Analisis Kinerja Keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Oleh:
Fajar Hayuning Lestari
Dosen Pembimbing:
Dr. Nur Khusniyah I, SE, MSi, CSRS, CFP
ABSTRAK
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, merupakan salah satu perusahaan informasi dan komunikasi
terbesar di Indonesia yang memiliki pangsa pasar terbesar dalam industri selluler. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dengan sumber data sekunder yaitu laporan
keuangan tahun 2012-2016 yang meliputi Neraca dan laporan Rugi laba. Teknik analisis data
menggunakan teknik analisis rasio yang meliputi rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan
aktivitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio likuiditas mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan
oleh adanya peningkatan hutang lancar dari tahun ke tahun, sehingga hal ini menunjukkan bahwa
kinerja perusahaan kurang baik. Rasio profitabilitas dari tahun ke tahun setiap perusahaan
menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini disebabkan oleh penjualan yang meningkat dari
tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik karena mampu
meningkatka laba. Rasio solvabilitas menunjukkan peningkatan hal ini berarti perusahaan
mampu menutup hutang-hutang jangka panjangnya. Peningkatan ini disebabkan oleh semakin
meningkatnya total aktiva dari tahun ke tahun. Rasio aktivitas mengalami peningkatan hal ini
menujukkan bahwa kinerja perusahaan semankin meningkat dan perusahaan mampu
mengoptimalkan penggunanaan aktiva.
Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan
LATAR BELAKANG
Untuk menghadapi persaingan global
saat ini, perusahaan dituntut untuk memiliki
keunggulan. Salah satu ukuran keunggulan
sebuah perusahaan adalah kinerja
perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena
aspek keuangan perusahaan merupakan
aspek yang paling utama dalam tata
kehidupan manajemen perusahaan.
Perkembangan dunia bisnis yang
sangat cepat serta kondisi perekonomian
Indonesia yang tidak stabil dalam beberapa
tahun terakhir ini, menyebabkan semakin
banyaknya masalah yang dihadapi dalam
dunia usaha. Menuntut pengelolaan
perusahaan yang lebih baik, bagi pihak
manajemen pengetahuan yang baik tentang
akuntansi akan membantu manajemen dalam
mengelola keuangan perusahaan. Keuangan
perusahaan merupakan aspek yang sangat
penting untuk kemajuan suatu usaha, oleh
karena itu laporan keuangan sangat
dibutuhkan oleh pihak manajemen untuk
mengambil keputusan.
Pasar modal berperan penting dalam
menunjang perekonomian suatu negara
karena pasar modal berfungsi sebagai
lembaga perantara yang dapat
menghubungkan pihak yang membutuhkan
dana dengan pihak yang mempunyai
kelebihan dana. Selain itu, pasar modal juga
dapat mendorong terciptanya alokasi dana
yang efisien, karena de ngan adanya pasar
modal maka pihak yang kelebihan dana
(investor) dapat memilih alternatif investasi
yang memberikan return yang paling
optimal (wikipedia.org). Asumsinya,
investasi yang memberikan return relatif
besar adalah sektor-sektor yang paling
produktif yang ada di pasar.
Peran industri telekomunikasi dalam
kehidupan masyarakat maupun
perekonomian nasional. Pertumbuhan sektor
jasa telekomunikasi merupakan yang
tertinggi dalam perekonomian nasional
dibanding sektor-sektor lainnya. Kelompok
transportasi dan komunikasi juga kini
menjadi salah satu kelompok kebutuhan
pokok yang digunakan dalam penghitungan
inflasi. Perkembangan teknologi
telekomunikasi yang sangat pesat tidak
dapat dipungkiri telah memberikan
perubahan yang sangat mendasar dalam
pengelolaan aktifitas bisnis. Jarak dan batas
teritorial suatu negara tidak menjadi
hambatan lagi dengan adanya teknologi
telekomunikasi (telkom.co.id, 2015).
Industri telekomunikasi memiliki
pertumbuhan yang baik karena adanya
teknologi telekomunikasi, teknologi yang
cepat berkembang, seiring dengan
berkembangnya industri elektronika dan
komputer. Trend teknologi telekomunikasi
ini semakin ke arah
teknologi wireless (tanpa kabel). Ada
beberapa indikasi yang dapat dilihat pada
proses perkembangan teknologi wireless.
Indikasi tersebut adalah beralihnya ke
teknologi digital, semakin besar kapasitas
semakin sederhana perangkatnya, perluasan
daya jangkau, keamanan atau privacy lebih
baik, personalitas dan penambahan fasilitas
yang lain. Arah perkembangan
teknologi wireless, semuanya menuju ke
teknologi FPLMTS (Future Public Land
Mobile Telecommunications System).
Teknologi tersebut dapat didekati dari
teknologi cordless, cellular maupun satelit.
Evolusi teknologi telekomunikasi saat ini
mempunyai kecenderungan untuk beralih
via radio, optik atau satelit
(saepudinonline.wordpress.com, 2016).
PT. Telekomunikasi Indonesia
Tbk, atau biasa disebut Telkom adalah salah
satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak di bidang telekomunikasi
yang selama lebih dari 3 dasawarsa berperan
sebagai pemasok utama pembangunan
jaringan telepon nasional.
Telkom kembali meneruskan fokus
tiga program utamanya, yaitu Telkomsel
sebagai “Leading Mobile Digital Business”,
Indonesia Digital Network dengan “Drive
Digital Home & Experience” serta
International Expansion menuju “Smart
International Business Growth”. Melalui
tiga program utama tersebut, Telkom
diharapkan dapat menjadi perusahaan digital
yang disegani tidak hanya di tingkat
nasional, namun juga di tingkat regional
hingga global.
Rapat Umum Pemegang Saham
Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2015 PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Telkom)
yang berlangsung di Jakarta pada 22 April
2016 memutuskan 60% dari Rp 15,49 triliun
total laba bersih Perseroan dibagikan
sebagai dividen, dengan rincian dividen
tunai sebesar Rp 7,74 triliun (50% dari laba
bersih) atau sebesar Rp 78,86 per lembar
saham dan dividen spesial Rp 1,55 triliun
(10% dari laba bersih) atau sebesar Rp 15,77
per lembar saham. Sedangkan 40% sisa laba
bersih atau sebesar Rp 6,2 triliun digunakan
sebagai laba ditahan.
Semakin membaiknya kinerja
Perseroan tersebut diikuti juga dengan
meningkatnya kontribusi Telkom terhadap
negara. Pertumbuhan kontribusi pada negara
YoY 2015 untuk Total Pajak dan
Penerimaan Negara Bukan Pajak/PNBP
(BHP Frekuensi, BHP Jastel, Konstribusi
USO dan Dividen) sebesar 13,3%.
Kontribusi Telkom kepada negara selama 10
tahun terakhir secara total mengalami
peningkatan dari Rp 13,8 triliun pada tahun
2006 menjadi Rp 32,0 triliun pada 2015
dengan CAGR sebesar 9,8%
(bumnwatchreport.com, 2016).
Teknologi wireless inilah akhirnya
tercipta salah satu diantaranya yaitu mobile
internet atau smartphone. Masyarakat
sebagai pengguna smartphone perlu
mengeluarkan uang lebih besar dalam
penggunaan smartphone. Hal ini
memberikan dampak positif untuk
perusahaan telekomunikasi dengan
keuntungan besar dan memiliki
pertumbuhan yang baik. Masyarakat
menggunakan smartphone karena dengan
mudah dalam mengakses internet. Dengan
kondisi tersebut memberikan keyakinan
investor untuk membeli saham pada industri
telekomunikasi.
keuntungan besar dan memiliki
pertumbuhan yang baik. Masyarakat
menggunakan smartphone karena dengan
mudah dalam mengakses internet. Dengan
kondisi tersebut memberikan keyakinan
investor untuk membeli saham pada industri
telekomunikasi.
Kinerja keuangan suatu perusahaan
dapat diartikan sebagai prospek atau masa
depan, pertumbuhan dan potensi
perkembangan yang baik bagi perusahaan.
Informasi kinerja keuangan diperlukan
untuk menilai perubahan potensial sumber
daya ekonomi, yang mungkin dikendalikan
di masa depan dan untuk memprediksi
kapasitas produksi dari sumber daya yang
ada.
Peneliti memilih objek penelitian
pada industri telekomunikasi. Berdasarkan
penetili sebelumnya secara umum kinerja
perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di
BEI berfluktuasi. Tingkat perusahaan rasio
dari tahun ke tahun yang dialami PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, dapat
dikatakan paling baik karena perubahan
tidak mengalami keadaan naik atau turun
yang signifikan. PT. Indosat Tbk, memiliki
pola tingkat perubahan rasio yang normal
karena tidak terlalu jauh dengan rata-rata
industri setiap tahunnya. Sedangkan, tingkat
penjulan yang meningkat dari tahun ke
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan semakin baik karena mampu
meningkatkan laba (M Rozi Alfath, 2013).
Peranan penyelenggaraan
telekomunikasi memiliki makna penting
dalam upaya memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan
pemerintah, mendukung terwujudnya tujuan
pemerintah, pembangunan dan hasil-
hasilnya serta meningkatkan hubungan antar
bangsa. Dengan kata lain telekomunikasi
mempunyai peranan dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu tujuan
dari penyelenggaraan telekomunikasi antara
lain untuk mendukung persatuan dan
kesatuan bangsa, meningkatkan kesejahteran
dan kemakmuran rakyat secara adil dan
merata, dan mendukung kehidupan ekonomi
serta kegiatan pemerintah serta
meningkatkan kehidupan atas bangsa ini.
KERANGKA PIKIR 2.3. Kerangka Pikir
Gambar 2.1.
.
Kinerja Perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk,
- Perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat
pesat yang menuntut beroperasi secara efisien.
- Ketatnya persaingan industri telekomunikasi
- PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, satu-satunya
BUMN yang bergerak dibidang telekomunikasi
sehingga perlu untuk dianalisis atau dinilai kinerjanya
Laporan Keuangan Tahun 2012-2016
Likuiditas Solvabilitas Profitabilitas Aktivitas
Kinerja Keuangan
Hasil Penelitian dan Pembahasan Kesimpulan dan
Saran
Teori
- Perusahaan
Telekomunikasi
- Laporan Keuangan
- Kinerja Keuangan
Penelitian Terdahulu
- Eka Cahya Rizki (2013) Kinerja
keuangan pada perusahaan sektor
pertambangan di BEI periode tahun
2008-2011
- M Rozi Alfath (2013) Kinerja
Keuangan Perusahaan
Telekomunikasi yang terdaftar di
BEI 2016-2011
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Berdasarkan uraian mengenai latar
belakang, rumusan masalah dan tujuan
penelitian, maka metode penelitian yang
akan digunakan adalah penelitian Deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan suatu keadaan,
peristiwa, objek apakah orang, atau segala
sesuatu yang terkait dengan variabel-
variabel yang bisa dijelaskan baik dengan
angka-angka maupun kata-kata. Dari
definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian deskriptif bertujuan untuk
mendeskriptifkan objek secara sistematis,
faktual dan aktual mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena
yang akan diselidiki pada masa tertentu
(Punaji, 2010:39)
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dan tidak menggunakan suatu
hipotesa karena penelitian hanya
menggunakan, menerangkan, atau membuat
prediksi serta mendapatkan hasil dari suatu
permasalahan yang ingin dipecahkan.
Penelitian ini mendeskripsikan tentang
bagaimana perkembangan kinerja hasil
keuangan koperasi selama periode penelitian
sehingga tidak diperlukan pengujian secara
statistik.
Metode Pengumpulan Data
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif dan
sumber datanya adalah sekunder.
Menurut Indriantoro dan Supomo (1999 :
147) ”Data sekunder adalah data yang
diperoleh tidak secara langsung atau melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Data sekunder umumnya berupa
bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter) yang dipublikasikan”.
Data dokumenter dalam penelitian
dapat menjadi bahan atau dasar analisis data
yang kompleks yang dikumpulkan melalui
metode observasi dan analisis dokumen
yang dikenal content analysis. Data
dokumenter yang digunakan dalam
penelitian ini berupa laporan keuangan
tahunan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk,
yang didapat dari Pojok BEI Universitas
Brawijaya tahun 2012 samapi 2016.
Sumber Data
Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari hasil dokumentasi atau
pencatatan yang dilakukan oleh orang lain
(Sugiono, 2009:402). Data sekunder dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, yang
didapatkan dari data perusahaan yang listing
pada tahun 2012 sampai 2016.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada
penelitian adalah metode dokumentasi, yaitu dengan cara mencari data, mengumpulkan, mempelajari, mengklasifikasi, dan menggunakan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.
Data penelitian ini adalah rasio
keuangan yang dapat dihitung dari laporan
keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia
Tbk, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2012 sampai 2016.
Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel
Berdasarkan permasalahan yang
diajukan, makan variabel yang diteliti
adalah:
1. Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang jatuh tempo, rasio
likuiditas meliputi :
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini digunakan untuk
menganalisa posisi modal kerja suatu
perusahaan. Rasio ini merupakan
perbandingan antara jumlah aktiva
lancar dengan hutang lancar. Rasio ini
menunjukkan bahwa nilai kekayaan
lancar ada sekian kalinya jumlah
hutang jangka pendek. Rasio lancar ini
menujukkan tingkat keamanan kreditor
jangka pendek, atau kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang-
hutang tersebut.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Merupakan alat ukur likuiditas yang
diperoleh dengan cara aktiva lancar
dikurangi persediaan dan dibagi
dengan kewajiban jangka pendek.
Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek dengan
aktiva yang paling likuid.
2. Profitabilitas
Mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan (profitabilitas)
pada tingkat penjualan, aset, dan modal
saham tertentu. Rasio profitabilitas
meliputi :
a. Margin Laba Kotor (Gross Profit
Margin), rasio ini mengukur laba
kotor yang dapat dicapai dalam setiap
transaksi penjualan yang terjadi.
b. Margin Laba Bersih (Net Profit
Margin), merupakan rasio
perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dengan penjualan.
Besarnya hasil perhitungan margin
laba menunjukkan seberapa besar
laba setelah pajak yang diperoleh
perusahaan untuk tingkat penjualan
tertentu.
c. ROI (Rate of Return on Investment),
merupakan perbandingan antara laba
bersih yang tersedia bagi para
pemegang saham biasa dengan total
aktiva. Besarnya hasil perhitungan
pengembalian atas investasi
menujukkan seberapa besar
kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tersedia bagi
para pemegang saham biasa dengan
seluruh aktiva yang dimilikinya.
ROI =
(Agus Sartono 2010:123)
d. ROE (Return on Equity) , digunakan
untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan modal tertentu. Rasio ini
merupakan ukuran profitabilitas
dilihat dari sudut pandang pemegang
saham.
ROE =
(Brigham, 2006:109)
3. Solvabilitas
Rasio Solvabilitas bermanfaat untuk
memberikan gambaran tentang seberapa
jauh perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjangnya.
a. Rasio Total Hutang terhadap Modal
Sendiri (Dept to Equity Ratio),
menunjukkan seberapa besar Hutang
jangka panjang yang dapat dijamin
dengan ekuitas.
Total Hutang terhadap Modal Sendiri
=
(Agus Sartono 2010:121)
b. Rasio Total Hutang terhadap Total
Aktiva (Dept to Assets Ratio),
mengukur berapa besar aktiva
perusahaan yang dibiayai oleh
kreditur.
Total Hutang terhadap Total Aktiva
=
(Agus Sartono 2010:121)
4. Aktivitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan sumber dananya atau
mengelola aktivanya.
a. Rasio Perputaran Persediaan
(Inventory Turnover), dihitung
dengan membagi penjualan dengan
persediaan. Rasio ini menunjukkan
tingkat kecepatan persediaan menjadi
kas atau piutang dagang. Semakin
tinggi rasio perputaran persediaan,
maka semakin cepat pula persediaan
menjadi kas atau piutang.
Perputaran Perrsediaan =
(Agus Sartono 2010:119)
b. Rasio Perputaran Aktiva Total (Total
Assets Turnover), mengukur
perputaran dari semua aset
perusahaan dan dihitung dengan cara
membagi penjualan dengan aktiva
total. Rasio ini menunjukkan tingkat
percepatan seluruh aktiva perusahaan
menjadi kas atau piutang.
Perputaran Total Aktiva=
(Agus Sartono, 2010:120)
c. Rasio Perputaran Aktiva Tetap
(Fixed Assets Turnover), mengukur
efektivitas pengguna dana yang
tertanam pada harta tetap seperti
pabrik dan peralatan, alam rangka
menghasilkan penjualan, atau berapa
rupiah penjualan bersih yang
dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan pada aktiva tetap.
Fixed Asset Turnover = pAktivaTeta
penjualan
(Agus Sartono 2010:120)
3.4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kuantitatif yaitu dengan
menganalisis laporan keuangan perusahaan
dan menjabarkan secara rinci begaimana
perkembangan kinerja keuangan perusahaan
dengan menggunakan analisis rasio
keuangan. Setelah memperoleh data laporan
keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia
Tbk, dari BEI.
Adapun teknik analisisnya melalui
tahapan perhitungan sebagai berikut :
1. Menghitung Rasio
Dengan menggunakan data laporan
keuangan PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, yang terdaftar di BEI
tahun 2012-2016 kemudian
menentukan dan menghitung rasio-
rasio keuangan perusahaan.
2. Mendeskripsikan dan
menginterpretasikan rasio
Setelah angka-angka rasio didapat,
langkah selanjutnya menganalisis
hasil rasio-rasio tersebut dengan
menggunakan metode time series
setiap perusahaan. Metode time
series merupakan data dari suatu
fenomena tertentu yang didapat
dalam beberapa interval waktu
tertentu yang selanjutnya
dideskripsikan dan
menginterpretasikan angka-angka
rasio tersebut.
3. Menyimpulkan
Penarikan kesimpulan dengan cara
megevaluasi atau mencari proporsi,
mencari presentasi dan rasio untuk
mengetahui fenomena kelemahan
dan kelebihan yang muncul pada PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk,
4. Merekomendasikan
Rekomendasi dapat disertakan
karena adanya kelemahan atau
permasalahan yang muncul.
HASIL ANALISIS
Rasio Lancar (Current Ratio)
Current Rasio atau disebut juga rasio
lancar, yaitu rasio yang membandingkan
aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio
ini menunjukkan sejauh mana tagihan-
tagihan jangka pendek dari kreditur dapat
dipenuhi.
Grafik Rasio Lancar
Berdasarkan perhitungan terhadap
rasio lancar yang ditunjukkan pada tabel 4.1
di atas dapat diketahui perusahaan memiliki
perubahan yaitu mengalami kenaikan dan
penurunan. Pada PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk. Menunjukkan pada tahun
2012 memiliki nilai rasio lancar sebesar
116,03%, naik sebesar 11,6% pada tahun
116,30% pada tahun 2014 turun sebesar
106,21%, pada tahun 2015 naik sebesar
135% dam menurun kembali pada tahun
2016 menjadi 119,96%.
Apabila dilihat dari current ratio atau
rasio lancarnya selama kurun waktu 5 tahun
yaitu tahun 2012 sampai dengan tahun 2016,
jika dilihat dari rasio lancarnya terdapat
kenaikan dari tahun 2015, yang disebabkan
karena adanya penurunan hutang lancar dan
kenaikan nilai aktiva lancar. Dari uraian
tersebut kesanggupan PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya sangat baik. Bila nilai
rasio lancarnya 1:1 ini berarti bahwa aktiva
lancar dapat menutupi semua hutang
lancarnya. Rasio lancar yang aman adalah
jika diatas 1 atau 100% tetapi yang paling
aman jika rasionya 2:1 atau 200% keatas.
Artinya, aktiva lancar harus jauh diatas
hutang lancarnya. Dalam hal ini, hasil
perhitungan nilai rasio lancar pada PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, rata-rata
diatas 1. Artinya Koperasi telah mampu
memenuhi kewajiban lancarnya.
Rasio Cepat (Quick Ratio)
Quick Rasio merupakan ukuran
kamampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan tidak
memperhitungkan persediaan.
Grafik Rasio Cepat
Berdasarkan tabel dari hasil analisis
tersebut di atas menunjukkan bahwa nilai
Quick ratio PT. Telekomunikasi Indonesia
Tbk, mengalami penurunan dan peningkatan
pada tahun 2012-2016, pada tahun 2012
memiliki nilai rasio cepat sebesar 113,63
dan 2013 nilai rasio pada perusahaan sebesar
114,51%, pada tahun 2014 turun sebesar
104,72%, naik kembali sebesar 133,80%
pada tahun 2015 dan turun kembali menjadi
118,49% pada tahun 2016.
Pada umumnya tingkat rasio cepat
1,00 sudah dianggap baik, berarti kondisi
pada tahun 2012 sampai tahun 2016
koperasi mampu menutupi kewajiban
lancarnya tanpa menjual persediaan.
Profitabilitas
Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Gross Profit Margin digunakan
untuk mengukur berapa besar laba kotor
yang dihasilkan dibanding dengan total nilai
penjualan bersih perusahaan.
Grafik Margin Laba Kotor
Gross profit margin menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba kotor yang diperoleh dari
setiap rupiah dari tahun ke tahun.
Berdasarkan tabel dari hasil analisis tersebut
dapat diketahui nilai Gross Profit Margin
PT. Telekomunikasi Indonesia cenderung
berfluktuatif yaitu sebesar 31,40% pada
tahun 2012, naik menjadi 32,72% pada
tahun 2013, turun 31,80% pada tahun 2014,
turun lagi sebesar 30,58% pada tahun 2015
dan kemudian naik sebesar 32,82% pada
2016.
Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Net Profit Margin digunakan untuk
mengukur besarnya laba bersih yang dicapai
dari sejumlah penjualan tertentu.
Grafik Margin Laba Bersih
Net profit margin menunjukkan
besarnya pendapatan bersih atau laba bersih
yang diperoleh dari setiap penjualan.
Semakin besar rasio ini maka akan semakin
baik karena dianggap kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan keuntungan
cukup tinggi.
Berdasarkan tabel dari hasil analisis
tersebut diatas nilai net profit margin PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, pada tahun
2012 samapi 2014 nilainya cenderung sama
yaitu sebesar 24% dan mengalami
penurunan pada tahun 2015 sebesar 23,83%,
dan mengalami kenaikan yang cukup tinggi
yaitu sebesar 25,07% pada tahun 2016.
Return on Investment - ROI
Return on Inventory (ROI)
merupakan rasio pengukur terhadap
penghasilan yang dicapai bagi pemilik
perusahaan (baik pemegang saham biasa
maupun pemegang saham preferen) atas
modal yang diinvestasikan.
Grafik Return on Investment (ROI)
ROI (Return on Investment)
merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam menciptakan
keuntungan bersih setelah pajak untuk
menutupi pengeluaran investasi yang
dilakukan.
Grafik Return on Investment
Berdasarkan tabel hasil analisis
tersebut diatas nilai ROI PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, pada lima
tahun terakhir ini mengalami penurunan dan
peningkatan secara fluktuasi, hal ini dapat
dilihat dari pada tahun ke tahun, yaitu dari
tahun 2012 dan 2013 nilai ROI sebesar 16%,
turun menjadi 15,22% pada tahun 2014, lalu
turun lagi menjadi 14,03% pada tahun 2015
dan naik sebesar 16,24%. Tidak stabilnya
penggunaan asset dapat mempengaruhi
perusahaan dalam peningkatan laba yang
kurang maksimal.
Rasio ini merupakan pengukuran
kemampuan perusahaan secara keseluruhan
didalam menghasilkan keuntungan dengan
jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia
dalam perusahaan. Tujuan perhitungan rasio
ini adalah untuk mengetahui sampai
seberapa jauh aset yang digunakan dapat
menghasilka laba. Laba usaha berarti laba
dari kegiatan utama perusahaan. Aktiva PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, adalah
aktiva yang dipakai untuk menghasilkan
laba usaha tersebut. Dengan kata lain, aset
yang dihitung disini hanya aset yang
memberikan kontribusi terhadap pencapaian
laba usaha. Semakin tinggi ROI dalam
perusahaan maka semakin baik kinerja
perusahaan tersebut.
Berdasarkan gambar grafik
perhitungan Return on Investment diatas
dapat diketahui bahwa ROI pada PT.
Telekomunikasi Indosnesia Tbk, sama
halnya seperti ROE, ROI juga mengalami
penurunan dan kenaikan namun tidak terlalu
terlihat. Pada PT. XL Axiata Tbk,
mengalami penurunan dari 2,56% pada
tahun 2013 menjadi -1,39% pada tahun
2014, pada tahun 2015 naik persentase
menjadi 0,04% lalu naik persentase sebesar
0,68% pada tahun 2016. Untuk PT. Indosat
Tbk, dan PT. Smartfren Telecom Tbk, tetap
mengalami kerugian dari tahun 2013 hingga
tahun 2016 yaitu dibawah 0%. Namun, PT.
Indosat Tbk mengalami peningkatan pada
tahun 2016 sebesar 2,50%.
Return on Equity - ROE Return on Equity (ROE) digunakan
untuk mengukur kamampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuantungan dengan
menggunakan aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan.
Grafik Return on Equity (ROE)
ROE (Return on Equity) merupakan
penghasilan atau laba yang bersih yang
diperoleh oleh pemilik perusahaan atas
modal yang diivestasikan di dalam
perusahaan atau laba bersih yang diperoleh
oleh pemilik modal.
Berdasarkan tabel hasil analisis
tersebut diatas nilai ROE PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, mengalami
penurunan dari tahun 2013 hingga tahun
2015 yaitu dari tahun 2012 sebesar 27,41%
turun menjadi 26,20% pada 2013, lalu
menurun menjadi 24,90% pada tahun 2014
dan menetap pada 24,95% ditahun 2015.
Walaupun PT. Telekomunikasi Indonesia
mengalami kecenderungan menurun,
penurunan tersebut tidak terlalu besar karena
kemudian meningkat menjadi sebesar
27,63% pada tahun 2016. Nilai masing-
masing rasio diatas menunjukkan bahwa
laba bersih yang dimiliki oleh perusahaan
untuk menutupi pengeluaran investasi
bernilai cukup besar.
Grafik Return on Equity
Dapat diketahui bahwa ROE pada
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk,
mengalami penurunan dan kenaikan yang
tidak terlalu terlihat dari tahun ketahun
dengan kata lain perubahan banyak terjadi
dalam jarak angka yang kecil. Pada PT. XL
Axiata Tbk, mengalami titik terendahnya
pada tahun 2014 yaitu -6,38% dan
mengalami peningkatan menjadi 1,77%
yang terjadi pada tahun 2016. Lain halnya
dengan PT. Indosat Tbk, dan PT. Smartfren
Telecom Tbk, yang mengalami ROE
dibawah 0% dari tahun 2013 hingga 2016.
Solvabilitas
Dept to Equity Ratio - DER
Debt to Equity Rasio menunjukkan
hubungan antara jumlah hutang jangka
panjang dengan modal sendiri yang
diberikan oleh perusahaan guna mengetahui
financial leverage perusahaan.
Grafik Dept to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio menggambarkan
perbandingan hutang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan, dan kemampuan
modal sendiri perusahaan untuk memenuhi
seluruh kewajibannya. Berdasarkan tabel
dari hasil analisis tersebut di atas nilai debt
to equity ratio PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, pada tahun 2012-2014
cenderung sedikit menurun yaitu sebesar
66,27% pada tahun 2012, 65,26% pada
tahun 2013 dan 63,59 % pada tahun 2014.
Pada tahun ke 2015 mengalami
peningkatan sebesar 77,86% dan kembali
menurun sebesar 70,17% pada tahun 2016.
Tingkat pengembalian hutang yang relatif
rendah tersebut disebabkan oleh besarnya
hutang perusahaan, sedangkan modal yang
dimiliki belum mencukupi untuk
meningkatkan jumlah pengembalian
hutangnya.
Untuk itu perusahaan harus mencari
investor baru sebagai penanam modal
diperusahaan. Dengan demikian akan terjadi
perputaran modal yang dapat mendukung
perkembangan operasional perusahaan, dan
perusahaan dapat memenuhi kewajibannya
dengan baik. Sehingga dengan demikian
beban yang ditanggung perusahaan akan
berkurang.
Dept to Assets Ratio – DAR
Dept to Assets Ratio digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menjamin hutang dengan sejumlah
aktiva yang dimiliki
Grafik Dept to Assets (DAR)
Debt to Assets Ratio mengukur
kemampuan perusahaan dalam menjamin
hutang dengan sejumlah aktiva yang
dimiliki. Semakin tinggi rasio ini berarti
semakin besar pula jumlah modal pinjaman
yang digunakan dalam menghasilkan
keuntungan dibanding dengan aktiva yang
dimiliki.
Berdasarkan tabel dari hasil analisis
tersebut di atas menunjukkan bahwa nilai
Debt Rasio perusahaan PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, sebesar 39,85% pada tahun
2012 dan pada 2013 mengalami sedikit
penurunan yaitu sebesar 39,48%. Pada tahun
2014 mengalami sedikit penurunan kembali
yaitu sebesar 38,87%. Kemudian dari tahun
2014 ke tahun 2015 mengalami peningkatan
sebesar 43,77% dan kemudian turun menjadi
41,23% pada tahun 2016.
Tingkat pengembalian hutang yang
relatif rendah dan tidak stabil tersebut
disebabkan oleh besarnya hutang
perusahaan. Sedangkan asset yang dimiliki
oleh perusahaan belum mencukupi untuk
meningkatkan jumlah pengembalian hutang.
Untuk itu perusahaan harus lebih
mengoptimalkan kegiatan usahanya,
sehingga nantinya dapat meningkatkan asset
perusahaan dan dapat memenuhi
kewajibannya dengan baik. Sehingga beban
yang ditanggung perusahaan semakin
berkurang.
4.2.4. Aktivitas
Inventory Turnover menunjukkan
kemampuan dana yang tertanam dalam
Inventory berputar pada suatu periode
tertentu.
Grafik Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan atau biasa
disebut inventory turnover pada PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk,
menunjukkan kemampuan dana yang
tertanam dalam inventory berputar pada
suatu periode tertentu. Berdasarkan tabel
dari hasil analisis tersebut di atas, nilai rasio
ini cenderung meningkat pada lima tahun
terakhir ini yakni pada tahun 2012 inventory
berputar sebesar 13,32%, pada tahun 2013
sebesar 16,30%, pada tahun 2014 sebesar
18,92%, pada tahun 2015 sebesar 19,40%,
dan yang terakhir pada tahun 2016 sebesar
19,92%.
Berdasarkan gambar diatas diketahui
pergerakan Kinerja PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, jika dilihat dari nilai rasio
perputaran persediaannya. Nilai rasio
mengalami peningkatan pada tahun 2012
sampai dengan tahun 2014 dan mengalami
penurunan pada tahun 2015.
Berdasarkan analisis diatas, dapat
diketahui kinerja PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, jika dilihat dari nilai rasio
perputaran persediaannya. Kinerja yang
terbaik tampak pada tahun 2016 yang
merupakan nilai tertinggi dari rasio
perputaran persediaan. Pada tahun 2016
besar nilai pembelian sangat tinggi sehingga
rasio yang dihasilkan tinggi. Semakin tinggi
rasio perputaran persediaan, maka semakin
cepat pula persediaan menjadi kas atau
piutang.
Untuk dapat lebih memaksimalkan
kinerja agar lebih stabil, maka diperlukan
nilai HPP sehingga dapat menghasilkan
kinerja yang lebih baik. Semakin kecil nilai
persediaan yang dihasilkan semakin baik
karena nilai rasio yang dihasilkan akan
semakin besar, artinya PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, dapat mengadakan kegiatan
penjualan dengan cepat.
Perputaran Total Aktiva (Total Assets
Turnover)
Total Assets Turnover adalah kemampuan
dana yang tertanam dalam keseluruhan
aktiva berputar dalam suatu periode tertentu
untuk kemampuan modal yang
diinvestasikan untuk menghasilkan
pendapatan.
Grafik Perputaran Total Aktiva
Rasio perputaran total aktiva pada
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk,
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 nilai
perputaran aktiva sebesar 69,26%
perusahaan mengalami penurunan atas usia
penjualan atas total aktiva menjadi 64,84%
pada tahun 2013 dan mengalami penurunan
secara terus menerus sampai 2014 menjadi
63,66% dan 61,66% pada tahun 2015.
Kemudian kembali meningkat menjadi
64,76% pada tahun 2016.
Salah satu penyebab dari
menurunnya perputaran total aktiva ini
adalah membesarnya total aktiva, hal ini
menandakan bahwa pihak manajemen
kurang optimal dalam mengelola seluruh
aktiva perusahaannya. Jadi, kondisi
perusahaan bisa dikatakan kurang baik,
karena jika semakin tinggi perputaran yang
diperoleh, maka semakin optimal
perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva
perusahaannya begitu pula sebaliknya.
Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets
Turnover)
Fixed Assets Turnover mengukur
sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva
tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
Grafik Fixed Assets Turnover
Fixed asset turnover mengukur
sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva
tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
Berdasarkan tabel hasil analisis tersebut
diatas, dapat dikatakan bahwa perputaran
aktiva tetap PT. Telekomunikasi Indonesia
Tbk, masih lambat, perusahaan kurang
begitu efektif dalam mengelola aktiva
tetapnya. Dikarenakan fixed asset turnover
menurun dari 92,50% pada tahun 2012
menurun hingga 87,44% pada tahun 2013
dan terus menurun menjadi 83,97% pada
tahun 2014.
Meningkat ditahun 2015 dan 2016
yaitu perputarannya hanya berkisar antara
86,64% pada tahun 2015, dan sebesar
88,19% pada tahun 2016. Hal ini jelas tidak
efektif, dan dapat dikatakan bahwa kondisi
perusahaan dalam keadaan kurang baik.
Karena kalau saja dana perusahaan tidak
tertanam pada aktiva tetap secara berlebihan,
maka perusahaan bisa terhindar dari
pembiayaan hutang yang terlalu tinggi dan
akan membayar beban bunga lebih rendah.
Rasio Pertumbuhan
Selanjutnya adalah rasio
pertumbuhan, dimana rasio ini digunakan
untuk menggambarkan kemampuan
perusahaan mempertahankan posisi
ekonominya ditengah pertumbuhan
perekonomian dan sektor usahanya.
Sumber Data Diolah 2017.
Dapat diketahui bahwa rasio
pertumbuhan pada PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, mengalami kenaikan dari
tahun 2013 hingga 2015 dan mengalami
penurunan yang tidak terlalu terlihat dari
14,24% pada tahun 2015 menurun menjadi
13,52% pada tahun 2016. Pada PT. XL
Axiata Tbk, mengalami kenaikan sebesar
10,32% pada tahun 2014 dan terus
mengalami penurunan hingga pada tahun
2016 persentase menurun hingga -6,70%.
PT. Indosat Tbk, mengalami penurunan dari
6,40% pada tahun 2013 menjadi 0,96% pada
tahun 2014 dan mengalami kenaikan sebesar
11,14% pada tahun 2015 dan sedikit
menurun menjadi 9,02% pada tahun 2016.
Pada PT. Smartfren Telecom Tbk,
mengalami penurunan secara signifikan
sebesar 47,27% dari tahun 2013 hingga
2,41% pada tahun 2015 dan megalami
peningkatan menjadi 20,21% pada tahun
2016.
Jika dibandingkan dengan beberapa
perusahaan telekomunikasi besar di
Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, adalah
perusahaan yang paling stabil, stabil dalam
arti tidak mengalami naik turunnya
persentasi yang begitu terlihat dibandingkan
dengan kopetitor lainnya. PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, selalu
unggul dalam menghasilkan laba, walaupun
pada rasio pertumbuhannya PT. Smartfren
Telecom Tbk, lebih unggul ditahun 2013.
Namun, PT. Smartfren Telecom Tbk dari
tahun 2013 hingga tahun 2015 mengalami
penurunan persentasi secara terus menerus
hingga dibawah PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, dan sedikit unggul lagi
ditahun 2016 diatas PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk.
Hal ini merupakan warning pada PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, bahwa PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, memiliki
kompetitor yang mempunyai kecenderungan
melampaui penjualannya yaitu PT. Smarfren
Tbk, yang harus dicermati oleh PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk,.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penilaian kinerja
keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia
Tbk, melaluli laporan keuangan dengan
menggunakan rasio likuiditas, rasio
profitabilitas, rasio solvabilitas dan rasio
aktivitas dari tahun 2012 sampai 2016.
Adapun kesimpulan dan saran yang akan
dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Kinerja keuangan rasio PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk,
berdasarkan rasio likuiditas
mengalami mengalami fluktuasi. Hal
ini disebabkan oleh adanya
peningkatan hutang lancar dari tahun
ke tahun, sehingga hal ini
menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan kurang baik.
2. Kinerja keuangan perusahaan
berdasarkan rasio profitabilitas dari
tahun ke tahun setiap perusahaan
menunjukkan peningkatan.
Peningkatan ini disebabkan oleh
penjualan yang meningkat dari tahun
ke tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan semakin
baik karena mampu meningkatka
laba.
3. Kinerja perusahaan berdasarkan
rasio solvabilitas menunjukkan
peningkatan hal ini berarti
perusahaan mampu menutup hutang-
hutang jangka panjangnya.
Peningkatan ini disebabkan oleh
semakin meningkatnya total aktiva
dari tahun ke tahun.
4. Kinerja keuangan perusahaan
berdasarkan rasio aktivitas
mengalami peningkatan hal ini
menujukkan bahwa kinerja
perusahaan semankin meningkat dan
perusahaan mampu mengoptimalkan
penggunanaan aktiva.
Saran
Dengan hasil analisis yang telah
didapat, peneliti dapat memberikan beberapa
saran:
Bagi pihak manajemen perusahaan
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk,
diharapkan dapat memperbaiki rasio
likuiditas dan solvabilitas perusahaan
dengan cara menambah aktiva relatif lebih
besar daripada tambahan utang yaitu
tambahan modal sendiri ditambahkan pada
aktiva atau mengurangi utang relatif lebih
besar daripada berkurangnya aktiva yaitu
tambahan modal sendiri digunakan untuk
mengurangi atau membayar utang.
Sehingga perusahaan mampu
memenuhi kewajiban jangka pendek dan
jangka panjangnya dan untuk
menyeimbangkan antara rasio likuiditas,
solvabilitas dan profitabilitas dapat
dilakukan dengan menekan beban bunga
dengan jalan menutup hutang jangka pendek
maupun hutang jangka panjang yang jatuh
tempo. Selain itu perusahaan juga dapat
melakukan promosi diskon ataupun promosi
bonus dengan memanfaatkan berbagai
media seperti iklan media cetak (koran,
majalah, katalog produk, brosur dan poster),
iklan media elektronik (televisi, radio dan
online seperti website atau youtube) dan
iklan luar ruang (billboard, baliho, spanduk
dan iklan tembok biasanya dilukis
didinding-dinding yang berada
dikeramaian).
Selain itu idealnya operator
telekomunikasi membangun jaringan
diseluruh wilayah, termasuk kawasan yang
sulit dijangkau dan tidak memiliki penduduk
yang banyak, seperti Papua atau pulau-pulau
terdepan Indonesia. Walaupun pada
kenyataan tidak seperti itu, biasanya
operator lebih memilih untuk membangun
jaringan kawasan yang padat penduduk.
Selanjutnya yang tidak kalah penting
melakukan inovasi terhadap produk yaitu
menemukan terobosan baru yang berbeda
dari yang sudah ada seperti menstimulasi
bagaimana membuat masyarakat sadar akan
pentingnya kemajuan teknologi atau
mengembangkan produk menjadi lebih
menarik dari sebelumnya sehingga dapat
meningkatkan daya tarik beli dan mendapat
kesetiaan dari masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes Sawir. 2000. Metodologi Penelitian
untuk Bisnis. Buku 2 Edisi 4.
Jakarta: Salemba Empat.
Andina Jathu Pranita. 2011. Analisis Rasio
Keuangan untuk Menilai Kinerja
Keuangan Perusahaan Alas Kaki
(Footwear) yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2007-2009.
Laporan Hasil Penelitian. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brwijaya, Malang.
Brigham, Eugene F., dan Houston Joul F.
2006. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan Edisi Kesepuluh. (Buku
1). Jakarta: Salemba Empat.
Eka Cahya Rizki. 2013. Analisis Rasio
Keuangan untuk Menilai Kinerja
Perusahaan Sektor Pertambangan
yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2011.
Laporan Hasil Penelitian Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya, Malang.
Harahap, Sofyan Safri. 2010. Analisis Kritis
Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Ikatan Akuntasi Indonesia. 2009. Standar
Akuntansi Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang.
1999. Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi dan Manajemen.
Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE.
Irham Fahmi. 2011. Analisis Kinerja
Keuangan: Panduan Bagi
Akademisi, Manajer dan Investor
untuk Menilai dan Menganalisis
Bisnis dan Aspek Keuangan.
Bandung: Alfabeta.
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Mamduh, M. Hanafi. 2008. Manajemen
Keuangan. (Edisi Kesatu).
Yogyakarta: BPFE.
Punaji, Setyosari. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Kencana
R. Agus Sartono. 2010. Manajemen
Keuangan Teori dan Aplikasi. (Edisi
Keempat). Yogyakarta: BPFE.
Rizki Anisa. 2011. Analisa Kinerja
Keuangan dalam mendukung
Pencapaian Tujuan Koperasi Wanita
Serba Usaha „Setia Budi Wanita‟.
Laporan Hasil Penelitian. Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya,
Malang.
S. Munawir. 2010. Analisa Laporan
Keuangan. (Edisi Keempat).
Yogyakarta: Liberty.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Bisnis
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Tampubolon, P. Manahan. 2005.
Manajemen Keuangan (Finance
Management). Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Tjiptono Darmadji dan Fakhruddin Hendy
M. 2001. Pasar Modal di Indonesia
Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta:
PT. Salemba Emban.
Warsono. 2003. Manajemen Keuangan
Perusahaan. (Jilid 1). Jakarta: Bayu
Media Publishing.
bumnwatchreport.com
economy.okezone.com
saepudinonline.wordpress.com
teknologi.metrotvnews.com
telkom.co.id
Top Related