ALTERASI-MINERALISASI DAN GEOKIMIA ENDAPAN TEMBAGA DI KALI BOKI DESA KUBUNGKECAMATAN BACAN SELATAN
KABUPATEN HALMAHERASELATAN PROVINSI MALUKU UTARA
ALTERATION-MINERALIZATION AND GEOCHEMISTRY OF COPPER DEPOSIT AT KALI BOKI KUBUNG VILLAGE SOUTH BACAN DISTRIK
SOUTH HALMAHERA REGENCY NORTH MALUKU PROVINCE
Nurany1, UlvaRia Irfan2, Irzal Nur2
1Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Maluku Utara 2Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Alamat korespondensi : Nurany Bumi Tamalanrea Permai Blok E No. 212 Makassar Sulawesi Selatan No. Hp 081243518320 [email protected]
Abstrak
Proses alterasi hidrotermal mengakibatkan perubahan mineralisasi dan geokimia terhadap oksida maupun unsur dalam batuan, sehingga penelitian ini bertujuan menentukan tipe alterasi, jenis mineral serta kesetimbangan massa dan volume selama proses alterasi berlangsung.Penelitian dilakukan di Kali Boki Desa Kubung Kecamatan Bacan Selatan Kabupaten Halmahera Selatan pada koordinat 00o 46,931’ Lintang Selatan dan 127 27,945’ Bujur Timur. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara pemetaan permukaan dengan pengambilan sampel dan analisis sampel yang dilakukan dalam 5 (lima) tahapan yaitu tahap pendahuluan, tahap penelitian lapangan dan pengambilan data, tahap pekerjaan laboratorium,tahap pengolahan data, tahap penyusunan laporan dan penyajian data kemudian bisa di interpretasi tipe alterasi, kesetimbangan massa dan Volume serta tipe Mineralisasi.Hasil penelitian menunjukkan Secara Petrografis daerah penelitian umumnya di dominasi oleh mineral-mineral plagioklas, ortoklas, biotit, epidot, serisit dan mineral opak. Kandungan unsur Cu tersebar merata di singkapan wall rock sedangkan pada intrusi, hanya pada singkapan NI.2. Mineralisasi bijih pada sampel batuan intrusi NI.2 terdapat urat kuarsa dengan ketebalan 1cm dan berbentuk mengisi rekahan basalt porfiri. Perubahan pada tipe alterasiklorit-epidot±kalsit mengakibatkan pengurangan massa dan volume hampir di semua sampel batuan kecuali di sampel NW.1 vs NI.1 yang mengalami penambahan volume 53,6% tapi tetap mengalami pengurangan massa 24,1%. Tipe alterasi hidrotermal yang berkembang di daerah penelitian adalah alterasipropilitik (epidot-serisit-kalsit).
Kata Kunci :Alterasi hidrotermal, mineralisasi bijih, kesetimbangan kimia dan endapan tembaga Desa Kubung
Abstrack
The process of hydrothermal alteration and mineralization resulted in changes to the oxide and elemental geochemistry in rocks , so this study aims to determine the type of alteration , mineral types and mass balance and volume during the alteration process takes place . The study was conducted in the village of Kali Boki lemur Southern District of Bacan South Halmahera at coordinates 00o 46.931 ' south latitude and 127 27.945 ' east longitude. The methodology used in this study is a way of mapping the surface with the sampling and analysis of samples were performed in 5 ( five ) stages: a preliminary stage , the stage of field research and data collection , laboratory work stage , the data processing stage , the stage of preparation of reports and presentation of data The interpretation can then type alteration , mass balance and volume and type of mineralization . The results showed Petrografis In the study area is generally dominated by the minerals plagioclase ,ortoklas , biotite , epidote , sericite and opaque minerals . The content of Cu elements are spread evenly in the wall rock outcrop while the intrusion , only in outcrop NI.2 . Ore mineralization in the intrusive rocks NI.2 samples contained quartz veins with a thickness of 1cm and fracture filling shaped basalt porphyry . Changes in chlorite - epidote alteration type ± calcite resulted in a reduction in mass and volume almost in all samples except in sample rocks NW.1 vs. NI.1 who gained 53.6 % volume but still experienced a 24.1 % reduction in mass . Type of hydrothermal alteration developed in the study area is propylitic alteration ( epidote - sericite - calcite ). Keywords : hydrothermal alteration , mineralization ore , chemical equilibrium and deposit copper of Village Kubung
PENDAHULUAN
Beberapa kasus di dunia menunjukkan bahwa proses ubahan hidrotermal hanya berlaku
pada suatu daerah tertentu dan belum tentu berlaku untuk daerah lain. Untuk mengetahui
keberadaanya maka dilakukan penelitian.
Larutan Hidrotermal umumnya berasosiasi dengan magmatisme kalk-alkaline sampai alkaline
(Simmons et al, 2005). Alterasi hidrotermal memiliki kaitan yang sangat erat dengan
mineralisasi, dikarenakan tipe alterasi tertentu akan dicirikan dengan hadirnya suatu
himpunan mineral yang khas sebagipencirinya atau suatu endapan mineral tertentu akan
dicirikan oleh tipe alterasi mineral tertentu (Hedenquistet al, 1997).Larutan Hidrotermal
didasarkan atas perbedaan cara terbentuknya (kedalaman) serta perbedaan tinggi/rendahnya
temperatur yang berpengaruh (Hartosuwarno, 2001)
Proses ubahan batuan dalam suatu sistem hidrotermal merupakan proses modifikasi
kimia dan fisika yang dicirikan oleh terbentuknya asosiasi mineral ubahan sebagai pengganti
mineral asal penyusun batuan. Proses ini sangat tergantung pada temperatur, tekanan,
permeabilitas batuan, komposisi kimia fluida (pH) dan durasi proses ubahan yang saling
berkaitan dengan erat (Browne, 1978).
Daerah Kubung dan sekitarnya yaitu Semenanjung Teluk Bilik, didominasi oleh
batuan dasar basalto-andesityang terbentuk pada umur Tersier Awal termasuk ke dalam
Formasi Bacandi intrusi oleh batuan berupa diorit dan mikrodiorit serta adanya indikasi tipe
mineralisasi emas epitermal. Ditemukan juga batuan ultrabasa, kontak batuan ini dengan
batuan di sekitarnya tidak jelas (Suhandiet al, 2011).
Proses alterasihidrotermal mengakibatkan perubahan terhadap mineralisasi dan
geokimia terhadap oksida maupun unsur dalam batuan.Temperatur dan pH fluida merupakan
dua faktor yang paling utama yang mempengaruhi mineralogi sistem hidrotermal(Corbett et
al, 1997) dan untuk mengevaluasi secara kuantitatif perubahan-perubahan komposisi kimia
yang terjadi pada batuan samping mineralisasi yang diakibatkan oleh proses
alterasihidrotermal, metode kalkulasi perubahan massa dan volume (mass balance) oleh
Gresens (1967) dilakukan, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tipe
alterasi, jenis mineral serta kesetimbangan massa dan volume selama proses alterasi
berlangsung.
BAHAN DAN METODE
Lokasi Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kali Boki Desa Kubung Kecamatan Bacan Selatan Kabupaten
Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara pada koordinat 00o 46,931’ Lintang Selatan dan
127 27,945’ Bujur Timur.
Geologi daerah Bacan dibagi kedalam satuan morfologi yaitu daerah perbukitan
rendah dan pegunungan. Batuan penyusun daerah kegiatan termasuk ke dalam komplek
metamorfSibela (Ks) yang terdiri dari sekisklorit, sekisepidot-klorit, sekishornblenda dan
genes epidot-klorit
Desain dan Variabel Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara pemetaan permukaan
dengan pengambilan sampel dan analisis sampel yang dilakukan dalam 5 (lima) tahapan, yaitu
tahap pendahulaun, penelitian lapangan dan pengambilan data, pekerjaan laboratorium,
pengolahan data, penyusunan dan penyajian laporan.
Populasi dan Sampel
Sampling (pengambilan sampel) dilakukan dengan carachip sampling secara random
terutama di bagian-bagian satuan batuan yang terindikasi adanya ubahan hidrotermal dan
termineralisasi, dengan kondisi conto yang segar dan membuang bagian-bagian yang
mengalami pelapukan. Cara ini dipilih karena mineral ubahan/alterasi biasanya
memperlihatkan sebaran yang tidak merata.
Pengumpulan Data
Tahap ini merupakan tahap dilakukannya pencarian dan pengumpulan data primer dan
data sekunder . Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengumpulan data primeryaitu observasi
singkapan yakni orientasinya/arah trend, dimensinya, ketebalannya, observasi
batuanintrusidan batuan samping, pengukuran unsur-unsur struktur yang biasanya
berhubungan dengan pengisian unsur-unsur struktur seperti kekar oleh larutan hidrotermal,
kemudian sampling dan dokumentasi.Pengumpulan data sekunder dengan mengumpulkan
literature dan referensi yang berhubungan dengan topik terkait.
Analisis Data
Analisis yang dilakukan pada tahapan ini diantaranya analisis petrografi untuk
mengetahui nama himpunan mineral-mineral teralterasi, analisis mineragrafi untuk
mengidentifikasi asosiasi dan paragenesis mineral-mineral bijih, analisis XRD untuk
mengidentifikasi mineral-mineral yang terdapat pada sampel bubuk batuan dan
mengidentifikasi kumpulan-kumpulan mineral bijih dan gangue yang terkandung pada
sampel-sampel mineralisasi, analisis XRF untuk menganalisis komposisi kimia (unsur-unsur
mayor dan jejak) sampel-sampel batuan dan bijih, analisis AAS untuk mendeteksi terutama
kandungan unsur-unsur yang erat kaitannya dengan proses terjadinya cebakan bijih (Au, Ag,
Pb, dan Zn) serta analisis kesetimbangan kimia pada batuan teralterasitermineralisasi dengan
menggunakan metode isocon (Grant, 1986) dengan bantuan software GEOISO oleh J.Coelho
(2005).
HASIL PENELITIAN
AlterasiHidrotermal
Singkapan terbagi atas 4 singkapan intrusi dan 5 singkapan batuan samping (wall
rock) yang saling berdampingan, secara berurutan diawali dengan wall rock 1 (NW.1)
kemudian Intrusi 1 (NI.1), NW.2, NI.2, NW.3, NI.3, NW.4, NI.4 dan NW. Singkapan dengan
dimensi 20m x 20m secara megaskopis pada umumnya berwarna abu-abu kehijauan karena
hadirnya mineral epidot dan serisit (Gambar 1)
Secara Petrografis daerah penelitian umumnya di dominasi oleh mineral-mineral
plagioklas, ortoklas, biotit, epidot, serisit dan mineral opak. Pada sayatan batuan
singkapanintrusi NI.1 (Gambar 2) secara mikroskopis berwarna putih kecoklatan, tekstur
terdiri dari kristalinitas hipokristalin, granularitas faneroporfiritik, relasi inequigranular,
bentuk mineral subhedral - anhedral, komposisi mineral terdiri dari mineral primer yaitu
mineral plagioklas, piroksin, biotit, orthoklas, epidot, mineral opak dan massa dasar.
Himpunan mineral alterasi berdasarkan analisis petrografi pada semua sampel ditulis
dalam bentuk tabel (tabel 1).
Mineralisasi Bijih
Kandungan unsur Cu tersebar merata di singkapan wall rock sedangkan pada intrusi,
hanya pada singkapan NI.2 (Gambar 3). Kandungan Cu paling tinggi pada sampel NW.3
yaitu 154 ppm, sedikit unsur Au 0,004 ppm, Ag 1,9 ppm dan Sb 16,85 ppm. Sedangkan pada
singkapan intrusi yang mengandung tembaga pada singkapan NI.2 dengan kandungan unsur
Cu 9,12 ppm.
Mineralisasi bijih pada sampel batuan intrusi NI.2 terdapat urat kuarsa dengan
ketebalan 1cm dan berbentuk mengisi rekahan basalt porfiri.
Geokimia Batuan
Berdasarkan pengamatan mikroskopis (petrografi) dan analisa XRD sampel NW.1
adalah sampel yang relatif lemah terubah (alterasi>5%) dibandingkan dengan sampel lainnya
yang dianggap sebagai batuan segar, kemudian dihitung dan digambarkan hubungan harga
konsentrasi pada batuan teralterasipropilitik terhadap batuan segar (NW.1).
Perubahan pada tipealterasiklorit-epidot±kalsit mengakibatkan pengurangan massa
dan volume hampir di semua sampel batuankecuali di sampel NW.1 vs NI.1 yang mengalami
penambahan volume 53,6% tapi tetap mengalami pengurangan massa 24,1% (tabel 2).
Unsur S mengalami pengayaan di semua sampel wall rock yakni NW.2 6300 ppm ,
NW.3 3894,99 ppm , NW.4 4062,41 ppm dan NW.5, 2941,04 ppm. Sedangkan pada semua
sampelintrusi mengalami pengurangan, penambahan CaO hampir disemua sampel
penambahan yang cukup signifikan pada sampel NW.4 7%, NI.1 5,38% dan pada sampel
lainnya 1,2%-3%.danSiO2 mengalami pengurangan pada beberapa sampel dan mengalami
penambahan pada sampel lain.
Pada beberapa sampel berkurang Fe2O3 berkisar 0,08% – 1,87% dan beberapa
sampelnya mengalami penambahan sedangkan salah satu sampel wall rock yakni sampel
NW.3 pada analisa mineragrafi terlihat mineral stibnite yang merupakan mineral bijih yang
mengandung unsur S.
PEMBAHASAN
Pada sistem alterasi hidrotermal singkapan daerah Kali Boki ini, cukup sederhana
yang didominasi oleh alterasi Propilitik terubah lemah (minor) sampai terubah sedang
(moderate).Perkembangan zona alterasi ini umumnya cenderung menempati zona paling luar
atau menyelimuti semua jenis alterasi pada sistem hidrotermal.
Alterasi propilitik terlihat cukup dengan kategori sedang (moderate) terlihat pada
singkapan batuan basalt porfiri intrusi NI.1, NI.2, NI.3 dan NI.4 karena jumlah mineral epidot
mencapai 10-20% dari keseluruhan volume batuan. Pola ubahan termasuk dalam selectively
pervasive karena hanya mineral - mineral tertentu saja yang terubah.
Alterasi propilitik dikarenakan perubahan komposisi dan temperatur fluida hidrotermal
yang awalnya bersifat asam kemudian berubah mendekati pH netral akibat dari kontaminasi
air meteorik. Proses kloritisasi ini didominasi oleh mineral klorit-epidot. Hadirnya himpunan
mineral klorit pada alterasipropilitik ini karena terubahnya mineral-mineral piroksen dan
plagioklas akibat dari interaksi fluida hidrotermal dengan wall rock.
Zona alterasi propilitik berkembang pada bagian luar dari zona alterasi yang dicirikan
oleh kumpulan mineral epidot, klorit dan juga karbonat. Alterasi ini dipengaruhi oleh
penambahan unsur H+ dan CO2. Mineral logam pyrite mendominasi zona ini dimana
keterdapatannya dijumpai mengganti fenokris piroksin maupun hornblende, sedangkan
kalkopirit jarang dijumpai.
Tipe mineralisasi bijih di daerah penelitian adalah mineralisasi tembaga porfiri.
Mineralisasi bijh berasosiasi dengan sejumlah intrusi porfiri yang menerobos batuan
sampingnya. Pada singkapan ini basalt porfiri mengintrusi batuan granit porfiri. Mineral bijih
pada umumnya tersebar meratadalam batuan. Mineral-mineral bijih yang utama adalah
mineral pembawa tembaga, seperti azurite yang berasosiasi dengan pyrit dan mineral oksida
besi seperti magnetit, mineral antimony stibnite dan mineral mercury yakni cinnabar (HgS).
Larutan hidrotermal yang melewati batuan, ketika berinteraksi atau kontak dengan
batuan maka larutan hidrotermal akan membawa ion-ion atau kation-kation yang diambil dari
batuan tersebut, di dalam perjalanannya ion-ion dan kation-kation tersebut dapat berikatan
membentuk senyawa, lalu dalam proses pendingingan, larutan tersebut menjadi jenuh dan
terjadi presipitasi mineral-mineral baru (Guilbertet al, 1986).
Salah satu cara untuk memahami karakteristik geokimia batuan yang teralterasi adalah
dengan menganalisis unsur-unsur yang mengalami penambahan (gains) dan pengurangan
(losses) selama proses alterasi-mineralisasi dengan menggunakan metode isocon (Grant,
1986). Metode Salah satu cara untuk memahami karakteristik geokimia batuan yang
teralterasi adalah dengan menganalisis unsur-unsur yang mengalami penambahan (gains) dan
pengurangan (losses) selama proses alterasi-mineralisasi dengan menggunakan metode isocon
(Grant, 1986). Metode isocon juga digunakan untuk menghitung kesetimbangan massa dan
volume akibat proses tersebut.
Satu atau lebih komponen dalam batuan dapat bersifat tidak mobil (immobile) selama
proses alterasi (Grant, 1986;Idrus, 2006). Unsur dan oksida yang umumnya bersifat tidak
mobil selama proses alterasihidrotermal berlangsung yakni Al2O3, TiO2, P2O5, Y, Nb, dan Hf.
Penambahan dan pengurangan komponen-komponen lainnya kemudian dapat dihitung
berdasar pada asumsi bahwa perubahan volume itu merupakan faktor yang berlaku juga untuk
semua komponen dalam batuan tersebut (Grant, 1986).
Pada perhitungan perubahan massa dan volume ini, digunakan software program
windows GEOISO J.Coelho 2005. Unsur Al2O3, TiO2 dan Y sebagai unsur immobile yang
menghubungkan garis isoconselama proses hidrotermal berlangsung. Oksida atau unsur yang
berada diatas garis isoconmengalami penambahan konsentrasi, sementara oksida atau unsur
yang berada di bawah garis isoconmengalami pengurangan konsentrasi.Harga berat jenis
sampel batuan (g/cm3) tersebut diperoleh lewat analisis densitas berdasarkan prinsip
Archimedes.
Perubahan massa batuan kemungkinan disebabkan bertambahnya mineral lempung
pada batuan akibat penguraian (destruction) feldspar dan mineral mafik (Idrus, dkk
2007).Terjadi pengayaan K2O (potassium) pada semua sampel batuan yang kemungkinan
berkaitan erat dengan proses pembentukan serisit dalam batuan , sementara pengayaan MgO
kemungkinan berkaitan dengan bertambahnya intensitas pembentukan klorit dari mineral-
mineral mafikdalam batuan (Idruset al, 2008).
Kemungkinan pyrit merupakan mineral sulfida yang pembentukannya paling dominan
pada alterasi ini karena terlihat mineral pyrite yang cukup melimpah.
Penambahan CaO hampir disemua sampel kemungkinan disebabkan proses
pembentukan mineral-mineral kalsit pada batuan. Alterasipropilitik dicirikan oleh hadirnya
mineral-mineral pencirinya, salah satunya adalah kalsit (CaCO3)(Creasey,1966 dalam
Hartosuwarno, 2011).
SiO2 mengalami pengurangan pada beberapa sampel dan mengalami penambahan pada
sampel lain, kemungkinan berkaitan dengan pengurangan dan pembentukan intensitas
pembentukan urat-urat kuarsa. Pada sampel NW.2 terjadi penambahan SiO2 84,30% dan
NW.4 128,46% terbukti dengan analisa petrografi pada sampel tersebut adanya urat kuarsa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Zona alterasi hidrotermal yang berkembang di daerah penelitian adalah alterasi
propilitik (epidot-serisit-kalsit).Mineral-mineral bijih yang utama adalah mineral pembawa
tembaga, seperti azurite yang berasosiasi dengan pyrit dan mineral oksida besi seperti
magnetit, mineral antimony stibnite dan mineral mercury yakni cinnabar (HgS).Pada zona
alterasipropilitik di daerah penelitian mengakibatkan pengurangan massa dan volume hampir
di semua sampel batuan. Perubahan massa batuan kemungkinan disebabkan bertambahnya
mineral lempung pada batuan akibat penguraian (destruction) feldspar dan mineral mafik.Tipe
mineralisasi di daerah penelitian adalah mineralisasi dengan tipe tersebar (dissaminated). Tipe
ini terbentuk akibat intrusi batuan basalt porfiri yang menerobos batuan granit porfiri. Kadar
Cu-Au pada singkapan Kali Boki cukup signifikan untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut.Untuk lebih rinci dapat ditambahkan analisa lain, misalnya analisa inklusi fluida.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada pembimbing ibu UlvaRia Irfan dan bapak
IrzalNur yang telah membimbing penulis hingga selesainya penulisan jurnal ini.
DAFTAR PUSTAKA
Browne, P.R.L (1978): Hydrothermal alteration in active geothermal fields. Annual Review
Earth and Planetary Sciences 6, 229–250 Corbett G and Leach T (1997), Southwest Pacific Rim Gold-Copper System: Structure,
Alteration, and Mineralization, Manual Kursus Singkat Eksplorasi di Baguio, Philippines
Gresens, R. L (1967), Composition-volume relationships of metasomatism: Chemical Geology, v. 2, p. 47–65.
Grant, J. A. (1986) The Isocon diagram A simple solution to Gresens equation for metasomatic alteration Econ. Geol 81 1976–1982.
Guilbert, G.M, Park, C.F (1986).The Geology of Ore Deposits, W.H. Freeman and Company, New York.
HartosuwarnoSutarto (2011), Endapan Mineral, Panduan Kuliah dan Praktikum Laboratorium Petrologi dan Bahan Galian Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” YOGYAKARTA
Hedenquist, J.W and White N.C (1997), Epithermal Gold Deposits: Styles, Characteristics and Exploration. Kursus Singkat, The University of Western Australia.
Idrus, A, Pramutadi, E.B (2008), Mineralisasi bijih dan geokimia batuan samping vulkaniklastikandesitik yang berasosiasi dengan endapan tembaga-emas porfiri Elang, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Simmons, F.S, White, N.C, John, D.A (2005), Geological Characteristics of Epithermal Precious and Base Metal Deposits, Economic Geology 100th Anniversary volume pp.485-522.
Suhandi, RidwanArief, Suharsono Kamal (2011), Penelitian Potensi Bahan Galian Pertambangan sekala kecil di daerah Bacan Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara, Kelompok Program Penelitian Konservasi, Pusat Survey dan Geologi Bandung.
Lampiran
Gambar 1.Sampel batuan wall rock berwarna abu-abu kehijauan menunjukkan alterasipropilitik
Foto (Perbesaran Total 50x) :
A B C D E F G H I J A B C D E F G H I J
1
1
1
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7
7 7
// - Nikol X - Nikol
Gambar 2. Foto mikrograf pada sampel NI.1 dan kenampakanmineralepidot 15% berwarna biru keunguan (6H)
1mm 1mm
Gambar 3. Foto mikrograf singkapan NI.2 yang nampak mineral bijih Azurit berasosiasi dengan magnetit dan NW.3 nampak mineral bijih stibnite berasosiasi dengan pyrit
Stibnite
Azurit Pyrit
Magnetit
1mm
Tabel 2.Kalkulasi kesetimbangan Kimia pada tiap Sampel
Perubahan NW.1 Vs NI.1
NW.1 Vs NW.2
NW.1 Vs NI.2
NW.1 Vs NW.3
NW.1 Vs NI.3
NW.1 Vs NW.4
NW.1 Vs NI.4
NW.1 Vs NW.5
Massa -24,1 109,1 -41,3 -19,29 -41,46 150 -43,3 -12,9 Volume -53,6 7,254 -64,4 3,30 -80,65 11,27 -17,5 -44,2 SiO2 -30,13 84,30 -35,16 -13,28 -37,66 128,46 -40 -14,3 TiO2 0 0 0 0 0 0 0 0 Al2O3 -2,25 13,95 -5,12 -2,55 -5,26 9,45 -3,50 -0,17 Fe2O3 1,35 -0,08 -0,91 -1,87 0,03 2,75 48,76 -0,58 MnO 0,10 -0,02 0,01 -0,03 0,03 0,01 0,03 -0,01 CaO 5,38 1,08 1,22 -0,68 2,38 7,00 1,99 2,15 MgO 4,20 -0,12 2,21 0 2,68 -0,18 2,91 1,08 Na2O -3,54 6,96 -3,74 -0,74 -3,46 2,55 -3,50 -1,51 K2O 0,05 0,32 0,50 0,06 0,04 0,13 0,45 0,18 P2O5 -0,12 -0,11 -0,07 0,02 -0,08 -0,15 -0,12 0,32 S (ppm) -75,4 6300 -1000 3894 -1001 4062 -990 2491 Zn 16,69 0 13,49 0 12,29 0 10,77 11,32 Pb 0 0 0 0 0 0 0 0 Ni 40,98 0 26,73 0 31,61 0 48,76 0 Zr 0 125,4 0 0 0 0 0 55,72 Hf 0 0 0 0 0 0 0 0 Hg 0 0 0 0 0 0 0 0 Cs 0 0 0 0 0 0 0 0 Cu -66,0 99,23 -55,45 59,09 -66,0 61,69 -66 -24,2 As 0 0 0 0 0 0 0 0 Sr 89,54 0 123,13 169,4 136,97 0 94,11 674,6 V 187,4 0 96,16 16,14 104,7 50,07 131,5 65,2 Cr 110,44 79,21 102,02 75 213,6 60,61 122,4 32,62 Co 31,87 0 11,73 20,98 16,97 0 25,51 13,06 Rb 3,45 -14,0 25,28 4,56 1,80 -4,00 23,42 7,76 Ga -12,13 11,46 -12,09 -9,09 -10,29 25,57 -11,23 -8,07 Y -39,96 67,85 -33,03 0,58 -27,20 4,57 -43 -29
Tabel 1. Hasil Analisis Petrografi
Jenis Mineral
Sampel
NW.1 NI.1 NW.2 NI.2 NW.3 NI.3 NW.4 NI.4 NW.5
Primer Biotit Piroksin Plagioklas M.Opak M.dasar
Plagioklas Piroksin Biotit Orthoklas M.Opak M.dasar
Kuarsa Plagioklas Orthoklas M.Opak M.dasar
Biotit Piroksin Plagioklas Orthoklas M.Opak M.dasar
Kuarsa Orthoklas Plagioklas Biotit M.Opak M.dasar
Plagioklas Piroksin Biotit Orthoklas M.Opak M.dasar
Kuarsa Orthoklas Plagioklas M.Opak M.dasar
Plagioklas Piroksin Biotit Orthoklas M.Opak M.dasar
Kuarsa Orthoklas Plagioklas Biotit M.Opak M.dasar
Sekunder kuarsa Epidot Kuarsa Serisit Kuarsa Epidot Serisit
Kuarsa Epidot Karbonat
Tingkat alterasi
5% 15%-20% < 5% 5%-10% < 5% 10%-15% < 5% 10%-15% < 5%
Top Related