ANALISIS STRUKTUR PONDASI
KONSTRUKSI SARANG LABA-LABA (KSLL)
PADA GUDANG PABRIK NKI BANDUNG
SITI HAFFITA FIKRIANE
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Struktur
Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) Pada Gudang Pabrik NKI
Bandung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 26 Februari 2014
Siti Haffita Fikriane
NIM F44090061
ABSTRAK
SITI HAFFITA FIKRIANE. Analisis Struktur Pondasi Konstruksi Sarang Laba-
Laba (KSLL) Pada Gudang Pabrik NKI Bandung. Dibimbing oleh MEISKE
WIDYARTI dan MUHAMMAD FAUZAN.
Pondasi merupakan salah satu bagian dari struktur bangunan yang sangat
berperan dalam mempertahankan kekokohan suatu bangunan. Kekokohan pondasi
sangat bergantung pada dukungan tanah dasarnya. Oleh sebab itu dalam
perancangan bangunan sangat penting untuk menganalisis struktur pondasi
termasuk tegangan tanah pendukungnya untuk memastikan bahwa kegagalan
bangunan tidak akan terjadi. Penelitian ini dibuat untuk menganalisis struktur
pondasi KSLL. Untuk pemodelan struktur digunakan SAP2000 dan untuk analisis
struktur pondasi dilakukan dengan perhitungan manual. Berdasarkan analisis yang
dilakukan, daya dukung pondasi KSLL (qa) sebesar 110.925 t/m2, tegangan tanah
maksimum (qmax) sebesar 15.440 t/m2, tegangan tanah yang diakibatkan oleh
beban bangunan (∆P) sebesar 10.985 t/m2, tegangan tanah efektif (Po) sebesar
15.821 t/m2 dan penurunan total yang terjadi (St) sebesar 1.820 m.
Kata kunci: daya dukung pondasi, tegangan tanah, penurunan pondasi, sistem
pondasi sarang laba-laba
ABSTRACT
SITI HAFFITA FIKRIANE. Structure Analysis of Cobwebs Foundation
Construction of Warehouse NKI Bandung. Advised by MEISKE WIDYARTI and
MUHAMMAD FAUZAN.
Foundation is part of a building which has a big role in maintaining the
building rigidity. Rigidity of foundation depend on soil bearing capacity.
Therefore analysis of structure foundation is so important in building design,
including the bearing soil pressure to convince there is no failure in building.
Purposed of this research is to analyze the structure of cobwebs foundation.
SAP2000 is used for modeling structure which analysis of structure foundation by
manual calculation. Based on calculation has been conducted, bearing capacity of
foundation KSLL (qa) is 110.925 t/m2, soil pressure maximum (qmax) is 15.440
t/m2, soil pressure caused by building loads (∆P) is 10.985 t/m
2, soil pressure
effective is 15.821 t/m2 and total settlement (St) is 1.820 m.
Keywords: cobwebs foundation system, foundation settlement, soil bearing
capacity, soil pressure
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
ANALISIS STRUKTUR PONDASI
KONSTRUKSI SARANG LABA-LABA (KSLL)
PADA GUDANG PABRIK NKI BANDUNG
SITI HAFFITA FIKRIANE
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Struktur Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL)
Pada Gudang Pabrik NKI Bandung
Nama : Siti Haffita Fikriane
NIM : F44090061
Disetujui oleh
Dr Ir Meiske Widyarti, M Eng
Pembimbing I
Muhammad Fauzan, ST MT
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Yudi Chadirin, S TP M Agr
Plh. Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
ini ialah struktur pondasi, dengan judul Analisis Struktur Pondasi Konstruksi
Sarang Laba-Laba (KSLL) Pada Gudang Pabrik NKI Bandung.
Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Meiske Widyarti, M.Eng dan Muhammad Fauzan, ST MT selaku
dosen pembimbing, serta Prof. Dr. Ir. Asep Sapei MS selaku dosen penguji,
atas segala bimbingan, arahan dan masukan yang diberikan kepada penulis.
2. Ayahanda Taufik Makbullah SE, Ibunda Ukom Komariah SE, Adik
Muhammad Rezza Aliefta Fikri, Adik Siti Atikah Deliatama Fikri dan Adik
Abdullah Mubarak Diezsas Fikri atas cinta, kasih sayang, dan dukungan
yang tak pernah letih diberikan kepada penulis.
3. Teguh Juansyah Gumilang S.TP, atas motivasi serta dukungan yang
diberikan kepada penulis.
4. Sahabat yang diberkahi Allah SWT, Ajeng Intan Purnamasari dan Riad
Cempakasari.
5. Kawan-kawan SIL yang telah memberi warna baru dalam perjalanan
kehidupan di kampus.
6. Sahabat seperjuangan Acceleration Class Angkatan 6 yang telah mewarnai
hari-hari dengan penuh rasa persahabatan, kekeluargaan, serta mengajarkan
arti kebersamaan.
7. Seluruh staff PT. Katama Suryabumi atas kesediaannya dalam memberikan
bantuan kepada penulis selama penelitian, dan semua pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu selanjutnya
terutama di bidang teknik sipil.
Bogor, 26 Februari 2014
Siti Haffita Fikriane
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR NOTASI ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Uraian Umum 2
Pembebanan Pada Struktur Atas 3
A. Beban Statis 3
B. Beban Dinamis 4
C. Kombinasi Pembebanan 5
Klasifikasi Tanah 6
A. Klasifikasi Tanah Berdasarkan UNIFIED 6
B. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO 7
Klasifikasi Pondasi 7
A. Pondasi Dangkal 7
B. Pondasi Dalam 8
Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) 8
Analisis Pada Struktur Bawah 10
A. Daya Dukung Tanah 10
B. Daya Dukung Ijin 11
C. Pengaruh Permukaan Air Tanah 12
D. Tegangan Tanah 12
E. Penurunan (Settlement) 13
METODE 13
Waktu dan Tempat Penelitian 13
Bahan 14
Alat 14
Prosedur Analisis Data 14
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Pemodelan Struktur 15
Analisis Pembebanan 19
Analisis Struktur 22
Analisis Pondasi KSLL 23
A. Karakteristik Tanah 23
B. Analisis Daya Dukung Pondasi 24
C. Analisis Penurunan (Settlement) 29
SIMPULAN DAN SARAN 33
Simpulan 33
Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 35
RIWAYAT HIDUP 45
DAFTAR TABEL
1 Beban Mati Pada Struktur 3
2 Beban Hidup Bangunan 4
3 Koefisien Daya Dukung Dari Terzaghi 11
4 Persamaan Daya Dukung Meyerhof 11
5 Percepatan Puncak Muka Tanah Wilayah Gempa (SNI-03-1726-2003) 21
6 Hasil Analisis Tegangan Tanah Maksimum 28
7 Hasil Analisis Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan 30
8 Hasil Penyelidikan Tanah Pada Profil Tanah 30
9 Hasil Analisis Tegangan Tanah Efektif 31
10 Hasil Perhitungan Penurunan Konsolidasi 32
DAFTAR GAMBAR
1 Sketsa KSLL Tampak Samping 9
2 Sketsa KSLL Tampak Atas 9
3 Garis Keruntuhan Pondasi Panjang Tak Hingga 10
4 Pengaruh Lokasi Permukaan Air Tanah Terhadap Daya Dukung Pondasi
Dangkal 12
5 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian 14
6 Denah Gudang Pabrik NKI Bandung Tampak Atas Pada Elevasi 0 meter 16
7 Denah Gudang Pabrik NKI Bandung Tampak Atas Pada Elevasi 4 meter 16
8 Denah Gudang Pabrik NKI Bandung Tampak Atas Pada Elevasi 8 meter 17
9 Denah Gudang Pabrik NKI Bandung Tampak Samping Pada Bagian Luar 17
10 Denah Gudang Pabrik NKI Bandung Tampak Samping 18
11 Model Gudang Pabrik NKI Bandung Secara Keseluruhan (3D View) 18
12 Definisi Tipe Dimensi Balok Pada Elevasi 4 meter 19
13 Definisi Tipe Dimensi Balok Pada Elevasi 8 meter 19
14 Definisi Tipe Dimensi Kolom Pada Bagian Luar 20
15 Definisi Tipe Dimensi Kolom Pada Bagian Dalam 20
16 Peta Gempa Indonesia Untuk Wilayah Bandung dan Sekitarnya 20
17 Respon Spektrum Gempa Rencana Wilayah Gempa 4 21
18 Kurva Respon Spektrum Gempa (Based On Asce 2010) 21
19 Lokasi Kolom Yang Ditinjau 22
20 Pondasi Rakit 24
21 Denah Kolom Yang Dianalisis 25
DAFTAR LAMPIRAN
1 Isometrik Pondasi KSLL 35
2 Hasil Penyelidikan Pemboran 36
3 Hasil Pengamatan Muka Air 37
4 Hasil Pengujian SPT 38
5 Data Ringkasan Hasil Pengujian Laboratorium (BH1) 39
6 Data Ringkasan Hasil Pengujian Laboratorium (BH2) 40
7 Data Ringkasan Hasil Pengujian Laboratorium (BH3) 41
8 Data Ringkasan Hasil Pengujian Laboratorium (BH4) 42
9 Faktor Pengaruh Yang Tergantung Dari Bentuk dan Kekakuan Pondasi 43
10 Angka Poisson Ratio Menurut Jenis Tanah 43
11 Nilai Sifat Elastisitas Tanah Menurut Jenis Tanah 44
DAFTAR NOTASI
m = massa bangunan
a = percepatan pergerakan permukaan tanah akibat getaran gempa
W = berat bangunan
g = percepatan gravitasi
C = koefisien gempa
I = faktor keutamaan struktur
R = faktor reduksi gempa
Wt = kombinasi dari beban mati dan beban hidup yang direduksi
p = tekanan tiup angin
V = kecepatan angin
U = kombinasi pembebanan
D = beban mati
L = beban hidup
H = beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air
La = beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan
benda bergerak
W = beban angin
E = beban gempa
γL = faktor beban
qu, qa = daya dukung tanah
qult = daya dukung batas (Ultimite)
FK = angka keamanan, berkisar antara 1.5 – 3.0
D = kedalaman penanaman pondasi
B = lebar pondasi
c = kohesi tanah
q = beban tambahan (Surcharge Load)
γ, γb = besar volume tanah
Nc,Nq,Nγ = faktor daya dukung tanah (Bearing Capacity Factors)
Φ = sudut geser tanah
Kp = koefisien tekanan tanah
qijin = daya dukung yang diijinkan
FS = angka keamanan, umumnya bernilai 3.0
Si = penurunan seketika
q = besarnya tegangan kontak
μ = angka poisson ratio
Es = sifat elastisitas tanah
Iw = faktor pengaruh (tergantung dari bentuk dan kekakuan pondasi)
Scp = penurunan konsolidasi primer
Cc = indeks kompresi tanah
eo = angka pori tanah
H = tebal lapisan tanah
ΔP = tambahan tegangan
Po = effective overburden layer
Scs = penurunan konsolidasi sekunder
ttotal = waktu perencanaan
tprimer = waktu terjadinya penurunan konsolidasi
Cα = koefisien konsolidasi
St = penurunan total
Gs = spesific gravity
R = Σ P = resultan dari gaya vertikal dari beban kolom dinding diatas KSLL
A = luasan KSLL
Ix, Iy = momen inersia dari luasan KSLL terhadap sumbu x dan y
Mx, My = momen total sejajar respektif terhadap sumbu x dan y
ex, ey = eksentrisitas dari gaya vertikal terhadap titik pusat luasan pondasi
x, y = koordinat dari titik, dimana tegangan tanah ditinjau
h = tebal lapisan tanah
qo = tegangan tanah maksimum
U = derajat konsolidasi
Tv = waktu perencanaan
Cv = koefisien konsolidasi
t = waktu penurunan yang terjadi
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Struktur bangunan akan didukung oleh sistem pondasi yang meneruskan
beban yang ditopang dan beratnya sendiri kedalam tanah dan batuan yang terletak
dibawahnya. Suatu sistem pondasi harus mampu mendukung beban bangunan di
atasnya, termasuk gaya-gaya luar seperti gempa dan lain-lain. Sehingga,
konstruksi pondasi harus kuat, stabil dan aman agar tidak mengalami kegagalan
konstruksi, misalnya retak atau patah, karena akan terjadi hal-hal seperti
kerusakan pada dinding (retak dan miring), kerusakan pada lantai (pecah, retak
dan bergelombang) serta penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain. Jika
terjadi kegagalan konstruksi pondasi maka akan sulit untuk memperbaikinya.
Pemilihan jenis pondasi merupakan salah satu tahap penting dalam perencanaan
sebuah bangunan. Kondisi tanah yang memiliki daya dukung rendah atau kurang
baik memerlukan perhatian lebih dalam konstruksi pondasinya. Pemilihan jenis
pondasi secara garis besar ditentukan berdasarkan faktor teknis, ekonomis dan
lingkungan.
Pada tahun 1976, ditemukan konstruksi yang masuk dalam kategori pondasi
dangkal. Konstruksi yang diberi nama Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) ini
ditemukan oleh Ir. Ryantori dan Ir. Sutjipto. Didalam pengembangan, pemasaran
dan pelaksanaannya dipegang oleh PT. Katama Suryabumi yang telah
mematenkannya pada Departemen Hukum dan Ham RI/HAKI dengan sertifikat
paten No. ID. 0018808. Pondasi sistem KSLL ini adalah kombinasi antara sistem
pondasi plat beton pipih menerus dengan sistem perbaikan tanah yang bawahnya
diperkaku dengan rib-rib tegak yang pipih dan tinggi. Sistem pondasi ini memiliki
kekakuan jauh lebih tinggi dan bersifat monolit bila dibandingkan dengan sistem
pondasi dangkal lainnya. Pondasi KSLL ini juga mampu bersaing dengan pondasi
dalam seperti tiang pancang, serta memiliki kelebihan diantaranya yaitu efisiensi
jangka waktu yang dihabiskan menjadi 80% lebih cepat karena tidak
membutuhkan masa idle yaitu masa untuk menunggu kerasnya beton, lebih hemat
dalam harga karena KSLL terdiri dari 85% tanah dan 15% pembesian plat beton,
lebih ramah lingkungan karena tidak menimbulkan getaran dan kebisingan sebab
dalam pembuatan KSLL tidak memerlukan banyak alat berat.
Pondasi KSLL ini dipergunakan pada bangunan Gudang Pabrik NKI
Bandung. Gudang pada dasarnya merupakan bangunan yang secara fisik
mempunyai kriteria tertentu sebagai tempat penyimpanan barang.
Perumusan Masalah
Pada penelitian ini terdapat beberapa rumusan masalah, diantaranya yaitu :
1. Berapakah besarnya kemampuan pondasi untuk mendukung beban?
2. Berapakah besarnya nilai tegangan tanah maksimum?
3. Berapakah besarnya nilai tegangan tanah akibat beban bangunan?
2
4. Berapakah besarnya nilai tegangan tanah efektif?
5. Berapakah besarnya nilai penurunan yang terjadi?
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melakukan perhitungan
dan menganalisis kekuatan struktur pondasi KSLL, yaitu :
1. Mengetahui besar kemampuan pondasi untuk mendukung beban
2. Mengetahui besar tegangan tanah maksimum, tegangan tanah yang
ditimbulkan akibat pembebanan bangunan struktur atas dan tegangan tanah
efektif yang ditimbulkan pada jenis tanah di lokasi Gudang Pabrik NKI Bandung
3. Mengetahui besar penurunan yang terjadi apabila menggunakan pondasi
KSLL
Manfaat Penelitian
Penelitian ini ditujukan agar mendapatkan manfaat berupa pengetahuan
mengenai kekuatan pondasi KSLL dengan mempertimbangkan aspek dari segi
daya dukung pondasi, tegangan tanah maksimum, tegangan tanah yang
diakibatkan oleh beban bangunan, tegangan tanah efektif dan penurunan yang
terjadi.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Struktur gedung yang terbagi atas dua bagian, yaitu struktur atas berupa
bangunan utama dan struktur bawah berupa pondasi KSLL.
2. Struktur gedung yang dianalisis hanya pondasi KSLL yang meliputi daya
dukung tanah, tegangan tanah, dan penurunan (Settlement).
TINJAUAN PUSTAKA
Uraian Umum
Pondasi bangunan adalah konstruksi yang paling terpenting pada suatu
bangunan, karena pondasi berfungsi sebagai penahan seluruh beban (hidup dan
mati) yang berada di atasnya dan gaya-gaya dari luar. Pada pondasi tidak boleh
terjadi penurunan pondasi setempat ataupun penurunan pondasi merata melebihi
3
dari batas-batas tertentu. Kegagalan fungsi pondasi dapat disebabkan karena
penurunan yang berlebihan, dan sebagai akibatnya dapat timbul kerusakan
struktural pada kerangka bangunan atau kerusakan lain seperti tembok retak,
lantai ubin pecah dan pintu jendela yang sukar dibuka. Agar dapat dihindari
kegagalan fungsi pondasi, maka pondasi bangunan harus diletakkan pada lapisan
tanah yang cukup keras/padat serta kuat mendukung beban bangunan tanpa timbul
penurunan yang berlebihan, dan untuk mengetahui letak/kedalaman lapisan tanah
padat dengan daya dukung yang cukup besar, maka diperlukan penyelidikan tanah.
Suatu bangunan berdiri tetap tegak apabila tanah dasar di bawahnya cukup
kuat untuk mendukungnya. Beban bangunan dilimpahkan kepada tanah dasar
melalui pondasi bangunannya. Karena itu, letak pondasi bangunan harus cukup
kokoh di dalam tanah dasar. Untuk ini, sistem pondasinya harus dipilih yang
sesuai dengan kondisi tanahnya, sedang konstruksi pondasi itu sendiri harus
cukup kokoh untuk menerima beban-beban dan melimpahkannya kepada tanah
dasar. Selain ditentukan oleh faktor-faktor teknis, sistem dan konstruksi pondasi
juga dipilih yang ekonomis, yaitu yang biaya pembangunan dan pemeliharaannya
serendah-rendahnya tanpa mengurangi kokoh konstruksi keseluruhannya.
Pembebanan Pada Struktur Atas
Pondasi-pondasi sering harus menahan momen dari suatu kolom atau
dinding. Dalam melakukan analisis desain suatu struktur bangunan, perlu adanya
gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada
struktur. Hal penting yang mendasar adalah pemisahan antara beban-beban yang
bersifat statis dan dinamis.
A. Beban Statis
Beban statis adalah beban yang memiliki perubahan intensitas beban
terhadap waktu berjalan lambat atau konstan.
1. Beban mati (Dead Load/DL)
Beban mati merupakan beban yang intensitasnya tetap dan posisinya tidak
berubah selama usia penggunaan bangunan. Biasanya beban mati
merupakan berat sendiri dari suatu bangunan, sehingga besarnya dapat
dihitung secara akurat berdasarkan ukuran, bentuk dan berat jenis
materialnya. Jadi, berat dinding, lantai, balok-balok, langit-langit, dan
sebagainya dianggap sebagai beban mati bangunan. Berdasarkan Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983, nilai-nilai berat satuan atau
berat sendiri mati untuk gedung adalah :
Tabel 1 Beban Mati Pada Struktur Bahan/Komponen Gedung Besar Beban Baja 7850 kg/m3
Batu Belah 1500 kg/m3
Beton 2200 kg/m3
Beton Bertulang 2400 kg/m3
Kayu 1000 kg/m3
Pasir (kering udara) 1600 kg/m3
4
2. Beban hidup (Live Load/LL)
Beban hidup adalah semua beban tidak tetap, kecuali beban angin, beban
gempa dan pengaruh-pengaruh khusus yang diakibatkan oleh selisih suhu,
pemasangan (Erection), penurunan pondasi, susut, dan pengaruh-pengaruh
khusus lainnya. Beban hidup merupakan beban yang dapat berpindah
tempat, dapat bekerja penuh atau tidak ada sama sekali. Meskipun dapat
berpindah-pindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja perlahan-
lahan pada struktur. Beban hidup diperhitungkan berdasarkan perhitungan
matematis dan menurut kebiasaan yang berlaku pada pelaksanaan konstruksi
di Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Pembebanan Gedung 1983, beban
hidup bangunan adalah :
B. Beban Dinamis
Beban dinamis adalah beban dengan variasi perubahan intensitas beban
terhadap waktu yang cepat. Beban dinamis ini terdiri dari beban gempa dan beban
angin.
1. Beban Gempa
Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan kejutan pada
kerak bumi. Beban kejut ini dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi salah
satu faktor utamanya adalah benturan/pergesekan kerak bumi yang
mempengaruhi permukaan bumi. Lokasi gesekan ini disebut Fault Zone.
Kejutan tersebut akan menjalar dalam bentuk gelombang. Gelombang ini
menyebabkan permukaan bumi dan bangunan di atasnya bergetar. Pada saat
bangunan bergetar timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena adanya
kecenderungan dari massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dari
Tabel 2 Beban Hidup Bangunan Bahan/Komponen Gedung Besar Beban Beban hidup pada atap 100 kg/m2
Lantai dan Tangga untuk Rumah Tinggal 200 kg/m2
Lantai dan Tangga untuk Rumah Tinggal sederhana dan Gudang-
gudang tidak penting yang bukan untuk Toko, Pabrik atau Bengkel
125 kg/m2
Lantai Sekolah, Ruang kuliah, Kantor, Toko, Toserba, Restoran,
Hotel, Asrama dan Rumah Sakit
250 kg/m2
Lantai Ruang Olahraga, Masjid, Gereja, Ruang Pagelaran, Ruang
Rapat, Bioskop dan Panggung penonton dengan tempat duduk tetap
400 kg/m2
Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk
penonton yang berdiri
500 kg/m2
Lantai Pabrik, Bengkel, Gudang, Perpustakaan, Ruang Arsip, Toko
Buku, Toko Besi, Ruang Alat, Ruang Mesin
400 kg/m2
Lantai Atas Gedung Parkir 400 kg/m2
Lantai Bawah Gedung Parkir 800 kg/m2
Pasir Basah 1800 kg/m3
Pasir Kerikil 1850 kg/m3
Tanah 1700 – 2000 kg/m3
Spesi dari semen per cm tebal 21 kg/m2
Dinding Bata ½ Batu 250 kg/m2
Dinding Bata 1 Batu 450 kg/m2
Penutup Atap Genting 50 kg/m2
Penutup Lantai Ubin semen per cm tebal 24 kg/m2
5
gerakan. Gaya yang timbul disebut gaya inersia, besar gaya tersebut
bergantung pada banyak faktor yaitu massa bangunan, pendistribusian
massa bangunan, kekakuan struktur, jenis tanah, mekanisme redaman dari
struktur, perilaku dan besar alami getaran itu sendiri, wilayah kegempaan
dan periode getar alami. Efek gempa berasal dari gaya inersia internal yang
arahnya horizontal dan disebabkan oleh adanya percepatan tanah (Ground
Acceleration). Besar gaya inersia horizontal ini terutama tergantung pada
massa bangunan, intensitas pergerakan tanah, interaksi struktur terhadap
tanah, dan sifat dinamis bangunan seperti misalnya periode vibrasi dan nilai
redaman. Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat
penting, karena beban gempa merupakan gaya inersia yang bekerja pada
pusat massa, yang menurut hukum gerak dari Newton besarnya adalah :
V = m × a = (W/g) × a .............................................................................. (1)
Gaya gempa horisontal :
V = W × C = W × (a/g) ............................................................................ (2)
Berdasarkan pedoman yang berlaku di Indonesia yaitu Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-1726-2003),
besarnya beban gempa horisontal V yang bekerja pada struktur bangunan,
dinyatakan sebagai berikut :
V = [ ( C × I ) / R ] × Wt .......................................................................... (3)
2. Beban Angin
Pada dasarnya, angin disebabkan karena perbedaan tekanan udara yang
ditimbulkan oleh perbedaan suhu. Pergerakan udara ada dua macam, yaitu
pergerakan vertikal ke atas dan pergerakan horizontal. Tekanan tiup angin
dapat ditentukan berdasarkan rumus empris :
p = V2/16 .................................................................................................... (4)
Pada bangunan gedung yang tertutup dan rumah tinggal dengan tinggi tidak
lebih dari 16 meter, dengan lantai dan dinding yang memberikan kekakuan
yang cukup, struktur utamanya (portal) tidak perlu diperhitungkan terhadap
angin.
C. Kombinasi Pembebanan
Untuk kombinasi pembebanan tertentu sering kali diizinkan untuk
mereduksi gaya desain total dengan faktor tertentu. Untuk keperluan desain,
analisis dari sistem struktur perlu diperhitungkan terhadap adanya kombinasi
pembebanan (Load Combinatian) dari beberapa kasus beban yang dapat bekerja
secara bersamaan selama umur rencana.
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung 1983,
ada dua kombinasi pembebanan yang perlu ditinjau pada struktur yaitu:
Kombinasi pembebanan tetap dan kombinasi pembebanan sementara. Kombinasi
pembebanan tetap dianggap beban bekerja secara terus-menerus pada struktur
selama umur rencana. Kombinasi pembebanan tetap disebabkan oleh bekerjanya
beban mati dan beban hidup. Kombinasi pembebanan sementara tidak bekerja
secara terus-menerus pada stuktur, tetapi pengaruhnya tetap diperhitungkan dalam
analisa struktur. Kombinasi pembebanan ini disebabkan oleh bekerjanya beban
mati, beban hidup, dan beban gempa. Nilai-nilai tersebut dikalikan dengan suatu
6
faktor magnifikasi yang disebut faktor beban, tujuannya agar struktur dan
komponennya memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai terhadap berbagai
kombinasi beban. Kombinasi pembebanan untuk perencanaan struktur bangunan
gedung yang sering digunakan di Indonesia adalah :
U = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (La atau H) .................................................................. (5)
U = 1.2 D + 1.0 L ................................................................................................ (6)
Koefisien 1.0, 1.2, 1.3, 1.4, 1.6, merupakan faktor pengali dari beban-beban
tersebut, yang disebut faktor beban (Load Factor). Sedangkan faktor 0.5, 0.9,
adalah faktor reduksi.
Menurut SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung, Kombinasi pembebanan pada struktur baja harus
mampu memikul semua kombinasi pembebanan di bawah ini:
U = 1.4 D ............................................................................................................. (7)
U = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (La atau H) .................................................................. (8)
U = 1.2 D + 1.6 (La atau H) + (γ L L atau 0.8 W) ........................................... (9)
U = 1.2 D + 1.3 W + γ L L + 0.5 (La atau H) ................................................. (10)
U = 1.2 D ± 1.0 E + γ L L ................................................................................. (11)
U = 0.9 D ± (1.3 W atau 1.0 E) ........................................................................ (12)
Faktor beban γ L = 0.5 apabila L < 5 kPa, dan γ L = 1 apabila L ≥ 5 kPa.
Klasifikasi Tanah
Di bidang teknik sipil, tanah dapat dianggap meliputi semua deposit
sedimenter seperti lempung, pasir, silta, mergel, kerikil dan sebagainya, atau
campuran dari jenis-jenis material itu. Untuk menguraikan sifat-sifat berbagai
macam tanah, perlu diadakan klasifikasi tanah. Sistem klasifikasi tanah adalah
suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai
sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan sub kelompok-sub kelompok
berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan bahasa yang mudah
untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat tanah yang bervariasi tanpa
penjelasan yang terinci. Dalam perancangan pondasi, klasifikasi tanah berguna
sebagai petunjuk awal dalam memprediksi kelakuan tanah.
A. Klasifikasi Tanah Berdasarkan UNIFIED
Sistem klasifikasi tanah berdasarkan sistem Unified ini yang paling banyak
dipakai untuk pekerjaan teknik pondasi seperti untuk bendungan, bangunan dan
konstruksi yang sejenis. Klasifikasi berdasarkan sistem Unified, tanah
dikelompokkan menjadi :
1. Tanah butir kasar (Coarse-Grained-Soil) yaitu tanah kerikil dan pasir
dimana kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan nomor 200.
Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G atau S. G adalah
untuk kerikil (Gravel) atau tanah berkerikil, dan S adalah untuk pasir (Sand)
atau tanah berpasir.
2. Tanah berbutir halus (Fine-Grained-Soil) yaitu tanah dimana lebih dari 50%
berat total contoh tanah lolos ayakan nomor 200. Simbol dari kelompok ini
7
dimulai dengan huruf awal M untuk lanau (Silt) anorganik, C untuk
lempung (Clay) anorganik, dan O untuk lanau organik dan lempung organik.
Simbol PT digunakan untuk tanah gambut (Peat), rabut basah (Muck), dan
tanah-tanah lain dengan kadar organik yang tinggi.
Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti : GW, GP,
GM, GC, SW, SP, SM dan SC. Untuk klasifikasi yang benar, perlu
memperhatikan faktor-faktor berikut ini :
1. Prosentase butiran yang lolos ayakan nomor 200 (fraksi halus).
2. Prosentase fraksi kasar yang lolos ayakan nomor 40.
3. Koefisien keseragaman (Uniformity Coefficient, Cu) dan koefisien gradasi
(Gradation Coefficient, Cc) untuk tanah dimana 0-12% lolos ayakan nomor
200.
4. Batas cair (LL) dan Indeks Plastisitas (IP) bagian tanah yang lolos ayakan
nomor 40 (untuk tanah dimana 5% atau lebih lolos ayakan nomor 200).
B. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO
Sistem ini mengklasifikasikan tanah kedalam delapan kelompok, A-1
sampai A-8, namun kelompok tanah A-8 tidak diperlihatkan tetapi merupakan
gambut atau rawa yang ditentukan berdasarkan klasifikasi visual, dan pada
awalnya membutuhkan data-data sebagai berikut :
1. Analisis ukuran butiran.
2. Batas cair dan batas plastis dan IP yang dihitung.
3. Batas susut.
4. Ekivalen kelembaban lapangan, kadar lembab maksimum dimana satu tetes
air yang dijatuhkan pada suatu permukaan yang kecil tidak segera diserap
oleh permukaan tanah itu.
5. Ekivalen kelembaban sentrifugal, sebuah percobaan untuk mengukur
kapasitas tanah dalam menahan air.
Klasifikasi Pondasi
A. Pondasi Dangkal
Pondasi Dangkal adalah pondasi yang digunakan pada kedalaman 0.8 – 1
meter, karena daya dukung tanah telah mencukupi. Pondasi Dangkal menyalurkan
beban-beban struktur ke bagian lapisan permukaan tanah. Pondasi Dangkal
didefinisikan sebagai pondasi yang mendukung bebannya secara langsung, seperti
Pondasi Telapak, Pondasi Memanjang, dan Pondasi Rakit. Pondasi Telapak
(Footing), adalah pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom. Pondasi
Memanjang (Continuous Footing), adalah pondasi yang digunakan untuk
mendukung dinding memanjang, atau digunakan untuk mendukung sederetan
kolom yang berdekatan, yang jika dipakai pondasi telapak, sisi-sisinya akan
berimpit satu sama lain. Pondasi Rakit (Raft Foundation atau Mat Foundation),
adalah pondasi yang digunakan untuk mendukung bangunan yang terletak pada
tanah lunak, atau digunakan bila susunan kolom-kolom bangunan berjarak
sedemikian dekat di semua arah.
8
B. Pondasi Dalam
Pondasi Dalam adalah jenis pondasi yang dibedakan dengan Pondasi
Dangkal dari segi kedalaman masuknya ke dalam lapisan tanah. Pondasi Dalam
menyalurkan beban-beban struktur bagian lapisan-lapisan tanah yang lebih dalam
dibandingkan lapisan tanah pondasi dangkal Pondasi Dalam didefinisikan sebagai
pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras yang terletak relatif
jauh dari permukaan, seperti Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang. Pondasi
Sumuran (Pier Foundation), merupakan bentuk peralihan antara Pondasi Dangkal
dan Pondasi Dalam. Pondasi Sumuran digunakan bila tanah dasar yang kuat
terletak pada kedalaman yang relatif dalam. Pondasi Tiang (Pile Foundation),
digunakan bila tanah dasar yang terletak pada kedalaman yang sangat dalam, atau
bila pondasi bangunan terletak pada tanah timbunan yang cukup tinggi, agar
bangunan tidak dipengaruhi oleh penurunan yang besar.
Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL)
Pondasi sistem KSLL merupakan pondasi bawah konvensional yang kokoh
dan ekonomis, dimana sistem pondasi KSLL merupakan kombinasi konstruksi
bangunan bawah konvensional yang merupakan perpaduan pondasi plat beton
pipih menerus yang di bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tinggi
dan sistem perbaikan tanah di antara rib-rib. Kombinasi ini menghasilkan kerja
sama timbal balik yang saling menguntungkan sehingga membentuk sebuah
pondasi yang memiliki kekakuan (Rigidity) jauh lebih tinggi dibandingkan sistem
pondasi konvensional lainnya. Plat konstruksi pada KSLL dapat bekerja dengan
baik terhadap beban-beban vertikal kolom, bila ditinjau dari perbandingan
penurunan dan pola keruntuhan.
Dinamakan sarang laba-laba karena pembesian plat pondasi di daerah kolom
selalu berbentuk sarang laba-laba dan bentuk jaringannya yang tarik-menarik
bersifat monolit yaitu berada dalam satu kesatuan. Plat KSLL didesain multi
fungsi, untuk septic tank, bak reservoir, lantai, pondasi tangga, kolom praktis dan
dinding. Rib KSLL berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya-gaya yang
bekerja pada kolom. Pasir pengisi dan tanah dipadatkan berfungsi untuk menjepit
rib-rib konstruksi terhadap lipatan puntir.
Pondasi KSLL memiliki kemampuan memperkecil resiko terjadinya
irregular differential settlement dan mampu membuat tanah menjadi bagian
struktur pondasi yang karena proses pemadatan tanah didalam pondasi akan
mampu meniadakan pengaruh lipatan (Lateral Buckling) pada rib sehingga KSLL
mampu mengikuti gerakan gempa baik dalam arah horizontal maupun vertikal.
Pondasi sistem KSLL akan menjadi suatu sistem struktur bawah yang sangat kaku
dan kokoh serta aman terhadap penurunan dan gempa, karena dapat
memanfaatkan tanah hingga mampu berfungsi sebagai struktur dengan komposisi
sekitar 85% tanah dan 15 % beton.
Pada dasarnya pondasi KSLL bertujuan untuk memperkaku sistem pondasi
itu sendiri dengan cara berinteraksi dengan tanah pendukungnya. Pondasi yang
fleksibel, akan menyebabkan distribusi tegangan tanah yang timbul akan semakin
tidak merata, terjadi konsentrasi tegangan pada daerah beban terpusat. Sebaliknya,
jika pondasi semakin kaku, maka distribusi tegangan tanah akan semakin merata.
9
Hal ini mempengaruhi kekuatan pondasi dalam hal penurunan yang dialami
pondasi. Pondasi KSLL mempunyai tingkat kekakuan yang tinggi, maka
penurunan yang terjadi akan merata karena masing-masing kolom dijepit dengan
rib-rib beton yang saling mengunci.
KSLL terdiri dari 2 (dua) bagian konstruksi, yaitu :
1. Konstruksi beton
Konstruksi beton pondasi KSLL berupa pelat pipih menerus yang
dibawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tetapi tinggi. Apabila
ditinjau dari segi fungsinya, rib-rib tersebut ada 3 (tiga) macam yaitu rib
konstruksi, rib settlement dan rib pengaku. Penempatan/susunan rib-rib
tersebut sedemikian rupa, sehingga denah atas membentuk petak-petak
segitiga dengan hubungan yang kaku (Rigid).
Keterangan :
1a = pelat beton pipih menerus
1b = rib konstruksi
1c = rib settlement
1d = rib pembagi
2a = urugan pasir dipadatkan
2b = urugan tanah dipadatkan 2c = lapisan tanah asli yang ikut terpadatkan
Gambar 2 Sketsa KSLL Tampak Atas
Gambar 1 Sketsa KSLL Tampak Samping
10
2. Perbaikan tanah/pasir
Rongga yang ada diantara rib-rib/di bawah pelat diisi dengan lapisan
tanah/pasir yang memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna. Untuk
memperoleh hasil yang optimal, maka pemadatan dilaksanakan lapis demi
lapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih dari 20 cm, sedangkan pada
umumnya 2 atau 3 lapis teratas harus melampaui batas 90% atau 95%
kepadatan maksimum (Standart Proctor). Adanya perbaikan tanah yang
dipadatkan dengan baik tersebut dapat membentuk lapisan tanah seperti
lapisan batu karang sehingga bisa memperkecil dimensi pelat serta rib-
ribnya. Sedangkan rib-rib serta pelat KSLL merupakan pelindung bagi
perbaikan tanah yang sudah dipadatkan dengan baik.
Analisis Pada Struktur Bawah
A. Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah (Bearing Capacity) adalah kemampuan tanah untuk
mendukung beban baik dari segi struktur pondasi maupun bangunan di atasnya
tanpa terjadi keruntuhan geser. Daya dukung batas (Ultimate Bearing Capacity)
adalah daya dukung terbesar dari tanah. Daya dukung ini merupakan kemampuan
tanah untuk mendukung beban dengan asumsi tanah mulai mengalami keruntuhan.
Besar daya dukung yang diijinkan sama dengan daya dukung batas dibagi angka
keamanan :
qu = qult / FK ..................................................................................................... (13)
Ada beberapa teori untuk menghitung daya dukung tanah, teori yang paling
sering digunakan adalah teori Terzaghi. Teori Terzaghi berlaku untuk pondasi
dangkal (D ≤ B). Bila dianggap pondasi panjang tak terhingga, maka garis
keruntuhan (Failure – Plane) dapat digambarkan :
Dari penjabaran keseimbangan statika, Terzaghi mengemukakan rumus
praktis untuk menghitung daya dukung tanah sebagai berikut :
1. Untuk pondasi menerus
qu = c Nc + q Nq + 0.5 γ B Nγ .................................................................. (14)
2. Untuk pondasi persegi
qu = 1.3 c Nc + q Nq + 0.4 γ B Nγ ............................................................ (15)
3. Untuk pondasi lingkaran
qu = 1.3 c Nc + q Nq + 0.3 γ B Nγ ............................................................ (16)
Gambar 3 Garis Keruntuhan Pondasi Panjang Tak Hingga
11
Besarnya Nc, Nq dan Nγ tergantung dari sudut geser tanah. Jadi untuk
menghitung daya dukung tanah, perlu diketahui berat volume tanah, kohesi tanah
dan sudut geser tanah. Faktor koefisien daya dukung pondasi menurut Terzaghi
adalah :
Berdasarkan Meyerhof, faktor-faktor bentuk, kedalaman dan kemiringan,
persamaannya adalah :
B. Daya Dukung Ijin
Pada umumnya, suatu angka keamanan FS yang besarnya sekitar tiga,
digunakan untuk menghitung daya dukung yang diijinkan untuk tanah di bawah
pondasi. Hal ini dilakukan mengingat bahwa dalam keadaaan yang sesungguhnya,
tanah tidak homogen dan tidak isotropis sehingga pada saat mengevaluasi
parameter-parameter dasar dari kekuatan geser tanah ini ditemukan banyak
ketakpastian. Persamaan yang digunakan untuk menghitung daya dukung ijin
adalah sebagai berikut :
qijin = qu / FS ..................................................................................................... (17)
Tiga definisi yang berbeda mengenai daya dukung yang diijinkan untuk
pondasi dangkal, yaitu (a) daya dukung ijin Gross, (b) daya dukung ijin Netto dan
(c) daya dukung ijin Gross dengan memberikan angka keamanan terhadap
keruntuhan geser. Daya dukung ijin gross yang dimaksudkan adalah beban per
satuan luas yang diijinkan untuk dibebankan pada tanah di bawah pondasi, agar
kemungkinan terjadinya keruntuhan dapat dihindari. Beban tersebut termasuk (a)
beban mati dan beban hidup diatas permukaan tanah, (b) berat pondasi itu sendiri
Tabel 4 Persamaan Daya Dukung Meyerhof
Faktor Nilai Untuk Bentuk Sc = 1+0.2 Kp (B/L)
Sq = s = 1+0.1 Kp (B/L)
Sq = sγ = 1
Semua Φ
Φ > 10o
Φ = 0
Kedalaman dc = 1+0.2 Kp (D/B)
dq = dγ = 1+0.1 Kp (D/B)
dq = dγ = 1
Semua Φ
Φ > 10o
Φ = 0
Kemiringan ic = iq = (1- (θo/90o))
iγ = (1- (θo/90o))
iγ = 1
Semua Φ
Φ > 10o
Φ = 0 *)
Kp = tan2 ( 45
o + Φ /2 )
Tabel 3 Koefisien Daya Dukung Dari Terzaghi
Φ Nc Nq Nγ N’c N’q N’γ Kp 0o 5.71 1.00 0 3.81 1.00 0 10.8
5o 7.32 1.64 0 4.48 1.39 0 12.2
10o 9.64 2.70 1.2 5.34 1.94 0 14.7
15o 12.80 4.44 2.4 6.46 2.73 1.2 18.6
20o 17.70 7.43 4.6 7.90 3.88 2.0 25.0
25o 25.10 12.70 9.2 9.86 5.60 3.3 35.0
30o 37.20 22.50 20.0 12.70 8.32 5.4 52.0
35o 57.80 41.40 44.0 16.80 12,80 9.6 82.0
40o 95.60 81.20 114.0 23.20 20.50 19.1 141.0
45o 172.00 173.00 320.0 34.10 35.10 27.0 298.0
12
dan (c) berat tanah yang terletak tepat di atas pondasi. Daya dukung ijin netto dari
pondasi adalah beban per satuan luas yang diijinkan untuk suatu pondasi tanpa
memasukkan berat tanah di sebelah kanan dan kiri pondasi dari permukaan tanah
sampai dengan kedalaman dasar pondasi (Surcharge). Dalam beberapa keadaan,
angka keamanan untuk daya dukung batas gross dan netto adalah sekitar tiga
sampai dengan empat, sedangkan untuk keruntuhan geser angka keamanan dua
sampai dengan tiga dianggap cukup.
C. Pengaruh Permukaan Air Tanah
Permukaan air tanah berada pada kedalaman lebih besar dari lebar pondasi.
Akan tetapi, bila permukaan air tanah berada dekat dengan dasar pondasi,
dibutuhkan beberapa perubahan dalam suku kedua dan ketiga dari persamaan
daya dukung Terzaghi. Kapasitas daya dukung tanah berkurang dengan adanya
muka air tanah yang tinggi. Ada tiga keadaan yang berbeda mengenai lokasi
permukaan air tanah terhadap dasar pondasi. Pada keadaan I (Gambar 3-(a)),
apabila permukaan air tanah terletak pada jarak D di atas dasar pondasi. Pada
keadaan II (Gambar 3-(b)), apabila permukaan air tanah berada tepat di dasar
pondasi. Sedangkan pada keadaan III, apabila permukaan air tanah berada pada kedalaman D di bawah dasar pondasi.
D. Tegangan Tanah
Tegangan tanah maksimum merupakan tegangan tanah maksimum yang
dialami oleh tanah apabila tanah tersebut terkena keseluruhan beban bangunan.
Persamaan yang digunakan yaitu :
qo = {(R/A) ± ((My×x)/Iy) ± ((Mx×y)/Ix)} .................................................... (18)
Tegangan tanah akibat beban bangunan merupakan tegangan tanah yang
terjadi karena adanya pembebanan secara vertikal dari bangunan di atas pondasi.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
ΔP = (q×B×L)/[(B+H)×(L+H)] ........................................................................ (19)
(a) (b)
(c)
Gambar 4 Pengaruh Lokasi Permukaan Air Tanah Terhadap
Daya Dukung Pondasi Dangkal
13
Tegangan tanah efektif merupakan tegangan dalam tanah yang dipengaruhi
oleh gaya-gaya dari air yang terdapat di dalam tanah. Berat tanah yang terendam
oleh air disebut berat tanah efektif, sedangkan tegangan yang terjadi disebut
tegangan efektif. Untuk menghitung nilai tegangan tanah efektif pada kedalaman
tertentu, digunakan persamaan sebagai berikut :
Po = γb × h ........................................................................................................ (20)
Sedangkan tegangan tanah efektif pada kedalaman tertentu dimana air mulai
muncul, maka persamaannya akan menjadi :
Po = Po’ + ( γb - γw ) × h ................................................................................. (21)
E. Penurunan (Settlement)
Suatu pondasi akan aman apabila penurunan (Settlement) tanah yang
disebabkan oleh beban masih dalam batas yang diperbolehkan. Faktor lain dari
angka keamanan yang harus diperhatikan adalah besarnya penurunan pondasi
yang diijinkan. Penurunan pondasi yang disebabkan oleh beban batas berkisar
antara 5% sampai dengan 25% dari lebar pondasi untuk tanah berpasir, dan antara
3% sampai dengan 15% dari lebar pondasi untuk tanah lempung. Penurunan
pondasi akibat beban yang bekerja pada pondasi dapat diklasifikasikan dalam dua
jenis penurunan, yaitu penurunan seketika dan penurunan konsolidasi.
Penurunan seketika adalah penurunan yang langsung terjadi begitu
pembebanan bekerja atau dilaksanakan, biasanya terjadi berkisar antara 0 – 7 hari
dan terjadi pada tanah lanau, pasir dan tanah liat yang mempunyai derajat
kejenuhan (Sr %) < 90%. Persamaan untuk penurunan seketika yaitu :
Si = q B [ (1 – μ2) / Es ] Iw ............................................................................... (22)
Penurunan konsolidasi adalah penurunan yang diakibatkan keluarnya air
dalam pori tanah akibat beban yang bekerja pada pondasi, besarnya ditentukan
oleh waktu pembebanan dan terjadi pada tanah jenuh (Sr = 100%), mendekati
jenuh (Sr = 90%-100%) atau pada tanah berbutir halus (K ≤ 10-6 m/s).
Persamaan untuk penurunan konsolidasi yaitu :
Scp = [ ( Cc × H ) / ( 1 + eo ) ] × log [ ( Po + ΔP ) / Po ] ............................... (23)
Sehingga penurunan total yang terjadi adalah sebagai berikut:
St = Si + Scp + Scs ............................................................................................ (24)
Dengan rumus untuk waktu penurunan yang terjadi adalah :
t = ( Tv × H2 ) / Cv ........................................................................................... (25)
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 dan sempat terhenti pada
bulan Mei 2013 dikarenakan adanya kendala pada data sekunder yang diperlukan.
Penelitian kembali dilanjutkan pada bulan September 2013 sampai dengan bulan
November 2013 bertempat di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.
14
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang
meliputi Gambar Kerja Gudang Pabrik NKI Bandung, Gambar KSLL Gudang
Pabrik NKI Bandung, Laporan Penyelidikan Tanah Gudang Pabrik NKI Bandung,
Peta Hazard Gempa Indonesia 2010, SNI 03-1726-2003 tentang Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung, Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung 1983, SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perencanaan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung, dan RSNI 03-1726-1989
tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Laptop dan Stuctural
Analysis Program 2000 (SAP2000) versi 14.
Prosedur Analisis Data
Tahapan penelitian secara umum tersaji dalam diagram alir yang terdapat
pada Gambar 5 berikut ini.
Gambar 5 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian
15
Penjelasan pelaksanaan tahapan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian berupa data sekunder yang terdiri dari dua
sumber yaitu yang diperoleh dari Kontraktor sekaligus Konsultan Perencana
(PT. Katama Suryabumi) seperti Gambar Kerja Gudang Pabrik NKI
Bandung, Gambar KSLL Gudang Pabrik NKI Bandung dan Laporan
Penyelidikan Tanah Gudang Pabrik NKI Bandung serta dari Peraturan SNI
seperti Peta Hazard Gempa Indonesia 2010, SNI 03-1726-2003 tentang
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung,
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983, SNI 03-2847-2002
tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung,
SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung, dan RSNI 03-1726-1989 tentang Standar Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung.
2. Pemodelan Struktur
Gambar perencanaan struktur dimodelkan secara 3D dengan memakai
aplikasi program SAP2000 yang dikondisikan dengan keadaan struktur
sebenarnya.
3. Analisis Pembebanan
Pembebanan di analisis dengan menggunakan aplikasi program SAP2000
untuk menentukan gaya-gaya dalam pada struktur. Beban yang di analisa
adalah beban statis yang meliputi beban mati dan beban hidup dan beban
dinamis seperti beban gempa.
4. Analisis Struktur
Meninjau respons struktur terhadap beban yang bekerja, di samping
menentukan tegangan ataupun gaya-gaya pada elemen-elemen struktur dan
memeriksanya terhadap kriteria desain. Analisis ataupun perencanaan
terperinci akan dihadapkan pada ketentuan-ketentuan yang ada dalam
peraturan yang berlaku.
5. Analisis Pondasi KSLL
Pada tahapan analisis pondasi KSLL ini dilakukan perhitungan dan analisis
pada struktur bawah atau pondasi yang meliputi daya dukung pondasi,
tegangan tanah maksimum, tegangan tanah akibat pembebanan struktur atas,
tegangan tanah efektif dan penurunan (Settlement).
6. Penyusunan Laporan Akhir
Berisi keseluruhan proses yang sudah dikerjakan dan desain gambar yang
sudah dibuat serta hasil dan pembahasan dari penelitian yang sudah
dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemodelan Struktur
Sebelum melakukan pemodelan struktur, data yang diperlukan untuk
kepentingan pemodelan diantaranya yaitu denah gudang pabrik NKI Bandung.
16
Denah gudang pabrik NKI Bandung tampak atas pada elevasi 0 meter dapat
dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.
Untuk denah gudang pabrik NKI Bandung tampak atas pada elevasi 4 meter dapat
dilihat pada Gambar 7 di bawah ini.
Gambar 7 Denah Gudang Pabrik NKI Bandung Tampak Atas Pada Elevasi 4 meter
Gambar 6 Denah Gudang Pabrik NKI Bandung Tampak Atas Pada Elevasi 0 meter
17
Untuk denah gudang pabrik NKI Bandung tampak atas pada elevasi 8 meter dapat
dilihat pada Gambar 8 di bawah ini.
Sedangkan untuk denah gudang pabrik NKI Bandung tampak samping pada
bagian luar dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini.
Gambar 9 Denah Gudang Pabrik NKI Bandung Tampak Samping Pada Bagian Luar
Gambar 8 Denah Gudang Pabrik NKI Bandung Tampak Atas Pada Elevasi 8 meter
18
Untuk denah gudang pabrik NKI Bandung tampak samping pada bagian dalam
dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini.
Dari denah gudang pabrik NKI Bandung tersebut, selanjutnya struktur bangunan
dimodelkan dengan menggunakan SAP2000 yang dikondisikan dengan keadaan
struktur sebenarnya pada pembangunan gudang pabrik NKI Bandung. Hasil
pemodelan struktur bangunan secara keseluruhan tampak seperti pada Gambar 11
di bawah ini.
Gambar 11 Model Gudang Pabrik NKI Bandung Secara Keseluruhan (3D View)
Gambar 10 Denah Gudang Pabrik NKI Bandung Tampak Samping
Pada Bagian Dalam
19
Analisis Pembebanan
A. Beban Balok dan Kolom
Balok yang digunakan terbuat dari bahan beton dengan mutu K-300. Pada
pembangunan Gudang Pabrik NKI Bandung, tipe balok yang digunakan yaitu B1,
B2 dan B3 dengan dimensi balok :
Tipe B1 = 0.200 × 0.500 meter
Tipe B2 = 0.200 × 0.300 meter
Tipe B3 = 0.300 × 0.600 meter
Sehingga, hasil pemodelan struktur setelah dimasukkan tipe dimensi balok
tersebut akan tampak seperti pada Gambar 12 dan Gambar 13 di bawah ini.
Sedangkan tipe kolom yang yang digunakan yaitu K1 dan BJ4, dimana Tipe
K1 terbuat dari bahan beton dengan mutu K-300 dan Tipe BJ4 terbuat dari bahan
baja dengan jenis WF 400. Dimensi kolom yang digunakan :
Tipe K1 = 0.300 × 0.600 meter
Tipe BJ4 = 0.400 × 0.200 × 0.008 × 0.013 meter – 12 M
Sehingga, hasil pemodelan struktur setelah dimasukkan tipe dimensi kolom
tersebut akan tampak seperti pada Gambar 14 dan Gambar 15 di bawah ini.
Gambar 13 Definisi Tipe Dimensi Balok Pada Elevasi 8 meter
Gambar 12 Definisi Tipe Dimensi Balok Pada Elevasi 4 meter
20
B. Spektrum Gempa
Berdasarkan SNI-03-1726-2003, Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6
Wilayah Gempa dimana Wilayah Gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan
paling rendah dan Wilayah Gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi. Bandung
termasuk Wilayah Gempa 4 Indonesia.
Gambar 16 Peta Gempa Indonesia Untuk Wilayah Bandung dan Sekitarnya
(Peta Hazard Gempa Indonesia 2010
Gambar 15 Definisi Tipe Dimensi Kolom Pada Bagian Dalam
Gambar 14 Definisi Tipe Dimensi Kolom Pada Bagian Luar
21
Percepatan puncak muka tanah untuk masing-masing jenis tanah
ditunjukkan dalam Tabel 5 berikut ini.
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah dari data sekunder yang sudah
diperoleh, nilai N sebesar 23.350, karena 15 < N < 50, maka klasifikasi site yaitu
D (tanah sedang). Respon spektrum gempa wilayah gempa 4 selengkapnya dapat
dilihat pada Gambar 17 di bawah ini.
Selanjutnya, respon spektra desain di permukaan tanah dapat ditetapkan
sesuai dengan Gambar 18 di bawah ini.
Gambar 18 Kurva Respon Spektrum Gempa (Based On Asce 2010)
0.000
0.200
0.400
0.600
0.800
1.000
0 1 1 2 2 3 3
(Sp
ek
tra
l
Accele
rati
on
)
T (Perioda)
Gambar 17 Respon Spektrum Gempa Rencana Wilayah Gempa 4
(SNI-03-1726-2003)
Tabel 5 Percepatan Puncak Muka Tanah Wilayah Gempa (SNI-03-1726-2003)
Wilayah
Gempa
Percepatan Puncak
Batuan Dasar (g)
Percepatan Puncak Muka Tanah Ao (g)
Tanah Keras
Tanah Sedang
Tanah Lunak
Tanah Khusus
1 0.030 0.030 0.040 0.080 Diperlukan
evaluasi khusus
di setiap Lokasi
2 0.100 0.120 0.150 0.230
3 0.150 0.180 0.220 0.300
4 0.200 0.240 0.280 0.340
5 0.250 0.290 0.330 0.360
6 0.300 0.330 0.360 0.360
22
Analisis Struktur
Dengan menggunakan aplikasi program SAP2000, maka didapatkan nilai
beban terpusat pada masing-masing kolom sebagai berikut :
P1 = 1497.685 t
P25 = 1715.076 t
P2 = 1769.042 t
P26 = 1407.510 t
P3 = 1791.041 t
P27 = 1413.820 t
P4 = 1765.448 t
P28 = 1515.642 t
P5 = 1751.396 t
P29 = 1660.099 t
P6 = 1748.705 t
P30 = 1869.489 t
P7 = 1749.524 t
P31 = 1893.337 t
P8 = 1750.295 t
P32 = 1869.003 t
P9 = 1750.526 t
P33 = 1659.929 t
P10 = 1750.516 t
P34 = 1515.552 t
P11 = 1750.477 t
P35 = 1413.770 t
P12 = 1750.461 t
P36 = 1407.463 t
P13 = 1750.458 t
P37 = 1715.057 t
P14 = 1750.459 t
P38 = 1784.018 t
P15 = 1750.464 t
P39 = 1770.641 t
P16 = 1750.485 t
P40 = 1754.567 t
P17 = 1750.518 t
P41 = 1749.328 t
P18 = 1750.474 t
P42 = 1749.346 t
P19 = 1750.125 t
P43 = 1750.125 t
P20 = 1749.346 t
P44 = 1750.474 t
P21 = 1749.328 t
P45 = 1750.518 t
P22 = 1754.566 t
P46 = 1750.485 t
P23 = 1770.639 t
P47 = 1750.464 t
P24 = 1784.019 t
P48 = 1750.459 t
Gambar 19 Lokasi Kolom Yang Ditinjau
23
P49 = 1750.458 t
P238 = 92.189 t
P50 = 1750.461 t
P241 = 100.356 t
P51 = 1750.477 t
P244 = 100.737 t
P52 = 1750.516 t
P247 = 100.463 t
P53 = 1750.526 t
P250 = 100.494 t
P54 = 1750.295 t
P253 = 100.574 t
P55 = 1749.524 t
P256 = 100.602 t
P56 = 1748.705 t
P259 = 100.605 t
P57 = 1751.396 t
P262 = 100.604 t
P58 = 1765.448 t
P265 = 100.603 t
P59 = 1791.042 t
P268 = 100.603 t
P60 = 1769.043 t
P271 = 100.603 t
P61 = 1497.684 t
P274 = 100.603 t
P62 = 1506.687 t
P277 = 100.604 t
P63 = 1623.089 t
P280 = 100.605 t
P64 = 1684.059 t
P283 = 100.597 t
P65 = 1713.222 t
P286 = 100.562 t
P66 = 1721.148 t
P289 = 100.501 t
P67 = 1713.222 t
P292 = 100.531 t
P68 = 1684.059 t
P295 = 100.693 t
P69 = 1623.089 t
P298 = 99.371 t
P70 = 1506.688 t
P301 = 103.918 t
P235 = 131.498 t
P304 = 468.117 t
Analisis Pondasi KSLL
A. Karakteristik Tanah
Karakteristik tanah hasil penyelidikan tanah yang terdiri dari pekerjaan
lapangan dan pengujian laboratorium. Pekerjaan lapangan meliputi pemboran, tes
Standart Penetration Test, pengambilan contoh tanah, dan sondir. Disamping itu,
pengujian laboratorium meliputi pengujian index properties dan pengujian
engineering properties yang dilaksanakan untuk menentukan sifat fisik dan teknik
tanah dari contoh tanah yang di ambil dari lapangan.
Pemboran dilaksanakan dengan menggunakan alat bor mesin (Drilling
Machine) jenis Hydraulic Feed. Pemboran dilaksanakan sebanyak 4 (empat) titik
dengan total kedalaman 80 meter, masing-masing sampai dengan kedalaman 20
meter. Pengamatan muka air tanah pada lokasi proyek diamati pada setiap lubang
bor selama aktifitas pemboran. Pengamatan ini dilakukan dua kali dalam sehari
yaitu, pagi hari sebelum aktifitas pemboran dan sore hari setelah aktifitas
pemboran. Hasil dari pengamatan muka air tanah didapatkan ketinggian muka air
tanah sebesar 3.800 meter. Tes SPT dilaksanakan pada setiap 4 (empat) lubang
bor dengan interval kedalaman 2 meter, sebanyak 10 kali pada masing-masing
lubang. Pengujian ini dilaksanakan untuk mengetahui kepadatan/densitas dan
24
konsistensi material tanah. Pengambilan sampel tanah tak terganggu dilakukan
dengan menggunakan Shelby Tube Sampler dalam lubang pada kedalaman -5, -10
dan -15 dalam satuan meter. Pengambilan sampel tanah tak terganggu
dilaksanakan sebanyak 12 buah. Pelaksanaan pekerjaan sondir dilakukan
sebanyak 5 (lima) titik. Pengujian index properties dan engineering properties
dilaksanakan sebanyak 12 sampel.
Berdasarkan hasil penyelidikan di laboratorium didapatkan nilai rata-rata
Indeks Plastisitas (PI) pada kedalaman -5 meter sebesar 45.692, pada kedalaman -
10 meter sebesar 33.404 dan pada kedalaman -15 meter sebesar 34.473, maka
tanah di pembangunan Gudang Pabrik NKI Bandung dapat diklasifikasikan
sebagai jenis tanah Lempung Murni yang bersifat kohesif dengan kadar plastisitas
yang tinggi. Pengolahan data tanah ini nantinya diperlukan untuk memprediksi
besarnya penurunan (Settlement) yang terjadi.
B. Analisis Daya Dukung Pondasi
Daya Dukung Pondasi
Perhitungan daya dukung pondasi diperlukan untuk mengetahui besarnya
kemampuan pondasi untuk mendukung beban bangunan di atasnya tanpa terjadi
keruntuhan geser. Mengacu kepada Persamaan (13), daya dukung pondasi KSLL
menjadi lebih besar 1.5 kali dibandingkan dengan daya dukung pondasi rakit,
dimana daya dukung pondasi rakit sama dengan daya dukung batas dibagi dengan
angka keamanan yang bernilai 3, maka persamaan yang digunakan untuk daya
dukung pondasi KSLL adalah sebagai berikut :
qa(KSLL) = 1.5 ⨯ qa( Pondasi Rakit )
Diketahui :
Panjang Pondasi (L) 150.000 meter
Lebar Pondasi (B) 54.000 meter
Tebal Pondasi (Z) 0.120 meter
Kedalaman tanam pondasi (D) 1.480 meter
Kedalaman total pondasi (DZ) 1.600 meter
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah BH1 pada kedalaman 5.000 meter,
didapatkan data-data sebagai berikut : γb = 1.805 gr/cm
3
Φ = 6.533 o
Gambar 20 Pondasi Rakit
25
C = 0.233 kg/cm2
Gs = 2.665
Dengan menggunakan perumusan Terzaghi, sehingga didapatkan nilai-nilai :
Nq = 1.640
Nc = 7.320 Nγ = 0.500
Kp = 12.200
Untuk menghitung nilai beban tambahan, maka digunakan persamaan :
q = γ × DZ
= 1.805 × 10-3
(160)
= 0.289 kg/cm2
= 2.890 t/m2
Dari persamaan (15) untuk pondasi persegi, maka perhitungan untuk nilai daya
dukung batas adalah sebagai berikut :
qult = 1.3 c Nc + q Nq + 0.4 γ B Nγ
= (1.3)(0.233)(7.320) + (0.289)(1.640) + (0.4)(1.805)(54)(0.500)
= 2.217 + 0.474 + 19.494
= 22.185 kg/cm2
= 221.850 t/m2
Dari hasil perhitungan tersebut diatas, maka didapatkan :
qa(pondasi rakit) = qult/FK = (221.850) / 3 = 73.950 t/m2
qa(KSLL) = 1.5 × qa(pondasi rakit) = (1.5)(73.950) = 110.925 t/m2
Tegangan Tanah Maksimum
Diketahui :
γ beton = 2.500 t/m3
γ tanah = 1.805 t/m3
Gambar 21 Denah Kolom Yang Dianalisis
26
A = ( L × B ) = ( 150 × 54 ) = 8100 m2
Ix = ( L × B3 ) / 12 = ( 150 × 54
3 ) / 12 = 1968300 m
4
Iy = ( B × L3 ) / 12 = ( 54 × 150
3 ) / 12 = 15187500 m
4
R = ƩP + ( q × L )
= [(P1+P2+P3+P4+P5+P6+P7+P8+P9+P10+P11+P12+P13+P14+P15+P16+
P17+P18+P19+P20+P21+P22+P23+P24+P25+P26+P27+P28+P29+P30+
P31+P32+P33+P34+P35+P36+P37+P38+P39+P40+P41+P42+P43+P44+
P45+P46+P47+P48+P49+P50+P51+P52+P53+P54+P55+P56+P57+P58+
P59+P60+P61+P62+P63+P64+P65+P66+P67+P68+P69+P70+P235+
P238+P241+P244+P247+P250+P253+P256+P259+P262+P265+P268+
P271+P274+P277+P280+P283+P286+P289+P292+P295+P298+P301+
P304)] + [(L × B × Z × γbeton)]
= 122409.042 t + [(150 × 54 × 0.120 × 2.500)]
= 124839.042 t
My = ƩP × x
= [(P1+P70+P69+P68+P67+P66+P65+P64+P63+P62+P61) × (-75)] +
[(P2+P235+P60) × (-69)] + [(P3+P238+P59) × (-63)] +
[(P4+P241+P58) × (-57)] + [(P5+P244+P57) × (-51)] +
[(P6+P247+P56) × (-45)] + [(P7+P250+P55) × (-39)] +
[(P8+P253+P54) × (-33)] + [(P9+P256+P53) × (-27)] +
[(P10+P259+P52) × (-21)] + [(P11+P262+P51) × (-15)] +
[(P12+P265+P50) × (-9)] + [(P13+P268+P49) × (-3)] +
[(P14+P271+P48) × (3)] + [(P15+P274+P47) × (9)] +
[(P16+P277+P46) × (15)] + [(P17+P280+P45) × (21)] +
[(P18+P283+P44) × (27)] + [(P19+P286+P43) × (33)] +
[(P20+P289+P42) × (39)] + [(P21+P292+P41) × (45)] +
[(P22+P295+P40) × (51)] + [(P23+P298+P39) × (57)] +
[(P24+P301+P38) × (63)] + [(P25+P304+P37) × (69)] +
[(P26+P27+P28+P29+P30+P31+P32+P33+P34+P35+P36) × (75)]
= 5643.743 tm
Mx = ƩP × y
= [(P1+P2+P3+P4+P5+P6+P7+P8+P9+P10+P11+P12+P13+P14+P15+
P16+P17+P18+P19+P20+P21+P22+P23+P24+P25+P26) × (27)] +
[(P70+P27) × (24)] + [(P69+P28) × (18)] + [(P68+P29) × (12)] +
[(P67+P30) × (6)] + [(P66+P235+P238+P241+P244+P247+P250+P253+
P256+P259+P262+P265+P268+P271+P274+P277+P280+P283+P286+
P289+P292+P295+P298+P301+P304+P31) × (0)] + [(P65+P32) × (-6)] +
[(P64+P33) × (-12)] + [(P63+P34) × (-18)] + [(P62+P35) × (-24)] +
[(P61+P60+P59+P58+P57+P56+P55+P54+P53+P52+P51+P50+P49+
P48+P47+P46+P45+P44+P43+P42+P41+P40+P39+P38+P37+P36) ×
(-27)]
= 9.501 tm
27
Nilai eksentrisitas, statis momen terhadap as 1 = 0
y = [(P1+P2+P3+P4+P5+P6+P7+P8+P9+P10+P11+P12+P13+P14+P15+
P16+P17+P18+P19+P20+P21+P22+P23+P24+P25+P26) × (54)] +
[(P70+P27) × (51)] + [(P69+P28) × (45)] + [(P68+P29) × (39)] +
[(P67+P30) × (33)] + [(P66+P235+P238+P241+P244+P247+P250+
P253+P256+P259+P262+P265+P268+P271+P274+P277+P280+P283+
P286+P289+P292+P295+P298+P301+P304+P31) × (27)] +
[(P65+P32) × (21)] + [(P64+P33) × (15)] + [(P63+P34) × (9)] +
[(P62+P35) × (3)] × ( 1 / R )
= 3305053.643 × ( 1 / 124839.042 )
= 26.474 m
Nilai eksentrisitas, statis momen terhadap as A = 0
x = [(P2+P235+P60) × (6)] + [(P3+P238+P59) × (12)] +
[(P4+P241+P58) × (18)] + [(P5+P244+P57) × (24)] +
[(P6+P247+P56) × (30)] + [(P7+P250+P55) × (36)] +
[(P8+P253+P54) × (42)] + [(P9+P256+P53) × (48)] +
[(P10+P259+P52) × (54)] + [(P11+P262+P51) × (60)] +
[(P12+P265+P50) × (66)] + [(P13+P268+P49) × (72)] +
[(P14+P271+P48) × (78)] + [(P15+P274+P47) × (84)] +
[(P16+P277+P46) × (90)] + [(P17+P280+P45) × (96)] +
[(P18+P283+P44) × (102)] + [(P19+P286+P43) × (108)] +
[(P20+P289+P42) × (114)] + [(P21+P292+P41) × (120)] +
[(P22+P295+P40) × (126)] + [(P23+P298+P39) × (132)] +
[(P24+P301+P38) × (138)] + [(P25+P304+P37) × (144)] +
[(P26+P27+P28+P29+P30+P31+P32+P33+P34+P35+P36) ×
(150)] × ( 1 / R )
= 9186321.916 × ( 1 / 124839.042 )
= 73.585 m
Eksentrisitas ex dan ey :
ex = x – ( L/2 ) = 73.585 – 75 = -1.415 meter
ey = y – ( B/2 ) = 26.474 – 27 = -0.526 meter
Tegangan tanah maksimum yang timbul dihitung dengan menggunakan
Persamaan (18) sebagai berikut :
qo = {( R
A ) ± (
My x
Iy ) ± (
Mx y
Ix )}
= {( 124839.042
8100 ) ± (
5643.743x
15187500 ) ± (
9.501y
1968300 )}
= 15.412 ± 0.00037x ± 0.0000048y
Nilai (+) digunakan untuk mendapatkan qmaks sedangkan nilai (-) digunakan
untuk mendapatkan qmin, sehingga hasil dari tegangan tanah maksimum secara
lengkap disajikan pada Tabel 6 di bawah ini.
28
Tabel 6 Hasil Analisis Tegangan Tanah Maksimum Kolom x (m) y (m) q max (t/m
2) q min (t/m
2)
1 -75 27 15.384 15.440
2 -69 27 15.387 15.437
3 -63 27 15.389 15.435
4 -57 27 15.391 15.433
5 -51 27 15.393 15.431
6 -45 27 15.395 15.429
7 -39 27 15.398 15.426
8 -33 27 15.400 15.424
9 -27 27 15.402 15.422 10 -21 27 15.404 15.420
11 -15 27 15.407 15.417
12 -9 27 15.409 15.415
13 -3 27 15.411 15.413
14 3 27 15.413 15.411
15 9 27 15.415 15.409
16 15 27 15.418 15.406
17 21 27 15.420 15.404
18 27 27 15.422 15.402
19 33 27 15.424 15.400
20 39 27 15.427 15.397 21 45 27 15.429 15.395
22 51 27 15.431 15.393
23 57 27 15.433 15.391
24 63 27 15.435 15.389
25 69 27 15.438 15.386
26 75 27 15.440 15.384
27 75 24 15.440 15.384
28 75 18 15.440 15.384
29 75 12 15.440 15.384
30 75 6 15.440 15.384
31 75 0 15.440 15.384
32 75 -6 15.440 15.384 33 75 -12 15.440 15.384
34 75 -18 15.440 15.384
35 75 -24 15.440 15.384
36 75 -27 15.440 15.384
37 69 -27 15.437 15.387
38 63 -27 15.435 15.389
39 57 -27 15.433 15.391
40 51 -27 15.431 15.393
41 45 -27 15.429 15.395
42 39 -27 15.426 15.398
43 33 -27 15.424 15.400 44 27 -27 15.422 15.402
45 21 -27 15.420 15.404
46 15 -27 15.417 15.407
47 9 -27 15.415 15.409
48 3 -27 15.413 15.411
49 -3 -27 15.411 15.413
50 -9 -27 15.409 15.415
51 -15 -27 15.406 15.418
52 -21 -27 15.404 15.420
53 -27 -27 15.402 15.422
54 -33 -27 15.400 15.424
55 -39 -27 15.397 15.427
29
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, didapatkan nilai tegangan tanah maksimum
sebesar 15.440 t/m2.
C. Analisis Penurunan (Settlement)
Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan
Tegangan tanah terjadi karena pembebanan secara vertikal dari bangunan
diatas pondasi. Lapisan tanah 0.000 meter sampai dengan kedalaman -2.000 meter
dibawah pondasi tidak memberikan kontribusi terhadap settlement karena adanya
pemadatan didalam KSLL. Persamaan (19) digunakan untuk menghitung
tegangan tanah akibat beban bangunan, secara lengkap ditujukan pada Tabel 7 di
bawah ini :
56 -45 -27 15.395 15.429
57 -51 -27 15.393 15.431
58 -57 -27 15.391 15.433
59 -63 -27 15.389 15.435
60 -69 -27 15.386 15.438
61 -75 -27 15.384 15.440
62 -75 -24 15.384 15.440
63 -75 -18 15.384 15.440
64 -75 -12 15.384 15.440
65 -75 -6 15.384 15.440
66 -75 0 15.384 15.440 67 -75 6 15.384 15.440
68 -75 12 15.384 15.440
69 -75 18 15.384 15.440
70 -75 24 15.384 15.440
235 -69 0 15.386 15.438
238 -63 0 15.389 15.435
241 -57 0 15.391 15.433
244 -51 0 15.393 15.431
247 -45 0 15.395 15.429
250 -39 0 15.398 15.426
253 -33 0 15.400 15.424
256 -27 0 15.402 15.422 259 -21 0 15.404 15.420
262 -15 0 15.406 15.418
265 -9 0 15.409 15.415
268 -3 0 15.411 15.413
271 3 0 15.413 15.411
274 9 0 15.415 15.409
277 15 0 15.418 15.406
280 21 0 15.420 15.404
283 27 0 15.422 15.402
286 33 0 15.424 15.400
289 39 0 15.426 15.398 292 45 0 15.429 15.395
295 51 0 15.431 15.393
298 57 0 15.433 15.391
301 63 0 15.435 15.389
304 69 0 15.438 15.386
30
Hasil perhitungan tegangan tanah akibat beban merata bangunan Gudang
Pabrik NKI Bandung sampai dengan kedalaman -15.000 meter sebesar 10.985
t/m2.
Tegangan Tanah Efektif
Tegangan tanah efektif ditinjau dari kedalaman -3.000 meter sampai dengan
kedalaman -15.000 meter. Lapisan tanah 0.000 meter sampai dengan kedalaman -
2.000 meter dibawah pondasi tidak memberikan kontribusi terhadap settlement
karena adanya pemadatan didalam KSLL. Untuk hasil penyelidikan tanah pada
profil tanah dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
Kedalaman ±0.00 m ; Po = 0 t/m
2
Kedalaman -1.00 m ; Po1 = γb × h1
= 1.805 t/m3 × 1 m
= 1.805 t/m2
Kedalaman -2.00 m ; Po2 = Po1 + γb × h2
= 1.805 t/m2 + 1.805 t/m
3 × 1 m
= 3.610 t/m2
Kedalaman -3.00 m ; Po3 = Po2 + γb × h3
= 3.610 t/m2 + 1.805 t/m
3 × 1 m
= 5.415 t/m2
Kedalaman -4.00 m ; Po4 = Po3 + ( γb - γw ) × h4
= 5.415 t/m2 + ( 1.805 t/m
3 – 1 t/m
3 ) × 1m
= 6.220 t/m2
Hasil perhitungan tegangan tanah efektif (Po) sampai kedalaman -15.000
meter secara lengkap ditujukan pada Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 8 Hasil Penyelidikan Tanah Pada Profil Tanah
Kedalaman (m) eo γb 5 1.304 1.805
10 0.953 1.930
15 0.970 1.926
Tabel 7 Hasil Analisis Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan Kedalaman (m) ΔP
1 -
2 -
3 14.341 4 14.002
5 13.676
6 13.362
7 13.059
8 12.767
9 12.485
10 12.213
11 11.951
12 11.697
13 11.452
14 11.214
15 10.985
31
Dari perhitungan didapatkan tegangan tanah efektif (Po) pada kedalaman -
15.000 meter sebesar 15.821 t/m2.
Penurunan Seketika
Penurunan seketika adalah penurunan yang langsung terjadi begitu
pembebanan bekerja atau dilaksanakan. Nilai faktor pengaruh Newmark (Iw)
tergantung dari bentuk pondasi dan kekakuan pondasi yang tersaji dalam
Lampiran 8. Nilai angka poisson ratio (μ) diklasifikasikan menurut jenis tanah,
secara lengkap tersaji dalam Lampiran 9. Nilai sifat elastisitas tanah (Es) menurut
jenis tanah secara lengkap tersaji dalam Lampiran 10.
Diketahui :
q = 15.440 t/m2
B = 54 meter
Iw = 1.200
μ = 0.1 s/d 0.3 0.2 (diambil nilai tengah)
Es = 5 s/d 25 Mpa 15 Mpa = 15000 t/m2 (diambil nilai tengah)
Dari persamaan (22), perhitungan penurunan seketika yang terjadi adalah :
Si = qB [ (1 – μ2) / Es ] Iw
= 15.440 (54) [ (1 – 0.22) / 15000 ] (1.200)
= 833.760 × (6.400 × 10-5
) × 1.200
= 0.064 m
= 6.400 cm
Penurunan Konsolidasi
Penurunan konsolidasi adalah penurunan yang diakibatkan keluarnya air
dalam pori tanah akibat beban yang bekerja pada pondasi. Untuk meninjau
penurunan konsolidasi ini, diperlukan besar nilai tegangan tanah efektif serta
besar nilai tegangan tanah yang diakibatkan beban bangunan. Pada lapisan tanah
0.000 meter sampai dengan kedalaman -2.000 meter dibawah pondasi tidak
memberikan kontribusi terhadap settlement karena adanya pemadatan didalam
Tabel 9 Hasil Analisis Tegangan Tanah Efektif Kedalaman (m) Tegangan Tanah Efektif / Po (t/m
2)
1 -
2 -
3 5.415
4 6.220
5 7.025
6 7.830
7 8.635
8 9.440
9 10.245 10 11.175
11 12.105
12 13.035
13 13.965
14 14.895
15 15.821
32
KSLL, dengan diketahui nilai Cc sebesar 0.807 dan mengacu kepada Persamaan
(23), maka hasil perhitungan penurunan konsolidasi secara lengkap di tujukan
pada Tabel 10 di bawah ini.
Jadi, besarnya penurunan keseluruhan yang diakibatkan adanya konsolidasi
primer (tanah normal konsolidasi) ialah sebesar 1.756 m atau sebesar 175.600 cm.
Dengan waktu penurunan yang terjadi adalah :
U = 90 %
Tv = ¼ × π × U2 = ¼ × 3.14 × ( 0.9
2 ) = 0.636
Cv = 3.74 × 10-3
cm2/detik = 3.74 × 10
-7 m
2/detik (dari data uji)
H = 15 m (total tebal layer 1 m dikali dengan 15 m)
t = ( Tv × H2 ) / Cv
= ( 0.636 × 152 ) / 3.74 × 10
-7
= 382620320.900 detik
= 382620320.900 / ( 365 × 24 × 60 × 60 )
= 382620320.900 / 31536000
= 12.133 tahun
Penurunan Total
Penurunan total adalah jumlah keseluruhan dari penurunan seketika dan
penurunan konsolidasi. Dari hasil perhitungan penurunan seketika dan konsolidasi
yang sudah dilakukan, maka besar penurunan total yang terjadi adalah :
St = Si + Scp
= 0.064 m + 1.756 m
= 1.820 m
= 182.000 cm
Tabel 10 Hasil Perhitungan Penurunan Konsolidasi Kedalaman
(m) eo Po ΔP Scp
1 - - - -
2 - - - -
3 1.304 5.415 14.341 0.197
4 1.304 6.220 14.002 0.179
5 1.304 7.025 13.676 0.164
6 1.304 7.830 13.362 0.151
7 1.304 8.635 13.059 0.140
8 1.304 9.440 12.767 0.130
9 1.304 10.245 12.485 0.121
10 0.953 11.175 12.213 0.133
11 0.953 12.105 11.951 0.123 12 0.953 13.035 11.697 0.115
13 0.953 13.965 11.452 0.107
14 0.953 14.895 11.214 0.101
15 0.970 15.821 10.985 0.094
33
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Besar kemampuan pondasi KSLL untuk mendukung beban sebesar 110.925
t/m2. Daya dukung yang dihasilkan menjadi lebih besar 1.5 kali dari daya
dukung pondasi rakit. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya yaitu KSLL memiliki kekakuan lebih tinggi dibandingkan
dengan pondasi rakit karena adanya pemadatan tanah yang efektif didalam
KSLL yang memberikan konstribusi perbaikan tanah sampai dengan
kedalaman 2 meter di bawah KSLL, bekerjanya tegangan geser pada rib
settlement terluar dari KSLL, penyebaran beban pada KSLL dimulai dari
dasar pelat yang terletak di bagian atas rib sehingga beban yang timbul
sudah merata pada lapisan pendukung, serta memiliki kemampuan
melindungi secara permanen stabilitas dari perbaikan tanah di dalamnya.
Sehingga daya dukung pondasi KSLL menjadi naik sebesar 1.5 kali lebih
besar (berdasarkan asumsi yang digunakan oleh PT. Katama Suryabumi).
2. Besar nilai tegangan tanah maksimum sebesar 15.440 t/m2, besar nilai
tegangan tanah yang diakibatkan beban bangunan sebesar 10.985 t/m2 dan
besar nilai tegangan tanah efektif sebesar 15.821 t/m2.
3. Besar nilai penurunan total yang terjadi sebesar 1.820 m. Penurunan total
merupakan jumlah keseluruhan dari penurunan seketika dan penurunan
konsolidasi. Dengan waktu penurunan yang terjadi yaitu selama 12.133
tahun.
Saran
1. Dalam menganalisis secara manual diperlukan ketelitian serta pemahaman
dalam menggunakan rumus pendekatan yang akan digunakan.
2. Dalam pengembangan penelitian selanjutnya dapat dilakukan perhitungan
dan analisis tegangan tanah pada setiap rib-rib pengaku pondasi KSLL.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Gogot Setyo. 2011. Pondasi Dangkal. Yogyakarta: ANDI.
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and
Classification. The IOWA State University Press, Ames.
Craig, R.F. 1986. Mekanika Tanah Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip – Prinsip Rekayasa Geoteknis)
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Gunawan, Rudy. 1999. Pengantar Teknik Fondasi. Yogyakarta: Kanisius.
34
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika
Pressindo. Jakarta. 274 Halaman.
Haryono, Ratna Sari Cipto., dan Maulana, Tirta Rahman. 2007. Analisis
Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba. Jurusan Teknik Sipil.
Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 Sebagai Acuan Dasar Perencanaaan dan
Perancangan Infrastruktur Tahan Gempa.
RSNI 03-1726-1989 Tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung.
SNI 03-1726-2003 Tentang Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Rumah dan Gedung.
SNI 03-1729-2002 Tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung
SNI 03-2847-2002 Tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung.
Subarkah, Iman. 1986. Suatu Ikhtisar Praktis Teknik Pondasi. Bandung: Idea
Dharma.
Teguh Warsito, Joko, dan Surbakti, Besman. 2009. Analisa Perbandingan Beban
Batas dan Beban Layan (Load Factor) Dalam Tahapan Pembentukan Sendi-
Sendi Plastis Pada Struktur Gelagar Menerus. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas
Teknik. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Wahyudi, Laurentius. 1997. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
35
Lampiran 1 Isometrik Pondasi KSLL
36
Lampiran 2 Hasil Penyelidikan Pemboran
Titik Bor Kedalaman
(meter) Jenis Tanah Dasar
N – SPT
(pukulan)
BH I
± 0.00 s/d -0.60 LEMPUNG, abu-abu, lunak, terdapat sisa-sisa tumbuhan
-
-0.60 s/d -3.60 LEMPUNG Pasiran, hitam, lunak 2 – 5
-3.60 s/d -10.20 PASIR Lempungan, hitam, agak
padat 2 – 40
-10.20 s/d -20.00 LEMPUNG Pasiran, hitam, agak
keras hingga keras 4 – 50
BH II
± 0.00 s/d -2.20 LEMPUNG Pasiran, hitam, lunak 1 – 2
-2.20 s/d -10.60 PASIR Lempungan, hitam, agak
padat 2 – 50
-10.60 s/d -20.00 LEMPUNG Pasiran, hitam, agak
keras hingga keras 4 – 50
BH III
± 0.00 s/d -2.00 LEMPUNG Pasiran, hitam, lunak 1 – 2
-2.00 s/d -6.00 PASIR Lempungan, hitam, agak
padat 2 – 50
-6.00 s/d -20.00 LEMPUNG Pasiran, hitam, agak
keras hingga keras 4 – 50
BH IV
± 0.00 s/d -2.20 LEMPUNG Pasiram, hitam, lunak 1 – 2
-2.20 s/d -4.00 PASIR Lempungan, hitam, agak
padat 2 – 50
-4.00 s/d -20.00 LEMPUNG Pasiran, hitam, agak
keras hingga keras 4 – 50
37
Lampiran 3 Hasil Pengamatan Muka Air
Titik Bor Kedalaman
(meter)
Pagi
G.W.L (m)
Siang
G.W.L (m)
BH I
-6.00 - 4
-14.00 3.80 4.2
-20.00 4 4.4
BH II
-5.00 - 4.6
-15.00 4.2 4.5
-20.00 4.4 4.8
BH III
-6.00 - 4.6
-12.00 4 4.4
-20.00 4.4 4.8
BH IV
-4.00 - -
-12.00 - 4.8
-20.00 4.5 4.2
38
Lampiran 4 Hasil Pengujian SPT
39
Lampiran 5 Data Ringkasan Hasil Pengujian Laboratorium (BH1)
40
Lampiran 6 Data Ringkasan Hasil Pengujian Laboratorium (BH2)
41
Lampiran 7 Data Ringkasan Hasil Pengujian Laboratorium (BH3)
42
Lampiran 8 Data Ringkasan Hasil Pengujian Laboratorium (BH4)
43
Lampiran 9 Faktor Pengaruh Yang Tergantung Dari Bentuk dan Kekakuan
Pondasi
Flexible Rigid
Shape Center Average Iw Id
Circle 1.0 0.04 0.85 0.88 6.0
Square 1.12 0.56 0.95 0.82 3.7
Rectangle
L/B = 0.2 - - - - 2.29
0.5 - - - - 3.53
1.5 1.36 0.66 1.15 1.06 4.12
2.0 1.53 0.77 1.30 1.20 4.38
5.0 2.10 1.05 1.83 1.70 4.82
10.0 2.54 1.27 2.25 2.10 4.93
100.0 4.01 2.00 3.69 3.40 5.00
Lampiran 10 Angka Poisson Ratio Menurut Jenis Tanah
Type of Soil μ
Clay Saturated 0.4 – 0.5
Clay Unsaturated 0.1 – 0.3
Sandy Clay 0.2 – 0.3
Silt 0.3 – 0.35
Sand (derse) 0.2 – 0.4
Coarse ( void ratio = 0.4 – 0.7 ) 0.15
Fined – Grained ( void ratio = 0.4 – 0.7 ) 0.25
Rock 0.1 – 0.4
Loess 0.1 – 0.3
Ice 0.36
Concrete 0.15
44
Lampiran 11 Nilai Sifat Elastisitas Tanah Menurut Jenis Tanah
Soil Es
Ksf Mpa
Clay Very Soft 50 – 250 2 – 15
Soft 100 – 500 5 – 25
Medium 300 – 1000 15 – 50
Hard 1000 – 2000 50 – 100
Sandy 500 – 5000 25 – 250
Glacial Till Loose 200 – 3200 10 – 153
Dense 3000 – 15000 144 – 720
Very Dense 10000 – 30000 478 – 1440
Loess 300 – 1200 14 – 57
Sand Silty 150 – 450 7 – 21
Loose 200 – 500 10 – 24
Dense 1000 – 1700 48 – 81
Sand & Gravel Loose 1000 – 3000 48 – 144
Dense 2000 – 4000 96 – 192
Shale 3000 – 3000000 144 – 14400
Silt 40 - 400 2 – 21
45
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 8 Mei 1992. Anak pertama dari
empat bersaudara dari pasangan Taufik Makbullah, SE. dan Ukom Komariah, SE.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Insan Kamil Bogor pada tahun
2004. Penulis melanjutkan pendidikan menengah di SMP Insan Kamil Bogor dan
lulus pada tahun 2007. Tahun 2007, penulis berkesempatan mengambil kelas
akselerasi di SMA Insan Kamil Bogor dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun
yang sama, 2009, penulis masuk ke IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan mengambil Mayor Teknik Sipil dan
Lingkungan, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi
Pertanian.
Selama di bangku kuliah, penulis aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan,
diantaranya sebagai Anggota Divisi Logistik dan Transportasi (Logstran) SD
Ceria I pada tahun 2010, sebagai Anggota Divisi Logstran SD Ceria II pada tahun
2011, sebagai Anggota Divisi Logstran APVUET pada tahun 2011, sebagai
Kepala Divisi Logstran SIL EXPO pada tahun 2011 dan Pendamping Kepala
Divisi Logstran ICEF pada tahun 2012. Termasuk mengikuti lembaga
kemahasiswaan di IPB, yaitu Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan
(HIMATESIL) IPB periode tahun 2010 hingga 2011 sebagai Bendahara Divisi
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Penulis pun berkesempatan menjadi
penerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) IPB pada tahun 2009
hingga 2010.
Pada tahun 2012, penulis melaksanakan kegiatan Praktek Lapangan di PT.
Catur Bangun Mandiri (CBM) pada Proyek Grand Center Point Apartment
Bekasi dengan mengambil judul “Studi Tentang Pengawasan Mutu Pekerjaan
Beton dan K3 (Keamanan dan Keselamatan Kerja) pada Proyek Grand Center
Point Apartment Bekasi”.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST),
penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Struktur Pondasi Konstruksi
Sarang Laba-Laba (KSLL) Pada Gudang Pabrik NKI Bandung” di bawah
bimbingan Dr. Ir. Meiske Widyarti, M.Eng. dan Muhammad Fauzan, ST. MT.
Top Related