ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI
PERLINDUNGAN KONSUMEN MUSLIM DI MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar
Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H) Pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
NURMALA SARI
NIM : 105251102016
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAM ISLAM
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
ii
ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI
PERLINDUNGAN KONSUMEN MUSLIM DI MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar
Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H) Pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
NURMALA SARI
NIM : 105251102016
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAM ISLAM
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
iii
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
Nurmala Sari. 105251102016. 2020.Analisis Pelabelan Halal Produk Makanan
Sebagai Perlindungan Konsumen Muslim di Makassar.Dibimbing oleh ibu Hurriah
dan bapak Hasanuddin.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu bertujuan untuk
mengetahui seperti apapelabelan halal produk Makanan sebagai perlindungan
konsumen muslim di Makassar.
Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Talasapang Kec.Rappocini Kota Makassar
Sulawesi Selatan yang berlangsung selama dua bulan mulai (dari 27 Januari 2020
sampai dengan 25 Maret 2020).Pengambilan data penelitian dilakukan dengan
metode perpossive sampling bertujuan tidak ada jumlah yang pasti pelanggan Ayam
Geprek di Kota Makassar.Untuk mendapatkan jumlah sampel yang tepat
menggunakan kunjungan ke warung Ayam Geprek dengan menyebarkan angket ke
pelanggan yang terkumpul 65 angket kembali dan dinyatakan sebagai responden.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan angket (kuesioner) pada
responden.Hasil penelitian diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical
Product and Services Solution) dan menunjukkan bahwa Pelabelan Halal pada produk
makanan dapat menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk makanan.
Kata Kunci :Pelabelan Halal, Makanan halal , Perlindungan Konsumen.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, puji dan syukur senantiasa teriring do‟a dalam
setiap hela nafas atas kehadirat Allah SWT. Tuhan yang senatiasa melindungi
hambanya dan segala Nikmat dan Rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Salawat serta salam
tercurah kepada baginda Rasulullah SAW. Para sahabat, dan keluarganya serta
ummat yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.
Tiada pencapaian yang sempurna dalam setiap langkah, karena rintangan tak
akan meninggalkan harapan dan cita-cita agung. Segalanya penulis lalui dengan
kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai dititik akhir
penyelesaian Skirpsi ini. Namun semua tidak lepas dari uluran tangan berbagai
pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan moril dan materil.
Dan untuk kedua orang tua tercinta dan keluarga, yaitu Bapak ( Alm. Muh.
Nadir) dan ibu Nursiah, Adik Muhammad Ismail dan Nurfadillah yang senantiasa
mendo‟akan, memberi dukungan moril maupun materil selama menempuh
pendidikan. Untukmu kedua sosok yang luar biasa dalam hidupku, terimalah
persembahan kecilku dari pengorbanan besarmu, iringilah anakmu ini dengan do‟a
dalam setiap sujudmu.
ix
Ucapan terima kasih yang tak terhingga, peneliti hanturkan kepada:
1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar;
2. Bapak Dr. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam;
3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP. Selaku Ketua Prodi Hukum
Ekonomi Syariah dan bapak Hasanuddin, SE. Sy., selaku Sekretaris Prodi
Hukum Ekonomi Syariah yang senantiasa memberikan arahan-arahan selama
menempuh pendidikan.
4. Ibu Hurriah Ali Hasan, ST.,ME,.,Ph.D (Selaku Pembimbing I) Bapak
Hasanuddin (Selaku Pembimbing II) yang memberikan bimbingan, nasehat serta
waktunya dalam menyelesaikan penelitian Sdan penulisan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar yang senantiasa membimbing penulis selama menempuh pendidikan
di Hukum Ekonomi Syariah.;
6. Terima kasih kepada kalian yang senantiasa selalu bersama selama kurang lebih
4 tahun ini, semoga ini bukan akhir dari hubungan kita kepada Rizki Amelia
Kadir, Ikmawati, Arwinni Eka Putri Ahmad, Nurfadillah Arifuddin , Mulya
Ramadanas, Titania Ariesta, Mita Asmitasari dan Hasmiyati.
7. Dan terakhir penulis ucapkan terima kasih atas segala dao‟a dan dukungannya
kepada keluarga besar, teman-teman angkatan 2016 kelas A, serta mereka yang
tidak sempat disebutkan namanya satu-persatu.
x
Semoga Allah swt. memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya.
Demi erbaikan selanjutnya, Saran dan kritik yang membangun akan penulis terimah
dengan senang hati, Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya,
mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita
semua.
Makassar, 13 Dzulqa;dah 1441 H
7 Juli 2020 M
Penulis,
NURMALASARI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelabelan Halal..................................................................................... 7 B. Pruduk Makanan Halal .................................................................................. 14
C. Perlindungan Konsumen Muslim .................................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 30
B. Lokasi Objek dan Waktu Penelitian .................................................... 30
C. Variabel Penelitian ............................................................................... 30
D. Devenisi Operasioanal Variabel ........................................................... 31
E. Sumber Data..........................................................................................31
F. Populasi dan Sampel ............................................................................ 32
G. Instrumen Penelitian ............................................................................ 33
H. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 34
I. Teknik Analisis Data ........................................................................... 34
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 37
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................................ 39
xii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan….......................................................................................51
B. Saran .................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 52
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Instrumen Penelitian Kuesioner................................................ ....... 33
Tabel 1.2 Skala Likert ...................................................................................... 33
Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................... 39
Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Umur......................................................... 40
Tabel 4.3 Tanggapan Responden terhadap variabel pelabelan Halal(X) ........ 41
Tabel 4.4 Tanggapan responden Terhadap Variabel Perlindungan
Konsumen (Y) ................................................................................. 42
Tabel 4.5 Uji Validitas ..................................................................................... 43
Tabel 4.6 Uji Realibitas ................................................................................... 44
Tabel 4.7 Hasil Regresi .................................................................................... 47
Tabel 4.8 Uji t .................................................................................................. 48
Tabel 4.9 Uji Koefisien Determinasi ............................................................... 49
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Uji Nomalitas .............................................................................. 45
Gambar 4.2 Uji Heterskodastisitas .................................................................. 46
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara etomologi, halal berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan karena
bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya1. Halal dapat
juga diartikan sebagai segala sesuatu yang bebas dari bahaya duniawi dan ukhrawi.
Adapun thayyib berarti makanan yang kotor atau rusak dari segi zatnya, atau
tercampur benda najis dengan pengertian baik.Ada juga yang mengertikan sebagai
makanan yang mengundang selera konsumennya dan tidak membahayakan fisik serta
akalnya yang secara luas dapat diartikan dengan makanan yang menyehatkan.2
Label halal yang terdapat pada kemasan produk akan mempermudah
konsumen untuk mengidentifikasi suatu produk. Berdasarkan perjalanan sejarah
pemberlakukan halal di indonesia LPPOM (lembaga pemerintah, obat-obatan dan
minuman) dan MUI sebagai lembaga yang memelopori pemberian sertifikasi halal
yang pertama dan masih dianggap satu-satunya di indonesia.3
Negara Republik Indonesia saat ini juga mengalami perkembangan bisnis
yang bergerak di bidang pangan di antaranya industri hilir berupa restoran dan rumah
makan, yang mana bisnis ini sangat menjanjikan untuk menjadi usaha dengan omset
yang besar sehingga banyak pelaku usaha lebih memilih menggeluti bisnis ini.
Kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan yang wajib bagi umat muslim baik itu
1Lois Ma‟luf, Al-Munjid, (Beirut-Lebanon, Dar El-Machreq Sari Publisher, 1986),h.146 2Aisjah Girindra, Pengukir Sejarah Sertifikasi Halal, (jakarta, LP POM MUI, 2005),h.20 3Anto Apriyantono dan Nurbowo, Panduan Belanja dan Konsumsi Halal (Jakarta: Khairun Bayan,
2003), h.36
2
pangan, obat-obatan maupun barang-barang konsumsi lainnya. Produk halal tidak
hanya diminati oleh masyarakat muslim tetapi juga non muslim, sebab makanan yang
halal itu sudah pasti sehat.
Banyaknya produk-produk yang belum bersertifikat halal mengakibatkan
konsumen, terutama konsumen muslim sulit untuk membedakan produk mana yang
benar-benar halal dan dapat dikonsumsi sesuai dengan syariat Islam dengan produk
yang tidak halal. Di kota makassar saja contohnya, dari 40.000 Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) hanya 1000 produk yang memiliki label halal4. Sedangkan
untuk restoran dan rumah makan yang sudah memiliki sertifikat halal berada di kota
makassar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota makassar,
Kota makasar memiliki 13 restoran dan rumah makan, Jaminan akan produk halal
menjadi suatu yang penting untuk mendapatkan perhatian dari negara, maka pada
tanggal 6 Januari tahun 1989 melalui Surat Keputusan Dewan Pimpinan Pusat
Majelis Ulama Republik Indonesia Nomor 018/MUI/I1989 dibentuklah Lembaga
Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia atau yang
disebut LPPOM-MUI, dengan tugas:
1. Mengadakan inventarisasi, klasifikasi, dan pengkajian terhadap kehalalan
makanan, obat-obatan dan kosmetika yang beredar di masyarakat
2. Menyampaikan hasil-hasil pengkajian dan konsep-konsep itu kepada Dewan
Pimpinan Majelis Ulama Indonesia sebagai bahan pertimbangan dalam
4Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Makassar, daftar jumlah UMKM di Kabupaten
Makassar tahun 2016
3
perumusan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan, jual beli dan
penggunaan pangan, obat-obatan dan kosmetika
3. Mengadakan berbagai kegiatan dalam rangka menjalin kerjasama dengan
instansi-instansi pemerintah dan swasta, dalam dan luar negeri.
Konsumen muslim akan lebih dekat dari garis konsumsi yang benar jika ia
semakin komitmen dengan kaidah-kaidah konsumsi. Akan tetapi pengawasan internal
seringkali lemah dalam merealisasikan komitmen individu.Inilah yang menurut
keharusan adanya pengawasan eksternal yang dilakukan dan melakukan cara-cara
yang beragam untuk menghimbau individu agar selalu komitmen kepada kaidah-
kaidah konsumsi, dan mencegah segala bentuk penyelewengan dari garis konsumsi
yang benar.
Berbagai larangan telah dikenakan bagi para pelaku usaha.Pada prinsipnya
konsumen berada pada posisi yang secara ekonomis kurang diuntungkan.Konsumen
semata-mata bergantung pada informasi yang disediakan dan diberikan oleh pelaku
usaha. Akan tetapi informasi yang diberikan tanpa disertai dengan edukasi akan
kurang dirasakan manfaatnya. Hal ini antara lain dilakukan melalui pemasangan
label atau standarisasi mutu.
Keberadaan Label Halal terletak pada kemasan makanan yang di produksi
member legalitas jaminan halal, Label adalah sejumlah keterangan yang terdpat pada
produk makanan kemasan. Label minimal harus berisi nama atau merek produk,
4
bahan baku, bahan tambahan, komposisi, informasi gizi, tanggal kadaluarsa, isi
produk dan keterangan legalitas.5
Tidak halal dalam artian proses pembuatannya dengan cara-cara yang tidak
halal atau makanan berasal dari bahan yang tidak halal atau mengandung bahan-
bahan yang tidak halal. Makanan yang haram sudah rinci dijelaskan di dalam Al
Quran, sedangkan makanan yang halal tidak dijelaskan, karena itulah di negara
Republik Indonesia di atur mengenai sertifikasi halal dengan tujuan agar kepentingan
konsumen dapat terlindungi.
Berdasarkan uraian diatas, saya tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dan
mengadakan penelitian apakah sertifikasi halal rumah makan dan restoran telah
memiliki legitimasi yang kuat sebagai bentuk perlindungan terhadap konsumen untuk
peningkatan pengetahuan produk.Pengertian Legitimasi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah keterangan yang mengesahkan atau membenarkan bahwa
pemegang keterangan adalah betul-betul orang yang dimaksud.
Oleh karena itu, judul penulisan hukum ini adalah “ ANALISIS
PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI PERLINDUNGAN
KONSUMEN MUSLIM DI MAKASSAR ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan tersebut, rumusan masalah
yang akan dikaji penelitian ini sebagai berikut:
5Imam Al-Ghazali, Benang Tipis Antara Halal dan Haram, (Surabaya : putra pelajar, 2002), hal 9
5
1. Bagaimana pelabelan halal pada produk makanan di rumah makan?
2. Bagaimana perlindungan konsumen muslim melalui pelabelan halal pada
produk makanan di warung makanan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelabelan halal pada produk makanan di
rumah makan?
2. Untuk mengetahui bagamana perlindungan konsumen muslim melalui
pelabelan halal pada produk makanan di warung makanan?
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
teori dan pengetahuan umum tentang makanan dan minuman halal
khususnya mengenai peningkatan pengetahuan produk.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian yang dilakukan penulis juga mampu memberikan
sumbangan praktis kepada :
a. Masyarakat
Memberi sumbangan pemikiran kepada masyarakat dan pihak
terkait pada persoalan yang berhubungan dengan peningkatan
pengetahuan produk.
6
b. Pemerintah
Pemerintah Sebagai bahan masukan dalam membentuk
peraturan perundangan-undangan yang berkaitan dengan makanan
halal.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pelabelan Halal
Labeling berkaitan erat dengan pengemasan. Label merupakan bagian dari
suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Sebuah
label bisa merupakan bagian dari kemasan, atau bisa pula merupakan etiket (tanda
pengenal) yang dilekatkan pada produk.
Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia ,dari
sisi bisnis kedua jenis usaha ini akan terus berlangsung sepanjang manusia itu masih
hidup, dan yang terpenting dalam menjanjikan makanan dan minuman sebagai
lahanbisnis berusaha keras jangan sampai tercampur unsur yang merugikan orng lain
(beracun, kadarluarsa, dan haram).6Makanan merupakan aktifitas yang dipandang
dari segi zat dan hakikatnya adalah tunggal.Adapun jika disebut buruk, maka hal
tersebut hanyalah karena membawa implikasi buruk, atau memang sebab-sebabnya
buruk.7
Pada hakikatnya mengkonsumsi daging babi dan darah diharamkan karena
membawa pengaruh yang amat buruk. Menurut hukum islam, secara garis besar
perkara (benda) haram terbagi menjadi dua, haram li-zatihdan haram li-gairih.
Kelompok pertama, subtansi beda tersebut di haramkan; sedangkan yang kedua,
subtansi bendanya halal (tidak haram) namun cara penanganan atau memperolehnya
6Ali Hasan,Manajeme Bisnis Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2009), h.201
7Syeikh Izzuddin Ibnu Abdi Salam, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Kemaslahatan
Manusia,(Bandung Nusa Media,2011), h.470
8
tidak dibenarkan oleh ajaran Islam.8Dengan demikian, benda haram jenis kedua
terbagi dua. Pertama, bendanya halal tapi cara penangananya tidak dibenarkan oleh
ajaran islam; misalnya kambing yang tidak dipotong secara syariah ,sedangkan yang
kedua, bendanya halal tapi diporoleh dengan jalan atau cara yang dilarang oleh agama
,misalnya hasil korupsi, menipu dan sebagainya. Mengenai benda haram ini di
jelaskan, anatara lain dalam firman allah.9
Barang yang haram karena sifat-sifatnya atau sebab memperolehnya atau oleh
sebab keduan nya, tidak dapat dihalalkan lagi. Sebaiknya barang yang telah halal
karena sifat-sifatnya, maka tidak dapat diharamkan kecuali berdasarkan cara (sebab)
memperolehnya.10
Produk halal menjelaskan bahwa produk halal adalah produk yang telah
dinyatakan halal sesuai dengan syariat.11
Menurut pasal 1 angka 5 peraturan
pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan pangan menyatakan bahwa:
“panganan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau yang haram atau
dilarang untuk dikonsumsi umat islam baik yang menyangkut bahan baku pangan,
bahan tambahan pangan, bahan bantu dan bahan penolonglainnya termasuk bahan
pangan yang di oleh melalui proses rekayasa genetic dan iridasipangan, dan yang
pengelolaanya dilakukan sesuai dengan ketantuan hukum agama Islam”.
Setiap muslim meyakini bahwa Islam adalah satu agama yang membawa
petunjuk kebaikan bagiumat manusia. Islam memberikan petunjuk kepada manusia
8Tim Penyusun, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975, (Jakarta: Erlangga 2011), h.948 9Ibid h.949 10Syeikh Izzudin Ibnu Abdis Salam, Kaidah-Kaidah Hukum h. 75 11Pasal 1 undang-undang republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Produk Halal, hal 8
9
dalam setiap kehidupannya termasuk dalam halmakanan. Seorang muslim harus
memakan makanan yang sehat dan halal.12
1. Perencanaan
Perencanaan program penyuluhan adalah suatu proses pengambilan
keputusan yang rasional tentang apa yang akan dilaksakan, yang ingin dicapai.
dan mengapa hal itu harus dilakukan. (Slamet dan Suyatna, 1986). Perencanaan
proram penyuluhan sebagai proses pembuatan keputusan tentang arah dan
intensitas kegiatan penyuluhan, yang didasarkan pada prioritas masalah yang
hendak dipecahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Penyuluhan yang bagus untuk dilakukan adalah pada restoran dan rumah
makan terutama pada para pelaku usaha tentang bagaimana cara dalam
menjalankan suatu usaha rumah makan tersebut sehingga bisa berjalan sesuai
keingianan atau sesui dengan tujuan yang kita ingingkan terutama pada tujuan nya
dalam meningkatkan usaha produknya.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya
dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap.Secara sederhana pelaksanaan
bisa diartikan penerapan.Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan
sebagai evaluasi.Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan
12 F.M Nashshar, Antara Halal Dan Haram, (Bandung: Angkasa 2013),h 10
10
adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.13
Dari pengertian-pengertian
di atas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan bermuara pada aktivitas, adanya
aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung
arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan norma tertentu
untuk mencapai tujuan kegiatan.
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan
untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan
dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan,
siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana
carayang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut
setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan
keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan
menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan
semula.14
3. Evaluasi
Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan
suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk meramalkan,
memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar
jauh lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dari pada melihat
13Nurdin Usman. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,
hal. 70 14Abdullah Syukur. 1987.Kumpulan makalah “Study Implementasi Latar Belakang Konsep Pendkatan
dan Relevansinya Dalam Pembangunan”, Presiden, Ujung Pandang. hal 40
11
kesalahan-kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan
kesempatan demi keberhasilan program. Dengan demikian misi dari evaluasi itu
adalah perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program.
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara
objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil
evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang
akan dilakukan di depan.15
Dalam hal ini Yunus menitikberatkan kajian evaluasi
dari segi manajemen, di mana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsur
manajemen, yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau sosial manajemen
lainnya, yaitu perencanaan.
Lebih jauh lagi, evaluasi berusaha mengidentifikasikan mengenai apa
yang sebenarnya yang terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program. Dengan
demikian evaluasi bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasikan tingkat pencapaian tujuan.
b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran
c. Mengetahui dan menganalisa konsekuensi-konsekuensi lain yang
mungkin terjadi di luar sosial. dalam konteks ini dapat diartikan, sebagai
proses penilaian terhadap pentingnya suatu pelayanan sosial. Penilaian ini
dibuat dengan cara membandingkan berbagai bukti yang berkaitan
dengan program yang telah sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan
15Yusuf, Farida. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta hal 5
12
dan bagaimana seharusnya program tersebut harus dibuat dan
diimplementasikan.
4. Pengawasan
Pengawasan adalah suatu penilaian yang merupakan suatu proses
pengukuran dan verifikasi dari serangkaian proses yang telah diselenggarakan
secara berkelanjutan.16
Menurut Sujamto, pengawasan adalah segala usaha atau
kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai
pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau
tidak.17
Pengertian pengawasan tersebut menekankan pada suatu proses
pengawasan yang berjalan secara sistematis sesuai dengan tahap-tahap yang telah
ditentukan.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari
adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan
dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan
kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
secara efektif dan efisien.Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas
yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana
pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan.Pengawasan juga dapat mendeteksi
sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
16Suriansyah Murhaini, Manajemen Pegawasan Pemerintah Daerah, Pusat Pelajar, Yogyakarta, 2014,
hal. 4 17Jum Anggraini, Op.Cit., Hukum Administrasi Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hal. 78
13
Pengawasan yang dilakukan adalah bermaksud untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan kegiatan sehingga dapat terwujud daya guna, hasil guna,
dan tepat guna sesuai rencana dan sejalan dengan itu, untuk mencegah secara dini
kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan.Dengan demikian pada prinsipnya
pengawasan itu sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga
pengawasan itu diadakan dengan maksud sebagai berikut.
a. Mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan yang telah
direncanakan.
b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan melihat kelemahan-
kelemahan, kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalan dan mengadakan
pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau
timbulnya kesalahan baru
c. Mengetahui apakah penggunaan fasilitas pendukung kegiatan telah sesuai
dengan rencana atau terarah pada sasaran
d. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam
perencanaan semula
e. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkah diadakan
perbaikan-perbaikan lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang besar.
Tujuan pengawasan akan tercapai apabila hasil-hasil pengawasan maupun
memperluas dasar untuk pengambilan keputusan setiap pimpinan. Hasil
pengawasan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk penyempurnaan rencana
kegiatan rutin dan rencana berikutnya.
14
B. Produk Makanan Halal
Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti melepaskan, tidak terikat,
dibolehkan.Secara etimologi halal berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan
kerena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang
melarangnya.Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam yaitu segala sesuatu yang
menyebabkan seseorang tidak dihukum jika menggunakannya, atau sesuatu yang
boleh dikerjakan menurut syara‟.
Dalam undang-undang nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan, yang
di maksud pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan
yang haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, baik yang menyangkut
bahan baku, bahan tambahan pangan, bahan bantu dan bahan penolong lainnya
termasuk bahan pangan yang diolah melalui proses rekayasa genetika dan iridasi
pangan dan pengelolaanya dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum agama Islam.
Secara etimologi makan berarti memasukkan sesuatu melalui mulut,
sedangkan makanan ialah segala sesuatu yang boleh dimakan. Dalam bahasa arab
makanan berasal dari kata at-ta‟am ( ااعطلم ) dan jamaknya Al-atimah ( الاطھوی ) yang
artinya makan- makanan .Sedangkan dalam hukum Islam makanan ialah segala
sesuatu yang boleh dimakan oleh manusia atau sesuatu yang menghilangkan lapar
Minum, secara etimologi berarti meneguk barang cair dengan mulut, sedangkan
minuman adalah segala sesuatu yang boleh diminum. ( اھبزشلا ) dan jamaknya al-
15
syarb ( ازشلب ) yang artinya minuman minuman. Sedangkan dalam hukum Islam
diartikan dengan jenis air atau zat cair yang bisa diminum .18
Sedangkan dalam buku petunjuk teknis pedoman sistem produksihalal yang
diterbitkan oleh Departemen Agama disebutkan makanan adalah barang yang
dimaksudkan untuk dimakan atau diminum oleh manusia, serta bahan yang
digunakan dalam sproduksi makanan dan minuman.Sedangkan halal adalah sesuatu
yang dibolehkan menurut ajaran Islam.19
Jadi dapat disimpulkan makanan dan minuman halal adalah makanan dan
minuman yang baik, yang dibolehkan memakan atau meminumnya menurut ajaran
Islam yaitu sesuai dengan yang diperintahkan dalam al-Quran dan hadits.
Menurut yusuf qardawi hukum halal haram yaitu Pada dasar nya boleh hukum
nya pengharaman hanya milik allah, mengharam kan yang halal dan mengharamkan
yang haram adalah perbuatan syirik kepada allah, sesuatu yang di haram kan karna
iya burukdan berbahaya pada suatu yang halal maka tidak lagi membutukan yang
haram, sesuatu yang mengantarkan yang haram maka haram pula hukumnya,
mensiasasti yang haram maka haram pula hukumnya, niat baik adalah tidak
menghapuskan hukum yang haram, hati hati kepada yang syubhat agar tidak terjatuh
18Proyek Perguruan Tinggi Agama /IAIN di Pusat Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama
Islam, Ilmu Fiqih, (Jakarta 1982), h., 525 19Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
dan Penyelenggaraan Haji, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal, (Jakarta: Departemen Agama RI,
2003), h. 3
16
pada yang haram, yang haram adalah haram untuk semua darurat mengakibatkan
yang haram menjadi boleh.20
1. Dasar Hukum Makanan dan Minuman Halal
Prinsip pertama yang ditetapkan Islam adalah bahwa pada asalnya segala
sesuatu yang diciptakan Allah itu halal dan mubah, tidak ada yang haram, kecuali
jika ada nash (dalil) yang shahih (tidak cacat periwayatannya) dan sharih (jelas
maknanya) yang mengharamkan. Para ulama, dalam menetapkan segala sesuatu
asalnya boleh, merujuk kepada al-Quran surat al-Baqarah ayat 29:
ىهىبكلشيأ ت ى عسو ىهسبأ تىىئلىٲلسواءفسى ٲسأ ضجویعاثو رأ افیٲلأ ء هىٱلذيخلقلكوو
٩علین
Terjemahnya :
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-
Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.21
Pada dasarnya semua makanan dan minuman yang berasal
daritumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-buahan dan hewan adalah
halal,kecuali yang beracun dan membahayakan nyawa manusia. Para
ulamasepakat bahwa semua makanan dan minuman yang ditetapkan al-
Qurankeharamannya adalah haram hukum memakannya, baik banyak maupun
sedikit. Dasar hukum lainya:
20Qardhawi, Yusuf. 2000. Halal Dalam Islm. Solo: Era Intermedia. 21Ar Rasyid, Abdurrahman, Halal Haram menurut Al-Qur’an dan Hadist, Jakarta: Prestasi Pusat, Cet. I,
2006
17
وٱتقىاٱللهٲلذيأ لطیباارسقكوٲللهحل هىىوكلىاهو ٨٨توبھۦهؤأ
Terjemahnya :
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allahtelah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah
yangkamu beriman kepada-Nya. (Al-Maidah:88)22
بذوى ئياهتعأ وتٲللهئكتوأ كزواعأ لطیباوٱشأارسقكوٲللهحل فكلىاهو
Terjemahannya:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada
Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”. (An-
Nahal: 114)23
Dari ayat Al-Qur‟an tersebut diatas, maka dalam memilih makanan yang
akan dikonsumsi pertama -tama yang perlu diperhatikan adalah hukumnya, yaitu
harus halal. Halal sumber dan caramemperolehnya serta unsur materi dari
makanan itu sendiri.Dan adanya keterkandungan nilai gizi, serta baik untuk
kesehatan bila dikonsumsi atau tidak mengakibatkan efek samping yang
merugikan.
a. Hadist
اللهعليه االلهصلى ا ل سور عت سملهماقاـ اللهعناضي ر يربنبشن عماـلناالله اعبد بيأ عن
رمن ـ علمهنكثيـ لايت مشتبهار موأ هما ـ نـ يـ بو ينـ بامرلحا وإن ينـ بللالحا ل: إنقوـ سلميو
22Ibid 23Ibid
18
ت هاـ لشبا فيقعو من ، و عرضهو لدينه أ رـ ستبا قدـ فت هاـ لشباقى ـتافمن س،لناا
ى حموإنلا أ ى حملكلملكوإنلا أ ،رتعفيهـ يأن وشك ـ مىيلحل ارعىحوـ عيياكالرام،رلحا فيقعو
لا أ سدكله لجافسد ت فسدوإذا سدكله لجاصلحتصلح إذا سدمضغة لجا فيوإنلاأ مه ر امحاللها
لقلباهي و
Artinya :
“Dari Abu Abdullah Nu‟man bin Basyir r.a,”Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda, „Sesungguhnyayang halal itu jelas
dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-
perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh
orang banyak.Maka barang siapa yang takut terhadap syubhat,
berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan
barang siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat,maka akan
terjerumus dalam perkara Yang diharamkan. Sebagaimana
penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di
sekitar (ladang) yang dilarang untukmemasukinya, maka lambat
laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja
memiliki larangan danlarangan Allah adalah apa yang Dia
haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal
daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia
buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilahbahwa dia
adalah hati‟”(HR. Bukhari dan Muslim).24
Dari hadis di atas: Sekilas memang banyak orang yang memahami hadits
ini dengan pandangan bahwa yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, lalu di
tengah keduanya adalah hal yang syubhat. Siapa yang jatuh ke dalam syubhat,
maka dia akan jatuh ke dalam yang haram. Sebagian rahmat Allah kepada umat
manusia adalah bahwa Allah tidak membiarkan hambanya dalam kebimbangan
24Ar Rasyid, Abdurrahman, Halal Haram menurut Al-Qur’an dan Hadist, Jakarta: Prestasi Pusat, Cet. I,
2006
19
tentang halal dan haram. Sebaliknya Allah menjelaskan yang halal dan
menguraikan yang haram.Ada wilayah diantara yang jelas-jelas halal dan yang
jelas-jelas haram, yaitu wilayah shubhat.Bagi sebagian orang beberapa masalah
halal dan haram tidak begitu jelas. Karena ketidak jelasan dalil-dalil dan
kebimbangan dalam menerapkan nash dalam realita kehidupan. Islam
menekankan sikap wara„, yakni bahwa seorang muslim hendaknya
menghindari hal-hal yang shubhat, supaya tidak terjerumus ke dalam hal yang
haram.
2. Kriteria Makanan dan Minuman Halal
Dalam hal makanan, ada dua pengertian yang bisa dikategorikan
kehalalannya yaitu halal dalam mendapatkannya dan halal dzat atau subtansi
barangnya.Halal dalam mendapatkannya maksudnya adalah benar dalam mencari
dan memperolehnya. Tidak dengan cara yang haram dan tidak pula dengan cara
yang batil. Jadi, makanan yang pada dasarnya dzatnya halal namun cara
memperolehnya dengan jalan haram seperti: hasil riba, mencuri, menipu, hasil
judi, hasil korupsi dan perbuatan haram lainnya, maka berubah status hukumnya
menjadi makanan haram.
Dalam al-Qur‟an makanan yang di haramkan pada dasarnya hanyaada
empat, sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 173:
زباغ غیأ طز فوٲضأ زٱلله خشيزوهاأهلبھۦلغیأ وٲلأ تةوٱلذهىلحأ ویأ كوٲلأ هعلیأ إواحز
حین ئٲللهغفىرر ه وعلیأ فلإثأ ٧ولاعاد
20
Terjemahnya :
Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi,
dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.
Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang
dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka tidak ada dosa baginya.Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.25
Ayat di atas menerangkan bahwa makanan yang diharamkan itu adaempat
macam, yaitu:
1. Bangkai, yang termasuk kategori bangkai adalah hewan yang mati dengan
tidak disembelih, termasuk didalamnya yang mati tercekik, dipukul, jatuh,
ditanduk atau diterkam oleh hewan buas.
2. Darah, maksudnya adalah darah yang mengalir dari hewan yang disembelih.
3. Daging babi, apapun yang berasal dari babi hukumnya haram baik
darah,daging, tulang dan seluruh bagian tubuh babi.
4. Binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah.
Sedangkan minuman yang diharamkan adalah semua bentuk khamr
(minuman berakhohol), sebagaimana firman Allah Swt:
سزوٱ ویأ زوٱلأ خوأ اإواٱلأ أيهاٱلذييءاهى تي فٲجأ ط عوللشیأ أ سو وزجأ ل سأ صابىٱلأ لأ
لحىى تفأ ٩بىهلعلكوأ
Terjemahnya :
25Ibid h.14
21
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan.Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (Al-
Maidah: 90)26
Kriteria makanan halal menurut para ahli di LP POM MUI (lembaga
pengkajian pangan, obat dan kosmetik Majelis Ulama Indonesia), Yaitu
didasarkan padabahan baku yang digunakan, bahan tambahan, bahan
penolong(prosesproduksi) dan jenis pengemas produk makanan. Produk halal
yangdimaksud adalah :
1. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.
2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan bahan yang
berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan lain sebagainya.
3. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata
cara syari‟at Islam.
4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan dan
transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah digunakan
untuk babi barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus
dibersihkan tatacara yang diatur dalam syari‟at Islam.
5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.27
26Ibid h.15 27Imam masker alie (ketua penyunting), 2003, dalil dan pertimbangan penetapan produk halalbagian
proyek sarana dan prasarana produk halal dirjen bimas islam dan penyelenggaraan haji depertemen agama, jakarta
hal.8
22
Jadi dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat produk pangan halal
menurut syariat Islam adalah :
1. Halal dzatnya
2. Halal cara memperolehnya
3. Halal dalam memprosesnya
4. Halal dalam penyimpanannya
5. Halal dalam pengangkutannya
6. Halal dalam penyajiannya.28
3. Sertifikat Halal/MUI
Jaminan kehalalan suatu produk pangan dapat diwujudkan diantaranya
dalam bentuk sertifikasi halal. Dengan sertifikasi tersebut produsen dapat
mencantumkan label halal pada kemasannya. Pengaturan penggunaan produk
halal di Indonesia, memiliki dua hal yang terkait, yaitu sertifikasi dan
labelisasi halal.Sertifikat Halal MUI adalah fatwa tertulis Majelis Ulama
Indonesia yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari‟at
Islam. Sertifikat Halal MUI ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin
pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi pemerintah yang
berwenang.29
Pemegang otoritas menerbitkan sertifikasi produk halal adalah
MUI yang secara teknis ditangani oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-
obatan, dan Kosmetika (LPPOM).
28Alie ,2003, Tanya Jawab Produk Halal, Bagian Proyek dan Prasarana Produk Halal dirjen Bimas Islam
dan Penyelenggara Haji, Pepartemen Agama Jakarta. hal.6 29Anonim. LPPOM MUI, Persyaratan Sertifikasi Halal MUI tentang Bristle (21 esember 2016)
23
Sebagai lembaga bentukan MUI, LPPOM MUI tidak berjalan sendiri.
Keduanya memiliki kaitan erat dalam mengeluarkan keputusan. Sertifikat Halal
merupakan langkah yang berhasil dijalankan sampai saat ini. Didalamnya tertulis
fatwa MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam
dan menjadi syarat pencantuman label halal dalam setiap produk pangan, obat-
obatan, dan kosmetika.30
Sertifikat halal berlaku dua tahun dan dapat diperbaruhi untuk jangka
waktu yang sama. Setiap pelaku usaha yang telah mendapatkan sertifikat halal
terhadap produknya mencantumkan keterangan atau tulisan halal dan nomor
sertifikat pada label setiap kemasan produk. Selama masa berlaku sertifikat halal
tersebut, perusahaan harus dapat memberikan jaminan bahwa segala perubahan
baik dari segi penggunaan bahan, pemasok, maupun teknologi proses hanya dapat
dilakukan dengan sepengetahuan LPPOM MUI yang menerbitkan sertifikat halal.
Jaminan tersebut dituangkan dalam suatu sistem yang disebut Sistem Jaminan
Halal (SJH).SJH dibuat oleh perusahaan berdasarkan buku panduan yang
dikeluarkan oleh LPPOM MUI.
Sertifikat halal dan labelisasi halal merupakan dua kegiatan yang berbeda
tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Hasil dari kegiatan sertifikasi halal
adalah diterbitkannya sertifikat halal, apabila produk yang dimaksudkan telah
memenuhi ketentuan sebagai produk halal.
30 Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa, (Jakarta: Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk
Halal Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI, 2003), 151- 160.
24
4. Proses Produksi
Proses produksi adalah kegiatan yang mengkombinasikan faktor-faktor
produksi (man, money, material, method) yang ada untuk menghasilkan suatu
produk, baik berupa barang atau jasa yang dapat diambil nilai lebihnya atau
manfaatnya oleh konsumen. Sifat proses produksi adalah mengolah, yaitu
mengolah bahan baku dan bahan pembantu secara manual dengan menggunakan
peralatan, sehingga menghasilkan suatu produk yang nilainya lebih dari barang
semula.
Produk atau barang adalah hasil kegiatan produksi yang mempunyai sifat-
sifat fisik dan kimia, serta ada jangka waktu antara saat diproduksi dengan saat
produk tersebut dikonsumsi atau digunakan.Adapun jasa adalah hasil dari
kegiatan produksi yang tidak mempunyai sifat-sifat baik fisik maupun kimia serta
tidak ada jangka waktu antara saat produksi dengan saat dikonsumsi.
Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana
produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan
menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Proses produksi adalah suatu
cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan
menggunakan faktor produksi yang ada.31
Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses
produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu
31Ahyari, Agus, 2002, Manajemen Produksi; Pengendalian Produksi, edisi empat, Buku dua, BPFE,
Yogyakarta.
25
barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja,
mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
C. Perlindungan Konsumen Muslim
1. Perlindungan Konsumen
Secara mendasar, konsumen juga membutuhkan perlindungan hukum
yang
sifatnya universal. Mengingat lemahnya kedudukan konsumen pada umumnya
dibandingkan dengan kedudukan produsen yang lebih kuat dalam banyak
hal,maka pembahasan perlindungan konsumen akan selalu aktual dan selalu
penting untuk dikaji32
Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara materiil maupun
formal makin terasa sangat penting, mengingat makin majunya ilmu
pengetahuan
dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktifitas dan efisiensi
produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai
sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya
baik langsung atau tidak langsung, maka konsumenlah yang pada umumnya akan
merasakan dampaknya33
32
2Yusuf Sofie, Kapita Selekta Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia (Jakarta: GhaliaIndonesia, 2007), h. 17.
33 Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan (Jakarta: Visimedia, 2008), h. 39
26
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk lain dan tidak untuk diperdagangkan.34
Definisi konsumen berangkat dari pandangan atau konsep islam terhadap
harta, hak dan kepemilikan dengan transaksi atau tidak.35
Konsumen dalam
hukum ekonomi islam tidak terbatas pada perorangan saja tetapi juga menyangkut
suatu bedan hukum.36
Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk
menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam
ushanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang merugikan konsumen
itu sendiri.37
Undang-undang nomor 08 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa, perlindungan konsumen adalah segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen.38
Kepastian hukum untuk melindungi hak-hak konsumen, yang diperlukan
melalui undang-undang khusus, memberikan harapan agar pelaku usaha tidak lagi
sewanang-wenang yang selalu merugikan hak konsumen.Dengan adanya undang-
undang perlindungan konsumen beserta perangkat hukum lainnya, konsumen
34Subagyo, buku sederhana memahami prinsip-prinsip perlindungan konsumen (surabaya: 2010) h.1 35Muhammad, erika perlindungan konsumen dan ekonomi islam, (yogyakarta: bpfe, 2004) h.128 36Ibid h. 130 37Zulham, hukum perlindungan konsumen, (Jakarta: kencana, 2013), h.21 38Undang-undang no.08 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 1
27
memiliki hak dan posisi yang berimbang, dan mereka pun bisa menggugat atau
menuntut jika ternyata hak-haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku
usaha.
Pasal 2 undang-undang nomor 08 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen menyebutkan bahwa perlindungan konsumen berdasarkan asas
kemanfaatan, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen
serta kepastian hukum.39
2. Tujuan Perlindungan konsumen
Perlindungan Konsumen Perlindungan konsumen merupakan bagian tak
terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. Dalam kegiatan bisnis yang sehat
terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen.
Tidak adanya perlindungan yang seimbang menyebabkan konsumen berada pada
posisi yang lemah. Konsumen pada dasarnya memiliki posisi tawar yang lemah
dan terus melemah, hal ini disebabkan:
a. Terdapat lebih banyak produk, merek, dan cara penjualannya;
b. Daya beli konsumen makin meningkat;
c. Lebih banyak variasi merek yang beredar di pasaran, sehingga belum
d. banyak diketahui semua orang;
e. Model-model produk lebih cepat berubah;
f. Kemudahan transportasi dan komunikasi sehingga membuka akses yang
lebih besar kepada bermacam-macam pelaku usaha; Iklan yang menyesatkan; dan
39Undang-undang no.08 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 1
28
g. Wanprestasi oleh pelaku usaha40
Posisi konsumen sangat lemah maka ia harus dilindungi oleh hukum. Salah satu
sifat, sekaligus tujuan hukum adalah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada
masyarakat. Jadi, sebenarnya hukum konsumen dan hukumperlindungan konsumen
adalah dua bidang hukum yang sulit dipisahkan dan ditarikbatasnya. Menurut Az
Nasution berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari
hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur,
dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Sedangkan
hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum
yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak atau satu sama lain
berkaitan dengan barang dan/atau jasa di dalam kehidupan bermasyarakat.41
Menurut pasal 3 undang-undang nomor 08 tahun1999 tentang
perlindungan konsumen, perlindungan konsumen bertujuan:
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.
b. Mengangkat harta dan martabak konsumen dengan cara menghindarkan
dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
40
Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2010), h. 9. 41
AZ Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, (Cet. II; Jakarta: Diadit Media, 2006), h. 37
29
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
e. Menembuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan konsumen.42
Dengan adanya tujuan tersebut diharapkan pelaku usaha dapat
memberikan perhatiannya akan hak-hak yang dimiliki konsumen, khususnya
terkait hak atas kesehatan.43
dalam hal ini pelaku usaha diharapkan dapat
menghindari kemungkinan terjadinya peristiwa yang disebabkan tidak
dihindarinya hal-hal yang dilarang oleh pelaku usaha dalam memproduksi atau
memperdagangkan suatu produk. Untuk itu perlindungan konsumen diatur
sedemikian rupa dengan cara:
a. Menciptakan system perlindungankonsumen yang mengandung unsur
keterbukaan akses informasi, serta menjamin kepastian hukum.
b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan
seluruh pelaku usaha
42Undang-undang no.08 tahun 1999 tentang pelindungan konsumen pasal3 43Mualim, wahyuning widayati dkk, pedoman HAM tentang perlindungan konsumen yang berkaitan
dengan pemenuhan hak atas kesehatan, h.37
30
c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa
d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yang
menipu dan menyesatkan.
e. Membedakan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan
perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-
bidang lainnya.44
Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah
yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah
penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunanya,
dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Pemberian Label
Labeling berkaitan erat dengan pengemasan. Label merupakanbagian dari
suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produkdan penjual.
Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan, atau bisapula merupakan
etiket (tanda pengenal) yang dilekatkan pada produk.
Dengan demikian ada hubungan erat antara labeling, packaging,
danbranding.Secara garis besar terdapat tiga macam label yaitu sebagaiberikut:
1. Brand label, yaitu nama merek yang diberikan kepada produk atau
dicantumkan pada kemasan.
44Ibid
31
2. Descriptive label, yaitu label yang memberikan informasi obyektif
mengenaipenggunaan, konstruksi/pembuatan, perawatan/perhatian dan
kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan
dengan produk.
3. Grade label, yaitu label yang mengidentifikasi penilaian kualitas produk
(product’s judgend quality) dengan suatu huruf, angka, atau kata.
4. Jaminan produk
Jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya
kepada konsumen, di mana konsumen akan diberi ganti rugibila produk ternyata
tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkanatau dijanjikan. Jaminan bisa
meliputi kualitas produk, reparasi, ganti rugi(uang kembali atau produk ditukar),
dan sebagainya. Jaminan sendiri adayang bersifat tertulis dan ada pula yang tidak
tertulis. Dewasa ini jaminan seringkali dimanfaatkan sebagai aspek promosi,
terutama pada produk produk tahan lama
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian akan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif
adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
hubungan-hubungannya.Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan
menggunakan model-model matematis dan teori-teori dan hipotesis yang berkaitan
dengan fenomena alam.Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam
penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara
pengamatan empiris dan ekspresi matematis dan hubungan-hubungan kuantitatif.45
Peneliti menggunakan jenis metode deskriptif yaitu peneliti yang menjelaskan
bagaimana pengaruh antar variabel-variabel pengujian hipotesis melalui pengujian
hipotesis. Data yang diperoleh berasal dari penelitian lapangan menggunakan
kuesioner atau angket yang telah disebar oleh peneliti kepada sampel/ orang yang
akan memberikan informasi terkait hal yang akan diteliti.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah warung makan usaha kecil
di kota Makassar
C. Variabel Penelitian
Variabel merupakan pusat perhatian dalam penelitian kuantitatif.Secara
singkat, variabel dapat didefinisikan sebagai konsep yang memiliki variasi atau
45Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. (Bandung: Alfabeta.2014). h. 30-31
33
memiliki lebih dari satu nilai.Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan
untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau
individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.46
Variabel yang menjadi tujuan peneliti adalah pelabelan halal X produk
makanan sebagai variabel , perlindungan konsumen muslim sebagai variabel Y
D. Definisi Operasional Variabel.
Berikut ini definisi dari variable-variabel yang akan menjadi acuan dalam
melakukan penelitian:
1. Pelabelan Halal Produk makan adalah pencatuman tulisan atau pernyataan
halal pada kemasan produk kemasan makan untuk menunjukkan bahwa
produk yang di maksud berstatus sebagai produk makan halal.
2. Perlindungan Konsumen Muslim adalah perlindungan konsumen merupakan
hal yang sangat penting dalam hukum islam. Maka perlindungan terhadap
konsumen muslim berdasarkan syari‟at islam merupakan kewajiban Negara.
E. Sumber Data
a) Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya.Data primer
disebut juga data asli atau data baru.Dalam penelitian ini data primer atau data
46Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Edisi Revisi 2
(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 59
34
empiris di peroleh dari penyebaran angket.Dalam penelitian ini angket yang tersebar
terdiri dari angket tertutup dan angket terbuka.
Angket tertutup artinya telah adapilihan pertanyaan yang berkenaan
pengaruh pendapatan bagi hasil dan sistem syariah terhadap tingkat kesejahteraan
petani penggarap serta jawaban yang di design dengan menggunakan skala liker,
Responden diminta untuk menjawab pertanyaan atau pernyataan dengan lima
alternatif jawaban yang telah di sediakan oleh peneliti dengan memberikan tanda
centang ( √ ) pada bagian kolom yang telah disediakan.
b) Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan dari
sumber yang telah ada.Data itu biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari
laporan-laporan peneliti yang terdahulu.Data sekunder disebut juga data tersedia.
F. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu
wilayah yang memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Populasi juga dapat didefinisikan sebagai keseluruhan unit atau individu dalam ruang
lingkup yang akan diteliti47
. Populasi dalam peneliti ini adalah pelanggan warung
makan ayam geprek di kota Makassar, belum ada data.
47 Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik 1,2002 . Jakarta, PT Bumi Aksara
35
2. Sampel
Pengambilan data penelitian dilakukan dengan metode perpossive
sampling bertujuan tidak ada jumlah yang pasti pelanggang ayam geprek di kota
makassar untuk mendapatkan jumlah sampel yang tepat menggunakan mengunjungi
warung ayam geprek di kota makassar menyebarkan angket ke pelanggang jumlahnya
tidak mencukupi selebihnya mengunakan metode perpossive sampling melalui
penyebaran angket secara online para pelanggan ayam geprek sampai terakhir
pengumpulan angket terkumpul sebanyak 65 angket yang kembali.
G. Instrumen Penelitian
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Wawancara,
dan Observasi.Instrument yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini
dengan menggunakan skla likert 5 poin. Jawaban responden berupa piihan dari lima
alternatif yang ada, yaitu:
Tabel 3.1
1. SS SangatSetuju
2. S Setuju
3. N Netral
4. TS TidakSetuju
5. STS SangatTidakSetuju
H. Teknik Pengumpulan Data
36
Teknik yang dipergunakan dalam proses pengumpulan data dalam
penelitianini terdiri atas:
1. Penyebaran angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket
merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang ia
ketahui. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai
suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberi jawaban
yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.di samping
itu, responden mengetahui informasi tertentu yang di minta.
2. Observasi
Observasi merupakan sebuah proses pengamatan menggunakan panca
indra kita. Seorang peneliti dapat melakukan observasi dengan berbagai cara. Ia dapat
melihat kondisi masyarakat yang menjadi tempat penelitiannya.
I. TeknikAnalisis Data
Untuk mengetahui Analisis Pelabelan Halal Produk Makanan sebagai
Perlindungan Konsumen Muslim, maka digunakan analisis statistika:
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Ujivaliditas adalah kebenaran instrument penelitian yang digunakan untuk
menguji apakah pertanyaan pada questioner tersebut benar atau tidak.
37
Perhitungan ini dilakukan dengan bantuan computer program SPSS
(Statistical Package For Social Science). Untuk menetukan nomor-nomor item
yang valid dan tidak valid, dikonsultasikan dengan table product
moment.Kriteria penilaian uji validitas adalah:
a. Apabilar hitung>rtabel pada taraf signifikansi α = 0,05 maka dapat dikatakan
item kuesioner tersebut valid.
b. Apabilar hitung<rtabel pada taraf signifikansi α = 0,05, maka dapat dikatakan
item kuesioner tersebut tidak valid
Selanjutnya uji realibilitas adalah menguji data yang diperoleh sebagai dari
jawaban angket yang telah dibagikan. Jika angket tesebut itu handalatau realible.
Dikatakan handalatau realible jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu kewaktu. Untuk mengukur reliabilitas menggunakan
uji statistic cronbach alpha. Suatu variable dikatakan realible jikar hitung>rtabel maka
pada taraf signifikansi α = 0,6.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas adalah sebuahuji yang dilakukan dengan tujuan
untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau
variabel, apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak.
b. Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang menilai apakah ada ketidak
samaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi
linear. Uji ini merupakan salah satu dari uji asumsi klasik yang harus
dilakukan pada regresi linear. Apabila asumsi heteroskedastisitas tidak
38
terpenuhi, maka model regresi dinyatakan tidak valid sebagai alat
peramalan.
3. Uji frekuensi
Merupakan suatu uraian atau ringkasan yang dapat dibuat dalam bentuk tabel
suatu kelompok data yang menunjukkan sebaran data observasi dalam
beberapa kelas.Sehingga ada dapat membentuk suatu tabel frekuensi yang
berisikan kategori-kategori tersebut.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokai Penelitian
Makassar adalah ibu kota Provinsi Sulawesi selatan, yang terletak di
bagian Selatan Pulau Sulawesi ynag dahulu disebut Ujung pandang, terletak
antara 119°24‟17‟38‟‟ Bujur Timur dan 5°8‟6‟19‟‟ Lintang Selatan yang
berbatasan sebelah Utara dengan Kebupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten
Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selatan
Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-
2°(datar) dan kemiringan lahan 3-15° (bergelombang). Luas Wilayah Kota
Makassar tercatat 175,77 km persegi. Kota Makassar memiliki kondisi iklim
sedang hingga tropis memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26,°C
sampai dengan 29°C.
Kota Makassar adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang
membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai
“Waterfront City” yang didalamnya mengalir beberpa sungai (Sungai Tallo,
Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang) yang kesemuanya bermuara ke
dalam kot. Kota makassar merupakan hamparan daratan rendah yang berbeda
pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan lauk.
40
Kota yang sempat dikenal dengan nama Ujung Pandang ini memang
menjadi salah satu destinasi wisata favorit para pelancong, khususnya dari
luar pulau Sulawesi. Menawarkan banyak hal untuk dieksplorasi, mulai dari
wisata, sejarah, budaya, sampai wisata kuliner Makassar sendiri yang terkenal
dengan kelezatannya.
Seiring dengan perkembangan waktu, kuliner di kota Makassar kian
beragam tidak hanya tradisional tapi juga kuliner kekinian seperti halnya di
Ayam geprek. Ayam geprek sendiri merupakan salah satu inovasi yang
berasal dari ayam goreng tepung yang dicampur dengan cabai dan rempah
lainnya dengan cara digeprek. Rumah makan ayam geprek mulai menjadi
favorit warga Makassar khususnya pelajar dan mahasiswa karena kebanyakan
memiliki harga yang terjangkau. Ketatnya persaingan antar rumah makan
ayam geprek membuat pihak ayam geprek harus pandai menawarkan
keunggulan produknya masing-masing.Bidang bisnis kuliner tergolong
banyak diminati apalagi jika ada produk baru sehingga banyak masyarakat
yang memulai usaha dengan melirik tren kuliner yang sedang diminati oleh
masyarakat pada saat itu karena dianggap sebagai peluang usaha.
Sejak keberadaan kuliner ayam geprek kian meningkat di indonesia
terutama di Makassar, sejak itu pula banyak rumah makan ayam geprek mulai
beroprasi di setiap sudut kota Makassar salah satunya di daerah Alauddin dan
Talasalapang.
41
B. DeskripsiResponden
Responden yang di teliti dalam penelitian ini adalah konsumen warung makanan
ayam geprek juara dan responden sebanyak 65 orang.
a. Responden berdasarkan jenis kelamin
Keadaan responden berdasarkan jenis kelamin dapat didefinisikan
dalam tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Responden berdasarkan Jenis Kelami
Frequency Percent
Valid L 25 38.5
P 40 61.5
Total 65 100.0
Sumber : Data diolah 2020
Berdasarkan table 4.1 jumlah responden laki-laki sebanyak 25 orang dan
responden perempuan sebanyak 40 orang ini menunjukkan bahwa responden warung
makan ayam geprek lebih banyak perempuan.
b. Responden berdasarkan umur
.Keadaan responden berdasarkan umur dapat di definisikan dalam tabel 4.2
sebagai berikut:
42
Tabel 4.2 Responden Beradasarkan Umur
No Umur Frekuensi Presentase (%)
1 15-20 16 24,6 %
2 21-30 48 73,9 %
3 30-40 1 100,0 %
TOTAL 65 100,0 100 %
Sumber : Data diolahpadatanggal 20 juni 2020
Berdasarkan table di atas, diketahui bahwa jumlah responden yang berusia
dari 15-20 tahun sebanyak 16 orang atau (24,6%), dan responden yang berusia 21-
30 sebanya 48 orang atau (73,9%), dan responden yang berusia 30-40 tahun
sebanyak 1 orang atau (100,0%). Jadi responden terbanyak besrada pada usia 21-30
tahun.
C. Hasil dan Analisis
Variabel penelitian terdiri dari 2 (dua) yang terdiri dari variable independen yaitu
Pelabelan halal produk makanan (X), dan perlindungan konsumen muslim(Y) .
a. Deskripsi Variabel Pelabelan Halal (X)
Adapun deskripsi data tanggapan Responden mengenai Pelabelan Halal dapat
dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :
43
No Pertanyaan Tingkat Jawaban Responden
Menerima
(S + SS)
Tidak Menerima
(KS + TS + STS)
F % F %
1 Apakah anda memperhatikan
pelabelan halal sebelum
memilih makan di rumah
makan?
61 67,5 4 6,1
2 Apakah ada pelabelan halal
pada warung makan dapat
meningkatkan usaha ?
55 84,6 10 15,4
3 Dengan adanya pelabelan halal
di setiap warung makan penjual
harus lebih menjaga kebersihan
makanan dan minuman ?
65 100 0 0
4 Dengan adanya pelabelan halal
di setiap warung makan penjual
harus teliti memilih bahan baku
?
62 95,4 3 4,6
5 Menurut anda pelabelan halal
menjadi pertimbangan
konsumen dalam membeli
produk makanan ?
56 86,2 9 13,8
6 Adanya pelabelan halal pada
warung makan semakin tinggi
minat belanja ?
57 87,7 8 12,3
7 Kelengkapan pelabelan halal
pada warung berpengaruh pada
pengembilan keputusan
pembelian produk oleh
pelanggan ?
60 92,3 5 7,7
Sumber : Data diolah 2020
Tabel 4.3 Tanggapan Responden terhadap Variabel Pelabelan Halal (X)
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui dari tujuh pertanyaan yang diajukan pada
responden maka mayoritas menyatakan setuju bahwa pelabelan halal pada warung
makan dapat menigkatkan usaha dan menjadi perhatian responden ketika
44
memilih makan di rumah makan sehingga pelabelan halal di setiap warung makan
membuat penjual harus lebih menjaga kebersihan makanan dan minuman dan
juga harus teliti memilih bahan baku. Dapat diketahui pula bahwa pelabelan halal
menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk makanan dan
meningkatkan minat belanja pada warung makan karena akan berpengaruh pada
pengembalian keputusan pembelian produk oleh pelanggan.
b. Deskripsi Variabel Perlindungan Konsumen (Y)
Adapun deskripsi data tanggapan Responden mengenai Perlindungan
Konsumen dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4 Tanggapan Responden terhadap Variabel Perlindungan Konsumen
(Y)
No Pernyataan Tingkat Jawaban Responden
Menerima
(S + SS)
Tidak Menerima
(KS + TS + STS)
F % F %
1 Anda merasa jika adanya
pelabelan halal di warung
makan maka konsumen akan
merasa lebih aman dalam
memilih kehalalan produk
58 89.2 7 10,8
2 Anda merasa pelanggan
tertarik makan di warung
anda karena sudah terjamin
kehalalannya
65 100 0 0
3 Anda mengetahui proses
pembuatan makanan sesuai
syariat islam
59 90,7 6 9,2
4 Dengan adanya label halal
pada warung makan
60 92,3 5 3,7
45
memberikan informasi
tentang jaminan & mutu
produk
5 Kualitas, mutu & jaminan
halal adalah hal yang selalu
anda perhatikan dalam
membeli produk makanan
64 98,5 1 1,5
Sumber : Data diolah 2020
Dari tabel 4.4 di atas diketahui bahwa adanya pelabelan halal di
warung makan membuat konsumen akan merasa lebih aman dalam memilih
kehalalan produk dan membuat pelanggan tertarik makan di warung karena
sudah terjamin bahwa proses pembuatan makanan sesuai syariat Islam. Juga
dengan adanya label halal pada warung makan memberi kaninformasi tentang
jaminan dan mutu produk, karena kualitas, mutu dan jaminan halal adalah hal
yang selalu anda perhatikan dalam membeli produk makanan
D. Uji Statistika
1. Uji Validitas
Tabel 4.5 Uji Validitas
Variabel Item R Hitung R Tabel Keterangan
Pelabelan
Halal (X)
P1 0,626 0,2404 Valid
P2 0,738 0,2404 Valid
P3 0,704 0,2404 Valid
P4 0,528 0,2404 Valid
P5 0,729 0,2404 Valid
46
P6 0,731 0,2404 Valid
P7 0,586 0,2404 Valid
Perlindungan
Konsumen
(Y)
P8 0,628 0,2404 Valid
P9 0,624 0,2404 Valid
P10 0,731 0,2404 Valid
P11 0,761 0,2404 Valid
P12 0,659 0,2404 Valid
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber : Data diolah2020
Pada tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa variabel palabelan halal dinyatakan
valid. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai koefisien korelasi (rhitung) >
0,4973 sehingga dapat dikatakan bahwa keseluruhan item variable penelitian adalah
valid untuk digunakan sebagai instrument dalam penelitian. Nilai r table yaitu 0,4973
diperoleh dari nilai r hitung dengan N= 12 + 2 = 10.
2. Uji Realibilitas
Hasil uji reliabilitas ditunjukkan pada tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Uji Realibilitas
No. Variabel Cronbach‟s Alpha Keterangan
1. Pelabelan Halal (X) 0,784 Reliabel
2. Perlindungan Konsumen (Y) 0,706 Reliabel
Sumber : Data diolah 2020
47
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa semua nilai cronbach‟s alpha
variabel pelabelan halal (X)0,784 dinyatakan reliabel, sementara untuk nilai variable
perlindungan (Y) 0,706. Sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
a) Nilai alpha Cronbach 0.00 s.d 0.20, berarti kurang reliable.
b) Nilai alpha Cronbach 0.21 s.d 0.40, berarti agak reliable.
c) Nilai alpha Cronbach 0.42 s.d 0.60, berarti cukup reliable.
d) Nilai alpha Cronbach 0.61 s.d 0.80, berarti reliable.
e) Nilai alpha Cronbach 0.81 s.d 1.00, berarti sangat reliable.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Berdasarkan gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwah asil pengujian
menunjukkan normalitas dimana grafik histogram memberikan pola distribusi yang
melenceng kekanan yang artinyaadalah data berdistibusi normal.
48
b.Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendekati ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat
dari pola gambar scatterplot model tersebut, tidak dapat heteroskedastisitas jika:
1. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola
2. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0
3. Titik-titik data mengumpulkan hanya di atas atau di bawah saja
Sumber : Data diolahpadatanggal 20 juni 2020
Padagambar 4.2 Di atas dapat dilihat bahwa titik-titik pada grafik scatterplot tidak
mempunyai pola penyebaran yang jelas dan titik-titik tersebut menyebar di atas dan
di bawahangka 0 pada sumbu y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat gangguan
heteroskedastisitas pada model regresi.
49
4. Uji Hipotesis
a. Uji Regresi
Untuk lebih jelasnya akan disajikan hasil olahan data mengenai persamaan
regresi dibawah ini :
Persamaan regresi sederhana secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut:
𝒀 = α + 𝒃𝑿 + 𝝐s
Dimana :
Y = Variabel Dependent (perlindungan konsumen)
α = Konstanta persamaan regresi
b= Koefisien regresi
X = Variabel Independent (pelabelan halal)
∈ =Error term (variabel pengganggu)
Tabel 4.7 Hasil Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.626 1.866 3.551 .001
Produk
Makanan .505 .060 .730 8.482 .000
a. Dependent Variable: Perlindungan Konsumen
Sumber : Data diolah 2020
50
Diketahui dari tabel hasil Uji Heterokedastisitas diperoleh persamaanregresi
sederhana sebagai berikut:
𝑌 =6.626+0,505X
Konstanta sebesar 6.626 artinya apabila nilai X (pelabelan halal )sama dengan 0,450
maka nilai Y (perlindungan konsumen) sebesar6,626.Koefisien regresi X (pelabelan
halal) sebesar 0,505 artinya apabilasetiap kenaikan X sebesar 0,050 (pengetahuan
terhadap produk) maka nilai Y(minat terhadap produk) akan meningkat sebesar
0,505.
b. Uji Parsial(Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.626 1.866 3.551 .001
Produk
Makanan .505 .060 .730 8.482 .000
a. Dependent Variable: Perlindungan Konsumen
Sumber : Data diolah 2020
Berdasarkan analisis data pada penelitian ini yang tergambar pada tabel 4.8
dapat diketahui bahwa pelabelan halal mempunyai pengaruh yang signifikan
penerapan.dimana thitung> ttabel hal ini ditunjukkan dari hasil uji parsial bahwa
koefisien beta unstandardizer variabel pengetahuan terhadap perlindungan konsumen
0,6.626(sig.) t sebesar 0,000, dan pelabelan halal 0,505 (sig.) t 0,000 serta8.482>
1,6684 secara pengetahuan terhadap produk gadai dan minat terhadap produk
51
karena memperoleh hasil signifikan lebih kecil dari 0,05 sehingga Ha yaitu pelabelan
halal
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merupakan besaran yang menunjukkan variasi variabel
bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel independennya. Dengan kata lain, koefisien
determinasi ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh variabel bebas (Persepsi
masyarakat lokal) dan (Kesiapan masyarakat lokal) dalam menerangkan variabel
terikatnya (Penerapan wisata syariah). Nilai koefisien determinasi ditentukan dengan
nilai R square sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah :
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .730a .533 .526 1.39711
a. Predictors: (Constant), Produk Makanan
b. Dependent Variable: Perlindungan Konsumen
Sumber : Data diolah 2020 s
Berdasarkan hasil uji koefisien deteminasi pada tabel 4.9 diatas, nilai R2
(R
Square) dari model regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat. Dari tabel diatas diketahui bahwa
nilai R2 sebesar0,533 . Hal ini berarti bahwa 53,3% yang menunjukkan bahwa
perlindungan konsumen jadi Sisanya sebesar 46,7% dipengaruhi oleh variabel lain
yang belum atau tidak diteliti dalam penelitian ini.
52
E.Pembahasan Hasil Penelitian
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa umumnya pelanggan warung makan
menyatakan bahwa pelabelan halal pada warung makan dapat menjadi alasan
masyarakat dalam memilih makan di rumah makan.karena pelabelan halal di setiap
warung makan dapat menjamin kebersihan bahan baku makanan dan minuman dan
cara masak dan peralatan hasil penelitian ini pula menunjukka bahwa pelabelan halal
menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk makanan.Karena adanya
pelabelan halal di warung makan membuat konsumen merasa lebih aman dalam
memilih produk yang terjamin kehalalanya.
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pencantuman label halal di warung makan belum banyak dilakukan oleh
pemilik warung makan.Meski demikian, dari hasil olah data angket dapat
diketahui bahwa pelanggan mempercayai bahwa warungmakan di
Makassar telah menyediakan bahan baku makanan halal dan pengolahan
yang sesuai syariat islam..
2. Meski masih banyak orang makan di makassar yang belum
mencantumkan label halal, namun pelanggan tetap meyaki bahwa
pelabelan halal pada warung makan dapat menjamin perlindungan kepada
konsumen dalam bentuk jaminan halal pada bahan baku makanan,
jaminan halal pada proses pengolahan bahan baku makanan, sebagai
jaminan halal pada warung makan di makassar.
B. SARAN
1. Bagi konsumen sebaiknya lebih memperhatikan ketersedian label halal
pada setiap warung makan agardapat menjamin tingkat kehalalan
melindungi meraka dari produk yang tidak syariat islam.
2. Bagi pengusaha produk makanan agar sebaiknya memperhatikan
pelabelan halal untuk menarik dan menyakinkan konsumen dalam
membeli produk atau jajanan kuliner yang ditawarkan.
54
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2010), h. 9.
AZ Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, (Cet. II; Jakarta:
Diadit Media, 2006), h. 37
Apriyanto, Apriyantono dan Nurbowo, 2003, Panduan Belanja dan Konsumsi Halal,
Jakarta: Khairun Bayan.
Agus, Agus. 2002, Manajemen Produksi; Pengendalian Produksi, edisi empat, Buku
dua, BPFE, Yogyakarta.
Ar Rasyid, Abdurrahman, Halal Haram menurut Al-Qur’an dan Hadist, Jakarta:
Prestasi Pusat, Cet. I, 2006.
Anggraini, Jum. 2012, Hukum Administrasi Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Alie, Imam masker. 2003, ketua penyunting Dalil dan pertimbangan penetapan
Produk Halal bagian Proyek sarana dan Prasarana Produk Halal dirjen Bimas
Islam dan penyelenggaraan Haji Depertemen Agama, jakarta
Alie ,2003, Tanya Jawab Produk Halal, Bagian Proyek dan Prasarana Produk Halal
dirjen Bimas Islam dan Penyelenggara Haji, Pepartemen Agama Jakarta.
Anonim. 2016, LPPOM MUI, Persyaratan Sertifikasi Halal MUI tentang Bristle.
Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Makassar, daftar jumlah
UMKM di Kabupaten Makassar tahun 2016.
Direktor, 1982. Proyek Perguruan Tinggi Agama /IAIN di Pusat Direktorat
Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqih, Jakarta.
Erika, Muhammad. 2004, perlindungan konsumen dan ekonomi islam, Yogyakarta:
bpfe.
F.M Nashshar. 2013, Antara Halal Dan Haram, Bandung: Angkasa.
Farida, Yusuf,. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatwa. 2003, Majelis Ulama Indonesia, Jakarta: Bagian Proyek Sarana dan Prasarana
Produk Halal Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen
Agama RI.
Girindra, Aisjah. 2005, Pengukir Sejarah Sertifikasi Halal, Jakarta: LP POM MUI.
55
Hasan, Ali. 2009, Manajemen Bisnis Syariah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasan, Iqbal. 2002, Pokok-Pokok Materi Statistik 1, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Imam Al-Ghazali. 2002, Benang Tipis Antara Halal dan Haram, Surabaya : putra
pelajar.
Lois Ma‟luf, Al-Munjid. 1986, Beirut-Lebanon: Dar El-Machreq Sari Publisher
Mualim, wahyuning widayati dkk, pedoman HAM tentang perlindungan konsumen
yang berkaitan dengan pemenuhan hak atas kesehatan,
Qardhawi, Yusuf. 2000. Halal Dalam Islm. Solo: Era Intermedia
Syukur , Abdullah. 1987. Kumpulan makalah “Study Implementasi Latar Belakang
Konsep Pendekatan dan Relevansinya Dalam Pembangunan”. Ujung Pandang.
Syeikh Izzuddin Ibnu Abdi Salam, 2011, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam
Kemaslahatan Manusia, Bandung Nusa Media.
Syeikh Izzudin Ibnu Abdis Salam, Kaidah-Kaidah Hukum
Suriansyah, Murhaini. 2014, Manajemen Pegawasan Pemerintah Daerah, Pusat
Pelajar, Yogyakarta.
Subagyo. 2010, buku sederhana memahami prinsip-prinsip perlindungan konsumen
Surabaya
Sugiyono. 2014, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Tim Penyusun, 1975, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak, Jakarta:
Erlangga
Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Undang-undang no.08 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 1
Undang-undang no.08 tahun 1999 tentang pelindungan konsumen pasal3
Zulham. 2013, hukum perlindungan konsumen, Jakarta: kencan
RIWAYAT HIDUP
Nurmala sari, lahir di Bantimala, 08april 1998. Putri pertama
dari pasangan Alm. Muh. Nadir dan Nursiah. Peneliti
mengawali pendidikan pada tahun 2004 di SD Neg. 21
Maleleng, tamat pada tahun 2010. Lalu melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri2 Minasate‟ne pada tahun 2010
dan tamat pada tahun 2013. Kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah
atas di SMA Negeri 1 Bungoro pada tahun 2013 dan tamat pada tahun 2016. Dan atas
ridha Allah SWT juga restu kedua orang tua, pada tahun 2016 melanjutkan
pendidikan S1 di Universitas Muhammadiyah Makassar dengan program studi
Hukum Ekonomi Syariah (HES), Fakultas Agama Islam (FAI) dan menyelesaikan
pendidikan S1 padatahun 2020.
KUESIONER
ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI
PERLINDUNGAN KONSUMEN MUSLIM DI MAKASSAR
Identitas
Nama Lengkap :
Umur :
Jenis Kelamin : Laki – Laki / Perempuan
Petunjuk Pengisian Kuesioner
Berikan respond anda sebenar-benarnya untuk setiap indikator yang ada pada
kolom sebelah kiri dengan memberikan tanda centang (√) pada salah satu angka yang
tersedia pada kolom alternatif jawaban.
Keterangan pilihan jawaban :
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Netral (N)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
Variabel label halal produk makanan X
No. Peryataan SS S N TS STS
1. Apakah anda memperhatikan pelabelan halal
sebelum makan di rumah makan
2. Apakah anda pelabelan halal pada warung
makan dapat meningkatkan usaha
3. Dengan adanya pelabelan halal disetiap
warung makan penjual harus lebih menjaga
kebersihan makanan dan minuman
4. Dengan adanya pelabelan halal di setiap
warung makan penjual harus teliti memilih
bahan baku
5. Menurut anda pelabelan halal menjadi
pertimbangan konsumen dalam membeli
produk makanan
6. Adanya pelabelan halal pada warung makan
semakin tinggi minat belanja
7. Kelengkapan pelabelan halal pada warung
berpengaruh pada pengembilan keputusan
pembelian produk oleh pelanggan
Variabel perlindungan konsumen Y
No. Peryataan SS S N TS STS
1. Anda merasa jika adanya pelabelan halal di warung
makan maka konsumen akan merasa lebih aman
dalam memilih kehalalan produk
2. Anada merasa pelanggan tertarik makan di warung
anda karena sudah terjamin kehalalannya
3. Anda mengetahui proses pembuatan makanan sesuai
syariat islam
4. Dengan adanya label halal pada warung makan
memberikan informasi tentang jaminan & mutu
produk
5. Kualitas, mutu & jaminan halal adalah hal yang selalu
anda perhatikan dalam membeli produk makanan
DOKUMENTASI
Top Related