2.1 ANATOMI LARING
Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas dan
terdapat sepanjang vertebra servikalis IV - VI. Bentuknya menyerupai limas segitiga
terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring
adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah batas kaudal kartilago krikoid.1
Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid, dan
beberapa buah tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf U, yang permukaan
atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula, dan tengkorak oleh tendo-tendo dan
otot-otot. Sewaktu menelan, kontrasi otot-otot ini akan akan menyebabkan laring
tertarik ke atas, sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk membuka
mulut dan memantu menggerakkan lidah. Tulang rawan yang menyusun laring adalah
kartilago epiglotis, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis, dan
kartilago tritisea. Kartilago krikoid dihubungkan dengan kartilago tiroid oleh
ligamentum krikotiroid berupa lingkaran.1
Gambar Kartilago tritisea ( http://www.wikimd.org )
1
Batas atas rongga laring ialah aditus laring, batas bawahnya ialah bidang yang
melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah epiglotis, batas belakang
ialah m. aritenoid transversus dan lamina kartilago kriroid, batas lateralnya adalah
kartilago arytenoid, konus elastikus dan arkus kartilago krikoid.1
Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum
ventrikulare, maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli) dan plika ventrikularis
(pita suara palsu). Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut rima glotis,
sedangkan antara kedua plika ventrikularis, disebut rima vestibuli. Plika vokalis dan
plika ventrikularis membagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu vestibulum laring,
glotik, dan subglotik.1
Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat di atas plika ventrikularis.
Daerah ini disebut supraglotik. Antara plika vokalis dan plika ventrikularis, pada tiap
sisinya disebut ventrikulus laring Morgagni. Daerah subglotik adalah rongga laring
yang terletak di bawah plika vokalis.1
Mukosa di daerah subglotik merupakan jaringan ikat jarang, yang disebut konus
elastikus. Keistimewaan jaringan ini ialah, bila terangsang mudah terjadi edema dan
akan terbentuk jaringan granulasi bila rangsangan berlangsung lama.1
2
TATALAKSANA SUMBATAN LARING
1. PERASAT HEIMLICH
Pasien dengan enda asing dilaring harus dierikan pertolongan dengan segera.,
karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Pada anak dapat
dilakukan menolongnya dengan memegang anak dalam posisi terbalik, kepala ke
bawah, kemudian daerah punggung/ tengkuk dipukul sehingga diharapkan benda asing
dapat keluar. Cara lain untuk mengeluarkannya adalah dengan cara perasat Heimlich
(Heimlich Maneuver)1.
diletakkan diatasnya. Kemudian dilakukan penekanan ke belakang dan keatas
ke arah paru pasien beberapa kali, sehingga benda asing akan terlempar ke luar mulut.4
Bila pasien sudah berbaring karena pingsan, maka penolong bersetumpu pada
lututnya di kedua sisi pasien, kepalan diletakkan di bawah prosesus xifoid, kemudian
dilakukan penekanan ke bawah dan ke arah paru pasien beberapa kali, sehingga benda
asing akan terdorong melalui mulut. Pada tindakan ini posisi muka pasien harus lurus,
leher jangan ditekuk ke samping, supaya jalan napas merupakan garis lurus.1
Komplikasi perasat Heimich ialah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau
hati dan fraktur iga. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak
3
Gambar Manuver Heimlich pada pasien tidak sadar (http://healthguide.howstuffworks.com)
Gambar Manuver Heimlich pada pasien sadar (http://healthguide.howstuffworks.com)
dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan menggunakan dua buah jari
kiri dan kanan.1
2. INTUBASI ENDOTRAKEA
Intubasi endotrakea adalah 1) untuk mengatasi sumbatan saluran napas bagian
atas, 2) membantu ventilasi, 3) memudahkan mengisap sekret dari tarktus trakeo-
bronkial, 4) mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau yang berasal dari
lambung. Intubasi endotrakea merupakan cara yang paling cepat untuk memperbaik
jalan napas. Dapat dilakukan secara transnasal atau transoral.1,2
Pipa endotrakea yang dibuat dari bahan polyvinilchloride dengan balon (cuff)
pada ujungnya yang dapat diisi dengan udara, diperkenalkan oleh Magill pertama kali
tahun 1964, dan sampai sekarang sering dipakai untuk intubasi. Ukuran pipa endotrakea
ini harus sesuai dengan ukuran trakea pasien dan umumnya untuk orang dewasa dipakai
yang diameter dalamnya 7-8,5 mm. Pipa endotrakea yang dimasukkan melalui hidung
dapat dipertahankan untuk beberapa hari. Secara umum dapat dikatakan bahwa intubasi
endotrakea jangan melebihi 6 hari dan untuk selanjutnya sebaiknya dilakukan
trakeostomi.1
Teknik Intubasi Endotrakea
Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamat dan dapat dilakukan tanpa
atau dengan analgesia topikal dengan xylocain 10%. Posisi pasien tidur terlentang, leher
fleksi sedikit dan kepala ekstensi. Laringoskop dengan spatel bengkok dipegang dengan
tangan kiri, dimasukkan melalui mulut sebelah kanan, sehingga lidah terdorong ke kiri.
Spatel diarahkan menelusuri pangkal lidah ke valekula, lalu laringoskop diangkat ke
atas, sehingga pita suara dapat terlihat. Dengan tangan kanan pipa endotrakea
dimasukkan melalui mulut terus melalui celah antara kedua pita suara ke dalam trakea.
Pipa endotrakea dapat juga dimasukkan melalui salah satu lubang hidung sampai rongga
mulut dan dengan cunam Magill ujung pipa endotrakea dimasukan ke dalam celah
anatara kedua pita suara sampai ke trakea.1
4
Kemudian balon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan baik. Apabila
menggunakan spatel laringoskop yang lurus maka pasien yang tidur terlentang itu,
pundaknya harus diganjal dengan bantal pasir, sehingga kepala mudah diekstensikan
maksimal.1
Laringoskop dengan spatel yang lurus dipegang dengan tangan kiri dan
dimasukkan mengikuti dinding faring posterior dan epiglotis diangkat horizontal ke atas
bersama-sama sehingga laring jelas terlihat. Pipa endotrakea dipegang dengan tangan
kanan dan dimasukan melalui celah pita suara sampai di trakea. Kemudia balon diisi
udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan plester.1
3. TRAKEOSTOMI
Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding depan/anterior
trakea untuk bernapas.
Menurut letak stoma, trakeostomi dibedakan menjadi 1) trakeostomi letak tinggi,
yaitu di cincin trakea 2-3 dan 2) trakeostomi letak rendah, setinggi cincin trakea 4-5.
Berdasar letak tinggi dan rendah kira-kira setinggi ismus kelenjar tiroid, bila melakukan
trakeostomi sebaiknya letak tinggi karena:
Letak trakea lebih superfisial
Dekat dengan bangunan pedoman yaitu kartilago tiroid atau krikoid
Kanul tidak mudah lepas dan bila lepas mudah dikembalikan
Ismus atau timus pada anak tidak terganggu
Aman, karena jauh dari pembuluh darah besar.
Sedangkan mnurut waktu dilakukan tindakan maka trakeostomi dibagi dalam 1)
trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana yang kurang dan 2) trakeostomi
berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik (lege artis).1
5
Indikasi dilakukannya Trakeostomi
1. Mengatasi obstruksi laring
2. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran napas bagian atas seperti
daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma maka
seluruh oksigen yang dihirupnya akan masuk ke dalam paru, tidak ada yang
tertinggal di ruang rugi itu. Hal ini berguna pada pasien dengan kerusakan paru,
yang kapasitas vitalnya berkurang.
3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat
mengeluarkan sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam koma.
4. Untuk memasang respirator (alat bantu pernapasan)
5. Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas
bronkoskopi. 1
Alat-alat trakeostomi
Alat yang perlu dipersiapkan untuk melakukan trakeostomi ialah semprit dengan
obat anlagesia (novokain), pisau (skalpel), pinset anatomi, gunting panjang yang
tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul
trakea yang ukurannya cocok untuk pasien. 1
6
Gambar Alat –alat trakeostomi (Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT)
Teknik Trakeostomi
Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga
memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atlanto oksipital. Dengan
posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat
permukaan leher. Kulit daerah leher dibersihkan secara asepsis dan antisepsis dan
ditutup dengan kasa steril.1
Obat anastetikum (novokain) disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fosa
suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai
dibawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal
dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau
7
Gambar 13. Kanul silikon (http://www.tracheostomy.com)
Gambar 14. Kanul metal (http://www.tracheostomy.com)
kira-kira 2 jari dibawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat
kira-kira 5 cm.1
Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan dibawahnya
dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul, sampai tampak
trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin-cincin tiulang rawan yang berwarna
putih. Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral. Ismus
tiroiddi klem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan
ismus tiroid diikat kedua tepinya dan disihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika
perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara
cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin
trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian dipasang kanul trakea dengan
ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dengan luka operasi
ditutup dengan kasa.1
Hal-hal yang perlu diperhatikan, sebelum membuat lubang trakea, perlu
dibuktikan dulu yang akan dipotong itu benar-benar trakea dengan cara aspirasi dengan
semprit yang berisi novokain. Bila yang ditusuk itu trakea maka pada waktu dilakukan
aspirasi terasa ringan dan udara yang terisap akan menimbulkan gelembung udara.
Untuk mengurangi refleks batuk dapat disuntikan novokain sebanyak 1 cc ke dalam
trakea.1
8
Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatiakan insisi kulit jangan
terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit.
Ukuran kanul harus sesuai dengan diameter lumen trakea. Bila kanul terlalu kecil, akan
menyebabkan kanul bergerak-gerak sehingga terjadi rangsangan pada mukosa trakea
dan mudah terlepas ke luar.1
Bila kanul terlalu besar, sulit untuk memasukkannya ke dalam lumen dan ujung
kanul akan menekan mukosa trakea dan menyebabkan nekrosis dinding trakea. Panjang
kanul harus sesuai pula. Bila terlalu pendek akan mudah keluar dari lumen trakea dan
masuk ke dalam jaringan subkutis sehingga timbul emfisema kulit dan lumen kanul
akan tertutup sehingga menimbulkan asfiksia. Bila kanul terlalu panjang maka mukosa
trakea akan teriritasi dan mudah timbul jaringan granulasi. 1
9
Gambar 15. Teknik trakeostomi (http://www.catalog.nucleusinc.com)
Perawatan pasca trakeostomi
Perawatan pasca trakeostomi sangatlah penting, karena sekret dapat menyumbat,
sehingga akan terjadi asfiksia. Oleh karena itu sekret di trakea dan kanul harus sering
diisap ke luar, dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya 2 kali sehari, lalu segera
dimasukan lagi ke dalam kanul luar. Pasien dapat dirawat di ruang perawatan biasa dan
perawatan trakeostomi sangatlah penting. Bila kanul harus dipasang untuk jangka waktu
lama, maka kanul luar harus dibersihkan 2 minggu sekali. Kain kasa di bawah kanul
harus diganti setiap basah, untuk menghindari terjadinya dermatitis. 1
KRIKOTIROTOMI
Krikotirotomi merupakan tindakan penyelamat pada pasien dalam keadaan
gawat napas. Dengan cara membelah membran krikotiroid. Tindakan ini harus
dikerjakan cepat walaupun persiapannya darurat. 1
Teknik Krikotirotomi
10
Gambar 16. Memasang kanul (http://www.humanbodydisease.com
Pasien tidur telentang dengan kepala ekstensi pada artikulasi atlanto oksipitalis.
Puncak tulang rawan (Adam’s apple) mudah diidentifikasi difiksasi dengan jari tangan
kiri. Dengan telunjuk jari tangan kanan tulang rawan tiroid diraba ke bawah sampai
ditemukan kartilago krikoid. Membran krikotiroid terletak di antara kedua tulang rawan
ini. Daerah ini diinfiltrasi dengan anastetikum kemudian dibuat sayatan horizontal pada
kulit. Jaringan di bawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah tepi bawah
kartilago tiroid terlihat, tusukkan pisau dengan arah ke bawah. Kemudian, masukkan
kanul bila tersedia. Jika tidak, dapat dipakai pipa plastik untuk sementara. 1
Komplikasi
Kerugian teknik ini banyak, sehingga terbatas penggunaannya. Ruang
krikotiroid relatif sempit dan sering tidak cukup untuk memasukkan pipa trakeostomi
dengan ukuran adekuat tanpa merusak kartilago krikoid. Tiap luka pada krikoid dapat
diikuti dengan perikondritis dan stenosis laring. Arteri krikotiroid masuk ke dalam
ruang krikotiroid dekat garis tengah yang mungkin menjadi sumber perdarahan yang
cukup banyak selama melakukan teknik ini.2
11
Gambar Krikotirotomi (http://www.netterimages.com)
Stenosis subglotik akan timbul bila kanul dibiarkan terlalu lama. Makin lama
pipa terpasang pada membran krikotiroid, makin besar kemungkinan terjadi
perinkondritis, karena kanul yang letaknya tinggi akan mengiritasi jaringan-jaringan di
sekitar subglotik, sehingga terbentuk jaringan granulasi, dan akhirnya stenosis laring.
Sehingga sebaiknya segera diganti dengan trakeostomi dalam waktu 48 jam.1,2
Krikotirotomi merupakan kontraindikasi pada anak di bawah 12 tahun, demikian
juga pada tumor laring yang sudah meluas ke subglotik dan terdapat laringitis. 1
Perawatan Pasca Bedah
Kanul trakeostomi harus segera dimasukkan melalui krikotirotomi segera setelah
alat tersebut tersedia. Krikotirotomi harus diganti dengan trakeostomi melalui insisi
terpisah yang lebih rendah segera setelah keadaan pasien stabil. Bila mungkin dilakukan
dalam 24 jam atau paling lama 48 jam setelah krikotirotomi.1,2
12
DAFTAR PUSTAKA
1. B. Hermani, Syahrial M. Hutauruk. Disfonia. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telingan Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi VI. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta 2010. Hal 231-4.
2. Ballenger, John Jacob. Insufisiensi Pernapasan dan Trakeostomi. Dalam : Buku
Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-13. Jakarta:
Binarupa Aksara. 1994. Hal 441-63.
13
Top Related