Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam
Volume 9(2) Oktober 2021, hlm. 91-111
P-ISSN: 2338-2783 | E-ISSN: 2549-3876 DOI: https://doi.org/10.35836/jakis.v9i2.223
Diterima: 05/02/2021 Direvisi: 17/08/2021 Disetujui: 01/10/2021
ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN PADA
RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA DALAM
PANDANGAN MAQASHID SYARIAH
Susi Susanti*, Ahmad Baehaqi, Muhammad Asmeldi Firman Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI
Jl. Raya Bojongsari No. 63, Depok, Jawa Barat 16517
Email: [email protected]*
ABSTRACT
This study aims to analyze the application of environmental accounting in the Hajj
public hospital in the view of maqashid sharia. The hospital which is the object of this
research is RSU Haji Surabaya. This study uses a qualitative analysis method and a
literature study approach. Sources of data use secondary data, namely in the form of journal literature and the official hospital website. Based on the research results, it is
known that RSU Haji has implemented environmental accounting by issuing
environmental costs. Costs incurred related to waste management at RSU Haji
Surabaya consist of water costs, decoration service fees, cleaning service fees, waste management costs, building and building maintenance costs and road maintenance,
irrigation, installation and network costs. The implication of environmental
accounting at RSU Haji Surabaya is an implementation of objectives in maqashid
sharia. Expenditures for maintaining the environment and buildings and treating hospital waste as a form of implementation of the goals of hifzdul nafs or protecting
the soul and hifdzul bi'ah or protecting the environment, where the hospital prioritizes
the comfort of patients and also the community around the hospital. In addition, the
costs for providing facilities and infrastructure related to the provision of prayer rooms, wudlu places and separate bathrooms are the implementation of hifdzul dein or
guarding religion.
Keywords: Environmental Accounting, Waste, Hospital, Maqashid Syariah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan akuntansi lingkungan di rumah
sakit umum haji dalam pandangan maqashid syariah. Rumah sakit yang menjadi objek
penelitian ini adalah RSU Haji Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode analisis
kualitatif dan pendekatan studi literatur. Sumber data menggunakan data sekunder yaitu berupa literatur jurnal dan website resmi rumah sakit. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa RSU Haji telah menerapkan akuntansi lingkungan dengan
mengeluarkan biaya-biaya lingkungan. Biaya yang dikeluarkan terkait pengelolaan
limbah di RSU Haji Surabaya terdiri dari biaya air, biaya jasa dekorasi, biaya jasa kebersihan, biaya pengelolaan sampah, biaya pemeliharaan gedung dan gedung serta
pemeliharaan jalan, irigasi, instalasi dan biaya jaringan. Penerapan akuntansi
lingkungan di RSU Haji Surabaya merupakan implementasi tujuan maqashid syariah.
Pengeluaran untuk memelihara lingkungan dan bangunan serta mengolah limbah rumah sakit sebagai wujud pelaksanaan tujuan hifzdul nafs atau menjaga jiwa dan
hifdzul bi'ah atau menjaga lingkungan, di mana rumah sakit mengutamakan
92 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam Vol. 9, No. 2 (Oktober 2021)
kenyamanan pasien dan juga masyarakat sekitar RSU. Selain itu, biaya penyediaan
sarana dan prasarana seperti mushola, tempat wudlu dan kamar mandi terpisah
merupakan pelaksanaan hifdzul diin atau menjaga agama.
Kata kunci: Akuntansi Lingkungan, Sampah, Rumah Sakit, Maqasid Syariah
1. PENDAHULUAN
Pencemaran lingkungan yang terjadi di Indonesia sudah mencapai pada tahap
yang menghawatirkan. Lingkungan semakin tercemari oleh limbah yang
dihasilkan dari aktivitas industri baik itu pabrik, rumah sakit, dan hotel. Hal
ini kemudian menjadi dorongan pembentukan Asosiasi Pengendali
Pencemaran Lingkungan (APPLI) pada tanggal 10 Desember 2008. Esensi
sebuah industri adalah hubungan timbal balik dari lingkungan masyarakat
kepada industri dalam hal ini tidak dapat dipisahkan (Irawan, 2016).
Sebuah industri dikatakan memiliki kepedulian terhadap permasalahan
lingkungan, jika suatu perusahaan memiliki perhatian dan mampu
menyelesaikan persoalan yang terjadi. Salah satunya adalah dukungan
terhadap lingkungan. Seringkali usaha meningkatkan produktivitas dan
efisiensi mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, berupa pencemaran
udara, air, dan pengurangan fungsi tanah. Hal tersebut menimbulkan dampak
yang sangat buruk pada lingkungan, bahkan berakibat rusaknya alam
(Sakdiyah, 2017).
Faktor yang menyebabkan kerusakan alam itu sendiri terbagi menjadi
dua, yakni akibat peristiwa alam dan akibat ulah manusia. Faktor kerusakan
lingkungan disebabkan oleh peristiwa alam seperti halnya letusan gunung
berapi, longsor, gempa bumi, banjir bandang dan kemarau panjang.
Sedangkan kerusakan alam yang disebabkan oleh ulah manusia diantaranya
adalah degradasi alam dan pencemaran lingkungan (Ikhsan, 2008).
Kerusakan alam dapat diminimalisir dengan menghindari terjadinya
degradasi dan pencemaran lingkungan oleh manusia. Jika manusia tidak
melakukan hal- hal yang bersifat merusak, maka alam akan terjaga
kelestarian nya. Saat ini telah muncul kesadaran dan upaya dari berbagai
bidang untuk menanggulangi dan menemukan solusi atas permasalahan
lingkungan ini, dan salah satunya adalah dari sisi akuntansi, yaitu akuntansi
lingkungan (Burhany, 2014).
Akuntansi Lingkungan sendiri mulai berkembang dan berperan dalam
meningkatkan nilai perusahaan. Banyak penelitian yang dilakukan berkaitan
dengan tema akuntansi lingkungan. Penelitian ini umumnya dilakukan di
negara maju, sedangkan untuk negara berkembang khususnya Indonesia
sudah mulai ditingkatkan akhir-akhir ini. Penelitian yang dilakukan di negara
maju contohnya Australia, mengenai penyediaan informasi lingkungan bagi
perusahaan dan pengungkapan informasi lingkungan dalam laporan tahunan
pemerintah pusat yang berperan dalam operasi perusahaan (Utama, 2016). Sebagaimana diketahui akuntansi lingkungan sangat dibutuhkan oleh
setiap perusahaan, dikarenakan penggunaan konsep akuntansi lingkungan
bagi perusahaan dapat mendorong kemampuan untuk meminimalisasi
Susanti, Baehaqi & Firman: Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit... 93
persoalan- persoalan lingkungan yang dihadapinya. Banyak industri besar
dan jasa yang kini menerapkan akuntansi lingkungan, agar dapat
meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian
kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya dan manfaat atau efek
(Windasari & Herumurti, 2010).
Tidak hanya industri pabrik atau pertambangan yang memiliki peran
merusak lingkungan, namun organisasi nirlaba/nonlaba juga berpeluang
merusak lingkungan seperti rumah sakit. Sebuah rumah sakit harus
mempunyai kemampuan pelayanan medis dan harus melakukan pengelolaan
limbah yang dihasilkan. Konsep rumah sakit yang berwawasan lingkungan
lebih diarahkan pada penggunaan air yang efektif dan efisien, penggunaan
energi listrik yang efisien, serta pengelolaan limbah cair yang berwawasan
lingkungan (Noviani & Aminah, 2014).
Setiap rumah sakit baik itu rumah sakit islam ataupun rumah sakit
umum akan mengedepankan unsur ketuhanan. Dimana rumah sakit meimiliki
tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan antar item didalamnya dan
memperlakukannya dengan sama. Lako (2004) menjelaskan sebuah
pengertian mengenai teori triple bottom line bahwa pelaporan yang
menyajikan informasi tentang kinerja ekonomi (profit), lingkungan (planet),
dan sosial (people) dari suatu entitas perusahaan. Tujuannya agar stakeholder
bisa mendapat informasi yang lebih komprehensif untuk menilai kinerja,
risiko, dan prospek bisnis, serta kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Hamidi & Worthington, (2018) mengembangkan teori triple bottom
ini menjadi 4P, yakni profit (kinerja ekonomi), planet (lingkungan), people
(sosial) dan prophet (kenabian). Hal ini sesuai dengan prinsip yang dimiliki
oleh rumah sakit, yaitu berpedoman pada nilai-nilai ketuhanan. Beberapa
rumah sakit yang berlabel Islam menerapkan system tersebut, salah satunya
yaitu rumah sakit Islam Surakarta (Sunawi, 2012). Dan dari segi sudut
pandang hukum Islam sendiri bahwa nilai-nilai etis yang mampu
menyadarkan manusia untuk selalu ramah lingkungan adalah surah al-
Rum:41. Allah mempermaklumkan bahwa manusia adalah makhluk yang
paling bertanggungjawab bila terjadi kerusakan dibumi. Masalah kerusakan
lingkungan ini juga dijelaskan dalam Q.S: Ar-Rum (30:41)
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).”
Kedudukan manusia di muka bumi ini sebagai khalifah Allah, yang
diberi tugas untuk memelihara dan melestarikan alam, mengambil manfaat,
serta mengelola kekayaan alamnya sehingga terwujud kedamaian dan
kesejahteraan manusia. Dalam kegiatan apapun manusia dituntut untuk
menjaga keselamatan diri sendiri maupun orang lain dalam, termasuk
didalamnya adalah lingkungan hidup tempat dimana manusia tinggal.
Keduanya memiliki hubungan erat, dimana jika kerusakan alam terjadi maka
makhluk hidup yang tinggal didalam nya pun akan terancam. Oleh karena itu,
94 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam Vol. 9, No. 2 (Oktober 2021)
memperhatikan lingkungan hidup dan menjaga kelestariannya juga termasuk
pada maslahat yang mesti didapatkan (Dedi, 2016).
Berkaitan dengan hal itu, rumah sakit dituntut untuk memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu
adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
layanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta
penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah
ditetapkan. Menciptakan lingkungan yang sehat seharusnya menjadi salah
satu misi organisasi yang bergerak di bidang kesehatan. Sehingga penerapan
akuntansi dan manajemen lingkungan menjadi tuntutan penting yang harus
dilakukan (Noviani & Aminah, 2014). Berkembangnya rumah sakit baik itu milik pemerintah ataupun swasta
yang dalam pelaksanaan operasinya menimbulkan kerusakan ekosistem
karena adanya limbah medis dan non medis yang tentu memerlukan alokasi
biaya penanganan khusus (Noviani & Aminah, 2014). Dimana saat ini rumah
sakit telah menerapkan akuntansi lingkungan, sebagai upaya mengendalian
kerusakan lingkungan. Saat ini banyak sekali penelitian terkait penerapan
green accounting atau yang lebih kita kenal dengan akuntansi lingkungan di
rumah sakit umum, islam maupun syariah (Islamey, 2016) dan juga
penerapan akuntansi lingkungan dalam global warming (Martusa, 2009),
namun penelitian mengenai penerapan akuntansi lingkungan dan mengenai
pandangan maqshid syariah dalam implemetasi belum banyak dilakukan.
Sehingga hal inilah yang mendorong penulis untuk memberikan analisis lebih
mendalam mengenai peneraan akuntansi lingkungan di rumah sakit umum
haji Surabaya dalam pandangan maqashid syariah.
2. TELAAH TEORITIS
2.1. TEORI LEGITIMASI
Teori legitimasi (Legitimasi Theory) merupakan suatu hal yang penting
dalam sebuah perusahaan, terdapat batasan-batasan yang ditekankan oleh
norma-norma serta nilai-nilai sosial dan reaksi atas hal itu menjadi penting
sebagai pendorong suatu perusahaan untuk melakukan analisis terhadap
perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Legitimasi juga
dianggap penting karena legitimasi masyarakat kepada sebuah perusahaan
menjadi faktor yang strategis bagi perkembangan perusahaan kedepannya
(Bangun & Sunarni, 2014).
Implikasi teori legitimasi terhadap pertanggungjawaban perusahaan
terkait permasalahan lingkungan hidup yaitu bahwa pengungkapan tanggung
jawab sosial dilakukan perusahaan dalam upayanya untuk mendapatkan
legitimasi dari komunitas dimana perusahaan itu berada. Legitimasi ini pada
tahapan berikutnya akan mengamankan perusahaan dari hal-hal yang tidak
diinginkan. Lebih jauh lagi legitimasi ini akan meningkatkan reputasi
Susanti, Baehaqi & Firman: Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit... 95
perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada nilai perusahaan
tersebut (Musyarofah, 2013).
2.2 TEORI STAKEHOLDER
Teori stakeholder meliputi pengungkapan informasi keuangan, sosial, dan
lingkungan merupakan dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya dan
menyediakan informasi mengenai aktivitas perusahaan yang dapat mengubah
persepsi dan ekspektasi (Adam & McNicholas, 2007).
Stakeholder dan organisasi saling mempengaruhi, hal ini dapat dilihat
dari hubungan sosial keduanya yang berbentuk responsibilitas dan
akuntabilitas. Kondisi tersebut menciptakan sebuah hubungan timbal balik
antara perusahaan dan para stakeholder. Hal ini berarti perusahaan harus
melaksankan peranannya secara dua arah yaitu untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan itu sendiri maupun stakeholders. Karena perusahaan bukanlah
entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun harus
memberikan manfaat stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen,
supplier, pemerintah, masyarakat, analisi dan pihak lain). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwasan nya teori stakeholders merupakan suatu terori
yang mengatakan bahwa keberadaan sebuah perusahaan sangat dipengaruhi
oleh dukungan yang diberikan stakeholder kepada perusahaan tersebut, baik
dari internal maupun eksternal dengan berbagai latar belakang kepentingan
yang berbeda dari setiap stakeholders yang ada (Lindawati & Puspita, 2015).
2.3 AKUNTANSI LINGKUNGAN
Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accounting) dalam
buletinnya, Akuntansi didefinisikan sebagai berikut: “Accounting is the art of
recording, classifying and summarizing in a significant manner and in the
term of money, transaction and event which are and part, at least of financial
character and interpreting the result there of (AICPA,1997).
US EPA (United States Environmental Protection Agency)
menambahkan bahwa istilah akuntansi lingkungan di bagi menjadi dua.
Pertama, akuntansi lingkungan merupakan biaya yang secara langsung
berdampak pada perusahaan secara menyeluruh (disebut dengan istilah
“biaya pribadi”). Kedua, akuntansi lingkungan juga meliputi biya-biaya
individu, masyarakat maupun lingkungan suatu perusahaan yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan. Akuntansi lingkungan juga didefinisikan sebagai
pencegahan, pengurangan, dan atau penghindaran dampak terhadap
lingkungan, bergerak dari beberapa kesempatan, dimulai dari perbaikan
kembali kejadiankejadian yang menimbulkan bencana atas kegiatan-kegiatan
tersebut (Ikhsan, 2008).
Kehadiran akuntansi lingkungan adalah untuk menyempurnakan atau
menutupi keterbatasan/kelemahan yang terjadi dalam praktek akuntansi saat
ini. Dalam sistem akuntansi lingkungan, manajemen harus
mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, mengukur dan mengungkapkan
biaya-biaya lingkungan, serta mengevaluasi kinerja manajemen/pengolahan
96 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam Vol. 9, No. 2 (Oktober 2021)
lingkungan secara berkelanjutan untuk mendukung pengambilan keputusan
manajerial (Sambharakreshna, 2009).
2.4 RUMAH SAKIT UMUM
Rumah sakit menurut WHO yang dimuat dalam WHO (World Health
Organization) Technical Report series No. 122/1957 yang berbunyi :
“Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna, kuratif
dan preventif kepada masyarakat, serta pelayanan rawat jalan yang
diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah” (Bastian, 2008).
Dalam menyelenggarakan pelayanannya, masing-masing rumah sakit
baik itu Rumah Sakit Umum ataupun Rumah Sakit Khusus memiliki misi
yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah
sakit berdasarkan Undang- Undang Nomor 44 tahun 2009 yaitu melakukan
upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna yang
mengutamakan penyembuhan dan pemulihan, yang dilaksanakan secara
serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan
upaya rujukan, selain itu tugasnya juga memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna (Setya, 2017).
Adapun izin operasional merupakan izin yang diberikan kepada
pengelola rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Izin
operasional pada rumah sakit hanya berlaku untuk jangka waktu 5 tahun dan
dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan (Sari, Faridah, &
Setiawan, 2017).
2.5 RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA
Menurut pemerintah daerah Jawa Timur rumah sakit umum haji Surabaya
adalah rumah sakit milik pemerintah yang didirikan berkenaan peristiwa
yang menimpa para jamaah haji Indonesia di terowongan Mina pada tahun
1990 dan meiliki peran meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya (Piranti, 2019).
2.6 MAQASHID SYARIAH
Secara bahasa, Maqashid al-syari'ah tersusun dari dua kata, maqashid dan
syari'ah. Kata maqashid merupakan bentuk jamak dari kata maqsid yang
memiliki arti tuntutan, kesengajaan atau tujuan. Sedang kata syari’ah secara
bahasa devinisinya adalah “jalan menuju air”. Secara istilah, maqashid al-
syari’ah merupakan al-ma’ani allati syuri’at laha al-ahkam (kandungan nilai
yang menjadi tujuan pensyariatan hukum). Jadi maqashid al-syari’ah
merupakan tujuantujuan yang hendak dicapai dari sebuah penetapan hukum
(Cahyani, 2014).
Dapat dipahami secara sederhana bahwa pengertian maqashid
syariah adalah tujuan-tujuan, nilai-nilai, ataupun maknamakna yang hendak
dicapai dari sebuah penetapan hukum yang dipelihara oleh syara' dalam
seluruh hukumnya atau sebagian besar hukumnya, dapat juga dikatakan
Susanti, Baehaqi & Firman: Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit... 97
bahwasanya maqashid syariah adalah tujuan akhir dari syari'at dan rahasia-
rahasia yang diletakkan oleh syara' pada semua hukumnya (Pranata &
Laela, 2020).
Maqashid syariah yang dapat diterapkan dalam pelayanan kesehatan
di rumah sakit adalah1;1. Penjagaan agama (hifz ad-diin) terkandung dalam
QS. Al Anbiya’:107 (yang menjelaskan tentang kerahmatan), QS. Al Maidah:
32 (yang menjelaskan tentang tanggung jawab memelihara kehidupan
manusia) dan QS. Ali Imran:110 (yang menjelaskan tentang ummat Isam
sebagai ummat terbaik), 2. Penjagaan jiwa (hifz an-nafs) terkandung dalam
QS. At Taubah: 108 (yang menjelaskan Integration and Interconnection of
Sciences “The Reflection of Islam Kaffah” tentang kecintaan Allah terhadap
orang-orang yang menjaga kebersihan). 3. Penjagaan akal (hifz al-‘aql)
terkandung dalam QS. Al Isra: 36 (yang menjelaskan tentang larangan
mengikuti sesuatu apabila tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu). 4.
Penjagaan keturunan (hifz an-nasl) terkandung dalam QS. Al Mukminun: 12-
17 (menerangkan tentang proses terbentuknya manusia), QS. Al Baqoroh:
233 (menerangkan tentang pelaksanaan pemberian ASI dan perencanaan
kelahiran) , dan 5. Penjagaan harta (hifz al-mal) terkandung dalam
HR.Muslim tentang pengelolaan syariah manajemen akuntansi dan keuangan
syariah (Sulistiadi & Rahayu, 2016).
3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan
pendekatan studi literatur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penerapan akuntansi lingkungan dalam pandangan maqashid syariah di RSU
Haji Surabaya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data
sekunder yaitu literature terdahulu dan website resmi rumah sakit.Penelitian
menggunakan analisis kualitatif dan studi literature, analisis data dimulai dari
proses pengamatan dokumen, yaitu dokumen yang berasal dari penelitian
terdahulu dan laporan akuntansi lingkungan di rumah sakit.
Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya adalah rumah sakit milik
Pemerintah propinsi Jawa Timur yang didirikan berkenaan peristiwa yang
menimpa para Jamaah Haji Indonesia di terowongan Mina pada tahun 1990.
Dengan adanya bantuan dana dari Pemerintah Arab Saudi dan dilanjutkan
dengan biaya dari Pemerintah propinsi Jawa Timur, berhasil dibangun
gedung beserta fasilitasnya yang resmi dibuka pada tanggal 17 April 1993,
sebagai RSU tipe C. Pada tahun 1998 berkembang menjadi RSU tipe B Non
Pendidikan dan pada tanggal 30 Oktober 2008 sesuai SK, RSU Haji Surabaya
berubah status menjadi RSU tipe B Pendidikan.
98 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam Vol. 9, No. 2 (Oktober 2021)
4. HASIL DAN DISKUSI
4.1 LIMBAH HASIL KEGIATAN OPERASIONAL RUMAH SAKIT UMUM HAJI
SURABAYA
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan operational di Rumah Sakit umum haji
Surabaya terbagi dalam dua bentuk yaitu limbah cair dan limbah padat.
Limbah cair di rumah sakit ini berasal dari semua air buangan termasuk tinja,
limbah cair domestik berupa buangan kamar dari rumah sakit yang mungkin
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif serta
darah yang berbahaya bagi kesehatan. Jenis limbah cair rumah sakit terdiri
dari berbagai macam aktivitas yaitu pelayanan mandi, cuci, kakus pasien
yang berupa limbah cair dalam kamar mandi dan pencucian peralatan yang
digunakan, limbah pengobatan/perawatan klinis terutama berasal dari
kegiatan pencucian ginjal dan pencucian peralatan dan limbah dari ruangan
operasi (Fitri, 2014).
Sementara untuk limbah padat berasal dari limbah medis dan non
medis. Limbah medis padat terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi. Prosedurnya yaitu mengumpulkan
sampah dari kamar-kamar pasien, Koridor dan Nurse Station menggunakan
troli khusus yang tertutup (Pujiati, 2004).
4.2 PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT
1. Limbah Cair
Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya mengolah limbah cair yang
dihasilkan dengan IPAL lumpur aktif. Kapasitas pengolahan maksimal yang
di desain sebesar 200 m3/ hari dengan beban BOD maksimal 0,96 kg BOD5/
m3.hari (Manual Operation Sewage Water Treatmet Plan, 1995). Data hasil
analisa limbah pada tahun 2011 sampai 2013 didapatkan 80% efluen air
limbah tidak memenuhi baku mutu. Konsentrasi COD mencapai 108,9 mg/l,
BOD 36,5 mg/l, TSS 31 mg/l, NH3 Bebas 0,54 mg/l, Phosphat 35,8 mg/l.
Sedangkan baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit yaitu
konsentrasi COD maksimal 80 mg/l, BOD 30 mg/l, TSS 50 mg/l, NH3 Bebas
0,1 mg/l, dan Phosphat 2 mg/l .
Sistem IPAL RSU Haji Surabaya terdiri dari bak equalisasi, bak
lumpur aktif, sedimentasi, klorinasi, dan kolam kontrol. Hingga saat ini
belum diketahui secara pasti penyebab menurunnya kualitas efluen air limbah
sehingga belum dapat dilakukan tindakan yang tepat untuk mengoptimalkan
kualitas efluen air limbah agar memenuhi baku mutu yang ditetapkan
(Suparmadja, 2015).
Dalam upaya pemantauan kualitas efluen limbah cair, RSU Haji
Surabaya melakukan analisa rutin setiap triwulan yang dilakukan oleh
laboratorium bersertifikat KAN dan diketahui bahwasannya kualitas efluen
yang melebihi baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan
kinerja IPAL Lumpur Aktif RSU Haji Surabaya yang ditandai dengan
Susanti, Baehaqi & Firman: Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit... 99
penurunan kualitas efluen limbah cair yang melebihi baku mutu pada setiap
periode pemeriksaan (Said, 2008).
Pada tahap awal, limbah cair RSU Haji Surabaya dialirkan menuju
bak equalisasi, bak ini berfungsi untuk mengatur debit air limbah agar
konstan. Limbah dari bak equalisasi air limbah dipompa ke bak lumpur aktif,
di dalam bak ini air limbah dihembus dengan udara dari blower. Hal ini
bertujuan agar bakteri dalam air limbah dapat melakukan metabolisme untuk
mengurai bahan organik. Energi hasil penguraian bahan organik digunakan
bakteri untuk proses pertumbuhan dan pembentukan sel baru. Dengan
demikian di dalam bak aerasi akan tumbuh biomassa dengan jumlah yang
besar, dan biomassa inilah yang akan mengurai bahan organik di dalam air
limbah. Dari bak lumpur aktif ini air limbah yang bercampur dengan
biomassa dialirkan ke bak pengendap akhir untuk dipisahkan (Suparmadja,
2015).
2. Limbah Padat
Rumah sakit umum Haji Surabaya mengahasilkan dua jenis limbah padat
yaitu limbah padat medis dan limbah padat non-medis. Adapun ruangan yang
menghasilkan sampah padat medis dan non - medis sekaligus adalah ruang
Bedah Sentral, Rontgent, Rehabilitasi Medik, Unit Gawat Darurat (UGD),
Unit Perawatan Intensif atau Intensive Care Unit (ICU), Patologi, Ruang
Jenazah, Laboratorium, Rawat Inap, Pavilyun, Poliklinik, dan Instalasi
Farmasi. Sedangkan sumber sampah non-medis saja adalah Ruang Tunggu,
Instalasi Dapur/Gizi, Kantin, Kantor Administrasi, dan halaman Rumah
Sakit (Pujiati, 2004).
Secara umum, jenis sampah medis yang paling banyak ditemukan
adalah jarum suntik, kateter, kapas, dan selang infus. Sedangkan sampah non-
medis yang paling banyak ditemukan adalah makanan sisa (nasi), potongan
sayur, dan plastik pembungkus. Produksi sampah padat dari Rumah Sakit
Umum Haji Surabaya rata-rata per hari mencapai 51,06 kg (0,34 M 3 ) untuk
sampah padat medis dan 192,07 kg (1,01 M 3 ) untuk sampah padat non-
medis. Sumber penghasil sampah medis terbanyak adalah Unit Gawat
Darurat (UGD) yaitu sebesar 12,76 kg (0,05 M3 ). Sedangkan penghasil
sampah non-medis terbesar adalah Pavilyun yaitu sebesar 31,99 kg (0,09 M 3
) (Triana & Keman, 2006).
Pengelolaan sampah padat medis dan non -medis dikelola oleh
karyawan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya yang bertanggungjawab atas
kebersihan ruang kantor, UGD, ICU, Rehabilitasi Medik, Farmasi,
Laboratorium, Ruang Rontgent, Laundry dan Kamar Jenazah. Pengelolaan
sampah dibantu oleh karyawan dari rekanan cleaning service dan karyawan
dari CV. Guna Adi Graha yang bertanggung jawab kebersihan unit perawatan
dan sekitarnya, karyawan dari Bali Dunia yang bertanggung- jawab
kebersihan unit rawat jalan (poliklinik) dan sekitarnya, karyawan lain dari
Integrated Service Solution (ISS) yang bertanggung jawab kebersihan unit
pavilyun. Karyawan dari berbagai instalasi dan CV sudah mencukupi untuk
pengelolaan sampah di rumah sakit ini (RSU Haji Surabaya, 2003).
100 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam Vol. 9, No. 2 (Oktober 2021)
Tahapan pengelolaan sampah padat medis dan non-medis di Rumah
Sakit Umum Haji Surabaya adalah (1) penimbunan, meliputi aktivitas
penampungan sampah padat di bak sampah; (2) penyimpanan sementara,
untuk sampah padat medis dan non-medis harus terpisah; (3) pengumpulan,
sebaiknya tidak dilakukan dalam waktu yang terlalu lama dan dilakukan
setelah 2/3 bak sampak terisi penuh; (4) pengangkutan, sebaiknya dilakukan
sebelum aktivitas rumah sakit dimulai pada pagi hari, sehingga tidak
mengganggu aktivitas utama rumah sakit; (5)pengolahan dan pemanfaatan
kembali, dilakukan hanya pada sampah yang dapat dimanfaat kan dan diolah
kembali; dan (6) pemusnahan akhir, untuk sampah padat medis dibakar di
insinerator oleh petugas pengelola sampah rumah sakit dalam waktu yang
tidak terlalu lama, dan untuk sampah padat non medis dilakukan oleh petugas
dari Dinas Kebersihan Kota Surabaya (Ditjen PPM dan PLP, 2002).
Pemusnahan akhir sampah padat medis dan non -medis dilakukan
secara terpisah. Sampah padat medis dimusn ahkan dalam insinerator,
dilakukan 2-3 hari sekali tergantung jumlah sampah padat medis yang
dihasilkan. Pembakaran dilakukan pada jam 16.00 untuk menghindari
gangguan pada aktivitas rumah sakit pada pagi harinya. Tinggi cerobong
insinerator masih lebih rendah dari gedung bertingkat yang ada di sekitarnya.
Sayangnya suhu pembakaran insinerator hanya mencapai 800o C, sehingga
residu pembakaran ada yang masih dalam bentuk utuh seperti botol, kaca dan
jarum suntik. Residu pembakaran ditanam dalam lubang pembuangan ukuran
2,5 x 1,5 x 2,5 M 3 (Sulistyorini, 2005).
Pengolahan limbah medis maupun non medis dalam rumah sakit yang
baik bertujuan untuk menciptakan lingkungan rumah sakit bersih, nyaman
dan terbebas dari pencemaran karena penumpukan sampah. Kenyamanan
bagi pasien dan masyarakat merupakan prioritas bagi rumah sakit, sehingga
sustainibilitiy sebuah institusi tidak terancam, hal ini membuktikan nilai soial
perusahaan dan nilai social masyarakat berjalan selaras. pengelolaan limbah
adalah bukti bagi rumah sakit umum Haji Surabaya sebagai salah satu rumah
sakit yang memperhatikan tujuan dalam maqashid syariah yaitu hifdzul bi’ah
atau menjaga lingkungan (Busriyanti, 2016).
4.3 AKUNTANSI LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA
Pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran penuh
perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya yang telah mengambil
manfaat dari lingkungan (Burhany, 2014).
Implementasi akuntansi lingkungan ditujukan untuk menghasilkan
informasi yang berkaitan dengan lingkungan. Dengan demikian maka bagi
perusahaan yang menerapkan akuntansi lingkungan akan ada tambahan biaya
untuk menghasilkan informasi itu. Penting bagi perusahaan-perusahaan atau
organisasi lainnya agar dapat meningkatkan usaha dalam mempertimbangkan
konservasi lingkungan secara berkelanjutan (Suaryana, 2011).
Akuntansi lingkungan menurut pihak rumah sakit adalah biaya yang
timbul dari kegiatan operasional rumah sakit yang bertujuan untuk untuk
mengelola dan mencegah terjadinya kerusakan, di lingkungan rumah sakit,
baik itu limbah maupun taman. Biaya ini keluarkan jika terjadi kerusakan
Susanti, Baehaqi & Firman: Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit... 101
ataupun untuk mencegah terjadinya limbah yang dihasilkan dari aktifitas
rumah sakit. Seperti biaya cleaning service yang setiap saat membersihkan
area rumah sakit untuk menjaga kenyamanan pengunjung maupun pasien.
Biaya yang dikeluarkan pihak Rumah sakit dikelompokkan kedalam laporan
keuangan rumah sakit, yang meliputi biaya- biaya pengolahan limbah dan
pengelolaan lingkungan rumah sakit (Bangun & Sunarni, 2014).
Penerapan akuntansi lingkungan pada RSU Haji Surabaya ditunjukan
pada tabel Tabel 1.
Tabel 1. Pemerintah Provinsi Jawa Timur Laporan Realisasi Anggaran Tahun
Anggaran 2019
Urusan Pemerintahan : ( 102 ) Kesehatan
Organisasi : ( 0500 ) Rumah Sakit Haji Surabaya
No
Uraian
Jumlah (Jutaan Rp) Bertambah
(Berkurang)
Anggaran
Setelah
Perubahan
Realisasi (Jutaan Rp) %
1 2 3 4 5(=4-3) 6
2.1 Belanja 343.149 299.506 -43.643 -
12,72
2.1.1 Belanja pegawai 107.516 101.479 -6.036 -5,61
2.1.2 Belanja barang & jasa 180.237 155.210 -25.027 -
13,89
2.2 Belanja modal 55.397 42.816 -12.580 -
22,71
2.2.2 Belanja modal peralatan &
mesin 54.897 42.349 -12.547
-
22,85
2.2.4 Belanja modal jalan, irirgasi &
jaringan 500 467 -33 -6,60
Sumber: https://rsuhaji.jatimprov.go.id
Berdasarkan laporan keuangan rumah sakit haji tahun 2019 disebutkan
bahwasan nya anggaran untuk biaya lingkungan ditunjuk dengan dikelurkan
nya biaya jalan, irigasi dan jaringan. Rincian mengenai biaya pengolahan
sampah, cleaning service, pemeliharaan geduang dan bangunan, serta
pemeliharaan jalan, irigasi, instalasi dan jaringan dijelaskan dalam catatan
atas laporan keuangan (CALK).
Tabel 2. Pemeliharaan Peralatan dan Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Kode Rek Uraian
Jumlah (Jutaan
Rp)
Bertambah
(berkurang)
Anggaran
Setelah
perubahan
Realisasi (Jutaan Rp) %
1 2 3 4 5 6
5.2.2.03.05 Belanja Langganan
Multimedia 396 374 (22) 94,38
02.031
Pemeliharaan Peralatan
dan Kelengkapan Sarana
dan Prasarana
4.500 4.272 (228) 94,93
5.2.2 BELANJA BARANG 4.500 4.272 (228.295.81 94,93
102 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam Vol. 9, No. 2 (Oktober 2021)
Kode Rek Uraian
Jumlah (Jutaan
Rp)
Bertambah
(berkurang)
Anggaran
Setelah
perubahan
Realisasi (Jutaan Rp) %
1 2 3 4 5 6
DAN JASA 8,00)
5.2.2.03.18 Belanja Jasa Dekorasi 75 75 (0) 99,60
5.2.2.03.20 Belanja Jasa Cleaning
Service 4.092 3.880 (212) 94,82
5.2.2.03.26 Biaya Pengelolaan
Sampah 167 164 (3) 98,20
5.2.2.03.03 Belanja Pemeliharaan
Gedung dan Bangunan 10 8
(2)
83,27
5.2.2.20.04
Belanja Pemeliharaan
Jalan, Irigasi, Instalasi
dan Jaringan
156 144 (12) 92,62
5.2.2.2.03.0
2 Belanja Air 653 615 (37) 94,35
5.2.2.03.03 Belanja Listrik 2.981 2.876 (105) 96.48
Sumber: https://rsuhaji.jatimprov.go.id
Realisasi untuk kegiatan penyediaan peralatan dan kelengakapan
sarana dan prasarana sudah mencapai 95,44% jika dibandingakan dengan
anggaran belanja rumah sakit untuk penyediaan/peningkatan/pe meliharaan
sarana/ prasarana fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yaitu sebesar 5.000.000.000,00, hal
ini menunjukan bahwa lebih dari 90% anggaran belanja rumah sakit
digunakan untuk belanja barang dan jasa kepentingan lingkungan.
Berdasarkan laporan dalam CALK rumah sakit umum Haji Surabaya sangat
mengutamakan kebersihan lingkungan dan impelementasi nilai sosial rumah
rumah sakit kepada para pasien. Hal ini merupakan salah bentuk penerpan
nilai yang ada dalam maqashid syariah yaitu hifdzul nafs atau menjaga jiwa
(Sulistiadi & Rahayu, 2016). Sesuai dengan perlakuan dalam akuntansi, RSU
Haji Surabaya melakukan proses pencatatan yaitu meliputi: Identifikasi,
Pengakuan, Pencatatan, Penyajian dan Pengungkapan (Ahmad, 2012).
1. Pengidentifikasian
Pengidentifikasian merupakan tahap awal dari tahapan siklus akuntansi,
dengan melakukan identifikasi terhadap transaksi-transaksi bisnis yang
dilakukan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu. Pertama kali rumah
sakit menetukan biaya lingkungan untuk pengelolaan biaya penanggulangan
yang terjadi dalam kegiatan operasional yaitu mengidentifikasi dampak
negatifnya (Agustia, 2010). Rumah sakit umum Haji Surabaya
mengidentifikasikan semua kegiatan medis dan non medis yang memiliki
potensi menimbulkan pengaruh lingkungan dan mengalokasikan biaya untuk
pengelolaan lingkungannya.
Adapun biaya- biaya yang dikeluarkan oleh pihak rumah sakit terdiri
dari biaya air, biaya IPAL, biaya jasa dekorasi, biaya cleaning service, biaya
pengelolaan sampah, biaya pemeliharaan gedung dan bangunan dan biaya
pemeliharaan jalan, irigasi, instalasi dan jaringan. Adapula biaya listrik,
Susanti, Baehaqi & Firman: Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit... 103
tetapi biaya listrik diakumulasikan ke dalam biaya listrik secara keseluruhan
dengan biaya listrik rumah sakit secara umum, karena tidak dimungkinkan
untuk menghitung biaya listrik secara tersendiri.
Rumah Sakit mengidentifikasi biaya yang timbul selama pengelolaan
limbah. Proses pengidentifikasian disesuaikan dengan kebijakan rumah sakit.
Tidak adanya standar yang mengatur secara khusus mengenai perlakuan
biaya yang telah dikeluarkan untuk pengelolaan efek negatif dari sisa hasil
operasional perusahaan, maka sudah tepat jika rumah sakit dalam
mengidentifikasi transaksi terkait pengelolaan limbah dan melaporkan biaya-
biaya atas pengelolaan limbah ke dalam laporan operasional rumah sakit
(Bangun & Sunarni, 2014).
2. Pengakuan
Pengakuan biaya dalam rekening dilakukan pada saat menerima manfaat dari
sejumlah nilai yang telah dikeluarkan. Rumah sakit Umum Surabaya
menggunakan metode akrual basis yaitu mengakui sebagai biaya apabila
sudah memberikan manfaat bagi Rumah Sakit. Pengakuan biaya dari
kegiatan pengelolaan limbah dinyatakan dalam satuan rupiah dan
dicantumkan dalam laporan operasional rumah sakit, sehingga diharapkan
dapat memberikan informasi yang relevan, andal, dapat dibandingkan, dan
dapat dipahami para pengguna laporan keuangan (Sari, 2017).
Rumah sakit umum haji Surabaya sudah melakukan proses akuntansi
sesuai dengan tahapan yang ada. Mengenai pengakuan biaya pengolahan
limbah, pihak rumah sakit memasukannya ke dalam biaya operasional.
Pencatatan dilakukan oleh operator SIMBADA serta fungsi akuntansi yang
selanjutnya dilakukan rekonsiliasi setiap triwulan.
3. Pengukuran
Pihak Rumah sakit umum Haji Surabaya dalam mengukur biaya pengelolaan
limbah adalah menggunakan satuan moneter. Kusumawati & Sudarsono
(2015) mengungkapkan bahwasannya pengukuran (measurement) adalah
penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu objek yang
terlibat dalam suatu transaksi keuangan, dan dijadikan data dasar dalam
penyusunan statemen keuangan. Sampai saat ini pengukuran terkait dengan
biaya lingkungan belum ditetapkan standar pengukurannya. Sehingga
pengukuran biaya lingkungan lebih berdasarkan pada kebijakan yang ada
disuatu perusahaan.
4. Penyajian
Rumah umum Haji Surabaya menyajikan biaya lingkungan bersamaan
dengan biaya yang berhubungan dengan pengelolaan limbah. Penyajian
tersebut dilakukan bersama sebagai sub-sub biaya operasional. Sehingga
penyajian terkait kegiatan pengelolaan limbah tersebut akan memudahkan
para pembaca laporan keuangan untuk memahami dan membandingkan
kinerja yang dicapai.
Oleh karena itu, rumah sakit juga perlu untuk membuat akun khusus
untuk biaya pengelolaan limbah dalam laporan keuangannya, sehingga akan
memudahkan dalam menelusuri setiap biaya yang dikeluarkan dan nantinya
104 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam Vol. 9, No. 2 (Oktober 2021)
diharapkan pihak pengguna/pembaca laporan keuangan, baik internal
maupun eksternal memiliki kepercayaan bahwa rumah sakit telah mengelola
limbahnya dengan baik, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya biaya khusus
terkait pengelolaan limbah, sehingga akan memudahkan mengetahui kinerja
rumah sakit. Hal ini juga menjadi suatu kelebihan bagi sebuah rumah sakit,
karena tidak semua rumah mencatatnya dalam akun khusus.
5. Pengungkapan
Pengungkapan merupakan tahap terakhir dari proses perlakuan akuntansi.
Pengungkapan dalam akuntansi lingkungan merupakan jenis pengungkapan
suka rela, berkaitan dengan masalah bahwa suatu informasi keuangan sebuah
instansi seperti di rumah sakit diungkapkan atau tidak. Namun kegiatan
pengelolaan limbah rumah sakit perlu untuk diungkapkan terutama terkait
transaksi yang dilakukan, sehingga nantinya akan memberikan informasi
yang berguna bagi para stakeholders, terlebih dalam laporan keuangan yang
disajikan (Widialoka, 2017).
Pengungkapan sama halnya seperti penyempurnaan dalam proses
akuntansi biaya lingkungan. Biaya yang timbul dari kegiatan pengelolaan
limbah oleh rumah sakit, diungkapkan ke laporan operasional. Pengungkapan
tersebut bermanfaat untuk mengetahui setiap transaksi yang terjadi selama
kegiatan pengelolaan limbah rumah sakit.
Dapat diketahui pada dasarnya Rumah umum Haji Surabaya sudah
melakukan proses penerapan akuntansi lingkugan dengan baik, hal itu dapat
terlihat dari banyaknya anggaran belanja rumah sakit yang diperuntukan
untuk proses perbaikan lingkungan rumah sakit. Hal ini juga diungkapkan
dalam laporan keuangan rumah sakit.
4.4 TANGGUNG JAWAB SOSIAL RUMAH SAKIT
Tanggung jawab sosial merupakan suatu manifestasi kepedulian lingkungan
terhadap tanggung jawab sosial dari perusahaan. Pertanggung jawaban sosial
timbul jika organisasi mempunyai tanggung jawab terhadap masalah sosial
dan lingkungan disekitamya. Kemajuan teknologi mendorong adanya
kerjasama antara pemerintah dan perusahaan untuk terus menjaga kelestarian
lingkungan dan sekitarnya agar keberadaan faktor- faktor sumber daya
ekonomis dapat terus dijaga kelestariannya (Trisnawati, 2014).
Setiap organisasi atau perusahaan yang menghasilkan produk atau jasa
sebagai output atas kegiatan operasionalnya otomatis memiliki tanggung
jawab terhadap lingkungan di sekitar perusahaan (Lindawati & Puspita,
2015).
Masyarakat adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam
menjamin keberlangsungan kegiatan operasional rumah sakit. Pelayanan
kesehatan rumah sakit semata-mata dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat terkait kesehatan. Oleh karena itu rumah sakit secara tidak
langsung memiliki tanggung jawab tersendiri bagi masyarakat. Tanggung
jawab yang dimaksud adalah bagaimana organisasi tersebut
mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan sekitar perusahaan (Adni,
Susilo, & Prasetya, 2014).
Susanti, Baehaqi & Firman: Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit... 105
Dalam menunaikan tanggung jawab tersebut rumah sakit umum haji
Surabaya melakukan segala upaya yang terbaik untuk menciptakan
kenyamanan bagi pasien dan staf rumah sakit. Salah satu upaya tersebut
adalah menjaga lingkungan rumah sakit agar tetap bersih dan terjaga. Selain
merupakan kewajiban yang harus ditunaikan, hal ini juga sebagai bentuk
tanggung jawab rumah sakit terhadap masyarakat sekitar (Kusuma, Asmeri,
& Begawati, 2010).
Tanggung jawab sosial juga menjadi salah bentuk kepedulian rumah
sakit. Kepedulian tersebut dapat ditunjukan dalam beberapa hal seperti
menjaga lingkungan, jaminan kerja, hak asasi manusia, interaksi dan
keterlibatan perusahaan dengan masyarakat. Termasuk didalamnya
menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang kemudahan bagi pasien
dan pekerja rumah sakit. Sebagai rumah sakit Islam tentu saja fasilitas berupa
tempat beribadah, tempat beristirahat, kamar mandi yang terpisah antara
wanita dan pria dan perlengkapan penunjang lainnya disediakan oleh pihak
rumah sakit. Hal ini menunjukan bahwa rumah sakit umum haji Surabaya
mengutamakan nilai- nilai dalam Maqashid Syariah yaitu hifdzul diin atau
menjaga agama (Busriyanti, 2016).
Tangguang jawab sosial didalam rumah sakit umum haji Surabaya
juga ditunjukan dengan adanya pengeluaran biaya untuk program pembinaan
lingkungan sosial. Rincian mengenai biaya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rincian Program Pembinaan Lingkungan Sosial
Kode Rek Uraian
Jumlah (Jutaan
Rp)
Bertambah
(Berkurang)
Anggaran
Setelah
perubahan
Realisasi (Jutaan Rp) %
1 2 3 4 5 6
4.3 Program pembinaaaan
lingkungan sosial 5.000 4.912 -88 98,25
43.006
Penyediaan/peningkatan
/pemel iharaan sarana/
prasarana fasilitas
kesehatan yang
bekerjasama dengan
Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
Kesehatan
5.000 4.912 -88 98,25
5.2.2.20.0
2
Belanja Pemeliharaan
Peralatan dan Mesin 5.000 4.912 -88 98,25
Sumber: htpps://rsuhaji.jatimprov.go.id
4.5 PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN DI RSU HAJI SURABAYA
Untuk pengolahan limbah dari kegiatan operasional, rumah sakit perlu
mengalokasikan biaya didalamnya. Perhitungan biaya dalam penanganan
limbah tersebut diperlukan adanya perlakuan akuntansi yangtersistematis
secara benar. Perlakuan terhadap masalah penanganan limbah hasil
operasional perusahaan ini menjadi sangat penting dalam kaitannya sebagai
106 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam Vol. 9, No. 2 (Oktober 2021)
sebuah kontrol dan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya.
Akuntansi lingkungan merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi
untuk mengidentifikasikan, mengakui, mengukur, menilai, menyajikan dan
mengungkapkan akuntansi lingkungan. Dalam hal ini pencemaran dan
limbah produksi yang merupakan salah satu contoh dampak negatif dari
operasional rumah sakit yang membutuhkan sistem akuntansi lingkungan
sebagai pengendali terhadap pertanggung jawaban rumah sakit (Sari, 2017).
Penerapan akuntansi lingkungan di rumah sakit umum haji Surabaya
dibuktikan dengan adanya pos- pos biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit
untuk pengelolaan lingkungan, gedung dan bangunan serta pengelolaan
limbah rumah sakit. Prosedur tetap (protap) yangberhubungan dengan
penge-lolaan sampah padat medis dan non-medis yang dimiliki oleh
RumahSakit Umum Haji Surabaya adalah Protap Penanganan
LimbahMedis, Protap Pembuangan Limbah Medis Benda Tajam, Protap
Pembuangan Limbah Non-medis dan Protap Pengoperasian
Insinerator (Triana dan Keman, 2006).
Anggaran belanja rumah sakit untuk program peningkatan sarana dan
prasarana aparatur Rp. 8.707.050.900,00, yang terbgai dalam beberapa pos
belanja yaitu belanja barang dan jasa sebesar Rp. 4.207.050.900,00, termasuk
didalamnya belanja air, listrik, jasa cleaning service, pengelolaan sampah,
pemeliharaan Gedung dan bangunan, jasa dekorasi, dan belanja pemeliharaan
jalan, irigasi, instalasi dan jaringan, serta biaya program pembinaan sosial
sebsar Rp. 4.912.435.062,00. Akuntansi lingkungan menjadi sangat penting
bagi bagi setiap perusahaan atau instansi, karena hal ini akan berdampak pada
kecendrengunan keberpihakan masyarakat sehingga akan berpengaruh
terhadap citra sebuah perusahaan (Debora & Ismail, 2013).
4.6 IMPLEMENTASI MAQASHID SYARIAH DI RSU HAJI SURABAYA
Pengelolaan limbah di rumah sakit umum Haji Surabaya adalah salah satu
upaya untuk penyelarasan nilai sosial sebuah institusi dengan nilai sosial
masyarakat dengan upaya mengurangi volume atau bahaya limbah melalui
proses fisika atau kimia. Dalam upaya pengelolaan limbah upaya pertama
yang dilakukan adalah mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan
ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya
(Bapedal, 2004). Perwujudan pengolahan limbah rumah sakit sudah
dijalankan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan, hal ini dibuktikan
dengan adanya kerjasama pemerintah setempat, perusahaan incinerator yang
telah memiliki izin operasi dan pengelolaan lingkungan rumah sakit yang
bersih dan nyaman. Hal ini merupakan implementasi dari tujuan maqashid
yaitu hifdzul bi’ah atau menjaga lingkungan (Busriyanti, 2016).
Sebagai salah satu rumah sakit haji, RSU Haji Surabaya memenuhi
hak para pasien yang merupakan bentuk pelayanan rumah sakit yaitu
memberikan pelayanan kebersihan secara personal maupun lingkungan,
adanya pembersihan lingkungan akan taman, ruanganruangan pada rumah
sakit dan tentu saja pada ruangan pasien agar kebersihan lingkungan terjaga
dan memberikan dampak positif kepada pasien baik yang dalam keadaan
rawat inap ataupun rawat jalan yang sedang berobat di rumah sakit.
Susanti, Baehaqi & Firman: Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit... 107
Kebersihan akan kamar kecil (WC) merupakan hal yang paling isu pada
setiap tempat yang dikunjungi, karena merupakan sebuah tempat yang sangat
kursial untuk ditentukan bagaimana keadaan pelayanan dengan hanya melihat
kebersihan kamar kecil pada tempat tersebut (Sunawi, 2012).
Selain hal tersebut sebagai salah satu rumah sakit islam, tentu
penyediaan fasilitas dan sarana ibadah menjadi hal yang harus diberikan.
Fasilitas-fasilitas inilah memudahkan untuk umat muslim yang sedang berada
di rumah sakit khususnya yang berpredikat Islami, pelayanan akan orang
yang berkunjung dan keluarganya memberikan amenity atau rasa nyaman
dan aman. Bukan hanya masjid, pelayanan parkir yang dapat dipercaya dan
memberikan rasa aman pun meningkatkan kepuasan pasien dan keluarganya,
dan serta adanya akses yang mudah untuk berbelanja seperti halnya
supermarket ataupun wartel. Rumah sakit umum haji Surabaya menyedikan
fasilitas penunjang pasien seperti sarana ibadah, kamar mandi yang terpisah
antara wanita dan laki-laki, adanya ruang tertutup untuk ibu menyusui serta
ruang istirahat adalah bentuk tanggung jawab sosial rumah sakit yang harus
dilaksanakan dan merupakan perwujudan dari maqashid syariah yaitu hifdul
diin atau menjaga agama (Dedi, 2016).
5. SIMPULAN
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui penerapan akuntansi
lingkungan di RSU Haji Surabaya dalam pandangan maqashid syariah.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwasannya rumah sakit umum Haji
Surabaya sudah menerapkan akuntansi lingkungan dan sudah melakukan
tahapan perlakuan akuntansi untuk biaya pengelolaan limbah. Biaya yang
timbul terkait pengelolaan limbah di RSU Haji Surabaya terdiri dari biaya air,
biaya jasa dekorasi, biaya cleaning service, biaya pengelolaan sampah, biaya
pemeliharaan gedung dan bangunan dan biaya pemeliharaan jalan, irigasi,
instalansi dan jaringan.
Penerapan akuntansi lingkungan di RSU Haji Surabaya merupakan
implementasi tujuan dalam maqashid syariah. Pengeluaran biaya
pemeliharaan lingkungan dan bangunan serta biaya pengolahan limbah
rumah sakit sebagai wujud penerapan atas tujuan hifzdul nafs atau menjaga
jiwa dan hifdzul bi’ah atau menjaga lingkungan, dimana rumah sakit sangat
memprioritaskan kenyamanan pasien dan juga masyarakat sekitar rumah
sakit. Selain itu biaya untuk penyediaan fasilitas dan sarana prasana terkait
penyediaan ruang ibadah, tempat wudlu dan kamar mandi terpisah adalah
implementasi dari hifdzul diin atau menjaga agama.
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain: (1) Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang diperoleh
dari jurnal penelitian terdahulu dan website resmi rumah sakit dan tanpa
adanya proses wawancara atau observasi langsung. (2) Pada penelitian ini,
penulis hanya menggunakan data laporan keuangan satu rumah sakit saja,
sehingga belum menggambarkan bagaimana penerapan akuntansi lingkungan
pada rumah sakir di Indonesia secara keseluruhan.
108 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam Vol. 9, No. 2 (Oktober 2021)
6. DAFTAR PUSTAKA
Adams, C. A., & McNicholas, P. (2007). Making a Difference : Sustainability
Reporting Accountability and Organizational Changed. Accounting and
Auditing Journal, 20(3), 382–402.
Adni, annisa B., Susilo, H., & Prasetya, A. (2014). Audit Manajemen pada
Fungsi Sumber Daya Manusia ( Studi pada Fungsi Pengembangan
Organisasi , Rekrutmen-Seleksi-Orientasi ,. Jurnal Administrasi Bisnis,
Vol.13(No.1), 1–10.
Agustia, D. (2010). Pelaporan Biaya Lingkungan Sebagai Alat Bantu Bagi
Pengambilan Keputusan Yang Berkaitan Dengan Pengelolaan
Lingkungan. AKRUAL: Jurnal Akuntansi, 1(2), 190.
https://doi.org/10.26740/jaj.v1n2.p190-214
Ahmad, A. (2012). Envirowment Accounting and Reporting Practises :
Significance and Issues : A Case from Bangladeshi Companies. Global
Journal of Management and Business Research, 12(14), 118–127.
Bangun, R. N., & Sunarni, C. W. (2014). Pelaporan Biaya Lingkungan dan
Penilaian Kinerja Lingkungan ( Studi kasus PT Tanjungenim Lestarsi
Pulp and Paper ). Jurnal Ilmiah Akuntansi, 66(03), 37–39.
Bapedal. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit, Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995
(2004).
Bastian, I. (2008). Akuntansi Kesehatan. (S. Saat & W. Hardani, Eds.) (1st
ed.). Jakarta: Erlangga.
Burhany, D. I. (2014). Pengaruh Implementasi Akuntansi Lingkungan
Terhadap Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Informasi
Lingkungan (Studi pada Perusahaan Pertambahan Umum yang
Mnegikuti PROKER Periode 2008-2009). In Proceedings SNEB (pp.
1–8).
Busriyanti. (2016). Islam dan lingkungan hidup studi terhadapa fiqh al-bi’ah
sebagai solusi pelestarian ekosistem dalam perspektif Maqashid
Syariah. Jurnal Fenomena, 15(2), 259–280.
Cahyani, I. (2014). Teori dan Aplikasi Maqashid Al-Syariah. Jurnal Al-
Qadāu, 1(2).
Debora, M. F., & Ismail, M. (2013). Implikasi Akuntansi Lingkungan Serta
Etika Bisnis Sebagai Faktor Pendukung Keberlangsungan Perusahaan
di Indonesia. Jurnal Akuntansiku, 1(1), 1–15.
Dedi, S. (2016). Perluasan Teori Maqashid Al-Syari ’ ah : Kaji Ulang
Wacana Hifdz Al-’Ummah A.Djuzuli. Jurnal Hukum Islam, 1(1), 45–
61.
Ditjen PPM dan PLP. (2002). Program Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.
Susanti, Baehaqi & Firman: Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit... 109
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Fitri, N. (2014). Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan terhadap
Pengelolaan Limbah. Artikel Mahasiswa, 1–7.
Hamidi, M. L., & Worthington, A. C. (2018). Perbankan Sosial Islam :
Langkah ke Depan. Jurnal Ekonomi Malaysia, 52(1), 179–190.
Ikhsan, A. (2008). Pengenalan Akuntansi Lingkungan (1st ed.). Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Irawan, A. (2016). Pencemaran lingkungan (Studi pada PG Gempolkrep
Mojokerto Periode 2013-2015). Jurnal Admininstrasi Bisnis, 40(1), 97–
104.
Islamey, F. E. (2016). Perlakuan Akuntansi Lingkungan Terhadap
Pengelolaan Limbah pada Rumah Sakit Paru Jember. Jurnal Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember, 1(7), 1–20.
Kusuma, A., Asmeri, R., & Begawati, N. (2010). Limbah Dan Tanggung
Jawab Sosial Pada Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Jurnal
Angga, 4.0(1), 1–15.
Kusumawati, T., & Sudarsono. (2015). Perlakuan Akuntansi Atas
Pengelolaan Limbah Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma
Tuban. In Artikel Ilmiah Mahasiswa (pp. 1–6).
Lako, A. (2004). Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi : Isu, Teori, dan
Solusi (Cetakan Pe, Vol. 8). Yogyakarta: penerbit andi.
Lindawati, A. S. L., & Puspita, M. E. (2015). Corporate Social
Responsibility: Implikasi Stakeholder dan Legitimacy Gap dalam
Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma,
01(04), 157–174. https://doi.org/10.18202/jamal.2015.04.6013
Martusa, R. (2009). Peranan Environmental Accounting terhadap Global
Warming. Jurnal Akuntansi, 1(2), 164–179.
Musyarofah, S. (2013). Analisis Penerapan Green Accounting Di Kota
Semarang. Accounting Analysis Journal, 2(3), 352–359.
https://doi.org/10.15294/aaj.v2i3.2855
Noviani, & Aminah. (2014). Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan di
Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan,
5(2), 1–16.
Piranti, K. (2019). Analisis Kepuasan Pasien Di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum (Rsu) Haji Surabaya Berdasarkan Dimensi Mutu
Dabholkar. The Indonesian Journal of Public Health.
https://doi.org/10.20473/ijph.v14i2.2019.161-174
Pranata, M. W., & Laela, S. F. (2020). Board Characteristic, Good Corporate
Governance and Maqȃshid Performance in Islamic Banking. Journal of
Islamic Monetary Economics and …, 6(2), 1–24.
110 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam Vol. 9, No. 2 (Oktober 2021)
Pujiati. (2004). Upaya Peningkatan Pengelolaan Limbah Padat Berdasarkan
Hasil Evaluasi Penerapan Protap : Studi Kasus Pengelolaan Limbah
Padat Rumah Sakit Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung). Jurnal Thesis
UNAIR, 2(4).
RSU Haji Surabaya. (2003). Menebar Senyum dan Salam dalam Pelayanan.
Surabaya: Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.
Said. (2008). Pengolahan Air Limbah Dengan Biakan Tersuspensi.
Sakdiyah, H. (2017). Analisis Penerapan Environmental Managemental
Accounting (EMA) Pada RSUD DR. H. Slamet Martodjirjo
Pamekasan. Jural Performance Bisnis Dan Akuntansi, 5(1), 1–18.
Sambharakreshna, Y. (2009). Akuntansi Lingkungan Dan Akuntansi
Manajemen Lingkungan : Suatu Komponen Dasar Strategi Bisnis.
Jurnal Infestasi, 5(1), 1–21.
Sari, M., Faridah, & Setiawan, L. (2017). Aanalisis penerapan akuntansi
lingkungan pada rumah sakit umu daerah daya Makassar. Jurnal Riset
Edisi XII, 3(001), 42–54.
Setya, E. R. (2017). Farmasi Rumah Sakit. Sleman: CV Budi Utama.
Suaryana, A. (2011). Implementasi Akuntansi Sosial dan Lingkungan di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 1–26.
Sulistiadi, W., & Rahayu, S. (2016). Potensi Penerapan Maqashid Syariah
Dalam Rumah Sakit Syariah Di Indonesia. Batusangkar International
Conference 1 : Integration and Interconnection of Sciences “The
Reflection of Islam Kaffah,” 2(10), 683–690.
Sulistyorini. (2005). Pengelolaan Sampah Dengan Menjadikannya Kompos.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2(1), 77–84.
Sunawi. (2012). Konsep Pelayanan Islami di Rumah Sakit ; Tinjauan
Aplikasi di Rumah Sakit Islam Surakarta.
Suparmadja, A. (2015). Kinerja IPAL Rumah Sakit Menggunakan Metode
Fault Tree Analysis (FTA). Jurnal Reposiitory ITStory ITS, 4(1).
Triana, N., & Keman, S. (2006). Evaluasi Pengelolaan Sampah Padat di
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan,
3(1), 21–34.
Trisnawati, R. (2014). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage,
Ukuran Dewan Komisaris dan Kepemilikan Manajerial Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Industri
Perbankan di Indonesia. Seminar Nasional Dan Call For Paper,
6(October), 27–32.
Utama, A. A. G. S. (2016). Akuntansi lingkungan sebagai suatu sistem
informasi : Studi pada Perusahaan gas Negara (PGN). Jurnal Bisnis
Dan Manajemen, 6(4), 89–100. https://doi.org/10.15408/ess.v6i1.3123
Susanti, Baehaqi & Firman: Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit... 111
Widialoka, M. (2017). Penerapan akuntansi lingkungan pada pengelolaan
limbah rumah sakit jember klinik. Repository Universitas
Muhammadiyah Jember, 3(03), 1–13.
Windasari, D., & Herumurti, W. (2010). Pengelolaan Limbah B3 Medis
Rumah Sakit Khusus di Surabaya Pusat dan Selatan. Jurnal Teknik
Lingkungan ITS, 2(340), 1–11.
Top Related