LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PERCOBAAN 6
Kinetika Reaksi Kimia
DISUSUN OLEH:
Farisman Hidayah A4111176
DOSEN PEMBINA :
Rohimatush Shofiyah, S.Si, M.Si
PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kinetika kimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia fisika yang mempelajari
laju reaksi. Laju reaksi berhubungan dengan pembahasan seberapa cepat atau lambar
reaksi berlagsung. Sebagai contoh seberapa cepat reaksi pemusnahan ozon di atmosfer
bumi, seberapa cepat reaksi suatu enzim dalam tubuh berlangsung dan sebagainya
Dalam laporan praktikum ini akan dijelaskan pula mengenai konsep – konsep
kinetika kimia tersebut.. Kinetika kimia juga membahas tentang konsep – konsep kinetika
seperti : hukum laju,orde reaksi,tetapan kelajuan, kemolekulan , dan faktor yang
menyebabkan laju reaksi.Dalam makalah ini juga menjelaskan persamaan laju
reaksi,persamaan laju reaksi adalah persamaan matematika yang dipegunakan dalam
kinetika kimia yang menghubungkan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kinetika reaksi kimia ?
2. Bagaimanakah menentukan kecepatan reakasi kimia?
3. Tergolong dalam orde berapakah hubungan reaksi Na2S2O3 dengan waktu?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kinetika reaksi
kimia.
2. Mahasiswa dapat mempelajari tingkat-tingkat reaksi.
3. Mahasiswa dapat mempelajari cara menentukan grafik estimasi reaksi.
1.4 Manfaat
1. Dapat mempelajari konsep dasar kinetika reaksi
2. Dapat mempelajari hubungan kecepatan reaksi dengan waktu.
3. Dapat memahami penerapan kinetika reaksi kimia dalam usaha pertanian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
Kinetika kimia adalah studi tentang kecepatan (speed) atau laju (rate) reaksi kimia. Salah
satu tujuan utama mempelajari kinetika kimia adalah untuk mempelajari faktor-faktor
yang mempengaruhi reaksi kimia.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi kimia dibagi atas empat
kelompok :
a) Sifat kimia molekul pereaksi dan hasil reaksi (produk). Bila semua faktor lain
sama maka susunan kimia molekul atau ion akan mempengaruhi kecepatan reaksi
kimia.
b) Konsentrasi zat-zat yang bereaksi. Bila dua buah molekul beraksi satu dengan
yang lain, maka kedua molekul tersebut harus bertemu atau bertumbukan.
Kebolehjadian antar molekul untuk bertumbukan di dalam sistem homogen (satu
jenis fasa, biasanya gas atau larutan) makin besar jika konsentrasi makin besar.
Di dalam sistem reaksi heterogen, dimana pereaksi berada pada fasa terpisah,
kecepatan reaksi tergantung pada luas kontak antar fasa. Karena luas permukaan
makin besar bila ukuran partikel makin kecil, maka penurunan ukuran partikel
akan menaikkan kecepatan reaksi.
c) Pengaruh temperatur. Hampir semua jenis reaksi kimia berlangsung lebih cepat
bila temperaturnya dinaikkan.
d) Pengaruh zat lain yang disebut katalis. Kecepatan beberapa reaksi kimia,
termasuk hampir semua reaksi biokimia, dipengaruhi oleh zat yang disebut
katalis. Secara keseluruhan selama reaksi, katalis tidak mengalami perubahan
atau pengurangan.
Mempelajari bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi kecepatan reaksi juga tergantung
pada tujuan yang ingin dicapai. Contohnya :
a) Kondisi reaksi dapat diatur sedemikian untuk memperoleh produk yang secepat
mungkin. Hal ini sangat penting dalam industri.
b) Kondisi reaksi dapat diatur agar berlangsung selambat mungkin. Hal ini sangat
membantu pengendalian pertumbuhan jamur dan mikroorganisme lainnya dalam
merusak bahan makanan.
Bagi ahli kimia salah satu manfaat paling penting yang dapat diperoleh dalam
mempelajari kecepatan reaksi kimia adalah pengetahuan tentang bagaimana proses
lengkap perubahan kimia itu dapat terjadi. Ternyata, umumnya reaksi kimia tidak
berlangsung hanya satu tahap tetapi merupakan kumpulan dari serangkaian tahap-tahap
reaksi sederhana. Rangkaian reaksi ini disebut mekanisme reaksi. Jadi, mempelajari
kecepatan reaksi dapat memberi petunjuk tentang mekanisme reaksi yang terjadi. Dengan
demikian kita memperoleh wawasan alasan-alasan sangat mendasar (fundamental)
kenapa zat-zat kimia bereaksi.
Kecepatan Reaksi dan Pengukuran
Kecepatan reaksi kimia dapat diungkapkan sebagai perbandingan perubahan konsentrasi
pereaksi atau produk terhadap waktu. Hal ini analog dengan kecepatan mobil, yaitu
perubahan posisi (jarak yang ditempuh) dibagi dengan waktu. Pada reaksi kimia,
kecepatan dinyatakan dalam mol per liter per detik,
Untuk penyederhanaan maka kecepatan reaksi kimia diberi simbol v, sehingga,
Kecepetan reaksi kimia ditentukan dengan mengukur kecepatan perubahan konsentrasi
pereaksi atau produk. Hal ini paling mudah dilakukan dengan menentukan konsentrasi
setiap interval waktu tertentu. Contoh reaksi paling sederhana adalah reaksi yang
melibatkan hanya satu jenis pereaksi dan membentuk produk tunggal. Contohnya adalah
reaksi konversi siklopropena menjadi propilen,
Secara umum, untuk reaksi dengan stoikiometri,
bila reaksi terjadi, mula-mula produk (B) belum ada. Bersamaan dengan berjalannya
waktu maka konsentrasi B akan naik dan A akan turun, gambar 5.l.
Gambar 4.2. Perubahan konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi terhadap waktu
Perhatikan gambar 4.2, kecepatan reaksi berubah dengan waktu. Pada titik dekat awal
reaksi, konsentrasi A berkurang dan B bertambah dengan cepat. Setelah reaksi
berlangsung lama, perubahan konsentrasi adalah kecil yang berarti kecepatannya kecil.
Perilaku ini terjadi untuk semua jenis reaksi kimia. Jika pereaksi berkurang maka
kecepatan reaksi berangsur-angsur turun.
Pada reaksi kompleks, tidak sesederhana A→B, maka kecepatan pembentukan produk
dan pengurangan pereaksi tidak selalu sama tetapi tergantung pada koefisian reaksi.
Contohnya, reaksi
N2 + 3H2 → 2NH3
maka koefisien reaksi menjelaskan bahwa untuk setiap molekul N2 bereaksi dengan 3
molekul H2. Ini berarti bahwa hidrogen berkurang tiga kali lebih cepat dibandingkan
dengan nitrogen. Koefisien NH3 adalah 2, maka kecepatan pembentukan NH3 adalah 2
kali lebih besar dari kecepatan pengurangan N2.
Penentuan kecepatan reaksi
Estimasi kecepatan reaksi yang akurat pada setiap saat dapat diperoleh dari kemiringan
grafik konsentrasi terhadap waktu, gambar 4.3.
Gambar 4.3. Estimasi kecepatan reaksi pada waktu tertentu sepanjang reaksi
Pada titik-x, perubahan konsentrasi adalah Δ(B) dan perubahan waktu adalah Δt. Dari
tangen kurva maka kecepatan pembentukan B pada titik-x adalah,
Bila kecepatan dinyatakan terhadap A maka,
Tanda minus (-) menyatakan bahwa konsentrasi A berkurang dengan waktu, dan tanda
minus selalu digunakan untuk menyatakan kecepatan terhadap pereaksi. Bila range
perubahan konsentrasi dan waktu sangat kecil maka dapat ditulis,
Untuk reaksi kompleks seperti reaksi pembentukan NH2 dari N2 dan H2 maka dapat
ditulis,
Pada penentuan kecepatan reaksi kimia, maka monitoring konsentrasi dan teknik
pengukuran yang digunakan tergantung pada sifat pereaksi atau hasil reaksi. Contohnya:
a) Reaksi gas: penentuan perubahan konsentrasi dilakukan dengan pengukuran
perubahan tekanan.
b) Pereaksi dan produk zat berwarna: penentuan perubahan konsentrasi dilakukan
dengan pengukuran intensitas warna, gambar 4.4.
Gambar 4.4. Perubahan konsentrasi diukur dari intensitas warna
Contoh reaksi perubahan warna:
Br2(aq) + HCOOH(aq) → 2Br- (aq) + 2H+ (aq) + CO2(g)
Molekul brom adalah berwarna coklat. Setelah reaksi berlangsung, warna secara perlahan
hilang. Fenomena ini dapat diamati dengan mata atau dimonitor secara kuantitatif dengan
spektrofotometer sinar tampak. Perubahan warna setiap selang waktu disebut kecepatan
reaksi dan dapat dinyatakan dengan:
Contoh lain reaksi perubahan warna adalah reaksi redoks Zn-Cu2+, gambar 4.5.
Gambar 4.5. Perubahan warna Cu2+ dan pembentukan Cl2 pada reaksi redoks
Kecepatan reaksi melalui perubahan warna larutan Cu2+ dan pembentukan gas Cl2
masing-masing dapat dinyatakan dengan:
Hukum Laju
Tidak semua reaksi barjalan dengan kecepatan yang sama. Reaksi ionik biasanya terjadi
seketika. Reaksi lain seperti pencernaan makanan terjadi sangat lambat. Perbedaan
kecepatan ini terutama disebabkan perbedaan sifat kimia zat pereaksi.
Untuk setiap reaksi kimia, selain sifat kimia pereaksi, salah satu faktor penting
pengendali reaksi kimia adalah konsentrasi pereaksi. Umumnya, bila reaksi telah
berlangsung lama maka kecepatannya berangsur-angsur turun. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi zat-zat yang bereaksi.
Kecepatan reaksi kimia hampir selalu berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi
dengan pangkat tertentu. Untuk reaksi,
A → B
dapat ditulis,
dengan pangkat n disebut orde reaksi. Bila n=l disebut reaksi orde l. Contoh reaksi orde 1
adalah dekomposisi siklopropana. Bila n=0 disebut reaksi orde nol. Pada reaksi orde nol,
kecepatan reaksi adalah konstan dan tidak tergantung pada konsentrasi pereaksi. Salah
satu contoh reaksi orde nol adalah dekomposisi amonia pada permukaan logam Pt atau
tungsten. Kecepatan dekomposisi amonia selalu sama berapapun konsentrasi NH3.
Contoh lain adalah reaksi eliminasi etil alkohol (alkohol) oleh tubuh. Berapapun
konsentrasi alkohol di dalam aliran darah, kecepatan pengeluarannya dari dalam tubuh
adalah konstan. Jadi kecepatannya tidak tergantung pada konsentrasi alkohol.
Satu fakta penting lain yang perlu diketahui adalah bahwa koefisien reaksi tidak ada
hubungannya dengan orde reaksi. Harga n hanya dapat ditentukan dari percobaan. Hal ini
berbeda dengan kesetimbangan kimia, dimana koefisien reaksi ada hubungannya dengan
pangkat konsentrasi pada ungkapan konstanta kesetimbangan.
Untuk reaksi lebih kompleks,
A + B → produk
maka biasanya kecepatan tergantung pada konsentrasi A dan B. Bila konsentrasi A dan B
diperbesar maka kecepatan reaksi meningkat, dan sebanding dengan perkalian
konsentrasi A dan B masing-masing dipangkat dengan bilangan tertentu, misalnya n dan
m. Jadi,
Pada reaksi ini, n dan m adalah orde reaksi terhadap A dan B. Jumlah n dan m disebut
orde reaksi total. Harga n dan m boleh semua bilangan pecahan, negatip dan nol. Reaksi,
NO2(g) + CO(g) → CO2(g) + NO(g)
pada temperatur dibawah 225 °C maka,
Jadi kecepatan tidak tergantung pada konsentrasi CO tetapi hanya pada NO2 pangkat dua.
Jadi reaksi adalah orde 2 terhadap NO2 dan orde nol terhadap CO. Perhatikan bahwa
karena koefisien reaksi dengan pangkat NO2 tidak ada hubungan karena koefisien reaksi
adalah 1 sedangkan orde reaksi adalah 2. Seperti dijelaskan sebelumnya, orde reaksi
ditentukan dari percobaan.
Hubungan proporsionalitas (kesebandingan) dapat diubah menjadi kesamaan dengan
menggunakan konstanta proporsional, misalnya k. Pada kinetika kimia, k disebut
konstanta kecepatan reaksi. Dengan demikian diperoleh hubungan,
Contohnya, hukum laju reaksi ICl dan H2,
2ICl(g) + H2(g) → I2(g) + 2HCl(g)
dan pada 230°C persamaan hukum lajunya adalah
Harga k=0,163 Lmol-1det-l, dan ini berlaku hanya pada suhu 230°C. Bila temperaturnya
berbeda maka harga k juga berbeda.
Penentuan hukum laju
Bagaimana cara menentukan hukum laju? Salah satu cara adalah dengan melakukan
serangkaian percobaan dengan konsentrasi awal pereaksi berubah secara teratur.
Contohnya reaksi,
A → B, dan , maka jika reaksi adalah orde 1 dapat ditulis,
Ini berarti bahwa bila konsentrasi diperbesar 2 kali maka kecepatan juga berubah 2 kali.
Jika reaksi adalah orde 2,
maka bila konsentrasi diperbesar dua kali diperoleh bahwa kecepatan reaksi berubah 4
kali.
Konsentrasi dan waktu: waktu paruh
Hukum laju menyatakan hubungan antara kecepatan reaksi dengan konsentrasi pereaksi.
Selain hubungan ini, juga dapat diperoleh hubungan lain yaitu antara konsentrasi dengan
waktu. Contohnya, untuk reaksi orde 1,
A → produk, dengan , maka dari hubungan
dapat diturunkan hubungan,
dengan [A]o adalah konsentrasi mula-mula (pada t=0) dan [A]t adalah konsentrasi pada
waktu t setelah reaksi berlangsung. Bila reaksi orde 2, dengan maka dapat diturunkan
hubungan,
Hal yang sama dapat dilakukan untuk reaksi dengan orde lebih tinggi dan reaksi
kompleks.
Satu besaran penting lain, khususnya untuk reaksi orde 1, adalah waktu-paruh, t l/2, yang
didefinisikan dengan waktu yang diperlukan agar pereaksi berkurang setengah dari
konsentrasi sebelumnya. Jadi pada t=tl/2,
Untuk reaksi orde 1 diperoleh hubungan,
Ternyata untuk reaksi orde 1, tl/2 hanya tergantung pada k. Jadi harga t1/2 adalah konstan
selama reaksi berlangsung. Untuk reaksi orde 2, dengan diperoleh hubungan,
Waktu paruh reaksi orde 2 tergantung pada konsentrasi awal. Karena setiap satu waktu
paruh konsentrasi [A]t=1/2[A]o, maka pada waktu paruh pada t=t2 adalah dua kali lebih
besar dari waktu paruh pada t=t1, yaitu:
Hubungan waktu paruh dengan k dan [A]o untuk reaksi dengan orde lebih tinggi dapat
juga diturunkan.
Teori Tumbukan
Reaksi kimia terjadi bila molekul yang bereaksi saling bertumbukan. Pandangan ini
menjadi dasar teori tumbukan pada kinetika kimia. Teori tumbukan menyatakan bahwa
kecepatan reaksi sebanding dengan jumlah tumbukan yang terjadi antara dua molekul
yang bertumbukan per detik, jumlah tumbukan
Bila kecepatan tergantung pada jumlah tumbukan maka hal ini memberi penjelasan
bahwa kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi pereaksi. Namun demikian, bahwa
tidak semua tumbukan yang terjadi efektif menghasilkan perubahan kimia. Jumlah fraksi
yang efektif menghasilkan reaksi kimia tergantung pada (a) sifat pereaksi dan (b)
temperatur.
Andaikan reaksi terjadi melalui tumbukan antara dua molekul atau bimolekul, yaitu
A + B → produk
maka kecepatan reaksi sebanding dengan jumlah tumbukan antara molekul A dan B. Jika
konsentrasi A dua kali lipat maka jumlah tumbukan juga menjadi dua kali lipat. Atau bila
molekul A dua kali lipat maka terdapat molekul A dua kali lipat yang dapat bertumbukan
dengan molekul B. Hal yang sama akan terjadi bila jumlah molekul B diperbesar. Maka
hukum laju untuk proses tumbukan bimolekul adalah,
Bila molekul sejenis dan reaksinya adalah bimolekul,
2A → produk
maka hukum laju adalah,
Berdasarkan teori tumbukan, jika diketahui bagaimana terjadinya proses tumbukan untuk
menghasilkan produk, maka dapat diperkirakan hukum lajunya. Pada proses tumbukan
sederhana, pangkat pada hukum laju sama dengan koefisien pada persamaan reaksi proses
tumbukan.
Mekanisme Reaksi
Persamaan reaksi total adalah menyatakan perubahan kimia total yang terjadi jika reaksi
telah selesai. Ini tidak berarti bahwa semua pereaksi langsung mengalami perubahan
menghasilkan produk. Tetapi perubahan kimia total biasanya merupakan jumlah dari
serangkaian reaksi-reaksi sederhana. Reaksi yang sederhana ini disebut proses elementer.
Rangkaian proses elementer yang akhirnya akan menghasilkan produk disebut
mekanisme reaksi.
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Peralatan dan Bahan
3.1.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum Kinetika Reaksi adalah:
1. Jas laboratorium
2. Sarung tangan
3. Masker
4. Tabung reaksi
5. Rak tabung
6. Pipet volume
7. Penangas air
8. Stopwacth
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum Kinetika Reaksi adalah:
1. Larutan KI 0,1M
2. Larutan Na2S2O3 0,1M
3. Larutan Amylum 10%
4. Larutan kalium pirodisulfit
5. Larutan HCl 0,1M
6. Air aquadest
7. Kertas label
8. Tissue
3.2 Prosedur Kerja
1. Konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi I
Menyiapkan alat dan bahan
Memberi label pada tabung reaksi, dengan label 1, 2, 3, dan 4
Membuat larutan sesuai dengan perlakuan:
Tab.KI
0,1 M
0,1 M
Na2S2O3
H2OAmylum
10 %
1 1 2 1 1
2 1 2,5 1 1
3 1 3 1 1
4 1 3,5 1 1
Setelah tabung reaksi diisi dengan larutan sesuai dengan ketentuan, tabung
reksi digojok terlebih dahulu untuk menghomogenkan larutan
Pada masing-masing tabung ditambahkan 2 ml Kalium pirodisulfit 1M,
kemudian digojok dan diperhatikan waktu yang diperlukan hingga larutan
berubah warna
Mencatat waktu dari masing-masing tabung saat warna larutan berubah
untuk pertama kalinya
Membuat grafik antara hubungan mol Na2S2O3 dengan waktu yang
diperlukan untuk berubah warna, serta menentukan tingkat reaksinya
Merapikan alat dan bahan
2. Konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi II
Menyiapkan alat dan bahan
Memberi label pada tabung reaksi, dengan label 1, 2, 3, dan 4
Membuat larutan sesuai dengan perlakuan:
Tab.KI
0,1 M
0,1 M
Na2S2O3
H2OAmylum
10 %
1 2 1 1 1
2 2,5 1 1 1
3 3 1 1 1
4 3,5 1 1 1
Setelah tabung reaksi diisi dengan larutan sesuai dengan ketentuan, tabung
reksi digojok terlebih dahulu untuk menghomogenkan larutan
Pada masing-masing tabung ditambahkan 2 ml Kalium pirodisulfit 1M,
kemudian digojok dan diperhatikan waktu yang diperlukan hingga larutan
berubah warna
Mencatat waktu dari masing-masing tabung saat warna larutan berubah
untuk pertama kalinya
Membuat grafik antara hubungan mol KI dengan waktu yang diperlukan
untuk berubah warna, serta menentukan tingkat reaksinya
Merapikan alat dan bahan
3. Temperatur sebagai faktor kecepatan reaksi
Menyiapkan alat dan bahan
Memberi label pada tabung reaksi dengan label a dan b
Mengisi tabung reaksi dengan 3ml HCl 0,1M
Memberi label pada tabung reaksi dengan label c dan d
Mengisi tabung reaksi dengan larutan Tio 0,1M (Na2S2O3 0,1M)
Memanaskan tabung a dan c dengan suhu ±60oC menggunakan penangas
air, kemudian dicampur, digojok dan dicatat waktu yang dibutuhkan untuk
larutan menjadi keruh dan terbentuk endapan
Mencampur tabung b dan tabung d pada suhu kamar, kemudian digojok
kemudian dicatat waktu yang dibutuhkan untuk larutan menjadi keruh dan
terbentuk endapan
Merapikan alat dan bahan
BAB 4
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa data
1. Tabel pengamatan Konsentrasi sebagai faktor kecepata reaksi
Tabel a
Tab.KI
0,1 M0,1 M
Na2S2O3H2O
Amylum 10 %
PenambahanWarna
WaktuAwal Akhir
1 1 2 1 1 2 ml pirodisulfit bening Keruh 03.30.112 1 2,5 1 1 2 ml pirodisulfit bening Keruh 03.42.343 1 3 1 1 2 ml pirodisulfit bening Keruh 03.46.614 1 3,5 1 1 2 ml pirodisulfit bening Keruh 03.52.53
Tabung 1
Dik : V Na2S2O3 = 2 ml = 0,002 L
M = 0,1M
Dit : mol Na2S2O3 ........?
Dijawab : n = M x V
= 0,1 mol/L x 0,002
= 0,0002 mol
Tabung 2
Dik : V Na2S2O3 = 2,5 ml = 0,0025 L
M = 0,1M
Dit : mol Na2S2O3 ........?
Dijawab : n = M x V
= 0,1 mol/L x 0,0025
= 0,00025 mol
Tabung 3
Dik : V Na2S2O3 = 3 ml = 0,003 L
M = 0,1M
Dit : mol Na2S2O3 ........?
Dijawab : n = M x V
= 0,1 mol/L x 0,003
= 0,0003 mol
Tabung 4
Dik : V Na2S2O3 = 3,5 ml = 0,0035 L
M = 0,1M
Dit : mol Na2S2O3 ........?
Dijawab : n = M x V
= 0,1 mol/L x 0,0035
= 0,00035 mol
Grafik hubungan 0,1 M Na2S2O3 dengan Waktu
1 2 3 4012345678
WaktuNa2S2O3
Tabel b
Tab.KI
0,1 M0,1 M
Na2S2O3H2O
Amylum 10 %
PenambahanWarna
WaktuAwal Akhir
1 2 1 1 1 2 ml pirodisulfit bening Keruh 04.51.002 2,5 1 1 1 2 ml pirodisulfit bening Keruh 04.05.003 3 1 1 1 2 ml pirodisulfit bening Keruh 10.14.004 3,5 1 1 1 2 ml pirodisulfit bening Keruh 15.10.00
Dik : V Na2S2O3 = 1 ml = 0,001 L
M = 0,1M
Dit : mol Na2S2O3 ........?
Dijawab : n = M x V
= 0,1 mol/L x 0,001 L
= 0,0001 mol
2. Tabel pengamatan temperatur sebagai kecepatan reaksi
Tab LarutanWarna Dicampu
rlarutan
Waktu WarnaEndapa
nAwalSetelah
pemanasana 3 ml HCl 0,1 M Bening Lebih bening
a + c 05.01.00 Keruh Adab 3 ml HCl 0,1 M Bening Lebih beningc 3 ml Na2S2O3 0,1M Bening Lebih bening
b + d 01.20.31 KeruhTidakadad 3 ml Na2S2O3 0,1M Bening Lebih bening
Dik : V Na2S2O3 = 3 ml = 0,003 L
M = 0,1M
Dit : mol Na2S2O3 ........?
Dijawab : n = M x V
= 0,1 mol/L x 0,003
= 0,0003 mol
4.2 Pembahasan
Laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi atau tekanan dari produk atau
reaktan terhadap waktu.
Berdasarkan jumlah molekul yang bereaksi, reaksi terdiri atas :
1. Reaksi unimolekular : hanya 1 mol reaktan yang bereaksi.Contoh : N2O5 → N2O4 + ½ O2
2. Reaksi bimolekular : ada 2 mol reaktan yang bereaksi.Contoh : 2HI → H2 + I2
3. Reaksi termolekular : ada 3 mol reaktan yang bereaksi.Contoh : 2NO + O2 → 2NO2
Berdasarkan banyaknya fasa yang terlibat, reaksi terbagi menjadi :
1. Reaksi homogen : hanya terdapat satu fasa dalam reaksi (gas atau larutan) 2. Reaksi heterogen : terdapat lebih dari satu fasa dalam reaksi
Secara kuantitatif, kecepatan reaksi kimia ditentukan oleh orde reaksi, yaitu jumlah
dari eksponen konsentrasi pada persamaan kecepatan reaksi.
2.2.Penetapan Hukum-hukum Laju atau Tetapan Laju
Suatu persamaan yang memerikan hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi
pereaksi disebut persaman laju atau hukum laju. Tetapan kesebandingan k dirujuk sebagai
tetapan laju untuk suatu reaksi tertentu. Karena konsentrasi pereaksi berkurang dengan
berlangsungnya reaksi. Tetapi tetapan laju k tetap tak berubah sepanjang perjalanan
reaksi. Jadi laju reaksii memberikan suatu ukuran yang memudahkan bagi kecepatan
reaksi. Makin cepat reaksi makin besar harga k, makin lambat reaksi, makin kecil harga k
itu.
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi atupun produk
dalam satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya
konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi
biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas, satuan tekanan
atmosfer, millimeter merkurium, atau pascal, dapat digunakan sebagai ganti konsentrasi.
2.3.Orde Reaksi
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari konsentrasi dalam persamaan
laju. Orde reaksi juga menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi reaktan (pereaksi)
terhadap laju reaksi.Jika laju suatu reaksi berbanding lurus dengan pangkat satu
konsentrasi dari hanya satu pereaksi.
Laju = k [A]
Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Penguraian N2O5 merupakan
suatu contoh reaksi orde pertama. Jika laju reaksi itu berbanding lurus dengan pangkat
dua suatu pereaksi,
Laju = k[A]2
Atau berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari dua pereaksi,
Laju = k [A][B]
Maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua. Dapat juga disebut orde terhadap masing-
masing pereaksi. Misalnya dalam persamaan terakhir itu adalah orde pertama dalam A
dan orde dalam B, atau orde kedua secara keseluruhan. Suatu reaksi dapat berorde ketiga
atau mungkin lebih tinggi lagi, tetapi hal-hal semacam itu sangat jarang. Dalam reaksi
yang rumit, laju itu mungkin berorde pecahan, misalnya orde pertama dalam A dan orde
0,5 dalam B atau berorde 1,5 secara keseluruhan.
Suatu reaksi dapat tak tergantung pada konsentrasi suatu pereaksi. Perhatikan reaksi
umum, yang ternyata berorde pertama dalam A. Jika kenaikan konsentrasi B tidak
menaikkan laju reaksi, maka reaksi itu disebut orde nol terhadap B. Ini bisa diungkapkan
sebagai :
Laju = k[A][B]0 = k[A]
Orde suatu reaksi tak dapat diperoleh dari koefisien pereaksi dalam persamaan
berimbangnya. Dalam penguraian N2O5 dan NO2, koefisien untuk pereaksi dalam
masing-masing persamaan berimbang adalah 2 tetapi reaksi pertama bersifat orde
pertama dalam N2O5 dan yang kedua berorde kedua dalam NO2. Seperti dilukiskan oleh
contoh.
Contoh: Perhatikan reaksi umum 2A + 2B → 2AB
Menentukan Orde reaksi
a.Jika tahap reaksi dapat diamati, orde adalah koefisien pada tahap reaksi yang
berjalan lambat.
Contoh : reaksi 4HBr + O2 2H2O + 2Br2
Berlangsung dalam tahapan sebagai berikut :
1.HBr + O2 -> HBr2O (lambat)
2.HBr + HBr2O -> 2HBrO (cepat)
3.2HBr + 2HBr) -> 2H2O + 2Br2 (cepat)
Maka orde reaksi ditentukan oleh reaksi (1). Persamaan laju reaksi, V = [HBr] [O2]. Orde reaksi total (lihat koefisien reaksi) = 1 + 1 = 2.
b. Jika tahap reaksi tidak bisa diamati, orde reaksi ditentukan melalu eksperimen,
kosentrasi salah satu zat tetap dan kosentrasi zat lain berubah.
Berbagai Orde Reaksi:
1. Reaksi Orde Nol
Gambar 1: Grafik yang menyatakan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap
laju reaksi
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila
perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya,
asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu tidak
mempengaruhi laju reaksi.
2. Reaksi Orde Satu
Gambar 2: Grafik yang menyatakan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap
laju reaksISuatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya
jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi
pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau 3 kali lebih
besar.
3. Reaksi Orde
DuaGambar 3: Grafik yang menyatakan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi
zat itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar
2.4.Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
1.Sifat dasar pereaksi
Zat-zat berbeda dalam mengalami perubahan kimia. Molekul hidrogen dan flour
bereaksi secara meledak, bahkan dalam temperatur kamar menghasilkan molekul
hidrogen fluorida.
H2(g) + F2(g) à 2HF(g) (sangat cepat pada temperatur kamar)
Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat, sehingga
tak nampak sesuatu perubahan kimia.
2H2(g) + O2(g) à 2H2O (sangat lambat pada temperatur kamar)
2.Temperatur
Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur. Biasanya kenaikan
sebesar 100C akan melipatkan dua atau tiga laju reaksi antara molekul-molekul. Molekul
harus bertumbukan dengan energi yang cukup untuk bereaksi. Makin tinggi suhu,
maka energi kinetik molekul makin tinggi sehingga tumbukan makin sering, laju reaksi
makin tinggi.
Pada beberapa reaksi yang umum, laju reaksi makin besar (waktu reaksi makin singkat) 2 kali setiap kenaikan suhu 10oC, sehingga didapatkan rumus:
v = laju reaksi pada suhu t
Vo = laju reaksi pada suhu awal
ta = suhu akhir
to = suhu awal
DV = perubahan laju reaksi
3.Penambahan katalis
Katalis adalah zat yang dapat menurunkan energi aktivasi (energi minimum yang
diperlukan agar suatu reaksi kimia dapat berlangsung. Penambahan katalis akan
mempercepat reaksi. Alasan mengapa katalis dapat mempermudah dan mempercepat
reaksi disajikan dalam grafik antara energi potensial terhadap koordinat reaksi dari
persamaan reaksi:
A + B→ C
Gambar 4. Jika ada reaksi : A + B → C ; pada keadaan awal, yang terdapat pada
sistem reaksi
hanyalah pereaksi A dan B. Setelah reaksi berjalan, pereaksi A dan B makin
berkurang dan hasil reaksi C makin bertambah. Laju reaksi dapat diukur dengan
mengukur penambahan konsentrasi C (produk), atau pengurangan konsentrasi A/B
(pereaksi) tiap satuan waktu.
4.Konsentrasi
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan.
v = laju reaksi (mol/L.det)
[A] = konsentrasi A (mol/L)
[B] = konsentrasi A (mol/L)
[C] = konsentrasi C (mol/L)
t = waktu (detik)
2.5.Efek Katalis
Katalis adalah suatu senyawa yang dapat menaikkan laju reaksi, tetapi tidak ikut
menjadi reaktan / produk dalam sistem itu sendiri. Setelah reaksi selesai, katalis dapat
diperoleh kembali tanpa mengalami perubahan kimia. Katalis berperan dengan
menurunkan energi aktifasi. Sehingga untuk membuat reaksi terjadi, tidak diperlukan
energi yang lebih tinggi. Dengan demikian, reaksi dapat berjalan lebih cepat. Karena
katalis tidak bereaksi dengan reaktan dan juga bukan merupakan produk, maka katalis
tidak ditulis pada sisi reaktan atau produk. Umumnya katalis ditulis di atas panah reaksi
yang membatasi sisi reaktan dan produk. Contohnya pada reaksi pembuatan oksigen dari
dekomposisi termal KClO3, yang menggunakan katalis MnO2.
2 KClO3 → 2 KCl + 3 O2
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum percobaan 6 Kinetika Reaksi Kimia maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu :
1. Kinetika kimia adalah ilmu tentang kecepatan atau laju reaksi kimia
2. Kecepatan reaksi kimia ditentukan dengan mengukur kecepatan perubahan
konsentrasi pereaksi atau produk
3. Tingkat reaksi Na2S2O3 tergolong dalam orde satu karena kecepatan reaksi
berbanding lurus.
5.2 Saran
Setiap pelaksanaan praktikum seharusnya dosen telah melakukan koordinasi terlebih
dahulu dengan teknisi praktikum setidaknya datang lebih awal untuk mempersiapkan
praktikum agar praktikum dapat terlaksana dengan efisiensi waktu yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
http://chayoy.blogspot.com/2012/06/makalah-kinetika-kimia.html
http://imc.kimia.undip.ac.id/mata-kuliah/kimia-dasar-ii/bab-4-kinetika-reaksi-kimia/
Top Related