Download - Analisis BOD

Transcript
Page 1: Analisis BOD

PENETAPAN KADAR BOD PADA LIMBAH INDUSTRI

Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)Untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana Kimia

Oleh:Yuan Sidarta

11630018

PROGRAM STUDI KIMIAFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA

2014

i

Page 2: Analisis BOD

HALAMAN PENGESAHANPENETAPAN KADAR BOD PADA LIMBAH INDUSTRI

Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai derajat Sarjana Kimia

Yang diajukan oleh: Yuan Sidarta

NIM: 11630018

Yogyakarta, .......................... 2014

Mengesahkan,

Pembimbing LapanganBalai Besar Litbang TO-OT

Surani Retno Kuncoro, ST.

NIP 19660520 200212 2 003

Dosen Pembimbing PKLProdi Kimia FST UIN SUKA

Karmanto, S.Si., M.Sc..

NIP: 19820504 200912 1 005

Mengetahui,

Kepala Badan Lingkungan Hidup

Drs. Isdiyanto.

NIP: 19581227 198303 1 011

a.n. DekanKetua Prodi Kimia FST UIN SUKA

Esti Wahyu Widowati, M.Si., M. Biotech.

NIP: 19760830 200312 2 001

ii

Page 3: Analisis BOD

KATA PENGANTARSyukur alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan

laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “Penetapan Kadar BOD Pada

Limbah Industri” dengan menggunakan parameter parameter yang ada di Balai

Lingkungan Hidup (BLH) Kota Semarang. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini

disusun dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana Kimia.

Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan,penyusun mendapatkan banyak

pengetahuan dan pengalaman berharga yang tidak ternilai. Oleh karena itu penyusun

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

pelaksanaan dan proses penyelesaian laporan PKL ini. Ucapan terima kasih tersebut

secara khusus disampaikan kepada:

1. Prof. Drs. Akh. Minhaji, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Drs. Isdiyanto, selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Semarang.

3. Ir Wahyu Tri Nurindah, selaku Kepala Sub Laboratorium, serta para pegawai

Laboratorium BLH Kota Semarang.

4. Esti Wahyu Widowati, M.Si., M. Biotech., selaku Ketua Program Studi Kimia,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

5. Karmanto, S.Si., M.Sc, Selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja Lapangan yang

telah banyak memberikan pengarahan, petunjuk serta bimbingan sebelum dan

sesudah pelaksanaan PKL.

6. Surani Retno Kuncoro, ST, selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan Di

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Semarang.

7. Didik Krisdiyanto, M.Sc. dan Endaruji Sedyadi, S.Si, M.Sc, selaku Koordinator

PKL Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi.

iii

Page 4: Analisis BOD

8. Seluruh pegawai Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang yang telah

memberikan bantuan dan petunjuk selama PKL.

9. Kedua orang tua atas dukungan serta do’anya.

10. Teman-teman senasib seperjuangan yaitu Riandy dan Nasik yang telah melewati

masa-masa kebersamaan selama PKL. Terimakasih atas kerjasamanya.

11. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusun dalam pelaksanaan PKL

maupun penyusunan laporan PKL yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu

persatu.

Penyusun menyadari bahwa laporan PKL ini masih jauh dari

kesempurnaan.Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik

yang konstruktif sangat diharapkan guna peningkatan pembuatan laporan penelitian

pada tugas yang lain di waktu mendatang.Semoga penelitian yang dilakukan dan

laporan yang telah disusun ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 14 Februari 2014

Yuan Sidarta

11630018

iv

Page 5: Analisis BOD

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

PENETAPAN KADAR BOD PADA LIMBAH INDUSTRI....................................i

HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................3

C. Tujuan Penelitian................................................................................................3

D. Manfaat Penelitian..............................................................................................3

BAB II PROFIL BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SEMARANG...........4

A. Profil Badan Lingkungan Hidup (BLH)...............................................................4

1. Visi Badan Lingkungan Hidup...........................................................................4

2. Misi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup.....................................................4

B. Tugas Pokok Badan Lingkungan Hidup.............................................................4

C. Fungsi Badan Lingkungan Hidup.......................................................................5

BAB III DASAR TEORI.............................................................................................8

A. Kualitas Air...........................................................................................................8

B. Pencemaran Air.....................................................................................................9

C. Limbah................................................................................................................10

D. Jenis Limbah.......................................................................................................10

E. Kualitas Limbah..................................................................................................11

F. Penanganan Limbah............................................................................................13

BAB IV METODE PENELITIAN...........................................................................17

v

Page 6: Analisis BOD

1. Pembuatan Larutan Buffer Fosfat.................................................................17

2. Pembuatan Larutan Pengencer......................................................................18

3. Pengenceran sampel dengan larutan pengencer............................................18

4. Penentuan kadar oksigen terlarut (DO)........................................................18

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................20

B. Perhitungan.......................................................................................................20

C. Pembahasan......................................................................................................21

PENUTUP..................................................................................................................24

A. KESIMPULAN................................................................................................24

B. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................25

LAMPIRAN...............................................................................................................26

A. Perhitungan BOD.............................................................................................26

B. tabel grafik konsentrasi oksigen terlarut air pengencer pada suhu 20oC setelah diaerasi 24 jam.........................................................................................................29

C. Dokumentasi Gambar.......................................................................................30

vi

Page 7: Analisis BOD

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang

Perkembangan industri di Indonesia pada saat ini cukup pesat. Hal ini ditandai

dengan semakin banyaknya industri yang memproduksi berbagai jenis kebutuhan

manusia seperti industri kertas, tekstil, makanan, dan sebagainya. Seiring dengan

perkembangan tersebut, maka semakin banyak pula hasil samping yang diproduksi

sebagai limbah. Banyaknya limbah dapat menyebabkan terjadinya pencemaran,

terutama limbah cair yang dapat mencemari sistem perairan seperti sungai. Dengan

demikian limbah cair yang dikeluarkan harus memiliki baku mutu untuk mencegah

pencemaran. Jika terjadinya pencemaran, hal ini harus ditanggulangi (dicegah)

dengan mengolah limbah yang dikeluarkan agar sesuai dengan baku mutu.

Salah satu parameter yang sering digunakan sebagai tolak ukur tercemarnya

suatu sungai adalah BOD (Biochemical Oxygen Demand). Dengan mengetahui nilai

BOD suatu limbah cair, maka dapat diketahui limbah tersebut dapat berpotensi

tercemari sungai atau tidak. Pada umumnya, limbah industri makanan seperti tahu,

kecap, gula, minyak sawit, dan sebagainya yang mengandung nilai BOD tinggi jika

dibandingkan dengan industri kimia.

Berdasar pada Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan

Perijinan Terpadu Kota Semarang, Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di

bidang lingkungan hidup.

Berdasar pada Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pengendalian Lingkungan Hidup dan Surat Keputusan Gubernur Jawa

Tengah Nomor : 660.1/18/2006 tentang Penunjukan Laboratorium Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Kota Semarang sebagai

Laboratorium Lingkungan.

1

Page 8: Analisis BOD

Dalam rangka pengendalian pencemaran air di Kota Semarang, Badan

Lingkungan Hidup (BLH) Kota Seamarang akan melaksanakan pemantauan dan

pemeriksaan limbah cair industry / hotel / rumah sakit / air sungai.

Salah satu prosedur penting dalam proses pengelolaan kualitas air adalah

melaksanakan pemantauan kualitas air secara bertahap dan berkesinambungan.

Begitu pentingnya komponen air bagi kehidupan dan kelangsungan hidup manusia

dan makhluk hidup lainnya sehingga Pemerintah mengeluarkan Peraturan mengenai

pengelolaan kualitas air dan pemantauan kualitas air, demi menjaga kelestarian

ekosistem dan kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

Dari kondisi di lapangan , sumber air ini banyak dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk berbagai kegiatan seperti pembangkit tenaga listrik, sumber air

minum (PDAM), pertanian, perikanan, peternakan, industri, domestik, yang

memberikan indikasi masuknya unsur-unsur tertentu yang dapat mempengaruhi

kualitas air yang ada, selanjutnya dapat mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi dan

lingkungan masyarakat. Adanya berbagai dampak atau masalah tersebut

menunjukkan upaya pengelolaan kualitas air perlu diprioritaskan dan perlu dijaga

kelestariannya sehingga dapat berfungsi optimal sesuai dengan kebutuhan dan

pemanfaatannya.

Pengelolaan kualitas air melibatkan banyak kegiatan di berbagai tingkatan dan

menjadi bahan pertimbangan mulai dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan

dan monitoring. Dalam manajemen kualitas air diperlukan kemampuan untuk

meramalkan dampak dari meningkatnya aktivitas manusia terhadap merosotnya

kualitas air, karena akibat dari pencemaran dapat merugikan baik terhadap pemakai

air, badan air dan organisme air itu sendiri bahkan dapat mengakibatkan terjadinya

degradasi pada bangunan di dalam suatu perairan. Oleh sebab itu, maka penerapan

suatu sistem pengelolaan kualitas air yang baik diharapkan dapat memberikan

alternatif sebagai solusi pekerjaan untuk menjaga agar keseimbangan lingkungan

2

Page 9: Analisis BOD

tetap dapat dipertahankan sehingga akan menjamin terlaksananya suatu pola

pembangunan yang berkelanjutan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perbandingan nilai BOD limbah inlet dan outlet diantara kedua

Industri ?

2. Bagaimanakah pengaruh angka nilai BOD terhadap kualitas air limbah?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui kadar BOD dari masing masing limbah industri dengan

menggunakan parameter-parameter yang ada di Badan Lingkungan Hidup (BLH)

Kota Semarang serta mengetahui dampak nilai BOD terhadap lingkungan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan data penelitian

tentang kualitan air dengan menggunakan parameter BOD. Selain itu, hasil penelitian

ini diharapkan dapat mengetahui dampak dari kualitas air untuk lingkungan.

3

Page 10: Analisis BOD

BAB IIPROFIL BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SEMARANG

A. Profil Badan Lingkungan Hidup (BLH)

1. Visi Badan Lingkungan Hidup

Mewujudkan Badan Lingkungan Hidup yang responsif dan proaktif serta

berperan dalam pelaksanaan pembangunan Kota Semarang yang berkelanjutan

menuju masyarakat sejahtera.

2. Misi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

a. Meningkatkan pengembangan kapasitas kelembagaan dan Sumber Daya

Manusia di bidang lingkungan hidup.

b. Meningkatkan pengawasan, pengendalian dan pemantauan pencemaran

terhadap pemanfaatan dan pengelolaan Sumber Daya Alam sesuai fungsi

lingkungan dalam rangka penegakan hukum lingkungan.

c. Meningkatkan upaya konservasi dan pemulihan kualitas Sumber Daya Alam

terhadap kerusakan lingkungan.

B. Tugas Pokok Badan Lingkungan Hidup

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan

Perijinan Terpadu Kota Semarang dan Peraturan Walikota Nomor 45 Tahun 2009

tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang,

disebutkan bahwa Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan danpelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang

lingkungan hidup. Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas Pokok yaitu

Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik

di bidang lingkungan hidup.

4

Page 11: Analisis BOD

C. Fungsi Badan Lingkungan Hidup

Dalam melaksanakan Tugas Pokok di atas maka, Badan Lingkungan Hidup

memiliki fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengembangan teknologi dan

pengendalian lingkungan, pengkajian dampak lingkungan, pengawasan

dampak lingkungan, penanganan sengketa lingkungan dan pemulihan kualitas

lingkungan.

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang

pengembangan teknologi dan pengendalian lingkungan, pengkajian dampak

lingkungan, pengawasan dampak lingkungan, penanganan sengketa

lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pengembangan teknologi dan

pengendalian lingkungan, pengkajian dampak lingkungan, pengawasan

dampak lingkungan, penanganan sengketa lingkungan dan pemulihan kualitas

lingkungan.

4. Penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran Badan Lingkungan

Hidup.

5. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas Badan Lingkungan Hidup.

6. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

lingkungan hidup.

7. Penyelenggaraan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

8. Penyelenggaraan kajian teknis perijinan lokasi pengumpulan limbah B3

kecuali minyak pelumas/olie bekas, perijinan lokasi pengolahan limbah B3,

perijinan penyimpanan sementara limbah B3 di industri atau usaha suatu

kegiatan, perijinan pembuangan air limbah ke air atau sumber air, perijinan

pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi pada tanah serta perijinan

penyelenggaraan prasarana umum dan sarana air limbah.

5

Page 12: Analisis BOD

9. Penyelenggaraan penilaian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL).

10. Penyelenggaraan pemberian rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan

(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

11. Penyelenggaraan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

12. Penyelenggaraan pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran

udara.

13. Penyelenggaraan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan

laut, tanah akibat kebakaran hutan dan/atau lahan, tanah untuk kegiatan

produksi biomassa, lingkungan akibat bencana.

14. Pembinaan dan pengawasan penerapan SNI dan Standard kompetensi personil

bidang pengelolaan lingkungan hidup.

15. Penyelenggaraan pengembangan perangkat ekonomi lingkungan.

16. Penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan penerapan sistem manajemen

lingkungan, ekolabel, produksi bersih dan teknologi berwawasan lingkungan

yang mendukung pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.

17. Penyelenggaraan penegakan hukum lingkungan.

D. Pengorganisasian Badan Lingkungan Hidup

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Perijinan

Terpadu Kota Semarang, Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kota

Semarang terdiri dari :

1. Kepala Badan;

2. Sekretariat, terdiri dari :

a. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi;

b. Sub Bagian Keuangan; dan

c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian ;

6

Page 13: Analisis BOD

3. Bidang Pengembangan Teknologi dan Pengendalian Lingkungan, terdiri

dari :

a. Sub Bidang Pengembangan Teknologi Lingkungan; dan

b. Sub Bidang Pengendalian Lingkungan;

4. Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan, terdiri dari :

a. Sub Bidang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; dan

b. Sub Bidang Laboratorium;

5. Bidang Pengawasan Dampak Lingkungan, terdiri dari :

a. Sub Bidang Pengawasan Pencemaran Lingkungan; dan

b. Sub Bidang Pengawasan Kerusakan Lingkungan;

6. Bidang Penanganan Sengketa Lingkungan dan Pemulihan Kualitas

Lingkungan, terdiri dari :

a. Sub Bidang Penanganan Sengketa Lingkungan; dan

b. Sub Bidang Pemulihan Kualitas Lingkungan;

7. Kelompok Jabatan Fungsional.

Adapun Bagan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang adalah

sebagaimana berikut.

7

Page 14: Analisis BOD

8

Page 15: Analisis BOD

BAB IIIDASAR TEORI

Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air secara konsisten

peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh

karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar

peradaban manusia (Sunaryo, dkk, 2005).

Salah satu faktor penting penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari adalah

untuk kebutuhan air minum. Air bersih merupakan air yang harus bebas dari

mikroorganisme penyebab penyakit dan bahan-bahan kimia yang dapat merugikan

kesehatan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Air merupakan zat kehidupan, di

mana tidak ada satupun makhluk hidup di bumi ini yang tidak membutuhkan air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65-75% dari berat manusia terdiri dari air.

Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum sebanyak 2,5 . 3 liter

setiap hari termasuk air yang berada dalam makanan. Manusia bisa bertahan hidup 2.

3 minggu tanpa makan, tetapi hanya 2 . 3 hari tanpa minum (Suripin, 2002).

A. Kualitas Air

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara

berlimpah-limpah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan

manusia relative sedikit karena dibatasi oleh berbagai fahtor. Oleh karena itu sumber

daya ini harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia

serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus

dilaksanakan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi

sekarang maupun generasi mendatang.

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kualitas

air yang sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan

9

Page 16: Analisis BOD

kualitas air untuk keperluan domestic, dan kegiatan lain berdampak negative terhadap

sumber daya air, antara ain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat

menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang

bergantung pada sumber daya air secara seksama.

Indonesia telah memiliki Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 tentang

Pengendalian Pencemaran Air dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.

5 tahun 1995 tentang Baku Mutu Air Limbah Cair bagi kegiatan industry, yang

mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya.

Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :

1. Golongan A, yaitu yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B, yaitu yaitu air yang digunakan sebagai air baku air minum

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan

4. Golongan D, air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,usaha di

perkotaan,industry,dan pembangkit listrik tenaga air (Hefni Effendi,2007).

B. Pencemaran Air

Pencemaran air didefenisikan sebagai perubahan langsung atau tidak langsung

terhadap keadaan air yang berbahaya atau berpotensi menyebabkan penyakit atau

gangguan bagi kehidupan makhluk hidup. Perubahan langsung dan tidak langsung ini

dapat berupa perubahan fisik, kimia, termal, biologi, atau radioaktif. Kualitas air

merupakan salah satu faktor dalam menentukan kesejahteraan manusia. Kehadiran

bahan pencemar di dalam air dalam jumlah tidak normal mengakibatkan air

dinyatakan sebagai terpolusi.

Beberapa indikator terhadap pencemaran air dapat diamati dengan melihat

perubahan keadaan air dari keadaan yang normal, diantaranya: (1) adanya perubahan

suhu air, (2) adanya perubahan tingkat keasaman, basa dan garam (salinitas ) air, (3)

10

Page 17: Analisis BOD

adanya perubahan warna, bau dan rasa pada air, (4) terbentuknya endapan, koloid

dari bahan terlarut, dan (5) terdapat mikroorganisme di dalam air (Situmorang, 2007).

C. Limbah

Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat

digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut sebagai pencemaran

air. Karena kebuthan makhluk hidup akan air sungai bervariasi maka batas

pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda (Philip Kristanto,2004).

Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industry sangat bervariasi

tergantung dari jenis dan besar kecilnya industry,pengasan pada proses industry,

derajat penggunaan air,derajat pengolahan air limbah yang ada. Puncak tertinggi

aliran selalu tidak akan dilewati apabila menggunakan tanki penahan dan bak

pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh industry

yang tidak menggunakan proses basah diperkirakan sekitar 50 m3/ha/hari. Sebagai

patokan dapat dipergunakan pertimbangan bahwa 85-95% dari jumlah air yang

dipergunakan adalah berupa air limbah apabila industry tersebut memanfaatkan

kembali air limbahnya, maka jumlahnya akan lebih kecil lagi (Sugiharto,1987).

Limbah yang dihasilkan harus memenuhi standart baku mutu limbah dan

sesuai dengan baku mutu lingkungan yang berlaku bagi kondisi lingkungan dimana

kegiatan industry sedang berlangsung. Karena itu setiap parameter harus tersedia

nilainya sebelum masuk system pengolahan dan setelah limbah keluar system

pengolahan harus ditetapkan nilai-nilai parameter kunci yang harus dicapai. Artinya

harus diungkapkan kualitas limbah sebelum dan sesudah limbah diolah dan apakah

limbah ini memenuhi syarat baku mutu (Perdana Ginting,2007).

D. Jenis Limbah

Air limbah yang harus dibuang dari suatu daerah pemukiman terdiri dari:

11

Page 18: Analisis BOD

(1) Air limbah rumah tangga (yang juga disebbut saniter), yaitu air limbah dari daerah

perumahan serta sarana-sarana komersial, institusional, dan yang serupa dengan

itu;

(2) Air limbah industri yaitu bila bahan-bahan buangan industri merupakan bagian

terbesar;

(3) Air resapan/ aliran masuk, yaitu air dari luar yang masuk ke dalam sistem

pembuangan dengan berbagai cara, serta air hujan yang tercurah dari sumber-

sumber seperti talang dan drainasi pondasi;

(4) air hujan hasil dari aliran curah hujan (Linsley, 1991).

Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat

bagian :

1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran

air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik, dan

bahan buangan anorganik.

2. Limbah padat

3. Limbah gas dan partikel

4. Limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) (www.wikipedia.org).

E. Kualitas Limbah

Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari kandungan

pencemar dalam limbah. Kandungan pencemar dalam limbah terdiri dari berbagai

parameter. Semakin sedikit parameter dan semakin kecil konsentrasi, menunjukkan

peluang pencemar terhadap lingkungan semakin kecil (Koestoer, 1995).

Kualitas limbah dipengaruhi berbagai faktor yaitu : volume air limbah,

kandungan bahan pencemar, frekuensi pembuangan limbah. Penetapan standar

kualitas limbah harus dihubungkan dengan kualitas lingkungan.

12

Page 19: Analisis BOD

Kualitas lingkungan dipengaruhi berbagai komponen yang ada dalam

lingkungan itu seperti kualitas air, kepadatan penduduk, flora dan fauna, kesuburan

tanah, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain (www.chem-is-try.org).

Apabila limbah masuk ke dalam lingkungan, ada beberapa kemungkinan yang

diciptakan. Kemungkinan pertama, lingkungan tidak mendapat pengaruh yang berarti

(pencemaran ringan). Kedua, ada pengaruh perubahan tapi tidak menyebabkan

pencemaran (pencemaran sedang). Ketiga, memberi perubahan dan menimbulkan

pencemaran (pencemaran berat).

Ada berbagai alasan untuk mengatakan demikian. Tidak memberi pengaruh

terhadap lingkungan karena volume limbah kecil dan parameter pencemar yang

terdapat di dalamnya sedikit dengan konsentrasi kecil. Karena itu andaikata

masukpun dalam lingkungan ternyata lingkungan mampu menetralisasinya.

Kandungan bahan yang terdapat dalam limbah konsentrasinya barangkali dapat

diabaikan karena kecilnya. Ada berbagai parameter pencemar yang menimbulkan

perubahan kualitas lingkungan namun tidak menimbulkan pencemaran, artinya

lingkungan itu memberikan toleransi terhadap perubahan serta tidak menimbulkan

dampak negatif (Koestoer, 1995).

Adanya perubahan konsentrasi limbah menyebabkan terjadinya perubahan

keadaan badan penerima. Semakin lama badan penerima dituangi air limbah, semakin

tinggi pula konsentrasi bahan pencemar di dalamnya.

Pada suatu saat badan penerima tidak mampu lagi memulihkan keadaannya.

Zat-zat pencemar yang masuk sudah terlalu banyak dan mengakibatkan tidak ada lagi

kemampuannya menetralisasinya. Atas dasar ini perlu ditetapkan batas konsentrasi air

limbah yang masuk dalam lingkungan badan penerima.

Dengan demikian walau dalam jangka waktu seberapa pun lingkungan tetap

mampu mentolerirnya. Toleransi ini menunjukkan kemampuan lingkungan untuk

menetralisasi ataupun mengeliminasi bahan pencemaran sehingga perubahan kualitas

13

Page 20: Analisis BOD

negatif dapat dicegah. Dalam hal inilah perlunya batasan-batasan konsentrasi yang

disebut dengan standar kualitas limbah (www.chem-is-try.org).

F. Penanganan Limbah

Sistem penanganan limbah telah dirancang untuk menurunkan kadar limbah.

Selain itu pada penanganan limbah tersebut juga diinginkan penghilangan nitrogen

dalam bentuk amonia. Hal ini disebabkan karena amonia dapat menyebabkan

keadaan kekurangan oksigen pada air karena pada konversi amonia menjadi nitrat

membutuhkan 4.5 bagian oksigen untuk setiap bagian amonia. Bila terjadi perubahan

amonia menjadi nitrat maka kadar oksigen terlarut dalam cairan akan turun yang

menyebabkan makhluk biologis, misalnya ikan tidak dapat hidup di sana (Jenie,

1993).

Proses penanganan Limbah Cair pada prinsipnya terdiri dari tiga tahap yaitu :

• Primer : untuk memisahkan air buangan dengan padatan

• Sekunder : Penyaringan lanjutan dan lumpur aktif

• Tersier : proses biologis, adsorbsi, destilasi, dll (www.slideshare.net).

G. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Biochemical Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis adalah

suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses

mikrobiologis yang benar-benar terjadi didalam air. Angka BOD adalah jumlah

oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir

semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam

air. (Alaert, G dan Sri simestri santika. 1984)

Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat

pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran

pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan

suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang

14

Page 21: Analisis BOD

digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik

yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang

ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara

luar untuk rnencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi

air buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran

tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama

pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air

terbatas dan hanya berkisar ± 9 ppm pads suhu 20°C (Sawyer & Mc Carty, 1978).

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air

buangan atau industri, dan untuk mendisain sistem-sistem pengolahan biologis bagi

air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah kalau

sesuatu badan air dicemari oleh zat selama proses oksidasi tersebut yang bisa

mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keaaan menjadi anaerobic dan

dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut. (Alaert, G dan Sri simestri santika.

1984)

Biochemical Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen dalam satuan ppm

yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang

terdapat di dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban

pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri. Penguraian zat organik

adalah peristiwa alamiah, apabila suatu badan air dicemari oleh zat oragnik, bakteri

dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang

bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan dapat menimbulkan bau busuk

pada air tersebut. Beberapa zat organik maupun anorganik dapat bersifat racun

misalnya sianida, tembaga, dan sebagainya, sehingga harus dikurangi sampai batas

yang diinginkan.

Berkurangnya oksigen selama biooksidasi ini sebenarnya selain digunakan

untuk oksidasi bahan organik, juga digunakan dalam proses sintesa sel serta oksidasi

sel dari mikroorganisme. Oleh karena itu uji BOD ini tidak dapat digunakan untuk

15

Page 22: Analisis BOD

mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam air, tetapi

hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan untuk

mengoksidasi bahan organik tersebut. Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi,

maka semakin banyak pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya.

Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD ini dapat diketahui dengan

menginkubasikan contoh air pada suhu 20 0C selama lima hari. Untuk memecahkan

bahan-bahan organik tersebut secara sempurna pada suhu 20 0C sebenarnya

dibutuhkan waktu lebih dari 20 hari, tetapi untuk prasktisnya diambil waktu lima hari

sebagai standar. Inkubasi selama lima hari tersebut hanya dapat mengukur kira-kira

68 persen dari total BOD (Sasongko, 1990).

Terdapat pembatasan BOD yang penting sebagai petunjuk dari pencemaran

organik. Apabila ion logam yang beracun terdapat dalam sampel maka aktivitas

bakteri akan terhambat sehingga nilai BOD menjadi lebih rendah dari yang

semestinya (Mahida, 1981).

Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah

penetapan BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen

terlarut dalam sampel yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5

hari pada temperatur kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer

MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer fosfat. Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali

iodida azida yaitu dengan cara titrasi, dalam penetapan kadar oksigen terlarut

digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4, dan alkali iodida azida. Sampel dititrasi dengan

natrium thiosulfat memakai indikator amilum (Alaerts dan Santika, 1984).

Penentuan BOD dapat dinaggap prosedur oksidasi basah, dimana

mikroorganisme yang terdapat di dalam contoh air dipakai sebagai pengoksidasi zat

organic menjadi karbon dioksida (CO2) dan amoniak (NH3). Untuk penetapan

kuantitatif contoh harus dilindungi dari udara bebas. Hal ini bertujuan untuk

mencegah aerasi yang dapat menurunkan daya larutan oksigen dalam contoh yang

diperiksa. Karena terbatasnya kelarutan oksigen di dalam air maka untuk air limbah

16

Page 23: Analisis BOD

yang pencemarannya cukup tinggi, perlu dilakukan pengenceran. Hal ini bertujuan

agar menjamin kebutuhan oksigen mencukupi selama proses penentapan

berlangsung.

Kadar BOD dapat diukur dengan menggunakan Metode Winkler. Pada Metode

Winkler untuk mengukur kelarutan oksigen pada sampel ditambahkan MnSO4 dan

pereaksi oksigen (missal KI). Fungsi MnSO4 dan Ki, yaitu untuk mengikat oksigen

sehingga terjadi endapan. Lalu ditambahkan lagi asam sulfat, yang berfungsi untuk

menghilangkan endapan yang telah terbentuk dan juga akan membebaskan molekul

iodium yang ekivalen dengan jumlah oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan akan

dititrasi dengan tiosulfat (Na2S2O3) dengan menggunakan indicator larutan kanji.

Reaksi yang terjadi antara iodium dan tiosulfat :

I2 + 2 Na2SO4 › Na2S4O6 + 2 NaI

Kelebihan menggunakan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO)

adalah dimana dengan cara titrasi berdasarkan Metode Winkler lebih analitis,

teliti,dan akurat apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu

diperhatikan dalam titrasi iodometri adalah pennetuan titik akhir titrasinya,

standarisasi larutan tiosulfat dan penambahan indicator amilum.

Kelemahan Metode Winkler, yaitu dalam menganalisis oksigen terlarut, penambahan

indicator amilum harus dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum

tidak membungkus iod, karena akan menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk

kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin karena

I2 mudah menguap.

17

Page 24: Analisis BOD

BAB IVMETODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 20 Januari sampai dengan tanggal 15

Februari 2014, bertempat di Laboratorium Air, Badan Lingkungan Hidup (BLH),

Pemerintahan Kota Semarang.

B. Alat-alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas beaker, pipet,

Botol dari gelas 5 L – 10 L, Labu ukur 100,0 mL; 200,0mL dan 1000,0 mL, Lemari

inkubasi, Botol DO, DO meter yang terkalibrasi, Shaker, Blender, Aerator , Tabung

Aerasi.

C. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Air bebas mineral,

Larutan nutrisi, Larutan buffer fosfat, Larutan Pengencer, Larutan Magnesium sulfat,

Larutan suspensi bibit mikroba.

D. Cara Kerja Penelitian

1. Pembuatan Larutan Buffer Fosfat

a. Larutkan 42,5 g kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4); 1,7 g amonium klorida

(NH4Cl).

b. dalam 700 mL air bebas mineral, atur pH larutan sampai 7,2 dengan

penambahan.

c. larutan NaOH 30 %, kemudian encerkan hingga 1 L.

18

Page 25: Analisis BOD

2. Pembuatan Larutan Pengencer

a. siapkan air bebas mineral yang jenuh oksigen atau minimal 7,5 mg/L, dalam

botol gelas yang bersih, kemudian atur suhunya pada kisaran 20 °C ± 3 °C;

b. tambahkan ke dalam setiap 1 L air bebas mineral jenuh oksigen tersebut,

masing-masing 1 mL larutan nutrisi (4.2.2) yang terdiri dari larutan bufer

fosfat, MgSO4, CaCl2 dan FeCl3.

3. Pengenceran sampel dengan larutan pengencer

Diambil 100 mL sampel limbah yang akan di uji kadar DO, dimasukkan ke

dalam tabung reaksi, lalu diencerkan sampai volume 200 mL dengan larutan

pengencer, kemudian di aduk dengan menggunakan pengaduk. Pengenceran

dilakukan berdasarkan perbandingan yang di inginkan, jika ingin pengenceran

dilakukan sebanyak 4x maka diambil volume sampel sebanyak 50mL dan 150 mL

larutan pengencer (yang telah dibuat pada cara kerja ke 2).

4. Penentuan kadar oksigen terlarut (DO)

a) Disiapkan 1 buah botol DO untuk 1 sampel limbah industri, tandai masing-

masing botol dengan notasi A, B, C dan selanjutnya

b) Diambil sampel sebanyak 100mL dan disimpan pada gelas beeker 100mL

c) Dituangkan sampel dalam gelas beeker kedalam tabung pengenceran dengan

cara dekantir

d) Ditambahkan larutan pengencer hingga volumenya tidak melebihi dari 200mL

e) Diaduk larutan hingga masing-masing larutan tersebut dipastikan telah

bercampur

19

Page 26: Analisis BOD

f) Dimasukkan sampel yang telah diencerkan sampai leher bawah botol dengan

larutan pengencer ke dalam masing-masing botol DO yang telah di berikan

notasi,

g) Dilakukan pengukuran oksigen terlarut (DO) terhadap larutan dalam botol

dengan alat DO meter yang terkalibrasi sesuai standard Methods for the

Examination of water and Wastewater 21st Edition, 2005, dan dicatat hasilnya

h) Ditambahkan lagi larutan sampel yang telah diencerkan hingga sampel dalam

botol hampir meluap, atau hingga larutan mencapai batas leher atas botol

i) Simpan botol ke dalam lemari inkubator 20°C ± 1°C selama 5 hari;

j) Diulang pengukuran oksigen terlarut terhadap masing – masing botol dengan

alat DO meter setelah sampel di inkubasi selama 5 hari

k) Dibuat larutan blanko dengan perlakuan yang sama dengan larutan sampel

20

Page 27: Analisis BOD

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengamatan

1. Contoh uji

NO KODE DO-0 (M1), mg/L PENGENCERAN DO-5 (M2), mg/L BOD mg/L

1 A inlet 5.5 20 0.4 0.257

2 A outlet 4.4 2 0.4 2.02

3 B inlet 5.6 20 0.2 0.271

4 B outlet 5.7 40 0.3 0.135

Kode DO-0 (M1), mg/L DO-5 (M2), mg/L Penurunan DO (M1 - M2) mg/L

1 7.8 6.9 0.86

2. Blanko

B. Perhitungan

Nilai BOD contoh uji dihitung sebagai berikut:

BOD=A 1−A 2( B 1−B2

Vb )Vc

P

dengan pengertian:A. BOD5 adalah nilai BOD5 contoh uji (mg/L);B. A1 adalah kadar oksigen terlarut contoh uji sebelum inkubasi (0 hari)

(mg/L);C. A2 adalah kadar oksigen terlarut contoh uji setelah inkubasi 5 hari (mg/L);D. B1 adalah kadar oksigen terlarut blanko sebelum inkubasi (0 hari) (mg/L);E. B2 adalah kadar oksigen terlarut blanko setelah inkubasi 5 hari (mg/L);F. VB adalah volume suspensi mikroba (mL) dalam botol DO blanko;G. Vc adalah volume suspensi mikroba dalam botol contoh uji (mL);H. P adalah perbandingan volume contoh uji (V1) per volume total (V2).

21

Page 28: Analisis BOD

Pembahasan

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui nilai kebutuhan oksigen biologi

(BOD) pada larutan sampel. Nilai BOD ini menunjukkan banyaknya oksigen yang

diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik pada kondisi aerobik.

Kondisi aerobik atau dengan adanya penambahan oksigen dilakukan untuk

memberikan sumber kehidupan bagi mikroorganisme yang membutuhkan proses

oksidasi sehingga menjadi sumber energi saat memecah bahan organik sebagai

sumber makanan. Kadar BOD pada sampel tersebut perlu untuk diketahui karena

nilai BOD digunakan sebagai parameter untuk mengetahui tingkat pencemaran air

sebelum dibuang ke lingkungan. Pengukuran nilai BOD yang dilakukan ini

menggunakan parameter BOD yang ada di Balai Lingkungan Hiduup (BLH)

menuruut SNI tahun 2004. Metoda ini menggunakan alat DO meter yang terkalibrasi

sesuai dengan Standard Methods for the Examination of Water and Wasterwater 21st

Edition, 2005.

Dengan menggunakan metoda ini, sampel tersebut diencerkan. Pada

pengencer digunakan CaCl2; FeCl3; dan MgSO4 sebagai sumber mineral pada bibit

mikroba yang digunakan, buffer fosfat sebagai penyangga pH agar pertumbuhan

mikroba optimum, dan fungsi aerasi selama 30 menit adalah untuk memberi oksigen

pada mikroba aerobic agar bisa tumbuh secara optimum. Tujuan dari pengenceran ini

adalah menjaga kondisi oksigen tetap terpenuhi dalam sampel, karena jika

konsentrasi terlalu tinggi dapat terjadinya ketidakstabilan kelarutan oksigen dalam

sampel, sebab oksigen memiliki keterbatasan kelarutan dalam air. Kelarutan oksigen

dalam air terbatas dan hanya berkisar +9 ppm pada suhu 20oC.

Analisis pengukuran BOD memerlukan kecermatan tertentu mengingat

kondisi sampel atau perairan yang sangat bervariasi, sehingga kemungkinan

diperlukan penetralan pH, pengenceran, aerasi, atau penambahan populasi bakteri.

Pengenceran dan/atau aerasi diperlukan agar masih cukup tersisa oksigen pada hari

kelima. Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri) sebagai pengurai bahan

22

Page 29: Analisis BOD

organik, maka analisis BOD memang cukup memerlukan waktu. Oksidasi biokimia

adalah proses yang lambat. Dalam waktu 20 hari, oksidasi bahan organik karbon

mencapai 95 – 99 %, dan dalam waktu 5 hari sekitar 60 – 70 % bahan organik telah

terdekomposisi. Lima hari inkubasi adalah kesepakatan umum dalam penentuan

BOD. Bisa saja BOD ditentukan dengan menggunakan waktu inkubasi yang berbeda,

asalkan dengan menyebutkan lama waktu tersebut dalam nilai yang dilaporkan (misal

BOD7, BOD10) agar tidak salah dalam interpretasi atau memperbandingkan.

Temperatur 20 oC dalam inkubasi juga merupakan temperatur standard. Temperatur

20oC adalah nilai rata-rata temperatur sungai beraliran lambat di daerah beriklim

sedang dimana teori BOD ini berasal. Untuk daerah tropic seperti Indonesia, bisa jadi

temperatur inkubasi ini tidaklah tepat. Temperatur perairan tropik umumnya berkisar

antara 25 – 30oC, dengan temperature inkubasi yang relatif lebih rendah bisa jadi

aktivitas bakteri pengurai juga lebih rendah dan tidak optimal sebagaimana yang

diharapkan. Ini adalah salah satu kelemahan lain BOD selain waktu penentuan yang

lama tersebut. Analisis ini dilakukan pengukuran terhadap BOD setelah lima hari

setelah inkubasi pada suhu 20oC selama lima hari, dengan anggapan bahwa waktu

selama itu presentasi reaksi cukup besar dari total BOD (70-80% dari nilai BOD

total). Pengambilan waktu selama lima hari ini juga memungkinkan mengurangi

kemungkinan hasil oksidasi ammonia yang cukup tinggi, yang dapat teroksidasi

menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat mempengaruhi nilai BOD. Setelah

dimasukkan ke dalam botol BOD, kemudian dilakukan penetapan nilai DO0 dan DO5.

DOo diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat DO meter.

Sedangkan penentuan nilai DO5 dilakukan setelah sampel diinkubasi selama lima

hari. Dari hasil pengukuran tersebut, diperoleh nilai DO dengan hasil yang

menunjukan perbedaan akibat waktu dan konsentrasinya.

Dari data pengamatan diperoleh bahwa nilai oksigen terlarut setelah lima hari

lebih kecil dibandingkan dengan nilai oksigen terlarut pada awal pembuatan sampel.

Hasil ini menunjukkan terdapat penurunan nilai oksigen yang menunjukkan

23

Page 30: Analisis BOD

penggunaan oksigen oleh mikroorganisme (aerobik) untuk menguraikan bahan-bahan

organik dari sampel pabrik tekstil tersebut. Dari hasil perhitungan didapat nilai BOD

pada industri A inlet lebih kecil di banding dengan industri B inlet dan nilai BOD

pada industri A outlet lebih kecil dari industi B outlet dimana inlet adalah keadaan

limbah sebelum diolah dan outlet adalah keadaan limbah setelah diolah. Hasil ini

menunjukkan bahwa kandungan bahan organik pada sampel cukup rendah dengan

diketahui kebutuhan oksigen untuk menguraikan bahan organic tersebut ada di bawah

nilai baku mutu BOD maksimal yaitu sekitar 150 mg/L. Keterangan diatas

menunjukkan bahwa semakin rendah kadar BOD dalam suatu perairan, maka

semakin baik kualitas air tersebut karena kandungan oksigennya semakin banyak,

kondisi seperti ini tidak dapat membahayakan kehidupan biota perairan dan manusia

yang mempergunakan air ini secara langsung. Sebaliknya dengan semakin tinggi

kadar BOD dalam suatu perairan, maka semakin buruk kualitas air tersebut karena

kandungan oksigen terlarutnya (dissolved oxygen) semakin sedikit. Hal ini terjadi

karena banyaknya limbah organik yang ada di perairan tersebut.

24

Page 31: Analisis BOD

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Hasil analisa BOD menunjukkan bahwa semakin rendah kadar BOD dalam suatu

perairan, maka semakin baik kualitas air tersebut karena kandungan oksigennya

semakin banyak, kondisi seperti ini tidak dapat membahayakan kehidupan biota

perairan dan manusia yang mempergunakan air ini secara langsung.. Dimana dapat

diketahui nilai kadar BOD pada limbah industri adalah sebagai berikut :

b. A inlet adalah 5,055 mg/L

c. A outlet adalah 3,55 mg/L

d. B inlet adalah 5,355 mg/L

e. B outlet adalah 5,3775 mg/L

2. Nilai BOD yang didapatkan terlihat rendah karena tidak melebihi baku mutu yang

ditetapkan pemerintah pada PP No. 82/01 untuk baku mutu air kelas I. II dan III.

Apabila limbah masuk ke dalam lingkungan, ada beberapa kemungkinan yang

diciptakan. Kemungkinan pertama, lingkungan tidak mendapat pengaruh yang

berarti (pencemaran ringan)

25

Page 32: Analisis BOD

B. DAFTAR PUSTAKA

Alaerts G, dan Sri Simestri Santika. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya :

Usaha Nasional.

Siregar, Juandi. 2009. BOD(Biochemical Oxygen Demand). (www.ecoton.or.id,

akses tanggal 7 Mei 2009)

Monoarfa, Winarni. 2002. DO dan Kebutuha BOD Sebagai Salah Satu Indikator

Untuk Menentukan Kualitas Perairan (http:// images. atoxsmd.multiply.com,

akses tanggal 7 Mei 2009)

Effendi,H.2007.Telaah Kualitas Air.Yogyakarta:Kanisius

Kristanto,P.2004.Ekologi Industri.Yogyakarta:Andi

Sugiharto.1987.Dasar-Dasar Penyediaan Air Bersih.Jakarta:Rineka Cipta

Gintinga,P.2007.Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri.Jakarta;Yrama

Widya

Anonim. 2011. Penetapan Angka Permanganat (online). Tersedia :

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/titrasi-volumetri/

penetapanangka-permanganat/ diakses tanggal 23 November 2013.

Tim Pengajar Pengolahan Limbah Industri. 2001. Petunjuk Praktikum Pengolahan

Limbah Industri “ Analisa BOD”. Jurusan Teknik Kimia. POLBAN : Bandung.

Anonim. 2008. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008. Semarang.

Anonim. 2009. SNI 6989.73:2009_COD_Ruang Tertutup_Titrimetri. Jakarta : Badan

Standarisasi Nasional.

Anonim. 2009. Tinjauan Pustaka Air dan Air Limbah. Sumatera Utara : Universitas

Sumatera Utara.

Anonim. 2009. Tinjauan Pustaka Chemical Oxygen Demand (COD). Sumatera

Utara : Universitas Sumatera Utara.

Sonny Widiarto. 2009. Kimia Analitik. Dalam Jurnal Volumetri Vol 1 Tahun 2009.

26

Page 33: Analisis BOD

LAMPIRAN

A. Perhitungan BOD

Nilai BOD contoh uji dihitung sebagai berikut:

BOD=A 1−A 2( B 1−B2

Vb )Vc

P

dengan pengertian:I. BOD5 adalah nilai BOD5 contoh uji (mg/L);J. A1 adalah kadar oksigen terlarut contoh uji sebelum inkubasi (0 hari) (mg/L);K. A2 adalah kadar oksigen terlarut contoh uji setelah inkubasi 5 hari (mg/L);L. B1 adalah kadar oksigen terlarut blanko sebelum inkubasi (0 hari) (mg/L);M. B2 adalah kadar oksigen terlarut blanko setelah inkubasi 5 hari (mg/L);N. VB adalah volume suspensi mikroba (mL) dalam botol DO blanko;O. Vc adalah volume suspensi mikroba dalam botol contoh uji (mL);P. P adalah perbandingan volume contoh uji (V1) per volume total (V2).

1. Industri A inlet

BOD=A 1−A 2( B 1−B2

Vb )Vc

P

BOD=5.5−0.4( 7.8−6.9

100 )100

20

BOD=5.5−0.4( 0.9

100 )100

20

BOD=5.5−0. 4 X 0 .920

BOD=5.5−0.3620

BOD=0.257

2. Industri A outlet

BOD=A 1−A 2( B 1−B2

Vb )Vc

P

BOD=4.4−0.4( 7.8−6.9

100 )100

20

27

Page 34: Analisis BOD

BOD=4.4−0.4( 0.9

100 )100

2

BOD= 4.4−0. 4 X 0 .920

BOD= 4.4−0.362

BOD=0.2

28

Page 35: Analisis BOD

3. Industri B inlet

BOD=A 1−A 2( B 1−B2

Vb )Vc

P

BOD=5.6−0.2( 7.8−6.9

100 )100

20

BOD=5.6−0.2( 0.9

100 )100

20

BOD=5.6−0. 2 X 0 .920

BOD=5.6−0.1820

BOD=0.271

4. Industri B outlet

BOD=A 1−A 2( B 1−B2

Vb )Vc

P

BOD=5.7−0.3( 7.8−6.9

100 )100

20

BOD=5.7−0.3( 0.9

100 )100

40

BOD=5.7−0.3 X 0.940

BOD=5.7−0.2740

BOD=0.135

28

Page 36: Analisis BOD

B. tabel grafik konsentrasi oksigen terlarut air pengencer pada suhu 20oC setelah

diaerasi 24 jam.

29

Page 37: Analisis BOD

C. Dokumentasi Gambar

a (Limbah outlet di IPA industri)

Lb

(Limbah inlet di IPAL industri)

c(tabung Pengencer)

d (sample)

e(Lemari Inkubator)

f(tabung pengencer)

30

Page 38: Analisis BOD

g (botol DO)

H (DO Meter)

31