Download - 2012-2-01386-AR Bab2001

Transcript
  • 11

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    Dalam perkembangan hunian vertikal diawali dengan perkembangan apartemen lalu berlanjut dengan condominium. Di bawah ini akan dijelaskan tentang hunian vertikal yang dimulai dari apartemen hingga condominium

    2.1 Tinjauan Apartemen 2.1.1 Pengertian Apartemen

    Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, apartemen memiliki

    pengertian, suatu jenis hunian yang disewakan dalam bentuk tempat tinggal atau rumah yang umumnya berada dalam bagian bangunan

    bertingkat.

    2.1.2 Klasifikasi Apartemen Tabel 2.1 Apartemen berdasarkan Tipe Pengelolaannya.

    No. Apartemen Tipe Penglolaan

    1. Apartemen Servis Dikelola menggunakan manajemen seperti hotel. Layanan fasilitas termasuk unit furnished, housekeeping,

    layanan kamar, laundry dan business centre.

    2. Apartemen Perseorangan (Condominium)

    Kepemilikannya milik perseorangan atau pribadi. Adapun servis dan layanan kamar dikenai biaya yang

    berbeda oleh pengelola apartemen.

    3. Apartemen Milik Bersama Perawatan dan pelayanan menjadi tanggungjawab

    penghuni itu sendiri. Sumber: Menata Apartemen, 2007

    Tabel 2.2 Apartemen berdasarkan Lokasinya. No. Apartemen Lokasi 1. City Apartemen di daerah perkotaan. 2. Airport Apartemen di daerah Bandar Udara. 3. Sub Urban Apartemen di daerah Sub Urban.

    4. Semi Residential Apartemen di daerah pegunungan, tepi pantai, tepi danau dan lainnya.

    Sumber: Menata Apartemen, 2007

    Tabel 2.3 Apartemen berdasarkan Jenis dan Besarnya bangunan No. Apartemen Jenis dan Besarnya bangunan

    1. Garden Apartemen Terdiri dari 2-4 lantai. Memiliki taman di sekitar bangunan. Tergolong apartemen menengah atas.

    2. Walk-up Apartemen Terdiri 3-6 lantai. Tidak selalu memiliki lift di dalamnya.

    Sumber: Menata Apartemen, 2007

  • 12

    Tabel 2.3 Apartemen berdasarkan Jenis dan Besarnya bangunan No. Apartemen Jenis dan Besarnya bangunan

    3. Low-Rise Apartemen Jumlah lantai kurang dari 7 lantai. Akses vertikal meggunakan tangga. Tergolong apartemen menengah ke bawah.

    4. Medium-Rise Apartemen Terdiri dari 7-10 lantai. Biasanya berada di daerah kota satelit.

    5. High-Rise Apartemen

    Jumlah lantai lebih dari 10 dengan dilengkapi basement, sistem kenyamanan dan servis penuh.

    Struktur sistem bangunan lebih kompleks dan unit cenderung standart dan berada di pusat kota.

    Sumber: Menata Apartemen, 2007

    Tabel 2.4 Apartemen berdasarkan Tipe Unit No. Apartemen Tipe Unit

    1. Studio Terdiri dari 1 ruangan bersifat multifungsi dan

    relatif kecil. Luasan minimal 20-35 m2.

    2. Apartemen 1,2,3 Kamar (Apartemen Keluarga)

    Pembagian ruang seperti rumah biasa. Luasan minimal untuk 1 kamar tidur 25 m2, 2

    kamar tidur 30 m2, 3 kamar tidur 85 m2, dan 4 kamar tidur 140 m2.

    3. Loft Bekas gudang/pabrik yang dialihfungsikan

    sebagai apartemen dengan hanya menggunakan sekat untuk setiap ruangannya.

    4. Penthouse

    Biasanya terletak pada bagian paling atas sebuah apartemen.

    Hanya terdiri 1 atau 2 unit saja pada lantai tersebut dan memiliki lift khusus penghuninya.

    Luasan minimum penthouse 300 m2. Sumber: Menata Apartemen, 2007

    2.2 Tinjauan Condominium 2.2.1 Pengertian Condominium

    Kondominium atau biasa menyebutnya secara singkat dengan kondo berasal dari kata bahasa Inggris, yakni condominium. Kata ini merupakan gabungan dari kata Latin "con" yang artinya bersama atau bergabung dan "dominium" atau kepemilikan atau pengendalian. Condominium adalah bentuk hak guna perumahan yang memiliki kepemilikan pribadi yang tersusun seperti rumah susun.

  • 13

    2.2.2 Pengelompokkan Condominium Menurut Indonesia Apartment (2007) menuliskan bahwa

    condominium dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut.

    Tabel 2.5 Condominium berdasarkan Ketinggian Level Bangunan Tipe Lantai Tipologi Sasaran

    High Rise

    6 lantai

    Kotak, Persegi Panjang, Lingkaran. Menengah atas

    Low-Rise

    6 lantai Slab.

    Menengah ke bawah

    Garden 6 lantai Porsi taman luas dan ruang terbuka. Menengah atas

    Twon Houses

    2-4 lantai Saling berbagi tembok. Menengah atas

    Sumber: Majalah Indonesia Apartement,2007

    Tabel 2.6 Condominium berdasarkan Ekonomi Ukuran

    Unit Material Fasilitas Lokasi

    Sederhana Relative Kecil Sederhana Minim Padat, area pemerintah.

    Menengah Standar Standar Standar, lift, minimarket, laundry, parkir.

    Perumahan, kompleks apartemen yang cukup padat.

    Mewah Besar Mewah Lengkap Strategis

    Super Mewah

    Sangat besar, penthouse

    Mewah, import, desain khusus.

    Lengkap, Entertain, Spa, (Skala Internasional)

    Sangat strategis, tengah-tengah kota.

    Sumber: Majalah Indonesia Apartement,2007

    Tabel 2.7 Condominium berdasarkan Sirkulasi Horizontal No.

    Jenis Keterangan

    1. Single Loaded

    Open Corriodor

    Terbuka, railing/tembok kurang lebih 1-1,5 m

    Closed Corridor

    Tertutup, Jendela atau tidak berjendela, Menggunakan jalusi.

    2. Double Loaded Corridor Tertutup, dikelilingi unit. Sumber: Majalah Indonesia Apartement,2007

  • 14

    No. Jenis

    1. Walk up

    2. Elevator

    Tabel

    No. Jenis

    1. Simplex

    2. Duplex

    3. Triplex

    Tabel Simplex

    Gambar 2.1 Sumber:www.google.co.id

    2013

    2.2.3 Deskriptif Condominium dan ApartemenCondominium dan apartemen adalah salah satu dari

    memiliki fungsi yang sama tetapi cenderung berbeda beberapa perbedaanapartemen:

    Tabel 2.8 Condominium berdasarkan Sirkulasi Vertikal

    Jenis Ketinggian Bangunan Keterangan

    Core 4 lantai

    Tangga sirkulasi dikelilingi unitunit hunian.

    Corridor Tangga sirkulasi diletakkan pada ujung korridor.

    Elevator 6 lantai Lift merupakan sirkulasi utama dan terdapat lobby tungguSumber: Majalah Indonesia Apartement,2007

    Tabel 2.9 Condominium berdasarkan Sistem Penyusunnya

    Jenis Jumlah Lantai Sasaran Keterangan

    Simplex 1 lantai Menengah

    Semua ruang berada pada satu lantai.

    Jumlah unit dapat dimaksimalkan.

    Berlokasi di daerah ibukota yang padat.

    Duplex 2 lantai Menengah

    Atas

    Lantai 1, ruang untuk aktifitas.

    Lantai 2, untuk ruang pribadi. Koridor lebih hemat.

    Triplex 3 lantai Golongan

    Atas

    Sistem pembagian sama seperti duplex.

    Lantai 2 dan 3 untuk area privat.

    Sumber: Majalah Indonesia Apartement,2007

    Tabel 2.10 Condominium berdasarkan Sistem PenyusunnyaSimplex Duplex Triplex

    Gambar 2.1 Simplex www.google.co.id,

    2013

    Gambar 2.2 Duplex Sumber:www.google.co.id,

    2013

    Gambar 2.3 Sumber:

    www.google.co.idSumber:Samuel, Paul. Apartement.1976

    Deskriptif Condominium dan Apartemen Condominium dan apartemen adalah salah satu dari bangunan yang

    memiliki fungsi yang sama tetapi cenderung berbeda karena memiliki beberapa perbedaan. Berikut ini adalah deskripsi antara condominium

    Keterangan

    sirkulasi dikelilingi unit-

    Tangga sirkulasi diletakkan pada

    Lift merupakan sirkulasi utama dan terdapat lobby tunggu

    Sistem Penyusunnya

    Keterangan

    Semua ruang berada pada

    Jumlah unit dapat

    Berlokasi di daerah ibukota

    Lantai 1, ruang untuk

    Lantai 2, untuk ruang pribadi. Koridor lebih hemat. Sistem pembagian sama

    Lantai 2 dan 3 untuk area

    Condominium berdasarkan Sistem Penyusunnya Triplex

    Gambar 2.3 Triplex Sumber:

    www.google.co.id, 2013

    bangunan yang karena memiliki

    Berikut ini adalah deskripsi antara condominium dan

  • 15

    Tabel 2.11 Deskripsi Condominium dan Apartemen No.

    Lingkup Condominium Apartemen

    1. Kepemilikan Hak Milik Sewa 25 tahun

    2. Lamanya tinggal Seumur Hidup Berlaku 25 tahun

    3. Sistem Manajemen Pengelola Condominium Penghuni Apartemen

    4. Perawatan Fasilitas Perawatan bersama Perawatan pengelola

    5. Pertimbangan membeli Investasi, Tempat tinggal Tempat tinggal

    6. Luas Ruangan Luas. Condominium seperti rumah. Relatif kecil.

    7. Fasilitas

    Mewah dan lengkap karena condominium cenderung memperhatikan kebutuhan user.

    Tidak terlalu lengkap.

    Sumber:Dokumentasi Pribadi, Mei 2013

    2.2.4 Penilaian Investasi Condominium Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan untuk pemilihan tapak

    lokasi untuk condominium:

    1. Lokasi. Lokasi yang cocok untuk investasi condominium adalah lokasi

    yang strategis, memiliki fasilitas pendukung yang baik berdekatan dengan lokasi bisnis, tempat wisata ataupun tempat pusat perbelanjaan.

    2. Konsep. Konsep bangunan, lingkungan dan fasilitas-fasilitas yang

    disediakan di dalam condomonium sangat berpengaruh pada minat pengunjung.

    2.2.5 Sistem Penentuan Harga Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat berpengaruh terhadap

    penentuan sistem harga condominium:

    1. Luasan Unit. Luasan unit dapat dikatakan memberi nilai lebih dibandingkan

    jumlah unit kamar. Hal tersebut karena terkadang luasan unit dengan jumlah kamar 2 disamakan dengan unit jumlah kamar 3.

  • 16

    2. Ketinggian Lantai. Ketinggian lantai yang dimiliki setiap unit memiliki nilai jual lebih

    tersendiri. Misalnya saja lantai atas akan lebih mahal dibandingkan dengan lantai bawah karena lantai atas view pemandangannya yang

    lebih luas.

    3. Kelengkapan Fasilitas. Kelengkapan fasilitas dibagi menjadi dua hal, yaitu kelengkapan

    fasilitas kamar dan bangunan condominium itu sendiri. Fasilitas kamar yang lengkap akan menambah harga nilai unitnya semakin tinggi disertai dengan fasilitas condominum yang lengkap.

    4. Letak Unit Hunian. Letak unit hunian itu lebih mengarah pada dua hal, yaitu lokasi dan

    view. Dari semua hal yang dijabarkan yang paling berpengaruh dalam penetapan harga dan penjualan condominium adalah view.

    2.2.6 Studi Banding Apartemen dan Condotel di Jakarta. Studi banding ini dilakukan dengan membandingkan beberapa

    apartemen dan condotel di Jakarta Timur khususnya daerah sekitar Cawang.

  • 17

    17

    Gambar 2.4 Studi banding 01 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013

  • 18

    Gambar 2.5 Studi banding 02 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013

  • 19

    Gambar 2.6 Studi banding 03 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013

  • 20

    Gambar 2.7 Studi banding 04 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013

  • 21

    2.2.7 Kesimpulan Hasil Analisis Studi Banding Apartemen, Residential dan Condotel di Cawang, Jakarta Timur khususnya di pinggiran kota.

    Lokasi tapak semakin mendekati pinggiran kota, memiliki kecenderungan type unit kamar 3 bedroom. Hal tersebut dikarenakan

    semakin terpinggir lokasi dari kota maka sasaran pengguna akan berbeda dengan pusat kota. Pusat kota yang dekat dengan CBD lebih cenderung

    didominasi dengan kamar type studio atau 1 bedroom sedangkan di pinggiran kota memiliki jenis type 3 bedroom sebagai tambahan tetapi tetap tidak mendominasi dari jumlah keseluruhan unit. Type 3 bedroom ini hadir karena umumnya digunakan sebagai tempat

    tinggal keluarga yang tidak hanya sebatas untuk pekerja atau kalangan ekspatriat saja. Kemunculan type ini tidak mendominasi dari jumlah keseluruhan unit. Unit tetap didominasi type studio ataupun 1 Bedroom.

    2.2.8 Penggunaan Untuk Desain Analisa dari hasil studi banding yang akan digunakan pada desain,

    yaitu:

    Type unit yang digunakan adalah type Studio, 2 Bedroom dan 3 Bedroom.

    Persentase jumlah type studio yang akan dibuat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah 2 Bedroom dan 3 Bedroom.

    Penentuan type, luasan dan jumlah unit dilakukan dengan pertimbangan guna memaksimalkan KLB dan jumlah unit.

    Unit fasilitas retail ataupun penunjang akan disesuaikan dengan kebutuhan penghuni dan lokasi sekitar.

    2.3 Tinjauan Arsitektur Hijau 2.3.1 Pengertian Arsitektur Hijau

    Menurut Tri Harso Karyono (2010), arsitektur hijau adalah salah satu rancangan lingkungan binaan, kawasan, dan bangunan yang komprehensif. Perancangan dengan arsitektur hijau harus minim dalam menimbulkan dampak negatif serta dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.

  • 22

    2.3.2 Prinsip-Prinsip Arsitektur Hijau Berikut ini penjabaran prinsip-prinsip arsitektur hijau menurut

    Karyono, T.H (2010) yaitu: 1. Penghematan Energi

    Penghematan energi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dalam desain bangunan sebagai berikut.

    1. Meminimalkan perolehan panas matahari.

    2. Orientasi bangunan Utara-Selatan (Memanjang Timur-Barat). 3. Organisasi Ruang. Contohnya, aktifitas/ruang utama diletakkan di

    tengah bangunan, diapit oleh ruang-ruang penunjang/servis di sisi timur-barat.

    4. Memaksimalkan pelepasan panas bangunan.

    5. Meminimalkan radiasi panas dari plafond (lantai atas). 6. Hindari radiasi matahari memasuki bangunan atau mengenai

    bidang kaca. 7. Memanfaatkan radiasi matahari tidak langsung untuk menerangi

    ruang dalam bangunan. 8. Optimalkan ventilasi silang (untuk bangunan non-AC) 9. Warna dan tekstrur dinding luar bangunan. 10. Rancangan ruang luar.

    2. Pemanfaatan Energi Terbarukan 3. Material Bangunan

    1. Material Terbarukan (Renewable Materials). 2. Penggunaan Material Bekas(Reuse Materials). 3. Daur Ulang Material (Recycle Materials). 4. Material Sehat Tidak Mengontaminasi Lingkungan.

    4. Konservasi air dan Peresapan Air Hujan 5. Meminimalkan Pemanasan Kawasan

    1. Penghijauan Kawasan. 2. Penghijauan Atap Bangunan. 3. Meminimalkan Efek 'Urban Heat Island'.

    6. Kondisi Lingkungan Fisik di dalam Bangunan 1. Kenyamanan Fisik Ruang.

    2. Kualitas Udara Ruang.

  • Pada dasarnya arsitektur hijau yang akan dibahas dalam perancangan ini mencangkup

    User. Menurut Prof. Peter Schmid dalam bukunya Biologische Architektur mengatakan bahwa keseimbangan alam, manusia dan lingkungan pembangunan/terbangun akan menciptakan harmoni yang menentukan kualitas suatu lingkungan. Hubungan t

    seperti di bawah ini.

    Gambar 2.

    2.3.3 Pembahasan Topik 'Meminimalkan Pemanasan Kawasan'Kawasan terbangun di perkotaan

    sangat tinggi dibandingkan dengan kawasan alamiah yang ditumbuhi oleh

    vegetasi. Material keras jika terpapar sinar matahari akan menjadi panas yang kemudian akan memancarkan kembali panasnya ke udara dan lingkungan yang m

    Menurut Karyono, T.H. (2010) hal tersebut dapat diatasi dengan penghijauan kawasan, penghijauan atap bangunan dan mengurangi perkerasan pada muka tanah. Ketiga hal tersebut dapat meminimalkan efek

    Urban Heat Islandtelah berhasil diupayakan, hal tersebut akan berpengaruh terhadap kenyamanan thermal penggunanya.

    2.3.4 Pengolahan Tapak yang Mendasar.Berikut ini adalah pengaplikasian rancangan arsitektur hijau menurut

    Karyono T.H. (2010).1. Lokasi dan Tapak.

    a. Lokasi bangunan atau fasilitas perlu berada dalam jangkauan jaringan infrastruktur kota, jalan raya, saltelepon, gas dan lainnya.

    b. Perubahan lahan tapak harus dilakukan seminimal mungkin.

    a dasarnya arsitektur hijau yang akan dibahas dalam perancangan mencangkup Working with Climate, Respect for Site dan

    User. Menurut Prof. Peter Schmid dalam bukunya Biologische Architektur mengatakan bahwa keseimbangan alam, manusia dan lingkungan pembangunan/terbangun akan menciptakan harmoni yang menentukan kualitas suatu lingkungan. Hubungan tersebut dilukiskan dalam gambar

    seperti di bawah ini.

    Gambar 2.8 Hubungan manusia dengan alam dan pembangunanSumber: Frick, 1996. Heinz. Arsitektur dan Lingkungan

    Pembahasan Topik 'Meminimalkan Pemanasan Kawasan'Kawasan terbangun di perkotaan cenderung memiliki suhu udara yang

    sangat tinggi dibandingkan dengan kawasan alamiah yang ditumbuhi oleh

    vegetasi. Material keras jika terpapar sinar matahari akan menjadi panas yang kemudian akan memancarkan kembali panasnya ke udara dan lingkungan yang menyebabkan terjadinya pemanasan kawasan.

    Menurut Karyono, T.H. (2010) hal tersebut dapat diatasi dengan penghijauan kawasan, penghijauan atap bangunan dan mengurangi perkerasan pada muka tanah. Ketiga hal tersebut dapat meminimalkan efek

    Urban Heat Island. Jika penurunan suhu dalam bangunan dan lingkungan telah berhasil diupayakan, hal tersebut akan berpengaruh terhadap kenyamanan thermal penggunanya.

    Pengolahan Tapak yang Mendasar. Berikut ini adalah pengaplikasian rancangan arsitektur hijau menurut

    Karyono T.H. (2010). Lokasi dan Tapak.

    Lokasi bangunan atau fasilitas perlu berada dalam jangkauan jaringan infrastruktur kota, jalan raya, saluran air bersih, listrik,

    on, gas dan lainnya. Perubahan lahan tapak harus dilakukan seminimal mungkin.

    23

    a dasarnya arsitektur hijau yang akan dibahas dalam perancangan dan Respect for

    User. Menurut Prof. Peter Schmid dalam bukunya Biologische Architektur mengatakan bahwa keseimbangan alam, manusia dan lingkungan pembangunan/terbangun akan menciptakan harmoni yang menentukan

    ersebut dilukiskan dalam gambar

    Hubungan manusia dengan alam dan pembangunan

    Pembahasan Topik 'Meminimalkan Pemanasan Kawasan' cenderung memiliki suhu udara yang

    sangat tinggi dibandingkan dengan kawasan alamiah yang ditumbuhi oleh

    vegetasi. Material keras jika terpapar sinar matahari akan menjadi panas yang kemudian akan memancarkan kembali panasnya ke udara dan

    enyebabkan terjadinya pemanasan kawasan. Menurut Karyono, T.H. (2010) hal tersebut dapat diatasi dengan

    penghijauan kawasan, penghijauan atap bangunan dan mengurangi perkerasan pada muka tanah. Ketiga hal tersebut dapat meminimalkan efek

    Jika penurunan suhu dalam bangunan dan lingkungan telah berhasil diupayakan, hal tersebut akan berpengaruh terhadap

    Berikut ini adalah pengaplikasian rancangan arsitektur hijau menurut

    Lokasi bangunan atau fasilitas perlu berada dalam jangkauan uran air bersih, listrik,

    Perubahan lahan tapak harus dilakukan seminimal mungkin.

  • 24

    2. Pengolahan Tapak dan Peningkatan Kualitas Tapak. Perbaikan tanah diizinkan jika tanah mempunyai daya dukung yang

    rendah misalnya tanah berawa atau tanah bekas pembuangan sampah. Perkerasan tanah perlu mempertimbangkan aspek "penyerapan" air

    hujan. Penggunaan material berpori, conblock, grassblock merupakan material yang direkomendasikan.

    3. Jalur Pedestrian. Penyediaan jalur pedestrian yang baik akan membantu untuk

    membiasakan berjalan kaki. Hal tersebut akan mengurangi gas emisi CO2 dan polusi udara.

    4. Transportasi Kawasan. Jalur kendaraan pada lahan tapak pun perlu diperhatikan. Misalnya

    saja dalam jarak tertentu saja pencapaian kendaraan pribadi dan tidak dapat memasuki ke seluruhan lahan. Selain itu, lahan parkir ditanami oleh tanaman peneduh termasuk dekat jalur pedestrian juga.

    Tapak yang dekat dengan jalur transportasi kota akan membuat penghuni memilih menggunakan kendaraan umum dibandingkan kendaraan pribadi.

    2.4 Tinjauan 'Skyrise Greenery' 2.4.1 Pengertian 'Skyrise Greenery'

    Skyrise Greenery adalah salah satu bentuk penghijauan yang dilakukan pada bangunan tinggi baik pada bidang horizontal maupun vertikal. Skyrise Greenery ini semakin menjadi komponen penting dari pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.

    2.4.2 Keterkaitan Dengan Urban Heat Island Urban Heat Island umumnya terjadi di perkotaan. Skyrise Greenery

    diusung sebagai salah satu cara untuk mengatasi dampak Urban Heat Island. Suhu yang tinggi di perkotaan dapat mempengaruhi kualitas hidup dan lingkungan masyarakatnya. Dampak tersebut meliputi sebagai berikut:

    1. Peningkatan konsumsi energi. Peningkatan konsumsi energi terjadi akibat udara yang panas

    seiring dengan kebutuhan energi yang meningkat untuk pendinginan.

  • 25

    2. Peningkatan emisi polutan udara dan gas rumah kaca. Kebutuhan listrik yang kian meningkat menyebabkan perusahaan

    yang bergantung pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil berperan serta dalam peningkatan polusi udara dan emisi gas rumah kaca.

    3. Gangguan kualitas air. Suhu lingkungan yang meningkat dapat menyebabkan peningkatan

    suhu pada air. Masalah utamanya ketika stormwater polutan mengalir pada ekosistem air dan mengandung zat yang mungkin berbahaya serta didukung dengan adanya perubahan suhu air.

    4. Manusia Kesehatan dan Kenyamanan Polusi udara yang berkaitan dengan Urban Heat Island dapat

    mempengaruhi kesehatan manusia dan berkontribusi terhadap

    ketidaknyamanan.

    2.4.3 Keuntungan dari Skyrise Greenery Skyrise Greenery mempunyai potensi yang besar untuk mengubah

    cara kota bekerja menjadi kota yang bertanggujawab dengan memikirkan berkelanjutan. Berikut ini adalah manfaat dari Skyrise Greenery: 1. Estetis

    a. Penghijauan kota yang bertentangan dengan lingkungan perkotaan yang keras.

    b. Meningkatkan desain arsitektur untuk membuat landmark iconik. c. Membantu untuk melembutkan perkotaan melalui lansekap. d. Memberikan keindahan visual lingkungan bagi warga.

    2. Lingkungan a. "Isolasi termal/pendinginan guna mengurangi efek Urban Heat

    Island dengan menggunakan shading penyerap permukaan panas. (McPherson, 1994)." "Penghijauan dapat mengurangi jumlah re-radiasi panas. Hanya 20% dari energi matahari yang jatuh di atas daun pohon tercermin (Peck dkk., 1999)."

    b. Peningkatan keanekaragaman hayati habitat alami di perkotaan. c. Pembersihan dan anti-polusi dalam bentuk partikel debu,

    meningkatkan kualitas udara.

  • 26

    d. Meningkatkan retensi air hujan untuk membantu mengatasi saluran air hujan yang meluap dan mencegah terjadinya banjir. "Tutupan vegetasi tambahan mengurangi limpasan stormwater perkotaan dengan 7% sampai 12% (Sanders, 1986)." Dapat menahan air sebanyak 75% air yang jatuh, agar nantinya akan dilepas kembali ke atmosfer secara perlahan melalui proses

    kondensasi dan transpirasi. e. Sebagai filter polutan dan logam berat agar tidak hanyut bersama

    aliran air ke permukaan tanah.

    3. Terapis a. Menggunakan penghijauan dan rooftop greenery sebagai tempat

    yang memberikan ketenangan.

    b. Dapat mengisolasi gedung dari kebisingannya aktifitas kota. c. Tanah dapat memblokir frekuensi yang rendah sedangkan

    tanamannya mampu memblokir frekuensi suara yang lebih tinggi. "Mengurangi tingkat kebisingan hingga 50 dB (McMarlin, 1997). Menurunkan suara dengan 40dB dan 46dB (Minke, 1982). Manfaat akustik bergantung pada massa lapisan substrat dan kebocoran suara

    yang ada, seperti skylight (Hendricks, 1994)." 4. Ekonomis

    a. Menambahkan nilai ekomonis pada penghijauan properti. b. Skyrise mengoptimalkan ruang hijau. c. Meningkatkan daya tarik estetika bangunan dan meningkatkan nilai

    properti, dan jual bangunan secara keseluruhan, terutama dengan rooftop greenery yang dapat diakses.

    d. Membantu mengurangi biaya energi pendingin, tergantung pada jenis dan tingkat, ukuran bangunan, dan iklim. "Satu pohon dapat evapotranspirate 40 galon air dalam sehari, mengimbangi panas setara dengan yang dihasilkan oleh seratus

    lampu 100 watt operasi delapan jam per hari (Rosenfeld et al., 2000)."

    e. Sebagai insulasi pendinginan gedung sehingga dapat menghemat biaya AC.

  • 27

    '"Skyrise Greenery dapat mengurangi beban AC dengan mendinginkan suhu udara langsung luar bangunan. 5,5C reduksi dapat menurunkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk AC sebesar 50% sampai 70% (Peck, 1999).

    f. Rooftop greenery dapat bertahan hingga dua kali lebih lama dibandingkan atap konvensional, mengurangi pemeliharaan dan

    penghematan biaya.

    5. Sosial a. Meningkatkan rasa ingin memiliki rooftop greenery dan mendorong

    interaksi masyarakat.

    b. Di gedung perkantoran, rooftop greenery menyediakan tempat alternatif bagi karyawan untuk mengurangi stres dan berbaur dengan

    rekan kerja dalam suasana yang lebih santai. c. Kombinasi rooftop greenery dan vertical greenery menambah ruang

    hijau dan semangat perkotaan. d. Membawa hijau semakin dekat untuk penghuni bangunan tinggi.

    2.4.4 Pembagian Bidang Skyrise Greenery Skyrise Greenery untuk saat ini terfokuskan pada 2 bagian yaitu

    Rooftop Greenery (salah satu penerapan bidang horizontal) dan Vertical Greenery.

    Gambar 2.9 Penerapan Skyrise Greenery Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013

    Rooftop greenery mengacu pada upaya penghijauan dan lansekap pada permukaan atap. Secara umum, ada dua kategori utama yaitu ekstensive rooftop greenery dan intensif rooftop greenery sedangkan Vertical Greenery merupakan dimensi baru dalam penghijauan terkait infrastruktur dimana tanaman dimasukkan dalam permukaan vertikal

  • 28

    2.4.5 Penggunaan Rooftop Greenery

    1. Extensive Rooftop GreeneryTaman atap jenis ini membutuhkan biaya

    murah, media tanam tidak dalam untuk tanaman hias ringan, sederhana dan dekoratif semata. Lapisan

    vegetasi tipis dan ringan dibandingkan dengan greenery.

    Gambar 2.10Studios Singapore, University Town (National University of Singapore).

    2. Intensive Rooftop GreeneryIntensive

    tanaman besar dan kecil. Umumnya digunakan pada gedung pencakar langit serta dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasiKedalaman media tanah lebih dalam dibandingkan

    Potensi

    penggunaan vegetasi dan

    Gambar 2.11

    2.4.6 Perbedaan Greenery.

    Tabel

    Table 1: Perbandingan antara Extension and Intensive Green Roof SystemsEXTENSIVE GREEN ROOFMedia tumbuh tipis, tanaman mudah stress dan keanekaragaman hayati rendah.

    Sumber:

    Penggunaan Rooftop Greenery Rooftop Greenery ini terbagi menjadi 2 macam sebagai berikut:

    Rooftop Greenery. Taman atap jenis ini membutuhkan biaya perawatan yang cukup

    murah, media tanam tidak dalam karna spesies vegetasi terbatas hanya untuk tanaman hias ringan, sederhana dan dekoratif semata. Lapisan

    vegetasi tipis dan ringan dibandingkan dengan intensif rooftop

    .10 Penerapan Extensive Rooftop Greenery. NIE Admin building, UniversalStudios Singapore, University Town (National University of Singapore).

    Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013

    Rooftop Greenery. Intensive Rooftop Greenery mampu menampung segala jenis

    tanaman besar dan kecil. Umumnya digunakan pada gedung pencakar langit serta dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi/ruang komunalKedalaman media tanah lebih dalam dibandingkan Extensive

    Potensi lansekap Intensive Rooftop Greenery lebih banyak dalam penggunaan vegetasi dan umumnya memerlukan perawatan lebih.

    11 Penerapan Intensive Rooftop Greenery. Shaw House, Liang Seah Place, Liberty House.

    Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013

    Perbedaan Extensive Rooftop Greenery dan Intensive

    Tabel 2.12 Perbedaan Extensive dan Intensive Rooftop GreeneryTable 1: Perbandingan antara Extension and Intensive Green Roof Systems

    EXTENSIVE GREEN ROOF INTENSIVE GREEN ROOF tidak perlu irigasi,

    tanaman mudah stress dan keanekaragaman Media tumbuh dalam, perlu irigasi, kondisinya menguntungkan tanaman, keanekaragaman hayati tinggi dan mudah diakses.

    Sumber:Kuhn, Monica. Design Guideliness For Green Roofs

    ini terbagi menjadi 2 macam sebagai berikut:

    n yang cukup

    spesies vegetasi terbatas hanya untuk tanaman hias ringan, sederhana dan dekoratif semata. Lapisan

    intensif rooftop

    NIE Admin building, Universal Studios Singapore, University Town (National University of Singapore).

    www.skyrisegreenery.com, April 2013

    mampu menampung segala jenis tanaman besar dan kecil. Umumnya digunakan pada gedung pencakar

    /ruang komunal. Extensive.

    lebih banyak dalam umumnya memerlukan perawatan lebih.

    Shaw House, Liang Seah Place,

    nsive Rooftop

    Rooftop Greenery Table 1: Perbandingan antara Extension and Intensive Green Roof Systems

    Media tumbuh dalam, perlu irigasi, kondisinya menguntungkan tanaman, keanekaragaman

  • Tabel

    Table 1: Perbandingan antara Extension and Intensive Green Roof SystemsEXTENSIVE GREEN ROOFKeuntungan: Ringan, atap umumnya tidak memerlukan

    penguatan. Cocok untuk area yang luas. Kemiringan untuk atap dengan 0

    30(slope). Perawatan rendah dan berumur panjang. Tidak ada irigasi dan drainase. Tidak memerlukan keahlian teknis. Dapat tanaman tumbuh secara spontan dan

    lebih alami. Relatif murah dan mudah dilakukanKerugian: Kurangnya efisiensi energi dan terhadap

    penyerapan air hujan. Pemilihan tanaman terbatas. Biasanya tidak ada akses untuk rekreasi.

    Sumber:

    2.4.7 Komponen dari Ada lima komponen dasar

    ini 5 lapisan utama 1. Lapisan tumbuh

    Lapisan ini dapat berupa tanah dengan ketebalan tertentu tetapi ada pula yang tidak menggunakan tanah untuk media pertumbuhannya, misalnya saja dengan menggunakan batu jenis budidaya tanamannya.

    2. Lapisan penyaring.Lapisan ini mence

    terdiri dari bahan penyaring. Lapisan tersebut adalah geotextile yang digunakan sebagai penyaring sehingga air yangkotoran atau tanah.

    Tabel 2.12 Perbedaan Extensive dan Intensive Rooftop GreeneryTable 1: Perbandingan antara Extension and Intensive Green Roof Systems

    EXTENSIVE GREEN ROOF INTENSIVE GREEN ROOF

    Ringan, atap umumnya tidak memerlukan

    yang luas. Kemiringan untuk atap dengan 0-

    Perawatan rendah dan berumur panjang. Tidak ada irigasi dan drainase. Tidak memerlukan keahlian teknis. Dapat tanaman tumbuh secara spontan dan

    udah dilakukan.

    Keuntungan: Lebih besar akan keanekaragaman hayati dan

    habitat. Bersifat insulasi yang baik. Dapat membuat taman satwa. Menarik secara visual. Seringdiakses dengan pemanfaatan beragam. Lebih efisiensi energi dan mempunyai

    kemampuan dalam penyerapan air huj Hidup membran lebih panjang.

    Kurangnya efisiensi energi dan terhadap

    Pemilihan tanaman terbatas. Biasanya tidak ada akses untuk rekreasi.

    Kerugian: Lebih membebani atap. Perlu sistem irigasi dan drainase. Modal dan perawatan yang tinggi. Membutuhkan keahlian untuk merawatnya.

    Sumber:Kuhn, Monica. Design Guideliness For Green Roofs

    Komponen dari Rooftop Greenery Ada lima komponen dasar dalam susunan Rooftop Greenery.

    utama Rooftop Greenery yang dimulai dari lapisan atas, Lapisan tumbuh-tumbuhan dan media tanam.

    Lapisan ini dapat berupa tanah dengan ketebalan tertentu tetapi ada pula yang tidak menggunakan tanah untuk media pertumbuhannya, misalnya saja dengan menggunakan batu kerikil bergantung terhadapa jenis budidaya tanamannya. Lapisan penyaring.

    Lapisan ini mencegah pelumpuran lapisan air yang terserap

    terdiri dari bahan penyaring. Lapisan tersebut adalah geotextile yang digunakan sebagai penyaring sehingga air yang masuk tidak membawa kotoran atau tanah.

    Gambar 2.12 Filter Layer (Geotextile) Sumber: www.google.co.id, Maret 2013

    29

    Intensive Rooftop Greenery Table 1: Perbandingan antara Extension and Intensive Green Roof Systems

    Lebih besar akan keanekaragaman hayati dan

    Seringdiakses dengan pemanfaatan beragam. Lebih efisiensi energi dan mempunyai kemampuan dalam penyerapan air hujan. Hidup membran lebih panjang.

    Perlu sistem irigasi dan drainase. perawatan yang tinggi.

    Membutuhkan keahlian untuk merawatnya.

    Rooftop Greenery. Berikut yang dimulai dari lapisan atas, yaitu:

    Lapisan ini dapat berupa tanah dengan ketebalan tertentu tetapi ada pula yang tidak menggunakan tanah untuk media pertumbuhannya,

    kerikil bergantung terhadapa

    gah pelumpuran lapisan air yang terserap dan terdiri dari bahan penyaring. Lapisan tersebut adalah geotextile yang

    masuk tidak membawa

  • 30

    3. Lapisan penyaluran air.Lapisan ini mencegah kel

    cara membantu penyimpanan air bersih yang telahlapisan penyaring. Bentuknya disesuaikan seperti mangkuk penampung yang tentunya akan digunakan untuk menampung air berlebihan dan menghentikannya agar tidak mengenai lapisan perlindungan

    kelembaban.

    4. Lapisan perlindungan kelembabanRetention matt

    pertemuan tanah, air dan dak beton berwaterproofing. Hal ini diperlukan untuk mencegahnya tumbuh kembang dan bersarangnya jamur.

    Tak hanya

    tembus hingga merusak konstruksi yang berfungsi sebagai lapisan

    pembatas/penjaga.5. Lapisan pelindung

    Lapisan ini dapat berupa waterproofing yang berguna melindungi atap agar air dari tanaman tidak mengenai beton. Thermal insulation

    pun dapat digunakan sebagai pelindung dak beton karena sifatnya yang dapat mengurangi panas sekaligus kedap air. Bahannya sepaluminium foil hanya saja lebih tebal dan lebar. Perlindungan ini sangat dibutuhkan agar pohon atau tanaman tidak merusak konstruksi bangunan, misalnya konstruksi atap.

    Lapisan penyaluran air. Lapisan ini mencegah kelebihan air pada tumbuh-tumbuhan dengan

    cara membantu penyimpanan air bersih yang telah tersaring oleh lapisan penyaring. Bentuknya disesuaikan seperti mangkuk penampung yang tentunya akan digunakan untuk menampung air berlebihan dan menghentikannya agar tidak mengenai lapisan perlindungan

    kelembaban.

    Gambar 2.13 Drainase Layer Sumber: www.google.co.id, Maret 2103

    Lapisan perlindungan kelembaban. Retention matt yang berguna untuk menjaga kelembaban antara

    pertemuan tanah, air dan dak beton berwaterproofing. Hal ini diperlukan untuk mencegahnya tumbuh kembang dan bersarangnya

    Gambar 2.14 Moisture Retention Matt Sumber: www.google.co.id, Maret 2013

    Tak hanya itu saja, retention matt ini membantu mencegahnya akar tembus hingga merusak konstruksi yang berfungsi sebagai lapisan

    pembatas/penjaga. Lapisan pelindung dak beton.

    Lapisan ini dapat berupa waterproofing yang berguna melindungi atap agar air dari tanaman tidak mengenai beton. Thermal insulation

    pun dapat digunakan sebagai pelindung dak beton karena sifatnya yang dapat mengurangi panas sekaligus kedap air. Bahannya sepaluminium foil hanya saja lebih tebal dan lebar. Perlindungan ini sangat dibutuhkan agar pohon atau tanaman tidak merusak konstruksi bangunan, misalnya konstruksi atap.

    tumbuhan dengan tersaring oleh

    lapisan penyaring. Bentuknya disesuaikan seperti mangkuk penampung yang tentunya akan digunakan untuk menampung air berlebihan dan menghentikannya agar tidak mengenai lapisan perlindungan

    yang berguna untuk menjaga kelembaban antara pertemuan tanah, air dan dak beton berwaterproofing. Hal ini diperlukan untuk mencegahnya tumbuh kembang dan bersarangnya

    itu saja, retention matt ini membantu mencegahnya akar tembus hingga merusak konstruksi yang berfungsi sebagai lapisan

    Lapisan ini dapat berupa waterproofing yang berguna melindungi atap agar air dari tanaman tidak mengenai beton. Thermal insulation

    pun dapat digunakan sebagai pelindung dak beton karena sifatnya yang dapat mengurangi panas sekaligus kedap air. Bahannya seperti aluminium foil hanya saja lebih tebal dan lebar. Perlindungan ini sangat dibutuhkan agar pohon atau tanaman tidak merusak konstruksi

  • Teknis detail

    Adapun cara lain yang diterapkan di salah bangunan hunian vertikal di Jakarta hanya menggunakan 3 lapisan utama saja. tanah, kerikil dan waterproofing. Lapisan ini lebih mudah dan murah. Hal

    tersebut tidak menjadi masalah untuk diterapkan karena intinya adalah bagaimana tanaman dapat berada di atas atap untuk menurunkan suhu

    ruangan di bawahnya ta

    2.4.8 Penggunaan Ada 3 komponen dasar

    dan media, dan irigasi.sistem dan media.

    1. Sistem dan Mediaa. Support

    Sistem pendukung yang dirancang untuk m

    di atas permukaan vertikal sehingga dapat tanah. S

    Gambar 2.15 Thermal Insulation Sumber: www.google.co.id, Maret 2013

    Teknis detail pemasangan Rooftop Greenery sebagai berikut:

    Gambar 2.16 Lapisan Rooftop Greenery Sumber: www.google.co.id, April 2013

    Adapun cara lain yang diterapkan di salah bangunan hunian vertikal di Jakarta hanya menggunakan 3 lapisan utama saja. Lapisan teratas tanaman, tanah, kerikil dan waterproofing. Lapisan ini lebih mudah dan murah. Hal

    tersebut tidak menjadi masalah untuk diterapkan karena intinya adalah bagaimana tanaman dapat berada di atas atap untuk menurunkan suhu

    ruangan di bawahnya tanpa merusak lapisan dak beton.

    Penggunaan Vertical Greenery Ada 3 komponen dasar pada Vertical Greenery, yaitu tanaman, sistem

    dan media, dan irigasi. Berikut ini akan dijelaskan tentang komponen sistem dan media.

    Sistem dan Media Support System

    Sistem pendukung yang dirancang untuk mengarahkan

    di atas permukaan vertikal sehingga dapat merambat ke arah bawah tanah. Struktur dukung tersebut dapat berupa wire mesh atau kabel.

    31

    sebagai berikut:

    Adapun cara lain yang diterapkan di salah bangunan hunian vertikal di Lapisan teratas tanaman,

    tanah, kerikil dan waterproofing. Lapisan ini lebih mudah dan murah. Hal

    tersebut tidak menjadi masalah untuk diterapkan karena intinya adalah bagaimana tanaman dapat berada di atas atap untuk menurunkan suhu

    , yaitu tanaman, sistem

    Berikut ini akan dijelaskan tentang komponen

    engarahkan tanaman

    ke arah bawah wire mesh atau kabel.

  • 32

    Gambar 2.

    b. CassetteCassette System

    mudah dipasang da

    Unit-unit modular berisi media tanam untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

    Gambar 2.

    Applied Materials building, School Of The Arts (SOTA), Treelodge @ Punggol.

    Helios Residences,HSBC@Mapletree Business Centre, Singapore Management University.

    Gambar 2.17 Vertical Greenery dengan menggunakan Support SystemSumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013

    Gambar 2.18 Layer mendasar pada Support System. Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013

    Cassette System Cassette System terdiri dari unit modular yang dapat dengan

    mudah dipasang dan melekat pada permukaan berbagai dinding

    unit modular berisi media tanam untuk mendukung umbuhan tanaman.

    Choa Chu Kang polyclinic, Orchard Central, Liberty House.

    Marina Bay City Gallery, Pinnacle @ Duxton, Republic Plaza.Gambar 2.19 Vertical Greenery dengan menggunakan Cassete System

    Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013

    (SOTA), Treelodge @

    Mapletree Business Centre, Singapore

    dengan menggunakan Support System .com, April 2013

    terdiri dari unit modular yang dapat dengan n melekat pada permukaan berbagai dinding.

    unit modular berisi media tanam untuk mendukung

    Choa Chu Kang polyclinic, Orchard Central, Liberty House.

    Marina Bay City Gallery, Pinnacle @ Duxton, Republic Plaza. dengan menggunakan Cassete System

    www.skyrisegreenery.com, April 2013

  • c. Planter

    Planter Systemberkala ke struktur atau fr

    Sistem planter

    pot tanaman yang kini diterapkan di taman kota jakarta, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

    Gambar 2.20 Modul Cassete System Sumber: www.google.co.id, April 2013

    Planter System Planter System terdiri dari kotak penanam dipasang secara

    berkala ke struktur atau frame. Mirip dengan Cassette System

    Liang Seah Place, Facebook (Singapore office), 158 Cecil Street (Main atrium).

    Gambar 2.21 Vertical Greenery dengan menggunakan Planter System

    Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013

    Gambar 2.22 Modul dasar Planter System Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013.

    Sistem planter ini dapat diterapkan pula dengan menggunakan

    pot tanaman yang kini diterapkan di taman kota jakarta, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

    33

    terdiri dari kotak penanam dipasang secara ame. Mirip dengan Cassette System,

    office), 158 Cecil

    dengan menggunakan

    www.skyrisegreenery.com, April 2013

    ini dapat diterapkan pula dengan menggunakan

    pot tanaman yang kini diterapkan di taman kota jakarta, seperti yang

  • 34

    Gambar 2.23 Penerapan Planter System di Jakarta dengan menggunakan pot Sumber: www.google.co.id, Juni 2013.

    Adapun cara lain pemasangan Vertical Greenery yang diterapkan di Indonesia yang telah diterapkan di sebuah gedung perkantoran khusus

    penghijauan dan pendinginan yang berkaitan bangunan. Gedung ini dibawah ini adalah Gedung Sandjaja yang berada di Jalan Hayam Wuruk yang sekaligus dijadikan tempat untuk melakukan penelitian.

    Gambar 2.24 Tampak Vertical Greenery di Gedung Sandjaja, Jakarta Pusat. Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013.

    Gambar 2.25 Penerapan sistem kantung pada Vertical Greenery. Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013.

    Sistem kantung ini terkesan lebih mudah dan praktis maintenance. Penanaman ini hanya menggunakan 2 lapisan saja. Lapisan Retention matt untuk mencegah jamur dan lapisan geotextile. Penanaman seperti ini tidak membutuhkan media tanam seperti tanah. Tanaman kecil yang telah dibudidayakan dimasukan ke dalam kantung lapisan (geotextile dan retention matt) tersebut dan untuk pengairan dilakukan secara otomatis

  • setiap 4 menit sekali dengan sistem tetes. Penggunaan air pun sedikit karena walaupun air mengalir dan pengairannya dilakukan dengan menggunakan sistem tetes menggunakan pipa yang kecil.

    Vertical greenery merusak lapisan dinding karena pemasangannya tidak menempel pada

    dinding. Pemasangan dilakukan dengan menggunakan rangka besi/baja ringan. Lapisan tersebut kemudian ditempel dengan menggunakan paku

    kepada rangka tersebut. Adapun sisa ruang diantara dinding dan lapisan dapat digunakan untuk area maintenance.

    Gambar 2.

    Pencahayaan tanaman pada malam hari dapat menggunakan lampu halogen yang mempunyai sensor ketika keadaan mulai gelap, lampu akan menyala dengan sendirinya. tetapi untuk perawatan cukup murah dan mudah. Maintenance sangat mudah ketika tanaman hendak dirapihkan, penyiraman pun dilakukan secara otomatis dan pencahayaan buatan pun dapat menyesuaikan.

    2.4.9 Drainase Untuk intensif

    ini adalah skematik untuk drainase atap bila menggunakan greenery.

    Gambar 2.27

    setiap 4 menit sekali dengan sistem tetes. Penggunaan air pun sedikit karena walaupun air mengalir dan keadaan lapisan selalu basah, pengairannya dilakukan dengan menggunakan sistem tetes menggunakan pipa yang kecil.

    Vertical greenery yang selalu dalam keadaan basah ini tidak akan merusak lapisan dinding karena pemasangannya tidak menempel pada

    Pemasangan dilakukan dengan menggunakan rangka besi/baja ringan. Lapisan tersebut kemudian ditempel dengan menggunakan paku

    kepada rangka tersebut. Adapun sisa ruang diantara dinding dan lapisan dapat digunakan untuk area maintenance.

    Gambar 2.26 Area maintenance tampak atas pada Vertical Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013.

    Pencahayaan tanaman pada malam hari dapat menggunakan lampu halogen yang mempunyai sensor ketika keadaan mulai gelap, lampu akan menyala dengan sendirinya. Penanaman seperti ini dapat dikatakan mahal tetapi untuk perawatan cukup murah dan mudah. Maintenance sangat mudah ketika tanaman hendak dirapihkan, penyiraman pun dilakukan secara otomatis dan pencahayaan buatan pun dapat menyesuaikan.

    uk intensif Rooftop Greenery sangat dibutuhkan drainase. Berikut ini adalah skematik untuk drainase atap bila menggunakan

    7 Contoh lubang drainase yang digunakan pada Rooftop GreenerySumber: www.google.co.id, Maret 2013

    35

    setiap 4 menit sekali dengan sistem tetes. Penggunaan air pun sedikit keadaan lapisan selalu basah,

    pengairannya dilakukan dengan menggunakan sistem tetes menggunakan

    yang selalu dalam keadaan basah ini tidak akan merusak lapisan dinding karena pemasangannya tidak menempel pada

    Pemasangan dilakukan dengan menggunakan rangka besi/baja ringan. Lapisan tersebut kemudian ditempel dengan menggunakan paku

    kepada rangka tersebut. Adapun sisa ruang diantara dinding dan lapisan

    ertical Greenery.

    Pencahayaan tanaman pada malam hari dapat menggunakan lampu halogen yang mempunyai sensor ketika keadaan mulai gelap, lampu akan

    Penanaman seperti ini dapat dikatakan mahal tetapi untuk perawatan cukup murah dan mudah. Maintenance sangat mudah ketika tanaman hendak dirapihkan, penyiraman pun dilakukan secara otomatis dan pencahayaan buatan pun dapat menyesuaikan.

    sangat dibutuhkan drainase. Berikut ini adalah skematik untuk drainase atap bila menggunakan rooftop

    Rooftop Greenery

  • 36

    2.4.10 Seleksi TanamanRooftop Greenery

    Pemilihan tanaman dapat dilakukan dengan cara mencari kesesuaian tanaman dengan ketebalan media tumbuh, suhu, ketebalan atap dak beton

    untuk menahan beban dan kecocokan tanaman dengan temperatur daerah tersebut.

    Tanaman yang dipilih untuk atap hijau biasamentolerir kondisi atap kering dan berkembanyang intens, dan kelembaban tanah yang rendah. Pilihan tanaman tergantung pada tujuan (menarik keanekaragaman hayati, estetika bijaksana, mendukung tanaman aslikedalaman substrat dan tingkat

    Adapun tanaman yang digunakan terbagi pada terbagi menjadi 5 katagori, yaitu groundcover, perdu, semak, pepohonan dan tanaman merambat.

    Gambar 2.28 Roof Drain Sumber: www.google.co.id, Maret 2013

    Seleksi Tanaman Rooftop Greenery

    Pemilihan tanaman dapat dilakukan dengan cara mencari kesesuaian tanaman dengan ketebalan media tumbuh, suhu, ketebalan atap dak beton

    untuk menahan beban dan kecocokan tanaman dengan temperatur daerah

    Tanaman yang dipilih untuk atap hijau biasanya harus mampu mentolerir kondisi atap kering dan berkembang di bawah sinar matahari

    intens, dan kelembaban tanah yang rendah. Pilihan tanaman tergantung pada tujuan (menarik keanekaragaman hayati, estetika bijaksana, mendukung tanaman asli), biaya anggaran, faktor lingkungan,

    laman substrat dan tingkat perawatan.

    Adapun tanaman yang digunakan terbagi pada Skyriterbagi menjadi 5 katagori, yaitu groundcover, perdu, semak, pepohonan dan tanaman merambat.

    Pemilihan tanaman dapat dilakukan dengan cara mencari kesesuaian tanaman dengan ketebalan media tumbuh, suhu, ketebalan atap dak beton

    untuk menahan beban dan kecocokan tanaman dengan temperatur daerah

    nya harus mampu

    g di bawah sinar matahari intens, dan kelembaban tanah yang rendah. Pilihan tanaman

    tergantung pada tujuan (menarik keanekaragaman hayati, estetika nggaran, faktor lingkungan,

    rise Greenery

    terbagi menjadi 5 katagori, yaitu groundcover, perdu, semak, pepohonan

  • 37

    Vertical Greenery Tanaman rambat tidak direkomendasikan untuk Vertical Greenery

    pada dinding karena tidak membantu penurunan suhu secara maksimal. Penanaman secara modular lebih direkomendasikan dan gunakan tanaman

    yang kuat terhadap terpaan matahari sepanjang hari. Tanaman yang lebih kuat terpaan sinar matahari sepanjang hari akan lebih baik dan yang tidak terlalu membutuhkan maintenance secara rutin sehingga jangkauan maintenace tidak akan terlalu sulit bila berada pada highrise building.

    Gambar 2.29 Contoh Tanaman Yang Dapat Digunakan Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013

    2.4.11 Survey penerapan 'Skyrise Greenery' dalam hal penerapan 'Vertical Greenery' Lantai 1

    Gambar 2.30 Grafik pengukuran suhu pada lantai 1 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013.

    24.0

    25.0

    26.0

    27.0

    28.0

    29.0

    30.0

    31.0

    32.0

    33.0

    34.0

    35.0

    9:20 10:20 11:20 12:20 13:20 14:20 15:20 16:20

    Suhu Atap

    Suhu Bawah

    Outdoor Kaca Zona 1

    Outdoor Kaca Zona 2

    Outdoor Kaca Zona 3

    Indoor Kaca Zona 1

    Indoor Kaca Zona 2

    Indoor Kaca Zona 3

    Vertical Greenery

  • 38

    Lantai 2

    Gambar 2.31 Grafik pengukuran suhu pada lantai 2 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013.

    Tabel 2.13 Hasil besaran angka penurunan suhu Vertical Greenery terhadap suhu outdoor-indoor.

    VG - Outdoor VG - Indoor Outdoor - Indoor Suhu Atap - Lantai

    Pukul 0.9.20 +1.0 +0.7 -0.3 Selisih 0.2 (lantai) +1.4 +1.0 -0.4 Selisih 0.1 (lantai)

    Pukul 10.20 -2.0 -5.2 -3.2 Selisih 0.1 (lantai) -1.9 -1.9 Stabil Selisih 0.3 (lantai)

    Pukul 11.20 -3.9 -5.3 -1.4 Selisih 0.6 (lantai) -0.4 -0.9 -0.5 Selisih 0.1 (lantai)

    Pukul 12.20 -2.1 -5.3 -3.2 Selisih 0.2 (lantai) -2.3 -2.7 -0.4 Selisih 0.3 (lantai)

    Pukul 13.20 -1.6 -4.0 -2.4 Selisih 0.2 (lantai) -2.6 -2.9 -0.3 Selisih 0.1 (lantai)

    Pukul 14.20 -3.2 -4.7 -1.5 Selisih 0.2 (lantai) -1.3 -0.8 -0.2 Selisih 1.2 (lantai)

    Pukul 15.20 -2.0 -4.3 -2.3 Selisih 0.1 (lantai) -0.4 -0.2 -0.2 Selisih 0.1 (lantai)

    Pukul 16.20 -3.0 -0.2 -2.8 Selisih 0.2 (lantai) -2.7 -1.5 -1.2 Selisih 0.4 (lantai)

    Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013.

    Kesimpulan: Suhu lantai lebih dingin dibandingkan dengan atap (beton) karena

    dipengaruhi oleh penggunaan material pelapis. Lantai pada lantai 1 menggunakan marmer dan batuan yang cenderung menyerap dan

    memantulkan suhu dingin dari AC pula sehingga membuat permukaan lebih dingin.

    Pada pagi hari untuk jam pertama suhu tidak menurun akan tetapi cenderung meningkat karena adanya perubahan cuaca yang berubah secara mendadak. Hal tersebut membuat suhu pada bagian kaca indoor dan outdoor membutuhkan adaptasi untuk perubahan suhu. Selain itu, pada jam 09.20, AC

    26

    27

    28

    29

    30

    31

    32

    33

    34

    35

    36

    9:20 10:20 11:20 12:20 13:20 14:20 15:20 16:20

    Suhu Atap

    Suhu Lantai

    Kaca Luar

    Vertical Greenery

  • 39

    dalam ruangan tersebut belum dinyalakan sehingga cuaca ruangan masih cenderung agak panas.

    Pada pagi hari mendung ketika cuaca cenderung dingin tanpa matahari, tanaman umumnya melepaskan panas yang sudah diserap dan disimpan pada hari sebelumnya. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa tanaman cenderung menyerap panas dan menyimpannya untuk kemudian dilepaskan

    pada pagi hari sehingga pada subuh/pagi yang dingin bila berada dekat tanaman akan terasa lebih hangat dibandingkan pada area perkerasan.

    Perkerasan akan menyerap panas dan langsung memantulkannya kembali sehingga jika keadaan panas maka perkerasan akan panas dan pada suhu dingin perkerasan akan mendingin. Suhu perkerasan disesuaikan dengan suhu aktual yang terjadi saat itu.

    Penurunan suhu bergantung pada cuaca, sudut penyinaran dan material yang digunakan pada ruangan, misalnya penggunaan karpet atau keramik lantai.

    Suhu malam cenderung lebih rendah dibandingkan dengan suhu siang hari, maka dapat diasumsikan suhu yang diturunkan akan banyak daripada siang hari. Adanya sifat tanaman yang menyimpan panas dan melepaskan panas

    pada malam hari membuat area sekitar tanaman akan lebih hangat dibandingkan dengan dekat dengan area perkerasan pada dini hari.

    Penelitian ini sebelumnya telah dilakukan di gedung ini oleh Office Director, Bapak D.K. Halim. Penelitian tersebut menyatakan bahwa jika cuaca dalam keadaan dingin/mendung/hujan penggunaan AC dapat menghemat hingga 60% sedangkan jika dalam keadaan cuaca panas ekstrim penghematan AC sebesar 40%.

    Maka penggunaan Vertical Greenery sangat efektif untuk menurunkan suhu outdoor terhadap indoor. Apalagi suhu yang dapat diturunkan dari Vertical Greenery terhadap suhu indoor dapat berkurang lebih dari 5oC hanya dengan menerapkan 50-60% dari luasan dinding perlantainya.

    2.5 Tinjauan Kondisi Tapak 2.5.1 Deskripsi Proyek

    Jenis Proyek : Fiktif.

    Pemilik Proyek : Perusahaan Swasta.

  • 40

    Proyek CondoCondominium ini area komersial umum

    kualitas lingkungan dalam bangunan. utama untuk kalangan menengah

    2.5.2 Lokasi ProyekLokasi tapak pembangunan cond

    perempatan jalan ini adalah lahan kosong yang berada tepat di sebelah PT. Hutama Karya.

    Proyek Condominium ini akan dibangun di Jakarta minium ini mengaplikasikan penggunaan 'Skyrise Greenery

    area komersial umum yang dapat pula dijadikan sebagai penunjang litas lingkungan dalam bangunan. Condominium ini memiliki target

    utama untuk kalangan menengah atas untuk berinvestasi.

    Proyek

    Lokasi tapak pembangunan condominium ini terletak dekat

    perempatan jalan MT Haryono kav. 6-7, Cawang, Jakarta Timur. Lokasi ini adalah lahan kosong yang berada tepat di sebelah PT. Hutama Karya.

    Gambar 2.32 Peta Provinsi DKI Jakarta Sumber: www.google.co.id,Maret 2013

    Gambar 2.33 Peta Wilayah Jakarta Timur Sumber: www.google.co.id, Maret 2013

    ini akan dibangun di Jakarta Timur. ise Greenery' untuk

    dapat pula dijadikan sebagai penunjang ini memiliki target

    terletak dekat

    7, Cawang, Jakarta Timur. Lokasi ini adalah lahan kosong yang berada tepat di sebelah PT. Hutama Karya.

  • 2.5.3 Latar Belakang Pemilihan TapakLatar belakang pemilihan Jalan

    Jakarta Timur sebagai lokasi, tentu saja karena lokasi ini sangat strategis. Lokasi ini terletak dekat 4 ruas tol utama, baik dari dalam maupun luar kota. Intersection 4 ruas tol tersebut adalah

    Cawang-Tanjung Priok dan Tol Dalam Kota.

    Cawang ini terletak dekat dengan pusat bisnis dan perkantoran contohnya MT Haryono, TB. Simatupang, Tebet, Pancoran dan lainnya. Tidak hanya itu, lokasi ini pun terletak dekat dengan pusat perbelanjaan

    Gambar 2.34 Peta Lokasi Sekitar Tapak Sumber: Google Earth, Maret 2013

    Gambar 2.35 Peta Lokasi Tapak Sumber: Google Earth, Maret 2013

    Latar Belakang Pemilihan Tapak Latar belakang pemilihan Jalan MT Haryono kav. 6

    Jakarta Timur sebagai lokasi, tentu saja karena lokasi ini sangat strategis. Lokasi ini terletak dekat 4 ruas tol utama, baik dari dalam maupun luar kota. Intersection 4 ruas tol tersebut adalah tol Jagorawi, Cikampek,

    Tanjung Priok dan Tol Dalam Kota.

    Gambar 2.36 Empat ruas tol dekat lokasi tapak Sumber: www.google.co.id, Maret 2013

    Cawang ini terletak dekat dengan pusat bisnis dan perkantoran contohnya MT Haryono, TB. Simatupang, Tebet, Pancoran dan lainnya. Tidak hanya itu, lokasi ini pun terletak dekat dengan pusat perbelanjaan

    41

    aryono kav. 6-7, Cawang, Jakarta Timur sebagai lokasi, tentu saja karena lokasi ini sangat strategis. Lokasi ini terletak dekat 4 ruas tol utama, baik dari dalam maupun luar

    tol Jagorawi, Cikampek,

    Cawang ini terletak dekat dengan pusat bisnis dan perkantoran contohnya MT Haryono, TB. Simatupang, Tebet, Pancoran dan lainnya. Tidak hanya itu, lokasi ini pun terletak dekat dengan pusat perbelanjaan

  • 42

    yaitu Carrefour, Tebet Square, Plaza Semanggi dan lainnya. Selain itu, Cawang merupakan pintu gerbang menuju kota Jakarta dan lokasi tapak ini merupakan daerah bebas banjir.

    Lokasi ini terletak dekat Rumah Sakit dan Universitas. Ke

    depannya, wilayah Cawang ini akan menjadi CBD baru di Jakarta Timur. Untuk pencapaian menuju lokasi ini pun sangat mudah karena adanya alat transportasi umum yang mendukung, salah satunya Busway.

    Seberang atau bagian depan dari lokasi tapak ini terdapat Shelter Busway. Akses jembatan penyebrangan menuju Shelter Busway tersebut berada di sebelah barat lokasi sehingga tidak sulit bagi untuk mencapai lokasi ini. Lokasi tapak ini pun merupakan salah satu jalur akses yang mudah menuju Sudirman, Thamrin, Kuningan, Gatot Subroto, MT Haryono maupun sekitarnya.

    Tidak hanya itu, lokasi ini terbilang cukup dekat dengan Stasiun Cawang yang menyediakan kereta ekspress menuju Bandara. PT Kereta Api Indonesia (KAI) pun sedang menyiapkan kereta commuter line Manggarai-Tanah Abang-Tangerang (Tanah Tinggi)-Bandara.

    Dirjen Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Tunjung Inderawan menerangkan, proyek PPP ini melalui rute melayang (elevated) Manggarai-Sudirman-Tanah Abang-Duri-Angke-Pluit-Bandara Soekarno Hatta. Detikfinance (2012).

    Dalam artikelnya detikfinance (2012)menuliskan bahwa pemerintah merencanakan proyek kereta ekspres Bandara Soekarno-Hatta yang awalnya akan berakhir di Stasiun Manggarai akan dikembangkan hingga Stasiun Cawang. Alasannya karena potensi pengangkutan penumpang yang lebih besar hingga ujung Jakarta Timur.

    Pemerintah pun mempunyai rencana bahwa Bandara Halim Perdanakusuma akan menjadi embarkasi haji mulai tahun 2013 dan seterusnya serta akan menjadi bandara domestik dengan penerbangan lokal maksimum 1 jam destinasi seperti: Solo, Semarang, Lampung, Palembang dan lain-lain.

    Berikut kutipan informasi terkait dengan dimulainya bandara halim

    perdanakusuma menjadi embarkasi haji 2013:

  • 43

    Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, mengatakan Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, di Jakarta Timur, diharapkan menjadi bandara pemberangkatan haji pada 2013, menggantikan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang

    akan dibangun. Pada beberapa masa lalu, bandara di dekat Jalan Tol Jagorawi, JakartaTimur itu juga pernah menjadi bandara embarkasi haji. Di dekat bandara itu juga ada Asrama Haji tempat calon jemaah haji diinapkan sebelum diberangkatkan. Harus tahun ini, karena Terminal 3 Soekarno-Hatta dirombak untuk dikembangkan pada tahun ini juga, katanya, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (6/2/2013). Direktur Angkasa Pura II, Tri S Sunoko, "Halim Perdanakusuma tetap difungsikan sebagai bandara komersial, namun hanya ditambah

    fungsinya untuk pemberangkatan haji. Halim Perdanakusuma juga dekat dengan Asrama Haji, katanya.

    Tak cukup dengan transportasi yang ada, pemerintah akan menambahkan 2 ruas tol tambahan yang akan menjadi jalur yang dilalui MRT (Monorail Rapid Transit). Berbagai faktor kelebihan yang di atas adalah bagian dari latar belakang sekaligus alasan pemilihan lokasi

    tapak condominium di Jalan MT Haryono kav. 6-7, Cawang, Jakarta Timur.

    2.5.4 Target Sasaran Adapun sasaran utama target penghuni condominium ini, yaitu:

    1. Kalangan Menengah Atas. Target sasaran utama ini tentu diarahkan pada investor. Kalangan

    menengah atas tentu adalah kalangan yang paling cepat membaca bisnis

    properti ini.

    2. Kalangan Bisnis dan Ekspatriat. Kalangan ekspatriat dapat dijadikan target pula karena letak tapak

    ini yang dekat dengan perkantoran. Seringkali kalangan ini

    membutuhkan hunian untuk waktu yang cukup lama. Kalangan ini biasanya membutuhkan waktu tinggal untuk 1-2 bulan untuk survey.

  • 44

    3. Masyarakat Urban. Masyarakat urban ini biasanya beraktifitas dan terkena macet di

    daerah sekitar lahan tapak ini yang sekaligus menjadi pintu gerbang kota Jakarta. Masyarakat urban pinggiran kota ini pun biasanya

    membutuhkan akses hunian yang dekat dengan tempat kerjanya atau dekat dengan pusat kota maupun pusat bisnis. Apalagi jalan sebelah barat lokasi tapak ini nantinya akan tembus hingga Cawang.

    Pola pikir dan kebiasaan sebagian masyarakat kota besar berubah seiring dengan "kebiasaan" macet yang mereka alami sehari-hari. Mereka berpikir untuk beristirahat/berkumpul di area komunal

    komersial. Setelah macet terurai atau berkurang, barulah mereka melanjutkan perjalanannya. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik pengunjung non-hunian.

    4. Mahasiswa Lokasi ini dekat dengan beberapa tempat perkuliahan sehingga

    condominium ini dapat dijadikan sebagai pilihan tempat tinggal mahasiswa ataupu orangtuanya.

    2.5.5 Besaran Proyek Dalam peta Rencana Tata Lingkungan Bangunan (RTLB), tertera

    notasi peruntukan, KDB, KLB, dan ketinggian bangunan yang diizinkan sebagai berikut:

    Gambar 2.37 Ketentuan LRK Sumber: LRK

    Luas Lahan : 4.781,58 m2

    Peruntukan : T

    KDB : 50% Luas lantai dasar yang boleh dibangun : 50% X 4.781,58 m2

    : 2.390,79 m2

  • KLB

    GSB

    Utara

    Selatan Timur

    Barat

    Jumlah lantai yang diizinkan

    2.5.6 Batas-Batas TapakBerikut ini adalah batas

    gambaran akan keadaan lingkungan sekitar.

    Foto 2.1 Keadaan utara tapakSumber: Dokumentasi Pribadi,

    : 3,5 : 3,5 X 4.781,58 : 16.735,53

    :

    : 5 meter : 10 meter

    : 4 meter

    : 6 meter

    Jumlah lantai yang diizinkan : 16 lantai

    Batas Tapak

    Berikut ini adalah batas-batas lokasi yang sekaligus memberikan gambaran akan keadaan lingkungan sekitar.

    Tabel 2.14 Batas-batas tapak LOKASI TAPAK

    Jalan MT Haryono kav. 6-7, Cawang, Jakarta TimurGambar 2.38 Lokasi tapak dan sekitarnya

    Sumber: Google Earth, Maret 2013 UTARA

    Perumahan Cawang Tengah di Jalan Biru Laut

    Keadaan utara tapak Dokumentasi Pribadi, April 2013

    Perumahan ini terletak di sebelah utara tapak tetapi tidak persis karena dibatas oleh jalan selebar 12 meter.

    Sumber:Dokumen Pribadi, 2013

    45

    : 3,5 X 4.781,58 m2 : 16.735,53 m2

    : 10 meter

    16 lantai

    batas lokasi yang sekaligus memberikan

    7, Cawang, Jakarta Timur

    Perumahan Cawang Tengah di Jalan Biru Laut

    Perumahan ini terletak di sebelah utara tapak tetapi tidak persis karena dibatas

    jalan selebar 12 meter.

  • 46

    Foto 2.2 PT. Hutama KaryaSumber: Dokumentasi Pribadi,

    Foto 2.3 Bagian selatan tapakSumber: Dokumentasi Pribadi, April

    Foto 2.4 Jalan sebelah barat tapakSumber: Dokumentasi Pribadi, April

    2.6 Teori PendukungMenurut Ng, Kathty (2010) dalam Seminar Series "New Horizon in

    Green", 20-30% efek pulau panas perkotaan dan perbaikan lingkunganpermukaan tanah s

    bergantung pada luas site.

    Tabel 2.14 Batas-batas tapak LOKASI TAPAK

    Jalan MT Haryono kav. 6-7, Cawang, Jakarta TimurTIMUR

    PT. Hutama Karya

    PT. Hutama Karya Dokumentasi Pribadi, April 2013

    PT. Hutama sebuah kantor kontraktor yang berada tepat timur. Sebelah Timur dari tapak ini memanglah jajaran beberapa perkantoran dimulai dai PT. Hutama Karya, PT. Indra Karya dan PT. Waskita.

    SELATAN TOL Dalam Kota dan Halte Busway

    Bagian selatan tapak Sumber: Dokumentasi Pribadi, April 2013

    Tepat bagian depan atau selatan tapak adalah jalan tol. Jembatan menuju shelter busway yang berada di seberang jalan tol terletak di sebelah barat lokasi tapak.

    BARAT Jalan Buntu

    Jalan sebelah barat tapak Sumber: Dokumentasi Pribadi, April 2013

    Sebelah barat buntu yang dilengkapi jembatan penyebrangan khusus pejalan shelter busway.Jalan buntu ini nantinya akan dibuat tembus ke Cawang.

    Sumber:Dokumen Pribadi, 2013

    Teori Pendukung Menurut Ng, Kathty (2010) dalam Seminar Series "New Horizon in

    30% penghijauan di bangunan berperan terhadapefek pulau panas perkotaan dan perbaikan lingkungan. 20-30% ini meliputi permukaan tanah sebagai prioritas utama, podium dan atap yang luasannya bergantung pada luas site.

    7, Cawang, Jakarta Timur

    PT. Hutama Karya adalah sebuah kantor kontraktor yang berada tepat timur. Sebelah Timur dari tapak ini memanglah jajaran beberapa perkantoran dimulai dai PT. Hutama Karya, PT. Indra Karya dan PT. Waskita.

    Tepat bagian depan atau selatan tapak adalah jalan

    Jembatan menuju shelter busway yang berada di seberang jalan tol terletak di sebelah barat lokasi tapak.

    ebelah barat terdapat jalan buntu yang dilengkapi

    tan penyebrangan khusus pejalan kaki menuju shelter busway.Jalan buntu

    ntinya akan dibuat Cawang.

    Menurut Ng, Kathty (2010) dalam Seminar Series "New Horizon in terhadap pengurangan

    30% ini meliputi ebagai prioritas utama, podium dan atap yang luasannya

  • 47

    2.6.1 Jurnal Penelitian - Urban Heat Island Mitigation: An inovative way to reduce air pollution and energi usage. (17 Maret 2011)

    VEGETASI a. Vegetasi dapat mendingin suhu lingkungan 3.6F - 7.2F dibandingkan

    area yang lebih sedikit vegetasinya. Temperatur turun sekitar 1.8F per 10% canopy cover (Huang et al. 1987).

    b. Pohon rindang rata-rata dapat mengurangi penggunaan energi tahunan untuk pendinginan 10-50% dan puncak listrik menggunakan hingga 23% (Simpson dan McPherson, 1996).

    c. (Resenfeld et al., 1998) menemukan bahwa sebelas tanam juta pohon di Los Angeles Basin akan menghasilkan cuaca yang lebih baik dan lebih dingin, mengarah ke $270 juta dari penghematan energi dan polusi berkurang.

    COOL ROOF a. Penggunaan cool roof menggunakan energi 40% lebih sedikit

    dibandingkan dengan atap gelap. b. Ketika suhu diturunkan 2-3oF, tingkat ozon cenderung turun 7-10 ppb

    (parts per billion) (Bowmen, 2000). c. Cool roof memantulkan sinar matahari bukan menyerap ke dalam

    bahan atap. Pada musim panas, atap khas mencapai suhu 150-185oF. d. Cahaya berwarna atau highlyreflective dan bahan atap bisa tinggal

    dalam waktu 1-20oF dari suhu ambien, bukan 55-85oF lebih tinggi seperti atap yang paling konvensional.

    e. Pelapis cool roof yang baik memiliki Albedo 0,65 atau lebih tinggi.

    LIGHT PAVEMENT a. Light pavement akan memakan cost 10-20%. b. Ketika perkerasan reflektifitas meningkat 10-35% oleh seluruh kota,

    suhu penurunan 1oF (EPA-Ruhi, 2010). c. Setiap kenaikan 10% pada pantulan matahari, permukaan suhu

    perkerasan dapat menurun 7oF (EPA-Ruhi, 2010).

  • 48

    Tabel 2.15 Cooling Potential and Cost from Mitigation Cooling Potential and Costs from Mitigation Measures

    No. Mitigation Measure Cooling Potential Cost Additional Benefit

    1. Vegetation 1 - 9oF $15 - $65 per tree each year Aesthetics

    2. Cool roofs 0,6 - 1,4oF 0 - 7% higher than conventional roofing Energi savings

    3. Light Pavements 0,5 - 3oF 10 - 20% higher than

    conventional pavement Water conservation

    4. Green Roofs 0,2 - 3,5oF 88 - 93% higher than

    cooling roofing Roof endurance increased

    Sumber: Guidance and Resources for Valley Bussinesses, Local Government and Residents, 2010.

    Analisis: Tabel 2.16 Analisis Kesimpulan Tabel Mitigation Measure

    Analisis Kesimpulan Tabel Cooling Potential and Costs from Mitigation Measures Vegetation Warna hijau dari tanaman menyerap dan menyimpan panas.

    Penanaman dilakukan di bangunan dan pavement/trotoar. Cool roofs Tingkat refleksi permukaan atap tinggi terhadap sinar matahari.

    Tingkat refraksi permukaan atap tinggi terhadap sinar matahari. Tidak menyerapkan panas.

    Light Pavements

    Dapat memantulkan panas daripada aspal. Dapat mengurangi penyerapan panas Dapat menurunkan suhu permukaan. Gunakan material berpori. Material light lebih baik daripada gelap.

    Green Roofs

    Lebih efektif menurunkan suhu dan biaya yang dikeluarkan lebih mahal. Lebih awet dan memiliki manfaat yang lebih banyak.

    Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013

    Gambar 2.39 Albedo pada perkotaan Sumber: Thermal Emittance table is from: Cool Roofs Rating Council

    www.coolroofs.org/images/radiativeprops.png, April 2013.

  • 49

    Gambar 2.40 Roof Surface Temperature Differentials Sumber: information from http://www.cooltexasbuildings.net/images/

    HEAT ISLAND MITIGASI (RECOMMENDED OBJECTIVES CHECKLIST) 1. Landscaping:

    a. Naungan parkiran kendaraan - Salah satu pohon untuk setiap6 buah parkiran akan menjadi naungi 50% dari area parkir dengan 15 tahun.

    b. Naungan Pohon di jalan - Menyediakan cakupan naungan 40% setelah 15 tahun.

    c. Naungan Pohon Perumahan - Menaungi 40% dari setiap rumah setelah 15 tahun terhitung dari pembangunan baru.

    2. Parking Lot, Sidewalk, dan Trotoar: a. Menggunakan bahan paving berwarna terang atau pelapis (Albedo

    minimal 0,2) dan bahan permeabel untuk setidaknya 30% dari daerah beraspal di setiap tempat parkir.

    b. Instal bahan paving tinggi reflektif untuk 60% dari permukaan. c. Hunian dan Komersial Atap: Instal cooling roof dengan 0,85 Albedo

    atau lebih tinggi pada 50-70% dari luas atap untuk atap baru dan dipasang, atau vegetatif "Green Roof".

  • 50

    2.6.2 Jurnal Penelitian - Evaluation of Vertical Greenery System for Building Walls (Dr Wong Nyuk Hien, 2008)

    Gambar 2.41 Type of Vertical Greenery Sumber:Jurnal Evaluation of VGS for Building Walls, 2008.

    Gambar 2.42 Temperatures of Wall and Substrate Surfaces for Vertical Grenery Sumber: Jurnal Evaluation of VGS for Building Walls, 2008.

    Dampak Thermal

    Vertical greenery sistem 3 dan 4 memiliki efisiensi pendinginan yang terbaik untuk pereduksian suhu rata-rata pada permukaan dinding. Vertical greenery sistem 4 dan 1 menunjukkan kapasitas tertinggi untuk fluktuasi suhu rata-rata substrat.

    Tabel 2.17 Ambient Temperatures Temperature (oC)

    VGS 0,15 m 0,30 m 0,60 m Min Max Min Max Min Max 0 26,3 34,9 25,2 33,6 25,2 33,6 1 24,8 31,9 26,3 34,0 25,2 32,3 2 25,6 32,8 25,6 32,8 25,6 32,8 4 26,3 31,5 25,2 31,9 26,0 32,8

    Sumber: Jurnal Evaluation of VGS for Building Walls, 2008.

  • 51

    Vertical greenery sistem 2 hampir tidak memiliki efek pada pengurangan suhu lingkungan. Vertical greenery sistem tanaman modular dan lebih rapat lebih baik dibandingkan dengan sistem tanaman rambat dimana terdapat bagian dinding yang kurang ternaungi oleh tanaman.

    Kemampuan Beradaptasi Tanaman Tabel 2.18 Substrate back surface temperatures

    Water Supplied Temperature (oC)

    Min Max Maximum Supply 23,75 27,80 Medium Supply 23,55 27,80

    No Supply 24,48 32,05 Sumber: Jurnal Evaluation of VGS for Building Walls, 2008.

    Tanaman yang mendapatkan suplai air yang lebih banyak dengan frekuensi sering lebih dapat menurunkan suhu. Selain karena adanya evaporasi lebih sering, air membawa efek sejuk. Keadaan tanaman harus sering menerima air maka pengairan irigasi tetes memungkinkan tanaman

    selalu mendapatkan suplai air setiap saat tetapi tidak berlebihan.

    2.6.3 Jurnal Penelitian - UHI Report 2010 Tabel 2.19 Cool Alternative Paving Materials and Techniques

    Cooling Paving Technology Uses Solar Relectance Lifecycle

    Cement concerete Cool concrete New construction New 35-45%

    Old 25-35% 15-35 years

    White topping New/resurfacing 10-15 years Porous concrete New construction 30-40% 15-20 years

    Concrete pavers New construction (not for heavy traffic) 30% 10-15 years Cooling Paving

    Technology Uses Solar Relectance Lifecycle

    Asphalt Concrete Cool asphalt White aggregate New construction 10-15% 7-10 years

    Asphalt Concrete

    Cool asphalt White aggregate or Light colours

    Resurfacing/Maintenance Chip seal Asphalt emulsion Surface coating

    Estimated 20% 15% (asphalt & surface) 3-7 years

    Open graded asphalt New construction 10% 7-10 years Porous Paving

    Porous paving New construction Same as grass plus cooling effect from

    water. 15 years

    Sumber: http://www.energy.ca.gov/coolcommunity/strategy/coolpave.html, April 2013.

  • 52

    Tabel 2.20 Summary of measured reductions caused by rooftop gardens in thermal parameters of building's roof

    Summary of measured reductions caused by rooftop gardens in thermal parameters of building's roof

    Thermal parameter Range of reduction Surface temperatureof roof 0-31,0oC

    Ambient temperature

    at 300mm heights 0-4,2oC At 1000mm heights 0-1,5oC

    Relative Humidity -23,5%-0% Sumber:Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore.

    Tabel 2.21 Summary of measured reductions caused by rooftop gardens in thermal parameters of building's roof

    Summary of measured reductions caused by rooftop gardens in thermal parameters of building's roof

    Soalr radiation (at 300mm heights) 4,2-124,6W/m2 MRT (Mean Radiant Time) 0-4,6oC Globe Temperature 0-4,1oC Heat flux transferred through surface 0,6-15,4W/m2 Total heat gain over a day 395,0-466,3KJ/m2

    Sumber:Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore. Tabel 2.22 The thermal performance of the plants with different LAIs (without conditioner)

    The Thermal performance of the plants with different LAIs (without air-con) LAI Range of Surface Temperature Under shading (oC)

    Range of indoor ambient air temperature (oC)

    5,47 26,4-29,2 27,9-31,4 3 26,2-29,4 28,3-32,5

    1,47 25,8-32,6 28,5-32,0 0 (soil) 24,4-56,7 28,9-33,5

    0 (concrete surface) 25,4-51,3 26,9-40,5 Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore.

    Gambar 2.43 Various colour surface temperature (west external wall) Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore.

  • 53

    Gambar 2.44 Comparison of temperatures for different materials Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore.

    Gambar 2.45 Annual Energy Consumption for a series of Aluminium Facades Energy Consumption-Alucobond

    Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore.

    Perbedaan suhu rata-rata, 1,3oC, diamati di lokasi sekitar taman.

    Pengukuran dilakukan pada hari yang sama menunjukkan bahwa dalam perumahan dengan cakupan vegetasi 22% telah menurunkan suhu

    lingkungan dibandingkan dengan hanya 7% cakupan vegetasi. Maksimum rata-rata perbedaan suhu antara dua lokasi adalah 2,32oC.

    Pemilihan material bahan dengan albedo tinggi dapat mengurangi panas matahari pada siang hari. Bahan warna gelap dapat mencapai sekitar 7oC lebih tinggi dari jumlah suhu lingkungan sedangkan warna terang hanya sekitar 2-3oC lebih tinggi dari suhu lingkungan.

    Simulasi mengungkapkan bahwa beban pendinginan meningkat saat warna perubahan fasad dari terang diubah menjadi lebih gelap. Penurunan 7,48% energi pendinginan dicapai ketika warna fasad berubah dari Alucobond Sparkling hitam menjadi Alucobond putih murni aluminium.

  • 54

    2.6.4 Jurnal Penelitian - Thermal Simulations on the Effetcs of Vegetated Walls on Indoor Building Environments, 2011.

    Hoyano (1988) meneliti efek shading penutup tanaman pada bangunan beton di Tokyo, dengan adanya tanaman, suhu permukaan eksternal dari

    barat menghadap dinding berkurang sebesar 18% dan udara dalam ruangan suhu dengan 7C. Hasil percobaan lapangan yang dipimpin oleh Nojima dan Suzuki (2004) di Tokyo menunjukkan pengurangan konduksi panas matahari dengan tanaman penutup. Tumbuh-tumbuhan penurunan perpindahan panas melalui dinding menghadap selatan sebesar 13,7% menjadi 40,7%.

    Gambar 2.46 Model Simulasi Denah dan Orientasi Kamar Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore.

    Handa dkk. (2007, dikutip dalam Suzuki, 2008). Sebuah model kota di Tokyo disimulasikan dalam program. Suhu mengalami penurunan sebesar maksimum 2C ketika permukaan atap dan dinding selatan barat bangunan

    ditutupi oleh tanaman hijau. Tabel 2.23 Construction and thermal properties of a heavyweight building model

    No. Layer Name Width Density Sp. Heat Conduct 1. Water Vapour Gas 2,0 0,6 1966,000 5,560 2. Vegetation 1,0 533,0 2,800 0,400 3. Air Gap 125,0 1,3 1004,000 5,560 4. Softwood 15,0 110,0 1880,000 0,140 5. Air Gap 125,0 1,3 1004,000 5,560 6. Concrete Cinder 150,0 15600,0 656,900 0,335 7. Polystyrene 20,0 1050,0 1423,000 0,126 8. Plaster Board 12,5 1250,0 1088,000 0,431

    Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011

  • 55

    Gambar 2.47 Hourly indoor temperature of NE on the coldest day (Lightweigt construction) Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011.

    Zona SW hangat sekitar 0,4-0,9C dibandingkan dengan ruangan tanpa tanaman penutup. Angka-angka juga menunjukkan suhu Zona SW menerapkan vegetasi di selatan dan barat permukaan tampaknya menjadi yang paling efektif dalam mengurangi fluktuasi suhu dalam ruangan di

    musim panas dan musim dingin.

    Gambar 2.48 Hourly indoor temperature of SW on the hottest day (Lightweigt construction) Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011

    Gambar 2.49 Hourly indoor temperature of SW on the coldest day (Lightweight construction) Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011

    Tanaman rambat pada Lightweight Construction yang menutupi bagian selatan dan barat dapat mengurangi suhu ruangan maksimum

  • 56

    sebesar 0,9C pada hari terpanas dan meningkatkan suhu minimum sebesar 1,7C pada hari terdingin. Dalam kasus Heavyweight Construction, pada hari terpanas berkurang 0,5C dan pada hari terdingin meningkat sebesar 0,4C. Angka-angka menunjukkan bahwa vegetasi pada Lightweight Construction memilik efek yang kurang baik pada malam hari di musim panas dan dalam siang hari di musim dingin dibandingkan dengan

    Heavyweight Construction.

    Gambar 2.50 Hourly indoor temperature differences of Zone SW on the hottest day (Lightweight and Heavyweight)

    Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011

    Gambar 2.51 Hourly indoor temperature differences of Zone SW on the coldest day (Light weight and Heavyweight)

    Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011

    Vegetasi pada permukaan salah satu dinding berkurang konduksi

    panas tahunan antara 7,3% & 24,5% dan kehilangan panas antara 17,4% & 24,1%, efek ini yang jauh lebih besar bila tanaman menutupi seluruh dinding luar.

    Tabel 2.24 Annual energy loads fo heating and cooling (Heavyweight model) Exposed SW Vegetated Fully Vegetated Heating 1746 1519 1353 Cooling 227 202 184 Total 1973 1721 1537 Savings 252

    (12,8%) 4,36

    (22,1%) Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011

  • 57

    Tabel 2.25 Annual energy loads for heating and cooling (Lightweight model) Exposed SW Vegetated Fully Vegetated Heating 3366 2466 1946 Cooling 499 383 350 Total 3865 2849 2296 Savings 1016 (26,3%) 2296 (40,6%)

    Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011

    Kedua pemanasan dan beban pendinginan Lightweight Construction berkurang sekitar 25% pada sisi selatan dan sisi barat yang permukaan dinding ditutupi oleh tanaman sepenuhnya berkurang sekitar 30-40%. Heavyweight Construction termasuk beban energi dan tingkat

    pengurangan hampir setengah dari hasil Lightweight Construction.

    2.6.5 Jurnal Penelitian - Summary Report Urban Heat Island Effects City of Las Vegas, Office of Sustainabillity

    Tabel 2.26 Cool Roofing Technologies and Types Cool Roofing Technology Uses

    Solar Reflectance Emissivity Lifecycle

    Liquid Applied Coatings

    White Coating 75-80% 87 5-10 years Colors Coating 25-65% 87 5-10 years Aluminium-Asphalt Coating 50% 40 5-10 years Prefabricated Membranes

    Single-ply (White) New Construction Re-roofing 75-80% 80 8-15 years Modified bitumen Metal-foil/white

    New Construction Re-Roofing

    25% 85% 80

    15-20 years

    Metal Panel Roof Systems

    Metal Panel System (White)

    New Construction Re-Roofing 50% 60

    15-25 years

    Green/Garden Roof System

    Green Roof System New Construction Re-Roofing N/A N/A 15-25 years

    Speciality Products Systems

    Clay Tiles (White) New Construction 40% 85 20-30 years Concrete Tiles (White) New Construction 40% 85 20 years Metallic Tile (White) New Construction 40% 65 20 years

    Sumber: Department of Energy Website Product List dated 01-07-2008. http://www.energystar.gov/ia/products/prod_lists/roofs_prod_list.pdf

  • 58

    Gambar 2.52 Cool Roofing Technologies &Types Sumber: Department of Energy Website Product List dated 01-07-2008.

    http://www.energystar.gov/ia/products/prod_lists/roofs_prod_list.pdf