1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri kependudukan abad 21 adalah meningkatnya
pertumbuhan penduduk lansia yang sangat cepat. Pada tahun 2000
jumlah penduduk lansia di seluruh dunia mencapai 426 juta atau
sekitar 6.8% total populasi. Jumlah ini diperkirakan dua kali lipat pada
tahun 2025 dimana terdapat 8282 juta lansia yang menempati 9.7%
populasi.
Peningkatan jumlah lansia ini terjadi baik di negara maju
maupun negara sedang berkembang. Peningkatan penduduk lansia di
negara maju tampak relatif lebih cepat dibandingkaan dengan yang
terjadi di negara berkembang. Namun demikian lansia di negara
berkembang secara absolut lebih banyak dibandingkan dengan di
negara maju. Hal ini menunjukkan bahwa masalah lansia tidak hanya
di negara maju saja tetapi juga di negara berkembang (Bustan, 2007).
Gejala menuanya struktur penduduk (ageing population) juga
terjadi di Indonesia. Hal ini antara lain terlihat dengan peningkatan
umur harapan hidup. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan
Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup
(UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka
pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga
meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 penduduk lansia di
2
Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4
tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk
lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH
sekitar 71,1 tahun (Hamid, 2007).
Proses ketuaan akan berkaitan dengan proses degeneratif
tubuh dengan segala penyakit yang terkait, mulai dari gangguan
mobilitas alat gerak hingga gangguan jantung. Peningkatan jumlah
lansia ini memberikan beban ganda dimana dengan meningkatnya
usia tidak dapat dipungkiri adanya perubahan-perubahan tubuh ke
arah kemunduran baik secara fisik maupun mental sehingga
peningkatan jumlah lansia juga menyebabkan meningkatnya berbagai
masalah kesehatan yang harus diatasi.
Hasil penelitian pada lansia diberbagai populasi menunjukkan
bahwa beberapa penyakit yang sering diderita lansia adalah hipertensi,
bronkitis, diabetes, gastritis, jantung, stroke, osteoporosis, kanker, dan
rematik. Salah satu penyakit yang prevalensinya terus meningkat pada
lansia adalah Diabetes Melitus (DM) (Hardywinoto dan Toni, 2005).
DM adalah gangguan metabolisme dari distribusi gula oleh
tubuh. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah
yang cukup, atau tubuh tak mampu menggunakan insulin secara
efektif sehingga terjadilah kelebihan gula dalam darah. DM sering
muncul setelah seseorang memasuki usia rawan terutama setelah usia
45 tahun karena perubahan fisiologis yang secara drastis menurun
(Sustrani dkk, 2004).
3
Prevalensi penduduk dunia dengan DM diperhitungkan
mencapai 25 juta per-tahun dengan prediksi berlipat ganda mencapai
250 juta dala 10 tahun mendatang. Menurut data WHO, dunia kini
didiami oleh 121 juta penderita DM dan akan meningkat 2 kali, 336 juta
pada tahun 2030.
Peningkatan prevalensi akan lebih menonjol perkembangannya
di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Prevalensi
DM di Indonesia besarnya 1.2% - 2.3% dari penduduk usia lebih 15
tahun. Angka prevalensi penderita diabetes di Indonesia berdasarkan
data Departemen Kesehatan (Depkes) pada tahun 2008 mencapai
5,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12 juta jiwa.
Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membawa
perubahan posisi DM yang akan semakin menonjol, yang ditandai
dengan perubahan atau kenaikan peringkatnya di kalangan 10 besar
penyakit (leading disease). Selain itu DM juga makin memberi
kontribusi yang lebih besar terhadap kematian.
DM merupakan salah satu penyebab kematian utama di
Kalimantan Timur. Terkait masalah kesehatan masyarakat di wilayah
perkotaan, tercatat pada usia di atas 5 tahun, baik di wilayah kota dan
desa, lima besar penyebab kematian masih dipegang oleh penyakit
degeneratif. Yakni, stroke (19,4%), diabetes mellitus (9,7%), hipertensi
(7,5%), TB (7,3%) dan penyakit jantung untuk wilayah perkotaan.
Sementara di desa adalah, stroke, TB, hipertensi, penyakit saluran
nafas bawah dan tumor ganas. Prevalensi DM di Kalimantan Timur
4
adalah sebesar 1.3 % dengan prevalensi tertinggi di Bulungan (1.7 %)
dan Samarinda (1.6 %). Menurut karakteristik responden, prevalensi
DM terbesar pada usia > 65 tahun (10.8 %) (Riskesda Kaltim, 2008).
Puskesmas Sidomulyo merupakan salah satu Puskesmas di
kota Samarinda yang memiliki cakupan wilayah kerja yang luas yaitu,
melayani masyarakat di 7 kelurahan dengan jumlah kunjungan lansia
pada tahun 2009 sebanyak 1.242 orang lansia dengan usia 45-59
tahun sebanyak 443 orang, usia 60-69 tahun sebanyak 578 orang dan
usia >70 tahun sebanyak 221 orang. Sepuluh penyakit teratas pada
lansia di wilayah kerja puskesmas ini adalah myalgia, hipertensi,
gastritis, ISPA, dermatitis, dermatitis infektif, pharingitis, diabetes
melitus, asma bronkial, dan bronkitis.
Puskemas Sidomulyo juga membawahi posyandu lansia
terbanyak di Samarinda yaitu sebanyak 6 posyandu lansia. Jumlah
kunjungan terbanyak adalah Posyandu Lansia Anyelir, Posyandu
Lansia Teratai, dan Posyandu Lansia Sejahtera. Keluhan yang paling
sering terdapat pada tiga posyandu ini adalah myalgia, hipertensi,
ISPA, DM, asam urat, serta gastririts. Namun, ditemukan bahwa
penyakit DM cenderung lebih banyak ditemukan pada Posyandu
Lansia Sejahtera.
Data tahun 2009 menunjukkan lansia yang terdaftar sejumlah
117 orang dan bulan April 2010, jumlah lansia terdaftar bertambah
menjadi 119 orang. Penderita DM pada lansia di Posyandu ini
mencapai 34.51 %.
5
DM merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun
dapat dikendalikan agar tidak menimbulkan berbagai masalah
kesehatan dikemudian hari. Kadar gula darah yang tidak terkontrol
cenderung menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat,
sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis. Sirkulasi darah yang
buruk ini melalui pembuluh darah besar (makro) bisa melukai otak,
jantung, dan pembuluh darah kaki (makroangiopati), sedangkan
pembuluh darah kecil (mikro) bisa melukai mata, ginjal, saraf dan kulit
serta memperlambat penyembuhan luka. Pengendalian kadar gula
darah dapat dilakukan dengan merubah gaya hidup sebagai faktor
risiko DM yaitu pola makan, aktivitas fisik, dan gaya hidup stress.
Perubahan lingkungan memicu trauma biologis yang juga
mengganggu proses pengolahan gula darah. Jadi selain penambahan
usia yang menyebabkan penurunan fungsi tubuh, faktor selanjutnya
yang harus diwaspadai adalah stress. Tingkat gula darah tergantung
pada kegiatan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal, yaitu
adrenalin dan kortikosteroid.. Adrenalin yang dipacu terus menerus
akan mengakibatkan insulin kewalahan mengatur kadar gula darah
yang ideal (Mangoenprasodjo, 2005).
Berdasarkan hasil peneltian pada Diabetes Prevention Program
(DPP) yang merupakan program yang melibatkan 3.234 orang sebagai
penelitian terbesar tentang diabetes menunjukkan bahwa setelah
peserta beberapa hari mengkonsumsi makanan berkalori rendah,
kadar gula darah menurun sehingga obat-obatan tidak diperlukan.
6
Peningkatan aktivitas fisik juga dapat menurunkan kadar gula darah,
karena aktivitas tersebut membuat otot lebih sensitif terhadap insulin,
yang mendorong gula darah menuju otot (Nathan dan Linda, 2009).
Analisis hasil Survei Kesehatan Nasional (SURKESNAS) tahun
2004 yang dilakukan oleh Handayani (2007) menggambarkan
pemodelan terhadap kejadian DM pada usia > 25 tahun. Beberapa
variabel dikenal sebagai variabel yang berpengaruh terhadap kejadian
diabetes yaitu aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi serat,
derajat kegemukan (obesitas), tekanan darah, kadar kolesterol darah.
Uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa obesitas dan aktivitas
fisik terbukti secara bermakna berpengaruh terhadap kejadian DM.
Penelitian yang dilakukan pada pasien rawat inap di RSUD
Cilegon dengan jumlah sampel 85 orang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara riwayat keturunan, umur, obesitas, dan aktivitas fisik
dengan kejadian DM (Puhilan, 2006).
Penelitian sejenis juga dilakukan pada penderita DM di
Pekalongan. Hasil penelitian menunjukan bahwa umur sampel paling
banyak terdapat pada kelompok umur dewasa tua 50-69 tahun, Dari
hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara pola
makan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus
dengan (Febriana, 2005).
Berdasarkan berbagai permasalahan mengenai penderita DM
serta faktor-faktor risiko DM tersebut di atas maka perlu diketahui
bagaimana faktor-faktor risiko terutama aktivitas fisik, pola makan, dan
7
stress mempengaruhi DM pada lansia di Posyandu Lansia Sejahtera
sehingga dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam
meningkatkan pelayanan lansia di tingkat dasar untuk mencegah
terjadinya komplikasi DM.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan aktivitas fisik, stress, dan pola makan
dengan diabetes melitus pada lansia di Posyandu Lansia Sejahtera
Samarinda?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik, stress dan pola
makan dengan Diabetes Mellitus (DM) pada lansia di Posyandu
Lansia Sejahtera Kelurahan Sungai Dama Samarinda tahun
2010.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan DM pada
lansia di Posyandu Lansia Sejahtera Samarinda.
b. Untuk mengetahui hubungan stress dengan DM pada lansia di
Posyandu Lansia Sejahtera Samarinda
c. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan diabetes pada
lansia di Posyandu Lansia Sejahtera Samarinda.
8
D. Manfaat
1. Bagi posyandu lansia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan informasi bagi posyandu lansia Sejahatera sebagai tempat
pelayanan kesehatan terutama dalam upaya pembinaan lansia.
2. Bagi instansi terkait
Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah informasi
tentang diabetes mellitus pada lansia sehingga dapat dijadikan
acuan untuk pelaksanaan program yang berhubungan dengan
lansia.
3. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan mengetahui gambaran
tentang diabetes mellitus dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan diabetes melitus pada lansia serta menambah pengalaman
dalam melakukan penelitian.
4. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Untuk menambah khasanah ilmu yang ada sebagai salah satu
bahan pengembangan kesehatan masyarakat ke depannya.
Top Related