“ANALISIS SEMIOTIKA PADA LUKISAN WANITA
BERHIJAB KARYA AMEENA Y. KHAN”
(Makna Tanda Kreatifitas Non Verbal Seni Lukis Mengenai
Representasi Identitas Perempuan Berhijab Di Amerika Serikat)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
oleh:
SHEILLA IMELDA PUTRI
NIM: 11140510000208
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018
i
ABSTRAK
Nama : Sheilla Imelda Putri
NIM : 11140510000208
“ANALISIS SEMIOTIKA PADA LUKISAN WANITA
BERHIJAB KARYA AMEENA Y. KHAN” (Makna Tanda
Kreatifitas Non Verbal Seni Lukis Mengenai Representasi
Identitas Perempuan Berhijab Di Amerika Serikat)
Lukisan sebagai bentuk kreatifitas senimannya kini bukan
hanya sebagai pemanja indra visual dalam hal estetika, namun
juga dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi non-verbal.
Ameena Yasmin Khan sebagai salah satu contoh seniman yang
menanfaatkan seni lukis sebagai media komunikasi yang
merepresentasikan identitas muslimah berhijab di Amerika
Serikat. Ameena Khan melukiskan wanita berhijab sebagai objek
lukisnya dengan gaya mixed art ini dilukiskan dengan berbagai
warna dan pola yang tentunya memiliki berbagai tanda dan
makna dibaliknya.
Berdasarkan latar belakang di atas, pentingnya
mengetahui makna dibalik tanda. Maka peneliti merumuskan
pertanyaan berupa, apa makna pesan dari lukisan wanita berhijab
karya Ameena Khan bedasarkan perspektif semiotika Charles
Sanders Pierce? Dan bagaimana Ikon, Indeks, dan Simbol
digunakan dalam lukisan wanita berhijab tersebut?
Penelitian ini menggunakan kajian semiotik dari Charles
Sanders Peirce yang analisisnya hanya terfokus pada bentuk
klasifikasi bedasarkan objeknya yakni tanda ikon, indeks dan
simbol. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan „rupa‟
sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Indeks
adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau
eksistensial di antara representamen dan objek. Simbol
merupakan jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional
sesuai kesepatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis semiotika dengan pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif. Data yang didapatkan berupa lukisan dari
ii
internet dan website yang relevan. Serta teknik pengumpulan
datanya dengan cara mengumpulkan dokumentasi bentuk data
(lukisan) dan studi kepustakaan dengan buku-buku referensi yang
relevan dengan penelitian.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah makna pesan dari
hasil analisa adalah dapat dikatakan bahwa ide ini digunakan oleh
Ameena Khan sebagai salah satu bentuk “demokrasi” nya untuk
meminimalisir kasus islamophobia yang sedang marak terjadi di
Amerika Serikat.
Kata kunci: Semiotika, Seni Lukis, Islamophobia, Wanita
Berhijab, Amerika Serikat.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan
hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, dan
nikmat yang begitu banyak sehingga dengan ridho-Nya peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa
selalu terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
SAW yang telah memberikan banyak perubahan kepada para
umatnya, dari zaman jahiliyah menuju zaman penuh ilmiyah
seprti apa yang kita rasakan sekarang.
Peneliti telah menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir
pendidikan Strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan peneliti menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta
dorongan dari berbagai pihak, penelitian sekripsi ini tidak akan
selesai, untuk itu pada kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.Ag, sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, beserta Dr. Suparto, M.Ed,
Ph.D sebagai wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj.
Roudhonah, M.Ag sebagai Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Marsan, M.Ag, sebagai ketua jurusan dan Fita
iv
Fathurrokhmah, M.Si, sebagai sekretaris jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Zakaria, M.Ag sebagai Dosen Penasehat Akademik.
4. Dr. Hj. Ibnu Qoyim, sebagai dosen pembimbing, yang telah
meluangkan waktunya untuk selalu senantiasa dengan sabar
membaca, mengkoreksi dan memberikan masukan kepada
peneliti, sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian
ini.
5. Para Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya
kepada peneliti selama perkuliahan.
6. Orang tua, (Alm) Kazuhiko Shimizu yang tidak akan
pernah bisa melihat putrinya menjadi sarjana, bunda
tercinta Yanthie M. Gumay yang senantiasa mendoakan
dan mendukung meskipun putrinya belum dapat menjadi
putri yang baik, serta ayah Ellan M. Dahlan yang juga
selalu mendukung dan membantu banyak dalam berbagai
aspek kehidupan peneliti.
7. Willie Satya Permana, selaku kakak laki-laki yang selalu
mendukung.
8. Segelintir sahabat-sahabat tersayang dan terkasih,
Muhammad Kindi Akasya, Nabilla Putri Maharani, Aditja,
Vidhya Arethuza, Andry Putra Nugroho, Delsha Amanda
Pohan, Hadaina Nurhafidzah. Semoga kalian semua selalu
dalam lindungan Allah SWT.
v
9. Para senior, junior serta teman-teman LSO KONTRAS
periode 2014-2017 yang telah menambah warna dalam
kehidupan perkuliahan peneliti dengan musik dan rasa
kekeluargaan yang tak ternilai harganya.
10. Teman-teman sejurusan KPI Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi angkatan 2014 terutama kelas KPI E angkatan
2014 yang dari awal berjuang bersama dalam menimba
ilmu dibangku perkuliahan.
11. Teman seperjuangan KKN 154 “HERO” 2014, yang telah
memberikan banyak pengalaman, pembelajaran dan kesan
selama satu bulan menjadi teman satu atap.
12. Jajaran manajemen dan teman-teman crew Wingstop
Bintaro Jaya Xchange periode 2015-2018 yang selalu
memberikan dispensasi dan memaklumi selama dua tahun
bahwa saya hanyalah mahasiswa yang bekerja paruh waktu
untuk menambah uang saku selama kuliah.
13. Human Resource Department PT. GCI (JIESAI) Indonesia,
terutama Mbak Jasmine Taniasari, Mbak Nanda Evasari,
Ibu Efi, Mbak Septi Handayani. Yang selalu memaklumi
dan memberikan dispensasi kepada saya sebagai mahasiswa
tingkat akhir yang sedang mencoba belajar mengenal lelah
dan kerasnya dunia kerja sesungguhnya.
vi
14. Yang terakhir, kepada seluruh pihak yang belum disebutkan
namanya namun tetap mempunyai andil dalam keberhasilan
peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih
banyak, semoga Allah membalas segala kebaikan dan
bantuan kalian
Tangerang Selatan, 20 September 2018
Sheilla Imelda Putri
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………. . i
KATA PENGANTAR………………………………………….. iii
DAFTAR ISI………………………………………………….... .. vii
PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A.Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B.Pembatasan dan Perumusan Masal ............................... 10
C.Tujuan Penelitan ............................................................. 10
D.Manfaat Penelitian .......................................................... 11
E.Metodologi Penelitian ...................................................... 12
F.Tinjauan Pustaka ............................................................. 16
G.Sistematika Penulisan ..................................................... 18
KAJIAN TEORI ........................................................................... 20
A. Kreatifitas ....................................................................... 20
1. Pengertian Kreatifitas ................................................. 20
2. Sifat Kreatifitas ........................................................... 21
3. Tahap-Tahap Kreatifitas ............................................. 22
4. Faktor Yang Mempengaruhi Kreatifitas ..................... 23
B. Representasi ................................................................... 24
Pengertian Representasi ..................................................... 24
C. Identitas .......................................................................... 24
Pengertian Identitas............................................................ 24
D. Semiotika ........................................................................ 25
1. Semiotika Secara Umum ............................................ 25
2. Semiotika Pada Komunikasi Non-Verbal .................. 26
viii
3. Semiotika Komunikasi Visual .................................... 27
4. Semiotika Charles Sander Peirce................................ 31
GAMBARAN UMUM ................................................................. 35
1. Islamophobia di Amerika Serikat .................................. 35
2. Pasca Tragedi 11 September 2001 ................................. 38
3. Lukisan Wanita Berhijab Karya Ameena Khan Sebagai
Komunikasi Non Verbal Seni Lukis Mengenai Eksistensi
Perempuan Berhijab Di Amerika Serikat ......................... 40
4. Profil Ameena Khan ........................................................ 42
5. Ameena Khan dan Pengalaman Seni ............................. 44
6. “Just a Peek, Please?” ..................................................... 45
7. EXHIBITIONS ................................................................ 46
8. Ameena Khan dan Perspektif Islam .............................. 48
9. Islam dan Seni Rupa ....................................................... 49
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................................... 55
Gambar 1 (No Need For Rescue) ................................................. 55
Gambar 2 (Potrait of Zahra) .......................................................... 57
Gambar 3 (Heavy Task) ................................................................ 59
Gambar 4 (Aware) .......................................................................... 61
Gambar 5 (Symbol) ................................................................... 62
PEMBAHASAN............................................................................ 64
Tabel Analisis 1 ..................................................................... 66
Tabel Analisis 2 ..................................................................... 71
Tabel Analisis 3 ..................................................................... 76
Tabel Analisis 4 ..................................................................... 81
Tabel Analisis 5 ..................................................................... 84
ix
PENUTUP ...................................................................................... 90
A. Kesimpulan ..................................................................... 90
B. Saran ................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 93
LAMPIRAN................................................................................... 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring berkembangnya zaman maka berkembang juga
pemikiran masyarakat dunia. Berbagai macam inovasi diciptakan
dalam aspek berkomunikasi. Seiring dalam menyesuaikan zaman.
Hal ini dapat terlihat dari media-media yang digunakan oleh
masyarakat terkini. Komunikasi dalam konteksnya memiliki
aneka ragam makna dan definisi. Secara umum, komunikasi
sering kali diartikan sebagai pertukaran pesan melalui sebuah
media. Namun menurut John R. Wenburg dan William W.
Wilmot: “Komunikasi adalah usaha untuk memperoleh makna”.1
William I. Gorden berpendapat “Komunikasi secara ringkas dapat
didefinisikan sebagai transaksi dinamis yang melibatkan gagasan
dan perasaan.”2 Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada
definisi yang benar ataupun yang salah. Komunikasi didefinisikan
secara luas sebagai “berbagi pengalaman”. Sampai batas tertentu,
1 Wenburg dan Wilmot, hlm.7. (Dikutip dari Prof. Deddy Mulyana,
M.A., Ph.D., ILMU KOMUNIKASI Suatu Pengantar Edisi Revisi, (Bandung,
PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 76)
2 Gorden, hlm.28. (Dikutip dari Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.,
ILMU KOMUNIKASI Suatu Pengantar Edisi Revisi, (Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 76)
2
setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam
pengertian berbagi pengalaman.3
Dari sekian banyak aspek komunikasi yang ada, peneliti
ingin memfokuskan pada aspek non-verbal. Komunikasi non
verbal merupakan salah satu bentuk dari jenis komunikasi yang
tidak bersifat langsung dan cenderung menggunakan simbol,
tanda atau lambang dalam menyampaikan pesannya. Jurgen
Reusch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi tiga
bagian. Pertama, “bahasa tanda” (sign language) – acungan
jempol untuk numpang mobil secara gratis, bahasa isyarat tuna
rungu. Kedua, “bahasa tindakan” (action language) – semua
gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk
memberikan sinyal, misalnya berjalan. Dan ketiga, “bahasa
objek” (object language) – pertunjukan benda, pakaian, dan
lambang non-verbal bersifat publik lainnya seperti ukuran
ruangan, bendera, gambar (lukisan), musik (marching band), dan
sebagainya, baik secara sengaja ataupun tidak.4
Bedasarkan klasifikasi tersebut, lukisan sebagai salah satu
aspek dari seni rupa merupakan perlambangan dari komunikasi
non-verbal. Hal ini juga berkaitan dengan salah satu fungsi
komunikasi sebagai fungsi ekspresif. Komunikasi juga
melibatkan aspek emosi didalamnya, dimana emosi dapat
3 Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D., ILMU KOMUNIKASI Suatu
Pengantar Edisi Revisi, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 46)
4 Wenburg dan Wilmot, hlm. 97. (Dikutip dari Prof. Deddy Mulyana,
M.A., Ph.D., ILMU KOMUNIKASI Suatu Pengantar Edisi Revisi, (Bandung,
PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 352)
3
diekspresikan melalui berbagai bentuk seni. Pada dasarnya,
kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari seni. Meskipun tidak
menjadi kebutuhan primer, namun seni digunakan setiap harinya
tanpa kita sadari. Seni rupa adalah seni yang tampak oleh indera
penglihatan dan wujudnya terdiri dari unsur rupa berupa titik,
garis, bidang atau ruang, bentuk atau wujud, warna, gelap terang,
dan tekstur.5 Dalam memahami seni rupa, beberapa poin penting
yang harus dimiliki adalah kepekaan estetika, keterampilan teknik
dan imajinasi yang kreatif. Sederhananya, pengertian seni rupa
adalah cabang seni yang membuat objek yang dapat dinikmati
terutama melalui bentuknya.
Manusia sebagai makhluk visual tentunya tak terlepas
dengan nilai estetika terlebih dalam menilai karya seni. Estetika
sering diartikan sebagai keindahan. Kata “aesthetica” diambil dari
kata Yunani “aesthesis” artinya pengamatan indera atau sesuatu
yang merangsang indera. Dari arti perkataan tersebut Baumgarten
mengartikan estetika sebagai pengetahuan yang berkaitan dengan
objek yang dapat diamati dan merangsang indera, khususnya
karya seni.6 Namun, melibatkan sudut pandang dan nilai Islam
dalam ranah seni rupa juga menuai berbagai persoalan. Sulit
untuk menghubungkan seni rupa dengan norma Islam
5 A. Agung Suryahadi, SENI RUPA Menjadi Sensitif, Kreatif,
Apresiatif dan Produktif JILID 1, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejeruan, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008) h.21
6 Abdul Hadi W.M., Hermeneutika, Estetika, Dan Religiusitas Esai-
Esai Sastra Sufistik dan Seni Rupa, (MATAHARI: Yogyakarta. 2004), h. 33
4
dikarenakan konsep seni rupa yang dianggap dapat membuat
manusia melenceng dan menyembah berhala karya seni.
Al-Quran secara tegas dan dengan Bahasa yang sangat
jelas berbicara tentang patung (seni rupa) pada beberapa surat
dalam Al-Quran, surat Ali „Imran (3): 48-49 dan Al-Maidah (5):
110 diuraikan mukjizat Nabi Isa a.s. antara lain adalah
menciptakan patung berbentuk burung dari tanah liat dan setelah
ditiupnya, kreasinya itu menjadi burung yang sebenarnya atas
izin Allah.
Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada
mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan
membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, Yaitu aku
membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian
aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung dengan seizin
Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari
lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku
menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku
kabarkan kepadamu apa yang kamu Makan dan apa yang kamu
simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu
sungguh-sungguh beriman.”. (QS Ali „Imran [3]:49).7
7 Yedi Purwanto, Seni Dalam Pandangan Alquran, Jurnal
Sosioteknologi Edisi 19 Tahun 9, April 2010. h.786
5
Disini, karena kekhawatiran kepada penyembahan berhala atau
karena faktor syirik tidak ditemukan, Allah SWT. Membenarkan
perbuatan patung burung oleh Nabi Isa a.s. Dengan demikian,
penolakan Al-Quran bukan disebabkan oleh patungnya,
melainkan karena kemusyrikan dan penyembahannya. Kaum nabi
Shaleh terkenal dengan keahlian mereka memahat, sehingga
Allah berfirman, “Ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan
kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum “Ad,
dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-
istana di tanah-tanah yang datar, dan kamu pahat gunung-
gunung untuk dijadikan rumah, maka ingatlah nikmat-nikmat
6
Allah, dan janganlah kamu merajalela di bumi membuat
kerusakan (QS Al-A‟raf [7]: 74).8
Sebagian besar berhala adalah patung-patung dan lukisan,
maka dari itu Islam mengharamkannya karena alasan tersebut
bukan karena dalam seni rupa tersebut terdapat keburukan,
namun karena media seni rupa kerap kali dijadikan sarana bagi
kemusyrikan. Atas dasar inilah, hendaknya dipahami hadist-
hadist yang melarang menggambar atau melukis dan memahat
makhluk hidup. Adapun beberapa hadist yang membahas
mengenai dilarangnya melukis objek yang menyerupai makhluk
hidup :
1. Dari Abu Juhaifah radhiallahu anhu dia berkata:
“Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam
melaknat penggambar.” (HR. Al-Bukhari no. 5962)
2. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Saya
mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Allah Azza wa Jalla berfirman, “Siapakah yang lebih
zhalim daripada orang yang berkehendak mencipta
seperti ciptaan-Ku. Kenapa mereka tidak menciptakan
8 Yedi Purwanto, Seni Dalam Pandangan Alquran, Jurnal
Sosioteknologi Edisi 19 Tahun 9, April 2010. h.787
7
lalat atau kenapa mereka tidak menciptakan semut kecil
(jika mereka memang mampu)?!” (HR. Al-Bukhari no.
5953, Muslim no. 2111, Ahmad
Seni dan estetikanya tidak hanya sekedar diartikan sebagai
pemuas kesenangan inderawi dan nikmat semata, yang mana
makna estetika sebenarnya lebih dari sekedar pemuas belaka.
Masalah keindahan dan karya seni bertalian dengan hasrat
manusia yang lebih tinggi, yaitu pengalaman kerohanian dan
kepuasan intelektual (Pabitrakumar 1990). Seni juga berkaitan
dengan masalah moral dan agama. Dalam bukunya Kimiya-i
Sa‟adah (Kimia Kebahagiaan) Imam al-Ghazali menyatakan
bahwa efek yang ditimbulkan karya seni terhadap jiwa manusia
sangat besar, dan karenanya menentukan moral dan penghayatan
keagamaannya. Apabila masalah estetika hanya dikaitkan dengan
selera dan kesenangan sensual, atau kesenangan inderawi, maka
nilai seni itu akan merosot.9
Apabila seni membawa manfaat bagi manusia, memperindah
hidup dan hiasannya yang dibenarkan agama, mengabadikan
nilai-nilai luhur dan menyucikannya, serta mengembangkan serta
memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia, maka Sunnah
Nabi mendukung, tidak menentangnya. Ketika itu ia telah
9 Abdul Hadi W.M., Hermeneutika, Estetika, Dan Religiusitas Esai-
Esai Sastra Sufistik dan Seni Rupa, (MATAHARI: Yogyakarta. 2004), h. 33-
34
8
menjadi salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada
manusia.10
Membahas konteks seni sebagai media komunikasi
merepresentasikan identitas, berbagai aspek kesenian tentu
memiliki medianya masing-masing. Sebagaimana contohnya seni
musik (bernyanyi) yang menjadi medianya ialah vokal, seni tari
yang menjadi medianya ialah gerak, maka seni rupa yang menjadi
medianya ialah rupa. Seni rupa sebagai bentuk fisik dari karya
pembuatnya (seniman) tentunya memiliki sebuah pesan sebagai
bentuk komunikasi yang ingin disampaikan. Nilai seni sebuah
karya seni rupa tidak hanya terbatas pada keindahan rupa semata-
mata, tetapi juga pada nilai kejiwaan yang mampu
menyampaikan pesan spiritual seniman.11
Sebagaimana studi kasus yang menjadi objek penelitian
peneliti mengenai lukisan-lukisan wanita berhijab karya Ameena
Khan. Wanita 36 tahun itu menggambarkan wanita mengenakan
jilbab dalam beberapa kelompok. Salah satu yang paling
mencolok memperlihatkan wanita yang mengenakana jilbab besar
warna kuning. Gambar tersebut mewakili perjuangan wanita
10
Yedi Purwanto, Seni Dalam Pandangan Alquran, Jurnal
Sosioteknologi Edisi 19 Tahun 9, April 2010. h.788
11 Feldman,Edmund B.: Art As Image And Idea, Prentice Hall
Inc.Englewood Cliffs, New Jersey, 1967, p.223-224 (dikutip dari Prof.
R.M.Soedarsono,Ph.D., PENGANTAR APRESIASI SENI, (Balaipustaka:
Jakarta,1992) h.169
9
muslim bagaimana ia menghadapi haters di depan umum. Ada
beban berat di kepalanya terutama bila tinggal di area minoritas.12
Bedasarkan latar belakang diatas, peneliti memilih lukisan
wanita berhijab karya seni dari Ameena Khan sebagai objek
penelitian dikarenakan seni adalah kegiatan yang terjadi oleh
proses karsa, cipta dan rasa. Tidak sama, tetapi tidak seluruhnya
berbeda dengan sains dan teknologi, maka cipta dalam seni
mengandung pengertian terpadu antara kreativitas (creativity),
penemuan (invention), dan inovasi (innovation) yang sangat
dipengaruhi oleh rasa (emotion atau feeling).13 Hal ini merupakan
faktor pendukung bagi peneliti dalam melakukan penelitian
terhadap karya seni rupa sebagai bentuk kreativitas dalam
mengkomunikasikan representasi identitas Islam. Dengan
memilih judul “ANALISIS SEMIOTIKA PADA LUKISAN
WANITA BERHIJAB KARYA AMEENA Y. KHAN”
(Makna Tanda Kreatifitas Non Verbal Seni Lukis Mengenai
Representasi Identitas Perempuan Berhijab Di Amerika Serikat).
12
http://wolipop.detik.com/read/2016/07/11/161028/3250866/1632/a
meena-khan-seniman-berhijab-yang-coba-redakan-islamophobia-lewat-
lukisan/amp/amp (Diakses pada tanggal 8 Mei 2018 pukul 19.30 WIB).
13 Institut Seni Indonesia Yogyakarta, EKSPRESI Jurnal Institut Seni
Indonesia Yogyakarta Volume 15, Tahun 5, 2005. (Yogyakarta: Aksara
Indonesia, 2005) h. 240
10
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.Batasan Masalah
Peneliti membatasi masalah penelitian ini pada karya seni
yakni seni lukis dengan gambar wanita berhijab karya Ameena
Khan. Fokus penelitian yang dilakukan peneliti adalah
menganalisis makna pesan dari karya seni lukis Ameena Khan
terutama pada gambar wanita berhijab sebagai bentuk
kreativitas dalam mengkomunikasikan representasi identitasnya
sebagai seorang muslim yang tinggal sebagai minoritas disebuah
negara. Peneliti juga membatasi karya-karya dari Ameena Khan
hanya pada lukisan wanita berhijab saja.
1.Rumusan Masalah
Bedasarkan penjelasan diatas, rumusan masalah dalam
penelitian ini, adalah bagaimana memahami makna pesan dari
lukisan wanita berhijab karya Ameena Khan bedasarkan
perspektif semiotika Charles Sanders Pierce?
Dari apa yang dikemukakan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
a. Bagaimana makna pesan dari lukisan wanita berhijab
karya Ameena Khan berdasarkan perspektif
semiotika Charles Sanders Pierce?
b. Bagaimana Ikon, Indeks, dan Simbol digunakan
dalam lukisan wanita berhijab tersebut?
C. Tujuan Penelitan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :
a. Mengetahui dan menjelaskan makna pesan dari
lukisan wanita berhijab karya Ameena Khan
11
berdasarkan perspektif semiotika Charles Sanders
Pierce.
b. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana Ikon,
Indeks, dan Simbol digunakan dalam lukisan wanita
berhijab karya Ameena Khan tersebut.
D. Manfaat Penelitian
1.Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan bisa menambah dan
memperkaya pengetahuan serta pemahaman pembaca terhadap
seni sebagai bentuk kreativitas dalam berkomunikasi serta
representasi yang diciptakan pembuatnya sehingga dapat
menciptakan sebuah kesan. Selain itu apabila dikorelasikan
dengan jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, seni sebagai komunikasi juga dapat dilihat
sebagai media dalam berdakwah yang mana bisa digunakan
sebagai referensi di penelitian selanjutnya terutama untuk
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam.
1.Manfaat Praktis
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberi
pemahaman kepada masyarakat luas, terutama kalangan
akademisi agar lebih memahami akan berbagai aspek komunikasi
yang seringkali tidak kita sadari seperti seni rupa.
12
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Pada penelitian ini, paradigma yang digunakan adalah
paradigma konstruktivis, yaitu pengetahuan yang digambarkan
sebagai konsekuensi dari aktivitas manusia, pengetahuan
merupakan konstruksi manusia, tidak pernah
dipertanggungjawabkan sebagai kebenaran yang tetap, tetapi
merupakan permasalahan dan selalu berubah. Jadi dapat
disimpulkan bahwa realitas itu merupakan hasil konstruksi
manusia yang akan terus berkembang.14
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Borgan dan Taylor dalam buku Moleong, metode
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati.15
Di dalamnya terdapat metode
penelitian analisis semiotika. Semiotika adalah studi tentang tanda
dan segala sesuatu yang berhugungan denganya: cara
berfungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain, pengirimnya,
dan penerimanya oleh mereka yang mempergunakannya.16
Analisis yang disampaikan menurut pandangan ini adalah suatu
analisis yang membongkar maksud-maksud dan makna-makna
14
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Bumi
Aksara 2013) h. 49. 15
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1993), Cetakan ke-10, h. 3. 16
Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, Serba-Serbi Semiotika.
(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,1992) , h.5
13
tertentu yang disampaikan oleh sang subjek yang mengemukakan
suatu pernyataan.17
1. Metode Penelitian
Pendekatan kualitatif dipilih peneliti karena dalam
penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode
pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat
nonkuantitatif, seperti penggumpulan data dan metode analisis
yang bersifat nonkuantitatif, penggunaan instrumen wawancara
mendalam dalam pengamatan.18 Menurut Crasswell dalam sebuah
pendekatan kualitatif memiliki beberapa asumsi, yaitu : pertama,
sebuah penelitian yang lebih mempehatikan proses daripada hasil.
Kedua, peneliti kualitatif lebih memperhatikan interpretasi.
Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam
pengumpulan data dan analisis langsung data serta peneliti harus
terjun langsung kelapangan, melakukan observasi di lapangan.
Keempat, peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti
terlibat langsung dalam proses penelitian, interpretasi data dan
pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar19
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seniman muslimah
Ameena Khan. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah
17
Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi
(Jakarta: UINJakartaPress, 2006), h.83. 18
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi (Yogyakarta:
Gintanyali, 2004) h.2 19
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana,2007) h.303
14
lukisan wanita berhijab dari karya Ameena Khan, bahwa lukisan
tersebut sebagai bentuk kreativitas komunikasi dalam
merepresentasikan identitas.
1. Sumber Data
Penelitian ini mengambil data berupa gambar lukisan
karya Ameena Khan dan artikel di internet berjudul “Ameena
Khan, Seniman Berhijab yang Coba Redakan Islamophobia
Lewat Lukisan” yang ditulis oleh Arina Yulistara di
https://wolipop.detik.com pada Senin, 11/07/2016 Pukul 16:10
WIB dan melalui akun Instagram Ameena Khan
@ameenakhanart.
1. Teknik Pengumpulan data
Dalam melakukan pengumpulan data peneliti melakukan
tahapan-tahapan dengan metode :
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara melihat gambar lukisan
dari Ameena Khan melalui internet dan sosial media Instagram
dari akun @ameenakhanart. Observasi itu sendiri berarti aktivitas
yang dilakukan terhadap suatu proses atau suatu objek, dan
kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya. Guna mendapatkan informasi-informasi yang
dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian tersebut.
b. Studi Kepustakaan
15
Peneliti membaca buku-buku yang terkait dengan topik
yang di teliti, yang diharapkan memperkaya pemahaman peneliti
tentang bahasan bahasan yang sejalan dengan topik tersebut.
c. Dokumentasi
Proses pengumpulan dan pengambilan data tulisan-tulisan
berbentuk artikel dan foto ataupun data yang menyangkut
penelitian.
d. Analisis Data
Menurut Patton yang dikutip oleh Sugiono,20
analisis data
adalah proses mengatur uraian data, mengorganisasikannya ke
dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Setelah semua
data dan informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian
terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap data
dan informasi tersebut. Teknik Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis semiotika. Semiotika adalah ilmu
yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya tanda, dan produksi
makna.21
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan untuk
mengkaji lukisan wanita berhijab karya Ameena Khan adalah
kerangka analisis semiotik Charles S. Peirce dibatasi hanya
dengan berdasarkan objeknya yang diklasifikasikan menjadi
Simbol, Ikon dan Indeks.
20
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2007), h. 88. 21
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Jogjakarta:
Jalasutra, 2009), h.12.
16
e. Pedoman Penulisan
Pada penulisan penelitian ini, peneliti mengacu pada
SK REKTOR NOMOR 507 tentang pedoman penulisan karya
ilmiah.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk membantu peneliti dalam proses penyusunan,
peneliti melakukan studi pustaka hasil penelitian sebelumnya
yaitu :
1. Analisis Semiotika Pembentukan Karakter Islami Anak Pada
Iklan Deterjen Halal Total Almeera Di Televisi. Diteliti oleh R.
Dirgantria Anugrah. (KPI, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018). Penelitian
ini memiliki kesamaan penggunaan teori semiotika dari Charles
Sanders Pierce sebagai gambaran dari konsep teori semiotika
yang akan digunakan oleh peneliti dalam menganalisa
penelitian.
2. Analisis Ideologi Visual Pada Iklan Cetak Adidas Versi Chu-
mu Yen, “No One Gets Up When A Whole World Kicks”.
Diteliti oleh Agustina Kusuma Dewi. (DKV, Fakultas Seni
Rupa dan Desain, ITENAS Bandung, 2017). Penelitian ini
dijadikan sebagai refrensi oleh peneliti dikarenakan kesamaan
konsep visual yang membantu peneliti dalam mendapatkan
gambaran akan konsep penelitian visual.
3. Kajian Seni Lukis Karya Suatmadji Tema “Save The Children”
Periode 2004-2013. Diteliti Oleh Dyah Eka W. (Fakultas Seni
17
Rupa dan Desain, ISI Surakarta, 2014). Penelitian ini memiliki
kesamaan objek penelitian berupa karya seni lukis yang
menjadi refrensi peneliti dalam penggambaran atau analisa akan
objek penelitian visual.
4. Makna Karya Lukis Perempuan Malang-Jawa Timur Dalam
Analisis Semiotik. Diteliti oleh magister pendidikan seni dan
dosen seni rupa dan desain UM, Ida Siti Herawati. Penelitian
ini juga memiliki kesamaan objek penelitian berupa karya seni
lukis. Namun peneliti merasa bahwa penelitian ini lebih spesifik
dalam menganalisa lukisan dengan teori semiotika, sehingga
peneliti dapat dengan mudah mendapatkan gambaran serta
konsep dalam menyusun penelitian.
5. Makna Tanda Pada Iklan Rokok A Mild Versi Manimal Di
Stasiun Trans TV (Analisis Semiotika Segitiga Makna Charles
Sanders Pierce). Diteliti oleh Tarsani Ahmad Ali Anshory.
(Jurnal Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosisal dan Ilmu
Politik, USNI). Penelitian ini memiliki kesamaan teori semiotik
yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisa penelitian,
sehingga mempermudah peneliti dalam mendapatkan gambaran
bagaimana teori tersebut digunakan dalam menganalisa
penelitian.
6. Kedudukan Seni Dalam Islam. Diteliti oleh Nanang Rizali.
(TSAQAFA, Jurnal Kajian Seni Budaya Islam Vol.1 No.1, Juni
2012). Jurnal ini menjadi referensi penting bagi peneliti dalam
menyusun penelitian dengan objek seni (seni lukis) namun tetap
memiliki nilai islamnya.
18
7. Mengenal Estetika Rupa Dalam Pandangan Islam. Diteliti Oleh
Martono. (Jurnal FBS Universitas Negeri Yogyakarta). Sama
seperti jurnal yang sebelumnya, jurnal ini menjadi salah satu
referensi yang penting bagi peneliti dalam melihat atau
mendapatkan pengetahuan tambahan akan seni dari perspektif
Islam.
8. Upaya Barack Obama Dalam Mengatasi Citra Buruk Amerika
Serikat Di Dunia Islam Akibat Islamophobia Di Amerika
Serikat. Diteliti oleh Nurul Anisa (Skripsi Jurusan Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UMY).
Penelitian ini memiliki relevansi akan gambaran umum akan
latar belakang Islamophobia di Amerika Serikat.
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan, Pada bab ini, peneliti menjelaskan latar
belakang masalah dari topik yang peneliti ambil. Pada bab ini
peneliti juga membatasi permasalahan agar tidak melebar
kemana-mana dan terfokus, setelah itu di jelaskan pula apa
rumusan masalahnya, dijelaskan apa subjek dan objek
penelitiannya dan menuliskan metodelogi apa yang digunakan
lengkap dengan penjelasan serta alasannya, lalu peneliti juga
menuliskan tujuan dari dilakukannya penelitian ini serta apa
manfaatnya, tidak lupa peneliti menuliskan tinjauan pustaka yang
di lakukan dan yang terakhir menuliskan sistematika penulisan
agar lebih sistematis dan sebagai gambaran dari isi skripsi ini.
19
BAB II : KAJIAN TEORI
Pada bab ini meliputi definisi-definisi, seperti pengertian
kreativitas, sifat-sifat kreativitas, definisi representasi dan
identitas serta menjelaskan definisi semiotika secara umum,
semiotika dalam konteks non-verbal dan menjelaskan mengenai
teori semiotika yang diambil yakni semiotika dari Charles
Sanders Peirce.
BAB III : GAMBARAN UMUM
Bab ini berisi gambaran umum mengenai profil seniman
muslim Ameena Khan serta latar belakangnya.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini berisi tentang hasil serta penjelasan dari
analisis permasalahan yang diteliti.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini peneliti akan menuliskan tentang kesimpulan
dari apa yang telah di dapatkan, dan memberikan saran menurut
peneliti untuk penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA : PENGURAIAN SUMBER
Sumber-sumber yang digunakan peneliti dalam
melakukan penulisan terhadap penelitian ini, baik online ataupun
tidak.
20
BAB II
KAJIAN TEORI
Teori adalah seperangkat dalil atau prinsip umum yang
kait mengait (hipotesis yang diuji berulangkali) mengenai aspek-
aspek suatu realitas. Fungsi teori adalah menerangkan,
meramalkan atau memprediksi, dan menemukan keterpautan
fakta-fakta secara sistematis.1
A. Kreatifitas
Pengertian Kreatifitas
Kreatif kerap kali diartikan sebagai berpikir imajinatif,
bisa juga diartikan sebagai menemukan alternatif dalam mencari
jalan keluar. Peneliti menyimpulkan bahwa kreatif pada
umumnya melihat suatu hal dari sudut pandang yang berbeda
dengan apa yang dilihat oleh orang lain, sehingga timbul pikiran
imajinatif.
Kreatifitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau
menghasilkan sesuatu yang baru. Hasil karya atau ide-ide baru itu
sebelumnya tidak dikenal oleh pembuatnya maupun orang lain.
Kemampuan ini merupakan aktivitas imajinatif yang hasilnya
merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang
diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal
1 Onong Uchjana Effendy, ILMU, TEORI dan FILSAFAT
KOMUNIKASI, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 244.
21
yang baru, berarti dan bermanfaat.2 Sementara itu, Bobbi
DePorter & Mike Hernacki mengartikan kreatifitas sebagai
“..melihat hal yang dilihat orang lain, tetapi memikirkan hal yang
tidak dipikirkan orang lain.”3
Sifat Kreatifi tas
Tentang sifat-sifat kreatifitas, David Campbell
mengemukakan bahwa kreatifitas merupakan suatu kegiatan yang
mendatangkan hasil yang sifatnya: Pertama, baru atau novel, yang
diartikan sebagai inovatif, tidak ada sebelumnya, segar, menarik,
aneh dan mengejutkan. Kedua, berguna, bermanfaat atau useful,
yang diartikan sebagai lebih enak, lebih praktis, mempermudah,
mendorong, mengembangkan, mengatasi kesulitan,
mendatangkan hasil yang baik. Ketiga, dapat dimengerti atau
understandable, yaitu diartikan sebagai hasil karya yang dicipta
atau dibuat dapat dimengerti orang lain.4
Salah satu contoh pola pikir kreatif yang harus kita
biasakan, yaitu dengan cara berpikir terbalik atau dengan arah
berlawanan. Teknik ini akan memberi kit acara baru dalam
melihat sesuatu. Setiap pemikiran tertentu akan membangkitkan
2 H. Fuad Nashori & Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan
Kreativitas Dalam Perspektif Psikologi Islami, (Jogjakarta: Menara Kudus
Jogjakarta, 2002). h.33
3 H. Fuad Nashori & rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan
Kreativitas Dalam Perspektif Psikologi Islami, (Jogjakarta: Menara Kudus
Jogjakarta, 2002). h.34 4 H. Fuad Nashori & rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan
Kreativitas Dalam Perspektif Psikologi Islami, (Jogjakarta: Menara Kudus
Jogjakarta, 2002). h.39
22
gagasan yang berlawanan dengan cara membalikkannya.
Perubahan persepsi juga dapat terjadi ketika kita membalikkan
pol acara berpikir konvensional kita tentang sebuah masalah dan
situasi.5
Tahap-Tahap Kreatifitas
Pertama, tahap persiapan. Pada periode ini individu
meletakkan dasar pemikiran, menyatakan masalah dan
mengumpulkan materi-materi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah. Individu juga mempelajari mengenai latar belakang
masalah serta seluk beluknya.
Kedua, tahap konsentrasi. Perhatian individu tercurah dan
pikiran individu terpusat pada hal-hal yang mereka kerjakan.
Tahap konsentrasi merupakan waktu pemusatan, waktu untuk
menimbang-nimbang, waktu untuk menguji, waktu awal untuk
mencoba dan mengalami gagal (trial and error).
Ketiga, tahap inkubasi. Individu seolah-olah melepaskan
diri untuk sementara dari masalah yang dihadapi atau tidak
memikirkan secara sadar, tetapi menyimpannya dalam alam pra
sadar. Artinya individu mencari kegiatan-kegiatan yang
melepaskan diri dari kesibukan pikiran terhadap masalah yang
dihadapi, namun untuk sementara waktu.
Keempat, tahap penerangan. Hasil kreatif baru muncul
pada periode ini, individu mengalami insight, ide untuk
5 Wahyu Aditya, SILA KE-6 : KREATIF SAMPAI MATI!, (Jogjakarta:
PT Bentang Pustaka, 2013). h.28
23
pemecahan masalah muncul secara tiba-tiba dan diikuti perasaan
senang.
Kelima, tahap verification (pembuktian). Pada tahap
pembuktian individu mengekspresikan ide-idenya dalam bentuk
nyata. Dalam menentukan apakah penyelesaian masalah nampak
dalam fakta-fakta yang benar, individu mengevaluasi hasil
penyelesaian masalah. Pada periode ini diperlukan pola berpikir
kritis.6
Faktor Yang Mempengaruhi Kreatifitas
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kreatifitas,
yakni faktor internal individu maupun faktor eksternal individu.
Faktor internal meliputi aspek kognitif seperti kecerdasan dan
aspek non-kognitif seperti sikap, motivasi, nilai, spiritualitas, dan
ciri kepribadian yang lain. Sementara faktor eksternal diantaranya
kebudayaan tempat individu hidup dan berinteraksi dengan
lingkungannya.7
6 H. Fuad Nashori & rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan
Kreativitas Dalam Perspektif Psikologi Islami, (Jogjakarta: Menara Kudus
Jogjakarta, 2002). h.56-57 7 H. Fuad Nashori & rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan
Kreativitas Dalam Perspektif Psikologi Islami, (Jogjakarta: Menara Kudus
Jogjakarta, 2002). h.59
24
B. Representasi
Pengertian Representasi
Stuart Hall mengungkapkan ada dua proses representasi.
Pertama, representasi mental yaitu konsep tentang “sesuatu” yang
masih ada dikepala kita masing-masing. Sedangkan yang kedua,
yaitu “bahasa” yang berperan penting dalam mengkonstruksi
suatu makna.8 Maka dari itu, yang terpenting dalam representasi
adalah bahwa kelompok yang dapat berproduksi dan bertukar
makna dengan baik adalah kelompok tertentu, yang memiliki
suatu latar belakang pengetahuan yang sama sehingga dapat
menciptakan suatu pemahaman yang hampir sama. Berpikir dan
merasa juga merupakan sistem representasi, sebagai sistem
representasi berarti berpikir dan merasa juga berfungsi untuk
memaknai sesuatu. Untuk dapat melakukan hal tersebut,
diperlukan latar belakang pemahaman yang sama terhadap
konsep, gambar, dan ide (cultural codes).9
C. Identitas
Pengertian Identitas
Identitas adalah konsep atas keberadaan seseorang untuk
dapat dipandang sebagai human being. Bagaimana dia
8 Stuart Hall, “The Work Of Representation.” Representation:
Cultural Representation and Signifying Practices. Ed. Stuart Hall. London:
Sage Publication, 2003. h.17 9 Stuart Hall, “The Work of Representation”, h. 25
25
memandang dirinya, bagaimana dia ingin dipandang dan
bagaimana dia memandang orang lain adalah bagian dari
penentuan sesuatu yang disebut jati diri seseorang.10
D.Semiotika
1.Semiotika Secara umum
Semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion
merupakan sebuah model ilmu pengetahuan sosial dalam
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit
dasar yang disebut “tanda”.11 Secara terminologis, semiotika
dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan
luas objek-objek, peristiwa, dan kebudayaan sebagai tanda.12 Pada
awalnya tanda dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada
adanya hal lain.
Seperti contohnya yaitu, ada asap maka pasti menandakan
adanya api, dan sirene mobil yang berbunyi keras tanda adanya
sebuah kebakaran. Tanda sendiri merupakan sesuatu yang bersifat
10
Sih Natalia Sukmi, “Konstruksi Identitas Pengguna Media Dunia
Media yang Konvergen” Jakarta, 13-14 November 2013 (FISIP) Universitas
Indonesia, 2013), h.456
11 Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa
Agama, (Malang:
UIN Malang Press, 2007) h. 9.
12 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi
Praktis Bagi Penelitian
dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) Edisi Kedua h.
8.
26
fisik, dapat diterima oleh indera manusia. Selalu mengacu pada
sesuatu diluar dirinya dan bergantung pada pengenalan dari para
pengguna bahwa itu adalah tanda.13
Menurut “Van Zoest” (1993:52), “tidak ada tanda yang
tidak terlebih dahulu tercakup dalam anggapan. Apabila kita
memperlakukan anggapan lebih dahulu sebagai konteks implisit,
dapatlah kita katakan bahwa tidak ada tanda yang sama sekali
bebas konteks.”14
Dick Hartoko (1984, dalam Sentosa, 1993:3) memberi
batasan, semiotic adalah bagaimana suatu karya ditafsirkan oleh
para pengamat lewat tanda-tanda dan simbol-simbol. Batasan
yang lebih jelas dikemukakan oleh Preminger (2001:89). Ia
mengatakan “semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini
menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan
itu merupakan tanda-tanda. Semiotic itu mempelajari sistem-
sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan
tanda-tanda tersebut mempunyai arti”.15
1.Semiotika Pada Komunikasi Non-Verbal
Jika definisi harafiah komunikasi non-verbal
adalah komunikasi tanpa bahasa atau komunikasi tanpa kata,
13
R. Dirgantria Anugrah, Analisis Semiotika Pembentukan Karakter
Islami Anak Pada Iklan Deterjen Halal Total Almeera Di Televisi, Skripsi
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah. h.23.
14 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004) h. 136.
15 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar, h. 96.
27
maka tanda non-verbal berarti tanda minus bahasa atau tanda
minus kata. Jadi, secara sederhana, tanda non-verbal dapat kita
artikan semua tanda yang bukan kata-kata. selanjutnya, dalam hal
pengaplikasian semiotika pada tanda non-verbal, yang terutama
penting diperhatikan adalah pemahaman tentang bidang non-
verbal. Bidang non-verbal adalah suatu wilayah yang
menekankan pentingnya fenomena yang bersifat empiris, factual,
atau konkret, tanpa ujaran-ujaran bahasa. Ini berarti bidang non-
verbal berkaitan dengan benda konkret, nyata dan dapat
dibuktikan melalui indera manusia (Budianto, 2001:15).
Bagaimana semiotika itu dapat kita aplikasikan untuk mengkaji
tanda-tanda non-verbal? Pada dasarnya aplikasi atau penerapan
semiotika pada tanda non-ver bal bertujuan untuk mencari dan
menemukan makna yang terdapat pada benda-benda atau sesuatu
yang bersifat non-verbal atau pencarian makna pada “meta-tanda
non-verbal”.16
1.Semiotika Komunikasi Visual
1.Dimensi Semiotika Visual
Semiotika visual (visual semiotics) pada dasarnya
merupakan salah sebuah bidang studi semiotika yang secara
khusus menaruh minat pada penyelidikan terhadap segala jenis
makna yang disampaikan melalui sarana indra lihatan (visual
senses). Semiotika visual ini dapat diklasifikasikan setidak-
16
Drs. Alex Sobur, M.Si., Semiotika Komunikasi, h.122 & 124.
28
tidaknya ke dalam tiga dimensi, yakni dimensi sintaktik,
semantik, dan pragmantik.17
Dimesnsi Sintaktik, persoalan di dalam dimensi sintaktik
berkisar pada homologi di antara bahasa dan gambar/lukisan
(Nöth, 1990: 451-452). Dapatkah istilah atau kiasan “bahasa
gambar” (the language of pictures) diperlakukan secara harafiah
sedemikian sehingga tiba pada tahap ditemukannya struktur
piktoral yang setara dengan tataran gramatika bahasa? Sebagian
pakar semiotika berpendapat bahwa struktur sebuah representasi
visual dapat dipilah ke dalam satuan-satuan pembentuknya yang
sedikit-banyak analog dengan sistem kebahasaan, kendati hal ini
tidak sekaligus menunjukkan adanya artikulasi ganda (double
articulation). Di dalam sistem bahasa, astikulasi ganda tersebut
terwujud sebagai satuan terkecil yang bermakna dan satuan
terkecil yang membedakan makna.18
Dimensi Semantik, Charles Morris percaya bahwa gambar
tersusun dari tanda-tanda ikonik seperti dipahami di dalam
tipologi Peirce. Apabila demikian halnya, maka makna tanda-
tanda visual tersebut adalah bersifat identik (memiliki kesamaan
“rupa”) dengan hal-hal yang menjadi acuannya. Akan tetapi,
penekanan yang berlebihan terhadap ikonisitas tanda-tanda visual
berisiko untuk mengabaikan aspek simbolik dan indeksial yang
17
Kris Budiman, Semiotika Visual Konsep, Isu, dan Problem
Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, September 2011), h.9. 18
Kris Budiman, Semiotika Visual Konsep, Isu, dan Problem
Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, September 2011), h.10.
29
sekaligus juga terdapat di dalamnya.19 Peirce pun pernah
mengatakan bahwa tanda yang sempurna ialah tanda yang
memiliki keseimbangan sifat dari ikonik, indeksial dan simbolik,
hal ini justru membuat persoalan semantik direpotkan dengan
perkara pengklasifikasian tanda bedasarkan tipologi dari Peirce
tersebut yang mana ada sebuah permasalahan penting lainnya
yang bersangkutan dengan dimensi ini, yakni persoalan proses
pemaknaan, bagaimana sebuah karya seni tersebut bisa menjadi
bermakna. Disinilah perlunya proses “membaca” sebagai bentuk
pemahaman dan interpretasi.
Dimensi Pragmatik, dimensi ini cenderung
mempertanyakan sekaligus menelusuri fungsi-fungsi, apakah
yang dominan di dalam proses komunikasi (seni) visual. Apakah
fungsi puitik (Jakobson) dan/atau fungsi estetik (Murakovsky)
yang dominan di dalamnya.20 Dengan karakteristik ini, teori
pragmatik yang lebih radikal sampai kepada kesimpulan bahwa
tanda-tanda estetik adalah yang autotelik atau mengacu kepada
dirinya sendiri (Self-referential). Padahal, sebuah karya (seni)
visual pun tidak jarang diciptakan dengan mengemban fungsi
ekspresif dan konatif. Di dalam karya-karya para seniman
Romantik, misalnya. Sebuah karya senantiasa dipandang sebagai
ungkapan jiwa atau gejolak perasaan penciptanya.21
19
Kris Budiman, Semiotika Visual Konsep, Isu, dan Problem
Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, September 2011), h.14 20
Kris Budiman, Semiotika Visual Konsep, Isu, dan Problem
Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, September 2011), h.14 21
Kris Budiman, Semiotika Visual Konsep, Isu, dan Problem
Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, September 2011), h.15
30
Warna, juga merupakan pelengkap gambar serta mewakili
suasana kewajiban pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga
merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan
penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru,
sedih, gembira, mood atau semangat, dan lain-lain. Secara visual,
warna memiliki kekuatan yang mempu mempengaruhi citra orang
yang melihatnya. Masing–masing warna mampu memberikan
respon secara psikologis. Warna selalu dipakai orang di semua
segi kehidupan. Hal itu membuktikan bahwa warna benar- benar
menjadi sesuatu yang berarti dalam kehidupan manusia.22
Ilustrasi juga merupakan komponen utama dalam
komunikasi visual, ilustrasi adalah seni gambar yang
dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau
tujuan secara visual, selain itu juga dapat dipergunakan untuk
menampilkan banyak hal serta berfungsi sebagai gambaran tokoh
atau karakter dalam cerita yang akan digambarkan.23
Selain adanya warna dan ilustrasi, komponen lain yang
termasuk elemen utama dalam komunikasi visual adalah
tipografi. Tipografi dalam konteks komunikasi visual mencakup
pemilihan bentuk huruf, besar huruf, cara dan teknik penyusunan
huruf menjadi kata atau kalimat.24
22
Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual,( Yogyakarta;
ANDI, 2007), h.46-47. 23
Adi Kusrianto. Pengantar Desain Komunikasi Visual. h. 140. 24
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h.98
31
1,Semiotika Charles Sander Peirce
Charles Sanders Peirce (pengucapan bahasa Inggris:
[ˈpɜrs] purse) (September 10, 1839 – April 19, 1914) adalah
seorang filsuf, ahli logika, semiotika, matematika, dan ilmuwan
Amerika Serikat, yang lahir di Cambridge, Massachusetts. Peirce
dididik sebagai seorang kimiawan dan bekerja sebagai ilmuwan
selama 30 tahun. Tapi, sebagian besar sumbangan pemikirannya
berada di ranah logika, matematika, filsafat, dan semiotika (atau
semiologi) dan penemuannya soal pragmatisme yang dihormati
hingga kini. Pada 1934, filsuf Paul Weiss menyebut Peirce
sebagai "filsuf Amerika paling orisinal dan berwarna dan
logikawan terbesar Amerika".25 Charles Sanders Peirce (dalam
Littlejohn, 1996:64) mendefinisikan semiosis sebagai “a
relationship among a sign, an object, and a meaning (suatu
hubungan di antara tanda, objek dan makna).”26
Bagi Peirce (Pateda, 2001:44), tanda “is something which
stands to somebody for something in some respect or capacity.”27
Tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan
triadik langsung dengan interpretan dan objeknya. Sebagaimana
gambar dibawah ini :
25
https://id.wikipedia.org/wiki/Charles_Sanders_Peirce 26
Drs. Alex Sobur, M.Si., Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), h.16. 27
Drs. Alex Sobur, M.Si., Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), h.41.
32
Atas hubungan ini maka Peirce (lihat Pateda, 2001:44)
mengadakan klasifikasi tanda sebagaimana yang dirangkum oleh
peneliti ditabel berikut ini :
Klasifikasi Pembagian Penjelasan
Ground
(Sesuatu yang
digunakan agar
tanda bisa
berfungsi)
Qualisign
Adalah kualitas yang ada pada tanda.
Misalnya kata-kata kasar, keras, lemah,
lembut, merdu.
Sinsign
Adalah eksistensi aktual benda atau
peristiwa yang ada pada tanda; misalnya
kata kabur atau keruh yang ada pada
urutan kata air sungai keruh yang
menandakan bahwa ada hujan di hulu
sungai.
Legisign
Adalah norma yang dikandung oleh
tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas
yang menandakan hal-hal yang bolehh
atau tidak boleh dilakukan manusia.
33
Object
Icon
Adalah tanda yang mengandung
kemiripan „rupa‟ sehingga tanda itu
mudah dikenali oleh para pemakainya.
Di dalam ikon hubungan antara
representamen dan objeknya terwujud
sebagai kesamaan dalam beberapa
kualitas.
Index
Adalah tanda yang memiliki
keterkaitan fenomenal atau eksistensial
di antara representamen dan objek. Di
dalam indeks hubungan antara tanda
dengan objeknya bersifat kongkret,
actual dan biasanya melalui suatu cara
yang sekuensial atau kausal.
Symbol
Merupakan jenis tanda yang bersifat
arbiter dan konvensional sesuai
kesepatan atau konvensi sejumlah orang
atau masyarakat. Tanda-tanda
kebahasaan pada umumnya adalah
simbol-simbol.
Interpretant
Rheme
Adalah tanda yang memungkinkan
orang menafsirkan berdasarkan pilihan.
Misalnya, orang yang merah matanya
dapat saja menandakan bahwa orang itu
baru menangis atau sakit mata.
Dicent Sign Adalah tanda sesuai kenyataan.
34
/ Dicisign Misalnya, jika pada suatu jalan sering
terjadi kecelakaan, maka di tepi jalan
dipasang rambu lalu lintas yang
menyatakan bahwa disitu sering terjadi
kecelakaan.
Argument Adalah tanda yang langsung
memberikan alasan tentang sesuatu.
Namun demikian, pengklasifikasian bedasarkan ground
dan interpretant merupakan pengkategori lanjutan. Peneliti akan
memfokuskan penggunaan teori semiotika dari Peirce dengan
hanya menggunakan klasifikasi tipe tanda bedasarkan objeknya,
yakni; ikon, indeks dan simbol. Hal ini dikarenakan eratnya
keterkaitan dari pengklasifikasian tersebut dengan objek
penelitian yang dipilih. Berikut adalah table jenis tanda
berdasarkan objek dan cara kerjanya.28
28
Dimodifikasi dari karya Berger, Arthur Asa, Tanda-Tanda dalam
kebudayaan Kontemporer, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2000 hal.14 (Dikutip
dari buku Drs. Alex Sobur, M.Si., Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), h.19.
35
BAB III
GAMBARAN UMUM
Pada bab ini, peneliti memaparkan profil dari objek
penelitian. membahas dan menganalisa sebuah karya seni. Untuk
itu peneliti melampirkan profil dari Ameena Y. Khan sebagai
seniman dibalik karya seni yang menjadi objek penelitian ini.
Selain profil diri serta pengalaman Ameena Khan serta
pandangannya terhadap karya seninya dalam perspektif Islam.
Peneliti juga mengulas sedikit tentang latar belakang Islam di
Amerika serta menambahkankan referensi mengenai pandangan
seni dalam Islam sebagai referensi yang relevan dalam bab ketiga
ini.
1. Islamophobia di Amerika Serikat
Perkembangan Islam sebagai kaum minoritas di Amerika
mengalami beberapa persoalan dan konflik terutama dalam hal
diskriminasi. Perbedaan paham yang dianut umat muslim di
Amerika dengan budaya dan gaya hidup Amerika tentunya tak
jarang menimbulkan dampak kesulitan bagi umat muslim di
Amerika dalam menjalankan aktivitasnya. Kesalahpahaman dan
kurangnya informasi akan Islam membawa cara pandang pada
stereotip dan nilai negatif.
Islamophobia adalah sebuah sikap didasari oleh prasangka
buruk atau ketakutan irrasional yang mengakibatkan kebencian
dan rasa takut terhadap hal-hal yang berkaitan dengan Islam,
36
termasuk penganut agama Islam (Muslim). Islamophobia
diabadikan sebagai stereotip negatif yang mengakibatkan
diskriminasi dan marginalisasi Muslim dari kehidupan sosial,
politik, dan kemasyarakatan. Pada tahun 1997, The Runnymede
Trust menggambarkan Islamophobia ini sebagai dua untai
rasisme, baik itu dalam hal perbedaan penampilan fisik
penganutnya, dan juga dalam hal intoleransi dalam keyakinan
beragama.1
Tidak ada pembenaran yang logis di dalamnya, yang ada
hanyalah prasangka-prasangka yang terlahir akibat persepsi-
persepsi buruk yang terus menerus ditanamkan kepada diri
seseorang bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan
kekerasan, kebencian, egois, tidak toleran dan membatasi
pemeluknya dengan aturan-aturan yang ketat sehingga tidak
adanya kebebasan di dalamnya yang berujung persepsi bahwa
Islam adalah kuno, ekstrem, agama yang membawa kehancuran,
dan sebagainya.2
Islamophobia bukanlah merupakan suatu fenomena yang
baru. Dahulu di Eropa, sikap anti Islam ini dibuktikan dengan
adanya Perang Salib. Istilah Islamophobia muncul pertama kali
1 Farid, Opini publik: Islamophobia dan Pesan dari Iran untuk
Pemuda Eropa, Loc.Cit. (Dikutip dari Nurul Anisa, UPAYA BARACK OBAMA
DALAM MENGATASI CITRA BURUK AMERIKA SERIKAT DI DUNIA
ISLAM AKIBAT ISLAMOPHOBIA DI AMERIKA SERIKAT, Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik, UMY, h.46.
2 Marc Hebling, Islamophobia in West : Measuring and Explaining
Individual Attitude, London and New York: Routledge, 2013), 53.
37
pada tahun 1922 dalam sebuah essai seorang orientalis bernama
Etienne Dinet yang berjudul L‟Orient vu del‟Occident. Di dalam
essai tersebut, Islamophobia dinyatakan untuk mendefinisikan
umat Islam yang mendapat perlakuan diskriminasi oleh
masyarakat Eropa Barat. Namun, istilah Islamophobia ini tersiar
secara luas kepada masyarakat dunia ketika terjadi tragedy WTC
11 September 2001 atau sering disebut peristiwa 9/11.3
Peristiwa 9/11 menjadi sebuah trigger factor yang
membuat istilah Islamophobia naik ke permukaan. Al-Qaeda
yang merupakan sebuah kelompok ekstrimis Islam dilansir
sebagai tersangka untuk peristiwa tersebut. Hal ini dimanfaatkan
oleh pihak tertentu (Yahudi), untuk membentuk sebuah stigma
sentimen dalam opini publik bahwa Islam merupakan agama
yang sarat akan kekerasan melalui media. Islam dicampur
baurkan dengan segala tindakan teroris dan kelompok eksterimis.
Dengan itu, penggambaran Islam menjadi tidak proporsional
dengan adanya satu persepsi, yaitu Muslim (khususnya orang
Arab) sebagai teroris dan anti kemanusiaan, sehingga tersiarlah
istilah Islamophobia.4
3 Muhammad Qobidl „Ainun Arif, M.A. Politik Islamophobia Eropa
(Yogyakarta: Deepublish, 2000), 1. 4 Farid, Opini publik: Islamophobia dan Pesan dari Iran untuk
Pemuda Eropa, Loc.Cit. (Dikutip dari Nurul Anisa, UPAYA BARACK OBAMA
DALAM MENGATASI CITRA BURUK AMERIKA SERIKAT DI DUNIA
ISLAM AKIBAT ISLAMOPHOBIA DI AMERIKA SERIKAT, Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik, UMY, h.48.
38
2. Pasca Tragedi 11 September 2001
Sejak tragedi September, profil Islam di Barat bukan saja
mencuat tetapi juga menjadi buah bibir setiap orang di setiap
tempat, bahkan menjadi pembicaraan dalam keluarga. Tragedy
tersebut telah menyebabkan terpuruknya citra Islam di dunia
Barat. Mentalitas abad pertengahan Kristen pun, yang penuh
permusuhan dan kebencian terhadap Islam, seakan terbangkitkan
kembali.5 Pasca tragedi ini umat Islam khususnya di wilayah
Barat dianggap sebagai musuh dan biang kerok. Mereka
dipojokkan dan mendapat cemoohan hingga perilaku
diskriminatif. Berbagai media pun turut mengambil andil dalam
menyorot kasus ini. Salah satu TV Amerika (Fox) menyatakan
bahwa musuh Barat adalah mereka yang beragama Islam.6 Hal ini
terang-terangan dilakukan dengan kesengajaan dalam menuding
Islam sebagai agama yang mengajarkan kekerasan dan terror
dengan maksud membangkitkan amarah rakyat Amerika Serikat
dan Barat.
Tokoh-tokoh Barat secara terang-terangan mendiskreditkan
Islam. Contoh nyata dapat ditemukan pada sosok tokoh politik
Belanda, Pim Fortuyn, yang mati terbunuh karena pandangan-
pandangan rasialnya terutama terhadap Islam dan umat Islam.
Nada yang serupa dilantunkan oleh seorang penulis Prancis
bernama Michel Houellebeck, yang secara
5 Alwi Shihab, Membedah Islam di Barat Menepis Tudingan
Meluruskan Kesalahpahaman, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 2. 6 Alwi Shihab, Membedah Islam di Barat Menepis Tudingan
Meluruskan Kesalahpahaman, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 2.
39
terbuka menuduh Islam sebagai “Stupid Religion” (agama bodoh)
dan umat Islam dengan sendirinya adalah “penganut agama
bodoh”. Dia berkata, “I have never shown the slightest contempt
for Muslim but I have always held Islam in contempt.” (saya
tidak pernah menunjukkan penghinaan sedikit pun kepada umat
Islam, tetapi saya selalu melihat dengan pandangan hina terhadap
agama Islam).7 Atas berbagai macam latar belakang mengenai
citra buruk Islam yang terjadi di Barat khususnya Amerika
Serikat ini pada akhirnya membuahkan kebijakan-kebijakan dari
pemerintah Amerika Serikat yang semakin memojokkan umat
Islam.
Persoalan mengenai citra buruk Islam di Barat (Amerika
Serikat) tentunya mengundang rasa penasaran dan keingintahuan
banyak orang akan Islam beserta ajarannya. Hal ini dapat menjadi
momentum yang tepat dalam memperkenalkan Islam yang
sebenarnya. Ajaran Islam yang sesungguhnya. Islam sebagai
agama yang mencintai perdamaian, menghormati perbedaan.
Inilah nilai positif yang dapat kita ambil dan menjadi hikmah.
7 Alwi Shihab, Membedah Islam di Barat Menepis Tudingan
Meluruskan Kesalahpahaman, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 3.
40
3. Lukisan Wanita Berhijab Karya Ameena Khan
Sebagai Komunikasi Non Verbal Seni Lukis
Mengenai Eksistensi Perempuan Berhijab Di
Amerika Serikat.
Karya seni lukis yang menjadi objek penelitian adalah
lukisan wanita berhijab karya Ameena Y. Khan yang pada
mulanya ditemukan melalui sebuah artikel, disinilah awal mula
ketertarikan peneliti untuk mengulas lebih lanjut akan karya-
karya seni lukis dari seniman muslimah tersebut. Dikutip dari
artikel berjudul “Ameena Khan, Seniman Berhijab Yang Coba
Redakan Islamophobia Lewat Lukisan” yang ditulis oleh Arina
Yulistara di Wolipop pada Senin, 11/07/2016 16:10 WIB cukup
memaparkan dengan jelas akan keresahan Ameena Khan sebagai
satu dari banyak muslimah di negara-negara minoritas yang
menggelar acara hijab untuk meredakan serangan Islamophobia
dan 40igure4040pa 40igure4040 tentang Islam pada wanita
berhijab khususnya, disini Ameena Khan mengemukakan maksud
serta tujuannya melalui seni lukis. Ameena menggelar pameran
lukisan serta membuat dialog terbuka mengenai wanita muslim.
Dalam pameran yang dinamakan „Loud Print‟, Ameena
memamerkan 40 lukisan wanita berhijab dengan berbagai
ekspresi.
Ameena mengatakan, wanita berhijab sering
disalahpahami sebagai korban. Padahal tidak demikian, wanita
berhijab itu merdeka dan memiliki kebebasan sama seperti wanita
lainnya. Dengan memakai jilbab, beberapa orang juga merasa hal
41
itu penghalang anda dan wanita lainnya. “Rasanya hijab itu
penghalang dan saya ingin „mematahkan‟ penghalang itu,” ujar
Ameena seperti dilansir dari Tampa Bay Times. Pameran yang
digelar di Carrollwood Cultural Center, 4537 Lowell Road,
Tampa, Florida, pada bulan Agustus 2016 tersebut tidak dipungut
biaya apapun dengan harapan dari Ameena agar masyarakat bisa
lebih banyak belajar ketika melihat lukisan-lukisannya.
Wanita 36 tahun itu menggambarkan wanita mengenakan
jilbab dalam beberapa kelompok. Salah satu yang paling
mencolok memperlihatkan wanita yang mengenakana jilbab besar
warna kuning. Gambar tersebut mewakili perjuangan wanita
muslim bagaimana ia menghadapi haters di depan umum. Ada
beban berat di kepalanya terutama bila tinggal di area minoritas.
Ada pula lukisan di mana hijabers bersama-sama dengan wanita
lainnya bergandengan tangan untuk menunjukkan perdamaian.
Tidak hanya itu, menggantung pula lukisan mulai dari remaja
hingga nenek-nenek yang memakai jilbab. Seri tersebut
dinamakan „Just a Peek, Please?‟.
“Saya ingin mewakili cerita mereka para wanita
berhijab,” ujar Ameena. Ia pun bercerita sering mendapatkan
curahan hati dari wanita berhijab lain di luar sana melalui
Facebook. Beberapa cerita membuatnya merasa sedih. Seperti
ketika seorang wanita mengatakan ia takut mengenakan jilbabnya
karena tampak menarik perhatian Islamophobia. Meski demikian
banyak pula yang mengaku bangga atas penggunaan jilbabnya.
“Sebagai seorang wanita muslim saya merasa bebas, jilbab
42
menunjukkan kehormatan dan integritas tapi yang paling penting
ini simbol kemerdekaan saya,” ujar Ameena kemudian.
4. Profil Ameena Khan
Ameena Khan adalah seorang seniman visual / guru yang
tinggal dan bekerja di Tampa FL. Sebelum mengejar seni secara
42igure4242pa4242, Ia bekerja sebagai insinyur yang
menciptakan teknologi untuk menghilangkan logam beracun dari
air minum. Sementara menikmati karirnya dan menemukan
kepuasan dalam pekerjaannya, Ia tahu semangatnya di bidang
seni. Ia akan terjaga di malam hari dan pikirannya tak terkendali
memikirkan tentang karya seni pada saat ini atau yang akan
datang. Tidak mengejar peluang tersebut untuk mengekspresikan
kreativitas adalah keputusan yang akan membuatnya sangat
frustrasi. Dengan dukungan keluarga dan teman-teman Ameena
pada tahun 2010 memulai memamerkan dan menjual lukisan
karyanya, pada tahun 2012 Ia berhenti dari pekerjaan teknik
untuk lebih fokus pada karyanya, dan pada tahun 2014 Ia mulai
mengajar seni dasar. Karya seninya yang dipandu oleh kepala
sekolah bahwa lukisan yang tepat dapat melampaui batas-batas
budaya, bahasa, lokasi dan bahkan waktu untuk menyentuh hati
dan mengubah komunitas.
Ia percaya bahwa seni tidak hanya membawa sukacita
bagi kita, tetapi seni terbaik menantang kita untuk
mempertimbangkan kembali keyakinan kita yang paling dalam.
Ini adalah jenis seni yang Ia perjuangkan: karya yang indah dan
43
merangsang pemikiran. Tubuh kerja Ia beragam, dengan beragam
subjek, bahan, dan teknik. Ia terinspirasi oleh warna, tekstur, dan
pola untuk membuat lukisan yang merayakan penciptaan,
menghormati warna-warna cerah, keseimbangan, geometri, dan
keteraturannya. Ia tertarik pada citra air, sebagai simbol
kemurnian dan pembaruan. Ia juga termotivasi oleh pengalaman
kontemporer yang berkaitan dengan situasi sosio-politik. Untuk
bagian-bagian ini, Ia mulai dengan fokus pada emosi yang
berhubungan dengan suatu peristiwa atau kondisi dan kemudian
Ia mengembangkan lukisan itu dari sana. Apa pun subjeknya, Ia
memanfaatkan perasaan yang universal bagi pengalaman manusia
dan bertujuan untuk terhubung dengan pemirsa pada tingkat
pribadi.
Sebelum membuat Ia merefleksikan, seringkali selama
beberapa minggu atau bahkan bulan, tentang bagaimana Ia ingin
menyampaikan sudut pandang Ia dengan mempertimbangkan
warna, bahan, dan simbol. Kemudian, begitu kuas menyentuh
kanvas, potongan itu terus berevolusi, dalam beberapa kasus dicat
ulang beberapa kali sebelum semangat pekerjaan itu terwujud. Ini
adalah proses yang intens, kadang-kadang membuat frustrasi dan
berusaha, tetapi selalu memuaskan pada saat yang dekat.
Pesan saya untuk Anda hari ini adalah panggilan untuk
mengingat kemanusiaan “orang lain.” Dalam dunia konflik,
ketidakpastian, dan ketidakpercayaan umum, sangat mudah untuk
melupakan bahwa orang asing hanyalah orang. Kita semua pada
umumnya menginginkan hal yang sama: kedamaian, keamanan,
dan cinta. Cara kita bekerja menuju tujuan itu mungkin terlihat
44
sedikit berbeda. Kita mungkin makan makanan yang berbeda,
memakai pakaian yang berbeda, berdoa dengan cara yang
berbeda, tetapi jika kita mengingat kemanusiaan satu sama lain,
akan lebih mudah untuk melihat melewati perbedaan. Atau
mungkin alih-alih melihat melewati perbedaan, kita dapat
membaginya, belajar dari mereka, dan tumbuh.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari
laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu bangsa dan suku
yang kamu kenal satu sama lain. Sesungguhnya, yang paling
mulia darimu di sisi Allah adalah yang paling benar darimu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Mengenal. ” (49 :
13)
Mari kita mengenal orang-orang di luar suku kita; atau
setidaknya, jangan terlalu takut.
5. Ameena Khan dan Pengalaman Seni
Ameena Khan adalah seniman media campuran (mixed
media; media yang digabung, lihat lampiran) yang tinggal dan
bekerja di area Tampa FL. Lahir pada tahun 1980 di Gainesville
FL, Ameena telah memamerkan lukisannya di galeri dan festival
sejak tahun 2010. Dengan menggunakan kombinasi gaya pop art,
impresionisme, dan art deco, Ameena menceritakan kisah-kisah
perempuan Muslim yang tinggal di Amerika. “Saya percaya
bahwa seni dapat melampaui batas-batas budaya, bahasa, dan
keyakinan untuk menyentuh hati dan mengubah komunitas. Seni
terbaik menantang keyakinan kami yang paling mendalam dan
45
memberi kami kesempatan untuk tumbuh. Prinsip ini adalah
kekuatan pendorong untuk pekerjaanku. ”–Ameena Khan
6. “Just a Peek, Please?”
Cerita tentang wanita Muslim biasanya terbatas pada satu
dari dua stereotip:
korban, atau sirene. Penyederhanaan ini merendahkan kehidupan
individu yang rumit, dan menciptakan pemisahan yang luas
antara non-Muslim dan wanita Muslim. Ini menciptakan rasa
“kita lawan mereka” dan membuang perempuan Muslim menjadi
“yang lain” bukan hanya “yang lain.”
“Just a Peek, Please?” Memperluas narasi dengan
menceritakan kisah-kisah kumpulan wanita Muslim Amerika
yang setuju untuk berbagi pengalaman mereka secara 45igure.
Kisah-kisah ini berkisar dalam 45igure4545p dan kompleksitas
dari setia hingga tak beriman, ketakutan hingga tak kenal takut,
dianut hingga terisolasi. Potongan-potongan tertentu
disembunyikan menggunakan syal yang sebelumnya dipakai oleh
muse, membawa serta sesuatu dari identitas dan esensi wanita.
Dalam tindakan yang biasanya tidak dapat diterima atau tabu,
pemirsa harus mengangkat artikel pakaian wanita untuk melihat
karya seni di bawahnya. Tindakan 45igure4545pa45 ini
menciptakan rasa percakapan yang singkat dan intim antara
pemirsa, muse, dan artis.
46
7. EXHIBITIONS
2018, May 8 – Aug 19: “Arabesque: Contemporary
Conversations”
The Albin Polasek Museum & Sculpture Gardens,
Winter Park FL. (forthcoming).
2018, Mar 9 – April 15: “Veiled / Unveiled”
Osceola Arts, Kissimmee FL.
2016, July – Aug: “Loud Print”
Carrollwood Cultural Center, Tampa FL. (SOLO)
2015, Sept – Dec: “Loud Print”
Hillsborough Comm. College, Tampa FL. (SOLO)
2015, Mar – Jul: “Dialogue in Color”
Women and Gender Studies, Univ. of So. Florida,
Tampa FL. (SOLO)
2014, Nov – Dec: “3rd
Ann. Juried Int. Exhib. Of
Contemporary Islamic Art”
Luminarte Gallery, Dallas TX.
2014, Feb – Aug: “We Rise Together”
Nur Spirituality Institute, Orlando FL. (SOLO)
2013-2014, Dec – Mar: “Sacred Voices”
Canton Museum of Art, Canton OH.
2013, May – Aug: “Reflections”
Beltram Peace Center, Gainesville FL. (SOLO)
2013, July-Sept: “4th
Annual Juried Exhibition”
Florida Museum for Women Artists, Deland FL.
47
Sayangnya, cerita tentang wanita Muslim biasanya
terbatas pada satu dari dua karakter: korban yang tertindas perlu
diselamatkan ATAU penggoda, tersembunyi di balik tabir
misteri. Penyederhanaan yang tidak manusiawi ini menciptakan
pemisahan besar antara non-Muslim dan wanita Muslim. Ini
menciptakan rasa “kita lawan mereka” dan membuang
perempuan Muslim menjadi “yang lain” dan bukan hanya “yang
lain.” Untuk mengecilkan pembagian ini dan memperluas narasi
saya telah menciptakan serangkaian 26 lukisan yang
mengkomunikasikan beberapa yang paling intim pikiran dan
perasaan wanita Muslim. Untuk membuat karya – berjudul “Just
a Peek, Please?” – Saya mengundang wanita Muslim Amerika
untuk berbagi sesuatu tentang kehidupan mereka; kutipan yang
melampaui stereotip dan menyatakan individualitas unik mereka.
Saya juga mengundang para wanita untuk menyumbangkan
selendang yang digunakan oleh lemari mereka di tempat kerja.
Peserta berkisar usia (dari 17 hingga akhir 60-an), pekerjaan (dari
rumah-pembuat untuk ahli bedah saraf), warisan (imigran ke
warga negara), dan pengalaman 47igure4747p dan praktek.
Setiap kutipan mengilhami lukisannya sendiri, dan sebagian besar
potongan terselubung dengan syal yang sesuai. Pemirsa diundang
untuk “mengintip” di bawah selendang untuk melihat apa yang
terlihat atau tersirat, dan belajar sesuatu tentang wanita di
bawahnya. Saya sangat bangga bahwa seri – bersama dengan
pekerjaan terkait lainnya – akan dipamerkan di Hillsborough
Community College mulai September hingga Desember tahun ini
dalam pameran tunggal berjudul “Loud Print.”
48
8. Ameena Khan dan Perspektif Islam
Apa ayat Al Qur’an yang Anda pegang dekat dengan
hati Anda? Mengapa?
Saya seorang perencana. Saya ingin tahu persis apa yang
terjadi, apa yang terjadi, 48igure48 yang akan terjadi di masa
depan. Karena ini saya dapat dengan mudah menjadi terbiasa
dengan tugas dan kegiatan, dan melupakan “gambaran besar.”
Cara saya kembali ke pusat adalah untuk mengakui keindahan
ciptaan dan berkat-berkat yang telah diberikan Allah kepada saya
dan keluarga saya. Ini membantu saya untuk memperlambat,
mengenali tempat saya di dunia, dan menghargai keadaan saya.
Ada begitu banyak bilangan yang berkaitan dengan konsep rasa
syukur dan mengingat bahwa itu menantang untuk memilih hanya
satu. Berikut dua hal yang beresonansi dengan semangat saya:
“Dialah yang menurunkan hujan dari langit: dengan itu Kami
menghasilkan tumbuh-tumbuhan dari segala jenis: dari beberapa
Kami menghasilkan hijau (hasil panen), dari mana Kami
menghasilkan biji-bijian, menumpuk (pada saat panen); dari
pohon kurma dan sarungnya (atau spathes) (datang) kelompok
kurma tergantung rendah dan dekat: dan (kemudian ada) kebun
anggur, dan zaitun, dan delima masing-masing serupa (dalam
bentuk) namun berbeda (dalam varietas ) : ketika mereka mulai
berbuah, nikmatilah mata Anda dengan buah dan
kematangannya. Melihat! Dalam hal-hal ini ada tanda-tanda
bagi orang-orang yang percaya. ” (6 : 99). Dan “Sesungguhnya
dalam mengingat Allah, hati mendapat ketenangan.” (13 : 28)
49
Hadist apa yang Anda ingin diketahui lebih banyak oleh
orang non-Muslim? Mengapa?
“Atas otoritas Anas (semoga Allah senang dengan dia),
yang mengatakan: Saya mendengar Rasulullah (saw)
mengatakan: Allah Yang Mahakuasa berkata: Wahai putra
Adam, selama Anda memanggil Aku dan meminta Aku Saya akan
memaafkan Anda atas apa yang telah Anda lakukan, dan saya
tidak akan keberatan. Wahai putra Adam, adalah dosa-dosa
Anda untuk mencapai awan langit dan Anda kemudian meminta
pengampunan atas Aku, saya akan mengampuni Anda. Wahai
putra Adam, apakah Anda datang kepada-Ku dengan dosa-dosa
yang hampir sama besarnya dengan bumi dan engkau kemudian
menghadapi Aku, menganggap tidak ada rekan bagi-Ku, aku
akan mendatangkan pengampunan kepadamu sama besarnya.”
(Hadist Qudsi, 34).
Jika kita semua mengakui bahwa Tuhan mengampuni
orang yang paling berdosa, maka kita mungkin lebih memaafkan
diri kita dan satu sama lain.
9. Islam dan Seni Rupa
“Hidup dalam budaya mana pun,” tulis W.J.T.Mitchell,
“berarti hidup dalam budaya visual” (2005: 349). Dia
mengingatkan kita bahwa citraan visual dan kegiatan visual
bersifat sangat sosial, kultural, dan politis. Pada saat yang sama,
dia mengajak kita mempertimbangkan konstruksi visual dunia
yang kita diami, betapa citraan, pembuatan citra, dan penglihatan
50
membentuk bidang pengalaman politik, ekonomis, religious, dan
kultural kita. Tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai
budaya visual, 50igure50 yang membedakan satu dunia sosial
dari dunia sosial lainnya sebagian berupa perbedaan cara citran-
citraan dibuat, diolah, dan dialami di setiap dunia sosial itu.
Namun kita perlu berhati-hati sewaktu menghadapi perbedaan itu,
juga sewaktu menggambarknnya, sebab perbedaan itu
menghubungkan dunia sosial yang satu dengan dunia sosial
lainnya, sekalipun jika perbedaan itu memisahkan dunia sosial
yang satu dengan dunia sosial yang lainnya. Disini, saya (penulis
buku) teringat pada karya-karya popular dan ilmiah yang
menggambarkan masyarakat Islam sebagai masyarakat yang
menentang dan memberangus seni dan citraan. Muslim dan umat
Islam sering digambarkan sebagai nirikon (menghindari citraan),
ikonofobi (takut oleh citraan), dan ikonoklastik (mengutuk dan
menghancurkan citraan).8 Terkhusus dan terutama menyangkut
sosok penggambaran 50igure makhluk hidup.
Seni rupa dan Islam adalah dua kategori yang berbeda.
Seni rupa, sejauh cakupan makna yang membatasinya, tentu tak
akan melampaui wilayah yang lebih besar daripada budaya,
karena seni adalah bagian dari kebudayaan manusia. Seni rupa
adalah kreasi manusia, yang artinya berasal dari kebebasan
manusia untuk berkarya. Islam, berbeda dengan seni, bukanlah
8 Kenneth M. George, MELUKIS ISLAM: AMAL DAN ESTIKA SENI
ISLAM DI INDONESIA, (Bandung: PT. Mizan Pustaka; Cetakan Pertama,
2012), h. 15
51
kebudayaan yang merupakan hasil kreasi manusia. Islam adalah
seperangkat aturan dari Allah yang diturunkan kepada manusia
agar mencapai keselamatan di dunia dan akhirat.9 Kesenian
dalam ranah Islami sering diartikan dengan pembatasan kreasi
dan ekspresinya, misalnya tidak boleh melukiskan figure
makhluk hidup, juga tak boleh melukiskan wujud Nabi
Muhammad. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa Islam
tidak mendukung aspek seni rupa.
Anggapan tersebut dikarenakan Islam mengacu pada
hadith atau hadist, salah satu rujukan mengenai Sunnah atau
perilaku Nabi Muhammad, yang menyebutkan larangan melukis
binatang, membuat patung, memotret, dan lain-lain. Walhasil,
kita nyaris tak melihat adanya kesenian yang disebut seni rupa
Islam, selain kaligrafi Arab dan arsitektur masjid.10
Tapi apakah
benar bahwa sebenarnya Islam melarang penggambaran 51igure
manusia? Pertanyaan semacam ini juga menjadi alasan peneliti
mengulas secara umum tinjauan seni berdasarkan hukum Islam.
Bedasarkan referensi yang peneliti baca mengenai bahwa para
ulama dan penulis muslim menyetujui adanya beberapa hadist
yang melarang akan perupaan berupa gambar atau patung, namun
mereka tidak menyebutkan adanya larangan yang sama yang
berasal dari ayat Al-Quran atau kitab suci yang wajib diimani
sekaligus menjadi pedoman bagi umat muslim yang beriman.
9 Agung Puspito, Islam dan Seni Rupa. Daun Daun Surga, (Jakarta:
Penerbit Wedatama Widya Sastra; Cetakan Pertama, Desember, 2007), h.29. 10
Agung Puspito, Islam dan Seni Rupa. Daun Daun Surga, (Jakarta:
Penerbit Wedatama Widya Sastra; Cetakan Pertama, Desember, 2007), h.29.
52
Hadist adalah catatan para sahabat mengenai Sunnah atau
perilaku Nabi Muhammad Rasulullah sebagai figure terbaik yang
mencontohkan bagaimana keislaman itu sebaiknya dipraktikkan.
Tapi, hadist sendiri bukan Sunnah. Hadist adalah data-data
tertulis yang perlu diperlakukan secara kritis, sebagaimana kita
memperlakukan data-data tekstual dalam buku-buku sejarah,
yang berguna untuk mengetahui Sunnah Nabi yang
sesungguhnya. Bahkan, di kalangan ulama banyak yang
berpendapat tentang tidak kafirnya seseorang yang mengingkari
hadist (lihat Ezzedin Ibrahim, 2005,40 Hadits Qudsi Pilihan).
Hadist dapat diterima sejauh itu sahih dan memiliki basisnya
dalam Al-Quran.11
Sehzad Saleem, dengan mengumpulkan
hadist-hadist mengenai pencitraan makhluk hidup, didapatkan
gambaran bahwa larangan itu mengacu kepada pencitraan dalam
kategori tertentu yang memperoleh status berhala (idols) dan
dipuja sebagai berhala.12
Sebagian pelukis bermaksud mengagungkan obyek yang
digambarnya. Pengangungan ini bertingkat-tingkat, mulai dari
sekedar memberikan penghormatan kepadanya, hingga mereka
yang menyembahnya.13
Pemahaman akan pengagungan yang
salah seperti inilah yang pada akhirnya menumbuhkan konstruksi
dan esensi timbulnya keberhalaan. Yang mana tujuan awalnya
11
Agung Puspito, Islam dan Seni Rupa. Daun Daun Surga, (Jakarta:
Penerbit Wedatama Widya Sastra; Cetakan Pertama, Desember, 2007), h.32. 12
Agung Puspito, Islam dan Seni Rupa. Daun Daun Surga, (Jakarta:
Penerbit Wedatama Widya Sastra; Cetakan Pertama, Desember, 2007), h.34. 13
Yusuf Qardhawi, Islam Bicara Seni, (Solo: INTERMEDIA;
Cetakan Pertama, April 1998), h. 91.
53
hanya untuk mengenang namun pada akhirnya hingga
mensakralkan dan menyembahnya.
Jenis gambar yang paling berat keharaman dan dosanya
adalah gambar sesuatu yang disembah selain Allah. Karena ia
menyebabkan pembuatnya kafir, apabila ia mengetahui hal itu
dan sengaja berbuat demikian. Orang yang menggambar suatu
obyek yang tidak disembah namun dengan tujuan meniru ciptaan
Allah atau menganggap bahwa dirinya bisa menciptakan
sebagaimana Allah mencipta. Dengan begitu, ia lebih dekat
kepada kekufuran. Ini semua sangat berkaitan dengan niat
pembuatnya.14
Pernyataan serupa juga peneliti dapatkan dari seorang
seniman muslim kontemporer, A.D Pirous pada buku “MELUKIS
ISLAM: AMAL DAN ESTIKA SENI ISLAM DI INDONESIA” karya dari
Kenneth M. George.
“Apapun yang saya katakana dalam karya seni saya,
mengungkapkan keyakikan saya, dan keyakinan saya terhadap
nilai-nilai dalam hidup ini. Sebab buat saya, agama memiliki dua
wajah: ada wajah dalam bentuk ajaran agama. Tapi, ada juga
wajah dalam bentuk seni, wajah budaya, tempat hidup saya
mendapatkan ketenangan dan tempat saya dapat mempelajari
Islam seperti yang saya katakana, saya ini orang Islam biasa.
Saya hanya ingin menjadi seorang muslim yang baik”
14
Yusuf Qardhawi, Islam Bicara Seni, (Solo: INTERMEDIA;
Cetakan Pertama, April 1998), h. 107.
54
Bedasarkan landasan diatas maka peneliti menyimpulkan
bahwa pada dasarnya sebuah karya seni rupa merupakan hal-hal
yang sah saja untuk diciptakan dengan syarat tidak melenceng
dari norma keislaman yang ada (seperti contoh, tidak
menggambar Nabi, dsb) dan yang terpentingnya adalah
bergantung pada tujuan dan niat dari pembuatnya (senimannya).
55
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Objek/Temuan Data Penelitian
1. “ No Need For Rescue ”
Temuan Data
Gambar 1 (No Need For Rescue)
Bedasarkan gambar 1 diatas maka dapat ditemukan
beberapa data berupa gambar utama, corak serta warna pada
gambar tersebut. Dapat dilihat dengan jelas bahwa terdapat wajah
sosok wanita berukuran close up mengenakan hijab yang
dibalutkan secara tidak rapih yang terlihat dari garis-garis yang
diilustrasikan sebagai lipatan kain pada gambar.
Dari gambar yang sama, terlihat pula sebuah ekspresi
wajah yang ada pada sosok wanita berhijab pada gambar tersebut.
56
Ekspresi cemberut dan galak yang terlihat dari garis-garis kecil
digambarkan pada bagian dahi, menandakan bahwa wanita
tersebut sedang mengerenyitkan dahinya, alis yang turun, mata
yang terlihat sedang menatap lurus dengan tegas serta bibir yang
digambarkan sedikit turun untuk mendukung ekspresi cemberut.
Terdapat juga pola berbentuk bunga-bunga kecil yang
dikelompokkan menjadi satu pada rangkaian garis-garis lengkung
menyerupai gambar bunga pada latar gambar.
Selain dua komponen diatas, peneliti juga menandai
pemilihan warna yang ada pada gambar tersebut. Warna adalah
satu hal yang sangat penting dalam menentukan respons dari
orang. Warna adalah hal yang pertama dilihat oleh seseorang.
Setiap warna memberikan kesan dan identitas tertentu, walaupun
hal ini tergantung pada latar belakang pengamatnya juga.1
Wajah wanita berhijab tersebut diwarnai dengan warna
putih, begitu pun dengan hijabnya yang juga diwarnai putih.
Kemudian melihat proporsi wajah pada objek gambar, terdapat
warna hitam pada alis, warna coklat sedikit tua pada mata dengan
pupil hitam di tengahnya dan bibir yang berwarna merah tua dan
pekat. Selain itu, terdapat perpaduan warna antara ungu muda dan
ungu tua yang menimbulkan gradasi warna pada latar gambar.
Selain itu terdapat juga pola yang menyerupai bunga-bunga kecil
diwarnai dengan warna kuning agak tua dan tambahan warna
coklat didalamnya yang terlihat selaras.
1 Eko Nugroho, Pengenalan Teori Warna, (Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET (Penerbit ANDI), 2008), h.1.
57
2. “ Potrait of Zahra “
Temuan Data
Gambar 2 (Potrait of Zahra)
Pada gambar kedua diatas, ditemukan data berupa gambar
wajah wanita sebagai objek utama, lalu pola-pola berbentuk
bunga yang dilengkapi dengan berbagai corak warna. Terdapat
wajah wanita dengan frame berukuran setengah dada. Sosok
wanita tersebut digambarkan dengan menggunakan penutup
kepala yang dimaknai sebagai hijab oleh pelukisnya (Ameena
Khan). Hijab yang panjang dan menjulur kebawah serta
melingkari lehernya yang jenjang diwarnai dengan warna ungu
58
muda dan digambarkan pola bunga-bunga berukuran kecil pada
setiap sisinya. Selain pola berbentuk bunga yang terdapat pada
hijabnya, pada bagian atas kepala dari wanita tersebut juga
digambarkan berbagai bentuk dan macam bunga, yang juga
diberikan warna cerah yang berbeda-beda.
Mengamati ekspresi yang ada pada sosok wanita sebagai
objek penelitian. Ekspresi yang dapat dilihat adalah ekspresi
dengan tatapan yang datar, ekspresi ini didukung dengan bola
mata yang diwarnai dengan warna hijau muda. Lalu, beralih pada
latar belakang objek terlihat warna kuning yang digradasi dengan
warna putih secara tidak beraturan.
59
3. “ Heavy Task “
Temuan Data
Gambar 3 (Heavy Task)
Pada gambar ketiga, ditemukan data berupa gambar wajah
wanita berukuran kecil yang terdapat semacam gumpalan besar
diatas kepalanya. Wajah wanita yang berukuran kecil
digambarkan lengkap dengan komponen wajah yang sempurna
seperti alis, mata, hidung dan bibir. Selain itu digambarkan juga
lehernya yang lurus dan panjang. Digambarkan pula bagian tubuh
yang lainnya seperti lengan yang panjang. Diatas kepala wanita
tersebut, digambarkan semacam gumpalan-gumpalan kain
berwarna biru kehitaman yang berbelit-belit yang dilihat dari
garis-garis putih bergelombang yang memberikan kesan
60
“menumpuk”. Gumpalan ini pun “ditimpa” kembali dengan
bunga-bunga berpola tanda tambah (plus) dan diwarnai dengan
warna putih. Bunga-bunga ini berukuran kecil dan digambarkan
merata menimpa gumpalan-gumpalan tersebut. Tak sampai disini,
gumpalan dan wajah wanita tersebut digambarkan berbalut
dengan kain besar berwarna oranye, ini terlihat dari lengkung-
lengkung garis putih yang berada disisi kiri kanan wajah wanita
tersebut. Meskipun tidak menutupi objek-objek gambar yang lain
seperti wajah wanita dan gumpalan yang ada diatas kepalanya.
Warna oranye yang digambarkan sebagai kain tersebut cukup
mendominasi pada gambar tersebut.
Terakhir, pada bagian latar gambar. Pada bagian ini hanya
diwarnai dengan warna abu-abu polos. Gambar ketiga ini hanya
memiliki sedikit ornamen warna yang digunakan namun warna
tersebut mendominasi pada objek gambar sehingga gambar
tersebut terkesan minimalis dan simple namun tetap mempunyai
karakter dari warna-warnanya.
61
4. “ Aware “
Temuan Data
Gambar 4 (Aware)
Pada gambar keempat, ditemukan data berupa gambar
setengah wajah wanita. Yang terlihat hanya kedua mata dengan
bola matanya berwarna hitam beserta garis kelopak mata dan alis
yang digambarkan dengan garis dan bersudut dari wanita
tersebut. Selanjutnya terdapat pula semacam tumpukan yang
terdapat diatas kepala wanita tersebut. Seperti gambar ketiga,
tumpukan tersebut terlihat tegas dengan garis-garis yang
digambarkan dan gradasi warna coklat tua yang diberi highlight
pada beberapa sisinya sehingga memperjelas bentuk gambar dari
62
kain yang bertumpuk. Kemudian pada latar gambar terdapat
warna oranye dan pada sisi kanan objek gambar (setengah wajah
wanita) terdapat tulisan berbahasa inggris berwarna hitam “Hijab
makes me AWARE of who I AM and what I REPRESENT.
Still, sometimes I wish people wouldn’t look at what I do as a
reflection of what religion I practice.”
5. “ Symbol “
Temuan Data
Gambar 5 (Symbol)
Pada gambar kelima ditemukan data berupa gambar wajah
wanita yang mengenakan dua lapis kain sebagai tudung
63
dikepalanya, dua lapis kain ini terlihat dari adanya dua warna
yang tertumpuk diatas kepala wanita tersebut. Wajah wanita
tersebut menunjukkan wajah yang lirih dengan tatapan
menghadap keatas, ekspresi ini didukung dengan penggambaran
pupil mata yang berada disisi atas dari bola mata berwarna coklat.
Selain penempatan pupil mata, penggambaran alis yang turun
pada bagian ujung alis dari wajah wanita tersebut juga semakin
mendukung pembentukan ekspresi lirih dari wajah wanita
tersebut. Lalu, pada bagian latar terdapat lingkaran besar yang
terlihat seperti matahari setengah tertutup atau terhalang oleh
kepala wanita dengan tudung tersebut. Disisi kanan dan kiri dari
lingkaran berwarna oranye pada latar tersebut terdapat kalimat
berbahasa inggris dengan warna hitam, “People ask why I don’t
wear hijab. I see hijab as a symbol of not only being Muslim
but being courageous, righteous, pious, modest, and with all
of these implied meanings behind the hijab I find myself not
ready to go out and represent Islam without being able to
represent all that goes with it.” Selain tulisan, terdapat pula
sepuluh buah gambar bunga kecil berwarna oranye yang ada di
beberapa sisi latar tersebut.
64
BAB V
PEMBAHASAN
1. Analisis Gambar “ No Need For Rescue “
Jenis Tanda Penjelasan Tanda Pada Objek Data
Ikon
Tanda berhubungan
dengan objek karena
adanya keserupaan.
Ikon pada objek ini berupa
gambar sosok wanita
dengan menggunakan
selendang panjang yang
hanya dibalutkan atau
dililitkan ala kadar agar
membentuk tudung untuk
menutupi rambut dan
lehernya. Hal ini mirip
dengan gaya berhijab wanita
muslim di Aljazair maupun
di Pakistan. Mereka
menyukai gaya hijab lilit.
Ini tentu saja tak
memerlukan peniti atau
jarum pentul.Biasanya,
mereka hanya menggunakan
scarf panjang atau pashmina
yang cara memakainya
hanya dililitkan ke
65
belakang.
Indeks
Adanya kedekatan
eksistensi antara tanda
dengan objek atau
adanya hubungan
sebab akibat.
Indeks pada gambar diatas
berupa makna apa yang
ingin ditimbulkan dengan
gaya berhijab tersebut.
Dengan model hijab yang
cukup sederhana.
Simbol
Hubungan ini bersifat
konvensional dalam
artian ada persetujuan
tertentu antara para
pemakai tanda.
Simbol yang terdapat pada
gambar tersebut yakni,
kesimpulan dari Ikon dan
Indeks, dimana gaya
berhijab wanita pada
gambar tersebut
menyimbolkan fleksibilitas
dan kesederhanan, selain itu
faktor pemilihan warna pada
gambar pun mendorong
adanya penambahan unsur
pemaknaan pada gambar.
Sudah umum diketahui
bahwa warna dapat
mempengaruhi jiwa
manusia dengan kuat atau
66
dapat mempengaruhi emosi
manusia.1 Para Ilmuwan
memperkenalkan
keterlibatan warna terhadap
bagaimana otak menerima
serta menginterpretasikan
kemudian
memperkembangkan bidang
psikologi yang membawa
warna menjadi objek
perhatian.2
Tabel Analisis 1
Dari temuan data tersebut dapat dirumuskan beberapa
interpretasi. Pertama, gambar ilustrasi sosok wanita tersebut
mewakili wanita muslim (muslimah), hal ini terlihat dari adanya
gambar penutup kepala sebagai hijab/jilbab yang digunakan oleh
wanita tersebut. Sebagaimana aturan dalam Islam yang
mengharuskan bagi para pemeluk wanitanya untuk mengenakan
1 Sulasmi Darma Prawira, WARNA SEBAGAI SALAH SATU UNSUR
SENI & DESAIN, (JAKARTA: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Sumbangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, 1989), h.40.
2 Sulasmi Darma Prawira, WARNA SEBAGAI SALAH SATU UNSUR
SENI & DESAIN, (JAKARTA: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Sumbangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, 1989), h.39.
67
jilbab dengan tujuan menutup aurat, dan rambut termasuk salah
satu aurat yang wajib ditutup. Sebagaimana yang terdapat pada
surat Al – Quran sebagai berikut :
“ Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya (Jilbab ialah sejenis baju kurung
yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada). Ke
seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-
Ahzab : 59)
Kedua, ekspresi yang ada pada wajah dari wanita berhijab
pada gambar. Ekspresi yang diperlihatkan yakni ekspresi
cemberut, galak, dan tegas. Ekspresi tersebut didukung oleh
komponen-komponen pada wajah yang digambarkan menurun
seperti lekuk bibir dan alis yang digambarkan condong menurun
kebawah, sehingga membuat kesan cemberut, garis-garis yang
digambar pada dahi sehingga menimbulkan kesan
mengerenyitkan dahi. Ekspresi tersebut menginterpretasikan
pesan akan karakter seorang wanita yang tegas dan berani.
68
Ketiga, adalah aspek warna. Warna juga dapat menjadi
media komunikasi. Setiap warna memiliki makna dan artinya
tersendiri, terlebih lagi dalam sebuah karya seni. Pemilihan warna
tentunya memiliki maksud dan tujuan tersendiri dari pesan yang
ingin disampaikan. Para ilmuwan yakin bahwa persepsi visual
terutama bergantung kepada interpretasi otak terhadap suatu
rangsangan yang diterima oleh mata. Warna menyebabkan otak
bekerja sama dengan mata membatasi dunia eksternal. Manusia
mempunyai rasa yang lebih baik dalam hal visi dan lebih kuat
dalam hal persepsi terhadap warna dibandingkan dengan
binatang.3
Warna putih yang dipilih untuk mewarnakan wajah
wanita dan juga hijabnya membentuk kesan minimalis
(sederhana) mengartikan harapan, keluguan, kemurnian,
kebersihan, dan spiritual (kesucian).4 Hal ini memiliki relevansi
yang erat dengan hijab/jilbab sebagai bagian dari perintah agama
Islam. Begitu pun dengan warna merah tua dan pekat yang
terletak pada bibir dari sosok wanita digambar. Merah merupakan
warna yang memberikan inspirasi kekuatan, energi, kehangatan,
3 Sulasmi Darma Prawira, WARNA SEBAGAI SALAH SATU UNSUR
SENI & DESAIN, (JAKARTA: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Sumbangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, 1989), h.39.
4 Sulasmi Darma Prawira, WARNA SEBAGAI SALAH SATU UNSUR
SENI & DESAIN, (JAKARTA: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Sumbangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, 1989), h.49.
69
cinta, nafsu, dan agresi. Warna merah biasanya dapat memicu
tingkat emosional seseorang sekaligus warna yang paling sering
menarik perhatian.5 Lalu warna hitam yang ada pada alis dari
sosok wanita tersebut melambangkan keanggunan seorang
wanita.6 Pada latar atau background gambar dari sosok wanita
berhijab tersebut menggunakan warna ungu. Ungu adalah warna
yang unik, salah satunya karena jarang ditemukan di alam. Ungu
termasuk salah satu warna dingin/sejuk, cenderung bersifat
tenang, introvert, dewasa dan matang.7 Penggunaan warna ini
menggambarkan pengharapan yang besar, kepekaan dan
independen.8
Bedasarkan makna dan interpretasi dari makna jenis-jenis
tanda yang ada pada gambar tersebut, dapat ditarik satu
kesimpulan bahwa gambar tersebut mengilustrasikan keinginan
sederhana yang kuat dari seorang wanita muslim yang dengan
tegas dan perlawanan yang tinggi dalam mempertahankan
identitas dirinya sebagai seorang muslim untuk melawan stereotip
buruk agama Islam sebagai agama minoritas melalui
5 https://psyline.id/arti-dan-pengaruh-warna-bagi-psikologi-manusia ,
diakses 7 Juni 2018, pukul 18.59 WIB.
6 https://psyline.id/arti-dan-pengaruh-warna-bagi-psikologi-manusia ,
diakses 7 Juni 2018, pukul 18.59 WIB.
7 Sulasmi Darma Prawira, WARNA SEBAGAI SALAH SATU UNSUR
SENI & DESAIN, (JAKARTA: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Sumbangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, 1989), h.39.
8 https://psyline.id/arti-dan-pengaruh-warna-bagi-psikologi-manusia ,
diakses 7 Juni 2018, pukul 18.59 WIB.
70
islamophobia yang memang sedang marak beberapa tahun
belakangan ini di beberapa negara seperti Amerika Serikat, hal ini
dikarenakan seniman yang bersangkutan Ameena Khan
merupakan warna negara Amerika Serikat. Juga adanya
pengharapan yang tinggi dan kepekaan yang besar akan
pembelaan terhadap identitas diri muslimah sebagai bagian dari
minoritas dalam mempertahankan eksistensi serta identitas
dirinya dengan hijab/jilbab yang dikenakannya.
2. Analisis Gambar “ Potrait of Zahra “
Jenis
Tanda Penjelasan Tanda Pada Objek Data
Ikon
Tanda berhubungan
dengan objek karena
adanya keserupaan.
Ikon pada gambar ini adalah
penggunaan gaya hijab yang
digunakan oleh wanita pada
gambar ini memperlihatkan
keserupaan dengan gaya hijab
wanita muslim di Afrika.
Dimana jilbab diangkat dan
melilit kepala mereka, tidak
termasuk leher, sehingga
menciptakan sebuah gaya
hijab yang dinamakan dengan
sorban atau turban.
Indeks Adanya kedekatan Indeks yang berupa
71
eksistensi antara tanda
dengan objek atau
adanya hubungan sebab
akibat.
pemaknaan dari Ikon pada
gambar ini ialah gaya hijab
turban/sorban yang memang
terkenal praktis dan dari segi
penampilan tidak rumit dan
sederhana.
Simbol
Hubungan ini bersifat
konvensional dalam
artian ada persetujuan
tertentu antara para
pemakai tanda.
Simbol yang merupakan
kesimpulan dari pemaknaan
Ikon dan Indeks yakni adanya
suatu pesan yang ingin
disampaikan oleh Ameena
melalui lukisan wanita
dengan gaya hijab
turban/sorban tersebut yang
mengartikan adanya
kesederhanaan dan sikap
simple tanpa rumit.
Tabel Analisis 2
Dari temuan data tersebut dapat dirumuskan beberapa
interpretasi. Pertama, gambar ilustrasi dari sosok wanita tersebut
mewakili wanita muslim, hal ini terlihat dari adanya gambar
penutup kepala sebagai hijab yang digunakan oleh wanita
tersebut seperti pembahasan sebelumnya yang dilengkapi dengan
ayat dalam Al – Quran akan aturan menutup aurat. Namun yang
menarik perhatian pada gambar ini adalah, hijab yang dimaksud
72
sebagai penutup kepala sebagaimana yang digambarkan tidaklah
sesuai kaidah aturan menutup aurat yang ada di Islam.
Islam mewajibkan para akhwat untuk menjulurkan kain
kudung hingga dada, sebagaimana yang terdapat pada salah satu
ayat dalam Al – Quran berikut :
73
“ Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah
suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-
budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak
yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah
mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
(Qs. An-Nur : 31).
Peneliti menginterpretasikan hal ini dengan penggunaan
hijab sebagai identitas diri seorang wanita muslim dalam era
modern saat ini, hal ini juga didukung dengan penggambaran
bunga-bunga dibagian atas kepala disetiap sisi hijabnya agar
menambah kesan feminis.
Kedua, dapat pula dilihat ekspresi yang ada pada wajah
dari sosok wanita berhijab pada gambar. Ekspresi yang
diperlihatkan adalah ekspresi menatap lurus dan datar. Ekspresi
ini didukung oleh garis alis dan mata yang imbang (tidak
condong naik ataupun menurun).
74
Ketiga, adalah aspek warna. Pada gambar ini, pemilihan
warna yang dominan digunakan adalah warna-warna muda dan
cerah. Warna cerah atau warna dingin ini menjadi simbol
kelembutan, sejuk dan nyaman.9 Dimulai dari bagian kepala,
pada bagian ini terdapat pola berbagai macam berbentuk bunga
dan didominasi oleh bermacam warna seperti ungu, pink, dan
hijau. Kemudian hijab yang diwarnai dengan warna ungu
ditambah pola bentuk bunga matahari berukuran kecil yang ada
disetiap sisinya. Lalu beralih pada mata sebagai komponen wajah
pada gambar wanita. Lingkar sekitar bola mata yang diwarnai
dengan warna hijau. Warna ungu memiliki makna akan kepekaan,
kekuatan, independen dan orisinalitas. Warna pink memberikan
makna kewanitaan (feminin), cinta atau kasih sayang, simpati dan
apresiasi.10
Warna hijau memaknakan ketenangan, rileksasi,
pemulihan, kesejukan, empati, ketabahan, keinginan serta
keseimbangan.11
Kemudian warna kuning, kuning merupakan
warna cerah atau ceria yang dapat merangsang otak serta
membuat manusia lebih waspada dan tegas. Warna kuning dapat
menarik perhatian dikarenakan jumlah cahaya yang terpantul
darinya lebih banyak dibandingkan warna-warna lain sehingga
9 Eko Nugroho, Pengenalan Teori Warna, (Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET (Penerbit ANDI), 2008), h.36.
10 Eko Nugroho, Pengenalan Teori Warna, (Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET (Penerbit ANDI), 2008), h.36.
11 https://psyline.id/arti-dan-pengaruh-warna-bagi-psikologi-manusia ,
diakses 7 Juni 2018, pukul 18.59 WIB.
75
memberikan makna akan sebuah harapan, keoptimisan,
antusiasme, harga diri, dan semangat yang tinggi.12
Bedasarkan makna dan interpretasi dari jenis-jenis tanda
yang ada pada gambar kedua, dapat ditarik kesimpulan bahwa
gambar tersebut mengilustrasikan adanya harapan dan keinginan
besar akan perdamaian, keseimbangan hak dan sikap saling
menghargai bagi para wanita muslim sebagai minoritas dalam
mengemukakan identitas keislamannya di Amerika Serikat. Serta
pandangan yang lebih luas akan Islam bahwa Islam merupakan
agama yang sederhana, fleksibel dan tidak rumit.
3. Analisis Gambar “ Heavy Task “
Jenis
Tanda Penjelasan Tanda Pada Objek Data
Ikon
Tanda berhubungan
dengan objek karena
adanya keserupaan.
Ikon pada objek ini berupa
gambar wajah wanita
berukuran kecil dengan
gumpalan besar diatas
kepalanya yang juga
dibalutkan dengan kain besar
berwarna oranye. Hal ini
menyerupai pohon yang daun
diatasnya sangat lebat namun
12
https://psyline.id/arti-dan-pengaruh-warna-bagi-psikologi-manusia ,
diakses 7 Juni 2018, pukul 18.59 WIB.
76
batang dibawahnya sangat
kecil dan tipis.
Indeks
Adanya kedekatan
eksistensi antara tanda
dengan objek atau
adanya hubungan sebab
akibat.
Indeks pada gambar diatas
berupa ukuran dari wajah
wanita yang sangat timpang
dengan gumpalan diatas
kepala beserta kain besar
yang membalutnya, hal ini
menggambarkan adanya
beban besar dan berat yang
dimiliki dan berada diatas
kepala wanita tersebut.
Simbol
Hubungan ini bersifat
konvensional dalam
artian ada persetujuan
tertentu antara para
pemakai tanda.
Simbol yang terdapat pada
gambar tersebut yakni,
pemilihan warna-warna yang
dapat menginterpretasi
sebuah makna dan arti dari
senimannya dalam
merepresentasikan pesannya.
Tabel Analisis 3
77
Dengan demikian peneliti menarik simpulan sebagai
bentuk interpretasi makna pesan dari gambar tersebut. Gambar
wanita dengan wajah berukuran kecil dan hijab besar dikepalanya
yang terlihat timpang tersebut menandai adanya penyampaian
makna perjuangan para hijabers dalam menghadapi haters di
depan umum, yang mana seolah menjadi beban berat dikepalanya
(dikarenakan menggunakan hijab) bagi muslimah yang tinggal di
sebuah negara sebagai minoritas, pernyataan ini juga diperkuat
dengan adanya tulisan pada artikel di situs
http://wolipop.detik.com berjudul “Ameena Khan Seniman
Berhijab Yang Coba Redakan Islamophobia Lewat Lukisan“
yang menjelaskan maksud dari karya Ameena Khan sebagai
seniman yang menciptakan lukisan bertajuk “ Heavy Task “
tersebut.
Peneliti melihat hal ini sebagai cobaan yang memang akan
dialami oleh umat muslim akan keistiqamahannya dalam
mengikuti jalan dan perintah Allah SWT, sebagaimana yang
tertulis dalam salah satu ayat Al – Quran :
“ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji
lagi? ” (Qs. Al-Ankabuut : 2).
78
Pada gambar kali ini, dapat dilihat bahwa minimnya objek
pada gambar dan lebih didominasi oleh warna. Aspek warna pada
gambar ini juga tidak melibatkan banyak warna. Pemilihan warna
hanya pada oranye, abu-abu muda, biru dan sedikit warna putih
untuk mempertegas beberapa garis dan lekukan. Warna oranye
merupakan kombinasi antara warna merah dan kuning. Warna
oranye memberi kesan hangat dan bersemangat serta merupakan
simbol dari petualangan, optimisme, percaya diri dan kemampuan
dalam bersosialisasi. Warna oranye adalah peleburan dari warna
merah dan kuning, sama-sama memberi efek yang kuat dan
hangat. Oranye merupakan warna ketenangan yang berkaitan
dengan kehangatan sebuah hubungan.13
Kemudian penggunaan
warna biru tua, berdasarkan cara pandang ilmu psikologi warna
biru tua mampu merangsang pemikiran yang jernih dan biru
muda membantu menenangkan pikiran dan meningkatkan
konsentrasi.14
Dan warna abu-abu muda sebagai warna latar.
Abu-abu adalah Sebuah warna campuran antara warna hitam dan
putih ini kerap kali digunakan sebagai “penetral”.15
Kelabu akan
menetralisir, makin dekat warna makin dekat nilai kelabunya dan
makin kuat netralnya.16
Warna abu memiliki makna positif
13
https://goodminds.id/arti-warna/ , diakses 10 Juli 2018, pukul 13.00
14 https://goodminds.id/arti-warna/ , diakses 10 Juli 2018, pukul 13.00
15 https://psyline.id/arti-dan-pengaruh-warna-bagi-psikologi-manusia/
, diakses 10 Juli 2018, pukul 13.00
16 Sulasmi Darma Prawira, WARNA SEBAGAI SALAH SATU UNSUR
SENI & DESAIN, (JAKARTA: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
79
berupa modern, cerdas, kokoh, intelektual, keanggunan,
kesederhanaan, respek, rasa hormat, kestabilan, ketajaman,
kebijakan, emosi kuat, keseimbangan dan kenetralan.17
Meskipun
tidak menggunakan banyak warna, namun beberapa warna
tersebut menjadi warna yang dominan pada gambar.
Bedasarkan pemaknaan warna dapat ditarik kesimpulan
akan ilustrasi yang terjadi pada hijabers di Amerika Serikat yang
tetap optimis dan percaya diri dengan satu kesatuan iman dalam
mematahkan stigma buruk akan hijab yang membawa dampak
besar sehingga menjadi beban berat apabila mengenakannya
sebagai masyarakat di negara minoritas. Dan dengan pemikiran
yang terbuka diharapkan terciptanya ketenangan, kedamaian dan
kenetralan dalam hidup bermasyarakat sebagai muslimah berhijab
di negara minoritas tersebut.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Sumbangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, 1989), h.76.
17 Eko Nugroho, Pengenalan Teori Warna, (Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET (Penerbit ANDI), 2008), h.38.
80
4. Analisis Gambar “ Aware “
Jenis
Tanda Penjelasan Tanda Pada Objek Data
Ikon
Tanda berhubungan
dengan objek karena
adanya keserupaan.
Ikon pada gambar ini adalah
penggunaan gaya hijab yang
digunakan oleh wanita pada
gambar ini memperlihatkan
keserupaan dengan gaya hijab
wanita muslim di Afrika.
Dimana jilbab diangkat dan
melilit kepala mereka, tidak
termasuk leher, sehingga
menciptakan sebuah gaya
hijab yang dinamakan dengan
sorban atau turban.
Indeks
Adanya kedekatan
eksistensi antara tanda
dengan objek atau
adanya hubungan
sebab akibat.
Indeks yang berupa
pemaknaan dari Ikon pada
gambar ini ialah gaya hijab
turban/sorban yang memang
terkenal praktis dan dari segi
penampilan tidak rumit dan
sederhana.
Simbol
Hubungan ini bersifat
konvensional dalam
artian ada persetujuan
Simbol yang terdapat pada
gambar tersebut adalah
tulisan berbahasa inggris
81
tertentu antara para
pemakai tanda.
disamping wajah wanita
tersebut yang bertuliskan
“Hijab makes me AWARE
of who I AM and what I
REPRESENT. Still,
sometimes I wish people
wouldn’t look at what I do
as a reflection of what
religion I practice.”
Tabel Analisis 4
Dengan demikian peneliti menarik makna pesan sebagai
bentuk interpretasi dari gambar tersebut. Tulisan berbahasa
inggris yang berada di sisi kanan gambar dengan warna hitam
tersebut memiliki arti “Hijab membuat saya sadar SIAPA SAYA
dan apa yang SAYA REPRESENTASIKAN. Namun, terkadang
saya berharap orang-orang tidak akan melihat apa yang saya
lakukan sebagai refleksi dari agama apa yang saya terapkan. ” hal
ini memiliki korelasi dengan gambar wanita dengan kain
menumpuk dikepalanya yang juga diartikan sebagai tudung
penutup rambut atau hijab. Warna coklat pada kain tersebut
menyimbolkan keseriusan, dukungan, rasa nyaman dan aman
82
serta kesederhanaan.18
Selain itu, warna coklat pun memiliki
makna positif berupa, hangat, perlindungan dan tenang.19
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa gambar tersebut
memiliki pesan dari para muslimah di Amerika bahwa hijab
merupakan representasi identitas diri para muslimah sebagai
simbol keagamaan. Namun penggunaan hijab sebagai simbol
keagamaan tersebut terkadang malah menjadi tolak ukur
penilaian semata akan perilaku dan sikap seseorang terhadap
suatu hal bukan sebagai pengertian akan kewajiban dalam
menjalankan perintah agama.
5. Analisis Gambar “ Symbol “
Jenis
Tanda Penjelasan Tanda Pada Objek Data
Ikon
Tanda berhubungan
dengan objek karena
adanya keserupaan.
Ikon pada objek ini berupa
gambar setengah wajah wanita
yang sedang menatap lirih
keatas dengan kain tudung
dikepalanya dan lingkaran
besar yang menyerupai
matahari dibelakangnya.
Gambar ini dapat dikatakan
18
https://psyline.id/arti-dan-pengaruh-warna-bagi-psikologi-manusia/
, diakses 10 Juli 2018, pukul 13.00
19 Eko Nugroho, Pengenalan Teori Warna, (Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET (Penerbit ANDI), 2008), h.37.
83
mirip dengan gambar sosok
Bunda Maria dalam agama
Nasrani.
Indeks
Adanya kedekatan
eksistensi antara
tanda dengan objek
atau adanya
hubungan sebab
akibat.
Indeks pada gambar diatas
berupa kemiripan akan sosok
wanita pada gambar tersebut
dengan salah satu tokoh
penting pada agama Nasrani.
Peneliti menyimpulkan bahwa
gaya hijab seperti yang ada
pada gambar ini menujukkan
bahwa hijab itu bersifat
fungsional dan dan dapat
dikenakan oleh siapa saja.
Simbol
Hubungan ini
bersifat
konvensional dalam
artian ada
persetujuan tertentu
antara para pemakai
tanda.
Simbol yang terdapat pada
gambar tersebut adalah tulisan
berbahasa inggris disisi kanan
dan kiri dari lingkaran pada
latar objek gambar yang
bertuliskan “People ask why I
don’t wear hijab. I see hijab
as a symbol of not only being
Muslim but being
courageous, righteous, pious,
modest, and with all of these
implied meanings behind the
84
hijab I find myself not ready
to go out and represent Islam
without being able to
represent all that goes with
it.”
Tabel Analisis 5
Dengan demikian peneliti menarik makna pesan sebagai
bentuk interpretasi dari gambar tersebut. Tulisan berbahasa
inggris yang berada pada latar gambar dengan warna hitam
tersebut memiliki arti “Orang-orang bertanya mengapa saya tidak
memakai jilbab. Saya melihat jilbab sebagai simbol tidak hanya
menjadi Muslim tetapi menjadi pemberani, benar, saleh,
sederhana, dan dengan semua makna tersirat di balik hijab saya
menemukan diri saya belum siap untuk keluar dan mewakili
Islam tanpa bisa mewakili semua makna yang ada di dalamnya."
Pernyataan ini menggambarkan apa yang banyak terjadi pada era
saat ini, tidak hanya di Amerika namun di Indonesia pun seiring
dengan berkembangan zaman penggunaan hijab/jilbab sebagai
identitas religi pun mengalami terpaan “modernisasi”.
Menutup aurat bagi seorang muslimah adalah kewajiban
sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur‟an. Pakaian yang
menutup aurat ini biasa disebut jilbab. Dalam perkembangannya
jilbab bukan sebatas dipahami sebagai sebuah kewajiban agama.
Namun meluas menjadi gaya hidup sebagian perempuan. Jilbab
akhirnya tidak hanya sebuah perwujudan kesalehan sebagaimana
yang diharapkan perintah agama. Jilbab disisi lain merupakan
85
manifetasi dari fenomena sosial. Hal ini diperkuat dengan
maraknya penggunaan jilbab pada sebagian masyarakat karena
alasan politik, hukum, dan lainnya. Beragam alasan yang
melatarbelakangi penggunaan jilbab di kalangan muslimah.
Realitas ini pada akhirnya merujuk pada sebuah kesimpulan
bahwa jilbab bukan semata-mata representasi kesalehan
muslimah. Tetapi jilbab juga menjadi lifestyle bagi sebagian
muslimah agar terkesan atau menghadirkan suasana religius
dalam kehidupan yang dijalaninya.20
Sedangkan apabila kita mengulas kembali akan arti jilbab
sesungguhnya, terdapat berbagai macam makna seperti21
:
1. Hijab sebagai ketaatan kepada perintah Allah. Hal ini tertulis
di (Q.S. Al-Ahzab: 36)
20
(JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 36, No.1, Januari – Juni 2016
ISSN 1693-8054, Satri Yulikhah) melalui situs
https://www.researchgate.net/publication/319704745_JILBAB_ANTARA_KE
SALEHAN_DAN_FENOMENA_SOSIAL ,diakes 10 Juli pukul 15.00 WIB.
21 https://hijabyuk.com/arti-hijab-sesungguhnya, diakses pada tanggal
21 Juli 2018, pukul 15.08 WIB.
86
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula)
bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya
telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah
sesat, sesat yang nyata.”
2. Hijab Sebagai Kesucian
Hal ini tertulis di (Q.S. Al-Ahzab: 53)
87
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk Makan
dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya),
tetapi jika kamu diundang Maka masuklah dan bila kamu selesai
makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan.
Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu
Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah
tidak malu (menerangkan) yang benar. apabila kamu meminta
sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), Maka
mintalah dari belakang tabir. cara yang demikian itu lebih suci
bagi hatimu dan hati mereka. dan tidak boleh kamu menyakiti
(hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri- isterinya
selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu
adalah Amat besar (dosanya) di sisi Allah
3. Hijab Sebagai Taqwa
Hal ini tertulis di (Q.S. Al-A‟raaf: 26)
“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah
untuk perhiasan. dan pakaian takwa. Itulah yang paling baik.
88
yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.
4. Hijab Sebagai Haya Atau Rasa Malu
Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wa Sallam bersabda,
“Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak
Islam adalah malu.”22
Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa hijab/jilbab
bukanlah sekedar penutup kepala belaka, namun
memiliki makna dan arti nilai yang lebih penting dari itu. Dengan
demikian, seorang wanita muslimah haruslah menjaga
pakaiannya agar tetap sempurna, agar semakin menyempurnakan
iman, kewajiban dan perintah agama. Dengan meyakinkan diri
dan menetapkan hati dan menjadikan hijab bukan hanya sebagai
penutup aurat semata, tapi juga karena ibadah. Bagi seorang
wanita yang sudah mengambil keputusan untuk berhijab,
sesungguhnya hal tersebut merupakan pilihan yang tepat. Dan
bagi seorang wanita muslim, sebaiknya memperbaiki niat dalam
berhijab. Jika niat dalam berhijab hanya untuk menutupi kepala
saja, apakah pahala yang akan di dapatkannya.23
Oleh karena itu,
22
Shahîh: HR.Ibnu Mâjah (no. 4181) dan ath-Thabrâni dalam al-
Mu‟jâmush Shaghîr (I/13-14) dari Shahabat Anas bin Malik. Lihat Silsilah al-
Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 940). Sumber: https://almanhaj.or.id/3441-malu-
adalah-akhlak-islam.html, diakses pada tanggal 21 Juli 2018, pukul 15.32
WIB.
23 https://hijabyuk.com/arti-hijab-sesungguhnya, diakses pada tanggal
21 Juli 2018, pukul 15.08 WIB.
89
menggunakan hijab haruslah benar sesuai dengan aturannya,
dengan memakai pakaian yang tertutup dan tidak memperlihatkan
bentuk lekuk tubuh, atau tidak ketat dan ketentuan lainnya. Tidak
hanya untuk mengikuti trend atau fashion yang sedang
berkembang saat ini, namun juga karena kemurnian niat dan
sebagai bukti ketaatan dalam menjalankan perintah agama.
Dengan memahami hakikat berhijab, akan membantu untuk
menyempurnakan niat
90
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari temuan dan hasil analisis
data dari kelima lukisan wanita berhijab karya Ameena Khan
adalah kelima lukisan tersebut mengungkap pesan arti dan makna
meminimalisir ketegangan serta stereotip dan citra buruk Islam
sebagai minoritas di Amerika Serikat. Kelima gambar lukisan itu
peneliti sajikan dengan menggunakan analisis semiotika yang
berdasarkan objeknya membagi atas ikon, indeks dan simbol.
Peneliti juga menjelaskannya dalam bentuk tabel yang disertai
keterangan dan kesimpulan makna pesan yang direpresentasikan
dari hasil analisa pada tiap gambarnya.
Ikon di dalam kelima lukisan tersebut berupa gambar
wajah dari sosok wanita yang tentunya digambarkan mengenakan
hijab. Disini, Ameena Khan melukiskan sosok wanita berhijab
dengan cukup unik dan berbeda. Hijab pun digambarkan dengan
nuansa dan sentuhan modern. Sehingga peneliti menyimpulkan
hal tersebut sebagai gaya atau karakteristik dari lukisan seorang
Ameena Khan. Sedangkan untuk indeks pada analisa data
tersebut pada umumnya berupa ekspresi dari objek lukisan. Disini
pesan dan makna yang terkandung dapat dianalisa dan dipahami
semakin rinci dan jelas. Ekspresi berkaitan erat dengan psikologis
manusia. Simbol, pada bagian ini peneliti menentukan warna
91
(pemilihan warna) sebagai simbol dalam penelitian ini. Warna
memiliki makna dan pesan tertentu di baliknya. Maka dari itu
warna sebagai simbol memperkuat analisa peneliti dalam
menginterpretasikan pesan dan makna dalam lukisan tersebut.
Namun selain pemilihan warna, pada beberapa lukisan terdapat
tulisan yang dijadikan sebagai simbol.
Selain analisa dengan perspektif semiotika, peneliti juga
sedikit mengulas dan menyinggung beberapa aspek yang relevan,
seperti kreatifitas melalui komunikasi non-verbal, seni dalam
padangan Islam serta latar belakang dan arti Islamophobbia
tersebut sebagai gambaran umum.
B. Saran
Tidak semua hal di dunia ini dapat kita pahami, perlu
waktu dan proses belajar dalam memahami suatu hal, termasuk
dalam memahami makna dan pesan dari sebuah karya seni. Karya
seni bahkan terkadang berkonsep abstrak sehingga sering kali
menyulitkan bagi individu dalam memahami makna dan pesan
dibalik estetikanya. Termasuk dalam karya lukisan Ameena
Khan. Beberapa lukisannya yang terbilang unik tak jarang
membuat peneliti sekali pun bingung sebelum akhirnya mencari
referensi dari beberapa sumber yang valid (blog milik Ameena
Khan). Selain itu, pada beberapa gambar wanita berhijab yang
diteliti, peneliti melihat gaya dan karakteristik lukisan yang
digunakan Ameena Khan yang tidak sesuai dan mengikuti apa
yang seharusnya disyariatkan dalam Islam itu sendiri, seperti
92
jilbab yang tak terjulurkan di beberapa lukisan, namun malah
memperlihatkan bagian tubuh yang harusnya ditutup karena
merupakan aurat bagi wanita seperti leher (pada gambar ke dua
“Potrait of Zahra”). Peneliti melihat Ameena Khan “terlalu”
modern dalam menggambarkan hijab atau jilbab. Hal ini tidak
menutup kemungkinan untuk memberikan kesalah pahaman bagi
yang melihatnya. Ada baiknya hal-hal kecil tersebut
diantisipasikan guna meminimalisir kesalah pahaman agar pesan
baik yang ingin disampaikan untuk meredakan Islamophobia
sebagaimana tujuan utamanya dapat tersampaikan.
93
DAFTAR PUSTAKA
940)., S. H.-T.-M.-1.-A.-S. (n.d.). Malu Adalah Akhlak Islam.
Retrieved Juli 21, 2018, from almanhaj.or.id:
https://almanhaj.or.id/3441-malu-adalah-akhlak-
islam.html
Aditya, W. (2013). KREATIF SAMPAI MATI! Jogjakarta: PT.
Bentang Pustaka.
Ameena Khan Seniman Berhijab Yang Coba Redakan
Islamophobia Lewat Lukisan. (2016, Juli 11). Retrieved
Mei 8, 2018, from http://wolipop.detik.com:
http://wolipop.detik.com/read/2016/07/11/161028/325086
6/1632/ameena-khan-seniman-berhijab-yang-coba-
redakan-islamophobia-lewat-lukisan/amp/amp
Anisa, N. (n.d.). UPAYA BARACK OBAMA DALAM
MENGATASI CITRA BURUK AMERIKA SERIKAT DI
DUNIA ISLAM AKIBAT ISLAMOPHOBIA DI AMERIKA
SERIKAT. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UMY.
Anugrah, R. D. (n.d.). Analisis Semiotika Pembentukan Karakter
Islami Anak Pada Iklan Deterjen Halal Total Almeera Di
Televisi. Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
94
Arif, M. '. (2000). Politik Islamophobia Eropa. Yogyakarta:
Deepublish.
Arti dan Pengaruh Warna Bagi Psikologi Manusia. (n.d.).
Retrieved Juni 7, 2018, from psyline.id:
https://psyline.id/arti-dan-pengaruh-warna-bagi-psikologi-
manusia
Arti Hijab Sesungguhnya. (n.d.). Retrieved Juli 21, 2018, from
hijabyuk.com: https://hijabyuk.com/arti-hijab-
sesungguhnya
Arti Warna. (n.d.). Retrieved Juli 10, 2018, from goodminds.id:
https://goodminds.id/arti-warna/ (Qardhawi, 1998)
Birowo, A. (2004). Metode Penelitian Komunikasi. Yogyakarta:
Gintanyali.
Budiman, K. (2011). Semiotika Visual Konsep, Isu, dan Problem
Ikonisitas. Yogyakarta: Jalasutra.
Charles Sanders Peirce. (n.d.). Retrieved from Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Charles_Sanders_Peirce
Effendy, O. U. (2003). ILMU, TEORI dan FILSAFAT
KOMUNIKASI. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
95
George, K. M. (2012). MELUKIS ISLAM: AMAL DAN ESTIKA
SENI ISLAM DI INDONESIA. Bandung: PT. Mizan
Pustaka.
Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Hall, S. (2003). “The Work Of Representation.” Representation:
Cultural Representation and Signifying Practices. .
London: Sage Publication.
Hebling, M. (2013). Islamophobia in West : Measuring and
Explaining Individual Attitude. London and New York:
Routledge.
Komunikasi, S. (2007). Sosiologi Komunikasi . Jakarta: Kencana.
Kusrianto, A. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual.
Yogyakarta: ANDI.
Moeloeng, L. J. (1993). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, D. (2014). ILMU KOMUNIKASI Suatu Pengantar
Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muzakki, A. (2007). Kontribusi Semiotika dalam Memahami
Bahasa Agama. Malang: UIN Malang Press.
96
Nashori, F., & Mucharam, R. D. (2002). Mengembangkan
Kreativitas Dalam Perspektif Psikologi Islami. Jogjakarta:
Menara Kudus Jogjakarta.
Nugroho, E. (2008). Pengenalan Teori Warna. Yogyakarta: C.V
ANDI OFFSET (ANDI).
Prawira, S. D. (1989). WARNA SEBAGAI SALAH SATU UNSUR
SENI & DESAIN. JAKARTA: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Sumbangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Purwanto, Y. (2010). Seni Dalam Pandangan Alquran. Jurnal
Sosioteknologi Edisi 19 Tahun 9.
Puspito, A. (2007). Islam dan Seni Rupa. Daun Daun Surga.
Jakarta: Penerbit Wedatama Widya Sastra.
Qardhawi, Y. (1998). Islam Bicara Seni. Solo: INTERMEDIA.
Shihab, A. (2004). Membedah Islam di Barat Menepis Tudingan
Meluruskan Kesalahpahaman. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sobur, A. (2004). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sobur, A. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
97
Soedarsono, R. (1992). PENGANTAR APRESIASI SENI. Jakarta:
Balaipustaka.
Sudjiman, P., & Zoest, A. V. (1992). Serba-Serbi Semiotika.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugiono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Suhaemi, J. (2006). Metode-Metode Penelitian Komunikasi.
Jakarta: UIN Jakarta Press.
Sukmi, S. N. (2013). Konstruksi Identitas Pengguna Media
Dunia Media Yang Konvergen. Jakarta: (FISIP)
Universitas Indonesia.
Suryahadi, A. A. (2008). SENI RUPA Menjadi Sensitif, Kreatif,
Apresiatif dan Produktif JILID 1 . Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejeruan, Direktorat
Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional.
Tinarbuko, S. (2009). Semiotika Komunikasi Visual. Jogjakarta:
Jalasutra.
W.M, A. H. (2004). Hermeneutika, Estetika, Dan Religiusitas
Esai-Esai Sastra Sufistik dan Seni Rupa. Yogyakarta:
MATAHARI.
98
Wibowo, I. W. (2013). Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis
Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Yogyakarta, I. S. (2005). EKSPRESI Jurnal Institut Seni
Indonesia Yogyakarta Volume 15, Tahun 5, 2005. .
Yogyakarta: Aksara Indonesia.
Yulikhah, S. (n.d.). JILBAB ANTARA KESALEHAN DAN
FENOMENA SOSIAL (JURNAL ILMU DAKWAH,
Vol.36, No.1). Retrieved Juli 10, 2018, from
www.researchgate.net:
https://www.researchgate.net/publication/319704745_JIL
BAB_ANTARA_KESALEHAN_DAN_FENOMENA_S
OSIAL
101
3. Akun Instagram Ameena Khan & Beberapa Kontennya
(@ameenakhanart)
102
103
4. Direct Message di Instagram antara peneliti dengan
Ameena Khan pada akun @ameenakhanart. Dengan
tujuan untuk melakukan wawancara, namun sayangnya
tidak mendapat respon lebih lanjut dari yang
bersangkutan.
104
105
5. Penjelasan singkat mengenai Mixed Art / Mixed Media
dari situs website https://www.bernas.id/53392-
mengajarkan-kreativitas-pada-anak-lewat-mixed-
media.html
Mengajarkan Kreativitas Pada
Anak Lewat Mixed Media
30 November 2017
Bernas.id - Sering kita mendengar perdebatan
antar seniman mengenai kategori seni rupa murni.
Mereka memperdebatkan mana yang termasuk
seni rupa murni dan mana yang masuk ke dalam
ranah seni terapan. Dahulu ranah kerajinan
tangan masuk ke dalam ranah seni terapan.
Namun semakin bergantinya zaman, batas antara
seni rupa murni dan terapan semakin hilang.
Seperti asal katanya, mixed media berarti media
yang digabung. Mixed media adalah sebuah karya
seni yang menggabungkan berbagai media dan
material menjadi satu. Dalam sebuah karya mixed
media dibutuhkan kreativitas menggunakan
berbagai media seperti kanvas, kertas, manik-
106
manik, rajutan, metal, sampai benda-benda di
sekitar kita.
Gerakan mixed media ini lahir dengan semangat
bahwa seni rupa yang baik tidak harus dihasilkan
oleh material yang berkelas. Bahwa benda-benda
di sekitar kita jika dirangkai dan dikomposisikan
secara baik dapat menjadi karya seni yang
bernilai.
Apakah kita bisa membuat seni mixed
media secara asal? Ternyata tidak. Seni mixed
mediatetap harus memperhatikan satu tema yang
mengikat keseluruhan gambar. Dari tema tersebut,
sang pembuat karya memikirkan warna dasar,
pola, gambar, sampai tulisan yang mendukung
tema tersebut.
Cara membuat mixed media adalah dengan
memikirkan satu konsep utama kemudian
menggunakan berbagai media untuk
menghasilkan kesan yang diinginkan. Media
tersebut kemudian disatukan dengan berbagai
kombinasi teknik seperti teknik stencil,
stempel, image transfer, spray, sampai
teknik emboss. Teknik ini sering kali digabungkan
dengan teknik kaligrafi dan pencantuman kutipan
inspiratif.
107
Mengenalkan seni mixed media kepada anak
dapat meningkatkan kemauan anak untuk
mengekspresikan diri. Seni mixed media juga
memberikan pengalaman eksploratif terhadap
berbagai media dan berbagai teknik.
Top Related