i
ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN
TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH
(Studi pada Limbah Pabrik Gula Pesantren Baru Kediri Tahun 2016)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana
Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
ERICHA BETHA WARDIANA
135030201111048
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
KONSENTRASI KEUANGAN
MALANG
2017
i
MOTTO
" Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin
kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik."
(Evelyn Underhill)
" Do the best and pray. God will take care of the rest."
ii
iii
iv
v
CURRICULUM VITAE
PERSONAL DETAIL
Full Name : Ericha Betha Wardiana
Nim : 135030201111048
Date of Birth : Kediri, 05 Juni 1995
Religion : Muslim
Address : Perum. Doko Indah Blok C/48 Rt/Rw : 48/08
Desa Doko-Kec. Ngasem-Kab. Kediri
E-Mail : [email protected]
Phone : 081559805111
EDUCATION BACKGROUN
1999 – 2001 TK. Kartika Candra Kirana Yonif 521 Kediri
2001 – 2007 SDN Doko 1
2007 – 2010 SMPN Gurah 1
2010 – 2013 SMAN 4 Kediri
2013 – 2017 Universitas Brawijaya Malang
ORGANIZATIONAL EXPERIENCE
Sanggar Seni Mahasiswa (SSM) 2014-2015 Sekretaris Umum 2
WORK EXPERIENCE
PT. Telekomunikasi Indonesia Witel Kediri
PUBLICATION
Analsisi Penerapan Akuntansi Biaya Lingkungan Terhadap Pengelolaan Limbah
(Studi pada Limbah PG Pesantren Baru Kediri Tahun 2016)
vi
RINGKASAN
Ericha Betha Wardiana, 2017, Analisis Penerapan Akuntansi Biaya Lingkungan
Terhadap Pengelolaan Limbah (Studi Pada PG Pesantren Baru Kediri Tahun
2016), Drs. Achmad Husaini M.AB, 108 Hal+ xiii
Sebagai bentuk tanggungjawab sosial (moral) perusahaan dalam
menanggulangi limbah dapat diwujudkan dengan menerapkan akuntansi
lingkungan didalam perusahaan tersebut. Adanya perlakuan biaya lingkungan yang
kurang tepat yaitu digabungnya biaya listrik perusahaan dengan biaya listrik
pengelolaan limbah padahal terdapat nama akun tersendiri yang mengelola limbah
tersebut. Dari permasalahan tersebut diperlukan adanya perlakuan akuntansi yang
sistematis dan benar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan akuntansi
lingkungan pada pengelolaan limbah dan perlakuan biaya pengelolaan limbah pada
PG Pesantren Baru Kediri. Apakah sudah sesuai dengan teori-teori yang
berkembang dan PSAK.
Penelitian ini dilakukan di PG Pesantren Baru Kediri. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif. Adapun fokus dari penelitian ini adalah
Komponen biaya pengelolaan limbah (laporan keuangan PG Pesantren Baru Kediri)
dan perlakuan biaya pengelolaan limbah yang diterapkan oleh PG Pesantren Baru
Kediri. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh peneliti
secara langsung dengan melakukan wawancara dan dokumentasi serta data
sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan.
Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa PG Pesantren Baru Kediri dalam hal
identifikasi biaya pengelolaan limbah yang diterapkan sudah sesuai dengan model
biaya kualitas. Pengeluaran biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh PG
Pesantren Baru Kediri adalah biaya kegagalan eksternal sebanyak 51%. Biaya
pengelolaan limbah memegang peranan 2,61% dari biaya produksi. Pada proses
perlakuan biaya pengelolaan limbah belum semuanya sesuai dengan PSAK yang
berlaku. Dalam hal pengakuan biaya listrik, PG pesantren Baru Kediri tidak
menggabungkan biaya listrik yang dipakai oleh pengelolaan limbah karena
menurutnya itu termasuk biaya listrik yang dikeluarkan oleh pabrik sehingga
dijadikan satu dan tidak dipisah.
Adanya akuntansi lingkungan ini sebaiknya PG Pesantren Baru Kediri
menjadikan satu semua biaya mengenai pengelolaan limbah dan mencatat sekecil
apapun pengeluaran sehingga bisa secara pasti diketahui pengeluaran biaya
pengelolaan limbah secara benar dan tepat, serta sebaiknya ditambahkannya pada
laporan keuangan mengenai laporan lingkungan secara khusus.
Kata Kunci : Akuntansi lingkungan, Biaya lingkungan, Biaya Pengelolaan
Limbah, Penerapan Akuntansi Lingkungan.
vii
SUMMARY
Ericha Betha Wardiana, 2017, Analysis of Application of Environmental Cost
Accounting on Waste Management (A Study on Waste PG Pesantren Baru Kediri
Year 2016), Drs. Achmad Husaini M.AB, 108 Page + xiii
As a form of corporate social responsibility (moral) in tackling waste can
be realized by applying environmental accounting within the company. The
existence of an inadequate environmental cost treatment is the incorporation of the
company's electricity costs with the electricity cost of waste management when
there is a separate account name that manages the waste. From these problems
required the existence of a systematic and correct accounting treatment.
This study aims to determine how the application of environmental
accounting on waste management and treatment of waste management costs at PG
Pesantren Baru Kediri. Is in accordance with the developing theories and PSAK.
This research was conducted at PG Pesantren Baru Kediri. The type of
research used is descriptive research. The focus of this research is Component of
waste management cost (financial report of PG Pesantren Baru Kediri) and
treatment of waste management cost applied by PG Pesantren Baru Kediri. Sources
of data used are primary data obtained by researchers directly by conducting
interviews and documentation and secondary data obtained from financial report
company.
Based on the analysis shows that PG Pesantren Baru Kediri in terms of
identification of waste management cost applied is in accordance with the quality
cost model. The most expenditures spent by PG Pesantren Baru Kediri is the cost
of external failure of 51%. Waste management costs 2.61% of production costs. In
the process of treatment of waste management costs not all of them in accordance
with the applicable PSAK. In the case of electricity cost recognition, PG Pesantren
Baru Kediri does not combine the cost of electricity used by waste management
because according to him it includes the electricity cost incurred by the factory so
it is made one and not separated.
The existence of this environmental accountancy should be that PG
Pesantren Baru Kediri makes one of all the costs of waste management and records
the smallest amount of expenditure so that it can be accurately known to properly
and accurately dispose of waste management expenses, and should be added to the
financial report on the environmental report in particular.
Keywords: Environmental accounting, environmental cost, waste management
cost, application of environmental accounting
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga peeliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Penerapan Akuntansi Biaya Lingkungan Terhadap Pengelolaan Limbah
(Studi pada Limbah Pabrik Gula Pesantren Baru Kediri Tahun 2016.”
Skripsi ini diajukan untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya. Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi
ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi, Universitas Brawijaya.
2. Ibu Prof. Dr. Endang Siti Astuti, M.Si dan Bapak Mohammad Iqbal, S.Sos, MIB
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu
Administrasi, Universitas Brawijaya. Ketua n sekretaris prodi
3. Bapak Dr. Wilopo, M.AB dan Bapak Mukhammad Kholid Mawardi, S.Sos,
M.AB, PhD selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Administrasi Bisnis,
Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
4. Bapak Drs. Achmad Husaini, MAB selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi kepada peneliti.
5. Seluruh Dosen Pengajar pada Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang telah
memberikan pembelajaran yang bermanfaat bagi penulis.
ix
6. Kedua orang tua Bapak Suwarli dan Ibu Betty Suhartini serta Adik Gerry Betha
Wardana dan seluruh keluarga, terimakasih atas doa, kasih sayang, dukungan,
dan semangat yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat sekamar kos Husna Fauziyah yang selama ini banyak sekali membantu
sekaligus menjadi saudara diperantauan dan terimakasih teman-teman kos
Kertosentono 64 yang selama ini memberikan dukungan dan semangat (Happy
, Devi , Resya, Karin, dan Putri).
8. Sahabat Jengrem (Dyantri Deskova, Husna Fauziyah, Rafika Ayu Perwitasari,
Risa Oktafiah), seluruh teman kelas G, yang telah membantu dan memberikan
semangat. Partner nariku Ulfa Illza Billa dan keluarga besar Sanggar Seni
Mahasiswa (SSM) Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya,
terimakasih selama ini memberikan dukungan dan semangat.
9. Terimakasih juga sahabat terbaikku Chasake Squad (Nila Tria Ningrum dan
Yurike Tria Puspita).
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat peneliti harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membaca.
Malang, 05 Juni 2017
Peneliti
DAFTAR ISI
x
Halaman
MOTTO ................................................................................................................. i
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................. ii
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................................................... iv
RINGKASAN ....................................................................................................... v
SUMMARY ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................
10
B. Rumusan Masalah .......................................................................
50
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
D. Kontribusi Penelitian ................................................................... 6
E. Sistematika Pembahasan ............................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu .................................................................... 9
B. Akuntansi Lingkungan ................................................................ 14
1. Pengertian Akuntansi Lingkungan ....................................... 14
2. Konteks dan Tujuan Konsep Akuntansi Lingkungan ......... 15
3. Pentingnya Akuntansi Lingkungan ...................................... 17
4. Fungsi dan Peran Akuntansi Lingkungan ............................ 20
C. Pelaporan Akuntansi Lingkungan ............................................... 22
D. Pengungkapan Akuntansi Lingkungan ........................................ 25
E. Biaya Lingkungan ....................................................................... 26
1. Definisi Biaya Lingkungan .................................................. 26
2. Klasifikasi Biaya Lingkungan .............................................. 27
F. Biaya Produksi ........................................................................... 29
G. Tahap-tahap Perlakuan Alokasi Biaya Lingkungan ................... 31
H. Limbah ....................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 40
B. Fokus Penelitian .......................................................................... 40
xi
C. Lokasi Penelitian ......................................................................... 41
D. Sumber Data ................................................................................ 41
E. TeknikPengumpulan Data .......................................................... 42
1. Interview (Wawancara) ........................................................ 42
2. Dokumentasi .......................................................................... 43
F. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 43
G. Analisa Data ................................................................................ 44
H. Keabsahan Data ........................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 46
1. Sejarah Singkat PG Pesantyren Baru Kediri ........................ 46
2. Visi dan Misi PG Pesantren Baru Kediri ............................. 48
3. Kondisi PG Pesantren Baru Kediri ...................................... 48
4. Sumber Daya Manusia PG Pesantren Baru Kediri .............. 55
5. Sumber Daya Yang Digunakan PG Pesantren Baru Kediri . 56
6. Proses Produksi .................................................................... 57
7. Hasil Produksi PG Pesantren Baru Kediri ........................... 61
8. Pengelolaan Limbah PG Pesantren Baru Kediri ................. 63
B. Penyajian Data .......................................................................... 65
1. Biaya Produksi PG Pesantren Baru Kediri Tahun 2016 ........ 65
2. Beban Biaya Usaha Sejenis Dengan PLH Tahun 2015 ......... 66
3. Beban Biaya Usaha Sejenis Dengan PLH Tahun 2016 ....... 66
4. Biaya Rekondisi & Pengelolaan Lingkungan Hidup 2016.... 67
C. Analisis Data .............................................................................. 67
1. Komponen Biaya Pengelolaan Limbah ................................. 67
2. Perlakuan Biaya Pengelolaan Limbah ................................... 74
D. Pembahasan ................................................................................ 86
1. Komponen Biaya Pengelolaan Limbah ................................. 86
2. Perlakuan Biaya Pengelolaan Limbah ................................... 88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 91
B. Keterbatasan ............................................................................... 93
C. Saran .......................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 95
LAMPIRAN ...................................................................................................... 97
DAFTAR TABEL
xii
No. Judul Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Penelitian Terdahulu
Jumlah Tenaga Kerja PG Pesantren Baru Kediri
Jam Kerja Karyawan PG Pesantren Baru Kediri
Jenis Bahan Penolong yang Digunakan PG Pesantren Baru
Kediri
Biaya Produksi PG Pesantren Baru Kedri Tahun 2016
Beban Biaya Usaha yang Sejenis dengan Pengelolaan
Lingkungan Hidup tahun 2015
Beban Biaya Usaha yang Sejenis dengan Pengelolaan
Lingkungan Hidup tahun 2016
Daftar Komponen Biaya Lingkungan Pengelolaan Limbah
PG Pesantren Baru Kediri Tahun 2016
Klasifikasi Biaya Pengelolaan Limbah Menurut PG Pesantren
Baru Kediri
Identifikasi Biaya Lingkungan Pengelolaan Limbah PG
Pesantren Baru Kediri Berdasarkan Model Kualitas Biaya
Lingkungan
Biaya Penilaian PG Pesantren Baru Kediri
Biaya Kesalahan Internal PG Pesantren baru Kediri
Biaya Kesalahan Eksternal PG Pesantren Baru Kediri
Persentase Biaya pada Klasifikasi Biaya Pengelolaan Limbah
2016
Contoh Proses Pengakuan pada PG Pesantren Baru Kediri
Kriteria Suatu Unsur yang Harus Diakui Menurut PSAK
Pengukuran biaya pengelolaan limbah PG Pesantren Baru
Kediri
Perbandingan Biaya Penyajian Lingkungan Menurut Haryono
Kesesuaian Pengungkapan Biaya Pengelolaan Limbah dengan
PSAK No. 33
12
55
56
57
65
66
66
67
68
69
71
71
72
73
76
77
79
82
85
DAFTAR GAMBAR
xiii
No. Judul Halaman
1.
2.
Keterkaitan Masing-masing Faktor Akuntansi Lingkungan
Spektrum Pengukuran Biaya Lingkungan
20
27
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
No. Judul Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Struktur Organisasi PG Pesantren Baru Kediri
Pedoman Wawancara
Laporan Keuangan Laba/Rugi PG Pesantren Baru Kediri
Tahun 2016
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Pengelolaan
Limbah PG Pesantren Baru Kediri 2016
Contoh Sistem Pencatatan Biaya Pengelolaan Limbah di PG
Pesantren Baru Kediri
Bukti Kas Keluar Pada Biaya Pengelolaan Limbah PG
Pesantren Baru Kediri
Surat Ijin Survey Untuk Penelitian
97
98
100
104
106
107
108
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama ini berkembangnya perusahaan-perusahaan di Indonesia pada
hakekatnya tidak bisa lepas dari sumber daya alam, karena dari sumber daya alam
bahan baku produksi suatu perusahaan dapat diperoleh. Lingkungan juga
mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan, jika tidak ada lingkungan maka
sumber daya alam juga tidak ada. Lingkungan dan sumber daya alam merupakan
dua faktor yang sangat berkaitan dan berpengaruh terhadap perusahaan.
Keterkaitan serta berpengaruhnya lingkungan dan sumber daya alam terhadap
perusahaan, memunculkan berbagai isu yang berkaitan dengan lingkungan seperti
pemanasan global, polusi udara, polusi suara, pembuangan limbah sembarangan
dan kegiatan perusahaan lainnya yang memberikan dampak langsung atau tidak
langsung terhadap lingkungan.
Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh operasi perusahaan adalah
limbah produksi, dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan pengelolaan
lingkungan hidup, limbah diartikan sebagai sisa suatu usaha atau kegiatan
produksi. Sedangkan pencemaran diartikan masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan komponen lain dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia. Limbah yang dihasilkan oleh operasional perusahaan memiliki
kemungkinan bahwa limbah tersebut berbahaya bagi lingkungan sehingga limbah
2
tersebut memerlukan pengelolaan dan penanganan yang khusus oleh perusahaan
agar tidak menyebabkan dampak negatif yang lebih besar terhadap lingkungan
tempat perusahaan beroperasi.
Persoalan lingkungan dengan pencemaran limbah padat plastik di Indonesia
berdasarkan data Jambeck (2015), Indonesia berada di peringkat kedua dunia
penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah
Cina. Selain itu Banyak industri-industri gula yang telah meresahkan masyarakat
sekitarnya akibat pembuangan limbah yang sembarangan. Contohnya, limbah PT
Industri Gula Glenmore di Banyuwangi yang mencemari sungai Glenmore yang
menyebabkan ribuan ikan mati dan gatal-gatal pada warga sekitar sunga sampai-
sampai akibatnya Dinas Lingkungan Hidup meminta agar aktivitas pabrik
diberhentikan sampai instalansi pengelolaan air limbah selesai diperbaiki
(regional.kompas.com, 2016).
Terlepas dari semua itu, peristiwa kerusakan lingkungan tersebut
mengajarkan bahwa dampak negatif dari kegiatan industri akan selalu mengancam
di depan mata. Selain itu isu lingkungan bukan lagi merupakan suatu isu yang
baru, persoalan lingkungan semakin menarik untuk dikaji seiring dengan
perkembangan teknologi dan ekonomi global dunia sehingga perlu adanya
tanggung jawab sosial perusahaan. Diperlukan kesadaran penuh dari perusahaan
atau organisasi lainnya yang tidak hanya memanfaatkan lingkungan saja, namun
juga memikirkan kelestarian lingkungan dan dampak lingkungan yang timbul
akibat aktivitas bisnisnya. Elkington mengemas tanggung jawab saosial dalam
tiga fokus yaitu Profit, Planet dan People dimana perusahaan yang baik tidak
3
hanya mengejar keuntungan ekonomi saja (profit), melainkan juga memiliki
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat
(people).
Salah satu bentuk tanggungjawab sosial (moral) perusahaan dapat
diwujudkan dengan menerapkan akuntansi lingkungan di dalam perusahaan
tersebut. Akuntansi lingkungan ini merupakan pos modern dari akuntansi sosial
sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Dalam hal ini, pencemaran dan limbah
produksi merupakan salah satu contoh dampak negatif operasional perusahaan
yang memerlukan sistem akuntansi lingkungan sebagai kontrol terhadap tanggung
jawab perusahaan sebab pengelolaan limbah yang dilakukan oleh perusahaan
memerlukan pengidentifikasisan, pengukuran, penyajian, pengungkapan, dan
pelaporan biaya pengelolaan limbah dari hasil kegiatan operasional perusahaan.
Perusahaan menerapkan akuntansi lingkungan tersebut, berarti perusahaan ikut
serta dalam upaya menyelamatkan bumi dari kerusakan yang timbul akibat
aktifitas perusahaan.
Perhitungan biaya dalam penanganan limbah tersebut diperlukan adanya
perlakuan akuntansi seperti pengidentifikasian, pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan yang sistematis dan benar. Sampai akhir tahun
1997, catatan hasil penelitian The Institute Survey of Australian mengindikasikan
kurangnya respon pihak produsen terhadap tuntutan masyarakat. Hanya 4% dari
500 perusahaan besar dunia yang dijadikan sampel telah memuat
(mengungkapkan) informasi yang cukup memadai di bidang lingkungan dalam
laporan keungan tahunannya. Sementara 19% lainnya hanya membuat laporan
4
namun hanya dalam catatan kecil dalam lembatan-lembaran yang tentu saja tidak
cukup memadai untuk dijadikan bahan analisis. Sedangkan 77% sampel
perusahaan sama sekali tidak memberikan tempat laporan lingkungan dalam
perhatiannya (Media Akuntan No 31/Th V/ Desember 1998).
Perlakuan terhadap masalah penanganan limbah hasil operasional
perusahaan ini menjadi sangat penting dalam pengendalian pertanggung jawaban
perusahaan terhadap lingkungannya. Penerapan akuntansi lingkungan bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar biaya lingkungan yang dikeluarkan perusahaan
dalam mengelola limbah, mengontrol tanggungjawab perusahaan dalam menjaga
lingkungan sekitar tempat berdirinya perusahaan tersebut, serta dapat mengontrol
limbah produksi yang dikeluarkan agar tidak mencemari lingkungan.
Penelitian ini mengambil objek penelitian pada pabrik gula Pesantren Baru
yang berlokasi di desa Bangsal, Pesantren Kediri. PG Pesantren Baru Kediri ini
bergerak pada bidang perkebunan. PG Pesantren Baru Kediri ini berdekatan
dengan pemukiman padat penduduk, sehingga terkadang masih adanya
pencemaran lingkungan yang berakibat pada kesehatan masyarakat. Seringkali
limbah udara dari pabrik gula pesantren tersebut tetap saja ada, sehingga membuat
polusi udara yang sering kali mengganggu penduduk sekitar pabrik yang berupa
bau yang tidak sedap. Rumah warga penduduk yang berdekatan dengan pabrik
terkadang pada saat musim giling dipenuhi debu berwarna hitam pekat pada atap
rumahnya. Permasalahan yang lainnya adalah mengenai perlakuan biaya yang ada
pada PG Pesantren Baru Kediri, adanya pembebanan suatu biaya pengelolaan
limbah yang dijadikan satu dengan biaya perusahaan secara umum padahal
5
terdapat pos tersendiri yang mengatur pengelolaan limbah, dan terdapat upah
pegawai tidak tetap yang yang tidak diberi nama rekening, sehingga menimbulkan
informasi yang tidak jelas bagi orang yang membutuhkan informasi mengenai
biaya pengelolaan limbah. Permasalahan-permasalahan yang muncul tersebut
perlu adanya akuntansi lingkungan untuk pengelolaan dan pengalokasian biaya
lingkungan, karena akuntansi lingkungan ini efisien dalam pengendalian
lingkungan dan pencemaran sebagai bentuk optimalisasi tanggung jawab sosial
PG Pesantren Baru Kediri.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian di PG Pesantren Baru Kediri untuk mengetahui bagaimana penerapan
akuntansi lingkungan dari segi perlakuan biaya pengelolaan limbah sebagai
pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan dan sekitar perusahaan.
Maka dari itu, penulis menyusun skripsi ini dengan judul: “ Analisis Penerapan
Akuntansi Biaya Lingkungan Terhadap Pengelolaan Limbah (Studi pada
Limbah Pabrik Gula Pesantren Baru Kediri ).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah penelitian
yang akan dibahas adalah :
a. Bagaimana penerapan akuntansi biaya lingkungan pengelolaan limbah
di PG Pesantren Baru Kediri ?
b. Apakah terdapat kesesuaian pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan akuntansi biaya lingkungan yang diterapkan PG
Pesantren Baru Kediri dengan PSAK ?
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat, maka tujuan penelitian
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui penerapan akuntansi lingkungan pengelolaan limbah
di PG Pesantren Baru Kediri.
b. Untuk mengetahui kesesuaian pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan akuntansi biaya lingkungan yang diterapkan PG
Pesantren Baru Kediri dengan PSAK.
D. Kontribusi Penelitian
1. Akademis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah informasi,
pemahaman, penghetahuan, dan bahan pertimbangan bagi peneliti-
peneliti selanjutnya mengenai akuntansi lingkungan, khususnya analisis
penerapan akuntansi lingkungan pengelolaan limbah dari segi perlakuan
biaya.
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, bahan pertimbangan,
dan sumbangan pemikiran dalam pengambilan kebijakan dalam hal
perlakuan biaya dan untuk lebih meningkatkan efisiensi pengelolaan
lingkungan melalui penerapan akuntansi lingkungan pengelolaan limbah.
7
E. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan ini digunakan untuk memudahkan dalam menulis
skripsi. Berikut penjelasan sistematika penulisan skripsi yang terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang pemilihan judul,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian,
dan sistematika pembahasan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini menguraikan teori-teori yang mendasar dan
pendapat para pakar sebagai acuan dalam menganalisis
perusahaan. Teori tersebut menjelaskan mengenai
akuntansi lingkungan, pelaporan akuntansi lingkungan,
pengungkapan akuntansi lingkungan, biaya lingkungan,
perlakuan biaya, klasifikasi biaya lingkungan, dan limbah.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai jenis penelitian yang
dilakukan, fokus penelitian, lokasi penelitian, jenis dan
sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian dan analisis data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini menguraikan hasil dari penelitian tentang
gambaran umum lokasi dan obyek penelitian yang
meliputi visi, misi dan tujuan perusahaan, penerapan
8
akuntansi lingkungan terhadap pengelolaan limbah dari
segi perlakuan biaya yang akan disesuaikan dengan
Pernyataan Standart Akutansi Keuangan No 33 mengenai
akuntansi pertambangan umum yang didalamnya
mengatur perlakuan akuntansi mengenai pengelolaan
lingkungan hidup dan SAK lainnya yang mendukung
dengan perlakuan biaya (identifikasi, pengakuan,
pengukuran, penyajian, pengungkapan). Pembahasan
alokasi biaya pengelolaan lingkungan PG Pesantren Baru
Kediri dan juga membahas hubungan antara teori yang ada
dengan hasil penelitian.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian
dengan disertai saran-saran sebagai masukan yang
diharapkan mampu membantu memperbaiki dan
meningkatkan kinerja perusahaan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan akuntansi
lingkungan di antaranya adalah
1. Wahyu (2012)
Penelitian saudara Wahyu membahas mengenai Analisis Penerapan
Akuntansi Lingkungan di RSUD Dr. Moewardi. Metodologi penelitian
yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan deskriptif. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa
RSUD Dr. Moewardi Surakarta belum sepenuhnya mengungkapkan
akuntansi lingkungan jika dilihat dari laporan yang telah dibuat oleh
manajemen. Tidak ada laporan khusus uang mengungkapkan mengenai
biaya maupun aktivitas lingkungan dari rumah sakit ini. Tetapi, RSUD
Dr. Moewardi Surakarta telah bertanggung jawab terhadap lingkungan
terkait dengan pengelolaan limbah yang telah dilakukan secara efektif.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terletak pada metodologi penelitian yang digunakan. Sedangkan
perbedaan yang penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti terletak pada tempat penelitian. Saudara Wahyu tempat penelitian
berapa di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Jawa Tengah dalam sektor
kesehatan, sedangkan penelitian sekarang berada di Pabrik Gula Kediri
dalam sektor perkebunan. Selain itu topik yang dibahas dimana saudara
10
Wahyu berfokus pada pengeluaran biaya yang telah dikeluarkan oleh
RSUD Dr. Moewardi. Sedangkan pada penelitian sekarang ini selain
biaya yang dikeluarkan untuk penerapan akuntansi lingkungan tersebut
namun juga perlakuan biaya yang dilakukan PG Pesantren Baru Kediri
apakah sesuai dengan PSAK.
2. Dian Novita Sari (2012)
Penelitian saudari Dian membahas Analisis Penerapan Akuntansi
Lingkungan Berbasis Sustainability Reporting sebagai
Pertanggungjawaban Perusahaan : Kajian Perspektif Triple Bottom Line
(Studi Kasus pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Nganjuk).
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metodologi penelitian
kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Hasil dari
penelitian saudari Dian adalah bahwa penerapan akuntansi lingkungan
berbasis Sustainability reporting di PDAM Kabupaten Nganjuk sudah
sesuai dengan kajian perspektif triple bottom line karena perusahaan tidak
hanya memperhitungkan laba, melainkan juga mengeluarkan sejumlah
biaya lainnya, seperti biaya lingkungan lainnya dan biaya sosial untuk
biaya sarana pendidikan dan pelatihan masyarakat. Akan tetapi, biaya
tersebut masih diungkapkan menjadi satu kelompok dalam akun rupa-
rupa biaya umum lainnya pada laporan laba-rugi sehingga belum ada
akun terpisah secara jelas. Persamaan dari penelitian saudari Dian dengan
penelitian sekarang adalah metode penelitian yang digunakan sama-sama
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sedangkan perbedaan
11
dari penelitian saudari Dian dengan penelitian sekarang adalah objek yang
diteliti, dimana objek yang diteliti saudari Dian berada pada PDAM Kab.
Nganjuk sedangkan penelitian saat ini objeknya berada pada Pabrik Gula
yang ada di Kediri. Perbedaan selanjutnya adalah penelitian pada saat ini
membahas mengenai perlakuan biaya mengenai pengelolaan limbah,
sedangkan penelitian saudari Dian hanya membahas akuntansi lingkungan
dari segi tanggung jawab sosial berdasarkan triple bottom line dan biaya
yang dikeluarkannya.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu di atas, hasil penelitian
menunjukkan bahwasannya perusahan-perusahaan tersebut sudah cukup baik
dalam menerapkan akuntansi lingkungan itu terbukti dengan adanya biaya-
biaya yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan untuk mengelola limbah agar
tidak merusak lingkungan serta dengan adanya program-program sosial yang
dilakukan oleh perusahaan untuk masyarakat sekitar. Sehingga perusahaan
tidak hanya ikut melestarikan lingkungan namun juga ikut mensejahterakan
masyarakat sekitar. Selain itu perusahaan juga sudah mencantumkan biaya
lingkungan ke dalam laporan keuangan meskipun belum ada akun khususnya.
12
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti dan
Tahun
Judul Metpen Hasil Penelitian Persamaan
dengan Penelitian
saat ini
Perbedaan dengan
Penelitian saat ini
1. Wahyu
(2012)
Analisis
Penerapan
Akuntansi
Lingkungan di
RSUD Dr.
Moewardi
Metodologi
penelitian yang
digunakan adalah
penelitian kualitatif
dengan
menggunakan
pendekatan
diskriptif.
RSUD Dr. Moewardi
Surakarta belum
sepenuhnmya
mengungkapkan akuntansi
lingkungan jika dilihat dari
laporan yang telah dibuat
oleh manajemen. Tidak ada
laporan khusus yang
mengungkapkan mengenai
biaya maupun aktivitas
lingkungan dari rumah sakit
ini. Tetapi, RSUD Dr.
Moewardi Surakarta telah
bertanggung jawab terhadap
lingkungan terkait dengan
pengelolaan limbah yang
telah dilakukan secara
efektif.
Sama-sama
menggunakan
metodologi
penelitian kualitatif
dengan
menggunakan
pendekatan
deskriptif
1. Objek Penelitian :
penelitian Wahyu
berada di RSUD Dr.
Moewardi sedangkan
penelitian sekarang
pada PG Pesantren
Baru Kediri
2. Penelitian saudara
Wahyu berfokus pada
pengeluaran biya
lingkungan, sedangkan
penelitian saat ini
berfokus pada
perlakuan biaya
pengelolaan limbah
yang disesuakan
dengan PSAK.
13
Lanjutan Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti
dan
Tahun
Judul Metpen Hasil Penelitian Persamaan
dengan
Penelitian saat
ini
Perbedaan dengan
Penelitian saat ini
2. Dian
Novita
Sari
(2012)
Analisis
Penerapan
Akuntansi
Lingkungan
Berbasis
Sustainability
Reporting sebagai
Pertanggungja-
waban
Perusahaan :
Kajian Perspektif
Triple Bottom
Line (Studi Kasus
pada Perusahaan
Daerah Air
Minum
Kabupaten
Nganjuk).
Metodologi
penelitian
kualitatif
dengan
mengguna-
kan
pendekatan
deskriptif.
Bahwa penerapan akuntansi
lingkungan berbasis Sustainability
Reporting di PDAM Kabupaten
Nganjuk sudah sesuai dengan kajian
perspektif triple bottom line karena
perusahaan tidak hanya
memperhitungkan laba, melainkan
juga mengeluarkan sejumlah biaya-
biaya lainnya, seperti biaya lingkungan
lainnya dan biaya sosial untuk biaya
sarana pendidikan dan pelatihan
masyarakat. Akan tetapi, biaya-biaya
tersebut masih diungkapkan menjadi
satu kelompok dalam akun rupa-rupa
biaya umum lainnya pada laporan
laba-rugi sehingga belum ada akun
terpisah secara jelas.
Sama-sama
metode kualitatif
dengan
pendekatan
deskriptif.
1. Penelitian saudari
Dian berada pada
PDAM Kab. Nganjuk,
sedangkan penelitian
saat ini pada PG
Pesantren Baru
Kediri.
2. Penelitian pada saat
ini membahas
mengenai perlakuan
biaya pengelolaan
limbah, sedangkan
penelitian saudari
Dian membahas
akuntansi lingkungan
dari segi tanggung
jawab sosial dan biaya
yang dikeluarkan.
Sumber : Data diolah, 2017
14
B. Akuntansi Lingkungan
1. Pengertian Akuntansi Lingkungan
Akuntansi lingkungan merupakan istilah mengenai persoalan lingkungan
yang berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan (Environmental
Costs) ke dalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah.
Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul dari sisi keuangan maupun
non-keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang
mempengaruhi kualitas lingkungan (Ikhsan Arfan, 2008 : 13).
United Stated Environmental Protection Agency menjelaskan bahwa
istilah akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua dimensi utama. Pertama,
akuntansi lingkungan merupakan biaya yang secara langsung berdampak
pada perusahaan secara menyeluruh (dalam hal ini disebut dengan istilah
“biaya pribadi)”. Kedua, akuntansi lingkungan juga meliputi biaya-biaya
individu, masyarakat maupun lingkungan suatu perusahaa yang tidak dapat di
pertanggungjawabkan (Ikhsan Arfan, 2008 : 15 ).
Akuntansi lingkungan adalah mengidentifikasi, menilai dan mengukur
aspek penting dari kegiatan sosial ekonomi perusahaan dalam rangka
memelihara kualitas lingkungan hidup sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Sehingga perusahaan tidak bisa seenaknya untuk mengolah
sumber daya tanpa memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat
(Haniffah, 2002)
Beberapa difinisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi
lingkungan atau Environmental Accounting adalah suatu jenis akuntansi yang
15
mengukur dan mengalokasikan aspek lingkungan atau sosial yang bertujuan
untuk memelihara kualitas lingkungan untuk keputusan bisnis dan
menyajikan informasi tersebut untuk stakeholder.
2. Konteks dan Tujuan Konsep Akuntansi Lingkungan
a. Konteks
Akuntansi lingkungan (AL) adalah istilah luas yang digunakan
dalam jumlah konteks yang berbeda, seperti :
1) Penilaian dan pengungkapan lingkungan terkait informasi
keuangan dalam konteks akuntansi keuangan dan pelaporan.
2) Penilaian dan penggunaan lingkungan terkait informasi fisik dan
keuangan dan konteks Akuntansi Manajemen Lingkungan.
3) Estimasi atas dampak eksternal lingkungan dan biaya-biaya,
sering mengacu pada Full Cost Accounting (FCA).
Tingkat organisasional, akuntansi lingkungan mengambil tempat
dalam konteks akuntansi manajemen (penilaian terhadap pembelanjaan
organisasi berdasarkan pengendalian perlengkapan polusi, pendapatan
dari bahan daur ulang, penghematan keuangan tahunan dari energi baru
efisiensi perlengkapan) dan akuntansi keuangan (evaluasi dan pelaporan
dari organisasi lingkungan saat ini terkait kewajiban.
b. Tujuan Konsep Akuntansi Lingkungan
Tujuan dari akuntansi lingkungan adalah untuk meningkatkan
jumlah informasi relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau
menggunakannya. Keberhasilan akuntansi lingkungan tidak hanya
16
tergantung pada ketepatan dalam menggolongkan semua biaya yang
dibuat perusahaan. Akan tetapi kemampuan dan keakuratan data
akuntansi perusahaan dalam menekan dampak lingkungan yang
ditimbulkan dari aktifitas perusahaan. Tujuan lain yaitu mencakup
kepentingan organisasi publik dan perusahaan-perusahaan publik yang
bersifat lokal. Oleh karena itu, akuntansi lingkungan selanjutnya menjadi
bagian dari suatu sistem sosial perusahaan. Selain itu, maksud dan tujuan
dikembangkanya akuntansi lingkungan antara lain meliputi :
1. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen
lingkungan .
2. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan
masyarakat.
Sebagai alat manajemen lingkungan, untuk menilai keefektifan
kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi biaya
konservasi lingkungan. Data akuntansi lingkungan juga digunakan untuk
menentukan biaya fasilitas pengelolaan lingkungan, biaya keseluruhan
konservasi lingkungan dan juga investasi yang diperlukan untuk kegiatan
pengelolaan lingkungan. Selain itu, akuntansi lingkungan juga digunakan
untuk menilai tingkat keluaran dan pencapaian tiap tahun untuk
menjamin perbaikan kinerja lingkungan yang harus berlangsung terus
menerus. Kemudian untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan
lingkungan degan melakukan penelitian kegiatan lingkungan dari sudut
17
pandang biaya (environmental costs) dan manfaat atau efek (economic
benefit).
Sebagai alat komunikasi dengan publik, akuntansi lingkungan
digunakan untuk menyampaikan dampak negatif lingkungan, kegiatan
konservsi lingkungan dan hasilnya kepada publik. Ada beberapa
komponen pembiayaan akuntansi lingkungan yang harus dihitung,
misalnya :
1. Biaya operasionalisasi bisnis yang terdiri dari biaya depresiasi
fasilitas lingkungan, biaya memperbaiki fasilitas lingkungan, jasa
atau pembayaran (fee) kontrak untuk menjalankan fasilitas
pengelolaan lingkungan, biaya tenaga kerja untuk menjalankan
operasionalisasi fasilitas pengelolan lingkungan serta biaya
kontrak untuk poengelolaan limbah (recycling).
2. Biaya daur ulang yang dijual, atau biasa juga disebut dengan
“Cost incurred by upstream and down-stream business
operations”
3. Biaya penelitian dan pengembangan (Litbang) yang terdiri dari
biaya total untuk material dan tenaga ahli, tenaga kerja lain untuk
pengembangan material yang ramah lingkungan, produk dan
fasilitas pabrik.
3. Pentingnya Akuntansi Lingkungan
Istilah akuntansi lingkungan mempunyai banyak arti dan kegunaan.
Akuntansi lingkungan dapat mendukung akuntansi pendapatan, akuntansi
18
keuangan maupun bisnis internal akuntansi manajerial. Fokus utamanya
didasarkan pada penerapan akuntansi lingkungan sebagai suatu alat
komunikasi manajerial untuk pengambilan keputusan bisnis internal.
Panduan yang menjadi tolak ukur pentingnya akuntansi lingkungan
berkaitan dengan pertanggung jawaban akuntansi lingkungan itu sendiri.
Manajemen kuantitatif dari kegiatan konservasi lingkungan merupakan suatu
cara yang paling efektif untuk mencapai keberhasilan dan perbaikan
manajemen bisnis. Kata lain, di dalam menyelesaikan kegiatan konservasi
lingkungan, sebuah perusahaan atau organisasi lainnya dapat secara akurat
mengidentifikasi dan mengukur investasi dari biaya yang berhubungan
dengan kegiatan konservasi lingkungan, dan dapat mempersiapkan serta
melakukan analisa data. Dengan pengertian yang mendalam dan lebih baik,
manfaat potensial dari investasi.
Selain itu, perusahaan-perusahaan dan organisasi lainnya diperlukan
untuk mempunyai pertanggungjawaban bagi stakeholders, ketika sumber
daya alam digunakan (barang-barang publik) untuk kegiatan bisnis mereka.
Pengungkapan informasi lingkungan ini merupakan proses kunci dalam
pertanggungjawaban kinerja. Akibatnya, akuntansi lingkungan membantu
perusahaan-perusahaan dan organisasi lainnya menaikkan kepercayaan dan
keyakinan mereka sehubungan dengan penerimaan penilaian yang lebih adil.
Menurut United States Environment Protection Agency (USEPA) fungsi
akuntansi lingkungan adalah
“Satu fungsi penting tentang akuntansi lingkungan adalah untuk
menggambarkan biaya-biaya lingkungan supaya di perhatikan oleh para
19
stakeholder perusahan yang mampu mendorong dalam pengidentifikasian
cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu
yang bersamaan sedang memperbaikan kualitas lingkungan”. Akuntansi
lingkungan menjadi hal yang penting untuk dapat dipertimbangkan
dengan sebaik mungkin karena akuntansi lingkungan merupakan bagian
akuntansi atau sub bagian akuntansi. Alasan yang mendasari adalah
mengarah pada keterlibatannya dalam konsep ekonomi dan informasi
lingkungan.”
Sistem akuntansi lingkungan terdiri atas lingkungan akuntansi
konvensional dan akuntansi ekologis. Akuntansi lingkungan konvensioanl
mengukur dampak-dampak dari lingkungan alam dari suatu perusahaan
dalam istilah keuangan. Akuntansi ekoligis mencoba untuk mengukur
dampak suatu perusahaan berdasarkan lingkungan tetapi pengukurannya
dilakukan dalam bentuk unit fisik (sisa barang produksi dalam kilogram,
pemakaian energi dalam kilojoules ), akan tetapi standart pengukuran yang
digunakan bukan dalam bentuk satuan keuangan.
Lingkup akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua bagian. Bagian
pertama didasarkan pada kegiatan akuntansi lingkungan suatu perusahaan
baik secara nasional maupun regional. Bagian kedua berkaitan dengan
akuntansi lingkungan untuk perusahaan dan organisasi lainnya. Pada
dasarnya penjelasan mengenai konsep akuntansi lingkungan harus mengikuti
beberapa faktor berikut, antara lain :
1. Biaya konservasi lingkungan (diukur dengan menggunakan nilai
satuan uang).
2. Keuntungan konservasi lingkungan (diukur dengan unit fisik).
3. Keuntungan ekonomi dari kegiatan konservasi lingkungan (diukur
dengan nilai satuan uang/rupiah).
20
Gambar 1. Keterkaitan Masing-Masing Faktor Akuntansi Lingkungan
Sumber: Ministry of the Environment Japan, 2015. Environmental
Accounting Guidelines pada Buku Akuntansi Lingkungan &
Pengungkapannya (Ikhsan Arfan,2008 : 17)
4. Fungsi dan Peran Akuntansi Lingkungan
Fungsi dan peran ini dibagi kedalam dua bentuk. Fungsi pertama disebut
dengan fungsi internal dan fungsi kedua disebut dengan fungsi ekternal.
Masing-masing fungsi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Fungsi Internal
Fungsi internal merupakan fungsi yang berkaitan dengan pihak
internal perusahaan sendiri. Pihak internal adalah pihak yang
menyelenggarakan usaha, seperti rumah tangga konsumen dan rumah
tangga produksi maupun jasa lainnya. Adapun yang menjadi aktor dalam
fungsi internal ini adalah pemimpin, dikarenakan pemimpin merupakan
orang yang bertanggungjawab atas semua pengambilan keputusan
internal perusahaan.
21
Fungsi dan peran akuntansi lingkungan pada fungsi internal ini
memungkinkan untuk mengatur biaya konservasi lingkungan dan
menganalisis biaya dari kegiatan konservasi lingkungan yang efektif dan
efisien serta sesuai dengan pengambilan keputusan. Diharapkan juga
pada fungsi internal ini akuntansi lingkungan berfungsi sebagai alat
manajemen bisnis yang dapat digunakan oleh manager ketika
berhubungan dengan unit-unit bisnis.
2. Fungsi Eksternal
Pada fungsi ini faktor penting yang perlu diperhatikan oleh
perusahaan adalah pengungkapan hasil dari kegiatan konservasi
lingkungan dalam bentuk data akuntansi. Informasi yang diungkapkan
merupakan hasil yang diukur secara kuantitatif dari kegiatan konservasi
lingkungan. Termasuk di dalamnya adalah informasi tentang sumber
suatu ekonomi perusahaan, klaim terhadap sumber-sumber tersebut
(kewajiban suatu perusahaan untuk menyerahkan sumber-sumber pada
entitas lain atau pemilik modal), dan pengaruh transaksi, peristiwa dan
kondisi yang mengubah sumber-sumber ekonomi dan klaim terhadap
sumber tersebut.
Fungsi ekternal memberi kewenangan bagi perusahaan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan stakeholder, seperti pelanggan,
rekan bisnis, investor, penduduk lokal maupun bagian administrasi. Oleh
karena itu, perusahaan harus memberikan informasi tentang bagaimana
22
manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada
pemilik atas pemakaian sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya.
C. Pelaporan Akuntansi Lingkungan
Tujuan pelaporan keuangan pada intinya terfokus pada pemberian informasi
yang bermanfaat bagi para penggunanya dalam setiap membuat keputusan
ekonomi. Oleh karena itu, tahapan berikutnya dalam struktur teori akuntansi
lingkungan adalah karakteristik kebermanfaatan kualitas informasi. Terkait
dengan pelaporan keuangan, karakteristik kualitatif merupakan merupakan salah
satu elemen dari laporan keuangan. Karakteristik kualitatif informasi lingkungan
memberikan pengguna laporan keuangan satu pilihan diantara berbagai alternatif
pelaporan dan akuntansi. Karakteristik kualitatif juga membantu menjawab
pertanyaan tentang karakteristik informasi akuntansi apa yang membuat informasi
bermanfaat dalam setiap pengambilan keputusan. Dimensi dasar dari akuntansi
lingkungan dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu :
1. Relevan
Informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut berkemampuan
untuk membuat perbedaan di dalam satu keputusan. Untuk menjadi
relevan, informasi harus dapat memberi ketegasan atau memberi
pengaruh perubahan atas harapan pembuat keputusan. Berkaitan dengan
relevansi dalam akuntansi lingkungan, akuntansi lingkungan dapat
memberikan informasi valid yang berhubungan dengan biaya konservasi
lingkungan perusahan dan keuntungan dari hubungan kegiatan yang
membantu dalam pengambilan keputusan stakeholders. Tujuannya adalah
23
menyediakan informasi yang menguntukan bagi para stakeholder dalam
pengambilan keputusan mereka pada hubungannya dengan aspek
materialitas. Akuntansi lingkungan menempatkan materialitas
berdasarkan pada aspek-aspek kuantitas dsignifikasinya berdasarkan
pada aspek kualitas. Dari sudut pandang materialitas, pertimbangan yang
diberikan terhadap dampak kualitatif diungkapkan dalam nilai keuangan
atau unit fisik.
2. Dapat Dipercaya (Reliability) = Keandalan
Dapat dipercaya berarti bahwa seorang pengguna dapat menggantungkan
atau memiliki keyakinan pada informasi yang dilaporkan. Dalam konteks
akuntansi lingkungan data-data yang tidak akurat akan dibuang sehingga
akan membantu dan membangun kepercayan stakeholders. Pada aspek
keandalan, laporan akuntansi lingkungan akan dikatakan handal apabila
menggambarkan keadaan secara wajar sesuai peristiwa yang
digambarkan (representational faithfulness).
3. Netralitas (Netral)
Karena informasi akuntansi memberi pengaruh terhadap lingkungannya,
maka dipandang penting bahwa informasi lingkungan harus bersifat
netral atau tidak bias.
4. Dapat Dimengerti (Understandability)
Dapat dimengerti maksudnya bahwa pengguna harus memahami
informasi lingkungan yang dimaksud mampu memberikan manfaaat
dalam pengambilan keputusan. Berkaitan dengan dapat dimengerti pada
24
akuntansi lingkungan, maksudnya adalah pada saat pengungkapan
laporan keuangan diperlukan data akuntansi lingkungan. Akuntansi
lingkungan akan mengeliminasi setiap pernyataan-pernyataan yang salah
tentang kegiatan konservasi lingkungan perusahaan. Oleh karena itu bagi
perusahaan, penting untuk mengungkapkan seluruh informasi-informasi
pokok yang berhubungan dengan lingkungan.
5. Dapat Diperbandingkan (Daya Banding)
Daya banding berarti kebergunaan informasi akuntansi lingkungan dalam
pengambilan keputusan akan jadi meningkat jika informasi tersebut dapat
diperbandingkan dengan informasi yang sama dari entitas akuntansi
lingkungan yang lain atau dengan informasi yang berasal dari entitas
akuntansi yang sama dalam tahun yang berbeda. Dalam kaitannya
dengan akuntansi lingkungan, akuntansi lingkungan memmungkinkan
untuk dapat diperbandingkan oleh perusahaan dari tahun ke tahun.
Informasi yang diberikan dapat diperbandingkan dengan perusahaan-
perusahaan yang berbeda pada sektor yang sama.
6. Dapat Diverifikasi (Keterujian)
Keterujian merupakan kemampuan suatu informasi untuk diuji
kebenarannya oleh orang yang berbeda dengan metode pengujian yang
sama, dan akan menghasilkan kesimpulan yang sama. Yang harus
diperhatikan adalah bahwa keterujian berkaitan dengan kebenaran
informasi yang dihasilkan, bukannya ketetapan dari metode
pengukuran/pengujian yang digunakan.
25
D. Pengungkapan Akuntansi Lingkungan
Pengungkapan dalam akuntansi lingkungan merupakan jenis pengungkapan
sukarela. Pengungkapan akuntansi lingkungan pada bahasan ini merupakan
pengungkapan informasi data akuntansi lingkungan dari sudut pandang fungsi
internal akuntansi lingkungan itu sendiri, yaitu berupa laporan akuntansi
lingkungan. Laporan tersebut harus didasarkan pada situasi aktual pada suatu
perusahaan atau organisasi lainnya. Data aktual diungkapkan ditentukan oleh
perusahaan sendiri atau organisasi lainnya. Oleh karena itu diperlukan ketika
pengungkapan data eksternal akuntansi lingkungan untuk mengklarifikasi prasarat
dari pengungkapan data, supaya stakeholder memperoleh pemahaman konsisten
dari data akuntansi lingkungan. Adapun dimensi dalam pengungkapan data
akuntansi lingkungan delam hal ini meliputi :
1. Proses dan hasil kegiatan konservasi lingkungan : perusahaan atau
organisasi lainnya akan mempersiapkan suatu ringkasan dan keutamaan
hasil dari kegiatan konservasi lingkungan, suatu penjelasan dari
kumpulan hasil dari akuntansi lingkungan (termasuk evaluasi dari besar
dan kecilnya figur dan alasan untuk meningkatkan atau menurunkan
dalam perbandingan dengan periode sebelumnya), dan kebijakan yang
diaktifkan menenai masa depan kegiatan konservasi lingkungan.
2. Item-item yang membentuk dasar akuntansi lingkungan
a. Status : yang terdiri dari Periode target untuk akuntansi lingkungan
dan lingkup pengumpulan.
26
b. Indeks dan standart perhitungan untuk biaya konservasi lingkungan :
yang terdiri dari pengumpulan biaya penyusutan, standart untuk
kelengkapan pembukuan biaya, dan standart pembukuan ketika
kategori dikumpulkan berhubungan dengan kegiatan konservasi
lingkungan.
c. Rincian dari kegiatan konservasi lingkungan dan standart perhitungan.
d. Hasil yang dikumpulkan dari akuntansi lingkungan Standart
pengumpulan untuk memperkuat akuntansi lingkungan
e. Revisi terhadap pentingnya kebijakan akuntansi lingkungan
3. Rincian hubungan keuntungan ekonomi dengan kegiatan konservasi
lingkungan serta standart perhitungan : Biaya konservasi lingkungan,
keuntungan konservasi lingkungan, keuntungan ekonomi berhubungan
dengan konservasi lingkungan, dan jadwal pernyataan lingkungan.
E. Biaya Lingkungan
a. Definisi Biaya Lingkungan
Menurut Ikhsan (2009 : 103) “Definisi biaya lingkungan mencakup dari
seluruh biaya-biaya paling nyata (seperti limbah buangan), untuk mengukur
ketidakpastian. Biaya lingkungan pada dasarnya berhubungan dengan biaya
produk, proses, sistem atau fasilitas penting untuk mengambil keputusan
manajemen yang baik.”
Selain itu biaya-biaya lingkungan adalah pemakaian sumberdaya
disebabkan atau dipandu dengan usaha-usaha (aktifitas) untuk: 1) mencegah
atau mengurangi barang sisa dan polusi, 2) mematuhi regulasi lingkungan dan
27
kebijakan perusahaan, 3) kegagalan memenuhi regulasi dan kebijakan
lingkungan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa biaya lingkungan adalah
biaya yang berhubungan dengan biaya produk, proses, sistem maupun
fasilitas yang terkait dengan lingkungan serta pemakaiaan sumber daya yang
disebabkan oleh aktifitas lingkungan.
b. Klasifikasi Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan dapat diklasifikasikan dalam setiap atau seluruh
kategori-kategori dari perusahaan-perusahaan berbeda. Lebih baik
memusatkan perhatian pada biaya lingkungan untuk keputusan-keputusan
manajemen.
Gambar 2. Spektrum Pengukuran Biaya Lingkungan
Sumber: United States Environmental Protection Agency [EPA], 1995 dalam
buku Akuntansi Lingkungan & Pengungkapannya (Ikhsan Arfan,
2008 : 39)
Gambaran dan hubungan biaya, beberapa biaya lingkungan biasa
disebut dengan “biaya tidak terukur” atau “biaya terukur” karena biaya
tersebut terjadi karena untuk mempengaruhi hubungan (meskipun terukur)
pandangan manajer, pelanggan, karyawan, masyarakat maupun regulator.
Biaya ini juga diistilahkan dengan “gambaran perusahaan” dan “hubungan
Biaya
Konvensional
Lebih mudah untuk diukur Lebih sulit untuk diukur
Biaya
Tersembunyi
Biaya
Sosial
Hubungan/
Gambaran
biaya
Biaya
Tidak
pasti
28
biaya”. Kategori ini dapat memasukkan biaya pada laporan tahunan
lingkungan dan kegiatan hubungan masyarakat, biaya-biaya yang terjadi
merupakan biaya sukarela untuk kegiatan lingkungan serta biaya untuk
pengenalan program. Biaya ini merupakan “biaya tidak terukur” tetapi
manfaat langsung yang dihasilkan sering berasal dari gambaran biaya
hubungan/perusahaan. Namun apabila biaya diklasifikasikan kedalam
kategori yang berdasarkan model kualitas, maka terbagi atas :
1. Biaya Pencegahan: merupakan investasi yang dibuat dalam suatu
usaha untuk menjamin konfirmasi yang dibutuhkan. Misalnya
kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam orientasi anggota tim,
pelatihan dan pengembangan standart perencanaan serta prosedur.
2. Biaya Penilaian: merupakan biaya yang terjadi untuk
mengidentifikasi kesalahan setelah kejadian. Misalnya kegiatan-
kegiatan seperti pengujian.
3. Biaya Kesalahan Internal: merupakan biaya yang mempekerjakan
kembali dan biaya perbaikan sebelum diserahkan kepada pelanggan.
Misalnya adalah memperbaiki kesalahan yang dideteksi sepanjang
pengujian internal.
4. Biaya Kesalahan Eksternal: merupakan biaya yang mempekerjakan
kembali dan biaya perbaikan setelah diserahkan kepada pelanggan.
Satu contoh akan mempekerjakan dan memperbaiki hasil dari
pengujian yang diterima. Contoh lainnya, biaya aktual yang terjadi
sepanjang jaminan dukungan.
29
F. Biaya Produksi
1. Definisi Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang
terdiri bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Biaya produksi ini disebut juga dengan biaya produk yaitu biaya-biaya yang
dapat dihubungkan dengan suatu produk dimana biaya ini merupakan bagian
dari persediaan (Bustami dan Nurlela, 2013 : 12).
2. Komponen Biaya Dasar
Usaha produksi yang dilangsungkan dalam suatu pabrik pada umumnya
terdapat 3 komponen biaya dasar, yaitu :
a) Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya bahan baku langsung merupakan biaya bagi bahan-bahan yang
secara langsung yang digunakan dalam produksi untuk mewujudkan
suatu macam produk jadi yang siap untuk dipasarkan, atau siap
diserahkan kepada pemesan. Pengertian lainnya biaya bahan baku
langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari produk selesai.
b) Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya bagi para tenaga kerja yang
langsung ditempatkan dan digunakan dalam merubah, mengonversi,
dan menangani kegiatan-kegiatan produksi bahan baku menjadi produk
selesai. Biaya tenaga kerja langsung dapat dikatakan biaya-biaya ini
30
hampir sama dengan biaya bahan baku langsung, perbedaannnya
terletak pada bahan dan tenaga kerja.
c) Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam mengubah bahan menjadi
produk selesai. Biaya overhead dapat dikelompokkan menjadi elemen :
1) Bahan tidak langsung : bahan yang digunakan dalam penyelesaian
produk tetapi pemakaiaannya relatif lebih kecil.
2) Tenaga kerja tidak langsung : tenaga kerja yang membantu dalam
pengolahan produk selesai.
3) Biaya tidak langsung lainnya :biaya selain bahan tidak langsung dan
tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan
produk selesai.
Dari dua tiga unsur utama biaya produksi dapat digolongkan secara
terminologi biaya sebagai berikut :
a. Biaya Utama
Biaya utama adalah gabungan antara biaya bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya Konversi
Biya konversi adalah biaya yang digunakan untuk merubah bahan baku
langsung menjadi produk selesai. Biaya ini merupakan gabungan
antara biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
31
G. Tahap-Tahap Perlakuan Alokasi Biaya Lingkungan
Sebelum mengalokasikan pembiyaan untuk pengelolaan dampak lingkungan
seperti pengelolaan limbah, pencemaran lingkungan, pencemaran udara,
pencemaran suara dan efeksosial lainnya, perusahaan perlu merencanakan tahap
pencatatan pembiyaan tersebut. Tahap-tahap ini dilakukan agar dalam
pengalokasian anggaran yang telah direncanakan untuk satu periode akuntansi
dapat diterapkan dengan efektif dan efisien. Pencatatan pembiyaan untuk
mengelola sampah-sampah yang dikeluarkan dari hasil sisa produksi suatu usaha
dialokasikan dalam tahap-tahap tertentu dan masing-masing tahap memerlukan
biaya yang dapat dipertanggungjawabkan, dan tahap-tahap pencatatan itu dapat
dilakukan sebelum periode akuntansi berjalan sesuai dengan proses produksi yang
dilakukan perusahaan tersebut (Munn dalam Haryanto dalam Mulyani). Berikut
tahap-tahap perlakuan alokasi biaya sebagaimana yang ditentukan dalam
Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) :
1. Identifikasi
Pertama kali perusahaan akan menentukan biaya untuk pengelolaan
biaya penanggulangan eksternality yang mungkin terjadi dalam kegiatan
operasioanal usahanya adalah dengan mengidentifikasi dampak negatif
tersebut. Sebagai contoh misalkan sebuah rumah sakit yang diperkirakan
akan menghasilkan limbah berbahaya sehingga memerlukan penanganan
khusus untuk hal tersebut mengidentifikasi limbah yang mungkin
ditimbulkan antara lain : limbah padat, limbah cair dan limbah gas yang
berasal dari kegiatan instalasi rumah sakit atau kegiatan karyawan maupun
32
pasien (Sudigyo dalam Haryanto dalam Mulayani : 2012). Biaya-biaya
lingkungan yang ada, diklasifikasikan oleh perusahaan secara berbeda-beda,
jadi setiap perusahaan memiliki pandangan berbeda-beda dari penentuan
biaya akuntansi lingkungan .
2. Pengakuan
Pengakuan adalah pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam sistem
akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan
terefleksi dalam laporan keunagan (Suwardjono, 2011 : 134).
Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos
yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan. Pengakuan
dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun
dalam jumlah uang dan mencantumkannya kedalam neraca atau laporan
laba rugi (Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan
paragraf 82-83 2015). Pos yang memenuhi definisi unsur kriteria pengakuan
adalah :
a) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomik yang berkaitan
dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan
b) Pos tersebut mempunyai nilaia atau biaya yang dapat diukur
dengan andal.
3. Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan
pada suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan. Jumlah
rupiah ini akan dicatat untuk dijadikan data dasar dalam penyususnan
33
keuangan. Pengukuran lebih berhubungan dengan masalah penentuan
jumlah rupiah yang dicatat pertama kali pada saat suatu transaksi terjadi
(Suwarjodjono, 2011: 133).
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan (Kerangka Dasar
Penyajian Laporan Keuangan, paragraf 99 tahun 2015). Proses ini
menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu (Kerangka Dasar
Penyajian Laporan Keuangan, paragraf 100 tahun 2015). Berbagai dasar
pengukuran tersebut adalah :
a. Biaya Historis: aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas)
yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration)
nyang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat
perolehan.
b. Biaya Kini: aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh
sekarang.
c. Nialai Realisasi/penyelesaian: aset dinyatakan dalam jumlah kas
(atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset
dalam pelepasan normal (orderly disposal).
d. Nilai Sekarang (present value): aset dinyatakan sebesar arus kas
masuk bersih dimasa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang
dari pos yang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil
dalam pelaksanaan usaha normal.
34
4. Penyajian
Penyajian menetapkan tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos
dalam seperangkat statemen keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup
informatif (Suwardjono, 2011 : 134). Standart Akuntansi per 1 september
2007, PSAK No 1 tentang penyajian Laporan Keuangan mengungkapkan
dalam paragraf 09, mengenai informasi tambahan dinyatakan sebagai
berikut :
“Perusahan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added
statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan
hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap
pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan
penting.”
Kemudian pada paragraf 16 menyebutkan bahwa :
“Apabila belum ada pengaturan oleh PSAK, maka pihak manajemen
bisa menggunakan pertimbangannya untuk menetapkan kebijakan
akuntansi yang memberikan informasi yang bermanfaat bagi penguna
laporan keunagan.’’
PSAK per 1 September 2007 No 33 paragraf 65 tentang akuntansi
pertambangan umum yang juga mengatur tentang pengelolaan lingkungan
hidup (PLH), maka penyajian laporan keuangan sebagai berikut:
“Taksiran kewajiaban PLH disajiakan dineraca sebesar jumlah
kewajiaban yang telah diakru, setelah dikurangi dengan jumlah
pengeluaran yang sesungguhnya terjadi.”
35
Model komprehensif yang dapat dijadikan sebagai alternatif model
pelaporan keuangan lingkungan secara garis besar dapat dikategorikan
dalam 4 (empat) macam model (Haryono dalam Mulyani, 2003) yaitu :
a. Model Normatif
Model ini berawal dari premis bahwa perusahaan akan membayar
segalanya. Model normatif mengakuai dan mencatat biaya-biaya
lingkungan secara keseluruhan yakni dalam lingkup satu ruang
rekening secara umum bersama rekening lain yang serumpun. Biaya-
biaya serumpun tersebut disisipkan dalam sub-sub unit rekening
biaya tertentu dalam laporan keungan.
b. Model Hijau
Model hijau menetapkan biaya dan manfaat tertentu atas lingkungan
bersih. Selama suatu perusahaan menggunakan sumber daya,
perusahaan tersebut harus mengeluarkan biaya sebesar konsumsi atas
biaya sumber daya. Proses tersebut memaksa perushaan
menginternalisasikan biaya pemakaian sumber daya meskipun
mekanisme pengakuan dan pengungkapan belumemadai dan
kemudian melaporkan biaya tersebut dalam laporan keuangan yang
terpisah dari laporan keunagan induk untuk memberikan penjelasan
mengenai pembiayaan lingkungan diperusahaan.
c. Model Intensif Lingkungan
Model pelaporan ini mengharuskan adanya pelaksanaan kapitalisasi
atas biaya perlindungan dengan reklamasi lingkungan. Pengeluaran
36
akan disajiakan sebagai investasi atas lingkungan sedangkan aktiva
terkait lingkungan tidak didepresiasi sehingga dalam laporan
keuangan selain pembiayaan yang diungkapkan secara terpisah, juga
memuat mengenai catatan-catatan aktiva tetap yang berhubungan
dengan lingkungan yang dianggap sebagai investasi untuk
lingkungan.
d. Model Aset Nasional
Model aset nasional mengubah sudaut pandang akuntansi dari
tingkat perusahaan (skala mikro) ke tingkat nasional (skala makro),
sehinga dimungkinkan untuk meningkatkan tekanan terhadap
akuntansi untuk persediaan dan arus sumberdaya alam. Dalam model
ini dapat ditekankan bahwa selain memperdulikan lingkungan dalam
pengungkapannya untuk menginterpretasikan pembiayaan
lingkungan tersebut sebagai aset nasioanal yang dipandang sebagai
tanggung jawab secara nasional
5. Pengungkapan
Pengungkapan berkaitan dengan cara pembeberan atau penjelasan hal-
hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain
apa yang dapat dinyatakan melalui statemen keuangan utama (Suwardjono,
2011 : 134).
Pengungkapan memiliki arti tidak menutupi atau tidak
menyembunyikan. Apabila terkait dengan data, pengungkapan diartikan
sebagai memberikan data yang bermanfaat karena apabila tidak bermanfaat,
37
tujuan dari pengungkapan tidak akan tercapai (Ikhsan, 2008). Mengacu pada
PSAK No 33 tahun 2007 paragraf 66 tentang Akuntansi Pertambangan
Umum yang juga mengatur tentang pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH),
maka hal-hal yang wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keungan
sebagai berikut :
a. Kebiajakan akuntansi sehubungan dengan :
1) Perlakuan Akuntansi atas pembebanan biaya limbah
2) Metode penyusuatan prasarana pengelolaaan limbah
b. Mutasi taksiran kewajiban provisi pengelolaan lingkungan hidup
hidup selama tahun berjalan dengan menunjukkan :
1) Saldo awal
2) Penyisihan yang dibentuk
3) Pengeluaran sesungguhnya
4) Saldo akhir
c. Kegiatan PLH yang telah atau sedang berjalan
H. Limbah
1. Pengertian Limbah Industri
Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi andalan
perekonomian Indonesia. Perkembangan sektor industri memiliki peran
penting dalam memberikan dampak positif terhadap perekonomian seperti
menyerap tenaga kerja, meningkatkan kesejahteraan, dan memperluas
kesempatan bagi masyarakat. Di sisi lain pertumbuhan sektor industri juga
membawa efek negatif terhadap lingkungan yaitu semakin meningkatnya
38
jumlah limbah industri dan semakin berkurangnya sumberdaya alam.
Menurut Zulkifli (2014) dalam buku Pengelolaan Limbah Berkelanjutan
limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi, baik industri domestik, yang kehadirannya pada suatu saat tertentu
tidak dikehendaki lingkungan karena dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Sedangkan menurut Kristianto (2002), menyatakan bahwa limbah adalah
buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Secara umum,
berdasarkan kamus Besar Bahasa Indonesia (1998) limbah diartikan sebagai
sisa proses produksi, termasuk air buangan pabrik atau industri. Pengertian
sisa tersebut bahwa bahan yang dihasilkan tersebut adalah bahan sampingan
yang tersisa setelah proses produksi utama selesai.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, peneliti menarik kesimpulan
bahwa limbah adalah sisa atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu
proses produksi.
2. Penggolongan Limbah
a. Padat
Limbah padat atau sampah merupakan bahan-bahan buangan rumah
tangga atau pabrik yang tidak digunakan lagi atau tidak terpakai
dalam bentuk padat. Sampah merupakan limbah yang paling banyak
terdapat di lingkungan. Contoh limbah padat yang terdapat pada PG
Pesantren Baru Kediri ini adalah ampas tebu, blotong (endapan), dan
abu pembakaran ampas tebu.
39
b. Cair
Limbah cair atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang
berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum
lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat
yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta
mengganggu lingkungan hidup. Contoh limbah cair yang terdapat
pada PG Pesantren Baru Kediri adalah bekas kondensor dan air cuci
tapisan.
c. Gas
Limbah gas adalah pencemaran udara yang dapat ditimbulkan oleh
sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Sifat alami udara
mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat lokal,
regional, maupun global. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
pencemaran udara, diantaranya pencemaran yang ditimbulkan oleh
sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi
keduanya. Pencemaran udara dapat mengakibatkan dampak
pencemaran udara bersifat langsung dan tidak langsung dalam kurun
waktu lama. Dalam hal ini contoh pencemaran udara (gas) dalam PG
Pesantren Baru Kediri adalah asap cerobong yang merupakan gas
sisa pembekaran dari katel uap.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan fenomena dan fakta yang
senyatanya terjadi di lapangan mengenai penerapan akuntansi lingkungan yang
ada di PG Pesantren Baru Kediri. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan memahami bagaimana perilaku sosial perusahaan dalam
melaksanakan aktifitasnya dan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan.
Maka dari itu peneliti menggunakan jenis penelitian Deskriptif.
Mardalis (2014 : 26) dengan jenis penelitian deskriptif penulis dapat
mendiskripsikan, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi
yang sekarang ini terjadi yang lebih memusatkan pada suatu kasus tertentu secara
intensif, sehingga menggunakan jenis penelitian deskriptif yang didasarkan
anggapan bahwa peneliti dapat memaparkan dan menjawab pertanyaan yang
terdapat pada rumusan masalah mengenai penerapan akuntansi lingkungan yang
ada di PG Pesantren Baru Kediri, selain itu diharapkan penelitian ini dapat
mengetahui sejauh mana perusahaaan menunjukkan tanggungjawabnya terhadap
kepentingan sosial dan lingkungan.
B. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, fokus penelitian terletak pada :
1. Komponen biaya pengelolaan limbah pada PG Pesantren Baru
Kediri tahun 2016 (Laporan Keuangan).
41
2. Perlakuan biaya pengelolaan limbah pada PG Pesantren Baru Kediri
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah :
Nama Perusahaan : PG Pesantren Baru Kediri
Alamat : Jl. Mauni Pesantren, Kediri
Kota kediri, Jawa Timur 64131
Bidang/Sektor : Perkebunan
Alasan memilih PG. Pesantren baru Kediri adalah :
1. Menjadi salah pabrik gula yang unggul dalam kinerjanya, yang mana
memiliki kadar gula dalam tebu tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 8,03%.
2. PG Pesantren Baru Kediri dari tahun ketahun mengalami peningkatan
produksi yang berdampak pada peningkatan limbah. Peningkatan limbah
ini perlu dikaji ulang karena masih adanya pencemaran lingkungan dari
limbah PG. Meningkatnya limbah tersebut membuat meningkatnya biaya
yang harus dikeluarkan oleh PG Pesantren Baru Kediri sehingga perlu
adanya perlakuan akuntansi pada biaya pengelolaan limbah.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan
data sekunder. Dimana data primer diperoleh secara langsung oleh peneliti dengan
melakukan wawancara dan dokumentasi, biasanya berupa gambaran umum
perusahaan serta kegiatan-kegiatan sosial perusahaan. Selain data tersebut peneliti
42
juga menggunakan data sekunder, data sekunder ini diperoleh melalui media
perantara atau secara tidak langsung, yaitu berupa biaya-biaya pengelolaan limbah
yang dikeluarkan oleh PG Pesantren Baru Kediri (laporan keuangan 2016).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat dimaknai sebagai kegiatan peneliti dalam
upanya mengumpulkan sejumlah data lapangan. Teknik pengumpulan data juga
merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan
bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang
digunakan. Teknik yang penulis lakukan dalam pengumpulan data adalah :
1. Interview (wawancara)
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan. Wawancara merupakan bagian terpenting dalam setiap survey
karena tanpa wawancara peniliti akan kehilangan informasi yang hanya
dapat diperoleh dengan bertanya langsung kepada responden. Tujuan dari
wawancara ini adalah untuk mengumpulkan informasi dan bukannya untuk
merubah ataupun mempengaruhi pendapat responden. Adapun beberapa
jenis wawancara yang peniliti lakukan atau gunakan dalam penelitian ini.
Apabila dikaji menurut prosedurnya, wawancara yang sesuai dengan
penelitian ini adalah wawancara bebas dimana proses wawancara
interviewer tidak secara sengaja mengarahkan tanya-jawab pada pokok-
pokok persoalan dari fokus penelitian dan interviewer (orang yang
43
diwawancarai). Sedangkan apabila dikaji menurut sasaran penjawabnya,
penelitian ini menggunakan wawancara perorangan dimana proses tanya
jawab bertatap muka secara langsung antara pewawancara dengan
seseorang yang diwawancarai. Cara seperti ini akan mendapatkan data
yang lebih intensif.
Peneliti melakukan tanya jawab langsung terhadap karyawan
perusahaan, agar mendapat informasi yang lebih akurat. Manfaat dari
wawancara ini adalah dimana apabila peneliti terdapat adanya
ketidaktahuan atau adanya persoalan yang ingin ditanyakan, peneliti bisa
langsung bertanya dan mendapat jawaban secara akurat.
2. Dokumentasi
Sebuah metode pengumpulan dokumen-dokumen yang terkait dengan
laporan pertanggung jawaban sosial PG Pesantren Baru Kediri. Data yang
diperoleh berupa laporan biaya yang dikeluarkan oleh PG Pesantren Baru
Kediri pada tahun 2016.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam penelitian untuk
memperoleh data lapangan. Berkaitan dengan metode pengumpulan data maka
instrumen yang peneliti gunakan adalah
1. Wawancara langsung kepada karyawan PG Pesantren Baru Kediri
2. Dokumentasi yang berupa daftar yang dikumpulkan datanya .
44
G. Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah penelitian.
Tahapan-tahapan pada analisis data yang peneliti lakukan adalah :
1. Mengumpulkan data dan menganalisa data yang telah diperoleh dari hasil
wawancara maupun dokumentasi yang kemudian dibandingkan antara data
hasil wawancara dengan data dokumentasi perusahaan berupa laporan
keuangan. Dari data tersebut akan diketahui secara pasti apa saja biaya
pengelolaan limbah yang telah dikeluarkan oleh PG Pesantren baru Kediri,
dan bagaimana perlakuan biaya pengelolaan limbah yang diterapkan oleh
pihak PG Pesantren Baru Kediri.
2. Hasil dari analisa tersebut selanjutnya akan diperbandingkan dengan teori
dan konsep serta dibandingkan dengan Standart Akuntransi Keuangan No.
1 paragraf 09 dan 16 tahun 2007 serta Standart Akuntansi Keuangan No.
33 pargraf 65-66 tahun 2015 dan Pernyataan Strandart Akuntansi lainnya
yang mendukung. Tujuan dilakukan langkah ini adalah untuk mengetahui
kesesuaian atau tidak antar teori yang berkembang secara umum denagn
praktek yang terjadi di PG Pesantren baru Kediri.
3. Pada tahap ini peneliti memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan.
Apabila analisis masih banyak kekurangan dengan teori dan tidak sesuai
dengan PSAK mengenai perlakuan biaya, maka peneliti memberikan saran
atau masukan yang diperlukan.
45
H. Keabsahan Data
Keabsahaan data berkaitan dengan kevalidan sebuah data yang diperoleh
peneliti di lapangan dan diperlukan untuk menjaga derajat kepercayaan data pada
suatu penelitian. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan. Moleong, 2014 : 326 menjelaskan terdapat tiga teknik pemeriksaan
keabsahan data yaitu 1) perpanjang keikutsertaan, 2) ketekunan/ keajegan
pengamatan dan 3) triangulasi.
Peneliti menggunakan teknik triangulasi pada penelitian ini. Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap
data itu (Moleong, 2014 : 330). Terdapat tiga jenis triangulasi yaitu triangulasi
sumber, triangulasi metode, dan triangulasi teori.
Ketiga triangulasi tersebut, peneliti menggunakan triangulasi sumber.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2014 : 331).
Peneliti membandingkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada karyawan
PG Pesantren Baru Kediri bagian AKU dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
yaitu laporan keuangan dan rencana anggaran kinerja perusahaan.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Singkat PG Pesantren Baru Kediri
Pada saat didirikan yakni tahun 1849, pabrik Gula Pesantren adalah milik
perseroan dari bangsa Indonesia keturunan Cina yang memproduksi gula
merah. Pada saat itu bangsa Indonesia berada di bawah penjajahan Belanda,
pada tahun 1890 perusahaan di ambil alih oleh Belanda, sedangkan
pengelolaannya diserahkan pada NV. JAVASCHE CULTURE
MATSCHAPPIJ (JMC) di Indonesia di wakili oleh N.V NEDERLANDS
INDISCHE LANDBOUW MATSCHAPPIJ. Pabrik Gula Pesantren Baru
tidak hanya sekali mengalami rehabilitasi yakni pada tahun 1911, 1928,1932 .
Tiga tahun kemudian yakni tahun 1935 mengalami pembaruan dalam
produksi gula merah menjadi gula putih.
Pada masa perang dunia kedua, Jepang berhasil memenangkan perang
Asia Timur Raya tahun 1942 dan mengambil alih pabrik gula hingga tahun
1945, dan pada tahun itu pula pihak sekutu memenangkan pertempuran tahun
1957 pemerintahan sekutu yang di wakili oleh Belanda mengelola pabrik gula
pesantren dengan mengambil tenaga kerja bangsa Indonesia sendiri dan
kepengurusannya di pegang oleh perusahaan negara perkebunan. Dalam
tahun itu pula pemerintah Republik Indonesia berusaha mengembalikan Irian
Barat kepada pemerintah Indonesia dan mengambil alih semua perusahaan
47
milik Belanda yang ada di Indonesia termasuk pabrik gula pesantren,
pengelolaan nya di lakukan olen PPN (Perusahaan Perkebunan Nusantara).
Baru pada tahun 1960 sesuai UU NO.9 Tahun 1960 di bentuk BPU-PPN
Gula yang mengkordinir pengelolaan pabrik-pabrik gula. Setelah berlakunya
PP NO.166 Tgl 26 April 1961 Pabrik Gula Pesantren termasuk dalam
karisidenan kediri bersama 4 (empat) pabrik gula lainnya, di susul dengan
keluarnya peraturan perkebunan negara (BPU-PPN), tiap-tiap pabrik
kepengurusan nya meliputi :
1. Direksi karet
2. Direksi aneka tanaman
3. Direksi aneka tembako
4. Direksei aneka gula
Semua pabri gula termasuk dalam Direksi aneka gula yang telah bebadan
hukum sendiri dengan sistem BPU-PPN. Pada tahun 1967 mulai berlaku
INPRES NO.7 tahun 1967 tentang pengesahaan pengolahan perusahaan
negara, sehingga pada tahun 1969 BPU-PPN dibubarkan, semua pihak gula di
seluruh Indonesia di bawah Departemen Pertanian dan di bentuk Perusahaan
Negara Perkebunan (PNP) dimana Pabrik Gula Pesantren termasuk dalam
linkup PNP XXI.
Dengan peraturan pemerintah NO 23 tahun 1973 yang berlaku tanggal 1
januari 1974, PNP XXI menggabungkan diri dengan PNP XXII menjadi PT
PERKEBUNAN XXI-XXII (PERSERO) pada tanggal 19 Juli 1978 oleh
mentri pertanian Prof. Ir. Soedarsono Hadi Saputro. Pemakaian pabrik gula
48
pesantren baru diresmikan, sedangkan pebrik gula pesantren lama di
berhentikan pengoprasionalnya pada tanggal 19 juli 1979. Terhitung mulai
tanggal 11 maret 1996 dengan peraturan pemeintah RI NO. 15 tahun 1996
tanggal 14 Februari 1996 peleburan perusahaan perseroan (PERSERO) PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA X. Akta Notaris HARUN KAMIL, SH No.
43 tanggal 11 maret 1996 tentang pendirian perusahaan persero PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA X.
2. Visi dan Misi PG Pesantren Baru Kediri
a. Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan agroindustri terkemuka yang berwawasan
lingkungan.
b. Misi Perusahaan
a. Berkomitmen menghasilkan produk berbasis bahan baku tebu dan
tembako berdaya saing tinggi di pasar domestik dan internasional
yang berwawasan lingkungan.
b. Berkomitmen menjaga pertumbuhan dan kelangsungan usaha
melalui optimalisasi dan efisiensi di segala bidang.
c. Mendedikasikan diri untuk selalu meningkatkan nilai-nilai
perusahaan bagi kepuasan pemangku kepentingan melalui
kepemimpinan, inovasi dan kerjasama team diserta organisasi yang
profesional.
3. Kondisi PG Pesantren Baru Kediri
a) Lokasi PG Pesantren Baru Kediri
49
PG Pesanten Baru terletak kurang lebih 7 Km sebelah timur kota
kediri desa pesantren kec. Pesantren kodya kediri prov. Jawa timur. PG
Peantren Baru mempunyai areal tanaman yang teerletak kira – kira 12 Km
di sebelah timur Pesantren atau 18 Km sebelah timur kota Kediri. Areal ini
sering di sebut HGU (HAK GUNA USAHA) yang terletak di dusun
jengkol kec. Ploso kidul kab. Kediri. Tanah ini di batasi oleh 7 desa dan 2
kecamatan. Sebelah utara di batasi oleh desa trisula kec. Plosoklaten, belah
timur di batasi oleh PTP XXI Rangkah Pawon, sebelah selatan di batasi
oleh Desa Ngancar kec. Ngancar dan sebelah barat desa jarak Tempurejo
Plosokidul Plosolor Pranggan kec. Plosoklaten. Mempunyai topografi
datar dengan slope kurang 2% dari ketinggian lebih kurang rata-rata 200-
300 Mdpl, sedangkan areal tanaman persil di djengkol topo grafinya agak
miring dengan tipe ntara 2-5%. Apabila dilihat dari batas koordinatnya
dalah sebagai berikut :
Titik 1 : 07o 50’ 11,32” LS ;112o 03’ 18,74” BT
Titik 2 : 07o 50’ 19,46” LS ;112o 03’ 18,74” BT
Titik 3 : 07o 50’ 35,27” LS ;112o 03’ 18,74” BT
Titik 4 : 07o 50’ 18,51” LS ;112o 03’ 18,74” BT
Lokasi PG. Pesantren Baru cukup setrategis, karena adanya faktor-
faktor sebagai berikut:
1. Bahan baku
PG Pesantren Baru adalah daerah yang dekat dengan bahan baku
yaitu tebu. Tebu adalah bahan baku utama di PG Pesantren Baru
50
untuk kegiatan produksi. Bahan baku tebu dapat diperoleh dari kota
Kediri, Pesantren, Wates, Pagu, Ngasem, Gurah, Plosoklaten,
Puncu, Plemahan, Pare, Kepung, Kandangan, Kasembon dan lain-
lain.
2. Sumber Air
Untuk proses produksi dan kegiatan lain-lain PG Pesantren Baru,
kebutuhan akan air akan dapat dipenuhi dengan menggunakan
limbah yang sudah diolah kembali.
3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja PG Pesantren Baru sebagian besar berasal dari daerah
sekitar akan tetapi untuk karyawan stafnya berasal dari luar daerah
pabrik, karena penerimaan dan pengangkatan stafnya ditentukan
oleh Direksi PT. Perkebunan Nusantara X ( Persero ) yang terletak
di Jl. Jembatan Merah No. 3-5, Surabaya.
4. Sarana Transportasi
PG Pesantren Baru terletak di sebelah timur kota Kediri, sehingga
dapat mempermudah transportasi pengangkutan bahan baku dan
transportasi karyawan.
b) Struktur Organisasi PG Pesantren Baru Kediri
Struktur organisasi merupakan unsur yang penting dalam suatu
institusi. Dari struktur organisasi tersebutlah dapat dilihat secara jelas garis
tanggung jawab serta wewenang dari masing-masing bagian. Berikut job
diskripsi dari bagan struktur organisasi yang terdapat di lampiran 1 :
51
1) General Manager
General Manager merupakan pimpinan tertinggi pada PG Pesantren
Baru Kediri, berikut tugas dan tanggung jawab General Manager :
a) Mengkoordinasikan semua kegiatan pabrik dan bertanggung
jawab langsung kepada direksi.
b) Merumuskan sasaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh direksi.
c) Menetapkan strategi untuk mencapai sasaran perusahaan
(direksi).
d) Membantu direksi dalam menyusun perencanaan jangka panjang
maupun jangka pendek yang kemudian diusulkan dalam bidang
keuangan, personalia, produksi, teknik dan umum.
e) Melaksanakan kebijakan direksi dalam bidang keuangan,
personalia, produksi, teknik dna umum.
f) Melaksanakan tugas lain yang ditentukan oleh direksi.
g) Bertanggungjawab atas pelaksanaan rencana kegiatan yang telah
ditentukan dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan
(RKAP) kepada direksi PT. Perkebunan Nusantara X (persero).
2) Manager SDM (Sumber Daya Manusia)
a) Pengkoordinasian, pemantauan, dan pengevaluasi kegiatan
bagian SDM di Pabrik Gula Pesantren Baru Kediri.
b) Merencanakan dan mengusulkan Rencana Kerja dan Anggaran
tahunan Bagian SDM.
52
c) Melakukan koordinasi dengan para manager dan kepala urusan
di Kantor Direksi dalam rangka setrategis bisnis.
d) Membina dan menilai kinerja para bawahan.
e) Berkomitmen menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:
2008 dan sistem manajemen ISO 14001-:2004 di lingkungan
Pabrik Gula Pesantren Baru Kediri.
f) Berkomitmen menerapkan sistem anajemen mutu ISO 9001:
2008 dan sistem manajemen ISO 14001-:2004 di lingkungan
Pabrik Gula Pesantren Baru Kediri.
3) Manager Keuangan & Umum
a) Melaksanakan serta mengevaluasi Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) sehingga dapat diketahui sampai sejauh
mana realisasi yang dijalankan oleh perusahaan terhadap RKAP.
b) Mengkoordinir pelaksanaan tugas dalam tata usaha dan
keuangan yang meliputi :
(1) Perencanaan dan pengawasan keungan.
(2) Tata usaha keuangan/pembukuan.
(3) Pembinaan tenaga kerja sekretariat dan umum.
4) Manager Pengolahan
a) Mengikuti dan melaksanakan pedoman yang berlaku dengan
tujuan tercapainya kesempurnaan proses produksi gula yang
sesuai dengan standart kualitas yang telah ditentukan.
53
b) Bertanggungjawab dalam bidang pembuatan gula penjualan
tetes dan ampas.
Manager Pengolahan dibantu oleh beberapa Asman dalam
menjalankan tugasnya :
(1) Pengolahan: membantu mengawasi jalanya proses produksi
gula.
(2) Pemurnian: membantu mengawasi dan memantau jalannya
kegiatan produksi di stasiun pemurnian.
(3) Penguapan: membantu mengawasi dan memantau jalannya
kegiatan produksi di stasiun penguapan.
(4) Masakan: membantu mengawasi dan memantau jalannya
kegiatan produksi di stasiun masakan.
(5) Puteran: membantu mengawasi dan memantau jalannya
kegiatan produksi di stasiu puteran.
(6) Fostafasi dan Limbah: membantu mengawasi dan memantau
jalannya limbah hasil produksi.
5) Manager Instalasi
a) Bertanggungjawab atas kelancaran jalannya proses produksi
dengan menyediakan dan memelihara alat-alat yang diperluakn
dalam proses produksi .
b) Mengkoordinasi seluruh kegiatan isntalasi.
Manager Instalasi dibantu oleh beberapa Asman yaitu :
54
(1) Besali: bertanggungjawab atas ketersediaan peralatan lain dan
garasi
(2) Penataran dan kendaraan: bertanggungjawab atas kendaraan
pengangkut tebu atau limbah blotong.
(3) Gilingan: bertanggungjawab atas mesin yang berada pada
stasiun gilingan dan melakukan perawatanterhadap stasiun
gilingan.
(4) Listrik: bertanggungjawab atas ketersediaan listrik yang
digunakan selama proses produksi.
(5) Instrumen: bertanggungjawab atas ketersediaan instrumen yang
diguankan selam proses produksi.
(6) Ketel: bertanggungjawab atas semua mesin yang terdapat pada
stasiun ketel dan melakukan perawatan terhadap stasiun ketel.
6) Manager Tanaman
a) Menyediakan bahan baku tebu sesuai dengan standart tebu
pilihan PG Pesantren baru Kediri.
b) Membuat kegiatan secara rinci mengenai masa tanam tebu.
7) Manager Quality Control
a) Mengadakan penelitian dan hipotesis untuk meningkatkan
kualitas gula.
b) Melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditentukan oleh
chemiker sehingga kegiatan dilaboratorium berjalan lancar.
55
4. Sumber Daya Manusia PG Pesantren Baru Kediri
a) Tenaga Kerja (karyawan) PG Pesantren Baru Kediri
Faktor yang sangat penting bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah
organisasi, baik institusi maupun perusahaan adalah tenaga kerja.
Karyawan PG Pesantren Baru Kediri terbagi menjadi dua antara lain :
1. Karyawan Tetap
Adalah dimana dalam proses pengangkatan karyawan tersebut
melalui direksi pusat yaitu PTPN X dengan tugas pokoknya mengatur
dan bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan hidup
perusahaan.
2. Tenaga Kerja Borongan (Karyawan tidak tetap)
Adalah dimana dalam proses pengangkatan karyawan tersebut
tidak melalui direksi pusat (PTPN X) namun langsung melalui PG
Pesantren Baru Kediri sesuai dengan karyawan yang sedang
dibutuhkan. Biasanya ini terjadi pada saat musim giling, PG Pesantren
Baru Kediri banyak membutuhkan tenaga kerja. Lebih rincinya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja PG Pesantren Baru kediri
No Tenaga kerja Jumlah
(orang)
1 Karyawan Tetap 370
2 Tenaga Kerja Borongan
a. PKWT 768
b. Honorer 1
c. Outsourcing 183
Jumlah Total 1.322
Sumber : Data PG Pesantren Baru Kediri
56
b) Jam Kerja pada PG Pesantren Baru Kediri
1. Karyawan Bagian Kantor
Tabel 3. Jam Kerja Karyawan PG Pesantren Baru Kediri
Hari Jam Kerja Istirahat
Senin - Kamis 07.00 - 12.00
13.00 - 15.00
12.00 - 13.00
Jum’at 06.30 - 11.30 -
Sabtu 07.00 – 12.00 -
Sumber : PG Pesantren Baru Kediri
2. Karyawan Tidak Tetap
Pada masa giling yaitu bulan Mei sampai Oktober jam kerja dibagi
menjadi 3 shift :
a. Shift Pagi mulai pukul : 06.00 – 14.00 WIB
b. Shift Siang mulai pukul : 14.00 – 22.00 WIB
c. Shift Malam mulai pukul : 22.00 – 06.00 WIB
5. Sumber Daya yang Digunakan PG Pesantren Baru Kediri
1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan oleh PG Pesantren Baru Kediri dalam
proses produksi gula adalah tebu. Tebu tersebut disuplai dari petani (Tebu
Rakyat) dan dari perkebunan PG Pesantren Baru Kediri sendiri (Tebu
Sendiri) di wilayah Kota Kediri dan Kabupaten kediri.
2. Bahan Penolong
Selain bahan baku berupa tebu, proses pembuatan gula pada PG
Pesantren Baru Keidri menggunkan beberapa bahan penolong. Jenis bahan
penolong yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
57
Tabel 4. Jenis Bahan Penolong yang digunakan oleh PG Pesantren
Baru Kediri
No. Bahan Penolong Bentuk Fisik Kegunaan
1. Kapur Tohor Padat Membuat susu kapur.
2. Asam Fosfat Cair Bahan penolong pada
stasiun pemurnian.
Sumber : Data PG Pesantren Baru Kediri
6. Proses Produksi PG Pesantren Baru Kediri
a. Proses di Stasiun Persiapan
Tebu yang akan diproses menjadi gula berasal dari dua sumber yaitu
dari Tebu Rakyat (TR) dan tebu dari lahan milik PG Pesantren Baru Kediri
yang terletak di Kelurahan Djengkol yang disebut dengan Tebu Sendiri
(TS). Tebu dari perkebunan diangkut menggunakan truk ke emplacement
pabrik. Emplacement merupakan tempat penampungan sementara truk atau
iori. Kemudian dilakukan uji kematangan tebu dengan mengetes nilai brix
tebu. Brix adalah kadar bahan kering dibagi zat padat yang dicampur
dalam tebu (dalam %). Syarat kadar yang terlarut (brix) minimal yang
ditetapkan oleh PG Pesantren Baru Kediri 18%. Bila tebu yang tidak
memenuhi syarat maka tebu tersebut ditolak oleh PG Pesantren baru
Kediri dan dibawa ke pabrik lain yang lebih rendah.
b. Proses di Stasiun Gilingan
Pada hammer shredder tebu di cacah supaya lebih lembut agar saat
digiling mendapatkan nira yang maksimal sehingga gula yang dihasilkan
banyak. Pencacahan ini jumlahnya 80 buah dengan kecepatan 1600 rpm
dan bergerak searah tebu yang terbawa cane camer. Dari hasil hasil
gilingan tersebut, tebu yang sudah menjadi serpihan dibawa dengan
58
menggunakan elevator menuju stasiun penggilingan. Pada stasiun
penggilingan ini terdapat 5 unit gilingan (cane mili) dengan ukuran rol 40o
x 78o dimana cane ini digerakkan dengan penggerak turbine dengan
kekuatan 750 HP. Cacahan tebu tersebut diperah pada unit gilingan
sehingga dihasilkan nira dan ampas. Nira hasil pemerahan tebu dari stasiun
tebu dari stasiun gilingan disebut dengan nira mentah. Selanjutnya nira
mentah dipompakan ke stasiun pemurnian.
c. Proses di Stasiun Pemurnian
Tujuan pemurnian nira adalah untuk memisahkan kotoran-kotoran
(organik dan anorganik) yang terdapat dalam nira melalui proses fisika
kimia dengan menggunakan bahan pembantu kapur, asam phospat dan
floculant. Kemudian nira masuk ke Flash Tank untuk menghilangkan gas-
gas terlarut dalam nira. Sebelum masuk ke Snowballing Tank
ditambahkan Flokulan yang berfungsi untuk membantu mempercepat
proses pengendapan di Dorr Clarifier dipisahkan antara nira jernih nira
kotor akan di filtrasi pada RVF untuk dipisahkan antara nira tapis dan
blotong. Nira tapis dipompa ke tangki nira mentah untuk diolah kembali
bersama-sama dengan nira mentah.
d. Proses di Stasiun Penguapan
Nira jernih hasil proses pemurnian masih banyak mengandung air
kurang lebih 80% maka untuk menghilangkan dilakukan proses
pemanasan nira dalam suatu bejana penguapan (evaporator). Uap nira dari
59
badan akhir kemudian masuk ke kondensor untuk proses kondensasi
sehingga menciptakan kondisi vacuum pada badan akhir.
e. Proses di Stasiun Masakan/Kristalisasi
Nira kental dari Stasiun Penguapan kemudian akan diproses lebih lanjut
(dikristalkan) di Stasiun Masakan/Kristalisasi. Terdapat 4 tahapan proses
kristalisasi, yaitu masakan R, masakan A, masakan C, masakan D. Bahan
dari masakan R yaitu Fine Liquor, RL Molases, RH Molases dan Dryseed.
Bahan masakan A yaitu Nira kental, klare SHS/AL Molases, Leburan Gula
C/D, dan Gula C (sebagai bibitan). Bahan masalan C yaitu Stroop A (AH
Motases) dan Klare D (DL Molases) dan gula D (sebagai bibitan),
sedangkan bahan masakan D yaitu Stroop A (AH Molases), Stroop C (C
Molases), dan Fondan (sebagai bibitan).
f. Proses di Stasiun Puteran
1) Puteran HGF (High Grade Fugal)
Puteran HGF terdiri dari 2 jenis sesuai fungsinya, yaitu HGF R
dan HGF A. Masakan R dari Stasiun Masakan diputar di HGF R
menghasilkan Gula Premium (produk) dan RH – RL Molases. Masakan
A dari Stasiun Masakan diputar di HGF A menghasilkan Gula A (Raw
Sugar) dan AH-AL Molases.
2) Puteran LGF (Low Grade Fugal)
Putaran LGF terdiri dari 2 jenis sesuai fungsinya, yaitu LGF C dan
LGF D. Masakan C diputar pada LGF C menghasilakan Gula C dan
Stroop C, sedangkan Masakan D diputar pada LGF D1 menghasilkan
60
gula D1 dan Tetes, kemudian Gula D1 diputar pada LGF D2
menghasilakan gula D2 dan Klare D. Tetes di tampung di tangki tetes
dan akan dijual di industri Ethanol atau MSG sebagai bahan baku
indutri tersebut.
g. Proses di Stasiun Penyelesaian atau Pengemasan
Secara umum proses ini terdiri dari : pengeringan gula produk,
pendinginan, penyaringan, dan pengemasan. Gula yang keluar dari puteran
HGF masih dalam keadaan basah dan panas (kadar air 2% dan suhu 70oC),
sehingga perlu dilakukan pengeringan. Dalam proses pengeringan dan
pendinginan digunakan peralatan SDC (Sugar Drier and Cooler).
Sedangakan pada proses penyaringan digunakan alat Grader untuk
memisahkan gula produksi, gula kasar, dan gula halus. Gula produksi akan
di tampung pada Sugar Bin dan ditimbang dan dikemas 50 kg/sak untuk
disimpan di gudang gula. Gula kasar dan halus akan dilebur dan diproses
kembali di stasiun masakan.
h. Proses di Stasiun Fosfatasi
Raw sugar/gula A di Stasiun Puteran kemudian di kirim ke Stasiuan
Fosfatasi untuk proses lebih lanjut. Di Stasiun Fostafasi terdiri dari 4
tahapan sebagai berikut :
1) Melting Station
2) Melt Clarification System
3) Multi Bed Filtration System
4) Melt Decolorization System
61
7. Hasil Produksi PG Pesantren baru Kediri
a. Hasil utama
Hasil utama dari proses produksi berupa gula SHS ( Super High Sugar )
dengan kapasitas 6.250 TCD ( Ton Cane Per Day ) Gula yang di produksi
PT Perkebunan Nusantara X menggunakan tebu sebagai bahan baku dan di
hasilkan dengan memanfaatkan proses defekasi-sulfitas. Pembuatan gula
kristal putih (GKP) merupakan tahapan proses yang panjang dan
melibatkan fenomena ekstraksi, reaksi kimia, pemisahan, penguapan,
kristalisasi, pengeringan, dan pendinginan. Gula kristal putih (GKP) yang
di hasilkan PT Perkebunan Nusantara X memiliki ICUMSA rata-rata 150
IU dan telah memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI).
b. Hasil Sampingan
Tetes merupakan sisa atau kotoran dari nira kental yang berupa cairan
kental. Tetes dapat diolah lagi menjadi bahan makanan ternak, campuran
vetsin, dan bahan alkohol.
c. Sisa Hasil Produksi (Limbah)
Sisa hasil produksi gula pada PG Pesantren Baru Kediri adalah ampas
dan kotoran yang dihasilkan dari proses produksi itu sendiri. Adapun sisa
hasil produksi gula adalah sebagai berikut :
1) Blotong
Limbah blotong adalah hasil buangan atau limbah dari kotoran tebu
yang dibawa dalam nira dan dipisahkan pada proses penampisan
(filtrasi), biasanya dalam blotong tersebut masih mengandung nira,
62
ampas halus dan zat-zat lain yang semuanya terikat dalam blotong.
Kandungan unsur dalam blotong berasal dari nira mentah yang
mengandung zat-zat bukan gula seperti monosakarida, zat warna,
asam-asam organik dan senyawa nitrogen. Blotong biasanya
berwarna kehitaman dan memiliki bau yang kurang sedap. Blotong
digunakan sebagai bahan bakar untuk menggerakakan lokomotif
dan dapat juga di dinginkan lalu di simpan kurang lebih dua bulan
untuk dapat digunakan sebagai pupuk.
2) Abu Ketel
Abu ketel adalah limbah padat yang berasal dari tungku
pembakaran boiler. Abu ketel merupakan abu sisa pembakaran
bahan bakar dari ampas tebu. Abu ketel yang merupakan abu
terbang ditangkap oleh peralatan wet scrubber ataupun cyclone
yang berada sebelum cerobong asap. Abu ketel yang terperangkap
air ini disalurkan ke bak pendingin dan peredaman abu ketel.
3) Limbah Cair
Limbah cair ditinjau dari jumlah dan sifat pencemarannya, limbah
cair dapat digolongkan menjadi dua yaitu air bekas pendinginan
kondensor yang jumlahnya cukup banyak tetapi daya
pencemarannya relatif lebih kecil dan air buangan lain polutan
yang merupakan air pencucian peralatan, tumpahan nira, bocoran
dari peralatan yang rusak dan air buangan dari boiler. Besarnya
tingkat pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah cair dipengaruhi
63
oleh beberapa faktor antara lain : peralatan, sistem kerjadan tata
letak sluran buangan dalam pabrik. Faktor peralatan dipengaruhi
oleh jenis alat, umur dan pemeliharaannya umur dan alat
pemeliharaannya berkaitan dengan kebocoran dan kerusakan alat.
8. Pengelolaan Limbah PG Pesantren Baru kediri
a. Limbah Padat
Jenis limbah padat yang dihasilkan oleh PG Pesantren Baru Kediri
adalah ampas tebu, blotong dan abu ketel. Ampas tebu yang dihasilkan
sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar boiler dan sebagian kecil
disimpan dalam bentuk bal untuk persediaan persiapan musim giling tahun
berikutnya.
Blotong adalah limbah padat yang berasal dari proses penjernihan nira.
Karena PG Pesantren Baru Kediri yang menggunakan vacuum filter dalam
penyaringan nira, maka blotong yang dihasilkan telah berada dalam
kondisi kering dan bercampur dengan ampas halus sebagai penyaring.
Blotong yang mengandung bahan organik oleh PG Pesantren Baru Kediri
saat ini telah dikembangkan sebagai pupuk organik dengan cara
pengomposan.
Abu ketel adalah limbah padat yang berasal dari tungku pembakaran
boiler abu ketel merupakan abu sisa pembakaran bahan bakar dari ampas
tebu. Abu ketel dimanfaatkan sebagai tanah uruk. Masyarakat yang
berminat mengambil abu ketel harus mengajukan izin dengan
sepengetahuan perangkat kelurahan.
64
b. Limbah Cair
Pabrik gula merupakan suatu unit produksi yang memerlukan air relatif
besar untuk proses dan membuangnya sebagai limbah. Air limbah pabrik
gula sebagian berasal dari air jatuhan kondensor dan air pendingin mesin-
mesin. Air jatuhan kondensor yang biasanya memiliki kualitas yang relatif
baik namun bersuhu tinggi biasanya langsung dialirkan ke bak pendingin,
kemudian sebagian dialirkan ke boiler sebagai air injeksi dan sebagian
dialirkan menuju saluran pembuangan setelah diturunkan suhunya di tray
aerator. Sedangkan air pendingin mesin dialirkan menuju IPAL. IPAL
Eksisting yang ada berfungsi sebagai unit pengolahan fisik, kimia dan
biologi. Unit-unit pengolahan tersebut secara berurutan adalah sebagai
berikut :
1) Bak Penangkap Minyak 4) Bak Aerasi
2) Bak Pembubuhan 5) Bak Pengendapan II
3) Bak Pengendapan I 6) Saluran Outlet
c. Limbah Gas
Limbah gas yang dikeluarkan dari kegiatan PG Pesantren Baru Kediri
terutama berasal dari cerobong boiler. Komponen utama limbah ini
partikulat debu hasil pembakaran ampas tebu atau pembakaran residu.
Upaya penanganan yang dilakukan adalah dengan pengaturan start-up
boiler dan dipasangkannya peralatan water scrubber dan cyclone pada
cerobong ketel.
65
B. Penyajian Data
Tabel 5. Biaya Produksi PG Pesantren Baru Kediri Tahun 2016
Persediaan Bahan Baku (awal)
Pembelian Bahan Baku
20.266.454.000
231.069.300
Biaya Angkut Pembelian Bahan
Baku
42.954.820
Retur Pemebelian Bahan Baku -
274.024.120
Jumlah Permbelian Bahan Baku
Bersih
20.540.478.120
Persediaan Bahan Baku (akhir) (20.266.454.000)
Pemakaian Bahan Baku 274.024.120
Upah Langsung 232.771.860
Biaya Overhead Pabrik
Pimpinan dan tata usaha 162.500.000
Pemeliharaan jalan dan jembatan 10.000.000
Pemeliharaan mesin dan instalasi 296.000.000
Eksploitasi alat pengangkutan 2.000.000
Lain-lain
Imbalan pengolahan lahan
3.235.774.922
27.362.370
Kebun bibit nenek 150.323.427
Biaya diluar kebun 706.693.013
Kebun bibit induk
Kebun bibit datar
1.183.865.239
2.859.945.285
Penggarapan tanah 1.353.149.560
Potong bibit 41.112.420
IPL pokok 3.586.848.375
Tata usaha desa 21.105.000
Sarana produksi 21.800.000
Pajak bumi dan bangunan 51.793.860
Persiapan/buka kebun 1.821.255.860
Pembukaan tanah 6.710.060.466
Penanaman 189.744.798
Pemupukan & bahan 15.431.463.335
Pemberian air 65.514.200
Pembumbunan 44.617.430
Penyiangan 115.832.692
Selametan 73.738.986
Impor tenaga
Bibit
19.640.000
438.956.780
Persiapan pemupukan 470.219.456
Pengairan 36.680.500
38.985.375.440 .
dilanjutkan . . . . . . .
66
lanjutan Tabel 5. . . . . .
Pemberantas hama/penyakit 3.238.778.299
Alat dan perkakas kebun 20.551.450
Pemakaian perkakas & suku cadang 11.469.509
Jalan 5.600.000
Stasiun pemrosesan 334.215.762
Sentral listrik 106.954.537
Jumlah Biaya Overhead 42.702.945.024
Biaya Produksi 43.209.741.004
Sumber: PG Pesantren Baru Kediri 2016
Tabel 6. Beban Biaya Usaha Yang Sejenis Dengan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Tahun 2015
No.
Perkiraan
Nama Perkiraan Biaya
510.008 Listrik Rp. 373.519.135
510.009 Air Rp. 109.388.242
512.307 Pemeliharaan Saluran Rp. 0
512.603 Pengelolaan penghijauan Rp. 936.745.791
115.304 Rekondisi dan Pengelolaan lingkungan
hidup
Rp. 797.264.025
515.300 Pembersihan pipa Rp. 200.056.871
516.307 Biaya uji Rp. 5.924.000
599.500 Kegiatan laboratorium Rp. 348.130.410
599.501 Pengukuran emisi dan ambient Rp. 24.007.751
Jumlah Rp. 2.795.036.225
Sumber: PG Pesantren Baru Kediri, 2015
Tabel 7. Beban Biaya Usaha Yang Sejenis Dengan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Tahun 2016
Perkiraan Nama Perkiraan Biaya
510.008 Listrik Rp. 468.466.651
510.009 Air Rp. 166.023.014
512.307 Pemeliharaan Saluran Rp. 1.250.000
512.603 Pengelolaan penghijauan Rp. 233.924.423
115.304 Rekondisi dan Pengelolaan lingkungan hidup Rp. 1.147.187.396
515.300 Pembersihan pipa Rp. 3.715.500
516.307 Biaya uji Rp. 534.375.586
599.500 Kegiatan laboratorium Rp. 64.053.290
599.501 Pengukuran emisi dan ambient Rp. 780.800.039
Jumlah Rp. 3.399.695.899
Sumber: PG Pesantren Baru Kediri, 2016
67
Tabel 8. Daftar Komponen Biaya Lingkungan Pengelolaan Limbah PG
Pesantren Baru Kediri Tahun 2016
515.304. Rekondisi & Pengelolaaan Lingkungan Hidup
No. Perkiraan Nama Perkiraan Jumlah
515.304.01 Pembersihan IPAL Rp. 106.869.612
515.304.02 Perbaikan IPAL / spraypond Rp. 603.410
515.304.03 Koordinasi Lingkungan Rp. 19.670.000
515.304.04 Pengoperasian IPAL Rp. 197.524.421
515.304.05 Pemeliharaan Bak Pengendap & Aerasi Rp. 14.857.219
515.304.06 Pemeliharaan Saluran Outlet Rp. 14.857.219
515.304.07 Pemeliharaan Saluran Dalam Pabrik Rp. 44.740.600
515.304.09 Pengukuran Emisi Udara & Ambient Rp. 109.997.250
515.304.10 Analsis Contoh Air Limbah Rp. 57.936.600
515.304.11 Pembuangan Abu Ketel Rp. 438.006.508
515.304.12 Pembuangan Blotong Rp. 142.124.557
Jumlah Rp. 1.147.187.396
Sumber: PG Pesantren Baru Kediri 2016
C. Analisis Data
1. Komponen Biaya Pengelolaan Limbah
PG Pesantren Baru Kediri merupakan unit dari PT. Perkebunan Nusantara
X merupakan industri yang dinaungi oleh pemerintah. PG Pesantren Baru
Kediri dalam mengklasifikasi biaya lingkungannya berdasarkan jenis
limbahnya yaitu limbah padat, cair dan gas. Klasifikasi biaya lingkungan
tersebut dapat dilihat pada tabel 9. Biaya lingkungan tersebut muncul karena
adanya aktifitas dari PG Pesantren Baru Kediri dalam memproduksi gula
yang kemudian menimbulkan limbah. Limbah tersebut kemudian diolah agar
tidak mencemari lingkungan, dalam mengelola limbah PG Pesantren Baru
Kediri mengeluarkan biaya.
Tabel 6 dan 7 menunjukkan adanya beban biaya lingkungan mengenai
pengelolaan limbah pada tahun 2015 dan 2016 dengan nama perkiraan
Rekondisi & Pengelolaan Lingkungan Hidup. Tabel tersebut menunjukkan
68
adanya peningkatan biaya pengelolaan limbah pada PG Pesantren Baru Kediri
yaitu sebesar 43,8%. Biaya pada tahun 2015 menunjukkan Rp. 797.264.025,
sedangkan biaya tahun 2016 PG Pesantren Baru Kediri mengeluarkan beban
biaya pengelolaan limbah sebesar Rp. 1.147.187.396. Selisih biaya yang
dikeluarkan oleh PG Pesantren Baru Kediri pada tahun 2015 ke 2016 adalah
sebesar Rp. 349.923.371. Peningkatan biaya pengelolaan limbah yang terjadi
pada tahun 2015 ke tahun 2016 menunjukkan adanya upaya peningkatkan
pengelolaan limbah dalam menjaga lingkungan.
Tabel 9. Klasifikasi Biaya Pengelolaan Limbah Menurut PG Pesantren
Baru Kediri
No. Jenis Limbah Nama Perkiraan
1. Padat Pembuangan Abu Ketel
Pembuangan Blotong
Pemeliharaan Bak
Pengendap & Aerasi
2. Cair Pembersihan IPAL
Perbaikan IPAL /
spraypond
Pengoperasian IPAL
Analsis Contoh Air Limbah
Pemeliharaan Saluran
Outlet
Pemeliharaan Saluran
Dalam Pabrik
Koordinasi
Lingkungan
3. Gas Pengukuran Emisi Udara &
Ambient
Sumber: Data diolah, 2017
a. Identifikasi
Setelah peneliti melakukan penelusuran dan mendapatkan data,
peneliti akan mengidentifikasi komponen biaya pengelolaan limbah pada
PG Pesantren Baru Kediri dengan klasifikasi biaya lingkungan
berdasarkan model kualitas biaya lingkungan. Tujuan dilakukannya tahap
69
ini adalah untuk mengetahui kesesuaian identifikasi komponen biaya
pengelolaan limbah yang dilakukan oleh PG Pesantren Baru Kediri apakah
sesuai dengan klasifikasi biaya lingkungan berdasarkan model kualitas
biaya lingkungan.
Tabel 10. Identifikasi Biaya Lingkungan Pengelolaan Limbah PG
Pesantren Baru Kediri Berdasarkan Model Kualitas Biaya
Lingkungan.
No. Klasifikasi Biaya Lingkungan
berdasarkan model kualiatas
biaya lingkungan
Klasifikasi biaya menurut PG
Pesantren Baru Kediri
1. Biaya Pencegahan 1. Koordinasi Lingkungan
2. Biaya Penilaian 1. Biaya analisis contoh air
limbah.
2. Biaya pengukuran emisi udara
& embient
3. Biaya Kesalahan Internal 1. Pembersihan IPAL
2. Perbaikan IPAL
3. Pengoperasian IPAL
4. Pemeliharaan Bak
pengendapan & Aerasi
5. Pemeliharaan Saluran Outlet
6. Pemeliharaan Saluran Dalam
Pabrik
7. Pemeliharaan Bak Pengendap
& Aerasi
4. Biaya Kesalahan Eksternal 1. Pembuangan Abu Ketel
2. Pembuangan Blotong
Sumber: Data diolah, 2017
Berikut ulasan mengenai identifikasi biaya lingkungan pengelolaan
limbah berdasarkan model kualitas biaya lingkungan berdasarkan tabel
diatas :
a. Biaya Pencegahan PG Pesantren Baru Kediri.
Setelah peneliti telusuri dan dari tabel 10 diatas, untuk biaya
pencegahan di PG Pesantren Baru Kediri pada tahun 2016
mengeluarkan biaya sebesar Rp 19.670.000. Biaya tersebut muncul
70
karena PG Peantren Baru Kediri mengadakan pengembangan standart
perencanaan serta prosedur, yaitu biaya koordinasi dengan lingkungan
dan biaya koordinasi dengan kantor Badan Lingkungan Hidup.
b. Biaya Penilaian PG Pesantren Baru Kediri.
Adanya proses produksi pembuatan gula pada PG Pesantren Baru
Kediri memberikan dampak adanya limbah cair, limbah padat dan
limbah gas yang dapat membahayakan kesehatan orang atau
masyarakat sekitar PG Pesantren Baru Kediri. Dengan demikian perlu
adanya kegiatan pengujian atau pengukuran air limbah dan emisi
udara & embient untuk menginformasikan kepada BLH (Badan
Lingkungan Hidup), KLH (Kementrian lingkungan Hidup) atau
lembaga berwenang lainnya mengenai lingkungan hidup serta orang
yang membutuhkan, bahwa kesalahan (limbah) setelah kejadian
(produksi gula) tidak mengganggu kesahatan lingkungan (masyarakat)
atau sesuai dengan peraturan yang berlaku serta PG Pesantren Baru
Kediri mengoptimalkan untuk kebersihan lingkungan (peduli akan
lingkungan). Selain itu tujuan utama penilaian adalah untuk menghindari
terjadinya kesalahan dan kerusakan lingkungan hidup sepanjang proses
produksi gula pada perusahaan. Sehingga PG Pesantren Baru Kediri
membebankan biaya penilaian ini untuk menghindari kesalahan dan
kerusakan lingkungan. Berikut biaya penilaian pada PG Pesantren
baru Kediri :
71
Tabel 11. Biaya Penilaian PG Pesantren Baru Kediri tahun 2016
No. Perkiraan Nama Perkiraan Biaya
515.304.09 Pengukuran emisi udara &
embient
Rp. 109.997.250
515.304.10 Analisis contoh air limbah Rp. 57.936.600
Jumlah Rp. 167.933.850
Sumber: Data diolah, 2017
c. Biaya Kesalahan Internal PG Pesantren Baru Kediri.
Dalam hal pengelolaan limbah pada PG Pesantren Baru Kediri,
terdapat kesalahan internal sehingga perlu adanya biaya perbaikan
atau biaya yang mempekerjakan kembali. Biaya yang dikeluarkan
untuk kesalahan internal pada pengelolaan limbah PG Pesantren Baru
Kediri adalah Pembersihan IPAL, Perbaikan IPAL, Pemeliharaan Bak
Pengendapan & Aerasi, Pemeliharaan Saluran Outlet, dan
Pemeliharaan Saluran Dalam Pabrik. Kegiatan tersebut dilakukan oleh
PG Pesantren Baru Kediri untuk memperbaiki alat pengelolaan limbah
agar limbah bisa dikelola dengan baik sehingga tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan sebelum limbah tersebut diserahkan ke luar
(kompos).
Tabel 12. Biaya Kesalahan Internal PG Pesantren Baru Kediri
No. Perkiraan Nama Perkiraan Biaya
515.304.01 Pembersihan IPAL
Rp. 106.869.612
515.304.02 Perbaikan IPAL Rp. 603.410
515.304.04 Pengoperasian IPAL Rp. 197.524.421
515.304.05 Pemeliharaan Bak pengendapan &
Aerasi
Rp. 14.857.219
515.304.06 Pemeliharaan Saluran Outlet Rp. 14.857.219
515.304.07 Pemeliharaan Saluran dalam
pabrik (limbah)
Rp. 44.740.600
Jumlah Rp. 364.595.262
Sumber: Data diolah, 2017
72
d. Biaya Kesalahan Eksternal PG Pesantren Baru Kediri
Tabel 13. Biaya Kesalahan Eksternal PG Pesantren Baru Kediri
No. Perkiraan Nama Perkiraan Biaya
515.304.11 Pembuangan Abu Ketel
(Pemakaian untuk tanah
uruk)
Rp. 438.006.508
515.304.12 Pembuangan Blotong
(pemakaian untuk kompos)
Rp. 142.124.557
Jumlah Rp. 580.131.065
Sumber: Data diolah, 2017
Limbah abu ketel PG Pesantren Baru Kediri (debu hitam) yang
setiap musim giling sering mengganggu rumah warga dengan
dipenuhi debu abu ketel (debu hitam) pada atap rumah warga,
pencemaran udara yang berupa bau menyengat tidak enak juga masih
sering dikeluhkan warga setempat sehingga untuk menangani
kesalahan eksternal tersebut PG Pesantren Baru Kediri telah
mengeluarkan biaya limbah abu ketel untuk dijadikan tanah uruk agar
abu ketel tersebut tidak mencemari lingkungan rumah warga sekitar
PG Pesantren Baru Kediri. Namun penanganan abu ketel ini masih
kurang baik, karena sampai saat ini warga masih merasakan keluhan
yang sama mengenai abu ketel meskipun sudah berkurang tapi tidak
sepenuhnya.
Model klasifikasi biaya pada pengelolaan limbah memegang peranan
tersendiri dalam setiap klasifikasinya. Peranan tersebut berfungsi
mengoptimalkan setiap biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan limbah
dan memberikan manfaat dalam mengambil keputusan. Berikut pesentase
biaya pada klasifikasi biaya pengelolaan limbah PG Pesantren baru :
73
Tabel 14. Persentase Biaya pada Klasifikasi Biaya Pengelolaan limbah
2016
Aktifitas Biaya Prosentase
Perkategori
Prosentase
berdasark-
an biaya
produksi
Biaya Pencegahan :
1. Koordinasi
lingkungan
Rp. 19.670.000
2%
0,04%
Biaya Penilaian :
1. Pengukuran emisi
udara & embient
2. Biaya analisis contoh
air limbah
Total Biaya Penilaian
Rp. 109.997.250
Rp. 57.936.600
Rp. 167.933.850
15%
0,39%
Biaya Kesalahan
Internal :
1. Pembersihan IPAL
2. Perbaikan IPAL
3. Pengoperasian IPAL
4. Pemeliharaan Bak
pengendapan & Aerasi
5. Pemeliharaan Saluran
Outlet
6. Pemeliharaan Saluran
dalam pabrik (limbah)
Total Biaya Kegagalan
Internal
Rp. 106.869.612
Rp. 603.410
Rp. 197.524.421
Rp. 14.857.219
Rp. 14.857.219
Rp. 44.740.600
Rp. 364.595.262
32%
0,84%
Biaya Kesalahan
Eksternal :
1. Pembuangan Abu
Ketel (Pemakaian
untuk tanag uruk)
2. Pembuangan Blotong
(pemakaian untuk
kompos)
Total Biaya Kegagalan
Ekstrenal
Rp. 438.006.508
Rp. 142.124.557
Rp. 580.131.065
51%
1,34%
Total Biaya Rp. 1.147.187.396 100% 2,61%
Sumber : Data diolah, 2017
Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh PG Pesantren Baru Kediri dari
biaya pengelolaan limbah (rekondisi & pengelolaan lingkungan hidup)
74
menurut model kualitas terdapat pada biaya kegagalan eksternal sebesar
51%. Biaya penilaian sebesar 15%, biaya kegagalan internal sebesar 32%,
sedangkan untuk biaya pencegahan sebesar 2%. Biaya yang dikeluarkan
dalam hal biaya pengelolaan limbah (rekondisi & pengelolaaan lingkungan
hidup) pada tabel 11 menunjukkan perusahaan telah berkontribusi dengan
baik terhadap kinerja lingkungan. Terbukti dengan lebih besarnya
pengeluaran biaya kegagalan eksternal, dimana biaya tersebut keluar akibat
adanya upaya dari pihak PG Pesantren Baru Kediri mengelola limbah
karena adanya keluhan limbah padat. Biaya untuk mengelelola limbah padat
tersebut agar tidak mencemari lingkungan sebesar Rp. 599.801.065. Tabel
11 juga menyajiakan prosentase berdasarkan biaya produksi, dimana
prosentase total biaya pengelolaan limbah terhadap biaya produksi adalah
sebesar 2,61% dengan rincian biaya penilaian sebesar 0,39%, biaya
kegagalan internal sebesar 0,84%, biaya penilaian sebesar 0,04% dan biaya
kegagalan eksternal sebesar 1,34%.
2. Perlakuan Biaya Pengelolaan Limbah PG Pesantren Baru Kediri
Sebelum melakukan pencatatan pada pos-pos yang berkaitan dengan
pengelolahan limbah, terlebih dahulu adanya tahapan perlakuan biaya.
Namun, dalam perlakuan biaya pada Pengelolaan limbah belum adanya
peraturan yang khusus mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup sehingga
peniliti menentukan PLH (pengelolahan limbah) sesuai dengan PSAK 2007
dan 2015. Itu sesuai dengan pernyataan PSAK No. 1 tahun 2007 paragraf 13:
“Apabila PSAK belum mengatur masalah pengakuan, pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan dari suatu transaksi atau
75
peristiwa, maka penyajian secara wajar dapat dicapai melalui pemilihan
dan penerapan kebijakan akuntansi yang sesuai dengan paragraf 14 serta
menyajikan jumlah yang dihasilkan sedemikian rupa sehingga
memberikan informasi yang relevan, anadal. Dapat dibandingkan, dan
dapat dipahami.”
Selain itu pada paragraf 16 juga menyatakan pernyataan yang hampir sejenis.
Berikut pernyataannya :
“Apabila belum ada pengaturan oleh PSAK, manajeman menggunkan
pertimbangannya untuk menetapkan kebijakan akuntansi yang
memberikan informasi bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan.
Dalam melakukan pertimbangan tersebut manajemen memperhatikan :
(a) Pernyataan dan pedoman PSAK yang mengatur hal-hal yang mirip
dengan masalah terkait.
(b) Definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban,
penghasilan dan beban ditetapkan dalam kerangka dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan.
(c) Pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat standart lain dan praktik
industri yang lazim sepanjang konsisten dengan huruf (a) dan (b)
paragraf ini. “
Dari pernyataan PSAK diatas, peneliti dalam melakukan perlakuan biaya
mengacu pada PSAK 2007 dan PSAK 2015. Berikut perlakuan biaya
pengelolaan limbah yang dilakukan oleh PG Pesantren Baru Kediri dengan
PSAK.
a) Pengakuan
Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya
kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi
sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban,
ekuitas, pendapatan L/R, belanja, pembiayaan dan beban sebagaimana
akan termuat pada laporan keuangan (Standart Akunatnsi Pemerintahan,
2010). Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap
pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa
76
terkait. Pengakuan unsur utama laporan keuangan berupa pengakuan
aset, kewajiban, penghasilan dan beban. Biaya yang dikeluarkan PG
Pesantren Baru Kediri terhadap pengelolaan limbah dikategorikan pada
biaya beban perusahaan, sehingga perlu adanya pengakuan pada biaya
pengelolaan limbah tersebut. PG Pesantren Baru Kediri mengakui
transaksi sebagai biaya apabila telah digunakan dalam kegiatan
operasional perusahaan.
PG Pesantren Baru Kediri akan mencatat langsung dan langsung
mengurangkan dari rencana anggaran biaya satu tahun yang telah
ditetapkan pada awal tahun periode kemudian diakui sebagai biaya pada
saat itu juga. Hasil penelusuran dari peneliti yang telah dilakukan, PG
Pesantren Baru Kediri dalam mengakui biaya pengelolaan limbah
menggunakan metode basis akrual, biaya diakui pada saat terjadinya
suatu transaksi. Biaya pengelolaan limbah yang dikeluarkan pada PG
Pesantren Baru Kediri dibebankan pada nama perkiraan rekondisi dan
pengelolaan lingkungan hidup dengan menggunakan metode basis
akrual. Biaya tersebut akan muncul pada laporan keuangan laba-rugi
pada beban usaha dengan nomor perkiraan 515304 lampiran 3.
Tabel 15. Contoh Proses Pengakuan pada PG Pesantren Baru Kediri
No.
Perkiraan
Nama
Perkiraan
Anggaran
Tahun 2016
Realisasi
Tahun 2016
515.304.11 Pembuangan
Abu Ketel
Rp. 573.480.000 Rp. 438.006.508
Sumber: Data diolah, 2017
77
Namun terdapat suatu unsur biaya yang tidak diakui atau dicatat
pada nama perkiraan rekondisi dan pengelolaan lingkungan hidup yaitu
biaya upah pegawai tidak tetap. Menurut pengakuan dari pihak PG
Pesantren biaya upah pegawai tidak tetap mamang tidak dicatat atau
tidak diberi nama perkiraan sendiri karena biaya tersebut diambilkan dari
sisa biaya atas nama perkiraan rekondisi & pengelolaan lingkungan
hidup.
Tabel 16. Kriteria Suatu Unsur yang Harus Diakui Menurut PSAK
No. Kriteria suatu unsur yang
harus diakui (PSAK paragraf
83 tahun 2015)
PG Pesantren Baru Kediri
1. Ada kemungkinan bahwa
manfaat ekonomik yang
berkaitan dengan pos tersebut
akan mengalir dari atau ke
dalam perusahaaan
Pos : Rekondisi & Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(Manfaat ekonomi yang diperoleh
adalah pihak PG Pesantren dalam
menyelesaikan kewajibannya
mengelola limbah agar tidak
mencemari lingkungan namun
dapat memberikan pemasukan
secara ekonomi yang mengalir
dari atau ke dalam perusahaan.
Limbah yang dihasilkan dari
proses produksi gula tersebut
diolah kembali menjadi kompos
(limbah padat) yang kemudian
dapat dijual sehingga
menghasilkan pendapatan untuk
PG pesantren dan limbah cair
yang dapat digunakan lagi sebgai
air injeksi mesin untuk produksi
gula.)
2. Pos tersebut mepunyai nilai
atau biaya yang dapat diukur
dengan andal
Rekondisi & pengelolaan
Lingkungan Hidup pada PG
Pesantren Baru Kediri tidak
dapat diukur dengan andal karena
menggunakan biaya histori.
Sumber : Data diolah, 2017
78
Berdasarkan analisa diatas, peneliti akan memperbandingkan
pengakuan biaya lingkungan antara PG Pesantren Baru Kediri dengan
Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan. Dari
penyajian pada tabel 16 dapat dilihat bahwa PG Pesantren Baru Kediri
belum mengakui biaya pengelolaan limbahnya sesuai dengan PSAK
Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan tahun 2015
paragraf 83. Terbukti dengan setiap biaya yang dikeluarkan oleh PG
Pesantren Baru Kediri mengenai pengelolaan limbah (Rekondisi &
pengelolaan Lingkungan Hidup) tidak dapat diukur dengan andal,
disebabkan proses pengukuran PG Pesantren Baru Kediri menggunakan
biaya yang mengacu pada tahun-tahun sebelumnya.
b) Pengukuran
PG Pesantren Baru Kediri dalam mengukur biaya pengelolaan
limbahnya dengan menggunakan harga perolehan berdasarkan biaya
yang dikeluarkan dengan metode biaya historis, dimana biaya yang di
keluarkan untuk pengelolaan limbah diambil dari realisasi tahun
sebelumnya, hal ini didasarkan atas pernyataan dari Bapak Agung selaku
staf AK&U yang menyatakan bahwa :
“Dalam mengukur biaya pengelolaan limbah perusahaan mengacu
pada tahun-tahun sebelumnya yang kemudian ditambahkan 10%
untuk mengestimasi adanya kenaikan namun pada tahun 2016 kali
ini dalam pengukuran biaya pengelolaan limbah tidak ditambah
10%, dikarenakan kondisi keuangan dari PTPN X mengalami
ketidak stabilan. Sehingga pihak PG Pesantren Baru Kediri dalam
mengukur biaya pengelolaan limbah di tahun 2016 hanya
mengambil dari realisasi tahun sebelumnya saja tidak ditambah
10%. Sedangkan satuan yang dipakai dalam mengukur biaya-biaya
pengelolaan limbah pada PG Pesantren Baru Kediri adalah rupiah.”
79
Tabel 17. Pengukuran Biaya Pengelolaan Limbah PG Pesantren
Baru Kediri
No Biaya
Pengelolaan
limbah
Komponen yang terkait Pengukuran
1 Limbah Padat a. Pembuangan Abu Ketel
b. Pembuangan Blotong
Historical
Cost
2 Limbah Cair a. Pembersihan IPAL
b. Perbaikan IPAL
c. Pengoperasian IPAL
d. Pemeliharaan Bak pengendapan
& Aerasi
e. Analisis Contoh Air Limbah
f. Perbaikan IPAL
g. Pemeliharaan Saluran Outlet
h. Pemeliharaan Saluran dalam
Pabrik
i. Pencegahan Lingkungan
Historical
Cost
3. Limbah Gas a. Pengukuran Emisi Udara &
Embient
Historical
Cost
Sumber: Data diolah, 2017
Walaupun masih belum adanya standart pengukuran mengenai biaya
lingkungan (dalam hal pengelolaan limbah) maka peneliti
membandingkan dengan PSAK Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian
Laporan Keuangan, paragraf 100 tahun 2015 yang membahas mengenai
pengukuran. Pengukuran dapat dilakukan dengan biaya historis, Biaya
kini, Nialai Realisasi/Penyelesaian, Nilai sekarang. Bahwa seluruh
komponen biaya pengelolaan limbah pada PG Pesantren Baru Kediri
mengacu pada biaya yang di keluarkan pada tahun sebelumnya atau
periode sebelumnya (Biaya Historis). Sehingga dapat disimpulkan
pengukuran yang dilakukan oleh pihak PG Pesantren Baru Kediri sudah
sesuai dengan PSAK.
80
c) Penyajian
Penyajian berhubungan dengan bagaimana suatu informasi keuangan
yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Pihak PG Pesantren Baru
Kediri menyajikan biaya yang timbul dalam hal pengelolaan limbah
bersama-sama dengan beban-beban usaha lainnya. Hal tersebut
dinyatakan oleh Bapak Agung sebagai berikut :
“Biaya yang dikeluarkan oleh PG Pesantren Baru Kediri terkait
pengelolaan limbah disajikan pada Laporan Keuangan Laba Rugi
bersamaan dengan beban usaha lainnya”.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dan setelah peneliti
menelusuri secara langsung bahwa biaya pengelolaan limbah yang di
keluarkan oleh PG Pesantren Baru Kediri disajikan pada Laporan
Keuangan Laba Rugi Perusahaan dalam sub Beban Usaha dengan nama
perkiraan Rekondisi & Pengelolaan Lingkungan Hidup dan dengan
nomor perkiraan 515304 bersamaan dengan beban-beban lain yang
dikeluarkan oleh PG Pesantren Baru Kediri (Lampiran 3). Namun,
terdapat suatu biaya yang tidak disajikan bersamaan dengan biaya
pengelolaan limbah yaitu biaya listrik yang digunakan untuk pengelolaan
limbah.
Berdasarka Standart Akuntansi Keuangan (SAK) mengharuskan bagi
perusahaan yang bergerak di bidang industri yang berpotensi
menghasilkan limbah untuk menyajikan aktifitas lingkungannya yang
81
terkait erat dengan limbah produksi sebagai laporan tambahan untuk
melengkapi laporan keuangan.
“Perusahan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added
statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan
hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang
menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang
memegang peranan penting (PSAK No. 1 Paragraf 09).”
Penyajian biaya lingkungan di dalam laporan keuangan dapat
dilakukan dengan nama rekening yang berbeda-beda karena tidak ada
ketentuan yang baku untuk nama rekening untuk menyajikan alokasi
biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Selama ini PG Pesantren Baru Kediri menyajiakan biaya lingkungan
(pengelolaan limbah) dalam kelompok beban usaha dengan nama
rekening rekondisi & pengelolaan lingkungan hidup dalam laporan laba
rugi. PG Pesantren Baru Kediri belum menyajiakan biaya lingkungan
(pengelolaan limbah) dalam laporan secara khusus, mereka masih
menyajikan bersama dengan kelompok beban usaha.
Sedangkan menurut Haryono dalam Mulayani tahun 2003, ada
empat macam model penyajian biaya lingkungan. Berikut akan disajikan
perbandingan penyajian biaya lingkungan menurut Haryono dengan PG
Pesantren Baru Kediri.
82
Tabel 18. Perbandingan Penyajian Biaya Lingkungan Menurut
Haryono
No. Model Penyajian Menurut Haryono Penyajian
Menurut PG
Pesantren
Baru Kediri
1. Model Normoatif : Model Normatif mengakui
dan mencatat biaya-biaya lingkungan secara
keseluruhan yakni dalam lingkup satu ruang
rekening secara umum bersama rekening lain
yang serumpun. Biaya-biaya serumpun tersebut
disisipkan dalam sub-sub unit rekening biaya
tertentu dalam laporan keuangan.
Disajikan
pada laporan
rugi laba
bersama
dengan beban-
beban lainnya.
2. Model Hijau : Model Hijau menetapkan biaya
dan mnfaat tertentu atas lingkungan bersih.
3. Model Intensif Lingkungan : Pengeluaran akan
disajikan sebagai investasi atas lingkungan
sedangkan aktiva terkait lingkungan tidk
didepresiasi.
4. Model Aset Nasional : selain memperdulikan
lingkungan dalam pengungkapan secara
akuntansi, perusahaan juga memiliki kewajiban
untuk menginterpretasikan pembiayaan
lingkungan tersebut sebagai aset nasional.
Sumber : Data diolah, 2017
Berdasarkan tabel 18 dan berdasarkan uraian diatas perusahaan
belum membuat laporan biaya lingkungan (biaya pengelolaan limbah)
secara khusus, namun pada dasarnya perusahaan sudah melakukan
taksiran kewajiaban Pengelolaan Lingkungan Hidup (pengelolaan
limbah) yang disajiakan pada laporan keuangan rugi laba sebesar jumlah
kewajiaban yang telah diakui, setelah dikurangi dengan jumlah
pengeluaran yang sesungguhnya terjadi. Selain itu perusahaan menganut
model normatif dalam penyajian biaya lingkungan (pengelolaan limbah)
yang dikeluarkan oleh perusahaan.
83
d) Pengungkapan
Pengungkapan berhubungan dengan apakah informasi keuangan
perusahaan tersebut diungkapkan atau tidak. Pengungkapan lingkungan
berfungsi memberikan informasi terhadap publik tentang segala
informasi mengenai lingkungan yang berhubungan dengan perusahaan.
PG Pesantren Baru sudah mengungkapkan biaya pengelolaan limbah,
yang dinyatakan oleh Bapak Agung :
“PG Pesantren sudah mengungkapkan biaya pengelolaan limbah
pada laporan keuangan perusahaan dengan nama perkiraan
Rekondisi & Pengelolaan Lingkungan Hidup. “
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dan dari hasil
data yang telah peneliti dapatkan, bahwa PG Pesantren Baru Kediri sudah
mengungkapkan biaya pengelolaan limbah. Terbukti dengan adanya
informasi yang diungkapkan terkait biaya pengelolaan limbah dalam
Laporan Keuangan bagian Laporan Laba-Rugi, karena menurut
perusahaan PG Pesantren Baru Kediri pengelolaan limbah yang terjadi
berkaitan langsung dengan operasional dan proses produksi.
Belum adanya aturan secara baku mengenai pengungkapan akuntansi
lingkungan, peneliti mengacu pada PSAK No. 33 tentang akuntansi
pertambangan umum yang juga mengatur tentang pengelolaan
lingkungan hidup (PLH). Hal yang wajib untuk diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan pada paragraf 66 adalah sebagai berikut :
84
a. Kebijakan akuntansi sehubungan dengan :
1) Perlakuan Akuntansi atas pembebanan biaya.
2) Metode penyusutan prasarana pengelolaan limbah.
b. Mutasi taksiran kewajiban provisi pengelolaan lingkungan hidup
hidup selama tahun berjalan dengan menunjukkan :
1) Saldo awal
2) Penyisihan yang dibentuk
3) Saldo akhir
4) Pengeluaran sesungguhnya
c. Kegiatan PLH yang telah dilaksanakan dan sedang berjalan.
PG Pesantren Baru Kediri dalam mengungkapkan pembiayaan
akuntansi lingkungan (pengelolaan limbah) dalam catatan atas laporan
keuangan belum mengungkapkan sesuai dengan PSAK No. 33 paragraf
66. Terbukti pada poin (a) mengenai kebijakan akuntansi bahwa PG
Pesantren Baru Kediri sudah melakukan perlakuan akuntansi atas
pembebanan biaya pada pengelolaan limbah dan metode penyusutan
yang dilakukan oleh PG Pesantren Baru Kediri untuk bangunan maupun
alat pengelolaan limbah dengan menggunakan metode penyusutan garis
lurus yang sudah dibahas pada pembahasan sebelumnya. Akumulasi
penyusutan pada bangunan dan peralatan pengelolaan limbah
diungkapkan pada laporan keuangan bagian aktiva tetap (aset tetap
(lampiran 3).
85
Poin (b) hanya beberapa saja yang telah dilaksanakan, setelah
peneliti melakukan penelitian untuk saldo awal, penyisihan yang
dibentuk, dan saldo akhir pada pengelolaan limbah tidak diungkapkan
pada laporan keuangan hanya realisasinya (pengeluaran sesungguhnya)
saja yang di ungkapkan pada laporan keuangan. Itu dikarenakan PG
Pesantren Baru Kediri tidak membuat penyajian mengenai biaya
lingkungan pengelolaan limbah secara khusus atau terpisah dari laporan
keuangan.
Poin (c) mengenai kegiatan PLH yang telah dilaksanakan dan sedang
berjalan. Kegiatan PLH yang sedang dilaksanakan oleh pihak PG
Pesantren baru kediri mengenai biaya pengelolaan limbah telah
diungkapkan pada laporan keuangan pada nama perkiraan rekondisi dan
pengelolaan lingkungan hidup. Pada nama rekening tersebut semua biaya
mengenai kegiatan pengelolaan limbah diungkap.
Tabel 19: Kesesuaian Pengungkapan Biaya Pengelolaan Limbah
dengan PSAK No. 33
Poin PSAK No 33 Pengungkapan
PG Pesantren
Baru Kediri
a 1) Perlakuan Akunatansi atas
pembebenan biaya
2) Metode penyusutan prasarana
pengelolaan limbah
√
√
b 1) Saldo awal
2) Penyisihan yang dibentuk
3) Pengeluaran sesungguhnya
4) Saldo akhir
-
-
√
-
c Kegiatan PLH yang telah dilaksanakan
dan sedang berjalan
√
Sumber: Data diolah, 2017
86
2. Pembahasan
1. Komponen Biaya Pengelolaan Limbah
a. Identifikasi
Identifikasi yang dilakukan oleh peneliti adalah identifikasi biaya
menurut kuliatas biaya yang merupakan ukuran relatif dari kebaikan.
Kualitas biaya merupakan suatu teknik standart industri untuk
mengevaluasi kecenderungan dalam biaya penuh dalam menjamin
masing-masing akhir pengelolahan limbah agar tidak merusak
lingkungan (Ikhsan Arfan : 2008). Keutamaan menggunakan laporan
biaya kualitas berdasarkan perencanaan adalah penyedia perencanaan
manajemen untuk mengevaluasi kecenderuangan perencanaan biaya
terhadap kualitas. Dengan menelaah analisis biaya berdasarkan kualitas
setiap waktu, tim perencanaan dapat mengidentifikasi daerah-daerah
yang memungkinkan untuk dirubah atau diperbaiki, serta implementasi
tindakan yang benar tertuju pada peningkatan biaya terhadap kualitas.
Pembagian biaya berdasarkan model kualitas biaya lingkungan
merupakan bentuk dari penerapan akuntansi lingkungan yang dapat
disajiakan sebagai laporan pembantu dari laporan keuangan.
a) Biaya Pencegahan
Biaya pencegahan yang dikeluarkan oleh PG Pesantren Baru
Kediri sebesar Rp. 19.670.000, biaya tersebut memegang peranan
dari total biaya Rekondisi dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
sebesar 0,04% dari total biaya produksi. Biaya pencegahan ini
87
muncul dikarenakan adanya biaya koordinasi mengenai pengelolaan
lingkungan hidup PG Pesantren Baru Kediri dengan kantor
lingkungan hidup dan koordinasi dengan lingkungan sekitar pabrik
untuk pengembangan standart perencanaan serta prosedur.
b) Biaya Penilaian
Biaya penilaian yang telah dikeluarkan oleh PG Pesantren Baru
Kediri sebesar Rp. 167.933.850, biaya tersebut memegang peranan
15% dari total biaya Rekondisi dan Pengelola Lingkungan Hidup
dan memegang peranan 0,39% dari total biaya produksi. Biaya
penilaian ini muncul dikarenakan adanya peraturan dari Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2014 bahwa perusahaan yang
berpotensi menghasilkan limbah padat, cair, dan gas untuk
mengadakan uji lab sebagai bukti bahwa PG Pesantren Baru Kediri
sudah mematuhi peraturan tentang Pengelolaan lingkungan hidup.
c) Biaya Kesalahan Internal
Biaya Kesalahan Internal yang telah dikeluarkan oleh PG
Pesantren Baru Kediri sebesar Rp. 364.595.262, biaya tersebut
memegang peranan 32% dari total biaya Rekondisi dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan memegang peranan 0,84% dari total biaya
produksi. Biaya kegagalan internal tersebut muncul akibat adanya
upaya dari pihak PG Pesantren Kediri untuk memperbaiki IPAL,
membersihkan IPAL, dan pemeliharaan-pemeliharaan saluran
88
limbah sebelum limbah di serahkan ke pihak ketiga atau pengolahan
limbah.
d) Biaya Kesalahan Eksternal
Biaya Kesalahan Eksternal yang telah dikeluarkan oleh PG
Pesantren Baru Kediri sebesar Rp. 580.131.065, biaya tersebut
memegang peranan 51% dari total biaya Rekondisi dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan memegang peranan 1,34% dari total biaya
produksi. Biaya kesalahan ekternal ini muncul akibat adanya biaya
pengelolaahan limbah blotong yang diserahkan ke pihak 3 atau ke
pihak lain untuk dijadikan pupuk kompos agar tidak mencemari
lingkungan.
2. Perlakuan Biaya Pengelolaan Limbah PG Pesantren Baru Kediri
a) Pengakuan
Penyajian pada tabel 16 dapat dilihat bahwa PG Pesantren Baru
Kediri belum mengakui biaya pengelolaan limbahnya sesuai dengan
Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan dan belum
sesuai dengan SAK 2015. Terbukti dengan setiap biaya yang dikeluarkan
oleh PG Pesantren Baru Kediri mengenai pengelolaan limbah (Rekondisi
& pengelolaan Lingkungan Hidup) tidak dapat diukur dengan andal,
disebabkan proses pengukuran PG Pesantren Baru Kediri menggunakan
biaya yang mengacu pada tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, untuk
pengakuan pada biaya upah karyawan tidak tetap oleh PG Pesantren
tidak diakui atau tidak dicatat sehingga dapat menimbulkan informasi
89
yang tidak jelas. Padahal, dimensi dasar dari akuntansi lingkungan
menyebutkan bahwa informasi lingkungan harus bersifat netral tidak bias
(samar-samar). Seharusnya untuk biaya upah karyawan tidak tetap, tetap
dicatat meskipun diambilkan dari sisa biaya rekondisi dan pengelolaan
lingkungan agar dapat memberikan manfaat dalam pengambilan
keputusan.
b) Pengukuran
Seluruh komponen biaya pengelolaan limbah pada PG Pesantren
Baru Kediri mengacu pada biaya yang di keluarkan pada tahun
sebelumnya atau periode sebelumnya (Biaya Historis). Sehingga dapat
disimpulkan pengukuran yang dilakukan oleh pihak PG Pesantren Baru
Kediri sudah sesuai dengan PSAK karena dalam pengukuran biaya
pengelolaan limbah tersebut PG Pesantren Baru Kediri menganut
pengukuran yang berada pada PSAK.
c) Penyajian
Penyajian yang dilakukan PG Pesantren Baru Kediri belum sesuai
dengan PSAK No 1 paragraf 09 tahun 2007, dikarenakan PG Pesantren
Baru Kediri belum menyajikan laporan mengenai lingkungan hidup
secara khusus pada laporan keuangan. Namun, model yang diterapkan
PG Pesantren Baru Kediri dalam penyajian biaya lingkungan menganut
model normatif dimana biaya pengelolaan lingkungan hidup dicatat
dalam lingkup satu ruang yaitu pada beban usaha di laporan rugi laba.
Selain itu untuk biaya penggunaan listrik pengelolaan limbah masih
90
dijadikan satu dengan beban listrik perusahaan secara menyeluruh.
Padahal, dimensi dasar dari akuntansi lingkungan menyebutkan bahwa
informasi lingkungan harus bersifat netral tidak bias, selain itu dapat
dimengerti agar dapat memberikan manfaat dalam pengambilan
keputusan. Oleh karena itu bagi perusahaan penting untuk
mengunyajikan seluruh biaya-biaya pengelolaan limbah pada satu nama
perkiraan agar diketahui secara jelas dan terperinci mengenai informasi-
informasi yang berhubungan dengan lingkungan.
d) Pengungkapan
Pengungkapan yang dilakukan PG Pesantren Baru Kediri terhadap
biaya pengelolaan limbah belum sesuai dengan PSAK No. 33 paragraf
66. Ketidak sesuaian tersebut dikarenakan pihak PG Pesantren baru
Kediri tidak membuat laporan tentang lingkungan hidup secara khusus,
sehingga mereka hanya mengungkapkan pengeluaran sesungguhnya saja
tidak mengungkapkan saldo awal, penyisihan yang dibentuk, saldo akhir
pada biaya pengelolaan limbah seperti PSAK No. 33 paragraf 66.
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang diuraikan dalam Bab 4 (empat) berdasarkan
permasalahan dan tujuan yang akan dicapai maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Definisi biaya lingkungan menurut PG Pesantren Baru Kediri adalah
biaya-biaya yang timbul akibat sisa proses produksi gula yang berkaitan
untuk menanggulangi dampak lingkungan.
2. PG Pesantren Baru Kediri sudah mengeluarkan biaya-biaya lingkungan
(pengelolaan limbah) dalam akuntansi perusahaannya. Komponen-
komponen biaya pengelolaan limbah PG Pesantren Baru Kediri sudah
sesuai dengan klasifikasi biaya berdasarkan model kualitas.
3. Biaya terbesar dari biaya pengelolaan limbah (rekondisi & pengelolaan
lingkungan hidup) menurut model kualitas terdapat pada biaya kegagalan
eksternal sebesar 51% sedangkan untuk biaya penilaian sebesar 15%,
biaya kegagalan internal sebesar 32%, sedangkan untuk biaya
pencegahan sebesar 2%.
4. Berdasarkan biaya produksi, bahwa prosentase total biaya pengelolaan
limbah terhadap biaya produksi adalah sebesar 2,61% dengan rincian
biaya pencegahan sebesar 0,04%, biaya penilaian sebesar 0,39%, biaya
92
kegagalan internal sebesar 0,84% dan biaya kegagalan eksternal sebesar
1,34%.
5. PG Pesantren Baru Kediri dalam mengakui biaya-biaya pengelolaan
limbah menggunakan metode basis akrual diamana biaya pengelolaan
limbah diakui saat terjadinya suatu transaksi tanpa memperhatikan kas
diterima maupun kas dikeluarkan. Selain itu dalam mengakui biaya
pengelolaan limbah PG Pessantren Baru Kediri belum maksimal dan
belum sesuai dengan kriteria suatu unsur yang harus diakui menurut
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan tahun
2015 paragraf 83. Terdapat proses pencatatan yang tidak diakui yaitu
upah pegawai tidak tetap, dikarenakan biaya tersebut diambilkan dari sisa
biaya rekondisi dan pengelolaan lingkungan hidup.
6. Dasar pengukuran yang dilakukan oleh PG Pesantren Baru Kediri dalam
pengelolaan limbah adalah dengan dasar pengukuran berdasarkan biaya
historis, dimana biaya pengelolaan limbah diambil dari biaya tahun
sebelumnya dan aset dicatat sebesar pengeluaran kas. Sedangkan untuk
mengukur penyusutan bangunan IPAL menggunakan metode garis lurus.
Dengan begitu pengukuran yang diterapkan oleh PG Persantren Baru
Kediri untuk biaya pengelolaan limbah sudah sesuai dengan Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan tahun 2015 paragraf
100.
7. Penyajian yang dilakukan oleh PG Pesantren Baru Kediri belum sesuai
dengan PSAK No 1 tahun 2007 paragraf 09 dan paragraf 16 . Selain itu
93
biaya listrik yang digunakan pada proses pengelolaan limbah yang tidak
disajikan satu dengan biaya rekondisi pengelolaan lingkungan hidup
(limbah), sehingga menimbulkan ketidak sesuaian dengan PSAK No 1
tahun 2007.
8. PG Pesantren Baru Kediri dalam mengungkapkan biaya mengenai
pengelolaan limbah belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK No 33
paragraf 66 tahun 2007.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini hanya difokuskan pada akuntansi lingkungan dalam hal
perlakuan biaya pengelolaan limbah. Peneliti tidak membahas sisi
manajeman serta akuntansi lingkungan secara menyeluruh.
2. Pengukuran dalam penelitian ini masih belum terdapat standart khusus
untuk mengukur biaya lingkungan sehingga masih kurang bisa
diperbandingkan sesuai dengan tujuan penelitian.
C. Saran
Dari kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan penulis kepada PG
Pesantren Baru Kediri adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan sebaiknya menyusun laporan biaya lingkungan dan biaya
pengelolaan limbah secara khusus (terpisah) dari laporan keuangan
secara umum untuk memberikan informasi bagi pengendalian kualitas
94
lingkungan sebagai usaha peningkatan kualiats lingkungan sekitar
perusahaan.
2. Sebaiknya semua biaya yang dikeluarkan mengenai pengelolaan limbah
di catat pada satu perkiraan saja (rekening) yaitu rekondisi dan
pengelolaan lingkungan hidup, tidak dipisahkan atau digabung dengan
perkiraan lainnya. Sebaiknya adanya pemisahan biaya listrik yang
dipakai oleh bagian pengelolaan limbah dengan listrik yang dipakai oleh
keseluruhan perusahaan. Agar dapat diketahui seluruh biaya yang
dikeluarkan atau dipakai pihak pengelolaan limbah dengan rinci.
3. Adanya biaya gaji karyawan (karyawan tidak tetap) pengelolaan limbah
yang biayanya diambilkan dari sisa biaya pengelolaan limbah. Sehingga
tidak diberi nama perkiraan sendiri. Sebaiknya biaya tersebut tetap
dicantumkan dan diberi nama perkiraan sendiri, supaya jelas berapa
besarnya biaya gaji karyawan (tidak tetap) untuk pengelolaan limbah.
4. Diharapkan PG Pesantren Baru Kediri dalam mengungkapkan biaya
lingkungan menggenai pengelolaan limbah disesuaikan dengan PSAK
No 33. Karena dalam pengungkapan biaya pengelolaan limbah
(lingkungan hidup) belum ada peraturan yang mengatur, namun di PSAK
No 33 tersebut mengatur mengenai pengungkapan biaya lingkungan
secara umum.
95
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi Abu dan Narbuko Chilid. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Andriyanti, Lina. 2014. Analisis Alokasi Biaya Limbah di Industri Gula (Studi Kasus
Penerapan Akuntansi Lingkungan di Pabrik Gula Djombang Baru). JAB Vol.
13 No. 1: Universitas Brawijaya.
Bachri, Bachtiar S. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada
Penelitian Kualitatif. Jurnal Universitas Negeri surabaya (Online), Vol. 10,
No. 1, (http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/meyakinkan-validitas-data-
melalui-triangulasi-pada-penelitian-kualitatif.pdf, diakses 18 Juli 2017).
Bambang dan Kartasapoetra. 1992. Kalkulasi Dan Pengendalian Biaya Produksi.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bustami Bastian dan Nurlela. 2013. Akuntansi Biaya, Edisi 4. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Hadi, Nor. 2011. Coorporate Social Responsibility. Yogyakarta: Garaha Ilmu.
Hidayatillah, Moh. Syarif.2015. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan untuk
Mengetahui Proses Pengolahan Limbah & Tanggung Jawab Sosial Pada
Rumah Sakit Ibnu Sina Gresik. Malang. Universitas Isalam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2015. Standart Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan
Akuntan Indonesia.
. Per 1 september 2007. Standart Akuntansi Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Lingkungan & Pengungkapannya. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
. 2009. Akuntansi Manajemen Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Irawan, Aditya. 2016. Efektifitas Biaya Lingkungan Dalam Upaya Meminimalkan
Pencemaran Lingkungan. Malang: Universitas Barwijaya.
Kabarbisnis, 2015. Rendemen Pabrik Gula PTPN X Juara Se-Indonesia. Diakses pada
tanggal 21 Mei 2017 dari
http://www.kabarbisnis.com/read/2859736/rendemen-pabrik-gula-ptpn-x-
juara-se-indonesia.
96
Mardalis. 2008. Metode Penelitian Pendekatan Suatu Proposal. Jakarta : Bumi Aksara.
Mulayani, N.S. 2013. Analissi Penerapan Akuntansi Biaya Lingkungan Pada Pabrik
Gondorukem Dan Terpentin (PGT) Garahan-Jember. Jember: Universitas
Jember.
Mulyana, Deddy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif (Eisi Revisi). Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Nilasari, Fitri. 2014. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Terhadap Pengolahan
Limbah (PG. Djatiroto). Jember: Universitas Negeri Jember.
Sari, D.N. 2012. Analsis Penerapan Akuntansi Lingkungan Berbasis Sustainability
Reporting Sebagai Pertanggungjawaban Perusahaan: Kajian Perspektif
Triple Bottom Line (Studi Kasus Pada Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten Nganjuk). Malang: Universitas Brawijaya.
Sari, Susanti. 2013. Penerapan Akuntansi Lingkungan Untuk Mengoptimalkan Tanggung
Jawab Sosial Industri Gula (Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara X Unit
Pabrik Gula Lestari Nagnjuk). Malang: Universitas Brawijaya.
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.
Suwarjodjono. 2011. Teori Akuntansi:Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga.
BPFE: Yogyakarta.
Wahyu. 2013. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Di RSUD Dr. Moewardi.
Malang: Universitas Brawijaya
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publishing.
Zulkifli, Arif. 2014. Pengelolaan Limbah Berkelanjutan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Top Related