Makalah Pribadi
IDENTIFIKASI MASALAH GIZI MASYARAKAT DI
PUSKESMAS AMBACANG KURANJI
Oleh :
Siti Masyita Putri Utami, S.Ked
0810312071
Preseptor :
Prof.dr.Nur Indrawati L.,PhD
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi ............................................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 3
1.2 Tujuan............................................................................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah............................................................................................................. 3
1.4 Metode Penulisan........................................................................................................... 3
BAB II Analisis Situasi
2.1 Sejarah Puskesmas ..........................................................................................................4
2.2 Kondisi Geografis ..........................................................................................................4
2.3 Kondisi Demografi ........................................................................................................5
2.4 Sarana dan Prasana ........................................................................................................5
2.5 Kondisi Budaya, Sosial dan Ekonomi Penduduk .........................................................5
BAB III Tinjauan Pustaka
3.1 Definisi Gizi dan Ilmu Gizi............................................................................................6
3.2 Zat-zat makanan yang mengandung gizi........................................................................6
3.3 Status Gizi......................................................................................................................8
3.4 Konsep Dasar dan Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Masalah Gizi....................9
3.5 Kelainan Gizi.................................................................................................................11
3.6 Kadarzi dan PUGS........................................................................................................15
BAB IV Pembahasan Identifikasi Masalah Gizi Masyarakat di Puskesmas Ambacang
Kuranji...............................................................................................................17
BAB V Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................28
4.2 Saran…...........................................................................................................................28
Daftar Pustaka .....................................................................................................................29
2
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Masalah gizi di Indonesia masih butuh perhatian khusus, hal ini disebabkan masih banyaknya ditemukan kasus-kasus kekurangan gizi, baik gizi kurang maupun gizi buruk, hal inilah yang merupakan salah satu sebab pemerintah telah menerapan paradigma pembangunan kesehatan baru yaitu paradigma sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif. Paradigma sehat tersebut merupakan model pembangunan keseahatan yang dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat antara lain melalui perbaikan status gizi. Gizi merupakan satu modal dasar dalam pembangunan manusia yang berkualitas. Kekurangan gizi mengakibatkan penurunan kualitas kesehatan yang akhirnya berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik serta penurunan kecerdasan. Pembangunan tidak akan berhasil tanpa didukung oleh sumberdaya yang berkualitas.
Untuk melakukan perbaikan status gizi diperlukan beberapa program yang harus direncanakan. Tapi sebelum program itu dibentuk, kita harus mengetahui akar dari masalah gizi itu sendiri. Langkah awal untuk mngetahui akar dari masalah gizi adalah dengan melakukan identifikasi masalah gizi tersebut untuk selanjutnya dicarikan pemecahan masalah sekaligus memberantas akar dari masalah gizi tersebut
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mengetahui masalah gizi masyarakat di puskesmas secara umum.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui tentang masalah gizi masyarakat di Puskesmas Ambacang Kuranji
Sebagai salah satu dalam menjalankan kepanitraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
1.3 Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang masalah gizi di Puskesmas Ambacang Kuranji secara
khusus.
1. 4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai
literature.
3
BAB II
ANALISA SITUASI
2.1. Gambaran Umum
Puskesmas Ambacang terletak di salah satu Kelurahan di Kecamatan Kuranji
Kota Padang yaitu Kelurahan Pasar Ambacang, Karena terletak di Kelurahan
tersebutlah maka nama Puskesmas pun diberikan dengan nama yang sama yaitu
Puskesmas Ambacang Kuranji yang untuk selanjutnya sesuai dengan masukan dari
berbagai pihak antara lain dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang disebut dengan
”Puskesmas Ambacang” saja, Puskesmas ini pada awalnya merupakan bagian dari
Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat terbatas dalam bentuk ”Puskesmas Pembantu
”yang berinduk ke Puskesmas Kuranji, dan sejak tahun 2006 dikembangkan menjadi
Pusat Kesehatan Masyarakat dengan pelayanan penuh dan terlepas dari Puskesmas
Kuranji sendiri.
2.1.1. Geografi
Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan kecamatan
dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang. Batas -
batas wilayah kerja Puskesmas Ambacang yaitu :
Utara : Kelurahan Korong Gadang Kec. Kuranji.
Timur : Kecamatan Pauh,
Selatan : Kecamatan Pauh dan Lubuk Begalung.
Barat : Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Nanggalo.
Puskesmas Ambacang terletak pada 0° 55' 25.15", Lintang Selatan dan +100°
23' 50.14" Lintang Utara dengan Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang sekitar 12
Km2, mewilayahi 4 Kelurahan yaitu : Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring,
Kelurahan Ampang dan Kelurahan Lubuk Lintah yang umumnya masyarakat
pengguna jasa pelayanan kesehatan mempunyai aksesibilitas yang mudah dari dan ke
Kelurahan
4
Secara sketsa, wilayah kerja Puskesmas dapat digambarkan sebagai berikut:
KECAMATAN PADANG TIMUR
KECAMATAN NANGGALO
KECAMATAN PAUH
KECAMATAN LUBUK
BEGALUNG
KECAMATAN PADANG UTARA
PETA WILAYAH KERJA UKSPUSKESMAS AMBACANG KECAMATAN KURANJI
GEOMAPPING SARANA KESEHATAN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS
PUSTU
POSKESDESKLINIK SWASTA
APOTIK
AMBULANPOSYANDU BALITA
5
7
7
9
POSYANDU LANSIA
1
2
1
2
2.1.2. Demografi
Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas
Ambacang selama tahun 2011 adalah : 46900.Jiwa dengan distribusi kependudukan
menurut kelurahan sebagai berikut:
Kelurahan Pasar ambacang : 16818
Kelurahan anduring : 13412
Kelurahan lubuk lintah : 9737
Kelurahan ampang : 6933
2.1.3. Prasarana dan Sarana Kesehatan serta sasaran Kesehatan
Puskesmas ambacang pada saat ini telah memiliki prasarana dan sarana yang relativ
lebih baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Prasarana gedung dengan 2 lantai mampu dmamfaatkan untuk pelayanan dan
kegiatan administarsi/manajemen.begitu
pula prasarana kendaraan roda 4 dan roda 2 telah mampu menjangkau pelayanan
terutama luar gedung seperti posyandu,UKS dan UKGS serta pembinaan desa siaga.
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi gizi dan Ilmu Gizi
Kata gizi berasal dari bahasa arab ”gizzah”, dalam bahasa latin ”nutrire” yang berarti makanan atau zat makan sehat. Gizi adalah suatu proses menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi noramal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Keadaan gizi adalah akibat dai keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologi akibat dari tersedianya zat gizi dal sel tubuh (supariasa,2002).
Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan kesehatan. Dilihat dari segi sifatnya, ilmu gizi dibedakan menjadi dua, yakni gizi yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan perorangan dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi kesehatan masyarakat (public helath nutrition). Kedua sifat keilmuan ini akhirnya masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu sendiri, yakni cabang ilmu gizi kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinical nutrition) dan cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat (community nutrition).
Kedua cabang ilmu ini dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya. Gizi klinik berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita gangguan kesehatan akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Jadi gizi klinik lebih menitikberatkan pada kuratif. Gizi masyarakat berkaiatan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat, oleh sebab itu, sifat dari gizi masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan (preventif) dan peningkatan (promosi).
2.2. Zat-zat makanan yang mengandung gizi
Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan makan bukan sekedar makan, tetapi makanan yang mengandung gizi atau zat-zat gizi.
Fungsi zat-zat makanan yang mengandung zat gizi ini secara umum yaitu :1. Sebagai sumber energi atau tenaga (karbohidrat,lemak,protein).2. Menyokong pertumbuhan badan3. Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel-sel yang rusak (protein).4. Mengatur metabolisme dan megatur berbagai keseimbangan misalnya keseimbangan
air, keseimbangan asam basa dan keseimbangan mineral didalam cairan tubuh ( vitamin dan mineral).
6
5. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit, misalnya sebagai antioksidan dan antibosi lainnya. (soediatama, 2000)
Zat-zat makan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelempokkan menjadi 5 macam antara lain sebagai berikut :
1. KarbohidratKarbohirat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Bahan makanan pokok
merupakan sumber utama karbohidrat, karena selain tinggi kadar amylumnya, juga dapat dimakan dalam jumlah besar tanpa menimbulkan mual. Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula. Hasil olahannya antara lain: bihun, mie, roti, tepungtepungan, selai, sirup, dsb (Almatsier, 2002).
2. ProteinBerdasarkan sumbernya, protein diklasifikasikan menjadi 2 yaitu protein hewani yang
terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari binatang (seperti: daging, ikan, telur, susu, dsb.) dan protein nabati yang terdapat pada bahan makanan yang berasal dari tumbuhan (seperti dari jagung, kedelai, kacang, olahannya dapat berupa : tempe, tahu, susu kedelai, oncom, dll.). Kekurangan protein murni pada stadium berat dapat menyebabkan kwarsihorkor pada anak balita. Kekurangan protein sering ditemukan bersamaan dengan kekurangan energi yang menyebabkan suatu kondisi yang disebut marasmus. Sindroma gabungan antara 2 jenis kekurangana ini dinamakan Kurang Energi - Protein (KEP) atau Kurang Kalori-Protein (KKP)
3. LemakLemak dalam tubuh berfungsi sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak
yang ditimbun di tempat-tempat tertentu. Menurut sumbernya lemak dibedakan menjadi lemak nabati dan hewani. Lemak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti : alpukat, kacang-kacangan, dll. Lemak hewani berasal dari binatang, yaitu : ikan, telur, daging, susu, dll (Soediatama, 2000).
4. VitaminVitamin merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil dan
harus didatangkan dari luar tubuh karena tidak dapat disintesa oleh tubuh. Fungsi vitamin secara umum sebagai zat pengatur, yaitu mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan misalnya keseimbangan air, asam-basa dan mineral di dalam cairan tubuh. Vitamin dapat diperoleh dari sayur, buah dan biji–bijian (Soediatama, 2000).
Vitamin dapat dibedakan menjadi kelompok vitamin yang larutlemak dan larut air. Vitamin yang larut air adalah vitamin B dan C,dan vitamin yang larut lemak adalah vitamin A, D, E, dan K.Fungsi masing-masing vitamin adalah sebagai berikut:
Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel, dansebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf danmata.
7
Vitamn B1 berfungsi untuk metabolisme karbohidrat,keseimbangan air dalam tubuh, dan penyerapan zat lemakoleh usus.
Vitamin B2 berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar kesaraf mata, dan enzim berfungsi dalam proses oksidasidalam sel-sel.
Vitamin B6 berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah, dandalam pross pertumbuhan serta pekerjaan urat saraf.
Vitamin C, berfungsi sebagai aktivator macam-macam enzimperombak protein dan lemak, dalam oksidasi dan dehidrasidalam sel, penting dalam pembentukan trombosit.
Vitamin D, berfungsi mengatur kadar kapur dan posfor dalambersama-sama kelenjar anak gondok (paratiroid),memperbesar penyerapan zat kapur dan posfor dari usus,dan mempengaruhi kerja kelenjar endokrin
5. MineralMineral berfungsi sebagai bagian dari zat aktif dalam metabolismae atau sebagai
bagian penting dalam struktur sel dan jaringan. Ada pula yang memegang fuingsinya dalam cairan tubuh,baik intraseluler maupun ekstraseluler. Mineral – mineral ini bias didapatkan dari air, susu, daging, telur, sayur dan mineral sintesis.
2.3. Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (Almatsier, 2006 yang dikutip oleh Simarmata, 2009).
Status gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level individu (level yang paling mikro). Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan makanan dan infeksi. Pengaruh tidak langsung dari status gizi ada tiga faktor yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan. Hal yang sama diutarakan oleh Daly, et al. (1979) bahwa konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai faktor dimensi yang sangat kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan.
Seperti yang telah diketahui, ada beberapa kelempok yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi diantara kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak balita. Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita (bayi dan anak balita). Selama ini telah banyak dihasilkan berbagai pengukuran status gizi tersebut dan masing-masing ahli mempunyai argumentasi sendiri dalam mengembangkan pengukuran tersebut.
Cara Penialaian status gizi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 920/Menkes/SK/VII/2002
8
1. Nilai indeks atopometri (BB/U, TB/U, BB/TB) dibandingkan dengan nilai rujukan WHO-NCHS
2. Dengan menggunakn batas ambang (“cut-of point”) untuk masing-msing indeks, akan status gizi seseorang atau anak dapat ditentukan.
3. Istilah status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak terjadi kerancuan dalam interpretasi
Batas ambang dan istilah status gizi untuk indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2002 mengenai standar baku nasional di Indonesia, disepakati sebagai berikut :
1. Indeks BB/Ua. Gizi lebih, bila Z_score terletak > +2SDb. Gizi baik, bila Z_score terletak dari ≥ -2 SD s/d +2 SDc. Gizi kurang, bila Z_score terletak dari < -2 SD sampai ≥ -3 SDd. Gizi buruk, bila Z_score terletak < -3 SD
2. Indeks TB/Ua. Normal, bila Z_score terletak ≥ 2 SDb. Pendek, bila Z_score terletak < -2 SD
3. Indeks BB/TBa. Gemuk bila Z_score terletak > +2 SDb. Normal bila Z_Score terletak dari ≥ -2 SD sampai +2 SDc. Kurus (wasted) bila Z_score terletak dari < -2SD sampai ≥ -3SDd. Kurus Sekali bila Z_score bila Z_score teletak < - 3 SD
Rujukan antropometri dibentuk berdasarkan sebaran normal nilai Indikator pada populasi sehat, tidak mempunyai masalah social ekonomi2
2.4. Konsep Dasar dan Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Masalah Gizi
Masalah merupakan keadaan dimana terjadinya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah gizi diartikan sebagai kesenjangan antara keadaan gizi yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Konsumsi gizi makanan pada seseorang menentukan tercapainya tingkat kesehatan atau yang disebut status gizi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup kelebihan nutrisi/ gizi disebut gizi lebih (overnutrition), dan kekurangan gizi atau kurang gizi (undernutrition).
Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan terkait dengan aspek lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan sebagainya. Masalah dasar yang menyebabkan timbulnya masalah gizi di negara Indonesia adalah adalah krisis politik dan ekonomi. Kemudian muncul masalah utama berupa kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan, dan kesempatan kerja. Ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, perilaku kesehatan ibu dan anak, dan pelayanan kesehatan
9
menjadi penyebab tidak langsung timbulnya masalah gizi. Sedangkan asupan gizi dan penyakit infeksi secara langsung mempengaruhi masalah gizi di masyarakat.
Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai dimensi yang sangat kompleks. Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi masalah gizi yang sangat dipengaruhi oleh faktor pejamu, agens dan lingkungan. Faktor penjamu meliputi fisiologi, metabolism, dan kebutuhan zat gizi. Faktor agens meliputi zat gizi yaitu zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Faktor lingkungan (makanan) meliputi bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, penghidangan dan higienis, serta sanitasi makanan.Bagan 1.
Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai dimensi yang sangat kompleks. Daly et al. (1979) membuat model-model faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan.Bagan 2.
10
2.5. Kelainan Gizi
Penyakit-penyakit atau gangguan kesehatan akibat dari kelebihan dan kekurangan zat gizi dan yang telah merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya di Indonesia antara lain sebagai berikut:
2.5.1 Kekurangan Energi Protein
Disebabkan oleh masukan energi dan protein yang sangat kurang dalam makanan sehari hari dengan jangka waktu yang cukup lama. Pada umumnya KEP, disebabkan oleh :
Faktor kemiskinan Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI)
dan pemberian makanan sesudah bayi disapih
Pengetahuan mengenai pemeliharaan lingkungan yang sehat.
Bagan 1. Faktor penyebab masalah gizi, Sumber: Puskesmas Ambacang KuranjiDari bagan di atas dapat dikatakan bahwa akar dasar dari kejadian malnutrisi di
Indonesia adalah adanya masalah dalam komitmen politik dan masih tingginya angka kemiskinan di Indonesia.
Klasifikasi KEP menurut % Median WHO-NCHS KEP Ringan : BB/U 70 – 80 % Median WHO-NCHS KEP Sedang: BB/U 60 – 70 % Median WHO-NCHS KEP Berat : BB/U < 60 % Median WHO-NCHS
Pada anak-anak, KEP dapat : Menghambat pertumbuhan Rentan terhadap penyakit infeksi Mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan
11
Pada orang dewasa, KEP dapat Menurunkan produktifitas kerja Menurunkan derajat kesehatan Rentan terhadap serangan penyakit
Pembagian KEP Berat / gizi buruk :1. Marasmus = kekurangan energy
Anak kurus, tinggal tulang terbungkus kulit Wajah seperti Orang tua Cengeng, rewel Lapisan lemak bawah kulit sangat sedikit Kulit mudah diangkat, kulit terlihat longgar, kulit paha berkeriput Otot menyusut (wasted), lembek tulang rusuk tampak terlihat jelas terlihat
tulang belakang lebih menonjol dan kulit di pantat berkeriput ( baggy pant ) Ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol, mata besar dan dalam Tek. Darah, detak jantung pernafasan berkurang
2. Kwashiorkor = kekurangan protein Oedema (terutama kaki bagian bawah) Bentuk muka bulat seperti bulan (moon face) Rambut tipis, warna coklat kemerahan (pirang/abu-abu dan mudah lepas/mudah
dicabut tanpa rasa sakit
3. Marasmic-kwashiorkor = Kekurangan energi dan protein Gabungan dari tanda marasmus dan kwashiorkor Gangguan pertumbuhan Crazy pavement dermatosis Rambut tipis, pirang dan mudah dicabut Muka seperti orang tua Oedema hanya pada anggota gerak bagian bawah
2.5.2 Gaky
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) terjadi sebagai akibat dari rendahnya kandungan yodium dalam bahan makanan sehari-hari karena rendahnya kandungan yodium dalam tanah. Yodium dikenal sebagai salah satu mineral yang sangat mudah larut dalam air, sehingga semakin tinggi curah hujan di suatu daerah maka semakin besar risiko untuk penduduknya menderita GAKY. Keadaan ini diperburuk oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan yang buruk, terutama berhubungan dengan : Pencemaran tanah sumber-sumber air dengan kotoran manusia dan sampah,
seperti yang dilaporkan oleh Mc Carisson di India (1917),
12
Pencemaran yang mengakibatkan rendahnya kadar yodium dari sumber-sumber makanan dari laut seperti dilaporkan oleh Kung (1996) berkaitan dengan rendahnya kadar yodium di Laut China Selatan sebagai akibat pencemaran dari limbah pabrik di sekitarnya.
Rendahnya kadar Selenium pada makanan. Selenium adalah salah satu bahan pembentuk enzim yang mengatur pembentukan hormon thyroxin di kelenjar Thyroid
Timbulnya pemukiman-pemukiman baru yang padat dengan tingkat pengelolaan lingkungan yang kurang baik.
2. Perilaku ManusiaPerilaku manusia terutama yang berhubungan dengan:
Ketidak pedulian terhadap kebersihan lingkungan Rendahnya pemahaman tentang pentingnya pemakaian garam beryodium Rendahnya kepedulian industry, distributor dan pedagang garam terhadap resiko
dan akibat garam yang tidak beryodium yang dijualnya terhadap kualitas hidup bangsa di masa depan
Ketidakseimbangan konsumsi goiterogenik agen seperti bayam, ubi kayu, kol dan lain-lain dengan ketersediaan yodium dalam garam dan lain-lain
3. PelayananYang diberikan oleh Institusi terkait, seperti penyuntikan lipiodol,
pendistribusian kapsul beryodium, forifikasi garam dan lain-lain.
4. Faktor keturunanMenurut Prof. Dr. dr. Djokomulyanto, ketua tim penanggulangan GAKY
nasional pada Pertemuan Ilmiah Nasional GAKY 2001, kadar yodium rendah dapat mengurangi IQ hingga 10 poin dan kekurangan yodium berat menghilangkan 50 poin IQ. Padahal intelegensi adalah modal utama seseorang. Masalah penurunan tingkat kecerdasan intelegensi ini merupakan akibat GAKY yang tidak anyak disorot. Fenomenanya seperti gunung es. GAKY biasanya hanya identik dengan penyakit gondok atau kretinisme, padahal banyak masalah lain yang tidak kelihatan.
2.5.3 Anemia
Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhantubuh. Defisiensi Fe atau anemia di Indonesia jumlahnya besar sehingga menjadi masalah kesehatan msyarakay. Program penanggulangan nemia besi, khususnya ibu hamil sudah dilakukan melalui pembetia FE secara Cuma-Cuma melalui Puskesmas atau posyandu.
2.5.4 Defisiensi vitamin A (Zeropthalmia)
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A di dalm tubuh. Gejala-gejala dari penyakit ini adalah kekeringan Epitel bola mata dan kornea karena
13
glandula lakrimalis menurun. Fungsi mata berkurang dan pnderita tidak sanggup melihat di cahaya remang-remang ang pada akhirnya akan menimbulkan kebutaan.
2.5.5 Obesitas dan Overweight
Obesitas dan overweight adalah dua kata yang mempunyai arti yang berbeda dalam segi gizi klinis, meskipun keduanya selalu disamaratakan dan disejajarkan penggunaanya.
1. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan yang berasal dari lemak. Bila berat badan lebih dari 120% berat badan standar. Seorang bayi atau anak yang kegemukan memiliki kemungkinan lebih besar untuk tetap kegemukan pada masa pubertas dan dewasa. Penimbunan lemak yang berlebihan pada kegemukan disebabkan oleh konsumsi energi yang melebihi kebutuhan termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan. Penyebab gangguan keseimbangan energi antara lain adalah faktor keturunan, konsumsi energi, dan pengeluaran energi.
a. Faktor Keturunan
Angka-angka yang menunjukkan bahwa faktor keturunan berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan energi adalah sebagai berikut:
1) Bila bapak dan ibu tidak gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 9%.2) Bila bapak atau ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 41-50%.3) Bila bapak dan ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 66-80% (Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumi,2003)
Kadang-kadang sukar untuk membedakan pengaruh faktor keturunan dengan faktor lingkungan, karena anak-anak yang berasal dari orang tua gemuk ternyata cenderung meniru kebiasaan makan dan gerak yang salah dari orang tuanya (Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo, 2003)
b. Konsumsi Energi
Konsumsi energi yang berlebihan, terutama yang berasal dari karbohidrat, bisa menyebabkan kegemukan. Kebutuhan energi yang bersifat individual perlu mendapat perhatian. Frekuensi dan porsi makanan ternyata berpengaruh terhadap keseimbangan energi. Makan sering secara teratur dalam porsi kecil tidak mudah menyebabkan kegemukan dibandingkan dengan makan dalam jumlah banyak secara tidak teratur atau melewati waktu makan.
c. Pengeluaran Energi
Pengeluaran energi yang menurun berpengaruh terhadap terjadinya kegemukan pada anak-anak. Obesitas terjadi pada anak-anak yang menderita penyakit yang menyebabkan aktivitas menurun.
14
Cara yang digunakan untuk mengukur obesitas adalah Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Perut. Obesitas yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh dapat dibagi menjadi obesitas perifer dan obesitas sentral atau abdominal berdasarkan lingkar perut. Bagi orang Asia, lingkar perut pada laki-laki harus kurang dari 90cm sementara pada wanita kurang dari 80cm. Jadi, IMT yang melebihi 23 dengan lingkar perut lebih dari 90cm pada laki-laki dan 80 cm pada wanita dapat digolongkan kedalam obesitas abdominal.
Etiologi obesitas sesungguhnya dapat dibagi dua, yaitu :
a. Penyebab internal yang bisa berupa permasalahan metabolisme (hormonal) atau pencernaan (enzimatik).
b. Permasalahan eksternal yang berupa ketidakseimbangan antara diet dan exercise sebagai akibat dari perubahan gaya hidup serta modernisasi, termasuk pelbagai problem psikologis dan aktualisasi diri (Hartanto,2006).
2. Overweight
Overweight lebih mengacu pada kelebihan berat badan dibandingkan dengan standar normal yaitu bila berat badan 110-120% berat badan standar. Berat badan overweight bisa berasal dari otot, tulang, organ- organ vital, dan sebagainya. Contoh dari kasus Overweight adalah para binaragawan, mereka mungkin berat badanya lebih daripada orang normal yang sama umurnya dengan mereka namun meski mereka lebih berat, tidak bisa dikatakan sebagai obese karena kelebihan berat badanya berasal dari otot.
2.6. Kadarzi dan PUGS
Kadarzi dilakukan untuk menilai kondisi gizi masyarakat dan kepedulian masyarakat terkait masalah gizi. Pelaksanaanya berupa penyebaran angket untuk menilai sikap masyarakat terhadap 5 indikator:
Menimbang BB secara teratur ASI eksklusif Konsumsi aneka ragam makanan Konsumsi garam beryodium Konsumsi suplemen gizi
Saat ini di Puskesmas juga sedang gencar dipromosikan PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang)
13 pesan dasar gizi seimbang :
1. Makanlah aneka ragam makanan2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah (1/2) dari kebutuhan energi
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat (1/4) dari kecukupan energi
15
5. Gunakan garam beriodium
6. Makanlah makanan sumber zat besi
7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai berumur 6 bulan
8. Biasakan sarapan pagi
9. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya
10. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur
11. Hindari minum-minuman beralkohol
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
13. Untuk makanan dalam kemasan baca labelnya terlebih dahulu !
16
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kurang Energi Protein (KEP)
4.1.1. Total Jumlah Penderita KEP
62 orang dari bulan Januari – Juli 2012
4.1.2. Jumlah KEP menurut Standar BB/U, BB/TB, TB/U
Tabel 1. Rekapitulasi Jumlah Kasus Gizi Buruk berdasarkan BB/U di Puskesmas Ambacang
Kuranji Bulan Januari – Juli 2012
Bulan Sasaran
Balita
Gizi Buruk
% Gizi Kurang
%
1. Januari
2. Februari
3. Maret
4. April
5. Mei
6. Juni
7. Juli
4803
2
0
2
0
2
1
3
0,04%
0
0,04%
0
0,04%
0,02%
0,06%
11
13
6
11
5
6
-
0,22%
0,27%
0,12%
0,22%
0,10%
0,12%
-
Ket :
- : tidak ada data
Target : < 5%
17
Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah Kasus Gizi Buruk berdasarkan BB/TB di Puskesmas
Ambacang Kuranji Bulan Januari – Juli 2012
Bulan Sasaran
Balita
Kurus
Sekali
% Kurus %
1. Januari
2. Februari
3. Maret
4. April
5. Mei
6. Juni
7. Juli
4803
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
14
4
5
4
2
4
0,04%
0,29%
0,08%
0,10%
0,08%
0,04%
0,08%
Ket : target : < 5%
Cakupan Gizi Balita Berdasarkan Indikator BB/UDi Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
September-Oktober 2011
No. Kelurahan
Sasaran September Oktober
D BRK % K % D BRK
% K %
1. Ps.Ambacang 1722 1245 2 0,11 5 0,29 896 2 0,11 5 0,29
2. Anduring 1374 841 1 0,07 2 0,14 891 1 0,07 1 0,07
3. Lubuk Lintah 997 436 3 0,30 1 0,10 643 0 0 4 0,40
4. Ampang 710 388 0 0 0 0 457 0 0 0 0
Puskesmas 4803 2910 6 0,12 8 0,16 2618 3 0,06 10 0,20
Cakupan Gizi Balita Berdasarkan Indikator TB/U
Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
September-Oktober2011
18
No. Kelurahan
Sasaran September Oktober
D Pdk % N % D Pdk % N %
1. Ps.Ambacang 1722 1245 5 0,29 2 0,11 896 6 0,34 1 0,05
2. Anduring 1374 841 4 0,29 0 0 891 0 0 0 0
3. Lubuk Lintah 997 436 4 0,40 0 0 643 4 0,40 0 0
4. Ampang 710 388 0 0 0 0 457 0 0 0 0
Puskesmas 4803 2910 13 0,27 2 0,04 2887 10 0 1 0,02
Cakupan Gizi Balita Berdasarkan Indikator BB/TB
Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
September-Oktober 2011
No. Kelurahan
Sasaran September Oktober
D KS % K % D KS % K %
1. Ps.Ambacang 1722 1245 0 0 1 0,05 896 0 0 0 0
2. Anduring 1374 841 0 0 0 0 891 0 0 2 0,14
3. Lubuk Lintah 997 436 0 0 1 0,10 643 0 0 1 0,10
4. Ampang 710 388 0 0 0 0 457 0 0 0 0
Puskesmas 4803 2910 0 0 2 0,04 2887 0 0 3 0,06
Tabel 3. Cakupan BGM/D balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011
19
4.1.3. Jumlah Posyandu dan Stratifikasinya
Tabel 4.Jumlah posyandu dan statifikasinya
Posyandu Pratama Madya Purnama Mandiri
28 0 17 8 3
4.1.4 Persentase Masing-masing Balok SKDN (D/S, N/D, BGM/D)
Tabel 5. Cakupan D/S Bayi dan Balita Bulan Januari – Juli 2012 di wilayah kerja Puskesmas Amabacang Kuranji
No Kelompok Sasaran Jan Feb Mar April Mei Juni Juli
1.
2.
Bayi
Balita
976
4803
55,84
59,98
55,84
83,71
59,53
63,43
60,35
62,35
74,80
62,08
62,19
62,73
64,04%
65,45
*data dalam %
*target tahun 2012 : 75%
Pada Tabel diatas tampak bahwa Cakupan D/S pada Bulan Januari –Juli 2012 rata-rata belum mencapai target. Hal ini disebabkan oleh :
1. Honor kader sebagai petugas lapangan tidak sebanding dengan tugas yang diembannya.
20
2. Kurangnya PMT
3. Kurangnya saran yang memadai yuntuk melaksanakan kegiatan posyandu sehingga masyarakat tidak mendapatkan pelayanan maksimal dan berakibat menjadi malas serta cenderung memilih ke dokter/bidan praktek swasta.
Tabel 6. Pencapaian D/S (Ditimbang Per Sasaran) Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2011
No. Kelurahan Sasaran Rata-rata Pencapaian D/S
Balita 2011 ditimbang Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
1. Ps.Ambacang 1722 1089 41,29 43,93 70,15 63,24
2. Anduring 1374 822 29,77 26,92 48,47 59,83
3. Lb.Lintah 997 530 35,02 46,33 48,47 53,17
4. Ampang 710 434 33,65 44,28 67,54 61,15
Puskesmas 4803 2875 35,32 39,28 59,26 59,86
Target tahun 2011: 65%
Tabel 7. Pencapaian N/D (Naik Per Ditimbang) Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2011
No. Kelurahan
Sasaran
Balita
Tahun 2011
Jumlah
Rata-rata D’
Jumlah Rata-rata
Balita yg naik
Berat badannya/Th
Pencapaian N/D
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun
2010
Tahun
2011
1. Ps.Ambacang 1722 838 802 68,71 76,50 89,64 95,70
21
2. Anduring 1374 674 571 75,43 70,11 84,82 84,72
3. Lb.Lintah 997 413 334 82,21 77,69 86,27 80,87
4. Ampang 710 376 340 65,03 74,76 91,45 90,43
Puskesmas 4803 2301 2047 73,06 75,30 87,77 88,96
Target : 89%
Dari tabel diatas,tampak bahwa cakupan N/D belum mencapai target, walaupun ada peningkatan pencapaian setiap tahunnya. Penyebab dari masalah ini sama dengan masalah
pada pencapaian D/S.
4.2. Anemia
4.2.1 Jumlah Penderita anemia
Rekapitulasi Jumlah penderita anemia Januari-Desember 2011
No.
Bulan Jumlah ibu hamil yang mendapat tablet Fe
(orang)
Jumlah ibu nifas yang mendapat
tablet Fe
(orang)30 tablet 90 tablet
Sasaran 995 995 949
Target 90% 85% 80%
1. Januari 71 78 61
2. Februari 113 72 54
3. Maret 62 10 15
4. April 90 90 63
5. Mei 111 97 65
6. Juni 0 0 0
7. Juli 131 120 100
8. Agustus 134 135 118
9. September
99 117 108
22
10.
Oktober 100 98 185
11.
November
30 36 20
12.
Desember
27 63 36
Jumlah / pencapaian
968 897 825
% pencapaian 97,3% 90% 87,4%
906 + maret
4.2.2 Jenis Pemeriksaan ANC di KIA
Dalam penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi
badan,
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur LILA)
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin dan denyut
jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi tetanus dan
berikan imunisasi tetanus toksoid (TT) bila diperlukan
7. Pemberian tablet zat besi minimal 90
tablet selama kehamilan
8. Tes laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temuwicara (konseling), termasuk
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan
Pemeriksan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin,
protein urin, dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi
dan atau kelompok beresiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, sifilis,
malaria, TBC, kecacingan dan talasemia.
23
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan. Yaitu:
a. Minimal 1 kali pada triwulan pertama
b. Minimal 1 kali pada triwulan kedua
c. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga
4.2.4 Distribusi Tablet Fe
Tabel 8.Cakupan Distribusi tablet Fe 1 dan Fe 3 Pada Ibu Hamil Tahun 2011
Diwilayah Kerja Puskesmas Ambacang
No. Kelurahan
Sasaran
Bumil
2011
Jumlah Ibu Hamil dapat Talet Fe
Fe 1 Fe 3
Hasil % Hasil %
1. Pasar Ambacang 385 364 94,55 354 91,95
2. Anduring 307 295 96,09 280 91,21
3. Lubuk Lintah 223 214 95,96 203 91,03
4. Ampang 159 156 98,11 143 89,94
Puskesmas 1074 1029 95,81 980 91,25
Target Distribusi Tablet Fe 1 dan Fe 3 bumil : 85 % dan 84 %
4.3 GAKY
4.3.1 Laporan pemeriksaan garam beryodium Puskesmas lubuk kilangan Tahun 2011
Pemeriksaan garam dilakukan pada 32 rumah tangga dengan memeriksa garam yang digunakan di rumah.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah garam yang dikonsumsi di rumah beryodium atau tidak.
N0 Kelurahan Jumlah
Sampel
Jumlah Sampel Yang Berperilaku Sesuai Indikator Kadarzi
Timbang BB teratur
Beri ASI
Ekslusif
Makan
Aneka Ragam
Gunakan
Garam
Beryodium
Suplemen
Sesuai
Anjuran
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Ps.Ambacang 30 20 2 25 30 27
24
(66,67% )
(6,67%)
(83,33%) (100%)
(90%)
2. Anduring 30 22
(73,33%)
4
(13,33%)
26
(86,67%)
30
(100%)
25
(83,33%)
3. Lb.Lintah 30 23
(76,67%)
4
(13,33%)
25
(83,33%)
30
(100%)
25
(83,33%)
4. Ampang 10 7
(70 %)
1
(10 %)
7
(70 %)
10
(100%)
9
(90%)
Puskesmas 100 72
(72 %)
11
(11 %)
83
(83 %)
100
(100 %)
86
(86%)
Dari tabel diatas didapat dari sampel yang menggunakan garam beryodium adalah 100%
4.4 Kurang Vitamin A
4.4.1 Rekapitulasi Pemberin tablet vitaminA di Puskesmas Ambacang Kuranji Bulan Februari 2012
Tabel 9. Rekapitulasi Pemberian tablet vitamin A di Puskesmas Ambacang Kuranji Bulan Februari 2012
Kelompok Sasaran ABS %
1. Bayi (6-11bln)
2. Balita (12-59 bln)
585
3827
548
3594
93,68%
93,91%
Target : 94%
Dari tabel diatas, tampak bahwa masih kurangnya distribusi Vitamin A baik pada bayi dan balita,dimana angka yang didapat mencapai target 94%. Beberapa penyebabnya :
1. Kurangnya sosialisasi pelaksanaan kegiatan pendistribusian vitamin A
2. Tingkat kesadaran masyarakat yang kurang
3. Lokasi tempat tinggal yang jauh dari posyandu sehingga menyulitkan warga untuk datang
4. Kader/petugas enggan sweeping
25
5. Tidak sesuainya honor untuk kader melaksanakan sweeping
Tabel 10. Cakupan Pendistribusian Kapsul Vitamin A pada Bayi (Umur 6-11 Bulan)
Bulan Februari dan Agustus tahun 2011
No Kelurahan Sasaran Bayi Umur
6-11 Bulan
Pencapaian Februari 2011
Pencapaian Agustus 2011
Hasil % Hasil %
1. Ps.Ambacang 210 187 89,04 193 91,90
2. Anduring 167 155 92,81 159 95,20
3. Lubuk Lintah 122 112 91,80 119 94,26
4. Ampang 86 85 98,83 78 90,69
Puskesmas 585 539 92,13 545 93,16
Target : 94%
Grafik 1. Perbandingan Pencapaian Distribusi Vitamin A Pada Bayi (6-11 bulan)
Di Puskesmas Ambacang Tahun 2007 s/d 2011
Tabel 11. Cakupan Pendistribusian Kapsul Vitamin A Pada Anak Balita (Umur 12-59 Bulan) Bulan Februari dan Agustus 2011 Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
No Kelurahan Sasaran
Anak Balita
12-59 Bulan
Pencapaian Februari 2011
Pencapaian Agustus 2011
Hasil % Hasil %
1. Ps.Ambacang 1372 1310 95,48 1296 94,46
2. Anduring 1095 1030 94,06 1037 94,70
26
%
3. Lubuk Lintah 794 734 92,44 701 88,28
4. Ampang 566 517 91,34 546 96,46
6. Puskesmas 3827 3591 93,83 3580 93,54
Target Distribusi Vitamin A tahun 2011 : 94 %
Rekapitulasi Pemberian tablet vitamin A Januari-Desember 2011
No. Bulan
Mendapat kapsul vitamin A
Dosis tinggi
Pada ibu nifas
(orang)
Bayi (orang) kasus
campak
Jumlah bayi
Balita (orang) kasus
campak
Jumlah balita
1. Januari 61 1 0
2. Februari 54 2 550 3 1700
3. Maret
4. April 63 0 0
5. Mei 65 0 0
6. Juni 0 0 0
7. Juli 100 1 0
8. Agustus 118 0 550 0 3593
9. September
108 0 1
10.
Oktober 185 0 1
11.
November
111 0 1
12.
Desember
36 0 0
826 4 5
4.5 Gizi Lebih
27
4.5.1 Rekapitulasi Kunjungan Pojok Gizi Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2011
Kegiatan pojok gizi adalah berupa konsultasi secara perorangan dengan ahli gizi yang dilakukan di puskesmas.
Pasien yang datang merupakan rujukan BP, KIA dan dari posyandu.
Tabel 13. Rekapitulasi kunjungan pojok gizi di Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun 2011
No.
Kunjungan pojok gizi
Jan Feb
Mar
Apr
Mei Jun Jul Agt
Sept
Okt
Nov
Des
Jumlah
1. Gizi lebih 0 1 1 0 0 0 0 1 0 2 1 6
2. Hipertensi
5 8 5 6 2 5 3 3 3 6 8 54
3. Diabetes melitus
16 9 6 9 8 8 6 6 5 9 4 76
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Proses identifikasi masalah merupakan hal utama dalam proses pengelolaan masalah
gizi masyarakat. Proses identifikasi masalah di Puskesmas Ambacang Kuranji dilakukan
melalui peran kader, temuan kasus di KIA dan BP, serta temuan khusus seperti di posyandu,
sekolah, dan monitoring garam masyarakat.
Beberapa masalah gizi masih ditemukan di Puskesmas Ambacang Kuranji. Hal ini
dikarenakan belum mencapai target yang telah ditetapkan.
1. Belum tercapainya D/S dan N/D pada bayi dan balita sesuai target
2. Belum tercapainya distribusi kapsul Vitamin A sesuai target
3. Masih adanya kasus KEP di puskesmas Ambacang Kuranji
5.2 Saran
Saran ditujukan kepada Pihak Puskesmas Ambacang Kuranji :
1. Meningkatkan upaya promotif dan mengadakan dana sehat disetiap posyandu
Sehingga diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk berbondong-bondong membawa
balitanya ke posyandu
2. Memaksimalkan pemberian MP ASI.
3. Meningkatkan dan menjalin kerja sama yang lebih baik lagi antara petugas, kader dan
masyarakat terutama sekali dalam mendistribusikan kapsul Vitamin A.
4. Meningkatakan Kerjasama Lintas Sektoral.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoadmojo, Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ribeka Cipta, Jakarta
2. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun 2010
3. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun 2011
4. Laporan Bulanan Puskesmas Ambacang Kuranji Bulan Januari – Juli 2012
5. Nyoman, I dewa, 2002. Penilaian Status gizi, EGC. Jakarta
6. Buku Saku Promosi Gizi untuk Kader Posyandu. Kantor Wilayah Departeman Kesehatan
Proyek Perbaikan Gizi Propinsi Sumatera Barat. 2010
30