APLIKASI SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI PENYAKIT SERTA CARA
PENGENDALIANNYA PADA TANAMAN KARET DENGAN METODE
TEOREMA BAYES BERBASIS ANDROID
(Skripsi)
Oleh:
UCHI HIDAYAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
APLIKASI SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI PENYAKITSERTA CARA PENGENDALIANNYA PADA TANAMAN KARET DENGAN
METODE TEOREMA BAYES BERBASIS ANDROID
Oleh
UCHI HIDAYAT
Mengidentifikasi penyakit dengan bermacam-macam gejala yang terdapat pada tanaman karetdan mengetahui cara pengendaliannya tentunya sulit bagi kita sebagai orang awam untukmengatasi masalah tersebut dengan cara cepat dan tepat. Keterbatasan seorang pakar membuatpenanganan penyakit tanaman karet menjadi sulit dilakukan, oleh karena itu dibutuhkan sebuahsistem pakar yang mampu mengidentifikasi penyakit tanaman karet serta cara pengendaliannyaberdasarkan pengetahuan yang diberikan langsung oleh pakar atau ahlinya. Penelitian inimenerapkan metode pehitungan teorema bayes untuk menghitung presentase nilai kepakarannya.Aplikasi ini dibuat pada mobile device platform Android. Metode inferensi yang digunakanadalah fordward chaining dengan menelusuri aturan-aturan berdasarkan jawaban yang diberikanoleh pengguna dalam bentuk tanda check (√). Jawaban pengguna kemudian dihitungmenggunakan metode Teorema Bayes, hasil perhitungannya yaitu berupa nilai presentase danpengguna dapat langsung melihat cara pengendalian penyakit yang teridentifikasi. Pengujian dariaplikasi ini menggunakan metode Black Box Equivalence Partitioning (EP). Perhitungan hasilidentifikasi dengan membandingkan perhitungan manual dan perhitungan sistem 99% sudahsesuai dan berjalan dengan baik. Pengujian kuesioner dibedakan menjadi 2 Variabel yaituVariabel User Friendly dan Variabel Interaktif. Pengujian variabel User Friendly memperolehnilai rata-rata 89,04% dan pengujian Variabel Interaktif memperoleh nilai rata-rata 86,56%.Dengan hasil uji coba sistem menunjukkan aplikasi ini layak untuk digunakan.
Kata Kunci : pengendalian penyakit tanaman karet, sistem pakar, tanaman karet, teoremabayes.
APLIKASI SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI PENYAKIT SERTA CARA
PENGENDALIANNYA PADA TANAMAN KARET DENGAN METODE
TEOREMA BAYES BERBASIS ANDROID
Oleh :
UCHI HIDAYAT
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KOMPUTER
pada
Jurusan Ilmu Komputer
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Uchi Hidayat, lahir di
Bandar Lampung, Provinsi Lampung pada tanggal
17 Mei 1994, sebagai anak pertama dari Bapak
Ismail dan Ibu Umiyati Penulis mengecap Sekolah
Dasar (SD) di SDN 1 Kalibalau Kencana Bandar
Lampung, diselesaikan pada tahun 2006, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di SMP Yapindo
Tulang Bawang diselesaikan pada tahun 2009, dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 5 Bandar lampung diselesaikan pada
tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu
Komputer FMIPA Unila melalui jalur UM.
Tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Selama
menjadi mahasiswa beberapa kegiatan yang dilakukan penulis antara lain:
1. Pada bulan Januari 2016 penulis melaksanakan kerja praktek di Dinas Sosial
Kota Bandar Lampung.
2. Pada bulan Agustus 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di Desa Tanjung Ratu Ilir, Kecamatan Way Pengubuan, Kabupaten Lampung
Tengah.
MOTO
“Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamugunakan untuk merubah dunia"
(Nelson Mandela)
“Semua impian kita bisa terwujud jika kita memilikikeberanian untuk mengejarnya”
(Walt Disney)
“Seseorang bisa duduk di tempat teduh sekarang, karenaseseorang telah menanam pohon sejak lama”
(Warren Buffett)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap puji dan syukur kehadiarat Allah SWT
kupersembahkan karya kecilku ini untuk:
Ayahanda Ismail dan Ibunda Umiyati tercinta yang telah memberi
dorongan, kasih sayang serta menjadi motivasi terbesarku selama ini
Winda Safitri adiku yang kusayangi selalu menjadi acuanku untuk
menjadi kakak yang lebih baik lagi
Dosen Pembimbing dan Penguji yang sangat berjasa
dalam membantu dan menyelesaikan karya kecil ini
Serta seluruh sahabat-sahabatku dan Almamaterku
yang kubanggakan Universitas Lampung
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkatrahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer
di Jurusan Ilmu Komputer Universitas Lampung.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang sangat
membantu, baik secara materi maupun moril dan juga saran serta bimbingan dari
banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ayah Ismail dan Ibu Umiyati, serta adiku Winda
Safitri yang selalu memberi dukungan berupa materi, doa, motivasi dan kasih
sayang yang tak terhingga.
2. Bapak Ir. Machudor Yusman, M.Kom. sebagai pembimbing utama, yang
telah membimbing penulis dan memberikan ide, kritik serta saran sehingga
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Ibu Dr. Ir. Suskandini Ratih Dirmawati, M.P. sebagai pembimbing kedua,
yang telah memberikan saran, bantuan, dan membimbing penulis sehingga
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Dr.rer.nat Akmal Junaidi, S.Si., M.Sc. sebagai pembahas, yang telah
memberikan masukan yang bermanfaat dalam perbaikan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. selaku Dekan FMIPA Unila.
6. Bapak Dr. Ir. Kurnia Muludi, M.S.Sc. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komputer.
7. Bapak Didik Kurniawan, S.Si., M.T. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Komputer FMIPA Unila.
8. Bapak Dr. Eng. Admi Syarif selaku Pembimbing Akademik selama penulis
menjadi mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer Unila.
9. Ibu Ade Nora Maela dan Ibu Wiwik yang telah membantu segala urusan
administrasi penulis di Jurusan Ilmu Komputer.
10. Keluarga besar Ilmu Komputer teman seperjuangan dalam menuntut ilmu
selama kuliah yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
11. Almamater Tercinta.
Semoga di balik kekurangan dan kelebihan skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, Penulis mohon maaf atas
segala kekurangan dan keterbatasan pada skripsi ini.
Bandar Lampung, 15 Oktober 2018
Penulis,
Uchi Hidayat
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 3
1.3. Batasan Masalah .............................................................................. 3
1.4. Tujuan .............................................................................................. 4
1.5. Manfaat ............................................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5
2.1. Tanaman Karet................................................................................. 5
2.2. Penyakit Tanaman Karet.................................................................. 6
2.2.1. Penyakit Akar Putih............................................................... 6
2.2.2. Penyakit Akar Merah............................................................. 9
2.2.3. Penyakit Akar Cokelat........................................................... 10
2.2.4. Penyakit Leher Akar.............................................................. 10
2.2.5. Penyakit Mouldy Rot............................................................. 11
2.2.6. Penyakit Kanker Garis........................................................... 12
2.2.7. Penyakit Kanker Becak ......................................................... 13
2.2.8. Penyakit Jamur Upas ............................................................. 14
xiii
2.2.9. Penyakit Tepung .................................................................... 14
2.2.10. Penyakit Daun Colletotricum .............................................. 15
2.2.11. Penyakit Gugur Daun Corynespora..................................... 16
2.3. Sistem Pakar .................................................................................... 17
2.3.1. Komponen Sistem Pakar ....................................................... 17
2.3.2. Struktur Sistem Pakar ............................................................ 19
2.3.3. Manfaat Sistem Pakar............................................................ 19
2.4. Metode Teorema Bayes ................................................................... 20
2.5. Android ............................................................................................ 21
2.6. UML ................................................................................................ 23
2.6.1. Use Case Diagram................................................................. 23
2.6.2. Activity Diagram.................................................................... 25
2.6.3. Squence Diagram................................................................... 27
2.7. Metode Pengujian Aplikasi ............................................................. 28
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 31
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................... 31
3.2. Alat Pendukung Penelitian .............................................................. 31
3.3. Tahap Penelitian .............................................................................. 32
3.3.1. Pengumpulan Data................................................................. 33
3.3.2. Perancangan Aplikasi ............................................................ 33
3.3.2.1. Use Case Diagram......................................................... 34
3.3.2.2. Activity Diagram............................................................ 34
3.3.2.3. Squence Diagram........................................................... 37
3.3.2.4. User Interfase ................................................................ 40
3.3.3. Implementasi ......................................................................... 45
3.3.4. Pengujian Aplikasi dan Data ................................................. 45
3.3.4.1. Pengujian Aplikasi......................................................... 45
3.3.4.2. Pengujian Data............................................................... 47
xiv
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 54
4.1. Hasil................................................................................................. 54
4.2. Pembahasan ..................................................................................... 54
4.2.1. Pengujian ............................................................................... 59
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 69
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 69
5.2. Saran ................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 70
LAMPIRAN.................................................................................................... 71
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Komponen-Komponen pada Sistem Pakar ........................... 18
2.2 Versi Android........................................................................ 22
2.3 Simbol Use Case Diagram.................................................... 24
2.4 Simbol Activity Diagram....................................................... 25
2.5 Simbol Squence Diagram ..................................................... 27
3.1 Daftar Pengujian Fungsional................................................. 46
3.2 Data Penyakit Tanaman Karet .............................................. 47
3.3 Gejala Penyakit Tanaman Karet............................................ 47
4.1 Hasil Pengujian Test Skenaro ............................................... 60
4.2 Hasil Pengujian Resolusi Layar dan Densitas Layar ............ 61
4.3 Hasil Pengujian User Interface ............................................. 62
4.4 Hasil Pengujian Fungsi Dari Menu Aplikasi ........................ 64
4.5 Hasil Pengujian Identifikasi Penyakit ................................... 65
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur Sistem Pakar ................................................................... 193.1 Tahapan Penelitian ....................................................................... 323.2 Use Case Diagram Aplikasi Diagnosa Tanaman Karet ............... 343.3 Activity Diagram Menampilkan Halaman Penyakit ..................... 353.4 Activity Diagram Menampilkan Halaman Identifikasi Penyakit.. 363.5 Activity Diagram Menampilkan Halaman Instruksi ..................... 363.6 Activity DiagramMenampilkan Halaman Tentang....................... 373.7 Squence Diagram Menampilkan Halaman Penyakit.................... 383.8 Squence Diagram Menampilkan Halaman Identifikasi Penyakit. 383.9 Squence Diagram Menampilkan Halaman Instruksi.................... 393.10 Squence Diagram Menampilkan Halaman Tentang..................... 393.11 Perancangan User Interface Halaman Splash Screen................... 403.12 Perancangan User Interface Halaman Utama .............................. 413.13 Perancangan User Interface Halaman Penyakit ........................... 423.14 Perancangan User Interface Deskripsi Penyakit .......................... 423.15 Perancangan User Interface Halaman Identifikasi ...................... 433.16 Perancangan Deskripsi Hasil Identifikasi..................................... 433.17 Perancangan User Interface Halaman Instruksi ........................... 443.18 Perancangan User Interface Halaman tentang ............................. 444.1 Implementasi Halaman Splash Screen ......................................... 554.2 Implementasi Halaman Utama Aplikasi....................................... 554.3 Implementasi Halaman Kategori Penyakit ................................... 564.4 Implementasi Halaman Gejala Penyakit....................................... 564.5 Implementasi Hasil Dari Identifikasi Gejala ................................ 574.6 Implementasi Halaman Penyakit ................................................. 574.7 Implementasi Halaman Penyakit .................................................. 584.8 Implementasi Halaman Instruksi .................................................. 584.9 Implementasi Halaman Tentang Aplikasi .................................... 59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuesioner 1................................................................................. 72
2. Kuesioner 2................................................................................. 74
3. Kuesioner 3................................................................................. 76
4. Kuesioner 4................................................................................. 78
5. Kuesioner 5................................................................................. 80
6. Kuesioner 6................................................................................. 82
7. Kuesioner 7................................................................................. 84
8. Kuesioner 8................................................................................. 86
9. Kuesioner 9................................................................................. 88
10. Kuesioner 10............................................................................... 90
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun.
Tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15-20 meter.
Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3
meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman
karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin.
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Tanaman karet
memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5 tahun) dan
sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet
dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.
Menurut Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2017, statistik luas areal perkebunan
karet di Indonesia adalah 3.672.123 Ha. Sedangkan luas tanaman karet Provinsi
Lampung adalah 155.301 Ha yang terdiri perkebunan rakyat, perkebunan negara dan
perkebunan swasta. Luas tersebut mencangkup luas tanaman belum menghasilkan
30.002 Ha, tanaman menghasilkan 124.462 Ha dan tanaman tidak menghasilkan
(rusak) 807 Ha.
2
Luas areal lahan tanaman rusak merupakan salah satu masalah yang masih dihadapi
oleh petani tanaman karet hingga saat ini. Salah satu penyebab tanaman rusak adalah
karena adanya penyakit tanaman karet, yang terdiri dari penyakit akar putih, akar
merah, akar cokelat, leher akar, mouldy rot, kanker garis, kanker becak, jamur upas,
penyakit tepung, penyakit daun colletotricum dan penyakit gugur daun corynespora.
Penyakit tersebut dapat teratasi dengan cepat apabila petani mampu mengidentifikasi
penyakit tanaman karet secara cepat dan tepat sehingga dampak yang ditimbulkan
bisa diminimalisir sedini mungkin dan penurunan hasil produksi karet dapat
dihindari.
Keterbatasan seorang pakar yang dapat memberikan informasi dan penyuluhan
tentang pemecahan masalah yang sedang dialami oleh petani di lapangan dapat
mengakibatkan penurunan hasil produksi tanaman karet. Keadaan tersebut terjadi
karena permasalahan yang ada tidak dapat diselesaikan dengan cara yang cepat dan
tepat.
Kemajuan teknologi dan informasi saat ini membuat semakin banyak perangkat lunak
yang dapat membantu dan memudahkan kehidupan manusia, salah satu bentuknya
yaitu sistem pakar. Sistem pakar merupakan sistem komputer yang menyamai
kemampuan dari seorang pakar dan diharapkan dapat bekerja dalam semua hal
dengan pengetahuan yang khusus untuk penyelesaian dalam bidang tertentu. Sistem
pakar biasanya membutuhkan metode-metode yang digunakan untuk mendukung
berjalannya sistem. Salah satu metode sistem pakar adalah metode Teorema Bayes.
3
Metode Teorema Bayes dapat menjadi solusi dalam mebuatan sebuah sistem pakar
karena metode ini mampu menyelesaikan masalah ketidakpastian, rumus perhitungan
dari metode ini lebih sederhana dari metode-metode yang lain. Metode Teorema
Bayes juga biasa digunakan dalam statistika untuk menghitung suatu peluang.
Kajian terdahulu mengenai penelitian diagnosa penyakit tanaman sawit meggunakan
metode Teorema Bayes yang dilakukan Akim dan Novriyenni (2016) menyimpulkan
bahwa sistem pakar ini efektif membantu pengguna untuk mendiagnosa awal gejala
penyakit pada tanaman karet. Oleh karena itu, untuk membantu petani karet dalam
mendiagnosa penyakit tanaman karet maka dibutuhkan sebuah aplikasi sistem pakar
identifikasi penyakit serta pengendaliannya pada tanaman karet dengan metode
Teorema Bayes berbasis Android.
1.2 Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang ada pada latar belakang masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah :
1. Bagaimana membangun aplikasi sistem pakar identifikasi penyakit tanaman karet
serta cara pengendaliannya berbasis android?
2. Bagaimana implementasi metode Teorema Bayes dalam aplikasi sistem pakar
identifikasi penyakit tanaman karet?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
4
1. Aplikasi yang dibangun untuk mengidentifikasi penyakit tanaman karet.
2. Penyakit yang diteliti adalah penyakit akar putih, akar merah, akar cokelat, leher
akar, mouldy rot, kanker garis, kanker becak, jamur upas, penyakit tepung,
penyakit daun colletotricum dan penyakit gugur daun corynespora.
3. Aplikasi yang dibangun hanya mengidentifikasi penyakit dengan gejala yang
dipilih oleh pengguna.
4. Aplikasi yang dibangun hanya menampilkan pengendalian berdasarkan hasil
identifikasi.
5. Aplikasi yang dibangun hanya menggunakan metode Teorema Bayes.
6. Sistem operasi Android minimum yang direkomendasikan untuk dapat
menggunakan aplikasi ini adalah versi 4.1 atau Jelly Bean.
7. Aplikasi bersifat offline.
1.4 Tujuan
Tujuan pada penelitian ini adalah membangun aplikasi sistem pakar identifikasi
penyakit tanaman karet serta cara pengendaliannya.
1.5 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah membantu petani karet dalam mendapatkan
informasi untuk menyelesaikan masalah terkait dengan penyakit tanaman karet serta
pengendalian dari penyakit tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan tanaman yang menghasilkan getah yang biasa disebut
dengan lateks. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji berkisar
tiga dan enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras.
Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai
dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang.
Pembibitan tanaman karet yaitu menggunakan klon, klon adalah keturunan yang
diperoleh secara pembiakan vegetatif suatu tanaman, sehingga ciri-ciri dari
tanaman tersebut sama persis dengan tanaman induknya.. Klon-klon anjuran yang
dianjurkan untuk digunakan pada saat okulasi maupun penanaman bibit unggul
adalah bahan tanaman karet.
Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
6
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg
2.2 Penyakit Tanaman Karet
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet tidak luput dari gangguan patogen
(penyebab penyakit). Tanaman karet diganggu oleh bermacam-macam patogen
benih, pembibitan, hingga penyadapan. Penyakit-penyakit karet dijelaskan pada
sub pokok bahasan penyakit dibawah ini.
2.2.1 Penyakit Akar Putih
Penyakit akar putih terjadi saat tanaman karet berumur kurang lebih 5 tahun.
Penyakit akar putih merupakan penyakit yang paling merugikan diantara penyakit
penyakit akar yang dikenal. Gejala penyakit akar putih adalah daun-daunnya
menguning, daun-daun menjadi rontok, pada pohon dewasa gugurnya daun-daun
disertai dengan matinya ranting-ranting. Terdapat hifa-hifa pada akar tanaman.
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus lignosus. Pengendalian
penyakit karet dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Membersihkan sumber infeksi
Untuk membersihkan sumber infeksi ini dapat memanfaatkan kegiatan jasad renik
tanah, baik saprofit-saprofit maupun maupun antagonis dari R.microporus. Pada
kegiatan ini terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan diantaranya adalah
sebagai berikut:
7
a. Penanaman baru
Pembukaan hutan secara mekanis dengan memakai alat-alat besar, yang
disertai dengan pembongkaran tunggul dan akar-akar yang besar, dan diikuti
dengan pembakaran kayu-kayu yang ada, sangat mengurangi sumber infeksi
bagi tanaman karet baru.
b. Peremajaan
Pada peremajaan pembersihan pohon-pohon karet tua dapat dapat dilakukan
secara mekanis dengan alat-alat besar. Jika pembokaran secara mekanis tidak
mungkin dilakukan, pohon-pohon tua ditebang dengan tenaga manusia, dan
tunggul-tunggulnya dibongkar dengan digali.
c. Tanaman penutup Tanah
Sehabis pembukaan lahan (land clearing), lahan harus ditanami dengan
tanaman penutup tanah berupa tanaman kacang - kacangan yang merambat.
Tanaman penutup tanah ini melindungi tanah terhadap erosi dan pencucian.
d. Pemakaian bibit yang sehat
Dengan terlebih dahulu menanam di dalam kantong plastik (polybag), bibit
berpenyakit yang tertanam di lapangan jauh lebih sedikit jumlahnya. Infeksi
pada bibit dapat dikurangi dengan pemberian belerang cirrus sebanyak 250 kg
per ha pembibitan. Belerang dicampur merata dengan tanah, atau ditaburkan
diantara barisan tanaman pada waktu bibit berumur dua bulan.
8
e. Penanaman karet
Pada penanaman karet tiap lubang tanaman diberi belerang sebanyak 100 g
yang dicampurkan dengan tanah pengisi lubang, atau ditaburkan di tanah
sekitar pangkal batang pada saat penanaman.
f. Deteksi sumber infeksi
Jika ada tanaman yang bergejala, berarti disitu terdapat sumber infeksi yang
harus dieradikasi.
2. Mencegah meluasnya penyakit dalam kebun
Jika ada tanaman dewasa yang menunjukkan gejala penyakit maka pangkal batang
dan leher akar pohon ini dibongkar, sehingga akar-akar samping tidak saling
berhubungan lagi. Untuk mencegah meluasnya jamur akar putih melalui jala-jala
akar karet dapat dibuat selokan isolasi dan pembukaan leher akar.
a. Selokan isolasi
Pembuatan selokan isolasi bertujuan untuk mematahkan hubungan antara
bagian jala-jala akar yang sakit dengan yang sehat. Jeluk (dalamnya) selokan
isolasi tergantung dari tipe tanah dan perakaran karet, biasanya bervariasi
antara 60 dan 90 cm, dengan lebar lebih kurang 30 cm. Pada tanah berpasir
selokan perlu dibuat lebih lebar, agar sisinya tidak mudah longsor.
b. Pembukaan leher akar
Leher akar merupakan simpul-simpul pada jala-jala akar dan merupakan
tempat-tempat yang penting atau strategis bagi penjalaran jamur akar. Dalam
pembukaan leher akar cukup bila akar samping terbuka sepanjang lebih kurang
20 cm. Pada waktu membuka leher akar harus diusahakan agar tidak terjadi
9
banyak luka pada pohon, untuk mencegah terjadinya infeksi jamur leher akar
(Ustulina).
2.2.2 Penyakit Akar Merah
Penyakit akar merah terjadi saat tanaman karet berumur kurang lebih 5 tahun.
Gejala dari serangan jamur akar merah yaitu daun-daunnya, daun-daun menjadi
rontok, pada pohon dewasa gugurnya daun-daun yang disertai dengan matinya
ranting-ranting, akar yang sakit tertutup oleh selaput miselium berwarna merah,
akar busuk basah atau kering, jamur membentuk badan buah pada pangkal batang.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur akar merah, atau Ganoderma pseudoferreum
(Wakef.) van Ov. Et Stein., yang dulu disebut Fomes pseudoferreus Wakef.
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu :
1. Pada waktu melakukan pembukaan tanah atau peremajaan, semua tunggul dan
sisa-sisa akar harus dibersihkan dengan telili dan dibakar, terutama kalau ada
tanda-tanda bahwa didaerah itu terdapat banyak serangan jamur akar merah.
2. Pohon yang sakit atau mati dibongkar, dan diusahakan agar sumber infeksinya
dapat ditemukan untuk dieradikasi.
3. Untuk mencegah meluasnya penyakit dibuat selokan isolasi atau pembukaan
leher akar.
4. Untuk mengobati tanaman karet yang masih dapat ditolong dan untuk
melindungi pohon-pohon di sekitarnya dapat digunakan Ganocide (drazoxolon)
atau Calixin CP (collar protectant) (tridemorf) untuk melumas leher akar dan
pangkal akar samping.
10
5. Perlu penyakit dibantu oleh tanah yang basah dan sukar meneruskan akar,
maka dikebun-kebun yang basah perlu diadakan drainasi yang sebaik-baiknya
(van Baaalen, 1931).
2.2.3 Penyakit Akar Cokelat
Penyakit akar coklat terjadi saat tanaman karet berumur kurang lebih 5 tahun.
Gejala dari penyakit ini adalah daun-daunnya menguning, daun-daun menjadi
rontok, pada pohon dewasa gugurnya daun-daun yang disertai dengan matinya
ranting-ranting, adanya benang-benang jamur berwarna coklat tua, adanya garis-
garis coklat yang terdiri dari miselium jamur yang terdapat pada bagian kayu.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang disebut dengan nama ilmiah Fomes
noxius Corner.
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah tanaman yang sakit dibongkar, semua
sisa akar dan badan buah jamur dibakar. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada
batang dan cabang, luka-luka akibat pemangkasan dan kerusakan angin sebaiknya
diratakan dengan gergaji, kemudian ditutup dengan campuran Izal 20 % dalam ter
(Lim, 1970).
2.2.4 Penyakit Leher Akar
Penyakit leher akar timbul pada leher akar dan pangkal batang. Sering sekali
jamur penyebab penyakit menyerang daun-daun pada cabang-cabang. Daun-daun
menjadi layu dan rontok, Kayu akar yang sakit kering, berwarna coklat muda,
lunak, didalam kayu terdapat garis-garis hitam tidak teratur, sering terbentuk
11
banyak badan buah jamur. Penyebab penyakit ini disebut jamur leher akar atau
Ustulina deusta (Fr.) Petr.
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi Ustulina harus
dihindarkan terjadinya luka-luka pada tanaman, dilakukan penyiangan, pembuatan
teras, penggalian parit drainasi, dan pembukaan leher akar agar dilakukan dengan
hati-hati untuk menghindari terjadinya luka pada pangkal batang dan akar. Pohon-
pohon karet yang terserang lanjut dibongkar agar jamur tidak membentuk badan
buah yang dapat menyebarkan spora. Selama masih dapat ditolong, jaringan
tanaman yang sakit dipotong, luka-luka yang terjadi didesinfeksi dengan Izal 5%,
lalu ditutup. Jika pangkal batang hanya terinfeksi satu fihak, jaringan yang sakit
dipotong, dan luka yang terjadi ditutup dengan semen agar pohon tidak roboh
(Basuki, 1982).
2.2.5 Penyakit Mouldy Rot
Penyakit ini terjadi pada batang / bidang sadapan. Pemulihan kulit terganggu dan
menyulitkan penyadapan. Mouldy rot yang berat apabila tidak dirawat
mengakibatkan terjadinya luka-luka yang besar, sehingga bidang sadapan rusak
dan tidak mungkin disadap lagi. Gejala yang terjadi yang disebabkan oleh
penyakit ini adalah terdapat bercak-bercak mengendap pada kulit. Warna bercak
cepat berubah menjadi hitam dan meluas. Jika cuaca lembab pada jalur-jalur yang
baru dapat terbentuk lapisan jamur seperti beledu berwarna kelabu. Pada serangan
yang hebat jamur masuk sampai ke kambium dan merusaknya, menyebabkan
12
terjadinya luka-luka besar yang tidak dapat pulih kembali, sehingga bidang
sadapan rusak sama sekali. Penyebab penyakit Mouldy rot disebabkan oleh jamur
Ceratocystis fimbriata Ell. Et Hals.
Pengendalian yang dapat digunakan adalah dengan memakai jarak tanam yang
cukup lebar, tidak menanam tanaman sela, dan membersihkan gulma dan tanaman
penutup tanah disekitar pangkal batang. Pisau sadap dapat menularkan penyakit,
maka pada penyadapan dikebun yang mengalami banyak infeksi sebaiknya pisau
didesinfeksi dengan fungisida (misalnya Izal 5%) setelah tiap penyadapan. Obat-
obatan yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit mouldy rot yaitu
Bayleton 2 AP 50-100% (triadimefon), Actidion 0,3 % (sikloheksimid), Derosal
0,5 % (karbendazim), dan Sportak 0,4 % (prokloraz), bila diberikan sekali
seminggu (Basuki dan Suyatno, 1987).
2.2.6 Penyakit Kanker Garis
Penyakit ini terjadi pada batang / bidang sadapan. Kanker garis adalah salah satu
penyakit yang didukung oleh kelembapan Gejala yang terjadi akibat dari penyakit
kanker garis adalah terjadi garis-garis vertikal yang halus dan berwarna hitam
terletak di atas irisan sadapan, kulit batang membusuk pada kulit yang keluar
lateks. Penyakit kanker garis disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora
(Butl).
Pengendalian yang dapat digunakan yaitu diusahakan agar kebun tidak
mempunyai kelembapan yang tinggi. Penjarangan perlu dilakukan tepat pada
waktunya untuk mendorong perkembangan batang, pemulihan kulit yang sebaik-
13
baiknya, dan mengurangi kelembapan kebun. Dalam areal yang mempunyai
banyak kanker garis dianjurkan untuk tidak melakukan penyadapan-dalam dan
menghidarkan terjadinya luka-luka pada kayu saat penyadapan. Juga dianjurkan
agar tidak membuka bidang sadapan baru atau pindah bidang sadapan selama
cuaca basah (Anom, 1980). Kanker garis dapat disembuhkan dengan fungisida
Antimucim WBR 0,5% (phynylmercury acetate) yang diberikan tiap hari sehabis
penyadapan. Obat yang lebih aman dan sama efektifnya adalah Difolatan 2%
(kaptofol) atau Actidione 0,5 % (sikloheksimid)yang diberikan setiap penyadapan.
2.2.7 Penyakit Kanker Becak
Penyakit ini terjadi pada batang / bidang sadapan. Kanker bercak timbul pada
kulit pohon karet yang tidak disadap. Selain pada batang, penyakit juga dapat
timbul pada cabang-cabang yang besar. Gejala yang disebabkan oleh penyakit ini
adalah kulit tampak telah busuk dan berwarna coklat kemerahan. Pada penyakit
yang berat bercak-bercak tadi pecah dan mengeluarkan cairan berwarna coklat
kemerahan. Sering kali dibawah kulit terbentuk bekuan lateks yang menyebabkan
kulit membengkak dan pecah. Penyakit ini disebabkan oleh Phytophthora
palmivora (Bult.). Bersama dengan Phythium vexans de Bary.
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu untuk mencegah timbulnya kanker
bercak hendaknya dihindarkan terjadinya luka-luka yang tidak perlu pada kulit
batang. Untuk mengobati kanker bercak kulit yang sakit dikorek dan jaringan
yang busuk dipotong sampai kebagian yang sehat. Luka-luka diobati dengan
Antimucin WBR 0,5% atau Difolatan 4F 3% (kaptafol). Setelah mengering luka-
luka ditutup dengan petrolatum untuk mempercepat pemulihan kulit. Permukaan
14
kulit kayu yang terbuka ditutup dengan ter untuk mencegah masuknya kumbang-
kumbang penggerek.
2.2.8 Penyakit Jamur Upas
Penyakit ini terjadi pada batang / ranting. Gejala yang diakibatkan oleh jamur
upas adalah jamur membentuk kerak berwarna merah jambu (pink). Pengendalian
penyakit jamur upas adalah infeksi harus lebih sedini mungkin, agar jamur dapat
dibunuh dengan fungisida yang efektif. Beberapa macam terbukti baik untuk
memberantas jamur upas dengan pelumasan, antara lain Calixin 5% (tridemorf)
dan Dowco 282 5% [2.3.5.6-tetrachloro-4-(methylsulfonyl) pyridine] dalam lateks
pekat (60% kadar karet kering). Bahan kimia ini dapat melindungi kulit selama 3
bulan (Basuki,1982).
2.2.9 Penyakit Tepung
Penyakit ini terjadi pada daun saat bibit 3-6 bulan. Gejala yang diakibatkan oleh
penyakit tepung yaitu daun-daun muda yang baru saja berkembang tampak suram.
Daun-daun ini menjadi lemas dan tepi-tepinya agak mengeriting. Anak-anak daun
menjadi hitam dan gugur satu per satu, daun-daun yang agak tua terjadi perubahan
warna. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu :
1. Secara Langsung
Pengendalian untuk penyakit tepung adalah dengan penghembusan belerang.
Penghembusan dilakukan setelah kurang lebih 10-20% dari pohon dalam kebun
itu membentuk tunas, dan setelah terlihatnya bercak Oidium yang pertama. Untuk
keperluan ini setiap kali dipakai 10-12 kg belerang cirrus per ha. Penyerbukaan
15
dilakukan dengan duster dengan ulangan 7-10 hari sekali. Biasanya dalam satu
masa flush diperlukan 5-6 kali penghembangan. Penghembangan harus dilakukan
pagi-pagi pada waktu masih ada embun. Kalau mungkin alat penghembangan
dijalankan tegak lurus dengan arah angin (Anon., 1962). Selain belerang cirrus,
belerang lumpur (zwavelmodder) pun dapat dipakai. Belerang lumpur adalah
higroskopik, sehingga sebelum dipakai harus dijemur lebih dahulu dan dicampur
dengan kapur 10% (Wennige, 1937). Untuk pembibitan dapat dilakukan
penyemprotan dengan tepung belerang yang disuspensikan dalam air dengan
kadar 5-6%. Belerang sukar tercampur dengan air, untuk itu diperlukan sabun,
lerak, atau lain-lain bahan perata.
2. Secara Tidak Langsung
Tanaman terhindar dari Oidium jika bertunas serempak lebih kurang satu bulan
sebelum berkembangnya jamur yang bersangkutan. Untuk mencapai tujuan ini
daun-daun karet digugurkan secara sengaja, lebih kurang satu bulan sebelum
meranggas. Kebun disemprot dengan obat penggugur daun kontak (contact
defoliant), cacodilic acid (dimethyl arsenic acid) atau MSMA (Mono Sodium
Methane Arsonate), masing-masing dengan dosis 1,0 dan 2,0 kg ha.
2.2.10 Penyakit Daun Colletotricum
Penyakit ini terjadi pada daun saat bibit 3-6 bulan. Gejala yang diakibatkan oleh
penyakit ini adalah warna daunnya berubah dari warna hijau muda menjadi abu-
abu, daun segera layu dan rontok, daun berubah bentuknya dan sangat bercak-
bercak, tepi dan ujung daun berkeriput, pada permukaan daun terdapat bercak-
bercak bulat berwarna coklat dengan tepi kuning,bergaris tengah 1-2 mm. bercak
16
berlubang ditengahnya, dan bercak-bercak tampak menonjol dari permukaan
daun. Tanaman okulasi yang baru berumur 2-3 bulan dapat terserang tunasnya
sehingga menjadi busuk dan mati. Gugurnya daun-daun muda dan daun-daun
yang yang tidak gugur berlubang-lubang sehingga pertumbuhan bibit terhambat
dan tidak dapat ditanam dilapang sesuai dengan rencana.
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu di pembibitan tanaman okulasi dalam
kantong plastik jangan disusun terlalu rapat. Jika cuaca basah, untuk melindungi
daun-daun muda pembibitan disemprot dengan fungisida seminggu sekali. Untuk
keperluan ini dapat dipakai Dithane M-45 0,3% (mankozeb), atau Cobox atau
Cupravit 0,5% (oksiklorida tembaga).
2.2.11 Penyakit Gugur Daun Corynespora
Penyakit ini terjadi pada daun saat tanaman berumur kurang lebih lima tahun.
Gejala yang disebabkan oleh penyakit ini adalah jamur ini menyerang tanaman
muda maupun tanaman tua. Pada daun bercak hitam, pada tulang-tulang daun.
Bercak-bercak tampak menyirip seperti tulang atau duri ikan, bagian pusatnya
mengering atau dapat berlubang, daun yang sakit menguning, menjadi coklat dan
gugur.
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu:
1. Menanam klon karet yang tahan sesuai dengan anjuran lembaga penelitian.
2. Jika diperlukan, khususnya untuk tanaman yang masih muda, tanaman
disemprot dengan fungisida. Fungisida yang dianjurkan adalah fungisida yang
mengandung Maneb (Mn etilen bisditiokarbamat) atau Calixin (tridemorf).
Untuk tanaman yang tingginya lebih dari 8 m sebaiknya dilakukan dengan
17
pengabutan Calixin 750 (tridemorf) dengan dosis 500 ml/ha, yang diberikan 3-
4 kali pengabutan dengan selang waktu 7 hari.
2.3 Sistem Pakar
Sistem pakar adalah suatu sistem komputer yang mengadopsi kemampuan dari
seorang pakar/seorang ahli. Sistem pakar sendiri bertujuan untuk membantu
seseorang yang bukan pakar dalam menyelesaikan masalah yang memerlukan
hadirnya seorang pakar.Sistem pakar biasanya menangani masalah yang kompleks
yang membutuhkan interpretasi pakar dan digunakan untuk menyelesaikan
masalah dengan menggunakan komputer dengan model penalaran manusia dan
mencapai kesimpulan yang samadengan dicapai oleh seorang pakar jika
berhadapan dengan suatu masalah (Siswanto,2010). Sistem pakar dapat
menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh manusia dan keandalan
dari sistem pakar terletak pada data atau ilmu pengetahuanyang diinputkan
kedalamnya.
2.3.1 Komponen Sistem Pakar
Sistem pakar sebagai sebuah program yang difungsikan untuk menirukan pakar
manusia harus bisa melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh seorang pakar.
Untuk membangun sistem yang seperti itu maka komponen-komponen yang harus
dimiliki ditunjukkan pada Tabel 2.1.
18
Tabel 2.1 Komponen-Komponen pada Sistem Pakar
Komponen Penjelasan
Antar Muka
Pengguna (User
Interface)
Komunikasi antara sistem dan pemakainya.
Basis
Pengetahuan
(Knowledge
Base)
Kumpulan pengetahuan bidang tertentu pada tingkatan pakar
dalam format tertentu.
Mekanisme
Inferensi
(Inference
Machine)
Mekanisme Inferensi merupakan otak dari sistem pakar yaitu
berupa perangkat lunak yang melakukan tugas inferensi
penalaran sistem pakar.
Memori Kerja
(Working
Memory)
Memori Kerja Bagian dari sistem pakar yang menyimpan
fakta-fakta yang diperoleh saat dilakukan proses konsultasi.
Fasilitas
Penjelasan
(explanation
Facility)
Fasilitas Penjelasan merupakan proses menentukan keputusan
yang dilakukan oleh mesin inferensi selama sesi konsultasi
mencerminkan proses penalaran seorang pakar.
Fasilitas
Akuisisi
Pengetahuan
(Knowledge
Acquisition
Facility)
Pengetahuan pada sistem pakar dapat ditambahkan kapan saja,
pengetahuan baru diperoleh atau saat pengetahuan yang sudah
ada sudah tidak berlaku lagi. Hal ini dilakukan sehingga
pengguna menggunakan sistem pakar yang komplit dan sesuai
dengan perkembangan. Untuk melakukan proses penambahan
ini sistem pakar dilengkapi dengan fasilitas akuisisi
pengetahuan. Akuisisi pengetahuan adalah proses
pengumpulan, perpindahan, dan transformasi dari keahlian
atau kepakaran pemecahan masalah yang berasal dari
beberapa sumber pengetahuan ke dalam bentuk yang dimiliki
oleh komputer.
19
2.3.2 Struktur Sistem Pakar
Sistem pakar juga dapat dilihat dari sudut pandang lingkungan (environment)
dalam sistem. Terdapat 2 lingkungan yaitu lingkungan konsultasi dan lingkungan
pengembangan. Lingkungan konsultasi diperuntukkan bagi pengguna non pakar
untuk melakukan konsultasi dengan sistem yang tujuannya adalah mendapatkan
nasehat pakar. Sedangkan lingkungan pengembang ditujukan bagi pembangun
sistem pakar untuk membangun komponen dan memasukkan pengetahuan hasil
akuisisi pengetahuan kedalam basis pengetahuan. Struktur sistem pakar dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Struktur Sistem Pakar
2.3.3 Manfaat Sistem Pakar
Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya sistem pakar, antara lain sebagai
berikut.
1. Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan para ahli.
2. Bisa melakukan proses yang berulang secara otomatis.
20
3. Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar.
4. Meningkatkan kualitas.
5. Mampu mengambil dan melestarikan keahlian para pakar (terutama yang
termasuk keahlian langka).
6. Memiliki kemampuan untuk mengakses pengetahuan.
7. Dapat diandalkan.
8. Meningkatkan kapabilitas (kemampuan) sistem komputer.
9. Meningkatkan kompetensi dalam penyelesaian masalah.
10. Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan.
2.4 Metode Teorema Bayes
Teorema Bayes adalah sebuah teorema dengan dua penafsiran berbeda. Dalam
penafsiran Bayes, teorema ini menyatakan seberapa jauh derajat kepercayaan
subjektif harus berubah secara rasional ketika ada petunjuk baru. Dalam
penafsiran frekuensi teorema ini menjelaskan representasi invers probabilitas dua
kejadian. Teorema ini merupakan dasar dari statistika Bayes dan memiliki
penerapan dalam sains, rekayasa, ilmu ekonomi (terutama ilmu ekonomi mikro),
teori permainan, kedokteran dan hukum. Penerapan Teorema Bayes untuk
memperbarui kepercayaan dinamakan inferensi Bayes.
Metode Teorema Bayes menggunakan nilai probabilitas diterima dan tidak
diterima, metode ini mudah untuk dipahami, pengkodean yang digunakan cukup
sederhana dan memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah
ketidakpastian dengan menggunakan rumus perhitungan yang lebih cepat dalam
menentukan suatu peluang. Secara umum, Teorema Bayes dinyatakan sebagai:
21
( | ) = ( | ) × ( )∑ ( | ) × ( )Keterangan:
P(Ai|B) = Probabilitas hipotesa Ai, benar jika diberikan bukti B.
P(B|Ai) = Probabilitas munculnya bukti B jika diketahui hipotesa Ai benar.
P(Ai) = Probabilitas hipotesa Ai ,tanpa memandang bukti apapun.
n = Jumlah Hipotesis yang mungkin.
i = 1…………i
2.5 Android
Android adalah sistem operasi dan platform pemograman yang dikembangkan
oleh Google untuk ponsel cerdas dan perangkat seluler lainnya (seperti tablet).
Android bisa berjalan dibeberapa macam perangkat dari banyak produsen yang
berbeda. Android menyertakan kit development perangkat lunak untuk penulisan
kode asli dan perakitan modul perangkat lunak untuk membuat aplikasi bagi
pengguna Android. Android Juga menyediakan pasar untuk mendistribusikan
aplikasi. secara keseluruhan, Android menyatakan ekosistem untuk aplikasi
seluler (Android Developer Fundamental Course, 2016).
Google menyediakan peningkatan versi bertahap utama untuk sistem operasi
Android setiap enam hingga sembilan bulan, menggunakan nama bertema
makanan. Versi-versi sistem operasi Android ditunjukkan pada Tabel 2.2.
22
Tabel 2.2 Versi Android
NamaKode NomorVersi TanggalRilisAwal API Level
N/A 1.0 23 September 2008 1
N/A 1.1 9 Febuari 2009 2
Cupcake 1.5 27 April 2009 3
Donut 1.6 15 September 2009 4
Éclair 2.0-2.1 26 Oktober 2009 5-7
Froyo 2.2-2.2.3 20 Mei 2010 8
Gingerbread 2.3-2.3.7 6 Desember 2010 9-10
Honeycomb 3.0-3.2.6 22 Febuari 2011 11-13
Ice Cream Sandwitch 4.0-4.0.4 18 Oktober 2011 14-15
Jelly Bean 4.1-4.3.1 9 Juli 2012 16-18
KitKat 4.4-4.4.4 31 Oktober 2013 19-20
Lolipop 6.0-6.0.1 5 Oktober 2015 23
Nougat 7.0 22 Agustus 2016 24
Untuk membantu mengembangkan aplikasi secara efisien, Google menawarkan
Lingkungan Development Terintegrasi (IDE) Java Lengkap yang disebut Android
Studio, dengan fitur lanjutan untuk pengembangan, debug, dan pemaketan
aplikasi Android. Pendistribusian aplikasi Android dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu melalui email, situs web, atau pasar aplikasi Google Play.
Google Play adalah layanan distribusi digital yang dioperasikan dan
dikembangkan oleh Google dan berfungsi sebagai toko aplikasi resmi untuk
Android yang memungkinkan konsumen mengunduh dan menjelajah aplikasi
yang dikembangkan dengan Android SDK dan dipublikasikan melalui Google.
23
2.6 UML
Pada perkembangan teknik pemograman berorientasi objek, munculah sebuah
standarisasi bahasa pemodelan untuk pembangunan perangkat lunak yang
dibangun dengan menggunakan teknik pemograman berorientasi objek, yaitu
Unified Modeling Language (UML).
UML muncul karena adanya kebutuhan pemodelan visual untuk
menspesifikasikan, menggambarkan, membangun dan mendokumentasi dari
sistem perangkat lunak (Rosa, 2011).
2.6.1 Use Case Diagram
Use case mendeskripsikan sebuah interaksi antara satu atau lebih aktor dengan
sistem informasi yang dibuat. Secara kasar, use case digunakan untuk mengetahui
fungsi apa saja yang ada didalam sebuah sistem informasi dan siapa saja yang
berhak menggunakan fungsi-fungsi itu. Syarat penamaan pada use case adalah
nama didefinisikan sesimpel mungkin dan dapat dipahami (Rosa, 2011). Ada dua
hal utama pada use case yaitu pendefinisian apa yang dibuat aktor dan use case.
a. Aktor merupakan orang, proses, atau sistem lain yang berinteraksi dengan
sistem informasi yang dibuat diluar sistem informasi yang dibuat itu sendiri,
jadi, walaupun simbol dari aktor adalah gambar orang, tapi aktor belum tentu
merupakan orang.
b. Use case merupakan fungsionalitas yang disediakan sistem sebagai unit-unit
yang saling bertukar pesan antar unit atau aktor. Simbol-simbol Use Case
diagram ditunjukkan pada Tabel 2.3.
24
Tabel 2.3 Simbol Use Case Diagram
Keterangan Simbol Deskripsi
Use Case
Fungsionalitas yang disediakan sistem sebagai
unit-unit yang saling bertukar pesanantar unit
atau aktor; biasanya dinyatakan dengan
menggunakan kata kerja di awal-awal
frasenama use case.
Aktor
Orang, proses atau sistem lain yang
berinteraksi dengan sistem informasi yang
dibuat diluar itu sendiri. Aktor biasanya
dinyatakan menggunakan kata benda diawal
frase nama aktor.
Asosiasi
Komunikasi antara aktor dan use case yang
berpartisipasi pada use case atau use case
memiliki interaksi dengan aktor.
Ekstensi
Relasi use case tambahan ke sebuah use case,
dimana use case yang ditambahkan dapat
berdiri sendiri walau tanpa use case tambahan
itu mirip dengan prinsip inheritance pada
pemograman berorientasi objek, biasanya use
case tambahan memiliki nama depan yang
sama dengan use case yang ditambahkan,
misal arah panah mengarah pada use case
yang ditambahkan.
2.6.2 Activity Diagram
Diagram aktivitas atau activity diagram menggambarkan workflow (aliran kerja)
atau aktivitas dari sebuah sistem atau proses bisnis. Yang perlu diperhatikan disini
25
adalah bahwa diagram aktivitas menggambarkan aktivitas sistem bukan apa yang
dilakukan aktor, jadi aktivitas yang dapat dilakukan oleh sistem. Diagram
aktivitas juga banyak digunakan untuk mendefinisikan hal-hal berikut (Rosa,
2011) :
a. Rancangan proses bisnis dimana setiap urutan aktivitas yang digambarkan
merupakan proses bisnis sistem yang didefinisikan.
b. Urutan atau pengelompokan tampilan dari sistem/user interface dimana setiap
aktivitas dianggap memiliki sebuah rancangan antarmuka tampilan.
c. Rancangan pengujian dimana setiap aktivitas dianggap memerlukan sebuah
pengujian yang perlu didefinisikan kasus ujinya. Simbol-simbol Activity
diagram ditunjukkan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Simbol Activity Diagram
Keterangan Simbol Deskripsi
StatusStatus awal aktivitas sistem, sebuah diagram
aktivitas memiliki sebuah status awal.
AktivitasAktivitas yang dilakukan sistem, aktivitas
biasanya diawali dengan kata kerja.
PercabanganAsosiasi percabangan dimana jika ada pilihan
aktivitas lebih dari satu.
PenggabunganAsosiasi penggabungan dimana lebih dari satu
aktivitas digabungkan menjadi satu.
Swimlane
Memisahkan organisasi bisnis yang
Bertanggung jawab terhadap aktivitas yang
terjadi.
Status Akhir
Status akhir yang dilakukansistem, sebuah
diagram aktivitas memiliki sebuah status
akhir.
Activities
Name
26
Generalisasi
Hubungan generalisasi dan spesialisasi
(umum-khusus) antara dua buah use case
dimana fungsi yang satu adalah fungsi yang
lebih umum dari lainnya, misalnya :
Arah panah mengarah pada use case yang
menjadi generalisasinya (umum).
Menggunakan/
include
Ada dua sudut pandang yang cukup besar
mengenai include di use case :
a. Include berarti use case yang ditambahkan
selalu dipanggil saat use case tambahan
dijalankan, misal pada kasus berikut :
b. Include berartiuse case yang tambahan
selalu melakukan pengecekan apakah use
case yang ditambahkan telah dijalankan
sebelum use case tambahan dijalankan,
misal pada kasus berikut :
Kedua interpretasi diatas dapat dianut salah
satu atau keduanya tergantung pada
pertimbangan dan interpretasi yang
dibutuhkan
27
2.6.3 Squence Diagram
Diagram sekuen menggambarkan kelakuan objek pada use case dengan
mendeskripsikan waktu hidup objek dan message yang dikirimkan dan diterima
antar objek. Banyaknya diagram sekuen yang harus digambar adalah sebanyak
pendefinisian use case yang memiliki proses sendiri atau yang penting semua use
case yang telah didefinisikan interkasi jalannya pesan sudah dicakup pada
diagram sekuen sehingga semakin banyak use case yang didefinisikan maka
diagram sekuen yang harus dibuat juga semakin banyak (Rosa, 2011).
Simbol-simbol Squence diagram ditunjukkan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Simbol Squence Diagram
Simbol Deskripsi
Aktor Orang, proses atau sistem lain yang berinteraksi dengan
sistem informasi yang dibuat diluar sistem informasi
yang dibuat itu sendiri. Jadi, walaupun simbol dari aktor
adalah gambar orang, tapi aktor belum tentu merupakan
orang; biasanya dinyatakan menggunakan kata benda
diawal frase nama aktor.
Garis hidup
Menyatakan kehidupan suatu objek.
Objek
Menyatakan objek yang berinteraksi pesan.
Waktu aktifMenyatakan objek dalam keadaan aktif dan berinteraksi
pesan.
28
Pesantipecreate Menyatakan suatu objek membuat objek yang lain, arah
panah mengarah pada objek yang dibuat.
Pesan tipe call Menyatakan suatu objek memanggil operasi/metode
yang ada pada objek lain atau dirinya sendiri. Arah
panah mengarah pada objek yang memiliki operasi atau
metode karena ini memanggil operasi/metode maka
operasi/metode yang dipanggil harus ada pada diagram
kelas sesuai dengan kelas objek yang berinteraksi.
Pesan tipe sendMenyatakan bahwa suatu objek mengirimkan
data/masukan/informasi ke objek lainnya, arah panah
mengarah pada objek yang dikirimi.
Pesan tipe return Menyatakan bahwa suatu objek yang telah menjalankan
suatu operasi atau metode yang menghasilkan suatu
kembalian ke objek tertentu, arah panah mengarah pada
objek yang menerima kembalian.
2.7 Metode Pengujian Aplikasi
Pengujian black box merupakan pengujian yang berdasar kepada spesifkasi
kebutuhan sistem dan tidak perlu memahami struktur pemrograman. Pengujian ini
murni dilakukan dengan sudut pandang penguji yaitu end user. Pengujian black
box memainkan peran penting dalam pengujian perangkat lunak dalam membantu
proses validasi seluruh fungsi dari sistem yang dibangun. Pengujian ini dianggap
selesai apabila semua kebutuhan user atau pengguna telah dipenuhi. Walaupun
jika nantinya ada kebutuhan user yang belum lengkap atau muncul kebutuhan
yang tak terduga, maka hal tersebut dapat didefinisikan ulang kemudian.
Pengujian ini hanya berdasar pada perspektif user. Hal yang paling penting dalam
29
pengujian black box ini adalah pengujian ini menangani input yang valid maupun
tidak sesuai perspektif user (Nidhra, 2012).
Pengujian black box memperlakukan perangkat lunak yang diuji sebagai sebuah
“Kotak Hitam”, tanpa diketahui tentang struktur kerja internal dan pengujian ini
hanya memeriksa aspek fundamental dari sebuah sistem. Saat melakukan
pengujian black box, penguji harus mengetahui arsitektur sistem namun tidak
harus memiliki akses untuk memperhatikan source code sistem. Beberapa
keunggulan dan kerugian menggunakan pengujian black box adalah sebagai
berikut (Khan, 2012). Keuntungan black box adalah :
1. Sangat efisien bagi aplikasi yang memiliki source code yang banyak.
2. Persepsi penguji sangat sederhana.
3. Perbedaan perspektif pengguna dan pengembang sangat mudah dilihat
(penguji dan pengembang tidak saling berhubungan).
4. Uji coba menjadi lebih cepat.
Kerugian pengujian black box adalah :
1. Hanya sebagian dari skenario tes yang dapat dijalankan, selebihnya hanya
dapat mengulas sistem secara terbatas.
2. Sulit untuk menggambarkan proses uji coba tanpa melihat spesifikasi yang
jelas (Khan, 2012).
Equivalence partitioning didasarkan pada asumsi bahwa input dan output domain
program ini dapat dibagi menjadi beberapa kelas (valid dan tidak valid) sehingga
semua kasus dalam kasus uji fungsi partisi tunggal sesuai atau menunjukkan
perilaku yang sesuai. Partisi dilakukan sehingga program menjalankan fungsi
30
yang sama pada setiap nilai masukan yang tergabung kedalam kelas kesetaraan.
Kasus uji dirancang untuk menguji partisi masukan atau domain output. Kelas
kesetaraan ditentukan dengan memeriksa dan menganalisa berbagai masukan data.
Hanya satu kasus uji dari setiap partisi yang diperlukan untuk mengurangi jumlah
kasus uji yang diperlukan untuk mencapai cakupan fungsional. Keberhasilan
pendekatan ini tergantung pada tester yang mampu mengidentifikasi partisi dari
input dan output (Nidhra, 2012).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan data dilakukan di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung dan disinkronisasi dengan pengamatan gejala penyakit karet
di perkebunan karet rakyat Lampung di Karang Anyar.
3.2 Alat Pendukung Penelitian
Alat yang digunakan dalam menunjang penelitian ini adalah terdiri dari perangkat
keras (hardware) dan perangkat lunak (software).
1. Perangkat Keras (Hardware)
Spesifikasi minimum perangkat keras yang digunakan guna mendukung
pembuatan aplikasi sistem pakar identifikasi penyakit serta pengendaliannya pada
tanaman karet dengan metode teorema bayes berbasis Android adalah sebagai
berikut :
a. RAM 6GB.
b. Harddisk 200GB.
c. Processor Intel Core i3.
d. Smartphone Android dengan versi Android minimal yang direkomendasikan
adalah Jelly Bean dan RAM 1GB.
32
2. Perangkat Lunak (Software)
Spesifikasi minimum perangkat keras yang digunakan guna mendukung
pembuatan aplikasi sistem pakar identifikasi penyakit serta pengendaliannya pada
tanaman karet dengan metode teorema bayes berbasis Android adalah sebagai
berikut :
a. Sistem Operasi Windows 7 (64bit).
b. Android Studio.
c. JetBrains.
d. Edraw Max.
e. MySQL.
3.3 Tahapan Penelitian
Tahap penelitian digunakan untuk mempermudah dalam penelitian. Tahapan
penelitian aplikasi sitem pakar diagnosa penyakit tanaman karet berbasis Android
ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian
PengumpulanData
PerancanganAplikasi
Implementasi
PengujianAplikasi dan Data
33
3.3.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan mencari data dilapangan yang akan
digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh karena itu,
pengumpulan data serta kualifikasi pengumpul data sangat diperlukan untuk
memperoleh data yang berkualitas. Pengumpulan data yang digunakan dalam
menyusun serta melengkapi data adalah dengan cara observasi dan studi pustaka.
1. Observasi
Pengamatan langsung diadakan untuk memperoleh data yang dilakukan pada
instansi terkait dengan penelitian yang dilakukan di Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Dalam hal ini, data yang diperoleh
berupa buku tanaman perkebunan di Indonesia.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan cara mempelajari literatur-literatur dan mencari
referensi yang berkaitan diantaranya adalah data penyakit tanaman karet, sistem
pakar, metode teorema bayes, dan literatur lain yang berkaitan dengan penelitian
ini. Data-data yang digunakan dalam studi pustaka didapat dengan cara
mengumpulkan jurnal, penelusuran internet dan buku yang berkaitan.
3.3.2 Perancangan Aplikasi
Perancangan sistem dilakukan untuk memberikan gambaran atau perencanaan
sistem dalam pembuatan aplikasi sitem pakar diagnosa penyakit tanaman karet
berbasis Android. Perancangan aplikasi sitem pakar diagnosa penyakit tanaman
karet berbasis Android adalah dengan menggunakan software Edraw Max dengan
34
pemodelan UML yang terdiri dari use case diagram, activity diagram dan squence
diagram serta perancangan interface aplikasi.
3.3.2.1 Use Case Diagram
Pada diagram use case ini user dapat melakukan 4 interaksi yaitu sistem
menampilkan halaman penyakit, menampilkan halaman identifikasi penyakit,
menampilkan halaman instruksi dan menampilkan halaman tentang. Perancangan
use case diagram aplikasi sitem pakar diagnosa penyakit tanaman karet berbasis
Android dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2Use Case Diagram Aplikasi Diagnosa Tanaman Karet
3.3.2.2 Activity Diagram
Activity diagram menggambarkan rangkaian aliran dari aktivitas, digunakan untuk
mendeskripsikan aktivitas yang dibentuk dalam satu operasi sehingga dapat juga
untuk aktivitas lainnya. Activity diagram ini dibuat dengan menggunakan software
35
Edraw Max. Pada aplikasi sitem pakar diagnosa penyakit tanaman karet berbasis
Android, activity diagram yang dibuat adalah activity diagram pengguna (user)
yang terdiri dari 4 activity diagram yaitu sebagai berikut :
1. Activity Diagram Menampilkan Halaman Penyakit
Activity diagram menampilkan halaman penyakit menggambarkan aktifitas user
dalam mendapatkan informasi mengenai penyakit tanaman karet. Activity
diagram menampilkan halaman penyakit pada aplikasi sitem pakar diagnosa
penyakit tanaman karet berbasis Android adalah seperti pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Activity Diagram Menampilkan Halaman Penyakit
2. Activity Diagram Menampilkan Halaman Identifikasi Penyakit
Activity diagram menampilkan halaman identifikasi penyakit menggambarkan
aktifitas user dalam mendapatkan informasi mengenai penyakit berdasarkan
gejala yang ditimbulkan. Activity diagram menampilkan halaman identifikasi
penyakit pada aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit tanaman karet berbasis
Android adalah seperti pada Gambar 3.4.
36
Gambar 3.4Activity Diagram Menampilkan Halaman Identifikasi Penyakit
3. Activity Diagram Menampilkan Halaman Instruksi
Activity diagram menampilkan halaman instruksi menggambarkan aktifitas user
dalam mendapatkan informasi mengenai instruksi penggunaan aplikasi. Activity
diagram menampilkan halaman instruksi pada aplikasi sitem pakar diagnosa
penyakit tanaman karet berbasis Android adalah seperti pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5Activity Diagram Menampilkan Halaman Instruksi
4. Activity Diagram Menampilkan Halaman Tentang
Activity diagram menampilkan halaman tentang menggambarkan aktifitas user
dalam mendapatkan informasi mengenai aplikasi ini. Activity diagram
menampilkan halaman tentang pada aplikasi sitem pakar diagnosa penyakit
tanaman karet berbasis Android adalah seperti pada Gambar 3.6.
37
Gambar 3.6Activity DiagramMenampilkan Halaman Tentang
3.3.2.3 Squence Diagram
Squence diagram merupakan suatu diagram yang menggambarkan interaksi antar
obyek dan mengindikasikan komunikasi diantara obyek-obyek tersebut. Pada
proses penggambaran sequence diagram ini, peneliti menggambarkan sequence
diagram dari seluruh use case yang ada pada use case user. Interaksi antar objek
dari suatu use case yang digambarkan pada sequence diagram diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Squence Diagram Menampilkan Halaman Penyakit
Sistem akan menampilkan jenis penyakit tanaman karet dan deskripsi dari
penyakit tanaman karet yang dipilih oleh user. Squence diagram menampilkan
halaman penyakit yang dapat dilihat pada Gambar 3.7.
38
Gambar 3.7 Squence Diagram Menampilkan Halaman Penyakit
2. Squence Diagram Menampilkan Halaman Identifikasi Penyakit
Sistem menampilkan gejala penyakit dan user akan memilih gejala penyakit
yang ditimbulkan oleh tanaman. Setelah user memilih gejala penyakit, maka
sistem akan menampilkan data penyakit yang dialami oleh tanaman karet
tersebut. Squence diagram menampilkan halaman identifikasi penyakit yang
dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8Squence Diagram Menampilkan Halaman Identifikasi Penyakit
39
3. Squence Diagram Menampilkan Halaman Instruksi
Sistem akan menampilkan data atau deskripsi cara menggunakan aplikasi ini
kepada user. Squence diagram menampilkan halaman instruksi yang dapat dilihat
pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9Squence Diagram Menampilkan Halaman Instruksi
4. Squence Diagram Menampilkan Halaman Tentang
Sistem menampilkan deskripsi tentang aplikasi kepadauser. Squence diagram
menampilkan fungsi halaman tentang yang dapat dilihat pada
Gambar 3.10.
Gambar 3.10Squence Diagram Menampilkan Halaman Tentang
40
3.3.2.4 User Interface
Perancangan user interface digunakan untuk menggambarkan tampilan antar
muka aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit tanaman karet. Perancangan user
interface aplikasi sistem pakar identifikasi penyakit cara tanaman Karet yaitu :
1. User Interface Halaman Splash Screen
User interface splash screen akan tampil diawal sebelum masuk ke halaman
utama ketika user menggunakan atau membuka aplikasi sistem pakar diagnosa
penyakit tanaman karet ini. Perancangan user interface halaman splash screen
adalah seperti pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11 Perancangan User Interface Halaman Splash Screen
2. User Interface Halaman Utama
User Interface halaman utama akan muncul ketika user membuka aplikasi ini.
Halaman utama aplikasi terdiri dari 4 menu, yaitu menu penyakit, identifikasi,
instruksi dan tentang. Perancangan user interface halaman utama adalah seperti
pada Gambar 3.12.
Sistem Pakar Tanaman Karet
Gambar
41
Gambar 3.12 Perancangan User Interface Halaman Utama
3. User Interface Halaman Penyakit
Halaman penyakit bersikan tentang jenis-jenis penyakit yang ada pada tanaman
karet. Terdapat 11 jenis penyakit tanaman karet yang ada pada aplikasi ini.
Perancangan user interface halaman penyakit tanaman karet adalah speerti pada
Gambar 3.13. ketika user menekan salah satu jenis penyakit, maka muncul
deskripsi mengenai penyakit tersebut yang ditunjukkan pada Gambar 3.14.
Penyakit
Identifikasi
Instruksi
Tentang
42
Gambar 3.13 Perancangan User Interface Halaman Penyakit
Gambar 3.14 Perancangan User Interface Deskripsi Penyakit
4. User Interface Halaman Identifikasi
User interface halaman identifikasi berisikan gejala-gejala penyakit yang
ditimbulkan oleh tanaman karet. Ketika user mencentang gejala yang
ditimbulkan, maka pengguna mendapatkan informasi mengenai penyakit yang
ditimbukan dari gejala tersebut. Perancangan user interface halaman identifikasi
adalah seperti pada Gambar 3.15.
Gambar Penyakit
Deskripsi
Penyakit A
Penyakit C
Penyakit E
Penyakit G
Penyakit B
Penyakit D
Penyakit F
Penyakit H
Penyakit I
Penyakit K
Penyakit J
43
Gambar 3.15 Perancangan User Interface Halaman Identifikasi
Ketika menekan tombol hasil, maka muncul deskripsi hasil persentase yang telah
dihitung oleh sistem dari gejala-gejala yang telah dipilih oleh user seperti pada
Gambar 3.16.
Gambar 3.16 Perancangan Deskripsi Hasil Identifikasi
Persentase Hasil Penyakit
Hasil Identifikasi Peyakit
Pengendalian Penyakit
Gejala A
Gejala B
Gejala C
Gejala D
Gejala E
Gejala F
Icon Reset
Gejala Peyakit
Icon Hasil
44
5. User Interface Halaman Instruksi
Ketika user masuk halaman instruksi, sistem memunculkan deskripsi mengenai
instruksi penggunaan aplikasi. Perancangan user interface halaman instruksi
adalah seperti pada Gmbar 3.17.
Gambar 3.17 Perancangan User Interface Halaman Instruksi
6. User Interface Halaman Tentang
Ketika user masuk ke dalam halaman tentang, sistem akan memunculkan
deskripsi mengenai aplikasi. Perancangan user interface halaman tentang adalah
seperti pada Gmbar 3.18.
Gambar 3.18 Perancangan User Interface Halaman tentang
Deskripsi
Tentang Aplikasi
Deskripsi Instruksi
Instruksi Penggunaan Aplikasi
45
3.3.3 Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan/penerapan dari rencana yang telah disusun
secara cermat dan rinci. Pada tahapan implenetasi, perancangan yang telah
dirancang sebelumnya diimplementasikan ke dalam bentuk program atau aplikasi
yang akan dibangun. Aplikasi ini dibuat menggunakan aplikasi Android Studio.
3.3.4 Pengujian Aplikasi dan Data
Pengujian aplikasi atau sistem adalah bagian yang penting dalam pembangunan
sebuah perangkat lunak. Pengujian ditujukan untuk menemukan kesalahan-
kesalahan pada sistem dan memastikan sistem yang dibangun telah sesuai dengan
apa yang direncanakan sebelumnya. Pengujian yang dilakukan pada pengujian
aplikasi ini adalah pengujian fungsional menggunakan metode black box testing.
Pengujian yang dilakukan pada pengujian fungsional yaitu pengujian versi
Android, pengujian resolusi layar dan densitas layar serta pengujian fungsi dari
menu aplikasi. Sedangkan pengujian data dilakukan dengan menghitung contoh
dari beberapa gejala, yaitu G1, G11 dan G 25.
3.3.4.1 Pengujian Apikasi
Pengujian aplikasi ini dilakukan dengan menggunakan metode black box testing
dengan pengujian fungsional pada pengujian versi Android, pengujian resolusi
layar dan densitas layar serta pengujian fungsi dari menu aplikasi. Pengujian
fungsional tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.
46
Tabel 3.1 Daftar Pengujian Fungsional
No Kelas Uji Sub AreaPengujian
Skenario Uji Hasil yangDiharapkan
1. Versi Android Pengujiankompatibilitasversi Android
Android versi 4.1-4.3(jelly bean)
Tidakkompatibel
Android versi 4.4 (kitkat)
Kompatibel
Android versi 5.0(lolipop)-7.0(nougat)
Kompatibel
2. Resolusi layardan densitaslayar
Resolusi layardan densitaslayar Android
Android resolusiqHD, HD, WXGA,FHD, QHD, UHD
Kompatibel
Ukuran layar Andoid4-6,5 inci
Kompaibel
3. Menu/halamanaplikasi
Menu utama Klik tombol“penyakit”
Menampilkanhalaman jenispenyakit
Klik tombol“identifikasi”
Menampilkanhalamanidentifikasigejala
Klik tombol“instruksi”
Menampilkanhalamandeskripsiinstruksi
Klik tombol“tentang”
Menampilkanhalamandeskripsitentang
Menu penyakit Klik salah satutombol jenis penyakit
Menampilkanhalamandeskripsipenyakit
Menuidentifikasi
Klik gejala-gejalapenyakit dan kliktombol “hasil”
Menampilkandeskripsipersentasepenyakit
47
3.3.4.2 Pengujian Data
Pengujian data dilakukan dengan mengambil contoh gejala dari G1, G11 dan G25
yang diambil dari data penyakit tanaman karet beserta gejalanya. Data penyakit
tanaman karet adalah seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Data Penyakit Tanaman Karet
Gejala-gejala yang ditimbulkan pada penyakit tanaman karet adalah seperti pada
Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Gejala Penyakit Tanaman Karet
NoSimbol
GejalaDeskripsi Gejala
1. G1 Daun-daunnya menguning
2. G2 Daun-daun menjadi rontok
3. G3 Pada pohon dewasa gugurnya daun-daun yang disertai denganmatinya ranting-ranting
4. G4 Terdapat hifa-hifa pada akar tanaman
5. G5 Akar yang sakit tertutup oleh selaput miselium berwarna merah
6. G6 Akar busuk basah atau kering
7. G7 Jamur membentuk badan buah pada pangkal batang
8. G8 Adanya benang-benang jamur berwarna coklat tua
48
9. G9 Adanya garis-garis coklat yang terdiri dari miselium jamur yangterdapat pada bagian kayu
10. G10 Daun-daun menjadi layu dan rontok
11. G11 Kayu akar yang sakit kering, berwarna coklat muda, lunak
12. G12 Didalam kayu terdapat garis-garis hitam tidak teratur
13. G13 Sering terbentuk banyak badan buah jamur
14. G14 Terdapat bercak-bercak mengendap pada kulit
15. G15 Jika cuaca lembab pada jalur-jalur yang baru dapat terbentuklapisan jamur seperti beledu berwarna kelabu
16. G16 Jamur masuk sampai ke kambium
17. G17 Terdapat luka-luka besar yang tidak dapat pulih kembali
18. G18 Terjadi garis-garis vertikal yang halus dan berwarna hitamterletak diatas irisan sadapan
19. G19 Kulit batang membusuk pada kulit yang keluar lateks
20. G20 Kulit tampak telah busuk dan berwarna coklat kemerahan
21. G21 Pada penyakit yang berat bercak-bercak tadi pecah danmengeluarkan cairan berwarna coklat kemerahan
22. G22 Sering kali dibawah kulit terbentuk bekuan lateks yangmenyebabkan kulit membengkak dan pecah
23. G23 Jamur membentuk kerak berwarna putih seperti kapas
24. G24 Daun-daun muda yang baru saja berkembang tampak suram
25. G25 Daun-daun ini menjadi lemas dan tepi-tepinya agak mengeriting
26. G26 Anak-anak daun menjadi hitam dan gugur satu per satu
27. G27 Daun-daun yang agak tua terjadi perubahan warna
28. G28 Warna daunnya berubah dari warna hijau muda menjadi abu-abu
29. G29 Daun segera layu dan rontok, daun berubah bentuknya danterdapat bercak-bercak
30. G30 Tepi dan ujung daun berkeriput
31. G31 Pada permukaan daun terdapat bercak-bercak bulat berwarnacoklat dengan tepi kuning, bergaris tengah 1-2 mm
32. G32 Bercak berlubang ditengahnya, dan bercak-bercak tampakmenonjol dari permukaan daun
33. G33 Tanaman okulasi yang baru berumur beberapa bulan dapatterserang tunasnya sehingga menjadi busuk dan mati
34. G34 Gugurnya daun-daun muda dan daun-daun yang yang tidakgugur berlubang-lubang sehungga pertumbuhan bibit terhambat
35. G35 Daun bercak hitam, pada tulang-tulang daun
36. G36 Bercak-bercak tampak menyirip seperti tulang atau duri ikan
49
37. G37 Bagian pusatnya mengering atau dapat berlubang38. G38 Daun yang sakit menguning, menjadi coklat dan gugur
Dalam sebuah kasus user memilih beberapa dari gejala yaitu G1, G11, dan G25,
dimana :
G1 Dimiliki penyakit akar putih, akar merah dan akar cokelat
G11 Dimiliki penyakit leher akar
G25 Dimiliki penyakit tepung
1. Penyakit Akar Putih
Jika probabilitas penyakit akar putih (H01) adalah 0.5
Jika probabilitas gejala adalah daun-daunnya menguning (G1) = 0.2
Maka perhitungan nilai bayes :
Bayes 1 = P(H01 | G1) = [ P(G1 | H01) * P(H01) ] /[ P(G1 | H01) * P(H01)+P(G1
|H02) * P(H02)+P(G1 | H03) *P(H03)+P(G1 | H04) * P(H04)+P(G1 |H05) *
P(H05)+P(G1 | H06) *P(H06)+P(G1 | H07) * P(H07)+P(G1 |H08) *
P(H08)+P(G1 |H09) * P(H09)+P(G1 |H10) * P(H10)+P(G1 |H11) * P(H11)]
Bayes 1 = (H01 | G1) = [(0,2)*(0,5)] /
[(0,2*0,5)+(0,2*0,5)+(0,2*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,2)+(0*1)
+(0*1)+(0*1)]
Bayes 1 = 0.1/0.3
Bayes 1 = 0.33333
50
2. Penyakit Akar Merah
Jika probabilitas penyakit akar merah (H02) adalah 0.5
Jika probabilitas gejala adalah daun-daunnya menguning (G1) = 0.2
Maka perhitungan nilai bayes :
Bayes 2 = P(H02 | G1) = [ P(G1 | H02) * P(H02) ] /[ P(G1 | H02) * P(H02)+P(G1
|H03) * P(H03)+P(G1 | H04) *P(H04)+P(G1 | H05) * P(H05)+P(G1 |H06) *
P(H06)+P(G1 | H07) *P(H07)+P(G1 | H08) * P(H08)+P(G1 |H09) *
P(H09)+P(G1 |H10) * P(H10)+P(G1 |H11) * P(H11)+P(G1 |H01) * P(H01)]
Bayes 1 = (H02 | G1) = [(0,2)*(0,5)] /
[(0,2*0,5)+(0,2*0,5)+(0*0.5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,2)+(0*1)+(
0*1)+(0*1)+( 0.2*0.5)]
Bayes 2 = 0.1/0.3
Bayes 2 = 0.33333
3. Penyakit Akar Cokelat
Jika probabilitas penyakit akar putih (H03) adalah 0.5
Jika probabilitas gejala adalah daun-daunnya menguning (G1) = 0.2
Maka perhitungan nilai bayes :
Bayes 3 = P(H03 | G1) = [ P(G1 | H03) * P(H03) ] /[ P(G1 | H03) * P(H03)+P(G1
|H04) * P(H04)+P(G1 | H05) *P(H05)+P(G1 | H06) * P(H06)+P(G1 |H07) *
P(H07)+P(G1 | H08) *P(H08)+P(G1 | H09) * P(H09)+P(G1 |H10) *
P(H10)+P(G1 |H11) * P(H11)+P(G1 |H01) * P(H01)+P(G1 |H02) * P(H02)]
51
Bayes 1 = (H01 | G1) = [(0,2)*(0,5)] /
[(0,2*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,2)+(0*1)+(0*1)+(0*1)+(0,2*0,
5)+(0,2*0,5)]
Bayes 3 = 0.1/0.3
Bayes 3 = 0.33333
4. Penyakit Leher Akar
Jika probabilitas penyakit leher akar (H04)adalah 0.5
Jika probabilitas gejala adalah kayu akar yang sakit kering, berwarna coklat muda,
lunak (G11) = 0.3
Maka perhitungan nilai bayes :
Bayes 4 = P(H04 | G11) = [ P(G11 | H04) * P(H04) ] /[ P(G11 | H01) *
P(H01)+P(G11 |H02) * P(H02)+P(G11 | H03) *P(H03)+P(G11 | H04) *
P(H04)+P(G11 |H05) * P(H05)+P(G11 | H06) *P(H06)+P(G11 | H07) *
P(H07)+P(G11 |H08) * P(H08)+P(G11 |H09) * P(H09)+P(G11 |H10) *
P(H10)+P(G11 |H11) * P(H11)]
Bayes 4 = P(H04 | G11) = [(0,3)*(0,5)] /
[(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0,3*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,2)+(0*1)+(0*
1)+(0*1)]
Bayes 4 = 0.15/0.15
Bayes 4 = 1
52
5. Penyakit Tepung
Jika probabilitas akar tepung (H09) adalah 1
Jika probabilitas gejala adalah daun-daun ini menjadi lemas dan tepi-tepinya agak
mengeriting (G25) = 0.3
Maka perhitungan nilai bayes :
Bayes 5 = P(H09 | G25) = [ P(G25 | H09) * P(H09) ] /[ P(G25 | H01) *
P(H01)+P(G25 |H02) * P(H02)+P(G25 | H03) *P(H03)+P(G25 | H04) *
P(H04)+P(G25 |H05) * P(H05)+P(G25 | H06) *P(H06)+P(G25 | H07) *
P(H07)+P(G25 |H08) * P(H08)+P(G25 |H09) * P(H09)+P(G25 |H10) *
P(H10)+P(G25 |H11) * P(H11)]
Bayes 5 = P(H09 | G25) = [(0,3)*(1)] /
[(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,5)+(0*0,2)+(0.3*1)+(0*
1)+(0*1)]
Bayes 5 = 0.3/0.3
Bayes 5 = 1
Total Bayes = Bayes 1 + Bayes 2 + Bayes 3 + Bayes 4 + Bayes 5
= 0.33333 + 0.33333 + 0.33333 + 1 + 1
= 2.99999
Probabilitas penyakit sebagai berikut :
1. Penyakit Akar Putih
Probabilitas penyakit akar putih = (Bayes 1 / Total bayes)*100%
= (0.33333/2.99999)*100%
53
= 11.111%
2. Penyakit Akar Merah
Probabilitas penyakit akar merah = (Bayes 2 / Total bayes)*100%
= (0.33333/2.99999)*100%
= 11.111%
3. Penyakit Akar Cokelat
Probabilitas penyakit akar cokelat = (Bayes 3 / Total bayes)*100%
= (0.33333/2.99999)*100%
= 11.111%
4. Penyakit Leher Akar
Probabilitas penyakit leher akar = (Bayes 4 / Total bayes)*100%
= (1/2.99999)*100%
= 33.333%
5. Penyakit Tepung
Probabilitas penyakit tepung = (Bayes 5 / Total bayes)*100%
= (1/2.99999)*100%
= 33.333%
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Telah dibangun aplikasi sistem pakar identifikasi penyakit dan cara pengendaliannya
pada tanaman karet dengan metode Teorema Bayes berbasis Android. Aplikasi ini
membantu para petani dalam mengidentifikasi penyakit tanaman karet dan
memberikan informasi cara pengendaliannya. Berdasarkan hasil uji coba aplikasi oleh
35 responden dapat disimpulkan bahwa aplikasi yang dibangun termasuk dalam
kategori aplikasi yang baik.
Setelah melakukan pengujian aplikasi system pakar, maka saran yang diberikan
adalah sebagai berikut.
1. Penyempurnaan desain user interface untuk dapat memberikan tampilan yang
lebih baik.
2. Menambah data gejala penyakit untuk memudahkan user dalam mengidentifikasi
penyakit tanaman karet.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
A.S, Rosa & Shalahuddin, M. 2011. Modul Pembelajaran Rekayasa PerangkatLunak (Terstruktur dan Berorientasi Objek). Penerbit Modula, Bandung.
Google Developer Training Team. 2016. Android Developer FundamentalsCourse-Learn to Develop Android Applications by Google Team.
Kementrian Pertanian. 2017. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Karet2015-2017. Diektorat Jendral Perkebunan.
Khan, Mohd. Ehmer dan Farmeena Khan. 2012. A Comparative Study of WhiteBox, Black Box, and Grey Box Testing Techiniques. IJACSA: Vol.3 No.6.
M.H Akim Pardede & Novriyenni. 2016. Perancangan Sistem Pakar DiagnosaPenyakit Tanaman Kelapa Sawit Dengan Metode Bayes Study KasusPT.Ukindo Blankahan Estate. Jurnal KAPUTAMA, Vol.10, No.1, ISSN:1979-6641.
Nidhra, Srinivas dan Jagruthi Dondeti. 2012. Black box and White box TestingTechniques-A Literature Review. IJESA: Vol.2 No.2.
Siswanto. 2010. Kecerdasan Tiruan. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Haryono Semangun. 1989. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.Universitas Gadjah Mada.
Bakka Mau, S. D. (2014). Sistem Pendukung Keputusan Seleksi BeasiswaMenggunakan Teorema Bayes dan Dempster-Shafer. Jurnal Pekommas , 23-32.
Wahyudi, M. J., & A. F. (2013). Sistem Pakar Untuk Mengidentifikasi PenyakitUdang Galah Dengan Metode Theorema Bayes. Jurnal Sarjana TeknikInformatika , 11-20.
Top Related