Download - Analisis Proksimat Berbagai Jenis Kacang-kacangan yang ......lemak sebagai cadangan energi. Fungsi lemak adalah sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber

Transcript
  • 1

    Analisis Proksimat Berbagai Jenis Kacang-kacangan yang

    Tumbuh di Pulau Timor-NTT

    Tugas Akhir

    Disusun oleh :

    Nathania Liantari Pratamaningtyas

    472013005

    PROGRAM STUDI GIZI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2017

  • Analisis Proksimat Berbagai Jenis Kacang-kacangan yang

    Tumbuh di Pulau Timor-NTT

    Tugas Akhir

    Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

    memperoleh gelar sarjana gizi

    Disusun oleh :

    Nathania Liantari Pratamaningtyas

    472013005

    PROGRAM STUDI GIZI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2017

  • Pendahuluan

    Tanaman kacang-kacangan sudah ditanam di Indonesia sejak beratus-ratus

    tahun yang lalu. Tanaman ini terdiri atas berbagai jenis, misalnya kacang kedelai,

    kacang hijau, kacang tanah, dan berbagai jenis kacang sayur misalnya kecipir,

    kapri, kacang panjang dan buncis. Perhatian pemerintah terhadap tanaman

    kacang-kacangan sangat besar. Dalam Pelita VI, pemerintah memrogramkan

    pembangunan subsektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura termasuk

    palawija, terutama kacang-kacangan. Permintaan terhadap kacang-kacangan pada

    masa yang akan datang, diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan

    pertambahan jumlah penduduk. Mengacu pada Pola Pangan Harapan (PPH) tahun

    2000, konsumsi rata-rata kacang-kacangan penduduk Indonesia adalah sebesar

    35,88 gr/kapita/hari (Astawan, 2009).

    Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai sumber protein yang saling

    melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras dan gandum. Kacang-kacangan

    (leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang gude, kacang merah,

    kacang kedelai, dan kacang tanah, sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di

    seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial (Astawan,2009). Komoditi ini

    juga ternyata potensial sebagai sumber zat gizi lain, yaitu mineral, vitamin B,

    karbohidrat kompleks dan serat makanan. Kandungan seratnya tinggi, maka

    kacang-kacangan dipilih untuk menjadi sumber serat. Kacang-kacangan

    memberikan sekitar 135 kkal per 100 gram bagian yang dapat dimakan. Konsumsi

    kacang-kacangan sebanyak 100 gram, maka jumlah itu akan mencukupi sekitar

    20% kebutuhan protein dan 20% kebutuhan serat per hari. Kacang-kacangan

    merupakan sumber protein yang baik, dengan kandungan protein berkisar antara

    20 – 30%, selain sumber protein juga mengandung senyawa lainnya seperti

    mineral, vitamin B1, B2, B3, karbohidrat, dan serat (Koswara, 2009).

    Indonesia memiliki beragam jenis kacang-kacangan yang dapat tumbuh

    dengan baik. Beberapa kacang lokal dapat ditemui di pelosok-pelosok daerah dan

    digunakan untuk kebutuhan pangan. Pulau Timor adalah salah satu kawasan di

    Provinsi Nusa Tenggara Timur yang kaya akan kacang-kacangan lokal. Tercatat

    ada sekitar 29 jenis kacang lokal yang ada di sana. Beberapa jenis kacang-

    kacangan lokal yang umum digunakan dalam mengelola pertanian di Timor

    terutama sebagai pangan yaitu kacang turis (Cajanus cajan atau pigeon pea),

    kacang nasi (Vigna unguiculata) (Hosang, 2004), kacang tanah (Arachis

  • hypogea), kacang merah (Phaseolus vulgaris) (Hosang et al., 2005), serta kacang

    hijau (Phaseolus radiata) (MUGA et al, 2003).

    Keberadaan kacang-kacang lokal di Timor ini sudah sejak lama menjadi

    penopang pangan lokal di sana. Secara ekologis kacang lokal di sana sudah

    teradaptasi dengan kondisi lingkungan yang kering dan sudah menjadi bagian dari

    kehidupan masyarakat lokal. Konsumsi kacang-kacangan lokal biasanya sebatas

    diolah menjadi jagung bose. Jagung bose adalah kuliner lokal berbahan dasar

    jagung lokal yang ditambah kacang-kacangan lokal lalu direbus bersama. Kacang-

    kacangan lokal sebagai salah satu penyedia sumber protein nabati berperan

    penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Namun hingga saat ini belum banyak

    yang mengapresiasinya, terutama berkaitan dengan kandungan gizi pada kacang-

    kacang lokal di sana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

    nilai gizi dari kacang-kacang lokal yang terdapat di Pulau Timor. Melalui adanya

    identifikasi nilai gizi pada kacang-kacangan lokal ini bisa menjadi panduan untuk

    pengolahan kacang menjadi beraneka jenis pangan fungsional untuk

    meningkatkan nilai tambahnya dan pemenuhan gizi masyarakat.

    Metode

    Jenis penelitian ini adalah eksperimen kuantitatif dengan menggunakan 5

    sampel kacang yang berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur yaitu kacang arbila

    biji besar, arbila merah, arbila loreng, kacang nasi, dan kacang turis. Uji

    proksimat dilakukan untuk mengetahui kadar protein, lemak, dan karbohidrat.

    Analisis Protein (Kjeldahl)

    Sebanyak1 grsampeldimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan

    diencerkan dengan aquades. Sejumlah10 ml larutan dimasukkan dalam labu

    Kjeldahl 500 ml, ditambahkan 10 ml H2SO4 (93 – 98% bebas N). Ditambahkan 5

    gr campuran Na2SO4 – HgO (20:1) untuk katalisator.Larutankemudian dididihkan

    sampai jernih dan dilanjutkan pendidihan sampai 30 menit lagi. Setelah dingin

    dindinglabu Kjeldahl dicucidengan aquades dan dididihkan lagi selama 30 menit.

    Kemudian setelah dingin ditambahkan 140 ml aquades dan ditambahkan 35 ml

    larutan NaOH-Na2S2O3, beberapa butiran zink. Kemudian dilakukan destilasi;

    destilat ditampung sebanyak 100 ml dalam Erlenmeyer yang berisi 25 ml larutan

    jenuh asam borat dan beberapa tetes indikator metilen biru. Selanjutnya

  • larutandititrasi dengan 0,02 N HCl dan 0,1 N HCl. Titik akhir titrasi ditunjukkan

    dengan warna merah muda.

    Jumlah N total = π‘šπ‘™ 𝐻𝐢𝑙 ×𝑁 𝐻𝐢𝑙

    π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ Γ—1000 Γ— 14008 Γ— f

    f = faktor pencenceran untuk kacang-kacangan (6,25)

    %N=

    % Protein = %N Γ— f

    Analisis Lemak (Soxhlet)

    Sampel sebanyak 5 gr lalu dibungkus dengan kertas saring kemudian

    dioven lalu didinginkan dalam desikator. Labu lemak yang sudah kering

    kemudian ditimbang lalu dirangkai dengan alat soxhlet. Sampel dimasukan dalam

    tabung Soxhlet untuk melakukan ekstraksi dengan ditambahkan larutan hexane

    hingga batas agar lemak larut kemudian dipanaskan pada suhu 800C selama 5 jam

    agar diperoleh ekstrak lemak. Pengeringan sampel hasil ekstraksi dalam oven

    selama 30 menit kemudian ditimbang untuk mengetahui berat lemak.

    % kadar lemak = π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘˜π‘œπ‘™π‘“ π‘‘π‘Žπ‘› π‘™π‘’π‘šπ‘Žπ‘˜ (π‘”π‘Ÿ)βˆ’π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘˜π‘œπ‘™π‘“ π‘˜π‘œπ‘ π‘œπ‘›π‘” (π‘”π‘Ÿ)

    π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ (π‘”π‘Ÿ) Γ— 100%

    Analisis Karbohidrat (Anthrone)

    Pembuatan kurva standar dengan 0,4 gram glukosa dilarutkan dengan

    aquades, lalu dimasukkan dalam labu takar 250 ml. Dibuat beberapa seri

    pengenceran untuk pembuatan kurva standar lalu ditambahkan dengan cepat 5 ml

    pereaksi anthrone lalu didihkan setelah dingin dibaca dengan spektrofotometer

    dengan panjang gelombang 630 nm. Analisis sampel. Ditimbang 1 gr sampel

    kemudian dilarutkan dengan 100 ml aquades setelah itu disaring dengan kertas

    saring. Sebanyak 5 ml filtrate sampel kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi

    dan ditambahkan HCl 3 ml dan larutan athrone 3 ml lalu dihomogenisasi. Setelah

    itu dididihkan selama 10 menit dan setelah didinginkan lalu dihomogenkan

    kembali. Intensitas warna yang terbentuk dibaca dengan spektrofotometer dengan

    panjang gelombang 630 nm.

    % Karbohidrat total = 100% - % (kadar abu + kadar air + protein + lemak)

  • Hasil

    Dari hasil uji proksimat 5 jenis kacang-kacangan lokal di Pulau Timor

    diperoleh besaran kandungan protein, lemak, dan karbohidrat seperti ditunjukan

    padaTabel 1.

    Tabel 1. Hasil analisis proksimat berbagai jenis kacang-kacang lokaldi

    Timor.

    Sampel Protein (%) Karbohidrat (%) Lemak

    (%)

    Kacang Nasi (Vigna unguiculata) 13,16 68,01 0,87

    Kacang Turis (Cajanus cajan) 16,91 62,25 0,94

    Arbila Biji Besar (Phaseolus sp) 2,93 76,16 1,34

    Arbila Merah (Phaseolus sp) 18,55 61,80 1,62

    Arbila Loreng (Phaseolus sp) 4,67 76,76 1,85

    Dari hasil analisis proksimat diperoleh hasil kandungan protein, karbohidrat, dan

    lemak yang bervariasi. Dari 5 sampel yang di uji, kacang arbila merah memiliki

    kandungan protein yang tertinggi yakni sebesar 18,55%, lalu kacang turis

    (16,91%), kacang nasi (13,16%), arbila loreng (4,67%), dan arbila biji besar

    (2,93%). Untuk kandungan karbohidrat, yang paling banyak adalah kacang arbila

    loreng (79,76%), lalu arbila biji besar (76,80%), kacang nasi (68,01%), kacang

    turis (62,25%), dan arbila merah (61,80%). Untuk kandungan lemak, kacang

    arbila loreng paling tinggi yakni 1,85%, lalu arbila merah (1,62%), arbila biji

    besar (1,34%), kacang turis (0,94%), dan kacang nasi (0,87%).

    Pembahasan

    1. Kandungan Protein

    Biji kacang-kacangan mayoritas mengandung protein 18–35%

    (Elhardallou et al, 2015), menurut Ade-Omowaye (2015) 22–37%, dan menurut

    Gajzago, (2016) 15–62% Protein memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai

    pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh; mengatur sel-sel yang rusak;

    pembentukan senyawa-senyawa penting tubuh, seperti hormon, enzim, dan

    hemoglobin; pembentuk antibodi tubuh; berperan dalam pengangkutan zat-zat

    gizi dan pengatur keseimbangan air dalam sel (Widodo, 2009).

    2. Kandungan Karbohidrat

    Selain kaya akan protein, kacang-kacangan juga kaya akan karbohidrat

    (Elhardallou et al, 2015). Karbohidrat memiliki peranan penting dalam

    menentukan karakteristik bahan makanan, seperti rasa, warna, tekstur dan lain-

  • lain. Karbohidrat merupakan sumber kalori utama walaupun jumlah kalori yang

    dihasilkan oleh 1 gr karbohidrat hanya 4 Kal (kkal) bila dibanding protein dan

    lemak. Sedangkan dalam tubuh karbohidrat berguna untuk memecah protein

    tubuh yang berlebihan dan membantu metabolisme lemak dan protein (Winarno,

    2008). Kacang-kacangan mengandung karbohidrat 50 – 80% (Mubarak, 2005),

    66,21 – 82,16% (Kathirvel, 2012).

    Fungsi utama karbohidrat yang dapat dicerna bagi manusia adalah untuk

    menyediakan energi bagi sel, termasuk sel-sel otak yang kerjanya tergantung

    pada suplai karbohidrat berupa glukosa. Kekurangan glukosa darah

    (hipoglikemia) bisa menyebakan pingsan atau fatal; sementara bila kelebihan

    glukosa darah menimbulkan hiperglikemia yang bila berlangsung terus

    meningkatkan risiko penyakit diabetes atau kencing manis (Mahan et al, 2008).

    3. Kandungan Lemak

    Menurut Akpinar et al (2001), kandungan lemak yang terdapat pada

    kacang-kacangan yaitu 1–2%. Jenis lemaknya berupa asam linoleat dan asam

    linolenat merupakan asam lemak esensial yang paling penting yang diperlukan

    tubuh untuk pertumbuhan, pemeliharaan fungsi fisiologis (Pugalenthi et al,

    2004).Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari

    makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel

    lemak sebagai cadangan energi. Fungsi lemak adalah sebagai sumber energi,

    pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat

    angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan

    kelezatan, sebagai pelumas, dan memelihara suhu tubuh.

    4. Potensi Kacang Lokal di NTT

    Keterangan Kacang Nasi Kacang Turis Arbila Biji Besar Arbila Biji Merah Arbila Biji Loreng

    Gambar Kacang

    Pemanfaatan

    oleh masyarakat

    lokal

    Direbus

    bersama

    dengan nasi.

    Dicampur

    dengan

    jagung bose.

    Dicampur

    dengan jagung

    bose.

    Dicampur dengan

    jagung

    bose,tetapi harus

    direbus dulu 12

    kali karena

    beracun.

    Dicampur dengan

    jagung bose.

    Harga di pasar

    lokal (kg)

    Rp 10.000,00 Rp 5.000,00 Rp 5.000,00 Rp 4.000,00 Rp 5.000,00

    Gambar 1. Jenis kacang lokal yang diidentifikasikandungan proksimatnya.

  • Bervariasinya kandungan proksimat pada masing-masing jenis kacang

    (Gambar 1) disebabkan oleh perbedaan spesies, varietas, lingkungan, dan kondisi

    geografis. Seperti diungkapkan Halizaet al (2007), semua kacang-kacangan dapat

    tumbuh dengan baik di seluruh wilayah Indonesia. Masing-masing daerah di

    Indonesia memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda yang akan menentukan

    jenis kacang-kacangan yang ditanam dan kualitas pertumbuhannya. Untuk daerah

    Nusa Tenggara Timur yang beriklim kering tumbuh beberapa jenis kacang-

    kacangan bisa tumbuh karena sudah teradaptasi, meskipun hasilnya tidak seperti

    di daerah lain yang jauh lebih baik jika dilihat dari kandungan proksimatnya.

    Pola konsumsi masyarakat di Pulau Timor masih didominasi oleh jagung.

    Masyarakat di Pulau Timor mempunyai ketergantungan yang kuat terhadap

    jagung sebagai sumber karbohidrat, oleh karena itu diperlukan upaya untuk

    mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap jagung dengan menggali potensi

    lokal yang berbasis non jagung untuk memenuhi kebutuhan pangan. Sesuai

    kebiasaan yang ada pada saat musim panen jagung masyarakat akan lebih banyak

    mengonsumsi jagung. Pada masyarakat Timor secara umum penyajian jagung

    sebagai makanan pokok telah dikenal beberapa olahan seperti jagung bose yakni

    jagung diluruh dengan penghilangan kulit ari. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi

    Nusa Tenggara Timur (2016), melaporkan kandungan gizi pada jagung bose,

    karbohidrat (29,27 gr), protein (5,79 gr), dan lemak (4,97%), sedangkan idealnya

    adalah karbohidrat (40–60%), protein (5–15%), dan lemak (25–55%).

    Kacang nasi oleh masyarakat Timor biasanya diolah dengan cara

    mencampur dengan beras lalu ditanak untuk dijadikan nasi. Kacang turis, arbila

    biji besar, arbila biji loreng diolah bersama dengan jagung untuk dijadikan jagung

    bose. Kacang arbila biji merah, adalah salah satu jenis kacang yang beracun. Pos

    Kupang, melalui tribunnews.com (1/8/2009) memberitakan ada 2 warga Amfoang

    meninggal karena keracunan kacang arbila, dari 5 korban keracunan. Kacang

    arbila merah dalam masyarakat sekitar disebut dengan kot(o) fui. Kacang jenis ini

    dikategorikan beracun, karena mengandung senyawa HCN yang tinggi.

    Masyarakat local sudah mengenal jenis kacang yang beracun dan tidak. Untuk

    jenis yang beracun biasanya masyarakat di sana mengolahnya dengan cara

    merebus hingga 12 kali lalu baru diolah dengan jagung bose.

    Harga kacang-kacang local juga relative murah di pasaran yakni berkisar

    Rp 4.000,00 – Rp 10.000,00 per kilogramnya. Secara ekonomi ssangat tidak

  • menguntungkan dengan harga jual demikian. Solusi dari permasalahan ini adalah

    dengan inovasi pangan berbahan dasar kacang-kacangan lokal. Kacang-kacangan

    local bias dialih rupa menjadi produk setengah jadi ataupaun jadi. Dengan

    pengalihan rupa bias memberikan nilai tambah seperti; masa simpan yang lebih

    lama, mempermudah dalam distribusi, mempermudah dalam pengolahan, serta

    nilai ekonomi yang lebih meningkat. Inovasi pangan berbahan dasar kacang-

    kacangan lokal juga diperlukan dan tidak sebatas menjadi kuliner tradisional

    semata.

    Dengan melihat hasil penelitian yang sudah dilakukan, potensi kacang-

    kacangan lokal dapat dikombinasikan dengan jagung bose agar pemenuhan gizi

    untuk tubuh dapat terpenuhi. Dari hasil analisa tersebut, masyarakat dapat

    melakukan modifikasi tradisi mengonsumsi jagung bose dengan melakukan

    pemerkayaan bahan makanan untuk pemenuhan gizi.

    Kesimpulan dan Saran

    Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, dari 5 jenis sampel kacang dari

    Pulau Timor di Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki kandungan proksimat

    yang berbeda. Kandungan protein yang tertinggi yakni kacang arbila merah

    sebesar 18,55%, lalu kacang turis (16,91%), kacang nasi (13,16%), arbila loreng

    (4,67%), dan arbila biji besar (2,93%). Kandungan karbohidrat, yang paling

    banyak adalah kacang arbila loreng (79,76%), lalu arbila biji besar (76,80%),

    kacang nasi (68,01%), kacang turis (62,25%), dan arbila merah (61,80%).

    Kandungan lemak, kacang arbila loreng paling tinggi yakni 1,85%, lalu arbila

    merah (1,62%), arbila biji besar (1,34%), kacang turis (0,94%), dan kacang nasi

    (0,87%). Dari hasil penelitian ini bias dijadikan rujukan dalam pengolahan pangan

    berbasis kacang-kacangan dalam rangka peningkatan nilai tambah dan pemenuhan

    gizi.

    Daftar Pustaka

    Ade-Omowaye, Tucker, G.A, Smentanska. Nutritional Potential of Nine Legumes

    inSouthwest Nigeria. International Food Research Journal. 2015. 22(2):

    P.798-806.

  • Akpinar, N., Akpinar, M.A. and Turkoglu, S. Total lipid content and fatty acid

    composition of the seeds of some Vicia L. species. Food Chemistry. 2001. 74

    (4): 449–453.

    Astawan, M. Sehat Dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Penebar Swadaya,

    Jakarta. 2009.

    Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nilai Gizi Pangan

    Lokal. 2016.

    Elhardallou S.B, Khalid, I.I, Gobourt, A.A, Abdel-Hafez, S. Amino Acid

    Composition of Cowpea (Vignaungiculata L. Walp) Flour and Its Protein

    Isolates. Food and Nutrition Science. 2015. 6: p.790-797.

    Gajzago, H.I. Nutritional Aspects of Legumes. Cultivated Plants, Primarily as

    Food Sources. 2016. Vol 1.

    Haliza, W, Purwani, E.Y, Thahir, R. Pemanfaatan Kacang-kacangan Lokal

    Sebagai Subsitusi Bahan Baku Tempe dan Tahu. Buletin Teknologi

    Pascapanen Pertanian. 2007. Vol 3.

    Hosang, E.Y. Pola Pertanaman Ladang Rendah Risiko dan Pengaruhnya Terhadap

    Komponen Geofisik dan Sosial Ekonomi di Daerah Tangkapan Air

    Bendungan Tilong. Thesis Master. Program Pascasarjana. Universitas Nusa

    Cendana, Kupang. 2004. 177 hlm.

    Hosang, E.Y., P. Bhuja, I.G. Bagus-Arsa, Y. Lekiseran, J. Umbu-Wanda, D.R.

    Nendissa, C. Padha, F. Hawu, J. Nulik dan P. MUGA. Penelitian Kacang

    Merah untuk Pelepasan Varietas. Aspek Sejarah, Usahatani dan Sosial

    Ekonomi Kacang Merah Lokal NTT. Laporan Penelitian dan Kelengkapan

    Bahan Presentasi pada Sidang Pelepasan Varietas Kacang Merah. Kerjasama

    Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTT dengan

    BPTP NTT dan Universitas Nusa Cendana. 2005. 36 hlm.

    Kathirvel, P, Kumudha, P. Comparative Analysis and Nutritional Assessment of

    Raw Seeds of Crotalaria Species. International Journal of Plant, Animal and

    Environmental Sciences. 2012. Vol 2.

    Koswara, S. Kacang-kacangan Sumber Serat Yang Kaya Gizi. Diakses

    www.ebookpangan.com. 2012. Tanggal akses 15 Maret 2017.

    Kurahashi, N et al. Soy Product and Isoflavone Consumption in Relation to

    Prostate Cancer in Japanese Men. Cancer, Epidemiology, Biomarkers &

    Prevention. 2007. 16(3): p.1155-45.

  • Mahan K. dan Escott-Stump. Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: W.B

    Saunders Company.2008.

    Mubarak, A.E. Nutritional composition and antinutritional factors of mung bean

    seeds (Phaseolus aureus) as affected by some home traditional processes.

    Journal Food Chemistry.2005. 89:489–495.

    MUGA, P., TH. Metusala, J. Nulik, Y. Leki-Seran, E.Y. Hosang, Z. Sarong, H.

    Tambunan, I.G.B. Adwita Arsa, A. Ndiwa, Ahyar dan Wanda. Identifikasi

    Kacang Hijau Varietas Lokal Belu sebagai Calon Varietas Unggul. Dinas

    Pertanian Provinsi NTT, Universitas Nusa Cendana, Balai Pengkajian

    Teknologi Pertanian NTT dan UPTD Pengawasan dan Sertifikasi Benih NTT.

    2003. 25 hlm.

    Pos Kupang. http://kupang.tribunnews.com/2009/08/01/keracunan-kacang-arbila-

    dua-warga-amfoang-meninggal. 2009.

    Pugalenthi, M. ; Vadivel, M. V. ; Gurumoorthi, P. ; Janardhanan, K. Comparative

    nutritional evaluation of little known legumes, Tamarindus indica, Erythrina

    indica and Sesbania bispinosa. Trop. Subtrop. Agroecosyst,2004. 4: 107-

    123.

    Widodo. Biokimia harper Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

    EGC.2009.