PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL KREDIT
INVESTASI PADA PT. BANK X
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Akuntansi
Oleh:
2006310332
ELOK IZZA AFRIANISWARA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2010
i
PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL KREDIT
INVESTASI PADA PT. BANK X
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Akuntansi
Oleh:
2006310332 ELOK IZZA AFRIANISWARA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2010
ii
PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG
EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL KREDIT
INVESTASI PADA
PT. BANK X
Diajukan oleh:
2006310332
ELOK IZZA AFRIANISWARA
Skripsi ini telah dibimbing
Dan dinyatakan siap diuji
Dosen Pembimbing,
Tanggal: 22 Februari 2010
Dra. Gunasti Hudiwinarsih, Ak.,M.Si.
iii
S K R I P S I
PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL KREDIT
INVESTASI PADA PT. BANK X
Disusun oleh
2006310332
ELOK IZZA AFRIANISWARA
Dipertahankan di depan Tim Penguji
dan dinyatakan Lulus Ujian Skripsi
pada tanggal 24 Februari 2010
Tim Penguji
Ketua : Sasongko Budi Susetyo, M.Si., CPA, CPMA, LIFA ……………………
Sekretaris : Dra. Gunasti Hudiwinarsih, Ak., M.Si. ……………………
Anggota : Supriyati, S.E., Ak., M.Si. ……………………
iv
PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : Elok Izza Afrianiswara
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 16 Februari 1988
N.I.M : 2006310332
Jurusan : Akuntansi
Program Pendidikan : S1
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan
Judul : Peranan Audit Internal Dalam Menunjang
Efektifitas Pengendalian Internal Kredit Investasi
Pada PT. Bank X
Disetujui dan diterima baik oleh :
Dosen Pembimbing,
Tanggal: 31 Maret 2010
Dra. Gunasti Hudiwinarsih, Ak., M.Si.
Ketua Jurusan Akuntansi,
Tanggal : 31 Maret 2010
Dra. Gunasti Hudiwinarsih, Ak., M.Si.
v
MOTTO
” Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak
pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita
jatuh ”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah Hirobbil ’alamin… tuNai sudah perjuangan selama 3.5 thn dengan selesainya skripsi ini. Tanpa dukungan dan doa dari semua pihak tentu takkan bisa seperti ini, maka dari itu aQ pengen ngucapin makasih banyak buat :
ALLAH SWT... peNguasA jagAd aLam.. teRima Kasih ataS segaLa keniKmatan n muKzizat yg
ENGKAU briKan paDaQ sLama ini..
Mama-Papa yang sangat aQ cintai yang seLaLu mendOakan daN menDukung apa yaNg Q
kerjAkan. aQ jaNji akAn seLaLu membaHagiakan ma2-pa2.. eLoK aLways LovE u..
My brother’s (mas Adi, iPan, iJaL) thenqu bgt ya.. atas sgaLa baNtuan n dukungaNnya dan
Kakak IparQ (mb eVi thEa) yg selalu peRhatiaN n noLongin aQ saat aQ keSusaHan ngeRjain
skripsi..
vi
Ponakan tercintaQ (kk deNy n dd sHifa). keHadiran kaLian selalu membeRikan keceRiaan
saAt stRess n Bete’ Q muNcuL... aunty Luv u
SodaRa-soDaraQ, keL. besAr aSpiLin b’soDaRa ’n keL. besaR alm. abaH emaN jugA keL.bu
daRmini... triMs doAnya...
PaRa ”M..T” (disensoR, hehe..) riZka ”weK” cHoii makaSih Loh daH neMenin aq kLiLing sBy wat nyAri peRusaHaan.. tRus waT rEvi ”cemot”
tHanx baNtuan, suppoRt, n dOax... akHirnya qt biSa LuLus saMa2.. Lg2 saMa2... mOga2
peRsahaBatan Qt LanggeNg.. HIDUP ”M..T” !!! luv u guys..
teMen2Q kuLiah, SaRi, mAuLia, iKa, diA pus, fitRi, yoHana, amik boZu, desy, nely, eNdang, gRace, puTri, itA, riFda, mbaK saPta, niNda,
yaSinta, iStri ayu... tQ guys bwt dukungannya... kalian akan selaLu di hatiq....
teMen2 HMJA sePerjuaNgan (ipOel, harYo,
abAng, etiK, mAya, deWi ”ngOng”, utrEx, ciSka ”mbaK tiN”, fideL, kiKi, supRie) n paRa HMJA
angKatan ’05 n ’07..
teMen2 seKoLahQ sMua yg daRi maKassaR(anAk2 SPENDELS n SMANELS) n
naBire (SPENSA n SMANSA) yg g bisA Q seButin satU2 (g cuKup ntaR haLamannYa..) tHanx y
doAnya.. miss U guYs..
guRu2Q SMANSA naBire, t’utaMa ustaD jaFar.. triMa kaSih doA n duKungaN spiRituaLx..
vii
RIC Bank Mandiri kanwil VIII Sby yaNg daH baNtuin aq tuK nyeLeseiN sKripSiQ, paK SarLi, mbk tiKA, paK gaNis, maS yoGa... makaSih yaH
ataS baNtuanx.. maaP ngeRepotiN truss..
waT si aXioo n caNnonQ.. tHanx beRat kaLian daH seTia nge-Bantuin aQ daRi aWaL sampE
akHir n daRi pagi amPe maLem..
waT si jaGo mEraH reVo.. souLmateQ yg seTia Q ajaK kmaNa2, tHanx y km g pNah reWeL..
Buat semuanya yang belum sempat aQ sebutin satu persatu triMS dah dukung dan doain aQ... thenqu yah... Semoga ALLAH SWT membaLas kebaiKan kaLian sMua... Amin! Salam sukses selalu... Elok ”bo2” izzA
viii
KATA PEGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehinnga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
” Peranan Audit Internal dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal
Kredit Investasi ” dengan lancar dan sukses. Skripsi ini disusun guna memenuhi
salah satu syarat penyelesaian program pendidikan Strata 1 jurusan akuntansi
kosentrasi keuangan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.
Penulis menyadari terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak. Maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Dra. Psi. Hj. Tatik Suryani. MM.
(Ketua STIE Perbanas Surabaya)
2. Ibu Dra. Gunasti Hudiwinarsih Ak., M.Si
(Kepala Jurusan Akuntansi dan Dosen Pembimbing)
3. Ibu Pepie Diptyana S.E.,Ak. Msi.
(Dosen wali penulis)
4. Para Dosen penguji skripsi
a. Bpk. Sasongko Budi Susetyo, M.Si.,CPA,CPMA,LIFA
b. Ibu Supriyati, S.E., Ak., M.Si.
c. Bpk. Prof. Dr. R. Wilopo, Ak., M.Si.
d. Bpk. Nanang Shonhadji, S.E., Ak., M.Si.
5. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas
Surabaya yang dengan ikhlas memberikan ilmu dan pengalamannya
selama proses pembelajaran.
6. Staff Akademik dan Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Pebanas Surabaya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengaharpkan saran dan kritik agar dapat berguna bagi semua pihak.
Surabaya, 20 Maret 2010
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN SIAP DIUJI ………………………………. ii
HALAMAN LULUS UJIAN SKRIPSI …………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI …………………………………… iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………… v
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………... ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xiv
ABSTRACT ………………………………………………………………... xv
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang Masalah ………………………………….... 1
2.2 Perumusan Masalah ……………………………………....... 4
2.3 Tujuan Penelitian …………………………………………… 4
2.4 Manfaat Penelitian ………………………………………….. 4
2.5 Sistematika Penulisan penelitian …………………………… 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ……………………………………….. 7
2.2 Landasan Teori …………………………………………….. 13
2.2.1 Audit Internal ……………………………………… 13
2.2.2 Fungsi Audit Internal ……………………………… 14
2.2.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal ………. 15
2.2.4 Wewenang dan Tanggung Jawab Audit Internal …... 17
2.2.5 Program Audit Internal ……………………………. 18
2.2.6 Tahap-tahap Audit Internal ……………………...... 18
2.2.7 Laporan Hasil Audit Internal ……………………… 20
2.2.8 Tindak Lanjut Atas Laporan Hasil Audit Internal
x
Oleh Manajemen ………………………………….. 21
2.2.9 Pengertian Efektivitas ……………………………… 22
2.2.10 Pengendalian Internal ……………………………… 22
2.2.11 Tujuan Pengendalian Internal ……………………... 23
2.2.12 Komponen Pengendalian Internal ………………… 26
2.2.13 Keterbatasan Pengendalian Intern ………………… 27
2.2.14 Aplikasi Pengendalian Internal dalam Perbankan …. 28
2.2.15 Indikator keberhasilan pelaksanaan Sistem Pengendalian
Intern dalam Perbankan …………………………… 30
2.2.16 Pengendalian Internal Kredit ……………………… 31
2.2.17 Tujuan Pengendalian Internal Kredit ……………… 32
2.2.18 Kredit ……………………………………………… 34
2.2.19 Unsur-unsur Kredit ……………………………….. 34
2.2.20 Tujuan dan Fungsi Kredit …………………………. 35
2.2.21 Jenis-jenis Kredit …………………………………. 36
2.2.22 Kredit Investasi …………………………………… 37
2.2.23 Tujuan Pemeriksaan Substantif Kredit Investasi …. 40
2.2.24 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit ………………… 41
2.2.25 Prosedur Audit Bidang Perkreditan ………………. 42
2.2.26 Penerapan Audit Internal Pemberian Kredit ……….. 47
2.2.27 Peranan Audit Internal Bank ……………………… 52
2.2.28 Efektifitas Pengendalian Internal Bank …………… 53
2.2.29 Hubungan Audit Internal dengan Efektifitas Pengendalian
Internal Kredit Investasi …………………………… 55
2.3 Kerangka Pemikiran ……………………………………….. 57
2.4 Proposisi Penelitian ……………………………………….... 57
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ………………………………………. 58
3.2 Batasan Penelitian ………………………………………….. 58
3.3 Unit Analisis Data …………………………………………. 59
xi
3.4 Data dan Metode Pengumpulan Data ………………………. 60
3.4.1 Jenis Data …………………………………………... 60
3.4.2 Sumber Data dan Metode Pengumpulan
Data ………………………………………………….. 60
3.5 Teknis Analisis Data ……………………………………….. 64
BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Gambaran Subyek Penelitian ………………………………. 67
4.1.1 Riwayat singkat PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk. ………………………………………... 67
4.1.2 Satuan kerja audit internal PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk ………………………………………… 69
4.2 Analisis Data ……………………………………………… 75
4.2.1 Analisis deskriptif …………………………………... 75
4.2.2 Gambaran singkat kredit investasi PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk. Kanwil VIII ………………………… 75
4.2.3 Pelaksanaan pemeriksaan efektivitas pengendalian inern
Pengawasan kredit ………………………………….. 76
4.2.4 Aktivitas audit internal PT. Bank Mandiri Kanwil
VIII Surabaya ………………………………………. 79
4.2.5 Audit pengawas kredit investasi unit RIC Bank
Mandiri ……………………………………………… 96
4.2.6 Pembahasan hasil wawancara ………………………. 106
4.2.7 Pembahasan ………………………………………… 115
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ………………………………………………... 122
5.2 Keterbatasan Penelitian …………………………………… 123
5.3 Saran ……………………………………………………… 124
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 : Pelaksanaan Pemeriksaan Efektivitas 77
Pengendalian Intern Pengawasan Kredit.
Tabel 4.2 : Pelaksanaan prosedur audit berdasarkan tahap 81
pemberian kredit dan risikonya.
Tabel 4.3 : Prosedur audit dalam mencapai tujuan audit kredit 93
investasi
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Bagan Rerangka Pemikiran ………………………………. 57
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi kedudukan SKAI di
PT. Bank Mandiri ………………………………………… 73
xv
THE ROLE OF INTERNAL AUDIT ON THE EFFECTIVENESS OF
INTERNAL CONTROL SUPPORTING THE INVESTMENT CREDIT AT
THE PT. BANK X.
ABSTACT
Internal audit is an oversight in the bank, which can assist in the process of
achieving goals. These functions assist management in operating the internal
control process that the bank vulnerable to a variety of specific risks. For banks,
this internal audit is a very important process and can not be separated by the
internal control management investment credit. This can be caused by the credit
control has the objective to invest in risk management of investment credit can be
minimized, so that the credit objectives could be achieved both in terms of safety
and in terms of profit earned by the investment credit. Based on the above, the
author writing his thesis entitled "The Role of Internal Audit on the Effectiveness
of Internal Control Supporting the Investment Credit at the PT. Bank X". The
purpose of this research is to obtain a picture of the effectiveness of intenal audit
and how the role of internal audit in supporting the effectiveness of the investment
credit control. The method used in this research is descriptive analysis method,
where data obtained by the author analyzed and compared with some existing
theories. Based on the research,
Based on the results of the research authors conclude that the overall
implementation of internal audit in the PT. Bank Mandiri for credit monitoring
activities have been adequate for investment in accordance with the rules and
policies set by the central office, but it also includes compliance, verivication and
evaluation. Thus, these findings have been in accordance with the propositions
that have been made in the implementation of the study conducted internal audits
can adequately support the achievement of the effectiveness of internal control in
the process of granting investment credits PT. Bank Mandiri (Persero).
Keywords : Internal Audit role, Internal control system, Investment credit
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Dalam usaha mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang merata dan
dapat dinikmati oleh seluruh rakyat, maka pemerintah mengarahkan khususnya
pada bidang ekonomi, dimana pemerintah memberikan bimbingan dan
pengarahan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat
bagi perkembangan di dunia usaha yang dilaksanakan melalui langkah-langkah
dan kebijaksanaan untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi nasional sesuai
dengan yang diharapkan. Diantara berbagai kebijakan ekonomi yang
dilaksanakan, bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat
perhatian pemerintah karena bank merupakan salah satu sumber permodalan yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Sehingga bank dituntut peransertanya untuk mensukseskan pembangunan melalui
jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Latar Belakang Masalah
Pemberian kredit sangat berguna bagi masyarakat karena dapat
meningkatkan perekonomian mereka dalam daya guna suatu barang atau jasa.
Salah satu jenis kredit yang diberikan bank adalah kredit investasi. Dalam hal ini
kredit investasi merupakan bantuan dari pihak bank yang diberikan pada para
pengusaha untuk keperluan investasi yaitu untuk kegiatan yang erat hubungannya
2
dengan investasi misalnya untuk mendirikan suatu proyek baru, membangun
pabrik, membeli mesin-mesin, rehabilitasi serta perluasan usaha.
Pemberian kredit investasi mengandung resiko tertentu, sehingga pihak
bank tidak begitu saja memberikannya. Kredit investasi akan diberikan apabila
manajemen bank merasa yakin bahwa nasabahnya dapat mengembalikan kredit
investasi tersebut sesuai dengan waktu yang telah disepakati, baik pokok ataupun
bunga pinjaman yang ditetapkan, sehingga bank dapat menghindari diri dari tidak
tertagihnya kredit tersebut, yang nantinya akan menimbulkan masalah kredit
macet. Kredit macet yang terjadi terutama disebabkan oleh faktor manajemen
bank dalam melakukan analisis kredit yang tidak akurat, faktor penguasaan kredit
yang lemah, analisis laporan keuangan yang tidak cermat dan kompetensi dari
sumber daya manusia yang masih lemah.
Sehubungan dengan banyaknya kasus-kasus kredit macet yang disebabkan
karena ketidak-mampuan nasabah dalam memenuhi kewajibannya, maka timbul
permasalahan yang tidak diinginkan seperti kekurangmampuan masing-masing
bank menilai mutu kredit yang telah mereka berikan. Untuk menghindari
terjadinya penyimpangan pemberian kredit dari semestinya, bank harus menyusun
kebijakan kredit yang komprehensif dan jelas dengan memperhitungkan berbagai
macam faktor dan kriteria yang menentukan mutu kebijakan tersebut. Salah satu
cara yang dapat membantu perusahaan dalam menilai efisiensi dan efektivitas
prosedur pemberian kredit adalah dengan adanya audit internal yang memadai.
Kredit macet dalam jumlah yang sangat besar akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut operasional bank dan dampak
3
psikologis yang terjadi. Dengan adanya kredit macet, kegiatan bank akan
terhambat sebab keuntungan utama bank diperoleh dari selisih bunga simpanan
bank kepada nasabah dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Selain
itu, dampak psikologis yang akan terjadi adalah menurunnya tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap bank.
Masalah tingginya jumlah kredit macet sangat meresahkan masyarakat
terutama masyarakat perbankan, karena hal tersebut berkaitan dengan kredibilitas
bank. Sebagian dari kredit macet yang diserahkan bank-bank terutama milik
pemerintah kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) tidak jelas
statusnya. Disamping tidak didukung dokumen-dokumen legal yang kuat dan
lengkap, jaminan assetnya juga tidak cukup dan nilainya pun tidak cocok.
Tingkat persaingan antar bank dan risiko perkreditan yang tinggi
menyebabkan pihak manajemen bank perlu menerapkan suatu pengendalian
internal yang memadai. Pengendalian internal yang memadai pada dasarnya
bertujuan untuk melindungi harta milik perusahaan dengan meminimalkan
kemungkinan terjadinya penyelewengan, pemborosan, kemacetan kredit, serta
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. Dengan pengendalian internal yang
memadai diharapkan dapat menjamin proses pemberian kredit tersebut akan dapat
terhindar dari kesalahan-kesalahan dan penyelewengan-penyelewengan yang akan
terjadi. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi terhadap pengendalian internal,
yaitu dengan melakukan pemeriksaan internal atau audit internal. Audit internal
adalah fungsi penilaian yang independen yang ditetapkan oleh organisasi untuk
memeriksa dan mengevaluasi secara obyektif aktivitas-aktivitas organisasi, yang
4
hasil penelitiannya berupa saran, rekomendasi, analisis, dan informasi akan
bermanfaat bagi manajemen dalam mengusahakan agar perusahaan berjalan
dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan demikian diperlukan suatu penilaian yang independen dalam
perusahaan yang bersangkutan untuk menilai dan mengevaluasi aktivitas
pemberian kredit agar pengendalian internal tersebut dapat memadai. Fungsi yang
melakukan pengendalian ini dilakukan oleh audit internal.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk menyusun skripsi
yang berjudul:
” Peranan Audit Internal Dalam Menunjang Efektifitas Pengendalian
Internal Kredit Investasi pada PT. Bank X.”
1.2
Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah yang akan
diidentifikasi adalah:
Perumusan Masalah
”Bagaimana peran audit internal dalam menunjang efektifitas pengendalian
internal terhadap masalah pemberian kredit investasi PT. Bank X?”
1.3
Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui dan
menilai peran audit internal di dalam menunjang efektifitas pengendalian internal
terhadap masalah pemberian kredit investasi pada PT. Bank X.
Tujuan Penelitian
1.4
Dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat antara
lain:
Manfaat Penelitian
5
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana baru yang dapat menambah
wawasan pembaca mengenai peran audit internal dalam menunjang efektifitas
pengendalian internal kredit investasi pada bank.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan atau pertimbangan bagi
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut di bidang audit
internal.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi bank untuk lebih
waspada dalam memberikan kredit investasi pada para nasabahnya.
1.5
Dalam penulisan ini dibagi ke dalam beberapa bab yang disusun secara
sistematis dalam urutan sebagai berikut :
Sistematika Penulisan Penelitian
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan secara keseluruhan tentang latar belakang,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan ringkasan dari beberapa penelitian terdahulu, teori-
teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, kerangka
pemikiran teoritis dan preposisi penelitian.
6
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai rancangan penelitian, batasan
penelitian, unit analisis data, jenis data dan metode pengumpulan
data, serta teknik analisis data yang akan dilakukan.
BAB IV : GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini dijelaskan tentang secara garis besar profil
perusahaan, tentang analisis deskriptif dari data yang diperoleh dan
intepretasi hasil penelitian yang mengarah pada pemecahan masalah
penelitian.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini dijelaskan tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan
penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.
7
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperoleh rujukan dari:
Penelitian Terdahulu
1. Iriyadi (2004), dalam penelitiannya mengenai peranan internal auditor
dalam menunjang efektifitas sistem pengendalian intern penggajian pada
PT. Organ Jaya, dalam penelitiannya permasalahan yang diangkat yaitu
apakah peranan internal auditor dalam perusahaan tersebut telah memadai
dan bagaimana peranan internal auditor dalam menunjang efektifitas
sistem pengendalian internal penggajian. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan
metode analisis deskriptif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa
penerapan audit internal berpengaruh signifikan terhadap efektifitas
pengendalian internal perusahaan. Hal itu terbukti ketika dilakukan
evaluasi pengawasan internal pada divisi pembagian umum bahwa
tanggung jawab untuk waktu pencatatan dan menyiapkan daftar gaji
ditemukan kesalahan yaitu daftar jam kerja palsu dan daftar fiktif gaji
pewagai perusahaan. Perusahaan juga telah memiliki pelaksana audit
internal yang dilakukan oleh pengawas intern yang bertanggungjawab
kepada direktur utama. Pengawas intern yang dimiliki perusahaan
mempunyai kedudukan yang independen terhadap bagian-bagian yang
8
diperiksanya. Hal ini terlihat dengan tidak terlibatnya pengawas intern
terhadap salah satu fungsi yang ada pada perusahaan.
Persamaan:
Pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang sama-sama meneliti
tentang peran auditor internal dalam menunjang efektifitas sistem
pengendalian intern perusahaan. Metode yang dipakaipun sama yaitu
analisis deskriptif.
Perbedaan:
Pada penelitian terdahulu peneliti mencoba untuk mengetahui peran
auditor internal dalam pengendalian internal pada bagian penggajian
perusahaan, sedangkan peneliti saat ini mencoba untuk meneliti peran
audit internal dalam efektifitas pengendalian internal kredit investasi
perusahaan. Obyek yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah
perusahaan dagang yaitu PT. Organ Jaya, seangkan dalam penelitian saat
ini menggunakan PT. Bank X.
2. Ihsan Kusumah (2008), dalam penelitiannya tentang peranan audit
internal dalam pencegahan fraud. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah pelaksanaan audit internal telah dilaksanakan secara
memadai, dan apakah pelaksanaan audit internal dapat berperan dalam
pencegahan kecurangan di Kantor Cabang Utama PT. Bank Jabar.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Dapat
disimpulkan bahwa audit internal bermanfaat dalam pencegahan
kecurangan (Fraud). Untuk mencegah terjadinya fraud pada perusahaan,
9
penulis mengajukan saran bahwa audit internal hendaknya terus-menerus
meninjau dan melakukan tindak lanjut audit untuk memastikan apakah
tindakan perbaikan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang
ditemukan dalam audit sudah dilaksanakan oleh manajemen, audit
internal hendaknya memahami dan mengerti kegiatan auditee, dalam hal
mengevaluasi sistem pengendalian intern, sehingga kegiatan auditee
dapat dimaksimalkan, dan kecurangan dapat dihindarkan, serta kinerja
auditor internal PT. Bank Jabar Banten hendaknya terus ditingkatkan agar
dapat mengetahui dan menghindari terjadinya kecurangan.
Persamaan :
Pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang sama-sama meneliti
tentang peranan auditi internal dan obyek penelitiannya sama-sama
merujuk pada Bank .
Perbedaan :
Pada penelitian terdahulu peneliti mencoba untuk mengetahui peranan
audit internal dalam hal pencegahan terjadinya kecurangan-kecurangan
(fraud) dalam segala bagian, sedangkan pada penelitian saat ini, hanya
dibatasi pada bagian kredit investasi.
3. Cristina Palfi (2007) dalam penelitiannya tentang globalisasi - sebuah
tantangan untuk sistem pengendalian internal dan audit dalam perbankan.
Mengingat kepatuhan Rumania ke Uni Eropa, kerangka kerja baik sistem
internal kontrol di lembaga-lembaga kredit dan fungsi audit internal perlu
direvisi dengan mempertimbangkan semua persyaratan diselesaikan oleh
10
Pengawasan Basel Committee on Banking . Oleh karena itu, sistem
pengendalian internal bank yang harus dibangun pada unsur-unsur penting
dalam rangka memastikan bahwa bank akan mematuhi hukum dan
peraturan, akan mencapai profitabilitas jangka panjang, akan menjaga
pelaporan keuangan dan manajemen yang dapat diandalkan dan akan
menurunkan risiko kerugian atau kerusakan pada reputasi bank.
Kesimpulannya bahwa fungsi audit internal dalam bank yang terorganisir
di antara semua prinsip di atas menyebutkan memfasilitasi kerjasama
antara pengawas otoritas, internal dan auditor eksternal, yang bertujuan
untuk membuat proses pengawasan lebih efisien dan efektif. Juga,
kerjasama ini akan mengoptimalkan pengawasan sementara yang
memungkinkan masing-masing pihak untuk berkonsentrasi pada tanggung
jawab sendiri, tetapi harus didasarkan pada pertemuan pengawas periodik
dan auditor internal dan eksternal dan menyiratkan hubungan kepercayaan
antara mereka. Akibatnya, sementara sistem internal kontrol bank harus
dirancang dengan mempertimbangkan semua risiko signifikan yang
mungkin muncul dalam kegiatan mereka dalam proses kegiatan
pengawasan harus memusatkan perhatian terutama pada risiko. Jadi, risiko
tidak hanya elemen penyebab utama mengatur kegiatan pengawasan, tetapi
juga unsur yang menghubungkan antara manajemen bank, yang terutama
bertanggung jawab untuk menilai suatu sistem pengendalian internal yang
sesuai, dan otoritas pengawas, seperti internal dan eksternal auditor, dan
supervisor.
11
Pesamaan :
Pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang sama-sama meneliti
tentang audit internal dan pengendalian internal Bank.
Perbedaan :
Pada penelitian terdahulu peneliti mencoba untuk mengetahui pentingnya
sistem pengendalian internal dan audit untuk memastikan aman dan
kesehatan dari aktivitas lembaga kredit, dan stabilitas sistem perbankan
secara keseluruhan di Negara Rumania. Sedangkan peneliti saat ini
mencoba meneliti peran audit internal dalam menunjang pengendalian
intern Bank di Indonesia.
4. Edward Cahill (2006) dalam penelitiannya mengenai Komite audit dan
efektivitas audit internal di sebuah anak perusahaan bank multinasional.
Studi kasus ini mengkaji keterkaitan operasi dan audit internal dan komite
audit di sebuah bank kliring di Republik Irlandia selama sepuluh tahun
sampai 1998. Fokusnya adalah pada efektivitas mereka dalam kaitannya
dengan spesifik tertentu 'praktek-praktek yang tidak benar' yang terjadi.
Bank tersebut telah menjadi anak perusahaan dari Bank Midland di Inggris
sejak pertengahan 1960-an sampai diakuisisi oleh National Australia Bank
di tahun 1987. Sistem perbankan . Irlandia adalah subjek penyelidikan
Parlemen pada tahun 1999. Kepatuhan dengan bunga deposito baru
pemotongan pajak, efektif dari bulan April 1986, telah ditemukan untuk
12
menjadi miskin di empat bank kliring (dan lain-lain juga) sampai sekitar
1992. Bank yang diteliti, Bank Irlandia Nasional (NIB), adalah satu-
satunya bank kliring yang merupakan subjek dari penyelidikan Pengadilan
Tinggi'. Berbagai praktek-praktek perbankan yang memungkinkan
pelanggan untuk menghindari pajak melalui penyembunyian dana,
berlanjut sampai akhir 1990-an dan pada akhirnya ditemukan oleh
Mahkamah Pengadilan Tinggi. Sistem pemerintahan internal, khususnya
audit internal dan komite audit, tampaknya telah menyadari banyak
praktek - namun mereka tidak diperbaiki dengan tepat. Mengarah pada
beberapa konsep teori budaya, analisis usaha untuk menggambarkan
bagaimana sistem pemerintahan internal dapat gagal untuk memenuhi
fungsi mereka.
Persamaan :
Pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang sama-sama meneliti
tentang audit internal bank.
Perbedaan :
Pada penelitian terdahulu peneliti mencoba untuk mengkaji keterkaitan
operasi audit internal dan komite audit di sebuah bank kliring di Republik
Irlandia. Sedangkan penelitian saat ini mencoba untuk meneliti peranan
audit internal dalam menunjang pengendalian intern kredit investasi pada
bank konvensional di Indonesia.
13
2.2
2.2.1 Audit internal.
Landasan Teori
Menurut Institute of Internal Auditors mengenai pengertian audit internal
”Internal auditing is an independent appraisal function established within an
organization to examine and evaluate its activities as a service in the
organization..”
Dari pengertian tersebut kita dapat menyimpulkan tujuh kunci audit
internal, yaitu:
1. Independent
Bahwa audit bersifat bebas dari pembatasan ruang lingkup dan
efektivitas hasil audit yang berupa temuan dan pendapat.
2. Appraisal
Bahwa keyakinan penelitian audit atas kesimpulan yang dibuatnya.
3. Established
Pengakuan perusahaan atas peranan audit internal.
4. Examine and evaluate
Bahwa kegiatan audit internal sebagai auditor menguji serta menilai
terhadap fakta-fakta yang ditemukan dalam perusahaan.
5. Its Activities
Bahwa ruang lingkup pekerjaan audit internal mencakup seluruh
aktivitas organisasi.
14
6. Services
Bahwa dalam intinya audit internal berusaha untuk membantu
manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian, oleh karena itu
hasil pekerjaan audit internal pun harus diserahkan kepada manajemen.
7. To the Organization
Ruang lingkup pelayanan audit internal ditujukan kepada seluruh
bagian organisasi, termasuk semua personil perusahaan, dewan
komisaris dan pemegang saham.
Sedangkan pengertian audit internal menurut Mulyadi (1998;202) adalah
sebagai berikut:
Audit internal merupakan kegiatan penilaian bebas yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi keuangan dan kegiatan lain untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara menyajikan analisis penilaian, rekomendasi dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan manajemen. Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa audit internal adalah suatu
fungsi atau kegiatan penilaian yang bebas dalam suatu organisasi dan sebagai
pelayanan jasa terhadap organisasi tersebut.
2.2.2 Fungsi audit internal
Menurut Mulyadi dan Kanaka (1998;202) mendefinisikan Fungsi audit
internal adalah “Menyediakan jasa analisis dan evaluasi juga memberikan
keyakinan dan rekomendasi serta informasi lain kepada manajemen dan dewan
komisaris serta pihak lain yang memiliki wewenang dan tanggungjawab yang
setara.”
15
Fungsi audit internal yang terperinci dan relatif lengkap menunjukkan
bahwa aktivitas audit internal harus diterapkan secara menyeluruh terhadap
seluruh aktivitas perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas
catatan-catatan akuntansi.
Divisi audit internal merupakan bagian integral dari organisasi dan
berfungsi sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen
senior dan atau dewan. Tujuan, kewenangan, dan tanggungjawab divisi audit
internal harus dinyatakan dalam dokumen tertulis yang formal, misalnya dalam
anggaran organisasi. Anggaran organisasi harus menerangkan tentang tujuan
divisi audit internal, menegaskan lingkup pekerjaan yang tidak dibatasi, dan
menyatakan bahwa divisi audit internal tidak memiliki kewenangan atau tanggung
jawab dalam kegiatanyang mereka periksa.
2.2.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal.
Audit internal bertujuan untuk membantu semua bagian dalam perusahaan
agar dapat melaksanakan fungsinya secara efektif dan efisien. Audit internal akan
memberikan penilaian, pandangan ataupun saran-saran yang akan dapat
membantu semua bagian dalam perusahaan untuk melaksanakan aktivitasnya
dengan baik.
Menurut Hiro Tugiman (1997;11) tujuan audit internal adalah sebagai
berikut :
Tujuan dasar audit internal adalah untuk membantu para anggota organisasi agar dapat menyelesaikan tanggung jawabnya secara efektif, untuk tujuan tersebut, pengawasan internal menyediakan bagi mereka
16
berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, nasihat dan informasi sehubungan dengan aktifitas yang diperiksa.
Untuk mencapai tujuan tersebut, audit internal harus melakukan
kegiatan-kegiatan berikut :
1. Menelaah dan menilai kebaikan penerapan dari sistem pengendalian
manajemen, pengendalian internal dan pengendalian operasional
lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya
yang tidak terlalu mahal.
2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana-rencana, dan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan
dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian,
kecurangan dan penyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapat dipercaya.
5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas-tugas
yang diberikan oleh manajemen.
6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Audit internal meliputi evaluasi dan pemeriksaan atas efektifitas
pengendalian serta kualitas pelaksanaan tugas setiap personil.
Ruang lingkup audit internal yang dikemukakan oleh Hiro Tugiman
(1997;99) adalah sebagai berikut :
17
”Menilai keefektivan sistem pengendalian internal yang dimiliki
organisasi, serta kualitaas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan”.
2.2.4 Wewenang dan Tanggung jawab Audit internal.
Tanggung jawab penting fungsi audit internal adalah memantau kinerja
pengendalian internal dalam perusahaan. Pada waktu auditor berusaha memahami
pengendalian internal, ia harus berusaha memahami fungsi audit internal untuk
mengidentifikasi aktivitas audit internal yang relevan dengan perencanaan audit.
Lingkup prosedur yang diperlukan untuk memahaminya bervariasi, tergantung
atas sifat aktivitas audit internal tersebut.
Tanggung jawab seorang audit internal menurut Komite SPAP Ikatan
Akuntan Indonesia dalam Standar Profesi Akuntan Publik (2004;322.1) yaitu :
Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi dan informasi lain kepada manajemen entitas dan bagian komisaris atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung jawabnya tersebut auditor intern mempertahankan obyektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.
Wewenang yang dapat ditetapkan bagi auditor internal antara lain:
1. Menyusun program audit internal secara menyeluruh atau semua
aktifitas dalam perusahaan.
2. Menguji keandalan pengendalian manajemen.
3. Tanpa batasan untuk memasuki semua bagian perusahaan, meneliti
catatan, pelaporan serta harta milik perusahaan.
18
2.2.5 Program Audit Internal.
Dalam program audit internal, untuk dapat melakukan audit yang
sistematis dan terarah maka pada saat audit dimulai, audit intenal terlebih dahulu
menyusun suatu perencanaan atau program audit yang akan dilakukan. Program
audit ini dapat dipergunakan sebagai alat perencanaan dan pengawasan yang
efektif atas pekerjaan audit secara keseluruhan. Mulyadi mengemukakan
pentingnya program audit, Bahwa audit diperlukan untuk pengawasan dan
pengarahan atas aktifitas audit yang dilakukan oleh audit internal dengan maksud
untuk memperoleh efisiensi dan efektifitas audit (Mulyadi ,1998;82).
Sedangkan menurut Hiro Tugiman (1997;58) dalam program audit haruslah :
1. Membuktikan prosedur audit dalam pengumpulan, analisis, penafsiran
dan penyimpangan informasi yang diperoleh selama audit.
2. Menetapkan tujuan audit.
3. Menyatakan lingkup dan tingkat pengujian yang diperlukan untuk
mencapai tujuan audit.
4. Mengidentifikasi aspek-aspek teknis, resiko, proses dan transakasi yang
akan diteliti.
5. Menetapkan sifat, luas pengujian yang diperlukan.
6. Merupakan persiapan bagi awal pelakssanaan pekerjaan.
2.2.6 Tahap-tahap Audit Internal
Tahap-tahap pelaksanaan audit internal menurut Hiro Tugiman (1997;53)
adalah sebagai berikut:
19
1. Perencanaan Pemeriksaan
Perencanaan audit internal harus didokumentasikan yang meliputi hal-hal
berikut ini:
a. Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaannya.
b. Memperoleh informasi dasar (background information) tentang
kegiatan yang diaudit.
c. Penentuan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan audit.
d. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.
e. Melaksanakan survei secara tepat untuk lebih mengenali kegiatan
yang diperlukan, risiko-risiko dan pengawasan-pengawasan untuk
mengidentifikasi area yang ditekankan dalam audit, serta untuk
memperoleh berbagai alasan dan sasaran dari pihak yang akan
diperiksa.
f. Penulisan program audit.
g. Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil-hasil audit
akan disampaikan.
h. Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja audit.
2. Pengujian dan Pengevaluasian Informasi
Audit internal harus mengumpulkan, menganalisis, menginterprestasikan
dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil audit.
3. Pemberitahuan Hasil
Auditor internal harus melaporkan hasil audit yang dilakukannya setelah
audit selesai dilaksanakan. Suatu laporan harus obyektif, jelas, singkat,
20
konstruktif dan tepat waktu. Laporan haruslah mengemukakan tentang
maksud, lingkup dan hasil pelaksanaan pemeriksaan, bila dipandang perlu
dapat pula dicantumkan pernyataan tentang pendapat pemeriksa.
4. Tindak Lanjut (Follow Up)
Auditor internal harus terus meninjau dan melakukan tindak lanjut (follow
up) untuk memastikan bahwa temuan audit yang dilaporkan telah
dilakukan tindakan yang tepat.
2.2.7 Laporan Hasil Audit Internal
Laporan hasil audit internal dibuat setelah audit dilakukan. Laporan
merupakan hal yang sangat penting karena dalam laporan ini auditor internal
menuangkan seluruh hasil pekerjaannya dan merupakan realisasi dari
tanggung jawab auditor internal untuk menginformasikan hasil pengukuran
aktivitas perusahaan yang telah diauditnya.
Hiro Tugiman (1997;68) menyatakan bahwa auditor internal harus
melaporkan hasil audit yang dilakukannya dengan memperhatikan hal-hal
berikut ini:
1. Laporan tertulis yang telah ditandatangani dikeluarkan setelah pengujian
terhadap pemeriksaan selesai dilakukan, sedangkan laporan sementara
dapat dibuat secara tertulis maupun lisan dan diserahkan secara formal
atau informal
21
2. Sebelum laporan itu diterbitkan, auditor harus terlebih dahulu
mendiskusikan berbagai kesimpulan dan rekomendasi dengan tingkatan
manajemen, sebelum mengeluarkan laporan akhir.
3. Laporan harus obyektif, ringkas, jelas, konstruktif dan tepat waktu.
4. Laporan harus mengemukakan tentang maksud, lingkup dan hasil
pelaksanaan pemeriksaan, bila dipandang perlu laporan harus berisikan
pernyataan tentang pendapat auditor.
5. Laporan dapat mencakup rekomendasi yang membangun dan menyatakan
hasil serta tindakan koreksi yang memuaskan.
6. Laporan harus mencakup pandangan dari pihak yang diperiksa tentang
berbagai kesimpulan atau rekomendasi dan dapat pula dicantumkan
dalam laporan audit.
7. Laporan harus disetujui oleh kepala bagian auditor internal sebelum
diterbitkan serta harus menyatakan kepada siapa laporan tersebut
ditujukan.
2.2.8 Tindak Lanjut Atas Laporan Hasil Audit Internal Oleh Manajemen
Setelah laporan hasil audit internal diberikan kepada auditee, proses
audit belum benar-benar selesai. Langkah selanjutnya dari proses audit adalah
tindak lanjut atas laporan hasil audit internal oleh manajemen. Tiga bentuk
umum tindak lanjut pihak manajemen menurut The Institute of Internal
Auditors terdiri dari:
22
1. Manajemen puncak melakukan konsultasi dengan auditee untuk
memutuskan jika, kapan, dan bagaimana rekomendasi auditor internal
dilaksanakan.
2. Auditee melakukan tindakan atas keputusan tersebut.
3. Auditor internal bersama auditee melakukan pengecekan kembali untuk
melihat apakah tindakan perbaikan telah di ambil dan hasil yang
diinginkan tercapai, atau manajemen dan komite audit telah menerima
tanggung jawab apabilia tidak melakukan tindakan perbaikan tersebut.
2.2.9 Pengertian Efektifitas
Menurut Arens dan Loebbecke (2000;789) adalah sebagai berikut :
Effevtiveness refers to the accomplishment of obyectives, whereas efficiency refers to the resource used to achive those obyective. An example of effectiveness is the production of parts without defects. Efficiency concerns whether those parts are produced at minimum cost.
Berdasarkan uraian diatas, keadaan efektif jika tujuan dapat tercapai sesuai
dengan yang diharapkan.
2.2.10 Pengendalian Internal
Pengedalian internal menurut Mulyadi (1998;171) yaitu:
Pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, personel satuan usaha lainnya, yang dirancang untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal keandalan pelaporan keuangan, kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi.
23
Konsep yang terkandung dalam definisi ini adalah:
1. Pengendalian intern adalah suatu proses. Pengendalian intern merupakan
cara untuk mencapai tujuan, bukan untuk tujuan itu sendiri.
2. Pengendalian intern dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian intern
bukan hanya terdiri dari buku pedoman kebijakan dan formulir-formulir,
tetapi juga orang-orang pada berbagai jenjang dalam suatu organisasi,
termasuk dewan komisaris, manajemen, serta personel lainnya.
3. Pengendalian intern diharapkan memberikan keyakinan memadai, bukan
keyakinan penuh. Yaitu bagi manajemen dan komisaris satuan usaha
karena adanya kelemahan-kelemahan bawaan yang melekat pada seluruh
sistem pengendalian intern dan perlunya mempertimbangkan biaya dan
manfaat.
4. Pengendalian intern adalah alat untuk mencapai tujuan, yaitu pelaporan
keuangan, kesesuaian dan operasi.
2.2.11 Tujuan pengendalian internal
Menurut COSO, Internal control merupakan suatu proses yang
dilaksanakan oleh komisaris, manajemen dan pegawai lainnya, dirancang untuk
memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) dalam pencapaian
tujuan sebagai berikut :
1. Operasional
Berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber-sumber
daya. Usaha penjagaan asset merupakan bagian dari tujuan ini.
24
2. Ketaatan
Berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum, aturan dan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Pelaporan Keuangan.
Berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan yang dapat dipercaya dan
tepat waktu.
Pengendalian internal dirancang dengan memperhatikan kepentingan
manajemen perusahaan dalam menyelenggarakan operasi usahanya dan juga harus
memperhatikan aspek biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang diharapkan.
Dalam rangka merancang suatu pengedalian intern yang baik, perlu melihat tujuan
pengendalian. Kategori dalam tujuan pengendalian internal menurut Commite of
Sponsoring Organization (COSO) adalah:
1. Reability of financial reporting
2. Compliance with applicable laws and regulations
3. Effectiveness and efficiency of operations.
Pengertian di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Keandalan Laporan Keuangan
Manajemen bertanggung jawab menyiapkan laporan keuangan untuk
investor, kreditor dan para pemakai lainnya baik secara hukum maupun
profesionalnya untuk meyakinkan bahwa informasi tersebut disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
25
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
Dalam akuntansi tidak semua hukum dan undang-undang berhubungan
dengan akuntansi, hukum dan peraturan yang tidak berhubungan dengan
akuntansi yaitu perlindungan terhadap lingkungan. Sedangkan hukum dan
peraturan yang berhubungan dengan akuntnasi yaitu peraturan tentang
perpajakan.
3. Efektifitas dan efisiensi operasi
Pengendalian dalam suatu perusahaan merupakan alat untuk mengurangi
kegiatan dan pemborosan yang tidak perlu serta mengurangi penggunaan
sumber daya yang tidak efektif dan efisien. Bagian penting lain dari
efektifitas dan efisiensi adalah penggunaan aktiva dan catatan fisik
perusahaan yang dapat dicuri, disalahgunakan atau dirusak apabila tidak
dilindungi oleh pengendalian yang memadai. Kondisi yang sama juga
berlaku untuk aktiva non fisik seperti piutang usaha, dokumen-dokumen
kontrak dan sebagainya.
Menurut Z. Dunil (2004;40), Bank Indonesia dalam SEBI No.5/22/DPNP
tanggal 29 September 2003 tentang “Pedoman Pengendalian Intern bagi Bank
Umum” menetapkan empat tujuan pengendalian intern sebagai berikut:
1. Kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
(tujuan kepatuhan).
2. Tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang benar, lengkap dan
tepat waktu (tujuan informasi).
3. Efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usaha bank (tujuan operasional).
26
4. Meningkatkan efektivitas budaya risiko (risk culturre) pada organisasi
secara menyeluruh (tujuan budaya risiko).
2.2.12 Komponen Pengendalian Internal
Pengendalian internal (internal control) menurut COSO (Commite of
Sponsoring Organization) terdiri atas 5 komponen, yaitu:
1. Lingkungan pengendalian
Inti dari setiap perusahaan adalah faktor manusia-yang meliputi integritas,
nilai-nilai etika, dan kompetensi; filosofi dan gaya manajemen; cara yang
ditempuh manajemen dalam melaksanakan kewenangan dan
tanggungjawabnya; pengorganisasian dan pengembangan sumber daya
manusia; dan perhatian dan arahan yang dilakukan oleh Direksi.
2. Penilaian Risiko
Perusahaan harus menyadari dan menghadapi risiko. Perusahaan harus
menetapkan tujuannya dipadukan dengan kegiatan keuangan serta kegiatan
lainnya agar dapat beroperasi secara terkoordinasi. Perusahaan juga harus
membuat mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola
risiko terkait.
3. Aktivitas Pengendalian
Kebijakan pengendalian dan prosedur harus ditetapkan dan dilaksanakan.
Hal ini akan memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diidentifikasi
manajemen untuk menghadapi risiko, yang terkait dengan pencapaian
tujuan perusahaan, dilaksanakan secara efektif. Aktifitas pengendalian
merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam suatu proses
27
pengendalian terhadap kegiatan perusahaan pada setiap tingkat dan unit
dalam struktur organisasi BUMN, antara lain mengenai kewenangan,
otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian
tugas dan keamanan terhadap asset perusahaan.
4. Informasi dan Komunikasi
Merupakan sistem informasi dan komunikasi yang memberikan informasi
yang diperlukan kepada para pegawai, dalam melaksanakan, mengelola
dan mengendalikan operasinya. Sistem informasi dan komunikasi
merupakan suatu proses penyajian laporan mengenai kegiatan operasional,
financial, dan ketaatan atas ketentuan dan peraturan yang berlaku.
5. Monitoring
Seluruh proses harus dipantau dan dimodifikasi sesuai kebutuhan. Dengan
demikian sistem yang ada dapat secara dinamis berubah sesuai keadaan
yang dihadapi. Monitoring merupakan proses penilaian terhadap kualitas
sistem internal control termasuk fungsi internal audit pada setiap tingkat
dan unit struktur perusahaan, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal,
dengan ketentuan bahwa penyimpangan yang terjadi dilaporkan kepada
Direksi dan tembusannya disampaikan kepada Komite Audit.
2.2.13 Keterbatasan Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2000;173) struktur pengendalian internal setiap entitas
memiliki keterbatasan bawaan. Oleh karena itu, telah disebutkan bahwa struktur
pengendalian internal hanya memberikan keyakinan memadai, bukan mutlak,
28
kepada manajemen dan dewan komisaris tentang pencapaian tujuan entitas.
Berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap struktur
pengendalian internal:
1. Kesalahan dalam pertimbangan
2. Gangguan
3. Kolusi
4. Pengabaian oleh manajemen
5. Biaya lawan manfaat
2.2.14 Aplikasi Pengendalian Internal dalam Perbankan.
Beberapa bentuk aplikasi pengendalian internal dalam perbankan
menurut Teguh Pudjo Mulyono (1999;25) dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Division of Duties (Pemisahan Tugas)
Yaitu saat pemisahan tugas antara fungsi-fungsi administratif,
operasional dan penyimpanan khususnya dalam kegiatan perkreditan.
2. Dual Control (Pengendalian Ganda)
Yaitu suatu bentuk prosedur kerja yang menciptakan adanya suatu
pengecekan ulang atas suatu pekerjaan yang telah dilakukan oleh
petugas sebelumnya untuk menentukan :
a. Apakah petugas pelaksana telah bertindak sesuai dengan batas
wewenangnya untuk menangani transaksi yang telah dilakukannya.
b. Apakah transaksi yang telah dicatat, dibukukan, diadministrasikan
dengan benar.
29
c. Apakah transaksi tersebut telah disesuaikan dengan prosedur yang
benar.
3. Joint Custodody (Penjagaan Bersama)
Dalam kegiatan sehari-hari bank banyak mengelola berbagai barang
dimana beberapa di antaranya harus disimpan oleh bank. Untuk menjaga
kemungkinan yang tidak menguntungkan, dibuat untuk suatu sistem
pemegang kunci lebih dari satu orang. Apabila memungkinkan para
pemegang saham memiliki perbedaan kunci dalam perusahaannya dan
apabila tempat penyimpanan akan dibuat maka setiap pemegang saham
harus hadir.
4. Mandatory Vacation (Pemberian Hak Cuti)
Yaitu bentuk mekanisme pengendalian dengan cara pemberian hak dan
kewajiban karyawan untuk melaksanakan cuti dalam jangka waktu
tertentu. Pemberian cuti dimaksudkan untuk memiliki kesegaran mental
dan jasmani, serta dalam rangka memberi kesempatan pada
penggantinya untuk menilai kesalahan dan mengadakan tindakan koreksi
bila terdapat kesalahan yang tidak disadari yang telah dilakukan oleh
pegawai yang melaksanakan cuti tersebut.
5. Number Control (Pengendalian dengan Penomoran)
Yaitu bentuk mekanisme pengendalian melalui penomoran atas formulir
dan kertas kerja yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan kerja serta
pemberian kode nomor yang sistematis atas setiap transaksi yang
dilakukan.
30
6. Outside Activities of Bank Personnel (Pembatasan Kegiatan Pegawai
Bank)
Misalnya : tiap personel bagian pekreditan idealnya tidak memiliki
kegiatan usaha yang bersifat positive motive, khususnya yang
berhubungan dengan debiturnya yang dapat memberikan keuntungan
pribadi diluar usaha bank tersebut.
7. Rotation of Duty Assigment (Rotasi Kerja)
Yaitu suatu bentuk mekanisme pengendalian melalui rotasi pegawai
secara sistematis dengan tujuan :
1. Menghilangkan kejenuhan
2. Menghilangkan sikap apatis
3. Menimbulkan motivasi
4. Memperkecil kemungkinan terjadinya kolusi.
8. Independence Balancing (Pengendalian Melalui Persamaan)
Yaitu suatu bentuk pengendalian melalui persamaan akuntansi. Apabila
proses akuntansi dilakukan dengan benar, maka secara otomatis akan
menghasilkan keseimbangan antara saldo debit atau kredit.
2.2.15 Indikator keberhasilan pelaksanaan sistem pengendalian internal
dalam perbankan.
Menurut Tjukria P. Tawaf (1999;49) sebagai indikasi dari keberhasilam
pelaksanaan pengendalian bisa dilihat antara lain:
1. Menurunnya angka pengaduan atau keluhan nasabah.
31
2. Menurunnya angka penyelewengan dan kebocoran.
3. Berkurangnya kemacetan-kemacetan dalam pelaksanaan pekerjaan.
4. Berkurangnya frekuensi audit khusus pada umumnya ataupun
berkurangnya kasus-kasus khusus.
5. Meningkatnya keterampilan pegawai bank dalam pelaksanaan pekerjaan.
6. Meningkatnya efisiensi pelayanan bank.
7. Meningkatnya disiplin kerja pegawai yang diimbangi pula dengan
meningkatnya kegairahan, prestasi dan produktivitas kerjanya.
8. Dan akhirnya, meningkatnya kesehatan bank secara keseluruhan.
2.2.16 Pengendalian internal Kredit
Pada umumnya pengendalian internal kredit meliputi unsur-unsur
pengendalian internal berupa penelaahan dan penekanan pada tujuan pengendalian
yang ingin dicapai perusahaan. Menurut La Midjan (1994;355) memuat prinsip-
prinsip berikut:
1. Perlu adanya pemisahan fungsi antara :
a. Fungsi pembahasan kredit pada bagian analisa kredit.
b. Fungsi realisasi kredit pada bagian penyelenggara kredit atau
administrasi kredit.
c. Fungsi pengawasan kredit berada pada bagian pengawasan kredit.
2. Perlu disusun pencatatan dan pelaporan harian yang baik dan tepat
waktu mengenai posisi dana dengan kredit.
3. Perlu perlu penyusun ikhtisar mutasi keuangan bulanan.
32
4. Perlu pelaksanaan inventarisasi fisik dalam waktu yang pendek berikut
pengawasan administratif.
5. Perlu diciptakan peraturan-peraturan intern yang akan menjamin
keamanan atas kelayakan, baik bersifat prefentif maupun represif.
6. Penandatanganan surat-surat berharga oleh dua orang pejabat.
7. Perlu disusun sistem pencatatan dan pengarsipan surat-surat dan berkas
pemberian kredit berikut rekening-rekrning giro, kredit, dan lain-lain
secara baik (filling system).
2.2.17 Tujuan Pengendalian Internal Kredit
Tujuan pengendalian intern kredit menurut Teguh Pudjo Mulyono
(1999;463) adalah sebagai berikut:
1. Agar penjagaan atau pengawasan dalam pengelolaan kekayaan bank
dibidang perkreditan dapat dilakukan dengan baik untuk
menghindarkan penyelewengan-penyelewengan baik dari pihak
ekstern bank maupun intern bank.
2. Untuk memastikan ketelitian dan kebenaran data akuntansi di bidang
perkreditan
3. Untuk meningkatkan efisiensi didalam pengelolaan dan tata laksana
usaha di bidang perkreditan dan mendorong tercapainya rencana yang
ada.
Masing-masing tujuan pengendalian internal kredit diatas mempunyai
kaitan satu dengan yang lainnya. Seperti adanya administrasi kredit yang
33
dilaksanakan secara teliti dan benar akan membantu dan mempermudah
menemukan penyelewengan-penyelewengan yang terjadi. Adanya sistem
dokumentasi yang baik terhadap arsip-arsip perkreditan akan memajukan efesiensi
pengelolaaan di bidang perkreditan. Jadi dengan demikian, pelaksanaan
pengendalian internal kredit tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas
dan tidak semata-mata mencari atau menemukan adanya penyimpangan-
penyimpangan atau penyelewengan.
Ada beberapa indikator pengendalian internal pemberian kredit yang
efektif yang merupakan tujuan dari pengendalian internal pemberian kredit, yaitu
meliputi adanya:
1. Pemberian kredit sesuai dengan prinsip yang telah ditetapkan dan
prosedur-prosedur serta ketentuan yang telah ditetapkan oleh bank.
2. Adanya keamanan kredit.
3. Adanya keuntungan bank dalam bentuk bunga.
4. Penggunaan kredit sesuai dengan rencana yang telah diajukan.
5. Pemberian kredit yang selektif berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh bank.
6. Tingkat kolektibilitas kredit yang tinggi.
7. Pengembalian kredit sesuai dengan jadwal waktu yang ditetapkan.
34
2.2.18 Kredit
Pengertian kredit menurut Raymond P. Kent yang telah dikutip oleh
Thomas Suyatno (1995;13) mengemukakan pengertian kredit adalah ”hak untuk
menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu
diminta atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang
sekarang”.
2.2.19 Unsur-unsur kredit
Unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit
adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa
kredit yang diberikan (baik berupa uang atau jasa) benar-benar dapat
diterima kembali di masa yang akan datang sesuai dengan jangka waktu
kredit.
2. Kesepakatan
Unsur kepercayaan dituangkan dalam suatu perjanjian kredit antara
kreditur dengan debitur yang disebut dengan akad kredit. Akad ini
ditandatangani oleh kedua belah pihak dan bersifat mengikat.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu
ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati
35
sebelumnya. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian
angsuran kredit yang disepakati oleh kedua belah pihak.
4. Resiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan
memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau kredit macet. Semakin
panjang waktu pembayaran kredit, maka tingkat risikonya semakin besar
pula.
5. Balas jasa
Bagi bank, balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas
pemberian suatu kredit. Dalam bank konvensional, balas jasa tersebut
dinamakan ”bunga”. Disamping bunga, bank juga membebankan biaya
administrasi kepada nasabah yang juga merupakan keuntungan bagi bank.
2.2.20 Tujuan dan fungsi kredit
Menurut Kasmir (2002;105) tujuan pemberian kredit adalah untuk mencari
keuntungan, membantu usaha nasabah, membantu pemerintah.
Sementara fungsi kredit itu sendiri, menurut Kasmir (2002;107) adalah
sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan daya beli uang.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang.
4. Untuk meningkatkan peredaran barang.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
36
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional.
2.2.21 Jenis-jenis kredit
Beragam jenis usaha menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana.
Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga semakin beragam.
Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan oleh nasabah.
Menurut Mudrajad Kuncoro dan Suharjono (2002;76) jenis-jenis kredit dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan ciri dan tujuan penggunaannya:
a. Kredit modal kerja
b. Kredit investasi
c. Kredit konsumtif
2. Berdasarkan cara pelunasannya:
a. Kredit dengan angsuran tetap
b. Kredit dengan plafond menurun setiap periode tertentu
c. Kredit dengan plafond tetap
3. Berdasarkan jangka waktu:
a. Kredit jangka pendek
b. Kredit jangka menengah
c. Kredit jangka panjang
4. Berdasarkan besarnya fasilitas kredit :
37
a. Kredit kecil (kredit usaha kecil)
b. Kredit menengah
c. Kredit besar
5. Berdasarkan bentuk kredit:
a. Kredit berbentuk persekot
b. Kredit berbentuk rekening koran.
2.2.22 Kredit investasi
Menurut Kasmir (2002;109), pengertian kredit investasi adalah sebagai
berikut :
”Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya
digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik
baru atau keperluan rehabilitasi”.
Ciri-ciri investasi adalah :
1.Diperlukan untuk penanaman modal.
2.Mempunyai perencanaan yang terarah.
3.Waktu penyelesaian kredit berjangka menengah dan panjang.
Sehubungan dengan ciri-ciri diatas, maka pada umumnya jumlah uang
dalam kredit investasi relatif besar dan jangka waktunya relatif lama. Hal ini akan
menyangkut resiko pada pihak bank. Untuk menghindari atau memperkecil resiko
atas pemberian kredit maka bank harus menetapkan suatu prosedur tertentu dalam
memberikan kredit.
Kredit Investasi diberikan oleh bank dengan tujuan membantu para
investor untuk mendanai pembangunan proyek baru atau perluasan proyek yang
38
sudah ada. Jadi, sebagian besar kredit investasi dipergunakan untuk mendanai
pengadaan tanah, gedung, infrasruktur, mesin, peralatan, kendaraan, inventaris
kantor, dan modal kerja awal.
Hal tersebut berbeda dengan kredit korporasi jangka pendek, yang
sebagian besar penggunaannya untuk mendanai peningkatan kebutuhan
perusahaan akan persediaan dan piutang dagang. Karena sasaran utamanya adalah
membantu pendanaan proyek, maka kredit investasi sering kali juga disebut
fasilitas pendanaan proyek atau project financing facility.
Kredit investasi merupakan sebagian dari seluruh sumber dana
pembangunan dan pengoperasian proyek. Adapun sumber utama dana
pembiayaan yang lain datang dari para investor, dalam bentuk penyertaan dana
modal sendiri (equity financing) dan pinjaman pemegang saham. Dalam sebagian
besar kasus, kredit investasi merupakan bagian terbesar dari seluruh dana
pembangunan proyek.
Kredit investasi diberikan dalam jangka menengah atau panjang, berkisar
antara lima sampai sepuluh tahun. Jangka waktu tersebut disesuaikan dengan
tujuan penggunaan kredit, yaitu untuk pengadaan harta tetap perusahaan, yang
oleh investornya tidak akan diuangkan kembali dalam jangka pendek.
Hampir dalam semua kasus, bank memberikan masa tengggang
pembayaran kembali kredit. Jangka waktu masa tenggang tersebut biasanya
disesuaikann dengan jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
konstruksi proyek dan mengadakan produksi percobaan. Selama masa konstruksi
39
proyek, seringkali bank juga memberikan masa tenggang pembayaran bunga
kredit.
Pembayaran kembali kredit investasi dilakukan dengan cara mengangsur,
dimulai sejak masa tenggang pembayaran angsur berakhir. Jadwal pembayaran
angsuran dapat berbeda-beda, dimulai dari bulanan, kwartalan, enam bulanan,
sampai dengan tahunan.
Jumlah kredit investasi yang dibutuhkan oleh investor berbeda-beda,
sesuai dengan sektor usaha yang akan dimasuki proyek. Jumlah kredit investasi
yang diperlukan untuk membangun proyek industri petrokimia misalnya,
biayanya cukup besar. Di lain hal, jumlah kredit investasi yang diperlukan untuk
membangun berbagai macam proyek di sektor industri kerajinan rakyat, biasanya
tidak begitu besar.
Bisa dimengerti bahwa semakin besar jumlah kredit investasi yang
diberikan bank, akan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung. Apalagi
mengingat jangka waktu kredit investasinya adalah menengah dan panjang.
Namun, bila sebelumnya telah dianalisa secara professional, dan kemudian setelah
proyek beroperasi dimonitor dengan baik, kredit investasi dapat menjadi salah
satu sumber penghasilan yang menguntungkan bagi bank. Penghasilan (berupa
bunga) yang dipetik bank dari usaha mereka membiayai proyek yang sehat
tersebut, dapat dinikmati dalam jangka waktu yang lama pula.
Sebelum memutuskan untuk meluluskan permintaan kredit investasi, bank
akan meneliti tiga hal yaitu faktor intern bank, kredibilitas investor, dan prospek
masa depan proyek yang akan dibangun.
40
Kredibilitas investor dan tim manajemen mereka menjadi penting sekali
peranannya dalam kasus kredit investasi. Hal tersebut disebabkan karena bank
yang selain bertindak sebagai kreditur, juga sebagai mitra usaha. Bank bekerja
sama dalam jangka waktu lama dengan investor dan tim manajemennya, minimal
selama jangka waktu kredit. Agar dapat bekerja sama dengan baik, sudah barang
tentu bank akan menuntut kredibilitas tinggi dari para investor.
2.2.23 Tujuan Pemeriksaan Substantif Kredit Investasi
Menurut Z.Dunil (2004; 301) tujuan Pemeriksaan Substantif Kredit
Investasi adalah sebagai berikut :
1. Untuk menyakini bahwa penilaian dan keputusan kredit telah dilakukan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan (termasuk struktur
pengendalian intern dan perhitungan risiko kredit yang build-in dalam
prosedur).
2. Untuk menyakini bahwa penetapan besarnya limit kredit sudah sesuai
dengan kebutuhan dan dalam batas ketentuan yang berlaku.
3. Untuk meyakini bahwa pencairan kredit dilakukan setelah semua
persyaratan legal dan persyaratan jaminan dipenuhi oleh nasabah.
4. Untuk meyakini bahwa fasilitas kredit investasi yang diberikan telah
digunakan sesuai peruntukannya dan penarikan atau pemakaian kredit
sebanding dengan realisasi investasi yang bersangkutan.
41
5. Untuk meyakini bahwa investasi nasabah telah direalisir sesuai dengan
rencana dan pembayara cicilan kredit dan bunga dilaksanakan dengan
tertib.
6. Untuk melihat kemungkinan penyimpangan yang terjadi, sengaja atau
tidak sengaja, baik oleh petugas atau pejabat bank maupun nasabah yang
ber-indikasi merugikan bank.
2.2.24 Prinsip-prinsip pemberian kredit
Penilaian kredit oleh bank dilakukan untuk mendapatkan keyakinan
tentang nasabahnya. Adapun bentuk penilaian pemberian kredit secara umum
dilakukan dengan analisis 5 C sebagai berikut :
1. Caracter
Merupakan sifat atau watak seseorang yang harus benar-benar dapat
dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur maka
dapat dilihat dari latar belakang pekerjaan dan sifat pribadinya seperti
gaya hidup yang dianutnya.
2. Capacity
Menunjukkan analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam
membayar kreditnya. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar
belakang pendidikan dan pengalaman dalam mengelola bidang
usahanya.
3. Capital
Analisis capital dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan
modal yang dapat dilihat dari laporan keuangannya (neraca dan laporan
42
laba rugi) yang disajikan dengan pengukuran likuiditas, solvabilitas dan
rentabilitasnya. Analisis capital juga harus menganalisis dari sumber
mana saja modal diperoleh sekarang ini, berapa prosentase modal kerja
yang digunakan untuk membiayai proyek yang dijalankan, berapa modal
sendiri dan beberapa alokasi modal pinjaman.
4. Condition of Economic
Penilaian kondisi ekonomi sangat penting guna penelitian prediksi
pembayaran kredit di masa yang akan datang.
5. Collaterral
Merupakan jaminan dari calon nasabah baik berupa fisik maupun non
fisik. Jaminan ini hendaknya melebihi dari jumlah kredit yang diberikan
serta harus diteliti keabsahannya.
2.2.25 Prosedur Audit Bidang Perkreditan
Salah satu tujuan audit bidang perkreditan adalah mengurangi terjadinya
kegagalan atau debitur macet yang akan merupakan pukulan berat bagi bank yang
bersangkutan. Berbagai sebab kegagalan perkreditan tersebut salain diakibatkan
faktor-faktor intern bank itu sendiri. Oleh karena itu dalam melaksanakan
auditnya, auditor juga harus memusatkan perhatiannya pada sebab-sebab
terjadinya kegagalan atau kemacetan kredit yang mungkin akan menimpa bank
yang bersangkutan.
43
Menurut Teguh Pudjo Mulyono (1999;103) Sebab-sebab kegagalan perkreditan.
1. Adanya self dealing yaitu adanya vested interest (kepentingan pribadi) dari
para eksekutif bank dalam memutuskan kreditnya. Self dealing ini erat
hubungannya dengan masalah mental yang kurang baik dari pejabat kredit
bank.
2. Tidak terdapatnya perencanaan dan pedoman kredit dalam pelaksanaan
kebijaksanaan perkreditan yang sehat.
3. Incomplete Credit Information, yaitu jeleknya management information
system, baik dari lingkungan bank itu sendiri maupun informasi-informasi
yang menyangkut kegiatan usaha nasabah yang bersangkutan.
4. Failure to obtain or enforce liquidation agreement, yaitu ketidakmampuan
untuk memperoleh atau mengambil tindakan likuidasi sesuai isi perjanjian
kredit yang disebabkan mungkin posisi yuridis bank yang tidak
menguntungkan, tidak lengkapnya dokumen-dokumen yang menyangkut
legelitas nasabah dan seterusnya.
5. Technical incompetency, yaitu kurangnya kemampuan teknis para pejabat
kredit dalam menganalisa permohonan kredit
6. Poor Selection of Risk, yaitu ketidakmampuan eksekutif kredit dari bank
yang bersangkutan dalam melakukan seleksi risiko dalam pemberian
kredit kepada para nasabahnya.
44
7. Over financing underfinancing, yaitu ketidakmampuan pengelola kredit
dalam memberikan kredit dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan, baik
ditinjau dari jumlahnya maupun ditijau dari timming-nya, mungkin
pemberian kredit terlalu lambat ataupun juga terlalu cepat.
8. Lack of Supervising, banyak pinjaman yang cukup sehat pada saat kredit
diberikan tetapi karena tidak adanya pengawasan yang efektif, maka
kredit-kredit tersebut menuju kearah kredit macet dan lain-lain.
Didalam upaya menekan atau menghindarkan sedari dini kegagalan
didalam pemberian kredit, maka Bank Indonesia pada tanggal 31 Juli 1995 telah
mengeluarkan SE No.27/7/UPDB yang menetapkan tentang penyusunan dan
pelaksanaan kebijaksanaan perkreditan bank pada setiap bank umum. Ada enam
hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank
(KPB) tersebut yaitu:
1. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan
Untuk menghindarkan kegagalan dalam pemberian kredit maka dalam
pemberian kredit tersebut setiap bank wajib memiliki pokok-pokok
peraturan mengenai tata cara pemberian kredit yang sehat, pokok-pokok
pengaturan pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank dan
debitur besar tertentu, kredit yang mengandung risiko yang tinggi serta
kredit yang perlu dihindari, untuk memantau kualitas kredit yang diberikan
tersebut, bank juga diharuskan melakukan penilaian kolektabilitas kredit
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia.
45
2. Organisasi dalam manajemen perkreditan
Untuk lebih mendukung pemberian kredit yang sehat dan telah mengandung
unsur pengendalian intern mulai tahap awal proses kegiatan perkreditan,
maka setiap bank juga wajib memiliki Komite Kebijaksanaan Perkreditan
(credit policy committe) dan komite ini mempunyai tugas membantu direksi
bank dalam merumuskan kebijaksanaan, mengawasi pelaksanaan
kebijaksanaan, memantau perkembangan dan kondisi portfolio perkreditan
serta memberikan saran-saran langkah perbankan.
3. Kebijaksanaan persetujuan kredit
Persetujuan pemberian kredit merupakan langkah yang kritis dalam proses
perkreditan oleh karena itu bank diwajibkan memiliki kebijaksanaan
persetujuan kredit yang sekurang-kurangnya mencakup konsep hubungan
total permohonan kredit (Total Credit Relationship Concept), penetapan
batas wewenang kredit, tanggungjawab pejabat pemutus kredit, proses
persetujuan kredit, perjanjian kredit dan proses persetujuan pencairan kredit.
4. Dokumentasi dan administrasi kredit
Bank harus menetapkan jenis-jenis dokumen yang diperlukan sesuai dengan
jenis kredit yang diberikan, serta harus memastikan keabsahan dan legalitas
setiap dokumen kredit yang diterbitkan oleh bank maupun yang diterima
dari nasabah. Selanjutnya dokumen kredit tersebut harus disimpan dengan
aman dan tertib. Tata cara penggunaan atau pengambilan dokumen kredit
dari tempat penyimpanan harus mengandung unsur pengamanan ganda.
46
5. Pengawasan kredit
Mengingat perkreditan merupakan salah satu kegiatan usaha bank yang
mengandung kerawanan yang dapat merugikan bank yang pada gilirannya
dapat berakibat pada kepentingan masyarakat penyimpan dana dan
pengguna jasa perbankan, maka setiap bank wajib menerapkan dan
melaksanakan fungsi pengawasan kredit yang menyeluruh.
Setiap bank harus mempunyai struktur pengendalian intern yang memadai
dalam perkreditan yang mampu menjamin bahwa dalam pelaksanaan
perkreditan dapat dicegah terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh
berbagai pihak yang dapat merugikan bank dan terjadinya praktik pemberian
kredit yang tidak sehat.
6. Penyelesaian kredit bermasalah
Didalam proses perkreditan bank akan selalu dihadapkan pada risiko
timbulnya kredit bermasalah yang selalu harus diwaspadai dan sedapat
mungkin dapat dicegah. Dalam upaya untuk meningkatkan pemantauan
secara dini terhadap kredit-kredit yang akan atau di duga akan merugikan
bank, maka bank wajib melakukan pengawasan secara khusus dan secara
berkala wajib melakukan evaluasi terhadap daftar kredit dalam pengawasan
khusus tersebut serta hasil penyelesaiannya. Apabila jumlah seluruh kredit
yang kolektabilitasnya tergolong diragukan dan macet telah mencapai 7,5%
atau criteria lain yang akan ditetapkan oleh Bank Indonesia maka bank wajib
untuk:
a. Melaporkan kredit bermasalah ke Bank Indonesia
47
b. Membentuk satuan kerja penyelesaian kredit bermasalah
c. Menyusun program penyelesaian kredit bermasalah
d. Melaksanakan program penyelesaian kredit bermasalah
e. Melakukan evaluasi efektivitas program penyesuaian kredit
bermasalah.
Jadi kalau ditelit lebih mendalam sebab-sebab kegagalan kredit di atas
terlihat terutama disebabkan karena lemahnya internal control. Oleh karena itu
dalam audit ini auditor bank perlu memberikan perhatian yang besar pada
penilaian Internal Control bidang perkreditan apakah telah memadai atau belum.
2.2.26 Penerapan Audit Internal Pemberian Kredit
Salah satu syarat agar audit internal dapat dilakukan secara efektif dan
memadai adalah dengan adanya kualifikasi audit internal. Dalam kualifikasi audit
internal ini terdapat dua sikap yang harus dimiliki oleh seorang auditor, yaitu
sikap kompeten dan independen. Kompeten disini berarti seorang auditor harus
memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis yang memadai dalam
melaksanakan audit dan juga memiliki ketegasan sikap, teliti serta
bertanggungjawab atas hasil audit yang dilakukannya. Sedangkan dengan adanya
sikap independen, diharapkan seorang auditor dapat memberikan hasil audit yang
optimal. Independen berarti seorang auditor harus mandiri dan terpisah dari
berbagai kegiatan yang diperiksanya.
48
Sebelum melaksanakan tahapan-tahapan audit, maka perlu disusun
program terlebih dahulu. Menurut Tjukria P. Tawaf (1999;132), program audit
harus mempunyai persyaratan sebagai berikut:
a. Merupakan dokumentasi prosedur bagi auditor intern dalam mengumpulkan,
menganalisis, menginterprestasi, dan mendokumentasi informasi selama
pelaksanaan audit, termasuk catatan untuk audit yang akan datang.
b. Menyatakan tujuan audit
c. Menetapkan luas, tingkat dan metodologi pengujian yang diperlukan guna
mencapai tujuan audit untuk tiap tahapan audit
d. Menetapkan jangka waktu audit
e. Mengidentifikasi aspek-aspek teknis,resiko, proses, dan transaksi yang harus
diuji, termasuk pengolahan data elektronik.
Adanya program audit secara tertulis akan memudahkan pengendalian
audit selama tahap-tahap pelaksanaan. Program audit tersebut dapat diubah sesuai
dengan kebutuhan selama audit berlangsung. Adapun menurut SPFAIB (Standar
Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank) oleh Tjukria P. Tawaf (1999;132) proses
audit meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Mengumpulkan bukti dan informasi yang cukup, kompeten dan relevan.
2. Memeriksa dan mengevaluasi semua bukti dan informasi untuk
mendapatkan temuan dan rekomendasi audit.
3. Menetapkan metode pengujian dan teknik pengembilan sample yang dapat
dipakai dan dikembangkan sesuai dengan keadaan, diantaranya pengujian
atas rekening simpanan dan kredit.
49
4. Supervisi atas proses pengumpulan bukti dan informasi serta pengujian
yang telah dilakukan.
5. Mendokumentasikan kertas kerja audit.
6. Membahas hasil audit atau temuan dengan auditee.
Setelah melakukan kegiatan-kegiatan audit, auditor interen bank
berkewajiban untuk menuangkan hasil audit tersebut dalam bentuk laporan
tertulis. Laporan tersebut harus memenuhi standar pelaporan, memuat
kelengkapan materi dan melalui proses penyusunan yang baik.
Namun dalam praktiknya banyak masalah yang muncul dalam penyusunan
laporan hasil audit intern ini. Agar dapat mengurangi masalah-masalah yang
muncul dalam standar pelaporan tersebut, menurut SPFAIB (Standar Pelaksanaan
Fungsi Audit Intern Bank) oleh Tjukria P. Tawaf (1999;140) perlu diterapkan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Laporan harus tertulis
2. Laporan diuraikan secara singkat dan mudah dipahami
3. Laporan harus didukung kertas kerja yang memadai
4. Laporan harus obyektif
5. Laporan harus konstruktif
6. Laporan harus ditandatangani oleh auditor intern dan atau kepala SKAI
(Satuan Kerja Auditor Intern)
7. Laporan harus dibuat dan disampaikan tepat waktu
8. Laporan harus dituangkan secara sistematis
50
Setelah itu satuan kerja audit intern bank harus memantau dan
menganalisis serta melaporkan perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan
yang telah dilakukan auditee. Menurut Tjukria P. Tawaf (1999;153) tindak
lanjut tersebut meliputi :
1. Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut
Dengan menggunakan catatan, temuan audit yang memerlukan tindak
lanjut akan selalu terpantau. Auditor bisa memantau dengan berbagai cara,
antara lain degan menggunakan Laporan rutin kegiatan unit kerja auditee
dan Laporan khusus sesuai permintaan auditor.
2. Analisis kecukupan tindak lanjut
Analisis ini bisa dilakukan melalui surat atau memo dan mengirimkan
bukti penyelesaian atau perkembangan temuan tersebut. Namun bila
ternyata tidak ada tindak lanjut atau tidak ada kemajuan sama sekali, bisa
saja SKAI mengirimkan petugas khusus untuk melakukan review kembali.
3. Pelaporan tindak lanjut
Pelaporan tindak lanjut tidak dilaksanakan oleh auditee, satuan kerja audit
intern bisa memberikan laporan tertulis kepada direktur utama dan dewan
audit untuk ditindak lanjuti.
Audit internal sebagai alat bantu manajemen berfungsi dalam menunjang
keandalan informasi keuangan pemberian kredit, efisiensi dan efektivitas operasi
pemberian kredit, dan ketaatan kepada hukum dan peraturan pemberian kredit.
Audit internal atas pemberian kredit bertujuan untuk memberikan analisis,
51
penilaian dan rekomendasi dalam rangka meminimumkan usaha-usaha
penyalahgunaan dan penyelewengan dalam pemberian kredit.
Salah satu kegiatan bank adalah memberikan kredit. Suatu bank harus
mempunyai audit internal yang efektif dan memadai dalam perkreditan yang
mampu menjamin bahwa dalam pelaksanaan perkreditan dapat dicegah terjadinya
penyalahgunaan wewenang oleh berbagai pihak yang dapat merugikan
perusahaan.
Sistem pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan operasi tata usaha
bank yang termuat di dalam sistem akuntansi manual pada suatu bank. Sistem
pemberian kredit tersebut tercakup prosedur kredit. Tujuan prosedur pemberian
kredit adalah untuk memutuskan kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak.
Dalam menentukan kelayakan suatu kredit maka dalam setiap tahap selalu
dilakukan penilaian yang mendalam. Apabila dalam penilaian mungkin ada
kekurangan maka pihak bank dapat meminta kembali ke nasabah atau bahkan
langsung ditolak.
Adanya audit internal sangat penting dalam pemberian kredit karena
apabila terjadi penyimpangan atas prosedur yang telah ditetapkan akan dapat
diketahui secara cepat oleh manajemen sehingga dapat diambil perbaikan secara
tepat pula. Selain itu audit internal juga berfungsi untuk menilai kebijakan dan
prosedur akibat adanya perubahan kondisi yang mengharuskan prosedur
diperbaharui.
Prinsip-prinsip kredit yang dikenal dengan 5C serta prosedur umum
perkreditan merupakan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pemberian
52
kredit. Hal tersebut harus dijaga agar tetap berfungsi dengan baik sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai. Jadi dengan adanya audit internal yang memadai,
diharapkan segala kesalahan, penyimpangan, kecurangan dan lain-lain yang dapat
merugikan perusahaan dapat ditekan serendah mungkin.
2.2.27 Peranan Audit Internal Bank
Fungsi audit intern bank sangat penting, karena peranan yang diharapkan
dari fungsi tersebut adalah untuk membantu semua tingkatan manajemen pada
bank dalam mengamankan kegiatan operasional bank yang melibatkan dana dari
masyarakat. Disamping itu kedudukan bank sebagai lembaga keuangan
kepercayaan masyarakat sangat strategis dalam perekonomian, maka audit intern
bank diperlukan untuk menjaga perkembangan bank kearah yang dapat
menunjang program pembangunan dari pemerintah, sekaligus dapat memelihara
kepercayaan masyarakat (SPFAIB Bank Indonesia tentang kebijakan umum audit
intern Bank).
Keberadaan dan aktivitas yang dilakukan oleh auditor internal bank antara lain
bertujuan :
a. Melengkapi perbankan dengan sarana untuk mencegah timbulnya kredit
bermasalah
b. Mendorong bank untuk menyadari pentingnya fungsi audit intern dalam
mengamankan usaha bank
53
c. Mendorong bank untuk memelihara kesehatannya dengan mengefektifkan
sarana pengendalian intern sehingga dapat mencegah timbulnya risiko
yang dapat mengancam usaha bank
d. Sebagai langkah awal mendorong dilaksanakannya self-regulation
banking, yaitu upaya bank untuk mengatur dirinya sendiri lebih rinci
dengan acuan dari bank Indonesia.
Fungsi dari auditor internal bank adalah membantu direktur utama dan
dewan audit dengan menjabarkan secara operasional perencanaan, pelaksanaan,
dan pemantauan atas hasil audit. Disamping itu juga, auditor internal bank harus
mampu mengidentifikasi segala kemungkinan untuk memperbaiki dan
meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dana serta meningkatkan
kegiatan yang ada dibank tersebut.
2.2.28 Efektifitas Pengendalian Internal Bank
COSO (Commite of Sponsoring Organization) menyebutkan bahwa: Internal Control can be judged effective for each of the three business objectives if management have reasonable assurance that they understand the extent to which the organization’s objectives are being met; financial and management reports are being prepared reliably; and applicable laws and regulations are being complied with.
Pernyataan COSO di atas menyebutkan bahwa pengendalian intern akan
dianggap efektif untuk tiga misi organisasi tersebut di atas jika manajemen
memiliki keyakinan yang memadai bahwa tujuan organisasi tercapai, laporan
manajemen dan laporan keuangan yang telah disajikan dapat dihandalkan, serta
peraturan perundang-undangan telah dipatuhi.
54
Untuk menilai keefektifan suatu pengendalian intern, maka haruslah
dilakukan penilaian (assesment) terhadap komponen-komponen pengendalian
intern. Jadi pengendalian intern mencakup lima kategori kebijakan dan prosedur
yang didesain oleh manajemen untuk memberikan keyakinan yang memadai
bahwa tujuan organisasi dapat tercapai.
Pengendalian intern memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan
pengelolaan risiko . Hal ini seperti yang diungkapkan dalam kerangka konseptual
COSO dalam Spira dan Page (2003, hal 651) adalah “A company’s system of
internal control has a key role in the management of risks that are significant to
the fulfillment of its business objectives”. Definisi COSO tersebut menyimpulkan
bahwa sistem pengendalian intern yang ada pada perusahaan memiliki peranan
kunci dalam pengelolaan risiko yang ada pada perusahaan dan berpengaruh secara
signifikan terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang efektif merupakan komponen
penting dalam manajemen Bank dan menjadi dasar bagi kegiatan operasional
Bank yang sehat dan aman. Sistem Pengendalian Intern yang efektif dapat
membantu pengurus Bank menjaga aset Bank, menjamin tersedianya pelaporan
keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan Bank
terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta
mengurangi risiko terjadinya kerugian, penyimpangan dan pelanggaran aspek
kehati-hatian. Terselenggaranya Sistem Pengendalian Intern Bank yang handal
dan efektif menjadi tanggung jawab dari pengurus dan para pejabat Bank. Selain
itu, pengurus Bank juga berkewajiban untuk meningkatkan risk culture yang
55
efektif pada organisasi Bank dan memastikan hal tersebut melekat di setiap
jenjang organisasi. Sistem Pengendalian Intern perlu mendapat perhatian Bank,
mengingat bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kesulitan usaha Bank
adalah adanya berbagai kelemahan dalam pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
Bank.
2.2.29 Hubungan Audit Internal dengan Efektifitas Pengendalian Internal
Kredit Investasi
Pengendalian internal pemberian kredit memerlukan laporan untuk
menganalisis jumlah kredit yang diberikan serta ketepatan jangka waktu
pengembaliannya sehingga menguntungkan bagi pihak bank sebagai kreditur.
Laporan tersebut juga harus mengungkapkan perkembangan yang tidak
diinginkan atau penyimpangan-penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Fungsi audit internal meliputi penilaian dan pemeriksaan kelayakan dan
efektivitas pengendalian internal yang telah ditetapkan, serta penilaian mengenai
petugas yang melaksanakan pengendalian internal. Selanjutnya fungsi audit
internal akan mengambil cara yang tepat untuk memungkinkan tindakan korektif
dalam bentuk pemberian analisis-analisis, penilaian-penilaian dan rekomendasi
dalam rangka meminimumkan usaha-usaha penyalahgunaan kredit. Hal tersebut
diarahkan untuk menunjang efektivitas pengendalian internal pemberian kredit.
56
Selanjutnya, manajemen akan mengandalkan hasil audit internal ini sebagai alat
analisis yang obyektif atas pengendalian internal yang sedang dijalankan
perusahaan.
Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan pada pemberian kredit, maka
auditor internal dan manajemen terus menerus mengevaluasi dan menilai
pelaksanaan pemberian kredit pada Bank. Sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai. Agar tujuan audit internal tercapai maka kegiatan audit internal yang
dijalankan pada dasarnya harus mencakup verifikasi, compliance, dan evaluasi.
Tujuan audit bagi suatu perusahaan tidak hanya sekedar untuk mengamati
dan mengecek kegiatan secara fisik saja, tetapi juga untuk melaksanakan suatu
fungsi yang sangat berguna dalam melakukan pengecekan secara periodik
terhadap catatan-catatan dan untuk menetapkan kebenaran catatan tersebut,
mengevaluasi pengendalian internal dan mengecek adanya ketaatan pada prosedur
yang telah ditetapkan. Audit internal merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari suatu pengendalian disuatu perusahaan. Audit internal membantu
manajemen dalam menjalankan pengendalian di perusahaan, sehingga bila ada
penyelewengan- penyelewengan dapat dideteksi lebih dini.
Dapatlah dipahami bahwa audit internal mempunyai peranan penting
didalam mengefektifkan pengendalian internal atas kredit investasi, karena
melalui fungsi ini kesepadanan serta keefektifan pengendalian internal selalu
dikaji atau dinilai secara kontinyu dan tidak memihak (independent), sehingga
pengendalian internal atas kredit investasi dapat dijaga agar tetap memadai dan
berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
57
2.3
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Bagan Rerangka Pemikiran
2.4
Dengan demikian berdasarkan uraian tersebut maka ditetapkan proposisi
penelitian sebagai berikut :
Proposisi Penelitian
”Pelaksanaan audit internal yang dilaksanakan dengan memadai
dapat mendukung tercapainya efektifitas pengendalian internal dalam
proses pemberian kredit investasi PT. Bank X”.
Peran Audit Internal
Kredit Investasi Pengendalian Internal
58
58
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif
yaitu meliputi kegiatan pengumpulan data, penyusunan data, dan analisis data.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian internal tentang audit internal
dalam efektifitas pengendalian internal kredit investasi.
Rancangan Penelitian
Sedangkan desain dalam penelitian ini berupa studi kasus, dimana studi kasus
adalah penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu
spesifik dari keseluruhan personalitas (Robert K. Yin, 2008;08).
Tempat penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk. Kantor Wilayah VIII Surabaya.
3.2
Agar arah pembahasan dalam penelitian ini tidak mengalami
kesimpangsiuran serta terhindar dari pembahasan yang terlalu luas, maka
penelitian ini memiliki batasan-batasan antara lain :
Batasan Penelitian
a. Kegiatan hanya dibatasi pada obyek audit internal terhadap
pengendalian internal kredit investasi pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk Kantor Wilayah VIII Surabaya.
59
b. Kegiatan hanya meliputi bidang pengawasan pemberian kredit
investasi pada PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk Kantor Wilayah VIII
Surabaya.
3.3
Unit analisis data secara fundamental berkaitan dengan masalah penentuan
apa yang dimaksud dengan ”kasus” dalam penelitian yang bersangkutan-suatu
problema yang telah mengganggu banyak peneliti di awal studi kasusnya Robert
K. Yin (2008;30). Defenisi unit analisis (dan karenanya juga kasus) hendaknya
dikaitkan dengan cara penentuan pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Unit Analisis Data
Dalam penelitian ini, unit analisisnya adalah peran audit internal dalam
menunjang efektivitas pengendalian internal kredit investasi. Keberadaan audit
internal dapat menentukan keandalan pengendalian internal yang menyangkut
kebijakan pemberian kredit investasi yang telah ditetapkan sehingga efektifitas
dapat tercapai apabila terdapat indikator sebagai berikut:
Indikator Subindikator
1. Verifikasi
2. Compliance
3. Evaluasi
a. Mendorong kebenaran informasi.
b. Memeriksa kewajaran atau keandalan dokumen, catatan, dan laporan-laporan.
a. Menilai ketaatan terhadap prosedur dan kebijakan
perusahaan.
b. Pemeriksaan terhadap pelaksanaan pemberian kredit.
a. Penilaian terhadap pelaksanaan prosedur
b. Penilaian terhadap pemberian kredit yang sedang
60
berjalan.
c. Memberi masukan-masukan bagi pengambil keputusan.
3.4
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan studi kasus dengan
menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
cara mengumpulkan data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, kemudian
menganalisis dan menginterprestasikan data dan fakta yang diperoleh untuk
membuat kesimpulan dan rekomendasi dengan membandingkan data yang ada
dengan teori yang relevan.
Data dan Metode Pengumpulan data
3.4.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan penulis adalah data
kualitatif. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari survei lapangan yang
berupa dokumen, penjelasan dan keterangan-keterangan. Data kualitatif meliputi
sejarah pendirian perusahaan, lokasi perusahaan, bidang usaha perusahaan,
struktur organisasi, prosedur pelaksanaan audit internal dalam kredit investasi.
3.4.2 Sumber Data dan Metode pengumpulan data
Sumber data dan metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
61
1. Rekaman Arsip
Rekaman arsip yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Modul yang berisi profil dan penjelasan singkat tentang PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk.
b. Struktur organisasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Kantor Wilayah VIII Surabaya.
c. Laporan tim auditor internal (RIC) bagian perkreditan atas
hasil pemeriksaannya terhadap pengendalian internal
bagian kredit investasi.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini tipe wawancara yang digunakan adalah open-
ended, dimana peneliti dapat bertanya kepada responden kunci
tentang fakta–fakta suatu peristiwa disamping opini mereka mengenai
peristiwa yang ada. Pada beberapa situasi, peneliti bahkan bisa
meminta responden untuk mengetengahkan pendapatnya sendiri
terhadap peristiwa tertentu (Robert K.Yin,2008;108).
Kegiatan wawancara ini dilakukan dengan cara diskusi dan tanya
jawab peneliti dengan pihak yang memiliki kaitan dengan penelitian
ini seperti tim leader audit intern (RIC) bagian perkreditan PT. Bank
Mandiri dan staf kredit.
62
Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Apakah dengan dilakukannya audit internal dapat menjamin
kualitas/kebenaran informasi tentang kredit investasi yang
dibutuhkan oleh manajemen?seperti kewajaran dokumen-
dokumen, catatan, informasi nasabah, dll.
2. Apakah dengan adanya audit internal dapat menilai ketaatan
pegawai/karyawan bagian kredit investasi terhadap prosedur dan
kebijakan yang ada pada perusahaan?
3. Apakah kegiatan audit internal dapat mendeteksi kelemahan-
kelemahan ataupun kekurangan terhadap prosedur kredit
investasi yang ada dalam perusahaan?
4. Bagaimana audit internal dapat membrikan pengaruh besar
terhadap pengendalian internal kredit investasi yang sedang
berjalan?
5. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit
investasi dapat menyebabkan pengendalian internal pemberian
kredit menjadi lebih efektif?
6. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit
investasi dapat menyebabkan pengeluaran biaya dalam proses
pemberian kredit menjadi lebih efisien?
63
7. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit
investasi dapat menyebabkan resiko kredit macet menjadi lebih
kecil?
8. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit
investasi dapat menyebabkan berkurangnya kolusi antara
personel bagian kredit dengan calon debitur?
9. Bagaimana prosedur pelaksanaan dan pelaporan internal audit
bagian kredit investasi yang dilaksanakan oleh PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk. Kantor Wilayah VIII Surabaya?
10. Bagaimana tim audit internal (RIC) bagian perkreditan dalam
memberikan opini? Bagaimana tindakan yang dilakukan apabila
menemukan penyimpangan atas aktivitas pemberian kredit
investasi?
3. Observasi Langsung.
Observasi langsung dapat terbentang mulai dari kegiatan pengumpulan
data yang formal hingga yang kausal. Yang paling formal, protokol
observasi dapat dikembangkan sebagai bagian dari protokol studi
kasus dan peneliti yang bersangkutan bisa diminta untuk mengukur
peristiwa tipe perilaku tertentu dalam periode waktu tertentu
dilapangan. Hal ini dapat melibatkan observasi pertemuan-pertemuan,
kegiatan perusahaan, dan semacamnya. Yang kurang formal, observasi
langsung bisa dilakukan selama melangsungkan kunjungan lapangan
64
termasuk kesempatan-kesempatan selama pengumpulan bukti yang
lain seperti wawancara (Robert K.Yin, 2008;112).
Dalam penelitian ini dilakukan observasi langsung ke PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk. Kantor Wilayah VIII dijalan Pahlawan no.120
Surabaya selama kurang lebih 23 hari mulai tanggal 1 februari 2010
hingga skripsi ini selesai, namun dikarenakan pihak yang bersangkutan
mengalami kesibukan dalam pekerjaan (keluar kota/meeting) maka
peneliti tidak melakukan penelitian secara penuh. Pada hari pertama
peneliti disambut oleh Ibu Kartika Maya Prihatini selaku tim leader
auditi intenal RIC Kanwil VIII Surabaya diruang unit RIC. Beliau
menjelaskan tentang struktur organisasi RIC Bank Mandiri Kanwil
VIII Surabaya, tugas dan wewenangnya. Kemudian peneliti dikenalkan
oleh Bpk. Ganis Andaru selaku tim Leader RIC perkreditan untuk
lebih fokus pada penelitian ini. Dalam penelitian observasi ini
dilakukan untuk mendukung dokumen ataupun arsip yang telah
diperoleh peneliti.
3.5
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengembangan deskripsi kasus yang dalam prosesnya mengembangkan kerangka
kerja deskriptif untuk mengorganisasikan studi kasus. Adapun tahapan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Teknis Analisis Data.
1. Tahap perencanaan
65
Pada tahap perencanaan, penulis melakukan dua langkah yaitu:
a. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan
Dalam penelitian ini, ruang lingkup pemeriksaan terletak pada
kegiatan audit internal pada bidang perkreditan (kredit investasi)
Bank Mandiri.
b. Merencanakan kegiatan pemeriksaan
Langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk kegiatan
pemeriksaan, meliputi:
i. Meninjau sasaran pemeriksaan yaitu terhadap fungsi audit
interen PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kantor Wilayah VIII
Surabaya yang terletak di jalan Pahlawan No.120 Surabaya.
ii. Melakukan pemeriksaan pendahuluan untuk mendapatkan data
dan informasi yang bersifat umum dengan cara memahami
latar belakang perusahaan dan pengawasan kredit investasi
perusahaan.
iii. Melakukan wawancara secara langsung dengan Bpk. Ganis
Andaru selaku tim leader RIC perkreditan dan Bpk.Syamsul
Anam selaku staf kredit Bank Mandiri untuk mendukung
pelaksanaan penelitian.
2. Tahap pengumpulan
Data-data dikumpulkan melalui penilaian atas hasil wawancara dan
observasi dilapangan. Proses pengumpulan data yang akan dilakukan oleh
66
penulis adalah melakukan tanya jawab dan diskusi dengan Bpk. Ganis,
pihak yang memiliki kaitan dengan penelitian ini.
3. Tahap mengevaluasi bahan bukti
Setelah data-data hasil penelitian yang diperoleh terkumpul, kemudian di
analisis dan dilakukan pengujian dari proposisi yang telah dibuat oleh
peneliti untuk mengetahui peranan audit internal dalam pencapaian
efektifitas pengendalian internal kredit investasi pada perusahaan tersebut.
4. Tahap Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan harus disesuaikan dengan keseluruhan hasil dari
proses pengumpulan data. Kemudian seluruh temuan penelitian
dideskripsikan dan disimpulkan sehingga diperoleh penjelasan tentang
hasil peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian
internal kredit investasi.
67
67
BAB IV
GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
4.1.
4.1.1. Riwayat singkat PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Gambaran Subyek Penelitian
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai
bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah
Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah -- Bank Bumi Daya,
Bank Dagang Negara, Bank Exim and Bapindo–dilebur menjadi Bank Mandiri.
Masing-masing dari keempat legacy banks memainkan peran yang tak terpisahkan
dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank
Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi
dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.
Bank mandiri telah bertekad untuk memberikan pelayanan terbaik dan
menyediakan solusi keuangan yang menyeluruh di bidang investment banking,
perbankan syariah serta bancassurance bagi nasabah perusahaan swasta maupun
milik Negara, komersial, usaha kecil, dan mikro serta nasabah consumer. Tekad
yang diwujudkan dalam kerja keras ini telah diakui melalui pemberian peringkat
pertama Banking Service Excellence Award 2007 dari majalah info bank dan
MRI.
Dalam kiprah usahanya, Bank Mandiri memiliki visi dan misi sebagai berikut:
68
Visi:
Bank terpecaya pilihan anda
Misi:
• Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar
• Mengembangkan sumber daya manusia professional
• Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder
• Melaksanakan manajemen terbuka
• Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan
Sejalan dengan misi PT. Bank Mandiri (persero) Tbk, fungsi perkreditan
mempunyai arti yang sangat penting. Kredit akan mendorong pengembangan
usaha, mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan memberikan sumbangan
pendapatan usaha bank.
Dalam menjalankan fungsi perkreditannya, sasaran pembiayaan yaitu
untuk sektor usaha yang prospektif kepada debitur skala kecil, menengah dan
besar yang dinilai mampu mengembalikan segala kewajibannya yang meliputi
hutang pokok dan bunga serta biaya-biaya lainnya, dengan tetap
mempertimbangkan persyaratan yang ditetapkan oleh PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk. Beberapa sektor atau kategori dalam kaitannya dengan jasa kredit
yang diberikan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. kepada nasabahnya adalah
sebagai berikut:
69
1. Corporate Banking
2. Commercial Banking
3. Small
4. Micro
5. Consumer Loan
4.1.2. Satuan Kerja Audit Internal PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Bank Indonesia dalam PBI Nomor 1/6PBI/1999 pasal 8 mewajibkan Bank
memiliki Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) yaitu satuan kerja yang melaksanakan
fungsi audit intern. Pada SPFAIB juga dicantumkan bahwa penggunaan
nama/istilah untuk satuan kerja tersebut dapat ditetapkan oleh masing-masing
bank. Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. fungsi SKAI dijalankan oleh
Direktorat Internal Audit (DIA) yang berada pada kantor pusat di Jakarta,
sedangkan untuk masing-masing kantor wilayah dikenal dengan istilah Regional
Internal Control (RIC). Hubungan kerja RIC dan DIA adalah:
1. RIC dalam pelaksanaan tugasnya berkoordinasi dengan DIA dalam hal :
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan monitoring tindak lanjut hasil
pemeriksaan serta realisasi KPI.
2. RIC dapat melakukan pemeriksaan bersama DIA (joint audit) dalam
pemeriksaan umum (rutin) maupun pemeriksaan khusus, termasuk fraud
investigation.
3. Realisasi hasil pemeriksaan RIC dan DIA akan dilaporkan kepada pihak
eksternal (BI/BPK/KAP/dll) sebagai satu kesatuan Laporan Bank.
70
Sedangkan tugas dan tanggungjawab DIA sebagai Pembina system RIC
adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan SOM (System Operating Manual) RIC
2. Membina kompetensi dan profesionalisme RIC.
3. Memfasilitasi RIC dalam menindaklanjuti penyelesaian penyimpangan dan
pelanggaran terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku.
4. Berkoordinasi dengan Unit Kerja terkait untuk pelaksanaan tugas dan
pengembangan keahlian RIC, termasuk kompetensi dalam pengelolaan
manajemen risiko dengan Market & Operational Risk Group (MORG).
Selanjutnya dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas fungsi
SKAI yang berada di kantor wilayah tepatnya RIC kantor wilayah VIII Surabaya.
Sasaran pokok dalam pemeriksaan RIC yaitu memastikan tujuan SPI telah
tercapai, meliputi :
1. Laporan (informasi) keuangan dapat diandalkan (financial objective)
2. Aktivitas operasional Bank dan pengamanan terhadap harta kekayaan Bank
telah berjalan efektif dan efisien (operational objective)
3. Aktivitas operasional Bank telah memnuhi ketentuan yang berlaku termasuk
di dalamnya :
a. Indentifikasi kelemahan dan penyimpangan termasuk kecurangan (fraud)
secara dini untuk meminimalkan dampak kerugian Bank.
b. Pelanggaran terhadap prinsip kehati-hatian (compliance objective)
71
Dalam pedoman Organisasi dan Tata Kerja PT. Bank Mandiri (Persero)
dijelaskan bahwa unit audit RIC mempunyai fungsi pokok melakukan
pengawasan serta pengendalian aktivitas Bank, dengan tujuan:
a. Menjaga dan mengamankan harta kekayaan Bank
b. Menjamin tersedianya laporan yang akurat
c. Meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku
d. Mengurangi dampak kerugian keuangan, penyimpangan termasuk
kecurangan (fraud) dan pelanggaran terhadap prinsip kehati-hatian
e. Meningkatkan efektifitas organisasi dan efisiensi
SKAI Bank secara rutin melakukan audit operasional, pada unit kerja RIC
di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kantor Wilayah VIII Surabaya. Lingkup audit
operasional meliputi seluruh bidang kegiatan, yaitu mencakup seluruh aspek dan
unsur kegiatan Bank yang secara langsung diperkirakan dapat mempengaruhi
tingkat terselenggaranya dengan baik kepentingan Bank dan masyarakat. Audit
pengawasan kredit merupakan bagian dari audit operasional yang rutin dilakukan
oleh tim audit RIC bagian perkreditan. Audit dilakukan berdasarkan pendekatan
Risk Based Audit, yaitu pemeriksaan mengacu pada profil risiko yang tinggi yang
menjadi focus pemeriksaan.
Komite Audit PT. Bank Mandiri (persero) Tbk. sudah dibentuk sejak
tanggal 19 Agustus 1999 berdasarkn Keputusan Dewan Komisaris PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk. No. 013/KEP/KOM/1999 dan diperbaharui berdasarkan
keputusan dewan komisaris PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. No.
001/KEP/KOM/2005 tanggal 1 juli 2005.
72
Secara struktural, kedudukan unit RIC PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
merupakan unit yang berada langsung diawah Regional Manajer. Struktur
organisasi dibuat dengan menggunakan pendekatan kantor wilayah (wilayah
regional), yang mana PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. memiliki 12 Kantor
wilayah yang tersebar diseluruh Indonesia, yaitu :
1. RIC Kanwil I/Medan
2. RIC Kanwil II/Palembang
3. RIC Kanwil III/Jakarta Kota
4. RIC Kanwil IV/Jakarta Thamrin
5. RIC Kanwil V/Jakarta Sudirman
6. RIC Kanwil VI/Bandung
7. RIC Kanwil VII/Semarang
8. RIC Kanwil VIII/Surabaya
9. RIC Kanwil IX/Banjarmasin
10. RIC Kanwil X/Makassar
11. RIC Kanwil XI/Denpasar
12. RIC Kanwil XII/Papua
74
Masing-masing unit RIC melakukan internal audit beberapa cabang
dibawah naungan Kantor wilayah. Unit RIC memiliki wewenang dan tanggung
jawab dalam pekerjaannya, yaitu:
1. RIC berwenang melakukan pemeriksaan terhadap Unit Kerja sbb :
a. Tim RIC Kanwil melakukan pemeriksaan atas Unit Kerja di Kanwil dan
Unit Kerja Kantor Pusat yang berada di bawah koordinasi Kanwil
b. Tim RIC Area melakukan pemeriksaan atas Area beserta seluruh Unit
Kerja di bawah supervisi Area.
c. Tim RIC Perkreditan melakukan pemeriksaan atas Unit Kerja perkreditan
yang berada dibawah koordinasi Kanwil.
Pembagian kerja tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan/kondisi yang
ada dengan mendapat persetujuan dari RIC Manager.
2. RIC berwenang melakukan pemeriksaan di bidang keuangan, akuntansi,
operasional secara langsung (on site) maupun pemeriksaan tidak langsung (on
desk).
3. RIC memiliki wewenang untuk menggunakan semua teknik, sistem, personel,
sarana/prasarana dan prosedur pemeriksaan sesuai Standar Operating Manual
(SOM) RIC.
4. Memberikan rekomendasi perbaikan dan informasi yang objektif tentang
kegiatan yang diperiksa.
5. RIC memiliki wewenang untuk mereview fungsi ORM
6. RIC bertanggungjawab atas pelaporan Profil Risiko Operasional pada Kantor
Wilayahnya.
75
7. RIC bertanggungjawab untuk menjalankan tugas perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan dan monitoring tindak lanjut hasil pemeriksaan.
8. RIC bertanggungjawab terhadap realisasi Key Performance Indicator (KPI)
yang telah disetujui oleh Kepala Wilayah dan Direktorat Internal Audit (DIA).
9. RIC bertanggungjawab untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara
obyektif, independen dan profesional.
4.2.
4.2.1. Analisis deskriptif
Analisis Data
Pada analisis deskriptif penelitian ini, terlebih dahulu dijelaskan
bagaimana aktivitas audit satuan kerja audit internal (RIC) dan pelaksanaan audit
pengawasan kredit dari tim audit RIC bidang perkreditan pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk. kantor wilayah VIII Surabaya untuk memahami mengenai obyek
yang akan diaudit. Sehingga nantinya akan mendapat pandangan pentingnya peran
audit internal dalam menunjang efektifitas pengendalian internal kredit investasi.
4.2.2 Gambaran singkat kredit investasi PT. Bank Mandiri (Persero)Tbk.
Kanwil VIII
Seperti bank lain pada umumnya, maka kredit di PT. Bank Mandiri
Kanwil VIII Surabaya juga merupakan sumber penyaluran dana yang utama
sekaligus merupakan sumber pendapatan operasional terbesar. Sebagian besar
kredit di Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya diberikan dalam bentuk Kredit
76
Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) yang berjangka waktu pendek,
menengah, dan panjang.
Kredit investasi yang diberikan di Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya
digunakan untuk membiayai pengembangan usaha dalam bentuk pembuatan
bangunan usaha (misalnya pembuatan gudang, perluasan bangunan untuk
produksi, perluasan bangunan bagian kantor dan lainnya), pembelian mesin-mesin
(misalnya mesin pemintal kapas, mesin pembuat kain, dan lainnya), kendaraan
(misalnya bis, truk, dan lainnya), dan peralatan.
Sasaran yang ingin dicapai Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya didalam
penyaluran dana dalam bentuk kredit investasi ini adalah untuk mengembangkan
portofolio kredit investasi yang sehat dan menguntungkan melalui pemberian
kredit investasi di kantor cabang yang memperhatikan asas kehati-hatian dengan
memfokuskan pada segmen pasar serta memberikan pelayanan produk yang
sesuai dengan kebutuhan peminjam/calon peminjam.
4.2.3 Pelaksanaan pemeriksaan Efektivitas Pengendalian intern
pengawasan kredit.
Dalam SPFAIB ditetapkan bahwa tugas SKAI adalah melakukan
pemeriksaan dan penilaian atas kecukupan dan efektivitas dari struktur
pengendalian intern. Tim auditor intern harus mempelajari dan mengevaluasi
sistem pengendalian internal. Unit RIC Bank Mandiri telah melakukan
pemeriksaan dan penilaian atas efektivitas pengendalian intern pengawasan kredit
Bank Mandiri, yang kurang lebih implementasinya dijelaskan dalam tabel berikut.
77
Tabel 4.1
Pelaksanaan Pemeriksaan Efektivitas Pengendalian Intern Pengawasan
Kredit
No Elemen pengendalian internal yang
harus diperiksa
Prosedur yang dilakukan
SKAI Bank Mandiri
1. Personil yang kompeten dan dapat
dipercaya
Relationship officer/MKA/MKS
secara dini harus mengetahui segenap
permasalahan yang dihadapi
nasabahnya.
Relationship officer/MKA/MKS
mampu memahami laporan keadaan
usaha nasabah serta mampu
menganalisanya
Relationship officer/MKA/MKS
memiliki inisiatif untuk menggali
persoalan yang mungkin ada dalam
usaha nasabah, baik dari laporan yang
ada maupun informasi lainnya.
Pemeriksaan terhadap formulir
penilaian hasil prestasi yang
diisi oleh analis kredit dan
mencocokkan dengan data-data
pendukungnya, seperti laporan
keuangan, cash flow, dll.
2. Pemisahan tugas yang memadai
Petugas bank yang mengelola
rekening (customer service) secara
aktif memberikan informasi kepada
Relatinship officer/MKA/MKS, atas
terjadinya pergerakan rekening
nasabah, terutama bila pergerakan
rekening kredit yang diberikan di luar
kewajaran.
Pemeriksaan terhadap file
kredit, untuk melihat apakah
informasi rekening yang ada
didalamnya selalu di-update
atau tidak.
78
Relationship officer/MKA/MKS aktif
melakukan komunikasi dengan
Customer Service untuk selalu dapat
mengetahui kondisi rekening nasabah.
3. Prosedur otorisasi yang wajar
Dalam proses pemantauan ini, dari
pemimpin cabang atau Relationship
officer/MKA/MKS dalam memberi
catatan ataupun diposisi baik pada
laporan ataupun surat menyurat
lainnya perlu memperhatikan
ketentuan yang berlaku.
Mencocokkan antara
kolektibilitas dengan daftar
tunggakan untuk melihat apakah
penggolongan kolektibilitas
debitur di sistem sudah sesuai
dengan ketentuan BI
4. Dokumentasi dan catatan yang
memadai
Pendapatan bank (bunga dan provisi)
selalu terpantau dengan baik
Kewajiban nasabah (angsuran) selalu
terpantau dengan baik
Memeriksa pengisian formulir
riwayat pembayaran yang
terdapat dalam file kredit untuk
melihat apakah kewajiban
nasabah baik bunga maupun
angsuran selalu terpantau
dengan baik.
5. Pemeriksaan fisik aktiva dan catatan
Untuk melihat kondisi perkembangan
usaha nasabah dengan cara selama
masa pemantauan, Relationship
officer/MKA/MKS melakukan
kunjungan/inspeksi ke lokasi usaha
nasabah.
Hasil peninjauan ini direview dan
dicocokkan dengan laporan yang
Melakukan review terhadap
laporan kunjungan setempat
(laporan kunjungan
nasabah/LKN) yang terakhir.
79
disampaikan nasabah ke bank untuk
meyakinkan kebenaran data selama
ini.
4.2.4 Aktivitas audit internal PT. Bank Mandiri kanwil VIII Surabaya
Aktivitas audit satuan kerja audit internal dalam melakukan fungsinya
meliputi audit rutin dan audit khusus (Surprise Audit). Audit rutin dilaksanakan
berdasarkan sampling data dan jadwal yang telah ditentukan yang terdapat dalam
program kerja pengawasan tahunan, minimal audit rutin dilakukan satu kali dalam
setahun. Umumnya audit rutin dilakukan pada unit kerja/cabang yang mempunyai
pertumbuhan kredit investasi yang cukup tinggi dan cepat, cabang yang
mempunyai NPL kredit investasi yang cukup tinggi, cabang yang mempunyai
permasalahan kredit/fraud, dsb. Sedangkan audit khusus hanya dilaksanakan
apabila dipandang penting untuk dilakukan atau adanya permintaan khusus dari
kantor pusat.
Aktivitas yang dilakukan oleh satuan kerja audit internal PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk. kantor wilayah VIII Surabaya adalah sebagai berikut:
A. Memeriksa Dan Menilai Pelaksanaan Perencanaan Kredit.
Kantor cabang dibawah pimpinan Kantor wilayah VIII Surabaya harus
melaksanakan perencanaan kredit yang telah ditetapkan oleh kantor pusat
dan diwajibkan membuat laporan secara tertulis secara periodik.
a. Jumlah plafon maksimum kredit.
80
Jumlah plafon maksimum kredit pada kantor wilayah ditentukan dan
direncanakan oleh kantor pusat untuk setiap tahunnya dan dijadikan
dasar oleh kantor wilayah didalam melakukan ekspektasi kreditnya.
Penentuan jumlah plafon kredit untuk setiap kantor wilayah akan
berbeda-beda. Plafon maksimum kredit investasi yang diberikan PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk. kantor wilayah VIII Surabaya untuk
kredit sector mikro adalah sampai Rp.200.000.000,-.
Tim audit RIC perkreditan memeriksa dan menilai jumlah plafon
maksimum kredit yang diberikan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
kantor wilayah VIII Surabaya kepada debitur, sehingga dapat dilihat
apakah ekspansi kredit kantor-kantor cabang dibawah kantor wilayah
sudah memenuhi jumlah plafon kredit atau belum.
b. Alokasi sector kredit
Didalam perencanaan kredit juga ditentukan alokasi sektor kredit,
dimana PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. kantor wilayah VIII
Surabaya mengalokasikan sebagian besar kreditnya kepada kredit
usaha kecil (micro business) sesuai dengan kebijakan kredit yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sebagian besar nasabah Bank Mandiri
yang mendapat kredit investasi pada sektor mikro bergerak dibidang
perdagangan.
81
B. Memeriksa Dan Menilai Prosedur-Prosedur Kredit Berdasarkan Risiko Yang
Muncul.
Tim RIC bagian perkreditan dari PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. kantor
wilayah VIII Surabaya akan melakukan audit atas pelaksanaan kebijakan
prosedur kredit bank dengan acuan pada pedoman-pedoman, syarat-syarat
dan ketentuan-ketentuan, surat edaran dan lainnya yang telah dikeluarkan
oleh kantor pusat maupun Bank Indonesia. Audit ini dilakukan atas beberapa
tahap berikut:
Tabel 4.2
Pelaksanaan prosedur audit berdasarkan tahap pemberian kredit dan
risikonya.
TAHAP
PEMBERIAN
KREDIT
RISK DESCRIPTION
PROSEDUR
AUDIT
Pengajuan
permohonan kredit
Pelanggaran kriteria/syarat calon
debitur (lokasi usaha atau tempat
tinggal jauh dari lokasi Micro
Business Unit/ lebih dari 5km).
Memeriksa
dokumen yang
berhubungan
dengan alamat
lokasi tempat
tinggal/tempat
usaha debitur (foto
copy KTP, akte
pendirian
bangunan/usaha,dl
l ).
Kegagalan mendeteksi kelengkapan Melakukan ceklist
82
permohonan kredit (tanpa didukung
oleh dokumen yang sah/memadai:
identitas, legalitas, data keuangan,
perjanjian sewa tempat
usaha/tempat tinggal).
ulang terhadap
seluruh dokumen
permohonan kredit
debitur seperti
surat permoohonan
kredit, surat
perjanjian kredit,
surat kepemilikan
agunan,dokumen
legalitas usaha,dll.
Dan memeriksa
keaslian datanya.
Kegagalan mendeteksi pemenuhan
persyaratan calon debitur (status
kepegawaian, masa kerja/lama
usaha, penghasilan minimum, usia,
dll), permohonan tetap diproses.
Melakukan
wawancara baik
via teleppon atau
kunjungan
langsung (OTS) ke
tempat debitur.
Penilaian dan
analisa
Ketidakakuratan laporan hasil OTS
(tidak informative/lengkap
sehingga tidak dapat digunakan
untuk proses analisa/ perlu OTS
dan wawancara ulang oleh
MMM/MKA).
Me-recheck
kebenaran dan
kelengkapan hasil
OTS.
Melakukan OTS
kelokasi usaha
untuk meyakini
keberadaan dan
status kepemilikan
tempat usaha.
Kesalahan penilaian agunan (nilai
taksasi agunan tambahan over
Melakukan
perhitungan ulang
83
value). atas agunan kredit
debitur.
Dokumen pendukung pengajuan
kredit tidak memadai (penghasilan
tidak up todate karena debitur tidak
menyerahkan asli slip gaji/surat
keterangan penghasilan terakhir).
Melakukan
wawancara kepada
pihak debitur dan
mengkonfirmasi
ke perusahaan
tempat debitur
bekerja tentang
kebenaran slip gaji
debitur.
Kesalahan perhitungan limit (belum
memperhitungkan kewajiban
kepada bank lain).
Memeriksa IDI BI
dan
membandingkan
dengan nota
analisa.
Kesalahan perhitungan limit
(adanya pencantuman komponen
“pendapatan lain” yang tidak
jelas/tidak berdasar).
Memverifikasi
dokumen
pendukung
komponen
pendapatan lain.
Kesalahan perhitungan limit
(penghasilan calon debitur tidak
didukung data yang valid antara
lain slip /surat keterangan gaji
terakhir/nota penjualan, dll).
Memverifikasi
penghasilan
berdasarkan
dokumen yang
memadai dan
dilakukan
konfirmasi kepada
pihak yang terkait.
Kegagalan mendeteksi rekayasa Melakukan cross
84
data pada scoring system. check antara data
hasil input pada
MBSS dengan data
pendukung.
Kesalahan perhitungan limit
(besarnya gaji bersih over value
karena memasukkan komponen gaji
yang tidak rutin/besarnya tidak
tetap antara lain seperti lembur,
bonus, komisi,dll).
Melakukan re-
check dan
memastikanf
bahwa analisa
sudah
memperhitungkan
komponen biaya
yang seharusnya
menjadi
pengurang.
Ketidakakuratan memverifikasi
penghasilan istri/suaami calon
debitur.
Me-recheck
komponen gaji
tidak tetap debitur.
Kegagalan mendeteksi kondisi
keuangan debitur yang sering
menunggak di bank asal yang tidak
terdeteksi dari IDI BI (untuk
fasilitas kredit take over).
Memeriksa dan
analisa atas
laporan keuangan
nasabah, aktivitas
rekening dan data
aktivitas usahanya.
Keputusan Kegagalan mendeteksi status
kepegawaian calon debitur (kredit
serbaguna mikro diberikan kepada
peawai tidak tetap).
Memverifikasi SK
pengangkatan
pegawai/surat
keterangan kerja
dan Melakukan
check informasi
kepada perusahaan
85
tempat debitur
bekerja.
Pelanggaran pemberian fasilitas top
up (tidak memenuhi persyaratan
kolektibilitas lancar selama dibulan
terakhir atau selama setengah
jangka waktu kredit).
Melakukan
pemeriksaan atas
rekening Koran
dan atau histori
kolektibilitas
terhadap debitur
yang akan
diberikan fasilitas
top up.
Pencairan Kegagalan penguasaan agunan
(BPKB digandakan karena belum
dilakukan pemblokiran ke pihak
kepolisian).
Memeriksa bukti
pemblokiran
BPKB untuk
semua agunan
kendaraan.
Kegagalan pengikatan agunan
(fidusia ditandatangani bukan oleh
pemilik yang namanya tercantum
dalam BPKB).
Melakukan review
atas kesesuaian
data BPKB dengan
penandatanganan
fidusia.
Kesalahan pengikatan agunan
(cover note notaris tidak sesuai
format bank Mandiri sehingga
kurang melindungi kepentingan
bank).
Melakukan
negoisasi dengan
pihak notaries
untuk melakukan
penyesuaian
format cover note
dan memonitor
pelaksanaannya.
Kesalahan penetapan jangka waktu Cross check ceklist
86
kredit (jangka waktu disistem
berbeda dengan PK).
pemenuhan syarat
untuk memastikan
bahwa seluruh
syarat kredit telah
disetujui sebelum
kredit dicairkan.
Dan meminta I&T
Operation untuk
melakukan
Perbaikan
schedule.
Kegagalan mendeteksi kelengkapan
persyaratan pencairan kredit (tidak
dilengkapi cover note
notaris/asuransi, surat kuasa/
pernyataan memotong gaji dan
menyerahkan tunjangan dan THT,
dll ).
Memeriksa ceklist
pemenuhan syarat
pencairan sebelum
dilakukan aktivasi
kredit.
Kegagalan pengamanan agunan
(agunan yang insurable tidak
ditutup asuransi, under insurance,
jangka waktu tidak sesuai,dll).
Melakukan
pengikatan/penga
manan agunan
melalui notaris
rekanan bank
mandiri.
Pengikatan kredit tidak memadai
(penambahan limit kredit/top up
dan restrukturisasi dengan membuat
PK baru tidak disertai perubahan
akte penghasilan sehingga
pengikatan gugur).
Memeriksa ceklist
pemenuhan syarat
pencairan sebelum
dilakukannya
aktivasi kredit.
87
Kegagalan penetapan tanggal
pembayaran kewajiban (mismatch
dengan tanggal penerimaan sumber
pelunasan).
Me-recheck
schedule angsuran
dengan PK dan
meminta pada I&T
operation untuk
melakukan
perbaikan
schedule.
Keterlambatan pencairan kredit
(proses pemberian kredit mulai dari
data lengkap sampai proses
pencairan melampaui SLA).
Me-recheck PK
apakah telah sesuai
dengan kebijakan
dan melakukan
wawancara kepada
petugas loan
service dan
debitur.
Monitoring Kesalahan perhitungan penalty
pelunasan kredit sebelum jatuh
tempo tidak tepat
Menghitung ulang
perhitungan
penalty pelunasan
kredit dan
membandingkan
dengan yang ada
di schedule.
Kesalahan penetapan kolektibilitas
(debitur mendapat beberapa
fasilitas kredit dari Bank Mandiri
dengan kolektibilitas berbeda).
Memeriksa daftar
kolektibilitas
debitur.
Collection Keterlambatan penyelesaian
tunggakan angsuran debitur (tidak
ditindaklanjuti sesuai tahapan
Memeriksa ceklist
pemenuhan syarat
pencairan dan
88
collection). melakukan
wawancara pada
petugas loan
service serta
menindaklanjuti
penyelesaian
tunggakan
angsuran debitur.
C. Melakukan Audit Terhadap File Kredit Investasi
1. Permohonan kredit
a. Pastikan bahwa fasilitas diberikan setelah debitur mengajukan Surat
Permohonan Kredit Investasi.
b. Surat Permohonan Kredit Investasi yang asli dari debitur harus
disimpan dalam file jaminan kredit.
c. Surat permohonan Kredit Investasi harus ada minimal sejak kredit
pertama kali diberikan.
d. Melakukan penelitian apakah jenis industri nasabah termasuk dalam
pasar sasaran. Selain itu, perlu dibuktikan adanya kunjungan petugas
bank ke lokasi nasabah dan surat dari bank yang meminta nasabah
untuk membiayai proyek berikut checklist data dari nasabah.
e. Periksa apakah semua data nasabah telah diteliti dengan baik oleh
R/O.
f. Periksa apakah cara-cara yang digunakan auditee dalam
mempersiapkan analisis kreditnya sudah berjalan benar.
89
g. Periksa apakah bank memanfaatkan informasi kredit perbankan,
informasi dari pemasok, pelanggan dan sumber-sumber lain untuk
menentukan proses kredit selanjutnya.
2. Persetujuan permohonan kredit.
Setiap fasilitas yang tercatat dalam neraca harus dilengkapi dengan surat
keputusan kredit yang ditandatangani oleh Komite Kredit secara
lengkap. Untuk fasilitas dengan jumlah diatas limit cabang harus ada
persetujuan dari Kantor Pusat (bandingkan plafon kredit dengan
wewenang anggota komite kredit dan bandingkan tingkat bunga yang
dibebankan dengan yang berlaku saat pemberian kredit).
Fasilitas kredit berjangka waktu 1 tahun, surat keputusan kredit
sebaiknya harus ditinjau secara periodik, misalnya 2 (dua) bulan
sebelum jatuh tempo kredit.
3. Penentuan plafon.
Teliti kewajaran plafon yang diberikan kepada debitur. Pastikan bahwa
tidak terdapat indikasi under finance atau over finance yang dapat
mempengaruhi usaha debitur. Disamping itu, pastikan juga bahwa
pemberian plafon bukan semata-mata memaksimalkan plafon cabang
dan menghindari persetujuan Kantor Pusat (splitting kredit).
a. Dalam hubungan ini perhatikan bagaimana perhitungan kredit dalam
penetapan plafon itu dilakukan, misalnya:
i. Bagaimana rencana usaha/proyek nasabah, rencana
penggunaan kredit dan berapa keperluan pembiayaannya.
90
ii. Berapa jumlah pembiayaan dana bank yang diperlukan.
iii. Bagaimana sumber dan jangka waktu pelunasannya.
iv. Bagaimana penilaian jumlah jaminan untuk menutup
kreditnya.
b. Kebutuhan pembiayaan suatu rencana usaha dihitung dangan cara
mengurangi dana yang disetujui bank dengan dana nasabah sendiri.
Hasil pengurangan itu tidak melebihi persentase maksimum tertentu,
yang dihitung dari jumlah seluruh kebutuhan pembiayaan.juga tidak
melebihi jumlah nilai jaminan yang diserahkan ke bank.
c. Setelah jumlah maksimum kredit ditetapkan, teliti cash flow (untuk
investasi) untuk melihat rencana penarikan serta rencana pelunasan
berikut jangka waktunya.
4. Analisis keuangan.
Fasilitas kredit untuk investasi harus dilengkapi dengan analisis
keuangan dan perhitungan kebutuhan kredit secara terperinci, yang
berkaitan dengan kelayakan pemberian fasilitas. Pastikan kewajaran
analisis finansial tersebut.
Review kembali kondisi debitur berdasarkan laporan keuangan yang
terakhir, antara lain mengenai:
a. Apakah laporan keuangan telah tersedia secara berkala (laporan in
house figure per triwulan dan diserahkan paling lambat 1 bulan
setelah tanggal laporan, laporan yang sudah diaudit per tahun dan
diserahkan paling lambat 9 bulan setelah tanggal laporan).
91
b. Apakah realisasi arus kas cocok dengan proyeksi yang diajukan
debitur pada saat permohonan/perpanjangan kreditnya. Periksa
apakah ada penyimpangan.
c. Apakah terdapat tanda-tanda awal dari suatu kemunduran usaha atau
struktur permodalan yang kurang sehat.
d. Apakah penggunaan kredit sesuai dengan tujuan pemberiannya. Hal
ini tercermin pada laporan sumber dan penggunaan dana (sources
and uses of fund) atau dengan membandingkan laporan keuangan
dua periode yang berturutan.
5. Analisis yuridis.
Pastikan bahwa tidak ada perkembangan/perubahan statuss debitur yang
dapat mempengaruhi opini yuridis yang telah diberikan. Bila perlu,
periksa kembali subyek hukum debitur, yaitu:
a. Perorangan/perusahaan perorangan/Firma.
Perhatikan keaslian identitas debitur.
b. Perusahaan dan badan hukum.
i. Perhatikan keaslian identitas debitur.
ii. Teliti hak/kewenangan untuk meminjam dalam akte
pendirian dan anggaran dasar.
iii. Pastikan dokumen apa saja yang diharuskan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
6. Taksasi agunan.
92
Pastikan bahwa hasil taksasi sesuai jenis maupun nilainya seperti yang
tertuang dalam surat keputusan kredit. Periksa kewajaran hasil taksasi
dan bandingkan dengan seluruh informasi yang dapat diperoleh selama
audit. apabila terdapat keraguan dalam hasil taksasi yang dilakukan lebih
dari 1(satu) tahun, auditor bisa meminta ijin melakukan retaksasi.
7. Kelengkapan persyaratan administratif.
Periksa persyaratan seperti yang ditentukan dalam surat keputusan
kredit, misalnya SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan), TDP, NPWP,
bukti pembayaran PBB, IMB, dsb.
8. Realisasi.
a. Pastikan bahwa realisasi pemberian kredit sesuai dengan surat
keputusan kredit, baik dalam hal jenis fasilitas, plafon, jangka waktu,
agunan, provisi, suku bunga serta persyaratan lainnya. Setiap surat
keputusan kredit tidak boleh dicoret, kecuali dilengkapi dengan
paraf/tandatangan anggota komite kredit.
b. Pastikan bahwa setiap penarikan (promissory note) kredit selalu di
cover dengan surat sanggup yang ditandatangani oleh debitur.
c. Periksa apakah petugas administrasi kredit melakukan penarikan
kredit setelah ada fiat dropping dari bagian administrasi kredit.
D. Program Audit Dalam Mencapai Tujuan Audit Kredit Investasi.
Program audit pada PT. Bank Mandiri merupakan daftar prosedur audit
kredit yang akan dilakukan. Kerangka dari program pemeriksaan kredit
93
adalah mencakup tujuan dan prosedur audit kredit. Secara umum prosedur
audit untuk mencapai tujuan audit kredit investasi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Prosedur audit dalam mencapai tujuan audit kredit investasi
No.
Tujuan Audit
Prosedur Audit yang
dilakukan oleh SKAI
Bank Mandiri
1. Meyakinkan bahwa pengawasan
dan pembinaan debitur telah
dilaksanakan secara efektif
a. Pastikan bahwa Bank dapat
memantau perkembangan
uusaha debitur, melalui laporan
keuangan yang dibuat secara
berkala.
b. Review cash flow debitur,
apakah yang terjadi cocok
dengan yang diajukan debitur
pada saat kredit
diajukan/perpanjangan. Periksa
apakah terdapat penyimpangan-
penyimpangan
c. Dalam hal terdapat
pelanggaran-pelanggaran syarat
kredit atau penyimpangan
lainnya, harus terdapat bukti
adanya teguran resmi secara
a. Memeriksa file kredit
apakah laporan
keuangan didalamnya
sudah merupakan
laporan keuangan
debitur yang terbaru.
b. Membandingkan
antara laporan arus kas
debitur dengan
proyeksi arus kas yang
diajukan nasabah pada
saat pengajuan kredit.
c. Periksa file kredit, bila
ada tunggakan
angsuran/bunga,
apakah sudah direspon
dengan teguran resmi
94
tertulis oleh Bank kepada
debitur.
d. Pastikan bahwa ada bukt
monitoring secara kontinyu oleh
Pembina kredit selama kredit
belum lunas.
e. Pastikan apakah terdapat tanda-
tanda awal dari suatu
kemunduran usaha atau struktur
permodalan yang kurang sehat.
dari Bank.
d. Periksa formulir
penelitian hasil prestasi
yang menurut BPP
kredit, harus diisi
setiap semester oleh
analisis kredit.
e. Memeriksa pengisian
formulir riwayat
pembayaran (schedule
angsuran) yang
terdapat dalam file
kredit untuk melihat
apakah terdapat
tunggakan
angsuran/bunga.
2. Meyakinkan bahwa penilaian
kualitas kredit yang diberikan telah
dilaksanakan secara efektif.
a. Periksa pemenuhan kewajiban
debitur sesuai dengan jadwal
yang diperjanjikan dalam akad
kredit.
a. Memeriksa mutasi
rekening, formulir
riwayat pembayaran
yang terdapat dalam
file kredit untuk
melihat apakah
terdapat tunggakan
angsuran/bunga.
95
b. Periksa realisasi pembayaran
kewajiban bunga dan angsuran,
serta cocokan dengan daftar
tunggakan bunga atau angsuran,
cocokan penggolongan
kolektibilitas debitur apakah
sudah sesuai dengan ketentuan
BI.
b. Pada sampel loan yang
direview, bandingkan
antara akta perjanjian
kredit yang memuat
ketentuan pembayaran,
mutasi rekening, dan
data di system
mengenai jumlah
tunggakan bunga dan
angsuran.
Bandingkan data yang
ada di system antara
lama tunggakan
dengan penggolongan
kolektibilitas debitur,
apakah sudah sesuai
dengan lampiran II
surat edaran BI No.
7/3/DPNP tanggal 31
januari 2005. Perihal
penilaian kualitas
aktiva Bank umum.
3. Audit untuk menyakinkan bahwa
semua berkas debitur telah
didokumentasi dengan tertib.
a. Periksa apakah akta perjanjian
kredit telah dibuat untuk setiap
fasilitas kredit dan pastikan
akta asli tersebut telah
a. Lakukan pemeriksaan
file kredit, pastikan
kelengkapan dokumen
yang ada didalamnya
96
disimpan dalam file debitur.
b. Akta notaris yang belum
diserahkan harus dibuktikan
dengan cover-notes dari notaris
pembuat akta tersebut.
sesuai dengan yang
disyaratkan BPP
kredit.
b. Lakukan sighting
terhadap akta dan
dokumen asli, apakah
sudah disimpan di
tempat yang aman dan
terpisah.
Berdasarkan SPFAIB, program audit harus merupakan
dokumentasi prosedur bagi auditor Intern dalam mengumpulkan,
menganalisis, menginterpretasikan dan mendokumentasikan informasi
selama pelaksanaan audit dan menyatakan tujuan audit.
4.2.5 Audit pengawasan kredit investasi unit RIC Bank Mandiri.
Berikut ini akan dijelaskan secara rinci bagaimana pelaksanaan audit
pengawasan kredit investasi oleh tim audit RIC untuk masing-masing tahap:
A. Tahap perencanaan pemeriksaan
Berdasarkan wawancara dan pengamatan terhadap pedoman audit intern
Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kantor wilayah VIII Surabaya, tahap
perencanaan audit (on site audit) terdiri dari:
a. Tim auditor melakukan penelitian risk profile terhadap unit kerja yang
akan diaudit dan penelitian pendahuluan untuk mengenal dan
memahami setiap kegiatan atau fungsi auditee secara umum supaya
97
audit dapat difokuskan pada hal-hal strategis sehingga auditor dapat
merumuskan tujuan secara jelas.
b. Penyampaian surat pemberitahuan audit, berupa surat tugas yang
ditandatangani oleh Manajer RIC Bank Mandiri Kantor wilayah VIII
Surabaya kepada kepala divisi yang diaudit, yang selanjutnya akan
memberitahukan kepada bawahannya tentang adanya audit dan
memberikan instruksi untuk menyiapkan dokumen yang diperlukan.
c. Susunan tim audit.
Susunan Tim Pemeriksa terdiri dari Ketua Tim dan Anggota. Ketua
Tim bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pemeriksaan di
lapangan mulai dari perencanaan sampai sampai dengan pelaporan dan
monitoring tindaklanjut hasil pemeriksaan. Susunan tim audit RIC
perkreditan Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya:
Tim leader : Bpk. Ganis Andaru
Officer 1 : Errens Kabio
Officer 2 : Deddi Yunierli
Pelaksana : A. Yoga Trinugraha
d. Menetapkan tujuan dan ruang lingkup audit.
Pada ruang lingkup audit dijelaskan mengenai cakupan audit yang akan
dilaksanakan. Ruang lingkup pemeriksaan RIC meliputi pemeriksaan
financial, operasional dan kepatuhan yang mencakup penilaian terhadap
keandalan, efektivitas dan efisiensi sistem pengendalian intern bank.
98
Tujuan audit secara umum adalah untuk merealisasikan rencana kerja
tahunan tim audit RIC perkreditan dan memberikan penilaian serta
rekomendasi atau saran kepada pihak yang berwenang guna
pengambilan tindakan perbaikan. Sedangkan tujuan audit internal
secara khusus yaitu untuk memberikan informasi dan rekomendasi
kepada Manajemen mengenai SPI Unit Kerja terperiksa, kewajaran
laporan keuangan, aktivitas pencapaian anggaran, pelasanaan kebijakan
dan prosedur serta efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber data.
e. Waktu dan periode Pemeriksaan
Waktu pemeriksaan merupakan lamanya waktu (jumlah jari kerja) yang
diperlukan oleh Tim RIC dalam melakukan pemeriksaan pada suatu
obyek pemeriksaan. Sedangkan periode pemeriksaan dihitung sejak
pemeriksaan terakhir s/d. berakhirnya pemeriksaan.
f. Metodologi Pemeriksaan
Metodologi audit yang dipakai adalah RBA (risk based audit) untuk
menilai efektivitas control operational dalam kerangka COSO. Proses
audit dilakukan melalui dua pendekatan yaitu control characteristics
based (untuk menilai internal environment, objective setting, event
identification, risk assessment dan risk response) dan control process
based (untuk menilai control activity, information&communication,
dan monitoring).
g. Persiapan pemeriksaan
i. Hasil pemeriksaan yang lalu (internal dan eksternal)
99
ii. Tindak lanjut pemeriksaan yang lalu
iii. Penilaian risiko dari obyek yang diperiksa (Risk Self
Assessment).
B. Tahap pelaksanaan penugasan audit
Pelaksanaan audit merupakan inti aktivitas audit, karena pada tahap ini
diperoleh temuan-temuan yang merupakan ciri khas aktivitas audit.
Pelaksanaan penugasan audit dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
dibuat sebelumnya. Pelaksanaan penugasan audit meliputi pemeriksaan
seluruh dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pemberian kredit
investasi mulai dari dari tahap permohonan hingga tahap monitoring,
pengumpulan bukti dan informasi yang cukup kompeten dan relevan
berupa semua data dan informasi yang dapat dipakai auditor untuk
mendukung temuan auditnya.
Pada tahap pelaksanaan pemeriksaan ini meliputi:
a. Opening Meeting, adalah proses awal dimulainya penugasan
pemeriksaan, meliputi penyerahan Surat Pembeitahuan Pemeriksaan,
penyampaian hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan
pemeriksaan, mendapatkan informasi awal mengenai kegiatan dan
kondisi obyek pemeriksaan, mendapatkan informasi awal mengenai
kegiatan dan kondisi obyek pemeriksaan, mendokumentasikan hasil
opening meeting.
b. Pengumpulan dan pengujian bukti-bukti.
100
c. Konfirmasi dan pembahasan Catatan Atas Temuan (CAT).
d. Exit Meeting, adalah proses akhir dari penugasan pemeriksaan
melalui pembahasan konsep dan penandatanganan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP).
Berdasarkan hasil wawancara untuk mengumpulkan bukti selama audit
pengawasan kredit, maka tehnik yang dilakukan tim audit RIC perkreditan
adalah:
a. Scanning, melakukan tindakan scanning terhadap daftar nominatif
debitur untuk melihat debitur dengan nilai nominal kredit yang besar
untuk diperiksa lebih lanjut.
b. Dokumentasi, memeriksa file kredit atas debitur yang dipilih menjadi
sampel.
c. Wawancara/interview dengan unit kerja kredit dan calon/debitur
kredit, dilakukan untuk memperoleh dan mendukung informasi yang
berkaitan dengan pemeriksaan.
d. Rekonsiliasi.
C. Laporan hasil audit
Setelah menganalisa temuan-temuan dan mendiskusikan dengan bagian
perkreditan dikantor cabang yang menjadi obyek audit, selanjutnya tim
audit RIC bagian perkreditan membuat laporan hasil audit yang memuat
mengenai laporan kegiatan audit, temuan-temuan yang didapat dari hasil
101
audit, kesimpulan, serta pendapat atau saran-saran perbankan mengenai
aktivitas yang diaudit.
Laporan audit internal kredit PT. Bank Mandiri diterbitkan dalam bentuk
proposal laporan hasil pemeriksaan dan saran perbaikan. Laporan ini
memiliki ketentuan sebagai berikut:
1. Temuan-temuan disusun berdasarkan urutan pentingnya yang semakin
menurun, biasanya antara lain:
i. Kesalahan dalam system dan prosedur, misalnya penyelesaian
administrasi yang belum lengkap karena belum ditandatangani.
ii. Adanya penyimpangan pemberian kredit melebihi batas maksimum
pemberian kredit.
2. Setiap temuan diberi nomor dan ditegaskan dalam kalimat yang
ringkas dan jelas
3. Setiap temuan pemeriksaan terdiri dari risk description, mitigation
measures/controls, risk event, penyebab (cause), pengaruhnya
terhadap obyek bisnis, saran rekomendasi dari auditor, komentar dari
auditee, dan action plan.
Tim audit memberikan rekomendasi atau saran-saran yang dikemukakan
dalam laporan hasil audit yang didasarkan pada temuan-temuan yang
didukung oleh bukti-bukti yang obyektif serta harus bersifat konstruktif,
sehingga dapat meyakinkan bagi pihak auditee dan membangkitkan reaksi
positif terhadap temuan dan rekomendasi yang diajukan.
102
Hasil akhir dari pemeriksaan adalah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) tim
audit RIC perkreditan PT. Bank Mandiri (Persero) kanwil VIII Surabaya.
Proses penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan harus dilakukan dengan
cermat, agar dihasilkan laporan yang bermanfaat bagi auditee. Proses
penyusunan laporan oleh tim RIC PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kantor
wilayah VIII Surabaya adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan dan menganalisa temuan audit, apakah temuan-
temuan tersebut berpengaruh signifikan atau tidak terhadap
operasional perusahaan. Misalnya menemukan beberapa nasabah yang
menunggak dalam angsuran pembayaran kredit, maka dibuat suatu
daftar kredit macet, yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh unit
kerja.
b. Mengkonfirmasi temuan audit dengan auditee.
Semua temuan audit dikonfirmasikan ke auditee agar auditee
mengetahui kesalahan-kesalahan yang ada pada unit kerjanya
sehingga dapat segera langsung mencari solusi atas kesalahan
tersebut. Apabila auditee merasa kesulitan dalam mencari solusi
permasalahannya, maka tim audit internal RIC membantu memberi
rekomendasi perbaikan masalah.
c. Mendiskusikan temuan audit dengan Manager RIC.
Semua temuan audit didiskusikan, apabila terdapat temuan yang
secara signifikan berpengaruh dengan aktivitas operasional kantor
103
cabang, maka temuan tersebut langsung didiskusikan dengan Manager
RIC untuk mendapatkan rekomendasi perbaikannya.
d. Diskusi dengan auditee, untuk menanyakan kesanggupan auditee
untuk melakukan perbaikan dalam batas waktu yang dijanjikan.
e. Membuat konsep laporan berdasarkan format yang telah distandarkan
dan menyerahkan ke Manager RIC untuk direview.
Dalam menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), tim audit RIC
menggunakan prosedur pelaporan internal sebagai berikut:
a. Landasan Pemeriksaan
b. Pendahuluan
i. Pelaksanaan Pemeriksaan
ii. Tujuan Pemeriksaan
iii. Periode Pemeriksaan
iv. Ruang Lingkup Pemeriksaan
v. Metodologi Pemeriksaan
vi. Susunan Tim Pemeriksa
c. Gambaran Umum Unit Kerja
i. Informasi Umum
ii. Sarana Pendukung
iii. Proses bisnis (Business Processes)
iv. (Financial Condition)
v. Kebijakan
104
vi. External and Internal Environment
d. Hasil Pemeriksaan
Laporan hasil audit ditandatangani oleh Manager RIC dan tim auditor yang
disampaikan kepada:
a. Internal Audit Group (DIA)
b. Micro Business group
c. MBDC (Micro Business District Centre) Surabaya
d. RIC manager
e. Auditee.
Setelah laporan audit selesai dibuat dan ditandatangani, maka laporan
tersebut didistribusikan ke kantor cabang yang menjadi obyek audit dan
diarsip dibagian audit internal RIC Bank Mandiri Kanwil VIII.
D. Tindak lanjut laporan hasil audit
Pada tahap ini, tim audit RIC, membantu memberikan solusi/rekomendasi,
memantau dan menganalisis serta melaporkan perkembangan pelaksanaan
tindak lanjut perbaikan yang telah dilakukan oleh auditee. Tindak lanjutnya
meliputi:
a. Tim audit RIC membantu auditee dalam memberikan rekomendasi
atas prosedur yang keliru.
b. Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut.
105
Pemantauan ini harus dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan
mengingatkan auditee bila belum dapat melaksanakan komitmen
perbaikan sampai dengan batas waktu yang ditentukan.
c. Laporan tindak lanjut
Laporan ini berisikan hasil tindak lanjut atas temuan audit.
Kantor cabang Bank Mandiri yang menjadi obyek audit berusaha
semaksimal mungkin untuk segera melakukan tindak lanjut terhadap
rekomendasi yang diberikan tim audit RIC perkreditan (auditor internal).
Hal ini dilakukan karena berkaitan dengan penilaian yang dilakukan oleh
kantor pusat terhadap kantor wilayah/cabang. Pihak-pihak yang terkait
dalam proses tindak lanjut adalah tim audit RIC bidang perkreditan (auditor
internal), kantor cabang yang menjadi obyek audit, serta bagian-bagian yang
terkait dengan perkreditan. Dalam memulai prosedur tindak lanjut, kantor
wilayah VIII PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. membuat perencanaan
dengan tujuan untuk menetapkan luas tindak lanjut yang akan dilakukan.
Rencana dimasukkan dalam resume hasil audit yang diketahui yang
ditandatangani oleh pimpinan cabang serta auditor internal. Resume hasil
pemeriksaan memuat perasalahan yang ada pada kantor cabang dan tindak
lanjut yang akan dilakukan.
106
4.2.6. Pembahasan hasil wawancara
Dalam penelitian studi kasus ini peneliti melakukan observasi, berdiskusi
dan melayangkan beberapa pertanyaan karena penelitian ini bersifat kuantitatif
yaitu mendiskripsikan apa yang terjadi di lapangan. Berikut adalah tanggapan atas
pertanyaan-pertanyaan hasil dari proses wawancara:
1. Apakah dengan dilakukannya audit internal dapat menjamin
kualitas/kebenaran informasi tentang kredit investasi yang dibutuhkan
oleh manajemen? seperti kewajaran dokumen-dokumen, catatan,
informasi nasabah, dll.
Dengan dilakukannya audit internal di bidang kredit dapat meningkatkan
kualitas pemberian kredit ataupun kebenaran informasi tentang kredit yang
dibutuhkan oleh manajemen. Sedangkan untuk menjamin kualitas/kebenaran
informasi kredit diperlukan verifikasi secara rutin oleh bagian supervisor
kredit berupa dokumen-dokumen, catatan, informasi nasabah, dll. yang
berfungsi sebagai verifikator, juga oleh pemutus kredit dengan tetap
memperhatikan prinsip-prinsip prudential banking sebelum kredit
diputus/dicairkan.
Fungsi internal audit/internal control pada dasarnya bertujuan untuk menilai
efektivitas pelaksanaan pengendalian internal yang dilakukan oleh unit
kredit tersebut. Pelaksanaan audit dilakukan secara berkala dengan sampling
data yang ditentukan ataupun dengan surprise audit apabila dipandang
penting untuk dilakukan (bersifat urgent).
107
2. Apakah dengan adanya audit internal dapat menilai ketaatan
pegawai/karyawan bagian kredit investasi terhadap prosedur dan
kebijakan yang ada pada perusahaan?
Pelaksanaan audit internal dapat menilai ketaatan pegawai atau karyawan
bagian kredit investasi terhadap prosedur dan kebijakan. Para pegawai dapat
patuh dan tidak satupun prosedur yang dilewatkan dalam proses pemberian
kredit. Sehingga para pegawai dapat melakukan pekerjaan dengan baik
sesuai dengan prosedur yang ada sehingga nantinya akan mengakibatkan
berkurangnya hubungan spesial dengan para calon nasabah kredit.
3. Apakah kegiatan audit internal dapat mendeteksi kelemahan-
kelemahan ataupun kekurangan terhadap prosedur kredit investasi
yang ada dalam perusahaan?
Pelaksanaan audit internal / internal control berfungsi untuk mendeteksi dan
menilai kelemahan/kekurangan terhadap prosedur kredit yang ada yang
disesuaikan dengan kondisi perusahaan, persaingan bisnis, ataupun hal-hal
lain yang sedang berkembang.
Selain itu juga berfungsi untuk menilai pemberian kredit apakah sudah
sesuai dengan prosedur/aturan/kebijakan yang telah ditentukan perusahaan.
4. Bagaimana audit internal dapat memberikan pengaruh besar terhadap
pengendalian internal kredit investasi yang sedang berjalan?
Fungsi audit internal/internal control dapat memberikan pengaruh besar
terhadap pelaksanaan internal control dalam pemberian kredit kepada
debitur dengan pertimbangan seperti kondisi perusahaan, persaingan bisnis,
108
ataupun hal-hal lain yang sedang berkembang. Sehingga selain menilai
pelaksanaan ketaatan (compliance) terhadap prosedur/aturan/kebijakan yang
telah ditentukan perusahaan, juga menilai mitigasi resiko yang telah
dilakukan dalam pemberian kredit meskipun sedikit menyimpang/belum
diatur dalam prosedur/aturan/kebijakan, serta selain itu dapat berfungsi
sebagai penghubung (catalyst) antara unit kredit dengan manajemen selaku
pembina sistem melalui usulan yang diberikan oleh bagian internal
audit/internal control kepada manajemen berdasarkan fakta-fakta yang
ditemukan di lapangan maupun isu/hal-hal yang sedang berkembang di
masyarakat.
5. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit
investasi dapat menyebabkan pengendalian internal pemberian kredit
menjadi lebih efektif?
Pelaksanaan audit internal / internal control berdasarkan fakta-fakta yang
ditemukan di lapangan dapat mengatasi kelemahan/kekurangan atas
pelaksanaan internal control yang ada dalam pemberian kredit, sehingga
secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada efektivitas internal
control.
6. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit
investasi dapat menyebabkan pengeluaran biaya dalam proses
pemberian kredit menjadi lebih efisien?
Audit internal secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada
efisiensi biaya-biaya yang timbul dalam pemberian kredit setelah dilakukan
109
audit internal, meski biaya tersebut apabila dinilai tidak terlalu material.
Misalnya biaya OTS (On The Spot) ke perusahaan debitur yang berada
diluar kota, staf kredit yang melakukan OTS bisa saja mengklaim biaya-
biaya lain selain untuk keperluan dinas, seperti biaya pribadi.
7. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit
investasi dapat menyebabkan resiko kredit macet menjadi lebih kecil?
Pelaksanaan audit internal / internal control berdasarkan fakta-fakta yang
ditemukan di lapangan dapat mengatasi kelemahan/kekurangan atas
pelaksanaan internal control yang ada dalam pemberian kredit, sehingga
secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada resiko kredit macet
menjadi berkurang. Tidak hanya risiko kredit macet yang dapat
diminimalisir tetapi risiko-risiko lain seperti risiko operasional, risiko
hukum, risiko reputasi dan risiko kepatuhan juga dapat dihindari. Dengan
berkurangnya kedit macet, Bank dapat melakukan aktivitas usahanya dengan
lancar dan reputasi yang dimiliki Bank menjadi lebih baik sehingga
masyarakat akan merasa aman dan percaya. Sesuai dengan visi PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk. yaitu Bank Terpecaya Pilihan Anda.
8. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit
investasi dapat menyebabkan berkurangnya kolusi antara personel
bagian kredit dengan calon debitur?
Pelaksanaan audit internal / internal control berdasarkan fakta-fakta yang
ditemukan di lapangan dapat mengatasi kelemahan/kekurangan atas
pelaksanaan internal control yang ada dalam pemberian kredit, sehingga
110
secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada berkurangnya
kolusi antara personel bagian kredit dengan debitur. Misalnya, calon debitur
memiliki hubungan spesial dengan staf kredit bank, karena hubungan spesial
ini staf kredit bank mengabulkan permohonan kredit investasinya walau
calon nasabah tersebut tidak memiliki jaminan yang cukup untuk bisa
mendapatkan kredit, atau calon nasabah memberikan jaminan yang non-
marketible tetapi dalam pengakuannya dikatakan marketable, atau yang
lebih parah adalah membuat laporan keuangan yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Hal ini dapat menimbulkan munculnya kredit macet. Dengan
demikian peran audit internal disini sangat diperlukan, tim audit RIC
perkreditan dapat memeriksa lebih lanjut bukti kelayakan calon debitur
kredit. Namun untuk kejadian seperti ini sudah tidak ada lagi di Bank
Mandiri karena begitu ketatnya pengawasan dan beratnya sanksi yang
diberikan.
9. Bagaimana prosedur pelaksanaan dan pelaporan internal audit bagian
kredit investasi yang dilaksanakan oleh PT. Bank X?
Prosedur pelaksanaan internal audit bagian kredit investasi adalah sebagai
berikut :
1. Review pelaksanaan investigasi oleh unit kerja.
2. Verifikasi apakah data Feasibility Study (dengan mempertimbangkan 7
aspek kelayakan kredit yaitu : legal, manajemen, teknis produksi,
pemasaran, keuangan & proyeksi cash flow, agunan dan AMDAL)
111
telah direview dan digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan
dalam menentukan kelayakan dan perhitungan pembiayaan proyek .
3. Review kedalaman analisa yang dibuat oleh unit kerja.
4. Review kewajaran penentuan limit/plafond kredit.
5. Yakini bahwa keputusan kredit telah sesuai ketentuan yang berlaku di
Bank Mandiri.
6. Lakukan inquiry Aplikasi Pinjaman untuk mengetahui apakah pemutus
kredit secara sistem sesuai dengan pejabat yang berwenang (sama
dengan yang ada di Nota Analisa).
7. Verifikasi apakah syarat kredit (Legal, Penandatanganan Perjanjian
Kredit dan Pencairan Kredit) yang ditetapkan unit kerja telah
mencakup tindakan pengamanan kredit antara lain penyerahan surat-
surat perizinan proyek sebelum kredit cair.
8. Vouch ceklist pemenuhan syarat kredit.
9. Yakini bahwa setiap pencairan kredit tahap berikutnya dapat
dilaksanakan apabila debitur telah menyerahkan bukti-bukti realisasi
atas pencairan sebelumnya dan atau prestasi proyek, antara lain dengan
melakukan inquiry rekening debitur.
10. Yakini bahwa penggunaan kredit sesuai dengan tujuan pemberian
kredit. Misalnya, nasabah bank mengajukan kredit untuk tujuan
pengadaan mesin-mesin pabrik, maka tima audit RIC menyakini
apakah nasabah benar-benar menggunakan fasilitas kredit ini untuk
membeli mesin pabrik. Dalam hal ini tim audit RIC meminta
112
bukti/nota pembelian atas aktiva tsb kepada unit kerja, apabila perlu
tim audit RIC mengadakan OTS (on the spot) langsung ketempat
nasabah.
11. Yakini pada Feasibility Study (studi kelayakan atau proposal kredit)
dan Nota Analisa Kredit telah memuat analisis SWOT (Strong,
Weakness, Opportunity, Threat) yang mengidentifikasi faktor ancaman
eksternal. Pada Feasibility Study memuat tentang informasi mengenai
usaha calon nasabah yang mana harus memuat analisis SWOT, apabila
dalam analisis ini yang menonjol kebanyakan dalam sisi positif maka
bank setidaknya akan merasa aman untuk membiayai usaha calon
nasabah tersebut.
12. Yakini unit kerja maupun debitur telah membuat contingency plan
untuk pembiayaan dan obyek kredit/proyek untuk meng-cover risiko
eksternal, misalnya dengan hedging, asuransi kredit, asuransi jiwa,
kecukupan jaminan (tercantum dalam syarat-syarat kredit).
13. Verifikasi surat-surat ijin khusus sehubungan dengan deregulasi sesuai
industri yang dibiayai.
14. Review mekanisme pengadaan barang oleh nasabah untuk mengetahui
apakah nasabah melakukan perubahan / peningkatan pengadaan
barang.
15. Bandingkan antara schedule dan biaya investasi dengan realisasinya.
Membandingkan schedule (misalnya schedule pendirian bangunan
pabrik atau perakitan mesin) baik waktu pelaksanaannya maupun
113
jumlah investasinya yang telah dibuat dalam proposal kredit
sebelumnya dan telah disepakati dengan realisasinya dilapangan.
Apakah telah sesuai atau tidak dengan realisasinya.
16. Yakini unit kerja tidak memberikan penjadual kembali (reschedule)
dan penambahan limit kredit yang berbeda dari kriteria awal
pemberian kredit.
17. Bandingkan antara baki debet (limit kredit) dengan schedule angsuran
sesuai Perjanjian Kredit. Membandingkan antara limit plafon kredit
yang diberikan dengan schedule/periode angsuran nasabah
18. Bandingkan antara baki debet dengan schedule angsuran dengan
melakukan inquiry rekening debitur. Tim audit memeriksa rekening
debitur untuk memastikan apakah debitur telah melakukan angsuran
sebelum jatuh tempo.
19. Interview apakah unit kerja telah meminta I&T Operation untuk
melakukan patching data untuk mengetahui adanya perubahan
schedule angsuran.
Prosedur pelaporan internal audit adalah sebagai berikut :
A. Landasan Pemeriksaan
B. Pendahuluan
a. Pelaksanaan Pemeriksaan
b. Tujuan Pemeriksaan
c. Periode Pemeriksaan
114
d. Ruang Lingkup Pemeriksaan
e. Metodologi Pemeriksaan
f. Susunan Tim Pemeriksa
C. Gambaran Umum Unit Kerja
a. Informasi Umum
b. Sarana Pendukung
c. Business Processes
d. Financial Condition
e. Kebijakan
f. External and Internal Environment
D. Hasil Pemeriksaan
10. Bagaimana SKAIB memberikan opini? Bagaimana tindakan yang
dilakukan oleh SKAIB jika menemukan penyimpangan atas aktivitas
pemberian kredit investasi?
Opini atau Pokok-pokok permasalahan yang perlu mendapat perhatian
(Catatan Atas Temuan / CAT) diberikan kepada auditan setelah
dilakukannya audit internal di bidang kredit yang dapat meningkatkan
kualitas pemberian kredit ataupun kebenaran informasi tentang kredit yang
dibutuhkan oleh manajemen.
Tindakan yang dilakukan oleh audit internal yaitu memberikan
Rekomendasi Perbaikan dengan cara memperbaiki / melakukan koreksi
terhadap prosedur-prosedur yang keliru dan disesuaikan dengan prosedur
atau Surat edaran yang berlaku pada Kredit Investasi tersebut.
115
4.2.7. Pembahasan
Berdasarkan hasil dari observasi, wawancara dan pertanyaan yang
diajukan peneliti kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini,
maka peneliti memperoleh hal-hal berikut :
1.
a) Kedudukan Regional Internal Control (auditor internal) dinilai
independen dan obyektif karena tidak terlibat langsung dalam aktivitas
operasional yang rutin sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik dan bertanggungjawab langsung kepada Manajer Regional (Kepala
Kanwil).
Audit internal pada perusahaan
b) Ruang lingkup audit yang telah dilaksanakan telah mencakup
compliance, verifikasi, dan evaluasi terhadap kebijakan dan prosedur
yang ada di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
c) Adanya program audit yang merupakan pedoman bagi auditor internal
dalam melaksanakan audit agar audit yang dilakukan tersusun dan
terencana dengan baik.
d) Laporan audit dibuat setelah audit dilakukan, laporan tersebut berisi
temuan hasil audit, rekomendasi dan saran mengenai kelemahan yang
ditemukan dengan melampirkan bukti-bukti yang diperoleh.
e) Adanya tindak lanjut bagian atau obyek yang diperiksa atas saran dan
rekomendasi yang diberikan oleh tin audit RIC (audit internal) dan
kemudian dilakukan pemantauan terhadap tindak lanjut perbaikan yang
dilaksanakan bagian yang bersangkutan oleh audit internal.
116
2.
Pengendalian internal pemberian kredit pada PT. Bank Mandiri
dilaksanakan oleh semua bagian yang terkait mulai dari staf marketing yang
mencari calon nasabah kredit yang potensial dan atau calon nasabah kredit
yang datang sendiri. Pada tahap ini staf marketing menilai proposal calon
nasabah yang kemudian jika dinilai sudah cukup baik diteruskan oleh bagian
staf kredit untuk kemudian ditelaah kembali semua persyaratan
dokumentasi. Kemudian dinilai agunan yang dijaminkan oleh bagian
appraisal, setelah ini supervisor kredit menelaah kembali semua data dan
jika sudah lengkap dan memadai diteruskan untuk minta persetujuan komite
kredit yaitu wakil pimpinan cabang bidang pemasaran dan atau pimpinan
cabang pembantu. Pimpinan cabang memutuskan jika plafond kredit sesuai
dengan batas wewenang memutus kredit (BWMK) apakah kredit diterima
atau ditolak.
Pengendalian internal pemberian kredit pada perusahaan
Tahapan proses pemberian kredit diatas dilakukan untuk menjaga
terlaksananya pengendalian internal pemberian kredit yang efektif pada PT.
Bank Mandiri. Keberadaan auditor internal dalam hal ini tim audit RIC
PT.Bank Mandiri mempunyai peranan yang penting dalam menunjang
efektifitas pengendalian internal pemberian kredit investasi melalui
kegiatannya memeriksa dan mengumpulkan data yang cukup dengan teknik
pengambilan sampel yang memadai pada setiap proses yang harus dilalui
dalam pemberian kredit sehingga bagian-bagian yang terkait dalam proses
117
pemberian kredit pun menjadi lebih hati-hati dan berusaha menjaga proses
pemberian kredit sesuai prosedur.
3.
Kredit merupakan usaha pokok bagi setiap bank, dimana dari kredit ini dapat
ditarik keuntungan yaitu selisih antara bunga yang diterima dengan pokok
yang dikeluarkan kredit merupakan sumber pendapatan utama dari suatu
bank. Jika tidak dilakukan pengendalian terhadap kredit, akan ada peluang
besar timbulnya penyelewengan dan penyalahgunaan yang tentunya sangat
merugikan bagi bank. Oleh karena itu manajemen harus menerapkan suatu
alat untuk mengendalikan kredit, khususnya kredit investasi yaitu dengan
adanya fungsi audit internal.
Peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal
pemberian kredit.
Pelaksanaan audit internal atas kredit investasi PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk. Kantor Wilayah VIII Surabaya yang didasarkan pada program audit,
dapat mencerminkan pengendalian internal yang dilakukan terhadap bagian
kredit khususnya kredit investasi. Berdasarkan pelaksanaan audit tersebut,
maka dapat dilihat sampai sejauh mana audit yang dilakukan dapat berperan
dalam menunjang efektivitas pengendalian internal kredit investasi, hal
tersebut meliputi:
a) Compliance
Tim Audit RIC perkreditan melakukan penilaian ketaatan para
karyawan bagian perkreditan terhadap prosedur yang telah ditetapkan
118
oleh perusahaan, apakah telah dilaksanakan dengan benar. Contohnya
antara lain:
i. Memeriksa kebenaran dari pengisian formulir pada bagian analisis
kredit, apakah data-data yang diisi oleh calon debitur sudah benar
dan persyaratannya sudah lengkap.
ii. Memeriksa penandatanganan dokumen calon debitur, apakah telah
ditandatangani oleh bagian analisis kredit dan kepala cabang.
iii. Menilai apakah prosedur pemberian kredit telah mendapat
persetujuan dari pihak yang berwenang, yang terdiri dari kepala
cabang, analisis kredit dan petugas Loan Service.
iv. dll.
b) Verifikasi
Dalam hal verifikasi, tim audit RIC perkreditan melakukan audit
terhadap kebenaran dokumen-dokumen, catatan-catatan dan laporan-
laporan pemberian kredit, contohnya antara lain:
i. Memeriksa apakah seluruh dokumen dan catatan perkreditan calon
debitur telah dicatat dengan benar oleh petugas Loan Service dan
bagian analisis kredit, adapun dokumen yang diperiksa seperti:
bukti-bukti aplikasi kredit.
ii. Memeriksa ketepatan dan kebenaran perhitungan dan penjumlahan
serta perkalian dokumen-dokumen perkreditan calon debitur,
adapun dokumen yang diperiksa seperti: daftar plafond kredit yang
119
telah ditentukan oleh perusahaan dengan tarif yang tercantum pada
ketentuan kredit.
iii. Meneliti penentuan harga pemberian kredit yang diberikan dengan
memeriksa penentuan tarif kredit yang telah ditetapkan oleh
PT.Bank Mandiri.
c) Evaluasi
Tim Audit RIC bagian perkreditan mengawasi apakah perkreditan yang
telah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan sistem, prosedur, dan
kebijakan yang telah ditentukan oleh perusahaan. Apabila terdapat
penyimpangan maka auditor internal harus segera melaporkan kepada
kepala cabang. Selain itu auditor internal juga memberikan saran-saran
atau rekomendasi untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi. Auditor internal melakukan penilaian secara terus menerus
terhadap pelaksanaan perkreditan yang terjadi.
Audit internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang
efektifitas pelaksanaan pemberian kredit pada PT. Bank Mandiri. Hal ini
dilakukan untuk menciptakan suatu pelaksanaan pemberian kredit yang sehat dan
teratur sehingga akan memperkecil resiko yang akan dihadapi oleh perusahaann
atas kredit yang disalurkannya.
Tim audit internal RIC Bank Mandiri dapat meningkatkan efektivitas
pengendalian internal pemberian kredit investasi benar-benar diyakini telah
120
memadai karena sebagian besar pelaksanaannya masuk dalam kriteria-kriteria
audit internal yang memadai sebagai berikut:
1. Sudah terdapat struktur organisasi serta uraian tugas, wewenang dan
tanggungjawab dari bagian audit internal.
2. Kedudukan audit internal dalam organisasi telah ditempatkan sedemikian
rupa sehingga auditor internal dapat menjalankan independensi secara
penuh.
3. Adanya program audit yang menunjukkan apa yang telah dicapai serta
saran perbaikan
4. Adanya program audit yang disusun dengan baik, sehingga dapat tercapai
tujuan audit yang diharapkan.
5. Hasil audit staf audit internal yang disertai dengan saran tindakan perbaikan
mendapat dukungan dari manajemen untuk ditindaklanjuti sampai tujuan
audit internal tercapai.
Jadi tim audit RIC Bank Mandiri yang memadai sangat berperan dalam
meningkatkan efektivitas pengendalian dalam hal ini khususnya pengendalian
internal pemberian kredit investasi. Selanjutnya pengendalian internal pemberian
kredit akan efektif bilamana adanya unsur pengendalian internal yaitu
pengendalian penetapan risiko, efektivitas pengendalian, informasi dan
komunikasi, serta monitoring. Disamping itu juga terciptanya keandalan
pemberian kredit, peningkatan efisiensi dan efektivitas operasi pemberian kredit,
dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan pemberian kredit investasi.
121
Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan pada pemberian kredit
investasi, maka Tim audit RIC bidang perkreditan dan manajemen secara terus
menerus mengevaluasi dan menilai pelaksanaan pemberian kredit pada PT. Bank
Mandiri agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
122
122
BAB V
PENUTUP
5.1
Berdasarkan hasil pembahasan dari data yang diperoleh melalui observasi,
wawancara, dan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada pihak-
pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Kesimpulan
1. Pelaksanaan audit internal yang dilakukan oleh tim RIC
perkreditan Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya telah sesuai
dengan pedoman pelaksanaan audit internal yang ditetapkan oleh
kantor pusat.
2. Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya telah memiliki pelaksana
audit internal yang dilakukan oleh tim audit RIC perkreditan yang
bertanggungjawab kepada manager regional yang fungsinya adalah
memeriksa, mengevaluasi dan memberi solusi atas sistem
pengendalian internal kredit investasi.
3. Auditor intern (RIC) perkreditan yang dimiliki perusahaan
mempunyai kedudukan yang independen terhadap bagian-bagian
yang diperiksanya. Hal ini terlihat dengan tidak terlibatnya tim
audit intern terhadap kegiatan operasional perusahaan.
123
4. Pelaksanaan audit intern Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya telah
mencakup verifikasi, compliance, dan evaluasi terhadap aktivitas
pengelolaan kredit investasi.
5. Pelaksanaan audit intern untuk kredit investasi dilaksanakan rutin
minimal satu kali setahun, baik dilakukan dengan pemberitahuan
sebelumnya atau dengan surprise audit (bersifat urgent).
Hal-hal tersebut membuktikan bahwa pelaksanaan audit internal atas
kredit investasi pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kantor
Wilayah VIII Surabaya telah memadai sehingga dapat mendorong
tercapainya pengendalian internal perusahaan yang efektif. Sesuai
dengan proposisi yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti yaitu
”Pelaksanaan audit internal yang dilaksanakan dengan memadai dapat
mendukung tercapainya efektivitas pengendalian internal dalam proses
pemberian kredit investasi”.
5.2
Berdasarkan kesimpulan penelitan ini tentang peranan audit internal dalam
menunjang efektivitas pengendalian internal kredit investasi, masih
banyak terdapat keterbatasan-keterbatasan yang harus diperhatikan oleh
peneliti selanjutnya. Adapun keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah :
Keterbatasan Penelitian
1. Peneliti merasa kesulitan untuk mendapatkan bukti seperti contoh
kertas kerja pemeriksaan, surat penugasan pemeriksaan, dan
dokumen bukti pendukung lainnya karena faktor kerahasiaan
124
dokumen perusahaan. Sehingga membuat penelitian ini menjadi
kurang sempurna.
5.3
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas
masih terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu penulis
menyampaikan beberapa saran yang diharapkan bermanfaat bagi pihak yang
memiliki kepentingan dengan hasil penelitian.
Saran
1. Diharapkan penelitian selanjutnya bisa mendapatkan lampiran bukti
atau contoh kertas kerja pemeriksaan, surat penugasan pemeriksaan,
dan dokumen bukti pendukung lainnya.
2. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya tidak melakukan penelitian pada
periode audit perusahaan, agar proses penelitian tidak memiliki
hambatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arrens, Alvin A., And Loebbecke., James K., 2000, Auditing And Integrated
Approach, Eight Edition, Eglewood Clif, New Jersey. Prentice Hall Inc.
Azhar Susanto La Midjan. 1994. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Kedelapan. Bandung. Lembaga Informatika Akuntansi.
Cahill, Edward. 2006. “Audit Committee And Internal Audit Effectiveness In A Multinational Bank Subsidiary: A Case Study. Journal Of Banking Regulation” (Online), (Http://www.Palgrave Journals.Com/Jbr/Journal/V7/N1/Abs/2340011a.Html
)
Hiro Tugiman. 1997. Standar Profesional Audit Internal. Cetakan Ke-5. Yogyakarta. Kanisius.
Ihsan Kusumah. 2008. “Peranan Audit Internal Dalam Pencegahan Fraud”. Skripsi Sarjana (Online). Bandung. Universitas Widyatama. (Http://Hdl.Handle.Net/10364/1048)
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Salemba Empat.
Iriyadi. 2004. ”Peranan Internal Auditor Dalam Menunjang Efektifitas Sistem Pengendalian Intern Penggajian Pada PT. Organ Jaya”. Jurnal Ilmiah Ranggagading. Volume 4 No 2. Pp 67-72.
Kasmir. 2002. Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
K. Yin, Robert. 2003. Studi kasus; desain dan metode. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Mulyadi, dan Kanaka Puradiredja. 1998. Auditing. Edisi Ke-5. Jakarta. Salemba Empat.
Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Ke-4. Cetakan Ke-5. Yogyakarta. Liberty.
Messier, Jr., William F., et al. 2005. Jasa Audit & Assurance: Pendekatan Sistematis. Jakarta. Salemba Empat.
Palfi, Cristina. 2007. “Globalization - a challage for internal control and audit in banking system”. Globalization, Risks, Internal control system, Internal audit, Banking supervision Journal (Jurnal SSRN). Romania. Babeş-Bolyai University of Cluj-Napoca.
Teguh Pudjo Mulyono. 1999. Bank Auditing: Petunjuk Pemeriksaan Intern Bank. Edisi Ke-5. Yogyakarta. Djambatan.
Thomas Suyatno, Dkk. 1995. Dasar-Dasar Perkreditan, Jakarta. PT.Gramedia
Pustaka Utama. Tjukria P. Tawaf. 1999. Audit Intern Bank. Jakarta. Salemba Empat. Z. Dunil 2004. Risk-Based Audit: Dalam Pemeriksaan Bank Umum. Jakarta.
Indeks.
Lampiran 1
CONTOH FORMAT
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP)
I. Executive Summary
A. Audit Rating ………………….
B. Risk Profile ………………….
C. Audit Findings Summary ……………………
D. Rekomendasi ………………….
II. Penduluan
A. Metodologi Penilaian Resiko ……………………..
B. Klasifikasi Risiko ………………………..
C. Gambaran Umum Unit Kerja ……………………..
D. Risk Maturity Level ………………………..
E. Risk Process Mapping ………………………..
F. Risk Profile ……………………….
III. Pendekatan Audit
A. Tujuan Audit ……………………….
B. Periode Audit ……………………….
C. Ruang Lingkup Audit ………………………….
D. Metodologi Audit ………………………….
E. Susunan Tim Pemeriksa ………………………….
IV. Hasil Audit
A. Summary of Audit ………………………….
JADWAL PENULISAN SKRIPSI
KETERANGAN Oktober November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penulisan Proposal
Presentasi Proposal
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penulisan Laporan Skripsi
Penyerahan Skripsi
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Elok Izza Afrianiswara
Alamat : Jl. Arjuna no.11 Pepelegi Indah Waru
NIM : 2006310332
Jurusan : Akuntansi
Program Studi : Strata 1
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul:
PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIFITAS
PENGENDALIAN INTERNAL KREDIT INVESTASI PADA PT. BANK X.
adalah benar-benar merupakan karya saya sendiri dan bukan jiplakan (plagiat)
dari karya ilmiah orang lain serta bukan hasil dibuatkan oleh orang/pihak lain.
Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan saya tersebut tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi berupa pembatalan Skripsi beserta segala hal yang
terkait dengan Skripsi tersebut.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 22 Februari 2010
Yang menyatakan,
Elok Izza Afrianiswara