8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
1/104
ANALISIS KINERJA PASAR TRADISIONAL DI ERA
PERSAINGAN GLOBAL DI KOTA BOGOR
Oleh :
HADIWIYONO
H14061337
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
2/104
ABSTRAK
HADIWIYONO. Analisis Kinerja Pasar Tradisional di Era Persaingan Global di
Kota Bogor (dibimbing oleh DIDIN S. DAMANHURI).
Pasar adalah tempat mendistribusikan kebutuhan harian masyarakat di
suatu kota. Pasar terbagi menjadi dua jenis menurut manajemen dan mutu
pelayanannya, yaitu Pasar Tradisional dan Pasar Modern. Kota Bogor mengalami
pertumbuhan jumlah Pusat Perbelanjaan Modern dan Supermarket/Hipermarket
yang cukup pesat yang berimbas kepada pergeseran preferensi dan pangsa pasar
dari Pasar Tradisional ke Pasar Modern. Penelitian kualitatif dilakukan dengan
mengambil sampel pedagang dari dua jenis Pasar Tradisional.
Penyelengaraan pasar tradisional Kota Bogor dilakukan oleh pemerintah
maupun kerjasama dengan pihak swasta, sistem tata kelola pedagang yang
cenderung stagnan. Secara umum kondisi pedagang di kedua pasar umumnyamengandalkan penjualan harian ke pelanggan non rumah tangga secara grosir,
sistem pemasok menggunakan agen dengan pembayaran tunai, modal dari
pedagang sendiri dan strategi klaim kualitas dan sikap baik sebagai cara
mendapatkan konsumen. Sebanyak 67 persen responden mengalami penurunan
omset dan keuntungan harian, yang diikuti oleh penurunan jumlah pembeli harian
dan penurunan jam aktif transaksi pasar menjadi indikasi kelesuan pasar
tradisional.
Teridentifikasi masalah di kedua pasar dalam 4 poin, permasalahan
infrastruktur, permasalahan fluktuasi nilai barang konsumsi, permasalahan
persaingan tidak sehat, dan permasalahan struktural. Pihak Pemerintah KotaBogor merespon kelesuan pasar dengan mendirikan Perusahaan Daerah Pasar
Pakuan Jaya. Perubahan sifat dari melayani pedagang menjadi sebuah perusahaan
dengan motif mengejar keuntungan. PD Pasar Pakuan Jaya mengharapkan
perbaikan Pasar Tradisional yang lebih efisien dan memiliki daya saing dengan
peningkatan pelayanan dan penuntasan masalah pedagang pasar tradisional.
Imbasnya adalah peningkatan retribusi harian pedagang pasar tradisional.
Langkah yang dipilih Kota Bogor termasuk ke dalam rekomendasi yang dilakukan
FAO, AFMA, FAMA, dan ICRIER.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
3/104
ANALISIS KINERJA PASAR TRADISIONAL DI ERA
PERSAINGAN GLOBAL DI KOTA BOGOR
Oleh :
HADIWIYONO
H14061337
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
4/104
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Pasar Tradisional di Era
Persaingan Global di Kota Bogor
Nama Mahasiswa : Hadiwiyono
NIM : H14061337
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, S.E, M.S, D.E.A.
NIP. 1952 0408 1984031001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
NIP. 1964 1022 1989031003
Tanggal Kelulusan :
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
5/104
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Januari 2011
Hadiwiyono
H14061337
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
6/104
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Hadiwiyono lahir pada tanggal 27 April 1988
di Bogor. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan
Hadiwibowo, SE dan Wahyuni. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Bina
Insani Bogor pada tahun 2001. Di tahun yang sama, penulis melanjutkan ke SMP
Bina Insani Bogor dan lulus pada tahun 2003. Penulis kemudian diterima di SMA
Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2006.
Pada tahun 2006 penulis melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan
diterima masuk di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Saringan
Masuk IPB (USMI). Di tahun berikutnya, penulis mendapatkan Mayor di Ilmu
Ekonomi dan Minor Kewirausahaan Agribisnis di Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi intra kampus
HIPOTESA pada Divisi Kewirausahaan periode kepengurusan 2007/2008 dan
kepanitiaan seperti HIPOTEX-R.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
7/104
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Alloh SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak
lupa penulis juga memanjatkan shalawat serta salam ke hadirat Nabi Besar
Muhammad SAW. Judul skripsi ini adalah “Analisis Kinerja Pasar Tradisional
di Era Persaingan Global di Kota Bogor”. Di era globalisasi seperti saat ini,
tekanan modal asing yang masuk ke persaingan antara Pasar Tradisional dan
Pasar Modern membuat ketimpangan atas dominasi kekuatan Pasar Modern
semakin terlihat. Hal ini akan berimplikasi terhadap keberlangsungan Pasar
Tradisional di tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia
harus berpihak kepada Pasar Tradisional sebagai bentuk pemerhatian terhadap
kesejahteraan rakyat Indonesia pada umumnya. Skripsi ini juga merupakan salah
satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih akan penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Hadiwibowo, S.E. dan Wahyuni, serta adik penulis
Hadiwijoyo atas doa, dorongan moral dan materi, serta pandangan hidup atas
kebahagiaan yang sangat besar artinya bagi pembentukan karakter dan pola
pikir selama perjalanan hidup penulis.
2. Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E, M.S, D.E.A., selaku Dosen Pembimbing
skripsi, yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan saran maupun
kritik dalam membangun pemikiran selama penelitian skripsi ini hingga
selesai.
3.
Dr. Yeti Lis Purnamadewi selaku Dosen Penguji Utama atas saran, kritik, danmasukan terhadap inti dari penulisan skripsi dan Dr. Muhammad Findi
Alexandi selaku Komisi Pendidikan atas saran dan tatacara penulisan skripsi.
4. Seluruh teman-teman dari Ilmu Ekonomi angkatan 43 yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu, untuk setiap momen, baik senang maupun sedih
selama 3 tahun masa studi di IE IPB dan atas pelajaran hidup yang berharga
selama berorganisasi di HIPOTESA.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
8/104
5. Seluruh informan dan narasumber pedagang Pasar Tradisional Kota Bogor,
serta staf-staf dari PD Pasar Pakuan Jaya, PT Galvindo Ampuh,
Disperindagkop Kota Bogor, dan Kesbanglinmas Kota Bogor atas koordinasi
yang baik selama masa penulisan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang
membutuhkan.
Bogor, Januari 2011
Hadiwiyono
H14061337
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
9/104
i
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
I. PENDAHULUAN ......................................................................................
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................
1.5 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah ..........................................
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ...................
2.1 Organisasi Industri ..............................................................................
2.2 Structure Conduct Performance (SCP) ...............................................
2.3 Persaingan Usaha ................................................................................
2.4 Konsep Pasar .......................................................................................
2.4.1 Pasar Tradisional .......................................................................
2.4.2 Toko Modern .............................................................................
2.4.3 Pedagang Kaki Lima (Pedagang Informal) ...............................
2.5 Penelitian Terdahulu ...........................................................................
2.6 Kerangka Pemikiran ............................................................................
III. METODE PENELITIAN .........................................................................
3.1 Metode Penentuan Lokasi ...................................................................
3.2 Metode Pengumpulan Data .................................................................3.3 Metode Penentuan Sampel ..................................................................
3.4 Metode Analisis ..................................................................................
3.4.1 Analisis Kinerja Bisnis Pasar Tradisional Kota Bogor .............
3.4.2 Analisis Permasalahan Pasar Tradisional Kota Bogor ..............
3.4.3 Analisis Respon Pemerintah Kota Bogor terhadap
Permasalahan Pasar Tradisional Kota Bogor ...........................
i
iii
iv
1
1
6
8
8
9
10
10
10
13
13
15
16
17
17
19
22
22
2223
25
25
26
26
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
10/104
ii
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH ........................................................
4.1. Kondisi Umum Kota Bogor ...............................................................
4.2. Perekonomian Kota Bogor .................................................................
4.2.1. Pasar Tradisional di Kota Bogor ..............................................
4.2.2. Pasar Modern di Kota Bogor ....................................................
V. PEMBAHASAN .......................................................................................
5.1 Analisis Kinerja Bisnis Pasar Tradisional Kota Bogor .......................
5.1.1. Perkembangan Penyelengaraan Pasar Tradisional di Kota
Bogor ........................................................................................
5.1.2 Tatakelola Pasar Tradisional ...................................................
5.1.3 Kondisi Umum Pedagang Pasar Tradisional .............................
5.2. Analisis Permasalahan Pasar Tradisional di Kota Bogor ...................
5.2.1. Analisis Dampak Permasalahan Infrastruktur dan Pelayanan
Pasar Tradisional ......................................................................
5.2.2 Analisis Dampak Fluktuasi Harga dan Penurunan Daya Beli
Konsumen .................................................................................
5.2.3 Analisis Masalah Persaingan Tidak Sehat dan Keberadaan
PKL terhadap Pasar Tradisional ...............................................
5.2.4. Analisa Permasalahan Struktural Pasar Tradisional ................
5.3. Analisis Respon Pemerintah Kota Bogor terhadap Permasalahan
Pasar Tradisional Kota Bogor ............................................................5.4. Pengendalian Persaingan Ritel Modern dan Ritel Tradisional di
Luar Negeri ........................................................................................
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
6.1 Kesimpulan .........................................................................................
6.2 Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
28
28
29
30
32
33
33
33
35
37
52
53
56
58
66
75
82
87
87
89
90
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
11/104
iii
DAFTAR TABEL
No. Hal
1.1
4.1
4.2
5.1
5.2
5.3a
5.3b
5.4
PDRB Kota Bogor menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan (Jutaan Rupiah) .....................................................................
PDRB Kota Bogor Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (dalam
milyaran rupiah) ..................................................................................
Tujuh Unit Pasar Tradisional Kota Bogor ..........................................
Proporsi Pemasok Barang Utama & Metode Pembayaran Pedagang
Pasar Tradisional .................................................................................
Sumber Modal Pedagang Pasar Tradisional ........................................
Persaingan dan Strategi Pedagang Pasar Baru Bogor .........................
Persaingan dan Strategi Pedagang Pasar Induk Kemang ....................
Jumlah Penggunaan Kios dan Los di 7 Pasar Tradisional Kota Bogor
5
30
31
41
42
44
45
48
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
12/104
iv
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
2.1
5.1a
5.1b
5.2a
5.2b
Skema Kerangka Pemikiran Analisis Kinerja Pasar Tradisional di
Era Persaingan Global di Kota Bogor ................................................
Proporsi Pelanggan Utama Pasar Baru Bogor ....................................
Proporsi Pelanggan Utama Pasar Induk Kemang ...............................
Pergerakan Omset dan Keuntungan Harian Rata-rata Pedagang
Pasar Baru Bogor ................................................................................
Pergerakan Omset dan Keuntungan Harian Rata-rata Pedagang
Pasar Induk Kemang ...........................................................................
20
39
40
46
47
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
13/104
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar merupakan pusat kegiatan ekonomi. Pasar menjadi tempat
bertemunya penjual berbagai kebutuhan masyarakat dan pembeli yang ingin
memenuhi kebutuhannya. Interaksi penjual dan pembeli seperti ini sudah
berlangsung sejak zaman dahulu, yang kemudian penjual dan pembeli tersebut
berkumpul dan memusat di suatu daerah yang dijadikan pusat perekonomian yang
disebut pasar. Pasar Tradisional identik dengan sistem tawar-menawar, interaksi
sosial antara pedagang dan pembeli merupakan suatu kultur sosial dalam
masyarakat Indonesia yang kemudian menjadi motivasi untuk berbelanja di
tempat tersebut. Pada Pasar Tradisional di Indonesia, umumnya masalah
kenyamanan adalah masalah utama yang semakin disorot. Kesan semrawut, kotor,
bau, dan lainnya membuat ketidaknyamanan dalam berbelanja.
Ide baru muncul dengan membuat suatu tempat memenuhi kebutuhan
konsumen dengan mengedepankan kenyamanan. Toko dengan pelayanan prima,
mengutamakan kebersihan dan memberikan kepastian harga dalam bentuk label
menjadi suatu konsep perdagangan baru, yaitu bisa disebut sebagai Toko Modern.
Mengedepankan pelayanan dan tatakelola baru seperti ini kemudian membuat
Toko Modern harus mengorbankan harga, artinya barang-barang di Toko Modern
pada umumnya memiliki harga yang lebih tinggi dibanding di pedagang-pedagang
Pasar Tradisional. Konsep kata „Toko‟ pun semakin berkembang karena
pengembangan skala dari konsep ini, sehingga sebuah Toko Modern mampu
memenuhi segala kebutuhan konsumen seperti halnya Pasar Tradisional.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
14/104
2
Kehadiran Toko Modern (Ritel Modern) di negara berkembang diyakini
terjadi dalam 3 gelombang1. Gelombang pertama terjadi pada pertengahan dekade
1990-2000 di Amerika Selatan, Asia Timur selain Cina, Eropa Utara dan Tengah,
dan Afrika Selatan. Gelombang kedua pada akhir dekade 1990-2000 di Meksiko,
Amerika Tengah, Asia Tenggara, dan Eropa Tengah dan Selatan. Dan gelombang
ketiga terjadi pada awal dekade 2000-2010 di beberapa bagian di Afrika, beberapa
negara Amerika Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, Cina, India, dan Rusia.
Lebih lanjut terdapat alasan dimana Cina, India, dan Rusia termasuk ke dalam
gelombang terakhir kehadiran dan perkembangan Toko Modern. Hal ini
disebabkan oleh restriksi yang ketat terhadap Foreign Direct Investment (FDI)
untuk sektor perdagangan ritel di negara-negara ini. Toko Modern seperti
Supermarket, atau Minimarket mulai hadir di beberapa kota besar di Indonesia
selama tiga dekade terakhir dan terus berkembang terutama setelah tahun 1998.
Semenjak pemberlakuan liberalisasi sektor ritel pada tahun 1998, otomatis terjadi
arus penanaman modal asing yang kemudian menambah ketatnya persaingan.
Secara umum di Asia, selain terbukanya FDI di beberapa negara,
perkembangan Toko Modern seperti Supermarket terkait dengan meningkatnya
permintaan terhadap jasa yang ditawarkan oleh Toko Modern, yang didasari oleh
tingginya tingkat urbanisasi, peningkatan pendapatan perkapita (pertumbuhan
pekerja kelas menengah), peningkatan pekerja wanita (peningkatan opportunity
1 Mathew & Mukherjee. 2010. Foreign Direct Investment in India Retail – Need for a Holistic
Approach. Maharashtra Economic Development Council. India. Hal 2
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
15/104
3
cost waktu dari ibu rumah tangga yang berkarir), gaya hidup yang berkiblat ke
Barat, meningkatnya penggunaan kartu kredit, dan lain-lain.2
Saat ini, terdapat beberapa peritel asing yang mengembangkan usahanya di
Indonesia, antara lain Carrefour, Makro, Belhaize, Ahold dan Giant. Carrefour
yang berasal dari Prancis mulai beroperasi ke Asia petama kali pada tahun 1989,
yaitu ke Taiwan. Pada tahun 1996, ritel ini masuk ke Indonesia. Makro berasal
dari Belanda dan masuk ke Indonesia pada tahun 1991. Saat ini terdapat 12 outlet
Makro di wilayah Jabotabek dan 1 di Bandung. Selain Makro, dari Belanda juga
masuk Ahold, di Indonesia menggunakan nama Tops (sejak akhir tahun 2005
diakuisisi Hero). Belhaize adalah hypermarket dari Belgia, saat ini beraliansi
dengan supermarket Superindo. Giant Hypermarket yang berasal dari Malaysia, di
Indonesia Giant beraliansi dengan Hero Supermarket.
Persaingan Pasar Tradisional dengan Toko Modern saat ini bisa dikatakan
sebagai persaingan global. Artinya, saat ini Pasar Tradisional dihadapkan dengan
perusahaan-perusahaan asing yang beraliansi maupun membuka cabang Toko
Modern di Indonesia sehingga skala dari persaingan ini tidak bisa dikatakan
sebagai persaingan lokal. Menurut survei Nielsen, jumlah pusat perdagangan
modern (Toko Modern) di Indonesia seperti Hipermarket, pusat perkulakan,
Supermarket, Minimarket, hingga Convenient Store, meningkat hampar 7,4
persen selama periode 2003-2005. Dari total 1.752.437 gerai pada tahun 2003
menjadi 1.881.492 gerai di tahun 2005. Hal tersebut justru berbanding terbalik
2 Shepherd, Andrew W. 2005. The Implications of Supermarket Development for Horticultural
Farmers and Traditional Marketing Systems in Asia. Roma: Agricultural Management, Marketing
and Finance Service FAO. Hal 2.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
16/104
4
dengan pertumbuhan ritel tradisional yang tumbuh negatif sebesar 8 persen per
tahunnya3.
Lebih lanjut pada penelitian Nielsen mengungkap fakta bahwa penurunan
pangsa penjualan barang kebutuhan sehari-hari di Pasar Tradisional. Pada tahun
2000 Pasar Tradisional masih menguasai pangsa pasar sebesar 78,1 persen dari
total penjualan barang-barang konsumsi di dalam negeri. Namun pada tahun 2005
pasar tradisional mengalami penurunan pangsa pasar menjadi sebesar 67,6
persen4
. Berdasarkan hal tersebut tidaklah mustahil jika Pasar Modern akan
semakin dominan dalam sub sektor perdagangan dan Pasar Tradisional akan
semakin tergerus keberadaannya.
Di sisi lain, perkembangan Toko Modern mendorong pertumbuhan sub
sektor perdagangan dalam sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sehingga dapat
mendorong pertumbuhan PDRB suatu wilayah. Hal ini tentu saja menarik minat
pemerintah daerah untuk mengembangkan Toko Modern. Otonomi daerah juga
memiliki andil untuk mengizinkan suatu wilayah mengembangkan kegiatan
ekonomi dengan caranya masing-masing,.
3 A.C. Nielsen. 2005. Asia Pasific Retail Shooper Trends 2005 [online].
http://www.acnielsen.de/pubs/documents/RetailandShopperTrendsAsia2005.pdf. Hal 28[26 Maret
2010]
4 Ibid.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
17/104
5
Tabel 1.1 PDRB Kota Bogor menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan (Jutaan Rupiah)
Sektor 2004 2005 2006 2007 2008
Pertanian 12.193,68 12.716,02 11.723,85 12.717,26 13.121,58Pertambangan
dan Penggalian 112,03 114,21 116,24 118,31 120,53
Industri
Pengolahan 940.063,95 1.002.371,58 1.059.336,89 1.126.541,95 1.1197.768,02
Listrik, Gas, danAir Bersih 105.087,61 112.491,07 119.970,03 128.090,57 136.829,56
Bangunan 225.205,11 226.037,24 276.736,82 288.023,99 299.804,17
Perdagangan,
Hotel, dan
Restoran 1.029.072,27 1.071.266,44 1.140.875,92 1.205.230,26 1.267.518.19
Pengangkutan
dan Komunikasi 322.575,82 344.684,12 368.420,39 394.451,07 422.723,25Keuangan,
Persewaan, dan
Jasa Perusahaan 441.570,29 489.525,23 522.979,72 560.780,48 602.517,87
Jasa-jasa 255.671,20 268.139,31 282.230,09 296.907,60 312.418,61
PDRB 3.361.438,93 3.567.230,91 3.782.273,71 4.012.743,18 4.252.821,78
Sumber: BPS, 2009.
Di Kota Bogor, Pasar Modern setiap tahunnya mengalami peningkatan,
sejak 2003-2007 terdapat penambahan jumlah pusat perbelanjaan modern
sebanyak 300 persen sementara untuk pasar tradisional tidak mengalami
perubahan dalam jumlah pasar. Pertambahan jumlah Toko Modern di Kota Bogor
dapat berakibat buruk, terutama jika pembangunan Toko Modern yang semakin
dekat dengan Pasar Tradisional.
Pertumbuhan ekonomi di sektor perdagangan secara angka yang
ditunjukan oleh LPE Kota Bogor seharusnya diikuti dengan peningkatan
pertumbuhan secara menyeluruh baik pedagang-pedagang di Pasar Tradisional
maupun Toko Modern. Maka sudah seharusnya pemerintah Kota Bogor juga
membuat kebijakan yang mengatur persaingan usaha antara kedua pasar yang
lebih baru dan memperhatikan segala aspek sosialnya.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
18/104
6
Oleh karena itu, judul Analisis Kinerja Pasar Tradisional di Era Persaingan
Global di Kota Bogor dipilih untuk mengkaji lebih lanjut mengenai kinerja Pasar
Tradisional terutama setelah semakin bertambahnya Toko Modern yang ada di
Kota Bogor dan menganalisa permasalahan-permasalahan yang dialami oleh Pasar
Tradisional. Pada akhirnya ditelaah juga solusi dari Pemerintah Kota Bogor
terhadap kinerja Pasar Tradisional saat ini.
1.2 Perumusan Masalah
Pertumbuhan Toko Modern di Indonesia tidak-serta merta terjadi.
Perekonomian terjadi karena adanya tarik-menarik antara permintaan dan
penawaran, begitu pula dengan Pasar Modern. Kebutuhan masyarakat akan
keberadaan Pasar Modern tidak lepas dari pergeseran gaya hidup masyarakat yang
semakin modern dan pola konsumtif masyarakat Indonesia. Di sisi lain kekuatan
modal dari Pasar Modern terutama setelah Liberalisasi tahun 1998 memudahkan
Pasar Modern untuk berekspansi, terutama setelah melihat peluang bisnis dari sisi
konsumtif masyarakat.
Pasar Tradisional secara manajerial tidak mengalami perubahan signifikan
sejak zaman dahulu, pola berdagang dan pengawasan pasar seadanya ditambah
lagi tidak ada perbaikan dari sisi infrastruktur membuat Pasar Tradisional mulai
ditinggalkan konsumen yang menuntut gaya „modern‟ dalam berbelanja. Pasar
Modern secara internal juga memiliki masalah-masalah yang harus ditanggapi
dengan serius, seperti PKL yang memperparah tata ruang sebuah Pasar
Tradisional.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
19/104
7
Berbeda halnya dengan Toko Modern. Sistem manajerial terpusat dan
profesional membuat kemapanan dari segi internalnya. Keagresifan ekspansi
Toko Modern tentu saja menimbulkan kekhawatiran karena suatu saat jika tidak
terjadi perbaikan pada Pasar Tradisional, maka eksistensi dari Pasar Tradisional
akan terancam dan menyebabkan ribuan bahkan jutaan pedagang kecil, pemasok,
dan pekerja di Pasar Tradisional akan kehilangan mata pencaharian dan
pengangguran di Indonesia akan semakin bertambah.
Kota Bogor dijadikan daerah penelitian karena memiliki peningkatan
jumlah Pasar Modern yang cukup tinggi di daerah Jabodetabek, selain itu sub
sektor perdagangan memiliki sumbangan tertinggi dalam PDRB Kota Bogor dan
meningkat dari tahun ke tahun. Kota Bogor juga memiliki laju pertumbuhan pusat
perbelanjaan modern sebesar 300 persen sejak tahun 2003-2006. Kota Bogor
pernah melakukan relokasi Pasar Induk Ramayana yang berada di tengah kota
dalam rangka mengendalikan tata kota dan ketertiban yang lebih baik, namun di
saat ini di tanah bekas Pasar Induk Ramayana justru berdiri Pusat Perbelanjaan
Modern. Hal ini menunjukan ambigu kebijakan pemerintah Kota Bogor terhadap
Pasar Tradisional. Penelitian ini terbatas menganalisa kinerja Pasar Tradisional,
karena Pasar Tradisional dianggap lebih mewakili masyarakat Kota Bogor pada
umumnya. Rincian permasalahan yang akan dianalisa sebagai berikut:
1) Bagaimana kondisi Pasar Tradisional saat ini terutama setelah bertambahnya
jumlah Pasar Modern secara signifikan di Kota Bogor?
2) Apakah permasalahan yang dialami oleh Pasar Tradisional Kota Bogor?
3) Bagaimana Pemerintah Kota Bogor khususnya dalam merespon permasalahan
yang dialami Pasar Tradisional?
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
20/104
8
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dibuat, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Menganalisa kondisi Pasar Tradisional di tengah tekanan ekspansi Pasar
Modern di kota Bogor, dilihat dari penyelenggaraan dan tatakelola oleh
pengelola Pasar Tradisional, kondisi umum pedagang dan kinerja bisnisnya
selama beberapa tahun terakhir.
2)
Menganalisa permasalahan-permasalahan yang dialami oleh Pasar Tradisional
dan menelaah akar dari permasalahan tersebut.
3) Menganalisa kebijakan-kebijakan dan undang-undang yang dikeluarkan oleh
Pemerintah yang berhubungan dengan Pasar Tradisional dan
membandingkannya dengan respon yang dilakukan oleh negara-negara lainnya.
Ketiga tujuan di atas kemudian akan digunakan sebagai acuan untuk
rekomendasi kepada Pemerintah Kota Bogor untuk mendorong pertumbuhan
Pasar Tradisional menjadi pasar yang kompeten dan berdaya saing sehingga tidak
tergerus keberadaannya oleh Toko Modern.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna:
1)
Sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi Pemerintah baik pusat maupun
daerah sebagai pembuat kebijakan dan pengambil keputusan untuk menetapkan
peraturan, kebijakan, ataupun undang-undang yang tepat dan rinci yang
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
21/104
9
berkaitan dengan sektor Perdagangan, terutama yang mengatur masalah
Penataan Pasar Tradisional dan Toko Modern.
2)
Sebagai salah satu rujukan bagi penelitian lainnya terkait dengan sektor
perdagangan besar dan eceran, maupun Pasar Tradisional.
1.5 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada kinerja Pasar Tradisional di Kota Bogor selama
beberapa tahun belakangan dalam satu periode penelitian. Pasar Tradisional yang
diamati yang dikelola oleh Pemerintah ataupun Swasta (selama pola dan
tatakelolanya masih relatif sama dengan Pasar Tradisional Pemerintah). Kinerja
yang dianalisis adalah kinerja pedagang Pasar Tradisional secara individu.
Untuk analisis permasalahan Pasar Tradisional terbatas kepada respon dari
pedagang tradisional itu sendiri. Kebijakan dan Peraturan tentang Pasar
Tradisional dikeluarkan pemerintah daerah yang akan diteliti adalah Kebijakan
dan Peraturan yang terbaru sehingga relevan dengan kondisi saat ini. Respon
kebijakan dan aplikasi lebih lanjut didalami dengan pendekatan langsung kepada
pengelola Pasar Tradisional Kota Bogor saat ini dengan asumsi Pengelola Pasar
adalah unit Pemerintah Kota Bogor yang paling mengetahui permasalahan-
permasalahan yang terjadi pada Pasar-Pasar Tradisional Kota Bogor.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
22/104
10
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Organisasi Industri
Organisasi industri atau Industrial Organization (IO) bidang ekonomi
yang mempelajari struktur dan batas-batas antara perusahaan dan pasar dan
interaksi strategis perusahaan. Studi tentang organisasi industri menggambarkan
adanya pergeseran dalam persaingan sempurna dunia nyata seperti terbatas
informasi, biaya transaksi, biaya penyesuaian, kebijakan pemerintah, dan
hambatan untuk masuk oleh perusahaan baru ke dalam pasar yang akhirnya
menjadi persaingan tidak sempurna. Organisasi Industri juga mempelajari
bagaimana perusahaan-perusahaan di dalam suatu industri diorganisir dan
bagaimana mereka bersaing.
Ada dua pendekatan utama untuk mempelajari organisasi industri.
Pendekatan pertama adalah deskriptif dan memberikan gambaran umum
organisasi industri. Kedua, teori harga, menggunakan model mikroekonomi untuk
menjelaskan perilaku perusahaan dan struktur pasar.
2.2. Structure Conduct Performance (SCP)
Structure Conduct Performance adalah salah satu metode untuk
menganalisa organisasi industri. SCP adalah pendekatan organisasi industri, yang
digunakan untuk menganalisis hubungan antara struktur ( structure) pasar,
perilaku (conduct) pasar, dan kinerja (performance) pasar. SCP kemudian
menunjukkan bahwa struktur pasar menentukan perilaku pasar, dan kemudian
menentukan tingkat kinerja pasar.
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Economics&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiAbCtL5YaE6la5FJMfFi_tDE5ICwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Markets&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhggc-zHS1Y3W1ILdMHsaXnH7Lt9Xghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Information_economics&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgrhBkrUfZOo5nhIO5g1IhWFUDnXwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Transaction_cost&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhirsbCrAYchm86POhCuBaDvEWtljwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Barriers_to_entry&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhj64lZ-8MSMz7UvTB-ty2ahukg_AAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Imperfect_competition&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjRLCg_0K_GHPF1aJZBN2l1hWCyYwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Imperfect_competition&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjRLCg_0K_GHPF1aJZBN2l1hWCyYwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Barriers_to_entry&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhj64lZ-8MSMz7UvTB-ty2ahukg_AAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Transaction_cost&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhirsbCrAYchm86POhCuBaDvEWtljwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Information_economics&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgrhBkrUfZOo5nhIO5g1IhWFUDnXwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Markets&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhggc-zHS1Y3W1ILdMHsaXnH7Lt9Xghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Economics&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiAbCtL5YaE6la5FJMfFi_tDE5ICw
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
23/104
11
Kerangka pemikiran SCP berasal dari analisis neo-klasik dari pasar. SCP
merupakan gagasan dari Harvard yang berkembang selama 1940-1960
berdasarkan studi empiris yang mengidentifikasi korelasi antara struktur industri
dan kinerja. Para ekonom secara khusus ingin mempelajari SCP karena mereka
yakin bahwa konsentrasi penjual mempengaruhi kinerja sosial industri. Struktur
Perilaku Kinerja (SCP) memberikan penekanan pada tiga unsur. Beberapa
ekonom menyatakan bahwa struktur pasar dan perilaku pasar sama pentingnya
dalam menentukan kinerja pasar. Ekonom lain berpendapat bahwa perilaku pasar
sangat ditentukan oleh struktur pasar, kemudian kinerja pasar sangat tergantung
pada struktur pasar juga.
Struktur (Structure) Pasar komponen yang relatif stabil dari lingkungan
pasar yang mempengaruhi persaingan di antara para pembeli dan penjual yang
beroperasi di pasar ini. Komponen utama yang mempengaruhi struktur pasar,
konsentrasi penjual, diferensiasi produk, hambatan masuk, hambatan untuk
keluar, konsentrasi pembeli, dan tingkat pertumbuhan permintaan pasar. Terdapat
unsur-unsur lain dari struktur pasar, tetapi mereka biasanya tidak stabil dan dapat
diabaikan baik karena tidak dapat diukur atau sulit untuk mengamati.
Perilaku (Conduct) Pasar menggambarkan apa yang harus perusahaan
lakukan untuk bersaing satu sama lain. Hal tersebut mencakup penetapan harga,
iklan, penelitian dan pengembangan investasi, keputusan pada dimensi produk,
merger dan akuisisi, Perilaku pasar juga dapat menggambarkan adanya kolusi
baik eksplisit maupun implisit yang dilakukan oleh beberapa perusahaan dalam
industri.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
24/104
12
Kinerja (Performance) Pasar digambarkan dengan profit. Kinerja juga
digambarkan dengan perubahan biaya dan harga. Profitabilitas secara umum dapat
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan adanya perubahan
dalam permintaan pasar. Riset dan pengembangan, serta kepemilikan modal dan
sumberdaya juga mempengaruhi kemampuan perusahaan.
Interaksi SCP digambarkan dalam dua hipotesis, yaitu structure
performance hypothesis dan efficient structure hypothesis. Structure performance
hypothesis menyatakan bahwa tingkat konsentrasi pasar berbanding terbalik
dengan tingkat persaingan. Tingginya konsentrasi pasar mendorong perusahaan
untuk berkolusi. Hipotesis ini akan didukung jika terdapat hubungan positif antara
konsentrasi pasar (diukur dengan rasio konsentrasi) dan kinerja (diukur dengan
laba), terlepas dari efisiensi perusahaan (diukur dengan pangsa pasar). Dengan
demikian perusahaan-perusahaan dalam industri terkonsentrasi lebih akan
mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi daripada perusahaan-perusahaan yang
beroperasi di industri terkonsentrasi kurang, terlepas dari efisiensi mereka.
Efficient structure hypothesis bahwa kinerja perusahaan adalah positif
berhubungan dengan efisiensi. Konsentrasi pasar yang muncul dari persaingan,
dimana perusahaan-perusahaan dengan struktur biaya rendah meningkatkan laba
dengan mengurangi harga dan memperluas pangsa pasar. Hubungan positif antara
keuntungan perusahaan dan struktur pasar yang dikaitkan dengan keuntungan
yang dibuat dalam pangsa pasar oleh perusahaan lebih efisien, tetapi tidak dengan
kegiatan kolusi.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
25/104
13
2.3. Persaingan Usaha
Persaingan dalam ekonomi adalah istilah yang mencakup pengertian
individu dan perusahaan berjuang untuk pangsa pasar yang lebih besar untuk
menjual atau membeli barang dan jasa. Merriam-Webster mendefinisikan
persaingan dalam bisnis sebagai upaya dua pihak atau lebih yang bertindak
independen untuk mengamankan bisnis dari pihak ketiga. Hal ini digambarkan
oleh Adam Smith dalam The Wealth of Nations (1776), perusahaan
mengalokasikan sumberdaya kedalam fungsi yang paling optimal dan mendorong
efisiensi lebih lanjut. Kemudian teori mikroekonomi membedakan antara
persaingan sempurna dan persaingan tidak sempurna , menyimpulkan bahwa tidak
ada sistem alokasi sumber daya lebih efisien Pareto dari persaingan sempurna .
Persaingan, menurut teori ini, menyebabkan perusahaan-perusahaan
untuk mengembangkan produk baru, layanan dan teknologi, yang akan
memberikan konsumen pilihan yang lebih banyak dan produk yang lebih baik.
Banyaknya pilihan menyebabkan harga yang lebih rendah untuk produk,
dibandingkan dengan harga saat tidak ada persaingan (monopoli) atau sedikit
kompetisi (oligopoli).
2.4. Konsep Pasar
Pasar dalam arti sempit adalah tempat permintaan dan penawaran bertemu,
dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam arti luas
adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih
condong ke arah pasar modern. Permintaan dan Penawaran dapat berupa Barang
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
26/104
14
atau Jasa. Sedangkan secara umum pasar merupakan tempat pertemuan antara
penjual dan pembeli5.
Pasar memiliki berbagai definisi yang berkembang, dari definisi yang ada
pasar dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok penjual dan pembeli yang
melakukan pertukaran barang dan jasa yang dapat disubstitusikan. Konsep dan
pemaknaan pasar yang sesungguhnya sangat luas, mencakup dimensi ekonomi
dan sosial-budaya. Dalam perseptif pasar secara fisik dapat diartikan sebagai
tempat berlangsungnya transaksi jual beli barang dan jasa antara penjual dan
pembeli dalam tempat tertentu.
Pasar memiliki beberapa klasifikasi. Misalnya klasifikasi Pasar
berdasarkan bangunan. Berdasarkan bangunan, pasar dibagi menjadi dua jenis,
yaitu pasar dengan bangunan permanen/semi permanen dan pasar tanpa bangunan
permanen. Pasar dengan bangunan permanen/semi permanen adalah pasar yang
menggunakan lantai semen/tegel, tiang besi/kayu, atap seng/genteng/sirap, baik
berdinding/tidak. Sedangkan pasar tanpa bangunan permanen (tidak termasuk
kaki lima) adalah pasar yang mempunyai bangunan tetapi tidak permanen,
misalnya bangunan dari bambu, daun, dan sebagainya, contoh Pasar Kaget. Pasar
Kaget adalah pasar yang muncul di lokasi yang tidak diperuntukan pasar dan
selesai dengan cepat6.
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari
satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan,
5 Wikipedia. 2010. Pasar . http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar [22 Maret 2010]
6 Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Potensi Desa Propinsi Jawa Barat. Jakarta: BPS. Hal 68-69
http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar%20%5b22http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar%20%5b22
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
27/104
15
mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya7. Pembagian klasifikasi
paling umum dan sering digunakan adalah klasifikasi menjadi Pasar Tradisional
dan Toko Modern.
2.4.1 Pasar Tradisional
Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,
menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal
kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar 8.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya
ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los
dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa
ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan
lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya.
Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak
dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar 9.
7 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pasal 1
8 Ibid
9
Wikipedia, loc. cit
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
28/104
16
Secara lebih mendetail, komponen-komponen dalam Pasar Tradisional
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu10:
Kios adalah tempat berdagang dengan jenis dan spesifikasi yang sama diatur
dan ditetapkan berdasarkan komoditi yang satu sama lain dibatasi dengan
dinding serta dapat ditutup.
Los adalah tempat berdagang yang merupakan bagian dari bangunan tetap di
dalam pasar yang sifatnya terbuka dan tanpa dinding keliling.
2.4.2 Toko Modern
Pasar Modern merupakan pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta,
atau koperasi dalam bentuk mall, supermarket, minimarket, department store, dan
shopping center dimana pengelolaannya dilakukan secara modern dengan
mengutamakan pelayanan dan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada
di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi dengan label harga yang
pasti11. Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual
berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket,
Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan12.
2.4.3 Pedagang Kaki Lima (Pedagang Informal)
10 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Pasar. Pasal 1
11 Keputusan Menteri Nomor 107/Mpp/Kep/2/1998 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pasar
Modern. Pasal 1
12 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pasal 1
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
29/104
17
Pedagang Kaki Lima yang dapat disingkat PKL adalah penjual barang
dan atau jasa yang secara perorangan dan atau kelompok berusaha dalam kegiatan
ekonomi yang tergolong dalam skala usaha kecil yang menggunakan fasilitas
umum dan bersifat sementara/tidak menetap dengan menggunakan peralatan
bergerak maupun tidak bergerak dan atau menggunakan sarana berdagang yang
mudah dipindahkan dan dibongkar pasang13.
2.5 Penelitian Terdahulu
Lembaga Penelitian SMERU pada tahun 2007 melakukan penelitian
mengenai “ Dampak Supermarket Terhadap Pasar dan Pedagang Retail di
Daerah Perotaan di Indonesia” dengan pengambilan data di Kota Depok dan
Kota Bandung. Studi ini mengukur dampak supermarket terhadap pasar tradsional
dengan dua cara, yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif
menggunakan metode Difference in Difference (DiD) dan metode ekonometrik,
sedangkan metode kualitif dengan wawancara mendalam. Penelusuran melalui
metode kualitatif secara statistik tidak menemukan dampak signifikan pada
pendapatan dan keuntungan, namun signifikan terhadap jumlah pegawai pasar
tradisional. Temuan kualitatif menunjukan bahwa kelesuan yang terjadi di pasar
tradisional kebanyakan bersumber dari masalah internal pasar tradisional yang
membuat supermarket semakin diuntungkan. Oleh karena itu lembaga penelitian
SMERU menyimpulkan bahwa perbaikan sistem pengelolaan pasar tradisional
diperlukan untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional sehingga dapat
bertahan di tengah keberadaan supermarket yang terus menjamur.
13 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2005 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima.
Pasal 1
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
30/104
18
Nurmalasari (2007) dalam penelitian berjudul “ Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja di
Pasar Tradisional.” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi dan
kondisi faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional, menganalisa
faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di
pasar tradisional dan merumuskan rekomendasi strategi yang dapat dilakukan
pasar tradisional untuk meningkatkan daya saingnya. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif menggunakan pendekatan Porter‟s
Diamond untuk menganalisa potensi dan faktor yang mempengaruhi daya saing
pasar tradisional dan analisis statistik regresi Binary dengan menggunakan model
probit untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat
dalam berbelanja di pasar tradisional.
Ningsih (2006) dalam penelitian berjudul “ Dampak Pembangunan Pusat
Perbelanjaan Modern terhadap Penyerapan dan Pengurangan Tenaga Kerja di
Kota Bogor ”, berdasarkan studi empirisnya menyatakan bahwa kemunculan Pusat
Perbelanjaan Modern menyebabkan pergeseran preferensi belanja masyarakat dari
pasar tradisional yang ditandai dengan peningkatan jumlah Pusat Perbelanjaan
Modern sebesar 300 persen dan penurunan omset penjualan pasar tradisional
sebesar 20 persen. Pembangunan Pusat Perbelanjaan Modern menyebabkan
peralihan fungsi penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Bogor 1999-2009 karena terjadi penurunan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di kota Bogor. Keberadaan pusat Perbelanjaan berpengaruh
positif terhadap penyerapan tenaga kerja di kota Bogor. Penelitian ini juga
menggunakan metode Koefisien Korelasi Rank-Spearman untuk mengetahui
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
31/104
19
seberapa besar hubungan antara laju pertubuhan pembangunan Pusat Perbelanjaan
Modern dengan laju pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang terjadi.
2.4 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh data yang didapat dari Badan Pusat
Statistik Kota Bogor yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran selama tahun
2001-2005 memberikan kontribusi rata-rata 31,16 persen terhadap PDRB Kota
Bogor, dengan laju pertumbuhan rata-rata 7,94 persen dimana Sub Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran memberikan kontribusi rata-rata 24,72 persen
terhadap PDRB Kota Bogor, dengan laju pertumbuhan rata-rata 4,58 persen.
Dalam pertumbuhan sub sektor Perdagangan Besar dan Eceran, pasar
memegang peran penting dalam menyediakan kegiatan perdagangan. Secara garis
besar, Pasar yang ada di Kota Bogor dibagi menjadi 2 macam, yaitu pasar modern
dan pasar tradisional yang terbagi atas kriteria-kriteria tersendiri. Pasar modern
dan pasar tradisional bersaing dalam praktek usahanya. Pasar Modern saat ini
memiliki penanam modal asing membuat persaingan semakin menekan Pasar
Tradisional. Interaksi tersebut dapat dilihat dalam skema di bawah.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
32/104
20
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Kinerja Pasar Tradisional
di Era Persaingan Global di Kota Bogor
Analisa Kondisi
Terkini Pasar
Tradisional Kota
Bogor
Analisa Solusi
Pemerintah Kota
Bogor terhadap
Pasar Tradisional
Rekomendasi
Kebijakan
Analisa
Permasalahan
Pasar Tradisional
Kota Bogor
Perekonomian Kota Bogor
didominasi oleh Sektor
Pedagangan, Hotel, dan Restoran
Pertumbuhan Sektor Perdagangan
Kota Bogor dari tahun ke tahun
Pasar Modern
(Supermarket,
Hypermarket)
Pasar
TradisionalPersaingan Usaha
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
33/104
21
Persaingan tersebut mau tidak mau membawa dampak sosial ekonomi
kepada dua pelaku pasar tersebut, terutama setelah liberalisasi perdagangan tahun
1998 yang mulai merambah ke daerah Kota Bogor yang ditandai dengan
tumbuhnya pasar modern seperti Supermarket dan Hipermarket yang didalamnya
terdapat modal asing.
Penelitian ini terbatas hanya melihat kinerja Pasar Tradisional saat ini
secara menyeluruh. Kinerja Pasar Tradisional dalam penelitian ini digambarkan
melalui tiga hal. Pertama, kondisi terkini Pasar Tradisional dilihat dari sistem
penyelenggaraan dan tatakelola pasar oleh Pemerintah Kota Bogor. Dianalisa juga
mengenai kinerja individu pasar selama beberapa tahun belakangan. Kedua,
dianalisis adanya permasalahan yang dialami oleh Pasar Tradisional saat ini,
ditelaah berdasarkan respon individu pedagang mengenai poin-poin yang
dianggap mempengaruhi keberlangsungan Pasar Tradisional, terutama omset.
Ketiga, dianalisis kebijakan-kebijakan yang terkait dengan Pasar, terutama yang
terbaru paska maraknya Toko Modern. Analisis dilakukan mulai atas respon
Pemerintah Kota Bogor terhadap permasalahan yang dialami Pasar Tradisional.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
34/104
22
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat yang
dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2010. Pemilihan lokasi di kota
Bogor dilakukan secara sengaja ( purposive) karena Kota Bogor memiliki kaitan
erat dengan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, dengan pertimbangan :
1) Subsektor Perdagangan memiliki peran penting dalam Sektor Perdagangan,
Hotel, dan Restoran yang merupakan penyumbang terbesar pertama terhadap
PDRB Kota Bogor dalam kurun waktu 2004-2008.
2) Pertumbuhan Subsektor Perdagangan Kota Bogor bernilai positif. Secara fisik
pertambahan Pasar Modern di kota Bogor cukup pesat, namun dapat
memberikan dampak positif maupun negatif terhadap kesejahteraan
masyarakat dan pedagang di Pasar Tradisional.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder dan data
primer. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari BPS, PD Pasar Pakuan Jaya,
Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Koperasi Kota Bogor, dan data-data
penunjang yang relevan dengan penelitian. Data penunjang diperoleh dari laporan
hasil penelitian terkait, jurnal, buletin, internet, serta sumber-sumber lainnya.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui metode wawancara
terstruktur dengan pedagang Pasar Tradisional. Wawancara terstruktur dengan
pedagang Pasar Tradisional secara garis besar menganalisa kinerja berdagang dari
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
35/104
23
pedagang Pasar Tradisional pada saat ini, yaitu ketika maraknya Pasar Modern.
Wawancara terstruktur dilakukan secara langsung kepada responden pedagang
dengan format pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya, beberapa pertanyaan
telah disiapkan jawabannya berupa pilihan ganda untuk menanggulangi apabila
responden tidak segera mengerti pertanyaan yang diajukan.
Wawancara mendalam juga dilakukan kepada pelaku-pelaku yang
memegang peran penting dalam sub sektor perdagangan di Kota Bogor seperti,
aparat Dinas Pasar, Pejabat Dinas Pasar, dan narasumber yang kompeten di
bidang usaha ini. Untuk melengkapi bahan pertimbangan dalam menyusun
rekomendasi kebijakan, ditelaah juga mengenai peraturan perundang-undangan
mengenai Pasar dan peraturan daerah Kota Bogor terkait yang telah diberlakukan.
3.3. Metode Penentuan Sampel
Sampling terhadap dua jenis pasar dilakukan untuk melihat dampak
persaingan dengan Pasar Modern. Dugaan awal adalah berkembangnya Pasar
Modern dapat berbeda pengaruhnya terhadap Pasar Tradisional tergantung skala
penjualan komoditasnya, oleh karena itu klasifikasi awal dari sampling adalah
membedakan Pasar Tradisional yaitu Pasar Eceran dan Pasar Grosir. Dari dugaan
awal, kemudian ditentukan dua Pasar yang akan diamati, penentuan dilakukan
secara sengaja ( purposive) berdasarkan pengamatan awal dan wawancara dengan
konsumen Pasar Tradisional mengenai pasar-pasar tradisional yang dianggap
potensial. Untuk sampling Pasar Pengecer, d ari 7 Pasar Pengecer di Kota Bogor,
Pasar Tradisional Pengecer yang terpilih adalah Pasar Baru Bogor. Pasar Baru
Bogor dipilih menjadi Pasar Sampel dengan pertimbangan:
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
36/104
24
1. Pasar Baru Bogor merupakan Pasar Tradisional Eceran yang terletak di Bogor
Tengah yang memiliki Pusat Perbelanjaan Modern yang lebih banyak
dibanding Kecamatan Kota Bogor lainnya.
2.
Konsumen Kota Bogor meyakini bahwa Pasar Baru Bogor merupakan Pasar
Pengecer terlengkap dan banyak variasi barangnya, termasuk jumlah pedagang.
3. Dua alasan diatas membuat Pasar Baru Bogor juga dipenuhi oleh PKL yang
menganggap daerah sekitar Pasar Baru Bogor merupakan daerah potensial
untuk berusaha.
Pasar Tradisional Grosir yang terpilih adalah Pasar Induk Kemang. Berdasarkan
pendapat pedagang Pasar Tradisional, di Kota Bogor Pasar Induk Kemang
dianggap pasar utama untuk komoditi sayur mayur dan bahan masakan dalam
distribusinya kepada Pasar Tradisional Pengecer. Oleh karena itu Pasar Induk
Kemang dianggap cukup mewakili Pasar Grosir Kota Bogor. Penyelenggaraan
pasar pihak swasta di Pasar Induk Kemang juga memiliki poin perspektif
tersendiri untuk menganalisa adanya perbedaan perlakuan pengelola terhadap
pedagang yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor ataupun swasta sebagai
pihak ketiga.
Dari kedua Pasar sampel tersebut selanjutnya dilakukan Penarikan sampel
kepada 30 pedagang pasar tradisional dari masing-masing kedua pasar untuk
memenuhi syarat sebaran normal. Pemilihan sampel pedagang dilakukan
dilakukan secara acak Non-Probability Sampling dengan pertimbangan pedagang
di Pasar Tradisional cenderung homogen tanpa perbedaan yang cukup signifikan
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
37/104
25
sehingga walaupun penarikan sampel dilakukan secara acak, sampel-sampel yang
terpilih dapat mewakili pedagang Pasar Tradisional secara menyeluruh.
Dari beberapa pedagang menjadi responden secara khusus dipilih beberapa
pedagang untuk diwawancarai lebih dalam mengenai permasalahan Pasar
Tradisional lebih lanjut. Digunakan metode Purposive Sampling untuk
mendapatkan informasi yang spesifik. Pedagang yang dipilih adalah pedagang-
pedagang yang dianggap senior ataupun yang mengetahui seluk beluk
permasalahan Pasar Tradisional lebih lanjut.
3.4 Metode Analisis
Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
deskriptif kualitatif. Analisis Kualitatif berdasarkan hasil wawancara mendalam
digunakan untuk melihat secara langsung kinerja dari pedagang Pasar Tradisional.
Juga wawancara dengan penanggung jawab pasar terkait, dan kebijakan-kebijakan
pusat maupun daerah yang dikeluarkan melalui Perpres, Perda, maupun aturan
tertulis lainnya.
3.4.1 Analisis Kinerja Bisnis Pasar Tradisional Kota Bogor
Analisa diawali dengan mengamati perubahan-perubahan dalam sistem
pengelolaan pasar. Pihak Pemerintah Kota Bogor menunjuk suatu dinas dalam
menyelenggarakan kegiatan pasar. Tatakelola yang dilakukan saat ini ditelaah
untuk melihat aktualisasi pelayanan pasar dari pihak pengelola. Kondisi umum
individu pedagang dianalisa untuk melihat adanya perubahan karakteristik
pedagang Pasar Tradisional saat ini.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
38/104
26
Dari sisi kinerja ekonomi, ditelaah mengenai perubahan omset dan
keuntungan beberapa tahun terakhir, jumlah variasi barang dagangan, strategi
dagang dan daya saing pedagang, metode pemasokan barang dagangan, dan
sumber modal. Pengamatan langsung dilakukan untuk melihat secara garis besar
jumlah pedagang dan pembeli harian di Pasar Tradisional. Analisis kemudian
diperkuat oleh pendekatan teori SCP untuk menganalisa secara sederhana
bagaimana struktur organisasi pasar di dalam Pasar Tradisional.
3.4.2 Analisis Permasalahan Pasar Tradisional Kota Bogor
Permasalahan Pasar Tradisional ditelaah melalui pendapat pedagang
mengenai persaingan, PKL dan Pasar Modern, masalah infrastruktur, dayabeli
konsumen, kenaikan harga barang-barang dan apa yang diharapkan pedagang
terhadap penanggung jawab Pasar. Kemudian dianalisis juga melalui pengawas
pasar, bagaimana permasalahan itu mempengaruhi pasar secara keseluruhan.
3.4.3 Analisis Respon Pemerintah Kota Bogor terhadap Permasalahan Pasar
Tradisional Kota Bogor
Peraturan Pemerintah baik pusat dan daerah memegang peranan penting
dalam suatu kegiatan ekonomi. Dalam penelitian ini, Perda maupun Perpres yang
akan ditelaah adalah yang berhubungan dengan pengaturan Pasar Tradisional.
Perda yang ditelaah adalah yang diklaim oleh pihak pengelola pasar sebagai solusi
atas permasalahan-permasalahan yang ada di Pasar Tradisional dan bagaimana
perencanaan ke depan dari pihak pengelola terhadap pelayanan kepada pedagang
Pasar Tradisional.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
39/104
27
Respon Pemerintah Kota Bogor dalam bentuk Perda dan aplikasinya
didalami dengan wawancara mendalam terhadap pihak yang bertanggung jawab,
yaitu PD Pasar Pakuan Jaya selaku penanggung jawab utama dalam kegiatan
penyelenggaraan Pasar Tradisional. Untuk memperkuat argumentasi, ditelaah juga
rekomendasi-rekomendasi dari lembaga-lembaga ekonomi asing yang mengkaji
bidang perkembangan Ritel dan Pasar di negara-negara di Asia seperti India. Hal
ini dilakukan sebagai perbandingan respon yang dilakukan di negara-negara yang
memiliki kultur pasar yang serupa dengan Indonesia.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
40/104
28
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
4.1. Kondisi Umum Kota Bogor
Kota Besar Bogor yang dibentuk berdasarkan Udang-undang Nomor 16
Tahun 1950 setelah pengakuan kedaulatan RI. Selanjutnya pada tahun 1957 nama
pemerintahan berubah menjadi Kota Praja Bogor, sesuai dengan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1957. Undang-undang Nomor 18 tahun 1965 dan Undang-
undang No. 5 Tahun 1974 daerah Kota Bogor menjadi Kotamadya Daerah
Tingkat II Bogor. Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999, Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor dirubah menjadi Kota Bogor.
Kota Bogor terketak diantara 106 derajat 43‟30‟‟ Bujur Timur sampai
dengan 106 derajat 51‟00‟‟ Bujur Timur dan 30‟30‟‟ Lintang Selatan dampai
dengan 6 derajat 41‟00‟‟ Lintang Selatan serta mempunyai ketunggian rata -rata
minimal 190 meter dan maksimal 350 meter dengan jarak dari ibukota kurang
lebih 58 kilometer.
Luas Wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 Ha, dihuni lebih dari 820.707
jiwa. Secara Administratif kota Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 31
kelurahan dan 37 desa (lima diantaranya termasuk desa tertinggal yaitu desa
Pamoyanan, Genteng, Balungbangjaya, Mekarwangi dan Sindangrasa), 210
dusun, 623 RW, 2.712 RT dan dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor yaitu
sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec.
Sukaraja, Kabupaten Bogor.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
41/104
29
Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi, Kabupaten
Bogor.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas, Kabupaten
Bogor.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin,
Kabupaten Bogor.
4.2. Perekonomian Kota Bogor
Berdasarkan data BPS, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bogor
tahun 2009 berada pada kisaran 6,02 persen. Pencapaian ini lebih baik dari laju
pertumbuhan ekonomi tahun 2008 yang mencapai 5,98 persen. Pertumbuhan
ekonomi Kota Bogor juga tergambar pada pertumbuhan angka PDRB atas dasar
harga yang berlaku di tahun 2009 yang mencapai Rp 12,294 triliyun.
Peningkatan makro pembangunan juga tergambar dari total investasi di
Kota Bogor tahun 2009 yang mencapai Rp 869,51 miliar, atau naik sebesar Rp
1,09 miliar dari investasi ditahun 2008 yang hanya mencapai Rp 868,42 miliar.
Sedangkan inflasi berhasil ditekan pada tingkat 6 persen dari inflasi tahun 2008
yang mencapai 14,20 persen. Namun menguatnya indikator makro pembangunan
belum diikuti oleh penurunan angka pengangguran. Sampai akhir tahun 2009
angka pengangguran di Kota Bogor masih berada di kisaran 15 persen atau naik
1,36 persen dari tahun 2008 yang mencapai 13,64 persen.
Dilihat dari sisi PDRB pertumbuhan ekonomi Kota Bogor memiliki laju
yang positif setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.1, dimana Sektor
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
42/104
30
Perdagangan, Hotel, dan Restoran memiliki kontribusi paling besar dalam PDRB
yang kemudian diikuti oleh Sektor Industri Olahan.
Dalam data lebih lanjut, sub sektor Perdagangan Besar dan Eceran
memiliki share kontribusi PDRB yang cukup signifikan dibandingkan subsektor
lainnya di dalam Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran.
Tabel 4.1 PDRB Kota Bogor Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(dalam milyaran rupiah)
Kode
Sektor Sektor 2004 2005 2006 2007 2008
6 Perdagangan, Hotel, dan
Restoran 1.029,07 1.071,27 1.140,88 1.205,23 1.267,52
. Perdagangan Besar
dan Eceran 818,48 854,32 917,05 973,87 1.028,29
. Hotel 19,43 20,66 21,98 23,40 23,93
c. Restoran 191,16 196,29 201,85 207,96 207,96
Sumber: BPS, 2009.
Perkembangan Sub Sektor Perdagangan erat kaitannya dengan
perkembangan sektor produksi yaitu pertanian dan industri. Selain itu juga
dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan dayabeli masyarakat.
4.2.1. Pasar Tradisional di Kota Bogor
Sebagian besar Pasar Tradisional dikelola oleh pemda kota setempat,
pada Kota Bogor, saat ini pengelolaan pasar diserahkan kepada PD Pasar Pakuan
Jaya mulai tahun 2010 dan dalam masa transisi dari UPTD Pengelolaan Pasar
menjadi PD Pasar Pakuan Jaya sampai dengan tahun 2012. PD Pasar Pakuan Jaya
memiliki 7 unit Pasar Tradisional untuk dikelola yang semua merupakan unit
Pasar Tradisional yang dikelola status pengelolaannya UPTD Pengelolaan Pasar,
yaitu sebagai berikut:
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
43/104
31
Tabel 4.2. Tujuh Unit Pasar Tradisional Kota Bogor
No Nama Pasar Kelas Pasar
1 Pasar Baru Bogor Pasar Regional2 Pasar Kebon Kembang (Pasar Anyar) Pasar Regional
3 Pasar Induk Jambu Dua Pasar Kota
4 Pasar Merdeka Pasar Kota
5 Pasar Sukasari (Pasar Gembrong) Pasar Kota
6 Pasar Gunung Batu Pasar Wilayah
7 Pasar Padasuka Pasar Wilayah
Sumber: PD Pasar Pakuan Jaya, 2010.
Dari 7 unit Pasar Tradisional, 6 unit Pasar merupakan Pasar Pengecer
yang beraktifitas selama 12 jam, mulai pukul 06.00 hingga pukul 18.00,
sedangkan Pasar Induk Jambu Dua adalah Pasar Grosir yang dapat beroperasi 24
jam. Pasar Induk Jambu Dua adalah Pasar Grosir hasil relokasi Pasar Induk
Ramayana yang ditutup secara resmi pada tanggal 10 Agustus 2000. Relokasi
tersebut kemudian memunculkan tawaran pihak swasta untuk mengelola Pasar
Tradisional, sehingga akhirnya Pasar Induk Ramayana direlokasi ke 3 tempat,
yaitu Pasar Induk Jambu Dua, Pasar Induk Kemang, dan Pasar Grosir Cimanggu.
Selain relokasi Pasar Induk Ramayana, Pemerintah Kota Bogor juga
pernah membuat kebijakan untuk membangun pasar di setiap Kecamatan dan
memberikan tanggung jawab pengelolaan ke tingkat Kecamatan, yang
terealisasikan dengan pembangunan Pasar Tanah Baru di Kecamatan Bogor Utara,
Pasar Pamoyanan di Kecamatan Bogor Selatan, dan Pasar Bubulak di Kecamatan
Bogor Barat. Sayangnya ketiga Pasar Tradisional ini terhitung gagal menjadi
Pasar Tradisional dengan beberapa kios saja yang terisi dan sangat minimnya
pembeli. Bahkan Pasar Bubulak dialihfungsikan menjadi Terminal Bus Trans
Pakuan Bubulak.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
44/104
32
4.2.2. Pasar Modern di Kota Bogor
Hingga tahun 2007, terdapat 12 unit Pusat Perbelanjaan Modern di Kota
Bogor, yaitu Pangrango Plaza, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, Botani
Square, Pusat GrosirBogor, ADA Swalayan, Plaza Jambu 2, Plaza Jembatan
Merah, Shangrilla Plaza, Dewi Sartika, Plaza Bogor, dan Plaza Bogor indah. Pasar
Modern atau Supermarket yang mendominasi wilayah Bogor adalah Giant dengan
toko yang dibuka di beberapa pusat perbelanjaan modern besar di Kota Bogor.
Giant juga memiliki Hipermarket yang lepas dari pusat perbelanjaan
modern, seperti Giant Taman Yasmin dan Giant Laladon. Dengan jumlah Pusat
Perbelanjaan Modern, Supermarket, dan Hipermarket sebanyak ini dan akan terus
bertambah, posisi Pasar Modern semakin mendekati Pasar Tradisional. Terbukti
beberapa Pasar Tradisional justru diapit oleh beberapa Pasar Modern dengan
radius kurang dari 5km.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
45/104
33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Kinerja Bisnis Pasar Tradisional Kota Bogor
Untuk memahami kondisi terkini mengenai kegiatan perdagangan di Pasar
Tradisional di Kota Bogor, perlu dilakukan analisa terhadap dua komponen
penyelenggaraan Pasar Tradisional, yaitu dari sisi pengelola dan sisi pedagang.
Pada penelitian ini penarikan sampel dilakukan di dua pasar, yaitu Pasar Baru
Bogor dan Pasar Induk Kemang. Perbedaan keduanya terletak dari skala usaha
pedagangnya (Pasar Baru Bogor tergolong Pasar Pengecer dan Pasar Induk
Kemang tergolong Pasar Grosir) dan pengelola utamanya (Pasar Baru Bogor
dikelola oleh pemerintah dan Pasar Induk Kemang dikelola oleh swasta).
5.1.1. Perkembangan Penyelengaraan Pasar Tradisional di Kota Bogor
Pengelolaan Pasar Tradisional dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor
dengan menunjuk dinas tertentu yang bertanggung jawab untuk menjalankan
pengaturannya. Berdasarkan Perda Nomor 13 Tahun 1991 tentang Pengaturan
Pasar di Wilayah Kota Bogor, Pemda Kota Bogor menunjuk Dinas Pengelolaan
Pasar (DPP) sebagai dinas yang mengelola Pasar Tradisional dan bertanggung
jawab langsung kepada Walikota. Pada tahun 2001, DPP diubah menjadi Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelolaan Pasar dan berada di bawah
tanggung jawab Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi
(Disperindagkop).
Pada tahun 2008, dicetuskan ide pembentukan Perusahaan Daerah
dibidang pengelolaan Pasar layaknya yang dilakukan oleh Pemerintah DKI
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
46/104
34
Jakarta dengan membentuk PD Pasar Jaya. Kemudian atas Perda Kota Bogor
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya, 7
unit UPTD Pengelolaan Pasar yang tersebar di 7 Pasar Tradisional di bawah
tanggung jawab Disperindagkop Kota Bogor dialihkan menjadi PD Pasar Pakuan
Jaya yang bertanggung jawab langsung ke Walikota Bogor.
Pengelolaan pasar oleh pihak pihak swasta juga terbuka. Di kota Bogor,
terdapat dua pengelola pasar swasta, yaitu PT Mayo Waya yang mengelola Pasar
Grosir Cimanggu dan PT. Galvindo Ampuh yang mengelola Pasar Induk Kemang.
Kedua pengelola ini masuk menjadi pengelola pasar setelah pemerintah
menyetujui tawaran ekspansi dari relokasi Pasar Induk Ramayana, sehingga
relokasi yang tadinya direncanakan hanya menjadi Pasar Induk Jambu Dua
menjadi tiga unit Pasar Grosir. Namun pada saat ini, hanya dua pasar yang
terhitung aktif menjadi Pasar Grosir, yaitu Pasar Induk Jambu Dua dan Pasar
Induk Kemang. Pasar Grosir Cimanggu berada dalam status ditinggalkan oleh
pengembang atau pengelolanya karena sangat sedikitnya pedagang yang
berdagang di pasar tersebut.
Pengelolaan oleh pihak swasta diatur dalam Perda Kota Bogor Nomor 7
Tahun 2005 Bab VI. Pada Pasal 6 ayat 3 dan Pasal 8 ayat 1 Perda tersebut
dijelaskan bahwa penyelenggaraan pasar merupakan tanggung jawab Pemerintah
Daerah, pengelolaan pasar di atas lahan milik Pemerintah Daerah dapat
dilaksanakan oleh pihak ketiga berdasarkan kerjasama dengan Pemerintah Daerah
setelah mendapat izin dari DPRD. Kontribusi pihak ketiga terhadap PAD Kota
Bogor berupa pajak yang dibayarkan kepada Dinas Pendapatan Daerah dilakukan
selama masa kontrak kerjasama.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
47/104
35
5.1.2 Tatakelola Pasar Tradisional
Pada dasarnya, tugas utama pengelola pasar, baik pengelola swasta
maupun pemerintah adalah memberikan fasilitas berupa tempat berdagang bagi
pedagang pasar tradisional yang telah membeli atau menyewa kios. Secara
spesifik, pengelolaan pedagang oleh pemerintah diatur dalam Perda Kota Bogor
Nomor 7 tahun 2005. Untuk bisa berdagang di pasar-pasar yang dikelola oleh PD
Pasar Pakuan Jaya Pedagang harus memiliki dua izin khusus dari pemerintah,
yaitu BHPTB dan IPTB. Buku Hak Pemakaian Tempat Berdagang (BHPTB)
adalah bukti pedagang yang telah melunasi pembayaran tempat berdagang dalam
areal pasar, berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang. Kartu Izin Pemakaian
Tempat Berdagang (KIPTB) adalah kartu bukti perizinan pedagang yang
mempergunakan tempat berdagang dalam areal pasar yang berlaku selama 1 tahun
dan dapat diperpanjang.
Setiap pedagang yang memakai tempat berdagang di pasar Pemerintah
Daerah dalam areal pasar mempunyai hak sebagai berikut:
a. memperoleh jasa pelayanan fasilitas pasar
b. memperoleh pelayanan administrasi
c. memperoleh pelayanan pemeliharaan pasar
d. memperoleh pelayanan kebersihan dan keamanan
Selain itu, pedagang yang memakai tempat berdagang di pasar
Pemerintah Daerah di areal pasar mempunyai kewajiban sebagai berikut:
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
48/104
36
a. mempergunakan tempat berdagang sesuai fungsinya paling lambat 15 hari
kalender sejak diterbitkannya KIPTB.
b. memperdagangkan jenis barang atau jasa sesuai dengan komoditi yang telah
ditetapkan
c. mengatur penempatan jenis barang dengan rapi dan tidak membahayakan
keselamatan umum serta tidak melebihi batas tempat berdagang yang menjadi
haknya
d. menjaga dan memelihara keamanan, ketenteraman, ketertiban, dan kebersihan
di sekitar tempat berdagang
e. menyediakan alat pemadam kebakaran, tempat sampah basah dan kering, dan
alat-alat kebersihan
f. membuang sampah ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Sementara yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah
g. membayar retribusi sesuai peraturan perundang-undangan
h. membayar biaya pemakaian listrik, air, serta fasilitas pasar lainnya
i. mencegah terjadinya praktek perjudian dan perbuatan maksiat lainnya di
sekitar tempat berdagang
Penarikan retribusi harian berupa retribusi sesuai aturan daerah (Perda
Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2006) serta biaya listrik, air, dan fasilitas lainnya,
dilakukan setelah satu jam Pasar Tradisional beroperasi atau pukul 07.00.
Pedagang-pedagang pasar pengecer diperbolehkan untuk membuka usaha di luar
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
49/104
37
jam kegiatan namun tidak mendapatkan fasilitas layanan dari pengelola pasar,
seperti unit keamanan dan kebersihan.
Di sisi lain, pengelolaan Pasar Tradisional oleh swasta tidak diatur dalam
Perda Kota Bogor. Hak dan kewajiban pedagang di Pasar Tradisional Swasta,
dalam hal ini Pasar Induk Kemang yang dikelola PT. Galvindo Ampuh tidak jauh
berbeda dengan hak dan kewajiban pedagang di Pasar Tradisional Pemerintah.
Pedagang Pasar Pasar Induk Kemang mendapat hak untuk menyewa los dan kios
berdasarkan izin yang dilakukan ke pihak PT. Galvindo Ampuh. Pedagang yang
mendapat izin memiliki hak untuk berdagang, mendapat layanan fasilitias unit
kebersihan dan keamanan.
Pedagang berkewajiban membayar retribusi harian berupa sewa kios/los,
kebersihan, dan keamanan. Menurut pengakuan pedagang-pedagang di Pasar
Induk Kemang, harga sewa dan retribusi harian secara keseluruhan tidak begitu
membebani terutama jika dibandingkan dengan retribusi yang dikenakan kepada
pedagang-pedagang di Pasar Induk di luar Kota Bogor.
5.1.3 Kondisi Umum Pedagang Pasar Tradisional
Penelitian ini mengambil responden pedagang-pedagang dari dua unit
Pasar Tradisional, yaitu Pasar Baru Bogor sebagai Pasar Pengecer dan Pasar
Induk Kemang sebagai Pasar Grosir. Kondisi umum pedagang dianalisis untuk
melihat perkembangan pedagang pasar tradisional berdasarkan perbandingan
dengan ciri khas pedagang pasar yang seringkali disampaikan dalam literatur-
literatur, seperti pada Perda Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2005. Pasar Tradisional
adalah pasar yang dibangun dengan fasilitas yang sederhana, dikelola dengan
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
50/104
38
manajemen yang sederhana dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, ataupun
tenda yang diisi oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi, dengan proses jual
beli melalui tawar menawar.
Berdasarkan jumlah responden dan hasil pengamatan, Pasar Baru Bogor
memiliki proporsi pedagang yang cukup beragam. Sebagian besar pedagang Pasar
Baru Bogor menjual komoditas yang biasa dijual di Pasar Tradisional seperti
sayuran segar, bahan kebutuhan sehari-hari seperti sembako dan bahan makanan
(bumbu masakan), seperti cabai dan rempah-rempah. Penjual ikan, baik ayam
potong, daging sapi, daging kambing dan buah-buahan juga memiliki proporsi
yang cukup tinggi. Kemudian terdapat cukup banyak pedagang yang menjual
komoditi seperti kelapa santan, tahu tempe, telur dan beras. Sebagian kecil
pedagang memiliki komoditas lebih spesifik seperti masakan matang, daging
olahan, wadah plastik untuk keperluan katering, bahan untuk dagangan bakso, dan
lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk Pasar Besar atau Pasar Kelas I,
Pasar Baru Bogor memang menyediakan komoditas-komoditas yang cukup
lengkap.
Pasar Induk Kemang, adalah Pasar Grosir yang sebagian besar
penjualnya adalah pedagang grosiran sayur mayur, seperti tomat, jagung, kol,
sawi dan lainnya. Sebagian lainnya adalah penjual bahan-bahan masakan seperti
rempah-rempah dan cabai. Kemudian terdapat sebagian kecil pedagang yang
berjualan buah seperti jeruk. Pasar Induk Kemang sebagai pasar grosir belum bisa
dianggap selengkap Pasar Induk sejenis seperti Pasar Induk Kramat Jati karena di
Pasar ini tidak terdapat komoditi seperti daging.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
51/104
39
Dalam penelitian, berdasarkan Gambar 5.1a, Toko Kecil atau Warung
merupakan pangsa pembeli terbesar, baik dalam hal jumlah konsumen maupun
jumlah barang yang dibeli di Pasar Baru Bogor. Sebanyak 33 persen dari
responden Pasar Baru Bogor mengaku bahwa pelanggan utama mereka adalah
Toko Kecil atau Warung yang berjualan di sekitar komplek perumahan, ataupun
mengaku bahwa komoditas mereka dibeli untuk dijual kembali oleh pembelinya.
Jika proporsi pelanggan Toko Kecil, pemilik rumah makan/katering dan
pedagang keliling digabungkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa 70 persen
responden pedagang Pasar Baru Bogor barang dagangannya dibeli secara
borongan untuk dijual kembali dengan atau tanpa merubah bentuk awalnya. Hal
ini juga dapat disimpulkan walaupun Pasar Baru Bogor bukan Pasar Grosir,
namun barang dagangannya masih dalam rantai distribusi ke pedagang pengecer
yang lebih kecil sebelum akhirnya sampai ke konsumen.
Sumber: Data Primer, diolah.
Gambar 5.1a Proporsi Pelanggan Utama Pasar Baru Bogor
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
52/104
40
Sesuai dengan statusnya sebagai Pasar Grosir, pelanggan utama Pasar
Induk Kemang adalah pasar kecil atau pasar pengecer sebesar 50 persen, diikuti
oleh Toko sebesar 33 persen, lalu pengusaha Rumah Makan sebanyak 17 persen.
Saat ini pembeli potensial kebanyakan berasal dari Kota Bogor dan sekitarnya
Sumber: Data Primer, diolah.
Gambar 5.1b Proporsi Pelanggan Utama Pasar Induk Kemang
Tabel 5.1b menunjukan pemasok utama dari pedagang di kedua Pasar
Tradisional. Pasar Baru Bogor sebagai pasar pengecer, sebanyak 53,33 persen
responden pedagangnya menggunakan jasa agen atau pemasok profesional untuk
mendapatkan komoditi barang tertentu. Biasanya agen tersebut mengirimkan
langsung komoditi kepada pedagang Pasar Baru Bogor, agen-agen ini berasal dari
berbagai penjuru Jawa, mulai dari Bandung, sampai dengan Jawa Timur.
Sebagian adalah agen untuk komoditi yang tidak ditanam di sekitar Bogor.
Sebesar 26,67 persen responden Pasar Baru Bogor membeli barang
dagangannya dari Pasar Grosir di sekitar Bogor, untuk komoditi sayur-sayuran
dan bahan makanan, beberapa pedagang membeli langsung dari Pasar Induk
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
53/104
41
Kemang, sedangkan untuk komoditi seperti Ikan, pedagang membeli di Pasar
Induk Muara Angke. Hanya sebesar 13,33 persen pedagang yang memiliki akses
untuk memperoleh komoditi langsung dari produsennya, pedagang-pedagang ini
biasanya adalah pedagang daging ayam atau sapi yang mengambil barang
langsung dari peternakan ataupun Rumah Potong Hewan (RPH) di Bogor dan
sekitarnya. 6,67 persen pedagang yang memproduksi barang dagangannya sendiri
biasanya adalah pedagang masakan matang ataupun beberapa pengusaha tahu dan
tempe yang menjual langsung barang produksinya. Pada Pasar Induk Kemang,
hampir semua pedagang mengandalkan Agen atau Pemasok Profesional untuk
memperoleh komoditinya.
Tabel 5.1. Proporsi Pemasok Barang Utama & Metode Pembayaran
Pedagang Pasar Tradisional
Pasar Baru Bogor
Pemasok Utama % Metode Pembayaran %
Agen 53,33 Tunai 56,67
Pasar Grosir 26,67 Kredit 43,33
Produsen 13,33
Produksi Sendiri 6,67
Pasar Induk Kemang
Pemasok Utama % Metode Pembayaran %
Agen 96,67 Tunai 86,67
Produsen 3,33 Kredit 13,33
Sumber: Data Primer, diolah.
Tabel 5.1 juga menjelaskan mengenai metode pembayaran pasokan
barang yang datang. Pada Pasar Baru Bogor, metode pembayaran tunai dan kredit
memiliki proporsi yang hampir serupa. Metode pembayaran kredit yang biasa
diterapkan umumnya penundaan pembayaran selama beberapa hari hingga
seminggu, ataupun pembayaran uang muka pada hari ini kemudian dilunasi esok
harinya setelah barang laku dijual.
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
54/104
42
Pada Pasar Induk Kemang, sebesar 86,67 persen responden pedagang
mengemukakan bahwa mereka membayar tunai ketika barang pasokan datang
dikirim oleh agen. Ada pula pedagang yang meminta agen untuk menunggu
sekitar 2-3 jam sebelum membayar barangnya. Umumnya hal ini dapat dilakukan
karena transaksi penjualan grosir dengan pelanggan harian tetap yang datang pada
jam yang sudah dijanjikan dapat berlangsung dengan cepat, sehingga dalam 2-3
jam barang dagangan sudah laku atau omset sudah memenuhi pembayaran kepada
agen.
Tabel 5.2. Sumber Modal Pedagang Pasar Tradisional
Pasar Baru Bogor Pasar Induk Kemang
Sumber Modal % Sumber Modal %
Modal Sendiri 80,00 Modal Sendiri 93,33
Pinjaman dari Kerabat 10,00 Pinjaman dari Kerabat 6,67
Bank 10,00
Sumber: Data Primer, diolah.
Berdasarkan tabel 5.2. pada kedua pasar yang diteliti, uang yang dimiliki
oleh pedagang sendiri adalah sumber modal utama. Dengan proporsi yang sangat
signifikan sebesar 80 persen pada Pasar Baru Bogor dan 93,33 persen pada Pasar
Induk Bogor, jelas tergambar bahwa modal yang relatif kecil sebagai ciri khas
dari pedagang Pasar Tradisional masih melekat hingga saat ini.
Diakui oleh banyak responden pedagang di Pasar Baru Bogor, meski
saat ini banyak bank-bank swasta ataupun rentenir menawarkan pinjaman
berbunga kepada para pedagang untuk keperluan pengembangan usaha, mereka
cenderung tidak berani untuk meminjam. Hal ini dikarenakan ketakutan mereka
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
55/104
43
akan jeratan bunga, pengetahuan mereka yang cukup minim, dan ketidakyakinan
mereka untuk mengatur aliran uang jika memiliki uang yang cukup banyak.
Lain halnya dengan Pasar Induk Kemang, diakui oleh mereka bahwa
tidak ada tawaran dari Bank yang masuk ke dalam pasar untuk menawarkan kredit
berjangka. Tambahan modal biasanya didapat dari kerabat ataupun seorang
pedagang besar yang membantu pegawainya yang sudah mengabdi berpuluh
tahun untuk memiliki usahanya sendiri. Namun para pedagang juga mengatakan
sangat sulit mengembangkan usahanya lebih lanjut karena nilai uang yang terus
merosot.
Penelitian ini juga menganalisa mengenai metode dagang dari Pasar
Tradisional, tawar-menawar yang menjadi citra utama dari Pasar Tradisioonal
masih berlangsung. Keakraban antara pedagang dengan pelanggan juga terasa
dengan banyaknya komunikasi antar keduanya. Hal tersebut juga membuat
keterbukaan informasi mengenai margin harga jual di pasar tradisional dengan
harga dari pemasok/pasar grosir sehingga biasanya tidak ada gap harga yang
signifikan antar pedagang dengan komoditi yang serupa.
Lebih lanjut mengenai metode dagang, dianalisis mengenai strategi
utama mereka dalam menarik pembeli juga respon mereka terhadap persaingan
antar pedagang. Pada tabel 5.3a, sebanyak 43,33 persen responden pedagang
Pasar Baru Bogor mengakui bahwa persaingan ketat terjadi dengan Pedagang
Kaki Lima (PKL) yang berada di luar pasar. Posisi strategis yang berada lebih
dekat dengan jalan dan harga bersaing dianggap merupakan keunggulan PKL atas
pedagang-pedagang di dalam pasar. Walaupun sebanyak 30 persen responden
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
56/104
44
menganggap saingan utamanya berada di dalam pasar (sesama pedagang), perlu
diketahui bahwa sesama pedagang dalam pasar merasa bahwa tidak merasakan
persaingan yang ketat walaupun banyak pedagang dalam pasar yang menjual
komoditas yang sama, sehingga terdapat 16,67 persen pedagang Pasar Baru Bogor
tidak menganggap adanya persaingan usaha walaupun sudah diyakinkan bahwa
suatu bentuk bisnis pasti memiliki pesaing.
Tabel 5.3a. Persaingan dan Strategi Pedagang Pasar Baru Bogor
Pesaing Terberat % Strategi Menarik Pembeli %Pedagang Kaki Lima 43,33 Barang lebih Berkualitas 43,33
Pedagang lain dalam Pasar 30,00 Sikap baik dan Sopan santun 36,67
Tidak tahu 16,67 Barang lebih Murah 13,33
Toko Modern/Supermarket 6,67 Barang lebih Beragam 3,33
Pasar Tradisional lain 3,33 lainnya 3,33
Sumber: Data Primer, diolah.
Diteliti mengenai strategi, menjamin barang dengan kualitas prima diakui
oleh pedagang responden Pasar Baru Bogor menjadi keunggulan utama mereka,
sekaligus menjadi strategi dalam menarik pembeli (43,33 persen). Sebanyak 36,67
persen responden menganggap sikap baik dan sopan santun adalah hal utama
untuk menarik pembeli agar menjadi pelanggan tetap.
Berbeda halnya dengan Pasar Induk Kemang, pesaing terberat menurut
pedagang responden Pasar Induk Kemang (76,67 persen) adalah pedagang-
pedagang lain di dalam pasar dan strategi utama mereka adalah kualitas barang
yang tinggi agar pembeli tertarik berlangganan (53,33 persen). Pedagang-
pedagang di Pasar Induk Kemang lebih homogen dibanding dengan Pasar Baru
Bogor. Dari hasil pengamatan, secara umum tidak ada keunggulan komparatif
yang signifikan antara satu pedagang dengan pedagang lain, dilihat dari kualitas
8/16/2019 Analisa Kinerja pasar.pdf
57/104
45
komoditi, pengemasan dalam karung, variasi komoditi yang dijual hin
Top Related