ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN
PEMERINTAH, UPAH MINIMUM, TINGKAT
PENDIDIKAN, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
TERHADAP PEYERAPAN TENAGA KERJA DI
KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Rosi Noviendri
165020101111060
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Upah Minimum, Tingkat Pendidikan, dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Timur
Rosi Noviendri
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universita Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kondisi penyerapan tenaga kerja di
Kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur selama periode tahu 2015 sampai dengan 2019, serta
mengidentifikasi dampak yang diberikan dari berbagai faktor yaitu Pengeluaran Pemerintah,
Upah Minimum, Tingkat Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap penyerapan tenaga
kerja di kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
dimana data yang digunakan merupakan data sekunder yang didapat dari instansi terkait. Metode
analisis yang digunakan yaitu regresi data panel melalui Eviews 9 untuk mengetahui bagaimana
pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terukat. Setelah melakukan pengujian,
diperoleh hasil dimana bahwa pengeluaran pemerintah kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur
pengaruh signifikan positif terhadap penyerapan tenaga kerja , upah minum kabupaten/kota
provinsi jawa timur tidak mempengaruhi penyerapan tenaga kerja, tingkat pendidikan
Kabupaten/kota provinsi jawa timur berpengaruh signifikan namun negatif terhadap penyerapan
tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota provinsi jawa timur memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Kata Kunci: Penyerapan Tenaga Kerja, Pengeluaran Pemerintah, Upah Minimum, Tingkat
Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi
A. PENDAHULUAN
Ketenagakerjaan menjadi salah satu permasalahan yang selalu diperhatikan pemerintah dari
waktu ke waktu dikarenakan erat kaitannya dengan pengangguran baik secara langsung ataupun
tidak. Dalam permasalahan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran
menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan, kriminalitas, serta mengahambat pembangunan
ekonomi dalam jangka panjang.
Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di bebagai
sektor lapangan pekerjaan (Kuncoro 2002) . Jumlah tenaga kerja akan mengalami berbagai macam
perubahan seiiring dengan perkembangan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
Untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam penyerapan tenaga kerja bosa dengan jumlah
tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan. Dengan hal itu pula dapat mencerminkan bagaimana
perekonomian disuatu negara.
Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 Ayat 2,
disebutkan bahwa setiap warga negara berhak atas pengerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Artinya, bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pekerjaan
tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan
kemampuantenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap para
penyandang cacat. Oleh karena itu pemerintah wajib berupaya menciptakan lapangan pekerjaan
yang layak bagi seluruh warga negara.
Jawa Timur merupakan Provinsi terluas yang berada di Pulau Jawa dengan luas mencapai
47.799,75 km2 dengan jumlah penduduk menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Jawa Timur berjumlah 39.698.631 jiwa. Tingkat pengangguran Provinsi Jawa Timur sebesar 3,38
% yakni sebesar 826 ribu orang. Sedangkan jumlah angkatan kerja dijawa timur terus meningkat
tiap tahunnya yaitu sebesar 21.499.386 jiwa.
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja salah satunya yaitu
pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini pemerintah daerah berperan penting dalam penciptaan
lapangan pekerjaan yang layak. Menurut Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintah daerah, pemerintah pusat memberikan kesempatan untuk pemerintah daerah mengatur
dan mengelola pembangunan daerahnya sesuai dengan kemampuan dan proporsi daerah masing –
masing. Kesembapatan mengatur dan mengola ini dapat diliahat dari kebijakan pengeluaran
pemerintah dituangkan dalam APBD. Kebijakan Pengeluaran pemerintah ini dilihat dari total
belanja yang dialokasikan, pengeluaran pemerintah, investasi yang nantinya memiliki pengaruh
terhadap penyerapan tenaga kerja (Alfiat 2012).
Selain itu salah satu faktor lain penyerapan tenaga kerja yaitu mengenai kebijakan penetapan
Upah Minimum. Dari tahun- ketahun penetapan upah minimum diindonesia selalu mengalami
kenaikan.. Jika dilihat dalam PP No.78/2015 tentang pengupahan, upah minimum mengalami
kenaikan sebesar 8,03% di tahun 2019 namun kenaikan upah tersebut tidak diiringi dengan
Produktivitas tenaga kerjanya. Menurut Susilowati & Wahyuni, (2019) upah minimum
berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja namun secara negatif yang berarti setiap kenaikan
upah dapat mengurangi jumlah tenaga kerja dalam hal ini di cibadng Industri di Indonesia
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator lain yang sangat penting bagi penyerapan
tenaga kerja. Hal ini di sebabkan karena permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari
permintaan output, sehingga secara umum terjadi pergerakkan yang sama antara pertumbuhan
permintaan output dengan penyerapan tenaga kerja (Ehrenberg, Ronald G., dan Smith, 2003).
Selain itu pembangunan ekonomi merupakan upaya untuk mencapai kesejahteraan sosial, yaitu
berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi
dan taraf hidup masyarakat. Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi adalah
menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan angkatan kerja.
Menurut data laju pertumbuhan di jawa timur pada tahun 2017 mencapai 5,46%, di tahun 2018
sebesar 5,5% dan ditahun 2019 turun menjadi 5,52%. Terjadi peningkatan laju pertumbuhan dari
tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan provinsi lain di pulai Jawa, laju pertumbuhan
ekonomi di Jawa Timur masih dibawah DI Yogyakarta dan DKI Jakarta pada tahun 2019 tetapi
lebih tinggi dibanding Provinsi Jawa Barat yang sebesar 5,07%.
Faktor lain dalam penyerapan tenaga kerja yang tinggi yaitu didukung oleh kualitas sumber
daya manusianya. Pendidikan merupakan indikator dari keberhasilan suatu bangsa. Kualitas
pendidikan yang tinggi akan mempertinggi kualitas sumber daya manusianya. Kualitas pendidikan
dapat dilihat dari tingginya angka kelulusan. Semakin tinggi angka kelulusan, maka kualitas
pendidikan semakin baik. Menurut data tingkat pendidikan yang ditamatkan pada agustus 2019,
Tingkat Pengagguran Terbuka (TPT) untuk Sekolah Mengah Kejuruan (SMK) masih
mendominasi di antara tingkat pendidikan lain yaitu, sebesar 8,65 %. TPT tertinggi berikutnya
terdapat pada Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,07 persen. Sebaliknya TPT terendah
terdapat pada pendidikan SD kebawah sebesar 1,54 %. Tingkat pengangguran didominasi oleh
lulusan yang berpendidikan tinggi sedangkan tenaga kerja lebih banyak terserap pada lulusan SD
kebawah. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Buchari, (2016)
mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan memberikan dampak signifikan positif pada
penyerapan tenaga kerja pada industri manufaktur di Pulau Sumatera.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya lapangan pekerjaan yang sudah terisi yang
tercermin dari banyaknya jumlah penduduk bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar
di berbagai sektor perekonomian. Terserapnya penduduk bekerja disebabkan oleh adanya
permintaan tenaga kerja. Oleh karena itu penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai
permintaan tenaga kerja (Kuncoro 2002).
Permintaan Tenaga Kerja Dalam Jangka Pendek
Besarnya penempatan (jumlah orang yang bekerja atau tingkat employment) dipengaruhi oleh
faktor kekuatan penyediaan dan permintaan tenaga kerja. Besarnya permintaan perusahaan akan
tenaga kerja pada dasarnya bergantung pada besarnya permintaan masyarakat terhadap barang dan
jasa yang dihasilkan perusahaan. Permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek ialah penyesuaian
penggunaan modal dan tenaga kerja, dalam jangka pendek perusahaan tidak bisa menambah modal
dan hanya bisa menambah penggunaan tenaga kerja untuk meningkatkan output.
Gambar 1.1 Fungsi Permintaan Tenaga Kerja Jangka Pendek
Sumber: (Simanjuntak 1985)
Pada gambar diatas menampilkan fungsi permintaaan dari satu perusahaan terhadap tenaga
kerja. Fungsi ini berbeda-beda setiap perusahaan sesuai produktivitas masing-masing faktor dan
efisiensi di tiap-tiap perusahaan. Garis DD menjelaskan besarnya nilai hasil marginal (〖VMPP〗_L) untuk setiap tenaga kerja. Bila jumlah pekerja dipekerjakan sebanyak 0A = 100 orang, maka (
〖VMPP〗_L) nya sama dengan 〖MPP〗_L X = W_1. Nilai ini lebih besar dari tingkat upah
yang sedang berlaku (W). Oleh Karena itu, laba perusahaan akan bertambah dengan menambah
tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus menambahkan laba perusahaan dengan memperkerjakan
orang hingga 0N.
Permintaan Tenaga Kerja Dalam Jangka Panjang
Jangka panjang dalam teori perusahaan adalah konsep perusahaan dalam melakukan
penyesuaian penuh terhadap keadaan ekonomi yang berubah. Perusahaan memiliki kebebasan
untuk menyesuaikan penggunaan tenaga kerja dengan menggunakan perubahan terhadap input
lainnya. Penyesuaian dalam penggunaan tenaga kerja yang dapat dilakukan oleh perusahaan
apabila perusahaan itu tidak atau sanggup mengadakan perubahan terhadap inputnya yang lain.
Sebagaimana Gambar memperlihatkannya, suatu output dari 19 ton batubara dapat dihasilkan
dengan satu unit tenaga kerja yang di kombinasikan dengan empat unit modal. Dan dapat
dihasilkan dengan dua unit tenaga kerja dan tiga unit modal. Seperti sudah ditetapkan 19 ton dapat
dihasilkan oleh bentuk kombinasi yang mana saja antara modal dengan tenaga kerja yang
diperlihatkan sepanjang garis isokuan yang relevan.
Perusahaan akan menghasilkan output dengan kombinasi tenaga kerja dan modal yang mana
saja asalkan mengandung biaya paling rendah.
Gambar 2.2 Kombinasi Tenaga Kerja dan Modal Jangka Panjang
Sumber: (Bellante and Jackson 1990)
Gambar diatas merupakan kombinasi tenaga kerja yang memberikan biaya paling rendah.
Perusahaan dapat menghasilkan 19 ton batubara dengan berbagai macam kombinasi tenaga kerja
dan modal, termasuk yang diperlihatkan pada titik C, D dan E. Walaupun demikian, perusahaan
sebaiknya memilih kombinasi C, karena dengan $60 merupakan kombinasi paling murah untuk
menghasilkan 19 ton batubara.
Pengeluaran Pemerintah
Pengluaran pemerintah (goverment expenditure) merupakan cerminan kebijakan pemerintah.
Kebijakan tersebut terkait dengan kebijakan pemerintah dalam membelanjakan pendapatan untuk
membeli barang dan jasa. Kebijakan ini diambil untuk mensejahterakan rakyatnya melalui
berbagai program terutama pelayanan di sektor publik (mangkoesoebroto 2003)
Teori-teori pengeluaran pemerintah dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave,
menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap pembangunan ekonomi.
Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi
besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana. Pada tahap menengah
investasi pemerintah tetap diperlukan untuk menghindari terjadinya kegagalan pasar yang
disebabkan oleh investasi swasta yang sudah semakin besar pula. Pada tingkat ekonomi yang lebih
lanjut, aktivitas pemerintah beralih pada bentuk pengeluaran pengeluaran untuk aktivitas-aktivitas
sosial.
Upah Minimum
Upah minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku
industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha
atau kerjanya. Batas standar upah minimum regional akan mempengaruhi jumlah orang untuk
masuk kedalam pasar tenaga kerja. Penetapan upah minimum memiliki tujuan agar pekerja
memperoleh penghasilan yang layak sebagai balas jasa tenaga kerja yang diberikan kepada pihak
yang menggunakan
Pengenaan upah minimum yang efektif akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja. Kenyataan ini
bisa diperlihatkan pada Gambar 2.4 bahwa kurva permintaan tenaga kerja adalah DD dan kurva
penawannya adalah SS. Titik pertemuan kedua kurva ini menunjukkan keseimbangan upah pada
U_edan banyak tenaga kerja yang dipekerjakan 〖TK〗_e. Apabila ditetapkan upah minim
sebesar U_m yang berada di atas upah nyata yang terjadi di pasar U_e, maka jumlah tenaga kerja
yang dikerjakan akan berkurang dari 〖TK〗_e ke titik 〖TK〗_m.
Gambar 2.3 Pengaruh Upah Minimum Dalam Persaingan Sempurna
Sumber: (Tjiptoherijanto 1989)
Pengurangan pekerja sebesar 〖TK〗_e- 〖TK〗_m ini lebih kecil dari kelebihan penawaran
tenaga kerja akibat penetapan upah minimum. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya orang
yang ingin masuk pasar kerja apabila mendengar upah dinaikkan. Namun pengusaha justru
berusaha mengurangi pekerjaannya. Sehingga orang yang ingin bekerja dengan tingkat upah yang
baru tersebut, U_m, tidak bisa dipekerjakan. Keaadan ini menyebabkan sebagian orang kehilangan
pekerjaannya, garis ab, dan yang lain mungkin bekerja dimana saja meskipun dengan tingkat upah
yang lebih rendah dari U_m, seperti ditunjukkan dengan garis bc. Ukuran dari kedua komponen
ini, ab dan bc sangat berantung pada kurva-kurva penawaran dan permintaan tenaga kerja
Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan modal dasar yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan. dalam
prosesnya pendidikan bertujuan untuk menambah keterampilan, pengetahuan, dan meningkatkan
kemandirian maupun pembentukan kepribadian seseorang. Semakin tinggi pendidikan, semakin
tinggi pula kemampuan untuk bekerja secara produktif yang nantinya dipakai sebagai indikator
mutu tenaga kerja (Sumarsono 2009)
Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara
menyajikan bahan pengajaran (Ihsan, 2006). Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003 menjelaskan bahwa indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan
kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan, yaitu terdiri dari:
• Pendidikan dasar
Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang
melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar terdiri dari :
- Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah
- SMP atau MTs
• Pendidikan menengah
Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri dari:
- SMA dan MA
- SMK dan MAK
• Pendidikan tinggi
Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister,
doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi terdiri atas:
- Akademik
- Institut
- Sekolah Tinggi
Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan kemampuan dari
suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi
adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan
ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana
aktivitas perekomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode
tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-
faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan
suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya
pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi
juga akan meningkat.
Teori Pertumbuhan Keynes
Jhon Maynard Keynes, mengemukakan pandangan dan menulis buku yang pada akhirnya
menjadi landasan kepada teori makroekonomi modern. Pandangan tersebut dikemukakan dalam
buku yang berjudul: The General Theory of Employment, Interest and Money dan diterbitkan pada
tahun 1936. Dalam bukunya Keynes berpendapat pengeluaran agregat , yaitu perbelanjaan
masyarakat ke atas barang dan jasa, adalah faktor utama yang menentukan tingkat kegiatan
ekonomi yang dicapai suatu negara. Selain menerangkan faktor yang menentukan tingkat kegiatan
perekonomian negara dan keadaan yang menciptakan berbagai masalah analisis makroekonomi
juga menjelaskan langkah-langkah yang dapat digunakan pemerintah untuk mengatasi masalah
tersebut.
C. METODELOGI PENELITIAN
Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur, yang memiliki 29 Kabupaten dan 9 kota. Jawa
timur dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan Jawa timur merupakan salah satu provinsi yang
memiliki jumlah penduduk dan wilayah terbesar di Pulau Jawa. Selain itu peneliti juga tertarik
terhadap dinamika penyerapan tenaga kerja yang ada di Jawa Timur.
jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode
penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui
nilai masing-masing variabel yang sifatnya independen tanpa membuat hubungan maupun
perbandingan dengan variabel lain. Variabel tersebut dapat menggambarkan secara sistematik
mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.Penelitian deskriptif dilakukan dengan tujuan
utama untuk menggambarkan atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif.
Metode penelitian kuantitatif merupakan metode yang menggunakan prosedur-prosedur statistik
ataupun pengukuran dengan memusatkan pada fenomena soaial yang mempunyai karakteristik
tertentu dan dijabarkan dalam beberapa komponen, variabel dan indikator.Dalam metode
kuantitatif hubungan antara variabel dianalisis dengan teori yang objektif.
Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder yang diperoleh dalam
bentuk angka dan analisisnya menggunakan statistik. Sumber data diperoleh dari instansi terkait
permasalahan penelitian seperti BPS (Badan Pusat Statistik)
Tabel 1.1 jenis dan Sumber Data
No. Jenis Data Sumber Data
1. Penyerapan Tenaga Kerja BPS Jawa Timur
2. Pengeluaran Pemerintah BPS Jawa Timur
3. Upah Minimum Kabupaten/Kota Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur
4. PDRB BPS Jawa Timur
5. Tingkat Pendidikan BPS Jawa Timur
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif menurut Kuncoro
(2009), berarti kegiatan menyimpulkan data mentah dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya
dapat ditafsirkan. Analisis deskriptif merupakan teknik analisa dengan menyajikan data berupa
tabel, rasio dan persentase yang selanjutnya memaknai angka-angka persentase dan rasio yang
diperoleh dari pengolahan data. Pendekatan kuantitatif menggunakan teknik analisis panel data
(pooled data) sebagai alat pengolahan data menggunakan program. Sedangkan metode analisis
yang digunakan yaitu metode analisis data panel dimana untuk mengatahui pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat di kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur, peneliti menggunakan
metode analisis regresi berganda panel data. Berikut model persamaan estimasi dalam penelitian
ini:
Keterangan :
PTK : Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Timur
PP : Pengeluaran Pemerintah Di Provinsi Jawa Timur
UMK : Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur
TP : Tingkat Pendidikan Di provinsi Jawa Timur
PDRB : Produk Doestik Regional Bruto Di provinsi Jawa Timur
: Intersep
: Koefisien regresi variabel bebas
: Komponen error di waktu t dan untuk cross section i
i : Cross Section ( kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur)
t : Time Series (tahun 2015-2019)
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Analisis dan Pembahasan Uji Statistik
Untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel independen yang ada terhadap variabel
dependen yang diteliti, perlu diketahui model apa yang tepat untuk selanjutnya model tersebut
dapat di estimasi. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis data panel. Untuk mendapatkan
hasil yang terbaik dari regresi data panel maka sebelum itu kita haru melihat hasil dari setiap
model yaitu, model common effect, fixed effect, dan random effect. Dari ketiga model terdebut
dipilih berdasarkan hasil pengujian Uji Chow, Uji Huasman, Dan Lagrange Multiplier.
uji chow
Uji chow dilakukan dengan cara membandingkan antara commond effect model dengan fixed
effect model. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:
H0 (α>0,05): Pilih Common Effect
H1 (α<0,05): Pilih Fixed Effect
Apabila nilai P-value < α (0,05) maka H0 ditolak yang artinya model yang tepat untuk
regresi data panel adalah model Fixed Effect dan bila hasil P-value > α maka H0 diterima sehingga
model Common Effect yang dipilih. Hasil Uji Chow yang telah dilakukan dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.2 Uji Chow
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 11.673248 (37,147) 0.0000
Cross-section Chi-square 259.065087 37 0.0000
Sumber Data Diolah,2020
Berdasarkan hasil uji chow yang ditunjukkam Pada tabel diatas diketahui bahwa nilai F statistik
adalah sebsar 11.673 dan nilai probabilitas F adalah sebesar 0,0000 < 0,05 sehingga H0 ditolak.
Dengan hasil pengujian Uji Chow di atas maka model yang cocok untuk digunakan dalam
penelitian ini adalah model Fixed Effect.
Uji Husman
Setelah mengetahui bahwa dalam uji chow model yang tepat digunakan adalah fixed effect
model, dilakukan pengujian kembali untuk mengetahui model yang tepat untuk digunakan adalah
fixed effect model atau random effect model yaitu dengan Uji hausman. Hipotesis yang digunakan
dalam uji ini adalah:
H0 (α>0,05): Pilih Random Effect
H1 (α<0,05): Pilih Fixed Effect
Apabila nilai P-value lebih besar dari nilai α (0,05) maka H0 diterima yang artinya model Random
Effect lebih baik untuk digunakan dan begitu juga sebaliknya bila hasil P-value lebih kecil dari
nilai α maka lebih baik menggunakan model Fixed Effect. Hasil Uji Hausman yang telah dilakukan
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.3 Uji hausman
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 8.930897 4 0.0629
Sumber Eviews 9 (Diolah penulis, 2020)
Berdasarkan pengujian Uji Hausman yang diperlihatkan pada tabel diatas menunjukkan bahwa
nilai probabilitas Chi-Sq adalah 0,0629> 0,05 sehingga H0 diterima yang artinya model yang
cocok berdasarkan Uji Hausman adalah model Random Effect.
Uji Lagrange Multiplier
Pengujian ini dilakukan untuk memilih antara model common effect atau model random effect.
Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:
H0 (α>0,05): Pilih Common Effect
H1 (α<0,05): Pilih Random Effect
Apabila dari nilai probabilitas Breusc-Pagan lebih besar nilai α (0,05) maka H0 diterima yang
artinya model Common Effect lebih baik untuk digunakan, tetapi bila hasil probabilitas Breusch-
Pagan lebih kecil dari nilai α maka lebih baik menggunakan model Random Effect. Hasil Uji
Lagrange Multiplier yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.4 uji LM
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 155.9767 2.225221 158.2019
(0.0000) (0.1358) (0.0000)
Sumber: Eviews 9 (Diolah Penulis,2020)
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai probabilitas Breusch-Pagan adalah 0,0000 < 0,05
sehingga H0 ditolak sedangkan H1 diterima yang artinya model yang cocok berdasarkan Uji
Hausman adalah model Random Effect. Model Random Effect menggunakan metode Generalized
Least Square sehingga penelitian ini tidak perlu menggunakan uji asumsi klasik.
Hasil Analisis Regresi
Dalam penelitian ini digunakan program Eviews 9 untuk melihat pengaruh antara variabel
bebas (independent variable) yakni pengeluaran pemerintah (PP), Upah Minimum Kota (UPK),
Pertimbuhan ekonomi dan Tingkat Pendidikan (TP)terhadap variabel terikat (dependent Variable)
yaitu penyerapan tenaga kerja di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dengan melakukan
pengujian analisis regresi data panel. Hasil dari analisi regresi data panel dengan menggunakan
model estimasi Random Effect Model dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.5 Hasil Analisis Random Effect Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 720939.2 96300.93 7.486316 0.0000
PP 0.015951 0.006578 2.424973 0.0163
UMK 0.028112 0.015471 1.817073 0.0708
TP -58821.21 12515.19 -4.699985 0.0000
PDRB 3.939683 0.258315 15.25146 0.0000
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 179023.3 0.6918
Idiosyncratic random 119495.2 0.3082
Weighted Statistics
R-squared 0.596701 Mean dependent var 153005.6
Adjusted R-squared 0.587934 S.D. dependent var 188473.9
S.E. of regression 121040.9 Sum squared resid 2.70E+12
F-statistic 68.05935 Durbin-Watson stat 1.328066
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Eviews 9 (diolah penulis, 2020)
Berdasarkan hasil regresi tersebut maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut
Y= 720939.2 + 0.015951 + 0.028112 – 58821.21 + 3.939683 + Berdasarkan model diatas, maka masing-masing variabel bebas dalam model (pengeluran
pemerintah, upah minimum kota, tingkat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi)dapat
diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Konstanta
Persamaan regresi dalam penelitian ini memiliki konstanta bernilai positif sebesar
720939.2 yang menjelaskan bahwa apabila smua variabel independen didalam
penelitian bernilai nol maka penyerapan tenaga kerja Kabpaten/Kota di Provinsi
Jawa Timur akan meningkat sebesar 720939.2%.
2. Variabel Pengeluaran Pemerintah (X1)
Variabel pengeluaran pemerintah memiliki koefisien regresi bernilai positif
0.015951 artinya apabila nilai Pengeluaran Pemerintah mengalami kenaikan
sebesar 1% maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Timur sebesar 0.015951%.
3. Variabel Upah Minimum Kota (X2)
Variabel Upah Minimum Kota memiliki koefisien regresi bernilai positif
0.028112 artinya apabila nilai Upah Minimum Kota mengalami kenaikan sebesar
1% maka akan meningkatkan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur sebesar 0.028112%.
4. Variabel Tingkat Pendidikan (X3)
Variabel Tingkat Pendidikan memiliki koefisien regresi bernilai negatif sebesar
58821.21 artinya apabila nilai Tingkat pendidikan meningkat sebesar 1% maka
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten/Kota di Jawa Timur akan mengalami
penurunan sebesar 58821.21%
5. Variabel Pertumbuhan Ekonomi (X4)
Variabel Pertimbuhan Ekonomi memiliki koefisien regresi bernilai positif sebesar
3.939683 artinya apabila nilai Pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 1% maka
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur akan
meningkat sebesar 3.939683%
Pengujian Hipotesis
Uji t (parsial)
Uji t dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh masing-masing variabel independen (X)
secara parsial (individu) terhadap variabel dependen (Y). Penelitian ini menggunakan tingkat
signifikansi dengan taraf alpha adalah 5% atau 0.05%. suatu variabel dikatakan mempunyai
pengaruh signifikan apabila nilai probabilitasnya dibawah 5%, akan tetapi jika nilai
probabilitasnya diatas 5% maka tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel independen.
Tabel 1.6 Uji t (Parsial)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 720939.2 96300.93 7.486316 0.0000
PP 0.015951 0.006578 2.424973 0.0163
UMK 0.028112 0.015471 1.817073 0.0708
TP -58821.21 12515.19 -4.699985 0.0000
PDRB 3.939683 0.258315 15.25146 0.0000
Sumber : Data diolah,2020
Pengeluaran pemerintah (PP)
Pada variabel independen Pengeluaran pemerintah diperoleh T hitung sebesar 2.424973
dengan nilai probabilitas sebesar 0.0163 dimana hasil tersebut lebih kecil dari nilai
alpha (0.0000< 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Pengeluaran Pemerintah (PP)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga kerja.
Upah Minimum Kota (UMK)
Pada variabel independen Upah Minimum Kota diperoleh T hitung sebesar 1.817073
dengan nilai probabilitas sebesar 0.0708 dimana hasil tersebut lebih besar dari nilai
alpha (0.0000<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Upah Minimum Kota (UMK)
secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Tingkat Pendidikan (TP)
Pada variabel Independen Tingkat Pendidikan diperoleh t Hitung sebesar -4.699985
dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000 dimana hasil tersebut lebih kecil dari nilai
alpha (0.0000< 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pendidikan (TP)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.
Pertumbuhan ekonomi (PDRB)
Pada variabel Independen Pertumbuhan ekonomi (PDRB) diperoleh T hitung sebesar
15.25146 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000 dimana hasil tersebut lebih kecil dari
nilai alpha (0.0000< 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Ekonoi
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penyerapan Tenaga Kerja.
Uji F (Simultan
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hubungan tersebut digunakan
untuk menguji apakah model persamaan sudah sesuai atau belum. Juka nilai probabilitas F-statistic
kurang dari nilai alpha 5% maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen bersama-
sama secara simultan mempengaruhi variabel dependen. Bedasarkan perhitungan pada tabel 4.1
didapat nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.0000 < 5% yang artinya H0 ditolak yang artinya
variabel indepnden secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Nilai dari koefisien deterninasi R2 menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan
variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi (R2) sebagai
alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi
total dalam variabel terikat Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X. semakin tinggi nilai R2
maka semakin besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel
terikatnyaberdasarkan hasil estimasi pada persamaan pengaruh pengeluaran pemerintah, upah
minimum kota, tingkat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi memiliki nilai R2 0.587934, yang
menjelaskan bahwa model tersebut mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 58% dan
sisanya 42% dijelaskan oleh variabel lain diluar model
Hasil Analisis Inferensia
Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut teori Keynes dalam (Dumairy 1999), mengatakan bahwa dengan adanya peningkatab
dalam pengeluran pemerintah dan penurunan dalam pajak, maka suatu suntian (injection) ke dalam
aliran sirkulasi pendapatan nasional akan menaikan permintaan agregat dan melalui efek
penggandaan akan menciptakan tambahan lapangan pekerjaan. Dari hasil regresi dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa variabel X1 (Pengeluaran Pemerintah) berpengaruh signifikan positif
0,015951yang artinya bahwa pengeluaran pemerintah yang diukur dari total belanja pemerintah
per kabupaten/kota di jawa timur memiliki pengaruh yang pofitif terhadap penyerapan tenaga kerja
di kabupaten kota di jawa timur. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
(Gede,2018) menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah secara signifikan positif dapat
mempengaruhi tenaga kerja. Menurut juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pengeluaran
pemerintah maka penyerapan tenaga kerja juga akan meningkan seiring dengan pertumbuhan
ekonomi yang meningkat.
Pengaruh upah minimum kota terhadap penyerapan tenaga kerja
Hasil estimasi yang telah dilakukan diatas, menunjukkan bahwa variabel x2 (upah minimum)
tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di kabupaten/kota di privinsi jawa timur. Hal
ini dikarenakan pada setiap tahunnya sistem pengupahan terutama Upah minimum di Indonesia
selalu mengalami kenaikan, kenaikan upah minimum tersebut mau tidak mau harus diterima
perusahaan. Jadi dengan adanya kenaikan upah tersebut tidak mempengaruhi keputusan
perusahaan dalam menerima pekerja. Sehingga upah minimum tidak berpengaruh terhdap
penyerapan tenaga kerja. Selain hal itu kondisi lapangan pekerjaan yang tersedia di Jawa Timur
didominasi oleh lapangan pekerjaan dari sektor non formal dimana sektor tersebut tidak
menggunakan standar upah minimum dalam membayar upah para karyawannya. Fenomena
tersebut tidak sesuai dengan teori sebeumnya yang menyatakan bahwa upah minimum akan
mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dimana jika terjadi kenaikan upah akan menyebabkan
penurunan jumlah tenaga kerja.
Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap penyerapan tenaga kerja
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa variabel Tingkat
Pendidikan berpengaruh signifikan dengan nilai koefisien yang negatif yaitu sebesar -58821,21
terhadap penyerapan tenaga kerja di kabupaten/kota di jawa timur. Hal ini menunjukkan bahwa
Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.
Tabel 1.2 Tingkat Pengangguran Berdasarkan Pendidikan yang ditamatkan tahun 2019
Pendidikan yang ditamatkan Bekerja Pengangguran Terbuka
Tidak/Belum Pernah Sekolah 965.288 8.162
Tidak/Belum Tamat SD 2.635.884 35.810
Sekolah Dasar 5.651.450 101.170
SLTP 3.782.590 133.270
SLTA Umum 3.065.320 233.217
SLTA Kejuruan 2.383.237 225.547
Pendidikan yang ditamatkan Bekerja Pengangguran Terbuka
Diploma I/II/III/Akademi 372.893 14.420
Universitas 1.798.970 92.158
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur diolah
Menurut tabel diatas tingkat pendidikan yang rendah memiliki angka pengangguran yang lebih
rendah dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. Seperti yang terlihat pada tabel 4.10
jumlah pengangguran pada tamatan universitas sebesar 92.158 ribu orang lebih tinggi dibandikan
dengan tidak/ belum pernah sekolah. Hal ini menandakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi
tidak menjamin meningkatnya penyerapan tenaga kerja.
Indonesia khususnya Jawa Timur memiliki berbagai macam pekerjaan. Macam jenis pekerjaan
tersebut ada yang bersifat formal dan non formal. Berikut data lapangan pekerjaan utama beserta
jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja berdasarkan jenis lapangan pekerjaan yang
tersedia.
Tabel 4.14 Penduduk usia 15 tahun keatas berdasarkan lapangan pekerjaan
Lapangan Pekerjaan Utama 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 7.083.252 6.975.568 6.713.893 6.643.543 6.445.206
Pertambangan dan Penggalian 124.688 132.909 157.227 174.812 127.918
Industri Pengolahan 2.770.768 2.800.896 3.313.790 3.247.573 3.278.856
Pengadaan Listrik dan Gas 23.476 33.083 40.845 52.886 43.018
pengadaan air, pengolaan
sampah, limbah, dan daur ulang 25.609 17.943 64.420 74.149 67.076
Konstruksi 1.510.085 1.469.473 1.423.169 1.444.376 1.479.613
Perdagangan Besar dan Eceran 3.376.925 3.164.681 3.665.934 3.696.514 3.721.108
Transportasi dan pergudangan 582.483 623.440 601.377 599.402 647.087
Penyedia Akomodasi dan
Makan Minum 887.082 1.031.985 1.094.532 1.279.771 1.413.029
Informasi dan Komunikasi 52.514 75.326 106.350 122.411 100.580
Jasa Keuangan dan Asuransi 224.036 212.130 241.811 236.427 260.587
Real Estat 35.787 31.805 32.918 36.014 46.456
Jasa Perusahaan 150.136 160.156 206.916 213.934
265.737
Administrasi
Pemerintahan,pertahanan 429.821 513.594 461.084 471.550 474.772
Jasa Pendidikan 864.709 905.176 912.497 909.899 954.403
Jasa Kesehatan 201.919 209.277 217.760 229.091 276.974
Jasa Lainnya 1.024.487 757.166 1.026.697 1.027.633 1.053.212
Sumber:BPS Jawa Timur (Diolah)
Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis pekerjaan yang banyak menyerap tenaga kerja tiap
tahunnya di Provinsi Jawa Timur yaitu dibidang pertanian yaitu sebesar 6.445.206 penduduk.
Pekerjaan dibidang pertanian rata-rata terserap dengan tenaga kerja yang meliliki pendidikan yang
redah. Sedangkan jenis pekerjaan yang cenderung harus memiliki pendidikan yang tinggi
cenderung menyerap tenaga kerja yang lebih rendah. Hal ini bahwa tingkat pendidikan berkaitan
dengan penyerapan tenaga kerja. Dalam hal ini berkaitan dengan jumlah ketersediaan lapangan
pekerjaan yang tidak sesuai, sehingga peneliti berpendapat bahwa ketidaksesuaian antara lapangan
pekerjaan dengan pendidikan terakhir yang diselesaikan oleh pencari kerja menyebabkan tingkat
hubungan rata-rata lama berpendidikan dengan penyerapan tenaga kerja berpengaruh negatif.
Pengaruh Pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja
Berdasarkan hasil pada tabel diatas bahwa pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan produk
domestik bruto tiap kabupaten/kota di jawa timur menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa juka terjadi peningkatan jumlah nilai PDRB pada sektor ekonomi akan pula
meningkatkan jumlah tenaga kerja yang tersedia sejalan dengan teori keynes dalam boediono
(1998) yang menyatakan bahwa dalam pasar tenaga kerja hanyalah mengikuti apa yang terjadi di
pasar barang. Apabila output yang diproduksikan naik, maka jumlah orang yang dipekerjakan juga
akan naik. Hal ini dapat dikaitkan dengan konsep fungsi produksi, yang menyatakan bahwa
kenaikan output hanya dapat tercapai apabila input (tenaga kerja) di tingkatkan penggunaannya.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder yang diperoleh dalam
bentuk angka dan analisisnya menggunakan statistik. Sumber data diperoleh dari instansi terkait
permasalahan penelitian seperti BPS (Badan Pusat Statistik)
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasatkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan:
1. Dari hasil analisis mengenai pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja di Kabupaten/Kota di Jawa Timur memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015-2019.
Koefisien yang positif ini menunjukkan jika pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan
maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja karena dengan meningkatnya pengeluaran
akan meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang akan ikut menyerap tenaga-
tenaga kerja.
2. Dari hasil analisis mengenai pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di
Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tidak memiliki hubungan terhadap penyerapan tenaga kerja di
Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada tahun 2015-2019.
3. Dari hasil analisis mengenai pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
di Kabupaten/Kota di Jawa Timur memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada tahun 2015-2019. Koefisien
yang negatif ini menunjukkan jika terjadi kenaikan Tingkat Pendidikan akan menurunkan
penyerapan tenaga kerja. Tingkat Pendidikan berbanding terbalik dengan penyerapan tenaga
kerja. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka penyerapan tenaga kerja akan semakin
menurun hal itu dikarenakan penduduk yang memiliki pendidikan tinggi cenderung memilih
pekerjaan dibandingkan penduduk yang berpendidikan rendah.
4. Dari hasil analisis mengenai pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja di Kabupaten/Kota di Jawa Timur memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015-2019.
Koefisien yang positif ini menunjukkan jika Pertumbuhan ekonomi yang diukur dari Produk
Domestik Regional Bruto mengalami peningkatan maka akan meningkatkan penyerapan
tenaga kerja.
Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, maka terdapat saran-saran hasil penelitian
sebagai berikut:
a. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur khususnya untuk tiap pemerintah Kabupaten/Kota
dapat memaksimalkan anggaran pengeluaran pemerintah guna meningkatkan penyerapan
tenaga kerja
b. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Timur dapat memperhatikan setiap kebijakan
mengenai sistem pengupahan agar dibarengi dengan kebijakan dengan pelatihan tenaga kerja,
agar tenaga kerja dapat meningkatkan produktivitasnya sehingga mampu meningkatkan
jumlah produksi. Sehingga dapat menguntungkan bagi pelaku usaha dengan para pekerja.
c. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Timur dapat memperhatikan sistem pendidikan
agar memperkecil missmatch antara dunia pendidikan dengan dunia kerja melalui berbagai
intervensi di sektor pendidikan untuk lebih mensinkronkan lulusan pendidikan dengan
kebutuhan dunia kerja. Dengan demikian angkatan kerja muda terdidik berpeluang lebih besar
untuk mengisi kesempatan kerja yang ada.
d. Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota di Jawa Timur dapat mendorong berkembangnya sektor-
sektor yang masih minim kontribusunya terhadap pembentukan PDRB kabupaten/kota di jawa
timur agar sektor-sektor tersebut dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga
panduan ini dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi
Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Alfiat. 2012. Pengaruh Investasi,Pengeluaran Pemerintah Dan Perubahan Struktur Ekonomi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Badan Pusat Statistik. 2016. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka. Provinsi Jawa Timur, Surabaya
Badan Pusat Statistik. 2017. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka. Provinsi Jawa Timur, Surabaya
Badan Pusat Statistik. 2018. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka. Provinsi Jawa Timur, Surabaya
Badan Pusat Statistik. 2019. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka. Provinsi Jawa Timur, Surabaya
Badan Pusat Statistik. 2020. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka. Provinsi Jawa Timur, Surabaya
Bappeda. 2019. Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa timur Tahun 2019-2025. Bappeda Provinsi Jawa Timur, Surabaya
Basri, Y, Z. &. Mulyadi Subri. 2003. Keuangan Negara Dan Analisis Kebijakan Uang Luar
Negeri. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bellante, Don, and Mark Jackson. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan: Alih Bahasa Wimandjaja K.
Liotohe Dan M. Yasin. edited by P. Rahardja. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
Brthos, Bashir. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia: Suatu Pendekatan Makro. Jakarta:
Bumi Aksara.
Buchari, Imam. 2016. Pengaruh Upah Minimum Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Di Pulau Sumatera Tahun 2012-2015. Jurnal Riset
Ekonomi Dan Bisnis 11(1 Apr):73–85.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2015. Keputusan gubernur tentang upah minimum kota
Jawa Timur tahun 2015
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2016. Keputusan gubernur tentang upah minimum kota
Jawa Timur tahun 2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2017. Keputusan gubernur tentang upah minimum kota
Jawa Timur tahun 2017
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2018. Keputusan gubernur tentang upah minimum kota
Jawa Timur tahun 2018
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2019. Keputusan gubernur tentang upah minimum kota
Jawa Timur tahun 2019
Dumairy. 1999. Matematika Terapan Untuk Bisnis Dan Ekonomi. yogyakarta: Yogyakarta: BPFE.
Ehrenberg, Ronald G., dan Smith, robert S. 2003. Modern Labor Economics : Teorand Public
Policy. eight Edit. Ney Yor City: Pesrson education.
Gujaraty, Damodar, Porter, Dawn C. 2015. Dasar-Dasar Ekonometrika, Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Hanggraeni, Dewi. 2011. Manajemen Sumber Daya. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
Joesron, Tati Suhartati, and M. Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Pertama. Jakarta: Salemba
Empat.
Kuncoro, Haryo. 2002. “Ekonomi Pembangunan Upah Sistem Bagi Hasil Dan Penyerapan Tenaga
Kerja.” Upah Sistem Bagi Hasil Dan Penyerapan Tenaga Kerja 7(1):45–56.
Mangkoesoebroto, Guritno. 2003. Ekonomi Publik. edisi keem. yogyakarta: penerbit pustaka
pelajar.
Mankiw, N. G. (2003). Teori Makroekonomi (Kelima). Jakarta: Erlangga.
Michael, Todaro P. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Erlangga.
Mulyadi S. 2006. “Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan”. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Putri, Yulia, Mike Triani. 2019. “Analisis Pasar Tenaga Kerja Sektor Industri Terhadap Tingkat
Upah Di Indonesia.” Jurnal Kajuan Ekonomi Dan Pembangunan 1.
Reksoprayitno. 2009. Ekonomi Makro (Pengantar Analisis Pendapatan Nasional). yogyakarta:
Liberty.
Riadi. 2018. “Pengaruh UMR, PDRB, Dan Jumlah Perusahaan Dalam Industri Manufaktur
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten/Kota Di Provinsi Banten (2010– 2015).”
Sukirno, Sadono. 2005. “Makroekonomi Modern”. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga
Penerbit FEUI.
Subandi. 2008. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Model Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Sumarsono, Sonny. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori Dan Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Susilowati, Lina, and Dwi Wahyuni. 2019. “Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Bidang Industri Di Indonesia.” Equilibrium: Jurnal Ekonomi-Manajemen-
Akuntansi
Tenzin, U. (2019). The Nexus Among Economic Growth, Inflation and Unemployment in Bhutan.
South Asia Economic Journal, 20(1), 94–105. https://doi.org/10.1177/1391561418822204
Tjiptoherijanto, Prijono. 1989. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit
FEUI.
Top Related