7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
1/20
GANGGUAN PENGHIDU
I. PENDAHULUAN
Fungsi penghidu dan pengecapan yang normal sangat berperan dalam nutrisi dan
penting untuk mempertahankan gaya hidup yang sehat. Gangguan penciuman umumnya
sukar didiagnosa dan sukar untuk diobati biasanya karena kurangnya pengetahuan pada
individu. Penghidu dan pengecap merupakan kedua insiden yang saling berkaitan,
terutama dalam hal merasakan makanan.1
Stimulusnya berupa rangsangan kimiawi, bukan rangsangan fisika seperti pada
pengelihatan dan pendengaran. Reseptor organ penghidu terdapat di region olfaktorius di
hidung bagian sepertiga atas. Serabut saraf olfaktorius beralan melalui lubang!lubang
pada lamina kribrosa os etmoid menuu ke bulbus olfaktorius di dasar fossa kranii
anterior. Partikel bau dapat mencapai reseptor penghidu bila menarik napas dengan kuat
atau partikel tersebut larut dalam lendir yang terdapat di daerah permukaan mukosa
daerah olfaktorius. Gangguan penghidu akan teradi bila ada yang menghalangi
sampainya partikel bau ke reseptor saraf atau ada kelainan nervus olfaktorius, mulai dari
reseptor sampai pusa olfaktorius. "isebut hiposmia bila daya menghidu berkurang,
anosmia bila daya menghidu hilang, dan disosmia bila teradi perubahan persepsi
penghidu.1,#
$ntuk pemeriksaan fungsi nervus olfaktorius, tes yang dapat dilakukan beberapa
cara yaitu tes odor sti%, tes alkohol 1# inci, &he $niversity of Pennsylvania smell
'ndentification &est dan Sniffin Stick test.(,)
Sniffin stick test berasal dari *erman dan sudah dikembangka dengan baik. &es ini
mempunyai ( fungsi yaitu kemampuan mendeteksi bau, membedakan bau!bau yang
berlainan serta kemampuan mengidentifikasi bau.(,+
II. ANATOMI
. -idung uar-idung luar berbentuk pyramid dengan bagian!bagiannya dari atas ke bawah/ 10
pangkal hidung bridge0, #0 batang hidung dorsum nasi0, (0 puncak hidung hip0, )0
ala nasi, +0 kolumela dan 20 lubang hidung nares anterior0. -idung luar di dibentuk
1
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
2/20
oleh krangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, aringan ikat dan
beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan dan menyempitkan lubang
hidung. 3erangka tulang terdiri dari 10 tulang hidung os nasal0, #0 prosesus frontalis
os maksila dan (0 prosesus nasalis os frontal, sedangkan kerangka tulang rawan
terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian baah hidung, yaitu
10 sepasang kartilago nasalis lateralis superior, #0 sepasang kartilago nasalis nasalis
lateralis inferior yang disebut uga sebagai kartilago alar mayor dan )0 tepi anterior
kartilago septum. *aringan lunak di antara hidung luar dan dalam dibatasi di sebelah
inferior oleh 3rista piriformis dengan kulit penutupnya, di medial oleh septum nasi,
dan tepi bawah kartilago lateralis superior sebagai batas superior dan lateral.1,2,4
Gambar
1.
natomi hidung luar2
5. -idung "alam
Struktur ini membentang dari os internum di sebelah anterior hingga koana di
posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Septum nasi merupakan
struktur tulang di garis tengah, secara anatomi membagi organ menadi dua hidung.
Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dab periosteum pada
bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi oleh mukosa hidung. Pada dinding lateral
terdapat ) buah konka. 6ang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior,
kemudian yang lebih kecil ialah komka media, lebih kecil lagi adalah konka superior
dan yang terkecil disebut sebagai konka suprema konka suprema ini biasanya
rudimenter. 3onka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila
dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian
2
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
3/20
dari labirin etmoid. "i antara konka!konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga
sempit yang disebut meatus. &ergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu,
meatus inferior, medius dan superior. 7eatus inferior terdapat muara ostium 0 duktus
nasolakrimalis. 7eatus medius terletak di antara konka media dan dinding leteral
rongga hidung. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan
sinus etmoid anterior pada meatus superior yang merupakan ruang di antara konka
superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan kona media terdapat
muara sinus etmoid posterior dan sinus sphenoid.1,2
Gambar #. natomi
hidung bagian
dalam2
8. Pembuluh "arah
-idung
5agian atas rongga
hidung mendapat
pendarahan dari
a.etmoid anterior dan
posterior yang merupakan cabang a.oftalmika dari a.carotis interna. 5agian bawah
rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a.ma%illaris interna, a.sfenopalatina
yang keluar dari foramen sfenopalatina bernama n.sfenopalatina dan memasuki
rongga hidung dibelakang uung posterior konka media.1
Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang!cabang
a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor yang
disebut pleksus 3iesselbach ittle9s rea0. Pleksus 3iesselbach letaknya superficial
dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menadi sumber epistaksis
perdarahan hidung0 terutama pada anak.
:ena!vena membentuk pleksus kavernosus yang rapat dibawah membram
mukosa. Pleksus ini terlihat nyata diatas konka media dan inferior, serta bagian
3
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
4/20
bawah septum dimana membentuk aringan erektil. "rainase vena terutama melalui
vena oftalmika, fasialis anterior dan sfenopalatina.2
Gambar (. Pleksus 3iesselbach11
". System imfatik
Suplai limfatik
hidung diperkaya oleh aringan pembuluh anterior dan
posterior. *aringan limfatik anterior adalah kecil dan bermuara sepanang pembuluh
vasialis yang menuu pintu leher. *aringan ini hampir seluruh bagian anterior hidung
sampai vestibulum dan daerah prekonka.2
*aringan limfatik posterior mengurus mayoritas anatomi hidung, menggabungkan
ketiga saluran utama di daerah hidung belakang yaitu saluran superior, media dan
inferior. 3elompok superior berasal dari konka media dan superior dan bagian
dinding hidung yang berkaitan, beralan diatas tuba eustachius dan bermuara pada
kelenar limfe retropharingea. 3elompok media, beralan di bawah tuba eustachius
mengurus konka inferior, meatus inferior, dan sebagian dasar hidung, dan menuu
rantai kelenar limfe ugularis. 3elompok inferior berasal dari septum dan sebagian
dasar hidung, beralan menuu kelenar limfe di sepanang pembuluh ugularis
e%terna.2
;. Persarafan -idungSaraf yang terlibat langsung pada hidung adalah saraf cranial pertama untuk
penghidu, divisi oftalmikus dan maksillaris dari saraf trigeminus untuk impuls afferen
sensorik lainnya, saraf fasialis untuk gerakan otot!otot pernapasan dari hidung luar,
4
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
5/20
dan system saraf otonom. &erdapat pula suplai saraf hidung terutama melalui
ganglion sfenopalatina, guna mengontrol diameter vena dan arteri hidung dan uga
produksi mucus, dengan demikian dapat mengubah pengaturan hantaran, suhu, dan
kelembaban aliran udara.2
Fungsi penghidu berasal dari nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui lamina
kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel!
sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.1
Gambar ).
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
6/20
+. Refle% nasal. 'ritasi mukosa hidung akan menyebabkan refle% bersin dan napas
berhenti, rangsangan bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenar air liur,
lambung, pancreas.
5agian dari fungsi penghidu yang terlibat adalah neuroepitel olfaktorius, bulbusolfaktorius dan korteks olfaktorius.1),1+
.
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
7/20
Gambar 2. 7embran mukus dari neuroepitel olfaktorius.1=
7elalui proses inhalasi udara, odoran sampai di area olfaktorius, bersatu dengan
mukus yang terdapat di neuroepitel olfaktorius dan berikatan dengan reseptor protein G
yang terdapat pada silia. 'katan protein G dengan reseptor olfaktorius akan menyebabkan
stimuli guanine nucleotide, yang akan mengaktifkan en@im adenilat siklase untuk
menghasilkan second messenger yaitu adenosin monofosfat.12!14'ni akan menyebabkan
masuknya
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
8/20
bertambahnya usia.12,14kson dari sel reseptor yang masuk akan bersinap dengan dendrit
dari neuron kedua dalam gromerulus. Peralanan impuls di bulbus olfaktorius Gambar
=0.14
Gambar =. Proyeksi skematik neuroreseptor olfaktorius ke bulbus olfaktorius.
8. 3orteks olfaktorius
&erdapat ( komponen korteks olfaktorius, yaitu pada korteks frontal merupakan pusat
persepsi terhadap penghidu.Pada area hipotalamus dan amygdala merupakan pusat
emosional terhadap odoran, dan area enthorinal merupakan pusat memori dari odoran
gambar B0.1=
Gambar B. 3orteks olfaktorius.
8
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
9/20
Saraf yang berperan dalam sistem penghidu adalah nervus olfaktorius < '0.
Filamen saraf mengandung utaan akson dari utaan sel!sel reseptor. Satu enis odoran
mempunyai satu reseptor tertentu, dengan adanya nervus olfaktorius kita bisa mencium
bau seperti bau strawberi, apel, dan lain!lain.1+,12
Saraf lain yang terdapat dihidung adalah saraf somatosensori trigeminus < :0.
etak saraf ini tersebar diseluruh mukosa hidung dan keranya dipengaruhi rangsangan
kimia maupun nonkimia. 3era saraf trigeminus tidak sebagai indera penghidu tapi
menyebabkan seseorang dapat merasakan stimuli iritasi, rasa terbakar, rasa dingin, rasa
geli dan dapat mendeteksi bau yang taam dari amoniak atau beberapa enis asam. da
anggapan bahwa nervus olfaktorius dan nervus trigeminus berinteraksi secara fisiologis.1)
Saraf lain yang terdapat dihidung yaitu sistem saraf terminal < C0 dan organ
vomeronasal :7C0. Sistem saraf terminal merupakan pleksus saraf ganglion yang
banyak terdapat di mukosa sebelum melintas ke lempeng kribriformis. Fungsi saraf
terminal pada manusia belum diketahui pasti. Crgan rudimeter vomeronasal disebut uga
organ *acobson9s. Pada manusia saraf ini tidak berfungsi dan tidak ada hubungan antara
organ ini dengan otak. Pada penguian elektrofisiologik, tidak ditemukan adanya
gelombang pada organ ini.1),1+
IV. INSIDEN
-asil survey tahun 1BB) menunukkan bahwa #,4 uta penduduk dewasa merika
menderita gangguan pengecapan. "itemukan bahwa 22D persen penduduk merasakan
bahwa mereka mengalami penurunan ketaaman pembauan. -ilangnya fungsi pembauan
atau pengecapan dapat mengancam iwa penderita karena penderita tak mampu
mendeteksi asap saat kebakaran, atau tidak dapat mengenali makanan yang telah basi.
3aren sekitar =?D gangguan pengecapan merupakan kelainan pembauan.B
V. ETIOPATOGENESIS
Gangguan penghidu dapat disebabkan oleh proses!proses patologis di sepanang alur
olfaktorius. 3elainan ini dianggap serupa dengan gangguan pendengaran yaitu berupa
defek konduktif atau sensorineural. Pada defek konduktif transport0 teradi gangguan
transmisi stimulus bau menuu neuroepitel olfaktorius. Pada defek sensorineural,
9
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
10/20
prosesnya melibatkan struktur saraf yang lebih sentral. Secara keseluruhan, penyebab
utama defisit pembauan adalah penyakit pada hidung atau sinus, sebelum teradinya
infeksi saluran nafas atau karena virus dan trauma kepala. 5erikut ini adalah defek
konduktif dari gangguan penghiduB/
10 Proses inflamasi atau peradangan dapat mengakibatkan gangguan penghidu.
3elainannya meliputi rhinitis radang hidung0 dari berbagai macam tipe, termasuk
rhinitis alergi, akut atau toksik. Penyakit sinus kronik menyebabkan penyakit
mukosa yang progresif dan seringkali diikuti dengan penurunan fungsi penghidu
meski telah dilakukan intervensi medis, alergi dan pembedahan secara agresif.
#0 danya massaEtumor dapat menyumbat rongga hidung sehingga menghalangi
aliran odoran ke epitel olfaktorius. 3elainannya meliputi polip nasal dan
keganasan.
(0 bnormalitas developmental misalnya ensefalokel, kista dermoid0 uga dapat
menyebabkan obstruksi.
)0 Pasien pasca laringektomi atau trakheotomi dapat menderita hiposmia karena
berkurang atau tidak adanya aliran udara yang melalui hidung. Pasien anak
dengan trakheostomi dan dipasang kanula pada usia yang sangat muda dan dalam
angka waktu yang lama dapat menderita gangguan penghidu meski telah
dilakukan dekanulasi, hal ini teradi karena tidak adanya stimulasi sistem
olfaktorius pada usia dini.
Sedangkan untuk defek sensorineural atau sentral adalah sebagai berikutB/
10 Proses infeksiEinflamasi menyebabkan defek sentral dan gangguan pada transmisi
sinyal. 3elainannya meliputi infeksi virus yang merusak neuroepitel, Sarkoidosis
yang mempengaruhi struktur saraf, dan sklerosis multipel.
#0 Penyebab congenital menyebabkan hilangnya struktur saraf. 3allmansyndrome
ditandai oleh nosmia akibat kegagalan ontogenesis struktur olfaktorius dan
hipogonadisme hipogonadotropik.
(0 Gangguan endokrin uga berpengaruk pada fungsi pembauan.
10
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
11/20
)0 &rauma kepala, operasi otak atau perdarahan subarachnoid dapat menyebabkan
regangan, kerusakan atau terpotongnya filia olfaktoria yang halus dan
mengakibatkan anosmia.
+0 "isfungsi pembauan uga dapat disebabkan oleh toksisitas dari obat!obatan
sistemik atau inhalasi. 5anyak obat!obatan dan senyawa yang dapat mengubah
sensitivitas bau, diantaranya alkohol, nikotin dan bahan terlarut organik.
20 *umlah serabut pada bulbus olfaktorius berkurang dengan lau 1D per tahun.
5erkurangnya struktur bulbus olfaktorius ini dapat teradi sekunder karena
berkurangnya sel!sel sensorik pada mukosa olfaktorius.
40 Proses degeneratif pada sistem saraf pusat penyakit Parkinson, l@heimer disease
dan proses penuaan normal0 dapat menyebabkan hiposmia. Pada kasus l@heimer
disease, hilangnya fungsi pembauan kadang merupakan geala pertama dari proses
penyakitnya. Sealan dengan proses penuaan, berkurangnya fungsi pembauan
lebih berat daripada fungsi pengecapan, dimana penurunannya nampak paling
menonol selama usia dekade ketuuh. alau dahulu pernah dianggap sebagai
defek konduktif murniakibat adanya edema mukosa dan pembentukan polip,
rhinosinusitis kronis nampaknya uga menyebabkan kerusakan neuroepitel
disertai hilangnya reseptor olfaktorius yang permanen.
VI. MACAM-MACAM KELAINAN PENGHIDU
'ndera penghidu merupakan fungsi nervus olfaktorius, sangat erat hubungannya dengan
indera pengecap yang dilakukan oleh nervus trigeminus, karena seringkali kedua sensoris
ini bekera bersama!sama. Partikel bau dapat mencapai reseptor penghidu ika menarik
nafas dengan kuat. Gangguan penghidu akan teradi bila ada yang menghalangi partikel
bau ke reseptor saraf atau ada kelainan pada nervus olfaktorius, mulai dari resptor sampai
pusat olfaktorius.1,2
dapun macam!macam gangguan penghidu, yaitu1,),1?/
10 -iposmia
-iposmia adalah menurunnya atau berkurangnya daya penghidu. "apat
disebabkan oleh obstruksi nasal, seperti pada rhinitis alergi, rhinitis vasomotor,
hipertrofi konka, deviasi septum, polip dan tumor.
11
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
12/20
#0 nosmia
nosmia adalah hilangnya daya penghidu. "apat timbul akibat trauma di daerah
frontal, temporal atau oksipital. Selain itu, anosmia uga dapat teradi setelah
infeksi oleh virus, tumor dan akibat proses degenerasi pada orangtua.
(0 Parosmia
Parosmia adalah sensasi penghidu yang berubah. &erutama disebabkan karena
trauma.
)0 3akosmia
3akosmia adalah halusinasi bau. "apat timbul pada epilepsi, lobus temporalis
mungkin uga terdapat pada kelainan psikologi atau kelainan psikiatrik dan
psikosis.
VII. DIAGNOSIS
dapun langkah!langkah untuk menegakkan diagnosis gangguan penghidu yaitu
berdasarkan geala klinis, anamnesis dan pemeriksaan fisik.
. Geala 3linis
7engetahui onset dan perkembangan gangguan penghidu dapat menadi hal yang
sangat penting untuk menegakkan diagnosis. nosmia unilateral arang menadi
keluhan, hanya dapat dikenali dengan mengui bau secara terpisah pada masing!
masing lubang hidung. nosmia bilateral, dilain pihak membuat pasien mencari
pertolongan dokter. Pasien!pasien yang menderita anosmia biasanya mengeluhkan
hilangnya kemampuan merasa meskipun ambang rasanya mungkin berada pada
kisaran normal. Pada kenyataannya, mereka mengeluhkan hilangnya deteksi rasa
yang sebagian besar merupakan fungsi dari penghidu.B,11
5. namnesis
5anyak faktor yang dapat menyebabkan berkurang dan hilangnya daya penghidu.
Pada anamesis perlu ditanya lama keluhan, apakah dirasakan terus!menerus atau
hilang!timbul dan apakah uniEbilateral. Pada parosmia atau kakosmia perlu lebih
dielaskan bagaimana baunya. dakah penyakit atau trauma yang diderita
sebelumnya dan adakah pemakaian obat!obatan sebelumnya, dan macam obat
12
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
13/20
serta lama pemakaiannya. Selain itu perlu diketahui apakah ada kelainan sensoris
lain.1,B,1?
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diperhatikan sistem saraf dan anatomi hidung, terutama pada
daerah kepala dan leher. Pemeriksaan rhinoskopi anterior dan posterior untuk
melihat apakah ada kelainan anatomik yang menyebabkan sumbatan hidung,
perubahan mukosa hidung, tanda!tanda infeksi dan adanya tumor.1,1?
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Fungsi penghidu dibutuhkan untuk /
a. 7emastikan keluhan penderita
b. 7engevaluasi kemauan terapi
c. 7enentukan deraat gangguan permanen
angkah pertama dalam pemeriksaan sensorik adalah menentukan deraat seauh
mana keberadaan sensasi kualitatif. 5eberapa metode sudah tersedia untuk
pemeriksaan penciuman.
a0 &es 7enghidu
&es ini untuk mendeteksi adanya gangguan menghidu. Selain itu, untuk
mengetahui apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau
penyakit hidung lokal. &es menghidu merupakan tes yang subektif.
8ara pemeriksaan /
Periksa lubang hidung. pakah ada sumbatan atau kelainan setempat,
misalnya ingus, atau polip. -al ini dapat mengurangi ketaaman penciuman.
at pengetes yang digunakan sebaiknya @at yang dikenal sehari!hari seperti
kopi, the, tembakau, eruk. *angan menggunakan @at yang dapat merangsang
mukosa hidung seperti mentol, amoniak, alkohol dan cuka. at pengetes
didekatkan ke hidung pasien dan disuruh menciumnya. &iap lubang hidung
diperiksa satu per satu dengan cara menutup lubang hidung sebelah dengan
tangan dan mata tertutup.1,1
13
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
14/20
Gambar 1?. &es 7enghidu
b0 &es lkohol 1# inci
&es alkohol 1# ini ini menggunakan paket alcohol isopropyl yang baru saa
dibuka dan dipegang pada arak sekitar 1# inci dari hidung pasien.
c0 &he $niversity of Pensylvania Smell 'dentification &est $PS'&0
&es ini sangat dianurkan untuk pemeriksaan pasien dengan gangguan
penciuman. &es ini menggunakan )? item pilihan!ganda yang berisi bau!
bauan scratch and sniff berkampsul mikro. Sebagai contoh, salah satu itemnya
berbunyi H5au ini paling mirip seperti bau I a0 8okelat b0 Pisang c0
5awang putih d0 *us buahJ kemudian pasien harus menawab salah satu dari
pilihan awaban yang ada.),1#,1(
Gambar 11. lat dan prosedur kera &es $PS'&
d0 Sniffin Stick &est
Sniff stick tes ini adalah tes penghidu yang menggunakan alat seperti penEstick
yang dapat mengeluarkan bau. &es ini mempunyai ( tahap yaitu mengetahui
ambang batas penghidudengan butanol Threshold Test0, tes diskriminasi
penghidu Discrimation0 dan tes identifikasi penghidu Identification0.),1#,1(
Instruksi Sniffin Stik T!st "
1. Sniffin stick adalah seenis spidol dengan enis bau tertentu
#. *ika penutup spidol dibuka semakin lama, maka semakin tercium bau yang
dilepaskan. -ali ini bisa menyebabkan kontaminasi bau dari lingkungan
dan uga bisa bisa menurunkan kegunaan dari spidol tersebut.
14
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
15/20
(. Spidol ini didekatkan sekitar #cm di depan lubang hidung. Selama
pemeriksaan mata pasien ditutup dan untuk penguian lateralisasi salah
satu hidung ditutup.
). "isarankan pemeriksa menggunakan sarung tangan yang tidak berbau
+. &es ini harus selalu dilakukan di ruangan yang berventilasi baik tanpa
dipengaruhi enis bau yang lain.
2. Pasien tidak boleh makan atau minum selain air putih serta merokok 1+
menit sebelum pengukuran.
Gambar 1#. Sniffin Stick &est 3it
Sniffin stick test terdiri dari tiga bagianEtahap yaitu/ ),1#,1(
a. &es ambang batas penghidu dengan butanol T#r!s#$%& ' T0
Spidol diberi label dengan nomor merah dari 1!12. Spidol dengan penutup warna
merah dan angka merah mengandung bau butanol pada pengenceran tertentu. Spidol
yang memiliki nomor 1 mempunyai konsentrasi bau yang tinggi sedangkan spidol
yang memiliki nomor 12 memiliki konsentrasi yang lebih rendah. 3emudian pasien
diberikan ( spidol dimana # diantaranya tidak mengandung bau odorless0 dan spidol
yang ketiga berisi butanol. *ika pasien memiliki ambang batas dengan nomor 1
artinya pasien tidak dapat membedakan antara butanol dan pengencer, maka dinggap
pasien anosmia.
b. &es diskriminasi penghidu Disri(in)ti$n ' D0
15
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
16/20
Spidol diberi label dengan nomor hiau dari 1!12. &arget spidol yang digunakan untuk
membedakan bau harus mempunyai penutup warna hiau. Pasien ditawarkan ( spidol
dengan nomor yang sama, dimana # spidol berisi odoran yang sama sedangkan spidol
warna hiau mempunyai bau yang berbeda dan digunakan sebagai target penentu.
"ari ketiga spidol tersebut, pasien disuruh menentukan odoran mana yang memiliki
bau yang berbeda. Skor untuk dismkriminasi penghidu disesuaikan dengan umlah
odoran yang diawab dengan benar, yaitu ? K 12.
c. &es identifikasi penghidu I&!ntifi)ti$n ' I0
Spidol diberi label dengan nomor biru 1!12. Pasienharus memilih satu dari ) pilihan
odoran sesuai dengan yang diuikan. 8ontohnya/ apel, bawang merah, wortel, atau
coklat. 7eskipun pasien merasa tidak yakin ataupun merasa bahwa mereka tidak
mencium odoran sama sekali, mereka tetap harus memilih 1 pilihan forced choice0.
dapun enis!enis odoran yang digunakan pada tes identifikasi adalah sebagai
berikut / eruk,peppermint, turpentine, cengkeh, kulit, pisang, bawang, mawar, ikan,
lemon, kopi, anise, kayu manis, liquorice, apel dan nanas. Skor untuk identifikasi
penghidu disesuaikan dengan umlah pilihan yang diawab dengan benar, yaitu ? K
12.
&es ini harus dilakukan sesuai dengan urutan. "ari ketiga tes yang dilakukan
harus diberi eda waktu (!+ menit.
'nterpretasi tes Sniffin9 Sticks adalah dengan menumlahkan ketiga tahap pemeriksaan
Threshold + Discrimination + Identification0 atau yang dikenal dengan TDI-score.
pabila &"'!score L12.+ dikatakan anosmia, 12.+ K (?.+ dikatakan hiposmia, dan M(?.+
dikatakan normosmia.
Gambar 1(. 8ara pemeriksaan Sniffin9 Stick &est
16
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
17/20
dapun pemeriksaan laboratorium yang dilakukan seperti pemeriksaan evaluasi alergi,
defisiensi nutrisi, penyakit keganasan atau sistemik, seperti diabetes atau
hipotyroidisme.1?
Pada pemeriksaan 8&!scan dapat dilakukan tetapi harus berdasarkan indikasi yang
spesifik. 8&!scan ideal untuk pemeriksaan sinus dan penyakit hidun. Pemeriksaan ini
memberikan gambaran dari hidung dan cavitas sinus, dasar tengkorak dan klep
olfaktorius. 8&!Scan memberikan informasi yang detail pada penyakit mukosa,
abnormalitas struktur hidung dan adanya sinusitis atau proses keganasan. 7R' lebih baik
untuk membedakan aringan lunak, tetapi 7R' kurang sensitive terhadap abnormalitas
tulang. 7R' merupakan suatu pilihan radiologis untuk mengevaluasi bulbus dan traktus
olfaktorius, seperti gangguan penghidu karena penyebab intracranial.1?
I*. PENATALAKSANAAN +,,/
-iposmia yang hilang timbul dan bervariasi deraatnya dapat disebabkan oleh
rhinitis vasomotor, rhinitis alergi atau sinusitis. 3eluhan ini dapat hilang bila
penyebabnya diobati. Pada polip nasi, tumor hidung rhinitis kronis spesifik rhinitis
atrofi, sifilis, lepra, skleroma, tuberkulosis0 teradi hiposmia akibat dari sumbatan,
yang akan hilang bila penyakitnya diobati(.
Rinitis medikamentosa akibat dari pemakaian obat tetes hidung menyebabkan
hiposmia atau anosmia yang akan sembuh bila pemakaian obat!obatan penyebabnya
dihentikan(
&umor n.olfaktorius bentuknya mirip polip nasi. "iagnosis pasti berdasarkan
pemeriksaaan histologi dan diterapi dengan pembedahan.(
Faktor usia lanut dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya daya
penghidu, terutamanya tidak mampu menghidu @at yang berbentuk gas. 3elainan ini
tidak dapat diobati.(
&rauma kepala ringan atau berat dapat menimbulkan anosmia. &rauma dapat
mengenai daerah oksipital atau frontal. Pada pascatrauma, dapat teradi parosmia,
17
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
18/20
yaitu penciuman bau sangat berbeda dengan yang seharusnya dan biasanya tercium
bau yang tidak enak dan kadang!kadang sensasi bau ini timbul secara spontan.
3elainan penghidu ini mungkin dapat sembuh, yang akan teradi dalam beberapa
minggu setelah trauma. 5ila setelah tiga bulan tidak membaik, berarti prognosisnya
buruk (
&umor intrakranial yang menekan n.olfaktorius mula!mula akan menaikkan
ambang penghidu dan mungkin akan menimbulkan masa kelelahan penghidu yang
makin lama makin memanang. Csteomata atau meningiomata di dasar tengkorak
atau sinus paranasalis dapat menimbulkan anosmia unilateral. &umor lobus frontal
selain menyebabkan gangguan penghidu sering uga disertai dengan geala lain, yaitu
gangguan penglihatan, sakit kepala dan kadang!kadang keang lokal.
(
;pilepsi lobus temporal dapat didahului oleh aura penghidu. Seringkali
halusinasi bau yang timbul adalah bau busuk atau bau sesuatu yang terbakar, arang
yang bau wangi. Geala ini tidak menetap.(
3elainan psikologik seperti rendah diri mungkin menyebabkan merasa bau
badan atau bau napas sendiri. Pasien setelah diperiksa, bila ternyata tidak ada
kelainan perlu diyakinkan dan dihilangkan gangguan psikologiknya. 3elainanpsikiatrik seperti depresi, ski@ofrenia atau demensia senilis dapat menimbulkan
halusinasi bau. 3asus demikian perlu diruuk ke seorang psikiater. (,2 3adang!kadang
ada keluhan hilangnya penghidu pada pasien hysteria atau berpura!pura malingering0
pascaoperasi hidung atau trauma. 5ila diperiksa biasanya pasien mengatakan tidak
dapat mendeteksi ammonia.(
T!r)0i
. Hi0$s(i) K$n&uktif
18
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
19/20
&erapi bagi pasien!pasien dengan kurang penciuman hantaran akibat rinitis
alergi, rinitis dan sinusitis bakterial, polip, neoplasma, dan kelainan!kelainan
struktural pada rongga hidung dapat dilakukan secara rasional dan dengan
kemungkinan perbaikan yang tinggi. &erapi berikut ini seringkali efektif dalam
memulihkan sensasi terhadap bau yaitu pengelolaan alergi, terapi antibiotik, terapi
glukokortikoid sistemik dan topikal dan operasi untuk polip nasal, deviasi septum
nasal, dan sinusitis hiperplastik kronik.1
/. Hi0$s(i) S!ns$rin!ur)%
&idak ada terapi dengan kemanuran yang telah terbukti bagi kurang
penciuman sensorineural. $ntungnya, penyembuhan spontan sering teradi.
Sebagian dokter menganurkan terapi @ink dan vitamin. "efisiensi @ink yang
mencolok tidak diragukan lagi dapat menyebabkan kehilangan dan gangguan
sensasi bau, namun bukan merupakan masalah klinis kecuali di daerah!daerah
geografik yang sangat kekurangan. &erapi vitamin sebagian besar dalam bentuk
vitamin . "egenerasi epitel akibat defisiensi vitamin dapat menyebabkan
anosmia, namun defisiensi vitamin bukanlah masalah klinis yang sering
ditemukan di negara!negara barat. Paanan pada rokok dan bahan!bahan kimia
beracun di udara yang lain dapat menyebabkan metaplasia epitel penciuman.
Penyembuhan spontan dapat teradi bila faktor pencetusnya dihilangkanN
karenanya, konseling pasien sangat membantu pada kasus!kasus ini. 1
O. PROGNOSIS
3elainan penghidu dapat membaik sesuai dengan penyebabnya. Gangguan
penghidu yang disebabkan karena polip nasi, tumor hidung, rhinitis kronis spesifik
rhinitis atrofi, sifilis, lepra, tuberculosis0 menyebabkan hiposmia akibat sumbatan yang
akan hilang apabila penyakitnya diobati. Rhinitis medikamentosa akibat pemakaian obat
tetes hidung yang menyebabkan hiposmia atau anosmia, akan sembuh apabila pemakaian
obat!obatan penyebabnya dihentikan. ain hal ika gangguan penghidu akibat infeksi
virus yang merusak nervus olfaktorius prognosisnya buruk karena tidak dapat diobati.
Faktor usia lanut dapat menyebabkan hilangnya daya penghidu, terutama tidak mampu
19
7/23/2019 2. Gangguan Penghidu Baru - Hal 18
20/20
menghidu @at yang berbentuk gas, kelainan ini tidak dapat diobati. &rauma kepala ringan
ataupun berat dapat menimbulkan anosmia, pasca trauma dapat uga teradi parosmia,
penciuman bau sangat berbeda dengan yang semestinya terkadang ini mungkin dapat
sembuh setelah beberapa minggu pasca trauma. 5ila setelah ( bulan tidak membaik maka
prognosis buruk. 3elainan psikologik seperti rendah diri mungkin merasa bau badan atau
napas sendiri.
Top Related