ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013 DAN TAHUN 2019
BERBASIS STORYMAPS
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi
Oleh :
VERENT SALSABILAH
E100191325
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013
DAN TAHUN 2019 BERBASIS STORYMAPS
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
Verent Salsabilah
E100191325
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen
Pembimbing
Drs. Yuli Priyana, M.Si
NIK.573
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2013 DAN TAHUN 2019 BERBASIS STORYMAPS
OLEH
VERENT SALSABILAH
E100191325
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari …….. 2020
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Drs. Yuli Priyana, M.Si ( ........... )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Aditya Saputra, M.Si, Ph.D (........... )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Hamim Zaky Hadibasyir, S.Si, M.GIS (............)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Drs. Yuli Priyana, M.Si
NIK.573
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 16 Juli 2020
Penulis,
Verent Salsabilah
E100191325
1
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN
BOYOLALI TAHUN 2013 DAN TAHUN 2019 BERBASIS STORYMAPS
Abstrak
Kabupaten Boyolali merupakan daerah kajian penelitian. Wilayah ini tidak
terlepas dari proses perubahan penggunaan lahan yang merupakan suatu proses
dinamis. Tahun 2013 dan 2019 dipilih karena dalam jangka waktu tersebut
Kabupaten Boyolali sudah banyak mengalami perkembangan sehingga diharapkan
mampu menggambarkan perubahan yang terjadi. Tujuan penelitian ini yaitu
menganalisis wilayah yang mengalami perubahan penggunaan lahan tertinggi di
Kabupaten Boyolali tahun 2013 dan 2019, menganalisis faktor penyebab perubahan
penggunaan lahan berdasarkan pengolahan data spasial dan memvisualisasikan peta
perubahan penggunaan lahan serta hasil analisisnya dalam bentuk StoryMap.
Metode dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dan disajikan dalam hasil
visualisasi StoryMaps. Metode analisis menggunakan analisis tumpang tindih
penggunaan lahan hasil interpretasi citra Landsat 8 OLI. Hasil penelitian
menunjukkan jenis penggunaan lahan pada tahun 2013 dan 2019 adalah bandara,
hutan, sawah, semak, kebun, pemukiman, bangunan industri, waduk dan jalan tol.
Jenis penggunaan lahan berdasarkan hasil digitasi dengan klasifikasi Standar
Nasional Indonesia (SNI) 7645:2010 skala 1:250.000. Kecamatan Kemusu
merupakan wilayah dengan perubahan penggunaan lahan tertinggi yaitu waduk
menjadi tegalan. Luas waduk pada tahun 2013 seluas 1.863,492 Ha sedangkan
tahun 2019 seluas 1.510,694 Ha. Kekeringan menjadi salah satu faktor luasan
waduk mengalami penurunan. Kecamatan Mojosongo dan Cepogo berada di urutan
selanjutnya wilayah dengan perubahan penggunaan lahan yang cukup tinggi,
perubahan penggunaan lahannya yaitu tegalan dan pemukiman. Perubahan dikedua
kecamatan tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah penduduk dan
perkembangan didaerah tersebut. Halaman StoryMaps dibuat untuk menampilkan
hasil peta dan analisis yang disajikan dalam tampilan menarik dan interaktif.
Kata kunci : Penginderaan Jauh, Penggunaan Lahan, webmaps
Abstracts
Boyolali Regency is a research area. This region is inseparable from the
process of land use change which is a dynamic process. In 2013 and 2019, it was
chosen because in that time period Boyolali District had experienced many
developments so it was expected to be able to describe the changes that occurred.
The purpose of this study is to analyze the areas have experienced the highest land
use change in Boyolali Regency in 2013 and 2019, to analyze the factors causing
land use change based on spatial data processing and to visualize maps of land use
change and the results of the analysis in StoryMaps.The method in this research is
2
a qualitative approach and presented in the StoryMaps visualization results. The
method of analysis uses overlay analysis of land use resulting from interpretation
Landsat 8 OLI imagery. The results showed that the types of land use in 2013 and
2019 were airports, forests, rice fields, bushes, moor, gardens, settlements,
industrial buildings, reservoirs and toll roads. Types of land use based on
digitization results with the classification of the Standar Nasional Indonesia (SNI)
7645: 2010 scale of 1: 250,000. Subdistricts of Kemusu is the region with the
highest land use change and that was reservoirs into moor. The reservoir area in
2013 was 1,863,492 Ha while in 2019 it was 1,510,694 Ha. Drought is one of the
factors reservoirs area was decreased. This change is caused by population growth
and development in the area. StoryMaps page is created to display map and analysis
results presented in an attractive and interactive display.
Keyword: Remote Sensing, Land Use, WebMaps
1. PENDAHULUAN
Menurut Rosnila (2004), perubahan penggunaan lahan tidak terlepas dalam
suatu proses pelaksanaan pembangunan wilayah. Kabupaten Boyolali secara
administratif terbagi menjadi 22 kecamatan, 261 desa dan 6 kelurahan setelah
mengalami pemekaran pada tahun 2019 (Kabupaten Boyolali dalam angka tahun
2019). Tahun 2013 pusat pemerintahan Kabupaten Boyolali berpindah dari
Kecamatan Boyolali ke Kecamatan Mojosongo. Fitria Nur Rohmah dan Bakti
Setiawan (2018), menyebutkan bahwa pemindahan kawasan perkantoran memicu
perkembangan perkotaan ditandai dengan perubahan penggunaan lahan dari lahan
pertanian tegalan menjadi kawasan permukiman, perdagangan, dan jasa serta
daerah industri.
Letak geografis Kabupaten Boyolali yang sangat strategis memberi
dampak pada pembangunan jalan yang cukup pesat. Kabupaten Boyolali menjadi
salah satu wilayah yang terlewati jalan tol sepanjang 15 Km. Selain itu pemerintah
Kabupaten Boyolali yang pro akan investasi, dalam beberapa tahun terakhir
wilayah tersebut mengalami banyak pembangunan infrastruktur baru seperti tempat
hunian dan hotel serta industri.
Luas lahan sawah dan lahan kering/tegalan Kabupaten Boyolali setiap
tahunnya selalu berkurang. Pada tahun 2013, luas lahan sawah di Kabupaten
Boyolali 22.710 Ha dan luas tegalan dan kebun seluas 78.800 Ha. Sedangkan pada
tahun 2019 luas lahan sawah berkurang menjadi 22.693 Ha dan luas lahan tegalan
3
dan kebun menjadi 30.145 Ha (Kabupaten Boyolali dalam angka, tahun 2013 dan
2019).
Bintarto (1989) menyatakan bahwa suatu wilayah dapat dikatakan cepat
perkembangan dan pertumbuhannya apabila pertambahan penduduknya baik
pertambahan alamiah maupun migrasi dari tahun ke tahun memperlihatkan
pelonjakan yang cukup signifikan. Pertambahan penduduk yang signifikan ini tidak
selalu terjadi setiap tahunnya. Berdasarkan data statistik, Tahun 2013 jumlah
penduduk Kabupaten Boyolali sebesar 963.839 jiwa, terjadi peningkatan jumlah
penduduk pada tahun 2019 sebesar 979.799 jiwa dengan presentase kenaikan
sebesar 1,6 % (Kabupaten Boyolali dalam angka, 2013 dan 2019). Sebab adanya
penambahan jumlah penduduk sehingga terjadi perubahan penggunaan lahan akibat
adanya gerak laju pembangunan.
Berkenan dengan uraian diatas, Penelitian ini dilakuakan dengan tujuan
untuk menganalisis wilayah yang mengalami perubahan penggunaan lahan
tertinggi di Kabupaten Boyolali tahun 2013 dan 2019. Menganalisis faktor
penyebab perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali tahun 2013 dan
2019 berdasarkan pengolahan data spasial serta memvisualisasikan peta perubahan
penggunaan lahan serta hasil analisisnya di Kabupaten Boyolali tahun 2013 dan
2019 dalam bentuk StoryMaps.StoryMaps merupakan inovasi peta berbasis online
yang memberikan dan menceritakan informasi secara lebih detail karena
menambahkan narasi cerita ke dalam sebuah peta dalam bentuk web maps
(ESRI,2009). Fitur peta ini mengkombinasikan peta yang dibuat pada ArcGIS
Online dengan teks narasi, foto dan video ke dalam peta tersebut sehingga
memberikan penjelasan informasi lebih detail untuk orang yang menggunakannya.
Selain itu StoryMaps memiliki beberapa template yang dapat dimanfaatkan
penggunanya guna menampilakan informasi, template tersebut didukung pula
dengan tools-tools tambahan sehingga dapat menampilkan tampilan perbandingan
layer peta satu dengan peta lainnya yang dapat mendukung analisis perubahan
penggunaan lahan. Dengan StoryMaps, diharapkan hasil pembuatan peta perubahan
penggunaan lahan serta hasil analisis yang akan ditampilkan lebih informatif.
4
Skripsi ini yang berjudul “Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
Kabupaten Boyolali Tahun 2013 Dan Tahun 2019 Berbasis Storymaps”
menerapkan beberapa metode yang telah digunakan oleh penelitian sebelumnya.
Namun terdapat beberapa perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu menganalisis
luasan perubahan penggunaan lahan dengan memanfaatkan pengolahan data spasial
berupa hasil digitasi. Selain itu hasil pembuatan peta serta analisis akan
divisualisasikan dalam bentuk web map yaitu StoryMaps.
2. METODE
Metode penelitian dalam penyusunan perubahan penggunaan lahan menggunankan
pendekatan kualitatif yang kemudian hasil visualisasinya disajikan dalam bentuk
StoryMaps. Metode ini dapat digunakan untuk pemantauan lahan dalam waktu ke
waktu yang sifatnya dinamis.
Metode pengambilan sampel dilakukan guna memperoleh foto kondisi di
lapangan yang dilakukan dengan kegiatan survei. Survei lapangan dilakukan untuk
menguji tingkat keakuratan hasil interpretasi penggunaan lahan yang mana data
yang dihasilkan masih berupa data tentatif. Penentuan titik sampel lapangan
menggunakan Metode pengambilan sampel menggunakan metode acak
(Nonprobability sampling) yaitu Sampel Purposif. Pengambilan sample pada
penggunaan lahan ini dengan memilih lokasi yang mewakili kenampakan yang
berbeda.
Metode dalam teknik pengolahan pada sata citra Landsat 8 OLI diantaranya
koreksi geometrik, koreksi radiometrik, pemilihan komposisi warna citra,
interpretasi penggunaan lahan, overlay, pembuatan peta pada ArcGIS Online dan
pembuatan StoryMaps. Koreksi geometrik pada citra Landsat 8 dilakukan hanya
dengan hanya menyesuaikan sistem proyeksi koordinat pada citra dikarenakan
Produk standar Landsat 8 yang di download dari USGS
(https://earthexplorer.usgs.gov), telah memiliki format data level LIT (Level One
Terrain Corrected). Tahapan koreksi radiometrik untuk sensor OLI (band 1-9)
adalah pengubahan nilai piksel (Digital Number) ke dalam nilai reflectance.
Pemilihan komposisi warna citra perlu diperhatikan pada penelitian ini yang
tergantung pada studi analisis yang dicari. Guna melihat penggunaan lahan
5
kombinasi band yang paling cocok untuk digunakan adalah kombinasi band 5, band
6, band 4. Kombinasi band ini cocok untuk melihat lahan. Kemudian hasil
kombinasi band tersebut diolah agar menjadi layer stacking wilayah kajian.
Guna memperoleh hasil digitasi peta penggunaan lahan maka perlu
dilakukan interpretasi pada citra Landsat 8. Tujuan dari interpretasi untuk
identifikasi obyek-obyek yang tampak pada citra. Setelah memperoleh hasil digitasi
penggunaan lahan pada kedua tahun tersebut maka dilakukan tahapan overlay.
Overlay tipe intersect dilakukan guna memperoleh peta perubahan penggunaan
lahan berdasarkan hasil digitasi penggunaan lahan tahun 2013 dan 2019. Overlay
dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi seperti bentuk, luas, dan
distribusi atau persebaran penggunaan lahan yang terjadi. Hasil peta perubahan
penggunaan lahan dianalisis dan dideskripsikan secara kualitatif terhadap data yang
diperoleh untuk mengetahui hal-hal yang menjadi faktor dan mempengaruhi
terjadinya perubahan penggunaan lahan.
Pembuatan peta pada ArcGIS Online pada dasarnya hanya dengan
menginputkan file shapefile yang diperlukan dalam pembuatan peta. Peta yang
disusun pada ArcGIS Online diantaranya Peta Penggunaan Lahan, Peta Status
Perubahan Penggunaan Lahan dan Peta Perubahan Penggunaan Lahan. Pembuatan
web map menggunakan StoryMaps guna menampilkan visualisasi hasil peta dengan
memanfaatkan template yang telah disedian, template tersebut diantaranya
StoryMaps Cascade, StoryMaps Swipe and Spyglass, StoryMaps Journal, dan
StoryMaps Shortlist. Selain menampilkan tampilan peta, pada masing-masing
template ditambahkan narasi pengantar peta yang berisi informasi penggunaan
lahan pada tahun 2013 dan 2019 di Kabupaten Boyolali beserta narasi informasi
hasil analisis perubahan penggunaan lahan.
Metode analisis data dilakukan dengan membandingkan antar peta
penggunaan lahan tahun 2013 dan tahun 2019 serta peta perubahan penggunaan
lahan Kabupaten Boyolali. Dari data perubahan penggunaan lahan ini, dapat
diketahui statistik jenis, luasan, distribusi, dan kecenderungan perubahan
penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali. Output dari analisis overlay ini akan
menjawab tujuan penelitian secara keseluruhan yaitu menganalisis perubahan
6
penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali serta wilayah yang mengalami perubahan
lahan tertingi beserta penyabab yang mempengaruhi.
Analisis juga dilakukan pada hasil penyajian StoryMaps perubahan
penggunaan lahan. Analisis yang dilakukan yaitu pada pemilihan template
StoryMaps beserta keefektifan pemanfaatannya dalam menampilkan informasi
perubahan penggunaan lahan. Selain itu analisis ini bertujuan untuk mengetahui
fungsional dan keberhasilan aplikasi yang telah dibuat.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini terdiri dari Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Boyolali Tahun
2013 dan 2019, Peta Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Boyolali Tahun
2013 dan 2019 beserta tabel luasan perubahannya. Kemudian hasil dari pembuatan
peta beserta analisisnya ditampilkan dalam bentuk StoryMaps.
Peta Penggunaan Lahan Tahun 2013 dan 2019 didapatkan dari hasil
interpretasi dan digitasi citra Landsat 8 tahun 2013 dan 2019. Hasil dari interpretasi
dan digitasi menunjukkan bahwa terdapat 10 penggunaan lahan yang ada di
Kabupaten Boyolali. Jenis-jenis penggunaan lahan tersebut diantaranya bandara,
hutan, sawah, semak, tegalan, kebun, permukiman, bangunan industri, waduk dan
jalan tol.
Hasil dari interpretasi citra Landsat 8 tahun 2013 dapat diketahui bahwa
penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali pada tahun 2013 dan 2019 didominasi
oleh permukiman. Pada tahun 2013 permukiman seluas 26.269,508 Ha atau sekitar
23,89 % dari total luas penggunaan lahan. Sedangkan tahun 2019 memiliki luasan
seluas 27.902,201 Ha atau sekitar 25,38%.
Perubahan penggunaan lahan Kabupaten Boyolali dapat diketahui dari hasil
overlay data penggunaan lahan. Hasil dari overlay data penggunaan lahan tahun
2013 dan 2019 menunjukkan bahwa di Kabupaten Boyolali terdapat 23 penggunaan
lahan yang berubah yang diantaranya bangunan industri menjadi jalan tol dan
permukiman. Hutan menjadi kebun dan permukiman, kebun menjadi bangunan
industri, jalan tol, permukiman, sawah, semak dan tegalan. Sawah menjadi jalan
tol, kebun, permukiman, dan tegalan. Tegalan menjadi bangunan industri, jalan tol,
kebun, permukiman, dan sawah. Penggunaan lahan lainnya yang berubah yaitu
7
waduk menjadi tegalan. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kabupaten
Boyolali ini terjadi dibeberapa kecamatan yang dapat dilihat pada tabel perubahan
penggunaan lahan dibawah ini.
Tabel 1 Perubahan Penggunaan Lahan Per-Kecamatan Di Kabupaten Boyolali
Tahun 2013 dan 2019
Tabel 3 menunjukkan bahwa Kecamatan dengan presentase perubahan
terbesar yaitu Kecamatan Kemusu dengan perubahan luasan sebesar 629,970 Ha
dengan presentase sebesar 39,55%. Kecamatan dengan perubahan luasan kedua
yaitu Mojosongo dengan perubahan luasan 223,130 Ha dengan presentase 14,01%.
Sedangkan wilayah yang memiliki perubahan penggunaan lahan terkecil yaitu
Kecamatan Wonosegoro dengan luasan 0,164 Ha dengan presentase 0,04%.
Gambar 1 menunjukkan sebaran status perubahan penggunaan lahan Kabupaten
Boyolali dan Gambar 2 yaitu Peta Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten
Boyolali Tahun 2013 dan 2019.
No. Kecamatan Luas (Ha) Presentase (%)
1 Kemusu 629,970 39,55
2 Wonosegoro 0,614 0,04
3 Wonosamudro 55,156 3,46
4 Teras 23,852 1,50
5 Simo 3,915 0,25
6 Sambi 34,969 2,20
7 Musuk 18,529 1,16
8 Mojosongo 223,130 14,01
9 Klego 32,214 2,02
10 Karanggede 29,771 1,87
11 Juwangi 138,680 8,71
12 Gladagsari 8,771 0,55
13 Cepogo 205,20 12,88
14 Boyolali 51,212 3,21
15 Banyudono 53,378 3,35
16 Andong 29,407 1,85
17 Ampel 54,234 3,40
1.593,010 100Jumlah
8
Gambar 1 Peta Status Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Boyolali Tahun
2013 dan 2019
9
Gambar 2 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Boyolali Tahun 2013
dan 2019
Berdasarkan hasil dari interpretasi citra tahun 2013 dapat diketahui bahwa
penggunaan lahan di Kecamatan Kemusu yang mendominasi yaitu tegalan dengan
luasan 2.131,438 Ha. Sedangkan wilayah yang mengalami perubahan penggunaan
lahan terbanyak didominasi oleh waduk dengan luasan 1.863,492 Ha yang sebagian
besar kemudian berubah menjadi tegalan ditahun 2019 dengan luasan perubahan
menjadi 1.510,694 Ha. Perubahan terjadi dikarenakan waduk mengalami
kekeringan sehingga air menyusut dan menjadi lahan kosong yang mulai ditumbuhi
tumbuhan liar yang teridentifikasi menjadi sebuah tegalan.
Diurutan kedua kecamatan yang mengalami banyak perubahan yaitu
Kecamatan Mojosongo. Diketahui bahwa penggunaan lahan di Kecamatan
Mojosongo yang merupakan wilayah yang mengalami perubahan penggunaan
lahan terbanyak didominasi oleh permukiman dengan luasan 1.478,355 Ha yang
10
kemudian ditahun 2019 penggunaan lahan permukiman bertambah menjadi
1.574,194 Ha. Perubahan tersebut disebabkan pusat pemerintahan Kabupaten
Boyolali berpindah dari Kecamatan Boyolali ke Kecamatan Mojosongo, sehingga
pada tahun 2019 Kecamatan Mojosongo sudah mulai padat dengan bangunan.
Kecamatan Mojosongo merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam
wilayah yang terlewati pembangunan jalan tol. Pembangunan jalan tol sebagian
memanfaatkan wilayah dengan penggunaan lahan kebun atau tegalan, perubahan
penggunaan lahan non pertanian jarang sekali berubah sehingga minim sekali
tindakan penggusuran yang mengganggu aktivitas masyarakat.
Diurutan ketiga kecamatan yang mengalami banyak perubahan yaitu
Kecamatan Cepogo. Diketahui bahwa jenis penggunaan lahan di Kecamatan
Cepogo yang mendominasi yaitu tegalan dengan luas 3.097,228 Ha pada tahun
2013, namun berkurang menjadi 3.070,744 Ha pada tahun 2019. Sedangkan
wilayah yang mengalami perubahan penggunaan lahan terbanyak yaitu
permukiman, di tahun 2013 penggunaan lahan permukiman seluas 1.580,770 Ha
dan bertambah menjadi 1.626,737 Ha ditahun 2019. Meningkatnya jumlah
penduduk di Kecamatan Cepogo baik dari luar wilayah maupun masyarakat
setempat menjadi salah satu faktor penyebab alih fungsi lahan. Kecamatan Cepogo
yang cukup strategis dengan pusat kegiatan di Kabupaten Boyolali yaitu Kecamatan
Boyolali sendiri menjadi faktor lainnya.
Dilakukan akurasi lapangan terhadap hasil pembuatan peta perubahan
penggunaan lahan. Akurasi dilakukan dengan mencocokkan hasil cek lapangan
dengan hasil interpretasi kegiatan survei. Survei lapangan dilakukan terhadap titik
sampel yang telah dipilih berdasarkan perhitungan dengan rumus (1), dimana nilai
N yang merupakan populasi dipilih dari jumlah poligon yang mengalami perubahan
penggunaan lahan hasil dari interpretasi. Jumlah populasi tersebut sebanyak 165
poligon. Kemudian dilakukan perhitungan berdasarkan rumus guna memperoleh
jumlah titik sampel sebagai berikut:
n =165
1+165.(0,2)2 (1)
n =165
7,6= 21,7 = 22
11
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jumlah titik sampel sebanyak 22
titik yang kemudian dilakukan survei lapangan guna mengetahui secara langsung
penggunaan lahannya. Hasil cek lapangan kemudian dicocokan dengan hasil
interpretasi dengan cara melakukan akjurasi lapangan. Berikut hasil akurasi
lapangan penggunaan lahan pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2 Akurasi Lapangan
Sumber: Data Akurasi Lapangan
Dari hasil table akurasi lapangan maka diketahui presentase nilai keakuratan
interpretasi citra yaitu sebagai berikut:
presetase akurasi = Σ sampel yang sama
Σ Titik yang disurvei x 100% (2)
presetase akurasi = 21
22 x 100%
presetase akurasi = 95%
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil akurasi lapangan dengan
presentase 95%. United States Geological Survei (USGS) telah menetapkan tingkat
ketelitian klasifikasi atau interpretasi minimum dengan menggunakan
penginderaan jauh yaitu kurang dari 85% (Mentari, 2013). Berdasarkan nilai
akurasi memberikan ketelitian yang cukup tinggi karena memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh USGS yang menyatakan ketelitian interpretasi lebih dari 85%.
Hasil pembuatan peta serta analisis ditampilkan dalam bentuk visualisasi
StoryMaps dengan memanfaatkan template yang tersedia. StoryMaps “Perubahan
Penggunaan Lahan Kabupaten Boyolali Tahun 2013 dan 2019” dapat dilihat
dengan mengakses alamat halaman yaitu https://arcg.is/1G8zaP. StoryMaps yang
Perubahan
Penggunaan Lahan Bandara Hutan Sawah Semak Kebun Tegalan Permukiman
Bangunan
Industri Waduk Jalan Tol
Total
Sampel Sesuai
Bandara 0 0
Hutan 1 1 2 2
Sawah 1 1 1 2 5 4
Semak 0 0
Kebun 1 1 1 1 1 1 6 6
Tegalan 1 3 1 5 5
Permukiman 1 2 3 3
Bangunan Industri 0 0
Waduk 1 1 1
Jalan Tol 0 0
0 0 1 1 3 4 6 2 0 5 22 21
Dat
a in
terp
reta
si
Total Sampel
Data Lapangan
12
disusun terdiri dari beberapa layer yang terdiri dari cover serta beberapa peta
didalamnya.
Halaman StoryMaps menampilkan informasi perubahan penggunaan lahan
dengan tampilan yang menarik dan dapat menampilkan informasi perubahan
penggunaan lahan dengan adanya narasi serta kondisi foto dilapangan. Pemanfaatan
template yang variatif perlu disesuaikan dengan fungsinya, dikarenakan terdapat
beberapa template dalam input teks tidak dapat dimaksimalkan karena dibatasi
dengan jumlah karakter teks. Selain itu tidak semua jenis template mampu
disisipkan tampilan foto sehingga perlu disesuaikan kembali pemilihan
templatenya.
Terdapat beberapa kriteria yang dijadikan sebagai syarat penyajian
StoryMaps yang baik dan benar menurut ESRI tahun 2009 terdapat beberapa
kriteria, yang diantaranya mampu terhubung dengan audient/pembaca, mampu
memikat para pembaca, penggunaan template yang sesuai dengan tema atau tujuan
dari StoryMaps yang dibuat, mudah dipahami dan mudah dibaca, penampilan
StoryMaps yang simple dan informatif.
Pembuatan StoryMaps “Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Boyolali
Tahun 2013 dan 2019” mengacu pada syarat penyajian tersebut. StoryMaps ini
disebarkan dengan menggunakan link yang telah publish untuk public yang dapat
diakses menggunakan internet. Selain itu, StoryMaps bersifat praktis karena sudah
bisa diakses pada mobile gadget seperti smartphone sehingga memudahkan bagi
penggunanya. Dapat dilihat pada Gambar 3 StoryMaps Peta Penggunaan Lahan.
Gambar 3 StoryMaps Peta Penggunaan Lahan
13
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan yang
diantaranya:
1. Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir yaitu tahun 2013 dan 2019, Kabupaten
Boyoalali mengalami beberapa perubahan walau tidak cukup signifikan.
2. Perubahan cenderung terjadi dibeberapa Kecamatan yang diantaranya
Kecamatan Kemusu, Wonosegoro, Wonosamudro, Teras, Simo, Sambi, Musuk,
Mojosongo, Klego, Karanggede, Juwangi, Gladagsari, Cepogo, Boyolali,
Banyudono, Andong, dan Ampel. Sedangkan Kecamatan yang cenderung tidak
mengalami perubahan yaitu Nogosari, Sawit, Tamansari dan Selo. Perubahan
penggunaan lahan yang paling dominan terjadi adalah waduk menjadi tegalan
yang terjadi di Kecamatan Kemusu.
3. StoryMaps “Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Boyolali Tahun 2013
dan 2019” dapat dilihat dengan mengakses alamat halaman yaitu
https://arcg.is/1G8zaP. .
4.2. Saran
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya melakukan penelitian yang lebih
mendalam mengenai perubahan penggunaan lahan. Dengan seperti itu, maka kajian
tentang lahan akan semakin banyak dilakukan dan diharapkan agar bisa
memperbaiki pemanfaatan sumber daya lahan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Bintarto. 1989. Interaksi Desa dan Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
BPS. 2008. Kabupaten Boyolali Dalam Angka 2008. Boyolali: Badan Pusat
Statistik.
BPS. 2019. Kabupaten Boyolali Dalam Angka 2019. Boyolali: Badan Pusat
Statistik.
ESRI. 2009. ESRI Story Maps Shortlist Tutorial, (Online),
https://storymaps.arcgis.com/en/app-list/shortlist/tutorial/ , diakses pada
tanggal 15 Februari 2020. Mentari, B. 2013. Identifikasi Karakteristik dan Pemetaan Klasifikasi Tutupan Lahan
Menggunakan Citra Landsat 8 (OLI) di Kabupaten Bogor. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
14
Rosnila. 2004. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap
Keberadaan Situ(Studi Kasus Kota Depok). Tesis. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Rohmah, F.N. & Setiawan, B. 2018. Pengaruh Pemindahan Kawasan Perkantoran
Pemerintah Kabupaten Boyolali Terhadap Perkembangan Perkotaan
Boyolali. Jurnal Ilmiah Universitas Gadjah Mada Vol. 8 No. 1.
Yogyakarta.
Top Related