ANALISIS KINERJA MULTI-PATH DYNAMIC ADDRESS
ROUTING DAN FISHEYE STATE ROUTING DENGAN
PENGIRIMAN PAKET DATA TCP DAN SCTP PADA VANET
(VEHICULAR AD-HOC NETWORK)
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komputer
Oleh :
Bagus Dwi Restiono
11150910000004
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1441 H
i
ANALISIS KINERJA MULTI-PATH DYNAMIC ADDRESS
ROUTING DAN FISHEYE STATE ROUTING DENGAN
PENGIRIMAN PAKET DATA TCP DAN SCTP PADA VANET
(VEHICULAR AD-HOC NETWORK)
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komputer
Oleh :
Bagus Dwi Restiono
11150910000004
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1441 H
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, Oktober 2019
Bagus Dwi Restiono
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Bagus Dwi Restiono
NIM : 11150910000004
Program Studi : Teknik Informatika
Fakultas : Sains dan Teknologi
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Hak Bebas Royalti
Nonekslusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul:
ANALISIS KINERJA MULTI-PATH DYNAMIC ADDRESS
ROUTING DAN FISHEYE STATE ROUTING DENGAN
PENGIRIMAN PAKET DATA TCP DAN SCTP PADA VANET
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berhak
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilih Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Jakarta
Pada tanggal: Oktober 2019
Yang menyatakan
(Bagus Dwi)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas nikmat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Komputer Program Studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Proses penyelesaian skripsi
ini tidak lepas dari berbagai bantuan, dukungan, saran, dan kritik yang telah penulis
dapatkan, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Imam Marzuki Shofi, MT selaku Ketua Program Studi
Teknik Informatika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Siti Ummi Masruroh, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
Andrew Fiade, M.Kom., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga
skripsi ini bisa selesai dengan baik.
4. Seluruh Dosen dan Staff Karyawan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu,
dukungan dan bantuan selama masa perkuliahan.
5. Kedua Orang tua dan keluarga penulis yang selalu mendo’ akan, dan
mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi.
6. Karina Ayu Utami dan Pandu Arya Wicaksono sebagai kakak yang
selalu memberikan dorongan serta nasihat selama ini.
7. Kepada teman seperjuangan Teknik Informatika angkatan 2015,
khususnya TI-A yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, terima kasih atas semua kenangan dan kebersamaan selama
ini.
8. Daffa, Ilham, Udin, Salman sebagai teman satu atap yang selalu
mensupport serta memberikan semangat dalam masa perkuliahan.
vii
9. Faisal, Aboy Rifky, Shofan, Mahfudz, M Ilham, Dafz dari kelompok
Squad Tnaga yang selalu memberikan bantuan serta motivasi dalam
masa perkuliahan.
10. Seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Apabila ada kebenaran dari penulisan ini maka kebenaran tersebut
datangnya dari Allah, tetapi apabila ada kesalahan dalam penulisan ini maka
kesalahan ini berasal dari penulis. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu. Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu dan meridhai segala usaha kita.
Tangerang, Oktober 2019
Bagus Dwi Restiono
viii
Nama : Bagus Dwi Restiono (11150910000004)
Program Studi : Teknik Informatika
Judul : Analisis Kinerja Multi-Path Dynamic Address Routing dan
Fisheye State Routing dengan Pengiriman Paket Data TCP
dan SCTP Pada VANET (Vehicular Ad-Hoc Network).
ABSTRAK
VANET (Vehicular Ad-hoc Network) merupakan jenis jaringan ad-hoc di mana
kendaraan berperan sebagai node. VANET memiliki karakteristik topologi yang
berubah-ubah disebabkan mobilitas dan kecepatan tinggi pada VANET yang dapat
diatasi menggunakan Routing Protocol. Namun banyaknya jenis routing protocol
jaringan wireless memerlukan sebuah pengujian kinerja sehingga didapatkan
routing protocol dengan hasil terbaik untuk diimplementasikan. Routing protocol
proaktif dipilih objek utama pengujian karna memiliki table routing yang
diharapkan dapat menyesuaikan karakteristik VANET. Pada penelitian ini
dilakukan pengujian kinerja terhadap dua routing protocol proaktif diantaranya
multi-path dynamic address routing dan fisheye state routing dengan pengiriman
paket data TCP dan SCTP pada vanet. Penelitian ini menggunakan tahapan-tahapan
metode simulasi dan beberapa program pendukung seperti NS2, Openstreetmap,
SUMO, NAM, Ms Excel. Parameter-parameter yang digunakan untuk pengujian
performa routing protocol yaitu packet delivery ratio, throughput, packetloss,
delay, dan energy. Berdasarkan pengujian dengan skenario 25, 50, dan 75 node
(kendaraan) diketahui bahwa FSR unggul pada parameter throughput, delay, dan
energy. Sedangkan MDART unggul pada parameter packet delivery ratio dan
packetloss.
Kata Kunci : Wireless, VANET , FSR, MDART, SCTP, TCP
Jumlah Daftar Pustaka : 58 (7 Buku referensi + 44 Jurnal + 7 Website)
Jumlah halaman : 6 BAB + XIX halaman + 122 halaman
ix
Name : Bagus Dwi Restiono (11150910000004)
Study Program : Informatics Engineering
Title : Performance Analysis of Multi-Path Dynamic Address
Routing and Fisheye State Routing by Sending TCP and
SCTP Data Packages on the VANET (Vehicular Ad-Hoc
Network).
ABSTRACT
VANET (Vehicular Ad-hoc Network) is a type of ad-hoc network in which the
vehicle acts as a node. VANET has the characteristics of a changing topology due
to mobility and high speed on VANET that can be overcome using the Routing
Protocol. However, many types of wireless network routing protocols require a
performance test so that the routing protocol with the best results is obtained.
Proactive routing protocol is selected as the main object of testing because it has a
routing table that is expected to adjust the characteristics of VANET. In this study,
performance testing of two proactive routing protocols including multi-path
dynamic address routing and fisheye state routing by sending TCP and SCTP data
packets on a vanet. This study uses stages of the simulation method and several
supporting programs such as NS2, OpenStreetmap, SUMO, NAM, Ms Excel. The
parameters used for testing the performance of the routing protocol are packet
delivery ratio, throughput, packet loss, delay, and energy. Based on testing with
scenarios 25, 50, and 75 nodes (vehicles) it is known that the FSR is superior in the
parameters of throughput, delay, and energy. Whereas MDART is superior in
packet delivery ratio and packet loss parameters.
Keywords : Wireless, VANET , FSR, MDART, SCTP, TCP
Bibliography : 58 (7 Books + 44 Journals + 7 Websites)
Number of Pages : 6 Chapters + XIX pages + 122 Pages
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................ 8
1.3.1 Metodologi .............................................................................................. 8
1.3.2 Proses ...................................................................................................... 8
1.3.3 Tools........................................................................................................ 9
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9
1.5 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 9
1.6 Metodologi Penelitian ................................................................................. 10
1.6.1 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 10
1.6.2 Metode Simulasi ................................................................................... 11
1.7 Sistematika Penulisan .................................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 13
2.1 Analisis ........................................................................................................ 13
2.2 Jaringan Komputer ...................................................................................... 13
2.3 Perangkat Jaringan....................................................................................... 14
2.3.1 Router.................................................................................................... 14
xi
2.3.2 NIC (Network Interface Cards) ............................................................ 14
2.3.3 On Board Unit (OBU) .......................................................................... 15
2.3.4 Application Unit (AU) .......................................................................... 16
2.3.5 Road Side Unit (RSU)........................................................................... 17
2.4 Jaringan Ad-Hoc .......................................................................................... 18
2.5 Vehicular Ad-hoc Network .......................................................................... 19
2.5.1 Karakteristik VANET ........................................................................... 20
2.5.2 Pengaplikasian VANET ........................................................................ 21
2.6 Model Osi .................................................................................................... 24
2.6.1 Application Layer ................................................................................. 25
2.6.2 Presentation Layer ................................................................................ 25
2.6.3 Session Layer ........................................................................................ 25
2.6.4 Transport Layer .................................................................................... 25
2.6.5 Network Layer....................................................................................... 26
2.6.6 Data Link Layer .................................................................................... 26
2.6.7 Physical Layer ...................................................................................... 26
2.7 Model TCP/IP .............................................................................................. 26
2.7.1 Application Layer ................................................................................. 27
2.7.2 Transport Layer .................................................................................... 27
2.7.3 Internet Layer ....................................................................................... 27
2.7.4 Network Layer....................................................................................... 28
2.8 TCP (Transmission Control Protocol) ........................................................ 28
2.8.1 TCP Header .......................................................................................... 29
2.8.2 TCP Flag............................................................................................... 31
2.8.3 TCP Three Way Handshake .................................................................. 32
2.9 UDP (User Datagram Protocol) ................................................................. 32
2.9.1 UDP Header ......................................................................................... 33
2.10 SCTP (Stream Control Transmission Protocol) ....................................... 34
2.10.1 SCTP Header ...................................................................................... 34
2.11 IP Address .................................................................................................. 36
2.12 Routing ...................................................................................................... 36
xii
2.13 Routing Protocol ....................................................................................... 37
2.13.1 Topology Based Protocols .................................................................. 37
2.13.2 Position Based Routing Protocols ...................................................... 39
2.13.3 Cluster Based Routing Protocols ........................................................ 40
2.13.4 Broadcast Routing Protocols .............................................................. 40
2.13.5 GeoCast Routing Protocols ................................................................ 41
2.14 MDART (Multipath Dynamic Address Routing) ...................................... 41
2.15 FSR (Fisheye State Routing) ..................................................................... 43
2.16 Quality of Service (QoS) ........................................................................... 43
2.16.1 Packet Delivery Ratio ......................................................................... 44
2.16.2 Packet Loss ......................................................................................... 44
2.16.3 Delay ................................................................................................... 45
2.16.4 Throughput.......................................................................................... 45
2.17 Energi ........................................................................................................ 46
2.18 Tools .......................................................................................................... 46
2.18.1 Open Street Map ................................................................................. 46
2.18.2 SUMO ................................................................................................. 47
2.18.3 Network Simulator 2 ........................................................................... 48
2.18.4 NAM ................................................................................................... 49
2.19 Metode Simulasi ........................................................................................ 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 51
3.1 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 51
3.2 Metode Simulasi .......................................................................................... 54
3.2.1 Problem Formulation ........................................................................... 54
3.2.2 Conceptual Model ................................................................................. 55
3.2.3 Input and Output Data........................................................................... 55
3.2.4 Modelling .............................................................................................. 55
3.2.5 Simulation ............................................................................................. 55
3.2.6 Verification and Validation .................................................................. 55
3.2.7 Experimentation .................................................................................... 56
3.2.8 Output Analysis .................................................................................... 56
xiii
3.3 Alasan Menggunakan Metode Simulasi ...................................................... 56
3.4 Perangkat Penelitian .................................................................................... 56
3.5 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 57
3.6 Alur Penelitian ............................................................................................. 58
BAB IV IMPLEMENTASI DAN SIMULASI .................................................... 59
4.1 Problem Formulation ................................................................................... 59
4.2 Conceptual model ........................................................................................ 59
4.3 Input dan Output data .................................................................................. 60
4.3.1 Input ...................................................................................................... 60
4.3.2 Output ................................................................................................... 62
4.4 Modelling ..................................................................................................... 62
4.4.1 Skenario 1 ............................................................................................. 63
4.4.2 Skenario 2 ............................................................................................. 63
4.4.3 Skenario 3 ............................................................................................. 64
4.4.4 Skenario 4 ............................................................................................. 64
4.5 Simulation .................................................................................................... 64
4.5.1 Konversi file openstreetmap menjadi file simulasi SUMO .................. 65
4.5.2 Konfigurasi file vanet.tcl ...................................................................... 67
4.5.3 Konfigurasi Routing Protocol ............................................................... 68
4.5.4 Konfigurasi Transmission Protocol ...................................................... 68
4.5.5 Konfigurasi Node Sender dan Receiver ................................................ 69
4.6 Verification and Validation ......................................................................... 69
4.7 Experimentation .......................................................................................... 69
4.8 Output Analysis ........................................................................................... 69
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 70
5.1 Verification and Validation ......................................................................... 70
5.2 Experimentation .......................................................................................... 72
5.2.1 Uji Sintaks Simulasi.............................................................................. 72
5.2.2 Pengujian Node Sender dan Receiver ................................................... 73
5.2.3 Pengujian Transmission Protocol TCP dan SCTP ............................... 73
5.2.4 Pengujian Routing Protocol .................................................................. 75
xiv
5.3 Output Analysis ........................................................................................... 79
5.3.1 Skenario 1 ............................................................................................. 79
5.3.2 Skenario 2 ............................................................................................. 85
5.3.3 Skenario 3 ............................................................................................. 90
5.3.4 Skenario 4 ............................................................................................. 95
5.3.5 Analisis Kinerja Keseluruhan ............................................................. 100
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 110
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 110
6.2 Saran .......................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 112
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 118
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia ................. 3
Gambar 1.2 Kecelakaan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor .................................... 4
Gambar 2.1 Router ................................................................................................ 14
Gambar 2.2 Network Interface Card ..................................................................... 15
Gambar 2.3 Contoh On Board Unit ...................................................................... 16
Gambar 2.4 Application Unit (AU) ....................................................................... 17
Gambar 2.5 Road Side Unit (RSU) ....................................................................... 17
Gambar 2.6 Struktur Jaringan Wireless Ad-hoc network ...................................... 19
Gambar 2.7 Contoh Jaringan Vanet ...................................................................... 20
Gambar 2.8 Model TCP/IP dan Model OSI .......................................................... 27
Gambar 2.9 TCP Header....................................................................................... 29
Gambar 2.10 UDP Header .................................................................................... 33
Gambar 2.11 SCTP Header .................................................................................. 35
Gambar 2.12 MDART Routing Table ................................................................... 42
Gambar 2.13 Penyiaran packet pada protocol MDART ....................................... 42
Gambar 2.14 Contoh Skema Routing FSR ........................................................... 43
Gambar 2.15 Tampilan Openstreetmap ................................................................ 47
Gambar 2.16 Contoh Tampilan SUMO ................................................................ 48
Gambar 2.17 Contoh Tampilan Network Animator .............................................. 49
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................ 57
Gambar 3.2 Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................ 58
Gambar 4.1 Export real map yang dijadikan skema simulasi .............................. 60
Gambar 5.1 Verifikasi total kendaraan (25 node) pada aplikasi SUMO .............. 70
Gambar 5.2 Verifikasi total kendaraan (50 node) pada aplikasi SUMO .............. 71
Gambar 5.3 Verifikasi total kendaraan (75 node) pada aplikasi SUMO .............. 71
Gambar 5.4 Verifikasi kecepatan rata-rata maksimal kendaraan pada aplikasi
SUMO ................................................................................................................... 71
Gambar 5.5 Pengujian simulasi menggunakan NS2 ............................................. 72
Gambar 5.6 Pengiriman node sender ke receiver ................................................. 73
Gambar 5.7 Pengiriman ACK ............................................................................... 74
xvi
Gambar 5.8 pengiriman paket TCP ....................................................................... 74
Gambar 5.9 Pengiriman paket SCTP .................................................................... 75
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standarisasi Packet Delivery Ratio ....................................................... 44
Tabel 2.2 Standarisasi Packet Loss ....................................................................... 45
Tabel 2.3 Standarisasi End to End Delay .............................................................. 45
Tabel 2.4 Standarisasi Throughput ....................................................................... 46
Tabel 3.1 Studi Literatur Sejenis ........................................................................... 52
Tabel 3.2 Perbandingan Penelitian Sejenis ........................................................... 53
Tabel 4.1 Skenario perbedaan sender dan receiver .............................................. 61
Tabel 4.2 Skenario Simulasi 1 .............................................................................. 63
Tabel 4.3 Skenario Simulasi 2 .............................................................................. 63
Tabel 4.4 Skenario Simulasi 3 .............................................................................. 64
Tabel 4.5 Skenario Simulasi 4 .............................................................................. 64
Tabel 5.1 Hasil packet delivery ratio dalam % (FSR paket data SCTP) .............. 79
Tabel 5.2 Hasil throughput dalam kbps (FSR paket data SCTP) ......................... 81
Tabel 5.3 Hasil packet loss dalam % (FSR paket data SCTP) .............................. 82
Tabel 5.4 Hasil Delay dalam second (FSR paket data SCTP) .............................. 83
Tabel 5.5 Hasil energy dalam % (FSR paket data SCTP)..................................... 84
Tabel 5.6 Hasil packet delivery ratio % (MDART paket data SCTP) .................. 85
Tabel 5.7 Hasil throughput dalam kbps (MDART paket data SCTP) .................. 86
Tabel 5.8 Hasil packet loss dalam % (MDART paket data SCTP) ...................... 87
Tabel 5.9 Hasil Delay dalam second (MDART paket data SCTP) ....................... 88
Tabel 5.10 Hasil energy dalam % (MDART paket data SCTP) ........................... 89
Tabel 5.11 Hasil packet delivery ratio dalam % (FSR paket data TCP)............... 90
Tabel 5.12 Hasil throughput dalam kbps (FSR paket data TCP) .......................... 91
Tabel 5.13 Hasil packet loss dalam % (FSR paket data TCP) .............................. 92
Tabel 5.14 Hasil Delay dalam second (FSR paket data TCP) .............................. 93
Tabel 5.15 Hasil energy dalam % (FSR paket data TCP) ..................................... 94
Tabel 5.16 Hasil packet delivery ratio dalam % (MDART paket data TCP) ....... 95
Tabel 5.17 Hasil throughput dalam % (MDART paket data TCP)....................... 96
Tabel 5.18 Hasil packet loss dalam % (MDART paket data TCP) ....................... 97
Tabel 5.19 Hasil Delay dalam second (MDART paket data TCP) ....................... 98
xviii
Tabel 5.20 Hasil energy dalam %(MDART paket data TCP) .............................. 99
Tabel 5.21 Hasil rata-rata packet delivery ratio SCTP dan TCP ........................ 100
Tabel 5.22 Hasil throughput (MDART paket data TCP) .................................... 101
Tabel 5.23 Hasil packet loss (MDART paket data TCP) .................................... 103
Tabel 5.24 Hasil Delay (MDART paket data TCP) ............................................ 104
Tabel 5.25 Hasil energy (MDART paket data TCP)........................................... 106
Tabel 5.26 Tabel Analisis Keseluruhan .............................................................. 108
xix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1 Hasil packet delivery ratio (FSR paket data SCTP) ............................ 80
Grafik 5.2 Hasil throughput (FSR paket data SCTP) ........................................... 81
Grafik 5.3 Hasil packet loss (FSR paket data SCTP)............................................ 82
Grafik 5.4 Hasil Delay (FSR paket data SCTP) .................................................... 83
Grafik 5.5 Hasil energy (FSR paket data SCTP) .................................................. 84
Grafik 5.6 Hasil packet delivery ratio (MDART paket data SCTP) ..................... 85
Grafik 5.7 Hasil throughput (MDART paket data SCTP) .................................... 86
Grafik 5.8 Hasil packet loss (MDART paket data SCTP) .................................... 87
Grafik 5.9 Hasil Delay (MDART paket data SCTP) ............................................ 88
Grafik 5.10 Hasil energy (MDART paket data SCTP) ......................................... 89
Grafik 5.11 Hasil packet delivery ratio (FSR paket data TCP) ............................ 90
Grafik 5.12 Hasil throughput (FSR paket data TCP) ............................................ 91
Grafik 5.13 Hasil packet loss (FSR paket data TCP) ............................................ 92
Grafik 5.14 Hasil Delay (FSR paket data TCP) .................................................... 93
Grafik 5.15 Hasil energy (FSR paket data TCP)................................................... 94
Grafik 5.16 Hasil packet delivery ratio (MDART paket data TCP) ..................... 95
Grafik 5.17 Hasil throughput (MDART paket data TCP) .................................... 96
Grafik 5.18 Hasil packet loss (MDART paket data TCP) .................................... 97
Grafik 5.19 Hasil Delay (MDART paket data TCP)............................................. 98
Grafik 5.20 Hasil energy (MDART paket data TCP) ........................................... 99
Grafik 5.21 Hasil rata-rata packet delivery ratio TCP dan SCTP ....................... 100
Grafik 5.22 Hasil rata-rata throughput TCP dan SCTP ...................................... 102
Grafik 5.23 Hasil rata-rata packetloss TCP dan SCTP ....................................... 104
Grafik 5.24 Hasil rata-rata delay TCP dan SCTP ............................................... 105
Grafik 5.25 Hasil rata-rata energy TCP dan SCTP ............................................. 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi nirkabel atau wireless pada jaringan komputer dapat dikatakan
sangatlah penting. Hal ini disebabkan karna kemudahan implementasi dalam
memenuhi kebutuhan para pengguna koneksi jaringan komputer. Namun seiring
berkembangnya kebutuhan manusia dengan mobilitas kerja yang meningkat
dibutuhkan pula konektifitas yang memiliki mobilitas tinggi. Oleh karena itu
dibutuhkan jenis jaringan yang bisa diakses banyak pengguna sekaligus dan dapat
berkomunikasi tanpa bergantung pada topologi atau infrastruktur tertentu. Jaringan
nirkabel ad-hoc merupakan jaringan nirkabel yang akan banyak digunakan pada
masa mendatang. Hal tersebut disebabkan untuk membangun jaringan nirkabel ad-
hoc tidak memerlukan infrastruktur tetap. Jaringan nirkabel ad-hoc merupakan
suatu jaringan yang dibangun tanpa infrastruktur dimana masing-masing perangkat
dilengkapi dengan fitur penerima jaringan. Berbeda dengan jaringan jenis lain yang
memerlukan infrastruktur tetap (Firnanda, Arif, & Syahrial, 2017).
Dari waktu ke waktu pengguna jaringan nirkabel (wireless) semakin banyak
digunakan dibandingkan jaringan kabel. Salah satu pengembangan jaringan
wireless yaitu adanya teknologi bernama jaringan ad-hoc. Jaringan ad-hoc
merupakan solusi dimana perangkat bergerak (moblie) seperti laptop, tablet,
smartphone, dan sebagainya dapat saling berkomunikasi satu sama laintanpa
dukungan infrastruktur jaringan berupa acces point atau sarana pendukung
transmisi data (Sarah Devi Anggraini, Kukuh Nugroho, 2017). Mobilitas node
menyebabkan topologi jaringan berubah seiring waktu dan MANET secara dinamis
harus dapat menyesuaikan dengan adanya perubahan tersebut. Kinerja protokol dan
aplikasi MANET sangat dipengaruhi oleh frekuensi perubahan topologi. Teknologi
MANET saat ini sudah dikembangan ke dalam sektor transportasi, Tiap kendaraan
dapat memberi atau menerima informasi yang berkaitan dengan kondisi lalu lintas.
Masing-masing kendaraan yang dilengkapi perangkat wireless bergerak menempuh
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
perjalanan dapat diasumsikan sebuah pergerakan node. Node yang bergerak ini,
membentuk jaringan ad-hoc yang disebut Vehicular Ad-hoc Networks (VANETs)
(Dimyati, Anggoro, & Wibisono, 2016).
VANET adalah salah satu subkelas dari MANET (Moblie Adhoc Network)
yang khusus digunakan sebagai teknologi jaringan moblie. VANET merupakan
salah satu jaringan yang mempengaruhi Intelegent Transportation System untuk
meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengendara (Muktiarto, Ajinegoro, &
Perdana, 2018).
VANET adalah jenis jaringan ad-hoc di mana kendaraan dan unit pinggir
jalan berperan sebagai node, memberikan informasi satu sama lain, seperti
peringatan keamanan dan informasi lalu lintas. VANET memiliki karakteristik
yang sedikit berbeda dari MANET, dengan demikian mobilitas model dalam
MANET tidak selalu sesuai ketika digunakan untuk VANET (Perdana, Munandi,
& Manurung, 2017). Perbedaan utama antara VANET dengan MANET yaitu
VANET merupakan jaringan ad-hoc yang diimplementasikan pada kendaraan
sebagai node yang bertindak sebagai router yang bergerak dengan mobilitas yang
sangat tinggi, sehingga menyebabkan topologi pada VANET berubah ubah dalam
jangka waktu yang singkat. VANET memungkinkan komunikasi antar kendaraan
saling terhubung dan bertukar informasi satu sama lain melalui Vehicle to Vehicle
(V2V), dan kendaraan berkomunikasi melewati infrastruktur jaringan melalui
Vehicle to Infrastructure (V2I) (Muktiarto et al., 2018).
Pada dasarnya, VANET merupakan jaringan ad-hoc yang tidak memiliki
pengetahuan tentang topologi jaringan yang berada disekitar mereka. Setiap node
hanya mengirimkan pengumuman kehadirannya dan menyadari keberadaan node
tetangganya secara otomatis dengan menggunakan broadcasting packets. Untuk
menemukan node tetangga yang terdekat, dibutuhkan adanya routing protocol yang
berfungsi untuk menentukan rute sesuai dengan karakteristiknya. Routing protocol
sangat berpengaruh terhadap performansi jaringan dan digunakan untuk
menghadapi tantangan terkait topologi jaringan yang dinamis.
Meskipun VANET termasuk subkelas dari MANET, terdapat beberapa
karakteristik perbedaan antara VANET dan MANET. Diantaranya mobilitas node
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada VANET sangat tinggi dibanding MANET dan bergerak lebih dinamis
dibanding MANET yang cenderung diam (Adrian, Fahmizal, & Rosyid, 2018).
Perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ke tahun
sangatlah pesat, karna itulah teknologi VANET perlu segera dipertimbangkan di
Indonesia, hal ini diperlihatkan dari data Badan Pusat Statistik pada gambar berikut.
Gambar 1.1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia
(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017)
Menurut (Badan Pusat Statistik, 2017) Dalam kurun setengah abad terakhir,
tepatnya 49 tahun, populasi kendaraan di Indonesia meningkat drastis. Menurut
data yang tercantum jumlah sepeda motor dan mobil penumpang naik dari 510,1
ribu unit pada 1968 menjadi 126,9 juta unit pada 2017. Dalam skala jumlah yang
lebih kecil, populasi mobil penumpang sebagai kendaraan pribadi juga meningkat.
Dari 3,8 juta unit pada kurun 1968-2003, jumlahnya naik menjadi 15,4 juta unit
hingga akhir 2017. Pemicu lonjakan sekitar empat kali lipat itu adalah kehadiran
mobil keluarga yang mampu menampung hingga 7 penumpang dalam kategori low
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
multi purpose vehicle (LMPV). Satu penyebab lain adalah kehadiran fasilitas kredit
(leasing) sehingga masyarakat punya opsi pembelian.
Pesatnya perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia berdampak
kepada jumlah kecelakaan yang terjadi, teknologi keamanan pada transportasi di
Indonesia perlu ditingkatkan untuk mencegah bertambahnya jumlah kecelakaan
dari kecelakaan yang berdampak kecil sampai yang menelan korban jiwa.
Gambar 1.2 Kecelakaan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor
(Sumber: Kepolisian RI, 2019)
Menurut gambar 1.2 data dari (Kepolisian RI, 2019) Setiap harinya, rata-rata
ada 289 kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada 2016. Jumlah ini meningkat dari
tahun sebelumnya, yaitu rata-rata 271 kejadian per harinya. Dari sisi kerugian,
jumlah korban meninggal pada 2016 mencapai 26.185 jiwa. Sedangkan, untuk
kerugian materi, pada 2016 totalnya sebesar Rp226.833 juta. Dengan kata lain per
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kejadian kecelakaan, kerugiannya sebesar Rp2,14 juta. Berdasarkan data Korps
Lalu Lintas (Korlantas) Polri secara nasional, 27 ribu sampai 30 ribu orang
meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas di jalanan yakni 56,87 persen
melibatkan kaum milenial yang 24,43 persen di antaranya ialah pelajar dan
mahasiswa.
Keunikan teknologi VANET ini dapat mengusulkan ketika sebuah kendaraan
masuk ke dalam jangkauan kendanraan (node) maka kendaaraan tersebut
mendapatkan data terbaru untuk wilayah tersebut (cuaca, halangan dll) sehingga
setelah dilakukan pemrosesan data dapat diketahui kondisi jalan di depan nya.
Maka ketika terdapat potensi bahaya berdasarkan dari data yang telah diolah, maka
pengemudi bisa mendapatkan peringatan dini (Ericka, Prakasa, & Prasetyo, 2017).
Permasalahan utama yang biasa terjadi pada lalu lintas di kota-kota besar
adalah kecelakaan lalu lintas. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh kepadatan
jumlah kendaraan dan kecepatan kendaraan. VANET yang menggunakan
kendaraan sebagai node nya tentu akan memerlukan implementasi routing protocol
yang sesuai dengan karakteristik jaringan nya (Anisia, Munadi, & Negara, 2018).
Pada penelitian ini untuk pengujian yang lebih akurat penulis mensimulasikan
VANET menggunakan real map yaitu daerah Ciledug Raya Kota Tangerang. Area
tersebut dipilih berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan kota Tangerang
tentang peningkatan jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan peningkatan
ruas jalan di Kota Tangerang pada area tertentu yang semakin meningkat pesat
setiap tahunnya. jumlah roda empat mencapai 87.027, sedangkan sepeda motor
410.755 unit. Padahal panjang jalan yang ada di Kota Tangerang 555.36 Km dengan
jumlah penduduk 1.422.071 jiwa. (Tampubolon, 2017).
Routing Protocol pada VANET secara luas dikategorikan berdasarkan
informasi rute ke dalam reactive, proactive, hybrid dan berdasarakan strategi
transmisinya yaitu unicast, multicast, broadcast. Klasifikasi lain dari protokol
routing yaitu power aware routing protocol dan predictive mobility protocol yang
dirancang untuk pemanfaatan sumber daya terbatas yang efisien dan kualitas
peningkatan quality of service (Ahmad et al., 2018).
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam penelitian ini penulis menggunakan routing protocol proactive
sebagai objek yang diujikan dan dianalisis. Hal ini disebabkan routing proactive
berpotensi untuk menyesuaikan karakteristik jaringan VANET, karna informasi
dalam routing disimpan dalam tiap node sehingga ketika ada perubahan dalam
suatu jalur, maka protokol jenis ini akan mencari jalur lain dengan cepat (Sharma
& Singh, 2014). Routing table akan terus diperbarui saat ada perubahan topologi
jaraingan atau pada interval waktu tertentu. Pada routing protocol ini node sumber
tidak perlu terus mencari rute terbaik untuk mengirim paket ke node penerima
(Kumar & Pagadala, 2017).
Kandidat potensial pada routing proactive untuk karakteristik jaringan
VANET adalah MDART (Multi-path Dynamic Address Routing), MDART dipilih
karna memiliki keunggulan pada fitur multi-path yang dapat memanfaatkan jalur
alternatif atau jalur-jalur berlebihan secara lebih optimal (Sharma & Singh, 2014).
Dan routing protocol potensial berikutnya yaitu FSR (Fisheye State Routing), FSR
memiliki karakteristik yang unik yaitu teknik fisheye yang digunakan sehingga
perutean dan peningkatan informasi hanya fokus di zona tertentu saja (Sitompul,
Negara, & Sanjoyo, 2018). Dengan karakteristik ini diharapkan dapat
meningkatkan nilai throughput yang tinggi dan konsumsi sumber daya yang lebih
rendah.
Pengiriman paket pada suatu jaringan diperlukan adanya transport protocol,
salah satunya adalah Transmission Control Protocol (TCP), TCP merupakan
protokol yang 75% banyak digunakan untuk layanan internet saat ini. Namun pada
protokol ini, ketika jaringan padat yang otomatis berdampak pada kongesti sangat
tinggi menyebabkan time-out dan akan mengirimkan retransmisi karena sifatnya
yang connection-oriented. Hal ini akan menyebabkan delay yang tinggi dan
berakibat turunnya throughput. Sedangkan UDP merupakan protokol yang
ditujukan untuk kecepatan pengiriman data tanpa memperhatikan adanya kontrol
konjesti dan koreksi kesalahan di dalam suatu jaringan. Namun akibat dari
kecepatan pengiriman data yang tidak dapat dikendalikan, protokol UDP akan
menggunakan seluruh bandwidth yang ada di dalam jaringan. (Mardiana &
Sahputra, 2017).
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Parameter performansi digunakan sebagai suatu pengukuran tentang seberapa
baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karakteristik dan
sifat dari suatu layanan. Dengan parameter performansi, suatu jaringan dapat
memenuhi layanan yang berbeda menggunakan infrastruktur yang sama.
Parameter-parameter yang akan diujikan sesuai dengan standar TIPHON untuk
memenuhi pengujian kualitas layanan yang lebih baik (Sarah Devi Anggraini,
Kukuh Nugroho, 2017).
Demi mengatasi kelemahan pada transport TCP dan UDP mulailah
dikembangan protokol baru yaitu SCTP. Ini adalah protokol yang reliable mirip
dengan TCP, namun menyediakan fasilitas seperti multistreaming dan multi-
homing untuk unjuk kerja yang lebih baik dan redundansi. Protokol SCTP ini
diharapkan dapat menjembatani kelemahan-kelemahan yang dimiliki TCP dan
UDP (Mardiana & Sahputra, 2017).
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan jaringan
VANET yang fokus pada analisis performansi routing protocol yaitu yang
dilakukan oleh (Selvan & Kumar, 2019) yang berjudul “An optimized ad-hoc on
demand distance vector routing protocol for wireless networks”. Penelitian tersebut
hanya memakai 1 jenis routing protocol yaitu jenis reaktif, dengan durasi simulasi
selama 300 detik, penelitian ini menggunakan aplikasi NS-2.35 sebagai program
simulasi jaringan namun belum membatasi tingkat kecepatan node. Penelitian
selanjutnya oleh (Akkari Sallum, Dos Santos, Alves, & Santos, 2018) dengan judul
“Performance analysis and comparison of the DSDV, AODV and OLSR routing
protocols under VANETs”. Penelitian tersebut masih memiliki kekurangan yaitu
hanya menggunakan skema pengiriman TCP, simulasi berdurasi 100 detik dengan
packetsize sebesar 512 bytes. Selanjutnya ada penelitian oleh (Madhuri & Reddy,
2016) yang berjudul “Performance comparison of TCP, UDP and SCTP in a wired
network.” yang masih menggunakan wired network, penelitian ini memakai skema
pengiriman TCP, UDP, dan SCTP dengan aplikasi NS-2.35 sebagai program
simulasinya. Adapun penelitian (H. Kaur & Meenakshi, 2018) “Analysis of VANET
Geographic Routing Protocols on Real City Map” yang belum ada pengujian
parameter energy. Penelitian ini memberikan batasan maksimal pada mobilitas
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
node sebesar 11m/s. Terakhir yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Draz, Ali,
Yasin, & Shaf, 2018) “Evaluation based analysis of packet delivery ratio for AODV
and DSR under UDP and TCP environment” yang membagi variasi node menjadi
25, 50, 75 node. Penelittian ini memiliki kekurangan belum adanya penggunaan
parameter Throughput, Packet Loss dan belum menggunakan skema pengiriman
SCTP.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis bertujuan melakukan penelitian
tentang pengujian kinerja routing protocol yang terdiri dari perutean (MDART) dan
(FSR) yang berjudul “Analisis Kinerja Routing Protocol MDART dan FSR dengan
Pengiriman Paket Data TCP Dan SCTP Di Jaringan VANET (Vehicular Ad-Hoc
Network)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah “Analisis Kinerja Multi-Path Dynamic Address Routing
Dan Fisheye State Routing Dengan Pengiriman Paket Data TCP Dan SCTP Di
Jaringan VANET (Vehicular Ad-Hoc Network)”
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan masalah terhadap
masalah penelitian yang akan dilakukan, yakni:
1.3.1 Metodologi
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi pustaka serta metode pengembangan sistem yang digunakan
adalah metode Simulasi.
1.3.2 Proses
Berikut ini adalah proses yang terdapat pada penelitian ini, yaitu :
1. Perancangan jaringan VANET hanya sampai tahap simulasi
jaringan sehingga tidak melakukan pengimplementasian
mengunakan alat.
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Fokus membandingkan proactive routing, yang terdiri dari
(MDART) dan (FSR).
3. Skema pengiriman paket data hanya menggunakan protokol TCP
dan SCTP.
4. TCP dan SCTP pada skenario merupakan objek penelitian yang
berbeda sehingga hasil TCP dan SCTP tidak dibandingkan.
5. Perancangan VANET dibuat dengan skema peta Tangerang yaitu
di bagian Ciledug Raya.
6. Jenis kendaraan yang digunakan untuk simulasi pada penelitian ini
hanya mobil.
1.3.3 Tools
Berikut ini adalah tools yang penulis pergunakan, yaitu :
1. Sistem Operasi yang digunakan untuk melakukan simulasi adalah
Linux Ubuntu 18.04.2 (64 bit).
2. Aplikasi simulasi jaringan yang digunakan adalah NS2 (Network
Simulator 2) versi 2.35.all-in-one sebagai compiler dan NAM
(Network Animator) sebagai simulator hasil compile.
3. Pengambilan data Map skema lalu lintas Jalan Raya menggunakan
Open Street Map. Pembuatan simulasi lalu lintas menggunakan
Simulation Urban Mobility (SUMO).
4. Pengambilan data simulasi menggunakan AWK Script dan
penampilan garfik data parameter menggunakan MS. Excel.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja routing protocol
MDART dan FSR dengan pengiriman paket data TCP dan SCTP di jaringan
VANET
1.5 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang didapatkan dari penulisan ialah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1) Untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan strata satu (S1)
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Sebagai tolak ukur ilmu penulis selama menuntut pendidikan di
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bagi Universitas
1) Memberikan gambaran terhadap penerapan ilmu pengetahuan yang
telah diterima selama masa perkuliahan.
2) Menjadi literature karya ilmiah dalam ilmu teknologi di bidang
jaringan komputer.
3. Bagi Masyarakat
1) Dapat menambah referensi dalam pengembangan analisis kinerja
routing protocol (MDART) dan (FSR) dengan Pengiriman Paket
Data TCP Dan SCTP Di Jaringan VANET (Vehicular Ad-hoc
Network) pada Vehicular Ad-hoc Network (VANET)
1.6 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penulisan dan penelitian dibagi
menjadi dua, yaitu metode pengumpulan data dan metode pengembangan. Berikut
penjelasan kedua metode tersebut:
1.6.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan analisis data dan penulisan skripsi ini, penulis
menggunakan 2 metode pengumpulan data, yaitu:
a. Studi Literatur
Studi literatur merupakan salah satu kegiatan penelitian yang berfungsi
sebagai landasan teori bagi penyelesaian masalah dalam penelitian yang
dilakukan.
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.6.2 Metode Simulasi
Menurut (Fahri, Fiade, & Suseno, 2017), pada metode simulasi
jaringan meliputi beberapa tahapan yang akan dilakukan. Tahapan-tahapan
itu terdiri dari:
1. Problem Formulation
2. Conceptual Model
3. Input Output Data
4. Modelling
5. Simulation
6. Verification dan Validation
7.Experimentation
8. Output Analysis
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika yang dibuat pada tugas akhir ini akan dibagi dalam enam bagian,
yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang penulisan,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat,
metode dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran
menyeluruh dari penulisan skripsi ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini membahas mengenai berbagai teori yang mendasari
analisis permasalahan yang berhubungan dengan pembahasan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi pembahasan atau pemaparan metode yang penulis
pakai dalam pencarian data maupun perancangan sistem yang
dilakukan pada penelitian.
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV IMPLEMENTASI, SIMULASI, DAN EKSPERIMEN
Bab ini menjelaskan mengenai simulasi dari serangkaian analisa,
perancangan, sampai pada implementasi jaringan yang disusun
berdasarkan proses pengamatan dan pengembangan.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai hasil dan pembahasan rancangan
simulasi jaringan dan tampilan aplikasinya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini kesimpulan dari hasil pembahasan seluruh bab serta
saran-saran yang kiranya dapat diperhatikan serta
dipertimbangkan untuk pengembangan sistem dimasa mendatang.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Analisis
Menurut (Mulyani, 2016), analisis merupakan teknik yang memuat sejumlah
kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilih suatu hal atau peristiwa menjadi
beberapa komponen dengan tujuan untuk mempelajari bagaimana komponen-
komponen tersebut saling bekerja dan berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
2.2 Jaringan Komputer
Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer-komputer
yang didesain untuk dapat berbagi sumber daya (printer, CPU), berkomunikasi
(surel, pesan instan), dan dapat mengakses informasi (peramban web). Tujuan dari
jaringan komputer adalah agar dapat mencapai tujuannya, setiap bagian dari
jaringan komputer dapat meminta dan memberikan layanan (service). Pihak yang
meminta/menerima layanan disebut klien (client) dan yang memberikan/mengirim
layanan disebut peladen (server). Desain ini disebut dengan sistem client-server,
dan digunakan pada hampir seluruh aplikasi jaringan computer (Hidakyah, 2017).
Dua buah komputer yang masing-masing memiliki sebuah kartu jaringan,
kemudian dihubungkan melalui kabel maupun nirkabel sebagai medium transmisi
data, dan terdapat perangkat lunak sistem operasi jaringan yang akan membentuk
sebuah jaringan komputer yang sederhana. atau dua unit komputer dikatakan
terkoneksi apabila keduanya bisa saling bertukar data atau informasi, berbagi
resource yang dimiliki, seperti file, printer, media penyimpanan (harddisk, floppy
disk, cd-rom, flash disk, dll). Data yang berupa teks, audio maupun video bergerak
melalui kabel atau tanpa kabel sehingga memungkinkan pengguna komputer dalam
jaringan computer dapat saling bertukar file atau data, mencetak pada printer yang
sama dan menggunakan hardware / software yang terhubung dalam jaringan secara
bersama-sama (Hidakyah, 2017).
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3 Perangkat Jaringan
2.3.1 Router
Router adalah sebuah alat jaringan komputer yang mengirimkan paket
data melalui sebuah jaringan atau Internet menuju tujuannya, melalui sebuah
proses yang dikenal sebagai routing. Proses routing terjadi pada lapisan 3
(Lapisan jaringan seperti Internet Protocol) dari stack protokol tujuh-lapis
OSI. Sebuah router mampu mengirimkan data/informasi dari satu jaringan ke
jaringan lain yang berbeda. Router akan mencari jalur terbaik untuk
mengirimkan sebuah pesan yang berdasarkan atas alamat tujuan dan alamat
asal. Router mengetahui alamat masing-masing komputer di lingkungan
jaringan lokalnya (Sari, Herlina, Latipa; Sudarsono, Aji; Hayadi, 2013).
Router memiliki kemampuan melewatkan paket IP dari satu jaringan
ke jaringan lain yang mungkin memiliki banyak jalur diantara keduanya.
Router dapat digunakan untuk menghubungkan sejumlah LAN (Local Area
Network), sehingga trafik yang dibangkitkan oleh suatu LAN terisolasikan
dengan baik (Sari, Herlina, Latipa; Sudarsono, Aji; Hayadi, 2013).
Gambar 2.1 Router
(Sumber: Sari, Herlina, Latipa; Sudarsono, Aji; Hayadi, 2013)
2.3.2 NIC (Network Interface Cards)
Kartu Jaringan (NIC) merupakan perangkat yang menyediakan media
untuk menghubungkan antara komputer, kebanyakan kartu jaringan adalah
kartu internal, yaitu kartu jaringan yang di pasang pada slot ekspansi di dalam
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
komputer. Setiap kartu jaringan memiliki MAC address (Medium Access
Control) yang bersifat unik sebagai identitas, yang berarti tidak ada 2 buah
kartu jaringan yang memiliki MAC address yang sama (MADCOMS, 2015).
Gambar 2.2 Network Interface Card
(Sumber: Sari, Herlina, Latipa; Sudarsono, Aji; Hayadi, 2013)
2.3.3 On Board Unit (OBU)
On Board Unit merupakan perangkat WAVE (Wireless Access in
Vehicular Environments) biasanya dipasang pada kendaraan yang digunakan
untuk bertukar informasi dengan RSU atau dengan OBU lainnya. OBU terdiri
dari sebuah prosessor yang berisi memori baca/tulis yang berfungsi
menyimpan dan memulihkan informasi, antarmuka khusus untuk terhubung
ke OBU lainnya, dan perangkat jarigan untuk komunikasi nirkabel (Barskar
& Chawla, 2015).
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.3 Contoh On Board Unit
(www.itsinternational.com, 2015)
2.3.4 Application Unit (AU)
Application Unit adalah perangkat WAVE (Wireless Access in
Vehicular Environments) yang dilengkapi di dalam kendaraan yang
menggunakan aplikasi yang disediakan oleh provider dengan menggunakan
kemampuan komunikasi dari OBU. AU dapat menjadi perangkat khusus
untuk aplikasi keamanan atau perangkat normal seperti Personal Digital
Assistant (PDA) untuk menjalankan internet, AU dapat dihubungkan ke OBU
melalui koneksi kabel atau nirkabel dan dapat berada dengan OBU dalam satu
unit fisik tunggal. Perbedaan antara AU dan OBU adalah AU berkomunikasi
dengan jaringan hanya dengan menggunakan OBU yang mengambil tugas
untuk semua fungsi mobilitas dan jaringan (Barskar & Chawla, 2015).
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.4 Application Unit (AU)
(Sumber: Gillani, Shahzad, Qayyum, & Mehmood, 2014)
2.3.5 Road Side Unit (RSU)
RSU adalah perangkat gelombang yang biasanya diperbaiki di
sepanjang sisi jalan atau di lokasi khusus seperti di persimpangan atau di
dekat tempat parkir. RSU dilengkapi dengan satu perangkat jaringan untuk
komunikasi jarak pendek khusus, dan juga dapat dilengkapi dengan perangkat
jaringan lain sehingga dapat digunakan untuk tujuan komunikasi dalam
jaringan infrastruktur (Barskar & Chawla, 2015).
Gambar 2.5 Road Side Unit (RSU)
(Sumber: Siemens.com, 2018)
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4 Jaringan Ad-Hoc
Jaringan adalah jembatan untuk pemrosesan berbagi informasi antar
komputer, saling terhubung dan dapat mengakses informasi dari website. Tujuan
dari jaringan komputer dapat saling bertukar informasi, setiap dari jaringan
komputer dapat memberikan layanan disebut sebagai server dan menerima layanan
disebut client, yang dapat memberikan layanan dan menerima layanan disebut
sebagi server (Mukhlishin, Rohmatullah, & Hariyani, 2018).
Jaringan ad-hoc adalah sekelompok perangkat komunikasi atau node yang
berkomunikasi satu sama lain tanpa topologi (infrastruktur) tetap. Maka dari itu
jaringan ad-hoc dapat didefinisikan sebagai jaaringan dinamis. Setiap node
memiliki kapasitas untuk berkomunikasi langsung dengan node lain. Jaringan ad-
hoc dapat dibuat dengan menggunakan teknologi nirkabel seperti Bluetooth, Wi-Fi
dll (Sharmila & Shanthi, 2016). Jaringan ad-hoc juga merupakan jaringan point to
point yang menggunakan jaringan lokal sebagai jembatan nya dan nirkabel sebagai
media transmisinya, karena jaringan ad-hoc menggunakan jaringan lokal maka
koneksi jaraknya pun terbatas tetapi jaringan ini lebih aman dikarenakan tidak
menggunakan koneksi internet atau jaringan publik. Jaringan ad-hoc ataupun ad-
hoc mode merupakan jaringan yang dapat menghubungkan perangkat wireless
dengan perangkat wireless lain nya tanpa membutuhkan AP ( akses point ) ataupun
router wireless. Perangat wireless yang beroperasi pada mode Ad-hoc mengizinkan
semua perangkat wireless dalam jangkauan dapat terhubung dan berkomunikasi
satu sama lain dengan catatan jenis keamanan nya harus sama dan satu jaringan
(Mukhlishin et al., 2018).
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.6 Struktur Jaringan Wireless Ad-hoc network
(Zhu, Gao, & Liang, 2014)
2.5 Vehicular Ad-hoc Network
Menurut (Sitompul et al., 2018), VANET (Vehicular Ad-hoc Network)
merupakan bagian dari MANET (Moblie Ad-hoc Network). VANET menggunakan
jaringan wireless berbasis Ad-hoc yang diterapkan pada kendaraan bergerak.
Tujuan utama VANET adalah membantu kendaraan-kendaraan untuk dapat saling
berkomunikasi dan memelihara jaringan komunikasi diantara mereka tanpa
menggunakan central base station atau controller. VANET bertanggung jawab
untuk komunikasi antar kendaraan bergerak pada suatu lingkungan tertentu.
Sedangkan menurut (Ericka et al., 2017), VANET (Vehicular Adhoc Network)
memungkinkan terjadinya pengiriman data antar kendaraan secara nirkabel.
Dengan teknologi ini memungkinkan terjadinya komunikasi atau pertukaran data
antar kendaraan. Data akan dikirimkan melalui jaringan nirkabel dari kendaran
pengirim ke kendaraan di sekitar dan akan diteruskan hingga mencapai tujuan.
Selain mampu mengirimkan data antar kendaraan, pada teknologi ini juga
dimungkinkan terjadinya pengiriman data antara kendaran dengan infrastruktur
yang ada di pinggir jalan atau biasa disebut dengan Road Side Unit.
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.7 Contoh Jaringan Vanet
(Ferronato & Trentin, 2017)
2.5.1 Karakteristik VANET
Jaringan VANET memiliki beberapa karakteristik khusus, menurut
(N. Saeed, R. U. Amin, A. S. Malik, M. K. Kasi, & B. Kasi, 2017)
karakteristik tersebut antara lain :
1. Topologi jaringan sangat dinamis: karena bersifat memiliki
kecepatan tinggi yang tinggi, VANET topologinya sering
berubah. Misalnya jika kecepatan dua kendaraan sekitar 60
mph, hubungan antara keduanya hanya dapat bertahan
kurang dari 10 detik.
2. Sering terjadi Pemutusan: dengan kecepatan tinggi dan
distribusi kendaraan yang tidak kontinu maka akan sering
terjadi pemutusan koneksi, atau koneksi akan bertahan pada
vehicle tersebut sampai ada kendaraan berikutnya.
3. Pemodelan Mobilitas: Pemodelan mobilitas adalah salah
satu hal membedakan antara VANET dengan MANET,
selain kecepatan dan mobilitas VANET yang lebih tinggi,
mobilitas pada VANET memiliki pola yang jelas yaitu
mobilitas kendaraan yang dibatasi oleh geografi atau bentuk
jalan yang sifatnya tetap.
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Daya Baterai: Daya baterai pada VANET cenderung lebih
baik dari MANET karena ketersediaan daya/energi bersifat
berkelanjutan dalam bentuk baterai kendaraan.
5. Interaksi Dengan Sensor Onboard: Gerakan dan posisi
kendaraan saat ini dapat dengan mudah diketahui seperti
penggunan GPS.
6. Kendala Pengaplikasian: Pengaplikasian VANET pada
kendaraan pada umumnya sangat sulit, dibutuhkan analisis
mendalam agar nilai Quality of Service terpenuhi sehingga
pengiriman informasi tidak terlambat ataupun gagal.
7. Attenuation : Seperti pada gelombang radio pada umumnya
jaringan VANET juga dapat terkena dampak atenuasi seperti
penundaan, pemantulan, kehilangan paket, dll.
8. Jangkauan Transmisi : Jangkauan transmisi pada VANET
yang menggunakan arsitektur gelombang radio masih sangat
terbatas yaitu seluas 1 km namun teknologi tersebut masih
dapat ditingkatkan.
9. Dukungan Anonimitas : Proses interksi antar kendaraan
dengan VANET tidak seperti jaringan wireless lain di mana
VANET tidak perlu menggunakan otentikasi untuk
mengirimkan maupun menerima data.
2.5.2 Pengaplikasian VANET
Komunikasi antar kendaraan (V2V) maupun komunikasi
antara kendaraan dengan Infrastruktur (V2I) pada VANET memiliki
tujuan yang bermacam-macam. Secara garis besar menurut (N.
Saeed et al., 2017) terbagi menjadi tiga yaitu :
1) Pengaplikasian berorientasi keselamatan
Pengaplikasian ini ditujukan untuk pemantauan
jalan, lalu lintas, dan pertukaran informasi yang terdiri
dari:
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Real-time Traffic : Aplikasi ini ditujukan untuk
memberikan informasi mengenai keadaan lalu
lintas terkini yang dapat digunakan untuk
menghindari kepadatan kendaraan dan
kemacetan lalu lintas.
b. Post-Crash Notification : Kendaraan yang
berada disekitar area kecelakaan dapat
membantu pihak patroli dengan mengirimkan
informasi kepada kendaraan lain sebagai
peringatan untuk tidak melewati daerah tersebut.
c. Cooperativ Message Transfer : kendaraan yang
digunakan dengan kecepatan rendah maupun
berhenti dapat bekontribusi untuk mengirimkan
informasi ke kendaraan lain, dapat pula
digunakan untuk mengautomisasi penggunaan
rem pada keadaan tertentu.
d. Road Hazard Control Notification :
Pengaplikasian ini dapat memberitahu informasi
mengenai kondisi jalan apabila terjadi bencana
secara tiba-tiba, contohnya longsor, gempa, dll.
e. Cooperativ Collision Warning :
Memperingatkan pengemudi yang berpotensi
untuk mengalami kecelakaan bila melewati suatu
jalan sehingga pengemudi dapat menggunakan
jalan lain.
f. Traffic Vigilance : Kamera pada Road Side
Unit (RSU) dapat digunakan untuk memantau
lalu lintas dan memeriksa apakah ada
pelanggaran hukum yang terjadi pada daerah
tersebut.
2) Pengaplikasian berorientasi kenyamanan
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Route Diversions : Pengaplikasian ini sangat
membantu untuk merencanakan rute lain bila
terjadi kemacetan.
b. Electronic Toll Collection : Aplikasi ini dapat
membantu pengumpulan pembayaran tol secara
elektronik dan mengidentifikasi kendaraan
tersebut.
c. Parking Availability : Informasi mengenai
ketersediaan parkir dapat diterima pengemudi
yang ingin memarkir kendaraan mereka di
tempat tertentu. Pengaplikasian ini sangat
meningkatkan kepuasan pengemudi dan
mengurangi rasa stress ketika tidak adanya
tempat parkir.
d. Active Predicition : Pengemudi dapat
mengetahui kondisi fisik jalan sehingga dapat
menyesuaikan kecepatan sebelum memasuki
Kawasan jalan tersebut.
3) Pengaplikasian berorientasi komersil
a. Remote Vehicle Personalization/ Diagnostic :
dapat digunakan untuk mengunduh konfigurasi
kendaraan dan membagikannya pada lingkup
jaringan kendaraan.
b. Internet Access : Internet dapat diakses oleh
kendaraan melalui RSU. Pengemudi maupun
penumpang dapat mengakses konten video-
streaming pada saat bepergian.
c. Digital Map Downloading : Peta digital sangat
berguna seperti peta penunjuk jalan pada
umumnya. Pengemudi dapat mengunduh peta
tertentu dengan jaringan ini.
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Real Time Video Relay : Digunakan sebagai
media hiburan, seperti menonton video maupun
film secara langsung.
e. Value-added Advertisement : Sebagai media
untuk mengiklankan informasi sebuah produk.
Contohnya ada produk makanan atau minuman
disekitar jalan yang sedang dilalui.
f. Environmental Benefits : Penggunaan untuk
penelitian mengenai kendaraan berbasis ramah
lingkungan sehingga mengurangi polusi
kendaraan pada umumnya.
g. Fuel Saving : Pengaplikasian VANET pada
pembayaran tol yang mengakibatkan tidak perlu
berhentinya kendaraan akan mengurangi
penggunaan bahan bakar.
h. Time Utilization : Dengan akses internet
pengemudi maupun penumpang dapat tetap
terhubung dengan pekerjaan maupun keluarga
sehingga dapat memanfaatkan waktu mereka
dalam kemacetan maupun dalam perjalanan.
2.6 Model Osi
Model OSI adalah sistem terbuka yang merupakan seperangkat protokol yang
memungkinkan dua sistem yang berbeda untuk berkomunikasi terlepas dari
arsitektur yang mendasarinya. Tujuan dari model OSI adalah untuk menunjukkan
bagaimana memfasilitasi komunikasi antara sistem mereka tanpa memerlukan
perubahan pada logika perangkat keras dan perangkat lunak yang mendasarinya
(Jahajee, Katlana, Khare, & Diwakar, 2015).
Model OSI juga merupakan kerangka kerja berlapis untuk merancang sistem
jaringan yang memungkinkan komunikasi antara semua jenis sistem komputer. Ini
terdiri dari 7 lapisan terpisah tetapi mereka terkait di suatu tempat, yang masing-
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
masing mendefinisikan bagian dari proses memindahkan informasi di seluruh
jaringan (Jahajee et al., 2015).
2.6.1 Application Layer
Lapisan ini merupakan lapisan yang menyediakan layanan aplikasi
tertentu. Contoh, termasuk pembentukan dan pengelolaan panggilan untuk
aplikasi telepon (protocol SIP), mail service untuk penerusan e-mail dan
penyimpanan (protocol SMTP). Menyediakan layanan aplikasi tertentu.
Contoh, termasuk pembentukan dan pengelolaan panggilan untuk aplikasi
telepon (protocol SIP), mail service untuk penerusan e-mail dan penyimpanan
(protocol SMTP) (Marsic, 2013).
2.6.2 Presentation Layer
Lapisan ini bertugas memodifikasi pesan sehingga sesuai standar.
Terkadang disebut syntax layer karena berhubungan dengan syntax dan
semantic dari pertukaran data dengan node jaringan. Menerjemahkan antara
representasi data dan format untuk mendukung keadaan encoding system atau
arsitektur hardware yang berbeda (Marsic, 2013).
2.6.3 Session Layer
Lapisan ini berfungsi mengatur percakapan antara berbagai
pertukaran pesan terkait antara dua host untuk melacak perkembangan
komunikasi yang sedang berlangsung. Mengatur proses pembuatan,
mengontetikasi, mengatur, dan mengakhiri sesi percakapan (Marsic, 2013).
2.6.4 Transport Layer
Lapisan ini berfungsi menyediakan pengiriman pesan yang terpercaya
atau tepat dari ujung ke ujung, serta error recovery (Marsic, 2013).
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6.5 Network Layer
Lapisan ini bertugas memindahkan paket antara sumber dan tujuan
dengan cara yang efisien (routing). Misal, pemilihan jalur terpendek atau
menyediakan koneksi yang berbeda jenis jaringan (Marsic, 2013).
2.6.6 Data Link Layer
Lapisan ini berfungsi mengatur bit menjadi paket atau frames, dan
menyediakan pertukaran paket antar node tetangga. Komunikasi dilakukan
dengan identifikasi MAC (Medium Access Control). MAC protokol
diperlukan untuk melakukan broadcast yang akan dikoordinasikan kepada
pengirim yang banyak (Marsic, 2013).
2.6.7 Physical Layer
Lapisan ini bertugas mengirim bit antara perantara fisik yang ada,
seperti kawat tembaga atau udara, dan untuk menyediakan spesifiksi mekanik
maupun elektrik (Marsic, 2013).
2.7 Model TCP/IP
TCP/IP merupakan standar komunikasi data yang digunakan dalam proses
tukar-menukar data dari satu komputer ke komputer lain. TCP/IP merupakan
jaringan terbuka yang bersifat independen terhadap mekanisme transport pada
jaringan fisik yang digunakan, sehingga dapat digunakan di mana saja. Protokol ini
menggunakan skema pengalamatan yang sederhana yang disebut sebagai alamat IP
(IP Address) yang mengizinkan banyak komputer untuk dapat saling berhubungan
satu sama lainnya di Internet. Protokol ini juga bersifat routable yang berarti
protokol ini cocok untuk menghubungkan sistem-sistem berbeda untuk membentuk
jaringan yang berubah-ubah. Pada model TCP/IP terdapat empat lapisan yang
memiliki fungsionalitas masing-masing, yaitu : Physical Layer, Network Access,
Internet Layer, Transport Layer, Application Layer.
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.8 Model TCP/IP dan Model OSI
(Hidayati & Suwadi, 2017)
2.7.1 Application Layer
Application layer adalah lapisan paling atas dari empat lapis model
TCP / IP. Dan lapisan ini menggabungkan tiga lapisan paling signifikan dari
model OSI yaitu application, presentation, dan session layer. Lapisan ini
berkaitan dengan interaksi manusia (user) dan bagaimana aplikasi perangkat
lunak diimplementasikan (Alotaibi, Fahaad Alrashidi, Naz, & Parveen,
2017).
2.7.2 Transport Layer
Lapisan transport adalah lapisan kedua dalam model TCP / IP,
bertanggung jawab atas aliran data antara dua host (klien dan server). Ini
menyediakan koneksi ujung ke ujung secara efisien (Alotaibi et al., 2017).
2.7.3 Internet Layer
Internet layer adalah lapisan ketiga dalam model TCP / IP, dan itu
setara dengan network layer dalam model OSI. Fungsi utama untuk internet
layer adalah untuk menangani komunikasi dari satu PC ke PC lainnya.
Lapisan ini bertanggung jawab untuk meminta dan mengirim paket dari
transport layer dengan mengetahui PC mana yang akan dikirimkan (Alotaibi
et al., 2017).
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.7.4 Network Layer
Network layer adalah lapisan keempat dalam Protokol TCP / IP dan
bertanggung jawab atas pengiriman datagram dari host-ke-host. Kewajiban
utama network layer menghasilkan koneksi antara komputer sumber ke
komputer tujuan. Komunikasi di network layer adalah host ke host. Lapisan
jaringan bertanggung jawab untuk memilih rute terbaik untuk setiap paket,
merutekan paket dari sumber ke tujuan (Alotaibi et al., 2017).
2.8 TCP (Transmission Control Protocol)
TCP adalah protokol yang dapat dipercaya dan dirancang untuk menyediakan
alur data pada jaringan internet yang secara umum diketahui dengan kondisi tidak
dapat dipercaya serta dirancang untuk beradaptasi dengan peralatan jaringan
terhadap berbagai macam permasalahannya. Dirancangnya protokol ini untuk dapat
dipercaya karna TCP bersifat connection oriented dalam mengirimkan data. TCP
menjamin data yang terpercaya dengan menggunakan ARQ (Automatic Repeat
Request). ARQ akan mentransmisikan secara otomatis berdasarkan informasi gagal
diterimanya data ACK (Acknoledgement) dari penerima data. Untuk menjamin
kontrol efektif terhadap hambatan maka dilakukan dengan cara mengestimasi delay
dari transmisi round trip time secara akurat, sehingga dengan mempergunakan
informasi balasan dari jaringan tersebut maka dapat mendeteksi sebuah kemacetan
jaringan dan menyelesaikannya (Mardiana & Sahputra, 2017).
TCP sendiri memiliki beberapa karakteristik khusus yaitu (Syamsu, 2013):
1. Connection-oriented
Berorientasi sambungan (connection-oriented) yang mana
sebelum data dapat ditransmisikan antara dua host, dua proses yang
berjalan pada lapisan aplikasi harus melakukan negosiasi untuk
membuat sesi koneksi terlebih dahulu. Koneksi TCP ditutup dengan
menggunakan proses terminasi koneksi TCP (TCP connection
termination).
2. Reliable
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Paket Data yang dikirim oleh protokol TCP ke tujuan
memiliki suatu urutan khusus yang dapat diterima penenerima
sesuai urutannya.
3. Full Duplex
Koneksi yang terjadi antara dua host TCP terdiri dari dua
buah jalur yaitu jalur keluar dan jalur masuk.
4. Flow Control
TCP menyediakan layanan flow control yang berguna untuk
mencegah data terlalu banyak dikirimkan pada satu waktu, yang
akhirnya membuat padat jaringan internetwork. layanan flow control
yang dimiliki oleh pihak pengirim secara terus menerus memantau
dan membatasi jumlah data yang dikirimkan pada satu waktu.
5. Segmentation
Data yang diterima dari lapisan sebelumnya oleh protokol
TCP akan dipecah menjadi menjadi beberapa bagian atau segmen
dengan ukuran byte.
2.8.1 TCP Header
Header dari TCP terdiri dari 10 buah field. Header tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.9 TCP Header
(Dordal, 2015)
Bagian bagian header TCP pada gambar diatas secara
singkat dapat dijelaskan sebagai berikut (Syamsu, 2013):
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Source Port, mengindikasikan sumber protokol lapisan
aplikasi yang mengirimkan segmen TCP yang bersangkutan.
Gabungan antara field source IP Address dalam header IP
dan field source port dalam header TCP disebut juga socket
sumber.
b. Destination Port, mengindikasikan tujuan protokol lapisan
aplikasi yang menerima segmen TCP bersangkutan.
Gabungan antara field destination IP address dalam header
IP dan field destination port dalam field header TCP disebut
juga sebagai socket tujuan.
c. Sequence number, mengindikasikan nomor urut dari oktet
pertama data didalam sebuah segmen TCP yang hendak
dikirimkan. Field ini harus selalu diset, meskipun tidak ada
data (payload) dalam segmen.
d. Acknowledgment number, mengindikasikan nomor urut
dari oktet selanjutnya dalam aliran byte yang diharapkan
untuk diterima oleh si pengirim dari si penerima pada
pengiriman selanjutnya.
e. Data offset, mengindikasikan di mana data dalam segmen
TCP dimulai. Field ini juga dapat berarti ukuran dari header
TCP. Seperti halnya field header length dalam header IP,
field ini merupakan angka dari word 32 bit dalam header
TCP.
f. Reserved, direservasikan untuk digunakan pada masa depan.
Pengirim segmen TCP akan mengeset bit-bit ini kedalam
nilai 0.
g. Flags, mengindikasikan flag-flag TCP, yang terdiri dari :
URG (Urgent), ACK (Acknowledgment), PSH (Push), RST
(Reset), SYN (Synchronize), dan FIN (Finish).
h. Window, mengindikasikan jumlah byte tersedia yang
dimiliki oleh buffer host penerima segmen yang
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bersangkutan. Buffer ini disebut sebagai receive buffer yang
digunakan untuk menyimpan byte stream yang datang.
Buffer penerima memberitahukan berapa banyak data yang
dapat diterima dengan sukses dari buffer pengirim. Buffer
penerima akan berisi nilai 0 bila semua field pada buffer
tersebut sudah terisi dengan tujuan untuk flow control pada
jaringan.
i. Checksum, mampu melakukan pengecekan integritas
segmen TCP (header dan payloadnya). Nilai Field checksum
akan diatur ke nilai 0 selama proses kalkulasi checksum.
j. Urgent pointer, menandakan lokasi data yang dianggap
“urgen” dalam segmen.
k. Options, berfungsi sebagai penampung beberapa opsi
tambahan TCP. Setiap opsi TCP akan memakan ruangan 32
bit sehingga ukuran header TCP dapat diindikasikan dengan
menggunakan field data offset.
2.8.2 TCP Flag
Flag merupakan tanda-tanda khusus yang menggambarkan
proses pada segmen TCP. Flag-Flag tersebut antara lain (Syamsu,
2013):
1. URG : Mengindikasikan bahwa beberapa bagian dari
segmen TCP mengandung data yang sangat penting.
2. ACK : Flag yang mengandung nilai oktet selanjutnya yang
diharapkan dalam koneksi. Flag ini selalu di set, kecuali pada
segmen pertama pada pembuatan sesi koneksi TCP.
3. PSH : Mengindikasikan bahwa isi dari TCP receive buffer
harus diserahkan kepada protokol lapisan aplikasi.
4. RST : Mengindikasikan bahwa koneksi yang dibuat akan
digagalkan.
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. SYN : Mengindikasikan bahwa segmen TCP yang
bersangkutan mengandung Initial Sequence Number (ISN).
6. FIN : Menandakan bahwa pengirim segmen TCP telah
selesai mengirimkan data dalam sebuah koneksi TCP.
2.8.3 TCP Three Way Handshake
Proses pembuatan koneksi TCP disebut juga “Three Way
Handshake”. Tujuan metode ini adalah untuk melakukan
sinkronisasi terhadap nomor urut dan nomor acknowledgment yang
dikirimkan oleh kedua pihak dan saling bertukar ukuran TCP
window. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut (Syamsu,
2013):
a. Host pertama akan mengirimkan sebuah segmen TCP dengan
flag SYN yang diaktifkan pada host kedua (penerima).
b. Host kedua akan meresponnya dengan mengirimkan segmen
acknowledgment dan juga SYN kepada host pertama.
c. Host pertama selanjutnya akan saling mulai bertukar data
dengan host kedua.
2.9 UDP (User Datagram Protocol)
Protokol ini untuk mendukung konsep jaringan berbasis IP. Telah diketahui
bahwa IP (internet protocol) sebagai protokol jaringan internet yang
mengkomunikasikan dua titik jaringan serta secara spesifik semua aplikasi dan
layanan terpengaruh port tetapi kondisi konsep jaringan IP tidak memberikan
jaminan. Jaminan tersebut adalah jaminan bahwa data akan tersampaikan pada
destination yang benar dan data tersampaikan dengan benar. Berbeda dengan TCP,
protokol UDP adalah protokol yang bersifat connectionless dalam mentransmisi
data dan tidak mengenal dalam pengecekan terhadap error pengiriman data.
Protokol UDP pada dasarnya hanya mengandung IP dengan tambahan header
singkat. Protokol UDP tidak melakukan sebuah proses kontrol alur data, kontrol
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kesalahan ataupun pengiriman ulang terhadap kesalahan sehingga hanya
menyediakan interface ke protokol IP (Mardiana & Sahputra, 2017).
2.9.1 UDP Header
Header dari UDP terdiri dari 4 buah field. Header tersebut dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.10 UDP Header
a. Source Port
Source port digunakan sebagai identitas pengiriman
data namun sebenarnya source port tidak mutlak diperlukan
karena UDP tidak memerlukan jawaban.
b. Destination Port
Destination port juga digunakan sebagai identitas
pengiriman data. Nomor port ini adalah nomor yang dikenal
oleh aplikasi mesin remote yang juga dijadikan identitas
layanan.
c. Length
Panjang data diperlukan aplikasi di remote host
untuk memastikan kebenaran data transmisi dan untuk
melakukan pemeriksaan lapisan aplikasi terhadap validasi
data.
d. Checksum
Cheksum adalah satu satunya mekanisme UDP untuk
mendeteksi error pada pengiriman data (Syamsu, 2013).
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.10 SCTP (Stream Control Transmission Protocol)
Stream Control Transmission Protokol (SCTP) adalah protokol yang
mendukung pertukaran data antara dua sisi secara tepat, meskipun hal ini mungkin
dapat diwakilkan dengan banyak IP address. Transmisi pada SCTP dapat
memberikan transmisi yang reliable, mampu mendeteksi data hilang, tidak terurut,
mengganda (duplikat), atau rusak. (Mardiana & Sahputra, 2017).
SCTP memiliki fitur multi-stream yang dapat mengirim data lebih banyak.
Fitur ini dapat meminimalisir pengiriman ulang paket sehingga dapat mengurangi
delay. Namun fitur multi-stream pada SCTP ini memakan bandwidth yang lebih
banyak dari TCP sehingga untuk jaringan yang memiliki sumber daya terbatas
justru akan menyebabkan sering terjadinya kegagalan pengiriman data. SCTP dapat
dicirikan sebagai pesan-berorientasi, yang berarti mengangkut urutan pesan
(masing-masing menjadi kelompok bytes), SCTP pengirim mengirimkan pesan
dalam satu operasi, dan bahwa pesan yang tepat akan diteruskan ke proses aplikasi
penerima dalam satu operasi (Mardiana & Sahputra, 2017).
2.10.1 SCTP Header
SCTP Header terbagi menjadi dua bagian yaitu common header dan
data chunk section. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini
(Juniper, 2019).
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.11 SCTP Header
(juniper.net, 2019)
a. Source and Destination Port Number
Source port digunakan sebagai identitas pengiriman
data, sedangkan destination port digunakan sebagai identitas
penerima data. Host menggunakan destination port untuk
merutekan paket ke tujuan.
b. Verification Tag
Memverifikasi packet yang telah usang dengan dari
koneksi sebelumnya.
c. Checksum
Checksum menggunakan algoritma pengecekkan
untuk mendeteksi kesalahan yang mungkin telah terjadi saat
transmisi data.
d. Chunk Type
Chunk type mengidentifikasi jenis chunk pada chunk
value field.
e. Chunk Flags
Berisi 8 flag-bits yang definisinya dapat bervariasi
berdasarkan tipe chunk.
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
f. Chunk Length and Value
Menentukan panjang total chunk dalam satuan byte.
field ini berukuran 2 byte.
2.11 IP Address
IP address adalah metode pengalamatan pada jaringan komputer dengan
memberikan sederet angka pada komputer (host), router atau peralatan jaringan
lainnya. IP address sebenarnya bukan diberikan kepada komputer (host) atau router,
melainkan pada interface jaringan dari host / router tersebut.
IP (Internet protocol) sendiri di desain untuk interkoneksi sistem komunikasi
komputer pada jaringan paket switched. Pada jaringan TCP/IP, sebuah komputer
diidentifikasi dengan alamat IP. Tiap-tiap komputer memiliki alamat IP yang unik,
masing-masing berbeda satu sama lainnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kesalahan pada transfer data. Terakhir, protokol data akses berhubungan langsung
dengan media fisik. Secara umum protokol ini bertugas untuk menangani
pendeteksian kesalahan pada saat transfer data, namun untuk komunikasi datanya,
IP mengimplementasikan dua fungsi dasar yaitu addressing dan fragmentasi
(Wardoyo, Ryadi, & Fahrizal, 2014).
2.12 Routing
Routing adalah proses menentukan rute dari host asal ke host tujuan. Routing
merupakan proses memindahkan data dari satu network ke network lain. Routing
menentukan kemana datagram akan dikirim agar mencapai tujuan yang diinginkan
(mrizqiariadi, 2014), Informasi yang dibutuhkan router dalam melakukan routing
yaitu:
1) Alamat tujuan/ destination address.
2) Mengenal sumber informasi.
3) Menemukan rute.
4) Pemilihan rute
5) Menjaga informasi routing
Sebuah router mempelajari informasi routing dari mana sumber dan
tujuannya yang kemudian ditempatkan pada tabel routing. Router akan berpatokan
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tabel ini, untuk memberitahu port yang akan digunakan untuk meneruskan
paket ke alamat tujuan (Jati, Nurwasito, & Data, 2018).
2.13 Routing Protocol
Menurut (Muktiarto et al., 2018), protokol merupakan sebuah aturan yang
bertugas mengatur setiap device untuk saling bertukar informasi melalui sebuah
media jaringan, sedangkan routing merupakan sebuah proses pemindahan
informasi dari pengirim ke penerima melalui sebuah jaringan. Sehingga protokol
routing sangat dibutuhkan untuk mengirimkan sebuah paket data dari node
pengirim ke node penerima, dengan melewati beberapa node penghubung
(intermediate node), dimana protokol routing bertugas untuk mencari rute terbaik
dari link yang akan dilalui. Pemilihan rute terbaik tersebut dipilih berdasarkan
beberapa pertimbangan seperti bandwith link dan jaraknya. Selain itu, protokol
routing juga bertugas untuk mengatur cara komunikasi dua node selama pertukaran
informasi. Menurut (Abu Taleb, 2018) terdapat bermacam-macam kategori Routing
protocol pada jaringan VANET.
2.13.1 Topology Based Protocols
Protokol ini mengacu pada cara yang digunakan untuk
menghubungkan berbagai komponen yang berbeda. Dalam VANET, tujuan
topology based protocol adalah untuk menemukan jalur terpendek antara
node sumber dan node tujuan. Oleh karena itu, semua informasi terkait
perutean disimpan dalam tabel perutean. Berdasarkan waktu yang sesuai
dengan tabel routing yang diperbarui, protokol berbasis topologi dapat dibagi
lagi menjadi tiga kategori yaitu proactive routing protocols, reactive routing
protocol, dan hybrid routing protocols.
a. Reactive routing protocol
Cara kerja routing protocol ini adalah diawali dengan tahapan
route discovery atau penemuan rute pada paket-paket yang
akan dikirimkan untuk mendapatkan rute terbaik dan tahapan
ini selesai ketika rute terbaik ditemukan (Kumar & Pagadala,
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2017). Beberapa routing protocol yang termasuk dalam jenis
reactive diantaranya TORA, AODV, JARR, PGB, DSR.
Gambar 2.12 Reactive Routing Protocol
(Sumber: Dugaev, Matveev, Siemens, & Shuvalov, 2018)
b. Proactive routing protocol
Cara kerja routing protocol ini biasa disebut table driven
dimana node-node yang ada dalam suatu jaringan akan
memiliki serta mengelola routing table node lainnya yang ada
pada jaringan yang sama. Routing table akan terus diperbarui
saat ada perubahan topologi jaraingan atau pada interval waktu
tertentu. Pada routing protocol ini node sumber tidak perlu
terus mencari rute terbaik untuk mengirim paket ke node
penerima, namun cara kerja ini menyebabkan latensi yang
rendah (Kumar & Pagadala, 2017). Beberapa routing protocol
yang terrmasuk dalam jenis reactive diantaranya FSR, DSDV,
OLSR, DART.
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.13 Proactive Routing Protocol
(Sumber: Dugaev, Matveev, Siemens, & Shuvalov, 2018)
c. Hybrid routing protocol
Protokol ini merupakan gabungan dari reactive routing
protocol dan proactive routing protocol. Routing protocol ini
dibuat untuk mengurangi kontrol overhead dari protokol
routing proaktif dan mengurangi latensi atau penundaan route
discovery dalam protokol routing reaktif (Kumar & Pagadala,
2017). Beberapa routing protocol yang terrmasuk dalam jenis
reactive diantaranya HARP dan ZRP.
Gambar 2.14 Hybrid Routing Protocol
(Sumber: Ravi & Kashwan, 2015)
2.13.2 Position Based Routing Protocols
Protokol yang termasuk dalam kategori ini didasarkan pada perolehan
posisi atau lokasi kendaraan dari berbagai sumber seperti peta, Global
Positioning System (GPS). Dengan demikian, sumber dan tujuan bergantung
pada informasi posisi node untuk mengirim dan menerima pesan. Dalam
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kategori ini, tidak perlu menyimpan informasi tentang topologi, pemeliharaan
rute, dan penemuan. Oleh karena itu, lokasi dan penerusan paket adalah
bidang utama dari paket yang dikirimkan. Protokol dalam kategori didasarkan
pada penentuan kecepatan dan arah pergerakan node perantara untuk
mendapatkan informasi routing yang benar. Beberapa routing protocol yang
terrmasuk dalam jenis ini diantaranya GPSR, GSR, A-STAR.
2.13.3 Cluster Based Routing Protocols
Protokol ini didasarkan pada pembagian node dalam jaringan menjadi
kelompok-kelompok yang disebut cluster. Dengan demikian, node terdekat
membentuk sebuah cluster dengan satu kendaraan dipilih sebagai kepala
cluster. Ukuran cluster bervariasi tergantung pada kriteria yang digunakan
untuk membentuk cluster. Dengan kata lain, jumlah kendaraan, posisi
geografis kendaraan atau arah dan kecepatan gerakan dapat digunakan
sebagai metrik untuk membagi jaringan menjadi beberapa kelompok. Setelah
itu, node dalam sebuah cluster memilih kepala cluster yang akan bertanggung
jawab untuk mengelola cluster untuk mencapai komunikasi antar cluster.
Oleh karena itu, cluster tetangga terbaik dipilih untuk meneruskan data dalam
komunikasi antar cluster. Beberapa routing protocol yang terrmasuk dalam
jenis ini diantaranya LORACBF, TIBCRPH, CBDRP.
2.13.4 Broadcast Routing Protocols
Protokol-protokol ini digunakan ketika ada kebutuhan untuk berbagi
informasi dengan kendaraan yang berada di luar jangkauan node sumber
ketika bertukar informasi mengenai kondisi jalan dan dalam situasi darurat.
Dalam semua kasus, paket dikirim dan diteruskan ke semua node dalam
jaringan. Beberapa routing protocol yang terrmasuk dalam jenis ini
diantaranya BROADCOMM, UMB, VTRADE.
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.13.5 GeoCast Routing Protocols
Routing Protocol yang termasuk dalam kategori ini didasarkan pada
penerusan atau penyebaran informasi ke area yang relevan atau terkait dengan
informasi yang sedang dikirim. Di sini, multicast berdasarkan posisi
digunakan untuk meneruskan paket ke zona relevansi (ZOR) yang berisi
kendaraan yang akan menerima pesan geocast. Dengan kata lain, protokol
routing geocast merutekan paket data yang berasal dari node sumber ke
semua node yang termasuk dalam zona relevansi. Beberapa routing protocol
yang terrmasuk dalam jenis ini diantaranya IVG, DG-CASTOR, DRG.
2.14 MDART (Multipath Dynamic Address Routing)
MDART didasarkan pada protokol routing jalur terpendek yang dikenal
sebagai DART. MDART memperluas protokol DART untuk menemukan beberapa
rute antara sumber dan tujuan. Dengan demikian, M-DART mampu meningkatkan
ruang alamat pada mobilitas node. Selain itu, fitur multi-path juga meningkatkan
kinerja dalam hal topologi statis berkat keragaman rute. Inti dari protokol MDART
ini terletak pada peningkatan informasi dalam routing disimpan dalam tiap node
sehingga ketika ada perubahan dalam suatu jalur, maka protokol ini akan mencari
jalur lain dengan cepat (Sharma & Singh, 2014).
M-DART memiliki dua aspek baru dibandingkan dengan protokol routing
multi-path lainnya. Pertama, rute-rute berlebihan yang ditemukan oleh MDART
tidak memerlukan komunikasi atau koordinasi tambahan. Kedua, M-DART
menemukan semua jalur berlebihan yang tersedia antara sumber dan tujuan .
MDART mengelola rute-rute berlebihan dilakukan dengan memanfaatkan
semaksimal mungkin informasi routing jalur alternatif yang sudah ada. Inti dari
protokol MDART adalah menjamin multiple path yang ditemukan adalah loopfree,
terurai, dan efisien dalam pencariannya. Aturan update rute pada MDART
dilakukan secara mandiri oleh tiap node (Sharma & Singh, 2014).
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.15 MDART Routing Table
(Sumber: R. Kaur & Singh, 2015)
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa MDART mengelola 4
field dengan fungsi yang berbeda pada tabel routing yang dimiliki. Field yang
pertama yaitu sibling id yang merupakan identitas dari node tetangga terdekat.
Yang kedua next hop yaitu biaya lompatan yang dibutuhkan untuk mencapai node
tetangga. Kemudian yang ketiga network id berfungsi untuk pengenalan terhadap
jaringan yang sedang dimaintain. Sedangkan yang terakhir route log merupakan
informasi perutean yang digunakan untuk menghindari loop dan memanfaatkan
rute-rute redundan (R. Kaur & Singh, 2015).
Gambar 2.16 Penyiaran packet pada protocol MDART
(Sumber: Jain & Kushwah, 2016)
Gambar di atas menjelaskan bagaimana cara MDART melakukan proses
perutean. Protokol ini memiliki banyak jalur sehingga ia menyiarkan paket ke
semua tetangganya, kemudian simpul tersebut membalas dari salah satu jalur. Tidak
perlu mengirim data lagi dengan rute yang sama (Jain & Kushwah, 2016).
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.15 FSR (Fisheye State Routing)
Fisheye State Routing (FSR) didasarkan pada routing proaktif. Karakteristik
"Fisheye" adalah bahwa informasi di zona fokus dapat ditangkap dengan jelas,
sedangkan informasi di luar zona fokus tidak jelas. FSR protokol routing
memanfaatkan fitur fisheye untuk menyiarkan routing yang memperbarui informasi
dengan frekuensi yang berbeda sehingga mengurangi routing overhead. FSR
protokol routing mendistribusikan informasi dengan menggunakan "Fisheye"
teknologi, dan tidak menyiarkan informasi routing update di seluruh jaringan,
sehingga mengurangi overhead yang disebabkan karena memperbarui informasi
(Sitompul et al., 2018).
Pendekatan fisheye akan membuat FSR akan lebih sering mempertukarkan
pesan dengan node tetangga dengan jarak terdekat atau masih dalam cakupan scope.
Penentuan rute pada protokol FSR akan sesuai dengan routing table untuk setiap
paketnya. Saat proses update rute dilakukan dengan pendekatan fisheye, node yang
berada dalam lingkup tidak akan kehilangan akurasinya (Purba, Primananda, &
Amron, 2018).
Gambar 2.17 Contoh Skema Routing FSR
(Sumber: Purba et al., 2018)
2.16 Quality of Service (QoS)
Quality of Service (QoS) merupakan kemampuan jaringan untuk
menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik jaringan. QoS dapat dijadikan
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai ukuran untuk menentukan baik atau buruknya kinerja suatu jaringan
internet. Para meter-parameter yang yang digunakan untuk mengukur kinerja QoS
adalah packet loss, packet delivery ratio, dan throughput (Mukti, 2016).
2.16.1 Packet Delivery Ratio
Packet delivery ratio merupakan banyaknya paket yang diterima
selama proses transmisi ke tujuan. Paket diterima ketika satu atau lebih paket
data yang melewati suatu jaringan dan berhasil sampai tujuan (Dy, Jusak, &
Triwidyastuti, 2014).
Tabel 2.1 Standarisasi Packet Delivery Ratio
(Wulandari, 2016)
2.16.2 Packet Loss
Packet loss merupakan parameter yang menunjukkan banyaknya
jumlah paket yang hilang atau tidak sampai ke tujuan ketika melakukan
pengiriman data dari sumber ke tujuan. Semakin kecil nilai packet loss dalam
suatu jaringan maka semakin baik pula kinerja yang dimiliki jaringan tersebut
(Mukti, 2016).
Kategori Degredasi PDR (%) Indeks
Sangat Bagus 100 4
Bagus 97-100 3
Sedang 85-97 2
Jelek 75-85 1
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.2 Standarisasi Packet Loss
(Wulandari, 2016)
2.16.3 Delay
Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari
asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau
juga waktu proses yang lama (Wulandari, 2016). Menurut TIPHON besarnya
delay dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 2.3 Standarisasi End to End Delay
(Wulandari, 2016)
2.16.4 Throughput
Throughput merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui
bandwidth yang benar- benar diterima oleh client atau jumlah data yang
diterima dalam keadaan baik terhadap waktu total transmisi yang dibutuhkan
dari sumber ke penerima (Mukti, 2016).
Kategori Degredasi Packet Loss (%) Indeks
Sangat Bagus 0 4
Bagus 3 3
Sedang 15 2
Jelek 25 1
Kategori Latency Besar Delay (ms) Indeks
Sangat Bagus <150 ms 4
Bagus 150 ms s/d 300 ms 3
Sedang 300 ms s/d 450 ms 2
Jelek > 450 ms 1
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.4 Standarisasi Throughput
(Wulandari, 2016)
2.17 Energi
Energi adalah hal yang membuat segala sesuatu di sekitar kita terjadi - kita
menggunakan energi untuk semua hal yang kita lakukan. Energi ada di semua
benda: manusia, tanaman, binatang, mesin, dan elemen-elemen alam (matahari,
angin, air dsb). Energi menentukan kapasitas di mana semua obyek yang ada harus
melakukan tugasnya (Mandiri, 2013).
Ada banyak sumber-sumber energi utama dan digolongkan menjadi dua
kelompok. Pertama, energi konvensional yang merupakan energi yang diambil dari
sumber yang hanya tersedia dalam jumlah terbatas di bumi dan tidak dapat
diregenerasi. Sumber-sumber energi ini akan berakhir cepat atau lambat dan
berbahaya bagi lingkungan. Kedua, energi konvensional yaitu merupakan energi
yang diambil dari sumber yang hanya tersedia dalam jumlah terbatas di bumi dan
tidak dapat diregenerasi. Sumber-sumber energi ini akan berakhir cepat atau lambat
dan berbahaya bagi lingkungan (Mandiri, 2013).
2.18 Tools
2.18.1 Open Street Map
OpenStreetMap (OSM) adalah sebuah proyek berbasis web untuk
membuat peta seluruh dunia yang gratis dan terbuka, dibangun sepenuhnya
oleh sukarelawan dengan melakukan survey menggunakan GPS, mendigitasi
citra satelit, dan mengumpulan serta membebaskan data geografis yang
tersedia di publik.
Kategori Throughput Throughput Indeks
Terbaik >2.1 Mbps 5
Lebih Baik 1200 kbps - 2.1 Mbps 4
Baik 700 – 1200 kbps 3
Cukup Baik 338-700 kbps 2
Buruk 0-338 kbps 1
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kontributor OSM dapat memiliki, memodifikasi, dan membagikan
data peta secara luas. Terdapat beragam jenis peta digital yang tersedia di
internet, namun sebagian besar memiliki keterbatasan secara legal maupun
teknis. Hal ini membuat masyarakat, pemerintah, peneliti dan akademisi,
inovator, dan banyak pihak lainnya tidak dapat menggunakan data yang
tersedia di dalam peta tersebut secara bebas. Di sisi lain, baik peta dasar OSM
maupun data yang tersedia di dalamnya dapat diunduh secara gratis dan
terbuka (OpenStreetMap, 2019).
Gambar 2.18 Tampilan Openstreetmap
(Sumber: OpenStreetMap.org)
2.18.2 SUMO
Simulation of Urban Mobility merupakan aplikasi simulasi open
source memungkinkan untuk mensimulasikan lalu lintas yang terdiri dari
kendaraan tunggal bergerak melalui jalan tertentu. Simulasi ini
memungkinkan untuk mengatasi manajemen lalu lintas dengan jumlah besar.
Setiap kendaraan dimodelkan secara eksplisit, memiliki rute sendiri, dan
bergerak secara individu melalui jalan tertentu (SUMO, 2019).
Dalam proses konversi aplikasi Simulation of Urban Mobility
menggunakan python bahasa pemrograman. Yang akan menghasilkan
beberapa file untuk menciptakan mobilitas node (kendaraan) seperti file .xml
yaitu file yang menggambarkan topologi dan geometri jaringan serta file
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
.net.xml yang berisi banyak informasi yang dihasilkan seperti struktur di
dalam persimpangan dan logika jalan yang benar. Yang nantinya akan
dikonversi menjadi file mobility.tcl untuk mobilitas setiap node pada suatu
jaringan (SUMO, 2019).
Gambar 2.19 Contoh Tampilan SUMO
(Sumber: Deshmukh & Dorle, 2016)
2.18.3 Network Simulator 2
NS2 merupakan sebuah aplikasi simulasi yang bermanfaat dalam
mempelajari sifat dinamis dari jaringan komunikasi. Simulasi dari fungsi-
fungsi protokol jaringan kabel serta nirkabel dapat dilakukan menggunakan
NS2. Secara umum, NS2 menyediakan pengguna dengan cara menentukan
protokol jaringan tersebut dan mensimulasikan perilaku yang sesuai
(Issariyakul & Hossain, 2012).
NS2 menyajikan pengguna perintah-perintah yang dapat dieksekusi,
dengan menggunakan dua bahasa utama yaitu C ++ dan Object-oriented Tool
Command Language (OTcl). File yang diinput akan diproses oleh skrip otcl
dan file ini kemudian digunakan untuk simulasi serta sebagai hasilnya atau
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
outputnya berupa file trace (.tr). File trace tersebut dapat dianalisis untuk
berbagai parameter yang ingin kita ukur. (Issariyakul & Hossain, 2012).
2.18.4 NAM
Network animator (Nam) adalah aplikasi animasi berbasis Tcl / TK
untuk melihat jejak simulasi jaringan dan jejak paket dunia nyata. Mendukung
tata letak topologi, animasi tingkat paket, dan berbagai alat pemeriksaan data.
NAM dimaksudkan sebagai animator pendamping untuk network simulator
2. Format file pada Network Animator berupa file bertipe .nam (Gautam &
Sen, 2015).
Gambar 2.20 Contoh Tampilan Network Animator
(Sumber: Deshmukh & Dorle, 2016)
2.19 Metode Simulasi
Simulasi diartikan sebagai cara mereproduksi kondisi dari suatu keberadaan
dengan menggunakan model dalam rangka studi pengenalan atau pengujian atau
pelatihan dan yang sejenis lainnya. Simulasi dalam bentuk pengolahan data
merupakan imitasi dari proses dan input ril yang menghasilkan data output sebagai
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
gambaran karakteristik operasional dan keadaan pada sistem. simulasi
menghasilkan model representasi dari suatu proses atau operasi dan keadaan ril.
Model sebagai imitasi disusun dalam bentuk yang sesuai menyajikan sistem ril atas
hal- hal tertentu yang perlu direpresentasikan dengan maksud untuk menghadirkan
tiruan dari kegiatan dan sistem ril (Khotimah, 2015).
Menurut (Fahri et al., 2017), pada metode simulasi jaringan meliputi beberapa
langkah yang akan dilakukan yaitu problem formulation, conceptual model, input
output data, modeling, simulation, verification and validation, experimentation,
output analysis.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Untuk menyusun skripsi ini, perlu dilakukan beberapa tahapan untuk
mendapatkan hasil yang baik seperti dalam hal pengumpulan data dan informasi,
untuk itu diperlukan adanya proses untuk mengumpulkan data-data dan informasi
yang lengkap untuk mendukung proses penelitian ini.
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka
dan studi literatur sejenis tentang jaringan VANET, routing protocol MDART, FSR
dan transport protocol TCP dan SCTP.
Metode studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi-referensi yang
berkaitan dengan objek penelitian. Referensi yang diambil berupa buku, jurnal, dan
situs terpercaya yang didapat secara offline seperti perpustakaan, maupun online
dengan internet. Informasi yang didapat digunakan dalam penyusunan landasan
teori, metodologi penelitian serta pengembangan sistem serta data pendukung.
Pustaka yang dijadikan referensi penelitian ini terdiri dari 43 jurnal, 7 buku, dan 7
website.
Adapun metode pengumpulan data lainnya yaitu studi literatur yang
dilakukan dengan mengumpulkan jurnal penelitian yang sejenis dengan topik yang
diteliti dan membandingkannya. Perbandingan dilakukan untuk menghindari
kesamaan topik yang sudah pernah dilakukan oleh orang lain. Perbandingan
tersebut juga mampu memberikan arah agar suatu topik penelitian dapat
dikembangkan.
52
` UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 3.1 Studi Literatur Sejenis
No Judul Penelitian Penulis &
Tahun
Kelebihan Kekurangan
1 Performance
analysis and
comparison of
the DSDV,
AODV and
OLSR routing
protocols under
VANETs
(Akkari
Sallum et
al., 2018)
Menggunakan Skema VANET
paket data jenis TCP dengan
parameter PDR.
- Belum ada pengujian parameter
throughput, packetloss, delay.
2 An optimized
ad-hoc on
demand
distance vector
routing protocol
for wireless
networks
(Selvan &
Kumar,
2019)
Menggunakan pengembangan
routing protocol AODV yakni
ENAODV.
- Hanya menggunakan skema
pengiriman UDP.
3 Performance
comparison of
TCP, UDP and
SCTP in a wired
network
(Madhuri
& Reddy,
2016)
Menggunakan skema pengiriman
paket TCP dan SCTP
- Belum menggunakan wireless
adhoc network
4 Evaluation
based analysis
of packet
delivery ratio
for AODV and
DSR under
UDP and TCP
environment
(Draz et
al., 2018)
Menggunakan skema pengiriman
TCP dan UDP.
- Belum ada pengujian parameter
throughput, packetloss, delay,
dan energi.
5 Analysis of
VANET
geographic
routing
protocols on
real city map
(H. Kaur &
Meenakshi,
2018)
Menggunakan Skema jaringan
Vanet dengan real city map.
- Belum ada pengujian parameter
energi.
53
` UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 3.2 Perbandingan Penelitian Sejenis
Penelitian
Routing Protocol Bentuk
Jaringan
Pengiriman
Paket
Quality of Services Packetsize Node Speed Duration Simulation
Tool
TCP SCTP PDR Tput Packetloss Delay Energy
1 AODV, DSDV,
OLSR
VANET x x x x x 200 bytes 30,40,50 Tidak
Diketahui
100 detik NS-3
2 AODV,
ENAODV
VANET x x x x 512 bytes 20,40,60 Tidak
Diketahui
300 detik NS-2.35
3 Wired dumbbell
topology
Wired
Network
x x Tidak
Diketahui
Tidak
Diketahui
Tidak
Diketahui
Tidak
Diketahui
NS-2.35
4 AODV, DSR VANET x x x x x 1000 bytes 25,50,75 Tidak
Diketahui
Tidak
Diketahui
NS-2
5 GPSR, A-STAR VANET x x x 1000 bytes 20,40,60 11 m/s 1200 detik NS-2
Penelitian
ini
FSR, MDART VANET 1000 bytes 25,50,75 14 m/s 300 detik NS-2.35
54
` UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada tabel 3.1 dan 3.2 terdapat beberapa penelitian sejenis yang telah
dianalisis dan dijadikan perbandingan dengan penelitian ini. Terdapat beberapa
kekurangan yang ada kemudian dijadikan acuan untuk melakukan pengembangan
pada penelitian ini. Berdasarkan hasil studi literature sejenis, dapat disimpulkan
beberapa kelebihan yang ada pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan 2 proactive routing protocol yaitu FSR
dan MDART
2. Penelitian ini menggunakan skema pengiriman paket data TCP dan
SCTP.
Parameter pengujian pada penelitian ini melengkapi parameter penelitian
sebelumnya yang belum ada. Parameter pada penelitian ini yaitu packet delivery
ratio, throughput, packetloss, delay, energy.
3.2 Metode Simulasi
Metode simulasi yang penulis lakukan pada penelitian ini bertujuan untuk
menguji kinerja routing protocol terbaik pada jaringan VANET, dengan dilengkapi
skema pengiriman TCP dan SCTP sebagai transport protocol. Ada empat skenario
simulasi yang digunakan antara lain routing protocol MDART dengan pengiriman
TCP, simulasi routing protocol FSR dengan pengiriman TCP, simulasi routing
protocol MDART dengan pengiriman SCTP, dan simulasi routing protocol FSR
dengan pengiriman SCTP.
Penelitian ini menggunakan 5 kali percobaan pada source node yaitu node
sender dan node receiver dengan tujuan agar data yang diperoleh dari simulasi
bersifat rataan dan mendapatkan hasil yang lebih akurat. Selanjutnya data yang
diperoleh akan berupa nilai packet delivery ratio, packetloss, throughput, delay,
serta energy. Tahapan tahapan pengembangan pemodelan dan simulasi pada
penelitian adalah sebagai berikut:
3.2.1 Problem Formulation
Setelah mendapatkan informasi serta data dari studi pustaka dan studi
literature sejenis, penulis menyimpulkan bahwa permasalahan utama pada
penelitian ini adalah menganalisis serta mengevaluasi kinerja routing
protocol MDART dan routing protocol FSR dengan skema pengiriman paket
55
` UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
TCP dan SCTP menggunakan parameter packet delivery ratio, packetloss,
throughput, delay, dan energy.
3.2.2 Conceptual Model
Pada tahap ini penulis mengilustrasikan konsep model simulasi,
terhadap sistem yang nyata. Pada penelitian ini penulis menggunakan
perangkat simulasi NS2.
3.2.3 Input and Output Data
Pada tahap ini penulis menentukan input serta output yang akan
digunakan pada simulasi. Input yang digunakan berupa atribut apa saja yang
diperlukan dalam simulasi. Sedangkan output merupakan kesimpulan dari
data berdasarkan permasalahan utama.
3.2.4 Modelling
Pada tahap ini penulis akan menentukan parameter yang akan
digunakan selama simulasi. Pada tahap ini dilakukan pembuatan skenario-
skenario yang akan dilakukan di dalam simulasi.
3.2.5 Simulation
Pada tahap ini penulis akan melakukan penerapan model yang telah
dilakukan pada tahap sebelumnya. Model VANET akan disimulasikan
melalui aplikasi SUMO. Proses simulasi akan dijalankan menggunakan NS2
(Network Simulator 2) dan direkam menggunakan NAM (Network
Animator). Proses analisa dilakukan setelah hasil dari simulasi selesai
dilakukan, lalu akan diolah menjadi data yang dibutuhkan.
3.2.6 Verification and Validation
Pada Tahap ini dilakukan pengecekkan model dan data yang akan
digunakan untuk simulasi, sehingga model dan data simulasi tersebut layak
digunakan dan dapat lanjut ke tahap berikutnya.
56
` UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.2.7 Experimentation
Pada tahap ini penulis akan melakukan percobaan dengan semua
skenario yang telah direncanakan.
3.2.8 Output Analysis
Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana penulis akan menganalisa
data hasil dari skenario-skenario yang sudah dilakukan. Data tersebut
didapatkan dengan cara tracing pada file .tr hasil simulasi menggunakan
Script AWK. Hasil trace tersebut di sajikan dalam bentuk grafik dengan MS.
Excel.
3.3 Alasan Menggunakan Metode Simulasi
Pada sebuah penelitian pengembangan sistem pada jaringan memiliki metode
yaitu Network Development Lifecycle (NDLC) dan metode Simulasi. NDLC terdiri
dari tahapan Analysis, Design, Simulation Prototyping, Implementation,
Monitoring, dan Management. Dalam penelitian ini penulis tidak memakai metode
NDLC dikarenakan beberapa alasan, antara lain :
1. Pada Penelitian yang menggunakan NDLC harus membuat prototipenya
terlebih dahulu sehingga pada penelitian ini penulis menggunakan
metode Simulasi yang berfokus pada eksperimen berupa banyak skenario
yang dikenakan terhadap jaringan yang dibentuk.
2. Penelitian ini merupakan implementasi berupa simulasi yang
menghasilkan data kemudian dianalisis dan bukan implementasi fisik
menggunakan alat sehingga lebih baik menggunakan metode Simulasi.
3. Hasil dan kesimpulan pada penelitian ini tidak bersifat kontinu sehingga
tidak memerlukan tahapan monitoring dan management dalam
perancangan sistem.
3.4 Perangkat Penelitian
Perangkat yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah sebuah laptop
Lenovo 80TQ dengan spesifikasi processor AMD A9-9400 Radeon R5 (2 CPUs),
~2.4GHz dan total RAM sebesar 4 GB.
57
` UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.5 Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian
58
` UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.6 Alur Penelitian
Gambar 3.2 Kerangka Berpikir Penelitian
59
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN SIMULASI
4.1 Problem Formulation
Jaringan VANET memerlukan protokol perutean yang tepat agar paket data
yang dikirim dapat diterima dengan baik. Karakteristik VANET adalah memiliki
mobilitas node yang sangat tinggi dan pergantian topologi yang cepat, maka dari
itu dibutuhkan diperlukan routing protocol yang dapat menyesuaikan karakteristik
tersebut.
Untuk mengetahui dan menentukan protokol terbaik yang dapat bekerja
dengan karakteristik jaringan VANET maka diperlukan analisis kinerja dari dua
protokol perutean yang berbeda yaitu Multi-Path Dynamic Address Routing dan
Fisheye State Routing dengan dua jenis protokol pengiriman data yaitu TCP dan
SCTP.
Inti permasalahan dari penelitian ini adalah menganalisis dan mengevaluasi
kinerja dari routing protocol Multi-Path Dynamic Address Routing dan Fisheye
State Routing dengan pengiriman paket TCP dan SCTP pada jaringan Vehicular
Ad-hoc Network berdasarkan parameter Packet Delivery Ratio, throughput,
packetloss.
4.2 Conceptual model
Pembuatan konsep jaringan VANET dilakukan dengan cara mengambil
kondisi real map jalan raya serta lalu lintas yang akan menjadi wadah untuk
perangkat jaringan pada kendaraan (node). Hal ini dilakukan menggunakan aplikasi
pendukung Open Street Map.
Pada penelitian ini penulis menggunakan real map yaitu daerah Ciledug Raya
Kota Tangerang. Area tersebut dipilih berdasarkan informasi dari Dinas
Perhubungan kota Tangerang tentang peningkatan jumlah kendaraan di Kota
Tangerang yang semakin meningkat pesat setiap tahunnya (Tampubolon, 2017).
Proses export map dilakukan di situs https://www.openstreetmap.org/ kemudian
penulis mencari dan menseleksi secara manual luas lokasi yang akan dijadikan
simulasi jaringan VANET. Setelah diseleksi kemudian di export dan di download
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam bentuk file ciledugraya.osm. Proses export real map dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 4.1 Export real map yang dijadikan skema simulasi
4.3 Input dan Output data
4.3.1 Input
Terdapat atribut-atribut input yang diperlukan pada penelitian ini
yaitu:
1. Node
Simulasi jaringan VANET ini menggunakan
beberapa skenario jumlah node (kendaraan) yaitu 25 node,
50 node, dan 75 node. Perbedaan jumlah node tersebut
diharapkan dapat menggambarkan keadaan lalu lintas
sebenarnya pada area yang dipilih dimana memiliki kondisi
lalu lintas yang beragam yaitu 25 kendaraan untuk kondisi
lengang, 50 kendaraan kondisi sedang, dan 75 kendaraan
kondisi padat.
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Role
Role pada kasus ini diartikan sebagai peran pada
sebuah node. Pada penelitian ini ada 2 role yang berbeda
yaitu node sender dan node receiver.
Pada penelitian ini pengiriman data melalui sender
dan penerimaan data oleh node receiver dilakukan dengan
menggunakan 5 percobaan terlihat pada table berikut;
Tabel 4.1 Skenario perbedaan sender dan receiver
Eksperimen Node Sender Node Receiver
1 1 8
2 1 17
3 2 6
4 4 14
5 11 23
3. Routing Protocol
Pada penelitian ini digunakan dua routing protocol
jenis proaktif. skenario routing protocol tersebut terdiri dari
MDART dan FSR.
4. Transmission Protocol
Pada penelitian ini penulis menggunakan dua jenis
transmission protocol. Pertama Transmission Control
Protocol (TCP) yang memiliki karakteristik berorientasi
sambungan dan dapat diandalkan. Dan Stream Control
Transmission Protokol (SCTP) yang memiliki fitur multi-
stream sehingga dapat mengirim data lebih banyak, namun
memakan bandwidth lebih banyak dari TCP.
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Ukuran Paket
Pada penelitian ini ukuran paket merupakan besarnya jumlah
satuan data yang akan dikirim dalam satuan waktu tertentu.
Simulasi ini menggunakan ukuran paket sebesar 1000 bytes.
6. Luas Area
Luas area yang digunakan pada penelitian ini
berdasarkan peta yang sudah dikonversi yaitu X = 1400 m
dan Y = 900 m
7. Kecepatan Node
Kecepatan merupakan karakteristik pada jaringan
VANET, kecepatan yang digunakan pada penelitian ini
dengan rata-rata kecepatan maksimal 50 km/jam atau setara
dengan kurang lebih 14 m/s.
4.3.2 Output
Terdapat beberapa variabel output yang digunakan pada penelitian ini
berdasarkan latar belakang masalah yang telah ditentukan. Beberapa
parameter tersebut terdiri dari packet delivery ratio, throughput, packetloss,
delay, dan energy.
4.4 Modelling
Pada tahap ini penulis akan membuat beberapa skenario agar data yang
didapatkan dapat dianalisa demi menentukan routing protocol mana yang terbaik
antara fisheye state rouring dan multipath dynamic address routing terhadap
pengiriman paket TCP dan SCTP dari setiap skenario. Agar memberikan hasil yang
valid, dibutuhkan skenario simulasi yang mencakup semua atribut penelitian
(Ericka et al., 2017). Maka dari itu, pada penelitian ini dibentuk 4 skenario awal
yang dapat mencakup seluruh atribut penelitian, diantaranya sebagai berikut:
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.4.1 Skenario 1
Tabel 4.2 Skenario Simulasi 1
4.4.2 Skenario 2
Tabel 4.3 Skenario Simulasi 2
Parameter Nilai
Jumlah Node 25, 50, 75 Node (Kendaraan)
Traffic Model SCTP
Routing protocol FSR
Node ( Sender-Receiver) 5 Eksperimen (1-8, 1-17, 2-6, 4-14,
11-23) diambil rata-rata
Packet size 1000 byte
Kecepatan <14m/s (<50 km/jam)
Waktu Simulasi 300 detik
Parameter Nilai
Jumlah Node 25, 50, 75 Node (Kendaraan)
Traffic Model SCTP
Routing protocol MDART
Node ( Sender-Receiver) 5 Eksperimen (1-8, 1-17, 2-6, 4-14,
11-23) diambil rata-rata
Packet size 1000 byte
Kecepatan <14m/s (<50 km/jam)
Waktu Simulasi 300 detik
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.4.3 Skenario 3
Tabel 4.4 Skenario Simulasi 3
4.4.4 Skenario 4
Tabel 4.5 Skenario Simulasi 4
4.5 Simulation
Sistem operasi yang digunakan untuk proses simulasi adalah Ubuntu 14.0.4
LTS versi 32 bit. Simulasi dilakukan berdasarakan lintasan jalan raya sesuai dengan
peta sungguhan di daerah Ciledug Raya kota Tangerang dari hasil tahapan
conceptual model. Dalam tahapan simulasi ini dilakukan langkah untuk
mengkonfigurasi file openstreetmap menjadi file simulasi yang dapat dijalankan
Parameter Nilai
Jumlah Node 25, 50, 75 Node (Kendaraan)
Traffic Model TCP
Routing protocol FSR
Node ( Sender-Receiver) 5 Eksperimen (1-8, 1-17, 2-6, 4-14,
11-23) diambil rata-rata
Packet size 1000 byte
Kecepatan <14m/s (<50 km/jam)
Waktu Simulasi 300 detik
Parameter Nilai
Jumlah Node 25, 50, 75 Node (Kendaraan)
Traffic Model TCP
Routing protocol MDART
Node ( Sender-Receiver) 5 Eksperimen (1-8, 1-17, 2-6, 4-14,
11-23) diambil rata-rata
Packet size 1000 byte
Kecepatan <14m/s (<50 km/jam)
Waktu Simulasi 300 detik
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
oleh aplikasi SUMO dan perancangan simulasi berdasarkan skenario-skenario yang
sudah ditentukan.
4.5.1 Konversi file openstreetmap menjadi file simulasi SUMO
Pada tahap konversi file openstreetmap ciledugraya.osm menjadi file
simulasi yang dapat dijalankan pada aplikasi SUMO perlu dilakukan
beberapa langkah yang harus dilakukan.
1. Masukan file ciledugraya.osm kedalam folder dan beri
nama folder tersebut dengan nama map
2. Didalam folder map tambahkan file
osmPolyconvert.typ.xml yang diperoleh dari directory
folder instalasi SUMO
3. Setelah itu buka terminal ubuntu dan dalam keadaan root
pada directory map tersebut gunakan sintaks dibawah
untuk mengkonversi file ciledugraya.osm menjadi
vanet.net.xml
4. Kemudian setelah file vanet.net.xml muncul didalam
folder directory lakukan proses konversi kembali
meghasilkan file vanet.poly.xml
5. Setelah mendapatkan file vanet.poly.xml kemudian
lakukan proses konversi untuk mendapatkan file .rou.xml
dengan menggunakan file randomTrips.py dan
vanet.net.xml
netconvert --osm-files ciledugraya.osm
-o vanet.net.xml
polyconvert --osm-files vanet.osm --net-
file vanet.net.xml --type-file
osmPolyconvert.typ.xml -o vanet.poly.xml
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sintaks diatas digunakan untuk membentuk
mobilitas secara random (vanet.rou.xml) menggunakan
randomTrips.py berdasarkan skema lintasan yang ditentukan
sebelumnya yaitu vanet.net.xml. Pada sintaks tersebut juga
dibentuk skenario berupa jumlah node dan kecepatan yang
digunakan. Total node pada sintaks diatas ditentukan dari
sintaks diatas adalah 25 node. Speed-exponent 14 berarti
kecepatan yang digunakan pada setiap node maksimum
sebesar 14 m/s atau setara dengan 50 km/jam kecepatan rata
rata pengendara sesuai aturan adalah 50 km/jam.
6. Buat sebuah text file dan lakukan penulisan Script
dibawah dan simpan ke dalam bentuk file vanet.sumo.cfg
python /usr/local/src/sumo-
1.0.1/tools/randomTrips.py -n
vanet.net.xml -r vanet.rou.xml --speed-
exponent 14 -e 25 -l
<configuration>
<input>
<net-file
value="vanet.net.xml"/>
<route-files value="vanet.rou.xml"/>
<additional-files
value="vanet.poly.xml"/>
</input>
<time>
<begin value="0"/>
<end value="300"/>
<step-length value="0.1"/>
</time>
</configuration>
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sintaks diatas bertujuan untuk membentuk file yang
dijalankan oleh SUMO, di mana file tersebut akan
mengambil sumber sumber data dari vanet.net.xml,
vanet.rou.xml, dan vanet.poly.xml yang telah terbentuk
oleh proses konversi sebelumnya.
7. Hasil konversi diatas dengan nama file vanet.sumo.cfg
dapat dijalankan pada SUMO dengan menggunakan
sintaks pada directory file tersebut yaitu
8. Kemudian dikonversi menjadi vanet.sumo.xml
menggunakan sintaks
9. File sumo.xml kemudian dikonversi menjadi 3 file yang
terdiri dari activity.tcl, mobility.tcl, dan vanet.tcl
File tersebut nantinya akan ditambahkan oleh skenario
yang sudah dijelaskan pada tahap sebelumnya yaitu
penggunaan jenis routing protocol dan pengiriman TCP
maupun SCTP.
4.5.2 Konfigurasi file vanet.tcl
Pada konfiguarsi ini Network Simulator versi 2.35 digunakan untuk
kompilasi sintaks-sintaks pada file vanet.tcl yang terdiri dari pengaturan
sumo-gui vanet.sumo.cfg
sumo -c vanet.sumo.cfg --fcd-output
vanet.sumo.xml
-python /usr/local/src/sumo—
0.32.0/tools/traceExporter.py --fcd-input
vanet.sumo.xml --ns2config-output
vanet.tcl --ns2activity-output
activity.tcl --ns2mobility-output
mobility.tcl
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
input-input yang diperlukan dan menghasilkan file map.tr dan file map.nam.
File map.nam akan menghasilkan hasil simulasi jaringan dalam bentuk
animasi dengan aplikasi pendukung NAM, sedangkan file map.tr akan
menyimpan informasi hasil simulasi jaringan. Dalam upaya penyajian yang
lebih baik penulis menampilkan hasil simulasi dalam bentuk grafik
menggunakan aplikasi pendukung Microsoft Excel.
4.5.3 Konfigurasi Routing Protocol
Penelitian ini menggunakan dua routing protocol yaitu MDART, dan
FSR. Konfigurasi skenario routing protocol dapat dilakukan dengan
memasang routing protocol patch dan mengganti nilai set val(rp) pada file
vanet.tcl dengan nama routing protocol yang ditentukan.
4.5.4 Konfigurasi Transmission Protocol
Penelitian ini menggunakan dua jenis transmission protocol untuk
skenario pengiriman paket data, yaitu TCP dan SCTP. Hal ini ditujukan untuk
menentukan routing protocol mana yang terbaik atau unggul dalam
melakukan pengiriman dengan dua jenis paket tersebut. Sintaks dua jenis
paket dapat dilihat di bawah ini.
#Konfigurasi Pengiriman TCP
set tcp [new Agent/TCP] ##Inisiasi Transmission protocol
set sink [new Agent/TCPSink] ##Inisiasi node
$ns_ attach-agent $node_(1) $tcp ##node sender
$ns_ attach-agent $node_(8) $sink ##node receiver
#Konfigurasi Pengiriman SCTP
set sctp [new Agent/SCTP] #Inisiasi Transmission protocol
set sink [new Agent/TCPSink] ##Inisiasi node
$ns_ attach-agent $node_(1) $tcp ##node sender
$ns_ attach-agent $node_(8) $sink ##node receiver
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.5.5 Konfigurasi Node Sender dan Receiver
Penelitian ini menggunakan 5 kali eksperimen pada sender dan
receiver yang berbeda agar parameter-parameter pengujuan bersifat rataan
dan dapat meningkatkan akurasi pada output yang dihasilkan. Node sender
dan receiver yang diujicoba pada penelitian ini antara lain 1-8, 1-17, 2-6, 4-
14, 11-23.
4.6 Verification and Validation
Penjelasan dan pembahasan mengenai Verification and Validation dibahas
pada BAB V penelitian ini mengenai hasil dan pembahasan.
4.7 Experimentation
Penjelasan dan pembahasan mengenai Experimentation dibahas pada BAB V
penelitian ini mengenai hasil dan pembahasan.
4.8 Output Analysis
Penjelasan dan pembahasan mengenai Output Analysis dibahas pada BAB V
penelitian ini mengenai hasil dan pembahasan.
70
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Verification and Validation
Inti daripada tahapan ini adalah untuk menentukan apakah model simulasi
yang dibuat pada tahapan-tahapan metode simulasi sebelumnya sudah sesuai atau
belum sesuai (terjadi kesalahan). Jika terdapat kesalahan pada model yang dibuat
maka akan dilakukan perbaikkan pada setiap tahapan metode simulasi. Sebaliknya,
jika tahapan-tahapan sebelumnya sudah sesuai dan tidak terjadi kesalahan maka
simulasi lanjut ke tahap berikutnya.
Verifikasi dilakukan menggunakan aplikasi pendukung SUMO (Simulation
Of Urban Mobility) untuk memperlihatkan jumah node dan kecepatan yang
diperoleh ketika menjalankan simulasi lalu lintas yang nantinya dikonversi menjadi
file dengan tipe vanet.tcl dan dikonfigurasi kembali dengan tambahan skenario
pergantian routing protocol , jenis paket data yang dikirimkan, dan node sender
serta node receiver. Apabila konfigurasi berhasil maka NS2 akan menghasilkan
file baru yaitu file map.nam yang digunakan untuk menampilkan animasi simulasi.
Gambar 5.1 Verifikasi total kendaraan (25 node) pada aplikasi SUMO
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.2 Verifikasi total kendaraan (50 node) pada aplikasi SUMO
Gambar 5.3 Verifikasi total kendaraan (75 node) pada aplikasi SUMO
Gambar 5.4 Verifikasi kecepatan rata-rata maksimal kendaraan pada aplikasi SUMO
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.1-5.3 memperlihatkan jumlah node (kendaraan) yang terbentuk
pada aplikasi SUMO sedangkan gambar 5.4 menunjukkan kecepatan rata-rata
maksimal yang ditempuh oleh setiap node pada pembuatan simulasi lalu lintas oleh
SUMO (Simulation Of Urban Mobility). Terlihat bahwa jumlah node yang
terbentuk terdiri dari 25, 50, dan 75 serta kecepatan rata-rata maksimal sebesar
10,05 m/s. Dari hasil simulasi lalu lintas menggunakan SUMO diatas dapat
divalidasi bahwa data node dan kecepatan yang digunakan sudah sesuai dengan
skenario yang ditentukan pada tahap penelitian sebelumnya.
5.2 Experimentation
Pada tahap ini penulis melakukan eksperimen dengan menguji skenario yang
telah dibentuk.
5.2.1 Uji Sintaks Simulasi
Tahap pengujian ini dilakukan untuk memeriksa sintaks di setiap file
vanet.tcl dan memastikan tidak terjadi error ketika dijalankan. Pengujian
dilakukan menggunakan aplikasi NS-2.35. Dalam menjalankan file vanet.tcl,
yaitu dengan membuka terminal dan menjalankan command “$ ns vanet.tcl”.
Gambar 5.5 Pengujian simulasi menggunakan NS2
Gambar tersebut menunjukan bahwa sintaks berjalan tanpa adanya
kesalahan atau error pada file vanet.tcl yang telah dikonfigurasi skenario
sehingga akan menghasilkan trace file map.tr dan video animator map.nam.
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.2.2 Pengujian Node Sender dan Receiver
Pengujian dilakukan dengan aplikasi network animator untuk
membuka file map.nam yang menunjukan hasil simulasi dalam bentuk
animasi.
Gambar 5.6 Pengiriman node sender ke receiver
Dari gambar di atas dapat dilihat node (kendaraan) nomor 1 dengan
warna hijau yang berperan sebagai sender sedang melakukan pengiriman
paket ke node (kendaraan) nomor 8 dengan warna biru yang berperan sebagai
receiver.
5.2.3 Pengujian Transmission Protocol TCP dan SCTP
Tahap Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa dua proses
transmisi paket telah berjalan dengan baik. Adanya dua transmission protocol
TCP dan SCTP yang berbeda dapat diketahui routing protocol yang terbaik
pada setiap transmisi tersebut. Pengujian ini dapat dilakukan dengan bantuan
aplikasi network animator dengan menjalankan file map.nam yang
ditunjukkan pada animasi setiap paket yang dikirim.
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.7 Pengiriman ACK
Gambar 5.8 pengiriman paket TCP
Gambar 5.7-5.8 menunjukkan tahapan proses pengiriman paket TCP
dari node sender ke receiver. Diawali dengan pengiriman dan penerimaan
ACK sebagai kesepakatan untuk melakukan pengiriman paket TCP.
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.9 Pengiriman paket SCTP
Gambar 5. Menunjukkan proses pengiriman paket SCTP dari node
sender ke receiver pada aplikasi Network Animator (NAM).
5.2.4 Pengujian Routing Protocol
Tahap Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa dua proses
routing protocol telah berjalan dengan baik sesuai karakteristik masing-
masing. Pengujian ini dapat dilakukan dengan bantuan aplikasi network
animator dengan menjalankan file map.nam yang ditunjukkan pada animasi
setiap paket yang dikirim.
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.10 MDART Routing
Pada gambar 5.10 ditunjukkan proses pengiriman paket rute dengan
keterangan “MDART” yang menjelaskan proses pencarian rute dari node
sender ke node receiver pada routing protocol MDART sedang berjalan.
Namun sesuai dengan karakteristik MDART yaitu teknik multipath pada
gambar tersebut paket routing MDART dikirim ke beberapa jalur dari node
sender ke node receiver sehingga ketika ada perubahan jalur dapat
mengandalkan jalur alternatif yang sudah ada.
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.11 MDART Routing (2)
Gambar 5.12 MDART Routing (3)
Pada gambar 5.11 di atas dapat diketahui bahwa pengiriman paket
pada perutean MDART dari node sender (11) ke node receiver (23) pada
detik ke 75 melewati jalur yang dianggap terdekat dari sumber ke tujuan.
Namun sesuai karakteristik multipath pada MDART ketika ada perubahan
jalur yang disebabkan kerusakan dan sebagainya maka jalur alternatif yang
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sudah disimpan dalam route log akan dipilih untuk menggantikan jalur
sebelumnya. Hal ini ditunjukkan pada gambar 5.12 dimana pada detik ke 79
pengiriman paket meggunakan jalur alternatif yang telah disimpan pada route
log yang dimiliki perutean MDART yang membuktikan fitur multipath
dibutuhkan pada simulasi ini.
Gambar 5.13 FSR Routing
Gambar 5.14 FSR Routing (2)
Pada gambar 5.13 ditunjukkan proses pengiriman paket (garis hitam)
dari node sender ke node receiver pada routing protocol FSR. Namun sesuai
dengan karakteristik FSR yaitu teknik fisheye pada gambar tersebut mengirim
paket dengan interval yang lama atau tidak sering, yang berarti node yang
79
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dituju tidak ditangkap pada zona fokus perutean yang sedang berlangsung.
Namun pada berdasarkan gambar 5.14 ditunjukkan posisi node telah berubah
atau bergerak. Pada gambar tersebut paket dari node sender ke node receiver
dikirim lebih sering dari kondisi sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa
node yang dituju telah ditangkap di dalam zona fokus perutean sehingga paket
dapat dikirim dalam interval waktu yang lebih cepat sesuai dengan
karakteristik Fisheye State Routing.
5.3 Output Analysis
Tahap ini merupakan proses pengambilan dan analisa hasil simulasi dari
parameter yang telah ditentukan. Hasil simulasi didapatkan dari file simulasi
berformat .tr. Pengambilan data menggunakan script tambahan berformat .awk
yang bertugas dalam tracing data parameter sesuai urutan. Kumpulan Script
tersebut berisi code yang bertujuan untuk menampilkan data sesuai parameter dari
file .tr. Seluruh pengujian dilakukan dengan aplikasi NS2, NAM, MS.Excel.
5.3.1 Skenario 1
a. Packet Delivery Ratio
Tabel 5.1 Hasil packet delivery ratio dalam % (FSR paket data SCTP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 98.83 97.17 94.44
1 17 99.14 98.26 95.83
2 6 99.51 99.5 98.9
4 14 99.54 97.05 99.17
11 23 99.58 99.21 98.2
Rata-rata 99.32 98.23 97.3
80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grafik 5.1 Hasil packet delivery ratio (FSR paket data SCTP)
Data pada tabel 5.1 dan grafik 5.1 diatas merupakan hasil parameter
packet delivery ratio dengan menggunakan routing protocol jenis proaktif
yaitu FSR dan pengiriman paket data SCTP yang dipengaruhi oleh perbedaan
node sender dan receiver serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada
simulasi. Dari hasil rata-rata didapatkan nilai PDR skenario FSR dengan
paket data SCTP pada 25 node sebesar 99.32%, 50 node sebesar 98.23%, dan
75 node sebesar 97.30%.
96
97
98
99
100
PDR FSR SCTP
25 node 50 node 75 node
81
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Throughput
Tabel 5.2 Hasil throughput dalam kbps (FSR paket data SCTP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 449.28 116.85 28.1
1 17 730.82 519.51 80.97
2 6 741.34 514.25 317.3
4 14 710.54 261.5 288.91
11 23 744.37 605.93 81.86
Rata-rata 675.27 403.6 159.42
Grafik 5.2 Hasil throughput (FSR paket data SCTP)
Data pada tabel 5.2 dan grafik 5.2 diatas merupakan hasil parameter
throughput dengan menggunakan routing protocol jenis proaktif yaitu FSR
dan pengiriman paket data SCTP yang dipengaruhi oleh perbedaan node
sender dan receiver serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada
simulasi. Dari hasil rata-rata didapatkan nilai rata-rata throughput skenario
FSR dengan paket data SCTP pada 25 node sebesar 675.27 kbps, 50 node
sebesar 403.60 kbps, dan 75 node sebesar 159.42 kbps.
0
200
400
600
800
ThroughputFSR SCTP
25 node 50 node 75 node
82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Packet Loss
Tabel 5.3 Hasil packet loss dalam % (FSR paket data SCTP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 1.17 2.83 5.56
1 17 0.86 1.74 4.17
2 6 0.49 0.5 1.1
4 14 0.46 2.92 0.83
11 23 0.42 0.79 1.8
Rata-rata 0.68 1.75 2.69
Grafik 5.3 Hasil packet loss (FSR paket data SCTP)
Data pada tabel 5.3 dan grafik 5.3 diatas merupakan hasil parameter
packet loss dengan menggunakan routing protocol jenis proaktif yaitu FSR
dan pengiriman paket data SCTP yang dipengaruhi oleh perbedaan node
sender dan receiver serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada
simulasi. Dari hasil rata-rata didapatkan nilai packet loss skenario FSR
dengan paket data SCTP pada 25 node sebesar 0.68%, 50 node sebesar 1.75%,
dan 75 node sebesar 2.69%.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Packetloss FSR SCTP
25 node 50 node 75 node
83
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Delay
Tabel 5.4 Hasil Delay dalam second (FSR paket data SCTP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 0.295 0.337 0.813
1 17 0.296 0.337 0.486
2 6 0.291 0.32 0.336
4 14 0.295 0.325 0.322
11 23 0.297 0.31 0.387
Rata-rata 0.294 0.325 0.468
Grafik 5.4 Hasil Delay (FSR paket data SCTP)
Data pada tabel 5.4 dan grafik 5.4 diatas merupakan hasil parameter
delay dengan menggunakan routing protocol jenis proaktif yaitu FSR dan
pengiriman paket data SCTP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender
dan receiver serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi.
Dari hasil rata-rata didapatkan nilai delay skenario FSR dengan paket data
SCTP pada 25 node sebesar 0.294s, 50 node sebesar 0.325s, dan 75 node
sebesar 0.468s.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
Delay FSR SCTP
25 node 50 node 75 node
84
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
e. Energy
Tabel 5.5 Hasil energy dalam % (FSR paket data SCTP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 34.53 27.1 50.15
1 17 39.46 26.98 50.25
2 6 64.87 67.82 84.78
4 14 57.75 22.28 81.78
11 23 64.31 44.16 57.34
Rata-rata 52.18 37.66 64.86
Grafik 5.5 Hasil energy (FSR paket data SCTP)
Data pada tabel 5.5 dan grafik 5.5 diatas merupakan hasil parameter
energy dengan menggunakan routing protocol jenis proaktif yaitu FSR dan
pengiriman paket data SCTP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender
dan receiver serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi.
Dari hasil rata-rata didapatkan nilai energy skenario FSR dengan paket data
SCTP pada 25 node sebesar 52.18%, 50 node sebesar 37.66%, dan 75 node
sebesar 64.86%.
0
20
40
60
80
Energy FSR SCTP
25 node 50 node 75 node
85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.3.2 Skenario 2
a. Packet Delivery Ratio
Tabel 5.6 Hasil packet delivery ratio % (MDART paket data SCTP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 99.58 99.06 95.04
1 17 99.21 98.21 96.76
2 6 98.92 99.45 99.29
4 14 98.32 98 99.01
11 23 98.98 99.11 98.32
Rata-rata 99 98.76 97.68
Grafik 5.6 Hasil packet delivery ratio (MDART paket data SCTP)
Data pada tabel 5.6 dan grafik 5.6 diatas merupakan hasil parameter
packet delivery ratio dengan menggunakan routing protocol MDART dan
pengiriman paket data SCTP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender
dan receiver serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi.
Dari hasil rata-rata didapatkan nilai PDR skenario MDART dengan paket data
SCTP pada 25 node sebesar 99.00%, 50 node sebesar 98.76%, dan 75 node
sebesar 97.68%.
97
97.5
98
98.5
99
99.5
PDR MDART SCTP
25 node 50 node 75 node
86
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Throughput
Tabel 5.7 Hasil throughput dalam kbps (MDART paket data SCTP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 687.64 281.27 55.6
1 17 515.6 122.24 78.35
2 6 523.77 482.99 353.14
4 14 254.37 152.89 307.71
11 23 494.74 290.49 203.59
Rata-rata 495.22 265.97 199.67
Grafik 5.7 Hasil throughput (MDART paket data SCTP)
Data pada tabel 5.7 dan grafik 5.7 diatas merupakan hasil parameter
throughput dengan menggunakan routing protocol MDART dan pengiriman
paket data SCTP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender dan receiver
serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi. Dari hasil rata-
rata didapatkan nilai throughput skenario MDART dengan paket data SCTP
pada 25 node sebesar 495.22 kbps, 50 node sebesar 265.97 kbps, dan 75 node
sebesar 199.67 kbps.
0
100
200
300
400
500
600
Throughput MDART SCTP
25 node 50 node 75 node
87
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Packet Loss
Tabel 5.8 Hasil packet loss dalam % (MDART paket data SCTP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 0.42 0.94 4.96
1 17 0.79 1.79 3.24
2 6 1.08 0.55 0.71
4 14 1.68 2 0.99
11 23 1.02 0.89 1.68
Rata-rata 0.99 1.23 2.31
Grafik 5.8 Hasil packet loss (MDART paket data SCTP)
Data pada tabel 5.8 dan grafik 5.8 diatas merupakan hasil parameter
packet loss dengan menggunakan routing protocol MDART dan pengiriman
paket data SCTP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender dan receiver
serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi. Dari hasil rata-
rata didapatkan nilai packet loss skenario MDART dengan paket data SCTP
pada 25 node sebesar 0.99%, 50 node sebesar 1.23%, dan 75 node sebesar
2.31%.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
Packetloss MDART SCTP
25 node 50 node 75 node
88
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Delay
Tabel 5.9 Hasil Delay dalam second (MDART paket data SCTP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 0.318 0.491 0.712
1 17 0.295 0.396 0.78
2 6 0.346 0.383 0.48
4 14 0.329 0.544 0.529
11 23 0.309 0.381 0.651
Rata-rata 0.319 0.439 0.63
Grafik 5.9 Hasil Delay (MDART paket data SCTP)
Data pada tabel 5.9 dan grafik 5.9 diatas merupakan hasil parameter
delay dengan menggunakan routing protocol MDART dan pengiriman paket
data SCTP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender dan receiver serta
beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi. Dari hasil rata-rata
didapatkan nilai delay skenario MDART dengan paket data SCTP pada 25
node sebesar 0.319s, 50 node sebesar 0.439s, dan 75 node sebesar 0.630s.
0
0.2
0.4
0.6
0.8
Delay MDART SCTP
25 node 50 node 75 node
89
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
e. Energy
Tabel 5.10 Hasil energy dalam % (MDART paket data SCTP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 68.68 61.38 66.02
1 17 67.07 38.81 66.35
2 6 60.19 75.46 86.11
4 14 49.13 44.25 86.84
11 23 70.03 59.78 89.96
Rata-rata 63.02 55.93 79.05
Grafik 5.10 Hasil energy (MDART paket data SCTP)
Data pada tabel 5.10 dan grafik 5.10 diatas merupakan hasil parameter
energy dengan menggunakan routing protocol MDART dan pengiriman
paket data SCTP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender dan receiver
serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi. Dari hasil rata-
rata didapatkan nilai energy skenario MDART dengan paket data SCTP pada
25 node sebesar 63.02%, 50 node sebesar 55.93%, dan 75 node sebesar
79.05%.
0
20
40
60
80
100
Energy MDART SCTP
25 node 50 node 75 node
90
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.3.3 Skenario 3
a. Packet Delivery Ratio
Tabel 5.11 Hasil packet delivery ratio dalam % (FSR paket data TCP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 99.93 98.21 76.14
1 17 99.91 99.32 94.76
2 6 99.87 99.85 99.67
4 14 99.81 99.06 99.47
11 23 99.91 99.79 98.79
Rata-rata 99.88 99.24 93.76
Grafik 5.11 Hasil packet delivery ratio (FSR paket data TCP)
Data pada tabel 5.11 dan grafik 5.11 diatas merupakan hasil parameter
packet delivery ratio dengan menggunakan routing protocol jenis proaktif
yaitu FSR dan pengiriman paket data TCP yang dipengaruhi oleh perbedaan
node sender dan receiver serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada
simulasi. Dari hasil rata-rata didapatkan nilai PDR skenario FSR dengan
paket data TCP pada 25 node sebesar 99.88%, 50 node sebesar 99.24%, dan
75 node sebesar 93.76%.
96
97
98
99
100
PDR FSR TCP
25 node 50 node 75 node
91
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Throughput
Tabel 5.12 Hasil throughput dalam kbps (FSR paket data TCP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 705.31 146.28 6.86
1 17 704.85 509.22 20.83
2 6 490.75 488.35 255.78
4 14 702.07 509.64 253.96
11 23 460.32 568.71 92.36
Rata-rata 612.66 444.44 125.95
Grafik 5.12 Hasil throughput (FSR paket data TCP)
Data pada tabel 5.12 dan grafik 5.12 diatas merupakan hasil parameter
throughput dengan menggunakan routing protocol jenis proaktif yaitu FSR
dan pengiriman paket data TCP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender
dan receiver serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi.
Dari hasil rata-rata didapatkan nilai throughput skenario FSR dengan paket
data TCP pada 25 node sebesar 612.66 kbps, 50 node sebesar 444.44 kbps,
dan 75 node sebesar 125.95 kbps.
0
200
400
600
800
Throughput FSR TCP
25 node 50 node 75 node
92
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Packet Loss
Tabel 5.13 Hasil packet loss dalam % (FSR paket data TCP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 0.07 1.79 23.86
1 17 0.09 0.68 5.24
2 6 0.13 0.15 0.33
4 14 0.19 0.94 0.53
11 23 0.09 0.21 1.21
Rata-rata 0.11 0.75 6.23
Grafik 5.13 Hasil packet loss (FSR paket data TCP)
Data pada tabel 5.13 dan grafik 5.13 diatas merupakan hasil parameter
packet loss dengan menggunakan routing protocol jenis proaktif yaitu DSDV
dan pengiriman paket data TCP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender
dan receiver serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi.
Dari hasil rata-rata didapatkan nilai packet loss skenario FSR dengan paket
data TCP pada 25 node sebesar 0.11%, 50 node sebesar 0.75%, dan 75 node
sebesar 6.23%.
0
2
4
6
8
Packetloss FSR TCP
25 node 50 node 75 node
93
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Delay
Tabel 5.14 Hasil Delay dalam second (FSR paket data TCP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 0.126 0.142 0.055
1 17 0.127 0.154 0.234
2 6 0.124 0.138 0.18
4 14 0.127 0.152 0.178
11 23 0.309 0.381 0.651
Rata-rata 0.162 0.193 0.259
Grafik 5.14 Hasil Delay (FSR paket data TCP)
Data pada tabel 5.14 dan grafik 5.14 diatas merupakan hasil parameter
delay dengan menggunakan routing protocol jenis proaktif yaitu FSR dan
pengiriman paket data TCP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender
dan receiver serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi.
Dari hasil rata-rata didapatkan nilai delay skenario FSR dengan paket data
TCP pada 25 node sebesar 0.162s, 50 node sebesar 0.193s, dan 75 node
sebesar 0.259s.
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
Delay FSR TCP
25 node 50 node 75 node
94
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
e. Energy
Tabel 5.15 Hasil energy dalam % (FSR paket data TCP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 64.79 27.65 46.01
1 17 62.43 27.95 48.6
2 6 52.64 68.71 81.39
4 14 33.6 22.76 82.33
11 23 66.48 44.15 62.24
Rata-rata 55.98 38.24 64.11
Grafik 5.15 Hasil energy (FSR paket data TCP)
Data pada tabel 5.15 dan grafik 5.15 diatas merupakan hasil parameter
energy dengan menggunakan routing protocol jenis proaktif yaitu FSR dan
pengiriman paket data TCP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender
dan receiver serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi.
Dari hasil rata-rata didapatkan nilai energy skenario FSR dengan paket data
TCP pada 25 node sebesar 55.98%, 50 node sebesar 38.25%, dan 75 node
sebesar 64.11%
0
20
40
60
80
Delay FSR TCP
25 node 50 node 75 node
95
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.3.4 Skenario 4
a. Packet Delivery Ratio
Tabel 5.16 Hasil packet delivery ratio dalam % (MDART paket data TCP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 99.92 99.33 99.06
1 17 99.91 99.45 98.2
2 6 99.44 99.62 99.57
4 14 99.13 98.83 99.65
11 23 99.89 99.46 99.23
Rata-rata 99.65 99.33 99.14
Grafik 5.16 Hasil packet delivery ratio (MDART paket data TCP)
Data pada tabel 5.16 dan grafik 5.16 diatas merupakan hasil parameter
packet delivery ratio dengan menggunakan routing protocol MDART dan
pengiriman paket data TCP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender
dan receiver serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi.
Dari hasil rata-rata didapatkan nilai PDR skenario MDART dengan paket data
TCP pada 25 node sebesar 99.65%, 50 node sebesar 99.33%, dan 75 node
sebesar 99.14%.
98.8
99
99.2
99.4
99.6
99.8
PDR MDART TCP
25 node 50 node 75 node
96
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Throughput
Tabel 5.17 Hasil throughput dalam % (MDART paket data TCP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 645.57 235.98 87.76
1 17 627.72 398.14 77.88
2 6 481.44 445.37 320.72
4 14 240.8 143.68 295.59
11 23 505.25 408.06 181.03
Rata-rata 500.15 326.24 192.59
Grafik 5.17 Hasil throughput (MDART paket data TCP)
Data pada tabel 5.17 dan grafik 5.17 diatas merupakan hasil parameter
throughput dengan menggunakan routing protocol MDART dan pengiriman
paket data TCP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender dan receiver
serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi. Dari hasil rata-
rata didapatkan nilai throughput skenario MDART dengan paket data TCP
pada 25 node sebesar 500.15 kbps, 50 node sebesar 326.24 kbps, dan 75 node
sebesar 192.59 kbps.
0
100
200
300
400
500
600
Throughput MDART TCP
25 node 50 node 75 node
97
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Packet Loss
Tabel 5.18 Hasil packet loss dalam % (MDART paket data TCP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 0.08 0.67 0.94
1 17 0.09 0.55 1.8
2 6 0.56 0.38 0.43
4 14 0.87 1.17 0.35
11 23 0.11 0.54 0.77
Rata-rata 0.34 0.66 0.85
Grafik 5.18 Hasil packet loss (MDART paket data TCP)
Data pada tabel 5.18 dan grafik 5.18 diatas merupakan hasil parameter
packet loss dengan menggunakan routing protocol MDART dan pengiriman
paket data TCP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender dan receiver
serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi. Dari hasil rata-
rata didapatkan nilai packet loss skenario MDART dengan paket data TCP
pada 25 node sebesar 0.34%, 50 node sebesar 0.66%, dan 75 node sebesar
0.85%.
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
Packetloss MDART TCP
25 node 50 node 75 node
98
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Delay
Tabel 5.19 Hasil Delay dalam second (MDART paket data TCP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 0.138 0.267 0.438
1 17 0.142 0.154 0.234
2 6 0.153 0.171 0.276
4 14 0.142 0.267 0.266
11 23 0.137 0.185 0.345
Rata-rata 0.142 0.208 0.311
Grafik 5.19 Hasil Delay (MDART paket data TCP)
Data pada tabel 5.19 dan grafik 5.19 diatas merupakan hasil parameter
delay dengan menggunakan routing protocol MDART dan pengiriman paket
data TCP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender dan receiver serta
beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi. Dari hasil rata-rata
didapatkan nilai delay skenario MDART dengan paket data TCP pada 25
node sebesar 0.142 s, 50 node sebesar 0.208 s, dan 75 node sebesar 0.311 s.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
DelayMDART TCP
25 node 50 node 75 node
99
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
e. Energy
Tabel 5.20 Hasil energy dalam %(MDART paket data TCP)
Sender Receiver Jumlah node
25 node 50 node 75 node
1 8 69.59 66.31 71.23
1 17 67.76 40.34 61.28
2 6 62.6 76.43 87.53
4 14 46.8 41.62 88.67
11 23 70.81 62.62 87.62
Rata-rata 63.51 57.46 79.26
Grafik 5.20 Hasil energy (MDART paket data TCP)
Data pada tabel 5.20 dan grafik 5.20 diatas merupakan hasil parameter
energy dengan menggunakan routing protocol MDART dan pengiriman
paket data TCP yang dipengaruhi oleh perbedaan node sender dan receiver
serta beban traffic atau perbedaan jumlah node pada simulasi. Dari hasil rata-
rata didapatkan nilai konsumsi energy skenario MDART dengan paket data
TCP pada 25 node sebesar 63.51%, 50 node sebesar 57.46%, dan 75 node
sebesar 79.26%.
0
20
40
60
80
100
Energy MDART TCP
25 node 50 node 75 node
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.3.5 Analisis Kinerja Keseluruhan
a. Packet Delivery Ratio
Tabel 5.21 Hasil rata-rata packet delivery ratio SCTP dan TCP
Jumlah
node
PDR SCTP (%) PDR TCP (%)
FSR MDART FSR MDART
25 node 99.32 99 99.88 99.65
50 node 98.23 98.76 99.24 99.33
75 node 97.3 97.68 93.76 99.14
Rata- rata 98.28 98.48 97.63 99.37
Grafik 5.21 Hasil rata-rata packet delivery ratio TCP dan SCTP
Data pada tabel 5.21 dan grafik 5.21 diatas merupakan hasil rata-rata
yang didapatkan pada parameter packet delivery ratio dengan menggunakan
dua routing protocol yang berbeda yaitu FSR dan MDART serta pengiriman
paket data dengan jenis SCTP dan TCP. Berdasarkan data di atas diketahui
bahwa nilai PDR kedua routing protocol semakin berkurang seiring dengan
kenaikan jumlah node atau vehicle. Hal ini terjadi karena semakin
bertambahnya node atau vehicle maka semakin banyak pula proses hop atau
lompatan yang dilakukan pada pengiriman paket data. Semakin banyaknya
90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101
25 node
50 node
75 node
Packet Delivery Ratio
MDART TCP FSR TCP MDART SCTP FSR SCTP
101
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hop maka kecenderungan paket diterima pun akan berkurang karena
memungkinkan terjadinya kehilangan paket pada tiap lompatan.
Dari data di atas dapat diketahui Jika hasil parameter packet delivery
ratio dari rata-rata semua variasi jumlah node (25, 50, 75) routing protocol
MDART lebih baik pada kedua jenis pengiriman yaitu sebesar 98,48% pada
pengiriman paket SCTP dan 99,37% kbps pada pengiriman paket TCP.
Sedangkan routing protocol FSR hanya menghasilkan sebesar 98,28% pada
pengiriman paket SCTP dan 97,63% pada pengiriman TCP.
FSR memiliki nilai PDR lebih rendah karena jika node bergerak
semakin dengan mobilitas yang tinggi, maka jarak antar node akan semakin
jauh yang juga dapat menyebabkan FSR tidak memiliki informasi yang cukup
baik terhadap node yang berjauhan dari node sumber, karena karakteristik
yang dimiliki routing protocol FSR yaitu teknik fisheye yang memfokuskan
pengiriman terhadap node-node yang berada di dalam zona fokus atau biasa
disebut scope FSR. Sedangkan hal ini tidak terlalu berdampak pada routing
protocol MDART yang bersifat multipath yang cepat beradaptasi dengan
perubahan jalur pengiriman paket. Sehingga node yang berada pada jarak
yang membutuhkan banyak hop atau lompatan tetap dapat dikelola dengan
pemanfaatan jalur-jalur alternatif yang tersimpan di dalam route log milik
routing protocol MDART.
b. Throughput
Tabel 5.22 Hasil throughput (MDART paket data TCP)
Jumlah
node
Throughput SCTP (kbps) Throughput TCP (kbps)
FSR MDART FSR MDART
25 node 675.27 495.22 612.66 500.15
50 node 403.6 265.97 444.44 326.24
75 node 159.42 199.67 125.95 192.59
Rata-rata 412.76 320.29 394.35 339.66
102
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grafik 5.22 Hasil rata-rata throughput TCP dan SCTP
Data pada tabel 5.22 dan grafik 5.22 diatas merupakan hasil rata-rata
yang didapatkan pada parameter throughput dengan menggunakan dua
routing protocol yang berbeda yaitu FSR dan MDART serta pengiriman
paket data dengan jenis SCTP dan TCP. Berdasarkan data di atas diketahui
bahwa nilai throughput kedua routing protocol semakin berkurang seiring
dengan kenaikan jumlah node atau vehicle. Nilai throughput pada grafik
diatas terlihat semakin berkurang seiring dengan kenaikan jumlah node, hal
ini disebabkan presentasi paket yang diterima semakin berkurang sehingga
laju penerimaan data pun semakin berkurang.
Dari data di atas dapat diketahui Jika hasil parameter throughput dari
rata-rata semua variasi jumlah node (25, 50, 75) routing protocol FSR lebih
baik pada kedua jenis pengiriman yaitu sebesar 412,76 kbps pada pengiriman
paket SCTP dan 394,35 kbps pada pengiriman paket TCP. Sedangkan routing
protocol MDART hanya menghasilkan sebesar 320,29 kbps pada pengiriman
paket SCTP dan 339,66 kbps pada pengiriman TCP.
Routing protocol FSR dapat melayani proses pemilihan rute aliran
data lebih baik ketika jumlah node tidak terlalu banyak dikarenakan jumlah
0 100 200 300 400 500 600 700 800
25 node
50 node
75 node
Throughput
MDART TCP FSR TCP MDART SCTP FSR SCTP
103
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
node penghubung yang berada di antara jangakauan scope sehingga node
yang aktif bertambah banyak. Maka dari itu FSR mendapat nilai throughput
yang tinggi pada skema 25 node dan 50 node. FSR sangat cocok untuk
topologi jaringan yang berubah secara dinamis dan dengan demikian
throughputnya tinggi dengan mobilitas node yang tinggi karena FSR dapat
mengurangi ukuran tabel routing yang dipertukarkan dengan
mempertahankan informasi tentang node lebih jauh Sedangkan MDART
unggul pada skema 75 node dengan jumlah hop yang lebih banyak. Karna
dengan karakter multipath MDART dapat mencakup node pada jaringan
secara keseluruhan tanpa scope tertentu.
c. Packet Loss
Tabel 5.23 Hasil packet loss (MDART paket data TCP)
Jumlah
node
Packetloss SCTP (%) Packetloss TCP (%)
FSR MDART FSR MDART
25 node 0.68 0.99 0.11 0.34
50 node 1.75 1.23 0.75 0.66
75 node 2.69 2.31 6.23 0.85
Rata-rata 1.71 1.51 2.36 0.62
0 1 2 3 4 5 6 7
25 node
50 node
75 node
Packetloss
MDART TCP FSR TCP MDART SCTP FSR SCTP
104
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grafik 5.23 Hasil rata-rata packetloss TCP dan SCTP
Data pada tabel 5.23 dan grafik 5.23 diatas merupakan hasil rata-rata
yang didapatkan pada parameter packetloss dengan menggunakan dua
routing protocol yang berbeda yaitu FSR dan MDART serta pengiriman
paket data dengan jenis SCTP dan TCP. Berdasarkan data di atas diketahui
bahwa nilai packetloss kedua routing protocol semakin bertambah seiring
dengan kenaikan jumlah node atau vehicle. Hal ini terjadi karena semakin
banyak jumlah node atau vehicle maka semakin banyak pula proses hop atau
lompatan yang dilakukan pada pengiriman paket data.
Dari data di atas dapat diketahui Jika hasil parameter packetloss dari
rata-rata semua variasi jumlah node (25, 50, 75), routing protocol FSR
menghasilkan nilai packetloss yang lebih tinggi pada kedua jenis pengiriman
yaitu sebesar 1,71% pada pengiriman paket SCTP dan 2,36% pada
pengiriman paket TCP. Sedangkan routing protocol MDART hanya
menghasilkan sebesar 1,51% pada pengiriman paket SCTP dan 0,62% pada
pengiriman TCP.
Semakin rendah packetloss semakin baik kualitas jaringan yang
dibentuk. Dalam kasus ini MDART menghasilkan packetloss yang lebih
rendah hal ini disebabkan karakteristik MDART yang lebih banyak
melakukan proses hop atau lompatan karna pengelolaan node yang merata di
seluruh jaringan dibanding FSR yang mempunyai scope yang lebih teurukur
terhadap setiap hop yang dilakukan, sehingga pada routing protocol FSR
paket-paket yang dikirim memiliki jarak yang optimal karna masuk dalam
zona fokus dari teknik fisheye yang dimiliki.
d. Delay
Tabel 5.24 Hasil Delay (MDART paket data TCP)
Jumlah
node
Delay SCTP (s) Delay TCP (s)
FSR MDART FSR MDART
25 node 0.294 0.319 0.162 0.142
105
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50 node 0.325 0.439 0.193 0.208
75 node 0.468 0.63 0.259 0.311
Rata-rata 0.362 0.463 0.205 0.22
Grafik 5.24 Hasil rata-rata delay TCP dan SCTP
Data pada tabel 5.24 dan grafik 5.24 diatas merupakan hasil rata-rata
yang didapatkan pada parameter delay dengan menggunakan dua routing
protocol yang berbeda yaitu FSR dan MDART serta pengiriman paket data
dengan jenis SCTP dan TCP. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa nilai
delay kedua routing protocol semakin bertambah seiring dengan kenaikan
jumlah node atau vehicle. Hal ini terjasdi karena ketika jumlah node
bertambah semakin banyak akan menyebabkan kemacetan pada lingkungan
jaringan atau biasa disebut kongesti.
Dari data di atas dapat diketahui Jika hasil parameter delay dari rata-
rata semua variasi jumlah node (25, 50, 75), routing protocol MDART
menghasilkan nilai delay yang lebih tinggi pada kedua jenis pengiriman yaitu
sebesar 0,463s pada pengiriman paket SCTP dan 0,22s pada pengiriman paket
TCP. Sedangkan routing protocol FSR hanya menghasilkan sebesar 0,362s
pada pengiriman paket SCTP dan 0,205s pada pengiriman TCP.
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
25 node
50 node
75 node
Delay
MDART TCP FSR TCP MDART SCTP FSR SCTP
106
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Perbedaan parameter delay pada kedua routing protocol tidak jauh
berbeda, hal ini dikarenakan kedua routing memeliki karakter sifat proaktif
di mana pengiriman paket dilakukan tanpa harus ada proses permintaan
pengiriman paket dari sender dengan sinyal RREQ (Route Request) untuk
mendapatkan RREP (Route Reply) dari node receiver atau dikenal dengan
proses routing discovery yaitu proses penentuan rute dengan pengiriman
paket ke seluruh node. Proses pengiriman paket pada kedua routing protocol
menggunakan routing table yang telah terbentuk pada tiap node sehingga
pengiriman langsung dilakukan dan dapat mempersingkat waktu pengiriman
paket dari proses pengiriman hingga sampai ke tujuan.
e. Energy
Tabel 5.25 Hasil energy (MDART paket data TCP)
Jumlah
node
Energy SCTP (%) Energy TCP (%)
FSR MDART FSR MDART
25 node 52.18 63.02 55.98 63.51
50 node 37.66 55.93 38.24 57.46
75 node 64.86 79.05 64.11 79.26
Rata-rata 51.57 66 52.78 66.74
Grafik 5.25 Hasil rata-rata energy TCP dan SCTP
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
25 node
50 node
75 node
Energy
MDART TCP FSR TCP MDART SCTP FSR SCTP
107
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Data pada tabel 5.25 dan grafik 5.25 diatas merupakan hasil rata-rata
yang didapatkan pada parameter energy dengan menggunakan dua routing
protocol yang berbeda yaitu FSR, dan MDART serta pengiriman paket data
dengan jenis SCTP dan TCP. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa nilai
persentasi konsumsi energy kedua routing protocol memiliki nilai yang
fluktuatif atau tidak stabil. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
posisi, mobilitas dan traffic yang ada pada jaringan VANET tersebut.
Dari data di atas dapat diketahui Jika hasil parameter energy dari rata-
rata semua variasi jumlah node (25, 50, 75), routing protocol MDART
menghasilkan nilai konsumsi energy yang lebih tinggi pada kedua jenis
pengiriman yaitu sebesar 66% pada pengiriman paket SCTP dan 66,74% pada
pengiriman paket TCP. Sedangkan routing protocol FSR hanya
menghasilkan nilai konsumsi sebesar 51,57% pada pengiriman paket SCTP
dan 52,78% pada pengiriman TCP.
Tingginya konsumsi energy pada routing protocol MDART
disebabkan karna fitur multipath yang membutuhkan sumber daya lebih
dalam proses pencarian rute terdekat. Sedangkan FSR yang sesuai dengan
karakteristiknya yaitu pengiriman paket hanya fokus ke dalam scope yang
dimiliki teknik fisheye, sehingga konsumsi energi tidak terpakai berlebihan
ketika letak sebuah node berada di luar scope routing FSR tersebut. FSR
dapat mengurangi ukuran tabel routing yang dipertukarkan dengan
mempertahankan informasi tentang node lebih jauh.
108
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 5.26 Tabel Analisis Keseluruhan
Node
Quality of Services
Packet Delivery Ratio (%) Throughput (kbps) Packetloss (%)
Delay (second0 Energy (%)
Skenario FSR
SCTP
MDART
SCTP
FSR
TCP
MDART
TCP
FSR
SCTP
MDART
SCTP
FSR
TCP
MDART
TCP
FSR
SCTP
MDART
SCTP
FSR
TCP
MDART
TCP
FSR
SCTP
MDART
SCTP
FSR
TCP
MDART
TCP
FSR
SCTP
MDART
SCTP
FSR
TCP
MDART
TCP
25 node 99.32 99 99.88 99.65 675.27 495.22 612.66 500.15 0.68 0.99 0.11 0.34 0.294 0.319 0.162 0.142 52.18 63.02 55.98 63.51
50 node 98.23 98.76 99.24 99.33 403.6 265.97 444.44 326.24 1.75 1.23 0.75 0.66 0.325 0.439 0.193 0.208 37.66 55.93 38.24 57.46
75 node 97.3 97.68 93.76 99.14 159.42 199.67 125.95 192.59 2.69 2.31 6.23 0.85 0.468 0.63 0.259 0.311 64.86 79.05 64.11 79.26
Rata-Rata 98.28 98.48 97.63 99.37 412.76 320.29 394.35 339.66 1.71 1.51 2.36 0.62 0.362 0.463 0.205 0.22 51.57 66 52.78 66.74
109
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
FSR dan MDART memiliki keunggulan masing-masing pada
parameter yang berbeda. Dari nilai rata-rata yang diambil dari setiap skenario
FSR memiliki kualitas lebih baik dengan kedua jenis pengiriman paket TCP
dan SCTP pada parameter throughput dengan nilai rata-rata sebesar 412,76
kbps pada pengiriman paket SCTP dan 394,35 kbps pada pengiriman paket
TCP, begitu juga parameter delay unggul dengan nilai rata-rata sebesar 0,362s
pada pengiriman paket SCTP dan 0,205s pada pengiriman paket TCP , dan
energy unggul dengan nilai rata-rata. konsumsi sebesar 51,57% pada
pengiriman paket SCTP dan 52,78% pada pengiriman TCP. Sedangkan
MDART memiliki kualitas lebih baik dengan kedua jenis pengiriman paket
TCP dan SCTP pada parameter packet delivery ratio unggul dengan nilai rata-
rata sebesar 98,48% pada pengiriman paket SCTP dan 99,37% kbps pada
pengiriman paket TCP, begitu juga parameter Packetloss unggul dengan nilai
rata-rata sebesar 1,51% pada pengiriman paket SCTP dan 0,62% pada
pengiriman TCP.
110
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini yaitu proses pengujian kinerja routing protocol
FSR dan MDART dengan jenis pengiriman paket SCTP dan TCP menggunakan
parameter packet delivery ratio, throughput, packetloss, delay, dan energy dapat
disimpulkan:
a. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa routing protocol FSR dan MDART nilai
parameter packet delivery ratio dan throughput akan semakin menurun seiring
dengan pertambahan beban traffic atau jumlah node. Sedangkan nilai parameter
delay dan packetloss semakin tinggi seiring bertambahnya jumlah node
(kendaraan).
b. FSR memiliki kualitas lebih baik dengan kedua jenis pengiriman paket TCP dan
SCTP pada parameter throughput dengan nilai rata-rata sebesar 412,76 kbps
pada pengiriman paket SCTP dan 394,35 kbps pada pengiriman paket TCP,
begitu juga parameter delay unggul dengan nilai rata-rata sebesar 0,362s pada
pengiriman paket SCTP dan 0,205s pada pengiriman paket TCP , dan energy
unggul dengan nilai rata-rata. konsumsi sebesar 51,57% pada pengiriman paket
SCTP dan 52,78% pada pengiriman TCP.
c. MDART memiliki kualitas lebih baik dengan kedua jenis pengiriman paket
TCP dan SCTP pada parameter packet delivery ratio unggul dengan nilai rata-
rata sebesar 98,48% pada pengiriman paket SCTP dan 99,37% kbps pada
pengiriman paket TCP, begitu juga parameter Packetloss unggul dengan nilai
rata-rata sebesar 1,51% pada pengiriman paket SCTP dan 0,62% pada
pengiriman TCP.
111
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis dapat memberikan
rekomendasi untuk pengembangan selanjutnya, antara lain
a. Dapat menambahkan parameter pengujian yang dapat melengkapi Quality of
Service dari penelitian ini.
b. Dapat menggunakan jenis routing protocol yang berbeda seperti position based
routing protocol, cluster based routing protocol, dan lainnya.
c. Dapat memberikan variasi tambahan pada skenario simulasi seperti perbedaan
kecepatan, jenis MAC, packetsize, dan lainnya.
112
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Abu Taleb, A. (2018). VANET routing protocols and architectures: An overview.
Journal of Computer Science, 14(3), 423–434.
https://doi.org/10.3844/jcssp.2018.423.434
Adrian, R., Fahmizal, & Rosyid, N. R. (2018). Peningkatan Kualitas Jaringan Pada
Vehicle Ad-Hoc Network Menggunakan Algoritma Simple K-Means.
Techno.COM, 17(3), 281–289.
Ahmad, M., Ali, S., Ali, A., Wahid, I., Ikram, A. A., Ahmad, M., … Ali, A. (2018).
State of the Art Routing Protocols in VANETs. Procedia Computer Science,
130(July), 689–694. https://doi.org/10.1016/j.procs.2018.04.121
Akkari Sallum, E. El, Dos Santos, G., Alves, M., & Santos, M. M. (2018).
Performance analysis and comparison of the DSDV, AODV and OLSR
routing protocols under VANETs. Proceedings of 2018 16th International
Conference on Intelligent Transport System Telecommunications, ITST 2018,
1–7. https://doi.org/10.1109/ITST.2018.8566825
Alotaibi, A. M., Fahaad Alrashidi, B., Naz, S., & Parveen, Z. (2017). Security issues
in Protocols of TCP/IP Model at Layers Level. International Journal of
Computer Networks and Communications Security, 5(5), 96–104. Retrieved
from www.ijcncs.org
Anisia, R., Munadi, R., & Negara, R. M. (2018). Analisis Performansi Routing
Protocol OLSR Dan AOMDV Pada Vehicular Ad Hoc Network (VANET).
Jurnal Nasional Teknik Elektro, 5(1), 87.
https://doi.org/10.25077/jnte.v5n1.204.2016
Austin. (2018). Siemens Mobility, Inc.’s roadside unit is first to receive OmniAir
Certification. Retrieved July 7, 2019, from Siemens Mobility, Inc. website:
https://press.siemens.com/global/en/pressrelease/siemens-mobility-incs-
roadside-unit-first-receive-omniair-certification?content[]=MO
Barskar, R., & Chawla, M. (2015). Vehicular Ad hoc Networks and its Applications
in Diversified Fields. International Journal of Computer Applications,
123(10), 7–11. https://doi.org/10.5120/ijca2015905510
Briantika, A. (2019). Kecelakaan Lalu Lintas Dalam Angka. Retrieved April 22,
2019, from tirto.id website: https://tirto.id/milenial-dominasi-kecelakaan-
kendaraan-bermotor-dju1
Deshmukh, A. R., & Dorle, S. S. (2016). Simulation of Urban Mobility (Sumo) For
Evaluating Qos Parameters For Vehicular Adhoc Network. IOSR Journal of
Electronics and Communication Engineering Ver. I, 11(1), 2278–2834.
https://doi.org/10.9790/2834-11113336
113
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dimyati, M., Anggoro, R., & Wibisono, W. (2016). Pemilihan Node Rebroadcast
Untuk Meningkatkan Kinerja Protokol Multicast Aodv (Maodv) Pada Vanets.
JUTI: Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi, 14(2), 198.
https://doi.org/10.12962/j24068535.v14i2.a572
Dordal, P. L. (2015). An Introduction to Computer Networks. In An Introduction to
Computer Networks (p. 872). https://doi.org/10.1684/bdc.2010.1223
Draz, U., Ali, T., Yasin, S., & Shaf, A. (2018). Evaluation based analysis of packet
delivery ratio for AODV and DSR under UDP and TCP environment. 2018
International Conference on Computing, Mathematics and Engineering
Technologies: Invent, Innovate and Integrate for Socioeconomic
Development, ICoMET 2018 - Proceedings, 2018-Janua(1), 1–7.
https://doi.org/10.1109/ICOMET.2018.8346385
Dugaev, D. A., Matveev, I. G., Siemens, E., & Shuvalov, V. P. (2018). Adaptive
Reinforcement Learning-Based Routing Protocol for Wireless Multihop
Networks. 2018 14th International Scientific-Technical Conference on Actual
Problems of Electronic Instrument Engineering, APEIE 2018 - Proceedings,
(October), 209–218. https://doi.org/10.1109/APEIE.2018.8545412
Dy, J. F., Jusak, & Triwidyastuti, Y. (2014). ANALISIS PERBANDINGAN
PROTOCOL ROUTING AD HOC UNTUK JARINGAN BERSKALA
BESAR. Journal of Control and Network Systems, 3(1), 105–111.
Ericka, J., Prakasa, W., & Prasetyo, K. W. (2017). Peningkatan Keberhasilan
Pengiriman Data pada Lingkungan VANET. Jurnal Teknologi Informasi, 8(2),
105–114.
Fahri, M., Fiade, A., & Suseno, H. B. (2017). Simulasi Jaringan Virtual Local Area
Network (Vlan) Menggunakan Pox Controller. Jurnal Teknik Informatika,
10(1), 1–6. https://doi.org/10.15408/jti.v10i1.6821
Ferronato, J. J., & Trentin, M. A. S. (2017). Analysis of Routing Protocols OLSR,
AODV and ZRP in Real Urban Vehicular Scenario with Density Variation.
15(9), 1727–1734.
Firnanda, A., Arif, T. Y., & Syahrial, S. (2017). Analisis TCP Cubic dan Simulasi
untuk Menentukan Parameter Congestion Window dan Throughput Optimal
pada Jaringan Nirkabel Ad Hoc. Jurnal Rekayasa Elektrika, 13(2), 65.
https://doi.org/10.17529/jre.v13i2.4874
Gautam, G., & Sen, B. (2015). Design and Simulation of Wireless Sensor Network
in NS2. International Journal of Computer Applications, 113(16), 14–16.
https://doi.org/10.5120/19910-2018
Gillani, S., Shahzad, F., Qayyum, A., & Mehmood, R. (2014). A Survey on Security
in Vehicular Ad Hoc Major Security Threats in VANETs. (February), 59–74.
114
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hidakyah, M. (2017). MIKROTIK ROUTEROS. Jurnal Teknik Informatika, 1–22.
Hidayati, N., & Suwadi, S. (2017). Analisis Kinerja TCP/IP untuk Jaringan
Nirkabel Bergerak 3G di Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 5(2).
https://doi.org/10.12962/j23373539.v5i2.16345
Iman, M. (2018). populasi kendaraan di Indonesia meningkat drastis. Retrieved
April 22, 2019, from Beritagar.id website:
https://beritagar.id/artikel/berita/sepeda-motor-mendominasi-kendaraan-
pribadi
Issariyakul, T., & Hossain, E. (2012). Introduction to network simulator NS2. In
Introduction to Network Simulator NS2 (Vol. 9781461414).
https://doi.org/10.1007/978-1-4614-1406-3
Jahajee, M., Katlana, A., Khare, N., & Diwakar, P. (2015). IJESMR I nternational
J ournal OF E ngineering S ciences & M anagement R esearch IJESMR.
International Journal OF Engineering Sciences & Management Research,
2(10), 70–74.
Jain, V., & Kushwah, R. S. (2016). Review of Various VANET Protocols Using
NS-2 Simulator. International Journal of Computer Sciences and
Engineering, 4(7), 76–80.
Jati, W. S., Nurwasito, H., & Data, M. (2018). Perbandingan Kinerja Protocol
Routing Open Shortest Path First ( OSPF ) dan Routing Information Protocol
( RIP ) Menggunakan Simulator Cisco Packet Tracer. J-Ptiik, 2(8), 2442–
2448.
Kaur, H., & Meenakshi. (2018). Analysis of VANET geographic routing protocols
on real city map. RTEICT 2017 - 2nd IEEE International Conference on
Recent Trends in Electronics, Information and Communication Technology,
Proceedings, 2018-Janua, 895–899.
https://doi.org/10.1109/RTEICT.2017.8256727
Kaur, R., & Singh, K. P. (2015). An efficient multipath dynamic routing protocol
for mobile WSNs. Procedia Computer Science, 46(Icict 2014), 1032–1040.
https://doi.org/10.1016/j.procs.2015.01.014
Khotimah, B. K. (2015). Teori Simulasi dan Pemodelan : Konsep, Aplikasi, dan
Terapan. WADE GROUP.
Kumar, S., & Pagadala, P. K. (2017). Routing Protocols in Vehicular Ad Hoc
Networks. Telematics Communication Technologies and Vehicular Networks,
12(December), 206–228. https://doi.org/10.4018/978-1-60566-840-6.ch013
MADCOMS. (2015). Sistem Jaringan Komputer untuk Pemula. Andi Publisher.
Madhuri, D., & Reddy, P. C. (2016). Performance comparison of TCP, UDP and
115
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SCTP in a wired network. Proceedings of the International Conference on
Communication and Electronics Systems, ICCES 2016.
https://doi.org/10.1109/CESYS.2016.7889934
Mandiri, P. (2013). Buku Panduan Energi yang Terbarukan (C. I. Energy, Ed.).
Kementerian Dalam Negeri RI.
Mardiana, Y., & Sahputra, J. (2017). Analisa Performansi Protokol TCP , UDP dan
SCTP. Jurnal Media Infotama, 13(2), 73–84.
Marsic, I. (2013). Computer Network Performance and Quality of Services.
Rutgers.
Mukhlishin, W., Rohmatullah, & Hariyani, Y. (2018). PERANCANGAN SISTEM
PAPAN INFORMASI DIGITAL PADA JARINGAN AD-HOC. E-
Proceeding of Applied Science, 4(3), 2772–2785.
Mukti, A. R. (2016). Studi Performa Migrasi Ipv4 Ke Ipv6 pada Metode Dual
Stack. Prosiding ANNUAL RESEARCH SEMINAR 2016, 3(12), 1–10.
Muktiarto, R., Ajinegoro, N., & Perdana, D. (2018). Analisis Kinerja Protokol
Routing AOMDV pada VANET dengan Serangan Rushing. ELKOMIKA,
6(2), 232–243.
Mulyani, S. (2016). Metode Analisis dan Perancangan Sistem. Bandung: Abdi
Sistematika.
N. Saeed, R. U. Amin, A. S. Malik, M. K. Kasi, & B. Kasi. (2017). Performance
Evaluation of AODV, DSDV and DSR Routing Protocols in Unplanned Areas.
Technical Journal, University of Engineering and Technology (UET) Taxila,
22(1), 143–150. https://doi.org/10.5121/ijdps.2012.3402
Network, J. in. (2019). Securing GTP and SCTP Traffic Feature Guide for Security
Devices. Retrieved July 23, 2019, from 1133 Innovation Way website:
https://www.juniper.net/documentation/en_US/junos/topics/topic-
map/security-gprs-sctp.html
OpenStreetMap. (2019). Tentang OpenStreetMap. Retrieved from
openstreetmap.id website: https://openstreetmap.id/about/tentang-
openstreetmap/
Purba, D. U., Primananda, R., & Amron, K. (2018). Analisis Kinerja Protokol Ad
Hoc On-Demand Distance Vector ( AODV ) dan Fisheye State Routing ( FSR
) pada Mobile Ad Hoc Network. Pengembangan Teknologi Informasi Dn Ilmu
Komputer, 2(7), 2626–2634.
Ravi, G., & Kashwan, K. R. (2015). A new routing protocol for energy efficient
mobile applications for ad hoc networks. Computers and Electrical
Engineering, 48, 77–85. https://doi.org/10.1016/j.compeleceng.2015.03.023
116
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sarah Devi Anggraini, Kukuh Nugroho, E. F. C. (2017). Analisis Perbandingan
Performasi Protokol Routing AODV Dan DSR Pada Mobile Ad-Hoc Network
(MANET). 2nd Seminar Nasional IPTEK Terapan (SENIT), 112–118.
https://doi.org/10.22219/kinetik.v2i3.91
Sari, Herlina, Latipa; Sudarsono, Aji; Hayadi, B. H. (2013). Pengembangan
Jaringan Local Area Network Menggunakan Sistem Operasi Linux Redhat 9.
Jurnal Media Infotama, 9(1), 165–189.
https://doi.org/10.1109/ICWS.2011.40
Selvan, V. P., & Kumar, S. S. (2019). An optimized ad hoc on demand distance
vector routing protocol for wireless networks. Journal of Computer Science,
8(7), 1177–1183. https://doi.org/10.3844/jcssp.2012.1177.1183
Sharma, S., & Singh, G. (2014). Simulative Contemplation of AODV , AOMDV
and MDART Protocols. International Journal of Advanced Engineering
Research and Technology (IJAERT), 2(2), 73–78.
Sharmila, S., & Shanthi, T. (2016). A survey on wireless ad hoc network: Issues
and implementation. 1st International Conference on Emerging Trends in
Engineering, Technology and Science, ICETETS 2016 - Proceedings.
https://doi.org/10.1109/ICETETS.2016.7603071
Sitompul, G. G., Negara, R. M., & Sanjoyo, D. D. (2018). Analisis Performansi
Protocol Routing AODV dan FSR ( Studi Kasus : Skenario Jalan Raya ). E-
Proceeding of Engineering, 5(1), 267–274. Retrieved from
https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/home/catalog/id/141327/slug/anali
sis-performansi-protokol-routing-aodv-dan-fsr-pada-vanet-studi-kasus-
skenario-jalan-raya-.html
SUMO. (2019). Sumo at a Glance. Retrieved from DLR website:
https://sumo.dlr.de/userdoc/Sumo_at_a_Glance.html
Syamsu, S. (2013). Jaringan Komputer (Konsep dan Penerapannya) (I; E. Risanto,
Ed.). CV. Andi Offset.
Tampubolon, T. (2017). Jumlah Kendaraan Tak Sebanding Jalan, Kota Tangerang
Makin Macet. Retrieved July 24, 2019, from indopos.co.id website:
https://indopos.co.id/read/2017/11/27/118256/jumlah-kendaran-tak-
sebanding-jalan-kota-tangerang-makin-macet
Wardoyo, S., Ryadi, T., & Fahrizal, R. (2014). Analisis Performa File Transport
Protocol Pada Perbandingan Metode IPv4 Murni, IPv6 Murni dan Tunneling
6to4 Berbasis Router Mikrotik. Jurnal Nasional Teknik Elektro, 3(2), 106.
https://doi.org/10.25077/jnte.v3n2.74.2014
Wulandari, R. (2016). Analisis QoS (Quality of Service) Pada Jaringan Internet
(Studi Kasus : UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon - LIPI).
Jurnal Teknik Informatika Dan Sistem Informasi, 2, 162–172.
117
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
www.itsinternational.com. (2015). The New System for Road Toll Payment.
Retrieved July 17, 2019, from https://www.itsinternational.com/event-
news/its-world-congress/2015/news/gmv-demonstrates-plug-and-play-
windshield-obu/
Zhu, L., Gao, W., & Liang, J. (2014). Research on Propagation Model of Malicious
Programs in Ad Hoc Wireless Network. Sensors and Transducers, 162(1), 85–
93.
118
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 AWK Script
a. AWK script PDR, throughput, packetloss
#!/bin/awk –f {
event = $1
time = $3 # Make sure that "time" has a numeric type.
node_id = $5
pkt_size = $37
level = $19
if (time < 300) {
if (level == "AGT" && event == "s") {
sent++
if (!startTime || (time < startTime)) {
startTime = time
}}
if (level == "AGT" && event == "r") {
receive++
if (time > stopTime) {
stopTime = time
}
recvdSize += pkt_size
}}}
END {
printf("\nStart Time \t\t = %f\n", startTime);
printf("StopTime \t\t = %f\n",stopTime);
printf("Sent_packets \t\t = %d\n",sent);
printf("Received_packets \t = %d\n",receive);
printf("Packet loss \t\t = %.2f\n",((sent-
receive)/sent)*100);
printf("PDR \t\t\t = %.2f\n",receive/sent*100);
printf("Average Throughput[kbps] =
%.2f\n",(recvdSize/(stopTime-startTime))*(8/1000));
}
119
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. AWK script delay dan energy
BEGIN {
send = 0;
recv = 0;
bytes = 0;
st = 0;
ft = 0;
rtr = 0;
delay = 0;
last_pkt_recv=0;
jitter=0;
j_count=0;
nodes=0;
}{
if ( $16 == "-Ne" )
{
if (initial_energy[$9] == "")
initial_energy[$9] = $17;
energy[$9] = $17;
if(nodes < $9)
nodes = $9;
}
if ( $19 == "RTR" && $1 == "s" && $35 != "cbr" && $35 !=
"udp" && $35 != "ack")
rtr++;
if ( $19 == "AGT" && $1 == "s")
{
if(send == 0)
st = $3;
ft = $3;
st_time[$41] = $3;
send++;
}
if ( $19 == "AGT" && $1 == "r")
{
if(recv == 0)
{
last_pkt_recv = $3;
}
else
{
jitter+=$3 - last_pkt_recv;
j_count++;
last_pkt_recv = $3
}
recv++;
bytes+=$37
ft_time[$41] = $3;
delay += ft_time[$41]-st_time[$41]
}
120
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2 Mobility.tcl Script (3 node)
}
END {
total_energy = 0;
residual=0;
for (i=0;i<nodes;i++) {
residual_energy[i] = initial_energy[i] - energy[i];
total_energy+=residual_energy[i];
residual+=energy[i];
}
print "\nNRoverheads = " rtr / recv
print "Jitter = " jitter/j_count
print "Delay = " delay/recv
print "\nTotal_Energy_Consumption = " total_energy
print "Avg_Energy_Consumption = " total_energy/nodes
print "Overall Residual Energy = " residual
print "Avg Residual Energy = " residual/nodes
$node_(0) set X_ 961.88
$node_(0) set Y_ 413.4
$node_(0) set Z_ 0
$ns_ at 0.0 "$node_(0) setdest 961.88 413.4 0.00"
$ns_ at 0.1 "$node_(0) setdest 961.91 413.4 0.25"
$ns_ at 0.2 "$node_(0) setdest 961.95 413.4 0.49"
$node_(1) set X_ 1398.77
$node_(1) set Y_ 384.2
$node_(1) set Z_ 0
$ns_ at 0.2 "$node_(1) setdest 1398.77 384.2 0.00"
$ns_ at 0.3 "$node_(0) setdest 962.03 413.39 0.73"
$ns_ at 0.3 "$node_(1) setdest 1398.74 384.2 0.26"
$ns_ at 0.4 "$node_(0) setdest 962.13 413.38 0.99"
$ns_ at 0.4 "$node_(1) setdest 1398.69 384.21 0.50"
$ns_ at 0.5 "$node_(0) setdest 962.25 413.37 1.23"
$ns_ at 0.5 "$node_(1) setdest 1398.62 384.22 0.74"
$ns_ at 0.6 "$node_(0) setdest 962.39 413.36 1.44"
$ns_ at 0.6 "$node_(1) setdest 1398.53 384.24 0.97"
$node_(2) set X_ 1112.6
$node_(2) set Y_ 422.14
$node_(2) set Z_ 0
$ns_ at 0.6 "$node_(2) setdest 1112.6 422.14 0.00"
$ns_ at 0.7 "$node_(0) setdest 962.56 413.34 1.66"
$ns_ at 0.7 "$node_(1) setdest 1398.41 384.26 1.19"
$ns_ at 0.7 "$node_(2) setdest 1112.62 422.16 0.26"
$ns_ at 0.8 "$node_(0) setdest 962.75 413.33 1.89"
$ns_ at 0.8 "$node_(1) setdest 1398.28 384.29 1.41"
$ns_ at 0.8 "$node_(2) setdest 1112.65 422.2 0.51"
121
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran di atas merupakan contoh 3 dari keseluran mobilitas node pada simulasi
yang dilakukan. Dari script di atas diketahui bahwa inisiasi pertama posisi node (0)
terletak pada koordinat (x,y) (961.88,413.4) dan selanjutnya pada baris berikutnya
dideskripsikan bahwa node (0) akan bergerak ke koordinat (x,y) (961.91,413.4)
pada detik ke 0.1 dengan kecepatan 0.25 m/s dan seterusnya.
Lampiran 3 Tampilan Ciledug Raya pada Aplikasi SUMO
Lampiran 4 Tampilan Simulasi pada Aplikasi NAM
a. 25 node
122
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. 50 node
c. 75 node