Download - Ada Apa Dengan Setan

Transcript
  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Seri Dewi Ular 97-Tara Zagita

    Ada Apa Dengan Setan Karya : Tara Zagita

    Sumber DJVU : Jisokam Editor : Jisokam

    Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE

    http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    ADA DENGAN SETAN Oleh Zagita Serial Dewi Ular Gambar sampul oleh Fan Sardy Penerbit Sinar Matahari, Jakarta Hak cipta pada Penerbit , Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

    Oo-dwkz-234-oO

    Sinopsis

    Rubby sudah meninggal hampir 40 hari. Tahu-tahu ia bangkit dan pulang ke rumah kontrakannya.

    Kebangkitan Rubby menggemparkan penduduk setempat. Yannu, teman sekamarnya terpaksa harus membawa Rubby kepada Kumala Dewi untuk mengetahui, benarkah Rubby hidup kembali atau kekuatan setan yang menyamar sebagai sosok Rubby semasa hidupnya.

    Tepat di malam bulan purnama, Kumala Dewi tidak bisa menerima tamu karena ia berubah menjadi seekor ular bersisik emas. Pada saat ia berada dalam kamarnya, ia melihat sekelebat bayangan tamu yang datang ke rumah itu. Dan, dalam kecepatan gerak sang tamu Kumala melihat bayangan biru. Tamu itu memiliki bayangan biru ketika seluruh tubuhnya terkena sinar bulan pumama.

    Padahal sudah ditetapkan dalam ramalan para dewa kahyangan, bahwa calon jodohnya Kumala Dewi adalah pria yang memiliki bayangan biru ketika tubuhnya terkena sinar bulan purnama. Kumala Dewi pun diliputi kegundahan hati. Benarkah tamunya memiliki bayangan biril atau hanya karena pakaiannya serba biru, sehingga tampak seperti bayangan biru? Siapa, tamu yang datang ke rumahnya di malam bulan purnama itu? Adakah hubungan dengan kebangkitan Rubby?

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Konon, sang tamu sedang memburu seorang tokoh aliran hitam yang mencuri Kitab Mantera Terlarang. Tokoh radikal yang diburunya itu dikenal dengan nama Seithan. Menurut Buron, nama itu jika diterjemahkan dalam bahasa Bumi artinya : Setan.

    Lalu, ada apa sebenarnya dengan setan ?

    Oo-dwkz-234-oO

    1 BULAN purnama memancar terang. Langit biru halus bak

    sebuah permadani yang dibentangkan. Warna rembutan kuning semburat perak. Pancaran cahayanya sungguh indah menerangi bumi. Tapi pancaran cahaya rembuhan juga punya makna mistis yang sering membuat bulu kuduk meremang. Merinding.

    "Romantis banget suasana malam ini, ya Man? Buat pacaran enak nih, ya nggak?"

    "Pacaran ama siapa? Ama kuntilanak?!"

    "Waaah, elu emang laki-laki yang nggak ngerti roman-romanan. Hidup lu gersang, kalau nggak ngerti romantis ama nggak kenal cinta!"

    "Sok tau elu, Mil. Kayak yang udah pernah jatuh cinta aja."

    "Jatuh cinta sih. emang belum pernah,tapi gue udah sering jatuh dari motor kan? Jadi kalau gue entarnya jatuh cinta, udah nggak kaget lagi, ya nggak? He, he, he..."

    "Elu baru minum kopi teh botol aja udah mabuk gitu, apalagi elu minum sekalian botolnya. Eh, gue kasih tahu, ya Mil... malam terang bulan kayak gini biasanya disukai sama roh halus. Banyak yang pada keluyuran nyari mangsa! Jadi

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    malam terang buian kayak gini bisa dibilang malam penuh horor!"

    "Waah, bego nih anak ..... ! Malam terang bulan kayak gini udah jelas malam penuh cinta, romantis dan mesra. Ya nggak, Mang?"

    " yang elu kate emang bener, Mil. Tapi yang dibilang Sarman tadi juga bener. Soalnya, tetangga saya di kampung pernah ketemu setan empat kali di malam terang bulan kayak gini."

    "Si Jamil mana ngerti, Mang. Kalau udah kepergok sendiri ama yang namanya setan, naah..., baru bisa ngerti dia, Mang."

    Percakapan Jamil dan Sarman cukup seru. Apalagi Mang Oyom, si pemilik warung mie rebus di pangkalan ojek itu, ikut-ikutan menimpali dengan pemahaman yang ada pada dirinya, maka suasana pun menjadi semakin hangat. Kedua tukang ojek itu saling mempertahankan pendapatnya. Suara mereka makin lama semakin keras, karena malam semakin sepi, Jarum jam semakin mendekatt angka dua belas.

    Tiba-tiba sebuah motor meluncur dalam kecepatan tinggi. Suaranya yang keras sangat dikenali oleh mereka sebagai motor miliknya Memet, muda usia 19 tahun yang kesehariannya menjadi tukang ojek juga. Tapi mereka merasa heran karena tidak biasanya Ujang mengendarai motor sekencang itu, tanpa mempedulikan suasana malam sudah sangat sepi.

    "Busyet! Ngapain si Ujang tuh, kenceng banget bawa motornya?!"

    "Udah gila kali tuh anak. Malem-malem begini bawa motor sekenceng itu?!" gerutu Mang Oyom, merasa kurang simpati dengan tingkah Ujang.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Deru motor semakin dekat. Jamil dan Sarman keluar dari warung, karena mereka merasa ada yang tidak beres pada diri Ujang. Lampu motor tidak dinyalakan, dan motor jalannya lurus, tidak mengikuti jalur jalan beraspal. Dari jarak beberapa meter, Jamil dan Sarman mendengar suara Ujang berseru, entah di tujukan pada siapa. Mang Oyom jadi ikut keluar dari warung nya.

    "Tolooong...!! Tooloongin gue dooong...!"

    "Kenapa sih dia?!" gumam Mang Oyom rnenghampiri Sarman.

    Namun lelaki berusia 50 tahun itu segera ! meriyingkir dari tempat berdirinya, begitu pula Sarman dan Jamil. Mereka melompat dengan panik ketika motor Ujang meluncur lurus ke arah mereka.

    "Baaang, toolooongin saya, Baaang...!!"

    "Heey, kenapa lu, Jang?!" teriak Sarman yang hampir tertabrak motornya Ujang.

    Wuuuss...! Motor itu nyelonong terus, sepertinya sulit dihentikan. Hampir saja menabrak bagian depan warung Mang Oyom.

    Krraaaaaaaaaak, gubraaaaaaaaak ...... !!

    Hhrrruuuuuuuuung...!!

    Ujang menabrak kios rokoknya Bang Madi yang sudah lama tidak digunakan lagi. Motor pun jatuh dengan meraung panjang. Ujang terlempar ke depan motor dan tubuhnya membentur kios rokok tersebut dengan cukup keras.

    "Astaghfirullaah ...... ?!"

    "Ya, ampuuun .... Lu kenapa sih, Jang? Kenapaaa...??!" seru Jamil sambil bergegas menolong Ujang bersama Mang Oyom, sementara Sarman berusaha mematikan mesin motor. Ujang tak mempedulikan lukanya. Tak menggubris kepalanya

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    yang berdarah akibat membentur tepian kios rokok. Ia terengah-engah dengan matanya yang liar dan wajahnya yang pucat . Sangat ketakutan.

    "Sseee... seeetan...! Tooollong, ad... ada... ada..."

    "Setan apaan, maksudmu?! " sentak Jamil yang menjadi panik begitu mengetahui Ujang berlumuran darah.

    "Ada dengan setan, Jang?! Maksudmu gimana sih?!"

    "Bawa dulu dia ke mari, Mil!" seru Sarman.

    Suasana menjadi serba menegangkan. Dua orang lelaki yang tinggalnya tak jauh dari tempat itu segera keluar dari rumah mereka. Melihat Ujang berdarah dan dituntun ke bangku warung, maka kedua lelaki itu: Mas Budi dan Bang Eddy, segera menghampiri warungnya Mang Oyom. Mereka juga penasaran mendengar penuturan Ujang yang tak jelas, dan terkesan seperti orang kesurupan jadinya.

    "Seetan.., iiya, oohh, takuuut... ! Jaaangan, jangan... ooohh, jangan dekati saya ..... !"

    "Kasih minum dulu tuh," usul Mas Budi, dan Mang Oyom segera memberikan segelas air putih dingin kepada Jamil untuk diminumkan kepada Ujang. Mereka berusaha menenangkan Ujang silih berganti .

    Beberapa saat kemudian, setelah mereka yakin lukanya Ujang tidak terlalu parah, tidak perlu dibawa ke rumah sakit, lambat laun Ujang pun mulai dapat menguasai diri. Meski pun dengan ekspresi wajah masih dicekam perasaan takut, tukang ojek termuda mulai bisa bicara dengan jelas.

    "Sa... saya melihat setan, Bang. Sum... sumpah! Saya lihat sendiri dengan jelas sekali Bang. Jelas sekali dia itu hantu!"

    "Hantu setan?!"

    "Setan apaan yang elu lihat tadi, Jang?!"

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Ceritanya gimana, ceritanya ..?"

    "Kayaknya tadi elu bawa penumpang ke arah komplek. Iya kan?" tanya Sarman sambil memberi obat merah pada luka-luka di lengan Ujang. Obat merah itu diperoleh dari rumah Bang Eddy.

    "Iya, Bang. Saya anter dia ke Jalan Kenari Ujung. Nah, pulangnya saya nggak lewat tengah komplek, tapi motong jalan lewat pinggiran komplek. Maksud saya biar dekat dan cepat sampai sini."

    "Hmm, terus... kamu lihat setan di mana?"

    "Iya, setannya kayak apa sih?! Coba gambarkan bentuknya...!" Jamil tampak penasaran sekali, karena dalam hatinya dia mengalami keraguan. Antara percaya dan tidak.

    "Abang... masih... masih ingat, hmmm .. Bang Rubby, kan?"

    Jamil berkerut dahi.

    "Rubby.... ? Maksud lu, Rubby yang dulu jadi. sopir taksi?"

    "Naaah, naaah... iya, benar!"

    "Yang tinggalnya di rumah kontrakan Haji Napih?" sahut Sarman.

    "Be... benar, Bang."

    "Huuuh, gimana sih lu, Jang... Rubby yang itu kan udah meninggal sebulan yang lalu?!" kata Jamil.

    "Iiiyy..iya! Saya tahu, saya juga ikut ngubur waktu itu."

    "Terus, kenapa lu sebut-sebut namanya?"

    "Saya... saya tadi ketemu dia, Bang! Ketemu... iya, itu... ketemu Bang Rubby , bekas sopir taksi itu."

    "Ah, ngaco aja kali dia," sahut Eddy. "Kalau nggak, salah lihat ! "

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Beeener kok, sum... sumpah mampus deh! Saya lihat Bang Rubby memasuki gang rumah kontrakan Haji Napih. Dia... dia jalan dengan santai sambil ngisep rokok. Malahan... waktu saya perhatiin, motor'saya jalan pelan-peian, dia... dia menyapa saya: 'Dari mana,. Jang'...,gitu!" sambil menirukan gaya merokoknya Rubby.

    "Jangan-jangan elu salah lihat, Jang?!" ujar Mas Budi.

    "Nggak kk, Mas. Saya nggak sajah lihat. Makanya, setelah saya yakin saya nggak salah lihat, dan saya mendengar teguran dia, buru-buru saya tancap gas dengan sekujur tubuh merinding sekali. Saya nggak jadi lewat jalan samping mushola, saya langsung masuk jalan komplek lagi yang lebih terang walau pun agak jauh ...!"

    Semua orang yang ada di warung Mang Oyom sama-sama terbungkam. Seolah-olah mereka tak mengerti harus berkomentar . Dari wajah masing-masing terlihat kebimbangan hati untuk menolak cerita itu atau mempercayai kebenarannya .

    "Saya... saya lihat. Bang Rubby seperti baru pulang dari suatu tempat, dengan pakaian agak rapi, tapi nggak necis-necis amat. Ia sempat kelihatan agak ragu sebentar sebelum memasuki jalan gang menuju rumah kontrakan Haji Napih."

    " iya si Rubby bangkit dari kuburnye ?!" gumam Bang Eddy yang sangat kenal dengan almarhum Rubby.

    Pria yang kesehariannya sebagai makelar saja itu memang sering bermain catur dengan Rubby. Kadang menggunakan uang lima sampai sepuluh ribu sebagai modal taruhannya. Rubby sering memarkirkan taksinya untuk mangkal di samping warung Mang Oyom, sehingga semua tukang ojek dan orang yang sering nongkrong di warung Mang Oyom sangat kenal dengan Rubby.

    Rubby tinggal di rumah kontrakan Haji Napih sudah hampir dua tahun. Di rumah petak itu ia hidup bersama teman

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    sekampung: Yannu, panggilannya. Keduanya belum berkeluarga meski pun sudah berusia 28 tahun. Yannu juga bekerja di perusahaan taksi yang sama dengan taksi yang dibawa Rubby kesehariannya. Hanya bedanya, Rubby sopir taksi, sedangkan Yannu salah satu teknisi yang setiap harinya berada di pool. k, ketika tersebar berita duka cita atas kematian Rubby, orang pertama yang jatuh pingsan adalah Yannu. Ia merasa seperti kehilangan seorang saudara kandung. Sampai sekarang di hati Yannu masih menyimpan dendam yang entah kapan dapat terlampiaskan atau tidak, Sebab, kematian Rubby adalah kematian yang cukup tragis.

    Rubby tewas dibunuh oleh perampok yang membawa kabur taksinya dan melemparkan mayat Rubby ditepi sungai. Diduga perampoknya tidak hanya satu orang. Rubby mengalami beberapa luka tusuk di sekitar pinggang serta dada kiri. Bagian belakang kepalanya terluka akibat pukulan benda keras. Sedangkan pada bagian lehernya terdapat bekas lilitan tali plast ik yang mencekiknya kuat-kuat.

    Kondisi mayat yang seperti itu menandakan bahwa selain mendapat serangan dari samping kiri, Rubby juga diserang dari belakang oleh satu atau dua orang. Mungkin pada awalnya mereka berpura-pura sebagai penumpang biasa, sehingga Rubby tak sempat curiga pada mereka. Sangat disayangkan, hingga sekarang taksi itu belum ditemukan oleh petugas dan pelakunya pun belum ada yarig tertangkap.

    Timbul pertanyaan di benak mereka setelah mendengar penuturan Ujang; apakah karena pelakunya belum tertangkap maka arwah Rubby bergentayangan di malam menjelang 40 hari kematiannya itu?

    "Menurut Mas Budi, apakah cerita Ujang tadi bisa dipercaya?" tanya Bang Eddy yang berperut agak buncit.

    "Kalau melihat sampai babak belur begitu, kayaknya Ujang nggak mungkin mengarang-ngarang cerita seperti itu."

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Iya. Memang dia benar-benar ketakutan sekali. Tapi mungkin nggak si Ujang salah lihat, atau terganggu oleh halusinasinya sendiri, atau entah lagi? Sebab, anak ini sebenarnya penakut tapi ...... "

    Suara deru motor ngebut dari arah komplek telah memancing perhatian mereka, membuat Bang Eddy menghentikan kata-katanya. Memandang ke arah datangnya motor berkecepatan tinggi itu. Agak jauh di belakang motor itu ada motor lain yang juga berkecepatan tinggi. Suara yang keluar dari knalpotnya seperti jeritan setan merobek kesunyian malam.

    "Siapa mereka?" suara Jamil terdengar sangat pelan, seperti orang menggumam. Mas Budi yang berdiri tak jauh dari pintu masuk warung Bang Oyom segera berkata pula dengan suara agak keras.

    "Kayaknya ada nggak beres lagi nih."

    "Ada yang ribut kali," sahut Sarman.

    Motor yang paling depan dipakai untuk berboncengan oleh dua anak remaja berusia sebaya. Motor jenis bebek itu berhenti di depan warung. yang diboncengkan turun, yang satu tetap di atas motor dengan mesin masih tetap hidup.

    "Bang, ada telur ayam kampung, Bang?" tanya anak itu.

    "Ada" jawab Mang Oyom, lalu bergegas ke balik meja dagangan.

    Melihat wajah anak itu agak tegang, Jamil langsung menegur dengan rasa ingin tahunya.

    "Malam-malam begini nyari telur ayam kampung, mau buat ?"

    "Buat... itu... buat syarat, katanya."

    "Syarat apaan, Dik?" Mas Budi segera mendekat.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Syarat... ngusir setan," anak itu menjawab agak segan.

    "Ngusir setan?!" Ujang tersentak dan mulai tegang lagi.

    "Ngusir setan gimana?" Jamil makin mendesak anak itu.

    Yang duduk di atas motor menyahut dari kejauhan.

    "Ada orang mati hidup lagi!"

    Ujang langsung menyambar, "Bang Rubby. maksud elu...?!"

    "Iya, Bang Rubby..." jawab anak yang menunggu telur ayam kampung dari Mang Oyom.

    Motor kedua datang. Juga dinaiki dua remaja tanggung. Mereka teman kedua remaja yang datang lebih dulu. Akhirnya mereka berempat saling berceloteh dengan wajah tegang, menceritakan tentang kemunculan Rubby di bekas rumah kontrakannya. Kemunculan Rubby membuat para tetangga ketakutan dan suasana menjadi gempar.

    Lalu, salah seorang dari para tetangga yang dianggap sebagai orang pintar segera mendekati Rubby, memberi teguran baik-baik, dan meyakinkan yang lain bahwa tamu aneh yang datang malam itu tidak berbahaya. Yannu sempat ketakutan dan tak berani membukakan pintu untuk menerima kedatangan Rubby. Tetapi setelah mendengar saran si orang pintar tadi, akhirnya Yannu berani membukakan pintu.

    Diam-diam si tetangga yang dianggap sebagai orang pintar itu minta dicarikan telur ayam kampung. Telur itu akan dipakai untuk membuktikan, apakah yang datang saat itu adalah kekuatan setan menyerupai almarhum Rubby, atau memang Rubby yang sebenarnya.

    "Kalau begitu yang dikatakan Ujang tadi... benar!" kata Sarman dalam hatinya.

    Yang lainnya pun berkesimpulan sama. k, dengan rasa sangat penasaran, Sarman segera pergi ke rumah kontrakannya Rubby. Ia berboncengan dengan Mas Budi dan

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Bang Eddy diboncengkan Jamil. Mereka ingin membuktikan kebangkitan Rubby dari alam kuburnya, Ujang tak berani ikut ke sana. Ia masih trauma, sehingga memilih tinggal di warung bersama Mang Oyom.

    Ternyata kabar itu bukan isapan jempol belaka. Gang masuk menuju deretan rumah kontrakan milik Haji Napih tampak dipadati orang. Mereka berkerumun di depan rumah paling ujung. Di rumah paling ujung itulah Rubby dikerumuni orang banyak yang sudah tidak takut dengan kebangkitannya, tapi justru terheran-heran melihat kenyataan yang ada. Rubby yang sudah hampir 40 hari dikubur itu, kini pulang dalam keadaan sehat, tanpa luka atau membusuk sedikit pun.

    Hanya saja, agaknya kemampuan berpikir Rubby sangat berkurang. Ia seperti orang bego, yang menjawab pertanyaan dengan ragu dan hanya sepatah dua patah kata saja yang mampu ia ucapkan sebagai jawaban.., Lebih dari sepuluh orang mencoba mengajukan pertanyaan pada pemuda berambut ikal yang sudah tidak memiliki luka lagi, sebagaimana luka yang dideritanya sewaktu ia dikuburkan.

    "Rub, lu masih kenal gue kan?" Bang Eddy menyapa.

    Rubby yang duduk di teras rumah diremuni orang banyak itu memandangi Bang Eddy sampai beberapa saat,. kemudian tersenyum dengan senyuman hambar.

    "Oo, ya... Bang ..Eddy, kan?" .

    "Naah, benar, benar... kalau ini. siapa nih yang di sebelah gue?"

    "Hmmm, Mas Budi, Pa kabar Mas Budi ?"

    "Baik, Rub,., senang sekali aku bisa lihat kamu kembali. Makanya aku sama. Sarman dan yang lain datang kemari buat tengok kamu."

    "Makasih, Mas Budi... Eeeh, Sarman, Jamil... 'pa kabar?"

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Rubby masih seperti kemarin. Masih ramah terhadap siapa pun. Hanya daya ingatnya yang lamban. Karena itulah ia tak dapat menjawab pertanyaan mereka yang rata-rata bernada sama.

    "Bagaimana kau bisa keluar dari liang kubur? yang kamu alami di alam kubur sana?"

    Agaknya ingatan masalah itu yang paling parah bagi Rubby. Ia tak mampu mengingat bagaimana ia bisa keluar dari liang kubur dan saja yang ia alami di alam kubur sana. Namun untuk yang bersifat umum, Rubby masih mampu mengingatnya. Satu-satunya ingatan yang dapat masih terekam dalam benaknya adalah saat ia turun dari taksi yang mengantarnya pulang, beberapa menit yang lalu.

    "Darimana kau naik taksi?"

    "Nggak tahu, k," jawab Rubby kepada Marwan, ketua RT setempat.

    "Lalu, kamu bayar uang argo taksi itu?"

    "Iya, ."

    "Duitmu dari mana?"

    "Itu dia, k... saya nggak tahu. Saya juga bingung tahu-tahu bisa berada dalam taksi dan punya uang di kantong, dan... pakai pakaian ini."

    Waktu itu Rubby menggnakan celana jeans belel yang dilipat bawahnya karena kepanjangan, serta kaus merah yang dirangkapi kemeja kotak-kotak tanpa dikancingkan. Kemeja itu juga berukuran besar, sepertinya bukan disiapkan untuk ukuran badan Rubby.

    "Dia butuh waktu buat menenangkan kondisi jiwanya," kata Yannu kepada ketua RT setempat. "Kasihan kalau dia dihujani pertanyaan terus-menerus, sementara daya ingatnya masih lemah."

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Ya, ya... bapak juga sependapat denganmu, Yan. Biar bapak yang urus orang-orang ini supaya pulang. Kamu bawa masuk si Rubby dan kunci pintunya. Jangan boleh menemui siapa-siapa dulu, ya?"

    Bukan hanya masyarakat setempat yang bertanya-tanya tentang bagaimana Rubby bisa keluar dari liang kubumya, tetapi Rubby sendiri selalu bertanya dalam hati demikian. Sebab, dengan jujur ia mengaku kepada Yannu, bahwa ia masih ingat ketika tiga penumpang taksinya melakukan kekerasan untuk membawa kabur taksi tersebut.

    "Setelah mereka menikamku beberapa kali dari kiri, pandangan mataku tiba-tiba gelap, Yan. Karena, aku merasa ada benda keras menimpa kepalaku. Lalu, leherku seperti merasa mau putus. Aku nggak bisa bernapas. Akhirnya aku meronta dan bisa terlepas dari semua itu. Tapi aku heran, mengapa aku melihat tubuhku sendiri terkapar di tepi sungai? Aku melayang... melayang... terus melayang nggak tahu tujuan. Aku mencoba menemuimu, dan bilang kalau tubuhku di tepi sungai, tapi kamu diam saja. Nggak dengar suaraku. Yang lain juga nggak ada yang mau menanggapi pengaduanku, termasuk petugas polisi yang bersamamu waktu itu. Aku sedih sekali. Lalu, kutinggalkan kalian..."

    "Sorry, Rub ... aku memang nggak dengar suaramu, tapi aku merasa waktu itu kau menuntunku untuk melintasi jalan menuju luar kota itu sampai akhirnya aku dan petugas kepolisian menemukan dirimu sudah tidak bernyawa di tepi sungai,"

    "Jadi, waktu aku bicara sama kamu itu, aku sudah mati ya?"

    "Kayaknya begitu, Rub. Ah, sudahlah..., sekarang istirahatlah dulu., Jangan mikirin apa-apa dulu. Mungkin kalau kamu udah istirahat cukup kamu baru bisa mengingat semuanya."

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Malam kian bungkam. Cahaya purnama kian terang.

    Yannu sengaja berbaring di sofa panjang, diruang tamu. Kamar tidur sengaja diperuntukkan Rubby agar mencapai tingkat ketenangan yang mendalam. Ia tak ingin ketenangan Rubby terganggu oleh kegelisahan dirinya yang sampai sekarang masih belum bisa menerima kenyataan ini. Seumur hidupnya baru sekarang Yannu melihat seseorang yang sudah meninggal dan berada dalam liang kubur hampir 40 hari, tahu-tahu hidup lagi dan keluar dari liang kuburnya.

    "Sebenarnya yang dialami dia selama dalam kematiannya?" pikir Yannu sambil membayangkan upacara pemakaman jenazah Rubby beberapa hari yang lalu.

    "Apakah benar dia Rubby teman sekampungku, atau kekuatan setan yang menjelma menjadi Rubby ? Aku khawatir dia bukan temanku yang dulu: Hmmm...mungkin lebih baik aku menemui teman lamaku, yang sekarang menjadi sopir kepercayaan gadis paranormal itu. Kalau nggak salah namanya... Kumala Dewi. Ya, ya .... aku ingat itu "

    Yannu mulai sedikit memperoleh kelegaan batin.

    "Kayaknya Sandhi bisa membantuku menyingkap kemisteriusan ini. Tapi, ooh, ya... katanya kalau bulan, purnama begini, bossnya Sandhi yang jadi paranormal kondang itu nggak terima tamu mana pun. Hmm, tapi kalau aku menemui mereka besok siang, kan nggak ada masalah, ya? Kumala Dewi mau terima tamu siang harinya kan?"

    Yannu dulu juga bekas sopir taksi. Ketika itulah ia berkenalan dengan Sandhi, yang pada waktu itu juga sebagai sopir taksi. Belum menjadi sopir pribadinya Kumala Dewi. Terakhir kalinya Yannu bertemu Sandhi sekitar 8 bulan yang lalu.. Sandhi menceritakan kehidupannya yang sekarang lebih mapan daripada dulu. Dari situlah Yannu tahu bahwa Sandhi menjadi sopir pribadinya seorang gadis cantik yang memiliki

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    kekuatan supranatural cukup tinggi dan bernama Kumala Dewi.

    Benar seperti renungan Yannu tadi, bahwa Kumala Dewi tidak mau terima tamu pada malam bulan purnama seperti sekarang ini. Tapi tentunya Sandhi tidak menjelaskan bahwa gadis cantik yang menjadi majikannya ifu menolak tamu karena mengalami perubahan wujud pada dirinya. Setiap malam bulan purnama Kumala Dewi berubah menjadi seekor ular berkepaia manusia. Ia harus, mengurung diri dalam kamarnya agar tak diketahui orang lain. Sampai subuh, baru ia berubah lagi menjadi gadis cantik bertubuh sexy.

    "Ya, besok siang aja aku temui Sandhi sambil bawa Rubby sekalian. Siapa tahu....," kata- kata batin itu terhenti seketika. Dalam benak Yannu tiba-tiba terlintas pertanyaan yang mendebarkan hatiriya.

    "Apakah sekarang Rubby masih ada di kamar?! Waaah, coba kutengok dulu.Jagi tidur atau lagi ngapain dia? Atau malah...?"

    Yannu melompat turun dari sofa, lalu berjalan dengan langkah hati-hati, mengendap-endap mendekati kamar. Tangannya agak gemetar waktu mau membuka pintu kamar. Pada saat itu, terdengar suara lolongan anjing yang mengalun panjang. Bulu kuduk Yannu menjadi berdiri. Merinding semua sekujur tubuhnya.

    Oo-dwkz-234-oO

    2 SEBENARNYA tidak ada larangan atau pesan dari Kumala

    Dewi, bahwa setiap malam bulan purnama TV atau radio tidak boleh distel. Kumala t idak mengeluarkan peraturan seperti itu.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Tetapi pada malam purnama ini, rumah besar berhalaman luas itu sepi dari suara-suara media elektronik.

    Buron tak berani menyalakan minicompo-nya, walau di kamarnya sendiri. Sandhi atau k Bariah juga tak mau menghidupkan televisi di ruang tengah, meski pun ada tayangan rutin yang menjadi kegemaran mereka. Ngobrol pun dikurangi. Bahkan kalau perlu dilakukan dengan sangat pelan. Berbisik-bisik.

    Hening dan sunyi.

    Cuma itu yang ada di rumah Dewi Ular yang berada di pinggiran kota Jakarta. Sudah pindah dari rumah yang dulu. Alam dan lingkungan sekelilingnya memang disukai oleh putri tunggal sang Dewa Permana dan Dewi Nagadini itu. Tidak terlalu sepi, tidak terlalu ramai. Jauh dari kebisingan kota. Sedikit kadar polusi udaranya.

    Suasana sepi dan hening sengaja diciptakan oleh mereka untuk mendukung prosesi ritual yang dilakukan Kumala Dewi dalam kamarnya. Sudah bukan rahasia lagi bagi mereka, bahwa pada malam-malam seperti ini di dalam kamar tidur Kumala yang ada hanya seekor ular besar berwarna hijau, memiliki sisik emas berkilauan, tapi memiliki kepala manusia bermahkota dan berambut panjang. Tetapi cantik sebagaimana Kumala dalam kesehariannya.

    Biasanya Sandhi dan Buron ikut melek sampai menjelang subuh. Buron sebagai jelmaan Jin Layon memang tetap harus waspada dalam menjaga dan melindungi keadaan Kumala Dewi yang sedang berubah menjadi seekor ular hijau itu. Sebab, dalam kondisi perubahan wujud seperti ini biasanya ada pihak lain yang ingin mencuri kesaktian Kumala.

    Memang sudah menjadi salah satu dari keistimewaan anak tunggal dewa, bahwa pada saat dirinya berubah menjadi seekor ular, secara otomatis kesaktiannya itu berada dalam puncak tertinggi, dan sering menyebarkan energi sakti.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Gelombang energi sakti yang menyebar dengan sendirinya itu dapat dicuri oleh pihak lain. Sangat berbahaya jika dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang menganut aliran hitam; bisa dari jenis peri, jin, iblis, siluman, atau para dukun yang berburu kekuatan gaib kelas atas.

    Meskipun kelihatannya nyantai sekali, tapi sebenarnya seluruh indera gaib si jelmaan Jin Layon itu selalu memonitor seluruh aktiv itas di sekitar rumah tersebut. Baik aktivitas kehidupan manusia maupun aktiv itas alam sekelilingnya. Radar gaibnya akan mengirim sinyal padanya jika ada energi asing yang mendekati tempat tinggalnya sang bidadari cantik jelita: Dewi Ular.

    "Ron, malam ini gue ngantuk banget nih. Kayaknya nggak bisa nemenin elu sampai subuh," kata Sandhi dengan matanya yang sudah mengecil, agak merah. Ia letakkan tabloid yang dari tadi dibacanya.

    Buron menurunkan buku novel bacaannya dari depan wajah.

    "Ya, udah. Tidur aja elu. Ngapain ikut-ikutan melek?"

    "Bukannya gue nggak cinta ama elu nih, Ron..."

    "Gue juga nggak butuh cinta elu! Emangnya gue jin homo, ?!" sahut Buron membuat Sandhi nyengir geli melihat wajah Buron bersungut-sungut lucu.

    "Mata gue kayak kena sirep. Sirep dari lem tikus. Susah..."

    "Ssst, ssst...!!"

    Tiba-tiba mulut Buron mendesis dua kali.Matanya menjadi lebih lebar. Wajahnya. Sedikit tegang. Sandhi yang mau melangkah masuk ke kamar tidur menjadi tertahan. Rasa ingin tahu membuat Sandhi memperhatikan Buron.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Sementara itu Buron yang semula duduk merebah di sofa panjang, sekarang menjadi tegak Menelengkan telinga, mencari suara yang mencurigakan hatinya.

    "Ada apa ap...?" Sandhi bertanya dengan nada berbisik.

    "Ada suara aneh. Elu dengar nggak?" Sandhi mencoba memusatkan konsentrasinya.

    "Hmmm, nggak ada suara apa-apa tuh "

    Buron masih diam. Duduk tanpa bersandar. Matanya menatap sekeliling dengan sedikit mengecil. Seolah-olah dinding atau penghalang apapun ingin ditembus dengan tatapan mata gaibnya itu.

    "Suara apaan sih yang lu dengar itu?"

    "Suara gemuruh samar-samar. Kayak suara hujan dari kejauhan."

    "Aah, kayaknya cuaca di luar bagus kok. Terang bulan. Mana ada hujan? Salah denger kali luh?!"

    "Gue bilang kayak suara hujan, berarti bukan suara hujan beneran. Bego luh!" geram Buron bernada kesal.

    "Yeeee, gitu aja sewot?! Kena stroke baru tahu rasa luh!"

    "Mana ada jin kena stroke? Yang ada..."

    Buron diam lagi. Ketegangannya semakin bertambah. Semakin pula Sandhi menjadi penasaran dan ingin mengetahui sebenarnya yang didengar Buron. Jika suara itu tidak bisa didengarnya, Sandhi mengakui itu hal yang wajar, sebab dalam keadaan seperti ini pasti Buron menggunakan telinga gaibnya. Pendengaran gaib itu tentunya bisa untuk mendengar suara dari tempat yang sangat jauh, bahkan bisa menangkap suara dari alam kubur.

    "Makin dekat suara gemuruh itu" ujarnya sambil memejamkan mata. Dahinya berkerut.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Ohh...? Waduh...?!"

    "Apaan sih? Bilang dong, ada ?!" desak Sandhi dengan suara sangat pelan. Ia tampak gelisah sekali.

    Buron membuka matanya. Memandang sedikit tegang.

    "Suara itu hilang. Tadi mendekat, lalu lenyap. Tapi... tapi aku merasakan ada arus gaib menghampiri rumah ini. Wah, celaka! Energi gaib asing sedang menuju kemari, aku harus mencegatnya!"

    "Maksud lu, sekarang ..."

    Blaaap...! Buron lenyap dari depan Sandhi. Badan Sandhi tersentak ke belakang sewaktu Buron lenyap dan berubah menjadi seberkas sinar kuning.

    Karena, perubahan tersebut menghembuskan hawa padat yang cukup kuat, sehingga bisa membuat pot bunga ukuran kecil terpental seandainya ada di dekat Buron pada saat itu.

    Sinar kuning perubahan dari wujud Buron itu menyerupai bintang berekor atau meteor, ukurannya kecil. Cepat sekali gerakkannya. Melesat dan langsung menembus atap rumah. Tanpa suara, tanpa getaran. Kini tinggal Sandhi sendirian di ruang tengah itu. Memendam kekhawatiran yang meresahkan. Ada rasa takut yang mulai merayapi hatinya, sehingga bulu kuduk pun mulai meremang merinding.

    "Mending gue tinggal tidur ajalah...!" ujarnya dalam hati, lalu bergegas masuk ke kamarnya.

    Baru saja langkah kaki Sandhi tiba di depan pintu kamar, tiba-tiba punggungnya seperti ada yang mengipas dengan cepat.

    Wuuussst...! Sandhi cepat berpaling ke belakang. Oh, tidak ada apa-apa, rupanya. Tapi hembusan angin yang dirasakan baru saja telah membuat bulu kuduknya makin meremang tegang."Nggak mungkin kalau cuma halusinasi," ujarnya

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    membatin. "Jelas sekali kurasakan ada yang bergerak cepat di belakangku, dari arah ruang. makan ke... ke mana ya? Ke ruang tamu atau ke kamar tidur yang kosong itu ? Aduuuh, mana si Buron baru aja pergi, Kumala sedang nggak bisa diganggu, waah... kalau ada apa-apa di sini, aku nggak akan bisa menghadapinya. Aku kan nggak punya kesaktian apa-apa!"

    Jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Ia putuskan untuk berlagak tidak yakin dengan perasaannya sendiri, sehingga ia punya alasan untuk segera masuk kamar. Pintu kamar pun segera dibuka. Bertepatan dengan itu sekelebat bayangan melintas cepat di ruang tengah itu, sehingga menimbulkan hembusan angin sekilas yang terasa mengipas punggung Sandhi.

    Wuuut, weees...!

    Spontan kepala Sandhi berpaling cepat ke belakang. Jantung makin cepat irama detaknya. Mata makin nanar memandang tegang ke sana-sini yang ternyata hanya menemukan perabot biasanya, tanpa sosok bayangan apapun.

    Claaap, bluub...!

    "Hahh...??!" pekik Sandhi. Jantungnya hampir saja copot karena sangat terkejut ketika seberkas sinar muncul. Lalu, sinar itu meletup dan berubah menjadi sosok pemuda berambut kucal berbadan agak kurus. Siapa lagi kalau bukan si jelmaan Jin Layon alias Buron.

    "Ngepeeet...!" bentak Sandhi dalam geram kemarahannya. Ia mengusap-usap dadanya sendiri.

    "Kenapa?" Buron bertanya seolah-olah tak merasa membuat Sandhi sangat terkejut atas kemunculannya.

    "Elu ngagetin gue melulu dari kemarin, Setan!"

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Omelan itu tak direspon sedikit pun oleh Buron. Mata jelmaan Jin Layon itu memandang ke arah ruang makan. Penuh curiga.

    "Elu yang lewat sini dari tadi, ya? Was, wes, was, wes... kayak setan kurang kerjaan aja luh!"

    "Di luar sana gue nggak nemuin apa-apa, justru gue rasain munculnya energi gaib asing dari sini. Makanya gue periksa seluruh rumah ini, eeeh .. nggak ada, Energi itu sepertinya hilang, atau pindah tempat begitu gue samperin. Kayak tadi juga, San."

    "Bodo, ah...!" gerutu Sandhi setelah tahu hembusan angin tadi adalah gerakan energi gaibnya jin Layon.

    "Gue mau periksa halaman belakang!" kata Buron sambil mulai melangkah, tak mempedulikan reaksi Sandhi yang mulai diliputi rasa ingin tahunya lagi.

    "Firasatku mengatakan, bakalan ada kejadian aneh malam ini," pikir Sandhi. "Mending kuikuti saja si Buron, daripada di kamar sendirian, belum tentu bisa langsung tidur. Bisa-bisa malah disiksa rasa takut dan was-was terus-menerus..."

    Selama masih ada Buron tak jauh darinya, Sandhi memang tak perlu merasa setakut tadi. Nyalinya sedikit lebih besar dibandingkan jika tanpa Buron di dekatnya. Menyusuri koridor menuju pendapa belakang pun berani ia lakukan sendiri, sebab ia tahu Buron berdiri di dekat kolam hias, pojok halaman sana."Ron... ngapain elu di s itu?"Sandhi menghampiri Buron. Tapi tiba-tiba Buron bicara agak keras sambil memandangi daun-daun pohon mangga yang tumbuh di samping rumah.

    "Ya, selarhat malam...! Siapa kamu...?!"

    "Gue...! Bego lu, ya?!" jawab Sandhi. Buron masih cuek, sama sekali t idak memperhatikan kedatangan Sandhi.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Tunggu dulu. Kalau memang kamu punya niat baik, jelaskan dulu siapa dirimu sebenarnya? Dari mana asalmu?!"

    "Dari mana... dari mana.... Dasar gila! Ya, jelas dari dalam dong. Emang gue tadi pergi ke mana? Nggak pergi ke.."

    "Ssst...!" sentak Buron dalam desisan. "Gue nggak bicara sama elu, Karpet rombeng!"

    "Oo, bukan ngomong ama gue?"

    "Ada yang kirim suara ke indera gaibku. Dia minta izin untuk mendekati tempat kita ini!"

    "Siapa...?" "

    "Kalau gue tahu nggak bakalan gue tanyain tadi! Tapi kayaknya..."

    Perhatiannya berpindah lagi. Bicaranya tak jadi diselesaikan. Ada suara yang perlu ia tanggapi secepatnya.

    "Y.,? Bagaimana...?!" Buron seperti bicara di telepon. Hanya dia yang mendengar suara lawan bicaranva.

    "Wah, sorry, ya... malam ini dia lagi nggak terima tamu. Jadi sebaiknya you pulang saja dan jangan coba-coba berani memaksakan diri masuk ke sini tanpa izin dariku: Buron Sanjaya! Paham?!"

    "Eh, sejak kapan lu pakai tambanan nama Sanjaya? Jangan...."

    "Sssst...!!" hardik Buron lagi pada Sandhi. Lalu, ia bicara dengan nada agak keras lagi. Tapi bukan berarti ia berteriak.

    "Oh , ya ..?! Aku dan Sandhi...? Ooh, kamu kenal Sandhi juga?! Jadi kamu siapa sebenarnya? Bilang aja terus terang supaya...."

    Diam sejenak, lalu berkata lagi sambil tersenyum lega.

    "Oooooh, kamuuuu...."

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Siapa dia?! Siapa, Ron?!"Buron tak menggubris pertanyaan Sandhi.

    "Ya, ya, ya... aku masih ingat! Kalau begitu, sebentar..."

    Buron mengibaskan tangannya ke atas dengan dua jarinya yang mengeras tegak. Seperti menoreh malam purnama. Craaalp...! Tampak kilatan cahaya kuning yang keluar dari jari. Lalu, cahaya seperti kilat tanpa suara itu pun bergerak cepat di udara. Gerakan cahaya kuning itu seperti seekor kelabang liar, diiringi percikan buaga api t ipis yang juga tanpa suara.

    "Yaa, silakan masuk...!" seru Buron. Rupanya ia tadi membuka pagar gaib dengan kesaktiannya, sehingga tempat itu bisa dimasuki oleh sang tamu..

    Buron sengaja tidak mau memberitahu Sandhi siapa tamu yang berkunjung malam itu. Sandhi disuruh menebak, tapi Sandhi t idak mau coba-coba menebaknya. Ia justru mendesak Buron sampai akhirnya desakan itu berhenti sendiri akibat munculnya cahaya aneh. Cahaya itu seperti serpihan permata tapi berwarna biru uranium.

    Kerlap-kerlip serpihan biru itu segera membentuk lapisan udara menjadi seperti tabung kaca yang berdiri tegak dalam ukuran besar. Makin lama semakin terang. Makin tampak sesosok bayangan yang ditaburi serpihan cahaya biru uranium. Pada detik berikutnya bayangan itu menjadi jelas dan serpihan cahaya uranium itu lenyap. Zzzuubs...!

    "Oooo, kamuuu...!!" sapa Sandhi dengan keramahan dan sikap yang sangat bersahabat. Ia segera berjabatan tangan dengan sang tamu yang ternyata seorang lelaki muda, berusia sekitar 30 tahun.

    Lelaki muda itu mengenakan pakaian serba ketat warna biru mengkilat, dari kain jenis metal. Ia memiliki wajah yang ganteng, berkharisma dan terkesan sangat jantan. Istilah sekarang charming, artinya, menarik dan menggugah gairah sensual wanita.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Karena memang ketampanannya yang jantan itu memancarkan persahabatan yang dalam kepada siapa pun,. Ia memiliki rambut panjang, lurus sepundak lebih. Matanya bening, agak sayu jika memandang lawan bicaranya, dan memiliki alis yang tebal. namun rapi. Pemuda gagah yang tingginya sekitar 173 centimeter itu nah mendapat julukan dari Kumala Dewi sebagai 's i pemilik senyuman maut'. Kumala menjulukinya demikian, karena jika pemuda itu tersenyum, maka pesona keindahan senyumannya dapat membuat hati lawan jenisnya bergetar kagum dan terbakar gairah mesra.

    "Saking lamanya kita berpisah," kata Buron. ".... aku sampai lupa mengenali c iri-ciri energi gaibmu, Biggan."

    "Aku bisa memakluminya, Buron. Aku malah mau tertawa sendiri tadi sewaktu kamu kebingungan mencari jejak energiku,"

    "Pantesan bisa nyebutin namaku segala," sahut Sandhi, "... nggak tahunya yang datang adalah sang Perwira Utama dari planet jauh...!"

    Tamu istimewa mereka malam purnama ini adalah Perwira Utama dari planet Aqurin, yaitu, sebuah planet yang terletak di luar gugusan bintang kita. Tamu dari galaksi lain itu bernama Biggan Mouzax, yang memang memiliki daya tarik sangat kuat, terutama bagi lawan jenisnya. Daya pemikatnya yang menyerupai ilmu pelet itu tercipta karena Biggan memiliki jantung sembrani, yaitu jantung yang terbuat dari kristal.

    Sekitar delapan bulan yang lalu Biggan pernah hadir ke bumi dan membantu Kumala rnenggagalkan rencana munculnya exodus, perpindahan besar-besaran yang dilakukan oleh penghuni alam gaib kealam manusia. Kumala dan Biggan menangkal bencana tersebut dengan menggunakan jantung semberani-nya Biggan, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "Perang Gaib").

    "Di mana kapalmu, Big?" tanya Sandhi.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Kutambatkan di angkasa "

    "Nggak takut kesamber petir?" kata Buron sambil tertawa kecil.

    "Sudah kuperhitungkan soal itu, jadi... tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi," Biggan bicara dengan senyum keramahannya yang selalu membayangi t iap gerakan bibirnya.

    "Kau sengaja datang untuk menemui Kumala atau..."

    "Mungkin kalau bahasa kalian adalah... beranjang sana," sahut Biggan. "Kangen. Kepingin ketemu kalian."

    Biggan pandai berbahasa bumi. Bahkan dapat mengikuti gaya gaul anak muda zaman sekarang. Juga, ia dapat beradaptasi dengan gaya hidup metropolis. Karena, ia memang punya kemampuan khusus yang hampir mirip dengan kemampuan yang dimiliki Dewi Ular, yaitu mampu mengcopy peradaban setempat, sehingga otak dan instingnya akan bekerja secara otomatis untuk melakukan adaptasi.

    Bedanya, Kumala Dewi banyak menggunakan kekuatan magisnya untuk melakukan hal-hal yang diluar kemampuan manusia biasa, sedangkan sang perwira tampan dari seberang galaksi ini lebih banyak menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi paling modern.

    Namun bukan berarti Biggan tidak memiliki energi gaib. Dia memiliki energi supranatural itu, hanya saja tidak lebih dominan dari teknologi tingkat tingginya. Potensi gaibnya itulah yang membuat Biggan dapat mengetahui di mana keberadaan Kumala Dewi sekarang. Oleh sebab itu ia tidak nyasar ke rumah Kumala yang dulu.

    "Sayang sekali, Kumala sedang nggak bisa terima tamu malam ini," kata Sandhi sewaktu Biggan menanyakan kebenaran kata-kata Buron tadi mengenai Kumala Dewi.

    "Aku berharap kamu nggak keberatan jika harus bermalam di s ini, supaya esok bisa bertemu dengan Kumala."

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Syukur-syukur mau tinggal di sini beberapa hari," timpal Buron. "Aku yakin, Kumala pasti akan..."

    Tiba-tiba Buron menghentikan kata-katanya. Badannya yang duduk dalam keadaan sedikit membungkuk kini menjadi tegak, serta wajahnya tampak tegang sekali. Melihat perubahan Buron seperti itu, Biggan tetap tenang dengan mata menatap tajam penuh curiga.

    "Ada ?" bisik Sandhi.

    "Gawat!" Hanya itu yang diucapkan oleh Buron Selebihnya adalah tindakan yang mengherankan Sandhi. Tubuh agak kurus itu tiba-tiba melambung ke atas dan bersalto ke belakang. Wuuut...! Dalam sekejap saja kakinya sudah menapak di atas rerumputan taman.

    Biggan bergegas bangkit dari duduknya.

    "Ada tamu lain, rupanya."

    "Tamu lain...?"

    "Aku merasakan energi panasnya mulai merambah udara sekitar rumah ini, Sandhi...," serunya ia pun melompati pagar pengganti dinding pendapa. Wiiizz...! Dalam sekali lompat tubuh Biggan sudah berada di bawah pohon cemara hias yang letaknya sekitar 20 langkah dari tempat Buron. Angin dari gerakannya terasa menghentak di perut Sandhi.

    "Busyet...?! Gerak cepatnya boleh juga tuh ,anak," gumam hati Sandhi masih sempat kagum dan mengomentari gerakan Biggan tadi.

    Kini jelmaan Jin Layon itu melompat ke atas atap pendapa. Di sana ia mengangkat kedua tangannya dan menghentakkan ke depan secara bersamaan. Mirip tangan seorang penyihir.

    Wuuub...! k, dari t iap ujung jarinya melesatlah sepuluh kilatan cahaya orange yang segera menyebar ke mana-mana. Kesepuluh cahaya orange yang masing-masing dapat berubah

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    menjadi panjang setiap kali tangan Buron digerakkan, kini saling berlompatan dalam gerakan acak, seperti sedang berburu sesuatu di sekitar rumah tersebut .

    Taar, traarr, traaatar... traaatatatar... ctaaar ctaaar...!

    Sepuluh sinar kesaktiannya Jin Layon itu saling memercikkari bunga api manakala menyentuh sesuatu yang tak tampak di mata Sandhi. Gelombang energi asing yang menyusup masuk ke wilayah kekuasaan gaibnya Dewi Ular itu agaknya sulit tertangkap mutlak oleh ke sepuluh sinarnya Buron, meski pun sudah terkepung beberapakali ia tetap dapat lolos. Energi gaib asing itu dapat masuk ke wilayah tersebut karena Buron lupa mengaktifkan kembali pagar gaib yang tadi sengaja dimatikan sebentar untuk menerima kedatangan Biggan. Oleh sebab itu, Buron berupaya secepatnya menyingkirkan energi gaib asing itu, sebelum energi tersebut mendapatkan yang diinginkannva, seperti misalnya, mencuri bias energi saktinya Kumala Dewi yang malam ini masih berwujud seekor ular berkepala manusia.

    "Dia lari ke depan, Buron!" seru Biggan sambil ia sendiri berlari cepat seperti hembusan angin menuju ke halaman depan. Wuuuss.

    Sementara Buron sendiri. justru melesat ke atas pohon mangga yang ada halaman samping. Ia mencegat gerakan energi tak bersinar itu dari tempatnya bertengger di atas sehelai daun mangga.

    "Awas, Rooon...!" seru Biggan dari bawah sana.

    Dengan mata gaibnya Buron juga. melihat gerakan energi hawa panas itu. Tapi karena kecepatan energi itu sangat luar biasa, sehingga sebelum Buron sempat menghantam dengan tapak saktinya, dia sudah lebih dulu diterjang oleh energi tersebut.

    Claaaazz...! Gusssrraak...!

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Buron terhempas dikerimbunan pohon mangga. Sebatang dahan berhasil menyangga tubuhnya.Ia segera bangkit dan tersentak kaget melihat sebagian daun mangga menjadi kering dan layu. Ia mencium bau hangus, setelah melirik ke bawah, ternyata kaos yang dipakainya terbakar. Membentuk lubang sisa bakar sebesar piring di bagian dada. Dan, Buron. segera sadar kalau kulit dadanya pun melepuh akibat terjangan energi panas tanpa bentuk tadi.

    "Uuhkk, iiihhhkk...!" Buron menyeringai menahan sakit.

    Ia segera menyalurkan hawa inti gaibnya dari pusar ke dada. Hawa inti gaib itu meredakan rasa panas yang dirasakan menyengat sekali itu, kemudian ia segera bergerak lagi dengan merubah wujud menjadi cahaya kuning menyerupai meteor kecil.

    Bluubh...! Claap, ziaaazzp...!

    Sinar kuning meteor itu membaur dengan kesepuluh sinar orange yang masih bergerak z igzag mengepung energi lawan. Saat itu Biggan berkelebat ke arah halaman depan garasi. Dari sana ia melemparkan sesuatu yang berbentuk seperti bola bekel berwarna putih metal, menyerupai bola kristal.

    Benda kecil yang dilemparkan ke atas itu melayang tinggi, melebihi batas atap rumah. Ketika bergerak turun benda yang mengkilat itu tiba-tiba membiaskan cahaya biru tipis namun cukup terang.

    Craalllp, byaaak....!

    Cahaya itu adalah pantulan dari cahaya rembulan yang tertangkap oleh benda tersebut. Agaknya benda itu berfungsi sebagai pembias cahaya rembulan dan melipat gandakan tingkat kecerahannya.

    Suasana di atas rumah Kumala Dewi menjadi terang tapi tidak menyilaukan. Dalam cahaya terang ltulah sinar-sinar orange dari Buron tadi justru redup dan padam, kecuali sinar

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    kuning jelmaan Buron masih ada. Tapi energi panas yang sedang mereka kejar-kejar itu menjadi tampak seperti bayangan hitam bergerak ke sana-sini. Dengan bantuan cahaya terang dari bola metal yang sekarang diam mengambang di udara, maka siapa pun akan dapat melihat ke mana gerakan bayangan hitam itu.

    Sandhi sendiri sempat tercengang kagum melihat kegunaan benda kecilnya Biggan, dan ia menjadi merinding sendiri setelah melihat energi yang menyusup masuk itu berwarna hitam dengan bentuk berubah-ubah. Seperti air hitam di atas daun talas.

    "Hantam dia, Roon...!" seru Biggan sambil berkelebat lari ke halaman depan lagi. Dari sana ia melihat sinar kuning jelmaan Buron bergerak secepat kilat menerjang bayangan hitam. k, terjadilah iedakan yang cukup besar dan keras.

    Bleeegggaaaaaarr. !!

    "Aahkk...!"

    Terdengar suara pekikan wanita bertepatan dengan hancurnya bayangan hitam tadi. Beberapa kejap kemudian Biggan melihat sesuatu jatuh terhempas atas atap rumah ke tanah berbatu koral yang menjadi jalur penghias taman dekat pagar depari.

    Wuuuuss... !

    Brrrraaakk..., gusraaaak...!

    Ternyata ia seorang wanita berambut panjang.

    Rambutnya terlepas meriap dan mengepulkan asap. Wanita itu mengenakan gaun longgar berwarna hitam. Wajahnya tak sempat terlihat jelas karena tertutup rambut panjangnya yang meriap ke depan saat ia jatuh, sampai bangkit pun rambut itu masih menutupi wajahnya.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Heeyy...!!"seru Biggan setelah ia menggunakan kekuatan tenaga intinya untuk menarik benda pembias cahaya rembulan itu, yang dalam tempo singkat dapat meluncur cepat dan tertangkap oleh tangannya. Biggan pun segera menghampiri wanita berambut panjang itu.

    Namun gerakan Biggan terlambat. Wanita itu sudah lebih dulu lenyap bagaikan ditelan bumi sebelum Biggan berhasil mengenali wajahnya. Begitu pula Buron yang sudah menjelma menjadi pemuda berambut kucai, ia tak sempat mengenali wajah wanita tersebut karena sebelum ia bergerak lebih dekat lagi, wanita tersebut sudah lenyap lebih dulu. Ia pergi melarikan diri tanpa meninggalkan jejak gaib. Buron tak mungkin dapat melacaknya.

    "Ron...!" seru Sandhi. "Tutup kembali pagar gaib kita!"

    Buron teringat hal itu, kemudian segera mengaktifkan kembali pagar gaib yang berfungsi sebagai benteng pertahanan, agar kekuatan gaib asing tak dapat masuk ke rumah Kumala Dewi. Pagar gaib itu juga akan berfungsi sebagai alarm bagi kekuatan gaib asing yang coba-coba menerobos wilayah itu dengan cara menjebolnya.

    "Siapa wanita rambut panjang tadi?" tanya. Biggan.

    Buron sentakkan bahunya. "Nggak tahu. Aku belum pernah mengenali nampilan, rupanya, malah energi gaibnya pun cukup asing bagiku. Mungkin... Sandhi tahu."

    Sandhi menyahut dari belakang Buron.

    "Mana gue tahu. Urusan gue kan transportasi, bukan urusan gaib."

    Mereka saling bertanya-tanya, siapa wanita berambut panjang tadi. Memang tidak ada yang dapat menduga siapa dia. Tapi setidaknya missi kedatangannya bisa diterka; mencuri energi saktinya Kumala, atau entah , yang jelas missi itu pasti missi negatif.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Sementara itu, di dalam kamar pertapaannya, Kumala Dewi juga bertanya-tanya dalam hati. Keributan di luar rumahnya tadi sangat diketahui olehnya. Kekuatan si penyusup berambut panjang tadi, juga dapat diketahui batas ketinggiannya. Tetapi rupanya di dalam kamar Kumala Dewi merasakan debar-debar yang menggelisahkan hati.

    Pada mulanya, ketika Perwira Utama dari galaksi seberang itu datang, Kumala Dewi tidak mengetahui kehadiran sang tamu. Karena pada waktu Buron bicara dengan suara gaibnya Biggan, gadis berbadan ular itu sedang melakukan meditasi total. Menutup seluruh indera yang ada, termasuk indera keenamnya.

    Meditasi total itu selesai tepat terjadi suara gaduh di luar rumah. Ia segera menggunakan deteksi gaibnya untuk mengetahui keributan yang terjadi pada saat itu. Ooh, ternyata ada pihak lain yang berhasil menyusup karena keteledoran Buron yang membuka pagar gaib tanpa ditutup lagi. Bagi Kumala hal itu tidak perlu diperpanjang. Siapa pun bisa melakukan kesalahan berdasarkan alasan lupa. Kumala-juga mengetahui keinginan si penyusup itu hanya untuk mencuri energi saktinya yang berhamburan ke mana-mana. Bagi Kumala, hal itu adalah biasa dan tak perlu diperdebatkan dalam hati.

    Tentang siapa wanita itu, bagi Kumala juga bukan sesuatu yang penting untuk dilacak secara terburu-buru. Cepat atau lambat ia pasti akan mengetahui siapa sebenarnya si penyusup tadi.

    Namun ketika terjadi ketegangan antara Buron, si penyusup dan Biggan, mata batin Kumala dewi sempat menembus dinding kamarnya. Secara sepintas ia melihat sekelebat bayangan melintas dari depan garasi ke halaman depan. Saat itulah hati Kumala Dewi berdebar-debar. Ia sempat mengalami ketegangan batin.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Siapa dia?! Apakah benar yang kulihat tadi? Atau hanya suatu fatamorgana yang tercipta dari halusinasiku?" pikirnya saat itu.

    Sesuatu yang dilihatnya sepintas tadi teramat mengejutkan bagi Kumala, sampai-sampai ia tak berani mengulang untuk melihat keadaan di luar rumahnya. Ia takut membuktikan yang sempat tertangkap oleh penglihatan batinnya tadi.

    "Duuuh, iya bukan, sih...?! Kenapa aku jadi gemetar? Kalau bukan, kenapa aku jadi deg-degan begini, ya?"

    Hampir saja tadi Kumala memanggil Buron. Atau ingin mengirim suara gaibnya pada Buron. Tapi setelah dipertimbangkan lebih masak lagi, ia putuskan untuk tidak melakukan apa-apa, karena ia sedang dalam kondisi f isik yang membutuhkan konsentrasi ritual sangat serius.

    Meski pun ia berusaha untuk kembali ke jalur gaib ritualnya, namun bayangan yang dilihatnya sepintas tadi benar-benar sulit untuk dilupakan. Debar-debar keresahannya sulit untuk dijinakkan. Karena, bayangan seseorang yang berkelebat dari depan garasi tadi mempunyai bayangan berwarna biru. Bayangan itu mempunyai makna yang sangat besar bagi kehidupannya di masa mendatang.

    Kumala Dewi akan diizinkan kembali hidup di Kahyangan kalau ia sudah berhasil menemukan cinta sejati, yaitu seorang suami yang menjadi jodohnya. Sedangkan para dewa senior pernah mengatakan padanya mengenai ciri-ciri calon jodohnya. Bahwa, ciri-ciri utama dari pemuda yang akan menjadi jodohnya Kumala Dewi adalah... dia memiliki bayangan tubuhnya berwarna biru di saat terkena sinar bulan purnama, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "Korban Kutukan").

    Bayangan biru itu hanya dapat dilihat oleh mata Kumala sendiri. Bayangan biru itu hanya akan muncul pada saat

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    terkena sinar bulan purnama. Sinar lain tidak akan membuat- bayangan orang tersebut berwarna biru. Hanya sinar bulan purnama saja yang menghadirkan bayangan biru pada diri calon jodohnya Dewi Ular kelak.

    Sedangkan tadi, Kumala sempat melihat sekelebat bayangan berwarna biru. Apakah yang berwarna biru pakaiannya atau bayangannya?

    "Kalau benar yang kulihat tadi bayangannya, hmmm...benarkah bayangan itu tadi berwarna biru? Jangan-jangan aku salah lihat? Karena ia bergerak cepat maka kelihatannya berwarna biru, padahal hitam?"

    Pertanyaan seperti itulah yang mengganjal di hati Kumala dan membuat ia sulit menjinakkan keresahannya sendiri. Sekali pun ia tanyakan pada Buron atau Sandhi, tetap saja mereka akan menjawab: hitam. Kalau toh bayangan itu berwarna biru, mereka berdua tidak akan melihat warna birunya.

    "Kalau benar dia memiliki bayangan berwarna biru, berarti dialah jodohku. Lalu, bagaimana dengan Rayo...?"

    Wajah tampan Rayo Pasca yang selama ini menjadi kekasihnya mulai terbayang jelas di selaput ingatannya. Selama ini Rayo Pasca tidak pernah melakukan kesalahan yang berarti. Hubungannya selalu mesra dan hangat, meski jarang bertemu. Getar cinta mereka bagaikan api yang tak pernah padam.

    Tetapi selama berhubungan dengan Rayo, belum pernah Kumala melihat bayangan Rayo dalam cahaya sinar bulan purnama. Apakah bayangan Rayo jika terkena sinar bulan purnama akan berubah menjadi biru, atau tetap saja hitam seperti manusia pada umumnya?

    Oo-dwkz-234-oO

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    3 PAGI yang cerah menaburkan kesejukan. embun bening:

    Sejuknya embun terasa meresap dalam hati, manakala Biggan Mouzax menatap senyum indah di bibir ranum Kumala Dewi. Senyum penyambut tamu istimewa itu sempat membuat Biggan tertegun kagum selama tiga helaan napasnya.

    "Luar biasa kecantikannya," sanjung hati Biggan. "Anggun sekali keindahan senyumnya. dapat kusangkal lagi sekarang, rupanya kecantikan dan senyum anggun inilah yang meresahkan hatiku sejak aku kembali dari tanah bumi. Pantas selama ini aku sering merasa ditikam kerinduan tak menentu. Sekarang baru kutemukan jawaban rinduku. Yaitu, rindu tuk jumpa dengannya."

    Jantung sembrani yang dimiliki Biggan terasa berdesir lembut sewaktu Kumala Dewi keluar dari kamarnya dalam keadaan sudah tidak berbadan ular. Ia dapat dengan leluasa menemui sang tamu di pendapa belakang rumah. Dan, pada saat mengetahui tamunya adalah Biggap Mouzax dari planet Aqurin, maka jantung Kumala bukan saja berdesir melainkan bergetar menahan kekuatan magis alami yang ada pada diri Biggan. Sebab, pemuda tampan penuh kharisma itu juga menyapanya dengan senyuman yang dijuluki senyuman maut itu.

    "Luar biasa daya pikatnya. Semakin kuat dan semakin besar pengaruhnya ketimbang kehadirannya yang dulu," bisik lembut hati Kumala. Ia mendapat penghormatan dari Biggan dengan cara dicium tangannya, lalu Biggan berlutut satu kaki dan meletakkan tangan itu di keningnya. Begitulah cara masyarakat planet Aqurin dalam rnemberikan rasa hormat setinggi-tingginya pada pihak diagungkan.

    "Gawat nih," Kumala menggumam lagi dalam hatinya. "Kalau benar dialah pemilik bayangan biru yang kulihat semalam, duuhh... entah bagaimana aku harus mengawali

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    perjalanan hidupku, dengan dia. Ooh, semoga bukan dia... semoga bukan dia calon jodohku. Aku nggak akan sempat melakukan - selama mengarungi sisa hidupku ternyata jodohku adalah Biggan."

    Tetapi bibir ranum sensual itu justru melontarkan kata yang berbeda-dengan suara hatinya.

    "Bagaimana kabarmu, Biggan? Kuharap semoga damai sejahtera menyertaimu sekeluarga."

    "Terima kasih, Kumala. Kuharap kau pun begitu. Karena kedamaian memang ada padaku, tapi bukan pada keluargaku; Sebab, sampai sekarang ternyata aku masih belum bisa berkeluarga. Belum laku kawin," candanya disertai tawa bersama.

    Tapi canda itu memiliki makna yang tersirat dan segera dapat tertangkap oleh kepekaan hati Kumala. Karena itulah hati Kumala pun berbisik kembali, bicara pada dirinya sendiri.

    "Oh,-dia belum merried, rupanya. Duuuh..., gimana ini ? Aku pasti akan mengurung diri dalam kamar sepanjang sisa hidupku, karena sibuk menikmati kehangatan cintanya... itu andai. benar dia adalah jodohku. Bisa-bisa aku nggak mau turun dari ranjang karena badanku nempel terus dengan badannya. Kayak perangko yang sudah terlanjur dicap oleh petugas kantor pos. Oooh...gilaaa! Benar-benar bisa gila kalau dia menjadi pasangan hidupku di Kahyangan....!"

    Kecemasan indah seperti itu berusaha dibenamkan dalam-dalam di lubuk hati. Kumala ingin tetap tenang dan nyantai, walau harus sering berhadapan dengan senyuman maut Biggan. Ia coba untuk mengalihkan bayangan indah itu dengan menjamu sang tamu untuk menikmati sarapan pagi bersama orang-orang dekatnya; Buron dan Sandhi. Sementara itu k Bariah yang juga dianggap sudah seperti saudara sendiri itu menolak diajak makan bersama, lantaran punya

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    alasan yang kuat, dan yang membuat Kumala DewT bisa memakluminya.

    Mendekati akhir acara sarapan bersama, dering telepon berbunyi. Sandhi yang menerimanya. Telepon segera diserahkan kepada Kumala. Ternyata orang yang menelepon di pagi itu adalah.... Rayo Pasca.

    Oo-dwkz-234-oO

    Malam purnama tepat tanggal 15 menurut penanggalan Jawa, konon merupakan malam yang baik untuk mengadakan pesta syukuran atas suatu kesuksesan. Pancaran sinar bulan purnama selain membawa kesan tersendiri pada acara pesta kebun, juga mengandung mitos bahwa kesuksesan yang disyukuri pada malam itu akan berkelanjutan pada kesuksesan-kesuksesan berikutnya.

    Meski pun gaya hidup modern sudah diserap oleh keluarga Rahmadinata, namun agaknya mitos tentang malam purnama itu masih juga diyakini memiliki kekuatan magis yang akan membawa kesuksesan lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, konglomerat papan atas; Rahmadinata, sengaja mengadakan pesta kebun di villanya yang megah dan luas pada malam bulan purnama. Pesta itu adalah perwujudan dari rasa suka cita dan rasa bersyukurnya atas ke berhasilan putra bungsunya: Thomas, yang telah pulang dari Amerika dengan menggondol gelar doktoralnya.

    Hadir juga dalam pesta kebun malam itu beberapa pengusaha koleganya, termasuk sahabat karib k Rahmadinata, yaitu Profesor Atmaja. Profesor yang familiar ini adalah Direktur Bidang Riset dari Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Pengembangan Teknologi. Dalam notabene, dia adalah atasannya Rayo Pasca. Dan, pada malam itu Profesor Atmaja tidak hadir sendiian, melainkan membawa asistennya yang sudah seperti anaknya sendiri, yaitu Rayo Pasca.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Tolong temani aku menghadiri undangannya Pak Rahmadinata. Di antara tamunya nanti akan hadir calon investor kita; k Samudra. Kau harus kenal. beliau sebelum beliau mendanai beberapa proyek riset yang akan kita tangani nanti."

    "Baik, Prof "

    "Tapi hati-hati. Rahmadinata punya anak perempuan yang cantik kakaknya Thomas. : Namanya.... Feliza, Usianya sudah 30 tahun tapi belum mau berumah tangga. Dia cantik dan sexy. Menggoda sekali setiap penampilannya. Kuingatkan padamu, jangan tergoda oleh Feliza, biar hubunganmu dengan Kumala Dewi tetap langgeng. Paham?"

    Rayo tertawa pelan seperti orang menggumam. Tapi wajah tampannya semakin memancarkan kesan familiar di saat tawa itu membiaskan senyum yang sederhana.

    "Soal itu Anda nggak perlu khawatir, Prof. Selama ini hati saya sulit tergoda oleh wanita lain. Sudah terlanjur terpatri wajah Kumala di hati saya."

    "Bagus, bagus...," Profesor Atmaja manggut- manggut.

    Profesor Atmaja dan Rayo Pasca tiba di villanya k Rahmadinata sekitar pukul sembilan kurang. Undangan masih banyak yang belum datang, tapi yang sudah hadir di tempat juga sudah banyak. Pesta kebun itu benar-benar terkesan mewah. Ada panggung kecil khusus untuk musik hidup yang beraliran jazz. Rupanya keluarga Rahmadinata merupakan keluarga penggemar musik jazz, sehingga tak heran jika Rayo melihat beberapa penyanyi dan musisi jazz ternama hadir juga dalam pesta tersebut.

    "Nah, ini k Sam... yang kubicarakan tadi," kata Profesor Atmaja kepada Rayo ketika bertemu dengan seorang lelaki berbadan gemuk yang dikenal dengan sebuatan k Sam. Para pengusaha papan atas mengenalnya dengan nama

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Samudra Fatah. Rayo dikenalkan dengan calon pendana proyek risetnya itu.

    "Nah, Rayo... kalau yang ini mantan mahasiswaku angkatan pertama; sekarang sudah jadi pengusaha sukses juga, ayo kenalkan..."

    "Menantu Anda ini, Prof?"

    "Bukan. Anak angkatku sekatigus asistenku di bidang riset."

    Lelaki separoh baya yang badannya tidak terlalu gemuk tapi berperut buncit itu, bernama Montio Lukasa. Wajahnya belum tampak tua, namun memiliki jerawat besar-besar dengan hidung yang besar juga. Jelek, tapi lucu. Dia minta dipanggil Oom Tio saja, karena memang itulah panggilan akrabnya di mana-mana. Rayo cukup berkesan terhadap keramahan Oom Tio yang suka tertawa lepas, keras, tanpa malu atau sungkan kepada siapa pun.

    Tuan rumah yang sudah seusia Profesor Atmaja itu berseru dari depan serambi.

    "Tiooo...! Musuh caturmu datang niiihh...!!"

    "Haaay, Bennyyy....!! Kemana saja kau selama ini, Bendooot...! Haa, haa, haa, haa....!!"

    Rayo hanya bisa tersenyum geli melihat lelaki berambut abu-abu dengan pakaian terkesan cuek, tak pernah rapi, berlari kecil menuju tempat di mana sang tuan rurnah menyalami seorang tamu jangkung. Suara tawanya mengundang perhatian hampir semua tamu yang hadir dalam pesta tersebut. Kabarnya, meski pun termasuk pengusaha sukses tapi hingga sekarang ia belum mempunyai keturunan, sehingga dalam sejarah hidupnya ia sudah empat kali menikah, tiga kali bercerai.

    "Istrinya yang keempat terpaut sepuluh tahun lebih muda darinya, hmmm... 35 tahun. Dia istri paling muda. Karena sebelumnya Tio selalu menikah dengan perempuan yang

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    usianya terpaut lima tahun darinya. Katanya sih, istri yang usianya terpaut lima tahun akan membawa kesuksesan sendiri dalam hidupnya. Tapi ternyata mitos itu nggak bener. Makanya, sekarang dia kawinin perempuan yang usianya sepuluh tahun lebih muda darinya."

    Profesor Atmaja berdecak pelan, dan Rayo tetap menjadi pendengar yang baik di samping sang profesor.

    "Tapi, nyatanya yaaah.. sama saja. Sudah dua tahun lebih Tio menikah dengan istri yang keempat ini, toh belum juga dikaruniai keturunan. Kasihan sebenarnya si T io itu..."

    "Faktor kemandulan barangkali."

    "Sssst..., jangan keras-keras ngomong begitu. Dia paling marah kalau ada yang bilang dirinya mandul," bisik Profesor Atmaja.

    Sang profesor yang usianya sudah 70 tahun lebih tapi masih sehat dan segar itu segera membawa Rayo ke table prasmanan. Di sana mereka bertemu dengan wanita berleher jenjang, dengan rambut disanggul rapi, tubuh sintal ramping tapi sekal. Wanita bermata sedikit lebar namun berbulu lentik itu mencium pipi Profesor Atmaja saat menyapa dengan riang ceria. Menunjukkan bahwa ia punya hubungan sangat dekat dengan sang profesor, namun juga punya sikap hormat dalam keakrabannya itu.

    "Oom Atma sama siapa? Wulan ikut, ya?"

    "Wulan di Austria dari bulan kemarin. Oom sama asisten Oom, nihh... Ray, kenalin... ini dia putri cantiknya k Rahmadinata yang tadi kuceritakan: Feliza."

    Memang benar kata Profesor Atmaja tadi. Feliza bukan hanya cantik dan sexy, namun punya daya tarik yang menggoda lawan jehisnya dalam penampilan. Terutama dari segi model busananya. Malam itu Feliza mengenakan gaun dengan pundak terbuka.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Ray..." kata Profesor Atmaja, ".... di sini dulu kau, aku mau temui teman lamaku yang baru datang itu."

    "Baik, Prof."

    Profesor bertubuh tak terlalu gemuk itu bergegas menghampiri tamu berkepala botak yang baru saja tiba. Saat itulah Feliza bicara pelan sambil memandangi kepergian sang profesor. Namun jelas sekali arah bicaranya ditujukan pada Rayo.

    "Rupanya kau benar-benar asistennya Oom Atma, kukira tadi menantunya." Selesai berkata,ia melirik Rayo sambil mengambil dua gelas cocktail dari meja panjang.

    "Anak-anaknya Profesor sudah punya pacar sendiri-sendiri, termasuk yang sekarang di Austria."

    "Mungkin cuma aku yang belum punya pasangan, kali ya?" sahut Feliza seraya menyodorkan salah satu cocktail yang diambilnya. Mau tidak mau Rayo menerima pemberian itu, karena ia tak ingin membuat Feliza kecewa jika penghormatan yang diberikannya itu ditolak.

    "Thank's..."

    "Mencari pasangan yang sesuai dengan selera hati memang nggak mudah. Ada yang sesuai fisiknya, tapi nggak sesuai pribadinya. Ada yang sesuai pribadinya, tapi nggak sesuai intelegensinya. karena itulah, aku lebih memiilih single daripada melakukan eksperimen cinta dengan berganti-ganti pasangan. Bagaimana menurutmu ?" Sambil bicara demikian Feliza melangkah pelan-pelan, dan Rayo pun mengikuti langkah itu, karena dialah yang diajaknya bicara.

    "Menurutku, simple saja... tidak ada yang sempurna dari yang kita inginkan dalam hidup ini. Karena, sifat manusia tidak pemah merasa cukup dengan yang ia dapatkan."

    "Jadi, mestinya bagaimana dong?"

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Entahlah, bagaimana mestinya. Tapi yang selalu kulakukan adalah mensyukuri segala yang kudapatkan dalamhidup ini. Dengan begitu, maka aku tidak merasa kekurangan."

    "Falsafahnya Oom Atmaja itu. Haha... kamu pasti nyontek prinsip hidupnya, ya?"

    "Karena menurutku memang itulah yang terbaik untuk hidupku sekarang ini. Mungkin memang agak beda. dengan prinsipmu. Itu biasa. Tiap manusia toh boleh-boleh saja punya prinsip hidup yang berbeda selama tidak saling merugikan satu dengan yang lain."

    Feliza menatap dengan lirikan dan senyum menggoda. Rayo tetap tenang mengiringi langkah si cantik berhidung mancung itu.

    "Kayaknya kamu lebih pantas jadi dosen filsafat daripada jadi asisten direktur riset."

    "Aah..." Rayo hanya bisa tertawa kecil tanpa suara. Hati kecilnya berkata, "Tatapan matanya sudah mulai berbahaya. Punya daya tarik melebihi grafitasi bumi. Gawat nih. Aku harus segera cari teman ngobrol yang lain... Ah, gara-gara segelas cocktail ini sih, jadi nggak enak hati aku kalau harus segera menjauhi dia."

    Rayo mulai menyadari bahwa penghormatan lewat segelas cocktail tadi merupakan jeratan halus yang membuat dirinya tak dapat meninggalkan Feliza tanpa alasan yang kuat. Diakuinya gadis berbokong meliuk gempal itu memang punya kematangan tersendiri dalam menjerat seseorang agar tetap terlibat pembicaraan dengannya. Pertanyaan yang selalu dihadirkan dalam pembicaraan tersebut telah. membuat langkah Rayo tetap mengiringi langkah Feliza.

    Feliza telah membawanya ke sebuah gazebo. Bangunan beratap seperti kubah itu berada di sudut halaman. Agak jauh dari keramaian. Bersuasana sepi dan dengan penerangan remang-remang. Namun dari sana mereka bisa bebas

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    memandang ke mana saja, karena bangunan itu tidak memiliki dinding. Hanya pagar setinggi satu meter dari kayu jati berukir yang membuat tempat itu terkesan antik dan romantis.

    "Nggak keberatan kan kalau kita ngobrol di s ini?"

    Meski hati kecil Rayo ingin mengatakan keberatan, tetapi secara etika pergaulan tetap saja yang terlontar dari mulutnya berbeda.

    "Boleh juga. Tapi, bagaimana kalau temanmu datang dan..."

    "Nggak-ada temanku yang ku undang dalam acara ini. Satu pun nggak ada. Jadi, kamu nggak usah cemaskan hal itu."

    "Kenapa? Aku yakin wanita terhormat sepertimu pasti punya banyak teman."

    "0, ya. Dua kali lipat undangan yang hadir di. Sini jumlah temanku kalau kupanggil semua. Tapi..., nggak. Aku nggak undang satu pun."

    Feliza menyalakan sebatang rokok. Rayo tak sempat menyalakan korek api, karena ia bukan perokok dan tidak s iap dengan korek api di sakunya. Jadi, yang ia lakukan hanya melirik gaya cueknya Feliza sepintas, sambil bertanya dalam senyum yang lembut.

    "Kenapa nggak ada teman yang kau undang? Bukankah..."

    "Jujur saja," sahut Feliza sambil mengepulkan asap rokok pertamanya. "... sebenarnya aku kurang setuju dengan acara ini. Aku dan adikku; Thomas, memang kurang akur. Sejak kami sama-sama tinggal di Manhattan sudah sering cekook. Jadi, pesta keberhasilannya ini membuatku muak. Nggak perlu teman-temanku ikut menikmati kemuakan pesta ini."

    "Ooo...," Rayo manggut-manggut dengan senyum kecil mengarah ke stage kecil, di sana para pemusik sudah mulai

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    bersiap menghidupkan suasana pesta setelah break beberapa saat.

    "Sebenarnya kemarin aku sudah mau berangkat ke Singapore, tapi Papa melarang. Bahkan memohon-mohon padaku supaya aku tetap hadir dalam pesta ini. Kalau Papa sudah memohon-mohon begitu, aku nggak berani menolak! Ingat pesan almarhumah mamaku; kami, anak-anaknya nggak ada yang boleh ngecewain Papa."

    Sekali lagi Rayo hanya menggumam dan manggut-manggut. Baginya cerita itu tidak penting untuk ditanggapi secara serius. Yang terpikir dalam benaknya adalah mencari alasan untuk cepat-cepat menjauhi si pemilik mata nakal itu. Agak repot juga. Di situ yang ia kenal hanya Profesor Atmaja, sedangkan sang profesor tampak sedang asyik bicara serius dengan beberapa rekan lamanya. Sangat tidak mungkin Rayo tiba-tiba mendekati Profesor Atmaja dan nimbrung dalam pembicaraan tersebut.

    "0, ya... kenapa tadi nggak diajak sekalian calon istrimu, Ray?"

    Pertanyaan itu dijawab dengan senyuman kalem oleh Rayo. Sebab, ia paham betul tendensi di balik dari pertanyaan tersebut. Ingin dikorek pribadinya. Ingin dijajagi status hatinya.

    "Dia sibuk," hanya itu jawaban di sela senyum ketenangan nya.

    "Sesibuk apapun mestinya kau bawa juga dia, biar aku bisa kenalan dengannya. Begitu dong, Ray."

    "Ya, kapan-kapan kubawa dia dan kuperkenalkan padamu. Dia juga suka berteman dengan siapa pun."

    "Orang mana dia?"

    "Hmmm..." agak bingung Rayo menjawabnya. Sangat sia-sia jika ia menjawab yang sebenarnya, bahwa kekasihnya

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    berasal dari suatu tempat yang disebut Kahyangan. Feliza tidak mungkin akan percaya.

    Rayo jadi agak kikuk. Lebih-lebih ia sadar mata nakal penuh. daya tarik menggoda itu sejak tadi menatapnya. tanpa basa-basi lagi. Rayo sengaja melemparkan pandanganriya ke arah Oom Tio yang tampak sedang asyik berkelakar dengan beberapa tamu lainnya. Suara tawanya sering terdengar sampai gazebo.

    "ng bule dia, ya?" desak Feliza karena tak ingin berada dalam suasana bisu terlalu lama.

    "Bukan. Dia orang... orang sini aja."

    "Dia pasti cantik, ya?"

    Rayo tertawa sumbang. "Ah, biasa saja-kok."

    "Sebiasa apapun dia, tapi menurutku dia adalah wanita yang paling beruntung di dunia ini, Sangat. beruntung."

    "Kenapa kau berkesimpulan begitu?"

    "Karena dia akan mendapatkan seorang suami yang gagah, kalem, tampan, cerdas, dan... yaaah, sesuai dengan obsesiku selama inilah, pokoknya."

    Rayo sengaja menghamburkan tawa agak panjang untuk menutupi kegundahan hatinya. Sebab, sekarang yang diinginkan oleh Feliza semakin jelas. Gadis berpenampilan sedikit angkuh itu menginginkan pria seperti dirinya. Dia mencoba menerobos pagar hati yang sudah dibentangkan Rayo melalui jawaban tentang sang calon istri, yang dikatakan sedang sibuk tadi,. Bahkan, kali ini Feliza semakin berani menerjang batasan tersebut dengan sebuah pertanyaan baru.

    "Apakah dia benar-benar mencintaimu, Ray?"

    "Kurasa... ya. Dia sangat mencintaiku."

    "Berani menanggung hidupmu di masa tua kelak?"

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Maksudmu?" kali ini Rayo langsung menatap tanpa ragu.

    Feliza diam sesaat. Seperti ada sesuatu yang baru terpikirkan olehnya. Meski pun pandangan matanya- beradu dengan tatapan mata lembutnya Rayo yang amat disukainya itu, namun hati Fe liza tidak terfokus pada kelembutan senyum itu. Hati itu berkecamuk sebentar.

    "Mestinya aku nggak ajukan pertanyaan bodoh itu. Bego banget sih aku malam ini?! Kenapa harus grogi menghadapi cowok macarn dia? Mestinya aku cuek-cuek aja, biar pun dia cowok yang sesuai dengan seleraku, dan yang kuidam-idamkan dari dulu. Tapi...nggak perlu sampai kelihatan ngejar begini dong! Norak banget aku malam ini, ya?!"

    Setelah puas mengecam dirinya sendiri, Feliza pun melempar pandangan ke arah nrang-orang yang sedang berpesta di sana sambil berkata cepat.

    "Ah, forget it...! "

    Rayo sengaja mengejar dengan pertanyaan biar gadis itu semakin salah tingkah, bertambah malu, kemudian pergi ke tempat lain. k mau melanjutkan obrolan tersebut.

    "Apanya yang di -forget it-kan?"

    "Nggak tahu...," sambil menggeleng lugu. Sengaja berlagak makin blo'on biar tampak lucu. Biar rasa sesalnya atas pertanyaan tadi tak diketahui lawan bicaranya. Ia pun tertawa geli dengan suara tertahan, sementara Rayo juga tertawa geli secara spontan. Tanpa dibuat-buat. Rayo tahu Feliza kebingungan dan tak menemukan cara untuk meralat pertanyaannya sendiri.

    Tawa geli mereka ternyata hanya sampai di situ. Bahkan putus secara mendadak, karena suasana di tempat pesta pun berubah menjadi gaduh. Musik berhenti mendadak setelah terdengar suara jeritan wanita yang cukup keras.

    "Aaaaaaaaa....!!"

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Wanita yang menjerit dengan suara lengking itu adalah istri Oom Benny, teman bermain catur Oom Tio. Agaknya semua perhatian tamu tertuju pada Oom Ti.

    "Ada di sana?!" gumara Rayo.

    Feliza berdiri dari tempat duduknya.

    "Ada yang mabuk, kali. Tapi... tapi kayaknya Oom Tio yang..."

    "Oom Tio kenapa tuh?!" suara Rayo sedikit menyentak.

    Inilah kesempatan bagus buat Rayo untuk memisahkan diri dari percakapan Feliza. k, dengan langkah tergesa-gesa tanpa keraguan sedikit pun ia mepinggalkan gazebo lebih dulu. Berpura-pura tak punya waktu untuk bicara apapun pada Feliza.

    Suasana tegang yang terjadi saat itu membuat Feliza sendiri merasa. perlu menge Rayo. Ia merasa punya alasan untuk tetap berada di dekat Rayo. Sewaktu-waktu terjadi bahaya, ia dapat segera berlindung di balik tubuh tegapnya Rayo.

    "Tiooo..! Montioooo...??!" teriak Oom Benny keras-keras.

    "Tiooo...?! Hey, kenapa dia?! Kenapa dia jadi begitu?!"

    "Mana kutahu?! Tiba-tiba saja dia kejang-kejang begitu dan...!"

    Bruuukk...! Tubuh lelaki berperut buncit itu tak tertahan lagi oleh badan Oom Benny yang menyangganya dari belakang dalam keadaan berdiri. Oom Benny jatuh terpelanting. Ia menjerit kesakitan karena persendian mata kakinya tertindih badan Oom Tio yang lebih berat dari badannya. Namun, agaknya Oom Benny tidak terlalu mempedulikan kakinya yang terkilir itu, karena ia segera mengguncang-guncang tubuh Oom Tio yang jatuh meringkuk tak bergerak.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Lekas larikan ke rumah sakit! Jantungnya itu! Jantungnya kena!" seru beberapa orang.

    "Johnyyy...! Buka pintu mobil, cepaaat...!"

    "Ayo, bantu angkat...! Angkat dan masukkan kemobilku...!"

    "Ya, ampuuun.... Kenapa dia tahu-tahu seperti orang menderita ephilepsi begitu sih? Makan apa tadi? Minum ? Emang dia punya penyakit jantung? Sejak kapan?!"

    Berbagai pertanyaan muncul dari mulut mereka. Seruan-seruan bernada panik membuat suasana semakin tegang. Ketika tubuh Oom Tio sudah dimasukkan ke dalam mobil milik seorang rekannya, tahu-tahu Oom Benny berteriak keras-keras sambil menangis, demikian juga istrinya. Puncak ketegangan terjadi di sana.

    "Kenapa...?! Ada lagi di mobil...?!" Feliza bertanya ke sana-sini sambil berpegangan lengan Rayo. Lalu, salah seorang menjawab dengan suara menyedihkan.

    "Dia... sudah meninggal... sudah tak bernapas lagi..."

    "Oh, my God...?! Dia tewas, Ray...!" Feliza merapatkan wajahnya ke dada Rayo, menyembunyikan tangis kesedihannya di dada itu.

    Secara naluri tangan Rayo pun meraihnya datam pelukan. Mengusap-usap punggung Feliza sebagai upaya menenangkan tangis gadis itu. Rayo belum sempat berpikir, apakah tangis Feliza adalah tangis duka cita, atau sekedar tangis siasat agar dapat merasakan pelukan hangat? Yang pasti, hati Rayo pun dirundung duka setelah tahu bahwa Oom Tio benar-benar tak bernyawa lagi.

    Rayo menarik napas dalam-dalam, mengendalikan keharuan hati sambil memandang ke langit cerah. Bulan purnama tepat bertengger di atas kepalanya. Cahayanya yang cerah ternyata menaburkan misteri di pesta mewah. Misteri kematian Oom Tio yang sangat tak diduga-duga oleh siapa

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    pun. Suara tawanya yang keras, lepas dan bebas itu, kini tak akan terdengar lagi di telinga rekan dan para kerabatnya.

    "Duuuh, pas bulan purnama, lagi....?" Pikir Rayo. "Nggak mungkin aku bisa menghubungi Kumala saat ini. Pasti dia sedang melakukan ritual sakral di dalam kamarnya."

    Seandainya tidak tepat jatuh.pada malam bulan purnama, Rayo sudah sejak tadi meraih HP-nya dan menghubungi Kumala Dewi agar segera datang ke villa megah itu. Sebab, menurutnya kematian Oom Tio sangat tidak wajar. Dari obrolan jenaka, tertawa-tawa, belum sempat menenggak mtnuman keras apapun, tahu-tahu tubuhnya mengalami kejang-kejang. Napasnya seperti tersumbat di tenggorokkan. Lalu, terkulai. tanpa tenaga sedikit pun. Jatuh menimpa kaki Oom Benny.

    Beberapa orang, termasuk Rayo, mempunyai. dugaan yang sama. Pada saat tubuh Oom Tio terkulai itulah saat-saat. terakhir almarhum menghembuskan napas. Ketika ia diangkat untuk dimasukkan ke mobil, sebenarnya ia sudah tidak bernyawa lagi. Atau setidaknya ketika ia jatuh meringkuk di tanah, itulah saat ia menghembuskan napas terakhirnya.

    Satu-satunya kemungkinan yang bisa diterima akal sehat adalah serangan jantung mendadak. Tetapi menurut pengakuan Oom Benny dan beberapa orang yang waktu itu berada tak jauh dari Oom Tio, termasuk papanya Feliza, mereka melihat munculnya asap kuning keluar dari mulut Oom Tio di saat mulut itu ternganga dengan tubuh menyentak pertama kalinya. Asap kuning itu seperti asap rokok yang dihembuskan dari mulut. Tipis tapi jelas terlihat di tempat yang terang.

    "Hanya satu kali! Ya, hanya satu kali kulihat ada asap kuning keluar dari mulutnya. Padahal saat itu dia t idak sedang merokok," kata Sam yang waktu itu berada dalam jarak 3 meter dari Oom Tio.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Orang yang tewas karena serangan jantung tidak akan mengeluarkan asap kuning, pikir Rayo. Lalu, penyebab kematian Oom Tio itu sebenarnya? Separoh hati Rayo mengatakan, ada unsur gaib ikut terlibat dalam kasus kematian Oom Tio. Entah gaib dari mana, gaib yang bagaimana, gaib sebesar .,, yang jelas gaib itu telah merenggut nyawa Oom Tio dalam keadaan fisik sehat, segar bugar, dan suasana hati sedang riang ceria.

    "Kenapa kamu nggak panggil Kumala?" bisik Profesor Atmaja. "Aku yakin pacarmu itu bisa mengetahui penyebab kematian Montio, dan seperti yang pernah kudengar beberapakali... mungkin juga Kumala bisa hidupkan kembali mayat Montio."

    "Ya, saya juga punya pemikiran seperti itu, Prof. Tapi. malam ini Kumala tidak bisa diganggu. Malam purnama. seperti ini adalah malam sakral baginya. Besok pagi ia baru bisa dihubungi, Prof."

    k Atmaja tertegun bungkam. Wajah tuanya memancarkan duka yang teramat dalam.

    "Anda harus beristirahat sekarang juga, Prof."

    "Aku... aku masih shock melihat jelas kematian Montio," ujarnya sambil pandangan matanya menerawang sedih.

    "Bagaimana kalau sekarang juga kita pulang. Istirahat di rumah akan membawa ketenangan sendiri bagi Anda, Prof."

    Rayo berusaha membujuk atasannya agar mau segera pergi meninggalkan villa tersebut. Jika mereka segera pulang, maka Rayo merasa terbebas dari incaran hati Feliza yang dari tadi berusaha untuk selalu berada di dekatnya.

    "Bagaimana, Prof? Kita pulang sekarang saja, biar Anda Iekas beristirahat di rumah?"

    "Ya, kamu benar. Benar sekali. Aku memang harus beristirahat" gumam Profesor Atmaja dengan bibir tampak

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    masih gemetar, wajah pun masih tampak memucat. "Mari kuantar ke kamar kalau Oom-mau istirahat sekarang. Kami sudah siapkan kamar khusus buat Oom Atma kok. Yuk .. !

    Suara itu tiba-tiba muncul dari belakang Rayo. Napas Rayo dihembuskan panjang. Menahan keluhan hati, karena suara itu adalah suaranya Feliza. Repotnya lagi, Profesor Atmaja menurut saja ketika dituntun Feliza menuju kamar yang sudah dipersiapkan untuk para tamu terhormat. Mau tak mau Rayo mengikuti langkah mereka. dengan hati menggeram kesal.

    Dalam waktu singkat sang profesor berhasil tertidur nyenyak di atas ranjang besar. Celakanya, Rayo tidak punya kesempatan untuk ikut-ikutan berbaring seperti atasannya. Feliza selalu berusaha mendekatinya dengan berbagai cara dan alasan. Meminta saran ini-itu, meminta bantuau untuk hal- hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh mereka, dan alasan-alasan lainnya. Tentu saja semua itu adalah upaya Feliza untuk membuat Rayo semakin terbakar gairah cumbunya, dan semakin terjerat oleh siasat cinta yang menggoda.

    Menjelang pukul delapan pagi Rayo nekat menghubungi Kumala Dewi. Bidadari asli dari Kahyangan itu diminta datang ke villa tersebut.

    Ada dua tujuan yang ingin dicapai Rayo dengan mengundang kekasihnya. Pertama, menyingkap misteri kematian Oom Tio. Kedua, menyingkirkan Feliza dari bayang-bayang penggoda cinta.

    k, ketika Kumala Dewi datang bersama sopir kesayangannya; Sandhi, ia segera diperkenalkan kepada keluarga Rahmadinata. Termasuk diperkenalkan kepada Feliza.

    "Feliza, kenalkan... ini calon istriku yang kita bicarakan semalam."

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Feliza menyambut dengan senyum hambar. Tertegun beberapa detik dengan mata tak berkedip memandangi kecantikan Kumala Dewi yang melebihi kecantikannya. Memandangi juga postur tubuh Kumala Dewi yang lebih sexy dari tubuhnya. Serta, memandangi kehampaan di seberang sana, di mana terbentang sebuah tanda tanya besar.

    "Jika begini keadaannya, yang harus kulakukan sekarang...?!"

    Apakah itu berarti Feliza merancang sebuah siasat untuk menyingkirkan Dewi Ular? Atau berani terang-terangan bersaing dengan kekasih Rayo? Akan mampukah dia menyingkirkan Kumala?

    Oo-dwkz-234-oO

    4 DENGAN mata teduhnya Kumala Dewi menatap wajah

    datar tanpa ekspresi sedikit pun. Wajah itu ada di depannya. Hanya berjarak sekitar dua meter darinya. Cahaya senja masih dapat untuk melihat kepolosan wajah pemuda berambut lebat tapi berpotongan pendek, agak ikal. Pemuda itu menurut saja ketika disuruh duduk bersila di lantai pendapa.

    Sandhi yang berdiri di dekat tangga. Sedikit bersandar pada tiang bangunan tanpa dinding itu. Seorang pemuda lagi berkulit coklat berdiri tak jauh dari Sandhi. Ia juga memperhatikan Kumala Dewi yang sedang duduk berlutut dengan badan tegak. Mengenakan atasan thank-top ketat warna hijau daun, dengan celana stretch sebetis dari bahan beludru lentur berwama hijau lumut berbintik-bintik putih. Cantik sekali Kumala di senja itu, meski rambutnya yang panjang dan halus itu digulung naik asal-asalan.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    " sejak dia pulang ke kontrakan itu, dia juga seperti orang blo'on begitu, Yan?" tanya Sandhi bersuara pelan.

    "Iya. Tapi dia masih sempat mengingat saat tahu-tahu berada dalam taksi, punya uang dan sebagainya. Darimana dia naik taksi, itu dia nggak ingat sama sekali. Sekarang malah dia nggak ingat kalau dia pulang ke rumah naik taksi. Aneh kan?"

    "Yah, nggak perlu merass aneh sebenarnya. Karena, kehidupan dia yang sekarang memang berasal dari sesuatu yang aneh, alias gaib."

    "Sampai sekarang gue masih sangsi sebenarnya. Dia benar-benar hidup atau sosok setan yang menjelma menjadi dirinya?"

    "Kumala akan mengetahui siapa dia dan bagaimana keadaan dia sebenarnya. Elu tenang aja, Yan. Nggak usah tegang."

    "Gimana nggak tegang slh kalau hidup serumah sama orang yang udah meninggal dan hidup lagi? Gue dari semalem nggak bisa tidur, San. Sampai sekarang aja belum tidur."

    "Tapi, waktu elu tengok dia di kamar, elu dengar suara-suara aneh dari dalam kamar?"

    "Nggak."

    " elu tiba-tiba pengen dia, kenapa tuh?"

    "Yaaaah... nggak tahu. Tiba-tiba aja perasaan gue nggak enak dan pengen nengok keadaan dia dalam kamar. Makanya, gue kaget banget waktu lihat tempat tidur kosong. Gue pikir dia kabur atau hilang secara gaib, eeeh... nggak tahunya dia tidur nyenyak tapi badannya ngambang di udara. Hampir nyentuh langit-langit kamar Iho, San!"

    "Terus, dia turunnya gimana?"

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Waktu gue tinggal keluar, manggil tetangga supaya ikut lihat keanehan itu, eeh... ternyata dia udah nggak ngambang lagi. Udah meringkuk di atas kasur. Normal aja."

    "Sampai pagi?"

    "Sampai pagi. Normal. Mandi, makan, ngopi... biasa aja, kayak kehidupan dia sebelum mati."

    Sandhi menggumam pelan. Sedikit banyak hati Yannu sudah agak lega, karena ia berhasil membawa Rubby menemui Sandhi dan Kumala, yang ketika ditelepon olehnya sedang berada di villanya Rahmadinata. Yannu juga merasa senang bisa datang tepat waktu, yaitu bersamaan dengan datangnya Kumala dari menangani kasus misteri kematian Oom Tio, kira-kira 10 menit yang lalu.

    Tadi sewaktu Sandhi memperkenalkan Yannu kepada Kumala, tatapan mata Kumala sudah lebih dulu tertuju pada Rubby. Wajah cantik yang sempat mengagumkan hati Yannu itu diam-dim menyimpan kecurigaan, sehingga sebelum Yannu menceritakan kasusnya Rubby, Kumala sudah lebih dulu bertanya dengan suara berbisik.

    "Sejak kapan dia kembali dari alam kubur?"

    "Hmm, eeh... tadi malam, Mbak... eeh, Zus... Ya, tadi malam," jawab Yannu agak gugup, karena dia tidak menyangka kalau akan mendapat pertanyaan pertama seperti itu. Yannu tidak menyangka kalau Kumala Dewi ternyata mengetahui bahwa Rubby pernah meninggal dan bangkit lagi, tanpa mendengar keterangan lebih dulu darinya.

    Padahal semula Yannu sempat ragu-ragu untuk menceritakan hal itu. Takut kalau tidak dipercaya dan dianggap ceritanya mengada-ada. Kumala Dewi segera menyodorkan tangannya, mengajak salaman kepada Rubby. Ketika Rubby menyambutnya, ia semakin tak bisa bicara.

    "Hay, kabar? Siapa namanya?"

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    Pertanyaan ramah dan lembut itulah yang tak dapat dijawab Rubby. Rupanya jabat tangan itu memiliki arti tersendiri. Kumala mengalirkan hawa saktinya yang membuat Rubby terbeliak-beliak, matanya menjadi sayu, seperti orang mengantuk berat.

    Dan, pada saat seperti itu Yannu sendiri melihat ada gerakan sinar hijau kecil, seperti urat yang menyusup di bawah kulit lengan Rubby. Sinar redup itu bergerak bagaikan ular. Berkelok-kelok menyusuri sekujur tubuh Rubby. Ketika Kumala melepaskan jabat tangannya, mata Rubby pun melek kembali dan sinar kecil mirip ular itu tidak terlihat lagi.

    "Bawa dia ke belakang, San. Dia perlu ditangani secepatnya,," kata Kumaia Dewi dengan kalem sekali. Sandhi sempat berbisik pada Kumala.

    "Kamu nggak istirahat dulu?"

    "Ada energi hitam dalam dirinya. Kalau dibiarkan berlarut-larut dapat berubah menjadi ganas dan liar. Berbahaya bagi keselamatan orang lain."

    "O, begitukah?"

    "Karena itu, harus dijinakkan secepatnya."

    Lalu ia berkata kepada Yannu, "Hmmm, Bang Yannu... ikut Sandhi ke belakang, ya? Sama temannya juga dibawa ke sana."

    "O, iya, baik. Terima kasih sebelumnya Mbak, eeh... Zus...," Yannu berusaha sesopan mungkin, karena Kumala bicara dengannya juga dengan sangat sopan dan sangat rrienghormati tamunya.

    Saat berjalan ke belakang lewat halaman samping, Yannu berbisik kepada Sandhi dengan nada heran.

    "Tadi itu yang masuk ke tubuh Rubby apaan, San? Kayak ular hijau yang liar, ya?"

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    "Itu energi penjelajah medan gaib. Selain mendeteksi secara langsung unsur gaib yang ada dalam diri temanmu, energi yang mirip ular hijau tadi juga berfungsi untuk menutup seluran gaib di titik-titik tertentu supaya nggak ada gaib lain yang keluar atau masuk selama temanmu dalam terapinya Kumala nanti."