Nama : Riana Dwi Saputri
NIM : 1402408153
Rombel :1
8. SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK
Tahap-Tahap Studi Linguistik
Tahap pertama, tahap spekulasi
Pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris,
melainkan pada dongeng/cerita dan klasifikasi.
Tahap kedua, tahap observasi dan klasifikasi
Diadakan pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang
diselidiki, tetapi belum sampai pada merumuskan teori.
Tahap ketiga, tahap perumusan teori
Membuat teori-teori, sehingga dapat dikatakan bersifat ilmiah.
8.1. LINGUISTIK TRADISIONAL
Linguistik tradisional dan linguistik struktural banyak dibicarakan orang
sebagai dua hal yang bertentangan sebagai akibat dari pendekatan keduanya yang
tidak sama terhadap hakikat bahasa. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa
berdasarkan filsafat dan semantik; sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan
struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu.
Misalnya dalam merumuskan kata kerja, tata bahasa tradisional mengatakan
kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian; sedangkan tata
bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat berdistribusi
dengan frase “dengan . . . .”.
8.1.1. LINGUISTIK ZAMAN YUNANI
Sejarah studi bahasa pada zaman Yunani sangat panjang, yaitu dari lebih
kurang abad ke-5 S.M sampai lebih kurang abad ke 2 M.
Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan pada linguis pada
waktu itu adalah :
a. Pertentangan antara bahasa bersifat alami (fisis) dan bersifat konvensi
(nomos)
Bersifat alami atau fisis maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan
asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti
di luar manusia itu sendiri. kaum naturalis adalah kelompok yang
menganut faham itu, berpendapat bahwa setiap kata mempunyai
hubungan dengan benda yang ditunjuknya. Atau dengan kata lain,
setiap kata mempunyai makna secara alami, secara fisis.
Sebaliknya kelompok lain yaitu kaum konvensional, berpendapat
bahwa bahasa bersifat konvensi, artinya, makna-makna kata itu
diperoleh dari hasil-hasil tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang
mempunyai kemungkinan bisa berubah.
b. Pertentangan antara analogi dan anomali
Kaum analogi antara lain Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa
bahasa itu bersifat teratur. Karena adanya keteraturan itulah orang
dapat menyusun tata bahasa. Jika tidak teratur tentu yang dapat
disusun hanya idiom-idiom saja dari bahasa itu. Keteraturan itu
tampak, misalnya dalam pembentukan jamak bahasa Inggris : boy
boys, girl girls dan book books.
Sebaliknya, kelompok anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak
teratur. Kalau bahasa itu tidak teratur mengapa bentuk jamak bahasa
Inggris child menjadi children, bukannya childs; mengapa bentuk past
tense bahasa Inggris dari write menjadi wrote dan bukannya writed
8.1.1.1. KAUM SOPHIS
Kaum atau kelompok Sophis ini muncul pada abad ke-5 S.M. Mereka
dikenal dalam studi bahasa, antara lain karena :
a. Mereka melakukan kerja secara empiris;
b) mereka melakukan kerja secara pasti dengan menggunan ukuran-
ukuran tertentu;
c) mereka sangat mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa;
d) mereka membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna
Salah seorang tokoh Shopis, yaitu Protogoras, membagi kalimat menjadi
kalimat narasi, kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat laporan, doa, dan
undangan.
8.1.1.2. PLATO (429 – 347 S.M)
Plato yang hidup sebelum abad Masehi itu, dalam studi bahasa terkenal
antara lain, karena :
a) Dia memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya Dialog.
Juga mengemukakan masalah bahasa alamiah dan bahasa
konvensional.
b) Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira : bahasa
adalah pernyataan pikiran manusia dengan perantaraan onomata dan
rhemata.
c) Dialah orang yang pertama kali membedakan kata dalam onoma dan
rhema.
Onoma dapat berarti : (1) nama, dalam bahasa sehari-hari, (2) nomina,
nominal, dalam istilah tata bahasa, dan (3) subjek, dalam hubungan subjek logis.
Rhema (bentuk tunggalnya rhemata), dapat berarti (1) ucapan, dalam
bahasa sehari-hari, (2) verba, dalam istilah tata bahasa, dan (3) predikat, dalam
hubungan predikat logis. Keduanya, onoma dan rhema, merupakan anggota dari
logos, yaitu kalimat dan klausa.
8.1.1.3. ARISTOTELES (384 – 322 S.M)
Aristoteles adalah salah seorang murid Plato. Dalam studi bahasa dia
terkenal antara lain, karena :
a) Dia menambahkan satu kelas kata lagi atas pembagian yang dibuat
gurunya, Plato yaitu dengan syndesmoi. Jadi menurut Aristoteles ada
tiga macam kelas kata, yaitu onoma, rhema, dan syndesma.
Syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam
hubungan sintaksis. Jadi syndesmoi itu lebih kurang sama dengan
kelas preposisi dan konjungsi.
b) Dia membedakan jenis kelamin kata (atau gender) menjadi tiga, yaitu
maskulin, feminin, dan neutrum.
Aristoteles selalu bertolak dari logika. Dia memberikan pengertian,
definisi, konsep, makna, dan sebagainya selalu berdasarkan logika.
8.1.1.4. KAUM STOIK
Kaum Stoik adalah kelompok ahli filsafat yang berkembang pada
permulaan abad ke-4 S.M. Mereka terkenal antara lain, karena :
a) Mereka membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa
secara tata bahasa;
b) Mereka menciptakan istilah khusus untuk studi bahasa;
c) Mereka membedakan tiga komponen utama dari studi bahasa, yaitu
(1) tanda, simbol, sign, atau semainon; (2) makna, apa yang disebut
semanomen, atau lekton; (3) hal-hal di luar bahasa, yakni benda atau
situasi;
d) Mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian dari
fonologi tetapi tidak bermakna, dan propheretal yaitu ucapan bunyi
bahasa yang mengandung makna;
e) Mereka membagi jenis kata menjadi empat, yaitu kata benda, kata
kerja, syndesmoi dan arthoron, yaitu kata-kata yang menyatakan
jenis kelamin dan jumlah;
f) Mereka membedakan adanya kata kerja komplet dan kata kerja tak
komplet, serta kata kerja aktif dan kata kerja pasif.
8.1.1.5. KAUM ALEXANDRIAN
Kaum Alexandrian menganut paham analogi dalam studi bahasa. Oleh
karena itulah dari mereka, kita mewarisi sebuah buku tata bahasa yang disebut tata
bahasa Dionysius thrax sebagai hasil mereka dalam menyelidik kereguleran
bahasa Yunani. Buku ini lahir lebih kurang tahun 100 S.M. Buku inilah yang
kemudian dijadikan model dalam penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya.
Sezaman dengan sarjana-sarjana Yunani di atas, di India pada tahun 400
S.M. Panini seorang sarjana hindu, telah menyusun lebih kurang 4.000 pemeriah
tentang struktur bahasa Sanskerta dengan prinsip-prinsip dan gagasan-gagasan
yang masih dipakai dalam linguistik modern. Leonard Bloomfield (1887 – 1949),
seorang tokoh linguis struktural Amereka menyebut Panini sebagai One of
greatest monuments of the human intelligence, karena buku tata bahasa Panini,
yaitu Astdhyosi merupakan deskripsi lengkap dari bahasa Sanskerta yang pertama
kali ada.
8.1.2. ZAMAN ROMAWI
Studi bahasa pada zaman Romawi dapat dianggap kelanjutan dari zaman
Yunani, sejalan dengan jatuhnya Yunani dan munculnya kerajaan Romawi. Tokoh
pada zaman romawi yang terkenal antara lain, Varro (116 – 27 S.M) dengan
karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones
Grammaticae.
8.1.2.1. VARRO DAN “DE LINGUA LATINA”
Dalam Buku De Lingua Latina terdiri dari 25 jilid ini, dibagi dalam
bidang-bidang etimologi, morfologi, dan sintaksis.
a) Etimologi adalah cabang linguistik yang menyelidiki asal-usul kata
beserta artinya. Dalam bidang ini Varro mencatat adanya perubahan
bunyi yang terjadi dari zaman ke zaman, dan perubahan makna kata.
Kelemahan Varro dalam bidang etimologi ini adalah dia
menganggap kata-kata Latin dan Yunani berbentuk sama adalah
pinjaman langsung.
b) Morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari kata dan
pembentukannya. Dalam menyusun kelas kata, Barro membagi kelas
kata Latin dalam empat bagian, yaitu :
- Kata benda, termasuk kata sifat, yakni kata yang disebut
berinfleksi kasus.
- Kata kerja, yakni kata yang membuat pernyataan, yang berinfleksi
“tense”.
- Partisipel, yakni kata yang menghubungkan (dalam sintaksis kata
benda dan kata kerja) yang berinfleksi kasus dan “tense”
- Adverbium, yakni kata yang mendukung (anggota bawahan dari
kata kerja) yang tidak berinfleksi.
Kategori kata kerja dibedakan atas tense, time, dan aspect serta aktif dan
pasif.
Menurut Varro, dalam bahasa Latin ada enam buah kasus, yaitu : (1)
nominativus, yaitu bentuk primer atau pokok; (2) genetivus, yaitu bentuk yang
menyatakan kepunyaan; (3) dativus, yaitu bentuk yang menyatakan menerima; (4)
akusativus, yaitu bentuk yang menyatakan objek; (5) vokativus, yaitu bentuk
sebagai sapaan atau panggilan; dan (6) ablativus, yaitu bentuk yang menyatakan
asal.
Varro membedakan adanya dua macam deklinasi (perubahan bentuk kata
berkenaan dengan kategori, kasus, jumlah, dan jenis), yaitu :
1) Deklinasi naturalis, adalah perubahan yang bersifat alamiah, sebab
perubahan itu dengan sendirinya dan sudah berpola.
2) Deklinasi voluntaris adalah perubahan yang terjadi secara
morfologis bersifat selektif dan manasuka.
8.1.2.2. INSTITUTIONES GRAMMATICAE ATAU TATA BAHASA
PRISCIA
Buku tata bahasa Priscia ini yang terdiri dari 18 jilid (16 jilid mengenai
morfologi dan 2 jilid mengenai sintaksis) dianggap sangat penting, karena :
a) Merupakan buku tata bahasa Latin yang paling lengkap yang
dituturkan oleh pembaca aslinya;
b) Teori-teori tata bahasanya merupakan tonggak-tonggak utama
pembicaraan bahasa secara tradisional.
Beberapa segi formal bahasa yang patut dibicarakan mengenai buku ini,
antara lain adalah :
1) Fonologi
Dalam bidang ini pertama-tama dibicarakan tulisan atau huruf yang
disebut litterae, yaitu bagian terkecil dari bunyi yang dapat
dituliskan. Nama huruf-huruf itu disebut figurae. Sedangkan nilai
bunyi itu disebut protestas.
Bunyi itu dibedakan atas empat macam :
vox artikulata, bunyi yang diucapkan untuk membedakan makna
vox martikulata, bunyi yang tidak diucapkan untuk menunjukkan
makna.
vox litterata, bunyi yang dapat dituliskan baik yang artikulata
maupun yang martikulata.
vox ulitterata, bunyi yang tidak dapat dituliskan.
2) Morfologi
Yang dibicarakan dalam bidang ini antara lain mengenai dictio atau
kata, yaitu bagian yang minimum dari sebuah ujaran dan harus
diartikan terpisah dalam makna sebagai satu keseluruhan.
Kata dibedakan atas delapan jenis yang disebut partes orationis,
yaitu :
a) Nomen, termasuk kata benda dan kata sifat menurut klasifikasi
sekarang.
b) Verbum, kata yang menyatakan perbuatan atau dikenai perbuatan.
c) Participium, kata yang selalu berderivasi dari verbum, mengambil
kategori verbum dan nomen.
d) Pronomen, kata-kata yang dapat menggantikan nomen.
e) Adverbium, kata-kata secara sintaksis dan semantik merupakan
atribut verbum.
f) Proepositio, kata-kata yang terletak di depan bentuk yang
berkasus.
g) Interjectio, kata-kata yang menyatakan perasaan, sikap, atau
pikiran.
h) Conjunctio, kata-kata yang bertugas menghubungkan anggota-
anggota kelas kata yang lain untuk menyatakan hubungan
sesamanya.
3) Sintaksis
Bidang ini membicarakan hal yang disebut oratio, yaitu tata susun
kata yang berselaras dan menunjukkan kalimat itu selesai. Akhirnya
dapat dikatakan bahwa buku Instituiones Grammaticae ini telah
menjadi dasar tata bahasa Latin dan filsafat zaman pertengahan.
8.1.3. ZAMAN PERTENGAHAN
Studi bahasa pada zaman pertengahan di Eropa mendapat perhatian penuh
terutama oleh para filsuf skolastik, dan bahasa Latin menjadi Lingua Franta,
karena dipakai sebagai bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa ilmu
pengetahuan. Dan zaman pertengahan ini yang patut dibicarakan dalam studi
bahasa antara lain adalah peranan :
Kaum Modistae
Kaum Modistae ini masih pula membicarakan pertentangan antara fisis
dan nomos, dan pertentangan antara analogi dan anomali. Mereka
menerima konsep analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat
reguler dan bersifat universal.
Tata bahasa spekulativa
Merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa Latin (seperti
yang dirumuskan oleh Priscia) ke dalam filsafat skolastik.
Petrus Hispanus
Beliau pernah menjadi paus, yaitu tahun 1276 – 1277 dengan gelar
Paus Johannes XXI. Bukunya berjudul Summulae Logicales. Perannya
dalam bidang linguistik, antara lain :
a) Dia telah memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa.
b) Dia telah membedakan nomen atas dua macam, yaitu nomen
substantivum dan nomen adjectivum.
c) Dia juga telah membedakan partes orationes atas categorematik dan
syntategorematik.
8.1.4. ZAMAN RENAISANS
Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans ini yang
menonjol yang perlu dicatat, yaitu :
1) Selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga
menguasai bahasa Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab.
2) Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa
lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan,
penyusunan tata bahasa dan malah juga perbandingan.
8.1.5. MENJELANG LAHIRNYA LINGUISTIK MODERN
Dalam masa ini ada satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah studi
bahasa, yaitu dinyatakan adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sanskerta
dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin dan bahasa-bahasa Jerman lainnya. Dalam
pembicaraan mengenai linguistik tradisional di atas, maka secara singkat dapat
dikatakan, bahwa :
a) Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara
bahasa ujaran dengan bahasa tulisan;
b) Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil
patokan-patokan dari bahasa lain, terutama bahasa Latin;
c) Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara prekriptif, yakni benar atau salah;
d) Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan
logika;
e) Penemuan-penemuan atau kaidah-kaidah terdahulu cenderung untuk
selalu dipertahankan.
8.2. LINGUISTIK STRUKTURALIS
Linguistik strukturalis berusaha mendiskripsikan suatu bahasa berdasarkan
ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat
dari konsep-konsep atau pandangan-pandangan baru terhadap bahasa dan studi
bahasa yang dikemukakan oleh bapak linguistik modern yaitu Fredinand de
Saussure.
8.2.1. FERDINAND DE SAUSSURE
Ferdinand de Saussure (1857 – 1913) dianggap sebagai bapak ling modern
berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya Course de
Linguistique Generale yang disusun dan diterbitkan oleh Charles Bally dan albert
Sechehay tahun 1915.
Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep :
1) Telaah sinkronik dan diakronik
Telaan bahasa secara sinkronik adalah mempelajari suatu bahasa pada
suatu kurun waktu tertentu saja. Sedangkan telaah bahasa secara
diakronik adalah telaah bahasa sepanjang masa, atau sepanjang zaman
bahasa itu digunakan oleh para penuturnya.
2) Perbedaan La Langue dan La Parole
La Langue adalah keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai
alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa,
sifatnya abstrak. Sedangkan yang dimaksud dengan La Parole adalah
pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota
masyarakat bahasa; sifatnya konkret karena parole itu tidak lain
daripada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang
yang lain.
3) Perbedaan signifiant dan signifie
Signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul
dalam pikiran kita, sedangkan signifie adalah pengertian atau kesan
makna yang ada dalam pikiran kita.
4) Hubungan sintagmatik dan paradigmatif
Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang
terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat
linear. Sedangkan hubungan paradigmatik adalah hubungan unsur-
unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis
yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan.
8.2.2. ALIRAN PRAHA
Aliran praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah seorang
tokohnya, yaitu Vilem Mathesius (1882 – 1945). Dalam bidang fonologi aliran
Praha inilah yang pertama-tama membedakan dengan tegas akan fonetik dan
fonologi. Fonetik mempelajari bunyi-bunyi itu sendiri, sedangkan fonologi
mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem.
8.2.3. ALIRAN GLOSEMATIK
Aliran Glosematik lahir di Denmark, tokohnya antara lain : Louis
Hjemslev (1899 – 1965), yang meneruskan ajaran Ferdinand de Saussure.
Namanya menjadi terkenal karena usahanya untuk membuat ilmu bahasa menjadi
ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain dengan peralatan, metodologis dan
terminologis sendiri.
Hjemslev juga menganggap bahasa sebagai suatu sistem hubungan, dan
mengakui adanya hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik.
8.2.4. ALIRAN FIRTHIAN
Nama John R. Firth (1890 – 1960) guru besar pada Universitas London
sangat terkenal karena teorinya mengenai fonologi prosodi. Karena itulah, aliran
yang dikembangkannya dikenal dengan nama aliran Prosodi.
Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran
fonetis. Fonologi prosodi terdiri dari satuan-satuan fonematis dan satuan prosodi.
Satuan-satuan fonematis berupa unsur-unsur segmental, yaitu konsonan dan
vokal, sedangkan satuan prosodi berupa ciri-ciri atau sifat-sifat struktur yang lebih
panjang dari pada suatu segmen tunggal. Ada tiga macam pokok prosodi, yaitu :
1) Prosodi yang menyangkut gabungan fonem; struktur kata, struktur suku
kata, gabungan konsonan, dan gabungan vokal;
2) Prosodi yang terbentuk oleh sendi atau jeda; dan
3) Prosodi yang realisasi fonetisnya melampui satuan yang lebih besar
daripada fonem-fonem suprasegmental.
8.2.5. LINGUISTIK SISTEMIK
Nama aliran linguistik sistemik tidak dapat dilepaskan dari nama M.A.K
Halliday, yaitu salah seorang murid Firth yang mengembangkan teori Firth
mengenai bahasa, khususnya yang berkenaan dengan segi kemasyarakatan bahasa.
Sebagai penerus Firth dan berdasarkan karangannya Categories of the Theory of
Grammar, maka teori yang dikembangkan oleh Halliday dikenal dengan nama
Neo-Firthian Linguistics atau Scals and Category Linguistics. Namun kemudian
ada nama baru, yaitu Systemic Linguistics (SL).
Pokok-pokok pandangan systemic linguistic (SL) adalah :
Pertama, SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan
bahasa dan bagaimana fungsi kemasyarakatan itu terlaksana dalam bahasa.
Kedua, SL memandang bahasa sebagai “pelaksana”. SL mengakui
pentingnya pembedaan langue dan parole. Langue adalah jajaran pikiran
yang dapat dipilih oleh seorang penutur bahasa, sedangkan parole
merupakan perilaku kebahasaan yang sebenarnya.
Ketiga, SL lebih mengutamakan pemberian ciri-ciri bahasa tertentu beserta
variasi-variasinya, tidak atau kurang tertarik pada semestaan bahasa.
Keempat, SL mengenal adanya gradasi atau kontinum.
Kelima, SL menggambarkan tiga tataran utama bahasa, yaitu :
1) Substansi
Yaitu suatu bunyi yang kita ucapkan waktu kita berbicara, dan
lambang yang kita gunakan waktu kita menulis.
Substansi bahasa lisan disebut substansi fonis, sedangkan tulis disebut
substansi grafis.
2) forma
Adalah susunan substansi dalam pola yang bermakna.
Forma terbagi dua, yaitu : a) leksis, yakni yang menyangkut butir-butir
lepas bahasa dan pola tempat butir-butir itu terletak; b) gramatika,
yakni yang menyangkut kelas-kelas butir bahasa dan pola-pola tempat
terletaknya butir bahasa tersebut.
3) Situasi
Situasi meliputi tesis, situasi langsung, dan situasi luas.
8.2.6. LEONARD BLOOMFIELD DAN STRUKTURALIS AMERIKA
Nama Leonard Bloomfield (1877 – 1949) sangat terkenal karena bukunya
yang berjudul Language (terbit pertama kali tahun 1933), dan selalu dikaitkan
dengan aliran struktural Amerika.
Beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya aliran strukturalisme :
1) Pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama,
yaitu banyak sekali bahasa Indian di Amerika yang belum diperlukan.
2) Sikap Bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim
filsafat yang berkembang pada masa itu di Amerika, yaitu filsafat
behaviorisme.
3) Diantara linguis-linguis itu ada hubungan yang baik, karena adanya
The Linguistics Society of America, yang menerbitkan majalah
Language; wadah tempat melaporkan hasil kerja mereka.
Ciri aliran strukturalis Amerika ini adalah cara kerja mereka yang sangat
menekankan pentingnya data yang objektif untuk memberikan suatu bahasa.
8.2.7. ALIRAN TAGMEMIK
Aliran ini dipelopori oleh Kenneth L. Price, seorang tokoh dari Summer
Institute of Linguistics, yang mewarisi pandangan-pandangan Bloomfeld,
sehingga aliran ini juga bersifat strukturalis, tetapi juga antropologis. Menurut
aliran ini satuan dasar dan sintaksis adalah tagmem.
Tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan
sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling diperlukan untuk mengisi slot
tersebut.
8.3. LINGUISTIK TRANFORMASIONAL DAN ALIRAN-ALIRAN
SESUDAHNYA
Dunia ilmu termasuk linguistik, bukan merupakan kegiatan yang statis,
melainkan merupakan kegiatan yang dinamis, berkembang terus menerus sesuai
dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu mencari kebenaran yang hakiki.
Begitulah, linguistik struktural lahir karena tidak puas dengan pendekatan
dan prosedur yang digunakan linguistik tradisional dalam menganalisis bahasa.
Sekian puluh tahun linguistik struktural digandrungi sebagai satu-satunya aliran
yang pantas diikuti dalam menganalisis bahasa, walaupun model struktural itu pun
tidak hanya satu macam.
8.3.1. TATA BAHASA TRANSFORMASI
Dapat dikatakan tata bahasa tranformasi lahir dengan terbitnya buku Noam
Chomsky yang berjudul Syntatic Structure pada tahun 1957 yang kemudian
diperkembangkan karena adanya kritik dan saran dari berbagai pihak, di dalam
buku Chomsky yang kedua yang berjudul Aspect of the Theory of Syntax pada
tahun 1965.
Setiap tata bahasa dari suatu bahasa, menurut Chomsky adalah merupakan
teori dari bahasa itu sendiri; dan tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu :
1) Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh
pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-
buat.
2) Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan
atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa
tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistik
tertentu.
8.3.2. SEMANTIK GENERATIF
Menjelang dasawarsa tujuh puluhan beberapa murid dan pengikut
Chomsky, antara lain Pascal, Lakoff, Mc Cawly, dan Kiparsky, sebagai reaksi
terhadap Chomsky, memisahkan diri dari kelompok Chomsky dan membentuk
aliran sendiri. kelompok Lakoff ini, kemudian terkenal dengan sebutak kaum
Semantik generatif.
Menurut semantik generatif, sudah seharusnya semantik dan sintaksis
diselidiki bersama sekaligus karena keduanya adalah satu.
8.3.3. TATA BAHASA KASUS
Tata bahasa kasus atau teori kasus pertama kali diperkenalkan oleh
Charles J. Fillmore dalam karangannya berjudul “The Case for Case” tahun 1968
yang dimuat dalam buku Bach, E. dan R. Harms Universal in Linguistic Theory,
terbitan Holt Rinehart and Winston.
Dalam karangannya yang terbit tahun 1968 itu Fillmore membagi kalimat
atas (1) modalitas, yang bisa berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia; dan
(2) proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus. Yang
dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan antara verba dengan
nomina.
8.3.4. TATA BAHASA RELASIONAL
Tata bahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan
langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang
dicanangkan oleh aliran tata bahasa transformasi.
Menurut Teori tata bahasa relasional, setiap struktur klausa terdiri dari
jaringan relasional (relational network) yang melibatkan tiga macam maujud
(entity), yaitu :
a) Seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di
dalam suatu struktur;
b) Seperangkat tanda relasional (relational sign) yang merupakan nama
relasi gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam
hubungannya dengan elemen lain;
c) Seperangkat “coordinates” yang dipakai untuk menunjukkan pada
tataran yang manakan elemen-elemen itu menyandang relasi
gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain.
8.4. TENTANG LINGUISTIK DI INDONESIA
Hingga saat ini bagaimana studi linguistik di Indonesia belum ada catatan
yang lengkap, meskipun studi linguistik di Indonesia sudah berlangsung lama dan
cukup semarak.
8.4.1. Pada awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para ahli
Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan
pemerintahan kolonial.
8.4.2. Pendidikan formal linguistik di fakultas sastra (yang jumlahnya juga
belum seberapa) dan di lembaga-lembaga pendidikan guru sampai
akhir tahun lima puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata
bahasa tradisional yang sangat bersifat normatif. Perubahan baru
terjadi, lebih tepat disebut perkenalan dengan konsep-konsep
linguistik modern.
8.4.3. Pada tanggal 15 November 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior
berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat
Linguistik Indonesia (MLI). Anggotanya adalah para linguis yang
kebanyakan bertugas sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri
atau swasta dan di lembaga-lembaga penelitian kebahasaan.
8.4.4. Penyelidikan terhadap bahasa-bahasa daerah Indonesia dan bahasa
nasional Indonesia, banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia.
Misalnya negeri Belanda, London, Amerika, Jerman, Rusia, dan
Australia banyak dilakukan kajian tentang bahasa-bahasa Indonesia.
8.4.5. Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan,
dan bahasa negara maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki
tempat sentral dalam kajian linguistik dewasa ini, baik di dalam
negeri maupun di luar negeri. Pelbagai segi dan aspek bahasa telah
dan masih menjadi kajian yang dilakukan oleh banyak pakar dengan
menggunakan pelbagai teori dan pendekatan sebagai dasar analisis.
Dalam kajian bahasa nasional Indonesia di Indonesia tercatat nama-
nama seperti Kridalaksana, Kaswanti Purwo, Dardjowidjojo, dan
Soedarjanto, yang telah menghasilkan tulisan mengenai pelbagai segi
dan aspek bahasa Indonesia.
Top Related