Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 1
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Rencana Sistem Perkotaan Rencana Sistem Jaringan Prasarana
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Bondowoso merupakan kerangka
tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang
berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah
kabupaten terutama jaringan transportasi. Struktur ruang wilayah Kabupaten
Bondowoso yang akan diwujudkan guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah
kabupaten yang diinginkan, diupayakan dengan menetapkan rencana sistem
perkotaan (pusat pelayanan) dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten.
4.1 Rencana Sistem Perkotaan
Rencana sistem perkotaan merupakan inti pembentukan pusat pelayanan
wilayah Kabupaten Bondowoso, yang merupakan integrasi antara sistem perkotaan
dan sistem perdesaan.
4.1.1. Sistem Perkotaaan
Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Bondowoso dimaksudkan untuk
mengetahui simpul kegiatan dalam wilayah yang mencakup : besaran dan sebarannya,
serta perannya dalam pengembangan wilayah kabupaten. Rencana sistem perkotaan
wilayah Kabupaten Bondowoso dapat dilihat pada tabel 4.2 dan peta 4.2.
1. Arahan Pengembangan Sistem Perkotaan Nasional dan Propinsi
Berdasarkan arahan kebijakan penataan ruang nasional dan propinsi, rencana
sistem perkotaan wilayah Kabupaten Bondowoso hendaknya didasarkan pada:
a. Kebijakan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) pasal 11 ayat 1, mengatur Sistem
Perkotaan Nasional yang terbagi menjadi: Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Sedangkan
pada pasal 14 penetapan sistem perkotaan dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut :
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) ditetapkan dengan kriteria:
- kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan
internasional;
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 2
RENCANA STRUKTUR KEGIATAN WILAYAH (PKW) JEMBER DAN SEKITARNYA
- kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa
provinsi; dan/atau
- kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) ditetapkan dengan kriteria:
- kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;
- kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa
kabupaten; dan/atau
- kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditetapkan dengan kriteria:
- kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau
beberapa kecamatan;
- kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
b. Berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Timur tentang
RTRW Provinsi, menetapkan
bahwa Kabupaten Bondowoso
merupakan bagian Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW)
Perkotaan Jember dan
merupakan Pusat Kegiatan
Lokal (PKL). Lebih jelasya
disajikan pada gambar
disamping dan tabel dibawah.
GAMBAR 4.1.
DIAGRAM STRUKTUR PKW
JEMBER DAN SEKITARNYA
Sumber : RTRW Prov. Jawa Timur
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 3
TABEL 4.1
ARAHAN FUNGSI PUSAT KAGIATAN WILAYAH (PKW) JEMBER DAN SEKITARNYA VII. Jember dan Sekitarnya Pertanian tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata
1. Perkotaan Jember Pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, Pendidikan, dan kesehatan
a. Fasilitas pemerintahan : Kantor Kota/Kabupaten Polres/Polresta
b. Fasilitas perdagangan : Pengembangan pasar modern Pengembangan pasar tradisional Pengembangan ruko dan pertokoan
c. Fasilitas jasa : Lembaga keuangan (Bank, koperasi)
d. Fasilitas pendidikan : Akademi/Perguruan Tinggi (PT)
e. Fasilitas kesehatan : Pengembangan rumah sakit pemerintah tipe B Rumah sakit swasta Puskesmas rawat inap
Pengembangan jalan arteri primer Pengembangan jalan arteri primer poros Selatan
sebagai JLS Pengembangan jalan kolektor primer pengembangan transportasi udara (bandara regional) Rencana pengembangan pelabuhan perikanan di PPI
Puger Pengembangan jalur komuter perkeretaapian dan
pengembangan rel perkeretaapian double track
2. Perkotaan Bondowoso Pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, Pendidikan, kesehatan, dan pariwisata
a. Fasilitas pemerintahan : Kantor Kota/Kabupaten Polres/Polresta
b. Fasilitas perdagangan : Revitalisasi pasar tradisional Pengembangan pasar umum
c. Fasilitas jasa : Lembaga keuangan (Bank, koperasi)
d. Fasilitas pendidikan : SMA/MA/SMK
e. Fasilitas kesehatan : Pengembangan rumah sakit pemerintah tipe C Rumah sakit swasta Puskesmas rawat inap
f. Fasilitas wisata : Pengembangan dan peningkatan fasilitas obyek
wisata
Pengembangan jalan kolektor primer Pengembangan jaringan jalan Akses jalan menuju kawasan wisata ijen Pengembangan jalur perkeretaapian Jember
Bondowoso Situbondo Panarukan Rencana pengembangan Bendungan
3. Perkotaan Situbondo Pusat pemerintahan, agroindustri, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata
a. Fasilitas pemerintahan : Kantor Kota/Kabupaten Polres/Polresta
b. Fasilitas agroindustri : Agroindustri Pusat informasi pertanian Fasilitas penunjang agrobis
c. Fasilitas perdagangan :
Pengembangan jaringan jalan jalan tol Pembuatan waduk-waduk kecil Peningkatan jalaur Kerata api Optimalisasi pelabuhan di Situbondo sebagai pelabuhan
perikanan laut, penyeberangan Pengembangan PLTU Pengembangan terminal kelas B
Sumber : RTRW Provinsi Jawa Timur
c. Berdasarkan Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
(RTRWK) dari Kementrian Pekerjaan Umum, untuk rencana struktur wilayah
kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
Mengekomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur ruang
wilayah propinsi dan memperhatikan rencana struktur ruang
kabupaten/kota yang berbatasan;
Jelas, realistis dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu
perencanaan pada kabupaten bersangkutan;
Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
kabupaten memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- Terdiri atas Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi
yang berada di wilayah kebupaten, yang kewenangan penentuannya
ada pada pemerintah pusat dan pemerintah propinsi.
- Memuat penetapan pusat pelayanan kawasan (PPK) serta pusat
pelayanan lingkungan (PPL).
- Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta
saling tekait menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 4
Dapat memuat pusat-pusat kegiatan selain sebagaimana dimaksud diatas
dengan ketentuan sebagai berikut:
- Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk kemudian hari ditetapkan
sebagai PKL promosi (dengan notasi PKLp)
- Pusat kegiatan yang dapat dipromosikan menjadi PKLp hanya pusat
pelayanan kawasan (PPK), dan
- Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus ditetapkan
sebagai kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program
pembangunannya di dalam arahan pemanfaatan ruangnya, agar
pertumbuhannya dapat di dorong untuk memenuhi kriteria PKL.
2. Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Bondowoso
Perkotaan merupakan lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non
agraris dengan pusat pertumbuhan dan pusat permukiman, seperti misalnya
Ibukota Kabupaten Bondowoso sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Kawasan
perkotaan mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pusat pelayanan jasa
pemerintahan, pusat pelayanan sosial dan pusat kegiatan ekonomi bagi sistem
internal perkotaan dan sistem wilayah yang dilayaninya disebut sebagai kawasan
perkotaan.
Adapun rencana sitem perkotaan di wilayah Kabupaten Bondowoso adalah
sebagai berikut:
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) terletak di Perkotaan Bondowoso yang meliputi
Kecamatan Bondowoso, sebagian Kecamatan Curahdami yang meliputi Desa
Penambangan, Sumbersuko, Curahpoh, Locare dan Kelurahan Curahdami,
sebagian Kecamatan Tegalampel yang meliputi Desa Tegalampel,
Karanganyar dan Kelurahan Sekarputih, dan sebagian Kecamatan
Tenggarang yang meliputi Desa Bataan, Koncer Darulaman, Koncer Kidul,
Lojajar, Kajar, Sumbersalam, dan Kelurahan Tenggarang, serta sebagian
Kecamatan Jambesari Darusholah yaitu Desa Grujugan Lor;
b. Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) meliputi :
1) Perkotaan Maesan di Kecamatan Maesan yang meliputi Desa Maesan,
Sumbersari, Pakuniran dan Penanggungan,
2) Perkotaan Prajekan di Kecamatan Prajekan yang meliputi Desa Prajekan
Kidul dan Prajekan Lor,
3) Perkotaan Tamanan di Kecamatan Tamanan yang meliputi Desa Tamanan
dan Kalianyar,
4) Perkotaan Wonosari di Kecamatan Wonosari yang meliputi Desa
Wonosari, Kapuran, dan Sumberkalong,
5) Perkotaan Wringin di Kecamatan Wringin yang meliputi Desa Wringin dan
Jatisari.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 5
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi :
1) Perkotaan Cermee di Kecamatan Cermee yang meliputi Desa Suling
Wetan dan Cermee,
2) Perkotaan Pujer di Kecamatan Pujer yang meliputi Desa Maskuning
Kulon, Maskuning Wetan dan Mangli,
3) Perkotaan Sukosari di Kecamatan Sukosari yang meliputi Desa Sukosari
Lor.
d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) meliputi :
1) Perkotaan Binakal di Kecamatan Binakal yang meliputi Desa Baratan,
2) Perkotaan Botolinggo di Kecamatan Botolinggo yang meliputi Desa
Botolinggo dan Lumutan.
3) Perkotaan Grujugan di Kecamatan Grujugan yang meliputi Desa Dadapan
dan Taman.
4) Perkotaan Jambesari Darus Sholah di Kecamatan Jambesari Darus
Sholah yang meliputi Desa Jambesari dan Pejagan,
5) Perkotaan Klabang di Kecamatan Klabang yang meliputi Desa Klabang,
Besuk, Klampokan dan Sumbersuko,
6) Perkotaan Pakem di Kecamatan Pakem yang meliputi Desa Pakem dan
Patemon,
7) Perkotaan Sempol di Kecamatan Sempol yang meliputi Desa Sempol dan
Kalisat.
8) Perkotaan Sumberwringin di Kecamatan Sumberwringin yang meliputi
Desa Sumberwringin dan Sumbergading.
9) Perkotaan Taman Krocok di Kecamatan Taman Krocok yang meliputi
Desa Taman,
10) Perkotaan Tapen di Kecamatan Tapen yang meliputi Desa Cindogo,
Tapen, dan Kalitapen;
11) Perkotaan Tlogosari di Kecamatan Tlogosari yang meliputi Desa Pakisan
dan Tlogosari.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana struktur ruang wilayah Kabupaten
Bondowoso dapat dilihat di Peta 4.1.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 6
PETA 4.1
RENCANA STRUTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 7
4.1.2 Sistem Perdesaan
Kawasan perdesaan merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian dan pengelolaan sumber daya alam, dengan jenis fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi perdesaan. Dalam hubungan kota desa, kawasan perdesaan
merupakan daerah belakang dan pelayanan (hinterland) sistem perkotaan. Kawasan
perdesaan memiliki simpul-simpul kecil yang merupakan pusat kegiatan perdesaan,
dan antara pusat perdesaan juga terdapat interaksi yang mendukung sistem
perkotaan.
Sistem perdesaan berdasarkan hirarki dan fungsinya terdiri dari permukiman
desa perkotaan dan permukiman desa tradisional, dimana :
a. Permukiman desa perkotaan merupakan permukiman perdesaan yang karena
letaknya termasuk dalam wilayah fungsional kota, yaitu sekitar Kota Bondowoso
dan di ibukota kecamatan.
b. Permukiman desa tradisional merupakan permukiman perdesaan yang posisinya
sebagai daerah belakang ibukota-ibukota kecamatan.
Rencana Sistem Perdesaan di kabupaten Bondowoso diarahkan pada
pengembangan pusat kegiatan perdesaan dan hubungannya dengan kawasan
yang lebih luas, seperti :
c. Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), yaitu permukiman pusat desa yang memiliki
peran strategis bagi pengembangan desa-desa di sekitarnya dan secara hirarki
masih dibawah perkotaan kecamatan. Adapun desa-desa yang dijadikan sebagai
pusat DPP pada masing-masing kecamatan yaitu:
- Desa Botolinggo di Kecamatan Botolinggo;
- Desa Bercak di Kecamatan Cermee;
- Desa Suling Kulon di Kecamatan Cermee;
- Desa Jetis di Kecamatan Curahdami;
- Desa Grujugan Kidul di Kecamatan Grujugan;
- Desa Sumberpandan di Kecamatan Grujugan;
- Desa Sumberjeruk di Kecamatan Jambesari Darus Sholah;
- Desa Blimbing di Kecamatan Klabang;
- Desa Pakuniran di Kecamatan Maesan;
- Desa Sumberdumpyong di Kecamatan Pakem;
- Desa Sukowono di Kecamatan Pujer;
- Desa Sukorejo di Kecamatan Sumberwringin;
- Desa Kalianyar di Kecamatan Sempol;
- Desa Mengen di Kecamatan Tamanan;
- Desa Wonokusumo di Kecamatan Tapen;
- Desa Lojajar di Kecamatan Tenggarang;
- Desa Kembang di Kecamatan Tlogosari;
- Desa Lombok Kulon di Kecamatan Wonosari;
- Desa Ampelan di Kecamatan Wringin; dan
- Desa Bukor di Kecamatan Wringin.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 8
5 1 3
2 4
Dusun
Desa
PPL
PPK
PKLp / PKL
d. Pusat desa, berupa simpul pelayanan utama pada setiap desa;
e. Pusat dusun, berupa simpul pelayanan pada satuan terkecil kawasan permukiman
perdesaan; dan
f. Setiap pusat dusun, pusat desa dan dan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP)
dikembangkan dalam suatu sistem keterkaitan yang berorientasi pada pusat-pusat
kegiatan pada kawasan perkotaan, yang secara diagramatis seperti Gambar 4.2.
GAMBAR 4.2
DIAGRAM SISTEM PERDESAAN
TABEL 4.2
PENETAPAN SISTEM PERKOTAAN DAN PERDESAAN
KABUPATEN BONDOWOSO
NO KECAMATAN KATEGORI
PERKOTAAN PERDESAAN
1 Binakal Baratan
Sumbertengah
Sumberwaru Bendelan Gadingsari
Kembangan Binakal Jeruk Sok Sok
2 Bondowoso
Blindungan, Dabasah
Badean, Kotakulon Nangkaan,
Tamansari
Kademangan, Kembang,
Pejaten, Pancoran, Sukowiryo
3 Botolinggo Lumutan, Botolinggo
Klekean Lanas
Penang
Gayam Sumbercanting
Gayam Lor
4 Cermee Suling Wetan Cermee
Batu Salang Kladi
Suling Wetan Bercak Jirek Mas
Ramban Kulon Bajuran
Suling Kulon Solor
Grujugan Ramban Wetan Batu Ampar
Palalangan Bercak Asri
5 Curahdami Penambangan Sumbersuko Curahpoh
Curahdami Locare
Sumber Salak
Kupang Poncogati Selolembu
Pakuwesi Jetis Petung
6 Grujugan Dadapan Taman
Kejawan
Pekauman Dawuhan Grujukan Kidul
Kabuaran
Sumberpandan Tegalmijih Wanisodo
Wonosari
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 9
NO KECAMATAN KATEGORI
PERKOTAAN PERDESAAN
7 Jambesari Darus
Sholah
Jambesari
Pejagan Grujugan Lor
Jambeanom
Tegalpasir Pucanganom
Sumberjeruk
Pengarang
8 Klabang
Klabang
Besuk Sumbersuko Klampokan
Blimbing
Karanganyar Karangsengon Klabang
Leprak
Pandak Wonoboyo Wonokerto
9 Maesan Maesan Sumbersari
Pakuniran Penanggungan
Gambangan Pakuniran Pujerbaru
Sumberanyar Sumberpakem Tanahwulan
10 Pakem Pakem Patemon
Andungsari Ardisaeng Gadingsari
Kupang Petung Sumberdumpyong
11 Prajekan Prajekan Kidul Prajekan Lor
Bandilan Cangkring
Sempol Tarum Walidono
12 Pujer Maskuning Kulon Maskuning Wetan
Mangli
Alassumur Kejayan
Mengok Padasan
Randucangkring Sukokerto
Sukowono Sukodono
13 Sumberwringin Sumbergading
Sumberwringin
Rejoagung
Sukorejo
Sukosari Kidul
Tegaljati
14 Sempol Kalisat
Sempol
Jampit
Kalianyar
Kaligedang
Sumberrejo
15 Sukosari Sukosari Lor Kerang Nogosari Pecalongan
16 Tamanan Kalianyar Tamanan
Karangmelok Kemirian
Mengen
Sukosari Sumberkemuning
Wonosuko
17 Taman Krocok Taman Gentong Kemuningan
Kretek
Paguan Sumberkokap
Trebungan
18 Tapen Cindogo
Tapen
Gununganyar
Jurangsapi Kalitapen
Wonokusumo Mangli Wetan
Mrawan Ta'al
19 Tegalampel
Sekarputih
Tegalampel Karanganyar
Klabang Klabang Agung
Mandiro Tanggulangin
20 Tenggarang
Bataan,
Tenggarang Koncer Darulaman
Koncer Kidul,
Kajar Sumbersalam
Dawuhan
Gebang Kesemek
Lojajar
Pekalangan Tangsil Kulon
21 Tlogosari Pakisan Tlogosari
Gunosari Jebungkidul Jebunglor
Kembang Patemon Sulek
Trotosari
22 Wonosari
Kapuran
Sumberkalong Wonosari
Bendoarum Jumpong
Lombok Kulon Lombok Wetan
Pasarrejo Pelalangan
Tangsil Wetan Traktakan Tumpeng
23 Wringin Jatisari
Wringin
Ambulu Ampelan
Banyuputih Banyuwuluh Bukor
Glingseran Gubrih Jambewungu
Jatitamban Sumbercanting Sumbermalang
Catatan : Perkotaan di Kecamatan Curahdami, Tegalampel dan Tenggarang merupakan bagian dari Kawasan
Perkotaan Bondowoso (Sumber : Analisis Perencanaan, 2011)
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 10
PETA 4.2
RENCANA KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN BONDOWOSO
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 11
4.2 Rencana Sistem Prasarana Wilayah Kabupaten
Sistem jaringan prasarana wilayah yang akan dibahas ini sangat erat kaitannya
dengan pembentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Bondowoso yang utuh antara
pusat kegiatan dan infrastruktur yang menunjang dan dibutuhkan. Dalam sistem
prasarana wilayah ini, mencakup bukan hanya dalam lingkup kabupaten, namun salah
satunya sangat terkait dengan sistem Nasional dan Provinsi. Sistem prasarana wilayah
Kabupaten Bondowoso meliputi sistem jaringan transportasi darat dan sistem
prasarana lainnya. Secara keseluruhan pengembangan prasarana ini akan
mendukung perwujudan struktur dan pola ruang di masa yang akan datang.
Pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah yang mencakup sistem prasarana
utama dan sistem prasarana lainnya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4.2.1. Sistem Prasarana Utama atau Jaringan Transportasi
Sistem jaringan transportasi utama di Kabupaten Bondowoso adalah sistem
transportasi darat dengan sub sistem jalan raya dan jalan rel kereta api. Sistem
jaringan jalan meliputi jaringan rencana jalan kabupaten, prasarana jalan dan
jembatan, rencana lokasi terminal, pengembangan prasarana dan sarana angkutan
umum masal wilayah. Disamping itu jaringan rel/kereta api yang terdiri dari jalur rel
kereta api, stasiun, kereta api dan fasilitas pendukung lainnya.
Sistem transportasi perairan dan udara tidak tersedia di Kabupaten Bondowoso
karena kondisi geografis yang berupa daerah pegunungan dan secara posisional tidak
memungkinkan. Demand dari masyarakat dipenuhi melalui link antara transportasi
darat dengan simpul pelabuhan udara dan pelabuhan laut regional di kabupaten lain.
Untuk meningkatkan kinerja dan keterpaduan antar moda sistem transportasi
serta meningkatkan pelayanan transportasi umum kepada masyarakat maka
dikembangkan keterpaduan sistem antar moda.
4.2.1.1. Rencana Transportasi Jalan Raya
1. Berdasarkan Kebijakan
Arah kebijakan rencana pengembangan jaringan jalan dan sistem transportasi di
Kabupaten Bondowoso, merujuk pada beberapa kebijakan, meliputi:
a. PP Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRWN, pada Pasal 18, menjabarkan
mengenai :
Jaringan jalan nasional terdiri atas jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan
kolektor primer, jaringan jalan strategis nasional, dan jalan tol.
Jaringan jalan arteri primer dikembangkan secara menerus dan berhierarki
berdasarkan kesatuan sistem orientasi untuk menghubungkan:
- Antar-PKN;
- Antara PKN dan PKW; dan/atau
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 12
- PKN dan/atau PKW dengan bandar udara pusat penyebaran skala
pelayanan primer/ sekunder/ tersier dan pelabuhan internasional/
nasional.
Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk menghubungkanantar-
PKW dan antara PKW dan PKL.
Jaringan jalan strategis nasional dikembangkan untuk menghubungkan:
- Antar-PKSN dalam satu kawasan perbatasan negara;
- Antara PKSN dan pusat kegiatan lainnya; dan
- PKN dan/atau PKW dengan kawasan strategis nasional.
Jalan tol dikembangkan untuk mempercepat perwujudan jaringan jalan
bebas hambatan sebagai bagian dari jaringan jalan nasional.
b. Perda Provinsi Jawa Timur tentang RTRW Propinsi, menjabarkan mengenai:
Bahwa Kabupaten Bondowoso merupakan wilayah pengembangan jaringan
jalan kolektor primer yang berstatus jalan provinsi, meliputi ruas jalan
kolektor primer yang menghubungkan Jember Bondowoso Situbondo,
dan Bondowoso Buduan Kabupaten Situbondo.
Rencana pengembangan jalan provinsi yang merupakan jalan strategis
nasional mencakup ruas : Situbondo - Garduatak Sukosari Paltuding
(Kawah Ijen) Licin -Banyuwangi.
Arahan konservasi jalur perkeretaapian mati di Jawa Timur ditujukan pada
jalur-jalur perkeretaapian mati potensial Panarukan Situbondo
Bondowoso Kalisat
c. Sesuai ketentuan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, pasal 6,
jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus.
Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas.
Sedangkan jalan khusus adalah jalan yang bukan diperuntukkan bagi lalu lintas
umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.
d. Sesuai ketentuan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, pasal 7,
sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder.
Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua
wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam
kawasan perkotaan.
e. Sesuai ketentuan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, pasal 8,
jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 13
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata
rendah.
f. Sedangkan sesuai ketentuan Undang-Undang tentang Jalan pasal 9, jalan
menurut statusnya dikelompokkan ke dalam: jalan nasional, jalan provinsi, jalan
kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan
strategis nasional, serta jalan tol.
Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang tidak termasuk jalan nasional dan propinsi yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan,
ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal,
serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta
menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
g. Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan
atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan kecil, yang
didasarkan aspek pengendalian jalan masuk, persimpangan sebidang, jumlah
dan lebar lajur, ketersediaan median, serta pagar.
Spesifikasi jalan bebas hambatan meliputi pengendalian jalan masuksecara
penuh, tidak ada persimpangan sebidang, dilengkapi pagar ruang milik jalan,
dilengkapi dengan median, paling sedikit mempunyai 2 lajur setiap arah, dan
lebar lajur paling sedikit 3,5 meter. Jalan bebas hambatan tidak tersedia di
Kabupaten Bondowoso.
Spesifikasi jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas secara menerus
dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan
median, paling sedikit 2 lajur setiap arah, lebar lajur paling sedikit 3,5 meter.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 14
Spesifikasi jalan sedang adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang
dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 lajur untuk
2 arah dengan lebar jalur paling sedikit 7 meter.
Spesifikasi jalan kecil adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas
setempat, paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah dengan lebar jalur paling sedikit
5,5 meter.
2. Kondisi Eksisting Jaringan Jalan dan Transportasi
Permasalahan jaringan jalan yang terdapat di Kabupaten Bondowoso adalah masih
banyaknya jalan tanah dan makadam yang memerlukan peningkatan kualitas
menjadi jalan beraspal, khususnya pada jalan yang menuju pusat-pusat PKL
ataupun simpul-simpul pertumbuhan. Prioritas pengembangan jaringan jalan akan
sejalan dengan rencana struktur ruang dan rencana pola pemanfaatan lahan.
Peluang utama pengembangan pendukung aksesibilitas di kabupaten ini adalah
adanya rencana pengembangan jalan tol di Jawa Timur, khususnya jalan tol yang
menghubungkan Gempol - Pasuruan Probolinggo Situbondo Banyuwangi.
Dengan adanya rencana jalur tol pantura diatas, jalan kolektor primer di Kabupaten
Bondowoso sangat berpotensi sebagai jalur penghubung antara Tol Pantura
dengan jalan lingkar selatan (JLS) yang direncanakan.
Sistem jaringan jalan di wilayah Kabupaten Bondowoso membentuk pola ring radial
dengan akses utama adalah jalur utama yang menghubungkan Perkotaan
Bondowoso dengan Perkotaan Jember, Perkotaan Situbondo dan Ibukota
Kecamatan Besuki (Kabupaten Situbondo).
3. Rencana Sistem Jaringan Jalan
a. Penetapan Status Jalan
Rencana sistem jaringan jalan di Kabupaten Bondowoso, terbagi menjadi:
Jalan jalan strategis nasional yang merupakan jalan provinsi dan kolektor
primer, yaitu Jalan Garduatak Sukosari Paltuding (Kawah Ijen) Licin
Banyuwangi ( ruas : Garduatak-Sumbergading, Sumbergading-Sukorejo,
Sukorejo-Gunung Malang, dan Gunung Malang-Kawah Ijen)
Jaringan jalan provinsi, merupakan jalan kolektor primer, yang
menghubungkan perkotaan Bondowoso dengan PKW yaitu Perkotaan
Jember, maupun dengan ibukota kabupaten sekitar, meliputi ruas jalan :
- Jalan penghubung BondowosoJember (Bondowoso-Grujugan-Maesan-
Suger Lor) dengan panjang jalan 32,47 Km, meliputi ruas : jalan Letjen.
Sutarman, jalan Ahmad Yani, jalan Mastrip, jalan Bondowoso Maesan,
dan jalan Maesan batas kabupaten Jember (Suger Lor);.
- Jalan penghubung BondowosoSitubondo (Bondowoso-Tenggarang-
Wonosari-Tapen-Klabang-Prajekan-Widuri) dengan panjang jalan 35,22
Km meliputi ruas : jalan Letjen Karsono, jalan PB. Sudirman, jalan K.H
Wahid Hasyim, jalan K.H Hasyim Ashari, dan jalan batas kota
Bondowoso batas Kabupaten Situbondo (Widuri);
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 15
- Jalan penghubung BondowosoBesuki (Bondowoso-Pal 9-Wringin-Arak-
arak) dengan panjang jalan 30,10 Km, meliputi . jalan Diponegoro; jalan
batas kota Bondowoso - kabupaten Situbondo (Arak-arak);
- Jalan penghubung Maesan-Sukowono sepanjang 5 Km.
GAMBAR 4.3
DIAGRAM HIRARKI JARINGAN JALAN
DI KABUPATEN BONDOWOSO
Keterangan (ordo yang dimaksud adalah pada skala nasional) :
KP: Jalan kolektor primer
KS: Jalan kolektor sekunder
LP: Jalan lokal primer
LS: Jalan lokal sekunder
Jaringan jalan kabupaten terdiri atas:
- Jalan kolektor sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan kawasan
pusat perkotaan Bondowoso dengan kawasan fungsional tertentu,
seperti kawasan perdagangan, industri, perkantoran, wisata, dan
lainnya.
- Jalan lokal primer, yaitu jalan yang menghubungkan Perkotaan
Bondowoso dengan pusat-pusat Pusat Kegiatan lainnya (PKLp, PPK
dan PPL) di Kabupaten Bondowoso, yaitu:
1) Jalan Bondowoso Curahdami Binakal (ruas : Letnan Rantam
Curahdami Pasar Amuk dan ruas : Sumber Suko Sumber Waru)
2) Jalan Bondowoso Tegalampel Taman Krocok (ruas :
Tegalampel Taman)
3) Jalan Wringin Pakem (ruas : Sumbermalang Pakem)
4) Jalan Wonosari Taman Krocok (ruas : Kelapa Sawit Wonosari)
5) Jalan Wonosari Lombok Kulon Pujer (ruas : Wonosari
Patemon)
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 16
6) Jalan Prajekan (Widuri) Cermee (ruas : Prajekan Cermee)
7) Jalan Klabang Botolinggo (ruas : Botolinggo Lanas)
8) Jalan Sukosari Sumberwringin (ruas : Sumbergading
Sumberwringin)
9) Jalan Tenggarang (Bataan) Pujer - Tlogosari
10) Jalan Pujer Jambesari Pejagan (ruas : Pejagan Pujer)
11) Jalan Tlogosari Gunosari Sumberwringin
12) Jalan Pakisan Kerang Sukosari (ruas : Patemon Sukosari)
13) Jalan Tamanan Maesan;
14) Jalan Maesan Sumberpakem Sukowono (ruas : Maesan
Sukosari), dan
15) Jalan-jalan yang menghubungkan pusat kawasan perkotaan
dengan kawasan-kawasan perdagangan dan jasa, industri, wisata,
dan perkantoran.
- Jalan lokal primer, yang merupakan jalan yang menghubungkan
wilayah perumahan penduduk dengan pusat-pusat kegiatan.
- Jalan lokal primer, yang merupakan jalan tembus antar kabupaten
meliputi :
1) jalan Bondowoso- Grujugan Kidul -Tamanan-Sukowono Kabupaten
Jember (ruas : Bataan-Pejagan, Pejagan-Kalianyar, Kalianyar-
Tamanan, dan Tamanan-Karang Melok);
2) jalan Cermee-Panji Kabupaten Situbondo (ruas : Cermee
Klampokan);
3) jalan Klabang-Wonoboyo-Kendit-Panarukan(Kabupaten Situbondo).
4) jalan Bercak Arjasa (Kabupaten Situbondo)
5) jalan Pakem-Sumbermalang (Kecamatan Besuki Kab. Situbondo)
6) jalan Pujer-Sukodono-Sumberjambe (Kab. Jember)
b. Rencana Peningkatan Jalan dan Jembatan
Rencana peningkatan jalan dapat berupa jalan dan jembatan, yang meliputi
pembangunan jalan/jembatan baru untuk membuka kawasan terisolasi, untuk
meningkatkan kelancaran pemasaran hasil-hasil produksi, serta untuk
meningkatkan kelancaran kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya lainnya.
Adapun untuk rencana peningkatan jaringan jalan dan jembatan di Kabupaten
Bondowoso, antara lain:
peningkatan jalan kolektor primer, meliputi jalan yang menghubungkan
wilayah kabupaten dengan wilayah Kabupaten Situbondo, Kabupaten
Jember, dan Kabupaten Banyuwangi. Peningkatan jalan untuk jenis jalan ini
adalah berupa penambahan rambu-rambu lalu lintas dan perlengkapan
jalan, serta pelebaran jalan.
peningkatan jalan lokal primer, meliputi jalan yang menghubungkan kawasan
perkotaan Bondowoso sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan pusat
kegiatan lainnya (PKLp, PPK dan PPL) serta dengan kawasan fungsional
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 17
seperti kawasan perdagangan, industri, pariwisata, dan perkantoran. Jenis
peningkatannya antara lain peningkatan kualitas perkerasan, penambaan
rambu-rambu dan perlengkapan jalan, serta pelebaran jalan;
pengembangan dan peningkatan jalan kolektor sekunder dan lokal sekunder
yang menuju kawasan perdagangan dan jasa, permukiman, pariwisata,
agrobisnis dan sentra industri, dengan prioritas peningkatan kualitas
perkerasan jalan.
peningkatan jalan poros desa dan jalan menuju daerah terisolir, dengan
prioritas peningkatan perkerasan jalan dan pembangunan jembatan pada
ruas :
jalan Botolinggo-Pancur;
jalan Klabang-Wonoboyo;
jalan Cermee-Batu Ampar-Solor-Silapak,
jalan Pakem- Ardisaeng;
jalan Prajekan-Penang;
jalan Sukorejo-Poloagung;
jalan Tlogosari-Brambang; dan
jalan Wringin-Sumbercanting-Semampir Banyuwulu.
Pengembangan jalan lingkar Perkotaan Bondowoso yang melalui wilayah
Kecamatan Bondowoso, Kecamatan Curahdami, Kecamatan Tegalampel
dan Kecamatan Tenggarang, dengan prioritas pada ruas Pancoran
Kejawan, mencakup perencanaan, pembebasan lahan, pembangunan
jembatan dan pembangunan jalan.
c. Rencana Penataan Pemanfaatan Ruang Jalan
Rencana penataan ruang jalan meliputi penataan pemanfaatan bagian-bagian
jalan, yaitu : ruang manfaat jalan (rumaja), ruang milik jalan (rumija), dan ruang
pengawasan jalan (ruwasja), pada semua jaringan jalan yang ditetapkan sesuai
ketentuan berlaku, dengan pengertian masing-masing adalah sbb :
- Ruang manfaat jalan (rumaja) meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan
ambang pengamannya, yang secara detail diperuntukkan bagi median,
perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar,
lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong,
perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.
o Badan jalan dilengkapi dengan ruang bebas sesuai dengan lebar badan
jalan, tinggi ruang bebas bagi jalan arteri dan jalan kolektor paling
rendah 5 (lima) meter, dan kedalaman ruang bebas bagi jalan arteri dan
jalan kolektor paling rendah 1,5 (satu koma lima) meter dari permukaan
jalan. Mengacu pada ketentuan peraturan tentang jalan, lebar badan
jalan ditetapkan minimal lebar 9 m untuk jalan kolektor, minimal 7,5 m
untuk jalan lokal dan minimal 6,5 m untuk jalan lingkungan.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 18
o Saluran tepi jalan hanya diperuntukkan bagi penampungan dan
penyaluran air agar badan jalan bebas dari pengaruh air, dengan ukuran
saluran tepi jalan ditetapkan sesuai dengan lebar permukaan jalan dan
keadaan lingkungan.
o Ambang pengaman jalan berupa bidang tanah dan/atau konstruksi
bangunan pengaman yang berada di antara tepi badan jalan dan batas
ruang manfaat jalan yang hanya diperuntukkan bagi pengamanan
konstruksi jalan.
Maka dimensi ruang manfaat jalan (rumaja) ditetapkan minimal 2 kali lebar
badan jalan, sebagaimana tabel.
- Ruang milik jalan (rumija) meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu di luar ruang manfaat jalan, diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan,
pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Sejalur tanah tertentu diatas
dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai
lansekap jalan. Lebar minimum ruang milik jalan sesuai spesifikasi
penyediaan prasarana jalan adalah selebar 25 meter untuk jalan raya, 15
meter untuk jalan sedang, dan 11 meter untuk jalan kecil.
Dengan asumsi jalan raya adalah jalan kolektor dan jalan sedang adalah
jalan lokal, serta jalan kecil adalah jalan lingkungan, maka ditetapkan lebar
rumija adalah minimal 25 m untuk jalan kolektor primer, 20 m untuk jalan
kolektor sekunder, lokal primer dan lokal sekunder, serta 15 m untuk jalan
lingkungan primer dan sekunder (lihat tabel).
- Ruang pengawasan (ruwasja) jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang
milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan, yang
dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu untuk pandangan bebas pengemudi
dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan.
Penetapan dimensi ruwasja minimum menggunakan asumsi bahwa apabila
ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruwasja mengacu pada ketentuan
perundangan ditentukan dari tepi badan jalan minimum dengan ukuran
sebagai berikut:
o jalan kolektor primer 10 meter;
o jalan kolektor sekunder 5 meter;
o jalan lokal primer 7 meter;
o jalan lokal sekunder 3 meter;
o jalan lingkungan primer 5 meter;
o jalan lingkungan sekunder 2 meter; dan
o jembatan 100 meter ke arah hilir dan hulu.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan minimal yang direferensi dari peraturan
perundangan yang mengatur tentang jalan, maka kebutuhan penyediaan ruang
untuk pengembangan jaringan jalan secara minimum dapat diidentifikasi
sebagaimana tercantum dalam tabel 4.3. Sedangkan penetapan untuk setiap
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 19
ruas jalan dan lokasi akan didasarkan pada analisis teknis pada saat dilakukan
kajian atas permohonan izin pemanfaatan ruang.
Prioritas penataan ruang bagian-bagian jalan di Kabupaten Bondowoso lebih
ditekankan pada penyediaan Rumija yang memadai, guna mengantisipasi
kebutuhan pelebaran jalan di masa mendatang, apabila kapasitas jalan yang ada
sudah tidak dapat lagi menampung volume lalu-lintas. Dalam hal terdapat
kendala dalam penentuan rumija terkait kondisi eksisting yang rumijanya
berbeda-beda, maka digunakan penetapan rumija minimum yang disyaratkan.
GAMBAR 4.4
DIAGRAM KETENTUAN DIMENSI RUANG JALAN
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 (penjelasan Pasal 33)
TABEL 4.3
RENCANA DIMENSI JALAN DI KABUPATEN BONDOWOSO
No Jenis Jalan Min.
Kecapatan (Km/Jam)
Badan Jalan (m)
Rumaja (m)
Rumija (m)
Ruwasja (m)
Total Dimensi
(m)*
1. Kolektor Primer 40 > 9,0 > 18 > 25 > 10 > 29,0
2. Kolektor Sekunder 20 > 9,0 > 18 > 20 > 5 > 19,0
3. Lokal Primer 20 > 7,5 > 15 > 20 > 7 > 21,5
4. Lokal Sekunder 10 > 7,5 > 15 > 20 > 3 > 13,5
5. Lingkungan Primer 15 > 6,5 > 13 > 15 > 5 > 16,5
6. Lingkungan Sekunder
10 > 6,5 > 13 > 15 > 2 > 10,5
Keterangan :
- Berdasar UU 38 Tahun 2004 dan PP No. 34 Tahun 2006 dianalisis
- Di Kabupaten Bondowoso tidak terdapat jalan arteri perimer dan sekunder.
- Rumaja = meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya
- Rumija = terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah - Ruwasja = ditentukan dari tepi badan jalan
- Total dimensi adalah kebutuhan minimal ruang untuk prasarana jalan yang diasumsikan sudah mencakup ruwasja di kiri dan kanan jalan
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 20
Dalam upaya kesinambungan pembangunan jalan dan untuk mewujudkan
struktur wilayah yang dituju, perlu adanya rencana induk (masterplan) pengelolaan
jalan kabupaten dengan pendekatan pembangunan jangka menengah (RPJM Jalan).
4. Rencana Pengembangan Terminal
Terminal merupakan simpul dalam sistem jaringan transportasi jalan yang fungsi
pokoknya adalah sebagai pelayanan umum, antara lain untuk tempat naik turun
penumpang, pengendalian lalulintas dan angkutan umum, serta tempat perpindahan
intra atau antar moda transportasi. Rencana lokasi terminal sesuai jenis
pelayanannya di Kabupaten Bondowoso meliputi:
Rencana pengembangan Terminal Bondowoso menjadi terminal Tipe B yang
berlokasi di jalur jalan lingkar perkotaan Bondowoso, di Kecamatan Tenggarang
yang memenuhi kriteria sesuai ketentuan.
- Pengembangan Terminal dengan sistem terminal induk (Central
Terminating), dimana lokasi terminal terletak di sekitar pusat wilayah
(bukan di pinggiran atau perbatasan wilayah).
- Sejalan dengan rencana pengembangan jalan lingkar kota Bondowoso dan
upaya pengembangan kawasan perkotaan, maka perlu dikaji lebih lanjut
alternatif pemindahan terminal induk Bondowoso pada jalur jalan lingkar
yang direncanakan. Kajian tersebut mencakup aspek sistem transportasi
yang lebih luas dan komprehensif sehingga tersusun Rencana Induk
(masterplan) sistem transportasi wilayah Kabupaten Bondowoso.
Rencana pengembangan terminal penumpang type C di beberapa Pusat
Pelayanan (PKLp, PPK dan PPL) di setiap Pusat Pelayanan yang potensial,
yaitu di Maesan, Prajekan, Sempol, Sukosari, Tamanan, Wonosari, dan Wringi
dengan maksud untuk :
- Menyediakan tempat yang layak dan memudahkan pergantian moda,
sehingga tidak mengganggu arus lalulintas;
- Memberikan kemudahan bagi penumpang dan bagi angkutan umum dalam
mendapatkan penumpang, serta bagi pemerintah dalam penarikan
retribusi;
Pembangunan terminal penumpamng type C baru yang berasal dari
pengembangan areal parkir, berfungsi untuk terminal dan pengaturan jadwal
keberangkan angkutan pedesaan, yaitu di Desa Andungsari Kecamatan
Pakem, Desa Binakal Kecamatan Binakal, Desa Botolinggo Kecamatan
Botolinggo, Desa Gunosari Kecamatan Tlogosari, Desa Kladi Kecamatan
Cermee, Desa Sempol dan Paltuding Kecamatan Sempol, dan Desa
Sumberwringin Kecamatan Sumberwringin.
Penyediaan halte pada pusat-pusat kegiatan masyarakat atau kawasan
strategis, sebagai lokasi pemberhentian sementara bagi sarana transportasi
(angkutan umum) untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Rencana
pengembangan halte dipilih pada tempat yang strategis, yang diprioritaskan
pada simpul-simpul kegiatan masyarakat di sepanjang jalur utama penghubung
Situbondo Bondowoso Jember, Bondowoso Besuki dan Gardutak
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 21
Banyuwangi, serta pusat kegiatan masyarakat dalam kawasan Perkotaan
Bondowoso.
5. Rencana Pengembangan Sarana Angkutan Umum
Beberapa dasar kebijakan rencana pengembangan sistem angkutan umum di
Kabupaten Bondowoso, diantaranya adalah:
a. Kebijakan RTWRN, tidak memberikan arahan secara khusus untuk
Kabupaten Bondowoso karena bukan sebagai wilayah pengembangan
prasarana angkutan umum tingkat nasional. Kabupaten Bondowoso tidak
memiliki terminal bus antar propinsi, bandara atau pun pelabuhan laut.
b. Berdasarkan kebijakan RTRWP, Perkotaan Bondowoso termasuk wilayah
rencana pengembangan infrastruktur transportasi propinsi, yaitu dalam
pengembangan jaringan jalan kolektor primer, pengembangan akses
menuju kawasan wisata Ijen, dan pengembangan jalur kereta api Jember-
Bondowoso-Situbondo-Panarukan.
Kondisi eksisting angkutan umum di Kabupaten Bondowoso, dilayani oleh
sarana transportasi yang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu
meliputi bus besar (kapasitas 54 tempat duduk), bus sedang (kapasitas 32
tempat duduk), dan Mobil Penumpang Umum (MPU). Sedangkan angkutan
barang berupa pick-up, truk sedang, dan besar yang sebagian besar digunakan
untuk mengangkut hasil bumi, seperti tebu, tembakau, dan tanaman pertanian
lainnya. Untuk pelayanan transportasi skala kawasan, masih terdapat angkutan
tradisional yaitu dokar, becak dan ojek. Keberadaan sarana angkutan ini masih
sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Rencana pengembangan pelayanannya angkutan umum penumpang di
Kabupaten Bondowoso dapat dibedakan menjadi:
- Angkutan umum Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) yang di masa
mendatang dapat dikembangkan untuk melayani Perkotaan Bondowoso
dan kota kota lain di luar Propinsi Jawa Timur, khususnya tujuan Bali;
- Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP); yang melayani Perkotaan
Bondowoso ke kota-kota lain di dalam Provinsi Jawa Timur meliputi :
Bondowoso Jember/Surabaya
Bondowoso Situbondo/Banyuwangi
Bondowoso Besuki Probolinggo Surabaya
Bondowoso Tamanan Sukowono Kabupaten Jember
Bondowoso Sempol Licin Kabupaten Banyuwangi
Penyediaan sarana angkutan bus AKDP tidak hanya secara kuantitas
tetapi juga perlu meningkatkan kualitas pelayanan (ketepatan waktu dan
kondisi armada bus). Pengembangan link (koneksi) angkutan antar kota
juga perlu mempertimbangkan akses terhadap pelabuhan udara di
Jember dan pelabuhan laut di Situbondo, sehingga aksesibilitas regional
dan nasional Kabupaten Bondowoso semakin mudah dan cepat.
- Angkutan perdesaan dikembangkan untuk melayani pergerakan penduduk
antara Perkotaan Bondowoso dengan ibukota kecamatan di wilayah
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 22
Kabupaten, jalur ini dilayani Mobil Penumpang Umum (MPU) yang
biasanya juga melayani sampai perbatasan dengan wilayah kabupaten
sekitarnya (Situbondo, Jember, dan Besuki). Pengembangan Trayek MPU
yang beroperasi di Kabupaten Bondowoso dilakukan dengan
mempertahankan trayek yang sudah ada dan menambah jalur-jalur baru,
dengan perincian sebagai berikut:
Bondowoso Prajekan - Cermee
Bondowoso Klabang Botolinggo
Bondowoso Sukosari Sempol Paltuding
Bondowoso Sukosari Sumberwringin
Bondowoso Pujer Tlogosari
Maesan - Tamanan Jambesari Pujer Tlogosari
Bondowoso Tegalampel Taman - Wonosari
Bondowoso Curahdami Binakal
Bondowoso Pal 9 Sumberdumpyong Andungsari Pakem
Pada beberapa trayek perlu dikembangkan sarana angkutan umum yang
multifungsi, yaitu angkutan orang sekaligus barang. Hal ini sesuai dengan
pola/perilaku penumpang perdesaan yang umumnya membawa hasil
bumi dengan volume yang relatif banyak.
- Untuk kawasan perkotaan, khususnya kawasan perkotaan Bondowoso
perlu dikembangkan trayek angkutan perkotaan, baik secara khusus
maupun terintegrasi dengan angkutan perdesaan yang ada.
Pengembangan angkutan perkotaan dilaksanakan secara bertahap dan
sinergis dengan upaya mengurangi jumlah becak di perkotaan Bondowoso.
Potensi pengembangan jalur angkutan umum di perkotaan Bondowoso,
antara lain :
Terminal Pasar Induk Nangkaan - Pancoran
Terminal Pasar Induk Nangkaan Kembang - Jetis
Terminal Pasar Induk Nangkaan Petung - Curahpoh
Terminal Kademangan - Pasar Induk RSUD - Stadion
Terminal Kademangan - Pasar Induk Alun-alun Kotakulon - Locare
Terminal Pasar Induk Alun-alun Sekarputih
Terminal Pejaten Sekarputih Locare.
- Setiap upaya pengembangan trayek dan penyediaan sarana angkutan
umum perlu didasarkan pada hasil studi yang komprehensif dan sosialisasi
yang memadai guna memperoleh konsep pengembangan angkutan umum
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, efektif dan efisien.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 23
PETA 4.3
RENCANA JARINGAN JALAN KABUPATEN BONDOWOSO
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 24
PETA 4.4
RENCANA TRAYEK ANGKUTAN UMUM
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 25
4.2.1.2 Rencana Transportasi Kereta Api
1. Kebijakan Pengembangan sistem transportasi kereta api :
a. RTRWN (PP Nomor 26 tahun 2008, pasal 20 dan 21) menguraikan:
Jaringan jalur kereta api terdiri atas : jaringan jalur kereta api umum terdiri
atas: jaringan jalur kereta api antarkota; dan jaringan jalur kereta api
perkotaan, serta jaringan jalur kereta api khusus.
Jaringan jalur kereta api antarkota dikembangkan untuk menghubungkan:
PKN dengan pusat kegiatan di negara tetangga; antar-PKN; .PKW dengan
PKN; atau antar-PKW.
Jaringan jalur kereta api perkotaan yang dikembangkan untuk aksesibilitas di
kawasan perkotaan, dan tidak dikembangkan di perkotaan Bondowoso.
Jaringan jalur kereta api antarkota dan perkotaan beserta prioritas
pengembangannya ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang perkeretaapian.
b. Berdasarkan RTRWP Jawa Timur, pengembangan sistem kereta api di
Kabupaten Bondowoso diarahkan pada konsevasi dan pengaktifan kembali
jalur kereta api yang mati, yaitu jalur kereta api Kalisat Bondowoso
Situbondo - Panarukan.
2. Kondisi eksisting jalur kereta api di Kabupaten Bondowoso, yaitu jalur rel kereta api
Kalisat Bondowoso Situbondo, dihentikan operasionalnya oleh PT.KAI pada
tahun 2002. Kondisi saat ini banyak prasarana rel, stasiun, pintu dan prasarana
pendukung lainnya yang rusak dan tidak terawat, bahkan dimanfaatkan oleh
beberapa pihak untuk penggunaan non transportasi.
3. Rencana pengembangan pelayanan transportasi kereta api di Kabupaten
Bondowoso diarahkan untuk mengaktifkan kembali sarana kereta api pada jalur
Kalisat Bondowoso Situbondo, yang melalui wilayah Kecamatan Tamanan,
Kecamatan Grujugan, Kecamatan Bondowoso, Kecamatan Tenggarang,
Kecamatan Wonosari, Kecamatan Tapen, Kecamatan Klabang dan Kecamatan
Prajekan dengan upaya :
a. Pengamanan dan konservasi jalur rel kereta api, stasiun dan prasarana
pendukung lainnya dalam rangka revitalisasi sistem angkutan kereta api.
b. Mengaktifkan kembali pelayanan angkutan kereta api yang melintasi Kalisat
Bondowoso Situbondo - Panarukan yang melintasi wilayah Kecamatan
Tamanan, Grujugan, Bondowoso, Tenggarang, Wonosari, Tapen, Klabang dan
Prajekan, sebagai salah satu alternatif moda transportasi antar wilayah,
c. peningkatan peran pemerintah daerah dalam pelayanan transportasi kereta api
dan
d. Mengembangkan kerjasama dengan pihak lain dalam mengoptimalkan
pemanfaatan sistem angkutan kereta api, sebagai sarana transportasi umum
dan pengembangan pariwisata.
Sistem transportasi kereta api dapat dilihat pada peta 4.6.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 26
PETA 4.5
RENCANA JALUR KERETA API
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 27
4.3 Sistem Prasarana Lainnya
Rencana sistem prasarana lainnya yang terdapat di Kabupaten Bondowoso
meliputi rencana sistem jaringan prasarana energi, rencana sistem jaringan
telekomunikasi, rencana sistem jaringan sumber daya air dan rencana sistem jaringan
drainase, persampahan, sanitasi, pengelolaan limbah industri dan jalur evakuasi
bencana alam.
4.3.1. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi
1. Beberapa kebijakan yang mendasari pengembangan dan pengelolaan sisten
jaringan energi, diantaranya adalah:
a. PP Nonor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, khususnya pasal 41, menyebutkan
bahwa jaringan transmisi tenaga listrik dikembangkan untuk menyalurkan
tenaga listrik antar sistem yang menggunakan kawat saluran udara, kabel
bawah tanah, atau kabel bawah laut.
b. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan
menyebutkan bahwa penyediaan pembangkit tenaga listrik bisa disediakan
sendiri oleh pemerintah daerah yang distribusinya masih dilaksanakan oleh PT.
PLN.
c. Ketentuan Dirjen Cipta Karya, DPU tahun 1994 tentang standar perhitungan
penentuan kebutuhan listrik adalah sebagai berikut:
Skala prioritas pengembangan jaringan listrik sesuai dengan urgenitas
pengembangan jaringan listrik, yang dikaitkan dengan radius pelayanan
dan pengembangannya.
Kebutuhan rumah tangga diasumsikan sebesar 900 watt per keluarga
(rumah) dengan dasar perhitungan satu rumah tangga ditempati oleh 4-5
orang dengan asumsi kebutuhan listrik per orang sebesar 200 watt.
Sedangkan untuk kebutuhan non-rumah tangga, yaitu fasilitas umum
sebesar 10%, industri 25%, komersial 20%, dan penerangan jalan
perkotaan adalah 10% dari jumlah kebutuhan rumah tangga (domestik).
2. Kondisi eksisting sistem jaringan listrik di Kabupaten Bondowoso sebagian besar
telah menjangkau seluruh kecamatan dan seluruh desa yang ada, walaupun pada
beberapa bagian desa (dusun), masih belum terjangkau layanan listrik PLN. Sistem
distribusi listrik yang ada meliputi : gardu induk, saluran distribusi tegangan tinggi
(SUTT) dan tegangan rendah (SUTR) dengan pola jaringan sesuai ketentuan
teknis PT.PLN.
GAMBAR 4.4
DIAGRAM SISTEM JARINGAN LISTRIK
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Sumber Tegangan Distribusi Tegangan Gardu Induk Konsumen
SUTR SUTT/SUTET
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 28
3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi
Secara umum arahan pengembangan jaringan prasarana energi adalah untuk
menyediakan tenaga listrik yang layak untuk berbagai kegiatan masyarakat, dan
transmisi (distribusi) tenaga listrik yang menjangkau seluruh wilayah permukiman
dan pusat-pusat kegiatan, dengan meningkatkan kapasitas terpasang serta
kapasitas terpakai, serta pengembangan listrik di daerah-daerah terpencil dengan
memanfaatkan energi alternatif. Sedangan secara khusus rencana jaringan
energi/kelistrikan di Kabupaten Bondowoso meliputi:
Rencana sistem jaringan prasarana energi adalah sistem jaringan listrik yang
terdiri atas gardu induk, Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), dan tegangan
rendah dengan pola jaringan sesuai ketentuan teknis oleh instansi terkait.
Rencana jaringan energy yang diintegrasikan dengan sistem jaringan listrik Jawa
Bali dengan prasarana pendukungnya, meliputi:
Gardu Induk di Kecamatan Tenggarang;
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di Kecamatan Maesan, Kecamatan
Grujugan, Kecamatan Tenggarang, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Tapen,
Kecamatan Klabang, Kecamatan Botolinggo, dan Kecamatan Prajekan. dan
Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan pola jaringan distribusi
mengikuti pola jaringan jalan dan sebaran kawasan permukiman di seluruh
kecamatan.
Penyediaan energi listrik dilakukan dengan memperhitungkan kebutuhan listrik
untuk rumah tangga (domestik), dan kebutuhan non-rumah tangga, yaitu fasilitas
umum, industri, komersial, dan penerangan jalan, serta asumsi cakupan
kawasan permukiman yang akan dilayani.
Pengembangan sistem jaringan listrik diarahkan untuk menyediakan energi listrik
yang layak untuk berbagai kegiatan konsumsi dan produksi oleh masyarakat
dengan meningkatkan kapasitas terpasang dan kapasitas terpakai.
Pengembangan pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi mikrohidro,
tenaga surya, panas bumi, dan energi alternatif lainnya untuk mendukung
ketersediaan energi listrik, khususnya di daerah terpencil dan terisolir.
Sehingga kebutuhan listrik di wilayah Kabupaten Bondowoso diperkirakan adalah
seperti pada tabel 4.4
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 29
TABEL 4.4 KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK KABUPATEN BONDOWOSO SAMPAI DENGAN TAHUN 2031
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 30
PETA 4.6
RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA LISTRIK
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 31
4.3.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
1. Kebijakan pengembangan jaringan telekomunikasi di Kabupaten Bondowoso,
diantaranya didasarkan pada :
a. Arahan RTRW Nasional yang menetapkan jenis jaringan prasarana
telekomunikasi, yaitu:
Jaringan terestrial ditetapkan dengan kriteria:
- menghubungkan antarpusat perkotaan nasional;
- menghubungkan pusat perkotaan nasional dengan pusat kegiatan di
negara lain;
- mendukung pengembangan kawasan andalan; atau
- mendukung kegiatan berskala internasional.
Jaringan satelit ditetapkan dengan kriteria ketersediaan orbit satelit dan
frekuensi radio yang telah terdaftar pada lembaga pengatur telekomunikasi
nasional dan internasional yang berwenang.
b. Arahan RTRWP Jawa Timur yang telah menguraikan rencana pengembangan
prasarana telematika yang diarahkan pada peningkatan jangkauan pelayanan
dan kemudahan mendapatkan pelayanan, yang dalam hal ini, penyediaan
tower BTS (Base Transceiver Station) sangat penting untuk menjangkau ke
pelosok perdesaan.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, serta untuk peningkatan
kebutuhan dan pelayanan masyarakat, perlu dilakukan peningkatan jumlah dan
mutu telematika pada tiap wilayah, yaitu dengan:
Menerapkan teknologi telekomunikasi berbasis teknologi modern;
Pembangunan teknologi telekomunikasi pada wilayah pusat pertumbuhan;
Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan
setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota kabupaten, serta
Mengarahkan pemanfaatan secara bersama, satu menara (tower) BTS untuk
beberapa BTS atau operator telepon seluler dengan pengelolaan yang baik,
sehingga efisien dalam pemanfaatan ruang untuk menara.
2. Kondisi Eksisiting
Penggunaan fasilitas telekomunikasi oleh masyarakat Kabupaten Bondowoso
meliputi prasarana telekomunikasi dan informatika. Sistem telekomunikasi dan
informasi meliputi jaringan telepon kabel, telepon seluler, jaringan internet dan
penyiaran, baik radio maupun televisi. Ketentuan penyelenggaraan komunikasi
dan penyiaran telah diatur oleh pemerintah dengan peraturan yang ada.
3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi prasarana
telekomunikasi dan prasarana penyampaian informasi yang terdiri atas jaringan
kabel dan non kabel (pancaran gelombang), yang secara fisik diwujudkan dalam
bentuk : jaringan kabel telepon, menara telekomunikasi, unit layananan (wartel,
warnet, telepon umum), studio radio dan studio televisi. Semua diarahkan untuk
mendukung aktifitas sosial ekonomi masyarakat dan pembangunan daerah.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 32
4.3.2.1. Rencana Sistem Jaringan Telepon
1. Kebijakan pengembangan standar layanan telekomunikasi kabel yang dipakai
adalah pedoman Dirjen Cipta Karya, DPU tahun 1994 tentang standar kebutuhan
sambungan telepon sebagai berikut:
- telepon rumah tangga adalah setiap 100 jiwa minimal terdapat 1 SST;
- telepon umum adalah setiap 1000 jiwa minimal terdapat 1 SST.
- Sesuai perkembangan terkini, standar kebutuhan telepon umum dapat
dipergunakan sebagai pendekatan dalam menentukan kebutuhan agen
telekomunikasi (wartel, kiostel, warnet, dan sebagainya).
2. Kondisi eksisting jaringan telepon di Kabupaten Bondowoso, berupa jaringan
telepon kabel telah menjangkau 22 kecamatan dari 23 kecamatan yang ada.
Kecamatan Sempol masih belum terlayani jaringan telepon kabel. Namun
perkembangan telepon kabel cenderung stagnan dengan berkembangnya sistem
seluler (wireless dan satelit). Kebutuhan komunikasi pada kawasan terpencil atau
pun kepadatan tinggi yang tidak terlayani sistem kabel telah terpenuhi dengan
sistem seluler.
3. Rencana pengembangan jaringan telepon kabel di masa mendatang lebih
diarahkan pada :
Peningkatan kapasitas sambungan telepon kabel pada kawasan perdagangan
dan jasa, industri, fasilitas umum dan sosial, terminal, permukiman dan
kawasan yang baru dikembangkan; dan
Penyediaan sarana telekomunikasi untuk umum pada lokasi strategis, yang
sering diakses publik atau kawasan pusat kegiatan masyarakat.
Dalam pengembangannya masih diperlukan perluasan area pelayanan untuk
meningkatkan jumlah pelanggan fasilitas telekomunikasi telepon, mengingat pada
masa mendatang, komunikasi merupakan kebutuhan yang diperlukan masyarakat.
Pengembangan layanan tidak hanya untuk daerah perkotaan saja tetapi juga
daerah pedesaan. Selengkapnya arahan rencana kebutuhan dan penyediaan
jaringan telepon dapat dilihat pada tabel 4.5 dan peta 4.7.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 33
TABEL 4.5
ARAHAN PENYEDIAAN JARINGAN TELEPON
KABUPATEN BONDOWOSO SAMPAI DENGAN TAHUN 2031
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 34
PETA 4.7
RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI TELEPON
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 35
4.3.2.2. Rencana Pengembangan Menara Telekomunikasi
1. Kebijakan penataan dan pengembangan menara telekomunikasi seluler di
Kabupaten Bondowoso, secara umum juga didasarkan pada RTRW Nasional,
RTRWP Jawa Timur, dan ketentuan Kementerian yang terkait (Kemenkominfo,
Kemen-PU dan Kemendagri). Berdasar ketentuan tersebut pemerintah daerah
berkewajiban menata penempatan lokasi menara telekomunikasi agar secara
teknis, sosial dan ekonomi dapat diterima masyarakat dan sinergi dengan upaya
mendukung pembangunan daerah.
2. Kondisi Eksisting
Keberadaan menara seluler di Kabupaten Bondowoso, berdasarkan identifikasi
sebaran menara eksisting menunjukkan jumlah yang relatif banyak dengan
persebaran hampir di semua kecamatan. Dengan melihat kecenderungan
pertumbuhan calom pemakai (konsumen) telepon seluler dan pertambahan
operator telepon seluler, maka kebutuhan menara seluler untuk Kabupaten
Bondowoso ke depan masih sangat besar. Dari aspek ekonomi memang sangat
prospektif namun dari aspek teknis pemanfaatan ruang berpotensi menimbulkan
permasalahan dan konflik di masyarakat.
3. Rencana Pengembangan Menara Telekomunikasi Bersama
Bertolak dari kondisi eksisting dan dalam dalam rangka mewujudkan konsep dasar
penataan lokasi menara telekomunikasi yang efisien dan efektif, maka menara
yang akan dikembangkan harus dapat digunakan secara bersama. Menara yang
dibangun/disediakan oleh penyelenggara telekomunikasi dan atau penyedia
menara, harus memiliki spesifikasi teknis yang mampu menampung beberapa
(minimal 3) BTS atau pemancar.
Metode yang digunakan dalam menghitung kebutuhan BTS dan menentukan lokasi
ideal menara untuk menyediakan layanan selular, adalah dengan menghitung
kecukupan traffic yang sebanding dengan potensi pelanggan dan kemampuan
meng-cover seluruh area potensial selular sebuah BTS, yang secara detail meliputi
Menggunakan parameter jumlah penduduk di setiap Kecamatan,
Menentukan teledensity jumlah pengguna selular di sebuah Kabupaten,
Menentukan intensitas trafik per pengguna selular,
Menghitung kapasitas trafik per BTS,
Menghitung jumlah BTS yang diperlukan
Melakukan plotting per-sebaran posisi menara pada peta digital dengan meng-
overlay seluruh kelengkapan peta, dan
Melakukan prediksi coverage dari sebuah BTS dan coverage dari keseluruhan
konfigurasi BTS untuk mendapatkan coverage yang paling optimal.
Beberapa data yang didefinisikan sebagai asumsi:
Tingkat teledensitas layanan selular di Indonesia pada saat ini adalah berkisar
antara 20%~40%. Adapun untuk Kabupaten Bondowoso teledensitas selular
diasumsikan 50% yang berarti setiap 2 (dua) penduduk memiliki 1 handphone.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 36
Intensitas trafik per pelanggan selular per hari adalah 75 mili Erlang pada area
urban, 67 mili Erlang pada area sub_urban dan 50 mili Erlang pada area rural.
Berdasarkan data-data teknis traffic handling BTS per sector maksimal dengan
4 kanal frekuensi adalah 20,15 Erlang pada tingkat kualitas layanan (GOS,
Grade of Service) = 0,02, yang berarti terjadi kegagalan panggilan sebanyak 2
kali dari 100 kali panggilan).
Maka dengan asumsi seluruh BTS menggunakan 3 sector dan total 12 kanal
frekuensi mampu untuk menghandle traffic sebesar 60.45 Erlang (60.45 jam
panggil/calling dan terima/called).
Dengan cara diatas dihasilkan kawasan dengan beberapa menara (eksisting)
dalam satu area layanan yang sama. Hasil perbandingan tingkat kemampuan
layanan (dalam %) dari BTS pada masing-masing menara digunakan sebagai
rencana (rekomendasi) pemanfaatan menara menara bersama. Menara
dengan posisi dan tingkat kapasitas layanan terbaik baik dari segi prosentase
maupun kemampuan melingkupi sasaran-sasaran (fasilitas kegiatan) penting
diarahkan untuk menjadi pilihan lokasi menara bersama.
Berdasarkan uraian diatas rencana pengembangan atau penambahan
kebutuhanan BTS di Kabupaten Bondowoso sampai dengan tahun 2031 adalah
sebanyak 254 unit BTS sedangkan untuk kebutuhan menara bersama adalah
sebanyak 85 unit. Dengan penerapan konsep menara bersama maka pertumbuhan
jumlah menara akan dapat ditekan sehingga mengurangi ancaman kecelakaan
menara gagal konstruksi dan mengurangi daya resistensi masyarakat.
TABEL 4.6
RENCANA PENGEMBANGAN MENARA SELULER (MENARA BERSAMA)
DI KABUPATEN BONDOWOSO SAMPAI TAHUN 2031
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 37
4. Rencana Penataan Lokasi Menara Bersama (Cell-plan)
Rencana titik menara bersama untuk seluler dirumuskan berdasarkan titik paling
optimum dari area optimum pengembangan menara, sebagaimana telah diarahkan
pengembangannya. Rencana pengembangan menara bersama diklasifikasikan
berdasarkan tinggi gelombang (band width) yang dipancarkan oleh panel BTS,
yang selama ini digunakan oleh operator.
Arahan bagi pembangunan/penyediaan prasarana menara (tower), baik untuk
kepentingan telekomunikasi maupun kepentingan lainnya harus memperhatikan/
ketentuan sbb:
Penentuan lokasi menara ditentukan dengan memperhatikan potensi
ketersediaan lahan, pola persebaran permukiman, perkembangan teknologi
dan sistem pelayanan telekomunikasi, kepadatan pemakaian jasa
telekomunikasi, serta kaidah penataan ruang dan penataan lingkungan.
Pedoman atau petunjuk teknis dari lembaga yang berwenang menilai kelayakan
konstruksi menara sehingga menjamin tingkat keamanan yang tinggi.
Jarak aman antara antena dengan bangunan atau tempat aktifitas masyarakat
sehingga meminimalkan kemungkinan korban jiwa apabila terjadi kecelakaan
konstruksi dan bencana.
Kesesuaian peruntukan lahan dengan mempertimbangkan keberadaan
kawasan lindung maupun budidaya.
Apabila karena pertimbangan teknis cakupan pelayanan, menara harus berada
di tengah permukiman, maka persetujuan dan kesiapan masyarakat sekitar
khususnya dalam menerima resiko atau dampak negatif, menjadi kunci penentu
pemberian izin pembangunan menara.
Lokasi menara mencakup area dengan radius maksimal 500 (lima ratus) meter
dari titik koordinat yang ditentukan dalam Daftar Lokasi Rencana Menara
Telekomunikasi (Tabel 4.7. dan Peta 4.8.).
Adapun prinsip-prinsip penerapan kebijakan menara bersama adalah sbb:
Dalam satu kawasan yang memiliki cakupan layanan yang sama, BTS-BTS
harus ditempatkan pada satu menara, dengan jumlah maksimal BTS
(pemancar) 3 unit pada setiap menara.
Menara dapat dibangun pada suatu zona tertentu yang memiliki luas tertentu
yang disebut zona menara.
Menara baru dapat dibangun setelah menara yang telah dibangun lebih dahulu
terisi penuh dengan BTS.
Diperlukan pola kerjasama yang baik antar pelaku telekomunikasi seluler untuk
mewujudkan sistem menara bersama ini.
Ketentuan detail pelaksanaan kebijakan menara bersama dan titik koordinat
zona menara akan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Arahan lokasi pembangunan menara seluler (dengan konsep menara bersama)
secara tentatif menyebar di seluruh wilayah kabupaten, sebagaimana disajikan
pada Tabel 4.7 dan Peta 4.8 tentang Rencana Sebaran Lolasi Menara
Telekomunikasi di Kabupaten Bondowoso.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 38
TABEL 4.7
RENCANA LOKASI MENARA TELEKOMUNIKASI
No. Lokasi Kode Lokasi Longitude Lattitude Desa/Kelurahan Kecamatan
mp_bdwoso01 maesan_01 113.777 -8.03708 Suger Lor MAESAN
mp_bdwoso02 maesan_02 113.778 -8.02757 Gambangan MAESAN
mp_bdwoso03 maesan_03 113.78 -8.01428 Maesan MAESAN
mp_bdwoso04 maesan_04 113.801 -8.01651 Sumberanyar MAESAN
mp_bdwoso05 maesan_05 113.748 -8.03448 Sucolor MAESAN
mp_bdwoso06 maesan_06 113.802 -8.04857 Sumbersari MAESAN
mp_bdwoso07 maesan_07 113.787 -8.00012 Pakuniran MAESAN
mp_bdwoso08 maesan_08 113.797 -8.03611 Suger Lor MAESAN
mp_bdwoso09 gjugan_01 113.794 -7.9855 Taman GRUJUGAN
mp_bdwoso10 gjugan_02 113.766 -7.98335 Kabuaran GRUJUGAN
mp_bdwoso11 gjugan_03 113.797 -7.97391 Dadapan GRUJUGAN
mp_bdwoso12 gjugan_04 113.82 -7.97177 Tegalmijin GRUJUGAN
mp_bdwoso13 gjugan_05 113.83 -7.95555 Kejawan GRUJUGAN
mp_bdwoso14 gjugan_06 113.783 -7.95983 Wonosari GRUJUGAN
mp_bdwoso15 gjugan_07 113.815 -7.98347 Tegalmijin GRUJUGAN
mp_bdwoso16 tmnan_01 113.829 -7.99941 Kalianyar TAMANAN
mp_bdwoso17 tmnan_02 113.83 -8.01601 Tamanan TAMANAN
mp_bdwoso18 tmnan_03 113.821 -8.01765 Sukosari TAMANAN
mp_bdwoso19 tmnan_04 113.821 -8.0345 Sukosari TAMANAN
mp_bdwoso20 tmnan_05 113.845 -8.04457 Mengen TAMANAN
mp_bdwoso21 tmnan_06 113.864 -8.00541 Pucang Anom TAMANAN
mp_bdwoso22 tmnan_07 113.858 -7.97852 Tegalpasir TAMANAN
mp_bdwoso23 tmnan_08 113.839 -7.98087 Jambesari TAMANAN
mp_bdwoso24 tmnan_09 113.846 -8.00452 Sumberkemuning TAMANAN
mp_bdwoso25 tmnan_10 113.811 -7.9971 Wonosuko TAMANAN
mp_bdwoso26 pujer_01 113.89 -7.97859 Maskuning Kulon PUJER
mp_bdwoso27 pujer_02 113.855 -7.95957 Pengarang PUJER
mp_bdwoso28 pujer_03 113.874 -7.98894 Alassumur PUJER
mp_bdwoso29 pujer_04 113.885 -7.94872 Randucangkring PUJER
mp_bdwoso30 pujer_05 113.887 -8.00778 Sukokerto PUJER
mp_bdwoso31 pujer_06 113.916 -8.01038 Sukowono PUJER
mp_bdwoso32 pujer_07 113.903 -7.99693 Sukowono PUJER
mp_bdwoso33 tlgsari_01 113.91 -7.97667 Pakisan TLOGOSARI
mp_bdwoso34 tlgsari_02 113.92 -7.98812 Pakisan TLOGOSARI
mp_bdwoso35 tlgsari_03 113.922 -7.9632 Jebung Kidul TLOGOSARI
mp_bdwoso36 tlgsari_04 113.932 -7.99832 Tlogosari TLOGOSARI
mp_bdwoso37 tlgsari_05 113.954 -8.00789 Kembang TLOGOSARI
mp_bdwoso38 tlgsari_06 113.979 -8.00325 Gunosari TLOGOSARI
mp_bdwoso39 tlgsari_07 113.953 -7.97654 Trotosari TLOGOSARI
mp_bdwoso40 tlgsari_08 113.898 -7.96307 Patemon TLOGOSARI
mp_bdwoso41 sksari_01 113.973 -7.92729 Nogosari SUKOSARI
mp_bdwoso42 sksari_02 113.932 -7.93671 Kerang SUKOSARI
mp_bdwoso43 sksari_03 113.996 -7.95274 Nogosari SUKOSARI
mp_bdwoso44 sbwringin_01 113.951 -7.95724 Tegaljati SUMBERWRINGIN
mp_bdwoso45 sbwringin_02 113.977 -7.97204 Sukosari Kidul SUMBERWRINGIN
mp_bdwoso46 sbwringin_03 113.967 -7.9481 Sumbergading SUMBERWRINGIN
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 39
No. Lokasi Kode Lokasi Longitude Lattitude Desa/Kelurahan Kecamatan
mp_bdwoso47 sbwringin_04 113.996 -7.9834 Sumbergading SUMBERWRINGIN
mp_bdwoso48 sbwringin_05 114.055 -8.00085 Sukorejo SUMBERWRINGIN
mp_bdwoso49 sbwringin_06 114.019 -7.96615 Sukorejo SUMBERWRINGIN
mp_bdwoso50 tapen_01 113.934 -7.85212 Taal TAPEN
mp_bdwoso51 tapen_02 113.921 -7.87121 Tapen TAPEN
mp_bdwoso52 tapen_03 113.92 -7.88678 Gununganyar TAPEN
mp_bdwoso53 tapen_04 113.95 -7.88838 Mangli Wetan TAPEN
mp_bdwoso54 tapen_05 113.946 -7.90879 Wonokusumo TAPEN
mp_bdwoso55 tapen_06 113.936 -7.87679 Kalitapen TAPEN
mp_bdwoso56 wnsari_01 113.897 -7.88268 Kapuran WONOSARI
mp_bdwoso57 wnsari_02 113.88 -7.89223 Traktakan WONOSARI
mp_bdwoso58 wnsari_03 113.895 -7.9061 Pasarejo WONOSARI
mp_bdwoso59 wnsari_04 113.914 -7.91186 Bendoarum WONOSARI
mp_bdwoso60 wnsari_05 113.875 -7.91825 Jumpong WONOSARI
mp_bdwoso61 wnsari_06 113.897 -7.92729 Tumpeng WONOSARI
mp_bdwoso62 wnsari_07 113.909 -7.94497 Lombok Wetan WONOSARI
mp_bdwoso63 tgarang_01 113.866 -7.90335 Tangsil Kulon TENGGARANG
mp_bdwoso64 tgarang_02 113.852 -7.92235 Bataan TENGGARANG
mp_bdwoso65 tgarang_03 113.851 -7.90876 Tenggarang TENGGARANG
mp_bdwoso66 tgarang_04 113.84 -7.93878 Sumbersalam TENGGARANG
mp_bdwoso67 tgarang_05 113.857 -7.94369 Kajar TENGGARANG
mp_bdwoso68 tgarang_06 113.86 -7.93127 Lojajar TENGGARANG
mp_bdwoso69 tgarang_07 113.875 -7.96238 Kasemek TENGGARANG
mp_bdwoso70 bdwoso_01 113.843 -7.91322 Kademangan BONDOWOSO
mp_bdwoso71 bdwoso_02 113.833 -7.91272 Dabasah BONDOWOSO
mp_bdwoso72 bdwoso_03 113.833 -7.91967 Tamansari BONDOWOSO
mp_bdwoso73 bdwoso_04 113.822 -7.90902 Badean BONDOWOSO
mp_bdwoso74 bdwoso_05 113.815 -7.91017 Badean BONDOWOSO
mp_bdwoso75 bdwoso_06 113.82 -7.91636 Badean BONDOWOSO
mp_bdwoso76 bdwoso_07 113.816 -7.92521 Nangkaan BONDOWOSO
mp_bdwoso77 bdwoso_08 113.813 -7.91643 Badean BONDOWOSO
mp_bdwoso78 bdwoso_09 113.813 -7.93716 Kembang BONDOWOSO
mp_bdwoso79 bdwoso_10 113.809 -7.94832 Pancoran BONDOWOSO
mp_bdwoso80 bdwoso_11 113.806 -7.9617 Pancoran BONDOWOSO
mp_bdwoso81 bdwoso_12 113.825 -7.92757 Nangkaan BONDOWOSO
mp_bdwoso82 bdwoso_13 113.824 -7.93421 Sukowiryo BONDOWOSO
mp_bdwoso83 bdwoso_14 113.799 -7.94327 Kembang BONDOWOSO
mp_bdwoso84 bdwoso_15 113.856 -7.89307 Pejaten BONDOWOSO
mp_bdwoso85 bdwoso_16 113.825 -7.92038 Dabasah BONDOWOSO
mp_bdwoso86 crdami_01 113.809 -7.90422 Curahdami CURAHDAMI
mp_bdwoso87 crdami_02 113.797 -7.89703 Silolembu CURAHDAMI
mp_bdwoso88 crdami_03 113.79 -7.91393 Curahpoh CURAHDAMI
mp_bdwoso89 crdami_04 113.785 -7.93437 Pakuwesi CURAHDAMI
mp_bdwoso90 crdami_05 113.802 -7.92733 Kupang CURAHDAMI
mp_bdwoso91 bnakal_01 113.789 -7.88734 Sumbertengah BINAKAL
mp_bdwoso92 bnakal_02 113.78 -7.87836 Sumbertengah BINAKAL
mp_bdwoso93 bnakal_03 113.771 -7.8975 Binakal BINAKAL
mp_bdwoso94 pakem_01 113.766 -7.87048 Patemon PAKEM
mp_bdwoso95 pakem_02 113.752 -7.85946 P A K E M PAKEM
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 40
No. Lokasi Kode Lokasi Longitude Lattitude Desa/Kelurahan Kecamatan
mp_bdwoso96 pakem_03 113.736 -7.87451 Gadingsari PAKEM
mp_bdwoso97 pakem_04 113.721 -7.89191 Kupang PAKEM
mp_bdwoso98 wringin_01 113.777 -7.85247 Sumbermalang WRINGIN
mp_bdwoso99 wringin_02 113.766 -7.83825 Jatitamban WRINGIN
mp_bdwoso100 wringin_03 113.754 -7.8052 Sumbercanting WRINGIN
mp_bdwoso101 wringin_04 113.74 -7.79353 Sumbercanting WRINGIN
mp_bdwoso102 wringin_05 113.769 -7.81435 Banyuputih WRINGIN
mp_bdwoso103 wringin_06 113.744 -7.83458 Jatisari WRINGIN
mp_bdwoso104 wringin_07 113.759 -7.82465 Glingseran WRINGIN
mp_bdwoso105 tgampel_01 113.827 -7.89551 Karanganyar TEGALAMPEL
mp_bdwoso106 tgampel_02 113.84 -7.88117 Mandiro TEGALAMPEL
mp_bdwoso107 tgampel_03 113.854 -7.86778 Kretek TEGALAMPEL
mp_bdwoso108 tgampel_04 113.844 -7.89856 Sekarputih TEGALAMPEL
mp_bdwoso109 tgampel_05 113.817 -7.87392 Tanggulangin TEGALAMPEL
mp_bdwoso110 tgampel_06 113.878 -7.86392 Kemuningan TEGALAMPEL
mp_bdwoso111 tgampel_07 113.868 -7.88204 Paguan TEGALAMPEL
mp_bdwoso112 klabang_01 113.943 -7.83897 Klabang KLABANG
mp_bdwoso113 klabang_02 113.956 -7.83035 Besuk KLABANG
mp_bdwoso114 klabang_03 113.965 -7.81823 Lumutan KLABANG
mp_bdwoso115 klabang_04 113.965 -7.85007 Blimbing KLABANG
mp_bdwoso116 klabang_05 113.982 -7.87195 Karanganyar KLABANG
mp_bdwoso117 klabang_06 113.995 -7.8901 Botolinggo KLABANG
mp_bdwoso118 klabang_07 113.985 -7.8486 Lumutan KLABANG
mp_bdwoso119 sempol_01 114.15 -8.00143 Kalianyar SEMPOL
mp_bdwoso120 sempol_02 114.096 -8.02913 Sempol SEMPOL
mp_bdwoso121 prjekan_01 113.975 -7.81506 Prajekan Kidul PRAJEKAN
mp_bdwoso122 prjekan_02 113.976 -7.80154 Prajekan Kidul PRAJEKAN
mp_bdwoso123 prjekan_03 113.982 -7.78855 Walidono PRAJEKAN
mp_bdwoso124 prjekan_04 113.999 -7.80504 Sempol PRAJEKAN
mp_bdwoso125 prjekan_05 114.003 -7.82469 Sempol PRAJEKAN
mp_bdwoso126 prjekan_06 114.005 -7.84461 Sempol PRAJEKAN
mp_bdwoso127 cerme_01 113.994 -7.77811 Grujugan CERMEE
mp_bdwoso128 cerme_02 114.015 -7.77858 Grujugan CERMEE
mp_bdwoso129 cerme_03 114.037 -7.78194 Ramban Wetan CERMEE
mp_bdwoso130 cerme_04 114.05 -7.77834 Cermee CERMEE
mp_bdwoso131 cerme_05 114.074 -7.7792 Bercak CERMEE
mp_bdwoso132 cerme_06 114.051 -7.76468 Cermee CERMEE
mp_bdwoso133 cerme_07 114.032 -7.80839 Ramban Wetan CERMEE
mp_bdwoso134 cerme_08 114.018 -7.79302 Grujugan CERMEE
Sumber : Bappeda Kabupaten Bondowoso, 2010 Catatan : Koordinat Lokasi sudah mencakup menara eksisting pada saat studi ini disusun.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 41
PETA 4.8
RENCANA LOKASI MENARA TELEKOMUNIKASI (CELL-PLAN)
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 42
4.3.2.3. Rencana Lokasi Pemancar Televisi dan Radio
Kabupaten Bondowoso dengan kondisi bentang alam yang berpegunungan dan
berbukit-bukit merupakan lokasi strategis bagi perletakan menara penyiaran radio dan
televisi, baik yang beorientasi layanan lokal maupun regional.
Arahan penyediaan menara pemancar televisi dan radio secara umum adalah
sebagai berikut :
Letak lokasi pemancar televisi yang diusulkan sebaiknya direncanakan hingga
dicapai kuat medan maksimum sebagaimana yang dipersyaratkan, dan tidak
menimbulkan gangguan interferensi di daerah layanan lain. Sebagai catatan
layanan penyiaran televisi dengan daya yang tinggi dapat menyebabkan
interferensi yang serius pada layanan komunikasi, meskipun layanan televisi telah
memenuhi semua persyaratan teknis seperti radiasi di luar band, dan telah
dipisahkan dengan baik dari layanan lain.
Dalam suatu daerah layanan, sebaiknya pemancar televisi baru berada co-located
(bersama) dengan pemancar televisi dan radio FM-VHF yang ada, dan juga
sebaiknya dapat menggunakan fasilitas menara secara bersama, terutama jika
layanan yang akan diberikan berada pada daerah yang sama.
Apabila beberapa stasiun pemancar berada dalam satu lokasi tetapi tidak
menggunakan fasilitas menara secara bersama, maka jarak orientasi dan
tingginya harus dibuat sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya refleksi dan re-
radiasi.
Untuk menara pemancar radio, berlaku juga ketentuan teknis konstruksi menara
sebagaimana diatas dengan penyesuaian sesuai spesifikasi teknologi yang
dikembangkan.
Penggunaan gelombang untuk komunikasi dan penyiaran diatur tata laksananya
sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
Pengembangan prasarana telekomunikasi dan informatika untuk tujuan
penyelenggaraan pemerintahan diatur dengan Peraturan Bupati.
4.3.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air di Kabupaten
Bondowoso meliputi: sungai, waduk, embung, jaringan irigasi, jaringan air baku untuk
air bersih dan jaringan air bersih ke kelompok pengguna. Dasar kebijakan
pengembangan sistem jaringan sumberdaya air di Kabupaten Bondowoso, diantaranya
adalah:
RTRWN (PP Nomor 26 tahun 2008) menyatakan bahwa wilayah sungai dan
cekungan air tanah lintas propinsi, merupakan wilayah strategis nasional.
Dimana pengelolaannya ditetapkan dengan peraturan menteri yang tugas dan
tanggung jawabnya di bidang sumber daya air. Namun khusus di wilayah
Kabupaten Bondowoso, tidak ada wilayah sungai yang masuk kategori strategis
nasional.
Bab 4 : Rencana Struktur Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 2031
IV- 43
Kriteria penetapan kawasan sekitar danau/waduk menurut PP Nomor 26 Tahun
2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional meliputi : daratan
dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik
pasang air danau atau waduk tertinggi; atau daratan sepanjang tepian danau
atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau
atau waduk.
RTRWP Jawa Timur secara khusus menguraikan bahwa pengembangan
prasarana pengairan untuk wilayah Kabupaten Bondowoso diarahkan dalam
upaya pengembangan prasarana sumber air tanah untuk air bersih dengan
melakukan penetapan mata air, dan membangun sumur bor, dan pencegahan
pencemaran pada Cekungan Air Tanah (CAT) Bondowoso Situbondo.
Disamping itu ada ketentuan pengelolaan hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS)
yang ada di wilayah Kabupaten Bondowoso, yaitu wilayah sungai Sampean
dengan status lintas kabupaten dalam propinsi, khususnya DAS Sampean.
4.3.3.1 Sungai, Rawa, Waduk dan Embung
1. Kondisi Eksisting
Karakteristik sungai di Kabupaten Bondowoso pada umumnya adalah sungai
dengan kelerengan bantaran sungai yang curam karena merupakan wilayah
pegunungan. Sementara waduk dan embung yang ada sebagian besar berfungsi
irigasi. Secara umum, sempadan sungai, waduk dan embung rata-rata merupakan
rung terbuka hiju, kecuali pada kawasan perkotaan Bondowoso, yang telah mulai
banyak tumbuh permukiman di bantaran sungai.
2. Rencana Pengembangan Sungai, Waduk dan Embung,
Meliputi arahan :
a. Pengelolaan sumber daya air dalam wilayah kabupaten sebagai bagian dari
pengelolaan Wilayah Sungai Sampean, serta bagian dari Daerah Aliran Sungai
(DAS) Sampean, DAS Deluwang, dan DAS Banyuputih;
b. Pengelolaan daerah irigasi wilayah kabupaten yang terintegrasi dalam
pengelolaan sub DAS, meliputi Sub DAS Arjasa, Sub DAS Banyumas, Sub
DAS Bercak, Sub DAS Bluncong, Sub DAS Clangap, Sub DAS Curah Jeru,
Sub DAS Curah Bugis, Sub DAS Deluwang Hulu, Sub DAS Garu, Sub DAS
Gubri Hulu, Sub DAS Gubri Teknis, Sub DAS Gumbolo, Sub DAS Gunu
Top Related