ANALISIS SOSIAL BUDAYA DAN POLITIK
OlehYeremias T. Keban
Disampaikan dalam Diklat Fungsional Penjenjangan Perencana Madya Spasial
MPKD & Bappenas6 Oktober 2015
Pendahuluan Suatu produk kebijakan publik baik dalam bentuk regulasi
maupunn program harus memiliki paling tidak dua persyaratan yaitu diterima secara teknis-rasional dan diterima publik (acceptability).
Persyaratan teknis berkenaan dengan aspek efisiensi dan efektivitas dari suatu pilihan kebijakan, sedangkan aspek diterima publik dikaitkan dengan penerimaan masyarakat (stakeholders/pemangku kepentingan dan aktor) terhadap suatu pilihan kebijakan.
Karena itu sering digunakan kriteria dukungan masyarakat atau pemangku kepentingan baik menyangkut aspek politik maupun sosial budaya apakah suatu pilihan kebijakan merugikan kepentingan kelompok tertentu dalam masyarakat, dan apakah suatu pilihan kebijakan bertentangan dengan aspek sosial budaya yang dianut atau dimiliki masyarakat.
Hakekat Masalah Sosial Budaya dan Politik
Sosial budaya berkenaan dengan norma, nilai, kebiasaan dan tradisi yang dianut kelompok tertentu dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat;
Indikator kondisi sosial budaya adalah apakah ada konflik antar kelompok masyarakat sebagai akibat dari adanya perbedaan-perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat
Politik berkenaan dengan penggunaan kekuasaan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan; dasar dari penggunaan kekuasaan tersebut adalah kepentingan dan dorongan untuk mendominasi;
Indikator kondisi politik adalah apakah ada pihak yang mendominasi suatu sumberdaya tertentu yang menimbulkan rasa ketidakadilan dan berakibat pada konflik kepentingan.
Analisis Politik Analisis politik dapat dilakukan dengan menjaring pendapat
dan pemikiran para aktor melalui metode kuantitatif seperti survey research, atau bisa juga dengan analisis kualitatif melalui wawancara mendalam, atau dapat juga dilakukan dengan mixed method (kombinasi kuantitatif dan kualitatif);
Ada suatu metode sederhana yang digunakan oleh Coplin & O Leary (1976) yaitu PRINCE Method (Probe, Interact, Calculate, Execute). Dalam melakukan analisis tersebut, diperlukan penggalian informasi tentang: Political Actor Issue position: apakah suatu pilihan kebijakan
mendapat dukungan yang kuat oleh aktor yang ada? Power of Actor On Issue: apakah aktor yang ada memiliki otoritas
yang kuat untuk mempengaruhi hasil dari suatu pilihan kebijakan? Salience of Actor On Issue: apakah aktor yang ada tertarik terhadap
suatu pilihan kebijakan? Friendship, Neutrality and Hostility Among Actors: apakah
hubungan antar ator bersifat kawan, netral atau musuh?
Para aktor mungkin memiliki sikap sangat mendukung, agak mendukung, netral, dan tidak mendukung terhadap pilihan kebijakan tertentu (skor -3 sd 3);
Para aktor juga mungkin memiliki otoritas yang tinggi, atau menengah, atau terbatas, atau bahkan malah tidak memiliki sama sekali, untuk mempengaruhi pilihan kebijakan tersebut (skor 0 sd 3)
Para aktor mungkin sangat tertarik, tertarik, atau agak tertarik, dan mungkin tidak tertarik (skor 0 sd 3);
Hubungan antar aktor dengan aktor yang lain mungkin memiliki sikap berteman (+), netral (0) atau mungkin bermusuhan (-);
Pilihan kebijakan yang terbaik tentu yang mendapat dukungan positif dari aktor, dapat dikendalikan aktor, menarik hati aktor, dan terjalin hubungan yang baik antar aktor yang ada.
Analisis politik seperti ini semula digunakan untuk memasukan isu kebijakan kedalam agenda kebijakan, tetapi dalam perkembangnnya dapat diterapkan untuk memperkirakan dukungan politik terhadap pilihan kebijakan tertentu.
Didalam praktek analisis kebijakan publik, lebih banyak dilakukan brainstorming yang seringkali didominasi oleh suara dari otoritas yang lebih tinggi;
Bagaimana tradisi akademik tentang praktek pilihan kebijakan di daerah? Apakah aspek teknis dan akseptabilitas telah dijadikan dasar dalam penentuan alternatif kebijakan?
Apakah pilihan kebijakan lebih didasarkan pada bounded rationality yang mengutamakan kepuasan aktor yang terlibat dalam pengambilan keputusan?
Apakah ada dominasi dalam pengambilan keputusan?
Aktor-aktor politikAPARAT
KEMENTERIAN/ LEMBAGA
APARAT PROVINSI
APARAT KABUPATEN/
KOTA APARAT KECAMATAN
SEKTOR SWASTA, LSM DAN MASYARAKAT APARAT DESA
LEGISLATIF
Dinamika Politik
KEPENTINGAN POLITIK - PARTAI
KEPENTINGAN BIROKRASI
KEPENTINGAN BISNIS
KONSPIRASI
Politik dalam Perencanaan
RENSTRA PROP/KAB/KOTA
RENCANA KERJA PEM DAERAH
(RKPD)
TAHUN 1
TAHUN 3
TAHUN 4
TAHUN 5
TAHUN 2
RAPBD 1 RAPBD 2 RAPBD 3 RAPBD 4 RAPBD 5
Analisis Sosial Budaya
Analisis sosial budaya berkenaan dengan memahami kondisi sosial budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur sosial budaya berikut: Interaksi sosial Kelompok sosial Kebudayaan dann kesenian Lembaga sosial Struktur / lapisan sosial Kekuasaan dan kewenangan Perubahan sosial Masalah-masalah sosial Sistem kekerbatan Norma, Nilai, Tradisi
Gejala yang paling mudah diamati adalah konflik baik dalam pengertian laten maupun manifest.
Perbedaan-perbedaan dalam unsur-unsur sosial budaya tersebut merupakan sumber konflik yang dikenal dengan latent conflict yaitu perbedaan faktor-faktor yang ada pada individu, kelompok atau lembaga yang bisa mengarah kepada konflik.
Ketika muncul kondisi yang membangkitkan emosi dan mengarah pada suatu benturan sosial, barulah disebut sebagai manifest conflict, baik dalam bentuk lisan, tertulis maupun benturan fisik.
Pengalaman Indonesia dalam hal konflik sejak kemerdekaan patut dicatat sebagai pelajaran penting, meski telah banyak memakan korban;
Konflik yang sekian banyak seharusnya membawa pemahaman yang kaya tentang perbedaan-perbedaan dalam suku, agama, ras dan golongan.
Gaya penanganan konflik juga seharusnya menjadi pelajaran penting, mana cara yang efektif dan mana yang tidak efektif
Akan tetapi kenyataan menunjukkan konflik sosial masih sering terjadi, dan banyak yang tidak ditangani dengan tepat
Lihat saja konflik budaya antara Dayak dan Madura, konflik ideologi seperti Ahmadiyah, sempalan Islamiah, kelompok pengungsi eks Timor Leste, konflik penguasaan lahan atau sumberdaya ekonomi seperti Mesuji di Lampung, konflik antar agama seperti di Maluku atau Maluku Utara, Poso, atau konflik karena faktor ketidak-adilan seperti konflik di Lampung Selatan, Kalimantan Barat, Papua, Aceh, termasuk isu Jawanisasi di beberapa daerah seperti Sumatera Utara, Papua dan Aceh.
Konflik-konflik tersebut memiliki akar penyebab yang sangat kompleks, saling terkait, dan menimbulkan dendam dalam jangka waktu yang lama,.
Penanganan konflik di Indonesia cenderung represif, menggunakan pendekatan keamanan, dan kurang menggunnakan pendekatan yang lebih efektif seperti pendekatan kesejahteraan;
Berlarut-larutnya penanganan konflik yang dilakukan pemerintah selama ini telah memperngaruhi kondisi kesejahteraan masyarakat karena jumlah angka kemiskinan di daerah-darah pasca konflik semakin bertambah parah.
UU No.7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, dan Instruktsi Presiden No.2 Tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri belum dapat diandalkan. Kebijakan ini belum dilaksanakan secara komprehensif dan integratif karena belum bersifat operasional dalam melakukan pencegahan, penghentian, dan pemulihan pasca konflik.
Pemahaman konsep tentang Konflik is a process that involves people disagreeing.
Researchers have noted that conflict is like the common cold. Everyone knows what it is, but understanding its causes and how to treat it is much more challenging (Wall & Callister, 1995)
Tipe Konflik: Intrapersonal
Interpersonal
Intergroup
Intrapersonal conflict Suatu konflik yang dialami seorang karena ketidak jelasan
peran, posisi, dan apa yang diharapkan dari dirinya, serta bersikap ambigu;
Interpersonal conflict Suatu konflik yang terjadi antara sesama pegawi/pekerja,
antara pekerja dengan atasannya, atau antara atasan dengan atasan lainnya
Interngroup conflict Suatu konflik yang terjadi antar kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain, seperti antar kelompok masyarakat, antar suku, antar departemen, antar perusahaan, dsb.
Apakah konflik itu selamanya buruk? Banyak orang merasa tidak nyaman dengan kehadiran
konflik, tetapi apakah konflik selalu buruk? Memang konflik sering membawa dampak yang sangat buruk sampai menimbulkan kontak fisik, tindakan kekerasan, dsb, tetapi sebaliknya konflik banyak memberikan pelajaran terhadap perbaikan dan pembaharuan dalam berbagai aspek.
Untuk memahami apakah konflik itu merupakan suatu yang positif atau negatif, diperlukan suatu telaah khusus tentang akar penyebab konflik, dan akibat/dampaknya, kemudian menyusun program yang dikenal di negara maju dengan peacekeeping dan peacebuilding.
Mengapa terjadi konflik?
Struktur Kelembagaan Konflik bisa timbul dari pengaturan struktur suatu
kelembagaan yang membawaserta ketidak jelasan otoritas dan tanggung jawab, sehingga menimbulkan konflik.
Sumberdaya Yang Terbatas Keterbatasan sumberdaya yang semakin hari semakin
langka, termasuk juga keterbatasan waktu, peralatan, dsb, dapat menjadi sumber konflik.
Saling terkait antar fungsi/Tugas Keterkaitan yang tidak beres antara suatu fungsi/tugas yang
dilakukan satu pihak, dengan fungsi /tugas yang ditangani pihak lain bisa menjadi sumber konflik.
Perbedaan Tujuan
Kadang-kadang konflik timbul karena kedua belah pihak memiliki tujuan yang berbeda atau saling bertentangan.
Perbedaan Kepribadian/karakter
Perbedaan dalam kepribadian/karakter individu antar seringkali menyadi penyebab timbulnya konflik, seperti perbedaan cara berpikir, bersikap dan bertindak.
Masalah Komunikasi
Perbedaan dalam cara berkommunikasi juga dapat menimbulkan konflik, misalnya dalam tutur kata, penggunaan media, dsb
Gaya penanganan konflik bisa berupa: Accomodation: menampung keluhan dan pemikiran dari
pihak lawan untuk menjaga hubungan baik Avoidance: menghindar dan menutup-nutupi konflik yang
ada seolah-olah tidak terjadi Compromise: melakukan kompromi untuk memastikan
agar kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan, atau sebaliknya lebih diuntungkan;
Collaboration: kedua belah pihak yang terlibat konflik berusaha bersama untuk mengambil manfaat dari konflik tersebut - sering dikenal dengan win-win solution
Competition: pihak yang satu berusaha menang sendiri, tidak mau tahu apa yang disampaikan lawan
NEGOTIATION
*BATNA: best alternative to a negotiated agreement
Negotiation is a process whereby two or more parties work toward an agreement
Resolusi Konflik Tiga pendekatan yang paling populer dalam resolusi
konflik: Lose-lose: masing-masing pihak diminta menahan diri dan
mengalah; biasa dilakukan melalui metode avoidance, compromise, third party intervention
Win-lose: berusaha menggali informasi secara lengkap dan menetapkan secara jelas mana yang menjadi pihak pemenang dan mana yang menjadi pihak yang kalah; biasanya dilakukan melalui perintah penguasa, penentuan suara terbanyak, atau dengan menghimbau atau menuntut pihak yang lemah menyerah;
Win-win: berusaha kedua belah pihak yang terlibat konflik mendapatkan apa yang mereka perjuangkan; biasanya dilakukan dengan teknik problem solving (mendalami penyebab konflik), integrasi (memadukan best interests kedua belah pihak), dan bekerjasama untuk tujuan bersama.
Diskusi Kasus Konflik di Indonesia
Isu konflik manakah yang paling kritis untuk ditangani, dan apa alasannya?
Pelajaran sosial budaya apakah yang telah diambil dari masing-masing konflik itu?
Pelajaran politik apakah yang telah diambil dari masing-masing konflik itu?
Apakah telah dikembangkan metode dan teknik terbaik dalam menangani konflik?
Sejauh manakah program manajemen konflik diperhatikan melalui pembiayaan APBN/D?
Apakah dalam pemilihan alternatif kebijakan, unsur sosial budaya dan politik diperhitungkan dalam feasibility study?
Apakah ada contoh nyata bahwa ada kebijakan/program yang gagal karena hambatan faktor sosial budaya dan politik?
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA