Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak-anak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi
rentan, dalam kehidupannya di tengah masyarakat. Kehidupan anak dipandang rentan
karena memiliki ketergantungan tinggi terhadap orang tua. Jika orang tua lalai
menjalankan tanggung jawabnya, maka anak akan mengalami berbagai masalah
kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak adalah diare.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi BAB lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan kosistensi tinja
dari penderita (Depkes RI,). [1]
Penyakit diare perlu mendapatkan perhatian khusus karena di samping angka
kesakitannya yang masih tinggi, penyakit ini juga dapat menimbulkan wabah yang
akhirnya menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta penyakit ini juga dapat
menyebabkan kematian apabila tidak ditangani secara serius. Untuk itu sangat
diperlukan Sistem Kewaspadaan Diri (SKD) yang baik. [1]
Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun,
sedangkan di Indonesia menurut Surkesnas tahun 2001, diare merupakan salah satu
penyebab kematian kedua terbesar pada balita, dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5
bagi semua umur (Amirudin). [2]
Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2001,
diare menempati urutan ketiga penyebab kematian bayi. Diare merupakan penyakit
dengan frekuensi KLB kelima terbanyak setelah DBD, Campak, Tetanus Neonaturum
dan keracunan makanan. (Depkes RI, ). [1]
Masalah penyakit diare merupakan masalah yang mendunia. Seperti sebagian
besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak terdapat
di Negara berkembang daripada Negara maju yaitu 12,5 kali lebih banyak di dalam
kasus mortalitas. Diantara banyak bentuk penyakit diare, yang dihadapi oleh anak-
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
1
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
anak berusia di bawah lima tahun (khususnya yang rentan) yang paling parah
menurut manifestasi klinisnya adalah kolera, infeksi rotavirus, dan disentri. Pada
tingkatan yang lebih umum terdapat dua indikator efek kesehatan yang dapat dengan
mudah diajukan, pertama yang berhbungan dengan angka kematian akibat penyakit
diare, dan yang satu lagi dengan angka morboditas. Penyakit diare secara alami
sering terjadi berulang kali dalam interval yang tidak tentu sehubungan dengan
jumlah wabah penyakit (sebuah wabah biasanya didefinisikan sebagai suatu kejadian
dari satu atau lebih kasus-kasus yang berhubungan dengan penyakit yang sama, atau
suatu peningkatan jumlah kasus yang diobservasi melebihi jumlah yang
diperikarakan). [14]
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu
karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immunodefisiensi, dan penyebab lain.
Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau prilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya
(Amirudin). [2]
Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2 faktor
yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan prilaku manusia yang tidak sehat. Ada beberapa perilaku
yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara
penuh hingga umur 4-6 bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu,
menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri tinja,
tidak mencuci tangan sesudah BAB (Depkes RI, 2004). [1]
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara,
kasus kejadian diare di kota Medan sepanjang tahun 2011 sebanyak 29.375 kasus,
sedangkan di tahun 2012, angka kesakitan diare sebanyak 29.769 kasus. (Dinkes
Propinsi Sumatera Utara, 2012) [3]
Pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit diare berpengaruh pada perilaku ibu
dan masalah kesehatan keluarga. Menurut Notoadmojo (2003) perilaku dibagi 3
domain ini diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
2
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
(practice). [4] Data Puskesmas Rambung dari bulan Januari-Oktober Tahun 2013,
penyakit infeksi usus menempati urutan ketiga dari 10 penyakit terbanyak dengan
total 658 kasus. Berdasarkan dari data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui ”Hubungan Pengetahuan Ibu dengan
Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota
Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diambil suatu rumusan
masalah sebagai berikut “Bagaimanakah hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian
diare pada balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam di Kota Binjai
Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013?”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan
Ibu dengan kejadian diare di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
di Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.
1.3.2 Tujuan khusus
Diketahui distribusi frekuensi diare pada balita.
Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang diare di
Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam di Kota Binjai Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2013.
Diketahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare di Puskesmas
Rambung Kelurahan Rambung Dalam di Kota Binjai Propinsi Sumatera
Utara Tahun 2013.
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
3
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mahasiswa jurusan Kedokteran, sebagai pemberi pelayanan
kepada masyarakat mengenai penyebab diare pada balita.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para
tenaga kesehatan khususnya pada bidang kesehatan lingkungan (kesling)
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di bidang kesehatan.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan untuk mengetahui tentang pengetahuan dan sikap
ibu yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu
dalam menghadapi diare.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai masukan atau informasi bagi
peneliti lain dalam mengembangkan penelitian dengan variabel-variabel
yang lain.
5. Bagi Peneliti
Mengembangkan dan menerapkan pengetahuan serta kemampuan peneliti
terhadap metodologi penelitian dan statistik.
1.5 Ruang Lingkup
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian
analitik mengenai hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare, subjek
penelitian yaitu semua ibu yang mempunyai anak balita usia 1 - 5 tahun yang
berada di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam dari bulan Januari
sampai bulan Oktober 2013.
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
4
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab tinjauan pustaka ini akan dijelaskan teori yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu tentang diare, tentang perilaku dan pengetahuan, hubungan
pengetahuan dengan diare pada balita, kerangka teori, kerangka konsep dan
hipotesis.
2.1 Diare
2.1.1 Pengertian
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air
besar lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk
dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI).[1] Ada pendapat lain yang
mengatakan diare adalah BAB yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Alimulul). [5]
2.1.2 Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : (B. Albert and Paul S). [6]
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak meliputi :
Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, salmonella, shigella,
campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya.
Infeksi virus : enteroovirus virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis,
adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain.
Infestasi parasit : cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris,
strongyloides.), protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia,
trichomonas hominis.), jamur (candida albicans).
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
5
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Untuk faktor malabsorbsi ada 3 yaitu malabsorbsi karbohidrat : disakarida
(intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi
glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan
tersering ialah intoleransi laktrosa, malabsorbsi protein, malabsorbsi lemak,
faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, faktor
psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar. (B. Albert and Paul S, 2003). [6]
c. Alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab lainnya (Joko irianto). [7]
2.1.3 Patogenesis diare (B. Albert and Paul S, 2003) [6]
a. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
1) Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air danelektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
6
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
b. Patogenesis
1) Patogenesis diare akut
Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus
halus.
Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).
Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
2) Patogenesis diare kronis
Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah
infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.
2.1.4 Gejala klinis diare (B. Albert and Paul S, 2003) [6]
Mula-mula bayi atau balita menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian diare. Tinja yang
berlendir dengan atau tanpa darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur oleh empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet
karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus
selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
Berat Badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
7
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
2.1.5 Dehidrasi
Pada diare hebat yang sering kali disertai muntah-muntah, tubuh
kehilangan banyak air dan garam-garamnya, terutama natrium dan kalium. Hal ini
mengakibatkan tubuh kekeringan (dehidrasi), kekurangan kalium (hipokaliemia)
dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam) yang tidak jarang berakhir dengan
shock dan kematian. Bahaya ini sangat besar khususnya bagi bayi dan anak-anak
karena organismenya memiliki cadangan cairan intra-sel yang hanya kecil
sedangkan cairan ekstra selnya lebih mudah dilepaskannya dibanding tubuh orang
dewasa.
Gejala pertama dari dehidrasi adalah perasaan haus, mulut dan bibir
kering, kulit menjadi keriput (hilang kekenyalannya), berkurangnya air seni dan
menurunnya berat badan, juga gelisah. Kekurangan kalium terutama
mempengaruhi sistem neuromuskuler dengan gejala mengantuk (letargi), lemah
otot dan sesak nafas (dyspnoea).
Klasifikasi Dehidrasi
Pengklasifikasian berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi
menjadi (B. Albert and Paul S, 2003) [6] :
Belum ada dehidrasi
dehidrasi ringan
dehidrasi sedang
dehidrasi berat.
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
8
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
2.1. Tabel penilaian derajat dehidrasi [8]
Penilaian A B C
1. Lihat
a. Keadaan umum
b. Mata
c. Air mata
d.Mulut dan lidah
e. Rasa haus
Baik , sadar
Normal
Ada
Basah
Minum biasa
Tidak haus
Gelisah, rewel
Cekung
Tidak ada
Kering
Haus, ingin minum
banyak
Lesu , lunglai atau tidak
sadar
Sangat cekung dan kering
Tidak ada
Sangat kering
Malas minum atau tidak
bisa minum
2. Periksa turgor
kulit
Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
3. Derajat dehidrasi Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan /
sedang bila ada 1 tanda
ditambah 1 atau lebih
tanda lain
Dehidrasi berat / bila ada 1
tanda ditambah 1 atau
lebih tanda lain
4. terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C
Rencana terapi A untuk anak diare tanpa dehidrasi
1. Beri cairan tambahan jelaskan kepada ibu :
Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan
yang utama. beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian
Jika anak memperoleh ASI ekslusif, beri oralit atau air matang sebagai
tambahan
Jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, beri 1 atau lebih cairan berikut,
yaitu oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang anak
harus diberi larutan oralit di rumah jika :KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
9
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Anak telah diobati dengan rencana terpai B dan C dalam kunjungan ini
Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah, ajari
ibu dengan cara mencampur dan memberikan oralit untuk:
< 2 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali BAB
> 2 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali BAB
atau 10 cc/kgBB/setiap kali BAB
cara meminumkan :
- minumkan sedikit sedikit tetapi sering
- jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjut dengan lebih lambat
- teruskan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti
2. Beri tablet zinc pada umur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari
dengan dosis :
< 6 bulan : 1/2 tablet (10mg)/hari
6 bulan : 1 tablet (20mg)/ hari
3. Lanjut pemberian makan/ASI
Rencana terapi B, untuk anak diare dengan dehidrasi sedang/ringan
Jumlah oralit yang diperlukan 3 jam pertama yaitu 75 ml/kgBB
mulailah memberi makan segera setelah anak ingin makan
lanjutkan pemberian ASI
Berikan tablet zinc selama 10 hari
Setelah 3 jam :
ulangi penilaian derajat dehidrasinya
pilih rencana terapi yang sesuai
Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai, tunjukan
cara membuat oralit dirumah
Tunjukan berapa larutan yang diberikan selama 3 jam pengobatan
Berikan oralit yang cukup untuk dehidrasi
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
10
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Rencana terapi C, untuk anak diare dengan dehidrasi berat
Berikan cairan intravena secepat mungkin.
Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut, sementara infus
disiapkan.
Beri 100 ml/kgbb cairan ringer laktat atau ringer asetat (atau jika tidak
tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi dalam tabel sebagai berikut
ini:
umur 30ml/kgbb selama(I) 70ml/kgbb selama
<12 bulan 1 jam 5 jam
12 bulan - 5 th 30 menit 2,5 jam
2.1.6 Pemeriksaan laboratorium (B. Albert and Paul S, 2003) [6]
Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
Dilakukan ASTRUP jika penderita mengalami asidosis metabolik.
Pemeriksaan kadar ureum dan kretinin untuk mengetahui faal ginjal.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan
fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai oleh
kejang).
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
11
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuantitatif terutama dilakukannya pada
penderita diare kronik.
2.1.7 Komplikasi (B. Albert and Paul S, 2003) [6]
Renjatan hipovolemik.
Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram)
Hipoglikemia
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa usus halus.
Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2.1.8 Epidemiologi
Sebelum kita ketahui epidimiologi dari kasus diare ini, perlu kita ketahui
terlebih dahulu frekuensi diare pada balita yaitu 2-3 kali per tahun. Maka
kejadian ini, merupakan kejadian berulang pada balita. Adapun yang
menyebabkan kejadian diare ini berulang yaitu (Joko irianto). [7]
a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
makan atau minum yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita.
Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan risiko terjadinya diare, perilaku tersebut antara lain :
Tidak memberikan ASI (air susu ibu) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
12
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencernaan
oleh kuman, karena botol susah untuk dibersihkan.
Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembangbiak.
Menggunakan air minum yang tercemar. Mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, pencemaran di rumah dapat
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan.
Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan dan menyusui atau menyuapi anak.
Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering
menganggap bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya
mengandung virus dan bakteri dalam jumlah besar. Sementara itu tinja
binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa
penyakit lain dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :
Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun. ASI mengandung antibodi
yang dapat melindungi kita terhadap kuman penyebab diare seperti :
shigella dan V cholera.
Kurang gizi beratnya penyakit , lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama gizi
buruk.
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
13
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-
anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini
sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini hanya berlangsung sementara,
misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang
berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (autoimmune insufisiensi
syndrome) pada anak imunosepresi berat, diare dapat terjadi karena kuman
yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama.
Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55 %).
c. Faktor lingkungan dan prilaku
Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua
faktor yang dominan , yaitu sarana air bersih dan sarana pembuangan tinja.
Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia apabila
faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi
dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula. Yaitu melalui makan dan
minum , maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. [1]
2.2 Perilaku Ibu
2.2.1 Konsep Perilaku
Menurut Notoadmojo perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon
seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Perilaku kesehatan itu
mencakup : [4]
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia
berespon, baik secara pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan
dengan sakit dan penyakit tersebut. Perilaku tersebut terhadap sakit dan
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
14
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan
penyakit, yakni :
Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan,
misalnya makanan yang bergizi, olah raga.
Perilaku pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu
untuk menghindari gigitan nyamuk, imunisasi.
Perilaku sehubungan dengan pencarian obat, misal ke poli gigi untuk
berobat.
Perilaku sehunbungan denagn pemulihan kesehatan, misal diet,
mematuhi peraturan dokter.
b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, misal, dalam memilih
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Perilaku terhadap makanan, misal dalam memilih konsumsi makanan.
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
2.2.2 Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Adapun tingkat pengetahuan di dalam demain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yakni :
1) Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
15
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2) Comprehention (memahami)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis
Ini menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Menurut Green dalam Notoatmodjo, pengetahuan ini berpengaruh terhadap
sikap seseorang sesuai dengan pemikirannya, jika positif akan menimbulkan sikap
positif demikian juga sebaliknya, pada hakikatnya pengetahuan merupakan semua
yang diketahui manusia tentang objek tertentu. [4]
Tingkat pengetahuan menurut (Arikunto S) yaitu : [9]
0 : baik (76% - 100%)
1 : cukup (56% - 75%)
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
16
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
2 : kurang (< 56%)
2.3. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Diare
Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2
faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini
akan berinteraksi bersama perilaku manusia yang tidak sehat. Karena tercemar
kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu
melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
(Depkes RI). [1]
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6
besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan
penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan
dan sebagainya (Amirudin). [2]
Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare
yaitu sikap ibu yang tidak memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6 bulan
pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak
pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri tinja, tidak mencuci tangan
sesudah BAB dan sebelum menjamah makanan. (Depkes RI). [2]
2.4 Kerangka Teori
2.1 Gambar Kerangka Teori (Depkes RI) [2]
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
17
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
2.5 Kerangka Konsep
2.2 Gambar Kerangka Konsep
2.6 Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada
balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai
Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.
Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dan ibu dengan kejadian diare pada
balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai
Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
Sarana Air
Pembuangan Tinja
Perilaku:Pengetahuan, sikap
dan tindakan
Penyakit Diare
Pengetahuan Penyakit Diare
18
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Dalam bab ini akan dibahas mengenai jenis penelitian, waktu penelitian
(waktu dan tempat penelitian), rancangan penelitian, subjek penelitian (populasi
dan sampel), variabel penelitian, definisi operasional variabel, pengumpulan data,
instrumen penelitian, pengolahan data, dan analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini analitik dengan menggunakan metode cross sectional
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
hubungan atau tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). [10]
Tujuannya untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian
diare pada balita. Data yang didapatkan adalah data primer dengan cara responden
mengisi kuesioner yang telah disediakan di Puskesmas Rambung Kelurahan
Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.
3.2 Waktu Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 18 November 2013-21
Desember 2013.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung
Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.
3.3 Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
19
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti
(Notoatmodjo, 2005) [10], populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
yang mempunyai anak balita usia 1 - 5 tahun yang berada di Puskesmas
Rambung Kelurahan Rambung Dalam dari bulan Januari sampai bulan
Oktober 2013 yang berjumlah 540 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).[10]
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode simple
random sampling, yaitu sampel diambil secara acak. Sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang memiliki balita dari usia 1-5
tahun yang berkunjung ke Posyandu di daerah Kelurahan Rambung Dalam
dari bulan Januari sampai bulan Oktober 2013. Penetapan jumlah sampel
dengan menggunakan rumus Notoatmodjo (2005).[10]
Keterangan:
n= Jumlah Sampel
N= Jumlah Populasi
d= Derajat Ketetapan Yang Diinginkan (sebesar 0,05)
= 85
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh sampel sebanyak 85 responden.
3.4 Variabel Penelitian
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
n = 5401+540 (10%2)
20
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Dimana variabel independen (pengetahuan) dan variabel dependen (diare
pada anak balita) dengan pengukuran sekali dan dalam waktu bersamaan. [10]
3.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikan suatu operasional yang diberikan untuk mengukur
variabel tersebut. Definisi operasional sangat diperlukan untuk membatasi ruang
lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo,
2005). [10]
Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan pengetahuan ibu dengan
kejadian diare pada balita di Puskesmas Rambung di Kota Binjai
Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
No VariabelDefinisi
OperasionalAlat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Variabel
independen
(pengetahuan
)
Pengetahuan
responden
adalah
pengetahuan
ibu tentang
diare pada
balita.
Kuisioner
(20
pertanyaan)
2 : baik (76% -100%)
1 : cukup (56% -
75%)
0 : kurang (< 56 %)
Ordinal
2 Variabel
dependen
(diare pada
balita)
Balita yang
di diagnose
diare
Kuesioner (1
pertanyaan)
0 : di diagnosa diare
1 : tidak di diagnosa
diare
3.6 Pengumpulan Data
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
21
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang
meliputi pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden. Kuesioner pada penelitian ini menggunakan kuesioner berbentuk multiple
choice, yaitu daftar pertanyaan beserta jawaban bagi responden untuk memilih satu
jawaban yang benar menurut responden yang berhubungan dengan pengetahuan dan
sikap ibu dengan kejadian diare pada balita. Tahapan pengumpulan data yang
pertama, peneliti menjelaskan tujuan dan maksud daripada penelitian tersebut kepada
responden, lalu menjelaskan tentang informed consent dan yang terakhir adalah
pengisian kuesioner oleh responden sendiri.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen penelitian dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan),
formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan
sebagainya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner.
3.8 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul melalui kuesioner, maka dilakukan tahap
pengolahan data. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan program statistik komputer dengan langkah sebagai berikut:
1. Editing
Pada tahap ini, penulis melakukan penelitian terhadap data yang
diperoleh kemudian memastikan apakah terdapat kekeliruan atau tidak
dalam pengisian.
2. Coding
Setelah melakukan editing data, penulis memberikan kode tertentu
pada tiap data sehingga memudahkan penulis dalam melakukan
analisa data.
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
22
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
3. Processing
Processing adalah proses pengetikan data dari kuesioner ke program
komputer agar dapat dianalisis.
4. Cleaning
Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang dientri
kedalam program komputer agar tidak terdapat kesalahan
(Notoatmodjo, 2010). [10]
3.9 Analisis data
3.9.1 Analisa univariat
Analisa univariat disajikan untuk mendeskripsikan variabel bebas atau
variabel terikat maupun keduanya dengan menggunakan tabel distribusi
yang konfirmasinya dalam bentuk persentase. Analisa univariat berfungsi
untuk meringkas data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga
kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna
(Arikunto). [11] Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh hubungan
pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Rambung di Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan software statistik komputer.
3.9.2 Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat
hubungan antara variabel independen (pengetahuan ibu) dengan variabel
dependen (diare pada balita). Pengolahan data menggunakan
komputarisasi dan uji statistik yaitu untuk analisa hubungan pengetahuan
dengan kejadian diare menggunakan Pearson Chi-Square.
Uji hipotesis : Ha diterima bila X2 hitung > X2 tabel (p < 0,05)
Ha ditolak bila X2 hitung < X2 tabel (p 0,05)KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
23
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
24
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Pada bab ke-empat ini akan dibahas mengenai hasil dan pembahasan yang
diperoleh. Bab ini berisi gambaran umum lokasi penelitian, gambaran demografi,
gambaran karakteristik sampel, hasil dan analisis utama.
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Rambung berada di Jalan Jamin Ginting No. 111 Kelurahan
Rambung Barat, Kecamatan Binjai Selatan, yang berdiri pada tahun 1977 dan
merupakan Puskesmas Induk hingga sekarang dan membawahi Puskesmas
Pembantu Tanah Seribu. Puskesmas Rambung ini memiliki wilayah kerja
sebanyak 4 kelurahan, yaitu :
- Kelurahan Rambung Dalam
- Kelurahan Rambung Timur
- Kelurahan Rambung Barat
- Kelurahan tanah Seribu
Wilayah kerja Puskesmas Rambung memiliki batas :
Timur : Kelurahan Mencirim, Kecamatan Binjai Timur.
Barat : Kelurahan Binjai Estate, Kecamatan Binjai Selatan.
Utara : Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota.
Selatan: Kuala Mencirim, Kabupaten Langkat.
Berdasarkan data tahun 2013, penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Rambung berjumlah 16.000 jiwa (4280) KK dan bertempat tinggal di 3348
rumah, yang terdiri dari :
- Rambung Timur : 724 KK dan 2685 jiwa
- Rambung Barat : 818 KK dan 3145 jiwa
- Rambung Dalam : 1090 KK dan 4052 jiwa
- Tanah Seribu : 1683 KK dan 6187 jiwa
Mayoritas penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas
Rambung, adalah beragama Islam. Luas areal pertanian di wilayah kerja
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
25
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Puskesmas Rambung sekitar 105 Ha atau sama dengan 44,5% dari luas wilayah
kerja Puskesmas. Areal pertanian ini berupa sawah yang mempunyai irigasi dan
sawah tadah hujan. Sesuai dengan kondisinya, penduduk daerah mengusahakan
berbagai pekerjaan seperti peternakan (peternak ayam), kerajinan home industri,
industri besar (bengkel las), jasa pemerintah / non pemerintah, pegawai swasta,
jasa perdagangan (toko, warung, kios).
4.2 Gambaran Demografi
Luas Wilayah Kecamatan Binjai Selatan adalah 2.995,50 Ha yang terdiri
dari 8 Kelurahan, antara lain :
- Kelurahan Rambung Dalam
- Kelurahan Tanah Merah
- Kelurahan Rambung Timur
- Kelurahan Tanah Seribu
- Kelurahan Bhakti Karya
- Kelurahan Binjai Estate
- Kelurahan Puhidadi
- Kelurahan Rambung Barat
Luas wilayah kerja Puskesmas Rambung adalah 236 Ha. Dan Penduduk
wilayah kerja Puskesmas Rambung pada tahun 2013 tercatat ± 16069 jiwa dengan
4315 KK. Luas areal pertaniannya sekitar 105 Ha (44,5%) dari luas wilayah kerja
puskesmas.
Sesuai dengan kondisinya, penduduk daerah mengusahakan berbagai
pekerjaan seperti peternakan (peternak ayam), kerajinan home industri, industri
besar (bengkel las), jasa pemerintah/non pemerintah (PNS/Mantri kesehatan/
perawat), pegawai swasta, pegawai BUMN/ BUMD, pensiunan ABRI/Polri) jasa
perdagangan (toko, warung, kios).
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
26
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Gambar 4.1
Gambar Wilayah Kecamatan Binjai Selatan
4.3 Gambaran Karakteristik Sampel
a. Berdasarkan usia ibu
Menurut J.T. Mitihar pembagian usia ibu adlah sebagai berikut : [12]
<20 tahun : terlalu muda
20-34 tahun : ibu muda
>34 tahun : ibu tua
Tabel 4.1
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
27
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Distribusi frekuensi usia ibu
di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang berumur <20
tahun (terlalu muda) berjumlah 2 responden dengan persentase 2,4%, 20-34
tahun (ibu muda) berjumlah 69 responden dengan persentase 81,2%, dan >34
tahun (ibu tua) berjumlah 14 responden dengan persentase 16,5%.
b. Berdasarkan tingkat pendidikan ibu
Menurut Sisdiknas, tingkat pendidikan terbagi menjadi : [13]
SD : Sangat rendah
SMP : Rendah
SMA : Menengah
Perguruan tinggi (PT) : Tinggi
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu
di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang tingkat
pendidikan SD (sangat rendah) berjumlah 1 responden dengan persentase 1,2%, KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
28
No Usia Ibu N %
1 <20 tahun (terlalu muda) 2 2,4
2 20-34 tahun (ibu muda) 69 81,2
3 >34 tahun (ibu tua) 14 16,5
No Tingkat Pendidikan N %
1 SD (sangat rendah) 1 1,2
2 SMP (rendah) 10 11,8
3 SMA (menengah) 64 75,3
4 PT (tinggi) 10 11,8
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
SMP (rendah) berjumlah 10 responden dengan persentase 11,8%, SMA
(menengah) berjumlah 64 responden dengan persentase 75,3% dan Perguruan
Tinggi (tinggi) berjumlah 10 responden dengan persentase 11,8%.
4.4 Hasil dan Analisa utama
a. Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu
di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang tingkat
pengetahuan kurang (<56%) berjumlah 15 responden dengan persentase 17,6%,
tingkat pengetahuan cukup(56%-76%) berjumlah 46 responden dengan persentase
54,1% dan tingkat pengetahuan baik(76%-100%) berjumlah 24 responden dengan
persentase 28,2%.
b. Berdasarkan kejadian diare pada balita
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
29
No Tingkat Pengetahuan N %
1 Kurang (<56%) 15 17,6
2 Cukup (56%-76%) 46 54,1
3 Baik (>76%) 24 28,2
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu
di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa balita responden yang pernah
terkena diare berjumlah 64 responden dengan persentase 75,3% dan balita
responden yang belum pernah terkena diare berjumlah 21 responden dengan
persentase 24,7%.
c. Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita
Tabel 4.5
Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita
di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013
No Tingkat Pengetahuan Menderita diare pada
balita
Total pValue
Ya % Tidak %
1 Kurang <56%) 11 73 4 27 15
2 Cukup (56%-76%) 35 76 11 24 46 0,976
3 Baik (76%-100%) 18 75 6 25 24
Total 64 75 21 25 85
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan kurang dengan
balita responden yang pernah terkena diare berjumlah 11 responden dengan
persentase 73% dan yang tidak pernah terkena diare berjumlah 4 responden degan
persentase 27%. Pengetahuan cukup dengan balita responden yang pernah terkena
diare berjumlah 35 responden dengan persentase 76% dan yang tidak pernah
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
30
No Kejadian Diare N %
1 Ya 64 75,3
2 Tidak 21 24,7
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
terkena diare berjumlah 11 responden degan persentase 24%. Pengetahuan baik
dengan balita responden yang pernah terkena diare berjumlah 18 responden
dengan persentase 75% dan yang tidak pernah terkena diare berjumlah 6
responden degan persentase 25%. Dari penelitian tersebut didapat hasil uji Chi-
square nilai pValue = 0,976 atau lebih dari nilai α = 0,05 yang menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan
kejadian diare pada balita.
Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Depkes RI [1] bahwa, penyakit diare
merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada dua faktor yang
dominan yang berhubungan dengan diare yaitu sarana air bersih dan pembuangan
tinja. Dimana kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku
manusia.
Ada juga pendapat lain menurut Amirudin[2] secara klinis penyebab diare
dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar yaitu karena infeksi,
malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan penyebab lain. Adapun
penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya
keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
Berdasarkan dua pendapat di atas bahwa perilaku manusia yang dapat
menyebabkan terjadinya diare . Sesuai dengan pendapat Notoadmojo[4] bahwa
perilaku dibagi menjadi 3 domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Hasil
penelitian ini bertentangan dengan teori yang ada, karena dalam penelitian
variable independent penelitian yaitu pengetahuan tidak ada hubungannya
dengan variable dependen yaitu kejadian diare, karena pengetahuan yang diteliti
belum menjadi satu kesatuan dalam pembentukan perilaku.
BAB V
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
31
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan penelitian dan saran-saran
berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Diketahui bahwa responden yang berumur <20 tahun (terlalu muda)
berjumlah 2 responden dengan persentase 2,4%, 20-34 tahun (ibu muda)
berjumlah 69 responden dengan persentase 81,2%, dan >34 tahun (ibu
tua) berjumlah 14 responden dengan persentase 16,5%.
Diketahui bahwa responden yang tingkat pendidikan SD (sangat rendah)
berjumlah 1 responden dengan persentase 1,2%, SMP (rendah) berjumlah
10 responden dengan persentase 11,8%, SMA (menengah) berjumlah 64
responden dengan persentase 75,3% dan Perguruan Tinggi (tinggi)
berjumlah 10 responden dengan persentase 11,8%.
Diketahui bahwa responden yang tingkat pengetahuan kurang (<56%)
berjumlah 15 responden dengan persentase 17,6%, tingkat pengetahuan
cukup(56%-76%) berjumlah 46 responden dengan persentase 54,1% dan
tingkat pengetahuan baik(76%-100%) berjumlah 24 responden dengan
persentase 28,2%.
Diketahui bahwa balita responden yang pernah terkena diare berjumlah 64
responden dengan persentase 75,3% dan balita responden yang belum
pernah terkena diare berjumlah 21 responden dengan persentase 24,7%.
Diketahui bahwa pengetahuan kurang dengan balita responden yang
pernah terkena diare berjumlah 11 responden dengan persentase 73% dan
yang tidak pernah terkena diare berjumlah 4 responden degan persentase
27%. Pengetahuan cukup dengan balita responden yang pernah terkena
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
32
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam
Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
diare berjumlah 35 responden dengan persentase 76% dan yang tidak
pernah terkena diare berjumlah 11 responden degan persentase 24%.
Pengetahuan baik dengan balita responden yang pernah terkena diare
berjumlah 18 responden dengan persentase 75% dan yang tidak pernah
terkena diare berjumlah 6 responden degan persentase 25%. Dari
penelitian tersebut didapat hasil uji Chi-square nilai pValue = 0,976 atau
lebih dari nilai α = 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita.
5.2. Saran
5.2.1 Saran Praktis
5.2.1.1 Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan
pemberian informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit diare, baik
penyuluhan secara ter-program atau dengan pemasangan poster-poster tentang
diare.
5.2.2.2 Bagi Subjek Penelitian
Diharapkan bagi para ibu untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan tentang diare dengan cara mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh
petugas kesehatan sehingga akan menambah pengetahuan tentang kejadian diare
pada balita.
5.2.2 Saran Metodologis
5.2.2.2 Bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan untuk mengkaji lebih khusus dengan cara menambah
variabel dari teori Notoadmojo antara lain pengetahuan, sikap dan tindakan agar
hasil penelitian yang dilakukan didapatkan suatu hubungan dengan kejadian diare
pada balita.
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013
33
Top Related