility building, peserta didik diberi tugas yang konkret dan
diminta membuat laporan pertanggungjawaban secara jujur. Cara ini juga
dapat dikembangkan untuk membangun kecerdasan intrapersonal.
7). Piknik, peserta didik merancang kegiatan santai di luar sekolah, tidak
harus ke tempat jauh dan biaya mahal. Untuk menggali nilai-nilai sosial,
spiritual, keindahan dan sebagainya. Ini adalah cara yang tepat untuk
mengembangkan kecerdasan spasial, dan kecerdasan musik.
8). Camping study, peserta didik diajak melakukan kegiatan perkemahan
dalam rangka belajar. Kegiatan ini juga tidak harus jauh, bisa di halaman
sekolah. Seperti hal di atas, ini dapat diterapkan guru untuk membangun
kecerdasan spasial, juga intrapersonal.
9). Kerja individu dan kelompok, proses pembelajaran pada intinya adalah
pemberian layanan kepada setiap individu peserta didik agar mereka
berkembang segara maksimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki.
Pelayanan secara individual bukan berarti mengajari anak satu persatu
secara bergantian, melainkan dengan memberikan peluang sebesar-
besarnya kepada setiap individu untuk memperoleh pengalaman belajar
sebanyak-banyaknya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan
peserta didik baik secara individu maupun beregu. Satu dari cara yang
paling biasa untuk mendorong kerja regu adalah meminta para peserta
didik agar bekerja dalam suatu regu atau kelompok supaya mencari
jawaban-jawaban pada pertanyaan-pertanyaan, sehingga dapat
memecahkan suatu masalah, dengan cara melaksanakan suatu eksperimen
atau meneliti suatu topik proyek. Namun, guru harus berhati-hati agar
harapan akan kerjasama, toleransi, semangat regu dan pengertian tentang
hakekat pekerjaan hendaklah realistis mengingat keterampilan dan
49
pengalaman para peserta didik. Cara-cara seperti di atas dapat
dikembangkan oleh guru untuk membangun kecerdasan peserta didik
dalam bidang interpersonal, juga kecerdasan kinestetik.
10). Pertanyaan efektif, jika peserta didik diminta untuk mengerti dan bukan
sekedar mengingat informasi yang ditemukannya di dalam buku pelajaran,
bahan rujukan, surat kabar dan sebagainya, maka mereka haruslah aktif
mengumpulkan informasi. Pengajuan suatu pertanyaan menggunakan
kata-kata dan ungkapan yang tidak mudah ditemukan di dalam teks atau
naskah. Sehingga mendorong peserta didik berpikir dan berpendapat tidak
hanya untuk menyalin jawaban. Keterampilan ini sangat tepat bila
digunakan guru untuk mengasah kecerdasan linguistik.
11). Membandingkan dan mensintesiskan informasi, pemahaman informasi
yang dikumpulkan dari sumber daya dapat ditingkatkan jika peserta didik
bekerja dalam kelompok dan setiap anggota kelompok diberi sumber data
yang berbeda untuk digunakan dalam mencari jawaban atas pertanyaan
yang sama. Dengan demikian, peserta didik harus membandingkan dan
mendiskusikan jawaban-jawaban yang sudah mereka tuliskan, sehingga,
sebagai hasilnya, mereka akan mampu memberi satu jawaban yang
memuaskan. Ini merupakan strategi yang efektif untuk dipakai oleh
kelompok-kelompok pakar ketika pendekatan (jigsaw) terhadap proyek
penelitian digunakan. Cara ini juga dapat dikembangkan untuk melatih
anak dalam hal kecerdasan linguistik dan juga kecerdasan logis matematis.
12). Mengamati (mengawasi) aktif, sering peserta didik tidak berpikir dan
belajar aktif pada waktu menonton video. Beberapa orang guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik untuk dijawab
pada waktu mereka menonton video. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu
disajikan dengan susunan di mana jawaban-jawaban akan muncul di
dalam video dan ungkapan-ungkapan kunci di dalam pertanyaan-
pertanyaan juga terjadi di dalam video, sehingga menunjuk pada jawaban.
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mudah dijawab dan jarang menuntut
keterlibatan aktif. Cara ini dapat digunakan guru untuk melatih anak
mengembangkan kecerdasan linguistik, kecerdasan musik.
13). Peta akibat, metode ini dapat digunakan sebelum atau sesudah peserta
didik mempelajari sesuatu topik. Hal itu dapat digunakan untuk
menemukan seberapa tuntas peserta didik dalam memikirkan sesuatu isu
atau peristiwa, atau dapat digunakan untuk menemukan apakah mereka
sudah mampu menerapkan informasi yang sudah dipelajarinya dalam
menganalisis situasi baru. Peserta didik diminta untuk mempertimbangkan
semua hasil atau akibat yang mungkin dari suatu tindakan atau perubahan
dan kemudian hasil-hasil dan akibat-akibat sesudah itu. Mereka juga
didorong untuk berpikir tentang akibat-akibat positif dan negatif. Cara ini
50
juga dapat digunakan guru untuk melatih anak-anak dalam
mengembangkan kecerdasan linguistik.
14). Keuntungan dan kerugian, suatu tugas analisis yang kurang rumit dapat
melibatkan peserta didik untuk memeriksa informasi yang mereka
temukan tentang keputusan, sikap atau tindakan yang kontroversial
(menjadi sengketa). Peserta didik bekerja sebagai satu kelas keseluruhan
atau dalam kelompok-kelompok untuk menggolong-golongkan informasi
yang mereka kumpulkan apakah untung atau rugi bagi mereka sendiri,
keluarganya, lingkungan atau masyarakat umumnya. Sesudah klasifikasi
atas keuntungan dan kerugian sudah dirampungkan, peserta didik dapat
diminta untuk memutuskan. Ini adalah salah satu cara guru untuk
mengembangkan kecerdasan logis matematis.
15). Permainan peranan/konferensi meja bundar, strategi-strategi ini meliputi
permainan peranan atau advokasi untuk kepentingan kelompok komunitas
tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik mengenali
bahwa biasanya terdapat suatu rentang sudut pandang mengenai sesuatu
isu dan suatu rentang cara menafsirkan informasi tentang isu itu.
Pandangan-pandangan ini biasanya ditentukan oleh pengalaman, harapan
dan cita-cita, nilai pendidikan, gaya hidup dan peranan di dalam
masyarakat dari orang yang mengungkapkan pandangan itu. Guru
bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan), memastikan bahwa
semua peserta didik diperkenankan mengemukakan pandangan sesuai
peranan yang diterimanya, bahwa setiap diskusi berlangsung tertib dan
mendorong peran serta peserta didik jika perlu dengan mengajukan
pertanyaan. Pada akhir konferensi meja bundar, peserta didik hendaklah
didorong untuk memperhatikan semua sudut pandang dan tiba pada suatu
keputusan pribadi tentang isu itu. Metode ini dapat dikembangkan untuk
menstimulasi anak agar berkembang kecerdasan interpersonalnya dengan
baik.
Fasilitas pembelajaran dengan multiple intelligences, adalah fasilitas
yang dapat menunjang aktifitas dalam pembelajaran multiple intelligences
yang dibagi menjadi dua, yaitu ada yang bersifat tetap dan ada yang bersifat
sementara.56 Berikut adalah fasilitas yang bersifat tetap atau permanen.
56 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition, 103-104.
51
2.3 Tabel Fasilitas Penunjang Pembelajaran Sesuai Kecerdasan Jamak57
No Kecenderungan
Kecerdasan
Fasilitas Penunjang Strategi Mengajar
Multiple Intelligences
1. Linguistik
Pojok buku atau perpustakaan (dengan desain
yang nyaman); Laboratorium bahasa (audio files,
earphone, talking books); Writing center atau
fasilitas untuk menulis (typewriters, word
processing, software, paper).
2. Logis-Matematis
Laboratorium matematika (calculators,
manipulatives); Science center (chemistry set,
microphone, measurement materials).
3. Spasial visual
Art area (paints, collage materials, draw and
paint software) Visual media center (video,
animations, software, videocams); Visual-
thinking area (maps, graphs, visual puzzles,
picture library, three-dimensional buliding
materials).
4. Kinestetik
Membuka ruang atau arena untuk bergerak (mini-
trampolin, juggling equipment); Hands-on center
(clay, carpentry, blocks); Tactile-learning area
(relief maps, samples of different textures, sand-
paper letters); Drama center (stage for perpform.
Puppet theater).
5. Musikal
Music lab (audio files of sound effects, earphones,
music library); Music performance center
(percussion instruments, audio recorder,
methronome); Listening lab (stethoscope, walkie
talkies, small bottles containing differents mystery
sounds when shaken).
6. Interpersonal
Round table for group discussions; Desks paired
together for peer teaching; Social area (board
games, comfortable furniture for informal social
gatherings).
7. Intrapersonal
Study carrels for ondividual work; Loft (with
nooks and crannies for privacy); Computer hutch
(for self-paced study).
8. Naturalis
Plant center with gardening tools and supplies;
Animal center with a gerbil or rabbit cage, a
terrarium, or an ant farm; Aquatic center with an
57 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition, 104-106.
52
aquarium and tools for measuring and observing
marine life.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila menerapkan multiple
intelligences di dalam proses pendidikan yang dilaksanakan. Manfaat
menerapkan multiple intelligences di sekolah. Kita dapat menggunakan
kerangka multiple intelligences dalam melaksanakan proses pengajaran secara
luas. Aktivitas yang bisa dilakukan seperti menggambar, menciptakan lagu,
mendengarkan musik, melihat suatu pertunjukan. Dapat menjadi pintu masuk
yang utama ke dalam proses belajar. Bahkan peserta didik yang penampilannya
kurang baik pada saat proses belajar menggunakan pola tradisional
(menekankan bahasa dan logika), jika aktivitas ini dilakukan akan
memunculkan semangat mereka untuk belajar. Dengan menggunakan multiple
intelligences. Guru menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar
sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya. Peran serta orang tua dan
masyarakat akan semakin meningkat di dalam mendukung proses belajar
mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas peserta didik di dalam
proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat. Peserta didik akan mampu
menunjukkan dan berbagi tentang kelebihan yang dimilikinya. Membangun
kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan
peserta didik sebagai seorang yang spesialis. Pada saat guru mengajar untuk
memahami, peserta didik akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif
dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam memecahkan
persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan pejelasan sebelumnya, penulis melihat bahwa multiple
intelligences perlu diaplikasikan dalam setiap langkah-langkah manajemen
pembelajaran. Langkah-langkah manajemen pembelajaran, meliputi tiga
konteks besar, di antaranya, sekolah yang terdiri dari yayasan, kepala sekolah,
para guru dan staf karyawan, siswa sebagai peserta didik dan orang tua peserta
didik. Ketiga konteks besar ini harus saling bersinergi dan sejalan dalam
sebuah proses pendidikan.
Secara internal dalam lingkup sekolah, penerapan multiple
intelligences dimulai dari paradigma kecerdasan, bahwa setiap anak cerdas
dengan kecerdasan jamak, kemudian input peserta didik yang secara
paradigma berpikir dianggap cerdas. Dalam prosesnya, input-input ini
mengalami proses-proses pembelajaran sesuai kecerdasan utama peserta didik
yang kemudian dipotret dalam bentuk penilaian berbasis proses sebagai output
hasil pembelajaran. Hasil-hasil pembelajaran yang terus berlangsung pada
peserta didik terwujud dalam konteks outcome, artinya, peserta didik akan
mengalami capaian kompetensi maksimalnya selama dalam kehidupan
pendidikannya memaksimalkan kecerdasan utamanya (dominan multiple
intelligences). Sejalan itu pula, orangtua peserta didik membantu,
53
mendampingi, menstimulasi dalam banyak aktivitas-aktivitas harian yang
direkomendasi sesuai multiple intelligences anak.
Laporan-laporan hasil penelitian berikut ini, menjelaskan keberhasilan
tentang pengajaran yang dilakukan guru, di antaranya: laporan berjudul The
Unschooled Mind: How Children Think and How Schools Should Teach. Isi
laporan ini mengungkapkan jawaban-jawaban mengenai pertanyaan tentang
mengapa anak-anak tidak bisa menguasai apa yang harus mereka pelajari di
sekolah. Dalam laporan ini, diungkap antara sains kognitif dengan agenda
pendidikan, memperlihatkan bagaimana ketidakcocokan pikiran-pikiran kita
dengan pola pengajaran natural. Juga penjelasan tentang materi, praktik, dan
lembaga pendidikan serta membuat suatu solusi untuk mengkonstruksikan
pendidikan.58 Buku berjudul, Creating Minds: An Anatomy of Creativity Seen
Through The Lives of Freud, Einstein, Picasso, Stravinsky, Eliot, Graham, and
Gandhi. Dalam buku ini dipaparkan potret dari tujuh orang yang luar biasa
untuk mengungkapkan pola yang mendorong proses kreatif dan untuk
menunjukkan bagaimana keadaan juga memainkan peran yang sangat
diperlukan dalam keberhasilan kreatif. Buku berjudul The Development and
Education of The Mind: The Collected Works of Howard Gardner. Dalam
buku ini menjelaskan bahwa melalui seleksi kita dapat melihat perkembangan
pemikiran serta pengembangan praktek lapangan dan buku berjudul Howard
Gardner Under Fire: The Rebel Psychologists Faces His Critics. Dalam buku
ini dipaparkan tiga belas esai kritis menantang teori kecerdasan majemuk , ciri-
ciri kemampuan, kurva berbentuk U dalam pembangunan, dan konsep
psikologis lain spiritualitas, kreativitas, dan kepemimpinan. Semua dijawab
oleh Gardner sendiri, dan ditambah dengan esai.
Hasil penelitian yang dilakukan Sibel G. Yalmanci dan Ali Ibrahim
tentang pengaruh penerapan teori multiple intelligences dalam pembelajaran
menegaskan bahwa teori multiple intelligences jika diterapkan dalam proses
belajar lebih efektif dibanding dengan pola pengajaran guru yang tradisional.
Peserta didik dapat lebih berhasil secara akademis melalui pengajaran berbasis
teori multiple intelligences.59 Juga sebagaimana dilaporkan penerapan teori
kecerdasan jamak dalam pembelajaran fisika menyebutkan, bahwa metode
pengajaran fisika yang kreatif dan aplikatif berdasarkan penerapan teori
multiple intelligences dapat meningkatkan aktivitas dan rasa senang para
peserta didik terhadap mata pelajaran fisika. Proses pembelajaran fisika yang
menarik dan menyenangkan sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki peserta
58 The Unschooled Mind: How Children Think and How Schools Should Teach adalah
buku ke-5 Howard Gardner. 59 Sibel G. Yalmanci and Ali Ibrahim, “The Effects of Multiple intelligences Theory
Based Teaching on Students Achievement Anda Retention of Knowledge”, International
Journal on New Trends in Education And Their Implication. Vol. 4, Issue: 3 (July 2013),
(Accessed: 16/09/2015)
54
didik. Penerapan multiple intelligences dalam pengajaran guru mampu
meningkatkan minat dan kreatifitas peserta didik.60
Dalam proses belajar mengajar kecenderungan kecerdasan, diartikan
sebagai pintu masuk informasi yang disampaikan guru kepada para peserta
didik. Pintu masuk yang terbesar inilah yang dinamakan “gaya belajar” atau
“learning style”. Apabila informasi tersebut sudah berhasil memasuki pintu
terbesar dari kecenderungan kecerdasannya, maka dapat diartikan bahwa
peserta didik mendapatkan informasi sesuai dengan gaya belajarnya. Strategi
mengajar guru yang sama dengan gaya belajar peserta didik adalah inti proses
pembelajaran berbasis multiple intelligences. Sebagai contoh, kelas dengan
dominan gaya belajar kinestetik, logis matematis dan naturalis, akan
mendapatkan strategi mengajar yang sesuai dengan unsur kinestetik, logis
matematis dan naturalis.
Anak yang dominan dengan kecerdasan logis matematis dan spasial
visual menyukai belajar menggunakan metode grafik kurva sedangkan anak
dengan kecerdasan dominan linguistik dan interpersonal sangat menyukai
belajar dengan cara bercerita dan belajar berkelompok. Pada sistem pengajaran
tersebut di atas, mengarahkan guru-guru menggunakan strategi kreatif. Siswa
akan merespon pembelajaran dengan sangat baik ketika metode mengajar guru
sama dengan gaya dan modalitas belajar siswa tersebut. Kreatifitas guru sangat
diperlukan karena mengajar adalah seni. Secara teori multiple intelligences
adalah kecenderungan dominan dari jenis kecerdasan tertentu. Siswa dengan
kecerdasan tertentu menyukai gaya mengajar tertentu. Guru tetap harus kreatif
apapun kondisinya.
C. Hubungan Multiple Intelligences Theory dengan Konsep Fitrah
dalam Pendidikan Islam.
Dalam proses pembelajaran seorang pendidik haruslah memahami
perbedaan potensi, kemampuan dan keahlian setiap peserta didiknya. Sebab
setiap manusia dilahirkan dengan potensi yang berbeda-beda. Hal tersebut
ditegaskan dalam Alquran surat al-Tiin ayat 4: “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Jika melihat ayat
tersebut maka diperoleh pengertian bahwa manusia dilengkapi dengan
berbagai alat potensial dan berbagai potensi yang dapat dikembangkan dan
diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Inilah yang
dimaksud konsep fitrah dalam Islam. Fitrah memiliki beberapa makna yang di
antaranya adalah potensi dasar manusia.61
60 Piping Sugiarti, “Penerapan Teori Multiple Intelligences Dalam Pembelajaran
Fisika”, Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. 2, No. 05/Th.IV/Desember 2005, (Accessed:
16/09/2015) 61 Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam, Sebuah Pendekatan Psikologis
(Jakarta: Darul Falah, 1999), 27.
55
Diskursus tentang tujuan pendidikan memperbincangkan dua hal
penting. Pertama, memperbincangkan tujuan hidup, lebih tegasnya tujuan
hidup manusia, sebab tujuan pendidikan pada dasarnya identik dengan tujuan
hidup manusia di bumi. Kedua, mengupas masalah tujuan, memperbincangkan
tentang sifat asal (nature) manusia, sebab pada manusia itulah dicita-citakan
sesuatu yang ditanamkan oleh pendidikan.62
Dalam Islam, manusia diciptakan Allah Swt untuk beribadah dan
menjadi khalifahNya di muka bumi. Hal ini diungkap tegas oleh Alquran surat
Al-Dzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah kepadaKu” dan surat Al-Baqarah ayat 30 sebagai
berikut: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat;
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi...”
Penjelasan mengenai fakta penciptaan dengan sempurna, menjadikan
sebuah penegasan ilmiah akan sifat Tuhan Yang Maha Menciptakan, seperti
yang tertulis pada kitab-kitab suci agama samawi. Tanpa Allah Swt
menciptakan manusia tak akan ada cerita kehidupan, tak akan ada ilmu
pengetahuan dan peradaban. Maka, manusia adalah sebaik-baik penciptaan.
Sebagaimana yang tertuang dalam Alquran “Dialah yang menciptakan kamu
dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah,
kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu
dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian
(dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan
sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang
ditentukan dan supaya kamu memahami(nya)”63 dan Alquran “Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka maha sucilah Allah, pencipta yang paling baik.”64
Sesungguhnyalah bahwa Tuhan telah menciptakan manusia dengan
desain kejiwaan yang sempurna, diberi kelengkapan psikologis untuk
menandai yang buruk dan yang baik. Manusia juga diberi kelengkapan
psikologis untuk berfikir, untuk merasa, berpikir, berkehendak dan untuk
bertindak. Manusia bisa menangkap stimulus, bisa mempersepsi dan bisa
mengambil keputusan, bertindak sesuai analisa keputusan. Pada kemampaun
62 Zuharini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 159 dalam
Armai Arif, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik
(Bandung: Penerbit Angkasa, 2005), 15. 63 Lihat, Alquran surat Al-Mu’min ayat 67. 64 Lihat, Alquran surat al-Mu’minūn ayat 12-14.
56
tersebut, diatur oleh otak manusia. Otak yang luar biasa tersebut memproses
kemapuan berpikir, kemampuan emosional dan kemampuan akhlak di otak.65
Kecerdasan intelektual atau Intelligence Quetient, kecerdasan emosional atau
Emotional Quetient, dan kecerdasan spritual atau Spiritual Quotient.
Dalam perspektif Islam antara kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan spritual memiliki kaitan yang erat dan saling
mempengaruhi serta memiliki tempat dan fungsi masing-masing. Kecerdasan
inteketual yang menempati tempat pada otak manusia berfungsi untuk
memperoleh pengetahuan secara nalar. Akal yang digunakan untuk berfikir
akan menciptakan pribadi yang unggul.66 Otak yang memiliki kemampuan
yang luar biasa ini baru bersifat potensi. Dan jika dikembangkan secara
optimal dengan mengetahui bagaimana cara kerjanya, maka akan tercapailah
suatu kecerdasan intelektual yang besar. Kecerdasan emosional merupakan
suatu dorongan untuk bertindak atau rencana dalam mengatasi masalah. Dalam
perspektif Islam, kecerdasan spritual merupakan kematangan iman yang
tempatnya di hati melalui perintah otak, diwujudkan berupa kesadaran tauhid
yang akan mengendalikan kecerdasan inteletual dan kecerdasan emosional.
Seseorang yang hatinya terkendali oleh nilai-nilai tauhid (keimanan), maka
emosinya akan stabil dan akhirnya akan berimbas pada kemampuan berfikir
yang optimal.
Dalam hubungannya dengan teori multiple intelligences, terdapat
saling koneksi antar satu bagian lobus otak secara keseluruhan. Dimensi
kecerdasan yang ditawarkan teori multiple intelligences semua tersimpan
dengan kokoh dalam otak. Setiap dimensi kecerdasan terletak pada area-area
lobus di otak. Posisi area-area lobus dalam otak (lobes of the brain) merupakan
ruang-ruang kecerdasan yang menegaskan bahwa sepanjang manusia terlahir
dengan memiliki otak, anak pasti cerdas. Dalam perspektif Islam dan
hubungannya dengan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan
spritual masing-masing diatur oleh bagian cortex cerebri, system limbic dan
temporal lobe.67 Secara Islami, pada kecerdasan emosional merupakan area
melatih kualitas kesabaran dan kecerdasan spritual merupakan area melatih
akhlak menjadi akhlak Islami. Ketiga area kecerdasan intelektual, emosional
dan spritual ini dapat bersinergi dan dapat pula berfungsi secara terpisah
sehingga berdampak pada bervariasinya perilaku dan karakter guru.
Seluruh potensi psikologis yang sudah oleh Allah Swt adalah fitrah
atau keadaan semula jadi manusia. Ketika manusia lahir, dari rahim ibunya,
potensi itu masih tersembunyi, tetapi bersamaan dengan pertumbuhan fisiknya
65 Taufiq Pasiak, Tuhan Dalam Otak Manusia. (Bandung: Mizan, 2012), 273. 66 Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005), cet
1, 119-120. Lihat juga surat Ali-Imran:190-191 67 Taufiq Pasiak, Revolusi IQ, EQ, dan SQ Antara Neurosains dan Al-Qur’an, 10-20.
Dan Daniel G. Amen, Changes Your Life Changer Your Brain (Jakarta: Qonita, 2011), 28-37.
57
kelengkapan psikologinya semakin nampak dan aktual.68 Kelengkapan
psikologis ini memberikan andil pada sisi kecerdasan manusia.
Sejarah tentang kecerdasan telah ada sejak penciptaan manusia.
Manusia-manusia terdahulu telah menunjukkan bukti kecerdasan jamak.
Sebagai contoh, Rasulullah Muhammad Saw adalah sosok manusia yang
mampu mengubah perilaku jahiliyah masyarakatnya dengan kecerdasan
interpersonal. Rasulullah Muhammad Saw mengubah perilaku banyak orang
dalam waktu yang singkat. Memupuk kerjasama dan kebersamaan, sebuah
kemampuan manajerial dan organisasi yang mengagumkan. Dengan
kecerdasan interpersonal, Rasulullah Muhammad Saw menghargai
kemajemukan dan pemahaman persamaan hak asasi manusia. Bagaimana
Rasulullah Muhammad Saw mengatasi masalah yang dihadapi dengan tidak
menyinggung perasaan kebanyakan orang dalam penentuan pembangunan
rumahnya dan masjid pertama di Madinah. Kemampuan memecahkan masalah
(problem solving) yang luar biasa. Rasulullah Muhammad Saw adalah seorang
pemimpin yang selalu tampil di depan dalam perjuangan menyampaikan
kebenaran, meskipun mendapat tantangan yang berat. Seorang pemimpin sejati
adalah ketika berada pada puncak kemenangan akan selalu menghargai orang-
orang yang dikalahkannya, tidak dengan balas dendam, bahkan memberi
perlindungan. Nabi Muhammad Saw menggunakan kecerdasan interpersonal
ketika menaklukkan kota Mekkah.
Solusi terhadap problem pengepungan Quraisy dengan pengenalan
peta wilayah yang sangat baik menjadi bukti kemampuan spasial sahabat
Rasulullah Saw. Kemampuan pengenalan geospasial suatu wilayah dalam
konsep kecerdasan jamak merupakan pola kecerdasan spasial visual. Memiliki
ketangkasan memainkan pedang dan ketangguhan memainkan strategi perang
dalam konsep kecerdasan jamak adalah merupakan pola kecerdasan kinestetik
dan logis matematis. Rasulullah Saw dengan kemampuan analisa dan
perhitungan ke depan terhadap suatu kasus merupakan pola kecerdasan logis
matematis. Memiliki kemampuan negosiator yang sangat baik yang dalam
konsep kecerdasan jamak merupakan pola kecerdasan interpersonal dan masih
banyak sahabat-sahabat muslimin lain yang memiliki kompleksitas kecerdasan
jamak.69 Begitu juga dengan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel
atau Romawi Timur, dikenal sebagai ahli strategi yang memiliki kemampuan
68 Achmad Mubarok, Psikologi Keluarga Dari Kelaurga Sakinah Hingga Keluarga
Bangsa (Jakarta: The International Institute of Islamic Thought (IIIT) Indonesia dan PT Bina
Rena Parawira, 2005), 21. 69 Para sahabat seperti Salman Al-Farisi, Khalid bin Walid dan Ali bin Abi Thalib
menunjukkan mental kecerdasan melalui solusi dan keterampilan. Peristiwa ini terjadi 14 abad
yang lalu jauh sebelum Howard Gardner menampilkan teori kecerdasan jamak.
58
logis matematis, kinestetik, intrapersonal dan interpersonal serta spasial visual
yang kuat.70
Keniscayaan dari Sang Maha Pencipta, bahwa manusia memiliki
kemampuan (kecerdasan) lebih dari kecerdasan yang dimiliki komputer paling
canggih di dunia. Kemampuan komputer mampu menghitung dan menganalisa
pada kecepatan yang ditentukan, namun hanya sampai disitu, kemampuan
kecerdasan manusia meliputi sisi emosional, gerakan dan hubungan, serta
menganalisa dan menciptakan pada skala yang sangat kompleks. Dalam
konteks ini keberadaan kecerdasan ganda manusia sudah ada sejak ia
dilahirkan.
Secara akademik, postulat paradigma kecerdasan ganda memiliki
miskonsepsi pengetahuan, keyakinan terhadap manusia secara sempurna dari
sebelum penciptaan sampai masa penciptaan. Benar kiranya, manusia
memiliki kecerdasan beragam namun bukan karena proses evolusi kecerdasan
beragam manusia muncul, tapi ia hadiah terbaik Allah Swt pada sang khalifah.
Karena posisi manusia sebagai wali amanat pengelolaan bumi, atau khalifatul
fil ardhi, maka sutradara dan pencipta kehidupan Allah Swt memberikan fitur-
fitur potensi kecerdasan berupa otak.
Kecerdasan manusia yang banyak diatur di otak juga dipengaruhi oleh
faktor kebudayaan manusia. Peran budaya terhadap kehidupan telah
memberikan interpretasi psikologis71 selama masa pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Interpretasi psikologis mampu memberikan self-
image dan self esteem terhadap proses pengkayaan kecerdasan seseorang.
Aktualisasi kemampuan yang ditampilkan setiap individu dilatari dari
lingkungan yang melingkupi, lingkungan di mana seorang individu berada
memberikan deskripsi tentang kualitas kecerdasan seseorang. Dalam teori
multiple intelligences, faktor kebudayaan seseorang menjadi pengaruh yang
kuat terhadap perkembangan kecerdasan.
Peserta didik adalah pribadi yang unik, karena satu sama lainnya
berbeda dalam minat, bakat dan kecerdasan. Perbedaan ini disebabkan oleh
genetika, kualitas proses belajar, pengalaman dan usaha-usaha yang dimiliki
setiap manusia. Pengaruh genetika terhadap kecerdasan manusia tidak bersifat
pasti dan mutlak.72 Genetika bersifat potensial terhadap kecerdasan seseorang.
Dalam hal keturunan, gen menentukan kecerdasan seseorang. Namun, gen
bukanlah satu-satunya penyebab kecerdasan seseorang. Gen adalah faktor
penentu keturunan yang mengandung informasi genetis dari masa lalu,
sehingga manusia merupakan cetak biru secara genetis yang mirip dengan dua
garis generasi sebelum kita.
70 Felix Y. Siauw, Muhammad Al-Fatih 1453 (Jakarta: Al-Fatih Press, 2013), 45. 71 Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), 11.
72 Kazuo Murakami, The Divine Message of DNA. Tuhan Dalam Gen Kita, 76.
59
Minat, bakat dan kecerdasan adalah seperangkat sistem yang telah ada
bersemayam pada diri manusia. Di mana peningkatan kualitas kecerdasan yang
sesuai minat dan menjadi bakat dipegaruhi oleh proses pembelajaran,
pengalaman dan stimulasi lingkungan yang sesuai. Minat berupa perhatian
yang mengandung unsur-unsur perasaan, atau dorongan/keinginan dalam diri
seseorang pada objek tertentu.73 Sementara, bakat merupakan kemampuan
bawaan bersifat potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk
mencapai suatu kecakapan pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya
kemampuan berbahasa, bermain musik dan lain-lain.74 Kecerdasan adalah
kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan menciptakan kreativitas.75
Kemampuan yang berarti mampu, berasal dari dua hal, yaitu: Pembiasaan-
pembiasaan yang disebabkan oleh perilaku fisik dan pembiasaan-pembiasaan
yang disebabkan oleh faktor non fisik. Pembiasaan tindakan yang disebabkan
oleh perilaku fisik dihasilkan oleh gerakan kenetik tubuh, seperti memainkan
alat musik, membentuk pola, menentukan gradasi warna, melakukan tendangan
pisang76 atau menggiring bola dengan kelenturan yang fleksibel.77 Sedangkan
pembiasaan-pembiasaan yang disebabkan oleh faktor non fisik berupa tindakan
pemikiran yang terpola dalam bentuk kebiasaan dalam kemapuan mengolah
kata, memahami perhitungan bilangan dalam matematika dan merasa nyaman
dan bahagia dengan interaksi personal.
Gen dan kemampuan setiap individu itu sangat unik, namun rancangan
pendidikan Indonesia masih mengabaikan keunikan tersebut. Diperlukan suatu
perilaku pendidikan yang sesuai dengan bakat kemampuan seseorang. Proses
pembelajaran yang belum mengakomodasi keunikan gaya dan cara belajar
peserta didik. Saat ini, sistem-sistem pendidikan kita lebih mendewakan peserta
didik dengan level ranking kelas. Hal lain yang menjadi dukungan sistem kini
adalah tes-tes yang distandarisasi, tes ujian untuk menentukan peringkat dalam
73 Minat lebih kepada dorongan perasaan atau keinginan. Misalnya, minat terhadap
pelajaran, olahraga, atau hobi. Adapaun minat, ia bersifat pribadi (individual). Artinya, setiap
orang memiliki minat yang bisa saja berbeda dengan minat orang lain. Minat berkaitan erat
dengan motivasi seseorang, sesuatu yang dipelajari, serta dapat berubah-ubah tergantung pada
kebutuhan, pengalaman, dan mode yang sedang trend, bukan bawaan sejak lahir. Faktor yang
mempengaruhi munculnya minat seseorang tergantung pada kebutuhan fisik,
sosial, emosi, dan pengalaman. Minat diawali oleh perasaaan senang dan sikap positif. Lihat,
Http://belajarpsikologi.com/pengertian-minat/
74 Http://www.academia.edu/8473659/Arti_Bakat
75 Jhon W. Santrock. Educational Phycholoy. 2nd edition.
76 Tendangan pisang adalah tendangan yang melengkung seolah membentuk pola
pisang. Istilah tendangan pisang dikenal dalam sepak bola. Nama-nama pesepakbola terkenal
yang mampu melakukan spesalisasi tendangan pisang adalah David Beckham, Lionel Messi,
Hristo Stoickov, Cristiano Ronaldo. 77 Kemampuan menggiring bola dengan tingkat kelenturan yang fleksibel dilakukan
oleh jenius kinestetik seperti, Lionel Messi, Diego Maradona pesepakbola asal Argentina,
Neymar dan Ronaldinho asal Brazil yang terkenal dengan gocekannya.
60
kelas. Penerimaan peserta didik baru di level Sekolah Dasar didasarkan pada
kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Kenaikan kelas didasarkan pada
kemampuan peserta didik membaca, kelulusan didasarkan pada tes-tes yang
distandarisasi. Ini mengabaikan keunikan gen, kemampuan unik setiap
individu, dan keanekaragaman kecerdasan. Pendidikan diorientasikan pada
prestasi akademik, bukan pada kecerdasan sosial emosi dan kecerdasan
spiritual (karakter akhlak).78
Sekolah dengan karakteristik sekolah juara menjadi tempat peserta
didik melaksanakan belajar, karena belajar bagi sekolah para juara adalah
sesuatu yang kita lakukan setiap saat dalam hidup kita. Tujuan pendidikan
adalah pembelajar memahami cara menghubungkan dan belajar dari
pengetahuan, manusia lain dan dirinya sendiri dengan mengacu pada nilai
utama adalah cara peserta didik mengetahui. Sekolah unggul memiliki prinsip,
yaitu: komitemen.
Komitmen diartikan sebagai keterlibatan pekerjaaan yang tinggi yang
memihak pada pekerjaan tertentu dari organisasi yang merekrutnya.79 Di
sekolah guru merupakan tenaga profesional yang merupakan ujung tombak
pelayanan terhadap peserta didik, maka sudah selayaknya guru mampu
menjalankan kebijakan-kebijakan sekolah dan berkomitmen terhadap sekolah
tempatnya bekerja. Sebagai guru, sudah seharusnya berkomitmen tinggi untuk
menjadi fasilitator dan katalisator bagi peserta didik untuk mencapai
kompetensi terbaiknya sampai pada tahap mencapai level kondisi akhir terbaik.
Guru hebat tak akan menyepelekan pentingnya komitmen di sekolah.
Pentingnya komitmen di sekolah menyangkut berbagai bidang antara
lain: komitmen terhadap visi dan misi sekolah, komitmen terhadap program
kerja sekolah, komitmen terhadap kegiatan belajar mengajar, komitmen
terhadap peningkatan prestasi sekolah, dan komitmen terhadap profesi guru.
Komitmen terhadap visi dan misi sekolah merupakan goal dari sebuah sekolah.
Hal ini menjadi penting sebagai acuan semua elemen untuk mengarah kesana.
Komitmen terhadap program kerja sekolah. Tak jauh berbeda dengan visi dan
misi sekolah. Komitmen terhadap program kerja sekolah merupakan goal
terhadap capaian-capaian institusi. Keberhasilan guru menjangkau capaian
program kerja sekolah berbanding lurus dengan capaian kualitas guru.
Komitmen terhadap kegiatan belajar mengajar diwujudkan dalam
sebuah usaha terpadu melalui rangkaian aktivitas kreatif, baik saat mendesain
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, kreatif menggunakan media
dan sumber pembelajaran, fokus dan adil dalam melakukan penilaian berbasis
proses. Komitmen terhadap peningkatan prestasi sekolah, prestasi siswa, guru
78 Thomas Armstrong, The Best School: Human Development Research Should
Inform Educaional Practice (Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision nd
Curriculum Development ASCD, 2006), 27-49. 79 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi (Jakarta: Indeks, 2006).
61
dan sekolah perlu didesain agar semuanya dapat dipersiapkan dengan matang.
Mimpi merupakan hal penting untuk melecut diri agar menjadi insan yang
mampu berkompetisi. Maka, perlu dibuatkan sebuah rencana prestasi yang
akan dicapai pertahun. Sudah selayaknya, dalam rapat kerja tahunan,
ditentukan prestasi apa yang akan dicapai sekolah tahun ini. Ini dapat dilihat
dari prestasi sebelumnya. Komitmen terhadap profesi guru yaitu guru yang
memahami betul profesinya. Artinya, kompetensi diri, komptensi pedagogi,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional harus dimiliki seorang guru.80
Sekolah Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, memiliki ciri sebagai berikut:
1. Memiliki perangkat dan instrumen multiple intelligences system.
2. Memiliki mekanisme pendeteksian kecerdasan dominan (gaya belajar) serta
modalitas belajar peserta didik.
3. Memiliki mekanisme penemuan minat dan bakat dan kecerdasan melalui
munculnya spesial momen (moment special)81 peserta didik.
4. Orientasi pada penciptaan produk hasil belajar.
D. Kritik dan Kelemahan Teori Multiple Intelligences
Kemunculan teori Multiple Intelligences sebagai sebuah konstruksi
kecerdasan menimbulkan reaksi baik dari kalangan ahli psikologi maupun para
ahli/praktisi pendidikan.82 Beberapa isi dari kritik tersebut antara lain: 83
1. Para ahli banyak yang bingung dengan konstruk teori multiple intelligences
theory tersebut, apakah ia termasuk sebuah domain atau sebuah disiplin.
2. Multiple intelligences sulit dibedakan dengan sesuatu yang ada pada gaya
belajar (learning style), cognitive style, atau working style.
3. Ada banyak macam jenis kecerdasan yang belum tercakup dalam konstruk
multiple intelligences, seperti kemampuan seseorang untuk memahami
goresan lukisan, membuat/menghadirkan suatu kondisi benda pada sebuah
kanvas, dan lain-lain.
4. Definisi kecerdasan musik, tidak jelas dan tidak cukup untuk menunjuk
kemampuan tersebut, karena untuk menghasilkan kerja musik diperlukan
pula bodily-kinesthetic dan musical intelligences.
5. Teori multiple intelligences sebenarnya hampir sama dengan teori yang ada
pada psychometric, hanya cakupannya yang ditambah.
80 Zainal Umuri. Artikel: Empat Prinsip Menjadi Sekolah Unggul.
Http://www.sscdompetdhuafa.net/artikel/artikel-guru (Accessed: 27/12/2015). 81 Spesial momen (moment special) adalah suatu keadaan atau kondisi yang
memunculkan perilaku spesial/hasil yang spesial dari peserta didik, selama proses belajar
berlangsung. 82 Beberapa kritikus yang gencar antara lain Susan W Mills (Frostburg State
University), Morgan, Elliot Eisner, Stenberg, dan lain-lain. 83 Bambang Saeful Hadi, Teori Kecerdasan Ganda Dan Implikasinya Terhadap
Strategi Pembelajaran Di Sekolah. FIS Universitas Negeri Yogyakarta.
62
6. Sulit melakukan pengetesannya, karena dengan demikian perlu ada 7 atau
8 set alat tes.
Landasan teoritis teori multiple intelligences memiliki landasan
pengkategorian. Hal ini dimaksudkan agar kedelapan jenis kecerdasan tersebut
berkembang sepenuhnya, bukan sekedar bawaan, kemampuan atau bakat.
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: sumber teori multiple
intelligences terletak dalam otak. Dalam pengamatan history penelitian teori
multiple intelligences diamati orang-orang yang pernah mengalami kecelakaan
atau penyakit tertentu mempengaruhi wilayah otak tertentu pula. Cedera ini
mengganggu kecerdasan tertentu, tetapi sama sekali tidak mempengaruhi
kecerdasan yang lain. Orang yang mengalami cedera di wilayah Broca (lobus
kiri depan), misalnya, akan mengalami kesulitan memproduksi ujaran, tetapi
masih dapat mengerjakan soal matematika, menari, mengekspresikan
perasaan, dan menjalin hubungan dengan orang lain.84
Konklusi terhadap kritik teori multiple intelligences adalah
keniscayaan dari sang Maha Pencipta, Allah Swt, bahwa manusia memiliki
kemampuan. Kemampuan kecerdasan manusia meliputi sisi emosional,
gerakan dan hubungan, kemampuan menganalisa dan menciptakan pada skala
yang sangat kompleks menjadi konklusi bahwa proses kerja kecerdasan yang
diproduksi di otak bekerja dengan sangat kompleks. Dalam konteks ini
keberadaan kecerdasan ganda manusia sudah ada sejak ia dilahirkan. Postulat
paradigma kecerdasan teori multiple intelligences muncul dari masa
penciptaan seiring dengan proses tumbuh kembangnya manusia. Teori
multiple intelligences muncul bukan karena proses evolusi manusia muncul,
tapi berupa hadiah terbaik Allah Swt pada sang khalifah. Pada penelitian ini,
ditegaskan bahwa salah besar jika teori multiple intelligences diterima
kebenarannya dalam konteks evolusi makhluk hidup. Teori multiple
intelligences dalam domain psikologi ini dipahami sebagai sebuah strategi
pembelajaran untuk melejitkan potensi kecerdasan manusia.85
Pengalaman penerapan teori multiple intelligences di Sekolah Dasar
Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta adalah kurangnya dukungan dari
pengawas sekolah dinas pendidikan. Pengawas sekolah dari dinas pendidikan
merekomendasikan untuk tidak menerima calon peserta didik baru yang lemah
secara kognitif akademik dan berkebutuhan khusus. Sementara hakekat teori
multiple intelligences adalah semua anak cerdas dengan kecerdasan jamak.
Konsep multiple intelligences theory berawal dari definisi kemampuan yang
ditawarkan sebagai kemampuan memecahkan masalah (problem solving) dan
84 Tadkiroatun Musfiroh, Multiple Intelligences dan Implikasinya Dalam Pendidikan.
Pusat Pendidikan Pendidikan usia Dini (Pusdik PAUD), Lembaga Penelitian Universitas
Negeri Yogyakarta. 85 Alamsyah Said, Kecerdasan Manusia: Kritik Terhadap Acuan Pemikiran Teori
Multiple Intelligences Howard Gardner. GLC Indonesia | Kamis, 20 Maret 2014.
63
kemampuan kreatifitas.86 Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk
variatif memilih strategi mengajar sesuai gaya belajar siswa. Namun dalam
prosesnya terkadang guru kembali ke pola pengajaran konvensional yaitu
dominan ceramah pada siatuasi belajar. Hal ini menjadi tantangan tersendiri
bagi sistem manajemen pembelajaran. Sementara, dalam pandangan orangtua
memiliki image yang beragam mengenai pengelompokan peserta didik sesuai
gaya belajar. Pandangan ini menjadi tantangan sekolah dalam menerapkan
teori multiple intelligences.
Kelemahan teori multiple intelligences yang ditampilkan dalam proses
pembelajaran nampak pada mata pelajaran olahraga. Dimensi kecerdasan
kinestetik-tubuh yang ditampilkan pada mata pelajaran olahraga menuntut
semua siswa memiliki dominan kecerdasan tersebut, yang pada kenyataannya
semua anak memiliki kecerdasan dominan kinestetik-tubuh yang berbeda.
Namun, teori multiple intelligences untuk dimensi kecerdasan lainnya tidak
menjadi kendala ketika diaplikasikan dalam pembelajaran pada mata pelajaran
lainnya. Hal yang menjadi tantangan penerapan teori multiple intelligences
dalam konteks pembelajaran di sekolah adalah tuntutan bagi guru untuk
melakukan inovasi dalam cara mengajarnya. Oleh karena itu, setiap guru
dituntut agar lebih kreatif mencari terobosan untuk mengoptimalkan semua
jenis kecerdasan yang ada. Dan tidak semua guru mampu melakukan
pengajaran kreatif dan inovatif tanpa didukung dengan sistem manajemen
sekolah yang baik.87
Adapun kritik terhadap aplikasi teori multiple intelligences dalam
pembelajaran adalah kurang unsur kompetisi akademik yang dialami peserta
didik dikarenakan semua peserta didik dihargai semua jenis dan
keanekaragaman kecerdasannya. Sehingga, hasil nilai akademik tidak menjadi
target utama. Hal ini berdampak pada kurangnya daya saing atau daya
kompetensi peserta didik. Sementara kelemahan teori multiple intelligences,
dalam pembelajaran terdapat pada pembelajaran olahraga. Pembelajaran
86 Howard Gardner, Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. Tenth-
Anniversary Edition. New York: Basic Books. 1983. 87 Strategi pembelajaran multiple intelligence adalah suatu upaya mencapai
kompetensi tertentu dalam pembelajaran dengan cara mengoptimalkan delapan kecerdasan
yang dimiliki masing-masing siswa. Strategi pembelajaran multiple intelligence adalah suatu
cara mengakses informasi melalui delapan jalur kecerdasan yang ada pada masing-masing
siswa, namun untuk mengeluarkannya kembali seluruh kecerdasan bersinergi dalam satu
kesatuan yang unik sesuai dengan kebutuhan. Sehingga siswa mampu memecahkan masalah-
masalah pembelajaran dengan cara yang menakjubkan. Strategi pembelajaran multiple
intelligence menjadikan siswa sebagai sang juara pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan
kecerdasan yang menonjol pada dirinya, karena pada dasarnya dalam diri setiap siswa selalu
ada satu atau lebih kecerdasan yang menonjol yang dimilikinya. Strategi pembelajaran
multiple intelligence mendorong para guru melakukan inovasi dalam cara mengajarnya. Oleh
karena itu, setiap guru dituntut agar lebih kreatif mencari terobosan untuk mengoptimalkan
semua jenis kecerdasan yang ada.
64
olahraga yang menekankan pada aktivitas kinestetik, cenderung memaksa
semua peserta didik untuk mahir dan bisa mempraktekkan, memeragakan dan
melakukan dengan baik dan benar gerakan-gerakan pada mata pelajaran
olahraga, sementara tidak setiap anak atau peserta didik memiliki kecerdasan
dominan kinestetik.
Dari uraian dan penjelasan-penjelasan di atas, analisis teori multiple
intelligences sebagai sebuah sistem pembelajaran dalam lingkup pendidikan
dan pengajaran. Teori multiple intelligences terklasifikasikan sebagai
kecerdasan bahasa, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual-spasial,
kecerdasan kinestetik-tubuh, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal,
kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Poin-poin dalam teori
multiple intelligences adalah:
1. Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan, hanya saja profil setiap
orang berbeda. Ada yang tinggi pada semua jenis kecerdasan ada pula
yang hanya rata-rata dan tinggi pada dua atau tiga jenis kecerdasan.
2. Orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat
penguasaan yang memadai, kecerdasan dapat distimulasi, dikembangkan
sampai batas tertinggi melalui pengayaan, dukungan yang baik, dan
pengajaran.
3. Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang
kompleks. Dalam aktivitas sehari-hari, kecerdasan saling berkaitan dalam
satu rangkaian, menendang bola (kinestetik), orientasi diri di lapangan
(spasial), mengajukan protes ke wasit (linguistik dan interpersonal).
4. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori seseorang
yang cerdas linguistik belum tentu pandai menulis, tetapi pandai bercerita
dan berbicara secara memukau.
Teori multiple intelligences dalam pembelajaran menunjukkan
perkembangan ke arah yang lebih bersifat pengembangan manusia sesuai
perkembangan teori-teori pendidikan yang diawali dari teori behaviorisme,
kognitivisme, konstruktivisme, dan teori humanistik. Pandangan Islam
mengenai teori multiple intelligences adalah representasi umum tentang
keniscayaan Sang Maha Pencipta, bahwa manusia memiliki kemampuan
(kecerdasan) yang menjadikannya sebagai khalifatul fil ardhi. Langkah awal
tahapan pelaksanaan penerapan teori multiple intelligences dalam
pembelajaran diawali dari kesamaan cara pandang konsep multiple
intelligences sebagai potensi kecerdasan yang dimiliki setiap peserta didik dan
dilanjutkan dengan pelatihan kompetensi guru melalui pelatihan berjenjang.
Dalam aplikasi teori multiple intelligences ditemukan kelemahan pada
sisi aplikasinya, yaitu pada mata pelajaran olahraga dimana pembelajaran
olahraga dominan praktek olahraga membutuhkan kemampuan spesifik seperti
kinestetik atau kinestetik-tubuh (bodily-kinesthetic intelligence), dan setiap
anak memiliki perbedaan dominasi kecerdasan pada kinestetik.
65
BAB III
SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN MANDIRI JAKARTA
PADA PELAKSANAAN MULTIPLE INTELLIGENCES SYSTEM
Pada bab ketiga ini, dijelaskan tentang jaringan sekolah Islam terpadu
Indonesia dan sejarah berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta. Berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dilatar
belakangi oleh tuntutan masyarakat yang menginginkan pendidikan putra-
putrinya yang menguasai nilai-nilai akademik, memiliki akhlak yang mulia,
dapat mengembangkan potensi anak-anak sejak dini dan mendapat
pengalaman belajar dari lingkungan yang menyenangkan. Profil Sekolah
Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dalam tinjauan teori multiple
intellegences system, tahapan pelaksanaan penerapan teori multiple
intelligences dalam pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta.
A. Sejarah Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia.
Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, pesantren merupakan salah
satu produk pendidikan tertua yang pernah dimiliki bangsa ini. Para pakar
pendidikan di Indonesia bahkan menyatakan bahwa karakter budaya
pendidikan pesantren banyak yang telah diadopsi ke dalam sistem pendidikan
nasional dengan munculnya “sekolah-sekolah unggul” atau populer dikenal
dengan boarding school sejak tiga dasawarsa terakhir. Pengadopsian ini
terutama dalam hal metode maupun sistem pembinaan siswanya. Bahkan
Kementerian Agama sendiri sudah sejak pertengahan tahun 1980-an
mengembangkan model pesantren ini di Madrasah Aliyah Progrm Khusus
(MAPK). Hal yang diadopsi oleh Kementerian Agama terutama dalam aspek-
aspek mastery learning yang berkembang di pesantren ke dalam madrasah.1
Dengan demikian secara tidak langsung pesantren sebagai sebuah lembaga
pendidikan Islam tertua di Indonesia telah memberikan sumbangan yang besar
dalam konsep pendidikan di Indonesia. Hal ini memberi angin segar bagi
perkembangan dunia pendidikan di Indonesia terutama dunia pendidikan
Islam.
Sekolah Islam Terpadu (SIT) yang mulai digagas pada awal tahun
1990-an secara tidak langsung juga mengadopsi sistem pendidikan pondok
pesantren atau boarding school. Sebagaimana sekolah boarding school yang
mengembangkan kurikulum sendiri dan memadukan dengan kurikulum
nasional, Sekolah Islam Terpadu juga mengembangkan kurikulum sendiri.
Kurikulum yang dikembangkan oleh SIT terutama menekankan pada
1 Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Logos Wana Ilmu,
2001), 153.
66
kurikulum Alqur’an yakni tahsin dan tahfidz serta integrasi nilai-nilai
keislaman dalam setiap materi ajar. Hal ini sejalan dengan semangat Undang-
Undang No. 20 tahun 2003 yang memberi peluang dan kesempatan yang sama
kepada sekolah yang berciri khas Islam, seperti madrasah dan pesantren yang
bukan sekolah umum.2 Artinya, ciri khas Islam yang melekat pada kurikulum
sekolah tersebut mendapat legitimasi atau pengakuan formal yuridis. Sehingga
dalam proses pengembangan sekolah, munculnya Sekolah Islam Terpadu yang
membawa ciri sebagai sekolah Islam dengan cara mengkombinasikan dengan
kurikulum nasional menjadi suatu keniscayaan.
Berdirinya Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) pada tahun 1992
merupakan langkah besar dalam mewujudkan model sekolah yang mampu
memadukan ilmu qauli dan qauni menjadi satu kesatuan dalam pembelajaran
sehingga diharapkan melalui sekolah-sekolah Islam terpadu terlahir para
peserta didik yang berkualitas, baik secara akademik maupun mental spiritual.3
JSIT Indonesia merupakan induk pemberdaya sekolah-sekolah Islam terpadu
yang bertugas mengarahkan SIT yang berada di bawah naungannya yang
secara bersama-sama menyusun standar kekhasan SIT yang meliputi meliputi
standar konsep Sekolah Islam Terpadu, standar isi atau kurikulum, standar
pendidikan agama Islam, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar
kompetensi lulusan, standar proses, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
standar kerjasama, standar pembinaan peserta didik, standar sarana dan
prasarana, dan standar penilaian, dimana standar tersebut terdiri dari standar
kekhasan Sekolah Islam Terpadu dan standar nasional pendidikan.4 Standar-
standar pendidikan yang dikembangkan oleh JSIT Indonesia mengacu pada
delapan standar pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP), dengan menambahkan nilai-nilai
keislaman yang mencari karakteristik SIT dan tertuang dalam visi dan misinya.
Jaringan Sekolah Islam Terpadu merupakan metamorfosis dari forum
silaturrahim (forsil), yang merupakan gabungan (ghuyub) dari Sekolah-
sekolah Islam Terpadu yang ada di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). 5
Secara de facto, forsil berdiri pada tahun 1993, setahun setelah berdirinya
2 Husni Rahim, Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Logos
Wana Ilmu, 2005), 91. 3 Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam Terpadu yang dibuat oleh Jaringan Islam
Terpadu Indonesia, 2014. 4 Disadur dari Pengantar yang ditulis oleh Sukro Muhab, sebagai Ketua Umum
Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia, pada tanggal 6 Januari 2014 di Jakarta. Kata
Pengantar tersebut terdapat dalam buku Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam Terpadu yang
dibuat oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia, 2014. 5 Delapan Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang
pendidikan di seluruh wilayah hokum NKRI. Lihat UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20
tahun 2003 pasal 35 dan PP nomor 19 tahun 2005.
67
beberapa Sekolah Islam Terpadu di Jabodetabek.6 Dalam perkembangan
selanjutnya seiring dengan makin maraknya pendirian Sekolah-sekolah Islam
Terpadu, forsil semakin mengembangkan organisasinya yang pada akhirnya
bermetamorfosis menjadi Jaringan Sekolah Islam Terpadu. Jaringan Sekolah
Islam Terpadu merupakan induk pemberdaya Sekolah-sekolah Islam
Terpadu.7 Keberadaan Jaringan Sekolah Islam Terpadu ini berfungsi sebagai
upaya untuk mengembangkan sekolah-sekolah ini menjadi sekolah yang
memiliki standar mutu yang tinggi dengan ke-khasan Sekolah Islam Terpadu.
Untuk mendukung upaya ini Jaringan Sekolah Islam Terpadu kemudian
membuat standar mutu bagi Sekolah Islam Terpadu yang bernaung di bawah
naungannya. Adapun standar-standar tersebut mengacu pada Delapan Standar
Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BNSP) dengan tambahan beberapa standar sesuai dengan
kekhasan Sekolah Islam Terpadu. Adapun penambahan standar pendidikan
yang mengacu pada kekhasan Sekolah Islam Terpadu yang telah disusun pada
tahun 2010 terdiri dari: (1) Standar konsep Sekolah Islam Terpadu, (2) Standar
Pendidikan Agama Islam, (3) Standar Kerjasama, (4) Standar Pembinaan
Peserta Didik.8
Sebagai sebuah induk atau wadah kerjasama dalam rangka
pemberdayaan Sekolah-sekolah Islam Terpadu, Jaringan Sekolah Islam
Terpadu Indonesia memiliki enam fungsi, yaitu: (1) Fungsi penggerak, dimana
tugasnya adalah melakukan pemberdayaan terhadap Sekolah Islam Terpadu
yang menjadi anggotanya menuju sekolah yang efektif dan bermutu. (2) Fungsi
koordinasi, dimana tugasnya mengoordinasi program kerjasama antar-anggota
6 Secara legal formal (de jure) memang tidak ada dokumen resmi yang menyebutkan
waktu lahirnya Forsil. Data ini penulis dapatkan dari hasil wawancara dengan Fahmi Alaydrus
salah satu pendiri SIT Nurul Fikri di Depok, yang juga penggiat berdirinya Forsil dan Jaringan
Sekolah Islam Terpadu. Berdasarkan keterangan beliau disebutkan juga bahwa Sekolah-
sekolah Islam Terpadu yang lahir pada tahun 1992 yang mempelopori berdirinya Forsil.
Sekolah-sekolah tersebut antara lain: Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Fikri di Depok
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Hikmah di Jakarta Selatan, Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-
Khairat di Jakarta Timur, Sekolah Dasar Islam Terpadu IQRO di Bekasi, dan Sekolah Dasar
Islam Terpadu Ummul Quro di Bogor. 7 Istilah “terpadu” dalam term Sekolah Islam Terpadu adalah sebagai penguat (taukid)
dari Islam itu sendiri, yaitu Islam yang utuh menyeluruh, integral bukan parsial, syumuliah
bukan juz’iyah. Dalam aplikasinya kemudian, yang menerapkan pendekatan penyelenggaraan
dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi satu jalinan kurikulum.
Dengan pendekatan ini, semua mata pelajaran dan semua kegiatan sekolah tidak terlepas dari
bingkai ajaran dan pesan nilai Islam. Lihat, Tim Mutu Jaringan Sekolah Islam Terpadu
Indonesia, Standar Mutu kekhasan Sekolah Islam Terpadu (Jakarta: JSIT Indonesia, 2014), 5.
Lihat juga, Azyumardi Azra, Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012), 87-88. 8 Tim Mutu JSIT Indonesia, Standar Mutu kekhasan Sekolah Islam Terpadu, VI.
Lihat juga, lampiran-lampiran terkait hal ini yang penulis lampirkan di akhir penulisan.
68
Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. (3) Fungsi supervisi, tugasnya
melakukan pengawasan, penilaian, dan pembinaan dalam penyelenggaraan
sekolah bagi anggota Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia menuju
sekolah yang efektif dan bermutu. (4) Fungsi advokasi, yaitu melakukan
pembelaan untuk umat Islam di bidang pendidikan. (5) Fungsi pelayanan,
berupa aktivitas melayani, membantu, dan memfasilitasi kebutuhan
anggotanya. (6) Fungsi riset dan pengembangan, yaitu melakukan penelitian
dan pengkajian bidang pendidikan bagi pengembangan sekolah-sekolah yang
menjadi anggotanya. Untuk menjalankan fungsinya ini Jaringan Sekolah Islam
Terpadu Indonesia terus melakukan pembenahan-pembenahan baik dari
tataran konsep, manajemen maupun ruang gerak. Adapun beberapa
pembenahan-pembenahan yang telah dilakukan antara lain adalah
“Penyusunan Visi, Misi, dan Tujuan”.
Untuk pencapaian suatu tujuan dalam sebuah organisasi tentunya
diperlukan suatu perencanaan dan tindakan nyata. Visi dan misi dalam hal ini
dapat dikatakan sebagai konsep perencanaan dan tindakan nyata untuk
mencapai suatu tujuan. Secara rinci dapat dikatakan bahwa visi merupakan
konsep, gagasan, pemikiran, pandangan ke depan yang merupakan tujuan
jangka panjang atau cita-cita masa depan yang hendak diwujudkan. 9 Terkait
dengan Jaringan Sekolah Islam Terpadu sebagai wadah dari lembaga
pendidikan Islam, maka visinya pun disesuaikan dengan cita-cita dan tujuan
jangka panjang pendidikan Islam itu sendiri yaitu terbentuknya pribadi yang
Islami (shaksiyah Islamiyah) yang aktif berperan serta dalam menjaga dan
membina diri dan lingkungannya (rahmatan lil alamin) pribadi yang dapat
menebarkan rahmat bagi seluruh umat manusia.10
Adapun visi Jaringan Sekolah Islam Terpadu adalah, “Menjadi pusat
penggerak dan pemberdaya Sekolah Islam Terpadu di Indonesia menuju
sekolah efektif dan bermutu”. Visi ini dirumuskan setelah proses
metamorphosis dari Forsil ke Jaringan Sekolah Islam Terpadu, oleh para
penggiat Sekolah Islam Terpadu yang bernaung di bawah wadah Jaringan
Sekolah Islam Terpadu. Landasan filosofis dari dirumuskannya visi ini adalah
bahwa perspektif Islam tentang pendidikan tidak dapat dipisahkan dari hakikat
dan tujuan penciptaan manusia yaitu dalam rangka menunaikan misi suci
(risalatul insan) yakni tugas kekhalifahan berupa memakmurkan dan
memelihara negeri.11 Dengan demikian pendidikan yang diselenggarakan oleh
9 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam. Cet. II (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), 41-42. 10 Tim Mutu JSIT Indonesia, Standar Mutu kekhasan Sekolah Islam Terpadu, 179.
Lihat juga, Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. II, 44. Lihat juga, Ahmad D. Marimba,
Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: al-Ma’arif, 1989), 39. 11 Tim Mutu JSIT Indonesia, Standar Mutu kekhasan Sekolah Islam Terpadu, 1. Lihat
juga, Alquran surat al-Baqārah ayat 30 dan surat al-Anbiyā’ ayat 107.
69
Sekolah Islam Terpadu yang berada dalam naungan Jaringan Sekolah Islam
Terpadu dilakukan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki
kesadaran, kemampuan, dan tanggung jawab dalam menjalankan misi
kekhalifahan tersebut. Inilah makna secara filsofis dari sekolah efektif dan
bermutu.
Dirumuskannya visi Jaringan Sekolah Islam Terpadu sebagaimana
disebutkan di atas, juga dilatarbelakangi oleh beberapa hal berikut;12 Pertama,
Pendidikan yang berlangsung di sekolah-sekolah umum dan sekolah Islam
selama ini belum menemukan bentuk yang optimal, baik dari sisi tujuan
maupun prosesnya. Tujuan dan proses pendidikan yang berlangsung selama
ini baru sekedar dalam tataran konsep dan hanya menyentuh tataran kognitif.
Pendidikan khususnya pendidikan Islam yang ada selama ini belum
menjadikan pendidikan Islam sebagai pranata yang kuat (manhaji) berwibawa,
efektif, dan kredibel dalam mewujudkan cita-cita Islam. Kedua, pendidikan
Islam yang berlangsung di lembaga pendidikan Islam belum menjadikan Islam
sebagai basis pembelajaran secara integral dan komprehensif. Dengan kata lain
nilai-nilai Islam tidak terintegrasi dalam pembelajaran lain selain pembelajaran
agama Islam. Hal ini menyebabkan lahirnya produk peserta didik yang cerdas
secara kognitif namun kering nilai spiritual. Akibatnya lembaga pendidikan
selama ini hanya melahirkan orang pintar namun tidak membawa manfaat bagi
alam. Untuk itulah Sekolah Islam Terpadu hadir menawarkan Islamisasi
pembelajaran, yaitu sebuah proses internalisasi nilai-nilai Islam dalam proses
pembelajaran sehingga peserta didik dapat merealisasikan dan
mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam semua sendi kehidupannya.13
Ketiga, hal ketiga yang melatarbelakangi visi Jaringan Sekolah Islam Terpadu
adalah tata kelola pada proses pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah Islam
masih kurang efektif, dalam arti belum berbasis High Order Thingking, yaitu
sebuah proses berpikir tingkat tinggi yang berupa berpikir kritis dan kreatif.14
Kemampuan berfikir kritis dan kreatif akan melahirkan manusia-manusia yang
kreatif dan mampu berperan aktif dalam memproduksi kemaslahatan yang
menumbuhkan kemanfaatan bagi hidup dan kehidupan manusia.
Untuk mencapai sebuah visi, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah merumuskan misi. Karena misi merupakan langkah-langkah yang
dilakukan dalam rangka pencapaian visi. Dengan kata lain misi merupakan
jembatan untuk mencapai visi. Dengan demikian visi dan misi harus memiliki
12 Wawancara dengan Fahmi Alaydrus salah satu pendiri SIT Nurul Fikri di Depok,
yang juga penggiat berdirinya Forsil dan Jaringan Sekolah Islam Terpadu. 13 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, bab Islami Pembelajaran. 14 Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu menghafal
(recall thinking), berfikir dasar (basic thinking), berfikir kritis (critical thinking), dan berfikir
kreatif (creative thinking).
70
hubungan fungsional simbiotik, yaitu saling mengisi dan timbal balik.15
Dengan demikian misi dibuat sejalan dengan tujuan pada tercapainya visi.
Terkait hal itu, maka berdasarkan visi Jaringan Sekolah Islam Terpadu
“Menjadi pusat penggerak dan pemberdaya Sekolah Islam Terpadu di
Indonesia menuju sekolah efektif dan bermutu”, dirumuskanlah misi sebagai
berikut:
1. Membangun jaringan efektif antar Sekolah Islam Terpadu di Indonesia.
Dalam pandangan Jaringan Sekolah Islam Terpadu, pendidikan
merupakan salah satu sarana dalam mengajak manusia kepada kebaikan
(dakwah ilallah). Sebagaimana karakteristik dakwah yang membutuhkan jalan
yang panjang dan waktu yang lama, maka dakwah dalam dunia pendidikan pun
demikian. Dalam perspektif umum disebutkan bahwa mendidik itu bersifat
jangka panjang atau long life education. Untuk itu perlu dibangun kerjasama
antar lembaga pendidikan. Misi Jaringan Sekolah Islam Terpadu yang pertama
menggambarkan hal ini. Kerjasama merupakan fitrah manusia dan kebutuhan
akan kerjasama ini akan makin terasa di era modern seperti sekarang. Untuk
itulah perlu terus dibangun kerjasama antar Sekolah Islam Terpadu yang
berada di bawah naungan Jaringan Sekolah Islam Terpadu melalui program-
program yang selaras. Membangun jaringan dalam jalinan kerjasama ini
dilakukan Jaringan Sekolah Islam Terpadu dengan berpegang pada asas
manfaat, maslahat, legalitas, dan adil.
2. Meningkatkan efektifitas pengelolaan Sekolah Islam Terpadu di Indonesia.
Misi ini dilakukan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu dalam rangka
menjaga dan meningkatkan mutu Sekolah Islam Terpadu. Beberapa aksi yang
dilakukan Jaringan Sekolah Islam Terpadu dalam mencapai misinya ini antara
lain; (1) menerbitkan Buku Standar Mutu Sekolah Islam Terpadu dan Buku
Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam Terpadu. Buku ini harus menjadi acuan
bagi Sekolah Islam Terpadu yang berada di bawah naungan (menjadi anggota)
Jaringan Sekolah Islam Terpadu, selain kurikulum nasional yang memang
sudah ditetapkan oleh pemerintah. Diterbitkannya dua buku ini bertujuan
untuk; 16menjaga orisinalitas visi misi Sekolah Islam Terpadu sesuai dengan
yang telah ditetapkan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu, membantu
pengelola sekolah (yayasan), kepsek, dan guru dalam menjalankan tugasnya di
lembaga pendidikan masing-masing, dan membangun diferensiasi dan
kekhasan sebagai sekolah Islam yang berkualitas. (2) Memberlakukan tata
tertib, norma dan etika, yang dibuatkan berdasarkan etika dan nilai Islami serta
kepatutan sosial. Untuk itu Jaringan Sekolah Islam Terpadu menerapkan
proses seleksi dan rekrutmen yang ketat terhadap calon kepala sekolah dan
guru yang meliputi pemikiran, sikap moral dan perilaku (suluk) yang sesuai
15 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam. Cet. II, 45. 16 Tim Mutu JSIT Indonesia, Standar Mutu kekhasan Sekolah Islam Terpadu, iii.
71
dengan ajaran Islam, serta mendapat rekomendasi dari sumber yang dipercaya
oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu serta memenuhi standar yang telah
ditetapkan pemerintah.17 (3) mengawal mutu Sekolah Islam Terpadu dengan
menyelenggarakan sertifikasi bagi Sekolah-sekolah Islam Terpadu yang
menjadi anggota Jaringan Sekolah Islam Terpadu.
3. Melakukan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Hal yang dilakukan Jaringan Sekolah Islam Terpadu untuk mencapai
misi ini antara lain adalah menyelenggarakan training-training (pembinaan)
bagi pengelola sekolah, kepala sekolah dan guru terkait dengan kebutuhan
dalam pengelolaan sekolah dan proses pembelajaran. Pembinaan yang
dilakukan bekerjasama dengan pihak-pihak luar yang kompeten di bidang
pendidikan, baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah, baik dalam
negeri maupun luar negeri.
4. Melakukan Pengembangan Kurikulum Sekolah Islam Terpadu di Indonesia.
Secara umum kurikulum diartikan sebagai susunan bahan atau materi
ajar yang akan digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pendidikan di sebuah
lembaga pendidikan sehingga arah kegiatan pendidikan menjadi jelas dan
terang.18 Pasal 36 ayat 3 UU Sistem Pendidikan Nasional lebih lanjut
mengemukakan bahwa kurikulum hendaknya disusun sesuai dengan jenjang
dan jenis pendidikan dalam kerangka NKRI dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut; (1) peningkatan iman dan takwa, (2) Peningkatan akhlak
mulia, (3) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik, (4)
keragaman potensi daerah dan lingkungan, (5) tuntutan pembangunan daerah
dan nasional, (6) tuntutan dunia kerja, (7) perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, (8) agama, (9) dinamika perkembangan global, (10)
persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Sekolah Islam Terpadu yang pada hakikatnya merupakan sekolah yang
mengimplentasikan konsep pendidikan Islam berdasarkan al-Quran dan hadis,
memiliki kepentingan besar untuk menyusun kurikulumnya sesuai dengan hal
ini. Jika dilihat panduan pengembangan pengembangan kurikulum menurut
pasal 36 ayat 3 UU Sisdiknas no 20 tahun 2003, maka Sekolah Islam Terpadu
memiliki peluang yang besar untuk menyusun pengembangan kurikulum
sesuai dengan kekhasannya. Kekhasan ini tentunya bersifat mandiri dalam arti
kekhasan ini tidak terdapat dalam kurikulum nasional, atau bisa juga kekhasan
ini bersifat pengembangan, dalam arti kompetensi dimaksud terdapat dalam
17 Lihat, Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah, dan
Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru. 18 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam. Cet. II, 121. Lihat juga, UU no 20 tahun 2003
pasal 1 poin 19. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Depdiknas, 2002), 617.
72
kurikulum nasional namun diperluas atau diperdalam oleh Jaringan Sekolah
Islam Terpadu sesuai dengan kekhasan Sekolah Islam Terpadu.19
Pengembangan kurikulum merupakan pekerjaan dan usaha bersama-
sama yang melibatkan banyak pihak yang berkompeten terutama guru sebagai
pelaksana di lapangan.20 Penyusunan pengembangan kurikulum kekhasan
Sekolah Islam Terpadu diwadahi oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu dengan
mengundang perwakilan guru dari Sekolah-sekolah Islam Terpadu yang
menjadi anggota Jaringan Sekolah Islam Terpadu melalui acara lokakarya
nasional. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa guru pada hakikatnya
memiliki kewenangan yang besar untuk melakukan inovasi kurikulum,
mengujinya di dalam kelas, dan kemudian mengevaluasinya.
5. Melakukan aksi dan advokasi bidang pendidikan.
Ditinjau dari aspek legal formal kelembagaan, sekolah di Indonesia
dibagi menjadi dua katagori, yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah
negeri merupakan sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah, sedangkan
sekolah swasta adalah sekolah yang diselenggarakan oleh non
pemerintah/swasta dengan penyelenggaranya berupa yayasan. Sekolah Islam
Terpadu termasuk dalam katagori sekolah swasta di mana pendiriannya
dilakukan oleh perorangan atau kelompok di bawah payung hokum yayasan
masing-masing.
Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia sebagai organisasi
masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan, yang salah satu fungsi
keberadaannya adalah memelopori pemberdayaan Sekolah Islam Terpadu di
Indonesia menuju sekolah efektif dan bermutu serta melakukan pembelaan
untuk umat Islam di bidang pendidikan. Terkait dengan fungsi advokasi ini,
fungsi yang dilakukan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu antara lain adalah
ikut mengawal kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait
dengan pendidikan, melakukan advokasi dan pendampingan terhadap tenaga
pendidik dan kependidikan yang membutuhkan bantuan hukum, dan
sebagainya.
6. Menjalin kemitraan strategis dengan institusi nasional dan internasional.
Salah satu kekhasan Sekolah Islam Terpadu yang secara khusus dibuat
oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu adalah standar kerjasama. Tujuannya
adalah agar Sekolah Islam Terpadu dapat tumbuh dan berkembang dengan
melakukan berbagai kerjasama dengan berbagai pihak baik internal (Komite
Sekolah, Sekolah Islam Terpadu lainnya, dan Jaringan Sekolah Islam Terpadu
sendiri), maupun eksternal (Pemerintah melalui dinas terkait, sekolah lain di
19 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, bab Daftar Penambahan Kekhasan
Kurikulum SIT. 20 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokrati. Cet. IV (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2013), 72.
73
luar Sekolah Islam Terpadu, pihak atau lembaga lain baik nasional maupun
internasional.
Sehubungan dengan kerjasama ini, Jaringan Sekolah Islam Terpadu
menjadi mediator kerjasama antara Sekolah Islam Terpadu dengan mitranya,
dengan mekanisme sebagai berikut: (1) kerjasama yang dilakukan secara
tertulis dan resmi, harus mencantumkan hak dan kewajiban para pihak terkait.
(2) Kerjasama yang mengatasnamakan Jaringan Sekolah Islam Terpadu harus
mendapat persetujuan dari Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. (3)
Memberikan laporan realisasi kerjasama kepada Jaringan Sekolah Islam
Terpadu Indonesia.
7. Menggalang sumber-sumber pembiayaan pendidikan.
Penggalangan dana dilakukan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu
Indonesia dengan melakukan kerjasama dengan pihak manapun baik
pemerintah maupun non pemerintah asalkan dapat membawa maslahat bagi
pengembangan Sekolah Islam Terpadu dan tidak bertentangan dengan asas,
visi, dan misinya.
Berdasarkan visi dan misi yang telah disusunnya Jaringan Sekolah
Islam Terpadu Indonesia selanjutnya merumuskan tujuan kerjanya demi
tercapainya visi dan misi tersebut.21 Adapun tujuan yang telah dirumuskan oleh
Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia adalah; (1) terciptanya jaringan
kerjasama antara peneliti, pengembang, pemerhati, penyelenggara, dan
pengelola pendidikan atau sekolah yang menjadi anggota Jaringan Sekolah
Islam Terpadu Indonesia; (2) meningkatnya kompetensi dan profesionalitas
pendidik dan tenaga kependidikan Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia;
(3) berlangsungnya proses perbaikan dan pengembangan kurikulum Sekolah
Islam Terpadu; (4) terjalinnya kemitraan strategis dengan instansi/institusi
nasional maupun internasional.
Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia yang merupakan wadah
bagi Sekolah-sekolah Islam Terpadu yang menjadi anggotanya memiliki peran
yang cukup strategis bagi pengembangan Sekolah Islam Terpadu terutama bagi
Sekolah Islam Terpadu yang baru berdiri. Meski memberikan pendampingan
dan pembinaan, namun Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia
memberikan kebebasan kepada Sekolah Islam Terpadu yang menjadi
anggotanya untuk melakukan inovasi-inovasi dalam rangka pengembangan
sekolah sesuai dengan kearifan lokal di mana sekolah itu berada. Di sisi lain
Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia juga tidak melakukan intervensi
dalam kebijakan sekolah masing-masing, namun hanya memberikan
pandangan dan pendampingan jika memang sekolah tersebut membutuhkan
pendampingan. Berdasarkan wawancara di lapangan dengan beberapa
21 Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai dalam waktu tertentu. Tujuan memiliki
cakupan yang lebih kecil dan merupakan bagian dari misi.
74
pengelola Sekolah Islam Terpadu yang menjadi anggota Jaringan Sekolah
Islam Terpadu Indonesia, penulis mendapatkan data bahwa rata-rata pengelola
Sekolah Islam Terpadu merasakan manfaat keberadaan Jaringan Sekolah Islam
Terpadu Indonesia terutama dalam hal bimbingan dan arahan bagaimana
mengelola Sekolah Islam Terpadu yang efektif dan bermutu, serta membuka
networking dengan Sekolah-sekolah Islam Terpadu lainnya dari seluruh
Indonesia serta menjalin kemitraan dengan lembaga-lembaga lain di luar
Sekolah Islam Terpadu.22
B. Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dalam
Tinjauan Teori Multiple Intelligences System.
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah Sekolah Dasar
Islam yang berada dibawah naungan Departemen pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. Ketika berdiri pada 21 Juli 2003, beralamat di Jl. Buncit
Raya, Warung Jati Barat I No.82 Kalibata Pancoran Jakarta Selatan. Pada 18
Juli 2005 Insan Mandiri menempati gedung baru Jl. Batu Merah No.71 Rt
02/02 Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan di bawah Yayasan
Rachmatan Lil’alamin. Tahun 2007 menjadi laboratorium sekolah bagian
psikologi pendidikan, fakultas psikologi universitas Indonesia. Pada tanggal
24 Februari 2010 Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri menandatangani
kerja sama dengan yayasan kualita pendidikan Indonesia (KPI) tentang school
improvement program (SIP).23 Pada awal tahun pembelajaran, sekolah ini
hanya memiliki 2 kelas dengan 36 murid. Pada Tahun kedua berdirinya
sekolah ini menunjukkan perkembangan yang signifikan jika dilihat dari
jumlah muridnya. Hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari
masyarakat untuk memasukkan anaknya di sekolah ini, meski ketika itu jika
dilihat dari sisi sarana dan pra sarana sangat jauh dari ideal jika dibandingkan
dengan sekolah-sekolah sejenis saat itu.
Berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, dilatar
belakangi oleh semangat ingin mengaktualisasikan potensi fitrah setiap anak
dalam perilaku nyata sehari-hari. Oleh karena itu, pembentukan karakter dalam
bingkai nilai-nilai Islami yang sesuai dengan Alquran dan hadits Nabi,
mendapat perhatian yang cukup besar selain nilai-nilai akademik dalam
bingkai ranah kognitif dan psikomotorik.24 Dalam perjalanannya, tepatnya
22 Wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah dari beberapa SIT : 1. Sekolah
Dasar Islam Terpadu Al-Hikmah Jakarta Selatan, 2. Sekolah Dasar Islam Terpadu Buah hati
Jakarta Timur, 3. Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Ilmi di Bali, 4. Sekolah Dasar Islam
Terpadu Al-Mumtaz di Pontianak. 23 Dinukil dari sejarah singkat Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta,
yang tertuang dalam buku Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri. 24 Dinukil dari sambutan oleh Heni Lestari, sebagai Kepala Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri Jakarta, periode 2003-2011 yang ditulis dalam buku Profil Sekolah
Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta pada tanggal 24 Desember 2010.
75
tahun 2007 Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta menjadi
laboratory school oleh bagian psikologi pendidikan, fakultas psikologi
universitas Indonesia.25 Tahun 2015 Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta memiliki 15 rombongan belajar dari kelas 1 sampai dengan
kelas 6, dengan jumlah murid 420 orang dan 48 orang guru serta 12 orang
karyawan.
Pada tahun pelajaran 2008/2009 Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta mulai menggunakan instrumen multiple intelligences research
(MIR) secara sistemik, meliputi input calon peserta didik baru dan lama, proses
pembelajaran dan output. Walaupun sejak berdirinya Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri sudah menggunakan pembelajaran proses multiple
intelligences walaupun belum secara sistemik.
Proses penerimaan peserta didik baru di Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri Jakarta dilakukan setiap bulan Nopember. Penerimaan peserta
didik baru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dilakukan
oleh kepanitiaan yang tersusun melalui rapat pimpinan. Peserta didik baru yang
diterima setiap tahunnya berjumlah 74 anak atau sesuai jumlah kuota pada
tahun tersebut. Sehingga, deskripsi input calon peserta didik baru memiliki
latar belakang yang berbeda-beda, baik kemampuan emosi, kognitif dan
perilaku. Kecerdasan yang beranekaragam dari peserta didik menjadi
tantangan bagi guru dalam menyusun strategi pembelajaran. Hal ini sangat
sesuai dengan motto Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
sebagai “Sekolah Para Juara dan Sayang Teman,” dimana semua anak dihargai
akan potensinya sejak mereka menjadi calon peseta didik baru. Berikut gambar
diagran alur proses input penerimaan calon siswa baru:
3.1 Diagram Bagan Alur Input Penerimaan Calon Siswa Baru
25 Proyek oleh Fakultas Psikologi bagian Psikologi pendidikan Universitas Indonesia
yang dilaksanakan selama satu tahun dari tahun 2007 sampai 2008. Kegiatan yang dilakukan
adalah observasi peserta didik, wawancara orangtua peserta didik, dan melakukan second opini
untuk menghasilkan sebuah analisis tentang treatment atau perlakukan yang dianggap perlu
dilakukan pada peserta didik angkatan pertama Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta.
76
Penerimaan peserta didik baru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta tanpa melalui tes baca tulis hitung (calistung). Calon peserta
didik hanya diobservasi dengan menggunakan dua alat observasi, yaitu
Observasi Kematangan Sekolah (OKS) dan Multiple Intelligences Research
serta wawancara calon orang tua murid.26
Calon orang tua peserta didik berkesempatan untuk mengikuti acara
open house yang digelar sebelum pengambilan formulir pendaftaran. Open
house adalah ajang silaturahim yang dilaksanakan secara terbuka untuk umum
pesertanya dalam bentuk observasi kelas atau ruang belajar, lingkungan
sekolah, fasilitas sekolah, kurikulum dan manajemen sekolah serta perkenalan
para guru. Open house diadakan untuk memberi wawasan kepada calon orang
tua peserta didik tentang visi dan misi sekolah serta kekhasannya. Serta
sosialisasi kepada para orang tua tentang paradigma pendidikan berbasis
multiple intelligences yang diterapkan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta. Pada saat open house para calon orang tua peserta didik
diberikan alur penerimaan peserta didik baru.27
Fokus penelitian pada penerimaan peserta didik baru pada tahun
pelajaran 2011-2012, dimana Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta menerima 3 kelas murid baru dengan jumlah 74 peserta didik baru.
Dari jumlah tersebut, akan diteliti 30 orang peserta didik secara lebih
mendalam.
Pembagian kelas pada penerimaan peserta didik baru tahun pelajaran
2011-2012 dibagi menjadi 3 kelas.28 Data pengelompokkan kelas belum
berdasarkan 8 kelompok kecerdasan yang dihasilkan dari riset multiple
intelligences dikarenakan keterbatasan jumlah kelas yang tersedia, karenanya
untuk mengaplikasi hasil riset multiple intelligences di dalam kelas dibuat
berbagai macam strategi yang dirancang oleh guru sesuai dengan data gaya
belajar peserta didik. Sehingga sangat diperlukan guru-guru yang terlatih
dengan baik dan menguasai konsep multiple intelligences ini.
Berikut hasil multiple intelligences research pada observasi murid
baru.
26 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, bab form wawancara dengan calon orang
tua murid. 27 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, bab diagram alur pendaftaran penerimaan
murid baru. 28 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, bab pembagian kelas murid baru tahun
pelajaran 2011-2012.
77
3.2 Diagram Laporan Hasil Pemeriksaan Psikologis Multiple Intelligences
Research, peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri.29
Penjelasan mengenai diagram 4.2 tentang laporan hasil pemeriksaan
psikologis multiple intelligences research pada peserta didik di Sekolah Dasar
Islam Terpadu Insan Mandiri dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Cerdas musik (cerdas seni). Poin angka yang ditunjukkan dalam grafik
adalah 4.1 dari skala 5.0
2. Cerdas kinestetik (cerdas gerak). Poin angka yang ditunjukkan dalam
grafik adalah 3.3 dari skala 5.0
3. Intrapersonal (cerdas diri). Poin angka yang ditunjukkan dalam grafik
adalah 3.3 dari skala 5.0
4. Cerdas linguistik (cerdas bahasa). Poin angka yang ditunjukkan dalam
grafik adalah 2.9 dari skala 5.0
Arti angka yang ditunjukkan melalui grafik batang adalah indikator
keterpenuhan unsur kecerdasan jamak yang diperoleh peserta didik setelah
mengikuti multiple intelligences research. Empat poin teratas yakni 4.1 sampai
3.3 menunjukkan kecerdasan dominan atau gaya belajar paling dominan yang
dimiliki peserta didik, sedangkan empat poin terbawah 3.3 sampai 2.9
menunjukkan minimnya akses kecerdasan yang dimiliki peserta didik.
Multiple intelligences research adalah instrumen riset yang dapat
memberikan deskripsi tentang kecenderungan kecerdasan seseorang. Dari
29 Sekolah Dassar Islam Terpadu Insan Mandiri telah menggunakan multiple
intelligences research sejak tahun 2008, kemudian informasi laporan hasil tersebut
diaplikasikan guru saat mengajar.
78
analisis terhadap kecenderungan kecerdasan tersebut dapat disimpulkan gaya
belajar terbaik bagi seseorang atau kecerdasan dominan yang dimiliki setiap
anak. Gaya belajar disini diartikan sebagai cara dan pola bagaimana sebuah
informasi dapat dengan baik dan sukses diterima oleh otak seseorang. Oleh
karena itu seharusnya setiap guru memiliki data tentang gaya belajarnya siswa
masing-masing. Kemudian setiap guru harus menyesuaikan gayanya dalam
mengajar dengan gaya belajar siswa yang telah diketahui dari multiple
intelligences research. Yang menarik dari strategi mengajar multiple
intelligences adalah teori multiple intelligences terbukti cukup fleksibel dalam
merespon perbedaan setiap murid. Hal ini dilandasi oleh oleh sebuah
konstruksi kecerdasan yang dimiliki manusia (human intelligences),
penggunaan pendekatan strategi multiple intelligences ditentukan oleh guru
sebagai adminstrator yang mengkreasi kebeabasan praktis mengajar.30
Hasil multiple intelligences research pada penerimaan siswa baru
menjadi data yang penting bagi guru untuk menemukan kondisi siswa.
Selanjutnya multiple intelligences research dapat dilaksanakan tiap tahun pada
saat kenaikan kelas. Data multiple intelligences research tahun lalu dapat
dijadikan masukan untuk pelaksanaan multiple intelligences research pada
tahun depannya. Hal ini sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa
kecerdasan seseorang itu berkembang, tidak statis. Kecerdasan seseorang lebih
banyak berkaitan dengan kebiasaan yaitu perilaku yang diulang-ulang.
Multiple intelligences research yang dilakukan secara berkala terhadap
seseorang dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar akan menjadi
akselerator baginya untuk menemukan kondisi akhir terbaiknya. Dengan
Multiple intelligences research yang dilakukan rutin (minimal setiap tahun),
maka setiap siswa akan memiliki data riwayat kecerdasan yang memungkinkan
seseorang lebih cepat menemukan kondisi akhir terbaiknya. Hasil
pemeriksaan psikologis melalui multiple intelligences research berguna untuk
mengetahui jenis kecerdasan dominan peserta didik. Kecerdasan pada siswa
dapat diketahui dari riset mengenai kebiasaan-kebisaaan anak baik di rumah
maupun di sekolah (di lingkungan tempat tinggal). Terkait multiple
intellegences research yang digunakan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta dipandang sebagai sekolah yang berupaya memberikan
stimulasi pendidikan yang maksimal. Kesadaran ini diupayakan dengan
melakukan observasi kepada setiap anak melalui multiple intellegences
research untuk mengetahui dominasi kecerdasan dan gaya belajar siswa.
Nantinya, gaya belajar tersebut menjadi acuan mengajar guru di multiple
intellegences research yang menunjukkan sisi kecerdasan dominan yang
dimiliki siswa.
30 Linda Campbell dan Bruce Campbell, Multiple Intelligences and Student
Achievement Success Stories From Six Schools (Alexandria, Virginia USA: Association for
Supervision and Curriculum Development ASCD, 2000), 91-92.
79
Bila seorang anak menangkap informasi atau materi apapun sesuai
dengan gaya belajarnya, maka tidak akan ada pelajaran yang sulit.
Sebagaimana yang dilaporkn dalam The Good Project,31 bahwa
mengidentifikasi individu dapat memberikan informasi mengenai jenis
pekerjaan yang sesuai. Dengan multiple intelligences research akan diketahui
deskripsi tentang kecenderungan atau gaya belajar peserta didik. Atas dasar
inilah dapat digunakan pembagian kelas. Pembagian kelas berdasarkan hasil
multiple intelligences research berkaitan dengan persamaan gaya belajar.
Dengan gaya mengajar dan gaya belajar yang sama tercipta efektifitas dalam
proses pembelajaran. Ini dikarenakan peserta didik dalam satu kelas umumnya
mempunyai gaya belajar yang sama.32 Pembelajaran menggunakan aplikasi
kecerdasan jamak menekankan proses pembelajaran terbaik (the best
process).33
Pada dasarnya, Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
memandang semua anak adalah juara. Paradigma bagi guru dan karyawan
terhadap peserta didik menegaskan bahwa pada dasarnya setiap peserta didik
memiliki satu atau lebih potensi kecerdasan dan memiliki minat dan bakat.
Pola pendidikan yang dilakukan disertai program pembiasaan pembentukan
karakter ditunjang dengan sentuhan edukasi yang ramah anak menjadikan
peserta didik nyaman dan bahagia berada di lingkungan Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri.34
Pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
tidak dominan mendidik anak dari sisi kognitif. Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri Jakarta, mengutamakan pembelajaran karakter (akhlak mulia).
Paradigma Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah setiap anak
sedini mungkin harus dikembangkan (pemberdayaan tumbuh kembang)
karakter sosial emosi dan karakter akhlaknya. Di Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri Jakarta, karakter sosial emosi dan karakter akhlak tidak
dibentuk, namun dikembangkan secara alami (natural) melalui pembelajaran
31 Hasil publikasi ilmiah Howard Gardner yang dilaporkan dengan judul: Good Work:
Theory and Practice. The Good Project adalah upaya skala besar untuk mengidentifikasi
individu dan lembaga yang memberikan contoh pekerjaan yang baik, pekerjaan yang sangat
baik dalam kualitas, tanggung jawab sosial, dan bermakna bagi praktisi. Dan untuk
menentukan cara terbaik untuk meningkatkan pekerjaan yang baik di masyarakat kita. 32 Wawancara eksklusif Hernowo dengan Munif Catib tentang buku Sekolahnya
Manusia yang diterbitkan tahun 2009 oleh Penerbit Kaifa Learning, pada tanggal 8 Juni 2009. 33 The best process atau proses terbaik adalah pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas yang dilakukan peserta didik sesuai dengan kecerdasan jamaknya atau sesuai dengan
gaya belajar peserta didik. The best process tidak memerlukan the best input. Titik tekan the
best process adalah input apapun jika dilakukan dengan aktivitas-aktivitas terbaik,
pembelajaran akan menyenangkan dan menjadi mudah dipahami peserta didik. Formula the
best process adalah gaya mengajar guru sama dengan gaya belajar peserta didik. 34 Wawancara dengan orangtua dan beberapa peserta didik serta dengan guru-guru
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri.
80
yang aktif, atraktif dan menyenangkan.35 Dengan menerapkan konsep multiple
intelligences system.36
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta adalah
sekolah ”Para Juara”. Sekolah ini menggunakan proses pembelajaran active
learning yang berbasis multiple intelligences research. Tujuannya untuk
mencapai target pendidikan dan pembentukan karakter; jujur, disiplin, bersih,
peduli, dan mandiri. Tak heran, berkat multiple intelligences research banyak
peserta didik yang meraih prestasi di berbagai bidang, tak hanya bidang sains,
ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga bidang sosial dan bahasa. Prestasi
peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri tidak lepas dari
keberhasilan metodologi multiple intelligences research dan pembelajaran
multiple intelligences strategy. Sejak tahun berdiri 2003 sampai tahun 2011,
koleksi piala yang ditorehkan peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri sudah bertengger lebih dari 600 piala dari berbagai ajang
perlombaan.37 Oleh karena itu, Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta tidak mengenal sistem ranking dan tinggal kelas, sebab itu akan
berdampak buruk bagi psikologis anak. Bagi anak yang prestasi akademiknya
menurun akan ada penanganan tersendiri. Guru akan membantu mengatasi
kesulitan anak dan memberikan laporan perkembangan murid kepada orangtua
sesering mungkin.38 Karena itu, Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan input calon
peserta didik baru.39 Faktor yang menengarai hal tersebut adalah infomasi yang
kuat dari para orangtua peserta didik ke sesama orangtua. Informasi tersebut
35 Setiap anak memiliki potensi minat dan bakat. Minat dan bakat anak terlihat dari
kemampuan-kemampuan dominan yang dimiliki, baik yang tersembunyi dan yang terlihat.
Kemampuan anak adalah eksplorasi potensi belajar yang dimiliki secara bawaan (genetik), dan
dimiliki melalui proses belajar (lingkungan). Kemampuan tersebut telah ada dalam bentuk
potensi dan sekolah harus mengembangkan sesuai usia tumbuh dan kembangnya anak. Setiap
anak adalah fitrah dan fitrah anak cenderung kebaikan (potensi Ilahiah). Sehingga, yang tepat
dalam pendidikan karakter sosial emosi dan karakter akhlak adalah mengembangkannya
bukan membentuk (bentuk baru) akhlak, dengan karakter yang baik dan mandiri. Hal ini sesuai
dengan statement dari Retno S. Sudibyo, ketika mempresentasikan “Pendidikan untuk
Pengembangan Berkelanjutan”. Yang disajikan pada Simposium Tahunan Penelitian
Pendidikan 2007, Balitbang Kemdiknas RI.
36 Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta menerapkan manajemen
multiple intelligences system, yaitu: sebuah proses pengelolaan pendidikan yang diawali dari:
paradigma input, proses dan output.
37 Wawancara dengan Rohmat, sebagai Kepala Sekolah Dasar Islam Terpaadu Insan
Mandiri Jakarta. Tanggal 26 Nopember 2015.
38 Wawancara dengan Rohmat sebagai Kepala Sekolah Dasar Islam Terpaadu Insan
Mandiri Jakarta. Pada tanggal 26 Nopember 2015.
39 Penerimaan calon peserta didik baru bagi Sekolah Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta. Pendaftaran di Sekolah Islam Terpadu Insan Mandiri dibuka jam 08.00 WIB, ditutup
pada jam 10.00 WIB jika kuota sudah terpenuhi sesuai jumlah daya tampung 3 kelas atau 75
peserta didik.
81
mengalir tanpa harus memasang spanduk penerimaan peserta didik baru.
Informasi tersebut tidak lain adalah sebuah testimoni dalam bentuk cerita-
cerita dari orangtua peserta didik ke calon orangtua peserta didik.40
Ciri khas Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta,
mendidik karakter sesuai potensi anak didik, mulai dari kelas satu sampai kelas
enam. Dengan mengedepankan pendidikan karakter dan psikologi sosial.
Konsep pendidikan karakter itu tidak akan berjalan tanpa tenaga pengajar yang
berkualitas. Oleh karena itu, tenaga pengajar Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri pun harus berkarakter pula,41 yang ditambah dengan kemasan
kurikulum bermuatan Alquran, tahsin dan tahfiz. Pembelajaran di Sekolah
Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri di selipkan nilai-nilai Islam, dan nilai
pembelajaran setiap pelajaran tidak terpisah. Namun, diperkaya dengan
informasi (akhlak) Islam agar pondasi keislaman dan karakterter tertanam kuat
sejak kecil.42 Setiap guru Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri harus
mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan komptensi diri dan
kompetensi pedagogik.43
1. Landasan Filosofi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta.
Landasan filosofi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
tidak terlepas dari tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan merupakan
upaya menumbuhkembangkan seorang manusia agar mampu merekonstruksi
40 Beberapa anak lelaki dalam lingkaran kelompok kecil nampak
hikmat mendengarkan seorang teman mereka menghafalkan sebuah ayat suci Alquran. Duduk
di antara kelompok itu seorang guru yang memandu jalannya hafalan sambil sesekali
mengoreksi bacaan atau hafalan yang salah. Tak jauh dari situ, di dalam ruangan kelas, anak-
anak yang lebih kecil antusias mendengarkan berbagi cerita apa yang telah dilakukannya
di rumah dengan Bu Guru. Ada yang tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita temannya,
ada pula yang tak bisa diam dan tak sabaran ingin segera membagi ceritanya. Begitulah
suasana di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Setiap murid aktif mengikuti
beragam aktivitas dan menjalankan perannya di sekolah. Alhamdulillah, hingga kini kami
masih merasa puas dengan pilihan sekolah yang telah kami ambil karena anak-anak mengalami
kemajuan yang luar biasa dan mereka sangat senang (enjoy) bersekolah di sana.
41 Pelaksanaan pendidikan karakter yang disesuaikan dengan psikologi sosial telah
lama dipraktekkan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri yakni, sejak berdiri tahun
2003, dan ini jauh sebelum Kementrian Pendidikan dan kebudayaan menggaungkan
pendidikan karakter.
42 Wawancara dengan Rohmat, sebagai Kepala Sekolah Dasar Islam terpaadu Insan
Mandiri Jakarta. Tanggal 26 Nopember 2015.
43 Guru-Guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, 100%
merupakan lulusan sarjana (strata 1). Hal ini menjadi prioritas manajemen sekolah demi untuk
meningkatkan kualitas diri guru.
82
diri secara luas sehingga mampu membangun dirinya, keluarga, masyarakat
sesuai dengan apa yang diinginkan Allah Swt. Pendidikan harus menjadi bekal
memaknai kehidupan, pembelajaran harus mampu mengajarkan kita untuk
menjalani hidup.44 Sehingga menunjukkan betapa pentingnya proses
pendidikan dalam segala aspek kehidupan. Setidaknya ungkapan bahwa
pendidikan bukan segala-galanya tetapi segala-galanya berawal dari
pendidikan45 mendukung sebagai penguatan filosofi.
Dalam konsepsi Islam, fungsi utama sekolah adalah sebagai media
realisasi pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, aqidah, dan syariat demi
terwujudnya pengabdian kepada Allah Swt dan mengembangkan segala bakat
dan potensi manusia sesuai fitrahnya sehingga terhindar dari berbagai
penyimpangan. Perspektif Islam tentang kependidikan tidak dapat dilepaskan
dari hakekat dan tujuan penciptaan manusia. Islam menegaskan bahwa, misi
penciptaan manusia adalah untuk dan dalam rangka menunaikan misinya yang
suci, yakni menunaikan amanah kekhalifahan diatas muka bumi. Menunaikan
kekhalifahan berarti memimpin, mengelola, dan memelihara hidup dan
kehidupan untuk mendapatkan tujuan kedamaian, keharmonisan,
kesejahteraan yang merupakan wujud kasih sayang Allah Swt (rahmatan lil
‘alamin). Allah Swt dengan tegas menyatakan misi kerisalahann manusia ini
dalam Alquran, berbunyi: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.46 Dengan demikian, pendidikan dalam pandangan Islam adalah segala
upaya yang dilakukan untuk mempersiapkan manusia agar memiliki
kesadaran, kemampuan, dan tanggungjawab untuk menjalankan misi
kekhalifahan tersebut.
Landasan filosofi pendidikan Islam yang diacu Jaringan Sekolah Islam
Terpadu didasarkan pada konsepsi dasar Islam sebagai agama yang sempurna
dengan memberikan pijakan yang jelas tentang tujuan dan hakekat pendidikan,
yakni memberdayakan potensi firtah manusia yang condong kepada nilai-nilai
44 Dinukil dari statement Sheika Mozah binti Naser dari Qatar Foundation saat
memberikan sambutan pada acara Silaturahmi Pendidikan di Jakarta pada tanggal 21 Januari
2014. 45 Pendidikan bukan segala-galanya tetapi segala-galanya berawal dari pendidikan.
Adalah sebuah ungkapan yang merupakan peribahasa bahasa Indonesia yang digunakan untuk
mendeskripsikan mengenai suatu keadaan yang sebenarnya. 46 Lihat, Alquran surat al-Baqārah, ayat 30. Ayat ini menjelaskan tentang penciptaan
manusia yang sebelum penciptaan, Allah memberitahu kepada Malaikat dan Iblis agar
keduanya bersujud kepada manusia (Adam), namun hanya Malaikat yang bersujud kepada
mansusia (Adam), setelah Malaikat bertanya kepada Allah Swt, “apakah Allah akan
menciptakan manusia yang gemar melakukan kerusakan di muka bumi dan menumpahkan
darah bagi sesamanya?” Allah menjawab pertanyaan Malaikat dengan jawaban, “Aku (Allah)
lebih tahu dan Maha Mengetahui segala sesuatu”. Maka, bersujudlah Malaikat kepada manusia
(Adam), kecuali Iblis yang menyombongkan diri, dengan alasan Iblis lebih mulia ketimbang
manusia.
83
kebenaran dan kebajikan agar dapat memfungsikan dirinya sebagai hamba,47
yang siap menjalankan risalah yang dibebankan kepadanya sebagai khalifah di
muka bumi.48 Oleh karena itu, pendidikan berarti merupakan suatu proses
membina seluruh potensi manusia sebagai makhluk yang beriman dan
bertaqwa, berpikir dan berkarya untuk kemashlahatan diri dan lingkungan.
Manusia membutuhkan pendidikan sebagaimana manusia membutuhkan
makanan, karena hakekat manusia sebagai mahkluk yang paradoksal.49
Tujuan pendidikan seharusnya mengajarkan, mengasuh, melatih,
mengarahkan, membina dan mengembangkan seluruh potensi peserta didik
dalam rangka menyiapkan peserta didik merealisasikan fungsi dan risalah
kemanusiaannya di hadapan Allah Swt, yaitu mengabdi sepenuhnya kepada
Allah Swt dan menjalankan misi kekhalifahan di muka bumi sebagai makhluk
yang berupaya memakmurkan kehidupan dalam tatanan hidup bersama (living
together) dengan aman, damai dan sejahtera. Karena itu tujuan pendidikan
seharusnya diarahkan kepada upaya ma’rifah terhadap Allah Swt dalam upaya
mengokohkan tali hubungan denganNya sebagai Rabb, pencipta, pemelihara
dan penguasa alam raya, dan kemampuannya meningkatkan kualitas hubungan
dengan sesama makhluk di alam fana ini guna bersama merealisasikan dan
mengimplementasikan nilai-nilai ilahiyah sehingga tercipta kedamaian dan
kesejahteraan bagi sesama dan semua. 50
Dengan landasan filosofis seperti itulah, dalam kesejarahannya Islam
telah membuktikan diri sebagai ummat yang memiliki peradaban gemilang
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan mengungguli
kejayaan Eropa pada zamannya, sekitar abad ke 8 sampai ke 10 masehi, Islam
telah mewariskan ilmu dan pengetahuan yang mengagumkan dengan tokoh-
tokoh ilmuwannya yang besar seperti Jabir Ibnu Hayyan sebagai ahli kimia
pertama dan penemu teori atom jauh sebelum Jhon Dalton abad ke 18.51 Al
Khawarizmi seorang ahli matematika dan astronomi pada abad ke 9 yang
menemukan konsep aljabar dan trigonometri, Ar Razi seorang yang ahli
47 Lihat, Alquran surat al-Shams ayat 8. Lihat juga, Alquran surat al-Dzariyat ayat 56. 48 Lihat, Alquran surat al-Baqārah ayat 30. Lihat juga, Alquran surat al-Ahzab ayat
72. 49 Louis Leahy, Manusia Sebuah Misteri: Sintesa Filosofis tentang Makhluk
Paradoksal (Jakarta: Gramedia, 1989), 54. 50 Fahmi Alaydroes (Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia periode
pertama, Ketua Yayasan Pesantren Nurul Fikri), “Latar Belakang Visi dan Misi Sekolah Islam
Terpadu”, Artikel. Diposted pada tanggal 17 Nopember 2005. 51 Jabir Ibnu Hayyan adalah ilmuwan Islam yang masa keemasannya diawali pada
abad ke-8. Jabir Ibnu Hayyan dijuluki sebagai Bapak Kimia pertama, pemilik laboratorium
pertama di dunia, dan pertama kali menemukan konsep tentang teori atom. Jabir Ibnu Hayyan
mengatakan bahwa bagian terkecil suatu unsur adalah zarrah (dalam bangsa Arab), yang
berarti sesuatu yang sangat kecil dan tak dapat dibagi lagi. Konsep ini ada jauh sebelum masa
Jhon Dalton. Jhon Dalton asal Inggris mengajukan tentang konsep Partikel didasari dari teori
atom yang pernah ada sebelumnya.
84
dibidang kedokteran yang cemerlang diabad ke 9, Al Mas’udi seorang ahli
sejarah, Al Biruni ahli matematika dan astronomi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyid, Al
Kindi, Ibnu Haytam adalah produk-produk pendidikan Islam yang diakui
dunia.
Perhatian Islam akan pendidikan juga tercermin melalui banyaknya
perpustakaan yang dibangun (dawarul kutub). Di Andalusia, misalnya terdapat
sekitar 20 perpustakaan umum. Pada sekitar abad ke 10 masehi, perpustakaan
itu mempunyai lebih dari 400.000 jilid buku. Perpustakaan Darul Hikmah di
Mesir yang didirikan oleh Hakim bin Amrillah pada tahun 395 H memiliki dua
juta jilid buku. Perpustakaan Tripoli di Syiria yang dibumihangsukan oleh
tentara Salib mempunyai buku sekitar tiga juta jilid. Perpustakaan Al Hakim
di Andalusia menyimpan buku-bukunya di dalam 40 kamar dan setiap kamar
berisi 18.000 jilid. Demikian pula perpustakaan yang didirikan oleh Abud
Daulah di sebuah kota besar di sebelah Selatan Persia memenuhi 360 kamar
yang dikelilingi taman-taman yang indah.52
Format pendidikan haruslah memerhatikan konsekuensi logis dari
perkembangan era global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
perubahan dan peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat serta harapan
tentang masyarakat dunia masa depan. United nations for education
organization atau UNESCO melalui komisi internasional untuk pendidikan
abad dua puluh satu mengajukan rumusan pendidikan dalam konsep emapt
pilar pendidikan untuk abad dua puluh satu, yaitu: 53
1. Learning to live together, yaitu belajar untuk memahami dan menghargai
orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya.
2. Learning to know, penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu
tertentu, termasuk didalamnya memahami bagaimana tentang suatu konsep
dalam bidang ilmu tertentu. Learning to know juga sering disebut juga
dengan learning to think atau belajar bagaimana berpikir.54
3. Learning to do, belajar untuk mengaplikasikan ilmu, bekerjasama dalam
tim, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi. Belajar ini
merupakan konsekuensi logis dari learning to know, yang berarti bahwa
pendidikan melalui proses belajar mengajarnya tidak sekedar transfer
knowledge (memberi ilmu pengetahuan) kepada peserta didik tapi
diarahkan pada semangat berbuat, semangat mengamalkan ilmu dan
semangat-semangat lain yang searah dengan bertindak sesuai ilmu yang
didapatnya.135
52 Fahmi Alaydroes (Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia periode
pertama, Ketua Yayasan Pesantren Nurul Fikri), “Latar Belakang Visi dan Misi Sekolah Islam
Terpadu”, Artikel. Diposted pada tanggal 17 Nopember 2005. 53 Http://unesco.org/history.htm. 54 Qodry Azizy, Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial, Mendidik Anak
Sukses Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2002), 30.
85
4. Learning to be, belajar untuk mampu mandiri, menjadi orang yang
bertanggungjawab untuk mewujudkan tujuan bersama. Learning to be
(belajar menjadi diri sendiri) diartikan sebagai proses pemahaman terhadap
kebutuhan dan jati diri. Pendidikan melalui proses pembelajaran juga harus
mengarahkan peserta didik pada penemuan jati dirinya yang utuh, sehingga
mempunyai pijakan kuat dalam bertindak dan tidak mudah terbawa arus,
yang pada akhirnya menjadi manusia yang seluruh aspek kepribadiannya
berkembang secara optimal dan seimbang baik intelektual, emosi, sosial,
fisik, moral maupun religiusitas.55
Keempat pilar pendidikan masa depan yang diajukan oleh komisi
internasional untuk pendidikan abad dua puluh satu united nations for
education organization (UNESCO) ini diterjemahkan kedalam format sekolah
yang diharapkan mampu membantu peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang berguna bagi kehidupan di masa depan, yaitu kompetensi keagamaan
(spiritualitas), kompetensi keterampilan (skill keahlian), kompetensi akademik
(ilmu pengetahuan), kompetensi ekonomi dan kompetensi sosial pribadi.56
Format pendidikan yang berkualitas menekankan pada azas-azas psikologi
atau tumbuh kembang dan perkembangan otak peserta didik.57 Termasuk
psikometri perkembangan dan penilaian berbasis proses tumbuh kembang
serta pedagogi yang mengarah ke konstruktivisme.58
Filosofis sekolah yang dibingkai dalam format sekolah yang
menjanjikan masa depan adalah sekolah yang memiliki paradigma pendidikan
yang maju dan visioner. Pendidikan haruslah mampu menumbuhkan dan
mengembangkan potensi fitrah peserta didik yang memiliki sejumlah
keunggulan-keunggulan kecerdasan, minat, dan bakat guna menghadapi segala
tantangan ke depan
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta.
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta memiliki visi dan
misi sebagai berikut: Visi, diakui sebagai sekolah model terbaik di tingkat
nasional yang aktif mewujudkan insan mandiri, cerdas, kreatif, peduli, dan
55 Syaodih Nana Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003), 203. 56 Fahmi Alaydroes (Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia periode
pertama, Ketua Yayasan Pesantren Nurul Fikri), “Latar Belakang Visi dan Misi Sekolah Islam
Terpadu”, Artikel. Diposted pada tanggal 17 Nopember 2005. 57 Thomas Armstrong, The Best School: Human Development Research Should
Inform Educaional Practice (Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision and
Curriculum Development ASCD, 2006), 17. 58 BR. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theories of Learning Teori Belajar
(Jakarta: Kencana, 2008), 37.
86
berakhlak mulia, sedangkan misi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta adalah:
1. Membentuk lembaga pendidikan yang profesional, amanah, dan aktif
menjalin kemitraan dengan stakeholder dan lingkungan sekitar
2. Mengintegrasikan kurikulum nasional dengan pendekatan multiple
intelligences system yang berorientasi pada pengembangan multidimensi
kecerdasan dan karakter murid.
3. Mempersiapkan murid-murid untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
selanjutnya di sekolah-sekolah bermutu yang mereka inginkan.
4. Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan Islami.
5. Pendayagunaan information communication technology (ICT) dan bahasa
asing (bahasa Inggris dan bahasa Arab) di lingkungan sekolah
Dalam proses pelaksanaan pendidikan, Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri Jakarta memiliki tujuan atau goals pendidikan dengan
menekankan:
1. Peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dapat
menjadi peserta didik yang mandiri, cerdas, kreatif, memiliki kepekaan
sosial, dan berkepribadian Islami, yang kesemuanya tertuang dalam
jaminan kualitas (quality assurance) Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta.
2. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia guru dan karyawan, baik
secara akademik, kepribadian maupun sosial.
3. Terlaksananya total quality management di Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri Jakarta.
4. Terciptanya kemitraan dengan stake holder dan lingkungan sekitar
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, memiliki target
yang mengacu pada ketiga ranah pendidikan, di antaranya target pada ranah
afektif atau kepribadian, ranah psikomotorik atau keterampilan dan ranah
kognitif atau akademik. Berikut target ketiga ranah Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri Jakarta:
A. Ranah afektif atau perilaku, di antaranya: memiliki akhlak yang baik
(karimah) dengan karakter kelulusan sebagai berikut:
1. Sholat dengan penuh kesadaran
2. Hormat dan patuh pada orang tua
3. Disiplin
4. Percaya diri
5. Budaya bersih
6. Senang membaca
7. Berperilaku baik
B. Ranah psikomotorik atau keterampilan
1. Mampu melaksanakan sholat wajib dengan benar dan penuh kesadaran.
2. Hafal 2 Juz Alquran, yaitu Juz 29 dan 30
87
3. Tartil membaca Alquran
4. Kemampuan membaca efektif
C. Ranah kognitif atau akademik
1. Memiliki nilai akademis yang optimal
2. Nilai ujian akhir rerata individu 8,00 dan rerata kelompok 8,5
3. Menghasilkan nilai ujian akhir terbaik untuk dapat masuk sekolah
lanjutan favorit di Jakarta.59
Sebelum memulai kegiatan operasionalnya pada tanggal 21 Juli 2003,
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta telah membuat beberapa
konsep yang akan diaplikasikan pada kegiatan operasional sekolah nantinya.
Konsep pertama yang dirumuskan adalah menyusun visi, misi, dan tujuan
sekolah. Dengan melibatkan beberapa orang yang berkepentingan, seperti
ketua yayasan, kepala sekolah, dan tokoh masyarakat, pada tanggal 20 Mei
2003 dirumuskanlah tiga komponen tersebut. Rapat tersebut menghasilkan
rumusan konsep visi, misi, dan tujuan kelembagaan sebagai berikut:
Visi : Menjadi Lembaga Pembentuk Generasi Unggul
Misi : 1. Sekolah idaman bagi semua
2. Pilihan utama menjadi tempat belajar bagi semua
3. Pusat percontohan pendidikan
Tujuan Kelembagaan:
Terwujudnya murid yang cerdas, kreatif, berkepekaan sosial, mandiri dan
berkepribadian Islami.
Visi, misi, dan tujuan yang dirumuskan pertama kali pada tahun 2003
tersebut terus digunakan sebagai sebuah plat form dalam penyelenggaraan
pendidikan. Ketika pada tahun 2009 sekolah menggunakan Multiple
Intelligences System dalam penyelenggaraan pendidikan, maka perlu dibuat
rumusan baru terkait visi, misi, tujuan kelembagaan, dan lain-lain. Terkait
dengan judul penelitian dalam penulisan disertasi ini yaitu “Aplikasi Teori
Multiple Intelligences Pada Sistem Manajemen Pembelajaran”, maka visi,
misi, tujuan kelembagaan dan lain-lain yang akan diuraikan pada bab ini
dimulai pada rentang tahun 2010-2015.
Pada tanggal 2 Juli 2009, dimulai babak baru dalam penyelenggaraan
operasional pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta.
Pada bulan Desember 2008 dimulailah kerjasama dengan sebuah lembaga
training guru yang concern membina sekolah-sekolah yang ingin menerapkan
teori multiple intellgiences dalam system manajemen sekolahnya yaitu Next
World Wide. Setelah diadakan training oleh lembaga tersebut terhadap seluruh
pendidik dan tenaga kependidikan serta beberapa pengurus yayasan, yang
59 Dikutip dari Manajemen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
melalui wawancara terhadap Bapak. Rohmat (Kepala Sekolah Insan Mandiri) pada tanggal 26
Nopember 2015.
88
diadakan selama tiga hari untuk satu level.60 Konsekuensi logis dari
diterapkannya teori multiple intellgiences dalam system manajemen
pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta adalah
perubahan pada beberapa platform penyelenggaraan operasional
penyelenggaraan pendidikan termasuk dalam hal rumusan visi, misi, tujuan
kelembagaan, dan lain-lain yang akan penulis uraikan di bawah ini:
1. Visi dan misi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
Pada tanggal 20-24 Juni 2009 diadakanlah rapat kerja yang dihadiri
oleh seluruh elemen sekolah yang berkompeten, seperti pengurus yayasan,
tenaga pendidik dan kependidikan, serta mitra kerja sekolah yaitu Kualita
Pendidikan Indonesia. Salah satu hal yang dibahas adalah perubahan pada visi,
misi, tujuan kelembagaan, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan
penyelenggaraan operasional sekolah. Adapun visi yang dirumuskan dalam
rapat kerja tersebut adalah: Diakui sebagai sekolah model terbaik ditingkat
nasional yang aktif mewujudkan insan yang mandiri, cerdas, kreatif, dan
berkepekaan sosial serta berkepribadian Islami.
Visi yang dibuat pada tahun 2009 ini merupakan kelanjutan atau
pengembangan dari visi pada tahun 2003. Yang perlu ditekankan pada isi dari
visi yang terbaru ini adalah pada aspek kompetensi generasi unggul yang akan
dihasilkan, yaitu mandiri, cerdas, kreatif, berkepekaan sosial, dan
berkepribadian Islami. Lima unsur yang terdapat dalam visi merupakan
karakteristik generasi unggul yang dicita-citakan oleh seluruh komponen
sekolah dan stakeholder. Dengan karakteristik tersebut diharapkan Sekolah
Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dapat mencetak geberasi-generasi
yamg mampu menjawab tantangan zaman. Dalam dokumen manual mutunya
diuraikan kriteria dari tiap-tiap kompetensi tersebut, yaitu sebagai berikut:61
A. Mandiri
1. Melaksanakan ibadah wajib dengan benar, tanggung jawab dan penuh
kesadaran
2. Menguasai keterampilan dasar sehari-hari sesuai tingkat usia
3. Percaya diri dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri
B. Cerdas
1. Nilai akademis rata-rata 7,5
2. Memiliki salah satu life skill.
3.Dapat melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi sesuai dengan
pilihannya
60 Training MI terdiri dari dua level, yaitu level basic dan level intermediate, di mana
masing-masing level membutuhkan waktu minimal tiga hari. Pelatihan level basic dimulai
pada tanggal 21-23 Desember 2008, dan pelatihan level intermediate dimulai pada tanggal 5-
7 Maret 2009. 61 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, bab manual mutu Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri Jakarta.
89
C. Kreatif
1. Gemar membaca dan mencari informasi
2. Memiliki kemampuan komunikasi yang efektif
3. Memiliki satu karya yang orisinil
D. Memiliki Kepekaan Sosial
1. Gemar berinfak
2. Memiliki budaya hidup bersih dan sehat
3. Melaksanakan budaya 5 S (Senyum, sapa, salam, sopan, santun)
E. Kepribadian Islami
1. Memiliki imunitas dari pengaruh budaya-budaya negatif
2. Gemar membaca Alquran dengan tartil dan hafal 2 Juz Alquran
3. Berbakti pada orang tua
Dalam perspektif multiple intellgiences, kata cerdas yang tercantum
dalam salah satu visi di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
mengandung beberapa implikasi. Berdasarkan dokumen dan data di lapangan
yang penulis temui, impilkasi dari kata cerdas yang tercantum dalam visi
adalah sebagai berikut; 1. Setiap anak memiliki komponen (spectrum)
kecerdasan.62 2. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan masalah (problem solver) dalam kehidupan sehari-hari,
kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk diselesaikan, dan
kemampuan untuk menghasilkan suatu karya nyata (product).63
Langkah selanjutnya setelah merumuskan visi adalah merumuskan
misi. Misi merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai
sebuah visi. Terkait dengan visinya selanjutnya Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri Jakarta merumuskan misi lembaganya. Adapun rumusan misi
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta adalah:
1. Mempersiapkan murid yang berprestasi dan mampu bersaing serta diterima
di SMP/MTs unggulan.
2. Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
3. Mengintegrasikan kurikulum, metodologi dan program.
4. Berorientasi pada pengembangan murid, penilaian proses, pendekatan
discovery, pendayagunaan IPTEK dan bahasa asing.
Dalam perspektif multiple intellgiences, misi yang dirumuskan oleh
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta bukanlah suatu hal yang
kontradiktif. Untuk membuktikan hal ini, akan diuraikan bagaimana aplikasi
Multiple Intelligences System terkait hal itu.
3.3 Diagram Siklus pembelajaran berbasis Multiple Intelligences
62 Kecerdasan menurut Howard Gardner dalam buku Linda Campbell, dkk, Teaching
and Learning Trough Multiple Intelligences (Massachusetts:Allyn and Bacon, 1996), XV. 63 Adi W. Gunawan, Born to be a Genius (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2004), 103-107.
90
a. Melakukan riset terhadap calon peserta didik
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta melakukan riset
tentang siswa calon peserta didik yang mendaftar ke sekolah sehingga didapat
data yang cukup mengenai calon peserta didik tersebut terutama yang terkait
kecenderungan kecerdasan dan gaya belajarnya.64 Data tersebut merupakan
masukan penting dan acuan bagi sekolah dalam proses belajar mengajar. Dari
sinilah kemudian guru menyesuaikan gaya mengajarnya. Jika gaya mengajar
guru sama dengan gaya belajar siswa, maka tidak ada pelajaran yang sulit dan
membosankan. Jika demikian maka bukan mustahil jika peserta didik akan
mencapai prestasi yang ditargetkan oleh sekolah.
b. Merumuskan strategi pembelajaran65
Langkah selanjutnya setelah diketahui gaya belajar peserta didik adalah
melakukan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan kata kunci
yang sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah proses pendidikan, karena
proses pembelajaran merupakan sebuah tindakan untuk membantu peserta
didik mencapai kemajuan dalam berbagai aspek.66 Untuk itulah diperlukan
strategi pembelajaran yang dapat membelajarkan peserta didik dengan efektif.
Pada dasarnya perbedaan antara strategi pembelajaran dengan multiple
intellgiences dan non multiple intellgiences terletak pada 2 hal pokok, yaitu:
1. Isi Pembelajaran:
a. Penuh dengan aktivitas siswa, maka multiple intellgiences
b. Sedikit aktivitas, siswa cenderung diam, maka non multiple
intellgiences.
2. Dominasi Pembelajaran:
a. Apabila Teacher Taking Time, maka non multiple intellgiences
b. Apabila Student Taking Time, maka multiple intellgiences
64 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, hasil multiple intelligences research. 65 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, bab lesson plan (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) berbasis Multiple Intelligences. 66 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, 87-89.
MIR Strategi MI Penilaian Berbasis Proses
Gaya
Belajar Aktivitas Belajar
Cara Belajar Kompetensi
91
Dari paparan di atas terlihat bahwa proses pembelajaran yang berbasis
multiple intellgiences dan dapat mengakomodir setiap kecerdasan peserta didik
mempunyai beberapa strategi pembelajaran. Strategi ini terus berkembang dan
tergantung dari kreativitas guru. Karena pembelajaran akan efektif jika
didukung oleh pengembangan strategi yang mampu membelajarkan peserta
didik. Itulah mengapa guru harus terus mengubah dan mengembangkan
strategi dalam pembelajaran untuk membuat peserta didik belajar. Inilah yang
dikenal dengan istilah belajar yang membelajarkan.67
Dalam perspektif multiple intellgiences, belajar yang membelajarkan
dapat dilakukan dengan beberapa strategi antara lain:
1. Strategi mengingat dengan metode MIND MAP (Peta Pikiran), Peta pikiran
adalah teknik pemanfaatan keseluruhan-otak dengan menggunakan citra
visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan.68
2. Strategi HOT (Higher Order Thinking), suatu teknik berfikir tingkat tinggi
yang meliputi berfikir kritis dan kreatif. Dengan berfikir kritis dan kreatif
akan membantu peserta didik untuk mampu mengingat dengan baik materi-
materi pelajaran yang telah dipelajari.
c. Melakukan Penilaian.69
Dalam pespektif multiple intellgiences system penilaian yang
dilakukan adalah penilaian autentik, yaitu penilaian portofolio dan penilaian
berbasis proses. Pada dasarnya penilaian autentik adalah penilaian yang
menganut asas-asas;
1. Soal berkualitas adalah soal yang bisa dikerjakan oleh siswa (ability test).
Paradigma bahwa soal yang berkualitas adalah soal yang sulit dijawab oleh
siswa (disability test) adalah paradigma yang salah menurut teori multiple
intellgiences.
2. Discovering Ability, proses menemukan kemampuan seseorang (anak)
berupa aktivitas guru untuk menjelajahi kemampuan siswa pada saat hasil
tes siswa di bawah standar ketuntatasan. Dengan kata lain discovering
ability meminta siswa menjawab soal yang sama dengan cara yang
berbeda. Sebagai contoh jika anak mengalami kesulitan dalam menulis dan
membaca, maka ia dapat menjawab soal dengan lisan.
3. Ipsative, kemampuan anak dinilai berdasar perkembangan hasil anak itu
sendiri.
4. Penilaian berbasis proses, bukan pada akhir pembelajaran.
5. Penilaian tidak hanya dalam ranah kognitif (daya pikir) saja, namun ranah
psikomotorik (berupa hasil karya) dan afektif (sikap) juga dinilai.
67 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, 151. 68 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, bab mind map peserta didik di Sekolah
Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. 69 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, bab buku penilaian proses folio assessment.
92
Dari uraian di atas terlihat bahwa visi dan misi Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri Jakarta dirumuskan dengan mengakomodir bagi
terlaksananya Multiple Intelligences System. Aplikasi multiple intellgiences
system di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta tidak hanya
terbatas pada kegiatan pembelajaran namun juga pada kegiatan pendukung
lainnya.70 Sebagai contoh peserta didik dapat mengikuti pilihan kegiatan ekstra
kurikuler yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Hal ini adalah
bentuk dukungan dan penghargaan sekolah terhadap keragaman minat, bakat,
dan kemampuan peserta didik.71
Proses pembelajaran berbasis multiple intellgiences yang dilaksanakan
di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta baik dalam proses
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas ternyata membuat peserta didik
tidak merasa bosan melakukan pembelajaran di kelas dan kegiatan-kegiatan
lainnya baik di kelas maupun di luar kelas. Hal ini bisa diukur dari antusiasme
murid dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas mulai
pukul 06.30 s/d pukul 14.00 bahkan jika mereka ada yang ikut ekstra
kurikurikuler, maka jam pulang pun mundur jadi pukul 15.30. Didukung oleh
suasana sekolah yang hommy dan guru yang penuh perhatian dan kasih sayang,
peserta didik tetap enjoy berada di sekolah dari mulai peserta didik kelas satu
sampai kelas enam.
3. Strategi dan Pendekatan dalam Menjalankan Misi Sekolah.
Strategi dan pendekatan yang diterapkan dalam menjalankan misi dan
upaya mencapai tujuan pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta dengan mendukung keefektifan penyelenggaraan pendidikan
di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, adalah:
1. Mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif (biah solihah) dalam
dimensi keamanan, kesehatan, kebersihan, keindahan, suasana
kekeluargaan (ukhuwah Islamiyah), fasilitas belajar dan beribadah.
2. Menerapkan aturan dan norma yang bersandikan nilai-nilai Islam dalam
berperilaku, bertutur kata, berpakaian, berinteraksi (mu’amalah), makan
dan minum serta perilaku lainnya yang lazim digunakan di lingkungan
sekolah.
3. Menerapkan pembelajaran yang efektif dengan memperkaya dan
meluaskan sumber belajar, meningkatkan interaksi yang stimulatif, melalui
pendekatan dan metode yang menumbuhkan pemecahan masalah (problem
based learning), melibatkan proses berpikir tingkat tinggi (high order
thinking) peserta didik melalui strategi-strategi pengajaran kreatif dan
dilakukan dalam pendekatan saintifik.
70 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, bab daftar kegiatan siswa. 71 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, bab daftar prestasi murid dalam kegiatan
ekstra kurikuler.
93
4. Mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, belajar
dengan melakukan, mengembangkan kemampuan sosial, mengembangkan
keingintahuan, imajinasi dan fitrah berTuhan, mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah, mengembangkan kreativitas kesadaran
sebagai warga negara yang baik, belajar sepanjang hayat, perpaduan
kompetisi, kerjasama dan solidaritas.
5. Melakukan proses Islamisasi dalam pembelajaran. Tujuan utama
Islamisasi adalah membentuk kesadaran dan pola pikir integral dalam
perspektif Islam. Peserta didik selalu diajak berpikir dan memahami bahwa
seluruh fenomena alam yang terbentang dan segala permasalahan serta
dinamika yang muncul tidak dapat dilepaskan dari peran Allah Swt.
Dengan Islamisasi pembelajaran, diharapkan terjadi hubungan emosional
yang kuat antara obyek bahasan peserta didik dan nilai-nilai Islam.
6. Memperkuat program pembinaan kepeserta didikan dengan kurikulum
(kokurikuler) dan kurikulum tambahan (ekstrakurikuler), pembinaan
kepemimpinan serta mengefektifkan pendekatan mentoring
(pengelompokan peserta didik ke dalam grup-grup binaan). Menekankan
pada pembinaan peserta didik melalui pembiasaan beribadah seperti
tilawah Alquran, menjaga wudhu, shalat, shaum, doa dan dzikir,
shodaqoh/infaq, pelatihan dan kepemimpinan, kepedulian sosial seperti
peduli dunia Islam, peduli fakir miskin, berbakti kepada orangtua (birrul
walidayin), peduli lingkungan dan sebagainya.
7. Menjalin kemitraan yang efektif dengan berbagai pihak yang terkait,
terutama orangtua peserta didik dan masyarakat sekitar. Bersama orangtua
peserta didik, pendidik (guru) di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta menjalin komunikasi dan kerjasama yang kooperatif
dalam rangka meningkatkan layanan kepada peserta didik, menyamakan
pemahaman persepsi terhadap visi, misi dan tujuan sekolah kepada seluruh
orangtua peserta didik sehingga terjadi keselarasan dan kesinambungan
antara pendidikan di sekolah dan rumah melalui jembatan komunikasi yang
efektif. Mengefektifkan majelis ta’lim (pengajian guru dan orangtua setiap
bulan) .
8. Menyelenggarakan sekolah penuh waktu (fullday school), dengan waktu
efektif lima hari mulai Senin sampai Jumat selama delapan jam, sejak
06.30 sampai dengan 14.00. Dengan waktu yang lebih panjang, pendidikan
agama dan pembinaan peserta didik mendapat keleluasaan yang cukup.
9. Memastikan kepala sekolah dan guru memiliki visi, misi dan semangat dan
pemikiran (ghiroh dan fikroh) serta sikap dan perilaku yang sejalan dengan
falsafah, nilai, visi dan misi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta. Menerapkan proses seleksi dan rekrutmen guru dengan standar
penilaian yang ketat yang meliputi pemikiran, sikap/moral dan perilaku
Islami.
94
10. Memberlakukan tata tertib, norma, dan etika yang dibuat bersandar kepada
etika dan nilai Islami (akhlak mulia) dan kepatutan sosial.72
4. Aspek Kurikulum yang Dikembangkan di Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri Jakarta.
Kurikulum dikembangkan sesuai potensi fitrah yang dimiliki manusia
sebagai khalifah fil ardhi, sehingga kurikulum dikembangkan menyesuaikan
pada beberapa hal, di antaranya:
1. Berpusat pada kecerdasan jamak, potensi, minat dan bakat, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu dengan nilai-nilai Islam (Islamic character).
3. Penekanan pada bidang kesehatan rohani dan jasmani (mental dan fisik).
4. Respon dan tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
5. Relevan dengan kebutuhan hidup
6. Menyeluruh dan berkesinambungan.
7. Belajar sepanjang hayat.
8. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Berdasarkan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pasal 36 ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar
pemikiran itu maka dikembangkanlah apa yang dinamakan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP). Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan
dari sentralisasi ke desentralisasi mendorong terjadinya perubahan dan
pembaruan pada beberapa aspek pendidikan, termasuk kurikulum. Dalam
kaitan ini kurikulum Sekolah Dasar pun menjadi perhatian dan pemikiran-
pemikiran baru, sehingga mengalami perubahan-perubahan kebijakan.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Sesuai
dengan amanat peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005
bahwa kurikulum satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta
berpedoman pada panduan dari badan standar nasional pendidikan.
Landasan kurikulum yang dikembangkan oleh elemen Sekolah Dasar
Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta mengacu pada:
1. Undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional: pasal 1, pasal 18, pasal 36, pasal 37, dan pasal 38.
72 Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam Terpadu, Jaringan Sekolah Islam Terpadu
Indonesia. 2014, 9-10.
95
2. Peraturan pemerintah Republik Indonesia no. 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan pasal 1, pasal 5, pasal 7, pasal 8, pasal 10,
pasal 11, pasal 13, pasal 14, pasal 16, pasal 17, pasal 18, dan pasal 20.
3. Peraturan menteri pendidikan nasional no. 22 tahun 2006 tentang standar
isi.
4. Peraturan menteri pendidikan nasional no. 23 tahun 2006 tentang standar
kompetensi lulusan.
5. Peraturan menteri pendidikan nasional no. 24 tahun 2006 tentang pedoman
pelaksanaan.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri Jakarta dikembangkan sebagai perwujudan dari kurikulum
pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum ini disusun oleh satu tim
penyusun yang terdiri atas unsur sekolah dan komite sekolah dibawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan kotamadya Jakarta Selatan, serta
dengan bimbingan narasumber ahli pendidikan dan pembelajaran dari tim
pengembang/advokasi kurikulum dinas pendidikan dasar provinsi daerah
khusus ibukota Jakarta.
Pada akhirnya kurikulum ini tetap hanya sebuah dokumen, yang akan
menjadi kenyataan apabila terlaksana di lapangan dalam proses pembelajaran
yang baik. Pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas, hendaknya
berlangsung secara efektif yang mampu membangkitkan aktivitas dan
kreativitas anak. Dalam hal ini para pelaksana kurikulum, yakni guru yang
akan membumikan kurikulum ini dalam proses pembelajaran. Para pendidik
juga hendaknya mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan
mengasyikkan bagi peserta didik, sehingga peserta didik betah di sekolah. Atas
dasar kenyataan tersebut, maka pembelajaran di Sekolah Dasar hendaknya
bersifat mendidik, mencerdaskan, membangkitkan aktivitas dan kreativitas
anak, efektif, demokratis, menantang, menyenangkan, dan mengasyikkan.
Dengan spirit seperti itulah kurikulum ini disusun agar menjadi pedoman yang
dinamis bagi penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di Sekolah Dasar
Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Muatan kurikulum yang dikembangkan
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta terdiri dari komponen
mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.73
73 Ketiga komponen muatan kurikulum Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta, telah disesuaikan dengan ciri khas Sekolah Dasar Islam Terpadu. Pada komponen
mata pelajaran dilakukan teknik integratif dan stimulatif yang diperkaya dengan Islamisasi
pembelajaran, komponen muatan lokal diperkaya dengan bahasa Inggris mengingat pada masa
depan, khususnya jelang pelaksanaan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) awal Januari 2016,
maka pelajaran bahasa Inggris menjadi tambahan, sedang komponen muatan kurikulum
pengembangan diri memasukkan Alquran (Tahsin dan Tahfidz), bahasa Arab, dan Aritmatika.
Hal ini dapat dilihat pada Surat Keputusan Kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan mandiri
Jakarta Nomor: 026/ KTSP/SK/IV/2007 tentang Penetapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
96
Kurikulum merupakan inti dari sebuah sekolah karena kurikulum lah
penentu arah kebijakan sekolah. Diskursus mengenai cakupan kurikulum
sampai pada kesimpulan bahwa kurikulum tidak lagi sekedar bahan yang akan
dipelajari serta urutan bahan yang akan dipelajari itu, tetapi seluruh
pengalaman yang ditawarkan pada peserta didik di bawah arahan dan
bimbingan sekolah.74 Dari sini bisa kita pahami bahwa cakupan kurikulum
mencakup seluruh pengalaman yang diperoleh peserta didik, baik berupa
pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.75
Pada implementasinya kurikulum ini dievaluasi setiap akhir tahun yang
hasilnya menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi penyelenggaraan
pendidikan di tahun berikutnya.76
Terkait dengan aplikasi multiple intelligences research dalam sistem
manajemen pembelajaraannya, maka kurikulum Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri Jakarta memberi ruang bagi pelaksanaan multiple intelligences
research.77 Adapun ruang yang memberi peluang pengembangan ini
mencakup beberapa aspek, yaitu aspek isi atau bahan pelajaran, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran.78
Kurikulum sekolah dijabarkan kedalam bentuk silabus. Penyelarasan
prinsip pengembangan silabus dijabarkan sebagai berikut:
1. Berpusat pada kecerdasan jamak, minat, bakat dan potensi peserta didik
yang disesuaikan dengan perkembangan (human growth), kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya
a. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa semua peserta
didik cerdas dengan kecerdasan jamaknya, dan bahwa setiap anak yang
dilahirkan memiliki minat, bakat dan potensi sehingga porsi
pengembangan silabus disesuaikan dengan kecenderungan yang
dimilikinya.
b. Setiap peserta didik telah dipetakan kecenderungan kecerdasannya
melalui riset kecenderungan kecerdasan (multiple itnelligences
research) yang kemudian hasil riset diterjemahkan kedalam strategi
pembelajaran melalui formula pengajaran, yakni gaya mengajar guru
sama dengan gaya belajar peserta didik.
74 Ronald C. Doll, Curriculum Improvement, Decision Making and Process (Boston:
Allyn and Bacon, 1964), 15. 75 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis. Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat Dalam Penyelenggraan Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), 26. 76 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, bab Manual Mutu Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri Jakarta yang diterbitkan pada tanggal 3 April 2010. 77 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, bab kurikulum Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri Jakarta tahun 2015, dan kurikulum kekhasan Sekolah Islam Terpadu. 78 Dokumen SDIT Insan Mandiri Jakarta, bab Silabus dan Lesson Plan berbasis
Multiple Intelligences.
97
c. Pengembangan silabus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
peserta didik dengan mengutamakan porsi psikomotorik dan afektif,
sementara kognitif ditempakan pada porsi yang tepat.
d. Kegiatan pengajaran dan pembelajaran dipusatkan pada gaya belajar
peserta didik.
2. Beragam dan terpadu dengan nilai-nilai Islam
a. Penanaman nilai-nilai Islam (Islamic character) peserta didik
dilakukan dengan mengintegrasikan setiap mata pelajaran dengan nilai-
nilai Islami agar menjadi manusia yang berkarakter Islam (berakhlak
mulia), memiliki dasar tauhid yang kokoh dan keimanan kepada Allah
Swt.
b. Integrasi karakter Islami didasari pada kandungan makna Alquran,
hadist dan siroh Nabawiyah/kisah para sahabat dan salafussoleh secara
tersurat dan tersirat terhadap mata pelajaran. Penanaman nilai ini
dimunculkan dalam proses kegiatan belajar mengajar melalui strategi
kecerdasan jamak (multiple intelligences strategy)
c. Pengembangan kurikulum dan silabus difokuskan juga pada penilaian
afektif peserta didik yang dilakukan berdasarkan enam kriteria, yaitu:
1. Diri sendiri
Pemahaman intrapersonal (diri sendiri) terhadap respon
lingkungan sekitar, baik interaksi secara individual maupun
kolektif.
2. Teman
Pemahaman interpersonal (hubungan antar relasi individu-
individu).
3. Lingkungan
Interaksi lingkungan terhadap setiap personal (one personality)
yang dibangun secara positif.
4. Guru
Hubungan simbiosis mutualisme yang menekankan pada rasa
saling percaya yang dibangun diatas kasih sayang edukatif secara
positif.
5. Materi
Self interaction personal terhadap materi ajar dari setiap mata
pelajaran yang didasari atas perhatian terhadap materi ajar dan
capaian hasil belajar yang diinginkan.
6. Kesehatan mental, fisik, rohani dan jasmani
Pengembanagn kurikulum melalui penjabaran silabus sangat concern
memerhatikan kondisi sehat mental, jasmani, fisik dan rohani. Sehingga salah
satu bidang olahraga, seperti taekwondo menjadi mata pelajaran, pelajaran
Alquran, tahsin dan tahfidz serta kegiatan pembiasaan seperti sholat dhuha
menjadi kegiatan rutin yang dibiasakan.
98
Pengembangan kurikulum dan silabus Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri Jakarta mengutamakan porsi afektif dan psikomotorik,
sementara kognitif ditempatkan pada porsi yang tepat. Berikut praktek
pendidikan yang mengutamakan tumbuh dan kembang peserta didik:
3.1 Tabel Ringkasan Cara Pengembangan Manusia Dalam Praktek
Pendidikan Sesuai Usia dan Tumbuh Kembang79
Umur
Suasana
Pendidikan
Terbaik
Fokus
Utama
Penekanan
Kurikulum
Pendekatan
Penilaian yang
Paling Sesuai
dengan
Perkembangan
Hubungan
Peserta
didik - Guru
7- 10 Museum
anak-anak
Mempelaj
ari dunia
bekerja
Belajar
sistem
simbol,
kebiasaan,
aturan,
lembaga,
dan alam
bebas
Penilaian
berbasis kinerja
(psikomotorik)
pada
pembelajaran
(pengukuran
bersifat ipsatif)
Peserta didik
sebagai
pekerja/pem
belajar, guru
sebagai
pelatih
11-14 Lingkungan
positif
Pembelaja
ran sosial,
emosional
dan
metakogni
tif
Pendidikan
afektif,
pengemba
ngan
kecerdasan
emosional,
kelompok
kerja kecil
Penilaian sendiri
(jurnal, proyek),
tinjauan murid-
guru atau hasil
kerja penilaian
teman
Peserta didik
sebagai
penjelajah,
guru sebagai
pemandu
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar pada materi pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk rencana
pelaksanaan pembelajaran atau RPP. Merupakan pegangan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran baik di kelas atau di laboratorium. Oleh karena
itu, apa yang tertuang di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran memuat hal-
hal yang langsung berkait dengan aktivitas kegiatan belajar peserta didik.
Proses pembelajaran mengupayakan pencapaian penguasaan suatu kompetensi
dasar. Setiap guru wajib membuat rencana pelaksanaan pembelajaran pada
setiap kompetensi dasar dan sebelum melaksanakan pengajaran guru
79 Thomas Armstrong, The Best School: Human Development Research Should
Inform Educaional Practice, 251.
99
mengkonsultasikan rencana pelaksanaan pembelajarannya kepada konsultan
internal. Konsultan internal melakukan observasi pembelajaran.
Didalam rencana pelaksanaan pembelajaran, tertuang komponen-
komponen silabus mencakup standar kompetensi (SK), kompetensi dasar
(KD), hasil belajar (HB), indikator hasil belajar (IHB), alokasi waktu, dan
karakter Islam. Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan standar
minimum yang harus dicapai oleh peserta didik. Pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar dirujuk dari indikator hasil belajar peserta
didik. Komponen-komponen yang terdapat dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran secara detil dijelaskan berikut:
1. Standar kompetensi
Suatu capaian kompetensi menyeluruh yang harus dicapai peserta didik.
Standar kompetensi memiliki cakupan kompetensi yang lebih luas terhadap
kompetensi dasar.
2. Kompetensi dasar
Capaian kompetensi-kompetensi yang harus dicapai peserta didik. Jumlah
kompetensi dasar pada setiap standar kompetensi bisa lebih dari satu
kompetensi dasar, ini tergantung dari luasnya cakupan standar kompetensi
3. Hasil belajar
Hasil suatu kemampuan pada setiap satu kompetensi dasar
4. Indikator hasil belajar
Kemampuan yang dirujuk dan terindikasi pada setiap capaian kompetensi
pada setiap hasil belajar, yang dapat diketahui dari penilaian autentik.
Prinsip rencana pelaksanaan pembelajaran harus jelas, terukur pada
setiap capaian kompetensi dasar, yang merujuk pada indikator hasil belajar
peserta didik. Interaksi hubungan antara indikator hasil belajar secara nyata
tertuang pada prosedur aktivitas belajar peserta didik melalui strategi mengajar
yang sesuai dengan kecerdasan jamak peserta didik. Pembelajaran yang sesuai
dengan kecerdasan jamak peserta didik mampu membuat peserta didik merasa
senang dan aktif.80 Pembelajaran kreatif, kontekstual dan menyenangkan
dilaporkan mampu memberikan hasil belajar yang positif terhadap peserta
didik.81 Sehubungan dengan pernyataan mengenai setiap anak juara dan setiap
anak memiliki kecerdasan jamak,82 maka diperlukan rencana pengajaran guru
80 Alamsyah Said, Penerapan Hasil Riset Gaya Belajar Dalam Pengajaran Guru.
Bidang Akademik Yayasan Ibnu Abbas, Buahati Islamic School, Jakarta GLC Indonesia,
Jakarta. 81 Piping Sugiarti, “Penerapan Teori Multiple Intelligences Dalam Pembelajaran
Fisika.” Jurnal Pendidikan Penabur. Vol. 2, No. 05/Th.IV/Desember 2005. 82 Ungkapan bahwa setiap anak juara dan setiap anak memiliki kecerdasan jamak
banyak dijumpai dalam buku-buku, makalah-makalah, dan jurnal-jurnal pendidikan, baik yang
disampaikan oleh Ilmuwan sekaligus penemu teori multiple intelligences Howard Gardner,
maupun yang disampaikan Thomas Armstrong.
100
yang mewadahi jenis kecerdasan peserta didik. Konsep multiple intelligences83
diaplikasikan dalam pembelajaran dikelas-kelas melalui sebuah kesamaan
strategi mengajar.84
Kecerdasan setiap manusia adalah suatu dimensi tentang kemampuan
yang dimiliki individu-individu sejak lahir yang mana kecerdasan manusia
adalah suatu bentuk potensi dan kemampuan menghasilkan produk yang
bernilai budaya dan mengandung benefiditas. Dalam arti karya setiap manusia
yang dihasilkan dari kegiatan kreatif dan pemecahan masalah. Dua kegiatan
inilah yang menjadikan definisi kecerdasan. Jenis kecerdasan manusia dapat
dilihat dari domain kognitif, psikomotorik dan afektif, dimana ketiga ranah
tersebut terbungkus rapi dalam otak manusia,85 yaitu: kecerdasan linguistik,
kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial visual, kecerdasan musik,
kecerdasan kinestetis, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan
kecerdasan naturalis.86
Konten rencana pelaksanaan pembelajaran guru didesain dengan
mengintegrasikan serta memberikan penguatan nilai karakter. Melalui Islamic
character penguatan nilai setiap mata pelajaran. Substansi materi-materi
pelajaran diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam berdasarkan kandungan yang
tersurat dan tersirat dalam Alquran, hadist dan sirah Nabawiyah serta kisah
salafussoleh, hasil integrasi antara nilai-nilai Islam dengan materi-materi pada
pelajaran ditarik menjadi karakter. 87
Nilai-nilai keislaman yang dimaksud tertuang dalam rencana program
pembelajaran (RPP). Rencana program pembelajaran (RPP) yang dibuat guru
dicantumkan pada bagian silabus pembelajaran, di mana silabus tersebut
diperkaya oleh guru dengan teknik menyesuaikan konten materi ajar dengan
konteks pada kandungan dalam Alquran dan hadist.88 Penanaman nilai-nilai
Islam (Islamic character) siswa dilakukan dengan mengintegrasikan setiap
mata pelajaran dengan nilai-nilai Islami agar menjadi manusia yang
berkarakter Islam (berakhlak mulia), memiliki dasar tauhid yang kokoh dan
keimanan kepada Allah Swt.
83 Howard Gardner, Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. Cetak
Ulang (New York: Basic Books, 1993). 84 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition
(Alexandria, Virginia USA: ASCD, 2000). 85 Taufiq Pasiak, Otak dan Kecerdasan: dalam Revolusi IQ/EQ/SQ Antara
Neurosains dan Alquran. 86 Thomas Armstrong, Kecerdasan Multiple di Dalam Kelas. Edisi Ketiga (Jakarta:
Indeks, 2013), 106. 87 Integrasi akhlak Islami melalui penguatan, pembiasaan dalam peoses pendidikan
menjadi standar mutu yang diterapkan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. 88 Mengenai RPP yang diperkaya dengan nilai keislaman secara khusus telah
dilakukan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) yang dituangkan dalam buku Standar
Mutu Kekhasan Sekolah islam Terpadu. JSIT Indonesia.
101
Integrasi setiap mata pelajaran yang substansi materi-materi pelajaran
diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam berdasarkan kandungan yang tersurat
dan tersirat dalam Alquran, hadist dan sirah Nabawiyah serta kisah
salafussoleh, hasil integrasi antara nilai-nilai Islam dengan materi-materi pada
pelajaran ditarik menjadi karakter, yang disebut: karakter Islami. Integrasi
karakter Islami didasari pada kandungan makna Alquran, hadist dan siroh
Nabawiyah/kisah para sahabat dan salafussholeh secara tersurat dan tersirat
terhadap mata pelajaran. Penanaman nilai ini dimunculkan dalam proses
kegiatan belajar mengajar melalui strategi kecerdasan jamak.
Proses belajar mengajar adalah sebuah pekerjaan seni yang
professional dan mempunyai management quality control (MQC) dalam
pembelajaran. Konsekuensi guru apabila management quality control
diterapkan sebagai berikut:
1) Guru harus membuat perencanaan mengajar atau lesson plan.
2) Guru harus berdiskusi tentang rencana pelaksanaan pembelajaran guru
kepada konsultan sebelum mengajar (guru melakukan konsultasi).
3) Guru harus mendapatkan informasi tentang kualitas proses pembelajaran
dari konsultan dan para peserta didik (data costumer service).
4) Guru harus melakukan perbaikan kualitas lesson plan dengan feedback.89
Empat siklus pembelajaran ini akan terus berputar. Perputaran ini akan
menimbulkan kreativitas guru dalam membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran dan mengajar. Meliputi kegiatan konsultasi rencana pelaksanaan
pembelajaran atau RPP, observasi/supervisi pembelajaran, dan umpan balik
(feedback) hasil observasi/supervisi pembelajaran. Dalam proses belajar yang
sebelumnya dituangkan secara tertulis dalam lesson plan hanya mengandung
dua tahap pembagian secara garis besar, yaitu:
1) Presentasi, yaitu guru melakukan proses pengajaran dengan memberikan
informasi kepada peserta didik.
2) Practice, yaitu informasi yang diterima dari guru, oleh peserta didik
diaplikasikan dengan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan dan
menghasilkan pemahaman informasi oleh peserta didik.
Proses pembelajaran terwujud dari aplikasi kegiatan belajar mengajar
dan merupakan perpanjangan dari rencana program pembelajaran yang telah
dibuat guru. Bagaimana menerapkan proses pembelajaran yang diperkaya
dengan nilai-nilai keislaman dilakukan dengan mengikuti kita dan teknik
berikut ini, di ataranya:
1. Penggunaan istilah, yaitu penggunaan nama, peristiwa, atau benda yang
bernuansa Islam. Misalnya, nama: dengan identitas keislaman, seperti
89 Dalam sebuah kuliahnya Bobbi De Porter, Presiden Learning Forum Super Camp
Oceanside California USA mengatakan: mendidik dan mengajar adalah seni tingkat tinggi.
Sehingga seni ini membutuhkan management quality control.
102
Ahmad, Umar, Yunus, Fatimah. Peristiwa: dengan mewakafkan se bidang
tanah, dan benda: dengan himpunan masjid.
2. Ilustrasi visual, yaitu: menggambarkan bahan ajar dengan gambar atau
potret. Misalnya, dalam membahas materi simetri dapat dicontohkan
dengan masjid, gambar ka’bah dan lain-lain yang berkorelasi.
3. Aplikasi atau contoh-contoh, yaitu: menjelaskan bahan ajar dengan contoh
aplikatif. Misalnya, dalam membahas pecahan dapat dikaitkan dengan harta
warisan dalam Islam atau materi uang dan dagang dapat dikaitkan dengan
bank Islam.
4. Ayat dan hadist yang relevan, yaitu: dengan menyisipkan ayat dan hadist
yang relevan dengan tema materi ajar. Misalnya, pelajaran matematika dan
pelajaran ilmu sosial tentang muamalah, disisipkan ayat 9 dan 10 Alquran
surat Al-Jumuah dan hadist tentang jual beli.
5. Penelusuran sejarah, yaitu: pengungkapan fakta sejarah cendekiawan
muslim. Misalnya, pembahasan bilangan bulat, dapat disampaikan tentang
penemu bilangan nol.
6. Jaringan topik, yaitu: mengaitkan materi ajar dengan disiplin ilmu lain.
Misalnya, matematika dan ilmu pengetahuan alam, menjelaskan bahasan
tentang relasi hubungan makanan seperti ayam makan padi, burung makan
serangga, serigala makan ayam, atau kerbau makan rumput dikaitkan
dengan rizqi yang Allah Swt berikan kepada segenap makhluknya.
7. Simbol-simbol kauniyah, yaitu: memberikan contoh beredarnya bulan
mengelilingi bumi, mengelilingi matahari atau tentang rotasi bumi pada
porosnya.
8. Eliminasi konten yang syubhat, yaitu: menekankan pada konten materi yang
bermuatan syubhat. Misalnya, sejarah dunia dengan memunculkan peran
khilafah Islamiyah, sejarah nasional dengan memunculkan peran ulama dan
mujahid dalam jihad melawan penjajah. Pengakuan Islam terhadap negara
kesatuan Republik Indonesia, sejarah penyebaran Islam di nusantara dengan
memunculkan peran walisongo serta memunculkan sains Islam.90
5. Aspek Sumber Daya Manusia dan Penempatan Personal.
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri yang berlokasi di wilayah
Jakarta Selatan, tepatnya di Jalan Batu Merah Nomor. 71 Rt 02/02 Pejaten
Timur, Pasar Minggu tidak termasuk sekolah unggulan.91 Sekolah Dasar Islam
90 Training Islamisasi Pembelajaran disampaikan oleh Fahmi Alaydroes di Sekolah
Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, 12 Juli 2007. 91 Dahulu kategori sekolah-sekolah di Indonesia dikategorikan sebagai berikut:
Sekolah Rintisan Berstandar Internasional (RSBI) dan Sekolah Standar Nasional (SSN). Untuk
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta tidak termasuk kedua kategori tersebut,
namun dalam perjalanannya respon orangtua dan masyarakat terhadap perilaku peserta didik
103
Terpadu Insan Mandiri Jakarta, merupakan sekolah swasta berbasis Islam yang
mengedepankan perilaku-perilaku terpuji, menganggap semua peserta didik
sebagai para juara dengan berbagai macam kemampuan. Paradigma tersebut
telah terpatri dalam sanubari para guru sebagai tulang punggung utama dalam
menjalankan proses pendidikan. Yang demikian tersebut menjadi modalitas
penting bagi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta.
Guru-guru yang ramah, sayang dan care kepada anak didik (peserta
didik), kenyamanan dan rasa betah peserta didik berada di sekolah menjadi
keunggulan yang dimiliki Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri.
Keunggulan lain adalah daya kreatifitas guru dalam mengelola kelas (display
kelas) sehingga menjadikan suasana kelas hidup dengan interior-interior
informasi pembelajaran sesuai tema besar materi ajar. Bahan display kelas
dibuat dengan kreatifitas menggunakan bahan bekas ramah lingkungan dengan
balutan display disesuaikan dengan pojok (corner), seperti pojok sains (sains
corner), pojok matematika (corner math), pojok bahasa (langauge corner),
dan pojok seni (art corner). Modalitas penunjang keunggulan tersebut
didukung dengan semangat dan loyalitas dalam mendesain ruang-ruang
display.
Guru menempati posisi yang strategis dalam mencapai mutu kelulusan
peserta didik di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Oleh
sebab itu, keberhasilan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
dalam mencapai target capaian visi, misi dan tujuan serta standar kelulusan
peserta didik ditentukan oleh kualitas guru-guru. Kualitas guru Sekolah Dasar
Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta sangat ditentukan oleh frekuensi
pendidikan dan pelatihan pada bidang yang dibutuhkan, dedikasi moral dan
perilaku, dan kesejahteraan.92 Begitu juga dengan tenaga kependidikan lainnya
seperti staf tata usaha, staf administrasi dan keuangan, staf pustakawan, guru
bimbingan konseling, guru tahsin dan tahfidz, staf kesehatan (medis), staf
koperasi sekolah, staf teknik perawatan sekolah (maintenance), staf supir
sekolah (driver), tenaga kebersihan (office boy) dan tenaga keamanan sekolah
(security),93
(siswa-siswi) maupun lulusannya mendapat respon yang baik dan respon tersebut menjadi
penguat motto Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri yang akhirnya menjadi branding. 92 Wawancara dengan Bapak Rohmat, M.Pd sebagai Kepala Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri, Jakarta pada Kamis tanggal 26 Nopember 2015 pukul 10.30 wib. 93 Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, tenaga pendidik adalah
guru yang melaksanakan tugas mendidik dan mengajar, sedangkan tenaga kependidikan
diantaranya terdiri dari staf tata usaha, staf administrasi dan keuangan, staf pustakawan, guru
bimbingan konseling, guru Tahsin dan tahfidz, staf koperasi sekolah, staf teknik perawatan
sekolah (maintenance), staf supir sekolah (driver), tenaga kebersihan (office boy) dan tenaga
keamanan sekolah (security), bahkan juga staf medis bidang kesehatan yang terdiri dari tenaga
dokter lulusan sarjana kedokteran.
104
Sumber daya manusia guru tenaga pendidikan di Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri Jakarta memiliki kualifikasi strata akademik yang
sudah berkualifikasi sarjana (strata satu) lulusan dalam negeri seperti
Universitas Indonesia (UI), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
(UIN), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Muhammadiyah
Jakarta (UMJ), Universias Indraprasta (UNINDRA) PGRI Jakarta, Universitas
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (UHAMKA), Akademi Bahasa Asing
(ABA) Jakarta, Sekolah Tinggi Islamiyah Dirosah Al Hikmah, dan lulusan luar
negeri, seperi Universitas Melbourne Australia dan Universitas Al Azhar
Mesir. Beberapa sumber daya kependidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri Jakarta berkualifikasi magister (strata dua) yang merupakan
lulusan dari perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia, Universitas Haji
Abdul Malik Karim Amrullah, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Jakarta.
Menurut data tahun 2014,94 Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta memiliki 47 orang personil guru terdiri dari 14 orang guru
laki-laki 33 orang guru perempuan, jabatan fungsional terdiri dari kepala
sekolah 1 orang, wakil kepala sekolah 2 orang, wali kelas 9 orang, guru kelas
11 orang, guru mata pelajaran 17 orang, guru alquran 6 orang, guru bahasa
Arab 6 orang, guru olahraga 1 orang, guru bimbingan konseling 1 orang.
Dilihat dari status kepegawaian sumber daya manusia guru Sekolah Dasar
Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta terdapat 45 orang guru tetap Yayasan
Rahmatan Lil ‘Alamin, 2 guru berstatus guru PNS DKI Jakarta.167 Tenaga
pendukung pendidikan meliputi staf tata usaha 3 orang, staf administrasi dan
keuangan 2 orang, staf pustakawan 1 orang, staf kesehatan (medis) 1 orang,
staf koperasi sekolah 1 orang, staf teknik perawatan sekolah (maintenance) 2
orang, staf supir sekolah (driver) 1 orang, tenaga kebersihan (office boy) 4
orang dan tenaga keamanan sekolah (security) 3 orang. Keseluruhan staf
berstatus sebagai karyawan tetap Yayasan Rahmatan Lil ‘Alamin.
Sumber Daya Manusia adalah ujung tombak dalam penyelenggaraan
sekolah. Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia memiliki loyalitas
dan kapabilitas sesuai dengan yang dibutuhkan sekolah. Sehingga mereka yang
akan diterima sebagai guru/karyawan, semuanya melalui mekanisme seleksi
sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukannya. Mereka yang diterima untuk
bekerja di akan melalui masa magang selama satu tahun.
Sumber Daya Manusia Yayasan yang melaksanakan Sistem
Manajemen Mutu memiliki kompetensi sesuai dengan proses/pekerjaan yang
dilakukannya, berdasarkan pendidikan, pelatihan, keahlian dan pengalaman
94 Informasi tentang hal ini dapat dilihat pada data guru dan karyawan Sekolah Dasar
Islam Terpadu Insan Mandiri tahun pelajaran 2014-2015.
105
mereka. Sehingga mereka yang akan diterima sebagai Karyawan, semuanya
melalui mekanisme seleksi sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukannya.
Mereka yang diterima untuk bekerja di Yayasan akan melalui masa magang
selama satu tahun.
Divisi Pendidikan dan Penjamin Mutu bertanggung jawab untuk
melakukan pemantauan tentang kesesuaian kompetensi seluruh Karyawan
Yayasan, mulai dari proses rekrutmen, pembinaan dan pelatihan, supervisi dan
penilaian kinerja. Untuk pengangkatan dan penempatan karyawan dilakukan
oleh Ketua Yayasan berdasarkan rekomendasi dari Divisi Pendidikan dan
Penjamin Mutu.
Direktur Pendidikan, Kepala Riset dan Pengembangan, kepala sekolah
dan beberapa wakil kepala sekolah bertanggung jawab untuk melakukan
pemantuan tentang kesesuaian kompentensi seluruh guru dan karyawan, mulai
dari proses rekrutmen, pembinaan dan pelatihan, supervise, dan penilaian
kerja.95 Seluruh guru dan karyawan diwajibkan mengikuti rangkaian pelatihan.
Diawali dari program pelatihan tingkat dasar, tingkat intermediate dan tingkat
lanjutan yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu secara berkelanjutan.
Tahapan pelaksanaan aplikasi penerapan teori kecerdasan jamak
sebagai berikut:
3.2 Tabel Pelatihan Guru.96
No Tingkatan Materi Durasi
1.
Tingkat
Dasar (Basic
level)
1. Sejarah Kecerdasan Jamak (Multiple
Intelligences History)
2. Islamic Multiple Intelligences
3. Sekolah Unggul (The Best School)
4. Paradigma Multiple Intelligences
5. Multiple Intelligences System
6. Multiple Intelligences Strategy
7. Lesson Plan
8. Apersepsi
9. Penilaian Autentik (Authentic
Assessment)
48 jam
95 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat rekruitmen
guru mulai dari proses seleksi, supervisi, dan penilaian. 96 Paradigma yang akan dibangun sebelum mengaplikasikan kecerdasan jamak secara
sistemik adalah dengan mengikuti level pelatihan secara berjenjang mulai dari dasar sampai
tingkat lanjut. Dimana total jam pelatihan berjumlah 108 jam dan dilaksanakan secara
berjenjang dan berkelanjutan. Tanpa mengikuti pelatihan tersebut diatas, akan terasa sulit
menerapkan multiple intelligences system dalam sebuah sekolah dan pembelajaran, sebab
paradigma, kompetensi dan komitmen sangat diperlukan dalam hal ini.
106
2.
Tingkat
Menengah
(Intermediate
level)
1. Environmental Learning
2. Golden Age
3. Holistic Brain
4. Wave Brain
5. Intel Origin
6. Make Syllabus
7. Rubrik Penilaian (Rubric Assessment)
8. Scene setting
9. Soal Berkualitas
48 jam
3.
Tingkat
Lanjut
(Advance
level)
1. Workshop Strategi Mengajar Multiple
Intelligences
2. Workshop RPP Berbasis Multiple
Intelligences
3. Workshop Apersepsi
4. Workshop Scene Setting
5. Workshop Penilaian Autentik
6. Workshop Rubrik Penilaian
7. Workshop Pembuatan Silabus
8. Workshop Soal Berkualitas
9. Micro Teaching
72 jam
Tabel tersebut di atas adalah susunan materi-materi tentang apa itu
kecerdasan jamak, bagaimana aplikasi kecerdasan jamak dan untuk apa
kecerdasan jamak diaplikasikan dalam pembelajaran dan mengapa perlu
kecerdasan jamak. Susunan materi tersebut dilaksanakan dalam tiga tingkatan,
dengan acuan materi dasar sampai lanjutan yang dilaksanakan dengan sesi
training dan workshop atau praktek. Total durasi yang diperlukan adalah 108
jam dengan hitungan per hari adalah 8 jam. Hasil training dan workshop bagi
semua elemen sekolah adalah untuk memberikan paradigma dan pemahaman,
sehingga dalam sesi penerapan dalam pembelajaran semua elemen sekolah,
khususnya guru sebagai pelaksanaan teknis pembelajaran memiliki komitmen
dan wawasan yang utuh. pelaksanaan training mengondisikan paradigma baru
sebagai pondasi kepahaman dan penerimaan konsep teori multiple
intelligences.
Pengembangan, peningkatan, dan perbaikan pendidikan harus
dilaksanakan secara holistic dan simultan. Perbaikan mencakup bukan hanya
mencakup sector kurikulum, fasilitas pembelajaran, maupun sumber daya
manusia. Unsur lain yang tidak boleh dilupakan untuk kelancaran jalannya
organisasi adalah staffing, yaitu penempatan personal yang tepat sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuan. Penempatan personil yang tepat dalam struktur
organisasi sebuah lembaga akan mendukung keberhasilan lembaga tersebut
dalam mencapai visi dan misinya.
107
Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam yang memiliki kekhasan
dan penerapan multiple intelligences research dalam manajemen
pembelajaran, maka Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
melakukan proses staffing sesuai dengan kebutuhannya.97 Dalam perspektif
multiple intelligences research, struktur yang dibuat oleh Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri Jakarta dengan memperbanyak divisi yang berkaitan
dengan pembinaan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik dirasa sudah
tepat. Selain itu kekhasan lain yang menjadi ciri Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri Jakarta juga diakomodir dalam struktur yang ada, seperti
koordinator tahfizh. Karena, tahfizh Alquran adalah salah satu keunggulan
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta yang menjadi daya tarik
masyarakat.
Berdasarkan paparan-paparan di atas, dapat ditarik beberapa
kesimpulan, bahwa aplikasi teori multiple intelligences research pada system
manajemen pembelajaran harus dilaksanakan secara integral dan
komprehensif. Hal ini dikarenakan sebagai sebuah system, dituntut adanya
sinergi dari berbagai elemen penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
6. Program Kegiatan Harian dan Pendukung
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta disiapkan
mengusung konsep pembaruan pendidikan, ini dimaksudkan untuk membuat
otonomi sekolah dan mendasari manajemen berbasis sekolah, maka konsep
pembaruan pendidikan memungkinkan pengelolaan sekolah yang lebih baik
dan menghasilkan mutu lulusan lebih mandiri.
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta didesain dengan
program pengajaran yang berusaha menjawab kebutuhan masyarakat dalam
kemasan pendidikan. Pembentukan karakter peserta didik merupakan dasar
untuk mengembangkan manusia bermutu di sekolah ini. Potensi akademik
(style kognitif) yang diperkaya dengan kurikulum lokal berupa bahasa Arab
dan tahfidz diharapkan memperkaya peserta didik tidak hanya dapat memiliki
kecerdasan intelligences, namun juga kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan multiple
intelligences system melalui metode pendekatan Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri terintegrasi berbasis pembelajaran aktif (active learning) yang
bercirikan tematis, melibatkan seluruh potensi belajar mengasah ketajaman
kecerdasan spiritual (spiritual question), mengasah kepekaan kecerdasan
emosi (emotional question) dan mengembangkan kecerdasan intelektual
97 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat struktur
organisasi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta.
108
(intelligence question), orientasi pada penilaian proses dengan menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan.98
Kegiatan harian dilakukan dalam bentuk penerapan pelaksanaan
kegiatan secara harian atau everyday melalui program pembiasaan. Program
kegiatan pembiasaan yang dikembangkan dan dilaksanakan di Sekolah Dasar
Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta merupakan proses pembentukan akhlak
dan penanaman/ pengamalan ajaran agama Islam.99
Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan secara terprogram sesuai
program-program yang telah ditetapkan dalam semester berjalan, di antara
program-program pendukung tersebut adalah:
1. Peringatan hari besar islam
a. Pesanteren Ramadhan, tahun baru Islam
b. Maulid nabi Muhammad Saw, isra mi’raj
c. Qurban idul adha, halal bi halal idul fitri
2. Kewirausahaan
a. Market day setiap hari Jumat
b. Perayaan kenaikan kelas
c. Open house
d. Seminar-seminar orang tua
3. Pengayaan kegiatan belajar mengajar
a. Field trip
b. Display
c. Assembly
4. Ekstrakurikuler dilakukan pada hari Senin sampai Jumat mulai dari jam
14.30 sampai 15.30, ekstrakurikuler terdiri dari sains club, melukis,
komputer, english club, catur, renang, basket,futsal, taekwondo, seni tari,
dokter kecil, pramuka, panahan, marawis, penulis cilik dan paduan
suara.100
Jenis-jenis ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri dihadirkan sesuai kebutuhan dan pilihan anak. Perwujudan jenis
ekstrakurikuler bersumber dari pilihan-pilihan peserta didik. Teknis pemilihan
dilakukan dengan cara memberikan form ekstrakurikuler kepada peserta didik,
dimana peserta didik mengisi peminatannya terhadap jenis ekstrakurikuler
yang diinginkannya. Berikut Mapping Kegiatan Pembelajaran Multiple
Intelligences Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri:
98 Disadur dari 20106266.siap-sekolah.com, sebuah website resmi Sekolah Dasar
Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Diambil pada taggal 4 Desember 2015. 99 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat tabel kegiatan
pembiasaan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta 100 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat tabel jadwal
program kegiatan pendukung.
109
3.3 Tabel Mapping Kegiatan Pembelajaran Ekstrakurikuler Yang Sesuai
Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences) Peserta Didik101
No. Multiple
Intelligences Jenis Ekstrakurikuler
1. Linguistik English club dan penulis cilik
2. Logis-Matematis Sains club, komputer, catur, dokter kecil
3. Spasial visual Melukis dan seni tari
4. Musik Marawis dan paduan suara
5. Kinestetik Catur, renang, basket, futsal, taekwondo,
seni tari dan panahan
6. Interpersonal Pramuka
7. Intrapersonal Sains club
8. Naturalis Pramuka
Di sini terlihat sekali bahwa pengembangan minat, bakat dan potensi
peserta didik dikembangkan sangat maksimal bukan hanya pada sisi kognitif
atau akademik saja, tetapi pada bidang-bidang keterampilan yang lain dengan
banyaknya jenis ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah ini.
7. Fasilitas, Sarana Pendidikan dan Aspek Pembiayaan.
Gedung Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri berlokasi di
wilayah perumahan warga Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan yang
secara teritori sudah tidak ada lahan kosong yang bisa digunakan untuk
pembangunan dan pengembangan sekolah. Sehingga hal ini, berdampak pada
terbatasnya area-area bermain, olahraga dan pengembangan kelas sekolah.
Tentu ini berdampak pada perluasan dan pembukaan kelas baru. Hal lain yang
menjadi kendala adalah ruangan-ruangan kelas yang sudah terpakai dan tidak
ada lagi ruang-ruang yang dapat digunakan sebagai pengadaan ruang seperti
laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA), bahkan kepala Sekolah Dasar
Islam Terpadu Insan Mandiri berada dalam satu ruangan kerja yang sama
dengan direktur pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri.
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta memiliki sarana
pendidikan yang lengkap termasuk juga fasiltas pembelajaran yang digunakan
guru-guru dalam melaksanakan proses pengajaran. Sarana pendidikan tersebut
meliputi ruang kelas yang berukuruan 8 x 7 meter dengan jumlah 30 orang
murid setiap kelas. Setiap kelas tediri dari fasilitas air conditioner atau AC,
kotak lemari peserta didik sejumlah peserta didik dalam satu ruangan kelas,
101 Thomas R Hoerr, Sally Boggeman, Christine Wallach. Foreword By Howard
Gardner. Celebrating Every Learner. Activities and Strategies for Creating a Multiple
Intelligences Classroom (San Fransisco, USA: Jossey-Bass, 2010).
110
meja kerja guru, lemari guru, papan tulis whiteboard, fasilitas air galon mineral
dalam setiap kelas, karpet setiap kelas. Mesjid tempat sholat, area bermain.
Segala proses pembiayaan yang diperlukan untuk penyelenggaraan
pendidikan dilakukan sesuai dengan Anggaran Belanja Sekolah yang telah
ditetapkan bersama antara direktur pendidikan dengan kepala sekolah dan
beberapa guru yang ditunjuk sebagai tim. Penetapan dilakukan pada awal
tahun kerja setelah kepala sekolah menyampaikan laporan pertanggungan
jawabnya pada akhir tahun pelajaran. Adapun terhadap kebutuhan pembiayaan
yang tidak terdapat dalam anggaran yang telah disahkan, dilakukan setelah
melalui prosedur yang ditetapkan.102
Sebagai sebuah lembaga pendidikan swasta, Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri Jakarta mendapatkan sumber dari pos-pos berikut;
SPP, Dana kegiatan tahunan, dan Biaya Operasional Pendidikan. Penerimaan
ini dikelola sendiri oleh yayasan dan pihak sekolah untuk operasional kegiatan
sekolah baik yang bersifat rutin maupun insidentil. Seperti gaji guru dan
karyawan,103operasional pendidikan,104 pemeliharaan sarana dan pra
sarana,105pengembangan sumber daya manusia,106 dan lain-lain.
Berdasarkan anggaran dan laporan keuangan yang ada, terlihat bahwa
pos pengeluaran terbesar diserap oleh pos kegiatan pendidikan dan
pengembangan sumber daya manusia. Dua hal ini memang menjadi prioritas
perhatian yayasan dan sekolah mengingat salah satu keunggulan Sekolah
Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta yang menjadi daya tarik orang tua
yang ingin memasukkan anaknya adalah pada kegiatan sekolah yang beragam
dengan tujuan mengakomodir bakat, minat dan kemampuan yang beragam.
Sedangkan pengembangan sumber daya manusia terutama guru memang
mendapat perhatian yang cukup besar dari yayasan dan sekolah mengingat
guru adalah ujung tombak dalam keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.
Oleh karena itu, kompetensi guru harus sering diupgrade untuk menjaga mutu
sekolah.107
Dalam perspektif multiple intelligences research, guru dituntut untuk
aktif dan kreatif dalam memberikan proses pembelajaran kepada peserta
102 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat RAPBS dan
alur pengajuan keuangan dari sekolah ke yayasan (direktur pendidikan). 103 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat peraturan
penggajian guru dan karyawan. 104 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat pos-pos
pengeluaran untuk operasional pendidikan. 105 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat pos-pos
pengeluaran untuk pemeliharaan sarana dan pra sarana. 106 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat anggaran
pendanaan untuk pengembangan sumber daya manusia. 107 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat pelatihan-
pelatihan yang diikuti oleh guru.
111
didiknya. Untuk itu diperlukan pembinaan yang berkesinambungan untuk
menjaga kualitas guru. Dalam perspektif Sekolah Islam Terpadu di mana
proses pembelajaran berlangsung full day, guru dituntut untuk fokus dengan
tugasnya di sekolah minimal dari pukul 07.00 s/d 14.00. Oleh karena itu,
manajemen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta memberikan
penghargaan yang lebih tinggi kepada guru dan karyawannya dibandingkan
sekolah lain yang sejenis.
8. Prestasi-prestasi Murid Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta.
Sejak berdiri tahun 2003, Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta telah menorehkan prestasi-prestasi baik tingkat internasional, nasional,
regional, propinsi, tingkat kotamadya, tingkat kecamatan dan tingkat wilayah.
Sebagaiman motto Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
sebagai sekolah para juara, sayang teman dan berbasis sholat, maka raihan
prestasi tersebut tidak mengukur prestasi akademik kognitif saja namun juga
prestasi yang melibatkan keterampilan bakat dan kepribadian perilaku soleh
dan sholehah.
Daftar prestasi-prestasi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
sejak 2003 sampai 2015.108 Dari informasi daftar prestasi-prestasi yang telah
diperoleh peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
sejak 2003 sampai 2015 menunjukkan indikator penerapan teori multiple
intelligences dalam manajemen pembelajaran telah berlangsung.109
Berdasarkan pada deskripsi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta, teori yang dijelaskan pada bab II, yaitu Manajemen
Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Theory sinkron untuk diterapkan
pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Data-data dan
deskripsi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta membuktikan
bahwa teori multiple intelligences memberikan kesemapatan yang luas kepada
peserta didik untuk berprestasi sesuai potensi, minat, dan bakat terbaiknya.
Prestasi-prestasi ini tidak hanya kognitif akademik tetapi juga prestasi berupa
penampilan (performance) sebagai representasi pskomotorik keterampilan
serta prestasi dalam bentuk penghargaan-penghargaan pada habitus sikap dan
keteladanan.
108 Wawancara terhadap Bapak Rohmat, M.Pd selaku Kepala Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri, Jakarta dan observasi di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta, pada hari Kamis tanggal 26 Nopember 2015 pukul 10.30 wib. 109 Setidaknya, secara paradigma Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
sejak awal berdirinya memiliki pedoman yang menganggap semua anak-peserta didik adalah
juara dimana ini kemudian menjadi motto Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
sebagai “Sekolah Para Juara”, serta lebih dari itu menekankan pada karakter Islam sebagai ciri
khasnya melalui motto “Sekolah Sayang Teman.”
112
C. Tahapan Pelaksanaan Penerapan Teori Multiple Intelligences
dalam Pembelajaran.
Pada semua elemen yang terkait terhadap aplikasi teori multiple
intelligences, dapat diklasifikasikan dalam konteks pengelola pendidikan yang
meliputi yayasan dan manajemen, guru sebagai pelaksana teknis pembelajaran,
anak sebagai peserta didik, orangtua sebagai patronase anak di rumah dan di
sekolah dan lingkup dinas pendidikan meliputi pengawas sekolah dan dinas
pendidikan yaitu pengawas pendidikan. Kelima konteks tersebut adalah
elemen-elemen yang saling berinteraksi dan mendukung pelaksanaan aplikasi
multiple intelligences di sekolah. Adapun kelima konteks yang saling terkait
dan melengkapi pelaksanaan aplikasi teori multiple intelligences, yaitu:
1. Pengelola pendidikan.
Dalam hal ini adalah pihak manajemen atau yayasan yang
merekomendasi dan mendukung pelaksanaan suatu usulan kegiatan
pembelajaran secara sistemik. Pelaksana manajemen adalah ketua yayasan,
direktur sekolah, kepala sekolah dan guru. Ketua yayasan disebut sebagai
context system, artinya, memiliki tugas dan tanggungjawab yang lebih luas
seperti:melakukan perekrutan kepala sekolah, guru dan karyawan,
menentukan manajemen keuangan, menandatangani dokumen kesepakatan
kerja bersama (KKB) dan surat keterangan (SK) sebagai legalitas dokumen
sekolah, dan menentuka kebijakan global sekolah. Sementara tugas dan
tanggungjawab direktur pendidikan bersama kepala sekolah adalah
perpanjangan tangan dari ketua yayasan dalam rangka
mengimplementasikan proses pembelajaran di sekolah yang disebut
sebagai content system.110 Aplikasi pelaksanaan teori multiple
intelligences, dilakukan secara top up, artinya pihak yayasan/manajemen
mendukung penuh dan merekomendasikan pelaksanaannya dan
menjadikan penerapan teori multiple intelligences sebagai branding
sekolah. Sebagai konteks, manajemen sekolah meliputi yayasan
menerapkan multiple intelligences sebagai sistem pembelajaran.111
110 Hasil diskusi dalam kegiatan Forum Group Discussion (FGD) yang dilakukan
bersama Dr. Sobhikul Qisom, M.Pd, Alamsyah Said, M.Si, Abdul Hakim, MM, material
diskusi mengenai pendapat dan pemiiran Munif Chatib dalam buku Gurunya Manusia.
Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, halaman 35-37 bahwa, Ketua
Yayasan (Top Manajemen) disebut sebagai context dalam sistem manajemen sekolah, dimana
context lebih memeilliki tugas dan tanggungjawab global terhadap sekolah, sedngkan content
meliputi Direktur Pendidikan dan Kepala Sekolah (termasuk guru), yang memiliki tugas dan
tanggungjawab secara spesifik dan bersifat lebih teknis operasional pembelajaran terhadap
sekolah. 111 Menurut Sujarwo (sujarwo@uny,ac,id PLS FIP UNY) dalam Desain Sistem
Pembelajaran sebagai berikut: Sistem pembelajaran merupakan satu kesatuan dari beberapa
komponen pembelajaran yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen pembelajaran meliputi;
113
Artinya, mulai dari level manajemen/yayasan (top up) turun ke level
operator pelaksana (bottom up) termasuk semua lingkup yang berada pada
struktur sekolah.
2. Guru.
Sebagai pelaksana teknis pembelajaran yang mengelola pembelajaran
secara langsung, mendidik, mengajar, menilai, dan memonitoring perilaku
perkembangan akademik, psikomotorik dan afektif peserta ddik. Guru
melaksanakan proses mulai dari penerimaan input peserta didik baru
sampai tahapan penilaian. Guru sebagai operator yang melaksanakan
pembelajaran adalah penentu utama aplikasi pembelajaran sesuai multiple
intelligences peserta didik. Guru adalah sebuah profesi. Profesionalitas
guru terkait dengan unsur manajemen kerja guru: guru membuat
perencanaan, kemudian mengaplikasikannya dengan mengajar di kelas,
mengevaluasi kualitas pembelajaran hari demi hari.
3. Peserta didik.
Anak sebagai peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar dalam
batasan perkembangan psikis secara mental-psikologi dan matang secara
emosional-sosial, spiritual, kognitif dan bertumbuh secara fisik. Setiap
peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang khas 112
sehingga ia membutuhkan bimbingan individual. Di sisi lain peserta didik
juga merupakan individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri dalam
dan memiliki kemampuan untuk berkembang kearah kedewasaan. Agar
pembelajaran dapat mencapai hasil baik, pemahaman terhadap
karakterisitik peserta didik perlu dimiliki oleh seorang guru. Karena
dengan pemahaman terhadap karakteristik peserta didik yang beragam ini,
guru dapat memberikan pengarahan yang tepat dalam proses belajar,
sehingga proses belajar dapat lebih diarahkan menjadi proses belajar yang
menyenangkan dan disukai anak. Dengan demikian guru dapat lebih
berperan sebagai fasilitator dari pada pengarah yang bersifat teacher
centris. Selain itu guru diharapkan lebih banyak mendorong peserta didik
(motivator) agar lebih kreatif dan inovatif. Untuk itu guru harus lebih
terbuka menerima gagasan-gagasan peserta didik dan menjadi teman
diskusi yang menyenangkan sehingga peserta didik dapat lebih leluasa
dalam pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.113
4. Orangtua.
peserta didik, pendidik, kurikulum, bahan ajar, media pembelajaran, sumber belajar, proses
pembelajaran, fasilitas, lingkungan dan tujuan. Sedangkan menurut Alamsyah Said. Sistem
Pembelajaran merupakan satu kesatuan besar yang utuh meliputi level manajemen (top
manajemen) sampai semua unit-unit yang saling menunjang dan mendukung dalam sebuah
sistem yang berlaku sekolah. 112 Uyoh Sadulloh, Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Bandung: PT. Alifa Beta, 2010) 113 Edi Suardi, Pedagogik, (Bandung: Angkasa, 1984).
114
Sebagai patronase anak di rumah, orangtua bertanggungjawab penuh
untuk membesarkan dengan cara yang baik dan benar, mendidik dengan
didikan yang benar, menghidupinya dengan cara yang baik. Patronase yang
terbangun pada karakter anak, sangat dipengaruhi oleh pendidikan rumah
dan lingkungan. Orangtua, rumah dan lingkungan adalah pabrik pertama
yang membentuk dan menentukan seperti apa karakteristik anak kelak.
Selain itu anak berhak mendapatkan jaminan kesehatan dari orang tua,
mendapat kasih sayang dari orang tua. Dan anak sebagai siswa di sekolah
berhak mendapatkan pendidikan dan bimbingan dari guru, mendapatkan
perlindungan dan keamanan, mendapatkan proses pengajaran yang sesuai
gaya belajar dan modalitas anak (mendapatkan pembelajaran yang aktif
dan menyenangkan) serta menggunakan fasilitas sekolah: kelas,
laboratorium, perpustakaan dan lain-lain yang berhubungan dengan
pelayanan pendidikan di sekolah.
5. Dinas pendidikan.
Dinas pendidikan adalah legitimasi legal yang diperoleh sekolah dalam
proses pelaksanaan pendidikan. Meliputi pengawasan proses pelaksanaan
pendidikan mulai dari input, proses sampai kelulusan peserta didik harus
bersinergi dengan dinas pendidikan. Standar kelulusan siswa adalah output
peserta didik yang menjadi indikator sekolah. Sekolah mendapatkan
pengakuan lewat izin operasional dan akreditasi sekolah. Pada proses
supervisi pembelajaran yang dilakukan pengawas sekolah harus menerima
sistem pembelajaran yang menerapkan multiple intelligences dalam
pembelajaran. Bidang Kepengawasan sekolah, adalah dalam rangka
peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan, peran pengawas sekolah
bukan hanya memantau implementasi standar pendidikan saja, melainkan
juga memperbaiki dan mencegah penyimpangan dari tujuan pendidikan.
Peran pengawas sekolah dalam meningkatkan dan menjamin mutu
pendidikan.
Kelima konteks tersebut adalah saling terkait, bersinergi dan
mendukung paradigma, bahwa setiap peserta didik adalah cerdas dengan
multiple intelligences. Teori multiple intelligences tidak dapat berjalan dengan
sukses apabila paradigma di antara sistem tersebut tidak saling mendukung dan
menguatkan. Intinya diperlukan tiga syarat penerapan teori multiple
intelligences sebagai sistem pembelajaran, di antaranya, paradigma yang sama
tentang hakekat teori kecerdasan jamak setiap komponen sekolah, manajemen,
kepala sekolah, guru, orangtua peserta didik, peserta didik dan pengawas
sekolah. Kemudian, tentang bagaimana penerapan dan proses pelaksanaannya
(know how), dalam bentuk pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia
yang berkelanjutan dan terkontrol serta komitmen yang tidak boleh pudar
untuk menerapkan aplikasi teori kecerdasan jamak dalam pembelajaran.
115
Bagian penting untuk memahami pendekatan terhadap varian-varian
kecerdasan beragam (multiple intelligences) di dalam kelas adalah melalui
instruksional pengamatan kebiasaan siswa (student habit) dalam suatu riset
kecerdasan majemuk atau (multiple intelligences research). Penggunaan
perangkat media riset digunakan pada murid saat proses penerimaan calon
siswa baru, dan hasil riset yang dilakukan terhdap calon siswa baru dapat
diigunakan untuk memperkaya akivitas dan pengalaman pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran kecerdasan beragam (multiple intelligences) di
dalam kelas ini menawarkan aktivitas pra pembelajaran atau apersepsi jenis
scene setting (presoftware activities), yaitu dengan memancing rasa ingin tahu
dan pengalaman-pengalaman (experience) pembelajaran sebelumnya yang
dialami siswa dan akhir (ending) pembelajaran kecerdasan multiple
intelligences di dalam kelas dilakukan dengan mendesain kembali
pengetahuan yang telah dipelajari melalui praktek. Sistem pembelajaran
tersebut mengakomodasi semua varian multiple intelligences siswa.114
Sistem pembelajaran tersebut diatas mampu mengakomodasi semua
jenis keanekaragaman kecerdasan (multiple intelligences) siswa dikenal
sebagai model PEP yang merupakan kepanjangan dari presoftware,
experience, postsoftware. Dalam sistem proses pembelajaran, presoftware
adalah aktivitas pra pembelajaran yang dilakukan dengan mengidentifikasi
materi ajar melalui pelibatan seluruh panca inderawi, seperti membaca dalam
makna yang luas, mendiskusikan karakteristik suatu bahan atau materi ajar
baik dilakukan di perpustakaan, di dalam kelas atau dilingkungan sekolah.
Melakukan akumulasi-akumualsi aktivitas pembelajaran, menggunakan
literatur buku, video atau mendengarkan pengalaman siswa terhadap suatu
materi yang diajarkan. Experience, adalah suatu aktivitas yang dilakukan siswa
dengan cara melibatkan intelektual, emosional melalui aktivitas kinestetik
seperti memilih judul koleksi tema dan membaca quiz, sedangkan postsoftware
adalah mengulang kembali (review) semua aktivitas selama masa belajar
sampai mencapai tahapan puncak pemahaman (kulminasi).115
114 Walter McKenzie, Multiple Intelligences and Instructional Technology. Second
Edition (Washington, DC, USA: International Society for Technology in Education ISTE,
2005), 68. 115 Walter McKenzie, Multiple Intelligences and Instructional Technology. Second
Edition, 69.
116
3.4 Tabel Aplikasi Model PEP Dalam Sistem Pembelajaran Multiple
Intelligences Strategy Diterapkan.
Menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences sebaiknya
dilakukan secara komprehensif dan sistemik.116 Secara definitif, multiple
intelligences terbagi dalam tiga proses pelaksanaan, yaitu input penerimaan
siswa baru, proses pembelajaran multiple intelligences dan output penilaian
proses pembelajaran.
3.4 Diagram Alur Aplikasi Teori Multiple Intelligences Dalam Sistem
Manajemen Pembelajaran.
116 Komprehensif dan sistemik adalah syarat wajib menerapkan pembelajaran
multiple intellgence, tanpa penerapan secara komprehensif dan sistemik menjadikan sistem
pembelajaran multiple intelligences tidak tepat sasaran, sebab pencapaian sasaran berfokus
pada kesamaan antara strategi mengajar guru dengan cara siswa belajar. Hal ini pula ditunjang
dengan paradigma tentang semua anak cerdas dan tidak ada siswa yang bodoh. Faktanya
adalah, tidak semua guru-guru menerima paradigma tersebut.
Syarat Wajib
Pelatihan
Workshop
Bimbingan teknis
Basic
Intermediate
Advance
Konsultasi
Observasi
Umpan
balik
Multiple
Intelligences
System
Input
Proses
Output
MIR
Strategi
Multiple
Intellige
nces Penilaian
autentik Produk / karya
Presofware
• Identifikasi
• Akumulasi aktivitas
Experience
• Membaca literatur
• Menjawab quiz
Postsofware
• Mendesain quiz
• Kulminasi materi
Perencanaan Penggunaan Tahapan PEP
117
Penjelasan mengenai proses aplikasi teori multiple intelligences di
sekolah memiliki konsekuensi menyeluruh, di mana manajemen harus terlibat
secara aktif dan memberikan dukungan moril, sebab teori multiple
intelligences memberikan banyak pandangan terbalik terhadap proses
pendidikan konvensional.117 Dasar utama pelaksanaan teori multiple
intelligences adalah pelatihan teori multiple intelligences serta bagaimana
teknik aplikasinya. Sesi penyeragaman paradigma, menjadi syarat wajib
sebelum teknis pelaksanaan teori multiple intelligences. Kesuksesan syarat ini
dalam menerima dan menyeragamkan paradigma multiple intelligences,
menjadi kunci sukses keberhasilan pelaksanaan teori multiple intelligences
dalam proses pembelajaran.
Sebelum melaksanakan proses aplikasi teori multiple intelligences
dalam sistem pembelajaran, terlebih dahulu semua guru dan manajemen
mengikuti kegiatan pelatihan dan workshop secara berjenjang mengenai dasar
sampai pelatihan tingkat lanjut. Pelatihan tersebut wajib dilaksanakan sebagai
upaya menyeragamkan konsep multiple intelligences. Lamanya pelatihan ini
membutuhkan waktu tiga bulan. Sesi pelatihan dan workshop ini bagi semua
elemen sekolah Islam terpadu Insan Mandiri diharapkan satu kesamaan
pandang mengenai kecerdasan pada anak, sistem dan konsekwensi
pelaksanaannya. Setelah sesi ini selesai, pelaksanaan proses multiple
intelligences system dilaksanakan.
Pelaksanaan proses multiple intelligences system diawali dari input,
yaitu, penerimaan peserta didik baru tanpa melalui rangkaian tes akademik,
tetapi melalui riset kecerdasan jamak (multiple intelligences research) dan
observasi kematangan sekolah. Input pada peserta didik lama diartikan sebagai
sumber awal yang harus diriset juga kecerdasan jamaknya. Sehingga input
diartikan sebagai bahan baku awal yang harus diketahui jenis dominan
kecerdasan jamaknya. Riset kecenderungan kecerdasan berguna untuk
mendapatkan informasi mengenai kecerdasan dominan setiap peserta didik,
sehingga informasi tersebut berguna untuk menyesuaikan strategi pengajaran
guru saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Data multiple intelligences research digunakan untuk melihat mana
yang lebih dominan dari delapan kecerdasan yang dinilai. Berikut tabel hasil
riset kecenderungan kecerdasan.
117 Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan aplikasi teori multiple
intelligences, baik di Sekolah Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, maupun saat peneliti
memberikan pelatihan, workshop, bimbingan teknis, konsultasi dan pendampingan
pelaksanaan teori multiple intelligences di sekolah-sekolah.
118
3.5 Tabel Hasil Multiple Intelligences Research118
No. KECERDASAN POIN
1. Musik (Cerdas Seni) 4.1
2. Kinestetik (Cerdas Gerak) 3.3
3. Intrapersonal (Cerdas Diri) 3.3
4. Linguistik (Cerdas Bahasa) 2.9
5. Spasial Visual (Cerdas Ruang dan Gambar) 2.9
6. Naturalis (Cerdas Alam) 2.5
7. Logis matematis (Cerdas Angka dan Logika) 2.1
8. Interpersonal (Cerdas Bergaul) 1.7
Tabel di atas menginformasikan hasil multiple intelligences research
peserta didik. Dari informasi tersebut, menunjukkan dominan kecerdasan
musik (cerdas seni) sebagai kecerdasan yang paling dominan disusul
kecerdasan kinestetik (cerdas gerak), intrapersonal (cerdas diri) dan
kecerdasan linguistik (cerdas bahasa). Urutan poin kecerdasan tabel 4.1 yang
dimulai dari nomor urut pertama, kedua, ketiga dan keempat dikategorikan
sebagai kecerdasan dominan, sementara urutan poin nomor kelima sampai
nomor kedelapan adalah yang paling kecil atau kecerdasan yang tidak
dominan.119 Informasi tabel kecerdasan diatas berada pada wilayah input.
Sementara proses adalah, suatu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
dimana desain metode pengajaran guru menyesuaikan hasil riset kecerdasan
jamak multiple intelligences research peserta didik. Ruh aplikasi teori multiple
intelligences dalam sistem pembelajaran ada di wilayah proses. Inti proses
pembelajaran berbasis multiple intelligences adalah metode pengajaran guru
yang sama dengan informasi hasil riset kecerdasan jamak. Pelaksanaan proses
multiple intelligences diwujudkan dalam pembuatan rencana pengajaran. Pada
bagian prosedur aktivitas rencana program pembelajaran yang dibuat guru,
didesain langkah-langkah pembelajaran yang mengakomodasi kecerdasan
jamak dominan peserta didik.
Sebagaimana tabel 4.1 di atas, menunjukkan kecerdasan dominan
individu peserta didik sebagai berikut:
1) Musik (Cerdas Seni)
2) Kinestetik (Cerdas Gerak)
118 Merupakan hasil Multiple Intelligences Research peserta didik Sekolah Dasar
Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta pada siswa atas nama Rahman. Disadur dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Maemunah dalam Pendidikan Berbasis Multiple
Intelligences di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. 2013. 119 Dominan keceradsan seseorang tidak bersifat mutlak tetapi bersifat dinamis,
artinya, kecerdasan tersebut dapat berubah urutan dominannya tergantung dari stimulasi-
stimulasi dan kebiasaan-kebiasaan yang dialami anak/siswa.
119
3) Intrapersonal (Cerdas Diri)
4) Linguistik (Cerdas Bahasa)
Berdasarkan tabel 4.1 proses pembelajaran multiple intelligences
mengikuti empat kecerdasan dominan. Langkah-langkah pembelajaran,
kemudian ditentukan jenis strategi yang sesuai dengan empat kecerdasan
dominan tersebut. Dalam hal ini, ruh proses multiple intelligences adalah
kesamaan antara strategi mengajar guru dengan gaya belajar peserta didik.120
3.6 Tabel Strategi Mengajar Berdasarkan Tabel Hasil Multiple Intelligences
Research.121
No. Kecerdasan
Dominan
Strategi Mengajar Guru yang
direkomendasi
1. Musik (Cerdas
Seni)
Menciptakan parodi lagu, membuat aturan-
aturan disiplin dengan lagu, memperbanyak
hafalan-hafalan lagu.
2. Cerdas kinestetik
(Cerdas gerak)
Jawaban stik, strategi fishing game, strategi
lompatan benar-salah, strategi matematika
basket, strategi ular tangga, strategi simulasi,
demonstrasi, bermain peran (role play).
3. Intrapersonal
(Cerdas Diri)
Menulis buku harian, koleksi benda-benda,
mencari bakat di buku telepon.
4. Cerdas linguistik
(Cerdas bahasa).
Ceramah, diskusi, tanya jawab, wawancara,
presentasi, pelaporan oral, reporter bercerita,
dongeng, debat, membaca nyaring, puisi, tebak
kata, aksara bermakna, pantun, menulis
imajinatif, menulis informasi, menulis cerpen,
menulis novel, menulis cerita dari komik,
menulis laporan, menulis personal, kosa kata,
teka-teki silang, menyusun skenario.
Proses pembelajaran berbasis multiple intelligences menekankan pada
pendekatan sesuai gaya belajar peserta didik yang telah diriset melalui multiple
intelligences research diawal atau di area input. Penjelasan mengenai
pendekatan gaya belajar yang dilakukan guru terhadap empat kecerdasan
dominan sebagai berikut:
120 Munif Chatib. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple intelligences di
Indonesia, (Bandung: Kaifa, 2009), 185. 121 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition, 73-94.
120
1) Musik (cerdas seni), melalui pendekatan gaya belajar berupa belajar
dengan konsep musik, alat musik, menghubungkan musik dengan konsep
tertentu.
2) Cerdas kinestetik (cerdas gerak), melalui pendekatan gaya belajar berupa
belajar dengan aktivitas, drama, respon tubuh, membuat kerajinan tangan.
3) Intrapersonal (cerdas diri) melalui pendekatan gaya belajar sendiri,
keinginan untuk mengekspresikan diri, kegiatan individual,
menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan pribadi.
4) Cerdas linguistik (cerdas bahasa), melalui pendekatan dengan cara
membaca, menulis, berdebat, berbicara di depan umum, bercerita.
Aplikasi teori multiple intelligences dalam sistem pembelajaran, secara
proses diterjemahkan dalam bentuk strategi pembelajaran guru yang
disesuaikan dengan hasil multiple intelligences research. Strategi mengajar
guru berbasis multiple intelligences adalah suatu upaya mencapai kompetensi
tertentu dalam pembelajaran dengan cara mengoptimalkan delapan kecerdasan
yang dimiliki masing-masing siswa. Strategi pembelajaran multiple
intelligences adalah suatu cara mengakses informasi melalui delapan jalur
kecerdasan yang ada pada masing-masing siswa, namun untuk
mengeluarkannya kembali seluruh kecerdasan bersinergi dalam satu kesatuan
yang unik sesuai dengan kebutuhan. Sehingga, siswa mampu memecahkan
masalah-masalah pembelajaran dengan cara yang menakjubkan. Strategi
pembelajaran multiple intelligences menjadikan siswa sebagai sang juara pada
bidang-bidang tertentu sesuai dengan kecerdasan yang menonjol pada dirinya,
karena pada dasarnya dalam diri setiap siswa selalu ada satu atau lebih
kecerdasan yang menonjol yang dimilikinya. Strategi pembelajaran multiple
intelligences mendorong para guru melakukan inovasi dalam cara
mengajarnya. Oleh karena itu, setiap guru dituntut agar lebih kreatif mencari
terobosan untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada. Sebagai
strategi pembelajaran, asalkan memiliki prosedural aktivitas yang tertuang
dalam lesson plan. Strategi multiple intelligences adalah seperti sebuah
konteks yang luas.122
Setelah input peserta didik dan proses pembelajaran multiple
intelligences, output peserta didik sebagai terminal poin penilaian yang
dilakukan secara proses atau assessment authentic. Sebagaimana yang
dilaporkan pada skema 4.2 tentang diagram alur aplikasi teori multiple
intelligences dalam sistem manajemen pembelajaran adalah menitikberatkan
pada penilaian berbasis proses. Sistem penilaian multiple intelligences
berorientasi pada produk atau karya peserta didik. Penilaian berbasis proses
bentuk penilaiannya mencakup penilaian kinerja, portofolio dan tes tertulis.
122 Dikutip dari Thomas Armstrong, pendapat ilmiah Yohanes Surya, dan Munif
Chatib dalam naskah buku 95 Strategi mengajar Multiple Intelligences.
121
Keunggulan yang diperoleh dari penerapan penilaian proses dalam
pembelajaran adalah: Guru memandang penilaian dan pembelajaran secara
terpadu, aktivitas belajar siswa mencerminkan masalah dunia nyata, guru
menggunakan berbagai cara dan kriteria, cara penilaian holistik, meliputi
kompetensi utuh yang merefleksikan sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Bagaimana mengetahui gaya belajar jenis kecerdasan jamak peserta
didik diperoleh dari informasi hasil multiple intelligences research yang
dilakukan saat proses penerimaan siswa baru. Metodologi riset kecenderungan
kecerdasan atau multiple intelligences research disusun oleh Munif Chatib.123
Multiple intelligences research menggunakan pendekatan teori multiple
intelligences yang disusun Howard Gardner, yang dibagi dalam delapan
klasifikasi kecerdasan. Metode multiple intelligences research digunakan
kepada calon peserta didik untuk mengetahui tingkat masing-masing jenis
kecerdasan pada setiap anak dengan teknik observasi dan acting out yang
didasarkan pada kebiasaan (habit) anak. Dari multiple intelligences research
diketahui jenis gaya belajar masing-masing peserta didik, sehingga dijadikan
informasi bagi guru untuk menyusun strategi pembelajaran, dan juga sebagai
bahan informasi bagi orangtua peserta didik dalam melakukan pendampingan
belajar di rumah. Multiple intelligences research adalah suatu instrumen yang
dapat memunculkan keunikan masing-masing pada setiap anak, dan bukan tes
yang mengukur benar atau salah seseorang, tapi sebuah alat riset yang
menemukan kecenderungan kecerdasan seorang.
Ada dua cara yang digunakan untuk mengetahui gaya belajar anak
(kecenderungan kecerdasan anak), di antaranya adalah melalui pengamatan
manual. Pengamatan manual untuk melihat kebiasaan yang disukai anak
(peserta didik) saat belajar, yang kedua dengan alat riset psikologis, yaitu
multiple intelligences research. Salah satu deskripsi multiple intelligences
research adalah mengetahui kecenderungan kecerdasan anak dan deskripsi
gaya belajar anak yang dominan. Dengan mengetahui gaya belajar
anak/peserta didik, guru atau orangtua dapat menjadi fasilitator di saat peserta
didik/anak belajar, atau minimal mengetahui pintu masuk otak terbuka lebar
untuk informasi yang diterima oleh peserta didik/anak.
123 Munif Chatib bersama Next Edu mengembangkan alat riset psikologis yang
bernama "Multiple Intelligences Research".
123
BAB IV
ANALISIS APLIKASI MULTIPLE INTELLIGENCES
DALAM PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang analisis aplikasi multiple
intelligences dalam pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana teori multiple intelligences diterapkan secara sistemik dalam sistem
manajemen pembelajaran.
A. Analisis Aplikasi Multiple Intelligences dalam Hidden Kurikulum.
Aplikasi teori multiple intelligences dalam sistem manajemen
pembelajaran dimulai dari pembentukan paradigma bahwa setiap anak
merupakan individu yang unik dengan bakat, kemampuan (ability), dan
kecerdasan yang beragam. Implikasinya adalah setiap anak memiliki berbagai
variasi gaya dalam belajar dan dalam menyerap informasi. Bervariasinya gaya
setiap anak dalam belajar dan menyerap informasi ini, dalam proses
pembelajaran menyebabkan bervariasi pula dalam cara pandang dan
evaluasinya. Dari paradigma inilah kemudian memunculkan beberapa dasar
pemikiran untuk menggunakan teori multiple intelligences dalam proses
pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1) Multiple intelligences berkenaan dengan kemampuan peserta didik dalam
melakukan sesuatu dalam berbagai konteks. Implikasi dari hal ini adalah
bahwa strategi mengajar yang dilakukan guru hendaknya menggunakan
multi metode. Dengan kata lain peserta didik diajak untuk mengalami
berbagai pengalaman belajar.
2) Hasil belajar (learning outcomes) yang dicapai oleh peserta didik berisi
penjelasan mengenai hal-hal yang dilakukan peserta didik setelah melalui
proses pembelajaran, berupa kehandalan kemampuan peserta
didik dalam melakukan sesuatu melalui kinerja yang dapat diukur.
3) Penyusunan kompetensi hasil belajar didasarkan pada kecerdasan jamak
yang ditetapkan secara proporsional, tidak hanya aspek kognitif
atau spiritual.
4) Dalam konteks pembelajaran, jika gaya mengajar guru sama dengan gaya
belajar peserta didik, pelajaran menjadi mudah.
5) Teori multiple intelligences memberikan kesempatan bagi guru–guru
untuk mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru di
dunia pendidikan untuk memacu kecerdasan ganda setiap peserta
didik dengan cara mengoptimalkan delapan kecerdasan yang dimiliki
masing-masing peserta didik dengan menekankan pada keaktifan peserta
didik dalam proses pembelajaran.
124
Berdasarkan beberapa paradigma tersebut, akan dianalisa bagaimana
aplikasi teori multiple intelligences di SDIT Insan Mandiri Jakarta. Uraian
berikut merupakan aplikasi teori multiple intelligences terhadap peningkatan
kecerdasan ganda setiap anak yang terdapat dalam kurikulum penunjang
(hidden curriculum).
1. Kegiatan Pembiasaan Pagi
Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta jam masuk
sekolah dimulai pada pukul 06.30 waktu Indonesia barat dan termasuk Sekolah
Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta di bawah naungan Jaringan
Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia pertama yang menerapkan masuk
pukul 06.30. Menurut ibu Heni Lestari selaku kepala riset dan pengembangan
di sekolah ini, diberlakukannya peraturan masuk pukul 06.30 didasarkan pada
beberapa pemikiran, antara lain; menghindari kemacetan di Jakarta yang
biasanya berbarengan dengan jam berangkat kerja karyawan, penambahan jam
pelajaran tahfizh Alquran pada pukul 06.30 sangat efektif dilakukan pada pagi
hari karena suasana masih fresh, dengan masuk pukul 06.30 jam kepulangan
peserta didik bisa dilakukan sebelum asar, hal ini karena sekolah yang
menerapkan full day school menurut Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT)
Indonesia proses pembelajaran dilakukan sampai dengan waktu asar, jadi
peserta didik harus shalat asar di sekolah.1
Berdasarkan hasil observasi peneliti, aplikasi teori multiple
intelligences di sekolah ini sudah terlihat ketika kedatangan peserta didik pada
pukul 06.30 waktu Indonesia barat di mana kedatangan mereka sudah disambut
oleh beberapa guru piket di depan pintu gerbang sekolah. Guru menyambut
peserta didik dengan senyum, salam, sapa, sopan, dan santun sebagaimana
tertuang dalam dokumen manual mutunya, serta mengarahkan peserta didik
untuk juga bersalaman dengan teman-temannya. Terkadang ada peserta didik
yang datang sambil menangis terutama peserta didik kelas satu dan dua, dan
guru pun turut mendiamkan peserta didik tersebut dengan penuh kesabaran dan
kasih sayang. Dalam kegiatan pembiasaan di pagi hari ini menurut pengamatan
peneliti, dapat melatih kecerdasan interpersonal yaitu berupa kemampuan
untuk berinteraksi dengan orang lain dengan membaca berbagai suasana hati,
temperamen, motivasi, dan tujuan orang lain. Hal ini karena peserta didik
dilatih antara lain untuk belajar bertegur sapa dengan sesama, berempati,
berkasih sayang dan juga menghormati guru.
Tepat pukul 06.30 waktu Indonesia barat peserta didik masuk ke kelas
masing-masing untuk mengikuti kegiatan mengulang (murojaah) hafalan
Alquran dan dzikir (khusus tiap hari Jum’at). Pembelajaran pengayaan tahfizh
pagi ini (begitu istilah yang digunakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
1 Wawancara dengan ibu Heni Lestari, selaku Ketua Riset dan Pengembangan di
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta.
125
Mandiri ini) diampu oleh guru Alquran di masing-masing kelas. Pengayaan
tahfizh pagi berlangsung hingga pukul 07.00 waktu Indonesia barat yang
selanjutnya ditutup dengan shalat dhuha dan dilanjutkan dengan snack time,
yaitu memberi kesempatan kepada peserta didik yang belum sarapan di rumah.
Kegiatan pembiasaan ini dapat melatih kecerdasan eksistensial spiritual
peserta didik. Karena di sini peserta didik dilatih melalui pembiasaan berdzikir
dan keyakinan bahwa beragama dan menjalankan perintahNya sangat penting
bagi kehidupan. Inilah mengapa kegiatan pembiasaan pagi ini merupakan
bagian dari kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik.
2. Kegiatan Pembiasaan Terintegrasi
Kegiatan pembiasaan ini diberi judul terintegrasi karena kegiatan
pembiasaan ini dilakukan include dalam setiap aktivitas peserta didik, baik saat
belajar di kelas maupun saat istirahat dan bermain, baik di dalam kelas maupun
di luar kelas. Kegiatan pembiasaan terintegrasi ini diwujudkan melalui
penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif (biah solihah) dalam dimensi
keamanan, kesehatan, kebersihan, keindahan, suasana kekeluargaan (ukhuwah
Islamiyah), fasilitas belajar dan beribadah, serta menerapkan aturan dan norma
yang bersandikan nilai-nilai Islam baik dalam berperilaku, bertutur kata,
berpakaian, berinteraksi (mu’amalah), makan dan minum serta perilaku
lainnya yang lazim digunakan di lingkungan sekolah. Beberapa hal yang
mendukung dalam meningkatkan multiple intelligences peserta didik dalam
kegiatan pembiasaan terintegrasi di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri, ini antara lain terlihat dari jaminan mutu (quality assurance), yaitu:
1) Melaksanakan ibadah wajib dengan benar, tanggung jawab dan penuh
kesadaran. Hal ini dilakukan melalui kegiatan shalat zuhur berjamaah, di mana
dalam kegiatan ini dimulai dengan; pengkondisian peserta didik untuk
berwudhu dan menuju masjid dengan tertib dan penuh kesadaran. Dari
pengamatan penulis, terlihat peserta didik berwudhu dengan benar dan tertib
serta menuju masjid dengan sikap yang sesuai dengan adab-adab masuk
masjid, seperti melangkah masuk dengan kaki kanan dan membaca doa masuk
masjid, serta melaksanakan shalat tahiyatul masjid serta menjaga sikap dan
ucapan selama di dalam masjid. Selain pengarahan dan pengkondisian dari
guru yang mereka sebut dengan kegiatan pra kondisi, kegiatan ini juga
didukung dengan meletakkan kata-kata afirmasi dan peringatan di tempat-
tempat strategis yang bisa dibaca oleh peserta didik, seperti kata-kata: Zona 3:
Boleh berbicara keras pelan, Zona 2: Boleh berbicara pelan, Zona 1: Hanya
boleh berdzikir, berdoa dan tilawah Alquran.
Dari kegiatan ini terlihat peserta didik dilatih untuk menyadari
kewajibannya sebagai hamba Allah Swt, kepedulian terhadap lingkungan
sekitar dan peraturan yang ada, serta bermeditasi dalam bentuk dzikir dan
duduk diam. Dan beberapa kecerdasan yang dapat ditumbuhkan dari hal ini
adalah kecerdasan eksistensial spiritual, kecerdasan interpersonal, dan
126
kecerda-san intrapersonal. 2) Menguasai keterampilan dasar sehari-hari sesuai
tingkat usia. Keterampilan dasar sehari-hari yang harus dikuasai peserta didik
tersusun dalam silabus atau modul life skill yang disusun oleh tim guru.
Keterampilan yang harus dikuasai ini disesuaikan dengan tingkat usia dan
kemampuan peserta didik. Sebagaimana contoh life skill yang harus dikuasai
murid sesuai tingkatan usia antara lain keterampilan menyiapkan sarapan
sederhana, melipat baju, dan memakai kaos kaki bagi kelas satu. Sedangkan
bagi kelas dua keterampilan yang harus dimiliki antara lain mencuci piring,
mengikat tali sepatu, dan merapikan isi tas. Asumsinya keterampilan yang ada
di kelas satu sudah dimiliki oleh anak kelas dua. Begitu seterusnya.
Keterampilan-keterampilan hidup ini menurut analisa penulis dapat
meningkatkan kecerdasan jamak peserta didik. Seperti yang penulis saksikan
ketika mereka belajar menyiapkan sarapan dengan membuat roti yang diolesi
mentega atau selai. Di situ terlihat anak-anak yang menonjol kecerdasan
kinestetis, naturalis, dan interpersonal sangat menikmati kegiatan tersebut.
Sedangkan anak-anak yang kurang menonjol dalam tiga kecerdasan tersebut
dengan bimbingan guru dan teman sebaya lambat laun juga menikmatinya. 3)
Berkepribadian islami (akhlak karimah). Penanaman kepribadian islami
ditanamkan di sekolah ini melalui sistem yang terintegrasi dalam semua
kegiatan sekolah baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Misal
membiasakan buang sampah pada tempatnya, membiasakan mengucapkan
salam ketika masuk kelas, menggunakan kata-kata yang sopan, saling
menyayangi sesama teman, dan lain-lain. Pembiasaan kepribadian islami ini
menjadi perhatian semua elemen yang ada di sekolah mulai dari yayasan,
kepala sekolah, guru, dan karyawan. Berdasarkan pengamatan penulis,
penanaman kepribadian yang dilakukan di sekolah ini cukup berhasil karena
dilakukan dengan mengakomodir kecerdasan ganda siswa. Terlihat beberapa
kecerdasan yang diakomodir dalam penanaman ini antara lain kecerdasan
interpersonal, kinestetis, bahkan spasial visual, yaitu melalui kata-kata
afirmasi yang ditempel di dinding-dinding sekolah.
Salah satu kegiatan dalam kurikulum penunjang yang ada di sekolah
ini dalam rangka memantik kecerdasan ganda siswa adalah melalui kreativitas
performance, yaitu daya kreativitas peserta didik yang meliputi kemampuan
berpikir tingkat tinggi (high order tihingking) baik dalam dimensi
keterampilan (psikomotorik) maupun dimensi intelektual (kognitif). Siswa-
siswa di sekolah ini diarahkan untuk mampu berpikir kreatif. Hal ini sesuai
dengan perspektif multiple intelligences, kreativitas peserta didik yang
ditunjukkan dengan berpikir kreatif (thingking creative), menghasilkan karya
(product) dalam pembelajaran dan kemampuan memecahkan masalah
(problem solving) yang dilakukan peserta didik. Dari pengamatan penulis,
kegiatan yang memantik kreativitas siswa ini sangat banyak dilakukan di
sekolah ini, seperti kegiatan mendisplay majalah dinding kelas, kegiatan pentas
127
seni, penyelesaian masalah murid dengan mengajak murid untuk berdiskusi,
dan lain-lain. Salah satu angket yang penulis sebar mengenai alasan orang tua
menyekolahkan anaknya di sini adalah bahwa kreativitas murid di sekolah ini
sangat diberi peluang besar melalui berbagai kegiatan sekolah.
B. Strategi Mengajar Multiple Intelligences di Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri
1. Konstruksi Pemahaman Guru Terhadap Teori Multiple
Intelligences
Aplikasi konsep kecerdasan (multiple intelligences) di Sekolah Dasar
Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta menjadi sebuah konsep fungsional yang
dapat dilihat bekerja di kehidupan para siswa-siswa dan guru dalam berbagai
cara. Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta telah
mengaplikasikan teori multiple intelligences dalam proses pendidikan dan
pengajaran guru. Setidaknya terdapat sembilan jenis kecerdasan dasar yang
termaktub pada teori multiple intelligences, yang dimiliki manusia, dengan
mengelompokkan kemampuan-kemampuan manusia ke dalam sembilan
kategori yang komprehensif yang telah diterapkan di Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri Jakarta.
Dalam proses pembelajaran, kesembilan kecerdasan tersebut dapat
dijadikan sebagai pintu masuk untuk memulai proses kegiatan belajar
mengajar. Berikut disajikan beberapa strategi mengajar berbasis teori multiple
intelligences yang disarankan beberapa pakar teori ini. Peneliti melakukan
analisa terhadap penerapan strategi ini yang dilakukan di Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Data diambil berdasarkan observasi langsung
dan dalam situasi alamiah yang kemudian penulis buatkan rekamannya dalam
bentuk video.
1. Kecerdasan Linguistik.
Kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik lisan
maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk memanipulasi
sintaks atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau makna
bahasa, dan dimensi pragmatis atau kegunaan praktis dari bahasa. Beberapa
manfaatnya termasuk retorika (menggunakan bahasa untuk meyakinkan orang
lain melalui aksi tertentu), memonik (menggunakan bahasa untuk mengingat
informasi), penjelasan (menggunakan bahasa untuk menginformasikan, dan
metabahasa (menggunakan bahasa untuk membicarakan tentang bahasa itu
sendiri). Indikator strategi mengajar di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta, dilakukan dalam dua konteks, diantaranya:
1.1. Konteks Program Utama.
Konteks program utama berupa pengajaran dan pembelajaran peserta
didik yang didasarkan dari hasil multiple intelligences research (MIR) peserta
128
didik saat mulai menjadi peserta didik baru di Sekolah Dasar Islam Terpadu
Insan Mandiri. Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan linguistik
peserta didik, adalah sebagai berikut:
a) Strategi mengajar ceramah
b) Strategi mengajar diskusi
c) Strategi mengajar tanya jawab
d) Strategi mengajar wawancara
e) Strategi mengajar presentasi
f) Strategi mengajar pelaporan oral
g) Strategi mengajar reporter
h) Strategi mengajar bercerita
i) Strategi mengajar dongeng
j) Strategi mengajar debat
k) Strategi mengajar membaca nyaring
l) Strategi mengajar puisi
m) Strategi mengajar tebak kata
n) Strategi mengajar aksara bermakna
o) Strategi mengajar pantun
p) Strategi mengajar menulis imajinatif
q) Strategi mengajar menulis informasi
r) Strategi mengajar menulis cerita pendek
s) Strategi mengajar menulis novel
t) Strategi mengajar menulis cerita dari komik
u) Strategi mengajar menulis laporan
v) Strategi mengajar menulis personal
w) Strategi mengajar kosa kata
x) Strategi mengajar teka-teki silang
y) Strategi mengajar menyusun skenario.
1.2. Konteks Program Pendukung,
Diantaranya dalam aktivitas guru menyambut siswa datang ke sekolah
pagi hari sambil menanyakan kabar hari ini, membuat cerita sebelum proses
pebelajaran melalui cerita tausyiah. Metode bercerita, adalah salah satu bentuk
untuk mengembangkan kecerdasan bahasa, di mana peserta didik diajak
menyenangi dan mencintai bahasa, peserta didik dapat menikmati suara dari
kata-kata, menghargai dan memaknai kekuatan dengan penuh tanggungjawab.
Melalui pertanyaan efektif, jika peserta didik diminta untuk mengerti dan
bukan sekedar mengingat informasi yang ditemukannya di dalam buku
pelajaran, bahan rujukan, surat kabar dan sebagainya, maka mereka haruslah
aktif mengumpulkan informasi. Pengajuan suatu pertanyaan menggunakan
kata-kata dan ungkapan yang tidak mudah ditemukan di dalam teks atau
naskah. Sehingga mendorong peserta didik berpikir dan berpendapat tidak
129
hanya untuk menyalin jawaban. Keterampilan ini sangat tepat bila digunakan
guru untuk mengasah kecerdasan linguistik.
Mengamati (mengawasi) aktif, sering peserta didik tidak berpikir dan
belajar aktif pada waktu menonton video. Beberapa orang guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik untuk dijawab pada waktu mereka
menonton video. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu disajikan dengan susunan
di mana jawaban-jawaban akan muncul di dalam video dan ungkapan-
ungkapan kunci di dalam pertanyaan-pertanyaan juga terjadi di dalam video,
sehingga menunjuk pada jawaban. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mudah
dijawab dan jarang menuntut keterlibatan aktif.
Guru menggunakan metode peta akibat, metode ini dapat digunakan
sebelum atau sesudah peserta didik mempelajari sesuatu topik. Hal itu dapat
digunakan untuk menemukan seberapa tuntas peserta didik dalam memikirkan
sesuatu isu atau peristiwa, atau dapat digunakan untuk menemukan apakah
mereka sudah mampu menerapkan informasi yang sudah dipelajarinya dalam
menganalisis situasi baru. Peserta didik diminta untuk mempertimbangkan
semua hasil atau akibat yang mungkin dari suatu tindakan atau perubahan dan
kemudian hasil-hasil dan akibat-akibat sesudah itu. Mereka juga didorong
untuk berpikir tentang akibat-akibat positif dan negatif. Cara ini juga dapat
digunakan guru untuk melatih anak-anak dalam mengembangkan kecerdasan
linguistik.
2. Kecerdasan Logis Matematis.
Kemampuan menggunakan angka secara efektif (misalnya, sebagai ahli
matematika, akuntan, pajak, atau ahli statistik) dan untuk alasan yang baik
(misalnya, sebagai seorang ilmuwan, pemrogram komputer, atau ahli logika).
Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap pola-pola dan hubungan-hubungan
yang logis, pernyataan dan dalil (jika-maka, sebab-akibat), fungsi dan abstraksi
terkait lainnya. Jenis-jenis proses yang digunakan dalam pelayanan kecerdasan
logis matematis mencakup kategorisasi, klasifikasi, generalisasi, penghitungan
dan pengujian hipotesis. Indikator strategi mengajar logis matematis di Sekolah
Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, adalah sebagai berikut:
2.1. Konteks Program Utama.
Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik menjadi dasar
bagi guru mendesain strategi mengajarnya. Indikator strategi pengajaran guru
khusus kecerdasan logis matematis di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri adalah sebagai berikut:
a) Strategi mengajar pengamatan
b) Strategi mengajar discovering
c) Strategi mengajar problem solving
d) Strategi mengajar identifikasi
e) Strategi mengajar klasifikasi
130
f) Strategi mengajar separasi, kuantifikasi
g) Strategi mengajar komparasi, prosedural teks
h) Strategi mengajar pendataan tebak angka
i) Strategi mengajar tebak simbol
j) Strategi mengajar sudoku
k) Strategi mengajar latihan soal
l) Strategi mengajar eksperimen
m) Strategi mengajar action research
n) Strategi mengajar studi kasus.
2.2. Konteks Program Pendukung,
Diantaranya dalam aktivtas guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri menyambut siswa datang ke sekolah pagi hari sambil menanyakan
pada jam berapa peserta didik sholat subuh, jam berapa peserta didik mandi dan
sarapan pagi, menanyakan jumlah surat dan ayat yang sudah dibaca atau
dihafalkan. peserta didik dihadapkan pada masalah konkret dengan
memberikan masalah. peserta didik dibimbing untuk kerja kelompok secara
kontinyu (group dynamic) dalam mengerjakan suatu proyek tertentu. Metode
ini dapat diterapkan untuk mengembangkan kecerdasan logika matematika, dan
kecerdasan interpersonal. Membandingkan dan mensintesiskan informasi,
pemahaman informasi yang dikumpulkan dari sumber daya dapat ditingkatkan
jika peserta didik bekerja dalam kelompok dan setiap anggota kelompok diberi
sumber data yang berbeda untuk digunakan dalam mencari jawaban atas
pertanyaan yang sama. Dengan demikian, peserta didik harus membandingkan
dan mendiskusikan jawaban-jawaban yang sudah mereka tuliskan, sehingga,
sebagai hasilnya, mereka akan mampu memberi satu jawaban yang
memuaskan. Ini merupakan strategi yang efektif untuk dipakai oleh kelompok-
kelompok pakar ketika pendekatan (jigsaw) terhadap proyek penelitian
digunakan. Cara ini juga dapat dikembangkan untuk melatih anak dalam hal
kecerdasan linguistik dan juga kecerdasan logis matematis.
Guru juga dapat mengajak peserta didik menghitung Keuntungan dan
kerugian, suatu tugas analisis yang kurang rumit dapat melibatkan peserta didik
untuk memeriksa informasi yang mereka temukan tentang keputusan, sikap
atau tindakan yang kontroversial (menjadi sengketa). Peserta didik bekerja
sebagai satu kelas keseluruhan atau dalam kelompok-kelompok untuk
menggolong-golongkan informasi yang mereka kumpulkan apakah untung atau
rugi bagi mereka sendiri, keluarganya, lingkungan atau masyarakat umumnya.
Sesudah klasifikasi atas keuntungan dan kerugian sudah dirampungkan, peserta
didik dapat diminta untuk memutuskan. Ini adalah salah satu cara guru untuk
mengembangkan kecerdasan logis matematis.
3. Kecerdasan Spasial-Visual.
131
Kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial secara akurat
(misalnya, sebgai pemburu, pramuka, atau pemandu) dan melakukan
perubahan-perubahan pada persepsi tersebut. (misalnya, sebagai dekorator
interior, arsitek, seniman atau penemu). Kecerdasan ini melibatkan kepekaan
terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan-hubungan yang ada di
antara unsur-unsur visual-spasial. Hal ini mencakup kemampuan untuk
memisualisasikan diri secara tepat dalam sebuah matriks spasial.
3.1. Konteks Program Utama.
Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik yang dominan
spasial-visual diproyeksikan guru dalam mendesain strategi mengajarnya.
Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan spasial-visual di Sekolah
Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai berikut:
a) Strategi mengajar mind mapp
b) Strategi mengajar tulisan tangan dan pasir
c) Strategi mengajar menulis di udara
d) Strategi mengajar urutan gambar
e) Strategi mengajar tebak gambar
f) Strategi mengajar menggambar imajinatif
g) Strategi mengajar Strategi mengajar huruf dalam warna
h) Strategi mengajar tebak sketsa wajah
i) Strategi mengajar menggambar makna simbol
j) Strategi mengajar membaca peta
k) Strategi mengajar movie learning
l) Strategi mengajar menebak peta
m) Strategi mengajar membaca gambar
n) Strategi mengajar tebak angka dalam warna
o) Strategi mengajar flash card
p) Strategi mengajar kartu domino.
3.2. Konteks Program Pendukung,
Diantaranya dalam aktivtas ekstrakurikuler pesrta didik, guru di
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri menanyakan tentang minat peserta
didik terhadap kegiatan mencari jejak dalam pramuka atau meminta siswa
menunjukkan arah kompas dan arah qiblat. Guru mengajak peserta didik
melakukan piknik, peserta didik merancang kegiatan santai di luar sekolah,
tidak harus ke tempat jauh dan biaya mahal. Untuk menggali nilai-nilai sosial,
spiritual, keindahan dan sebagainya. Ini adalah cara yang tepat untuk
mengembangkan kecerdasan spasial, dan kecerdasan musik. Camping study,
peserta didik diajak melakukan kegiatan perkemahan dalam rangka belajar.
Kegiatan ini juga tidak harus jauh, bisa di halaman sekolah. Seperti hal di atas,
ini dapat diterapkan guru untuk membangun kecerdasan spasial, juga
intrapersonal.
132
4. Keceradsan Kinestetik-Tubuh.
Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide-ide
dan perasaan-perasaan (misalnya, sebagai aktorpemain pantomim, atlet atau
penari) dan kelincahan dalam menggunakan tangan seseorang untuk
menciptakan atau mengubah sesuatu (misalnya, sebagai seorang perajin,
pematung, mekanik, atau ahli bedah). Kecerdasan ini meliputi keterampilan
fisik, tertentu seperti kordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan,
fleksibilitas, dan ekcepatan serta kapasitas-kapasitas proprioseptif, dan taktil.
4.1. Konteks Program Utama.
Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik yang dominan
kinestetik diproyeksikan guru dalam mendesain strategi mengajarnya.
Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan kinestetik di Sekolah
Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai berikut:
a) Strategi mengajar jawaban stik,
b) Strategi mengajar fishing game,
c) Strategi mengajar lompatan benar salah,
d) Strategi mengajar matematika basket,
e) Strategi mengajar gerakan kreatif
f) Strategi mengajar ular tangga
g) Strategi mengajar simulasi
h) Strategi mengajar demonstrasi
i) Strategi mengajar bermain peran
j) Strategi mengajar lari kanan kiri benar salah
k) Strategi mengajar injak angka
l) Strategi mengajar lekukan simetris.
4.2. Konteks Program Pendukung,
Diantaranya dalam aktivtas ekstrakurikuler pesrta didik, guru di
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri meminta peserta didik
memeragakan gerakan-gerakan tertentu, baik gerakan dalam menari atau
olahraga..
5. Kecerdasan Musikal.
Kemampuan untuk merasakan (misalnya, sebagai penikmat musik),
memebdakan (misalnya, sebagai kritikus musik), menggubah (misalnya,
sebagai komposer), dan mengekspresikan (misalnya, sebagai seorang
performer atau pemain musik). Kecerdasan ini meiputi kepekaan terhadap
ritme, nada atau melodi, dan atau warna nada dalam sepotong musik.
5.1. Konteks Program Utama.
Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik yang dominan
musik diproyeksikan guru dalam mendesain strategi mengajarnya. Indikator
133
strategi pengajaran guru khusus kecerdasan musik di Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai berikut:
a) Strategi mengajar parodi
b) Strategi mengajar konser
c) Strategi mengajar games tebak bunyi
d) Strategi mengajar bernyanyi.
5.2. Konteks Program Pendukung,
Diantaranya dalam aktivtas guru menyambut siswa datang ke sekolah,
siswa diperdengarkan suara alunan murotal yang diputar setiap pagi hari.
6. Kecerdasan Interpersonal.
Kemampuan untuk memahami dan membuat perbeddaan-perbedaan
ada suasana hati., maksud, motivasi, dan perasaan terhadap orang lain. Hal ini
dapat mencakup kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, dan gerak tubuh.
Kemampuan untuk membedakan berbagai berbagai jenis isyarat interpersonal,
dan kemampuan untuk merespon secara efektif isyarat-isyarat tersebut dalam
beberapa cara pragmatis (misalnya, untuk mempengaruhi sekelompok orang
agar mengikuti jalur tertentu dari suatu tindakan).
6.1. Konteks Program Utama.
Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik yang dominan
cerdas interpersonal diproyeksikan guru dalam mendesain strategi
mengajarnya. Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan
interpersonal di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai
berikut:
a) Strategi mengajar kerja kelompok
b) Strategi mengajar kartu soal
c) Strategi mengajar sosiodrama
d) Strategi mengajar memberi dan menerima
e) Strategi mengajar jigsaw
f) Strategi mengajar cerdas cermat berantai
g) Strategi mengajar surat untuk sahabat.
6.2. Konteks Program Pendukung
Diantaranya dalam aktivtas guru menyambut siswa datang ke sekolah,
siswa disambut dengan penuh keramahan dan keakraban, dan disalam ketika
akan memasuki pintu sekolah gerbang sekolah setiap pagi hari. Peserta didik
diajak untuk memikirkan bersama, mendiskusikan bersama, dan memecahkan
masalah secara bersama-sama. Metode ini dapat mengasah kecerdasan
interpersonal. Kerja individu dan kelompok, proses pembelajaran pada intinya
adalah pemberian layanan kepada setiap individu peserta didik agar mereka
berkembang segara maksimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki.
Pelayanan secara individual bukan berarti mengajari anak satu persatu secara
bergantian, melainkan dengan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada
134
setiap individu untuk memperoleh pengalaman belajar sebanyak-banyaknya.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan peserta didik baik secara individu
maupun beregu. Satu dari cara yang paling biasa untuk mendorong kerja regu
adalah meminta para peserta didik agar bekerja dalam suatu regu atau
kelompok supaya mencari jawaban-jawaban pada pertanyaan-pertanyaan,
sehingga dapat memecahkan suatu masalah, dengan cara melaksanakan suatu
eksperimen atau meneliti suatu topik proyek. Namun, guru harus berhati-hati
agar harapan akan kerjasama, toleransi, semangat regu dan pengertian tentang
hakekat pekerjaan hendaklah realistis mengingat keterampilan dan pengalaman
para peserta didik. Cara-cara seperti di atas dapat dikembangkan oleh guru
untuk membangun kecerdasan peserta didik dalam bidang interpersonal, juga
kecerdasan kinestetik
Melalui aktivitas permainan peranan/konferensi meja bundar, guru
memfasiliatsi peserta didik untuk diskusi sebagai kepentingan kelompok. Hal
ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik mengenali bahwa biasanya
terdapat suatu rentang sudut pandang mengenai sesuatu isu dan suatu rentang
cara menafsirkan informasi tentang isu itu. Pandangan-pandangan ini biasanya
ditentukan oleh pengalaman, harapan dan cita-cita, nilai pendidikan, gaya
hidup dan peranan di dalam masyarakat dari orang yang mengungkapkan
pandangan itu. Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan),
memastikan bahwa semua peserta didik diperkenankan mengemukakan
pandangan sesuai peranan yang diterimanya, bahwa setiap diskusi berlangsung
tertib dan mendorong peran serta peserta didik jika perlu dengan mengajukan
pertanyaan. Pada akhir konferensi meja bundar, peserta didik hendaklah
didorong untuk memperhatikan semua sudut pandang dan tiba pada suatu
keputusan pribadi tentang isu itu. Metode ini dapat dikembangkan untuk
menstimulasi anak agar berkembang kecerdasan interpersonalnya dengan baik.
7. Kecerdasan Intrapersonal.
Kemampuan membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan
menggunkan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan
kehidupan seseorang. Pengetahuan diri dan kemamuan untuk bertindak secara
adaptif berdasarkan pengetahuan itu. Kecerdasan ini termasuk memiliki
gambaran yang akurat tentang diri sendiri (kekuatan dan keterbatasan
seseorang), kesadaran terhadap suasana hati dan batin, maksud, motivasi,
temperamen, dan keinginan, serta kemampuan untuk mendisiplinkan diri,
pemahaman diri dan harga diri. Anak belajar melalui perasaan, nilai-nilai dan
sikap.
7.1. Konteks Program Utama.
Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik yang dominan
cerdas interpersonal diproyeksikan guru dalam mendesain strategi
mengajarnya. Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan
135
interpersonal di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai
berikut:
a) Strategi mengajar games siapa saya
b) Strategi mengajar question student have
c) Strategi mengajar mengenal tokoh,
d) Strategi mengajar kontrak nilai
e) Strategi mengajar manipulasi identitas.
7.2. Konteks Program Pendukung,
Selama peserta didik berada di lingkungan Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri, peserta didik diebrikan kebebasan bermain baik secara
sendiri-sendiri maupun kelompok. Dalam aktivtas mengajar, guru
memfasilitasi cara siswa belajar secara personal. Guru juga bisa mengajak
peserta didik melakukan reflective thinking/critical thinking, secara pribadi
atau berkelompok dihadapkan pada suatu artikel, peristiwa, kasus, gambar,
foto, dan lain sebagainya. Peserta didik diajak untuk membuat catatan refleksi
atau tanggapan bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan bisa dipilih sendiri oleh
peserta didik. Peserta didik satu kelas diajak untuk membangun komunitas atau
masyarakat mini (community building) dengan aturan, tugas, hak, dan
kewajiban yang mereka atur sendiri secara demokratis. Peserta didik diberi
tugas yang konkret dan diminta membuat laporan pertanggungjawaban secara
jujur (responsibility building). Cara ini dapat mengembangkan kecerdasan
kinestetik, kecerdasan interpersonal dan kecerdaasan intrapersonal.
8. Kecerdasan Naturalis.
Jenis kecerdasan yang erat hubungannya dengan lingkungan, flora dan
fauna, yang tidak hanya menyenangi alam untuk dinikmati keindahannya akan
tetapi, sekaligus juga punya kepedulian untuk kelestarian alam tersebut. Hal ini
juga mencakup kepekaan terhadap fenomena alam lainnya (misalna, formasi-
formasi awan, gunung, bukit, lembah dan ngarai) dan, dalam kasus yang
tumbuh di lingkungan.
8.1. Konteks Program Utama.
Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik yang dominan
cerdas alam (naturalis) diproyeksikan guru dalam mendesain strategi
mengajarnya. Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan naturalis di
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai berikut:
a) Strategi mengajar tebak suara hewan
b) Strategi mengajar identifikasi tumbuhan
c) Strategi mengajar matematika daun
d) Strategi mengajar karyawisata.
8.2. Konteks Program Pendukung,
Siswa diberi kesempatan memelihara tanaman, menyiram tanaman
sekolah dengan cara piket, memberikan kegiatan pembiasaan membuang
136
sampah pada tempatnya dan bersama membuat biopori dilingkungan sekolah
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri.
9. Eksistensialis.
Kesiapan manusia menghadapi kematian Dengan karakteristik
kesadaran akan Tuhan, dengan memiliki ciri-ciri: cenderung bersikap
mempertanyakan segala sesuatu mengenai keberadaan manusia, arti
kehidupan, mengapa manusia mengalami kematian dan realitas yang
dihadapinya, dan untuk apa manusia hidup di dunia ini. Anak belajar sesuatu
dengan melihat gambaran besar berupa perilaku terbaik atau akhlak orang-
orang terdekat dan lingkungan sekitrnya. Sejak balita hingga beranjak dewasa,
anak merekam, memperkaya pengetahuan dan keterampilan hidupnya. Anak
persis seperti menonton televisi. Dengan demikian, anak yang berperilaku baik
sangat mungkin jika anak berasal dari kelaurga dan lingkungan yang baik.
Anak yang berperangai aksar, sangat mungkin berasal dari keluarga dan
lingkungan yang kasar. Lingkungan menajdi katalis bagi anak agar beperilaku
baik dan penghambat bagi anak berperangai kasar. Lingkungan positif
mempercepat anak menemukan simpul-simpul eksistensinya terhadap makna
kehidupan. Kesadaran berketuhanan adalah prinsip pencarian eksistensi
seseorang dalam hidup.
9.1. Konteks Program Utama.
Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik yang dominan
cerdas eksistensialis diproyeksikan guru dalam mendesain strategi
mengajarnya. Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan naturalis di
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai berikut:
a) Strategi mengajar tadabbur alam
b) Strategi mengajar muhassabah
9.2. Konteks Program Pendukung,
Peserta didik mendapatkan taushiah secara rutin, pembelajaran
Alquran, peserta didik menghafal Alquran, peserta didik dibina akhlaknya
sehingga sholat menjadi pembiasaan dan dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, peserta didik ditargetkan mengahafal 2 juz Alqurandan peserta didik
dilatih membaca Al’Qur’an dengan tartil dan memaknai artinya serta
mentadabburi arti Alquran.
137
Konteks penerapan multiple intelligences di Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Mandiri Jakarta, khususnya dalam pembelajaran dimodifikasi
dan dikembangkan sesuai prinsip teori multiple intelligences. Kewenangan
yang luas untuk dikembangkan, yang berarti ada banyak cara untuk
menerapkan teori multiple intelligences dari berbagai setting, asal dengan
menyentuh prinsip teori multiple intelligences. Sistem pelaksanaan proses
pengajaran multiple intelligences di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
Mandiri Jakarta melibatkan orangtua, agar orangtua bersama Sekolah Dasar
Islam Terpadu Insan Mandiri mulai memusatkan perhatian mereka kepada
kemampuan bawaan masing-masing peserta didik.
Fasilitas pembelajaran dengan multiple intelligences, adalah fasilitas
yang dapat menunjang aktifitas dalam pembelajaran multiple intelligences yang
dibagi menjadi dua, yaitu ada yang bersifat tetap dan ada yang bersifat
sementara. Berikut adalah fasilitas yang bersifat tetap atau permanen.
4.1 Tabel Fasilitas Penunjang Pembelajaran Sesuai Kecerdasan Jamak
No Kecenderungan
Kecerdasan
Fasilitas Penunjang Strategi Mengajar
Multiple Intelligences
1. Linguistik
Pojok buku atau perpustakaan (dengan desain
yang nyaman); Laboratorium bahasa (audio files,
earphone, talking books); Writing center atau
fasilitas untuk menulis (typewriters, word
processing, software, paper).
2. Logis-Matematis
Laboratorium matematika (calculators,
manipulatives); Science center (chemistry set,
microphone, measurement materials).
3. Spasial visual
Art area (paints, collage materials, draw and
paint software) Visual media center (video,
animations, software, videocams); Visual-
thinking area (maps, graphs, visual puzzles,
picture library, three-dimensional buliding
materials).
4. Kinestetik
Membuka ruang atau arena untuk bergerak
(mini-trampolin, juggling equipment); Hands-on
center (clay, carpentry, blocks); Tactile-learning
area (relief maps, samples of different textures,
sand-paper letters); Drama center (stage for
perpform. Puppet theater).
5. Musikal
Music lab (audio files of sound effects, earphones,
music library); Music performance center
(percussion instruments, audio recorder,
138
methronome); Listening lab (stethoscope, walkie
talkies, small bottles containing differents mystery
sounds when shaken).
6. Interpersonal
Round table for group discussions; Desks paired
together for peer teaching; Social area (board
games, comfortable furniture for informal social
gatherings).
7. Intrapersonal
Study carrels for ondividual work; Loft (with
nooks and crannies for privacy); Computer hutch
(for self-paced study).
8. Naturalis
Plant center with gardening tools and supplies;
Animal center with a gerbil or rabbit cage, a
terrarium, or an ant farm; Aquatic center with an
aquarium and tools for measuring and observing
marine life.
Berdasarkan kerangka teori dan data-data yang telah terkumpul dari
dua tabel di atas, penulis akan menganalisa bagaimana implementasi teori
multiple intelligences dalam strategi pembelajaran yang diterapkan di SDIT
Insan Mandiri Jakarta. Namun sebelum penulis menganalisa penerapan teori
multiple intelligences dalam strategi mengajar guru, penulis terlebih dahulu
mendalami sampai sejauh mana pemahaman guru terhadap strategi mengajar
berbasis multiple intelligences ini.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap kepala
sekolah dan wakil-wakilnya serta beberapa oranng guru, penulis mendapatkan
data sebagai berikut:
1) Rohmat, M.Pd, kepala SDIT Insan Mandiri Jakarta:
“Meskipun saya baru bergabung di sekolah ini setelah sekolah ini
berdiri pada tahun 2010, yaitu satu tahun setelah sekolah ini menerapkan teori
multiple intelligences secara sistemik dalam input, proses, dan output-nya,
namun kebijakan manajemen sekolah dalam hal ini direktur pendidikan dan
kepala riset pengembangan di sekolah yang selalu memberikan pelatihan
secara intensif kepada guru-guru yang baru bergabung, membuat saya sedikit
banyak sudah memahami mengenai implikasi teori ini dalam strategi
pembelajara di kelas. Intinya guru dalam mengajar harus memperhatikan
keragaman yang dimiliki siswa, sehingga dengan demikian siswa merasa
senang dalam belajar dan pelajaran lebih mudah diterima atau dipahami.”
2) Erliani Prihati, S.Si, wakil kepala sekolah bidang kurikulum:
“Selain menjabat sebagai wakakur (wakil kurikulum), saya juga
mengampu mata pelajaran matematika kelas empat, lima, dan enam dari sejak
sekolah ini berdiri pada tahun 2003. Dulu saya adalah guru yang kaku dalam
mengajar, dan sebagaimana paradigma umum, guru matematika adalah guru
139
‘killer’, begitu pula dengan saya. Namun ketika pada tahun 2009 sekolah
mengadakan in house training mengenai teori multiple intelligences serta
aplikasinya dalam pengajaran, maka saya mulai mengubah gaya mengajar
saya. Berdasarkan teori multiple intelligences setiap anak memiliki kecerdasan
ganda atau majemuk, maka saya mulai merancang multi metode mengajar.
Dengan multi metode ini, bukan hanya anak dengan dominasi kecerdasan
matematika logis saja yang senang dengan pelajaran saya, namun anak dengan
dominasi kecerdasan kinestetis pun mulai tertarik dengan pelajaran yang saya
berikan. Biasanya untuk anak dengan dominasi kecerdasan kinestetis ini, saya
melakukan pembelajaran dengan menggunakan gerakan jari-jari untuk
menjelaskan konsep suatu matematika atau media yang lainnya…”
3) Tuti Alawiyah, S.Pd, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan:
“Saya bergabung dengan sekolah ini sejak tahun 2004. Sebelumnya
saya mengajar di Taman Kanak-Kanak selama lima tahun. Ketika awal-awal
sekolah ini menerapkan teori multiple intelligences mulai dari input
penerimaan murid baru, proses pembelajaran, dan out putnya, saya tidak begitu
mengalami kesulitan, apalagi saya biasanya selalu megang (menjadi guru/wali
kelas-pen) kelas satu. Metode-metode pengajaran yang disarankan dalam teori
ini sudah sering saya praktekkan walau sebelumnya saya belum tahu bahwa
metode tersebut merupakan metode yang disarankan para pakar multiple
intelligences…”
4) Murniati, S.Pd.I, guru:
“Saya bergabung di sekolah ini sejak tahun 2005. Yang saya sukai dari
teori multiple intelligences adalah mengajar menjadi lebih menyenangkan,
karena kita diajak untuk berpikir out of box. Apalagi di sekolah ini guru
dibebaskan untuk berkreasi dalam menciptakan strategi-strategi pembelajaran.
Selain itu RPP yang digunakan dalam sekolah yang menerapkan teori ini
bersifat fleksibel, tidak baku, walaupun tetap mengacu pada RPP yang dibuat
sesuai petunjuk pemerintah.Salah satu penerapan yang pernah saya lakukan
dalam mengajar adalah ketika saya membawa anak-anak untuk mengunjungi
rumah orang-orang yang tidak mampu di sekitar sekolah sambil memberikan
sedikit bantuan sembako atau pelajaran mengenal bagian-bagian rumah
dengan cara mengunjungi rumah orang tua murid yang dekat dengan
sekolah.Di situlah terlihat bagaima anak-anak dengan kecerdasan kinestetis,
interpersonal, dan linguistik sangat antusias.Karena kebanyakan anak-anak
kelasku dominasi kecerdasannya tiga hal itu.”
Dari pendapat kepala sekolah dan beberapa guru di atas, terlihat bahwa
mereka sangat menguasi teori multiple intelligences dan implikasinya dalam
pengajaran di kelas.
Berikut adalah penerapan teori multiple intelligences dalam strategi
mengajar guru di SDIT Insan Mandiri Jakarta. Implementasi Teori Multiple
Intelligences dalam strategi mengajar di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan
140
Mandiri Jakarta secara umum terlihat dari penerapan strategi pembelajaran
yang bersifat aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Rata-rata guru
di sekolah ini benar-benar kreatif dalam mengkombinasikan strategi mengajar
dengan kegiatan-kegiatan yang menarik minat peserta didik. Dari hasil
observasi yang penulis lakukan terhadap sampel beberapa guru dalam
melakukan pembelajaran di kelas, penulis mendapatkan data-data sebagai
berikut:
1. Strategi mengajar dengan pendekata kecerdasan linguistik dan logis
matematis
Kelas : Dua Utsman bin Affan
Nama Guru : Sri Lestari, S.Pd.I
Mata Pelajaran/Pokok Bahasan : IPS/Dokumen Diri dan Keluarga
1.1. Kegiatan Awal:
Guru membuka pelajaran dengan salam dan wajah yang penuh senyum.
Beberapa kegiatan pembuka yang dilakukan guru antara lain adalah mengajak
siswa melakukan permainan (ice breaking) seperti bermain tepuk tangan, dan
kuis-kuis sederhana yang terintegrasi dengan materi yang akan diajarkan.
Seperti, foto siapakah ini…? sambil guru memperlihatkan foto masa kecilnya.
Kemudian guru mulai masuk ke materi yang akan diajarkan dengan melakukan
apersepsi yang dilakukan dengan dengan memperlihatkan foto-foto keluarga,
hasil USG bayi, dan sebagainya. Sebelumnya anak-anak sudah diminta untuk
membawa foto keluarga dan foto masa kecilnnya serta beberapa dokumen lain
seperti KTP, KK, SIM, dan lain-lain.
1.2. Kegiatan Inti:
Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok melalui
permainan mencari teman. Setelah terbentuk beberapa kelompok, kemudian
siswa dalam kelompoknya secara satu per satu bercerita mengenai foto
keluarga atau foto diri yang dibawanya. Setelah dalam kelompok, kemudian
anak-anak perwakilan kelompok diminta maju ke depan kelas unutk bercerita
kembali cerita yang ia sampaikan di kelompoknya. Hal ini dilakukan juga
untuk mengakomodir siswa dengan kecerdasan kinestetis dan interpersonal,
serta yang utama dalam pelajaran ini adalah kecerdasan linguistik siswa yaitu
dengan bercerita. Anak yang menonjol kecerdasan kecerdasan linguistiknya
terlihat senang diberi kesempatan bercerita, ceritanya pun runut dan jelas
walau ada beberapa kata kunci yang diarahkan guru.
1.3. Kegiatan Penutup:
Kegiatan penutup pada mata pelajaran ini berupa aktivitas anak
memberikan tanggapan terhadap dokumen-dokumen foto yang dibawa oleh
guru. Guru meminta anak mengamati dan mengidentifikasi salah dokumen
selain foto yang dibawanya, yaitu KTP, KK, SIM, dan lain-lain. Guru
memancing siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan, yaitu kegunaan
dokumen, identitas (keterangan) apa saja yang ada dalam dokumen tersebut,
141
dan lain-lain. Hal ini akan membuat anak berpikir kritis melalui penjabaran-
penjabaran dari dokumen yang ditunjukkan oleh guru walaupun dengan bahasa
yang sederhana sesuai dengan kematangan berfikir anak usia kelas dua. Anak
yang memiliki kecerdasan logis matematis yang dominan atau menonjol akan
aktif menjawab pertanyaan dari guru dan akan bertanya juga mengenai
peristiwa atau hal lain-lain di luar pertanyaan yang diajukan guru, misal;
“Mengapa kita belum punya ktp?” dan sebagainya. Bahkan ketika guru
menerangkan bahwa yang wajib memiliki KTP adalah bagi yang sudah berusia
17 tahun, ada salah satu siswa yang bertanya, “Mengapa harus berusia 17
tahun?”
2. Strategi mengajar dengan pendekata kecerdasan spasila visual dan
kinestetis, logis matematis, linguistik, dan intrapersonal.
Kelas : Lima Aisyah
Nama Guru : Agung Nugroho, S.Pd
Mata Pelajaran/Pokok Bahasan : IPA/Alat Pernafasan Pada Manusia
2.1. Kegiatan Awal:
Guru membuka pelajaran sekaligus melakukan kegiatan apersepsi
dengan kegiatan yang memancing keingintahuan siswa, yaitu dengan
menggunakan masker penutup hidung. Setelah membuka maskernya guru
bertanya tentang bagaimana rasanya jika hidung kita ditutup? Kemudian
menyuruh siswa untuk menutup hidung dengan jari dengan durasi
semampunya. Kemudian siswa diajak membandingkan bagaimana rasanya
bernafas dengan hidung ditutup dan setelah hidung dibuka. Beberapa
pertanyaan interaktif pun kemudian terjadi antara siswa dan guru. Pertanyaan
yang berkembang kemudian menjadi cara untuk mengasah kecerdasan
eksistensial spiritual siswa agar mensyukuri ciptaan Tuhan, dan kecerdasan
interpersonal berupa kepedulian terhadap orang-orang yang sakit pernapasan.
2.2. Kegiatan Inti:
Pada bagian ini guru mengajak siswa untuk mempraktekkan proses
pernafasan dada dengan meminta siswa untuk menghirup oksigen dan
mengeluarkannya berulang-ulang. Guru menanyakan apa yang dirasakan
siswa ketika oksigen masuk dan bagaimana rongga dada? Kemudian guru
menyuruh siswa untuk mempraktekkan pernafasan perut, dan kembali
mengajukan pertanyaan apa yang yang dirasakan atau apa yang terjadi dengan
perut ketika oksigen masuk? Hal ini secara tidak langsung sudah
mengakomodir kecerdasan kinistetis dan juga logis matematis siswa. Siswa
dengan kecerdasan kinestetis dominan sangat antusias dalam praktek
pernafasan ini. Kemudian guru bersama-sama siswa membuat gambar skema
pernafasan dada dan pernafasan perut. Hal ini untuk mengakomodir siswa
dengan kecerdasan spasial visual yang dominan. Guru menyuruh beberapa
siswa dengan kecerdasan linguistik yang dominan untuk mempresentasikan
142
bagan atau skema pernafasan yang dibuatnya. Dari kegiatan ini terlihat siswa
dengan kecerdasan spasial yang dominan dapat membuat skema dengan baik
namun ketika disuruh mempresentasikan mengalami sedikit kesulitan.
Sebaliknya siswa dengan kecerdasan linguistik dominan kurang bagus dalam
membuat skema namun bagus dalam presentasi.
2.3. Kegiatan Penutup:
Kegiatan ditutup dengan melakukan refleksi diri, yaitu merenungi
kenikmatan yang diberikan Tuhan dalam tubuh kita, kemudian siswa dengan
kecerdasan intrapersonal diminta untuk mengungkapkan hasil refleksinya.
3. Strategi mengajar dengan pendekatan kecerdasan naturalis dan musik
Kelas : Satu Abu Bakar
Nama Guru : Farhatun, S.Pd
Mata Pelajaran/Pokok Bahasan : IPA/Mengenal Jenis-jenis sayuran
3.1. Kegiatan Awal:
Guru membuka pelajaran sekaligus melakukan kegiatan apersepsi
dengan kegiatan yang memancing keingintahuan siswa, yaitu dengan
membawa beberapa jenis tumbuhan yang dekat dengan lingkungan siswa.
Siswa diminta menebak tumbuhan apakah ini. Siswa yang bisa menebak
diberikan bintang prestasi. Kemudian guru mengelompokkan siswa
berdasarkan jenis sayuran yang disukai.
3.2. Kegiatan Inti:
Pada bagian ini guru mengambil beberapa jenis tumbuhan sayuran
yang sering dilihat siswa seperti wortel, bayam, dan lain-lain, kemudian
memberikan kepada kelompok yang namanya sesuai dengan nama
sayurannya. Siswa dalam kelompoknya mengidentifikasi nama sayuran,
warnanya, dan rasanya. Kegiatan ini memantik siswa kecerdasan naturalis
siswa dan juga kecerdasan interpersonal serta linguistiknya. Setelah semua
kelompok selesai, guru meminta siswa yang bersedia untuk maju ke depan
mempresentasikan temuannya atau hasil diskusi di kelompoknya. Selanjutnya
guru mengajak siswa menciptakan satu lagu parodi yang berisi manfaat
sayuran bagi kesehatan. Nada lagu diambil dari lagu yang akrab dan populer
di kalangan anak. Anak dengan kecerdasan music yang dominan terlihat
antusias dan menguasai kelas. Hingga akhirnya terciptalah satu lagu berjudul
“Aku Anak Sehat”.
3.3. Kegiatan Penutup:
Kegiatan ditutup dengan evaluasi yaitu melengkapi huruf yang berisi
nama-nama sayuran. Misalnya: “B a ..a m”
143
Dari hasil pengamatan, penulis melihat beberapa keuntungan yang
dapat diperoleh bila menerapkan multiple intelligences di dalam proses
pembelajaran kita dapat menggunakan kerangka multiple intelligences dalam
melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang bisa dilakukan
seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik, melihat suatu
pertunjukan dapat menjadi pintu masuk yang utama ke dalam proses belajar.
Bahkan peserta didik yang penampilannya kurang baik pada saat proses belajar
menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika), jika aktivitas
ini dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar.
Dengan menggunakan multiple intelligences, guru menyediakan
kesempatan bagi peserta didik untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat,
dan talentanya. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat
di dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap
aktivitas peserta didik di dalam proses belajar akan melibatkan anggota
masyarakat. Peserta didik akan mampu menunjukkan dan berbagi tentang
kelebihan yang dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan
memberikan suatu motivasi untuk menjadikan peserta didik sebagai seorang
yang spesialis. Pada saat guru mengajar untuk memahami, peserta didik akan
mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan
untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan pejelasan sebelumnya, penulis melihat bahwa multiple
intelligences perlu diaplikasikan dalam setiap langkah-langkah manajemen
pembelajaran. Langkah-langkah manajemen pembelajaran, meliputi tiga
konteks besar, di antaranya, sekolah yang terdiri dari yayasan, kepala sekolah,
para guru dan staf karyawan, siswa sebagai peserta didik dan orang tua peserta
didik. Ketiga konteks besar ini harus saling bersinergi dan sejalan dalam
sebuah proses pendidikan.
C. Penilaian Berbasis Proses (Authentic Assessment)
Guru-guru pada semua jenjang pendidikan sekolah mengenal dan
menggunakan sistem penilaian di kelas. Sistem penilaian dihasilkan dari
penilaian yang disesuaikan dalan kegiatan proses belajar siswa. Penilaian
(assessment) digunakan guru untuk memperkaya kualitas pengajaran dan
untuk mengetahui katerapaian proses serta hasil pembelajaran siswa.
Penilaian terhadap variasi-variasi dalam pembelajaran multiple
intelligences dilakukan dengan cara penilaian pengalaman (Varieties of
Assessment Experience) yang dilakukan dengan teknik penilaian berbasis
proses atau authentic assessment. Penilaian berbasis proses atau authentic
assessment adalah suatu alat instrumen yang digunakan untuk pengukuran atau
menilai (penilaian) dari suatu metode yang digunakan. Multiple intelligences
system mementingkan penilaian proses sebagai fundamental dalam penilaian
sebagai output proses hasil belajar dari sebuah proses pembelajaran.
144
Dalam proses penilaian belajar peserta didik yang terus bertumbuh dan
berkembang, hasil penilaian tidak mutlak dan tidak abadi karena peserta didik
terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya. Fokus
utama penilaian dalam pendidikan adalah mengenai sikap dan perilaku siswa,
menyusul penilaian akademik dan penilaian keterampilan. Prosesnya aktivitas
ketiga area ini sangat mungkin dilakukan secara autentik yaitu hasil penilaian
dengan menekankan proses pembelajaran serta hasil belajar. Umumnya jika
guru mengalami kesulitan ketika harus menilai aspek sikap dan
menuangkannya dalam laporan hasil belajar. Berbeda saat menilai aspek
pengetahuan yang dianggap sangat mudah oleh guru.
4.1 Diagram Penilaian Berbasis Proses
4.2 Tabel Aspek Penilaian Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
No. Aspek Sumber Penilaian
1. Menilai Sikap
1. Diperoleh dari aktivitas proses belajar siswa.
2. Cara menilai dengan menggunakan rubrik
penilaian.
2. Menilai
Keterampilan
1. Diperoleh dari aktivitas proses, namun dapat
juga diperoleh dari hasil akhir (dalam bentuk
karya).
2. Cara menilai dengan menggunakan rubrik.
3. Menilai
Pengetahuan
1. Diperoleh dari hasil akhir, namun dapat juga
diperoleh dari proses.
2. Cara penilaian menggunakan skoring atau dapat
juga menggunakan rubrik penilaian.
PROSES FOLIO
Penilaian Berbasis Proses
AKTIVITAS BELAJAR
Proses Belajar
PORTO FOLIO
Alat untuk merangkum/merecord penilaian pada proses
pembelajaran
PSIKOMOTORIK AFEKTIF KOGNITIF
145
Berikut adalah penilaian berbasis proses yang diterapkan dalam proses
pembelajaran berbasis teori multiple intelligences yang penulis dapatkan dari
hasil observasi lapangan.
Kelas : Dua Utsman bin Affan
Nama Guru : Sri Lestari, S.Pd.I, M.Si
Mata Pelajaran/Pokok Bahasan : IPS/Dokumen Diri dan Keluarga
Indikator : Siswa dapat menemutunjukkan 3
jenis dokumen diri dan keluarga
Nama Siswa: X
Aspek Sumber Penilaian
Menilai Sikap
Selama proses belajar berlangsung, X mengikuti semua
kegiatan dengan sungguh-sungguh.
Nilai:100
Menilai
Keterampilan
X dapat menceritakan jenis satu jenis dokumen
Meliputi nama dan fungsi dokumen dengan bahasanya
sendiri)
Nilai: 100
Menilai
Pengetahuan
X dapat menemutunjukkan 2 dari 3 jenis dokumen diri dan
keluarga dengan benar.
Nilai: 2/3X100=67
Total Nilai
(100+100+67):3= 89
Kelas : Lima Aisyah
Nama Guru : Agung Nugroho, S.Pd
Mata Pelajaran/Pokok Bahasan : IPA/Alat Pernafasan Pada Manusia
Indikator : Menjelaskan proses pernapasan perut
dan dada
Nama Siswa: X
Aspek Sumber Penilaian
Menilai Sikap
Selama proses belajar berlangsung, X mengikuti semua
kegiatan dengan antusis dan sungguh-sungguh.
Nilai: 100
146
Menilai
Keterampilan
X dapat mempraktekkan pernapasan perut dan dada dengan
benar.
Nilai: 100
Menilai
Pengetahuan
X dapat menjelaskan proses dan manfaat pernapasan perut
dan dada dengan benar.
Nilai:100
Total Nilai (100+100+100):3=100
Kelas : Satu Abu Bakar
Nama Guru : Farhatun, S.Pd
Mata Pelajaran/Pokok Bahasan : IPA/Mengenal Jenis-jenis sayuran
Indikator : Menyebutkan jenis dan manfaat 2
jenis sayuran
Nama Siswa: X
Aspek Sumber Penilaian
Menilai Sikap
Selama proses belajar berlangsung, X terlihat kurang atusias
dan beberapa kali mengganggu teman
Nilai: 75
Menilai
Keterampilan
X berhasil membuat satu lagu parodi tentang sayuran
Nilai: 100
Menilai
Pengetahuan
X dapat menyebutkan dua nama dan manfaat sayuran
dengan benar
Nilai:100
Total Nilai (75+100+100):3=92
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan terkait dengan penilaian
berbasis proses yang digunakan dalam aplikasi teori multiple intelligences
dalam strategi pembelajaran ini, ada beberapa catatan yang dapat penulis
berikan, yaitu: 1) Penilaian dilakukakan dapat sekaligus dalam tiga ranah jika
kondisi memungkinkan, dan dapat juga secara bertahap yang dilakukan pada
pertemuan selanjutnya. 2) Guru dituntut untuk jeli dalam mengamati siswanya
selama proses belajar berlangsung agar didapatkan nilai yang valid (objektif).
3) Dengan penilaian proses ini memungkin bagi semua anak untuk
mendapatkan nilai akhir yang bagus karena nilai terdiri dari tiga komponen
yang dimiliki semua anak walau tingkatannya berbeda-beda. Inilah salah satu
alasan mengapa dalam sekolah yang menggunakan teori multiple intelligences
dalam aplikasi manajemen pembelajarannya tidak ada yang tidak naik kelas.
147
D. Peran Guru dalam Aplikasi Teori Multiple Intelligences.
Implikasi dari aplikasi teori multiple intelligences dalam pendidikan
dan pengajaran bagi guru-guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri
Jakarta menuntut pemahaman yang utuh dari setiap guru akan paradigma ini
dan juga kreativitas setiap guru dalam merancang strategi pembelajaran yang
memandang bahw setiap anak itu unik dan memiliki varian gaya belajar yang
berbeda. Berbagai macam variasi dalam belajar yang dimiliki peserta didik di
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, berimplikasi juga terhadap dalam
sistem penilaian dan evaluasi.
Dasar implikasi menggunakan konsep multiple intelligences dalam
kurikulum di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, adalah sebagai
berikut yaitu:
1) Multiple intelligences berkenaan dengan kemampuan peserta didik dalam
melakukan sesuatu dalam berbagai konteks.
2) Multiple intelligences menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui peserta
didik untuk menjadi standart kompetensi.
3) Multiple intelligences merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang
menjelaskan hal-hal yang dilakukan peserta didik setelah melalui proses
pembelajaran.
4) Kehandalan kemampuan peserta didik melakukan sesuatu harus
didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai
melalui kinerja yang dapat diukur.
5) Penyusunan standar kompetensi, kompetensi dan hasil belajar hendaknya
didasarkan pada kecerdasan jamak yang ditetapkan secara proporsional,
tidak hanya aspek kognitif atau spiritual saja tetapi secara seimbang dan
tepat sasaran.
6) Multiple intelligences adalah suatu konsep kecerdasan yang ada sejak
manusia dilahirkan. Konsep ini merupakan hasil kajian neurobiologis
(neuroscience) dari peta otak yang mengandalkan jalinan saraf. Pada setiap
lobus-lobus otak (lobe of brain), bertanggungajawab terhadap jenis
kecerdasan dan saling independen, bekerjasama satusama lain secara
biokimia. Implikasi dalam dunia pendidikan bagi guru, digunakan dalam
pembelajaran bagi peserta didik. Guru mengajar dengan terlebih dahulu
memahami gaya belajar kecenderungan jenis kecerdasan jamak peserta
didik dan dominan modalitas belajar. Dalam konteks pembelajaran, guru
yang mengajar jika sama dengan gaya belajar peserta didik, pelajaran
menjadi mudah, peserta didik aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran.
Teori multiple intelligences memberikan kesempatan bagi guru–guru
di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, untuk mengembangkan
strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru di dunia pendidikan. Tidak ada
satu strategi pun yang akan bekerja secara penuh untuk memacu kecerdasan
148
ganda setiap peserta didik. Strategi pembelajaran multiple intelligences adalah
suatu upaya mencapai kompetensi tertentu dalam pembelajaran dengan cara
mengoptimalkan delapan kecerdasan yang dimiliki masing-masing peserta
didik. Strategi pembelajaran multiple intelligences adalah suatu cara
mengakses informasi melalui delapan jalur kecerdasan yang ada pada masing-
masing peserta didik, namun untuk mengeluarkannya kembali seluruh
kecerdasan bersinergi dalam satu kesatuan yang unik sesuai dengan kebutuhan.
Sehingga peserta didik mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran
dengan cara yang menakjubkan.
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dalam kegiatan
pembelajaran strategi mengajar multiple intelligences dilakukan dalam tiga
bentuk utama yakni; 1) orientasi kurikulum, 2) metodologi pengembangan
pembelajaran, dan, 3) evaluasi hasil pembelajaran.
Pengembangan metodologi pembelajaran guru yang dilaksanakan
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta disesuaikan dengan
kecenderungan kecerdasan peserta didik. Sehingga beragam metode atau
strategi pengajaran guru saling bersinergi dengan jenis kecerdasan lainnya.
Secara internal dalam lingkup sekolah, penerapan multiple intelligences
dimulai dari paradigma kecerdasan, bahwa setiap anak cerdas dengan
kecerdasan jamak, kemudian input peserta didik yang secara paradigma
berpikir dianggap cerdas. Dalam prosesnya, input-input ini mengalami proses-
proses pembelajaran sesuai kecerdasan utama peserta didik yang kemudian
dipotret dalam bentuk penilaian berbasis proses sebagai output hasil
pembelajaran. Hasil-hasil pembelajaran yang terus berlangsung pada peserta
didik terwujud dalam konteks outcome, artinya, peserta didik akan mengalami
capaian kompetensi maksimalnya selama dalam kehidupan pendidikannya
memaksimalkan kecerdasan utamanya (dominan multiple intelligences).
Sejalan itu pula, orangtua peserta didik membantu, mendampingi,
menstimulasi dalam banyak aktivitas-aktivitas harian yang direkomendasi
sesuai multiple intelligences anak.
Implikasi multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran
yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
memberikan konsekwensi positif pada guru-guru dalam proses pelaksanaan
mengajar. Konsekwensi ini dikarenakan strategi mengajar multiple
intelligences menekankan pada pembelajaran peserta didik aktif. Strategi
pembelajaran multiple intelligences menjadikan peserta didik sebagai sang
juara pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan kecerdasan yang menonjol
pada dirinya, karena pada dasarnya dalam diri setiap peserta didik selalu ada
satu atau lebih kecerdasan yang menonjol yang dimilikinya. Strategi
pembelajaran multiple intelligences mendorong para guru melakukan inovasi
dalam cara mengajarnya. Oleh karena itu, setiap guru dituntut agar lebih kreatif
mencari terobosan untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada.
149
Sebagai strategi pembelajaran, asalkan memiliki prosedural aktivitas yang
tertuang dalam lesson plan. Strategi multiple intelligences adalah seperti
sebuah konteks yang luas. Apapun nama strateginya, saya berusaha
menamakan sebagai strategi multiple intelligences, sebagai contoh, strategi
sosio drama (role play) dikelompokkan kedalam keluarga besar strategi
multiple intelligences. Demikian juga tebak kata, konser, simulasi dan lain-
lain. Sebagai contoh, pada kecerdasan musik (musical intelligences) guru dapat
memunculkan dengan hanya memperkenalkan musik menjadi pelajaran, atau
dengan menargetkan kecerdasan naturalis (naturalis intelligences)
menyederhanakan pelajaran yang berhubungan dengan flora dan fauna
kedalam prosedur aktivitas pembelajaran.
Dasar dari penerapan teori multiple intelligences dalam pembelajaran
dan pengajaran yang urgen dimiliki guru adalah daya kreatifitas dan paradigma
kecerdasan yang lebih humanis. Dibutuhkan peran guru lebih dari sekedar
mentransfer ilmu dan pengetahuan saja. Dalam Aplikasi Teori Multiple
Intelligence, peran guru menjadi sangat vital, sentral dan kuat pengaruhnya
terhadap proses pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran yang berbasis
multiple intelligences. Guru terlebih awal harus menerima dengan keyakinan
kuat dan logis bahwa inti teori multiple ntelligences adalah semua siswa
memiliki kecerdasan beragam atau keanekaragaman kecerdasan, dan tidak ada
siswa yang bodoh. Pondasi pemikiran tersebut diatas menjadi pondasi awal
yang baik agar guru mampu mengaplikasikan teori multiple intelligences
dalam sistem pengajaran dan pembelajaran.
Bagaimana peran guru dalam aplikasi teori multiple intelligences
adalah sebagai berikut:
Pertama. Guru harus menerima keyakinan secara kuat serta logis
bahwa dasar teori multiple intelligences dalam sistem pengajaran dan
pembelajaran adalah, tidak ada siswa yang bodoh. Setip anak atau siswa
memiliki satu atau lebih keanekaragaman kecerdasan. Bahwa tidak ada anak
yang bodoh tetapi yang ada adalah anak dengan hambatan belajar atau learning
disability. Hambatan belajar atau learning disability menunjukkan suatu tirai
(barier) yang dialami anak atau siswa. Tirai atau barier yang dialami
siswa/anak dapat bersifat psikologis akibat dari pola asuh selama masa tumbuh
kembang sejak dari usia 0 tahun sampai usia sekolah dan bersifat non
psikologis seperti pola hubungan harmonisasi saat terjadi interaksi belajar
mengajar.
Kedua. Guru yang bertindak sebagai “penjelajah kemampuan” atau
discovering ability terhadap anak didiknya. Penjelajahan kemampuan yang
dilakukan guru pada anak didiknya membawa guru pada perilaku eksploratif
dan elaboratif terhadap profesi sebagai pendidik. Ini dapat menjadi penegasan,
bahwasanya guru bukan hanya mengajar tetapi juga mengeksplorasi
150
kemungkinan-kemngkinan potensi kecerdasan yang dimiliki siswa atau anak
didiknya.
Ketiga. Guru harus mampu menjadi motivator bagi siswa-siswanya.
Motivasi-motivasi yang dilakukan guru, tidak hanya dari kemampuan
memotivasi siswa dengan sistem ceramah tetapi juga dengan menunjukkan
perilaku-perilaku positif yang mengarah pada kebutuhan akan prestasi atau
need for achievment. Kemampuan guru berinteraksi dengan baik, humanis dan
edukatif pada anak didik merupakan suatu mekanisme motivasi. Menurut
peneliti, kecenderungan anak didik ketika diberikan motivasi melalui sistem
ceramah monologis cenderung kurang direspon dengan kuat oleh anak didik.
Oleh karena itu, sifat motivator yang terbaik dilakukan guru adalah dengan
menjalin interaksi positif, humanis bernilai eduaktif sampai pada tahap anak
didik mengidolakan guru. Pada tahapan ini, telah terjadi ikatan kimiawi antara
anak didik (siswa) denga guru, sehingga apapun perkataan baik dari guru akan
mudah diterima, dihapami dan dilaksanakan oleh guru.
Keempat. Guru sebagai fasiliator. Dalam proses pengajaran dan
pembelajaran, guru memfasilitasi keanekaragaman kecerdasan peserta didik
(anak didik) melalui aktivitas-aktivitas yang berpusat pada student center yang
mana peserta didik terlibat aktif, kreatif dalam proses aktivitas-aktivitas
pembelajaran. Guru memfasilitasi kenekaragaman kecerdasan peserta didik
dalam proses pengajaran dan pembelajaran melalui multi strategi sesuai
informasi yang diperoleh dari multiple intelligences research (MIR).
Kelima. Guru sebagai stimulator dalam proses kegiatan belajar
mengajar peserta didik. Stimulasi proses pembelajaran peserta didik, menuntut
kreatifitas tingkat tinggi serta komitmen dari guru. Dalam proses pengajaran,
guru tidak memberikan sepenuhnya jawaban-jawaban dari sebuah persoalan,
tetapi guru menstimulasi dengan arahan-arahan, memfasilitasi dengan
kelancaran prosedur aktivitas serta media-media pendukung kegiatan
pengjaran dan pembelajaran. Guru mengarahkan siswa kearah pemeacahan
masalah (problem solving), melalui jenjang berpikir rendah atau low order
thingking sampai melibatkan siswa pada kemampuan berpikir tingkat tinggi
(high order thingking).
Keenam. guru sebagai evaluator. Guru melakukan penilaian secara
menyeluruh (kaffah) dan manusiawi atau humanis selama proses pendidikan
dan proses pembelajaran berlangsung. Penilaian lebih menekankan pada
ipsativ, yaitu penilaian yang mengukur atau membandingkan dari prestasi-
prestasi sebelumnya dari setiap individu siswa. Metodologi atau sistem
penilaain lebih menekankan performa (performance) perilaku, keterampilan
dan performa akademik. Sistem penilian mengutamakan penilaian proses
pendidikan dan pembelajaran. Aspek yang dinilai mencakup aspek sikap yang
diperoleh dari aktivitas proses belajar siswa. Aspek penilaian keterampilan
diperoleh dari aktivitas proses dalam bentuk karya/produk, dan penialain aspek
151
pengetahuan diperoleh melalui proses belajar dan hasil akhir dari proses
belajar. Ketiga aspek yang dinilai guru sebagai evaluator mengutamakan pada
sistem penialain autentik berbasis rubrik penilaian.
Ketujuh. Guru sebagai sahabat dan orangtua siswa. Guru adalah
orangtua kedua anak, setelah orangtua biologis anak dirumah. Dalam konteks
pendidikan universal, guru adalah orangtua edukatif anak disekolah. Guru
menyentuh siswa melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran, melalui kegiatan-
kegiatan pendukung progrm pendidikan. Tidak sekedar mengajar tetapi guru
juga mendidik pembangunan mental, perilaku dan karakter. Dalam konteks
yang lebih luas dan manusiawa, siswa mengalami proses bertumbuh dan
berkembang dengan level pikiran yang berkembang sesuai usia biogis dan
pikologis. Mengakomodasi pendidikan dengan menyentuh pikiran-pikiran
positif siswa membantu siswa cakap dalam berkata dan bertindak. Kecakapan
kata dan bertindak yang dilakukan secara berulang melahirkan kebiasaan.
Kebiasaan-kebiasaan yang menjadi rutinitas melahirkan karakter. Dalam hal
tersebut, guru sangat penting menjadi sahabat dan orangtua siswa agar proses
cakap kata, cakap tindakan, cakap kebiasaan menjadi cakap karakter.
Kedelapan. Guru sebagai edukator. Guru sebagai eduaktor
menekankan sebagai pendidik yang segala kata, ucapan, tindakan, kebiasaan
perilaku dan karakter menjadi layar yang dapat dilihat dan ditiru serta dijadikan
ontoh dan rujukan. Cara guru mengajar bagi guru edukator adalah menekankan
pada sentuhan pembangunan mental dan perilaku. Mengajak, mencontohkan
dan meneladani perilaku-perilaku yang beremphasis pada perilaku ketaqwaan
pada Allah Sang Maha Pencipta dan juga pada hubungan antar manusia.
Dari uraian dan penjelasan-penjelasan diatas, analisis aplikasi multiple
intelligences dalam pembelajaran membutuhkan payung kuriulum, silabus dan
program-program pendukung (hidden curricullum) dan rencana program
pembelajaran guru sebagai teknis aplikasi teori multiple intelligences. Berikut
uraian analisis aplikasi multiple intelligences dalam pembelajaran:
Kurikulum sebagai panduan standar isi dan proses yang memuat,
mengarahkan dan mengakomodasi konteks dan konten pendidikan. Wadah
kurikulum sebagai payung pelaksana pengajarn dan pembelajaran yang
memuat unsur manusia sebagai peserta didik. Kurikulum menegaskan bahwa
target capaian pendidikan dan bagaimana pendidikan di proses disesuaikan
dengan teori multiple intelligences yang mengakomodasi semua calon peserta
didik tanpa terkecuali dan memandang semua peserta didik cerdas dengan
keanekaragaman kecerdasan.
Silabus sebagai acuan pelaksanaan proses pengajaran dan
pembelajaran yang memuat standar komptensi dan kompetensi dasar yang
diharapkan, memuat indikator-indikator hasil belajar peserta didik serta
memuat panduan sumber belajar, aloaksi muatan waktu belajar. Silabus
152
menjadi kendaraan yang memandu pelaksanaan standar isi yang kemudian
dijalankan sebagai standar proses.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru, menekankan
pada aplikasi pengajaran guru sesuai hasil mutiple intelligences research atau
MIR. Hasil pelaksanaan mutiple intelligences research (MIR) dituangkan
kedalam pemilihan strategi sesuai jenis-jenis kecerdasan peserta didik.
Analisis aplikasi multiple intelligences dalam pembelajaran dilakukan
dengan pendekatan multi strategi.
Pelaksanaan multiple intelligences dalam pembelajaran membutuhkan
peran guru sebagai operator pelaksanan pembelajaran berbasis multiple
intelligences. Diantara peran yang sangat dituntut dari seorang operator
pelaksanan pengajaran dan pembelajaran menggunakan teori multiple
intelligences di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta
diantaranya: guru sebagai discovering ablitiy atau sebagai penelajah
kemampuan dan bakat peserta didik, guru sebagai fasilitator kecerdasan
beragam peserta didik, guru sebagai stimulator kecerdasan peserta didik. Guru
sebagai evaluator proses pendidikan dan pembelajaran peserta didik, guru
sebagai sahabat dan orangtua peserta didik selama menjalani masa pendidikan
dan pembelajaran, dan guru sebagai edukator peserta didik.
153
BAB V
PENUTUP
Sebagai bab penutup, pada bab ini akan dideskripsikan beberapa hasil
temuan dalam penelitian disertasi ini. Kemudian, disusul dengan beberapa
saran untuk pengembangan penelitian lebih lanjut tentang tema yang terkait
dengan disertasi ini.
A. Kesimpulan.
Dari uraian dan penjelasan pada bab-bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa teori multiple intelligences dapat digunakan sebagai
jembatan untuk mentransfer suatu konsep pengetahuan kepada peserta didik,
sehingga suatu konsep pengetahuan itu dapat dicerna dengan lebih mudah.
Bukti-bukti yang mendukung pernyataan di atas adalah meningkatnya
minat, bakat, kreativitas, dan prestasi belajar peserta didik.
B. Saran.
Berdasarkan pada penelitian dan kesimpulan dari penelitian disertasi
ini, direkomendasikan kepada para pembaca, akademisi, dan peneliti dalam
kajian multiple intelligences system berkaitan dengan manajemen pembelajan
sebagai berikut:
1. Sebaiknya, untuk memulai aplikasi teori multiple intelligences dalam
manajemen pembelajaran, harus diawali kesamaan paradigma dan
pandangan tentang kecerdasan manusia. Kesamaan ini memungkinkan
peserya didik dilakukan riset kecerdasan jamak melalui multiple
intelligences research.
2. Mengusulkan agar pandangan baru tentang kecerdasan dimasukkan dalam
kurikulum sekolah dasar. Mengingat definisi kerdasan dalam pandangan
teori multiple intelligences adalah sebagai kapasitas untuk memecahkan
masalah (problem solving) dan menghasilkan produk atau karya bernilai
budaya.
3. Aplikasi multiple intelligences sebaiknya diterapkan secara sistemik,
diawali dari input penerimaan peserta didik, proses pembelajaran
menekankan multi strategi dan output dengan penilaian berbasis proses.
4. Sistem pengkelasan peserta didik mengacu pada hasil multiple
intelligences research atau MIR. Pengkelasan tidak diklasifikasikan
berdasarkan anak-anak pintar dan anak anak belum pintar.
5. Sekolah adalah proses apa adanya dalam penerimaan peserta didik baru
yang mana sekolah berperan sebagai agen perubah (agent of change).
6. Pembiasaan bagi guru dalam melakukan evaluasi atau penilaian hasil
belajar dilaksanakan dengan menggunakan rubrik penilaian dalam
penilaian autentik.
154
Dalam tulisan ini, masih terdapat celah-celah kesalahan dan kekeliruan.
Oleh karena itu, sumbangan dari pembaca, akademisi dan peneltliti sangat
diharapkan, baik berupa kritik atau saran yang konstruktif demi perbaikan
penelitian di masa mendatang.
155
DAFTAR PUSTAKA
A. Referensi Buku.
Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan
Islam. Terj. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry. Jakarta: Bulan
Bintang, 1984.
Abu Bakar, Usman dan Surohim. Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan
Islam. Yogyakata: Safiria Insania Press, 2005.
Adi Sage, Lazuardi. Nasionalisme dan Islam. Jakarta: Citra Media, 1996.
Alatas, Syed Farid. Muslim Reform in Southeast Asia: Perspectives from
Malaysia, Indonesian and Singapore. Singapura: Majlis Ulama
Islam Singapura, 2009.
Alfajri, Ahmad. Menuju Islam Berkeadaban. Jakarta: UIN Jakarta Press,
2007.
Amen, Daniel G. Changes Your Life Changer Your Brain:
Mengoptimalkan Fungsi Otak untuk Hidup yang Lebih Baik dan
Lebih Sehat. Jakarta: Qonita, 2011.
Apple, Michael W. Ideology and Curriculm. New York: Taylor and
Francis e-Library, 2002.
Arief, Armai. Membumikan Nilai-nilai Islam dalam Masyarakat
Majemuk. Ciputat: Suara ADI dan UMJ Press, 2009.
-------. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan
Islam Klasik. Bandung: Angkasa, 2005.
Arif, Andriana Nesia. Dengan Pujian Bukan Kemarahan. Rahasia
Pendidikan dari Negeri Sakura. Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2010.
Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara, 1987.
-------. Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjuan Teori Dan Praktek
Berdasarkan Pendidikan Interdisipliner. Jakarta: Bina Aksara,
1996.
Armstrong, Thomas. Creating minds: an anatomy of creativity seen
through the lives of Freud, Einstein, Picasso, Stravinsky, Eliot,
Graham, and Gandhi. New York: Basic Books Inc, 1995.
-------. In Their Own Way: Discovering and Encouraging Your Child’s
Multiple Intelligences. Revised and Update. (New York: Penguin
Putnam Inc, 2000.
-------. Kecerdasan Multiple di dalam Kelas. Jakarta: Indeks, 2013.
156
-------. Multiple Intelligences in the Classroom 3rd Edition. USA:
Association for Supervision and Curriculum Development, 2009.
-------. Sekolah Para Juara. Bandung: Kaifa, 2002.
-------. Setiap Anak Juara: Panduan Membantu Anak Belajar Dengan
Memanfaatkan Multiple Intelligence-nya. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2005.
-------. The Best School: Mendidik Siswa Menjadi Insan Cendekia
Seutuhnya. Bandung: Kaifa, 2011.
Assegaf, Abd. Rachman. Politik Pendidikan Nasional. Yogyakarta:
Kurnia Kalam, 2005.
Azizy, Qodry. Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial,
Mendidik Anak Sukses Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat.
Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2002.
Azra, Azyumardi, Dina Afrianty, Robert W. Hefner. “Pesantren and
Madrasah: Muslim Schools and National Ideals in Indonesia”,
dalam Robert w. Hefner dan Muhammad Qasim Zaman.
Schooling Islam the Culture and Political of Modern Muslim
Education. New Jersey: Princeton University Press, 2007.
-------. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III. Jakarta: UIN-Press-Kencana, 2012.
B.D., Brooks & F.G. Goble. The Case of Character Education, the Role
of School in Theaching Values and Virtue. North Ridge, CA:
Studio Production, 1997.
Bakker, Anton dan Charis Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat.
Jogjakarta: Kanisius, 1998.
Banna (al-), Hasan. Majmu’atur Rasail. Terj. Kumpulan Risalah
Dakwah Hasan al Banna. Jakarta: Al I’tishom Cahaya Umat,
2012.
Barlow dan Witheringtone dalam Munif Chatib dan Alamsyah Said.
Sekolah Anak-Anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan
Pendidikan Berkeadilan. Bandung: Kaifa. 2010.
Barnawi dan Arifin. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Bartolome, Lilia I. “Beyond the Fog of Ideology”. dalam Ideoloies in
Education Unmasking the Trap of Teacher Neutrality. New
York: Peter Lang, 2008.
157
Baum, Susan, Julie Viens dan Barbara Slatin. Multiple Intelligences in
the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit. Columbia
University New York and London: Teachers College Press, 2005.
Bloom, Benyamin S., Potraits of an Educator. Second Edition. Edited
by Thomas R. Guskey. Lanham - New York – Toronto -
Polymouth, UK: Rowman and Littlefield Publisher, Inc, 2012.
BR. Hergenhahn dan Matthew H. Olson. Theories of Learning Teori
Belajar. Edisi ketujuh. Jakarta: Kencana, 2008.
Bruinessen, Martin Van. “Traditonalist and Islamist Pesantrens in
Contemporary Indonesia”. dalam Farish A. Noor, Yoginder
Sikand, dan Martin Van Bruinessen. Madrasah in Asia Political
Activism and Transnational Linkages. Amsterdam: Amsterdam
University Press, 2008.
Bryner, Karen. “Piety Projects: Islamic School for Indonesia’s Urban
Middle Class”. Ph.D Dissertation of the Graduate School of Art
Science, Columbia University, 2013.
Buchori, Mochtar. Transformasi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1995.
Campbell, Linda dan Bruce Campbell. Multiple Intelligences and
Student Achievement: Success Stories from Six Schools. USA:
Association for Supervision and Curriculum Development, 1999.
Campbell, Linda, Bruce Campbell dan Dikinson Dee. Metode Praktis
Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Terj. Depok:
Intuisi Press. 2006.
-------. Teaching and Learning through Multiple Intelligences.
Massachusetts: Allyn and Bacon, 1996.
Chatib, Munif dan Alamsyah Said. Sekolah Anak-Anak Juara: Sekolah
Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan.
Bandung: Kaifa, 2012.
Chatib, Munif. Gurunya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple
Intelligences di Indonesia. Bandung: Kaifa, 2011.
-------. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple intelligences di
Indonesia. Bandung: Kaifa, 2009.
Conrad, Lawrence I. Education and Learning in the Early Islamic World.
Burlington: Ashgate Publishing Company, 2012.
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
158
Degeng, I Nyoman Sudana. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable.
Jakarta: Depdikbud, 1989.
Departemen Agama. Nalar Islam Nusantara: Studi Islam Ala
Muhammadiyah, al-Irsyad, Persisi dan NU. Jakarta: Diktis,
2007.
DePorter, Bobby and Mike Hernacki. Quantum Learning.Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung, Kaifa Learning,
1999.
Djiwandono, J. Soedjati. “Pendidikan Kewarganegaraan”. Dalam Tonny
D Widiastono (ed). Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas, 2002.
Doll, C. Ronald. Curriculum Improvement, Decision Making and
Process. Boston: Allyn and Bacon, 1964.
Evkans, Cassandra, William M. Ferriter, Michelle Goodwin, Tammy
Heflebower, Tom Hierck, Cris Jakicic, Sharon V. Kreamer,
Jeffry Overlie, Ainsley B. Rose, Nicole M. Vagle, and Adam
Young, The Teacher as Assessment Leader. Edited by Thomas R.
Guskey. In Introduction by Thomas R. Guskey. (555 North
Morton street Bloomington: Library Blinding USA, 2009.
Galayaini (al-), Mustafa. ‘Izat al-Nāshi’in. Bairūt: Maktabah al-
Asyriyyah Littiba’ah Wa an-nasyr, 1913.
Gardner, Howard dalam Thomas Armstrong. Frames of Mind. The
Theory of Multiple Intelligences. New York: Tenth-Anniversary
Edition. Basic Books, Inc., Publishers. 1983.
-------. Intelligences Reframed: Multiple Intelligences for the 21st
century. New York: Basic Books, 1999.
-------. Multiple Intelligences. Terj. Jakarta: Indeks, 2009.
-------. Multiple Intelligences: Kecerdasan Majemuk. Batam: Interaksa,
2003.
-------. Multiple Intelligences: The Theory In Practice. New York: Basic
Books, 1993.
Gredler, Bell E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan. Terj. Jakarta:
CV. Rajawali, 1991.
Gunawan, Adi W. Born to be a Genius. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2004.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jogjakarta: Andi Offset, 2000.
159
Hamdan, Cahyadi. Paradoks Pendidikan Tanah Air. Jakarta: Komunitas
Bambu, 2008.
Handoko, T. Hani. Manajemen. Edisi 2. Yokyakarta: BPFE-UGM. 2011.
Hariwibowo, Eko Hariwibowo. Manajemen Pendidikan Pesantren.
Jakarta: Pustaka Semesta, 1999.
Hasan, Noorhaidi. “Education, Young Islamist and Integreted Islamic
School in Indonesia”. Studia Islamica, Vol. 19, No. 1, 2012.
-------. “Salafi Madrasahs and Radicalism in Post-New Order Indonseia”.
dalam Kamaruzzaman and Patrick Lory. Islamic Studies and
Islamic Education in Contemporary Southeast Asia. Kuala
Lumpur: Yayasan Ilmuan, 2011.
-------. “The Salafi Madrasahs of Indonesia”, dalam Faris A. Noor,
Yonginder Sikand, Martin Van Bruinessen. The Madrasah in
Asia Political Activitis and Transnational Linkages. Amsterdam:
Amsterdam University Press, 2007.
Hawkins, Jeffand dan Sandra Blakesle. On Intelligence. Jakarta: Buana
Ilmu Populer, 2004.
Hefner, Robert W. and Muhammad Qasim Zaman. Schooling Islam the
Culture and Political of Modern Muslim Education. New Jersey:
Princeton University Press, 2007.
Hergenhahn, BR. dan Matthew H. Olson. Theories of Learning Teori
Belajar. Edisi ketujuh. Jakarta: Kencana, 2008.
Hing, Lee Kam. Education and Politics in Indonesia 1945-1965. Kuala
Lumpur: University of Malaysia Press, 1995.
Hoerr, Thomas R., Sally Boggeman dan Christine Wallach. Celebrating
Every Learner: Activities and Strategies for Creating a Multiple
Intelligences Classroom. San Francisco: Jossey-Bass, 2010.
Hoerr, Thomas R. Becoming a multiple intelligences school. USA:
Association for Supervision and Curriculum Development, 2000.
-------. Buku Kerja Multiple intelligences: Pengalaman New City School
di St. Louis, Misouri, AS dalam Menghargai Aneka Kecerdasan
Anak. Bandung: 2007.
Imron, Ali. Rencana Kerja Sekolah. Materi Bimbingan Teknis
Manajemen Berbasis Sekolah. Malang: Universitas Negeri
Malang Press, 2013.
Ismail, dkk. Dinamika Pesantren dan Madrasah. t.tp: Pustaka Pelajar,
2002.
160
Jamaly (al-), Muhammad Fadhil. Nahwu Tarbiyat Mukminat. t.tp: al-
Syirkat al-Tunisiyat Li al-Tauzi’, 1977.
Kahalah, Umar Rida. Mu’jam al-Mu’allafin Tarajum Mushan Naif al-
Kutub al-‘Arabiah, Juz III. Bairūt: Muassasah al-Risālah, 1993.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kepmendiknas Nomor 44
Tahun 2002, tentang Komite Sekolah.
-------. Kurikulum 2013 untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.
-------. Permendikbud Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional
Pendidikan.
-------. Permendikbud Nomor 41 Tahun 2013, tentang Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
-------. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, tentang Standar Proses.
Kohn, Hans. Nasionalisme, Arti dan Sejarahnya. Terj. Sumantri
Mertodipiro. Jakarta: PT. Pembangunan, 1961.
Kohno, Takeshi. “Political Background of Islamic Education Institutions
and the Reach of the State in Southeast Asia”. Studia Islamika,
Vol. 16, No. 2, 2009.
Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kuruikulum 2013): Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.
Langgulung, Hasan. Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21. Jakarta:
Pustaka Al-Husna, 1988.
Leahy, Louis. Manusia Sebuah Misteri. Sintesa Filosofis tentang
Makhluk Paradoksal. Jakarta: Gramedia, 1989.
Lehninger, Albert L. Principles of Biochemistry. The Johns Hopkins
University School of Medicine. Alih Bahasa, Meggy
Thenawidjaya. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid I. Jakarta: Erlangga,
1982.
Leonardo, Zeus. Ideology, Discourse, and School Reform. London:
Praegare, 2003.
Makhrus, dkk. Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pokja
Akdemik UIN Sunan Kalijaga, 2005.
Makmun, Abin Syamsudin. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002.
Maksum. Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos,
1999.
161
Manner, M. Barbara. “Learning Styles and Multipleintelligences in
Students”. Journal of College Science Teaching. NSTA, 2001.
(Accessed: 16/09/2015).
Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung:
PT.Al- Ma’arif, 1962.
Mckenzie, Walter. Multiple Intelligences and Instructional Technology,
Second Edition. Washington DC: International Society for
Technology in Education, 2005.
Moesa, Ali Maschan. Nasionalisme Kiai Konstruksi Sosial Berasis
Agama, Yogyakarta: PT LKiS, 2007.
Mu’arif, Ambary Hasan. Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan
Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998.
Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.
-------. Psikologi Keluarga Dari Kelaurga Sakinah Hingga Keluarga
Bangsa. Jakarta: The International Institute of Islamic Thought
(IIIT) Indonesia dan PT Bina Rena Parawira, 2005.
Mujib, Abdul. Fitrah dan Kepribadian Islam, Sebuah Pendekatan
Psikologis, Jakarta: Darul Falah, 1999.
-------. Kepribadian Dalam Psikologi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006.
Mulkan, Abdul Munir. Paradigma Intelektual Muslim. Yogyakarta: SI
Press, 1993.
Murakami, Kazuo. Rahasia DNA. Bandung: Kaifa, 2015.
-------. The Divine Massage of The DNA: Tuhan dalam Gen Kita.
Bandung: Mizan, 2007.
An-Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam, Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
-------. Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam. Bandung: CV.
Diponegoro, 1992.
-------. Uṣūl at-Tarbiah Islāmiah wa Asālibuhā. Bairūt: Dār al-Fikr,
1979.
Naim, Ngainun dan Achmad Sauqi. Pendidikan Multikultural: Konsep
dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.
Nasution. Sejarah Pendidikan Islam. Surabaya: Bumi Aksara, 1995.
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997.
162
-------. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010.
-------. Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006.
-------. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2003.
-------. Pendidikan Islam di Era Global : Pendidikan Multikultural,
Pendidikan Multi Iman, Pendidikan Agama, Moral dan Etika.
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
-------. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jogjakarta: Gadjah
Mada University Press, 1993.
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Histories,
Teoritis Dan Praktis. Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Nurkholis. Manajemen Berbasis Sekolah. Teori Model dan Aplikasi.
Jakarta: Grasindo, 2002.
Pasiak, Taufiq. Otak dan Kecerdasan dalam Revolusi IQ/EQ/SQ Antara
Neurosains dan Alquran. Bandung: Mizan, 2002.
-------. Tuhan dalam Otak Manusia. Mewujudkan Kesehatan Spiritual
Berdasarkan Neurosains. Bandung: Mizan, 2012.
Prasetyo, Pardan. “Manajemen Peningkatan Mutu Pembelajaran
Berbasis Kecerdasan Jamak (Studi Deskriptif Kualitatif di
Sekolah Dasar Isam Terpadu DKI Jakarta)”. Disertasi Program
Pascasarjana Universitas Islam Nusantara, 2015.
Prasetyo, Reza dan Yeny Andriani. Multiply Your Multipleintelligences.
Yogyakarta: Andi, 2009.
Qi, Jie, Seana Moran and Howard Gardner. Multiple Intelligences
Around The World. (Editors by Howard Gardner), (San
Fransisco: Jossey-Bass A. Wiley Imprint, 2009.
Al-Qosimi, Muhammad Jamaluddin. Tafsir Mahāsin Ta’wil. Kairo: Dār
al-Ihyā’i, 1979.
Rahim, Husni. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Ciputat: Logos
Wacana Ilmu, 2001.
-------. Madrasah dalam Politik Pendidikan DI INDONESIA. Ciputat:
Logos Wacana Ilmu, 2005.
Rahmat, Jalaluddin. Otak Belajar: Belajar Berbasiskan Otak. Bandung:
Kaifa, 2013.
163
Redaksi Great Publisher. Buku Pintar Politik, Sejarah Pemerintahan dan
Ketatanegaraan. Yogyakarta: Galang Perss, 2009.
Retno S. Sudibyo. “Pendidikan untuk Pengembangan Berkelanjutan”.
Disajikan di Simposium Tahunan Penelitian Pendidikan 2007.
Balitbang Kemdiknas RI. (Accessed: 26/12/2015).
Ridla, Muhammad Jawwad. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam
Perspektif Sosiologis-Filosofis. Terj. Mahmud Arif. Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2002.
Riggio, Ronald E., Susan E. Murphy dan Francis J. Pirozzolo. Multiple
Intelligences and Leadership. London: Lawrence Erlbaum
Associates Publishers, 2002.
Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks, 2006.
Roff, William R. “Pondoks, Madrasahs and the Production of ‘Ulama in
Malaysia”. Studia Islamika, Vol. 11, No. 1, 2004.
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2013.
Sadulloh, Uyoh. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: PT. Alifa Beta,
2010.
Said, Alamsyah. 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences: Mengajar
Sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Peserta Didik. Jakarta:
Prenada Kencana, 2015.
-------. Hidup Sukses Cara Sains Melalui Etika, Estetika dan Keajaiban
Ilmu. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010.
-------. Sekolah Tanpa Tembok Pendidikan Tanpa Batas. Mal Praktek
Pendidikan di Sekolah Tembok. Jakarta: Pena Publishing, 2015.
Santoso, Listiyono. (de) Konstruksi Ideologi Negara. Jogjakarta: Ning-
Rat, 2003.
Santrock, Jhon W. Educational Physocology. Jakarta: Prenada Media,
2008.
-------. Psychology: The Science of Mind and Behaviored, 2. Lowa:
Wm.C. Brown Publisher, 1998.
Sastrapratedja, M. “Pendidikan Nilai”. dalam EM. K. Kaswadi (Ed).
Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: Grasindo,
1993.
Shalabī, Aḥmad. Tarikh al-Tarbiah Islamiah. t.tp: Kashshāf lī al-Naṣr
wa al-Ṭibā’ah wa al-Tauzī’i, 1953.
164
Siauw , Felix Y. Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta: Al-Fatih Press,
2013.
Silbermen, Mel, Active Learning. Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: YAPPENDIS, 2001.
Siswono. Semangat Baru Nasionalisme Indonesia. Jakarta: Yayasan
Pembangunan Bangsa, 1996.
Slavin, R.E. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth
Edition. Boston: Allyn and Bacon, 2000.
Soejono, Agus. Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum. Bandung: CV
Ilmu Bandung, 1980.
Steenbrink, Karel A. Pesantern Madrasah dan Sekolah Pendidikan
Islam Kurun Modernisai and Identitas. Jakarta: Kencana, 2012.
Suardi, Edi. Pedagogik. Bandung: Angkasa, 1984.
Subhan, Arief. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20
Pergumulan antara Modernisasi dan Identitas. Jakarta: Kencana,
2012.
Suhartono. Sejarah Pergerakan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1994.
Sukmadinata, Syaodih Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Sukoco, Hadi. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Katapedia, 2001. Kompas
Rabu, 03-04-2013.
Suparno, Paul. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Surachmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung:
Jemmars, 1980.
Suriasumantri, Jujun. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor,
1981.
Sutrisno. Pendidikan Islam yang Menghidupakan: Studi Kritis Terhadap
Pemikiran Pendidikan Fazlur Rahman. Yogyakarta: Kota
Kembang, 2006.
Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran dan Konsep Dasar.
Bandung: Rosda, 2011.
Al-Syaibany, Omar Mohammad al-Thoumy. Falsafah Pendidikan Islam.
Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Tadjab, dkk. Dasar-Dasar Kependidikan Islam. Surabaya: Karya
Aditama, 1996.
165
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1992.
Tan, Charlene. Islamic Education and Introduction: the Case in
Indonesia. New York: Roultge, 2011.
Thoha, M. Chabib dan Abdul Mu’ti. PBM-PAI Di Sekolah Eksistensi
Proses Belajar-Mengajar Pendidikan Agama Islam. Semarang:
Fakultas Tarbiyah IAIN WALI SONGO bekerja sama dengan
Pustaka Pelajar Offset, 2008.
Tilaar, H.A.R. Kaleidoskop Pendidikan Nasional. Jakarta: Kompas,
2012.
-------. Kekuasaan dan Pendidikan, Manajemen Pendidikan Nasional
dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
-------. Lima Puluh Tahun Pembangunan Pendidikan Indonesia 1945-
1995: Sebuah Analisis Kebijakan. Jakarta: Grasindo,1995.
-------. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta,
2000.
-------. Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia:
Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Rosdakarya,
2002.
-------. Pertanggungjawaban Manajemen Pendidikan dalam Menghidupi
Pedagogik di Indonesia. Jakarta: UNJ-HISAPI, 2002.
-------. Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2002.
TIM Dosen FIP-IKIP Malang. 1980. Pengantar Dasar-Dasar
Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan
Dosen Serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003, Tentang SISDIKNAS, Bandung: Citra Umbara,
2006.
Tim Penjamin Mutu Sekolah Islam Terpadu Indonesia. “Sekolah Islam
Terpadu Konsep dan Aplikasinya”. Jaringan Sekolah Islam
Terpadu, 2006, 57-58.
Ulwan, Abd Nasih. Pendidikan Anak dalam Islam: Pendidikan Sosial
Anak Cet. III. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996.
-------. Tarbiyatu ‘l-Aulad fi ‘l-Islam Juz II, Terjemah Saifullah Kamalie,
Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Bandung: Al-Shifa’,
1988.
166
Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Islam. Jakarta:
Ciputat Press, 2005.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000.
Utama, Faizah Dewi. Keindahan Belajar dalam Perspektif Pedagogi:
Memaknai Pengembangan dan Pergulatan Masa Inisiatif di TK
dan Masa Industri di Kelas Awal SD. Jakarta: Cindy Grafika,
2008.
Waghid, Yusef. Conseption of Islamic Education. New York: Peter Lang
Publishing, 2011.
Wahid, Din. “Nurturing the Salafi Manhaj: A Studi of Salafi Pesantren
in Contemporay Indonesia”. Dissertation of Utrecht University
Nederland, 2014.
Yatim, Badri. Bung Karno, Islam, dan Nasionalisme. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1999.
Zayadi, Ahmad dan Abdul Majid. Tadzkirah : Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) Berdasarkan Pendekatan Kontekstual.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005.
Zuharini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
B. Referensi Jurnal, Artikel dan Laporan Penelitian.
Afandi, Mochtar. “The Method of Muslim Learning as Illustrated in al-
Zarnuji’s Ta’lim al’Muta’allim. McGill University (Canada)
Dissertations. 1993.
Http://search.proquest.com/docview/89192357
?accountid=25740.
Alkandri, Kalthoum. “Transformation and Challenges of Islamic
Education in a Globalized”. International Education, 2014, 44,
No. 1: 91-107.
Http://search.proquest.com/docviev/1636357699?
accountid=25704.
Fajar, Malik. “Makalah”. Munas VII LDII. 8 Maret 2011 di Surabaya.
Fohl, Florian. “Negotiating Religious and National Identities in
Contemporary Indonesia Islamic Education”. Cross Currents 61,
(2001), No. 3: 399-414. Humanities Full Text (H.W. Wilson),
EBSCO Host.
167
Gardner, Howard and Thomas Hatch, “Educational Implications of the
Theory of Multiple intelligences”. Journal Educational
Researcher Journal, Vol 18, 4-10, (1989). (Accessed:
16/09/2015).
-------. “Multiple intelligences Go to School: Educational Implications of
the Theory of Multiple intelligences”. American Educational
Research Association, Vol. 18, No. 8 (Nov. 1989), 4 – 10.
(Accessed: 16/09/2015).
Hamzah. “Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis
Sekolah”. STAIN Datokarama, Palu. Jurnal Studi Islamika. Vol.
5, No. 1, Juni 2013. (Accessed: 20/10/2015).
Hanafin, Joan. “Multiple Intelligences Theory, Action Research, and
Teacher Professional Development: The Irish MI Project”.
Australian Journal of Teacher Education. Vol. 39, Issue 4 Article
8 (2004). (Accessed: 16/09/2015).
Hare, William. “Ideology Introduction and Teacher Education. Journal
of Education Controversy, 2013. Www.ce.wwu.edu.
Ibnian, S.S.K. and Hadban, A.D, “Implications of Multiple intelligences
Theory in ELT Field,” International Journal of Humanities and
Sosial Science, Vol. 3. No. 4, 2013. (Accessed: 16/09/2015).
Iskandar S. “Kemampuan Pembelajaran dan Keinovatifan Guru”. Jurnal
Universitas Pendidikan Indonesia, Vol. V, No. 9, April 2008,
www.jurnal.upi.edu/pendidikan dasar. (Accessed: 16/09/ 2015).
Manner, Barbara. “Learning Styles and Multiple Intelligences in
Students”, Journal of College Science Teaching. NSTA, 2001.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-minat/ (Accessed:
16/09/2015).
Lukens Bull, Ronald Alan. “A Peacfull Jihad: Javanese Islamic
Education and Religious Identity Construction”. Arizona State
University Dissertations, 1997. Http://search.proquest.com/
docview/304328854.
Mulyanto R, “Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw untuk
Meningkatkan Penguasaan Operasi Pecahan di SDN Paseh I
Kabupaten Sumedang”. Jurnal Universitas Pendidikan
Indonesia, Vol. V. No. 7, April 2007. www.jurnal.upi.edu/
pendidikan dasar. (Accessed: 16/09/2015).
Prasetyo, Pardan. “Malpraktek Pendidikan Kita”. Majalah Oase, No 4.
Jakarta, 4 Agustus 2015.
168
Riha, Mark and Rebecca A.R. Pina. “The Influence of Multiple
intelligences Theory on Web-Based Learning”. Journal of Online
Learning and Teaching, Vol. 5, No. 1, March 2009, (Accessed:
16/09/2015).
Said, Alamsyah. “Kecerdasan Manusia: Kritik Terhadap Teori Multiple
Intelligence Howard Gardner”, Oktober 2012.
-------. “Penerapan Hasil Riset Gaya Belajar Dalam Pengajaran Guru.
Penelitian Tindakan Sekolah”. GLC Indonesia. Jakarta. 2014.
Saputra, Tri Mei Ade, Alben Ambarita dan Yuliana Hamdan, “Pengaruh
Strategi Mengajar Multiple intelligences terhadap Hasil Belajar”.
Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung, (2015).
Scott, Eberle. “Playing with the Multiple intelligences How Play Helps
Them Grow”. American Journal of Play, Vol. 4, Number 1,
(2011). (Accessed: 16/09/2015).
Siskandar. “Pengembangan Multiple intelligences Melalui Kegiatan
Non-Ekstrakurikuler Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Proses
dan hasil Pembelajaran”. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional Dasar dan Menengah. Jurnal
Ekonomi dan Pendidikan, Vol.5 No.2. (2008). (Accessed:
16/09/2015).
Start, Daniel dan Hovland, Ingie. “Analisis Swot (kekuatan, kelemahan,
kesempatan, ancaman) Tools for Policy Impact”. a Handbook for
Researchers. Http://staff.uny.ac.id/sites/
default/files/pendidikan/utami-dewi-mpp/analisis-swot.pdf.
Sitompul, Harun dan Reni Astuti. “Pengaruh Media Pembelajaran Dan
Kecerdasan Ganda Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi
Dan Komputer (TIK) Mahasiswa PGSD Universitas Negeri
Medan”. Jurnal teknologi Pendidikan, Teknologi Pendidikan
PPs Universitas Negeri Medan. 2012. (Accessed: 16/09/2015).
Smanela, Syukron, Makalah Hasil Penelitian Mengenai Multiple
Intelligences.
Sudibyo, Retno S. “Pendidikan untuk Pengembangan Berkelanjutan”,
disajikan di Simposium Tahunan Penelitian Pendidikan 2007,
Balitbang Kemdiknas RI. (Accessed: 26/12/2015).
Sudrajat, Akhmad. Konsep Manajemen Sekolah (Pengertian, Fungsi dan
Bidang Manajemen. Https://akhmadsudrajat.wordpress.
169
com/2008/02/03/konsep-manajemen-sekolah/ Posted on 3
Februari 2008.
Sugiarti, Piping. “Penerapan Teori Multiple Intelligences Dalam
Pembelajaran Fisika”. Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. 2, No.
05/Th.IV/Desember 2005. (Accessed: 16/09/2015).
Suratmi, Siti. “Pendekatan Belajar Multiple Intelligences”. Http://
suratmisitisuratmi.blogspot.com/2013/05/v-
bahavorurldafaulttvmlo.html. (Accessed: 16/09/2015).
Susanto, Handy. “Penerapan Multiple intelligences Dalam Sistem
pembelajaran”. Jurnal Pendidikan Penabur, No.04/Th.IV/Juli
2005. (Accessed: 16/09/2015).
Timmins, Brualdy and Amy C, Multiple intelligences: Gardner’s
Theory, “Practical Assessment, Research & Evaluation”. Vol. 5,
No. 10 (1996), 10. Http://pareonline.net/getvn.asp?v=5&n=10.
(Accessed: 17/09/2015).
Yalmanci, Sibel G. and Ali Ibrahim. “The Effects of Multiple
Intelligences Theory Based Teaching on Students Achievement
Anda Retention of Knowledge”. International Journal on New
Trends in Education And Their Implication. Vol. 4, Issue: 3 (July
2013). www.ijonte.org/FileUpload/ks63207/File/04.
yalmanci.pdf. (Accessed: 16/09/2015).
C. Website.
http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2173798-fungsi-
perencanaan-pembelajaran-pai/
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2035422-
defenisi-perencanaan-pembelajaran-menurut-para
http://paudjateng.xahzgs.com/2015/05/paud-pendidikan-anak-usia-dini-
di-singapura.html
http://paudni.kemdikbud.go.id/ segment/49.html
http://unesco.org/history.htm
http://academia.edu/8473659/Arti_Bakat
http://academia.edu/9569679/Pengertian_Manajemen_-
Secara_Etimologis
http://kompasiana.com/imanuellabridgieta/resume-buku-sekolahnya-
manusia-sekolah-berbasis-multiple-intelligences-di-Indonesia
http://kompasiana.com/irul_yakusa /kesempurnaan-manusia.
http://sscdompetdhuafa.net/artikel/artikel-guru
170
http://jsit-Indonesia.com
http://belajarpsikologi.com/pengertian-minat/
171
GLOSARIUM
Akhlak : Budi pekerti; kelakuan:
Aktualisasi : Perihal mengaktualkan; pengaktualan:
Alur : Rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan
saksama dan menggerakkan jalan cerita melalui
kerumitan ke arah klimaks dan penyelesaian
Aplikasi : Penggunaan; penerapan
Argumentasi : Alasan untuk memperkuat atau menolak suatu
pendapat, pendirian, atau gagasan;
Asumsi : Dugaan yang diterima sebagai dasar;
Bakat : Dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang
dibawa sejak lahir:
Edukatif : Bersifat mendidik:
Efektif : Dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha,
tindakan)
Ekspresi : Pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu
memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan,
perasaan, dan sebagainya)
Emosi : Keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti
kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan);
keberanian yang bersifat subjektif)
Esensi : Hakikat; inti; hal yang pokok:
Fungsi : Kegunaan dari suatu hal
Ganda : (Tentang hitungan) kali; lipat
Imajinasi : Sesuatu yang dibayangkan dalam pikiran; bayangan
Indikator : Sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) pe-tunjuk
atau keterangan:
Individu : Organisme yang hidupnya berdiri sendiri, secara
fisiologi ia bersifat bebas (tidak mempunyai
hubungan organik dengan sesamanya)
Inovasi : Penemu-an baru yang berbeda dari yang sudah ada
atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan,
metode, atau alat);
Interaktif : Bersifat saling melakukan aksi; antar-hubungan;
saling aktif;
Ironi : Kejadian atau situasi yang bertentangan dengan yang
diharapkan atau yang seharusnya terjadi, tetapi
sudah menjadi suratan takdir
172
Jamak : Lazim; tidak aneh; lumrah; wajar:
Karakter : Tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain;
watak
Kasus : Keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau
perkara; keadaan atau kondisi khusus yang
berhubungan dengan seseorang atau suatu hal; soal;
perkara;
Katalisator : Seseorang atau sesuatu yang menyebabkan
terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian
baru atau mempercepat suatu peristiwa
Kategori : Bagian dari sistem klasifikasi (golongan, jenis
pangkat, dan sebagainya);
Kecerdasan : Sempurna perkembangan akal budinya (untuk
berpikir, mengerti, dan sebagainya)
Kemampuan : Kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu; dapat:
Kognitif : Berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris
Kompetensi : Kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan
(memutuskan sesuatu)
Komprehensif : Luas dan lengkap (tentang ruang lingkup atau isi);
Konsekuensi : Akibat (dari suatu perbuatan, pendirian, dan
sebagainya);
Konsep : Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
konkret:
Kontribusi : Sumbangan
Kurikulum : Perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada
lembaga pendidikan;
Lulusan : Berhasil (dalam ujian); dapat melalui dengan baik
(dalam menghadapi segala cobaan)
Malpraktek : Bersikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan
tradisi yang berlaku
Manajemen : Penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran
Masalah : Sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan); soal;
persoalan:
Mental : Bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang
bukan bersifat badan atau tenaga:
Metode : Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk
173
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan;
Minat : Kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu;
gairah; keinginan
Mitos : Cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan
zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-
usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut
mengandung arti mendalam yang diungkapkan
dengan cara gaib
Model : Pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari
sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan:
Motivasi : Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara
sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu
Nilai : Sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan
Paradigma : Kerangka berpikir
Parsial : Berhubungan atau merupakan bagian dari
keseluruhan
Pedagogi : Ilmu pendidikan; ilmu pengajaran:
Pembelajaran : Proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar;
Pendekatan : Usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti,
metode untuk mencapai pengertian tentang masalah
penelitian; acangan;
Persepsi : Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu;
serapan:
Personal : Bersifat pribadi atau perseorangan:
Perspektif : Sudut pandang; pandangan;
Pesan : Perintah, nasihat, permintaan, amanat yang
disampaikan lewat orang lain
Potensi : Kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya;
Proses : Runtunan perubahan (peristiwa) dalam
perkembangan sesuatu:
Representasi : Apa yang mewakili; perwakilan
Riset : Penyelidikan (penelitian) suatu masalah secara
bersistem, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta
174
yang baru, atau melakukan penafsiran yang lebih
baik;
Signifikansi : Keadaan signifikan; pentingnya
Simulasi : Metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam
bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang
sesungguhnya
Sistem : Susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan
sebagainya
Spiritual : Berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani,
batin)
Struktur : Yang disusun dengan pola tertentu
Teknik : Metode atau sistem mengerjakan sesuatu;
Teori : Pendapat yang didasarkan pada penelitian dan
penemuan, didukung oleh data dan argumentasi
Terpadu : Kurikulum yang memadukan semua mata pelajaran
ke dalam bentuk permasalahan
Variasi : Tindakan atau hasil perubahan dari keadaan semula;
selingan:
Wacana : Satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam
bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel,
buku, artikel, pidato, atau khotbah
175
INDEKS
A
Akhlak, 1, 2, 7, 33, 60, 67, 73,
82, 83, 84, 89, 96, 103, 111,
128, 139
Aktualisasi, 59
Alur, 31, 77, 78, 113, 123, 119
Aplikasi, 3 ,6 ,10 ,12 ,13 ,14 ,15
,21 ,22 ,23 ,30 ,31 ,37 ,40 ,45
,46 ,65 ,81 ,90 ,92 ,94 ,99
,104 ,105 ,108 ,109 ,110 ,115
,116 ,118 ,119 ,120 ,121 ,123
,125 ,126 ,129 ,150 ,154
Asumsi, 20, 43
B
Bakat, 7, 8, 10, 12, 15, 17, 29,
35, 36, 38, 39, 59, 60, 61, 62,
81, 82, 84, 88, 94, 97, 99,
109, 110, 112, 113, 114, 115,
122, 125, 154
E
Edukatif, 2, 4, 100
Efektif, 17, 19, 21, 29, 39, 40,
50, 55, 69, 70, 71, 72, 74, 76,
89, 91, 93, 95, 96, 98, 126,
130, 131, 132, 133, 136, 144
Ekspresi, 40, 136
Emosi, 5, 59, 60, 77, 82, 87,
110
Esensi, 4
F
Fungsi, 4, 6, 12, 41, 43, 45, 69,
74, 84, 85, 132
G
Ganda, 20, 21, 48, 58, 62, 63,
126, 129, 143, 151
I
Imajinasi, 15, 95
Indikator, 80 ,102, 114 ,117
,130 ,132 ,134 ,135 ,136 ,138
,139 ,140
Individu, 5, 6, 8, 12, 17, 18, 40,
43, 46, 50, 59, 60, 81, 89,
100, 103, 116, 121, 125, 137
Inovasi, 9, 11, 48, 64, 74, 75,
123, 152
Interaktif, 20, 44, 146
Ironi, 2, 8
J
Jamak, 5 ,18 ,19 ,21 ,27 ,37 ,39
,41 ,42 ,46 ,47 ,52 ,54 ,55 ,57
,58 ,63 ,80 ,81 ,97 ,99 ,100
,102 ,104 ,108 ,109 ,112 ,118
,120 ,121 ,124 ,125 ,128 ,141
,150 ,151 ,154
K
Karakter, 1, 2, 6, 7, 8, 33, 60,
67, 76, 81, 82, 83, 88, 89,
100, 102, 103, 104, 110, 114,
117
Kasus, 9, 49, 58, 133, 138, 139
Katalisator, 34, 61
Kategori, 10, 33, 34, 64, 105,
130
Kecerdasan, 1 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,10
,11 ,12 ,13 ,14 ,15 ,16 ,17 ,18
,19 ,20 ,21 ,23 ,24 ,27 ,28 ,29
,30 ,31 ,33 ,35 ,36 ,37 ,38 ,39
176
,40 ,41 ,42 ,45 ,46 ,47 ,48 ,49
,50 ,51 ,52 ,54 ,55 ,57 ,58 ,59
,60 ,61 ,62 ,63 ,64 ,65 ,73 ,77
,78 ,80 ,81 ,84 ,88 ,92 ,93 ,97
,99 ,100 ,101 ,102 ,103 ,104
,108 ,109 ,110 ,112 ,118 ,120
,121 ,122 ,123 ,124 ,125 ,126
,127 ,128 ,129 ,130 ,131 ,132
,133 ,134 ,135 ,136 ,137 ,138
,139 ,140 ,141 ,143 ,144 ,145
,146 ,147 ,150 ,151 ,152 ,154
Kemampuan, 1 ,3 ,6 ,7 ,10 ,11
,12 ,15 ,16 ,27 ,28 ,29 ,31 ,35
,36 ,39 ,41 ,42 ,45 ,47 ,53 ,54
,56 ,57 ,58 ,59 ,60 ,62 ,63 ,65
,71 ,77 ,82 ,85 ,89 ,91 ,92 ,94
,95 ,102 ,103 ,106 ,109 ,110
,113 ,116 ,125 ,127 ,128 ,129
,130 ,132 ,134 ,136 ,138 ,141
,148 ,150
Kognitif, 1, 2, 6, 7, 8, 27, 42,
43, 45, 46, 47, 54, 63, 71, 77,
82, 89, 94, 99, 101, 103, 110,
112, 114, 115, 116, 125, 129,
150
Kompetensi, 3 ,11 ,16 ,17 ,30
,32 ,47 ,48 ,54 ,61 ,64 ,65 ,68
,73 ,74 ,75 ,84 ,87 ,91 ,97 ,98
,101 ,102 ,107 ,108 ,114 ,123
,124 ,125 ,150 ,151 ,152
Komprehensif, 12, 14, 22, 30,
33, 71, 110, 119, 130
Konsekuensi, 20, 46, 86, 87,
90, 104, 120
Konsep, 8 ,12 ,13 ,14 ,18 ,19
,24 ,27 ,32 ,33 ,34 ,36 ,40 ,44
,46 ,47 ,54 ,56 ,58 ,63 ,65 ,67
,68 ,69 ,70 ,71 ,73 ,79 ,80 ,82
,83 ,86 ,87 ,89 ,103 ,109 ,110
,120 ,123 ,129 ,143 ,150 ,151
,154
Kontribusi, 30, 43
Kurikulum, 3 ,6 ,9 ,14 ,33 ,38
,44 ,45 ,46 ,47 ,67 ,68 ,69 ,72
,73 ,74 ,75 ,78 ,83 ,88 ,92 ,96
,97 ,98 ,99 ,100 ,101 ,109
,110 ,116 ,125 ,126 ,129 ,143
,150 ,151 ,154
L
Lulusan, 68, 84, 97, 98, 107,
110
M
Malpraktek, 10
Manajemen, 3 ,12 ,13 ,14 ,16
,20 ,21 ,22 ,23 ,24 ,27 ,30 ,31
,38 ,42 ,53 ,63 ,64 ,70 ,78 ,82
,84 ,89 ,90 ,99 ,107 ,110 ,114
,115 ,116 ,118 ,119 ,120 ,123
,125 ,142 ,148 ,152 ,154
Masalah, 1, 6, 7, 8, 11, 12, 13,
14, 15, 22, 24, 27, 35, 36, 38,
44, 48, 49, 50, 56, 57, 59, 63,
64, 87, 92, 95, 103, 117, 123,
124, 129, 133, 137, 151, 154
Mental, 36, 40, 43, 58, 68, 97,
100, 116
Metode, 10 ,11 ,13 ,17 ,19 ,20
,22 ,23 ,24 ,29 ,37 ,41 ,42 ,49
,51 ,52 ,55 ,67 ,93 ,95 ,99
,110 ,121 ,124 ,125 ,131 ,132
,133 ,137 ,138 ,143 ,149 ,151
Minat, 3, 7, 8, 10, 12, 16, 17,
35, 38, 41, 53, 55, 59, 61, 73,
81, 82, 88, 94, 97, 99, 109,
110, 112, 113, 115, 134, 144,
148, 154
Mitos, 41
177
Model, 3 ,13 ,22 ,34 ,36 ,43 ,67
,68 ,88 ,90 ,99 ,118 ,119
Motivasi, 16, 38, 43, 53, 59,
127, 136, 138, 148
N
Nilai, 1, 2, 6, 7, 9, 19, 35, 40,
47, 49, 51, 60, 67, 68, 69, 71,
72, 73, 76, 83, 85, 86, 87, 89,
91, 95, 96, 97, 100, 103, 104,
127, 134, 137, 138
P
Paradigma, 2 ,8 ,9 ,30 ,32 ,33
,41 ,54 ,58 ,63 ,74 ,78 ,81 ,82
,88 ,93 ,94 ,97 ,99 ,106 ,108
,109 ,114 ,117 ,119 ,120 ,125
,126 ,143 ,151 ,154
Parsial, 9, 69
Pedagogi, 4, 5, 16, 61, 88
Pembelajaran, 3 ,6 ,7 ,8 ,9 ,10
,11 ,12 ,13 ,14 ,15 ,16 ,17 ,18
,19 ,20 ,21 ,22 ,23 ,24 ,27 ,28
,29 ,30 ,31 ,32 ,33 ,34 ,36 ,37
,41 ,42 ,44 ,45 ,47 ,48 ,49 ,50
,52 ,53 ,54 ,55 ,56 ,59 ,60 ,61
,62 ,63 ,64 ,65 ,67 ,68 ,71 ,73
,76 ,77 ,81 ,82 ,83 ,84 ,87 ,90
,92 ,93 ,94 ,95 ,96 ,98 ,99
,100 ,101 ,102 ,103 ,104 ,105
,106 ,108 ,109 ,110 ,112 ,114
,115 ,116 ,117 ,118 ,119 ,120
,121 ,122 ,123 ,124 ,125 ,126
,127 ,129 ,130 ,137 ,140 ,141
,142 ,143 ,144 ,148 ,149 ,150
,151 ,152 ,154
Pendekatan, 3 ,8 ,11 ,12 ,15 ,17
,18 ,19 ,22 ,37 ,45 ,50 ,56 ,69
,80 ,88 ,92 ,95 ,96 ,101 ,110
,118 ,122 ,123 ,124 ,133 ,147
Persepsi, 4, 23, 29, 96, 134, 138
Personal, 3, 5, 60, 100, 105,
109, 122, 131, 138
Perspektif, 3, 4, 5, 14, 18, 20,
27, 70, 72, 84, 91, 92, 93, 96,
110, 114, 129
Pesan, 35, 69
Potensi, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 12, 18,
27, 35, 50, 56, 57, 58, 59, 63,
65, 67, 73, 76, 81, 82, 83, 84,
85, 88, 97, 99, 103, 110, 112,
115, 137
Proses, 3 ,4 ,6 ,7 ,8 ,9 ,10 ,14
,15 ,16 ,17 ,18 ,19 ,20 ,21 ,23
,24 ,25 ,27 ,28 ,29 ,30 ,31 ,32
,33 ,34 ,35 ,36 ,37 ,38 ,39 ,40
,41 ,43 ,44 ,45 ,47 ,50 ,53 ,54
,55 ,56 ,58 ,59 ,60 ,61 ,63 ,68
,70 ,71 ,72 ,73 ,75 ,77 ,80 ,81
,82 ,84 ,85 ,87 ,88 ,92 ,93 ,94
,95 ,96 ,98 ,100 ,101 ,104
,106 ,107 ,108 ,110 ,111 ,112
,113 ,114 ,115 ,116 ,117 ,118
,119 ,120 ,121 ,122 ,123 ,124
,125 ,126 ,129 ,130 ,131 ,132
,137 ,141 ,142 ,143 ,146 ,148
,149 ,150 ,151 ,152 ,154 ,155
R
Representasi, 5, 40, 43, 65, 115
Riset, 4 ,15 ,19 ,21 ,27 ,30 ,33
,34 ,42 ,70 ,78 ,80 ,92 ,99
,102 ,108 ,118 ,120 ,121 ,124
,126 ,142 ,154
S
Signifikansi, 24
Simulasi, 11, 48, 122, 135, 152
Sistem, 2 ,3 ,4 ,6 ,7 ,8 ,9 ,10 ,12
,13 ,14 ,15 ,16 ,21 ,22 ,23 ,24
178
,25 ,27 ,30 ,31 ,33 ,34 ,36 ,38
,45 ,55 ,59 ,60 ,63 ,64 ,67 ,68
,73 ,82 ,90 ,97 ,99 ,101 ,107
,115 ,116 ,117 ,118 ,119 ,120
,121 ,123 ,125 ,128 ,141 ,148
,150 ,152 ,154
Spiritual, 2, 5, 7, 47, 49, 60, 68,
71, 110, 116, 125, 127, 128,
134, 146, 150
Struktur, 44, 45, 110, 116, 130
T
Teknik, 11, 12, 13, 22, 31, 34,
93, 94, 98, 103, 104, 106,
107, 120, 124, 148
Teori, 2 ,3 ,4 ,5 ,9 ,10 ,12 ,13
,14 ,15 ,16 ,17 ,19 ,20 ,21 ,22
,23 ,24 ,27 ,30 ,31 ,35 ,36 ,37
,38 ,39 ,40 ,41 ,42 ,43 ,44 ,45
,46 ,48 ,54 ,55 ,58 ,59 ,62 ,63
,64 ,65 ,67 ,76 ,80 ,86 ,88 ,90
,94 ,102 ,108 ,109 ,110 ,114
,115 ,117 ,119 ,120 ,121 ,123
,124 ,125 ,126 ,129 ,130 ,141
,142 ,143 ,144 ,150 ,151 ,154
Terpadu, 12 ,13 ,22 ,23 ,24 ,33
,61 ,63 ,67 ,68 ,69 ,70 ,71 ,72
,73 ,74 ,75 ,76 ,77 ,78 ,79 ,81
,82 ,83 ,84 ,85 ,86 ,87 ,88 ,89
,90 ,91 ,92 ,94 ,95 ,96 ,97 ,98
,99 ,100 ,103 ,105 ,106 ,107
,108 ,110 ,111 ,112 ,113 ,114
,120 ,121 ,124 ,125 ,126 ,127
,129 ,130 ,132 ,133 ,134 ,135
,136 ,138 ,139 ,140 ,141 ,144
,150 ,151 ,152
V
Variasi, 46, 125, 148, 150
W
Wacana, 9, 44
179
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Karim Santoso Masri
TTL : Biaro Baru, Musi Rawas,
Sumatera Selatan,
25 Maret 1976
Alamat : Jl. Kalibata Utara II No.66
RT.8/7 Kalibata, Jaksel
Email : [email protected]
No. HP : 0813 192 666 28
Anak ke : Enam dari 10 bersaudara
Ayah : H. Muhammad Masri bin H. Badri
Ibu : Hj. Marion (Almh) binti H. Agus
Istri : Hj. Heni Lestari, S.Pd, M.Si
(Kandidat Doktor UIN Syarif Hidayatullah).
Anak : Nabiel Muhammad (12 tahun)
(Murid Kelas 5A SDIT Insan Mandiri Jakarta).
Ayah Mertua : Soetoro (Alm) bin Wamad
Ibu Mertua : Hj. Siti Rohaya binti H. Rauf
Pendidikan :
1. SDN Biaro Baru, Musi Rawas, Sumsel (1981-1987).
2. SMPN Karang Dapo, Musi Rawas, Sumsel (1987-1988).
3. MTs Nurul Akhlaq Biaro Baru, Musi Rawas (1988-1990).
4. MAN 2 Curup, Bengkulu (1990-1993).
5. DIII IPPI (sekarang STAI) Al Qudwah, Depok (1993-1996).
6. S1 Universitas Indraprasta PGRI Jakarta (2000-2004).
Program Studi Bimbingan dan Konseling.
7. S2 Universitas Indonesia (2005-2008).
Kekhususan Kajian Islam dan Psikologi.
8. S3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011-2016).
Konsentrasi Psikologi Islam
180
Short Program: 1. Community For Palestine di Istanbul Turki (2013).
2. School Leaders Immersion Programme di Al Irsyad, Singapura (2013).
3. Dauroh Tokoh Indonesia di Universitas Islam Madinah (2016).
Pekerjaan :
1. Guru, Bendahara, Kepala MI Al Falah Depok (1993-1998).
2. Guru dan TU SDIT Al Muhajirin Depok (1998-1999).
3. Guru, Wakil Kepala SDIT Al Hikmah Jakarta (1999-2003).
4. Konsultan Pendidikan dan Trainer Nasional (2000-sekarang).
5. Guru, Direktur SDIT Insan Mandiri Jakarta (2003-sekarang).
Prestasi Bidang Pendidikan: 1. Juara 1 Guru Berprestasi Kategori Pilihan Orang Tua Murid di SDIT Al
Hikmah Jakarta (2002).
2. Juara 1 Guru Favorit Pembaca Majalah Aku Anak Saleh (2006).
Top Related