PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
USAHA DAN ATAU KEGIATAN MIGAS
Hotel JW Marriott - Surabaya
LINGKUNGAN HIDUP
REGULASIREGULASI
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
4. Keputusan MenLH No. 128 Tahun 2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi Oleh Minyak Bumi secara Biologis
5. Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
6. Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
7. Keputusan Kepala Bapedal No. 3 Tahun 1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
8. Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1995 tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
9. Keputusan Kepala Bapedal No. 5 Tahun 1995 tentang Simbol dan
Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
10. Keputusan Kepala Bapedal No. 68 Tahun 1994 tentang Tata Cara Persyaratan Permohonan Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Definisi/PengertianPP No. 18/1999
Pasal 1
1. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan;
2. Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain;
Definisi lain
LIMBAH adalah…
• Bahan yang dibuang: bahan tidak terpakai berupa sampah, produk samping, bahan kadaluarsa, bahan tidak sesuai dengan spesifikasi, bekas kemasan
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3;
Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakeristik dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun;
Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia;
PP No. 18/1999, Pasal 1Lanjutan
Mempertahankan atau meningkatkan produksi.
Beroperasi tanpa kecelakaan (no accident).
Beroperasi dengan dampak lingkungan positif.
Beroperasi dengan mematuhi peraturan.
Beroperasi dengan memperoleh keuntungan.
Tujuan pengelolaan limbah:
Karakterisasi atau klasifikasi limbah.
Membandingkan keuntungan dan kerugian teknologi pengelolaan limbah dengan mempertimbangkan aspek– Teknis (Engineering)– Kinerja lingkungan (Environment)– Pembiayaan (Economy).
Memilih teknik pengelolaan limbah yang tepat.
Tujuan klasifikasi limbah: Mengerti resiko bahaya terkait Mengidentifikasi sumber Merencanakan teknik pengelolaan
Sasaran pokok aspek pengelolaan limbah:
Lebih Prioritas
Kurang Prioritas
Menghindari timbulan limbah
RECYCLE
RECOVER
REPLACE
TREAT
REUSE
REDUCE
DISPOSE
Urutan Pengelolaan Limbah Secara Umum
Limbah Lumpur Bekas dan Cutting
Sesuai dengan PP No. 18 jo. 85 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3: limbah lumpur bekas dan cutting dikategorikan sebagai limbah B3 (kode D 220 -- Tabel 2. Daftar Limbah B3 dari Sumber yang Spesifik)
PP No. 18 jo. 85 Tahun 1999, Pasal 7 butir (2) Daftar limbah dengan kode limbah D220, D221, D222, dan D223 dapat dinyatakan limbah B3 setelah dilakukan uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) dan/atau uji karakteristik
Alternatif pengelolaan:- Pembuangan ke laut - Penimbunan (backfill) - Landfill- Pengolahan (fisis, kimiawi, termal dan biologis)- Reuse (solidifikasi)- Reinjeksi (belum ada peraturan formal ?)
Memerlukan izin dari MENLH untuk setiap pengelolaannya
Pelaksanaan Pengolahan Limbah Pemboran
Umumnya menggunakan water base mud
Limbah lumpur bekas dan cutting biasanya diolah dengan proses pemisahan (shaker dan mud pit) dan pembuangan atau penimbunan (backfill atau dibuang ke laut jika memenuhi baku mutu)
Backfill atau pembuangan diperbolehkan jika uji TCLP dan toksik (LC50) memenuhi persyaratan
Alternatif lain adalah pengolahan secara biologis, reinjeksi dan solidifikasi
Memerlukan izin dari MENLH untuk setiap pengelolaannya
Analisis PenaatanPembuangan
ke LautLandfarming Penimbunan
(backfill)
Reuse
(solidifikasi)
Reinjeksi
• Dapat dilakukan setelah memperoleh izin dari MenLH
• Uji TCLP, LC50 dan kandungan minyak memenuhi standard
• Penentuan lokasi pembuangan
• Modelling dispersi limbah
• Pemantauan kualitas air laut
• Dapat dilakukan setelah memperoleh izin dari MenLH
• Lokasi pengolahan sesuai persyaratan
• Konstruksi pengolahan sesuai persyaratan
• Pemenuhan baku mutu akhir pengolahan
• Persyaratan pasca operasi
• Pemantauan air tanah
• Dapat dilakukan setelah memperoleh izin dari MenLH
• Uji TCLP, LC50 dan kandungan minyak memenuhi standard
• Lokasi penimbunan memenuhi persyaratan
• Konstruksi memenuhi persyaratan
• Pemantauan air tanah
• Penutupan lahan dan revegetasi
• Dapat dilakukan setelah memperoleh izin dari MenLH
• Uji TCLP, LD50 dan compressive strength memenuhi persyaratan
• Pemantauan air lindi
• Pemantauan air tanah (jka ada)
• Dapat dilakukan pada skala pilot (izin dari MenLH)
• Belum ada kejelasan aspek regulasi
• Memerlukan studi hidrogeologi dan pemantauan yang komprehensif
TPS LIMBAH B3
Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995
Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
1. Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang tepat sehingga limbah dapat disimpan dengan aman.
Gambar 1. Kemasan untuk menyimpan limbah B3,
a. Kemasan drum penyimpan limbah B3 cair
b. Kemasan drum penyimpan limbah B3 sludge atau padat
Persyaratan Pengemasan limbah B3 Kemasan (drum, tong atau bak kontainer) yang digunakan harus: dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak, terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang akan disimpan, mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya, memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan
Gambar Pola penyimpanan kemasan drum di atas palet dengan jarak minimum antar
blok.
Gambar Penyimpanan kemasan limbah B3 dengan menggunakan rak
Persyaratan…..
Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir ke arah menjauhi bangunan penyimpanan;
Gambar Tata ruang gudang penyimpanan limbah B3.
Gambar Tata ruang fasilitas penyimpanan sementara limbah B3 di luar lokasi pabrik penghasil atau di pengumpul dan atau di pengolah
Top Related