ANALISIS EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PIA APEL DENGAN
PENDEKATAN TARGET COSTING KASUS PADA HOME INDUSTRY
PERMATA AGRO MANDIRI, KOTA BATU
SKRIPSI
Oleh :
LIANA ADRIYANI
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PIA APEL DENGAN
PENDEKATAN TARGET COSTING KASUS PADA HOME INDUSTRY
PERMATA AGRO MANDIRI, KOTA BATU
Oleh : LIANA ADRIYANI 135040101111152
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan hasil
penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini tidak
pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Agustus 2017
Liana Adriyani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 7 Januari 1995.
Penulis merupakan anak kedua dari 3 bersaudara dari Bapak
yang bernama Turino dan Ibu yang bernama Euis Acih. Jenjang
pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis adalah Pendidikan
Taman Kanak-kanak di TK Dharma Wanita Air Naningan pada
tahun 1999-2001. Pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SD
Negeri 3 Air Naningan pada tahun 2001-2007. Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 1 Air Naningan pada tahun 2007-2010. Pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMA YP Unila Bandar Lampung pada tahun 2010-2013.
Kemudian pada tahun 2013 diterima di Universitas Brawijaya di Program Studi
Agribisnis Fakultas Petanian melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk
Peguruan Tinggi Negeri). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif dalam
kepanitiaan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Universitas Brawijaya
(PK2MU) pada tahun 2014 dan kepanitiaan Open House UKM pada tahun 2014.
HALAMAN PERUNTUKAN
“Sungguh, atas kehendak Allah semua ini terwujud tiada kekuatan kecuali
dengan pertolongan Allah” (QS. Al-Kahf: 39)
Skripsi ini kupersembahkan untuk
Kedua orang tua, yang senantiasa memberikan doa, perhatian
dan kasih sayang yang tiada hentinya. Ibu, Bapak lembaran-lembaran
ini hanya bagian kecil baktiku untuk engkau. Terima kasih
atas semua pengorbananmu Buk, Pak. I Love You
Kakak tercinta, yang memberikan doa dan bersedia menjadi
donatur untuk kebutuhan kuliahku
Adik tersayang, gadis kecil penyemangatku
Dina Puspita Sari, sahabat kesayangan
Widya Citra Relina, terima kasih selalu bersedia
antar kesana kemari dan direpotkan
You are besties is the best
Aulia Nuralita Rizki, terima kasih sudah menjadi partner
kepanitiaan terbaik yang masih berlanjut sampai sekarang
Tetap menjadi teman terbaik sampai tua nanti ya
Reza Apriyansah, terima kasih sudah
menjadi tempat aku berbagi cerita
Sundel CS (Christina, Nurul, Alif, Aisah & Ariska)
terima kasih telah mewarnai hari-hariku memberikan
kebahagiaan dan semangat dimasa perkuliahan
Adik-adik petualang cantik (Zastya, Wenny, Baroroh, Arrum,
Keke, Dinda, Hana, Inas). Terima kasih semangat
dan canda tawa yang sudah kalian berikan
Ibu Sum, Pak Jam di Ngaglik
Mama Titik, Ayah Nana Sukirna di Pujon
terimakasih telah menjadi keluargaku di Malang
Syifa Rizkyawati, terima kasih telah
menjadi partner kosan terbaik
Dewi Anggrainingrum, terima kasih sudah
bersedia membantu mengoreksi skripisi ini
RINGKASAN
LIANA ADRIYANI. 135040101111152. Analisis Efisiensi Biaya Produksi Pia
Apel dengan Pendekatan Target Costing Kasus Pada Home Industry Permata Agro
Mandiri, Kota Batu. Dibawah bimbingan Ir. Heru Santoso Hadi Subagyo SU.
Apel merupakan tanaman yang dibudidayakan di Indonesia dan memiliki
peluang besar untuk dikembangkan. Apel sebagai salah satu buah komersial yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat, merupakan tanaman yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi dan bermanfaat sebagai sumber vitamin. Di Indonesia
apel telah diolah dalam bentuk olahan yang bermacam-macam baik berupa
minuman atau makanan, seperti sari apel, cuka apel, keripik apel, jenang apel, dodol
apel, pia apel, dan wingko apel. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Kota Batu
menjadi salah satu kota di Indonesia yang menghasilkan produksi apel terbesar
sehingga apel dijadikan icon Kota Batu. Populasi tanaman apel di Kota Batu pada
tahun 2015 sebanyak 1,1 juta pohon mampu menghasilkan buah apel sebanyak
671,2 ton (BPS, 2016). Banyaknya produksi apel serta dijadikannya apel sebagai
icon di Kota Batu mendorong masyarakat untuk mendirikan industri pengolahan
berbahan baku apel.
Home Industry Permata Agro Mandiri merupakan salah satu perusahaan
agribisnis di Kota Batu yang memanfaatkan sumberdaya alam berupa apel untuk
memproduksi produk pia apel. Segmentasi pasar yang dituju perusahaan adalah
masyarakat kalangan menengah ke bawah sehingga menaikkan harga jual
merupakan hal yang sulit untuk dilakukan perusahaan karena dikhawatirkan dengan
naiknya harga jual akan mengurangi minat konsumen pada produk pia apel mereka.
Selain itu adanya kondisi ketika harga bahan baku tinggi dengan harga jual produk
tetap menyebabkan perusahaan belum mencapai target laba yang diharapkan yaitu
sebesar 20%. Perusahaan harus mengetahui strategi yang tepat untuk dapat
mencapai target laba yang diinginkan tanpa harus menaikkan harga jual pada pia
apel. Penelitian ini memiliki tujuan diantaranya adalah untuk mendeskripsikan
komponen biaya produksi pia apel dengan metode tradisional di Home Industry
Permata Agro Mandiri, menganalisis biaya produksi pia apel di Home Industry
Permata Agro Mandiri dengan metode target costing serta menganalisis perbedaan
biaya produksi dan laba sebelum dan sesudah menggunakan target costing pada pia
apel di Home Industry Permata Agro Mandiri.
Penetapan harga menggunakan metode tradisional yang dilakukan
perusahaan belum menghasilkan biaya yang efisien dan target laba belum tercapai
Berdasarkan hal tersebut perusahaan perlu melakukan efisiensi biaya produksi agar
mencapai target laba yang diharapkan. Efisiensi biaya produksi dapat dilakukan
dengan menggunakan metode target costing. Metode target costing merupakan
metode yang dapat digunakan untuk mengukur nilai produksi yang efisien sesuai
dengan harga jual yang digunakan sebelumnya namun tetap dapat memperoleh laba
yang diharapkan perusahaan. Target costing adalah metode penentuan biaya
produksi dimana perusahaan terlebih dahulu menentukan biaya produksi yang
dikeluarkan berdasarkan harga pasar kompetitif sehingga perusahaan memperoleh
laba yang diharapkan (Rudianto, 2013). Metode target costing merupakan
penentuan biaya yang harus dikeluarkan berdasarkan harga pasar yang kompetitif,
sehingga perusahaan dapat memperoleh laba yang diharapkan (Blocher, Chen dan
Lin, 2000).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya produksi pia apel tahun
2016 menggunakan metode tradisional adalah sebesar Rp 205.974.024 per tahun
dengan total biaya produksi adalah sebesar Rp 5.512 per kemasan. Perhitungan
tersebut hanya menghasilkan laba sebesar 15.1%, sedangkan perhitungan biaya
menggunakan metode target costing dengan laba yang diharapkan yaitu 20%
menghasilkan total biaya produksi pia apel tahun 2016 adalah sebesar Rp
194.230.400 per tahun dengan total biaya produksi adalah sebesar Rp 5.200 per
kemasan. Hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar mencapai biaya target
costing tersebut adalah dengan rekayasa nilai.
Rekayasa nilai dilakukan pada kompenen biaya bahan penolong susu skim
dengan mengganti susu skim yang digunakan perusahaan seharga Rp 85.000/kg
dengan susu skim yang memiliki harga lebih murah yaitu seharga Rp 60.000/kg
namun memiliki kualitas yang relatif sama dengan susu skim yang digunakan
perusahaan, kemudian rekayasa nilai dilakukan pada biaya kemasan dengan
mengganti kemasan plastik yang memiliki ketebalan 0.08 mm seharga Rp 150 per
kemasan dengan jenis plastik yang sama namun dengan ketebalan 0.05 mm seharga
Rp 100 per kemasan serta rekayasa nilai pada biaya telepon dan wifi dengan
memasang alat save limit yaitu berupa alat yang dapat menstabilkan sinyal telepon
sehingga akan menghemat biaya telepon dan wifi yang dikeluarkan perusahaan
sebesar 29.34%. Adanya pemasangan alat save limit pada rekayasa nilai biaya
telepon dan wifi akan menambah nilai biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Biaya penyusutan alat save limit adalah sebesar Rp 23.000 per tahun
sehingga total biaya penyusutan untuk memproduksi pia apel tahun 2016 setelah
rekayasa nilai adalah sebesar Rp 27.390.833 per tahun dengan total biaya
penyusutan sebesar Rp 733 per kemasan. Biaya penyusutan yang dikeluarkan
perusahaan dengan pemasangan alat tersebut tidak terlalu besar dan masih dapat
dijangkau oleh perusahaan.
Penekanan biaya terhadap komponen biaya tersebut dapat menekan biaya
produksi hingga Rp 5.060 per kemasan. Penekanan biaya tersebut dapat
memberikan laba perusahaan sebesar 22,1% dari harga jual pia apel sebesar Rp
6.500. Total biaya produksi pia apel tahun 2016 sebelum dilakukan rekayasa nilai
adalah Rp 205.974.024 per tahun. Setelah dilakukan rekayasa nilai, biaya yang
dikeluarkan menjadi Rp 189.078.304 per tahun. Selisih biaya yang dikeluarkan
tersebut adalah sebesar Rp 16.895.720 per tahun. Berdasarkan hasil tersebut jika
Home Industry Permata Agro Mandiri menerapkan metode target costing maka
perusahaan akan mencapai target laba yang diharapkan pada kegiatan produksi pia
apel.
SUMMARY
LIANA ADRIYANI. 135040101111152. An Analysis the Efficiency of Apple Pia
Production Cost by Using Target Costing Approach Case at Permata Agro Mandiri
Home Industry, Batu City. Under the Guidance Ir. Heru Santoso Hadi Subagyo SU.
Apple is plant cultivated in Indonesia and have huge opportunities to be
developed. Apples as one of the berries the commercial mostly consumed by the
community, is plants having economic values are high and useful as a source of
vitamins. In Indonesia, apples have been processed in the form of various
preparations in the form of drinks or food, such as apple cider, apple vinegar, apple
chips, apple jenang, apple dodol, apple pia, and apple wingko. Based on data from
the Central Statistics Agency, Batu City became one of the cities in Indonesia that
produced the largest apple production so that the apple became icon of Batu City.
Population apple plant in Batu City in year 2015 of about 1,1 million trees capable
of producing apples about 671,2 tons ( BPS, 2016 ). Many production and takes
apple apples as icon in the Batu City encourage people to establish manufacturing
industry is apple raw.
Permata Agro Mandiri Home Industry is one of the companies agribusiness
in Batu City use of apple natural resources to produce apple pia products. The target
market segmentation of the company is the middle class people, so raising the
selling price is difficult for companies to do because it is feared that the rising
selling price will reduce consumer interest in their apple pia products. In addition,
the condition when the price of high raw materials with the selling price of the
product still causes the company has not reached the expected profit target of 20%.
Companies must know the right strategy to achieve the desired profit target without
having to raise the selling price on apple pia products. The purpose of this research
is to describe the cost of producing apple pia product with traditional method in
Permata Agro Mandiri Home Industry, analyzing production cost of apple pia
product at Permata Agro Mandiri Home Industry with target costing method and
analyzing difference of production cost and profit before and after using Target
costing on apple pia products at Permata Agro Mandiri Home Industry.
Determination of the price using traditional method by the company can not
made cost of efficient and profit target has not been achieved. Based on these the
company need to do the production cost efficiency. Efficiency of production cost
can be done by using target costing method. Target costing method is a method that
can be used to measure the value of efficient production in accordance with the
selling price used before but still can obtain the expected profit company. Target
costing is a method of determining the cost of production in which the company
first determines the production cost incurred based on the competitive market price
so that the company earns the expected profit (Rudianto, 2013). The target costing
method is a cost incentive that must be issued based on competitive market prices,
so the company can earn the expected profit (Blocher, Chen and Lin, 2000).
The results showed that the total cost of total pia apple production in 2016
using traditional method is Rp 205.974.024 with total production cost per packing
is Rp 5.512. The calculation is only generate profit of 15.1%, while the calculation
of cost using target costing method with the expected profit of 20% resulting in total
cost of total pia apple production in 2016 is Rp 194.230.400 with total production
cost per pack is Rp 5.200. A company can do to achieve efficient cost is by value
engineering. Value engineering is done by lowering the cost of the auxiliary
materials, the cost of packaging and the cost of telephone and wifi.
Value engineering is perfomed on the cost component of skim help
materials by replacing the skim used by the company for Rp 85.000/kg with the
scheme which has cheaper price which is Rp 60.000/kg but has the same relative
quality as the company used scheme, then the value engineering is done on the cost
of packaging by replacing plastic packaging that has a thickness of 0.08 mm for Rp
150 with the same type of plastic but with a thickness of 0.05 mm for Rp 100 and
value engineering on the cost of telephone and wifi by installing a save limit tool
that is a device that can stabilize the telephone signal so that will saving 29.34% of
phone expenses incurred by the company. Installation of the save limit tool on value
engineering of telephone and wifi charges will add value to depreciation cost
incurred by the company. Depreciation cost of the save limit tool is Rp 23.000 per
year so the total depreciation cost to produce apple pia in 2016 after engineering
value is Rp 27.390.833 per year with total depreciation cost of Rp 733 per pack.
Depreciation costs incurred by the company with the installation of the tool is not
too large and still reachable by the company.
The emphasis on production cost components can reduce costs up to Rp
5.060 per pack. Such cost suppression can give the company a profit of 22.1% of
the selling price of apple pia is Rp 6.500. The total cost of the entire apple pia
product in 2016 before the engineering value is Rp 205.974.024. After the
engineering value of the costs incurred to Rp 189.078.304. The difference is Rp
16.895.720. Based on these results if Permata Agro Mandiri Home Industry
implements target costing method then the company will achieve the expected
profit target on the production of apple pia.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
telah menuntun penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Efisiensi Biaya Produksi Pia Apel dengan Pendekatan Target Costing
Kasus Pada Home Industry Permata Agro Mandiri, Kota Batu”. Penelitian yang
dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan komponen biaya produksi pia apel
dengan metode tradisional di Home Industry Permata Agro Mandiri, menganalisis
biaya produksi pia apel di Home Industry Permata Agro Mandiri dengan metode
target costing serta menganalisis perbedaan biaya produksi dan laba sebelum dan
sesudah menggunakan target costing pada pia apel di Home Industry Permata Agro
Mandiri.
Pada penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bpk. Ir. Heru Santoso Hadi Subagyo, SU., selaku dosen pembimbing utama
penelitian.
2. Ibu Nur Baladina, SP., MP dan Ibu Neza Fadia Rayesa, S.TP., M.Sc., selaku
dosen penguji skripsi.
3. Pihak Home Industry Permata Agro Mandiri yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Orang Tua yang telah memberikan kasih sayang, motivasi dan doa agar
senantiasa diberikan kelancaran.
5. Beserta teman-teman seperjuangan Agribisnis angkatan 2013 yang telah
memberikan dukungan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tentunya terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Malang, Agustus 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................... i
SUMMARY ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
1.5 Kegunaan Penelitian ................................................................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ................................................................... 8
2.2 Tinjauan Tentang Biaya .......................................................................... 11
2.2.1 Pengertian Biaya ........................................................................... 11
2.2.2 Klasifikasi Biaya ........................................................................... 12
2.2.3 Biaya Produksi ............................................................................... 16
2.2.4 Efisiensi Biaya .............................................................................. 17
2.3 Tinjauan Tentang Harga Pokok Produksi .............................................. 18
2.4 Tinjauan Tentang Laba .......................................................................... 19
2.4.1 Perencanaan Laba .......................................................................... 19
2.5 Tinjauan Tentang Biaya Tradisional ...................................................... 20
2.5.1 Pengertian Biaya Tradisional ........................................................ 20
2.5.2 Keterbatasan Sistem Penentuan Harga Pokok Tradisional ........... 22
2.5.3 Dampak Negatif dan Masalah Biaya Tradisional ......................... 23
2.6 Tinjauan Tentang Target Costing ........................................................... 24
2.6.1 Pengertian Metode Target Costing ............................................... 24
2.6.2 Perbedaan Metode Tradisional dan Target Costing ....................... 26
2.6.3 Karakteristik Target Costing .......................................................... 27
2.6.4 Prinsip-prinsip Target Costing ....................................................... 28
2.6.5 Langkah Implementasi Target Costing ......................................... 29
2.6.6 Rekayasa Nilai (value engineering) ............................................... 29
2.6.7 Asumsi Dasar Target Costing ........................................................ 31
2.6.8 Kendala Menerapkan Target Costing ........................................... 31
III. KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................................... 32
3.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 32
3.2 Hipotesis ................................................................................................ 35
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..................................... 35
IV. METODE PENELITIAN .......................................................................... 37
4.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................ 37
4.2 Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................ 37
4.3 Teknik Penentuan Sampel ...................................................................... 37
4.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 38
4.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 43
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 43
5.1.1 Sejarah Perusahaan ........................................................................ 43
5.1.2 Lokasi Perusahaan .......................................................................... 45
5.1.3 Tenaga Kerja .................................................................................. 45
5.1.4 Struktur Organisasi ........................................................................ 46
5.1.5 Proses Produksi Pia Apel .............................................................. 48
5.2 Analisis Penentuan Biaya Metode Tradisional ....................................... 50
5.2.1 Total Produksi dan Total Penjualan Pia Apel ............................... 51
5.2.2 Biaya Bahan Baku Langsung ......................................................... 53
5.2.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung ....................................................... 53
5.2.4 Biaya Overhead Pabrik .................................................................. 54
5.2.5 Biaya Non Produksi ...................................................................... 56
5.2.6 Perhitungan Keseluruhan Biaya Per Kemasan ............................... 56
5.2.7 Perhitungan Laba Rugi ................................................................... 57
5.3 Analisis Penerapan Target Costing ......................................................... 59
5.4 Perbandingan Hasil Analisis ................................................................... 61
5.5 Rekayasa Nilai ........................................................................................ 63
5.5.1 Biaya Sebelum Rekayasa Nilai ..................................................... 66
5.5.2 Komponen Biaya yang Dilakukan Rekayasa Nilai ........................ 67
5.5.3 Biaya Per Kemasan Pia Apel Setelah Rekayasa Nilai ................... 72
5.5.4 Perbandingan Biaya Setelah Rekayasa Nilai ................................. 73
VI. PENUTUP .................................................................................................. 77
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 77
6.2 Saran ...................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 80
LAMPIRAN ...................................................................................................... 82
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .......................................... 35
2. Total Produksi Pia Apel Tahun 2016 .......................................................... 51
3. Total Penjualan Pia Apel Tahun 2016 ......................................................... 52
4. Biaya Overhead Pabrik Tahun 2016 ........................................................... 54
5. Biaya Non Produksi Pia Apel Tahun 2016 ................................................. 56
6. Perhitungan Keseluruhan Biaya Pia Apel per Kemasan Tahun 2016 ........ 57
7. Perhitungan Laba Rugi Pia Apel Tahun 2016 ............................................ 58
8. Total Biaya Keseluruhan Pia Apel Tahun 2016 dengan Metode Target
Costing ........................................................................................................ 61
9. Perbandingan Biaya Per Kemasan Pia Apel dengan Metode Trasisional
dan Metode Target Costing ........................................................................ 62
10. Perbandingan Total Biaya Pia Apel dengan Metode Trasisional
dan Metode Target Costing ........................................................................ 62
11. Biaya Pia Apel per Kemasan Sebelum Dilakukan Rekayasa Nilai ............ 67
12. Biaya Pia Apel Per Kemasan Setelah Dilakukan Rekayasa Nilai .............. 73
13. Perbandingan Biaya Tradisional dengan Biaya Setelah Dilakukan
Rekayasa Nilai Per Kemasan ...................................................................... 74
14. Perbandingan Biaya Tradisional Keseluruhan dengan Biaya Setelah
Dilakukan Rekayasa Nilai Per Kemasan .................................................... 75
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Prinsip-prinsip Target Costing .................................................................... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Data Total Produksi Pia Apel Tahun 2016 .................................................. 82
2. Data Total Penjualan Pia Apel Tahun 2016 ................................................ 82
3. Data Biaya Produksi dan Non Produksi Pia Apel Tahun 2016 .................. 83
4. Perhitungan Biaya Per Kemasan dengan Metode Tradisional ................... 84
5. Perhitungan Laba Pia Apel Rugi Tahun 2016 ............................................ 86
6. Perhitungan Margin Profit .......................................................................... 86
7. Perhitungan Metode Target Costing ........................................................... 87
8. Perhitungan Rekayasa Nilai ........................................................................ 88
9. Data Biaya Produksi dan Non Produksi Pia Apel Tahun 2016 Setelah
Rekayasa Nilai ............................................................................................ 91
10. Perhitungan Laba Pia Apel Rugi Tahun 2016 Setelah Rekayasa Nilai ....... 92
11. Perhitungan Margin Profit Setelah Rekayasa Nilai .................................... 92
12. Dokumentasi Pembuatan Pia Apel ............................................................. 93
DAFTAR SKEMA
Nomor Halaman
Teks
1. Alur Biaya Tradisional ................................................................................ 26
2. Alur Perhitungan Target Costing ................................................................ 27
3. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 34
4. Struktur Organisasi Home Industry Permata Agro Mandiri ....................... 46
5. Proses Pembuatan Selai Apel ..................................................................... 48
6. Proses Pembuatan Kue Pia Apel ................................................................ 49
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era yang semakin maju diperlukan adanya usaha pengembangan
dalam bidang pertanian untuk memberikan nilai tambah pada produk pertanian
yang dihasilkan masyarakat sehingga produk hasil pertanian tersebut memiliki
nilai jual yang tinggi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memberikan
nilai tambah pada produk pertanian yaitu agroindusri. Agroindustri merupakan
suatu industri yang bahan baku utamanya menggunakan produk hasil pertanian
(Soekartawi, 2000). Agroindustri memiliki peranan penting dalam upaya
meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat khususnya di
pedesaan (Surahman, 2007). Komoditas hasil pertanian yang dapat digunakan
sebagai bahan baku pengolahan produk pada usaha agroindustri salah satunya
yaitu apel. Di Indonesia apel telah diolah dalam bentuk olahan yang bermacam-
macam baik berupa minuman atau makanan, seperti sari apel, cuka apel, keripik
apel, jenang apel, dodol apel, pia apel, dan wingko apel. Sentra penanaman apel
dunia berada di negara Eropa, Australia dan Amerika sedangkan di Indonesia
sentra penanaman apel terletak di Jawa Timur yaitu di Batu, Poncokusumo,
Nongkojajar, Malang dan Pasuruan (Yulianti dkk, 2006).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Kota Batu menjadi salah satu kota
di Indonesia yang menghasilkan produksi apel terbesar sehingga apel dijadikan
icon Kota Batu. Populasi tanaman apel di Kota Batu pada tahun 2015 sebanyak
1,1 juta pohon mampu menghasilkan buah apel sebanyak 671,2 ton (BPS, 2016).
Banyaknya produksi apel serta dijadikannya apel sebagai icon di Kota Batu
mendorong masyarakat mendirikan industri pengolahan untuk meningkatkan nilai
tambah dan daya simpan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
menjadikan produk yang dihasilkan sebagai oleh-oleh khas Kota Batu. Saat ini
industri pengolahan di Kota Batu semakin berkembang. Jumlah perusahaan
industri besar sedang di Kota Batu pada tahun 2015 berjumlah 22 perusahaan.
Industri besar sedang adalah perusahaan di sektor industri yang mempunyai
tenaga kerja lebih dari 20 orang. Dari 22 industri besar sedang yang ada di Kota
Batu 13 diantaranya merupakan industri makanan dan minuman (BPS, 2016).
Banyaknya jumlah industri pengolahan di Kota Batu menyebabkan persaingan
2
usaha yang semakin ketat. Adanya persaingan usaha tersebut memaksa
perusahaan mencari solusi agar produk yang dipasarkan dapat bertahan dipasar.
Home Industry Permata Agro Mandiri merupakan salah satu perusahaan
agribisnis di Kota Batu Jawa Timur yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam
berupa produksi apel di Kota Batu. Home Industry Permata Agro Mandiri adalah
sebuah agroindustri yang bergerak dalam bidang industri roti, kue dan sejenisnya.
Home Industry Permata Agro Mandiri memulai usahanya pada tahun 2009 dan
telah mendapatkan pengakuan dari beberapa lisensi seperti ISO, MUI, dan PIRT.
Salah satu produk yang diproduksi oleh Home Industry Permata Agro Mandiri
yaitu Pia Apel yang memiliki Brand “SHYIF” dengan wilayah pemasaran Kota
Batu, Malang, Pasuruan dan Surabaya. Home Industry Permata Agro Mandiri
selalu melakukan inovasi baru untuk mengembangkan usahanya sehingga dapat
menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat, namun dalam mengembangkan
usahanya untuk memproduksi pia apel tersebut Home Industry Permata Agro
Mandiri tidak terlepas dari masalah yang harus dihadapi.
Permasalahan di Home Industry Permata Agro Mandiri terkait produksi
pia apel yaitu perusahaan sulit menaikkan harga jual dikarenakan segmentasi
pasar yang dituju oleh perusahaan adalah masyarakat kalangan menengah ke
bawah. Harga jual merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi minat
konsumen terhadap produk pia apel. Perusahaan tidak dapat menaikkan harga jual
dari produk pia apel karena dikhawatirkan akan mengurangi minat konsumen
pada produk pia apel mereka. Selain itu ketika harga bahan baku tinggi dengan
harga jual produk tetap, menyebabkan perusahaan belum mencapai target laba
yang diharapkan. Adanya permasalahan tersebut mendorong perusahaan untuk
dapat mengelola biaya produksi pia apel dengan sebaik mungkin agar perusahaan
mampu bertahan. Oleh karena itu perusahaan harus menggunakan metode
penetapan biaya yang lebih baik dibandingkan dengan metode sebelumnya yang
digunakan oleh perusahaan. Metode yang digunakan oleh Home Industry Permata
Agro Mandiri untuk produk pia apel masih menggunakan metode tradisional.
Metode tradisional merupakan perhitungan biaya produk yang
membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada
produk dan biaya overhead dibebankan pada jumlah perubahan unit yang
3
diproduksi (Hansen dan Mowen, 2000). Pada Metode tradisional seluruh biaya
dibebankan ke produk bahkan pada biaya produksi yang tidak disebabkan oleh
produk (Garrison, Noreen dan Brewer, 2006). Metode tradisional memiliki
kelemahan yaitu lebih terpusat pada distribusi dan alokasi biaya overhead dari
pada berusaha mengurangi pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang
tidak memiliki nilai tambah serta pada metode tradisional penggolongan biaya
langsung dan tidak langsung, biaya tetap dan biaya variabel hanya berdasarkan
pada volume produk, padahal dalam teknologi maju penggolongan biaya
dipengaruhi oleh berbagai aktivitas (Rudianto, 2013).
Metode tradisional yang digunakan oleh Home Industry Permata Agro
Mandiri belum menghasilkan laba seperti yang diharapkan perusahaan. Untuk
mencapai target laba yang diinginkan salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu
dengan efisiensi biaya produksi. Efisiensi biaya yang dimaksud adalah tindakan
menurunkan jumlah biaya yang dianggap tidak diperlukan, baik pada saat
perusahaan melaksanakan produksi maupun pada saat tidak melaksanakan
produksi. Pada penelitian ini akan dilakukan efisiensi biaya dengan menekan
biaya produksi pia apel sehingga target laba yang diharapkan perusahaan akan
tercapai. Efisiensi biaya tersebut dilakukan dengan menerapkan metode yang tepat
yaitu metode target costing.
Target costing adalah penentuan biaya yang diharapkan untuk suatu
produk berdasarkan harga yang kompetitif, sehingga produk tersebut akan dapat
memperoleh laba yang diharapkan. Metode target costing adalah suatu sistem
dimana penentuan harga pokok produksi adalah sesuai dengan yang diinginkan
perusahaan sebagai dasar penetapan harga jual produk yang akan memperoleh
laba yang diinginkan, atau penentuan harga pokok sesuai dengan harga jual yang
pelanggan rela membayarnya (Witjaksono, 2013). Tujuan penerapan metode
target costing yaitu untuk menentukan harga pokok produk sesuai yang
diharapkan (target), sebagai dasar penetapan harga jual produk untuk
mendapatkan laba yang diinginkan oleh perusahaan. Metode target costing sangat
baik diterapkan oleh perusahaan agar dapat mengelola biaya dengan baik serta
dapat menjadi strategi dalam menghadapi persaingan bisnis.
4
Penerapan metode target costing dalam perusahaan penting dilakukan
untuk dapat meminimalisir atau mengurangi biaya produksi pada tahap
perencanaan ataupun pada tahap desain produk. Metode tersebut merupakan cara
untuk mengetahui nilai biaya yang efisien sesuai dengan harga jual dan target laba
yang diharapkan sehingga tidak terjadi kembali permasalahan target laba yang
belum tercapai. Sebelum melakukan penurunan biaya produksi perusahaan harus
mengetahui seberapa besar biaya yang dapat diturunkan sehingga perusahaan
mampu memperoleh laba yang diinginkan. Pada metode sebelumnya yang
digunakan oleh perusahaan dalam menetapkan harga jual produk pia apel hanya
menjumlahkan total biaya produksi yang dikeluarkan tanpa mempertimbangkan
biaya yang efisien digunakan agar mencapai target laba yang diharapkan.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka penting dilakukan suatu
penelitian mengenai “Analisis Efisiensi Biaya Produksi Pia Apel dengan
Pendekatan Target Costing Kasus Pada Home Industry Permata Agro Mandiri,
Kota Batu”. Penerapan metode target costing yang dilakukan dalam penelitian ini
diharapkan dapat digunakan perusahaan sebagai gambaran untuk mengetahui
biaya efisien yang dikeluarkan untuk memproduksi pia apel sehingga perusahaan
memperoleh laba yang diinginkan dengan biaya yang lebih rendah. Selain itu
dapat menjadi strategi bagi perusahaan agar pada produksi pia apel selanjutnya
perencanaan biaya dapat dikelola dengan lebih baik sehingga usaha yang
dijalankan perusahaan dapat terus berkembang dan berkelanjutan.
1.2 Rumusan Masalah
Home Industry Permata Agro Mandiri menjalankan usaha produksi pia apel
dimulai pada tahun 2009. Pada penjualan produk pia apel perusahaan memberikan
harga sesuai dengan harga yang berlaku dipasaran, dengan keadaan tersebut hasil
penjualan yang diperoleh perusahaan belum mencapai target laba yang
diinginkan. Penggunaan metode penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan
saat ini belum menggunakan biaya yang efisien untuk memproduksi pia apel.
Perusahaan masih menggunakan metode tradisional untuk menetapkan harga jual.
Metode tradisonal merupakan biaya-biaya yang dicatat, dikumpulkan, dan
dikendalikan berdasarkan elemen-elemennya didalam pusat pertanggung jawaban.
Melalui cara tersebut biaya-biaya juga ditentukan berdasarkan banyaknya
5
sumberdaya yang dikonsumsi disetiap pusat biaya (Supriyono, 2002). Metode
tradisional memiliki kekurangan yaitu pada biaya overhead terlalu memusatkan
dalam hal distribusi dan alokasi biaya tanpa melakukan usaha untuk mengurangi
pemborosan aktivitas yang tidak bernilai tambah (Rudianto, 2013). Perhitungan
biaya produksi pia apel tahun 2016 dengan menggunakan metode tradisional
belum mencapai target laba yang diharapkan yaitu sebesar 20%
Perusahaan belum mencapai target laba yang diharapkan dikarenakan
dengan segmentasi pasar yang dituju yaitu kalangan masyarakat menengah
kebawah menyebabkan perusahaan sulit untuk menaikkan harga jual produk pia
apel. Selain itu terjadinya kenaikan harga bahan baku juga menjadi masalah dalam
memproduksi pia apel karena bila harga bahan baku naik perusahaan juga tidak
dapat menaikkan harga jual sehingga perusahaan tetap menjual produk dengan
harga yang sama. Naiknya harga bahan baku tersebut akan berdampak pada
tingginya biaya produksi yang dikeluarkan sehingga menyebabkan laba yang
dihasilkan tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Adanya permasalahan
tersebut menuntut perusahaan untuk dapat mengelola biaya produksi sehingga
perusahaan tidak mengalami kerugian dan target laba yang diinginkan tercapai.
Oleh karena itu diperlukan metode perhitungan biaya produksi yang dapat
meminimalisisr biaya produksi. Salah satu metode yang dapat digunakan
perusahaan untuk meminimalisir biaya produksi yaitu metode target costing.
Metode target costing merupakan metode yang dapat digunakan untuk
mengukur nilai produksi yang efisien sesuai dengan harga jual yang digunakan
sebelumnya namun tetap dapat memperoleh laba yang diharapkan perusahaan.
Target costing adalah metode penentuan biaya produksi dimana perusahaan
terlebih dahulu menentukan biaya produksi yang dikeluarkan berdasarkan harga
pasar kompetitif sehingga perushaan memperoleh laba yang diharapkan
(Rudianto, 2013). Metode target costing merupakan penentuan biaya yang harus
dikeluarkan berdasarkan harga pasar yang kompetitif, sehingga perusahaan dapat
memperoleh laba yang diharapkan (Blocher, Chen dan Lin, 2000). Berdasarkan
permasalahan diatas maka rumusan pertanyaan yang dapat diambil dalam
penelitian ini sebagai berikut:
6
1. Apa komponen biaya produksi pia apel dengan metode tradisional di Home
Industry Permata Agro Mandiri?
2. Bagaimana analisis biaya produksi dengan penerapan target costing dalam
efisiensi biaya dan peningkatan laba produk pia apel di Home Industry
Permata Agro Mandiri?
3. Berapa perbandingan biaya produksi dan laba pia apel antara metode
tradisional dan metode target costing di Home Industry Permata Agro
Mandiri?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini perlu diberikan dengan tujuan agar
permasalahan yang diteliti lebih spesifik dan berfokus pada tujuan penelitian
sehingga tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Adapun batasan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada produk pia apel.
2. Menganalisis biaya produksi hanya produk pia apel di Home Industry Permata
Agro Mandiri.
3. Penelitian ini menggunakan data biaya produksi 1 tahun terakhir yaitu pada
tahun 2016 di Home Industry Permata Agro Mandiri.
4. Penelitian ini menggunakan penerapan metode target costing pada biaya
produksi hanya sampai rekayasa nilai.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan komponen biaya produksi pia apel dengan metode
tradisional di Home Industry Permata Agro Mandiri.
2. Menganalisis biaya produksi pia apel di Home Industry Permata Agro Mandiri
dengan metode target costing.
3. Menganalisis perbedaan biaya produksi dan laba sebelum dan sesudah
menggunakan target costing pada pia apel di Home Industry Permata Agro
Mandiri.
7
1.5 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Untuk memberikan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan dalam efiensi
biaya produksi dengan menggunakan metode target costing. Serta dapat
digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai acuan pada penelitian yang
berhubungan dengan efisiensi biaya dan peningkatan laba.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi untuk
perusahaan menggunakan target costing sebagai alat untuk mengukur biaya
yang efisien digunakan untuk memperoleh laba yang diharapkan dari
penjualan pia apel. Selain itu dapat menjadi strategi bagi perusahaan agar pada
produksi pia apel selanjutnya perencanaan biaya dapat dikelola dengan lebih
baik sehingga usaha yang dijalankan perusahaan dapat terus berkembang dan
berkelanjutan.
b. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan kemampuan
penulis dalam penerapan teori-teori yang telah diperoleh selama masa
perkuliahan.
c. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi bagi peneliti
selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian yang sama di masa mendatang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian mengenai target costing sebagai alat analisis
dalam suatu usaha yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian
tersebut antara lain oleh Malue (2013) mengenai Analisis Penerapan target
costing Sebagai Sistem Pengendalian Biaya Produksi Pada PT Celebes Mina
Pratama”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk membandingkan sistem pengendalian
biaya yang selama ini digunakan oleh perusahaan dengan metode target costing.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif
dengan cara menganalisis dan menguraikan untuk menggambarkan keadaan objek
yang diteliti yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa total drifting cost dari perusahaan lebih besar
dibandingkan dengan total drifting cost dengan target costing, dimana drifting
cost perusahaan yaitu sebesar Rp 41.550.431.253 sedangkan total drifting cost
menurut target costing yaitu sebesar Rp 37.800.082.914 sehingga perusahaan
dapat melakukan penghematan biaya sebesar Rp 3.750.348.339.
Penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani (2015) mengenai Analisis
Efisiensi Biaya Produksi Dengan Pendekatan Target Costing Pada Produk Ekspor
Singkong Beku: Studi Kasus CV. Iswara Sentosa, Asrikaton, Pakis, Kota Malang
Jawa Timur. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis biaya produksi dan
keuntungan per satuan kilogram produk ekspor singkong beku, menganalisis
biaya efisien dengan metode target costing dan mendeskripsikan perbandingan
biaya dan keuntungan dengan perhitungan yang dilakukan perusahaan dan metode
target costing. Metode analisis penelitian ini adalah komparatif deskriptif, yaitu
dengan membandingkan antara nilai biaya yang dikeluarkan dan profit yang
dicapai berdasarkan metode biaya standar yang digunakan perusahaan dengan
metode target costing. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa total biaya
yang dikeluarkan CV Iswara Sentosa pada tahun 2013 per kg singkong beku
adalah sebesar Rp Rp 5.260/kg dengan tingkat profit yang diperoleh sebesar
23.63% dengan harga jual Rp 6.888/kg, sedangkan pada tahun 2014 adalah
sebesar Rp 5.242,8/kg dengan tingkat profit sebesar 27,88% pada saat harga jual
Rp 7.270/kg. Total biaya yang dikeluarkan menggunakan pendekatan target
9
costing dengan laba yang diharapkan sebesar 30% untuk tahun 2013 sebesar Rp
4.821/kg dengan harga jual Rp 6.888/kg, sedangkan pada tahun 2014 adalah Rp
5.089/kg dengan harga jual Rp 7.270/kg. Penerapan target costing pada CV
Iswara Sentosa lebih efisien jika dibandingkan dengan metode standar yang
dilakukan oleh perusahaan, dengan penerapan target costing ini maka perusahaan
dapat memperoleh penghematan biaya keseluruhan produk dibandingkan dengan
metode perusahaan yaitu sebesar Rp 254.740001 pada tahun 2013 dan pada tahun
2014 sebesar Rp 92.446.062.
Penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari (2015) mengenai Penerapan
Sistem Target costing Dalam Upaya Pengurangan Biaya Produksi Untuk
Peningkatan Laba Usaha: Studi Kasus Usaha Dagang Tiga Putra di Mojokerto.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan metode target
costing dalam pengurangan biaya produksi sebagai upaya peningkatan laba usaha
yang efisien UD. Tiga Putra di Mojokerto. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode deskriptif analitik, dimana setelah data diperoleh
dilakukan analisis, hasilnya berupa pemaparan gambaran mengenai situasi yang
ditelitidalam bentuk uraian naratif. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut
yaitu dengan penerapan target costing dapat menjadi alternatif yang baik bagi
UD. Tiga Putra. Biaya yang dikeluarkan perusahaan sebelumnya untuk
memproduksi kusen gundul pada daun pintu dari kedua jenis kayu memerlukan
biaya Rp 562.150 hingga Rp 581.450, setelah menggunakan metode target
costing menjadi Rp, 300.650 hingga Rp 316.950. Sedangkan untuk membuat
kusen kisi-kisi pada daun pintu dari kedua jenis kayu memerlukan biaya Rp
402.150 hingga Rp 421.450, setelah menggunakan metode target costing biaya
yang dikeluarkan menjadi Rp 220.650 hingga Rp 236.950. Penerapan metode
target costing pada perusahaan dilakukan melalui proses value engineering
dengan cara mengganti lem kayu prima sentosa dengan lem kualitas lebih rendah
dan mengganti pembelian bahan baku kayu per balok. Dengan penerapan metode
target costing biaya produksi perusahaan menurun sehingga laba yang diperoleh
meningkat. Persentase peningkatan laba perusahaan yang semula hanya 15% -
20% setelah penerapan metode target costing laba yang diperoleh mencapai 35%.
10
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sagita (2016) mengenai
Analisis Efisiensi Biaya Dengan Pendekatan Target Costing: Studi kasus di
UMKM Gudange Tahu Takwa, Jalan Pamenang Dusun Besuk Desa Toyoresmi,
Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini
yaitu menganalisis komponen-komponen biaya dalam produksi Tahu Kuning,
menganalisis efisiensi biaya produksi Tahu Kuning dan menganalisis cara yang
dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi Tahu Kuning. Metode analisis
yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan analisis deskriptif. Analisis
kuantitatif dengan cara melakukan perhitungan-perhitungan yang relevan dengan
masalah yang dibahas. Sedangkan analisis deskriptif dimaksudkan untuk
menjelaskan mengenai bagaimana penurunan biaya produksi dilakukan. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa metode target costing dapat memberikan biaya
yang lebih efisien untuk produk tahu kuning yaitu sebesar Rp 15.000 dari biaya
sebelumnya sebesar Rp 15.363. hal yang dilakukan untuk mencapai biaya yang
efisien yaitu dengan melakukan rekayasa nilai. Rekayasa nilai dilakukan dengan
menekan biaya tenaga kerja langsung penguning dan juga biaya pemasaran yang
terdiri dari gaji karyawan dan biaya promosi. Penekanan biaya tersebut
memberikan laba perusahaan sebesar Rp 5.495 dengan persentase 27,4% dari
harga jual sebresar Rp 20.000 per kemasan. Biaya total produk tahu kuning
sebelum dilakukan rekayasa nilai adalah sebesar Rp 1.124.660.400. setelah
dilakukan rekayasa nilai sebesar Rp 1.061.960.400. Margi laba yang diterima
perusahaan setelah rekayasa nilai sebesar Rp. 397.419.600.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dan
penelitian sekarang. Persamaan dengan penelitian terdahulu Malue (2013) yaitu
terletak pada tujuan penelitian dan bidang industri pertanian. Persamaan dengan
penelitian terdahulu Oktaviani (2015) terletak pada bidang industri pertanian,
tujuan penelitian, metode analisis dan penggunaan rekayasa nilai. Persamaan
dengan penelitian terdahulu Kumalasari (2015) terletak pada bidang industri
pertanian, tujuan penelitian, dan penggunaan proses rekayasa nilai. Sedangkan
persamaan dengan penelitian terdahulu Sagita (2016) terletak pada bidang industri
pertanian, tujuan penelitian dan penggunaan proses rekayasa nilai.
11
Perbedaan dengan penelitian terdahulu Malue (2013) yaitu pada penelitian
tersebut hanya sampai drifting cost. Perbedaan dengan penelitian terdahulu
Oktaviani (2015) pada penelitian tersebut proses rekayasa nilai dilakukan pada
komponen biaya tenaga kerja. Perbedaan dengan penelitian terdahulu Kumalasari
(2015) terletak pada proses rekayasa nilai, rekayasa nilai pada penelitian yang
dilakukan yaitu terdapat pada biaya kemasan. Sedangkan perbedaan dengan
penelitian terdahulu Sagita (2016) terletak pada proses rekayasa nilai, rekayasa
nilai pada penelitian yang dilakukan yaitu mengenai rekayasa nilai biaya bahan
penolong, biaya kemasan dan biaya pemasaran. Dari keempat penelitian tersebut
maka perbedaan penelitian yang dilakukan yaitu terletak pada lokasi penelitian
dan penggunaan proses rekayasa nilai.
2.2 Tinjauan Tentang Biaya
2.2.1 Pengertian Biaya
Biaya merupakan suatu pengeluaran atau nilai pengorbanan yang digunakan
untuk memperoleh barang atau jasa untuk masa berguna bagi yang akan datang,
atau memiliki manfaat melebihi satu periode akuntansi tahunan (Dunia dan
Abdullah, 2009). Menurut Kuswadi (2005) biaya merupakan suatu pengeluaran
yang digunakan untuk memperoleh barang ataupun jasa dari pihak ketiga, baik
yang berhubungan langsung pada perusahaan atau tidak. Ahmad (2013)
mengatakan bahwa biaya dan beban ialah suatu pengeluaran yang secara potensial
dikeluarkan guna memperoleh tujuan yang akan dicapai. sedangkan beban
merupakan pengeluaran yang dikeluarkan guna memperoleh prestasi. Biaya
merupakan suatu pengorbanan sumberdaya yang dikeluarkan dalam pencapaian
tujuan tertentu biaya yang yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan
disebut dengan beban (Dewi dan Kristanto, 2013). Biaya ialah pengeluaran kas
atau setara kas untuk memproduksi atau mendapatkan barang/jasa yang
diinginkan serta dapat mendatangkan manfaat dimasa depan (Arifin, 2007).
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya adalah sesuatu yang
dikorbankan yaitu berupa pengeluaran-pengeluaran sehingga dapat membantu
seseorang dalam mecapai tujuan yang telah ditetapkan.
12
2.2.2 Klasifikasi Biaya
Pengklasifikasian biaya dilakukan untuk menyampaikan dan menyajikan
data biaya sehingga membantu manajemen dalam mencapai tujuannya. Menurut
Riwayadi (2014) klasifikasi-klasifikasi biaya sebagai berikut:
1. Klasifikasi Biaya Berdasarkan Kemudahan Penelusuran
Kemudahan penelusuran yaitu dapat dilihat dari mudah atau tidaknya
penelusuran biaya ke objek biaya. Jika biaya tersebut mudah ditelusuri ke
objek biayanya, maka pembebanan biaya ke objek biaya akan semakin akurat.
Objek biaya merupakan sesuatu yang akan diukur dan dihitung biayanya.
Klasifikasi biaya berdasarkan kemudahan penelusuran ada 2 jenis yaitu:
a. Biaya Langsung
Biaya langsung (direct cost) merupakan biaya yang dapat ditelusuri secara
mudah dan akurat. Biaya langsung adalah biaya untuk sumber daya yang
digunakan dalam memproduksi suatu objek. Biaya sumber daya tersebut
sepenuhnya dibebankan pada objek biaya tersebut.
b. Biaya Tidak Langsung
Biaya Tidak Langsung (inderict cost) merupakan biaya yang tidak dapat
ditelusuri secara mudah dan akurat ke objek biaya. Biaya tidak langsung
merupakan biaya yang digunakan secara bersama. Pembebanan biaya ini
pada produk dilakukan dengan menggunakan alokasi. Keakuratan alokasi
pada pembebanan biaya tersebut sangat diperlukan agar tidak terjadi harga
pokok produk yang terlalu tinggi (overcosting) atau terlalu rendah
(undercosting).
2. Klasifikasi Biaya Berdasarkan Fungsi Utama Organisasi
Fungsi utama organisasi terdiri dari 3 yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran
dan fungsi adminstrasi dan umum. Fungsi produksi merupakan suatu fungsi
yang melakukan kegiatan utama berupa mengolah bahan baku menjadi barang
jadi. Fungsi pemasaran merupakan fungsi yang melakukan kegiatan utama
berupa pemasaran produk yang dihasilkan. Sedangkan fungsi administrasi dan
umum merupakan fungsi yang melakukan kegiatan berkaitan dengan
administrasi. Berdasarkan fungsi utama organisasi klasifikasi biaya terdapat 3
jenis yaitu:
13
a. Biaya Produksi
Biaya produksi (manufacturing cost) yaitu biaya yang berkaitan dengan
kegiatan memproduksi suatu barang. Biaya tersebut terdiri atas biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik.
b. Biaya Pemasaran (marketing expenses) yaitu biaya yang berkaitan dengan
kegiatan memasarkan produk yang dihasilkan yang terdiri dari biaya gaji
karyawan pemasaran, biaya iklan, dan biaya angkut penjualan.
c. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya Administrasi dan Umum (administrative and general expenses)
yaitu biaya yang berkaitan dengan fungsi administrasi dan umum berupa
biaya gaji karyawan, biaya penyusutan peralatan departemen akuntansi
dan biaya perlengkapan departemen keuangan.
3. Klasifikasi Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya
Perilaku biaya menjelaskan tentang adanya hubungan antara total biaya dan
biaya per unit dengan perubahan output aktivitas. Dalam hal ini output
aktivitas mempengaruhi total biaya dan biaya per unit. Klasifikasi biaya
berdasarkan perilakunya ada 3 yaitu:
a. Biaya Tetap
Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang totoalnya tetap atau tidak
berubah tanpa dipengaruhi adanya perubahan output aktivitas dalam batas
relevan tertentu, sedangkan biaya per unit akan berubah dengan adanya
perubahan output aktivitas.
b. Biaya Variabel
Biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang totalnya berubah
dengan adanya perubahan output aktivitas, sedangkan biaya per unitnya
tidak berubah. Jika output aktivitas tinggi maka total biayanya akan tinggi
dan jika output aktivitasnya rendah maka biaya totalnya juga akan rendah.
Besar kecilnya biaya variabel tergantung pada output aktivitasnya.
c. Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel (semivariable cost) merupakan biaya yang
mengandung dua unsur yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
14
semivariabel dapat diartikan biaya yang totalnya berubah dengan adanya
perubahan output aktivitas dan biaya per unitnya mengalami perubahan
berbanding terbalik dengan perubahan output aktivitasnya.
Dunia dan Abdullah (2009) mengklasifikasikan biaya atas dasar sebagai
berikut :
1. Berdasarkan Objek Biaya
Objek biaya merupakan dasar dalam menghitung biaya. Penetapan objek biaya
pada perusahaan biasanya dilakukan berdasarkan produk atau departemen.
Biaya yang ditetapkan berdasarkan produk terdapat 3 macam yaitu biaya
bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Biaya bahan langsung merupakan biaya yang dihasilkan dari keseluruhan
bahan langsung yang digunakan untuk memproduksi produk atau barang
hingga jadi. Biaya tenaga kerja langsung merupakan semua gaji dari tenaga
kerja langsung yang dilakukan secara fisik dengan tangan ataupun mesin dan
ikut dalam kegiatan memproduksi suatu barang. Biaya overhead pabrik
merupakan biaya-biaya selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja
langsung. Biaya overhead dapat disebut juga biaya produksi tidak langsung,
biaya ini tidak dapat dibebankan langsung pada produk. Sedangkan biaya yang
ditetapkan berdasarkan departemen dibagi menjadi 2 macam yaitu departemen
produksi dan departemen pendukung. Departemen produksi merupakan suatu
organisasi yang melakukan kegiatan produksi secara langsung atas dasar
produk. Pada departemen ini seluruh biaya yang dikeluarkan dibebankan
secara langsung pada produk yang bersangkutan. Departemen pendukung
merupakan suatu organisasi yang tidak berpengaruh secara langsung pada
proses produksi. Departemen ini memberikan jasanya pada departemen
produksi dan departemen-departemen lain. contoh dari departemen pendukung
yaitu pemeliharaan, upah dan gaji dan akuntansi biaya.
2. Perilaku Biaya
Klasifikasi menurut perilaku biaya dapat dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu
biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semivariabel. Biaya variabel merupakan
biaya yang total biayanya mengalami perubahan secara langsung dengan
adanya perubahan kegiatan. Biaya tetap merupakan biaya yang total biayanya
15
tetap atau tidak mengalami perubahan dengan adanya perubahan kegiatan.
Sedangkan biaya semivariabel merupakan biaya yang memiliki 2 unsur yaitu
unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
3. Berdasarkan Periode Akuntansi
Pengklasifikasian biaya yang berkaitan dengan periode akuntasi dibedakan
berdasarkan waktu atau kapan biaya-biaya tersebut dibebankan terhadap
pendapatan (revenue). Menurut periode akuntansi ada 2 kategori kelompok
biaya yaitu biaya produk dan biaya periode. Biaya-biaya pada biaya produk
sama dengan biaya produksi yaitu berupa bahan langsung, tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik. Didalam biaya-biaya ini pada waktu terjadinya
dialokasikan sebagai persediaan, namun bila terjadi penjualan pada persediaan
maka biaya tersebut kan menjadi harga/beban pokok penjualan yang kemudian
dibandingkan dengan pendapatan yang telah terlaksana dari penjualan
tersebut. Sedangkan biaya periode merupakan biaya-biaya yang tidak
berhubungan dengan persediaan dan produk namun berhubungan dengan
periode akuntansi. Pada biaya ini jika manfaat yang biaya yang dikeluarkan
hanya untuk satu periode, maka disebut sebagai pengeluaran pendapatan
(revenue expenditure) dan dicatat sebagai beban (expenses). Namun jika
manfaat yang diberikan biaya ini lebih dari satu periode akuntansi maka
disebut pengeluaran modal (capital expenditure) yang semula dicatat sebagai
aset (asset) dan berdasarkan waktu berlalunya biaya tersebut akan berubah
menjadi beban (expenses).
4. Menurut Fungsi Manajemen atau Jenis Kegiatan Fungsional
Dalam hal ini pengklasifikasian biaya memiliki tujuan untuk membantu pihak
manajemen dalam melakukan perencanaan, analisis, serta pengendalian biaya
berdasarkan fungsi-fungsi organisasi di suatu perusahaan. Klasifikasi biaya
menurut fungsi manajemen yaitu sebagai berikut biaya produksi, biaya
penjualan, dan biaya umum/administrasi. Biaya produksi merupakan biaya
yang terjadi guna menghasilkan suatu produk sampai dengan siap dipasarkan.
Biaya penjualan merupakan biaya yang terjadi untuk melakukan penjualan
suatu produk/jasa. Sedangkan biaya umum/admistrasi merupakan biaya yang
terjadi guna memimpin, mengendalikan serta menjalankan perusahaan.
16
Sedangkan Rudianto (2013) menerangkan bahwa kelompok biaya menurut
spesifikasi manfaatnya yaitu sebagai berikut:
1. Biaya bahan baku adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk
membelibahan baku untuk menghasilkan produk dalam volume tertentu.
2. Biaya tenaga kerja langsung adalah pengeluaran biaya yang digunaka untuk
membayar tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam kegiatan produksi.
3. Biaya overhead merupakan macam-macam biaya yang dibutuhkan dalam
proses produksi, namun tidak termasuk dalam biaya bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung. Yang termasuk biaya overhead yaitu:
a. Biaya bahan penolong merupakan biaya yang dikeluarkan untuk bahan
tambahan yang mendukung untuk menghasilkan suatu produk. Contohnya
kain dan kancing sebagai bahan tambahan untuk memproduksi pakaian.
b. Biaya tenaga kerja penolong merupakan biaya tenaga kerja yang tidak
terlibat secara langsung dalam proses produksi. Tenaga kerja penolong
tetap dibutuhkan dalam proses produksi namun buka tenaga kerja utama.
Contoh tenaga kerja penolong yaitu satpam pabrik.
c. Biaya pabrikase lain merupakan biaya yang pendukung dalam
menghasilkan produk selain biaya bahan penolong dan dan tenaga kerja
penolong. Contohnya yaitu biaya listrik, biaya air, biaya telepon dan
sebagainya.
4. Biaya pemasaran adalah seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan yang
berkaitan dengan pemasaran produknya hingga ke tangan konsumen.
5. Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang mecakup seluruh kegiatan
operasi kantor.
2.2.3 Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang diperlukan dalam memproduksi
suatu barang atau jasa. Menurut Hansen dan Mowen (2000) biaya produksi ialah
biaya yang berkaitan dalam memproduksi barang ataupun jasa. Biaya produksi
merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan atau dikorbankan mulai dari
memproduksi suatu produk hingga produk tersebut dipasarkan atau sampai
ketangan konsumen (Widjajanta dan Widyaningsih, 2007). Biaya produksi adalah
biaya yang terjadi karena adanya fungsi produksi atau fungsi untuk
17
mentransformasikan bahan baku menjadi barang jadi (Riwayadi, 2014). Biaya
produksi dibagi menjadi 3 jenis sebagai berikut:
1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku dibedakan menajdi 2 macam yaitu biaya bahan baku
langsung (direct raw material cost) dan biaya bahan baku tidak langsung
(indirect raw material cost).
a. Biaya bahan baku langsung (direct raw material) adalah biaya bahan yang
menjadi komponen utama dalam memproduksi produk biaya tersebut
dapat secara mudah ditelusuri ke barang jadi. Perhitungan harga pokok
bahan baku langsung semua biaya yang berkaitan dengan aktivitas untuk
memperoleh bahan baku langsung harus menjadi komponen harga pokok
bahan baku seperti harga beli, diskon pembelian, ongkos angkut
pembelian, asuransi bahan baku yang dibeli, biaya pembelian, biaya
gudang, dan biaya akuntansi
b. Biaya bahan baku tidak langsung (indirect raw material) merupakan biaya
bahan yang tidak gunakan secara langsung oleh produk. Biaya bahan ini
tidak sepenuhnya digunakan untuk memproduksi satu produk melainkan
ikut digunakan untuk memproduksi produk-produk lainnya. Biaya bahan
baku ini tidak dapat secara mudah ditelusuri ke produk. Biaya bahan baku
tidak langsung digolongkan sebagai biaya overhead pabrik.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung (direct labor) merupakan tenaga kerja yang terlibat
langsung dalam kegiatan memproduksi barang hingga jadi pembayaran
upahnya dilakukan berdasarkan unit yang dihasilkan atau berdasarkan jam
kerja.
2.2.4 Efisiensi Biaya
Menurut Gobel (2013) efisiensi merupakan pengukuran keberhasilan yang
dinilai dari besarnya sumber daya yang dikorbankan guna mencapai hasil atau
tujuan tertentu. Perusahaan besar yang memilki jenis kegiatan yang beragam
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Jika pengeluaran biaya yang terlalu besar
dibiarkan saja maka akan menyebabkan penurunan laba yang diperoleh
perusahaan. Perusahaan perlu melakukan efisiensi biaya untuk menekan
18
pengeluaran-pengeluaran yang tidak diperlukan, agar tidak menyebabkan
pemborosan biaya. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam
melaksanakan efisiensi biaya, yaitu diantaranya:
1. Melakukan efisiensi biaya produksi
2. Meningkatkan efisiensi dan kinerja tenaga kerja
3. Menetapkan biaya standar
2.3 Tinjauan Tentang Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi ialah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang
guna memproses produk hingga selesai, baik sebelum ataupun selama berjalannya
periode akuntansi. Pada hal ini semua biaya disebut dengan biaya persediaan.
Biaya persediaan merupakan seluruh biaya produk yang dianggap sebagai aktiva
ketika terjadi dan kemudian menjadi harga pokok penjualan ketika produk
tersebut dijual. Harga pokok produksi berkaitan dengan seluruh biaya produksi
yang digunakan dalam membuat produk yang terjual (Dewi dan Kristanto, 2013).
Harga pokok produksi mencakup semua bahan langsung, tenaga kerja langsung
dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang/jasa. Menurut
Lasena (2013) terdapat tiga komponen utama harga pokok produksi yaitu:
1. Bahan baku langsung yang meliputi: biaya pembelian bahan, potongan
pembelian, biaya angkut pembelian, biaya penyimpanan, dan lain-lain.
2. Tenaga kerja langsung yang meliputi semua biaya upah karyawan yang
terlibat secara langsung pada proses pembuatan produk hingga dipasarkan ke
konsumen.
3. Biaya overhead pabrik meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan selain biaya
bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
Harga pokok produksi dapat disebut juga harga pokok penjualan yang
merupakan keseluruhan biaya total yang dikeluarkan produsen untuk
memproduksi produknya. Harga tersebut berada pada kondisi titik impas dimana
perusahaan tidak mendapatkan keuntungan ataupun kerugian. Penetapan harga
pokok produksi berguna agar perusahaan tidak mengalami kerugian saat produk
dipasarkan. Produsen harus melakukan penetapan harga jual yang berlandaskan
pada produk yang telah ada ataupun produk yang memiliki fungsi yang sama agar
19
memperoleh keuntungan (Suryani dkk, 2006). Harga pokok produksi dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
HPP = total biaya produksi per tahun + biaya penyusutan
total produksi per tahun
Menurut Sirait (2006) Harga pokok produksi produk yang dihasilkan dapat
dihitung jika telah diketahui:
1. Volume produksi masing-masing barang
2. Biaya bahan mentah untuk masing-masing barang
3. Biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing barang
4. Biaya overhead masing-masing bagian produksidan bagian jasa
5. Dasar kegiatan masing-masing bagian produksi dan bagian jasa
6. Angka-angka standar pada masing-masing bagian produksi dan bagian jasa
2.4 Tinjauan Tentang Laba
Tujuan perusahaan dalam melakukan bisnis atau usaha salah satunya yaitu
agar memperoleh laba atau keuntungan. Laba merupakan tolak ukur kesuksesan
yang dijalankan perusahaan. Ada tiga faktor yang mempengaruhi laba atau
keuntungan yaitu harga jual produk, biaya dan volume. Biaya menentukan harga
jual produk untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan. Harga jual
mempengaruhi volume penjualan sedangkan penjualan langsung berpengaruh
pada volume produksi dan volume produksi mempengaruhi biaya (Arifin, 2007).
Laba dapat diartikan sebagai suatu kemapuan dari investasi yang dilakukan untuk
menghasilkan keuntungan dari penggunaannya (Tulsian, 2014). Laba adalah suatu
keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan. Nilai laba didapatkan apabila
harga penjualan lebih tinggi dari harga pembelian (Istiqomah, 2010). Perhitungan
laba dapat dilakukan dengan rumus berikut:
Rumus laba:
Laba = harga penjualan – harga pembelian
2.4.1 Perencanaan Laba
Suatu usaha atau bisnis perlu melakukan perencanaan laba guna
memperoleh target laba yang diharapkan. Perencanaan laba digunakan sebagai
dasar untuk mengambil keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen
suatu perusahaan untuk masa depan. Perencanaan laba adalah sebuah perencanaan
20
kerja yang telah diperhitungkan implikasi keuangan yang dinyatakan dalam
bentuk proyeksi perhitungan laba-rugi, neraca kas, dan modal kerja untuk jangka
panjang dan juga jangka pendek (Koraag dan Ilat, 2016). Perencanaan laba dibagi
menjadi dua yaitu perencanaan laba jangka panjang dan perencanaan laba jangka
pendek. Perencanaan laba jangka panjang dalam metode tradisional dilakukan
dengan dua tahap yaitu perencanaan stategik dan penyusunan program.
Perencanaan strategik menghasilkan rencana laba jangka panjang yang berupa
visi, misi, keyakinan dasar, nilai dasar, tujuan strategi, sasaran startegik ke dalam
program. Perencanaan laba jangka pendek yaitu penyusunan anggaran berupa
penjabaran program yang akan dilakukan dalam tahun tertentu. Berdasarkan
anggaran yang dihasilkan tersebut selanjutnya dilaksanakan pada tahap
pengimplementasian serta dikendalikan pada tahan pengendalian.
Menurut Widjaja (2014) perencanaan laba memiliki keuntungan
diantaranya yaitu:
a. Prakiraan penjualan dan program perencanaan penjualan
b. Menganggarkan program untuk mengendalikan semua biaya, baik biaya
produksi maupun non produksi.
c. Merencanakan dan membuat program tambahan terhadap atau penguranagan
daari modal kerja dan investasi pabrik.
d. Penelaahan terhadap semua faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian
atas investasi, baik dari sudut jangka pendek satu tahun maupun periode waktu
yang lebih lama.
Fungsi dari perencanaan laba tidak harus meliputi ruang lingkup finansial
saja, melainkan harus juga mengungkapkan metode dan program yang akan
digunakan dalam mencapai sasaran (Satriani, Marheni, dan Miranda, 2015).
2.5 Tinjauan Tentang Biaya Tradisional
2.5.1 Pengertian Biaya Tradisional
Sistem biaya tradisional merupakan biaya yang sering kali digunakan oleh
pelaku usaha kecil menengah ditengah keterbatasan pengetahuan sumber daya
manusia dalam mengelola usaha-usaha tersebut mengenai metode-metode biaya
yang cocok digunakan untuk menjalankan aktivitas produksi diperusahaannya.
21
Secara umum biaya tradisional perusahaan hanya memperhitungkan biaya
produksi kedalam biaya produk saja, selain itu biaya pemasaran serta administrasi
dan umum tidak diperhitungkan kedalam biaya produk, namun diperlakukan
sebagai biaya usaha dan dikurangkan langsung dari laba kotor untuk menghitung
laba bersih perusahaan. Sistem biaya tradisional menyebabkan perhitungan biaya
tidak efisien jika digunakan dalam lingkungan usaha maju dan persaingan usaha
yang semakin ketat. Perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan maju harus
menggunakan strategi baru untuk mencapai keunggulan dalam persaingan
(Kumalasari, 2015).
Menurut Hansen dan Mowen (2000) sistem akuntansi biaya tradisional
menjelaskan bahwa semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya tetap atau biaya
variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk yang diproduksi.
Oleh karena itu unit produk atau pendorong lainnya sangat berhubungan dengan
unit yang diproduksi, seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin
merupakan satu-satunya pendorong yang dianggap penting. Biaya tradisional atau
disebut juga biaya standar diartikan sebagai biaya yang ditentukan oleh
perusahaan secara seksama untuk kegiatan operasi mereka. Biaya standar
biasanya dinyatakan dalam satuan per unit. Biaya standar merupakan dasar dalam
aktivitas perencanaan dan dan pengendalian yang meliputi pembuatan anggaran,
pengawasan dan pengendalian operasi dan evaluasi kerja.
Biaya standar atau biaya tradisonal merupakan biaya yang
memperhitungkan tingkat normal dari penggunaan bahan dan perlengkapan
(supplies), upah, efisiensi dan pemanfaatan kapasitas (Ikatan Akuntan Indonesia,
2008). Akuntansi biaya tradisional diterapkan pada teknologi yang stabil serta
produksi massal dengan produk yang standar atau bersifat homogen, karena
produk yang dihasilkan perusahaan bersifat standar atau homogem maka
perhitungan harga pokok produknya relatif mudah. Harga pokok produk per unit
didapatkan hanya dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah unit yang
dihasilkan. Akuntansi biaya tradisional diterapkan pada lingkungan operasional
yang menggunakan banyak tenaga kerja atau padat karya (labor intensive). Pada
hal ini, biaya tenaga kerja langsung memiliki komposisi yang signifikan dalam
22
struktur biaya produksi, sedangkan biaya overhead memiliki komposisi yang
kecil (Riwayadi, 2014).
Menurut Riwayadi (2014) pembebanan biaya pada akuntansi biaya
tradisional hanya pada biaya produksi ke produk, sedangkan biaya lain yang
berkaitan dengan produk seperti biaya penelitian dan pengembangan, biaya
pemasaran, biaya distribusi, dan biaya layanan pelanggan tidak dibebankan ke
harga pokok produk. Oleh karena itu, akuntansi biaya tidak memadai untuk
manajemen biaya startegis. Perhitungan harga pokok produk pada akuntansi biaya
tradisional dilakukan setelah produk selesai dibuat. Harga jual produk didasarkan
pada biaya. Apabila dalam produksi terjadi ketidakefisienan, maka
ketidakefisienan itu akan terakumulasi dalam harga jual yang mengakibatkan
produk menjadi tidak kompetitif. Harga jual produk dihitung dengan formula
sebagai berikut:
Harga Jual = biaya produksi + laba diinginkan
2.5.2 Keterbatasan Sistem Penentuan Harga Pokok Tradisional
Menurut Blocher, Chen dan Lin (2000) sistem harga pokok tradisional
adalah suatu sistem yang lemah untuk membebankan biaya pendukung atau biaya
penjualan ke produk. Biaya-biaya tersebut biasanya dialokasikan ke produk
dengan menggunakan ukuran-ukuran berdasarkan unit atau volume, seperti jam
kerja langsung, biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin,
atau unit yang diproduksi. Biaya produk didapatkan melalui alokasi seperti itu
maka akan terdistorsi, karena produk tidak mengkonsumsi sebagaian besar
sumberdaya pendukung tersebut dalam proporsi yang sesuai dengan volume
produksi yang dihasilkan. Sistem penentuan harga pokok tradisional tidak
mencerminakan bagaimana aktivitas yang spesifik dalam pabrik yang
terotomatisasi karena banyaknya kategori biaya. Keterbatasan utama dari sistem
penentuan harga pokok tradisional yaitu pada penggunaan tarif tunggal atau tarif
departemental yang mendasarkan pada volume. Tarif ini menghasilkan biaya
produk yang tidak akurat jika sebagian besar biaya overhead pabrik tidak
berhubungan dengan volume, dan jika perusahaan menghasilkan komposisi
produk yang bermacam-macam dengan volume, ukuran dan kompleksitas yang
berbeda-beda. Tarif tunggal mengasumsikan bahwasannya semua produk atau jasa
23
memperoleh manfaat overhead pabrik dalam proporsi yang sama sehingga hanya
digunakan satu macam dasar alokasi, misalnya jam kerja langsung. Metode tarif
departemen tunggal menggunakan tarif overhead yang ditetapkan terlebih dahulu
berdasarkan pada volume untuk setiap departemen. Pada tarif departemental tidak
mempertimbangkan perubahan biaya karena aktivitas atau proses yang berbeda
dalam suatu departemen.
2.5.3 Dampak Negatif dan Masalah Biaya Tradisional
Menurut Gasperz (2006) menjelaskan bahwa adanya penekanan pengukuran
kinerja tradisional dan presepsi yang salah, sistem akuntansi biaya tradisional
telah memberikan dampak negatif dalam hal-hal berikut:
a. Pemikiran jangka pendek (short-time thinking)
b. Ketidaktepatan identifikasi masalah dan upaya peningkatan terus-menerus.
Sebagai contoh, kita ingin mereduksi biaya menggunakan data akuntansi biaya
tradisional maka kita harus menurunkan biaya tenaga kerja langsung atau
menurunkan cost of supplies, seperti biaya telpon, transportasi, penggunaan
kertas, fotokopi, dan sebagainya. Kita tidak mengetahui perubahan yang
terjadi pada biaya peralatan atau biaya overhead.
c. Berorientasi pada konsep biaya lingkup organisasi, bukan pada konsep biaya
produk secara individual.
d. Tidak berlandaskan pada reduksi biaya yang efektif secara terus-menerus.
e. Lebih berorientasi pada hasil-hasil eksternal, bukan pada hasil-hasil internal.
f. Memisahkan atau mempertentangkan pemikiran tentang bottom line, seperti:
keuntungan, pangsa pasar, dan sebagainya dengan operasional, seperti
pengendalian kualitas, produktivitas, dan sebagainya.
g. Ketidakmampuan untuk identifikasi area perbaikan secara tepat
h. Berorientasi pada pemotongan biaya (cost cutting) material dan tenaga kerja
jangka pendek.
i. Mengabaikan area internal perusahaan yang mengandung pemborosan.
Menurut Gasperz (2006) masalah-masalah yang dihadapi dengan
menggunakan elemen-elemen biaya tradisional meliputi beberapa hal sebagai
berikut:
a. Biaya produk tidak merefleksikan biaya actual.
24
b. Membebankan kelebihan biaya dan inefisiensi kepada pelanggan melalui
penetapan harga jual yang lebih tinggi.
c. Berlandaskan pada keuangan eksternal, bukan pada biaya dan operasi internal
serta cara-cara untuk reduksi biaya terus-menerus.
d. Melakukan penekanan berlebihan pada biaya tenaga kerja langsung, sehingga
sering melakukan pemotongan biaya dalam aspek tenaga kerja langsung
sebagai upaya peningkatan efisiensi, bukan melakukan reduksi biaya terus-
menerus melalui eliminasi pemborosan dan aktivitas yang tidak bernilai
tambah.
e. Sistem biaya dan operasional, misal: manufacturing, rekayasa nilai, dan
pemasaran yang tidak terintegrasi menyebabkan konflik antar fungsi dalam
struktur organisasi
f. Tidak adanya koordinasi antar fungsi, sehingga berjalan tidak sesuai dengan
tujuan perusahaan.
g. Pekerjaan fungsi akuntansi lebih menekankan pada pembuatan laporan
keuangan eksternal, bukan memberikan informasi untuk peningkatan dan
pengendalian operasi internal.
2.6 Tinjauan Tentang Target Costing
2.6.1 Pengertian Metode Target Costing
Target costing merupakan metode penetapan biaya yang didasarkan pada
harga kompetitif sehingga perusahaan memperoleh laba yang diinginkan.
Rudianto (2013) target costing adalah suatu metode penentuan biaya produk/jasa
didasarkan pada target harga yang mampu dibayarkan konsumen. Pendekatan ini
bersifat backward yaitu untuk menentukan biaya dimulai dari harga. Pada metode
ini divisi pemasaran menentukan karakteristik produk dan harga yang pantas
untuk dibayar konsumen. Selanjutnya tugas dari lini produksi yaitu mendesain
dan mengembangkan produk dengan struktur biaya dan laba sesuai dengan harga
yang ditetapkan. Target costing dapat digunakan secara efektif dalam tahap desain
dan pengembangan siklus hidup produk. Target biaya ditentukan dengan
mempertimbangkan berbagai hal yang diangap relevan dengan kondisi yang
dihadapi perusahaan, seperti harga jual pesaing, daya beli masyarakat, keadaan
25
perekonomian secara umum, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah dan sebagainya.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, perusahaan menentukan biaya
produk yang diharapkan. Setelah biaya produk ditentukan, perusahaan
menetapkan laba yang diinginkan untuk setiap unit produk yang akan dijual.
Penetapan laba per unit ini didasarkan pada berbagai hal yang terkait, seperti
target pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan, volume produk yang akan
dijual dan sebagainya. Witjaksono (2013) mendefinisikan target costing sebagai
suatu sistem dimana penentuan harga pokok produk yaitu sesuai dengan yang
diinginkan sebagai dasar dalam menetapkan harga jual produk yang akan
menghasilkan laba yang diinginkan atau penentuan harga pokok melalui harga
jual yang rela dibayarkan oleh konsumen/pelanggan.
Menurut Riwayadi (2014) perhitungan harga pokok target (target costing)
secara umum diterapkan pada tahap pengembangan produk baru. Sebelum produk
diproduksi, perusahaan perlu menentukan harga yang konsumen bersedia
membayar dengan mempertimbangkan harga pesaing dan tambahan fungsi
produk. Target costing ditetapkan sebelum produk dibuat dengan cara
mengurangkan target harga jual dengan target laba yang diinginkan. Apabila
perusahaan tidak dapat menghasilkan produk berdasarkan harga pokok target,
maka produk tersebut tidak dihasilkan.
Perhitungan harga pokok target dipicu oleh pasar (market-driven) produk
yang dihasilkan dapat bersifat kompetitif. Menurut Blocher, Chen dan Lin (2000)
menjelaskan bahwa target costing adalah suatu alat yang secara langsung muncul
dengan adanya persaingan usaha yang ketat dalam banyak industri. Adanya target
costing untuk menetapkan biaya yang diharapkan pada suatu produk berdasarkan
harga yang kompetitif sehingga produk tersebut memperoleh laba yang
diinginkan, dalam hal ini biaya ditentukan oleh harga. Perusahaan yang
mengadopsi target costing perlu mengadopsi ukuran-ukuran penurunan biaya
yang ketat atau merancang ulang produk atau proses produksi supaya dapat
memenuhi harga yang ditentukan oleh pasar dan tetap mendapatkan laba.
Target costing menekan perusahaan agar lebih kompetitif, hal tersebut
merupakan bentuk strategi umum dalam industri yang menghadapi persaingan
yang sangat ketat, dimana adanya perbedaan harga yang kecil saja akan menarik
26
konsumen untuk memilih produk yang lebih rendah. Salah satu contoh penerapan
target costing yang baik yaitu pada produsen software. Berikut ini adalah rumus
perhitungan target costing:
Target cost = harga yang ditentukan pasar – laba yang diharapkan
Menurut Blocher, Chen dan Lin (2000) perusahaan memiliki dua pilihan
untuk menurunkan biaya sampai pada level target costing yaitu:
1. Dengan cara mengintegrasikan teknologi pemanufakturan baru, menggunakan
teknik-teknik manajemen biaya yang canggih activity based costing dan
mencari produktivitasnya yang tinggi melalui perbaikan organisasi dan
hubungan tenaga kerja, perusahaan akan dapat melakukan penurunan biaya.
Pengimplementasian pendekatan ini menggunakan penentuan biaya standar
(standar costing) atau keizen costing.
2. Dengan melakukan desain ulang produk/jasa perusahaan mampu menurunkan
biaya sampai pada level target costing. metode ini secara umum mengakui
bahwa keputusan desain memiliki pengaruh yang besar terhadap total biaya
selama siklus hidup produk
2.6.2 Perbedaan Metode Tradisional dan Target Costing
Skema 1. Alur Biaya Tradisional
(Sumber: Rudianto, 2013)
Berdasarkan alur biaya tradisional tersebut perusahaan tidak dapat
menetapkan harga jual produk sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini disebabkan
oleh pesaing yang menjual produk sejenis dengan harga tertentu. Oleh karena itu
dalam penentuan harga jual produk pihak perusahaan harus menyesuaikan dengan
harga yang ada dipasaran.
Metode target costing melakukan perhitungan dengan menetukan harga jual
produk terlebih dahulu kemudian target laba dan selanjutnya target biaya.
Penekanan biaya pada metode ini dapat dilakukan pada biaya produksi maupun
non produksi agar tercapainya target biaya yang diharapkan. Pendekatan target
Desain dan Produksi
Biaya Produksi
Target Laba Harga Jual
27
costing ini berbeda karena target biaya ditentukan pada awal tahapan, lalu produk
diproduksi berdasarkan biaya yang telah ditetapkan (Rudianto,2013)
Skema 2. Alur Perhitungan Target Costing
(Sumber: Rudianto, 2013)
Berdasarkan kedua alur diatas dapat diketahui bahwa perbedaan antara
biaya tradisonal dan target costing terletak pada tahap awal proses produksi yaitu
pada tahap desain produk dan penetapan harga jual. Pada proses tradisional
produksi dimulai dari desain produk, kemudian dilakukan perhitungan harga
pokok produksi selanjutnya menetapkan harga jual produk. Melalui harga jual
tersebut maka dapat diketahui laba dan rugi dari produk. Sedangkan pada metode
target costing tahap awal produksi dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan
harga jual selanjutnya proses produksi secara keseluruhan diatur sesuai dengan
harga target tersebut. Pada metode ini jika biaya target terpenuhi maka produk
akan diproduksi tetapi jika biaya target belum terpenuhi maka harus dilakukan
rancangan ulang supaya biaya target terpenuhi. Target costing pada perusahaan
akan tercapai jika dapat melakukan efisiensi biaya produksi.
2.6.3 Karakteristik Target Costing
Menurut Rudianto (2013) target costing memiliki beberapa karakteristik
sebagai berikut:
1. Target costing digunakan pada tahap perencanaan dan desain produk
2. Target costing bertujuan untuk pengurangan biaya, bukan pengendalian biaya.
3. Target costing sesuai dengan perusahaan manufaktur.
4. Target costing digunakan dalam pengendalian desain dan teknik produk.
Orientasi target costing lebih besar pada manajemen dan teknik.
Harga Target
Laba Target
Biaya Target
Desain Produk
dan Proses
Biaya Target
Terpenuhi
Produksi Produk
28
2.6.4 Prinsip-prinsip Target costing
Prinsip-prinsip dalam penerapan target costing menurut Witjaksono
(2013) yaitu:
Gambar 1. Prinsip-prinsip Target Costing
(Sumber: Witjaksono, 2013)
1. Harga Menentukan Biaya (Price-Led Costing)
Persaingan yang semakin ketat dan kompetitif membuat penetapan harga jual
produk buka hal mudah. Harga jual seringkali ditentuka oleh pasar, sehingga
harga pasar (market price) digunakan untuk menetukan target biaya dengan
formula berikut:
Target Biaya = harga pasar – laba kotor yang diinginkan
2. Fokus Pada Pelanggan
Kebutuhan pelanggan akan kualitas, biaya, dan fungsi (functionality) secara
simultan terdapat dalam produk dan dimanfaatkan dalam pengembilan
keputusan berkenaan dengan desain dan perhitungan harga pokok produk.
Bagi pelanggan manfaat atas fitur dan fungsi yang ditawarkan oleh produk
harus lebih besar dari biaya perolehannya.
3. Fokus Pada Desain Produk dan Desain Proses
Pengendalian biaya ditekankan pada tahapan desain produk dan tahapan
desain proses produksi. Oleh karena itu setiap perubahan/rekayasa harus
Key
Principles
of Target
Costing
Price led costing Cross-functional
teams
Life-cycle costs Value-chain
orientation
Fokus pada process
design Fokus pada pelanggan Fokus pada product
design
29
dilakukan sebelum proses produksi, dengan tujuan menekan biaya dan
mengurangi waktu time-to-market terutama bagi produk baru.
4. Cross Functional Team
Tim/kelompok ini bertanggung jawab atas keseluruhan produk, dimulai dari
ide/konsep produk hingga tahapan produksi penuh.
5. Melibatkan Rantai Nilai
Seluruh anggota yang terlibat dalam rantai nilai, dimulai dari pemasok
barang/jasa, distributor, hingga pelanggan dilibatkandalam proses target
costing.
6. Orientasi Daur Hidup Produk
Meminimalkan biaya selama daur hidup produk, diantara harga bahan baku,
biaya operasi, pemeliharaan dan biaya distribusi serta biaya bauran pemasaran.
2.6.5 Langkah Implementasi Target Costing
Terdapat lima tahapan implementasi pendekatan target costing menurut
Blocher, Chen dan Lin (2000) sebagai berikut:
1. Menentukan harga pasar.
2. Menentukan laba yang diharapkan.
3. Menghitung target biaya (target cost) pada harga pasar dikurangi laba yang
diharapkan.
4. Menggunakan rekayasa nilai (value) untuk mengidentifikasi cara yang dapat
menurunkan biaya produksi
5. Menggunakan keizen costing dan pengendalian operasional untuk terus
menurunkan biaya
2.6.6 Rekayasa Nilai (Value Engineering)
Menurut Witjaksono (2013) rekayasa nilai digunakan dalam target costing
guna menurunkan biaya produk melalui analisis trade off antara (1) jenis dan
level yang berbeda dalam fungsionalitas produk dan (2) biaya produk total.
Tapahan pertama yang penting didalam rekayasa nilai yaitu menganalisis
konsumen terhadap produk baru atau produk yang telah diperbaiki selama tahap
desain. Jenis rekayasa nilai (value) yang digunakan tergantung pada fungsionalitas
produk. Benchmarking seringkali digunakan pada tahapan ini yaitu untuk
menentukan tampilan yang seperti apa yang akan memberikan keunggulan
30
kompetitif bagi perusahaan. Analisis desain adalah bentuk umum dari rekayasa
nilai (value) untuk produk dalam kelompok produk-produk industri dan produk
khusus. Pada analisis desain ini tim desain menyiapkan beberapa macam desain
produk yang mungkin, masing-masing memiliki keistimewaan yang serupa serta
memiliki tampilan dan biaya yang berbeda. Benchmarking dan analisis value
chain membantu untuk memandu tim desain dalam menyiapkan desain dengan
biaya yang rendah dan kompetitif. Tim desain memilih satu desain terbaik sesuai
dengan harapan konsumen yang tidak melebihi target biaya. Adanya rekayasa
nilai bertujuan untuk meningkatkan manfaat produk bagi pelanggan. Perubahan
desain pada bagian produk dapat meningkatkan biaya secara signifikan karena
harus membutuhkan tooling baru, yang terpenting yaitu memastikan bahwa
manfaat akan lebih besar dari biaya yang harus ditanggung pelanggan.
Terdapat lima tahapan rekayasa nilai menurut Retno dan Hastuti (2002):
1. Tahap Informasi
Pada tahap informasi yaitu dengan mengumpulkan semua informasi yang
berkaitan dengan proyek yang akan dijalankan.
2. Tahap Kreatifitas
Tahap kreatifitas memiliki tujuan guna menghasilkan berbagai alternative
dalam pemenuhan fungsi utama yang dilaksanakan menggunakan tektik
kreatifitas.
3. Tahap Analisa
Tahap ini bertujuan untuk menganalisis alternatif-alternatif yang didapatkan
dari kreatifitas. Pada tahap ini akan meneliti kelebihan dan kekurangan ide-ide
untuk menghasilkan alternatif.
4. Tahap Pengembangan
Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan rekomendasi akhir yang tertulis
bagi alternative akhir yang dipilih untuk dijalankan termasuk pertimbangan-
pertimbangan faktor-faktor teknis dan ekonomis.
5. Tahap Persentasi
Tahap ini bertujuan guna menyajikan hasil yang telah dikembangkan secara
keseluruhan dan direkomendasikan pada tahap pengembangan.
31
2.6.7 Asumsi Dasar Target Costing
Menurut Witjaksono (2013) menjelaskan bahwa target costing sangat
sesuai untuk perusahaan price taker dalam pasar yang heterogen, yang mana
kompetisi menentukan harga jual produk barang/jasa, yang ditandai pada
karakteristik produk. Terdapat dua asumsi dasar mengenai target costing yaitu:
1. Umumnya tidak layak atau tidak ada kehendak untuk menawarkan produk
yang tak terjangkau oleh para kompetitor.
2. Keunggulan spesifik suatu perusahaan akan menetukan arah dalam melakukan
diferensiasi produk baru dari yang telah ada dipasaran, misalnya:
a. Cost advantage: produk yang sama/serupa namun dengan harga yang lebih
murah.
b. Penambahan fungsi, misalnya dengan tambahan fitur baru dengan harga yang
kompetitif.
2.6.8 Kendala Menerapkan Target Costing
Berikut ini beberapa kendala yang kerap dikeluhkan oleh perusahaan yang
mencoba menerapkan target costing menurut Witjaksono (2013) yaitu:
1. Konflik antar kelompok dan atau antar anggota.
2. Karyawan yang mengalami burnout karena tuntutan target penyelesaian
pekerjaan.
3. Target waktu penyelesaian yang terpaksa ditambah.
4. Sulitnya melakukan pengaturan atas berbagai faktor penentu keberhasilan
target costing.
Dengan begitu disarankan bagi pihak perusahaan yang tertarik untuk menerapkan
target costing perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Manajemen puncak harus memahami proses target costing sebelum
mengadopsinya.
2. Jika perhatian manajemen terlalu terpusat pada pencapaian sasaran target
costing, maka dapat menghilangkan perhatian manajemen dari pencapaian
sasaran keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Home Industry Permata Agro Mandiri merupakan salah satu industri rumah
tangga di Kota Batu yang bergerak dalam dibidang pengolahan produk hasil
pertanian. Home Industry Permata Agro Mandiri memproduksi olahan makanan
dengan bahan baku apel. Produk yang dihasilkan salah satunya yaitu pia apel.
Home Industry Permata Agro Mandiri memulai usaha memproduksi pia apel pada
tahun 2009.
Potensi yang dimiliki perusahaan yaitu memiliki sertifikat ISO, MUI dan
PIRT. Sertifikat ISO merupakan sertifikat mengenai kualitas produk yang
dihasilkan. Hal tersebut menandakan bahwa perusahaan berorientasi pada layanan
pelanggan sehingga kualitas produk pia apel yang dihasilkan sesuai dengan yang
diharapkan pelanggan. Sertifikat MUI merupakan sertifikat mengenai halalnya
suatu produk. Adanya sertifikat tersebut akan memberikan rasa aman dan dan
menjamin kelayakan suatu produk untuk masyarakat dalam segi kehalalannya.
Sedangkan sertifikat PIRT merupakan sertifikat yang diberikan kepada produsen
pangan yang bertujuan menjamin keamanan produk tersebut untuk dapat
dikonsumsi oleh konsumen dalam segi kesehatan. Produk yang dihasilkan Home
Industry Permata Agro Mandiri dipasarkan hingga ke luar kota seperti Pasuruan
dan Surabaya sehingga hal tersebut memungkinkan produk perusahaan dapat
dikenal oleh masyarakat tidak hanya di dalam kota saja melainkan dikenal juga di
luar kota. Perusahaan menghasilkan produk olahan berbahan baku apel dimana
apel merupakan icon Kota Batu sehingga produk yang dihasilkan menjadi produk
oleh-oleh khas batu yang banyak diminati oleh wisatawan-wisatawan yang
berkunjung ke Kota Batu.
Selain potensi yang dimiliki perusahaan juga mengalami kendala dalam
melakukan usahanya tersebut. Masalah yang dialami oleh perusahaan yaitu
banyak perusahaan pesaing yang menghasilkan produk sejenis dan segmentasi
pasar yang dituju adalah kalangan masyarakat menengah kebawah menyebabkan
perusahaan sulit menaikkan harga jual. Selain itu jika terjadi kenaikan bahan baku
namun harga jual produk tetap maka perusahaan memperoleh keuntungan yang
lebih sedikit. Penetapan harga jual yang sesuai dengan keadaan pasar
33
menyebabkan perusahaan tidak dapat mencapai target laba yang diharapkan,
untuk dapat terus menjalankan usahanya perusahaan perlu mengetahui apakah
biaya produksi yang dikeluarkan sudah efisien atau belum. Hal tersebut diketahui
dengan melihat biaya apa saja yang dikeluarkan untuk memproduksi pia apel.
Biaya tersebut mulai dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead
pabrik dan biaya non produksi. Serta perusahaan juga perlu melihat total produksi
pia apel yang dihasilkan sehingga akan diketahui biaya per kemasan pia apel yang
dikeluarkan perusahaan pada tahun 2016.
Perusahaan menggunakan perhitungan analisis biaya dengan menggunakan
metode tradisional. Hasil dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa biaya
yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi pia apel belum efisien sehingga
perusahaan tidak dapat mencapai target laba yang diharapkan. Untuk mencapai
target laba yang diharapkan perusahaan harus dapat menekan biaya yang
dikeluarkan. Cara yang dapat dilakukan untuk menekan biaya yaitu dengan
melakukan perhitungan efisiensi biaya produksi. Salah satu metode yang dapat
digunakan yaitu metode target costing. Pada metode ini dilakukan perhitungan
dengan menetukan harga jual dan target laba yang diinginkan terlebih dahulu
sehingga akan diketahui besarnya biaya yang efisien dikeluarkan untuk mencapai
target laba yang diharapkan.
Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan metode target costing
selanjutnya dilakukan analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan
perhitungan biaya metode tradisional yang digunakan perusahaan dengan metode
target costing. Dari hal tersebut maka dapat diketahui perbedaan biaya dan laba
yang diperoleh dari masing-masing metode. Tahap berikutnya yaitu melakukan
rekayasa nilai. Rekayasa nilai dilakukan sebagai upaya penurunan biaya produksi.
Pada tahap rekayasa nilai peneliti memberikan alternatif biaya yang dapat
diturunkan yaitu pada biaya overhead pabrik meliputi biaya bahan penolong dan
biaya kemasan serta pada biaya non produksi meliputi biaya pemasaran yaitu
biaya telepon dan wifi. Adanya penurunan komponen biaya bertujuan agar biaya
produksi yang dikeluarkan perusahaan lebih rendah dan efisien sehingga
perusahaan akan mencapai target laba yang diharapkan. Berikut adalah skema
kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini:
34
M
Keterangan:
= Alur Pemikiran
= Alur Analisis
Skema 3. Kerangka Pemikiran
Analisis Efisiensi Biaya Produksi Pia Apel dengan Pendekatan Target Costing
Kasus Pada Home Industry Permata Agro Mandiri, Kota Batu
Home Industry
Permata Agro Mandiri
Potensi :
1. Memiliki Sertifikat ISO, MUI
dan PIRT
2. Memiliki kualitas produk yang
sesuai dengan harapan pelanggan
3. Pemasaran produk hingga ke luar
kota
4. Produk olahan yang dihasilkan
berupa olahan apel yang menjadi
produk oleh-oleh khas Kota Batu
Kendala:
1. Banyaknya perusahaan
pesaing
2. Perusahaan tidak dapat
menaikan harga
3. Kenaikah harga bahan baku,
namun harga jual tetap
Target laba belum tercapai
Metode
Biaya
Tradisional
Analisis Biaya Tradisional:
1. Biaya Bahan Baku
2. Biaya Tenaga Kerja
3. Biaya Overhead Pabrik
4. Biaya Non Produksi
Biaya
produksi
belum efisien
Target Laba Tercapai
Melakukan perhitungan
efisiensi biaya produksi
Analisis Target Costing:
1. Penetapan harga jual
2. Menentukan laba yang
diharapkan
Metode
Target
Costing
Deskriptif
Komparatif
Rekayasa Nilai
1. Biaya Bahan Penolong Susu skim
2. Biaya Kemasan
3. Biaya Telepon dan Wifi
Acuan nilai
biaya yang
efisien
35
3.2 Hipotesis
1. Diduga penggunaan metode target costing dan rekayasa nilai pada komponen
biaya bahan penolong susu skim, biaya kemasan serta biaya telepon dan wifi
dapat menekan biaya produksi pia apel di Home Industry Permata Agro
Mandiri.
2. Diduga adanya perbandingan antara perhitungan metode biaya tradisional dan
metode target costing menunjukkan bahwa metode yang menghasilkan biaya
produksi yang lebih efisien yaitu metode target costing.
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel dari variabel yang terkait
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No Variabel Definisi Operasional Variabel Pengukuran
Variabel/Waktu
1 Biaya Produksi Biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi suatu produk
Rupiah/Tahun
2 Biaya
Tradisional
Penentuan harga pokok produk
per unit yang dilakukan dengan
cara membagi total biaya yang
dikeluarkan dengan jumlah
produksi yang dihasilkan
Rupiah/Tahun
3 Biaya Bahan
Baku
Biaya yang dikeluarkan dalam
pembelian bahan baku
Rupiah/Tahun
4 Biaya Tenaga
Kerja Langsung
Biaya yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja yang terlibat
langsung pada proses produksi
Rupiah/Tahun
5 Biaya Overhead
Pabrik
Biaya yang dikeluarkan untuk
biaya-biaya selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja
langsung
Rupiah/Tahun
6 Biaya Non
Produksi
Biaya yang dikeluarkan yang
tidak berkaitan dengan proses
produksi produk
Rupiah/Tahun
7 Biaya
Pemasaran
Biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan kegiatan penjualan
produk
Rupiah/Tahun
8 Biaya
Administrasi
Biaya yang dikeluarkan untuk
aktivitas yang termasuk
perasional kantor
Rupiah/Tahun
36
Tabel 1. (Lanjutan)
9 Total Biaya
Produksi
Keseluruhan biaya yang
dikeluarkan baik biaya produksi
maupun biaya non produksi
Rupiah/Tahun
10 Harga Jual Harga yang ditentukan oleh
perusahaan untuk menjual
produk per satuan produk
Rupiah/Tahun
11 Total Penjualan Keseluruhan produk yang terjual
dalam kegiatan penjualan
Kemasan/Tahun
12 Total Produksi Jumlah produk yang dihasilkan
perusahaan dalam proses
produksi
Kemasan/Tahun
13 Harga Pokok
Penjualan
Seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk memproduksi produk
mulai dari bahan mentah hingga
produk jasi
Rupiah/Tahun
14 Laba Selisih yang diperoleh dari
pendapatan perusahaan dengan
total biaya yang dikeluarkan
dalam proses produksi produk
Rupiah/Tahun
15 Laba Kotor Selisih yang diperoleh dari
penjualan dengan harga pokok
penjualan
Rupiah/Tahun
16 Laba Bersih Selisih yang diperoleh dari laba
kotor dengan baya non produksi
Rupiah/Tahun
17 Margin Profit Selisih dari biaya yang
dikeluarkan dengan pendapatan
yang dihasilkan dari penjualan
produk
%/Tahun
18 Target Costing Metode penentuan harga yang
dimulai dengan penetuan harga
yang kompetitif untuk mencapai
target laba yang diinginkan
Rupiah/Tahun
19 Efisiensi Suatu ukuran keberhasilan
perusahaan yang dilihat dari
sumberdaya yang digunakan
dalam proses produksi
-
20 Rekayasa Nilai Tahap modifikasi produk untuk
menghasilkan biaya yang lebih
rendah tanpa mengurangi
kualitas produk tersebut
Rupiah/Tahun
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif didasarkan pada data yang diperoleh dari perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data yang berkaitan dengan biaya produksi yang
dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi pia apel. Perhitungan biaya dilakukan
dengan menggunakan metode biaya tradisional dan metode target costing.
4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Home Industry Permata Agro Mandiri yang
beralamat di Jl. Masjid RT 04 RW 05 Desa Bumiaji Kota Batu Jawa Timur.
Penentuan lokasi dilakukan secara purposive. Pemilihan lokasi di Home Industry
Permata Agro Mandiri ini dikarenakan perusahaan tersebut merupakan salah satu
perusahaan agroindustry di Kota Batu yang pertama kali memproduksi pia apel
serta menjadikan pia apel sebagai produk utamanya. Selain itu Home Industry
Permata Agro Mandiri juga membuka wisata edukasi untuk proses produksi pia
apel sehingga sangat cocok adanya penerapan pengendalian biaya yang lebih baik
untuk dapat memberikan informasi kepada wisatawan nantinya. Home Industry
Permata Agro Mandiri ini sesuai dengan topik penelitian yaitu mengenai efisiensi
biaya produksi dan peningkatan laba perusahaan karena Home Industry Permata
Agro Mandiri memiliki pesaing yang cukup banyak dengan kualitas produk yang
relative sama. Banyaknya pesaing tersebut menyebabkan perusahaan tidak dapat
menaikan harga jual diatas harga pasar sehingga laba yang diperoleh perusahaan
belum mencapai laba yang diharapkan, oleh karena itu agar dapat mencapai target
laba yang diharapkan perlu dilakukan efisiensi biaya produksi. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2017.
4.3 Teknik Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan penentuan responden dengan teknik sampling
secara non propability sampling yaitu dengan cara purposive sampling.
Responden yang dipilih merupakan key informant yang berjumlah 3 orang
informant yaitu Direktur, Manager Produksi dan Manager Marketing. Direktur
38
merupakan pemilik Home Industry Permata Agro Mandiri yang memiliki
tanggung jawab atas perusahaan, pengelola keuangan dan juga sebagai pihak yang
memiliki peran pada perusahaan berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam
penentuan besarnya laba yang diharapkan dari penjualan produk pia apel.
Manager produksi yang mengetahui dan bertanggung jawab atas berjalannya
aktivitas produksi pia apel serta manager marketing yang bertanggung atas
kegiatan penjualan produk pia apel.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data
sekunder. Jenis data dan metode pengumpulan data pada penelitian ini sebagai
berikut:
1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden pada
Home Industry Permata Agro Mandiri. Data primer didapatkan melalui
wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Adapun teknik
pengumpulan data primer yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyan secara langsung
kepada responden yaitu key informan pada Home Industry Permata Agro
Mandiri mengenai aktivitas produksi dan biaya produksi serta informasi
terkait masalah penelitian. Wawancara pada penelitian ini tidak dalam
bentuk kuisioner melainkan berupa pertanyaan inti yang diajukan peneliti
kepada responden. Pertanyaan yang diajukan pada saat melakukan
wawancara merupakan pengembangan dari data yang diperoleh peneliti
dari pihak perusahaan.
b. Observasi
Pengamatan langsung dilakukan di lokasi penelitian yaitu di Home
Industry Permata Agro Mandiri. Pengamatan dilakukan pada semua hal
yang berkaitan dengan proses proses produksi pia apel mulai dari
pengolahan bahan baku hingga pengemasan produk pia apel. Selain itu
pengamatan juga dilakukan pada sistem kerja yang ada di Home Industry
Permata Agro Mandiri.
39
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara langsung dari
sumbernya. Data tersebut berupa dokumen-dokumen perusahaan terkait
produksi pia apel. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari berbagai buku
atau studi pustaka yang menunjang kegiatan penelitian. Adapun teknik
pengumpulan data sekunder yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a. Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan yaitu dengan mempelajari, mencatat serta
menyalin data-data yang terkait dengan topik penelitian. Selain itu
dilakukan pengambilan gambar secara langsung terkait dengan penelitian
di Home Industry Permata Agro Mandiri. Peneliti melakukan penyalinan
data jika pihak perusahaan telah menyediakan data dan memberikan izin
kepada peneliti untuk menyalin data tersebut. Sehingga data-data yang
disalin oleh peneliti merupakan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
b. Studi Pustaka
Studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membaca dan
mereview informasi yang diperlukan berkaitan dengan metode target
costing yang digunakan dalam penelitian. Studi pustaka diperoleh dari
buku, jurnal penelitian dan sumber-sumber tertulis lainnya baik berupa
cetak ataupun diakses melalui internet.
4.5 Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi:
1. Analisis Metode Biaya Tradisional
Analisis penentuan biaya tradisional pada penelitian ini digunakan untuk
menganalisis biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi pia apel dan
laba yang diperoleh perusahaan dari penjualan pia apel di Home Industry Permata
Agro Mandiri. Perhitungan pada metode tradisional menggunakan biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui harga yang digunakan perusahaan untuk menjual pia apel per
kemasan berdasarkan penggunaan biaya produksi pia apel selama satu tahun
40
terakhir yaitu tahun 2016. Perhitungan penentuan biaya tradisional dalam metode
full costing sebagai berikut:
a. Menghitung biaya bahan baku per kemasan produk pia apel yang diproduksi
pada tahun 2016. Perhitungan biaya bahan baku ini yaitu dengan membagi
antara biaya bahan baku dengan jumlah produksi pada setiap tahunnya.
Biaya bahan baku (per kemasan) = Biaya Bahan Baku
Total Produksi
b. Menghitung biaya tenaga kerja langsung per kemasan produk pia apel yang
diproduksi pada tahun 2016. Perhitungan biaya tenaga kerja langsung ini yaitu
dengan membagi total biaya tenaga kerja langsung dengan jumlah produksi
setiap tahunnya.
Biaya tenaga kerja langsung (per kemasan) = Biaya Tenaga Kerja Langsung
Total Produksi
c. Menghitung biaya overhead pabrik per kemasan produk pia apel yang
diproduksi pada tahun 2016. Perhitungan biaya overhead pabrik ini yaitu
dengan membagi total biaya overhead pabrik dengan jumlah produksi.
Biaya overhead pabrik (per kemasan) = Biaya Overhead Pabrik
Total Produksi
d. Menghitung biaya non produksi per kemasan produk pia apel yang diproduksi
poada tahun 2016. Sebelum menghitung biaya non produksi maka perlu
dihitung biaya penjualan perkemasan yang dilakukan dengan membagi total
biaya penjualan dengan jumlah produksi. Selain itu juga menghitung biaya
administrasi per kemasan yang dilakukan dengan membagi total biaya
administrasi dengan jumlah produksi. Setelah itu dapat dihitung biaya non
produksi perkemasan produk pia apel yang dilakukan dengan menjumlahkan
biaya penjualan per kemasan dengan biaya administrasi perkemasan.
Biaya administrasi (per kemasan) = Biaya Administrasi
Total Produksi
Biaya Pemasaran (per kemasan) = Biaya Pemasaran
Total Produksi
Biaya non produksi (per kemasan) = biaya administrasi per kemasan + biaya
pemasaran per kemasan
e. Menghitung total biaya produksi per kemasan produk pia apel pada tahun
2016 dengan menjumlahkan biaya produksi dengan biaya non produksi.
Total Biaya (per kemasan) = Biaya produksi per kemasan + biaya non
produksi per kemasan
41
f. Menyediakan tabel laba-rugi penjualan produk pia apel pada tahun 2016
dengan perhitungan sebagai berikut:
Penjualan = Harga Jual Produk x Total Penjualan
Harga Pokok Penjualan = Total Biaya Produksi
Laba Kotor = Penjualan – Harga Pokok Penjualan
Laba Bersih = Laba Kotor – Biaya Non Produksi
g. Menghitung margin profit produk pia apel pada tahun 2016 dengan cara
harga jual per kemasan dikurangi dengan biaya total per kemasan dan
hasilnya dikalikan 100%.
Margin Profit = Harga Jual – Biaya Total (per kemasan) x 100%
Harga Jual
2. Metode Target Costing
Metode target costing digunakan untuk menganalisis efisiensi biaya
produksi dan laba yang diperoleh perusahaan didasarkan pada harga jual
kompetitif dan laba yang diharapkan perusahaan. Data yang digunakan pada
analisis target costing ini yaitu data produksi produk pia apel pada tahun 2016.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis ini meliputi:
a. Menentukan harga jual yang kompetitif sesuai yang diharapkan perusahaan.
b. Menentukan besaran laba yang diharapkan dari penjualan pia produk pia apel.
c. Menghitung target biaya per kemasan produk pia apel yang efisien digunakan
berdasarkan harga dan laba yang diharapkan, dengan perhitungan sebagai
berikut:
Target Biaya = Harga jual – Laba yang diharapkan
TCi = Pi – Mi
Keterangan:
TCi = Target Cost (target biaya) per unit produk i
Pi = Harga jual per satuan produk i
Mi = Profit per satuan produksi I (Target profit x Harga jual/satuan)
d. Menghitung total biaya produksi pia apel yang efisien berdasarkan target
biaya yang diperoleh berdasarkan harga dan laba yang diharapkan.
Perhitungan ini dilakukan dengan mengurangi total penjuala dengan laba yang
diharapkan. Pada tahun 2016.
Total biaya = total penjualan – laba yang diharapkan
42
e. Melakukan rekayasa nilai. Rekayasa nilai dilakukan dengan menghitung
beberapa biaya yang dapat diturunkan tanpa mengurangi kualitas produk yang
sesuai keinginan konsumen sehingga total biaya yang dikeluarkan masih
berada pada nilai target biaya. Biaya yang diturunkan merupakan biaya yang
digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi pia apel pada tahun 2016.
Rekayasa nilai merupakan tahap modifikasi biaya pada saat desain produk
untuk mencapai biaya target yang diharapkan perusahaan.
3. Metode Deskriptif Komparatif
Metode deskriptif komparatif menjelaskan mengenai cara yang dilakukan
untuk penurunan biaya produksi serta membandingkan nilai biaya produksi yang
dikeluarkan dan laba yang dicapai dengan menggunakan metode biaya tradisional
dan metode target costing. Metode ini dilakukan untuk mengetahui dari kedua
metode tersebut metode manakah yang memberikan nilai biaya produksi yang
lebih rendah namun laba yang diperoleh lebih tinggi. Selain itu dalam metode ini
juga menjelaskan biaya apa saja yang dapat diturunkan pada tahapan rekayasa
nilai sehingga biaya produksi lebih efisien dan target laba yang diharapkan dapat
tercapai.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Sejarah Perusahaan
Permata Agro Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri makanan berupa roti, kue dan sejenisnya. Perusahaan didirikan
oleh Ibu Rini Nurul Indawati pada tahun 2009. Produk yang dihasilkan
perusahaan yaitu pia apel, pia nangka, pia durian, pai apel, wingko apel, wingko
strawberry, madumangsa apel, brownies apel dan pai apel susu. Produk yang
dihasilkan oleh perusahaan memiliki merk dagang “SHYIF”. Wilayah pemasaran
produk meliputi Kota Batu, Malang Raya, Pasuruan dan Surabaya. Pada awal
berdirinya yaitu tahun 2009 perusahaan hanya memproduksi pia apel dan belum
memiliki karyawan. Pada tahun tersebut perusahaan belum memiliki asset yang
mendukung proses produksi pia apel sehingga peruhasaan memproduksi pia apel
dengan cara manual menggunakan fasilitas dapur seadanya.
Pada tahun 2010 perusahaan mulai berkembang yaitu dengan memiliki
karyawan berjumlah 3 orang. Pada bulan April tahun 2010 perusahaan menerima
pinjaman KUPEDES BRI sebesar Rp 5.000.000 untuk penambahan modal
kemasan, lalu di bulan Juli perusahaan mengajukan top up pinjaman KUPEDES
BRI dan menerima sebesar Rp 25.000.000. Dana tersebut digunakan perusahaan
untuk modal pemasaran produk dan membeli peralatan produksi berupa oven
standart 2 tray dan mesin parut sehingga nilai asset perusahaan yaitu Rp
10.000.000. Kapasitas Produksi yang dihasilkan sebanyak 23.500 pack dengan
omset sebesar Rp 125.000.000.
Pada tahun 2011 perusahaan melakukan penambahan varian baru pia
durian dan pia nangka dengan 6 orang karyawan. Pada bulan Januari di tahun
tersebut perusahaan mengajukan top up pinjaman KUPEDES BRI dan menerima
uang sebesar Rp 50.000.000 yang digunakan untuk modal perluasan pasar ke luar
Kota Batu serta membeli peralatan yang mendukung kegiatan perusahaan meliputi
oven standart 6 tray, komputer administrasi dan mobil pengiriman sehingga nilai
asset perusahaan sejumlah Rp 35.000.000. Kapasitas produksi sebanyak 44.500
pack dengan omset yang diperoleh sebesar Rp 221.904.500.
44
Pada tahun 2012 perusahaan memproduksi varian produk baru yaitu pai
apel, wingko apel dan wingko strawberry. Perusahaan memproduksi wingko apel
dan wingko strawberry melalui kerjasama dengan perusahaan Mulia Agro
Mandiri. Pada tahun tersebut perusahaan menjadi mitra binaan PT. Telkom
Indonesia dengan memiliki karyawan berjumlah 12 orang. Perusahaan melakukan
investasi sebagian laba usaha yang digunakan untuk membeli mesin adonan,
mesin pengaduk dodol dan oven otomatis berstandart GMP. Perusahaan
mendapatkan sertifikat pendaftaran Merek dari Dirjen HAKI MENKUMHAM.
Nilai asset perusahaan yaitu sejumlah Rp 79.500.000 dengan total kapasitas
produksi semua produk yang dihasilkan sebanyak 80.500 pack dan omset yang
diperoleh perusahaan sebesar Rp 442.956.850. Pada tahun 2013 perusahaan
semakin berkembang dan telah mendapatkan sertifikat halal dari LP POM MUI
Jawa Timur. Perusahaan kembali melakukan inovasi produk dengan memproduksi
varian produk baru yaitu brownies apel basah dan brownies kering. Perusahaan
telah memiliki 16 orang karyawan dengan total asset perusahaan yang dimiliki
sebesar Rp 200.000.000. Total kapasitas produksi semua produk yang dihasilkan
sebanyak 98.500 pack dan omset yang diperoleh sebesar Rp 540.000.000.
Pada tahun 2014 perusahaan memproduksi varian produk baru yaitu Madu
Mongso Apel. Selain itu perusahaan juga melakukan kerjasama dengan kelompok
PKK Andamel Mulyo untuk memproduksi instan jamu jahe, kencur dan
temulawak. Pada tahun tersebut perusahaan mengajukan Disperindag untuk
mendapat ISO 22000-2005 serta kembali mengajukan top up pinjaman
KUPEDES BRI dan menerima sebesar Rp 135.000.000 yang digunakan untuk
modal pengembangan varian produk baru dan optimalisasi daerah pemasaran di
daerah Batu dan Malang Raya. Perusahaan mendapatkan bantuan mesin pengaduk
dan oven otomatis dari Disnaker. Jumlah karyawan yang dimiliki sebanyak 20
orang dengan nilai asset yang dimiliki perusahaan sebesar Rp 325.000.000. Total
kapasitas produksi semua produk yang dihasilkan sebanyak 120.000 pack dengan
omset yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 652.000.000.
Pada tahun 2015 perusahaan melakukan kerjasama dengan UKM Gendis
untuk memproduksi pia apel susu. Perusahaan mengajukan top up pinjaman
KUPEDES BRI dan menerima sebesar Rp 150.000.000. Dana tersebut digunakan
45
perusahaan sebagai modal pengembangan varian produk baru, selain itu juga
perusahaan melakukan investasi freezer pembeku dan penyimpanan selai buah
apel. Pada tahun tersebut perusahaan mendapatkan sertifikat ISO 9001: 2008 No.
191097 dan mendapat piagam Bintang Keamanan Pangan dari BPOM. Karyawan
yang dimiliki perusahaan telah berjumlah 22 orang dengan nilai asset peusahaan
sebesar Rp 375.000.000. Total kapasitas produksi semua produk yang dihasilkan
sebanyak 138.000 pack dan omset yang diperoleh sebesar Rp 757.000.000.
5.1.2 Lokasi Perusahaan
Lokasi perusahaan Home Industry Permata Agro Mandiri terletak di Jl.
Masjid Banaran RT 4 RW 5 Desa Bumi Aji Kota Batu. Lokasi perusahaan
tersebut merupakan tempat tinggal pemilik perusahaan. Penentuan lokasi dalam
melakukan usaha merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena akan
berpengaruh terhadap proses produksi mulai dari penyediaan bahan mentah
sampai tahap pemasaran. Home Industry Permata Agro Mandiri memilih lokasi
tersebut dengan mempertimbangkan beberapa alasan diantaranya adalah:
a. Dekat dengan Sumber Bahan Baku
Bahan baku merupakan hal yang berkaitan langsung dengan proses
produksi. Home Industry Permata Agro Mandiri menggunakan apel sebagai bahan
baku produk yang dihasilkan. Lokasi perusahaan yang terletak di Kota Batu
mempermudah perusahaan untuk memperoleh bahan baku apel dikarenakan Kota
Batu merupakan kota penghasil apel. Perusahaan memperoleh bahan baku dari
petani, pengepul dan pasar.
b. Pemasaran Produk
Lokasi perusahaan berpengaruh pada pemasaran produk dimana lokasi
tersebut terletak di Kota Batu yang merupakan kota wisata sehingga
mempermudah pemasaran produk yang menjadi oleh-oleh khas Kota Batu kepada
wisatawan maupun masyarakat umum.
5.1.3 Tenaga Kerja
Tenaga kerja di Home Industry Permata Agro Mandiri berjumlah 22 orang
yang terdiri dari 15 orang tenaga kerja produksi, 3 orang tenaga kerja pemasaran
dan 4 orang tenaga kerja packaging. Sistem jam kerja yang dilaksanakan
perusahaan yaitu dengan masuk setiap hari. Libur diberikan perusahaan pada hari
46
minggu sehingga dalam satu bulan karyawan bekerja selama 26 hari. Karyawan
bekerja selama 7,5 jam dalam satu hari. Sistem upah yang dilakukan perusahaan
yaitu dengan sistem pembayaran mingguan. Upah dibayarkan pada akhir minggu.
5.1.4 Struktur Organisasi
Home Industry Permata Agro Mandiri dipimpin oleh seorang direktur
yang dibantu oleh administrasi, manager marketing, manager produksi, manager
quality control, koordinator karyawan dan koordinator umum. Berikut adalah
bentuk struktur organisasi di Home Industry Permata Agro Mandiri:
Skema 4. Struktur Organisasi Home Industry Permata Agro Mandiri
Masing-masing jabatan dalam struktur organisasi perusahaan memiliki
tugas dan wewenang yang berbeda. Hal tersebut untuk memperlancar jalannya
kegiatan perusahaan. Adapun tugas dan wewenang masing-masing jabatan adalah
sebagai berikut:
1. Direktur
Direktur Home Industry Permata Agro Mandiri memiliki beberapa tugas
penting yaitu merumuskan rencana kegiatan dan anggaran perusahaan,
melaksanakan serta mengkoordinasikan fungsi manajemen ditingkat perusahaan,
Direktur
RINI NURUL I.
M. Marketing
A. NOR SHOLEH
M. Produksi
NUR FAUZIAH
Koord. Karyawan
MAFTUKAH
Koord. Umum
AISYIAH
M. Quality Control.
SUGIARTIK
Administrasi
MANDA N. A.
47
mengusahakan kelangsungan usaha sesuai dengan tujuan dan bidang usaha
perusahaan, melakukan segala tindakan/perbuatan mengenai pemilikan
perusahaan serta mengkoordinir dan membina seluruh jajaran yang ada di
perusahaan agar tercapai daya guna dan hasil guna yang optimal. Selain itu
direktur Home Industry Permata Agro Mandiri memiliki beberapa wewenang
diantaranya menetapkan kebijakan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka
panjang, memberikan petunjuk dan pengarahan tentang pelaksanaan kebijakan
perusahaan kepada karyawan serta menetapkan pengangkatan dan pemindahan
karyawan.
2. Administrasi
Tugas seorang administrasi dalam menjalankan kegiatan administrasi
perusahaan yaitu sebagai pengawas mutu dibidang administrasi, menerima dan
mencatat orderan pekerjaan, membuat rencana dan mengevaluasi kerja harian dan
bulanan untuk memastikan tercapainya kualitas target kerja yang dipersyaratkan
dan sebagai bahan informasi kepada atasan, memastikan bahwa semua kebutuhan
administrasi tersedia serta bertanggungjawab kepada direktur.
3. Manager Marketing
Tugas yang harus dijalankan manager marketing Home Industry Permata
Agro Mandiri yaitu membantu area untuk menyediakan materi atau barang
promosi dalam mendukung jalannya aktivitas promosi, merencanakan strategi
penjualan, menentukan target penjualan, membuat analisa terhadap pangsa pasar
dan menetukan strategi penjualan terhadap konsumen atau pelanggan, serta
bertanggung jawab kepada direktur. Sedangkan wewenang yang dimiliki manager
marketing yaitu memiliki wewenang untuk mengawasi kegiatan promosi yang
dilakukan oleh divisi marketing, menetapkan tujuan dan sasaran jalannya
operasional perusahaan dan strategi penjualan kepada konsumen, menentukan
pasar dan segmen dari produk tertentu yang akan dipasarkan serta dapat
menyetujui dan menandatangani kontrak penjualan dengan pihak pembeli.
4. Manager Produksi
Tugas manager produksi Home Industry Permata Agro Mandiri yaitu
sebagai kepala koordinator umum untuk produksi dan karyawan, memastikan
pelaksanaan produksi sesuai dengan SOP, melakukan perekaman seluruh kegiatan
48
proses produksi, bertanggungjawab kepada direktur. Selain itu manager produksi
memiliki wewenang yaitu memiliki wewenang untuk merekrut dan menempatkan
karyawan sesuai dengan standart kemampuan yang dimiliki, sebagai mediator
kebijakan antara direktur dan karyawan, memiliki wewenang terkait pelaksanaan
dalam sistem penggajian karyawan.
5. Manager Quality Control
Tugas manager quality control yaitu memastikan konsisten pelaksanaan
sistem manajemen mutu, memelihara dan menetapkan seluruh proses sistem
manajemen mutu, melaporkan kepada direktur mengenai kinerja dan sistem
manajemen mutu termasuk kebutuhan untuk peningkatan serta bertanggung jawab
kepada direktur. Selain itu manager quality control memiliki wewenang
diantaranya melakukan sosialisasi dan pendidikan karyawan terkait sistem
jaminan mutu standart kualitas yang ditetapkan perusahaan, memberikan instruksi
untuk mengulang kembali pekerjaan karena belum sesuai dengan standar kualitas
perusahaan.
6. Koordinator Karyawan
Tugas yang harus dijalankan oleh koordinator karyawan yaitu menegakkan
absensi dan tata tertib karyawan, mengkoordinir penerapan SOP karyawan serta
bertanggung jawab kepada manager produksi.
7. Koordinator Umum
Tugas yang harus dijalankan oleh koordinator umum yaitu menghandel
ketersediaan bahan baku kemasan dan sarana produksi, mengkoordinir
terlaksananya 5R perusahaan serta bertanggungjawab kepada manager produksi.
5.1.5 Proses Produksi Pia Apel
Proses produksi pia apel yang dilakukan oleh Home Industry Permata
Agro Mandiri adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan Selai Apel
Skema 5. Proses Pembuatan Selai Apel
Sortasi Pencucian Pemarutan
Penyelaian Pendinginan Pencetakan
49
b. Pembuatan Kue Pia Apel
Skema 6. Proses Pembuatan Kue Pia Apel
Home Industry Permata Agro Mandiri melakukan proses produksi pia apel
setiap hari kecuali hari minggu. Bahan baku apel diperoleh perusahaan dari petani,
pengepul dan pasar. Perusahaan membutuhkan 50 kg hingga 120 kg apel dalam
satu kali produksi yang menghasilkan 200 kemasan pia apel. Jenis apel yang
digunakan perusahaan untuk memproduksi pia apel yaitu apel manalagi dan apel
romebeauty. Berikut adalah hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas proses
produksi pia apel yaitu:
a. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi pia apel yaitu apel, tepung
terigu, tepung lencana, gula, minyak dan telur.
b. Bahan penolong
Bahan penolong yang digunakan untuk memproduksi pia apel yaitu garam,
susu skim dan gula halus.
c. Mesin dan Peralatan
Mesin yang digunakan perusahaan untuk memproduksi pia apel yaitu mesin
selai, mesin selep, mesin mixer HS, mesin oven Q, mesin oven neker, mesin
sieler. Sedangkan peralatan yang digunakan yaitu pisau, bak, kemarang, krat,
ember, timbangan digital, loyang, rak gea, rak manual, mixer philip, gilingan
pasta, cetakan, oven bima, kompor, tabung, wajan, panci dan ember loyang.
Tahapan proses produksi pia apel dimulai dari pembuatan selai apel.
Pembuatan selai apel dilakukan dengan tahap awal berupa sortasi dengan memilih
PeracikanMixing
adonan I & II
Pembagianadonan I &
II
Pencampuranadonan I & II
Pemipihanadonan Awal
MensettingOven
Pencetakan& Pengisian
selai apel
Penyaputankuning
Pemanggangan Pendinginan Pengemasan Pengiriman
50
apel yang layak untuk digunakan dalam proses produksi yang kemudian apel hasil
sortasi tersebut dicuci. Tahap selanjutnya yaitu dilakukan pemarutan apel dengan
mengunakan mesin parut setelah selesai kemudian hasil parutan apel tersebut
dimasak untuk membuat selai. Tahap berikutnya setelah selai apel selesai
dimasak, selai tersebut didinginkan dan dilakukan pencetakan oleh karyawan
perusahaan. Tahap selanjutnya yaitu melakukan pembuatan kue pia.
Pembuatan kue pia pertama kali dilakukan dengan meracik bahan-bahan
yang dibutuhkan. Peracikan bahan-bahan dibuat menjadi dua adonan, kemudian
tahap kedua melakukan mixing adonan I dan adonan II dengan menggunakan alat
mixer setelah bahan-bahan diolah kemudian dilakukan pembagian adonan dengan
memisahkan adonan I dan adonan II tujuannya agar proses pengolahan adonan
merata, setelah dilakukan pengolahan masing-masing adonan tersebut kemudian
kedua adonan dicampurkan kembali untuk kemudian dilakukan pemipihan. Tahap
berikutnya yang dilakukan yaitu mensetting oven yang akan digunakan untuk
memanggang adonan pia apel tersebut, setelah itu adonan pia apel dicetak dan
diberi isi selai apel yang diikuti dengan penyaputan kuning telur. Proses
selanjutnya yaitu dilakukan pemanggangan adonan pia apel yang telah dicetak
tersebut dengan menggunakan oven, setelah pia apel selesai dipangggang lalu
didinginkan untuk kemudian dilakukan pengemasan dan pengiriman produk yang
telah dihasilkan.
5.2 Analisis Penentuan Biaya Metode Tradisional
Home Industry Permata Agro Mandiri melakukan penentuan biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi pia apel tahun 2016 dengan menggunakan
metode tradisional. Penentuan biaya dengan menggunakan metode tradisional
dilakukan setelah produk pia apel selesai diproduksi. Penentuan harga pokok
produksi dalam metode tradisional dilakukan dengan menjumlahkan seluruh biaya
yang dikeluarkan untuk memproduksi pia apel, kemudian ditentukan harga jual
produknya dengan cara total biaya keseluruhan yang dikeluarkan dibagi dengan
jumlah produksi yang dihasilkan. Metode tradisional dapat dilakukan dengan
mengetahui total produksi, total penjualan, biaya produksi yang meliputi biaya
51
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik dan
biaya non produksi yang meliputi biaya administrasi dan biaya pemasaran.
Perhitungan biaya ini dilakukan dengan menghitung biaya per kemasan pia
apel. Penentuan biaya per kemasan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
jumlah biaya yang telah dikeluarkan dalam memproduksi pia apel per kemasan
serta mengetahui laba yang diperoleh perusahaan per kemasan pia apel yang
dijual. Hasil biaya yang telah diketahui tersebut kemudian akan dibandingkan
dengan perhitungan biaya dengan menggunakan metode target costing.
5.2.1 Total Produksi dan Total Penjualan Pia Apel
Biaya per kemasan produk pia apel dapat dihitung menggunakan metode
tradisional dengan terlebih dahulu mengetahui total produksi dan total penjualan
produk pia apel. Total produksi pia apel ditahun 2016 memiliki nilai yang berbeda
pada setiap bulannya. Julmlah produksi pia apel yang berbeda disebabkan karena
Home Industry Permata Agro Mandiri memproduksi pia apel tersebut tidak
berdasarkan pesanan tertentu melainkan tergantung pada kondisi pasar. Data
mengenai total produksi pia apel dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Total Produksi Pia Apel Tahun 2016
No Bulan Jumlah (Kemasan)
1 Januari 3.680
2 Februari 2.990
3 Maret 3.227
4 April 2.498
5 Mei 4.351
6 Juni 3.294
7 Juli 1.847
8 Agustus 2.443
9 September 2.251
10 Oktober 2.661
11 November 3.059
12 Desember 5.114
Total 37.365
(Sumber : Home Industry Permata Agro Mandiri 2017)
Bedasarkan tabel 2 dapat diketahui total produksi pia apel yang dihasilkan
oleh Home Industry Permata Agro Mandiri pada tahun 2016 berjumlah 37.365
kemasan. Jumlah produksi pia pel yang dihasilkan pada tahun 2016 berbeda setiap
bulannya. Pia apel yang dapat diproduksi oleh Home Industry Permata Agro
Mandiri pada setiap bulannya memiliki rata-rata sebesar 3.114 kemasan, namun
52
jumlah tersebut dapat meningkat pada saat musim liburan yang mencapai 5.114
kemasan. Kenaikan jumlah produksi pia apel disebabkan oleh kondisi pasar yaitu
ketika musim liburan dan hari-hari besar Home Industry Permata Agro Mandiri
memproduksi pia apel lebih banyak dibandingkan dengan hari-hari biasa. Hal
tersebut dilakukan perusahaan agar dapat memenuhi permintaan konsumen yang
meningkat pada bulan tersebut.
Total produksi pia apel yang dihasilkan oleh Home Industry Permata Agro
Mandiri memiliki jumlah yang berbeda dengan total penjualannya. Hal ini
disebabkan adanya reject yaitu produk pia apel yang memiliki kondisi tidak baik
atau dalam kondisi rusak sehingga produk tersebut tidak dapat dijual. Data
mengenai total penjualan pia apel dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Total Penjualan Pia Apel Tahun 2016
No Bulan Jumlah (Kemasan)
1 Januari 3.675
2 Februari 2.990
3 Maret 3.225
4 April 2.496
5 Mei 4.351
6 Juni 3.294
7 Juli 1.846
8 Agustus 2.440
9 September 2.251
10 Oktober 2.611
11 November 3.059
12 Desember 5.114
Total 37.352
(Sumber : Home Industry Permata Agro Mandiri 2017)
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa total penjualan pia apel Home
Industry Permata Agro Mandiri pada tahun 2016 berjumlah 37.352 kemasan
dengan rata-rata per bulan berjumlah 3.113 kemasan yang laku terjual. Total
penjualan terbanyak yaitu pada bulan Desember sebesar 5.114 kemasan hal ini
disebabkan pada bulan tersebut merupakan libur panjang akhir tahun sehingga
perusahaan memproduksi lebih banyak produk pia apel. Pia apel banyak diminati
oleh konsumen sebagai produk oleh-oleh sehingga penjualan pada bulan tersebut
meningkat dari bulan-bulan biasanya.
Home Industry Permata Agro Mandiri memberikan harga jual untuk pia
apel sebesar Rp 6.500. Harga jual tersebut diperoleh perusahaan dengan
53
menjumlahkan total biaya keseluruhan dibagi dengan total produksi yang
dihasilkan lalu menambahkannya dengan laba yang dikehendaki perusahaan,
namun dengan harga jual yang ditawarkan tersebut perusahaan belum mencapai
laba yang diinginkan yaitu sebesar 20% sehingga perlu melakukan evaluasi
perhitungan biaya produksi agar perusahaan dapat memperoleh laba yang
diinginkan dengan harga jual tersebut.
5.2.2 Biaya Bahan Baku Langsung
Bahan baku yang digunakan Home Industry Permata Agro Mandiri untuk
memproduksi pia apel diantaranya yaitu apel dengan jenis manalagi dan
roembeauty, tepung terigu, tepung lencana, gula, minyak dan telur. Biaya yang
dikeluarkan Home Industry Permata Agro Mandiri untuk pembelian bahan baku
langsung dalam memproduksi pia apel pada tahun 2016 adalah sebesar Rp
67.711.404 per tahun, dengan besarnya biaya bahan baku tersebut perusahaan
dapat menghasilkan pia apel sebanyak 37.365 kemasan. Total biaya bahan baku
langsung yang diketahui tersebut kemudian digunakan untuk menghitung biaya
bahan baku pia apel per kemasan dengan membagi biaya total bahan baku dengan
total produksi pia apel yang dihasilkan pada tahun 2016. Berdasarkan perhitungan
biaya bahan baku yang telah dilakukan didapatkan hasil biaya bahan baku pia
apel adalah sebesar Rp 1.812 per kemasan.
5.2.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang yang terlibat langsung
dalam proses produksi pia apel hingga pengemasan produk. Tenaga kerja yang
berhubungan langsung dalam produksi pia apel di Home Industry Permata Agro
Mandiri berjumlah 19 orang. Total biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan
oleh perusahaan pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 36.249.467 per tahun.
Berdasarkan total biaya tenaga kerja langsung tersebut dapat diketahui biaya
tenaga kerja langsung per kemasan yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2016.
Biaya tenaga kerja langsung per kemasan dapat dihitung dengan membagi total
biaya tenaga kerja langsung dengan total produksi pia apel yang dihasilkan Home
Industry Permata Agro Mandiri pada tahun 2016. Berdasarkan perhitungan biaya
tenaga kerja langsung tersebut maka didapatkan hasil biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp 970 per kemasan.
54
5.2.4 Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya-biaya kebutuhan yang
mendukung kegiatan produksi. Biaya overhead pabrik adalah biaya yang
dikeluarkan perusahaan selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja.
Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh Home Industry Permata Agro
Mandiri untuk memproduksi pia apel dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Biaya Overhead Pabrik Tahun 2016
No Jenis Biaya Jumlah (Rp)/Tahun
1 Biaya Bahan Penolong 26.277.250
2 Biaya Listrik 4.018.000
3 Biaya Air 390.320
4 Biaya Sampah 1.722.000
5 Biaya Kemasan 20.550.750
6 Biaya Penyusutan 27.367.833
Total 80.326.153
(Sumber : Home Industry Permata Agro Mandiri 2017)
Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh Home Industry Permata
Agro Mandiri diperoleh berdasarkan perhitungan pengeluaran-pengeluaran yang
dilakukan selama tahun 2016. Berikut ini adalah rincian biaya overhead pabrik
yang dikeluarkan perusahaan:
a. Biaya bahan penolong yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan biaya
bahan pembantu yang mendukung proses produksi pia apel. Biaya bahan
penolong yang dikeluarkan meliputi garam, susu skim dan gula halus. Total
biaya bahan penolong yang dikeluarkan pada tahun 2016 adalah sebesar Rp
26.277.250 per tahun, sedangkan biaya bahan penolong per kemasan pia apel
adalah sebesar Rp 703. Hasil tersebut diperoleh dari total biaya bahan
penolong dibagi total produksi pia apel yang dihasilkan pada tahun 2016.
b. Biaya listrik digunakan untuk mesin dan alat-alat yang berkaitan dengan
proses produksi pia apel. Selain itu biaya listrik yang dikeluarkan juga
mencakup keseluruhan listrik yang digunakan untuk penerangan pabrik. Total
biaya listrik yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2016 adalah sebesar Rp
4.018.000 per tahun, sedangkan biaya listrik yang dikeluarkan per kemasan
pia apel adalah sebesar Rp 108 yang didapatkan dari total biaya listrik dibagi
total produksi pia apel yang dihasilkan pada tahun 2016.
55
c. Biaya air yaitu biaya yang digunakan untuk produksi pia apel serta
penggunaan air untuk membersikan peralatan produksi pia apel. Total biaya
air yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 390.320
per tahun, sedangkan biaya air yang dikeluarkan per kemasan pia apel adalah
sebesar Rp 10 diperoleh dari total biaya air dibagi total produksi pia apel yang
dihasilkan pada tahun 2016.
d. Biaya sampah adalah biaya yang digunakan perusahaan untuk menangani
masalah sampah atau limbah yang dihasilkan dari proses produksi pia apel.
Total biaya sampah yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2016 adalah
sebesar Rp 1.722.000 per tahun. Biaya sampah per kemasan pia apel dapat
dihitung dari total biaya sampah dibagi total produksi pia apel, dari hasil
perhitungan tersebut didapatkan biaya sampah sebesar Rp 46 per kemasan.
e. Biaya kemasan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli kemasan
produk pia apel. Kemasan pia apel yang digunakan Home Industry Permata
Agro Mandiri berupa kemasan kardus kecil, namun sebelum pia apel
dimasukkan kedalam kemasan kardus pia apel tersebut dikemas menggunakan
plastik terlebih dahulu. Total biaya kemasan yang dikeluarkan perusahaan
pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 20.550.750 per tahun sedangkan biaya
kemasan pia apel per kemasan adalah sebesar Rp 550. Biaya kemasan pia apel
tersebut didapatkan dari total biaya kemasan dibagi total produksi pia apel
yang dihasilkan pada tahun 2016.
f. Biaya penyusutan adalah yang digunakan untuk penyusutan mesin dan
peralatan yang mendukung kegiatan produksi pia apel. Total biaya penyusutan
pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 27.367.833 per tahun. Biaya penyusutan
per kemasan pia apel dapat diperoleh dari total biaya penyusutan dibagi total
produksi pia apel tahun 2016, dari perhitungan tersebut didapatkan biaya
penyusutan pia apel adalah sebesar Rp 732 per kemasan.
Berdasarkan uraian diatas total biaya overhead pabrik yang dikeluarkan
oleh Home Industry Permata Agro Mandiri adalah sebesar Rp 80.326.153 per
tahun, dari total biaya tersebut maka dapat diketahui biaya overhead pabrik per
kemasan pia apel dengan membagi total biaya overhead pabrik dengan total
produksi pia apel pada tahun 2016. Berdasarkan perhitungan tersebut maka
56
didapatkan biaya overhead pabrik pia apel adalah sebesar Rp 2.134 per kemasan.
Perhitungan hasil tersebut dapat dilihat pada lampiran 4.
5.2.5 Biaya Non Produksi
Biaya non produksi merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan diluar
biaya produksi pia apel. Biaya non produksi umumnya terbagi menjadi dua bagian
yaitu biaya administrasi dan biaya pemasaran. Biaya administrasi yang
dikeluarkan oleh Home Industry Permata Agro Mandiri terdiri dari biaya ATK,
sedangkan biaya pemasaran untuk produk pia apel yang dikeluarkan oleh
perusahaan terdiri dari biaya promosi, biaya telepon dan wifi serta biaya
transportasi. Biaya non produksi Home Industry Permata Agro Mandiri dirincikan
pada tabel berikut:
Tabel 5. Biaya Non Produksi Pia Apel Tahun 2016
No Jenis Biaya Jumlah (Rp)/Tahun
1 Biaya Administrasi
Biaya ATK 1.389.000
2 Biaya Pemasaran
Biaya Promosi 1.860.000
Biaya Telepon dan Wifi 3.444.000
Biaya Transportasi 14.994.000
Total 21.687.000
(Sumber : Home Industry Permata Agro Mandiri 2017)
Berdasarkan pada tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa biaya non produksi
yang lebih besar dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya pemasaran. Hal
tersebut dikarenakan perusahan mengeluarkan biaya transportasi untuk pemasaran
serta melakukan pemasaran baik dengan promosi maupun melalui jaringan
telepon dan internet. Sedangkan biaya administrasi cenderung lebih dikecil
dikarenakan hanya terdiri dari keperluan ke-sekretariatan kantor. Total biaya non
produksi pia apel pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 21.687.000 per tahun. Biaya
non produksi per kemasan pia apel dapat dihitung dengan cara total biaya non
produksi dibagi total produksi pia apel yang dihasilkan pada tahun 2016. Biaya
non produksi pia apel yang dihasilkan dari perhitungan tersebut adalah sebesar Rp
580 per kemasan.
5.2.6 Perhitungan Keseluruhan Biaya Per Kemasan
Biaya keseluruhan merupakan hasil perhitungan dari total biaya baik biaya
produksi maupun biaya non produksi. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku
57
langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, sedangkan
biaya non produksi meliputi biaya administrasi dan biaya pemasaran. Hasil biaya
produksi dan biaya non produksi pia apel di Home Industry Permata Agro Mandiri
telah diketahui pada subbab sebelumnya. Berdasarkan perhitungan biaya-biaya
tersebut, maka jumlah biaya keseluruhan untuk produk pia apel per kemasan nya
adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Perhitungan Keseluruhan Biaya Pia Apel per Kemasan Tahun 2016
No Jenis Biaya Jumlah (Rp)/Kemasan
1 Biaya Bahan Baku 1.812
2 Biaya Tenaga Kerja 970
3 Biaya Overhead Pabrik
a Biaya Bahan Penolong 703
b Biaya Listrik 108
c Biaya Air 10
d Biaya Sampah 46
e Biaya Kemasan 550
f Biaya Penyusutan 732
Total 4.932
4 Biaya Non Produksi
a Biaya Administrasi
Biaya ATK 37
b Biaya Pemasaran
Biaya Promosi 50
Biaya Telepon dan Wifi 92
Biaya Transportasi 401
Total 580
Tota Biaya per Kemasan 5.512
(Sumber : Data diolah dari Home Industry Permata Agro Mandiri 2017)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 6 dapat diketahui biaya per kemasan
baik pada biaya produksi maupun non produksi pia apel pada tahun 2016. Total
biaya produksi pia apel adalah sebesar Rp 4.932 per kemasan dan total biaya non
produksi pia apel adalah sebesar Rp 580 per kemasan, sehingga total biaya yang
harus dikeluarkan untuk memproduksi pia apel adalah sebesar Rp 5.512 per
kemasan.
5.2.7 Perhitungan Laba Rugi
Perhitungan laba rugi dilakukan untuk mengetahui keuntungan atau
kerugian yang didapatkan oleh Home Industry Permata Agro Mandiri pada
penjualan pia apel pada tahun 2016. Data yang digunakan dalam perhitungan laba
58
rugi adalah biaya produksi dan biaya non produksi pia apel pada tahun 2016.
Laporan laba rugi diperoleh dari perhitungan menggunakan biaya taksiran
berdasarkan data yang disediakan oleh perusahaan. Laporan laba rugi pia apel
tahun 2016 berdasarkan analisis biaya menggunakan metode tradisional adalah
sebagai berikut:
Tabel 7. Perhitungan Laba Rugi Pia Apel Tahun 2016
Keterangan Jumlah (Rp)/Tahun
Penjualan 242.788.000
Harga Pokok Penjualan 205.974.024
Laba Kotor 36.813.976
Laba Bersih 15.126.976
(Sumber : Data diolah dari Home Industry Permata Agro Mandiri 2017)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 7 dapat diketahui bahwa hasil
penjualan pia apel yang diperoleh Home Industry Permata Agro Mandiri dengan
jumlah produk yang terjual berjumlah 37.352 kemasan adalah sebesar Rp
242.788.000 per tahun. Harga pokok produksi pia apel tahun 2016 adalah sebesar
Rp 205.974.024 per tahun. Laba kotor diperoleh dari selisih antara penjualan dan
harga pokok produksi. Laba kotor yang diperoleh perusahaan adalah sebesar Rp
36.813.976 per tahun sedangkan laba bersih diperoleh dari hasil laba kotor
dikurangi dengan biaya non produksi sehingga didapatkan hasil laba bersih yang
diterima perusahaan untuk produk pia apel adalah sebesar Rp 15.126.976 per
tahun.
Setelah melakukan perhitungan laba rugi maka dapat diketahui persentase
margin profit yang diperoleh perusahan. Penentuan margin profit dilakukan
dengan dua cara yaitu menghitung keseluruhan hasil penjualan pada tahun 2016
atau dengan menghitung margin profit per kemasan pia apel. Berikut ini
merupakan perhitungan margin profit keseluruhan tahun 2016 dan margin profit
per kemasan pia apel adalah sebagai berikut:
Margin profit tahun 2016 = Laba x 100%
Penjualan
Margin profit tahun 2016 = 36.813.976 x 100%
242.788.000
= 15.1 %
Margin profit per kemasan = (harga jual – total biaya perkemasan) x 100%
harga jual
59
= (6.500 – 5.512) x 100%
6.500
= 988 x 100
6.500
= 15.1%
Berdasarkan perhitungan margin profit diatas dapat diketahui bahwa pada
produksi pia apel Home Industry Permata Agro Mandiri tahun 2016 memperoleh
laba sebesar Rp 36.813.976 per tahun dengan besaran margin profit tahun 2016
dan margin profit per kemasan memiliki nilai yang sama yaitu 15.1%. Nilai
margin profit yang diperoleh oleh Home Industry Permata Agro Mandiri tersebut
belum mencapai target laba yang diinginkan. Target laba yang diinginkan oleh
perusahaan adalah sebesar 20%, dari hal tersebut maka perusahaan harus
melakukan peningkatan laba agar mencapai laba sebesar 20%.
5.3 Analisis Penerapan Target Costing
Home Industry Permata agro Mandiri memproduksi pia apel sebagai
produk utamnya. Penenutuan harga jual pia apel yang digunakan perusahaan
masih menggunakan analisis metode biaya tradisional. Penggunaan metode
tradisional pada perusahaan tersebut belum mencapai target laba yang diinginkan.
Target laba yang diinginkan oleh Home Industry Permata Agro Mandiri adalah
sebesar 20%, namun pada tahun 2016 target laba belum tercapai karena pada
tahun 2016 target laba yang diperoleh perusahaan yaitu sebesar 15.1%. Target
laba yang belum tercapai tersebut disebabkan oleh tingginya biaya produksi yang
dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi pia apel. Target laba akan tercapai
melalui peningkatan laba. Peningkatan laba perusahaan tidak dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan harga jual, oleh karena itu perusahaan perlu melakukan
efisiensi biaya produksi agar target laba yang diinginkan tercapai. Perusahan harus
mencoba menggunakan metode analisis biaya yang dapat mengefisiensikan biaya
produksi. Metode analisis tersebut yaitu metode target costing
Target costing adalah suatu metode yang digunakan untuk penentuan
biaya. Tujuan penggunaan metode target costing pada produk pia apel di Home
Industry Permata Agro Mandiri untuk melakukan efisiensi biaya produksi dan
biaya non produksi sehingga perusahaan mencapai target laba yang diinginkan.
60
Penentuan biaya dalam metode ini ditentukan pada tahap awal perencanaan
produksi. Penentuan biaya dilakukan dengan mengetahui harga jual produk dan
target laba yang diinginkan terlebih dahulu. Harga jual produk dan target laba
yang telah diketahui tersebut digunakan untuk menghitung biaya yang efisien
dikeluarkan untuk memproduksi pia apel, hasil perhitungan tersebut kemudian
digunakan sebagai acuan besaran biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan
mencapai target laba yang diinginkan. Penerapan target costing dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Penetapan Harga Jual Pia Apel
Tahap awal yang harus dilakukan Home Industry Permata Agro Mandiri
yaitu dengan menetapkan harga jual produk pia apel. Pada penentuan harga
tersebut pihak Home Industry Permata Agro Mandiri menentukan harga sesuai
harga yang berlaku di pasar. Harga jual yang ditetapkan perusahaan untuk satu
kemasan pia apel adalah sebesar Rp 6.500, dengan harga tersebut perusahaan
masih memperoleh keuntungan.
2. Menentukan Laba yang Diharapkan
Tahap kedua dalam penerapan target costing yaitu dengan menentukan
target laba yang diharapkan perusahaan. Target laba yang diharapkan oleh Home
Industry Permata Agro Mandiri untuk produk pia apelnya ialah sebesar 20% dari
harga jual pia apel per kemasan yaitu sebesar Rp 6.500. Hasil perhitungan target
laba yang diharapkan perusahaan untuk produksi pia apel tersebut yaitu sebesar
Rp 1.300 per kemasan.
3. Menetapkan Target Biaya
Tahap ketiga yaitu menetapkan target biaya. Target biaya tersebut
digunakan sebagai acuan biaya yang efisiensi dikeluarkan untuk memproduksi pia
apel. Target biaya dapat diketahui dengan cara mengurangi harga jual produk
dengan target laba yang telah ditentukan yaitu Rp 1.300 per kemasan. Perhitungan
target biaya per kemasan adalah sebagai berikut:
Target biaya per kemasan = harga jual – target laba
= Rp 6.500 – Rp 1.300
= Rp 5.200
61
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka biaya yang efisien dikeluarkan
oleh Home Industry Permata Agro Mandiri untuk satu kemasan pia apel yaitu
kurang dari Rp 5.200 atau sama dengan Rp 5.200. Jika target biaya yang
dikeluarkan sesuai maka target laba yang telah ditetapkan akan dicapai oleh Home
Industry Permata Agro Mandiri. Total biaya keseluruhan yang efisien dikeluarkan
oleh perusahaan dalam produksi pia apel pada tahun 2016 untuk mencapai target
laba sebesar 20% dari hasil penjualan adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Total Biaya Keseluruhan Pia Apel Tahun 2016 dengan Metode Target
Costing
No Uraian Jumlah (Rp)/Tahun
1 Penjualan 242.788.000
2 Laba yang diharapkan (20%) 48.557.600
Total biaya produksi dan non produksi 194.230.400
(Sumber : Data diolah dari Home Industry Permata Agro Mandiri 2017)
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa total biaya yang dikeluarkan
oleh Home Industry Permata Agro Mandiri untuk memproduksi pia apel pada
tahun 2016 menggunakan metode target costing dengan penjualan sebesar Rp
242.788.000 per tahun dan persentase laba yang diharapkan sebesar 20% atau
senilai Rp 48.557.600 per tahun, maka biaya total yang efisien dikeluarkan untuk
produksi pia apel yaitu Rp 194.230.400 per tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diatas dapat diketahui
bahwa target costing pia apel adalah sebesar Rp 5.200 per kemasan, sedangkan
target costing untuk total biaya yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp
194.230.400 per tahun. Pencapaian biaya yang efisien serta laba yang diharapkan
tersebut akan berhasil dengan melibatkan semua pihak yang berhubungan dengan
proses produksi pia apel. Perhitungan target costing dilakukan pada tahap awal
perencanaan produk pia apel.
5.4 Perbandingan Hasil Analisis
Biaya produksi dan biaya non produksi pia apel di Home Industry Permata
Agro Mandiri telah dihitung berdasarkan analisis biaya dengan metode tradisional
dan metode target costing. Berdasarkan hasil perhitungan dari kedua metode
tersebut selanjutnya dilakukan perbandingan sehingga dapat diketahui metode
mana yang lebih efisien digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi pia apel.
62
Perbandingan hasil analisis biaya metode tradisional dan metode target costing
yang diterapkan pada biaya produksi dan non produksi per kemasan pia apel pada
Home Industry Permata Agro Mandiri adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Perbandingan Biaya Per Kemasan Pia Apel dengan Metode Tradisional
dan Metode Target Costing
No Alat Analisis Hasil Analisis (Rp)
1 Metode Tradisional 5.512
2 Metode Target Costing 5.200
Selisih Biaya 312
(Sumber : Data diolah dari Home Industry Permata Agro Mandiri 2017)
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa biaya produksi pia apel tahun
2016 menggunakan metode tradisional adalah sebesar Rp 5.512 per kemasan,
sedangkan biaya menurut metode target costing adalah sebesar Rp 5.200 per
kemasan. Selisih dari kedua metode tersebut yaitu sebesar Rp 312 per kemasan.
Hasil perhitungan biaya tradisional memiliki nilai yang lebih tinggi. Hal tersebut
disebabkan karena biaya dihitung ketika produk pia apel selesai diproduksi,
sedangkan metode target costing digunakan sebelum produk dibuat yaitu ketika
produk dalam tahap perancangan sehingga diketahui biaya yang efisien digunakan
untuk memproduksi pia apel. Apabila biaya yang dikeluarkan melebihi target
costing maka produk dapat diseain ulang sesuai biaya yang telah ditentukan.
Perbandingan hasil analisis keseluruhan total biaya produksi pia apel tahun
2016 menggunakan metode tradisional dan metode target costing pada Home
Industry Permata Agro Mandiri adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Perbandingan Total Biaya Pia Apel dengan Metode Trasisional dan
Metode Target Costing
No Alat Analisis Hasil Analisis (Rp)
1 Metode Tradisional 205.974.024
2 Metode Target Costing 194.230.400
Selisih Biaya 11.743.624
(Sumber : Data diolah dari Home Industry Permata Agro Mandiri 2017)
Berdasarkan perhitungan tabel 10 dapat diketahui bahwa dengan
menggunakan metode tradisional biaya yang dikeluarkan lebih tinggi
dibandingkan dengan metode target costing. Selisih total biaya antara metode
tradisonal dan metode target costing adalah sebesar Rp 11.743.624 per tahun.
Besarnya selisih biaya tersebut merupakan biaya yang harus dihemat oleh Home
63
Industry Permata Agro Mandiri untuk memperoleh biaya produksi pia apel yang
efisien dan mencapai target laba sebesar 20% sesuai dengan target laba yang
diinginkan oleh perusahaan. Dilihat dari hasil perbandingan biaya tersebut maka
target costing dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengefisiensikan biaya
produksi pia apel. Penggunaan metode target costing yang dilakukan pada tahap
sebelum produksi pia apel dilakukan memungkinkan perusahaan melakukan
alokasi biaya dengan baik tanpa melebihi biaya efisien sesuai dengan biaya yang
telah ditetapkan.
5.5 Rekayasa Nilai
Perhitungan biaya pada produksi pia apel di Home Industry Permata Agro
Mandiri menggunakan metode tradisional. Hasil perhitungan yang diperoleh
dengan menggunakan metode tradisional tersebut mengakibatkan perusahaan
belum mencapai target laba yang diinginkan. Berdasarkan perbandingan dengan
hasil perhitungan menggunakan metode target costing diketahui bahwa biaya
yang dikeluarkan perusahaan saat ini tidak efisien untuk mencapai laba yang
diinginkan. Penggunaan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi
pia apel telah melebihi biaya yang seharusnya apabila laba yang diinginkan
perusahaan pada tahun 2016 adalah sebesar 20%.
Metode target costing memberikan acuan besaran biaya yang efisien
digunakan untuk memproduksi pia apel pada Home Industry Permata Agro
Mandiri. Perhitungan biaya menggunakan metode target costing tersebut
menghasilkan biaya yang efisien untuk mencapai laba yang diinginkan
perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, untuk memenuhi target costing yang sesuai
dengan laba yang diinginkan perusahaan, maka perusahaan harus melakukan
penekanan biaya. Biaya yang dapat ditekan meliputi biaya produksi dan biaya non
produksi. Biaya tersebut dapat ditekan dengan melakukan rekayasa nilai.
Rekayasa nilai dilakukan pada komponen-komponen biaya produk pia apel
dengan tujuan agar laba yang diinginkan oleh perusahaan dapat tercapai.
Berdasarkan perhitungan biaya menggunakan metode target costing
diperoleh hasil biaya produksi yang efisien digunakan untuk pia apel adalah
sebesar Rp 5.200 per kemasan, sedangkan biaya yang selama ini digunakan oleh
64
perusahaan adalah sebesar Rp 5.512 per kemasan. Selisih biaya dari perhitungan
metode tradisional dan metode target costing tersebut adalah Rp 312 per kemasan.
Selisih tersebut dapat dijadikan sebagai evaluasi biaya-biaya yang dapat ditekan
untuk mengefisiensikan biaya produksi pia apel. Rekayasa nilai dilakukan dengan
mengevaluasi komponen-komponen biaya apa saja yang sekiranya dapat ditekan
oleh perusahaan untuk produk pia apel. Komponen-komponen biaya tersebut
diantaranya adalah biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik, sedangkan biaya non produksi meliputi biaya administrasi dan biaya
pemasaran. Biaya yang pertama dilakukan evaluasi adalah biaya bahan baku dari
pia apel. Bahan baku yang digunakan pada pembuatan pia apel adalah apel,
tepung terigu, tepung lencana, gula, minyak dan telur. Pada bahan baku yang
digunakan tersebut memiliki harga jual yang tidak stabil. Harga jual yang tidak
stabil tersebut yang membuat harga bahan baku langsung dari produk pia apel ini
tidak dapat ditekan. Biaya bahan baku tidak dapat dilakukan rekayasa nilai
disebabkan oleh harga yang tidak stabil dan sulit diprediksi.
Biaya yang dievaluasi selanjutnya adalah biaya tenaga kerja langsung.
Tenaga kerja langsung produksi pia apel di Home Industry Permata Agro Mandiri
yaitu bersifat harian. Upah diberikan berdasarkan jumlah hari masuk karyawan,
oleh karena itu untuk tenaga kerja sulit untuk dilakukan rekayasa nilai. Adapun
solusi yang dapat dilakukan untuk menekan biaya tenaga kerja langsung yaitu
dengan cara menurunkan upah karyawan, namun hal itu pasti akan merugikan
karyawan. Adanya penurunan upah tersebut juga pasti akan mengalami penolakan
dari karyawan, sehingga untuk biaya tenaga kerja langsung tidak dapat dilakukan
rekayasa nilai.
Biaya overhead pabrik. Pada biaya overhead pabrik dapat diketahui bahwa
biaya yang paling besar dikeluarkan adalah biaya bahan penolong, biaya
penyusutan dan biaya kemasan. Pada biaya overhead pabrik akan dilakukan
rekayasa nilai pada biaya bahan penolong dan biaya kemasan. Bahan Penolong
yang digunakan perusahaan untuk memproduksi pia apel meliputi garam, susu
skim dan gula halus. Rekayasa nilai untuk bahan penolong dilakukan pada susu
skim, karena harga susu skim yang digunakan oleh perusahaan cukup mahal
65
sehingga diperlukan alternatif penggunaan susu skim yang lain yang memiliki
harga lebih murah. Selanjutnya rekayasa nilai pada biaya kemasan, kemasan yang
digunakan oleh Home Industry Permata Agro Mandiri untuk produk pia apelnya
yaitu berupa kemasan plastik dan kardus. Biaya kemasan produk pia apel yaitu Rp
550 per kemasan yang terdiri dari harga plastik Rp 150 per kemasan dan harga
kardus Rp 400 per kemasan. Rekayasa nilai yang dilakukan pada kemasan yaitu
terletak pada penggunaan plastik, alternatif yang akan dilakukan yaitu dengan
menggunakan plastik yang lebih murah daripada plastik yang digunakan
perusahaan dikarenakan setelah dikemas plastik produk akan dikemas kembali
dengan kemasan kardus sehingga penggunaan plastik tidak perlu menggunakan
platik kemasan yang cukup mahal, sedangkan untuk biaya penyusutan sulit untuk
dilakukan rekayasa nilai dikarenakan fasilitas yang digunakan oleh perusahaan
sudah sesuai dengan kebutuhan produksi pia apel sehingga biaya penyusutan tidak
dapat dilakukan rekayasa nilai.
Komponen biaya selanjutnya adalan biaya non produksi. Biaya non
produksi terdiri dari biaya administrasi dan biaya pemasaran. Biaya administrasi
pada Home Industry Permata Agro Mandiri meliputi biaya ATK. Biaya tersebut
merupakan biaya yang sulit ditekan karena biaya administrasi adalah biaya yang
tidak pasti, sedangkan biaya pemasaran pada Home Industry Permata Agro
Mandiri meliputi biaya promosi, biaya telepon dan wifi serta biaya transportasi.
Pada biaya pemasaran yang sekiranya dapat dilakukan rekayasa nilai diantaranya
adalah biaya telepon dan wifi. Biaya telepon dan wifi dapat ditekan dengan
menghemat penggunaan pulsa telepon dan wifi. Penghematan biaya tersebut dapat
dilakukan dengan memasang alat yang bernama save limit alat tersebut
merupakan alat yang dapat menghemat biaya telepon dan wifi sebesar 30%.
Berdasarkan uraian data komponen-komponen biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan dalam produksi pia apel, maka peneliti melakukan rekayasa nilai
pada beberapa bagian. Bagian pertama adalah pada bagian biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik yang dilakukan rekayasa adalah pada biaya bahan
penolong yaitu susu skim. Rekayasa nilai yang dilakukan pada bagian bahan
penolong ini adalah dengan mengganti susu skim yang digunakan perusahaan
dengan jenis susu skim yang memiliki harga yang lebih murah dari harga susu
66
skim yang digunakan perusahaan untuk memproduksi pia apel. Susu skim yang
digunakan perusahaan dalam satu kali produksi pia apel yaitu sebanyak 0.75 kg
dengan harga susu skim yaitu sebesar Rp 85.000/kg sehingga untuk satu kali
produksi biaya susu skim yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 63.750. Harga susu
skim tersebut dirasa cukup mahal, dikarenakan terdapat susu skim yang memiliki
harga lebih murah dipasaran. Penggantian susu skim yang digunakan tidak
mempengaruhi kualitas produk sebab susu skim bukan bahan utama pembuatan
pia apel melainkan hanya bahan penolong.
Biaya overhead pabrik lain yang dilakukan rekayasa nilai adalah pada
bagian biaya kemasan. kemasan yang digunakan perusahaan untuk produk pia
apel yaitu berupa kemasan plastik dan kemasan kardus. Biaya kemasan produk pia
apel yaitu Rp 550 per kemasan yang terdiri dari harga plastik Rp 150 per kemasan
dan harga kardus Rp 400 per kemasan. Produk pia apel yang telah selesai
diproduksi kemudian dikemas menggunakan plastik setelah itu dikemas lagi
menggunakan kemasan kardus. Menurut penulis plastik yang digunakan oleh
perusahaan tersebut cukup mahal, sebaiknya plastik bisa menggunakan yang lebih
murah dengan jenis yang sama namun ketebalannya sedikit lebih tipis. Hal
tersebut tidak mempengaruhi kualitas produk pia apel sebab setelah penggunaan
plastik, pia apel tetap terlindungi dengan adanya kemasan kardus sehingga produk
pia apel akan tetap memiliki kondisi baik meskipun menggunakan plastik yang
lebih tipis.
Komponen biaya selanjutnya yang dilakukan rekayasa nilai adalah biaya
non produksi. Biaya non produksi yang dilakukan rekayasa adalah pada biaya
pemasaran yaitu biaya telepon dan wifi. Rekayasa nilai yang dilakukan pada biaya
telepon dan wifi yaitu dengan memasang alat berupa save limit. Alat tersebut
adalah alat yang dapat menstabilkan sinyal telepon sehingga pulsa yang
digunakan oleh perusahaan semakin kecil. Pemasangan save limit dapat
menghemat pengeluaran biaya telepon dan wifi perusahaan sebesar 30%.
5.5.1 Biaya Sebelum Rekayasa Nilai
Sebelum dilakukan rekayasa nilai dilakukan evaluasi terlebih dahulu
terhadap komponen biaya yang telah dikeluarkan Home Industry Permata Agro
67
Mandiri untuk memproduksi pia apel. Biaya-biaya tersebut disajikan pada tabel 11
berikut ini:
Tabel 11. Biaya Pia Apel per Kemasan Sebelum Dilakukan Rekayasa Nilai
No Jenis Biaya Jumlah (Rp)/Tahun
1 Biaya Bahan Baku 1.812
2 Biaya Tenaga Kerja 970
3 Biaya Overhead Pabrik
a Biaya Bahan Penolong 703
b Biaya Listrik 108
c Biaya Air 10
d Biaya Sampah 46
e Biaya Kemasan 550
f Biaya Penyusutan 732
Total 4.932
4 Biaya Non Produksi
a Biaya Administrasi
Biaya ATK 37
b Biaya Pemasaran
Biaya Promosi 50
Biaya Telepon dan Wifi 92
Biaya Transportasi 401
Total 580
Tota Biaya per Kemasan 5.512
(Sumber : Data diolah dari Home Industry Permata Agro Mandiri 2017)
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui biaya-biaya untuk produk pia apel.
Biaya dalam tabel tersebut merupakan biaya yang dihitung per kemasan pia apel.
Biaya untuk produk pia ape terdiri dari biaya produksi dan biaya non produksi.
Tabel diatas menunjukkan total biaya produksi untuk produk pia apel per kemasan
sebelum dilakukan rekayasa nilai adalah sebesar Rp 5.512. Hasil perhitungan
biaya tersebut dapat dijadikan sebagai perbandingan antara biaya yang sudah
dikeluarkan perusahaan dengan biaya yang telah dilakukan rekayasa nilai.
5.5.2 Komponen Biaya yang Dilakukan Rekayasa Nilai
Rekayasa nilai yang biaya yang dikeluarkan untuk produk pia apel di
Home Industry Permata Agro Mandiri yaitu akan dilakukan pada beberapa
komponen biaya antara lain:
1. Biaya Bahan Penolong
Biaya bahan penolong yang dilakukan rekayasa nilai yaitu pada
penggunaan susu skim. Rekayasa nilai yang dilakukan yaitu dengan mengganti
68
susu skim yang selama ini digunakan oleh perusahaan dengan susu skim yang
memiliki harga yang lebih murah dipasaran. Hal tersebut dilakukan untuk
menekan biaya bahan penolong yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pertimbangan
peneliti menyarankan penggantian susu skim yang digunakan berdasarkan hasil
observasi dan survey harga yang telah dilakukan. Harga susu skim yang
digunakan perusahaan yaitu memiliki harga Rp 85.000/kg, namun terdapat susu
skim yang lebih murah dengan harga Rp 60.000/kg sehingga peneliti
menyarankan penggunaan susu skim dengan harga yang lebih murah tersebut.
Meskipun harga susu skim yang disarankan tersebut memiliki harga yang lebih
murah namun kualitas susu skim relative sama jika dibandingkan dengan susu
skim yang selama ini digunakan oleh perusahaan sehingga adanya penggantian
susu skim tidak mempengaruhi kualitas pia apel yang dihasilkan. Susu skim yang
digunakan oleh perusahaan dalam satu kali produksi pia apel yaitu sebanyak 0.75
kg. Perhitungan biaya bahan penolong susu skim setelah dilakukan rekayasa nilai
adalah sebagi berikut:
Jumlah susu skim dalam satu kali produksi = 0.75 kg
Harga susu skim = Rp 60.000
Biaya susu skim = 0.75 x Rp 60.000
= Rp 45.000
Total biaya susu skim (per tahun) = (biaya susu skim x jumlah hari produksi) x 12
= (Rp 45.000 x 26) x 12
= Rp 1.170.000 x 12
= Rp 14.040.000/tahun
Total biaya bahan penolong (per tahun) = Rp 26.277.250 – Rp 14.040.000
= Rp 12.237.25/tahun
Total biaya bahan penolong (per kemasan) = Rp 12.237.250
37.365
= Rp 328
Berdasarkan perhitungan biaya bahan penolong susu skim diatas jika
dilakukan penggantian susu skim, maka akan terjadi penurunan biaya bahan
penolong yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya bahan penolong yang
diperoleh dari hasil rekayasa nilai untuk pia apel per kemasan adalah Rp 328.
69
Adanya penurunan biaya tersebut maka akan menghemat biaya untuk produksi pia
apel.
2. Biaya Kemasan
Biaya kemasan yang dikeluarkan oleh Home Industry Permata Agro
Mandiri untuk produk pia apel terdiri dari kemasan plastik dan kemasan kardus.
Total biaya kemasan produk pia apel yaitu Rp 550 per kemasan yang meliputi
harga plastik Rp 150 dan harga kardus Rp 400. Rekayasa nilai yang dilakukan
pada biaya kemasan yaitu dengan menggunakan jenis kemasan plastik yang sama
yaitu plastik polypropylene namun mengganti ketebalan kemasan plastik yang
digunakan perusahaan dengan kemasan plastik yang sedikit lebih tipis sehingga
harga kemasan lebih murah. Kemasan plastik yang digunakan perusahaan
memiliki ketebalan 0.08 mm dengan harga RP 150, sedangkan kemasan plastik
yang digunakan untuk rekayasa nilai memiliki ketebalan 0.05 mm dengan harga
Rp 100. Hal tersebut dilakukan karena produk pia apel setelah dikemas dengan
plastik akan dikemas kembali dengan kemasan kardus, sehingga jika plastik
diganti dengan ketebalan yang sedikit lebih tipis maka tidak akan mempengaruhi
kondisi produk pia apel yang akan dijual. Rekayasa nilai dilakukan dengan
mengganti kemasan plastik yang semula harga Rp 150 menjadi menggunakan
kemasan plastik dengan harga Rp 100. Perhitungan biaya kemasan setelah
dilakukan rekayasa nilai adalah sebagi berikut:
Harga kemasan plastik = Rp 100/kemasan
Harga kemasan kardus = Rp 400/kemasan
Total Produksi = 37.365
Total biaya kemasan plastik (per tahun) = Rp 100 x 37.365
= Rp 3.736.500/tahun
Total biaya kemasan kardus (per tahun) = Rp 400 x 37.365
= Rp 14.946.000/tahun
Total biaya kemasan setelah rekayasa nilai = biaya plastik + biaya kardus
(per tahun) = Rp 3.736.500 + Rp 14.946.000
= Rp 18.682.500/tahun
Total biaya kemasan setelah rekayasa nilai = Rp 18.682.500
(per kemasan) 37.365
= Rp 500/kemasan
70
Berdasarkan perhitungan rekasaya nilai biaya kemasan diatas dapat
diketahui jika kemasan plastik dengan harga Rp 150 diganti dengan kemasan
plastik Rp 100 maka akan terjadi penurunan biaya kemasan yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya kemasan yang diperoleh dari hasil rekayasa
nilai untuk pia apel per kemasan adalah Rp 500. Perhitungan tersebut dapat
menghemat biaya kemasan per kemasan pia apel sebesar Rp 50 dari biaya
kemasan sebelum dilakukan rekayasa nilai.
3. Biaya Telepon dan Wifi
Rekayasa nilai pada biaya telepon dan wifi dapat dilakukan dengan cara
memasang alat save limit. Alat tersebut merupakan alat yang dapat menghemat
biaya telepon dan wifi. Cara kerja alat tersebut yaitu menstabilkan dan memfilter
sinyal telepon yang masuk dan keluar dari pesawat telepon. Sinyal telepon yang
tidak stabil akan menyebabkan pemborosan terhadap pulsa telepon. Frekuensi
standar dari TELKOM + 16 Khz, tetapi setelah sampai ke rumah customer,
frekuensi naik menjadi + 18 Khz – 20 Khz. Pada saat frekuensi 16 Khz, satu pulsa
bisa digunakan bicara selama + 3 menit, tetapi disaat frekuensi naik, satu pulsa
hanya dapat digunakan bicara 1-2 menit. Salah satu fungsi save limit adalah
menstabilkan frekuensi telepon dengan cara menurunkan frekuensi dari + 18-20
Khz menjadi + 16 Khz. Jadi dengan penggunaan alat ini frekuensi akan relative
stabil sehingga secara otomatis akan membuat komunikasi di telepon dan koneksi
internet menjadi lebih lancar. Berdasarkan keterangan yang terdapat pada produk
pemasangan alat save limit pada telepon tersebut dapat menghemat pulsa hingga
30% setiap bulannya. Pemasangan alat save limit tersebut akan menambah nilai
biaya penyusutan yang akan dikeluarkan perusahaan dikarenakan adanya
pembelian alat save limit. Harga dari alat save limit tersebut relatif murah yaitu
sebesar Rp 150.000 dengan masa pakai hingga 5 tahun sehingga biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan dengan pemasangan alat tersebut juga tidak terlalu
besar dan masih dapat dijangkau oleh perusahaan. Perhitungan biaya telepon dan
wifi setelah dilakukan rekayasa nilai adalah sebagi berikut:
a. Total Biaya Telepon dan wifi = Rp 3.444.000/tahun
b. Persentase biaya yang dapat dihemat alat save limit = 30%
71
c. Biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan alat save limit
Biaya penyusutan pembelian alat save limit
Harga Save Limit = Rp 150.000
Nilai Sisa = Rp 35.000
Masa Pakai = 5 tahun
Biaya Penyusutan alat save limit = Harga Beli – Nilai Sisa
Umur Ekonomis
= Rp 150.000 – Rp 35.000
5
= Rp 23.000/tahun
d. Biaya Penyusutan Produksi Pia Apel Tahun 2016 sebelum rekayasa nilai
= Rp 27.367.833/tahun
e. Total Biaya Penyusutan Produksi Pia Apel Tahun 2016 setelah rekayasa nilai
= Biaya penyusutan sebelum rekayasa nilai + biaya penyusutan alat save limit
= Rp 27.367.833 + Rp 23.000
= Rp 27.390.833/tahun
f. Total Biaya Penyusutan Produksi Pia Apel Per Kemasan Tahun 2016 setelah
rekayasa nilai
= Biaya Penyusutan Setelah Rekayasa Nilai
Total Produksi
= Rp 27.390.833
37.365
= Rp 733/kemasan
g. Biaya Telepon dan Wifi Setelah Adanya Penambahan Biaya Penyusutan Alat
Save Limit
= Biaya telepon dan wifi + Biaya penyusutan alat save limit
= Rp 3.444.000 + Rp 23.000
= Rp 3.467.000/tahun
h. Persentase biaya penyusutan save limit pada biaya telepon dan wifi
= Biaya penyusutan alat save limit x 100%
(Biaya telepon dan wifi + Biaya penyusutan alat save limit)
= Rp 23.000 x 100%
Rp 3.467.000
= 0.66%
72
i. Persentase biaya yang dapat dihemat setelah adanya pemasangan alat save limit
adalah :
= persentase biaya yang dapat dihemat alat save limit – persentase biaya
penyusutan alat save limit
= 30% - 0.66%
= 29.34%
j. Biaya yang dapat dihemat setelah adanya pemasangan alat save limit
= Rp 3.444.000 x 29.34%
= Rp 1.010.470/tahun
k. Total biaya telepon dan wifi setelah rekayasa nilai (per tahun)
= Rp 3.444.000 – Rp 1.010.470
= Rp 2.433.530/tahun
l. Total biaya telepon dan wifi setelah rekayasa nilai (per kemasan)
= Rp 2.433.530
37.365
= Rp 65/kemasan
Berdasarkan perhitungan rekayasa nilai biaya telepon dan wifi diatas dapat
diketahui bahwa jika melakukan penekanan biaya telepon dan wifi dengan
memasang alat save limit pada pesawat telepon yang digunakan maka akan
menghemat biaya telepon dan wifi sebesar 29.34% dengan nilai Rp 1.010.470 per
tahun. Biaya telepon dan wifi yang diperoleh setelah dilakukan rekayasa nilai
yaitu sebesar Rp 2.433.530 per tahun dan Rp 65 per kemasan. Sedangkan biaya
penyusutan yang harus dikeluarkan perusahaan dengan adanya pembelian alat
save limit yaitu sebesar Rp 27.390.833 per tahun atau sebesar Rp 733 per
kemasan.
5.5.3 Biaya Per Kemasan Pia Apel Setelah Rekayasa Nilai
Rekayasa nilai yang dilakukan pada beberapa komponen biaya dalam
produksi pia apel membuat jumlah biaya yang dikeluarkan menjadi berkurang.
Rekayasa nilai dilakukan pada biaya overhead pabrik yaitu biaya bahan penolong,
biaya kemasan serta biaya administrasi pada biaya pemasaran yaitu biaya telepon
dan wifi. Berdasarkan rekayasa nilai yang telah dilakukan pada beberapa
komponen biaya tersebut, maka jumlah biaya dalam produksi pia apel adalah
sebagai berikut:
73
Tabel 12. Biaya Pia Apel Per Kemasan Setelah Dilakukan Rekayasa Nilai
No Jenis Biaya Jumlah (Rp)/Tahun
1 Biaya Bahan Baku 1.812
2 Biaya Tenaga Kerja 970
3 Biaya Overhead Pabrik
a Biaya Bahan Penolong 328
b Biaya Listrik 108
c Biaya Air 10
d Biaya Sampah 46
e Biaya Kemasan 500
f Biaya Penyusutan 733
Total 4.507
4 Biaya Non Produksi
a Biaya Administrasi
Biaya ATK 37
b Biaya Pemasaran
Biaya Promosi 50
Biaya Telepon dan Wifi 65
Biaya Transportasi 401
Total 553
Tota Biaya per Kemasan 5.060
(Sumber : Data diolah dari Home Industry Permata Agro Mandiri 2017)
Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa hasil rekayasa nilai pada
biaya bahan penolong per kemasan adalah sebesar Rp 328, biaya kemasan per
kemasan adalah sebesar Rp 500 dan biaya telepon dan wifi yaitu sebesar Rp 65.
Rekayasa nilai yang dilakukan pada biaya telepon dan wifi akan menambah biaya
penyusutan sebesar Rp 1 per kemasan dikarenakan terdapat biaya penyusutan
akibat pembelian alat save limit, sehingga biaya penyusutan setelah dilakukan
rekayasa nilai yaitu sebesar Rp 733 per kemasan. Biaya produksi untuk produk pia
apel setelah dilakukan penekanan biaya memperoleh hasil sebesar Rp 5.060 per
kemasan. Biaya produk pia apel yang semakin rendah tersebut dapat
meningkatkan laba perusahaan sehingga laba yang diterima semakin besar.
Apabila laba yang diperoleh perusahaan semakin besar maka laba yang diinginkan
perusahaan akan tercapai.
5.5.4 Perbandingan Biaya Setelah Rekayasa Nilai
Berdasarkan perhitungan rekayasa nilai yang telah dilakukan maka
langkah selanjutnya yaitu membandingkan biaya yang telah dikeluarkan
perusahaan dengan biaya yang telah dilakukan rekayasa nilai. Perbandingan biaya
74
tersebut dilakukan untuk mengetahui perbedaan biaya yang dikeluarkan
perusahaan setelah adanya rekayasa nilai dan untuk melihat dampak yang terjadi
pada laba perusahaan setelah dilakukannya penekanan biaya melalui rekayasa
nilai. Perbandingan biaya tradisional dan biaya setelah dilakukan rekayasa nilai
per kemasan pia apel adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Perbandingan Biaya Tradisional dengan Biaya Setelah Dilakukan
Rekayasa Nilai Per Kemasan
No Jenis Biaya Biaya Tradisional Biaya Setelah
Rekayasa Nilai
1 Biaya Bahan Baku 1.812 1.812
2 Biaya Tenaga Kerja 970 970
3 Biaya Overhead Pabrik
a Biaya Bahan Penolong 703 328
b Biaya Listrik 108 108
c Biaya Air 10 10
d Biaya Sampah 46 46
e Biaya Kemasan 550 500
f Biaya Penyusutan 732 733
Total 4.932 4.507
4 Biaya Non Produksi
a Biaya Administrasi
Biaya ATK 37 37
b Biaya Pemasaran
Biaya Promosi 50 50
Biaya Telepon dan Wifi 92 65
Biaya Transportasi 401 401
Total 580 553
Tota Biaya per Kemasan 5.512 5.060
(Sumber : Data diolah dari Home Industry Permata Agro Mandiri 2017)
Berdasarkan tabel 13 terdapat perbedaan antara biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk memproduksi pia apel dengan metode tradisional dan biaya
yang telah dilakukan rekayasa nilai. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan
melakukan rekayasa nilai dapat menurunkan biaya sebesar Rp 453 dari biaya
sebelumnya. Biaya produksi yang telah dikeluarkan Home Industry Permata Agro
Mandiri untuk produk pia apel adalah sebesar Rp 5.512 per kemasan. Biaya
produksi untuk produk pia apel setelah dilakukan rekayasa nilai dengan
penekanan biaya pada biaya bahan penolong, biaya kemasan serta biaya telepon
dan wifi adalah sebesar Rp 5.060. Hasil perhitungan tersebut digunakan untuk
menghitung margin laba yang diperoleh oleh Home Industry Permata Agro
75
Mandiri setelah adanya rekayasa nilai pada beberapa komponen biaya. Margin
laba dihitung berdasarkan harga jual per kemasan produk pia apel. Harga dari pia
apel per kemasan adalah Rp 6.500.
Berdasarkan perhitungan margin laba yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa dengan melakukan rekayasa nilai dapat menurunkan biaya produksi pia
apel hingga mencapai Rp 5.060. Biaya tersebut dapat menghasilkan laba pia apel
sebesar Rp 1.440. Laba yang dihasilkan memiliki nilai 22.1%. Nilai tersebut lebih
besar dibandingkan laba yang selama ini diterima oleh perusahaan yaitu sebesar
15.1%. Margin laba tersebut juga telah melebihi target profit yang diinginkan
perusahaan yaitu sebesar 20%, sehingga dengan melakukan rekayasa nilai
perusahaan akan mencapai target laba yang diharapkan atau bahkan melebihi
target laba yang diinginkan tersebut. Langkah selanjutnya yaitu melakukan
perbandingan biaya untuk mengetahui dampak biaya secara keseluruhan setelah
dilakukannya rekayasa nilai. Berikut ini perbandingan biaya keseluruhan produk
pia apel dengan biaya keseluruhan setelah dilakukan rekayasa nilai:
Tabel 14. Perbandingan Biaya Tradisional Keseluruhan dengan Biaya Setelah
Dilakukan Rekayasa Nilai Per Kemasan
No Jenis Biaya Biaya Tradisional Biaya Setelah
Rekayasa Nilai
1 Biaya Bahan Baku 67.711.404 67.711.404
2 Biaya Tenaga Kerja 36.249.467 36.249.467
3 Biaya Overhead Pabrik
a Biaya Bahan Penolong 26.277.250 12.237.250
b Biaya Listrik 4.018.000 4.018.000
c Biaya Air 390.320 390.320
d Biaya Sampah 1.722.000 1.722.000
e Biaya Kemasan 20.550.750 18.682.500
f Biaya Penyusutan 27.367.833 27.390.833
Total 184.287.024 168.401.774
4 Biaya Non Produksi
a Biaya Administrasi
Biaya ATK 1.389.000 1.389.000
b Biaya Pemasaran
Biaya Promosi 1.860.000 1.860.000
Biaya Telepon dan Wifi 3.444.000 2.433.530
Biaya Transportasi 14.994.000 14.994.000
Total 21.687.000 20.676.530
Tota Biaya Per Tahun 205.974.024 189.078.304
(Sumber : Data diolah dari Home Industry Permata Agro Mandiri 2017)
76
Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui hasil rekayasa nilai pada biaya bahan
penolong susu susu skim adalah sebesar Rp 12.237.250 per tahun, biaya kemasan
adalah sebesar Rp 18.682.500 per tahun dan biaya telepon dan wifi yaitu sebesar
Rp 2.433.530 per tahun. Sedangkan biaya penyusutan yang harus dikeluarkan
untuk pembelian alat save limit setelah adanya rekayasa nilai yaitu sebesar Rp
27.390.833 per tahun. Biaya produksi untuk produk pia apel setelah dilakukan
penekanan biaya memperoleh hasil sebesar Rp 189.078.304 per tahun. Selisih
biaya yang dikeluarkan antara perhitungan metode tradisional dan metode target
costing adalah sebesar Rp 16.895.720 per tahun. Perhitungan rekayasa nilai
tersebut dapat meningkatkan laba perusahaan, dengan adanya rekayasa nilai maka
margin laba yang diperoleh perusahaan mengalami peningkatan yaitu dari 15.1%
menjadi 22.1%. Jika perusahaan melakukan rekayasa nilai maka margin laba yang
akan diterima perusahaan dapat melebihi laba yang diinginkan perusahaan yaitu
20%. Perusahaan dapat mempertimbangkan penggunaan rekayasa nilai untuk
menekan biaya produk pia apel sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan.
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan perhitungan mengenai analisis
efisiensi biaya produksi dengan pendekatan target costing pada produk pia apel
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Biaya yang dikeluarkan oleh Home Industry Permata Agro Mandiri untuk
produk pia apel terdiri dari biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya
produksi meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik, sedangkan biaya non produksi meliputi biaya
administrasi dan biaya pemasaran. Pada tahun 2016 biaya bahan baku
langsung pia apel yang dikeluakan yaitu sebesar Rp 67.711.404 per tahun dan
Rp 1.812 per kemasan , biaya tenaga kerja langsung pia apel sebesar Rp
36.249.467 per tahun dan Rp 970 per kemasan, biaya overhead pabrik yaitu
sebesar Rp 80.326.153 per tahun dan Rp 2.134 per kemasan serta biaya non
produksi yaitu sebesar Rp 21.687.000 per tahun dan Rp 580 per kemasan.
Total biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi pia apel dengan
menggunakan metode tradisional adalah Rp 205.974.024 per tahun dan
sebesar Rp 5.512 per kemasan. Total biaya yang dikeluarkan tersebut belum
efisien, dikarenakan target laba yang diinginkan perusahaan belum tercapai.
Total biaya yang dihasilkan dari perhitungan metode tradisional hanya
menghasilkan laba sebesar 15.1%, sedangkan target laba yang diinginkan
perusahaan adalah sebesar 20%.
2. Analisis biaya menggunakan target costing diperoleh biaya target untuk
memproduksi pia apel pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 194.230.400 per
tahun dan sebesar Rp 5.200 per kemasan. Biaya tersebut lebih rendah dari
biaya yang dikeluarkan perusahaan. Pada analisis biaya tersebut untuk
mencapai biaya target yang telah dihasilkan, maka perusahaan perlu
melakukan rekayasa nilai. Rekayasa nilai dilakukan untuk menekan biaya
produksi hingga mencapai biaya target. Komponen biaya yang dilakukan
rekayasa nilai pada produk pia apel di Home Industry Permata Agro Mandiri
adalah biaya bahan penolong susu skim, biaya kemasan dan biaya telepon dan
wifi. Perhitungan rekayasa nilai menghasilkan total biaya produksi pia apel
78
sebesar Rp 189.078.304 per tahun dan Rp 5.060 per kemasan. Persentase laba
yang dihasilkan yaitu sebesar 22.1%.
3. Berdasarkan analisis biaya menggunakan metode tradisional dan metode
target costing, didapatkan hasil bahwa penggunaan metode target costing
lebih efisien dibandingkan dengan metode tradisional. Hasil perhitungan
dengan metode tradisional menghasilkan biaya produksi sebesar Rp
205.974.024 per tahun dan 5.512 per kemasan dengan laba sebesar 15.1%
sedangkan perhitungan target costing dengan laba yang diharapkan sebesar
20% menghasilkan biaya produksi sebesar Rp 194.230.400 per tahun dan Rp
5.200 per kemasan selisih biaya tersebut yaitu sebesar Rp 11.743.624 per
tahun dan Rp 312 per kemasan. Penerapan target costing dengan melakukan
rekayasa nilai akan meningkatkan laba perusahaan mencapai 22.1%. Nilai
tersebut lebih besar dibandingkan laba yang selama ini diterima oleh
perusahaan dan telah melebihi target profit yang diinginkan perusahaan yaitu
sebesar 20%.
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis memberikan
saran kepada Home Industry Permata Agro Mandiri sebagai berikut:
1. Perusahaan sebaiknya menerapkan metode target costing dalam penentuan
biaya produksi karena dapat dijadikan sebagai acuan biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan sehingga biaya produksi lebih efisien dan target laba
yang diinginkan tercapai.
2. Perusahaan dapat menekan biaya produksi pia apel pada biaya bahan penolong
dengan mengganti susu skim yang digunakan perusahaan dengan jenis susu
skim yang memiliki harga lebih murah, efisiensi biaya kemasan dengan
mengganti kemasan plastik yang digunakan perusahaan dengan kemasan
plastik yang memiliki ketebalan yang sedikit lebih tipis, dan efisiensi biaya
telepon dan wifi dengan memasang alat berupa save limit untuk menghemat
biaya telepon dan wifi sebesar 29.34%.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengambil kajian yang sama sebaiknya
rekayasa nilai yang dilakukan fokus pada komponen biaya yang memiliki nilai
79
tinggi dan sebaiknya setelah dilakukan rekayasa nilai dapat dilakukan uji
kualitas kembali terhadap produk untuk memastikan pengaruh rekayasa nilai
terhadap kualitas produk.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kamaruddin. 2013. Akuntansi Manajemen: Dasar-dasar Konsep Biaya
dan Pengambil Keputusan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Arifin, Johar. 2007. Aplikasi Excel Untuk Perencanaan Bisnis. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Daerah Kota Batu 2016. Kota Batu: Badan
Pusat Statistik Kota Batu.
Blocher, Edward J., Chen, Kung H. dan Lin, Thomas W. 2000. Manajemen Biaya.
Jakarta: Salemba Empat.
Dewi, Sofia Prima dan Kristanto, Septian Bayu. 2013. Akuntansi Biaya. Jakarta:
In Media.
Dunia, Firdaus Ahmad dan Abdullah, Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Garrison, Ray H., Noreen dan Brewer. 2006. Akuntansi Manajerial. Jakarta:
Salemba Empat.
Gaspersz, Vincent. 2006. Continuous Cost Reduction Through Lean-Sigma
Approach. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gobel, Meryanti. 2013. Analisis Efisiensi Biaya Operasional Melalui Pengelolaan
Tunjangan Makan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pada Perusahaan
Jasa Outsorcing. Manado: Jurnal EMBA 1 (4) Hal. 1868-1878.
Hansen dan Mowen. 2000. Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2008. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 September
2007. Jakarta: Salemba Empat.
Istiqomah. 2010. Matematika SD. Jakarta: Kawan Pustaka.
Koraag, Jeriko Falentino dan Ilat, Ventje. 2016. Analisis Cost Volume Profit
Untuk Perencanaan Laba Pada Pabrik Tahu “Ibu Siti”. Manado: Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi 16 (3) Hal. 803-812.
Kumalasari, Henditia Wahyu. 2015. Penerapan Sistem Target Costing Dalam
Upaya Pengurangan Biaya Produksi Untuk Peningkatan Laba Usaha: Studi
Kasus Usaha Dagang Tiga Putra di Kota Mojokerto. Surabaya: Skripsi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel.
Kuswadi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan
dan Akuntansi Biaya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Lasena, Sitty Rahmi. 2013. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Pada PT.
Dimembe Nyiur Agripro. Manado: Jurnal EMBA 1 (3) Hal. 585-592.
Malue, Jurgen. 2013. Analisis Penerapan Target Costing Sebagai Sistem
Pengendalian Biaya Produksi Pada PT Celebes Mina Pratama. Manado:
Jurnal EMBA 1 (3) Hal. 949-957.
81
Oktaviani, Audisty. 2015. Analisis Efisiensi Biaya Produksi Dengan Pendekatan
Target Costing Pada Produk Ekspor Singkong Beku (Studi Kasus: CV.
Iswara Sentosa, Asrikaton, Pakis, Kota Malang Jawa Timur. Malang: Skripsi
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Retno, Dyah dan Hastuti, Hermy Dyah. 2002. Penerapan Studi Rekayasa Nilai
Pada Perencanaan Struktur Atap Gedung Serba Guna Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang: Jurnal Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Malang Optimum 3 (2) Hal 121-130.
Riwayadi. 2014. Akuntansi Biaya: Pendekatan Tradisional dan Kontemporer.
Jakarta: Salemba Empat.
Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen, Informasi untuk Pengambilan Keputusan
Manajemen. Jakarta: Grasindo.
Sagita, Didin. 2016. Analisis Efisiensi Biaya Dengan Pendekatan Target Costing
(Studi Kasus di UMKM Gudange Tahu Takwa, Jalan Pamenang Dusun
Besuk Desa Toyoresmi, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa
Timur). Malang: Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Satriani, Saparida., Marheni dan Miranda. 2015. Analisis Cost Volume Profit
Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada CV. Mentari Dempo
Indah Pangkalpinang: Studi Kasus Pada CV. Mentari Dempo Indah,
Pangkalpinang. Pangkalpinang: Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis dan
Keuangan 3 (2)
Sirait, Justine T. 2006. Anggaran Sebagai Alat Bantu Bagi Manajemen. Jakarta:
PT Grasindo.
Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.
Supriyono. 2002. Akuntansi Manajemen, Proses Pengendalian Manajemen.
Yogyakarta: STIE YKPN.
Surahman, Diki Nanang. 2007. Agroindustri Sebagai Langkah Nyata Dalam
Peningkatan dan Percepatan Ekonomi Masyarakat. Majalah Inovasi Edisi 05.
ISSN: 1907-1655 hal 20-21.
Suryani, Ani dkk. 2006. Bisnis Kue Kering. Bogor: Niaga Swadaya.
Tulsian, Monica. 2014. Profitability Analisys (A Comparative studi of Sail and
Tata Steel). IOSR Journal of Economics and Finance 3 (2) Ver I Page 19-22.
Widjaja. 2006. Administrasi Kepegawaian. Bandung: Rajawali.
Widjajanta, Bambang dan Widyaningsih, Aristanti. 2007. Mengasah Kemampuan
Ekonomi. Bandung: Citra Praya.
Witjaksono, Armanto. 2013. Akuntansi Biaya. Edisi Revisi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Yulianti, Sufrida, dkk. 2006. Khasiat dan Manfaat Apel. Jakarta: Agro Media.
Top Related