Download - ANALISA PENGARUH AGENCY COST TERHADAP …eprints.perbanas.ac.id/1052/1/ARTTIKEL ILMIAH.pdfOknandri Yulia Astutik STIE Perbanas Surabaya Email: [email protected] Jl. Nginden Semolo

Transcript

ANALISA PENGARUH AGENCY COST TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BEI

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian

Program Pendidikan Strata Satu

Jurusan Akuntansi

Oleh:

OKNANDRI YULIA ASTUTIK

2011310827

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

SURABAYA

2015

1

ANALISA PENGARUH AGENCY COST TERHADAP KEBIJAKAN

DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BEI

Oknandri Yulia Astutik

STIE Perbanas Surabaya

Email: [email protected]

Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya

ABSTRACT

This study aimed to examine the effect of agency cost to dividend policy in

companies listed on the Stock Exchange Indinesia (BEI) in 2011-2013. Agency cost

in this study is proxied by the Debt, Insider ownership, Institutional ownership,

Company Size, collateral assets. This study uses secondary data, the data used in this

study is the annual financial statements have been audited in 2010, 2011 and 2012 to

calculate the variable Debt, insider ownership, Institutional ownership, Company

Size, collateral assets, while for calculating the dividend policy data used is the

annual financial statements have been audited in 2011, 2012 and 2013. The results

of this study indicate that the variable long-term debt has a significant influence and

negatively related to dividend policy in an enterprise, while the variable size of the

company and the collateral assets have influence significantly and positively related

to dividend policy in a company. Insider ownership variable and Institutional

ownership has no significant effect on dividend policy in a company.

Keywords : Debt, Insider Ownership, Institutional Ownership, Company Size,

collateral assets, agency cost and dividend policy

PENDAHULUAN

Pasar modal adalah tempat

bertemunya para investor dan pialang

atau broker. Transaksi yang terjadi

dalam pasar modal didasari dengan

berbagai kepentingan. Baik kepentingan

dari pihak manajemen maupun dari

pihak investor. Dua kepentingan yang

ada ini saling bertolak belakang.

Perbedaan kepentingan antara pihak

manajemen dan pihak investor ini sering

menyebabkan konflik dan konflik ini

biasa dikenal dengan istilah konflik

agency. Para pemegang saham dalam

perusahaan memiliki kepentingan untuk

memperoleh hasil dari investasi yang

sudah dilakukan yaitu berupa dividen

atau capital gain. Kepentingan yang

lain yaitu kepentingan para manajemen

perusahaan untuk memperoleh sumber

pendanaan dari penjualan saham mereka

kepada publik.

Besarnya nilai laba yang akan di

bagikan oleh perusahaan sebagai

deviden tergantung pada besarnya laba

yang didapat oleh perusahaan tersebut

dalam satu periode dan adanya kebijakan

dividen yang ditetapkan perusahaan.

Kebijakan dividen merupakan kebijakan

yang sangat penting bagi manajer

keuangan, karena berkaitan dengan

pengalokasikan laba yang telah

diperoleh perusahaan kepada para

pemegang saham yang berupa dividen.

Kebijakan dividen yang lain adalah

dengan tidak membagikan dividen pada

tahun tertentu karena dirasa pihak

manajemen perlu melakukan investasi

2

kembali kedalam perusahaan yang biasa

disebut dengan retained earning.

Menurut Jensen dan Meckling (1976)

dalam Auditta, Sutrisno, dan Achsin

(2014) menyatakan bahwa perusahan

yang memisahkan antara fungsi

kepemilikan dan fungsi pengelolaan

akan rentan terhadap terjadinya konflik

keagenan.

Konflik keagenan itu muncul

karena adanya perbedaan kepentingan

antara para pemegang saham (principal)

dan pihak manajemen (agen) terkait laba

perusahaan. Tujuan dari pemegang

saham adalah untuk mendapat

keuntungan dalam bentuk dividen

sedangkan manajemen perusahaan

bertujuan untuk membuat perusahaanya

semakin maju dan berkembang dengan

memanfaatkan laba yang didapat

perusahaan untuk ekspansi perusahaan.

Konflik keagenan yang terjadi

akan menimbulkan adanya biaya-biaya

yang digunakan untuk mengendalikan

konflik tersebut. Biaya-biaya tersebut

dinamakan sebagai biaya keagenan atau

agency cost. Menurut Jensen dan

Meckling (1976) dalam Murtini (2011),

agency cost adalah biaya-biaya yang

ditanggung oleh pemegang saham untuk

mencegah atau meminimalkan masalah-

masalah keagenan dan memaksimumkan

keuntungan pemegang saham. Agency

cost mempunyai keterkaitan dengan

kebijakan dividen suatu perusahaan.

Kenaikan tingkat agency cost maka hal

ini merupakan pertanda buruk bagi

pemegang saham karena para pemegang

saham akan mendapatkan dividen

dengan tingkat yang rendah disebabkan

oleh pemakaian dana yang berlebihan

oleh pihak manajemen.

Beberapa faktor yang mendasari

peneliti menentukan agency cost yang

diproksikan dengan hutang, insider

ownership, institutional ownership,

ukuran perusahaan, collateral assets

adalah dengan adanya penelitian

terdahulu yang menggunakan proksi-

proksi tersebut untuk menghitung

agency cost. Penelitian terdahulu yang

menjadi rujukan diantaranya adalah

yang dilakukan Darwan (2008),

Pujiastuti (2008), Immanuela (2014),

Purdwiastuti dan Nofiyanti (2012),

Murtini (2011), Auditta, Sutrisno, dan

Achsin (2014).

RERANGKA TEORITIS YANG

DIPAKAI DAN HIPOTESIS

Signalling Theory

Signalling theory menganalisa

pengaruh penting terhadap keputusan

yang dibuat oleh investor untuk

melakukan investasi pada berusahaan,

karena informasi yang dikeluarkan oleh

perusahaan menyangkut laba yang

diperoleh perusahaan, harga saham dan

kondisi perusahaan selama satu periode

yang berkembang dalam pasar akan

memberikan pertanda pada investor

untuk melakukan investasi atau tidak

menurut (Jogiyanto, 2000;392 dalam

Auditta 2011). Informasi yang

berkembang dalam pasar terkait dengan

kondisi perusahaan saat informasi mulai

dipublikasikan oleh perusahaan bisa

menimbulkan dampak yang bermacam-

macam.

Informasi yang dikeluarkan

perusahaan merupakan sinyal bagi para

investor yang tidak ikut mengelola

perusahaan dalam kesehariannya

sehingga para investor tidak bisa

mengontrol secara langsung bagaimana

kondisi dalam perusahaan. Isu yang ada

di dalam masyarakat bisa mempengaruhi

informasi yang sampai kepada para

investor sehingga menyebabkan sinyal

yang dikirim perusahaan melalui kinerja

perusahaan selama satu periode dapat

berpengaruh negatif ataupun positif bagi

perusahaan terkait dengan investasi yang

dilakukan oleh investor kedalam

perusahaan.

3

Teori Keagenan

Pengertian dari teori kegenan

ialah hubungan antara pihak agen

(managemen) dan pihak principal

(pemegang saham) yang memiliki dua

kepentingan yang berbeda dalam sebuah

perusahaan menurut (Pujiastuti, 2008).

Perusahaan terbuka yang berarti

kepemilikan perusahaan tidak

sepenuhnya dimiliki oleh orang-orang

yang bekerja untuk menjalankan

perusahaan itu saja, tetapi kepemilikan

perusahaan juga dimiliki oleh orang-

orang yang tidak ikut bekerja di dalam

perusahaan. Kepemilikan saham di

perusahaan terbuka menyebar dan bisa

dimiliki oleh siapapun termasuk oleh

manajemen perusahaan, institusi lain,

masyarakat biasa dan lain sebagainya.

Perbedaan kepentingan antara

pihak manajemen dan pihak investor

menyebabkan terjadinya konflik yang

sering disebut dengan konflik agency.

Konflik agency ini didasari oleh

perbedaan kepentingan yang timbul

antara pihak manajemen dan pihak

investor yang menginginkan kepentingan

individu masing-masing pihak. Pihak

manajemen mempunyai kepentingan

untuk bisa mendapaatkan keuntungan

dengan bisa membangun dan membawa

perusahaan pada masa kejayaan serta

membuat perusahaan yang dikelolanya

semakin berkembang. Kepentingan yang

dimiliki oleh pemegang saham adalah

untuk bisa mendapatkan pengembalian

atas investasi yang telah dilakukan oleh

investor ke dalam perusahaan dengan

pembelian saham.

Agency Cost

Untuk memperkecil tingkat

resiko kesalahan, maka pengelolaan dan

pengambil kebijakan dalam perusahaan

harus diawasi dan dilakukan

pengendalian di dalamnya untuk

memastikan semua pengelolaan dan

pengambilan kebijakan dalam

perusahaan patuh terhadap hukum atau

peraturan yang berlaku. Semua tindakan

yang dilakukan oleh investor ini

membutuhkan dana, dan dana yang

dikeluarkan para investor untuk

melakukan pengawasan terhadap sistem

pengelolaan yang dilakukan oleh pihak

manajemen dan semua kebijakan yg

diambil oleh pihak manajemen disebut

dengan agency costs.

Agency cost berbanding lurus

dengan konflik kegenan jadi jika konflik

keagenan itu meningkat di dalam

perusahaan maka agency cost yang

dikeluarkan oleh pemegang saham juga

akan meningkat. agency cost ini

membantu melindungi hak dari investor

di dalam perusahaan agar tidak dicurangi

oleh pihak manajemen dengan adanya

manipulasi pada laporan keuangan.

Agency cost juga akan semakin

meningkat ketika kepemilikan

perusahaan yang tidak terpusat tetapi

kepemilikan perusahaan menyebar

sehingga rentan untuk terjadi konflik

keagenan, dan hal itu juga akan

mempengaruhi kenaikan agency cost

dalam perusahaan.

Hubungan Hutang Jangka Panjang

(debt) Dengan Kebijakan Deviden

Perusahaan yang sedang

berkembang membutuhkan banyak

modal untuk memperluas

perusahaannya. Sumber modal yang bisa

diperoleh perusahaan itu dari hutang dan

ekuitas. Hutang yang dilakukan oleh

perusahaan akan menurunkan konflik

antara pemegang saham dengan

manejemen karena pihak pihak

manajemen harus bersedia diawasi dan

dievaluasi oleh pihak eksternal terkait

dengan hutang yang dilakukan

perusahaan pada pihak eksternal.

Peningkatan hutang perusahaan

itu akan berbanding terbalik dengan

peningkatan agency cost yang

4

dikeluarkan oleh pemegang saham jadi

ketika rasio hutang perusahaan

mengalami kenaikan makan agency cost

akan mengalami penurunan dan rasio

pembagian dividen juga akan rendah

karena pihak manajemen lebih

memfokuskan penggunaan laba bersih

yang diperoleh perusahaan untuk

membayar hutang terlebih dahulu.

Hubungan Insider Ownership Dengan

Kebijakan Deviden

Insider ownership merupakan

prosentase saham yang dimiliki oleh

pihak manajemen perusahaan tersebut.

Pihak manajemen mempunyai sebagian

saham yang beredar dipasaran yang

menyebabkan manajemen tersebut juga

mempunyai hak yang sama terhadap

devidden yang akan dibagikan oleh

perusahaan. Menurut Jensen and

Meckling (1976) dalam Arifanto (2011)

menjelaskan bahwa jumlah kepemilikan

saham manajemen akan mensejajarkan

kepentingan manajemen dengan

kepentingan pemegang saham.

Kesamaan kepentingan yang

dipunyai pihak manajemen yang

memiliki sebagian saham perusahaan

dapat berpotensi untuk menurunkan

konflik agency. Potensi konflik

keagenan yang kecil ini dapat

berpengaruh terhadap rendahnya agency

cost yang dikeluarkan oleh pemegang

saham. Kepemilikan saham oleh pihak

manajemen yang tinggi juga

menyebabkan rasio pembagian dividen

menjadi rendah karena para pihak

manajemen lebih suka menahan

sebagian besar laba yang diperoleh

perusahaan untuk melakukan perluasan

usaha.

Hubungan Institutional Ownership

Dengan Kebijakan Deviden

Kepemilikan institusional adalah

prosentase dari saham yang dimiliki oleh

pihak institusi terhadap jumlah saham

yang beredar di pasar pada akhir tahun.

menurut Putri dan Nasir (2006) dalam

Dewi (2008) menyatakan bahwa

kepemilikan institutional berpengaruh

negatif terhadap kebijakan dividen,

karena semakin tinggi kepemilikan

institutional maka akan kuat kontrol dari

pihak eksternal pada perusahaan dan itu

dapat mengurangi agency cost

perusahaan. Tingkat kepemilikan

institusional yang tinggi akan cenderung

memberikan dividen dengan tingkat

yang rendah karena sebagian labanya

kan disimpan untuk kepentingan

ekspansi perusahaan.

Hubungan Ukuran

Perusahaan Dengan Kebijakan

Deviden

Firm size (ukuran perusahaan)

adalah skala besar kecilnya perusahaan

yang ditentukan oleh beberapa hal

diantaranya adalah total penjualan, total

aktiva, dan rata-rata tingkat penjualan

perusahaan. Semakin besar ukuran

perusahaan maka tingkat kepercayaan

investor akan berbanding lurus dengan

peningkatan perusahaan. Agar dapat

mempertahankan kepercayaan para

investor, sehingga perusahaan

memerlukan biaya pengawasan yang

lebih besar. Perusahaan yang besar

cenderung rasio pembagian dividennya

tinggi karena untuk menjaga minat

investor agar tetap berinvestasi pada

perusahaan.

Hubungan Collateral Assets Dengan

Kebijakan Deviden

Collateral assets adalah besarnya

aktiva yang dijaminkan oleh kreditor

untuk menjamin pinjamannya yang

dilakukan oleh perusahaan. Menurut

Mollah (2000) dalam Arifanto (2011)

bahwa perusahaan yang mempunyai

collateralizable assets yang tinggi maka

5

akan mengalami agency problem yang

kecil antara manajemen dengan pihak

kreditor, sehingga dengan menurunya

agency problem dalam perusahaan maka

dapat menurunkan agency cost. Tingkat

collateral assets perusahaan yang

semakin meningkat menyebabkan rasio

pembagian dividen menjadi tinggi,

karena tidak ada pembatasan dari

kreditor terkait dengan pembayaran

dividen kepada pihak investor.

Gambar 1

Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian,

penelitian ini merupakan penelitian

deduktif berupa penelitian yang

bertujuan untuk menguji hipotesis

melalui validasi teori atau pengujian

aplikasi teori dalam keadaan tertentu

(Indrianto dan Supomo, 2001 : 23).

Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif, yaitu penelitian

ilmiah yang sistematis terhadap bagian-

bagian dan fenomena serta hubungan

hubungannya. Tujuan penelitian

kuantitatif adalah mengembangkan dan

menggunakan model-model matematis,

teori-teori dan/atau hipotesis yang

berkaitan dengan fenomena alam. Proses

pengukuran adalah bagian yang sentral

dalam penelitian kuantitatif karena hal

ini memberikan hubungan yang

fundamental antara pengamatan empiris

dan ekspresi matematis dari hubungan-

hubungan kuantitatif.

Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya terbatas pada

perusahaan perusahaan industri

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dan sumber data yang

dipakai berasal dari Indonesian Capital

Market Directory (ICMD) dan

www.idx.co.id . Penelitian ini juga

hanya dibatasi ruang lingkupnya sesuai

variabel independen dan variabel

dependennya saja.

Identifikasi Variabel

1. Variabel dependennya yaitu

kebijakan deviden (dividen .

2. Variabel independennya adalah

Hutang Jangka Panjang (Debt),

Insider Ownership, Institutional

AGENCY COST

KEBIJAKAN

DIVIDEN

Hutang (Debt) (-)

Insider Ownership (-)

Institutional Ownership (-)

Ukuran Perusahaan (+)

Collateral Assets (+)

6

Ownership, Ukuran Perusahaan,

Collateral Assets.

Definisi Operasional dan Pengukuran

Variabel

Berikut ini adalah penjelasan

tentang definisi operasional dan

pengkuran yang diteliti:

1. Dividen Payout Ratio

Dividen Payout Ratio adalah

rasio antara dividen yang di bayarkan

perusahaan dalam satu periode dibagi

dengan keuntungan bersih perusahaan.

Dividen Payout Rasio digunakan

perushaan untuk menentukan kebijakan

pada saat pembagian dividen kepada

para pemegang saham. Dividen Payout

Ratio dapat dihitung berdasarkan:

2. Hutang Jangka Panjang (Debt)

Pinjaman yang dilakukan oleh

perusahaan dalam jang waktu lebih dari

1 tahun untuk membiayai kegiatan

operasi dalam sebuah perusahaan. Debt

dapat dihitung berdasarkan:

3. Insider Ownership

Insider ownership merupakan

prosentase saham yang dimiliki oleh

pihak manajemen perusahaan dari saham

beredar yang dimiliki oleh perusahaan.

Insider Ownership dapat dihitung

berdasarkan:

4. Institutional Ownership

Kepemilikan institusional adalah

prosentase dari saham yang dimiliki oleh

pihak institusi terhadap jumlah saham

yang beredar di pasar pada akhir tahun.

Institutional Ownership dapat dihitung

berdasarkan:

5. Ukuran Perusahaan

Firm size (ukuran perusahaan)

adalah skala besar kecilnya perusahaan

yang ditentukan oleh beberapa hal

diantaranya adalah total penjualan, total

aktiva, dan rata-rata tingkat penjualan

perusahaan. Ukuran Perusahaan dapat

dihitung berdasarkan:

6. Collateral Assets

Collateral assets adalah besarnya

aktiva yang dijaminkan oleh kreditor

untuk menjamin pinjamannya yang

dilakukan oleh perusahaan.

ANALISIS DATA DAN

PEMBAHASAN

Uji Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan

untuk memberikan penjelasan mengenai

presentase dan nilai rata-rata variabel

yang digunakan dalam penelitian yang

meliputi variabel dependen yaitu

kebijakan dividen dan variabel

independen yang digunakan adalah

Hutang Jangka Panjang (Debt), Insider

Ownership, Institutional Ownership,

Ukuran Perusahaan, Collateral Assets.

Berikut adalah hasil analisis deskriptif

variabel-variabel tersebut:

7

Tabel 1

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 48

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std.

Deviation

,14454476

Most Extreme

Differences

Absolute ,085

Positive ,085

Negative -,066

Kolmogorov-Smirnov Z ,588

Asymp. Sig. (2-tailed) ,880

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Uji Normalitas

Uji normalitas terhadap data di

gunakaan untuk mengetahui apakah data

yang di uji terdistribusi secara normal

atau tidak. Model regresi yang baik

adalah data yang di uji terdistribusi

secara normal atau mendekati normal.

Menguji tingkat normalitas di dalam

penelitian ini maka di gunakan pengujian

dengan uji non-parametrik kolmogrof

smirnov (K-S).

Dengan pedoman pengambilan

keputusan:

1. Data dikatakan terdistribusi secara

normal apablia nilai probabilitas ≥

0,05

2. nilai dari probabilitas itu < 0,05

maka data tersebut tidak

terdistribusi secara normal.

Hasil dari tabel 1menunjukan

bahwa data terdistribusi secara normal

dengan nilai signifikannya sebesar 0,880

lebih besar dari 0,05, sehingga bisa

disimpulkan bahwa data yang sudah

dipilih sebagai sampel dapat terdistribusi

secara normal.

Tabel 2

Uji Analisa Diskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

DEBT 48 ,0084 ,4839 ,097802 ,0981180

INSD 48 ,0000 ,1083 ,008125 ,0224071

INST 48 ,1232 ,9621 ,701935 ,1881785

SIZE 48 12,9826 17,7335 15,204856 1,3739346

ASCOL 48 ,0830 ,7880 ,322021 ,1922440

Valid N

(listwise)

48

8

Dari tabel 2, analisa deskriptif

dalam penelitian ini menunjukan

variabel independen terbagi menjadi 5

yaitu Hutang (Debt), Insider Ownership,

Institutional Ownership, Ukuran

Perusahaan, Collateral Assets. Dari

kelima variabel diatas yang memiliki

nilai minimum paling rendah adalah

variabel Insider Ownership dan yang

memilik nilai maksimum paling tinggi

adalah variabel ukuran perusahaan. Nilai

rata-rata, mean dan standard devisiasi

yang paling tinggi ditunjukan oleh

variabel ukuran perusahaan.

Analisis Regresi Linear Berganda

Setelah uji deskriptif, kemudian

dilakukan perhitungan analisis regresi

linear berganda yaitu uji F dan uji t.

Hasil dari perhitungan pengolahan data

dengan bantuan program SPSS 21 dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -,617 ,288 -2,140 ,038

DEBT -1,063 ,289 -,539 -3,682 ,001

INSD 3,211 1,270 ,372 2,528 ,015

INST ,284 ,137 ,276 2,072 ,044

SIZE ,046 ,017 ,329 2,689 ,010

ASCOL ,590 ,142 ,586 4,160 ,000

a. Dependent Variable: DPR

Berdasarkan tabel 3 maka

persamaan model regresi linear berganda

dalam penelitian ini adalah:

Y = -0,617 – 1,063 X1 + 3,211 X2 +

0,284 X3 + 0,046 X4 + 0,590 X5 + e

Berikut ini akan dijelaskan tentang

persamaan model regresi linear berganda

di atas:

1) Konstanta (α) = -0,617

Menunjukan nilai konstanta (α) -

0,617 menunjukan besarnya

variabel terikat yaitu kebijakan

debiden tidak dipengaruhi oleh

variabel-variabel bebas berupa

hutang jangka panjang (debt),

insider ownership, institutional

ownership, ukuran perusahaan,

collateral assets

2) Koefisien regresi hutang jangka

panjang (β1) X1 = -1,063

Jika rasio hutang jangka panjang

mengalami kenaikan satu satuan

dengan menganggap variabel

bebas yang lainnya tetap, maka

kebijakan dividen akan mengalami

peneurunan sebesar 1,063. Tanda

negatif pada nilai koefisien regresi

tersebut menandakan hubungan

yang tidak searah.

3) Koefisien regresi insider

ownership (β2) X2 = 3,211

Jika insider ownership mengalami

kenaikan satu satuan dengan

menganggap variabel bebas yang

lainnya tetap, maka kebijakan

dividen akan mengalami

peningkatan sebesar 3,211. Tanda

9

positif pada nilai koefisien regresi

tersebut menandakan hubungan

yang searah.

4) Koefisien regresi Institutional

ownership (β3) X3 = 0,284

Jika institutional ownership

mengalami kenaikan satu satuan

dengan menganggap variabel

bebas yang lainnya tetap, maka

kebijakan dividen akan mengalami

peningkatan sebesar 0,284. Tanda

positif pada nilai koefisien regresi

tersebut menandakan hubungan

yang searah.

5) Koefisien regresi ukuran

perusahaan (β4) X4 = 0,046

Jika ukuran perusahaan mengalami

kenaikan satu satuan dengan

menganggap variabel bebas yang

lainnya tetap, maka kebijakan

dividen akan mengalami

peningkatan sebesar 0,046. Tanda

positif pada nilai koefisien regresi

tersebut menandakan hubungan

yang searah.

6) Koefisien regresi collateral assets

(β5) X5 = 0,590

Jika collateral assets mengalami

kenaikan satu satuan dengan

menganggap variabel bebas yang

lainnya tetap, maka kebijakan

dividen akan mengalami

peningkatan sebesar 0,590. Tanda

positif pada nilai koefisien regresi

tersebut menandakan hubungan

yang searah.

7) Error (e)

Menunjukan bahwa variabel

pengganggu di luar variabel hutang

jangka panjang (debt), insider

ownership, institutional ownership,

ukuran perusahaan, collateral

assets

Uji F

Uji ini bertujuan untuk menguji

fit atau tidaknya model regresi model

regresi linear berganda.

Tabel 4

Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean

Square

F Sig.

1

Regression ,775 5 ,155 6,633 ,000b

Residual ,982 42 ,023

Total 1,757 47

a. Dependent Variable: DPR

b. Predictors: (Constant), ASCOL, INST, SIZE, DEBT, INSD

Berdasarkan table 4, uji F atau uji

anova di atas didapat nilai signifikan

sebesar 6,633 dengan probabilitas 0,000,

karena probabilitas lebih kecil dari 0,05

berarti H0 ditolak dan H1 diterima.

Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa model regresi baik atau dapat

dikatakan fit.

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi pada

intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan

variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol

dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel – variabel

independen dalam menjelaskan variabel-

variabel dependen amat terbatas.

Sedangkan nilai yang mendekati satu

10

berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi

variabel dependen (Ghozali, 2011: 97).

Tabel 5

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Mode

l

R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,664a ,441 ,375 ,1529067

a. Predictors: (Constant), ASCOL, INST, SIZE, DEBT, INSD

Berdasarkan tabel 5 Dapat diketahui

bahwa nilai adjusted R-saquare sebesar

0,375 yang berarti sebesar 37,5% yang

menunjukan bahwa variabel kebijakan

dividen dapat dijelaskan oleh 5 variabel

independen yang ada di dalam peneitian

ini yaitu hutang jangka panjang, insider

ownership, istitutional ownershi, ukuran

perusahaan, collateral assets. Sedangkan

sisanya yaitu (100% - 37,5% = 62,5%) di

jelaskan oleh sebab-sebab yang lain di

luar model atau di luar variabel yang di

teliti didalam penelitian ini. Standart

error of estimate (SEE) sebesar

0,1529067. Makin kecil nilai SEE akan

membuat model regresi semakin tepat

dalam memprediksi variabel dependen

Uji t

Uji t digunakan untuk menguji

pengaruh masing-masing variabel

independen (Hutang (Debt), Insider

Ownership, Institutional Ownership,

Ukuran Perusahaan, Collateral Assets)

terhadap variabel dependen (kebijakan

dividen).

Tabel 6

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. Correlations

B Std. Error Beta Zero-

order

Partial Part

1

(Constant) -,617 ,288 -2,140 ,038

DEBT -1,063 ,289 -,539 -3,682 ,001 -,133 -,494 -,425

INSD 3,211 1,270 ,372 2,528 ,015 -,048 ,363 ,292

INST ,284 ,137 ,276 2,072 ,044 ,187 ,305 ,239

SIZE ,046 ,017 ,329 2,689 ,010 ,326 ,383 ,310

ASCOL ,590 ,142 ,586 4,160 ,000 ,390 ,540 ,480

a. Dependent Variable: DPR

Hasil dari tabel 6:

1) Hujang jangka panjang (DEBT)

Hasil uji t antara variabel hutang

jangka panjang terhadap kebijakan

dividen menunjukan nilai negatif

dengan tingkat signifikan sebesar

0,001 lebih kecil dari 0,05 dengan

demikian dapat disimpulkan

bahwa hipotesis pertama diterima.

11

2) Insider ownership (INSD)

Hasil uji t antara variabel insider

ownership terhadap kebijakan

dividen menunjukan nilai positif

dengan tingkat signifikan sebesar

0,015 lebih kecil dari 0,05 dengan

demikian dapat disimpulkan

hipotesis kedua di tolak.

3) Institutional ownership (INST)

Hasil uji t antara variabel

institutional ownership terhadap

kebijakan dividen menunjukan

nilai positif dengan tingkat

signifikan sebesar 0,044 lebih kecil

dari 0,05 dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hipotesis

ketiga ditolak.

4) Ukuran perusahaan (SIZE)

Hasil uji t antara variabel ukuran

perusahaan terhadap kebijakan

dividen menunjukan nilai positif

dengan tingkat signifikan sebesar

0,010 lebih kecil dari 0,05 dengan

demikian dapat disimpulkan

bahwa hipotesis keempat diterima.

5) Collateral assets (ASCOL)

Hasil uji t antara variabel

Collateral assets terhadap

kebijakan dividen menunjukan

nilai positif dengan tingkat

signifikan sebesar 0,000 lebih kecil

dari 0,05 dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hipotesis

kelima diterima.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh hutang jangka

panjang (debt), insider ownership,

institutional ownership, ukuran

perusahaan, collateral assets terhadap

kebijakan dividen (DPR). Seperti yang

dijelaskan pada bab- bab sebelumnya,

penelitian ini menganalisis perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2011 – 2013.

Sesuai dengan kriteria pengambilan

sampel dalam penelitian ini maka sampel

yang diteliti berkurang menjadi 48

sampel. Uji model regresi linear

berganda dinyatakan dapat digunakan

untuk memprediksi kebijakan deviden.

Berikut adalah penjelasan masing -

masing variabel independen terhadap

variabel dependen:

Pengaruh hutang jangka panjang

terhadap kebijakan dividen (DPR)

Debt didalam penelitian ini

merupakan rasio dari hutang jangka

panjang terhadap total aset, yang

menggabarkan beban aset terhadap

hutang perusahaan. Sebanyak 19

perusahaan yang yang membagikan

deviden dibawah rata-rata dan dari 19

berusahaan itu ternyata rata-rata untuk

hutang jangka panjang yang di miliki

perusahaan adalah sebesar 0,11.

Sebanyak 29 perusahaan yang yang

membagikan deviden diatas rata-rata dan

dari 29 berusahaan itu ternyata rata-rata

untuk hutang jangka panjang yang di

miliki perusahaan adalah sebesar 0,09.

Ketika devien itu naik maka rata-rata

hutang jangka panjang yang dilakukan

oleh perusahaan tersebut akan turun

ditunjukan dengan nilai rata-rata dari

DEBT yang megalami penurunan

menjadi 0,09.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa

dengan proporsi hutang yang semakin

besar menyebabkan perusahaan

mempunyai tanggungan terhadap pihak

eksternal beruba bunga atas huntangnya

dan cicilan yang harus dibayarkan. Laba

yang diperoleh perusahaan jika

perusahaan itu memiliki tingkat rasio

hutang yang tinggi maka perusahaan itu

cenderung menyisihkan sebagian besar

laba yang diperoleh perusahaan untuk

melunasi hutang-hutang perusahaan dan

akan membagikan sebagian kecil laba

yang didapat perusahaan untuk

dibagikan sebagai dividen kepada para

pemegang saham. Perusahaan dengan

tingkat hutang yang banyak akan

12

membuat konflik antara agen dan

pricipal berkurang

Pengaruh insider ownership terhadap

kebijakan dividen (DPR)

Insider ownership didalam

penelitian ini merupakan rasio dari

saham yang dimiliki oleh pihak

manajemen terhadap saham yang

beredar, pihak manajemen yang

dimaksudkan didalam penelitian ini

adalah manajer dan komisaris Sebanyak

19 perusahaan yang yang membagikan

deviden dibawah rata-rata dan dari 19

berusahaan itu ternyata rata-rata untuk

saham yang dimiliki oleh pihak

manajemen adalah sebesar 0,00.

Sebanyak 29 perusahaan yang yang

membagikan deviden diatas rata-rata dan

dari 29 berusahaan itu ternyata rata-rata

untuk saham yang dimiliki oleh pihak

manajemen adalah sebesar 0,01. Ketika

devien itu naik maka rata-rata

kepemilikan manajerial di dalam sebuah

perusahaan itu juga akan naik ditunjukan

dengan nilai rata-rata dari INSD yang

megalami kenaikan menjadi 0,01.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa

para manajemen didalam sebuah

perusahaan juga memiliki hak yang sama

terkait dengan dividen yang dibagikan

oleh perusahaan. Struktur kepemilikan

saham di Indonesia cenderung

terkonsentrasi (dimiliki oleh keluarga)

juga menjadi dasar pendorong untuk

membagikan dividen dengan jumlah

yang besar, karena sumber penghasilan

bagi pihak manajemen itu adalah dari

dividen yang diterima. Peningkatan

kepemilikan manajerial didalam

perusahaan juga akan mampu

mengurangi konflik keagenan yang

terjadi didalam peruhaan, karena pihak

manajemen juga mempunyai hak yang

sama dengan para investor lain terkait

dengan kebijakan dividen, sehingga

perusahaan akan bekerja keras untuk

mengumpulkan laba yang besar agar

dividen yang akan dibagikan juga akan

besar.

Pengaruh institutional ownership

terhadap kebijakan dividen (DPR)

Institutional ownership didalam

penelitian ini merupakan rasio dari

saham yang dimiliki oleh pihak

institusional terhadap saham yang

beredar. Sebanyak 19 perusahaan yang

yang membagikan deviden dibawah rata-

rata dan dari 19 berusahaan itu ternyata

rata-rata untuk saham yang dimiliki oleh

pihak institusional adalah sebesar 0,65.

Sebanyak 29 perusahaan yang yang

membagikan deviden diatas rata-rata dan

dari 29 berusahaan itu ternyata rata-rata

untuk saham yang dimiliki oleh pihak

institusional adalah sebesar 0,74. Ketika

devien itu naik maka rata-rata

kepemilikan manajerial di dalam sebuah

perusahaan itu juga akan naik ditunjukan

dengan nilai rata-rata dari INST yang

megalami kenaikan menjadi 0,74.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa

investor institusional tidak selamanya

memiliki kepenting yang berbeda

dengan para investor biasa, karena

investor institusional juga menginginkan

dividen yang besar setiap periodenya

untuk keperluan diluar investasi.

Investor institusional juga cenderung

untuk berniat melakukan investasi di

dalam perusahaan dalam jangka panjang,

sehingga lebih menyukai perusahaan

yang mengalokasikan sebagian besar

laba yang diperoleh perusahaan untuk

dibagikan sebagai dividen bagi para

investor.

Pengaruh ukuran perusahaan

terhadap kebijakan dividen (DPR)

Ukuran perusahaan didalam

penelitian ini merupakan skala besar atau

kecilnya perusahaan yang dihitung

menggunakan rumus yaitu (ln total

aktiva). Sebanyak 19 perusahaan yang

13

yang membagikan deviden dibawah rata-

rata dan dari 19 berusahaan itu ternyata

rata-rata untuk ukuran sebuah

perusahaan adalah sebesar 14,98.

Sebanyak 29 perusahaan yang yang

membagikan deviden diatas rata-rata dan

dari 29 berusahaan itu ternyata rata-rata

untuk ukuran sebuah perusahaan adalah

sebesar 15,35. Ketika devien itu naik

maka rata-rata ukuran perusahaan itu

juga akan naik ditunjukan dengan nilai

rata-rata dari SIZE yang megalami

kenaikan menjadi 15,35.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa

semakin besar perusahaan maka sumber

pendanaan mereka juga akan semakin

berpusat pada investasi yang dilakukan

oleh investor kedalam perusahaan dan

agar tidak kehilangan investor pihak

perusahaan harus bersedia membagikan

dividen yang besar agar para investor

tetap melakukan investasi pada

perusahaan. Laba yang diperoleh

perusahaan yang besar sebagian besar

akan dialokasikan untuk dibagikan pada

pihak investor sebagai dividen. Terjadi

sebaliknya jika perusahaan termasuk

perusahaan yang kecil maka sebagian

besar laba yang diperoleh perusahaan

digunakan untuk perluasaan usaha.

Pengaruh collateral assets terhadap

kebijakan dividen (DPR)

Collateral assets didalam

penelitian ini merupakan rasio aset yang

dijaminkan perusahaan untuk

mendapatkan pinjaman dari pihak

eksternal. Sebanyak 19 perusahaan yang

yang membagikan deviden dibawah rata-

rata dan dari 19 berusahaan itu ternyata

rata-rata untuk collateral assets di dalam

sebuah perusahaan adalah sebesar 0,23.

Sebanyak 29 perusahaan yang yang

membagikan deviden diatas rata-rata dan

dari 29 berusahaan itu ternyata rata-rata

untuk collateral assets di dalam sebuah

perusahaan adalah sebesar 0,38. Ketika

devien itu naik maka rata-rata collateral

assets di dalam sebuah perusahaan itu

juga akan naik ditunjukan dengan nilai

rata-rata dari ASCOL yang megalami

kenaikan menjadi 0,38.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa

dengan collateral assets yang semakin

besar maka perusahaan mampu

mengurangi konflik yang terjadi dengan

pihak kreditor, dan pihak kreditor tanpa

harus membarikan batasan kepada

perusahaan terkait dengan dividen yang

akan dibagikan kepada para pemegang

saham. Terjadi sebaliknya jika

perusahaan itu memiliki tingkat

collateral assets yang rendah maka

perusahaan tidak mampu membayarkan

dividen dengan nilai yang besar karena

pihak kreditor memberikan batasan

terkait dengan dividen yang akan

dibagikan kepada para pemegang saham

karena pihak kreditor takut jika

perusahaan tidak mampu membayar

hutang-hutangnya.

KESIMPULAN, KETERBATASAN

DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang

telah dilakukan sebelumnya, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan uji F menunjukkan

bahwa model regresi linear berganda

fit, artinya model regresi tersebut

dapat digunakan untuk memprediksi

Hutang Jangka Panjang (Debt),

Insider Ownership, Institutional

Ownership, Ukuran Perusahaan,

Collateral Assets secara bersama-

sama berpengaruh terhadap kebijakan

dividen. Hasil dari uji F di dapat nilai

signifikan sebesar 6,633 dengan

probabilitas 0,000, karena

probabilitas lebih kecil dari 0,05.

2. Berdasarkan uji Koefisien

Determinasi (R2) menunjukkan

bahwa variabel Hutang Jangka

14

Panjang (Debt), Insider Ownership,

Institutional Ownership, Ukuran

Perusahaan, Collateral Assets hanya

dapat menjelaskan kebijakan dividen

sebesar 37,5%. Sedangkan sisanya

62,5% dijelaskan oleh variabel lain

diluar model.

3. Berdasarkan hasil uji t menunjukkan

hasil analisis sebagai berikut:

1. Variabel hutang jangka panjang

(debt) berpengaruh signifikan dan

berhubungan negatif, berati

hipotesis pertama diterima.

Menjelaskan bahwah ketika hutang

jangka panjang yang dimiliki

perusahaan itu meningkat maka

kebijakan dividen yang akan

dibagikan bagi para pemegang

saham akan menurun dikarenakan

perusahaan lebih memilih

menahan laba yang di peroleh

perusahaan untuk membayar

hutang yang dimiliki perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung

penelitian yang dilakukan oleh

Pujiastuti (2008).

2. insider ownership berpengaruh

signifikan dan berhubungan

positif, berati hipotesis kedua

ditolak. Menjelaskan bahwah

ketika saham yang dimiliki pihak

manajerial didalam perusahaan itu

meningkat maka kebijakan dividen

yang akan dibagikan bagi para

pemegang saham akan meningkat

juga dikarenakan pihak

mananajemen mempunyai hak

yang sama dengan investor yang

lain untuk mendapatkan dividen

yang besar. Hasil penelitian ini

mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Murtini (2011).

3. variabel institutional ownership

berpengaruh signifikan dan

berhubungan positif, berati

hipotesis ketiga ditolak.

Menjelaskan bahwah ketika saham

yang dimiliki pihak intitusi lain

diluar perusahaan itu meningkat

maka kebijakan dividen yang akan

dibagikan bagi para pemegang

saham akan meningkat juga

dikarenakan pihak investor

institusional yang melakukan

investasi didalam perusahaan tidak

selamanya memiliki kepentingan

yang berbeda dengan para investor

lain terkait dengan pebagian

dividen. Hasil penelitian ini

mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Djumahir (2009).

4. Variabel ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan dan

berhubungan positif, berati

hipotesis keempat diterima.

Menjelaskan bahwah ketika

ukuran perusahaan itu meningkat

maka kebijakan dividen yang akan

dibagikan bagi para pemegang

saham akan meningkat juga,

dikarenakan perusahaan

menginginkan banyak investor

diluar sana yang akan melakukan

investasi kedalam perusahaan

dengan membagikan deviden

dengan jumlah yang besar. Hasil

penelitian ini mendukung

penelitian yang dilakukan oleh

Dewi (2008).

5. Variabel collateral assets

berpengaruh signifikan dan

berhubungan positif, berati

hipotesis kelima diterima.

Menjelaskan bahwah ketika nilai

collateral assets itu meningkat

maka kebijakan dividen yang akan

dibagikan bagi para pemegang

saham akan meningkat juga,

dikarenakan tidak ada pembatasan

dari pihak kreditur terkait dengan

nominal dividen yang akan

dibagikan kepada pihak investor.

Hasil penelitian ini mendukung

penelitian yang dilakukan oleh

Darman (2008).

15

Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari bahwa

penelitian yang telah ditentukan

memiliki keterbatasan- keterbatasan.

Berikut adalah beberapa keterbatasan

dalam penelitian ini, yaitu:

Penelitian ini mengalami

kesulitan untuk menentukan nilai dari

dividend payout ratio karena ada

perusahaan yang tidak mencantumkan

nilai dividen payout ratio, sehingga

penulis menghitung sendiri

Saran

Adanya keterbatasan dalam

penelitian ini, maka saran yang dapat

diberikan dalam penelitian ini adalah:

1. Peneliti selanjutnya sebaiknya untuk

menentukan dividen payout ratio bisa

langsung di lihat diringkasan kinerja

perusahaan.

2. Pebeliti selanjutnya bisa menambah

variabel yang akan di teliti.

3. Peneliti ini dapat dilanjutkan dengan

menambahkan sampel penelitian,

tidak hanya pada sektor perusahaan

manufaktur saja agar data yang

diperoleh menjadi lebih baik seperti

sektor perusahaan jasa.

DAFTAR RUJUKAN

Arifanto, N. I. (2011). Analisis Pengaruh

Agency Cost (Studi Empiris Pada

Perusahaan Non Keuangan Yang

Listing Di Bursa Efek Indonesia

2005-2009).

Auditta, I. G., Sutrisno, & Achsin, M.

(2014). Pengaruh Agency Cost

Terhadap Kebijakan Deviden.

Jurnal Aplikasi Manajemen,

Volume 12, Nomor 2, Juni 2014.

284-294.

Brigham dan Houston. 2006. Dasar-

Dasar Manajemen Keuangan.

Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat

Darman. (2008). Agency Costs Dan

Kebijakan Deviden Pada

Emerging Market. Jurnal

Keuangan dan Perbankan,

Volume 12, Nomor 2, Mei 2008.

198-203.

Dewi, S. C. (2008). Pengaruh

Kepemilikan Managerial,

Kepemilikan Institusional,

Kebijakan Hutang, Profitabilitas

Dan Ukuran Perusahaan

Terhadap Kebijakan Dividen.

Jurnal Bisnis dan Akuntansi,

Volume 10, Nomor 1, April

2008. 47-58.

Djumahir. (2009). Pengaruh Biaya

Agensi, Tahap Daur Hidup

Perusahaan, Dan Regulasi

Terhadap Kebijakan Deviden

Pada Perusahaan Manufaktur Di

Bursa Efek Indonesia. Jurnal

Manajemen dan Kewirausahaan,

Volume 12, Nomor 2, September

2009. 144-153.

Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program

IBM SPSS 21 Update PLS

Regresi. (5 Ed.). (P. P. Harto,

Penyunt.) Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro

Semarang.

Gujarati, D., (2003). Basic

Econometrics, G. Hutauruk

(editor),1978. Mc - Graw-hills.

Inc. Z. Sumarno (penerjemah).

2003.Ekonometrika Dasa.

Penerbit Erlangga. Jakarta.

Hatta, A. J. (2002). Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kebijakan

Deviden. Jurnal Akuntansi dan

Auditing Indonesia, Volume 6,

Nomor 2, Desember. 1-22.

Horne, J. C., & Wachowich, J. M.

(2013). (E. S. Suharsi, Penyunt.)

jakarta selatan: salemba empat.

Ismiyanti, F., & Hanafi, M. 2003.

Kebijakan Manajerial,

Kepemilikan Institusional,

Risiko, Kebijakan Utang Dan

Kebijakan Deviden : Analisis

16

Persamaan Simultan. Prosiding

Simposium Nasional Akuntansi

VI, Padang, 16-17 Oktober. 260-

277.

Kieso, D. E., Weygandt, J. J., &

Warfield, T. D. (2011). (S. Saat,

H. W. Hardani, & A. Maulana,

Penyunt.) Erlangga.

Mollah, S., Keasey, & Short. (2000). The

Influence Of Agency Costs On

Dividend Policy In An Emerging

Market: Evidence From The

Dhaka Stock Exchange. Journal

of Financial Research.

Murtini, H. (2011). Biaya Keagenan Dan

Mekanisme Corporate

Governance Pada Rasio

Pembayaran Deviden. Jurnal

Dinamika Akuntansi, Volume 3,

Nomor 2, September 2011. 111-

119

Nuringsih, K. (2005). Analisis Pengaruh

Kepemilikan Manajerial,

Kebijakan Utang, Roa Dan

Ukuran Perusahaan Terhadap

Kebijakan Deviden: Studi 1995-

1996. Jurnal Akuntansi dan

Keuangan Indonesia, Volume 2,

Nomor 2, Desember 2005. 103-

123

Pujiastuti, T. (2008). Agency Cost

Terhadap Kebijakan Deviden

Pada Perusahaan Manufaktur

Dan Jasa Yang Go Public Di

Indonesia. Jurnal Keuangan dan

Perbankan, Volume 12, Nomor 2,

Mei 2008. 183-197

Purdwiastuti, M. M., & Nofiyanti, R.

(2012). Biaya Keagenan Dan

Kebijakan Deviden: Implikasi

Afiliasi Grup Bisnis. UG Jurnal,

Volume 6, Nomor 2, 2012. 16-21

Putri, I. F., & Nasir, M. (2006, agustus).

Analisa Persamaan Simultan

Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Instusional, Risiko,

Kebijakan Hutang Dan

Kebijakan Deviden Dalam Perspektif

Teori Keagenan. Prosiding

Simposium Nasional Akuntansi

IX, Padang, 23-26 Agustus , 1-

25.

Sartono, R.A. 2005. Manajemen

Keuangan, Edisi 3, Yogyakarta:

BPFE

Sirtua, A. (2006). Metodologi Penelitian

Ekonomi. Jakarta: UI Press.

Suhardi, M. (2007). pengaruh

profitability dan investment

opportunity set terhadap

kebijakan dividen tunai dengan

likuiditas sebagai variabel

penguat (studi pada perusahaan

yang terdaftar di BEI periode

2002-2003) , 9, 9-17.

www.idx.com


Top Related