ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR
EKONOMI KABUPATEN PACITAN PADA MASA SEBELUM DAN
SELAMA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
RESTU DIANI PUTRI
F 1105004
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR
EKONOMI KABUPATEN PACITAN PADA MASA SEBELUM DAN
SELAMA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Surakarta, 9 April 2009
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
Drs. Mugi Rahardjo, Dipl, MSi
NIP. 080055250
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Ekonomi Pembangunan.
Surakarta, 25 Juni 2009
Tim Penguji Skripsi Tanda Tangan
1. Drs. Guntur Riyanto, MSi Ketua ( )
NIP. 131569276
2. Drs. Mugi Rahardjo, Dipl, MSi Pembimbing ( )
NIP. 080055250
3. Drs. Supriyono, MSi Anggota ( )
NIP. 131569284
iv
MOTTO
Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali mereka merubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri
(Q. S : Ar - Ra’d 11)
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan
Jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan
Tetapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran
(James Phurber)
PERSEMBAHAN
Keikhlasan dan kesabaran untuk karya kecil
ini kupersembahkan untuk :
Papa (Alm) dan Mama tercinta yang telah
membesarkan, mendidik, menyayangiku
dan selalu mendoakan di setiap langkahku.
Kakakku dan seluruh keluarga yang selalu
mendukung.
Reza yang dengan setia memotivasi dan
menemaniku.
Teman-teman dan Almamaterku.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puja serta puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, akhirnya skripsi yang berjudul “Analisis Daya
Dukung Lahan Dan Perubahan Struktur Ekonomi Kabupaten Pacitan Pada Masa
Sebelum dan Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah” dapat diselesaikan untuk
memenuhi syarat dalam pencapaian gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi.
Namun, seiring dengan berlalunya waktu serta usaha yang tidak kenal lelah,
kendala yang muncul bisa teratasi. Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan
terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung memberikan bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis
menghaturkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Mugi Rahardjo, Dipl, MSi, selaku pembimbing yang dengan arif
dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing
dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak
langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas
Ekonomi UNS.
vi
3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, MSi selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
4. Ibu Dwi Prasetiyani, SE, MSi selaku sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
5. Bapak Drs. J.J. Sarungu, MS selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.
7. Segenap staff dan karyawan BPS Kabupaten Pacitan dan Dinas Tanaman
Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan yang dengan sabar dan ramah
membantu penulis dalam memperoleh informasi dan data-data yang
diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Orang tua, kakak dan seluruh keluarga yang senantiasa selalu mendoakan,
memberi dorongan dan bimbingan kepada penulis.
9. Teman-teman di Ekonomi Pembangunan angkatan 2005, Asti, Rovina, Kiki,
Handoko, Catur, Hasan, Wawan, Supri, Rudi, Lindung, Ogan, Adit, Prasetyo,
Mas Supriyadi, maksih atas persahabatannya yang indah selama ini.
10. Reza yang setia dan sabar menemani, memotivasi, membantu & mendengar
segala keluh kesahku.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung
maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya
penelitian ini.
vii
Penulis menyadari betul bahwa di dalam penulisan ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan, yang dikarenakan keterbatasan waktu dan pikiran.
Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan
ilmu pengetahuan. Saran serta kritik akan penulis terima, sebagai bahan evaluasi
bagi penulis.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta, 25 April 2009
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
ABSTRAK........................................................................................................ .. xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi...........................................8
B. Sumber Daya Alam..............................................................................10
C. Daya Dukung Lingkungan...................................................................11
D. Kependudukan......................................................................................15
E. Pembangunan Ekonomi Daerah...........................................................16
F. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah.................................................18
1. Teori Ekonomi Neo Klasik..............................................................18
2. Teori Basis Ekonomi........................................................................18
ix
3. Teori Lokasi.....................................................................................19
4. Teori Tempat Sentral........................................................................19
5. Teori Kausasi Kumulatif..................................................................20
6. Teori Model Daya Tarik...................................................................20
7. Teori Perubahan Struktural..............................................................20
G. Peran Pemerintah Dalam Pembangunan di Daerah.............................22
H. Tinjauan Tentang Otonomi Daerah .....................................................23
I. Penelitian Yang Relevan......................................................................25
J. Kerangka Pemikiran.............................................................................27
K. Hipotesis...............................................................................................28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................30
B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................30
C. Definisi Operasional Variabel..............................................................30
D. Metode Analisis Data ..........................................................................32
1. Analisis Daya Dukung Lahan........................................................32
2. Analisis Shift-Share Klasik............................................................33
3. Analisis Location Quotients...........................................................36
4. Model Rasio Pertumbuhan (MRP).................................................37
5. Analisis Overlay.............................................................................39
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Lingkungan Abiotik......................………...……..…...…….…...41
a. Keadaan Geografis....................................................................41
x
b. Bentuk Wilayah/Topografi........................................................42
c. Iklim dan Suhu Udara...............................................................42
d. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan.......................................43
2. Lingkungan Biotik.........................................................................44
a. Flora di Sawah, Tegal dan Pekarangan......................................44
b. Fauna..........................................................................................45
3. Lingkungan Sosial Budaya............................................................46
a. Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja.......................................46
b. Pendidikan dan Kesehatan.........................................................49
c. Industri.......................................................................................52
d. Profil Pertumbuhan Ekonomi Daerah........................................52
1) Pertumbuhan Ekonomi..........................................................52
2) Pertumbuhan PDRB Per Kapita dan Sektoral........................54
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Daya Dukung Lahan…............................................……59
a. Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah.....................................60
b. Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah.......................................65
c. Pembahasan Ekonomi................................................................72
2. Analisis Shift-Share Klasik………………....................................73
a. Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah……………………….73
b. Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah.......................................75
c. Pembahasan Ekonomi................................................................78
3. Analisis Location Quotients………………………………...........79
a. Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah…………………….....79
xi
b. Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah.......................................81
c. Pembahasan Ekonomi................................................................82
4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)……………………..84
a. Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah……………………….85
b. Selama Pelaksanan Otonomi Daerah.........................................87
5. Analisis Overlay………………………………………….…........89
a. Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah……………………….90
b. Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah.......................................92
c. Pembahasan Ekonomi................................................................94
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..........................................................................................96
1. Analisis Daya Dukung Lahan………..............................................96
2. Analisis Shift-Share Klasik..............................................................96
3. Analisis Location Quotients.............................................................96
4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)……………………….97
5. Analisis Overlay...............................................................................97
B. Saran..................................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 : Distribusi Penggunaan Lahan di Kabupaten Pacitan Tahun
2007 ......................................................................................... 44
Tabel 4.2 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan
Penduduk, dan Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten
Pacitan Tahun 1997-2007 ......................................................... 46
Tabel 4.3 : Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kecamatan di Kabupaten Pacitan Tahun 2007 ............ 48
Tabel 4.4 : Banyaknya Penduduk Umur 10 Tahun Ke atas Menurut
Lapangan Usaha di Kabupaten Pacitan Tahun 2007 .................. 49
Tabel 4.5 : Jumlah Sekolah, Jumlah Murid dan Jumlah Guru Menurut
Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pacitan Tahun
2007………………………………………………………... 50
Tabel 4.6 : Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan Yang
Ditamatkan di Kabupaten Pacitan Tahun
2007……………………………........................................... 51
Tabel 4.7 : PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993 di Kabupaten
Pacitan Tahun 1997-2000...................................................... 53
Tabel 4.8 : PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di
Kabupaten Pacitan Tahun 2001-2007 ....................................... 53
Tabel 4.9 : PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 1993 di
Kabupaten Pacitan Tahun 1997-2000........................................ 54
xiii
Tabel 4.10 : PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
di Kabupaten Pacitan Tahun 2001-2007.................................... 54
Tabel 4.11 : Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan
1993 Kabupaten Pacitan Tahun 1997-2000 ............................... 55
Tabel 4.12 : Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kabupaten Pacitan Tahun 2001-2007........................................ 56
Tabel 4.13 : PDRB Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga
Konstan Tahun 1993 dan Pertumbuhan Rerata Pertahun di
Kabupaten Pacitan Tahun 1997 - 2000...................................... 57
Tabel 4.14 : PDRB Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga
Constan Tahun 2000 dan Pertumbuhan Rerata Pertahun di
Kabupaten Pacitan Tahun 2001-20007………………….. ......... 58
Tabel 4.15 : Hasil Perhitungan Shift Share Klasik PDRB Kabupaten
Pacitan Atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun 1997-2000....... 73
Tabel 4.16 : Hasil Perhitungan Shift Share Klasik PDRB Kabupaten
Pacitan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2001-2007....... 76
Tabel 4.17 : Hasil Analisis Location Quotient PDRB Kabupaten Pacitan
Atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun 1997-2000................... 80
Tabel 4.18 : Hasil Analisis Location Quotient PDRB Kabupaten Pacitan
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2000-2007................... 82
Tabel 4.19 : Hasil Perhitungan Analisis Model Rasio Pertumbuhan
(MRP) Berdasarkan PDRB Kabupaten Pacitan Atas dasar
Harga Konstan 1993 Tahun 1997-2000……………………. ..... 85
xiv
Tabel 4.20 : Hasil Perhitungan Analisis Model Rasio Pertumbuhan
(MRP) Berdasarkan PDRB Kabupaten Pacitan Atas dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2001-2007……………………. ..... 87
Tabel 4.21 : Deskripsi Kegiatan Ekonomi Kabupaten Pacitan Tahun
1997-2000 ................................................................................ 90
Tabel 4.22 : Deskripsi Kegiatan Ekonomi Kabupaten Pacitan Tahun
2000-2007 ................................................................................ 92
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 : Kerangka Pikiran ...................................................................... 28
Gambar 4.1 : Lingkaran Setan Kemiskinan .................................................... 71
xvi
ABSTRAK
ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN PACITAN PADA MASA SEBELUM DAN
SELAMA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
RESTU DIANI PUTRIF 1105004
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi daya dukung lahan, pergeseran struktur ekonomi, mengetahui sektor basis dan sektor unggulan baik pada masa sebelum maupun selama pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Pacitan guna dijadikan acuan dasar dalam pembuatan perencanaan pembangunan yang nantinya akan diterapakan dalam suatu kebijakan pembangunan dan selanjutnya ditindaklanjuti dengan pelaksanaan program-program pembangunan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder meliputi data input output hasil pertanian dan data PDRB Kabupaten Pacitan serta PDRB Propinsi Jawa Timur menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan dalam kurun waktu tahun 1997-2007. Dimana pada tahun 1997–2000 dikategorikan sebagai masa sebelum pelaksanaan otonomi daerah dan pada tahun 2001-2007 dikategorikan sebagai masa selama pelaksanaan otonomi daerah. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tekanan penduduk, analisis Shift-Share Klasik, analisis Location Quontient, analisis MRP (Model Rasio Pertumbuhan) dan analisis Overlay.
Berdasarkan hasil analisis daya dukung lahan dengan menggunakan rumusan tekanan penduduk diketahui bahwa daya dukung lahan di Kabupaten Pacitan sudah melampaui ambang batas, baik pada masa sebelum maupun selama pelaksanaan otonomi daerah Untuk analisis Shift-Share Klasik diketahui bahwa pada masa sebelum pelaksanaan otonomi daerah perkembangan PDRB Kabupaten Pacitan mengalami penurunan, dimana besarnya pengaruh pertumbuhan propinsi dan bauran industri menyebabkan penurunan PDRB Kabupaten Pacitan sedangkan pengaruh keunggulan kompetitif mempengaruhi peningkatan PDRB Kabupaten Pacitan. Sementara pada masa selama pelaksanaan otonomi daerah PDRB Kabupaten Pacitan mengalami pertumbuhan, dimana pengaruh pertumbuhan propinsi dan pengaruh keunggulan kompetitif telah mempengaruhi peningkatan PDRB Kabupaten Pacitan sedangkan pengaruh bauran industri menyebabkan penurunan PDRB Kabupaten Pacitan. Berdasarkan hasil perhitungan analisis Location Quotients pada masa sebelum pelaksanaan otonomi daerah diketahui bahwa sektor-sektor ekonomi yang merupakan sektor basis di Kabupaten Pacitan yaitu sektor Pertanian, subsektor Tanaman Bahan Makanan, subsektor Tanaman Perkebunan, subsektor Peternakan, sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Bangunan, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan sektor Jasa-Jasa. Sedangkan pada masa selama pelaksanaan otonomi daerah diketahui bahwa sektor-sektor yang merupakan sektor basis di Kabupaten Pacitan yaitu sektor Pertanian, subsektor Tanaman Bahan Makanan, subsektor Tanaman Perkebunan, subsektor Peternakan, sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Bangunan, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan sektor Jasa-Jasa. Hasil analisis MRP pada masa sebelum
xvii
pelaksanaan otonomi daerah diketahui bahwa tidak ada satupun sektor yang pertumbuhan menonjol baik di wilayah Propinsi Jawa Timur maupun Kabupaten Pacitan, sedangkan pada masa selama pelaksanaan otonomi daerah sektor yang pertumbuhannya menonjol baik di wilayah Propinsi Jawa Timur maupun Kabupaten Pacitan yaitu sektor Listrik, Gas, Air Bersih dan subsektor Perikanan. Berdasarkan hasil analisis Overlay dapat diketahui bahwa kegiatan ekonomi yang dominan dilihat dari kriteria pertumbuhan dan kontribusi di Kabupaten Pacitan pada masa sebelum pelaksanaan otonomi daerah terdapat pada sektor Pertanian. Sementara untuk kegiatan ekonomi yang dominan berdasarkan kriteria pertumbuhan maupun kontribusi pada masa selama pelaksanaan otonomi daerah yaitu sektor Bangunan, sektor Jasa-Jasa dan subsektor Tanaman Perkebunan.
Saran yang dapat diberikan kepada pemerintah daerah Kabupaten Pacitan berdasarkan hasil penelitian ini, yaitu : (1) Pemerintah daerah diharapkan memperhatikan pertumbuhan penduduk dan penyediaan lapangan kerja untuk mengatasi masalah tingginya angka tekanan penduduk yang berdampak pada penurunan daya dukung lahan; (2) Sektor ekonomi yang memiliki daya saing harus dipertahankan dan dikembangkan dengan jalan meningkatkan SDM, pengembangan teknologi dan investasi; (3) Sektor usaha yang menjadi basis harus dipertahankan serta dikembangkan sehingga merangsang sektor ekonomi non basis untuk berkembang menjadi sektor ekonomi basis; (4) Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai komoditas-komoditas dari sektor-sektor ekonomi terutama sektor basis, potensial maupun unggulan untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pacitan.
Kata Kunci : Daya Dukung Lahan, Shift-Share, Location Quotients, Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Overlay
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya
yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah, dan
sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah
tersebut (Lincolin Arsyad,1999:107).
Penyelenggaraan pembangunan daerah merupakan bagian dari
pembangunan nasional yang diupayakan untuk memacu pemerataan
pembangunan dan hasil-hasil pembangunan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat
serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal. Selain itu
pembangunan daerah juga diarahkan untuk lebih mengembangkan dan
menyerasikan laju pertumbuhan daerah, antar daerah perkotaan dan daerah
pedesaan yang disesuaikan dengan prioritas dan potensi daerah bersangkutan.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada
penekanan terhadap tekanan-tekanan kebijakan pembangunan yang didasarkan
pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endegenous development) dengan
menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya
fisik lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan inisiatif-
inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk
2
menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi (Lincolin
Arsyad, 1999:108).
Masa reformasi merupakan latar belakang dikeluarkannya Undang-
Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-Undang
No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Pembiayaan Pusat dan Daerah yang
diharapkan mampu membawa nuansa dan paradigma baru dari Undang-
Undang sebelumnya. Daerah tidak lagi sebagai komponen desentralisasi
administrasi dan otonomi birokrasi tetapi sudah diberi kewenangan untuk
mengatur rumah tangganya sendiri, dimana Undang-Undang ini mampu
memberikan warna yang jelas dan menekankan kepada prinsip-prinsip
demokrasi, peran-peran masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta
memperlihatkan potensi keanekaragaman daerah (Suyatno, 2000:145).
Perkembangan keadaan ketatanegaraan dan tuntutan
penyelenggaraan otonomi daerah menyebabkan Undang-Undang No. 22
Tahun 1999 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 diganti dengan Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Isi dari Undang-Undang yang baru tersebut telah mengisyaratkan
adanya pelimpahan wewenang yang semakin besar dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah sehingga setiap daerah dituntut untuk lebih
mandiri dalam pelaksanaan pembangunan di daerah. Setiap daerah juga harus
dapat cermat dalam mendayagunakan potensi daerah setempat baik meliputi
sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi dan kelembagaan supaya
3
lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka meningkatkan pendapatan
daerah.
Disisi lain permintaan akan sumberdaya alam khususnya tanah
meningkat pesat seiring dengan jumlah penduduk yang besar dan tingkat
pertumbuhan yang tinggi. Permintaan tanah tersebut disamping untuk lahan
pertanian juga untuk fasilitas lainnya, sehingga menyebabkan luas lahan
pertanian cenderung makin sempit dan berdampak pada tingginya tekanan
penduduk terhadap lahan atau dengan kata lain kebutuhan akan lahan garapan
terus bertambah tetapi karena luas lahan terbatas sehingga kemampuan suatu
lahan untuk mendukung kehidupan, yaitu yang disebut dayadukung
lingkungan terbatas pula (Otto Soemarwoto, 1991:185).
Kebutuhan lahan untuk sektor pertanian di Kabupaten Pacitan
memiliki arti penting dalam mendukung kehidupan masyarakat, baik sebagai
penyangga kebutuhan pangan maupun dilihat dari segi kebutuhan dibidang
ekonomi, hal ini karena sebagian besar penduduk di wilayah tersebut sumber
mata pencaharian utamanya adalah di sektor pertanian. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan pada tahun 2007 jumlah penduduk
yang bekerja disektor pertanian mencapai 69,82 persen. Begitu pula dari segi
pembentukan PDRB Kabupaten Pacitan tahun 2007 menurut harga konstan,
sektor pertanian merupakan sektor yang memberi kontribusi paling dominan
dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi lainnya yaitu sebesar 40,48
persen disusul kemudian oleh sektor Jasa-Jasa sebesar 17,24 persen, sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 10,52 persen dan diikuti oleh sektor-
sektor lainnya.
4
Ketersediaan lahan yang jumlahnya relatif tetap tidak mampu lagi
untuk memenuhi kebutuhan penduduk dalam jumlah besar, maka
dikhawatirkan akan muncul berbagai macam reaksi, antara lain: penduduk
membuka hutan untuk ditanami tanaman musiman guna memenuhi kebutuhan
hidupnya, menanami daerah rawan erosi yaitu areal lahan dengan kelerengan
tinggi, menggunakan areal-areal yang kurang subur dan semakin tingginya
tingkat urbanisasi ke daerah perkotaan (Mugi Rahardjo dalam Faizal Reza
Salahhudin, 2005:8).
Keterbatasan sumberdaya alam perlu dicari pemecahan yang cukup
serius di samping pembentukan industri dan sektor-sektor yang mendukung
pada daerah tersebut. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah
Kabupaten Pacitan. Bertambahnya jumlah penduduk berarti membutuhkan
sumber daya alam yang lain (hutan, air, udara, energi) dalam jumlah yang
meningkat dan menghadapkan pada masalah penyusutan ketersediaan
sumberdaya alam serta masalah degradasi lingkungan. Pemerintah daerah
diharapkan mampu untuk mempersiapkan perpindahan konsentrasi sektor
yakni dari sektor pertanian ke sektor lainnya yang lebih produktif dan
tentunya perpindahan konsentrasi sektor tersebut dilakukan melalui proses
pembangunan.
Proses pembangunan ekonomi dalam jangka panjang biasanya
disusul kemudian oleh suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi.
Perubahan struktur ekonomi suatu wilayah akan berlangsung setelah melewati
suatu proses pembangunan dan modernisasi ekonomi cukup lama, sektor-
sektor sekunder seperti industri manufaktur dan bangunan serta sektor tersier
5
seperti sektor jasa-jasa dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
menjadi lebih penting dari pada sektor-sektor primer. Terjadinya perubahan
struktur ekonomi dapat ditinjau dari sisi permintaan dan penawaran.
Berdasarkan segi permintaan perubahan struktur ekonomi terjadi terutama di
dorong oleh peningkatan pendapatan masyarakat yang terefleksi dalam
perubahan pola konsumsinya, sedangkan dari segi penawaran faktor-faktor
pendorong utama adalah perubahan teknologi, peningkatan sumberdaya
manusia (SDM), dan penemuan material-material baru untuk produksi
sehingga memungkinkan untuk melakukan inovasi (Tulus Tambunan,
2001:38).
Pembangunan ekonomi Kabupaten Pacitan dalam upaya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi harus diikuti oleh pemerataan
pendapatan per kapita serta perluasan lapangan kerja. Pertumbuhan ekonomi
yang tidak disertai oleh pemerataan pendapatan dan perluasan lapangan kerja
maka tidak akan ada artinya bagi masyarakat luas. Untuk itu pemerintah
daerah harus menggali potensi - potensi daerah agar dapat digunakan untuk
mengembangkan daerahnya.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan menganalisis
mengenai masalah daya dukung lahan dan perubahan struktur ekonomi di
Kabupaten Pacitan sehingga dapat dimanfaatkan untuk perencanaan
pembangunan di wilayah tersebut. Penelitian ini berjudul “Analisis Daya
Dukung Lahan Dan Perubahan Struktur Ekonomi Kabupaten Pacitan
Pada Masa Sebelum dan Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah.”
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana daya dukung lahan di Kabupaten Pacitan, baik pada masa
sebelum maupun selama pelaksanaan otonomi daerah ?
2. Bagaimana pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Pacitan, baik pada
masa sebelum maupun selama pelaksanaan otonomi daerah ?
3. Sektor perekonomian manakah yang menjadi sektor basis di Kabupaten
Pacitan, baik pada masa sebelum maupun selama pelaksanaan otonomi
daerah ?
4. Sektor perekonomian manakah yang menjadi sektor unggulan di
Kabupaten Pacitan, baik pada masa sebelum maupun selama pelaksanaan
otonomi daerah ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan perumusan
masalah maka tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui daya dukung lahan di Kabupaten Pacitan, baik pada masa
sebelum maupun selama pelaksanaan otonomi daerah.
2. Mengetahui pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Pacitan, baik pada
masa sebelum maupun selama pelaksanaan otonomi daerah.
3. Mengetahui sektor perekonomian yang menjadi sektor basis di Kabupaten
Pacitan, baik pada masa sebelum maupun selama pelaksanaan otonomi
daerah.
7
4. Mengetahui sektor perekonomian yang menjadi sektor unggulan di
Kabupaten Pacitan, baik pada masa sebelum maupun selama pelaksanaan
otonomi daerah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini, adalah
sebagai berikut :
1. Kegunaan Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan
pertimbangan bagi pemerintah daerah Kabupaten Pacitan dalam
menyusun perencanaan dan kebijakan-kebijakan pembangunan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi masyarakat
umum maupun investor dalam memilih dan menjalankan peluang
usaha di Kabupaten Pacitan.
c. Sebagai kontribusi, masukan pada instansi terkait guna menentukan
strategi dalam pengelolaan daya dukung lahan.
2. Kegunaan IPTEK
Memperkaya wawasan dan kontribusi kepustakaan serta perbandingan
bagi penelitian lain yang serupa atau berhubungan, sebagai referensi
terutama di bidang ekonomi dan bidang pengetahuan ilmu lingkungan
yang dapat dipergunakan bagi mahasiswa untuk mempercepat proses
belajar mengajar.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah kegiatan yang dilakukan suatu negara
untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup
masyarakatnya. Definisi umum pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu
proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu
negara dalam jangka panjang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.
Berdasarkan definisi di atas jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai
pengertian (Lincolin Arsyad, 1999:6):
1. Suatu proses yang berarti perubahan terjadi terus-menerus.
2. Usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita, dan
3. Kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka
panjang.
4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang, meliputi bidang ekonomi,
politik, hukum, sosial, dan budaya. Sistem kelembagaan ini bisa ditinjau
dari dua aspek, yaitu: aspek perbaikan di bidang organisasi (institusi) dan
perbaikan di bidang regulasi (baik formal maupun informal).
Proses pembangunan harus memiliki tujuan inti sebagai berikut
(Michael Todaro, 2000:23-24):
1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam
barang kebutuhan hidup yang pokok, seperti: pangan, sandang, papan,
kesehatan, dan perlindungan keamanan.
9
2. Peningkatan standar hidup yang layak tidak hanya berupa peningkatan
pendapatan tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja,
perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai
kultural dan kemanusiaan yang kesemuanya itu tidak hanya untuk
memperbaiki kesejahteraan materiil, melainkan juga menumbuhkan jati
diri pribadi dan bangsa bersangkutan.
3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta
bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari
belitan sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap
orang atau negara lain, namun terhadap setiap kekuatan yang berpotensi
merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.
Pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai kenaikan dalam
pendapatan per kapita, karena kenaikan itu merupakan penerimaan dan
timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju
pertumbuhan ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat
pertumbuhan Produk Domestik Bruto / Produk Nasional Bruto.
Pelaksanaan pembangunan harus menampilkan perubahan yang
menyeluruh, meliputi usaha penyelenggaraan keseluruhann sistem sosial
terhadap kebutuhan dasar dan keinginan-keinginan yang berbeda bagi setiap
individu dan kelompok sosial dalam sistem tersebut, berpindah dari suatu
kondisi kehidupan yang dianggap tidak menyenangkan kepada suatu kondisi
kehidupan yang lebih baik secara materiil maupun spiritual.
10
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau
tidak (Lincolin Arsyad, 1999:7).
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting dalam
melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu
negara. Selain itu pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan sejauh mana
aktivitas ekonomi akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada
suatu periode tertentu. Aktivitas perekonomian adalah suatu proses
penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini akan
menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki
oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi diharapkan
pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat.
Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas
jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar
daripada tahun sebelumnya (pendapatan riil masyarakat pada tahun tertentu
lebih besar daripada pendapatan masyarakat pada tahun sebelumnya).
B. Sumber Daya Alam
Sumberdaya alam adalah segala sesuatu yang berguna (usefull),
bernilai (value) dan telah diketemukan (discovered). Contoh dari sumber daya
alam meliputi tanah, hutan, air, dan udara. Sumberdaya alam meliputi semua
yang terdapat di bumi, baik yang hidup maupun benda mati yang berguna bagi
manusia, terbatas jumlahnya dan pengusahaannya memenuhi kriteria-kriteria
teknologi, ekonomi, sosial dan lingkungan (Sukanto Reksodiprodjo, 1990:5).
11
Definisi lain menyebutkan bahwa sumberdaya alam yaitu suatu
sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan alamiah, misalnya tanah, air dan
perairan, biotis, udara dan ruang, mineral, tentang alam (landscape), panas
bumi dan gas bumi, angin, pasang surut atau arus laut (Moh Soerjani,
1987:18).
Sebagai modal dasar, sumberdaya alam harus dimanfaatkan sebaik-
baiknya dengan cara-cara yang tetap menjaga kelestarian alam dan
memperhatikan kemampuan dan daya pulih dari sumberdaya alam yang ada,
sehingga manfaat dari sumberdaya alam yang bersangkutan benar-benar dapat
dirasakan untuk pembangunan berkelanjutan di masa yang akan datang.
C. Daya Dukung Lingkungan
Dayadukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk
mendukung peri kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Konsep
dayadukung lingkungan berasal dari pengelolaan hewan ternak dan satwa liar.
Dayadukung itu menunjukkan besarnya kemampuan lingkungan untuk
mendukung kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekor per satuan
luas lahan. Jumlah hewan yang dapat didukung kehidupannya itu tergantung
pada biomas (bahan organik tumbuhan) yang tersedia untuk makanan hewan
(Otto Soemarwoto, 1991:186-1987).
Daya dukung dapat dibedakan menjadi dalam beberapa tingkat, yaitu
(Otto Soemarwoto, 1991:187) :
1. Dayadukung maksimum, menunjukkan jumlah maksimum hewan yang
dapat didukung per satuan luas lahan. Dengan jumlah hewan yang
maksimum, makanan sebernanya tidak cukup. Walaupun hewan itu masih
12
hidup, tetapi hewan itu tidak sehat, kurus, dan lemah serta mudah
terserang oleh penyakit dan hewan pemangsa. Padang penggembalaan
akan mengalami keruskan karena menjadi padat terinjak-injak, rumput dan
tumbuhan lain termakan lebih cepat dari kemampuan regenerasinya.
Secara umum lingkungan menjadi rusak dan apabila berjalan terlalu lama,
kerusakan tersebut akan bersifat tidak terbalikkan.
2. Dayadukung subsisten, jumlah hewan agak kurang. Persediaan makanan
lebih banyak, tetapi masih pas-pasan. Hewan masih kurus dan masih
dalam ambang batas antara sehat dan lemah. Mereka masih mudah
terserang oleh penyakit dan hewan pemangsa. Lingkungan juga masih
mengalami kerusakan.
3. Dayadukung optimum, jumlah hewan lebih rendah dan terdapat
keseimbangan yang baik antara jumlah hewan dan persediaan makanan.
Kecepatan dimakannya rumput atau tumbuhan lain seimbang dengan
kecepatan regenerasi tumbuhan itu. Kondisi hewan baik, gemuk, kuat, dan
sehat serta tidak mudah terserang oleh penyakit dan hewan pemangsa.
Lingkungan tidak mengalami kerusakan.
4. Dayadukung suboptimum, jumlah hewan lebih rendah lagi. Persediaan
makanan melebihi yang diperlukan. Karena itu kecepatan dimakannya
rumput atau tumbuhan lain lebih kecil dari kecepatan pertumbuhannya.
Akibatnya batang rumput dan tumbuhan lain mengayu dan menjadi keras.
Mutu padang penggembalaan menurun. Jadi sebenarnya terjadi pula
kerusakan lingkungan, tetapi pada umumnya kerusakan bersifat terbalikan.
13
Masyarakat agraris akan lebih mudah menganalisis daya dukung
dengan menggunakan dayadukung alamiah. Daya dukung tergantung pada
persentase lahan yang dipakai untuk pertanian dan besarnya hasil pertanian
per satuan luas dan waktu. Semakin besar persentase lahan yang dipakai untuk
pertanian, semakin besar daya dukungnya daerah itu. Persentase lahan itu
ditentukan oleh kesesuaian tanah untuk pertanian, kebutuhan lahan untuk
keperluan lain di luar sektor pertanian dan adanya penyakit hewan atau
penyakit manusia yang berbahaya (Otto Soemarwoto, 1991:190).
Menganalisis dayadukung dalam penelitian ini digunakan alat
analisis tentang tekanan penduduk. Apabila terjadi kenaikan tekanan
penduduk akan mendorong untuk memperluas lahan pertanian, yang pada
gilirannya usaha pertanian akan dipaksakan menggunakan lahan yang relatif
kurang subur. Disamping itu penduduk juga didorong untuk bermigrasi ke
kota, sehingga di daerah kota terjadi pertumbuhan perkampungan yang padat
dan tingkat pengangguran yang meningkat.
Masalah yang perlu diperhatikan adalah masalah tersedianya lahan
pertanian. Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk, semakin tinggi pula
tingkat permintaan lahan. Jika lahan yang tersedia tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan penduduk berbagai respon akan muncul, diantaranya
adalah membuka hutan, menanami daerah rawan erosi atau mencoba mengadu
untung di kota.
14
Berikut adalah konsep tekanan penduduk yang disajikan dalam
rumus matematis (Otto Soemarwoto, 1994:225) :
(1 )(1 )
nfPo iTP Z
L
Dimana:
TP = Tekanan penduduk.
= Pendapatan di luar sektor pertanian.
Z = Luas lahan minimum untuk hidup layak.
f = Prosentase petani.
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar.
i = Pertumbuhan penduduk.
L = Luas lahan pertanian.
n = Periode tahun
Indikator nilainya:
Apabila TP < 1, maka daya dukung lingkungan masih bisa menampung
tekanan penduduk.
Apabila TP > 1, maka daya dukung lingkungan tersebut tidak bisa
menampung tekanan penduduk (melebihi ambang batas).
Apabila TP = 1, maka disebut ambang batas.
Posisi ambang batas untuk ukuran hidup layak yang digunakan adalah
dua kali ukuran hidup di atas garis kemiskinan yaitu setara 2 x 360 =
720/kg/kapita/tahun.
15
D. Kependudukan
Penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian. Dalam konteks
pasar ia berada baik di sisi permintaan maupun di sisi penawaran. Di sisi
permintaan, penduduk adalah konsumen, sumber permintaan akan barang-
barang dan jasa. Di sisi penawaran, penduduk adalah produsen yang menjadi
sumber penyedia barang-barang dan jasa. Dalam konteks pembangunan,
pandangan terhadap penduduk terpecah menjadi dua, ada yang
menganggapnya sebagai penghambat pembangunan, ada pula yang
menganggapnya sebagai pemacu pembangunan (Dumairy, 1997:68).
Pertumbuhan penduduk terlihat meningkat pada kira-kira 6000-9000
tahun lalu, ketika teknik bertani sudah mulai dikenal dan mulai menyebar
dibeberapa bagian dunia. Kondisi ini memungkinkan untuk meningkatkan
produksi pangan, yang berarti meningkatkan kemakmuran manusia. Arus
suplay bahan pangan semakin lancar dari daerah-daerah pertanian ke pusat-
pusat pemukimam penduduk (Ida Bagus Mantra, 2003:36).
Sejalan dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan
perkembangan teknologi dalam mengelola sumberdaya alam yang ada, tingkat
kehidupan manusia menjadi semakin baik. Hal ini sangat mempengaruhi
penurunan tingkat mortalitas penduduk. Seperti banyak dikemukakan oleh
para ahli demografi, bahwa ledakan penduduk yang terjadi pada abad-abad
terakhir ini terutama karena menurunnya tingkat kematian dengan cepat,
sementara tingkat kelahiran belum dapat dikontrol dengan baik (Ida Bagus
Mantra, 2003:37).
16
Tekanan penduduk atas pembangunan sesungguhnya tidak terlalu
berhubungan dengan aspek jumlah, melainkan lebih terkait dengan variabel-
variabel lain kependudukan dan karakteristik penduduk yang bersangkutan.
Variabel-variabel lain itu misalnya sebaran, komposisi, kepadatan, dan
pertumbuhan penduduk. Sedangkan karakteristik yang dimaksud misalnya
tingkat pendapatan, kesehatan, dan pendidikan (Dumairy, 1997:69).
E. Pembangunan Ekonomi Daerah
Berdasarkan pembangunan ekonomi, maka bisa dikatakan pengertian
pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses. Yaitu proses yang
mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri
alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan
produk barang dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih
ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru (Lincolin
Arsyad, 1999:109). Apabila dibuat suatu ringkasan maka pembangunan
daerah bisa disebut sebagai fungsi sumberdaya alam, tenaga kerja, investasi,
entrepreneurship, transportasi, komunikasi, komposisi industri, teknologi, luas
daerah, pasar ekspor, situasi ekonomi internasional, kapasitas pemerintah
daerah, pengeluaran pemerintah pusat, dan bantuan-bantuan pembangunan
(Lincolin Arsyad, 1999:115).
Para ahli banyak memberi pengertian mengenai pembangunan
daerah, diantaranya: pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses
dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-
sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah
daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan
17
baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan
ekonomi) dalam wilayah tersebut (Lincolin Arsyad, 1999:108).
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan
utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat
daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan
masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan
daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya
dan dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu
menaksir potensi sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang
dan membangun perekonomian daerah.
Pembangunan ekonomi apabila dilihat dari sisi kegiatan ekonomi
dan dari sudut penyebarannya adalah ( Lincolin Arsyad, 1999:107-108):
a. Daerah Homogen, yaitu daerah yang dianggap sebagai ruang dimana
kegiatan ekonomi terjadi dan di dalam pelosok ruang terdapat sifat-sifat
yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan
per kapita, sosial-budayanya, geografis, dan sebagainya
b. Daerah Nodal, adalah daerah yang dianggap sebagai ruang ekonomi
(economic space) yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan
ekonomi, sehingga perbatasan di antara berbagai daerah tersebut
ditentukan oleh tempat-tempat dimana pengaruh dari satu atau beberapa
pusat kegiatan ekonomi digantikan dengan pengaruh dari pusat lainnya.
c. Daerah Perencanaan, yaitu daerah yang dianggap sebagai ekonomi ruang
yang berada di bawah satu administrasi tertentu seperti satu propinsi,
18
kabupaten, kecamatan, dan sebagainnya. Jadi daerah di sini didasarkan
pada pembagian administrasi suatu negara.
F. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Ada beberapa teori-teori yang dapat digunakan untuk menganalisa
dan memahami arti penting pembangunan ekonomi regional/daerah antara
lain:
1. Teori Ekonomi Neo Klasik
Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam
menganalisis pembangunan daerah (regional) karena teori ini tidak
memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini
mempunyai 2 (dua) konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah,
yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya,
sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiah jika modal
bisa mengalir tanpa restriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan
mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju ke daerah yang berupah
rendah (Lincolin Arsyad, 1999:115-116).
2. Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan
permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Model basis ekonomi
menyederhanakan perekonomian menjadi dua sektor, yaitu sektor basis
dan non basis. Kegiatan sektor basis adalah kegiatan yang melayani pasar
di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Sedangkan
sektor non basis adalah kegiatan sektor yang menyediakan barang dan jasa
19
yang dibutuhkan oleh masyarakat atau oleh sektor ekonomi basis yang
berada dalam batas perekonomian wilayah tersebut (Lincolin Arsyad,
1999, 141).
3. Teori Lokasi
Teori ini mengemukakan tentang pemilihan lokasi yang dapat
meminimumkan biaya. Lokasi optimum dari suatu perusahaan atau
industri umumnya terletak atau berdekatan berdekatan dengan pasar atau
sumber bahan baku. Alasan ini menjadi bahan pertimbangan yang sangat
berpengaruh, bila suatu perusahaan memilih lokasi pada salah satu dari
kedua tempat tersebut dengan memperhatikan variabel ongkos angkut
hasil produksi ke tujuan akhir dari barang (pasar).
4. Teori Tempat Sentral
Teori ini menganggap bahwa ada hirarki tempat. Setiap tempat
didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan
sumber daya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut
merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk
daerah yang mendukungnya.
Selanjutnya teori ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi
daerah, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Misalnya, perlunya
melakukan pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertetangga
(berbatsan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa
sedangkan lainnya hanya sebagai daerah pemukiman (Lincolin Arsyad,
1999:117).
20
5. Teori Kausasi Kumulatif
Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk
menunjukkan konsep dasar dari teori kausasi kumulatif ini. Dengan kata
lain, kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antar daerah-
daerah tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa daerah yang maju
mengalami keunggulan kompetitif dibanding dengan daerah-daerah lain.
Hal ini oleh Myrdal (1957) dikenal sebagai backwash effects (Lincolin
Arsyad, 1999:118).
6. Model Daya Tarik
Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang
mendasarinya adalah suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya
terhadap industrialisasi melalui pemberian subsidi dan insentif (Lincolin
Arsyad, 1999:118).
7. Teori Perubahan Struktural
Teori perubahan struktural menitik beratkan pada mekanisme yang
dialami oleh negara-negara sedang berkembang untuk mentransformasikan
struktur perekonomian dari pola perekonomian pertanian subsistem
tradisional yang hanya mencakup kebutuhan sendiri menuju pola
perekonomian yang lebih modern, lebih bervariasi serta memiliki sektor
industri manufaktur dan sektor jasa yang kuat. Ada dua teori utama yang
mengemukakan teori perubahan struktural, yaitu Arthur Lewis (Teori
Migrasi) dan Hollis B. Chenery (Teori Transformasi Struktural) (Todaro,
2000:100).
21
a. Model Arthur Lewis
Teori pembangunan Arthur Lewis pada dasarnya membahas
proses pembangunan ekonomi yang terjadi antara daerah perkotaan
dan pedesaan (urban). Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa
perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu
perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor
pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri
sebagai sektor utama.
Model ini memfokuskan perhatian pada terjadinya proses
peralihan tenaga kerja, serta pertumbuhan output dan peningkatan
penyerapan tenaga kerja di sektor yang modern. Terjadinya percepatan
perluasan tersebut ditentukan oleh tingkat investasi di bidang industri
dan akumulasi modal secara keseluruhan di sektor modern.
b. Model Chenery
Pada dasarnya sama dengan model Lewis, perhatian utama
analisis Chennery (1960) adalah pada perubahan struktur dalam tahap
proses perubahan ekonomi di negara sedang berkembang yang
mengalami transformasi dari pola perekonomian agraris ke pola
perekonomian industri.
22
G. Peran Pemerintah Dalam Pembangunan Di Daerah
Ada 4 (empat) peran yang dapat diambil pemerintah daerah dalam
proses pembangunan ekonomi daerah, yaitu (Lincolin Arsyad, 1999:120-121):
1. Entrepreneur
Pemerintah daerah bertanggungjawab untuk menjalankan suatu usaha
bisnis. Pemerintah daerah bisa mengembangkan suatu usaha sendiri
(BUMD). Aset-aset pemerintah daerah harus dapat dikelola dengan lebih
baik sehingga secara ekonomis menguntungkan.
2. Koordinator
Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator untuk menetapkan
kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan di
daerahnya. Dalam peranannya sebagai koordinator, pemerintah daerah bisa
juga melibatkan lembaga-lembaga pemerintah lainnya, dunia usaha, dan
masyarakat dalam penyusunan sasaran-sasaran ekonomi, rencana-rencana,
dan strategi-strategi.
3. Fasilitator
Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan
lingkungan attitudinal (prilaku atau budaya masyarakat) di daerahnya. Hal
ini akan mempercepat proses pembangunan dan prosedur perencanaan
serta pengaturan penetapan daerah (zoning) yang lebih baik.
4. Stimulator
Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan
usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi
perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar
23
perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah tersebut.
Stimulasi ini dapat dilakukan dengan cara antara lain: pembuatan brosur-
brosur, pembangunan kawasan industri, pembuatan outlets untuk produk-
produk industri kecil, membantu industri-industri kecil melakukan
pameran.
H. Tinjauan Tentang Otonomi Daerah
Otonomi Daerah secara etimologi berasal dari bahasa Yunani
“autos” yang berarti sendiri dan “nomos” yang berarti aturan. Daerah otonom
sebagai kesatuan masyarakat hukum, dengan batas daerah tertentu berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Lebih lanjut yang dimaksudkan
dengan otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat. Dalam UU No.22 tahun 1999 tentang
pemerintah daerah pasal 1 huruf h yang dimaksudkan dengan otonomi daerah
adalah “Kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”
Dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2004, pengertian otonomi
daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurusi sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Sesuai dengan
penjelasan dalam Undang-Undang tersebut, pemberian kewewenangan
otonomi pada daerah kabupaten dan kota didasarkan pada asas desentralisasi
dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
24
Kewenangan otonomi luas adalah keleluasan daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang
pemerintahan, kecuali bidang politik luar negeri, pertanahan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewajiban di bidang lainnya yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Disamping itu keleluasan
otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam
penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian, dan evaluasi.
Kewenangan otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk
menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu, yang secara
nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup dan berkembang di daerah.
Sedangkan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan
pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan
kepada daerah dalam wujud tugas dan kewenanagan yang harus dipikul oleh
daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan
kehidupan demokratis, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan
yang serasi antara pusat dan daerah, serta antar daerah dalam rangka menjaga
keutuhan NKRI.
Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk
memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat
dan pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
25
dapat dikemukakan sasaran yang dituju dalam pemberian otonomi daerah
adalah (Andi Mustari Pide, 1999:121-122) :
a. Mencapai kesejahteraan rakyat.
b. Tetap tegaknya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Republik
Indonesia berdasarkan UUD 1945, dan mencegah timbulnya
kecenderungan pemikiran yang dapat membahayakan keutuhan Negara
Kesatuan tersebut.
c. Berkembangnya dan meningkatnya demokrasi di daerah.
I. Penelitian Yang Relevan
Thamrin Tola, Tandi Balla dan Bachrul Ibrahim (2007) dalam
penelitian yang berjudul ”Analisis Daya Dukung dan Produktivitas Lahan
Tanaman Pangan di Kecamatan Batang Kabupaten Jeneponto Sulawesi
Selatan” mendapatkan hasil bahwa daya dukung lahan pada empat belas
desa/kelurahan berada pada kisaran 3,39 (Desa Allu Tarowang) sampai 12,29
(Desa Tino) dengan rata-rata sebesar 6,33. Dari empat belas desa/kelurahan
terdapat tujuh desa/kelurahan yang daya dukungnya sudah terlampaui, yaitu:
Desa Camba-Camba, Desa Bungeng, Desa Pao, Desa Kaluku, Desa Balangloe
Tarowang, Desa Tarowang dan Desa Allu Tarowang. Sabaliknya, ada tujuh
desa/kelurahan lain yang daya dukungnya belum terlampaui. Berdasarkan
penelitian terdahulu di atas, saya mengambil replikasi alat analisis yang
digunakan dalam penelitian tersebut berupa analisis dayadukung lahan guna
diterapkan pada penelitian ini dengan bertujuan untuk mengetahui
dayadukung lahan dalam menampung jumlah penduduk di Kabupaten Pacitan.
26
Penelitian yang dilakukan oleh Darwanto (2004) yang berjudul
”Analisis Daya Dukung Lahan Dan Struktur Ekonomi Kabupaten
Karanganyar” diambil kesimpulan bahwa tekanan penduduk di Kabupaten
Karanganyar pada tahun 2002 sudah melebihi ambang batas dengan nilai
sebesar 2,98 dan sektor ekonomi yang menjadi basis di Kabupaten
Karanganyar adalah subsektor Perkebunan, subsektor Peternakan, sektor
Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, dan sektor Jasa-Jasa.
Berdasarkan penelitian Darwanto tersebut, saya mereplikasi alat analisis yang
digunakan dalam penelitiannya yaitu analisis dayadukung lahan dengan
rumusan tekanan penduduk untuk mengetahui dayadukung lahan dan analisis
Location Quotient untuk mengetahui sektor-sektor yang menjadi basis
ekonomi.
Faizal Reza Salahuddin (2005) dalam penelitiannya yang berjudul
”Identifikasi Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan, Tekanan Penduduk, Dan
Daya Dukung Lahan Propinsi Jawa Tengah Tahun 1994-2003” diketahui
bahwa sektor unggulan baik dari segi pertumbuhan maupun kontribusi di
Propinsi Jawa Tengah adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,
subsektor Tanaman Bahan Makanan, dan subsektor Peternakan. Sedangkan
untuk tekanan penduduk di Propinsi Jawa Tengah telah melebihi ambang
batas, yaitu sebesar 2,13. Berdasarkan penelitian di atas, saya mereplikasi alat
analisis dalam penelitian tersebut, yaitu berupa analisis Model Rasio
Pertumbuhan (MRP) dan analisis Overlay ke dalam penelitian saya guna
menentukan sektor-sektor potensial serta unggulan.
27
Penelitian Taufiqqurrahman (2006) yang berjudul “Analisis
Perubahan Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten
Magelang Tahun 1998–2003”, dengan menggunakan Analisis Shift-Share
diketahui bahwa pada era sebelum otonomi daerah (1998-2000) Kabupaten
Magelang mengalami pertumbuhan PDRB, dimana besarnya pertumbuhan
propinsi mempengaruhi peningkatan PDRB Kabupaten Magelang, sedangkan
pengaruh bauran industri dan pengaruh ketidakunggulan kompetitif telah
menurunkan PDRB Kabupaten Magelang. Pada era sesudah otonomi daerah
(2001-2003) Kabupaten Magelang mengalami pertumbuhan PDRB, dimana
besarnya pertumbuhan propinsi dan pengaruh keunggulan kompetitif telah
mempengaruhi peningkatan PDRB Kabupaten Magelang, sedangkan pengaruh
bauran industri menyebabkan menurunnya PDRB Kabupaten Magelang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Taufiqqurrahman di atas, saya
mereplikasi alat analsis yang digunakan dalam penelitian tersebut berupa
analisis Shift-Share yang bertujuan untuk mengetahui kinerja perekonomian
suatu daerah dibandingkan dengan daerah yang menjadi referensi.
J. Kerangka Pemikiran
Analisis terhadap potensi wilayah yang dimiliki Kabupaten Pacitan
akan menunjukkan seberapa besar tekanan penduduk terhadap lahan. Setelah
mengetahui kemampuan lahan maka dapat dijadikan dasar untuk menentukan
kebijakan pembangunan yang harus diambil oleh pemerintah daerah.
Pembangunan yang tepat sasaran dan sesuai dengan potensi wilayah akan
memacu pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi yang nantinya akan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga hasil dari kebijakan
28
pembangunan yang memperhatikan potensi wilayah dan daya dukung lahan
pada akhirnya akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Gambar 2.1. Kerangka Pikiran
K. Hipotesis
1. Diduga kondisi daya dukung lahan di Kabupaten Pacitan sudah melebihi
ambang batas, baik pada masa sebelum maupun selama pelaksanaan
otonomi daerah.
Hipotesis tersebut di dasarkan bahwa pada saat ini di Kabupaten Pacitan
pertumbuhan penduduknya terus mengalami peningkatan, sedangkan
ketersediaan lahan relatif tetap sehingga antara jumlah penduduk dan lahan
yang ada tidak sebanding. Selain itu berdasarkan penelitian-penelitian
Daya Dukung Lahan Kebijakan Pembangunan
Proses Pembangunan
Pertumbuhan ekonomi, peningkatan
pendapatan
Perubahan struktur ekonomi
Kesejahteraan masyarakat
Potensi wilayah
Luas lahan produktif untuk pertanian. Luas lahan minimal untuk
hidup layak. Jumlah penduduk. Persentase petani. Pertumbuhan penduduk. Pendapatan diluar sektor
pertanian.
29
yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu menyebutkan bahwa
dayadukung lahan dibeberapa wilayah telah melebihi ambang batas
dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, seperti dayadukung
lahan di daerah Karanganyar.
2. Diduga struktur perekonomian di Kabupaten Pacitan tetap di dominasi
oleh sektor pertanian, baik pada masa sebelum maupun selama
pelaksanaan otonomi daerah.
Hipotesis di atas didasarkan pada nilai output sektor pertanian di
Kabupaten Pacitan yang sangat dominan dalam pembentukan PDRB
sehingga menjadi tulang punggung perekonomian daerah setempat selama
tahun penelitian yaitu tahun 1997-2007.
3. Diduga sektor pertanian merupakan sektor basis di Kabupaten Pacitan,
baik pada masa sebelum maupun selama pelaksanaan otonomi daerah.
Hipotesis di atas berdasarkan kontribusi sektor pertanian yang besar dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Pacitan dibandingkan sektor-sektor
ekonomi lainnya.
4. Diduga sektor pertanian dan sektor jasa-jasa merupakan sektor unggulan
di Kabupaten Pacitan, baik pada masa sebelum maupun selama
pelaksanaan otonomi daerah.
Hipotesis di atas dirumuskan dengan mengacu pada besarnya sumbangan
kedua sektor tersebut dalam perekonomian daerah Kabupaten Pacitan
sehingga di duga sektor ini memiliki pertumbuhan maupun kontribusi
yang menonjol dan diklasifikasikan dalam sektor unggulan.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian deskriptif analisis
yang menganalisa daya dukung lahan dan perubahan struktur ekonomi.
Adapun wilayah yang diambil sebagai daerah penelitian adalah Kabupaten
Pacitan.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari
catatan dan dokumentasi-dokumentasi yang ada pada Dinas Tanaman Pangan
dan Peternakan Kabupaten Pacitan, Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur
dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, serta studi pustaka yang relevan
dengan penelitian ini. Jenis data yang digunakan adalah data time series dari
tahun 1997 sampai tahun 2007.
C. Variabel Penelitian
1. Daya Dukung Lahan
Kemampuan lahan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk
hidup lain yang ada di atasnya. Diukur dengan tekanan penduduk yang
merupakan maksimal penduduk yang dapat didukung oleh sumberdaya
alam yang tersedia.
2. Jumlah Penduduk
Besarnya penduduk dalam satu wilayah tertentu yang diukur dengan angka
absolut.
31
3. Lahan Pertanian
Meliputi luas sawah, dibedakan satu musim, dua misim, tegal, dan
pekarangan pada wilayah tertentu, dinyatakan dalam satuan hektar (Ha).
4. Fraksi Petani
Jumlah petani yang mempunyai lapangan kerja menggunakan lahan
(sawah, tegal, pekarangan) pada wilayah kabupaten, diukur dengan
persentase.
5. Produktivitas Lahan
Kemampuan lahan untuk menghasilkan produksi per satuan luas dalam
periode tertentu, diukur dengan kg.
6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Nilai tambah dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh
sektor ekonomi dalam suatu daerah dalam kurun waktu satu tahun.
7. Sektor Basis
Sektor basis adalah kemampuan suatu daerah untuk memproduksi barang
atau jasa bagi daerah bersangkutan maupun bagi daerah di luar daerah
yang bersangkutan.
8. Sektor Unggulan
Merupakan sektor yang unggul baik dilihat dari segi kontribusi maupun
segi pertumbuhan.
9. Pertumbuhan Ekonomi
Menunjukkan peningkatan PDRB dari tahun dasar penelitian sampai akhir
penelitian.
32
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Daya Dukung Lahan
Untuk mengkaji daya dukung lahan apakah masih dapat menampung
tekanan penduduk ataukah tidak, dipakai rumusan tekanan penduduk yang
menggunakan konsep daya dukung lahan yang dikemukakan oleh Prof.
Otto Soemarwoto, sebagai berikut (Otto Soemarwoto, 1994:225):
(1 )(1 )
nfPo iTP Z
L
…………………………….................... (3.1)
Dimana:
TP = Tekanan penduduk.
= Pendapatan di luar sektor pertanian.
Z = Luas lahan minimum untuk hidup layak.
f = Prosentase petani.
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar.
i = Pertumbuhan penduduk.
L = Luas lahan pertanian produktif pertanian.
n = periode tahun
Indikator nilainya:
a. Apabila TP < 1, maka daya dukung lingkungan masih bisa
menampung tekanan penduduk.
b. Apabila TP > 1, maka daya dukung lingkungan tersebut tidak bisa
menampung tekanan penduduk (melebihi ambang batas).
c. Apabila TP = 1, maka disebut ambang batas.
33
2. Analisis Shift-Share Klasik
Analisis shift-share merupakan teknik yang berguna dalam
menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan
perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan
kinerja perekonomian daerah dengan membandingkan daerah tersebut
dengan daerah yang relatif lebih besar serta menentukan sektor-sektor
yang berkembang di suatu daerah. Analisis ini memberikan data tentang
kinerja perekonomian dalam 3 (tiga) bidang yang berhubungan satu sama
lain, yaitu (Lincolin Arsyad, 1999:139-140) :
a. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis
perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan
perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan
acuan.
b. Pergeseran proporsional mengukur perubahan relatif, pertumbuhan
atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang
lebih besar dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk
mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-
industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang
dijadikan acuan.
c. Pergeseran diferensial membantu kita dalam menentukan seberapa
jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang
dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu
industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya
34
saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian yang
dijadikan acuan.
Analisis ini pertama kali dikembangkan oleh Daniel B. Creamer
(1943) dan dipakai sebagai suatu alat analisis pada permulaan tahun
1960an oleh Ashby (1964) sampai sekarang. Teknik analisis shift share ini
membagi pertumbuhan sebagai perubahan (D) suatu variabel wilayah
seperti kesempatan kerja, nilai tambah, pendapatan atau output selama
waktu tertentu dalam hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan propinsi
(N), bauran industri atau industri mix (M) dan keunggulan kompetitif (C).
Pengaruh pertumbuhan propinsi disebut pengaruh pangsa pasar (share),
pengaruh bauran industri disebut proporsional shift atau bauran
komposisi, sedangkan pengaruh keunggulan kompetitif disebut regional
share atau deferensial shift. Itulah sebabnya disebut teknik shift share
(Prasetyo Soepono dalam Faizal Reza Salahuddin, 2005:39-44).
Persamaan shift-share untuk sektor i di daerah j adalah :
Dij =Nij + Mij + Cij .......................................................................... (3. 2)
Persamaan tersebut mengandung arti bahwa pertumbuhan PDRB
(Dij) merupakan hasil penjumlahan dari pengaruh propinsi (Nij), pengaruh
bauran industri (Mij), dan pengaruh keunggulan kompetitif (Cij).
Bila analisis tersebut diterapkan pada nilai (E), maka persamaannya :
Dij = E*ij - Eij ................................................................................ (3. 3)
Nij = Eij . rn .................................................................................. (3. 4)
Mij = Eij . (rin – rn) ....................................................................... (3. 5)
Cij = Eij . (rij - rin) ........................................................................ (3. 6)
35
Dimana :
rij = laju pertumbuhan sektor i di daerah j.
rin = laju pertumbuhan sektor i di propinsi.
rn = laju pertumbuhan PDRB propinsi.
Laju pertumbuhan PDRB propinsi maupun laju pertumbuhan sektor i
di daerah j diperoleh dari :
rij = (E*ij – Eij) / Eij ...................................................................... (3. 7)
rin = (E*ij – Ein) /Ein ..................................................................... (3. 8)
rn = (E*n – En) / En .................................................................... (3. 9)
Dimana :
Eij = Nilai tambah sektor i di daerah j pada awal tahun analisis.
E*ij = Nilai tambah sektor i di daerah j pada akhir tahun analisis.
Ein = Nilai tambah sektor i di propinsi pada awal tahun analisis.
E*in =Nilai tambah sektor i di propinsi pada akhir tahun analisis.
En = Nilai tambah PDRB propinsi pada awal tahun analisis.
E*n = Nilai tambah PDRB propinsi pada akhir tahun analisis.
Untuk suatu daerah, pertumbuhan propinsi, bauran industri dan
keunggulan kompetitif dapat dijumlahkan untuk semua sektor sebagai
keseluruhan daerah, sehingga persamaan Shift-Share untuk sektor i di
daerah j:
Dij = Eij . rn + Eij (rin – rn) + Eij (rij – rin) ..................................... (3. 10)
36
3. Analisis Location Quotients
Analisis Location quotients (LQ) digunakan untuk menentukan
sektor-sektor ekonomi yang merupakan sektor basis yang terdapat disuatu
daerah. Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2
(dua) golongan, yaitu (Lincolin Arsyad, 1999:140-141) :
a. Kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di
luar daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industry
basic.
b. Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah
tersebut. Jenis ini dinamakan industry non basic atau industri lokal.
Rumus Location Quotient (Lincolin Arsyad, 1999:142):
LQ = VtV
vv
i
ti = Vtvt
Vivi
/
/ ………............................................ (3. 11)
Dimana :
vi = sektor ekonomi pembentuk PDRB Kabupaten Pacitan.
vt = PDRB total Kabupaten Pacitan.
Vi = sektor ekonomi pembentuk PDRB Propinsi Jawa Timur.
Vt = PDRB total Propinsi Jawa Timur.
Terdapat 3 (tiga) kategori yang dihasilkan dari perhitungan Location
Quotient (LQ) dalam perekonomian suatu daerah, yaitu :
a. Jika LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan di tingkat Kabupaten
Pacitan lebih berspesialisasi atau lebih dominan dibandingkan dengan
perekonomian Propinsi Jawa Timur. Sektor ini dalam perekonomian di
37
Kabupaten Pacitan memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan
sebagai sektor basis.
b. Jika LQ = 1, maka sektor yang bersangkutan baik di tingkat Kabupaten
Pacitan maupun di tingkat perekonomian Propinsi Jawa Timur
memiliki tingkat spesialisasi atau dominasi yang sama.
c. Jika LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan di tingkat Kabupaten
Pacitan kurang berspesialisasi atau kurang dominan dibandingkan
dengan perekonomian Propinsi Jawa Timur. Sektor ini dalam
perekonomian di Kabupaten Pacitan tidak memiliki keunggulan
komparatif dan dikategorikan sebagai sektor non basis.
4. Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Dalam model ini ada dua macam rasio yang digunakan untuk
membandingkan pertumbuhan sektor dalam suatu wilayah studi maupun
wilayah referensi, yaitu :
a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR)
Membandingkan laju pertumbuhan sektor i di wilayah referensi
dengan laju pertumbuhan total sektor wilayah referensi, dengan rumus
(Maulana Yusuf dalam Lilis Siti Badriah, 2003:148-149):
RPR = )(
)(
tRR
tiRiR
EE
EE
…............................................................. (3.12)
Dimana:
ΔEiR = Perubahan pendapatan sektor i wilayah referensi pada awal dan
akhir tahun penelitian.
38
EiR(t) = Pendapatan sektor i wilayah referensi pada awal tahun
penelitian.
ΔER = Perubahan pendapatan wilayah referensi pada awal dan akhir
tahun penelitian.
ER(t) = Pendapatan wilayah referensi pada awal tahun penelitian.
Jika RPr > 1, maka RPr dikatakan (+), berarti laju pertumbuhan sektor
i di wilayah referensi lebih tinggi dari laju pertumbuhan seluruh sektor
di wilayah referensi. Demikian juga sebaliknya.
b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)
Membandingkan laju pertumbuhan sektor i di wilayah studi dengan
laju pertumbuhan sektor sejenis di wilayah referensi, dengan rumus
(Maulana Yusuf dalam Lilis Siti Badriah, 2003:148-149):
RPs = )(
)(
tiRiR
tijij
EE
EE
................................................................ (3.13)
Dimana:
ΔEij = Perubahan pendapatan sektor i di wilayah studi pada awal dan
akhir tahun penelitian.
Eij(t)= Pendapatan sektor i di wilayah studi pada awal tahun
penelitian.
ΔEiR = Perubahan pendapatan sektor i wilayah referensi pada awal dan
akhir tahun penelitian.
EiR(t) = Pendapatan sektor i wilayah referensi pada awal tahun
penelitian.
39
Jika RPs > 1, maka RPs dikatakan (+), berarti bahwa laju pertumbuhan
sektor i di wilayah studi lebih besar dari laju pertumbuhan sektor
tersebut di wilayah referensi. Demikian juga sebaliknya.
Dari hasil analisis MRP dengan melihat nilai RPR dan RPs akan
diklasifikasikan sektor-sektor ekonomi dalam empat klasfikasi, yaitu :
a) Nilai RPR (+) dan RPS (+) berarti kegiatan sektor tersebut pada tingkat
wilayah referensi (Propinsi Jawa Timur) dan tingkat wilayah studi
(Kabupaten Pacitan) memiliki pertumbuhan yang menonjol.
b) Nilai RPR (+) dan nilai RPS (-) berarti sektor tersebut pada tingkat
wilayah referensi (Propinsi Jawa Timur) memiliki pertumbuhan yang
menonjol, tetapi tingkat wilayah studi (Kabupaten Pacitan) kurang
menonjol
c) Nilai RPR (-) dan nilai RPS (+) berarti sektor tersebut pada tingkat
wilayah referensi (Propinsi Jawa Timur) memiliki pertumbuhan yang
kurang menonjol tetapi di tingkat wilayah studi (Kabupaten Pacitan)
memiliki pertumbuhan yang menonjol.
d) Nilai RPR (-) dan nilai RPS (-) berarti sektor tersebut pada tingkat
wilayah referensi (Propinsi Jawa Timur) maupun di tingkat wilayah
studi (Kabupaten Pacitan) memiliki pertumbuhan yang rendah.
5. Analisis Overlay
Analisis overlay dimaksudkan untuk melihat deskripsi kegiatan
ekonomi berdasarkan kritera pertumbuhan (MRP/RPs) dan kriteria
kontribusi (analisis LQ). Terdapat 4 (empat) kemungkinan dalam analisis
Overlay, yaitu (Maulana Yusuf dalam Lilis Siti Badriah, 2003:149-150) :
40
a. Pertumbuhan (+) dan kontribusi (+), berarti bahwa sektor tersebut
merupakan sektor yang unggul karena mempunyai tingkat
pertumbuhan dan tingkat kontribusi yang tinggi. Sektor ini layak
mendapat prioritas dalam pembangunan.
b. Pertumbuhan (+) dan kontribusi (-), berarti bahwa sektor tersebut
merupakan sektor yang potensial karena walaupun kontribusinya
rendah tetapi tingkat pertumbuhannya tinggi. Sektor ini sedang
mengalami perkembangan yang perlu mendapat perhatian untuk
ditingkatkan kontribusinya dalam pembentukan PDRB.
c. Pertumbuhan (-) dan kontribusi (+), berarti bahwa sektor tersebut
masih merupakan sektor yang unggul namun ada kecenderungan
menurun karena walaupun kontribusinya tinggi tetapi pertumbuhannya
rendah. Sektor ini menunjukkan sedang mengalami penurunan,
sehingga perlu dipacu pertumbuhannya.
d. Pertumbuhan (-) dan kontribusi (-), berarti bahwa sektor tersebut
merupakan sektor yang rendah baik dari segi pertumbuhan maupun
dari segi kontribusi. Sehingga tidak layak menjadi prioritas dalam
pembangunan.
41
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Lingkungan Abiotik
a. Keadaan Geografis
Kabupaten Pacitan merupakan salah satu dari 38 kabupaten yang ada
di wilayah Propinsi Jawa Timur, terletak di antara 7,550 – 8,170 Lintang
Selatan dan 110,550 – 111,250 Bujur Timur. Keadaan alamnya sebagian
besar berupa bukit dan gunung, jurang terjal dan termasuk deretan
Pegunungan Seribu yang membujur sepanjang Pulau Jawa.
Secara administratif batas-batas wilayah Kabupaten Pacitan adalah
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur) dan Kabupaten
Wonogiri (Jawa Tengah).
b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia.
c. Sebelah Barat : Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah).
d. Sebelah Timur : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur).
Kabupaten Pacitan terbagi dalam 12 kecamatan, yang meliputi 166
desa dan 5 kelurahan. Kecamatan Sudimoro yang memiliki luas wilayah
71,856 Km2, merupakan kecamatan yang tersempit di Kabupaten Pacitan,
sedangkan kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Tulakan dengan
luas wilayah 161,615 Km2.
42
b. Bentuk Wilayah / Topografi
Bentuk wilayah adalah bentuk pemukiman wilayah dalam kaitannya
dengan lereng dan perbedaan ketinggian. Jadi aspek yang penting dalam
topografi adalah bentuk relief wilayah yang dicerminkan oleh ketinggian
tempat dan kemiringan lereng.
Secara topografi areal tanah yang ada di Kabupaten Pacitan
digolongkan menjadi 5 (lima) daerah ketinggian di atas permukaan air
laut, yaitu:
a. Ketinggian 0 - 25 m, meliputi wilayah seluas 2,62 %.
b. Ketinggian 25 - 100 m, meliputi wilayah seluas 2,67 %.
c. Ketinggian 100 - 500 m, meliputi wilayah seluas 52,68%.
d. Ketinggian 500 - 1000 m, meliputi wilayah seluas 36,43 %.
e. Ketinggian 1000 m, meliputi wilayah seluas 5,59 %.
Berdasarkan topografi, wilayah Kabupaten Pacitan dibedakan
menjadi 2 (dua) bagian, yaitu wilayah selatan pada umumnya berupa batu
kapur, sedangkan dibagian utara berupa tanah. Bila ditinjau dari struktur
dan jenis tanah terdiri dari Assosiasi Litosol, Mediteran Merah, Aluvial
kelabu endapan liat, Litosol campuran Truf dengan Vulkan serta komplek
Litosol Kemerahan yang ternyata didalamnya banyak mengandung potensi
bahan galian mineral.
c. Iklim dan suhu Udara
Iklim Kabupaten Pacitan berada disekitar garis khatulistiwa, maka
seperti daerah lain di Indonesia, wilayah ini mempunyai dua musim setiap
tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan
43
maksimum suhu maksimum rata-rata 330 C, sedangkan suhu minimum
rata-rata mencapai 220 C.
Keadaan hari hujan pada tahun 2007 di Kabupaten Pacitan
meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2006. Hari-hari hujan yang
paling banyak yaitu jatuh pada bulan Februari dan Desember sebanyak
252 hari dan 349 hari, sedangkan rata-rata curah hujan bulan Desember
581mm3. Pada musim kemarau bulan yang paling kering jatuh pada bulan
Agustus karena pada bulan tersebut hanya terdapat lima hari hujan.
d. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan adalah pemanfaatan lahan oleh manusia dengan
berbagai tujuan guna memenuhi kebutuhannya. Kondisi ini dapat
mencerminkan kondisi fisik dan sosial ekonomi suatu wilyah. Luas
Kabupaten Pacitan 138.987,2 Ha, berdasarkan atas distribusi penggunaan
tanah terdiri dari lahan sawah seluas 13.014,26 Ha (9,36 persen) dan lahan
kering seluas 125.971,90 Ha (90,64 persen). Menurut penggunaanya
sebagian besar lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah berpengairan
tadah hujan (4,83 persen), lainnya berpengairan irigasi teknis, irigasi
setengah teknis dan irigasi sederhana.
Berikutnya lahan kering yang dipakai untuk tanaman kayu-kayuan
32,53 persen dari total bukan lahan sawah. Persentase itu merupakan yang
terbesar dibandingkan persentase penggunaan lahan kering lain. Gambaran
distribusi penggunaan lahan di Kabupaten Pacitan selengkapnya dapat
dilihat dalam tabel 4.1
44
Tabel 4.1. Distribusi Penggunaan Lahan di Kabupaten Pacitan Tahun 2007.
Jenis Tanah Luas (Ha) Presentase (%)A. Tanah sawah - Irigasi Teknis - Irigasi 1/2 teknis - Irigasi Sederhana - Tadah Hujan
13.014,26864
2.1303.3136.707
9,360,621,532,384,83
B. Tanah Kering - Bangunan/Pekarangan - Tegal/Huma - Tanaman Kayu-kayuan - Hutan Rakyat - Hutan Negara - Lainnya
125.971,903.153,33
29.890,5845.213,7834.968,971.214,25
11.530,99
90,642,27
21,5132,5325,160,878,30
Jumlah A + B 138.987,2 100,00 Sumber : Pacitan Dalam Angka 2008.
2. Lingkungan Biotik
Lingkungan biotik di daerah penelitian dipisahkan menjadi dua
kelompok, yaitu flora dan fauna. Tumbuh-tumbuhan yang ada di
Kabupaten Pacitan meliputi flora yang terdapat di tanah sawah, tegal dan
pekarangan. Sedangkan fauna yang ada dikelompokkan menjadi fauna
yang ada di luar pemukiman dan di dalam pemukiman.
a. Flora yang Terdapat di Sawah, Tegal dan Pekarangan.
1) Tanah Sawah
Tanah sawah di Kabupaten Pacitan dapat ditanami tanaman padi
dan tanaman palawija, seperti jagung, kacang kedelai, kacang tanah,
ubi kayu dan ubi jalar. Rata-rata produksi padi pada tahun 2007 di
Kabupaten Pacitan sebesar 44,75 Kw/Ha, jagung sebesar 40,52
Kw/Ha, ubi kayu sebesar 178,59 Kw/Ha dan kacang tanah sebesar
11,35 Kw/Ha.
45
2) Tanah Tegal
Tanah tegal termasuk tanah di sekeliling rumah pemukiman
penduduk. Jenis tumbuhan meliputi tumbuhan liar dan tanaman yang
dibudidayakan oleh penduduk.
Jenis tumbuhan lain yang tumbuh secara alami merupakan semak-
semak yang beranekargam. Walaupun tumbuhan semak-semak ini
tidak dapat diambil hasilnya, namun bermanfaat sebagai penutup
lahan, menahan percikan air hujan yang jatuh ke tanah dan mengurangi
erosi di lahan tegal.
Tanaman yang dibudidayakan petani dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu tanaman semusim dan tahunan. Jenis tanaman semusim meliputi
jagung, ketela pohon, kacang tanah, dan lain-lain. Sedangkan tanaman
keras yang dibudidayakan adalah tanaman buah-buahan seperti pisang,
mangga, pepaya, rambutan dan lain-lain.
3) Pekarangan
Lahan pekarangan juga diusahakan ditanami bahan pangan untuk
mencukupi kebutuhan hidup. Jenis tanaman yang diusahakan adalah
buah-buahan seperti pisang, mangga, pepaya, rambutan dan lain-lain.
b. Fauna
Hewan yang terdapat di Kabupaten Pacitan dibedakan menjadi 2
(dua), yaitu satwa liar dan satwa yang dipelihara. Hewan liar banyak
terdapat di hutan-hutan. Sedangkan hewan yang dipelihara berupa
ternak seperti lembu, sapi, kuda, kambing, babi, ayam dan itik.
46
Jenis peternakan di Kabupaten Pacitan terdiri dari populasi ternak
besar, populasi ternak kecil dan populasi ternak unggas. Populasi
ternak besar pada tahun 2007 terdiri dari ternak kuda sebesar 151 ekor,
sapi sebesar 45.926 ekor dan kerbau sebesar 358 ekor. Untuk populasi
ternak kecil terdiri dari ternak kambing sebesar 78.234 ekor, domba
sebesar 32.339 ekor dan kelinci sebesar 2.901 ekor. Sedangkan untuk
jenis populasi unggas yang paling banyak di Kabupaten Pacitan yaitu
ayam kampung sebesar 970.138 ekor, ayam ras sebesar 60.946 ekor
dan itik/entok sebesar 15.078 ekor.
3. Lingkungan Sosial Budaya
a. Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja
1) Keadaan Penduduk
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Pacitan Tahun 1997-2007
TahunLaki-laki
Perempuan JumlahKepadatan (jiwa/km2)
Pertumbuhan(%)
1997 257.558 274.433 531.991 396 -1998 259.948 274.744 534.692 398 0,511999 260.988 275.506 536.494 400 0,342000 264.174 277.152 541.326 403 0,902001 265.268 277.984 543.252 391 0,362002 266.542 278.867 545.409 392 0,402003 267.701 279.607 547.308 394 0,352004 268.660 280.409 549.069 395 0,322005 270.882 280.887 551.759 397 0,492006 258.709 292.446 551.155 397 -0,112007 273.259 282.003 555.262 400 0,75
Sumber: Pacitan Dalam Angka 1998 - 2008.
Berdasarkan hasil registrasi penduduk, jumlah penduduk
Kabupaten Pacitan tahun 2007 sebesar 555.262 jiwa dengan laju
pertumbuhan 0,75 persen. Komposisi penduduk terdiri dari 273.259
47
jiwa laki-laki dan 282.003 jiwa perempuan. Jumlah penduduk tahun
2007 ini lebih besar dibandingkan dengan tahun 2006 yang sebesar
551.155 jiwa.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Pacitan secara umum dapat
mencerminkan daya dukung daerah tersebut. Hal ini dapat
diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu kepadatan penduduk
geografis (per Km2) dan kepadatan agraris (per Ha). Kepadatan
penduduk secara geografis dapat dihitung sebagai berikut :
Kepadatan penduduk secara geografis = wilayahluas
pendudukjumlah
= 87,389.1
262.555
= 400 per km2
Adapun kepadatan penduduk secara agraris dapat dihitung sebagai
berikut :
Kepadatan penduduk agraris = (ha)pertanian lahan luas
pendudukjumlah
= 57,058.46
262.555
= 12 per ha
Jadi kepadatan penduduk secara geografis di wilayah Kabupaten
Pacitan kurang lebih 400 orang setiap km2, sedangkan kepadatan
penduduk secara agraris di wilayah ini kurang lebih 12 orang setiap
hektar luas lahan pertanian.
48
Tabel 4.3. Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Pacitan Tahun 2007
No KecamatanLuas Daerah
(Km2)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/Km2)123456789101112
DonorojoPunungPringkukuPacitanKebonagungArjosariNawanganBandarTegalomboTulakanNgadirojoSudimoro
109,09108,81132,9377,11
124,85117,06124,06117,34149,26161,6195,9171,86
40.36735.69632.32165.34445.05939.62150.22643.49850.76077.92643.83130.613
370328243847361338405371340482457426
Jumlah 1.389,87 555.262 400
Sumber : Pacitan Dalam Angka Tahun 2008.
Kepadatan penduduk Kabupaten Pacitan tahun 2007 rata-rata
sebesar 400 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk pada masing-
masing kecamatan beragam mulai dari 243 jiwa/km2 sampai 847
jiwa/km2. Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling tinggi adalah
kecamatan Pacitan yaitu 847 jiwa/km2 dan paling rendah adalah
kecamatan Pringkuku sebesar 243 jiwa/km2.
2) Ketenagakerjaan
Penduduk Usia Kerja didefinisikan sebagai penduduk yang
berumur 10 tahun ke atas. Penduduk Usia Kerja terdiri dari Angkatan
Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Mereka yang termasuk dalam
Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja atau yang sedang
mencari pekerjaan, sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah mereka
49
yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan
lainnya.
Tabel 4.4. Banyaknya Penduduk Umur 10 Tahun keatas Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Pacitan Tahun 2007
No Lapangan Usaha Jumlah (%)123456789
PertanianPertambangan dan PenggalianIndustriListrik, Gas dan Air BersihKonstruksiPerdagangan, Hotel dan RestoranAngkutan dan TelekomunikasiBank, Persewaan dan Jasa PerusahaanJasa-jasa
256.8751.984
20.939907
12.18036.8005.6371.693
30.875
69,820,545,690,253,31
10,001,53
0,.468,39
Jumlah 367.890 100Sumber : Pacitan Dalam Angka 2008.
Berdasarkan data tabel 4.4. menunjukkan jumlah penduduk yang
bekerja sebanyak 367.890 jiwa atau 66,26 persen dari total jumlah
penduduk. Menurut jenis mata pencaharian dapat dijelaskan urutan
pertama sebanyak 256.875 jiwa atau 69,82 persen berada disektor
pertanian, urutan kedua sebanyak 36.800 jiwa atau 10,00 persen
berada disektor perdagangan, hotel dan restoran, serta urutan ketiga
berada disektor jasa-jasa sebanyak 30.875 atau 8,39 persen.
b. Pendidikan dan Kesehatan
1) Pendidikan
Pembangunan bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Fokus peningkatan pembangunan Sumber Daya
Manusia (SDM) saat ini adalah pemberian kesempatan seluas-luasnya
bagi penduduk untuk mengecap pendidikan terutama penduduk usia
sekolah (7–24 tahun). Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)
suatu daerah/wilayah akan sangat menentukan karakter dari
50
pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia adalah sebagai
pelaku kegiatan pembangunan, di samping juga sebagai obyek
pembangunan.
Menurut catatan Dinas Pendidikan bahwa jumlah murid SD/MI
sebanyak 55.431 murid, dengan jumlah sekolah sebanyak 526 SD/MI
negeri maupun swasta. Jumlah SMP/MTs baik negeri maupun swasta
tahun 2007 sebanyak 100 yang menampung 25.105 murid. Sedangkan
untuk jumlah SMA/SMK/MA sebanyak 37 sekolah dan menampung
12.294 murid. Gambaran tentang jumlah sekolah, jumlah murid dan
jumlah guru di setiap tingkat pendidikan dapat dilihat dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5. Jumlah Sekolah, Jumlah Murid dan Jumlah Guru Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pacitan Tahun 2007
No Tingkat PendidikanJumlah Sekolah
Jumlah Guru
Jumlah Murid
1234
Taman Kanak-Kanak SD / MISMP / MTsSMA / SMK / MA
29152610037
5605.0312.4191.237
6.75355.43125.10512.294
Sumber : Pacitan Dalam Angka 2008.
Bila ditinjau dari tingkat pendidikan yang ditamatkan, maka
jumlah penduduk tahun 2007 yang paling banyak adalah tamat
Sekolah Dasar yaitu sebesar 179.135 orang atau 32,26 persen. Keadaan
yang demikian ini mencerminkan masih banyaknya penduduk yang
tidak dapat melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi. Hal ini
menandakan bahwa sumber daya manusia yang ada di Kabupaten
Pacitan masih sangat rendah. Gambaran banyaknya penduduk menurut
pendidikan yang ditamatkan dapat dilihat dalam tabel 4.6.
51
Tabel 4.6. Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan di Kabupaten Pacitan Tahun 2007
Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)Tidak/Belum SekolahTidak/Belum Tamat SDTamat SDTamat SLTPTamat SLTATamat SLTA KejuruanTamat D1/D2Tamat D3/AkademiTamat Universitas
96.383118.219179.13586.75730.31024.8296.1462.145
11.338
17,3621,2932,2615,625,464,471,110,392,04
Jumlah 555.262 100,00Sumber : Pacitan Dalam Angka 2008.
2) Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Pacitan, meliputi
satu unit rumah sakit yang terletak di Kecamatan Pacitan, puskesmas
24 unit yang tersebar di seluruh kecamatan-kecamatan serta puskesmas
pembantu 53 unit, layanan praktek dokter sebanyak 63 unit, balai
pengobatan sebanyak 4 unit, dan layanan posyandu sebagai penunjang
kesehatan dan gizi balita sebanyak 762 unit.
Sedangkan untuk jumlah tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis
berjumlah 40 orang, perawat 128 orang, bidan puskesmas 31 orang,
bidan desa berjumlah 134 orang dan jumlah tenaga kesehatan non
paramedis sebanyak 669 orang.
52
c. Industri
Kegiatan sektor industri yang banyak terdapat di Kabupaten Pacitan
masih tergolong skala kecil. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Pacitan pada tahun 2007 jenis industri kecil
mencapai 14.392 unit lebih besar dibandingkan tahun 2006 sejumlah
14.008 unit. Jumlah tenaga kerja yang terserap dari industri kecil tahun
2007 sebanyak 29.225 orang. Beberapa komoditi industri kecil yang
terdapat di Pacitan antara lain adalah anyaman bambu, mainan anak, batu
mulia, seni gerabah, dan batik tulis. Sedangkan untuk jenis industri skala
besar di Kabupaten Pacitan berjumlah 5 unit dengan menyerap tenaga
kerja sebanyak 2.563 orang dan jenis industri berskala sedang berjumlah 1
unit dengan menyerap jumlah tenaga kerja 50 orang.
d. Profil Pertumbuhan Ekonomi Daerah
1) Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi daerah dihitung dari pertumbuhan PDRB
berdasarkan harga konstan. Penggunaan harga konstan ini
dimaksudkan untuk menghindari pengaruh kenaikan harga, sehingga
dapat benar-benar menunjukkan kenaikan kemampuan daerah dalam
menghasilkan barang dan jasa.
53
Tabel 4.7. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993 di Kabupaten Pacitan Tahun 1997-2000
Tahun Nilai PDRBPertumbuhan
(%)1997 357.123,84 -1998 334.925,65 -6,221999 338.727,50 1,142000 344.771,83 1,78
Sumber : Pacitan Dalam Angka 1998 - 2000. diolah.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun
1997 secara nyata telah berepengaruh terhadap perekonomian
Kabupaten Pacitanyang sempat mengalami pertumbuhan negatif
sebesar 6,22 persen pada tahun 1998.
Tabel 4.8. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten Pacitan Tahun 2001-2007
Tahun Nilai PDRBPertumbuhan
(%)2001 1.039.272,99 -2002 1.056.429,11 1,652003 1.083.514,11 2,562004 1.121.289,93 3,492005 1.162.300,55 3,662006 1.211.931,91 4,272007 1.274.457,26 5,16
Sumber : Pacitan Dalam Angka 2001 - 2008. diolah.
Perbaikan ekonomi di Kabupaten Pacitan mulai membaik pada
tahun 1999 hingga 2007, terlihat dari adanya pertumbuhan yang tidak
lagi negatif. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Pacitan mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebesar 5,16 persen.
54
2) Pertumbuhan PDRB Per Kapita dan Pertumbuhan Sektoral
a. PDRB Per Kapita
PDRB per kapita merupakan salah satu indikator produktifitas
penduduk, dihitung dengan cara membagi PDRB dengan jumlah
penduduk. PDRB per kapita digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk menilai tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Berikut
gambaran pertumbuhan PDRB per kapita Kabupaten Pacitan selama
kurun waktu tahun 1997 sampai tahun 2007 pada tabel 4.9 dan 4.10 :
Tabel 4.9. PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 1993 di Kabupaten Pacitan Tahun 1997-2000
Tahun PDRB Per Kapita Pertumbuhan1997 672.488,81 -1998 627.975,39 -6,621999 632.196,08 0,672000 639.757,71 1,20
Sumber : Pacitan dalam Angka 1998 - 2000. diolah.
Pertumbuhan nilai PDRB per kapita Kabupaten Pacitan pada tahun
1998 mengalami penurunan sebesar minus 6,62 persen akibat
pengaruh dari krisis ekonomi. Namun memasuki tahun-tahun
berikutnya pertumbuhannya semakin membaik.
Tabel 4.10. PDRB Per Kapita Atas Harga Konstan 2000 di Kabupaten Pacitan Tahun 2001 – 2007
Tahun PDRB Per Kapita Pertumbuhan2001 1.916.455,97 -2002 1.940.467,12 1,252003 1.983.244,88 2,202004 2.045.444,05 3,142005 2.112.916,45 3,302006 2.198.894,88 4,072007 2.295.235,87 4,38
Sumber : Pacitan Dalam Angka 2001 - 2008. diolah.
55
Pada kurun waktu tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 nilai
PDRB per kapita cenderung mengalami peningkatan. Pertumbuhan
PDRB per kapita di Kabupaten Pacitan tertinggi terjadi pada tahun
2007 yaitu mencapai 4,38 persen.
b. Pertumbuhan Sektoral
Tabel 4.11. Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 1993 Kabupaten Pacitan Tahun 1997-2000
Lapangan Usaha 1997 1998 1999 20001. Pertanian 39,85 39,44 39,61 39,541.1. Tanaman Bahan Makanan 29,38 29,14 29,15 29,001.2. Tanaman Perkebunan 4,75 4,46 4,53 4,581.3. Peternakan 4,73 4,75 4,76 4,741.4. Kehutanan 0,05 0,04 0,05 0,051.5. Perikanan 0,94 1,05 1,13 1,172. Pertambangan dan Penggalian 3,46 3,50 3,51 3,523. Industri pengolahan 3,59 3,61 3,63 3,654. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,44 0,51 0,55 0,575. Bangunan 7,48 7,53 7,53 7,506. Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,81 10,77 10,78 10,767. Pengangkutan dan Komunikasi 5,90 5,98 6,02 6,058. Keuangaan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9,04 8,95 8,50 8,46
9. Jasa- Jasa 19,43 19,71 19,86 19,94PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Pacitan dalam Angka 1998 - 2000. diolah.
Berdasarkan sumbangan dari masing-masing sektor perekonomian
di Kabupaten Pacitan menunjukkan bahwa sektor pertanian
mempunyai peranan yang dominan dalam menggerakkan
perekonomian Kabupaten Pacitan selama kurun waktu tahun 1997 –
2007. Sektor-sektor lain yang kontribusinya cukup besar pada
Kabupaten Pacitan selama kurun waktu tersebut yaitu sektor Jasa-Jasa,
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan, serta sektor Bangunan.
56
Tabel 4.12. Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Pacitan Tahun 2001-2007
LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1. Pertanian 43,78 43,57 43,12 42,49 41,94 41,26 40,481.1 Tanaman Bahan Makanan 30,53 30,12 29,49 28,60 27,76 26,81 25,701.2 Tanaman Perkebunan 6,49 6,62 6,77 6,97 7,20 7,43 7,681.3 Peternakan 5,42 5,46 5,49 5,48 5,47 5,43 5,411.4 Kehutanan 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,041.5 Perikanan 1,22 1,28 1,34 1,40 1,47 1,55 1,65
2. Pertambangan & Penggalian 4,61 4,63 4,64 4,66 4,67 4,67 4,703. Industri pengolahan 3,57 3,61 3,67 3,71 3,79 3,90 4,024. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,49 0,54 0,63 0,73 0,84 0,95 1,015. Bangunan 7,35 7,35 7,32 7,56 7,74 7,89 8,096. Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,00 10,06 10,11 10,15 10,15 10,25 10,52
7. Pengangkutan &Komunikasi 6,01 5,91 5,93 5,92 5,79 5,67 5,578. Keuangaan, Persewaan & Jasa Perusahaan
8,48 8,50 8,48 8,42 8,38 8,34 8,37
9. Jasa- Jasa 15,72 15,84 16,10 16,36 16,69 17,05 17,24
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Pacitan Dalam Angka 2001 - 2008.diolah.
Kontribusi sektor-sektor ekonomi untuk tahun 2007 didominasi
oleh sektor pertanian dengan sumbangannya mencapai sebesar 40,48
persen, selanjutnya berturut-turut diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar
17,24 persen, sektor perdagangan, hotel an restoran sebesar 10,52
persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 8,37
persen, sektor bangunan sebesar 8,09, sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 5,57 persen, sektor pertambangan dan penggalian
sebesar 4,70 persen, sektor industri pengolahan sebesar 4,02 persen
dan sektor yang memberikan kontribusi paling kecil adalah sektor
listrik, gas dan air bersih sebesar 1,01.
57
Tabel 4.13 PDRB Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993 dan Pertumbuhan Rerata Pertahun di Kabupaten Pacitan Tahun 1997-2000
Lapangan Usaha 1997 2000 g 1997 - 2007
1. Pertanian 142.380,26 136.329,35 -0,01441.1. Tanaman Bahan Makanan 104.906,85 99.987,35 -0,01591.2. Tanaman Perkebunan 16.971,91 15.780,76 -0,02401.3. Peternakan 16.904,14 16.358,49 -0,01091.4. Kehutanan 180,02 155,90 -0,04681.5. Perikanan 3.345,34 4.046,77 -0,06552. Pertambangan dan Penggalian 12.368,56 12.134,03 -0,06543. Industri Pengolahan 12.836,35 12.601,37 -0,00644. Listrik, Gas dan Air Bersih 1.589,65 1.978,95 -0,00615. Bangunan 26.695,20 25.846,78 -0,07576. Perdaganagan, Hotel dan Restoran 38.596,54 37.105,70 -0,01077. Pengangkutan dan Komunikasi 21.055,04 20.864,24 -0,01308. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 32.281,56 29.166,24 -0,0030
9. Jasa-Jasa 69.392,68 68.754,17 -0,0031PDRB 357.123,84 344.771,83 -0,0117
Keterangan : g 1997 – 2000 = pertumbuhan kurun waktu tahun 1997 – 2000 dalam persen. Sumber : BPS Kabupaten Pacitan, data diolah.
Pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi seperti yang
disajikan pada tabel 4.13 pada kurun waktu tahun 1997 – 2000 atau
sebelum otonomi daerah dapat dijelaskan bahwa semua sektor
ekonomi di Kabupaten Pacitan rerata pertumbuhannya negatif. Krisis
ekonomi yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997
merupakan penyebab dari menurunnya pertumbuhan sektor-sektor
ekonomi tersebut. Sektor ekonomi yang rerata pertumbuhannya
mengalami penurunan paling tinggi adalah sektor Bangunan sebesar
7,57 persen dan sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 6,54
persen. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pada masa krisis
seluruh sektor ekonomi, baik pertanian maupun non pertanian terkena
dampak yang serius sehingga kinerjanya menurun.
58
Tabel 4.14 PDRB Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 dan Pertumbuhan Rerata Pertahun di Kabupaten Pacitan Tahun 2000-2007
Lapangan Usaha 2001 2007 g 2000 - 20071) Pertanian 454.997,09 515.869,46 0,0211a. Tanaman Bahan Makanan 317.249,86 327.520,52 0,0053b. Tanaman Perkebunan 67.429,71 97.818,20 0,0639c. Peternakan 56.304,47 68.933,41 0,0343d. Kehutanan 434,35 536,91 0,0359e. Perikanan 12.649,28 21.060,42 0,08872) Pertambangan dan Penggalian 47.889,94 59.929,21 0,03813) Industri Pengolahan 37.103,04 51.217,35 0,05524) Listrik, Gas dan Air Bersih 5.052,57 12.853,51 0,16845) Bangunan 76.335,78 103.126,33 0,05146) Perdaganagan, Hotel dan Restoran 103.921,82 134.055,85 0,04337) Pengangkutan dan Komunikasi 62.460,83 70.946,37 0,02148) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 88.124,56 106.705,02 0,0323
9) Jasa-Jasa 163.387,35 219.754,16 0,0506PDRB 1.039.272,99 1.274.457,26 0,0346
Keterangan : g 2001-2007 = pertumbuhan kurun waktu tahun 2001 – 2007 dalam persen. Sumber : BPS Kabupaten Pacitan, data diolah.
Selama periode 2001 – 2007 semua sektor ekonomi rerata
pertumbuhannya positif, dan sektor yang rerata pertumbuhannya
paling tinggi adalah sektor listruk, gas dan bersih sebesar 16,84 persen,
kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 5,52 persen,
sektor bangunan sebesar 5,14 persen dan sektor jasa-jasa sebesar 5,06
persen. Sedangkan sektor pertanian yang kontribusinya terhadap
PDRB paling besar rerata pertumbuhannya hanya sebesar 2,11 persen.
Tiga tahun setelah krisis ekonomi berjalan nampak pada periode
2001-2007 sektor-sektor ekonomi mulai tumbuh kembali dengan rerata
pertumbuhan sebesar 3,46 persen, sehingga dapat dikatakan bahwa
perekonomian daerah Kabupaten Pacitan tumbuh normal kembali
walaupun pertumbuhannya masih rendah.
59
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
Untuk mengetahui daya dukung lahan, pergeseran atau perubahan
struktur ekonomi dalam perekonomian Kabupaten Pacitan serta untuk
mengetahui sektor basis dan sektor unggulan yang dapat dikembangkan di
daerah tersebut, maka pada bab ini akan dibahas hasil analisis data
berdasarkan alat analisis yang telah dikemukakan pada bab awal yaitu dengan
menggunakan analisis tekanan penduduk, analisis Shift-Share Klasik, analisis
Location Quotient, analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan analisis
Overlay.
1. Analisis Daya Dukung Lahan
Analisis daya dukung lahan digunakan untuk menganalisis lahan
pertanian dan daya tampungnya terhadap jumlah penduduk. Konsep
mengenai daya dukung lahan adalah batas teratas dari pertumbuhan
populasi, dimana jumlah populasi sudah tidak dapat didukung oleh sarana,
sumberdaya, dan lingkungan yang ada.
Daya dukung lingkunagan disini adalah kemampuan lahan untuk
mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di dalam
analisis ini digunakan tekanan penduduk sebagai alat analisisnya, yang
tentunya hanya meneliti masalah daya dukung lingkungan saja. Hasil
analisis ini diharapkan bisa digunakan sebagai penentu kebijakan
mengolah tanah pertanian secara efektif dan efisien tanpa mengurangi
kesuburan tanah.
60
Untuk mengetahui tekanan penduduk akan dihitung besarnya nilai
variabel-variabel penduduknya terlebih dahulu yaitu variabel kebutuhan
luas lahan minimal untuk hidup layak dikonotasikan dengan nilai Z
dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengeluaran untuk hidup
layak oleh sebuah keluarga atau individu, dengan nilai bersih pendapatan
yang diperoleh pada setiap satu hektar lahan pertanian selama satu tahun.
Ukuran untuk hidup layak, digunakan kriteria dua kali ambang garis
kemiskinan, ekuivalen beras versi profesor Syogya, yaitu 2 x 360 kg = 720
kg per kapita per tahun. Sedangkan nilai produksi yang diperoleh untuk
setiap satu hektar tanaman pertanian di dapat dengan mengambil nilai rata-
rata setiap jenis tanaman yang biasa dihasilkan dari lahan di wilayah
Kabupaten Pacitan.
a. Masa Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah
Keperluan untuk hidup layak 720 kg per kepala per tahun, apabila
harga beras rata-rata yang berlaku adalah Rp 2.500,00 per kg, maka
pengeluaran minimum untuk hidup layak adalah sebesar 720 kg x Rp
2.500,00 = Rp 1.800.000,00 per kepala per tahun. Rata-rata jumlah
anggota keluarga di Kabupaten Pacitan adalah 4 orang (BPS Kabupaten
Pacitan, 1997), jadi pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk hidup layak
bagi setiap keluarga adalah : Rp 1.800.000,00 x 4 = Rp 7.200.000,00 per
kepala keluarga per tahun.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh menunjukkan nilai produksi
rata-rata untuk setiap satu hektar tanah pertanian (sawah, tegal,
pekarangan) adalah:
61
1) Sawah 2 musin (Padi – Padi – Palawija)
Padi
Produksi padi 4.600 kg, harga Rp 1.125,-/kg.
Nilai produksi 4.600 kg x Rp 1.125,-/kg * 2 = Rp 10.350.000,00
Biaya produksi (lampiran) = Rp 2.698.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 7.652.000,00
Jagung
Produksi jagung 2.700 kg, harga Rp 1.000,- /kg.
Nilai produksi 2700 kg x Rp 1.000,-/kg = Rp 2.700.000,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 2.036.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 664.000,00
Hasil bersih lahan sawah 2 musim sebesar =
Rp 7.652.000,00 + Rp 664.000,000 = Rp 8.316.000,00
Nilai Z = 000.316.8
000.800.1= 0,21 ha/orang
2) Sawah 1 musim (Padi – Palawija)
Padi
Produksi padi 4.600 kg, harga Rp 1.125,-/kg
Nilai produksi 4.600 kg x Rp 1.125,-/kg = Rp 5.175.000,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 2.698.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 2.477.000,00
62
Jagung
Produksi jagung 2.700 kg, harga Rp 1.000,- /kg.
Nilai produksi 2.700 kg x Rp 1.000,-/kg = Rp 2.700.000,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 2.036.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 664.000,00
Kacang Tanah
Produksi kacang tanah 1.700 kg, harga Rp 2.000,-/kg.
Nilai produksi 1.700 kg x Rp 2.000,-/kg = Rp 3.400.000,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 1.692.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 1.708.000,00
Nilai produksi rata-rata tanaman jagung dan kacang tanah =
001.186.000,Rp2
001.708.000,Rp644.000,00Rp
Hasil bersih lahan sawah 1 musim sebesar =
Rp 2.477.000,00 + Rp 1.186.000,00 = Rp 3.663.000,00
Nilai Z = 000.663.3
000.800.10,49 ha/orang
3) Tegal
Padi
Produksi padi 4.600 kg, harga Rp 1.125,-/kg
Nilai produksi 4.600 kg x Rp 1.125,-/kg = Rp 5.175.000,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 2.698.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 2,477.000,00
63
Kedelai
Nilai produksi kedelai 1.345 kg, harga Rp 1.800,-/kg.
Nilai produksi 1.345 kg x Rp 1.800,-/kg = Rp 2.421.000,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 1.303.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 1.118.000,00
Ubi Kayu
Nilai produksi ubi kayu 10.200 kg, harga Rp 250,-/kg.
Nilai produksi 10.200 kg x Rp 250,-/kg = Rp 2.562.500,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 1.577.200,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 985.300,00
Kacang Tanah
Produksi kacang tanah 1.700 kg, harga Rp 2.000,-/kg.
Nilai produksi 1.700 kg x Rp 2.000,-/kg = Rp 3.400.000,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 1.692.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 1.708.000,00
Tanaman kedelai, ubi kayu dan kacang tanah ditanam secara
tumpangsari sehingga nilai produksinya dibagi tiga =
3
0001.708.000.Rp985.300Rp1.118.000Rp = Rp 1.270.500,00
Hasil bersih lahan tegal sebesar =
Rp 2.477.000,00 + Rp 1.270.500,00 = Rp 3.747.500,00
Nilai Z = 48,0500.747.3
000.800.1 ha/orang.
64
4) Pekarangan
Pisang
Produksi panen pisang rata-rata menghasilkan Rp 3,500.000,00/Ha,
dengan biaya produksi sebesar Rp 1.274.000,00 sekali panen
(lampiran). Hasil bersih petani pisang adalah sebesar = Rp
3.500.000,00 – Rp 1.274.000,00 = Rp 2.226.000,00
Mangga
Produksi panen mangga rata-rata menghasilkan Rp 2.200.000,00/Ha,
dengan biaya produksi sebesar Rp 710.000,00 sekali panen
(lampiran). Hasil bersih petani mangga adalah sebesar = Rp
2.200.000,00 – Rp 710.000,00 = Rp 1.490.000,00
Hasil bersih lahan pekarangan = Rp 2.226.000,00 + Rp 1.490.000,00
= Rp 3.716.000,00
Nilai Z = 50,0000.716.3
000.800.1 ha/orang
Dari angka-angka di atas diperoleh nilai sebagai berikut, nilai Z rata-
rata dihitung berdasarkan luas lahan yang terdiri atas lahan sawah, tegal
dan pekarangan.
Z = 153.3891.29020.10994.2
)153.350,0()891.2948,0()020.1049,0()994.221,0(
= 0,47
α = 0,30
Po = 536.494 jiwa
f = 0,43
L = 46.058 Ha
65
TP = 46.058
0,0034)(1536.494 x 0,430,47 x 0,30)(1
= 1,65
b. Masa Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah
Keperluan untuk hidup layak 720 kg per kepala per tahun, apabila
harga beras rata-rata yang berlaku adalah Rp 4.000,00 per kg, maka
pengeluaran minimum untuk hidup layak adalah sebesar 720 kg x Rp
4.000,00 = Rp 2.880.000,00 per kepala per tahun. Rata-rata jumlah
anggota keluarga di Kabupaten Pacitan adalah 4 orang (BPS Kabupaten
Pacitan, 2007), jadi pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk hidup layak
bagi setiap keluarga adalah : Rp 2.880.000,00 x 4 = Rp 11.520.000,00 per
kepala keluarga per tahun.
Dari hasil data yang diperoleh menunjukkan nilai produksi rata-rata
untuk setiap satu hektar tanah pertanian (sawah, tegal, pekarangan) adalah:
1) Sawah 2 musin (Padi – Padi – Palawija)
Padi
Produksi padi 4.750 kg, harga Rp 2.250,-/kg.
Nilai produksi 4.750 kg x Rp 2.250,-/kg * 2 = Rp 21.375.000,00
Biaya produksi (lampiran) = Rp 7.300.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 14.075.000,00
Jagung
Produksi jagung 2.700 kg, harga Rp 1.900,- /kg.
Nilai produksi 2700 kg x Rp 1.900,-/kg = Rp 5.130.000,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 4.930.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 200.000,00
66
Hasil bersih lahan sawah 2 musim sebesar =
Rp 14.075.000,00 + Rp 200.000,000 = Rp 14.275.000,00
Nilai Z = 000.275.14
000.880.2= 0,20 ha/orang
2) Sawah 1 musim (Padi – Palawija)
Padi
Produksi padi 4.750 kg, harga Rp 2.250,-/kg
Nilai produksi 4.750 kg x Rp 2.250,-/kg = Rp 10.687.500,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 7.300.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 3.387.500,00
Jagung
Produksi jagung 2.700 kg, harga Rp 1.900,- /kg.
Nilai produksi 2.700 kg x Rp 1.900,-/kg = Rp 5.130.000,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 4.930.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 200.000,00
Kacang Tanah
Produksi kacang tanah 1.700 kg, harga Rp 5.400,-/kg.
Nilai produksi 1.700 kg x Rp 5.400,-/kg = Rp 9.180.000,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 4.655.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 4.525.000,00
Nilai produksi rata-rata tanaman jagung dan kacang tanah =
002.362.500,Rp2
004.525.000,Rp200.000,00Rp
67
Hasil bersih lahan sawah 1 musim sebesar =
Rp 3.387.500,00 + Rp 2.362.500,00 = Rp 5.750.000,00
Nilai Z = 000.750.5
000.880.20,50 ha/orang
3) Tegal
Padi
Produksi padi 4.750 kg, harga Rp 2.250,-/kg
Nilai produksi 4.750 kg x Rp 2.250,-/kg = Rp 10.687.500,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 7.300.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 3.387.500,00
Kedelai
Nilai produksi kedelai 1.200 kg, harga Rp 4.400,-/kg.
Nilai produksi 1.200 kg x Rp 4.400,-/kg = Rp 5.280.000,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 4.251.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 1.029.000,00
Ubi Kayu
Nilai produksi ubi kayu 10.200 kg, harga Rp 450,-/kg.
Nilai produksi 10.200 kg x Rp 450,-/kg = Rp 4.590.000,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 3.610.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 980.000,00
Kacang Tanah
Produksi kacang tanah 1.700 kg, harga Rp 5.400,-/kg.
Nilai produksi 1.700 kg x Rp 5.400,-/kg = Rp 9.180.000,00
Biaya produksi per musim (lampiran) = Rp 4.655.000,00 _
Nilai produksi bersih = Rp 4.525.000,00
68
Tanaman kedelai, ubi kayu dan kacang tanah ditanam secara
tumpangsari sehingga nilai produksinya dibagi tiga =
3
4.525.000Rp980.000Rp1.029.000Rp = Rp 2.178.000,00
Hasil bersih lahan tegal sebesar =
Rp 3.387.500,00 + Rp 2.178.000,00 = Rp 5.565.500,00
Nilai Z = 52,0500.565.5
000.880.2 ha/orang
4) Pekarangan
Pisang
Produksi panen pisang rata-rata menghasilkan Rp 5.500.000,00/Ha,
dengan biaya produksi sebesar Rp 2.690.000,00 sekali panen
(lampiran). Hasil bersih petani pisang adalah sebesar = Rp
5.500.000,00 – Rp 2.690.000,00 = Rp 2.810.000,00
Mangga
Produksi panen mangga rata-rata menghasilkan Rp 3.000.000,00/Ha,
dengan biaya produksi sebesar Rp 1.415.000,00 sekali panen
(lampiran). Hasil bersih petani mangga adalah sebesar = Rp
3.000.000,00 – Rp 1.415.000,00 = Rp 1.585.000,00
Hasil bersih lahan pekarangan = Rp 2.810.000,00 + Rp 1.585.000,00
= Rp 4.395.000,00
Nilai Z = 65,0000.395.4
000.880.2 ha/orang
69
Dari angka-angka di atas diperoleh nilai sebagai berikut, nilai Z rata-
rata dihitung berdasarkan luas lahan yang terdiri atas lahan sawah, tegal
dan pekarangan.
Z = 153.3891.29020.10994.2
)153.365,0()891.2952,0()020.1050,0()994.220,0(
x
= 0,50
α = 0,30
Po = 555.262 jiwa
f = 0,69
L = 46.058 Ha
TP = 46.058
0,0075)(1555.262 x 0,690,50 x 0,30)(1
= 2,93
Tekanan penduduk Kabupaten Pacitan pada masa sebelum
pelaksanaan otonomi daerah yaitu sebesar 1,65 sedangkan selama
pelaksanaan otonomi daerah meningkat menjadi 2,93. Menurut kriteria
yang ada maka wilayah Kabupaten Pacitan baik pada masa sebelum
maupun selama pelaksanaan otonomi daerah termasuk sudah melampaui
batas (TP>1). Artinya, jumlah penduduk yang hidup di Kabupaten tersebut
sudah melampaui daya tampung lahan dalam mencukupi kebutuhan akan
pangan sehingga hipotesis pertama yang menyatakan bahwa tekanan
penduduk sudah melampaui batas sehingga melebihi ambang daya dukung
lahan terbukti.
70
Hal-hal yang perlu diperhatikan dengan tekanan penduduk terhadap
lahan pertanian di Kabupaten Pacitan adalah pertumbuhan penduduk dan
pengolahan lahan agar mendapat hasil yang optimal sementara luas lahan
yang produktif tetap lestari, kegiatan lain yang dapat mengurangi tekanan
penduduk terhadap lahan pertanian adalah menciptakan lapangan kerja di
luar sektor pertanian sehingga penduduk tidak mengeksploitasi lahan
pertanian secara terus menerus.
Permasalahan yang dihadapi dengan tekanan penduduk di lahan
pertanian yang tinggi bagi masyarakat Kabupaten Pacitan berkaitan erat
dengan ketergantungan penduduk terhadap lahan pertanian, terutama
ketergantungan secara ekonomi. Secara garis besar permasalahan yang
dihadapi adalah :
1. Keterbatasan lahan pertanian yang berpengaruh terhadap pendapatan
dan tingkat perekonomian masyarakat.
2. Terbatasnya lapangan pekerjaan di luar sektor pertanian.
3. Alih fungsi lahan pertanian (tanah subur) menjadi non pertanian
seperti untuk perumahan, kantor dan jalan.
4. Rencana tata ruang wilayah belum dilaksanakan secara benar dan
bertanggungjawab.
5. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk.
Keterkaitan antara tekanan penduduk, kemiskinan, kerusakan
lingkungan merupakan lingkaran setan (vircious circle) yang tidak
berujung pangkal sehingga penanganannya dilaksanakan secara
menyeluruh, sebagaimana pada alur bagan sebagai berikut :
71
Gambar 4.1 Lingkaran Setan Kemiskinan
Berdasarkan gambar 4.1 dapat dijelaskan tekanan penduduk yang
tinggi pada suau wilayah karena tidak adanya diversivikasi di luar lahan
pertanian, penduduk tergantung pada lahan yang dimiliki untuk
mencukupi kebutuhan hidup, sehingga terjadi eksploitasi lahan secara
besar-besaran, lahan digarap terus menerus tidak ada pemulih tanaman
sehingga menyebabkan erosi tinggi, lapisan atas (top soil) hilang sehingga
produktivitas turun. Dilain pihak erosi yang tinggi menyebabkan
sedimentasi dan jaringan irigasi menjadi rusak, tidak berfungsinya dengan
baik dan dimusim hujan terjadi banjir karena lahan sudah gundul. Sebagai
akibat produktivitas lahan rendah maka yield rendah, sehingga pendapatan
rendah dan terjadi proses kemiskinan, tidak ada tabungan, dan hal ini
menyebabkan tidak ada investasi untuk di investasikan usaha.
Tekanan Penduduk Tinggi
Tidak Ada Diversivikasi Usaha
Eksploitasi Lahan Berlebihan
Tingkat Erosi Tinggi
Produktivitas Lahan Rendah
Pendapatan Rendah
Tidak Ada Tabungan
Tidak Ada Investasi
SedimentasiIrigasi Rusak
72
c. Pembahasan Ekonomi
Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah
Hasil analisis daya dukung lahan pada masa sebelum
pelaksanaan otonomi daerah (tahun 1997-2000) diketahui bahwa
kondisi lahan di Kabupaten Pacitan sudah melebihi ambang batas.
Laju pertumbuhan penduduk terus berjalan di lain pihak keberadaan
sumber daya lahan tetap sehingga dayadukung lahan melebihi
ambang batas. Keterbatasan menciptakan lapangan pekerjaan di luar
sektor pertanian di Kabupaten Pacitan berdampak pada tekanan
penduduk yang besar, selain itu ketergantungan penduduk pada lahan
yang dimilikinya untuk mencukupi kebutuhan hidup masih tinggi.
Tingkat nilai tukar hasil pertanian yang rendah dibandingkan dengan
barang keperluan lain juga menyebabkan tingkat kesejahteraan
penduduk terutama petani makin tertinggal dan tetap miskin.
Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung petani dalam soal
harga produk pertanian berdampak pada kehidupan petani yang tidak
dapat terangkat dari kemiskinan.
Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah
Dayadukung lahan pada masa selama pelaksanaan otonomi
daerah (tahun 2001-2007) masuk dalam klasifikasi melebihi ambang
batas. Penyebab utamanya yaitu pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Pacitan yang meningkat setiap tahunnya, sedangkan
jumlah lahan tidak bertambah sehingga kemampuan lahan melebihi
daya tampungnya dalam mendukung kehidupan masyarakat.
73
2. Analisis Shift-Share Klasik
Analisis Shift-Share Klasik digunakan untuk mengetahui pengaruh
dari pertumbuhan Propinsi Jawa Timur sebagai daerah referensi (Nij)
terhadap perekonomian di Kabupaten Pacitan sebagai daerah studi,
mengetahui pertumbuhan PDRB riil selama tahun penelitian dan juga
untuk mengetahui pengaruh dari bauran industri (Mij) dan keunggulan
kompetitif (Cij) terhadap perekonomian daerah di Kabupaten Pacitan. Alat
analisis ini mengasumsikan bahwa perubahan perekonomian suatu daerah
dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi wilayah propinsi, bauran industri,
dan keunggulan kompetitif.
a. Masa Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah
Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Shift-Share Klasik PDRB Kabupaten Pacitan Atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun 1997-2000 (jutaan rupiah)
Lapangan Usaha Nij Mij Cij Dij
1. Pertanian -17570,61 -122936,19 134455,89 -6050,911.1. Tan. Bahan Makanan -12588,82 -90686,98 98356,30 -4919,501.2. Tan. Perkebunan -2036,63 -14800,87 15646,35 -1191,151.3. Peternakan -2028,50 -14602,36 16085,21 -545,651.4. Kehutanan -21,60 -158,31 155,79 -24,121.5. Perikanan -401,44 -2923,57 4026,44 701,432. Pertambangan dan Penggalian -1484,23 -10712,91 11962,61 -234,533. Industri Pengolahan -1540,36 -11287,65 12593,04 -234,984. Listrik, Gas dan Air Bersih -190,76 -1396,14 1976,20 389,305. Bangunan -3203,42 -23333,90 25688,91 -848,426. Perdagangan, Hotel dan Restoran -4631,58 -33861,39 37002,14 -1490,847. Pengangkutan dan Komunikasi -2526,60 -18424,74 20760,54 -190,808. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan -3873,79 -28180,68 28939,14 -3115,32
9. Jasa-Jasa -8327,12 -60329,64 68018,25 -638,51
JUMLAH -43348,47 -310463,25 341396,71 -12415,01 Sumber: Hasil Olahan Data Sekunder.
74
Berdasarkan hasil Analisis Shift-Share menggunakan metode klasik
pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa perkembangan PDRB (Dij)
Kabupaten Pacitan pada masa sebelum pelaksanaan otonomi daerah (tahun
1997-2000) mengalami penurunan sebesar Rp 12.415,01 juta. Penurunan
PDRB di Kabupaten Pacitan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut ini :
1) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Propinsi (Nij)
Perkembangan ekonomi Propinsi Jawa Timur selama tahun
pengamatan yaitu tahun 1997-2000 telah mempengaruhi penurunan
PDRB Kabupaten Pacitan sebesar Rp 43.348,47 juta. Keadaan ini
menunjukkan bahwa perubahan PDRB Kabupaten Pacitan sangat
ditentukan oleh perkembangan ekonomi Propinsi Jawa Timur.
Perubahan ini terjadi pada semua sektor, dimana semua sektor
mengalami penurunan, hal ini dikarena selama kurun waktu tersebut
terjadi krisis ekonomi. Sektor yang mengalami penurunan terbesar
adalah sektor Pertanian yaitu sebesar Rp 17.570,61 juta, kemudian
disusul sektor Jasa-Jasa sebesar Rp 8.327,12 juta dan sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar Rp 4.631,58 juta.
2) Pengaruh Bauran Industri (Mij)
Pengaruh bauran industri secara keseluruhan terhadap
perkembangan PDRB Kabupaten Pacitan pada tahun 1997-2000
menurun sebesar Rp 310.463,25 juta. Hal ini berarti kegiatan ekonomi
di Kabupaten Pacitan pada kurun waktu tahun 1997-2000 dianggap
tidak berkembang atau lebih rendah dari perkembangan ekonomi di
75
tingkat propinsi. Karena nilai Mij diseluruh sektor adalah negatif maka
pengaruh bauran industri dari semua sektor di Kabupaten Pacitan pada
kurun waktu tersebut perkembangannya lebih rendah dari
perkembangan sektor yang sama di Propinsi Jawa Timur.
3) Pengaruh Keunggulan kompetitif (Cij)
Pengaruh komponen keunggulan kompetitif di Kabupaten
Pacitan pada masa sebelum diterapkannya otonomi daerah dalam
kurun waktu tahun 1997-2000 berakibat positif bagi perkembangan
PDRB Kabupaten Pacitan, yaitu sebesar Rp 341.396.71 juta. Sektor
yang menyumbang nilai kontribusi terbesar adalah sektor Pertanian
sebesar Rp 134.455,89 juta, kemudian diikuti oleh sektor Jasa- Jasa
sebesar Rp 68.018,25 juta, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
sebesar Rp 37.002,14 juta dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
perusahaan sebesar Rp 28.939,14 juta.
b. Masa Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pada masa selama pelaksanaan otonomi daerah (tahun 2001-2007)
hasil analisis Shift-Share dengan metode klasik pada tabel 4.14
menunjukkan bahwa perkembangan PDRB (Dij) Kabupaten Pacitan
selama kurun waktu tahun 2001-2007 adalah sebesar Rp 235.184,27 juta.
Perkembangan PDRB Kabupaten Pacitan tersebut dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut ini :
76
Tabel 4.16. Hasil Perhitungan Shift-Share Klasik PDRB Kabupaten Pacitan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2001-2007 (jutaan rupiah)
Lapangan Usaha Nij Mij Cij Dij
1. Pertanian 162999,39 -612201,66 510074,65 60872,371.1. Tan. Bahan Makanan 114209,95 -427130,72 323191,43 10270,661.2. Tan. Perkebunan 24274,70 -90729,09 96842,89 30388,491.3. Peternakan 20269,61 -75911,51 68270,84 12628,941.4. Kehutanan 156,37 -590,46 536,65 102,561.5. Perikanan 4553,74 -17112,38 20969,77 8411,142. Pertambangan dan Penggalian 17240,38 -64457,41 59256,30 12039,273. Industri Pengolahan 13357,09 -50429,70 51186,92 14114,314. Listrik, Gas dan Air Bersih 1818,92 -6849,33 12831,35 7800,945. Bangunan 27480,88 -102858,00 102167,66 26790,556. Perdagangan, Hotel dan Restoran 37411,85 -141075,74 133797,91 30134,037. Pengangkutan dan Komunikasi 22485,90 -84544,47 70544,10 8485,548. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 31724,84 -118949,22 105804,83 18580,46
9. Jasa-Jasa 58819,45 -220220,33 217767,69 56366,81
JUMLAH 373338,71 -1401585,84 1263431,40 235184,27 Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder.
1) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Propinsi (Nij)
Perkembangan ekonomi Propinsi Jawa Timur selama tahun
pengamatan yaitu tahun 2001-2007 telah mempengaruhi perubahan
PDRB Kabupaten Pacitan sebesar Rp 373.338,71 juta. Keadaan ini
menunjukkan bahwa perubahan PDRB Kabupaten Pacitan sangat
ditentukan oleh perkembangan ekonomi Propinsi Jawa Timur.
Perubahan ini terjadi pada semua sektor, dan sektor yang memberikan
nilai kontribusi terbesar adalah sektor Pertanian yaitu sebesar Rp
162.999,39 juta. Kemudian disusul oleh sektor Jasa-Jasa sebesar Rp
58.819,45 juta, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar Rp
37.411,85 juta, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
sebesar Rp 31.724,84 juta, sektor Bangunan sebesar Rp 27.480,88 juta,
77
sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar Rp 22.485,90 juta,
sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp 17.240,38 juta, sektor
Industri Pengolahan sebesar Rp 13.357,09 juta, serta sektor Listrik,
Gas dan Air Bersih sebesar Rp 1.818,92 juta,
2) Pengaruh Bauran Industri (Mij)
Pengaruh bauran industri secara keseluruhan terhadap
perkembangan PDRB Kabupaten Pacitan pada tahun 2001-2007
menurun sebesar Rp 1.401.585,84 juta. Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa semua sektor ekonomi di Kabupaten Pacitan pada kurun waktu
tersebut perkembangannya lebih rendah dari perkembangan sektor
yang sama di propinsi Jawa Timur.
3) Pengaruh Keunggulan Kompetitif
Pengaruh komponen keunggulan kompetitif di Kabupaten
Pacitan pada masa sesudah diterapkannya otonomi daerah dalam kurun
waktu tahun 2001-2007 berakibat positif bagi perubahan PDRB
Kabupaten Pacitan, yaitu sebesar Rp 1.263.431,40 juta. Sektor yang
menyumbang nilai kontribusi terbesar adalah sektor Pertanian yaitu
sebesar Rp 510.074,65 juta. Kemudian diikuti oleh sektor Jasa-Jasa
sebesar Rp 217.767,69 juta, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
sebesar Rp 133.797,91 juta dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan sebesar Rp 105.804,83 juta.
78
c. Pembahasan Ekonomi
Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah
Sebelum pelaksanaan otonomi daerah tahun 1997-2000,
pertumbuhan PDRB Kabupaten Pacitan menunjukkan nilai negatif.
Penurunan PDRB tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi
di tingkat propinsi (Nij) yang berdampak pada penurunan nilai
PDRB Kabupaten Pacitan, dimana pertumbuhan ekonomi di wilayah
Jawa Timur pada kurun waktu sebelum pelaksanaan otonomi daerah
tersebut mengalami penurunan akibat pengaruh krisis ekonomi
sehingga dampaknya juga mempengaruhi perekonomian di
Kabupaten Pacitan. Sementara pengaruh bauran industri di
Kabupaten Pacitan pada kurun waktu tersebut juga berdampak pada
penurunan PDRB, sedangkan untuk pengaruh keunggulan kompetitif
sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Pacitan berdampak pada
peningkatan pertumbuhan PDRB Kabupaten Pacitan.
Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pacitan selama kurun waktu
pelaksanaan otonomi daerah (tahun 2001-2007) dipengaruhi oleh
faktor pengaruh pertumbuhan ekonomi propinsi yang menunjukkan
nilai positif pada setiap sektor ekonomi. Selanjutnya pengaruh
bauran industri berdampak pada penurunan PDRB Kabupaten
Pacitan, dimana kondisi tersebut menunjukkan bahwa semua sektor
ekonomi di Kabupaten Pacitan pada kurun waktu tersebut
perkembangannya lebih rendah dari perkembangan sektor yang sama
79
di Propinsi Jawa Timur, sedangkan untuk pengaruh keunggulan
kompetitif di Kabupaten Pacitan berdampak pada peningkatan
pertumbuhan PDRB daerah setempat.
3. Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis Location Quotient merupakan alat analisis untuk
mengetahui sektor apakah yang menjadi sektor basis di suatu wilayah.
Berdasarkan hasil perhitungan LQ dari PDRB atas dasar harga konstan
pada masa sebelum pelaksanaan otonomi daerah (tahun 1997-2000)
maupun selama pelaksanaan otonomi daerah (tahun 2001-2007) di
Kabupaten Pacitan, didapat hasil sebagai berikut :
a. Masa Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata LQ dalam kurun waktu
sebelum pelaksanaan otonomi daerah (tahun 1997-2000), dapat dijelaskan
bahwa di Kabupaten Pacitan terdapat sektor/subsektor yang teridentifikasi
sebagai sektor basis, yaitu :
1) Sektor Pertanian, meliputi :
Subsektor Tanaman Bahan Makanan
Subsektor Tanaman Perkebunan
Subsektor Peternakan
2) Sektor Pertambangan dan Penggalian
3) Sektor Bangunan
4) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
5) Sektor Jasa-Jasa
80
Sektor/subsektor basis di Kabupaten Pacitan tersebut dapat
menaikkan pendapatan daerah serta menciptakan lapangan kerja baru.
Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan
terhadap industri basis tetapi juga permintaan terhadap industri non basis,
sehingga akan mendorong naiknya investasi pada industri bersangkutan
maupun pada sektor industri lokal. Oleh karena itu, sektor/subsektor basis
inilah yang layak dikembangkan di Kabupaten Pacitan.
Tabel 4.17 Hasil Analisis Location Quotient PDRB Kabupaten Pacitan Atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun 1997-2000
TahunLapangan Usaha
1997 1998 1999 2000
Rata-Rata
Keterangan
1. Pertanian 2,50 2,18 2,17 2,22 2,27 BASIS
1.1. Tanaman Bahan Makanan 2,96 2,46 2,39 2,45 2,56 BASIS
1.2. Tanaman Perkebunan 1,55 1,59 1,67 1,70 1,63 BASIS
1.3. Peternakan 3,03 2,93 2,91 2,89 2,94 BASIS
1.4. Kehutanan 0,13 0,10 0,11 0,12 0,12 NON BASIS
1.5. Perikanan 0,91 0,76 0,88 0,93 0,87 NON BASIS
2. Pertambangan dan Penggalian 2,57 3,80 2,36 1,58 2,57 BASIS
3. Industri Pengolahan 0,12 0,13 0,13 0,13 0,13 NON BASIS
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,25 0,24 0,23 0,22 0,23 NON BASIS
5. Bangunan 1,11 1,40 1,58 1,63 1,43 BASIS
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,51 0,52 0,52 0,52 0,52 NON BASIS
7. Pengangkutan dan Komunikasi
0,90 0,80 0,75 0,74 0,80 NON BASIS
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
1,41 1,48 1,52 1,54 1,49 BASIS
9. Jasa-Jasa 1,94 1,75 1,77 1,80 1,81 BASIS
Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder.
81
b. Masa Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata LQ dalam kurun waktu
selama pelaksanaan otonomi daerah (tahun 2001-2007), dapat dijelaskan
bahwa di Kabupaten Pacitan terdapat sektor/subsektor yang teridentifikasi
sebagai sektor basis, yaitu :
1) Sektor Pertanian, meliputi
Subsektor Tanaman Bahan Makanan
Subsektor Tanaman Perkebunan
Subsektor Peternakan
2) Sektor Pertambangan dan Penggalian
3) Sektor Bangunan
4) Pengangkutan dan Komunikasi
5) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
6) Sektor Jasa-Jasa
Pada masa selama pelaksanaan otonomi daerah yaitu kurun waktu
tahun 2001-2000, sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang pada masa
sebelum pelaksanaan otonomi daerah merupakan sektor non basis, pada
masa selama pelaksanaan otonomi daerah masuk dalam kategori sektor
basis.
82
Tabel 4.18 Hasil Analisis Location Quotient PDRB Kabupaten Pacitan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2001-2007
TahunLapangan Usaha
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Rata-Rata
Keterangan
1. Pertanian 2,29 2,30 2,34 2,38 2,41 2,41 2,43 2,36 BASIS
1.1. Tan. Bahan Makanan 2,70 2,71 2,74 2,75 2,80 2,80 2,80 2,76 BASIS
1.2. Tan. Perkebunan 2,03 2,07 2,18 2,63 2,62 2,74 2,61 2,41 BASIS
1.3. Peternakan 1,96 1,98 1,98 1,98 2,01 1,99 1,98 1,98 BASIS
1.4. Kehutanan 0,10 0,10 0,15 0,20 0,25 0,24 0,25 0,18 NON BASIS
1.5. Perikanan 0,88 0,88 0,90 0,76 0,78 0,80 1,00 0,86 NON BASIS2. Pertambangan dan Penggalian 2,29 2,29 2,35 2,45 2,39 2,32 2,25 2,33
BASIS
3. Industri Pengolahan 0,12 0,13 0,13 0,13 0,14 0,15 0,15 0,14 NON BASIS4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,35 0,37 0,40 0,42 0,49 0,56 0,56 0,45
NON BASIS
5. Bangunan 1,90 1,94 1,98 2,13 2,23 2,37 2,55 2,16 BASIS6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,39 0,38 0,37 0,36 0,35 0,34 0,34 0,36
NON BASIS
7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,16 1,05 1,05 1,04 1,02 0,99 0,96 1,04
BASIS
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,72 1,70 1,75 1,73 1,70 1,66 1,63 1,70
BASIS
9. Jasa-Jasa 1,84 1,84 1,90 1,97 2,04 2,10 2,13 1,97 BASIS
Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder.
c. Pembahasan Ekonomi
Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah
Sektor ekonomi yang teridentifikasi sebagai sektor basis di
Kabupaten Pacitan pada masa sebelum pelaksanaan otonomi daerah
tahun 1997-2000, yaitu sektor Pertanian, subsektor Tanaman Bahan
Makanan, subsektor Tanaman Perkebunan, subsektor Peternakan,
sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Bangunan, sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan sektor Jasa-Jasa.
Berdasarkan gambaran sektor-sektor ekonomi yang menjadi basis di
Kabupaten Pacitan selama periode tersebut terdapat kecenderungan
bahwa kelompok sektor sekunder maupun tersier mulai berkembang
menjadi basis.
83
Sektor dan subsektor basis di atas layak untuk dikembangkan
di Kabupaten Pacitan untuk memacu pertumbuhan ekonomi karena
sektor tersebut mampu menghasilkan barang-barang dan jasa untuk
pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan. Penjualan
keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut.
Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini akan menyebabkan
terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut dan
pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan
kesempatan kerja baru. Peningkatan pendapatan dari sektor basis
juga dapat digunakan untuk mendorong perkembangan sektor non
basis agar menjadi sektor basis.
Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah
Sektor ekonomi yang teridentifikasi sebagai sektor basis di
Kabupaten Pacitan pada masa selama pelaksanaan otonomi daerah
kurun waktu tahun 2001-2007, yaitu sektor Pertanian, subsektor
Tanaman Bahan Makanan, subsektor Tanaman Perkebunan,
subsektor Peternakan, sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor
Bangunan, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan sektor Jasa-Jasa. Menurut
gambaran sektor-sektor ekonomi yang menjadi basis di Kabupaten
Pacitan selama periode tersebut terdapat kecenderungan bahwa
kelompok sektor sekunder maupun tersier mulai berkembang
menjadi basis.
84
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa antara masa
sebelum maupun selama pelaksanaan otonomi daerah, sektor dan
subsektor yang tergolong dalam klasifikasi sektor basis tidak jauh
berbeda. Sektor dan subsektor ekonomi yang pada masa sebelum
pelaksanaan otonomi daerah telah menjadi basis di Kabupaten
Pacitan tetap bertahan menjadi sektor basis pada masa selama
pelaksanaan otonomi daerah tahun 2001-2007. Namun terdapat satu
sektor yang sebelum otonomi daerah merupakan sektor non basis
kemudian berkembang menjadi sektor basis pada masa selama
otonomi daerah yaitu sektor Pengangkutan dan Komunikasi.
Bertambahnya sektor ekonomi yang menjadi basis di Kabupaten
Pacitan diharapkan dapat mampu meningkatkan pendapatan daerah,
menciptakan lapangan pekerjaan baru, merangsang perkembangan
sektor non basis dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Untuk mendukung dari hasil analisis LQ dalam menentukan
deskripsi kegiatan ekonomi yang dominan atau potensial bagi Kabupaten
Pacitan dalam penelitian ini, maka digunakan pula alat analisis MRP. Pada
dasarnya alat analisis MRP sama dengan LQ, namun letak perbedaannya
pada kriteria penghitungannya. Pada analisis LQ penghitungannya
menggunakan kriteria kontribusi, sedangkan analisis MRP menggunakan
kriteria pertumbuhan.
85
Menurut model MRP ini ada dua macam rasio yang digunakan yaitu
Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR) dan Rasio Pertumbuhan
Wilayah Studi (RPs). Apabila RPR maupun RPs lebih besar dari satu maka
disebut memiliki nilai nominal (+) dan bila RPR dan RPs kurang dari satu
maka disebut memiliki nilai nominal (-). Berdasarkan hasil perhitungan
MRP dari PDRB atas dasar harga konstan pada masa sebelum pelaksanaan
otonomi daerah (tahun 1997-2000) maupun selama pelaksanaan otonomi
daerah (tahun 2001-2007) di Kabupaten Pacitan, didapat hasil sebagai
berikut :
a. Masa Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah
Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Berdasarkan PDRB Kabupaten Pacitan Atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun 1997-2000
MRP
RPr RPsLapangan Usaha
Rill Nominal Rill Nominal
1. Pertanian 0,18 - 1,88 +
1.1. Tanaman Bahan Makanan -0,39 - -0,98 -
1.2. Tanaman Perkebunan 1,89 + 0,30 -
1.3. Peternakan 0,63 - 0,41 -
1.4. Kehutanan 1,63 + 0,67 -
1.5. Perikanan -0,65 - 2,62 +
2. Pertambangan dan Penggalian -3,65 - -0,04 -
3. Industri Pengolahan 1,66 + 0,09 -
4. Listrik, Gas dan Air Bersih -2,51 - 0,79 -
5. Bangunan 3,25 + 0,08 -
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,19 + 0,26 -
7. Pengangkutan dan Komunikasi -0,85 - -0,09 -
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,01 + 0,39 -
9. Jasa-Jasa 0,21 - 0,35 - Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder. Keterangan : RPr = Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi.
RPs = Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi.
86
Berdasarkan hasil perhitungan MRP pada tabel 4.17 diatas, maka
dengan melihat dan membandingkan nilai RPR dan nilai RPs dapat
diketahui sektor apa saja yang potensial untuk dikembangkan di
Kabupaten Pacitan dan Propinsi Jawa Timur pada masa sebelum
pelaksanaan otonomi daerah (tahun 1997-2000). Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, setiap sektor diklasifikasikan sesuai dengan analisis
MRP yang memberikan empat klasifikasi sebagai berikut :
a) Sektor/subsektor yang pada tingkat Propinsi Jawa Timur dan pada
tingkat Kabupaten Pacitan memiliki pertumbuhan yang menonjol,
berdasarkan hasil perhitungan analisis MRP tidak ada sektor/subsektor
ekonomi yang memenuhi pada kategori ini.
b) Sektor/subsektor yang pada tingkat Propinsi Jawa Timur memiliki
pertumbuhan yang menonjol, tetapi di tingkat Kabupaten Pacitan
kurang menonjol (kategori kedua), yaitu :
1) Sektor Industri Pengolahan
2) Sektor Bangunan
3) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
4) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
5) Subsektor Tanaman Perkebunan
6) Subsektor Kehutanan
c) Sektor/subsektor yang pada tingkat Jawa Timur memiliki pertumbuhan
yang kurang menonjol tetapi di Kabupaten Pacitan memiliki
pertumbuhan yang menonjol, yaitu :
87
1) Sektor Pertanian
2) Subsektor Perikanan
d) Sektor/subsektor yang pertumbuhannya kurang menonjol, baik pada
tingkat Propinsi Jawa Timur maupun tingkat Kabupaten Pacitan, yaitu:
1) Sektor Pertambangan dan Penggalian
2) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
3) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
4) Sektor Jasa-Jasa
5) Subsektor Tanaman Bahan Makanan
6) Subsektor Peternakan
b. Masa Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah
Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Berdasarkan PDRB Kabupaten Pacitan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2001-2007
MRP
RPr RPsLapangan Usaha
Rill Nominal Rill Nominal
1. Pertanian 0,51 - 0,73 -
1.1. Tanaman Bahan Makanan 0,28 - 0,33 -
1.2. Tanaman Perkebunan 0,70 - 1,80 +
1.3. Peternakan 0,96 - 0,65 -
1.4. Kehutanan -1,27 - -0,52 -
1.5. Perikanan 1,72 + 1,08 +
2. Pertambangan dan Penggalian 1,15 + 0,61 -
3. Industri Pengolahan 0,61 - 1,73 +
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2,12 + 2,03 +
5. Bangunan 0,32 - 3,11 +
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,79 + 0,45 -
7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,44 + 0,26 -
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,15 + 0,51 -
9. Jasa-Jasa 0,81 - 1,18 + Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder. Keterangan : RPr = Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi.
RPs = Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi.
88
Berdasarkan hasil perhitungan MRP pada tabel 4.18 diatas, maka
dengan melihat dan membandingkan nilai RPR dan nilai RPs dapat
diketahui sektor apa saja yang potensial untuk dikembangkan di
Kabupaten Pacitan dan Propinsi Jawa Timur pada masa selama
pelaksanaan otonomi daerah (tahun 2001-2007). Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, setiap sektor diklasifikasikan sesuai dengan analisis
MRP yang memberikan empat klasifikasi sebagai berikut :
a) Sektor/subsektor yang pada tingkat Propinsi Jawa Timur dan pada
tingkat Kabupaten Pacitan memiliki pertumbuhan yang menonjol,
yaitu :
1) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
2) Subsektor Perikanan
b) Sektor/subsektor yang pada tingkat Propinsi Jawa Timur memiliki
pertumbuhan yang menonjol, tetapi di tingkat Kabupaten Pacitan
kurang menonjol, yaitu :
1) Sektor Pertambangan dan Penggalian
2) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
3) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
4) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
c) Sektor/subsektor yang pada tingkat Jawa Timur memiliki pertumbuhan
yang kurang menonjol tetapi di Kabupaten Pacitan memiliki
pertumbuhan yang menonjol, yaitu :
1) Sektor Industri Pengolahan
2) Sektor Bangunan
89
3) Sektor Jasa-Jasa
4) Subsektor Tanaman Perkebunan
d) Sektor/subsektor yang pertumbuhannya kurang menonjol, baik pada
tingkat Propinsi Jawa Timur maupun tingkat Kabupaten Pacitan, yaitu:
1) Sektor Pertanian
2) Subsektor Tanaman Bahan Makanan
3) Subsektor Peternakan
4) Subsektor Kehutanan
5. Analisis Overlay
Analisis ini digunakan untuk menentukan sektor-sektor ekonomi
unggulan maupun potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan (MRP/RPs)
dan kriteria kontribusi (LQ). Dengan mempertimbangkan kedua kriteria
tersebut, penentuan kegiatan ekonomi yang unggul dan potensial dapat
lebih akurat (Maulana Yusuf dalam Lilis Siti Badriah, 2003:152).
90
a. Masa Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah
Tabel 4.21 Deskripsi Kegiatan Ekonomi Kabupaten Pacitan Tahun 1997-2000
Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder. Keterangan : RPs = Rasio Pertumbuhan wilayah studi. LQ = Location Quotient.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis Overlay pada tabel 4.19
diatas, maka dapat dilihat sektor-sektor ekonomi unggulan maupun
potensial di Kabupaten Pacitan berdasarkan kriteria pertumbuhan
(MRP/RPs) dan kriteria kontribusi (LQ) pada masa sebelum pelaksanaan
otonomi daerah (tahun 1997-2000). Hasil penelitian tersebut kemudian
setiap sektor/subsektornya diklasifikasikan sesuai dengan analisis Overlay
yang memberikan empat klasifikasi sebagai berikut :
a) Pertumbuhan (+) dan kontribusi (+), merupakan suatu sektor yang
dominan baik dari segi pertumbuhan maupun dari segi kontribusi,
berarti sektor tersebut sebagai sektor unggulan di Kabupaten Pacitan.
Sektor yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah sektor Pertanian.
b) Pertumbuhan (+) dan kontribusi (-), merupakan suatu sektor/subsektor
yang potensial artinya walaupun kontribusinya kecil tetapi
RPs LQLapangan UsahaRiil Nominal Riil Nominal
Total
1. Pertanian 1,88 + 2,27 + ++
1.1. Tanaman Bahan Makanan -0,98 - 2,56 + - +
1.2. Tanaman Perkebunan 0,30 - 1,63 + - +
1.3. Peternakan 0,41 - 2,94 + - +
1.4. Kehutanan 0,67 - 0,12 - - -
1.5. Perikanan 2,62 + 0,87 - + -
2. Pertambangan dan Penggalian -0,04 - 2,57 + - +
3. Industri Pengolahan 0,09 - 0,13 - - -
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,79 - 0,23 - - -
5. Bangunan 0,08 - 1,43 + - +
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,26 - 0,52 - - -
7. Pengangkutan dan Komunikasi -0,09 - 0,80 - - -
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,39 - 1,49 + - +
9. Jasa-Jasa 0,35 - 1,81 + - +
91
pertumbuhannya dominan. Sektor/subsektor ini memiliki kemungkinan
untuk ditingkatkan kontribusinya untuk menjadi sektor yang unggul di
Kabupaten Pacitan. Sektor/subsektor yang termasuk kategori ini adalah
subsektor Perikanan.
c) Pertumbuhan (-) dan kontribusi (+), merupakan sektor/subsektor yang
memiliki pertumbuhan yang kecil tetapi kontribusinya besar.
Sektor/subsektor ini dimungkinkan sebagai sektor/subsektor yang
sedang mengalami penurunan. Sektor/subsektor yang termasuk
kategori ini, yaitu :
1) Sektor Pertambangan dan Penggalian
2) Sektor Bangunan
3) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
4) Sektor Jasa-Jasa
5) Subsektor Tanaman Bahan Makanan
6) Subsektor Tanaman Perkebunan
7) Subsektor Peternakan
d) Pertumbuhan (-) dan kontribusi (-), merupakan suatu sektor/subsektor
yang tidak dominan baik dari segi pertumbuhan maupun segi
kontribusi. Sektor/subsektor yang termasuk kategori ini, yaitu :
1) Sektor Industri Pengolahan
2) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
3) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
4) Serta sektor Pegangkutan dan Komunikasi
5) Subsektor Kehutanan
92
b. Masa Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah
Tabel 4.22 Deskripsi Kegiatan Ekonomi Kabupaten Pacitan Tahun 2001-2007
RPs LQLapangan UsahaRiil Nominal Riil Nominal
Total
1. Pertanian 0,73 - 2,36 + - +
1.1. Tanaman Bahan Makanan 0,33 - 2,76 + - +
1.2. Tanaman Perkebunan 1,80 + 2,41 + + +
1.3. Peternakan 0,65 - 1,98 + - +
1.4. Kehutanan -0,52 - 0,18 - - -
1.5. Perikanan 1,08 + 0,86 - + -
2. Pertambangan dan Penggalian 0,61 - 2,33 + - +
3. Industri Pengolahan 1,73 + 0,14 - + -
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2,03 + 0,45 - + -
5. Bangunan 3,11 + 2,16 + + +
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,45 - 0,36 - - -
7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,26 - 1,04 + - +
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,51 - 1,70 + - +
9. Jasa-Jasa 1,18 + 1,97 + + + Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder. Keterangan : RPs = Rasio Pertumbuhan wilayah studi. LQ = Location Quotient.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis Overlay pada tabel 4.20
diatas, maka dapat dilihat sektor-sektor ekonomi unggulan maupun
potensial di Kabupaten Pacitan berdasarkan kriteria pertumbuhan
(MRP/RPs) dan kriteria kontribusi (LQ) pada masa selama pelaksanaan
otonomi daerah (tahun 2001-2007). Hasil penelitian tersebut kemudian
setiap sektor/subsektornya diklasifikasikan sesuai dengan analisis Overlay
yang memberikan empat klasifikasi sebagai berikut :
a) Pertumbuhan (+) dan kontribusi (+), merupakan suatu sektor yang
dominan baik dari segi pertumbuhan maupun dari segi kontribusi,
berarti sektor tersebut sebagai sektor unggulan di Kabupaten Pacitan.
Sektor yang termasuk dalam klasifikasi ini, yaitu :
93
1) Sektor Bangunan
2) Sektor Jasa-Jasa
3) Subsektor Tanaman Perkebunan
b) Pertumbuhan (+) dan kontribusi (-), merupakan suatu sektor/subsektor
yang potensial artinya walaupun kontribusinya kecil tetapi
pertumbuhannya dominan. Sektor/subsektor ini memiliki kemungkinan
untuk ditingkatkan kontribusinya untuk menjadi sektor yang unggul di
Kabupaten Pacitan. Sektor/subsektor yang termasuk kategori ini, yaitu:
1) Sektor Industri Pengolahan
2) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
3) Subsektor Perikanan
c) Pertumbuhan (-) dan kontribusi (+), merupakan sektor/subsektor yang
memiliki pertumbuhan yang kecil tetapi kontribusinya besar.
Sektor/subsektor ini dimungkinkan sebagai sektor/subsektor yang
sedang mengalami penurunan. Sektor/subsektor yang termasuk
kategori ini, yaitu :
1) Sektor Pertanian, meliputi :
Subsektor Tanaman Bahan Makanan
Subsektor Peternakan
2) Sektor Pertambangan dan Penggalian
3) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
4) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
94
d) Pertumbuhan (-) dan kontribusi (-), merupakan suatu sektor/subsektor
yang tidak dominan baik dari segi pertumbuhan maupun segi
kontribusi. Sektor/subsektor yang termasuk kategori ini, yaitu :
1) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.
2) Subsektor Kehutanan
c. Pembahasan Ekonomi
Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah
Sektor ekonomi yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten
Pacitan pada masa sebelum pelaksanaan otonomi daerah yaitu kurun
waktu tahun 1997-2000 adalah sektor pertanian. Sektor tersebut
menjadi unggulan untuk dikembangkan dalam pembangunan
ekonomi di daerah Kabupaten Pacitan karena dominan dalam segi
pertumbuhan maupun dari segi kontribusi.
Pertumbuhan dan kontribusi yang tinggi dari sektor-sektor
ekonomi menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki potensi dan
mengalami perkembangan selama proses pembangunan dan
diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian
daerah. Sektor yang menjadi unggulan di Kabupaten Pacitan pada
masa sebelum otonomi daerah cenderung masih di kelompok primer
terutama pertanian sedangkan untuk sektor industri atau jasa belum
terlalu berkembang sehingga perlu dipacu lagi pertumbuhannya.
95
Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah
Sektor ekonomi yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten
Pacitan pada masa selama pelaksanaan otonomi daerah yaitu kurun
waktu tahun 2001-2007 adalah sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan
subsektor tanaman perkebunan. Sektor tersebut dikategorikan
sebagai suatu sektor unggulan di daerah Kabupaten Pacitan
didasarkan pada kriteria pertumbuhan dan kontribusinya yang
bernilai positif.
Berdasarkan hasil analisis Overlay ini menunjukkan bahwa
sektor yang dominan untuk dikembangkan di Kabupaten Pacitan
sebelum dan selama pelaksanaan otonomi daerah mengalami
perubahan, dimana kelompok sektor sekunder dan tersier cenderung
mulai berkembang menjadi unggulan pada masa selama pelaksanaan
otonomi daerah. Kebijakan dan strategi pembangunan yang banyak
dipilih biasanya berorientasi pada sektor industri atau jasa karena
sektor tersebut dianggap lebih mampu meningkatkan keberhasilan
pembangunan ekonomi dalam waktu yang relatif cepat dibandingkan
dengan sektor lainnnya (misalkan sektor pertanian), yaitu melalui
proses penciptaan nilai tambah. Meskipun demikian, bukan berarti
sektor ekonomi yang lain diabaikan.
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bab ini akan menyampaikan secara keseluruhan dari hasil analisis
data yang telah dikemukkan pada bab sebelumnya. Berdasarkan serangkaian
studi yang telah dipaparkan khususnya di bagian hasil analisis dan
pembahasan dapat diberikan suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Tekanan penduduk di wilayah Kabupaten Pacitan baik pada masa sebelum
maupun selama pelaksanaan otonomi daerah sudah melebihi ambang
batas. Artinya jumlah penduduk di kawasan Kabupaten Pacitan telah
melebihi daya tampung lahan atau dengan kata lain dayadukung lahan
sudah melebihi ambang batas.
2. Berdasarkan perhitungan analisis Shift-Share metode klasik, diketahui
bahwa nilai komponen keunggulan kompetitif di Kabupaten Pacitan, baik
pada masa sebelum maupun selama pelaksanaan otonomi daerah berakibat
positif bagi perkembangan PDRB Kabupaten Pacitan. Sektor yang
memiliki daya saing paling tinggi di Kabupaten Pacitan adalah sektor
Pertanian kemudian diikuti oleh sektor Jasa-Jasa, sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.
3. Hasil perhitungan analisis Location Quotients pada masa sebelum
pelaksanaan otonomi daerah yaitu tahun 1997-2000, dapat diketahui
sektor/subsektor ekonomi yang teridentifikasi sebagai sektor/subsektor
basis di Kabupaten Pacitan, yaitu sektor Pertanian, subsektor Tanaman
97
Bahan Makanan, subsektor Tanaman Perkebunan, subsektor Peternakan,
sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Bangunan, sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan sektor Jasa-Jasa. Sementara selama
pelaksanaan otonomi daerah yaitu kurun waktu tahun 2001-2007,
sektor/subsektor yang teridentifikasi sebagai sektor/subsektor basis di
Kabupaten Pacitan, yaitu sektor Pertanian, subsektor Tanaman Bahan
Makanan, subsektor Tanaman Perkebunan, subsektor Peternakan, sektor
Pertambangan dan Penggalian, sektor Bangunan, sektor Pengangkutan dan
Komunikasi, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan sektor
Jasa-Jasa.
4. Berdasarkan hasil analisis MRP diketahui bahwa sektor/subsektor yang
memiliki pertumbuhan yang menonjol di Kabupaten Pacitan dibandingkan
sektor/subsektor yang sama di wilayah propinsi Jawa Timur masa sebelum
pelaksanaan otonomi pada tahun 1997-2000 adalah sektor Pertanian dan
subsektor Perikanan. Sementara selama pelaksanaan otonomi daerah tahun
2001-2007 sektor/subsektor yang lebih menonjol pertumbuhannya di
Kabupaten Pacitan dibandingkan Propinsi Jawa Timur yaitu sektor
Industri Pengolahan, sektor Bangunan, sektor Jasa-Jasa dan subsektor
Tanaman Perkebunan.
5. Hasil deskripsi kegiatan ekonomi dengan menggunakan alat analisis
Overlay menunjukkan bahwa masa sebelum pelaksanaan otonomi daerah
pada tahun 1997-2000 sektor/subsektor dominan yang dapat
dikembangkan di Kabupaten Pacitan yaitu sektor Pertanian karena
memenuhi kriteria pertumbuhan dan kontribusi yang bernilai positif.
98
Sementara kegiatan ekonomi yang dominan dari segi pertumbuhan dan
kontribusi untuk dikembangkan di Kabupaten Pacitan pada masa selama
pelaksanaan otonomi daerah kurun waktu tahun 2001-2007 adalah sektor
Bangunan, sektor Jasa-Jasa dan subsektor Tanaman Perkebunan.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan-kesimpulan penelitian di atas, maka
dapat di kemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah untuk
mengatasi tingginya tekanan penduduk sehingga menyebabkan
dayadukung lahan melebihi ambang batas, yaitu (1) perlunya menurunkan
angka kelahiran dengan meningkatkan kegiatan Keluarga Berencana, (2)
mengadakan transmigrasi yang melibatkan tokoh-tokoh non formal dalam
masyarakat dan dalam pelaksanaan transmigrasi tersebut pemerintah
daerah terlebih dahulu perlu meningkatkan keterampilan masyarakatnya
sebelum di transmigrasikan, (3) menciptakan lapangan pekerjaan yang
bertujuan untuk mengurangi beban eksploitasi lahan yang sudah melebihi
ambang daya dukungnya.
2. Pengaruh keunggulan kompetitif sektor-sektor ekonomi di Kabupaten
Pacitan terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan PDRB sehingga
pemerintah daerah diharapkan dapat mengembangkan ataupun
mempertahankan daya saing sektor-sektor ekonomi tersebut dengan jalan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pengembangan infrastruktur,
teknologi dan investasi.
99
3. Pemerintah daerah disarankan untuk memperhatikan perkembangan sektor
basis mengingat peranan sektor tersebut sangat besar bagi perekonomian
Kabupaten Pacitan. Pengembangan sektor basis dapat ditempuh dengan
cara mempromosikannya ke luar daerah guna menarik investor yang
bersedia menanamkan modalnya untuk menunjang perkembangan sektor
tersebut, serta memberi kemudahan dalam urusan birokrasi dalam usaha
pengembangan sektor basis.
4. Pemerintah daerah hendaknya perlu melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai komoditas-komoditas dari sektor-sektor ekonomi terutama
sektor unggulan maupun potensial sehingga nantinya dapat memacu
pertumbuhan perekonomian Kabupaten Pacitan.
100
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan EkonomiDaerah. Yogyakarta: BPFE UGM.
Badriah, Lilis Siti. 2003. Identifikasi Sektor - Sektor Ekonomi Unggulan di Propinsi Jawa Tengah. JEBA Vol 5 No.2.
BPS Propinsi Jawa Timur. 1998. Jawa Timur Dalam Angka 1998 - 2008. Surabaya: BPS.
BPS Kabupaten Pacitan. 1998. Pacitan Dalam Angka 1998 – 2007/2008. Pacitan: BPS.
Darwanto. 2004. Analisis Daya Dukung Lahan dan Struktur Ekonomi Kabupaten Karanganyar. Laporan Skripsi (tidak dipublikasikan). FakultasEkonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Moh. Soerjani, Rofiq Ahmad, Rozy Munir. 1987. Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan. Jakarta: UI Press.
Pide, Andi Mustari. 1999. Otonomi Daerah Dan Kepala Daerah Memasuki Abad XXI. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Reksodiprodjo, Soekanto. 1995. Ekonomi Lingkungan. Yogyakarta: BPFE.
Salahuddin, Faizal Reza. 2006. Identifikasi Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan, Tekanan Penduduk Dan daya Dukung Lahan Propinsi Jawa Tengah Tahun 1994-2003. Laporan Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret surakarta.
Soemarwoto, Otto. 1991. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.
_______________.1994. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Suyatno. 2000. Analisa Economic Base Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Tingkat II Wonogiri : Menghadapi Implementasi UU No. 22 / 1999 dan UU No. 5 / 1999. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 1 No. 2. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah : Surakarta.
101
Tambunan, Tulus TH. 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.Taufiqqurrahman. 2006. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan Identifikasi
Sektor Unggulan di Kabupaten Magelang Tahun 1998 – 2003. Laporan Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Thamrin Tola, Tandi Balla dan Bachrul Ibrahim, 2007. Analisis daya Dukung dan Produktivitas Lahan Tanaman Pangan di Kecamatan Jeneponto Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol.7 No.1
Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
96
102
Lampiran 1Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Kabupaten Pacitan Tahun 1999/2000
Tanaman PadiTenaga Kerja Upahan
(riil dikeluarkan)Tenaga Kerja Keluarga
(diperhitungkan)Fisik Fisik
Uraian
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
INPUTA. Tenaga KerjaI. Pra Panen 1. Persemaian 7 - - - 70.000 6 - - - 60.000 2. Pengolahan tanah s/d siap tanam - - - - - - - - - - - Membajak - - 10 - 100.000 - - - - - - Meratakan - - 5 - 50.000 - - - - - - Mencangkul 11 - - - 110.000 10 - - - 100.000 - Membuat pemantang - - - - - - - - - - 3. Menanam - 25 - - 250.000 5 - - - 50.000 4. Memupuk - - - - - 2 - - - 20.000 5. Menyiangi - 15 - - 150.000 6 - - - 60.000 6. Pengendalian hama - - - - - 2 - - - 20.000 7. Lain-lain - - - - - - - - - -Jumlah A. I 18 40 15 0 730.000 31 0 0 0 310.000II. Pasca Panen 1. Memanen/pemetikan 20 10 - - 300.000 - - - - - 2. Merontokan 5 - - - 50.000 - - - - - 3. Mengangkut 6 - - - 60.000 2 - - - 20.000 4. Mengeringkan - 10 - - 100.000 5 15 - - 150.000 5. Menyimpan - - - - - 4 - - - 40.000Jumlah A.II 31 20 0 0 510.000 7 15 0 0 210.000Jumlah A = A.I + A. II 49 60 15 0 1.240.000 38 15 0 0 520.000
103
Tenaga Kerja Upahan (riil dikeluarkan)
Tenaga Kerja Keluarga(diperhitungkan)Uraian
FisikNilai (Rp)
Fisik
Nilai (Rp)
B. Sarana Produksi 1. Benih/bibit 52 104.000 - - 2. Pupuk - a. Anorganik Urea 240 240.000 - - SP-36 100 150.000 - - ZA - - - - KCL - - - - b. Organik Pupuk kandang - - - - Pupuk kompos - - - - 3. Pestisida - - - - a. Padat - - - - b. Cair 2 32.000 - - 4. Lain-lain - - - -Jumlah B - 526.000 - 0C. Lain-Lain Pengeluaran 1. Pajak lahan - 12.000 - - 2. Sewa lahan - - - 400.000 3. Bunga kredit - - - - 4. Iuran P3A (HIPPA) - - - -Jumlah C 12.000 400.000Jumlah A + B + C 1.778.000 920.000
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan
104
OUTPUT
1. Total produksi 4.600 Kg, Bentuk hasil : GKG.
2. Harga Rp 1.125,-/kg.
3. Nilai Total Produksi (NTP) = total produksi x harga/kg = Rp 5.175.000,-
4. Total Biaya Produksi (TBP) = TBRD + TBD = Rp 2.698.000,-
Pendapatan Bersih :
NTP – TBP = Rp 2.477.000,-
105
Lampiran 2Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Kabupaten Pacitan Tahun 1999/2000
Tanaman JagungTenaga Kerja Upahan
(riil dikeluarkan)Tenaga Kerja Keluarga
(diperhitungkan)Fisik Fisik
Uraian
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
INPUTA. Tenaga KerjaI. Pra Panen 1. Persemaian - - - - - - - - - - 2. Pengolahan tanah s/d siap tanam - - - - - - - - - - - Membajak - - - - - - - - - - - Meratakan - - - - - - - - - - - Mencangkul 33 - - - 264.000 4 - - - 32.000 - Membuat pemantang - - - - - - - - - - 3. Menanam 4 2 - - 48.000 5 - - - 40.000 4. Memupuk - - - - - 5 - - - 40.000 5. Menyiangi - - - - - - - - - - 6. Pengendalian hama - - - - - - - - - - 7. Lain-lain : - membumbun - - - - - - - - - -Jumlah A. I 24 2 0 0 312.000 14 0 0 0 112.000II. Pasca Panen - 1. Memanen/pemetikan 8 - - - 64.000 8 7 - - 120.000 2. Merontokan - - - - - 9 8 - - 136.000 3. Mengangkut 5 - - - 40.000 3 - - - 24.000 4. Mengeringkan - - - - - 2 2 - - 32.000 5. Lain-Lain - - - - - - - - - -Jumlah A.II 13 0 0 0 325.000 22 17 0 0 312.000Jumlah A = A.I + A. II 37 2 0 0 637.000 36 17 0 0 424.000
106
Tenaga Kerja Upahan (riil dikeluarkan)
Tenaga Kerja Keluarga (diperhitungkan)Uraian
FisikNilai (Rp)
Fisik
Nilai (Rp)
B. Sarana Produksi 1. Benih/bibit 15 Kg 225.000 - - 2. Pupuk a. Anorganik Urea 300 Kg 300.000 - - SP-36 100 Kg 150.000 - - ZA - - - - KCL - - - - b. Organik Pupuk kandang - - - - Pupuk kompos - - - - 3. Pestisida a. Padat - - - - b. Cair - - - - 4. Lain-lain - - - -Jumlah B 675.000 0C. Lain-Lain Pengeluaran 1. Pajak lahan - - - 2. Sewa lahan - 100.000 - 200.000 3. Bunga kredit - - - - 4. Iuran P3A (HIPPA) - - - -Jumlah C 100.000 200.000Jumlah A + B + C 1.412.000 624.000
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan
107
OUTPUT
1. Total produksi 2.700 Kg.
2. Harga Rp 1.000,-/kg.
3. Nilai Total Produksi (NTP) = total produksi x harga/kg = Rp 2.700.000,-
4. Total Biaya Produksi (TBP) = TBRD + TBD = Rp 2.036.000,-
Pendapatan Bersih :
NTP – TBP = Rp 664.000,-
108
Lampiran 3Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Kabupaten Pacitan Tahun 1999/2000
Tanaman Kacang TanahTenaga Kerja Upahan
(riil dikeluarkan)Tenaga Kerja Keluarga
(diperhitungkan)Fisik Fisik
Uraian
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
INPUTA. Tenaga KerjaI. Pra Panen 1. Persemaian - - - - - - - - - - 2. Pengolahan tanah s/d siap tanam - - - - - - - - - - - Membajak - - - - - - - - - - - Meratakan - - - - - - - - - - - Mencangkul 33 - - - 264.000 10 - - - 80.000 - Membuat pemantang - - - - - - - - - - 3. Menanam 6 2 - - 64.000 6 5 - - 88.000
4. Memupuk - - - - - 7 - - - 56.000 5. Menyiangi - - - - - - - - - - 6. Pengendalian hama - - - - - - - - - - 7. Lain-lain : - membumbun 5 - - - 40.000 5 2 - - 56.000Jumlah A. I 44 2 0 0 368.000 28 7 0 0 280.000II. Pasca Panen - - - - - - - - - 1. Memanen/pemetikan 10 - - - 80.000 10 5 - - 120.000 2. Merontokan - - - - - - - - - - 3. Mengangkut 5 - - - 40.000 2 - - - 16.000 4. Mengeringkan - - - - - 2 2 - - 32.000 5. Menyimpan - - - - 2 - - - 16.000Jumlah A.II 15 0 0 0 120.000 16 8 0 0 184.000Jumlah A = A.I + A. II 59 2 0 0 488.000 44 15 0 0 464.000
109
Tenaga Kerja Upahan (riil dikeluarkan)
Tenaga Kerja Keluarga (diperhitungkan)Uraian
FisikNilai (Rp)
Fisik
Nilai (Rp)
B. Sarana Produksi 1. Benih/bibit 80 320.000 - - 2. Pupuk - - - - a. Anorganik Urea 50 50.000 - - SP-36 100 150.000 - - ZA - - - - KCL - - - - b. Organik Pupuk kandang - - - - Pupuk kompos - - - - 3. Pestisida a. Padat - - - - b. Cair - - - - 4. Lain-lain - - -Jumlah B 520.000 0C. Lain-Lain Pengeluaran 1. Pajak lahan - 10.000 - - 2. Sewa lahan - - - 200.000 3. Bunga kredit - - - - 4. Iuran P3A (HIPPA) - - - -Jumlah C 20.000 200.000Jumlah A + B + C 1.028.000 664.000
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan
110
OUTPUT
1. Total produksi 1.700 Kg.
2. Harga Rp 2.000,-/kg.
3. Nilai Total Produksi (NTP) = total produksi x harga/kg = Rp 3.400.000,-
4. Total Biaya Produksi (TBP) = TBRD + TBD = Rp 1.692.000,-
Pendapatan Bersih :
NTP – TBP = Rp 1.708.000,-
111
Lampiran 4Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Kabupaten Pacitan Tahun 1999/2000
Tanaman KedelaiTenaga Kerja Upahan
(riil dikeluarkan)Tenaga Kerja Keluarga
(diperhitungkan)Fisik Fisik
Uraian
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
INPUTA. Tenaga KerjaI. Pra Panen 1. Persemaian - - - 5 40.000 - - - - - 2. Pengolahan tanah s/d siap tanam - Membajak 15 - - - 120.000 2 - - - 16.000 - Meratakan - - - - - - - - - - - Mencangkul - - - - - - - - - - - Membuat pemantang - - - - - - - - - - 3. Menanam - 20 - - 160.000 - 4 - - 32.000 4. Memupuk - 15 - - 120.000 1 1 - - 16.000 5. Menyiangi 10 - - - 80.000 2 2 - - 32.000 6. Pengendalian hama - - - - - - - - - - 7. Lain-lain : - membumbun - - - - - - - - - -Jumlah A. I 25 35 0 5 520.000 5 7 0 0 96.000II. Pasca Panen 1. Memanen/pemetikan 5 5 - - 80.000 1 1 - - 16.000 2. Merontokan - - - - - - - - - - 3. Mengangkut - - - - - - - - - - 4. Mengeringkan 12 5 - - 136.000 - - - - - 5. Menyimpan - - - - - - - - - -Jumlah A.II 17 10 0 0 216.000 1 1 0 0 16.000Jumlah A = A.I + A. II 42 45 0 5 736.000 6 8 0 0 112.000
112
Tenaga Kerja Upahan (riil dikeluarkan)
Tenaga Kerja Keluarga (diperhitungkan)Uraian
FisikNilai (Rp)
Fisik
Nilai (Rp)
B. Sarana Produksi 1. Benih/bibit 60 Kg 90.000 - - 2. Pupuk - - - - a. Anorganik Urea 50 Kg 50.000 - - SP-36 100 Kg 150.000 - - ZA - - - - KCL 50 Kg 85.000 - - b. Organik 200 Gram 60.000 - - Pupuk kandang - - - - Pupuk kompos - - - - 3. Pestisida a. Padat - - - - b. Cair - - - - 4. Lain-lain - - - -
Jumlah B 435.000 0C. Lain-Lain Pengeluaran 1. Pajak lahan - 20.000 - - 2. Sewa lahan - - - - 3. Bunga kredit - - - - 4. Iuran P3A (HIPPA) - - - -Jumlah C 20.000 0Jumlah A + B + C 1.191.000 112.000
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan
113
OUTPUT
1. Total produksi 1.345 Kg.
2. Harga Rp 1,800,-/kg.
3. Nilai Total Produksi (NTP) = total produksi x harga/kg = Rp2.421.000,-
4. Total Biaya Produksi (TBP) = TBRD + TBD = Rp 1.303.000,-
Pendapatan Bersih :
NTP – TBP = Rp 1.118.000,-
114
Lampiran 5Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Kabupaten Pacitan Tahun 1999/2000
Tanaman Ubi KayuTenaga Kerja Upahan
(riil dikeluarkan)Tenaga Kerja Keluarga
(diperhitungkan)Fisik Fisik
Uraian
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
INPUTA. Tenaga KerjaI. Pra Panen 1. Persemaian - - - - - - - - - - 2. Pengolahan tanah s/d siap tanam 16 - - - 128.000 5 - - - 40.000 - Membajak - - - - - - - - - - - Meratakan - - - - - - - - - - - Mencangkul - - - - - - - - - - - Membuat pemantang - - - - - - - - - - 3. Menanam 15 - - - 120.000 2 - - - 16.000 4. Memupuk - - - - - 2 - - - 16.000 5. Menyiangi 30 - - - 240.000 1 1 - - 16.000 6. Pengendalian hama - - - - - - - - - - 7. Lain-lain : - membumbun - - - - - - - - - -Jumlah A. I 61 0 0 0 488.000 10 1 0 0 88.000II. Pasca Panen 14 - - - 112.000 2 2 - - 32.000 1. Memanen/pemetikan - - - - - - - - - -
2. Merontokan - - - - - - - - - - 3. Mengangkut - - - - - - - - - - 4. Mengeringkan - - - - - - - - - - 5. Menyimpan - - - - - - - - - -Jumlah A.II 14 0 0 0 112.000 2 2 0 0 32.000Jumlah A = A.I + A. II 75 0 0 0 600.000 12 3 0 0 120.000
115
Tenaga Kerja Upahan (riil dikeluarkan)
Tenaga Kerja Keluarga (diperhitungkan)Uraian
FisikNilai (Rp)
Fisik
Nilai (Rp)
B. Sarana Produksi 1. Benih/bibit 4.400 220.000 2. Pupuk a. Anorganik Urea 200 Kg 200.000 - - SP-36 150 Kg 225.000 - - ZA - - - - KCL 66 Kg 112.200 - - b. Organik Pupuk kandang - - - - Pupuk kompos - - - - 3. Pestisida
a. Padat - - - - b. Cair - - - - 4. Lain-lain - - - -Jumlah B 757.200 0C. Lain-Lain Pengeluaran 1. Pajak lahan - - - - 2. Sewa lahan - 100.000 - - 3. Bunga kredit - - - - 4. Iuran P3A (HIPPA) - - - -Jumlah C 100.000 0Jumlah A + B + C 1.457.200 120.000
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan
116
OUTPUT
1. Total produksi 10.250 Kg.
2. Harga setempat ditingkat petani Rp 250,-
3. Nilai Total Produksi (NTP) = total produksi x harga/kg = Rp 2.562.500,-
4. Total Biaya Produksi (TBP) = TBRD + TBD = Rp 1.577.200,-
Pendapatan Bersih :
NTP – TBP = Rp 985.300,-
117
Lampiran 6
Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan UsahataniKabupaten Pacitan Tahun 1999/2000
Tanaman Pisang
Uraian Jumlah Harga Total Biaya
INPUTA. Tenaga Kerja I. Pra Panen 1. Mencangkul 20 8.000 160.000 2. Menanam 6 8.000 48.000 3. Memupuk 6 8.000 48.000 4. Menyiangi 6 8.000 48.000 5. Pengendalian hama 2 8.000 16.000 6. Membumbun 5 8.000 40.000 II. Pasca Panen 7. Memanen/pemetikan 10 8.000 80.000 8. Membersihkan 10 8.000 80.000 9. Mengangkut 5 8.000 40.000 10. Sortasi 5 8.000 40.000Jumlah A 600.000B. Sarana Produksi 1. Benih/bibit 400 1.000 400.000 2. Pupuk - Urea 40 kg 1.000 40.000 - TSP/SP-36 20 kg 1.500 30.000 - Kcl 20 kg 1.700 34.000 3. Pestisida 5 liter 10.000 50.000Jumlah B 554.000C. Lain-Lain Pengeluaran 1. Pajak lahan 20.000 20.000 2. Sewa lahan 150.000 100.000
Jumlah C 120.000
Total 1.274.000
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan
118
Lampiran 7
Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan UsahataniKabupaten Pacitan Tahun 1999/2000
Tanaman Mangga
Uraian Jumlah Harga Total Biaya
INPUTA. Tenaga Kerja I. Pra Panen 1. Mencangkul 11 8.000 88.000 2. Menanam 5 8.000 40.000 3. Memupuk 4 8.000 32.000 4. Menyiangi 5 8.000 32.000 5. Pengendalian hama 2 8.000 16.000 6. Pemangkasan 2 8.000 16.000 II. Pasca Panen 7. Memanen/pemetikan 5 8.000 40.000 8. Membersihkan 5 8.000 40.000 9. Mengangkut 5 8.000 40.000Jumlah A 344.000B. Sarana Produksi 1. Benih/bibit 20 2.000 40.000 2. Pupuk - Urea 50 kg 1.000 50.000 - TSP/SP-36 50 kg 1.500 75.000 - Kcl 30 kg 1.700 51.000 3. Pestisida 3 liter 10.000 30.000Jumlah B 246.000C. Lain-Lain Pengeluaran 1. Pajak lahan 20.000 20.000 2. Sewa lahan 150.000 100.000
Jumlah C 120.000
Total 710.000
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan
119
Lampiran 8Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Kabupaten Pacitan Tahun 2007
Tanaman PadiTenaga Kerja Upahan
(riil dikeluarkan)Tenaga Kerja Keluarga
(diperhitungkan)Fisik Fisik
Uraian
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
INPUTA. Tenaga KerjaI. Pra Panen 1. Persemaian 7 - - - 175.000 6 - - - 150.000 2. Pengolahan tanah s/d siap tanam - - - - - - - - - - - Membajak - - 15 - 450.000 - - - - - - Meratakan - - 5 - 150.000 - - - - - - Mencangkul 11 - - - 275.000 16 - - - 400.000 - Membuat pemantang - - - - - - - - - - 3. Menanam - 40 - - 1.000.000 5 - - - 125.000 4. Memupuk - - - - - 2 - - - 50.000 5. Menyiangi - 15 - - 375.000 6 - - - 150.000 6. Pengendalian hama - - - - - 2 - - - 50.000 7. Lain-lain - - - - - - - - - -Jumlah A. I 18 55 20 0 2.425.000 37 0 0 0 925.000II. Pasca Panen 1. Memanen/pemetikan 30 20 - - 1.100.000 - - - - - 2. Merontokan 10 - - - 250.000 - - - - - 3. Mengangkut 6 - - - 150.000 2 - - - 50.000 4. Mengeringkan - 10 - - 200.000 5 15 - - 400.000 5. Menyimpan - - - - - 4 - - - 100.000Jumlah A.II 46 30 0 0 1.700.000 11 15 0 0 550.000Jumlah A = A.I + A. II 64 85 20 0 3.525.000 48 15 0 0 1.475.000
120
Tenaga Kerja Upahan (riil dikeluarkan)
Tenaga Kerja Keluarga (diperhitungkan)Uraian
FisikNilai (Rp)
Fisik
Nilai (Rp)
B. Sarana Produksi 1. Benih/bibit 40 140.000 - - 2. Pupuk -
a. Anorganik Urea 300 420.000 - - SP-36 100 200.000 - - ZA - - - - KCL - - - - b. Organik Pupuk kandang - - - - Pupuk kompos - - - - 3. Pestisida - - - - a. Padat - - - - b. Cair 2 100.000 - - 4. Lain-lain - - - -Jumlah B - 860.000 - 0C. Lain-Lain Pengeluaran 1. Pajak lahan - 40.000 - - 2. Sewa lahan - - - 800.000 3. Bunga kredit - - - - 4. Iuran P3A (HIPPA) - - - -Jumlah C 40.000 800.000Jumlah A + B + C 5.025.000 2.275.000
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan
121
OUTPUT
1. Total produksi 4.750 Kg, Bentuk hasil : GKG.
2. Harga Rp 2.250,-/kg.
3. Nilai Total Produksi (NTP) = total produksi x harga/kg = Rp 10.687.500,-
4. Total Biaya Produksi (TBP) = TBRD + TBD = Rp 7.300.000,-
Pendapatan Bersih :
NTP – TBP = Rp 3.387.500,-
122
Lampiran 9Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Kabupaten Pacitan Tahun 2007
Tanaman JagungTenaga Kerja Upahan
(riil dikeluarkan)Tenaga Kerja Keluarga
(diperhitungkan)Fisik Fisik
Uraian
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
INPUTA. Tenaga KerjaI. Pra Panen 1. Persemaian - - - - - - - - - - 2. Pengolahan tanah s/d siap tanam - - - - - - - - - - - Membajak - - - - - - - - - - - Meratakan - - - - - - - - - - - Mencangkul 33 - - - 825.000 5 - - - 125.000 - Membuat pemantang - - - - - - - - - - 3. Menanam 9 2 - - 275.000 7 - - - 175.000 4. Memupuk - - - - - 10 - - - 250.000 5. Menyiangi - - - - - - - - - - 6. Pengendalian hama - - - - - - - - - - 7. Lain-lain : - membumbun 8 - - - 200.000 9 - - - 225.000Jumlah A. I 50 2 0 0 1.300.000 31 0 0 0 775.000II. Pasca Panen - 1. Memanen/pemetikan 8 - - - 200.000 8 7 - - 300.000 2. Merontokan - - - - - 9 8 - - 340.000 3. Mengangkut 5 - - - 125.000 3 - - - 75.000 4. Mengeringkan - - - - - 2 2 - - 80.000 5. Lain-Lain - - - - - - 2 - - 40.000Jumlah A.II 13 0 0 0 325.000 22 19 0 0 835.000Jumlah A = A.I + A. II 63 2 0 0 1.625.000 53 19 0 0 1.610.000
123
Tenaga Kerja Upahan (riil dikeluarkan)
Tenaga Kerja Keluarga (diperhitungkan)
Uraian
FisikNilai (Rp)
FisikNilai (Rp)
B. Sarana Produksi 1. Benih/bibit 15 Kg 375.000 - - 2. Pupuk a. Anorganik Urea 300 Kg 420.000 - - SP-36 100 Kg 200.000 - - ZA - - - - KCL - - - - b. Organik Pupuk kandang - - - - Pupuk kompos - - - - 3. Pestisida a. Padat - - - - b. Cair - - - - 4. Lain-lain - - - -Jumlah B 995.000 0C. Lain-Lain Pengeluaran 1. Pajak lahan - - - 2. Sewa lahan - 200.000 - 500.000 3. Bunga kredit - - - - 4. Iuran P3A (HIPPA) - - - -Jumlah C 200.000 500.000Jumlah A + B + C 2.820.000 2.110.000
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan
124
OUTPUT
1. Total produksi 2.700 Kg.
2. Harga Rp 1.900,-/kg.
3. Nilai Total Produksi (NTP) = total produksi x harga/kg = Rp 5.130.000,-
4. Total Biaya Produksi (TBP) = TBRD + TBD = Rp 4.930.000,-
Pendapatan bersih :
NTP – TBP = Rp 200.000,-
125
Lampiran 10Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Kabupaten Pacitan Tahun 2007
Tanaman Kacang TanahTenaga Kerja Upahan
(riil dikeluarkan)Tenaga Kerja Keluarga
(diperhitungkan)Fisik Fisik
Uraian
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
INPUTA. Tenaga KerjaI. Pra Panen 1. Persemaian - - - - - - - - - - 2. Pengolahan tanah s/d siap tanam - - - - - - - - - - - Membajak - - - - - - - - - - - Meratakan - - - - - - - - - - - Mencangkul 33 - - - 825.000 14 - - - 350.000 - Membuat pemantang - - - - - - - - - - 3. Menanam 9 2 - - 275.000 7 6 - - 325.000 4. Memupuk - - - - - 7 - - - 175.000 5. Menyiangi - - - - - - - - - - 6. Pengendalian hama - - - - - - - - - - 7. Lain-lain : - membumbun 8 - - - 200.000 9 2 - - 275.000Jumlah A. I 50 2 0 0 1.300.000 37 8 0 0 1.125.000II. Pasca Panen - - - - - - - - - 1. Memanen/pemetikan 10 - - - 250.000 10 7 - - 425.000 2. Merontokan - - - - - - - - - - 3. Mengangkut 5 - - - 125.000 2 - - - 50.000 4. Mengeringkan - - - - - 2 2 - - 100.000 5. Menyimpan - - - - 2 - - - 50.000Jumlah A.II 15 0 0 0 375.000 16 9 0 0 625.000Jumlah A = A.I + A. II 65 2 0 0 1.675.000 53 17 0 0 1.750.000
126
Tenaga Kerja Upahan (riil dikeluarkan)
Tenaga Kerja Keluarga (diperhitungkan)Uraian
FisikNilai (Rp)
Fisik
Nilai (Rp)
B. Sarana Produksi 1. Benih/bibit 80 640.000 - - 2. Pupuk - - - - a. Anorganik Urea 50 70.000 - - SP-36 100 200.000 - - ZA - - - - KCL - - - - b. Organik Pupuk kandang - - - - Pupuk kompos - - - - 3. Pestisida a. Padat - - - - b. Cair - - - - 4. Lain-lain - - -Jumlah B 910.000 0C. Lain-Lain Pengeluaran 1. Pajak lahan - 20.000 - - 2. Sewa lahan - - - 300.000 3. Bunga kredit - - - - 4. Iuran P3A (HIPPA) - - - -Jumlah C 20.000 300.000Jumlah A + B + C 2.605.000 2.050.000
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan
127
OUTPUT
1. Total produksi 1.700 Kg.
2. Harga Rp 5.400,-/kg.
3. Nilai Total Produksi (NTP) = total produksi x harga/kg = Rp 9.180.000,-
4. Total Biaya Produksi (TBP) = TBRD + TBD = Rp 4.655.000,-
Pendapatan bersih :
NTP – TBP = Rp 4.525.000,-
128
Lampiran 11Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Kabupaten Pacitan Tahun 2007
Tanaman KedelaiTenaga Kerja Upahan
(riil dikeluarkan)Tenaga Kerja Keluarga
(diperhitungkan)Fisik Fisik
Uraian
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
INPUTA. Tenaga KerjaI. Pra Panen 1. Persemaian - - - 5 125.000 - - - - - 2. Pengolahan tanah s/d siap tanam - Membajak 15 - - - 375.000 2 - - - 50.000 - Meratakan - - - - - - - - - - - Mencangkul - - - - - - - - - - - Membuat pemantang - - - - - - - - - - 3. Menanam - 30 - - 750.000 4 4 - - 200.000 4. Memupuk - 25 - - 625.000 1 1 - - 50.000 5. Menyiangi 20 - - - 500.000 2 2 - - 100.000 6. Pengendalian hama - - - - - - - - - - 7. Lain-lain : - membumbun - - - - - - - - - -Jumlah A. I 35 55 0 5 2.375.000 9 7 0 0 400.000II. Pasca Panen 1. Memanen/pemetikan 5 5 - - 250.000 1 1 - - 50.000 2. Merontokan - - - - - - - - - - 3. Mengangkut - - - - - - - - - - 4. Mengeringkan 12 5 - - 425.000 - - - - - 5. Menyimpan - - - - - - - - - -Jumlah A.II 17 10 0 0 675.000 1 1 0 0 50.000Jumlah A = A.I + A. II 52 65 0 0 3.050.000 10 8 0 0 450.000
129
Tenaga Kerja Upahan (riil dikeluarkan)
Tenaga Kerja Keluarga (diperhitungkan)Uraian
FisikNilai (Rp)
Fisik
Nilai (Rp)
B. Sarana Produksi 1. Benih/bibit 60 Kg 186.000 - - 2. Pupuk - - - - a. Anorganik Urea 50 Kg 70.000 - - SP-36 100 Kg 200.000 - - ZA - - - - KCL 50 Kg 125.000 - - b. Organik 200 Gram 150.000 - - Pupuk kandang - - - - Pupuk kompos - - - - 3. Pestisida a. Padat - - - - b. Cair - - - - 4. Lain-lain - - - -Jumlah B 731.000 0C. Lain-Lain Pengeluaran 1. Pajak lahan - 20.000 - - 2. Sewa lahan - - - - 3. Bunga kredit - - - - 4. Iuran P3A (HIPPA) - - - -Jumlah C 20.000 0Jumlah A + B + C 3.801.000 450.000
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan
130
OUTPUT
1. Total produksi 1.200 Kg.
2. Harga Rp 4.400,-/kg.
3. Nilai Total Produksi (NTP) = total produksi x harga/kg = Rp 5.280.000,-
4. Total Biaya Produksi (TBP) = TBRD + TBD = Rp 4.251.000,-
Pendapatan bersih :
NTP – TBP = Rp 1.029.000,-
131
Lampiran 12Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Kabupaten Pacitan Tahun 2007
Tanaman Ubi KayuTenaga Kerja Upahan
(riil dikeluarkan)Tenaga Kerja Keluarga
(diperhitungkan)Fisik Fisik
Uraian
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
HKP HKW HKT JKM
Nilai (Rp)
INPUTA. Tenaga KerjaI. Pra Panen 1. Persemaian - - - - - - - - - - 2. Pengolahan tanah s/d siap tanam 16 - - - 400.000 5 - - - 125.000 - Membajak - - - - - - - - - - - Meratakan - - - - - - - - - - - Mencangkul - - - - - - - - - - - Membuat pemantang - - - - - - - - - - 3. Menanam 16 - - - 400.000 2 - - - 50.000 4. Memupuk - - - - - 2 - - - 50.000 5. Menyiangi 34 - - - 850.000 1 1 - - 40.000 6. Pengendalian hama - - - - - - - - - - 7. Lain-lain : - membumbun - - - - - - - - - -Jumlah A. I 66 0 0 0 1.650.000 10 1 0 0 265.000II. Pasca Panen 14 - - - 350.000 2 2 - - 80.000 1. Memanen/pemetikan - - - - - - - - - - 2. Merontokan - - - - - - - - - - 3. Mengangkut - - - - - - - - - - 4. Mengeringkan - - - - - - - - - - 5. Menyimpan - - - - - - - - - -Jumlah A.II 14 0 0 0 350.000 2 2 0 0 80.000Jumlah A = A.I + A. II 80 0 0 0 2.000.000 12 3 0 0 345.000
132
Tenaga Kerja Upahan (riil dikeluarkan)
Tenaga Kerja Keluarga (diperhitungkan)Uraian
FisikNilai (Rp)
Fisik
Nilai (Rp)
B. Sarana Produksi 1. Benih/bibit 4.400 220.000 2. Pupuk a. Anorganik Urea 200 Kg 280.000 - - SP-36 150 Kg 300.000 - - ZA - - - - KCL 66 Kg 165.000 - - b. Organik Pupuk kandang - - - - Pupuk kompos - - - - 3. Pestisida a. Padat - - - - b. Cair - - - - 4. Lain-lain - - - -Jumlah B 965.000 0C. Lain-Lain Pengeluaran 1. Pajak lahan - - - - 2. Sewa lahan - 300.000 - - 3. Bunga kredit - - - - 4. Iuran P3A (HIPPA) - - - -Jumlah C 300.000 0Jumlah A + B + C 3.265.000 345.000
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan
133
OUTPUT
1. Total produksi 10.200 Kg.
2. Harga setempat ditingkat petani Rp 450,-
3. Nilai Total Produksi (NTP) = total produksi x harga/kg = Rp 4.590.000,-
4. Total Biaya Produksi (TBP) = TBRD + TBD = Rp 3.610.000,-
Pendapatan bersih :
NTP – TBP = Rp 980.000,-
134
Lampiran 13
Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan UsahataniKabupaten Pacitan Tahun 2007
Tanaman Pisang
Uraian Jumlah Harga Total Biaya
INPUTA. Tenaga Kerja I. Pra Panen 1. Mencangkul 25 20.000 500.000 2. Menanam 6 20.000 120.000 3. Memupuk 6 20.000 120.000 4. Menyiangi 6 20.000 120.000 5. Pengendalian hama 2 20.000 40.000 6. Membumbun 6 20.000 120.000 II. Pasca Panen 7. Memanen/pemetikan 10 20.000 200.000 8. Membersihkan 10 20.000 200.000 9. Mengangkut 5 20.000 100.000 10. Sortasi 5 20.000 100.000Jumlah A 1.620.000B. Sarana Produksi 1. Benih/bibit 400 1500 600.000 2. Pupuk - Urea 40 kg 1.500 60.000 - TSP/SP-36 20 kg 2.000 40.000 - Kcl 20 kg 2.500 50.000 3. Pestisida 5 liter 30.000 150.000Jumlah B 900.000C. Lain-Lain Pengeluaran 1. Pajak lahan 20.000 20.000 2. Sewa lahan 150.000 150.000
Jumlah C 170.000
Total 2.690.000
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan
135
Lampiran 14
Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan UsahataniKabupaten Pacitan Tahun 2007
Tanaman Mangga
Uraian Jumlah Harga Total Biaya
INPUTA. Tenaga Kerja I. Pra Panen 1. Mencangkul 10 20.000 200.000 2. Menanam 5 20.000 100.000 3. Memupuk 4 20.000 80.000 4. Menyiangi 4 20.000 80.000 5. Pengendalian hama 2 20.000 40.000 6. Pemangkasan 2 20.000 40.000 II. Pasca Panen 7. Memanen/pemetikan 5 20.000 100.000 8. Membersihkan 4 20.000 80.000 9. Mengangkut 5 20.000 100.000Jumlah A 820.000B. Sarana Produksi 1. Benih/bibit 20 5.000 100.000 2. Pupuk - Urea 50 kg 1.500 75.000 - TSP/SP-36 50 kg 2.000 100.000 - Kcl 36 kg 2.500 90.000 3. Pestisida 2 liter 30.000 60.000Jumlah B 425.000C. Lain-Lain Pengeluaran 1. Pajak lahan 20.000 20.000 2. Sewa lahan 150.000 150.000
Jumlah C 170.000
Total 1.415.000
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan
1
Lampiran 15
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 1993 Kabupaten Pacitan Tahun 1997 – 2000 ( Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 1997 1998 1999 20001. Pertanian 142.380,26 132.108,86 134.183,03 136.329,351.1. Tanaman Bahan Makanan 104.906,85 97.603,12 98.752,34 99.987,351.2. Tanaman Perkebunan 16.971,91 14.930,23 15.341,73 15.780,761.3. Peternakan 16.904,14 15.916,31 16.124,21 16.358,491.4. Kehutanan 180,02 150,68 153,16 155,901.5. Perikanan 3.345,34 3.508,52 3.811,59 4.046,772. Pertambangan dan Penggalian 12.368,56 11.726,03 11.901,94 12.134,033. Industri Pengolahan 12.836,35 12.075,69 12.310,74 12.601,374. Listrik, Gas dan Air Bersih 1.589,65 1.720,78 1.849,10 1.978,955. Bangunan 26.695,20 25.209,27 25.494,87 25.846,786. Perdaganagan, Hotel dan Restoran 38.596,54 36.062,20 36.518,78 37.105,707. Pengangkutan dan Komunikasi 21.055,04 20.016,29 20.406,46 20.864,248. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 32.281,56 29.985,08 28.784,31 29.166,249. Jasa-Jasa 69.392,68 66.021,45 67.278,27 68.754,17
PDRB 357.123,84 334.925,65 338.727,50 344.771,83 Sumber : BPS Kabupaten Pacitan Dalam Angka Tahun 1997 - 2000
2
Lampiran 16
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Pacitan Tahun 2001 – 2007 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 20071. Pertanian 454.997,09 460.299,98 467.198,66 476.420,91 487.481,83 500.089,17 515.869,461.1. Tanaman Bahan Makanan 317.249,86 318.204,43 319.493,57 320.641,48 322.673,19 324.896,47 327.520,521.2. Tanaman Perkebunan 67.429,71 69.944,24 73.312,25 78.135,25 83.644,48 90.057,62 97.818,201.3. Peternakan 56.304,47 57.635,60 59.439,02 61.447,16 63.557,84 65.831,83 68.933,411.4. Kehutanan 434,35 442,26 454,21 468,95 488,10 509,77 536,911.5. Perikanan 12.649,28 13.500,73 14.499,62 15.728,07 17.118,22 18.793,48 21.060,422. Pertambangan dan Penggalian 47.889,94 48.875,08 50.266,96 52.220,83 54.336,80 56.621,94 59.929,213. Industri Pengolahan 37.103,04 38.151,80 39.783,66 41.632,56 44.051,57 47.247,44 51.217,354. Listrik, Gas dan Air Bersih 5.052,57 5.654,66 6.798,06 8.129,92 9.780,07 11.547,65 12.853,515. Bangunan 76.335,78 77.629,73 79.286,14 84.782,79 89.978,34 95.674,20 103.126,336. Perdaganagan, Hotel dan Restoran 103.921,82 106.233,86 109.578,45 113.849,59 117.990,46 124.185,59 134.055,857. Pengangkutan dan Komunikasi 62.460,83 62.460,75 64.295,77 66.355,16 67.310,87 68.757,92 70.946,378. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
88.124,56 89.787,52 91.913,61 94.467,19 97.435,50 101.130,00 106.705,02
9. Jasa-Jasa 163.387,35 167.335,73 174.432,79 183.430,99 193.935,12 206.678,00 219.754,16PDRB 1.039.272,99 1.056.429,11 1.083.514,11 1.121.289,93 1.162.300,55 1.211.931,91 1.274.457,26
Sumber : BPS Kabupaten Pacitan Dalam Angka Tahun 2001 - 2007
3
Lampiran 17
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 1993 Propinsi Jawa Timur Tahun 1997 – 2000 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 1997 1998 1999 20001. Pertanian 10.360.819,63 9.840.471,06 10.056.430,48 10.126.777,371.1. Tanaman Bahan Makanan 6.431.044,49 6.448.069,42 6.726.179,75 6.738.787,791.2. Tanaman Perkebunan 1.992.631,24 1.527.057,75 1.491.946,28 1.528.360,181.3. Peternakan 1.011.884,61 883.726,90 901.457,88 933.065,151.4. Kehutanan 259.298,47 233.168,31 231.839,83 207.218,581.5. Perikanan 665.960,82 748.448,67 705.006,74 719.345,672. Pertambangan dan Penggalian 875.522,36 501.798,67 820.481,97 1.269.837,033. Industri Pengolahan 19.409.565,66 15.104.078,20 15.096.119,16 15.426.479,384. Listrik, Gas dan Air Bersih 1.143.104,30 1.179.194,65 1.332.448,19 1.497.408,465. Bangunan 4.370.532,83 2.918.521,24 2.629.204,56 2.619.755,456. Perdaganagan, Hotel dan Restoran 13.828.696,97 11.369.207,36 11.403.499,39 11.798.137,017. Pengangkutan dan Komunikasi 4.236.276,08 4.051.086,25 4.441.895,08 4.680.459,538. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
4.145.932,45 3.296.433,66 3.087.742,86 3.117.254,48
9. Jasa-Jasa 6.483.125,59 6.138.105,66 6.191.148,76 6.314.134,56PDRB 64.853.575,87 54.398.896,74 55.058.970,46 56.850.243,28
Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur Dalam Angka 1997 - 2000
4
Lampiran 18
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Propinsi Jawa Timur Tahun 2001 – 2007 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 20071. Pertanian 40.505.023,39 41.354.488,14 42.143.435,26 43.331.493,13 44.700.984,17 46.451.473,55 47.942.973,381.1. Tanaman Bahan Makanan 24.001.766,53 24.257.703,46 24.674.936,40 25.205.496,54 25.427.122,99 25.945.907,62 26.370.778,001.2. Tanaman Perkebunan 6.762.812,92 6.982.271,72 7.115.176,19 6.424.712,15 7.030.804,74 7.354.018,82 8.456.156,201.3. Peternakan 5.857.909,32 6.016.548,19 6.340.742,64 6.705.049,51 6.982.097,93 7.410.819,14 7.871.663,361.4. Kehutanan 899.246,95 909.815,18 623.924,45 500.785,59 427.210,90 477.266,63 489.789,541.5. Perikanan 2.938.869,67 3.188.149,59 3.388.655,58 4.495.449,35 4.833.747,61 5.263.461,35 4.754.586,282. Pertambangan dan Penggalian 4.265.055,94 4.415.073,37 4.512.702,20 4.595.921,87 5.024.241,99 5.455.159,57 6.024.793,193. Industri Pengolahan 62.443.099,68 61.396.901,69 64.133.626,56 67.520.434,83 70.635.868,95 72.786.972,17 76.163.917,974. Listrik, Gas dan Air Bersih 2.930.159,20 3.144.025,77 3.631.942,87 4.171.615,50 4.429.541,76 4.610.041,67 5.154.634,885) Bangunan 8.211.638,44 8.293.319,45 8.447.765,37 8.604.401,30 8.903.497,41 9.030.294,53 9.139.600,656. Perdaganagan, Hotel dan Restoran
54.010.139,41 57.926.650,32 62.512.781,39 68.295.968,36 74.546.735,68 81.739.125,02 88.570.614,49
7. Pengangkutan dan Komunikasi 11.016.033,35 12.245.296,15 12.953.457,60 13.830.439,67 14.521.814,32 15.504.939,80 16.710.214,858. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
10.445.952,41 10.891.211,34 11.122.626,55 11.783.343,03 12.666.393,27 13.611.228,97 14.763.619,88
9. Jasa-Jasa 18.074.779,88 18.785.422,86 19.426.120,74 20.095.274,48 20.945.649,24 22.048.439,03 23.343.814,62PDRB 211.901.881,72 218.452.389,09 228.884.458,54 242.228.892,17 256.374.726,78 271.237.674,31 287.814.183,92
Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur Dalam Angka Tahun 2001 - 2007
5
Lampiran 19
Hasil Perhitungan Analisis Shift-Share Klasik PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 Kabupaten Pacitan Tahun 1997 - 2000
Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur
Lapangan Usaha1997 2000 1997 2000
rn rin rijNij
Eij . rnMij
Eij.( rin -rn )Cij
Eij .( rij - rin )Dij
Nij + Mij + Cij
1) Pertanian 142.380,26 136.329,35 10.360.819,63 10.126.777,37 -0,12 -0,99 -0,04 -17.570,61 -122.936,19 134.455,89 -6.050,91
a. Tanaman Bahan Makanan 104.906,85 99.987,35 6.431.044,49 6.738.787,79 -0,12 -0,98 -0,05 -12.588,82 -90.686,98 98.356,30 -4.919,50
b. Tanaman Perkebunan 16.971,91 15.780,76 1.992.631,24 1.528.360,18 -0,12 -0,99 -0,07 -2.036,63 -14.800,87 15.646,35 -1.191,15
c. Peternakan 16.904,14 16.358,49 1.011.884,61 933.065,15 -0,12 -0,98 -0,03 -2.028,50 -14.602,36 16.085,21 -545,65
d. Kehutanan 180,02 155,90 259.298,47 207.218,58 -0,12 -1,00 -0,13 -21,60 -158,31 155,79 -24,12
e. Perikanan 3.345,34 4.046,77 665.960,82 719.345,67 -0,12 -0,99 0,21 -401,44 -2.923,57 4.026,44 701,43
2) Pertambangan dan Penggalian 12.368,56 12.134,03 875.522,36 1.269.837,03 -0,12 -0,99 -0,02 -1.484,23 -10.712,91 11.962,61 -234,53
3) Industri Pengolahan 12.836,35 12.601,37 19.409.565,66 15.426.479,38 -0,12 -1,00 -0,02 -1.540,36 -11.287,65 12.593,04 -234,98
4) Listrik, Gas dan Air Bersih 1.589,65 1.978,95 1.143.104,30 1.497.408,46 -0,12 -1,00 0,24 -190,76 -1.396,14 1.976,20 389,30
5) Bangunan 26.695,20 25.846,78 4.370.532,83 2.619.755,45 -0,12 -0,99 -0,03 -3.203,42 -23.333,90 25.688,91 -848,42
6) Perdagangan, Hotel dan Restoran 38.596,54 37.105,70 13.828.696,97 11.798.137,01 -0,12 -1,00 -0,04 -4.631,58 -33.861,39 37.002,14 -1.490,84
7) Pengangkutan dan Komunikasi 21.055,04 20.864,24 4.236.276,08 4.680.459,53 -0,12 -1,00 -0,01 -2.526,60 -18.424,74 20.760,54 -190,808) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
32.281,56 29.166,24 4.145.932,45 3.117.254,48 -0,12 -0,99 -0,10 -3.873,79 -28.180,68 28.939,14 -3.115,32
9) Jasa-Jasa 69.392,68 68.754,17 6.483.125,59 6.314.134,56 -0,12 -0,99 -0,01 -8.327,12 -60.329,64 68.018,25 -638,51
PDRB 357.123,84 344.771,83 64.853.575,87 56.850.243,28 -43.348,47 -310.463,25 341.396,71 -12.415,01Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder.
6
Lampiran 20
Hasil Perhitungan Analisis Shift-Share Klasik PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Pacitan Tahun 2001 - 2007
Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa TimurLapangan Usaha
2001 2007 2001 2007
rn rin rij NijEij . rn
MijEij. ( rin -rn )
CijEij . ( rij –
rin )
DijNij+Mij +Cij
1) Pertanian 454.997,09 515.869,46 40.505.023,39 47.942.973,38 0,36 -0,99 0,13 162.999,39 -612.201,66 510.074,65 60.872,37a. Tanaman Bahan Makanan 317.249,86 327.520,52 24.001.766,53 26.370.778,00 0,36 -0,99 0,03 114.209,95 -427.130,72 323.191,43 10.270,66b. Tanaman Perkebunan 67.429,71 97.818,20 6.762.812,92 8.456.156,20 0,36 -0,99 0,45 24.274,70 -90.729,09 96.842,89 30.388,49c. Peternakan 56.304,47 68.933,41 5.857.909,32 7.871.663,36 0,36 -0,99 0,22 20.269,61 -75.911,51 68.270,84 12.628,94d. Kehutanan 434,35 536,91 899.246,95 489.789,54 0,36 -1,00 0,24 156,37 -590,46 536,65 102,56e. Perikanan 12.649,28 21.060,42 2.938.869,67 4.754.586,28 0,36 -0,99 0,66 4.553,74 -17.112,38 20.969,77 8.411,142) Pertambangan dan Penggalian 47.889,94 59.929,21 4.265.055,94 6.024.793,19 0,36 -0,99 0,25 17.240,38 -64.457,41 59.256,30 12.039,273) Industri Pengolahan 37.103,04 51.217,35 62.443.099,68 76.163.917,97 0,36 -1,00 0,38 13.357,09 -50.429,70 51.186,92 14.114,314) Listrik, Gas dan Air Bersih 5.052,57 12.853,51 2.930.159,20 5.154.634,88 0,36 -1,00 1,54 1.818,92 -6.849,33 12.831,35 7.800,945) Bangunan 76.335,78 103.126,33 8.211.638,44 9.139.600,65 0,36 -0,99 0,35 27.480,88 -102.858,00 102.167,66 26.790,556) Perdagangan, Hotel dan Restoran 103.921,82 134.055,85 54.010.139,41 88.570.614,49 0,36 -1,00 0,29 37.411,85 -141.075,74 133.797,91 30.134,037) Pengangkutan dan Komunikasi 62.460,83 70.946,37 11.016.033,35 16.710.214,85 0,36 -0,99 0,14 22.485,90 -84.544,47 70.544,10 8.485,548) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 88.124,56 106.705,02 10.445.952,41 14.763.619,88 0,36 -0,99 0,21 31.724,84 -118.949,22 105.804,83 18.580,469) Jasa-Jasa 163.387,35 219.754,16 18.074.779,88 23.343.814,62 0,36 -0,99 0,34 58.819,45 -220.220,33 217.767,69 56.366,81
PDRB 1.039.272,99 1.274.457,26 211.901.881,72 287.814.183,92 373.338,71 -1.401.585,84 1.263.431,40 235.184,27Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder.
7
Lampiran 21
Hasil Perhitungan Analisis Location Quotient PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 Kabupaten Pacitan Tahun 1997 – 2000
TahunLapangan Usaha1997 1998 1999 2000
Rata-Rata
Keterangan
1) Pertanian 2,50 2,18 2,17 2,22 2,27 BASIS
a. Tanaman Bahan Makanan 2,96 2,46 2,39 2,45 2,56 BASIS
b. Tanaman Perkebunan 1,55 1,59 1,67 1,70 1,63 BASIS
c. Peternakan 3,03 2,93 2,91 2,89 2,94 BASIS
d. Kehutanan 0,13 0,10 0,11 0,12 0,12 NON BASIS
e. Perikanan 0,91 0,76 0,88 0,93 0,87 NON BASIS
2) Pertambangan dan Penggalian 2,57 3,80 2,36 1,58 2,57 BASIS
3) Industri Pengolahan 0,12 0,13 0,13 0,13 0,13 NON BASIS
4) Listrik, Gas dan Air Bersih 0,25 0,24 0,23 0,22 0,23 NON BASIS
5) Bangunan 1,11 1,40 1,58 1,63 1,43 BASIS
6) Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,51 0,52 0,52 0,52 0,52 NON BASIS
7) Pengangkutan dan Komunikasi 0,90 0,80 0,75 0,74 0,80 NON BASIS
8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,41 1,48 1,52 1,54 1,49 BASIS
9) Jasa-Jasa 1,94 1,75 1,77 1,80 1,81 BASISSumber : Hasil Olahan Data Sekunder
8
Lampiran 22
Hasil Perhitungan Analisis Location Quotient PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Pacitan Tahun 2000 – 2007
Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder.
TahunLapangan Usaha2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Rata-Rata Keterangan
1) Pertanian 2,29 2,30 2,34 2,38 2,41 2,41 2,43 2,36 BASIS
a. Tanaman Bahan Makanan 2,70 2,71 2,74 2,75 2,80 2,80 2,80 2,76 BASIS
b. Tanaman Perkebunan 2,03 2,07 2,18 2,63 2,62 2,74 2,61 2,41 BASIS
c. Peternakan 1,96 1,98 1,98 1,98 2,01 1,99 1,98 1,98 BASIS
d. Kehutanan 0,10 0,10 0,15 0,20 0,25 0,24 0,25 0,18 NON BASIS
e. Perikanan 0,88 0,88 0,90 0,76 0,78 0,80 1,00 0,86 NON BASIS
2) Pertambangan dan Penggalian 2,29 2,29 2,35 2,45 2,39 2,32 2,25 2,33 BASIS
3) Industri Pengolahan 0,12 0,13 0,13 0,13 0,14 0,15 0,15 0,14 NON BASIS
4) Listrik, Gas dan Air Bersih 0,35 0,37 0,40 0,42 0,49 0,56 0,56 0,45 NON BASIS
5) Bangunan 1,90 1,94 1,98 2,13 2,23 2,37 2,55 2,16 BASIS
6) Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,39 0,38 0,37 0,36 0,35 0,34 0,34 0,36 NON BASIS
7) Pengangkutan dan Komunikasi 1,16 1,05 1,05 1,04 1,02 0,99 0,96 1,04 BASIS8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
1,72 1,70 1,75 1,73 1,70 1,66 1,63 1,70 BASIS
9) Jasa-Jasa 1,84 1,84 1,90 1,97 2,04 2,10 2,13 1,97 BASIS
9
Lampiran 23
Hasil Perhitungan Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) PDRB Atas Dasar Konstan Tahun 1993
Kabupaten Pacitan 1997 – 2000
Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur MRP
Lapangan Usaha1997 2000 1997 2000
∆Eij ∆Eir ∆Er (RPr)RPr RPs
1) Pertanian 142.380,26 136.329,35 10.360.819,63 10.126.777,37 -4,25 -2,26 -12,34 0,18 1,88a. Tanaman Bahan Makanan 104.906,85 99.987,35 6.431.044,49 6.738.787,79 -4,69 4,79 -12,34 -0,39 -0,98b. Tanaman Perkebunan 16.971,91 15.780,76 1.992.631,24 1.528.360,18 -7,02 -23,30 -12,34 1,89 0,30c. Peternakan 16.904,14 16.358,49 1.011.884,61 933.065,15 -3,23 -7,79 -12,34 0,63 0,41
d. Kehutanan 180,02 155,90 259.298,47 207.218,58 -13,40 -20,08 -12,34 1,63 0,67e. Perikanan 3.345,34 4.046,77 665.960,82 719.345,67 20,97 8,02 -12,34 -0,65 2,622) Pertambangan dan Penggalian 12.368,56 12.134,03 875.522,36 1.269.837,03 -1,90 45,04 -12,34 -3,65 -0,043) Industri Pengolahan 12.836,35 12.601,37 19.409.565,66 15.426.479,38 -1,83 -20,52 -12,34 1,66 0,094) Listrik, Gas dan Air Bersih 1.589,65 1.978,95 1.143.104,30 1.497.408,46 24,49 30,99 -12,34 -2,51 0,795) Bangunan 26.695,20 25.846,78 4.370.532,83 2.619.755,45 -3,18 -40,06 -12,34 3,25 0,086) Perdagangan, Hotel dan Restoran 38.596,54 37.105,70 13.828.696,97 11.798.137,01 -3,86 -14,68 -12,34 1,19 0,267) Pengangkutan dan Komunikasi 21.055,04 20.864,24 4.236.276,08 4.680.459,53 -0,91 10,49 -12,34 -0,85 -0,098) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 32.281,56 29.166,24 4.145.932,45 3.117.254,48 -9,65 -24,81 -12,34 2,01 0,399) Jasa-Jasa 69.392,68 68.754,17 6.483.125,59 6.314.134,56 -0,92 -2,61 -12,34 0,21 0,35
PDRB 357.123,84 344.771,83 64.853.575,87 56.850.243,28 Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder.
10
Lampiran 24
Hasil Perhitungan Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) PDRB Atas Dasar Konstan Tahun 2000
Kabupaten Pacitan 2000 – 2007
Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur MRP
Lapangan Usaha2001 2007 2001 2007
∆Eij ∆Eir∆Er
(RPr) RPr RPs
1) Pertanian 454.997,09 515.869,46 40.505.023,39 47.942.973,38 13,38 18,36 35,82 0,51 0,73
a. Tanaman Bahan Makanan 317.249,86 327.520,52 24.001.766,53 26.370.778,00 3,24 9,87 35,82 0,28 0,33
b. Tanaman Perkebunan 67.429,71 97.818,20 6.762.812,92 8.456.156,20 45,07 25,04 35,82 0,70 1,80
c. Peternakan 56.304,47 68.933,41 5.857.909,32 7.871.663,36 22,43 34,38 35,82 0,96 0,65
d. Kehutanan 434,35 536,91 899.246,95 489.789,54 23,61 -45,53 35,82 -1,27 -0,52
e. Perikanan 12.649,28 21.060,42 2.938.869,67 4.754.586,28 66,49 61,78 35,82 1,72 1,08
2) Pertambangan dan Penggalian 47.889,94 59.929,21 4.265.055,94 6.024.793,19 25,14 41,26 35,82 1,15 0,61
3) Industri Pengolahan 37.103,04 51.217,35 62.443.099,68 76.163.917,97 38,04 21,97 35,82 0,61 1,73
4) Listrik, Gas dan Air Bersih 5.052,57 12.853,51 2.930.159,20 5.154.634,88 154,40 75,92 35,82 2,12 2,03
5) Bangunan 76.335,78 103.126,33 8.211.638,44 9.139.600,65 35,10 11,30 35,82 0,32 3,11
6) Perdagangan, Hotel dan Restoran 103.921,82 134.055,85 54.010.139,41 88.570.614,49 29,00 63,99 35,82 1,79 0,45
7) Pengangkutan dan Komunikasi 62.460,83 70.946,37 11.016.033,35 16.710.214,85 13,59 51,69 35,82 1,44 0,268) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 88.124,56 106.705,02 10.445.952,41 14.763.619,88 21,08 41,33 35,82 1,15 0,51
9) Jasa-Jasa 163.387,35 219.754,16 18.074.779,88 23.343.814,62 34,50 29,15 35,82 0,81 1,18
PDRB 1.039.272,99 1.274.457,26 211.901.881,72 287.814.183,92Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder
Top Related