OLEH
DIAN MAGFIRAWATI A311 11 284
DWI KARTINI WARDANINGSI A311 11
270
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Menurut PSAK No. 103 (2007) Salam adalah akad jual beli
muslam fiih (barang pesanan) dengan pengiriman di kemudian hari
oleh muslam illaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan oleh
pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat
tertentu.
Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang
diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah, mengemukakan :
Salaf dalam fiqh mu’amalah merupakan istilah lain untuk akad bai’
as-salam. Bai’ as-salam adalah jual beli barang yang diserahkan di
kemudian hari sementara pembayaran dilakukan di muka.
Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran dilakukan di muka, dengan syarat-syarat tertentu
• Muslam/pembeli
• Muslam ilaih/penjual
• Muslam fiihi/barang atauhasil produksi
• Modal atau uang
• Shighat/Ijab Qabul
Rukun
• Pihak yang berakad
• 2. Ridha dua belah pihak dan tidak ingkar janji
• 3. Cakap hukumSyarat
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor: 05/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Jual Beli Salam dijelaskan ketentuan salam sebagai berikut:
Pertama -Ketentuan tentang
Pembayaran
Kedua - Ketentuantentang Barang
Ketiga - Ketentuantentang Salam
Paralel
Keempat -Penyerahan BarangSebelum atau pada
Waktunya
Kelima -Pembatalan Kontrak
Al-Qur’an
• “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan benar….” (Q.S Al-Baqarah : 282)
• “Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu….(Q.S Al-Ma’idah :1)
As-Sunnah
• Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR. Bukhari)
• Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah bersabda,
• “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, serta dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
PSAK No. 103 (2007) telah mengatur tentang pengakuan dan pengukuran salam
dan salam paralel untuk pembeli sebagai berikut:
1. Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan
kepada penjual.
2. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset nonkas. Modal usaha salam dalam
bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal usaha
salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai
wajar dan nilai tercatat modal usaha nonkas yang diserahkan diakui sebagai
keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut. (Paragraf
11-12, PSAK 103,2007).
Dalam hal pembeli/bank menyerahkan modal salam kepada penjual untuk
membayar pesanan secara tunai, maka bank akan mencatat:
Piutang salam Rp xxx
Kas/Rekening penjual Rp xxx
Bila pembeli/bank menyerahkan modal salam kepada penjual untuk membayar
pesanan dengan aset nonkas dan nilai wajar aset nonkas lebih kecil dari nilai
bukunya maka selisihnya diakui sebagai kerugian; maka bank akan mencatat:
Piutang salam Rp xxx
Kerugian penurunan nilai aset nonkas Rp xxx
Aset Non kas (misal, pupuk) Rp xxx
Sedangkn bila pembeli/bank menyerahkan modal salam kepada penjual untuk
membayar pesanan dengan aset nonkas dan nilai wajar aset nonkas lebih besar dari
nilai bukunya maka selisihnya diakui sebagai keuntungan pembeli/bank; dengan
demikian bank akan mencatat;
Piutang salam Rp xxx
Keuntungan penurunan nilai aset nonkas Rp xxx
Aset Non kas (misal, pupuk) Rp xxx
3. Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagai berikut. (paragraf
13, PSAK 103,2007)
a) Jika barang pesanan sesuai dengan akad diniali sesuai nilai yang
disepakati.
Jurnal yang dibuat oleh pembeli/bank adalah sebagai berikut:
Persediaan barang salam Rp xxx
Piutang salam Rp xxx
b) Jika barang pesanan berbeda kualitasnya, maka:
1) Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengn nilai akad, jika nilai wajar dari
barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai barang
pesanan yang tercantum dalam akad.
2) Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat diterima
dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai pasar dari barang pesanan lebih
rendah dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad.
Persediaan barang salam Rp xxx
Kerugian salam Rp xxx
Piutang salam Rp xxx
4. Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal
jatuh tempo pengiriman, maka:
a) Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar
bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan niali yang tercantum dalam akad.
Jurnal yang dibuat pada saat menerima sebagian barang salam, misal, baru 60 %
dari nilai akad:
Persediaan barang salam Rp xxx
Kerugian salam Rp xxx
Dengan demikian, nilai tercatat piutang salam adalah sebesar tinggal 40 % dari nilai
akadnya.
b) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya maka piutang salam berubah menjadi
piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi.
Untuk kasus ini, pembeli/bank akan mencatat dalam jurnalnya sebagai berikut:
Piutang kepada Penjual Rp xxx
piutang salam Rp xxx
Dengan demikian, nilai tercatat piutang salam adalah sebesar tinggal 40 % dari nilai
akadnya.
c) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai jaminan atas barang pesanan
serta hasil pnjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai pitang salam, maka selisih antara nilai tercatat
piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual. Sebaliknya,
jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya menjadi
hak penjual.
Pencatatan yang dibuat pembeli/bank bila niali penjualan jaminan lebih kecil dari nilai tercatat piutang
salam
Kas Rp xxx
Piutang kepada penjual Rp xxx
Piutang salam Rp xxx
Bila nilai penjualan jaminan lebih besar dari pada nilai tercatat piutang salam maka bank akan mencatat
jurnalnya sebagai berikut:
Kas Rp xxx
Rekening penjual (supplier) Rp xxx
Piutang salam Rp xxx
Selisih lebih dari penjualan jaminan yang telah digunakan untuk melunasi piutang salam diserahkan
kepada supplier. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Rekening Penjual Rp xxx
Kas Rp xxx
5. Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual yang mampu menunaikan
kewajibannya, tetapi tidak memenuhinya dengan sengaja hal ini tidak berlaku bagi
penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur.
Denda yang diterima oleh pembeli diakui sebagai bagian dari dana kebajikan.
(paragraf 14-15, PSAK 103,2007)
Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Kas Rp xxx
Rekening wadiah – dana kebajikan Rp xxx
Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada akhir periode pelaporan
keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah
biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih dapat direalisasi
lebih rendah dari biaya perolehan maka selisihnya diakui sebagai kerugian. (paragraf 16
PSAK 103,2007).
Atas kerugian ini, bank akan membuat ayat penyesuaian pada akhir peride sebagai berikut:
Kerugian penurunan nilai persediaan barang salam Rp xxx
Penyisihan penurunan nilai persediaan barang salam Rp xxx
Kerugian penurunan nilai akan dilaporkan dilaporan laba rugi sebaagai beban operasi,
sedangkan penyisihan penurunan nilai akan dilaporkan dineraca pembeli/bank sebagai
pengurang persediaan barang salam.
PSAK 103 (2007) telah mengatur tentang peralakuan akuntansi salam untuk
penjual, sebagai berikut:
Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar
modal usaha salam yang diterima. Modal usaha salam yang diterima dapat berupa
kas dan aset nonkas. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah
yang diterim, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur
sebesar nilai wajar. (nilai yang disepakati antara pembeli dan penjual). (paragraf
17-18 PSAK 103, 2007).
Dalam hal ini penjual mencatat dalam pembukuannya sebagai berikut:
Kas/aset nonkas Rp xxx
Kewajiban salam Rp xxx
Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang
kepada pembeli. Jika penjual melakuka transaksi salam paralel, selisih antara jumalah yang
dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan
atau kerugian pada saat pengiriman barang pesanan oleh penjual ke pembeli akhir. (paragraf
19, PSAK 103, 2007).
Mekanisme pencatatan dalam pembukuan penjual/bank sebagai penjual adalah sebagai
berikut:
1. Pada saat bank syariah menerima modal saham dari pembeli akhir, bank akan mencatat
dalam jurnalnya sebagai berikut:
Kas Rp xxx
Kewajiban salam Rp xxx
2. Pada saat bank memesan barang dan membayarnya kepada penjual
Piutang salam Rp xxx
Kas Rp xxx
3. Pada saat bank meerima barang pesanan dari supplier.
persediaan barang salam Rp xxx
piutang salam Rp xxx
4. Apabila biaya barang pesanan tidak sama dengan jumlah kas yang dibayarkan bank kepada
supplier maka akan mencatat pada saat penyerahan barang kepada nasabah pembeli sebagai
berikut:
Utang salam Rp xxx
Persediaan barang salam Rp xxx
Keuntungan salam Rp xxx
Jurnal ini dibuat apabila biaya barang yang dipesan lebih kecil dari pada jumlah yang dibayar
nasabah, sedangkan apabila biaya barang lebih besar dari jumlah yang dibayar nasabah maka
bank akan mencatat sebagai berikut:
Utang salam Rp xxx
Kerugian salam Rp xxx
Persediaan barang salam Rp xxx
Top Related