ANALISIS MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF TEKS BIOGRAFI
PRESIDEN SOEKARNO DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI
BAHAN AJAR DI SMP KELAS VIII
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan
Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
SAFRUDIN ATFALUSOLEH
A310130025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
HALAMAN PERSETUJUAN
ANALISIS MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF TEKS BIOGRAFI
PRESIDEN SOEKARNO DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI
BAHAN AJAR DI SMP KELAS VIII
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
SAFRUDIN ATFALUSOLEH
A310130025
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Drs. Andi Haris Prabawa, M. Hum.
NIP. 412/ NIDN. 0628026001
1
ANALISIS MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF TEKS BIOGRAFI
PRESIDEN SOEKARNO DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI
BAHAN AJAR DI SMP KELAS VIII
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya orang yang masih salah
mengartikan suatu tuturan dalam bahasa tulis. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bentuk-bentuk analisis makna denotatif dan konotatif pada buku
biografi Presiden Soekarno yang berjudul “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat
Indonesia” serta implikasinya sebagai bahan ajar di SMP kelas VIII. Metode dalam
penelitian ini ialah metode padan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif,
dengan desain penelitian studi kasus. Data dalam penelitian ini adalah buku “Bung
Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Sumber data dalam penelitian ini
adalah buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik baca, catat dan teknik pustaka. Teknik
analisis data adalah teknik daya pilah sebagai penentu referen. Berdasarkan hasil
analisis data, diketahui bahwa data yang mengandung makna denotatif dan konotatif
pada buku biografi Presiden Sukarno yang berjudul “Bung Karno Penyambung
Lidah Rakyat Indonesia ini sejumlah 89 data, 35 data mengandung makna denotatif
dan 54 data mengandung makna konotatif. Penelitian ini dapat pula
diimplementasikan terhadap bahan ajar SMP kelas VIII dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia, KD 4.1 menangkap makna biografi baik secara lisan maupun tulisan,
fungsinya adalah sebagai contoh memaknai suatu teks.
Kata kunci : makna denotatif, makna konotatif, buku biografi.
Abstract
This research is motivated by the number of people who still misunderstand a
speech in written language. This study aims to describe the forms of analysis of
denotative and connotative meaning on the President Soekarno’s biography entitled
“Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” and the implications as a
teaching material in junior high school class VIII. The method used in this research
is padan. The type of this research is qualitative descriptive, with case study research
design. The data in this research is the book entitle “Bung Karno Penyambung Lidah
Rakyat Indonesia”. Sources of data in this study is the book entitle “Bung Karno
Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”. Techniques of data collection are using
reading techniques, notes and library techniques. Technique of data analysis is
technique of power divide as determiner of referen. Based on the results of data
analysis, it is known that the data containing denotative and connotative meanings
on President Sukarno's biography entitled “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat
Indonesia” is 89 data, 35 data are containing denotative meanings and 54 data are
contain connotative meaning. This research can also be implemented on teaching
materials of Junior High School class VIII in Indonesian Language subjects, KD 4.1
captures the biographical meaning both orally and in writing, its function is as an
example to interpret a text.
Keywords: denotative, connotative, biography, teaching materials.
2
1. PENDAHULUAN
Banyak orang yang salah menangkap makna, sehingga membuat
komunikasi menjadi salah. Masih banyak orang yang sulit untuk memaknai
bahasa tulis, karena dalam bahasa tulis pembaca tidak mengetahui ekspresi
langsung si penulis, tidak mengetahui secara langsung cara pengucapannya,
sehingga sering makna dalam bahasa tulis menjadi menyimpang dari apa yang
ingin disampaikan oleh si penulis sendiri. Berdasarkan uraian tersebut, maka
dalam penelitian ini akan dijelaskan tentang makna yang terdapat dalam buku
biografi Presiden Soekarno yang berjudul “Bung Karno Penyambung Lidah
Rakyat Indonesia”. Secara garis besar dalam bahasan linguis penyampaian
makna adalah hal yang paling utama.
Menurut Aminuddin (2015: 08) kemampuan untuk mengolah pesan,
menata struktur kebahasaan serta menggunakannya secara tepat, tentunya
menjadi salah satu harapan dari pengajar bahasa, para siswa dan mahasiswa
maupun seluruh pemakai bahasa pada umumnya. Teori semantik adalah cabang
ilmu linguis yang sangat sesuai untuk pengakajian makna. Suwandi (2008:09)
mengartikan semantik sebagai ilmu yang menelaah lambang-lambang atau
tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan makna
yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Subroto (2011:
23) menyatakan bahwa makna adalah arti yang dimiliki oleh sebuah kata karena
hubungannya dengan makna leksem lain dalam sebuah tuturan. Pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang kita tuturkan baik secara lisan
maupun tulis itu pasti mempunyai makna tersendiri.
Pokok bahasan dalam penelitian ini akan menganalisis dua makna yang
sering disebutkan oleh para ahli yaitu makna denotatif dan makna konotatif.
Makna denotatif adalah makna yang wajar, yang asli, yang muncul pertama,
yang diketahui mulanya, makna sebagai adanya, makna sesuai kenyataannya,
sedangkan makna konotatif adalah makna yang wajar yang tadi telah
memperoleh tambahan perasaan tertentu, emosi tertentu, nilai tertentu, dan
rangsangan tertentu pula yang bervariasi dan tak terduga pula (Parera, 2009: 97-
98). Objek yang akan dianalisis dalam penelitian ini yaitu buku biografi Presiden
3
Soekarno yang berjudul “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”.
Teks biografi adalah sebuah tulisan yang membahas suatu kehidupan seseorang
atau bisa kita katakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
mengenai “Analisis Makna Denotatif dan Konotatif Teks Biografi Presiden
Soekarno dan Implikasinya Sebagai Bahan Ajar di SMP Kelas VIII”. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna denotatif dan konotatif pada teks
biografi Presiden Soekarno yang akan dijadikan sebagai bahan ajar di SMP kelas
VIII pada KI 4, KD 4.1 Menangkap makna teks cerita moral/fabel, ulasan,
diskusi, cerita prosedur dan cerita biografi baik secara lisan maupun tulisan.
Bahan yang dijadikan objek dalam penelitian ini yaitu buku biografi Presiden
Soekarno yang berjudul “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”.
Analisis makna denotatif dan konotatif dilakukan oleh beberapa ahli.
Penelitian dilakukan oleh Jasielska (2015) menunjukkan bahwa orang cenderung
menggunakan kata "mengherankan" untuk menggambarkan emosi yang terjadi
dalam situasi yang positif, sedangkan kata "mengherankan" lebih sering
diterapkan dalam situasi negatif. Zurkova (2013) berfokus pada peran realitas
dalam membentuk dan berfungsi ekstra motivasi linguistik dari makna konotatif
pada bahan dari unit yang berhubung dengan penyusunan kata bahasa Inggris
Beiruti (2013) artikel ini terutama berkaitan dengan penyelidikan pentingnya
konotasi dalam terjemahan. Petrović1 (2005) hasil penelitian menunjukkan
bahwa makna konotatif dari beberapa istilah tetap sam, dan bahwa orang lain
memiliki minor (demokrasi) atau perubahan yang signifikan. Burak (2009)
artikel ini menyajikan konsep-konsep kunci, strategi dan metodologi yang
penulis kembangkan untuk model mengajar pengantar terjemahan bahasa Rusia-
ke-Inggris dan Inggris-ke-rusia. Penelitian Tulasi (2014) makna denotatif atribut
adalah semua objek yang nampak.
Kusno (2015) penelitian bertujuan untuk menganalisis penggunaan
bahasa propaganda wacana otonomi khusus Provinsi Kaltim. Budiman (2013)
hasil dari penelitian ini, tataran pesan simbolik telah mengedepankan konotator-
konotator utama yang berupa figur-figur retorik seperti metafora, metonimi,
4
simbol, dan personifikasi, sementara pada dimensi ideologisnya pun tersingkap
beberapa petanda konotatif utama yang sangat signifikan perannya bagi proses
pemahaman atas film ini. Prasetyaningtyas (2013) mendeskripsikan bahwa
unsur-unsur pembangun sebuah makna yaitu tanda denotasi, penanda, petanda,
tanda konotasi, penanda konotasi, dan petanda konotasi yang berperan penuh
dalam menentukan makna seperti apa yang akan ditangkap oleh masyarakat.
Prayitna (2015) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat 46 tutur kata
dalam lirik lagu yang mengandung makna konotasi.
2. METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini ialah metode padan. Jenis penelitian ini
yaitu kualitatif diskripsi, merupakan penelitian yang mengumpulkan data yang
berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Penelitian dilaksanakan di
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, mulai dari bulan
Maret sampai bulan Mei 2017. Penelitian ini menghasilkan data kata-kata dari
buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Sumber data dalam
penelitian ini adalah buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca, catat dan teknik pustaka.
Teknik analisis data teknik daya pilah sebagai penentu referen. Keabsahan
data yang digunakan adalah trianggulasi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini diketahui bahwa buku biografi Presiden Soekarno
yang berjudul “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” mengandung
dua makna, yaitu makna denotatif dan makna konotatif.
3.1 Makna Denotatif
Suwandi (2008: 80) menyatakan bahwa makna denotatif adalah makna
kata yang didasarkan atas penunjukkan yang lugas, polos, dan apa adanya,
makna denotatif juga disebut makna dasar atau makna sebenarnya. Makna
5
denotatif yang ada pada buku biografi Presiden Soekarno yang berjudul “Bung
Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” dibuktikan sebagai berikut.
Data (1)
Kata perasaan pada kalimat pertama di atas mengandung makna
denotatif. Perasaan dalam KBBI memiliki arti hasil atau perbuatan merasa
dengan pancaindra. Kata perasaan pada kalimat tersebut memiliki arti yang
sebenarnya dan sesuai dengan konteks kalimatnya karena pada kalimat kedua,
ketiga, dan keempat menunjukkan perasaan Sukarno kepada pemandangan yang
indah, matahari yang terbenam dan ketika menyanyikan lagu spiritual. Sukarno
dalam teks tersebut menunjukkan rasa kagum dengan mengeluarkan kata-kata
pujian, menunjukkan rasa syukur dengan menarik napas dalam-dalam,
menunjukkan rasa simpati dengan menangis. Jadi penggunaan kata perasaan
sudah sesuai dengan konteks pembahasan teks tersebut.
Data (2)
Kata bagus pada kalimat pertama di atas mengandung makna denotatif.
Kata bagus dalam teks tersebut memiliki makna yang sebenarnya. Kata bagus
dalam teks tersebut memiliki makna sebenarnya karena yang dimaksud dalam
teks tersebut adalah baik sekali. Kalimat tersebut menjelaskan gedung itu sangat
baik sekali. Setelah kata bagus terdapat kata kayu jati dan bukan bambu, itu
menjelaskan bahwa betapa bagusnya gedung itu. Kalimat kedua juga
menjelaskan bahwa betapa bagusnya gedung itu dengan fasilitasnya yang
lengkap. Jadi kata bagus dalam konteks pembahasan tersebut sudah sesuai.
Sukarno seorang yang penuh perasaan; seorang yang menghargai
keindahan. Dia menarik napas yang dalam setiap menyaksikan pemandangan
indah. Dia mengeluarkan kata-kata pujian melihat matahari terbenam di
Indonesia. Dia menangis di kala menyakikan lagu spiritual orang Negro.
(Halaman 1)
Gedung itu bagus terbuat dari kayu jati, buka bambu seperti sekolah kami,
dan dinding luarnya di cat biru muda. Di situ terdapat tujuh kelas, dan,
berbeda dengan di sekolah pribumi, meja-meja di sini mempunyai tempat
tinta dan laci untuk buku. (Halaman 35)
6
Data (3)
Kalimat pertama, kata menikah mengandung makna denotatif. Kata
menikah dalam teks tersebut memiliki maksud yang sesuai dengan konteksnya.
Menikah berarti ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan hukum dan ajaran agama. Menikah dan kawin memiliki arti yang
sama, yaitu sama-sama berkaitan dengan ikatan, namun kata yang tepat
digunakan pada teks di atas adalah menikah karena dalam bahasa jawa kata
kawin berarti melakukan perbuatan suami istri, untuk menghidari pengertian
yang salah maka kata menikah merupakan kata yang sesuai dengan konteks
pembahasan di atas. Kalimat kedua terdapat kata istri yang merupakan panggilan
oleh lelaki bagi wanita yang dinikahinya.
Data (4).
Kalimat pertama kata politik mengandung makna denotatif. Kata politik
dalam teks tersebut memiliki maksud yang sesuai dengan konteks kalimat
tersebut. Politik berarti pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau
kenegaraan, seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan. Kata
politik dalam konteks kalimat di atas mengacu pada „mendirikan PNI, Partai
Nasional Indonesia‟, yang berarti kata politik memiliki arti sebenarnya karena
sudah dijelaskan tentang didirikannya PNI sebagai tindak lanjut dari pegangan
di bidang politik. Jadi, penggunaan kata politik pada konteks kalimat tersebut
sudah tepat.
Suatu malam, setelah kami bersama-samaa selama satu tahun, aku
mengajukan lamaran… Inggit dan aku menikah pada tahun 1923.
Keluargaku tidak pernah mempersoalkan ketika aku beralih dari istri yang
berusia belasan tahun kepada istri lain yang belasan tahun lebih tua dariku.
(Halaman 70)
Aku, saat itu, telah menemukan pegangan di bidang politik. Pada setiap
cangkir kopi tubruk, di setiap pojok di mana orang berkumpul, nama Bung
Karno telah menjadi perbincangan orang... Pada 4 Juli 1927, dengan
dukungan enam kawan dari Algemeene Studieclub, aku mendirikan PNI,
Partai Nasional Indonesia. Rakyat sudah siap. Bung Karno sudah siap.
(Halaman 95)
7
Data (5).
Kata irama pada kalimat kedua mengandung makna denotatif. Kata
irama mempunyai arti turun naik lagu (bunyi dan sebagainya) yang beraturan.
Setelah kata irama terdapat kata musik yang menunjukkan bahwa arti dari kata
irama tersebut merupakan turun naik lagu yang dihasilkan oleh musik tersebut,
dan juga kalimat pertama juga menjelaskan bermacam-macam alat musik, yang
membuat peneliti yakin bahwa kara irama pada teks tersebut memiliki arti yang
sebenarnya. Jadi, penggunaan kata irama sudah sesuai dengan konteks
pembahasannya.
Data (6).
Kalimat kedua pada teks tersebut mengandung makna denotatif. Hal ini
dapat dilihat dari segi penggunaan kata gotong-royong. Kata gotong-royong
mempunyai arti bekerja bersama-sama (tolong- menolong, bantu-membantu).
Oleh karena itu, penggunaan kata gotong-royong pada kalimat kedua dalam teks
tersebut sudah sesuai dengan konteks pembahasan. Gotong-royong yang
dimaksud dalam kalimat tersebut adalah penduduk Indonesia yang suka tolong
menolong, bantu membantu dalam melakukan kegiatan termasuk melawan
Belanda.
3.2 Makna Konotatif
Makna konotasi adalah makna yang telah memperoleh tambahan
perasaan tertentu, emosi tertentu, nilai tertentu, dan rangsangan tertentu pula
yang bervariasi dan tak terduga pula (Parera, 2009: 97-98). Makna konotatif
yang terdapat pada buku biografi Presiden Soekarno yang berjudul “Bung Karno
Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” dapat dibuktikan sebagai berikut.
Demikianlah, ketika trompet ditiup, genderang dipukul berdentam-dentam,
dan pasukan berdiri tegak, aku menaiki kudaku. Hewan itu berjalan
mengikuti irama musik. (Halaman 295)
Belanda tidak mungkin menang dalam perang mati-matian ini, karena
mereka melawan Indonesia. Dan Indonesia terdiri dari desa-desa. Dan
penduduk desa hidup secara gotong-royong. Pasukan gerilya tidak tinggal
dalam asrama sendiri. (Halaman 300)
8
Data (7)
Kata membanting tulang mengandung makna konotatif, karena tidak
mengandung makna sebenarnya. Makna sebenarnya kata membanting tulang
adalah memukul keras-keras dan tulang adalah rangka atau bagian tubuh
manusia atau binatang. Maka makna sebenarnya membanting tulang adalah
memukul keras-kera rangka manusia. Penggunaan makna sebenarnya pada kata
membanting tulang akan merusak makna kalimat di atas. Kata membanting
tulang bermakna konotatif bekerja keras. Jadi, penulisan yang tepat yakni.
(7a) Bapak bekerja keras seperti pekerja lainnya.
Data (8)
Kata jurang mengandung makna konotatif, karena tidak mengandung
makna sebenarnya. Makna sebenarnya kata jurang adalah lembah yg dalam dan
sempit, serta curam dindingnya, sedangkan dalam konteks kalimat di atas kata
jurang bermakna jarak karena jurang adalah lembah yang memisahkan dua
tempat yang berarti ada jarak di antara kedua tempat tersebut. Penggunaan
makna sebenarnya pada kata jurang akan merusak makna kalimat di atas karena
dalam konteks kalimat tersebut tidak menceritakan tentang keadaan suatu tempat
tetapi menceritakan jarak antara dua orang. Jadi, penulisan yang tepat sebagai
berikut.
(8a) Utari dan aku tidak lagi tinggal di satu ranjang-bahkan satu kamar pun
tidak. Jarak diantara kami berdua semakin lebar. Sebagai seorang yang
baru kawin, kasih sayangku kepadanya hanya sebagai kakak kepada adik.
Bapak membanting tulang seperti pekerja lainnya. (Halaman 66)
Utari dan aku tidak lagi tinggal di satu ranjang-bahkan satu kamar pun tidak.
Jurang diantara kami berdua semakin lebar. Sebagai seorang yang baru
kawin, kasih sayangku kepadanya hanya sebagai kakak kepada adik.
(Halaman 67)
9
Data (9)
Kalimat tersebut mengandung makna konotatif. Hal ini dapat ditinjau
dari segi pemakaian kata beku. Kata beku dalam KBBI berarti padat atau keras
(benda cair). Kata beku dalam konteks kalimat tersebut tidak mengandung
makna sebenarnya karena jika dihubungkan makna sebenarnya maka artinya
akan rancu. Kata beku dalam konteks kalimat tersebut adalah berarti kaku atau
statis karena sesuatu yang beku akan menjadi keras dan kaku. Jadi, penulisan
yang tepat yakni.
(9a) Aku tidak memasukkan pengetahuan yang kaku dan kronologis.
(9b) Aku tidak memasukkan pengetahuan yang statis dan kronologis.
Data (10)
Kalimat di atas mengandung makna konotatif. Hal ini dapat dilihat dari
segi penggunaan kata lahirlah dan kata meletus. Makna sebenarnya kata lahirlah
adalah keluar dari kandungan dan kata meletus adalah meledak. Konteks kalimat
diatas tidak menunjukkan adanya makhluk hidup yang bisa melahirkan, tetapi
kata lahirlah bisa diartikan sebagai kata muncullah karena lahir merupakan
kemunculan bayi, keluarnya bayi dari perut Ibu. dan kata meletus diartika
sebagai terjadi. Jadi, penulisan yang tepat yaitu.
(10a) Tahun 1917 terjadi pemberontakkan Bolsyewik di bawah pimpinan Lenin
dan muncullah negara Uni Sovyet.
Data (11).
Kata lautan pada kalimat pertama mengandung makna konotatif.
Makna sebenarnya kata lautan dalam KBBI adalah laut yang luas sekali,
sedangkan dalam konteks kalimat di atas kata laut berarti banyak sekali.
Penggunaan makna sebenarnya pada kata laut akan merusak makna kalimat di
Aku tidak memasukkan pengetahuan yang beku dan kronologis. (Halaman
86)
Tahun 1917 meletus pemberontakkan Bolsyewik di bawah pimpinan Lenin
dan lahirlah negara Uni Sovyet. (Halaman 93)
Lautan manusia menunggu giliranku. Mereka menunggu dengan hati
berdebar-debar. (Halaman 105)
10
atas karena dalam konteks kalimat tersebut tidak menceritakan tentang keadaan
suatu tempat tetapi menceritakan tentang keadan orang. Jadi, penulisan yang
tepat yakni.
(11a) Banyak sekali manusia menunggu giliranku. Mereka menunggu dengan
hati berdebar-debar.
Data (12).
Kata lidah dan menjilat-jilat dalam kalimat di atas mengandung makna
konotatif, karena tidak mengandung makna sebenarnya. Makna sebenarnya kata
lidah dalam KBBI adalah bagian tubuh dalam mulut yang dapat bergerak-gerak
dengan mudah, gunanya untuk menjilat, mengecap, dan berkata-kata dan kata
menjilat-jilat dalam KBBI berarti menjulurkan lidah berulang-ulang untuk
merasai. Konteks kalimat di atas, kata lidah berarti ujung karena menjilat
biasanya dilakukan dengan menggunakan ujung lidah dan kata menjilat-jiat
berarti menyentuh-nyentuh karena ketika menjilat merupakan kegiatan
menyentuh. Jadi, penulisan yang tepat yakni.
(12a) Dia berjalan bersamaku sepanjang tepi pantai yang berpasir itu dan dengan
ujung ombak menyentuh-nyentuh kaki kami, aku bersama dia berdiskusi
soal kehidupan atau Tuhan dan agama Islam.
3.3 Kutipan dan Acuan
Penelitian terdahulu yang hampir sama dengan penelitian ini juga
pernah dilakukan seperti penelitian Penelitian Jasielska (2015) berjudul The
psycholinguistic world of “zdziwienie”-“astonishment” and “zaskoczenie”-
“surprise”. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa orang cenderung
menggunakan kata "mengherankan" untuk menggambarkan emosi yang terjadi
dalam situasi yang positif, sedangkan kata "mengherankan" lebih sering
diterapkan dalam situasi negatif. Konotasi emotif yang diamati dari kata-kata
yang diselidiki telah dijelaskan oleh aturan simbolisme fonetik dan arti
implikatif dari kata-kata populer / pemahaman sehari-hari.
Dia berjalan bersamaku sepanjang tepi pantai yang berpasir itu dan dengan
lidah ombak menjilat-jilat kaki kami, aku bersama dia berdiskusi soal
kehidupan atau Tuhan dan agama Islam. (Halaman 169)
11
Zurkova (2013) meneliti “Realities-the Basis of Extra Linguistic
Motivation of the Connotative Meaning of Phraseological Units”. Artikel ini
berfokus pada peran realitas dalam membentuk dan berfungsi ekstra motivasi
linguistik dari makna konotatif pada bahan dari unit yang berhubung dengan
penyusunan kata bahasa Inggris melalui pendekatan linguistik dan budaya.
Gagasan realitas dalam aspek yg berhubung dengan penyusunan kata adalah,
penelitian secara mendalam dari evolusi historis fenomena linguistik ini
dilakukan, dan realitas diklasifikasikan menurut makna denotatif dan konotatif.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa data yang mengandung
makna denotatif dan konotatif pada buku biografi Presiden Sukarno yang
berjudul “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” ini makna
denotatifnya berjumlah 35 data, dan 54 data mengandung makna konotatif.
Sebagai sampel data yang disebutkan dalam penelitian ini hanya 35 data.
Penelitian ini, dapat diimplementasikan terhadap bahan ajar SMP kelas VIII
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, K.I 4, K.D 4.1 menangkap makna teks
cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur dan cerita biografi baik secara
lisan maupun tulisan, fungsinya adalah sebagai contoh cara menangkap makna
teks cerita biografi baik secara lisan maupun tulisan guna menunjang
pengetahuan siswa terhadap cara memaknai yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Cindy. 2014. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta:
Yayasan Bung Karno.
Aminudin. 2015. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Jasielska, Aleksandra. 2015. “The psycholinguistic world of zdziwienie-
astonishment and zaskoczenie-surprise”. Polish Psychological Bulletin 46 (3).
Diakses pada 3 Maret 2017
12
(https://www.degruyter.com/downloadpdf/j/ppb.2015.46.issue-3/ppb-2015-
0045/ppb-2015-0045.pdf).
Parera. 2009. Teori Semantik Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Subroto, Edi. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala
Media.
Suwandi, Sarwiji. 2008. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media
Perkasa.
______________. 2011. Semantik: Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media
Perkasa.
Zurkova, Olga. 2013. “Realities-the Basis of Extra Linguistic Motivation of the
Connotative Meaning of Phraseological Units”. AUDC 7 (1). Diakses pada 3
Maret 2017 (http://journals.univ-
danubius.ro/index.php/communicatio/article/view/1838/1580).
Top Related