13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana yang
dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang akan
datang (Tandelilin, 2010). Harapan keuntungan di masa yang akan datang
merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan keuntungan
yang diharapkan. Menurut Jogiyanto (2009), investasi adalah penundaan
konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi selama periode waktu
tertentu.
Dalam konteks investasi, harapan keuntungan ini sering disebut return
(Tandelilin, 2010). Di samping untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan
datang, ada beberapa tujuan lain dari sebuah investasi (Tandelilin, 2010), yaitu:
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan
datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan
perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari
risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh
inflasi.
c. Untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan
kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi masyarakat
14
melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang
melakukan investasi pada bidang usaha tertentu.
Menurut Sunariyah (2000), investasi adalah penanaman modal untuk satu
atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan
harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Jadi, investasi dapat
diartikan sebagai pengorbanan dana saat ini dengan harapan dari dana yang
ditanamkan akan didapatkan return positif di masa yang akan datang.
2.2. Pasar Modal
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem karangan yag
terorganisir termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua
lembaga perantara dibidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang
beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar yang disiapkan guna
memperdagangkan saham-saham, obligasi, pedagang efeksi, dan jenis surat
berharga lainnya dan memakai jasa para perantara.
Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas)
jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi)
maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah atau perusahaan
swasta. Pada dasarnya, fungsi pasar modal sebagai wahana demokratisasi
kepemilikan saham yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya institusi dan
individu yang memiliki saham perusahaan yang telah go public (Husnan, 2006).
Menurut Tandeilin (2010), pasar modal adalah pertemuan antara pihak
yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
15
meperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan
sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur
lebih dari satu tahun seperti saham dan obligasi. Sementara itu, tempat dimana
terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa
efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik
2.2.1. Instrumen Pasar Modal
Instrumen dalam pasar modal merupakan sekuritas-sekuritas yang
diperdagangkan di pasar modal. Menurut Tandelilin (2010), jenis sekuritas yang
diperdagangkan di bursa efek adalah sebagai berikut:
1. saham biasa,
2. saham preferen,
3. obligasi,
4. obligasi konversi,
5. right issue,
6. waran,
7. reksadana.
Saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas.
Saham merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu
perusahaan dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva
perusahaan (BAPEPAM, 2003). Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang
cukup populer diperjualbelikan di pasar modal. Saham dibedakan menjadi dua,
yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham biasa adalah sekuritas yang
16
menunjukkan bahwa pemegang saham biasa tersebut mempunyai hak kepemilikan
atas aset-aset perusahaan (Jogiyanto, 2009). Oleh karena itu, pemegang saham
mempunyai hak suara untuk memilih direktur maupun manajemen perusahaan
dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting pada perusahaan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Sementara itu, menurut Jogiyanto
(2009), saham preferen adalah saham yang mempunyai kombinasi karakteristik
gabungan dari obligasi dan saham biasa. Saham preferen memberikan
pendapatan yang tetap seperti obligasi dan mendapatkan hak kepemilikan seperti
pada saham biasa. Perbedaan antara saham biasa dan saham preferen adalah
bahwa saham preferen tidak memberikan hak suara kepada pemegangnya untuk
memilih direksi maupun manajemen perusahaan seperti pada saham biasa.
Obligasi merupakan surat pengakuan utang atas pinjaman yang diterima
oleh perusahaan penerbit obligasi dari emiten. Obligasi merupakan sertifikat yang
berisi kontrak antara investor dan perusahaan yang menyatakan bahwa investor
tersebut atau pemegang obligasi telah meminjamkan sejumlah uang kepada
perusahaan (BAPEPAM, 2003). Obligasi dapat memberikan pendapatan dalam
jumlah yang tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah
dapat mengetahui berapa pembayaran bunga yang akan diperolehnya secara
periodik dan berapa pembayaran kembali nilai par pada saat jatuh tempo. Obligasi
konversi adalah obligasi yang setelah jangka waktu tertentu, selama masa tertentu
pula dengan perbandingan dana dan atau harga tertentu dapat ditukarkan menjadi
saham dari perusahaan emiten (BAPEPAM, 2003).
17
Right issue adalah instrumen derivatif yang berasal dari saham. Right
issue memberikan hak bagi pemiliknya untuk membeli saham baru yang
dikeluarkan oleh suatu perusahaan (Jogiyanto, 2009). Tujuan perusahaan
mengeluarkan right issue adalah agar tidak mengubah proporsi kepemilikan
pemegang saham dan mengurangi biaya emisi akibat penerbitan saham baru.
Waran (warrant) adalah efek yang diterbitkan oleh perusahaan yang
memberi hak kepada pemegang saham yang memungkinkan para pemegang
saham untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk
enam bulan atau lebih (BAPEPAM, 2003). Menurut Jogiyanto (2009), waran
adalah suatu hak yang diberikan kepada pemegangnya untuk membeli saham dari
perusahaan bersangkutan dengan harga yang tertentu dalam kurun waktu yang
sudah ditentukan. Waran adalah tipe lain dari opsi.
Reksadana atau sertifikat dana adalah efek yang diterbitkan oleh PT.
Danareksa. Sertifikat tersebut menjelaskan bahwa pemodal menitipkan sejumlah
dana kepada perusahaan reksadana untuk digunakan sebagai modal berinvestasi
baik di pasar modal maupun di pasar uang (Sunariyah, 2003). Perusahaan
reksadana menghimpun dana dari investor yang kemudian diinvestasikan dalam
bentuk portofolio yang dibentuk oleh manajer investasi. Bagi investor pemegang
reksadana, selain dapat memberikan manfaat berupa pembentukan portofolio
secara tidak langsung karena sudah dibentuk oleh manajer investasi, investor juga
dapat memperoleh dividen atau bunga dari perusahaan reksadana, memperoleh
capital gain dari hasil penjualan portofolio reksadana, dan memperoleh
18
peningkatan nilai aktiva bersih dengan menjual reksadana di pasar sekunder atau
menjual kembali kepada perusahaan reksadana yang menerbitkannya.
2.3. Return Pasar (Market Return)
Masyarakat membutuhkan infotmasi tentang perkembangan bursa. Untuk
mengetahui perkembangan bursa perlu disebarluaskan indikator-indikator
pergerakan harga saham. Salah satu indikator pergerakan harga saham adalah
indeks harga saham. Metode penghitungan indeks harga saham di bursa adalah
sama, yang membedakan adalah jumlah saham yang digunakan sebagai
komponen dalam penghitungannya. Bursa Efek Indonesia memiliki lima macam
indeks harga saham, yaitu:
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks harga saham gabungan merupakan indeks harga saham dari semua
harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia di pasar reguler. IHSG
pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator
pergerakan harga saham yang tercatat di bursa baik saham biasa maupun
saham preferen. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus
1982 dengan nilai 100.
2. Indeks LQ 45
Indeks LQ 45 diberlakukan mulai tanggal 14 Juli 1994. Indeks LQ 45
terdiri dari 45 saham dengan likuiditas dan kapasitas tinggi (Jogiyanto,
2009). Saham-saham yang termasuk dalam LQ 45 tersebut dipantau dan
setiap bulan mengalami review (Februari dan Agustus). Jika terdapat
19
saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham
lain yang memenuhi syarat (BAPEPAM, 2003). Pihak BEI mempunyai
komite penasehat yang terdiri dari para ahli di Bappepam, universitas, dan
profesional di bidang pasar modal untuk menentukan saham-saham yang
termasuk dalam golongan ini.Saham-saham yang pada indeks LQ 45 harus
memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut
(BAPEPAM, 2003) :
a. Masuk dalam 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar reguler
(rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
b. Rangking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar
selama 12 bulan terakhir).
c. Telah tercatat keungan perusahaan di BEI minimal selama 3 bulan.
d. Keadaan keuangan perusahaan dan proses pertumbuhan.
e. Frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi parsar reguler.
3. Indeks Sektoral
Indeks sektoral Bursa Efek Indonesia adalah sub Indeks dari IHSG. Semua
saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan kedalam
sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan Bursa
Efek Indonesia. Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996
dengan nilai awal indeks 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari
dasar tanggal 28 Desember 1995.
20
4. Jakarta Islamic Index
Jakarta Islamic Index merupakan indeks yang terdiri dari 30 jenis saham
yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam.
Penentuan kriteria melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT.
Danareksa Investment Management (Dewan Syariah yang berada di
bawah MUI).
5. Indeks Individual
Indeks individual adalah indeks harga masing-masing saham terhadap
harga dasarnya. Market return merupakan return keseluruhan dari suatu
investasi dalam suatu periode tertentu. Pengukuran market return yaitu
capital gain (loss) ditambah yield. Capital gain (loss) yaitu selisih untung
(rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu,
sedangkan yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap
harga investasi periode tertentu dari suatu investasi.
2.4. Return Saham Individual
Return saham individual menunjukkan realisasi return yang diperoleh
masing-masing saham. Rumus saham individual yang digunakan pada penelitian
ini adalah (Jogiyanto, 2009):
(2.1)
𝑅𝑖 =𝑃𝑡 − 𝑃𝑡−1 + 𝐷
𝑃𝑡−1
Keterangan:
Ri = return saham individual periode t
Pt = harga saham individual periode t
P = harga saham individual periode t-1
21
Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh
pemodal atas suatu investasi yang belum yang dilakukan. Return dapat berupa
realized return (return realisasi) yaitu yang sudah terjadi, atau expected return
(return ekspektasian), yaitu return yang belum terjadi dan diharapkan akan terjadi
di masa mendatang (Jogiyanto, 2009). Return realisasi merupakan return yang
telah terjadi, yang dihitung berdasarkan data historis dan dapat digunakan sebagai
salah satu pengukur kinerja perusahaan, serta sebagai dasar penentu return
ekspektasi dan risiko dimasa mendatang. Sementara itu, return ekspektasi adalah
return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang.
Return memiliki dua komponen yaitu current income dan capital gain
(Jogiyanto, 2009). Current income adalah keuntungan yang diperoleh melalui
pembayaran yang bersifat periodik seperti pembayaran bunga deposito, bunga
obligasi, dividen dan sebagainya, sedangkan capital gain adalah keuntungan yang
diterima karena adanya selisih antara harga jual dan harga beli suatu instrumen
investasi.
2.5. Return dan Risiko Investasi
2.5.1. Return
Menurut Van Horne (1997) dalam Jogiyanto (2009) return merupakan
pengembalian pendapatan yang diterima dari investasi ditambah perubahan harga
pasar, biasanya dinyatakan sebagai persentase dari harga pasar investasi awal.
Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan
kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan return yang terjadi
22
(realized return). Menurut Jogiyanto (2009), return yang diharapkan merupakan
tingkat return yang diantisipasi investor di masa yang akan datang, sedangkan
return yang terjadi (actual return) merupakan tingkat return yang telah diperoleh
investor pada masa yang telah lalu. Ketika investor menginvestasikan dananya,
investor tersebut akan mensyaratkan tingkat return tertentu dan jika periode
investasi berlalu, investor tersebut akan dihadapkan pada tingkat return yang
sesungguhnya diterima. Tingkat return yang diharapkan dengan tingkat return
aktual yang diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja
berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang benar-
benar terjadi merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses
kegiatan investasi.
Return sebagai hasil dari investasi dapat berupa return realisasi (realized
return) maupun return yang diharapkan (expected return). Realized return
merupakan return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis
(Jogiyanto, 2009). Return ini penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja suatu perusahaan. Sedangkan expected return adalah return
yang diharapkan diperoleh investor di masa yang akan datang.
Menurut Jogiyanto (2009), pengukuran realized return dapat dilakukan
dengan menggunakan return total, return relatif, return kumulatif atau return
yang disesuaikan. Expected return merupakan pengukuran rata-rata atau central
tendency dari suatu distribusi return (Elton dan Gruber, 1995 dalam Sukarno,
2004).
23
Return merupakan hasil atau keuntungan yang diperoleh investor dari
setiap alternatif investasi. Menurut Jogiyanto (2009), return dapat berasal dari:
1. Yield adalah return yang merupakan komponen dasar dari suatu investasi,
berupa cash flow yang diterima secara periodik dan biasanya disebut
dividen. Besarnya yield bisa positif, nol atau negatif.
2. Capital Gain atau capital loss adalah return yang diperoleh investor yang
berasal dari perubahan harga aset-aset yang dipegangnya. Apabila
perubahan harga tersebut positif maka disebut capital gain, sedangkan bila
perubahan harga tersebut negatif disebut capital loss.
2.5.2. Risiko
Risiko adalah kerugian yang dihadapi oleh para investor (Fabozzi, 1995
dalam Sukarno, 2004). Risiko juga didefinisikan sebagai kemungkinan
penyimpangan atau variabilitas actual return suatu investasi dengan expected
return (Elton dan Gruber, 1995 dalam Sukarno, 2004 ).
Besarnya risiko dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut (Sukarno,
2004):
1. Interest Rate Risk, adalah variabilitas return yang disebabkan oleh
perubahan tingkat suku bunga.
2. Market Risk, adalah variabilitas return yang disebabkan oleh fluktuasi
pasar secara keseluruhan.
3. Inflation Risk, adalah risiko yang mempengruhi seluruh saham yang di-
quote dalam mata uang tertentu.
24
4. Business Risk, adalah risiko yang ditimbulkan karena melakukan investasi
pada industri atau lingkungan tertentu.
5. Financial Risk, adalah risiko yang timbul karena perusahaan menggunakan
instrumen uang.
6. Liquidity Risk, adalah risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder,
dimana instrumen investasi tersebut diperdagangkan.
7. Exchange Rate Risk, adalah risiko yang ditimbulkan karena perubahan
nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara lain apabila investor
melakukan investasi ke berbagai negara (diversifikasi internasional).
8. Country Risk, adalah risiko yang terkait dengan risiko atau keadaan politik
suatu negara tempat berinvestasi.
Menurut Jogiyanto (2009), risiko investasi pada saham secara umum
dibedakan menjadi dua, yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak
sistematis (unsystematic risk). Risiko investasi yang dapat dihindari melalui
diversifikasi saham dengan membentuk portofolio optimal adalah risiko tidak
sistematis. Sementara itu, risiko sistematis adalah risiko yang tidak dapat
dihindari. Risiko yang tidak dapat dihindari adalah faktor-faktor makro yang
dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan seperti keadaan ekonomi dan
politik. Semakin banyak saham yang dimasukkan dalam portofolio berarti
semakin tersebar risikonya. Menurut Sukarno (2004), risiko portofolio
dipengaruhi oleh rata-rata tertimbang atas masing-masing risiko aset individual
dan covariance antar aset yang membentuk portofolio tersebut. Jika jumlah aset
25
ditambah, maka variance akan semakin kecil dan nilainya akan menjadi nol bila
jumlah aset pembentuk portofolio berjumlah tak terhingga.
Risiko, yang diartikan sebagai kemungkinan penyimpangan actual return
terhadap expected return (Elton dan Gruber, 1995 dalam Sukarno, 2004), bisa
menyimpang lebih kecil atau lebih besar. Risiko diukur berdasarkan penyebaran
di sekitar rata-rata atau yang biasa disebut dengan standar deviasi (deviation
standard), mengukur penyimpangan nilai-nilai actual return dengan nilai mean
atau expected return (Jogiyanto, 2009). Standar deviasi digunakan untuk
mengukur risiko dari realized return, sedangkan risiko dari expected return diukur
dengan variance.
2.5.3. Konsep Return dan Risiko
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa
melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan
salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan merupakan imbalan
atas keberanian investor menanggung risiko investasi yang dilakukan. Menurut
Sukarno (2004), hubungan tingkat risiko dan return yang diharapkan merupakan
hubungan yang bersifat searah dan linier. Artinya, semakin besar return yang
diharapkan, semakin besar pula risiko yang dihadapi oleh investor (Jogiyanto,
2009).
Gambar 2.1 berikut ini menunjukkan hubungan antara return yang
diharapkan dan risiko pada berbagai jenis aset yang mungkin bisa dijadikan
alternatif investasi.
26
Gambar 2.1
Hubungan Risiko dan Return yang Diharapkan
Garis vertikal dalam gambar di atas menunjukkan besarnya tingkat return
yang diharapkan dari masing-masing jenis aset, sedangkan garis horisontal
memperlihatkan risiko yang ditanggung investor. Titik RF (risk free) pada gambar
di atas menunjukkan tingkat return bebas risiko (risk free rate) yang berarti satu
pilihan investasi yang menawarkan tingkat return yang diharapkan sebesar RF
dengan risiko sebesar nol. Kesimpulan yang ditarik dari pola hubungan antara
risiko dan return yang diharapkan adalah bahwa risiko dan return yang
diharapkan mempunyai hubungan yang searah dan linier. Artinya, semakin besar
return yang diharapkan, semakin besar pula risiko yang dihadapi oleh investor
(Jogiyanto, 2009).
2.6. Teori Portofolio
Harry M. Markowitz mengembangkan suatu teori pada dekade 1950-an
yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori Markowitz menggunakan
beberapa pengukuran statistik dasar untuk mengembangkan suatu rencana
portofolio, diantaranya expected return, standar deviasi baik sekuritas maupun
27
portofolio, dan korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan
unsur return dan risiko dalam suatu investasi, dimana unsur risiko dapat
diminimalisir melalui diversifikasi dan mengkombinasikan berbagai instrumen
investasi kedalam portofolio. Pada tahun 1952. teori tersebut dipublikasi secara
luas pada Journal of Finance.
Teori Portofolio Markowitz didasarkan atas pendekatan mean (rata-rata)
dan variance (varian), dimana mean merupakan pengukuran tingkat return dan
varian merupakan pengukuran tingkat risiko. Teori Portofolio Markowitz ini
disebut juga sebagai Mean-Variance Model, yang menekankan pada usaha
memaksimalkan ekspektasi return (mean) dan meminimumkan ketidakpastian
atau risiko untuk memilih dan menyusun portofolio optimal.
Markowitz mengembangkan Index Model sebagai penyederhanaan dari
Mean-Variance Model, yang berusaha untuk menjawab berbagai permasalahan
dalam penyusunan portofolio, yaitu terdapatnya begitu banyak kombinasi aktiva
berisiko yang dapat dipilih dan disusun menjadi suatu portofolio. Dari sekian
banyak kombinasi yang mungkin dipilih, investor rasional pasti akan memilih
portofolio optimal. Untuk menentukan penyusunan portofolio optimal dengan
menggunakan Index Model, yang terutama dibutuhkan adalah penentuan
portofolio yang efisien, sebab pada dasarnya semua portofolio yang efisien adalah
portofolio yang optimal.
Pada perkembangan berikutnya, pada tahun 1963, William F. Sharpe
mengembangkan Single Index Model (Model Indeks Tunggal) yang merupakan
penyederhanaan Index Model yang sebelumnya telah dikembangkan oleh
28
Markowitz. Model Indeks Tunggal menjelaskan hubungan antara return dari
setiap sekuritas individual dengan return indeks pasar. Model ini memberikan
metode alternatif untuk menghitung varian dari suatu portofolio, yang lebih
sederhana dan lebih mudah dihitung jika dibandingkan dengan metode
perhitungan Markowitz. Pendekatan alternatif ini dapat digunakan untuk dasar
menyelesaikan permasalahan dalam penyusunan portofolio. Sebagaimana telah
dirumuskan oleh Markowitz, yaitu menentukan efficient set dari suatu portofolio,
maka dalam Model Indeks Tunggal ini membutuhkan perhitungan yang lebih
sedikit.
Menurut Sukarno (2004), bukti empiris menunjukkan bahwa semakin
banyak jenis saham yang dikumpulkan dalam keranjang portofolio, maka risiko
kerugian saham yang satu dapat dinetralisir dengan keuntungan saham yang lain.
Teori portofolio menggunakan asumsi bahwa pasar modal adalah efisien (efficient
market hypothesis). Pasar modal efisien artinya bahwa harga-harga saham
merefleksikan secara menyeluruh semua informasi yang ada di bursa (Reilly dan
Brown, 2003 dalam Sukarno, 2004).
2.6.1. Portofolio Efisien
Menurut Jogiyanto (2009), portofolio efisien didefinisikan sebagai
portofolio yang memberikan return ekspektasian terbesar dengan tingkat risiko
yang sudah pasti atau portofolio yang mengandung risiko terkecil dengan tingkat
return ekspektasi yang sudah pasti. Portofolio yang efisien ini dapat ditentukan
dengan memilih tingkat return ekspektasi tertentu dan kemudian meminimalkan
29
risikonya atau menentukan tingkat risiko tertentu dan kemudian memaksimalkan
return ekspektasi. Investor yang rasional akan memilih portofolio yang efisien ini
karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua
dimensi, yaitu return ekspektasi atau risiko portofolio.
Menurut Sharpe, Alexander dan Bailey (1995) dalam Sukarno (2004),
portofolio dikategorikan efisien apabila memiliki tingkat risiko yang sama,
mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi, atau mampu
menghasilkan tingkat keuntungan yang sama, tetapi dengan risiko yang lebih
rendah. Sedang Elton dan Gruber (1995) dalam Sukarno (2004) mengukur
portofolio efisien dengan ukuran theta (θ).
Hlawitscha dan Tucker (1995) dalam Sukarno (2004) menggambarkan
portofolio efisien seperti terlihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2
Portofolio Efisien
Garis yang menghubungkan titik B, M dan S merupakan portofolio yang
terletak pada efficient set. Titik Rf menuju A merupakan security market line
(SML) dan garis Rp merupakan return portofolio. Titik Rf merupakan titik risk
free rate pada aset lain dan σp merupakan risiko dari portofolio. Garis I’
30
merupakan preferensi investor yang tergolong risk averse (tidak menyukai risiko),
sehingga dana yang dimilikinya akan diinvestasikan pada portofolio yang
bergerak dari titik Rf ke M. Garis I” merupakan preferensi investor yang
tergolong risk seeker (yang menyukai risiko), sehingga dana yang dimikinya akan
diinvestasikan pada portofolio yang bergerak dari titik M ke A.
Indifference curve adalah kurva yang menggambarkan tingkat kepuasan
yang sama antara return dan risiko (Jogiyanto, 2009). Kurva yang lebih curam
mencerminkan profil investor yang risk taker, yaitu investor yang berani
mengambil risiko. Portofolio efisien adalah portofolio yang mempunyai manfaat
tertinggi bagi investor yang terletak pada titik singgung antara indifference curve
dengan efficient frontiers (Reilly dan Brown, 2003 dalam Sukarno, 2004).
Efficient frontiers menggambarkan set portofolio yang mempunyai return
maksimal pada tingkat risiko tertentu atau risiko minimum pada tingkat return
tertentu (highest utility for investor).
Dalam membentuk portofolio efisien, koefisien korelasi return dari
masing-masing aset yang membentuk portofolio harus diperhatikan. Koefisien
korelasi tersebut mencerminkan keeratan hubungan antar return dari aset-aset
yang membentuk portofolio. Apabila koefisien korelasi -1 (negatif sempurna)
artinya return kedua aset mempunyai kecenderungan perubahan berlawanan arah
pada satu periode waktu, sedangkan koefisien korelasi sebesar +1 (positif
sempurna) maka return kedua aset mempunyai kecenderungan perubahan searah
pada satu periode waktu sehingga pembentukan portofolio atau diversifikasi tidak
akan mempengaruhi (Jogiyanto, 2009). Jadi, faktor penting dalam diversifikasi
31
portofolio adalah korelasi yang rendah antar return aset pembentuk portofolio.
Makin rendah koefisien korelasi, maka semakin besar pula potensi manfaat dari
diversifikasi tersebut.
2.7. Model Indeks Tunggal
Teori portofolio yang diperkenalkan oleh Henry Markowitz mengalami
banyak perkembangan dan penyederhanaan yang membawa dampak besar pada
implementasi teori tersebut. Model tersebut adalah model indeks tunggal yang
dikembangkan oleh William sharpe pada tahun 1963. Model ini dapat digunakan
untuk menyederhanakan perhitungan model Markowitz (Jogiyanto, 2009)
Model Indeks Tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari dari
suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar (Jogiyanto, 2009).
Jika dilakukan pengamatan, maka akan nampak bahwa pada saat pasar membaik
(yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia), harga saham individu juga
meningkat demikian juga sebaliknya pada saat pasar memburuk maka saham akan
turun harganya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan suatu saham
nampaknya berkorelasi dengan perubahan pasar (Husnan, 2006). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa Model Indeks Tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa
pasar dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga saham.
Model Indeks Tunggal membagi return dari suatu sekuritas ke dalam dua
komponen, yaitu:
1. Komponen return yang unik dimiliki oleh i yang independen
terhadap return pasar.
32
2. Komponen return yang berhubungan dengan return pasar yang
diwakili oleh i dan Rm.
Bagian return yang unik (i) hanya berhubungan dengan peristiwa makro,
yang mempengaruhi perusahaan-perusahaan secara umum. Bagian return yang
berhubungan dengan return pasar ditunjukkan oleh beta (i) yang merupakan
sensitivitas return suatu sekuritas terhadap return dari pasar.
2.7.1. Portofolio Optimal berdasarkan Model Indeks Tunggal
Perhitungan untuk menentukan portofolio optimal akan sangat
dimudahkan jika hanya pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah
sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portfolio optimal tersebut. Adapun dasar
penentuan portofolio optimal berdasarkan Model Indeks Tunggal, yaitu dengan
membandingkan antara Excess Return to Beta (ERB) dengan tingkat pembatas
saham tertentu (Ci)
Bawasir dan Sitanggang (1994) menyatakan bahwa Model Indeks Tunggal
dapat digunakan dalam penentuan portofolio optimal dengan cara
membandingkan Excess Return to Beta (ERB) dengan Cut-Off-Point (Ci).
Menurut Sukarno (2004), Excess Return to Beta (ERB) merupakan kelebihan
return saham atas return aset bebas risiko (risk free rate) yang disebut dengan
return premium per unit risiko yang diukur dengan Beta. Sementara itu, Cut-Off-
Point (Ci) merupakan hasil bagi varian pasar dan return premium terhadap
variance error saham dengan varian pasar pada sensitivitas saham individual
terhadap variance error saham.
33
Konsep penghitungannya didasarkan pada model perhitungan Elton dan
Gruber (1995) dalam Sukarno (2004), yaitu dengan cara menentukan ranking
(urutan) saham-saham yang memiliki ERB tertinggi ke ERB yang lebih rendah.
Pemeringkatan bertujuan untuk mengetahui kelebihan return saham terhadap
return bebas risiko per unit risiko. Saham-saham yang mempunyai excess return
to Beta (ERB) sama dengan atau lebih besar dari Cut-Off-Rate (C*) merupakan
kandidat dalam pembentukan portofolio optimal. Rumus yang digunakan adalah:
(2.2)
𝐸𝑅𝐵𝑖 =𝐸(𝑅𝑖) − 𝑅𝐵𝑅
𝛽𝑖
Keterangan:
ERBi : Excess Return to Beta saham ke-i
E(Ri) : return ekspektasi untuk saham ke-i
RBR : return aktiva bebas risiko
βi : Beta saham ke-i
Sedangkan menurut Jogiyanto (2009), Cut-Off-Rate (C*) adalah pembatas
pada tingkat tertentu dengan rumus:
(2.3)
𝐶∗ =
𝜎𝑚2
𝐸(𝑅𝑖)− 𝑅𝐵𝑅)𝛽𝑖
𝜎𝑒𝑖2
𝑖𝑖=1
1 + 𝜎𝑚2
𝛽𝑖2
𝜎𝑒𝑖2
𝑖𝑖=1
Keterangan:
C* : Cut-Off-Rate (pembatas pada tingkat tertentu)
E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas saham i
Rf : tingkat pengembalian bebas risiko
m2 : varian pasar
ei2 : varian ei (unsystematic risk)
34
Ketentuan yang berlaku untuk masuk dalam portofolio optimal adalah:
(2.4)
𝐸 𝑅𝑖 −𝑅𝑓
𝑖> C*, atau ERB > C*
Menurut Jogiyanto (2009), penentuan besarnya proporsi tiap-tiap saham
dapat dihitung dengan rumus:
(3.15)
𝑤𝑖 =𝑍𝑖
𝑍𝑗𝑘𝑗=1
Keterangan:
Wi : proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i
Zi : skala dari timbangan atas tiap-tiap saham
Zj : total skala dari timbangan tiap-tiap saham
2.8. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pembentkan portofolio dalam investasi saham telah
banyak dilakukan. Harry M dan Markowitz (1952) melakukan penelitian
menentukan saham yang dapat memberikan expected rate of return yang besar
dengan risiko tertentu dengan menggunakan alat statistik Mean Variance Model.
Bawasir dan Sitanggang (1994) menggunakan Cut-Off Rate dalam
memilih saham untuk membentuk portofolio optimal dengan batas efisiensi C*.
Penelitian memfokuskan pada pengujian perbedaan pilihan portofolio antara
investor domestik dengan investor asing. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan antara investor domestik dengan investor asing dalam
pemilihan saham pembentuk portofolio optimal. Investor domestik dan investor
35
asing tidak memilih saham dalam batas efisisen C* untuk membentuk portofolio.
Rasionalitas investor dilihat dari cara mereka menentukaan portofolio optimal,
yang dipengaruhi oleh preferensi investor terhadap return dan risiko.
Budi (2003) melakukan penelitian untuk membentuk portofolio optimal
menggunakan Model Indeks Tunggal. Kesimpulan yang diperoleh adalah dari 66
perusahaan go public yang diamati, muncul 23 perusahaan yang terus-menerus
listed di BEJ 30 periode pengamatan dari bulan Juli 1998 sampai dengan
Desember 2000. Dari 23 perusahaan tersebut, ternyata yang masuk kandidat
portofolio sebanyak 7 saham perusahaan, yaitu Indofood Sukses Makmur Tbk,
Unilever Indonesia Tbk, Texmaco Jaya Tbk, Ramayan Lestari Sentosa Tbk,
Texmaco Perkasa Engineering Tbk, H.M Sampoerna Tbk, Astra Intenational Tbk.
Budi (2003) juga melakukan penelitian mengenai rasionalitas investor
dalam pemilihan saham. Rasionalitas investor ditentukan dengan
meperbandingkan rata-rata volume perdagangan saham antara saham-saham yang
diikutkan dalam portofolio optimal dengan saham-saham yang tidak diikutkan
dalam portofolio optimal. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya rasionalitas
investor dalam pemilihan saham dan pembentukan portofolio optimal dalam
Model Indeks Tunggal. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata volume perdagangan
saham-saham yang masuk kandidat portofolio tidak berbeda dibandingkan dengan
rata-rata volume perdagangan saham-saham bukan kandidat portofolio.
Andriyanto (2006) melakukan penelitian dengan menggunakan 2 metode
penentuan portofolio optimal, yaitu Model Indeks Tunggal dan metode random.
Untuk Model Indeks Tunggal, didapat kesimpulan bahwa ada 2 kandidat saham
36
perusahaan dalam portofolio optimal dengan menggunakan data saham yang
masuk dalam perhitungan Top 20 Gainers periode September 2004 sampai
dengan Desember 2004, yaitu Duta Pertiwi Nusantara Tbk (DUTI) dan Aroma
Bina Sejati Tbk (ARTI).
Daryanto (2010) menggunakan Model Indeks Tunggal untuk menentukan
rasionalitas investor selama tahun 2008. Hasil dari perhitungan dengan Model
Indeks Tunggal menunjukkan, dari 34 perusahaan yang menjadi sampel
penelitian, hanya 3 perusahaan yang masuk dalam kandidat portofolio optimal.
Hasil pengujian return saham dengan Mann-Whitney Test menunjukkan ada
perbedaan rata-rata return saham antara saham-saham perusahaan yang menjadi
kandidat portofolio optimal dengan saham-saham perusahaan yang tidak menjadi
kandidat portofolio optimal. Hasil pengujian risiko saham dengan Mann-Whitney
Test menunjukkan ada perbedaan rata-rata risiko saham antara saham-saham
perusahaan yang menjadi kandidat portofolio optimal dengan saham-saham
perusahaan yang tidak menjadi kandidat portofolio optimal. Hasil pengujian
volume perdagangan saham dengan Mann-Whitney Test menunjukkan tidak ada
perbedaan rata-rata volume perdagangan saham antara saham-saham perusahaan
yang menjadi kandidat portofolio optimal dengan saham-saham perusahaan yang
tidak menjadi kandidat portofolio optimal.
Anggarkusuma (2010) menggunakan Model Indeks Tunggal untuk
menentukan portofolio optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 24
perusahaan yang masuk dalam indeks LQ 45 di BEI periode pengamatan dari
Januari 2005 sampai dengan Desember 2008. hanya 3 saham yang menjadi
37
kandidat portofolio, yaitu PT. Bank Indonesia Tbk (BNII), PT. Perusahaan Gas
Negara, Tbk (PGAS), dan PT. Aneka Tambang, Tbk (ANTM).
Sulistyowati (2012) melakukan penelitian untuk menentukan rasionalitas
investor dengan teknik analisis data menggunakan Model Indeks Tunggal. Hasil
dari penelitian ini menunjukan bahwa dengan menggunakan Model Indeks
Tunggal pada 21 perusahaan yang selalu masuk kelompok saham LQ 45 selama 5
periode (Agustus 2008-Januari 2011), terdapat tujuh saham yang masuk kandidat
portofolio optimal, yaitu BBNI, SMGR, UNTR, LISP, BBCA, ASII dan INDF.
Berdasarkan perhitungan, investor akan mendapatkan return portofolio sebesar
3.88% dengan risiko portofolio sebesar 1.76%. Untuk berinvestasi, investor dapat
membagi pada beberapa saham dengan proporsi pada saham SMGR sebesar
22.84%, ASII sebesar 21,8%, UNTR sebesar 18.77%, BBNI sebesar 17,37%,
LISP sebesar 8.62%, BBCA sebesar 8.21% dan INDF sebesar 2.81%. Walaupun
termasuk kandidat portofolio, rata-rata frekuensi perdagangan saham kandidat
portofolio menunjukan bahwa investor tidak memilih saham berdasarkan Cut-Off
Rate (C*) selama Agustus 2008-Januari 2011. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa investor tidak memiliki rasionalitas dalam pemilihan saham dan
pembentukan portofolio optimal dalam Model Indeks Tunggal.
38
Penelitian terdahulu yang dijelaskan sebelumnya secara ringkas dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1
Penelitian-Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Alat Analisis Hasil
1 Bawazier dan
Sitanggang
(Majalah
Ekonomi
Usahawan Tahun
XXIII, No.1,
1994)
Memilih Saham
Untuk Portofolio
Optimal
Model Indeks
Tunggal, Cut-
off Rate
Tidak ada perbedaan
antara investor
domestik dan asing
dalam pemilihan
portofolio
Investor domestik
dan asing tidak
menggunakan C*
untuk membentuk
portofolio
2 Budi, Universitas
Dipenogoro
(Tesis, 2003)
Rasionalitas
Investor terhadap
Pemilihan Saham
dan Penentuan
Portofolio
Optimal dengan
Model Indeks
Tunggal
Model Indeks
Tunggal,
Mann-Whitney
Test
Tidak ada
rasionalitas investor
dalam pemilihan
saham dan
pembentukan
portofolio optimal
dalam Model Indeks
Tunggal di Bursa
Efek Jakarta
Saham yang masuk
kandidat portofolio
sebanyak 7 saham
peru-sahaan, yaitu
Indo-food Sukses
Makmur Tbk,
Unilever Indonesia
Tbk, Texmaco Jaya
Tbk, Ramayan
Lestari Sentosa Tbk,
Texmaco Perkasa
Engineering Tbk,
H.M Sampoerna
Tbk, Astra
Intenational Tbk.
39
3 Andriyanto,
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
(Skripsi, 2006)
Analisis Investasi
dan Penentuan
Portofolio
Optimal di Bursa
Efek Jakarta
Model Indeks
Tunggal dan
Model
Random
ada 2 kandidat saham
perusahaan dalam
portofolio optimal
dengan menggu-nakan
data saham yang
masuk dalam
perhitungan top 20
Gainers periode
September 2004
sampai dengan
Desember 2004, yaitu
Duta Pertiwi
Nusantara Tbk (DUTI)
dan Aroma Bina Sejati
Tbk (ARTI).
4 Daryanto,
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
(Skripsi, 2010)
Analisis Pengaruh
Rasionalitas
Investor terhadap
Pemilihan Saham
dan Penentuan
Portofolio
Optimal Model
Indeks Tunggal di
BEI Selama
Tahun 2008
Model Indeks
Tunggal
Mann-Whitney
Test
Ada 3 perusahaan
yang menjadi
kandidat portofolio
optimal.
ada perbedaan rata-
rata return saham
antara saham-saham
perusahaan yang
menjadi kandidat
portofolio optimal
dengan yang tidak
menjadi kandidat
portofolio optimal.
ada perbedaan rata-
rata risiko saham
antara saham-saham
perusahaan yang
menjadi kandidat
portofolio optimal
dengan yang tidak
menjadi kandidat
portofolio optimal.
tidak ada perbedaan
rata-rata volume
perdagangan saham
antara saham-saham
perusahaan yang
menjadi kandidat
portofolio optimal
dengan yang tidak
menjadi kandidat
40
portofolio optimal.
5 Anggarkusuma,
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
(Skripsi, 2010)
Analisis Investasi
dan Penentuan
Portofolio Saham
Optimal dengan
Menggunakan
Model Indeks
Tunggal di Bursa
Efek Indonesia
Periode 2005-
2008
Model Indeks
Tunggal
Dari total 24
perusahaan yang
masuk dalam indeks
LQ 45 di BEI periode
pengamatan dari
Januari 2005 sampai
dengan Desember
2008 menunjuk-kan
bahwa terdapat 3
saham yang menjadi
kandidat portofolio,
yaitu:
PT. Bank Indonesia
Tbk (BNII)
PT. Perusahaan
Gas Negara, Tbk
(PGAS)
PT. Aneka
Tambang, Tbk
(ANTM).
6 Sulistyowati
(2012)
Analisis
Pembentukan
Portofolio
Optimal
Menggunakan
Model Indeks
Tunggal untuk
Pengambilan
Keputusan
Investasi
Model Indeks
Tunggal,
Independent
Sample T-Test
Dari 21 sampel
penelitian hanya 7
perusahaan yang
masuk dalam
pemben-tukan
portofolio optimal
Tidak terdapat
rasiona-litas investor
dalam pemilihan
saham dan
pembentukan
portofolio optimal
dalam Model Indeks
Tunggal
Sumber: Data olahan.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini
peneliti juga menggunakan Model Indeks Tunggal. Penelitian ini merupakan
replikasi dari penelitian Daryanto (2010) dan mengacu pada penelitian Budi
(2003). Persamaan penelitian ini dengan penelitian Daryanto (2010) adalah dalam
hal teknik analisis yang dipergunakan. Perbedaan penelitian ini dengan Daryanto
41
(2010) terletak pada jumlah waktu pengamatan yang semula selama 12 bulan
menjadi 60 bulan dimulai dari bulan Januari 2007 sampai dengan bulan Desember
2011. Selain itu, dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan volume
perdagangan untuk menganalisis rasionalitas investor.
2.9. Rerangka Berpikir
Kegiatan pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya
keinginan masyarakat bisnis untuk mencari alternatif sumber pembiayaan usaha
selain bank membuat investasi di pasar modal menjadi meningkat. Dalam
mengambil keputusan untuk menanamkan modalnya atau berinvestasi, seorang
investor harus mempertimbangkan saham-saham mana yang harus dipilih sebagai
tujuan investasi. Untuk dapat mengetahui hal tersebut, seorang investor
memerlukan beberapa prosedur perhitungan melalui sejumlah data sebagai input
struktur portofolio dalam melakukan analisis portofolio terhadap sekuritas yang
ada di pasar. Pemilihan saham dan pembentukan portofolio optimal dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Model Indeks Tunggal.
Hubungan return yang diharapkan dan risiko merupakan hubungan yang
searah atau linier. Artinya, semakin besar return yang diharapkan, semakin besar
pula risiko yang dihadapi oleh investor (Jogiyanto, 2009). Investor dapat
mendiversifikasi (portfolio) dananya pada berbagai aset. Investor memilih aset-
aset tersebut tergantung dari sejauh mana preferensi terhadap risiko. Investor yang
cenderung tidak mau menanggung risiko, maka pilihan investasinya akan
cenderung lebih banyak pada aset-aset yang bebas risiko. Investor selalu ingin
42
memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat risiko tertentu yang
bersedia ditanggungnya atau mencari investasi yang menawarkan risiko terendah
dengan tingkat return tertentu sehingga tercapai tujuan untuk mengoptimalkan
investasi dananya.
Saham-saham yang membentuk portofolio optimal tentu akan sangat
diminati investor sehingga akan menimbulkan minat untuk bertransaksi pada
saham–saham tersebut. Besarnya minat investor untuk bertransaksi pada saham-
saham yang merupakan portofolio optimal menunjukkan bahwa investor bersikap
rasional. Besarnya minat investor tersebut ditunjukkan dengan rata-rata frekuensi
perdagangan saham yang termasuk dalam kandidat portofolio optimal lebih tinggi
dibandingkan saham-saham yang tidak masuk kandidat portofolio optimal.Sartono
(2000), menyatakan bahwa semua investor rasional dan memiliki preferensi
terhadap risiko maupun tingkat keuntungan yang berbeda, investor akan selalu
mencoba mencari portofolio yang memberikan tingkat keuntungan yang maksimal
untuk tingkat risiko tertentu dan portofolio yang memiliki tingkat keuntungan
tertentu dengan risiko minimal.
Untuk lebih memudahkan dalam memahami serta mendapatkan gambaran
dalam penelitian ini, maka peneliti menyusun suatu rerangka pemikiran seperti
pada gambar 2.3.
43
Gambar 2.3
Rerangka Berpikir
Kandidat
Portofolio
ERB > C*
Bukan Kandidat
Portofolio
ERB < C*
Risk Return
Pasar Modal dan
Investasi Saham
Investor Emiten
Penentuan Portofolio dengan
Metode Indeks Tunggal
Rata-rata Volume
Perdagangan Tinggi
Rata-rata Volume
Perdagangan Rendah
Investor Rasional Investor Irrasional
44
2.10. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2010), hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan pertanyaan penelitian dan
rerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha : Tidak terdapat rasionalitas investor dalam pemilihan saham dan
penentuan portofolio optimal dengan menggunakan Model Indeks
Tunggal untuk saham-saham yang terdaftar pada indeks LQ-45 di Bursa
Efek Indonesia periode 2007-2011.
Top Related