33
5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN
Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat
Gambar 10. Peta Wilayah Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 50 50’ – 70
50’ lintang selatan dan 1040 48’-1080 48’ bujur timur, dengan batas
wilayah
1. Utara : Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta;
2. Timur : Provinsi Jawa Tengah;
3. Selatan: Samudra Indonesia;
4. Barat : Provinsi Banten.
Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk
terbanyak di Indonesia. Luas wilayah Provinsi Jawa Barat meliputi wilayah
daratan seluas 3,701,061.32 hektar dan garis pantai sepanjang 755,829 Km.
Secara administratif sejak tahun 2008, kabupaten dan kota di Provinsi Jawa
Barat berjumlah 26 kabupaten/kota terdiri atas 17 kabupaten dan 9 kota
dengan 625 kecamatandan 5,877 desa/kelurahan.
Menurut data BPS Jawa Barat, daratan Jawa Barat dapat dibedakan atas
wilayah pegunungan curam (9.5 persen dari total luas wilayah Jawa Barat)
34
terletak di bagian Selatan dengan ketinggian lebih dari 1,500 m di atas
permukaan laut (dpl); wilayah lereng bukit yang landai (36.48 persen)
terletak di bagian tengah dengan ketinggian 10-1,500 m dpl. Tutupan lahan
terluas di Jawa Barat berupa kebun campuran (22.89 persen dari luas
wilayah Jawa Barat), sawah (20.27 persen), dan perkebunan (17.41 persen).
Dari data tersebut maka dapat disimpulkan Jawa Barat memenuhi syarat
untuk tumbuh, karena umumnya tanaman jagung (Zea mays L) memiliki
daya adaptasi yang baik di derah tropis seperti di Indonesia.
Jumlah penduduk provinsi Jawa Barat pada tahun 2011 mencapai
46,497,175 jiwa. Proporsi pekerja sendiri menurut lapanganpekerjaan
merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian
dalam menyerap tenaga kerja. Hal lain dapat pula mencerminkan struktur
perekonomian suatu wilayah. Sebagian besar penduduk Jawa Barat yang
bekerja pada tahun 2010, memiliki lapangan pekerjaan utama di sektor
Pertanian. Persentase penduduk yang bekerja pada sektor pertanian
disajikan pada Tabel 7.
Terlihat dalam tabel 7 jumlah tenaga kerja menurut sektor bahwa
sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 23,40% dari total penduduk
di Jawa Barat dan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertanian
masih menjadi andalan bagi penduduk Jawa Barat. Sektor pertanian masih
merupakan sector penting sebagai penggerak roda perekomian. Jagung
merupakan salah satu potensi besar yang dapat memberikan kontribusi
didalam perekonomian masyarakat Jawa Barat apabila dapat dikembangkan
dengan baik.
Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja Jawa Barat
Sektor Laki-Laki Presentase Perempuan Presentase Jumlah
Pekerjaan ( Orang) (%) ( Orang) (%) ( Orang)
Pertanian 2.732.047 23,78 1.232.196 22.59 3.964.266
Industri 2.079.571 18,10 1.309.716 24.01 3.389.305
Perdagangan 2.534.128 22,06 1.672.761 30.67 4,206.911
Jasa 1.617.808 14,08 1,039,364 19.05 2.657.186
Lainnya 2.524.053 21,97 200.800 3.68 2.724.874
Jumlah 11.487.607 100 5.454.837 100 16.942.544 Sumber : BPS (2012)
Gambaran Umum Kabupaten Garut
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Tenggara pada
koordinat 6º56'49 - 7 º45'00 Lintang Selatan dan 107º25'8 - 108º7'30 Bujur
Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar
306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Utara: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang
2. Timur: Kabupaten Tasikmalaya
3. Selatan: Samudera Hindia
4. Barat: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur
Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota
Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah
35
penyangga dan hinterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh
karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam
memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung, sekaligus
berperan di dalam pengendalian keseimbangan lingkungan.
Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan
sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate). Bulan basah
di Kabupaten Garut terdiri dari 9 bulan dan bulan kering 3 bulan. Kabupaten
Garut sangat baik bila dijadikan sentra pertanian karena iklim yang
mempengaruhi pertumbuhan tanman jagung (Zea mays L) antara lain adalah
curah hujan > 1200 mm (S1), suhu 20 – > 26 oC dan penyinaran (Warisno,
2007).
Kabupaten Garut merupakan wilayah yang sangat kaya sumberdaya
alam. Wilayah seluas 3.065 km2 tersebut dihuni oleh 2.737.526 jiwa
penduduk (BPS, 2012), atau dengan kepadatan penduduk 893 jiwa per km2.
Secara administrasi saat ini Kabupaten Garut terbagi menjadi 42 kecamatan,
21 kelurahan dan 403 desa. Sebagian besar pendapatan masyarakat Garut
didapatkan dari pertanian (39%) dan perdagangan Pariwisata (23%). Dari
data jumlah tenaga kerja tersebut bisa disimpulkan bahwa pennduduk Garut
mengandalkan pendapatan dari bertani, sejauh ini Kabupaten Garut
merupakan penghasil nomor satu untuk komoditas jagung. Dinamika rantai
pasok jagung di Jawa Barat akan terekam jelas di Kabupaten Garut,
sehingga Kabupaten Garut dapat mewakili Jawa Barat untuk daerah
penelitian.
36
Gambar 10. Peta Wilayah Garut
Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja di Garut
Laki-Laki Presentase Perempuan Presentase Jumlah Presentase (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%)
Pertanian 249210.17 37,07 140921 44.87 387438 39,23 Pertambangan 559039.03 0,83 483 0.14 6320 0.64 Industri 61022.8146 9,06 32882 10,49 93427 9.46 Listrik, Gas, Air 26941.64 0,40 31657 0,08 3061 0.31 Konstruksi 57789.8178 8,58 534 0,17 61725 6.25 Perdagangan dan Pariwisata
138614.7378 20,58 83353 26,54 219545 22.23
Perhubungan 55769.1948 8,28 1099 0,35 60047 6.08 Keuangan 35697.673 0,53 1256 0,40 4839 0.49 Jasa 8756.033 13,45 50030 15,93 139647 14.14 Lainnya 8149.8461 1.21 3267 1.04 11456 1.16 Jumlah 673541 100,00 345438 100,00 987607 100,00
Jenis Bidang Pekerjaan
Sumber BPS, 2013
37
Gambaran Umum Kabupaten Majalengka
Kabupaten Majalengka secara geografis terletak di bagian Timur
Propinsi Jawa Barat yaitu Sebelah Barat antara 1080 03’ – 1080 19’ Bujur
Timur, Sebelah Timur 1080 12’ – 1080 25’ Bujur Timur, Sebelah Utara
antara 60 36’ – 60 58’ Lintang Selatan dan Sebelah Selatan 60 43’ – 70 03’
Lintang Selatan. Kabupaten Majalengka secara administratif berbatasan
dengan wilayah :
1. Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu
2. Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya
3. Sebelah Timur :Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan
4. Sebelah Barat : Kabupaten Sumedang
Luas wilayah Kabupaten Majalengka adalah 1.204,24 Km2, atau hanya
sekitar 2,71 % dari luas Wilayah Provinsi Jawa Barat (yaitu kurang lebih
44.357,00 Km2) yang terdiri dari 26 kecamatan. Luas wilayah tersebut
dibagi tiga daerah yaitu wilayah pegunungan 40,03%, wilayah perbukitan
31,27% dan wilayah dataran rendah 28,70 persen. Di Majalengka sendiri
wilayahnya sebagian besar merupakan persawahan, penanaman jagung (Zea
mays L) umunya dilakukan dilahan kering (tegalan) danlahan basa (sawah).
Penanaman jagung di lahan sawah umumnya dilakukan pada musim kemrau
setelah panen tanaman padi. Tanaman jagung mempunyai daya adaptasi
yang baik terhadap berbagai jenis tanah (Warisno, 2007).
Dengan luas wilayah tersebut Kabupaten Majalengka dihuni oleh
1.165.795 jiwa terdiri atas 582.229 jiwa laki-laki dan 583.566 jiwa
perempuan. Sumber pendapatan masyarakat Majalengka 38% dari sektor
pertanian, baik sebagai petani penggarap ataupun pemiliki lahan. Sektor
berikutnya adalah sektor perdagangan, banyak warga Majalengka yang
berdagang di Cirebon. Sektor pertanian di Majalengka masih menjadi ujung
tombak kegiatan perekonomian selain perkebunan Majalengka terkenal
sebagai penghasil padi dan jagung. Sekarang ini Majalengka menjadi
kabupaten dengan produksi kedua tertinggi untuk komoditas Jagung setelah
Kabupaten Garut.
38
Gambar 12 Peta Wilayah Kabupaten Majalengka
Berdasarkan hasil penelitian pada seluruh responden di wilayah
penelitian memperlihatkan petani jagung di Provinsi Jawa Barat berusia
antara 15 s.d 64 tahun, hal ini mengindikasikan bahwa petani jagung adalah
usia produktif. Usia minimal yang ditemukan adalah 26 tahun, hal ini
39
mengindikasikan bahwa usia dibawah 26 tahun jarang ditemukan petani
atau buruh tani karena usia tersebut mereka beralih profesi tidak menjadi
petani, maka tidak heran apabila tenaga kerja pertanian semakin sulit.
Tingkat pendidikan sendiri masih rendah tidak tamat SD hingga SD
mencapai 80% dari total responden sementara petani yang tamat SMA
menjadi PNS dan Guru.
Tabel 9. Jumlah Tenaga Kerja di Majalengka
Mata Pencaharian Jumlah Tenaga Kerja Presentase
(Orang) (%)
Pertanian 211750 38.66
Pertambangan /
Penggalian
4401 0.80
Industri 80096 14.62
Listrik Air dan Gas 899 0.16
Bangunan 29610 5.406
Perdagangan 127898 23.35
Angkutan / Komunikasi 24315 4.43
Jasa 65920 12.03
Lainnya 2790 0.50
Total 547679 100% Sumber : BPS (2011)
Karakteristik Petani Jawa Barat
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemahaman terhadap
inovasi teknologi, hal ini mengindikasikan bahwa di wilayah penelitian
teknologi masih sulit dipahami dan diterapkan, padahal di wilayah
penelitian petani masih di usia produktif yang mampu merespon dengan
cepat teknologi dan inovasi.
Pengalaman bertani di wilayah jawa barat sendiri bisa dibilang tinggi
karena pengalaman usaha tani berpengaruh juga terhadap respon inovasi dan
teknologi, ini terbukti dengan adopsi penggunaan benih hibrida yang
mencapai 85% (Dinas Pertanian Jawa Barat, 2010). Faktor umur,
pendidikan, dan pengalaman berusaha tani mempunyai peranan penting bagi
petani dalam mengembangkan usaha taninya baik dari segi produksi
maupun produktivitas. Sebab dalam usia produktif, tingkat pendidikan dan
pengalaman yang memadai, petani akan lebih rasional dalam mengambil
keputusan untuk memilih jenis komoditas dan skala usahanya. Status
usahatani jagung sebagai mata pencaharian sampingan atau utama akan
mempengaruhi sikap petani dalam menentukan komoditas usahatani amna
yag akan menjadi prioritas untuk dapat memberikan perhtaian alokasi
sumberdaya yang besa dan yang kecil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas kepemilikan lahan jagung
petani di wilayah penelitian masih relatif kecil di mana luas yang paling
besar yaitu 1,4 hektar dengan sebaran lahan 0,3 hektar-0,4 hektar.
Umumnya lahan dimiliki sendiri namun terdapat beberapa petani
menyewakan lahan untuk digarap, namun petani penggarap pun selalu
memiliki lahan sendiri selain menyewa lahan kepada orang lain.
40
Tabel 10. Karakteristik Petani Pada Penelitian
Karakteristik Petani Jumlah Persentase Karakteristik Petani Jumlah
Presentase
(Orang) (%)
A. Jenis Kelamin
a.Pria 48 80
b.Wanita 12 20
B. Usia
a.<15 Tahun 0 0
b.15-64 Tahun 54 90
c.>65 Tahun 6 10
C. Lama Pendidikan
a.0-6 tahun 48 80
b.7-9 tahun 9 15
c.>9 3 5
D. Pengalaman Bertani
a.< 10 tahun 12 2
b.11 s.d 20 tahun 34 55.7
c.21 s.d 30 tahun 8 1.3
d.> 30 tahun 6 1
Karakteristik Usahatani
Semakin tinggi tingkat ekonomi petani maka semakin luas lahan
untuk menanam. Dari hasil penelitian menunjukan petani menanam jagung
di lahan darat sebanyak 50% dan di lahan sawah 50%. Lahan darat biasanya
merupakan lahan tadah hujan dan biasanya merupakan lahan dataran tinggi,
petani di daerah ini menanam jagung ditumpang sari dengan cabe rawit atau
tomat. Petani yang memiliki lahan sawah dibagi dua kedalam sawah tadah
hujan dan sawah irigasi, di lahan ini petani hanya bisa menanam jagung di
kuartal terahir karena kuartal awal dan tengah lahan ditanam padi. Dalam
satu tahun 70% petani menanam jagung hanya satu kali dan sisanya dua
kali. Waktu panen petani yaitu pada awal tahun 30%(Februari-April), 50%
di akhir tahun (Oktober-November), dan 20% dua kali di awal tahun dan
pertengahan tahun (Juli-Agustus). Karakteristik petani Jawa Barat dapat
dilihat pada Tabel 11.
Pada Tabel 11 terdapat keterangan bahwa sebanyak 40% petani
memiliki luas tanah hingga 3000 m2, perlu diperhatikan bahwa tidak
seluruhnya tanah bisa dipakai untuk menanam jagung. 50% petani yang
menanam jagung memiliki lahan darat, sedangkan 30% lahan yang dimiliki
petani adalah lahan sawah tadah hujan, dan hanya 20% petani yang
memiliki lahan dengan pengairan dengan irigasi.
Frekuensi tanam petani pertahun bervariasi dari satu kali hingga tiga
kali. Petani Jawa Barat 70% nya menanam jagung hanya satu kali pertahun
dan 30% nya menanam jagung dua kali pertahun. Frekuensi tanam
tergantung ketersediaan air, karena kebanyakan petani mengandalkan hujan
41
untuk pengairan di lahan maka tidak ada petani yang dapat menanam jagung
hingga tiga kali pertahun.
Tabel 11. Karakteristik Usahatani Petani Jawa Barat
Karakteristik Usaha tani
Jumlah Petani Persentase
( Orang) (%)
A. Luas Lahan (Meter Persegi)
a.1200-3200
22 36.4
b.3201-5200
24 40
c.5201-7200
10 16.6
d.7201-9200
2 3.4
e.9200-11200
1 1.7
f.>11200
1 1.7
B. Jenis Lahan
a.Lahan Darat
30 50
b.Sawah Irigasi
12 20
c.Sawah Tadah Hujan
18 30
C. Frekuensi Tanam Pertahun
a.1 kali
42 70
b.2 kali
18 30
D. Waktu Panen
a.Awal Tahun
30 50
b.Awal dan Tengah Tahun
30 50
E. Harga Jual Jagung
a.Rp.2600/Kg-Rp.2800/Kg
19 31.7
b.Rp.2801/Kg-Rp.3200/Kg
39 65
c.>Rp. 3200/Kg
2 3.3
Waktu panen yang dilakukan petani bervariasi antara awal tahun,
pertengahan tahun, dan akhir tahun. Petani di Jawa Barat memanen jagung
50% di awal tahun, 50% di awal tahun dan pertengahan tahun. Tidak ada
petani yang memanen jagung di 4 bulan terakhir akhir tahun, ini
dikarenakan ada pergiliran tanaman dengan padi yang ditanam antara
pertengahan hingga akhir tahun.
Harga jual jagung di tingkat petani pada tahun 2013 berkisar dari
Rp. 2600/ Kg s.dRp.3300/ Kg. Biasanya petani yang panen di awal musim
panen raya akan mengalami harga rendah sementara petani yang panen di
akhir musim panen raya akan mendapatkan harga jagung yang tinggi.
Selain karena waktu panen, harga yang diterima oleh petani dipengaruhi
oleh jarak kebun dan tempat tinggal petani ke kota, semakin jauh tempat
tinggal petani dari kota maka harga yang diterima petani akan semakin
rendah. Selain faktor jarak, faktor hutang juga mempengaruhi harga yang
diterima oleh petani, beberapa petani yang memiliki hutang dengan nominal
yang besar kepada pedagang perantara menerima harga yang rendah,
42
biasanya harga tersebut diterima oleh petani setelah hutangnya dikurangi
oleh pedagang perantara, hitungannya sendiri biasanya tidak begitu jelas.
Budidaya Jagung di Wilayah Jawa Barat
Jagung di Jawa Barat dibudidayakan oleh petani pada awalnya
adalah untuk menggantikan kedelai dimana pada saat itu harga kedelai
jatuh sehingga pemerintah memberikan alternatif tanaman yang memiliki
harga lebih tinggi dari jagung. Jagung di Jawa Barat sendiri adalah jagung
tanaman pangan atau palawija bukan hortikultura, varietas yang dipakai
adalah jagung gigi kuda.
Sarana Produksi Pertanian
Di wilayah Jawa Barat sarana produksi jagung terbilang masih
tradisional, dari mulai pengolahan tanah hingga panen petani belum
menggunakan alat pertanian yang modern. Sarana yang dimiliki petani
hanya berkisar dari pacul, arit, penyemprot, dan tangan saja. Sementara
untuk pasca panen sebagian petani sudah menggunakan mesin pemipil
untuk memipil jagung.
Gambar 13. Jagung di Lahan Kering
Untuk benih, petani lebih memilih jagung dengan benih hibrida.
Menurut Dinas Tanaman Pangan Jawa Barat, sudah sekitar 80 % petani di
Jawa Barat saat ini menggunakan benih hibrida. Benih hibrida sendiri
43
didapat petani dari bandar, took pertanian, maupun bantuan pemerintah.
Ada perbedaan penggunaan benih antara dataran tinggi dan dataran rendah.
Gambar 14 Benih Jagung Hibrida P21
Pupuk yang digunakan oleh petani berkisar antara urea, NPK, TSP,
dan Phonska. Penggunaan pupuk oleh petani berkisar antara 2 hingga 3
kali. Harga pembelian relative setiap daerah antara Rp.1800-Rp.2200/Kg
untuk urea, TSP Rp. 2600/kg-Rp.2800/kg, Phonska Rp.2500/Kg dan NPK
Rp.2500/Kg Ketersediaan pupuk tersebut dibantu oleh bandar yang
menyalurkan dengan cara kredit kepada petani atau toko pertanian dengan
jaminan kelompok tani yang menaungi para petani tersebut. Pupuk-pupuk
tersebut merupakan pupuk yang masih disubsidi oleh pemerintah.
Media tanam petani di Jawa Barat ada dua yaitu lahan darat dan
lahan sawah. Lahan darat di Jawa Barat sendiri adalah lahan tadah hujan,
sementara untuk lahan sawah menggunakan sawah tadah hujan atau sawah
irigasi. Lahan darat kebanyakan digunakan untuk menanam jagung
sebanyak 2 kali per tahun, sedangkan untuk lahan sawah digunakan
menanam jagung hanya satu kali setahun.
Hama jagung di Jawa Barat sendiri relative sedikit, di dataran tinggi
seperti Garut hampir tidak ada hama untuk jagung, sementara di Majalengka
dan daerah lahan sawah lainnya hama yang paling banyak adalah belalang.
Hama yang menyerang tanaman jagung biasanya berasal dari tanaman lain
sisa rotating cropping atau multiple cropping seperti padi atau cabe merah.
44
Gambar 15 . Urea, Phonska/NPK, dan TSP
Tabel 12. Alat dan Waktu Yang Diperlukan Untuk Budidaya Jagung
Aktivitas Budidaya Alat Waktu
Pengolahan Tanah Cangkul 44 jam/ha
Penanaman Manual/Tanga 60 jam/ha
Pemupukan Manual/Tanga 44 jam/ha
Pembumbuman Manual/Tanga 176 jam/ha
Penyiangan Manual / Arit 160 jam/ha Sumber: Kementan (2011)
Proses budidaya pada jagung di Jawa Barat masih menggunakan
tenaga manusia, proses budidaya terdiri dari pengolahan tanah, penanaman,
pembumuman, pemeliharaan, dan pemupukan. Pengolahan tanah untuk
menanam jagung diawali dengang membersihkan rumput liar sebelum
digemburkan. Penggemburan dilakukan dengan menggunakan cangkul.
Pengolahan tanah menghabiskan 25 HOK Pria dan 5 HOK wanita per
hektar dengan upah variatif berkisar antara Rp. 30.000-Rp.45.000 untuk pria
dan Rp. 20.000-Rp. 40.000 untuk wanita per HOK. Di beberapa daerah di
Jawa Barat biasanya pengolahan tanah diborongkan dengan biaya Rp.
1000.0000-Rp.1500.000 per hektar. Setelah pengolahan tanam, maka tanah
pun siap untuk ditanami benih, proses penanaman benih ini memakan
tenaga 12 HOK Pria dan 12 HOK wanita per hektar dengan, biasanya 7 hari
45
setelah mengolah tanah petani lalu memupuk dengan Phonska dan Urea atau
dengan NPK tergantung jenis tanah yang mereka miliki. Alat dan waktu
yang diperlukan untuk proses penanaman jagung dapat dilihat pada Tabel
12.
Gambar 16 Persiapan Panen Jagung
Tahap selanjutnya adalah pembumbunan, dimana pembumbunan ini
dilakuakn bersamaan dengan pemupukan yang kedua dan penyiangan.
Pembumbuman dan pemupukan dilakukan oleh 12 HOK Pria dan 12 HOK
wanita per hektar. Pemupukan, Pembumbunan, dan Penyiangan dilakukan
3-4 Hari dengan 24 HOK pria dan wanita (tergantung tenaga kerja yang ada
di setiap kampong) per hari.. Di sebagian wilayah dataran rendah jagung
biasanya dipupuk tiga kali sekaligus dilakukan pembumbunan dan
penyiangan. Jarak antara waktu pupuk pertama, kedua, dan ketiga biasanya
3 minggu yaitu pada minggu petama, keempat dan minggu ketujuh dari
waktu pengolahan tanah.
Panen dan Pasca Panen
Masa panen jagung di Jawa Barat adalah 3 bulan setelah tanam
karena petani jagung menggunakan bibit yang panennya lebih dari 100 hari.
Cara panen jagung petani di Jawa Barat masih sederhana yaitu
menggunakan tangan. Untuk panen sendiri memerlukan 30-40 HOK pria
dan wanita tergantung kondisi lahan yang digarap. Tenaga pria biasanya
digunakan untuk mengangkut jagung dari kebun kerumah. Sedangkan
tenaga wanita biasanya digunakan untuk mengambil jagung dari batang
jagung untuk dibersihkan dari bungkusnya.
Setelah panen, jagung di Jawa Barat memerlukan perlakuan pasca
panen. Walaupun masih sederhana, namun ini adalah syarat mutlak agar
jagung bisa dijual ke bandar. Jagung yang dijual ke bandar haruslah
berbentuk pipilan, maka dari itu petani memerlukan besaran biaya yang
dikeluarkan untuk proses perlakuan pasca panen ini. Proses setelah panen
antara lain memipil dan menjemur yang biayanya berkisar antara Rp.50/kg
dan dilakukan selama 3 hari apabila memipil manual dan 2 jam apabila
dengan mesin pipil, sementara untuk jemur tradisional memerlukan waktu 4
Top Related