Download - 149627084 Limbah Industri Pupuk

Transcript

KATA PENGANTAR

Terimakasih kepada tuhan yang maha esa yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Karena tanpa pertolongan tuhan yang maha esa kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini sengaja di buat oleh kami untuk muenambah pengetahuan pembaca mengenai Pengolahan limbah industri pupuk, pemantauan limbah cair industri pupuk, karakteristik limbah industri pupuk, Limbah B3 dan kesehatan, industri dan pencemaran lingkungan, Limbah dan masalahnya dan Prinsip pengolahan limbah industri pupuk lainnya yang akan menambah wawasan pembaca mengenai limbah industri pupuk. Penyusun mengambil isi pokok pembahasan dalam makalah ini dari berbagai sumber. Tetapi yang pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu menambah pengetahuan pembaca mengenai limbah industri pupuk.Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan tugas kepada kami karena dengan tugas tersebut penyusun jadi lebih mengetahui mengenai limbah industri pupuk.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kepada pembaca, meskipun makalah ini ada kelebihannya dan kekurangannya kami mohon kritik dan saranya agar kami bisa memperbaikiya.

Terimakasih, 28 juni 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMANKATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI2-3

BAB IPENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANG4-6

1.2. PERUMUSAN MASALAH6-7

1.3. TUJUAN7

1.4. PEMBATASAN MASALAH7

1.5. METODE PENULISAN7-8

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. PROSES KIMIA PEMBUATAN AMMONIA & UREA 9-12

2.2. INDUSTRI & PENCEMARAN LINGKUNGAN12-15

2.3. KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI PUPUK15-16

2.4. LIMBAH B3 & KESEHATAN 16-17

2.5. LIMBAH & MASALAHNYA 18-19

2.6. PRINSIP PENGELOLAAN LINGKUNGAN INDUSTRI PUPUK 19-202.7. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR 20-21

2.8. PEMANTAUAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PUPUK 22

2.9. BAKU MUTU AIR LIMBAH 22

BAB IIIPENUTUP3.1. KESIMPULAN24

3.2. SARAN24

DAFTAR PUSTAKA25

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah lingkungan yang kita hadapi pada hakikatnya adalah masalah ekologi manusia. Masalah itu timbul karena perubahan lingkungan yang menyebabkan lingkungan itu tidak atau kurang sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia. Akibatnya adalah terganggunya kesejahteraan manusia. Di kalangan ilmuwan khususnya pakar Biologi lingkungan telah lama mendapatkan perhatian khusus. Hal ini tidaklah mengherankan karena ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan salah satu cabang biologi yang penting. Dalam permasalahan lingkungan, yang dipersoalkan ialah perubahan yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Dengan makin besarnya jumlah manusia yang disertai dengan kebutuhan yang meningkat per orangnya dan meningkatnya kemampuan manusia untuk melakukan intervensi terhadap alam, baik alam abiotik maupun alam biotik, perubahan yang terjadi pada lingkungan makin besar pula. Perubahan yang makin besar itu misalnya arus energi dan daur materi, telah mengganggu proses alam sehingga banyak fungsi ekologi alam terganggu pula. Dampak gangguan fungsi ekologi alam terhadap kesejahteraan manusia makin terasa pula baik secara nyata maupun potensial. Inilah yang dirisaukan sejak puluhan tahun yang lalu dan masalah tidak tampak berkurang, melainkan malahan nampak makin bertambah.

KONFERENSI STOCKHOLMSejak tahun 1950-an, masalah lingkungan mendapatkan perhatian tidak saja dari para ilmuwan, melainkan juga masyarakat umum dan politisi. Memicu perhatian itu ialah terutama terjadinya pencemaran oleh limbah industri dan pertambangan serta pestisida. Misalnya, di Jepang dalam tahun 1940-an dan 1950-an terjadi pencemaran oleh air raksa (Hg) dari limbah industri dan oleh cadmium (Cd) dari limbah pertambangan (Zn). Pencemaran itu telah menyebabkan penyakit keracunan yang berturut-turut disebut penyakit Minamata (itai-itai). Nama penyakit Minamata diambil dari tempat terjadinya keracunan tersebut yaitu di teluk Minamata. Secara harfiah penyakit itai-itai berarti aduh-aduh, karena para korban mengaduh kesakitan. Kedua penyakit itu telah merenggut banyak korban jiwa.Di Amerika, pada tahun 1962, terbitlah buku yang dikarang oleh Rachel Carson dan berjudul The Silent Spring dalam buku ini Carson menguraikan tentang adanya penyakit baru yang mengerikan dan kematian hewan yang disebabkan oleh pencemaran. Musim semi menjadi sunyi. Laporan tentang pencemaran pun bertambah banyak.Suara keprihatinan mengenai lingkungan semakin keras. Suara itu mulanya hanya terdapat di negara maju, karena di negara itulah orang merasa bahwa hidupnya yang aman dan makmur terancam oleh berbagai masalah lingkungan itu. Akan tetapi mereka tidak hanya mempermasalahkan lingkungan di negara maju, melainkan juga lingkungan di negara sedang berkembang.Di negara sedang berkembang orang semula berpendapat bahwa masalah itu bukan masalah mereka. Mereka pun menentang gerakan lingkungan yang tumbuh di negara maju, karena gerakan itu dianggap akan menghambat usaha pembangunan. Namun ternyata di negara sedang berkembang pun terdapat masalah lingkungan. Misalnya di kota Sao Paulo Brazil dan banyak di kota Cina pencemaran udara tidak kalah parahnya dibanding negara maju. Lingkungan perairan pun banyak yang tercemar oleh limbah rumah tangga, misalnya tinja, sehingga sering terjadi ledakan penyakit muntah berak. Sehingga munculah kesadaran akan adanya masalah lingkungan makin meluas.Dengan kesadaran makin meluas itu pada tahun 1972 berkumpulah lebih dari 100 negara anggota PBB di Stockholm untuk membicarakan masalah lingkungan yang dihadapi dunia. Konferensi itu kini dikenal dengan Konferensi Stockholm. Dengan adanya konferensi ini lingkungan tidak lagi merupakan masalah satu negara saja, melainkan telah menjadi masalah internasional. Konferensi itu pun sepakat untuk mengusulkan didirikannya sebuah badan PBB khusus untuk masalah lingkungan. Badan itu kemudian didirikan dengan nama United Nations Environmental Programme yang bermarkas besar di Nairobi, Kenya.

PEMBANGUNAN BERKELANJUTANDengan adanya Konferensi Stockholm masalah lingkungan yang dihadapi dunia tidak dapat teratasi. Pada satu pihak negara maju masih meneruskan pola hidupnya yang mewah dan boros serta yang mencemari lingkungan. Jumlah industri, kendaraan bermotor, dan konsumsi energi terus meningkat sehingga limbah yang dihasilkan makin bertambah banyak. Usaha untuk mengurangi limbah itu pun tidak banyak dilakukan, termasuk limbah berbahaya dan beracun. Amerika dan Belanda misalnya, dihebohkan dengan adanya limbah beracun yang mencemari pemukiman. Pada lain pihak negara sedang berkembang meningkatkan eksploitasi sumber daya alamnya untuk dapat meningkatkan pembangunannya dan untuk membayar utang luar negerinya. Karena kemampuan ekonomi dan teknologi serta kesadaran lingkungan yang masih terbatas, peningkatan pembangunan itu tidak disertai dengan tindakan yang memadai untuk melindungi lingkungan. Maka, kerusakan lingkungan sumber daya karena eksploitasi yang berlebihan dan cara yang sembrono sehingga pencemaran lingkungan pun terjadi di negara sedang berkembang. Apabila masalah-masalah ini tidak dapat dikendalikan tidak saja akan terjadi pengurasan sumber daya melainkan berbagai fungsi ekologi lingkungan yang berguna bagi manusia akan mengalami kerusakan. Dengan kerusakan itu tidak saja tumbuhan dan hewan akan terancam kepunahan, melainkan manusia pun akan menghadapi bahaya yang serupa atau paling sedikit akan mengalami banyak kesulitan. Gejala kearah itu sudah mulai terlihat. Dengan demikian pembangunan yang didambakan akan menaikkan tingkat kesejahteraan umat manusia justru akan menurunkannya, karena lingkungan tidak lagi mampu mendukung kehidupan yang sehat. Seharusnya pembangunan itu tidak bersifat serakah untuk kepentingan diri sendiri melainkan memperhatikan juga kepentingan anak cucu dengan berusaha meninggalkan sumber daya yang cukup dan lingkungan yang sehat yang dapat mendukung kehidupan mereka dengan sejahtera.

PENGELOLAAN LINGKUNGANPengelolaan lingkungan hidup di Indonesia mempunyai landasan hukum yang kuat melalui UU no 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,

1.2. Perumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang harus diketahui pada makalah pengolahan limbah industri pupuk yaitu sebagai berikut:

1. Proses kimia2. Karakteristik limbah3. Prinsip pengolahan lingkungan industri pupuk4. Limbah B3 dan kesehatan5. Industri dan pencemaran lingkungan6. Limbah dan masalahnya7. Pengolahan limbah cair8. Pemantauan limbah cair industri pupuk.

1.3. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah pengolahan limbah industri pupuk ini adalah sebagaiberikut :a) Mengetahui proses limbah industri pupuk b) Mengetahui prinsip pengolahan limbah industri pupukc) Mengetahui karakteristik limbah industri pupuk

1.4. Pembatasan masalahMengingat luasnya permasalahan yang ada, maka dalam pembahasan ini kami merasa perlu melakukan pembatasan masalah pada beberapa hal sebagai berikut :

a) Pengenalan pengolahan limbah pupukb) Prinsip pengolahan lingkungan industri pupukc) Analisa pemantauan limbah

1.5 Metode penulisanKami akan menyajikan penulisan laporan tugas mata kuliah pengetahuan lingkungan dalam tiga bab yang diuraikan secara singkat dan sistematis. Setiap bab akan saling bekaitan dimana bab yang berada pada bagian sebelumnya merupakan pedoman untuk bab-bab selanjutnya. Masing-masing bab sebagai pokok bahasan terbagi menjadi beberapa sub pokok pembahasan yang secara garis besar terdiri dari :

BAB I: PENDAHULUANPada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, metode pengumpulan data, sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKAPada bab ini dibahas mengenai gambaran pengolahan limbah industri pupuk, karakteristik limbah industri pupuk.

BAB III: PENUTUPPada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan saran.

Metode penulisan pada makalah ini berhubungan dengan pokok pembahasan pengolahan limbah industri pupuk. Sumber data yang di bahas dalam makalah ini di ambil dari internet.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses Kimia Pembuatan Ammonia dan Urea

Pupuk Urea yang dikenal dengan nama rumus kimianya NH2CONH2 pertama kali dibuat secara sintetis oleh Frederich Wohler tahun 1928 dengan mereaksikan garam cyanat dengan ammonium hydroxide.Pupuk urea yang dibuat PT Pupuk Kujang merupakan reaksi antara karbon dioksida (CO2) dan ammonia (NH3). Kedua senyawa ini berasal dari bahan gas bumi, air dan udara. Ketiga bahan baku tersebut meruapakan kekayaan alam yang terdapat di Jawa Barat.Pada proses pembuatan ammonia dengan tekanan rendah dalam reaktor (150 atmosfir) yaitu dengan reaksi reforming merubah CO menjadi CO2, penyerapan CO2 dan metanasi. Reaksi reforming ini dilakukan dalam 2 tingkatan yaitu :Tingkat Pertama :Gas bumi dan uap air direaksikan dengan katalis melalui pipa-pipa vertikal dalam dapur reforming pertama dan secara umum reaksi yang terjadi sebagai berikut:Cn H2n+nH2ONCO+(2n+1)H2-panas

CH4+H2OCO+3H2-panas

Tingkat Kedua : Udara dialirkan dan bercampur dengan arus gas dari reformer pertama di dalam reformer kedua, hal ini dimaksudkan untuk menyempurnakan reaksi reforming dan untuk memperoleh campuran gas yang mengandung nitrogen (N)2 CH4+3 O2--->12 N2

2 CO +4 H2O--->12 N2

lalu campuran gas sesudah reforming direaksikan dengan H2O di dalam converter CO untuk mengubah CO menjadi CO2CO+H2O--->CO2+H2

CO2 yang terjadi dalam campuran gas diserap dengan K2 CO3K2 CO3 +CO2+ H2O---> KHCO3

larutan KHCO3 dipanaskan guna mendapatkan CO2 sebagai bahan baku pembuatan urea.Setelah CO2 dipisahkan, maka sisa-sisa CO, CO2 dalam campuran gas harus dihilangkan yaitu dengan cara mengubah zat-zat itu menjadi CH4 kembali CO+3H2CH4+H2O

CO2+4H2CH4+2H2O

Lalu kita mensitesa nitrogen dengan hidrogen dalam suatu campuran ganda pada tekanan 150 atmosfer dan kemudian dialirkan ke dalam ammonia converter. N2+3H2--->2NH3

Setelah didapatkan CO2 (gas) dan NH3 (cair), kedua senyawa ini direaksikan dalam reaktor urea dengan tekanan 200 - 250 atmosfer.2NH3+CO2NH2COONH4+Q

ammoniakarbon dioksidaammonium karbamat

NH2COONH4NH2 CONH2 +H2O-Q

Reaksi ini berlangsung tanpa katalisator dalam waktu 25 menit. Proses selanjutnya adalah memisahkan urea dari produk lain dengan memanaskan hasil reaksi (urea, biuret, ammonium karbamat, air dan ammonia kelebihan) dengan penurunan tekanan, dan temperatur 120-165 derajat Celsius, sehingga ammonium karbamat akan terurai menjadi NH3 dan CO2, dan kita akan mendapatkan urea berkonsentrasi 70-75%.Untuk mendapatkan konsentrasi urea yang lebih tinggi maka dilakukan pemekatan dengan cara:Penguapan larutan urea di bawah vacuum (ruang hampa udara, tekanan 0,1 atmosfir mutlak), sehingga larutan menjadi jenuh dan mengkristal.Memisahkan kristal dari cairan induknya dengan centrifuge.Penyaringan kristal dengan udara panas.Untuk mendapatkan urea dalam bentuk butiran kecil, keras, padat maka kristal urea dipanaskan kembali sampai meleleh dan urea cair lalu disemprotkan melalui nozzle-nozzle kecil dari bagian atas menara pembutir (prilling tower).Sementara tetesan urea yang jatuh melalui nozzle tersebut, dihembuskan udara dingin ke atas sehingga tetesan urea akan membeku dan menjadi butir urea yang keras dan padat.Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan liquid NH3 yang disuplai dari Pabrik Ammonia.Proses pembuatan Urea tersebut dibagi menjadi 6 unit, yaitu :1. Synthesa Unit2. Purification Unit3. Cristaliser Unit4. Prilling Unit5. Recovery Unit 6. Process Condensate Treatment Unit

1. Synthesa UnitUnit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, untuk mensintesa Urea dengan mereaksikan Liquid NH3 dan gas CO2 di dalam Urea Reaktor dan ke dalam reaktor ini dimasukkan juga larutan recycle karbamat yang berasal dari bagian Recovery. Tekanan operasi di Sintesa adalah 175 Kg/cm2g. Hasil Sintesa Urea dikirim ke bagian Purifikasi untuk dipisahkan ammonium karbamat dan kelebihan ammonianya setelah dilakukan stripping oleh CO2.

2. Purification UnitAmmonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan ammonia di unit Sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara tekanan dan pemanasan dengan dua langkah penurunan tekanan, yaitu pada 17 kg/cm2g dan 22,2 kg/cm2g. Hasil peruraian berupa gas CO2 dan NH3 dikirim ke bagian Recovery, sedangkan larutan ureanya dikirim ke bagian Cristaliser.

3. Cristaliser UnitLarutan urea dari unit Purifikasi dikristalkan dibagian ini secara vakum. Kemudian kristal ureanya dipisahkan di Centrifuge. Panas yang diperlukan untuk menguapkan air diambil dari panas sensibel larutan urea, maupun panas kristalisasi urea dan panas yang diambil dari sirkulasi Urea Slurry ke HP Absorber dari Recovery.

4. Prilling UnitKristal urea keluaran Centrifuge dikeringkan sampai menjadi 99,8% berat dengan udara panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas Prilling Tower untuk dilelehkan dan didistribusikan merata ke seluruh distributor, dan dari distributor dijatuhkan ke bawah sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan produk urea butiran (prill). Produk urea dikirim ke bulk storage dengan belt conveyor.

5. Recovery UnitGas ammonia dan gas CO2 yang dipisahkan dibagian purifikasi diambil kembali dengan 2 langkah absorbsi dengan menggunakan mother liquor sebagian absorbent kemudian di recycle kembali ke bagian sintesa.

6. Process Condensate Treatment UnitUap air yang menguap dan terpisahkan dibagian kristaliser didinginkan dan dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3, dan CO2 ikut kondensat kemudian diolah dan dipisahkan di stripper dan hydrolizer. Gas CO2 dan gas NH3 - nya dikirim kembali ke bagian purifikasi untuk direcover. Sedang air kondensatnya dikirim ke utilitas. 2.2.Industri Dan Pencemaran LingkunganJika kita ingin menyelamatkan lingkungan hidup, maka perlu adanya itikad yang kuat dan kesamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.Memang manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya, secara hayati ataupun kultural, misalnya manusia dapat menggunakan air yang tercemar dengan rekayasa teknologi (daur ulang) berupa salinisasi, bahkan produknya dapat menjadi komoditas ekonomi. Tetapi untuk mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik, agar dapat dimanfaatkan secara optimal maka manusia diharuskan untuk mampu memperkecil resiko kerusakan lingkungan.Dengan demikian, pengelolaan lingkungan dilakukan bertujuan agar manusia tetap "survival". Hakekatnya manusia telah "survival" sejak awal peradaban hingga kini, tetapi peralihan dan revolusi besar yang melanda umat manusia akibat kemajuan pembangunan, teknologi, iptek, dan industri, serta revolusi sibernitika, menghantarkan manusia untuk tetap mampu menggoreskan sejarah kehidupan, akibat relasi kemajuan yang bersinggungan dengan lingkungan hidupnya. Karena jika tidak mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari permasalahan lingkungan, maka kemajuan yang telah dicapai terutama berkat ke-magnitude-an teknologi akan mengancam kelangsungan hidup manusia.

1. Dampak Industri dan Teknologi terhadap LingkunganJoseph Schumpeter (dalam Marchinelli dan Smelser,1990 :14-20) mengisyaratkan tentang pentingnya inovasi dalam proses pembangunan ekonomi di suatu negara. Dalam hal ini, pesatnya hasil penemuan baru dapat dijadikan sebagai ukuran kemajuan pembangunan ekonomi suatu bangsa.Dari berbagai tantangan yang dihadapi dari perjalanan sejarah umat manusia, kiranya dapat ditarik selalu benang merah yang dapat digunakan sebagai pegangan mengapa manusia "survival" yaitu oleh karena teknologi.Teknologi memberikan kemajuan bagi industri baja, industri kapal laut, kereta api, industri mobil, yang memperkaya peradaban manusia.. Teknologi juga mampu menghasilkan sulfur dioksida, karbon dioksida, CFC, dan gas-gas buangan lain yang mengancam kelangsungan hidup manusia akibat memanasnya bumi akibat efek "rumah kaca".Teknologi yang diandalkan sebagai istrumen utama dalam "revolusi hijau" mampu meningkatkan hasil pertanian, karena adanya bibit unggul, bermacam jenis pupuk yang bersifat suplemen, pestisida dan insektisida. Dibalik itu, teknologi yang sama juga menghasilkan berbagai jenis racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, bahkan akibat rutinnya digunakan berbagi jenis pestisida ataupun insektisida mampu memperkuat daya tahan hama tananam misalnya wereng dan kutu loncat.Teknologi juga memberi rasa aman dan kenyamanan bagi manusia akibat mampu menyediakan berbagai kebutuhan seperti tabung gas kebakaran, alat-alat pendingin (lemari es dan AC), berbagai jenis aroma parfum dalam kemasan yang menawan, atau obat anti nyamuk yang praktis untuk disemprotkan, dan sebagainya. Serangkai dengan proses tersebut, ternyata CFC (chlorofluorocarbon) dan tetra fluoro ethylene polymer yang digunakan justru memiliki kontribusi bagi menipisnya lapisan ozone di stratosfer.Teknologi memungkinkan negara-negara tropis (terutama negara berkembang) untuk memanfaatkan kekayaan hutan alamnya dalam rangka meningkatkan sumber devisa negara dan berbagai pembiayaan pembangunan, tetapi akibat yang ditimbulkannya merusak hutan tropis sekaligus berbagai jenis tanaman berkhasiat obat dan beragam jenis fauna yang langka.Terlepas dari berbagai keberhasilan pembangunan yang disumbangkan oleh teknologi dan sektor industri di Indonesia, sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan, khususnya pada kota-kota yang sedang berkembang seperti Gresik, Surabaya, Jakarta, Bandung Lhokseumawe, Medan, dan sebagainya. Bahkan hampir seluruh daerah di Jawa telah ikut mengalami peningkatan suhu udara, sehingga banyak penduduk yang merasakan kegerahan walaupun di daerah tersebut tergolong berhawa sejuk dan tidak pesat industrinya.Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Amsyari (1996:104), mencatat kerusakan lingkungan akibat industrialisasi di beberapa kota di Indonesia, yaitu: Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri. Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti merkuri, kadmium, timah hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam dalam kandungan air permukaan dan biota airnya. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak. Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur tertinggi di beberapa kola seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius. Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r SO2, dan debu. Sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia terasa semakin menipis, seperti minyak bumi dan batu bara yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020. Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya perambahan yang disengaja atau oleh bencana kebakaran. Kondisi hara tanah semakin tidak subur, dan lahan pertanian semakin menyempit dan mengalami pencemaran.

2. Klasifikasi Pencemaran LingkunganMasalah pencemaran lingkungan hidup, secara teknis telah didefinisikan dalam UU No. 4 Tahun 1982, yakni masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannya.Dari definisi yang panjang tersebut, terdapat tiga unsur dalam pencemaran, yaitu : sumber perubahan oleh kegiatan manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya konsentrasi suatu bahan (hidup/mati) pada lingkungan, dan merosotnya fungsi lingkungan dalam menunjang kehidupan.Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola pengelompokannya. Berkaitan dengan itu, Amsyari (1996: 102), mengelompokkan pencemaran alas dasar: a) bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya; b) pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial; c) pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk primer dan sekunder.Namun apapun klasifikasi dari pencemaran lingkungan, pada dasarnya terletak pada esensi kegiatan manusia yang mengakibatkan terjadinya kerusakan yang merugikan masyarakat banyak dan lingkungan hidupnya.

2.3. Karakteristik limbah industri pupukJenis limbah yang dihasilkan oleh industri pupuk adalah limbah cair, gas dan padat.1. Limbah Cair Limbah cair mengandung ammonia dan urea berasal dari pabrik ammonia dan pabrik urea Limbah cair mengandung minyak berasal dari kompressor dan pompa Limbah cair mengandung asam/basa berasal dari unit Demineralisasi Limbah cair mengandung lumpur berasal dari pengolahan air Limbah sanitasi mengandung suspended solid, BOD dan Koliform

2. Limbah Gas dan Kebisingan Limbah gas buang / stack gas berasal dari emisi boiler-boiler dan reformer dari pabrik utilitas dan pabrik ammonia. Diatasi dengan pengoperasian boiler sesuai SOP dan pembakaran gas alam dengan oksigen berlebih Emisi gas NH3 dan debu urea berasal dari bagian atas menara pembutir. Diatasi dengan pengendalian urea dust separator system wet scrubber dan penggantian filter secara kontinyu Limbah gas buang ( purge gas ) yang berasal dari daur sintesa pabrik ammonia diatas dengan memasang Unit Hydrogen Recovery untuk memisahkan NH3 dan H2 Sumber kebisingan yang berasal dari pabrik utilitas, pabrik ammonia dan pabrik urea diatasi dengan keharusan setiap pekerja memakai alat penyumbat telinga

3. Limbah Padat Limbah katalis bekas berasal dari pabrik ammonia yang mengandung oksida -oksida dari : Ni, Zn, Cu, Fe, Mo, Co. Diatasi dengan penyimpanan sementara ditempat yang aman kemudian dijual kembali Limbah debu urea berasal dari unit pengantongan. Diatasi dengan pemasangan peralatan dust collector, dehumidifier dan exhaust fan, urea dust dan waste dilarutkan kembali kemudian di recycle.

2.4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan KesehatanDalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Adapun derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu : Faktor Lingkungan Faktor Perilaku Faktor Pelayanan Kesehatan Faktor Bawaan (Keturunan)Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya dibandingkan dengan ketiga faktor yang lain.Pada umumnya, bila manusia dan lingkungannya berada dalam keadaan seimbang, maka keduanya berada dalam keadaan sehat. Tetapi karena sesuatu sebab sehingga keseimbangan ini terganggu atau mungkin tidak dapat tercapai, maka dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan.Keseimbangan tersebut sangat kompleks. Dari lingkungan alaminya manusia mengambil makanan dan sumber daya lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan materinya, ke lingkungan alami pula manusia membuang berbagai bahan buangan baik dari badannya maupun dari proses produksinya.Proses pengambilan maupun pembuangan ini bila tidak terkendali, menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang dapat merugikan bagi kehidupan manusia itu sendiri, antara lain gangguan kesehatan, gangguan kenyamanan, gangguan ekonomi dan sosial. Dalam hal tersebut diatas yang perlu kita cermati adalah bahwa alam mempunyai daya dukung dan daya tampung yang terbatas. Bila pengelolaannya tidak seimbang maka kelestarian lingkungan juga akan terganggu.Perilaku manusia yang tidak sehat, akan memperburuk kondisi lingkungan dengan timbulnya man made breeding places bagi kuman dan vektor penyakit maupun sumber pencemar yang dapat memajani manusia.Selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bertambahnya jumlah penduduk dengan mobilitas yang cepat, sangat berpengaruh terhadap kebutuhan manusia yang tidak hanya kebutuhan dasar saja. Dari kebutuhan dasar yang berupa makanan dan sandang sampai pada kebutuhan materi sebagai hasil proses industri, memunculkan kecenderungan semakin meningkatnya tempat / kegiatan yang juga menghasilkan limbah berupa bahan berbahaya dan beracun bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya.Kondisi tersebut, bila tidak terkendali akan menimbulkan masalah kesehatan yang semakin berat dan luas dengan semakin tingginya angka kesakitan, baik karena penyakit infeksi maupun non infeksi sebagai akibat dari pencemaran lingkungan oleh bahan-bahan yang tidak diinginkan.Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi transisi epidemiologik, yaitu bergesernya pola penyakit yang sebelumnya didominasi oleh penyakit infeksi, pada saat ini penyakit non infeksi antara lain hipertensi, jantung, diabetes melitus, gangguan fungsi ginjal, kanker, lebih menonjol dibanding tahun-tahun sebelumnya.

2.5. Limbah dan MasalahnyaKarena limbah dibuang ke lingkungan, maka masalah yang ditimbulkannya merata dan menyebar di lingkungan yang luas. Limbah gas terbawa angin dari satu tempat ke tempat lainnya. Limbah cair atau padat yang dibuang ke sungai, dihanyutkan dari hulu sampai jauh ke hilir, melampaui batas-batas wilayah akhirnya bermuara di laut atau danau, seolah-olah laut atau danau menjadi tong sampah.Limbah bermasalah antara lain berasal dari kegiatan pemukiman, industri, pertanian, pertambangan dan rekreasi.Limbah pemukiman selain berupa limbah padat yaitu sampah rumah tangga, juga berupa tinja dan limbah cair yang semuanya dapat mencemari lingkungan perairan. Air yang tercemar akan menjadi sumber penyakit menular.Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk kategori atau dengan sifat limbah B3.Kegiatan industri disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan perairan, tanah, dan udara. Limbah cair, yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan mengganggu kehidupan biota air. Limbah padat akan mencemari tanah dan sumber air tanah.Limbah gas yang dibuang ke udara pada umumnya mengandung senyawa kimia berupa SOx, NOx, CO, dan gas-gas lain yang tidak diinginkan. Adanya SO2 dan NOx di udara dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat menimbulkan kerugian karena merusak bangunan, ekosistem perairan, lahan pertanian dan hutan.Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah limbah dari industri kimia. Limbah dari industri kimia pada umumnya mengandung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia.Limbah pertanian yang paling utama ialah pestisida dan pupuk. Walau pestisida digunakan untuk membunuh hama, ternyata karena pemakaiannya yang tidak sesuai dengan peraturan keselamatan kerja, pestisida menjadi biosidapembunuh kehidupan. Pestisida yang berlebihan pemakaiannya, akhirnya mengkontaminasi sayuran dan buah-buahan yang dapat menyebabkan keracunan konsumennya.Pupuk sering dipakai berlebihan, sisanya bila sampai di perairan dapat merangsang pertumbuhan gulma penyebab timbulnya eutrofikasi. Pemakaian herbisida untuk mengatasi eutrofikasi menjadi penyebab terkontaminasinya ikan, udang dan biota air lainnya.Pertambangan memerlukan proses lanjutan pengolahan hasil tambang menjadi bahan yang diinginkan. Misalnya proses di pertambangan emas, memerlukan bahan air raksa atau mercury akan menghasilkan limbah logam berat cair penyebab keracunan syaraf dan merupakan bahan teratogenik.Kegiatan sektor pariwisata menimbulkan limbah melalui sarana transportasi, dengan limbah gas buang di udara, tumpahan minyak dan oli di laut sebagai limbah perahu atau kapal motor di kawasan wisata bahari.

2.6. Prinsip pengelolaan lingkungan industri pupuk1. Prinsip Pengelolaan Lingkungan Pengendalian dan penanggulangan Pencemaran Monitoring limbah dan kondisi lingkungan Pemeliharaan kondisi lingkungan

2. Strategi Pengendalian dan Penanggulangan Limbaha) Pencegahan terjadinya insiden pencemaran House Keeping, untuk mencegah terjadinya kebocoran, ceceran atau tetesan bahan pencemar Mengendalikan kondisi operasi pabrik sesuai SOP Operasi penanggulangan keadaan darurat Melakukan minimisasi limbah dengan cara daur ulang ( recycling ), penggunaan kembali ( reuse )b) Memasang dan mengoperasikan alat pengolah limbahc) Pemantauan kualitas air limbah dan air sungai

3. Manajemen Pengolahan Limbaha) Organisasi Pengelola LingkunganManajemen Pengolahan Limbah ditangani secara struktural dan fungsional yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab :Struktural : berdasarkan struktural organisasi Perusahaan uang ada Divisi Produksi : pengoperasian unit pengolahan limbah sesuai SOP Divisi Pemeliharaan : pemeliharaan unit pengolahan limbah agar dapat beroperasi kontinyu Biro Pengawasan Proses : evaluasi unjuk kerja unit-unit pengolahan limbah, serta analisa kualitas limbah Biro Keselamatan dan Lingkungan Hidup/Bagian Ekologi : pemantauan lingkungan dari aspek fisika-kimia-biologi dan aspek sosial-ekonomi-budaya Bagian Pertamanan dan Kebersihan Lingkungan: menjaga kebersihan dan penghijauan lingkungan

Fungsional : Berdasarkan fungsi-fungsi yang terbagi dalam 3 bidang pada struktur organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dengan rincian tugas sebagai berikut : Bidang Lingkungan Hidup : Menangani kasus pencemaran lingkungan Bidang Hyperkes : pemantauan kondisi lingkungan kesehatan kerja karyawan yang diakibatkan oleh aktivitas pabrik Bidang Keselamatan Kerja : Pemeriksaaan kebocoran gas-gas mudah terbakar, beracun dan mudah meledak di area pabrik

2.7. Pengolahan limbah cairAgar tidak mencemari lingkungan maka seluruh limbah cair diolah terlebih dahulu dengan proses fisika, kimia, biologi atau gabungan ketiga proses tersebut, sebelum dibuang ke lingkungan ( sungai ). Unit pengolahan tersebut antara lain :

1. Kolam Pengendap LumpurTerdiri dari dua kolam yang beroperasi paralel, yang mempunyai tujuan utama untuk memisahkan bahan - bahan padat yang terkandung dalam air limbah yang berasal dari : backwash sand filter, blowdown clarifier dan blodown boiler. Kapasitas dari dua kolam ini sekitar 9 juta gallon dan cukup mampu untuk menampung lumpur dalam selang waktu 6 tahun. Overflow dari kolam ini akan mengalir ke Kolam Equalisasi / stabilisasi.

2. Kolam NetralisasiUnit ini berfungsi untuk menetralkan air buangan yang bersifat asam atau basa, yang berasal dari : regenerasi unit penukar ion di unit demineralisasi. Untuk mencapai pH netral ( = 7,0 ) kolam ini dilengkapi dengan mixer dan perlengkapan untuk menambahkan asam sulfat atau kaustik seperti yang diinginkan. Kapasitas kolam adalah 100.000 galon, cukup untuk waktu ritensi 3 4 jam. Keluaran dari kolam ini dialirkan ke kolam equalisasi/stabilisasi.

3. Unit SanitasiUnit ini dirancang untuk memproses air limbah sanitasi dengan sistem lumpur aktif, dilanjutkan dengan aerasi udara dan klorinasi. Unit ini mempunyai kapasitas retensi desain sekitar 50.000 galon. Keluaran kolam ini dialirkan ke kolam stabilisasi.

4. Unit Pemisah Air BerminyakUnit ini dirancang untuk mengolah buangan minyak atau oli dari kompresor pabrik ammonia, dan buangan oli dari utilitas dan urea dengan metode perbedaan berat jenis. Unit ini mempunyai desain kapasitas pemrosesan 300 gpm, daya tampung cairan 3.600 gallon, konsentrasi minyak keluaran 1,5 mg/l

5. Unit Pemisah AmmoniaUnit ini dirancang untuk memisahkan ammonia yang terkandung dalam air buangan dengan metoda Steam Stripping. Metoda pemisahan yang dipakai adalah proses pelepasan ammonia dengan steam. Jika ammonia dalam air buangan dikontakkan dengan aliran steam berlawanan arah dalam suatu menara maka ammonia akan dibebaskan.Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi proses pelepasan ammonia adalah : jenis unit stripping, pH, suhu laju pembebanan dan pengendapan kerak.

6. Kolam Ekualisasi / StabilisasiKolam ini berfungsi untuk menstabilkan air limbah agar kualitasnya sama (equal) dengan kualitas air sekitarnya.

2.8. Pemantauan limbah cair industri pupukProgram pemantauan lingkungan untuk menjaga kualitas air limbah dan badan air penerima (sungai) dilakukan secara kontinyu oleh bagian ekologi yang dianalisasi oleh laboratorium intern, dan laboratorium intansi pemerintah yang terkait dengan pemantauan lingkungan.

2.9. Baku mutu air limbahBaku Mutu Air Limbah industri pupuk berpedoman kepada peraturan - peraturan yang ada baik ditingkat pusat maupun daerah. Baku Mutu Air limbah industri pupuk mengacu kepada Surat Keputusan Gubernur nomor 6 tahun 1999 dan Surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup nomor 122 tahun 2004 yang merupakan perubahan dari Surat Keputusan KLH nomor 51 tahun 1995.

BAB IIIPENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dari penelitian diatas, sebagai berikut :1. Pembangunan yang mengandalkan teknologi dan industri dalam mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi seringkali membawa dampak negatif bagi lingkungan hidup manusia.2. Pencemaran lingkungan akan menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup, sehingga akan mengancam kelangsungan makhluk hidup, terutama ketenangan dan ketentraman hidup manusia.3. Adanya pengertian dan persepsi yang sama dalam memahami pentingnya lingkungan hidup bagi kelangsungan hidup manusia akan dapat mengendalikan tindakan dan perilaku manusia untuk lebih mementingkan lingkungan hidup.4. Kemauan untuk saling menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup merupakan itikad yang luhur dari dalam diri manusia dalam memandang hakekat dirinya sebagai warga dunia.

3.1. SaranLimbah industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh Pemerintah Daerah dimana wilayahnya terdapat industri. Pemerintah harus mengawasi pembuangan limbah industri dengan sungguh-sungguh. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi mengenai dampak limbah industri yang spesifik (sesuai jenis industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metode atau teknologi tepat guna untuk pencegahan masalahnya.Saran yang dapat disampaikan untuk semua pihak agar proses industrialisasi tidak lantas menjadi penyebab kerusakan lingkungan adalah :Sebaiknya dalam mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang dilakukan oleh dunia industri tidak hanya bertujuan meningkatkan keuntungan ekonomi semata, harus pula diiringi dengan kemauan untuk menyisihkan biaya bagi penelitian dan pemeliharaan lingkungan hidup.Perlu dilibatkan masyarakat dalam pengawasan pengolahan limbah buangan industri agar lebih intens dalam menjaga mutu lingkungan hidup.Upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan adalah upaya promotif, preventif, pengobatan dan pemulihan; dengan menitik beratkan pada upaya promotif dan preventif. Filosofi kesehatan yang menyatakan bahwa mencegah lebih mudah dan murah dari pengobatan, sebaiknya dapat menjadi rujukan.Limbah B3 sebelum dibuang ke media lingkungan seharusnya diolah / ditreatment lebih dulu.Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan yang berhubungan dengan masalah lingkungan hidup, antara lain yang mengatur bahwa limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan (misal : industri) yang dibuang ke lingkungan (udara dan perairan) harus sesuai dengan baku mutu lingkungan baik itu baku mutu untuk udara maupun baku mutu untuk air.Maksud dan tujuan peraturan tersebut adalah sebagai upaya pencegahan agar daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan untuk kelangsungan hidup manusia dapat dipertahankan. Biaya yang dikeluarkan dari pada untuk pengobatan atau pemulihan kesehatan lebih baik untuk menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan agar manusia dapat tetap produktif dan dapat menikmati hidupnya.

Daftar pustaka Slamet Ryadi.Kesehatan Lingkungan. Karya Anda. Surabaya, 1984. Shalahuddin Djalal Tanjung.Toksikologi Lingkungan.Pusat Studi Lingkungan Hidup. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta, 2002. https://www.google.co.id/#biw=1366&bih=616&sclient=psy-ab&q=makalah+limbah+industri+pupuk+&oq=makalah+limbah+industri+pupuk+&gs_l=hp.3...254007.265998.0.266931.22.19.0.3.3.1.774.7234.2-9j4j2j2j2.19.0...0.0...1c.1.17.psy-ab.5xkISPOU3cc&pbx=1&bav=on.2,or.r_qf.&bvm=bv.48293060,d.bmk&fp=ba0f84dc3859aee1

2STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN