i
ANALISIS PENYEBAB TERJADINYA
PEMBIAYAAN BERMASALAH
DI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM (LKI) BUANA KARTIKA
KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi
Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
dalam Ilmu Syari’ah
Oleh :
ENIS MILLATA
NIM : 072411026
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
iii
iv
MOTTO
………
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya……. (QS. An-Nisa’ : 58)1
1 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta 1984, hlm. 128
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Bapak, ibu yang selalu mendoakan dan memberi dukungan baik moril
maupun materi.
2. Para pendidikku.
3. Mas Thoif, Mbak Navis, dan Dek Amdad yang selalu memberi motivasi
untukku.
4. Seluruh keluarga besar K.H. Fathan H.M. dan K.H. Muhammad Ihsan.
5. “Dia” yang selalu ada di hatiku.
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
berisi materi yang telah pernah ditulis orang lain
atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak
berisi satupun pikiran-pikiran orang lain.
Kecuali informasi yang terdapat dalam referensi
yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 8 Juni 2011
Deklarator,
Enis Millata
vii
ABSTRAK
LKI Buana Kartika sebagai salah satu lembaga keuangan islam yang ada di
wilayah Kecamatan Mranggen dalam menyalurkan modalnya hanya membiayai
usaha produktif yang halal. Dalam melakukan usaha pembiayaan LKI Buana Kartika
sudah sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku. Tahapan-tahapan tersebut
adalah : permohonan pembiayaan, investigasi (survey), analisis pembiayaan
(penilaian usaha nasabah), realisasi (pencairan), dan monitoring serta pembinaan.
Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah di Lembaga Keuangan Islam Buana
Kartika, kurang cermat dalam pengamatan 5 C, salah menilai dalam usaha nasabah.
Biaya yang diberikan dipergunakan untuk keperluan orang lain, bukan untuk
membiayai usaha yang diajukan tidak sepengetahuan dari LKI Buana Kartika,
nasabah kurang baik dalam mengelola usahanya, tidak adanya penghasilan dalam
usahanya, perubahan kebiasaan musim, pinjaman digunakan untuk orang lain.
Maksud penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Bagaimana
pelaksanaan pembiayaan di LKI Buana Kartika Mranggen Demak, (2) Apakah yang
mempengaruhi penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah di LKI Buana Kartika
Mranggen Demak, (3) Bagaimana upaya untuk menanggulangi pembiayaan
bermasalah di LKI Buana Kartika Mranggen Demak. Adapun metode penelitian
untuk menyelesaikan skripsi ini meliputi jenis dan sumber data. Data primer yaitu
data yang diperoleh langsung dan informasi melalui wawancara oleh manajer dan
karyawan Lembaga Keuangan Islam Buana Kartika, data sekunder yaitu data yang
diperoleh secara tidak langsung, melalui dokumentasi dan buku-buku yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Metode dokumentasi adalah suatu
metode yang digunakan dengan cara menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku,
majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, serta catatan harian dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pembiayaan bermasalah.
Metode wawancara adalah mendapatkan informasi dengan siapa saja bertanya
langsung kepada sumber data.
Dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya penyebab pembiayaan
bermasalah, LKI Buana Kartika mengambil langkah dan meneliti penyebab
terjadinya itu sendiri. Dalam menangani nasabah bermasalah atau tunggakan, LKI
Buana Kartika tidak mengenakan denda atau biaya-biaya lain, LKI Buana Kartika
memberi keringanan dan kelonggaran waktu, membebaskan bagi hasil dan apabila
memungkinkan akan diberikan keringanan pokok pembiayaan sesuai dengan
cadangan atau kemampuan LKI Buana Kartika. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan
dan prinsip-prinsip syari’ah.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang atas segala limpahan rahmat dan anugerah kepada kita semua, akhirnya
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, sholawat dan salam senantiasa penulis
sanjungkan kepada beliau Nabi Agung junjungan kami Nabi Muhammad SAW,
beserta segenap keluarga dan para sahabatnya hingga akhir nanti.
Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “ANALISIS PENYEBAB
TERJADINYA PEMBIAYAAN BERMASALAH DI LEMBAGA KEUANGAN
ISLAM (LKI) BUANA KARTIKA KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN
DEMAK” tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis
sampaikan terima kasih yang tak terhingga :
1. Bapak Dr. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Bapak Ali Murtadho, M.Ag selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam dan yang telah
mengarahkan.
3. Bapak Muhammad Saifullah, M.Ag yang telah meng-Acc judul dan proposalku.
4. Ibu Dra. Hj. Siti Mujibatun, M.Ag selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dan menyelesaikan tugas
akhir ini.
5. Bapak Ratno Agriyanto, M.Si selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu
untuk membantu, mengarahkan secara menyeluruh sampai selesainya penulisan
skripsi ini.
6. Bapak Drs. H. Djohan Masruchan, M.M. selaku wali studi yang selalu
mengarahkan dan memberi masukan selama menjadi mahasiswa di IAIN
Walisongo Semarang.
7. Bapak, Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Syari’ah atas jasa-jasanya serta ilmu
yang disampaikan dalam perkuliahan sehari-hari semoga berkah dan bermanfaat.
8. Seluruh staf perpustakaan Institut yang telah memberikan izin layanan
kepustakaan yang sangat diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
ix
9. Bapak Agus Salim, S.E. selaku Manajer LKI Buana Kartika Mranggen yang
telah memberikan data dan informasi dalam penelitian skripsi ini.
10. Bapak dan ibuku tersayang yang telah memotivasi memberi semangat dalam
penulisan skripsi ini.
11. Kakakku Thoiful Billat dan Navis Mulyana, adikku Amdad Alfian tercinta yang
selalu ikut mendo’akanku dan memberi semangat untuk mewujudkan impianku.
12. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi warna dalam hidupku.
13. Cute-cute yang selalu memberikan semangat, aku tidak akan melupakan semua
kebaikanmu.
14. Semua teman-temanku Ekonomi Islam angkatan 2007.
15. Semua berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberi bantuan kepada penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.
Akhirnya, dengan rasa syukur dan tulus ikhlas, penulis berharap skripsi ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.
Semarang, 8 Juni 2011
Penulis
Enis Millata
072411026
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
DEKLARASI ....................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 5
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 5
E. Kerangka Teori ............................................................................ 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 9
BAB II METODE PENELITIAN .................................................................. 11
A. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 11
B. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 11
C. Teknik Analisis Data ................................................................... 12
BAB III PEMBAHASAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN
DAN PENYEBAB TERJADINYA PEMBIAYAAN BERMASALAH
DI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM ............................................. 13
A. Pembiayaan ................................................................................. 13
1. Pengertian Pembiayaan ......................................................... 13
2. Jenis-jenis Pembiayaan ......................................................... 14
3. Proses Pembiayaan ................................................................ 17
B. Konsep Islam dalam Pembiayaan atau Hutang Piutang .............. 22
C. Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah .......................... 24
D. Analisis Persoalan ....................................................................... 27
1. Sebab dan Akibat .................................................................. 27
2. Kriteria yang memberi definisi tentang Persoalan ................ 29
3. Struktur Persoalan ................................................................. 29
4. Teknik Analisis Persoalan ..................................................... 31
xi
E. Upaya Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah .......................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN TENTANG PENYEBAB TERJADINYA
PEMBIAYAAN BERMASALAH DI LEMBAGA
KEUANGAN ISLAM (LKI) BUANA KARTIKA
KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK ................ 35
A. Gambaran Umum Lembaga Keuangan Islam Buana Kartika
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak .................................. 35
B. Hasil Penelitian tentang Penyebab Terjadinya Pembiayaan
Bermasalah di LKI Buana Kartika Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak ....................................................................... 45
BAB V ANALISIS PENYEBAB TERJADINYA PEMBIAYAAN
BERMASALAH DI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM (LKI)
BUANA KARTIKA KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN
DEMAK ............................................................................................. 56
A. Analisis Terhadap Proses Pembiayaan di LKI Buana Kartika
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak .................................. 56
B. Analisis Terhadap Penyebab Terjadinya Pembiayaan
Bermasalah di LKI Buana Kartika Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak ....................................................................... 58
C. Analisis Terhadap Upaya Penyelamatan Penyebab Terjadinya
Pembiayaan Bermasalah di LKI Buana Kartika Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak ..................................................... 62
BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 65
A. Kesimpulan ................................................................................. 65
B. Saran-saran .................................................................................. 66
C. Penutup ........................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam diturunkan ke dunia adalah sebagai rahmatan lil „alamin. Sedangkan
tugas manusia sebagai kholifah Allah adalah menjaga dan mengusahakan agar
rahmatan lil „alamin dapat berkesinambungan dinikmati oleh seluruh manusia,
bahkan harus dikembangkan untuk kesejahteraan seluruh alam.
Penetapan manusia sebagai kholifah Allah di muka bumi (bukan di akhirat)
mengisyaratkan bahwa dunia ini sangat penting untuk dipikirkan terlebih dahulu
atau diprioritaskan. Dunia adalah sebagai jembatan untuk menuju kehidupan
akhirat yang lebih baik. Apabila kehidupan dunia jelek, maka kehidupan
diakhirat akan jelek pula. Hal tersebut menunjukkan suatu proses yang harus
dimulai dari permulaan sampai akhir yang harus dilaksanakan secara konsekuen.
Demikian Islam memandang kehidupan dunia sangat positif, bukan berarti
bahwa kehidupan akhirat tidak penting. Namun, hanya sekedar menegaskan
bahwa segala urusan manusia untuk memperbaiki dunia adalah termasuk ibadah
yang dapat juga memperbaiki nasib manusia dikemudian hari kelak. Demikian
pula perbaikan-perbaikan kesejahteraan kehidupan manusia melalui rangkaian
tindakan ekonomis yang bertujuan untuk menghindari adanya kemiskinan dan
kesengsaraan diri. Rasulullah SAW sangat menghargai orang yang produktif,
peka terhadap lingkungan, menguasai informasi dan mempunyai dinamika serta
kreatifitas yang tinggi, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja dan
menumbuhkan wawasan ekonomi yang luas.
Untuk memulai usaha atau meningkatkan produktifitas, salah satu faktor
penunjang yang penting adalah ketersediaan modal yang cukup, adakalanya
orang mendapatkan modal dari simpanan atau dari keluarga, ada pula yang
meminjam dari rekan-rekan. Jika tidak tersedia, maka peranan lembaga
keuangan menjadi sangat penting karena dapat menyediakan modal bagi orang
yang ingin berusaha.
2
Dalam bermuamalah (jual beli, hutang piutang, sewa menyewa dan lainnya)
dituntut adanya pengelolaan yang baik dan professional berdasarkan prinsip-
prinsip manajemen. Sebuah lembaga keuangan tidak bisa dikelola, hanya dengan
bekal semangat saja. Namun aspek ekonomi dan manajemen keuangan harus
dikuasai secara maksimal agar dapat memaksimalkan pengelolaan dana, maka
manajemen sebuah Lembaga Keuangan Islam harus memperhatikan tiga aspek
penting dalam pembiayaan yaitu : aman, lancar, dan menguntungkan1. Untuk
memastikan bahwa modal yang telah diberikan tersebut aman, lancar,
menguntungkan, maka sebelum modal dicairkan terlebih dahulu diadakan
analisis pembiayaan, pemberian modal tanpa diadakannya analisis terlebih
dahulu akan sangat membahayakan pemberi modal (Bank atau Lembaga
Keuangan Syari‟ah). Berkaitan dengan pinjam meminjam tidak ada larangan
dalam islam, bahkan dianjurkan agar terjalin hubungan saling menguntungkan,
sehingga terjalin hubungan persaudaraan. Hal tersebut sejalan dengan firman
Allah SWT dalam Al-Qur‟an surat al-Baqarah : 282.
….
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya (QS. Al Baqarah : 282)”.2
Tanpa analisis terlebih dahulu nasabah akan dengan mudah memberikan
data-data fiktif, sehingga dimungkinkan usaha yang sebenarnya tidak layak
1Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul maal Wa Tamzil, Yogyakarta : UII Press, 2004,
hlm. 164. 2 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keselarasan Al-Qur‟an, Volume
1, Cet. VI, Jakarta : Lentera Hati, 2006, hlm. 603.
3
dibiayai menjadi layak. Akibatnya modal yang telah diberikan sedikit ditarik
kembali karena usaha yang dibiayai tidak mendapatkan keuntungan dan bahkan
mungkin akan menjadi merugi.
Lembaga Syariah baik perbankan maupun non perbankan sebagai lembaga
baru yang muncul belakangan dibandingkan dengan Lembaga Keuangan
Konvensional, dalam operasionalnya akan menghadapi permasalahan-
permasalahan yang juga merupakan tantangan tersendiri bagi Lembaga
Keuangan Islam.
Pihak-pihak yang terlibat dalam operasionalnya lembaga ini didasarkan
pada ikatan emosional keagamaan yang sama. Maka diantara pihak-pihak,
khususnya pengelola dan nasabah harus saling percaya, bahwa mereka sama
beritikad baik dan jujur di dalam bekerja sama. Demikian kredibilitas moral
sangat menentukan bagi pengelola bank apabila kredibilitasnya tidak baik dan
tindakannya dapat merugikan nasabah, ia dapat dikenakan sanksi administrasi
maupun sanksi gender sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Juga akan kesulitan untuk memberikan sanksi, karena dalam Lembaga
Keuangan Syari‟ah tidak mengenal adanya bunga, denda keterlambatan dan
sebagainya3.
Sitem bagi hasil yang menuntut tingkat profesionalisme yang tinggi bagi
pengelola untuk membuat perhitungan yang cermat dan terus-menerus, karena
perolehan dari sistem bagi hasil pada tingkat keberhasilan nasabah dan
keberhasilan usaha nasabah tergantung pada tingkat profesionalismenya.
Sedangkan persoalan yang dihadapi oleh pengusaha kecil yang sangat kompleks.
Pengusaha kecil tidak memiliki perencanaan dan strategi yang baik, usaha
yang dilakukan sekedar uji coba atau coba-coba dan tingkat pendidikan dan
ketrampilan yang rendah, kurang mengetahui atau memahami etika bisnis dan
kurang disiplin sehingga mencampurkan keuangan usaha dengan keuangan
rumah tangga.
3Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait, BMI dan
Tafakul di Indonesia,Jakarta : Raja grafindo Persada, 2002, hlm . 28
4
Melihat fenomena tersebut di atas, maka Gerakan Ansor Anak Cabang
Mranggen yang dipimpin oleh Arif Setiawan, S.Ag, S.Sos mencoba untuk
mencari solusi permasalahan yang dihadapi masyarakat Mranggen dengan
mendirikan Lembaga Keuangan Islam yang menggunakan sistem syari‟ah.
Dengan didirikannya Lembaga tersebut diharapkan dapat menghindarkan
ketergantungan masyarakat terhadap rentenir atau lintah darat. Disamping itu
agar dapat melakukan pembinaan, pendampingan dan penyuluhan terhadap
pengusaha kecil menengah. Sehingga masyarakat dapat terhindar dari kefakiran,
karena kefakiran akan mendekatkan kepada kekufuran.
Dalam menjalankan tugasnya Lembaga Keuangan Islam Buana Kartika
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak berdasarkan hasil pengamatan penulis
terdapat pembiayaan bermasalah baik dalam kategori kurang lancar, diragukan
dan macet. Besar atau kecil tingkat terjadinya pembiayaan bermasalah apabila
tidak ada upaya penyelamatan dan penyelesaian akan berpengaruh buruk
terhadap kelangsungan lembaga keuangan tersebut.4
Berdasarkan permasalahan diatas menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis
untuk mengkaji tentang penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah dan upaya
penyelamatanya di LKI Buana Kartika Kecamatan Mranggen Kabupaten
Demak, dengan harapan semoga nantinya dapat bermanfaat bagi penulis,
lembaga yang diteliti dan pembaca pada umumnya.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pembiayaan di LKI Buana Kartika Mranggen
Demak?
2. Apakah yang mempengaruhi penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah di
Buana Kartika Mranggen Demak?
3. Bagaimana upaya untuk menanggulangi pembiayaan bermasalah di LKI
Buana Kartika Mranggen Demak?
4 Sumber data diambil dari dokumentasi LKI Buana Kartiika Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak.
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan diatas, maka ada beberapa tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembiayaan di LKI Buana Kartika
Mranggen Demak.
2. Untuk mengetahui penyebab apakah yang mempengaruhi terjadinya
pembiayaan bermasalah di LKI Buana Kartika Mranggen Demak.
3. Untuk mengetahui upaya untuk menanggulangi pembiayaan bermasalah
di LKI Buana Kartika Mranggen Demak.
2. Manfaat Penelitian
Secara ilmiah penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu syari‟ah pada umumnya
dan keuangan Islam pada khususnya serta menjadi rujukan penelitian
berikutnya tentang studi Analisis Penyebab Terjadinya Pembiayaan
Bermasalah di Lembaga Keuangan Islam (LKI) Buana Kartika Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak.
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi
Lembaga Keuangan Islam Buana Kartika Mranggen Demak dalam hal
pembiayaan bermasalah agar mampu meningkatkan pembiayaan agar tidak
bermasalah.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang penelitian yang penulis
lakukan, maka akan penulis kemukakan beberapa pendapat, teori atau hasil
penelitian terdahulu yang relevan dengan pembahasan skripsi ini. Kajian-kajian
tentang permasalahan tersebut diantaranya :
Muhammad Ridwan dalam bukunya “Manajemen Baitul Maal wa Tamzil
(BMT)” mendeskripsikan tentang permasalahan yang sering dihadapi oleh usaha
kecil menengah yang sangat komplek, permasalahan tersebut dilihat dari
6
beberapa aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek teknis, aspek keuangan.5
Lebih lanjut ia memandang bahwa sistem pembiayaan yang ideal adalah
bilamana terjadi hubungan timbal balik antara pemberi modal dengan
penerimaan modal usaha secara aktual. Pemberi modal merasa kepentingan
menjalin hubungan baik dengan para anggota atau nasabahnya, sementara pihak
penerima modal merasakan kemanfaatan yang terkena pelayanannya sehingga
tumbuh rasa tanggung jawab.6
Sunarto Zulkifli, dalam bukunya “Panduan Praktisi Transaksi Perbankan
Syariah” berpendapat bahwa salah satu aspek penting dalam perbankan syariah
adalah proses pembiayaan yang berimplikasi pada investasi halal dan baik serta
menghasilkan return sebagaimana yang diharapkan, atau bahkan lebih. Proses
pembiayaan yang sehat tidak hanya berimplikasi pada kondisi bank yang sehat,
tetapi juga akan berimplikasi kinerja sektor riil yang dibiayai. Dalam proses
pembiayaan tersebut ada beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu :
permohonan, analisa rasio, persetujuan pembiayaan, pencarian dan monitoring.7
Kasmir dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar perbankan”
menegaskan bahwa untuk meyakinkan modal yang diberikan benar-benar aman,
lancar, dan dapat ditarik kembali sesuai dengan kesepakatan, maka sebelum
modal dicairkan terlebih dahulu diadakan analisis kredit atau pembiayaan.
Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa modal yang diberikan benar-
benar aman.8
Pemberian kredit tanpa analisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan
pemberi modal, dalam hal ini bank atau lembaga keuangan lainnya. Nasabah
dengan mudah memberikan data-data fiktif, sehingga mungkin saja usaha yang
sebenarnya tidak layak dibiayai menjadi layak, hal tersebut akan berakibat pada
kredit macet.
5 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamzil (BMT). hlm. 25.
6 Ibid, hlm. 28.
7Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim,
2003, hlm. 154. 8Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 2002, hlm.
101.
7
Faktor lain yang dapat menyebabkan kredit bermasalah adalah bencana
alam yang tidak dapat dihindari oleh nasabah, misalnya gempa bumi, banjir,
tsunami atau bahkan kesalahan dalam mengelola usaha yang dibiayai.9
Sedangkan Moh. Tjoekam dalam bukunya “Perkreditan Bisnis Inti Bank
Komersial, Konsep, Teknis dan Kasus” ia membahas tentang bukan secara tiba-
tiba tetapi secara perlahan-lahan yang didahului tanda-tanda penyimpangan
(signal of deviation) tanda-tanda penyimpangan tersebut bidang usaha, sikap
debitur, sikap kreditur dan banking environment.
E. Kerangka Teori
Dalam Islam memberi pinjaman atau modal10
untuk keperluan usaha
produktif merupakan suatu perbuatan yang terpuji yang dianjurkan syari‟at.
Sedangkan bagi peminjam hutang dilakukan apabila sudah sangat dibutuhkan,
tidak boleh berhutang hanya untuk berfoya-foya (boros). Berhutang adalah
kehinaan di waktu siang dan keresahan di waktu malam.11
Rasulullah SAW
selalu berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah SWT agar terhindar dari
hutang yang memberatkan dan tekanan oleh orang lain.
Dalam pandangan Al-Qur‟an usaha yang menguntungkan itu mengandung
elemen-elemen sebagai berikut :
1) Mengetahui investasi yang paling baik (melakukan studi kelayakan usaha).
2) Membuat keputusan yang logis sehat dan masuk akal.
3) Mengikuti perilaku yang baik.12
DR. M. Abdurrahman, M.A. dalam bukunya : Dinamika Masyarakat Islam
dalam Wacana Fiqih, menjelaskan tentang prinsip-prinsip dalam ekonomi Islam
atau bermuamalah adalah sebagai berikut :
9 Ibid., hlm. 102.
10 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam: Jilid I, Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995,
hlm. 285. 11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keselarasan Al-Qur‟an; Volume
I, Cetakan VI, Jakarta: Lentera Hati, 2006, hlm. 604. 12
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001, hlm. 38.
8
1. Prinsip kebersihan harta. Dalam ekonomi Islam harus melalui proses yang
halal, jauh dari sifat ribawi, transparan, saling merelakan („an taradin), tidak
ada penipuan (gharar), dan tidak spekulasi (maisir).
2. Prinsip kesederhanaan (tidak israf dan tafzir). Prinsip ini berkaitan dengan
kebebasan manusia dan tanggung jawab sosial. Harta yang dimiliki tidak
serta merta digunakan tanpa memperhatikan lingkungan dan manfaatnya
secara baik. Lebih-lebih harta tersebut merupakan pinjaman atau modal
usaha bersama (musyarakah).
3. Prinsip kemurahan hati dan moralitas. Manusia beriman memiliki tanggung
jawab sosial yang amat besar yang didasarkan atas kasih sayang terhadap
yang lain. Apapun yang dilakukan tidak semata-mata hanya bernilai
ekonomi, tetapi juga memiliki nilai ta‟awun.
Dalam berhutang atau pembiayaan orang yang menerima modal harus
memiliki etika yang baik. Zainal Abidin dalam karya ilmiahnya berjudul : Etika
dalam Utang Piutang,13
menerangkan bahwa etika dalam melakukan transaksi
hutang piutang adalah sebagai berikut :
1. Berhutang dengan niat baik. Barangsiapa yang berhutang dengan niat dan
azam untuk menunaikannya, maka Allah akan memudahkan baginya untuk
melunasinya dan barangsiapa berhutang tidak disertai niat baik, maka Allah
akan membinasakannya dengan hutangnya tersebut.
2. Wajib membayar hutang. Hutang merupakan amanat di pundak penghutang
yang baru tertunaikan (lunas) dengan membayarnya.
3. Berusaha mencari solusi sebelum berhutang, apabila telah berusaha mencari
solusi selain dari hutang dan tidak ditemukan solusinya selain dengan
berhutang maka hutang menjadi alternatif terakhir.
4. Menggunakan uang dengan sebaik mungkin dan menyadarinya sebagai
amanah yang harus dikembalikan.
13
Zainal Abidin, Etika Dalam Utang-Piutang, As-Sunnah, Majalah Ilmiah Pondok Pesantren
As-Sunnah, Karanganyar Solo : Edisi 05 / Tahun IX / 1424 H / 2003 M), hlm. 16.
9
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran tentang penelitian yang akan penulis
lakukan,maka dapat dilihat sistimatika penulisan skripsi sebagai berikut :
1. Bagian awal permulaan
Pada bagian ini terdiri dari halaman judul, persetujuan pembimbing,
pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi.
2. Bagian isi terdiri dari :
Bab I : Pendahuluan.
Pendahuluan, berisi uraian mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teori, dan sistematika penulisan
skripsi.
Bab II : Metode penelitian.
Metode penelitian, berisi tentang metode analisis
yang digunakan dalam penelitian dan data-data yang
digunakan beserta sumber data. Teknik pengumpulan data
dan teknik analisis data.
Bab III : Pembiayaan bermasalah.
Bab ini membahas pembiayaan yang meliputi
pengertian, macam-macam pembiayaan, dan proses
pembiayaan. Membahas konsep islam dalam pembiayaan.
Pembiayaan bermasalah yang meliputi pengertian,
klasifikasi pembiayaan bermasalah dan penyebab yang
mempengaruhi terjadinya pembiayaan bermasalah,
membahas tentang upaya menanggulangi pembiayaaan
bermasalah.
Bab IV : Hasil penelitian tentang penyebab terjadinya pembiayaan
bermasalah di LKI Buana Kartika Mranggen Demak.
Gambaran umum LKI Buana Kartika Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak yang meliputi : tinjauan
historis, letak geografis, struktur organisasi, job description,
10
produk-produk LKI Buana Kartika, sarana prasarana. Dan
hasil penelitian tentang penyebab terjadinya pembiayaan
bermasalah di LKI Buana Kartika, meliputi : proses
pembiayaan, penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah,
dan upaya penyelamatannya pembiayaan bermasalah.
Bab V : Analisis terhadap penyebab terjadinya pembiayaan
bermasalah di LKI Buana Kartika Mranggen Demak.
Analisis terhadap proses pembiayaan, analisis yang
mempenaruhi penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah,
dan analisis upaya menanggulangi pembiayaan bermasalah
di LKI Buana Kartika Mranggen Demak.
Bab VI : Penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran, dan penutup.
Pada bab ini disusun suatu kesimpulan terhadap
pokok permasalahan yang telah dibahas sebelumnya.
Sedangkan saran diperuntukkan bagi pembaca dan lembaga
yang diteliti, agar saran yang dipaparkan dapat memberi
pengetahuan dan manfaat dalam kebijakan manajemen
sumber daya manusia, serta dapat dikembangkan menjadi
bahan kajian penelitian berikutnya.
3. Bagian akhir yang berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
11
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari informasi melalui
wawancara oleh manajer dan karyawan Lembaga Keuangan Islam Buana
Kartika.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, melalui
dokumentasi dan buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi.
B. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa
metode sebagai berikut :
1. Metode Dokumentasi
Adalah suatu metode yang digunakan dengan cara menyelidiki benda-
benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, serta
catatan harian dan sebagainya.14
Metode ini digunakan untuk mendapatkan
data tentang pembiayaan bermasalah.
2. Metode Wawancara
Wawancara adalah mendapatkan informasi dengan siapa saja bertanya
langsung kepada sumber data15
. Metode ini digunakan untuk mendukung
metode dokumentasi dalam menggali data dan meminta pertimbangan dari
berbagai pihak. Sebagai informan dalam penelitian ini adalah manajer,
karyawan, dan nasabah di lingkungan LKI Buana Kartika Mranggen Demak.
14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Renika
Cipta, 1992, hlm. 131. 15
Masri Singarimbun, Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP 3 ES, 1985, hlm.
145.
12
C. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis non
statistik, yaitu deskriptif kualitatif. Analisis data yang diwujudkan bukan dalam
bentuk angka, melainkan dalam bentuk laporan dan uraian dalam bentuk
deskriptif.
Deskriptif analitik adalah metode yang bertujuan untuk membuat diskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematik faktual, dan akurat tentang faktor-
faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Dalam
penelitian ini digunakan untuk sebab-akibat menggunakan teori Kapner and
Tragoe16
terjadinya pembiayaan bermasalah di LKI Buana Kartika Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak.
16
Kapner H. Charles, dkk. Manajer yang Rasional. Jakarta, PT. Gelora Aksara Pratama. 1992.
13
BAB III
PEMBIAYAAN BERMASALAH
A. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan sering digunakan untuk aktifitas utama Lembaga
Keuangan Syari‟ah. Pada dasarnya istilah pembiayaan memiliki pengertian
yang sama dengan istilah kredit.
Dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang
dilakukan dengan akad yang sesuai syari‟ah telah menjadi bagian dari tradisi
umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktik-praktik seperti menerima
titipan harta, meminjamkan uang untuk kepentingan konsumsi dan untuk
keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan
sejak zaman Rasullulah. Allah SWT telah mengingatkan kepada setiap
muslim agar selalu kaffah dalam bermuamalah dengan Allah dan juga kaffah
dalam bermuammalah dengan sesama manusia.
Beberapa istilah perbankan modern bahkan berasal dari khazanah ilmu
fiqih. Istilah kredit diambil dari istilah qard. Credo dalam bahasa inggris
berarti kepercayaan, sedangkan qard dalam fiqih berarti meminjamkan uang
atas dasar kepercayaan17
.
a. Menurut Drs. OP. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi
(misalnya uang atau barang) dengan balasan prestasi atau kompensasi
yang akan terjadi pada waktu yang akan datang18
.
b. Menurut undang-undang no : 7 tahun 1992 tentang perbankan yang telah
disempurnakan, yang dimaksud pembiayaan adalah : penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi tanggungannya setelah
17
Adi Marwan Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2004, hlm. 19. 18
Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta : Penerbit Andi, 2005, hlm. 122.
14
jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau
bagi hasil19
.
c. Menurut PP nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan simpan pinjam oleh
koperasi adalah :
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara koperasi
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan disertai pembayaran
sebuah imbalan”20
.
d. Menurut Dr. H. Hendi Suhendi, M.Si., kredit adalah sesuatu yang dibayar
secara berangsur-angsur baik itu jual beli maupun dalam pinjam-
meminjam.21
2. Jenis-jenis Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu bagian penting dalam aktivitas
Lembaga Keuangan, kemampuan untuk menyalurkan dana sangat
mempengaruhi tingkat lembaga.
Dalam praktiknya pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan
atau bank kepada masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Jenis-jenis tersebut
dapat diklasifikasikan dari berbagai segi antara lain :
a. Menurut manfaatnya pembiayaan dapat di bagi menjadi dua yaitu :
pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja22
. Pembiayaan
investasi kerja ditujukan untuk pemenuhan barang-barang permodalan
serta fasilitas-fasilitas lain yang berhubungan dengan hal tersebut.
Sedangkan pembiayaan modal kerja ditujukan untuk pemenuhan dan
peningkatan mutu produksi.
19
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamzil, Yogyakarta UII Press, 2004,
hlm. 163. 20
Ibid, hlm. 164. 21
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 301. 22
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamzil (BMT), Yogyakarta UII Press,
2004, hlm. 166.
15
b. Menurut sifatnya pembiayaan dapat dibagi dua yaitu pembiayaan
produktif dan pembiayaan konsumtif.
Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang ditunjukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi maupun perdagangan,
investasi.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi
menjadi 2 hal berikut:
1. Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil
produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas
atau mutu hasil produksi.
2. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan dari suatu barang.
Pembiayaan investasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang modal serta fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan.
Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk
kebutuhan tersebut.
c. Menurut tujuan penggunaanya pembiayaan dapat dikategorikan menjadi
empat kategori, yaitu : pembiayaan dengan prinsip jual beli, pembiayaan
dengan prinsip sewa, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, dan
pembiayaan dengan akad pelengkap23
.
1) Pembiayaan dengan prinsip jual beli.
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan
bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang
dijual. Traksaksi jual beli berdasarkan bentuk pembayarannya dan
23
Adi Marwan Karim, Bank Islam. Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2004. hlm. 89.
16
waktu penyerahan barangnya dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu : pembiayaan murabahah, pembiayaan salam, dan pembiayaan
istishna24
.
2) Pembiayaan dengan prinsip sewa.
Traksaksi sewa (ijarah) didasari adanya pemindahan manfaat.
Prinsip ijarah pada dasarnya sama dengan prinsip jual beli,
perbedaannya kalau jual beli transaksinya berbentuk barang
sedangkan ijarah (sewa) berbentuk jasa.
3) Pembiayaan dengan bagi hasil.
Pembiayaan syari‟ah yang didasarkan pada prinsip bagi hasil adalah
pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah25
.
4) Pembiayaan dengan akad pelengkap.
Pembiayaan dengan akad pelengkap ini tidak bertujuan untuk
mencari keuntungan, tetapi bertujuan untuk memudahkan
pelaksanaan pembiayaan. Yang termasuk dalam akad pelengkap
yaitu : hiwalah (ahli hutang-piutang), rahn (gadai), qardh, wakalah,
dan kafalah.
d. Dilihat dari jangka waktu
1) Pembiayaan jangka pendek, yaitu pembiayaan yang memiliki jangka
waktu kurang dari satu tahun dan maksimal satu tahun. Pembiayaan
jangka pendek ini biasanya digunakan untuk modal kerja seperti
pertanian dan perikanan.
2) Pembiayaan jangka menengah, yaitu pembiayaan yang jangka waktu
pengembaliannya antara satu tahun sampai dengan tiga tahun.
Pembiayaan jangka menengah ini biasanya digunakan untuk investasi
seperti peternakan sapi dan kambing.
3) Pembiayaan jangka panjang, yaitu pembiayaan yang jangka waktu
pengembaliannya diatas tiga tahun sampai dengan lima tahun.
24
Ibid, hlm. 90 25
Ibid, hlm. 93
17
Pembiayaan jangka panjang ini biasanya digunakan untuk investasi
jangka panjang seperti perkebunan karet dan kelapa sawit.
e. Dilihat dari segi jaminan, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu: pembiayaan dengan jaminan dan pembiayaan tanpa jaminan.
1) Pembiayaan dengan jaminan yaitu pembiayaan yang diberikan
dengan jaminan baik berupa barang berwujud, barang tidak
berwujud, atau jaminan orang.
2) Pembiayaan tanpa jaminan yaitu pembiayaan yang diberikan tanpa
jaminan barang atau orang tertentu.
3. Proses Pembiayaan
Salah satu aspek penting dalam perbankan syari‟ah adalah proses
pembiayaan yang sehat. Proses pembiayaan yang sehat adalah proses
pembiayaan yang berimplikasi pada investasi halal dan baik serta
menghasilkan return sebagaimana yang diharapkan atau bahkan lebih.
Dalam proses pembiayaan tersebut ada beberapa tahapan yang harus
dilalui yaitu : permohonan, analisa rasio, persetujuan pembiayaan, pencairan,
dan monitoring26
.
a. Permohonan Pembiayaan
Merupakan tahap awal dari proses pembiayaan, permohonan
pembiayaan dilakukan secara tertulis oleh nasabah kepada officer bank.
Inisiatif pengajuan pembiayaan biasanya datang dari nasabah yang
kekurangan modal. Tidak mesti dari nasabah, tetapi juga dapat muncul
dari officer bank.
Hal-hal yang dijadikan acuan untuk menindak lanjuti sebuah
permohonan pembiayaan antara lain :
1. Trend Usaha
2. Peluang bisnis
3. Reputasi bisnis perusahaan atau perorangan
26
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari‟ah, Jakarta : Ziknil Hakim,
2003, hlm. 154.
18
4. Reputasi manajemen
Apabila sebuah permohonan pembiayaan dapat ditindak lanjuti,
maka dapat diteruskan dengan pengumpulan data dan investigasi. Namun
apabila permohonan pembiayaan ditolak, maka harus segera dilakukan
tanpa menunda-nunda waktu. Penolakan dapat dilakukan secara tertulis
maupun lisan untuk efisiensi waktu.
b. Pengumpulan Data dan Investigasi.
Data yang diperlukan dalam pembiayaan konsumtif antara lain :
1. Kartu identitas calon nasabah
2. Kartu identitas suami/istri
3. Kartu keluarga dan surat nikah
4. Slip gaji terakhir
5. Surat-surat referensi dari kantor tempat bekerja atau SK pengangkatan
untuk PNS
6. Salinan rekening bank tiga bulan terakhir
7. Salinan tagihan rekening listrik dan telepon
8. Data obyek pembiayaan
9. Data jaminan
Sedangkan dalam pembiayaan produktif data-data yang dibutuhkan
adalah data-data yang dapat menggambarkan kemampuan usaha calon
nasabah untuk membayar pembiayaan yang telah diterima.
Data-data yang diperlukan dalam pembiayaan produktif antara lain :
1) Untuk calon nasabah perorangan :
a) Legalitas usaha
b) Kartu identitas calon nasabah
c) Kartu identitas suami/istri
d) Kartu keluarga dan surat nikah
e) Laporan keuangan dua tahun terakhir
f) Past performance satu tahun terkhir
g) Bisnis plan
h) Data obyek pembiayaan
19
i) Data jaminan
2) Untuk calon nasabah berbadan hukum :
a) Akte pendirian usaha
b) Legalitas usaha
c) Identitas pengurus
d) Laporan keuangan dua tahun terakhir
e) Past performance satu tahun terakhir
f) Bisnis plan
g) Data obyek pembiayaan
h) Data jaminan
c. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan bertujuan untuk mengamankan pemberian
modal yang akan diberikan melalui klasifikasi dan penilaian terhadap
fakta-fakta yang ada. Prinsip dasar dalam analisis pembiayaan dapat
dilakukan dengan berbagai metode sesuai dengan kebijakan bank. Metode
yang sering digunakan adalah metode analisis 5 C27
yaitu menyangkut :
character, capacity, capital, collateral, dan condition.28
1) Character (karakter)
Character merupakan watak dan sifat dari calon nasabah dalam
kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Penilaian
karakter meliputi : kejujuran, ketulusan, ketajaman berfikir, logika
berfikir kepatuhan akan janji kesehatan, kebiasaan, berani dengan
perhitungan atau tanpa perhitungan dan suka atau tidak suka berjudi.
2) Capacity (kapasitas atau kemampuan)
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki nasabah untuk membuat
rencana dan merealisasikan rencana tersebut menjadi kenyataan,
termasuk dalam menjalankan usahanya agar memperoleh laba sesuai
yang diharapkan. Penilaian calon nasabah meliputi : kemampuan
bidang management, keuangan, pemasaran dan teknis.
27
Sigit, Prihartono, Tanya Jawab Masalah Perbankan, CV Aneka, Solo: 1995, hlm. 41. 28
Sunarto, Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari‟ah, Jakarta: Ziknil Hakim,
2003, hlm. 144.
20
3) Capital (modal)
Capital adalah modal yang dimiliki calon nasabah untuk
menjalankan dan memelihara usahanya. Penilaian terhadap capital
dimaksudkan untuk mengetahui keadaan permodalan, sumber modal,
dan penggunaan.
4) Collateral (jaminan)
Collateral adalah barang jaminan yang dititipkan sebagai jaminan
terhadap pembiayaan yang diterimanya. Jaminan berfungsi sebagai
ikatan kepercayaan dalam pemberian pembiayaan, sekaligus untuk
mengurangi resiko pemberian pembiayaan.
5) Condition (kondisi)
Condition adalah kondisi sosial ekonomi suatu saat dapat
mempengaruhi maju mundurnya usaha calon nasabah.
d. Persetujuan
Persetujuan merupakan proses penentuan apakah permohonan
pembiayaan disetujui atau tidak disetujui. Proses persetujuan ini juga
tergantung pada kebijakan bank, yang disebut komite pembiayaan.
Komite pembiayaan merupakan tingkat paling akhir dari persetujuan
pembiayaan. Karena itu hasil akhir dari komite pembiayaan adalah
penolakan, penundaan atau persetujuan pembiayaan.
e. Pengumpulan data tambahan
Pengumpulan data tambahan sebagai pemenuhan persyaraatan
merupakan hal terpenting sekaligus merupakan indikasi utama tindak
lanjut pencairan biaya.
f. Pengikatan
Setelah semua persyaratan dipenuhi selanjutnya adalah proses
pengikatan jaminan. Secara garis besar pengikatan terdiri dari dua
macam, yaitu pengikatan bahwa tangan dan pengikatan notariel.
Pengikatan bahwa tangan adalah penandatanganan akad yang dilakukan
antara bank dengan nasabah. Sedangkan pengikatan notariel adalah
21
proses penandatanganan akad antara bank dan nasabah yang dilaksanakan
oleh notaris.
Dalam Al-Qur‟an ditegaskan bahwa apabila bermuamalah tidak
secara tunai hendaklah ditulis, agar lebih terjaga jumlah dan waktunya
dan lebih menguatkan saksinya, hal tersebut diterangkan dalam surat Al-
Baqarah : 282 sebagai berikut :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar.”29
(QS. Al-Baqarah: 282).
g. Pencairan
Sebelum melakukan pencairan pembiayaan harus dilakukan
pemeriksaan kembali semua kelegkapan yang harus dipenuhi sesuai
diposisi komite pembiayaan pada permohonan pembiayaan. Setelah
semua persyaratan terpenuhi, maka proses pencairan fasilitas pembiayaan
dapat diberikan.
h. Monitoring
Monitoring adalah proses akhir dari sebuah pembiayaan. Monitoring
dapat dilakukan dengan memantau realisasi pencapaian target usaha
dengan bisnis plan yang telah dibuat sebelumnya. Adapun langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam monitoring antara lain : memantau
mutasi rekening koran nasabah, memantau pelunasan angsuran,
kunjungan rutin kelokasi usaha nasabah, pemantauan terhadap
perkembangan usaha sejenis.30
29
Departemen Agama, Op. Cit, hlm. 70. 30
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari‟ah, Jakarta: Ziknil Hakim,
2003, hlm. 154.
22
B. Konsep Islam dalam Pembiayaan atau Hutang-Piutang
Dr. M. Abdurrahman, MA. dalam bukunya : Dinamika Masyarakat Islam
Dalam Wacana Fiqih, menjelaskan tentang prinsip-prinsip dalam ekonomi Islam
atau bermuamalah sebagai berikut :
1. Prinsip kebersihan harta dalam ekonomi Islam harus melalui proses yang
halal, jauh dari sifat ribawi.
2. Prinsip kesederhanaan. Prinsip ini berkaitan dengan kebebasan manusia dan
tanggung jawab sosial.
3. Prinsip kemurahan hati dan moralitas, manusia beriman memiliki tanggung
jawab sosial yang amat besar didasarkan atas kasih sayang terhadap orang
lain31
.
Dalam berhutang atau pembiayaan orang yang menerima modal harus
memiliki etika yang baik. Zainal Abidin dalam karya ilmiahnya berjudul : Etika
Dalam Utang-Piutang32
, menerangkan bahwa etika dalam melakukan traksaksi
hutang-piutang adalah :
1. Berhutang dengan niat baik, barang siapa yang berhutang dengan niat dan
azam untuk menunaikannya, maka Allah akan memudahkan baginya untuk
melunasinya dan barang siapa berhutang tidak disertai niat baik, maka Allah
akan membinasakannya dengan hutangnya tersebut. Adapun yang termasuk
tujuan yang buruk dalam berhutang atau menerima pembiayaan antara lain :
berhutang untuk menutupi hutang yang tidak dibayar, berhutang untuk
bersenang-senang, dan berhutang dengan niat meminta.
2. Wajib membayar hutang. Hutang merupakan amanat yang dipundak
penghutang yang baru tertunaikan (lunas) dengan membayarnya.
3. Berusaha mencari solusi sebelum berhutang, apabila telah berusaha mencari
solusi selain dari hutang dan tidak ditemukan solusinya selain dengan
berhutang maka hutang menjadi alternatif terakhir.
31
M. Abdurrahman, Dinamika Masyarakat Islam Dalam Wacana Fikih, Bandung : Rosda
Karya, 2002, hlm. 124 32
Zainal, Abidin, Etika Dalam Utang-Piutang-As-Sunah, Majalah Ilmiah Pondok Pesantren
As-Sunah, Karangayar Solo : Edisi 05 / Tahun IX / 1424 H / 2003 MJ. Hlm. 16
23
4. Menggunakan uang dengan sebaik mungkin dan menyadarinya sebagai
amanah yang harus dikembalikan.
Sedangkan bagi pemberi modal hendaknya memiliki etika sebagai berikut:
1. Memberi keringanan dalam hal jatuh tempo, pemberi pinjaman hendaknya
memberi kelonggaran waktu pembayaran sampai penghutang betul-betul
mampu membayarnya.
2. Memberi keringanan dalam jumlah pembayaran.
3. Apabila orang yang hutang terhimpit kesulitan hedaknya menghalalkan
hutang tersebut sehingga terbebas dari himpitan hutang. (Q.S. : Al-Baqarah
280)
Artinya : “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka
berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.”33
(QS. Al-Baqarah : 280)
Sedangkan orang yang mampu membayar akan tetapi ia menundanya, ia
berarti telah dzalim dan berdosa, baginya diperbolehkan untuk dipaksa
membayarnya atau boleh dihukumkan (penyelesain melalui jalur hukum).
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari
(pembiayaan/hutang bermasalah), maka dalam sebuah transaksi hutang-piutang
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Menghindari tirani, sombong, dan serakah
2. Adanya jaminan dan saling percaya
3. Mematuhi perjanjian
4. Tidak menipu
5. Mempelajari transaksi, apabila ragu-ragu jangan bertransaksi.
6. Toleransi
33
Departemen Agama. Op. Cit, hlm. 70
24
7. Membayar hutang pada saat jatuh tempo34
.
Sedangkan sebagai petugas administrasi atau pengelola yang baik
hendaknya memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Mengetahui dan menyakini Islam sebagai cara hidup.
2. Memiliki karakter yang baik, jujur, dan terpercaya
3. Adil, Efesiensi dan independen
4. Bertanggung jawab kepada masyarakat dan negara
5. Bertanggung jawab untuk melaporkan setiap transaksi yang bertentangan
dengan hukum Islam35
.
C. Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang sudah menurun
kolektibilitasnya36
dari lancar menjadi kurang lancar, diragukan, dan macet.37
Dalam pengertian lain dapat dipahami bahwa pembiayaan bermasalah adalah :
pembiayaan yang dalam pengembaliannya mengalami keterlambatan baik
pokoknya maupun bagi hasil atau imbalannya. Pembiayaan bermasalah terjadi
disebabakan oleh banyak faktor, pada dasarnya pembiayaan bermasalah terjadi
akibat ketidaksediaan mereka untuk mengembalikan modal yang telah diberikan
sesua dengan kesepakatn yang disepakati.
Terjadinya pembiayaan bermasalah adalah merupakan hal yang umum
terjadi dalam lembaga keuangan perbankan maupun non perbankan, walaupun
berbagai usaha telah dilakukan untuk mencegahnya melalui penyempurnaan
sistem dan peningkatan mutu dan kualitas sumber daya manusia yang ada,
belum menutup kemungkinan terjadinya pembiayaan bermasalah dimasa
mendatang. Terlepas dari faktor kelalaian pihak lembaga keuangan atau
perbankan sendiri, ataupun kesengajaan yang mungkin dilakukan oleh debitur,
pembiayaan bermasalah dapat terjadi akibat ketidakpastian mengenai apa yang
34
Sofyan Safri Harahab, Akuntasi Islam, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2004, hlm. 236 35
Ibid, hlm. 237. 36
Rahmat Shaleh, Kamus Perbankan, Jakarta: Institut Perbankan Indonesia, 1980. 37
Moh. Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial, Konsep, Teknis dan Kasus,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 30.
25
mungkin akan terjadi dimasa datang seperti perubahan kebijakan pemerintah,
terjadinya resesi ekonomi, munculnya teknologi baru yang lebih maju sehingga
teknologi yang digunakan debitur menjadi usang, dan bencana alam. Faktor-
faktor diatas merupakan faktor yang tidak dapat dikontrol dan diramalkan secara
pasti pada waktu pencairan modal.
Dalam prakteknya pembiayaan bermasalah disebabkan oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Dari Pihak Perbankan (faktor intern)
Dari faktor intern pembiayaan bermasalah terjadi karena kesalahan
dalam melakukan analisis pembiayaan. Analisis pembiayaan dilakukan
kurang teliti atau salah dalam melakukan perhitungan. Pembiayaan
bermasalah juga dapat terjadi akibat kolusi dari pihak analis pembiayaan
dengan pihak nasabah, sehingga analisis dilakukan secara subyektif dan
akal-akalan.38
Bank-bank di Indonesia banyak yang tidak memiliki analisis
yang tangguh dan terspesialisasi menurut bidang-bidang industri atau usaha-
usaha tertentu. Keadaan tersebut membuat bank gampang dibohongi oleh
nasabah untuk merekayasa kelayakan usahanya. Terbongkarnya kasus
konglomerat kita yang terjerat hutang merupakan bukti yang tidak
terbantahkan terhadap lemahnya analisis kelayakan usaha nasabah dan
kemungkinan terjadinya kolusi antara pihak bank dengan calon nasabah.39
2. Dari pihak nasabah (faktor ekstern)
Dari faktor nasabah pembiayaan bermasalah terjadi karena dua hal
yaitu:
a. Unsur kesengajaan, dalam hal ini nasabah sengaja tidak akan
mengembalikan pembiayaan yang telah diterima, walaupun
sesungguhnya mereka mampu untuk mengembalikannya.
38
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 129. 39
Tjiptono Darmadji, Melacak Jejak Kredit Macet, Yayasan Sembada Swakarya Jakarta,
Informasi dan Peluang Bisnis Swasembada, Edisi SWA I/VIII-April 1992, hlm. 16.
26
b. Unsur ketidaksengajaan, dalam hal ini nasabah punya keinginan untuk
mengembalikan akan tetapi mereka tidak mampu akibat kesulitan dalam
usahanya.40
Menurut Drs. Muchdarsyah Sinungan dalam bukunya Manajemen Dana
Bank, berpendapat bahwa terjadinya kredit bermasalah (pembiayaan
bermasalah) adalah akibat kesulitan-kesulitan keuangan yang dialami oleh
nasabah. Kesulitan-kesulitan tersebut timbul karena berbagai faktor. Faktor
yang sangat besar pengaruhnya adalah karena inefesiensi pimpinan
perusahaan. Pimpinan perusahaan lemah dalam mengelola perusahaan,
kelemahan dalam control, atau kesalahan dalam menentukan kebijakan
perusahaan. Adapun kesulitan-kesulitan perusahaan yang dapat
menyebabkan terjadinya kredit bermasalah dapat dibagi dalam dua kategori,
yaitu : Manajerial Factor (Intern Factor) dan faktor ekstern (Ekstern
factor).41
1. Manajerial factor (intern factor)
Keberhasilan sebuah usaha sangat dipengaruhi oleh kemampuan
dan keberhasilan pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan yang
capable akan mampu menjalankan usahanya dengan baik dan dapat
menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Sebaliknya
ketidakmampuan manajemen akan banyak menimbulkan kesulitan-
kesulitan perusahaan, terutama kesulitan dalam keuangan.
Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang
disebabkan faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal sebagai
berikut :
a. Kelemahan dalam melakukan kebijakan pembelian dan penjualan.
b. Lemahnya kontrol atas biaya dan pengeluaran.
c. Kebijaksanaan piutang yang tidak baik.
d. Penempatan aktiva tetap yang berlebihan.
40
Ibid. hlm. 17. 41
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1993, hlm.
279.
27
e. Permodalan yang tidak cukup.42
2. Faktor ekstern (ekstern factor)
Kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan tidak hanya terjadi karena
faktor manajerial saja. Meskipun pimpinan perusahaan telah bekerja
dengan baik dan perkembangan usaha berjalan dengan lancar, kesulitan-
kesulitan keuangan perusahaan dapat terjadi karena faktor ekstern
perusahaan. Faktor ekstern merupakan kondisi-kondisi di luar
perusahaan yang bersifat dinamis dan tidak dapat dikendalikan. Kondisi-
kondisi penting yang harus diperhatikan adalah perihal yuridis formal
dan sistem birokrasi, iklim politik, situasi perekonomian, sistem nilai
pada masyarakat, perkembangan teknologi dan situasi persaingan bisnis.
Adapun kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan
oleh faktor ekstern dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Bencana alam
b. Peperangan
c. Perubahan ekonomi dan perdagangan
d. Perkembangan teknologi.43
D. Analisis Persoalan
1. Sebab dan Akibat
Pemecahan persoalan (problem solving) memerlukan cara pemikiran
atas dasar sebab dan akibat, yakni salah satu dari empat pola dasar berpikir
yang diuraikan dalam bab satu. Persoalan adalah akibat yang dapat dilihat
dari satu bab, yang terjadi pada suatu waktu dimasa yang lalu. Kita harus
menghubungkan akibat yang kita amati dengan sebab yang sebenarnya. Baru
kemudian kita dapat dengan pasti mengambil tindakan korektif yang sesuai
ialah tindakan-tindakan yang dapat mengoreksi persoalan dan dapat
menghindari terjadinya persoalan tersebut.
42
Ibid. hlm. 280. 43
Ibid. hlm. 281
28
Setiap orang pernah mengalami bahwa persoalan yang dianggap telah
dipecahkan, ternyata belum terpecahkan seluruhnya. Contoh yang sederhana
adalah mobil yang mogok dijalan, di bawa ke bengkel untuk di reparasi
dengan biaya yang mahal, dan kemudian mogok lagi dalam perjalanan ke
rumah. Jika sebab mogoknya mobil itu ialah distributor atau delko yang
sudah rusak dan tindakan yang di ambil hanya menyesuaikan karburatornya,
maka mobil itu akan tetap mogok. Seseorang unggul dalam pemecahan
persoalan bukannya karena ia mengetahui semua hal yang dapat
menghasilkan akibat tertentu dan kemudian memilih tindakan korektif yang
ditujukan kepada sebab yang paling sering diamati. Namun inilah cara yang
dipakai oleh kebanyakan orang untuk mendekati persoalan dalam pekerjaan.
Analisis persoalan adalah proses pemecahan persoalan yang sistematis.
Analisis persoalan tidak membantah nilai pengalaman atau nilai pengetahuan
teknis. Bahkan, Analisis persoalan membantu kita menggunakan sebaik-
baiknya pengalaman dan pengetahuan tersebut. Obyektivitas kita mengenai
situasi sering dikorbankan bilamana kita bekerja dibawah tekanan. Apabila
kita harus memecahkan persoalan dengan cepat, maka kita terlalu mudah
mengandalkan ingatan kita mengenai apa yang terjadi dimasa lalu,
mengandalkan pemecahan yang dahulu pernah berhasil baik, atau
mengandalkan obat yang dapat mengoreksi persoalan yang kelihatannya
serupa. Ini adalah pendekatan yang paling umum untuk memecahkan
persoalan Dan pemecahan persoalan dengan meramalkan kejadian sekarang
atas dasar kejadian di masa yang lalu, adalah kebiaasaan yang sulit untuk
dihentikan, walaupun hanya menghasilkan tindakan korektif yang hanya
bersifat sementara saja dan yang kurang sesuai. Tujuan utama dari bab ini
dan bab berikutnya adalah mendemonstrasikan bahwa kebiasaan ini dapat
dihentikan. Lewat pengalaman orang-orang dari organisasi klien kita, kita
akan menunjukkan bahwa tenaga yang diperlukan untuk memakai
pendekatan yang sistematis kepada pemecahan persoalan adalah kecil
dibandingkan dengan hasil yang akan diperolehnya.
29
2. Kriteria Yang Memberi Definisi Tentang Persoalan
Mungkin kita perlu mengadakan kompromi. Sasaran untuk memenuhi
tujuan harus ditinjau kembali, dirubah, atau diganti. Mungkin kita harus
mempertimbangkan beberapa tindakan potensial. Tatepi sebab dari kelitan
sudah diketahui. Keputusan memerlukan jawaban atas pertanyaan
“Bagaimana?” “Yang mana?” dan “Dengan tujuan apa?”. Persoalan selalu
memerlukan jawab atas pertanyaan “Mengapa?”
3. Struktur Persoalan
Orang dapat mencapai standar kerja (Performance standar) apabila
kondisi yang diperlukan bagi prestasi yang dapat diterima bekerja
sebagaimana mestinya. Hal ini berlaku bagi semua dalam lingkungan kerja :
orang, sistem, departemen dan alat-alatnya. Jika adas suatu perubahan dalam
satu atau beberapa kondisi ini ialah jika terjadi perubahan maka mungkin
sekali prestasi orang akan berubah juga. Perubahan itu dapat membuat
keadaan lebih baik atau lebih jelek. Kadang-kadang kondisi menjadi lebih
baik, perubahan yang positif terjadi dan segala sesuatu berjalan lebih baik
daripada yang diharapkan. Tetapi kenaikan prestasi yang tak diduga jarang
sekali menimbulkan tanggapan yang sama mendesaknya seperti pada
kemerosotan prestasi yang tak terduga. Semakin gawat akibat dari
kemerosotan, semakin besar pula tekanan untuk menemukan sebabnya dan
berbuat sesuatu untuk mengatasinya.
30
Gambar 1.
Struktur Persoalan
Prestasi prestasi
SEHARUSNYA ◄ SEHARUSNYA
PERUBAHAN PENYIM-
PANGAN
Prestasi
SEBENARNYA
MASA LALU SEKARANG
Jika semula prestasi memenuhi SEHARUSNYA dan kemudian tidak
memenuhinya lagi, maka terjadi suatu perubahan. Pada permulaan
pemecahan persoalan, kita tidak mengetahui dengan tepat apakah perubahan
itu dan kapan terjadinya.
Pencarian sebab biasanya memerlukan pencarian perubahan yang
khusus menyebabkan merosotnya prestasi. Tetapi dalam beberapa kasus,
selalu terjadi penyimpangan yang negatif dalam prestasi yang dinamakan
Penyimpangan Hari Pertama. Sebuah contoh adalah unit peralatan yang
“tidak pernah beres sejak hari pertama digunakan dalam lini produksi ....”
Dalam contoh ini, jika kita menggunakan terminologi kita, prestasi yang
SEBENARNYA selalu berada dibawah prestasi yang SEHARUSNYA.
Dengan singkat dapat dikatakan SEBENARNYA selalu dibawah
SEHARUSNYA.
31
4. Teknik Analisis Persoalan
Kedua macam persoalan penyimpangan pada waktu sekarang dari
prestasi yang sebelumnya telah diterima, dan prestasi yang belum pernah
memenuhi harapan dapat didekati lewat teknik Analisis Persoalan.
Teknik dibagi dalam kategori utama berikut ini :
1. Definisi persoalan
2. Menguraikan persoalan dalam empat dimensi : Mengenai (Identitas),
Menentukan Tempatnya, menentukan Waktunya, dan Menentukan
Luasnya.
3. Mengambil sari dari informasi penting di dalam empat dimensi untuk
menyusun sebab-sebab yang mungkin.
4. Menguji sebab yang paling mungkin.
5. Verifikasi sebab yang sejati.44
E. Upaya Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah
Kredit bermasalah timbul bukan secara tiba-tiba tetapi secara perlahan-
lahan yang didahului tanda-tanda penyimpangan (signal of deviation) tanda-
tanda penyimpangan tersebut berasal dari sejumlah variabel, antara lain kondisi
keuangan debitur, kondisi bidang usaha, sikap debitur, sikap bankir dan banking
environment.
Pengelolaan pembiayaan bermasalah juga penting karena reputasi atau
nama baik sebuah lembaga keuangan atau bank sering dikaitkan dengan besar
kecilnya jumlah pembiayaan yang sedang bermasalah hal tersebut secara tidak
langsung akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat ataupun kalangan
perbankan sendiri terhadap lembaga keuangan atau bank tersebut sehingga akan
mempengaruhi aktivitas usahanya secara keseluruhan. Karena alasan tersebut
terjadinya pembiayaan bermasalah dapat menjadikan beban psikologis bagi
manajemen.45
44
Kepner H. Charles. Manajer Yang Rasional. (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. 1992),
hlm. 23 45
Julius R. Latumaerissa, Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum,( Jakarta: Bumi
Aksara, 1999), hlm. 101.
32
Pengelolaan pembiayaan bermasalah memerlukan cara-cara dan perhatian
yang lebih khusus. Hal itu disebabkan proses pengelolaan pembiayaan
bermasalah jauh lebih sulit dibandingkan dengan proses pemberian biaya. Pada
prinsipnya pengelolaan pembiayaan bermasalah dapat dilakukan dengan :
1. Pengumpulan Informasi
Pengumpulan informasi merupakan pekerjaan yang sulit dalam
pengelolaan pembiayaan bermasalah. Pengusaha yang diberi modal seringkali
tidak kooperatif dan bahkan enggan untuk menyampaikan informasi yang
dibutuhkan. Sehingga diperlukan informasi dari sumber yang lain seperti
berkas nasabah.
Informasi dasar yang diperlukan dalam pengelolaan pembiayaan
bermasalah adalah informasi-informasi sebagai berikut :
a. Hubungan bank dengan nasabah
Dengan mempelajari hubungan lembaga keuangan dengan nasabah
selama ini dapat diperoleh gambaran tentang kemungkinan terbentuknya
kerjasama untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut.
b. Potensi manajemen
Gambaran mengenai potensi dan kemampuan manajemen nasabah di
masa datang dapat diperoleh dengan melihat perkembangan usahanya
serta kebijakan yang dilakukan dalam mengelola usahanya.
c. Laporan keuangan
Dengan menganalisis perkembangan keuangan usaha nasabah
kemungkinan dapat diketahui penyebab utama terjadinya permasalahan.
d. Kekuatan dan kelemahan lembaga atau bank dari sisi hukum
Dengan melakukan tinjauan ulang terhadap dokumen-dokumen
permohonan pembiayaan nasabah, diharapkan dapat mengetahui
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada yang dapat
merugikan bank atau lembaga keuangan secara hukum. Jika kelemahan
ditemui kita harus hati-hati dalam mengadakan hubungan atau untuk
melakukan tindakan selanjutnya terhadap nasabah di masa mendatang.
33
e. Posisi-posisi kreditur lain
Posisi-posisi kreditur lain terhadap aset perusahaan nasabah perlu pula
dipelajari. Sehingga apabila sewaktu-waktu dilakukan penjualan aset
sebagai upaya penyelamatan bermasalah tidak menemui kesulitan.
Sumber informasi lain yang dapat digunakan antara lain :
1) Industri atau pesaing-pesaing (competitor) nasabah.
2) Suppliers yang digunakan
3) Nasabah lain yang kenal debitur yang bersangkutan
4) Instansi-instansi dan lembaga-lembaga lain.46
2. Analisis Permasalahan
Apabila semua informasi telah dapat dikumpulkan, langkah selanjutnya
adalah mencari jawaban atas penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah
dan membuat pertimbangan dapat atau tidaknya dilakukan penyelesaian tanpa
aksi hukum yang dapat merusak hubungan yang telah dibina dengan nasabah.
Apabila dalam analisis diketahui adanya faktor kecurangan dari nasabah dan
nasabah sudah tidak kooperatif atau penyelesaian dari hasil usaha nasabah
sudah tidak dapat diharapkan, maka penyelesaian melalui jalur hukum bisa
dilakukan.
Dalam praktek perbankan proses perencanaan untuk mengatasi
pembiayaan bermasalah sering diistilahkan dengan game plan atau rencana
strategis yang dipilih untuk menyelesaikan masalah kreditur dengan debitur
atau nasabah.47
Upaya yang dilakukan tergantung pada kesulitan yang dihadapi nasabah
atau faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah tersebut.
Pilihan tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Rescheduling
Pemberian modal pada dasarnya dilandasi rasa saling percaya dan kasih
sayang, Islam tidak membenarkan tujuan yang baik ini dikotori dengan
46
Ibid., hlm. 103. 47
Ibid., hlm. 104.
34
mengambil keuntungan dibalik kesulitan orang yang berhutang atau yang
diberi modal. Kebijaksanaan yang dapat dilakukan yaitu memberi
keringanan dalam hal jatuh tempo dengan memperpanjang jangka waktu,
memperpanjang jarak waktu angsuran, dan penurunan jumlah untuk
setiap angsuran.48
b. Restructuring
Jika kesulitan usaha nasabah disebabkan oleh faktor modal, maka dapat
diberikan modal tambahan (injeksi). Hal tersebut dapat dilakukan apabila
diyakini bahwa usaha nasabah masih dapat dihidupkan kembali.
Pertimbangan yang dipakai adalah prospek usaha nasabah dan
manajemen masih dapat dipercaya.49
c. Penyelesaian melalui jalur hukum
Penyelesaian melalui saluran hukum dilakukan apabila upaya yang
dilakukan sebelumnya seperti pemberian keringanan jatuh tempo maupun
jumlah angsuran dan penambahan modal tidak dapat menyelesaikan
masalah. Atau bank beranggapan bahwa jalan tersebut tidak akan
menghasilkan sesuatu yang diinginkan.
Ada dua cara yang lazim digunakan dalam menyelesaikan pembiayaan
atau kredit bermasalah yaitu : melalui Pengadilan Negeri dan Pengadilan
Niaga.
d. Penghapusan kredit (modal pembiayaan)
Penghapusan kredit merupakan langkah terakhir yang ditempuh bank atau
lembaga keuangan, bila keadaan pembiayaan bermasalah masih tetap
berlarut-larut walaupun telah dilakukan penyelesaian melalui jalur
hukum.
48
Thomas Suyatno, Ed, Dasar-dasar Perkreditan, Edisi IV, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2003, hlm. 117. 49
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1993, hlm.
282.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN TENTANG PENYEBAB TERJADINYA
PEMBIAYAAN BERMASALAH DI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM (LKI)
BUANA KARTIKA KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
A. Gambaran Umum Lembaga Keuangan Islam (LKI) Buana Kartika
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak
Lembaga Keuangan Islam (LKI) Buana Kartika Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak berdiri pada hari rabu tanggal 23 juli 2003. Pendiri LKI Buana
Kartika adalah Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda ANSOR50
Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak. Perjuangan Gerakan Pemuda Ansor merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari upaya dan cita-cita Nahdlatul Ulama untuk
berkhidmah kepada perjuangan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia menuju terwujudnya masyarakat yang demokratis, adil, makmur dan
sejahtera berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945 serta
mengembangkan ajaran islam Ahlussunnah wal jama‟ah. Gerakan Pemuda Ansor
Kecamatan Mranggen berupaya mewujudkan cetusan ide para ulama yang sudah
lama ingin mempunyai sebuah lembaga keuangan yang bisa diandalkan untuk
mengatasi perekonomian umat dan organisasi.
Ditengah-tengah kehidupan umat yang hidup serba berkecukupan muncul
kekhawatiran akan timbulnya pengikisan terhadap keimanan umat. Sebaliknya
pengikisan iman (akidah) tidak hanya disebabkan oleh lemahnya syiar Islam,
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lemahnya ekonomi umat. Maka dengan
berdirinya lembaga keuangan Islam diharapkan dapat mengatasi permasalahan
umat melalui pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat. Selain masalah
50
Gerakan Pemuda Ansor disingkat dengan GP. Ansor sebagai kelanjutan dari Ansoru Nahdlatil
Oelama (ANO) yang didirikan pada tanggal 10 muharam 1353 Hijriyyah atau bertepatan dengan
tanggal 24 april 1934 Masehi, di Banyuwangi Jawa Timur. Pimpinan Anak Cabang disingkat dengan
PAC, adalah pimpinan yang menerima amanat Konferensi Anak Cabang untuk memimpin dan
memegang tanggung jawab organisasi di tingkat Kecamatan (dalam hal ini adalah Kecamatan
Mranggen) baik keluar maupun kedalam. Pada saat itu Pimpinan Anak Cabang GP Ansor dipimpin
oleh Arif Setiawan, S.Ag., S.Sos. masa bhakti tahun 2002-2004.
36
kemiskinan, masyarakat juga dihadapkan dengan rentenir atau lintah darat
dengan transaksi riba.51
Maraknya rentenir dan lintah darat ditengah masyarakat mengakibatkan
umat terjerumus pada masalah perekonomian masyarakat terjadi karena belum
adanya unsur-unsur yang cukup akomodatif dalam menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, Lembaga Keuangan Islam Buana
Kartika diharapkan mampu berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan
yang sedang dihadapi umat.
Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut diharapkan LKI Buana Kartika
mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut :
a. Mengadakan pembiayaan yang benar-benar sesuai dengan syariah Islam dan
menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi non syariah
b. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang ekonomi syariah dan
melakukan sosialisasi tentang arti pentingnya sistem ekonomi Islam, sehingga
dapat membandingkan perbankan yang Islam, konvensional dan yang sekedar
menggunakan nama BMT atau label syariah
c. Melepaskan ketergantungan masyarakat pada rentenir dan lintah darat
d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.52
Rapat anggota koperasi Buana Kartika memilih dan memutuskan
menggunakan nama Lembaga Keuangan Islam dikarenakan hampir semua BMT
tidak konsisten dengan namanya, mereka tetap membungakan uang atau
menggunakan sistem riba bukan syariat Islam yang sesungguhnya, sehingga dari
pada tercemar dengan nama tersebut maka menggunakan nama lainnya yaitu
LKI.
LKI Buana Kartika menggunakan sistem syariah, untuk menangkis dan
sekaligus memberikan jawaban terhadap anggapan bahwa dengan hukum Islam
perbankan atau lembaga keuangan tidak bisa berjalan sekaligus untuk
membuktikan bahwa dengan sistem hukum islam/syariah Allah yang benar, bank
bisa berjalan dengan baik, bisa memperoleh laba tanpa mengesampingkan prinsip
51
Zainal Abidin, Dampak Riba Terhadap Pribadi Dan Masyarakat, As-Sunnah, Majalah
Ilmiah pondok pesantren As-Sunnah, Karanganyar Solo: Edisi 02 / Tahun VII/ 1424 H/ 2003 M). 52
Sumber data diambil dari dokumentasi LKI Buana Kartika Kecamatan Mranggen.
37
keadilan yang seimbang, bukan seperti yang dikhawatirkan oleh beberapa BMT
atau perbankan yang menggunakan simbol Islam tetapi sebetulnya konvensional
sehingga mereka hanya memakai Islam sebagai kedok belaka.
Apabila masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim sadar akan bahaya
riba serta mereka mau mengalihkan penyimpangan dananya dari bank
konvensional ke LKI Buana Kartika atau sejenisnya, insya Allah lambat laun
ekonomi Islam akan tertata dengan baik serta muslim yang lain akan terbebas
dari himpitan serta cekikan riba. Hasil dari LKI ini bisa dimanfaatkan untuk para
fakir, miskin, yatim dhu‟afa yang akhirnya akan kembali pada kejayaan Islam.
Dalam kurun waktu tiga tahun LKI Buana Kartika mengalami
perkembangan yang cukup menggembirakan. Dengan modal awal Rp 3.000.000,
(tiga juta rupiah) yang bersumber dari simpanan pokok anggota dan simpanan
pendiri, sampai akhir Februari 2010 jumlah simpanan telah mencapai 650 juta
rupiah, dengan jumlah nasabah simpanan 500 orang dan nasabah pembiayaan
berjumlah 357 orang. Perkembangan LKI Buana Kartika dari tahun 2007 sampai
tahun 2010 adalah sebagai berikut :
a. 2007 akhir Rp 100 juta.
b. 2008 akhir Rp 300 juta.
c. 2009 akhir Rp 400 juta.
d. 2010 (Februari) Rp 650 juta.
Secara geografis Lembaga Keuangan Islam Buana Kartika berada di
wilayah Kecamatan Mranggen, tepatnya terletak di Jalan Raya Mranggen No.17
Mranggen Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Dilihat dari letak
geografisnya LKI Buana Kartika memiliki posisi yang cukup strategis dengan
beberapa kelebihannya sebagai berikut :
a. Dekat dengan pasar
b. Dekat dengan transportasi
c. Asal daerah berdiri sehingga sudah mengenal sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat.
d. Pengawasan lebih mudah.
38
e. Mranggen merupakan daerah paling potensial untuk kabupaten Demak
terbukti dengan banyaknya perbankan yang berdiri di Wilayah kecamatan
Mranggen (3 bank pemerintah, 8 BPR, 5 BMT).
f. Daerah pinggiran kota semarang (suburan area) sehingga secara ekonomis
punya keuntungan.53
Luasnya wilayah Kecamatan Mranggen adalah : 7.221 ha. Yang terbagi
dalam 19 desa, 63 dusun dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara : wilayah Kecamatan Sayung.
b. Sebelah timur : wilayah Kecamatan Karangawen.
c. Sebelah selatan : wilayah Kabupaten Semarang.
d. Sebelah barat : wilayah Kota Semarang.
Letak wilayah kecamatan Mranggen berada pada ketinggian + 500 meter,
dari permukaan laut. Jarak terjauh dari barat timur 5 km, dari utara ke selatan 29
km. Sedangkan jarak kota Kecamatan Mranggen ke kota Kabupaten, propinsi,
dan ke kota kecamatan lain di Kabupaten Demak sebagai berikut :
a. Jarak dari Kecamatan Mranggen ke Ibu kota Kabupaten Demak 29 km.
b. Jarak dari Kecamatan Mranggen ke Ibu kota Propinsi Jawa Tengah 15 km.
c. Jarak dari Kecamatan Mranggen ke Kecamatan Karangawen 7 km.
d. Jarak dari Kecamatan Mranggen ke Kecamatan sayung 12 km.
Dari jumlah tersebut diatas sebagian besar penduduk diwilayah
kecamatan Mranggen bermata pencaharian sebagai petani, sebagian sebagai
buruh industri (sebagian besar berada diluar kecamatan mranggen kabupaten
demak) pedagang, buruh bangunan, buruh tani, PNS/ABRI, Pensiunan, dan
terkecil adalah jasa angkutan dan lain-lain. Menurut informasi sebagai penduduk
kecamatan mranggen, mereka yang berusia 10 tahun keatas sebagian besar
mencari nafkah diluar kecamatan mranggen, yaitu di kota semarang dan
sekitarnya.
Untuk memperlancar tugas Lembaga Keuangan Islam Buana Kartika,
maka diperlukan struktur organisasi yang dapat mendeskripsikan alur kerja yang
53
Agus Salim, SE., Manajer LKI Buana Kartika Kecamatan Mranggen, wawancara, tanggal
20 februari 2011 pukul 11.00-11.30 WIB.
39
harus dilakukan oleh setiap personil yang ada di LKI Buana Kartika sesuai
jabatannya masing–masing. Struktur yang digunakan Lembaga Keuangan Islam
Buana Kartika adalah bentuk struktur garis lurus sebagai berikut:
Struktur Organisasi LKI Buana Kartika
Struktur garis lurus ini merupakan bentuk organisasi yang paling
sederhana. Wewenang datang dari atasan dan diberikan kepada bawahan yang
berada satu tingkat dibawahnya. Sebaliknya bawahan bertanggung jawab
langsung kepada atasan yang berada satu tingkat diatasnya.
RAT
Pengawas
Pengurus
Manajer
Account Officer Teller Deskman
40
Susunan Pengurus
Koperasi Buana Kartika Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak
Pengawas : 1. K. Marjuki, BA.
2. Drs. Mat Saean
3. M. Marwan
Pengurus
Ketua : Muhajir Nor
Sekretaris : A. Malik S. Ag.
Bendahara : Agus Suripto
Pelaksana
Manajer : Agus Salim, S.E.
Account officer : Widodo, A.Md
Deskman : Wakhidah, S,HI.
Teller : Maslakah
Susunan pengurus di atas tidak terdapat personil yang merangkap jabatan
dan tidak memiliki hubungan keluarga satu garis vertical dan horizontal,
sehingga tidak ditemukan unsur nepotisme dalam kepengurusan tersebut.
Kebanyakan dari mereka adalah para aktivis GP Ansor dan NU.
Keadaan pelaksana (karyawan) LKI Buana Kartika berdasarkan tingkat
pendidikan dan pengalaman kerja adalah sebagai berikut:
1. Pengawas : jumlah 3 (tiga) orang pendidikan S.I : 1 orang, D. III 1 orang
dan SMA 1 orang, pekerjaan PNS dan wiraswasta.
2. Pengurus : jumlah 3 (orang) pendidikan S.I. 1 orang dan SMA 2 orang,
pekerjaan wiraswasta.
3. Pelaksana (karyawan):
a. Manager 1 orang, pendidikan SI, fakultas ekonomi, pengalaman kerja
sebagai karyawan BRI selama 13 tahun.
41
b. Account officer 1 orang pendidikan D.III Komputer, pengalaman kerja
sebagai karwayan Gramedia.
c. Teller 1 orang, pendidikan SMA, belum pernah bekerja (masih baru).
d. Deskman 1 orang pendidikan S.I. Hukum Islam, belum pernah bekerja
(masih baru).
4. Job Discription
Uraian tugas dan tanggung jawab karyawan LKI Buana Kartika adalah
sebagai berikut:
a. Manager
1) Merealisasikan asas POAC.
2) Mengontrol atau mengawasi semua pekerjaan deskman, teller, dan
Account officer (mantri).
3) Mengadakan sosialisasi keluar atau hubungan ekstern.
4) Mencari peluang bisnis yang ada.
5) Menjaga likuiditas LKI Buana Kartika
6) Bertanggung jawab terhadap kelangsungan, kelancaran dan
perkembangan LKI Buana Kartika dari semua segi.
7) Bertanggung jawab terhadap kebenaran pekerjaan semua karyawan.
8) Mengambil kebijakan bisnis.
9) Mengambil kebijakan personalia.
10) Menjadi penanggung jawab penuh tentang operasional LKI Buana
Kartika.
b. Account Officer
1) Mengadakan pemasaran pembiayaan (pinjaman) dan penghimpunan
dana (simpanan).
2) Mengadakan analisa usaha, jaminan dan karakter dari nasabah
pembiayaan (pinjaman).
3) Mengusulkan jumlah biaya (modal) yang akan diberikan pada nasabah
pebiayaan kepada pimpinan (manajer).
4) Mengadministrasikan semua data-data pembiayaan (pinjaman).
5) Mengadakan penagihan kelapangan.
42
6) Menjaga kecepatan pelayanan pembiayaan (pinjaman) sesuai kondisi.
7) Bertanggung jawab terhadap hasil investigasi (survey) dilapangan
termasuk kebenaran usaha, orang (calon nasabah) dan jaminan.
8) Bertanggung jawab bersama dengan pimpinan terhadap kualitas
pinjaman.
9) Berpedoman pada asas 5 C.
c. Deskman
1) Membantu menuliskan penyetoran/pengambilan pembiayaan
(pinjaman) atau simpanan.
2) Mencatat pendaftaran atau permohonan simpanan dan pembiayaan
(pinjaman).
3) Mencatat jaminan dalam register.
4) Memposting mutasi dari voucher ke kartu.
5) Merekap mutasi yang terjadi sesuai rekening.
6) Membuat neraca dan R/L tiap akhir hari.
7) Bertanggung jawab tentang keamanan semua dokumen pinjaman.
8) Membuat perhitungan bagi hasil pada akhir bulan dan membagikan ke
rekening simpanan.
9) Membuat laporan akhir bulan untuk data-data
10) Menerangkan nasabah untuk pendaftaran dan realisasi
d. Teller
1) Menerima setoran pinjaman/simpanan.
2) Membayar realisasi pinjaman dan pengambilan simpanan.
3) Membayarkan biaya-biaya setelah mendapat persetujuan pimpinan.
4) Mengadakan bon kas dan setor kas teller.
5) Mencatat transaksi harian dan menutupnya pada akhir hari.
6) Bertanggung jawab tentang keamanan kas induk bersama dengan
pimpinan.
7) Bertanggung jawab penuh terhadap kas teller, baik dari kekurangan,
kelebihan maupun uang palsu.
43
8) Menyusun uang sesuai dengan satuannya dan memasukkan dalam
brandkas dan mencatat dalam register.
9) Menjaga kerahasiaan keuangan yang ada di LKI Buana Kartika atau
brandkas dari siapa saja.
10) Menjaga kerahasiaan kunci brandkas.
Produk-produk yang ditawarkan oleh LKI Buana Kartika Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak kepada masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Simpanan (tabungan)
Simpanan yang diselenggarakan oleh LKI Buana Kartika
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak merupakan suatu bentuk
simpanan yang terikat dan tidak terikat atas jangka waktu dan syarat-
syarat tertentu dalam penyertaan dan penarikannya. Jenis-jenis
simpanan yang ditawarkan adalah:
1) Tabungan umum, yaitu tabungan yang disetor dan diambil setiap
waktu.
2) Tabungan Idul Fitri, yaitu tabungan yang disetor untuk keperluan
hari raya Idul Fitri dan pengembaliannya menjelang hari raya Idul
Fitri (bulan Ramadhan).
3) Tabungan Qurban, yaitu tabungan yang disetor untuk keperluan
ibadah qurban dan pengembaliannya menjelang hari raya qurban.
4) Tabungan Haji, yaitu tabungan yang disetor untuk keperluan
ibadah haji. Dalam hal ini LKI Buana Kartika membantu
pengurusan pendaftaran dan penyetoran dana haji apabila tabungan
telah mencukupi.
5) Deposito (mudharabah berjangka), yaitu simpanan yang bisa
ditarik berdasarkan jangka waktu yang telah disepakati. Misalnya
3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan dan sebagainya.
b. Pembiayaan (pinjaman)
Produk pembiayaan yang diselenggarakan oleh LKI Buana
Kartika Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak adalah:
44
1) Pembiayaan mudharabah, yaitu kerja sama antara LKI Buana
Kartika (shahibul maal) dengan nasabah (mudharib) yang seluruh
modalnya dari LKI Buana Kartika. Prosentase bagi hasilnya akan
disepakati bersama kedua belah pihak.
2) Pembiayaan Musyarakah, yaitu kerjasama usaha antara LKI
Buana Kartika dengan nasabah yang keduanya menyertakan
modal dengan komposisi modal yang tidak harus sama.
3) Pembiayaan Qhardhul Hasan, yaitu pembiayaan atau kerja sama
antara LKI Buana Kartika dengan nasabah dzuafa‟ atau golongan
asnaf, sumber dananya berasal dari dana sosial.
c. Penampungan zakat
Penampungan zakat adalah merupakan kegiatan sosial LKI
Buana Kartika yang hasilnya akan didistribusikan kepada yang berhak
(mustakhiq) terutama dalam pemberdayaan ekonomi kaum lemah.
Dalam rangka menjalankan kegiatan usahanya, faktor sarana dan
prasarana memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran aktivitas
pelaksanaan program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan LKI
Buana Kartika Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak pada saat
penelitian berlangsung telah memiliki fasilitas sebagai berikut:
a. 1 buah gedung (hak pakai)
b. 2 unit jaringan telepon
c. 1 unit mesin fax
d. 2 unit komputer dan program
e. 2 buah mesin ketik
f. 1 buah Brandkas
g. 1 buah ruang tunggu dan ruang tamu
h. 1 set meja teller / kasir
i. 1 buah almari
j. 2 buah filling cabinet
k. 1 set meja kursi tamu
45
l. 3 set meja kursi karyawan
m. 2 unit sepeda motor
n. 1 buah televisi
o. Jaringan masyarakat
B. Hasil Penelitian Tentang Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah Di
Lembaga Keuangan Islam Buana Kartika Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak
1. Proses Pembiayaan di LKI Buana Kartika Kecamatan Mranggen Kabupaten
Demak
Proses pembiayaan yang sehat merupakan salah satu aspek penting
dalam bank syari‟ah, bank umum maupun lembaga keuangan lainnya. Proses
pembiayaan yang sehat adalah proses pembiayaan yang berimplikasi pada
investasi halal dan baik serta menghasilkan return sebagaimana yang
diharapkan. LKI Buana Kartika sebagai salah satu lembaga keuangan Islam
yang ada di wilayah Kecamatan Mranggen dalam menyalurkan modalnya
hanya membiayai usaha produktif yang halal. Agar dalam usaha pembiayaan
dapat berjalan dengan baik dan tidak menjadi pembiayaan bermasalah, maka
ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam penyaluran biaya di LKI
Buana Kartika. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Permohonan Pembiayaan
Tahap awal dari proses pembiayaan di LKI Buana Kartika adalah
pengajuan permohonan pembiayaan. Permohonan pembiayaan dapat
dilakukan secara tertulis maupun lisan. Dalam prakteknya permohonan
pembiayaan lebih banyak dilakukan secara lisan. Inisiatif pengajuan
pembiayaan biasanya datang dari nasabah yang kekurangan modal atau
membutuhkan modal tambahan untuk pengembangan usahanya atau
untuk membuka usaha baru. Inisiatif permohonan pembiayaan juga dapat
muncul dari LKI Buana Kartika untuk mempercepat pertumbuhan usaha
dan selektifitas lebih dapat terjaga.
46
Permohonan pembiayaan di LKI Buana Kartika akan ditindaklanjuti
apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Pemohon berdomisili di wilayah Kecamatan Mranggen yang
dibuktikan dengan KTP. Persyaratan ini diberlakukan karena masih
terbatasnya dana dan karyawan yang ada di LKI Buana Kartika,
apabila telah memungkinkan dari sisi dana dan SDM maka akan
diperluas untuk Mranggen dan sekitarnya.
2) Foto copy KTP pemohon, data identitas nasabah diperlukan untuk
mengetahui legalitas pribadi serta alamat tinggal calon nasabah. Hal
ini terkait denga alamat penagihan dan penyelesaian masalah-masalah
tertentu dikemudian hari.
3) Foto copy KTP pasangan (suami/istri), dibutuhkan sebagai saksi atas
pengeluaran tambahan bagi sebuah keluarga. Hal tersebut untuk
menghindari kasus seorang pasangan suami/istri tidak tahu bahwa
pasangannya terlibat hutang dengan LKI Buana Kartika.
4) Foto copy KK / surat nikah, diperlukan untuk mengetahui jumlah
tanggungan keluarga dan untuk mengetahui kebenaran ikatan
perkawinan keduanya.
5) Ada usaha halal yang dibiayai, LKI Buana Kartika tidak membiayai
usaha yang tidak halal karena hal tersebut bertentangan dengan ajaran
Islam.
6) Bisnis plan, diperlukan untuk memastikan bahwa usaha yang akan
dibiayai telah direncanakan dan dapat dikelola dengan baik dan
menguntungkan.
7) Memiliki jaminan seperti: BPKB, sertifikat dan lain-lain diperlukan
sebagai ikatan atas biaya yang diberikan dan menambah kehati-hatian
nasabah dalam menjalankan usahanya dan menganggapnya sebagai
amanat yang harus disampaikan.
8) Foto copy data jaminan, diperlukan untuk mengetahui kebenaran
jaminan, nilai jaminan dan status jaminan.
47
b. Investigasi pembiayaan (survey)
Apabila permohonan pembiayaan telah memenuhi persyaratan
administrasi, maka dapat diteruskan dengan pengumpulan data dan
investigasi, namun apabila permohonan pembiayaan ditolak, maka
penolakan dilakukan tanpa menunda-nunda waktu. Penolakan dapat
dilakukan secara tertulis maupun lisan untuk efisiensi waktu.
Adapun pengumpulan data dan investigasi yang diperlukan oleh LKI
Buana Kartika antara lain :
1) Investigasi dokumen permohonan pembiayaan bertujuan untuk
mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap dan sesuai
dengan persyaratan termasuk keabsahan berkas. Kelengkapan
dokumen yang harus dipenuhi adalah :
a) Foto copy KTP suami istri.
b) Foto copy kartu keluarga atau surat nikah.
c) Foto copy jaminan atau agunan.
d) Surat persetujuan pinjaman jaminan apabila jaminan bukan milik
sendiri.
e) Surat persetujuan orang tua apabila masih bujang.
2) Investigasi data usaha calon nasabah
Investigasi data usaha calon nasabah di LKI Buana Kartika dilakukan
dengan cara wawancara dengan nasabah yang bersangkutan dan
sumber-sumber lain (tetangga, rekan bisnis, teman, dll) yang tahu
tentang nasabah dan kegiatan usahanya, dan melakukan pengamatan
secara langsung terhadap obyek yang sedang diselidiki antara lain
meliputi :
a) Identitas serta karakter nasabah dan keluarga.
b) Pendidikan dan pengalaman di bidang usahanya.
c) Teknis operasional usaha nasabah termasuk pemasaran.
d) Pendapatan dari usaha yang dibiayai dan pendapatan lain.
48
3) Investigasi jaminan (agunan)
Beberapa hal yang menjadi perhatian petugas LKI Buana Kartika
dalam melaksanakan investigasi agunan adalah mengenai status
hukum, nilai ekonomis, dan ketahanan terhadap resiko kerusakan atas
barang yang dijadikan agunan dalam pembiayaan tersebut.
c. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan bertujuan untuk mengamankan pemberian
modal yang akan diberikan melalui klasifikasi dan penilaian terhadap
fakta-fakta yang ada. Prinsip dasar dalam analisis pembiayaan dapat
dilakukan dengan berbagai metode. Metode yang sering digunakan adalah
metode analisis 5 C yaitu :
1) Character (akhlak calon nasabah)
Character merupakan akhlak atau watak dan sifat dari calon nasabah
dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Penilaian
karakter meliputi : kejujuran, ketulusan, ketajaman berfikir, logika
berfikir, kepatuhan akan janji, kesehatan, kebiasaan, berani dengan
perhitungan atau tanpa perhitungan, suka atau tidak suka berjudi, dan
kecakapan dalam memegang etika bisnis.
2) Capacity (kapasitas/kemampuan)
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki nasabah untuk membuat
rencana dan merealisasikan rencana tersebut menjadi kenyataan,
termasuk dalam menjalankan usahanya agar memperoleh laba sesuai
yang diharapkan. Penilaian kemampuan calon nasabah meliputi :
kemampuan bidang manajemen, keuangan, pemasaran, dan teknis.
3) Capital (modal)
Capital adalah modal yang dimiliki calon nasabah untuk menjalankan
dan memelihara usahanya. Penilaian terhadap capital dimaksudkan
untuk mengetahui keadaan permodalan, sumber modal, dan
penggunaan, sehingga dapat diketahui berapa jumlah biaya yang harus
diberikan oleh LKI Buana Kartika kepada pemohon pembiayaan.
49
4) Collateral (jaminan)
Adalah barang yang dititipkan sebagai jaminan terhadap pembiayaan
yang diterimanya. Jaminan berfungsi sebagai ikatan kepercayaan
dalam pemberian biaya.
5) Condition of economic (prospek usaha yang dibiayai)
Adalah kondisi sosial ekonomi sekarang dan yang akan datang yang
dapat mempengaruhi maju mundurnya usaha calon nasabah.
Setelah dilakukan analisa terhadap aspek-aspek di atas maka akan
diputuskan apakah permohonan pembiayaan disetujui atau ditolak.
Apabila permohonan disetujui, maka tahapan selanjutnya adalah
pengikatan jaminan. Secara garis besar sistem pengikatan yang dilakukan
di LKI Buana Kartika terdiri dari dua macam, yaitu :
1) Pengikatan bawah tangan adalah penandatanganan akad yang
dilakukan antara LKI Buana Kartika dengan nasabah.
2) Pengikatan notariel adalah proses penandatanganan akad antara LKI
Buana Kartika dengan nasabah yang disaksikan di depan notaris.54
Sebagian besar perjanjian dilakukan di bawah tangan.
d. Realisasi pembiayaan
Sebelum pencairan pembiayaan petugas LKI Buana Kartika
melakukan pemeriksaan kembali semua kelengkapan yang harus dipenuhi
sesuai ketentuan yang berlaku dalam permohonan pembiayaan. Setelah
semua persyaratan terpenuhi, maka proses pencairan fasilitas pembiayaan
dapat diberikan.
Dalam prakteknya proses pembiayaan dari pendaftaran permohonan
sampai dengan realisasi atau pencairan biaya berkisar antara 1 hari
sampai 10 hari sejak pendaftaran permohonan pembiayaan.
54
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta aotentik mengenai segala
perbuatan hukum, perjanjian-perjanjian, dan ketetapan-ketetapan yang diperintahkan oleh peraturan
perundangan atau dikehendaki orang yang berkepentingan. Seorang notaris dapat membantu
pengusaha dalam membuat perjanjian dengan pihak ketiga. H.M.N. Purwosutjipto, SH., Pengertian
Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid I, Jakarta : Djambatan, 1990, hlm. 49.
50
e. Monitoring
Monitoring adalah proses akhir dari sebuah pembiayaan. Monitoring
dapat dilakukan dengan memantau realisasi pencapaian target usaha
dengan bisnis plan yang telah dibuat sebelumnya. Adapun langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam monitoring antara lain : memantau
mutasi rekening koran nasabah, memantau pelunasan angsuran,
kunjungan rutin ke lokasi usaha nasabah, pemantauan terhadap
perkembangan usaha sejenis.
2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di LKI Buana Kartika Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak
Untuk meyakinkan bahwa modal yang diberikan benar-benar aman,
lancar dan dapat ditarik kembali sesuai dengan kesepakatan, maka
sebelummodal dicairkan terlebih dahulu diadakan analisis kredit atau
pembiayaan. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa modal yang
diberikan benar-benar aman.
Pemberian kredit tanpa analisa terlebih dahulu akan sangat
membahayakan pemberi modal (bank atau lembaga keuangan lainnya).
Nasabah dengan mudah memberikan data-data fiktif, sehingga mungkin saja
usaha yang sebenarnya tidak layak dibiayai menjadi layak, hal tersebut akan
berakibat pada kredit macet.
Faktor lain yang bisa menyebabkan kredit bermasalah adalah bencana
alam yang tidak dapat dihindari oleh nasabah, misalnya gempa bumi, banjir,
tsunami, dan lain-lain, serta kesalahan nasabah dalam mengelola usaha yang
dibiayai.
Pembiayaan bermasalah terjadi disebabkan oleh banyak faktor. Pada
dasarnya pembiayaan bermasalah terjadi akibat ketidaksediaan mereka untuk
mengembalikan modal yang telah diberikan sesuai dengan ketentuan yang
telah disepakati.
Terjadinya pembiayaan bermasalah merupakan hal yang umum terjadi
dalam lembaga keuangan perbankan maupun non perbankan. Hal tersebut
juga terjadi di LKI Buana Kartika Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
51
Walaupun berbagai usaha telah dilakukan untuk mencegahnya melalui
penyempurnaan sistem dan peningkatan mutu dan kwalitas sumber daya
manusia yang ada, belum menutup kemungkinan terjadinya pembiayaan
bermasalah di masa mendatang. Terlepas dari faktor kelalaian pihak LKI
Buana Kartika sendiri maupun kesengajaan yang mungkin dilakukan
nasabah, pembiayaan bermasalah dapat terjadi akibat ketidakpastian
mengenai apa yang mungkin akan terjadi di masa datang, seperti : perubahan
kebijakan pemerintah, terjadinya resesi ekonomi, munculnya teknologi baru
yang lebih maju sehingga teknologi yang digunakan debitur menjadi usang,
dan bencana alam. Faktor-faktor di atas merupakan faktor yang tidak dapat
dikontrol dan diramalkan secara pasti pada waktu pencairan biaya.
Untuk mengetahui besar kecilnya pembiayaan bermasalah di LKI
Buana Kartika, maka penulis kemukakan kolektibilitas pembiayaan
berdasarkan dokumen yang ada di LKI Buana Kartika dari tahun 2008 sampai
tahun 2010 sebagai berikut :
Tingkat Kolektibilitasnya Pembiayaan
Di LKI Buana Kartika tahun 2008 – 2010
NO Kolektibilitas Th 2008 Th 2009 Th 2010
1 Jumlah pembiayaan Rp 250.000.000,00 Rp 310.000.000,00 Rp 525.000.000,00
2 Lancar 91 % 93 % 96 %
3 Kurang lancar 5 % 4 % 2,5 %
4 Diragukan 2,4 % 2 % 1 %
5 Macet 1,6 % 1 % 0,5 %
Berdasarkan data di atas menunjukkan adanya penurunan dari tahun ke
tahun terhadap jumlah pembiayaan bermasalah baik dalam kategori kurang
lancar, diragukan, dan macet. Sebaliknya pembiayaan kategori lancar
mengalami kenaikan dari 91 % pada tahun 2008 naik 2 % menjadi 93 %
tahun 2009 dan tahun 2010 naik 3 % menjadi 96 %.
Pembiayaan bermasalah di LKI Buana Kartika baik kategori kurang
lancar, diragukan, dan macet pada tahun 2008 sebesar 9 %, tahun 2009
52
sebesar 7 % dan 2010 sebesar 4 % dari jumlah biaya yang digulirkan. Secara
umum pembiayaan bermasalah di LKI Buana Kartika disebabkan oleh faktor
intern dan faktor ekstern.
a. Faktor intern, yaitu faktor yang disebabkan oleh LKI Buana Kartika.
Pembiayaan bermasalah terjadi karena kesalahan petugas dari LKI Buana
Kartika dalam melakukan analisis pembiayaan, analisis pembiayaan
dilakukan kurang teliti atau salah salam melakukan perhitungan.
Pembiayaan bermasalah juga dapat terjadi akibat kolusi antara petugas
LKI Buana Kartika dengan calon nasabah sehingga analisis dilakukan
secara subyektif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis bahwa faktor
intern yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah di LKI
Buana Kartika Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak adalah hal-hal
sebagai berikut :
1) Kurang cermat dalam pengamatan tentang 5 C.
a) Terlalu besar memberikan pembiayaan sehingga tidak sesuai
dengan jumlah angsurannya tidak mampu mengangsur.
b) Jaminan nilainya lebih kecil dari pembiayaan yang diberikan.
c) Karakter nasabah On Will / nakal.
d) Dalam menentukan angsuran tidak tepat.
e) Usaha yang dibiayai tidak sesuai laporan.
2) Unsur kesengajaan pemeriksa di lapangan.
b. Faktor ekstern : Pembiayaan bermasalah terjadi karena pihak nasabah,
dimana dalam mengelola usahanya kurang baik atau bankrut. Selain dari
nasabah dan petugas LKI Buana Kartika, pembiayaan bermasalah di LKI
Buana Kartika juga disebabkan oleh faktor lain seperti kebijakan
pemerintah, iklim politik, situasi perekonomian, sistem nilai pada
masyarakat, perkembangan teknologi dan situasi persaingan bisnis.
Terjadinya pembiayaan bermasalah dari ekstern factor adalah
sebagai berikut :
53
1) Usaha nasabah bangkrut55
(tidak dikelola dengan baik).
2) Perubahan musim.56
3) Pinjaman digunakan oleh orang lain.57
4) Uang digunakan untuk pembiayaan sekolah.58
5) Usaha sepi.59
6) Kebijakan pemerintah.60
3. Upaya Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah di LKI Buana Kartika
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak
Terjadinya pembiayaan bermasalah adalah merupakan hal yang umum
terjadi dalam lembaga keuangan. Walaupun berbagai usaha telah dilakukan
untuk mencegahnya melalui penyempurnaan sistem dan peningkatan mutu
dan kwalitas sumber daya manusia yang ada, belum menutup kemungkinan
terjadinya pembiayaan bermasalah di masa mendatang. Terlepas dari faktor
kelalaian pihak lembaga keuangan atau perbankan sendiri dan unsur
kesengajaan yang mungkin dilakukan oleh debitur, pembiayaan bermasalah
dapat terjadi akibat ketidakpastian mengenai apa yang mungkin akan terjadi
di masa datang seperti perubahan kebijakan pemerintah, terjadinya resesi
ekonomi, munculnya teknologi baru yang lebih maju sehingga teknologi yang
digunakan debitur menjadi usang, dan bencana alam. Faktor-faktor di atas
merupakan faktor yang tidak dapat dikontrol dan diramalkan secara pasti
pada waktu pencairan modal.
Dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya pembiayaan
bermasalah, LKI Buana Kartika mengambil langkah dengan meneliti
penyebab terjadinya itu sendiri, kemudian dianalisis dan dicarikan solusinya,
55
Muniroh, Nasabah LKI Buana Kartika Kecamatan Mranggen, Wawancara, tanggal 1
Maret 2011, pukul 15.30 – 16.00 WIB. 56
Ahmad, Nasabah LKI Buana Kartika Kecamatan Mranggen, Wawancara, tanggal 17 Maret
2011 pukul 13.00 – 13.30 WIB. 57
Siti Nafiah, Nasabah LKI Buana Kartika Kecamatan Mranggen, Wawancara, tanggal 17
Maret 2011 pukul 13.30 – 14.00 WIB. 58
Abdul Rofiq, Nasabah LKI Buana Kartika Kecamatan Mranggen, Wawancara, tanggal 17
Maret 2011 pukul 14.00 – 14.30 WIB. 59
Muzaedun, Nasabah LKI Buana Kartika Kecamatan Mranggen, Wawancara, tanggal 18
Maret 2011 pukul 08.00 – 08.30 WIB 60
Eni Wafiroh, Nasabah LKI Buana Kartika Kecamatan Mranggen, Wawancara, tanggal 18
Maret 2011 pukul 08.30 – 09.00 WIB
54
masing-masing akan berbeda dalam penyelesaiannya tergantung pada faktor
penyebabnya.
Dalam menangani nasabah bermasalah atau mengalami tunggakan,
Lembaga Keuangan Islam Buana Kartika tidak mengenal denda (penalty)
atau biaya-biaya lain. LKI Buana Kartika memberikan keringanan dan
kelonggaran waktu pengembalian, membebaskan bagi hasil, dan apabila
memungkinkan akan diberikan keringanan pokok pembiayaan sesuai dengan
cadangan atau kemampuan LKI Buana Kartika.
Keringanan pengembalian pokok diberikan terhadap nasabah yang
mengalami kerugian usahanya bukan karena kesalahan dan kecerobohan
nasabah dalam mengelola usahanya, kerugian disebabkan karena faktor lain
seperti bencana alam (banjir),61
persaingan yang ketat, kebijakan pemerintah
yang menyebabkan kenaikan biaya produksi dan operasional lainnya.
Naiknya biaya produksi dan operasional tersebut menyebabkan total omzet
penjualan seimbang dengan total biaya produksi, pemasaran dan operasional,
atau bahkan total omzet penjualan lebih kecil dari total biaya produksi,
pemasaran dan operasional. Dengan kata lain usaha yang dibiayai tidak
mendapatkan keuntungan bahkan bankrut. Dalam kasus tersebut LKI Buana
Kartika bersama nasabah berusaha mencari jalan keluar untuk
menyelamatkan usahanya, apabila berbagai alternatif telah dilakukan dan
usahanya tetap tidak dapat diselamatkan dan nasabah benar-benar dalam
kesulitan maka LKI Buana Kartika memberi keringanan pada pokok
pinjaman antara 10 % sampai dengan 50 % dari biaya tertahan yang
disesuaikan dengan kemampuan atau cadangan yang ada.
Apabila kerugian usaha nasabah disebabkan kesalahan dan kecerobohan
nasabah, atau biaya digunakan untuk keperluan lain seperti menutup hutang
yang lama, untuk kebutuhan konsumsi, dan sebagainya. Maka apabila terjadi
61
Kasus tersebut menimpa salah satu nasabah LKI Buana Kartika yang mengalami kerugian
usahanya akibat barang dan tempat usahanya hancur diterjang banjir. LKI Buana Kartika memberi
keringanan 30 % dari pokok pinjaman yang tersisa (jumlah biaya : Rp. 1.000.000,- sisa biaya Rp.
200.000,- Keringanan yang diberikan Rp. 60.000,-) (Widodo, A.Md., Account Officer LKI Buana
Kartika, Wawancara, tanggal 16 Maret 2011 pukul 12.00 – 12.15 WIB).
55
tunggakan akan diselesaikan dengan melakukan penjualan jaminan secara
bersama.62
Sampai saat ini (saat penelitian berlangsung) LKI Buana Kartika
belum pernah menggunakan jalur hukum untuk menyelesaikan pembiayaan
bermasalah (macet).
62
Contoh kasus penyelesaian tersebut dilakukan terhadap salah satu Nasabah yang
menggunakan biaya yang diberikan digunakan untuk menutup hutang lama dan secara bersamaan
usahanya bankrut dan suaminya di PHK. Sehingga dilakukan penjualan jaminan (sepeda motor)
secara bersama untuk menutup hutangnya dan sisa dikembalikan nasabah. (Maslakhah, Teller LKI
Buana Kartika, Wawancara, Tanggal 1 Maret 2011).
56
BAB V
ANALISIS PENYEBAB TERJADINYA PEMBIAYAAN BERMASALAH
DI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM (LKI) BUANA KARTIKA
KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
Keberadaan sebuah lembaga keuangan di suatu daerah sangat dibutuhkan oleh
masyarakat sekitarnya untuk mengatasinya masalah pembiayaan atau permodalan.
Lembaga Keuangan Islam diharapkan mampu memberikan solusi kepada masyarakat
yang kesulitan dalam membiayai usahanya maupun dalam menyimpan uangnya.
Oleh karena itu, keberhasilan LKI Buana Kartika dalam menyalurkan produk-produk
yang ditawarkan kepada masyarakat sangat penting.
Kemampuan menghimpun dana sebanyak-banyaknya serta kemampuan
menyalurkan dana dengan baik berpengaruh besar terhadap kelangsungan lembaga
keuangan. Karena kesehatan lembaga keuangan mencakup kesehatan seluruh
usahanya yang meliputi kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, lembaga
lain dan modal sendiri, kemampuan mengelola dana, kemampuan menyalurkan dana
pada masyarakat, kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,
pemilik modal, dan pihak lain serta kemampuan mentaati peraturan yang berlaku.
Dalam menjalankan usaha yang terpenting adalah kejujuran, amanat dan nasihat.
Amanat merupakan puncak moralitas iman dan karakteristik yang paling menonjol
dari orang-orang yang beriman. Kejujuran merupakan sifat yang dimiliki oleh para
Nabi, tanpa kejujuran kehidupan agama tidak akan tegak dan kehidupan dunia tidak
akan berjalan baik.
Dalam melaksanakan kegiatannyam, LKI Buana Kartika harus selalu
berpegang pada prinsip kejujuran, amanat dan nasihat serta berpegang teguh pada
prinsip-prinsip Islam dalam bermuamalah.
A. Analisis Terhadap Proses Pembiayaan Di Lembaga Keuangan Islam (LKI)
Buana Kartika Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak
Proses pembiayaan yang sehat adalah proses pembiayaan yang berimplikasi
pada investasi halal dan baik serta menghasilkan return sebagaimana yang
57
diharapkan, atau bahkan lebih. Proses pembiayaan yang sehat tidak hanya
berimplikasi pada kondisi bank yang sehat, tetapi juga akan berimplikasi kinerja
sektor riil yang dibiayai. Karena ekonomi Islam dibangun di atas prinsip
kerjasama saling menguntungkan. Lembaga Keuangan sebagai pemilik modal
tidak boleh mendzalimi nasabah dengan mengeruk keuntungan dari pinjaman
uangnya tanpa adanya resiko bersama. Sebaliknya nasabah tidka diperbolehkan
berlaku curang hanya untuk memperoleh keuntungan sesaat. Dalam Islam
memberi pinjaman atau memberi modal untuk keperluan usaha produktif
merupakan suatu perbuatan yang terpuji dan dianjurkan syari‟at. Sedangkan bagi
peminjam, hendaknya hutang dilakukan apabila sudah sangat dibutuhkan, tidak
boleh berhutang hanya untuk berfoya-foya (boros). Hutang adalah kehinaan di
waktu siang dan keresahan di waktu malam. Rasulullah SAW selalu berdo‟a dan
memohon perlindungan kepada Allah SWT agar terhindar dari hutang yang
memberatkan dan tekanan dari orang lain.
Dalam melaksanakan kegiatan usahanya LKI Buana Kartika di tuntut
adanya pengelolaan yang baik dan professional berdasarkan prinsip-prinsip
menajemen. Sebuah lembaga keuangan tidak bisa dikelola hanya dengan bekal
semangat saja, aspek ekonomi dan manajemen keuangan harus dikuasai secara
maksimal. Agar dapat memaksimalkan pengelolaan pembiayaan, maka
manajemen harus memperhatikan tiga aspek penting dalam pembiayaan yaitu :
aman, lancar dan menguntungkan. Untuk memastikan bahwa modal yang telah
diberikan tersebut aman, lancar dan menguntungkan, maka sebelum modal
dicairkan terlebih dahulu diadakan analisis pembiayaan. Pemberian modal tanpa
analisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan pemberi modal. Bagi
nasabah yang nakal dengan mudah memberikan data-data fiktif, sehingga
dimungkinkan usaha yang sebenarnya tidak layak dibiayai menjadi layak,
akibatnya modal yang telah diberikan sulit ditarik kembali karena usaha yang
dibiayai tidak mendapatkan keuntungan dan bahkan mungkin akan merugi.
Selain tiga prinsip di atas, dalam pelaksanaan pembiayaan harus melalui
proses-proses yang telah ditentukan yaitu : Permohonan, Pengumpulan data dan
investigasi, Analisis pembiayaan, Persetujuan, Pengumpulan data-data tambahan,
58
Pengikatan, Monitoring dan Pengawasan. Proses pembiayaan di LKI Buana
Kartika berdasarkan pengamatan penulis telah berjalan sesuai dengan prosedur
yang berlaku. Namun demikian masih terjadi masalah dalam pengembalian
(angsurannya). Hal tersebut disebabkan karena kekurang hati-hatian dalam
melakukan analisis 5 C, pengawasan dan pembinaan yang kurang intensif serta
adanya rasa rikuh terhadap teman baik atau orang yang memiliki pengaruh
terhadap keberadaan LKI Buana Kartika.
B. Analisis Terhadap Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah Di
Lembaga Keuangan Islam (LKI) Buana Kartika Mranggen Kabupaten
Demak.
Terjadinya pembiayaan bermasalah adalah merupakan hal yang umum
terjadi dalam lembaga keuangan perbankan maupun non perbankan. Walaupun
berbagai usaha telah dilakukan untuk mencegahnya melalui penyempurnaan
sistem, peningkatan mutu dan kwalitas sumber daya manusia yang ada, belum
menutup kemungkinan terjadinya pembiayaan bermasalah di masa mendatang.
Terlepas dari faktor kelalaian pihak lembaga keuangan atau perbankan sendiri
maupun kesengajaan yang mungkin dilakukan oleh petugas, pembiayaan
bermasalah dapat terjadi akibat ketidak pastian mengenai apa yang mungkin
terjadi di masa datang seperti perubahan kebijakan pemerintah, terjadinya resesi
ekonomi, munculnya teknologi baru yang lebih maju sehingga teknologi yang
digunakan debitur menjadi usang, dan bencana alam. Faktor-faktor di atas
merupakan faktor yang tidak dapat dikontrol dan diramalkan secara pasti pada
waktu pencairan modal.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pembiayaan
bermasalah di LKI Buana Kartika berdasarkan analisa penulis adalah disebbakan
oleh faktor intern LKI Buana Kartika dan faktor ekstern LKI Buana Kartika.
1. Dari pihak LKI Buana Kartika (intern factor)
a. Kesalahan dalam menilai usaha nasabah
Kesalahan dalam menilai usaha nasabah merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah, analisis pembiayaan
59
dilakukan kurang teliti atau salah dalam melakukan perhitungan
pembiayaan. Hal tersebut terjadi karena lemahnya manajemen LKI Buana
Kartika dalam mengadakan analisis pembiayaan. Dalam melakukan
penilaian terhadap usaha nasabah layak untuk dibiayai atau tidak, hal
tersebut terjadi karena keterbatasan pengetahuan LKI Buana Kartika
(petugas analisis) dalam bidang usaha tertentu dan kesulitan petugas untuk
mendapatkan informasi mengenai calon nasabah dan usahanya, sehingga
akurasi data yang disampaikan nasabah dalam permohonannya tidak bisa
dipertanggung jawabkan. Untuk menghindari kesalahan dalam menilai
nasabah dan usahanya, hendaknya LKI Buana Kartika harus meningkatkan
kemampuan dan potensi SDM yang ada dalam berbagai bidang yang
dibutuhkan, serta memperbaiki manajemen SDM untuk dikembangkan dan
dialokasikan pada posisi yang tepat dan seimbang sesuai dengan keahlian
yang dimiliki.
Apabila nasabah merupakan nasabah lama, maka akan diteliti status
pembiayaannya di masa lalu untuk menentukan apakah usaha tersebut
layak dibiayai atau tidak, maka aspek-aspek yang dinilai adalah :
1) Aspek Produksi
Berkaitan dengan aspek produksi yang perlu diperhatikan adalah
tersedianya bahan baku yang meliputi kapasitas, kwalitas, kontinuitas,
jumlah dan kwalitas tenaga kerja.
2) Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran meliputi : keadaan usaha masa lalu, sekarang dan
yang akan datang serta faktor-faktor pendukung pengembangan
pemasarannya, daerah pemasaran, jumlah usaha yang ada di wilayah
nasabah, peranan usaha nasabah atas usaha sejenis yang sudah ada,
prospek usaha sejenis di wilayah usaha nasabah, dan jaringan distribusi
pemasaran.
60
3) Aspek Manajemen
Meliputi : pengalaman nasabah, pendidikan nasabah, dan tersedianya
dokumen usaha nasabah mengenai persediaan barang, pembelian
barang, serta penjualan barang.
4) Aspek Keuangan
Meliputi : kebutuhan modal usaha yang dibiayai, keadaan permodalan
sekarang dan perkiraan yang setelah menerima pembiayaan, besarnya
permohonan pembiayaan, dan kemampuan membayar kembali.
Kesalahan dalam menilai usaha nasabah tidak terlepas pula dari tindakan
yang tidak jujur dari pihak nasabah membohongi petugas LKI Buana
Kartika tentang keadaan usahanya seperti : kemampuan produksi, omzet
penjualan, jumlah alat produksi, jumlah tenaga kerja dan lain sebagainya.
b. Salah dalam menentukan besarnya plafond pembiayaan atau jangka waktu
yang diberikan.
Lembaga Keuangan Islam Buana Kartika sering kali kesulitan dalam
menentukan besar kecilnya plafond dan jangka waktu pembiayaan yang
diberikan kepada calon nasabah, karena nasabah sering berbohong tentang
nilai barang yang dijadikan jaminan atau ketidaktahuan LKI Buana Kartika
tentang nilai barang dijaminkan, sehingga memutuskan plafond yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Pemberian plafond yang terlalu tinggi
akan berdampak pada sulitnya pengembalian biaya yang telah diberikan
beserta bagi hasilnya. Hal tersebut disebabkan karena kapasitas produksi
dan omzet penjualan tidak dapat mencukupi angsuran pengembalian biaya
beserta bagi hasilnya. Sedangkan plafond yang terlalu rendah dari
permohonan yang diajukan, menyebabkan nasabah tidak dapat
menggunakan uangnya untuk membiayai usahanya karena dana yang
diberikan tidak mencukupi, sehingga uang dipergunakan untuk keperluan
lain.
c. Kelalaian mengawasi dan membina nasabah
Untuk memastikan bahwa biaya yang telah diberikan oleh LKI Buana
Kartika kepada nasabah telah dipergunakan secara maksimum sesuai
61
dengan kebutuhan usahanya LKI Buana Kartika juga bertugas mengawasi
penggunaan dana tersebut. Jika tidak ada pengawas dari LKI Buana
Kartika dikhawatirkan nasabah akan mengalihkan alokasi kelayakannya.
Sehingga memungkinkan timbulnya kesulitan dalam mengawasi kegiatan
usaha nasabah dan menyulitkan pengembaliannya.
Selain melakukan pengawasan terhadap usaha nasabah LKI Buana Kartika
juga perlu melakukan pembinaan terhadap nasabahnya dengan jalan
mengadakan kunjungan ke tempat usaha nasabah dan mengadakan
wawancara tentang kemajuan usahanya.
Besarnya jumlah nasabah yang dibiayai oleh LKI Buana Kartika yang
tersebar di 19 desa di wilayah Kecamatan Mranggen dan hanya ditangani
oleh seorang mantra menyebabkan pengawasan dan pembinaan terhadap
usaha nasabah kurang maksimal.
d. Pembiayaan digunakan untuk keperluan lain sepengetahuan LKI Buana
Kartika.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan ditemukan terjadinya
pengalihan biaya untuk keperluan lain, seperti untuk membeli tanah,
membeli sepeda motor, membayar sekolah dan lain sebagainya dengan
sepengetahuan dari petugas LKI Buana Kartika dengan pertimbangan
karakter yang baik, keyakinan akan kemampuan pengembalian biaya, dan
adanya jaminan yang layak atau memadai.
2. Dari luar pihak LKI Buana Kartika (ektern factor)
a. Usaha nasabah bangkrut (tidak dikelola dengan baik)
Sebagian nasabah LKI Buana Kartika adalah pengusaha kecil yang tidak
memiliki perencanaan dan strategi yang baik, usaha yang dilakukan
sekedar uji coba atau coba-coba, tingkat pendidikan dan ketrampilan yang
relatif rendah, kurang mengetahui atau memahami etika bisnis dan kurang
disiplin sehingga mencampurkan keuangan usaha dengan keuangan rumah
tangganya serta sikap dan pola pikir yang konsumtif. Untuk mengubah
62
pola pikir masyarakat ini, perlu waktu yang panjang disertai upaya-upaya
yang lebih berstruktur dan berkesinambungan.
b. Penggunaan pinjaman tidak sesuai pengajuan
c. Pinjaman digunakan oleh orang lain
d. Jaminan berubah (misalnya tanah terkena sungai yang menyebabkan
menurunnya nilai jual) sehingga nasabah enggan mengangsur.
C. Analisis Terhadap Upaya Penyelamatan Penyebab Terjadinya Pembiayaan
Bermasalah Di Lembaga Keuangan Islam Buana Kartika Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak
Lembaga Keuangan Islam Buana Kartika sebagai lembaga baru yang
muncul belakangan dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya, dalam
operasionalnya akan menghadapi permasalahan-permasalahan yang juga
merupakan tantangan tersendiri.
Pihak-pihak yang terlibat dalam operasionalisasi LKI Buana Kartika
didasarkan pada ikatan emosional keagamaan yang sama. Maka di antara pihak-
pihak, khususnya pengelola dan nasabah harus saling percaya, bahwa mereka
sama beritikad baik dan jujur di dalam bekerjasama. Dengan demikian
kredibilitas moral sangat menentukan. Terhadap karyawan LKI Buana Kartika
apabila kredibilitas moralnya tidak baik dan tindakannya dapat merugikan
nasabah, ia dapat dikenakan sanksi administraso maupun sanksi yuridis sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Namun, apabila nasabah yang nakal, selain merugikan, juga akan kesulitan
untuk memberikan sanksi, Karena dalam lembaga keuangan syari‟ah tidak
mengenal adanya bunga, denda keterlambatan (commitment free), dan
sebagainya. Kemungkinan sanksi yang diberikan adalah memasukkannya dalam
daftar hitam dan menyelesaikannya melalui jalur hukum.
Berdasarkan hasil penelitian penulis, jumlah pembiayaan bermasalah di LKI
Buana Kartika menunjukkan adanya penurunan dari tahun ke tahun, baik dalam
kategori kurang lancar, diragukan dan macet. Hal tersebut menunjukkan adanya
upaya serius yang dilakukan LKI Buana Kartika untuk menanggulangi terjadinya
63
pembiayaan bermasalah, tanggap terhadap gejala-gejala yang muncul sebangai
isyarat terjadinya pembiayaan bermasalah dan segera mencari upaya
penyelesaiannya.
Dalam menangani nasabah bermasalah atau mengalami tunggakan,
Lembaga Keuangan Islam Buana Kartika tidak mengenal denda (penalty) atau
biaya-biaya lain. Justru LKI Buana Kartika memberikan keringanan dan
kelonggaran waktu, membebaskan bagi hasil, dan apabila memungkinkan akan
diberikan keringanan pokok pembiayaan sesuai dengan cadangan antau
kemampuan LKI Buana Kartika. Kebijakan tersebut hanya berlaku bagi nasabah
yang benar-benar kesulitan dalam usahanya dan tidak ada unsur kesengajaan.
Penulis memandang penyelesaian masalah terhadap pembiayaan bermasalah
di LKI Buana Kartika telah sesuai dengan prinsip-prinsip syari‟ah. Islam
mengajarkan untuk memberi keringanan dalam hal jatuh tempo pembayaran
sampai si penghutang lepas dari kesulitan yang menghimpit dan memberi
keringanan dalam jumlah pembayaran. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
surat Al-Baqarah : 280.
Artinya : “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua
utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
( QS. Al-Baqarah : 280)63
Ayat di atas menjelaskan apabila ada orang dalam situasi sulit atau akan
terjerumus dalam kesulitan bila dibayar hutangnya, hendaknya ditangguhkan
sampai ia lapang. Shahibul Mal dilarang menagih jika mengetahui dia sempit,
apalagi memaksa membayarnya dengan sesuatu yang amat ia butuhkan. Yang
lebih baik dari meminjamkan adalah menyedekahkan sebagian atau semua
hutang itu sehingga dia terbebas dari hutang.
63
Ibid., hlm. 70.
64
Sedangkan terhadap orang yang menunda pembayaran hutang dan
sebetulnya mampu, maka hal tersebut merupakan perbuatan dzalim. Dan boleh
dipaksa untuk membayarnya atau diselesaikan melalui jalur hukum.
65
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa uraian serta hasil penelitian yang penulis sajikan pada
bab–bab di muka, maka dapat penulis ambil beberapa kesimpulan sesuai dengan
permasalahan dalam skripsi ini sebagai berikut :
1. LKI Buana Kartika sebagai salah satu Lembaga Keuangan Islam yang ada
diwilayah Kecamatan Mranggen dalam menyalurkan modalnya hanya
membiayai usaha produktif yang halal. Dalam melakukan usaha pembiayaan
LKI Buana Kartika sudah sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang
berlaku. Tahapan–tahapan tersebut adalah: permohonan pembiayaan,
investigasi (survey), analisis pembiayaan (penilaian usaha nasabah), realisasi
(pencairan), dan Monitoring serta pembinaan.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, bahwa analisis penyebab
terjadinya pembiayaan bermasalah di Lembaga Keuangan Islam Buana
Kartika Kecamatan Mranggen disebabkan oleh :
a. Kurang cermat dalam pengamatan tentang 5 C, berarti salah menilai
dalam usaha nasabah.
b. Terlalu besar memberikan pembiayaan sehingga tidak sesuai dengan
jumlah angsuranya tidak mampu mengangsur (salah dalam menentukan
besarnya pembiayaan dan jangka waktu yang diberikan.
c. Biaya yang diberikan dipergunakan untuk keperluan lain, bukan untuk
membiayai usaha yang diajukan (sepengetahuan dari LKI Buana Kartika).
66
d. Nasabah kurang baik dalam mengelola usahanya.
e. Pinjaman digunakan oleh orang lain.
f. Penyebab lain diluar kemampuan LKI Buana Kartika dan nasabah seperti
kebijakan pemerintah, situasi perekonomian, situasi persaingan bisnis.
g. Perubahan kebiasaan musim.
h. Tidak adanya penghasilan dalam usahanya.
i. Uang digunakan untuk pembiayaan ujian sekolah.
3. Dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya penyebab pembiayaan
bermasalah, LKI Buana Kartika mengambil langkah dan meneliti penyebab
terjadinya itu sendiri, kemudian dianalisis dan dicarikan solusinya, masing-
masing akan berbeda dalam penyelesaiannya tergantung pada faktor
penyebabnya. Dalam menangani nasabah bermasalah atau tunggakan, LKI
Buana Kartika tidak mengenakan denda atau biaya–biaya lain, LKI Buana
Kartika memberi keringanan dan kelonggaran waktu, membebaskan bagi
hasil dan apabila memungkinkan akan diberikan keringanan pokok
pembiayaan sesuai dengan cadangan atau kemampuan LKI Buana Kartika.
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dan prinsip–prinsip syari‟ah.
B. Saran–saran
Dengan tanpa mengurangi rasa hormat penulis terhadap Lembaga Keuangan
Islam Buana Kartika Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, penulis ingin
memberikan saran sebagai berikut :
67
1. LKI Buana Kartika sebagai salah satu lembaga islam. Hendaknya dalm
melaksanakan kegiatannya baik penggalang dana maupun penyaluran
dananya selalu berpegang teguh pada prinsip–prinsip syari‟ah, sehingga
dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat yang ingin mengamalkan ajaran
islam dan dapat melepaskan ketergantungan masyarakat pada rentenir dan
lintah darat sehingga tercipta keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi
yang merata.
2. Dalam melaksanakan analisis pembiayaan, LKI Buana Kartika hendaknya
selalu berpedoman pada 5 C atau 4 P untuk menghindari terjadinya terjadinya
penyebab pembiayaan bermasalah.
3. Salah satu penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah kesalahan
pihak LKI Buana Kartika dalam menilai kelayakan usaha nasabah, hal
tersebut terjadi karena keterbatasan kemampuan SDM yang ada. Mengingat
hal tersebut hendaknya LKI Buana Kartika meningkatkan kualitas SDMnya
dari waktu kewaktu melalui pendidikan pelatihan.
4. Agar tercipta hubungan yang baik antara LKI Buana Kartika dengan
masyarakat (nasabah), hendaknya LKI Buana Kartika terlibat dalam menjaga
kesinambungan usaha masyarakat dengan melakukan pembinaan pelatihan
dan pengawasan terhadap usaha nasabah serta membantu nasabah yang
mengalami kesulitan dalam pengembalian pembiayaan.
68
C. Penutup
Alhamdulillah, akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan. Walaupun
penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penyusun mengharapkan
masukan, saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, LKI Buana Kartika dan
pembaca pada umumnya. Amin.
69
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdurrahman, Dinamika Masyarakat Islam Dalam Wacana Fikih, Bandung :
Rosda Karya, 2002
2. Abidin, Zainal, Dampak Riba Terhadap Pribadi dan Masyarakat, Solo : Edisi
02 / tahun VII / 1424 H / 2003.
3. Ahmad, Mustaq. Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001.
4. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Renika Cipta, 1992.
5. Darmadji, Tjiptono, Melacak Jejak Kredir Macet, Yayasan Sembada Swakarya
Jakarta : Informasi dan Peluang bisnis Swasembada, Edisi SWA 1/VIII-April
1992.
6. Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Jakarta : 1984.
7. Harahap, Sofyan, Safri, Akuntasi Islam, Jakarta : PT bumi Aksara, 2004.
8. Julius R. Latumaerissa, Mengenal Aspek OPerasi Bank Umum, Jakarta : Bumi
Aksara, 1999.
9. Karim, Adi Marwan, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2004.
10. Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002
11. Kepner H. Charles, dkk, Manajer Yang Rasional, jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama, 1992
12. Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Jakarta : PT. Bumi Aksara,
1993.
13. Prigartono, Sigit, ir. Tanya Jawab Masalah Perbankan, CV. Aneka, Solo: 1995.
Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam: Jilid 1, Yogyakarta: Dana Bakti
Wakaf, 1995.
14. Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Mal Wa Tamail (BMT), Yogyakarta :
UII Press, 2004
15. Saleh, Rahmat, Kamus Perbankan, Jakarta: Institut Perbankan Indonesia, 1980.
70
16. Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keselarasan Al-
Qur‟an: Volume 1, Cetakan VI, Jakarta: Lentera Hati, 2006.
17. Singarimbun, Masri, Sofian, Efendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES,
1985
18. Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2005.
19. Sumitro, Warkun, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait,
BMI, dan Tafakul di Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002.
20. Suyatno, Thomas, Dasar-dasar Perkreditan, Edisi IV, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2003.
21. Tjoekam, Moh. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial, Konsep, Teknik dan
Kasus, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1999.
22. Untung, Budi, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta : Penerbit Andi,
2005.
23. Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari‟ah, Jakarta :
Zikrul Hakim, 2003.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Enis Millata
TTL : Demak, 26 Desember 1989
Alamat asal : Jl. K.H. Hasan Masyhuri Ronggosari RT 03/03
Kec. Mranggen Kab. Demak 59567
Pendidikan Formal
1. TK / RA Al-Islamiyyah lulus th 1995
2. MI Al-Islamiyyah lulus th 2001
3. SMPN 2 Mranggen lulus th 2004
4. SMA Ky Ageng Giri lulus th 2007
5. IAIN Walisongo Semarang angkatan th 2007
Pendidikan Non Formal
1. TPQ Al-Islah
2. Madrasah Diniyyah Al-Islah
Pengalaman Organisasi
1. Pramuka
2. Pengurus Ikatan Remaja
Semarang, 07 Juni 2011
Enis Millata
072411026
Top Related