i
ANALISIS UNSUR INTRINSIK
CERPEN “GADIS MANIS DALAM BIS” KARYA PRAPTA DIHARJA
DAN IMPLEMENTASI RENCANA PEMBELAJARAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
Sebastianus Darwis Primasetia Dami
NIM : 121224084
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk orang-orang yang telah mendukungku selama ini:
Yesus Kristus
Bapak Damiatus dan Ibu Theresia Awin tersayang
Bapak Pakomeus Pakomeum dan Ibu Yasinta Rampan tersayang
Adik-adikku tersayang Winda, Feby, Tuta
My partner in crime Romana Noviyanti
Boss kecilku Noah Cruz Bernardo Dami
Serta sahabat-sahabatku
Ndori, Bibo, Fauzi, St. Putra, Evan, Bang Rino, Ujang, Lodo, Eva, Bella
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa
tuanya, dia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” – (Amsal, 22:6)
“If you want to conquer fear, don’t sit home and think about it. Go out and get
busy” – (Dale Carnegie)
“Karya ilmiah itu tidak ada yang sempurna. Bila sempurna, maka tidak akan
ada namanya ujian skripsi” – (Petrus Haryanto)
“I’m Iron Man” – (RDJr)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi ini tidak memuat
bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka, sebagaimana mestinya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Mei 2019
Penulis,
Sebastianus Darwis P. Dami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
Nama : Sebastianus Darwis Primasetia Dami
Nomor Mahasiswa : 121224084
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS UNSUR INTRINSIK
CERPEN “GADIS MANIS DALAM BIS” KARYA PRAPTA DIHARJA
DAN IMPLEMENTASI RENCANA PEMBELAJARAN
Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, dan
mempublikasikannya di internet untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta
izin maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 21 Mei 201
Sebastianus Darwis Primasetia Dami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini betujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada.
1. Drs. Johanes Eka Priyatma M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian penulis.
2. Dr. Yohanes Harsoyo S.Pd., M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian penulis.
3. Rishe Purnama Dewi S.Pd., M.Hum selaku dosen pembimbing I dan kaprodi
PBSI dan Septina Krismawati M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah
membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ayah dan ibu saya Damiatus dan Theresia Awin yang selalu mendukung dan
mendoakan saya.
5. Ayah dan ibu mertua saya Pakomeus Pakomeum dan Yasinta Rampan yang
selalu mendukung dan mendokan saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
6. Istriku tercinta Romana Noviyanti yang telah membantu, menemani dan
memberikan dukungan berupa doa serta semangat.
7. Anakku tercinta Noah Cruz Bernardo Dami yang selalu menjadi penyemangat
saya untuk terus berjuang.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 21 Mei 2019
Sebastianus Darwis P. Dami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Primasetia, Sebastianus Darwis. 2019. Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek
Gadis Manis dalam Bis Karya Prapta Diharja dan Implementasi
Rencana Pembelajaran. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Penelitian ini mengkaji unsur intrinsik cerita pendek Gadis Manis Dalam Bis
karya Prapta Diharja dan implementasi rencana pembelajarannya. Unsur intrinsik
yang terdapat dalam cerita pendek Gadis Manis Dalam Bis tediri dari, tema, alur,
latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Implementasi dari
penelitian ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca
dan catat. Data dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan kalimat percakapan
dalam cerita pendek Gadis Manis dalam Bis karya Prapta Diharja.
Hasil analisis menunjukan tardapat tujuh tokoh, yaitu Aku, Elis, Gadis
Sebelah kiri, Dia, Kondektur I, Kondektur II, dan Seseorang yang Membela Aku.
Alur yang dikembangkan dalam cerita pendek Gadis Manis dalam Bis karya Prapta
Diharja adalah alur campuran. Terdapat delapan unsur yang menggembangkan alur
yaitu paparan, rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks, leraian dan selesaian.
Latar tempat dalam cerpen Gadis Manis dalam Bis adalah latar tempat, waktu, dan
sosial. Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen Gadis Manis dalam Bis adalah
sudut pandang persona pertama “aku”. Amanat yang disampaikan dalam cerpen
Gadis Manis dalam Bis adalah selalu waspada terhadap situasi yang terjadi disekitar
kita. Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita pendek Gadis
Manis dalam Bis karya Prapta Diharja dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran
di kelas XI SMA. Untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran yang maksimal
maka peneliti telah merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebagai
pedoman dalam proses belajar mengajar di kelas.
Kata kunci: Unsur Intrinsik cerita pendek, rencana pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Primasetia, Sebastianus Darwis. 2019. Intrinsic Element Analysis of The Short
Story “Gadis Manis dalam Bis” by Prapta Diharja and The learning
Planning. Essay. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
This research examines the intrinsic elements of the short story “Gadis Manis
dalam Bis” by Prapta Diharja lesson plans and implementation. The intrinsic
elements of a short story featured in the “Gadis Manis dalam Bis” consists of,
theme, plot, setting, character, characters, point of view, the language, and mandate.
The implementation of this research in the form of Learning implementation plan
(RPP). This research is a descriptive research. The techniques used in this research
is technique of read and write. The data from this research in the form of
conversational sentences of quotations in the short story “Gadis Manis dalam Bis”
by Prapta Diharja.
The results of the analysis show the of seven figures, Aku, Elis, the Girl in the
left, Dia, the Conductor I, Conductor II, and Someone who Defended Aku. The
Groove that was developed in the short story “Gadis Manis dalam Bis” by Prapta
Diharja is the flow of the mixture. There are eight elements that develop stronger
flow exposure, stimulation, gawatan, tikaian, rumitan, climax, leraian and selesaian.
Place setting in the short story “Gadis Manis dalam Bis” was the setting of the
place, time, and social. Point of view used in the short stories of “Gadis Manis
dalam Bis” is the perspective of the first person "Aku". The work presented in the
short story “Gadis Manis dalam Bis” is always alert to situations that occur around
the character “Aku”. Based on the above analysis, it can be concluded that the short
story “Gadis Manis dalam Bis” by Prapta Diharja can be used as learning materials
in class XI high school. To achieve the learning outcomes and process at maximum
then researchers have designed Learning implementation plan (RPP), as a guide in
the process of teaching and learning in the classroom.
Keywords: The intrinsic elements of the short story, the learning plan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
HALAMAN MOTO ....................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 8
1.5 Batasan Istilah ....................................................................................... 9
1.6 Sistematika Penyajian ............................................................................ 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relavan ........................................................................ 11
2.2 Kajian Teori ........................................................................................... 15
2.2.1 Pengertian Cerita Pendek.............................................................. 16
2.2.2 Unsur Intrinsik Cerita Pendek ...................................................... 17
2.2.2.1 Tema ................................................................................ 17
2.2.2.2 Alur ................................................................................. 18
2.2.2.3 Latar ................................................................................ 23
2.2.2.4 Tokoh .............................................................................. 25
2.2.2.5 Penokohan ....................................................................... 28
2.2.2.6 Sudut Pandang ................................................................. 33
2.2.2.7 Gaya Bahasa .................................................................... 35
2.2.2.8 Amanat ............................................................................ 37
2.2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .................................. 38
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................. 46
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 48
3.2 Sumber Data dan Data ........................................................................... 49
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 49
3.4 Instrumen Penelitian .............................................................................. 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 51
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data ....................................................................................... 53
4.2 Analisis Data ......................................................................................... 54
4.2.1 Tema ............................................................................................. 54
4.2.2 Alur ............................................................................................... 57
4.2.3 Latar .............................................................................................. 69
4.2.4 Tokoh ............................................................................................ 74
4.2.5 Penokohan .................................................................................... 79
4.2.6 Sudut Pandang .............................................................................. 102
4.2.7 Gaya Bahasa ................................................................................. 104
4.2.8 Amanat.......................................................................................... 109
4.3 Rencana Pembelajaran Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja ........................................................... 111
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................................ 131
5.2 Saran ...................................................................................................... 136
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 137
LAMPIRAN .................................................................................................... 139
BIODATA ....................................................................................................... 164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Transkrip Cerita Pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya
Prapta Diharja dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Gadis Manis dalam Bis ................................................................................ 140
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................................. 146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan tentang, (1) latar belakang,
(2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (3) manfaat penelitian, (4)
batasan istilah, dan (5) sistematika penyajian.
1.1. Latar Belakang
Cerminan hidup dari sebuah masyarakat yang kreatif dan produktif
adalah mampu menghasilkan karya sastra. Hal ini didasari adanya
keinginan untuk memperlihatkan keberadaannya sebagai manusia yang
memiliki ide, gagasan, dan pesan tertentu yang ingin disampaikan lewat
karyanya yang bermediakan bahasa sebagai penyampainya, dan karya
sastra sebagai media mengekspresikannya. Karya sastra adalah refleksi
pengarang tentang hidup dan kehidupan yang dipadu dengan daya
imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman atas kehidupan
seseorang (Djojosuroto, 2006:77). Melalui karya sastra, pembaca akan
menikmati realitas imajinasi pengarang melalui tokoh, peristiwa, dan
latar yang disajikan. Karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup
dan kehidupan yang dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi yang
didukung oleh pengalaman atas kehidupan seseorang (Djojosuroto,
2006:77).
Dari pendapat tentang pengertian karya sastra di atas, peneliti
menarik kesimpulan bahwa karya sastra merupakan bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pengekspresian diri seorang pengarang dalam menciptakan sebuah karya,
pengarang tidak dapat terlepas dari berbagai fenomena kehidupan yang
dilihat, dirasakan, didengar dan dialaminya yang melatarbelakangi
terciptanya sebuah karya sastra. Tujuan dari terciptanya sebuah karya
sastra adalah, untuk memperlihatkan keberadaan diri pengarang sebagai
individu kreatif dan produktif yang memiliki gagasan dan ide yang
tersalurkan melalui karya sastra sebagai bentuk ekspersi jiwa pengarang.
Salah satu jenis karya sastra untuk mengekspresikan diri adalah cerpen
atau cerita pendek.
Cerita pendek atau biasa disingkat cerpen adalah salah satu jenis
karya sastra yang dihasilkan dari imaji seorang pengarang terhadap apa
yang dirasakan, dilihat, didengar dan dialamainya. Lewat pengalaman
tersebut pengarang kemudian merealisasikan imajinya kedalam bentuk
cerita yang ditulis secara singkat, padat dan jelas, sehingga tidak
memerlukan waktu yang lama bagi para pembaca untuk menyudahi atau
menyelesaikan cerita yang ditulis tersebut. Untuk memperkuat pendapat
peneliti tentang pengertian cerita pendek di atas, peneliti mengutip
beberapa pendapat ahli mengenai pengertian cerita pendek. Menurut Poe
(dalam Nurgiyantoro, 2007:10), cerpen adalah sebuah cerita yang selesai
dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua
jam, suatu hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan untuk membaca
sebuah novel. Rani (1996:276), berpendapat cerpen adalah singkatan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
cerita pendek, disebut demikian karena jumlah halamannya yang sedikit,
situasi dan tokoh ceritanya juga digambarkan secara terbatas.
Kajian tentang cerita pendek sangat penting dan diperlukan untuk
menunjang pembelajaran sastra di SMA. Pentingnya mempelajari teks
sastra khususnya cerita pendek terbukti dan terdapat di dalam Kurikulum
2013 edisi revisi tahun 2016 mata pelajaran Bahasa Indonesia, KI-3
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, cerita pendek dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan cerita pendek pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah, KD 3.9
Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku
kumpulan cerita pendek, kelas XI, semester I (ganjil). Dilatarbelakangi
pentingnya pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran tentang analisis
unsur intrinsik cerita pendek di SMA yang tercantum dalam kurikulum
2013 pada KD. 3.9 kelas XI, maka peneliti merasa tertarik untuk
menganalisis unsur intrinsik cerita pendek berjudul “Gadis Manis Dalam
Bis” karya Prapta Diharja. Hal ini disebabkan oleh, pertama, alur cerita
dalam cerpen tersebut menarik dan bahasa yang digunakan pengarang
dalam menulis cerpen ini adalah bahasa yang sederhana, bahasa yang
sederhana artinya, bahasa yang digunakan adalah bahasa percakapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
sehari-hari yang mudah dimengerti pembaca, sehingga memudahkan
pembaca untuk menemukan pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang. Dengan ditemukannya pesan yang terkandung dalam cerpen
tersebut, maka tersampaikanlah pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada para pembacanya lewat cerita pendek tersebut.
Kedua, Prapta Diharja sebagai pengarang cerpen berjudul “Gadis
Manis dalam Bis” ini juga dikenal sebagai seorang guru sastra di
program studi PBSI, Universitas Sanata Dharma. Salah satu ragam karya
sastra ciptaanya adalah cerita pendek, sehingga peneliti merasa tertarik
untuk meneliti dan menganalisis unsur intrinsik salah satu cerita pendek
karya Prapta Diharja yang berjudul “Gadis Manis dalam Bis”. Seperti
yang sudah peneliti kemukakan di atas, analisis unsur intrinsik cerpen
merupakan salah satu materi ajar pelajaran Bahasa Indonesia yang
tercantum di dalam Kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2016 mata
pelajaran Bahasa Indonesia, KI-3, KD 3.9, kelas XI, semester I (ganjil)
sehingga peneliti beranggapan hal ini penting untuk diteliti.
Ketiga, terdapat pesan moral positif yang terkandung dalam cerita
pendek berjudl “Gadis Manis dalam Bis” ini. Pesan positif itu akan lebih
baik bila disampaikan dan ditanamkan dalam diri siswa-siswi di Sekolah
Menengah Atas (SMA) dengan tujuan untuk menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli, toleran, damai,
bertanggung jawab, reponsif, proaktif dalam berinteraksi secara efektif
sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
masyarakat, dan lingkungan alam sekitar. Diharapkan dengan
tersampaikannya pesan moral positif yang terkandung dalam cerpen
tersebut semakin membentuk pribadi-pribadi positif pula, sesuai dengan
pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam karya sastranya.
Dari berbagai alasan tentang ketertarikan peneliti yang telah
dipaparkan di atas, terdapat tujuan dalam penelitian analisis unsur
intrinsik cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja
dan implementasinya dalam rencana pembelajaran sastra di SMA.
Pertama, tujuannya adalah untuk mempermudah, memperlancar dan
meningkatkan kemampuan siswa/i dalam menganalisis unsur intrinsik,
khususnya yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” dan
mengamalkan nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya. Kedua,
pembelajaran yang direncanakan dalam bentuk RPP ini diharapkan akan
lebih mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang lebih terarah, terprogram, dan berjalan dengan efektif dan efisien
sesuai dengan apa yang telah direncanakan di dalam RPP.
Beberapa pesan yang tertangkap oleh peneliti dalam cerpen “Gadis
Manis dalam Bis” antara lain adalah tentang, kejujuran, keikhlasan,
ketulusan, kepercayadirian dan kepolosan seorang lelaki, yang dalam
perjalanannya menuju sebuah bank untuk membayar uang bulanan (SPP),
telah dikelabui oleh sekelompok penjambret yang beranggotakan dua
orang gadis cantik, yang selalu melancarkan operasinya di dalam bus saat
korbannya sedang lengah. Nilai-nilai tentang kejujuran, keikhlasan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
ketulusan, dan rasa percaya diri penting untuk ditanamkan di SMA
karena berkaitan dengan moral manusia sebagai makhluk yang berakhlak
mulia. Selain itu, hal terpenting dari penelitian ini adalah, cerita pendek
berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja belum pernah
diteliti oleh siapapun sebelumnya.
Cerpen “Gadis Manis dalam Bis” ini terdapat dalam kumpulan
cerpen karya Prapta Diharja dalam Mozaik Pengalaman Hidup yang
terdiri dari 17 cerpen. Salah satu dari cerpen itu berjudul “Gadis Manis
dalam Bis” yang menjadi data dalam penelitian ini. Peneliti merasa
tertarik untuk meneliti cerita pendek “Gadis Manis Dalam Bis”
dibandingkan cerpen lainnya dikarenakan, dalam cerpen ini bahasa yang
digunakan pengarang adalah bahasa percakapan sehari-hari yang mudah
dipahami oleh pembaca dan mengandung nilai-nilai tentang kejujuran
dan keikhlasan yang cocok diterapkan di SMA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana unsur intrinsik dalam cerita pendek “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja ditinjau dari segi tokoh,
penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan
amanat?
2. Bagaimana implementasi rencana pembelajaran unsur intrinsik
cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja
dalam pembelajaran sastra bagi siswa SMA kelas XI?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
ditetapkan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan hasil analisis unsur intrinsik cerita pendek “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja ditinjau dari segi unsur
intrinsik yang terdiri dari tokoh, penokohan, alur, latar, sudut
pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat.
2. Mendeskripsikan rencana pembelajaran unsur intrinsik cerita
pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja dalam
pembelajaran sastra bagi siswa SMA kelas XI semester I (ganji).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.4. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Adapun manfaatnya sebagai berikut.
a. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini dapat menambah koleksi pengetahuan
yang berhubungan dengan analisis unsur intrinsik dalam karya sastra,
khususnya analisis unsur intrinsik terhadap cerita pendek. Penelitian ini
juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi para guru yang ingin
mengimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA, khususnya
analisis unsur intrinsik cerita pendek.
b. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian dapat memberikan manfaat praktis bagi:
1. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
siswa mengenai sastra khususnya cerita pendek dan menambah wawasan
tentang pembelajaran unsur intrinsik cerita pendek, khususnya cerita
pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
2. Bagi Peneliti
Bagi peneliti sendiri, dapat menambah pemahaman peneliti
terhadap strategi pembelajaran dengan menerapkan analisis unsur
intrinsik cerita pendek dan bagi peneliti lain penelitian ini diharapkan
dapat membantu dan menjadi acuan dalam meneliti unsur intrinsik cerita
pendek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.5. Batasan Istilah
Beberapa istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini perlu
ditegaskan agar tidak menimbulkan salah penafsiran.
1. Cerita Pendek
Cerita pendek atau biasa disingkat cerpen adalah salah satu jenis
karya sastra yang dihasilkan dari imaji seorang pengarang terhadap apa
yang dirasakan, dilihat, didengar dan dialamainya, lewat pengalaman
tersebut pengarang kemudian merealisasikan imajinya ke dalam bentuk
cerita yang ditulis secara singkat, padat dan jelas, sehingga tidak
memerlukan waktu yang lama bagi para pembaca untuk menyudahi atau
menyelesaikan cerita yang ditulis tersebut.
2. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah adalah unsur-unsur yang (secara langsung)
atau turut serta membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro,
2010:23). Pada umumnya unsur-unsur intrinsik terdiri dari: tema, alur,
latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, amanat.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program atau
perencanaan jangka pendek yang disusun oleh seorang guru sebagai
panduan untuk mengajar agar sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.6. Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah pendahuluan, pada
bab ini, peneliti menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika
penyajian. Bab II merupakan landasan teori, pada bab ini peneliti
menguraikan mengenai penelitian terdahulu yang relevan, kajian teori
yang berisi uraian tentang unsur intrinsik cerita pendek, rencana
pelaksanaan pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
kerangka berpikir. Bab III berisi metodologi penelitian, pada bab ini
peneliti akan menguraikan tentang jenis penelitian, sumber data,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV berisi hasil penelitian, pada bab ini, terdiri dari deskripsi data,
pembahasan langkah-langkah dalam menentukan unsur intrinsik, hasil
analisis penilaian produk RPP untuk siswa SMA. Bab V merupakan bab
terakhir atau penutup dari penelitian ini, pada bab ini berisi simpulan dan
saran yang bermanfaat bagi pihak yang terkait dengan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini peneliti akan menguraikan tentang penelitian terdahulu
yang relevan, dan teori-teori yang berkatian dengan penelitian ini.
Penelitian yang relevan yang berkaitan dengan penelitian ini terdiri dari
unsur intrinsik dalam cerita pendek dan implementasi rencana
pembelajaran. Kajian teori berisikan uraian tentang unsur intrinsik cerita
pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
2.1 Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian ini peneliti menemukan dua penelitian yang relevan
yang berkaitan unsur intrinsik dalam cerita pendek. Penelitian relevan
yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Apriliani
(2017) mahasiswa PBSI, Universitas Sanata Dharma yang berjudul
“Unsur Intrinsik Cerpen Guru karya Putu Wijaya dan Perencanaan
Pembelajaarannya dengan Pendekatan Kontekstual untuk Siswa Kelas
XII Semester I”. Penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Theresia
Rita Listiana (2004) dengan judul penelitian “Unsur Intrinsik Cerpen
Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis karya A.S Laksana
dan Implementasinya dalam Bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk Siswa Kelas XII Semester I”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Penelitian yang pertama, Wahyu Apriliani (2017). Penelitian tersebut
bertujuan untuk menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu
Wijaya dan mendeskripsikan rencana pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual untuk siswa SMA kelas XII semester I. Penelitian tersebut
merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif
digunakan untuk menganalisis dan mendeskripsikan unsur intrinsik cerita
pendek Guru karya Putu Wijaya. Sumber data dalam penelitian tersebut
adalah cerpen Guru karya Putu Wijaya. Hasil analisis cerpen Guru
meliputi tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, tema, amanat, dan
gaya bahasa.
Tokoh dalam cerpen Guru adalah Ayah Taksu, Taksu, dan Ibu. Alur
dalam cerpen Guru adalah alur campuran. Latar dalam cerpen Guru
terdapat tiga unsur latar yaitu latar tempat, waktu dan sosial. Tema dalam
cerpen tersebut adalah tekat seorang anak yang bercita-cita untuk menjadi
guru. Amanat yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah jangan
memaksakan kehendak orang lain. Sudut pandang dalam cerpen tersebut
adalah campuran. Gaya bahasa yang digunakan pengarang adalah gaya
bahasa sederhana dan mengandung asosiasi, yaitu perbandingan dua hal
yang dianggap berbeda, tetapi dianggap sama. Perencanaan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual terdiri dari tujuh langkah, yaitu 1)
menemukan unsur intrinsik cerpen Guru, 2) menganalisis unsur
intrinsiknya, 3) bertanya mengenai unsur intrinsik, 4) diskusi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kelompok, 5) contoh cerpen yang sudah dianalisis, 6) refleksi
pembelajaran, 7) guru memberikan penilaian. Dalam penelitian ini
terdapat persamaan dan perbedaan, persamaannya adalah menganalisis
unsur intrinsik dalam cerita pendek dan rencana pembelajaran sastra
tentang cerita pendek di SMA. Perbedaannya penelitian yang dilakukan
oleh Wahyu Apriliani (2017) menggunakan kurikulum KTSP, sementara
dalam penelitian ini peneliti menggunakan Kurikulum 2013.
Penelitian relevan yang kedua, Theresia Rita Listiana (2004) yang
berjudul “Unsur Intrinsik Cerpen Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis karya A.S Laksana dan Implementasinya dalam
Bentuk Silabus dan Rencana Pembelajaran (RPP) untuk Siswa Kelas XII
Semester I” penelitian tersebut mengkaji dan memaparkan unsur intrinsik
dan hubungan unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerita pendek
tersebut. Penelitian tersebut merupakan jenis penelitian kualitatif,
penelitian kualitatif tersebut menggunakan pendekatan struktural yang
menghasilkan data-data deskriptif berupa hasil analisis dari cerpen yang
berjudul “Unsur Intrinsik Cerpen Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis karya A.S Laksana. Pendekatan struktural pada
penelitian tersebut memfokuskan pada unsur intrinsik cerita pendek yang
terdiri dari tokoh, latar, tema, alur, amanat, bahasa, sudut pandang, dan
hubungan antar unsur cerpen. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah sumber data tertulis. Sedangkan teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik simak
(membaca) dan teknik catat.
Hasil analisis cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis” karya A.S Laksana terdapat lima tokoh, yaitu 1) Alit sebagai
tokoh utama dan tokoh antagonis, 2) Gadis cantik sebagai tokoh
sederhana, 3) Pawang tua sebagai tokoh tambahan, 4) Tuhan sebagai
tokoh statis, 5) Duda tua sebagai tokoh statis. Latar yang digunakan tidak
mengacu pada suatu daerah tertentu tetapi meliputi tiga unsur latar, yaitu:
latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Alur yang digunakan adalah
alur maju karena jalannya peristiwa dalam cerita secara kronologis maju,
runtut dari awal, tengah, hingga akhir cerita. Tema yang terdapat dalam
cerpen adalah pertarungan yang remis.
Amanat yang disampaikan oleh pengarang dalam cerpen “Tuhan,
Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” adalah jangan terlalu
mudah untuk mengambil sebuah keputusan untuk menjalani hidup. Sudut
pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama “aku”.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia sederhana atau bahasa
sehari-hari. Relevansi dari penelitian Theresia Rita Listiana (2004)
dengan penelitian ini adalah, sama-sama meneliti unsur intrinsik dalam
cerita pendek dan perencanaan pembelajaran sastra di SMA, selain itu
pendekatan yang digunakan untuk menganailis juga sama, yaitu
pendekatan struktural, walaupun begitu tetap terdapat letak perbedaan
dalam penelitian ini yaitu dari segi objek judul cerita pendek yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Yang membedakan penelitian ini dengan dua penelitian relevan di
atas adalah, penelitian ini menggunakan Kurikulum 2013 sebagai dasar
implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA, sementara dua
penelitian yang relevan di atas menggunakan kurikulum berbasis KTSP
sebagai dasar implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA.
Selain itu pada penelitian relevan pertama milik Wahyu Apriliani (2017),
penelitian tersebut menggunakan pendekatan kontekstual dalam
perencanaan pembelajarannya untuk siswa kelas XII semester I,
sementara dalam penelitiaan ini implementasi rencana pembelajarannya
lebih ditekankan pada RPP K-13 untuk siswa kelas XI. Sementara pada
penelitian relevan yang kedua Theresia Lita Listiana (2004), penelitian
tersebut dalam penerapannya selain di implementasikan dengan RPP juga
di implementasikan dalam bentuk silabus, sementara dalam penelitian ini
bentuk implementasinya hanya dalam bentuk RPP saja, khususnya format
RPP Kurikulum 2013.
2.2 Kajian Teori
Kajian teori menurut peneliti merupakan sekumpulan konsep ilmiah
yang dibentuk secara sistematis untuk mendefinisikan, menerangkan, dan
memberikan jawaban terhadap suatu teori. Kajian teori yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu kajian teori mengenai, (1) pengertian cerita
pendek, (2) unsur intrinsik cerita pendek, (3) rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sastra di SMA. Berikut paparan mengenai pengertian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
cerita pendek, unsur intrinsik cerita pendek, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
2.2.1 Pengertian Cerita Pendek
Cerita pendek atau disingkat cerpen adalah sebuah cerita yang selesai
dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua
jam. Suatu hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan untuk membaca
sebuah novel (Poe dalam Nurgiyantoro 2007:10). Semi (1993:34),
mengungkapkan bahwa cerita pendek ialah sebuah karya sastra yang
memuat penceritaan secara memusat kepada suatu peristiwa pokok saja.
Semua peristiwa lain yang diceritakan dalam sebuah cerpen, tanpa kecuali
ditujukan untuk mendukung peristiwa pokok. Priyatni (2010:126)
berpendapat bahwa cerpen adalah salah satu bentuk karya fiksi, cerita
pendek sesuai dengan namanya memperlihatkan sifat yang serba pendek,
baik peristiwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku, dan jumlah kata
yang digunakan. Menurut peneliti sendiri, cerita pendek adalah cerita yang
diciptakan oleh seorang pengarang yang ditulis secara singkat dan padat
yang biasanya terdiri dari beberapa halaman saja dan langsung menyasar
pada tujuan jalan cerita cerpen itu sendiri, artinya konflik dan dinamika yang
terjadi dan terdapat dalam sebuah cerpen lebih singkat dan tidak sebanyak
yang terdapat dalam novel yang biasanya lebih panjang dan konfliknya lebih
beragam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.2.2 Unsur Intrinsik Cerita Pendek
Unsur intrinsik adalah adalah unsur-unsur yang (secara langsung)
atau turut serta membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro,
2010:23). Pada umumnya unsur-unsur intrinsik terdiri dari: tema, alur,
latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, amanat
(Nurgiyantoro, 2010:23). Dapat disimpulkan bahwa, unsur intrinsik cerita
pendek adalah unsur pembangun cerita pendek yang terdiri dari, tema,
alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.
2.2.2.1 Tema
Nurgiyantoro (2005:80) menyatakan bahwa, tema adalah sebuah
cerita yang dapat dipahami sebagai sebuah makna, makna yang mengikat
keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebgai sebuah kesatuan
yang padu. Berbagai unsur fiksi seperti alur, tokoh, alat, sudut pandang,
stile dan lain-lain berkaitan secara sinergis untuk bersama-sama
mendukung eksistensi tema. Dalam sebuah cerita, tema jarang
diungkapkan secara eksplisit, tetapi menjiwai keseluruhan cerita dan
dapat dirasakan, substansi dan keberadaannya haruslah ditemukan lewat
pembacaan dan pemahaman kritis.
Menurut peneliti, dalam pengertian sederhananya, tema adalah
makna cerita, gagasan sentral, atau dasar sebuah cerita. Sebagai sebuah
gagasan sentral, tema merupakan sesuatu yang hendak diperjuangkan
oleh pengarang sebagai pondasi atau dasar jalan cerita sebuah karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
sastra yang ingin disuguhkan kepada para penikmat atau pembaca agar
makna cerita yang terdapat dalam karya itu tidak melenceng dari gagasan
utama pikiran pengarang.
2.2.2.2 Alur
Aminudin (2002:83) menyatakan bahwa, alur (plot) adalah
rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga
menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam satu cerita.
Alur adalah struktur cerita yang disusun oleh urutan peristiwa atau bisa
disebut juga rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita yang dilalui atau
dialami pelaku. Hal ini sesuai dengan pendapat Stanton dalam
(Nurgiyantoro, 2010:113) plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian,
namun tiap kejadan itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa
yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Struktur alur menurut Sudjiman (1992:30) terdiri dari tiga tahap
yaitu, awal (paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan,
klimaks), dan akhir (leraian, selesaian). Berikut paparan struktur alur
menurut Sudjiman (1992:30-36).
1. Awal
a. Paparan
Penyampaian informasi kepada pembaca disebut paparan atau
eksposisi. Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu cerita.
Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
keterangan sekedarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisah
selanjutnya.
b. Rangsangan
Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru
yang berlaku sebagai katalisator (seseorang yang menyebabkan
terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian baru atau mempercepat
suatu peristiwa). Rangsangan dapat pula ditimbulkan oleh hal lain,
misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula
terasa laras. Tak ada patokan tentang penjangnya kapan disusun oleh
rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai gawatan.
c. Gawatan
Tidak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul oleh
rangsangan, dan berapa lama sesudah itu sampai pada gawatan. Gawatan
biasanya adalah perkembangan cerita setelah rangsangan. Dalam gawatan
akan timbul permasalahan yang terjadi dalam sebuah cerita.
2. Tengah
a. Tikaian
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua
kekuatan yang bertentangan, satu diantaranya diwakili oleh manusia
pribadi yang biasanya menjadi protagonist dalam cerita (sudjiman,
1992:34-35). Tikaian merupakan pertentangan antara dirinya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kekuatan alam, dengan masyarakat, orang atau tokoh lain, atau
pertentangan antara dua unsur dalam diri satu tokoh itu.
b. Rumitan
Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju klimaks cerita disebut
rumitan. Rumitan biasanya timbul setelah perselisihan dan adanya
pertentangan diantara tokoh. Dalam rumitan juga sudah muncul
permasalahan yang menimbulkan klimaks permasalahan namun
gambaran nasib tokoh semakin jelas meskipun belum sepenuhnya
terlukiskan.
c. Klimaks
Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya. Di
dalam cerita fiksi, rumitan sangat penting. Tanpa rumitan yang memadai
tikaian akan lamban. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima
seluruh dampak dari klimaks (Sudjiman, 1992:35). Klimaks adalah
puncak ketegangan pembaca terhadap jalan cerita sebuah karya sastra.
3. Akhir
a. Leraian
Leraian adalah bagian struktur alur sesudah klimaks yang
menunjukan perkembangan peristiwa kearah selesaian (Sudjiman,
1992:35). Dalam leraian sudah dapat terlihat adanya penyelesaian
masalah menuju selesaian. Dalam tahap ini konflik mulai mereda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
b. Selesaiaan
Selesaian adalah bagian akhir sebuah cerita. Selesaian boleh jadi
mengandung penyelesaian masalah yang melegakan. Boleh juga
mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan. Boleh juga pokok
masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Jadi, cerita sampai pada
selesaian tanpa menyelesaikan masalah, keadaan yang penuh
ketidakpastian, ataupun ketidakjelasan (Sudjiman, 1992:36).
Sementara berdasarkan penyusunan peristiwa, alur terbagi dalam tiga
jenis yaitu, alur progresif/kronologis/maju, alur regeresif/flash
back/sorot/balik/mundur, dan alur campuran (Sayuti, 2002:90).
1. Alur progeresif/kronologis/maju
Alur yang peristiwa-peristiwanya disusun secara kronologis. Artinya,
alur yang klimaksnya berada di akhir cerita. Rangkaian peristiwa
dalam alur maju berawal dari masa awal hingga masa akhir cerita
dengan urutan yang teratur dan beruntut. Tahapan pada alur maju
adalah sebagai berikut: pengenalan, konflik, klimaks, antiklimaks,
dan penyelesaian.
2. Alur regresif/flash back/sorot/balik/mundur
Alur yang peristiwa-peristiwanya disusun secara tidak kronologis.
Artinya, sebuah alur yang menceritakan masa lampau yang menjadi
klimaks di awal cerita. Rangkaian peristiwa dalam alur mundur
berawal dari masa lampau ke masa kini/ awal dengan susunan waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
yang tidak sesuai dan tidak beruntut. Tahapan pada Alur mundur
adalah sebagai berikut: penyelesaian, antiklimaks, klimaks, konflik,
dan pengenalan.
3. Alur campuran
Alur yang merupakan perpaduan alur maju dan alur mundur. Alur
campuran alur yang diawali dengan klimaks, kemudian menceritakan
masa lampau, dan dilanjutkan hingga tahap penyelesaian. Pada saat
menceritakan masa lampau, tokoh dalam cerita dikenalkan sehingga
saat cerita tersebut belum selesai, alur cerita kembali ke awal cerita
untuk mengenalkan kembali tokoh lainnya. Tahapan pada Alur
campuran adalah sebagai berikut: klimaks, konflik, pengenalan,
antiklimaks, dan penyelesaian.
Selain pendapat menurut para ahli di atas mengenai pengertian alur,
peneliti juga berpendapat dan menyimpulkan bahwa alur adalah susunan
atau rangkaian peristiwa yang terdapat dalam sebuah karya fiktif. Alur
berperan sebagai jalan bagi para pembaca untuk menelusiri jalan cerita
yang terdapat dalam karya sastra itu sendiri, sehingga membawa para
pembaca mampu menemukan ide atau imaji pengarang. Selain itu para
pembaca dibawa untuk turut mengalami apa yang dirasakan oleh para
tokoh dalam karya fiksi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.2.2.3 Latar (setting)
Dalam karya sastra, setting merupakan satu elemen pembentuk
cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut akan dapat menentukan
situasi umum sebuah karya (Abrams, 1981:1975 dalam Fananie, 2002:95).
Latar dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi tergambar dalam cerita,
tidak hanya menyatakan di mana, kapan, dan bagaimana situasi itu
berlangsung meliankan berkaitan dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku
sosial, dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis (Fananie,
2002:95). Abrams dalam Nurgiyantoro (2005:216) berpendapat latar atau
setting disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat,
hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan. Dengan demikian unsur latar dibedakan ke dalam tiga unsur
pokok, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial (Nurgiyantoro,
2010:227).
1. Latar tempat
Latar tempat menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa terjadi.
Misalnya yang menunjuk latar pedesaan, perkotaan atau latar tempat
lainnya. Melalui tempat terjadinya peristiwa diharapkan tercermin tradisi
masyarakat, tata nilai, tingkah laku, suasana, dan hal-hal lain yang
mungkin berpengaruh pada tokoh dan karakternya (Suminto, 2002:127).
Nurgiyantoro (2009:227) latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu,
inisial tertentu, atau mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas.
2. Latar waktu
Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa, dalam plot,
secara historis. Melalui pemberian waktu kejadian yang jelas, akan
tergambar tujuan fiksi tersebut. Rangkaian peristiwa mungkin terjadi jika
dilepaskan dan perjalanan waktu, yang dapat berupa jam, hari, tanggal,
bulan, tahun, bahkan zaman yang melatarbelakanginya (Suminto,
2000:127). Nurgiyantoro (2009:230) latar waktu berhubungan dengan
masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi. Genette dalam Nurgiyantoro (2009:231) latar waktu
memiliki makna ganda, yang mengacu pada wakru penulisan cerita dan
urutan waktu kejadian yang dikisahkan dalam cerita.
3. Latar sosial
Latar sosial melukiskan perilaku kehidupan sosial masyarakat pada
suatu tempat dalam karya fiksi. Latar sosial berkaitan dengan kebiasaan
hidup, cara berpikir dan bersikap yang tercermin dalam kehidupan
masyarakat yang kompleks (Nurgiyantoro, 2009:233). Menurut peneliti
sendiri, latar merupakan penggambaran sebuah karya sastra oleh
pengarang lewat imaji pembaca mengenai segala keadaan yang menjadi
latar dalam sebuah karya sastra, misalnya latar tempat, latar waktu, latar
suasana, latar sosial. Dengan bisa menemukan penggambaran latar, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
para pembaca mampu melihat dengan jelas imaji yang di gambarkan
pengarang yang terdapat dalam karya sastranya. Dengan begitu, maka
pesan yang ingin di sampaikan oleh pengarang lewat karyanya akan
semakin jelas.
2.2.2.4 Tokoh
Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif, berupa cerpen, novel ataupun drama, yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan
(Abrams dalam Nurgiyantoro, 2009:165). Menurut Nurgiyantoro
(2009:177-178), tokoh dari segi peranannya terdiri dari tokoh utama dan
tokoh tambahan. Sementara, bila dilihat dari fungsi penampilan, tokoh
dapat dibedakan menjadi dua yaitu, tokoh protagonis dan tokoh
antagonis. Peneliti kemudian menyimpulkan bahwa, tokoh adalah setiap
individu atau pelaku cerita yang diciptakan pengarang dalam karya
sastranya yang memiliki sikap, sifat, bentuk fisik dan peranan tertentu
yang meunjang jalannya cerita. Berikut paparan mengenai tokoh menurut
Nurgiyantoro (2009:176-179).
1. Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang senantiasa hadir dalam setiap
kejadian jalannya cerita, yang mana porsi penampilannya lebih banyak
dibandingkan tokoh-tokoh lain dalam sebuah cerita. Tokoh utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
memiliki peranan penting dalam perkembangan alur cerita. Tokoh ini
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku
kejadian, maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 2009:177).
2. Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan adalah tokoh yang kemunculannya dalam sebuah
jalan cerita lebih sedikit porsinya dibandingkan tokoh utama. Kehadiran
tokoh tambahan biasanya hanya muncul ketika ada keterkaitan antara
tokoh utama dengan tokoh tambahan itu sendiri. Artinya, kehadiran tokoh
tambahan hanya menunjang penampilan tokoh utama dalam jalannya
sebuah cerita. Walaupun porsi penampilan tokoh tambahan tidak banyak,
namun peran mereka akan tetap mempengaruhi perkembangan plot.
Tokoh tambahan sendiri terdiri dari tokoh utama tambahan, tokoh
tambahan utama, dan tokoh tambahan. Pembedaan mengenai tokoh utama
tersebut dilihat dari kadar perananan atau porsi kemunculan setiap tokoh
yang ada dalam cerita, artinya dominasi setiap tokoh dalam penceritaan itu
sendiri dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot (Nurgiyantoro,
2009:177-178). Bila dilihat dari fungsi penampilan, tokoh dapat
dibedakan menjadi dua yaitu, tokoh protagonis dan tokoh antagonis
(Nurgiyantoro, 2010:178). Di bawah ini peneliti memaparkan fungsi
penampilan tokoh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
1. Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, yang salah satu
jenisnya secara populer disebut hero atau pahlawan, yaitu tokoh yang
merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita
(Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro, 2009:178). Peneliti menarik
kesimpulan, bahwa identifikasi dari tokoh protagonis yang merupakan
perlambang dari norma-norma kebaikan dan nilai-nilai kebaikan itu akan
menimbulkan empati dalam diri pembaca lewat tindakan yang dilakukan
oleh tokoh protagonis dalam rangkaian jalan cerita.
2. Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh yang melawan tokoh protagonis.
Tokoh antagonis adalah penyebab terjadinya konflik dan ketegangan yang
dialami oleh tokoh utama dan tokohprotagonis dalam sebuah cerita
(Nurgiyantoro, 2009:178). Menurut peneliti, peran dari tokoh antagonis
dianggap lumayan penting dalam rangkaian peristiwa jalannya cerita yang
terjadi dalam sebuah karya sastra baik itu berupa cerpen ataupun novel.
Peran dari tokoh antagonis adalah sebagai penimbul konflik, dimana
konflik itu memicu pertentangan yang terjadi dalam diri tokoh-tokoh yang
terdapat pada cerpen atau novel, konflik yang terjadi akan terus
memuncak dan berkembang sampai menuju klimaksnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.2.2.5 Penokohan
Menurut Santosa (2008:90), penokohan merupakan usaha untuk
membedakan peran satu dengan peran yang lain. Dari pendapat para ahli
di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa, penokohan adalah
penggambaran atau pelukisan karakter setiap tokoh oleh pengarang dalam
karya sastra ciptaannya yang mewakili sikap dan sifat tokoh. Dalam hal
teknik pelukisan tokoh Nurgiyantoro (2009:194) berpendapat bahwa
masalah penokohan dalam sebuah karya sastra tak semata-mata hanya
masalah dalam pemilihan jenis dan perwatakan para tokoh saja, melainkan
bagaimana pengarang melukiskan kehadiran dan penghadiran para tokoh
ciptaannya secara tepat sehingga mampu menciptakan dan mendukung
tujuan artistik karya yang bersangkutan. Adapun teknik pelukisan tokoh
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Teknik Ekspositori
Pada teknik pelukisan tokoh ini, pengarang akan memberikan
deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Artinya, tokoh dalam
cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang kehadapan pembaca secara
tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai dengan
deskripsi tokoh, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku,
atau ciri fisiknya, hal-hal ini biasanya terdapat pada tahap perkenalan
(Nurgiyantoro, 2009:195). Peneliti menarik kesimpulah bahwa, deskripsi
tentang tokoh yang ditampilkan pengarang lewat teknik pelukisan
ekspositori telah ditampilkan secara utuh dan terang-terangan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pengarang dalam karyanya, sehingga pembaca secara langsung mampu
mengidentifikasi setiap sifat, sikap, watak, tingkah laku dan ciri fisik
tokoh rekaan tersebut. Dengan mampunya para pembaca menemukan
keberadaan tokoh, maka akan semakin mempermudah pembaca untuk
mengikuti jalan cerita yang tersaji tersebut.
2. Teknik Dramatik
Pelukisan tokoh dalam teknik dramatik dilakukan secara tidak
langsung oleh pengarang, artinya pengarang tidak mendeskripsikan
secara eksplisit sifat, sikap, serta tingkah laku tokoh ciptaannya. Dalam
teknik ini pengarang akan membiarkan para tokoh ciptaanya muncul dan
hadir sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara
verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku dan
juga lewat berbagai persistiwa yang terjadi dalam dunia imaji pengarang
yang tergambar dalam karya sastranya (Nurgiyantoro 2009:198).
Berhubung sifat para tokoh tidak dideskripsikan secara jelas dan
lengkap maka para tokoh rekaan itu akan hadir kepada para pembaca
secara samar-samar. Tokoh tersebut akan mulai muncul apabila pembaca
sudah menyelesaikan sebagian besar jalan cerita atau setelah pembaca
menyelesaikan secara penuh jalan cerita tersebut atau bahkan setelah
mengulang membacanya sekali lagi (Nurgiyantoro 2009:198-199).
Artinya, untuk menemukan tokoh dalam teknik pelukisan tokoh dramatik
ini pembaca dituntut untuk memahami secara jelas setiap peristiwa dan
jalan cerita sebuah karya sastra yang sedang dinikmati untuk menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
kehadiran setiap tokoh. Dalam wujud penggambarannya, terdapat
delapan wujud penggambaran dalam teknik pelukisan dramatik. Wujud
penggambaran tersebut sebagai berikut.
a. Teknik Cakapan
Bentuk percakapan dalam sebuah karya fiksi umumnya sangat
banyak, baik percakapan yang pendek maupun yang panjang. Teknik ini
dimaksudkan untuk menghadirkan wujud dan tingkah laku tokoh lewat
verbal atau percakapan para tokoh itu sendiri (Nurgiyantoro, 2009:201).
Artinya, untuk mengetahui sifat dan watak tokoh maka harus
mengidentifikasi percakapan-percakapan yang terjadi dalam karya
tersebut.
b. Teknik Tingkah Laku
Pada teknik ini, pengarang akan menghadirkan kedirian tokoh lewat
bermacam tingkah laku, reaksi, tanggapan, sifat dan sikap (Nurgiyantoro,
2009:203). Artinya, untuk mengidentifikasi tokoh, maka pembaca harus
mampu memahami setiap gelagat para tokoh yang dihadirkan pengarang
dalam karyanya.
c. Teknik Pikiran dan Perasaan
Perbuatan dan kata-kata merupakan perwujudan konkret tingkah laku
pikiran dan perasaan. Namun, orang tidak dapat berlaku pura-pura
terhadap pikiran dan hatinya sendiri (Nurgiyantoro, 2009:204). Teknik
ini juga ditemukan pada teknik cakapan dan tingkah laku, perbedaannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
pada kedua teknik tersebut sifat dan watak tokoh tergambar lewat
percakpan antara tokoh satu dengan tokoh lainnya dan tergambar lewat
gelagat dan tingkah laku sang tokoh, sementara pada teknik ini pikiran
dan perasaan tokoh seolah terggambar lewat percakapan pikiran dan batin
tokoh itu sendiri, sederhananya percakapan tersebut dilakukan tokoh pada
dirinya sendiri atau tokoh berbicara dalam hati. Walapaun tokoh
berbicara pada dirinya sendiri tapi para pembaca tetap mampu
menangkap isi percakapan sang tokoh tersebut karena percakapan itu
ditampilkan oleh pengarang lewat karya fiksinya. Jadi, untuk
mengidentifikasi watak dan sifat tokoh pembaca harus memahami
percakapan yang terjadi antara tokoh dengan dirinya sendiri.
d. Teknik Arus Kesadaran
Teknik arus kesadaran berkaitan erat dengan teknik pikiran dan
perasaan. Teknik arus kesadaran merupakan teknik narasi yang berupaya
menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, di mana
tanggapan indera bercampur dengan kesadaraan dan ketaksadaran
pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak (Abrams
dalam Nurgiyantoro, 2009:206). Teknik ini banyak mengungkap dan
memberikan informasi tentang kehadiran tokoh lewat monolog batin sang
tokoh yang biasanya mental sang tokoh sedang bergejolak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
e. Teknik Reaksi Tokoh
Teknik ini menggambarkan kedirian atau sifat dan watak sang tokoh
lewat reaksi-reaksi tokoh itu terhadap rangsangan disekitarnya yang
dapat berupa suatu kejadian, keadaan, kata, dan sikap tingkah laku tokoh
lain (Nurgiyantoro, 2009:207). Informasi yang tergambar dari teknik
reaksi tokoh ini adalah sikap sang tokoh ketika menghadapi reaksi tokoh-
tokoh lainnya terhadap tokoh utama.
f. Teknik Reaksi Tokoh Lain
Teknik ini dimaksudkan sebagai reaksi tokoh lain terhadap tokoh
utama, yang berupa pandangan, pendapat, sikap atau komentar. Tokoh-
tokoh lain ini pada hakikatnya melakukan penilaian terhadap tokoh utama
(Nurgiyantoro, 2009:209). Artinya, dengan diberikannya penilaian
terhadap tokoh utam oleh tokoh-tokoh lain maka secara tidak langsung
tokoh lain telah memberikan informasi mengenai kedirian sang tokoh
utama kepada para pembaca.
g. Teknik Pelukisan Latar
Keadaan latar tertentu memang dapat menimbulkan kesan tertentu
pula terhadap para pembaca. Misalnya, suasana rumah yang bersih, rapi,
teratur akan menimbulkan kesan bahwa tokoh sang pemilik rumah
tersebut sebagai orang yang cinta kebersihan. Pelukisan keadaan latar
disekitar tokoh secara tepat akan mendukung teknik penokohan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kuat, walau latar sendiri diluar kedirian tokoh (Nurgiyantoro, 2009:210-
211).
h. Teknik Pelukisan Fisik
Pelukisan keadaan fisik tokoh dalam kaitannya dengan penokohan
kadang-kadang memang terasa penting, terutama jika sang tokoh
memiliki bentuk fisik yang khas, sehingga pembaca dapat
menggambarkannya secara imajinatif (Nurgiyantoro, 2009:210).
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengertian tokoh dan
penokohan, peneliti akan memaparkan perbedaan pengertian dari tokoh
dan penokohan menurut pandangan peneliti. Tokoh, adalah setiap
individu atau pelaku cerita yang diciptakan pengarang dalam karya
sastranya yang memiliki sikap dan sifat. Sementara penokohan adalah
penggambaran karakter setiap tokoh oleh pengarang dalam karya sastra
ciptaannya yang mewakili sikap, sifat, watak, tingkah laku dan fisik para
tokoh.
2.2.2.6 Sudut Pandang
Sudut pandang atau pusat pengisahan dipergunakan untuk
menentukan arah pandang pengarang terhadap peristiwa-peristiwa di
dalam cerita sehingga tercipta suatu kesatuan cerita yang utuh. Sudut
pandang pada dasarnya adalah visi pengarang untuk melihat peristiwa
dan kejadian dalam cerita. Sebuah karya fiksi sesungguhnya merupakan
pandangan pengarang terhadap kehidupan (Suminto, 2000:158).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Sementara Nurgiyantoro (2010:249) sudut pandang dibedakan menjadi
tiga, yaitu sudut pandang persona ketiga “dia”, sudut pandang persona
pertama “aku”, dan sudut pandang campuran.
Dalam sudut pandang persona ketiga, pengarang menyebutkan
sang tokoh dengan menyebut nama, atau kata ganti ia, dia, mereka, nama-
nama tokoh cerita khususnya yang utama, kerap akan terus menerus
disebut, dan sebagai variasi digunakan kata ganti. Dalam sudut pandang
persona ketiga terdapat “dia” mahatahu dan “dia” sebagai pengamat.
Pada sudut pandang persona ketiga “dia” mahatahu, penulis akan
menceritakan apa saja terkait tokoh utama, seakaan si “dia” tahu benar
tentang watak, pikiran, perasaan, kejadian. Sementara “dia” sebagai
pengamat, pada sudut pandang ini penulis mengambarkan si “dia”
sebagai pengamat yang menemukan atau merasakan suatu kejadian
dengan melihat, mendengar, mengalami, dan merasakan (Nurgiyantoro,
2010:256).
Sementara sudut pandang persona pertama terdiri dari dua yaitu,
sudut pandang persona pertama (tokoh utama) dan sudut pandang
persona pertama (tokoh tambahan). Dalam sudut pandang persona
pertama (tokoh utama) pengarang adalah seseorang yang ikut terlibat
dalam jalannya cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang mengisahkan dirinya
sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan yang diketahui, didengar,
dilihat dan dirasakan, serta sikapnya terhadap tokoh lain kepada
pembaca. Sementara dalam sudut pandang persona pertama (tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
tambahan), si “aku” biasanya berperan sebagai tokoh tambahan dalam
jalannya sebuah cerita yang perannya hanya digambarkan sebagai saksi
dari rangkaian persistiwa yang dialami si “aku” tokoh utama. Sudut
pandang campuran yaitu, sudut pandang dimana pengarang dalam
mengisahkan tokoh ciptaanya dengan menggunakan sudut pandang
persona ketiga “dia” mahatahu atau “dia” sebagai pengamat dan sudut
pandang persona pertama “aku” sebagai tokoh utama atau “aku” tokoh
tambahan sebagai saksi secara bergantian (Nurgiyantoro, 2010:262).
Dari dua pengertian di atas peneliti mencoba menyederhakan
lagi pengertian sudut pandang, sudut pandang menurut peneliti adalah
cara pengarang menempatkan dirinya dan tokoh-tokoh lain dalam sebuah
cerita yang ia ciptakan. Dengan kemampuan pengarang dalam
menampatkan dirinya diantara tokoh utama dan tokoh lain lewat sudut
padang maka akan mempermudah pembaca untuk membedakan antara
kehadiran pengarang diantara tokoh utama dengan tokoh lain dalam
karya tersebut. Dengan begitu, akan semakin mudah bagi para pembaca
untuk mengikuti setiap jalan cerita yang tersaji dalam karya sastra
tersebut.
2.2.2.7 Gaya Bahasa
Keraf (2002:113), mengungkapkan bahwa gaya bahasa
merupakan cara pengarang mengungkapkan pikiran melalui bahasa
secara khas, yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
lanjut dijelaskan olehnya bahwa gaya bahasa yang baik harus
mengandung tiga unsur, yakni kejujuran, sopan santun, dan menarik.
Abrams dalam Nurgiyantoro (2009:276) berpendapat bahwa, gaya bahasa
adalah cara seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan
dikemukakan, lebih lanjut Nurgiyantoro berpendapat (2009:277), tujuan
dari gaya bahasa adalah untuk mendapatkan efek keindahan yang
menonjol, gaya bahasa pada hakikatnya merupakan teknik pemilihan
ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan
diungkapkan.
Dalam bentuk percakapannya, sebuah karya fiksi umumnya
dikembangkan dalam dua bentuk penuturan, yaitu bentuk narasi dan
bentuk dialog. Kedua bentuk tersebut hadir secara bergantian sehingga
cerita yang ditampilkan tidak monoton dan lebih variatif. Pengungkapan
bahasa dengan gaya narasi biasanya menyampaikan atau menceritakan
sesuatu secara singkat, sebab pengarang cenderung menuturkannya
secara singkat juga. Dalam penuturan narasi, pengarang cenderung
memilih peristiwa, tindakan, konflik, penceritaan latar, tokoh, hubungan
antar tokoh atau hal-hal lain yang yang menarik dari perjalanan hidup
tokoh untuk diceritakan. Sementara, pengungkapan bahasa dengan gaya
dialog atau percakapan biasanya pengarang membiarkan pembaca untuk
melihat dan seolah mendengar sendiri kata-kata dari setiap percakapan
antar tokoh yang terjadi dalam cerita tersebut. Gaya dialog lebih memberi
kesan realistis bagi pembaca, karena pembaca mengikuti percakapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
yang terjadi antara tokoh satu dengan tokoh lainnya. Gaya percakapan
atau dialog ini lebih kepada memberi penekanan atau menopang cerita
yang dituturkan dengan gaya narasi. Dengan demikian, pengungkapan
narasi dan dialog dalam sebuah karya fiksi harus berjalan beriringan,
sambung-menyambung dan saling melengkapi (Nurgiyantoro, 2009:310-
311). Berdasarkan definisi gaya bahasa menurut para ahli di atas,
peneliti menarik kesimpulan bahwa, gaya bahasa merupakan cara
pengarang dalam menyampaikan ide dan gagasannya melalui bahasa
sebagai media penyampainya dengan tujuan untuk mendapatkan efek
keindahan, efek keindahan tersebut bertujuan tujuan untuk
mempengaruhi perasaan pembaca, yang diharapkan bisa menimbulkan
berbagai emosi dalam diri para pembaca ketika membaca karyanya.
Dalam bentuk penuturannya, gaya bahasa terdiri dari dua jenis bentuk
penuturan yaitu, penuturan narasi dan penuturan dialog.
2.2.2.8 Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada
pembaca melalui karyanya dan mengandung nilai moral, makna yang
sangat bermanfaat bagi kehidupan pembaca (Nurgiyantoro, 2010:323).
Dari pendapat ahli tersebut, peneliti menarik kesimpulan bahwa, amanat
adalah ajaran moral atau pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang
kepada pembaca melalui karyanya. Pesan bisa berupa harapan, nasehat,
dan sebagainya. Pesan merupakan hal penting dalam sebuah cerpen,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
pesan dalam sebuah cerpen akan ditemukan bila pembaca membaca
secara utuh karya tersebut. Kemudian, setelah pembaca mampu dan
berhasil menemukan amanat atau pesan dalam karya sastra tersebut,
diharapkan nilai-nilai moral yang terkandung didalamannya dapat
berguna dan bermanfaat bagi pembaca itu sendiri, dengan artian pembaca
mampu membedakan dan menerapkan mana yang baik dan mana yang
buruk dalam kehidupan sehari-harinya.
2.2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rancangan
pembelajaran mata pelajaran per-unit yang akan diterapkan oleh guru
dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik
yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa
menerapkan pelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP harus
mempunyai daya terap (applicable) yang tinggi. Di sisi lain dengan RPP
juga dapat diketahui tingkat kemampuan guru dalam menjalankan
profesinya (Muslich, 2007:45). Muslich (2007:53) mengemukakan
beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan RPP,
yaitu.
1. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas, makin
konkret kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk
kompetensi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi peserta didik.
3. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP
harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.
4. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas
pencapainnya.
5. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana di sekolah,
terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team
teaching) atau moving class.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, diuraikan
langkah-langkah dalam menyusun RPP. Langkah-langkah penyusunan
RPP tersebut sebagai berikut.
1. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
a. Mencantumkan identitas, yang meliputi: nama sekolah, mata
pelajaran, kelas/semester, standar kompetensi, dikutip dari
silabus yang telah disusun, kompetensi dasar, dikutip dari
silabus, begitu pula dengan indikator. Indikator dijabarkan
dari kompetensi dasar. Alokasi waktu diperhitungkan untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang bersangkutan yang
dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun sebagai skenario
untuk mencapai satu kompetensi dasar.
2. Mencantumkan Indikator
Indikator dijabarkan sendiri oleh guru dari Kompetensi Dasar.
Setiap indikator terdiri dari dua bagian, yaitu tingkah laku dan isi
pembelajaran.
3. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran berisi penguasaan kompetensi operasional
yang ditargetkan atau dicapai dalam RPP. Tujuan pembelajaran
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari
kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran dapat terdiri dari sebuah
tujuan atau beberapa tujuan.
4. Mencantumkan Materi Pelajaran
Materi pelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan
mengacu materi pokok yang ada dalam silabus.
5. Mencantumkan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai model atau
pendekatan pembelajaran.
6. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dapat berupa kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan penutup atau kegiatan akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
7. Mencantumkan Sumber Belajar
Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media,
narasumber, alat dan bahan. Sumber belajar dalam silabus
dituliskan buku refers, dalam RPP harus dicantumkan judul buku
teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.
8. Mancantumkan Penilaian
Penilaiaan dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrument,
dan instrument yang dipakai untuk mengumpulkan data. Apabila
penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja,
dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik
penilaian.
Dapat disimpulkan bahwa, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) adalah program perencanaan jangka pendek yang disusun oleh
seorang guru sebagai panduan dalam mengajar di kelas, agar materi yang
diajarkan berjalan sesuai rencana serta dalam prosesnya berjalam secara
sistematis dan sesuai dengan kompetensi dasar, maka RPP harus
dirancang sebaik mungkin. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun
sebagai skenario untuk mencapai satu kompetensi dasar. Dari penjelasan
tersebut peneliti akan menampilkan format dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Materi Pokok :
Alokasi Waktu :
A. Kompetensi Inti
KI-1
KI-2
KI-3
KI-4
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar
Pengetahuan
Kompetensi Dasar
Keterampilan
Indikator Pencapaian
Kompetensi Pengetahuan
Indikator Pencapaian
Kompetensi Keterampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran
1. Materi Regular
a. Pengetahuan
Faktual :
Konseptual :
Prosedural :
2. Keterampilan
:
3. Materi Remidial
4. Materi Pengayaan
-
E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran
1. Pendekatan :
2. Model :
3. Metode :
F. Media, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media :
2. Bahan :
3. Sumber Belajar :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Bagian Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
(menit)
Pendahuluan Orientasi
Apersepsi
Motivasi
Pemberian acuan
15
Kegiatan Inti Mengamati
Menanya
Mengumpulkan Data/Informasi
Mengolah Informasi
Mengkomunikasikan
60
Penutup Kesimpulan
1. Guru mengajak siswa untuk
membuat refleksi terkait
dengan kegiatan pembelajaran.
2. Guru memberikan salam dan
menutup kegiatan
pembelajaran
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
H. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Penilaian Pengetahuan.
2. Instrumen Penilaian Aspek Sikap.
3. Instrumen Keterampilan.
I. Lampiran Materi Pembelajaran
Kota ………………
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru mata pelajaran
NIP … NIP …
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2.2.4 Kerangka Berpikir
Pembelajaran unsur intrinsik merupakan salah satu materi yang
terdapat dalam materi pembelajaran siswa SMA kelas XI semester satu
(ganjil) yaitu pada Kompetensi Dasar 3.1 Memahami struktur dan kaidah
teks cerita pendek baik melalui lisan maupun tulisan. Pada penelitian ini,
hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah mencari cerita pendek
yang akan diteliti yang terdapat dalam kumpulan-kumpulan cerita pendek
karya Prapta Diharja yang terdapat dalam Mozaik Pengalaman Hidup,
setelah menemukan salah satu cerita pendek yang berjudul “Gadis Manis
dalam Bis”, kemudian peneliti membaca cerita pendek tersebut sampai
selesai dengan tujuan untuk menemukan dan mengidentifikasi unsur-
unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut, cerita pendek
berjudul “Gadis Manis dalam Bis” sendiri tediri dari empat halaman.
Kemudian peneliti mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang terdapat
dalam cerpen tersebut, kemudian merangkum hasil temuan itu untuk
diklasifikasikan unsur-unsur intrinsiknya berdasarkan pendekatan
struktural yang digunakan peneliti.
Setelah mengidentifikasi, merangkum, dan mengklasifikasikan
hasil temuan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek berjudul
“Gadis Manis dalam Bis” peneliti kemudian menganalisis secara
mendalam lagi temuan unsur-unsur intrinsik tersebut. Setelah
menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis
Manis dalam Bis” kemudian peneliti merancang bahan ajar berupa RPP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Dalam merancang RPP, peneliti merancang RPP untuk satu kali
pertemuan di kelas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, metode ini dirasa sangat bermanfaat bagi peneliti karena,
sebelum melakukan penelitian secara mendalam peneliti terlebih dahulu
mengidentifikasi unsur-unsur intriksik cerpen dengan membaca cerpen
“Gadis Manis dalam Bis”. Artinya, secara tidak langsung setelah
membaca cerpen “Gadis Manis dalam Bis” peneliti mulai mampu
mengidentifikasi dan mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang
terdapat dalam cerpen tersebut walaupun belum secara utuh. Setelah
proses identifikasi, kemudian peneliti akan mengklasifikasi hasil temuan
unsur-unsur intrinsiknya, berikutnya temuan data-data yang sebelumnya
telah dikaji kemudian dipaparkan atau dideskripsikan secara utuh sesuai
dengan teori-teori analisis unsur intrinsik cerita pendek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini peneliti memaparkan beberapa hal yakni (1) jenis
penelitian, (2) sumber data dan data, (4) teknik pengumpulan data, (5)
instrumen penelitian, (6) teknik analisis data.
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul “Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja dan Implementasi
Rencana Pembelajaran di SMA kelas XI” ini merupakan penelitian
deskriptif karena peneliti menguraikan data berupa kata-kata yang berasal
dari fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun
fenomena buatan manusia yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis
Manis dalam Bis” (Sukmadinata, 2006:72). Nazir (1988:63) berpendapat
penelitian deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki dalam cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3.2. Sumber Data dan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumpulan
cerpen karya Prapta Diharja dalam Mozaik Pengalaman Hidup, dalam
kumpulan cerpen tersebut terdapat tujuh belas cerpen, secara khusus salah
satu cerpen dari ke tujuh belas cerpen yang terdapat di dalamnya adalah
cerpen berjudul “Gadis Manis dalam Bis” yang kemudian menjadi data
dalam penelitian ini. Arikunto (2013: 129), sumber data dalam penelitian
merupakan subjek tempat data dapat diperoleh. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) (2008: 296), data merupakan keterangan atau
bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan).
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik
membaca dan teknik mencatat.
1. Teknik Baca
Pada teknik ini, peneliti terlebih dahulu membaca cerita pendek
berjudul “Gadis Manis dalam Bis” secara keseluruhan dengan tujuan
untuk mendapatkan pemahaman awal tentang unsur intrinsik cerita pendek
yang akan dicari dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” tersebut sebelum
menganalisisnya secara mendalam.
2. Teknik Catat
Setelah membaca cerita pendek berjudul “Gadis Manis dalam Bis”
karya Romo Prapta, peneliti akan mengidentifikasi, kemudian mencatat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
merangkum hasil temuan tersebut untuk diklasifikasikan jenis unsur
intrinsiknya. Tujuan dari teknik catat adalah untuk mendeskripsikan hasil
analisis unsur intrinsik cerita pendek.
3.4. Instrumen Penelitian
Instrumen berarti alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
(Sugiyono, 2009:305). Instrumen penelitian merupakan alat pengumpul
data (Moleong, 2008:168). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teks cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja,
dalam penelitian ini peneliti memiliki peran utama dalam menjalankan
penelitian ini, kedudukan peneliti adalah sebagai alat pengumpul data.
Mengapa kedudukan peneliti layak disebut sebagai instrumen penelitian,
karena peneliti sebagai mahasiswa aktif di program studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, yang sebelum
melakukan penelitian terhadap Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja dan Implementasi Rencana
Pembelajaran sebelumnya telah memiliki modal ilmu pengetahuan
mengenai analisis unsur cerita pendek dan modal ilmu pengetahuan dalam
merancang rencana pembelajaran yang peneliti dapatkan melalui
perkuliahan di mata kuliah pengkajian dan apresiasi sastra (puisi, prosa,
drama) dan mata kuliah Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia, Evaluasi
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Pengembangan Bahan dan
Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Penelitian Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Bahasa dan Sastra Indonesia, Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, dan Seminar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti merujuk pada kajian
analisis deskriptif. Nurastuti (2007:103) menjelaskan yang dimaksud
dengan analisis deskriptif adalah analisis yang dilakukan dengan merinci
dan menjelaskan secara panjang lebar (menyeluruh) keterkaitan data
penelitian dalam bentuk kalimat. Jadi, peneliti benar-benar mengungkap
masalah penelitian ini dengan cara mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan
memaparkan masalah penelitian tersebut. Kemudian peneliti mengaitkan
deskripsi masalah tersebut ke dalam suatu bentuk kalimat, sehingga
penelitian ini benar-benar jelas. Ada empat langkah teknik analisis data
dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap Identifikasi
Dalam tahap identifikasi, data-data yang telah terkumpul diidentifikasi
dengan mengkaji unsur-unsur intrinsik apa saja yang terdapat dalam
cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis”.
2. Tahap klasifikasi
Dalam tahap klasifikasi, data diklasifikasikan atau dikelompokan
berdasarkan temuan jenis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita
pendek “Gadis Manis dalam Bis”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
3. Tahap deskripsi
Dalam tahap deskripsi, peneliti akan memaparkan atau
mendeskripsikan data-data yang telah dikaji.
4. Tahap Menyusun RPP
Pada tahap ini, peneliti akan menyusun RPP sesuai dengan rancangan
RPP kurikulum 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan memaparkan deskripsi data, analisis unsur
intrinsik cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja, dan
rencana pembelajaran unsur intrinsik cerita pendek “Gadis Manis dalam
Bis” karya Prapta Diharja dalam bentuk RPP.
4.1 Deskripsi Data.
Pada bab IV akan dikemukakan data yang ditemukan dalam analisis
unsur intrinsik cerita pendek ”Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja dan rencana pembelajarannya di kelas XI SMA. Cerita pendek
yang dianalisis terdiri dari empat halaman. Pada cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” peneliti akan menganalisis tema, alur, latar, tokoh dan
penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Kemudian
mengimplementasikan hasil temuan tentang unsur intrinsik tersebut dalam
bentuk perencanaan pembelajaran di kelas XI berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Data yang ditemukan berupa kalimat atau paragraf
yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja, sedangkan sumber data untuk menganalisis unsur intrinsik cerita
pendek itu sendiri adalah cerpen berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya
Prapta Diharja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
4.2 Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Gadis Manis dalam Bis”
Karya Prapta Diharja.
Analisis unsur intrinsik dalam penelitian ini menggunakan cerita
pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Analisis unsur
intrinsik bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secara
menyeluruh tentang isi cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya
Prapta Diharja. Analisis hanya difokuskan pada unsur intrinsiknya saja
yang meliputi, tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya
bahasa, dan amanat. Berikut analisis unsur intrinsik cerita pendek “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
4.2.1 Tema
Nurgiyantoro (2005:80) menyatakan bahwa, tema adalah sebuah
cerita yang dapat dipahami sebagai sebuah makna, makna yang mengikat
keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan
yang padu. Berbagai unsur fiksi seperti alur, tokoh, alat, sudut pandang,
stile dan lain-lain berkaitan secara sinergis untuk bersama-sama
mendukung eksistensi tema. Dalam sebuah cerita, tema jarang diungkapkan
secara eksplisit, tetapi menjiwai keseluruhan cerita dan dapat dirasakan,
substansi dan keberadaannya haruslah ditemukan lewat pembacaan dan
pemahaman kritis. Dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya
Prapta Diharja terdapat tema sebagai makna yang mengikat keseluruhan
unsur cerita. Tema yang terkandung dalam cerita pendek “Gadis Manis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dalam Bis” karya Prapta Diharja adalah kekesalan atau rasa kesal seorang
mahasiswa yang diperankan tokoh “Aku” saat mengenang kejadian yang
pernah menimpa dirinya di masa lalu, rasa kesal itu tertuju kepada dua
orang gadis cantik dan ramah yang ternyata pencopet yang sedang beraksi
di dalam bus saat jam pulang kuliahnya. Hal ini bisa dibuktikan dan dapat
dilihat pada kutipan cerpen (1) dan kutipan (38), dan kutipan (41).
(1) “Geli dan dongkol rasanya, bila mengenangnya. Ceritanya
begini: seperti biasa, pulang kuliah aku menunggu bis di halte
Rawa-mangun. Waktu Belum begitu siang. Kira-kira jam
sebelas. Belum masanya anak-anak sekolah siang berangkat”.
(Prapta Diharja, 1980:125).
Pada kutipan (1), tokoh “Aku” menceritakan bahwa ia merasa geli
dan dongkol bila mengenang kejadian itu lagi. Dimana kejadian
pencopetan itu terjadi ketika ia pulang kuliah dan sedang berada di dalam
bus.
(38) “Dasar mahasiswa bokek!" semprot kondektur itu terhadapku.
Beberapa penumpang menoleh kepadaku. Beberapa tersenyum.
Aku diam menahan malu dan dongkol”. (Prapta Diharja,
1980:125).
Dari kutipan (38) di atas, tergambar jelas kekesalan tokoh “Aku”
terhadap kejadian yang menimpanya yang terjadi di dalam bus.
(41) "Ya, ya, ya. Pajak jalanan tanpa kompromi. Tanpa permisi.
Memang saya juga sering kena juga. Wah, payah. Kali ini kamu
yang sedang beruntung, Dik." Kemudian dia merogoh kantong
membayarkan kepada kondektur untuk aku. Aku ceritakan
semuanya itu kepada penumpang lain, kecuali satu: bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
pencopet-pencopet itu adalah cewek-cewek manis. Malu, dong.
Masak cowok dikerjain oleh cewek-cewek. Teringat senyum
dan tawa mereka. Kini aku tahu kenapa mereka itu mendesak-
desak menghimpitku. Oh, himpitan beracun! Hanya karena aku
ge-er saja, aku lengah. Geli dan dongkol rasanya. Inikah arti
emansipasi? Aku tersenyum kecut”. (Prapta Diharja, 1980:125).
Dari kutipan (41) di atas semakin tergambar dengan jelas kekesalan
tokoh “Aku” terhadap kejadian yang menimpa dirinya, hal itu tergambar
jelas lewat percakapan batinnya “Teringat senyum dan tawa mereka. Kini
aku tahu kenapa mereka itu mendesak-desak menghimpitku. Oh, himpitan
beracun! Hanya karena aku ge-er saja, aku lengah. Geli dan dongkol
rasanya. Inikah arti emansipasi? Aku tersenyum kecut”.
Bukti dari tema kekesalan yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja sebagai sebuah makna yang mengikat
keseluruhan unsur cerita yang secara sinergis dan saling mengikat sehingga
mendukung eksistensi tema tersebut sebagai sebuah kesatuan yang padu
terbukti dari perasaan kesal yang dilukiskan oleh tokoh “Aku” ketika tokoh
“Aku” mengenang kembali kejadian pencopetan yang pernah menimpanya
di masa lalu. Karena latar belakang dari penulisan cerpen Gadis Manis
dalam Bis karya Prapta Diharja dilatarbelakangi oleh perasaan kesal
pengarang terhadap peristiwa pencopetan yang pernah dialami oleh tokoh
“Aku”. Karena perasaan kesal tersubut hanya dirasakan oleh tokoh “Aku”
maka tema kekesalan dalam cerpen ini terus berlanjut hingga akhir cerita
dan dapat dilihat pada kutipan (41). Dari pendapat tersebut terbukti bahwa
tema kekesalan dalam cerpen ini saling mengikat dan sinergis dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
unsur-unsur lain yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam
Bis” karya Prapta Diharja.
4.2.2 Alur
Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadan itu
hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan
atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain (Nurgiyantoro,
2010:113). Dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja, peneliti akan menganalisis tahapan alur berdasarkan penahapan
alur Sudjiman (1992:30-36). Tahapan alur tersebut meliputi bagian awal,
bagian tengah dan bagian akhir. Bagian awal meliputi paparan, rangsangan,
dan gawatan. Bagian tengah meliputi tikaian, rumitan, dan klimaks. Bagian
akhir meliputi leraian, dan selesaian. Alur yang digunakan dalam cerpen ini
menggunakan tiga tahapan , yaitu tahap awal (meliputi paparan,
rangsangan, dan gawatan), tahap tengah (tikaian, rumitan, dan klimaks),
dan tahap akhir (leraian, dan selesaian). Berikut tahapan alur cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
1. Tahap awal
Pada tahap ini peneliti akan memaparkan mengenai paparan,
rangsangan dan gawatan yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja. Paparan mengenai tahap awal adalah
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
a. Paparan
Penyampaian informasi kepada pembaca disebut paparan atau
eksposisi. Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu cerita.
Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan
keterangan sekedarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisah
selanjutnya (Sudjiman, 1992:30). Pada tahap ini mengisahkan bagaimana
awal mula kejadian tokoh Aku sebelum dicopet oleh dua orang gadis yang
ditemuinya dalam bus. Paparan tersebut terdapat pada kutipan (1) berikut.
(1) “Geli dan dongkol rasanya, bila mengenangnya. Ceritanya begini:
seperti biasa, pulang kuliah aku menunggu bis di halte Rawa-
mangun. Waktu Belum begitu siang. Kira-kira jam sebelas.
Belum masanya anak-anak sekolah siang berangkat. Wah, kalau
saja waktunya bersamaan dengan keberangkatan mereka sekitar
jam dua belas hingga jam dua pasti aku tak mendapatkan tempat
duduk. Bisa-bisa hanya menggelantung di pintu”. (Prapta
Diharja, 1980:125).
Kutipan cerpen di atas terdapat pada halaman satu, paragraf pertama.
Paparan dalam kutipan cerpen di atas merupakan informasi awal yang
disampaikan oleh pengarang sebelum memasuki kisah selanjutnya. Paparan
bertujuan untuk mempermudah para pembaca untuk mengikuti jalan cerita
satau kisah elanjutnya dari cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya
Prapta Diharja ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
b. Rangsangan
Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru
yang berlaku sebagai katalisator (seseorang yang menyebabkan terjadinya
perubahan dan menimbulkan kejadian baru atau mempercepat suatu
peristiwa). Rangsangan dapat pula ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh
datangnya berita yang merusak keadaan yang semula terasa laras. Tak ada
patokan tentang penjangnya kapan disusun oleh rangsangan dan berapa
lama sesudah itu sampai gawatan (Sudjiman, 1992:30). Hal tersebut dapat
dibuktikan dari kutipan (2) cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja berikut.
(2) “Bis nomor 34 lewat. Tetapi aku tidak naik. Bis jurusan Tanah
Abang ini banyak copetnya. Aku bertahan beberapa lama
menunggu bis yang biasanya tidak terlalu penuh dan aman.
Akhirnya bis yang kutunggu datang juga: nomor 35. Berhenti di
depan halte. Aku naik dari depan. Masih terlihat beberapa tempat
duduk belum terisi. Sementara hendak menentukan tempat duduk,
perhatianku terpancang kepada dua gadis yang seolah
memperhatikan kedatanganku”. (Prapta Diharja, 1980:125).
Rangsangan di atas ditimbulkan oleh masuknya dua orang tokoh
baru. Tokoh baru tersebut diidentifikasi sebagai dua orang gadis yang
memperhatikan kedatangan tokoh utama Aku. Kehadiran dua orang tokoh
baru tersebut berperan sebagai pengubah alur cerita yang dalam
perkembangannya menimbulkan kejadian-kejadian baru dalam jalannya
peristiwa yang dialami tokoh utama Aku dalam cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
c. Gawatan
Gawatan biasanya adalah perkembangan cerita setelah rangsangan.
Dalam gawatan akan timbul permasalahan yang terjadi dalam sebuah cerita
(Sudjiman, 1992:30). Gawatan yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja terdapat pada kutipan (2), (4) dan (5).
Berikut paparan mengenai kutipan gawatan cerpen berjudul “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja.
(2) “Mereka tersenyum seperti hendak menegur. Aku agak canggung,
merasa belum pernah mengenal mereka. Begitu aku berjalan
mendekat, kedua gadis itu menggeser duduknya masing-masing
ke pinggir, membiarkan bagian tengah kosong. "Wah, sialan.
Artinya, untung sekali," kata hatiku”. (Prapta Diharja, 1980:125).
(4) “Aku bisa duduk di antara mereka. Kesempatan bagus tak
kubiarkan lewat. Aku minta permisi menempati bagian yang
kosong di antara mereka. Mereka menyilahkan dengan senyum.
Aneh ....” (Prapta Diharja, 1980:125).
(5) "Pulang kuliah Mas?" tanya gadis di sebelah kananku.
"Hebat betul cewek-cewek ini," batinku tambah heran, "bia-
sanya cewek manis selalu jual mahal. Tetapi yang ini tidak.
Malah negur cowok duluan. Apakah tidak takut digigit?" tanyaku
lagi dalam hati. Aku menoleh dan mengiyakan. Kami
berpandangan”. (Prapta Diharja, 1980:125).
Gawatan dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja di atas muncul dan diawali dengan perasaan canggung tokoh Aku.
Tokoh Aku merasa canggung karena merasa diperhatikan dua gadis yang
belum dikenalinya, dua orang gadis tersebut seolah melempar senyum dan
ingin menegur tokoh Aku. Selain itu, kedua gadis tersebut mempersilahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
tokoh Aku yang baru mereka temui dalam bus tersebut untuk duduk
berhimpitan ditengah-tengah mereka, hal ini terasa aneh karena dengan
keadaan beberapa tempat duduk yang belum terisi, harusnya dua orang
gadis tersebut mempersilahkan tokoh Aku untuk menempati kursi-kursi
yang belum terisi tersebut. Kemudian gadis yang berada di sebelah kanan
tokoh Aku membuka percakapan mereka sudah akrab.
2. Tahap tengah
Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengidentifikasi tahap
tengah yang terdiri dari tikaian, rumitan dan klimaks. Peneliti akan
memaparkan mengenai tikaian, rumitan dan klimaks yang terdapat dalam
cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Paparan
mengenai tahap tengah adalah sebagai berikut.
a. Tikaian
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua
kekuatan yang bertentangan, satu diantaranya diwakili oleh manusia
pribadi yang biasanya menjadi protagonist dalam cerita (sudjiman,
1992:34-35). Tikaian-tikaian yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja dapat dibuktikan pada kutipan (7), (8),
(9), (10), (11), cerpen yang terdapat pada paragraf keenam, ketujuh,
paragraf 28, 29 dan 30, halaman 125-127 di bawah ini.
(7) “Kuliah di jurusan apa Mas?" tanya gadis yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Aku menoleh dan menjawab, "Emm ..., Antrop." Manis juga dia.
"Antrop? Apa itu?" tanyanya lagi.
"Antropologi"
"... Antropologi? Bagian apa itu?". (Prapta Diharja, 1980:125).
(8) “Entah memang tidak mengerti benar, ataukah pura-pura tidak
tahu? sulit untuk menebak. Soalnya penampilan mereka
tampaknya juga dari kalangan mahasiswa. Masak mereka tidak
tahu? Ataukah hanya mau sekedar bergurau? Maka, aku mesti
hati-hati menjawabn- ya, agar tidak terjebak oleh pancingan
mereka”. (Prapta Diharja, 1980:125).
(9) "Itu lho, jurusan yang mempelajari tentang Pithecanthropus dan
Homo Sapiens itu". (Prapta Diharja, 1980:125).
(10) "Wah, wah tambah nggak mudeng aku". (Prapta Diharja,
1980:125).
(11) “Setelah yakin benar bahwa mereka belum paham, maka aku
berani masuk untuk menerangkan”. (Prapta Diharja, 1980:126).
(31) "Kalipasir! Kalipasir! Menteng," teriak kondektur bis
mengagetkan aku. Sialan, sudah sampai kantor pos Cikini,
gumamku dalam hati. Aku harus cepat-cepat turun. Aku minta
permisi dan beranjak meninggalkan mereka”. (Prapta Diharja,
1980:127).
(32) "Boleh dibawa majalahnya, untuk kenang-kenangan Mas," kata
Elis, Yang sebelah kanan”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(33)"O, terima kasih," jawabku sambil buru-buru keluar.
"Hati-hati!" tambahku. Setelah turun kulihat kedua gadis di bis
masih memperhatikanku. Saling berbisik, tersenyum ... dan aku
lambaikan tangan kepada mereka. Mereka membalas. Bis melaju
lagi. Aku menyesal tidak menanyakan alamat mereka”. (Prapta
Diharja, 1980:127).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tikaian yang muncul dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja muncul dengan diawali perasaan hati-hati tokoh Aku
ketika akan menjawab pertanyaan gadis yang duduk di sebelah kirinya,
dikarenakan penampilan kedua gadis tersebut seperti tampilan mahasiswa
pada umumnya, rasa hati-hati ini timbul karena tokoh Aku curiga akan
pertanyaan-pertanyaan kedua gadis itu seolah memang tidak tahu atau
hanya ingin mencobai tokoh Aku saja. Tikaian tersebut terus berlanjut
hingga tokoh Aku terkejut karena mendengar teriakan kondektur bus yang
menginformasikan bahwa bus sudah berada di daerah Kalipasir.
b. Rumitan
Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju klimaks cerita disebut
rumitan. Rumitan biasanya timbul setelah perselisihan dan adanya
pertentangan diantara tokoh. Dalam rumitan juga sudah muncul
permasalahan yang menimbulkan klimaks permasalahan namun gambaran
nasib tokoh semakin jelas meskipun belum sepenuhnya terlukiskan
(Sudjiman, 1992:30-32). Rumitan tersebut bisa dibuktikan pada kutipan
(34), cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja di bawah ini.
(34) “Aku masuk ke Bank Empat Enam di Cut Mutia, Menteng untuk
membayar uang kuliah (SPP) satu tahun. Karena masih banyak
antrean, Aku duduk di kursi yang tersedia di situ. Meneruskan
membaca majalah. Lalu menuju antrean. Di dekat loket aku
hendak mempersiapkan uang yang akan kubayarkan. Yailah,
saku celanaku bagian belakang bolong, tembus keluar. Setelah
kuraba dan kuteliti ternyata bagian belakang celanaku robek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
bekas disilet orang. Menganga. Tentu saja uang yang hendak
kubayarkan amblas. Aku pikir-pikir, mengapa bisa terjadi
begini? Di mana? Aku baru menyadari masalahnya”. (Prapta
Diharja, 1980:127).
Rumitan yang muncul dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya
Prapta Diharja ini diawali ketika tokoh Aku turun dari bus yang ia
tumpangi di daerah Kalipasir untuk membayar uang SPP, kemudian tokoh
Aku baru menyadari dirinya kecopetan ketika tokoh Aku akan
mempersiapkan uang SPP di dekat loket, saat merogoh kocek celananya
ternyata telah robek karena siletan. Kemudian tokoh Aku mulai berpikir
dan mengingat-ingat di mana dan kapan kejadian yang menimpanya itu
terjadi.
c. Klimaks
Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya. Di
dalam cerita fiksi, rumitan sangat penting. Tanpa rumitan yang memadai
tikaian akan lamban. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima
seluruh dampak dari klimaks (Sudjiman, 1992:35). Klimaks yang terdapat
dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja ditemukan
dalam kutipan (35), (36), (37) dan (38). Berikut paparan mengenai kutipan
(35), (36), (37) dan (38) yang menunjukan klimaks.
(35) “Pelan-pelan aku keluar dari antrean, kembali ke tempat duduk.
Seolah tak terjadi apa-apa, agar orang tak memperhatikan aku
dan mengerti masalahku. Aku berlagak meneruskan membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kuhempaskan Diri ke kursi sambil mendesah. Baru kusadari
perbuatanku mengagetkan orang-orang di sekelilingku, setelah
semua orang memandang ke arahku”. (Prapta Diharja,
1980:128).
(36) “Aku cepat-cepat keluar sambil tangan kanan menutup bagian
belakang celana yang robek. Di luar aku sekali lagi merogoh
saku yang kebobolan, seolah masih belum percaya benar apa
yang telah terjadi. Seperti orang kebingungan jalanku tak
menentu”. (Prapta Diharja, 1980:128).
(37) "Banteng! Banteng!"
“Tersentak aku menoleh teriakan kondektur bis yang sedang
lewat di depanku. Aku berlari dan melompat ke dalam bis. Di
dalam, kondektur memaki-maki aku karena tak membayar alias
ne- beng”. (Prapta Diharja, 1980:128).
(38) "Dasar mahasiswa bokek!" semprot kondektur itu terhadapku.
Beberapa penumpang menoleh kepadaku. Beberapa tersenyum.
Aku diam menahan malu dan dongkol”. (Prapta Diharja,
1980:128).
Tahap klimaks terjadi ketika tokoh Aku keluar dari antrean dan
kembali ke tempat duduk. Awalnya tergambar seolah tokoh Aku tidak
mengalami apa-apa, sebelum akhirnya ia menghempaskan dirinya ke kuris
sambil mendesah, desahan kekecewaan yang muncul karena kesal dan
kecewa terhadap dirinya sendiri karena baru menyadari kejadian yang
menimpanya. Dikarenakan suara hempasan tubuh tersebut terdengar saking
kuatnya, hingga mengagetkan orang-orang yang berada di sekeliling tokoh
Aku, setelah itu orang-orang mulai saling memandang ke arahnya,
pandangan heran, kaget atau kesal bercampur jadi satu. Kemudian klimaks
tersebut dilanjutkan ke adegan ketika tokoh Aku cepat-cepat keluar dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Bank dengan keadaan tangan menutup bagian belakang celana yang robek,
karena masih merasa tidak percaya terhadap kejadian yang menimpanya
tokoh Aku sekali lagi merogoh dalam-dalam kocek celananya yang telah
bolong itu, karena dibayangi perasaan yang campur aduk sehingga
membuat jalan tokoh Aku jadi tak menentu. Klimaks tersebut terus
berlanjut ke adegan, ketika tokoh Aku tersentak mendengar teriakan
kondektur bus yang menuju daerah Banteng, Jakarta. Kemudian, tokoh
Aku dengan nekad berlari dan melompat kedalam bus tersebut. Karena
tindakannya itu, tokoh Aku mendapat makian dari kondektur.
3. Tahap akhir
Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengidentifikasi tahap
akhir dari cerita pendek berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja. Pada tahap akhir ini, peneliti akan memaparkan mengenai leraian,
dan selesaian yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja. Paparan mengenai tahap akhir adalah sebagai berikut.
a. Leraian
Leraian adalah bagian struktur alur sesudah klimaks yang
menunjukan perkembangan peristiwa kearah selesaian (Sudjiman,
1992:35). Pada tahap ini sudah dapat terlihat adanya penyelesaian masalah
menuju selesaian. Berikut kutipan (39) dan (40) yang menyatakan
mengenai leraian yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
(39) "Kita harus maklum Bung. Mahasiswa rantauan, tanggal-tanggal
begini ini kan tahu sendiri. Kiriman belum datang," seseorang
mencoba membelaku”. (Prapta Diharja, 1980:128).
(40) “Lalu aku mencoba menerangkan permasalahanku dengan
menunjukkan saku celanaku yang sobek bekas siletan”. (Prapta
Diharja, 1980:128).
Tahap leraian dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” adalah ketika
tokoh Aku dibela oleh salah seorang penumpang di dalam bus yang ia
tumpangi menuju daerah Banteng, dan tahap leraian tersebut berlanjut
ketika tokoh Aku berusaha untuk menerangkan kejadian yang telah
menimpanya kepada para penumpang.
b. Selesaian
Selesaian adalah bagian akhir sebuah cerita. Selesaian boleh jadi
mengandung penyelesaian masalah yang melegakan. Boleh juga
mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan. Boleh juga pokok
masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Jadi, cerita sampai pada
selesaian tanpa menyelesaikan masalah, keadaan yang penuh
ketidakpastian, ataupun ketidakjelasan (Sudjiman, 1992:36). Selesaian
yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja terdapat dalam kutipan (41). Berikut paparan kutipan (41) cerita
pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
(41) "Oo..., kena pajak," celetuk seseorang memaklumi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
"Ya, ya, ya. Pajak jalanan tanpa kompromi. Tanpa permisi.
Memang saya juga sering kena juga. Wah, payah. Kali ini kamu
yang sedang beruntung, Dik." Kemudian dia merogoh kantong
membayarkan kepada kondektur untuk aku”. (Prapta Diharja,
1980:128).
Selesaian yang terjadi dalam cerpen berjudul “Gadis Manis dalam
Bis” karya Prapta Diharja adalah selesaian yang melegakan, karena
kejadian yang telah dialami oleh tokoh Aku, di mana ia dicopet oleh dua
orang gadis yang ia temui di dalam bus yang ia tumpangi sebelumnya.
Praktis, setelah kejadian tersebut ia tidak memiliki sepeserpun uang untuk
membayar ongkos bus yang ia tumpangi menuju daerah Banteng tersebut.
Kemudian salah seorang penumpang di dalam bus itu merogoh kocek, dan
membayarkan ongkos bus untuk tokoh Aku kepada kondektur. Dapat
disimpulkan, alur yang terdapat dalam cerita pendek berjudul “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja terdiri dari tiga tahap pengaluran
yang terdiri dari (1) tahap awal yang terdiri dari paparan, rangsangan,
gawatan, (2) tahap tengah yang terdiri dari tikaian, rumitan dan klimaks,
dan (3) tahap akhir yang terdiri dari leraian dan selesaian, sementara bila
dilihat dari jenisnya, alur yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja merupakan jenis alur campuran, karena
kisah yang diceritakan oleh pengarang dalam karyanya yang berjudul
Gadis Manis dalam Bis merupakan kejadian yang telah terjadi di masa lalu
kemudian dikisahkan dan ditulis di masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
4.2.3 Latar
Abrams dalam Nurgiyantoro (2005:216) berpendapat latar atau
setting disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Dalam pembelajaran unsur intrinsik
cerita pendek peserta didik diminta untuk menemukan latar yang terdapat
dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Latar yang
terdapat dalam pembentukan cerpen ini terbagi menjadi tiga, yaitu: latar
tempat, latar waktu, dan latar sosial. Peneliti akan memaparkan ketiga latar
yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja
sebagai berikut.
1. Latar Tempat
Nurgiyantoro (2009:227) berpendapat, latar tempat adalah latar yang
menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-
tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, atau mungkin lokasi tertentu
tanpa nama yang jelas. Berikut latar tempat yang terdapat dalam cerita
pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja yang terdapat pada
kutipan (1), (25), (31), (34) dan (37).
(1) “Geli dan dongkol rasanya, bila mengenangnya. Ceritanya begi-
ni: seperti biasa, pulang kuliah aku menunggu bis di halte Rawa-
mangun”. (Prapta Diharja, 1980:125).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
(25) “Kemudian yang sebelah kanan mengeluarkan majalah dari
tasnya dan membuka-buka mencari sebuah artikel dan
menunjukkannya kepadaku. majalah kuterima dan kubaca artikel
yang ditunjuk. Tentang pencopet wanita. Di Bandung. Konon di
kota Kembang itu sudah mulai beraksi pencopet-pencopet
wanita”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(31) "Kalipasir! Kalipasir! Menteng," teriak kondektur bis
mengagetkan aku. Sialan, sudah sampai kantor pos Cikini,
gumamku dalam hati. Aku harus cepat-cepat turun. Aku minta
permisi dan beranjak meninggalkan mereka”. (Prapta Diharja,
1980:127).
(34) “Aku masuk ke Bank Empat Enam di Cut Mutia, Menteng untuk
membayar uang kuliah (SPP) satu tahun. Karena masih banyak
an- trean, Aku duduk di kursi yang tersedia di situ. Meneruskan
membaca majalah. Lalu menuju antrean. Di dekat loket aku
hendak mempersiapkan uang yang akan kubayarkan. Yailah,
saku celanaku bagian belakang bolong, tembus keluar. Setelah
kuraba dan kuteli- ti ternyata bagian belakang celanaku robek
bekas disilet orang. Menganga. Tentu saja uang yang hendak
kubayarkan amblas. Aku pikir-pikir, mengapa bisa terjadi
begini? Di mana? Aku baru menyadari masalahnya”. (Prapta
Diharja, 1980:127)
(37) "Banteng! Banteng!"
“Tersentak aku menoleh teriakan kondektur bis yang sedang
lewat di depanku. Aku berlari dan melompat ke dalam bis. Di
dalam, kondektur memaki-maki aku karena tak membayar alias
nebeng”. (Prapta Diharja, 1980:128).
Latar tempat yang terdapat dalam cerpen ini adalah di sekitaran kota
Jakarta tempat tokoh Aku menempuh perkuliahannya, tempat-tempat itu
antara lain halte bus di daerah Rawa Mangun tempat tokoh Aku menunggu
bus. Kemudian kota Bandung, ketika tokoh Elis gadis yang berada di
sebelah kanan tokoh Aku menunjukan suatu artikel dalam sebuah majalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
yang memberitakan aksi pencopetan yang dilakukan oleh pencopet wanita
di kota Bandung, kemudian daerah Kalipasir tempat tujuan berikutnya bus
yang ditumpangi tokoh Aku setelah turun di Bank Empat Enam di Cut
Mutia daerah Menteng, jakarata. Kemudian, daerah kantor pos Cikini
tempat tokoh Aku terkaget karena teriakan kondektur bus. Bank Empat
Enam di Cut Mutia, Menteng tempat tokoh Aku akan membayar uang SPP
dan tempat tokoh Aku menyadari kalau ia telah dicopet. Kemudian daerah
Banteng tempat tujuan yang akan dituju oleh bus yang ditumpangi tokoh
Aku setelah keluar dari Bank Empat Enam.
2. Latar Waktu
Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa, dalam plot,
secara historis. Melalui pemberian waktu kejadian yang jelas, akan
tergambar tujuan fiksi tersebut. Rangkaian peristiwa mungkin terjadi jika
dilepaskan dan perjalanan waktu, yang dapat berupa jam, hari, tanggal,
bulan, tahun, bahkan zaman yang melatarbelakanginya (Suminto,
2000:127). Dalam proses pembelajaran unsur intrinsik cerita pendek,
peserta didik diminta untuk mampu menemukan latar waktu yang terdapat
dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Latar waktu
yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” dapat dilihat pada
kutipan (1) berikut.
(1) “Geli dan dongkol rasanya, bila mengenangnya. Ceritanya begi-
ni: seperti biasa, pulang kuliah aku menunggu bis di halte Rawa-
mangun. Waktu Belum begitu siang. Kira-kira jam sebelas.
Belum masanya anak-anak sekolah siang berangkat. Wah, kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
saja waktunya bersamaan dengan keberangkatan mereka - sekitar
jam dua belas hingga jam dua - pasti aku tak mendapatkan tempat
duduk. Bisa-bisa hanya menggelantung di pintu”. (Prapta Diharja,
1980:125).
Latar waktu yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam
Bis” karya Prapta Diharja melukiskan ketika waktu belum terlalu siang,
sekitar jam sebelas siang.
3. Latar Sosial
Latar sosial melukiskan keadaan atau perilaku sosial masyarakat pada
suatu tempat karya fiksi. Latar sosial berkaitan degan kebiasaan hidup, cara
berpikir dan bersikap yang tercermin dalam kehidpan masyarakat yang
kompleks (Nurgiyantoro, 2009:233). Paparan mengenai latar sosial di atas
dapat dilihat pada kutipan (1) yang menggambarkan bahwa tokoh Aku
merupakan seorang Mahasiswa, sementara latar sosial yang
menggambarkan dan mengidentifikasikan tokoh Elis gadis yang berada di
sebelah kanan tokoh Aku dan gadis yang berada di sebelah kiri tokoh Aku
sebagai pencopet wanita terdapat dalam kutipan (20), ketika kedua orang
gadis tersebut saling berpandangan mata dan saling melempar senyum,
yang menimbulkan rasa curiga dalam diri tokoh Aku. Berikutnya dalam
kutipan (22), saat kedua orang gadis tersebut terkaget ketika tokoh Aku
memperingatkan tentang maraknya pencopetan yang terjadi di dalam bus
kepada mereka. Berikutnya, dalam kutipan (25), ketika Elis gadis yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
duduk disebelah kanan tokoh Aku mengeluarkan majalah dan
memperlihatkan majalah tersebut kepada tokoh Aku, seolah untuk
mengalihkan perhatian dan membuyaarkan konsentrasi tokoh Aku,
sementara gadis yang berada di sebelah kiri tokoh Aku sedang melancarkan
aksi copetnya dengan merobek kocek celana tokoh Aku dengan
menggunakan silet. Peneliti akan memaparkan secara utuh kutipan-kutipan
yang mencerminkan tentang latar sosial para tokoh yang terdapat dalam
cerita pendek berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja
sebagai berikut.
(1) “Geli dan dongkol rasanya, bila mengenangnya. Ceritanya begini:
seperti biasa, pulang kuliah aku menunggu bis di halte Rawa
mangun”. (Prapta Diharja, 1980:125).
(20) “Selanjutnya, kami bicara ke sana-ke mari, sebagai perintang
waktu. Hanya saja kuperhatikan kedua gadis itu sering kali
saling berpandangan mata dan melempar senyum. "Mungkinkah
karena aku, atau ada sebab lain?" hatiku bertanya-tanya, campur
harap-harap senang, dan bangga. Tetapi aku pura-pura
menampakkan sikap agak acuh. Gengsi dong!”. (Prapta Diharja,
1980:126).
(22) "Hati-hatilah nanti kalau turun" lagakku memperingatkan.
"Kenapa?"
"Copet".
"Oya?" mereka sedikit kaget, tetapi entah apa sebabnya lalu
tersenyum”. (Prapta Diharja, 1980:126)
(25) “Kemudian yang sebelah kanan mengeluarkan majalah dari
tasnya dan membuka-buka mencari sebuah artikel dan
menunjukkannya kepadaku. majalah kuterima dan kubaca
artikel yang ditunjuk. Tentang pencopet wanita. Di Bandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Konon di kota Kembang itu sudah mulai beraksi pencopet-
pencopet wanita”. (Prapta Diharja, 1980:127).
Latar sosial yang terlihat dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja ini dapat terlihat pada latar belakang sosial tokoh Aku
yang merupakan seorang pelajar lebih tepatnya seorang mahasiswa, tokoh
Elis gadis yang berada di sebelah kanan tokoh Aku merupakan seorang
pencopet, dan gadis yang duduk di sebelah kiri tokoh Aku merupakan
teman dari tokoh Elis yang juga merupakan seorang pencopet wanita, dan
kondektur bus yang berprofesi sebagai kondektur.
4.2.4 Tokoh
Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif, berupa cerpen, novel ataupun drama, yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan
(Abrams dalam Nurgiyantoro, 2009:165). Menurut Nurgiyantoro
(2009:177-178). Dalam proses pembelajaran unsur intrinsik cerita pendek,
peserta didik diminta untuk menemukan tokoh dan penokohan yang
terdapat dalam cerpen berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja. Tokoh terbagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh
tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan,
baik sebagai pelaku kejadian maupun pelaku yang dikenai konflik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh utama sangat
menetukan perkembangan plot secara keseluruhan (Nurgiyantoro,
2009:177).
Sementara tokoh tambahan adalah tokoh yang porsi kemunculannya
tidak sebanyak tokoh utama. Kehadiran tokoh tambahan muncul ketika ada
keterkaitan antara tokoh utama dengan tokoh tambahan itu sendiri. Artinya,
kehadiran tokoh tambahan adalah sebagai penunjang penampilan tokoh
utama dalam sjalan cerita. Walaupun porsi penampilan tokoh tambahan
tidak banyak, namun peran tokoh tambahan akan tetap mempengaruhi
perkembangan plot atau alur sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2009:176).
Berikut deskripsi dari tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita
pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja bila dilihat dari
peranannya, yang menjadi tokoh utamanya adalah Aku karena tokoh Aku
selalu ada di sepanjang jalan cerita “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja. Sementara, tokoh Elis gadis yang duduk di sebelah kanan dan
Gadis yang duduk di sebelah kiri adalah tokoh utama tambahan, karena
peran mereka dirasa menonjol dalam cerpen ini dan porsi penampilan
mereka juga terbagi rata maka statusnya adalah tokoh utama tambahan.
Sementara, yang berperan sebagai tokoh tambahan utama adalah tokoh
Dia, tokoh Dia berperan sebagai tokoh tambahan utama hanya ditampilkan
sekali saja, walaupun porsi penampilannya hanya sekali namun perannya
sangat mempengaruhi peran tokoh utama Aku dan memberikan efek kejut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
kepada pembaca ketika tokoh Dia membayarkan ongkos bus kepada
kondektur untuk tokoh utama Aku yang sebelumnya kecopetan.
Tokoh yang berperan sebagai tokoh tambahan dalam cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja adalah Kondektur I,
Kondektur II, dan tokoh Seorang yang membela Aku. Peran Kondektur bus
dan Seorang yang membela Aku dianggap berperan sebagai tokoh
tambahan karena peran mereka dalam alur cerita “Gadis Manis dalam Bis”
ini hanya sebagai pelengkap jalannya cerita saja, selain itu peran mereka
juga kurang mempengaruhi dan menunjang peran tokoh utama Aku.
Bila dilihat dari fungsi penampilannya, tokoh dapat dibedakan dan
terbagi ke dalam dua jenis, yakni tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
Dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” yang berperan sebagai
tokoh protaginis adalah tokoh Dia dan tokoh Seorang yang membela Aku.
Tokoh Dia sebagai tokoh protaginis sudah melambangkan nilai kebaikan
dan keikhlasan ketika tokoh Dia merogoh kocek, kemudian membayarkan
ongkos bus untuk tokoh Aku kepada kondektur. Sementara, tokoh Seorang
yang membantu Aku telah melambangkan rasa simpati dan nilai kesabaran,
dimana tokoh tersebut memahami keadaan tokoh Aku yang sedang bokek
dan mencoba menenangkan kondektur bus yang memaki tokoh Aku karena
berlari dan melopat ke bus untuk mendapat tumpangan gratis.
Sementara yang berperan sebagai tokoh antagonis adalah tokoh Elis
gadis yang duduk disebelah kanan dan Gadis yang duduk disebelah kiri.
Peran kedua tokoh tersebut dianggap berperan sebagai tokoh antagonis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
karena, kedua tokoh tersebut yang telah menciptakan konflik dan
menyebabkan masalah yang menimpa tokoh Aku dalam jalan cerita “Gadis
Manis dalam Bis”. Sebagai tokoh antagonis yang memerankan pencopet
dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis”, penampilan kedua tokoh
tersebut terlihat cantik, baik, mudah bergaul, ramah dan seperti dari
kalangan terpelajar, namun tidak disangka ternyata penampilan tersebut
hanya kamuflase dari niat jahat mereka, karena penampilan itulah tokoh
Aku tertipu hingga kehilangan uang SPP yang akan dibayarkannya. Berikut
tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis”.
Bila dilihat dari segi peranannya, maka tokoh terdiri dari tokoh
utama, dan tokoh tambahan. Berikut tokoh-tokoh yang ditemukan oleh
peneliti dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja.
1. Tokoh Utama
Aku. berperan sebagai tokoh utama, muncul dalam kutipan ((1)-(42))
2. Tokoh Tambahan
Elis, berperan sebagai tokoh utama tambahan muncul dalam kutipan
(2), (3), (5), (16), (22), (24), (25), (28), (29), (32), (33).
Gadis sebelah kiri, berperan sebagai tokoh utama tambahan, muncul
dalam kutipan (7), (13), (14), (16), (18), (22), (24), (30), (33).
Dia, berperan sebagai tokoh tambahan utama, muncul dalam kutipan
(41) dan (42).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Kondektur bus I, berperan sebagai tokoh tambahan, muncul dalam
kutipan (31).
Kondektur bus II, berperan sebagai tokoh tambahan, muncul dalam
kutipan (37) dan (38).
Seorang yang membela Aku, berperan sebagai tokoh tambahan,
muncul dalam kutipan (39).
Bila dilihat dari fungsi penampilan, tokoh dapat dibedakan menjadi
dua yaitu, tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Nurgiyantoro, 2010:178).
Berikut fungsi penampilan tokoh yang terdapat dalam cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
3. Tokoh Protagonis
Aku : Tokoh Protagonis.
Dia : Tokoh protagonis.
Seorang yang membela Aku : Tokoh protagonis.
4. Tokoh Antagonis
Elis : Tokoh antagonis.
Gadis sebelah kiri : Tokoh antagonis.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa, tokoh Aku adalah tokoh utama
protagonis dalam cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja, sementara tokoh tambahan diperankan oleh tokoh Elis gadis
sebelah kanan dan tokoh Gadis sebelah kiri berperan sebagai tokoh utama
tambahan antagonis, sementara tokoh Dia berperan sebagai tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
tambahan utama protagonis, tokoh Kondektur I, Kondektur II, dan Seorang
yang membela Aku memerankan tokoh tambahan.
4.2.5 Penokohan
Dalam menampilkan atau melukiskan setiap karakter tokoh yang
terdapat dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja,
pengarang melukiskan setiap karakter tokoh menggunakan teknik dramatik,
dalam wujud penggambarannya pengaranng cerpen “Gadis Manis dalam
Bis” menggunakan teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik pikiran dan
perasaan, teknik arus kesadaran, teknik reaksi tokoh, teknik reaksi tokoh
lain, teknik pelukisan latar, teknik pelukisan fisik.
a. Tokoh Aku
Dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” tokoh Aku merupakan tokoh
utama karena paling banyak diceritakan dalam cerpen ini. Tokoh Aku
berperan penting dalam perkembangan isi cerita cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja. Tokoh Aku di awal cerita digambarkan
sebagai orang sedang kesal ketika mengenang sebuah peristiwa yang
pernah menimpa dirinya saat masih menjadi mahasiswa dulu, ketika itu
tokoh Aku digambarkan sedang menunggu bus di sebuah halte daerah
Rawamangun.
Dalam melukiskan penokohan tokoh Aku di awal cerita, pengarang
menggunakan teknik dramatik dengan wujud penggambaran reaksi tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
dan pelukisan latar. Teknik reaksi tokoh tergambar dari rasa geli dan
dongkol tokoh Aku saat mengenang kejadian yang pernah menimpanya.
Sementara, teknik pelukisan latar tergambar saat tokoh Aku sedang
menunggu kedatangan bus di halte Rawamangun, Jakarta. pernyataan
tersebut dapat dilihat pada kutipan (1) cerpen yang terdapat pada paragraf
pertama, sebagai berikut.
(1) “Geli dan dongkol rasanya, bila mengenangnya. Ceritanya
begini: seperti biasa, pulang kuliah aku menunggu bis di halte
Rawa-mangun”. (Prapta Diharja, 1980:125).
Tokoh Aku juga digambarkan sebagai seorang tokoh yang memiliki
sikap hati-hati, hal itu tergambar ketika tokoh Aku membiarkan bus dengan
nomor 34 jurusan Tanah Abang lewat, karena dirasa tidak aman dan
banyak pencopetnya, pernyataan ini dapat dilihat dalam kutipan cerpen (2),
dan sikap kehati-hatian tokoh Aku juga dapat dilihat dalam kutipan cerpen
(8), ketika tokoh Aku berhati-hati dalam menjawab pertanyaan dua orang
gadis itu. Dari kutipan-kutipan tersebut, pengarang melukiskan penokohan
tokoh Aku menggunakan teknik dramatik dengan wujud penggambaran
pikiran dan perasaan, dalam kutipan-kutipan tersebut terlihat pikiran dan
perasaan tokoh Aku tergambar lewat percakapan dalam pikiran dan batin
tokoh itu sendiri, sederhananya percakapan tersebut dilakukan tokoh Aku
pada dirinya sendiri atau sedang berbicara dalam hati.
(2) “Bis nomor 34 lewat. Tetapi aku tidak naik. Bis jurusan Tanah
Abang ini banyak copetnya. Aku bertahan beberapa lama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
menunggu bus yang biasanya tidak terlalu penuh dan aman”.
(Prapta Diharja, 1980:125).
(8) “Entah memang tidak mengerti benar, ataukah pura-pura tidak
tahu? sulit untuk menebak. Soalnya penampilan mereka
tampaknya juga dari kalangan mahasiswa. Masak mereka tidak
tahu? Ataukah hanya mau sekedar bergurau? Maka, aku mesti
hati-hati menjawabnya, agar tidak terjebak oleh pancingan
mereka”. (Prapta Diharja, 1980:125).
Tokoh Aku juga digambarkan sebagai orang yang agak canggung
namun percaya diri dan menaruh rasa curiga pada tokoh lain. Tokoh Aku
merasa canggung karena ketika hendak menentukan tempat duduk, tokoh
Aku seolah dipandangi oleh dua orang gadis dalam bus yang ia tumpangi,
dan dua orang gadis itu seolah ingin menegurnya, pernyataan ini terdapat
pada kutipan (2), pelukisan tokoh Aku pada kutipan (2) menggunakan
wujud pikiran dan perasaan, karena timbul perasaan canggung dalam
pikiran tokoh Aku ketika dipandangi oleh dua orang gadis itu. Dapat dilihat
dari kutipan cerpen berikut.
(2) “Bis nomor 34 lewat. Tetapi aku tidak naik. Bis jurusan Tanah
Abang ini banyak copetnya. Aku bertahan beberapa lama
menunggu bis yang biasanya tidak terlalu penuh dan aman.
Akhirnya bis yang kutunggu datang juga: nomor 35. Berhenti di
depan halte. Aku naik dari depan. Masih terlihat beberapa tempat
duduk belum terisi. Sementara hendak menentukan tempat
duduk, perhatianku terpancang kepada dua gadis yang seolah
memperhatikan kedatanganku. Mereka tersenyum seperti hendak
menegur. Aku agak canggung, merasa belum pernah mengenal
mereka. Begitu aku berjalan mendekat, kedua gadis itu
menggeser duduknya masing-masing ke pinggir, membiarkan
bagian tengah kosong. "Wah, sialan. Artinya, untung sekali,"
kata hatiku”. (Prapta Diharja, 1980:125).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tokoh Aku digambarkan memiliki rasa percaya diri karena ia merasa
beruntung bisa dipersilahkan duduk di antara dua orang gadis tersebut,
tokoh Aku beranggapan kesempatan tersebut tak boleh dilewatkan,
pernyataan ini terdapat pada kutipan (3), (4) dan (6), pelukisan tokoh Aku
pada kutipan tersebut menggunakan wujud penggambaran pikiran dan
perasaan karena tokoh aku berbicara pada dirinya sendiri.
(3) “Aku bisa duduk di antara mereka. Kesempatan bagus tak
kubiarkan lewat. Aku minta permisi menempati bagian yang
kosong di antara mereka. Mereka menyilahkan dengan senyum.
Aneh ....”. (Prapta Diharja, 1980:125).
(4) “Alangkah nikmatnya duduk berhimpitan dengan gadis-gadis
ayu. Terasa sentuhan-sentuhan lembut”. (Prapta Diharja,
1980:125).
(6) "Hebat betul cewek-cewek ini," batinku tambah heran, "bia-
sanya cewek manis selalu jual mahal. Tetapi yang ini tidak.
Malah negur cowok duluan. Apakah tidak takut digigit?" tanyaku
lagi dalam hati. Aku menoleh dan mengiyakan. Kami
berpandangan”. (Prapta Diharja, 1980:125).
Tokoh Aku digambarkan menaruh rasa curiga pada kutipan (3),
ketika ia merasa aneh atas sikap kedua gadis tersebut yang mempersilahkan
tokoh Aku duduk di tengah-tengah mereka, dan pada kutipan (8) ketika
tokoh Aku merasa curiga akan dikerjai dua gadis yang terlihat seperti pura-
pura tidak mengerti tentang jurusan antropologi, karena dari
penampilannya dua orang gadis itu terlihat seperti dari kalangan
mahasiswa. Dalam pelukisan penokohan tokoh Aku pada kutipan (3) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
(7) penggarang menggunakan teknik dramatik dengan wujud
penggambaran pikiran dan perasaan, karena timbul pertanyaan dalam diri
tokoh Aku terhadap situasi yang sedang terjadi. Berikut kutipan (3) dan (8)
dari cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
(3) “Aku bisa duduk di antara mereka. Kesempatan bagus tak
kubiarkan lewat. Aku minta permisi menempati bagian yang
kosong di antara mereka. Mereka menyilahkan dengan senyum.
Aneh ....”. (Prapta Diharja, 1980:125).
(8) “Entah memang tidak mengerti benar, ataukah pura-pura tidak
tahu? sulit untuk menebak. Soalnya penampilan mereka
tampaknya juga dari kalangan mahasiswa. Masak mereka tidak
tahu? Ataukah hanya mau sekedar bergurau? Maka, aku mesti
hati-hati menjawabn- ya, agar tidak terjebak oleh pancingan
mereka”. (Prapta Diharja, 1980:125).
Tokoh Aku juga digambarkan sebagai tokoh yang memiliki sikap
ramah dan sikap perhatian terhadap tokoh lain. Keramahan itu terlihat dari
setiap percakapan yang terjadi antara tokoh Aku dengan kedua orang gadis
yang ia temui dalam bus, pernyataan ini bisa dilihat dari kutipan (7), (9),
(12), (15), (16), (18), (19), (22), (23), (26), (27), (29), dan (33). Dalam
kutipan-kutipan di atas, pengarang melukiskan penokohan tokoh Aku
dengan menggunakan pelukisam penokohan teknik dramatik dengan wujud
penggambaran teknik cakapan. Berikut kutipan dari percakapan-
percakapan tokoh Aku.
(7) “Kuliah di jurusan apa Mas?" tanya gadis yang lain.
Aku menoleh dan menjawab, "Emm ..., Antrop." Manis juga
dia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
"Antrop? Apa itu?" tanyanya lagi.
"Antropologi"
"... Antropologi? Bagian apa itu?". (Prapta Diharja, 1980:125).
(9) "Itu lho, jurusan yang mempelajari tentang Pithecanthropus dan
Homo Sapiens itu". (Prapta Diharja, 1980:126).
(12) "Pithecanthropus itu artinya manusia purba yang masih dekat
dengan saudara kita di Bonbin itu". (Prapta Diharja,
1980:126).
(15) "Tidak hanya itu. Antropologi meneliti perkembangan manusia
dari dulu hingga kini. Khususnya mempelajari perkembangan
bu- dayanya". (Prapta Diharja, 1980:126).
(16) "Oo ...,"serentak mereka memakluminya.
"Pulang kuliah juga?" ganti aku bertanya.
"Ah, enggak," jawab mereka malu-malu, "kita bukan orang
sekolah Kok," sambungnya”. (Prapta Diharja, 1980:126).
(18) "Atau pulang dari kantor?" tanyaku belum puas.
"Enggak juga. Pokoknya kami pengangguran, deh," sambung
yang sebelah kiri”. (Prapta Diharja, 1980:126).
(19) "Ah, masak," sanggahku tak percaya. Gadis-gadis semacam itu
pantasnya kuliah. Atau kalau kerja, tentu di bagian yang
empuk-empuk”. (Prapta Diharja, 1980:126).
(22) "Hati-hatilah nanti kalau turun" lagakku memperingatkan.
"Kenapa?"
"Copet".
"Oya?" mereka sedikit kaget, tetapi entah apa sebabnya lalu
tersenyum”. (Prapta Diharja, 1980:126)
(23) "Biasanya kalau penuh begini, ada copet. Mereka bergerombol.
Bertiga, berempat atau lebih. Di antara mereka membawa map
atau buku seperti anak sekolah atau mahasiswa. Yang menjadi
sasaran biasanya orang yang berdiri atau mau turun. Pencopet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
itu selalu ambil tempat di dekat pintu keluar". (Prapta Diharja,
1980:126).
(26) "Jakarta ketinggalan dong dalam hal ini," komentarku disam-
but dengan derai tawa mereka”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(27) "Ah, ada-ada saja di zaman sekarang orang menjalani
hidupnya," Lanjutku.
"Itulah budaya manusia kota di abad modern ini. Hal ini pasti
tak terlepas dari pengamatan Antropolog kita. Ya kan?"
tanyanya sambil tersenyum”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(29) "Ngledek nih ye," tanyaku.
"Tidak ngledek, cuma...."
"Nyindir," lanjut cewek satunya.
"Maklum, terpepet, orang bisa melakukan apa saja. Mudah-
mudahan mode yang satu ini tidak menjalar di Jakarta".
(Prapta Diharja, 1980:127).
(33) "O, terima kasih," jawabku sambil buru-buru keluar.
"Hati-hati!" tambahku. Setelah turun kulihat kedua gadis di bis
masih memperhatikanku. Saling berbisik, tersenyum ... dan aku
lambaikan tangan kepada mereka. Mereka membalas. Bis
melaju lagi. Aku menyesal tidak menanyakan alamat mereka”.
(Prapta Diharja, 1980:127).
Sikap perhatian tokoh Aku tergambar ketika tokoh Aku
memperingatkan tentang bahaya copet yang sering terjadi di dalam bus
kepada dua orang gadis tersebut, pernyataan ini terdapat pada kutipan (22),
(23) dan (24). Dalam penggambaran penokohan tokoh Aku pada kutipan-
kutipan cerpen di atas, penggarang menggunakan teknik pelukisan
dramatik dengan wujud penggambaran tingkah laku dan teknik pikiran dan
perasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
(22) "Hati-hatilah nanti kalau turun" lagakku memperingatkan.
"Kenapa?"
"Copet".
"Oya?" mereka sedikit kaget, tetapi entah apa sebabnya lalu
tersenyum”. (Prapta Diharja, 1980:126).
(23) "Biasanya kalau penuh begini, ada copet. Mereka bergerombol.
Bertiga, berempat atau lebih. Di antara mereka membawa map
atau buku seperti anak sekolah atau mahasiswa. Yang menjadi
sasaran biasanya orang yang berdiri atau mau turun. Pencopet
itu selalu ambil tempat di dekat pintu keluar." (Prapta Diharja,
1980:126).
(24) “Aku terus menggurui mereka. Sok tahu. Menceritakan
bagaimana pencopet-pencopet itu beraksi. Maklum, aku
pengalaman. Pengalaman dicopet maupun menyaksikan sendiri
mereka melakukan kegiatannya. Kedua cewek di kiri-kananku
mendengarkan dengan perhatian”. (Prapta Diharja, 1980:127).
Tokoh Aku juga digambarkan oleh pengarang sebagai tokoh yang
polos dan apa adanya, sikap polos dan apa adanya itu terlihat pada kutipan
(22), (23), (24), (25), (26), (27), (28), (29), (30), (31), (32), (33), (34), (35),
(36) dan (37) kepolosan tokoh Aku mulai terlihat saat ia memperingatkan
akan bahaya copet yang sering terjadi di dalam bus, kepolasan tersebut
terus berjalanjut saat tokoh Aku memasuki Bank Empat Enam di Cut Mutia
untuk membayar uang SPP. Pada akhirnya tokoh Aku menyadari bahwa
dirinya telah kecopetan dan dengan polosnya ia berlagak meneruskan
membaca majalah yang diterimanya dari salah satu gadis di dalam bus tadi,
kemudian adegan berlanjut saat tokoh Aku menghempaskan dirinya ke
kursi antrean sambil mendesah kecewa dan kesal setelah menyadari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
keadaan dirinya. Cerita terus berlanjut saat tokoh Aku keluar dari bank
dengan keadaan tangan kanan menutup bagian belakang celana yang robek,
kemudian terdengar teriakan kondektur bus yang menuju ke daerah
Banteng, dengan polosnya tokoh aku berlari mengejar bus tersebut dan
melompat ke dalamnya dengan tujuan mencari tumpangan gratis, sampai
akhirnya ia dimaki-maki oleh kondektur bus.
Pada kutipan-kutipan di atas, pengarang melukiskan penokohan
tokoh Aku menggunakan teknik dramatik dengan wujud penggambaran
arus kesadaran. Dalam teknik arus kesadaran, aliran proses mental tokoh
Aku jelas terlihat sedang bergejolak dan bercampur aduk, yang awalnya
dengan perasaan senang dan polos disertai rasa percaya diri dalam
menghadapi dua orang gadis yang ditemuinya dalam bus, sampai pada
akhirnya rasa percaya diri yang tinggi tadi jatuh setelah menyadari keadaan
bahwa dirinya telah kecopetan. Berikut kutipan-kutipan cerpen “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja yang menggambarkan kepolosan
tokoh Aku.
(22) "Hati-hatilah nanti kalau turun" lagakku memperingatkan.
"Kenapa?"
"Copet".
"Oya?" mereka sedikit kaget, tetapi entah apa sebabnya lalu
tersenyum”. (Prapta Diharja, 1980:126)
(23) "Biasanya kalau penuh begini, ada copet. Mereka bergerombol.
Bertiga, berempat atau lebih. Di antara mereka membawa map
atau buku seperti anak sekolah atau mahasiswa. Yang menjadi
sasaran biasanya orang yang berdiri atau mau turun. Pencopet itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
selalu ambil tempat di dekat pintu keluar". (Prapta Diharja,
1980:126).
(24) “Aku terus menggurui mereka. Sok tahu. Menceritakan bagaimana
pencopet-pencopet itu beraksi. Maklum, aku pengalaman.
Pengalaman dicopet maupun menyaksikan sendiri mereka
melakukan kegiatannya. Kedua cewek di kiri-kananku
mendengarkan dengan perhatian”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(25) “Kemudian yang sebelah kanan mengeluarkan majalah dari tasnya
dan membuka-buka mencari sebuah artikel dan menunjukkannya
kepadaku. majalah kuterima dan kubaca artikel yang ditunjuk.
Tentang pencopet wanita. Di Bandung. Konon di kota Kembang
itu sudah mulai beraksi pencopet-pencopet wanita”. (Prapta
Diharja, 1980:127)”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(26) "Jakarta ketinggalan dong dalam hal ini," komentarku disam-but
dengan derai tawa mereka”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(27) "Ah, ada-ada saja di zaman sekarang orang menjalani hidupnya,"
Lanjutku”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(28) "Itulah budaya manusia kota di abad modern ini. Hal ini pasti tak
terlepas dari pengamatan Antropolog kita. Ya kan?" tanyanya
sambil tersenyum”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(29) "Ngledek nih ye," tanyaku.
"Tidak ngledek, cuma...."
"Nyindir," lanjut cewek satunya.
"Maklum, terpepet, orang bisa melakukan apa saja. Mudah-
mudahan mode yang satu ini tidak menjalar di Jakarta". (Prapta
Diharja, 1980:127).
(30) "Mudah-mudahan," yang sebelah kiri menimpalinya sambil
tersenyum, Lagi-lagi matanya yang genit melirik kepada
temannya. Aku sok acuh, meruskan menekuni majalah”. (Prapta
Diharja, 1980:127).
(31) "Kalipasir! Kalipasir! Menteng," teriak kondektur bis
mengagetkan aku. Sialan, sudah sampai kantor pos Cikini,
gumamku dalam hati. Aku harus cepat-cepat turun. Aku minta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
permisi dan beranjak meninggalkan mereka”. (Prapta Diharja,
1980:127).
(32) "Boleh dibawa majalahnya, untuk kenang-kenangan Mas," kata
Elis, Yang sebelah kanan. (Prapta Diharja, 1980:127).
(33) "O, terima kasih," jawabku sambil buru-buru keluar.
"Hati-hati!" tambahku. Setelah turun kulihat kedua gadis di bis
masih memperhatikanku. Saling berbisik, tersenyum ... dan aku
lambaikan tangan kepada mereka. Mereka membalas. Bis melaju
lagi. Aku menyesal tidak menanyakan alamat mereka”. (Prapta
Diharja, 1980:127).
(34) “Aku masuk ke Bank Empat Enam di Cut Mutia, Menteng untuk
membayar uang kuliah (SPP) satu tahun. Karena masih banyak an-
trean, Aku duduk di kursi yang tersedia di situ. Meneruskan
membaca majalah. Lalu menuju antrean. Di dekat loket aku
hendak mempersiapkan uang yang akan kubayarkan. Yailah, saku
celanaku bagian belakang bolong, tembus keluar. Setelah kuraba
dan kuteli- ti ternyata bagian belakang celanaku robek bekas disilet
orang. Menganga. Tentu saja uang yang hendak kubayarkan
amblas. Aku pikir-pikir, mengapa bisa terjadi begini? Di mana?
Aku baru menyadari masalahnya”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(35) “Pelan-pelan aku keluar dari antrean, kembali ke tempat duduk.
Seolah tak terjadi apa-apa, agar orang tak memperhatikan aku dan
mengerti masalahku. Aku berlagak meneruskan membaca.
Kuhempaskan Diri ke kursi sambil mendesah. Baru kusadari
perbua- tanku mengagetkan orang-orang di sekelilingku, setelah
semua orang memandang ke arahku”. (Prapta Diharja, 1980:128).
(36) “Aku cepat-cepat keluar sambil tangan kanan menutup bagian
belakang celana yang robek. Di luar aku sekali lagi merogoh saku
yang kebobolan, seolah masih belum percaya benar apa yang telah
terjadi. Seperti orang kebingungan jalanku tak menentu”. (Prapta
Diharja, 1980:128).
(37) "Banteng! Banteng!"
“Tersentak aku menoleh teriakan kondektur bis yang sedang lewat
di depanku. Aku berlari dan melompat ke dalam bis. Di dalam,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
kondektur memaki-maki aku karena tak membayar alias ne- beng”.
(Prapta Diharja, 1980:128).
Tokoh Aku juga digambarkan sebagai seorang tokoh yang memiliki
sifat jujur, artinya tokoh Aku secara terbuka dan terang-terangan pada
kutipan (23) menceritakan pengalamannya kepada dua orang gadis dalam
bus tadi, bahwa sebelumnya ia pernah dicopet dan menyaksikan kejadian
pencopetan yang terjadi di dalam bus. Kemudian keterbukaan tokoh Aku
berlanjut pada kutipan (39) saat ia menerangkan kejadian dan
permasalahan yang baru saja menimpanya kepada para penumpang bus
tujuan Banteng yang sedang ditumpanginya selepas keluar dari Bank
Empat Enam tadi. Dari kutipan (23) dan (39), pengarang melukiskan
penokahan tokoh Aku menggunakan teknik pelukisan dramatik dengan
wujud penggambaran reaksi tokoh, reaksi tokoh Aku jelas terlihat pada
kutipan (24) ketika ia membagikan pengalamannya yang pernah kecopetan
dan melihat kejadian pencopetan di dalam bus, kemudian pada kutipan (40)
setelah mendapat makian dari kondektur bus tokoh Aku kemudian bereaksi
dengan menerangkan kejadian yang baru saja dialaminya. Berikut kutipan
(24) dan (40) dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja
yang mengambarkan reaksi tokoh Aku.
(23) “Aku terus menggurui mereka. Sok tahu. Menceritakan
bagaimana pencopet-pencopet itu beraksi. Maklum, aku
pengalaman. Pengalaman dicopet maupun menyaksikan
sendiri mereka melakukan kegiatannya. Kedua cewek di kiri-
kananku mendengarkan dengan perhatian”. (Prapta Diharja,
1980:127).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
(40) “Lalu aku mencoba menerangkan permasalahanku dengan
menunjukkan saku celanaku yang sobek bekas siletan”.
(Prapta Diharja, 1980:128).
Dari penokohan tokoh Aku yang digambarkan oleh pengarang,
terdapat beberapa karakter yang dimiliki oleh tokoh Aku yang berperan
sebagai tokoh utama dan protagonis dalam cerita pendek “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja. Karakter-karakter yang dimiliki oleh Aku
sebagai tokoh utama antara lain memiliki sikap, percaya diri, perhatian,
polos, hati-hati dan jujur, semua sikap tersebut merupakan representasi dari
tokoh protagonis. Adapun wujud penggambaran penokohan dengan teknik
dramatik yang terdapat pada tokoh Aku adalah, teknik cakapan, teknik
pelukisan latar, teknik reaksi tokoh, teknik pikiran dan perasan, teknik arus
kesadaran.
b. Tokoh Elis
Pada cerita pendek “Gadis Manis dalm Bis” karya Prapta Diharja
tokoh Elis berperan sebagai tokoh utama tambahan, artinya peran Elis
menunjang penokohan tokoh utama yang diperankan oleh Aku. Kehadiran
tokoh Elis sebagai tokoh utama tambahan sangat mempengaruhi
perkembangan plot cerpen ini. Oleh pengarang, penokohan tokoh Elis
digambarkan menggunakan teknik dramatik. Di awal kemunculannya pada
kutipan (5) dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” tokoh Elis
digambarkan sebagai seorang gadis ramah, keramahan itu terlihat pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
kutipan (5) yang menyapa tokoh Aku terlebih dahulu, kemudian keramahan
itu terlihat lagi pada (24) ketika Elis mengeluarkan sebuah majalah dan
kemudian membuka-bukanya dan menunjukan satu artikel kepada tokoh
Aku, dan berlanjut pada kutipan (31), ketika Elis mempersilahkan tokoh
Aku untuk membawa majalah yang ia pinjamkan kepada tokoh Aku. Selain
ramah Elis juga pemalu, sifat itu terlihat pada kutipan (15) saat tokoh Aku
bertanya apakah mereka baru pulang kuliah juga.
Dalam wujud penggambaran teknik dramatik tokoh Elis, pengarang
menggunakan teknik cakapan dan tingkah laku. Teknik cakapan dan
tingkah laku itu terwujud ketika Elis memulai percakapan, dan tingkah laku
yang diperlihatkan Elis menunjukan bahwa ia orang yang ramah pada
kutipan (5), (25), dan (32) namun sedikit pemalu terlihat pada kutipan (15).
Pernyataan-pernyataan mengenai penokohan tokoh Elis dapat dilihat pada
kutipanan di bawah ini.
(5) "Pulang kuliah Mas?" tanya gadis di sebelah kananku”. (Prapta
Diharja, 1980:125).
(25) “Kemudian yang sebelah kanan mengeluarkan majalah dari
tasnya dan membuka-buka mencari sebuah artikel dan
menunjukkannya kepadaku. majalah kuterima dan kubaca artikel
yang ditunjuk. Tentang pencopet wanita. Di Bandung. Konon di
kota Kembang itu sudah mulai beraksi pencopet-pencopet
wanita”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(32) "Boleh dibawa majalahnya, untuk kenang-kenangan Mas," kata
Elis, Yang sebelah kanan”. (Prapta Diharja, 1980:127).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Dari pernyataan-pernyataan tentang tokoh Elis di atas, peneliti
menarik kesimpulan bahwa tokoh Elis merupakan tokoh utama tambahan
yang muncul di sebagian besar jalan cerita cerpen, dilihat dari fungsinya
tokoh Elis berperan sebagai tokoh antagonis yang memulai terjadinya
konflik dan masalah yang menimpa tokoh Aku dalam cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja. Tokoh Elis juga digambarkan sebagai
seorang gadis yang ramah namun sedikit pemalu. Dalam melukiskan tokoh
Elis, pengarang menggunakan teknik pelukisan dramatik dengan wujud
penggambaran teknik cakapan dan teknik tingkah laku. Wujud-wujud
penggambaran tersebut terlihat dalam percakapan dan tingkah laku tokoh
Elis dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
c. Tokoh Gadis yang Duduk di Sebelah Kiri
Tokoh Gadis yang Duduk di Sebelah Kiri dalam cerpen “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja berperan sebagai tokoh utama
tambahan, dimana peran dari Gadis yang Duduk Disebelah Kiri sebagai
penunjang penampilan tokoh utama Aku, selain itu peran tokoh Gadis yang
Duduk di Sebelah Kiri turut mempengaruhi perkembangan alur dari cerpen
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Dalam penggambarannya,
tokoh Gadis yang Duduk Disebelah Kiri digambarkan memiliki sifat ramah
yang terlihat pada kutipan (7) ketika Gadis yang Duduk di Sebelah Kiri,
menanyakan jurusan kuliah yang diambil dan dipelajari tokoh Aku.
Kemudian, tokoh Gadis yang Duduk di Sebelah Kiri juga memiliki sifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
rasa ingin tahu yang terlihat pada kutipan (7), ketika Gadis yang Duduk di
Sebelah Kiri, menanyakan jurusan kuliah yang diambil dan dipelajari tokoh
Aku. Sifat rasa ingin tahu tersebut berlanjut pada kutipan (10), saat tokoh
Gadis yang Duduk di Sebelah Kiri belum memahami penjelasan dari tokoh
Aku tentang Antropologi dan kutipan (14), ketika tokoh Gadis yang Duduk
di Sebelah Kiri meyakinkan penjelasan yang ia terima dari tokoh Aku
tentang Antropologi. Selain memiliki sifat ramah dan ingin tahu, tokoh
Gadis yang Duduk di Sebelah Kiri juga memiliki sifat periang atau ceria
yang terlihat pada kutipan (13), tokoh Elis dan Gadis Sebelah Kiri saling
melirik dan tertawa setelah tokoh Gadis Sebelah Kiri menjelaskan
pemahamannya tentang Antropoligi yang ia pelajari di SMA dahulu.
Wujud penggambaran yang digunakan pengarang kepada tokoh Gadis
yang Duduk di Sebelah Kiri menggunakan teknik cakapan, teknik tingkah
laku, dan teknik arus kesadaran. Teknik cakapan terlihat pada kutipan (7)
saat tokoh Gadis yang Duduk di Sebelah Kiri penasaran, kemudian
menanyakan jurusan kuliah yang diambil dan dipelajari oleh tokoh Aku.
Kemudian teknik tingkah laku terdapat dalam kutipan (13) terlihat dari
sikap riang dan keceriaan tokoh Gadis yang Duduk di Sebelah Kiri ketika
ia tertawa mengenai penjelasan dan pemahamannya tentang Antropologi
yang pernah ia pelajari di SMA dulu. Kemudian teknik arus kesadaran
terlihat pada kutipan (10) ketika ia belum paham benar mengenai
penjelasan Antropologi yang dijelaskan oleh tokoh Aku. Kemudian teknik
arus kesadaran tersebut terus berlanjut dalam kutipan (13) dan (14), ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
ingatannya kembali ke masa SMA tentang pelajaran Antropologi yang
pernah dipelajarinya dulu dalam kutipan (13), dan ketika ia meyakinkan
dirinya dan pernyataannya tentang pengertian Antropologi kepada tokoh
Aku dan tokoh Elis dalam kutipan (14). Pernyataan-pernyataan di atas bisa
dilihat pada kutipan-kutipan cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja di bawah ini.
(7) “Kuliah di jurusan apa Mas?" tanya gadis yang lain.
Aku menoleh dan menjawab, "Emm ..., Antrop." Manis juga dia.
"Antrop? Apa itu?" tanyanya lagi.
"Antropologi"
"... Antropologi? Bagian apa itu?" (Prapta Diharja, 1980:125).
(10) "Wah, wah tambah nggak mudeng aku." (Prapta Diharja,
1980:125).
(13) "Oo ... Ya, ya. Aku pernah dengar waktu di SMA dulu. Ingat aku.
Bahwa manusia, kita-kita ini, masih saudara dekat dengan itu lho,
yang Sering nyolong kacang itu." Mereka saling melirik dan
tertawa”. (Prapta Diharja, 1980:125).
(14) "Jadi Antropologi itu yang mempelajari manusia-manusia purba,
ya?" (Prapta Diharja, 1980:125).
Dari analisis mengenai tokoh Gadis yang Duduk di Sebelah Kiri,
peneliti menarik kesimpulan bahwa tokoh Gadis yang Duduk di Sebelah
Kiri merupakan tokoh utama tambahan yang muncul di sebagian besar
jalan cerita cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja, bila
dilihat dari fungsinya tokoh Gadis yang Duduk di Sebelah Kiri berperan
sebagai tokoh antagonis yang menyebabkan konflik dan masalah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
menimpa tokoh Aku dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja. Dalam penokohannya tokoh Gadis yang Duduk di Sebelah Kiri
digambarkan sebagai seorang gadis yang ramah, memiliki rasa ingin tahu
dan ceria. Dalam melukiskan tokoh Gadis yang Duduk di Sebelah Kiri,
pengarang menggunakan teknik pelukisan dramatik dengan wujud
penggambaran teknik cakapan, teknik arus kesadaran, dan teknik tingkah
laku. Wujud-wujud penggambaran tersebut terlihat dalam percakapan,
ingatan dan tingkah laku tokoh Gadis yang Duduk di Sebelah Kiri dalam
cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
d. Tokoh Dia
Dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja, tokoh
Dia digambarkan memiliki sifat baik dan ikhlas dalam membantu tokoh
utama Aku, tokoh Dia berperan sebagai tokoh tambahan utama. Karena
peran tokoh Dia hanya ditampilkan sekali saja dalam cerpen ini, walaupun
hanya ditampilkan sekali saja tapi perannya sangat mempengaruhi dan
menunjang peran tokoh utama Aku. Hal tersebut terlihat menjelang akhir
cerpen “Gadis Manis dalam Bis” ketika tokoh Dia merogoh koceknya,
kemudian membayarkan ongkos bus untuk tokoh Aku kepada kondektur,
dimana sebelumnya tokoh Aku kecopetan saat berada di bus yang
ditumpangi sebelumnya. Dari tindakan tersebut, tokoh Dia memberi efek
kejut kepada pembaca karena kebaikan dan keikhlasannya dalam
membantu tokoh Aku yang sedang ditimpa masalah, kebaikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
keikhlasan tokoh Dia dalam membantu tokoh utama Aku menimbulkan
rasa simpati dalam diri pembaca.
Dalam melukiskan tokoh Dia, pengarang menggunkan teknik
dramatik dengan wujud penggambaran teknik cakapan, reaksi tokoh lain
dan teknik tingkah laku. Penggambaran teknik cakapan terlihat pada
kutipan (41) saat tokoh Dia memaklumi penjelasan tokoh utama Aku.
Kemudian, penggambaran teknik reaksi tokoh lain terlihat ketika tokoh
utama Aku menerangkan kejadian yang telah dialaminya, dengan
menunjukan kocek celana yang sobek tersayat silet pertanda telah
kecopetan. Karena penjelasan tersebut, rasa empati tokoh Dia muncul,
kemudian tokoh Dia mengambil sikap untuk menolong tokoh utama Aku
dengan membayarkan ongkos busnya pernyataan tersebut terdapat pada
kutipan (41). Sementara, teknik pelukisan tingkah laku tergambar ketika
tokoh Dia merogoh koceknya kemudian membayarkan ongkos bus tokoh
Aku kepada kondektur pernyataan tersebut terdapat pada kutipan (41).
Berikut kutipan (41) cerpen Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
(41) "Oo..., kena pajak," celetuk seseorang memaklumi.
"Ya, ya, ya. Pajak jalanan tanpa kompromi. Tanpa permisi.
Memang saya juga sering kena juga. Wah, payah. Kali ini kamu
yang sedang beruntung, Dik." Kemudian dia merogoh kantong
membayarkan kepada kondektur untuk aku”. (Prapta Diharja,
1980:128).
Dari penjelasan mengenai penokohan tokoh Dia di atas, peneliti
menarik kesimpulan bahwa tokoh Dia berperan sebagai tokoh tambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
utama, bila dilihat dari fungsinya tokoh Dia memerankan tokoh Protagonis
karena memiliki sifat kebaikan dan keikhlasan dalam menolong tokoh
utama Aku. Kebaikakan dan keikhlasan merupakan identifikasi dari tokoh
protagonis. Dalam melukiskan penokohan tokoh Dia, penggarang
menggunakan teknik pelukis dramatik, dengan wujud penggambaran teknik
cakapan, teknik reaksi tokoh lain, dan teknik tingkah laku.
e. Tokoh Kondektur I
Dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja, tokoh
Kondektur I berperan sebagai tokoh tambahan. Karena berperan sebagai
tokoh tambahan, porsi penampilan tokoh Kondektur I hanya ditampilkan
sekali saja, hal tersebut bisa dilihat dari percakapan yang sedikit dalam
cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Bisa dikatakan
peran tokoh Kondektur I dalam cerpen ini dianggap tidak memiliki peran
yang penting dalam perkembangan plot cerpen “Gadis Manis dalam Bis”.
Digambarkan oleh pengarang Kondektur I memiliki karakter yang tegas,
hal itu terlihat dari teriakan Kondektur I yang mengagetkan tokoh utama
Aku pada kutipan (31). Dalam pelukisan penokohan tokoh Kondektur I,
pengarang menggunakan teknik pelukisan dramatik melalui wujud
penggambaran teknik cakapan. Berikut kutipan (31) cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja.
(31) "Kalipasir! Kalipasir! Menteng," teriak kondektur bis
mengagetkan aku. Sialan, sudah sampai kantor pos Cikini,
gumamku dalam hati. Aku harus cepat-cepat turun. Aku minta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
permisi dan beranjak meninggalkan mereka”. (Prapta Diharja,
1980:127).
Dari penjelasan tentang penokohan tokoh Kondektur I di atas, peneliti
menarik kesimpulan bahwa, tokoh Kondektur I berperan sebagai tokoh
tambahan yang bisa dikatakan tidak berperan penting dalam perkembangan
plot cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Tokoh
Kondektur I digambarkan memiliki sikap yang tegas, hal itu terlihat dari
teriakan Kondektur I yang mengagetkan tokoh utama Aku. Sementara,
dalam pelukisan penokohan tokoh Kondektur I pengarang menggunakan
teknik pelukisan dramatik melalui wujud penggambaran teknik cakapan.
f. Tokoh Kondektur II
Dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharj, tokoh
Kondektur II berperan sebagai tokoh tambahan. Karena berperan sebagai
tokoh tambahan, porsi penampilan dari tokoh Kondektur II hanya
ditampilkan sekali saja, hal tersebut bisa dilihat dari percakapan yang
sedikit, bisa dikatakan peran tokoh Kondektur II dalam cerpen ini dianggap
tidak memiliki peran yang penting dalam perkembangan plot cerpen
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Digambarkan oleh
pengarang Kondektur II memiliki karakter yang tegas, dan pemarah.
Penggambaran karakter tegas dan pemarah tersebut terlihat ketika tokoh
utama Aku mendapat makian dari tokoh Kondektur II karena dengan nekad
berlari mengejar bus dan melompat ke dalam bus yang dikondekturi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
tokoh Kondektur II tersebut untuk mendapatkan tumpangan gratis,
pernyataan tersebut terlihat pada kutipan (38). Dalam pelukisan penokohan
tokoh Kondektur II, pengarang menggunakan teknik pelukisan dramatik
dengan wujud penggambaran cakapan. Berikut kutipan (38) cerpen “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
(38) "Dasar mahasiswa bokek!" semprot kondektur itu terhadapku.
Beberapa penumpang menoleh kepadaku. Beberapa tersenyum.
Aku diam menahan malu dan dongkol”. (Prapta Diharja,
1980:128).
Dari analisis mengenai penokohan tokoh Kondektur II di atas,
peneliti menarik kesimpulan bahwa, tokoh Kondektur II berperan sebagai
tokoh tambahan yang bisa dikatakan tidak berperan penting dalam
perkembangan plot cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
Tokoh Kondektur II digambarkan memiliki sikap yang tegas dan pemarah,
hal itu terlihat dari makian Kondektur II kepada tokoh utama Aku yang
berlari dan melompat ke dalam bus untuk mendapatkan tumpangan gratis.
Sementara, dalam pelukisan penokohan tokoh Kondektur II pengarang
menggunakan teknik pelukisan dramatik melalui wujud penggambaran
teknik cakapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
g. Tokoh Seseorang yang Membela Aku
Dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharj, tokoh
Seseorang yang Membela Aku berperan sebagai tokoh tambahan. Karena
berperan sebagai tokoh tambahan, porsi penampilan dari tokoh Seseorang
yang Membela Aku hanya ditampilkan sekali saja, hal tersebut bisa dilihat
dari percakapan yang sedikit, bisa dikatakan peran tokoh tokoh Seseorang
yang Membela Aku dalam cerpen ini dianggap tidak memiliki peran yang
penting dalam perkembangan plot cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya
Prapta Diharja. Digambarkan oleh pengarang tokoh tokoh Seseorang yang
Membela Aku memiliki rasa simpati terhadap tokoh utama Aku yang
melompat ke dalam bus untuk mendapatkan tumpangan gratis, pernyataan
tersebut terlihat pada kutipan (39). Dalam pelukisan penokohan tokoh
Seseorang yang Membela Aku, pengarang menggunakan teknik pelukisan
dramatik melalui wujud penggambaran teknik cakapan. Berikut kutipan
(39) cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
(39) "Kita harus maklum Bung. Mahasiswa rantauan, tanggal-tanggal
begini ini kan tahu sendiri. Kiriman belum datang," seseorang
mencoba membelaku”. (Prapta Diharja, 1980:128).
Dari analisis mengenai penokohan tokoh Seseorang yang Membela
Aku di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa, tokoh Seseorang yang
Membela Aku berperan sebagai tokoh tambahan yang bisa dikatakan tidak
berperan penting dalam perkembangan plot cerpen “Gadis Manis dalam
Bis” karya Prapta Diharja. Seseorang yang Membela Aku digambarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
memiliki rasa simpati terhadap tokoh utama Aku.. Sementara, dalam
pelukisan penokohan tokoh Seseorang yang Membela Aku, pengarang
menggunakan teknik pelukisan dramatik melalui wujud penggambaran
teknik cakapan.
4.2.6 Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam cerita pendek
berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja adalah sudut
pandang persona pertama tokoh utama. Artinya, pengarang adalah orang
yang ikut terlibat dalam perkembangan jalan cerita dari awal hingga akhir
dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis”. Dalam sudut pandang persona
pertama tokoh utama, pengarang menempatkan dirinya sebagai Aku yang
menjadi pelaku atau pemeran utama yang mengisahkan, melihat,
mengalami, mendengar dan merasakan sendiri setiap kejadian dalam cerita
pendek “Gadis Manis dalam Bis”, selain mengisahkan, melihat,
mengalami, mendengar dan merasakan sendiri setiap kejadian, pengarang
juga memberikan sikapnya terhadap tokoh-tokoh lain dalam cerita pendek
berjudul “Gadis Manis dalam Bis”. Sikap yang ditunjukan Aku sebagai
persona pertama tokoh utama terhadap tokoh-tokoh lain terlihat dalam
kutipan (42) di bawah ini.
(42) "Ya, ya, ya. Pajak jalanan tanpa kompromi. Tanpa permisi.
Memang saya juga sering kena juga. Wah, payah. Kali ini kamu
yang sedang beruntung, Dik." Kemudian dia merogoh kantong
membayarkan kepada kondektur untuk aku. Aku ceritakan
semuanya itu kepada penumpang lain, kecuali satu: bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
pencopet-pencopet itu adalah cewek-cewek manis. Malu, dong.
Masak cowok dikerjain oleh cewek-cewek. Teringat senyum dan
tawa mereka. Kini aku tahu kenapa mereka itu mendesak-desak
menghimpitku. Oh, himpitan beracun! Hanya karena aku ge-er
saja, aku lengah. Geli dan dongkol rasanya. Inikah arti
emansipasi? Aku tersenyum kecut”. (Prapta Diharja, 1980:128).
Dari kutipan (42) cerpen “Gadis Manis dalam Bis” di atas, terlihat
sikap Aku sebagai persona pertama tokoh utama terhadap tokoh-tokoh lain,
yaitu tokoh Elis gadis yang duduk di sebelah kanan dan tokoh Gadis yang
Duduk di Sebelah Kiri. Sikap tersebut menunjukan sebuah sikap kekesalan,
sikap kekesalan itu muncul karena tokoh Aku sebagai persona pertama
tokoh utama merasa telah dikerjai dan dikelabui secara habis-habisan oleh
dua orang gadis yang berparas ayu dan manis yang ternyata adalah
pencopet yang sedang menunggu untuk beraksi dan mengincar korban
yang sedang lengah di dalam bus. Akibat kejadian tersebut, tokoh Aku
kehilangan uang SPP yang ia simpan di kocek belakang celananya yang
ternyata telah sobek, dirobek menggunakan silet. Kejadian yang menimpa
tokoh Aku tersebut, diakibatkan karena kelengahan dan kepolosan tokoh
Aku yang kurang berhati-hati dalam memahami setiap situasi dan kondisi
di dalam bis yang memperlihatkan gelagat dan sikap mencurigakan dari
dua orang gadis ayu dan manis yang ternyata pencopet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
4.2.7 Gaya Bahasa
Abrams dalam Nurgiyantoro (2009:276) berpendapat bahwa, gaya
bahasa adalah cara seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan
dikemukakan, lebih lanjut Nurgiyantoro berpendapat (2009:277), tujuan
dari gaya bahasa adalah untuk mendapatkan efek keindahan yang
menonjol, gaya bahasa pada hakikatnya merupakan teknik pemilihan
ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan
diungkapkan. Dalam cerita pendek berjudul “Gadis Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja, pengarang menggunakan gaya bahasa dengan bentuk
penuturan narasi dan dialog, penggunaan bentuk narasi dan dialog tersebut
digunakan secara beriringan dan saling melengkapi. Hal tersebut terlihat
dari narasi tokoh utama Aku yang menjelaskan secara urut kronologis yang
terjadi dari awal hingga akhir cerita dalam cerpen “Gadis Manis dalam
Bis” dan dalam narasi tersebut disertai dialog-dialog yang terjadi antara
tokoh utama Aku dengan tokoh-tokoh lainnya dalam cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja.
Dari bahasa yang digunakan pengarang, dalam narasi-narasi dan
dialog-dialog antar tokoh dalam cerita pendek berjudul “Gadis Manis
dalam Bis”, secara keseluruhan bahasa yang digunakan oleh pengarang
adalah bahasa Indonesia. Secara khusus, bahasa yang digunakan adalah
bahasa Indonesia yang sederhana, artinya bahasa percakapan sehari-hari
masyarakat Indonesia pada umumnya, bahasa yang ringan dan pembahasan
masalah yang ringan dalam cerpen tersebut sehingga memudahkan para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
pembaca untuk mengikuti perkembangan cerita dari awal hingga akhir
cepen berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Di bawah
ini peneliti akan memaparkan bukti bahwa narasi dan dialog saling
mendukung dan menghidupkan jalan cerita. Berikut beberapa narasi dan
dialog antar tokoh dalam cerita pendek berjudul “Gadis Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja yang saling mendukung dan melengkapi, sehingga
menghidupkan jalan cerita cerpen “Gadis Manis dalam Bis” yang terdapat
pada kutipan (1), (2), (3), (4), (6), (8), (11), (17), (20), (21), (22), (24), (25),
(31), (34), (35), (36), (38), (40), dan (42).
(1) “Geli dan dongkol rasanya, bila mengenangnya. Ceritanya begi-
ni: seperti biasa, pulang kuliah aku menunggu bis di halte Rawa-
mangun. Waktu Belum begitu siang. Kira-kira jam sebelas.
Belum masanya anak-anak sekolah siang berangkat. Wah, kalau
saja wak- tunya bersamaan dengan keberangkatan mereka -
sekitar jam dua belas hingga jam dua - pasti aku tak mendapatkan
tempat duduk. Bisa-bisa hanya menggelantung di pintu”. (Prapta
Diharja, 1980:125).
(2) “Bis nomor 34 lewat. Tetapi aku tidak naik. Bis jurusan Tanah
Abang ini banyak copetnya. Aku bertahan beberapa lama
menunggu bis yang biasanya tidak terlalu penuh dan aman.
Akhirnya bis yang kutunggu datang juga: nomor 35. Berhenti di
depan halte. Aku naik dari depan. Masih terlihat beberapa tempat
duduk belum terisi. Sementara hendak menentukan tempat duduk,
perhatianku terpancang kepada dua gadis yang seolah
memperhatikan kedatanganku. Mereka tersenyum seperti hendak
menegur. Aku agak canggung, merasa belum pernah mengenal
mereka. Begitu aku berjalan mendekat, kedua gadis itu menggeser
duduknya masing-masing ke pinggir, membiarkan bagian tengah
kosong. "Wah, sialan. Artinya, untung sekali," kata hatiku”.
(Prapta Diharja:125)
(3) “Aku bisa duduk di antara mereka. Kesempatan bagus tak
kubiarkan lewat. Aku minta permisi menempati bagian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
kosong di antara mereka. Mereka menyilahkan dengan senyum.
Aneh ....” (Prapta Diharja:125)
(4) “Alangkah nikmatnya duduk berhimpitan dengan gadis-gadis ayu.
Terasa sentuhan-sentuhan lembut”. (Prapta Diharja:125)
(6) "Hebat betul cewek-cewek ini," batinku tambah heran, "bia- sanya
cewek manis selalu jual mahal. Tetapi yang ini tidak. Malah
negur cowok duluan. Apakah tidak takut digigit?" tanyaku lagi
dalam hati. Aku menoleh dan mengiyakan. Kami berpandangan.
Aku menoleh dan menjawab, "Emm ..., Antrop." Manis juga dia”.
(Prapta Diharja:125)
(8) “Entah memang tidak mengerti benar, ataukah pura-pura tidak
tahu? sulit untuk menebak. Soalnya penampilan mereka
tampaknya juga dari kalangan mahasiswa. Masak mereka tidak
tahu? Ataukah hanya mau sekedar bergurau? Maka, aku mesti
hati-hati menjawabn- ya, agar tidak terjebak oleh pancingan
mereka”. (Prapta Diharja:126)
(11) “Setelah yakin benar bahwa mereka belum paham, maka aku
berani masuk untuk menerangkan”. (Prapta Diharja:126)
(17) “Tetapi ditilik dari cara bicaranya, cara berpakaian, dan cara
membawakan diri, tampak mereka terpelajar”. (Prapta
Diharja:126).
(20) “Selanjutnya, kami bicara ke sana-ke mari, sebagai perintang
waktu. Hanya saja kuperhatikan kedua gadis itu sering kali
saling berpandangan mata dan melempar senyum. "Mungkinkah
karena aku, atau ada sebab lain?" hatiku bertanya-tanya, campur
harap-harap senang, dan bangga. Tetapi aku pura-pura
menampakkan sikap agak acuh. Gengsi dong!”. (Prapta Diharja,
1980:126).
(21) “Dua, tiga..., delapan orang naik. Sedikit demi sedikit
penumpang bertambah terus. Beberapa orang mulai berdiri.
Semakin berjejal. Penuh sesak.
(22) "Hati-hatilah nanti kalau turun" lagakku memperingatkan
"Oya?" mereka sedikit kaget, tetapi entah apa sebabnya lalu
tersenyum”. (Prapta Diharja, 1980:126)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
(24) “Aku terus menggurui mereka. Sok tahu. Menceritakan
bagaimana pencopet-pencopet itu beraksi. Maklum, aku
pengalaman. Pengalaman dicopet maupun menyaksikan sendiri
mereka melakukan kegiatannya. Kedua cewek di kiri-kananku
mendengarkan dengan perhatian”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(25) “Kemudian yang sebelah kanan mengeluarkan majalah dari
tasnya dan membuka-buka mencari sebuah artikel dan
menunjukkannya kepadaku. majalah kuterima dan kubaca
artikel yang ditunjuk. Tentang pencopet wanita. Di Bandung.
Konon di kota Kembang itu sudah mulai beraksi pencopet-
pencopet wanita”. (Prapta Diharja, 1980:127).
(31) "Kalipasir! Kalipasir! Menteng," teriak kondektur bis
mengagetkan aku. Sialan, sudah sampai kantor pos Cikini,
gumamku dalam hati. Aku harus cepat-cepat turun. Aku minta
permisi dan beranjak meninggalkan mereka”. (Prapta Diharja,
1980:127).
"Hati-hati!" tambahku. Setelah turun kulihat kedua gadis di bis
masih memperhatikanku. Saling berbisik, tersenyum ... dan aku
lambaikan tangan kepada mereka. Mereka membalas. Bis
melaju lagi. Aku menyesal tidak menanyakan alamat mereka.
(34) “Aku masuk ke Bank Empat Enam di Cut Mutia, Menteng untuk
membayar uang kuliah (SPP) satu tahun. Karena masih banyak
an- trean, Aku duduk di kursi yang tersedia di situ. Meneruskan
membaca majalah. Lalu menuju antrean. Di dekat loket aku
hendak mempersiapkan uang yang akan kubayarkan. Yailah,
saku celanaku bagian belakang bolong, tembus keluar. Setelah
kuraba dan kuteli- ti ternyata bagian belakang celanaku robek
bekas disilet orang. Menganga. Tentu saja uang yang hendak
kubayarkan amblas. Aku pikir-pikir, mengapa bisa terjadi
begini? Di mana? Aku baru menyadari masalahnya”. (Prapta
Diharja, 1980:127)
(35) “Pelan-pelan aku keluar dari antrean, kembali ke tempat duduk.
Seolah tak terjadi apa-apa, agar orang tak memperhatikan aku
dan mengerti masalahku. Aku berlagak meneruskan membaca.
Kuhempaskan Diri ke kursi sambil mendesah. Baru kusadari
perbua- tanku mengagetkan orang-orang di sekelilingku, setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
semua orang memandang ke arahku”. (Prapta Diharja,
1980:128).
(36) “Aku cepat-cepat keluar sambil tangan kanan menutup bagian
belakang celana yang robek. Di luar aku sekali lagi merogoh
saku yang kebobolan, seolah masih belum percaya benar apa
yang telah terjadi. Seperti orang kebingungan jalanku tak
menentu”. (Prapta Diharja, 1980:128).
“Tersentak aku menoleh teriakan kondektur bis yang sedang
lewat di depanku. Aku berlari dan melompat ke dalam bis. Di
dalam, kondektur memaki-maki aku karena tak membayar alias
ne- beng”. (Prapta Diharja, 1980:128).
(38) "Dasar mahasiswa bokek!" semprot kondektur itu terhadapku.
Beberapa penumpang menoleh kepadaku. Beberapa tersenyum.
Aku diam menahan malu dan dongkol”. (Prapta Diharja,
1980:128).
(40) “Lalu aku mencoba menerangkan permasalahanku dengan
menunjukkan saku celanaku yang sobek bekas siletan”. (Prapta
Diharja, 1980:128).
(42) "Ya, ya, ya. Pajak jalanan tanpa kompromi. Tanpa permisi.
Memang saya juga sering kena juga. Wah, payah. Kali ini kamu
yang sedang beruntung, Dik." Kemudian dia merogoh kantong
membayarkan kepada kondektur untuk aku. Aku ceritakan
semuanya itu kepada penumpang lain, kecuali satu: bahwa
pencopet-pencopet itu adalah cewek-cewek manis. Malu, dong.
Masak cowok dikerjain oleh cewek-cewek. Teringat senyum
dan tawa mereka. Kini aku tahu kenapa mereka itu mendesak-
desak menghimpitku. Oh, himpitan beracun! Hanya karena aku
ge-er saja, aku lengah. Geli dan dongkol rasanya. Inikah arti
emansipasi? Aku tersenyum kecut”. (Prapta Diharja, 1980:128).
Dari kutipan-kutipan percakapan di atas, terbukti bahwa gaya bahasa
yang digunakan oleh pengarang dalam karyanya adalah teknik narasi dan
dialog. Tujuan dari penggunaan teknik narasi dan dialog adalah untuk
saling mendukung, melengkapi dan menghidupkan jalan cerita “Gadis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Dalam penuturan narasi,
pengarang cenderung memilih peristiwa, tindakan, konflik, penceritaan
latar, tokoh, hubungan antar tokoh atau hal-hal lain yang yang menarik dari
perjalanan hidup tokoh untuk diceritakan. Sementara, pengungkapan
bahasa dengan gaya dialog atau percakapan biasanya pengarang
membiarkan pembaca untuk melihat dan seolah mendengar sendiri kata-
kata dari setiap percakapan antar tokoh yang terjadi dalam cerita tersebut.
4.2.8 Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca
melalui karyanya dan mengandung nilai moral, makna yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan pembaca (Nurgiyantoro, 2010:323). Amanat
yang terkandung dalam cerpen berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya
Prapta Diharja adalah, bila tidak ingin merasa kesal terhadap diri sendiri
dan menyesal dikemudian hari karena suatu kejadian yang pernah menimpa
kita, maka jangan terlalu naif terhadap situasi dan kondisi disekitar kita,
harus tetap fokus dan konsentrasi, dan jangan terlalu mudah mempercayai
keramahan orang lain yang baru kita kenal di suatu tempat, mungkin saja
dibalik keramahan tersebut tersembunyi niat jahat yang sedang menunggu
kelengahan kita. Seperti yang terjadi pada tokoh Aku dalam cerpen “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja, dimana tokoh Aku terbuai dan
lengah terhadap pesona dua orang gadis cantik dan manis yang terlihat
ramah, namun dibalik keramahan tersebut tersimpan niat jahat yang sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
menunggu kelengahan tokoh Aku. Sikap yang perlu ditanamkan dari
amanat yang terdapat dalam cerpen ini adalah sikap kehati-hatian,
waspada, fokus, dan konsentrasi terhadap keadaan lingkungan disekitar
kita, karena kita tidak tahu kejadian apa yang akan terjadi kedepannya.
Keterkaitan antara tema dan amanat dalam cerita pendek berjudul
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja adalah, bila tidak ingin
timbul rasa kesal dikemudian hari karena mengingat atau mengenang suatu
kejadian buruk yang pernah menimpa kita, maka kita sebagai manusia yang
diciptakan sang pencipta dengan memiliki akal dan pikiran harusnya bisa
lebih waspada dan peka terhadap segala kemungkinan ancaman yang akan
merugikan kita, bahkan jenis acaman kecil sekalipun. Rasa kekesalan yang
timbul dalam diri tokoh “Aku” dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja salah satunya dilatarbelakangi oleh ketidakpekaan
tokoh “Aku” terhadap ancaman kecil yang timbul dari keramahan dua
gadis manis tersebut, harusnya tokoh “Aku” menaruh rasa curiga dan
waspada terhadap gelagat dan keramahan orang yang baru dikenalnya.
Akibat dari ketidakpekaan tersebut, maka tokoh “Aku” menderita kerugian
dan merasa malu dan kesal ketika mengenangnya kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
4.3 Rencana Pembelajaran Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
Seperti yang sudah peneliti paparkan di atas, mengenai pentingnya
pembelajaran sastra di SMA khususnya pada mata pelajaran Pendidikan
Bahasa Indonesia, mengenai unsur pembangun cerita pendek yang
tercantum dalam Kurikulum 2013 pada Kompetensi Dasar 3.9
Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan
cerita pendek kelas XI, semester I (ganjil). Karena dilatarbelakangi
pentingnya analisis unsur pembangun cerita pendek yang terdapat pada KD
3.9, maka bentuk implementasi dari penelitian berjudul Analisis Unsur
Intrinsik Cerita Pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja dan
Implementasi Rencana Pembelajaran adalah dalam bentuk rancangan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan dari dirancangnya RPP
dalam penelitian ini adalah untuk memastikan apakah hasil analisis cerpen
berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja ini layak untuk
dijadikan sebagai bahan ajar analisis unsur pembangun cerita pendek di
SMA kelas XI semester I (ganjil). Di bawah ini peneliti akan memaparkan
hasil rancangan RPP mengenai analisis unsur pembangun cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
4.3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pada kegiatan pembelajaran di kelas, idealnya seorang guru terlebih
dahulu harus menyiapkan materi bahan ajarnya dalam bentuk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang bersumber dari kompetensi dasar.
Tujuan dirancangnya RPP adalah, sebagai pedoman guru dalam proses
belajar mengajar di kelas, dengan RPP pengajar atau guru akan dapat
mengajar secara sistematis, tanpa khawatir materi yang diajarkannya
menyimpang dari tujuan. Untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran
yang maksimal, maka dalam proses perancangan sebuah RPP seorang guru
harus mampu mengembangkan materi ajar yang menarik, kreatif dan
variatif dalam pengaplikasiannya di kelas.
Dalam penelitian ini, peneliti membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan materi, analisis unsur intrinsik cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Materi tentang analisis
unsur intrinsik dalam cerita pendek terdapat dalam Kurikulum 2013 edisi
revisi tahun 2016, yang tercantum pada KD 3.9 yang berisi menganalisis
unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita
pendek. Di bawah ini, peneliti akan memaparkan rancangan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat menggunakan format RPP
kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Cerita pendek
Alokasi Waktu : 2 x 45 (1X pertemuan)
A. Kompetensi Inti
KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
KI-2 Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai),
santun, responsive, dan pro-aktif sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI-3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, cerita pendek dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan cerita pendek pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI-4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan metode susuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar Pengetahuan dan Kompetensi Dasar
Keterampilan
Komptensi Dasar
Pengetahuan
Kompetensi Dasar
Keterampilan
3.9 Menganalisis unsur-
unsur pembangun cerita
pendek dalam buku
kumpulan cerita pendek.
4.9 Mengkonstruksi sebuah
cerita pendek dengan
memerhatikan unsur-
unsur pembangun cerpen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Indikator Pencapaian
Kompetensi Pengetahuan
Indikator Pencapaian
Kompetensi Keterampilan
3.9.1 Peserta didik mampu
mengidentifikasi
unsur-unsur
pembangun cerita
pendek “Gadis
Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja.
3.9.2 Peserta didik mampu
menganalisis unsur-
unsur pembangun
cerita pendek “Gadis
Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja.
4.9.1 Peserta didik mampu
menyusun cerpen
dengan memerhatikan
unsur-unsur
pembangun cerpen.
4.9.2 Peserta didik mampu
mempresentasikan,
menanggapi, dan
merivisi hasil diskusi
di dalam kelas.
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri, siswa
dituntut untuk lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran dan
penemuan. Dalam model Inkuiri siswa lebih banyak belajar
sendiri dengan meneliti dan menganalisis unsur-unsur pembangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
cerita pendek yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis dalam
Bis” karya Prapta Diharja. Dalam pelaksanaannya, siswa bisa
menganalisis hasil temuannya secara individu atau dalam
kelompok. Artinya, setelah guru memberikan sedikit informasi
tentang pengertian unsur pembangun cerpen, maka setelah itu
siswa diminta untuk berperan aktif dalam mengembangkan
informasi yang telah disampaikan oleh guru. Adapun tujuan
pembelajaran dari analisis unsur-unsur pembangun cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja, adalah sebagai
berikut.
1. Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menemukan
unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
2. Peserta didik mampu menganalisis hasil temuan unsur-
unsur pembangun cerita pendek berupa tema, latar, alur,
tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa dan
amanat dalam “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja.
3. Peserta didik mampu mempresentasikan dan memberi
tanggapan hasil analisis unsur pembangaun cerpen
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
D. Materi Pembelajaran
1. Materi Regular
a. Pengetahuan
Faktual : Cerita pendek
Konseptual : Unsur intrinsik cerita pendek “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja berupa tema, latar,
alur, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa dan
amanat
Prosedural : Tahapan menganalisis unsur intrinsik
cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja
b. Keterampilan
Berbicara : Mempresentasikan dan memberi
tanggapan hasil dari analisis unsur pembangaun cerpen
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja
2. Materi Remidial
a. Menganalisis kembali unsur pembangun dalam cerpen
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
b. Langkah-langkah dalam menganalisis unsur pembangun
cerita pendek.
3. Materi Pengayaan
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific
2. Model : Inkuiri
3. Metode : Diskusi, penugasan, tanya jawab, analisis
F. Media, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media : Proyektor, whiteboard, laptop.
2. Bahan : Unsur pembangun cerita pendek
3. Sumber Belajar : Diharja, Prapta. 2017. Mozaik
Pengalaman Hidup. Bagian Kedua: Cerita Pendek.
Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Kosasih, E. 2014. Jenis-jenis Tek dalam Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama
Widya.
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Bagian
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Waktu
(menit)
Kegiatan
Pendahuluan
Orientasi
1. Guru memberi salam, dan siswa
merespon dengan memberi
salam dan hormat.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
2. Siswa memimpin doa sebelum
pelajaran dimulai.
3. Guru memeriksa kehadiran
siswa.
Apersepsi
1. Guru memberi gambaran awal
dengan memancing pengetahuan
siswa mengenai unsur intrinsik
cerita pendek.
2. Siswa merespon pancingan guru
mengenai unsur intrinsik cerita
pendek dengan menyebutkan
salah satu unsur pembangun
cerita pendek.
Motivasi
Guru memberikan informasi
mengenai fungsi pembelajaran unsur
cerita pendek dan kaitannya dengan
konteks kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Pemberian acuan
Guru menyampaikan hal yang akan
dipelajari dalam pembelajaran unsur
pembangun cerpen Gadis Manis
dalam Bis karya Prapta Diharja.
Kegiatan Inti Mengamati
1. Siswa diminta untuk mengamati
powerpoint atau video interaktif
tentang struktur dan unsur-unsur
cerpen (materi hanya berupa
ulasan).
Menanya
1. Siswa dan guru bertanya jawab
tentang materi yang telah
dibahas.
Mengumpulkan Data/Informasi
1. Siswa diminta untuk membentuk
kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 3-5 orang.
2. Dalam kelompok masing-masing
siswa diminta untuk membaca
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
dan mengamati cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya
Prapata Diharja.
Mengolah Informasi
1. Para siswa berdinamika dalam
kelompok masing-masing dengan
menganalisis unsur intrinsik
cerita pendek “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja.
2. Para siswa menulis cerpen dalam
kelompok masing-masing.
Mengkomunikasikan
1. Setiap kelompok diminta untuk
mempresentasikan hasil temuan
unsur pembangun cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis”.
2. Kelompok lain menanggapi,
dengan memberikan pertanyaan
dan saran kepada kelompok yang
mempresentasikan hasil temuan.
3. Peserta didik mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
memperbaiki penggunaan bahasa
kelompok lain dan menceritakan
kembali cerpen cerpen tersebut.
Kegiatan
Penutup
Menyimpulkan
Dalam membuat kesimpulan
mengenai unsur intrinsik cerita
pendek “Gadis Manis dalam Bis”,
siswa dibimbing oleh guru.
1. Guru mengajak siswa untuk
membuat refleksi terkait dengan
kegiatan pembelajaran.
2. Guru memberikan salam dan
menutup kegiatan pembelajaran
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
H. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
Mencari unsur pembangun cerita pendek “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
No. Aspek yang Dinilai Kriteria Skor
1 Mampu menemukan
dan menentukan
unsur pembangun
cerita pendek yang
terdapat dalam
cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” karya
Prapta Diharja
Menentukan tema 10
Menentukan alur 10
Menentukan latar 10
Menentukan tokoh 10
Menentukan penokohan 10
Menentukan sudut
pandang
15
Menentukan gaya
bahasa
15
Menentukan amanat 10
Skor maksimal = 90
Nilai = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
2. Instrumen Penilaian Aspek Sikap :
Observasi/Pengamatan
No Nama Aspek perilaku yang dinilai Keterangan
Indikator
I II III IV
1 SB
2 B
3 C
4 K
Keterangan
Indikator I : Menggunakan bahasa Indonesia yang
baik selama proses pembelajaran, baik lisan maupun tulisan.
Indikator II : Berani dalam mengemukakan pendapat
Indikator III : Disiplin dalam proses pembelajaran,
mengerjakan tugas dan mengikuti langkah-langkah yang
diberikan guru.
Indikator IV : Mampu bekerja sama dalam kelompok
dengan baik
SB : Sangat baik
B : Baik
C : Cukup
K : Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
3. Instrumen Keterampilan : Unjuk kerja/Praktik
No Aspek yang dinilai Skor
1 Memparkan dan menjelaskan hasil analisis unsur
intrinsik cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja di depan kelas dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang jelas dan
tepat.
10
Nilai Akhir = = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘
3 𝑥 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
I. Lampiran Materi Unsur Pembangun Cerita Pendek
1. Pengertian Cerita Pendek
Cerita pendek adalah cerita yang diciptakan oleh seorang
pengarang yang ditulis secara singkat dan padat yang biasanya
terdiri dari beberapa halaman saja dan langsung menyasar
pada tujuan jalan cerita cerpen itu sendiri, artinya dinamika
yang terdapat dalam sebuah cerpen lebih singkat dan tidak
sebanyak yang terdapat dalam novel yang biasanya lebih
panjang.
2. Tema
Tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar
sebuah cerita. Sebagai sebuah gagasan sentral, tema
merupakan sesuatu yang hendak diperjuangkan oleh
pengarang sebagai pondasi atau dasar jalan cerita sebuah
karya sastra yang ingin disuguhkan kepada para penikmat
atau pembaca agar makna cerita yang terdapat dalam karya
itu tidak melenceng dari gagasan utama pikiran si pengarang.
3. Alur
Alur adalah susunan atau rangkaian peristiwa yang
terdapat dalam sebuah karya fiktif. Alur berperan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
jalan bagi para pembaca untuk menelusiri jalan cerita yang
terdapat dalam karya sastra itu sendiri, sehingga membawa
para pembaca mampu menemukan ide atau imaji pengarang.
Selain itu para pembaca dibawa untuk turut mengalami apa
yang dirasakan oleh para tokoh dalam karya fiksi tersebut.
4. Latar
Latar merupakan penggambaran sebuah karya sastra oleh
pengarang lewat imaji pembaca mengenai segala keadaan
yang menjadi latar dalam sebuah karya sastra, misalnya latar
tempat, latar waktu, latar, latar sosial. Dengan bisa
menemukan penggambaran latar, maka para pembaca mampu
melihat dengan jelas imaji yang di gambarkan pengarang
lewat karya sastranya.
5. Tokoh
Tokoh, adalah setiap individu atau pelaku cerita yang
diciptakan pengarang dalam karya sastranya yang memiliki
sikap dan sifat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
6. Penokohan
Penokohan adalah penggambaran karakter setiap tokoh
oleh pengarang dalam karya sastra ciptaannya yang mewakili
sikap, sifat, watak, tingkah laku dan fisik para tokoh. Metode
yang digunakan untuk menetukan karakter suatu tokoh ada 2
(dua) macam yaitu sebagai berikut.
(1) Metode analitik
Metode analitik adalah metode yang digunakan untuk
menetukan karakter tokoh dengan cara memaparkan
ataupun menyebutkan sifat tokoh secara langsung.
(2) Metode dramatik
Metode dramatik adalah suatu metode yang digunakan
untuk menetukan karakter tokoh yang secara tidak
langsung menggambarkan sifat tokoh. Penggambaran
tokoh dilakukan melalui percakapan yang dilakukan
oleh tokoh lain.
7. Sudut Pandang
Sudut pandang, adalah cara pengarang menempatkan
dirinya dan tokoh-tokoh lain dalam sebuah cerita yang
diciptakannya. Dengan kemampuan pengarang dalam
menampatkan dirinya diantara tokoh utama dan tokoh lain
lewat sudut pandang maka akan mempermudah pembaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
untuk membedakan antara kehadiran pengarang diantara
tokoh utama dengan tokoh lain dalam karya tersebut.
8. Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan cara pengarang dalam
menyampaikan ide dan gagasannya melalui bahasa sebagai
media penyampainya dengan tujuan untuk mendapatkan efek
keindahan, efek keindahan tersebut bertujuan tujuan untuk
mempengaruhi perasaan pembaca, yang diharapkan bisa
menimbulkan berbagai emosi dalam diri para pembaca ketika
membaca karyanya.
9. Amanat
Amanat atau pesan adalah ajaran moral atau pesan yang
hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui
karyanya. Pesan bisa berupa harapan, nasehat, dan
sebagainya. Amanat akan ditemukan bila pembaca membaca
secara utuh karya tersebut. Kemudian, setelah pembaca
berhasil menemukan amanat dalam karya tersebut, diharapkan
nilai-nilai moral tersebut dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Kota ………………
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru mata pelajaran
NIP … NIP …
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini akan dikaji dua hal penting, yaitu simpulan dan
saran. Simpulan dalam bab ini akan mengkaji mengenai keselurahan
penelitian berjudul Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Gadis
Manis dalam” karya Prapta Diharja dan Implementasi Rencana
Pembelajaran. Sementara pada bagian saran, peneliti akan memberikan
masukan atau hal-hal yang dirasa perlu untuk diperhatikan oleh guru
bahasa Indonesia dan peneliti lain.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti
terhadap cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja dan
implementasinya dalam rencana pembelajaran, maka peneliti menarik
kesimpulan bahwa dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” terdapat
unsur-unsur pembangun cerita pendek. Unsur pembangun cerita pendek
tersebut adalah unsur intrinsik yang terdiri dari tema, alur, latar, tokoh,
penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Berikut paparan
mengenai unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja.
Pertama, tema. Tema yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja adalah kekesalan, lebih tepatnya rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
kesal tokoh Aku saat mengenang suatu kejadian yang pernah menimpa
dirinya yang terjadi di masa lalu, ketika dirinya masih berstatus sebagai
seorang mahasiswa di Jakarta. Kekesalan itu diakibatkan ketika tokoh
Aku menjadi korban pencopetan yang dilakukan oleh dua orang gadis
yang Aku temui di dalam bus saat dirinya akan menuju sebuah bank
untuk membayarkan uang SPP. Rasa kesal itu dikarenakan tokoh Aku
merasa sudah dikerjai dan dikelabui habis-habisan oleh dua orang gadis
yang berpenampilan cantik dan manis, dimana dalam pembawaanya
kedua orang gadis tersebut terlihat ramah, pemalu, ternyata di balik
penampilannya tersebut mereka menyimpan niat jahat terhadap tokoh
Aku, saat tokoh Aku sedang lengah terjadilah peristiwa pencopetan
tersebut. Hal tersebutlah yang mengakibatkan kekesalan dalam diri
tokoh Aku.
Kedua, alur. Alur yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja adalah alur campuran. Alasan yang
membuat cerpen tersebut dianggap menggunakan alur campuran
adalah, cerita yang dikisahkan oleh pengarang dalam cerpen “Gadis
Manis dalam Bis” tersebut ditulis setelah sekian lama kejadian
pencopetan yang menimpa tokoh Aku, hal ini dapat dibuktikan pada
kutipan “Geli dan dongkol rasanya, bila mengenangnya”. Dari kutipan
tersebut, tergambar bahwa pengarang menulis cerpen berjudul “Gadis
Manis dalam Bis” ketika pengarang mengingat dan mengenang
kembali masa-masa dan kejadian yang menimpanya di dalam bus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
tersebut. Artinya kisah dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” berasal
dari masa lalu, yang kemudian ditulis dan diceritakan pengarang
dikemudian hari.
Ketiga, latar. Latar yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja terdiri dari latar waktu, latar tempat,
dan latar sosial. Latar tempat yang terdapat dalam cerpen ini adalah di
sekitaran kota Jakarta, tempat tokoh Aku menempuh perkuliahannya,
tempat-tempat itu antara lain halte bus di daerah Rawamangun tempat
tokoh Aku menunggu bus. Kemudian kota Bandung, ketika tokoh Elis
gadis yang berada di sebelah kanan tokoh Aku menunjukan suatu
artikel dalam sebuah majalah yang memberitakan aksi pencopetan yang
dilakukan oleh pencopet wanita di kota Bandung, kemudian daerah
Kalipasir tempat tujuan berikutnya bus yang ditumpangi tokoh Aku
setelah turun di Bank Empat Enam di Cut Mutia daerah Menteng,
jakarata. Kemudian, daerah kantor pos Cikini tempat tokoh Aku
terkaget karena teriakan kondektur bus. Bank Empat Enam di Cut
Mutia, Menteng tempat tokoh Aku akan membayar uang SPP dan
tempat tokoh Aku menyadari kalau ia telah dicopet. Kemudian daerah
Banteng tempat tujuan yang akan dituju oleh bus yang ditumpangi
tokoh Aku setelah keluar dari Bank Empat Enam. Latar waktu dalam
cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja melukiskan
ketika waktu belum terlalu siang, sekitar jam sebelas siang. Latar sosial
yang tergambar dalam cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Diharja dapat terlihat pada latar belakang sosial tokoh Aku yang
merupakan seorang pelajar lebih tepatnya seorang mahasiswa, tokoh
Elis gadis yang berada di sebelah kanan tokoh Aku merupakan seorang
pencopet, dan gadis yang duduk di sebelah kiri tokoh Aku merupakan
teman dari tokoh Elis yang juga merupakan seorang pencopet wanita,
dan kondektur bus yang berprofesi sebagai kondektur.
Keempat, tokoh. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja terdiri dari enam tokoh, tokoh-
tokoh tersebut adalah tokoh Aku, Elis, Gadis Sebelah Kiri, Dia,
Kondektur Bus I, Kondektur Bus II, dan Seorang yang Membela Aku.
Tokoh Aku sebagai tokoh utama, Elis sebagai tokoh utama tambahan,
Gadis Sebelah Kiri sebagai tokoh utama tambahan, Dia sebagai tokoh
tambahan utama, sementara yang berperan sebagai tokoh tambahan
adalah tokoh Kondektur Bus I, Kondektur Bus II, dan Seorang yang
membela Aku. Kelima, gaya bahasa. Gaya bahasa dalam cerpen ini
menggunakan teknik narasi dan dialog.
Keenam, sudut pandang. Sudut pandang dalam cerpen “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja menggunakan sudut pandang
persona pertama tokoh utama “aku” , tokoh Aku dalam cerpen ini
berperan sebagai pencerita dan pelaku kejadian dalam jalan cerita
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja. Ketujuh, amanat.
Amanat yang terdapat dalam cerpen berjudul “Gadis Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja adalah, jangan terlalu naif atau polos terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
situasi dan kondisi disekitar, harus tetap fokus dan konsentrasi, dan
jangan terlalu mudah mempercayai keramahan orang lain yang baru
kita kenal di suatu tempat, mungkin saja dibalik keramahan tersebut
tersembunyi niat jahat yang sedang menunggu kelengahan kita.
Dalam implementasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA,
cerita pendek berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja,
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran sastra di SMA kelas XI
semester I (ganjil). Bentuk penerapan pembelajaran tersebut berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan dirancangnya RPP
adalah, sebagai pedoman bagi guru dalam proses belajar mengajar di
kelas, dengan RPP guru akan dapat mengajar secara sistematis, tanpa
khawatir materi yang diajarkannya menyimpang dari tujuan. Untuk
mencapai proses dan hasil pembelajaran yang maksimal, maka dalam
proses perancangan sebuah RPP seorang guru harus mampu
mengembangkan materi ajar yang menarik, kreatif dan variatif dalam
pengaplikasiannya di kelas. Dalam rancangan RPP di dalamnya
terdapat Identitas sekolah, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar,
Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pelajaran, Pendekatan
Pembelajaran, Model Pembelajaran, Metode Pemelajaran, Media,
Bahan, Sumber Belajar, Langkah-langkah Pembelajaran, Penilaian
Proses Belajar, dan Hasil Belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
5.2 Saran
Peneliti berharap, penelitian ini dapat membantu peneliti lain,
khususnya utuk peneliti-peneliti yang akan menganalisis unsur intrinsik
dalam cerita pendek dan implementasinya dalam rencana pembelajaran
dalam program studi Bahasa Indonesia. Bagi mahasiswa, khususnya
mahasiswa-mahasiswa yang sedang menempuh studi di prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma,
diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan sebagai
panduan menyusun tugas akhir skripsi dalam meneliti unsur intrinsik
cerita pendek. Bagi peneliti lain, di luar program studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia diharapkan dapat menggembangkan
penelitian ini, dalam proses pengembangannya diharapkan
menggunakan metode dan pendekatan lain agar lebih bervariasi dan
semakin menambah khazanah atau kekayaan tentang analisis unsur
intrinsik cerita pendek. Bagi guru pendidikan mata pelajaran Bahasa
Indonesia, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber rujukan
materi dalam pembelajaran analisis unsur intrinsik cerita pendek dan
menjadi sumber rujukan dalam membuat dan merancang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar
Baru.
Apriliani, Wahyu. 2017. “Analisis Unsur Intrinsik Guru karya Putu
Wijaya dan Perencanaan Pembelajarannya dengan Pendekatan
Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XII Semester I”. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Diharja, Prapta. 2017. “Mozaik Pengalaman Hidup. Bagian Kedua:
Kumpulan Cerita Pendek”. Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press.
Djojosuroto, Kinayanti. 2006. Teks Sastra dan Pengajarannya.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka.
Fanani, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah
University Press.
Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Moleong, Lexy. J. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Dharma.
Mulyasa, E. H. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta:
Bumi Angkasa.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Bumi Angkasa.
Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Ardana
Media.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Nazir, Moh. 2013. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Priyatni. 2010. Sastra Indonesia dan Tradisi Subkultur. Bandung:
Angkasa
Rita, Theresia Listiana. (2004). “Unsur Intrinsik Cerpen “Tuhan,
Pawang hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S
Laksana dan Implementasinya Dalam Bentuk Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Untuk Siswa Kelas
XII Semester I”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP.
Universitas Sanata Dharma.
Santosa, Wijaya Heru. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta:
Yuma Pustaka.
Sayuti, Suminto A. 2002. Berkenalan Dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta:
Gama Media.
Semi, Atar. 1996. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Sudjiman, Panuti. 1998. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka
Jaya.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Rosda Karya.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
LAMPIRAN
Lampiran dalam penelitian ini terdiri dari teks cerita pendek
berjudul “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja, lampiran
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan biodata.
Gadis Manis dalam Bis
“Geli dan dongkol rasanya, bila mengenangnya. Ceritanya begi-
ni: seperti biasa, pulang kuliah aku menunggu bis di halte Rawa-
mangun. Waktu Belum begitu siang. Kira-kira jam sebelas. Belum
masanya anak-anak sekolah siang berangkat. Wah, kalau saja wak-
tunya bersamaan dengan keberangkatan mereka - sekitar jam dua belas
hingga jam dua - pasti aku tak mendapatkan tempat duduk. Bisa-bisa
hanya menggelantung di pintu”.
“Bis nomor 34 lewat. Tetapi aku tidak naik. Bis jurusan Tanah
Abang ini banyak copetnya. Aku bertahan beberapa lama menunggu bis
yang biasanya tidak terlalu penuh dan aman. Akhirnya bis yang
kutunggu datang juga: nomor 35. Berhenti di depan halte. Aku naik
dari depan. Masih terlihat beberapa tempat duduk belum terisi.
Sementara hendak menentukan tempat duduk, perhatianku terpancang
kepada dua gadis yang seolah memperhatikan kedatanganku. Mereka
tersenyum seperti hendak menegur. Aku agak canggung, merasa belum
pernah mengenal mereka. Begitu aku berjalan mendekat, kedua gadis
itu menggeser duduknya masing-masing ke pinggir, membiarkan
bagian tengah kosong. "Wah, sialan. Artinya, untung sekali," kata
hatiku”.
“Aku bisa duduk di antara mereka. Kesempatan bagus tak
kubiarkan lewat. Aku minta permisi menempati bagian yang kosong di
antara mereka. Mereka menyilahkan dengan senyum. Aneh ....”
“Alangkah nikmatnya duduk berhimpitan dengan gadis-gadis ayu.
Terasa sentuhan-sentuhan lembut”.
"Pulang kuliah Mas?" tanya gadis di sebelah kananku”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
"Hebat betul cewek-cewek ini," batinku tambah heran, "bia-
sanya cewek manis selalu jual mahal. Tetapi yang ini tidak. Malah
negur cowok duluan. Apakah tidak takut digigit?" tanyaku lagi dalam
hati. Aku menoleh dan mengiyakan. Kami berpandangan.
“Kuliah di jurusan apa Mas?" tanya gadis yang lain.
Aku menoleh dan menjawab, "Emm ..., Antrop." Manis juga dia.
"Antrop? Apa itu?" tanyanya lagi.
"Antropologi"
"... Antropologi? Bagian apa itu?"
“Entah memang tidak mengerti benar, ataukah pura-pura tidak
tahu? sulit untuk menebak. Soalnya penampilan mereka tampaknya
juga dari kalangan mahasiswa. Masak mereka tidak tahu? Ataukah
hanya mau sekedar bergurau? Maka, aku mesti hati-hati menjawabn-
ya, agar tidak terjebak oleh pancingan mereka.
"Itu lho, jurusan yang mempelajari tentang Pithecanthropus dan
Homo Sapiens itu."
"Wah, wah tambah nggak mudeng aku."
“Setelah yakin benar bahwa mereka belum paham, maka aku
berani masuk untuk menerangkan”.
"Pithecanthropus itu artinya manusia purba yang masih dekat
dengan saudara kita di Bonbin itu."
"Oo ... Ya, ya. Aku pernah dengar waktu di SMA dulu. Ingat aku.
Bahwa manusia, kita-kita ini, masih saudara dekat dengan itu lho, yang
Sering nyolong kacang itu." Mereka saling melirik dan tertawa.
"Jadi Antropologi itu yang mempelajari manusia-manusia purba,
ya?"
"Tidak hanya itu. Antropologi meneliti perkembangan manusia
dari dulu hingga kini. Khususnya mempelajari perkembangan bu-
dayanya".
"Oo ...,"serentak mereka memakluminya.
"Pulang kuliah juga?" ganti aku bertanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
"Ah, enggak," jawab mereka malu-malu, "kita bukan orang
sekolah Kok," sambungnya.
“Tetapi ditilik dari cara bicaranya, cara berpakaian, dan cara
membawakan diri, tampak mereka terpelajar”.
"Atau pulang dari kantor?" tanyaku belum puas.
"Enggak juga. Pokoknya kami pengangguran, deh," sambung
yang sebelah kiri.
"Ah, masak," sanggahku tak percaya. Gadis-gadis semacam itu
pantasnya kuliah. Atau kalau kerja, tentu di bagian yang empuk-empuk.
“Selanjutnya, kami bicara ke sana-ke mari, sebagai perintang
waktu. Hanya saja kuperhatikan kedua gadis itu sering kali saling
berpandangan mata dan melempar senyum. "Mungkinkah karena aku,
atau ada sebab lain?" hatiku bertanya-tanya, campur harap-harap
senang, dan bangga. Tetapi aku pura-pura menampakkan sikap agak
acuh. Gengsi dong!”.
“Dua, tiga..., delapan orang naik. Sedikit demi sedikit penumpang
bertambah terus. Beberapa orang mulai berdiri. Semakin berjejal.
Penuh sesak.
"Hati-hatilah nanti kalau turun" lagakku memperingatkan.
"Kenapa?"
"Copet".
"Oya?" mereka sedikit kaget, tetapi entah apa sebabnya lalu
tersenyum”.
"Biasanya kalau penuh begini, ada copet. Mereka bergerombol.
Bertiga, berempat atau lebih. Di antara mereka membawa map atau
buku seperti anak sekolah atau mahasiswa. Yang menjadi sasaran
biasanya orang yang berdiri atau mau turun. Pencopet itu selalu ambil
tempat di dekat pintu keluar."
“Aku terus menggurui mereka. Sok tahu. Menceritakan
bagaimana pencopet-pencopet itu beraksi. Maklum, aku pengalaman.
Pengalaman dicopet maupun menyaksikan sendiri mereka melakukan
kegiatannya. Kedua cewek di kiri-kananku mendengarkan dengan
perhatian”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
“Kemudian yang sebelah kanan mengeluarkan majalah dari
tasnya dan membuka-buka mencari sebuah artikel dan
menunjukkannya kepadaku. majalah kuterima dan kubaca artikel yang
ditunjuk. Tentang pencopet wanita. Di Bandung. Konon di kota
Kembang itu sudah mulai beraksi pencopet-pencopet wanita”.
"Jakarta ketinggalan dong dalam hal ini," komentarku disam-but
dengan derai tawa mereka.
"Ah, ada-ada saja di zaman sekarang orang menjalani hidupnya,"
Lanjutku.
"Itulah budaya manusia kota di abad modern ini. Hal ini pasti tak
terlepas dari pengamatan Antropolog kita. Ya kan?" tanyanya sambil
tersenyum.
"Ngledek nih ye," tanyaku.
"Tidak ngledek, cuma...."
"Nyindir," lanjut cewek satunya.
"Maklum, terpepet, orang bisa melakukan apa saja. Mudah-
mudahan mode yang satu ini tidak menjalar di Jakarta."
"Mudah-mudahan," yang sebelah kiri menimpalinya sambil
tersenyum, Lagi-lagi matanya yang genit melirik kepada temannya.
Aku sok acuh, meruskan menekuni majalah.
"Kalipasir! Kalipasir! Menteng," teriak kondektur bis
mengagetkan aku. Sialan, sudah sampai kantor pos Cikini, gumamku
dalam hati. Aku harus cepat-cepat turun. Aku minta permisi dan
beranjak meninggalkan mereka”.
"Boleh dibawa majalahnya, untuk kenang-kenangan Mas," kata
Elis, Yang sebelah kanan.
"O, terima kasih," jawabku sambil buru-buru keluar.
"Hati-hati!" tambahku. Setelah turun kulihat kedua gadis di bis
masih memperhatikanku. Saling berbisik, tersenyum ... dan aku
lambaikan tangan kepada mereka. Mereka membalas. Bis melaju lagi.
Aku menyesal tidak menanyakan alamat mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
“Aku masuk ke Bank Empat Enam di Cut Mutia, Menteng untuk
membayar uang kuliah (SPP) satu tahun. Karena masih banyak an-
trean, Aku duduk di kursi yang tersedia di situ. Meneruskan membaca
majalah. Lalu menuju antrean. Di dekat loket aku hendak
mempersiapkan uang yang akan kubayarkan. Yailah, saku celanaku
bagian belakang bolong, tembus keluar. Setelah kuraba dan kuteli- ti
ternyata bagian belakang celanaku robek bekas disilet orang.
Menganga. Tentu saja uang yang hendak kubayarkan amblas. Aku
pikir-pikir, mengapa bisa terjadi begini? Di mana? Aku baru menyadari
masalahnya”.
“Pelan-pelan aku keluar dari antrean, kembali ke tempat duduk.
Seolah tak terjadi apa-apa, agar orang tak memperhatikan aku dan
mengerti masalahku. Aku berlagak meneruskan membaca.
Kuhempaskan Diri ke kursi sambil mendesah. Baru kusadari perbua-
tanku mengagetkan orang-orang di sekelilingku, setelah semua orang
memandang ke arahku”.
“Aku cepat-cepat keluar sambil tangan kanan menutup bagian
belakang celana yang robek. Di luar aku sekali lagi merogoh saku yang
kebobolan, seolah masih belum percaya benar apa yang telah terjadi.
Seperti orang kebingungan jalanku tak menentu”.
"Banteng! Banteng!"
“Tersentak aku menoleh teriakan kondektur bis yang sedang
lewat di depanku. Aku berlari dan melompat ke dalam bis. Di dalam,
kondektur memaki-maki aku karena tak membayar alias ne- beng”.
"Dasar mahasiswa bokek!" semprot kondektur itu terhadapku.
Beberapa penumpang menoleh kepadaku. Beberapa tersenyum. Aku
diam menahan malu dan dongkol”.
"Kita harus maklum Bung. Mahasiswa rantauan, tanggal-tanggal
begini ini kan tahu sendiri. Kiriman belum datang," seseorang mencoba
membelaku”.
“Lalu aku mencoba menerangkan permasalahanku dengan
menunjukkan saku celanaku yang sobek bekas siletan”.
"Oo..., kena pajak," celetuk seseorang memaklumi.
"Ya, ya, ya. Pajak jalanan tanpa kompromi. Tanpa permisi.
Memang saya juga sering kena juga. Wah, payah. Kali ini kamu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
sedang beruntung, Dik." Kemudian dia merogoh kantong membayarkan
kepada kondektur untuk aku. Aku ceritakan semuanya itu kepada
penumpang lain, kecuali satu: bahwa pencopet-pencopet itu adalah
cewek-cewek manis. Malu, dong. Masak cowok dikerjain oleh cewek-
cewek. Teringat senyum dan tawa mereka. Kini aku tahu kenapa
mereka itu mendesak-desak menghimpitku. Oh, himpitan beracun!
Hanya karena aku ge-er saja, aku lengah. Geli dan dongkol rasanya.
Inikah arti emansipasi? Aku tersenyum kecut.
Prapta Diharja, Jakarta, 1980
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Cerita pendek
Alokasi Waktu : 2 x 45 (1X pertemuan)
A. Kompetensi Inti
KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
KI-2 Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai),
santun, responsive, dan pro-aktif sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI-3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, cerita pendek dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan cerita pendek pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI-4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan metode susuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Komptensi Dasar
Pengetahuan
Kompetensi Dasar
Keterampilan
3.9 Menganalisis unsur-
unsur pembangun
cerita pendek dalam
buku kumpulan cerita
pendek.
4.9 Mengkonstruksi sebuah
cerita pendek dengan
memerhatikan unsur-
unsur pembangun cerpen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Indikator Pencapaian
Kompetensi Pengetahuan
Indikator Pencapaian
Kompetensi Keterampilan
3.9.1 Peserta didik mamapu
mengidentifikasi
unsur-unsur
pembangun cerita
pendek “Gadis Manis
dalam Bis” karya
Prapta Diharja.
3.9.2 Peserta didik mampu
menganalisis unsur-
unsur pembangun
cerita pendek “Gadis
Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja.
4.9.1 Peserta didik mampu
menyusun kembali
cerpen dengan
memerhatikan unsur-
unsur pembangun
cerpen.
4.9.2 Peserta didik mampu
mempresentasikan,
menanggapi, dan
merivisi hasil diskusi
di dalam kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri, siswa
dituntut untuk lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran dan
penemuan. Dalam model Inkuiri siswa lebih banyak belajar
sendiri dengan meneliti dan menganalisis unsur-unsur pembangun
cerita pendek yang terdapat dalam cerpen “Gadis Manis dalam
Bis” karya Prapta Diharja. Dalam pelaksanaannya, siswa bisa
menganalisis hasil temuannya secara individu atau dalam
kelompok. Artinya, setelah guru memberikan sedikit informasi
tentang pengertian unsur pembangun cerpen, maka setelah itu
siswa diminta untuk berperan aktif dalam mengembangkan
informasi yang telah disampaikan oleh guru. Adapun tujuan
pembelajaran dari analisis unsur-unsur pembangun cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja, adalah sebagai
berikut.
1. Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menemukan
unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
2. Peserta didik mampu menganalisis hasil temuan unsur-
unsur pembangun cerita pendek berupa tema, latar, alur,
tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa dan
amanat dalam “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta
Diharja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
3. Peserta didik mampu mempresentasikan dan memberi
tanggapan hasil analisis unsur pembangaun cerpen “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
D. Materi Pembelajaran
1. Materi Regular
a. Pengetahuan
Faktual : Cerita pendek
Konseptual : Unsur intrinsik cerita pendek “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja berupa tema, latar,
alur, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa dan
amanat
Prosedural : Tahapan menganalisis unsur intrinsik
cerpen “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja
b. Keterampilan
Berbicara : Mempresentasikan dan memberi
tanggapan hasil dari analisis unsur pembangaun cerpen
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
2. Materi Remidial
a. Menganalisis kembali unsur pembangun dalam cerpen
“Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
b. Langkah-langkah dalam menganalisis unsur pembangun
cerita pendek.
3. Materi Pengayaan
-
E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific
2. Model : Inkuiri
3. Metode : Diskusi, penugasan, tanya jawab, analisis
F. Media, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media : Proyektor, whiteboard, laptop.
2. Bahan : Unsur pembangun cerita pendek
3. Sumber Belajar : Diharja, Prapta. 2017. Mozaik
Pengalaman Hidup. Bagian Kedua: Cerita Pendek.
Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Kosasih, E. 2014. Jenis-jenis Tek dalam Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama
Widya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan pertama
Bagian
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Waktu
(menit)
Kegiatan
Pendahuluan
Orientasi
1. Guru memberi salam, dan siswa
merespon dengan memberi salam
dan hormat.
2. Siswa memimpin doa sebelum
pelajaran dimulai.
3. Guru memeriksa kehadiran siswa.
Apersepsi
1. Guru memberi gambaran awal
dengan memancing pengetahuan
awal siswa mengenai unsur
intrinsik cerita pendek.
2. Siswa merespon pancingan guru
mengenai unsur intrinsik cerita
pendek dengan menyebutkan
salah satu unsur pembangun
cerita pendek.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Motivasi
Guru memberikan informasi
mengenai fungsi pembelajaran unsur
cerita pendek dan kaitannya dengan
konteks kehidupan sehari-hari.
Pemberian acuan
Guru menyampaikan hal yang akan
dipelajari dalam pembelajaran.
Kegiatan Inti Mengamati
1. Siswa diminta untuk mengamati
powerpoint atau video interaktif
tentang struktur dan unsur-unsur
cerpen (materi hanya berupa
ulasan).
Menanya
1. Siswa dan guru bertanya jawab
tentang materi yang telah
dibahas.
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Mengumpulkan Data/Informasi
1. Siswa diminta untuk membentuk
kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 3-5 orang.
2. Dalam kelompok masing-masing
siswa diminta untuk membaca
dan mengamati cerita pendek
“Gadis Manis dalam Bis” karya
Prapata Diharja.
Mengolah Informasi
1. Para siswa berdinamika dalam
kelompok masing-masing dengan
menganalisis unsur intrinsik
cerita pendek “Gadis Manis
dalam Bis” karya Prapta Diharja.
2. Para siswa menulis cerpen dalam
kelompok masing-masing.
Mengkomunikasikan
1. Setiap kelompok diminta untuk
mempresentasikan hasil temuan
unsur pembangun cerita pendek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
“Gadis Manis dalam Bis” dalam
diskusi mereka di depan kelas.
2. Kelompok lain menanggapi
dengan memberikan pertanyaan
dan saran kepada kelompok yang
telah mempresentasikan.
3. Peserta didik mampu
memperbaiki penggunaan bahasa
kelompok lain dan menceritakan
kembali cerpen cerpen tersebut.
Kegiatan
Penutup
Menyimpulkan
Dalam membuat kesimpulan
mengenai unsur intrinsik cerita
pendek “Gadis Manis dalam Bis”,
peserta didik dibimbing oleh guru.
1. Guru mengajak siswa untuk
membuat refleksi terkait dengan
kegiatan pembelajaran.
2. Guru memberikan salam dan
menutup kegiatan pembelajaran.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
H. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
Mencari unsur pembangun cerita pendek “Gadis
Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja.
No. Aspek yang Dinilai Kriteria Skor
1 Mampu menemukan
dan menentukan
unsur pembangun
cerita pendek yang
terdapat dalam
cerpen “Gadis Manis
dalam Bis” karya
Prapta Diharja
Menentukan tema 10
Menentukan alur 10
Menentukan latar 10
Menentukan tokoh 10
Menentukan penokohan 10
Menentukan sudut
pandang
15
Menentukan gaya
bahasa
15
Menentukan amanat 10
Skor maksimal = 90
Nilai = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
2. Instrumen Penilaian Aspek Sikap :
Observasi/Pengamatan
No Nama Aspek perilaku yang dinilai Keterangan
Indikator
I II III IV
1 SB
2 B
3 C
4 K
Keterangan
Indikator I : Menggunakan bahasa Indonesia yang
baik selama proses pembelajaran, baik lisan maupun tulisan.
Indikator II : Berani dalam mengemukakan pendapat
Indikator III : Disiplin dalam proses pembelajaran,
mengerjakan tugas dan mengikuti langkah-langkah yang
diberikan guru.
Indikator IV : Mampu bekerja sama dalam kelompok
dengan baik
SB : Sangat baik
B : Baik
C : Cukup
K : Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
3. Instrumen Keterampilan : Unjuk kerja/Praktik
No Aspek yang dinilai Skor
1 Memparkan dan menjelaskan hasil analisis unsur
intrinsik cerita pendek “Gadis Manis dalam Bis”
karya Prapta Diharja di depan kelas dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang jelas dan
tepat.
10
Nilai Akhir = = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘
3 𝑥 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Lampiran Materi Pembelajaran Unsur Pembangun Cerita
Pendek
1. Pengertian Cerita Pendek
Cerita pendek adalah cerita yang diciptakan oleh seorang
pengarang yang ditulis secara singkat dan padat yang biasanya
terdiri dari beberapa halaman saja dan langsung menyasar
pada tujuan jalan cerita cerpen itu sendiri, artinya dinamika
yang terdapat dalam sebuah cerpen lebih singkat dan tidak
sebanyak yang terdapat dalam novel yang biasanya lebih
panjang.
2. Tema
Tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar
sebuah cerita. Sebagai sebuah gagasan sentral, tema
merupakan sesuatu yang hendak diperjuangkan oleh
pengarang sebagai pondasi atau dasar jalan cerita sebuah
karya sastra yang ingin disuguhkan kepada para penikmat
atau pembaca agar makna cerita yang terdapat dalam karya
itu tidak melenceng dari gagasan utama pikiran si pengarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
3. Alur
Alur adalah susunan atau rangkaian peristiwa yang
terdapat dalam sebuah karya fiktif. Alur berperan sebagai
jalan bagi para pembaca untuk menelusiri jalan cerita yang
terdapat dalam karya sastra itu sendiri, sehingga membawa
para pembaca mampu menemukan ide atau imaji pengarang.
Selain itu para pembaca dibawa untuk turut mengalami apa
yang dirasakan oleh para tokoh dalam karya fiksi tersebut.
4. Latar
Latar merupakan penggambaran sebuah karya sastra oleh
pengarang lewat imaji pembaca mengenai segala keadaan
yang menjadi latar dalam sebuah karya sastra, misalnya latar
tempat, latar waktu, latar suasana, latar sosial. Dengan bisa
menemukan penggambaran latar, maka para pembaca mampu
melihat dengan jelas imaji yang di gambarkan pengarang yang
terdapat dalam karya sastranya. Dengan begitu, maka pesan
yang ingin di sampaikan oleh pengarang lewat karyanya akan
semakin jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
5. Tokoh
Tokoh, adalah setiap individu atau pelaku cerita yang
diciptakan pengarang dalam karya sastranya yang memiliki
sikap dan sifat.
6. Penokohan
Penokohan adalah penggambaran karakter setiap tokoh
oleh pengarang dalam karya sastra ciptaannya yang mewakili
sikap, sifat, watak, tingkah laku dan fisik para tokoh. Metode
yang digunakan untuk menetukan karakter suatu tokoh ada 2
(dua) macam yaitu sebagai berikut.
(1) Metode analitik
Metode analitik adalah metode yang digunakan untuk
menetukan karakter tokoh dengan cara memaparkan
ataupun menyebutkan sifat tokoh secara langsung.
(2) Metode dramatik
Metode dramatik adalah suatu metode yang digunakan
untuk menetukan karakter tokoh yang secara tidak
langsung menggambarkan sifat tokoh. Penggambaran
tokoh dilakukan melalui percakapan yang dilakukan
oleh tokoh lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
7. Sudut Pandang
Sudut pandan, adalah cara pengarang menempatkan
dirinya dan tokoh-tokoh lain dalam sebuah cerita yang ia
ciptakan. Dengan kemampuan pengarang dalam
menampatkan dirinya diantara tokoh utama dan tokoh lain
lewat sudut padang maka akan mempermudah pembaca untuk
membedakan antara kehadiran pengarang diantara tokoh
utama dengan tokoh lain dalam karya tersebut. Dengan begitu,
akan semakin mudah bagi para pembaca untuk mengikuti
setiap jalan cerita yang tersaji dalam karya sastra tersebut.
8. Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan cara pengarang dalam
menyampaikan ide dan gagasannya melalui bahasa sebagai
media penyampainya dengan tujuan untuk mendapatkan efek
keindahan, efek keindahan tersebut bertujuan tujuan untuk
mempengaruhi perasaan pembaca, yang diharapkan bisa
menimbulkan berbagai emosi dalam diri para pembaca ketika
membaca karyanya.
9. Amanat
Amanat atau pesan adalah ajaran moral atau pesan yang
hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui
karyanya. Pesan bisa berupa harapan, nasehat, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
sebagainya. Amanat akan ditemukan bila pembaca membaca
secara utuh karya tersebut. Kemudian, setelah pembaca
mampu dan berhasil menemukan amanat di dalam karya
sastra tersebut, diharapkan nilai-nilai moral tersebut dapat
berguna dan bermanfaat bagi pembaca itu sendiri.
Kota ………………
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru mata pelajaran
NIP … NIP …
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
BIODATA
Sebastianus Darwis Primasetia Dami,
lahir di Moloboh, Sanggau Kapuas,
Kalimantan Barat pada 20 November
1994. Lulus di Taman Kanak-kanak
Epiphania Singkawang pada tahun
2000. Tahun 2000 melanjutkan ke
sekolah dasar (SD) di SDN 02
Samalantan dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006 melanjutkan
pendidikan di SMPN 01 Samalantan dan lulus pada tahun 2009. Tahun
2009 melanjutkan pendidikan di SMA Seminari Menengah Santo
Paulus Nyarumkop, Singkawang Timur, dan lulus pada tahun 2012.
Kemudian melanjutkan perguruan tinggi di Universitas Sanata Dhrama
Yogyakarta pada tahun 2012. Penulis tercatat sebagai mahasiswa aktif
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Masa kuliah
di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menyelesaikan tugas
akhir berupa skripsi yang berjudul “Analisis Unsur Intrinsik Cerita
Pendek “Gadis Manis dalam Bis” karya Prapta Diharja dan
Implementasi Rencana Pembelajaran”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related