BAB I
PENDAHULUAN
Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian, yang tidak diduga
sebelumnya dan selalu mengakibatkan kerusakan benda, luka, atau kematian.
Kecelakaan lalu lintas ialah setiap kecelakaan kendaraan bermotor yang terjadi di
jalan raya. Pengertian ini diambil dari definisi a motor-vehicle traffic accident.
Non Motor vheicle traffice accident ialah setiap kecelakaan yang terjadi di jalan
raya, yang melibatkan pemakaian jalan untuk transportasi atau untuk mengadakan
perjalanaan dengan kendaraan yang bukan kendaraan bermotor.1
Dengan demikian kecelakaan yang terjadi bukan di jalan raya (jalan
umum). Seperti kecelakaan dalam kompleks bukanlah termasuk kategori
kecelakaan lalu lintas. Demikian pula dengan kendaraan yang berjalan diatas rel
tidak dimasukkan kedalam pengertian kendaraan bermotor pada kecelakaan lalu
lintas. 1
Tujuan utama dalam penyidikan kasus kecelakaan lalu lintas adalah untuk
pencegahan terjadinya kecelakaan di masa mendatang. Masalah hukuman seperti
dimaksud dalam KUHP Bab XXI perihal menyebabkan masalah lain/sekunder.
Walaupun yang menjadi tujuan utama dalam penyidikan kecelakaan lalu lintas
adalah untuk maksud pencegahan, kemungkinan kasus pembunuhan harus tetap
selalu dipikirkan. Dengan demikian sebagai kosentrasinya, penyidik harus
melakukan dengan sebaik-baiknya. 1,2
Untuk dapat mencapai tujuan utama tadi, maka tindakan yang harus dilakukan
dalam melakukan penyidikan kasus kecelakaan lalu lintas adalah identifikasi
korban yang akurat dan pemeriksaan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya
meliputi bedah mayat, pemeriksaan mikroskopis serta pemeriksaan toksikologi.2
Pembedahan mayat pada kasus kecelakaan lalu lintas berguna untuk
mengetahui sebab kematian, mengetahui sebab kecelakaan yang dengan demikian
1
dapat diketahui cara-cara pencegahannya selain itu untuk mengetahui pola dari
luka yang sering terjadi, dengan demikian dapat diambil tindakan pencegahan
yang tepat untuk menghindari kecelakaan yang bersifat fatal (misalnya
persyaratan dari kelengkapan kendaraan itu sendiri.)2
Kecelakaan dapat menyebabkan cedera akibat trauma yang terjadi karena
kekerasan benda tumpul (blunt force injury) yang dapat bersifat lokal yaitu hanya
mengenai sebagian kecil tubuh seperti akibat serangan hewan, tersantuk benda
tumpul atau terjatuh dan dapat pula bersifat umum mengenai sebagian besar atau
seluruh tubuh misalnya tertimbun tanah, tergilas mobil, atau jatuh dari ketinggian.
Ada 6 jenis kekerasan benda tumpul menurut jaringan atau organ yang terkena
yaitu kulit, kepala (tengkorak dan jaringan intrakranial), leher dan tulang
belakang, dada, perut dan anggota gerak. Adapun jenis luka pada kulit akibat
kekerasan benda tumpul dapat dibagi menjadi 4 yaitu : luka lecet (abrasion), luka
memar (contussion), luka robek, retak atau koyak (laceration), terkelupasnya
jaringan kulit dan jaringan lemak dari otot dibawahnya (avulsion).2
Dalam laporan kasus ini akan dibahas hasil pemeriksaan luar pada
jenazah dengan trauma kepala akibat kekerasan benda tumpul, berikut hal – hal
yang ditemukan pada kondisi jenazah beserta kesimpulan hasil pemeriksaan
tersebut.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Alloanamnesis
Korban dibawa ke IGD Rumah Sakit Myria pada pukul 20.15 WIB
tanggal 25 juni 2012 oleh pengguna jalan lain yang melihat kecelakaan
tersebut terjadi di KM 14. Korban mengendarai sepeda motor seorang diri
dan tidak menggunakan pelindung kepala (helm). Pengguna jalan lainnya
tersebut mengaku korban ditabrak mobil dari arah samping dan kepalanya
tergencet ban mobil. Korban meninggal di lokasi kejadian. Korban
kemudian dikirim ke Bagian Forensik RSMH untuk dilakukan visum.
B. Pemeriksaan
Identitas jenazah
Nama : M. Dahlan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : Empat puluh satu (41) tahun
Kewaganegaraan : Indonesia
Alamat : Jln. Alang-alang Lebar Lr. Pramuka No.1437
Adapun hasil pemeriksaan luar sebagai berikut:.
Pemeriksaan luar ...........................................................................................
1. Mayat tidak berlabel dan tidak bersegel .................................................
2. Benda disamping mayat tidak ada ……………………………………..
3. Penutup Mayat : Mayat terbungkus kain putih satu lapisan …………...
4. Pakaian mayat : Celana berbahan levis warna biru gelap, corak polos,
pendek, terdapat pengotoran oleh debu dan pasir, berukuran panjang
tujuh puluh centimeter dengan dua buah kantong dibagian kiri dan
kanan bawah celana, tidak terdapat isi di dalam kantong ………...
3
5. Perhiasan: kalung melingkar pada leher berbentuk menyerupai tasbih
berbahan kayu, cincin berwarna perak berbatu hitam di jari manis
tangan kanan …………………………………………………………
6. Kulit : warna kulit kuning langsat ……………………………………..
7. Rambut ………………………………………………………………...
a. Kepala: rambut berwarna hitam dan terdapat uban, tumbuhnya
sedang, tipis, lurus, panjang tiga sentimeter, tidak mudah
dicabut………………………………………………………………
b. Alis mata : berwana hitam, tumbuh tipis, kedua alis tidak
bersambung .………………………………………………………..
c. Bulu mata: warna hitam, lurus, panjang nol koma enam sentimeter,
tidak mudah dicabut……………………………………………...…
d. Kumis: berwarna hitam, putih, tumbuh tipis, panjang nol koma
tujuh sentimeter …………………………………………………….
e. Janggut: berwarna hitam, tumbuh tipis, panjang nol koma dua
sentimeter...........................................................................................
f. Bulu dada: tidak ada...........................................................................
g. Rambut kemaluan: warna hitam, tumbuh jarang, panjang dua
sentimeter, tidak mudah dicabut........................................................
8. Lubang-lubang…....................................................................................
a. Mata: kedua mata terbuka, mata kanan terbuka nol koma lima
sentimeter, mata kiri terbuka nol koma delapan sentimeter, kedua
selaput kelopak mata atas dan bawah putih dan pucat, selaput bola
mata putih keruh, kedua selaput pelangi mata bewarna coklat,
kedua teleng mata bundar sama besar dengan diameter masing-
masing tiga millimeter………………………………………………
b. Hidung: bentuk biasa, keluar cairan berwarna merah dari lubang
hidung sebelah kiri………………………………………………….
c. Telinga: kedua telinga bentuk biasa, keluar cairan berwarna merah
dari telinga kiri………………………………...……………………
4
d. Mulut: terbuka nol koma lima sentimeter, lidah tidak tergigit, tidak
keluar apa-apa dari mulut..………………………………………….
e. Gigi geligi : Gigi geligi berwarna kuning, tidak lengkap, gigi
geraham satu kanan bawah tidak ada, gusi berwarna putih pucat
dan kurang terawat……………………….………………………….
f. Kemaluan: Laki-laki tersunat, tidak keluar apa apa dari lubang
kemaluan …………………………………………………………...
g. Dubur: tidak keluar apa-apa dari lubang dubur .................................
9. Tanda-tanda kematian..............................................................................
a. Lebam mayat: terdapat pada punggung kiri kanan, bewarna warna
merah keungunan , sukar hilang pada penekanan…………………..
b. Kaku mayat: terdapat kaku mayat di rahang, leher, lengan atas dan
tungkai sukar dilawan .......................................................................
c. Pembusukan: tidak ditemukan warna kulit berwarna kehijauan di
perut bagian bawah kanan......……..….…………………………….
10. Luka-luka:
a. Pada dahi kanan lima sentimeter dari garis pertengahan, enam
sentimeter diatas alis, terdapat luka menganga, yang bila dirapatkan
berbentuk garis dengan tepi tidak rata sepanjang lima sentimeter,
sudut luka tumpul, ada jembatan jaringan di dalam garis batas luka,
dasar luka jaringan otak, di daerah luar garis batas luka terdapat
memar dan bekuan darah……………………………………………
b. Pada wajah, yang meliputi dahi kanan, muka dan pipi sebelah
kanan terdapat luka memar berbentuk alur ban mobil (garis zig-zag
sejajar), berwarna merah keunguan, garis batas luka memar tidak
tegas ………………………………………………………………...
c. Pada sela iga kedelapan kanan, dua sentimeter kearah luar (lateral)
dari garis tengah tulang selangka (midklavikula), terdapat luka
memar, bentuk tidak teratur, berukuran dua sentimeter berwarna
merah keunguan……………………………………………………..
5
d. Pada panggul sebelah kanan, dua sentimeter serong dibawah
tulang SIPS (supra iliaca posterior superior), terdapat luka lecet
gores sepanjang empat sentimeter, berwarna putih kemerahan,
terdapat lapisan permukaan kulit luar (epidermis) terangkat pada
sisi luka sebelah kiri (kearah garis pertengahan tubuh)……………..
e. Pada paha kanan bagian dalam, satu sentimeter diatas lipatan lutut,
terdapat luka memar tidak teratur berukuran panjang enam koma
lima sentimeter, lebar tiga sentimeter berwarna merah
keunguan…………………………………………………………….
f. Pada pertengahan tulang kering (os tibia) tungkai kanan ditemukan
luka tumpul, garis batas luka tidak teratur, tepi luka tidak rata,
terdapat jembatan jaringan, tidak ada folikel rambut yang
terpotong, dasar luka tidak teratur, diluar garis batas luka ada luka
memar berwarna merah keunguan, dan terdapat bekuan darah……..
11. Patah tulang :
a. Tulang tengkorak bagian kanan (os temporal, os frontal, os
parietal, os occipital, os orbital, os zygomaticus) patah dan tertekan
kedalam (kompresi) seluas delapan belas kali dua belas
sentimeter…………………………………………………………
…
b. Tulang paha kanan (os femur) patah sempurna tiga perempat
bawah tulang paha kanan……………………………………………
C. Diskusi
1. Traumatologi (Kecederaan)
Traumatologi (kecederaan) adalah putusnya atau rusaknya kontinuitas
jaringan akibat trauma atau injury.
Ada 3 pembagian traumatologi (kecederaan) yaitu :
1. mekanik,
2. fisik dan
6
3. kimia.
Ada 4 penyebab mekanik terjadinya trauma (kecederaan) yaitu :
1. Kekerasan benda tumpul (blunt force injury)
2. Kekerasan benda tajam
3. Senjata api
3. Bahan peledak / bom
2. Kekerasan Benda Tumpul (Blunt Force Injury)
Jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury).
Benda tumpul bila mengenai tubuh dapat menyebabkan luka yaitu luka
lecet, memar dan luka robek atau luka robek atau luka terbuka. Dan bila
kekerasan benda tumpul tersebut sedemikian hebatnya dapat pula
menyebabkan patah tulang. Berikut ini akan dijelaskan luka yang
disebabkan kekerasan benda tumpul2 :
a. Luka lecet (abrasion):
Luka lecet adalah luka yang superficial, kerusakan tubuh terbatas
hanya pada lapisan kulit yang paling luar/kulit ari. Walaupun kerusakan
yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet mempunyai arti penting di
dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh karena dari luka tersebut dapat
memberikan banyak hal, misalnya:
1. Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat
dalam tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa,
yang dari pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka lecet di
daerah yang sesuai dengan alat-alat dalam tersebut.
2. Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul
yang menyebabkan luka, seperti :
- Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan,
akan tampak sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat,
7
perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat
penjerat dan memberikan gambaran/cetakan yang sesuai dengan
bentuk permukaan dari alat penjerat, seperti jalianan tambang atau
jalinan ikat pinggang. Luka lecet tekan dalam kasus penjeratan
sering juga dinamakan “jejas jerat”, khususnya bila alat penjerat
masih tetap berada pada leher korban.
- Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban
terlindas oleh ban kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat
pada tubuh korban seringkali merupakan cetakan dari ban
kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih dalam keadaan yang
cukup baik, dimana “kembang” dari ban tersebut masih tampak
jelas, misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar. Dengan demikian di
dalam kasus tabrak lari, informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat
pada tubuh korban sangat bermanfaat di dalam penyidikan.
- Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel
pada tubuh korban, akan memberikan gambaran kelainan yang
khas yaitu dengan adanya “jejas laras”, yang tidak lain merupakan
luka lecet tekan. Bentuk dari jejas laras tersebut dapat memberikan
informasi perkiraan dari bentuk moncong senjata yang dipakai
untuk menewaskan korban.
- Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation),
atau yang lebih dikenal dengan istilah pencekikan, maka kuku jari
pembunuh dapat menimbulkan luka lecet yang berbentuk garis
lengkung atau bulan sabit; dimana dari arah serta lokasi luka
tersebut dapat diperkirakan apakah pencekikan tersebut dilakukan
dengan tangan kanan, tangan kiri atau keduanya. Di dalam
penafsiran perlu hati-hati khususnya bila pada leher korban selain
didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat; dalam
kasus seperti ini pemeriksaan arah lengkungan serta ada tidaknya
8
kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban dapat memberikan
kejelasan apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh
diri atau kasus pembunuhan, setelah dicekik kemudian digantung.
- Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban
bersentuhan dengan radiator, maka dapat ditemukan luka lecet
tekan yang merupakan cetakan dari bentuk radiator penabrak.
3. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat
dimana kulit ari yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila
pengumpulan tersebut terdapat di sebelah kanan maka arah kekerasan
yang mengenai tubuh korban adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam
kasus-kasus pembunuhan dimana tubuh korban diseret maka akan
dijumpai pengumpulan kulit ari yang terlepas yang mendekati ke arah
tangan, bila tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke arah kaki
bila kaki korban yang dipegang sewaktu korban diseret.
b. Luka memar (contusion)
Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah
dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan
pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul. Bila
kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada
daerah dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada
orang yang lanjut usia, maka luka memar yang tampak seringkali tidaka
sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas; dan adanya
jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya “memar” ke
daerah yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi
mengenai bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah
“perdarahan tepi” (marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban
terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru
9
tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga terbentuk
perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua
kembang ban yang berdekatan.
Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan atau
benda yang sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan
sejajar yang membatasi darah yang tidak menunjukkan kelainan; darah
antara kedua memar yang sejajar dapat menggambarkan ukuran lebar dari
alat pengukur yang mengenai tubuh korban.
c. Luka robek, retak, koyak (laceration)
Luka robek atau luka terbuka yang disebabkan oleh kekerasan benda
tumpul dapat terjadi bila kekerasan yang terjadi sedemikian kuatnya
hingga melampaui elastisitas kulit atau otot, dan lebih dimungkinkan bila
arah dari kekerasan tumpul tersebut membentuk sudut dengan permukaan
tubuh yang terkena benda tumpul. Dengan demikian bila luka robek
tersebut salah satu tepinya terbuka ke kanan misalnya, maka kekerasan
atau benda tumpul tersebut datang dari arah kiri; jika membuka ke depan
maka kekerasan benda tumpul datang dari arah belakang. Pelukisan yang
cermat dari luka terbuka akibat benda tumpul dengan demikian dapat
sangat membantu penyidik khususnya sewaktu dilakukannya rekonstruksi;
demikian pula sewaktu dokter dijadikan saksi di meja hakim.
Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat
dibedakan dengan luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari
sifat-sifatnya serta hubungan dengan jaringan sekitar luka. Luka robek
mempunyai tepi yang tidak teratur, terdapat jembatan-jembatan jaringan
yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau
tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut, di sekitar luka robek
ssring tampak adanya luka lecet atau luka memar.
10
Oleh karena luka pada umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat
dan lambat mendatangkan kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh
diri dengan membuat luka terbuka dengan benda tumpul.
d. Patah tulang
Ini dapat terjadi pada kekerasan benda tumpul yang cukup kuat.
Patah tulang jenis impressi terjadi akibat kekerasan benda tumpul pada
tulang dengan daerah persingungan yang kecil. Bentuk impresi tulang dan
dapat memberikan gambaran bentuk benda penyebabnya.1,2
1. Cedera kepala
Selain kelainan kulit kepala dan patah tulang tenkorak,
cedera kepala juga dapat mengakibatkan perdarahan epidural,
subdural dan subarakanoid, kerusakan selaput otak dan jaringan
otak serta penjelasan sebagai berikut :
- Perdarahan epidural sering pada kekerasan benda tumpul pada
daerah pelipis dan belakang kepala akibat garis patah melewati
sulkus arteri meningea. Pada keadaan tertentu perdarahan dapat
juga terjadi tanpa disertai patah tulang
- Perdarahan subdural akibat robeknya sinus, vena jembatan,
arteri basilaris atau berasal dari perdarahan subaraknoid.
- Perdarahan subaraknoid biasanya berasal dari fokus kontusio /
laserasi jaringan otak. Dapat terjadi spontan pada sengatan
matahari, leukemia, tumor, keracunan CO dan penyakit infeksi
tertentu.
PS kekerasan akibat kepala bergerak mengenai benda diam,
lesi otak selain ditemuka didaerah benturan (coup) juga ditemukan
pada sisi lain dari titik benturan (contrecoup) dan diantara
keduanya (intermediate lesion). Lesi contrecoup terjadi akibat gaya
positif akselerasi, dorongan likuor dan tekanan oleh tulang yang
11
mengalami deformitas. Tekanan negatif akibat deformitas tulang
dapat menyebabkan contre coup bila tekanan lebih dari 1 atm.
b. Cedera leher
Ini dapat terjadi bila korban tertabrak dari belakang dimana kepala
mengalami percepatan mendadak sehingga hiperekstensi kepala
yang disusul dengan hiperfleksi
3. Luka Pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas
Pada korban dewasa kebanyakan ditabrak dari belakang atau dari
samping. Luka yang khas biasanya terdapat pada tungkai bawah, pada satu
tungkai atau kedua tungkai. Jika korban berdiri pada kedua tungkainya
sewaktu terjadi tubrukan luka yang hebat dapat dilihat pada tungkai
dimana sering terjadi patah tulang, yang mana ujung dari tulang yang
patah tersebut dapat merusak dan keluar pada tempat yang berlawanan
dengan tempak impaknya (primary impact injuries), dengan demikian
adanya kelainan tersebut (patah tulang) dapat ditentukan bagaimana posisi
korban sewaktu kecelakaan terjadi, dalam arti dari arah mana kendaraan
yang bersangkutan menubruk korban.1
Pada saat yang bersamaan dengan terjadinya impak pada tungkai
bawah (bumper injuries, bumper fracture), maka bagian bokong dan
bagian punggug korban akan terkena oleh radiator atau kap mobil, lampu
dan kaca depan (secondary impact injuries). Sebagai kelanjutannya maka
tubuh korban dapat terjatuh dari kendaraan tersebut ke jalan, hal ini akan
menimbulkan luka-luka sebagai akibat benturan atau persentuhan korban
dengan jalan (secondary injuries).1
Lokasi dari luka-luka yang terdapat pada tubuh korban tergantung
dari posisi korban ditabrak dari belakang ataukah dari samping. Pada saat
korban telah tergeletak di jalan, maka dapat terjadi roda kendaraan
mengilas korban dan ini sering dapat dikenali dengan adanya jejas ban
12
(tyremarks), yang tidak lain merupakan luka memar (disebutkan sebagai
marginal haemorrhages) ini dapat membantu dalam menentukan
kendaraan yang bertanggun jawab pada kasus tabrak lari (hit and run).1
Jika kendaraan yang menabrak korban bukan mobil sedan tetapi
truk atau kendaraan besar lainnya, maka kejadian seperti yang diuraikan
sebelumnya (bumper injuries, bumper fracture) tidak ada terjadi. korban
akan terdorong dan terbawa kemudian akan jatuh kedepan, pada keadaan
seperti ini tubuh korban dapat tergilas dan terdapat kelainan yang dikenal
dengan nama : crush injuries atau compression injuries.1
Kompresi terutama terjadi pada daerah kepala, leher dan dada
dengan demikian organ-organ dalam misalnya jantung dapat hancur
karena tergencet diantara tulang punggung dan tulang dada.1
Jika bagian bawah dari kendaraan cukup rendah jaraknya dengan
permukaan jalan, maka ini dapat memungkinkan tubuh korban dapat
berputar (rolling injuries), hal ini dapat dikenal dari adanya luas di seluruh
tubuh dan beberapa bagian dari kulit dapat terkelupas. Pada daerah tertentu
dari tubuh, yaiut dimana terdapat banyak lipatan kulit, seperti di
daerahlipat paha, maka jika daerah tersebut terlindas oleh roda, akan
didapat kelainan yang agak khas, yang dengan adanya regangan (striae
like tears).1
Pemeriksaan toksikologis pada korban perlu pula dikerjakan untuk
memperoleh gambaran rekontruksi terjadinya kecelakaan yang tepat,
demikian pula dengan pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan
mikroskopis dari jaringan paru-paru yaitu untuk menentukan ada tidaknya
emboli lemak, bermanfaat dalam hal memastikan apakah korban langsung
mati ataukah dapat bertahan untuk beberapa lama (ini sering dipertanyakan
oleh pihak pembela dalam rangka membagi pertanggungan jawab sebab
kematian dari korban, misalnya kematian dikarenkan keterlambatan di
dalam melakukan pertolongan).1
13
4. Analisis Luka
Pada pemeriksaan luar jenazah ini ditemukan enam luka yaitu:
1. Pada dahi kanan lima sentimeter dari garis pertengahan, enam
sentimeter diatas alis, terdapat luka menganga, yang bila dirapatkan
berbentuk garis dengan tepi tidak rata sepanjang lima sentimeter, sudut
luka tumpul, ada jembatan jaringan di dalam garis batas luka, dasar luka
jaringan otak, di daerah luar garis batas luka terdapat memar dan bekuan
darah.
Lokasi luka ini pada regio frontal dan sebagian pada regio temporal
kemungkinan bagian yang terkena adalah m.frontalis, m.temporalis dan
otak.
Tepi luka yang tidak rata dengan sudut luka tumpul dan terdapat jembatan
jaringan di dalam garis batas luka menunjukkan bahwa luka tersebut
diakibatkan oleh trauma benda tumpul
2. Pada wajah, yang meliputi dahi kanan, muka dan pipi sebelah kanan
terdapat luka memar berbentuk alur ban mobil (garis zig-zag sejajar),
berwarna merah keunguan, garis batas luka memar tidak tegas
Lokasi luka ini pada regio frontal, zygomatic, sebagian regio temporal.
Bentuk luka yang berupa garis zig-zag yang sejajar menunjukkan luka
memar tersebut diakibatkan penekanan permukaan ban pada kulit yang
menyebabkan terjadinya perdarahan dibawah kulit.
3. Pada sela iga kedelapan kanan, dua sentimeter kearah luar (lateral) dari
garis tengah tulang selangka (midklavikula), terdapat luka memar, bentuk
tidak teratur, berukuran dua sentimeter berwarna merah keunguan.
Lokasi luka ini di intercosta kedelapan dada kanan yang terletak dua jari
lateral linea midklavikula. Bentuk luka memar berbentuk persegi panjang
dengan panjan dua sentimeter dan lebar nol koma enam sentimeter
14
menunjukkan luka tersebut diakibatkan penekanan permukaan keras
dengan bentuk persegi panjang
4. Pada panggul sebelah kanan, dua sentimeter serong dibawah tulang
SIPS (supra iliaca posterior superior), terdapat luka lecet gores sepanjang
empat sentimeter, berwarna putih kemerahan, terdapat lapisan permukaan
kulit luar (epidermis) terangkat pada sisi luka sebelah kiri (kearah garis
pertengahan tubuh)
Lokasi luka dua sentimeter serong dibawah tulang supra iliaca posterior
superior. Terdapat luka lecet gores sepanjang empat sentimeter dan
terdapat lapisan permukaan kulit luar (epidermis) terangkat pada sisi luka
sebelah kiri menunjukkan luka tersebut terjadi oleh benda yang agak
runcing yang menggeser lapisan permukaan kulit dan penyebabkan lapisan
tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan terjadi dan
disekitarnya tampat lecet akibat cedera epidermis yang bersentuhan
dengan permukaan yang kasar.
5. Pada paha kanan bagian dalam, satu sentimeter diatas lipatan lutut,
terdapat luka memar tidak teratur berukuran panjang enam koma lima
sentimeter, lebar tiga sentimeter berwarna merah keunguan.
Lokasi luka ini berada pada paha kanan bagian dalam satu setimeter diatas
sendi lutut belakang. Ditemuka luka memar tidak teratur berukuran
panjang enam koma lima sentimeter, lebar tiga sentimeter berwarna
keunguan menunjukkan luka tersebut diakibatkan kekerasan benda tumpul
yang sebagian sisinya berbentuk setengah lingkaran
6. Pada pertengahan tulang kering (os tibia) tungkai kanan ditemukan luka
tumpul, garis batas luka tidak teratur, tepi luka tidak rata, terdapat
jembatan jaringan, tidak ada folikel rambut yang terpotong, dasar luka
tidak teratur, diluar garis batas luka ada luka memar berwarna merah
keunguan, dan terdapat bekuan darah.
15
Lokasi luka terdapat pada pertengahan os tibia dengan garis batas luka
tidak teratur, tepi tidak rata dan terdapat jembatan jaringan, tidak ada
foliker rambut yang terpotong, dasar luka tidak teratur menunjukkan luka
tersebut diakibatkan trauma benda tumpul yang menyebakan luka terbuka
dan disekitar terdapat luka memar berbentuk persegi panjang dengan
ukuran panjang dua koma lima sentimeter dan lebar nol koma lima
sentimeter yang dapat disebabkan karena penekanan benda keras
berbentuk persegi panjang.
5. Tanda dan Waktu Kematian
Thanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang
mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian
serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.6
Perubahan pada tubuh tersebut dapat timbul dini pada saat
meninggal atau beberapa menit kemudian. Tanda-tanda kematian
dibagi atas tanda kematian pasti dan tidak pasti. Tanda kematian tidak
pasti adalah penafasan berhenti, sirkulasi terhenti, kulit pucat, tonus
otot menghilang dan relaksasi, pembuluh darah retina mengalami
segmentasi dan pengeringan kornea. Sedangkan tanda pasti kematian
adalah lebam mayat (livor mortis), kaku mayat (rigor mortis),
penurunan suhu tubuh (algor mortis), pembusukan, mumifikasi, dan
adiposera. 6
1. Lebam mayat (Livor Mortis)
Perubahan warna pada tubuh setelah kematian akibat
pengendapan darah sesuai daya gravitasi yang tidak lagi dipompa
melalui tubuh oleh jantung. Lebam mayat terbentuk bila terjadi
kegagala dirkulasi darah dalam mempertahankan tekanan hidrostatik
yang menggerakan darah mencapai capillary bed.8 Maka secara
bertahap darah yang mengalami stagnasi di dalam pembuluh vena
besar dan cabang – cabangnya akan dipengaruhi gravitasi dan
16
mengalir ke bawah ke tempat – tempat terendah8,10. Adanya eritrosit
di daerah yang lebih rendah akan terlihat kulit sebagai perubahan
warna biru kemerahan (keunguan). Oleh karena penggumpalan darah
terjadi secara pasif maka tempat – tempat dimana mendapat tekanan
lokal akan menyebabkan tertekannya pembuluh darah di daerah
tersebut3. Livor mortis biasanya terlihat sekitar 1 jam setelah kematian
dan sering terlihat, dalam waktu 20-30 menit setelah kematian.
Perubahan warna meningkat dan biasanya menjadi tetap sekitar 8-10
jam pada waktu ini dapat dikatakan lebam mayat terjadi secara
menetap. Menetapnya lebam mayat ini disebabkan oleh karena
terjadinya perembesan darah ke dalam jaringan sekitar akibat
rusaknya pembuluh darah akibat tertimbunnya sel-sel darah dalam
jumlah yang banyak, adanya proses hemolisa sel-sel darah dan
kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah. Dengan demikian
penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah 8-12 jam tidak
akan menghilang. Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari
dapat member indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi secara
sempurna. Setelah empat jam, kapiler-kapiler akan mengalami
kerusakan dan butir-butir darah merah juga akan rusak. Pigmen-
pigmen dari pecahan darah merah akan keluar dari kapiler yang rusak
akan mewarnai jaringan di sekitarnya sehingga menyebabkan warna
lebam mayat akan menetap serta tidak hilang jika ditekan dengan
ujung jari atau jika posisi mayat dibalik. Jika pembalikan posisi
dilakukan setelah 12 jam dari kematiannya. Maka lebam mayat baru
tidak akan timbul pada posisi terendah, karena darah sudah mengalami
koagulasi.8
Fenomena lebam mayat yang menetap ini sifatnya lebih
bersifat relative. Perubahan lebam ini lebih mudah terjadi pada 6 jam
pertama sesudah kematian, bila telah terbentuk lebam primer
kemudian dilkukan perubahan posisi maka akan terjadi lebam
sekunder pada posisi berlawanan. Distribusi dari lebam mayat yang
17
ganda ini adalah penting untuk menunjukan telah terjadi manipulasi
posisi pada tubuh. Akan tetapi waktu yang pasti untuk terjadinya
pergeseran lebam ini adalah tidak pasti, Poslon mengatakan “untuk
menunjukan tubuh sudah diubah dalam waktu 8 sampai 12 jam”,
sedangkan Camps memberikan patokan kurang lebih 10 jam.8
Akumulasi darah pada daerah yang tidak tertekan akan
menyebabkan pengendapan darah pada daerah yang tidak tertekan
akan menyebabkan pengendapan darah pada pembuluh darah kecil
yang dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah kecil tersebut
dan berkembang menjadi petechie (tardieu’s spot) dan purpura yang
kadang-kadang berwarna gelap yang mempunyai diameter dari satu
sampai beberapa milimeter, biasanya memerlukan waktu 18 sampai
24 jam untuk terbentuknya dan sering diartikan bahwa pembusukan
sudah mulai terjadi. Fenomena ini sering terjadi pada asphyxia atau
kematian yang terjadinya lambat.8
Mekanisme Lebam mayat
18
Meninggal
Jantung berhenti
Sirkulasi terhenti
Pengendapan darah dalam kapiler pada letak rendah dibagian tubuh (dipengaruhi gravitasi)
Darah terkoagulasi
Hemolisis
2. Kaku mayat (Rigor Mortis)
Rigor mortis adalah kekakuan pada tubuh setelah kematian yang
disebabkan karena tidak terdapat adenosine trifosfat (ATP) dalam
otot. Pada saat awal kematian, tubuh menjadi flaccid. Namun dalam 1
hingga 3 jam setelah itu, kekakuan otot mulai meningkat dan terjadi
imobilisasi pada sendi.6,8
Kelenturan otot setelah kematian masih dapat dipertahankan
karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan
cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini
digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih
terdapat ATP maka serabut aktin dan myosin tetap lentur. Bila
cadangan glikogen dalam otot habis maka energi tidak tebentuk lagi,
aktin dan myosin akan menggumpal dan otot menjadi kaku. 6,9,10
Otot membutuhkan pasokan energi dari ATP untuk berkontraksi
karena jumlah yang tersedia di otot hanya mampu untuk
mempertahankan fungsi kontraksi otot selama beberapa detik.
Terdapat tiga jalur metabolisme yang mempertahankan agar pasokan
ATP dalam otot tetap tersedia yaitu sistem fosfagen, sistem glikogen-
asam laktat dan sistem aerobik. Ketika otot menjadi anoksia maka
suplai oksigen berkurang sehingga ATP tidak diproduksi sehingga
terjadi proses glikolisis aerobik sehingga meningkatkan kadar asam
laktat dan asam piruvat. Kadar glikogen dalam otot berkurang, pH
seluler menjadi 6 dan kadar ATP mulai berkurang. Normalnya, ATP
berfungsi untuk menghambat aktivitas pelekatan antara aktin dan
myosin.9,11
Pada keadaan optimal, sistem fosfagen dapat menyediakan
energi untuk digunakan oleh otot untuk berkontraksi selama 10-15
detik, sistem glikogen asam laktat menyediakan energi selama 30
hingga 40 detik dan sistem aerobik untuk waktu yang tidak terbatas.4
19
Kaku mayat akan terjadi pada seluruh otot baik otot lurik
maupun otot polos dan bila terjadi pada otot anggota gerak, maka akan
didapatkan suatu kekakuan yang mirip atau menyerupai papan
sehingga dibutuhkan tenaga untuk melawan kekuatan tersebut.6
Kadar glikogen yang terdapat pada setiap otot berbeda-beda,
sehingga sewaktu terjadinya pemecahan glikogen menjadi asam laktat
dan energi pada saat terjadinya kematian somatik, akan menyebabkan
adanya perbedaan kadar ATP dalam setiap otot. Keadaan ini dapat
menerangkan alasan kaku mayat mulai tampak pada jaringan otot
yang jumlah serabut ototnya sedikit. Kaku mayat biasanya tampak
pertama kali pada rahang dilanjutkan siku dan kemudian pada lutut.
Pada laki-laki, kaku mayat lebih hebat dibandingkan pada perempuan
oleh karena laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar
dibandingkan wanita.6,7
Pada rata-rata orang pada suhu ruangan yang biasa, rigor mortis
biasanya terlihat 2-4 jam setelah kematian. Dan biasanya terjadi rigor
mortis sempurna setelah meninggal.Tubuh mengalami rigor mortis
sempurna ketika rahang, siku, dan lutut sudah tidak dapat digerakkan
lagi. Hal ini berlangsung 10-12 jam setelah kematian pada suhu
ruangan 70-750 F. Keadaan ini akan menetap 24-36 jam dan setelah
itu, kaku mayat akan mulai menghilang. 6,10
3. Pembusukan
Dalam pembusukan terjadi dua proses yaitu autolysis dan
putrefaction. Pembusukan adalah proses penghancuran dari jaringan
tubuh yang terjadi setelah kematian akibat aktivitas bakteri dan
enzim.6
Autolisis
20
Penghancuran jaringan adalah hasil dari proses enzim
endogenous yang dikenal sebagai proses autolysis. Autolysis adalah
pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril.
Autolisis timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel
pasca mati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan. 6,7
Pada autolisis terjadi pelepasan enzim yang berasal dari
pankreas dan asam lambung yang berasal dari lambung. Pankreas
menghasilkan banyak enzim pencernaan diantaranya adalah amylase,
lipase, dan tripsinogen. Pada kematian, enzim ini dilepaskan oleh sel
eksokrin dari pancreas dan enzim ini mencernakan dirinya sendiri
(terjadi autodigesti). Lambung terdiri dari banyak sel yang
menghasilkan enzim dan asam hidroklorida yang berperan penting
dalam pencernaan. Ketika meninggal, pepsinogen dan asam
hidroklorida dilepaskan dari sel lambung dan memberikan autodigesti
dari mukosa lambung itu sendiri (gastromalasia). Jika hal ini
berlangsung terus menerus, maka akan menyebabkan perforasi dari
lambung. Proses yang sama juga terjadi pada esophagus akibat dari
relaksasi sphincter esophagus sehingga cairan dari lambung masuk ke
esophagus (esofagomalasia). Akibat gastromalasia dan
esofagomalasia, akan menyebabkan perembesan isi cairan lambung ke
cavum abdomen sehingga menyebabkan penghancuran struktur organ
sekitar.8
Ketika sel tubuh mencapai fase akhir dari proses autolisis,
suasana lingkungan sekitar menjadi anaerobik. Pada saat ini, bakteri
normal pada tubuh akan mulai berkembang dan mengancurkan
jaringan tubuh dengan memproduksi asam, gas dan bahan-bahan
organic (fase putrefaction).8
Putrefaction
putrefaction adalah pembusukan yang disebabkan oleh aktivitas
bakteri. Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup
21
dalam tubuh segera masuk ke jaringan. Darah merupakan media
terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh. Sebagian besar bakteri
berasal dari usus dan traktus respiratorius. Bakteri ini merupakan
bakteri anaerobik yang memproduksi spora, bakteri yang berbentuk
coliform, mikrokokus, dan golongan proteus. Peningkatan kadar
organism anaerobik disebabkan karena peningkatan kadar ion
hidrogen dalam jaringan yang terjadi bersamaan dengan penurunan
kadar oksigen. 6,8
Tanda awal dari proses pembusukan (putrefaction) yang terjadi
adalah munculnya warna kehijauan pada kulit yang sering ditemukan
pada kuadran bawah abdomen, dan biasanya tampak juga pada
periumbilikus dan bagian abdomen kiri bawah. Hal ini dapat terlihat
36 hingga 72 jam setelah kematian pada suhu sekitar 70oF. Warna
kehijauan disebabkan karena penyebaran bakteri dari caecum yang
kemudian menyebar ke kuadran abdomen lainnya, dada, anggota
gerak, lalu wajah. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas
alkana, H2S dan HCN, serta asam amino dan asam lemak.Hasil dari
putrefaction adalah udara, cairan, dan garam. Warna kehijauan ini
disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemoglobin dimana H2S yang
berasal dari pemecahan protein akan bereaksi dengan Hb, membentuk
Hb-S dan Fe-S. Secara bertahap warna kehijauan ini akan menyebar
ke seluruh perut dan dada, dan bau busuk pun mulai tercium.
Pembuluh darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan
berwarna hijau kehitaman. 6,8
Terdapat dua proses yang mempengaruhi terjadinya pembusukan yaitu
adiposera dan mumifikasi :
Adiposera
Adiposera adalah terbentuknya bahan berwarna keputihan,
lunak, atau berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan
lunak tubuh paskamati. 6
22
Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang
terbentuk dari hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga
terbentuk asam lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-
sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi, dan kristal-
kristal sferis dengan gambaran radial. 6
Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat
bertahan hingga bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan
perkiraan sebab kematian masih dapat dimungkinkan. Faktor-faktor
yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembapan dan
lemak tubuh yang cukup.6
Mumifikasi
Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi
jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang
selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. Jaringan berubah
menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput, dan tidak
membusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan
yang kering. Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembapan rendah,
aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama.6
Dari hasil pemeriksaaan luar, berupa tanda-tanda kematian
yaitu;
a. Lebam mayat:
terdapat pada punggung kiri kanan, bewarna warna merah
keungunan , sukar hilang pada penekanan
b. Kaku mayat:
Terdapat kaku mayat di rahang, leher, lengan atas dan tungkai
sukar dilawan
c. Pembusukan:
23
Tidak ditemukan warna kulit berwarna kehijauan di perut
bagian bawah kanan
Ketiga hal di atas menunjukan bahwa waktu kematian kurang
dari 3 jam sebelum dilakukan pemeriksaan.
6. Medikolegal
Setiap dokter yang diminta untuk melakukan pemeriksaan jenazah
wajib melakukan pemeriksaan sesuai dengan permintaan penyidik dalam
Surat Permintaan Visum et repertum (SPV). Apabila seorang dokter secara
sengaja tidak melakukan pemeriksaan jenazah yang diminta oleh penyidik
dapat dikenakan sanksi pidana penjara selama – lamanya 9 bulan (pada
kasus pidana) dan 6 bulan (pada kasus lainnya) hal ini tertulis berdasarkan
pasal 224 KUHP. Dengan demikian seorang dokter yang mendapatkan
SPV dari penyidik wajib melaksanakan kewajibannya tersebut.6
Setelah dokter menerima SPV dari penyidik, dokter harus segera
melakukan pemeriksaan luar pada jenazah tersebut. Jika pada SPV yang
diminta adalah pemeriksaan bedah jenazah, maka dokter pada kesempatan
pertama hanya perlu melakukan pemeriksaan luar jenazah saja.
Selanjutnya dokter baru boleh melakukan pemeriksaan dalam (otopsi)
setelah keluarga korban datang dan menyatakan kesediannya untuk
dilakukannya otopsi terhadap korban. Penyidik dalam hal ini berkewajiban
untuk menghadirkan keluarga korban dalam 2 x 24 jam sejak mayat
dibawa ke dokter, lewat tenggang waktu tersebut apabila keluarga tidak
ditemukan maka dokter dapat langsung melakukan otopsi tanpa izin dari
keluarga korban (dalam pasal 134 KUHAP).8
Cedera dan kematian akibat trauma
KUHAP 351
24
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana Rp. 4.000,-
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana enjara paling lama lima tahun
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun
(4) Dengan penganiayaan disamakan dengan sengaja merusak kesehatan
KUHAP Pasal 352
Penganiayaan ringan adalah penganiayaan yang tidak menimbulkan sakit
atau halangan dalam melakukan pekerjaan
Niat
- Sengaja (dolus)
- Penganiayaan
- Penganiayaan berat
- Pembunuhan
Bisa dilihat dari persiapannya. Misalnya alat yang digunakan : golok, pemukul, tangan kosong
- Lalai (culpa)
- Culpa lata
- Culpa lvis
- Kecelakaan
Hasil
- Luka ringan
- Luka sedang
- Luka berat
- Mati
25
Rahasia Kedokteran
Dalam rahasia kedokteran seorang dokter wajib menyimpan rahasia
kedokteran seperti yang telah diatur dalam PP. No. 10 tahun 1966. Dalam
peraturan tersebut tidak dibedakan antara rahasia jabatan kedokteran
ataukah rahasia pekerjaan kedokteran. Tetapi dalam penjelasannya ada
kecenderungan bahwa yang diatur adalah kedua – duanya, karena subjek
delik yang diancam dalam pasal 322 KUHP adalah mereka yang membuka
rahasi pekerjaan maupun rahasia jabatan.
Pada dasarnya rahasia kedokteran harus tetap disimpan walaupun
pasien tersebut telah meninggal. Jadi rahasia itu harus ikut dikubur
bersama pasien. Rahasia kedokteran merupakan hak pribadi pasien yang
tidak diwariskan pada ahli warisnya. Sehingga para ahli waris itu juga
tidak berhak mengetahui rahasi pribadi pasien. Hak ini telah diatur dalam
pasal 170 KUHAP, yang menentukan bahwa mereka yang diwajibkan
meyimpan rahasia pekerjaan atau jabatan dapat minta dibebaskan dari
kewajiban untuk memeberi keterangan sebagai saksi.
Ada beberapa keadaan dimana pemegang rahasia kedokteran dapat
membuka rahasia tersebut tanpa terkena sanksi hukum, hal itu tercantum
dalam beberapa pasal antara lain pasal 48, 50 dan 51 KUHP.
Pasal 48 KUHP
Barang siapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa
tidak dipidana.
Pasal 50 KUHP
Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan
undang – undang tidak dipidana.
Pasal 51 KUHP
26
(1) Barang siapa melakukan perbuatan untuk melakukan perintah
jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang tidak
dipidana.
(2) Perintah jabatan tanpa wewenang tidak menyebabkan hapusnya
pidana kecuali jika yang diperintah, dengan iktikad baik mengira
bahwa perintah diberikan dengan wewenang dan pelaksanaanya
termasuk dalam lingkungan pekerjaannya.
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini untuk mebuat suatu
hokum menjadi terang. Sesuai dengan pasal 133 KUHAP dan pasal
134 KUHAP.
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal ini penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan, ataupun
mati yang di duga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu
disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik
dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, di lak dengan
diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari atau bagian
lain badan mayat.
Pasal 134 KUHAP
27
(1) Dalam hal sangat diperukan dimana untuk kepentingan
pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari,
penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban.
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan
dengan sejelas – jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu
dilakukan pembedahan tersebut.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun
dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak
ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang –
undang ini.
Adapun kegunaan dari pemeriksaan ini sebagai salah satu
alat bukti yang sah, seperti tercantum dalam pasal 184
KUHAP
Pasal 184 KUHAP
(1) Alat bukti yang sah
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu
dibuktikan.
Dalam kasus ini hanya dilakukan pemeriksaan luar pada jenazah
karena keluarga korban keberatan untuk dilakukan pemeriksaan
dalam. Hasil pemeriksaan tersebut belum bisa dikeluarkan sebelum
surat dari penyidik keluar.
BAB III
KESIMPULAN
28
Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian, yang tidak diduga
sebelumnya dan selalu mengakibatkan kerusakan benda, luka, atau kematian.
Kecelakaan lalu lintas ialah setiap kecelakaan kendaraan bermotor yang terjadi di
jalan raya. Kecelakaan dapat menyebabkan cedera akibat trauma yang terjadi
karena kekerasan benda tumpul (blunt force injury) yang dapat bersifat lokal yaitu
hanya mengenai sebagian kecil tubuh dan dapat pula bersifat umum mengenai
sebagian besar atau seluruh tubuh misalnya tergilas mobil.
Tanda pasti kematian adalah lebam mayat (livor mortis), kaku mayat
(rigor mortis), penurunan suhu tubuh (algor mortis), pembusukan, mumifikasi,
dan adiposera.
Pada kasus ini dijumpai enam luka dengan luka yang paling berbahaya
atau merupakan sebab kematian ditemukan pada dahi kanan lima sentimeter dari
garis pertengahan, enam sentimeter diatas alis, terdapat luka menganga, dengan
tepi tidak rata sepanjang lima sentimeter, sudut luka tumpul, ada jembatan
jaringan di dalam garis batas luka, dasar luka jaringan otak, di daerah luar garis
batas luka terdapat memar dan bekuan darah. Luka tersebut diakibatkan
penekanan benda tumpul yang juga menyebabkan patah tulang tengkorak bagian
frontal, temporal, parietal dan occipital sehingga terjadi kerusakan jaringan otak
sebagai organ vital utama pengatur fungsi tubuh manusia.
29