Download - 93-91-1-PB

Transcript

1

Penerapan Metode Full Costing Dalam Menentukan Harga Jual Batu Bara Pada PT

Energi Alam Sejahtera Di Samarinda

(Studi Kasus Pada PT Energi Alam Sejahtera Di Samarinda)

Eka Nur Khasanah ([email protected])

Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

Prof. DR. Rusdiah Iskandar, Dra., M.Si., Ak ([email protected])

Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

Agus Iwan Kesuma, SE., MA ([email protected])

Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis klasifikasi biaya serta menganalisis harga

jual batu bara . Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: Apakah Harga Jual Batu Bara yang telah ditentukan

oleh Perusahaan berbeda hasilnya jika dihitung dengan Metode Full Costing menurut konsep akuntansi biaya.

Dengan menghitung alokasi biaya menggunakan metode nilai jual relative, menghitung harga pokok

produksi, menentukan harga jual dan membandingkan harga menurut perusahaan dan menurut hasil perhitungan

sebagai alat analisis.

Menurut hasil analisis terdapat perbedaan dalam menetukan harga pokok penjualan, pada perusahaan

harga pokok penjualan sebesar 13.498.529.856,- sedangkan menurut penelitian ada dua jenis batu bara yang

memiliki harga pokok penjualan yang berbeda. Pada calory 6400 harga pokok produksi sebesar 6.718.414.631,- untuk calory 6100 sebesar 6.780.115.225,-.

Menurut perusahaan laba per metric ton sebesar 483.022,- sedangkan menurut teori Full Costing, laba

penjualan batu bara Calory 6400 sebesar 503.832,- per metric ton sehingga terdapat selisih laba sebesar Rp.

20.810,- per Metric Ton. Dan perolehan laba sebesar 463.712,- per metric ton sehingga terjadi selisih laba

19.310,- per Metric Ton untuk Calory 6100.

Kata kunci: Harga Pokok Penjualan, Harga Jual, Metode Full Costing

ABSTRACT

The research aims to find out the cost classification for the company and to identify the method of how to

determine the selling price of the coal by the company. The problem of this study is stated as follows : is the

selling price of the coal determined by the company different from the price which is calculated by using full

costing method according to theoretical concept cost accounting.

By calculating the cost allocation using the relative sales value method, calculating the cost of

production, determine the selling prince and compare price by company and according to the calculation result

as an analysis. There was a different in determining the basic selling price. In the company, the basic selling price was

13.498.529.856,- while based on the theory, there were two type of coal which were different in terms of its

basic selling price. For the coal with 6400 calorie, the basic production price was 6.718.414.631,- and for the

coal with 6100 calorie the price was 6.760.115.225,-.

According the company, the selling profit per metric ton was 483.022,- while according to the theory, the

selling profit of coal with 6400 calorie was 503.832.- per metric ton, therefore the different in profit was

20.810,- per metric ton. And for the coal with 6100 calorie the profit was 463.712,- per metric ton, so that the

difference in profit was 19.310,-.

Key words: Cost of Goods Sold, Selling Price, Full Costing Methode

2

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Perusahaan yang menghasilkan suatu produk dalam proses produksinya memerlukan

informasi mengenai berapa besar jumlah biaya yang digunakan dalam menghasilkan produk-

produk tersebut dan sekaligus diharapkan dapat menghitung dan menetukan harga pokok

penjualan yang tepat dan produk yang dihasilkan.

Akuntansi biaya merupakan adalah salah satu media penting yang memberikan informasi

bagi pimpinan perusahaan sehingga dapat dikatakan bahwa akuntansi biaya adalah salah satu

alat yang digunakan sebagai dasar pimpinan perusahaan didalam perencanaan, pengendalian

serta menganalisis biaya hal ini sesuai dengan tujuan akuntansi biaya untuk kepentingan

manajemen guna membantu mereka dalam mengelola perusahaan. Pada umumnya, harga jual barang atau jasa tidak sepenuhnya ditentukan oleh biaya,

melainkan juga dipengaruhi oleh adanya interaksi antara jumlah permintaan dan penawaran

di pasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan harga jual barang atau jasa di pasar

seperti selera konsumen, jumlah pesaing, yang memasuki pasar dan harga jual yang

ditentukan pesaing merupakan faktor-faktor yang sulit diramalkan.

Ada dua pendekatan yang dapat diambil oleh pihak manajemen dalam perncanaan dan

pengambilan keputusan dalam menentukanharga jual, yaitu dengan menggunakan harga

pokok full costing dan harga variable costing. Perbedaan antara kedua metode tersebut

terletak pada perlakuan biaya overhead pabrik. Menurut metode full costing, biaya overhead

tetap diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan pada metode variable costing biaya

overhead tetap diperlakukan sebagai biaya periodic.

PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

dalam bidang pertambangan batu bara. Dalam menjalankan usahanya perusahaan

menggunakan sumber daya yang dimiliki sehingga menghasilkan suatu efektifitas dan

efisiensi yang tinggi. Artinya, perusahaan dapat mencapai target dan tujuan dengan cara-cara

yang sudah ditentukan oleh manajemen serta penggunaan sumber daya yang minimum

untung menghasilkan hasil yang optimum.

PT Energi Alam Sejahtera selama ini memproduksi batubara dalam 2 kategori yaitu

kualitas 1 dan 2 yang melalui beberapa proses pengolahan lebih lanjut untuk memperoleh

ukuran dan spesifikasi tertentu, dalam hal ini 6.400-6.100 untuk kualitas 1 dan 5.400-6.100

untuk kualitas 2. Sehubungan dengan mekanisme penetapan harga jual yang dilakukan oleh

PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda berdasarkan harga pasar dunia, maka perlu

dilakukan penelitian yang sifatnya perbandingan terhadap penetapan harga jual batu bara

berdasarkan konsep akuntansi, yang memuat penilaian terhadap biaya penuh dan laba yang

dikehendaki. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat membantu manajemen perusahaan

untuk mengetahui harga jual yang kompetitif berdasarkan biaya-biaya yang digunakan dalam

memperkirakan laba yang diharapkan..

B. Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam

penulisan ini adalah sebagai berikut : Apakah Harga Jual Batu Bara Per Metric Ton yang

telah ditentukan oleh Perusahaan berbeda hasilnya jika dihitung dengan Metode Full Costing

menurut konsep teori.

C. Tujuan

3

Untuk mengetahui perhitugan harga jual batu bara yang diterapkan oleh PT Energi Alam

Sejahtera dengan penentuan harga jual berdasarkan metode Full Costing menurut konsep

teori yang lazim

II. Tinjauan Teoritis

A. Dasar Teoritis

1. Pengertian Akuntansi

“Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasikan laporan kepada pihak-pihak

yang berkepentingan mengenai aktifitas ekonomi dan kondisi perusahaan.” (Agoes dan

Trisnawati, 2009:2)

Menurut Kieso, (2007:4), “akuntansi adalah suatu sistem informasi yang

mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu

organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan.”

Fungsi utama akuntansi adalah sebagai informasi keuangan suatu organisasi. Dari

laporan akuntansi kita bisa melihat posisi keuangan suatu organisasi beserta perubahan yang

terjadi di dalamnya. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Laporan keuangan disusun setiap akhir periode untuk memberikan informasi keuangan baik

untuk pihak internal perusahaan maupun untuk pihak eksternal. Pemakai laporan keuangan

meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya,

pelanggan, pemerintah, masyarakat, pemegang saham dan manajer.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari

proses akuntansi yang merupakan suatu ringkasan yang terjadi selama tahun buku yang

bersangkutan yang digunakan sebagai alat informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Pengertian Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya merupakan cabang dari akuntansi yang memberikan informasi

keuangan, yang digunakan oleh pihak-pihak yang memberikan kepentingan dalam

pengambilan keputusan ataupun pengelolaan perusahaannya. Akuntansi merupakan ilmu

tentang bagaimana cara mengukur dan menganalisis biaya dari suatu aktivitas produksi yang

disesuaikan dengan perencanaan dan keperluan manajemen serta berdasarkan fakta-fakta.

Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.

Pengertian akuntansi biaya yang dikemukakan dari Kamarudin Ahmad (2005:8),

akuntansi biaya adalah proses pengidentifikasian, perangkuman dan penafsiran aneka

informasi yang diperlukan untuk: 1) Perencanaan dan pengendalian, 2) Pengambilan

keputusan manajeman, dan 3) Penghitungan biaya atau harga pokok barang yang diproduksi.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulakn bahwa Akuntansi

biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan

dan penjualan produk atau jasa dengan cara tertentu serta penafsiran terhadapnya. Tanpa

informasi biaya, manajemen akan mengalami kesulitan untuk mengelola perusahaan dengan

baik.

3. Tujuan Akuntansi Biaya

Secara garis besar tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan informasi tentang biaya

untuk manajeman guna membantu mereka dalam mengelola perusahaan. Ada banyak

pendapat mengenai tujuan akuntansi biaya namun pada umumnya pendapat tersebut

mengarah pada pengertian yang sama.

4

Mulyadi (2005:7) menyatakan bahwa akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok,

yaitu:

1. Penentuan harga pokok produksi

2. Pengendalian biaya

3. Pengambilan keputusan khusus

Dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan

akuntansi biaya adalah untuk perencanaan, pengendalian keputusan. Perencanaan berarti

menetapkan dan memelihara suatu rencana operasi yang terintegrasi dan sejalan dengan

tujuan perusahaan dan prosedur-prosedur yang sesuai. Pengendalian berarti aktifitas

mengarahkan pelaksanaan yang sesuai dengan rencana, dengan asumsi bahwa rencana

tersebut telah benar. Sedangkan pengambilan keputasan berhubungan dengan input atau

masukan pada pimpinan perusahaan guna pengambilan keputusan yang tepat.

4. Pengertian Harga Pokok Produksi

Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba maka perusahaan harus

menjual produknya diatas harga produk-produk itu sendiri. Harga pokok merupakan dasar

dalam menentukan harga jual produk.

Semua perusahaan perlu mengetahui berapa biaya total dari produk yang dihasilkan.

Dan sebagian besar dari program anggaran (budget) perusahaan berisi taksiran penghasilan

yang akan diperoleh dan akhirnya menunjukkan keuntungan yang dicapai. Oleh karena itu

sebagai penetapan dasar penaksiran harga jual bagi pihak proddusen (perusahaan) untuk

setiap barang yang di produksi, dan ditawarkan kepada konsumen (pasar) adalah harga

kuantatif.

Muyadi (2005:35) “Merupakan metode yang biaya-biaya produksinya dikumpulkan

untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi

total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan

yang bersangkutan.”

Dari pendapat-pendapat diatas, penentuan harga pokok produk dari produk yang

dihasilkan merupakan jumlah pengorbanan (biaya produksi) yang dikeluarkan selama periode

tertentu. Dan untuk memudahkan penganggaran biaya produksi setiap yang dikeluarkan,

maka diperhitungkan dengan harga pokok masing-masing penjualan setiap unitnya.

5. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

1. Metode Full Costing

Full Costing, merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi. Harga pokok

produksi yang dihitung melalui pendekatan Full Costing terdiri dari unsur harga pokok

produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan

biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non-produksi (biaya pemasaran, biaya

administrasi & umum).

Pengertian Full Costing diuraikan dalam buku “Akuntansi Biaya” Mulyadi (2005:17)

“Adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya

produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead

pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk.”

Dalam metode Full Costing, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap

ataupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan

dimuka, pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh

karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk

5

dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai

biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah dijual Harga pokok produksi menurut metode Full Costing terdiri dari:

Biaya bahan baku Rp.xxx

Biaya tenaga kerja Rp.xxx

Biaya overhead pabrik tetap Rp.xxx

Biaya overhead pabrik variable Rp.xxx +

Harga Pokok Produk Rp.xxx

Karena biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang

ditentukan dimuka pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode biaya overhead

pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan

overhead lebih (Overapplied Factory Overhead) atau pembebanan biaya overhead kurang

(Underapplied Factory Overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut

belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tersebut

digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam

persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan dalam proses ataupun barang jadi). Namun

jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang,

maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba/rugi

sebelum produknya laku dijual.

Metode Full Costing, menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai

biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead pabrik yang terjadi,

baik yang berperilaku tetap ataupun variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat

pada persediaan) sebelum persediaan tersebut terjual.

2. Metode Variable Costing

Variable Costing, merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya

memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi.

Harga pokok produksi yang dihitung dengan menggunakan pendekatan Variable Costing

terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik) ditambah dengan biaya non-produksi variabel (biaya

pemasaran dan biaya administrasi & umum) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik, biaya

pemasaran dan biaya administrai & umum).

Sedangkan pengertian Variable Costing dalam buku Akuntansi Biaya Mulyadi

(2005:18) diuraikan sebagai berikut: “Adalah metode penentuan harga pokok produksi yang

hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk.”

Dalam metode Variable Costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai

period cost dan bukan unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap

dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik

tetap didalam metode Variable Costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum

laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

metode Variable Costing tidak menyetujui penundaan pembebanan biaya overhead

pabrik tetap tersebut (atau dengan kata lain, tidak menyetujui pembebanan biaya overhead

tetap kepada produk). Karena menurut metode Variable Costing, penundaan pembebanan

suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari

terjadinya biaya yang sama dalam periode yang akan datang.

6. Penentuan Harga Jual

Penetapan harga produk atau jasa merupakan fungsi manejer yang penting.

Kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka waktu panjang tergantung kepada keputusan

6

harga jual ini. Harga jual yang ditetapkan harus mampu menentukan semua biaya yang

menghasilkan laba jangka panjang sehingga dapat menghasilkan return yang wajar bagi para

pemilik perusahaan serta mempertahankan dan mengembangkan perusahaan.

Menurut Supriyono (2008:332) “ Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan

oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau

diserahkan.”

Pengertian harga jual menurut Fajar Laksana (2008:107) adalah sebagai berikut:

“Harga jual adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi

sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya atau produk yang dibeli oleh kelompok

konsumen tertentu dalam suatu program pemasaran tertentu”.

Pengertian harga jual menurut Basu Swastha (2007:147) adalah sebagai berikut:

“Harga jual adalah nilai tukar suatu barang atau jasa, yaitu jumlah uang yang pembeli

sanggup membayar kepada penjual untuk suatu barang tertentu”.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa harga jual yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah nilai akhir barang yang merupakan penjumlahan dari biaya-biaya

produksi dan biaya lain untuk memproduksi suatu barang ditambah dengan sejumlah

keuntungan yang diinginkan.

7. Metode Penetapan Harga Jual

Metode penetapan harga jual adalah faktor yang mempengaruhi

keputusan konsumen untuk membeli suatu produk, konsumen akan

membeli suatu produk apabila ada keseimbangan antara alasan dalam

menetapkan harga jual. Keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produknya tidak

terlepas dari metode penetapan harga jual yang dilakukan perusahaan. Kegagalan yang

ditimbulkan perusahaan dalam hal memasarkan produknya terkadang disebabkan

ketidakmampuan perusahaan dalam mengendalikan harga.

Menurut Fajar Laksana (2008:116) mengemukakan bahwa ada beberapa metode

penetapan harga jual adalah sebagai berikut:

1. Cost Oriental pricing

2. Demand oriental pricing

3. Competetion Oriental pricing

Menurut Basu Swastha (2007:154) mengemukakan bahwa ada beberapa metode

penetapan harga jual adalah sebagai berikur:

1. Cost-plus pricing method

2. Mark-up pricing method

Pada dasarnya metode penetapan harga jual yang baik dilakukan oleh perusahaan

adalah dengan cara melihat biaya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk,

kemudian dengan mengadakan riset pasar dan didapatkan tingkat kemampuan konsumen

untuk membeli produk yang telah diproduksi perusahaan, jika perusahaan telah melakukan

metode ini kemungkinan perusahaan untuk rugi akan dapat ditekan.

8. PSAK 33 Tentang Akuntansi Pertambangan Umum

Dalam kaitan perusahaan tambang yang menjadi objek penelitian ini jelaslah

menggunakan system akuntansi system akuntansi berdasarkan proses (process Costing), dan

dalam PSAK 33 tentang Pertambangan Umum dan Biaya disebut dengan Biaya Eksplorasi

Yang ditangguhkan dan Biaya.

7

B. Kerangka Konsep

Untuk menggambarkan alur pemikiran penelitian agar lebih jelas, maka akan

dijabarkan dalam gambar berikut ini :

Akuntansi Biaya

Perhitungan Harga Jual Batu Bara

Menurut Perusahaan Menurut Metode Full Costing

Hasil Perhitungan Menurut Hasil Perhitungan menurut

Perusahaan Metode Full Costing

Apakah Harga Jual Batu Bara per Metric Ton yang ditentukan oleh Perusahaan berbeda

hasilnya jika dihitung dengan menggunakan Metode Full Costing menurut Konsep teori

Penerapan Metode Full Costing

Hasil Analisis Harga Jual Batu Bara Per Metric Ton

III. Metode Penelitian

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder, dimana

data yang digunakan penulis dalam bentuk laporan keuangan diperoleh langsung dari PT

Energi Alam Sejahtera di Samarinda.

Sebagai bahan analisa dalam penelitian ini, maka data yang diperlukan dalam penelitian

ini antara lain:

1. Gambaran umum perusahaan PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda.

2. Struktur organisasi PT Energi Alam Sejatera di Samarinda.

3. Data laporan biaya-biaya selama proses produksi PT EAS pada tahun 2011.

4. Harga jual dan Volume penjualan pada tahun 2011

8

5. Laporan rugi laba PT Energi Alam Sejahtera pada tahun 2011 6. Data-data lain yang relevan dan berhubungan dengan penelitian.

B. Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data yang dikumpulkan secara langsung oleh penulis dari objek penelitian berupa data mentah yag masih harus diolah. Adapun data primer yang dignakan oleh penulis adalah a. Observasi

Melakukan pengamatan langsung dan sistematis pada objek penelitian, seperti aktivitas yang dilakukan dan biaya-biaya apa saja yang digunakan dalam menetukan harga pokok produksi.

b. Interview (wawancara) Data yang diperoleh dengan wawancara langsung kepada pimpinan dan staf karyawan yang dapat memberikan data da informasi yang diperlukan. Contohnya dalam penentuan harga pokok produksi dan penentuan harga jual batu bara.

2. Data Sekunder Pengumpulan data yang mempelajari maslah yang berhubungan dengan

objek penelitian atau yang diteliti serta bersumber dari buku-buku pedoman, dan litelatur yang berhubungan dengan penelitian. Adapun data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa sejarah singkat, sturktur organisasi, dan laporan keuangan PT Energi Alam Sejahtera pada tahun 2011.

C. Alat Analisis

Dalam penelitian ini ada beberapa alat analisis yang diperlukan untuk membuktikan

hipotesis yang diajukan, adapun alat analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan Alokasi Biaya Bersama

Metode Nilai Jual Relatif Tabel

1 Alokasi Biaya Bersama dengan Metode Harga Jual Relatif

Sumber : Mulyadi (2005:336)

Dasar pemikiran metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan

perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut.

Produk

Bersama

Volume

Produksi

yang

dihasilkan

(MT)

Harga

Jual

Per-

Unit

(RP)

per MT

Nilai Jual

per-Unit

(RP)

Nilai Jual

Relatif

Alokasi Biaya

Bersama (BB)

(RP)

Harga pokok

produk

bersama per-

MT (RP)

(1) (2) (3) = (1) x

(2)

(4) = (3) /

(3)

(5) = (4) x BB (6) = (5) / (1)

A xxx Rp xxx Rp xxx xx % Rp xxx Rp xxx

B xxx Rp xxx Rp xxx xx % Rp xxx Rp xxx

Jumlah xxx MT Rp xxx 100% Rp xxx

9

2. Perhitungan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2005:18) rumus untuk menghitung harga pokok produksi dengan

metode full costing adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku Rp xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx

Biaya overhead pabrik tetap Rp xxx

Biaya overhead pabrik variabel Rp xxx

Harga Pokok Produksi Rp xxx

3. Perhitungan Penentuan Harga Harga Jual

Tabel 2 Perhitungan Penentuan Harga Jual

Uraian Produk A Produk B

Produk Terjual dalam MT

Biaya Penuh (full cost)

Biaya Produksi (Rp)

Biaya Komersial (Rp)

Total Biaya

Biaya Penuh per MT

Total Laba Bersih (Rp)

Laba per MT (Rp)

Total Penjualan

Harga Jual Per MT

Rp. xxx MT

Rp. xxx

Rp. xxx

Rp. xxx

Rp. xxx

Rp. xxx

Rp. xxx

Rp. xxx

Rp. xxx

Rp. xxx MT

Rp. xxx

Rp. xxx

Rp. xxx

Rp. xxx

Rp. xxx

Rp. xxx

Rp. xxx

Rp. xxx

Sumber : - Hasil Olah Data

- Laksana (2008:242)

4. Perbandingan Harga Per Metric Ton menurut perusahaan dan menurut teori full costing.

Tabel 3 Perbandingan Harga Per Metrik ton menurut perusahaan dan menurut toeri full

costing

No Uraian Menurut

Perusahaan

Menurut teori Full

Costing selisih

A B A B A B

1 Harga Pokok Penjualan xxx xxx xxx xxx xxx xxx

2 Harga Penjualan xxx xxx xxx xxx xxx xxx

3 Laba dalam RP xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Sumber : - PT EAS 2011

- Sabeni (2005-150)

- Hasil Olah Data

10

IV. Analisis Dan Pembahasan

PT Energi Alam Sejahtera

Laporan Persediaan Awal Barang Jadi

Per 1 Desember 2011

Gross Calory Value Matrix Ton Jumlah (Rp)

Calory 6400 931 633.080.000

Calory 6100 504 317.520.000

1.435 950.600.000

Sumber : PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda, 2011

PT. Energi Alam Sejahtera

Laporan Persediaan Akhir Barang Jadi

Per 31 Desember 2011

Gross Calory Value Matrix Ton Jumlah (Rp)

Calory 6400 1.219 828.920.000

Calory 6100 488 307.440.000

1.707 1.136.360.000

Sumber : PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda, 2011

PT Energi Alam Sejahtera

Laporan Persediaan Awal Barang Dalam Proses

Per 1 Desember 2011

Gross Calory Value Matrix Ton Jumlah (Rp)

Calory 6400 423 287.640.000

Calory 6100 403 253.890.000

826 541.530.000

Sumber : PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda, 2011

PT Energi Alam Sejahtera

Laporan Persediaan Akhir Barang Dalam Proses

Per 31 Desember 2011

Gross Calory Value Matrix Ton Jumlah (Rp)

Calory 6400 465 316.200.000

Calory 6100 278 297.360.000

943 613.560.000

Sumber : PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda, 2011

PT ENERGI ALAM SEJAHTERA

LAPORAN BIAYA ROM

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER

2011

Biaya ROM

Overburden Rp 1.818.033.000

Coal Loading Rp 1.107.590.000

Coal Transport Rp 1.147.133.000

Road Maintenance Rp 1.075.900.000

11

Eksplorasi Rp 1.272.521.292

Jumlah Biaya ROM Rp 6.421.177.292

Sumber : PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda, 201

PT ENERGI ALAM SEJAHTERA

LAPORAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER

2011

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Upah Buruh Pabrik Rp 741.693.375

Gaji Operator Alat Berat Rp 516.704.167

Jumlah Biaya tenaga Kerja Langsung Rp1.258.397.542

Sumber : PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda, 2011

PT ENERGI ALAM SEJAHTERA

LAPORAN BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER

2011

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp 668.346.667

Biaya Gaji Mandor Rp 304.583.334

Asuransi Tenaga Kerja Rp 751.470.834

Asuransi Peralatan Tambang Rp 682.785.000

Penyusutan Peralatan Tambang Rp 253.880.042

Penyusutan Kendaraan Tambang Rp 242.916.667

Penyusutan Alat Pencucian Rp 16.564.738

Penyusutan Kade atau Pelanbuhan Rp 12.566.708

Penyusutan Peralatan Bengkel Rp 15.320.875

Royalti Daerah Rp 551.125.000

Jumlah Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 3.499.559.865

Sumber : PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda, 2011

PT ENERGI ALAM SEJAHTERA

LAPORAN BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER

2011

Bahan Bakar atau Pelumas Rp 142.916.667

Pemetaan Rp 6.725.000

Pengeboran dan Uji Parit Rp 10.416.667

Analisis Batu Bara Rp 15.000.000

Perencanaan Penambangan Rp 37.129.167

Biaya Pencucian Bahan Galian Rp1.720.550.000

Pengambilan Bahan Galian Rp 176.687.500

Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Peralatan Rp 91.042.500

Reclamation Rp 204.220.834

AMDAL Rp 9.185.334

Pembuatan Kolam Pengendapan Lumpur Rp 14.220.800

Pencegahan Pencemaran Akibat Debu Rp 4.176.917

Pengembangan Masyarakat Rp 144.913.771

Jumlah Biaya Overhead Variabel Rp2.577.185.157

Sumber : PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda, 2011

12

PT ENERGI ALAM SEJAHTERA

LAPORAN BEBAN ADMINISTRASI & PENJUALAN

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER

2011

Biaya-Biaya :

Gaji & Upah Karyawan Kantor Rp2.284.366.211

Kesejahteraan Karyawan Rp 230.977.327

Profesional Fee Rp 613.372.528

Government Taxes, Licenses & Fee Rp1.048.850.550

Biaya Sewa Rp 101.795.796

Biaya Air & Listrik Rp 21.075.424

Biaya Peralatan Kantor Rp 21.647.193

Biaya Suplai Kantor Rp 10.885.249

Perbaikan & Pemeliharaan Aktiva Rp 35.707.539

Depresiasi Aktiva Tetap Rp 22.445.524

Sumbangan Kepada Publik Rp 165.108.334

Biaya Lain-Lain Rp 128.558.653

Jumlah Biaya Administrasi & Penjualan Rp4.684.790.328

Sumber : PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda, 2011

PT. ENERGI ALAM SEJAHTERA

Nilai Perolehan, Amortisasi dan Akumulasi

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011

I. Biaya yang ditangguhkan

Nilai perolehan Rp 469.684.163

Akumulasi Amortisasi Awal Tahun Rp (83.341.542)

Amortisasi Tahun Berjalan Rp 386.342.621

Akumulasi Amortisasi Akhir Tahun Rp(125.391.667)

Nilai Buku Rp 260.950.954

II. Biaya Pendirian dan Pra Operasi

Nilai Perolehan Rp 101.645.883

Akumulasi Amortisasi Awal Tahun Rp (29.958.383)

Amortisasi Tahun Berjalan Rp 71.687.500

Akumulasi Amortisasi Akhir Tahun Rp (30.322.542)

Nilai Buku Rp 40.364.958

Sumber : PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda, 2011

13

PT. ENERGI ALAM SEJAHTERA

Laporan Harga Pokok Penjualan

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011

Harga Pokok Penjualan:

Persediaan Awal Barang Jadi Rp 950.600.000

Harga Pokok Produksi

Persediaan Awal Barang Dalam Proses Rp 541.530.000

Biaya ROM Rp 6.421.177.292

Biaya TKL Rp 1.258.397.542

BOP Rp 6.076.745.022

Jumlah Rp14.297.849.856

Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (Rp 613.560.000)

Harga Pokok Produksi Rp 13.684.289.856

Barang Tersedia Untuk diJual Rp 14.634.889.856

Persediaan akhir Barang Jadi (Rp 1.136.360.000)

Harga Pokok Penjualan Rp 13.498.529.856

Sumber : PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda, 2011

PT. ENERGI ALAM SEJAHTERA

LAPORAN LABA RUGI

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2011

Uraian Jumlah (Rp)

Penjualan 69.468.150.000

Harga Pokok Penjualan 13.498.529.856

Laba Kotor 55.969.620.144

Biaya Administrasi & Penjualan 4.684.790.324

Laba Sebelum Pajak 51.284.829.820

Sumber : PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda, 2011

Laporan Persentase Laba Perusahaan per Metric Ton

Uraian Jumlah Rp per MT

Penjualan (MT) 106.175 69.468.150.000 654.280

Harga Pokok Penjualan 13.498.529.856 127.135

Biaya Administrasi & Penjualan 4.684.790.324 44.124

Harga Pokok Produk 13.684.289.856 128.884

Laba Sebelum Pajak 51.284.829.820 483.022

Sumber : PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda, 2011

Sebelum menganalisis Laporan Harga Pokok Penjualan yang telah disusun PT Energi

Alam Sejahtera, lebih dahulu di alokasikan biaya bersama dengan metode Harga Jual Relatif

untuk mengetahui berapa biaya produk masing-masing produk batu bara ( Kualitas A dan

Kualitas B ). Dengan diketahui masing-masing biaya, maka dapat diperhitungkan biaya

produksi dan harga pokok produksi, harga pokok penjualan, serta haga pokok produk dengan

metode full costing, baik berdasarkan masing-masing produk maupun secara keseluruhan.

Table 4.15 Alokasi Biaya Bersama : Biaya ROM

Produk

Bersama

Jumlah

Unit

Produk

Terjual

(MT)

Harga

Jual Per-

Unit

(Rp)

perMT

Nilai Jual per MT

(Rp) (1x2)

Nilai Jual

Relatif (%)

(3/Jumlah

Nilai Jual)

Alokasi

Brsama

(Rp)

(4xJumlah

Biaya

Bersama)

HPP

Bersama

per-MT

(Rp)(5:1)

1 2 3 4 5 6

Calory 6400 51.558 680.000 35.059.440.000 50,47% 3.240.768.179 104.315

14

Calory 6100 54.617 630.000 34.408.710.000 49,53% 3.180.409.113 96.638

106.175 69.468.150.000 100% 6.421.177.292

Sumber: Diolah berdasarkan data hasil penelitian

Table 4.16 Alokasi Biaya Bersama : Biaya Tenaga Kerja Langsung

Produk

Bersama

Jumlah

Unit

Produk

Terjual

(MT)

Harga

Jual Per-

Unit

(Rp) per

MT

Nilai Jual per

MT (Rp)(1x2)

Nilai Jual

Relatif

(%)

(3/Jumlah

Nilai Jual)

Alokasi

Brsama (Rp)

(4xJumlah

Biaya

Bersama)

HPP

Bersama

per-MT

(Rp) (5:1)

1 2 3 4 5 6

Calory 6400 51.558 680.000 35.059.440.000 50,47% 635.113.239 12.667

Calory 6100 54.617 630.000 34.408.710.000 49,53% 623.284.303 11.412

106.175 69.468.150.000 100% 1.258.397.542 24.097

Sumber: Diolah berdasarkan data hasil penelitian

Table 4.17 Alokasi Biaya Bersama : Biaya Overhead Pabrik Tetap

Produk

Bersama

Jumlah

Unit

Produk

Terjual

(MT)

Harga

Jual Per-

Unit

(Rp) per

MT

Nilai Jual per

MT (Rp) (1x2)

Nilai Jual

Relatif

(%)

(3/Jumlah

Nilai Jual)

Alokasi

Brsama (Rp)

(4xJumlah

Biaya

Bersama)

HPP

Bersama

per-MT

(Rp)(5:1)

1 2 3 4 5 6

Calory 6400 51.558 680.000 35.059.440.000 50,47% 1.766.227.864 34.257

Calory 6100 54.617 630.000 34.408.710.000 49,53% 1.733.332.001 31.736

106.175 69.468.150.000 100% 3.499.559.865 65.993

Sumber:Diolah berdasarkan dala hasil penelitian

Table 4.18 Alokasi Biaya Bersama : Biaya Overhead Pabrik Variabel

Produk

Bersama

Jumlah

Unit

Produk

Terjual

(MT)

Harga

Juat Per-

Unit

(Rp)

perMT

Nilai Jual per MT

(Rp)(1x2)

Nilai Jual

Relatif

(%)

(3/Jumlah

Nilai Jual)

Alokasi

Brsama (Rp)

(4xJumlah

Biaya

Bersama)

HPP

Bersama

per-MT

(Rp)(5:1)

1 2 3 4 5 6

Calory 6400 51.558 680.000 35.059.440.000 50,47% 1.300.705.349 25.228

Calory 6100 54.617 630.000 34.408.710.000 49,53% 1.276.479.808 23.371

106.175 69.468.150.000 100% 2.577.185.157 48.599

Sumber: Diolah berdasarkan data hasil penelitian

Table 4.19 Alokasi Biaya Bersama : Biaya Komersial (Adm. & Penjualan)

Produk

Bersama

Jumlah

Unit

Produk

Terjual

(MT)

Harga

Jual Per-

Unit

(Rp) per

MT

Nilai Jual per MT

(Rp) (1x2)

Nilai Jual

Relatif

(%)

(3/Jumlah

Nilai Jual)

Alokasi

Brsama (Rp)

(4xJumlah

Biaya

Bersama)

HPP

Bersama

per-MT

(Rp)(5:1)

1 2 3 4 5 6

Calory 6400 51.558 680.000 35.059.440.000 50,47% 2.364.413.679 45.859

Calory 6100 54.617 630.000 34.408.710.000 49,53% 2.320.376.649 42.485

106.175 69.468.150.000 100% 4.684.790.328 88.344

Sumber: Diolah berdiasarkan data hasil penelitian Laporan Harga Pokok Produksi

15

PT. ENERGI ALAM SEJAHTERA

LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2011

Sumber : Diolah berdasarkan data hasil penelitian

Harga Pokok Produksi:

Biaya ROM :

Overburden Rp1.818.033.000

Coal Loading Rp1.107.590.000

Coal Transport Rp1.147.133.000

Road Maintenance Rp1.075.900.000

Eksplorasi Rp1.272.521.292

Jumlah Biaya ROM Rp 6.421.177.292

Biaya Tenaga Kerja Langsung :

Upah Buruh Pabrik Rp 741.693.375

Gaji Operator Alat Berat Rp 516.704.167

Jumlah Biaya tenaga Kerja Langsung Rp1.258.397.542

Biaya Overhead Pabrik Tetap :

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp 668.346.667

Biaya Gaji Mandor Rp 304.583.334

Asuransi Tenaga Kerja Rp 751.470.834

Asuransi Peralatan Tambang Rp 682.785.000

Penyusutan Peralatan Tambang Rp 253.880.042

Penyusutan Kendaraan Tambang Rp 242.916.667

Penyusutan Alat Pencucian Rp 16.564.738

Penyusutan Kade atau Pelanbuhan Rp 12.566.708

Penyusutan Peralatan Bengkel Rp 15.320.875

Royalti Daerah Rp 551.125.000

Jumlah Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp3.499.559.865

16

Lanjutan Laporan Harga Pokok Produksi

PT. ENERGI ALAM SEJAHTERA

LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2011

Sumber : Diolah berdasarkan data hasil penelitian

Biaya Overhead ParikVariabel :

Bahan Bakar atau Pelumas Rp 142.916.667

Pemetaan Rp 6.725.000

Pengeboran dan Uji Parit Rp 10.416.667

Analisis Batu Bara Rp 15.000.000

Perencanaan Penambangan Rp 37.129.167

Biaya Pencucian Bahan Galian Rp1.720.550.000

Pengambilan Bahan Galian Rp 176.687.500

Biaya Perawatan dan Pemeliharaan

Peralatan Rp 91.042.500

Reclamation Rp 204.220.834

AMDAL Rp 9.185.334

Pembuatan Kolam Pengendapan Lumpur Rp 14.220.800

Pencegahan Pencemaran Akibat Debu Rp 4.176.917

Pengembangan Masyarakat Rp 144.913.771

Amortisasi Biaya yang ditangguhkan Rp 260.950.954

Amortisasi Biaya Pra Operasional Rp 40.364.958

Jumlah Biaya Overhead Variabel Rp2.878.501.069

Jumlah Biaya Pabrik Rp14.057.635.768

Persediaan Awal Dalam Proses Batu Bara Rp 541.530.000

Persediaan Akhir Dalam Proses Batu Bara (Rp 613.560.000)

Harga Pokok Produksi Rp13.985.605.768

17

PT. ENERGI ALAM SEJAHTERA LAPORAN HARGA POKOK PENJUALAN (Calory 6400)

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2011 Harga Pokok Penjualan :

Pesediaan Awal Barang Jadi Rp 633.080.000 Harga Pokok Produk

Persediaan awal barang dalam proses Rp 287.640.000 Biaya ROM Rp3.240.768.179 Biaya TKL Rp 635.113.239 BOP Tetap Rp1.766.227.864 BOP Variabel Rp1.300.705.349 Jumlah Rp7.230.454.631

Persediaan Akhir barang dalam proses (Rp 316.200.000) Harga Pokok Produksi Rp 6.914.254.631

Barang Tersedia untuk dijual Rp 7.547.334.631 Persediaan akhir barang jadi (Rp 828.920.000)

Harga Pokok penjualan batu bara Calory 6400 Rp 6.718.414.631 Volume Penjualan Calory 6400 51.558 MT : Harga Pokok Penjualan Batu Bara Calory 6400 / MT Rp130.308/MT

Sumber : Diolah berdasarkan data hasil penelitian

PT. ENERGI ALAM SEJAHTERA LAPORAN HARGA POKOK PENJUALAN (Calory 6100)

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2011 Harga Pokok Penjualan :

Pesediaan Awal Barang Jadi Rp 317.520.000 Harga Pokok Produk

Persediaan awal barang dalam proses Rp 258.890.000 Biaya ROM Rp3.180.409.113 Biaya TKL Rp 623.284.303 BOP Tetap Rp1.733.332.001 BOP Variabel Rp1.276.479.808 Jumlah Rp 7.067.395.225

Persediaan Akhir barang dalam proses (Rp 297.360.000) Harga Pokok Produksi Rp 6.770.035.225

Barang Tersedia untuk dijual Rp 7.087.555.225 Persediaan akhir barang jadi (Rp 307.440.000)

Harga Pokok penjualan batu bara Calory 6100 Rp6.780.115.225 Volume Penjualan Calory 6100 54.617MT : Harga Pokok Penjualan Batu Bara Calory 6100 / MT Rp124.140/MT

Sumber : Diolah berdasarkan data hasil penelitian

18

PT. ENERGI ALAM SEJAHTERA

LAPORAN LABA RUGI DENGAN METODE FULL COSTING

Uraian Calory 6400

(Rp)

Calory 6100

(Rp)

Jumlah

1 Penjualan 35.059.440.000 34408.710.000 69.468.150.000

2 Biaya Pabrik

Biaya ROM 3.240.768.179 3.180409.113 6.421.177.292

Biaya Tenaga Kerja Langsung 635.113.239 623.284.303 1.258.397.542

Biaya Overhead Pabrik Tetap 1.766.227.864 1.733.332.001 3.499.559.865

Biaya Overhead Pabrik Variabel 1.300.705.349 1.276.479.808 2.577.185.157

Total Biaya Pabrik 6.942.814.631 6.813.505.225 13.756.319.856

3 Persediaan awal barang dalam proses 287.640.000 253.530.000 541.530.000

4 Biaya Produksi (2+3) 7.230.454.631 7.049.035.225 14.279.489.856

5 Persediaan akhir batubara dalam proses 316.200.000 297.360.000 613.560.000

6 Harga pokok produk selesai (4-5) 6.914.254.631 6.751.675.225 13.665.929.856

7 Persediaan Awal barang jadi 633.080.000 317.520.000 950.600.000

8 Produk Siap dijual (6+7) 7.547.334.631 7.069.195.225 14.616.529.856

9 Persediaan akhir barang jadi 828.920.000 307.440.000 1.136.360.000

10 Harga Pokok Penjualan (8-9) 6.718.414.631 6.761.755.225 13.480.169.856

11 LabaKotor(1-10) 28.341.025.369 27.646.954.775 55.987.980.144

12 Biaya Komersial 2.364.413.679 2.320.376.649 4.684.790.328

13 Laba Bersih Sebelum Pajak (11-12) 25.976.611.690 25.326.578.126 51.303.189.816

Sumber : Diolah berdasarkan data hasil penelitian

Berdasarkan dari table, dapat disimpulkan harga pokok produk atau biaya penuh dari

setiap produk dan data tersebut, maka dapat di asumsikan bahwa untuk penentuan harga

dengan menggunakan pendekatan metode cost plus pricing adalah sebagai berikut :

Perhitungan Penentuan Harga Dengan Pendekatan Metode Cost Plus Pricing .

Uraian Calory 6400 Calory 6100

Produk Terjual Dalam MT

Biaya Penuh (Full Costing)

Biaya Produksi (Rp)

Biaya Komersial (Rp)

Total Biaya

Biaya Penuh per MT

Total Laba Bersih (Rp)

Laba per MT (Rp)

Laba dalam %

Total Penjualan

Harga Jual per MT

51.558

6.718.414.631

2.364.413.679

9.028.828.310

176.167

25.976.611.690

503.832

34,9%

35.059.440.000

680.000

54.617

6.761.755.225

2.320.376.694

9.082.131.919

166.288

25.326.578.126

463.712

35,8%

34.408.710.000

630.000

Sumber : Diolah berdasarkan data hasil penelitian

19

Pembahasan

Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh perusahaan selama ini masih

sangat sederhana. Pada perusahaan biaya-biaya yang diperhitungkan dalam penetapan harga

pokok produksi meliputi biaya bahan baku (ROM), biaya tenaga kerja langsung dan biaya

lain-lain yang merupakan satu-satunya biaya overhead pabrik yang dihitung oleh perusahaan.

Perhitungan biaya overhead pabrik oleh perusahaan biasanya tidak dihitung secara rinci

melainkan beberapa biaya dihitung berdasarkan biaya yang diestimasi atau diperkirakan oleh

perusahaan.

Metode Full Costing, menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai

biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead pabrik yang terjadi,

baik yang berperilaku tetap ataupun variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat

pada persediaan) sebelum persediaan tersebut. Sehingga semua biaya-biaya yang merupakan

unsur dalam memproduksi batu bara dihitung dalam menentukan harga pokok yang

mempengaruhi harga jual batu bara tersebut.

Dapat dilihat ada table 4.12, pada laporan harga pokok penjualan perusahaan hanya

menghitung biaya bahan baku (ROM) sebesar Rp6.421.177,- biaya tenaga kerja langsung

sebesar Rp1.258.397.542,- dan biaya overhead pabrik sebesar Rp6.076.745.022,- sehingga

diperoleh harga pokok penjualan sebesar Rp 13.498.529.856,- . untuk mendapatkan harga

pokok pejualan per metric ton, jumlah harga pokok penjualan sebesar Rp13.498.529.856,-

lalu dibagi dengan sebesar 106.175 metric ton sehingga mendapatkan Rp127.135,- per metric

ton. Hal ini berbeda jika kita menghitungnya dengan berdasarkan metode full costing yang

perlu melakukan alokasi biaya agar mengetahui jumlah biaya-biaya berdasarkan calori batu

bara tersebut.

Pada table 4.20 merupakan laporan harga pokok produksi dengan menghitung semua

jenis biaya-biaya. Pada table tersebut, jumlah harga pokok produksi sebesar

Rp13.684.289.856,- (Lihat Hal. 57 Tabel 4.14) berbeda jumlahnya dengan harga pokok

produksi berdasarkan penelitian yaitu sebesar Rp13.985.605.768,-. Perbedaan tersebut terjadi

karena perusahaan tidak menghitung biaya lainnya, yaitu amortisasi biaya pra operasional

dan amortisasi biaya yang ditangguhkan.

Harga pokok produksi untuk masing-masing kualitas batu bara merupakan

perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah produk. Jika salah satu produk

terjual lebih tinggi dari produk lainnya, hal ini karena biaya yang dikeluarkan untuk produk

tersebut lebih banyak bila dibandingkan dengan produk lain. Oleh karena itu, dalam hal ini

perlu dilakukan pengalokasian biaya bersama dengan mengalokasikan biaya produksi

masing-masing kualitas batu bara selama bulan desember tahun 2011.

Hasil pengalokasian biaya dengan cara mengalokasikan biaya-biaya produksi

berdasarkan calory batu bara untuk mendapatkan harga pokok produk bersama per metric ton.

Table 4 Jumlah Pengalokasi Biaya Bersama berdasarkan calory menurut biaya-biayanya

keterangan Calory 6400

(Rp)

Calory 6100

(Rp)

Biaya ROM 104.315 96.638

Biaya Tenaga Kerja Langsung 12.667 11.412

Biaya Overhead Pabrik Tetap 34.257 31.736

Biaya Overhead Pabrik Variabel 25.228 23.371

Biaya Komersial 45.859 42.485

Sumber: Hasil olah data

Dapat kita lihat pada table di atas, jika melakukan pengalokasian biaya bersama

jumlah biaya berbeda beradasarkan kualitasnya, berbeda hasilnya menurut perusahaan.

Sehingga berbeda pula harga pokok penjualannya tiap kualitas batu bara.

20

Berdasarkan informasi data yang diteliti harga jual menurut perusahaan adalah biaya

penuh ditambah dengan laba bersih (sebelum pajak) sebesar Rp51.284.829.820,- (lihat table

4.14) , penjualan sebesar Rp654.280,-/MT secara keseluruhan, sedangkan menurut teory

terdapat dua jenis harga yang ditetapkan secara berbeda, laba kotor sebesar

Rp28.341.025.369,- dikurangi dengan biaya komersial Rp2.364.413.679,- sehingga

mendapatkan hasil laba bersih sebesar Rp25.976.611.690,- dengan harga jual Rp680.000,-

/MT untuk Calory 6400 dan total laba kotor sebesar Rp27.646.954.775,- dikurangi dengan

biaya komersial Rp2.320.376.648,- hasil laba bersih sebesar Rp25.236.578.126,- dengan

harga jual sebesar Rp630.000,-/MT untuk calory 6100.

Pada table 4.25 dengan menggunakan metode pendekatan Cost Plus Pricing, diketahui

jumlah produk terjual dalam satuan pada calory 6400 sebesar 51.558 MT dan pada calory

6100 sebanyak 54.617 MT, untuk mendapatkan Biaya penuh masing-masing produk dibagi

dengan total biaya pada masing-masng produk. Dalam menentukan Laba per MT, jumlah

produk yang terjual dibagi dengan jumlah total laba bersih menurut calory produk masing-

masing. Untuk mengetahui laba dalam bentuk persentase, laba per metric ton dibagi dengan

total biaya penuh per metric ton sehingga diperoleh laba dalam bentuk persentase.

Table 5 Perbandingan Harga per MT Menurut Perusahan dan Teori Full Costing

No Uraian Menurut

Perusahaan

Menurut Teori Full

Costing Selisih

Calory

6400 Calori 6100 Calori 6400 Calory 6100

1 Harga Pokok Produk 128.884 176.167 166.288 47.283 37.404

2 Harga Penjualan 654.280 680.000 630.000 25.720 24.280

3 Laba Dalam Rp 483.022 503.832 463.712 20.810 19.310

Sumber : Diolah berdasarkan data hasil penelitian

Berdasarkan table diatas, terlihat bahwa terdapat selisih dari perhitungan harga pokok

produksi batu bara menurut perusahaan daripada perhitungan harga pokok produksi batu bara

menurut teori akuntansi biaya metode full costing. Pada perusahaan harga pokok produk

sebssar Rp128.884,-/Ton, sedangkan berdasarkan hasil perhitungan menurut metode full

costing untuk calory 6400, harga pokok produk sebesar Rp176.167,- sehingga terdapat selisi

sebesar Rp47.283,- . Untuk calory 6100, harga pokok produk sebesar Rp66.288,- sehingga

terdapat selisih sebesar Rp37.404,-. Tedapat juga selisih pada harga penjualan menurut

perusahaan dan berdasarkan teori dan laba yang akan diperoleh oleh perusahaan berdasarakan

masing-masing calory.

Dapat diketahui bahwa kedua metode perhitungan harga pokok produksi antara

metode perusahaan dan metode Full Costing terdapat perbedaan nilai yang dihasilkan.

Perbedaan nilai yang dihasilkan disebabkan oleh metode yang digunakan oleh perusahaan

tidak membebankan biaya overhead pabrik secara tepat, melainkan hanya menggolongkan

beberapa biaya overhead ke dalam biaya lain-lain. Sehingga biaya produksi yang dihasilkan

juga lebih rendah karena perhitungan yang dihasilkan dengan metode perusahaan kurang

akurat.

Perhitungan dengan metode Full Costing menghasilkan nilai yang lebih tinggi.

Metode Full Costing mencakup perhitungan seluruh sumber daya yang digunakan oleh

perusahaan sehingga nilai perhitungan yang dihasilkan lebih tinggi. Perhitungan Full Costing

dapat mencerminkan berapa biaya yang sesungguhnya dikorbankan perusahaan dalam

kegiatan produksinya. Biaya overhead pabrik yang dicatat pada metode Full Costing

mencakup biaya-biaya yang timbul akibat adanya aktivitas-aktivitas yang mendukung proses

produksi. Biaya yang timbul akibat adanya aktivitas dalam proses produksi antara lain biaya

penyusutan dan biaya pemeliharaan peratalatan, mesin dan kendaraan.

21

Perhitungan dengan Metode Full Costing akan berguna bagi perusahaan untuk

melakukan efesiensi sumber daya yang digunakan dalam kegiatan produksi maupun dalam

penetapan harga jual sesuai dengan besarnya keuntungan yang diharapkan perusahaan, karena

Sebagaimana diketahui, Full Costing menghendaki perhitungan semua unsur biaya atas harga

pokok produksi.

V. Penutup

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai

berikut :

1. PT Energi Alam Sejahtera menerapkan perhitungan harga pokok produksi masih

sangat sederhana. Elemen biaya yang dihitung dengan menggunakan metode

perusahaan meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan

biaya overhead pabrik (biaya lain-lain).

2. Menurut penulis harga Pokok Penjualan PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda

Tahun 2011 untuk jenis batu bara calory 6400 adalah sebesar Rp6.718.414.631,-

dengan harga pokok penjualan persatuan adalah sebesar Rp130.308/MT. Harga pokok

penjualan calory 6100 adalah sebesar Rp6.780.115.225,- dengan harga pokok

penjulan persatuan sebesar Rp124.140/MT.

3. Terdapat perbedaan penerapan harga karena terdapat beberapa unsur biaya perusahaan

yang tidak dimasukkan oleh perusahaan, perusahaan menggunakan metode rata-rata

sehingga semua biaya dihitung bersamaan. Sementara menurut teori menggunakan

alokasi biaya bersama sehingga dapat mengetahui masing-masing biaya untuk

masing-masing calory

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. PT Energi Alam Sejahtera sebaiknya menggunakan perhitungan harga pokok

produksi dengan menggunakan metode Full Costing karena dapat

mengidentifikasikan biaya-biaya yang mendukung proses produksi dibandingkan

metode perhitungan yang telah dilakukan perusahaan.

2. Perusahaan dapat menggunakan dasar alokasi biaya bersama, seperti nilai jual relatif

untuk dijadikan acuan dalam pengalokasian biaya bersama sehingga dapat

menentukan harga jual lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan Trisnawati, Estralita. 2009.Akuntansi Perpajakan (Edisi 2). Jakarta :

Salemba Empat

Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., Brewer, Peter C. 2006. Akuntansi Manajerial (Alih

Bahasa : Hinduan). (Buku I). Jakarta : Salemba Empat

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan 2004. Jakarta : Salemba

Empat

Kieso, Donald E. 2007. Accounting Principles Pengantar Akuntansi. (Alih Bahasa: Ali Akbar

Yulianto, Wasilah, Rangga Handika ). Jakarta : Salemba Empat

Mulyadi, 2005. Akuntansi Biaya (Edisi 5). Yogyakarta : STIE YKPN

.A Supriyono. 2010. Akuntansi Biaya (Edisi 2). Yogyakarta : BPFE

Sabeni, Arifin. 2005. Akuntansi Biaya (Edisi 2). Yogyakarta : BPFE

Swastha, Basu. 2007. Manajemen Pemasaran (Edisi 8) Cetakan 8. Jakarta : Liberty