HANANTO MARYAN WIGUNA
Alam yang Sepi
Kumpulan puisi
Aku tuliskan sajak indah untukmu hutanku, dimana sejak kecil telah kau balut dengan hangatmu. Aku
bersembunyi di balik gunung dan pulau-pulau. Untuk mencari tau bagaimana aku bisa seutuhnya
mencintai negaraku ; Indonesia
2
Alam yang Sepi ; Kumpulan Puisi
Oleh: (Hananto Maryan Wiguna)
Copyright © 2013 by (Hananto Maryan Wiguna)
Penerbit
(Hananto Maryan Wiguna)
(www.bujangmelarat18.blogspot.com)
Desain Sampul dan Foto:
(Hananto Maryan Wiguna)
Foto Sampul :
(Chandra Agusta)
3
Prolog:
Ketika aku begitu mencintai mereka
Bagian-bagian dari negaraku yang terserak
Mimpi-mimpi tentang negaraku yang di hapuskan
Kawan-kawan yang hidup dalam pembekuan pemikiran mereka
Petani-petani yang aku rasa sudah seperti orangtuaku
4
merajut kembali fragmen yang terserak
5
Suatu hari aku masih merasakannya Gemerincing air ditepian danau Gunung-gunung menengadah dengan puncak yang menganga Pasir putih terbentang damai, sesekali angin berhembus lembut Pulau-pulau indah berjajar, memecah gelombang bersama karang Aku percaya negeri ini selalu indah Ciptaan Tuhan telah bertahan lama, kecuali keindahan hutan saja yang menghilang 15 Tahun yang lalu Aku masih menikmati masa kecil didesa kelahiranku Hutan menghijau dengan jutaan satwa didalamnya Setiap tahun banjir datang, airnya jernih tempat kami mandi dan menjala Seluang Sore hari, kami bermain perahu dilapangan sepak bola bak danau buatan Bapak-bapak tersenyum, pulang sehabis mengambil kayu bakar dan merakitnya Itu dulu sekali, 15 Tahun seperti sudah berabad-abad lamanya Gunung-gunung yang masih indah Berselimut malam dan embun yang mulai turun Setiap harinya burung-burung berjuang melawan usia Begitu juga hutannya.. Ah, aku masih disini dengan melihat saja Seperti hanya bisa berdongeng dan mengomel Dingin masih terasa, suatu hari aku masih merasakannya.
6
Konservasi Semut Membayang semu keindahan langit biru Dedaunan yang rimbun hijau, terlihat memudar Aku menghilang, mungkin baru masuk fase meluap Apa itu cinta pada alam? Menggantungkan mimpi pada titik tertinggi Bodohnya, orang tidak memahami bahwa semakin tinggi mimpi Semakin sulit menggapai dan semakin besar kemungkinan hilang.. Ah, aku masih bernyanyi tentang Gie.. Sosok berani mati demi membela idealismenya, mungkin juga idealisme bangsanya Presiden kita sedang ditelanjangi..! Popularitas Orang Utan lebih baik dari padanya Di stasiun Tv, seorang dalang bicara bahwa bangsa ini seperti Bebek, bukan Elang Berani jika berkelompok, sendiri mental sudah mati Enak saja, bangsa-ku adalah bangsa yang besar ! Hanya kerendahan hati saja yang mengakui bahwa bangsa kecil Bangsaku telah mampu menghabisi jutaan hektar hutannya Telah mampu juga menggali mineral di tengah-tengah perut bumi Ini bangsa besar dan pemberani, juga keras untuk naluri Ah, sayang sekali Amerika sudah dahulu maju Tapi Indonesia bukan Amerika Ya, Kami bukan Amerika Hutan kami juga bukan hutan mereka Lantas mengapa harus meminta-minta pada mereka
7
Ah, sudahlah.. Korupsi seperti semut, Menggerogoti kecil-kecil, bergerombol menghabisi yang manis-manis Sayangnya semut dilindungi di Negara ini.. Konservasi semut, Konservasi Korupsi, atau apalah namanya.. Dedaunan masih ada yang rimbun Embun masih setia menyegarkan pagi..
8
Singgasana Alam
Aku bernafas dalam sesak udara tak terperikan Bersuara dalam rimba tanpa kata Alunan buai angin menghempas mara surya Tak lagi bernyanyi dengan denting suara air Nada hadir lewat deru pohon yang kian menggersang Peradaban kita menyukai warna cerah untuk bumi ini (kehancuran) Kibarkan perang dengan alam Bangga dalam diam amarah sang rimba Jujur.... aku tak mau meminum air kubangan itu Akupun tak rela menatap anak-anak bertanya tentang kekayaan negerinya... Ranah ini ladang surya kehidupan mereka... Ladang dosa sang penguasa neraka.. Ketika jari-jemariku terseret lantunan tangis Mengapa tiada lagi air itu saat aku selami kerasnya perut bumi? Mengapa sesak nafas terasa dalam kehidupan yang semakin menggila? Tiada lagi kedamaian bersama gemercik air yang perlahan mengalir... Air-ku datang bersama seretan tangis anak negeri... Sepertinya tiada yang bersahabat lagi...
9
sangat dekat dan begitu dekat
telisik tapak berjejer mengejar mentari...
pagi itu,,, kami terjaga ditengah dingin yg menyengat
mereka teman-temanku,, saudara-saudara ku...
berjalan dalam temaran
terus melangkah
ada tawa, jerit, nafas yang terengah dan terus terengah...
sekali lagi aku terhenti, berhenti, rasanya ingin mati..
begitu dekat, sangat dekat...
sejengkal lagi puncak ini
sejengkal lagi.... ya sejengkal lagi..
di tengah lereng Merbabu, menggigil dan begitu nyata...
terfikir tentang ibuku
terfikir tentang kekasihku
terfikir tentang adikku
terfikir tentang sahabat-sahabatku
mereka teriak dari puncak sana
mereka kibarkan sang saka
mentari terselubung di sudut kecil hati yang merinding
aku ingin turun, tidur saja dan bermanja
sangat dekat....
seorang lagi berkata
10
puncak Merbabu...
lagi, tertatih ingin ku genggam pasir puncak ini
mereka,,,, sahabat-sahabat
para pejuang malam
para pemilik siang
dengan tawa dan candanya
lereng ini berujung lapangan kecil tempat kami bisa bercengkerama...
11
untuk hari dan senja yang terlewati wangi hujan bersama langitnya yang kelabu kabut tipis menutupi lembut cahaya mentari pagi ini yang kulihat hanya ujung dedaunan sisakan tetes hujan sedikit sekali Walet beterbangan pagi ini indah sekali kehidupan dengan alamnya yang memaksa untuk memahami keagungan pencipta yang aku tau bukan akhir kehidupan ketika aku terpuruk dalam jurang kehancuran ia menginginkan yang lebih lebih dari semua ini yang aku tau hanya itu dan itu saja! ketika sikecil menangis membuka hari di seberang sana rumah dikota ini seperti tumpukan awan-awan pagi saja sombong melawan hidup tanpa menyisakan ruang tempat tanahnya menikmati mentari di jauh sana, terbiasa kunikmati pagi bersama lolong ayam jantanku bersama sejuk tetes embun di rumput-rumput pekaranganku indah sekali
12
Terima kasih Tuhan
untukku mampu terjatuh dan belajar berdiri
untukku mampu menatap bukan melihat
untukku mampu tersenyum bukan tertawa
untukku mampu nikmati misteri
13
serupa biarkan saja semua nikmati matinya hidup sengsara dengan cakarnya yang memudar ada suara sangkakala bungkam siul Murai di ujung pohon durian mendikte kehidupan dengan sebuah perjalanan sedikit sama namun jauh berbeda hidup tentang raga dan jiwa kemunafikan dengan ribuan kenyataan yang aku tau tentang Tan Malaka dan sahabatnya Syahrir sangkakala untuk mereka berada di ujung lidah bangsanya langkahnya tak lelah Indonesia lagi-lagi manari-nari difikir hanya drama episode terakhir ! tidak...tidak sama sekali... ada generasi ikan teri yang menelan paus serupa Sahabat Tidak begitu dekat dan tidak begitu jauh hanya bayang, redup-terang lagi, pergi tidak dengan dosa, tidak dengan tiket bioskop hanya layar tancap yang hilang termakan cuaca menghilang dalam bayang botak kecil merangkak berlari di depan pasang mata
14
100 angka dibelakang koma.... kami tau kami bukan siapa... kami bukan kamu... kami bukan kalian... kami bukan nenek moyangmu... kami bukan pendahulumu... kami bukan temanmu.. kami bukan masa lalumu... kami darah yang tercecer... kami jantung yang telah rusak.. kami raga yang telah renta... kami hati yang membusuk... kami moral yang tertindas... kami penikmat malam dan gunung-gunung yang menghilang... tapi kami bukan orang-orang itu... kami malu... kami berlari... mencoba mati... mereka tertawa, bahagianya tangisan kalian... kami bukan pewaris kerusakan alam... kami bukan mereka... akan kuceritakan dengan dompet lusuh tagihan hutang negeri kami, 100 angka dibelakang koma..
15
Berumah di awan 2
Saya mengenang sahabat, abang, senior, bapak, yang tak pernah saya kenal "Soe Hok Gie"
Hadiah menjelang bulan-bulan hari kematiannya..
Disini, di yogyakarta...
kau tau kawan, Merapi berdegup lagi..
ku yakin kau melihat lewat celah-mu di atap langit pulau jawa
semangatmu yang tertinggal ditetes emper kota Jakarta
di negeri yang kini suka bercerita
ingin sekali ku selipkan serangkai kata dinisanmu
di tanah tertinggi pulau Jawa
seraya ku melihat Indonesia dan kritis mahasiswanya
tapi ku selalu melihat pelangi
tak tegas warnanya, jingga, hilang tertelan surya
aku merasa satu
dingin angin gunung
terjal batu tersusun tiada ujung
malam yang begitu diam
misteri di hutan-hutan
kawah kering memerah semburkan gumpalan awan
16
belerang menguning
pondasi awan yang begitu kekar
tak ada yang ku sapa
pengabdian untuk alam
untuk manusia dan semua kehidupannya
untuk merah putih, tiang, angin dan semangatnya
untuk udara, tanah, dan air Indonesia
untuk tulang belulang sikaya dan miskinnya
meratap jadi satu, terjajah politik yang tak tertata
tidak menjadi satu, bercabang di kali 2, pangkat2, kalikan dua, kuadratkan 2, semua menghujam menguras Indonesia
di tanah gunung semeru,
lontarkan lah semangatmu yang kokoh berdiri
17
Lagi... ingin bercinta
Lagi malam ini bercinta mesra
dengusnya semburat jiwa
betapa ingin kubelai celah mahkotamu
nikmati tiap jengkal detik bersama
kala terengah lewati dingin malam
khasmu terpancar indah
sayup biasa terdengar lolong ujung malam
lagi melunglai istirahat sejenak
teguk kembali bekal lalui malam
betapa kurindu pada senjamu
pada menggigil capai klimaks perjalanan panjang
tiada rasa lampaui indahmu
kilat mu
kilau mu
keringat rautmu pancarkan rona memerah
khasmu terpancar indah
lihatlah cinta
betapa kau tetap berdiri disela derumu
18
betapa dunia perhatikan pesonamu
betapa malam rindukan auramu
kami yang biasa mendaki lewati malam
terkesima atas semua pesonamu
kala fajar menjelang
betapa nyaman dekapmu sayang
betapa semua merindu
berhentilah menangis
tak lagi kan terbuang sia-sia
menyimpan sejuta kesucian
semua masih ingin nikmati pesonamu
sejuta petualang malam
istirahatlah kasih, malam ini dan seterusnya adalah
milikmu
harapan semesta
*ditulis saat letusan merapi tahun 2010 di barak pengungsian Desa Kepuharjo.
19
itu dan kita adalah Indonesia
Hari ini aku lihat kembali
Wajah-wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaan__dan kebebasan
dan demokrasi
dan bercita-cita
menggulingkan tiran
aku mengenali mereka
yang tanpa tentara
mau berperang melawan diktator
dan yang tanpa uang
mau memberantas korupsi
kawan-kawan
kuberikan padamu cintaku
dan maukah engkau berjabat tangan
selalu dalam hidup ini? (puisi Gie)
******
luapkan emosi kita dengan tidak selalu menyalahkan
20
tentang birokrasi
tentang kenyataan
tentang negara ini
karena kita bangsa bersejarah
menghargai ribuan nyawa yang telah hilang
bela negara
bela rakyatnya
bela juga birokrasinya
bantu bersihkan kekotoran kursi negara
karena Indonesia ini adalah kita
kawan-kawan
kuberikan padamu cintaku
dan maukah engkau berjabat tangan
selalu dalam hidup ini?
untuk teruskan ukiran sejarah tanpa harus menyalahkan
Itu adalah kita
Kita adalah itu
itu dan kita adalah Indonesia
21
Gubuk Kecil (dipelukan Sindoro)
dihamparan perdu dan savana terhempas angin dengan dinginnya mematikan langkah 2 pendaki malam dikelerengan ini... terlihat bayang hitam diseberang sana jejeran kota terlihat bak titik dikertas hitam dengan sejuta warna disini masih terhempas dua sosok pendaki malam terbayang ibunya... terbayang bapaknya... terbayang rumahnya... berpacu dengan nafas menggigil meringkuk dibawah satu ponco untuk berdua menggigil dipinggir api parafinnya malam ini masih gelap dingin ini seolah mematikanku... dia masih tersenyum puncak itu telah terlihat berpacu dengan mentari dia teriakkan ketika tapaknya menginjak ujung jalan menikmati singgasana alam dalam pelukan sunyi masih tersenyum dengan hangat mentari penghantar pulang
22
Dipelukan Garuda
kami tertatih menyusul langkah salah satu teman yang telah jalan didepan sana semangat itu tetap terlihat dironah wajah mereka masih selalu berkelakar tawa memecah angin dingin lereng Merapi malam hari disudut jalur air ini mereka baringkan kepenatan tubuhnya 10 pendaki malam dengan tawa kelakarnya memeluk dinding tanah mencari kehangatan yek... tif... wil... ndro.. jek.. jam.. yos.. lai.. tang.. yud.. lirih suara menghitung tim dengan tubuh yang menggigil mereka yakin dingin terkalahkan ketika langkah terayun kembali temanku tertidur diatas nisan sang pendaki bijak kubuatkan api ini untuk penghangat kalian... didepan sana Garuda berdiri menantang dari tebing ini kulihat kau yang tengah tertidur dibawah sana gaung teriak sahabat di gumpalan bau belerang puncak
23
gunung terkibar panji kehormatan jurusan kami ketika pulang, ku lihat kau kibarkan merah putih diatas tebing itu kawan tanpa jaket parasut tanpa sepatu lapangan tak layak seperti pendaki tapi kau tersenyum dengan merah putih di tanganmu mari kita pulang sebelum awan itu menghantam tubuh lusuh kita...
24
Pasar Watu
Berjalan dalam malam suara kita riuh rendah mengendap-endap dipunggung bukit tidak berdiri tegap sekali lagi kita berjalan beriringan menikmati dingin dan menggil berselimut rerumputan
dibawah ponco ada 3 orang pendaki malam dimana temanku...? kami berjalan mencoba menyusul langkahmu... pagi ini sinar mentari membangunkanku mengayun langkah menapaki jejakan Pasar Watu aku terengah disini perutku terasa lapar mataku terasa mengantuk kakiku terasa berat tubuhku menggigil mari kita cium puncak Sumbing ini terjaga melihat semangat sahabat perjalananku didepan sana banyak pendaki dengan salam hangatnya merangkak kembali batu ini tempat bertumpu dan berpegangan titik tertinggi menatap hamparan kuasa ilahi kami tertegun berlari berpacu badai
25
Malam
"malam", katakan padaku tentang apa yg seharusnya aku lakukan. aku melihat diam aku nikmati dingin aku bejejak di genangan air nikmati gelap hingga pagi menjelang tentang cinta yang aku sendiri tak tau mengapa terkekang dalam jurang masa lalu? aku tak mengerti apa yang Tuhan mau sampai pagi aku hanya bisa nikmati malam aku berharap "malam" ini tidak berakhir katakan padaku tentang cerita yang kita bawa dari dusun sana arti cinta yang ada atau hanya sebagai gombal biasa terkikis misteri, terbuang waktu yang aku tau aku mencintaimu tanpa bintang tanpa bulan dengan dingin, gelap, sunyi, damai, dan selimut malammu.
26
Itulah Tandanya Bahwa Kita Saling Berkasih
Itulah sayang.. Mengapa aku selalu ingin menyebut namamu Aku tidak begitu memahami bagaimana cara membendungnya Menyimpan baik-baik apa yang sebenarnya telah mendua Ini bukan tentang kasih ataupun sayang Tapi masa depan oksigen dan air minum untuk kita bisa hidup Mengemas langkah-langkah anak kita Menggiring fikiran jernih mereka yang semakin tumbuh dengan kreatifitas Mari kita simpan bersama Kemari sayang, Ulurkan tanganmu, aku makin terpana melihat kecantikanmu yang kian terjamah Begitu banyak kekayaan alami yang telah kau curahkan Menyisakan lubang-lubang Panu pada kulit mulusmu Mungkinkah kau telah diperkosa para banci...! Atau aku saja yang sebenarnya banci..! Sungguh aku tidak bisa menjagamu, Itulah sayangku.. Apa yang engkau telah katakan sebelumnya tidak salah Apa yang engkau cita-citakan tidak jua salah Keanggunanmu mungkin tetap akan jadi misteri Percaya saja sayang.. Kau telah ada dalah nadi manusia selama ini, Keberadaanmu telah membuat aku juga ada Itulah tandanya kita saling berkasih, Mungkin juga kita saling mencinta
27
Balada Padang Hijau Rerumputan hijau, membentang menutup padang batuan Aku terkesima.. Dibalik bukit berjejer barisan hutan Sesekali anak burung menjerit menyambut senja Induk-induknya berdatangan, pulang.. Disanalah di satu ujung sisinya Aku berdiri menikmati senja Angin berbisik pelan.. Indahnya negaraku, Indonesia Hijaunya membentang bagai permadani alami Menembus anganku, meratakan cita-cita kecil kita.. Hari-hari ini begitu berharga Entah mampu bertahan berapa waktu lagi Mimpi kecil yang mengembang Menenun cita-cita dengan idealisme busuk Semua menghisap, mungkin aku saja yang masih bodoh Atau mungkin aku memilih sebagai generasi tertinggal.. Alamku masih sebagian hijau, masih sebagian
28
Borneo yang bernasib sama dengan kampung halamanku
hijaunya memudar
cinta tak lagi se-romantis malam
ini cerita dari sisi hutanku
kasihan sekali nasibmu nak
perawanmu diperkosa maling
bandit-bandit yang dihormati
telingamu di pekakkan sehingga kau tak lagi mendengar
matamu di butakan sehingga kau diam
mulutmu dibodohkan saku celana
sengsaralah nasib kita
fragmen malam yang terputus
matahari enggan datang
mari kita sama-sama menerawang nasib
biar sedihmu sama dengan aku
biar kita sama-sama tau
tentang mimpi yang sudah dijual
mimpi kita, cita-cita kita
29
TENTANG PENULIS:
Sepertinya tidak ada yang perlu dituliskan tentang saya. Jika sebuah kumpulan puisi merupakan karya berharga untuk setiap sastrawan, maka saya anggap kumpulan tulisan ini adalah bagian dari cara berteriak, cara berdiskusi, cara untuk menyampaikan kegundahan. Cerita yang mungkin tidak akan pernah selesai, tentang eksploitasi kekayaan alam Indonesia, pengelolaan yang tidak bijaksana. Kerinduan pada cerita sejarah kebesaran Indonesia, mimpi konyol yang pasti tidak akan mungkin lagi bisa diwujudkan. Biarlah, mungkin pilihan hanya ada dua ; (1) menjadi bagian dari yang sering dianggap penghianatan, atau (2) menjadi penghuni pintu-pintu penjara.
Top Related