Download - ANALISIS HASIL - pusdatin.setjen.pertanian.go.idpusdatin.setjen.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Buku... · Metode Pengumpulan Data ... Asal/Sumber Pengadaan Jagung ... 3. Peternak

Transcript

ANALISIS HASIL

SURVEI PENGGUNAAN JAGUNG TAHUN 2014

Ukuran Buku : 10,12 inchi x 7,17 inchi (B5)

Jumlah halaman : 51 halaman

Penasehat : Ir. M. Tassim Billah, MSc

Penyunting :

Ir. Dewa N. Cakrabawa, MM

Ir. Sabarella, MSi

Ir. Wieta B. Komalasari, Msi

Naskah :

Ir. Wieta B. Komalasari, MSi

Ir. Efi Respati, MSi

Dra. Laelatul Hasanah, Msi

Sri Wahyuningsih, S.Si

Metha Herwulan Ningrum

Design dan Layout :

Heri Dwi Martono, A.Md

Rinawati, SE

Diterbitkan oleh :

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Kementerian Pertanian, 2014

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

ANALISIS HASIL

SURVEI PENGGUNAAN JAGUNG

TAHUN 2014

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN

SEKRETARIAT JENDERAL

KEMENTERIAN PERTANIAN

2014

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan

petunjuk-Nya Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014 dapat

selesai disusun. Survei ini merupakan survei pendahuluan untuk

mengumpulkan data terkait penyaluran dan penggunaan jagung dalam

berbagai aspek. Analisis ini merupakan salah satu output dari kegiatan

Survei Penggunaan Jagung tahun 2014. Buku ini berisi analisis hasil

pengolahan data Survei Penggunaan Jagung tahun 2014.

Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan

kerjasamanya dalam kegiatan Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014, baik

di pusat maupun daerah, kami menyampaikan penghargaan dan terima

kasih. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna

penyempurnaan, perbaikan hasil analisis ini. Semoga buku ini dapat

bermanfaat bagi para pengguna data serta dapat mendukung tersedianya

informasi bagi perencanaan pembangunan pertanian secara umum.

Jakarta, Desember 2014

Kepala Pusat Data dan

Sistem Informasi Pertanian,

Ir. M. Tassim Billah, MSc.

NIP. 19570725 198203 1 002

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ii

DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv

I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

II. METODOLOGI ............................................................................ 3

2.1. Tahap Pemilihan Sampel ..................................................... 3

2.2. Metode Pengumpulan Data ................................................. 7

2.3. Organisasi Lapang .............................................................. 9

2.4. Alur Pengumpulan, Pelaporan dan Pengolahan Data ........ 9

2.5. Konsep dan Definisi .......................................................... 10

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 17

3.1. Penyaluran Produksi Jagung di Tingkat Petani .................. 17

3.2. Asal Dan Penyaluran Jagung di Tingkat Pedagang ............. 25

3.3. Penggunaan Jagung di Pabrik Pakan .................................. 29

3.4. Penggunaan Jagung di Peternak ........................................ 53

3.5. Penggunaan Jagung di Industri Pangan ............................. 58

3.6. Neraca Komoditas Jagung .................................................. 63

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 69

4.1. Kesimpulan ........................................................................ 69

4.2. Saran ............................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 73

L A M P I R A N ........................................................................... 74

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1.1. Provinsi dengan kontribusi produksi jagung terbesar dan lokasi pabrik pakan di Indonesia .............................................. 4

Tabel 2.1.2. Kabupaten dengan kontribusi produksi jagung terbesar serta lokasi industri di masing-masing provinsi sampel .......... 5

Tabel 2.1.3. Alokasi sampel survei penggunaan jagung .............................. 7

Tabel 2.2.1. Kuesioner survei yang digunakan ............................................ 8

Tabel 2.3.1. Organisasi lapang pelaksanaan survei ..................................... 9

Tabel 3.1.1. Rata-rata luas panen jagung pada petani sampel menurut musim (m2) ............................................................................. 18

Tabel 3.1.2. Produktivitas jagung pipilan kering petani sampel menurut musim tanam ......................................................................... 20

Tabel 3.1.3. Hasil Survei Tim Terpadu Ditjen Tanaman Pangan, Tahun 2013 ........................................................................................ 24

Tabel 3.3.1. Total volume penggunaan jagung di provinsi sampel, Juni 2013 sd. Mei 2014 .................................................................. 32

Tabel 3.3.2. Kode HS utama komoditas jagung .......................................... 52

Tabel 3.4.1. Jumlah populasi ayam petelur, ayam buras, dan itik di provinsi sampel ....................................................................... 54

Tabel 3.6.1. Neraca komoditas jagung ...................................................... 64

Tabel 3.6.2. Perhitungan kebutuhan jagung untuk benih .......................... 67

Tabel 3.6.3. Volume ekspor dan impor jagung ........................................... 68

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iv

DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar 2.1.1. Skema pelaku pada rantai tata niaga jagung yang menjadi obyek survei ........................................................... 3

Gambar 2.4.1. Alur pengumpulan data survei ............................................... 10

Gambar 3.1.1. Rata-rata luas panen pada petani sampel menurut musim tanam ...................................................................... 18

Gambar 3.1.2. Produktivitas jagung dalam 3 musim pertanaman di 5 (lima) provinsi sampel ........................................................ 19

Gambar 3.1.3. Sebaran harga jagung pipilan kering di tingkat petani sampel ................................................................................ 21

Gambar 3.1.4. Harga jual rata-rata jagung pipilan kering menurut musim tanam ....................................................................... 22

Gambar 3.1.5. Tujuan penjualan jagung oleh petani sampel .................... 23

Gambar 3.1.6. Kelembagaan kelompok tani di provinsi sampel................. 25

Gambar 3.2.1. Asal jagung yang diperdagangkan oleh pedagang .............. 26

Gambar 3.2.2. Penjualan jagung dari pedagang ......................................... 27

Gambar 3.2.3. Sebaran harga jagung pipilan kering di tingkat responden pedagang ........................................................... 28

Gambar 3.2.4. Bentuk jagung yang diperdagangkan .................................. 29

Gambar 3.3.1. Volume Penggunaan Jagung Lokal di Provinsi Sampel, Bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 .............................................. 30

Gambar 3.3.2. Volume Penggunaan Jagung Impor di Provinsi Sampel, Bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 .............................................. 31

Gambar 3.3.3. Total volume penggunaan jagung lokal dan impor di provinsi sampel, Juni 2013 sd. Mei 2014 ............................ 33

Gambar 3.3.4. Rata-rata harga pembelian jagung lokal dan impor oleh pabrik pakan ........................................................................ 35

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

Gambar 3.3.5. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta luas panen jagung lokal dan impor di provinsi Banten, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 ........................................................ 36

Gambar 3.3.6. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta harga jagung lokal dan impor di provinsi Banten, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 ............................................................... 37

Gambar 3.3.7. Volume Penggunaan Jagung Lokal dan Impor serta Luas Panen Jagung Lokal dan Impor Di Provinsi Jawa Barat, Bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 .............................................. 38

Gambar 3.3.8. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta harga jagung lokal dan impor di provinsi Jawa Barat, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 ............................................................... 39

Gambar 3.3.9. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta luas panen jagung lokal dan impor di Provinsi Jawa Tengah, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 .............................................. 40

Gambar 3.3.10. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta harga jagung lokal dan impor di provinsi Jawa Tengah, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 ........................................................ 41

Gambar 3.3.11. Volume Penggunaan Jagung Lokal dan Impor serta Luas Panen Jagung Lokal dan Impor Di Provinsi Jawa Timur, Bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 .............................................. 42

Gambar 3.3.12. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta harga jagung lokal dan impor di provinsi Jawa Timur, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 ............................................................... 43

Gambar 3.3.13. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta luas panen jagung lokal dan impor di Provinsi Sumatera Utara, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 ................................... 44

Gambar 3.3.14. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta harga jagung lokal dan impor di provinsi Sumatera Utara, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 ........................................................ 45

Gambar 3.3.15. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta luas panen jagung lokal dan impor di Provinsi Lampung, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 ........................................................ 46

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vi

Gambar 3.3.16. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta harga jagung lokal dan impor di provinsi Lampung, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 ............................................................... 47

Gambar 3.3.17. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta luas panen jagung lokal dan impor di Provinsi Sulawesi Selatan, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 ................................ 48

Gambar 3.3.18. Volume penggunaan jagung lokal dan harga jagung lokal di provinsi Sulawesi Selatan, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014 ..................................................................................... 49

Gambar 3.3.19. Provinsi asal jagung lokal yang memasok kebutuhan pabrik pakan ........................................................................ 50

Gambar 3.3.20. Sebaran harga pembelian jagung pipilan kering oleh pabrik pakan ........................................................................ 51

Gambar 3.3.21.Negara asal impor jagung untuk bahan baku pabrik pakan ................................................................................... 52

Gambar 3.4.1. Asal/Sumber Jagung yang digunakan Peternak .................. 56

Gambar 3.4.2. Kelembagaan Kelompok Peternak ...................................... 57

Gambar 3.4.3. Keanggotaan peternak dalam kelompok peternak ............. 58

Gambar 3.5.1. Asal/Sumber Pengadaan Jagung ......................................... 59

Gambar 3.5.2. Daerah Asal Jagung.............................................................. 60

Gambar 3.5.3. Pemasaran hasil produksi olahan jagung ............................ 61

Gambar 3.5.4. Persentase memperoleh jagung ......................................... 62

Gambar 3.5.5. Persentase Alasan kesulitan bahan jagung ......................... 62

Gambar 3.6.1. Asumsi perhitungan penggunaan jagung oleh peternak lokal ..................................................................................... 66

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

I. PENDAHULUAN

Jagung merupakan komoditas strategis dilihat dari perannya sebagai

sumber karbohidrat kedua setelah beras dan juga sebagai bahan baku

pakan ternak, yang berarti jagung mempunyai peran penting dalam

penyediaan protein hewani, karena itu komoditas ini perlu ditingkatkan

kapasitas produksinya. Sementara itu selama 10 tahun terakhir, komoditas

jagung di pasar dunia mengalami pergeseran fungsi menjadi sumber bahan

bakar nabati, khususnya etanol. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat

meningkatkan produksi etanol berbahan dasar jagung dan menjadi

produsen etanol terbesar di di dunia. Dampak dari hal tersebut adalah

menurunnya penawaran jagung di pasar dunia, karena Amerika Serikat

merupakan eksportir terbesar jagung dunia. Dampak tersebut juga

dirasakan oleh negara Indonesia sebagai negara yang mengimpor jagung

untuk memenuhi kebutuhan permintaan domestiknya.

Penggunaan jagung untuk pangan diantaranya diolah menjadi

berbagai macam produk makanan turunan seperti sereal, sirup, dan obat

(melalui rekayasa genetik). Tepung jagung dimasyarakat dikenal dengan

tepung maizena dapat diolah menjadi bebagai macam produk olahan

seperti roti, kue, pie, kripik dan lain sebagainya. Disamping itu juga dapat

dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok dengan pengolahan yang

lebih sederhana seperti langsung direbus atau dibakar, sedikit perlakuan

sehingga menjadi nasi jagung, bubur jagung atau bahkan di sebuah daerah

di Jawa Tengah ada makanan khas semacam bubur jagung yang dikenal

dengan jenang blendung.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2

Berdasar tabel input output tahun 2005 (BPS), penggunaan jagung

sekitar 21,85% untuk industri pakan ternak, kopi giling dan kupasan sebesar

8,91%, tepung jagung sebesar 7,18%, bibit sebesar 5,31% , minyak jagung

sebesar 3,23% dan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 51,37%.

Besaran konsumsi ini dianggap over estimate sehingga perlu ada kajian

mengenai hal ini. Sementara itu komponen penggunaan yang diolah untuk

industri makanan dan non makanan seringkali data yang tersedia terbatas

dan cenderung under estimate.

Informasi mengenai ketersediaan dan penggunaan jagung sebagai

komponen penyusun neraca komoditas jagung, selama ini masih

mengandung beberapa kelemahan. Survei Penggunaan Jagung yang

dilakukan oleh Pusdatin tahun 2014 diharapkan dapat menyediakan data

dan informasi terkait penyusunan neraca komoditas jagung tersebut.

Dalam analisis ini dilakukan penyusunan neraca komoditas jagung dengan

menggunakan beberapa paramater yang diambil dari hasil Survei

Penggunaan Jagung.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

II. METODOLOGI

2.1. Tahapan Pemilihan Sampel

Survei pengunaan jagung dilakukan terhadap 5 (lima) pelaku pada

rantai tata niaga jagung yakni mulai dari tingkat produsen hingga

penggunaannya oleh peternak, industri pakan, dan industri pangan yang

berbahan baku jagung. Responden dalam survei ini meliputi:

1. Petani

2. Pedagang

3. Peternak ayam petelur/ayam buras/itik

4. Industri pakan

5. Industri pangan

Pelaku pada mata rantai tata niaga jagung yang menjadi obyek pada

survei ini digambarkan pada skema berikut:

Gambar 2.1.1. Skema pelaku pada rantai tata niaga jagung yang menjadi obyek survei

Untuk memperoleh sampel pada tiap pelaku mata rantai tata niaga

jagung tersebut maka dilakukan pemilihan sampel dengan tahapan sebagai

berikut:

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 4

Tahap 1: Pemilihan provinsi

Pemilihan provinsi sampel dilakukan berdasarkan provinsi sentra produksi

jagung pipilan kering serta banyaknya industri/usaha/unit pengolahan

jagung untuk pakan dan pangan. Indikator ini berasal dari data produksi

jagung pipilan kering per provinsi yang bersumber dari BPS, data lokasi

industri pakan ternak dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta

data usaha/unit industri besar/sedang dan mikro/kecil yang bersumber dari

BPS. Berdasarkan atas besarnya produksi jagung dan lokasi pabrik pakan,

maka terpilih 7 (tujuh) provinsi seperti tersaji pada Tabel 2.1.1.

Tabel 2.1.1. Provinsi dengan kontribusi produksi jagung terbesar dan lokasi pabrik pakan di Indonesia

No Provinsi

Rata-rata

Produksi

(Ton)

Share (%)Share

Kumulatif (%)Pabrik pakan

1 Jawa Timur 5,775,299 31.06 31.06 14

2 Jawa Tengah 2,964,013 15.94 47.00 4

3 Lampung 1,856,917 9.99 56.98 4

4 Sulawesi Selatan 1,412,523 7.60 64.58 4

5 Sumatera Utara 1,263,829 6.80 71.38 8

6 Jawa Barat 1,005,441 5.41 76.78 8

7 Banten 15,119 0.08 76.86 12

Total 54

pabrik pakan petanipeternak

unggaspedagang

industri

Laintotal

Jatim 17 23 20 12 20 92

Sumut 10 10 10 8 3 41

Jabar 8 8 10 7 9 42

Banten 12 5 5 5 6 33

Jateng 4 13 15 8 2 42

51 59 60 40 40 250

Provinsi

Jumlah Sampel

Tahap 2: Pemilihan kabupaten

Pemilihan kabupaten di provinsi terpilih berdasarkan kabupaten

yang memiliki relatif banyak produksi jagung pipilan kering serta banyaknya

industri/usaha/unit pengolahan jagung untuk pakan dan pangan.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

Tabel 2.1.2. Kabupaten dengan kontribusi produksi jagung terbesar serta lokasi industri di masing-masing provinsi sampel

Jawa Timur Jawa

TengahSumatera Utara Jawa Barat Banten Lampung Sulawesi Selatan

Tuban Grobogan Deli serdang Garut Tangerang Lampung Tengah Sidrap

Probolinggo Semarang Karo Ciamis Kab. Serang Lampung Selatan Pinrang

Sidoarjo Kendal Kota Medan Majalengka Lampung Timur Gowa

Surabaya Cirebon

Blitar Bogor

Kediri Bekasi

Malang

Tahap 3: Pemilihan Sampel

Dikarenakan terdapat 5 pelaku dalam rantai tata niaga jagung yang

menjadi target sampel pada survei ini, maka pemilihan sampel dibedakan

sebagai berikut:

a. Sampel petani

Alokasi sampel petani dipilih pada tiap-tiap kabupaten sampel

dilakukan secara proporsional berdasarkan besarnya daerah sentra

produksi jagung. Kemudian, petani sampel yang diwawancarai dipilih

dengan metode non probability sample berdasarkan informasi dari

Dinas Pertanian Kabupaten.

b. Sampel pedagang

Alokasi sampel pedagang dipilih pada tiap-tiap kabupaten

sampel dilakukan secara proporsional berdasarkan besarnya daerah

sentra produksi jagung. Kemudian, pedagang jagung sampel yang

diwawancarai dipilih dengan metode non probability sample

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 6

berdasarkan informasi dari Dinas Peternakan atau Dinas Pertanian

Kabupaten.

c. Sampel peternak ayam petelur/ayam buras/itik

Alokasi sampel peternak ayam petelur/ayam buras/itik dipilih

pada tiap-tiap kabupaten sampel dilakukan secara proporsional

berdasarkan besarnya daerah sentra produksi jagung dan juga

banyaknya peternak ayam petelur/ayam buras/itik yang mencampur

sendiri jagung sebagai pakannya. Kemudian, peternak ayam

petelur/ayam buras/itik sampel yang diwawancarai dipilih dengan

metode non probability sample berdasarkan informasi dari Dinas

Peternakan Kabupaten.

d. Sampel industri pakan

Alokasi sampel perusahaan/usaha industri pakan dipilih pada

tiap-tiap kabupaten sampel dilakukan secara proporsional berdasarkan

besarnya daerah sentra produksi jagung. Kemudian, perusahaan/usaha

industri pakan sampel yang diwawancarai dipilih dengan metode non

probability sampel berdasarkan informasi dari Ditjen Peternakan dan

Kesehatan Hewan serta Gabungan Perusahaan Makanan Ternak

(GPMT).

e. Sampel industri pangan

Alokasi sampel perusahaan/usaha industri pangan dipilih pada

tiap-tiap kabupaten sampel dilakukan secara proporsional berdasarkan

besarnya daerah sentra produksi jagung. Kemudian, perusahaan/usaha

industri lainnya sampel yang diwawancarai dipilih dari frame sample

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

industri besar/sedang dan mikro/kecil yang menggunakan jagung

sebagai bahan baku, bersumber dari BPS dengan metode non

probability sampel dan juga dari KADIN. Alokasi sampel untuk masing-

masing pelaku pada rantai tata niaga jagung pada provinsi terpilih

tersaji Tabel 2.1.3.

Tabel 2.1.3. Alokasi sampel survei penggunaan jagung

pabrik

pakanpetani

peternak

unggaspedagang

industri

Pangantotal

Banten 12 5 5 4 2 28

Jawa Barat 8 8 10 9 8 43

Jawa Tengah 4 14 15 8 1 42

Jawa Timur 14 24 23 11 17 89

Sumatera Utara 8 10 10 8 3 39

Sulawesi Selatan 4 2 8 5 19

Lampung 4 1 8 6 1 20

TOTAL 54 64 79 51 32 280

Provinsi

Jumlah Sampel

2.2. Metode Pengumpulan Data

Survei pengunaan jagung yang dilakukan mencakup 5 (lima) pelaku

pada rantai tata niaga jagung mulai dari tingkat produsen hingga

penggunaannya oleh peternak dan industri/usaha. Pengumpulan data pada

survei ini dilakukan dengan kunjungan dan wawancara langsung kepada

responden dengan menggunakan masing-masing kuesioner yang

disesuaikan dengan responden, jenis kuesioner seperti terlihat pada Tabel

2.1.1 dibawah ini dan secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 2.

Jenis kuesioner dalam pengumpulan data survei penggunaan jagung

tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 8

Tabel 2.2.1. Kuesioner survei yang digunakan

No. Kuesioner Kegunaan Petugas

1. SPJ2014.PAKAN Mengumpulkan data penggunaan jagung di industri pakan

Tim pusat-Daerah

2. SPJ2014.PANGAN Mengumpulkan data penggunaan jagung di industri pangan

Tim pusat-Daerah

3. SPJ2014.TANI Mengumpulkan data produksi dan penyaluran jagung oleh petani

Tim pusat-Daerah

4. SPJ2014.DAG Mengumpulkan data penyaluran jagung oleh pedagang

Tim pusat-Daerah

5. SPJ2014.NAK Mengumpulkan data penggunaan jagung oleh peternak

Tim pusat- Daerah

Responden yang diwawancarai diupayakan dapat memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1. Petani

Telah berusaha tani jagung dalam waktu yang relatif lama

Bentuk hasil produksinya jagung pipilan kering

Sebagian atau seluruh produksi jagungnya untuk dijual

Melakukan transaksi penjualan jagung pada periode survei

2. Peternak ayam ras petelur/ayam buras/itik

Beternak ayam ras petelur/ayam buras/itik

Menggunakan pakan jagung yang dicampur sendiri

3. Pedagang

Berdagang jagung pipilan kering dan atau wujud lainnya

Memiliki lokasi usaha yang jelas

Mudah diwawancarai

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

2.3. Organisasi Lapang

Tahapan kegiatan survei, petugas, dokumen yang digunakan serta

jadwal pelaksanaan survei adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3.1. Organisasi lapang pelaksanaan survei

No Tahapan Petugas Dokumen yang

digunakan Jadwal

1 Persiapan Kegiatan

Tim

Januari - April

2 Koordinasi ke daerah

Pusdatin Alokasi Sampel Buku Pedoman dan Kuesioner

Mei

3 Pengiriman kuesioner untuk industri

Pusdatin

Kuesioner :

SPJ2014.PAKAN SPJ2014.PANGAN

Minggu IV Mei

4 Pelaksanaan survei

Tim, Provinsi dan Kabupaten

Kuesioner:

SPJ2014.PAKAN

SPJ2014. PANGAN

SPJ2014.TANI

SPJ2014.DAG

SPJ2014.NAK

Juni – Sep

5 Supervisi survei Tim supervisi Seluruh Kuesioner Juni – Sep

6 Pengolahan dan Analisis Data

Pusdatin Seluruh Kuesioner Agustus – Nopember

2.4. Alur Pengumpulan, Pelaporan dan Pengolahan Data

Pelaksanaan Survei Penggunaan Jagung secara garis besar ada 2 (dua)

alur, yaitu untuk industri dan non industri. Responden untuk industri

adalah perusahaan/industri pakan dan industri pangan yang berbahan baku

jagung. Sementara responden untuk non industri adalah petani, pedagang

dan peternak.

Secara rinci alur dokumen survei dan pengumpulan data disajikan

pada bagan berikut (Gambar 2.4.1):

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 10

Gambar 2.4.1. Alur pengumpulan data survei

2.5. Konsep dan Definisi

A. Rumah Tangga Pertanian

Sebuah rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga

pertanian apabila satu atau lebih anggota rumah tangga tersebut

melakukan minimal salah satu kegiatan berikut:

- Mengusahakan tanaman padi dan atau palawija

- Mengusahakan tanaman hortikultura

- Mengusahakan tanaman perkebunan

- Mengusahakan ternak/unggas

- Berusaha di bidang jasa pertanian

dengan tujuan seluruh hasil untuk dikonsumsi sendiri maupun dengan

tujuan sebagian atau seluruhnya dijual/ditukar atau memperoleh

pendapatan/ keuntungan atas resiko usaha.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11

B. Anggota Rumah Tangga Pertanian

Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya

bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang berada di rumah pada

saat pencacahan maupun sementara tidak ada.

C. Kepala Rumah Tangga

Kepala rumah tangga adalah seorang dari sekelompok anggota

rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah

tangga tersebut atau orang yang dianggap/ditunjuk sebagai kepala di dalam

rumah tangga tersebut.

D. Rumah Tangga Padi/Palawija

Sebuah rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga

pertanian padi/palawija apabila rumah tangga tersebut menanam

padi/palawija, dengan tujuan seluruh hasilnya untuk dikonsumsi sendiri

maupun dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau

memperoleh pendapatan/keuntungan atau resiko usaha.

E. JAGUNG

Jagung adalah jagung pipilan hasil tanaman jagung (zea mays L)

berupa biji kering yang telah dilepaskan dan dibersihkan dari tongkolnya.

Berdasarkan warna biji jagung terdiri dari jagung putih dan jagung kuning.

F. JAGUNG HIBRIDA

Jagung Hibrida adalah jagung yang benihnya merupakan turunan

pertama dari persilangan 2 (dua) galur atau lebih dimana sifat-sifat

individunya heterozygote dan homogen.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 12

G. JAGUNG KOMPOSIT

Jagung komposit adalah jagung yang benihnya hasil persilangan dari

campuran beberapa varietas. Turunan pertama dan seterusnya dari jagung

hibrida termasuk dalam jagung komposit.

H. JAGUNG LOKAL

Jagung lokal dalam survei ini adalah jagung yang diproduksi di dalam

negeri baik berupa jagung hibrida dan komposit.

I. JAGUNG IMPOR

Jagung impor dalam survei ini adalah jagung yang berasal/diimpor

dari luar negeri.

J. Rumah Tangga Peternakan/Perunggasan

Usaha peternakan/perunggasan adalah kegiatan yang menghasilkan

produk peternakan (melakukan pemeliharaan ternak/ unggas) dengan

tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh

pendapatan/keuntungan atas resiko usaha. Pemeliharaan ternak untuk

usaha pengangkutan, dan hobi tidak termasuk dalam usaha peternakan.

Sedangkan pedagang ternak yang melakukan pemeliharaan sekurang-

kurangnya tiga bulan dikategorikan sebagai memelihara/mengusahakan

ternak.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

K. Rumah Tangga yang Berusaha di Bidang Pengolahan Hasil Pertanian

Usaha pengolahan hasil pertanian adalah kegiatan yang mengolah

bahan baku hasil pertanian baik yang dibeli maupun dari hasil sendiri

menjadi barang jadi/setengah jadi atau barang yang lebih tinggi nilainya,

dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar atau

memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.

Bahan baku hasil pertanian adalah semua bahan baku dari hasil

pertanian yang merupakan produk primer, sedangkan barang jadi/setengah

jadi merupakan hasil dari pengolahan pertama.

L. Musim Tanam

a. MK II 2013, yaitu musim kering ke-2 di tahun 2013. Dalam survei ini

periodenya adalah bulan Juni – September 2013.

b. MH 2013/14, yaitu musim hujan yang dalam survei ini periodenya

adalah bulan Oktober 2013 – Maret 2014.

c. MK I 2014, yaitu musim kering ke-1 di tahun 2014. Dalam survei ini

periodenya adalah bulan April – Mei 2014.

M. Pola Tanam

Pola tanam dapat berupa :

a. Monokultur, yaitu penanaman satu jenis tanaman yang di tanam dalam

satu bidang lahan. Contoh : padi, jagung, karet, jeruk.

b. Tumpang sari, yaitu tanaman campuran (polyculture) yang terdiri dari

dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam di bidang lahan yang sama

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 14

dalam waktu bersamaan atau hampir bersamaan. Contoh : jagung dan

kedelai, jagung dan kacang tanah.

c. Tumpang gilir, yaitu penanaman yang dilakukan segera setelah tanaman

pertama panen. Contoh : jagung dan kedelai atau jagung dan kacang

tanah.

d. Tumpang sela, yaitu tumpangsari di areal perkebunan atau kehutanan

yang tanaman pokoknya masih kecil atau belum produktif. Jagung atau

kedelai biasanya merupakan tanaman sela yang dipilih.

N. Umur Unggas

Kategori umur unggas dibedakan menjadi tiga yaitu :

a. Anakan : adalah unggas yang berumur < 30 hari

b. Muda : adalah unggas yang berumur 30 – 120 hari

c. Dewasa : adalah unggas yang berumur > 120 hari

O. Produksi jagung

Produksi yang dimaksud disini adalah produksi kotor dalam wujud

pipilan kering/ontongan basah/ontongan kering dan satuan standar (kg).

Produksi kotor adalah produksi sebelum dikurangi ongkos/pengeluaran

seperti membayar bawon, biaya pengairan dan sebagainya.

P. Pakan

Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran baik yang

diolah maupun yang tidak diolah yang diberikan kepada hewan untuk

kelangsungan hidup, berproduksi dan berkembang biak.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

Q. Pakan jadi dari pabrik untuk unggas, terdiri dari :

1) Pakan lengkap (Complete Feed) merupakan jenis pakan yang dapat

diberikan langsung tidak dicampur dengan bahan pakan lainnya dalam

penggunaannya, terdiri dari:

Pakan ayam ras pedaging/broiler starter, diberikan saat usia ayam

berumur 1 -21 hari.

Pakan ayam ras pedaging/broiler finisher, diberikan saat usia

ayam berumur > 21 hari sampai masa panen.

2) Konsentrat yaitu pakan yang kaya akan sumber protein dan atau

sumber energi, serta dapat mengandung pelengkap pakan dan atau

imbuhan pakan.

R. Bahan pakan lainnya terdiri dari :

1) Gabah

2) Jagung

3) Biji-bijian lainnya, meliputi sorgum, cantel, dsb.

4) Kacang-kacangan, meliputi kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang

panjang, kacang tunggak, kacang kecipir, kacang merah, kacang kapri,

biji lamtoro dsb.

5) Umbi-umbian, meliputi ubi kayu, ubi jalar, keladi, bonggol pisang, dsb.

6) Tepung olahan dapat berasal dari bahan olahan asal hewan seperti :

tepung ikan, tepung udang, tepung bekicot, tepung tulang, tepung

daging, tepung daging dan tulang, tepung darah, tepung kerang, tepung

kulit, tepung susu, dsb. Tepung lain-lain terdiri dari tepung daun, tepung

jagung, tepung beras, tepung terigu dan tepung gaplek.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 16

S. INDUSTRI PENGOLAHAN

Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan

kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan

tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang

kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih

dekat kepada pemakai akhir.

T. Industri Besar

Industri Besar adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja

berjumlah antara 100 orang atau lebih.

U. Industri Sedang

Industri Sedang adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja

berjumlah antara 20-99 orang.

V. Industri Kecil

Industri Kecil adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja

berjumlah antara 5-19 orang.

W. Industri Mikro (Rumah Tangga)

Industri Mikro (rumah Tangga) adalah industri yang jumlah

karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Penyaluran Produksi Jagung di Tingkat Petani

Pengumpulan data dari responden petani dilakukan untuk

menggambarkan kondisi usaha tani pertanaman jagung di provinsi sampel

untuk periode MK II/2013 (Juni 2013 s.d. September 2013), MH 2013/2014

(Oktober 2013 s.d. Maret 2014) dan MK I/2014 (April 2014 s.d. Mei 2014).

Pada periode MK II/2013, umumnya petani memanen jagung pada bulan

Agustus-September, MH 2013/2014 petani memanen jagung pada bulan

Oktober-November, dan MK I/2014 pada bulan Maret-April. Hampir semua

petani sampel melakukan pertanaman jagung pada lahan milik sendiri dan

secara monokultur bergantian dengan tanaman padi.

A. Luas Panen Jagung

Pertanaman jagung di provinsi sampel umumnya bisa dijumpai

sepanjang tahun, yakni para petani melakukan pergiliran dengan tanaman

padi atau bahkan di beberapa wilayah melakukan pertanaman jagung

sebanyak 3 kali dalam setahun. Hal ini karena adanya sistem pengairan

yang cukup bagus.

Rata-rata luas panen jagung petani sampel pada MK II/2013 berkisar

antara 0,24 hektar (Jawa Tengah) hingga 1,28 hektar (Sumatera Utara).

Pada MH 2013/2014, rata-rata luas panen jagung cukup meningkat di Jawa

Tengah hingga mencapai 2,86 hektar, sementara di provinsi lainnya relatif

tetap. Sementara pada periode MK I/2014 rata-rata luas panen jagung

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 18

petani sampel meningkat tajam di Sumatera Utara menjadi 1,6 hektar,

sedangkan di provinsi lainnya mengalami penurunan.

Gambar 3.1.1. Rata-rata luas panen pada petani sampel menurut musim tanam

Tabel 3.1.1. Rata-rata luas panen jagung pada petani sampel

menurut musim (m2)

MK II/2013 MH 2013/2014 MK I/2014 Rata2

1 Banten 11,667 9,000 5,000 8,556

2 Jabar 2,500 2,780 2,025 2,435

3 Jateng 2,471 28,600 5,780 12,284

4 Jatim 6,884 8,198 6,300 7,128

5 Sumut 12,833 10,250 16,000 13,028

6 Sulsel 5,000 4,850 4,925

Luas Panen (m2)No Provinsi

B. Produktivitas Jagung

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani sampel, umumnya

petani sudah menggunakan benih jagung hibrida seperti: Bisi, Pioneer, NK,

DK, BC, dll, dengan umur panen berkisar antara 100 – 120 hari dan luas

panen berkisar antara 700 m2 – 9.200 m2. Produktivitas jagung pipilan

kering di provinsi sampel tersaji pada Tabel 3.1.2 dan Gambar 3.1.2.

Produktivitas jagung petani sampel pada MK II/2013 yakni periode

pemanenan bulan Juni s/d Sep 2013 berkisar antara 1,78 ton/ha hingga

10,18 ton/ha. Rata-rata produktivitas tertinggi adalah di Provinsi Jawa Barat

sebesar 7,10 ton/ha, disusul kemudian rata-rata produktivitas jagung di

Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten.

Gambar 3.1.2. Produktivitas jagung dalam 3 musim pertanaman di

5 (lima) provinsi sampel

Pada MH 2013/2014, produktivitas jagung di petani sampel berkisar

antara 2,07 ton/ha hingga 16,67 ton/ha. Sedangkan rata-rata produktivitas

di provinsi sampel tertinggi adalah di Jawa Timur sebesar 8,95 ton/ha,

disusul kemudian di Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan Banten.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 20

Demikian pula pada MK I/2014, rata-rata produktivitas tertinggi terjadi di

Jawa Timur sebesar 8,95 ton/ha, disusul kemudian di Jawa Tengah, Jawa

Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Banten.

Tabel 3.1.2. Produktivitas jagung pipilan kering petani sampel menurut

musim tanam (Ton/Ha)

No Provinsi MK II /2013MH

2013/2014MK I/2014

Rata2

Provinsi

1 Banten 3.39 4.12 1.17 2.89

2 Jabar 7.10 6.80 5.67 6.53

3 Jateng 5.91 5.09 6.16 5.72

4 Jatim 6.53 7.49 8.95 7.66

5 Sumut 5.14 5.92 5.01 5.35

6 Sulsel 3.60 3.64 3.62

C. Harga Jagung di Tingkat Petani Sampel

Pada umumnya petani sampel menjual jagung hasil panennya dalam

wujud pipilan kering. Tingkat kekeringan jagung yang dijual oleh petani

tidak diukur menggunakan alat ukur kadar air, namun hanya berdasarkan

pengamatan visual dan kebiasaan petani dengan melakukan pengeringan

selama 3 hari sejak panen. Sebaran harga jagung pipilan kering yang dijual

oleh petani sampel secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.1.3 di bawah

ini. Rata-rata harga tingkat petani sampel untuk seluruh pengamatan di 3

musim tanam adalah sekitar Rp.2.900,-/kg.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

Gambar 3.1.3. Sebaran harga jagung pipilan kering di tingkat petani sampel

Pada periode MK II/2013, harga jual jagung pipilan kering cukup

bervariasi di setiap provinsi, yakni berkisar antara Rp. 2.533,-/kg (Jawa

Barat) hingga Rp. 3.150,-/kg (Sumatera Utara). Pada periode MH

2013/2014, harga jual jagung pipilan kering oleh petani sampel di Jawa

relatif seragam, yakni berkisar antara Rp. 2.900,-/kg (Banten) hingga Rp.

3.050,-/kg (Jateng). Sementara, harga jual di Sumut dan Sulsel, jauh lebih

murah dibanding di Jawa, yakni masing-masing sebesar Rp. 2.650,-/kg dan

Rp. 1.750,-/kg di Sulsel. Pada periode MK I/2014, harga jual jagung pada

petani sampel di 5 provinsi kembali cukup variatif, dengan harga tertinggi di

Jabar sebesar Rp. 3.300,-/kg dan harga terendah di Sulsel sebesar Rp.

2.000,-/kg (Gambar 3.1.4).

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 22

Gambar 3.1.4. Harga jual rata-rata jagung pipilan kering menurut musim tanam

D. Penjualan Jagung Petani

Penjualan jagung hasil panen petani berdasarkan hasil survei adalah

ditujukan ke pabrik pakan, pedagang, pasar, peternak dan KUD (Koperasi

Unit Desa). Secara umum 91,80% petani sampel di 7 provinsi menjual

jagung langsung ke pedagang. Menjual jagung langsung ke pedagang

merupakan cara yang paling mudah mengingat di setiap lokasi sentra

penanaman jagung banyak terdapat pedagang pengumpul hasil bumi. Pada

masa puncak panen bahkan pedagang menjemput langsung jagung ke

sawah sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk

mengangkut hasil panennya (Gambar 3.1.5).

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

Gambar 3.1.5. Tujuan penjualan jagung oleh petani sampel

Disamping dijual langsung ke pedagang, sebagian kecil petani juga

menjual jagungnya ke peternak, yakni sebesar 3,28%. Pada umumnya,

kondisi ini terjadi apabila di daerah sentra jagung tersebut terdapat

peternak mandiri yang mencampur jagung pada pakan ternaknya, yang

umumnya adalah peternak ayam petelur, ayam buras maupun itik. Tujuan

penjualan jagung oleh petani yang lain adalah ke KUD, pabrik pakan dan

langsung ke pasar.

Kualitas jagung yang dijual sangat menentukan penerimaan jagung

hasil panen oleh penggunanya, dalam hal ini peternak dan industri yang

berbahan baku jagung. Indikator yang paling menentukan kualitas jagung di

antaranya adalah kadar air. Berdasarkan hasil Survei Tim Terpadu tahun

2013 yang diprakarsai oleh Ditjen Tanaman Pangan, kadar air jagung hasil

panen petani masih jauh di atas ambang yang dipersyaratkan untuk industri

pakan yang menjadi pengguna utama. Secara rinci hasil survei tersebut

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 24

Tabel 3.1.3. Hasil Survei Tim Terpadu Ditjen Tanaman Pangan, Tahun 2013

Hujan Kemarau

1 Jawa Timur 28-30 25-28

2 Jawa Tengah 28-30 25-28

3 Sulawesi Selatan

4 Lampung

5 Sumatera Utara 28-32 25-28

25-28

27-32

No ProvinsiKadar Air pada musim (%)

Tingkat kadar air produksi jagung petani sangat berpengaruh

terhadap berat jagung hasil produksinya. Berdasarkan Tabel 3.1.2 secara

rata2 kadar air hasil panen jagung petani berada pada kisaran 25% sampai

30%. Apabila besarnya produksi jagung yang saat ini dipublikasikan

diasumsikan berada pada kadar air 25% sesuai kajian tim terpadu tahun

2013, maka produksi jagung yang dapat tersedia untuk industri pakan

secara absolut dapat dihitung pengurangan beratnya. Hal ini terutama

karena kadar air jagung yang selama ini dijadikan patokan untuk

menghitung kebutuhan jagung industri adalah berada pada kisaran 15%.

E. Keanggotaan Dalam Kelompok Tani

Di daerah sentra pertanian, para petani umumnya membentuk

kelembagaan petani dalam wujud kelompok tani (Poktan). Poktan

umumnya dibentuk oleh sekumpulan petani atas dasar kesamaan

kepentingan, kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha taninya. Dari

semua petani sampel yang diwawancarai menyebutkan bahwa 96,83%

petani menyatakan ada kelompok tani di wilayahnya, dan 98,36% petani

yang terdapat kelompok tani di wilayahnya telah menjadi anggota poktan

tersebut. Pada umumnya, kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani

bertujuan sebagai ajang silaturahmi dan kegiatan berkaitan dengan usaha

taninya, misalnya diskusi peningkatan produksi, pemberantasan

hama/penyakit tanaman, memfasilitasi sarana/ prasarana pertanian, dll

(Gambar 3.1.6).

Gambar 3.1.6. Kelembagaan kelompok tani di provinsi sampel

3.2. Asal dan Penyaluran Jagung di Tingkat Pedagang

Di dalam pemasaran jagung, petani umumnya menjual hasil

panennya kepada pedagang pengumpul yang ada di desa atau pedagang

dari luar desa yang datang menjemput ke rumah-rumah petani. Para

pedagang ini membeli jagung dari petani saat panen, bahkan para pedagang

tersebut membeli hasil panenan langsung di sawah bahkan terdapat juga

yang menjual secara ijon. Tetapi untuk petani yang produksi jagungnya

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 26

cukup besar dan tidak ada pedagang pengumpul di desanya, maka mereka

langsung menjualnya kepada pedagang yang lebih besar di kecamatan.

Pedagang pengumpul kecamatan biasanya juga menampung jagung

dari para pedagang pengumpul di desa-desa. Para pedagang tingkat desa

dan kecamatan selain menjual jagung pada pedagang besar juga menjual

pada peternak lokal yang mencampur atau membuat pakan sendiri. Secara

umum, mata rantai terakhir pedagang jagung di wilayah survei adalah

pedagang besar. Pedagang besar inilah yang biasanya menyalurkan

penjualan jagung ke industri pakan dan industri besar lainnya.

Menurut hasil survei, asal jagung yang diperdagangkan oleh

pedagang di wilayah survei pada umumnya berasal dari petani yaitu

mencapai 58,44%, disusul dari pedagang lainnya sebesar 35,06%, dari

penggilingan 1,3% dan berasal dari lainnya (jagung milik pedagang sendiri di

simpan di gudang) sebesar 5,19% ( Gambar 3.2.1).

Gambar 3.2.1. Asal jagung yang diperdagangkan oleh pedagang

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

Penjualan atau penyaluran jagung oleh pedagang pada umumnya

adalah pada peternak mandiri yang melakukan pencampuran pakan sendiri

mencapai 39,13%. Penjualan jagung oleh pedagang berikutnya adalah

untuk pabik pakan mencapai 27,17%, di ikuti kemudian untuk pedagang

besar mencapai 18,48%. Pengguna jagung lainnya yang juga membeli

jagung dari pedagang adalah industri lainnya (selain pakan) 7,61%, rumah

tangga 4,35% dan pasar sebesar 3,26% (Gambar 3.2.2).

Gambar 3.2.2. Penjualan jagung dari pedagang

Harga jagung pipilan kering yang dijual responden pedagang di

wilayah survei berkisar antara Rp. 2.500,-/kg sampai Rp. 4.100,-/kg.

Sebaran data harga ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.3 di bawah. Secara

rata-rata, harga jagung pipilan kering di tingkat pedagang ini sekitar Rp.

3.200,-/kg. Jika harga jagung pipilan kering di tingkat petani pada sub bab

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 28

sebelumnya adalah sebesar Rp. 2.900,-/kg maka ada marjin harga di tingkat

pedagang sebesar Rp 300,-/kg (Gambar 3.2.3).

Gambar 3.2.3. Sebaran harga jagung pipilan kering di tingkat responden

pedagang

Bentuk jagung yang dijual di tingkat pedagang pada umumnya

berupa jagung pipilan kering mencapai 59,42%, disusul jagung ontongan

kering sebesar 20,29%, jagung giling 10,14%, jagung bentuk lainnya sebesar

7,25% dan tepung jagung mencapai 2,90%. Jagung bentuk lainnya ini di

antaranya adalah benih jagung, jagung manis, dedak jagung, dan lain-lain

(Gambar 3.2.4).

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

Ontongan Kering20.29%

Pipilan Kering59.42%

Jagung giling10.14%

Tepung jagung2.90%

Lainnya7.25%

Gambar 3.2.4. Bentuk jagung yang diperdagangkan

3.3. Penggunaan Jagung di Pabrik Pakan

Berdasarkan data Direktorat Pakan, Ditjen Peternakan dan

Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, di tahun 2013 ada sekitar 67

pabrik pakan yang tersebar di 11 (sebelas) provinsi. Secara rinci daftar

nama dan alamat perusahaan setelah diupdate sesuai kondisi tahun 2014

dapat dilihat pada Lampiran 1. Pabrik pakan yang terdaftar di sini adalah

pabrik pakan dengan skala usaha besar. Pada Survei Penggunaan Jagung

Tahun 2014, yang dilaksanakan di 7 (tujuh) provinsi, semua pabrik pakan di

provinsi sampel dilakukan pendataan melalui wawancara. Secara

persentase, jumlah pabrik pakan yang disurvei adalah 90,0% dari total

pabrik pakan yang terdaftar di tahun 2013.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 30

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

Jun13 Jul13 Ags13 Sep13 Okt13 Nop13 Des13 Jan14 Peb14 Mar14 Apr14 Mei14

(To

n)

Banten Jabar Jateng Jatim

Sumut Lampung Sulsel

Gambar 3.3.1. Volume Penggunaan Jagung Lokal di Provinsi Sampel,

Bulan Juni 2013 sd. Mei 2014

Volume penggunaan jagung lokal di 7 (tujuh) provinsi sampel secara

rinci dapat dilihat pada Gambar 3.3.1. Periode survei adalah Juni 2013

sampai dengan Mei 2014. Pada umumnya grafik penggunaan jagung lokal

menunjukkan pola yang seragam. Bulan Juli 2013 dan Maret 2014

merupakan puncak dimana jagung lokal masuk atau diserap oleh pabrik

pakan. Sebaliknya di bulan Nopember 2013, kecuali di Jawa Timur,

merupakan bulan dimana jagung lokal mencapai titik terendah dalam

mensuplai kebutuhan jagung di pabrik pakan.

Jawa Timur merupakan provinsi dimana total penggunaan jagung

lokal untuk pabrik pakan tertinggi. Hal ini karena jumlah pabrik pakan di

Jawa Timur paling banyak dibandingkan provinsi lain yaitu terdapat 14

pabrik yang disurvei. Provinsi pada urutan kedua dengan jumlah pabrik

pakan terbanyak adalah Banten dengan jumlah pabrik 12. Sementara

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

provinsi Jawa Tengah dengan jumlah pabrik pakan paling sedikit yaitu hanya

4 pabrik pakan dan volume penggunaan jagung lokalnya juga rendah.

Sementara itu volume penggunaan jagung impor di 7 (tujuh) provinsi

sampel secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.3.2. Periode survei adalah

Juni 2013 sampai dengan Mei 2014. Pada umumnya grafik penggunaan

jagung impor menunjukkan pola yang seragam. Bulan Nopember 2013

merupakan puncak dimana jagung impor masuk atau diserap oleh pabrik

pakan, hal ini mengingat produksi jagung lokal bulan Nopember merupakan

produksi terendah sementara pabrik pakan harus tetap memproduksi pakan

ternak dengan bahan baku jagung.

-

50,000

100,000

150,000

200,000

Jun13 Jul13 Ags13 Sep13 Okt13 Nop13 Des13 Jan14 Peb14 Mar14 Apr14 Mei14

(To

n)

Banten Jabar Jateng Jatim Sumut Lampung

Gambar 3.3.2. Volume Penggunaan Jagung Impor di Provinsi Sampel,

Bulan Juni 2013 sd. Mei 2014

Sejalan dengan penggunaan jagung lokal, Jawa Timur juga

merupakan provinsi dimana total penggunaan jagung impor untuk pabrik

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 32

pakan tertinggi. Hal ini karena jumlah pabrik pakan di Jawa Timur paling

banyak dibandingkan provinsi lain yaitu terdapat 14 pabrik yang disurvei.

Provinsi pada urutan kedua dengan jumlah pabrik pakan terbanyak adalah

Banten dengan jumlah pabrik 12. Sementara provinsi Jawa Tengah dengan

jumlah pabrik pakan paling sedikit yaitu hanya 4 pabrik pakan dan volume

penggunaan jagung impornya juga rendah, bahkan pabrik pakan di Provinsi

Sulawesi Selatan tidak menggunakan jagung impor sebagai bahan bakunya

karena jagung lokal telah dapat mensuplai seluruh kebutuhan pabrik pakan

di Sulawesi Selatan, bahkan sebagian produksi jagung dari Sulawesi Selatan

dikirim ke provinsi lainnya.

Tabel 3.3.1. Total volume penggunaan jagung di provinsi sampel, Juni 2013

sd. Mei 2014

Secara rinci volume penggunaan jagung lokal dan impor masing-

masing pabrik pakan di 7 (tujuh) provinsi sampel dapat dilihat pada Tabel

3.3.1 dan Gambar 3.3.3. Penggunaan jagung impor untuk provinsi yang

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33

bukan sentra produksi dengan jumlah pabrik pakan banyak terlihat

menggunakan jagung impor. Banten merupakan provinsi dimana

penyerapan jagung impor tertinggi yaitu sebesar 1,11 juta ton. Data ini

menunjukkan bahwa Banten adalah provinsi bukan sentra jagung dengan

jumlah pabrik pakan relatif banyak, sehingga kebutuhan akan jagungnya

dipenuhi dari impor. Hal yang sama dapat dilihat juga pada provinsi Jawa

Barat dimana persentase jagung impornya juga lebih dominan dibandingkan

penggunaan jagung lokalnya.

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

Banten Jabar Jateng Jatim Sumut Lampung Sulsel

Jagung Lokal 628,022 165,000 235,934 1,188,548 402,363 230,185 182,245

Jagung Impor 1,108,511 419,875 135,264 845,376 362,267 173,980 -

(To

n)

Gambar 3.3.3. Total volume penggunaan jagung lokal dan impor di

provinsi sampel, Juni 2013 sd. Mei 2014

Pola penyerapan jagung impor seperti dijelaskan di atas dapat

dijadikan salah satu pertimbangan dalam penyusunan kebijakan impor

jagung Indonesia. Terlebih lagi apabila provinsi terdekat dari Jawa Barat

dan Banten seperti Provinsi Jawa Tengah dan Lampung sebagai daerah

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 34

sentra produksi jagung dapat mensuplai produksi jagung lokalnya untuk

kebutuhan pabrik pakan, sehingga volume jagung impor dapat dikurangi.

Pada umumnya pabrik pakan melakukan impor jagung untuk menjamin

kepastian ketersediaan bahan baku untuk tetap berproduksi pakan.

Untuk provinsi sentra jagung seperti Jawa Timur, Jawa Tengah,

Lampung, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan, persentase jagung

lokalnya relatif lebih besar dibandingkan penggunaan jagung impornya.

Penggunaan jagung lokal di Jawa Timur selama periode survei adalah

sebesar 1,19 juta ton, sementara penggunaan jagung impornya 845,38 ribu

ton. Bahkan di Sulawesi Selatan, 100% penggunaan jagung pabrik pakan

disuplai dari jagung lokalnya.

Secara umum rata-rata harga pembelian jagung lokal di seluruh

provinsi sampel adalah sedikit lebih tinggi dari harga jagung impor.

Perkembangan harga pembelian jagung lokal dan impor oleh pabrik pakan

setiap bulannya untuk periode Juni 2013 sampai Mei 2014 dapat dilihat

pada Gambar 3.3.4. Secara rata-rata untuk 7 (tujuh) provinsi sampel, harga

pembelian jagung lokal adalah sebesar Rp. 3.360,-/kg dan jagung impor

sebesar Rp. 3.300,-/kg. Selisih harga yang ada sebesar Rp. 60,-/kg.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35

Gambar 3.3.4. Rata-rata harga pembelian jagung lokal dan impor oleh

pabrik pakan

Berikut ini secara rinci disampaikan penggunaan jagung lokal, jagung

impor dan luas panen menurut provinsi. Luas panen digunakan sebagai

pendekatan besaran produksi jagung masing-masing provinsi. Gambar

3.3.5 memperlihatkan penggunaan jagung lokal, jagung impor dan luas

panen setiap bulan pada periode Juni 2013 sampai Mei 2014 untuk provinsi

Banten.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 36

Gambar 3.3.5. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta luas

panen jagung lokal dan impor di provinsi Banten, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014

Bulan Maret 2014 merupakan puncak panen jagung di Banten,

seiring dengan hal ini demikian juga penyerapan jagung lokal oleh pabrik

pakan pada waktu tersebut merupakan yang tertinggi. Jika dilihat pola

panen jagungnya, penyerapan jagung lokal oleh pabrik pakan di Banten

secara umum terlihat sama polanya. Bulan Nopember – Desember 2013

luas panen jagung di Banten merupakan yang terendah dibandingkan bulan

lainnya, dan pada bulan-bulan ini penyerapan jagung lokal oleh pabrik

pakan juga lebih rendah.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37

2,900

3,000

3,100

3,200

3,300

3,400

3,500

3,600

3,700

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

200,000

Jun13 Jul13 Ags13 Sep13 Okt13 Nop13 Des13 Jan14 Peb14 Mar14 Apr14 Mei14

(Rp

/Kg)

(To

n)

Vol. Lokal Vol. Impor Harga Lokal Harga Impor

Gambar 3.3.6. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta harga jagung lokal dan impor di provinsi Banten, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014

Penggunaan atau penyerapan impor jagung di Banten tertinggi

terjadi pada bulan Nopember 2013 dan terendah di bulan September 2013.

Jika dilihat pada akhir tahun merupakan periode dimana produksi jagung

sedikit. Sedikitnya suplai jagung lokal di bulan Nopember – Desember

berdampak pada naiknya harga jagung. Pada bulan-bulan itu juga pada saat

pabrik melakukan impor jagung, harga jagung impor sedang mengalami

penurunan. Jadi secara umum di Banten dapat dilihat adanya pola yang

seiring antara penggunaan jagung lokal, jagung impor, produksi serta harga

jagung baik lokal maupun impor (Gambar 3.3.5 dan Gambar 3.3.6).

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 38

Gambar 3.3.7. Volume Penggunaan Jagung Lokal dan Impor serta Luas Panen Jagung Lokal dan Impor Di Provinsi Jawa Barat, Bulan Juni 2013 sd.

Mei 2014

Panen jagung di Jawa Barat menunjukkan pola dimana bulan

Pebruari 2014 merupakan puncak panen dan sebaliknya bulan Nopember –

Desember 2013 merupakan bulan dimana produksi terendah. Secara

umum pola panen ini seiring dengan penyerapan jagung lokal oleh pabrik

pakan di wilayahnya. Demikian juga dengan penyerapan jagung impor di

Jawa Barat, terlihat bahwa secara umum pabrik pakan melakukan impor

jagung pada saat produksi jagung lokal sedikit. Pada Gambar 3.3.7 terlihat

puncak impor jagung oleh pabrik pakan dilakukan pada bulan Nopember –

Desember 2013.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39

2,900

3,000

3,100

3,200

3,300

3,400

3,500

3,600

3,700

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

Jun13 Jul13 Ags13 Sep13 Okt13 Nop13 Des13 Jan14 Peb14 Mar14 Apr14 Mei14

(Rp

/Kg)

(To

n)

Vol. Lokal Vol. Impor Harga Lokal Harga Impor

Gambar 3.3.8. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta harga jagung lokal dan impor di provinsi Jawa Barat, bulan Juni 2013 sd. Mei

2014

Secara umum pola harga jagung di Jawa Barat sama dengan provinsi

lainnya, dimana harga jagung lokal cenderung sedikit lebih tinggi dari impor.

Pola harga jagung lokal secara umum seiring dengan besarnya produksi.

Harga jagung mengalami penurunan pada periode panen raya yaitu di bulan

Pebruari sd. April 2014. Sebaliknya harga melonjak saat produksi turun

(Gambar 3.3.8). Keterkaitan antara harga dan penyerapan jagung lokal

maupun impor oleh pabrik pakan tidak terlalu jelas dapat dilihat di provinsi

Jawa Barat ini. Hal ini menunjukkan bahwa berapapun harga jagung, pabrik

pakan tetap melakukan pembelian karena adanya kebutuhan berproduksi.

Impor jagung oleh pabrik pakan tetap dilakukan berapapun harga jagung

impor saat itu, pada saat produksi lokal tidak mencukupi.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 40

Gambar 3.3.9. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta luas panen jagung lokal dan impor di Provinsi Jawa Tengah, bulan Juni 2013 sd.

Mei 2014

Pola panen jagung di Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 3.3.9

di atas. Puncak panen terjadi pada bulan Pebruari 2014, sementara

penggunaan atau penyerapan jagung lokal oleh pabrik pakan di Jawa

Tengah secara umum sedikit bergeser sekitar 1 bulan. Penggunaan jagung

lokal oleh pabrik pakan tertinggi terjadi pada bulan Maret yang merupakan

produksi lokal bulan Pebruari saat terjadi panen raya. Pada bulan Pebruari

dan April 2014 tercatat tidak ada impor jagung yang dilakukan oleh pabrik

pakan di provinsi Jawa Tengah. Impor jagung tertinggi dilakukan pada bulan

Nopember 2013 dimana pada periode itu produksi jagung lokal sedang

turun.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41

2900

3000

3100

3200

3300

3400

3500

3600

3700

3800

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

50000

Jun13 Jul13 Ags13 Sep13 Okt13 Nop13 Des13 Jan14 Peb14 Mar14 Apr14 Mei14

(Rp

/Kg)

(To

n)

Vol. Lokal Vol. Impor Harga Lokal Harga Impor

Gambar 3.3.10. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta harga jagung lokal dan impor di provinsi Jawa Tengah, bulan Juni 2013 sd. Mei

2014

Peningkatan dan penurunan harga jagung lokal dan impor pada

periode survei di provinsi Jawa Tengah secara umum memperlihatkan

gambaran yang seiring. Sedikit berbeda dengan provinsi lain, harga jagung

impor pada bulan Juni, Juli 2013 dan Maret 2014 tercatat sedikit lebih tinggi

dibandingkan jagung lokal. Secara umum perkembangan harga jagung dan

penggunaannya oleh pabrik pakan di wilayah jawa Tengah dapat dilihat

pada Gambar 3.3.10 di atas.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 42

Gambar 3.3.11. Volume Penggunaan Jagung Lokal dan Impor serta Luas Panen Jagung Lokal dan Impor Di Provinsi Jawa Timur, Bulan Juni 2013 sd.

Mei 2014

Pola panen jagung di Jawa Timur menunjukkan puncak panen terjadi

pada bulan Pebruari – Maret 2014. Penyerapan jagung lokal di Jawa Timur

oleh pabrik pakan di wilayahnya bergeser sekitar 1 (satu) bulan dari periode

panen. Pada Gambar 3.3.11 dapat dilihat penggunaan jagung tertinggi oleh

pabrik pakan terjadi pada bulan Maret – April 2014 yang diperkirakan

merupakan produksi dari hasil panen bulan Pebruari – Maret 2014.

Demikian juga penggunaan atau penyerapan jagung oleh pabrik pakan pada

bulan Juni – Juli 2013.

Penyerapan jagung impor oleh pabrik pakan di wilayah provinsi Jawa

Timur dilakukan sepanjang bulan pada periode Juni 2013 sampai Mei 2014.

Penyerapan tertinggi terjadi sama seperti provinsi lainnya yaitu di bulan

Nopember 2013. Pada saat banyak terjadi panen jagung di wilayah Jawa

Timur, impor jagung dilakukan hanya dalam jumlah yang sedikit.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43

2,900

3,000

3,100

3,200

3,300

3,400

3,500

3,600

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Jun13 Jul13 Ags13 Sep13 Okt13 Nop13 Des13 Jan14 Peb14 Mar14 Apr14 Mei14

(Rp

/K

g)

(To

n)

Vol. Lokal Vol. Impor Harga Lokal Harga Impor

Gambar 3.3.12. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta harga jagung lokal dan impor di provinsi Jawa Timur, bulan Juni 2013 sd. Mei

2014

Seperti halnya provinsi lain, harga pembelian jagung lokal di provinsi

Jawa Timur juga sedikit lebih rendah dibandingkan harga jagung lokal.

Harga pembelian jagung lokal tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2013.

Sementara harga terendah terjadi pada bulan Maret 2014 yang merupakan

masa panen raya jagung di Jawa Timur. Hal yang menarik di sini yang

sedikit berbeda dengan provinsi lain terlihat bahwa pola harga jagung lokal

dan jagung impor hampir sama (Gambar 3.3.12).

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 44

Gambar 3.3.13. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta luas panen jagung lokal dan impor di Provinsi Sumatera Utara, bulan Juni 2013

sd. Mei 2014

Secara umum di provinsi Sumatera Utara dapat dilihat ada

keterkaitan yang kuat antara penyerapan jagung lokal dengan luas panen

dan penyerapan jagung impor. Panen raya jagung di provinsi Sumatera

Utara terjadi 2 (dua) kali yaitu pada bulan Juli 2013 dan Januari 2014. Pada

periode panen raya ini penyerapan jagung lokal oleh pabrik pakan juga

meningkat dibandingkan bulan-bulan lainnya. Seiring dengan hal ini impor

jagung dilakukan dalam kuantitas yang sedikit. Sebaliknya pada saat panen

jagung lokal hanya sedikit terlihat pabrik jagung menambah jumlah jagung

impornya untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku (Gambar 3.3.13)

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45

2,900

3,000

3,100

3,200

3,300

3,400

3,500

3,600

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

Jun13 Jul13 Ags13 Sep13 Okt13 Nop13 Des13 Jan14 Peb14 Mar14 Apr14 Mei14

(Rp

/Kg)

(To

n)

Vol. Lokal Vol. Impor Harga Lokal Harga Impor

Gambar 3.3.14. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta harga jagung lokal dan impor di provinsi Sumatera Utara, bulan Juni 2013 sd.

Mei 2014

Pola harga pembelian jagung lokal dan impor oleh pabrik pakan di

Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 3.3.14. Sedikit berbeda dengan

provinsi lain, khusus di bulan-bulan tertentu harga pembelian jagung impor

di Sumatera Utara sedikit lebih tinggi dari jagung lokal. Harga pembelian

jagung lokal tertinggi terjadi di bulan Mei 2014 dimana produksi jagung

pada bulan itu terendah dibandingkan bulan lainnya. Sementara harga

pembelian jagung lokal terendah terjadi pada bulan Januari 2014 yang

merupakan puncak panen jagung di Sumatera Utara. Impor jagung yang

dilakukan oleh pabrik pakan secara umum dilakukan pada harga jagung

impor relatif rendah.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 46

Gambar 3.3.15. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta luas panen jagung lokal dan impor di Provinsi Lampung, bulan Juni 2013 sd.

Mei 2014

Pola panen jagung di provinsi Lampung menunjukkan bulan Maret

2014 merupakan puncak panen. Pada Gambar 3.3.15 jika dicermati ada

korelasi yang sangat kuat antara luas panen, penyerapan jagung lokal dan

impor yang dilakukan oleh pabrik pakan di wilayah provinsi Lampung.

Impor jagung tertinggi dilakukan pada bulan Oktober 2013 dimana produksi

jagung lokal di Lampung berkurang. Pada bulan Juli dan September 2013

dan periode Januari sampai Maret 2014 tidak terjadi impor jagung yang

dilakukan oleh pabrik pakan di wilayah Lampung. Pada bulan-bulan ini

produksi jagung lokal cukup banyak sehingga kebutuhan akan bahan baku

jagung dapat dicukupi oleh jagung lokal.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

Jun13 Jul13 Ags13 Sep13 Okt13 Nop13 Des13 Jan14 Peb14 Mar14 Apr14 Mei14

(Rp

/Kg)

(To

n)

Vol. Lokal Vol. Impor Harga Lokal Harga Impor

Gambar 3.3.16. Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta harga jagung lokal dan impor di provinsi Lampung, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014

Sama seperti provinsi lainnya, harga pembelian jagung lokal oleh

pabrik pakan di wilayah Lampung secara umum sedikit lebih tinggi

dibandingkan harga jagung impor. Pola harga pembelian jagung lokal di

Lampung relatif stabil. Harga terendah terjadi pada bulan Pebruari 2014

dimana penyerapan jagung lokal oleh pabrik pakan tertinggi pada bulan

tersebut (Gambar 3.3.16).

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 48

Gambar 3.3.17 Volume penggunaan jagung lokal dan impor serta luas panen jagung lokal dan impor di Provinsi Sulawesi Selatan, bulan Juni

2013 sd. Mei 2014

Provinsi Sulawesi Selatan merupakan provinsi sentra jagung urutan

ke-4 dengan rata-rata kontribusi sekitar 7% selama 3 (tiga) tahun terakhir.

Jumlah pabrik pakan di wilayah provinsi ini ada 4 pabrik. Hal yang

membedakan provinsi Sulawesi Selatan dengan provinsi sampel lainnya

adalah dimana pabrik pakan di wilayah provinsi ini 100% mencukupi

kebutuhan bahan baku jagungnya dengan jagung lokal. Selama periode

survei tidak tercatat ada jagung impor yang masuk untuk memenuhi

kebutuhan pabrik pakan.

Pola panen jagung di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Gambar

3.3.17 Bulan Maret 2014 seperti halnya provinsi sentra lainnya merupakan

puncak panen jagung, sebaliknya pada sub round ke-4 (Oktober – Desember

2013) tercatat produksi jagung menurun. Secara umum terlihat ada

kesamaan pola antara pola panen jagung dan penyerapan atau penggunaan

jagung lokal oleh pabrik pakan di wilayah Sulawesi Selatan.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49

2,500

2,600

2,700

2,800

2,900

3,000

3,100

3,200

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

Jun13 Jul13 Ags13 Sep13 Okt13 Nop13 Des13 Jan14 Peb14 Mar14 Apr14 Mei14

(To

n)

Vol. Lokal Harga Lokal

Gambar 3.3.18. Volume penggunaan jagung lokal dan harga jagung lokal di provinsi Sulawesi Selatan, bulan Juni 2013 sd. Mei 2014

Pada Gambar 3.3.18 dapat dilihat pola perkembangan harga jagung

lokal dan penggunaan jagung lokal oleh pabrik pakan. Pada gambar di atas

dapat dilihat penyerapan jagung lokal rendah diakukan pada saat harga

sedang tinggi. Bulan Nopember 2013 merupakan periode dimana produksi

jagung Sulawesi Selatan terendah. Harga pembelian jagung lokal tertinggi

di wilayah Sulawesi Selatan terjadi pada bulan Desember 2013.

Jagung lokal yang menjadi bahan baku pabrik pakan didominasi oleh

4 (empat) provinsi sentra yaitu JawaTimur, Jawa Tengah, Lampung dan

Sulawesi Selatan. Ke-4 provinsi ini menguasai sekitar 65% produksi jagung

nasional. Sementara provinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara memasok

kebutuhan pabrik pakan di wilayahnya. Provinsi lainnya yang tercatat

mensuplai kebutuhan jagung lokal pabrik pakan adalah provinsi NTB dan

Gorontalo (Gambar 3.3.19 ).

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 50

Gambar 3.3.19. Provinsi asal jagung lokal yang memasok kebutuhan pabrik pakan

Sebaran rata-rata harga jagung lokal yang dibeli oleh pabrik pakan

dapat dilihat pada Gambar 3.3.20 di bawah ini. Kisaran harga berdasarkan

amatan yang dilakukan adalah antara Rp. 3.000,- sampai Rp. 4.000,- per kg

dengan nilai tengah Rp. 3.400,- per kg. Jika dilihat harga penjualan jagung

pipilan kering oleh pedagang pada bahasan sebelumnya, maka ada marjin

harga yang diterima untuk penjualan ke pabrik pakan sekitar Rp. 200,- per

kg. Diperkirakan marjin harga ini dinikmati oleh para pedagang besar atau

perantara lainnya yang melakukan transaksi langsung dengan pabrik pakan.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51

Gambar 3.3.20. Sebaran harga pembelian jagung pipilan kering oleh pabrik pakan

Selama ini Indonesia melakukan impor jagung terutama untuk

mencukupi kebutuhan akan bahan baku pakan. Ada 3 (tiga) kode HS utama

yang diimpor khusus untuk komoditas jagung ini, yaitu seperti dapat dilihat

pada Tabel 3.3.2. Kode HS jagung yang diimpor untuk bahan baku pabrik

pakan adalah rincian nomor 3 yaitu 1005.90.90.00 dengan uraian jagung

lain-lain dalam wujud segar. Pada periode survei yaitu Juni 2013 sampai

Mei 2014 impor jagung untuk kode HS ini adalah sebesar 3,11 juta ton.

Sementara data hasil survei menunjukkan penggunaan jagung impor oleh

pabrik pakan pada periode yang sama adalah sebesar 3,05 juta ton.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 52

Tabel 3.3.2. Kode HS utama komoditas jagung

No Kode HS Uraian Wujud

1 1005.10.00.00 Jagung Bibit segar

2 1005.90.10.00 Jagung brondong segar

3 1005.90.90.00 Lain-lain segar

Negara utama asal impor jagung yang dilakukan oleh pabrik pakan

adalah Brazil, India dan Argentina. Persentase impor dari 3 (tiga) Negara

tersebut mencapai 95,97% dari total volume impor yang dilakukan pada

periode survei. Sementara hanya kurang dari 5% saja yang berasal dari

Negara lainnya seperti Paraguay dan Amerika Serikat (Gambar 3.3.21).

Gambar 3.3.21. Negara asal impor jagung untuk bahan baku pabrik pakan

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53

3.4. Penggunaan Jagung di Peternak

Berdasarkan data tahun 2013 pada Tabel 3.4.1., Provinsi Jawa Timur

merupakan sentra populasi ayam petelur dengan jumlah populasinya

sebesar 41,3 juta ekor, provinsi terbesar kedua adalah Provinsi Jawa Tengah

dengan jumlah populasi sebesar 20,4 juta ekor. Dari data yang ada Provinsi

Banten merupakan provinsi dengan jumlah populasi ayam petelurnya paling

rendah yaitu sebesar 5,4 juta ekor.

Populasi ayam buras terbesar dari alokasi sampel yang ada adalah

Provinsi Jawa Tengah sebesar 41,8 juta ekor. Provinsi Jawa Timur

merupakan provinsi terbesar kedua dengan jumlah populasi ayam buras

sebesar 32,6 juta ekor. Banten tercatat sebagai provinsi terkecil jumlah

populasi ayam burasnya dari sampel yang ada yaitu hanya 9,10 juta ekor.

Provinsi Jawa Barat tercatat sebagai provinsi terbesar jumlah

populasi itiknya, yaitu mencapai 8,9 juta ekor, kemudian Provinsi Jawa

Tengah merupakan provinsi terbesar kedua dengan jumlah populasi itiknya

sebesar 5,8 juta ekor. Provinsi Banten tercatat sebagai provinsi terkecil

jumlah populasi itiknya hanya 1,8 juta ekor.

Dari sisi jumlah populasi unggas, Provinsi Banten bukanlah sentra

unggas, namun di Provinsi ini terdapat banyak industri pakan ternak,

sehingga Provinsi tersebut menjadi pertimbangan untuk masuk menjadi

sampel dalam survei tersebut.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 54

Tabel 3.4.1. Jumlah populasi ayam petelur, ayam buras, dan itik di provinsi sampel

Ayam Petelur % Ayam Buras % Itik %

1 Banten 5,455 3.72 9,991 3.61 1,760 4.03

2 Jawa Barat 13,073 8.92 29,112 10.52 8,943 20.46

3 Jawa Tengah 20,394 13.91 41,828 15.11 5,847 13.38

4 Jawa Timur 41,275 28.15 32,625 11.79 4,001 9.15

5 Sumatera Utara 12,456 8.50 12,477 4.51 2,848 6.52

6 Sulawesi Selatan 9,726 6.63 21,849 7.89 3,949 9.03

7 Lampung 8,724 5.95 10,924 3.95 610 1.39

146,622 276,777 43,710 Indonesia

Populasi (ribu ekor)ProvinsiNo

Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan

Survei melakukan pengumpulan data untuk memperoleh informasi

rata-rata kebutuhan jagung yang digunakan sebagai campuran pakan

ternaknya. Komposisi campuran jagung untuk pakan yang dibuat berkisar

antara 30 – 60% dari total volume pakan jadinya. Untuk ayam ras petelur

rata-rata selama tahun 2013 dari provinsi sampel diperoleh informasi

bahwa rata-rata kebutuhan jagung sebesar 51,25 gram/ekor/hari. Variasi

besaran jumlah kebutuhan jagung untuk pakan masing-masing provinsi

berbeda berkisar antara 40-63 gram/ekor/hari. Dari Tabel 2. terlihat

Provinsi Banten merupakan provinsi dengan jumlah kebutuhan jagungnya

paling besar untuk memenuhi kebutuhan pakan ayam petelur yaitu

mencapai 62,93 gram/ekor/hari. Lain halnya dengan Provinsi Jawa Tengah

hanya membutuhkan sebesar 40,85 gram/ekor/hari.

Sementara kebutuhan jagung yang di rekam selama bulan Mei 2014

untuk kebutuhan pakan ayam petelur berkisar antara 45 – 64

gram/ekor/hari dari provinsi sampel. Rata-rata kebutuhan jagung pada

bulan Mei 2014 sebesar 54,32 gram/ekor/hari. Provinsi tertinggi kebutuhan

jagungnya adalah Provinsi Banten mencapai 63,30 gram/ekor/hari, dan

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55

provinsi terrendah kebutuhan jagungnya adalah Provinsi Sumatera Utara

yaitu hanya 45,61 gram/ekor/hari (Tabel 2).

Tabel 3.4.2. Rata-rata kebutuhan jagung per gram per ekor per hari

(gram/ekor/hari)

Ayam Petelur Ayam Buras Itik Ayam Petelur Ayam Buras Itik

1 Banten 63.30 36.00 20.00 62.93 35.07 13.15

2 Jawa Barat 51.35 53.33 8.00 53.40 52.60 7.89

3 Jawa Tengah 53.63 15.37 46.46 40.85 14.23 10.20

4 Jawa Timur 52.67 38.84 36.24 51.12 38.10 29.78

5 Sumatera Utara 45.61 23.70 51.85 44.32 23.11 21.92

6 Sulawesi Selatan 57.98 56.76

7 Lampung 55.74 40.00 2.86 49.35 40.00 2.50

Rata2 54.32 34.54 27.57 51.25 33.85 14.24

Rata2*) 52.79 34.20 20.90

Referensi**) 55.33 38.4 17.3

Keterangan: *) Rata2 dua pengamatan dari hasil survei

**) Referensi bersumber dari data Dr. Budi Tangendjaya, FAO

ProvinsiNo.Tahun 2013Mei 2014

Apabila dicermati pola usaha peternakan ayam petelur, tidak semua

ayam petelur pakannya diberi campuran jagung. Ada 2 (dua) tahap

kehidupan ayam petelur berdasarkan umurnya, yaitu pullet (umur kurang

dari 18 minggu) dan layer (umur lebih dari 18 minggu). Biasanya pakan

untuk pullet adalah murni menggunakan pakan pabrikan, dengan kata lain

pakan yang diberikan bukan pakan hasil mencampur sendiri sehingga tidak

ada penggunaan jagung untuk ayam petelur pada saat periode pullet.

Pakan dengan mencampur jagung biasanya diberikan pada ayam petelur

pada periode layer, yaitu ayam petelur yang berumur lebih dari 18 minggu

sampai sekitar 85 minggu saat diafkir.

Dr. Budi Tangendjaya – FAO dalam makalah “Calculator Feed

Demand Indonesia” menjelaskan lebih jauh bahwa ayam petelur yang diberi

jagung adalah populasi layer yaitu ayam petelur yang berumur di atas 18

minggu. Jika umur ayam petelur saat diafkir sekitar 85 minggu, maka

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 56

persentase populasi layer atau ayam petelur yang berumur lebih dari 18

minggu adalah sekitar 79%. Demikian juga untuk ayam buras, diasumsikan

populasi yang diberi jagung adalah ayam buras dewasa sekitar 32% dari

total populasi. Populasi itik yang diberi jagung adalah sekitar 30% dari total

populasi itik.

Asal atau sumber jagung yang digunakan oleh peternak sebagai

campuran pakan ternaknya dapat dilihat pada Gambar 3.4.1. Sekitar

67,71% bersumber dari pedagang, berikutnya tercatat pula sumber jagung

berasal dari petani sebesar 22,92%, produksi sendiri 4,17% dan yang berasal

dari lainnya seperti pabrik pakan tradisional dan lain-lain sebesar 5,21%.

Gambar 3.4.1. Asal/Sumber Jagung yang digunakan Peternak

Kelembagaan peternak jika dibandingkan dengan petani belum sama

kuat. Berdasarkan hasil survei terlihat bahwa keberadaan kelompok

peternak di wilayah sampel tercatat sekitar 60% (Gambar 3.4.2).

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57

Gambar 3.4.2. Kelembagaan Kelompok Peternak

Keberadaan kelembagaan kelompok peternak di wilayah sampel

sangat banyak memberikan manfaat kepada anggota peternak. Hal ini

dapat dilihat dari besarnya minat para peternak untuk menjadi anggota

dalam kelompok peternak tersebut. Ada 2 (dua) tipe kelembagaan

peternak di wilayah sampel, yaitu (1) mandiri dan (2) bentukan. Kelompok

peternak mandiri dibentuk atas dasar kepentingan yang sama dan tanpa

bantuan dari kelembagaan lainnya. Sementara kelompok peternak

bentukan adalah kelompok yang diinisiasi oleh lembaga lain misalnya

pemerintah atau LSM. Kelompok bentukan biasanya didirikan karena

adanya bantuan atau kegiatan lain yang mengharuskan melalui kelompok.

Di wilayah sampel, peternak mandiri umumnya membentuk

kelompok mandiri untuk saling membantu penyediaan DOC, pakan jadi

maupun pemasaran hasil. Berdasarkan hasil survei dari seluruh responden

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 58

yang terpilih, peternak yang sudah menjadi anggota kelompok peternak

mencapai 97,62%. Para peternak merasakan banyak keuntungan yang

didapat dengan mengikuti kelompok peternak yang ada (Gambar 3.4.3).

Gambar 3.4.3. Keanggotaan peternak dalam kelompok peternak

3.5. Penggunaan Jagung di Industri Pangan

Jagung selain menjadi bahan baku utama industri pakan juga

dibutuhkan sebagai bahan baku untuk industri lainnya, di antaranya adalah

industri pangan. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri pangan

dapat memberikan nilai tambah bagi usahatani komoditas jagung. Produk

hasil olahan jagung umumnya berasal dibuat oleh industri skala rumah

tangga hingga industri berskala besar. Jagung yang digunakan untuk

industri besar biasanya menggunakan jagung impor dan atau berbahan

baku setengah jadi (misalnya tepung jagung, pati jagung, dll) sementara

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59

untuk industri rumah tangga umumnya menggunakan bahan baku jagung

lokal baik jagung pipilan atau bentuk lainnya.

A. Asal/Sumber Pengadaan Jagung

Berdasarkan gambar 3.5.1, sumber pengadaan bahan baku jagung

industri pangan untuk produksi olahannya terbesar berasal dari pedagang

sebesar 56,41% dan dari petani langsung sebesar 23,08%. Untuk jagung

yang berasal dari budidaya atau produksi sendiri sebesar 10,26% sementara

bahan baku jagung yang berasal dari importir sangat kecil hanya sebesar

2,56%. Untuk kategori lainnya sebesar 7,69% merupakan bahan baku jagung

yang berasal dari KUD dan industri pengolah jagung lainnya.

Gambar 3.5.1. Asal/Sumber Pengadaan Jagung

Daerah asal jagung yang digunakan oleh indutri pangan umumnya

berasal dari dalam provinsi industri pangan tersebut berada sebesar 77,78%

karena pada provinsi tersebut merupakan provinsi penghasil jagung

terbesar. Untuk jagung yang berasal dari luar provinsi sebesar 16,67% dan

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 60

importir hanya sebesar 5,56%. Jagung yang berasal dari dalam provinsi

berasal dari dalam kabupaten sebesar 64,29% dan luar kabupaten sebesar

35,71% (Gambar 3.5.2). Hal ini mengindikasikan bahwa industri pangan

berada di mana wilayah sentra jagung berada.

Gambar 3.5.2. Daerah Asal Jagung

B. Pemasaran hasil produk olahan jagung

Dalam gambar 3.5.3. pemasaran hasil produksi olahan jagung,

distribusi hasil olahan terbanyak adalah ke pedagang sebesar 48,72%.

Biasanya olahan jagung dari industri besar didistribusikan ke pedagang

besar atau supermarket-supermarket untuk didistribusikan kembali, ke

pasar, pedagang kecil dan warung-warung .

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61

Gambar 3.5.3. Pemasaran hasil produksi olahan jagung

C. Kendala pengadaan bahan baku

Industri pangan yang berbahan baku jagung umumnya tidak

memiliki kesulitan untuk memperoleh bahan baku, karena jagung yang ada

sudah dapat mencukupi produksi industri mereka dan kebutuhan jagung

yang diperlukan oleh industri pangan ini tidak sebanyak di industri pakan.

Walaupun masih ada sedikit kesulitan yang didapat oleh industri pangan ini

sebesar 27,59%. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh perusahaan yang

mengalami kesulitan jagung adalah jagung langka dan kontinuitas jagung

tidak terjamin sebesar 33,33%. Ini dikarenakan jagung yang diproduksi

masih belum stabil dan tidak mencukupi pada bulan-bulan tertentu

sehingga mengharuskan industri melakukan impor.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 62

Gambar 3.5.4. Persentase memperoleh jagung

Gambar 3.5.5 Persentase Alasan kesulitan bahan jagung

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63

D. Persyaratan olahan jagung

Jagung untuk bahan baku industri pangan dibutuhkan beberapa

persyaratan yang diinginkan oleh masing-masing perusahaan/usaha. Jagung

dapat diolah menjadi beberapa produk olahan. Pengolahan aneka makanan

yang berbahan jagung dimanfaatkan sebagai makanan pokok serta

makanan ringan/snack. Dengan teknologi yang sederhana pada industri

rumah tangga, jagung kering dapat diolah menjadi makanan seperti

marning jagung dan teng-teng.

Jagung yang dibuat dalam bentuk makanan seperti nasi jagung,

jagung yang dibutuhkan harus berwarna cerah, bersih dari kotoran dan

rasanya manis. Untuk industri pangan yang menghasilkan makanan

ringan/snack, seperti keripik mempunyai persyaratan tertentu seperti

butiran jagungnya besar, biasanya varietas hibrida, warna tidak terlalu

merah dan kadar air sekitar 17% - 19% dan jenis makanan teng – teng,

jagungnya harus kering dan tua. Bahkan jagung digunakan juga sebagai

campuran dalam kopi bubuk, dan biasanya perbandingan antara kopi dan

jagung mengikuti harga jual kopi tersebut, semakin murah kandungan

jagung semakin banyak.

3.6. Neraca Komoditas Jagung

Produksi jagung Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebesar 18,51

juta ton. Dalam penyusunan neraca komoditas jagung, diperlukan

beberapa data pendukung yang terkait dalam perhitungan penyediaan dan

penggunaan jagung. Ada banyak indikator penyusun yang perlu diketahui

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 64

dalam penyusunan neraca jagung. Beberapa data dan informasi hasil Survei

Penggunaan Jagung dapat digunakan sebagai data pendukung untuk

penyusunan neraca komoditas jagung ini. Berikut ini disajikan simulasi data

yang dapat dilakukan untuk menyusun neraca jagung dengan menggunakan

data dan informasi pendukung yang bersumber dari data hasil survei dan

sumber lainnya. Berikut ini disajikan neraca jagung yang disusun

menggunakan data hasil survei dan data pendukung lainnya, secara rinci

dapat dilihat pada Tabel 3.6.1. Untuk beberapa indikator, periode waktu

yan digunakan telah disesuaikan dengan periode waktu survei, yaitu Juni

2013 sampai Mei 2014.

Tabel 3.6.1. Neraca komoditas jagung

No Uraian 2013

1 Produksi (ton) 18,511,853

- Tercecer 5% 925,593

- Total produksi KA 25% 17,586,260

- Total produksi KA 15% 15,300,047

2 Kebutuhan (ton) 15,758,424

- Konsumsi langsung 410,550

- Untuk pakan

a. Industri pakan 6,752,855

b. Peternak Lokal 4,852,319

- Industri Pangan (19,8%) 3,665,347

- Benih (15-25 kg/ha) 77,353

- Lain-lain -

3 Impor (ton) 3,117,161

4 Ekspor 4,137

Surplus (ton) 2,654,647

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65

Produksi jagung Indonesia seperti telah disebutkan sebelumnya

adalah sebesar 18,51 juta ton. Berdasarkan data pendukung dari Neraca

Bahan Makanan (NBM) sebanyak 5% produksi jagung hilang tercecer atau

sekitar 925,59 ribu ton dari produksi tahun 2013. Sehingga produksi jagung

Indonesia tahun 2013 adalah sebesar 17,59 juta ton.

Data pendukung lain yang perlu dicermati terkait angka produksi ini

adalah kadar air jagung di tingkat petani. Selama ini asumsi produksi jagung

berada pada kadar air sekitar 15% dimana pada level inilah kualitas jagung

yang diperlukan oleh industri pakan. Berdasarkan data pada Tabel 3.1.2

hasil survei Tim Terpadu Ditjen Tanaman Pangan, kadar air jagung produksi

petani secara rata-rata pada batas bawah adalah sekitar 25%. Selisih kadar

air sekitar 10% ini berdampak pada berat produksi. Apabila berat jenis

jagung diperhitungkan yaitu sekitar 700 g/lt maka berat produksi jagung

sebesar 17,59 juta ton (kadar air 25%) menjadi sekitar 15,30 juta ton

dengan kadar air 15%.

Komponen penyusun untuk besarnya penggunaan jagung di

antaranya adalah konsumsi langsung, konsumsi untuk pakan, industri

lainnya non pakan, penggunaan untuk benih serta penggunaan lainnya.

Jagung yang dikonsumsi langsung dihitung berdasarkan angka konsumsi

SUSENAS tahun 2013 sebesar 1,65 kg/kapita/thn. Jika diasumsikan jagung

dikonsumsi oleh seluruh penduduk tahun 2013 (248,82 juta orang) maka

konsumsi langsung ini adalah sebesar 410,55 ribu ton.

Konsumsi jagung untuk pakan dibedakan menjadi 2 yaitu kebutuhan

akan bahan baku industri pakan serta jagung yang digunakan sebagai

campuran pakan oleh para peternak lokal yang mencampur sendiri pakan

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 66

untuk ternaknya (self-mixing). Besarnya jagung yang diserap oleh pabrik

pakan berdasarkan hasil survei adalah 6,75 juta ton (Tabel 3.3.1).

Gambar 3.6.1. Asumsi perhitungan penggunaan jagung oleh peternak lokal

Kebutuhan jagung untuk peternak lokal dihitung berdasarkan asumsi

hasil survei dimana penyerapan jagung lokal oleh pabrik pakan berasal dari

penyaluran oleh pedagang. Pada bahasan sebelumnya disebutkan sebesar

27,17% (Gambar 3.2.2) jagung dari pedagang disalurkan ke pabrik pakan,

atau sekitar 3,37 juta ton berdasarkan hasil survei (Tabel 3.3.1), sehingga

diasumsikan volume jagung yang diperdagangkan oleh pedagang sekitar

12,40 juta ton. Berdasarkan perhitungan ini maka jumlah jagung yang

disalurkan oleh pedagang untuk peternak lokal (Gambar 3.2.2. yaitu sebesar

39,13%) adalah sebesar 4,85 juta ton (Gambar 3.6.1).

Penggunaan jagung untuk industri lainnya dihitung berdasarkan

informasi pendukung dari tabel Input Output BPS. Berdasarkan tabel I/O

tahun 2005, besarnya jagung yang digunakan oleh industri makanan adalah

sebesar 19,8% dari produksi yang ada (3,67 juta ton). Secara rinci industri

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67

yang berbahan baku jagung dengan proporsi penggunaan jagungnya dari

besar produksi adalah sebagai berikut: 1) industri minyak jagung (3,23%); 2)

tepung jagung (7,18%); 3) kopi giling dan kupasan (8,91%) dan 3) industri

makanan lainnya (0,48%).

Tabel 3.6.2. Perhitungan kebutuhan jagung untuk benih

Varietas Benih % Luas tanam (Ha) Total Benih (ton)

luas tanam (Ha) 3,987,275 hibrida 15 kg/ha 56% 2,232,874 33,493.11

(Juni 2013 sd. Mei 2014) lokal/komposit 25 kg/ha 44% 1,754,401 43,860.03

77,353.14

Perhitungan penggunaan jagung untuk benih dapat dilihat pada

Tabel 3.6.2. Asumsi yang digunakan adalah besarnya penggunaan jagung

per hektar pada saat tanam serta persentase proporsi penggunaan varietas

hibrida dan lokal/komposit. Berdasarkan informasi Direktorat Serealia

Ditjen Tanaman Pangan, penggunaan varietas jagung hibrida sudah

mencapai 56% dengan banyaknya penggunaan 15 kg/ha. Sementara

penggunaan varietas jagung lokal/komposit adalah sebesar 44% dan besar

penggunaannya sekitar 25 kg/ha. Jika luas tanam jagung sesuai periode

survei adalah sebesar 3,99 juta hektar, maka penggunaan benihnya sekitar

77,35 ribu ton.

Tabel 3.6.3. Volume ekspor dan impor jagung

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 68

(Ton)

impor ekspor

1005.10.00.00 Jagung Bibit segar 1,532 1,461

1005.90.10.00 Jagung brondong segar 4,390 52

1005.90.90.00 Lain-lain segar 3,111,238 2,623

3,117,161 4,137

Sumber: Badan Pusat Statistik

Kode HS Uraian WujudJun 2013 sd Mei 2014

Neraca jagung yang disusun juga memasukkan besarnya impor dan

ekspor yang dilakukan sesuai periode waktu survei (Juni 2013 sampai Mei

2014). Ada 3 (tiga) kode HS jagung yang dimasukkan dalam perhitungan

neraca ini. Secara rinci volume ekspor impor jagung dapat dilihat pada

Tabel 3.6.3. Berdasarkan perhitungan penyediaan dan penggunaan jagung

ini maka dapat disimpulkan masih ada surplus produksi jagung sebesar 2,65

juta ton. Hasil perhitungan ini merupakan neraca komoditas jagung versi 1.

Neraca jagung ini merupakan kondisi pada periode survei. Jika akan

digunakan sebagai acuan maka disarankan untuk menggunakan persentase

terhadap produksi yang dihitung langsung dari neraca tersebut. Sebagai

contoh, penggunaan jagung untuk peternak lokal jika dihitung langsung dari

neraca adalah sebesar 32,0% yang didapat dari proprosi terhadap produksi

jagung pada kadar air 15% (Tabel 3.6.1).

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Beberapa poin hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014 adalah

sebagai berikut:

1. Harga jagung pipilan kering di petani berkisar Rp. 2.900,- per kg,

sementara harga penjualan di pedagang sekitar Rp. 3.200,- per kg.

Terdapat marjin harga yang diterima pedagang yaitu sekitar Rp. 300,-

per kg. Harga pembelian jagung pipilan kering oleh pabrik pakan

sekitar Rp. 3.400,- per kg, sehingga ada marjin harga yang diterima oleh

perantara atau biaya tataniaga sebesar Rp. 200,- per kg.

2. Asal jagung yang diperdagangkan oleh pedagang dominan berasal dari

petani yaitu sekitar 58,44%, dan 35,06% berasal dari pedagang lain.

Hal ini karena responden survei juga ada yang merupakan pedagang

besar yang mendapatkan jagung dari pedagang kecil lainnya. Sebesar

39,13% penjualan jagung oleh pedagang adalah untuk peternak lokal

yang dikenal dengan istilah ‘self-mixing‘ dan 27,17% untuk pabrik

pakan. Penjualan jagung untuk pedagang besar lainnya seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya adalah sebesar 18,48%.

3. Bulan Juli 2013 dan Maret 2014 menjadi puncak penyerapan jagung

lokal oleh pabrik pakan, di mana bulan-bulan ini juga merupakan

puncak panen jagung di provinsi sampel. Sementara bulan Nopember

merupakan puncak penyerapan jagung impor oleh pabrik pakan,

terutama karena bulan Nopember ini merupakan titik terendah panen

jagung di provinsi sampel. Kebutuhan jagung pada pabrik pakan di

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 70

Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 100% bersumber dari jagung lokal,

demikian pula di Provinsi Jawa Tengah selama Pebruari sampai April

2014 juga hanya menyerap jagung lokal dan Provinsi Lampung selama

bulan Januari sampai Maret 2014. Pola panen dan kebutuhan jagung

tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam

melakukan impor jagung. Hal lain yang terkait dan perlu untuk

diperkuat adalah dukungan distribusi dari daerah sentra jagung ke

lokasi pabrik pakan.

4. Harga pembelian oleh pabrik pakan untuk jagung lokal sedikit lebih

tinggi dari harga jagung impor, yaitu lebih tinggi sekitar Rp. 60,- per kg.

5. Provinsi asal jagung lokal yang memenuhi kebutuhan pabrik pakan

adalah Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Sumatera

Utara, NTB dan Gorontalo. Sementara negara asal jagung impor adalah

Argentina, India, dan Brazil. Sementara Paraguay dan USA tercatat juga

melakukan impor jagung untuk pabrik pakan di Indonesia walaupun

dalam jumlah yang tidak terlalu besar.

6. Peternak mandiri yang mencampur sendiri jagung untuk pakan cukup

mendominasi penggunaan jagung lokal. Komposisi campuran jagung

untuk pakan yang dibuat berkisar antara 30 – 60% dari total volume

pakan jadinya. Secara rata-rata konsumsi jagung untuk campuran

pakan ayam petelur adalah 52,79 gram/ekor/hari, untuk ayam buras

34,20 gram/ekor/hari dan untuk itik sekitar 20,90 gram/ekor/hari.

7. Peternak mendapatkan sebagian besar jagung dari pedagang (67,71%),

barulah kemudian dari petani (22,92%) dan panenan sendiri (4,17%).

8. Industri makanan mendapatkan jagung dari pedagang (56,41%), petani

(23,08%), dan panenan sendiri (10,26%).

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71

9. Neraca jagung yang disusun berdasarkan hasil survei dan data

pendukung lainnya menghasilkan perhitungan penyediaan dan

kebutuhan jagung dimana terdapat surplus sebesar 2,65 juta ton.

4.2. Saran

Saran-saran yang dapat diajukan untuk analisis hasil Survei

Penggunaan Jagung lebih lanjut antara lain:

1. Parameter-parameter yang digunakan dalam penghitungan neraca

komoditas jagung perlu dikaji lebih dalam. Terkait hal ini maka Survei

Penggunaan Jagung perlu dilanjutkan terkait beberapa hal yang masih

perlu untuk didapatkan informasinya lebih rinci. Hal ini terutama untuk

mendukung penyediaan data guna penyusunan neraca Jagung yang

lebih akurat serta analisis yang lebih tajam.

2. Informasi yang perlu dikumpulkan untuk mempertajam analisis dan

penyusunan neraca diantaranya adalah di tingkat petani mencakup

kadar air jagung hasil panen, penyaluran yang lebih rinci serta wujud

produksi yang disalurkan (pipilan kering, jagung muda atau hijauan

pakan ternak). Indikator-indikator tersebut sangat mempengaruhi

penghitungan produksi jagung.

3. Tata niaga jagung terkait perdagangan jagung perlu lebih dipertajam

dengan melakukan survei terhadap strata pedagang yang dibedakan

menjadi pedagang pengumpul tingkat desa, kecamatan, kabupaten

serta pedagang besar.

4. Penghitungan kebutuhan jagung untuk industri lainnya untuk ke

depannya dapat menggunakan 1) Tabel I/O terbaru tahun 2010 yang

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 72

akan diterbitkan BPS pada tahun 2015, serta 2) data pendukung dari

hasi survei yang dilaksanakan oleh Direktorat Statistik Industri, BPS.

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75

Lampiran 1. Kebutuhan Jagung Lokal dan Impor Menurut Provinsi, Juni 2013 sd. Mei 2014

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 76

Lampiran 2. Kebutuhan Jagung Lokal dan Impor Menurut Pabrik

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77

Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 78