kurlah kemampuan diri, karena makan berlebih akan muntah,
dan memikul melebihi kekuatan akan patah
Analisa SWOT adalah sebuah analisa yang dicetuskan oleh Albert Humprey pada dasawarsa 1960-1970an. Analisa ini merupakan sebuah akronim dari huruf awalnya yaitu Strenghts (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan) dan Threat (Ancaman).
Metoda analisa SWOT bisa dianggap sbg metoda analisa yg paling dasar, yg berguna utk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yg berbeda. Hasil analisa biasanya adalah arahan/rekomendasi utk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yg ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman.
Jika digunakan dgn benar, analisa SWOT akan membantu kita utk melihat sisi-sisi yg terlupakan atau tidak terlihat selama ini.
Analisa ini bersifat deskriptif dan terkadang akan sangat subjektif, karena bisa jadi dua orang yang menganalisis sebuah organisasi akan memandang berbeda ke empat bagian tersebut.
Hal ini diwajarkan, karena analisis SWOT adalah sebuah analisis yang akan memberikan output berupa arahan dan tidak memberikan solusi “ajaib dalam sebuah permasalahan.
“Luck is a matter of preparation meeting opportunity ??? Keberuntungan adalah sesuatu dimana persiapan bertemu dengan kesempatan (Oprah Winfrey)
Strengh (kekuatan)
adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.
Strenght ini bersifat internal dari organisasi atau sebuah program.
Contoh :
1. Jumlah anggota yang lebih dari cukup (kuantitatif)2. Berpengalaman dalam beberapa kegiatan (kualitatif)
Kenali kekurangan diri sendiri agar tidak sombongdan ketahui kelebihan diri sendiri agar tidak rendah diri.
Weaknesses (Kelemahan)
Adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh organisasi.
Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak diberikan solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah ada.
Contoh :
1. Kurang terbinanya komunikasi antar anggota2. Jaringan yang telah terbangun tidak dimaksimalkan oleh seluruh anggota.
Opportunity (kesempatan)
Adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan memberikan kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk memanfaatkannya.
Opportunity tidak hanya berupa kebijakan atau peluang dalam hal mendapatkan modal berupa uang, akan tetapi bisa juga berupa respon masyarakat atau isu yang sedang diangkat.
Contoh :
1. Masyarakat sedang menyukai tentang hal-hal yang bersifat reboisasi lingkungan2. Isu yang sedang diangkat merupakan isu yang sedang menjadi topic utama.
Threat (ancaman)
Adalah factor negative dari lingkungan yang memberikan hambatan bagi berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan program.
Ancaman ini adalah hal yang terkadang selalu terlewat dikarenakan banyak yang ingin mencoba untuk kontroversi atau out of stream (melawan arus) namun pada kenyataannya organisasi tersebut lebih banyak layu sebelum berkembang.
Baca Juga: Cultural Studies
Contoh :
1. Masyarakat sudah jenuh dengan pilkada2. Isu agama yang berupa ritual telah membuat masyarakat bosan.
Dalam contoh-contoh tersebut maka kita dapat melihat apa yang dapat kita lakukan dan kita gunakan, serta apa yang tidak dapat kita lakukan serta harus kita lengkapi.
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan analisis SWOT adalah :
[wp-like-locker]
1. SWOT analysis bisa sangat-sangat subjective. Bisa saja terjadi 2 orang menganalisa 1 perusahaan yg sama menghasilkan SWOT yg berbeda. Dgn demikian, hasil analisa SWOT hanya boleh digunakan sbg arahan dan bukan pemecahan masalah.
2. Pembuat analisa harus sangat-sangat realistis dalam menjabarkan kekuatan dan kelemahan internal. Kelemahan yg disembunyikan atau kekuatan yg tidak terjabarkan akan membuat arahan strategi menjadi tidak bisa digunakan
3. Analisa harus didasarkan atas kondisi yg sedang terjadi dan bukan situasi yg seharusnya terjadi
4. Hindari grey areas . 1. Hindari kerumitan yg tidak perlu dan analisa yg berlebihan. Buatlah analisa
SWOT sesingkat dan sesederhana mungkin
SWOT untuk organisasi
Dalam sebuah organisasi biasanya setiap awal periode kepengurusan akan dilaksanakan pembuatan rencana program kerja, untuk itu biasanya akan dilakukan sebuah analisis kondisi mengenai suatu organisasi tersebut. Analisis SWOT biasanya dicantumkan dalam GBHK (Garis-garis Besar Haluan Kerja) yang menjelaskan tentang kondisi lingkungan organisasi baik kondisi internal maupun external.
Setelah dilakukan analisis SWOT maka jadi mengetahui kondisi nyata apa yang terjadi di lingkungan internal dan external organisas, maka dapat mulai membuat rencana program kerja yang sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan dan mampu untuk dilaksanakan oleh pengurus tersebut.
Sebagai alat analisa, analisa SWOT berfungsi sebagai panduan pembuatan peta. Ketika telah berhasil membuat peta, langkah tidak boleh berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak jalan yang dapat ditempuh jika ingin mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika tujuan telah ditetapkan. Dan yang menjadi tujuan dari sebuah organisasi adalah Visi dan Misi dari organisasi tersebut. Sehingga analisa SWOT dapat berjalan dengan baik apabila visi dan misi organisasi telah terbangun.
Wallahuâ„¢alam bish showab
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats)
Rabu, Juni 04, 2014 Manajemen Berbasis Sekolah No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) telah menjadi salah
satu alat yang berguna dalam dunia industri. Namun demikian tidak menutup kemungkinan
untuk digunakan sebagai aplikasi alat bantu pembuatan keputusan dalam pengenalan program-
program baru di lembaga pendidikan. Proses penggunaan manajemen analisis SWOT
menghendaki adanya suatu survei internal tentang strengths (kekuatan) dan weaknesses
(kelemahan) program, serta survei eksternal atas opportunities (ancaman) dan threats
(peluang/kesempatan). Pengujian eksternal dan internal yang terstruktur adalah sesuatu yang
unik dalam dunia perencanaan dan pengembangan kurikulum lembaga pendidikan.
Lingkungan eksternal mempunyai dampak yang sangat berarti pada sebuah lembaga
pendidikan. Selama dekade terakhir abad ke dua puluh, lembaga-lembaga ekonomi,
masyarakat, struktur politik, dan bahkan gaya hidup perorangan dihadapkan pada perubahan-
perubahan baru. Strategi-strategi baru yang inovatif harus dikembangkan untuk memastikan
bahwa lembaga pendidikan akan melaksanakan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat mendatang khususnya pada abad 21 dan setelahnya.
Di dalam makalah ini akan dikupas beberapa hal mengenai SWOT antara lain:
pengertian SWOT, faktor-faktor SWOT, kegunaan SWOT, hubungan SWOT, dan contoh aplikasi
SWOT.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu analisis SWOT?
2. Apa faktor-faktor Analisis SWOT?
3. Apa kegunaan Analisis SWOT?
4. Bagaimana hubungan antara Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats dalam analisis
SWOT?
5. Bagaimana contoh aplikasi SWOT itu?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian SWOT secara umum dan mampu menjelaskannya.
2. Mengetahui faktor-faktor dalam Analisis SWOT.
3. Mengetahui kegunaan Analisis SWOT.
4. Mampu menjelaskan hubungan antara Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats
dalam analisis SWOT.
5. Mampu menyebutkan contoh aplikasi SWOT.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)
dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk
akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan
penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland dalam http://subliyanto.wordpress.
com/2012/12/13/analisis-swot/, analisis SWOT adalah instrumen perencanaaan strategis yang
klasik dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan serta kesempatan
ekternal dan ancaman. Instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara
terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang
bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.
Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey yang melakukan penelitian
di Stamford University pada tahun 1960-1970 dengan analisa perusahaan yang bersumber
dalam Fortune500. Meskipun demikian, jika ditarik lebih ke belakang analisa ini telah ada sejak
tahun 1920-an sebagai bagian dari Harvard Policy Model yang dikembangkan di
Harvard Business School. Namun, pada saat pertama kali digunakan terdapat
beberapa kelemahan utama di antaranya analisa yang dibuat masih bersifat deskriptif serta
belum bahkan tidak menghubungkan dengan strategi-strategi yang mungkin
bisa dikembangkan dari analisis kekuatan-kelemahan yang telah dilakukan.
Hasil analisis biasanya adalah arahan/rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan
menambah keuntungan dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan
menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis SWOT akan membantu kita untuk
melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini.
Analisis ini bersifat deskriptif dan terkadang akan sangat subjektif, karena bisa jadi dua
orang yang menganalisis sebuah organisasi akan memandang berbeda keempat bagian
tersebut. Hal ini wajar terjadi, karena analisis SWOT adalah sebuah analisis yang akan
memberikan output berupa arahan dan tidak memberikan solusi “ajaib” dalam sebuah
permasalahan.
Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang
mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, di
mana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan
(advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada,
dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat
ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi
dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Oleh
karena tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang
terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam
setiap fungsi tersebut, baik faktor internal maupun eksternal.
Dalam melakukan analisis terhadap fungsi-fungsi dan faktor-faktornya, maka berlaku
ketentuan berikut: untuk tingkat kesiapan yang memadai, artinya, minimal memenuhi kriteria
kesiapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, dinyatakan sebagai kekuatan bagi faktor
internal atau peluang bagi faktor eksternal. Sedangkan tingkat kesiapan yang kurang memadai,
artinya, tidak memenuhi kriteria kesiapan minimal, dinyatakan sebagai kelemahan bagi faktor
internal atau ancaman bagi faktor eksternal.
Untuk menentukan kriteria kesiapan, diperlukan kecermatan, kehati-hatian,
pengetahuan, dan pengalaman yang cukup agar dapat diperoleh ukuran kesiapan yang tepat.
Kelemahan atau ancaman yang dinyatakan pada faktor internal dan faktor eksternal yang
memiliki tingkat kesiapan kurang memadai, disebut persoalan. Selama masih adanya fungsi
yang tidak siap atau masih ada persoalan, maka sasaran yang telah ditetapkan diduga tidak
akan tercapai. Oleh karena itu, agar sasaran dapat tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan
untuk mengubah fungsi tidak siap menjadi siap. Tindakan yang dimaksud disebut langkah-
langkah pemecahan persoalan, yang pada hakekatnya merupakan tindakan mengatasi
kelemahan atau ancaman agar menjadi kekuatan atau peluang.
Setelah diketahui tingkat kesiapan faktor melalui analisis SWOT, langkah selanjutnya
adalah memilih alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan, yakni tindakan yang
diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap dan
mengoptimalkan fungsi yang telah dinyatakan siap.
Oleh karena kondisi dan potensi sekolah berbeda-beda antara satu dengan lainnya, maka
alternatif langkah-langkah pemecahan persoalannya pun dapat berbeda, disesuaikan dengan
kesiapan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya di sekolah tersebut. Dengan kata lain,
sangat dimungkinkan suatu sekolah mempunyai langkah pemecahan yang berbeda dengan
sekolah lain untuk mengatasi persoalan yang sama.
B. Faktor-faktor Analisis SWOT
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
1. Strengths (kekuatan)
Faktor-faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi khusus atau
keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif
lembaga pendidikan tersebut. Hal ini bisa dilihat jika sebuah lembaga pendidikan harus
memiliki skill atau keterampilan yang bisa disalurkan bagi perserta didik, lulusan terbaik atau
hasil andalan, maupun kelebihan-kelebihan lain yang dapat membuat sekolah tersebut unggul
dari pesaing-pesaingnya serta dapat memuaskan steakholders maupun pelanggan (peserta
didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).
Sebagai contoh dari bidang keunggulan, antara lain kekuatan pada sumber keuangan, citra
yang positif, keunggulan kedudukan di masyrakat, loyalitas pengguna dan kepercayaan
berbagai pihak yang berkepentingan. Sedangkan keunggulan lembaga pendidikan di era
otonomi pendidikan atara lain yaitu sumber daya manusia yang secara kuantitatif besar, hanya
saja perlu pembenahan dari kualitas. Selain itu antusiasme pelaksanaan pendidikan yang sangat
tinggi, didukung dengan sarana prasarana pendidikan yang cukup memadai. Hal lain dari faktor
keunggulan lembaga pendidikan adalah kebutuhan masyarakat terhadap yang
bersifat transendental sangat tinggi, dan itu sangat mungkin diharapkan dari proses pendidikan
lembaga pendidikan yang agamis.
Bagi sebuah lembaga pendidikan untuk mengenali kekuatan dasar lembaga tersebut sebagai
langkah awal atau tonggak menuju pendidikan yang berbasis kualitas tinggi merupakan hal yang
sangat penting. Mengenali kekuatan dan terus melakukan refleksi adalah sebuah langkah besar
untuk menuju kemajuan bagi lembaga pendidikan.
2. Weakness (kelemahan)
Kelemahan adalah hal yang wajar dalam segala sesuatu tetapi yang terpenting adalah
bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan bisa meminimalisasi
kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan
yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini dapat berupa kelemahan dalam
sarana dan prasarana, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik, lemahnya kepercayaan
masyarakat, tidak sesuainya antara hasil lulusan dengan kebutuhan masyarakat atau dunia
usaha dan industri dan lain-lain
Oleh karena itu, ada beberapa faktor kelemahan yang harus segera dibenahi oleh para
pengelola pendidikan, antara lain yaitu:
a. Lemahnya SDM dalam lembaga pendidikan
b. Sarana dan prasarana yang masih sebatas pada sarana wajib saja
c. Lembaga pendidikan swasta yang pada umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga
mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini.
d. Output pada lembaga pendidikan yang belum sepenuhnya bersaing dengan output lembaga
pendidikan yang lain dan sebagainya.
3. Opportunities (peluang)
Peluang adalah suatu kondisi lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi
formulasi dalam lembaga pendidikan. Situasi lingkungan tersebut misalnya:
a. Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan peserta didik.
b. Identifikasi suatu layanan pendidikan yang belum mendapat perhatian.
c. Perubahan dalam keadaan persaingan.
d. Hubungan dengan pengguna atau pelanggan dan sebagainya.
Peluang pengembangan dalam lembaga pendidikan dapat dilakukan antara lain yaitu:
a. Di era yang sedang krisis moral dan krisis kejujuran seperti ini diperlukan peran serta
pendidikan agama yang lebih dominan.
b. Pada kehidupan masyarakat kota dan modern yang cenderung konsumtif dan hedonis,
membutuhkan petunjuk jiwa, sehingga kajian-kajian agama berdimensi sufistik kian menjamur.
Ini menjadi salah satu peluang bagi pengembangan lembaga pendidikan ke depan.
c. Secara historis dan realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan merupakan
komunitas muslim terbesar di seluruh dunia. Ini adalah peluang yang sangat strategi bagi
pentingnya manajemen pengembangan lembaga pendidikan.
4. Threats (ancaman)
Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi faktor-faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan. Jika sebuah ancaman
tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang atau penghambat bagi maju dan
peranannya sebuah lembaga pendidikan itu sendiri. Contoh ancaman tersebut adalah minat
peserta didik baru yang menurun, motivasi belajar peserta didik yang rendah, kurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain.
C. Kegunaan Analisis SWOT
Secara umum, analisis SWOT dipakai untuk:
1. Menganalisis kondisi diri dan lingkungan pribadi
2. Menganalisis kondisi internal lembaga dan lingkungan eksternal lembaga
3. Menganalisis kondisi internal perusahaan dan lingkungan eksternal Perusahaan
4. Mengetahui sejauh mana diri kita di dalam lingkungan kita
5. Mengetahui posisi sebuah lembaga diantara lembaga-lembaga lain
6. Mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dihadapkan dengan
para pesaingnya.
D. Hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities, dan Treaths dalam Analisis SWOT
Sebuah lembaga pendidikan akan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan ketika
kekuatan lembaga pendidikan melebihi kelemahan yang dimiliki. Oleh karena itu lembaga
pendidikan harus mampu memperdayakan potensi yag dimiliki secara maksimal, mengurangi
resiko yang terjadi. Jadi, tercapai atau tidaknya tujuan lembaga pendidikan yang telah
ditetapkan merupakan tanggung jawab lingkungan manajemen lembaga pendidikan. Jika
analisis SWOT dilakukan dengan tepat, maka upaya untuk memilih dan menentukan strategi
yang efektif akan membuahkan hasil yang diinginkan.
Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan melakukan matrik SWOT,
matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
penyelenggaraan program sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah dapat dilakukan strategi
SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang), strategi WO (memperbaiki
kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang), strategi ST (menggunakan kekuatan dan
menghindari ancaman), strategi WT (mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).
Menurut Afhie, 2012 dalam http://afhie-cirebon.blogspot.com/2012/ 12/penerapan-
analisis-swot-pada-lembaga.html hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities, dan
Treaths dalam analisis SWOT dapat digambarkan melalui bagan berikut ini
HUBUNGAN S (KEKUATAN) W (KELEMAHAN)
O (PELUANG) Sebuah lembaga pendidikan harus
dapat menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang dan
sebaliknya memanfaatkan peluang
dan menjadikannya sebagai sebuah
kekuatan (Strength).
Peluang digunakan untuk menekan
berbagai macam kelemahan-
kelamahan yang ada atau dengan
kata lain menghilangkan kelemahan
dengan memanfaatkan peluang
T (ANCAMAN) Menggunakan kekuatan untuk
menghindari ancaman.
Suatu lembaga pendidikan, sebelum
datangnya sebuah ancaman lembaga
pendidikan tersebut harus bisa
menutupi kelemahan-kelemahan
yang ada pada dirinya dengan
kekuatan dan peluang.
Sedangkan menurut Said, 2013 dalam http://saidsite.blogspot.com/2011/05/ analisa-
swot.html menggambarkan hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities, dan Treaths
dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut
1. Kekuatan dan Kelemahan.
Kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam institusi yang bisa digunakan untuk
menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan (strenghth) atau distinctive competence
hanya akan menjadi competitive advantage bagi suatu institusi apabila kekuatan tersebut
terkait dengan lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan itu dibutuhkan atau bisa
mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Jika pada institusi lain juga terdapat kekuatan yang
memiliki core competence yang sama, maka kekuatan harus diukur dari bagaimana kekuatan
relatif suatu institusi tersebut dibandingkan dengan institusi yang lain. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang dimiliki institusi harus dipaksa
untuk dikembangkan karena ada kalanya kekuatan itu tidak terlalu penting jika dilihat dari
lingkungan yang lebih luas.
Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatan adalah kelemahan. Sehingga sama dengan
kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus dipaksa untuk diperbaiki terutama untuk
hal-hal yang tidak berpengaruh pada lingkungan sekitar.
2. Peluang dan Ancaman.
Peluang adalah faktor yang didapatkan dengan membandingkan analisis internal yang
dilakukan di suatu institusi (strenghth dan weakness) dengan analisis internal dari kompetitor
lain. Sebagaimana kekuatan, peluang juga harus diranking berdasarkan success probbility,
sehingga tidak semua peluang harus dicapai dalam target dan strategi institusi.
Peluang dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu:
a. Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluang pencapaiannya juga kecil.
b. Moderate, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar namun peluang pencapaian kecil
atau sebaliknya.
c. Best, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta peluang tercapaianya besar.
Sedangkan, ancaman adalah segala sesuatu yang terjadi akibat trend
perkembangan (persaingan) dan tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa dilihat dari
tingkat keparahan pengaruhnya (seriousness) dan kemungkinan terjadinya (probability of
occurance). Sehingga ancaman tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Ancaman utama (Major Threats) adalah ancaman yang kemungkinan terjadinya tinggi dan
dampaknya besar. Untuk ancaman utama ini, diperlukan beberapa planning yang harus
dilakukan institusi untuk mengantisipasi.
b. Ancaman tidak utama (Minor Threats) adalah ancaman yang dampaknya kecil dan
kemungkinan terjadinya kecil
c. Ancaman moderate (Moderate Threats) berupa kombinasi tingkat keparahan yang tinggi
namun kemungkinan terjadinya rendah dan sebaliknya.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan beberapa kategori situasi institusi dilihat dari
keterkaitan antara peluang dan ancamannya, yaitu sebagai berikut:
a. Suatu institusi dikatakan unggul jika memiliki major opportunity yang besar dan major threats
yang kecil.
b. Suatu institusi dikatakan spekulatif jika memiliki high opportunity dan threats pada saat yang
sama.
c. Suatu institusi dikatakan mature jika memiliki low opportunity dan low threat.
d. Suatu institusi dikatakan in trouble jika memiliki low opportinity dan high threats.
Tidak ada satu cara terbaik untuk melakukan analisis SWOT. Yang paling utama adalah
membawa berbagai macam pandangan/perspektif bersama-sama sehingga akan terlihat
keterkaitan baru dan implikasi dari hubungan tersebut.
E. Contoh Aplikasi Analisis SWOT
Sebagai contoh, untuk sasaran pertama, yaitu rata-rata GSA mencapai minimal +0,40
maka harus ditentukan fungsi-fungsi apa saja berikut faktor-faktornya yang berperan penting
dalam mencapai sasaran tersebut. Berdasarkan hasil evaluasi diri dan pengalaman sebelumnya,
diidentifikasi bahwa fungsi yang berperan untuk meningkatkan GSA adalah fungsi proses belajar
mengajar yang didukung oleh fungsi ketenagaan, dan fungsi sarana belajar.
Berdasarkan pada fungsi-fungsi yang telah diidentifikasi, maka perlu ditemukan faktor apa
saja yang berpengaruh, baik faktor internal maupun eksternal dalam fungsi tersebut dan
kemudian masukkan ke dalam tabel analisis SWOT. Oleh karena sekolah memiliki lebih dari satu
sasaran, maka setiap sasaran yang telah ditentukan harus dianalisis melalui analisis SWOT.
Berikut dijelaskan dalam buku Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Buku 5
Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual, contoh melakukan analisis SWOT untuk dua sasaran
pertama yang ditentukan sekolah “X” pada tahun 2002/2003 serta fungsi dan faktor-faktornya
yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Analisis SWOT untuk sasaran-1, yaitu peningkatan
GSA minimal +0,40 ditunjukkan pada Tabel-1, sedangkan untuk sasaran-2, yaitu menjadi finalis
pada turnamen bola voli tingkat Kota ditunjukkan pada Tabel-2.
Tabel-1. Analisis SWOT untuk Sasaran-1:
Peningkatan GSA minimal +0,40
Fungsi dan FaktornyaKondisi Kesiapan
(Kondisi Ideal)Kondisi Nyata
Tingkat Kesiapan
Faktor
Siap Tidak
A. Fungsi ProsesBelajar Mengajar (PBM)
1. Faktor Internala. Motivasi belajar siswa
b. Perilaku siswa
c. Motivasi gurud. Pemberdayaan siswa
e. Keragaman metode mengajar
f. Penggunaan waktu belajar
2. Faktor eksternala. Kesiapan siswa menerima
pelajaranb. Dukungan orangtuac. Lingkungan sosial sekolahd. Lingkungan fisik sekolah
Tinggi
Disiplin dan tertib di dalam kelas
Tinggi Guru mampu
memberdayakan siswa
Bervariasi
Efektif
100%
Tinggi
60% siswa memiliki motivasi tinggi
Kurang disiplin dan kurang tertib
Cukup tinggi Kurang mampu
Tidak banyak variasi
Kurang efektif
50%
Tinggi
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Kondusif
Nyaman/tenang
Kurang kondusif
Gaduh/ramaiB. Fungsi Pendukung PBM-
Ketenagaan
1. Faktor Internala. Jumlah gurub. Kualifikasi pendidikan
guru minimal D-3
c. Kesesuaian ijazah dengan mata pelajaran yang diampu guru
d. Beban mengajar guru
2. Faktor eksternala. Pengalaman mengajar
gurub. Kesiapan mengajar guruc. Fasilitas pengembangan
diri
Cukup Semua guru pendidikan
guru minimal D-3
100% sesuai
Rata-rata 18 JP
Rata-rata 2-5 tahun
100%
Tersedia
Cukup 60% minimal D-3
70% sesuai\
Rata-rata 22 JP
Rata-rata 6 tahun
80%
Kurang lengkap
√√
√
√
√
√
√
C. Fungsi Pendukung PBM-Sarana Belajar
1. Faktor internala. Buku setiap mata
pelajaranb. Jumlah buku penunjang
Cukup dan lengkap Cukup dan lengkap Cukup
Kurang lengkap
Kurang lengkap
√
√
c. Jumlah lemari dan rak buku
d. Kebersihan dan kerapihan ruang perpustakaan
e. Pengelola perpustakaanf. Dana pengembangan
perpustakaan
2. Faktor eksternala. Dukungan orangtua dalam
melengkapi perpustakaanb. Kerjasama dengan
perpustakaan lain yang lengkap
c. Kesesuaian buku penunjang dengan potensi daerah dan perkembangan iptek
Bersih dan rapih
Ada dan mampu
Tersedia dan cukup
Mendukung
Ada kerjasama
Tinggi tingkat kesesuaiannya
Kurang
Cukup
Kurang mampu
Tidak tersedia
Mendukung
Tidak ada
Rendah tingkat kesesuaiannya
√
√
√
√
√
√
√
Tabel-2. Analisis SWOT untuk Sasaran-2:
Menjadi finalis turnamen bola voli tingkat Kota
Fungsi dan FaktornyaKondisi Kesiapan
(Kondisi Ideal)Kondisi Nyata
Tingkat Kesiapan
Faktor
Siap Tidak
A. Faktor Ketenagaan1. Faktor Internal
a. Jumlah guru olahragab. Kemampuan guru
olahraga dalam bola volic. Motivasi guru
2. Faktor eksternala. Pengalaman sebagai
pelatihb. Dukungan orangtuac. Fasilitas pengembangan
diri
Cukup
Tinggi
Tinggi
Cukup
Tinggi
Ada
Cukup
Tinggi
Cukup tinggi
Kurang
Tinggi
Tidak ada
√√
√
√
√
√
B. Fungsi Prasarana
1. Faktor Internala. Lapangan bola voli di
sekolahb. Alat pendukung olahraga
bola voli (net, bola)c. Perawatan prasarana dan
sarana2. Faktor eksternala. Dukungan orangtua siswa
dalam peningkatan mutu lapangan voli
b. Lapangan bola voli di tingkat Kota/Kecamatan
Tersedia dan layak pakai Tersedia dan layak
Terawat dengan baik
Tinggi
Tersedia dan layak pakai
Tersedia dan kurang layak pakai
Tersedia dan kurang layak
Terawat baik
Cukup
Tersedia dan kurang layak pakai
√
√
√
√
√
C. Fungsi Siswa1. Faktor internal
a. Pemberdayaan siswa
b. Alokasi waktu pelatihanc. Penggunaan waktu latihan
2. Faktor eksternala. Kesiapan siswa dalam
menerima pelatihanb. Pelatih yang
berpengalamanc. Uji tanding dengan
sekolah laind. Dukungan orangtua siswa
dalam pelatihan
Guru mampu memberdayakan siswa
3x seminggu
Efektif
100%
Tersedia
1x sebulan
Tinggi
Cukup mampu
Kurang 1x seminggu Kurang efektif
80%
Tidak ada
Tidak pernah
Tinggi
√
√
√
√√
√
√
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk sasaran pertama, maka dapat
diidentifkasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi oleh sekolah pada hampir semua fungsi
yang diberikan. Pada fungsi PBM yang menjadi kelemahan adalah siswa kurang disiplin, guru
kurang mampu memberdayakan siswa dan umumnya tidak banyak variasi dalam memberikan
bahan pelajaran di kelas serta waktu yang digunakan kurang efektif, sedangkan yang menjadi
ancaman adalah kurang siapnya siswa dalam menerima pelajaran, terutama pada pagi dan
siang hari menjelang pulang. Di samping itu, suasana lingkungan sekolah yang kurang kondusif
dan ramai karena berdekatan dengan pusat keramaian kota.
Selanjutnya untuk mengatasi kelemahan atau ancaman tersebut, sekolah mencari
alternatif-alternatif langkah-langkah memecahkan persoalan, sebagai berikut:
1. Pengaktifan kegiatan MGMP sekolah
Berdasarkan pada hasil analisis, disebutkan bahwa jumlah guru cukup tetapi suasana
belajar belum cukup kondusif akibat metode mengajar guru kurang bervariasi. Melalui MGMP
sekolah diharapkan dapat mengatasi persoalan, termasuk bagaimana menyiasati kurikulum
yang padat dan mencari alternatif pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi
metode dalam mengajarkan setiap mata pelajaran yang diajarkan. Kegiatan ini di bawah
koordinasi Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum dan untuk setiap matapelajaran dipimpin
oleh guru senior yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah. MGMP minimal bertemu satu kali per
minggu guna menyusun strategi pengajaran dan mengatasi masalah yang muncul.
MGMP sekolah juga menyusun dan mengevaluasi perkembangan kemajuan belajar
sekolah. Evaluasi kemajuan dilakukan secara berkala dan hasilnya digunakan untuk
menyempurnakan rencana berikutnya. Kegiatan MGMP sekolah yang dilakukan dengan
intensif, dapat dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk meningkatkan
kapasitas dan kemampuan guru serta menambah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
yang diajarkan, terutama ditujukan untuk guru-guru yang mengajar bukan bidangnya (teacher
mismatch).
2. Pengiriman guru mengikuti pelatihan
Sebagai alternatif, sekolah dapat mengirimkan guru-guru secara bergiliran untuk mengikuti
pelatihan pada lembaga yang dianggap potensial dan berpengalaman. Pengiriman guru ini,
dimaksudkan untuk memberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan guru, baik dalam
bidang keahlian/substansi, metode pengajaran, maupun berbagai metode evaluasi, setelah
melalui proses identifikasi kebutuhan yang dilakukan secara cermat oleh sekolah. Program ini
dapat mendorong sekolah untuk mengalokasikan sebagian anggarannya untuk peningkatan
SDM, yang selama ini belum secara optimal dilakukan.
Selain itu, untuk mengatasi kelemahan tersebut, sekolah melalui kegiatan MGMP dapat
mengundang ahli dari luar, baik ahli substansi mata pelajaran untuk membantu guru dalam
memahami materi yang masih dianggap sulit atau membantu memecahkan masalah yang
muncul di kelas, maupun berbagai metode pengajaran untuk menemukan cara yang paling
sesuai dalam memberikan materi mata pelajaran tertentu.
3. Peningkatan disiplin siswa
Berdasarkan hasil analisis, dinyatakan bahwa disiplin siswa sangat rendah, baik dalam
mengikuti aturan dan tata tertib sekolah, maupun dalam mengikuti pelajaran dan
mengakibatkan lingkungan sosial sekolah menjadi kurang kondusif. Diperlukan adanya
peningkatan disiplin siswa untuk menciptakan iklim sekolah yang lebih kondusif dan dapat
memotivasi siswa dalam belajar.
Adanya dukungan guru yang cukup, sekolah dapat membuat aturan dan tata tertib yang
baik dan memadai. Tata tertib yang dibuat dan disepakati tersebut harus ditaati, khususnya
oleh siswa dan warga sekolah lainnya, termasuk guru, karyawan, dan juga kepala sekolah.
Aturan tersebut dapat meliputi tata tertib waktu masuk dan pulang sekolah, kehadiran di
sekolah dan di kelas serta mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung, dan tata tertib sekolah
lainnya.
Dengan meningkatnya disiplin siswa, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas jam
belajar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan meningkatkan iklim belajar yang lebih
kondusif untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.
4. Pembentukan kelompok diskusi terbimbing
Kelompok diskusi terbimbing ini dibentuk untuk mengatasi siswa yang kurang persiapan
untuk belajar di sekolah. Kegiatan diskusi ini, minimal 1 kali per minggu untuk setiap mata
pelajaran di luar jam pelajaran sekolah. Pembentukan kelompok dilakukan oleh siswa dan
dibimbing oleh guru. Dalam setiap kegiatan diskusi dapat dihadirkan narasumber yang berasal
dari guru, alumni, atau orang lain yang dianggap ahli dalam mata pelajaran yang berkaitan dan
bertempat tinggal di sekitar kelompok tersebut berada.
Adanya dukungan orangtua dalam meningkatkan motivasi belajar, memberikan peluang
dan kesempatan melaksanakan kegiatan kelompok diskusi, yaitu setiap kali pertemuan dapat
menggunakan rumah anggota kelompok secara bergiliran. Setiap kelompok diskusi menunjuk
pemimpin kelompok dan guru pembimbingnya.
Untuk keperluan pengembangan materi pada MGMP sekolah, setiap guru pembimbing
dapat menyampaikan hasil diskusi kelompok, sehingga terjadi saling tukar pengalaman dan
saling membantu bila terjadi kesulitan. Kelompok diskusi terbimbing ini, sebaiknya melibatkan
guru pembimbing (BK), khususnya untuk meningkatkan motivasi siswa serta membimbing siswa
untuk menghindari pengaruh pergaulan sosial yang negatif.
5. Peningkatan pengadaan buku
Dari hasil analisis, ternyata sekolah masih memerlukan buku-buku bacaan wajib maupun
penunjang untuk mendukung kegiatan belajar siswa. Pengadaan buku pustaka diarahkan untuk
mendukung kegiatan guru mengajar, termasuk kegiatan MGMP sekolah dan mendukung belajar
siswa. Untuk mendukung kegiatan guru, diadakan buku-buku pedangan guru dari sumber yang
relevan. Sedangkan untuk mendukung belajar siswa, diadakan buku-buku yang diperlukan siswa
untuk pendalaman materi ebtanas.
Pengadaan buku-buku tersebut hendaknya dimulai dengan melakukan identifikasi buku-
buku yang dibutuhkan oleh guru dan siswa dan mencatat buku-buku yang tidak ada atau tidak
mencukupi kebutuhan sekolah. Berbagai cara dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan
buku-buku tersebut, antara lain dengan mengadakan kerjasama dengan perpustakaan pada
instansi lain yang mempunyai potensi untuk membantu pengadaan buku sekolah, atau sekolah
dapat membeli buku-buku tersebut secara langsung apabila tersedia dana untuk
pengembangan perpustakaan.
6. Peningkatan layanan perpustakaan
Di samping pengadaan buku-buku, perlu diupayakan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan pengelola perpustakaan untuk meningkatkan layanan perpustakaan. Apabila
dimungkinkan, sekolah dapat memberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan singkat bagi
pengelola perpustakaan. Hal yang lebih penting sekolah memperhatikan peningkatan dan
pengembangan perpustakaan untuk dapat menyediakan buku-buku yang sesuai dengan
kebutuhan siswa dan keperluan guru dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
Hal ini dapat berarti sekolah memiliki kewajiban untuk memperhatikan penyediaan anggaran
perpustakaan yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki sekolah.
Pada sasaran kedua, sekolah mengidentifikasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi
untuk mencapai sasaran menjadi finalis pada tingkat Kota/Kabupaten dalan bidang olahraga
bola voli, yaitu waktu pelatihan yang kurang intensif dan tidak ada pengalaman guru dalam
melatih bola voli secara profesional serta sekolah tidak pernah melakukan uji-tanding ke
sekolah lain. Di samping itu, terbatasnya fasilitas pengembangan olahraga bola voli pada tingkat
Kecamatan maupun Kota dan kondisi lapangan bola voli di sekolah dalam keadaan rusak
sebagian. Berbagai peralatan olahraga voli yang dimiliki sekolah juga masih kurang, termasuk
bola voli. Selanjutnya, untuk mengatasi kelemahan atau ancaman tersebut, sekolah melakukan
beberapa langkah sebagai alternatif untuk memecahkan persoalan, sebagai berikut:
1. Pengaktifan tim bola voli sekolah
Hasil analisis menyebutkan bahwa minat siswa terhadap olahraga bola voli cukup tinggi,
ditandai dengan cukup banyak siswa (hampir 80%) yang siap mengikuti pelatihan olahraga ini.
Sementara latihan yang diadakan sekolah kurang dari 1x seminggu atau bahkan tidak ada
latihan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah kurang memberi perhatian yang tinggi
terhadap olahraga bola voli, walaupun banyak siswa yang berminat untuk mengikutinya.
Untuk itu, diperlukan penggalakan kegiatan olahraga bola voli dengan mengaktifkan
kembali tim voli pada tingkat sekolah, melalui sosialisasi dan pembentukan tim kelas atau
gabungan beberapa kelas dengan harapan memperoleh bibit pemain yang baik.
2. Peningkatan prasarana dan sarana olahraga bola voli
Hasil analisis menyebutkan bahwa lapangan yang ada kondisinya sudah sangat jelek dan
memerlukan perbaikan atau renovasi, termasuk penambahan sejumlah alat pendukung lainnya,
seperti tiang, net, dan bola. Lapangan olahraga sebagai salah satu unsur penting dalam
peningkatan prestasi perlu mendapat perhatian sekolah secara sungguh-sungguh. Dengan
lapangan yang memadai dan bentuk yang standar akan lebih menarik minat siswa untuk
mengikuti latihan yang diadakan oleh sekolah dan juga dapat menjadikan siswa bangga
memiliki sekolah dengan lapangan olahraga yang baik. Untuk itu sekolah perlu memberikan
porsi anggaran yang cukup dalam rangka melakukan renovasi lapangan dan mengalokasikan
anggaran untuk membeli peralatan yang kurang atau tidak ada sebelumnya, tetapi sangat
diperlukan.
3. Peningkatan waktu latihan dan uji-tanding
Pada fungsi pelatihan, terdapat banyak kelemahan dan tantangan untuk menjadikan tim
bola voli sekolah masuk menjadi finalis pada tingkat Kota/Kabupaten, diantaranya adalah waktu
latihan yang kurang banyak dan tidak efektif, karena pelatihan selama ini hanya sekedar
memenuhi kegiatan rutin dan tidak memiliki target mutu. Untuk itu, program latihan perlu
ditingkatkan lebih intensif lagi, misalnya dengan meningkatkan latihan menjadi 3x dalam
seminggu dan menyusun program uji-tanding dengan sekolah lain sebanyak 1x sebulan. Uji-
tanding dengan sekolah lain yang telah memiliki tim yang kuat, dapat memberikan pengalaman
dan memupuk keberanian tim sekolah saat nanti mengikuti turnamen yang sebenarnya.
4. Pelatih dari luar sekolah
Hasil analisis menyebutkan bahwa sekolah tidak memiliki pelatih yang memabg
berpengalaman dalam cabang olahraga bola voli. Pelatih yang ada hanya guru olahraga yang
secara rutin memberikan latihan dengan teknik yang masih konvensional dan belum
mempunyai pengalaman bertanding di luar daerah. Hal itu dapat dipahami, karena tidak semua
guru olahraga dapat menjadi pelatih yang baik untuk satu cabang olahraga tertentu. Untuk itu,
dirasa perlu untuk mendatangkan pelatih dari luar yang memiliki pengalaman bertanding dan
mampu memberikan cara-cara terbaik dalam bermain bola voli.
F. Studi Kasus
SD XXX merupakan salah satu SD Negeri di kota XXX. Sejak didirikannya SD XXX sekitar 30
tahun yang lalu, sekolah tersebut merupakan sekolah yang sangat diperhitungkan dan menjadi
incaran oleh orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Tetapi, sejak lima tahun terakhir
ini prestasi sekolah tersebut mulai menurun. Semakin lama keberadaan sekolah tersebut
semakin menghilang dari berbagai ajang kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler di kota XXX.
Hubungan antarguru kurang harmonis bahkan muncul kecurigaan baik di antara kepala sekolah
dengan guru maupun guru dengan guru. Sebagian orang tua menarik anaknya dari sekolah
tersebut dan memindahkan ke sekolah lain.
Sebagai seorang yang memahami ‘entrepreneurship’ di bidang pendidikan, misalkan
saya direkrut oleh Dinas Pendidikan Kota XXX sebagai konsultan untuk membenahi
sekolah tersebut maka saran-saran untuk memperbaiki SD XXX tersebut dapat diberikan
melalui analisis dan penjelasan singkat berikut ini.
Berdasarkan kasus yang dikemukakan di atas, sebagai seorang konsultan akan memberikan
berbagai saran/masukan demi pembenahan dan pemulihan kualitas sekolah tersebut. Kapasitas
sebagai konsultan yang dimaksud di sini adalah seorang profesional yang ahli dalam bidang
manajemen pendidikan, khususnya untuk terapi ‘penurunan kualitas’ sebuah institusi
pendidikan. SD XXX adalah sekolah yang secara sosiogeografis berada di sebuah perkotaan,
tentu saja kota besar. Jika jumlah sekolah mencapai 74, umumnya hanya ada di kota besar.
Berbagai saran yang diberikan oleh konsultan ke depan harus selalu mempertimbangkan
sekolah tersebut sebagai salah satu sekolah di kota modern. Selain itu, SD XXX juga merupakan
sekolah tua. Konsultan perlu mempertimbangkan para alumni yang tersebar di berbagai
pelosok untuk mengembalikan kualitas sekolah tersebut seperti sedia kala.
SD XXX di Kota XXX adalah sebuah sekolah yang memiliki permasalahan serius, terutama
dalam hal perilaku kepala sekolah, guru, dan siswa. Berbagai perilaku negatif ini dapat
diakibatkan oleh pengelolaan yang tidak baik dalam tataran manajemen sekolah. Beberapa hal
yang dapat disarankan adalah sebagai berikut.
1. Sebagai konsultan resmi yang ditunjuk harus mencari dokumen resmi dan memahami dengan
baik sejarah sekolah, riwayat prestasi sekolah, dan melakukan berbagai analisis SWOT dari
sekolah tersebut selama 30 tahun terakhir. Hasil dari observasi dan analisis ini akan menjadi
dasar bagi konsultan untuk memetakan perubahan sekolah tersebut menuju kualitas yang lebih
baik.
2. Melakukan konsultasi manajemen pendidikan dengan pihak dinas pendidikan dalam upaya
perubahan sistem manajemen dan struktur di sekolah tersebut. Jika kepala sekolah (sebagai
manajer) saja sudah tidak memiliki hubungan yang baik dengan orang yang dipimpinnya
(bawahannya), maka ini adalah pertanda manajemen yang tidak harmonis. Penggantian kepala
sekolah perlu segera dilakukan untuk memperoleh manajer yang lebih muda dan memiliki
semangat dan visi yang jelas.
3. Mengupayakan adanya keterlibatan para alumni untuk kembali memperhatikan almamaternya.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa SD XXX telah terpuruk, publik sudah mengetahuinya bahwa
kualitas sekolah tersebut semakin menurun. Dari berbagai informasi media, banyaknya
orangtua yang menarik anaknya dari sekolah itu, tentu suatu hal yang tidak perlu dirahasiakan
lagi. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk menjaring saran dan keterlibatan
para alumni sekarang ini amat mudah dilakukan. Jejaring sosial yang banyak digandrungi orang
dapat menjadi salah satu alternatif untuk membangun komunikasi dengan para alumni. Tetapi
untuk menjaga privasi sekolah, tetap saja model grup tertutup yang dianjurkan untuk
digunakan.
4. Meningkatkan upaya untuk menjamin keamanan, keselamatan dan visi yang jelas untuk masa
depan para peserta didik. Dari upaya ini akan mengembalikan kepercayaan para orang tua
sehingga “turn over” dapat dihindari. ‘Turn over’ yang tinggi juga terjadi di perusahaan-
perusahaan besar dan salah satu penyebabnya adalah tidak adanya jaminan keamanan untuk
masa depan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)
dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
2. Faktor-faktor analisis SWOT ada empat yaitu kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses),
peluang (opportunities), dan ancaman (threats).
3. Analisis SWOT dipakai untuk: menganalisis kondisi diri dan lingkungan pribadi, menganalisis
kondisi internal lembaga dan lingkungan eksternal lembaga, menganalisis kondisi internal
perusahaan dan lingkungan eksternal Perusahaan, mengetahui sejauh mana diri kita di dalam
lingkungan kita, mengetahui posisi sebuah lembaga diantara lembaga-lembaga lain, dan
mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dihadapkan dengan
para pesaingnya.
4. Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan melakukan matrik SWOT, matrik
ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
penyelenggaraan program sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah dapat dilakukan strategi
SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang), strategi WO (memperbaiki
kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang), strategi ST (menggunakan kekuatan dan
menghindari ancaman), strategi WT (mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).
5. Analisis SWOT sangat penting perannya dalam meningkatkan mutu pendidikan karena analisis
dan gambaran yang diberikan merupakan tolok ukur dalam mengembangkan lembaga/satuan
pendidikan lebih lanjut. Setelah analisis, perlu dirumuskan visi,misi, tujuan, dan program kerja
yang lebih konkret untuk memperbaiki program sebelumnya.
B. Saran
1. Guru perlu memahami analisis SWOT secara mendalam agar nantinya dapat melakukan analisis
SWOT sebagai bentuk dukungan/partisipasi terhadap program manajemen berbasis sekolah.
2. Guru harus memperhatikan faktor-faktor dalam analisis SWOT agar dapat memformulasikan
analisis SWOT dengan baik dan mencapai sasaran/tujuan yang diharapkan.
3. Guru harus dapat memfungsikan analisis SWOT sesuai kegunaannya dengan tepat.
4. Guru harus dapat memahami hubungan dari faktor-faktor SWOT (kekuatan, kelemahan,
peluang, ancaman) agar dapat memanfaatkan faktor-faktor kekuatan dan peluang untuk
mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman.
5. Guru harus dapat memahami contoh aplikasi SWOT agar di kemudian hari dapat
mengaplikasikan SWOT dalam program manajemen berbasis sekolah.
Pengertian analisis SWOT dan manfaatnya – Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang.
Atau definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para pengguna analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang dihadapi.
SWOT adalah singkatan dari:
S = Strength (kekuatan). W = Weaknesses (kelemahan). O = Opportunities (Peluang). T = Threats (hambatan).
Apa itu analisis SWOT?
Penjelasan mengenai 4 (empat) komponen analisis SWOT, yaitu :
1. Strenght (S) yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini. Yang perlu di lakukan di dalam analisis ini adalah setiap perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan di bandingkan dengan para pesaingnya. Misalnya jika kekuatan perusahaan tersebut unggul di dalam teknologinya, maka keunggulan itu dapat di manfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan juga kualitas yang lebih maju.
2. Weaknesses (W) yaitu analisi kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini. Merupakan cara menganalisis kelemahan di dalam sebuah perusahaan ataupun organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam kemajuan suatu perusahaan atau organisasi.
3. Opportunity (O) yaitu analisis peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar suatu organisasi atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan. Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu perusahaan ataupun organisasi bisa berkembang di masa yang akan depan atau masa yang akan datang.
4. Threats (T) yaitu analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau organisasi yang menyebabkan kemunduran. Jika tidak segera di atasi, ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Manfaat analsis SWOT
Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yangg paling dasar, yang bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu permasalahan dari 4 empat sisi yang berbeda. Hasil dari analisa biasanya berupa arahan ataupun rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis ini akan membantu untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini. Dari pembahasan diatas tadi, analisis SWOT merupakan instrumen yang bermanfaat dalam melakukan analisis strategi. Analisis ini berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam suatu perusahaan atau organisasi serta menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.
Itulah diatas mengenai pengertian analisis SWOT dan manfaatnya, terimakasih telah membaca dan semoga artikel ini dapat bermanfaat…
Analisis Permasalahan dan Solusi serta Analisis SWOT Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
Sekilas tentang jurusan Akuntansi FEUNJ.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta adalah jurusan yang berdiri pada tahun 2005 seiring dengan berdirinya Fakultas Ekonomi. Jurusan Akuntansi adalah salah satu Jurusan di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta yang merancang dan mengembangkan pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian pada masyarakat dalam bidang pengetahuan Akuntansi. Visi dari Jurusan Akuntansi adalah Menghasilkan Sarjana Ekonomi (SE) Bidang Akuntansi Yang Kompeten Dan Profesional Yang Mampu Bersaing Pasar Dunia Kerja Serta Memiliki Wawasan Global Dengan Tetap Berpijak Pada Konsepsi Lokal.
Jurusan Akuntansi saat ini mempunyai 2 program studi yakni S1 Akuntansi dan D3Akuntansi. Lulusan S1 Akuntansi nantinya akan bergelar Sarjana Ekonomi (SE), dan lulusan D3 Akuntansi bergelar Ahli Madya (Amd). Saat ini, Jurusan Akuntansi diketuai oleh M. Yasser Arafat, SE, MM. Ketua Program Studi S1 Akuntansi adalah Dian Citra Aruna, SE, Msi. Dan ketua Program Studi D3 Akuntansi adalah Rida Prihatni, SE, Ak, Msi.
Pemasalahan dan Solusi
Bagaikan peribahasa yakni “tak ada gading yang tak retak”, hal itulah yang juga terjadi di jurusan Akuntansi FE UNJ, tiada yang sempurna memang, ada kelebihan dan kekurangan yang ada serta permasalahan yang terjadi di beberapa lini di Jurusan ini. Saya akan membahas tentang permasalahan dan solusi yang ada di jurusan Akuntansi.
1. Adanya kesenjangan antara Mahasiswa S1 dengan D3.Kesenjangan antara Mahasiswa s1 dengan D3 adalah masalah klasik yang ada di jurusan Akuntansi, hal ini disebabkan oleh beberapa persoalan yang terkait yakni :
- gengsi yang ditimbulkan dari tiap individu mahasiswa di program studi tersebut,- adanya perbedaan jadwal dan kelas yang jarang mempertemukan mahasiswa di kedua program studi tersebut,- adanya perbedaan sistem pengajaran,- kurangnya suatu kegiatan yang mempertemukan seluruh mahasiswa baik beda program studi maupun beda angkatan.
Solusi dari permasalahan ini adalah dengan menciptakan dan membuat suatu event/acara yang di dalamnya dapat mempertemukan seluruh mahasiswa Jurusan Akuntansi, contoh acara tersebut adalah Makrab (Malam Keakraban) atau sejenisnya seperti kompetisi yang mempertemukan seluruh mahasiswa Akuntansi. Dengan acara ini dapat meningkatkan solidaritas dan tali persaudaraan (Ukhuwah) antar mahasiswa yang ada di jurusan Akuntansi. Dengan ini kesenjangan antar mahasiswa S1 dan D3 lebih dapat diminimalisir. Dalam hal ini HMJ
Akuntansi sebagai lembaga eksekutif mahasiswa di jurusan Akuntansi dapat mengambil peranannya disini.
2. Kurangnya Sarana dan Prasarana pendukung.
Sarana dan Prasarana suatu jurusan adalah suatu poin penting yang dapat meningkatkan kualitas di dalam jurusan tersebut, ada beberapa kekurangan Sarana dan Prasarana pendukung yang dimiliki oleh jurusan Akuntansi saat ini yaitu :
-Kurangnya fasilitas untuk mendukung hardskill mahasiswa Akuntansi seperti pengembangan software Akuntansi. Saat ini kemajuan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi yang pesat di Tanah Air menyebabkan keharusan bagi kampus untuk menyiapkan dan mencetak para mahasiswanya untuk menguasai hal tersebut, tidak terkecuali dalam hal software Akuntansi. Sayangnya dari penuturan beberapa mahasiswa dan alumni, pengajaran dan pemahaman akan software Akuntansi di kampus masih minim, hanya sebatas praktik-praktik sekilas dan tidak terlalu mendalam, padahal penguasaan teknologi lah yang menjadi suatu poin untuk dunia kerja saat ini.
-Kurangnya pengadaan buku-buku dan sumber belajar di Perpustakaan. Perpustakaan Fakultas Ekonomi atau yang lebih kita kenal dengan PBE (Pusat Belajar Ekonomi) merupakaan perpus-nya para Mahasiswa FE UNJ, namun kondisi pada saat ini, PBE masih kekurangan buku-buku dan sumber belajar atau referensi bagi para mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan Akuntansi. Buku-buku yang ada masih sangat kurang baik dari segi kuantitas (jumlah) maupun kualitas. Buku-buku yang ada berbeda dengan buku-buku yang ada. Sehingga banyak dari mahasiswa yang terpaksa beli demi ketersediaan bahan untuk belajar. Seharusnya dengan adanya PBE, para mahasiswa semakin didukung baik dari segi keilmuan maupun finansial.
Solusi dari permasalahan diatas adalah dengan adanya peningkatan terhadap sarana dan sarana pendukung di jurusan Akuntansi terhadap kebutuhan para mahasiswa. Dengan adanya kelengkapan sarana dan prasarana, kualitas mahasiswa Akuntansi FE UNJ secara langsung dapat meningkat.
3. Kurangnya minat mahasiswa Akuntansi dalam berorganisasi.
Minat para mahasiswa Akuntansi FE UNJ masih rendah dalam mengikuti organisasi. Hal ini tercermin dari presentase jumlah mahasiswa Akuntansi yang mengikuti organisasi baik organisasi eksekutif seperti HMJ dan BEM maupun Unit Kegiatan Mahasiswa. Banyaknya mahasiswa akuntansi yang apatis serta study oriented inilah yang terus menerus mengakar. Mereka (mahasiswa Akuntansi yang tidak berorganisasi) lebih memilih untuk kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) dan nongkrong dengan teman-teman sepergaulannya dibandingkan melakukan kegiatan organisasi yang bermanfaat.Solusi dari permasalahan diatas adalah dengan lebih mengenalkan organisasi tersebut kepada para mahasiswa. HMJ Akuntansi sebenarnya dapat memainkan peranannya disini, HMJ dapat memberikan kebermanfaatan dan pelayanan terhadap para mahasiswa Akuntansi seperti mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan potensi-potensi akademik maupun non akademik. Dengan hal ini, rasa apatis mahasiswa terhadap organisasi perlahan mulai terkikis.
Analisis SWOT
Strenghts (Kekuatan) :
1. Akuntansi UNJ memiliki Kualitas input (competitiveness) yang tinggi, hal ini terbukti dengan tingginya minat calon mahasiswa baru memilih jurusan Akuntansi di dalam Seleksi Ujian Masuk (SNMPTN undangan dan tertulis, UMB, Penmaba).2. Akreditasi oleh BAN PT dengan nilai “B”.3. Dosen mempunyai potensi untuk berkembang, di mana sebagian besar telah berpendidikan S2/S3 dan berusia relatif muda dan massing-masing dosen mempunyai pengalaman yang spesifik dalam bidang keahlian tertentu. (Audit, Pajak)4. Lulusan Akuntansi UNJ merupakan lulusan yang berkualitas, hal ini dibuktikan dengan 100% wisudawan Akuntansi UNJ diserap di dunia kerja.
Kelemahan (Weaknesses) :
1. Sarana dan Sarana Prasarana yang belum optimal, seperti Perpustakaan (PBE/Pusat Belajar Ekonomi) dan juga laboratorium.2. Belum ideal rasio antara tenaga pengajar (dosen) dengan mahasiswa. Serta belum adanya guru besar di Jurusan Akuntansi.3. Metode pengajaran umumnya masih konvensional, kurang dinamis dan belum ideal dibandingkan dengan PTS.4. Penguasaan bahasa asing bagi Dosen dan Mahasiswa masih kurang.5. Belum optimalnya peranan alumni dalam ikut mengembangan jurusan Akuntansi.
Opportunity (Peluang):
1. Kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi yang aplikatif untuk para mahasiswa di dunia kerja nantinya.2. Besarnya kebutuhan tenaga akuntansi di sektor publik dan swasta.3. Tingginya minat calon mahasiswa untuk melanjutkan studi di Jurusan Akuntansi FE UNJ.4. Globalisasi dengan segala aspeknya memberi peluang Jurusan Akuntansi untuk menjalin kerja sama dengan lembaga nasional maupun internasional dalam bidang pendidikan, contoh : Jurusan Akuntansi FE UNJ telah menjalin kerjasama dengan De La Salle Lipa University di Filipina.5. Menguatnya tuntutan agar Perguruan Tinggi di Indonesia mampu berkiprah secara Internasional.
Threatness (Tantangan) :
1. Perkembangan penyelenggara pendidikan (PTN dan PTS) serupa yang sudah terlebih dahulu lahir telah mempunyai tenaga dosen yang variatif dan spesifik, serta telah memiliki guru besar.2. Pesatnya pertumbuhan perguruan tinggi ekonomi dan lembaga pelatihan bisnis baik yang negeri maupun swasta mendorong ketatnya persaingan
Demikianlah tugas Essay ini saya susun dalam rangka pemilihan umum raya (Pemira) ketua HMJ Akuntansi FE UNJ. Harapan saya ke depan adalah semoga Jurusan Akuntansi FE UNJ semakin berkembang dan maju kearah yang lebih baik sesuai dengan visi misi dan renstra yang telah ditetapkan sebelumnya.
Top Related