41
3. BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di daerah irigasi (DI) Lanang di Kabupaten Grobogan.
Daerah Irigasi Lanang atau disebut juga DI Sidorejo Kiri mencakup wilayah Kecamatan
Penawangan dan Karangrayung Kabupaten Grobogan. Wilayah ini sebelumnya
merupakan sawah tadah hujan. Pembangunan Daerah Irigasi Lanang merupakan
pengembangan dari daerah irigasi Sidorejo (6.038 Ha), yang merupakan bagian dari
masterplan pengembangan sistim irigasi Waduk Kedung Ombo.
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan
Juni 2015. Lokasi penelitian secara jelas dapat dilihat pada Gambar 5.
B. Tata Laksana Penelitian
1. Jenis dan Perancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang bertujuan memberikan
gambaran secara sistematis terhadap objek yang diteliti. Penelitian ini merupakan
penelitian yang memanfaatkan data yang sudah ada. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis, dimana analisis tersebut untuk menentukan fenomena yang diteliti dan
mencari pemecahannya.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pentani anggota P3A dan GP3A
yang menggarap lahan sawahnya di Daerah Irigasi Lanang. Metode pengambilan atau
penarikan sampel dalam penelitian ini adalah purvosive sampling (sampel purposif atau
bertujuan). Purposive sampling atau kadang-kadang disebut juga judgement sampling,
merupakan pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan. Peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian atas
karakteristik anggota sampel untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah Pengurus P3A dan GP3A di
Daerah Irigasi Lanang atau anggota P3A dan GP3A yang aktif dalam pengelolaan
jaringan irigasi.
42
Gambar 5. Peta Lokasi Daerah Irigasi Lanang Kabupaten Grobogan
43
Menurut Silalahi (2012) penentuan sampel untuk penelitian deskriptif adalah
10% dari populasi dianggap sebagai jumlah yang paling minimal. Menurut Gima
Sugiama (2008) dalam Sofyan (2012), banyaknya sampel dalam kegiatan penelitian
minimal 30 sampel dari jumlah sampel yang besar, karena dengan 30 sampel sudah
menunjukan kurva distribusi normal. Maka dalam penelitian ini ditentukan sampel
yaitu:
Tabel 8. Jumlah Sampel Penelitian
NO NAMA P3A/ GP3A DESA KECAMATAN JUMLAH RESPONDEN
(ORANG) 2. P3ATirta Mukti Mojoagung Karangrayung 5
3. P3A Tirto Makmur Pulomangin Karangrayung 5
4. P3A Sumber Makmur Sumberjosari Karangrayung 5
5. P3A Tirto Mulyo Sedadi Penawangan 5
6. P3A Tirta Jaya Toko Penawangan 5
7. P3A Tirto Langgeng Bologarang Penawangan 5
8. P3A Sido Makmur Watupawon Penawangan 5
9. P3A Tirta Lancar Leyangan Penawangan 5
10. P3A Tirto Utomo Pengkol Penawangan 5
11. P3A Sumber Tirto Karangwader Penawangan 5
12. P3A Tirta Mukti Jipang Penawangan 5
13. P3A Tirta Lestari Tunggu Penawangan 5
14. GP3A Tirto Mukti Pengkol, Layengan, Karangwader
Penawangan 2
15. GP3A Tirta Amerta Mojoagung, Tunggu, Watupawon, Jipang
Karangrayung, Penawangan
2
16. GP3A Tirta Kencana Tunggu, Samberjosari, Sedadi, Bologarang
Karangrayung, Penawangan
2
JUMLAH SAMPEL RESPONDEN 66
44
Data untuk analisis dengan Metode AHP sebanyak 4 responden ahli (expert) di
bidang irigasi. Responden ahli meliputi:
1. Kepala bidang Irigasi, Dinas Pekerjaan Umum bidang Sumberdaya Air Kabupaten
Grobogan
2. Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Grobogan
3. Kasi Pengelolaan Lahan dan Air, Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Grobogan
4. Petugas Penyuluh Lapangan yang mendampingi P3A dan GP3A wilayah
Daerah Irigasi Lanang
3. Pengumpulan Data
a) Data Primer
Data primer yang diambil berupa, hasil wawancara dan kuesioner dengan
masyarakat petani anggota P3A dan GP3A wilayah Daerah Irigasi Lanang. Selain
itu data primer yang diambil adalah kondisi eksisting wilayah studi selama
penelitian.
b) Data Sekunder
1) Peta Daerah Irigasi dan Skema Bangunan irigasi, dari Dinas PU Pengairan
maupun Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana dan Balai
Pengelolaan Sumberdaya Air Serang Lusi Juana (BPSDA Seluna);
2) Data luas layanan dan prasarana irigasi Daerah Irigasi Lanang, Dinas PU
Pengairan Kabupaten Grobogan;
3) Debit tersedia dan kebutuhan serta rencana tata tanam Daerah Irigasi Lanang,
Dinas PU Pengairan Kabupaten Grobogan;
4) Data Luas tanam dan produktivitas tanaman padi dari Dinas Pertanian
Kabupaten Grobogan;
5) Data cetak sawah baru di Daerah Irigasi Lanang, Dinas Pertanian Kabupaten
Grobogan;
6) Data curah hujan, Dinas PU Pengairan Kabupaten Grobogan;
7) Data kejadian banjir dan kekeringan, Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan;
45
8) Data penggunaan lahan wilayah Daerah Irigasi Lanang, Bappeda Kabupaten
Grobogan
9) Data P3A/GP3A (status badan hukum, kondisi perkembangan, rapat,
keterlibatan dalam OP irigasi) yang diperoleh dari wawancara, Dinas Pertanian
dan Dinas Pengairan.
10) Data Peta dan citra satelit, Badan Informasi Geospasial dan Google Earth
4. Prosedur Pengumpulan Data
a. Observasi lapangan yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi
penelitian untuk melihat dari dekat kondisi jaringan irigasi. Teknik observasi
dilakukan dengan cara pengambilan dokumentasi
b. Metode Analisa Dokumen, merupakan suatu cara pengumpulan data yang
dilakukan dengan menganalisis isi dokumen yang berhubungan dengan Daerah
Irigasi Lanang. Pada metode ini dokumen yang dimaksud pada penelitian ini
adalah adalah data sekunder yang telah ada di dinas pengelola irigasi serta buku-
buku literatur dan artikel sebagai sumber studi pustaka.
Studi Pustaka yaitu melalui sumber-sumber informasi dari instansi terkait dari
hasil pencatatan peristiwa penting, buku-buku jurnal, buku kabupaten dalam
angka dan situs internet
c. Metode Wawancara, merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data atau keterangan lisan dari seseorang yang disebut responden melalui suatu
percakapan yang sistematis dan terorganisasi (Silalahi, 2012). Wawancara yang
dilakukan adalah wawancara terstruktur dengan menyusun sekuensi pertanyaan
tentang informasi yang dibutuhkan tentang kondisi Daerah Irigasi Lanang.
Sasaran wawancara yang dilakukan adalah tokoh masyarakat, ketua
kelembagaan P3A dan GP3A di lokasi penelitian serta stakeholer terkait
pengelolaan Daerah Irigasi Lanang.
d. Angket/Kuisioner, dilakukan dengan menggunakan kuisioner kepada petani
anggota P3A/GP3A di lokasi Daerah Irigasi Lanang. Kuisioner adalah satu set
tulisan tentang pertanyaan yang diformulasikan supaya responden mencatat
jawabannya, biasanya secara terbuka alternatif jawaban ditentukan. Pertanyaan
dalam kuisioner ialah tentang indikator dari konsep (Silalahi, 2012).
46
Secara singkat, jenis data serta prosedur pengambilan data dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 9. Jenis dan prosedur pengambilan data
Jenis Data
Sumber Data Prosedur Pengumpulan
Data
Data yang diperoleh
Data Primer
Petani pengurus P3A dan GP3A wilayah Daerah Irigasi Lanang
Angket/kuesioner Data profil responden; Data pembobotan kinerja P3A dan GP3A
Petani pengurus P3A dan GP3A wilayah Daerah Irigasi Lanang
wawancara Data dampak pengembangan Daerah Irigasi Lanang yang dirasakan oleh petani yaitu: pendapatan, harga jual dan sewa lahan, peningkatan produksi dan layanan jaringan irigasi
Lapangan Observasi Lapangan
Dokumentasi (foto-foto) kondisi eksisting wilayah Daerah Irigasi Lanang selama penelitaian
Data Sekunder
BBWS Pemali Juwana dan BPDAS Seluna
Analisis Dokumen
Peta Daerah Irigasi dan Skema Bangunan irigasi
Dinas PU Pengairan Kabupaten Grobogan
Analisis Dokumen
- Data luas layanan dan prasarana irigasi Daerah Irigasi Lanang
- Debit tersedia dan kebutuhan air irigasi dan rencana tata tanam
- Data curah hujan - Data P3A dan GP3A
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Grobogan
Analisis Dokumen
- Data Luas tanam dan produktivitas tanaman padi
- Data kejadian banjir dan kekeringan
- Data cetak sawah - Data saluran tersier - Data P3A dan GP3A - Kegiatan pemberdayaan P3A
dan GP3A Bappeda Kabupaten Grobogan
Analisis Dokumen
Peta penggunaan lahan wilayah Daerah Irigasi Lanang; Peta DAS Kabupaten Grobogan
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Grobogan
Analisis Dokumen
Data produksi padi; Data jumlah petani dan Buruh tani 2010 -2014
Badan Informasi Geospasial Analisis Dokumen
Peta RBI lembar 1408-643
47
Jenis Data
Sumber Data Prosedur Pengumpulan
Data
Data yang diperoleh
Google Earth Analisis Dokumen
Citra satelit ikonos Google Earth tahun 2014
5. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner
Data yang baik adalah data yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya dan
data tersebut bersifat tetap, konsisten atau dapat dipercaya. Data yang sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya disebut data yang valid. Data yang dapat dipercaya disebut
data yang reliabel. Agar dapat diperoleh data yang valid dan reliabel, maka instrumen
penilaian yang digunakan untuk mengukur objek yang akan dinilai harus memiliki bukti
validiatas dan reliabilitas (Widoyoko, 2012)
Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan pada bulan Januari 2015 pada 30
anggota P3A di Desa Kluwan, Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan yang
termasuk pada Daerah Irigasi Sedadi.
Uji validitas terhadap pertanyaan di dalam kuisioner, dimana tingkat validitas
atau kesahihan dari setiap pertanyaan harus mampu mengungkapkan sesuatu (alat ukur)
kegiatan penilitian. Uji validitas dihitung dengan mengunakan formulasi korelasi
product moment, tehadap input data berupa hasil jawaban masing-masing responden
terhadap masing-masing pertanyaan.
Rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut (Widoyoko, 2012):
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan varieabel Y
X = skor butir pertanyaan
Y = skor total pertanyaan
N = jumlah responden
Penafsiran harga koefisien korelasi yaitu dengan membandingkan harga rxy
dengan harga kritik. Tolok ukur dari r kritis yang digunakan dalam pengujian validasi
dengan batasan r kritis 0,3 (Sugiyono, 1999 dalam Sofyan, 2012). Apabila rxy lebih
(Persamaan 5)
48
besar atau sama dengan 0,3 (rxy ≥ 0,3), butir pertanyaan disebut valid. Sebaliknya
apabila rxy lebih kecil dari 0,3 (rxy < 0,3), butir pertanyaan tersebut dikatakan tidak valid.
Hasil perhitungan uji validitas pertanyaan kuisioner adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil perhitungan Uji validitas dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment
PERTANYAAN NILAI rxy
KETERANGAN PERTANYAAN NILAI rxy
KETERANGAN
1. 0,62399 VALID 20. 0,326155 VALID
2. 0,492288 VALID 21. 0,360992 VALID
3. 0,587759 VALID 22. 0,431103 VALID
4. 0,66007 VALID 23. 0,509484 VALID
5. 0,56362 VALID 24. 0,348147 VALID
6. 0,389701 VALID 25. 0,364944 VALID
7. 0,477788 VALID 26. 0,353023 VALID
8. 0,461036 VALID 27. 0,565235 VALID
9. 0,542852 VALID 28. 0,307812 VALID
10. 0,389449 VALID 29. 0,389756 VALID
11. 0,370073 VALID 30. 0,532082 VALID
12. 0,547614 VALID 31. 0,499384 VALID
13. 0,533146 VALID 32. 0,322881 VALID
14. 0,322588 VALID 33. 0,356972 VALID
15. 0,592516 VALID 34. 0,509648 VALID
16. 0,355305 VALID 35. 0,720981 VALID
17. 0,449645 VALID 36. 0,307698 VALID
18. 0,363136 VALID 37. 0,542633 VALID
19. 0,542859 VALID
Sumber: hasil analisis, 2015
Uji reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus Alpha. Rumus Alpha
dipilih karena instrumen kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
sistem skoring dengan skala likert atau instrumen skor non diskrit (Widoyoko, 2012).
Rumus Alpha adalah sebagai berikut (Widoyoko, 2012):
49
NNX
X
kkr
t
i
22
2
2
2
11
:dimana
11
keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
i2 = jumlah varians butir pertanyaan
t2 = varians total
X = skor total
Untuk mengetahui apakah instrumen tersebut reliabel atau tidak langkah
selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan harga kritik atau standar reliabilitas.
Harga kritik untuk indeks reliabilitas instrumen adalah 0,7. Artinya suatu instrumen
dikatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7
(Kaplan, 1982 dalam Widoyoko, 2012).
Hasil perhitungan reliabilitas diperoleh nilai r11 = 0,89. Nilai ini lebih besar dari
harga kritik indeks reliabilitas instrumen yaitu 0,7. Maka instrumen kuisioner yang
disusun adalah RELIABEL.
Secara lengkap tabel perhitungan uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada
lampiran.
6. Teknik Analisis Data
a. Analisis dampak pengembangan daerah irigasai:
Dilakukan analisis kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi pada Daerah Irigasi
Lanang dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah dilakukan
pengembangan. Analisis yang digunakan menggunakan metode cheklist.
Dampak yang diteliti adalah sebagai berikut:
(Persamaan 7)
(Persamaan 6)
50
1) Analisis dampak kondisi lingkungan, meliputi:
a) data luas lahan sawah beririgasi
b) data keandalan air irigasi
c) data luas panen dan produksi pertanian
d) data kejadian bencana (banjir dan kekeringan)
e) data pola tanam
2) Analisis dampak kondisi sosial petani
a) Mata pencaharian atau pekerjaan masyarakat yang dominan
b) Keberadaan organisasi P3A dan GP3A
c) Pelaksanaan pengengeloaan jaringan irigasi secara partisipatif (gotong
royong)
3) Analisis dampak kondisi ekonomi petani
a) pendapatan petani,
b) harga lahan sawah,
c) penggiatan petani dalam pembayaran IPAIR (iuran pengelolaan air irigasi)
guna pelaksanaan operasional dan pemeliharaan secara partisipatif.
a. Analisis kinerja pengelolaan jaringan irigasi Daerah Irigasi Lanang oleh P3A dan
GP3A secara partisipatif, dilakukan dengan analisis data kuisioner tentang kinerja
jaringan irigasi yang dikelola oleh P3A dan GP3A.
Analisis kinerja pengelolaan jaringan irigasi Daerah Irigasi Lanang oleh P3A dan
GP3A secara partisipatif, dilakukan dengan analisis data kuisioner tentang kinerja
kelembagaan. Mengukur kinerja P3A dan GP3A digunakan skala pengukuran sikap
pengurus dan anggota terhadap kelembagaan petani pemakai air dengan cara
responden memilih jawaban yang paling sesuai dengan keadaan sebenarnya. Kriteria
penilaian adalah antara 1 sampai dengan 4. Nilai 1 untuk jawaban terendah dan nilai
4 merupakan jawaban yang paling tinggi atau paling baik.
Berikut ini adalah kriteria penilaian pengelolaan jaringan irigasi Daerah Irigasi
Lanang oleh P3A dan GP3A, (Sofyan, 2012):
51
Tabel 11. Kriteria Penilaian Kinerja Kelembagaan P3A dan GP3A
NO ASPEK JUMLAH PERTANYAAN
NILAI MINIMAL
NILAI MAKSIMAL
JUMLAH MAKSIMAL
1. Kelembagaan 6 6 24 24 2. Pemanfaatan Air
Irigasi 5 5 20 20
3. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
3 3 12 12
4. Rehabilitasi jaringan irigasi
3 3 12 12
5. Kondisi fisik jaringan irigasi
3 3 12 12
6. Keuangan kelembagaan petani
5 5 20 20
jumlah 25 25 100 100
Status tingkat kinerja P3A dan GP3A diperoleh dengan menjumlahkan seluruh nilai
aspek yang terpantau. Tingkat kinerja dibedakan menjadi 4 kriteria, yaitu:
1) Bila jumlah nilai berkisar 0 – 25 : tidak baik
2) Bila jumlah nilai berkisar 26 – 50 : cukup baik
3) Bila jumlah nilai berkisar 51 – 75 : baik
4) Bila jumlah nilai berkisar 76 – 100 : sangat baik
b. Menentukan strategi pengelolaan Daerah Irigasi Lanang secara partisipatif dengan
Analisis SWOT
Analisis SWOT digunakan sebagai alat untuk menentukan strategi pengelolaan
daerah irigasi Lanang secara partisipatif. Nilai rating faktor SWOT diambil dari
kuisioner yang diberikan kepada petani. Kuisioner diarahkan untuk menukung nilai
rating pada variabel-variabel yang ditentukan.
Metode SWOT digunakan sebagai pendekatan untuk menghasilkan strategi
pengelolaan daerah irigasi secara partisipasi melalui analisis situasi lokasi penelitian
yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekantan deduktif dan induktif. Pendekaten deduktif dilakukan
dengan mengkaji teori-teori atau pengetahuan yang sudah ada dari berbagai sumber
pustaka. Pendekatan induktif yaitu dengan mengamati fenomenologi yang ada di
52
lokasi penelitian. Selanjutnya akan dirumuskan permasalahan berserta
pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pemberanan (verifikasi) dalam
bentuk dukungan data empiris di lapangan atau lokasi penelitian.
Strategi-strategi pengelolaan daerah irgasi secara partisipatif yang dirumuskan
merupakan pemecahan masalah-masalah di lokasi penelitian (problem solving). Hal
ini dilakukan dengan mengkaji dampak pengembangan Daerah Irigasi Lanang.
Dimana dampak positif yang ada ditingkatkan dan dikelola dengan baik, sedangkan
dampak negatif dikurangi sekecil-kecilnya atau dihilangkan.
c. Menentukan prioritas strategi pengelolaan daerah irigasi Lanang mengunakan
metode AHP
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan awal tahun 1970-an
oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari Universitas Pittsburg. Metode
AHP pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang
berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang
didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi di antara berbagai set alternatif.
Analisis ini ditujukan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak
mempunyai struktur, biasanya ditetapkan untuk memecahkan masalah yang terukur
(kuantitatif), masalah yang memerlukan pendapat (judgement) maupun pada situasi
yang kompleks atau tidak terkerangka, pada situasi dimana data statistik sangat
minim atau tidak ada sama sekali dan hanya bersifat kualitatif yang didasari oleh
persepsi, pengalaman ataupun intuisi.
Metode AHP ini juga banyak digunakan pada keputusan untuk banyak kriteria,
perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan prioritas dari strategi-strategi yang
dimiliki pemain dalam situasi konflik (Saaty, 1991). Karena untuk tujuan
pengelolaan sistem irigasi melalui pemberdayaan di Daerah Irigasi Lanang terdapat
beberapa alternatif cara untuk mencapainya, dan untuk memutuskannya diperlukan
beberapa kriteria maka model AHP merupakan analisis yang tepat digunakan dalam
pengambilan keputusan batasan pengelolaan. Batasan pengelolaan daerah irigasi
melalui pemberdayaan P3A dan GP3A ditinjau dari aspek Kelembagaan, Teknis ,
Sosial Ekonomi dan Lingkungan.
53
Pengelolaan sistem irigasi Daerah Irigasi Lanang secara partisipatif melalui
Pemberdayaan merupakan tujuan (goals) yang ingin dicapai dalam kajian ini, dan
dalam susunan hierarki Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan
Level 1. Pada Level 2 terdapat beberapa kriteria, sedangkan Level 3 merupakan
subkriteria dari level 2, dan terakhir level 4 merupakan alternatif pengelolaan yang
akan dipilih.
Analisis metode AHP menggunakan piranti lunak yaitu program Expert Choice
untuk mempermudah dalam melakukan analisis. Expert Choice merupakan salah
satu jenis software yang secara luas digunakan dalam menganalisis hasil-hasil
pembobotan AHP. Program Expert Choice menawarkan beberpa fasilitas mulai dari
input data kriteria dan beberapa alternatif pilihan sampai dengan penentuan tujuan.
Program ini mudah dioperasikan dengan interface yang sederhana. Kemampuan lain
yang disediakan program Expert Choice adalah dapat melakukan analisis secara
kuantitatif dan kualitatif sehingga hasilnya rasional. Tampilan gambar grafik dua
dimensi membuat program ini semakin menarik.
Bagan alir penelitian dalam bentuk flow chart ditunjukkan pada Gambar 6 sampai
dengan Gambar 8 berikut:
54
Gambar 6. Diagram Alir Penelitian (1/3)
55
Gambar 7. Diagram Alir Penelitian (2/3)
56
Gambar 8. Diagram Alir Penelitian (3/3)
Top Related