Download - 130925 Buku I Draf Dikwar.doc

Transcript

“PENDIDIKKAN KEWARGANEGARAAN”Si Vis Pacem Para Bellum-Buku I

Berian : Sugeng Berantas 2013

KATA PENGANTAR

Pada bulan-bulan baik, khususnya di bulan suci Romadhon (Puasa) yang kehadirannya didambahkan dan dimuliakan oleh seluruh umat manusia (orang islam/beriman) untuk saling memaafkan, meningkatkan ketaqwaan maupun mendharmabaktikan keimanannya. Bahkan, bisa lebih dari itu. Diantaranya, dalam kerangka untuk meminati mulianya dunia menuju masuknya nikmat sorga. Kita, dalam berbagai penyesuaian dan pembaharuan perwujudan kini dan selanjutnya hendaknya senantiasa mampu membangun dan mengembangkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Cerdas, Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha Pengasih, Tuhan Yang Maha Pemaaf, Tuhan Yang Maha Sejahterah, dan Tuhan Yang Maha Damai serta berbagai sifat-sifat agung, mulia, maha-maha lainnya. Selain itu, rasa syukur menjadi semakin meningkat dan membara karena diharapkan mampu mendorong sekaligus menjadikan benih/cikal bakal yang dapat memberikan kontribusi karya sejenis “Notions” yakni, sebagai bagian seperangkat ide cerdas yang mampu melintas batas untuk mengentaskan masalah-masalah secara komprehensif intergral dalam bidang tertentu. Dalam kerangka itu, dengan kerendahan hati diantaranya diwujudkan berupa suatu tulisan hasil dari berbagai proses keberlanjutan sebelumnya yang akhirnya diberi judul ”PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN” Si Vis Pacem Para Bellum.

Judul ini, sengaja dicarikan secara khusus. Tidak tunggal, diantaranya memuat uraian singkat berbagai jabaran peraturan perundang-undangan dan berbagai kebijakan strategis yang terkait dengan pemaknaan dan tuntutan sebagian reformasi. Berupa esensi konteks sejarah Pendidikan Kewarganegaraan bagian dari upaya bela negara (UU 3/2002 ps 9), Wawasan Nusantara sebagai Landasan Visional, Ketahanan Nasional sebagai Landasan Konsepsional, dan RPJMN (Perpres 5/2010, bagian dari jabaran UU 17/2007) sebagai Landasan Operasional, serta berbagai Kajian-Kajian/muatan strategis. Dimana, judul maupun esensi tulisan ini sebenarnya diharapkan dapat memaknai pula sekaligus sikaptindak maupun peran fungsi tugas posisi kita,

dalam memberikan kontribusi positif ada dimana dan/atau bagaimana memberi kontribusi bermakna dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (bebrayan). Selain itu, diorientasikan pula sebagai suatu sempurnanya upaya (mengkomunikasikan) bela negara, dengan memberikan konsepsi hal-hal terbaik sebagaimana diantaranya yang pernah dituliskan pendahulunya (Jas Merah-Jangan sekali-kali melupakan sejarah ????) bahwa, “dunia kita adalah dunia usaha dan bukan minta-minta. Orang yang senantiasa meminta, apalagi dijadikan kebiasaan dalam hidupnya adalah orang yang belum tahu kewajibannya. Usaha, selama kita masih berjiwa dan berbudi. Diseberang kematian tidak ada apa apa. Dunia adalah kesempatan untuk berusaha. Apa yang kita usahakan nanti akan menentukan nilai jiwa kita pada waktu kematian (Tanpoaran, 1988)”.

Akhirnya, tanpa mengurangi rasa hormat karena singkatnya kata dan sifat manusia yang tidak selalu sempurna. Dalam individu hidup bebrayan (berkeluarga/masyarakat) yang juga menginginkan adanya aja dumeh, tepasarira, dan gotong royong. Jauh dari mapitu (madon-pencabulan, main-perjudian, madat-minum/narkotik, maido-mencela, maling-mencuri, mateni-membunuh, minum-minuman keras) atau wewalering bebrayan (larangan masyarakat) sebenarnya disadari tidaklah mudah. Hidup bebrayan itu, ada kalanya sengaja atau tidak dirasakan mengalami salah, kekurangan, dan kelemahan, serta hala-hal yang kemudian dipersepsikan kurang pantas (elok). Untuk itu, dengan kerendahan hati dan tulus mohon dibukakan maaf yang sebesar-besarnya. Sekaligus, sebaliknya. Dengan rasa bangga yang tak terhingga menyampaikan terima kasih jika sekiranya dalam berbagai keterbatasan dan kekinian yang cenderung dirasuki serba hitung namun lalai dengan nilai instrinsiknya/mendasarnya masih ada yang mau mengkritisinya. Mau memberi masukan membangunnya. Disengaja atau tidak, telah memberikan responya yang sangat bermakna. Percayalah, usaha-usaha yang telah dilakukan merupakan cerminan budi sekaligus dharma bakti hidup bebrayan. Semoga Tuhan senantiasa memberikan yang terbaik, terrahmat, dan terhidayah kepada kita semua. Amin.

Sugeng Berantas

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARDAFTAR ISIPENDAHULUAN

1. Latar Belakang 2. Dasar Kegiatan3. Visi, Misi, dan Kompetensi4. Pengertian/Pemaknaan

KECENDERUNGAN LINGKUNGAN STRATEGIS5. Global6. Regional7. Dalam Negeri

PROFIL DIKWAR DALAM KONTEKS KONSTITUSI NKRI8. Heroik dan Nasionalisme9. Kompetensi Dikwar10. Bangsa, Negara, dan Kewajiban Hak11. Hubungan Warga Negara dengan Negara12. Demokrasi13. Otonomi Daerah

WAWASAN NUSANTARA (WASANTARA SEBAGAI LANDASAN VISIONAL)

14. Selayang Wawasan Nusantara dan Wawasan Nasional15. Latar Belakang Wasantara16. Ajaran Wawasan Nasional Indonesia17. Latar Belakang Filosofis Wasantara18. Pengimplementasian Wasantara19. Ajaran Wasantara

20. Unsur Dasar Konsepsi Wasantara21. Hakekat Wasantara22. Asas-Asas Wasantara23. Arah Pandang Wasantara24. Kedudukan, Fungsi, dan Tugas Wasantara25. Sasaran Implementasi Wasantara26. Pemasyarakatan/Sosialisasi Wasantara27. Tantangan Implementasi Wasantara28. Prospek Implementasi Wasantara29. Keberhasilan Implementasi Wasantara

KETAHANAN NASIONAL (TANNAS SEBAGAI LANDASAN KONSEPSIONAL)

30. Keuletan dan Ketangguhan31. Konsepsi Dasar Tannas32. Konsepsi Astra Gatra

RPJMN (TAHAP II) 2010-2014 (PERPRES 5/2010 SEBAGAI LANDASAN OPERASIONAL)

33. Perundang-undangan yang Simetris34. Menyoal Esensi UU 17/200735. Perpres RI 5/2010 Bagian Dari Jabaran UU 17/2007

PENUTUP36. Pengakhiran

CATATAN/LAIN-LAIN

PENDIDIKKAN KEWARGANEGARAAN

“Si Vis Pacem Para Bellum”

PENDAHULUAN

.....Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara.....keikutsertaan..... diselenggarakan melalui : (i) pendidikan kewarganegaraan (Dikwar-nonmiliter);

(ii) pelatihan dasar kemiliteran secara wajib (Latsarmilwa); (iii) pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau secara wajib;

(iv) pengabdian sesuai dengan profesi..... (UUD 1945, UU 3/2002, UU 20/2003, UU 39/1999.....)

1. Latar Belakang.

Dalam perwujudan perundang-undangan. Misalnya, Undang-Undang-UU 3/2002-UU, 20/2003-UU, 17/2007, dan konteks sejarahnya. Pendidikan Kewarganegaraan (Dikwar), sebagai bagian yang tak terpisahkan dari upaya bela negara. Sebagaimana diamanahkan UU (UU 3/2002, ps 9 (2) a), yang UU-nya belum diterbitkan. Dulunya, diantaranya disebut dan dikenal sebagai Kewiraan-Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN)-Tahap Lanjutan/perguruan tinggi (UU 20/1982, ps 19 (2) b). Sesungguhnya, tidaklah lepas dari kepentingan Pertahanan Negara (Hanneg) bagian dari seluruhan konteks menuju terwujudanya Keamanan Nasional (Kamnas-UU 17/2011). Dimana, sifatnya selalu semesta (kerakyatan, kewilayahan, kesemestaan). Dibangun dan dikembangtingkatkan, untuk menjamin suatu kedaulatan/martabat/tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dari segala ancaman (jamak-multidimensional) yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).

Jaminan tersebut, selain untuk kepentingan/tujuan nasional yang ada dalam UUD negara RI 1945 maupun demi suksesnya pembangunan nasional. Tentunya, tidak akan lepas dari makna dan fungsi Hanneg sendiri (diulang-mencabut UU 29/1954, UU 20/1982-UU 1 dan 2/1988) yang dipahami dalam UU sebagai

bagian totalitas segala usaha dan kegiatan cerdas untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap masyarakat, bangsa, dan negara. Akan tetapi, dengan adanya agenda/tuntutan visi reformasi (UU 17/2007). Termasuk, dibidang pertahanan dan keamanan (Hankam) yang disadari dan dipersepsikan masih belum tuntas. Jauhnya dari pemenuhan amanah dengan disertai masih maraknya berbagai ancaman dan gangguan serta berbagai pengaruh perekembangan lingkungan strategis yang serba berubah. Tidak selamanya kondusif. Adakalanya, beraspek negatif yang perlu ditolak dan antisipasi. Mengingat, beraspek negatif bisa saja dari perwujudan globalisasi dan terjadinya perembesan persoalan krisis-krisis dunia lainnya. Hal tersebut, akan berimplikasi terhadap tatanan kehidupan suatu negara. Perwujudan Hanneg. Misalnya, yang disegani, modern, efektif, dan tangguh (visi RPJP Hanneg-Skep Menhan 559/M/XI/2008 : terwujudnya hanneg yang tangguh, modern, dinamis, dan mandiri dan sejenisnya, Kep Menhan 268/M/XII/2009 : terwujudnya hanneg yang tanggu-terwujudnya TNI sebagai komponen utama yang tangguh) dengan efek penangkal sekaligus penggentar (deterrence)-“Sivis Pacem Para Bellum”- tinggi, tidaklah menjadikan solusi yang semakin mudah. Terlebih, dalam praktek pengelolaannya dan penyelenggaraannya banyak faktor-faktor yang mempengaruhi. Baik, pengaruh yang terkait dengan usahanya, sistemnya, hakekatnya, penyusunannya, maupun berbagai makna penjabarannya. Semuanya, tidaklah akan lepas dari salah satu fungsi pemerintahan negara yang berusaha untuk mewujudkan suatu kesatuan Hanneg guna mencapai tujuan nasional sebagaimana amanah dibentuknya pemerintahan.

Untuk mendukung hal itu, tak dipungkiri adanya pemilahan dan pembagian peran dalam sistem Hanneg. Dimana, dalam dinamikanya dan antisipasinya menghadapi ancaman militer (UU 3/2002) dan/atau bersenjata (UU 34/2004) menempatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai Komponen Utama dengan didukung oleh Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung (Komcaduk) yang kini UU-nya masih dalam proses untuk diprioritaskan. Sebaliknya, dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan lembaga pemerintah diluar bidang

pertahanan sebagai unsur utama, yang didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa (UU RI 3/2002 pasal 7). Adanya pemilahan sistem Hanneg semacam ini, dalam prakteknya menghadapi berbagai ancaman yang semakin kompleks/jamak dan bersifat multidimensional tidaklah dapat dipisahkan secara dikotomi maupun kesederhanaan yang ekstrim saja.

Pada saat tertentu, bisa saja akibat ancaman maupun konflik yang intensitasnya semakin tinggi, spektrumnya semakin kompleks, dan sistematis. Bersumber baik dari permasalahan berdimensi Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya maupun berbagai ancaman lainnya. Apabila disimpulkan, kemungkinannya meliputi : (i) kejahatan tradisional seperti pencurian, perampokan, penipuan, premanisme sampai kejahatan kerah putih (white collar crime) dan kejahatan transnasional terorganisasi (transnational organized crimes); (ii) kejahatan transnasional terorganisasi (transnational organized crime) dan kejahatan transnasional (transnational crime) seperti narkoba, perjudian internasional, pencucian uang (money loundry), illegal logging, fishing, mining, smuggling, migran gelap dan perdagangan perempuan/anak (human trafficking), dan berbagai ragam illegal lainnya; (iii) kejahatan didunia maya (cyber crime) yang tidak mengenal wilayah dan kedaulatan negara makin menimbulkan ancaman yang lebih khusus, karena banyak kegiatan masyarakat dan pemerintah menggunakan teknologi telekomonikasi dan informasi termasuk dalam operasi militer, keamanan dan ketertiban, serta dunia perekonomian (perbankan); (iv) pertentangan antar etnis dan umat beragama yang cenderung meluas kepada penggunaan kekerasan senjata dan fisik; (v) kegiatan separatisme/pembrontakan bersenjata, radikalisme yang arahnya melepaskan diri dari NKRI; (vi) serangan terhadap ekonomi yang berakibat terjadinya krisis ekonomi, pengangguran, kemiskinan, degradasi lingkungan, krisis energi, dan dampak negatif globalisasi; (vii) penyusupan budaya yang berdampak kepada kegoncangan mental baik dalam pikiran maupun perasaan serta bahaya penyakit infeksi menular seperti virus HIV/AIDS, SARS, H5NI; (viii) serangan terorisme di dalam negeri yang dilakukan oleh kelompok tertentu, baik yang sifatnya lokal/kedaerahan maupun yang memiliki jaringan internasional; (ix) kemungkinan serangan militer negara lain; (x) terjadinya

bencana: (xi) Ancaman yang dinyatakan presiden, dan sebagainya (UU 17/2011). Ancaman-ancaman yang begitu banyak dan semakin kompleks (jamak) tersebut, kiranya akan menjadi semakin sulit mempredeksi dalam mengatasinya. Harus dihadapi dengan pertahanan militer, pertahanan nirmiliter maupun pertahanan dengan mengintegrasikan keduanya. Sebagaimana, memaknai pertahanan integratif (Perpres 41/2010-Permenhan 27/2013). Dengan demikian, penyelesaiannya tidak mungkin bertumpuh pada pertahanan dan/atau kekuatan militer melalui kementerian/lembaga yang menangani pertahanan saja, seperti Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan TNI, melainkan pula sudah menjadi tanggung jawab bersama yang sifatnya semesta. Termasuk bagi seluruh Kementerian/Lembaga (instansi), badan terkait (unsur utama). Selain itu, instansi non pemerintah maupun diluarnya seperti, unsur/komponen/kekuatan bangsa lainnya yang setia pada komitmen Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI (empat pilar), serta merah putih (4 pilar plus).

Konteks sejarah, telah membuktikan. Diantaranya, dengan diberlakukan keadaan bahaya (UU-Perpu 23/1959) maupun adanya berbagai perwujudan sejenis MoU (Memorandum of Understanding) sebagai “bentuk lain dari perjanjian induk atau sebagai pelaksana teknis dari suatu persetujuan yang sudah ada, bersifat tidak mengikat dan tidak ada sangsi” dan munculnya berbagai permasalahan bangsa yang (pernah) mengemuka. Contoh yang mencolok adalah menyedot anggaran terbesar seperti menyoal “separatisme” sebagai bagian indikator melunturnya dan mengendurnya semangat/wawasan kebangsaan maupun nasionalisme. Selain itu, separatisme sangat sulit dipisahkan dengan gerakan bersenjata (militer/fisik) dan/atau gerakan politik, klandestain (nirmiliter/nonmiliter/nonfisik) maupun gerakan yang melibatkan rasukan diantara keduanya (UU RI 34/2004 ps 7). Lalu, cara-cara mengatasinya diantaranya hanya melalui Operasi Militer atau menggiring dalam Daerah Operasi Militer (DOM) tanpa adanya Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dengan berbagai operasinya secara terpadu (pertahanan integratif), ternyata tidak selamanya membawakan hasil yang efektif dan efisien. Bandingkan, jika terjadi pula adanya perasukan nilai/negara asing yang

dicontohkan pada negara kawasan Timur Tengah. Misalnya, kejadian konflik di Suriah.

Ancaman-ancaman, termasuk yang aktual (Permenhan 2/2010-27/2013) seperti separatisme yang telah terurai dengan berbagai implikasi dan dampaknya dimaksud. Nyatanya, jika dicermati tidak selamanya selalu berbentuk gerakan bersenjata saja, tetapi dapat juga berupa diantaranya rasukan gerakan atau ancaman nonmiliter, berupa gerakan politik dan berbagai formulasinya dengan mencari dukungan berbagai pihak, termasuk pihak luar negeri/internasional. Selain itu, gerakan separatisme pada umumnya dipersepsikan pula bersumber dari ketidak nyamanan masyarakat untuk berada dalam naungan NKRI sebagai akibat diantaranya dari hak-hak politik, ekonomi, dan keadilan yang tidak terdistribusikan dengan baik. Gerakan separatisme, dengan demikian sudah menjadi ancaman yang menyedot anggaran negara dan berbagai persoalannya dalam jumlah besar, menimbulkan gangguan keamanan dalam negeri yang tidak saja mengancam keamanan dan keselamatan negara tetapi juga mengancam keselamatan umum masyarakat dengan melakukan perampokan, pembunuhan, penarikan pajak secara paksa. Separatisme ini, merupakan bibit potensi perpecahan atau kekuatan sentrifugal yang mengancam keutuhan NKRI serta melemahkan semangat nasionalisme. Begitupun, menyoal ancaman aktual lainnya (Permenhan 2/2010) tanpa mengabaikan adanya ancaman terburuk berupa perang sebagaimana telah diantisipasi dengan adanya kepentingan Hanneg melalui diantaranya pembangunan pertahanan yang memprioritaskan komponen utama melebihi kekuatan pokok minimal (MEF-Minimum Essential Force) bersamaan dengan komponen/infrastruktur pertahanan lainnya (UU 17/2007).

Atas dasar itu, gerakan separatisme dengan berbagai implikasinya secara langsung atau tidak yang ingin memisahkan diri dari NKRI merupakan urusan dalam negeri Indonesia. Konsekuensinya, tanpa mengabaikan kebiasaan/hukum internasional. Cara-cara mengatasinya, juga harus menggunakan sekaligus cara-cara khas bangsa Indonesia dengan memperhatikan norma-norma, hukum, dan demokrasi yang diterapkan Indonesia. Pendekatan dan penyelesaian militer

(operasi militer), seperti Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang diselenggarakan oleh TNI tentunya harus diperkuat/didukung dan diintegrasikan/dipadukan sekaligus oleh upaya pertahanan/kekuatan/kemampuan nirmiliter maupun di istilah bagian dari upaya bela negara (supremasi sipil) yang sesuai dengan lingkup, peran, tugas, dan fungsi masing-masing.

Berkenaan dengan itu, adanya perjuangan keras dan cerdas yang dipersepsikan sebagai upaya mengurangi ancaman dan bahkan meningkatkan bagian dari upaya bela negara secara nonfisik terkait Dikwar. Sesungguhnya, merupakan upaya kepedulian mulia dan bermartabat yang sekaligus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan berbagai pemahaman dan pemasyarakatan yang sesuai dengan bidang profesi masing-masing atau pengabdian sesuai dengan profesi. Keberhasilan perjuangan yang demikian, tentunya tidaklah mudah. Kemungkinannya, memerlukan pula berbagai upaya, yang tidak saja membutuhkan SDN (sumber daya nasional), termasuk sarana dan prasarana (Means) kegiatan. Misalnya, yang strategis dan prioritas dengan meningkatkan penyelenggaraan kepentingan Hanneg yang esensinya sudah terurai dalam konteks Kamnas akibat terpautnya dengan persoalan (UU 17/2007) pertahanan, keamanan dalam negeri, dan keamanan sosial. Tetapi, menuntut juga adanya peran serta setiap warga negara (aktor/SDM) untuk wajib ikut serta dalam upaya bela negara (UUD 1945-UU 39/1999) yang keikutsertaannya diantaranya dapat diselenggarakan melalui Pendidikan Kewarganegaraan (Dikwar-UU ?????); pelatihan dasar kemiliteran secara wajib (Latsarmilwa-UU ?????); pengabdian sebagai prajurit TNI (Tentara Nasional Indonesia) secara sukarela (UU 34/2004-PP 39/2010) atau secara wajib (UU ?????); dan pengabdian sesuai dengan profesi (UU ?????).

Upaya bela negara, khususnya melalui kegiatan Latsarmilwa, pengabdian sebagai prajurit TNI, dan pengabdian sesuai dengan profesi maupun nantinya (jika UU terbit) menjadi anggota komponen cadangan dan anggota komponen pendukung bukanlah suatu hal yang aneh dan sulit, karena pada dasarnya bisa dilaksanakan sebagaimana pengalaman yang ada (diterbitkannya dan dibatalkannya/dicabutkannya dengan UU terkait Prajurit/militer). Tetapi, manakala mengorientasikan pada Dikwar dan berbagai pemahaman/pemaknaan sejenisnya dalam

konteks kekiniannya atau dinamikanya maupun kedepannya kenegaraan yang dijabarkan di pendidikan nasional (UU 20/2003 dan terkaitnya) nyatanya tidaklah mudah. Untuk memahaminya, mewujudkannya, memasyarakatkannya secara cermat, cerdas, dan bertanggung jawab tidak semata-mata hanya melaksanakan program melainkan memerlukan pula suatu tanggung jawab bersama dan/atau kewajiban bersama dari semua stake holder (pemangku kewenangan), komponen/kekuatan/kemampuan bangsa. Selain itu, diperlukan adanya suatu peningkatan kualitas dan kesungguhan kemampuan yang didukung dengan adanya prinsip “Akosa” (alami, kemukakan, olah, simpulkan, dan aplikasikan). Materinya atau substansinya, bisa saja menjadi makin kompleks, tidak saja menyangkut rujukan peraturan perundang-undangan yang sudah ada tetapi sekaligus adanya muatan sinergitas/integritas yang secara komprehensif berkelanjutan. Menyangkut pemaknaan secara komprehensif dan masif dengan Landasan Idiil (Pancasila), Konstitusional (UUD 1945), Yuridis (UU RI 3/2002, UU RI 20/2003, dan perundangan terkait lainnya), Sejarah (merebut kemerdekaan/proklamasi), Visional (Wawasan Nusantara-Wasantara), Konseptual/Konsepsional (Ketahanan Nasional-Tannas) serta Operasional (RPJMN) maupun masalah kepentingan/keamanan nasional lainnya. Oleh karena itu, guna memudahkan perwujudan terkait pembahasan secara umum akan diorientasikan pada prioritas peningkatan pengetahuan dan pemahaman yang dirinci secara substansi diantaranya berupa kajian (nonmiliter) Pendidikan Kewarganegaraan (Dikwar), Wawasan Nusantara (Wasantara), Ketahanan Nasional (Tannas), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), serta berbagai jabarannya yang terkait dengan kepentingan pertahanan negara (Hanneg) menuju konteks keamanan nasional (Kamnas).

2. Dasar Kegiatan.

Dasar kegiatan penulisan ini, diantaranya (Ideologi) Pancasila, UUD 1945, UU 20/1982-Tap MPR IV/1978, UU RI 2/2002, UU 3/2002, UU 20/2003, UU 14/2005, UU 17/2007, Perpres 5/2010, Perpres 41/2010, Perpres 42/2010, Skep Menhankam

053/1987, Kep Dirjen Dikti 43/2006, dan berbagai Peraturan Perundang-Undangan/kebijakan/strategi jabaran terkait lainnya.

3. Visi, Misi, dan Kompetensi.

a. Visi,.......Visi yang tepat, diantaranya merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna menghantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

b. Misi,.......Berdasarkan visi yang ada, diturunkan berbagai misi diantaranya .....membuat mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar... rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam memposisikan, menerapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yang dimiliki dengan rasa tanggung jawab.

c. Kompetensi.

Standart,.......yang wajib dikuasai mahasiswa meliputi pengetahuan pendidikan kewarganegaraan dan mampu menerapkan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, memiliki kepribadian yang mantap, berpikir kritis, bersikap rasional, etis, estitis, dinamis, berpandangan luas, dan bersikap demokratis yang berkeadapan.

Dasar,.......menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis yang berkeadapan, menjadi warga negara yang memiiliki daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan suatu nilai Pancasila.

4. Pengertian/Pemaknaan Pendukung.

Si Vis Pacem Para Bellum adalah memelihara kondisi damai, dengan membangun kemampuan pertahanan yang kuat dan berdaya tangkal tinggi.

Ancaman adalah segala bentuk perbuatan yang menimbulkan akibat, baik langsung maupun tidak langsung, yang mengakibatkan saksi dan/atau korban merasa takut dan/atau dipaksa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal yang berkenaan dengan pemberian kesaksiannya dalam suatu proses peradilan pidana. Selain itu, dalam konteks Hanneg disebutkan bahwa Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah Negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Ancaman adalah suatu kondisi, tindakan, potensi, baik alamiah maupun hasil rekayasa yang berbentuk fisik atau non fisik, berasal dari dalam atau luar negeri, secara langsung atau tidak langsung diperkirakan/diduga atau sudah nyata yang dapat membahayajan tatanan serta kelangsungan hidup bangsa dan Negara dalam rangka pencapaian tujuan nasionalnya. Bandingankan, dengan konsepsi ancaman yang diartikan sebagai segala bentuk perbuatan yang menimbulkan akibat, baik langsung maupun tidak langsung, yang mengakibatkan saksi dan/atau korban merasa takut dan/atau dipaksa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal yang berkenaan dengan pemberian kesaksiannya dalam suatu proses peradilan pidana. Selain itu, dalam konteks Hanneg disebutkan bahwa ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah Negara, dan keselamatan segenap bangsa. Dalam konteks intelijen, ancaman adalah setiap upaya, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai dan/atau dibuktikan dapat membahayakan keselamatan bangsa, keamanan kedaulatan, keutuhan wilayah NKRI dan kepentingan

nasional diberbagai aspek, baik ideology, politik, ekonomi, social budaya, maupun hankam.

Ancaman Chemical, Biological, Radioactif dan Nuclear-Explosive selanjutnya disingkat CBRN-E adalah penggunaaan bahan nuklir/radioaktif, agensia biologi dan bahan kimia, baik di instalasi maupun dalam pengangkutan serta akibat bencana alam beraspek nubika.  Bahaya CBRN-E tersebut dapat mengancam keselamatan manusia dan lingkungan hidup, termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan.   Bandingkan dengan berbagai bentuk dan sifat ancaman seperti ancaman militer adalah ancaman yang dilakukan oleh militer suatu negara kepada negara lain, memiliki karekteristik yang bersifat fisik serta berpengaruh langsung terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa; Ancaman nonmiliter adalah ancaman yang memiliki karakteristika berbeda dengan ancaman militer, tidak bersifat fisik, bentuknya tidak kelihatan seperti ancaman militer. Dalam banyak hal, tidak langsung mengancam eksistensi bangsa dan negara, tetapi pada skala dan tingkatan tertentu ancaman nonmiliter dapat berkembang menjadi ancaman terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa; Ancaman bersenjata adalah ancaman yang datangnya dari gerakan kekuatan bersenjata; Ancaman kekerasan adalah setiap perbuatan secara melawan hukum berupa ucapan, tulisan, gambar, simbul, atau gerakan tubuh, baik dengan atau tanpa menggunakan sarana yang menimbulkan rasa takut atau mengekang kebebasan hakiki seseorang; Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. Ancamaman CBRN-E ini, jika dicermati ada pada persoalan pemilah nonmiliter, pertahanan nirmiliter, tertip sipil, keadaan biasa, keadaan sedang membangun yang dalam situasi tertentu pula dalam konteks ancaman bersenjata dan/atau penggunaan dikatagorikan sebagai ancaman militer sehingga pada dasarnya dikatagorikan sebagai ancaman potensial. Namun, dalam konteks tertentu pula akibat adanya perubahan/penggunaan bisa menjadi actual dan persoalan ancaman multidimensional.

Kewaspadaan Dini adalah kualitas kesiapan, kesiapsiagaan serta manifestasi kepedulian dan rasa tanggung jawab bangsa Indonesia untuk mampu mendeteksi, mengantisipasi sejak dini

dan melakukan pencegahan berbagai bentuk ancaman . Bandingkan dengan konsepsi kewaspadaan nasional yang diartikan sebagai suatu sikap dalam hubungannya dengan nasionalisme yang dibangun dari rasa peduli dan rasa tanggung jawab serta perhatian seorang warga Negara terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dari suatu ancaman. Kewaspadaan ini, juga merupakan kualitas kesiapan dan kesiagaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk mampu mendeteksi, mengantisipasi sejak dini dan melakukan aksi pencegaan berbagai bentuk dan sifat ancaman. Lalu, kesiapsiagaan yang diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna maupun peringatan dini sebagai serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Terkait dengan itu, adalah cegah tangkal sebagai upaya pencegahan dari penangkalan atau pelarangan terhadap suatu kegiatan individu, kelompok yang berpotensi menimbulkan atau berdampak kerawanan dan ancaman bagi stabilitas keamanan, keselamatan bangsa dan Negara, serta keutuhan NKRI berdasarkan norma, kaidah, dan aturan hukum yang berlaku. Selanjutnya, dalam konteks intelijen pada hakekatnya diistilahkan deteksi dini dan peringatan dini.

Senjata Nuklir, adalah senjata yang mendapat tenaga dari reaksi nuklir dan mempunyai daya kekuatan pemusnah yang dasyat. Bom nuklir ini, menurut sejarah pernah digunakan AS (Amerika Serikat) pada perang dunia ke dua dengan target sasasarn Jepang (Hiroshima dan Nagasaki), kekuatan 20 kilo (ribuan) ton TNT, yang kini penggunaannya diperkirakan mempunyai kekuatan samapai 70 mega (jutaan ) ton TNT. Dalam kaitan itu, Negara yang tercatat mengenal senjata nuklir : Amerika Serikat, Rusia, Bosnia Inggris, Perancis, RR Cina, India, Pakistan, Korea Utama ( telah uji coba); Israel (diperkirakan memiliki); Iran, Arab Saudi (dicurigai); Afrika Selat, Bekas Uni Soviet-Belarusa/ Kazakhtan/Ukrania (yang pernah memiliki); Argentina, Australia, Brasil, Jerman, Jepang, India, Mesir, Pakistan (pernah memiliki program nukli); Kanada, Jerman (Negara berkemampuan nuklir). Mengingat, akibat penggunaan senjata nuklir yang

ditimbulkannya sangat dasyat. Negara dunia, seperti Amerika Serikat, Rusia (bekas Uni Soviet), Inggris, Perancil, RRC, pernah melakukan upaya pengaturan dengan membuat perjanjian non proliferasi nuklir (NPT). Lalu membentuk Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energency Agency-IAEA)

Senjata Biologi atau biological weapon adalah senjata yang menggunakan pathogen (bakteri virus atau organisme). Senjata ini, sebagai alat untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan pihak musuh. Selain itu, tidak saja untuk membunuh manusia melainkan juga hewan dan tanaman. Akibat dan resiko penggunaan yang dasyat itu. Tahun 1972 telah diadakan konvensi senjata biologi. Namun, dalam perkembangannya konvensi itu hasilnya kurang dapat diharapkan. Mengingat, konvensi senjata biologi hanya melarang membuat dan menyimpan senjata tetapi tidak melarang penggunaannya. Pada tahun 2008 an, akibat perkembangannya yang kurang menguntungan dank arena adanya berbagai alasan yang logis. Diadakan, konvensi senjata biologi lagi untuk peningkatan penataan. Adapun senjata biologi yang diduga sangat berbahaya, diantaranya adalah smallpox, anthrax, virus eloba, plagne, tukremia, toksin botulinum, rice blast, rindes pest, virus nipah (Malaysia-Singapura), virus chimen (1980, dikembangkan oleh AS).

Senjata Kimia adalah senjata yang memanfaatkan sifat racun senyawa kimia untuk membunuh, melukai, atau melumpukan musuh. Sebagai bagian dari CBRN-E. Penggunaannya berbeda dengan senjata konvensional dan senjata nuklir. Karena, efek merusak senjata kimia terutama bukan disebabkan daya ledaknya. Sementara itu, penggunaan organisme hidup (seperti antraks) bukan dianggap senjata kimia melainkan senjata biologi. Dimana, dalam konvensi senjata kimia (chemical weapons convention) yang dianggap senjata kimia adalah penggunaan produk toksik yang dihasilkan oleh organisme hidup (misalnya, botolium, sisin atau saksitoksin). Dalam konteks ini, segala zat kimia beracun, tanpa mempedulikan asalnya dianggap sebagai senjata kimia. Kecuali jika digunakan untuk tujuan yang tidak dilarang. Senjata kimia ini, sering digunakan untuk peperangan, dan merupakan senjata yang sengaja dibuat dari reaksi kimia. Sifatnya untuk membunuh musuh, membuat cacat, kerusakan kulit, dan mengakibatkan kerusakan parah terhadap daerah yang ditembak. Dari berbagai senjata kimia yang ada. Senjata kimia

yang sangat ditakuti ada lima jenis yakni, VX, sulfur mustards, sarin, chlorine, dan hydrogen cyanide.

Zat Radioaktif adalah zat yang mengandung inti yang tidak stabil. Pada tahun 1903, zat ini dibagi radiasinya dalam dua jenis muatan, yakni : positif dengan nama sianr alafa dan negative dengan sinar beta. Sementara itu, dalam perkembangannya yang tidak bermuatan disebut sinar gama. Sifat zat radio aktif ini, diataranya dapat menulis dikertas dan/atau memotong lempengan logam, dapat mengionisasi gas yang disinar, dapat dapat menghitamkan plat, menyembeleh benda-benda berlapis Zn S; dan dapat diurai oleh medan magnet. Adapun kegunaannya sebagai : pernant yang digunakan di bidang kedokteran; bidang industry; bidang hidrologi; bidang kimia untuk analisis reaksi kimia; bidang biologi; bidang pertanian untuk mutasi gen; bidang peternaan untuk pemutihan pecan; dan sebagainya sesuai kebutuhan.

Terorisme adalah dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan/bermaksud menibulkan suasana terror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat missal, dengan cara merampas kemerdekaan atau menghilangkan nyawa dan harta benda orang lain atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas public atau fasilitas internasional. Bandingkan, terorisme yang dianggap merupakan kejahatan lintas Negara, terorganisasi, dan mempunyai jaringan luas sehingga mengancam perdamaian dan keamanan nasional maupun internasional. Terorisme ini merupakan ancaman serius dan merupakan tindakan criminal yang tidak dapat dibenarkan apapun motivasinya, dimanapun tempatnya, kapanpun waktunya, dan siapapun yang menjadi targetnya.

Stabilitas Nasional adalah kondisi dalam semua aspek kehidupan yang memberikan kontribusi bagi terciptanya kelangsungan dan ketentraman bangsa dan Negara dalam penyelenggaraan pembangunan nasional. Bandingkan dengan landasan konsepsi, kepentingan nasional yang diartikan sebagai tetap tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta terjaminnya kelancaran dan keamanan pembangunan nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional

dan tujuan nasional. Lalu, tujuan nasional sendiri yang diartikan membentuk pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mercerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang beradasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social. Hal ini menjadi penting, karena adanya pihak lawan yang diartikan sebagai pihak dari dalam dan luar negeri yang melakukan upaya, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan yang dapat mengancam kepentingan dan keamanan nasional. Stabilitas nasional ini, pada dinamika kenegaraan yang terjadi statusnya senantiasa pada konteks damai di tertib sipil tanpa adanya persoalan keadaan bahaya atau tanggap darurat, status keadaan konflik, darurat sipil maupun darurat militer.

Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) adalah pendidikan dasar bela Negara guna menumbuhkan kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideology Negara, kerelahan berkorban untuk Negara, serta memberikan kemampuan awal bela Negara (UU 20/1982)

Bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga Negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideology Negara dan kerelahan untuk berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan Negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

Analisis resiko bencana adalah kegiatan penelitian dan studi tentang kegiatan yang memungkinkan terjadinya bencana.

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Amandemen adalah perubahan atau perbaikan materi atau redaksi UUD dengan menambahkan, mengganti atau menghilangkan bagian tertentu.

Arti penting dari ratifikasi konvensi : (i) untuk meningkatkan kerja sama internasional khususnya dalam melacak, membekukan, menyita, dan mengembalikan aset-aset hasil tindak pidana korupsi yang ditempatkan diluar negeri; (ii) meningkatkan kerjasama internasional dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik; (iii) meningkatkan kerjasama internasional dalam pelaksanaan perjanjian ekstradisi, bantuan hukum timbal balik, penyerahan nara pidana, pengalihan proses pidana, dan kerjasama penegakan hukum; (iv) mendorong terjalinnya kerja sama teknik dan pertukaran informasi dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di bawah payung kerjasama pembangunan ekonomi dan bantuan teknis pada lingkup bilateral, regional, dan multilateral; (v) harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi sesuai dengan konvensi.

Asas yang dianut dalam konteks kewarganegaraan (K) : (i) asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan Kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran; (ii) asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan Kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahirannya, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak (anak-2) sesuai dengan ketentuan yang diatur dlm UU ini; (iii) asas K tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang; (iv) asas Kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan Kewarganegaraan ganda bagi anak-2 sesuai dg ketentuan yg diatur dalam UU ini; tidak mengenal ganda (bipatride) atau tanpa Kewarganegaraan (apatride)

Asas khusus dalam K: (i) asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan K mengutamakan kepentingan nasional Indonesia (Ind), yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memliki (cita-

cita (cita-2) dan tujuannya sendiri; (ii) asas perlindungan maksimal adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap warga negara Ind dalam keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri; (iii) asas persamaan didalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang menentukan bahwa setiap WNI mendapatkan perlakuannya yang sama di dalam hukum dan pemerintahan; (iv) asas kebenaran substantif adalah prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga diserta substansi dan Syarat-syarat (syarat-2) permohonan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya; (v) asas nondiskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin, dan gender; (vi) asas pengakuan dan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM); (vi) asas keterbukaan; (vii) asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh atau kehilangan KNRI diumumkan dalam berita negara RI agar masyarakat mengetahuinya.

Asimetris merupakan kata benda bentukan dari kata sifat simeterei (setangkup, sama) yang berarti tidak setangkup atau tidak sama. Dalam konteks pengertian militer, asimetris diartikan sebagai suatu kondisi yang tidak seimbang. Misalnya, pengertian dari ancaman asimetris adalah suatu ancaman yang dilakukan oleh pihak lawan yang memiliki imbangan daya tempur yang tidak sama, contohnya kelompok (kecil) teroris atau pemberontak bersenjata melakukan berbagai tindakan yang mengancam keselamatan jiwa warga negara atau kepentingan suatu negara

Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.

Budaya politik adalah pandangan politik yang memengaruhi sikap, orientasi, dan pilihan politik seseorang. Budaya politik lebih

mengutamakan dimensi psikologis dari sistem politik, yaitu sikap, sistem kepercayaan, simbul yang dimiliki individu dan yang dilaksanakannya dalam masyarakat.

Bebas aktif adalah politik luar negeri (PLN) yang pada hakekatnya bukan merupakan politik netral, melainkan PLN yang bebas menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional dan tidak mengikatkan diri secara apriori pada satu kekuatan dunia serta secara aktif memberikan sumbangan, baik dalam bentuk pemikiran maupun partisipasi aktif dalam menyelesaikan konflik, sengketa dan permasalahan dunia lainnya, demi terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

Bersifat semesta adalah pengikutsertaan seluruh warga negara (WN,) pemanfaatan seluruh sumber daya nasional (SDN) dan seluruh wilayah Negara dalam usaha Pertahanan Negara (Hanneg)

Buku putih pertahanan adalah pernyataan kebijakan pertahanan secara menyeluruh yang diterbitkan oleh menteri dan disebarluaskan kemasyarakat umum, baik domistik maupun internasional untuk menciptakan saling percaya dan meniadakan potensi konflik.

Cita-cita bangsa Indonesia adalah adalah bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Damai adalah suatu kondisi dan hasil usaha ketika kehidupan masyarakat serta roda pemerintahan dan pembangunan nasional berjalan secara normal, tetapi tidak berarti tanpa konflik atau sengketa.

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang segenap rakyatnya ikut serta aktif dalam pemerintahan dengan perantaraan wakil-wakilnya.

Desentralisasi adalah sistem dimana sebagian urusan pemerintahan diserahkan kepada daerah untuk menjadi urusan rumah tangganya

Desentralisasi (Wahab, 1994) dibedakan menjadi berbagai tingkatan dekonsentralisasi, delegasi, dan devolusi

Dekonsentralisasi adalah bentuk desentralisasi yang kurang eksentif. Hanya sekedar pergeseran beban kerja dari kantor pusat K/L kepejabat staf tanpa wewenang untuk memutuskan bagaimana fungsi yang dibebankan perlu dilaksanakan.

Delegasi adalah sebagai delegasi pembuatan keputusan dan kewenangan menejemen untuk melaksanakan tugas-tugas publik tertentu dan hanya di kontrol oleh K/L pusat.

Devolusi adalah desentralisasi politik

Diktator adalah kepala pemerintahan yang mempunyai kekuasaan mutlak, terutama yang diperoleh melalui kekerasan ata dengan cara yang tidak demokratis.

Demokrasi Indonesia (Pancasila) adalah “kedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dilaksanakan dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab dan selalu memelihara persatuan bangsa untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”

Dwidharma Nusantara adalah pengintegrasian dua bentuk pengabdian sebagai proporsional antara pengabdian sesuai profesi dengan pengabdian pada kepentingan hanneg.

Doktrin Pertahanan Negara adalah ajaran dan prinsip-prinsip fundamental yang diyakini kebenarannya, digali dari nilai-nilai perjuangan bangsa dan pengalaman masa lalu, yang bersifat mengikat untuk dijadikan sebagai salah satu perangkat utama dalam mengembangkan kebijakan dan strategi pertahanan Negara.

“Dwi Warna Purwa Cendekia Wusana” , yakni Pendidikan Hankamneg pada hakekatnya mewujudkan manusia Indonesia yang bermotivasi sebagai patriot pejuang Pancasila yang mahir dan trampil dalam profesinya untuk membela dan membangun negara (Kep Menhankam 16/M/XII/1984). Eselon adalah tingkatan jabatan structural.

Eksekutif adalah badan pelaksana UU, pihak yang menjalankan UU.

Falsafah adalah anggapan, gagasan, dan sikap bathin yang paling dasar yang dimiliki oleh orang atau masyarakat; pandangan hidup.

Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindera dan dapat diterangkan dan dinilai secara ilmiah

Fungsi adalah sekelompok jenis pekerjaan, kegiatan, dan upaya yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk melaksanakan segi tertentu dari suatu tugas pokok.

Gerakan bersenjata adalah Gerakan sekelompok warga negara suatu negara yang bertindak melawan pemerintahan yang sah dengan melakukan perlawanan bersenjata.

Gelar Kekuatan adalah penyelenggaraan dalam rangka strategi penangkalan guna terwujudnya efektifitas penyelenggaraan operasi militer mengadapi ancaman dengan memaksimalkan keterpaduan Tri Matra. Gelar kekuatan ini, umumnya mengikuti struktur organisasi sesuai dengan basisnya/kekhasannya atau Gelar kekuatan adalah sejumlah kekuatan TNI yang terdiri atas kekuatan tempur, kekuatan bantuan tempur, kekuatan bantuan administrasi, kekuatan intelijen, kekuatan teritorial, dan kekuatan cadangan yang digelar pada daerah operasi tertentu dalam rangka menghadapi kemungkinan ancaman nyata lawan

Globalisasi adalah suatu keadaan di mana upaya dan kegiatan tidak lagi mengenal batas-batas negara atau Globalisasi adalah kebijakan nasional yang memperlakukan seluruh dunia sebagai lingkungan yang pantas untuk pengaruh politik (mendunia).

Hakekat perjuangan bangsa adalah segala upaya untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).

Hakekat Pertahahan Negara adalah segala upaya pertahanan yang bersifat semesta, yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh warga Negara serta keyakinan akan kekuatan sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan Negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat.

Hak adalah sesuatu yang dapat dituntut dari orang lain: kewenangan, kekuasaan.

Hubungan Luar Negeri (LN) adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional dan internasional yang dilakukan oleh pemerintah di tingkat pusat dan daerah, atau lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau WNI.

Instansi yang bersangkutan (ybw) adalah instansi yang mempunyai kewenangan untuk menyatakan bahwa dokumen atau surat-surat ( surat-2) tersebut palsu atau dipalsukan, misalnya akte kelahiran, dinyatakan palsu oleh kantor catatan sipil.

Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas yang memberikan arah dan tujuan bagi suatu bangsa atau negara untuk mencapai kelangsungan hidup.

Integralistik adalah bersifat integral, merupakan satu kesatuan.

Inti pertahanan nirmiliter adalah pertahanan melalui usaha tanpa menggunakan kekuatan senjata dengan memberdayakan diantaranya factor-faktor ideology, politik, ekonomi, social budaya, dan teknologi.

Jabatan structural adalah suatu kedudukan yang menunjukan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam rangka memimpin suatu organisasi Negara.

Jati diri bangsa adalah bangsa yang majemuk, terbentuk bukan karena kesamaan ras, agama, suku, dan golongan melainkan karena kesamaan tekad dan kehendak untuk bersatu dalam wadah NKRI yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) yang terejawantahkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yakni berbeda-beda tetapi satu jua.

Keadaan memaksa adalah situasi pada saat keputusan harus segera diambil berdasarkan pertimbangan ruang, waktu, dan sasaran sesuai dengan perkiraan resiko yang dihadapi. Selain itu, diartikan pula situasi dan keadaan yang kalau dibiarkan akan mengakibatkan kekacauan keamanan dan kerugian negara yang lebih besar sehingga perlu segera mengambil tindakan untuk mencegah dan mengatasi ancaman militer dan/atau ancaman bersenjata guna menyelamatkan kepentingan nasional.

Konstitusi adalah hukum dasar, dasar dari segala hukum yang berlaku dalam suatu negara atau Konstitusional adalah hal yang bersangkutan, sesuai atau diatur oleh konstitusi suatu negara.

Konvensi adalah aturan yang berdasarkan tradisi, kesepakatan tidak tertulis, perjanjian internasional, perjanjian yang mengikat antar negara dan digunakan bersamaan dengan treaty dan convenant.

Kamnas (RUU Keamanan Nasional/Kamnas) adalah Fungsi pemerintahan yang diselenggarakan untuk menjamin tegaknya kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI, terjaminnya keamanan dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara, perikehidupan rakyat, masyarakat, dan pemerintah yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

Kondisi keamanan sebagian atau seluruh wilayah Negara

System kamnas adalah System pengelolaan kamnas dalam mendayagunakan seluruh sumber (dn) daya nasional untuk mewujudkan keamanan insani, keamanan (kam) public, kamneg (keamanan dalam negeri), dan hanneg

Kebijakan keamanan nasional (jakskamnas-RUU Kamnas) adalah Pernyataan politik pemerintah yang dikeluarkan oleh presiden berisi arah atau tujuan, sarana dan cara untuk dipedomani oleh seluruh unsure-2 yang terlibat dalam pengelolaan kamnas

Keamanan insani adalah Fungsi pemerintahan dalam penyelenggaraan penegakan hak-2 dasar setiap warga Negara

Keamanan public adalah Fungsi pemerintahan dalam menyelenggarakan penegakan, pemeliharaan, dan pemulihan keselamatan masyarakat serta keamanan dan ketertiban masyarakat melalui penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat

Keamanan Negara (keamanan dalam negeri) adalah Fungsi pemerintahan untuk mengatasi ancaman yang timbul di dalam negeri dalam rangka menegakan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah, keselamatan, dan kehormatan bangsa

Pertahanan Negara adalah Fungsi pemerintahan untuk mengatasi ancaman dari luar negeri dalam rangka menegakan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah, keselamatan dan kehormatan bangsa

Intelijen adalah Lembaga pemerintah yang menyelenggarakan kegiatan intelejen

Hak-2 dasar setiap wn adalah hak-2 setiap wn sebagaimanan diatur dalam peraturan perundang-undangan

Hakekat kamanas adalah Pendayagunaan kemampuan nasional secara terpadu guna mewujudkan kondisi aman dan damai di seluruh wilayah negara (wn).

Prinsip kemandirian bangsa adalah Prinsip bangsa Ind sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat memiliki hak untuk menentukan sendiri pengaturan kamnasnya

Prinsip demokrasi adalah Menyangkut hak wn dalam penyelengggaraan keamanan nasional, akuntabilitas, dan transparansi

Prinsip lingkungan hidup adalah Berkaitan dengan kelestarian lingkungan hidup, keseimbangan ekosisitem dan keanekaragaman hayati

Bahaya atau bencana adalah antara lain : Konflik komunal; Aksi terror; Gerkan separatis; Aksi radikalisme destruktif; Pemogokan massal; Kerusuhan massal; Aksi boikot.

Kekerasan adalah setiap perbuatan secara melawan hukum, dengan atau tanpa menggunakan sarana terhadap fisik dan psikis yang menimbulkan bahaya bagi nyawa, badan, atau menimbulkan terampasnya kemerdekaan seseorang.

Kekuatan militer adalah uraian tentang kekuatan pertahanan militer yang disusun dalam organisasi, personel, materiel, dan pangkalan.

Kekuatan nirmiliter adalah uraian tentang kekuatan pertahanan nirmiliter yang pada dasarnya terdiri dari komponen cadangan dan komponen pendukung, yang dirancang untuk menghadapi ancaman militer, sedangkan pertahanan nirmiliter dalam konteks pertahahan sipil ( Civil Defence) dikembangkan oleh masing-masing kementrian/lembaga diluar pertahanan sesuai dengan fungsi masing-masing.

Keluarga adalah orang yang mempunyai hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau kebawah dan garis menyamping sampai derajat ketiga, atau yang mempunyai hubungan perkawinan, atau yang menjadi tanggungan saksi dan/atau korban.

Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.

Kegiatan pembangunan yang mempunyai resiko tinggi menimbulkan bencana adalah kegiatan pembangunan yang memungkinkan terjadinya bencana, antara lain pengeboran minyak bumi, pembuatan senjata nuklir, pembuangan limbah, eksplorasi tambang, dan pembabatan hutan.

Kepemerintahan yang baik adalah kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip (prinsip-2) profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokratis, efisiensi, efektifitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.

Keyakinan pada kekuatan sendiri adalah semangat untuk mengandalkan pada kekuatan sendiri sebagai modal dasar dengan tidak menutup kemungkinan bekerjasama dengan Negara lain.

Kepentingan nasional adalah tetap tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta terjaminnya kelancaran dan keamanan pembangunan nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional dan tujuan nasional.

Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.

Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

Konflik adalah suatu kondisi terganggunya hubungan antarnegara yang berkembang dalam spektrum paling rendah hingga perang terbuka.

Komponen utama adalah TNI yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas (tugas-2) pertahanan

Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama (komput).

Komponen pendukung adalah SDN yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komput dan komcad.

Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS, berupa wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.

Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh PNS berupa wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya sehingga PNS tersebut dapat melaksanakan tugas secara profrsional, efektif dan efisien. (Kep Ka BPN 46A/2003 tentang Pedoman standar kompetensi jabatan structural PNS).

Kompetensi dasar adalah kompetensi yang wajib dimiliki oleh setiap pejabat struktural.Kompetensi bidang adalah kompetensi yang diperlukan oleh setiap pejabat struktural sesuai dengan bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Kamus kompetensi jabatan adalah kumpulan kompetensi jabatan yang meliputi nama kompetensi, batasan, tingkat, dan bobot kompetensi.

Lembaga perlindungan saksi dan korban adalah lembaga yang bertugas dan berwenang untuk memberikn perlindungan dan hak-hak (hak-2) lain kepada saksi dan/atau korban sebagaimana diatur dalam UU itu.

Legislatif adalah kekuasaan membuat/mengeluarkan UU.

Legitimasi adalah keterangan yang mensahkan atau membenarkan bahwa pemegang keterangan adalah benar-benar adalah orang yang dimaksud

Masyarakat rentan bencana adalah anggota masyarakat yang membutuhkan bantuan karena keadaan yang disandangnya diantaranya masyrakat lanjut usia, penyandang cacat, anak-2, serta ibu hamil dan menyusui.

Menegakan kedaulatan negara adalah mempertahankan kekuasaan negara untuk melaksanakan pemerintahan sendiri yang bebas dari ancaman.

Menjaga keutuhan wilayah adalah mempertahankan kesatuan wilayah kekuasaan negara dengan segala isinya, didarat, laut, dan udara yang batas-batasnya ditetapkan dengan UU.

Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah adalah melindungi jiwa, kemerdekaan, dan harta benda setiap warga negara.

Merumuskan kebijakan umum adalah menyiapkan ketetapan kebijakan yang menyangkut tujuan penggunaan kekuatan TNI sebagai komponen utama beserta komponen pertahanan lainnya.

Menejemen Sumber Daya Pertahanan adalah pengelolaan sumber daya pertahanan pada masa damai dan dalam keadaan perang, yang mencakupi perencanaan, pengorganisasian, penggunaan, pengawasan, dan pengomonokasian segenap sumber daya pertahanan dari tingkat kebijakan sampai dengan tingkat operasional.

Memberdayakan wilayah pertahanan adalah : (i) membantu pemerintah menyiapkan potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan yang dipersiapkan secara dini meliputi wilayah pertahanan beserta kekuatan pendukungnya, untuk melaksanakan operasi militer untuk perang, yang pelaksanaannya didasarkan pada kepentingan pertahanan negara sesuai dengan sistem pertahanan semesta; (ii) membantu pemerintah menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran secara wajib bagi warga negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (iii) membantu pemerintah memberdayakan rakyat sebagai kekuatan pendukung

Membantu tugas pemerintah didaerah adalah membantu pelaksanaan fungsi pemerintah dalam kondisi dan situasi yang memerlukan sarana, alat, dan kemampuan TNI untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi, antara lain membantu mengatasi akibat bencana alam, merehabilitasi infrastruktus, serta mengatasi masalah akibat pemogokan dan konflik komunal.

MEF (Minimum Essential Force) adalah suatu standard kekuatan minimum dan pokok, yang merupakan bagian dari postur TNI secara utuh, dan mutlak untuk disiapkan sebagai prasyarat utama dan mendasar bagi terlaksananya secara efektif tugas pokok dan fungsi TNI (Tentara Nasional Indonesia) dalam rangka mencapai

tujuan pertahanan negara. Standar minimum dan pokok tersebut ditentukan atas pertimbangan holistik dan komprehensif khususnya kekuatan satuan operasional untuk menangani ancaman aktual dan mendesak serta untuk menghadapi perkiraan ancaman kontijensi (perang/penangkalan) bersifat konvensional yang merupakan bagian dari pembangunan postur pertahanan.

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana

Mobilisasi adalah tindakan pengerahan dan penggunaan secara serentak SDN serta sarana dan prasarana nasional sebagai kekuatan Hanneg.

Nilai adalah pelbagai macam kebutuhan manusia dan rasa menuntut pemenuhan atau pemuasannya dalam berbagai hal sehingga hal ini menjadi bernilai bagi manusia

Organisasi internasional adalah organisasi antar pemerintah yang diakui sebagai subyek hukum internasional dan mempunyai kapasitas untuk membuat perjanjian internasional.

Oposisi adalah kelompok yang mempunyai pendirian yang bertentangan dengan garis kebijakan kelompok yang menjalankan pemerintahan atau kepengurusan/perusahaan.

Pasukan pemukul (Striking force) adalah satuan-satuan TNI yang disiapkan untuk melaksanakan tugas-tugas pertempuran dalam suatu operasi militer, khususnya dalam pola operasi militer untuk perang (OMP).

Pasukan siaga (standby force) adalah satuan-satuan TNI yang disiapkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam operasi militer selain perang, seperti operasi penjaga perdamaian (peacekeeping operation) dan operasi penanganan bencana alam.

Partai politik adalah struktur kelembagaan yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai dan cita-cita yang sama yaitu memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dalam mewujudkan kebijak-kebijakannya.

Politik adalah pengetahuan yang berkenaan dengan ketatanegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan (Dikwar) dimaksudkan agar kita memiliki wawasan (wacana) kesadaran bernegara untuk bela negara yang memiliki pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air dan kepentingan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD negara RI tahun 1945.

Peserta Diklat adalah PNS yang ditugaskan/ditetapkan oleh pimpinan instansi atau pejabat Pembina kepegawaian untuk mengikuti Diklat dalam rangka meningkatkan kompetensi dan/atau memenuhi kompetensi jabatan yang dipersyaratkan

Perjanjian internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan sebutan apapun, yang diatur oleh hukum internasional dan dibuat secara tertulis oleh pemerintah RI dengan satu atau lebih negara, orgas internasional atau subyek hukum internasional lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajiban pada pemerintah RI yang bersifat hukum politik.

Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.

Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.

Pembinaan kemampuan adalah upaya mengubah atau membangun kecakapan dan atau kesanggupan melaksanakan kegiatan secara bertahap dan berlanjut sehingga menjadi lebih baik.

Perwakilan RI adalah kedutaan besar RI, Konsulat Jenderal RI, Konsulat RI, atau Perutusan Tetap RI.

Perjanjian internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum politik.

Pengesahan adalah perbuatan hukum untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjian internasional dalam bentuk ratifikasi (ratification), aksesi (accession), penerimaan (acceptance), dan penyetujuan (approval).

Pernyataan (declaration) adalah pernyataan sepihak suatu negara tentang pemahaman atau penafsiran mengenai suatu ketentuan dalam perjanjian internasional, yang dibuat ketika menandatangani, menerima, menyetujui, atau menegsahkan perjanjian internasional yang bersifat multilaetral, guna memperjelas makna ketentuan tersebut dan tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi hak dan kewajiban negara dalam perjanjian internasional.

Perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan kewajiban pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban yang wajib dilaksanakan oleh LPSK atau lainnya.

Pejabat publik adalah pejabat negara dan penyelenggara negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perdagangan orang adalah tindakan, perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalagunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberikan bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Pertahanan Negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dang Negara.

Pengelolaan Hanneg adalah segala kegiatan pada tingkat strategis dan kebijakan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian Hanneg.

Penyelenggaraan Hanneg adalah segala kegiatan untuk melaksanakan kebijakan Hanneg

Penyelenggaraan perdamaian adalah bertujuan untuk menciptakan kondisi yang aman, harmonis, dan tenteram, baik dalam sistem global maupun nasional.

Penyelenggaraan perang adalah untuk membela kemerdekaan dan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah negara, serta melindungi keselamatan segenap bangsa.

Penangkal adalah kekuatan nyata TNI yang mempunyai aspek psikologis untuk diperhitungkan oleh lawan sehingga mengurangi niat lawan sekaligus juga mencegah niat lawan yang akan mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.

Penangkalan adalah merupakan perwujudan usaha pertahanan dari seluruh kekuatan nasional yang memiliki efek psikologis untuk mencegah dan meniadakan setiap ancaman, baik yang datang dari luar maupun yang timbul di dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa.

Penindakan adalah merupakan keterpaduan usaha pertahanan dari seluruh kekuatan nasional, baik secara militer maupun secara nirmiliter untuk menghadapi dan mengatasi segala bentuk

ancaman, baik dari luar maupun yang timbul di dalam negeri, yang mengancam kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.

Pemulihan adalah keterpaduan usaha pertahanan negara yang dilaksanakan secara nirmiliter dan militer untuk mengembalikan kondisi keamanan negara yang telah terganggu akibat kekacauan keamanan karena perang, pembrontakan atau serangan separatis, konflik vertikal atau konflik horizontal, huru-hara, serangan teroris, atau bencana alam dan akibat ancaman nirmiliter.

Pengabdian sesuai profesi adalah pengabdian WN yang mempunyai profesi tertentu untuk kepentingan Hanneg termasuk dalam menanggulanggi dan/atau memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam, atau bencana lainnya.

Perang adalah jalan terakhir setelah upaya-upaya diplomasi menemui jalan buntu atau akibat kegagalan upaya pertahanan.

Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga ybw

Pertahanan militer adalah segala usaha dan kegiatan yang bertumpuh pada TNI sebagai komponen utama yang didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung yang dipersiapkan dan dikembangkan untuk menghadapi ancaman militer.

Pertahanan nirmiliter adalah peran serta rakyat dan segenap sumber daya nasional dalam pertahanan Negara, baik sebagai komponen cadangan dan komponn pendukung yang dipersiapkan untuk menghadapi ancaman militer maupun sebagai fungsi pertahanan sipil dalam menghadapi ancaman nirmiliter.

Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.

Perekrutan adalah tindakan yang meliputi mengajak, mengumpulkan, membawa, atau memisahkan seseorang dari keluarga atau komunitasnya.

Perencanaan strategis adalah perencanaan pada tingkat nasional dalam upaya pengelolaaan Hanneg dengan menyinergikan segenap SDN yang mengandung potensi kemapuan pertahanan Negara untuk menjadi kekuatan Hanneg.

Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan RI melalui permohonan.

Pejabat adalah orang yang menduduki jabatan tertentu yang ditunjuk oleh menteri untuk menangani masalah kewarganegaraan RI.

Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang berwenang mengangkat, memindahkan dan/atau memberhentikan PNS dalam dan dari jabatan structural sesuai dengan ketentuan peraturan perindangan yang berlaku.

Perang rakyat semesta adalah perang total seluruh rakyat Indonesia dengan mengerahkan segenap kekuatan dan sumber daya nasional untuk menegakan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dari bangsa lain yang mengancam atau menduduki wilayah NKRI yang sifatnya kerakyatan, kesemestaan, dan kewilayahan.

Pembinaan kekuatan dan kemampuan pertahanan Negara adalah meliputi pembinaan sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, sarana dan prasarana, teknologi dan industri pertahanan, serta system nilai untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Negara.

Postur pertahanan Negara adalah perwujudan penampilan kekuatan pertahanan Negara yang mencerminkan dan mengintegrasikan kekuatan, kemampuan, dan gelar kekuatan pertahanan Negara (pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter) secara utuh dan terpadu atau wujud penampilan kekuatan

pertahanan negara yang tercermin dari keterpaduan kekuatan, kemampuan dan penggelaran sumber daya nasional yang ditata dalam sistem pertahnan negara yang terdiri dari komponen utama, komponen cadangan, dan komponen dukungan.

Postur pertahanan Negara adalah wujud penampilan kekuatan, kemampuan, dan penggelaran sumber daya nasional yang ditata dalam system pertahanan Negara, terdiri dari komponen utama, komponen cadangan, dan komponen pendukung.

Postur pertahanan Indonesia bersifat semesta adalah melibatkan seluruh rakyat dan segenap sumber daya nasional, sarana dan prasarana nasional, serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan atau menyinergikan kekuatan pertahanan militer yang berbasis senjata/Alutsista dan kekuatan pertahanan nirmiliter yang berbasis perlawanan tidak bersenjata.

Postur pertahanan militer adalah postur TNI yang pada dasarnya terdiri atas TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara dengan pengembangan pola Tri Matra Terpadu serta dibangun dengan berbasis kemampuan sesuai dengan kondisi kemampuan anggaran. Tetapi, karena organisasi Mabes TNI dan Dephan/Kemhan juga menjadi pengguna anggaran pertahanan dalam jumlah yang cukup besar maka dalam uraian postur pertahanan negara selanjutnya secara organisasi dibagi menjadi lima kelompok yakni TNI AD, TNI AL, TNI AU, Mabes TNI, dan Dephan/Kemhan.

Postur pertahanan reguler adalah wujud pertahanan konvensional untuk menghadapi ancaman militer dari suatu negara yang mengancam Indonesia.Politik LN adalah kebijakan, sikap, dan langka pemerintah RI yang diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain, organisasi internasional, dan subyek hukum internasional lainnya dalam rangka menghadapi masalah internasional guna mencapai tujuan nasional.

Pola karier adalah pola pembinaan PNS yang menggambarkan alur pengembangan karier yang menunjukan keterkaitan dan keserasiahan antara jabatan, pangkat, diklat jabatan, kompetensi,

serta masa jabatan seseorang PNS sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan pensiun.

Perencanaan adalah suatu proses dalam menentukan tindakan-2 dimasa yang akan datang secara tepat melalui sistematika atau urutan pilihan yang benar dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia

Prioritas nasional adalah Program yang ditetapkan pemerintah dalam RKP sebagai prioritas pembangunan yang difokuskan pada upaya penyelesaian masalah mendesak dan berdampak luas bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, keadaan yang lebih aman, adil dan demokratis.

Prioritas pembangunan pertahanan negara harus diletakkan pada peningkatan kemampuan pertahanan negara yang diarahkan untuk meningkatkan profesionalisme TNI dalam modernisasi peralatan pertahanan negara dan mereposisi peran TNI dalam kehidupan sosial-politik, mengembangkan secara bertahap dukungan pertahanan, serta meningkatkan kesejahteraan prajurit (Perpres 7/2005).

Prioritas Alutsista TNI, diarahkan pada kebutuhan yang bersifat mendesak untuk mengatasi ancaman faktual dalam konteks kebutuhan pokok minimum (Minimum Essential Force-MEF) dengan tetap mempertimbangkan kepentingan untuk kemampuan berperang dan tujuan penangkalan serta diharapkan mampu menangani ancaman mendesak mengenai separatisme, terorisme, ragam ilegal, perbatasan wilayah negara dan pulau-pulau kecil terluar/terdepan serta ketanggap daruratan bencana dan operasi kemanusiaan lainnya, sehingga penyelesaiannya tidak hanya bertumpu pada departemen yang menangani pertahanan saja, melainkan juga menjadi tanggung jawab seluruh instansi terkait, baik intansi pemerintah maupun non pemerintah

Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak bahaya tertentu.

Restitusi adalah pembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil dan/atau immateriil yang diderta korban atau ahli warisnya.

Reformasi adalah perubahan untuk memperbaiki masalah-masalah sosial, politik atau agama yang terjadi dalam suatu masyarakat atau negara Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secra wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.

Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya jegiatan operekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.

Resiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapay berupa kematian, luka , sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

RUU (Komduk)...............Paramiliter adalah warga negara yang terlatih dan terorganisir dalam lembaga pemerintah atau lembaga non pemerintah, bertugas atau berhubungan dengan kepentingan keamanan dan ketertiban masyarakat,

perlindungan masyarakat atau lingkungan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan organisasi.Tenaga ahli adalah warga negara yang mempunyai keahlian dan ilmu pengetahuan sesuai bidang yang ditekuni dalam lembaga pemerintah atau lembaga non pemerintahWarga negara lainnya adalah warga negara yang tidak termasuk dalam komponen utama, komponen cadangan, paramiliter, dan tenaga ahli yang memenuhi syarat fisik dan psikis untuk menjadi komponen Hanneg.Nonkombatan adalah penduduk sipil dan/atau bagian dari angkatan bersenjata yang tidak turut perangMateriil strategis adalah bahan hasil pertambangan dan alat peralatan hasil industri untuk pertahanan yang dapat disiapkan sebagai cadangan guna memenuhi kebutuhan HannegLogistik pertahanan adalah sumber daya alam dan SDB yang ditata dan disiapkan agar dapat digunakan untuk mendukung penyelenggaraan Hanneg dalam menghadapi ancaman militer.Penggunaan secara langsung adalah penggunaan komponen pendukung oleh penguasa darurat militer atau penguasa perang selama keadaan darurat militer atau keadaan perang berlangsung di wilayah yang dinayatakan dalam keadaan darurat militer atau keadaan perang.Penggunaan secara tidak langsung adalah penggunaan komponen pendukung oleh pengusaha darurat militer atau penguasa perang yang disiapkan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah diluar wilayah yang dinyatakan dalam keadaan darurat militer atau keadaan perangMedan pertahanan adalah ruang yang meliputi wilayah darata,lautan, dan udara yang merupakan kesatuan geografis yang dapat digunakan untuk kepentingan Hanneg.Kesadaran bela negara yang tinggi adalah mendukung kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pengolaan HannegBela negara sebagai komponen pendukung adalah tidak bersikaptindak yang merugikan kepentingan pertahanan negara, dan tidak memihak kepada musuh negara

Saksi adalah orang yang dapat memberikan keetrangan guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang sesuatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan/atau ia alami sendiri.

SDN adalah SDM, SDA dan SDB.

SDN adalah SDM, wilayah, SDA, SDB, nilai-nilai, teknologi, dan dana, serta sarana prasarana nasional (RUU Komduk)

SDM (Hanneg) adalah TNI, anggota Komponen Cadangan, garda bangsa, tenaga ahli/profesi, dan warga negara lainnya yang siap digunakan untuk melaksanakan kepentingan pertahanan.

SDM adalah warga negara yang secara psikis dan fisik dapat dibina dan disiapkan kemampuannya untuk mendukung kekuatan Hanneg (RUU Komduk)

SDA adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan dirgantara yang dalam wujud asalnya dapat digunakan untuk kepentingan Hanneg.

SDB adalah SDA yang telah digunakan daya gunanya untuk kepentingan Hanneg.

Sarana dan prasarana nasional adalah hasil budi daya manusia yang dapat digunakan sebagai alat penunjang untuk kepentingan Hanneg dalam rangka mendukung kepentingan nasional.

Seluruh wilayah NKRI sebagai satu kesatuan pertahanan adalah Bahwa ancaman terhadap sebagian wilayah merupakan ancaman terhadap seluruh wilayah dan menjadi tanggung jawabnya segenap bangsa.

Setiap orang adalah orang perorangan, termasuk korporasi.

Status keadaan darurat adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar

rekomendasi badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.

Standar kompetensi jabatan struktural –SKJ—adalah persyaratan kompetensi minimal yang harus dimiliki seseorang PNS dalam pelaksanaan tugas jabatan struktural.

Suksesi negara adalah peralihan hak dan kewajiban dari suatu negara kepada negara lain, sebagai akibat pergantian negara, untuk melanjutkan tanggung jawab pelaksanaan hubungan luar negeri dan pelaksanaan kewajiban sebagai pihak suatu perjanjian internasional, sesuai dengan hukum internasional dan prinsip-2 dalam piagam PBB.

Surat kuasa (full Powers) adalah surat yang dikeluarkan oleh presiden atau menteri yang memberikan kuasa kepada satu atau beberapa orang yang mewakili pemerintan RI untuk menandatangani atau menerima naskah perjanjian, menyatakan persetujuan negara untuk mengikatkan diri pada perjanj8ian, dan/atau menyelesaikan hal-2 lain yang diperlukan dalam pembuatan perjanjian internasional.

Sistem adalah perangkat unsur yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.

Sistem Hanneg adalah system pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga Negara, wilayah, dan SDN lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.

Supremasi adalah keunggulan tertinggi (teratas).

Strategi pertahanan adalah suatu hal yang sangat vital, yang menentukan keberhasilan upaya pertahanan Negara, tidak statis tetapi dinamis dengan mengikuti perkembangan sifat dan karakter perang serta revolusi pada bidang militer secara global.

Sosok PNS yang diharapkan dalam upaya perjuangan mengenai tujuan nasional adalah PNS yang memiliki kompetensi penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, dan NKRI, professional, berbudi luhur, berdaya guna, berhasil guna, sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsure aparatur Negara, abdi Negara, abdi masyarakat dan badi Negara di dalam Negara hokum yang demokratis.

Standar penangkalan (deterrence standard) adalah postur pertahanan negara yang mampu menangkal dan mengatasi ancaman agresi terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa. Dimana, pengembangannya diorientasikan untuk mengahdapi kondisi terburuk berupa perang.

Supremasi sipil adalah kekuasaan politik yang dimiliki atau melekat pada pemimpin negara yang dipilih rakyat melalui hasil pemilu sesuai dengan asas demokrasi. Supremasi sipil dalam hubungannya dengan TNI berarti bahwa TNI tunduk pada setiap kebijakan dan keputusan politik yang ditetapkan oleh presiden melalui mekanisme ketata negaraan.

Tannas (Ketahanan Nasional) adalah kondisi dinamis bangsa yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk menghadapi dan mengatasi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG), baik yang datang dari dalam maupun dari luar, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas dan kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta tujuan nasional, seperti halnya pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat (Lemhannas, 2008). Tannas merupakan kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri dalam bentuk apapun, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan identitas, keutuhan, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta mencapai tujuan perjuangan nasionalnya (UU 20/1982. Konsepsinya adalah konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang tata tentrem kerta raharja di dalam kehidupan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Tannas secara Riil adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional melalui interaksi gatra alamiah dengan gatra sosial, yang secara hirarkhi berturutan dibawah kendali gatra politik, ideologi, dan pengetrapan pendekatan jamak kesejahteraan, keamanan, demokratik, kultur, dan sebaginya (agenda/tuntutan reformasi) dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa dan mengatasi ancaman (ATHG) baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas dan identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara

Tanggap adalah berdaya tangkap dan penalaran yang tinggi, yang menempatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hal yang fundamental dalam membangun pertahanan.

Tanggon adalah dapat diandalkan, ulet, dan tahan uji yang berkaitan dengan aspek moral sebagai penentu karakter satuan.

Trengginas adalah ketangkasan dalam bertindak, yang merupakan kemampuan kesatuan yang berhubungan dengan aspek penampilan yang memancarkan kekuatan dan kesiapsiagaan kesatuan.

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saart kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan mendasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

Tentara profesional adalah Tentara yang mahir menggunakan peralatan militer, mahir bergerak, dan mahir menggunakan alat-alat tempur serta mampu melaksanakan tugas secara terukur dan memenuhi nilai-nilai akuntabilitas.

Trimatra Terpadu adalah terjadinya keselarasan dan/atau keterpaduan suatu aktivitas yang saling merasuki (interoperability dan compatibility) satu sama lainnya dalam

konteks dinamika sistem sehingga diharapkan dalam kepentingan pertahanan negara (Hanneg) mampu meningkatkan suatu efektivitas dan efisiensi (UU 34/2004) pada masalah-masalah pembinaan dan penggunaaan antartiga matra, yakni matra darat, matra laut, dan matra udara. Selain itu, Trimatra Terpadu disebut pula sebagai keterpaduan antara Matra darat, Matra Laut, dan Matra udara, baik dalam penyiapan, pembinaan maupun penggunaan kekuatannya dalam rangka hanneg. Khusus masalah pembinaan, pembinaan kemampuan pertahanan militer diarahkan untuk membina komponen utama, yakni TNI yang profesional untuk memiliki kemampuan yang handal dalam menjalankan fungsinya sebagai penangkal, penindak, dan pemulih NKRI, dilaksankan melalui pola Trimatra Terpadu yang saling mengisi dan saling memperkuat.

Tujuan nasional adalah membentuk pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mercerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang beradasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.

Tujuan utama Dikwar adalah (i) untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, yang mempunyai sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa bagi kepentingan nasional; (ii) memahami terjadinya proses filosofi Wasantara, Tannas, dan kebijakan pembangunan nasionalnya dalam diri para peserta didik maupun perwujudan warga negara yang sedang mengkaji dan senantiasa berupaya menguasai ipteks dan seni serta menambah selalu kemampuannya; (iii) keyakinan dan sikap hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi kepentingan nasionalnya; (iv) munculnya derajat penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi, informasi, serta profesi lainnya yang dipelajarinya.

Upaya bela Negara adalah sikap dan perilaku WN yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Upaya bela Negara selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga Negara yang

dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan relah berkorban dalam pengabdian kepada Negara dan bangsa.

Universalisme tidak lain adalah westernisme atau liberalisme. Semangat nasionalisme, yaitu jiwa dan semangat untuk mendahulukan kepentingan rakyat Indonesia, agar tidak terjajah secara politik, ekonomi maupun kebudayaan.

Warga negara adalah warga negara suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

WNI adalah : (i) setiap orang yang berdasarkan peraturan perundangan-undangan dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah RI dengan negara lain sebelum UU ini berlaku sudah menjadi WNI; (ii) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu WNI; (iii) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu WNA; (iv) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI; (v) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut; (vi) anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI; (vii) anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI; (viii) anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin; (ix) anak yang lahir di wilayah NRI yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya; (x) anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah NRI selama ayah dan ibunya tidak diketahui; (xi) anak yang lahir di wilayah NRI apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya; (xii) anak yang dilahirkan di luar wilayah NRI dari seorang ayah dan ibu WNI yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan; (xiii) anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegarannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Warga Negara adalah WNI.

Wawasan adalah pandangan, tinjauan, cara pandang.

Wawasan Nusantara berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan rakyat tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN adalah ”Wawasan Nusantara yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945 adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannyua dengan mengutamkan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional”;

Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam”.

Wawasan Nusantara, menurut Kelompok Kerja Wawasan Nusantara, yang diusulkan menjadi Ketetapan Majelis Permusyawaran Rakyat dan dibuat di Lemhannas tahu 1999 adalah “Cara Pandang sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serbaberagam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional”.

Wawasan Nusantara adalah pandangan geopolitik bangsa Indonesia dalam mengartikan tanah air Indonesia sebagai suatu kesatuan yang meliputi seluruh wilayah dan segenap kekuatan Negara yang mencakup politik, ekonomi, social budaya, dan pertahanan keamanan (UU 20/1982)

Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia, yaitu cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serbaberagam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap menghargai serta menghormati kebhinnekaan setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.

Yang menjadi WNI adalah orang-2 bangsa Indonesia asli dan orang-2 bangsa lain yang disyahkan dengan UU sebagai warga negara.

Yang dicakup dalam perjanjian ini meliputi kerjasama dalam bidang :

(i) pertahanan; (ii) penegakan hukum; (iii) pemberantasan terorisme; (iv) intelejen; (v) keamanan maritim; (vi) keselamatan dan keamanan penerbangan; (vii) proliferasi senjata pemusnah masal; (viii) tanggap darurat; (ix) pada organisasi multilateral mengenai kemanan; (x) peningkatan saling pengertian antar perseorangan dan antar masyarakat.

Ilmu dan teknologi disertai dengan penghayatan nilai bangsa, khususnya sistem nilai fundamental. Tumbuh rasa tanggung jawab sebagai manusia yang utuh, yaitu tanggung jawab terhadap tuhan, sesama manusia, alam lingkungan hidup. Menempatkan ilmu dalam konteks dinamika, gerak, perubahan dan kemajuan bagi sebasar-besarnya keselamatan dan kesejahteraan manusia secara lahir maupun bathin...

Keunggulan komperatif, kemampuan suatu negara untuk berproduksi secara kompetitif dan itu tidak lain dari pada tersedianya tenaga kerja terididk, tenaga eksekutif profesional, teknologi yang memadai, insfrastruktur yang mampu mendukun kegiatan produksi secara optimal dan iklim usaha yang mampu memberikan jaminan akan kelangsungan usaha secara aman dan lancar dalam jangka panjang.

Nasionalisme, kemajuan yang terpesat dalam teknologi transportasi dan telekomonikasi, maka dunia terasa semakin sempit, batas-2 negara semakin tidak berarti, dan peradapan cenderung untuk menyatu dengan satu tata nilai budaya yang berlaku universal. Global Village untuk perdapan dan kebudayaan barat yang tidak lain adalah liberalisme dan kapitalisme.

Pengembangan kemampuan teknologi nasional, diorientasikan pada masyarakat dan tuntutan pembangunan nasional; Berlandaskan pada konsepsi letahanan nasional dan diorientasikan pada perwujudan cita-2 yang terkandung di dalam Wasantara; Teknologi, ekonomi, pertahanan keamanan negara selalu terbina keterkaitannya secara sinergik; Memperhatikan nilai-2 fundamental bangsa Indonesia Ps dan UUD.

Pertumbuhan tidak hanya jumlah mulut yg disuapi, tapi sekaligus perbaikan struktur penduduk, tenaga kerja, masyarakat Ind. Rekayasa Sosial dan teknologi.

Pertahanan Kemanan rakyat Semesta (Hankamrata) : (i) Orientasi yang kerakyatan; (ii) Gelar yang disusun atas dasar kewilayahan. Kompartemen strategis; (iii) Upaya dan pelibatannya secara semesta.

Kep Menhan 268/M/XII/2009 tentang Visi, Misi, dan Grand Strategi Hanneg di Lingkungan Dephan dan TNI

Visi : Terwujudnya Hanneg yang TangguhMisi : Menjaga Kedaulatan Negara dan Keutuhan NKRI serta Keselamatan Bangsa

Grand Strategi :1. Memberdayakan Wilayah Dalam Menghadapi Ancaman2. Menerapkan Manajemen Pertahanan yang Terintegrasi3. Meningkatkan Kualitas Personel Dephan/TNI4. Mewujudkan Teknologi Pertahanan yang Mutakhir5. Menempatkan Kemanunggalan TNI Rakyat Dalam Bela Negara

Prioritas Alutsista TNI,

diarahkan pada kebutuhan yang bersifat mendesak untuk mengatasi ancaman faktual dalam konteks kebutuhan pokok minimum (Minimum Essential Force-MEF) dengan tetap mempertimbangkan kepentingan untuk kemampuan berperang dan tujuan penangkalan serta diharapkan mampu

menangani ancaman mendesak mengenai separatisme, terorisme, ragam ilegal, perbatasan wilayah negara dan pulau-pulau kecil terluar/terdepan serta ketanggap daruratan bencana dan operasi kemanusiaan lainnya,....

TNI dibangun dan dikembangkan secara profesional sesuai dengan kepentingan politik negara yang mengacu pada nilai dan prinsip demokrasi, supremasi sipil, HAM, ketentuan hukum nasional, dan ketentuan hukum internasional yang telah diratifikasi, dengan dukungan anggaran belanja negara yang dikelola secara transparan dan akuntabel.

Rakyat yang menjadi dasar terbentuknya TNI pada saat itu adalah bekas prajurit Hindia Belanda dan jepang antara lain Heiho, Kaigun Heiho, dan PETA serta yang berasal dari rakyat, yaitu barisan Pemuda, Hisbullah, Sabililah, dan pelopor, disampin laskar-laskar dan tentara pelajar yang tersebar di daerah daearah lain.

Terhimpun dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR), berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang berubah lagi menjadi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR), kemudian menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), dan terakhir mulai tanggal 3 Juni 1947 menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Tanggal 21 Juni 1962 TNI pernah berubah menjadi Angkatan Bersenjata RI (ABRI), terdiri AD,AL,AU, dan KNRI.

Tahun 2000 ABRI kembali berubah menjadi TNI setelah dikeluarkannya Ketetapan MPR no VI/MPR/2000 ------Dalam jati didirinya TNI sebagai Tentara rakyat berarti bahwa anggota TNI direkrut dari WNI.

Tidak mengenal menyerah berarti bahwa setiap upaya untuk mencapai tujuan harus selalu diusahakan dengan terukur.

TNI mengutamakan kepentingan nasional dan kepentingan bangsa diatas semua kepentingan daerah, ras, dan golongan agama.

Untuk itu tentara perlu dilatih dalam menggunakan senjata dan peralatan militer lainnya dengan baik, dilatih manuver taktik secara baik, dididik dalam ilimu pengetahuan dan teknologi secara baik, dipersenjatai dan dilengkapi dengan baik, serta kesejahteraan prajuritnya dijamin oleh negara sehingga diharapkan mahir bertempur.

Tentara tidak berpolitik praktis dalam arti bahwa tentara hanya mengikuti politik negara, dengan mengutamakan prinsip demokrasi, supremasi sipil, HAM, ketentuan hukum nasional...

Obyek vital nasional yang bersifat strategis adalah objek-2 yang menyangkut hajat hidup orang banyak, harkat dan martabat bangsa, serta kepentingan nasional yang ditentukan oleh keputusan pemerintah

Pembangunan dan penggelaran kekuatan TNI tsb harus memperhatikan dan mengutamakan wilayah rawan keamanan, daerah perbatasan, daerah rawan konflik dan pulau terpencil sesuai dengan kondisi geografis dan strategi pertahanan.

Harus dihindari bentuk-2 organisasi yang dapat menjadi peluang bagi kepentingan politik praktis dan pengelarannya tidak selalu mengikuti struktur administrasi pemerintahan.

Mendorong dan memajukan pertumbuhan industri pertahanan termasuk kegiaan mendorong dan memajukan industri dalam negeri yang memproduksi alat peralatan yang mendukung pertahnan, baik melalui kegiatan promosi maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Resolusi PBB 1816 yang mengijinkan keterlibatan militer negara asing merupakan perkembangan terbaru dalam mengatasi perompakan di laut, yang dikuatirkan menjadi preseden

internasional untuk kasus-2 serupa, dan pada gilirannya dapat terjadi diselat Malaka bila negara pantai tidak dapat mengamankannya.

Keputusan International Criminal Court (ICC) tentang penangkapan Presiden Sudan, Omar bashir telah mengundang reaksi pro dan kontra dari masyarakat internasional, karena dikuatirkan dapat mengganggu proses perdamaian yang telah berlangsung.

Tidak menentu (unpredictable); Wilayah trouble spot; Wilayah vocal pointWilayah yang sangat vulnerable; Masih dapat bertahan (survive); Catatan critical point; Nasionalisme sumberdaya (resources nationalism)

ALKI II melewati Selat Makasar-Selat Lombok, ALKI III melewati Laut Maluku-Laut Banda kemudian bercabang ke ALKI III A yang melewati Laut Sabu (Wilayah NTT) dan ALKI III B yang melewati Selat Ombai ke Laut Timor (Wilayah NTT)

Perdagangan illegal (Illegal trade); Penyelundupan manusia (People smuggling); Penerimaan social (social acceptability); Manuver pencegatan (interception); Pelanggaran (interdiction); Merencanakan kegiatan (action plans); Transparan dan bertanggung jawab (public accountability); Hidup berdampingan (coexistence)

KECENDERUNGANLINGKUNGAN STRATEGIS

(i) Resolusi PBB 1816..... mengijinkan keterlibatan militer negara asing merupakan perkembangan terbaru .....

dikuatirkan menjadi preseden internasional ..... dan pada gilirannya dapat terjadi .....;

(ii) Keputusan International Criminal Court (ICC) tentang penangkapan Presiden Sudan, Omar basher….. telah mengundang

reaksi pro dan kontra .....dari masyarakat internasional, karena dikuatirkan dapat mengganggu .....

5. Global.

Isu Global, termasuk Globalisasi sendiri yang diperkirakan sudah dirancang sejak tahun 1945-an, sampai saat ini masih sarat dengan perubahan dan ketidakpastian yang berimplikasi terhadap perubahan berbagai aspek kehidupan individu/sosial maupun berbangsa/bernegara. Perubahan tersebut, pada gilirannya akan berpengaruh juga terhadap penentuan berbagai strategi dan kebijakan, termasuk strategi dan kebijakan strategis di bidang pertahanan maupun menurunya nasionalisme. Disamping itu, isu-Isu global yang memaksa mendunia seperti nilai universal berupa penerapan prinsip demokrasi, hak asasi manusia (HAM), dan lingkungan hidup serta hukum internasional dan berbagai kebiasaan internasional lainnya sudah dijadikan bagian prinsip dari berbagai kebijakan, termasuk di pertahanan. Padahal, isu tersebut yang mengikat dapat dijadikan pula sebagai ukuran dalam pergaulan dunia sekaligus sebagai alasan pembenaran dilakukannya intervensi militer maupun nonmiliter terhadap suatu negara.

Pengalaman lepasnya Timor Timur, Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan, serta intervensi (vertikal/maya-separatisme modern akibat faktanya memisahkan/dipisahkan/direbutnya wilayah) soal kedaulatan wilayah NKRI tidaklah akan lepas dari akibat isu-isu tersebut. Begitupun, adanya kemungkinan intervensi berdalih kemanusiaan dan implikasi lain dari adanya suatu kesepakatan (MoU/perjanjian internasional) yang kurang dicermati dengan negara lain. Sebab, isu-isu global yang ada dalam penerapannya dapat memungkinkan untuk memaksakan hukum internasional dan/atau unsur instrumen global lainnya melakukan tekanannya yang berakibat fatal terhadap integritas nasional. Untuk itu, isu-isu dengan berbagai variasi warna, seperti dengan dalih hukum internasional dan perjanjian yang bersifat mengikat, terkait pada akhirnya menyoal isu separatisme-hilangnya wilayah/kedaulatan dan/atau melemahnya wawasan/semangat kebangsaan/kebanggaan nasionalisme harus perlu terus diwaspadai dan dicerdasi dengan cermat.

a. Hak Asasi Manusia (HAM).

Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penghormatan, pemajuan, pemenuhan, dan perlindungan

HAM, antara lain telah ditunjukan dalam prioritas Pembangunan Nasional (Propenas) dengan pembentukan kelembagaan dan pembuatan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan HAM (UU 39/1999-UUD 1945). Terkait dengan hal tersebut, dalam menangani masalah separatisme yang berimplikasi sesuai uraian sebelumnya, misalnya. Pemerintah Indonesia telah menggunakan pendekatan jamak yang diantaranya menghormati hak-hak asasi, yakni mengajak kelompok separatisme untuk menyelesaikan masalah melalui perundingan dalam rangka untuk memperoleh suatu kesepakatan, tapi masih dalam kerangka NKRI.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan pendekatan hak asasi manusia tersebut sesungguhnya menghilangkan keinginan adanya kelompok separatisme yang menelan anggaran terbanyak pembangunan/APBN untuk memisahkan diri dari NKRI. Kendati demikian, separatisme selalu memanfaatkan isu-isu global, termasuk isu hak asasi manusia dalam perjuangannya, karena yakin, dengan pendekatan tersebut akan mengundang perhatian dan dukungan masyarakat internasional dalam perjuangannya. Pengalaman, Kelompok separatisme GAM merupakan contoh yang berhasil menginternasionalisasikan perjuangannya, yakni dengan terlibatnya masyarakat internasional dalam perundingan GAM dengan Indonesia yang menghasilkan MoU Helsinki. Namun, faktanya sampai saat ini kerangkanya masih dalam NKRI meskipun ada konotasi filosofi pemaknaan adanya negara dalam negara (NAD)

b. Demokratisasi.

Nilai-nilai demokratisasi telah dijadikan sumber inspirasi bagi bangsa Indonesia dan memberikan warna dalam berbagai kehidupan dan kepentingan rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia, dengan dilandasi semangat demokratisasi dan sebagai respon terhadap nilai universal tersebut dalam kerangka NKRI, telah berupaya mewadahi dan menyelesaikan berbagai kepentingan secara demokrasi tanpa adanya pemaksaan kehendak. Disisi lain,

isu-isu demokratisasi, disadari bisa saja dimanfaatkan sebagai suatu peluang bagi kelompok-kelompok separatisme yang mewarnai bagian indikator melemahnya semangat/wawasan/kekuatan kebangsaan maupun nasionalisme untuk mengembangkan strateginya lepas dari NKRI, karena yakin dengan alasan demokratisasi, gerakan separatisme akan mendapat dukungan dari masyarakat internasional. Mengingat, isu demokratisasi merupakan isu global dan merupakan nilai yang telah disepakati bersama oleh masyarakat internasional.

Namun, disadari bahwa Demokrasi Indonesia (konteks sejarah/filosofi-Pancasila) kini dan dimasa depan sudah harus dapat mewujudkan dan/atau mengarah pada tujuan (kepentingan) nasional yang menginginkan masyarakat madani, taat hukum, berperadapan modern, makmur, adil dan bermoral Pancasila. Selain itu, demokrasi Indonesia yang mengakomodasi nilai-nilai universal harus pula didasarkan pada ideologi atau moral Pancasila dan UUD Negara RI 1945. Oleh karena itu, dengan demokrasi Pancasila harus dapat dicegah agar tidak dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok separatisme maupun kelompok tertentu lainnya dalam melakukan kegiatan yang tidak berada dalam semangat NKRI.

c. Informasi Teknologi.

Perkembangan teknologi informasi/komunikasi serta kemajuan sain/cibers (sebagaimanan disampaikan dalam simpulan ancaman) disadari telah menjangkau seluruh wilayah Indonesia dan sepertinya dapat dirasakan oleh hampir seluruh masyarakat. Indikatornya, antara lain maraknya keberadaan media TV, termasuk dengan jaringan parabolanya, media radio/HP, dan media elektronik/baca lainnya. Keberadaan dan kemajuan teknologi informasi tersebut, dalam kenyataannya sangat mendukung kemajuan, modernisasi, pembangunan bangsa Indonesia. Namun, disisi lain disadari aspek negatifnya bisa saja dimanfaatkan untuk mendukung perjuangan kelompok separatisme dan sejenisnya yang melemahkan semangat kebangsaan. Mengingat, dengan teknologi informasi

tersebut, semangat perjuangan separatisme dapat menjangkau dan diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional. Kondisi tersebut, jelas sangat memberikan pengaruh dan menguntungkan gerakan separatisme tersebut dan memungkinkan akan banyak mendapat simpati dan dukungan khususnya dari masyarakat internasional. Melalui informasi teknologi, gerakan separatisme dapat menerapkan strateginya dengan baik, dapat membangkitkan semangat (anasionalisme/etnonasionalisme) diantara mereka dan dapat membentuk opini masyarakat yang mendukung perjuangannya. Oleh karena itu, penerapan informasi teknologi harus mempunyai efek penangkal dan penggetar sehingga bisa dimanfaatkan secermat mungkin bagi kepentingan nasional sekaligus dapat mengkounter kepentingan dan tujuan separatisme yang sudah melemah akibat kurang adanya dukungan dan kuatnya peran aparatur negara/SDN/SDM yang ada.

d. Lingstra Global Dalam Skema/Gambar.

r

AGENDA UTAMA GLOBAL

PEACE AND SECURITYTHROUGH

DISARMAMENT

AGENDA UTAMA GLOBAL

PEACE AND SECURITYTHROUGH

DISARMAMENT

Sumber : FGD Badiklat 2006

Skema/gambar tersebut, dapat dimaknai bahwa posisi silang dan strategis Indonesia di dunia atau negara bangsa sekaligus mengandung konsekuensi kerawanan yang sangat terbuka dari berbagai aspek dan dimensi sebagaimana terurai. Pengaruh globalisasi, misalnya termasuk agenda utama global harus menjadi perhatian serius. Jangan sampai adanya kebiasaan dan hukum internasional yang dijadikan prinsip, misalnya dalam Hanneg justru pada gilirannya kurang dapat mendukung kepentingan nasional maupun tujuan nasional. Antisipasi agenda tuntutan global bagi kepentingan nasional dan tujuan nasional.

6. Regional

Dalam konteks stabilitas dan dinamika keamanan regional, sejumlah isu keamanan yang mengemuka saat ini memang banyak. Namun, diantaranya isu yang menonjol bagi kepentingan tulisan ini adalah isu perbatasan antar negara, kompetisi ekonomi kawasan, isu sosial budaya masalah Selat Malaka yang kesemuanya dapat berpengaruh kepada masalah separatisme domain melemahkan kebangsaan dan pewarganegaraan.

a. Isu Perbatasan Antar Negara.

Wilayah/kawasan perbatasan Indonesia maupun Pulau-Pulau Kecil Terluar/terdepan dengan negara-negara tetangga, khususnya wilayah/kawasan perbatasan darat (laut ????), sudah lama menjadi permasalahan bagi Indonesia. Hal ini, bukan saja karena didapati adanya pergeseran batas-batas wilayah, penyeberang yang illegal maupun pencurian sumber daya alam Indonesia secara illegal dan lain-lain ragam ilegal, tetapi adanya pengaruh budaya, ekonomi, ideologi maupun tingkat kesejahteraan, membuat nasionalisme masyarakat Indonesia di wilayah perbatasan khususnya kelompok masyarakat yang ingin memisahkan diri dari NKRI akan terus tergoda dan nasionalismenya akan terdegradasi. Kondisi tersebut, harus cepat diantisipasi karena jika tidak akan dapat diperparah oleh pengaruh negara-negara tertentu yang memang menginginkan lepasnya daerah tertentu dari NKRI.

b. Kompetisi Ekonomi Kawasan.

Kemajuan perekonomian negara-negara kawasan regional, bila dibandingkan dengan Indonesia, memang pada umumnya lebih baik. Kondisi tersebut, jika kurang diantisipasi oleh pemerintah (Pusat-Daerah) dapat mempengaruhi kondisi masyarakat Indonesia yang memang sangat mengharapkan adanya kemajuan perekonomian Indonesia sejajar atau lebih baik dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapora, Thailand, maupun Korsel serta Jepang. Hal tersebut, jika kurang atau lalai diantisipasi kemungkinannya akan menjadi tergoda dan

beralih pandang. Dimana, lama kelamaan bila harapan tersebut tidak juga tercapai, akan menimbulkan rasa kekecewaan berlarut kepada pemerintah dan daerahnya. Apalagi bila masyarakat Indonesia membuat analisa sendiri bahwa kemajuan perekonomian Indonesia hanya dinikmati oleh kelompok-kelompok tertentu saja. Begitupun, dampak lanjutan dari hal tersebut kurang diseriusi untuk diantisipasi dalam kerangka meningkatkan kesejahteraan terkait dengan keamanannya. Situasi tersebut akan sangat rawan terhadap merosotnya nasionalisme masyarakat Indonesia di wilayah/kawasan perbatasan/PPKT, dan akan semakin meningkatnya semangat separatisme/etnonasionalisme bagi kelompok tertentu untuk melepaskan diri dari NKRI. Sekaligus hal ini, bagi mereka dapat dilihatnya sebagai sebuah peluang bagi perjuangan untuk mencapai cita-citanya. Oleh karena itu, adanya pembangunan dalam orientasi percepatan untuk mengimbangi kompetisi wilayah/kawasan maju terhadap wilayah/kawasan dimaksud sangat diperlukan disamping sudah adanya peningkatan pembangunan yang ada.

c. Isu Sosial Budaya.

Dilihat dari aspek sosial budaya, masyarakat Indonesia, Aceh (NAD/Nanggroe Aceh Darussalam) misalnya memiliki identitas kultural yang sangat kuat. Hal ini dapat dilihat dari keteguhan masyarakat dalam menjunjung adat yang kental dengan nilai-nilai Islam. Lebih dari itu, masyarakat Aceh sesungguhnya telah memiliki konsep kerangka kehidupan social yang telah mapan. Kondisi ini, dimungkinkan karena tatanan sosial tersebut telah terbentuk sejak masa pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Aceh.

Dengan latar belakang tersebut, masyarakat Aceh tentunya memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan masyarakat Indonesia secara umum. Selain itu, telah diketahui umum, entitas masyarakat Aceh sendiri sesungguhnya terbentuk dari sekurangnya 8 sub etnis atau suku dengan jenis bahasa daerah yang berbeda. Bahasa daerah tersebut, misalnya yaitu bahasa Aceh, bahasa Gayo, bahasa Melayu, bahasa Alas, dan bahasa Simeuleu. Sungguh

kaya dan unik kehidupan sosial budaya mereka. Berkaitan dengan itu, demikian halnya, dengan Papua (Papua Barat). Akan tetapi, semua itu kemungkinannya akan berbeda manakala sudah menyoal kebijakan transmigrasi pada masa Orde Baru yang diduga menyebabkan keresahan sosial-kultural yang telah merubah wajah demografis di Papua. Selama tiga dekade, diduga kebijakan transmigrasi telah mengundang penduduk yang berasal dari Jawa dan Bali memasuki Papua. Penduduk pendatang yang pada umumnya lebih tinggi pendidikanya, kemudian mendominasi sektor-sektor ekonomi masyarakat, termasuk pasar tenaga kerja di dalam pemerintahan daerah. Kondisi-kondisi tersebut dapat membangkitkan dan mempertebal semangat kesetiaan/solidaritas lokal (etnonasionalisme) dan menimbulkan rasa tidak nyaman berada dalam wilayah NKRI, sehingga bibit-bibit separatisme yang ada dapat berkembang dan dilihat sebagai sebuah peluang untuk meningkatkan perjuangan lepas dari NKRI. Analogi ini, bisa saja terjadi pada masyarakat NAD jika kesemuanya kurang terperhatikan dalam pembangunan nasionalnya.

d. Masalah Selat Malaka.

Kondisi Selat Malaka dimasa kini dan yang akan datang akan terus mendapat perhatian serius dari banyak negara, termasuk negara-negara yang terkait dengan ADMM Plus (ASEAN Plus- Amerika Serikat, China, Rusia, India, Jepang, Korea Selatan, Australia, New Zailand/keamanan maritim-Maritim Security/Malaysia-Australia). Mengingat, Selat Malaka dijadikan alasan merupakan jalur pelayaran yang penting dan vital untuk kepentingan ekonomi dan dunia pelayaran/maritim. Banyak negara-negara dimaksud, termasuk negara besar yang merasa khawatir atas keamanan kapal-kapalnya jika melewati Selat Malaka sehingga mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab ingin terlibat secara langsung dalam mengamankannya dengan menghadirkan kekuatan militernya di kawasan tersebut. Kondisi tersebut, apabila kurang diantisipasi dan ditatakelola dengan baik akan dapat memberikan keuntungan bagi negara dimaksud, termasuk kemungkinannya pemanfaatan unsur separatisme,

khususnya di Aceh dan sekitarnya dengan berusaha mencari perhatian dari negara-negara yang memiliki kepentingan di Selat Malaka. Bahkan, hal yang paling rawan, yang bisa terjadi adalah bila separatisme Aceh tersebut telah membuat kesepakatan dengan negara tertentu bahwa akan memberikan kemudahan bila memberikan dukungan atas perjuangan kelompok separatisme Aceh untuk lepas dari NKRI. Demikian halnya, bagi kepentingan nasionalnya dari negara maju untuk berpartisipasi.

e. Lingstra Regional Dalam Skema/Gambar.

PETA KEKUATAN DI ASIA TENGGARA

MEKSIKO

AS

KANADA

AS

AFSEL

FILIPINA

MALAYSIA

SINGAPURA

INDONESIA

BRUNEIPDDK : 0,38 JTPDB : US$ 6 MGAR HAN : US$ 0,35 M(5,8 % PDB)

MALAYSIAPDDK : 25 JTPDB : US$ 143 MGAR HAN : US$ 3,08 M(2,2 % PDB)

INDONESIAPDDK : 231 JTPDB : US$ 420MGAR HAN : US$ 3,5M(0,9 % PDB)

FILIPINAPDDK : 89,5 JTPDB : US$ 118 MGAR HAN : US$ 0,9M(0,7% PDB)

SINGAPURAPDDK : 4,5 JTPDB : US$ 132 MGAR HAN : US$ 10 M(7,6%PDB)

VIETNAMPDDK : 84,5 JTPDB : US$ 61,1MGAR HAN : US$ 3,4 M (5,5 % PDB)

KAMBOJAPDDK : 13,8 JTPDB : US$ 6,6MGAR HAN : US$ 0,123 M(1,9 %PDB)

LAOSPDDK : 6,368 JTPDB : US$ 2,9 MGAR HAN : US$ 0,014 M(0,4 % PDB)

MUANGTHAIPDDK : 65 JTPDB : US$ 207MGAR HAN : US$ 2,1M(1,01% PDB)

MYANMARPDDK : 47 JTPDB : US$ 75 MGAR HAN : US$ 6,2 M(8,2 %PDB)

M : MILYAR

Sumber : Permenhan 22-24/2007

Gambar tersebut (kondisi tahun 2007) memaknai, bahwa di ASEAN kekuatan Indonesia bisa saja menjadi faktor deterence meskipun anggaran di bidang pertahanan dibawah 1% PDB.

Namun, dengan adanya negara-negara di ASEAN ada juga yang tergabung dengan pertahanan negara lain di luar ASEAN dan kemungkinanya anggaran melebihi 1% PDB. Permasalahan Hanneg, sebenarnya tidak menjadi mudah. Terlebih, jika nantinya terkait dengan Selat Malaka maupun kemungkinannnya negara maju dengan berbagai dalih akhirnya dapat mengganggu kedaulatan negara dimaksud. Beberapa contoh, di Afganistan, di Sebagian Afrika nyatanya ada negara (Koalisi/Gabungan) yang memasukinya/memerangi dengan berbagai dalih (kepentingan PBB dan kemanusiaan ?????). Bagaimana, kekiniannya dan kedepannya (setelah 2010-2014/2025). Anggaran pertahanan memang selalu ditingkatkan. Namun, sejauh mana mampu mewujudkan Si Vis Pacem Para Bellum ???????.

7. Dalam Negeri

a. Nasional.

Penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, budaya, kondisi sosial yang berbeda sebagaimana perwujudan istilah Bhineka Tunggal Ika-berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Demikian halnya, jika menyoal Wilayah yang luas dengan jumlah penduduk lebih kurang 230 juta jiwa. Pada satu sisi, kenyataan ini merupakan potensi nasional yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa, namun disisi lain mengisyaratkan adanya potensi kerawanan dan berbagai ancaman, khususnya menyangkut masalah separatisme dengan berbagai implikasinya. Beberapa hal-hal terkait soal nasional yang diharapkan mampu memupuk tinggi rendahnya semangat kebangsaan/nasionalisme diantaranya sebagai berikut :

Otonomi daerah. Keberadaan Otonomi daerah pada awalnya adalah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan untuk mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi dalam berbagai kebijakan politik dan sekaligus untuk makin meningkatkan kesejahteraan. Namun, dalam perkembangannya, keberadaan otonomi daerah

diduga semakin sulit untuk dikendalikan, karena disamping banyak daerah-daerah yang ingin membentuk pemerintahan daerah sendiri yang memungkinkan berbenturan dengan perundang-undangan nasional, semangat kedaerahan (etnonasionalisme) juga semakin menonjol, sulit dikendalikan, dan rawan untuk berkembang akibat munculnya bibit-bibit separatisme. Oleh karena itu, bagi daerah yang sudah memiliki bibit-bibit separatisme, keberadaan otonomi daerah merupakan peluang untuk mewujudkan cita-citanya lepas dari NKRI dan/atau semakin memungkinkan melemahnya semangat kebangsaan.

Hukum dan perundang-undangan yang ada belum dapat diwadahi kepentingan nasional. Keberadaan daerah-daerah yang memiliki permasalahan bibit-bibit separatisme, mendapat perhatian yang khusus dari pemerintah. Hal tersebut, seperti adanya istilah otonomi khusus, serta adanya undang-undang yang dibuat secara khusus untuk mengatur pemerintahannya (RUU Keistimewaan Yogyakarta, misalnya). Dengan undang-undang pemerintahan daerah tersebut, pemerintah daerah sebenarnya memiliki hak-hak yang lebih dan khusus dalam mengatur daerahnya dibanding dengan daerah bukan otonomi khusus. Akan tetapi, munculnya kerawanan yang ada dengan kondisi tersebut adalah kemungkinan kelompok separatisme dan hal sejenis untuk berkembang dan menguasai pemerintahan daerah akan semakin besar dan pada tingkatan tertentu akan memiliki posisi tawar yang semakin kuat terhadap pemerintah RI. Dengan perlakuan khusus tersebut, dimungkinkan akan menimbulkan rasa iri daerah lain dan menjadi rawan bila menuntut hal yang sama.

Pendidikan. Rendahnya tingkat pendidikan, keterampilan dan kemiskinan dibeberapa daerah, khususnya daerah yang telah memiliki bibit-bibit separatisme dan implikasi sejenisnya telah dijadikan isu-isu politik oleh berbagai LSM (termasuk dari unsur

media dan pihak kepentingan luar negeri). Baik LSM asing maupun LSM lokal untuk membangkitkan rasa sentimen dan ketidak puasan akan kinerja pemerintah pusat. Penyelenggaraan pendidikan, misalnya merupakan salah satu faktor vital dan strategis dalam membangun karakter masyarakat/bangsa serta mengangkat masyarakat untuk lebih maju. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa banyak lembaga pendidikan berbasis keagamaan yang sarat dengan muatan spiritual, saat ini mulai menggeser muatan sains dan teknologi yang apabila kurang mendapat dukungan yang tepat akan mudah untuk disalah tafsirkan. Kejadian kekerasan akibat implementasi dari muatan sains dan teknologi sekarang ini marak akibat adanya keterkaitan pendidikan dengan agama tertentu yang kurang dipahami dengan tepat.

Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan yang berbasis agama seringkali lebih kuat pangaruhnya dalam menanamkan nilai-nilai fundamentalisme daripada nilai-nilai nasionalisme. Akibatnya, faham-faham fundamentalisme dan radikalisme yang berkembang cukup meluas. Kondisi ini, menjadi potensi ancaman yang cukup serius di kemudian hari, dan potensial berkembangnya akan menjadi bibit-bibit separatisme dan tindakan sejenis kekerasan/teror.

b. Provinsial

Sesuai dengan UU 32/2004 dan berbagai perubahannya tentang pemerintah daerah. Provinsi melalui Gubernur, misalnya telah diberi hak dan wewenang melakukan otonomi daerah. Wewenang otonomi ini diberikan seluas-luasnya untuk mengatur pemerintahan sendiri guna mempercepat terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Diantaranya, melalui peningkatan kerja berdasarkan merit sistem, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta pemberdayaan wilayah lainnya. Namun, sejak UU tersebut

diterapkan dan dilakukan berbagai perubahannya. Tidak semua daerah dapat mewujudkan kesejahteraannya sebagaimana yang menjadi tujuannya. Apalagi untuk mendorong pemberdayaan wilayah sebagaimana yang diamanatkan UU 3/2002 terkait UU 34/2004. Bahkan, dibeberapa daerah (Provinsi) terbelakang justru mengisyaratkan adanya berbagai masalah, seperti terjadinya etnonasionalisme (nasionalisme sempit), egoisme sektoral, menguatnya identitas kedaerahan, eklusifisme, penyusunan peraturan daerah yang kontroversial dengan pemerintah pusat, serta berbagai alasan yang pernah diklemukakan sehingga benih-benih pengalaman sejarah separatisme dan/atau pemberontakan/teror melemahnya kebanggaan berbangsa dan bernegara bisa saja terulang sehingga sangat potensial menjadi ancaman terhadap keutuhan wilayah dan wibawah/martabat pemerintah.

c. Lokal

Implikasi perubahan lingkungan strategis, dan pesatnya perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan maupun teknologi sebagai mana yang sempat diurai telah menjangkau masyarakat yang berdomisili di pelosok-pelososk daerah. Hal tersebut, dari sisi positif telah mendorong kemajuan dan meningkatnya modernisasi, komunikasi diantara masyarakat menjadi semakin mudah dalam mendukung percepatan pembangunan. Mudahnya komunikasi tersebut, telah menjadikan pula semakin cepatnya suatu perubahan dalam masyarakat yang diikuti dengan berkembangnya pola hidup modern dengan ciri kekhususan kehidupan yang bebas dan praktis, yang apabila kurang dikritisi dan dicerdasi mungkin bisa bertentangan dengan nilai instrinsik/dasar bangsa (Pancasila) dan/atau nilai kearifan lokal.

Perubahan yang begitu cepat tanpa kemungkinan diimbangi dengan nilai instrinsik dan sikap cerdas nan arif, dalam menerapkan demokrasi (Pancasila) untuk mewujudkan otonomi daerah akan mengakibatkan penguatan identitas lokal yang dimunculkan dengan

kemasan putra daerah, hak adat, dan hak ulayat, serta alasan pembenaran lainnya. Kondisi semacam ini, sebenarnya justru sangat bertentangan dengan semangat desentralisasi, otonomi daerah, kebangsaan, nasionalisme, dan makna kebanggaan Bhineka Tunggal ika. Hal ini, harus dicegah dan diantisipasi untuk dicarikan solusinya. Jika dibiarkan dan menjadi trend di daerah-daerah, pada gilirannya dikuatirkan akan berpotensi berkembangnya semangat separatisme dan berbagai implikasinya di daerah lainnya akan mengikutinya, yang pada gilirannya akan menurunnya semangat kebangsaan dan rasa nasionalisme.

PROFIL DIKWARDALAM KONTEKS KONSTITUSI

NKRI

.....Postur pertahanan Indonesia bersifat semesta ..... melibatkan seluruh rakyat dan segenap sumber daya nasional, sarana dan prasarana nasional, .....

serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan atau menyinergikan ...kekuatan pertahanan militer yang berbasis senjata/Alutsista dan

kekuatan pertahanan nirmiliter yang berbasis perlawanan tidak bersenjata.

8. Heroik dan Nasionalisme.

Bangsa Indonesia yang pernah dikenal sangat heroik yang dimaknai dengan hasil semangat Hari Pahlawan-10 November, 19 Desember dikenal sebagai Hari Bela Negara; begitupun hari nusantara yang dikaitkan dengan postur pertahanan Indonesia. Dalam perjuangannya menggapai cita-citanya tidak akan melepas dengan alasan tersebut yang mempersoalkan peningkatan nasionalisme, persatuan dan kesatuan bangsa yang terkait dengan Bhineka Tunggal Ikka. Kendati demikian, dalam proses perjalannya yang penuh heroik tersebut, bangsa Indonesia juga mengalami berbagai kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda itu, ditanggapi oleh bangsa Indonesia dengan terus meningkatkan pemahaman kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang senantiasa berkembang dalam suasana kondusif, optimis, dan positif yang senantiasa memegang teguh secara konsekuen pada empat pilarnya yakni, Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Selain itu, dalam meningkatkan kesamaan nilai-nilai perjuangan yang terus dipupuk, bangsa Indonesia dilandasi pula oleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan (Yayasan Kejuangan PBS, 1992). Dimana, kesemuanya itu telah tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya NKRI yang dalam kekiniannya ditegaskan dalam wadah negara kepulauan yang bersifat serba Nusantara (UUD negara RI tahun 1945 pasal 25 A dan UU 43/2008).

Sejalan dengan hal itu, adanya semangat kejuangan bangsa yang tak kenal menyerah, yang dilandasi oleh keimanan serta ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbagai keihklasan untuk berkorban (UU 17/2007-Perpres 5/2010) tidaklah akan pernah dilunturkan. Begitupun, semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual untuk melahirkan sikap dan perilaku positif dalam menumbuhkan kekuatan, kesanggupan, dan kemampuan yang luar biasa. Sikap dan perilaku itu, telah dan harus dimiliki oleh setiap warga negara sebagai bagian upaya bela negara. Mengingat, dari perwujudan nilai-nilai perjuangan bangsa nyatanya masih relevan dalam memecahkan setiap permasalahan kenegaraan.

Sejauh ini, adanya nilai-nilai perjuangan yang telah diwujudkan diantaranya dapatlah dikatagorikan sebagai periode perjuangan fisik merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan. Dimana, dalam dinamikanya telah mengalami berbagai perubahan pasang surut. Akan tetapi, bagaimanapun juga kuatnya mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai perjuangan, jika tidak ada kecerdasan dan tanggung jawab yang optimal, kesungguhan, dan strategis dalam menyikapi dan mengantisipasi secara serius. Eksistensi dan integritas semangat perjuangan bangsa itu, akan memungkinkan mengalami degradasi dan penurunan dratis yang apabila tidak disikapi dengan bijak akan berada pada titik yang kritis. Mengingat, salah satu faktor dominan yang menyebabkan hal tersebut, diantaranya tidak lepas dengan telah merasukanya kecenderungan lingkungan strategis dan arus globalisasi (kuatnya individualisme/pasar) yang kurang disikapi dengan arif dan bijakasana.

Padahal, menyoal lingkungan startegis dan pengaruh globalisasi sebenarnya kalau siap dan cermat tidak selamanya berdampak negatif. Dari sisi positif, misalnya globalisasi sangat responsif akibat ditandai dengan kuatnya peran-peran lembaga-lembaga kemasyarakatan internasional dari negara-negara maju (Super Power/Major power) untuk mendorong dan menghormati nilai universal yang berupa demokratisasi, Hak Asasai Manusia-HAM, dan Lingkungan hidup untuk mengangkat manusia yang bermartabat dan sejahtera. Dengan demikian, apabila nilai tersebut kurang disikapi dengan bijak. Apalagi, adanya pihak terselubung yang kurang diantisipasi dan tangkal. Bisa saja arus Globalisasi akan ikut mengatur percaturan kehidupan manusia, termasuk di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya (ancaman nirmiliter), dan bahkan merasuknya ancaman bersenjata yang diistilakan pertahanan dan keamanan (ancaman militer) pada tataran negara. Kondisi itu, apabila terus menenerus kurang mendapat respon dan apresiasi yang cermat dan antisipasi akan menumbuhkan dampak negatif yang memungkinkan terjadinya berbagai konflik kepentingan. Baik antara negara maju dan negara berkembang, antara negara berkembang dan lembaga internasional, maupun antar negara berkembang sendiri, termasuk warga atau penduduk yang berada di dalamnya. Disamping itu, globalisasi atau apapun namanya

terkait isu global turut pula mempengaruhi stabilitas nasional suatu negara.

Selain itu, pengaruh globalisasi bisa saja ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta pola hidup yang serba hitung khususnya dibidang informasi, komunikasi, dan transportasi (UU14/2008, UU 41/1999, Keppres 105/1999, PP 15/2005). Hal yang demikian, bisa membuat dunia menjadi transparan dan sangat mudah untuk terbuka. Seolah-olah, dunia dianggap menjadi sebuah kampung tanpa mengenal batas negara. Kondisi ini, dapat menciptakan struktur baru yaitu struktur global. Struktur global, yang akan mempengaruhi struktur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, termasuk di Indonesia. Kenyataan ini, bisa saja akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan masyarakat Indonesia. Akhirnya, apabila tak mempunyai jati diri sebagai bangsa yang kuat dan besar serta menyikapi dengan bijak nilai leluhur/pahlawan akan berujung dalam mempengaruhi kondisi mental spiritual bangsa Indonesia. Tidak lagi, ada yang rahasia meskipun bagi bangsa dan negara dalam konteks heroik dan nasionalisme menuntut hal tersebut harus dinyatakan rahasia dan tidak perlu diketahui oleh umum/publik (UU 14/2008).

9. Kompetensi Dikwar.

a. Hakekat Pendidikan.

Masyarakat dan pemerintah suatu negara tentunya akan senantiasa berupaya untuk menjamin kelangsungan hidup serta kehidupan generasi penerusnya secara tepat guna (berkaitan dengan kemampuan spritual) agar bermakna (berkaitan dengan kemampuan kognitif dan spikomotorik). Generasi penerus itu, kini dan kedepan diharapkan akan mampu mengantisipasi hari depan mereka

yang diperkirakan senantiasa berubah sesuai dengan konteks jamannya akibat adanya perkembangan lingkungan strategis maupun percaturan dunia.

Melalui Pendidikan tinggi, termasuk di pendidikan tinggi di Indonesia (UU 20/2003) tentunya tidak dapat mengabaikan adanya peran generasi penerus dan kaitannya dengan realita kehidupan global yang digambarkan sebagai perubahan kehidupan yang penuh dengan paradoks dan ketakterdugaan. Oleh karena itu, dimunculkannya Pendidikan Kewarganegaraan (Dikwar) dimaksudkan agar kita memiliki wawasan (wacana) kesadaran bernegara untuk bela negara yang memiliki pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku sebagai pola tindak yang diantaranya cinta tanah air dan kepentingan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD negara RI tahun 1945. Dimana, semua itu sangat diperlukan terutama bagi generasi penerusnya demi tetap utuh dan tegaknya NKRI untuk sepanjang masa, sehingga nantinya tidak ada lagi persepsi dan kenyataan di Indonesia dulunya pernah punya NKRI sebagaimana dulunya di Indonesia pernah punya kejayaan kerajaan Sriwijaya dan Mojopahit yang besar dan terkenal. Tetapi, bekasnya saja sampai sekarang pun hampir tak punya makna dan nilai untuk dibanggakan lagi.

b. Kemampuan Warga Negara

Untuk hidup berguna dan bermakna yang mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan dimasa depannya suatu negara. Pada dasarnya, sebagai warga negara sangat memerlukan adanya pembekalan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni (ipteks) serta kemampuan-kemampuan tambahan lainnya yang berlandaskan diantaranya nilai-nilai luhur Pancasila, nilai-nilai keagamaan, dan nilai-nilai perjuangan bangsa (UU 17/2007). Nilai-nilai dasar/instrinsik itu, diharapkan akan menjadi panduan yang mewarnai keyakinan warga negara dalam kebanggaannya di kehidupan bermasyarakat (hidup bebrayan), berbangsa, dan bernegara.

Sejalan dengan hal tersebut, tujuan utama Dikwar sesungguhnya sebagaimana yang diurai pula adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, yang mempunyai sikap serta perilaku yang diantaranya cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa bagi kepentingan nasional. Selain itu, agar dapat memahami terjadinya proses filosofi Wasantara, Tannas, dan kebijakan pembangunan nasionalnya dalam diri para peserta didik sebagai perwujudan warga negara yang sedang mengkaji dan senantiasa berupaya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (ipteks) serta seni dan menambah selalu kemampuannya. Lalu, kualitasnya warga negara itu diantaranya akan ditentukan terutama oleh keyakinan dan sikap hidup dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berguna bagi kepentingan nasionalnya. Disamping itu, munculnya derajat penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi, informasi, serta profesi lainnya yang dipelajarinya akan menambah nilai untuk senantiasa mengantisipasi terus berbagai ancaman yang mungkin timbul.

c. Menumbuhkan Wawasan.

Setiap warga negara Republik Indonesia, selayaknya (baca harus) menguasai diantaranya ilmu pengetahuan/teknologi dan seni yang merupakan visi dan misi atau tanggung jawab pembelajaran dari Dikwar guna menumbuhkan wawasan kebangsaan dalam berbagai hal. Dimana, menumbuhkannya dan sekaligus meningkatkannya adalah menyangkut persoalan persahabatan, pengertian antar bangsa, perdamaian dunia, kesadaran bela negara, dan sikap, serta perilaku yang bersendikan nilai-nilai budaya bangsa, dengan koridor wawasan nusantara dan ketahanan nasional bagi kepentingan nasionalnya.

Kualitas warga negara itu, sesungguhnya tergantung pula dari peran SDM (Sumber Daya Manusia) yang terus-menerus digali dan keinginan maju. Termasuk, diantaranya keinginan majunya pada keyakinan dan pegangan hidup

mereka dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Disamping itu, pada tingkat kualitas tertentu mutu serta penguasaannya atas ilmu pengetahuan teknologi, dan seni harus terus direviu/diasah/dikaji ulang. Lalu, hak dan kewajiban maupun kewajiban dan hak yang diperoleh sebagai warga negara yang baik dapat diwujudkan dalam kehidupan yang riil. Khususnya, bagi tumbuhnya kesadaran (upaya) bela negara untuk mewujudkan sikap dan perilakunya yang bermakna bagi kepentingan nasionalnya.

d. Dasar Pemikiran Dikwar

Pengalaman Rakyat Indonesia, melalui diantaranya Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR-RI) pernah (dulu) menyatakan bahwa Pendidikan Nasional yang diharapkan berakar dan berurat pada kebudayaan bangsa Indonesia untuk “Meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas mandiri, sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan Pembangunan Nasional dan tanggung jawab atas Pembangunan bangsa.”

Selanjutnya, Pendidikan Nasional itu diarahkan dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Dimana, dalam visi pembangunan nasional (UU 17/2007) yang ada dalam RPJPN 2005 dan 2025 adalah Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Adapun misinya diantaranya : (i) mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila; (ii) mewujudkan bangsa yang berdaya saing; mewujudkan masyarakat bermoralitas berdasarkan hukum; mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu; (iii)

mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan; (iii) mewujdkan Indonesia asri dan lestari; (iv) mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; (v) dan mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional. Disamping itu, Pendidikan nasional harus pula mampu menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan dan berorientasi ke masa depan.

Kini, dengan tiadanya GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) yang di tetapkan oleh MPR dan digantikannya dengan UU 17/2007 (RPJPN 2005-2025). Tentunya, yang dipersepsikan sebagai gantinya adalah visi, misi, dan/atau agenda nasional atau pembangunan nasional yang ditetapkan oleh pemimpin pilihan rakyat, yang dicanangkan setidaknya oleh Presiden (Perpres 5/2010-RPJPMN 2010-2014) dengan berbagai acuan UU yang berlaku beserta peraturan lainnya. Dasar pemikiran Dikwar ini, tidaklah banyak berbeda dengan tujuan dibentuknya pemerintahan dan paradigma nasional yang diberlakukan bagi kepentingan nasional yakni, tetap tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta terjaminnya kelancaran dan keamanan pembangunan nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan tujuan pembangunan dan tujuan nasional. Selain itu, kepentingan nasional dapat diwujudkan dengan memperhatikan 3 kaidah pokok yaitu : (i) tata kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; (ii) Upaya pencapaian tujuan nasional dilaksanakan melalui pembangunan nasional yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan berketahanan nasional berdasarkan wawasan nusantara; (iii) dan sarana yang digunakan adalah seluruh potensi dan kekuatan nasional yang didayagunakan secara menyeluruh dan terpadu.

e. Kompetensi Yang Diharapkan

UU RI Nomor 3/2002 dan UU 20/2003 serta berbagai peraturan perundang-undangan dan berbagai penjabaran terkaitnya diantaranya menetapkan pentingnya Dikwar sebagai bagian dari upaya bela negara (UU 3/2002 pasal 9). Dimana, jika dicermati Dikwar sendiri merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara warga negara dan negara serta Pedidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN-dulunya-Kini menyesuaikan) serta berbagai tujuan mendasar terurai lainnya agar peserta didik menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan NKRI.

Berkenaan dengan itu, kompetensi yang diharapkan dalam kaitan Dikwar adalah sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab yang harus dimiliki oleh seseorang. Selain itu, diharapkan hendaknya menjadikan setiap peserta didik mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Hal ini, tak lepas dari pemahaman analogi dan makna kompetensi dari BKN (KepKa BKN 46A/2003) yang menyatakan sebagai kemampuan dan karakteristik yang dimiliki PNS berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga PNS tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif, dan efisien. Dengan demikian, adanya kompetensi lulusan Dikwar misalnya diantaranya dapat diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari seseorang warga negara dalam berhubungan dengan negara dan memecahkan berbagai masalah hidup masyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan nusantara, dan ketahanan nasional. Adapun sifat cerdas yang dimaksud, nampak pada kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan bertindak, sedangkan sifat bertanggung jawab tampak pada kebenaran tindakan yang ditilik dari nilai ilmu pengetahuan dan tehnologi, etika maupun kepatutan ajaran agama dan budaya (bandingkan dengan tanggap, tanggong, dan trengginas).

Selanjutnya, Dikwar itu akan dikatakan berhasil jika mampu membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini, harus disertai dengan perilaku kondusif yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut : (i) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai-nilai falsafah bangsa; (ii) Berbudi pekerti luhur, disiplin dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; (iii) Rasional dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban (kewajiban dan hak ?????) sebagai warga negara; (iv) Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran (Upaya) Bela Negara; (v) Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan negara.

Melalui Dikwar tersebut, diharapkan pula mampu “Memahami/menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional sebagai dasar, seperti halnya yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945”.

Dari kaitan itu, tampak bahwa dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi berbagai pengaruh global, dan berbagai ancaman bagi setiap warga NKRI pada umumnya dan mahasiswa calon sarjana/ilmuwan pada khususnya maupun pemangku kepentingan lainnya (Stake Holder) haruslah tetap pada jati dirinya yang berjiwa patriotik dan cinta tanah air (“Dwi Warna Purwa Cendekia Wusana). Konsekuensi kekhasannya ini, dalam perjuangan non fisik-nya mereka harus tetap memegang teguh nilai-nilai ini disemua lini dan aspek. Khususnya, dalam hal yang dipergunakan untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang menjadi musuh rakyat (Pancasila) atau tujuan dibentuknya pemerintahan. Selain itu, adanya keharusan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing yang kompetitif guna memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Bahkan, mahasiswa dan/atau stake holder lainnya di harapkan berpikir obyektif, rasional, serta mandiri. Semua upaya itu,

akan menjadikan bangsa yang dapat diperhitungkan dalam percaturan global. Sementara itu, Negara Kesatuan Republik Indonesia bisa tetap utuh, tegak , dan jaya sepanjang masa demi mewujudkan tujuan nasional dan kepentingan nasional (Pembangunan Nasional). Inilah termasuk esensinya, dan semua harus bertanggung jawab, termasuk diantara atas dukungan kaum intelektual, dunia usaha, dan partisipasi masyarakat.

10. Bangsa, Negara, Dan Kewajiban Hak.

a. Pengertian Dan Pemahaman

Pengertian Bangsa

Bangsa, dari berbagai artian yang ada. Diantaranya, dapat diartikan berdasarkan orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarah yang berpemerintahan sendiri. Selain itu, bangsa dapat pula diartikan sebagai kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu dimuka bumi (baca pula : Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua Depdikbud). Dengan demikian, pengertian bangsa, termasuk bagi bangsa Indonesia dapat dikatakan merupakan sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan dirinya sebagai satu bangsa yang berproses di dalam satu kesatuan wilayah Nusantara/Indonesia.

Pengertian Negara

Negara, diantara pengertian yang ada adalah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut. Selain

itu, Negara dapat disebut pula sebagai satu perserikatan yang melaksanakan satu pemerintahan melalui hukum yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa ketertiban sosial. Masyarakat ini berada dalam satu wilayah tertentu yang membedakannya dari kondisi masyarakat lain diluarnya.

Teori Terbentuknya Negara.

Banyak teori-teori tentang terbentuknya suatu negara, diantaranya : (i) Teori Hukum Alam. Pemikiran pada masa Plato dan Aristoteles menyatakan bahwa kondisi Alam dipengaruhi oleh tumbuhnya manusia sehingga akan terbentuk dan berkembang adanya suatu Negara; (ii) Teori Ketuhanan. Dari berbagai agama, baik Islam, Kristen, Hindu, maupun Budha meyatakan bahwa segala sesuatu adalah Ciptaan Tuhan; (iii) Teori perjanjian (Thomas Hobbes). Manusia dalam menghadapi kondisi alam, senantiasa akan berusaha untuk eksis sedemikian rupa sehingga untuk maksud tersebut boleh jadi timbullah kekerasan. Manusia akan musnah bila ia tidak mengubah cara-caranya. Manusia pun, terpaksa harus bersatu untuk mengatasi tantangan dan menggunakan persatuan dalam gerak tunggal maupun jamak untuk kebutuhan bersamanya.

Proses terbentuknya Negara di zaman Modern. Proses terbentuknya negara dizaman modern, diantaranya dapat pula berupa penaklukan, peleburan (fusi), pemisahan diri, dan pendudukan atas negara atau wilayah yang belum ada pemerintahan sebelumnya.

Unsur Negara.

Bersifat konstitutif. Sifat ini, menyatakan bahwa dalam negara tersebut terdapat wilayah yang meliputi udara, darat, dan perairan (dalam

hal ini, unsur perairan tidak mutlak), rakyat atau masyarakat, dan pemerintahan yang berdaulat.

Bersifat Deklaratif. Sifat ini, ditunjukkan oleh adanya tujuan negara, undang-undang dasar, pengakuan dari negara lain baik secara “de jure” maupun “de facto”, dan masuknya negara dalam perhimpunan bangsa-bangsa, misalnya PBB.

Bentuk Negara. Sebuah negara, dapat berbentuk sebagai negara kesatuan (unitary state) dan negara serikat (federation).

b. Negara dan Warga Negara

Kedudukan NKRI, memandang bahwa suatu Negara pada dasarnya mensyaratkan adanya wilayah, pemerintahan, penduduk sebagai warga negara, dan pengakuan dari negara-negara lain. Hal itu, bagi bangsa Indonesia sangat penting dan secara formal sudah dipenuhi untuk menjadi komitmennya. Oleh karena itu, NKRI adalah negara berdaulat (disepakati sudah final, diantaranya dinyatakan dalam konstitusi atau UUD 1945) yang mendapatkan pengakuan dari dunia internasional dan menjadi anggota PBB. NKRI, dengan demikian mempunyai kedudukan dan kewajiban yang sama dengan negara-negara lain di dunia, yaitu sesuai tujuan nasionalnya diantaranya ikut serta memelihara dan menjaga perdamaian dunia karena kehidupan di NKRI tidak dapat terlepas dari pengaruh kehidupan dunia internasional (global). NKRI, didirikan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang mengatur tentang kewajiban negara terhadap warganya dan hak serta kewajiban warga negara terhadap negaranya dalam suatu sistem kenegaraan. Kewajiban negara terhadap warganya pada dasarnya adalah memberikan kesejahteraan hidup dan keamanan lahir batin sesuai dengan sistem demokrasi (Pancasila) yang dianutnya. Negara juga wajib melindungi hak asasi

warganya sebagai manusia secara individual (HAM) berdasarkan ketentuan internasional, yang dibatasi oleh ketentuan agama, etika moral, dan budaya yang berlaku di negara Indonesia dan oleh sistem kenegaraan yang digunakan.

c. Proses Bangsa Yang Menegara

Proses bangsa yang menegara memberikan gambaran tentang bagaimana terbentuknya suatu bangsa. Dimana, sebagai suatu bangsa yang menegara, ada sekelompok manusia yang berada di dalamnya merasa sebagai bagian dari bangsa.

Sementara itu, Negara merupakan organisasi yang mewadahi bangsa. Bangsa tersebut, dapat merasakan betapa pentingnya keberadaan suatu negara, sehingga tumbuhlah kesadaran untuk mempertahankan tetap tegak dan utuhnya suatu negara melalui upaya bela negara. Berdasarkan upaya bela negara ini, persoalan suatu bangsa dapat terlaksana dengan baik apabila tercipta pola pikir, sikap dan tindak/perilaku bangsa yang berbudaya. Artinya, adanya bangsa yang mau melaksanakan hubungan dengan penciptanya/ “Tuhan” disebut bangsa yang mengenal Agama. Bangsa yang mau berusaha, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya disebut Ekonomi. Bangsa yang mau berhubungan dengan lingkungan, sesama, dan alam sekitarnya disebut sosial. Bangsa yang mau hidup aman tenteram dan sejahtera dalam negara disebut Pertahanan dan Keamanan.

Pada zaman modern sekarang ini, adanya negara dibenarkan oleh anggapan atau pandangan kemanusiaan. Demikian pula halnya dengan bangsa Indonesia. Pada Alinea Pertama Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia ada karena kemerdekaan adalah hak segala bangsa sehingga penjajahan yang bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan harus dihapuskan. Apabila “Dalil” ini kita analisis secara teoritis, hidup berkelompok, bermasyarakat, berbangsa

maupun bernegara seharusnya tidak mencerminkan eksploitasi sesama manusia (penjajahan) melainkan harus berperikemanusiaan dan berperikeadilan. Nilai ini, sebagai teori pembenaran paling mendasar dari bangsa Indonesia tentang bernegara. Hal yang kedua yang memerlukan suatu analisis ialah bahwa kemerdekaan merupakan hak segala bangsa. Tetapi dalam penerapannya sering kali timbul pelbagi ragam konsep bernegara yang saling bertentangan. Perbedaan konsep tentang negara yang dilandasi oleh pemikiran ideologis adalah penyebab utamanya. Karena itu, kita perlu memahami filosofi ketatanegaraan tentang makna kebebasan atau kemerdekaan suatu bangsa dalam kaitannya dengan ideologi (Pancasila).

Namun, di zaman modern sekarang ini. Masih ada juga teori yang universal tidak diikuti orang. Kendati, Kita mengenal banyak bangsa yang menuntut wilayah yang sama dan banyak pemerintahan yang menuntut bangsa yang sama. Orang kemudian beranggapan bahwa untuk memperoleh pengakuan dari bangsa lain. Suatu negara, sesungguhnya memerlukan mekanisme. Dimana, mekanisme itu lazim disebut sebagai proklamasi kemerdekaan.

Perkembangan pemikiran seperti ini, jelas mempengaruhi perdebatan di dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Baik itu dilakukan pada saat pembahasan wilayah negara maupun perumusan Pembukaan UUD 1945 (Setneg, 1989) yang sebenarnya direncanakan sebagai naskah Proklamasi. Karena itu, merupakan suatu kenyataan bahwa tidak satupun warga negara Indonesia yang mengabaikan bahwa terjadinya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah pada waktu Proklamasi 17 Agustus 1945, sekalipun ada pihak-pihak (terutama luar negeri) yang beranggapan berbeda dari teori yang universal.

Dengan demikian, sekalipun pemerintah belum terbentuk, bahkan hukum pada dasarnya pun belum disahkan, bangsa Indonesia beranggapan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah ada sejak

kemerdekaannya diproklamasikan. Bahkan, apabila kita kaji rumusan Alinea Kedua Pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia beranggapan bahwa terjadinya negara merupakan suatu proses atau rangkaian tahap-tahap yang berkesinambungan. Secara ringkas, proses tersebut adalah sebagai berikut : (i) Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia; (ii) Proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan; (iii) Keadaan bernegara yang nilai-nilai dasarnya ialah merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Bangsa Indonesia, lalu menerjemahkan secara terperinci perkembangan teori kenegaraan tentang terjadinya Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai berikut : (i) Terjadinya Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan suatu proses yang tidak sekedar dimulai dari proklamasi. Perjuangan kemerdekaan pun mempunyai peran khusus dalam pembentukan ide-ide dasar yang dicita-citakan; (ii) Proklamasi baru “mengantar bangsa Indonesia” sampai ke pintu gerbang kemerdekaan. Adanya proklamasi tidak berarti bahwa kita telah “selesai” bernegara; (iii) Keadaan bernegara yang kita cita-citakan belum tercapai hanya dengan adanya pemerintahan, wilayah, dan bangsa, melainkan harus kita isi untuk menuju keadaan merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur; (iv) Terjadinya negara adalah kehendak seluruh bangsa, bukan sekedar keinginan golongan yang kaya dan yang pandai atau golongan ekonomi lemah yang menentang golongan ekonomi kuat seperti dalam teori kelas; (v) Religiositas yang tampak pada terjadinya negara menunjukkan kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Unsur kelima inilah yang kemudian diterjemahkan menjadi pokok-pokok pikiran keempat yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa Indonesia bernegara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang (pelaksanaannya) di dasarkan pada kemanusiaan yang adil dan beradab.

Sejalan dengan itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Demikianlah terjadinya negara menurut bangsa

Indonesia dan dampak yang diharapkan akan muncul dalam bernegara.

Selanjutnya, proses bangsa yang menegara di Indonesia diawali dengan adanya pengakuan yang sama atas kebenaran hakiki dan kesejarahan yang merupakan gambaran kebenaran secara faktual dan otentik. Kebenaran hakiki dan kesejarahan yang dimaksud adalah : (i) Kebenaran yang berasal dari Tuhan Pencipta Alam Semesta. Kebenaran tersebut adalah sebagai berikut : Ke-Esa-an Tuhan; manusia harus beradab, manusia harus bersatu, manusia harus memiliki hubungan sosial dengan lainnya serta mempunyai nilai keadilan, kekuasaan di dunia adalah kekuasa manusia. Kebenaran-kebenaran ini kemudian dijadikan sebagai falsafah hidup yang harus direalisasikan sebagai sebuah cita-cita atau ideologi. Di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), rumusan falsafah dan ideologi tersebut disebut Pancasila. Lima kebenaran hakiki ini telah digali oleh Bung Karno (Presiden RI Pertama) dan dikemukakan oleh Badan Pekerja Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada saat sidang lanjutan yang membicarakan dasar negara. Lima hal itu, kemudian dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945; (ii) Kesejarahan (konteks sejarah). Sejarah adalah salah satu dasar yang tidak dapat ditinggalkan karena merupakan bukti otentik. Berdasarkan sejarah pula bangsa kita akan mengetahui dan memahami proses terbentuknya NKRI sebagai hasil perjuangan bangsa. Dengan demikian, kita akan mengerti dan menyadari kewajiban individual terhadap bangsa dan negara. NKRI dalam kesejarahan terbentuk karena bangsa Indonesia memerlukan wadah organisasi untuk mewujudkan cita-cita memproklamasikan kebebasan bangsa dari penjajahan, misalnya Belanda. Dengan demikian, adalah logis apabila bangsa Indonesia memperoleh hak-haknya dan mempertahankan utuhnya bangsa dan tetap tegaknya negara dari generasi ke generasi. Setiap generasi harus mempunyai pandangan yang sama mengenai kepentingan ini. Kesamaan pandangan ini, sangat penting bagi landasan visional (Wawasan Nusantara) dan landasan konsepsional (Ketahanan Nasional) yang disampaikan melalui lingkungan pendidikan, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan

masyarakat, serta lingkup diluar dimaksud. Hal tersebut, yang kemudian (dulunya) disebut sebagai Pendidikan Pendahuluan Bela Negara dan/atau akhirnya disebut dalam kekiniannya sebagai Pendidikan Kewarganegaraan (Dikwar).

d. Pemahaman Hak Dan Kewajiban

Dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945/Amandemen) Bab X, diantaranya pasal tentang warga negara dan penduduk telah diamanatkan pada Pasal 26, 27, 28 dan 30, sebagai berikut :

Pasal 26, ayat (1) yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara. Ayat (3) Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia, pada ayat (3), syarat-syarat mengenai Kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang. Untuk lebih jelasnya tentang kewarganegaraan lihat UU RI 12/2006 tentang kewarganegaraan RI beserta penjelasannya.

Pasal 27, ayat (1) segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pada ayat (2), tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pada ayat (3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dan lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 30, ayat :(i) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara; (ii) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung; (iii) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara; (iv) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum; (v) Susunan dan kedudukan Tentara nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia didalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang. Untuk memahaminya lebih lanjut, baca Tap MPR VI-VII/1999, UU 39/1999, UU 2/2002, UU 3/2002, UU 34/2004, UU 17/2007, dan berbagai Perundang-Undangan terkait.

11. Hubungan Warga Negara Dengan Negara

a. Siapakah Warga Negara

Pasal 26 (UUD 1945) mengatur siapa saja yang termasuk warga negara Republik Indonesia dan penduduk. Pasal ini, dengan tegas menyatakan bahwa yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang (baca pula UU RI 12/2006 tentang

Kewarganegaraan) sebagai warga negara. Dengan kata lain, warga negara adalah warga negara suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Misalnya, peranakan Belanda, peranakan Tionghoa, peranakan Arab yang bertempat tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai tanah airnya, bersikap setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan disahkan oleh undang-undang sebagai warga negara. Yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disyahkan dengan UU sebagai warga negara (Naturalisasi ?????-Sepak bola/olah raga). Kewarganegaraan ini hanya dapat diperoleh berdasarkan persyaratan yang ditentukan dalam UU. Sementara itu, WNI sendiri bagaimana. Bisa dibaca pada pasal 4 (UU RI 12/2006). Sedangkan, Penduduk, ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Syarat-syarat menjadi warga negara dan penduduk juga ditetapkan oleh undang-undang.

b. Kesamaan Kedudukan Dalam Hukum Dan Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut asas bahwa setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum dan pemerintahan. Ini adalah konsekuensi dari prinsip kedaulatan rakyat yang bersifat kerakyatan. Pasal 27 ayat (1) menyatakan tentang kesamaan kedudukan warga negara di dalam hukum dan pemerintahan dan kewajiban warga negara dalam menjunjung hukum dan pemerintahan tanpa perkecualian. Hal ini, menunjukkan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban dan tidak adanya diskriminasi diantara warga negara. Pasal ini, seperti telah dijelaskan sebelumnya, menunjukkan kepedulian kita terhadap hak asasi.

c. Hak Atas Pekerjaan dan Penghidupan

Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini memancarkan asas keadilan sosial dan kerakyatan. Berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur hal ini seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Agraria, Perkoperasian, Penanaman Modal, Sistem Pendidikan Nasional, Tenaga Kerja. Usaha Perasuransian, Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Perbankan, BUMN, Badan-Badan Hukum dan sebagainya (Perpres 47/2009) bertujuan menciptakan lapangan kerja agar warga negara memperoleh penghidupan yang layak.

d. Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul

Pasal 28 UUD 1945, menyatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, dsb, ditetapkan dengan undang-undang. Pasal ini, mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokratis. Pelaksanaan Pasal 28, telah diatur dalam undang-undang, antara lain Undang-Undang tentang Pemilihan Umum.

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul itu, menyangkut sejarah yang panjang, baik pada zaman penjajahan maupun pada zaman Indonesia-merdeka. Sedangkan hak mengungkapkan pikiran secara lisan, tertulis, dan sebagainya dalam Pasal 28 UUD 1945, terutama untuk media pers, telah diatur dalam Undang-Undang (UU 40/1999-UU 14/2008) yang menentukan bahwa pers Indonesia pada dasarnya adalah bebas untuk mengeluarkan pikirannya, namun harus bertanggung jawab.

e. Kemerdekaan Memeluk Agama

Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 menyatakan : “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Selanjutnya, menyebutkan bahwa ayat ini menyatakan kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ayat (2) menyatakan : “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Kebebasan memeluk agama merupakan salah satu hak yang paling asasi diantara hak-hak asasi manusia karena kebebasan beragama itu langsung bersumber pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak atas kebebasan beragama bukan pemberian negara atau pemberian golongan. Bagaimana, misalnya soal Ahmadyia/NII ?????

Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah berdasarkan keyakinan sehingga tidak dapat dipaksakan. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri tidak memaksa setiap manusia untuk memeluk dan menganutnya.

f. Hak Dan Kewajiban Pembelaan Negara

Sebagaimana telah diurai sebelumnya mengenai Pasal 30 UUD 1945. Aktualisasi dari pasal itu, setidaknya telah diterbitkan Undang-Undang RI 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, Undang-undang 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, dan Undang-undang 2 tahun 2002 tentang Kepolisian, UU 39/1999 tentang HAM, serta RPJPN/RPJMN. Bagaimana perbandingan dengan dulunya, bahwa dalam upaya bela negara dan/atau sejenisnya membutuhkan kewajiban dan hak yang sangat berbeda dengan kekiniannya dengan mengutamakan hak lalu kewajiban.

g. Hak Mendapat Pengajaran

Sesuai dengan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercermin dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa Pemerintah Negara Indonesia antara lain berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa, Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 menetapkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan, ayat (2) Setiap

warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Ayat (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen (20%) dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Ayat (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tehnologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Selanjutnya baca UU RI 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

h. Kebudayaan Nasional Indonesia

Pasal 32 UUD 1945 menetapkan bahwa ayat (1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Ayat (2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

i. Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial

Pasal 33 dan 34 UUD 1945 mengatur kesejahteraan sosial. Dimana, dalam Pasal 33, menyatakan bahwa : (i) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan; (ii) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; (iii) Bumi dan air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; (iv) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional; (v) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

Lalu, Pasal 34 UUD 1945 menyatakan sebagai berikut : (i) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara; (ii) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan; (iii) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak; (iv) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

12. Demokrasi

a. Pemahaman Tentang Demokrasi

Konsep Demokrasi

Defisini demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan (kratein) dari/oleh/untuk rakyat (demos). Menurut konsep demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan rakyat atau warga masyarakat bisa didefinisikan sebagai warga negara. Kenyataan ini, dilihat dari segi konsep maupun praktek, demos menyiratkan makna yang diskriminatif.

Demos bukanlah rakyat keseluruhan, tetapi hanya populus tertentu, yaitu mereka yang berdasarkan tradisi atau kesepakatan formal mengontrol akses ke sumber-sumber kekuasaan dan bisa mengklaim kepemilikan atas hak-hak prerogratif dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan urusan publik atau pemerintahan.

Dalam perkembangan zaman modern, ketika kehidupan memasuki skala luas, tidak lagi berformat lokal, dan demokrasi tidak mungkin lagi direalisasikan dalam wujud partisipasi langsung, masalah diskriminasi dalam kegiatan politik tetap berlangsung meskipun praktenya berbeda dari pengalaman yang terjadi di masa Yunani kuno. Tidak semua warga negara dapat langsung terlibat dalam perwakilan. Hanya mereka yang karena sebab tertentu, seperti kemampuan membangun pengaruh dan menguasai suara politik yang terpilh sebagai wakil. Sementara, sebagian besar rakyat hanya dapat puas jika kepentingannya terwakili. Mereka tak memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama untuk mengefektifkan hak-hak mereka sebagai warga negara.

Bentuk Demokrasi dalam Pengertian Sistem Pemerintahan Negara

Setiap negara mempunyai ciri khas dalam pelaksanaan kedaulatan rakyat atau demokrasinya. Hal ini ditentukan oleh sejarah negara yang bersangkutan, kebudayaan, pandangan hidup, serta tujuan yang ingin dicapainya. Ada berbagai bentuk demokrasi dalam sistem pemerintahan negara, antara lain : (i) Pemerintahan Monarki : monarki mutlak (absolut), monarki konstitusional, dan monarki parlementer; (ii) Pemerintahan Republik dan Publica yang berarti rakyat. Dengan demikian Pemerintahan Republik dapat diartikan sebagai pemerintahan yang dijalankan oleh dan untuk kepentingan orang banyak (rakyat).

Atas dasar itu, bagaimana demokrasi yang berdasarkan Pancasila di laksanakan di Indonesia ?.

b. Kekuasaan Dalam Pemerintahan

Kekuasaan pemerintahan dalam negara dipisahkan menjadi berbagai cabang kekuasaan yaitu : (i) kekuasaan legislatif (kekuasaan untuk membuat undang-undang yang dijalankan oleh parlemen); (ii) kekuasaan eksekutif (kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang yang dijalankan oleh pemerintahan); (iii) dan kekuasaan federatif (kekuasaan untuk menyatakan perang dan damai, membuat perserikatan, dan tindakan-tindakan lainnya yang berkaitan dengan pihak luar negeri). Akan tetapi, Kekuasaan yudikatif (mengadili) merupakan bagian dari kekuasaan eksekutif (Teori Trias Politica oleh John Locke).

Kemudian, Montesque menyatakan bahwa kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga orang atau badan yang berbeda dan terpisah satu sama lainnya. Masing-masing badan ini berdiri sendiri (independen) tanpa dipengaruhi oleh badan yang lainnya. Ketiganya adalah : badan legislatif yang memegang kekuasaan untuk membuat undang-undang badan eksekutif yang memegang kekuasaan untuk menjalankan undang-undang, dan badan yudikatif yang memegang kekuasaan untuk mengadili jalannya pelaksanaan undang-undang.

c. Pemahaman Demokrasi di Indonesia

Mengenai model sistem-sistem pemerintahan negara, ada empat macam sistem-sistem pemerintahan negara, yaitu ; (i) sistem pemerintahan diktator (diktator borjuis dan proletar); (ii) sistem pemerintahan parlementer; (iii) sistem pemerintahan presidentiil; (iv) dan sistem pemerintahan campuran.

Atas dasar itu, apapapun teori tentang sistem pemerintahan negara yang dimaksud, jika memperhatikan konstitusi dan/atau UUD negara RI tahun 1945. Bagi Indonesia, sistem yang dianut dan yang dianggap tepat adalah sistem pemerintahan presidensiil. Sistem ini, dilaksanakan dengan supremasi sipilnya. Siapapun yang menjadi pemimpin atau setiap pemimpin (nasional dan/atau daerah) harus dilakukan lewat pemilu. Termasuk, pemilu untuk memilih anggota legislatif dan/atau presiden beserta wakil presiden. Selain itu, pemahaman demokrasi di Indonseia dengan dasar Pancasila tidaklah lepas dari rambuhnya bahwa aktualisasi demokrasi Indonesia adalah “kedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dilaksanakan dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab dan selalu memelihara persatuan bangsa untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”

Berkenaan dengan itu, jika dicermati adanya Amandamen yang dilakukan bisa saja berakibat menjurus kepada pembauran makna Pancasila. Amandemen yang dilakukan sebagai perubahan konstitusi akibat adanya agenda/tuntutan visi revormasi yang menghendaki diantaranya amandemen UUD 1945. Seakan-akan prakteknya terjadi pergantian Konstitusi/UUD 1945. Mengingat, tidak seharusnya adanya perubahan/amandemen, semestinya tidak perlu begitu banyak yang dirubah. Terlebih, jika pada akhirnya soal penjelasan UUD negara RI tahun 1945 ternyata tidak menjadi bagiannya. Bahkan, ditegaskan bahwa amandamen yang dimaksudkan menjadi UUD hanya berisi Pembukaan dan pasal-pasal. Apakah ini, tidak mencerminkan adanya pergantian atau kekurang cermatan. Atau ada alasan strategis yang lain. Apalagi, jika nantinya toh prakteknya bisa saja dalam kehidupan keseharian menjadi individu dan mengabaikan kekeluargaan dalam kebersamaan. Antisipasi, untuk mengamankan nilai intrinsik UUD harus senantiasa digalakan, jika tidak pengalaman orde baru yang mengaburkan nilai mendasar dengan praktek pembangunan

yang kian melebar bisa saja disadari atau tidak telah terjadi lagi.

d. Prinsip Dasar Pemerintahan Republik Indonesia

Pancasila sebagai landasan idiil bagi bangsa Indonesia, dijadikan sekaligus merupakan pandangan hidup dan jiwa bangsa, kepribadian bangsa, tujuan dan cita-cita, cita-cita hukum bangsa dan negara, serta berbagai cita-cita moral bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pancasila mempunyai kedudukan yang pasti dalam penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia. Dalam hal ini, ada hal yang mendasar yang digariskan secara sistematis, yaitu Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dan referensi dalam tata urut peraturan perundangan Republik Indonesia lainnya.

e. Beberapa Rumusan Pancasila

Sebenarnya banyak rumusan yang berkaitan dengan Pancasila. Namun, diantara banyaknya rumusan itu ada Rumusan Mr. Muhamad Yamin yang disampaikan dalam pidato pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 sebagai berikut : (1) Peri Kebangsaan; (2) Peri Kemanusiaan; (3) Peri Ketuhanan; (4) Peri Kerakyatan; dan (5) Kesejahteraan Rakyat. Kemudian pada sidang yang sama hari itu juga, Mr. M. Yamin menyampaikan rancangan preambule UUD. Di dalamnya tercantum lima rumusan dasar negara; yaitu : (1) Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Kebangsaan Persatuan Indonesia; (3) Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; (4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan; dan (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Berkaitan dengan rumusan tersebut, ada pula Rumusan Pancasila yang tercantum di dalam Piagam Jakarta

tanggal 22 Juni 1945 berbunyi sebagai berikut : (1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya; (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan; dan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kemudian Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 mengusulkan adanya lima dasar negara merdeka, yaitu : (1) Kebangsaan Indonesia; (2) Internasionalisme atau perikemanusiaan; (3) Mufakat atau demokrasi; (4) Kesejahteraan sosial; dan (5) Ketuhanan yang berkebudayaan.

Disisi lain, adapula Rumusan yang tercantum dalam Preambule UUD (Konstitusi) RIS yang pernah berlaku pada tanggal 29 Desember 1945 sampai 16 Agustus 1950 adalah sebagai berikut : Ketuhanan Yang Maha Esa; Peri Kemanusiaan; Kebangsaan; Kedaulatan Rakyat; dan Keadilan Sosial.

Dari berbagai rumusan-rumusan itu, pada akhirnya tersusunlah rumusan Pancasila seperti yang terdapat di dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu : Ketuhanan Yang Maha Esa; Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab;

Persatuan Indonesia.; Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan; dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Berdasarkan makna Pancasila dari Pembukaan UUD 1945 itu, bangsa Indonesia mengakui bahwa kemerdekaan merupakan hak asasi manusia. Oleh karenanya, bangsa Indonesia bersikap untuk terus berusaha menentang dan menghapuskan segala bentuk penjajahan, baik penjajahan fisik, ekonomi, budaya, politik dan lain-lain, karena hal tersebut tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

f. Struktur Pemerintahan Republik Indonesia

Sebelum terbitnya UU 39/2008 tentang Kementerian Negara dan jabarannya menyoal Perpres 47/2009 tentang Pembentukan Organisasi Kemenetrian Negara, struktur pemerintahan RI dapatlah diurai (sesaat diganti kekiniannya) sebagai berikut :

Lembaga Negara (6) Lembaga negara terdiri dari MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), DPD (Dewan Perwakilan Daerah), Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Komisi-Komisi Negara (7) Komisi-komisi negara terdiri dari Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi Yudisial, Komisi Pemilihan Umum (KPU), Komisi Pengawasan Persaingan Usaha, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM), Komisi Perlindungan Anak Indonesia, dan Komisi Ombudsman

Departemen-Departemen (20) Departemen-Departemen terdiri dari Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan, Departemen Hukum dan Hak Asasai Manusia, Departemen Komunikasi dan Informatika, Departemen Keuangan, Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, Departemen Perhubungan, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional,

Departemen Sosial, Departemen Agama, dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Kementerian/Lembaga Setingkat Menteri (16) Kementerian/Lembaga Setingkat Menteri terdiri dari Kementrian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Koordinator Kesejahteraan, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kemeterian Negara Riset dan Teknologi/BPPT, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Kementerian Negara BUMN (Badan Usaha Milik Negara), Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Kementerian Negara Perumahan Rakyat, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, dan Kejaksaan Agung.

TNI dan Polri

TNI dan Polri terdiri dari Mabes TNI dan Mabes Kepolisian Negara

Bank Indonesia

Lembaga-Lembaga Pemerintah Non Departemen (25)

Lembaga-Lembaga Pemerintah Non Departemen terdiri dari Arsip Nasional RI, Badan Akuntansi Keuangan Negara, Badan Intelijen Negara, Badan Kepegawaian Negara, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaaan Nasional, Badan Metreologi dan Geofisika, Badan

Pengawas Obat dan Makanan, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pertanahan Nasional, Badan Pusat Statistik, Badan Standirisasi Nasional, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Badan Urusan Logistik, Lembaga Administrasi Negara, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lembaga Informasi Nasional, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Perpustakaan Nasional RI, dan Badan Narkotika Nasional

Pemerintah - Pemerintah Propinsi (33)

Pemerintah-pemerintah Propinsi terdiri dari Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Aceh), Propinsi Sumatra Utara, Pripinsi Sumatra Barat, Propinsi Riau, Propinsi Kepulauan Riau, Propinsi Jambi, Propinsi Bengkulu, Propinsi Sumatra Selatan, Propinsi Bangka-Balitung, Propinsi Lampung, Propinsi Banten, Propinsi DKI Jakarta, Propinsi Jawa Barat, Propinsi Jawa Tengah, Propinsi DI Jogyakarta, Propinsi Jawa Timur, Propinsi Kalimantan Barat, Propinsi Kalimantan Tengah, Propinsi Kalimantan Selatan, Propinsi Kalimantan Timur, Propinsi Bali, Propinsi Nusa Tenggara Barat, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Propinsi Sulawesi Selatan, Propinsi Sulawesi Barat, ropinsi Sulawesi Tenggara, Propinsi Sulawesi Tengah, Propinsi Gorontalo, Propinsi Sulawesi Utara, Propinsi Maluku, Propinsi Maluku Utara, Propinsi Irian Jaya Barat, dan Propinsi Papua

Perkembangan Terkini (Perpres 47/2009.........)

Dengan terbitnya, UU 39/2008 tentang kementerian negara yang dijabarkan diantaranya dengan berbagai Perpres, misalnya Perpres 47/2009 tentang pembentukan

organisasi kementerian negara. Organisasinya, dengan berbagai rujukan dan kepentingannya dapat diurai sebagai berikut :

A. LEMBAGA EKSEKUTIF

1. Kementerian Negara

a. Kementerian KoordinatorKK Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; KK Bidang Perekonomian; KK Kesejahteraan Rakyat

b. KementerianSekretariat Negara; Dalam Negeri; Luar Negeri; Pertahanan; Hukum dan HAM; Keuangan; Energi dan Sumber Daya Mineral; Perindustrian; Perdagangan; Pertanian; Kehutanan; Perhubungan; Kelautan dan Perikanan; Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Pekerjaan Umum; Kesehatan; Pendidikan Nasiona; Sosial; Agama; Kebudayaan dan parawisata; Komunikasi dan Informatika; Riset dan Teknologi; Koperasi dan UKM; Lingkungan Hidup; Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; Pedayagunaan Aparatur Negara dan RB; Pembangunan Daerah Tertinggal; Perencanaan Pembangunan Nasional; Badan Usaha Milik Negara; Perumahan Rakyat, dan; Pemuda dan Olahraga........;..

2. Pemerintahan DaerahPemerintah Daerah Tingkat I (Provinsi); DPRD Tingkat I (Provinsi); Pemerintah Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota); DPRD Tingkat II (Kabupaten/Kota)

3. Pemerintah Desa/Kelurahan

4. Lembaga Pemerintah Non KementerianANRI; BIN; BKN; BKKBN; Badan Koordinasi Penanaman Modal; Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL); Meteorologi dan Geofisika; Pengawas Obat dan Makanan; Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi; Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN); Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP); Pengembangan Kebudayaan dan Parawisata; Pengkajian dan Penerapan Teknologi; Pertanahan Nasional; Pusat Statistik; Standardisasi Nasional; Tenaga Nuklir Nasional; Urusan Logistik; LAN; LIPI; LAPAN; Perpustakaan Nasional RI.

5. Kepolisian Negara RI...TNI...Mabes Polri; Kepolisian daerah; Kepolisian Resort; Kepolisian sektor...........TNI..........

6. Kejaksaan RIKejaksaan Agung; Tinggi; Negeri

B. LEMBAGA LEGISLATIF (UUD 1945, UU 27/2009 TTG MPR, DPR, DPD, DPRD) MPR RI; DPR RI; DPD RI

C. LEMBAGA YUDIKATIF

1. Mahkamah Agung RIPeradilan umum; Pengadilan negeri; Tinggi; Khusus dibawahnya, niaga, HAM; Hubungan industrial, pengadilan perikanan, pengadilan tindak pidana korupsi

Peradilan Agama; Pengadilan Agama; Pengadilan Tinggi Agama

Peradilan Militer; Pengadilan Militer; PM Tinggi; PM Pertempuran

Peradilan Tata Usaha Negara; Pengadilan Tata Usaha Negara; Pengadilan Tinggi TUN; Pengadilan khusus dibawahnya, antara lain Pengadilan Pajak.

2. Mahkamah Konstitusi RI

D. BADAN LAIN YANG FUNGSI DAN TUGAS POKOKNYA BERKAITAN DENGAN PENYELENGGARAAN NEGARA YANG SEBAGIAN ATAU SELURUH DANANYA BERSUMBER DARI APBN/APBD

1. KomisiKomisi Yudisial (Ps 24 B UUD 1945 dan UU 22/2004)

Pemilihan Umum (Ps 22 E UUD 1945 dan U22/2007)

Nasional HAM (Keppres 48/2001 dan UU 39/1999)Pengawas Persaiangan Usaha (UU 5/1999)Penyiaran Indonesia (UU 32/2002)Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU 30/2002)

Perlindungan Anak (UU 23/2002)Informasi (UU 14/2008)Hukum Nasional (Keppres 15/2000)Kejaksaan (UU 16/2004 dan Perpres 18/2005)Kepolisian(UU 2/2002)Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Keppres 181/1998 dan Perpres 65/2005

2. DewanPers (UU 40/1999)Pendidikan (UU 20/2003)Pembinaan Industri Strategis (Keppres 40/1999)

Riset Nasional (Keppres 94/1999)Buku Nasional (Kepres 110/1999)Maritim Indonesia (Keppres 161/1999)Ekonomi Nasional (Keppres 144/1999)Pengembangan Usaha Nasional (Keppres 165/1999)Gula Nasional (Keppres 23/2003)Ketahanan Pangan (Kepres 132/2001)Pengembangan kawasan Timur Indonesia (Keppres 44/2002)Pertimbangan Otonomi Daerah (Keppres 151/2000)Pertahanan Nasional (UU 3/2003)Penerbangan dan Antariksa Nasional (Kepres 132/1998)

3. KomiteNasional Keselamatan Transportasi (UU 41/1999 dan Keppres 105/1999)Antar Departemen Bidang Kehutanan (Keppres 80/2000)Akreditasi Nasional (Keppres 78/2001)Penilaian Independen (Keppres 99/2009)Olarahraga Nasional Indonesia (Keppres 72/2001)Kebijakan Sektor keuangan (Keppres 89/1999)Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak (Keppres 12/2000)

4. BadanPengawas Pemilu (UU 22/2007)Narkotika Nasional (Keppres 17/2002)Nasional Penanggulangan Bencana (UU 24/2007)Pengembangan Kawasan Ekonomi terpadu (Keppres 150/2002)Koordinasi Pengembangan TKI (Keppres 29/1999)Pengelola Gelora Bung karno (Keppres 72/1999)

Pengelola Kawasan Kemayoran (Keppres 73/1999)Rekonstruksi dan Rekonsiliasi Prop NAD dan Kep Nias Sumut (Perpu 2/2005)Nasional Sertifikasi Profesi (PP 23/2004)Pengatur Jalan Tol (PP 15/2005)Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (PP 16/2005)Pengelola Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Keppres 43/1976)Pengembangan Kehidupan Bernegara (Keppres 85/1999)

5. LembagaLembaga Perlindungan Saksi dan Korban (UU 13/2006)Koordinasi dan Pengendalian Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyenang Cacat (Keppres 8/1999)Sensor Film (PP 8/1994)

6. Lembaga Pendidikan NegeriSeluruh Lembaga Pendidikan Negeri, mulai dari tingkat Taman Kanan-2, Sekolah dasar, SMP, SMA, dan PT

7. Badan Hukum Milik NegaraUI (PP 152/2000)UGM (PP 153/2000)IPB (PP 154/2000)ITB (155/2000)USU (PP 56/2003)Universitas Pendidikan Indonesia (PP 6/2004)

8. Bentuk LainPusat Pelaporan dan Analisis Transaksi keuangan (UU 25/2003 dan keppres 81/2003)Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (Keppres 54 /2005)Konsil Kedokteran Indonesia (UU 29/2004)

Ombudsman RI (UU 37/2008)Satuan Tugas Pemberantasan mafia HukumUnit kerja bidang Pengawasan dan Pengendalian PembangunanDewan pertimbangan PresidenPeradilan PajakBadan Penyelesaian sengketa Konsumen

E. ORGANISASI NON PEMERINTAH SESUAI DENGAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIKPersatuan Berdasarkan keagamaan seperti, NU, Muhammadiyah, PGI,Persatuan Umat katolik, Walubi, Parisada Hindu Dharma indonesia, dllYasyasan seperti, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum indonesia, Yayasan RCTI Peduli, Dompet Dhuafa, Wahanan lingkungan Hidup Indonesia, dllPerkumpulan/forum seperti, wahan lingkungan Hidup IndonesiaSerta berbagai organisasi dalam masyarakat lainnya sepanjang sebagaian atau seluruh dananya bersumberkan dari APBN/D, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri

F. PARTAI POLITIK DI TINGKAT NASIONAL DAN DAERAHHati Nurani RakyatKarya Peduli BangsaPengusaha dan Pekerja IndonesiaPeduli Rakyat IndonesiaGerakan Indonesia RayaBarisan NasionalKeadilan dan Persatuan IndonesiaKeadilan sejahteraAmanat NasionalPerjuangan Indonesia BaruKedaulatan Persatuan daerahKebangkitan BangsaPemuda Indonesia

Nasional Indonesia MarheinismeDemokrasi PembaharuanKarya PerjuanganMatahari BangsaPenegak Demokrasi IndonesiaDemokrasi KebangsaanRepublik NusantaraPeloporGolongan KaryaPersatuan PembangunanDamai SejahteraNasional Banteng Kerakyatan IndonesiaBulan BintangDemokrasi Indonesia PerjuanganBintang ReformasiPatriotDemokratKasih Demokrasi IndonesiaIndonesia SejahteraKebangkitan Nasional Ulama

G. BADAN USAHA MILIK NEGARAPerum BulogDAMRIJaminan Kredit IndonesiaJasa Tirta I, IIPegadaianPercetakan Negara RIPercetakan Uang RIPerhutaniPT Adhi Karya TbkAmarta karyaAngkasa Pura I, IIAngkutan Sungai Danau dan PenyebaranganAntam TbkAsuransi Ekspor IndonesiaAsuransi Jasa IndonesiaAsuransi jasa RaharjaAsuransi JiwasrayaAsuransi Kesehatan Indonesia

Bahtera AdhigunaBali Tourism Development CorpBank ekspor IndonesiaBank Mandiri TbkBank Negra Indonesia TbkBank Rakyat Indonesia TbkBank Tabungan NegaraBarata IndonesiaBhanda Graha reksaBio FarmaBiro Klasifikasi IndonesiaBoma Bisma IndraBrantas AbiprayaDahanaDanareksaDirgantara IndonesiaDjakarta LloydDok dan perkapalan Kodja BahariDok dan Perkapalan SurabayaGaramGaruda IndonesiaHotel Indonesia NatourHutama KaryaIndofarma TbkIndra karyaInhutani I, IIIIntiJamsostekJasa MargaKawasan Berikat NusantaraKawasan Industri MakkasasarKawasan Industri Wijaya kusumaKereta Api indonesiaKertas lecesKimia Farma TbkKliring Berjangka IndonesiaKrakatau SteelLEN IndustriMerpati Nusantara AirlinesNindya KaryaPANN Multi Finance

Pelabuhan Indonesia I, II, III, IVPelayaran Nasional IndonesiaPembangunan PerumahanPerkebunan Nusantara III, IV, IX, V, VI, VII, VIII, X, XI, XII, XIII,XIVPermodalan nasional MadaniPertaminaPertaniPerusahaan Gas Negara TbkPLNPerusahaan Pengelola AsetPerusahaan Perdagangan IndonesiaPINDADPos IndonesiaPupuk SriwijayaRajawali Nusantara IndonesiaReasuransi Umum IndonesiaSang Hyang SeriSarinahSemen BaturajaSemen Gresik TbkSucovindoSurveyor IndonesiaTambang batu Bara Bukit Asam TbkTaspenTelkom Indonesia TbkTimah TbkTWC Borobudur, Prambanan dan ratu BokoWaskita KaryaWijaya karyaBank daerah seperti Bank DKI.....PDAM...

13. Otonomi Daerah

a. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Pasal 2 UU RI 32/2004 tentang pemerintah daerah menyatakan, bahwa NKRI dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kebupaten dan kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah itu, mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pebantuan. Dimana, soal otonomi diberikan seluas-luasnya kecuali kecuali urusan pemerintahan (Pusat) yang menjadi urusan pemerintah dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Oleh karena itu, soal otonomi daerah ada hal-hal tertentu yang tidak diotomatiskan dan berdasarkan stratifikasinya mempunyai batasan-batasan kewenangan ketika koridornya terkait dengan NKRI maupun struktur pemerintahan RI.b. Stratifikasi Politik Nasional

Sebagaimana halnya paradigma nasional atau perangkat hukum nasional yang ada, stratifikasi politik nasional juga mempunyai variasi tingkatan/hirarkhi yang disesuaikan. Misalnya, tingkat penentu kebijakan puncak (MPR/DPR/Presiden). Dimana, tingkat penentu kebijakan puncak, meliputi kebijakan tertinggi yang menyeluruh secara nasional yang mencakup penentuan UUD, penggarisan masalah makro politik bangsa dan negara untuk merumuskan tujuan nasional (nasional goals). Sedangkan hasilnya dapat berbentuk: Pertama, UU yang kekuasaan pembuatannya terletak ditangan presiden dengan persetujuan DPR (pasal 5/1) atau Perpu, dan dalam hal ikhwal kepentingan yang memaksa. Kedua, Peraturan Pemerintah (PP) dan Perpres (Peraturan Presiden ???????) yang mengatur pelaksanaan UU yang wewenang penerbitannya berada ditangan presiden (pasal 5/2). Ketiga, Keputusan Presiden/Instruksi (Kep/inpres) yang berisi kebijakan penyelenggaraan pemerintahan yang wewenang pengeluarannya berada di tangan presiden dalam rangka pelaksanaan kebijakan nasional dan perundang-undangan yang berlaku. Lalu, berturutan bawahnya kebijakan umum (dibawah puncak, dan penggarisan mengenai masalah-masalah makro strategis guna mencapai idaman nasional, dengan hasilnya Permen,

Kepmen, Instruksi Menteri dalam bidang pemerintahan yang dipertanggung jawabkan kepadanya. Dalam hal tertentu menteri juga dapat menggunakan surat edaran menteri, dsb). Kebijakan khusus (yang menggariskan bidang utama pemerintah. Kebijakan ini, sebagai penjabaran jakum guna merumuskan strategi, min, dll. Tingkatan ini, ada pada pimpinan eselon pertama departemen pemerintahan dan pimpinan lembaga-lembaga non departemen (K/L). Hasilnya, umumnya/lazimnya merupakan pedoman pelaksanaan. Didalam tata laksana pemerintahan, Sekjen sebagai pembantu utama menteri bertugas mempersiapkan dan merumuskan kebijakan umum menteri dan pimpinan rumah tangga departemen/kemeterian. Begitupun, Irjen dalam penyelenggaraan pengendalian departemen). Dan kebijakan Teknis (meliputi penggarisan dalam satu sektor dari bidang utama diatas dalam bentuk prosedur serta teknik untuk mengimplementasikan rencana program dan kegiatan. Kebijakan ini, umumnya dilakukan oleh kepala daerah provinsi dan kabupaten/kota. Dimana, menurut catatan jabatan gubernur dan bupati/walikota dan kepala daerah tingkat I atau II disatukan dalam suatu jabatan yang disebut Gubernur/KD Tingkat I, Bupati/Kepala Daerah Tingkat II atau Walikota/KDT II)

Berkaitan dengan itu, Jimly (2004) pernah menyampaikan sumber tertib hukum dan susunan tata urut peraturan perundang-undangan sbb:

Peraturan dasar meliputi UUD, perubahan UUD, dan piagam dasar.Undang-undang, ketetapan MPR/S, Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang dan Jurisprudensi.Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden.Peraturan Menteri dan Peraturan Pejabat setingkat

menteri.Peraturan daerah Provinsi.Peraturan Gubernur.Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.Peraturan Bupati/Walikota.Peraturan Desa (Self Governing Community’s Law).

Disisi lain, UU RI 10/2004 (lihat juga UU 12/2011) tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pasal 7 (1) menyatakan bahwa jenis dan hirarki Peraturan Perundang-undangan adalah UUD Negara RI Tahun 1945; UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU; Peraturan Pemerintah; Peraturan Presiden; dan Peraturan Daerah. Jika mengkaitan usulan itu (Jimly) dengan adanya UU 10/2004 tecermati suatu kewewenangan berturutan, yang pernah melompat (Tap MPR RI III/2000) seperti setidaknya dari soal presiden (Perpres) langsung dibawahnya soal Gubernur/Bupati/Walikota (Perda). Kini, dijembatani dengan adanya menteri/sejenis berupa peraturan menteri, dsb. Jak teknis, merupakan penggarisan satu sektor dari bidang utama diatas dalam bentuk prosedure serta teknik untuk mengimplementasikan perencanaan (ren), program (prog), kegiatan. Lalu, kebawah adanya kewenangan eselon pertama suatu departemen/K-L, berturutan sampai diikuti kekuasaan pembuatan aturan daerah.

Berkenaan dengan itu, pemerintah pusat yang selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden RI yang memegang kekuasaan pemerintah negara RI sebagaimana dimaksud dalam UUD negara RI tahun 1945 sedangkan pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Lalu, otonomi daerah itu sendiri diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Misalnya, tidak termasuk dalam urusan yang meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiscal nasional, dan agama.

c. Otonomi

Kewenangan daerah yang disimbulkan dalam era reformasi (agenda/tuntutan visi reformasi), mempunyai skala prioritas soal otonomi (UU 32/2004-UU 12/2008).

Artinya, daerah sudah saatnya diberi kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri secara luas. Namun, dalam hal tertentu, seperti urusan hankamneg atau keamanan nasional tidaklah demikian. Bahkan, dalam UU-nya (UU 32/2004) telah jelas-jelas menyatakan bahwa semua itu (hankamneg/kamnas) adalah urusan pemerintah pusat. Sebaliknya, pada akhirnya akan berbeda jika soal pemilihan kepala daerah dan lainnya. Hanya saja, yang perlu dicermati, jika terjadi benturan antara kepentingan daerah dengan kepentingan pusat haruslah ada skala prioritas. Apapun, resikonya perlu adanya koordinasi/sinergi dalam sistem manajemen nasional yang memperhatikan strategi stratifikasi maupun konsepsi geostrategi dan geopolitik. Selain itu, persoalan pembangunan harus tetap mengacu pada tataran tertingginya. Misalnya, keterkaitannya dengan adanya istilah APBN dengan APBD maupun pusat dengan daerah, dan sejenis tataran berturutan bawah lainnya.

Sementara itu, dicermati bahwa penyelenggaraan negara secara garis besar diselenggarakan dengan dua sistem, yakni sistem sentralisasi dan sistem desentralisasi. Sistem sentralisasi, diasumsikan jika urusan yang bersangkutan dengan berbagai aspek kehidupannya dikelola ditingkat pusat. Dimana, pada hakekatnya sifat sentralistik merupakan konsekuensi dari sifat negara kesatuan. Adanya perbedaan dalam penyelenggaraan negara yang sentralistik, oleh kebanyakan orang yang belum memahami soal pemerintahan/kenegaraan sering kali dipersepsikan untuk senantiasa dipertentangkan dengan desentralisasi. Namun, apapun resikonya/kontroversialnya sampai kini persepsi itu terus berkembang. Dan, yang terpenting menjadi pilihan terbaik (agenda/tuntutan visi reformasi) bahwa adanya desentralisasi diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Meskipun, implementasinya diberbagai negara, terutama dinegara ketiga, seperti Indonesia masih mendapat ganjalan struktural sehingga masih dilaksanakan setengah hati.

Padahal, patut dicermati bahwa sistem desentralisasi adalah sistem dimana sebagian urusan pemerintahan diserahkan kepada daerah untuk menjadi urusan rumah tangganya. Dengan demikian, bisa saja daerah bertanggung jawab sepenuhnya tentang pengelolaannya. Baik dari aspek perencanaan, peralatan, dan pembiayaan maupun personil dan sebagainya. Selain itu, desentralisasi dan/atau otonomi didefinisikan dalam berbagai pengertian. Misalnya menurut Rondinelli (1981) sebagai suatu transver atau delegasi wewenang legal dan politik untuk merencanakan, membuat keputusan, dan mengelola fungsi-fungsi publik dari pemerintah pusat dan agen-agennya kepada petugas lapangan, korporasi-korporasi publik semi otonom, kewenangan pembangunan wilayah atau regional, pemerintah lokal yang otonom atau organisasi non pemerintah.

Dari definisi dan/atau pemahaman yang ada, dapat saja suatu desentralisasi dibedakan berdasarkan ciri tingkatannya. Menurut Wahab, (1994) desentralisasi dibedakan menjadi berbagai tingkatan dekonsentralisasi, delegasi, dan devolusi. Dimana, dekonsentralisasi diartikan sebagai bentuk desentralisasi yang kurang ekstensif. Hanya sekedar pergeseran beban kerja dari kantor pusat K/L kepejabat staf tanpa wewenang untuk memutuskan bagaimana fungsi yang dibebankan perlu/harus dilaksanakan. Dalam arti, para pejabat staf tidak diberi hak dan kewenangan dalam perencanaan, maupun pembiayaan dan hanya kewajiban dan tanggung jawab kepada pejabat tingkat atasannya. Dilain pihak, delegasi diartikan sebagai delegasi pembuatan keputusan dan kewenangan manajemen untuk melaksanakan fungsi-fungsi publik tertentu dan hanya dikontrol oleh K/L pusat. Sedangkan, berbeda dengan devolusi yang merupakan desentralisasi politik (political decentralization). Dimana, devolusi diistilakan dengan karakteristik : (i) Diberikan otonomi penuh dan kebebasan tertentu pada pemerintah daerah serta kontrol yang relatif kecil;(ii) Pemerintah daerah harus memiliki wilayah dan kewenangan hukum yang jelas dan berhak untuk menjalankan kewenangan dalam menjalankan fungsi publik, politik, dan/atau pemerintahan; (iii)

Pemerintah daerah harus diberi corporate status dan kekuasaan yang cukup untuk menggali sumber-sumber yang diperlukan untuk menjalankan fungsinya; (iv) Perlu mengembangkan pemerintah daerah sebagai institusi; (v) Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan serta koordinasi yang efektif antara pusat dan daerah.

Mengingat devolusi sangat berkaitan dengan komitmen politik, maka untuk melaksanakannya diperlukan hal-hal sebagai berikut : Hak sipil dan kebebasan sipil; Pendanaan; Fleksibilitas; Variasi; dan Pemberdayaan.

Tingkatan desentralisasi yang bervariasi, menjadikan pemahaman desentralisasi sendiri pada prinsipnya dapat dikatakan sebagai pelimpahan atau penyerahan wewenang dari pemerintah pusat (central goverment) kepada satuan pemerintah dibawahnya untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Dimana, wewenang untuk mengurus rumah tangganya sendiri ini sering kali disebut sebagai hak otonomi. Akan tetapi, persoalan otonomi sendiri banyak dipersepsikan secara bervariasi. Soepomo (dalam Abdullah, 2000), misalnya menyatakan bahwa otonomi dipandang sebagai prinsip penghormatan terhadap kehidupan regional yang sesuai dengan riwayat, adat istiadat, dan sifat-sifat dalam kadar NKRI. Price dkk(2000), memandang otonomi sebagai seberapa banyak dan luas otoritas pengambilan keputusan yang dimiliki suatu organisasi dan/atau pemerintahan. Semakin banyak dan luas otoritas pengambilan keputusan maka semakin tinggi tingkat otonominya. Otonomi, juga dipersepsikan sebagai keadaan dimana masyarakat membuat dan mengatur peraturannya (UU) sendiri. Disisi lain (The Liang Gie dalam Utomo, 2000) ada berbagai sudut pandang adalam otonomi. Pertama, politik sebagai permainan kekuasaan yang dapat mengarah pada penumpukan kekuasaan yang seharusnya kepada penyebaran kekuasaan. Tetapi, sekaligus sebagai tindakan pendemokrasian untuk melatih diri dalam mempergunakan hak berdemokrasi. Kedua, sudut teknik organisatoris sebagai cara untuk menerapkan dan melaksanakan pemerintahan yang efisien. Ketiga, sudut kultural. Keempat, sudut pembangunan.

d. Manfaat Otonomi Dan Desentralisasi

Otonomi dan/atau desentralisasi, yang menurut UU 32/2004 (terakhir diubah dengan UU 12/2008), seringkali terkait dengan persoalan politik/kepemimpinan/otoritas/supremasi sipil (kebijakan/keputusan politik daerah). Dimana, persoalan politik, seringkali kali sangat menentukan kehidupan ekonomi, sosial budaya, hankam, dan sebagainya. Persoalan desentralisasi dan/atau otonomi (daerah), adalah suatu persoalan yang tidak dapat dielak jika politik sudah memasukinya. Tanpa mengabaikan adanya persoalan yang kurang kondusif. Persoalan otonomi dan/atau desentralisasi (politik) sebenarnya ada manfaatnya. Misalnya, sebagai berikut (Rondinelli, 1981) : (i) Merupakan sarana untuk memangkas sejumlah rad tape dan prosedure yang terlalu kaku, yang biasanya merupakan ciri perencanaan dan menejerial dinegara sedang berkembang, sebagai akibat terlalu menumpuknya kekuasaan, kewenangan, dan sumber-sumber pada pemerintah pusat; (ii) Memungkinkan penetrasi politik dan administrasi atas kebijakan pemerintah nasional/pusat hingga kedaerah. Dimana, rencana pemerintah pusat sering tidak diketahui dan diabaikan oleh orang desa dan digerogoti elit lokal; (iii) Memungkinkan terwakilinya berbagai kelompok politik, keagamaan, kesukuan/etnis, dan sebagainya dalam pembuatan keputusan pembangunan sehingga memberikan peluang terciptanya keadilan dari alokasi sumber dan investasi pemerintah.

Sementara itu, instrumen-instrumen dalam desentralisasi yang diperlukan adalah adanya ruang selain institusi negara. Artinya, dalam melaksanakan desentralisasi dimungkinkan adanya ruang publik yang bebas, yang memungkinkan publik mengakses informasi, dan bebas membicarakan isu-isu yang menyangkut kepentingan bersama. Selain itu, memungkinkan lahirnya institusi non pemerintah yang merdeka atau civil society dan munculnya

non-government organizations serta grass root organizations (NGOs dan GROs).

WAWASAN NUSANTARA(WASANTARA SEBAGAI LANDASAN VISIONAL)

“…..dan saya tetapkan pada saat ini, para anggota yang terhormat yang diputuskan,

yang disahkan hari ini oleh persidangan, yaitu ..... daerah yang masuk Indonesia merdeka :

Hindia Belanda dulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor Portugis,

Dan pulau-pulau sekitarnya.” (Setneg 1998-Hlm 180)

14. Selayang Wawasan Nusantara dan Wawasan Nasional.

Sebelum membahas Wawasan Nusantara (Wasantara) sebagai geopolitik atau landasan visional, terlebih dahulu perlu mengerti dan memahami Wawasan Nasional (Wasnal) suatu bangsa secara universal. Dimana, Wasnal sebagai wawasan suatu Bangsa tentunya meyakini bahwa kebenaran yang hakiki atau kebenaran yang mutlak adalah kebenaran yang datang dari Tuhan, pencipta alam semesta. Manusia bisa saja memiliki kelebihan dari makhluk lainnya, baik melalui pikiran maupun budi nuraninya dan berbagai keunikannya. Namun, kemampuannya dalam menggunakan akal pikiran dan budi nurani tersebut pada dasarnya terbatas, sehingga manusia yang satu dan manusia yang lain tidak akan memiliki kemampuan yang sama. Ketidaksamaan itu, menimbulkan persepsi dan perbedaan pendapat, kehidupan, kepercayaan dalam hubungan dengan penciptanya untuk melaksanakan hubungan dengan sesamanya,

serta dalam cara melihat dan memahami sesuatu. Perbedaan-perbedaan ini, umumnya disebut-disebut sebagai keanekaragaman/bhinekka. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, keanekaragaman itu memerlukan perekat agar bangsa yang bersangkutan dapat bersatu untuk memelihara keutuhan negaranya.

Berkenaan dengan itu, bagi suatu bangsa yang telah menegara dan meninternasional, dalam menyelenggarakan kehidupannya tidak akan lepas dari pengaruh lingkungannya. Pengaruh itu, bisa saja timbul dari hubungan timbal balik antara filosofi bangsa, ideologi, aspirasi, cita-cita, dan kondisi sosial masyarakat, budaya, tradisi, keadaan alam, wilayah, serta pengalaman sejarahnya. Disisi lain, Pemerintah dan rakyat memerlukan pula adanya suatu konsepsi perekat, yang biasa disebut berupa wawasan nasional untuk menyelenggarakan pemerintahan (Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945-UUD 1945). Wawasan nasional itu, dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan wilayah, kepentingan nasional, serta jati diri bangsa. Sementara itu, disadari bahwa kata “Wawasan” itu sendiri dicermati berasal dari kata wawas (bahasa jawa) yang artinya melihat atau memandang. Dengan penambahan akhiran “an” kata ini secara harfiah bisa berarti cara penglihatan atau cara tinjau atau cara pandang.

Adanya dinamika dan problematika kehidupan suatu bangsa dan Negara senantiasa dipengaruhi, diantaranya oleh perkembangan lingkungan strategis. Oleh karena itu, sebagai wawasan haruslah mampu memberi inspirasi pada suatu bangsa dalam menghadapi berbagai hambatan dan tantangan atau ancaman yang ditimbulkan oleh lingkungan strategis dalam mengejar kejayaannya. Sehubungan dengan itu, dalam mewujudkan aspirasi dan perjuangan, suatu bangsa perlu pula memperhatikan setidaknya tiga faktor utama, yakni : (i) Bumi atau ruang dimana bangsa itu hidup; (ii) Jiwa, tekad, dan semangat manusianya atau rakyatnya; (iii) Lingkungan sekitarnya.

Dengan demikian, Wasnal bisa saja dikatakan sebagai cara pandang suatu bangsa yang telah menegara tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung

(melalui interaksi dan interelasi) dalam pembangunannya dilingkungan nasional (termasuk lokal dan provinsional), regional, serta global. Sementara, dalam penyelenggaraan kehidupan nasional, disamping perlunya diilhami oleh segenap cita-cita nasional. Diperlukan juga sekaligus pengaruh lingkungannya. Wasnal, dengan demikian memancarkan suatu cara pandang atau wawasan tertentu yang memberikan corak pada pola pikr, pola sikap, dan pola tindak dalam menghadapi berbagai masalah nasional dan internasional.

Berkenaan dengan itu, cara pandang atau wawasan bangsa Indonesia yang mencerminkan cara pandang, mengandung konsekuensi dorongan dan rangsangan yang ditimbulkan dalam konstelasi geografi Indonesia, cita-cita, dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, yang disebut Wawasan Nusantara bisa saja dengan alasan yang telah terurai lalu disebut pula sebagai Wasnal. Mengingat, Wasantara sendiri adalah pandangan geopoltik sekaligus landasan visional dan geostrategi bangsa Indonesia dalam mengartikan tanah air Indonesia beserta segala isinya, sebagai satu kesatuan wadah dan sarana perjuangan hidup bangsa, secara bulat dan utuh. Dimana, hal itu tidak ada bedanya dengan Wasnal.

Selain itu, berdasarkan teori-teori yang ada tentang wawasan, latar belakang falsafah Pancasila, latar belakang pemikiran aspek kewilayahan, aspek sosial budaya dan aspek kesejarahan. Terbentuknya satu Wawasan Nasional Indonesia yang disebut Wawasan Nusantara tidak akan lepas dari rumusan-rumusan pengertian yang sampai saat ini telah berkembang dengan berbagai rumusan sebagai berikut : (i) Pengertian Wawasan Nusantara berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan rakyat tahun 1993 dan 1998 terkait GBHN adalah ”Wawasan Nusantara yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945 adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannyua dengan mengutamkan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional”; (ii) Pengertian Wawasan Nusantara menurut Prof.DR.Wan Usman adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan

semua aspek kehidupan yang beragam. Hal tersebut disampaikannya pada waktu adanya lokakarya Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional di Lemhannas pada bulan Januari tahun 2000. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa Wawasan Nusantara merupakan geopolitik Indonesia; (iii) Pengertian Wawasan Nusantara, menurut Kelompok Kerja Wawasan Nusantara, yang diusulkan menjadi Ketetapan Majelis Permusyawaran Rakyat dan dibuat di Lemhannas tahu 1999 adalah Cara Pandang sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serbaberagam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional”.

15. Latar Belakang Wasantara.

a. Teori-Teori Kekuasaan.

Wawasan Nasional suatu bangsa dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan dan geopolitik yang dianutnya. Beberapa Teori tentang paham kekuasaan dan teori geopolitik dapat diuraikan sebagai berikut :

Paham-paham Kekuasaan

Perumusan wawasan nasional lahir berdasarkan pertimbangan dan pemikiran mengenai sejauh mana konsep operasionalnya dapat diwujudkan dan dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dibutuhkan landasan teori yang dapat mendukung rumusan Wawasan Nasional. Teori-teori yang dapat mendukung rumusan tersebut antara lain:

Paham Machiavelli (abad XVII)

Gerakan pembaharuan (renaissance) yang dipicu oleh masuknya ajaran Islam di Eropa Barat sekitar abad VII telah membuka dan mengembangkan cara pandang bangsa-bangsa Eropa Barat sehingga menghasilkan peradaban barat modern seperti sekarang. Berkaitan dengan itu, di bidang politik dan kenegaraan, motor atau sumber pemikiran soal tersebut berasal dari Machiavelli, seorang pakar ilmu politik dalam pemerintahan Republik Florence, sebuah Negara kecil di Italia Utara(sekitar abad XVII). Dalam bukunya tentang politik yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul “The Prince”. Machiavelli memberikan pesan tentang cara membentuk kekuatan politik yang besar agar sebuah Negara dapat berdiri dengan kokoh dan disegani. Di dalamnya harus terkandung beberapa postulat dan cara pandang tentang bagaimana memelihara kekuatan politik. Menurut Machiavelli, sebuah Negara akan bertahan apabila dapat menerapkan dalil-dalil berikut ini : (i) Segala cara dihalalkan dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan; (ii) Untuk menjaga kekuasan rezim, perlu dilakukan politik adu domba (“divide et impera”) adalah sah; (iii) Dalam dunia politik, yang disamakan dengan kehidupan binatang buas). Dinyatakan, siapa yang kuat pasti dapat bertahan dan menang . Semasa Machiavelli hidup, buku “The Prince” dilarang beredar oleh Sri Paus karena dianggap amoral. Tetapi setelah Machiavelli meninggal, buku tersebut menjadi sangat laku dan dipelajari banyak orang-orang serta dijadikan pedoman oleh banyak kalangan politisi dan para elite politik.

Paham Kaisar Napoleon Bonaparte (Abad XVIII)

Kaisar Napoleon Bonaparte, merupakan tokoh revolusioner di bidang cara pandang. Selain itu, sebagai penganut yang baik dari Machiavelli. Napoleon berpendapat, bahwa perang di masa depan akan merupakan perang total yang mengerahkan segala daya upaya dan kekuatan nasional. Dia berpendapat, bahwa kekuatan politik harus di dampingi oleh kekuatan logistik dan ekonomi nasional. Kekuatan ini juga, perlu didukung oleh kekuatan dan kemampuan sosial budaya berupa ilmu pengetahuan dan teknologi demi terbentuknya kekuatan hankam untuk menduduki dan menjajah negara-negara di sekitar Prancis. Oleh karena itu, dalam jamannya seringkali terjadi invasi militer besar-besaran terhadap negara-negara tetangga yang pada akhirnya ia sendiri tersandung di Rusia. Ketiga postulat Machiavelli, telah diimplementasikan dengan sempurna oleh Napoleon. Namun, disadari pula bahwa pada prakteknya karena kurang-hati-hati dan ceroboh menjadi bumerang bagi dirinya sehingga pada akhir karirnya ia dibuang ke pulau Elba.

Paham Jenderal Clausewitz (abad XVIII)

Pada era Napoleon, Jenderal Clausewitz sempat terusir oleh tentara Napoleon dari negaranya sampai ke Rusia. Clausewitz akhirnya bergabung menjadi penasihat militer staf Umum Tentara Kekaisaran Rusia. Sebagaimana kita ketahui, invasi tentara Napoleon pada akhirnya terhenti di Moskow dan diusir kembali ke Perancis. Clausewitz, setelah Rusia bebas kembali, diangkat menjadi kepala sekolah staf dan komando Rusia. Disanalah dia menulis buku tentang perang berjudul Vom Kriege (“Tentang Perang”). Menurut Klausewitz, perang adalah kelanjutan politik dengan cara

lain. Baginya, peperangan adalah sah-sah saja untuk mencapai tujuan nasional suatu bangsa. Pemikiran inilah yang membenarkan Prusia berekspansi sehingga menimbulkan Perang Dunia I dengan kekalahan di pihak Prusia atau kekaisaran Jerman.

Paham Feuerbach dan Hegel

Paham materialisme Feuerbach dan teori sintetis Hegel menimbulkan dua aliran besar Barat yang berkembang di dunia, yaitu kapitalisme disatu pihak dan komunisme di pihak lain. Pada abad XVII paham perdagangan bebas yang merupakan nenek moyang liberalisme sedang marak. Saat itu, orang-orang berpendapat bahwa ukuran keberhasilan ekonomi suatu negara adalah seberapa besar surplus ekonominya, terutama diukur dengan emas. Paham ini memicu nafsu kolonialisme Negara Eropa Barat dalam mencari emas ke tempat lain. Inilah yang memotivasi Colombus untuk mencari daerah baru, kemudian Magellan, dan lain-lainnya. Paham ini pula mendorong Belanda untuk melakukan perdagangan (VOC) yang pada akhirnya menjajah bumi Nusantara selama 3,5 abad.

Paham Lenin (Abad XIX)

Lenin telah memodifikasi paham Clausewitz. Menurutnya, perang adalah kelanjutan politik dengan cara kekerasan. Bagi Leninisme/komunisme, perang atau pertumpahan darah atau revolusi di seluruh dunia adalah sah dalam kerangka mengkomuniskan seluruh bangsa di seluruh dunia. Karena itu, selama perang dingin, baik Unisoviet (kini Rusia) maupun RRC berlomba-

lomba untuk mengekspor paham komunis ke seluruh dunia. G.30 S./PKI adalah salah satu komoditi ekspor RRC maupun Rusia pada tahun 1965. Sejarah selanjutnya menunjukkan bahwa paham komunisme ternyata berakhir secara tragis seperti runtuhnya Uni Soviet menjadi berbagai negara.

Paham Lucian W.Pye dan Sidney

Dalam buku Political Culture And Political Development (Princeton University Press, 1972), mereka mengatakan “The Political culture of society consist of the system of empirical believe expressive symbol and values which devidens the situation in political action take place, it provides the subjective orientation to politics… The Political culture of society is highly significant aspec of the political system”. Para ahli tersebut menjelaskan adanya unsur-unsur subyektivitas dan psikologis dalam tatanan dinamika kehidupan politik suatu bangsa. Kemantapan suatu system politik, dapat dicapai apabila system tersebut berakar pada kebudayaan politik bangsa yang bersangkutan. Dengan demikian, proyeksi eksistensi kebudayaan politik tidak semata-mata ditentukan oleh kondisi-kondisi obyektif tetapi juga subyektif dan psikologis.

b. Teori-teori Geopolitik

Geopolitik berasal dari kata “geo” atau bumi dan politik yang berarti kekuatan yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan dasar dalam menentukan alternatif kebijaksanaan nasional untuk mewujudkan tujuan nasional.

Beberapa pendapat dari pakar-pakar Geopolitik antara lain sebagai berikut :

Pandangan Ajaran Frederich Ratzel

Pada abad ke-19. Frederich Ratzel merumuskan untuk pertamakalinya Ilmu Bumi Politik sebagai hasil penelitiannya yang ilmiah dan universal . Pokok-pokok ajaran F.Ratzel adalah sebagai berikut : (i) Dalam hal-hal tertentu pertumbuhan negara

dapat dianalogikan dengan pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang lingkup, melalui proses lahir, tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup, menyusut, dan mati;

(ii) Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh kelompok politik dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang tersebut, makin besar kemungkinan kelompok politik itu tumbuh (teori ruang, konsep ruang);

(iii) Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang unggul saja yang dapat bertahan hidup terus dan langgeng;

(iv) Semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin besar kebutuhannya akan sumber daya alam. Apabila wilayah/ruang hidup tidak mendukung, bangsa tersebut akan mencari pemenuhan kebutuhan kekayaan alam di luar wilayahnya (ekspansi). Hal ini melegitimasikan hukum ekspansi, yaitu perkembangan atau dinamika budaya dalam bentuk gagasan, kegiatan (ekonomi, perdagangan, perindustrian/produksi) harus diimbangi oleh pemekaran wilayah, batas-batas suatu negara pada hakikatnya bersifat sementara. Apabila ruang hidup negara sudah tidak dapat memenuhi keperluan, ruang itu dapat diperluas dengan mengubah batas-batas baik secara damai maupun melalui jalan kekerasan atau perang;

(v) Ilmu Bumi Politik berdasarkan ajaran Ratzel tersebut justru menimbulkan dua aliran, dimana

yang satu berfokus pada kekuatan di darat, sementara yang lainnya berfokus pada kekuatan di laut. Ratzel melihat adanya persaingan antara kedua aliran itu, sehingga ia mengemukakan pemikiran yang baru, yaitu dasar-dasar suprastruktur Geopolitik, kekuatan total/menyeluruh suatu negara harus mampu mewadahi pertumbuhan kondisi dan kedudukan geografinya. Dengan demikian esensi pengertian politik adalah penggunaan kekuatan fisik dalam rangka mewujudkan keinginan atau aspirasi nasional suatu bangsa. Hal ini sering menjurus ke arah politik adu kekuatan dan adu kekuasaan dengan tujuan dominasi. Pemikiran Ratzel menyatakan bahwa ada kaitan antara struktur atau kekuatan politik serta geografi dan tuntutan perkembangan atau pertumbuhan negara yang dianalogkan dengan organisme.

Pandangan Ajaran Rudolf Kjellen

Kjellen melanjutkan ajaran Ratzel tentang teori organisme. Kjellen menegaskan bahwa negara adalah suatu organisme yang dianggap sebagai “prinsip dasar”. Esensi ajaran Kjellen adalah sebagai berikut : (i) Negara merupakan satuan biologis, suatu

organisme hidup, yang memiliki intelektual. Negara dimungkinkan untuk memperoleh ruang yang cukup luas agar kemampuan dan kekuatan rakyatnya dapat berkembang secara bebas;

(ii) Negara merupakan suatu system politik/pemerintahan yang meliputi bidang-bidang: geopolitik, ekonomi politik, demo politik, sosial politik, dan krato politik (politik memerintah);

(iii) Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar. Ia harus mampu berswasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan teknologi untuk meningkatkan kekuatan nasionalnya : ke dalam, untuk mencapai persatuan dan kesatuan yang

harmonis dan keluar, untuk memperoleh batas-batas negara yang lebih baik. Sementara itu, kekuasaan Imperium Kontinental dapat mengontrol kekuatan di laut.

Pandangan Ajaran Karl Haushofer

Pandangan Karl Houshofer berkembang di Jerman ketika negara ini berada di bawah kekuasaan Adolf Hitler. Pandangan ini juga dikembangkan di Jepang dalam ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh semangat militerisme dan fasisme. Pokok-pokok teori Haushofer ini pada dasarnya menganut teori/ajaran pandangan Kjellen, yaitu : (i) Kekuasaan Imperium Daratan yang kompak

akan dapat mengejar kekuasaan Imperium Maritim untuk menguasai pengawasan di laut;

(ii) Beberapa negara besar di dunia akan timbul dan akan menguasai Eropa, Afrika, Asia Barat (Jerman, dan Italia) serta Jepang di Asia Timur Raya;

(iii) Rumusan ajaran Haushofer lainnya adalah sebagai berikut : Geopolitik adalah doktrin negara yuang menitikberatkan soal-soal strategi perbatasan. Ruang hidup bangsa dan tekanan-tekanan kekuasaan dan sosial yang rasial mengharuskan pembagian baru kekayaan alam di dunia. Geopolitik adalah landasan bagi tindakan politik dalam perjuangan mendapatkan ruang hidup;

(iv) Pokok-pokok teori Karl Houshofer pada dasarnya menganut teori Rudolf Kjellen dan bersifat ekspansif.

Pandangan Ajaran Sir Halford Mackinder

Teori Ahli Geopolitik ini pada dasarnya menganut “konsep kekuatan” dan mencetuskan wawasan benua, yaitu konsep kekuatan di darat. Ajarannya menyatakan: barang siapa dapat menguasai “Daerah jantung” yaitu Eurasia (Eropa dan Asia), ia akan dapat menguasai “Pulau Dunia” yaitu Eropa, Asia, dan Afrika. Selanjutnya, barang siapa dapat menguasai pulau dunia akhirnya dapat menguasai dunia.

Pandangan Ajaran Sir Walter Raleigh dan Alfred Thyer Mahan

Kedua ahli ini mempunyai gagasan “Wawasan Bahari” yaitu kekuatan di lautan. Ajarannya mengatakan bahwa barang siapa menguasai lautan akan menguasai “perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti menguasai “kekayaan dunia” sehingga pada akhirnya menguasai dunia.

Pandangan Ajaran W.Mitchhel,A Saversky, Giulio Douhet, dan John Frederik Charles Fuller

Keempat ahli geopolitik ini berpendapat bahwa kekuatan di udara justru yang paling menentukan. Mereka melahirkan teori “Wawasan Dirgantara” yaitu konsep kekuatan di udara. Kekuatan diudara hendaknya mempunyai daya yang dapat diandalkan untuk menangkis ancaman dan melumpuhkan kekuatan lawan dengan menghancurkan di kandangnya sendiri agar lawan tidak mampu lagi menyerang.

Ajaran Nicholas J.Spykman

Ajaran ini menghasilkan teori yang dinamakan Teori Daerah Batas (rimland), yaitu teori wawasan kombinasi yang menggabungkan kekuatan darat, laut, dan udara. Dalam pelaksanaannya, teori ini

disesuaikan dengan keperluan dan kondisi suatu negara.

16. Ajaran Wawasan Nasional Indonesia

Wawasan Nasional Indonesia merupakan wawasan yang dikembangkan berdasarkan teori wawasan nasional secara universal. Wawasan tersebut, dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan bangsa Indonesia dan geopolitik Indonesia.

a. Paham Kekuasan Bangsa Indonesia

Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut paham tentang perang dan damai: “Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetap lebih cinta kemerdekaan”. Wawasan Nasional bangsa Indonesia tidak mengembangkan ajaran tentang kekuasaan dan adu kekuatan, karena hal tersebut mengandung benih-benih persengeketaan dan ekspansionisme. Ajaran wawasan nasional bangsa Indonesia menyatakan bahwa: Ideologi digunakan sebagai landasan Idiil dalam menentukan politik nasional, dihadapkan pada kondisi dan konstelasi geografi Indonesia dengan segala aspek kehiduan nasionalnya. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia dapat menjamin kepentingan bangsa dan negaranya di tengah-tengah perkembangan dunia.

b. Geopolitik Indonesia

Pemahaman tentang kekuatan dan kekuasaan yang di kembangkan di Indonesia didasarkan pada pemahaman tentang pemahaman perang dan damai yang disesuaikan dengan kondisi dan konstelasi geografi Indonesia. Selain itu, pemahaman negara Indonesia menganut paham negara kepulauan, yaitu paham yang dikembangkan dari asas archipelago yang memang berbeda dengan pemahaman archipelago di negara-negara Barat pada umumnya.

Perbedaan yang esensial dari pemahaman ini adalah bahwa menurut paham Barat, laut berperan sebagai “pemisah” pulau, sedangkan menurut paham Indonesia laut adalah “Penghubung” sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai “Tanah Air” dan disebut Negara Kepulauan.

c. Dasar Pemikiran Wawasan Nasional Indonesia

Dalam menentukan, membina dan mengembangkan wawasan nasional, bangsa Indonesia menggali dan mengembangkan sendiri dari kondisi nyata yang terdapat di lingkungan Indonesia sendiri. Wawasan nasional Indonesia, dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang berlandaskan falsafah Pancasila dan oleh pandangan geopolitik Indonesia yang berlandaskan pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia. Karena itu, pembahasan latar belakang filosofis sebagai dasar pemikiran pembinaan dan pengembangan wawasan nasional Indonesia ditinjau dari : (i) Latar belakang pemikiran berdasarkan falsafah Pancasila; (ii) Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan nusantara; (iii) Latar belakang pemikiran aspek Sosial Budaya Bangsa Indonesia; (iv) Latar belakang pemikiran aspek Kesejahteraan bangsa Indonesia.

17. Latar Belakang Filosofis Wasantara.

a. Pemikiran Berdasarkan Falsafah Pancasila.

Berdasarkan falsafah Pancasila, manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai naluri, akhlak, daya pikir, dan sadar akan keberadaannya yang serba terhubung dengan sesamanya, lingkungannya, alam semestanya, dan penciptanya. Kesadaran ini, menumbuhkan cipta, karsa, dan karya untuk

mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya dari generasi ke generasi. Berdasarkan kesadaran yang dipengaruhi oleh lingkungannya, manusia Indonesia memiliki motivasi antara lain untuk menciptakan suasana damai dan tenteram menuju kebahagiaan serta menyelenggarakan keteraturan dan membina hubungan antar sesama.

Berdasarkan hal tersebut, nilai-nilai Pancasila sesungguhnya telah bersemayam dan berkembang dalam hati sanubari dan kesadaran bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila juga tercakup dalam penggalian dan pengembangan wawasan nasional sebagai berikut:

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Dalam kehidupan sehari-hari mereka mengembangkan sikap saling menghormati, memberi kesempatan dan kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masaing-masing, serta tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan dengan cara apapun kepada orang lain. Sikap tersebut mewarnai wawasan nasional yang dianut oleh bangsa Indonesia yang menghendaki keutuhan dan kebersamaan dengan tetap menghormati dan memberikan kebebasan dalam menganut dan mengamalkan agama masing-masing.

Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, bangsa Indonesia mengakui, menghargai, dan memberikan hak dan kebebasan yang sama kepada setiap warganya untuk menerapkan hak asasi manusia (HAM). Namun kebebasan HAM tersebut tidak mengganggu dan harus menghormati HAM orang lain.

Sikap tersebut mewarnai wawasan nasional yang dianut dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia yang memberikan kebebasan dalam mengekspresikan HAM dengan tetap mengingat dan menghormati hak orang lain sehingga menumbuhkan toleransi dan kerja sama.

Sila Persatuan Indonesia

Dengan sila persatuan Indonesia, bangsa Indonesia lebih mengutamakan kepentingan bersama sebagai bangsa dan negara. Kepentingan masyarakat yang lebih luas harus lebih diutamakan daripada kepentingan golongan, suku maupun perorangan. Tetapi kepentingan yang lebih besar tersebut tidak mematikan atau meniadakan kepentingan golongan, suku maupun perorangan. Sikap tersebut mewarnai wawasan kebangsaan/wawasan nasional yang dianut dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia yang mengutamakan keutuhan bangsa dan negara dengan tetap memperhatikan, menghormati dan menampung kepentingan golongan, suku bangsa maupun perorangan.

Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan

Dengan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, bangsa Indonesia mengakui dan menghargai warganya untuk mewujudkan demokrasi yang berpendakan jamak dengan koridor sila-sila diatasnya sebagai perwujudan supremasi sipil.

Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dengan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bangsa Indonesia mengakui dan menghargai warganya untuk mencapai kesejahteraan

yang setinggi-tingginya sesuai hasil karya dan usahanya masing-masing. Tetapi usaha untuk meningkatkan kemakmuran tersebut tanpa merugikan apalagi menghancurkan orang lain. Kemakmuran yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia bukan kemakmuran yang tingkatannya sama bagi semua warganya. Sikap tersebut mewarnai wawasan kebangsaan/wawasan nasional yang dianut dan dikembang-kan oleh bangsa Indonesia yang memberikan kebebasan untuk mencapai kesejahteraan setinggi-tingginya bagi setiap orang dengan memperhatikan keadilan bagi daerah penghasil, daerah lain, orang lain sehingga tercapai kemakmuran yang memenuhi persyaratan kebutuhan minimal.

Dari uraian tersebut/diatas tampak bahwa wawasan kebangsaan atau wawasan nasional yang dianut dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia merupakan pancaran dari Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, wawasan nasional Indonesia yang menghendaki terciptanya persatuan dan kesatuan tanpa menghilangkan ciri, sifat, dan karakter dari kebehinnekaan unsur-unsur pembentuk bangsa (suku bangsa, etnis, golongan, serta daerah itu sendiri).

b. Pemikiran Berdasarkan Aspek Kewilayahan Nusantara

Geografi adalah wilayah yang tersedia dan terbentuk secara ilmiah oleh alam nyata. Kondisi objektif geografis Indonesia, sebagai modal dalam pembentukan suatu negara merupakan suatu ruang gerak hidup suatu bangsa yang di dalamnya terdapat sumber kekayaan alam dan penduduk yang mempengaruhi pengambilan keputusan/kebijaksanaan politik negara tersebut. Oleh karena itu, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara fungsi maupun pengaruh geografi terhadap sikap dan tata laku negara yang bersangkutan merupakan suatu fenomena yang mutlak diperhitungkan. Demikian pula sebaliknya, dampak sikap dan tata laku

negara terhadap kondisi geografis sebagai tata hubungan antara manusia dan wadah lingkungannya perlu diperhitungkan.

Kondisi obyektif geografi (laut) nusantara, yang merupakan untaian ribuan pulau yang tersebar dan terbentang di khatulistiwa serta terletak pada posisi silang yang sangat strategis, memiliki karakteristik yang bebeda dari negara lain. Wilayah Indonesia pada saat Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 masih mengikuti Territoriale zee En Maritieme Kringen Ordonantiee tahun 1939. Dimana lebar laut wilayah Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing-masing pantai pulau Indonesia. Penetapan lebar wilayah 3 mil tersebut, tidak menjamin kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini lebih terasa lagi, bila dihadapkan pada pergolakan-pergolakan dalam negeri saat itu. Mengingat, keadaan lingkungan alamnya, persatuan bangsa dan kesatuan wilayah negara menjadi tuntutan utama bagi terwujudnya kemakmuran dan keamanan yang berkesinambungan.

Atas pertimbangan hal-hal tersebut, dimaklumkanlah Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957, yang berbunyi: “…..berdasarkan pertimbangan-pertimbangan maka pemerintah menyatakan bahwa segala perairan di sekitar, diantara dan yng menghubungkan pulau-pulau yang termasuk negara Indonesia dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar dari wilayah daratan negara Indonesia dan dengan demikian bagian dari pada perairan pedalaman atau nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak negara Indonesia. Lalulintas yang damai di perairan pedalaman ini bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas lautan teritorial (yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau negara Indonesia….”

Deklarasi ini, menyatakan bahwa bentuk geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas ribuan

pulau (besar dan kecil) dengan sifat dan corak tersendiri. Deklarasi tersebut juga menyatakan bahwa demi keutuhan teritorial dan untuk melindungi kekayaan negara yang terkandung di dalamnya, pulau-pulau serta laut yang ada diantaranya harus dianggap sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh. Untuk mengukuhkan asas negara kepulauan ini, ditetapkanlah Undang-Undang Nomor:4/Prp tahun 1960 tentang Perairan Indonesia. Dengan demikian, sejak diberlakukannya UU tersebut maka berubah luas wilayah dari + 2 juta km2 menjadi + 5 juta km2, dimana + 65 % wilayahnya terdiri dari laut/perairan.

Selanjutnya, tidaklah mustahil bila negara Indonesia juga dikenal sebagai negara kepulauan (negara maritim). Sedangkan yang +35% lagi adalah daratan yang terdiri dari kisaran 17.508 buah pulau yang antara lain berupa 5 (lima) buah pulau besar, yakni Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Irian Jaya (Papua). Kisaran 11.808 pulau-pulau kecil yang belum diberi (ada) namanya. Luas daratan dari seluruh pulau-pulau tersebut adalah kisaran 2.028.087 km2, dengan panjang pantai kisaran 81.000 km. Topografi daratannya, berupa pegunungan dengan gunung-gunung berapi yang masih aktif maupun yang tidak aktif lagi (baca, Deklarasi Juanda 1957).

Perkembangan lebih jauh, melalui konfrensi PBB tentang Hukum Laut Internasional yang ketiga, yakni tahun 1982, pokok-pokok asas negara kepulauan telah diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 82 (United Nation Convention on the Law of the Sea atau Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut). Berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional yang ada waktu itu, Indonesia lantas meratifikasi UNCLOS 1982 tersebut melalui Undang-Undang nomor 17 tahun 1985 pada tanggal 31 Desember 1985. Dengan demikian, sejak tanggal 16 November 1993 UNCLOS 1982 telah diratifikasi oleh 60 negara dan menjadi hukum positif Indonesia sejak 16 November 1994.

Berlakunya UNCLOS 1982, yang kemudian diratifikasi Indonesia dengan UU terurai. Tentunya, akan berpengaruh pada upaya pemanfaatan laut bagi kepentingan

kesejahteraan, seperti bertambah luasnya Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan Landas Kontinen Indonesia. Pada satu sisi, UNCLOS 1982 memberikan keuntungan bagi pembangunan nasional, yaitu bertambah luasnya perairan yuridiksi nasional yang sekaligus berarti bertambahnya kekayaan alam yang terkandung di dalamnya serta terbukanya peluang untuk memanfaatkan laut sebagai medium transportasi. Namun pada sisi lain, potensi kerawanan juga bertambah besar. Dengan telah dikukuhkannya wilayah darat dan laut atau perairan, perjuangan bangsa Indonesia berlanjut. Dimana, selanjutnya adalah menegakkan kedaulatan di ruang udara kedaulatan dan memperjuangkan kepentingan RI di wilayah antariksa nasional, termasuk Geo Stationery Orbit (GSO). Gambaran wilayah udara kedaulatan dan antariksa nasional serta GSO Indonesia sudah semakin jelas kendati masih banyak yang harus diperjuangan akibat adanya ketentuan hukum/kebiasaan internasional lainnya.

Selain itu, kondisi dan konstelasi geografi Indonesia mengandung beraneka ragam kekayaan alam baik yang berada di dalam maupun di atas permukaan bumi, potensi di ruang udara dan ruang antariksa, dan jumlah penduduk yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang memiliki budaya, tradisi, serta pola kehidupan yang beraneka ragam. Dengan demikian, secara kontekstual, geografi Indonesia sesungguhnya mengandung keunggulan dan kelemahan/kerawanan. Karena itu, kondisi dan konstelasi geografi ini harus dicermati secara utuh dan menyeluruh (Komprehensif Integral) dalam perumusan kebijaksanaan politik yang disebut geo politik Indonesia. Dengan kata lain, setiap perumus kebijaksanaan nasional harus memiliki kebijaksanaan nasional (terpadu) dan harus memiliki wawasan kewilayahan atau ruang hidup bangsa yang diatur oleh politik ketatanegaraan.

Sejalan dengan hal tersebut, Wawasan kebangsaan atau Wawasan Nasional Indonesia yang memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi dan konstelasi geografis Indonesia mengharuskan pula tetap terpeliharanya keutuhan dan kekompakan wilayah, tetap dihargainya dan

dijaganya ciri, karakter serta kemampuan (keunggulan dan kelemahan) masing-masing daerah, dan diupayakannya adanya pemanfaatan nilai lebih dari geografi Indonesia.

c. Pemikiran Berdasarkan Aspek Sosial Budaya

Budaya atau Kebudayaan dalam arti etimologis adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh kekuatan budi manusia. Mengingat, manusia tidak hanya bekerja dengan kekuatan budinya, melainkan juga dengan perasaan, imajinasi, dan kehendaknya. Budaya itu, menjadi lebih lengkap jika kebudayaan diungkapkan sebagai cita, rasa, dan karsa (budi, perasaan, dan kehendak). Berkaitan dengan itu, kehidupan Sosial budaya sebagai salah satu aspek kehidupan nasional di samping politik, ekonomi, serta pertahanan dan keamanan adalah mencerminkan pula faktor dinamik masyarakat yang terbentuk oleh keseluruhan pola tingkah laku lahir bathin yang memungkinkan berlangsungnya hubungan sosial yang membutuhkan pengorbanan diantara anggotanya.

Sementara itu, masyarakat Indonesia sejak awal terbentuknya dengan ciri kebudayaan yang sangat beragam. Muncul, karena pengaruh ruang hidup berupa kepulauan. Dimana, ciri alamiah tiap-tiap pulau berbeda-beda. Bahkan, perbedaan ciri alamiah antara pulau yang satu dengan lainnya bisa saja sangat besar sehingga perbedaan karakter masyarakatnya sangat mencolok pula. Disamping itu, perbedaan yang berkaitan dengan ruang hidup, masyarakat Indonesia juga memiliki perbedaan dalam hal ras dan etnik.

Hal tersebut, konsekuensinya bisa saja membentuk perbedaan khas kebudayaan masyarakat di tiap-tiap daerah. Sekaligus perbedaan daya tanggap inderawi serta pola kehidupan baik dalam hubungan vertikal maupun horizontal. Secara universal, kebudayaan masyarakat yang heterogen tersebut sama-sama mempunyai unsur-unsur penting. Misalnya, Pertama, sistem relegi dan upacara keagamaan;

Kedua, sistem masyarakat dan organisasi kemasyarakatan ; Ketiga, sistem pengetahuan; Keempat, bahasa; Kelima, keserasian (budaya dalam arti sempit); Keenam, sistem mata pencaharian; dan Ketujuh, sistem teknologi dan peralatan.

Dari perbedaan yang ada, tampak adanya perbedaan lahiriah antara orang Jawa dan orang Batak, antara orang Manado dan orang Irian (Papua), dan sebagainya. Baik dalam hal penampilan pribadi maupun dalam hubungan berkelompok (bermasyarakat). Dari ciri ruang hidup yang menjadi asal usul suatu masyarakat, seseorang juga dapat dengan mudah mengenali perbedaan umum antara masyarakat pantai (nelayan) yang berani menentang alam, dinamis, agresif serta terbuka dengan masyarakat petani yang teratur mengikuti ritme alam, mementingkan keakraban, dan kurang terbuka. Selain itu, antara masyarakat desa yang masih memegang teguh nilai-nilai religius, kekerabatan serta paguyuban dan masyarakat kota yang cenderung materialistis, individual, dan Patembayan.

Kebudayaan, bisa saja merupakan warisan yang bersifat memaksa bagi masyarakat yang bersangkutan. Artinya, setiap generasi yang lahir dari suatu masyarakat serta mewarisi norma-norma budaya dari generasi sebelumnya. Sekaligus menangani dirinya dengan segala peraturan atau keharusan yang mesti dijalani dan yang tidak boleh dilanggar. Selain itu, warisan budaya diterima secara emosional dan bersifat mengikat secara kuat ke dalam ( Cohesive). Oleh karena itu, dapat dipahami bila ikatan budaya yang emosional itu sangat sensitif sifatnya. Ketersinggungan budaya, walaupun secara rasional dianggap tidak berarti, dapat meluapkan emosi masyarakat bahkan dengan mudah memicu terjadinya konflik antar golongan masyarkat secara luas dan tidak rasional. Disamping itu, warisan budaya juga membentuk ikatan setiap individu atau masyarakat dengan daerah asal budayanya. Dengan demikian, kebudayaan dapat membentuk sentiment-sentimen kelompok, suku dengan daerah asalnya (Parochial). Bahkan, sentimen-sentimen kelompok tersebut sering kali dijadikan perisai terhadap

ketidak mampuan individu-individu yang menghadapi tantangan lingkungan yang dianggap mengancam eksistensi budayanya.

Berdasarka hal tersebut, tampak secara jelas betapa heterogen serta uniknya masyarakat Indonesia yang terdiri dari ratusan suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat, bahasa daerah, agama dan kepercayaannya sendiri. Oleh karena itu, tata kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi dengan golongan masyarakat sesungguhnya mengandung potensi konflik yang sangat besar. Terlebih, jika kesadaran nasional masyarakat relatif masih rendah dan jumlah masyarakat terdidik relatif masih terbatas.

Padahal, Bangsa Indonesia yang menegara pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah hasil dari satu proses perjuangan panjang secara embrional muncul melalui kesepakatan moral dan politik sejak pergerakan Budi Utomo tahun 1908. Dalam prespektif budaya, kehendak bersatu membentuk persatuan bangsa tersebut merupakan proses sosial yang didorong oleh kesadaran segenap kelompok masyarakat untuk bersama-sama membangun satu tatanan kehidupan baru dengan tetap mengakui dan menerima eksistensi budaya masyarakat asal yang berbeda-beda ciri dan sifatnya. Sebagai suatu proses sosial, kehendak mewujudkan persatuan bangsa dalam satu kesatuan wilayah Negara Republik Indonesia tersebut sesungguhnya mengandung unsur dinamika. Artinya, nilai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tidak akan terwujud secara lengkap dan sempurna hanya dengan sekali usaha dan bertindak bersama berupa ikrar bersama (Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928) atau secara politik (Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 2945 ).

Proses sosial, untuk menjaga dan memelihara nilai pesatuan dan kesatuan bangsa Indonesia harus terus menerus dilakukan sejalan dengan dinamika lingkungan yang terus berkembang dan berubah. Besarnya potensi konflik antara golongan masyarakat yang setiap saat membuka peluang terjadinya disintegrasi bangsa

sesungguhnya semakin mendorong perlunya dilakukan proses sosial yang akomodatif dan sinergis. Proses sosial tersebut, mengharuskan setiap kelompok masyarakat budaya untuk saling membuka diri, memahami eksistensi budaya masing-masing, serta mau menerima dan memberi (Take And Give). Dengan demikian, keteguhan setiap warga atau kelompok masyarakat atau suku bangsa terhadap ikrar/kesepakatan bersama yang telah dilakukan akan sangat menentukan kelangsungan hidup Negara dan bangsa Indonesia dalam mencapai tatanan masyarakat yang harmonis. Disamping itu, bangsa Indonesia harus pula selalu ingat akan apa yang pernah dialaminya sebelumnya. Dimana, bentrokan (anarkhis) yang menelan korban terjadi di beberapa tempat. Misalnya, bentrokan karena perbedaan agama (SARA), keinginan untuk merdeka atau memisahkan diri, perbedaan etnis, dan sebagainya sudah seharusnya dihindari dan dicegah.

Dari tinjauan sosial budaya tersebut, pada akhirnya dapat dipahami bahwa proses sosial dalam keseluruhan upaya menjaga persatuan nasional sangat membutuhkan kesamaan persepsi diantara segenap masyarakat tentang eksistensi budaya yang sangat beragam namun memiliki semangat untuk membina kehidupan bersama secara harmonis. Dengan adanya kesamaan persepsi ini, wawasan kebangsaan atau wawasan nasional Indonesia yang diwarnai oleh keinginan untuk menumbuhsuburkan faktor-faktor positif, mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, dan mengurangi atau kalau dapat menghilangkan/mengeleminir pengaruh negatif dari faktor-faktor yang dapat menimbulkan disintegrasi bangsa harus selalu dipelihara dan ditumbuhkembangkan.

d. Pemikiran Berdasarkan Aspek Kesejarahan

Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-citanya pada umumnya tumbuh dan berkembang dari latar belakang sejarahnya. Sejarah Indonesia, sesungguhnya bisa diawali

dari negara-negara kerajaan tradisional yang pernah ada di wilayah nusantara. Misalnya, melalui Sriwijaya dan Majapahit. Kedua kerajaan tersebut, jika dicermati bertujuan mewujudkan kesatuan wilayah. Meskipun saat itu belum timbul adanya rasa kebangsaan, namun sudah timbul semangat bernegara. Indikatornya, diantaranya adanya kaidah-kaidah sebagai negara modern, seperti rumusan falsafah negara belum jelas dan konsepsi cara pandang belum ada. Yang ada adalah slogan-slogan seperti yang ditulis oleh Mpu Tantular : ”Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharma Mangrva”. Untuk selanjutnya, Bhinneka Tunggal Ika kemudian diangkat oleh bangsa Indonesia sebagai sesanti dalam kehidupan, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Runtuhnya Sriwijaya dan Majapahit, sesungguhnya antara lain disebabkan oleh karena belum adanya kesepakatan bersama untuk menjadi satu kesatuan bangsa dan wilayah dalam satu kesatuan negara yang utuh.

Perjuangan berikutnya sebagai lanjutannya, adalah diawali pula dengan nuansa kebangsaan mulai muncul pada tahun 1900-an yang ditandai oleh lahirnya sebuah konsep baru dan modern. Konsep baru dan modern ini berbeda secara prinsipil baik sesuai “dasar” maupun “tujuan” keberadaannya – dari kerajaan tradisional sebelumnya. Wujud konsep baru dan modern itu, ialah dimungkinkannya lahirnya Proklamasi Kemerdekaan dan Proklamasi penegakan negara merdeka. Mengingat, kehadiran penjajah telah merapuhkan budaya nusantara. Penjajahan tersebut, mengakibatkan penderitaan dan kepahitan yang sangat panjang. Meskipun, disadari disisi lain menimbulkan semangat, rasa senasib sepenanggungan untuk bertekad memerdekakan diri. Hal ini merupakan awal semangat kebangsaan yang diwadahi dalam organisasi Boedi Oetomo (20 Mei 1908), yang sekarang disebut sebagai ”Kebangkitan Nasional”. Semangat inilah, yang merupakan modal dasar dari cara pandang kebangsaan atau Wawasan Kebangsaan Indonesia yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda (28 oktober 1928): Satu Nusa, Satu Bangsa, dan menjunjung tinggi Bahasa Nasional Indonesia. Pada Kongres Pemuda tersebut untuk pertamakalinya pula lagu Indonesia raya dikumandangkan.

Dengan uraian semangat kebangsaan tersebut, perjuangan berikutnya menghasilkan Proklamasi 17 Agustus 1945. Dimana, Indonesia mulai menegara. Proklamasi Kemerdekaan harus dipertahankan dengan semangat persatuan yang esensinya adalah “mempertahankan persatuan Bangsa Indonesia dan menjaga kesatuan Wilayah Negara Republik Indonesia”. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan warisan Kolonial Hindia Belanda dimana batas wilayah perairan ditentukan dan diakui berdasarkan Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonnantie (TZMKO) 1939. Berdasarkan TZMKO, laut territorial adalah selebar 3 mil laut dari garis pangkal masing-masing pulau yang dalam konteks kekiniannya bisa dilihat bedanya dengan pada Setneg 1989 dan UU 43/2008.

Sementara itu, dengan adanya Undang-Undang kolonial (Lama) . Sesungguhnya, Indonesia secara politik dan ekonomi sangat dirugikan karena Tanah dan Air Republik Indonesia belum terwujud dalam satu kesatuan yang utuh. Melalui proses perjuangan yang panjang, Indonesia lantas berhasil mengubah batas wilayah perairan dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut melalui Deklarasi Djuanda (13 Desmber 1957). Deklarasi ini, sekaligus merupakan kehendak politik Republik Indonesia dalam menyatukan Tanah Air Indonesia menjadi satu kesatuan. Sejak terwujudnya kesatuan wilayah Republik Indonesia itu kata nusantara resmi mulai digunakan dalam istilah “Konsepsi Nusantara” sebagai nama dari Deklarasi Djuanda. Kata nusantara itu sendiri berasal dari kata “Nusa” yang berarti pulau dan “Antara”. Jadi artinya adalah pulau-pulau yang terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) serta dua samudra (Pasifik dan Hindia).

Konsepsi nusantara yang berlandaskan semangat kekompakan, yang mengacu pada konstelasi geografi RI sebagai negara kepulauan dikukuhkan menjadi Undang-undang Nomor 4/Prp tahun 1960 yaitu : (i) Perairan Indonesia ialah laut wilayah Indonesia beserta perairan pedalaman Indonesia; (ii) Laut wilayah Indonesia ialah jalur laut 12 mil laut; (iii) Perairan pedalaman Indonsia ialah

semua perairan yang terletak pada sisi dalam dari garis dasar, sebagai yang dimaksud pada ayat (2). Konsepsi nusantara mengilhami masing-masing Angkatan untuk mengembangkan wawasan berdasarkan matranya masing-masing, yaitu Wawasan Benua AD RI, Wawasan Bahari AL RI, Wawasan Dirgantara AU RI.

Selanjutnya, untuk menghindari berkembangnya wawasan yang tidak menguntungkan karena mengancam kekompakan ABRI, kini TNI dan Polri. Disusunlah, dalam konteks sejarahnya dengan Wawasan Hankamnas yang terpadu dan terintegrasi. Wawasan Hankamnas ini merupakan hasil seminar Hankam I tahun 1966 dan diberi nama Wawasan Nusantara Bahari yang penjelasannya adalah sebagai berikut : Wawasan Nusantara merupakan konsepsi dalam memanfaatkan konstelasi geografi Indonesia dimana perlu ada keserasian antara Wawasan Bahari, Wawasan Dirgantara, Wawasan Benua sebagai pengejawantahan segala dorongan (motives) dan rangsangan (drives) dalam usaha mencapai aspirasi-aspirasi bangsa dan tujuan Negara Indonesia. Sedangkan Wawasan Bahari adalah wawasan masa depan yang merupakan satu pandangan, satu aspek falsafah hidup satu bangsa dimana penggunaan dan penguasaan lautan adalah mutlak untuk perkembangan kesejahteraan dan kejayaan negara serta bangsa dimasa mendatang.

Sejarah menyatakan bahwa Raker Hankam tahun 1967 memutuskan untuk menamakan Wawasan Hankamnas dengan Wawasan Nusantra. Selanjutnya pada November 1972 Lembga Pertahanan Nasional (Lemhannas) meneliti dan mengkaji segala bahan dan data Wawasan Nusantara untuk sampai pada perumusan yang lebih terperinci agar dapat tegak sebagai wawasan nasional. Pada tahun 1973 Wawasan Nusantara diangkat dalam Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1973 tentang GBHN dalan bab II huruf “E”. Meskipun terkait dengan GBHN telah dihapus dengan adanya UU 17/2007 tentang RPJPN 2005-2025, konsepsi wawasan dimaksud harus dipelihara dan dikembangtingkatkan sesuai jamannya dengan tidak menghilangkan nilai intrisiknya.

Selain itu, konteks sejarah menyatakan bahwa di perjuangan dunia Internasional agar konsepsi terkait Wasantara untuk diakui wilayah nusantara sesuai dengan Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957 merupakan rangkaian perjuangan yang cukup panjang. Dimulai sejak konferensi PBB tentang Hukum Laut yang pertama pada tahun 1958, kemudian yang kedua tahun 1960 dan akhirnya pada konferensi ketiga pada tahun 1982, pokok-pokok asas Negara kepulauan diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 82 (United Nations Convention on the Law Of the Sea atau Konvensi Perserikatan bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut).

18. Pengimplementasian Wasantara.

Dalam rangka menetapkan dan memantapkan Wawasan Nusantara (Wasantara), kita sebaiknya terlebih dahulu harus mengerti dan memahami (ulang/pencerahan) pengertian, ajaran dasar, hakikat, asas, kedudukan, fungsi serta tujuan dari Wawasan dan Nusantara itu sendiri. Mengingat, Wawasan Nusantara sesungguhnya dalam kehidupan nasional telah mencakup diantaranya kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan yang harus tercermin dalam pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia di atas kepentingan pribadi dan atau golongan. Dengan demikian, Wasantara harus menjadi nilai yang menjiwai segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku pada setiap strata di seluruh wilayah/kawasan negara, sehingga semuanya harus mampu menggambarkan sikap dan prilaku, paham, serta semangat kebangsaan atau nasionalisme yang tinggi, yang merupakan identitas atau jati diri bangsa Indonesia.

19. Ajaran Wasantara.

a. Wasantara sebagai Wawasan Nasional Indonesia.

Sebagai bangsa majemuk yang telah menegara, bangsa Indonesia dalam membina dan membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasionalnya, baik pada aspek politik, ekonomi, sosbud maupun hankamnya, akan selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayahnya. Untuk itu, pembinaan dan penyelenggaraan tata kehidupan bangsa dan Negara Indonesia harus disusun atas dasar hubungan timbal balik antara falsafah, cita-cita dan tujuan nasional, serta kondisi sosial budaya dan pengalaman sejarah yang menumbuhkan kesadaran tentang kemajemukan dan kebhinnekaannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional.

Gagasan untuk menjamin pesatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan tersebut merupakan cara pandang bangsa Indonsia tentang diri dan lingkungannya, yang dikenal dengan istilah Wawasan Kebangsaan atau Wawasan Nasional Indonesia yang telah diberi nama Wawasan Nusantara, disingkat (sekali lagi) “Wasantara”. Sementara itu, dari berbagai pengertian-pengertian yang ada, pengertian yang digunakan sebagai acuan pokok ajaran dasar Wawasan Nusantara yang terpenting ialah Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia, yaitu cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serbaberagam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap menghargai serta menghormati kebhinnekaan setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.

b. Landasan Idiil : Pancasila

Pancasila, sudah jelas dan telah diakui sebagai ideologi dan dasar negara yang terumuskan dalam pembukaan UUD 1945. Dimana pada hakikatnya, Pancasila mencerminkan nilai keseimbangan, keserasian, keselarasan, persatuan dan kesatuan, kekeluargaan, kebersamaan dan kearifan dalam membina kehidupan nasional. Perpaduan nilai-nilai tersebut itu, sesungguhnya mampu merupakan sumber motivasi bagi perjuangan seluruh bangsa Indonesia dalam tekadnya untuk menata kehidupan di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia secara berdaulat dan mandiri. Selain itu, Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar negara mempunyai kekuatan hukum yang mengikat pada para penyelenggara negara, para pemimpinan pemerintahan, dan seluruh rakyat Indoesia.

Selanjutnya, pengejawantahan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara telah diaktualisasikan dengan mensyukuri segala Anugerah Sang Pencipta. Baik dalam wujud konstelasi dan posisi geografi maupun segala isi dan potensi yang dimiliki oleh wilayah nusantara untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi peningkatan harkat, martabat bangsa dan negara Indonesia dalam pergaulan antar bangsa. Hal-hal tersebut, menimbulkan rangsangan dan dorongan kepada bangsa Indonesia untuk membina dan mengembangkan segala aspek dan dimensi kehidupan nasionalnya secara dinamis, utuh, dan menyeluruh agar ia mampu mempertahankan identitas, integritas, dan kelangsungan hidup serta pertumbuhannya dalam perjuangan mewujudkan cita-cita nasional. Lebih dari itu, setelah menegara. Dalam menyelenggarakan kehidupan nasionalnya, bangsa Indonesia menghadapi lingkungan yang terus berubah dan merasa perlu memiliki cara pandang atau Wawasan Nusantara yang akan menghindarkannya dari bahaya penyesatan dan penyimpangan. Wawasan Nusantara itu, pada hakikatnya merupakan pancaran dari falsafah Pancasila yang ditetapkan dalam kondisi nyata Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia telah dijadikan landasan idiil dan dasar negara sesuai yang tercantum pada pembukaan UDD 1945.

c. Landasan Konstitusional: UUD 1945

UUD 1945, merupakan konstitusi dasar yang menjadi pedoman pokok dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bangsa Indonesia, telah bersepakat bahwa Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan berkedaulatan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaran Rakyat. Karena itu, negara mengatasi segala paham golongan, kelompok, dan perseorangan serta menghendaki persatuan dan kesatuan dalam segenap aspek dan dimensi kehidupan nasional. Artinya, kepentingan Negara dalam segala aspek dan perwujudannya lebih diutamakan diatas kepentingan golongan, kelompok, dan perseorangan berdasarkan aturan, hukum, dan perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan Hak Asasi Manusia (HAM), aspirasi masyarakat, dan kepentingan daerah yang berkembang saat ini.

Bangsa Indonesia menyadari, bahwa bumi, air, dan dirgantara/langit/udara diatasnya serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Karena itu, bangsa Indonesia bertekad mendayagunakan segenap kekayaan alam, sumber daya, serta seluruh potensi nasionalnya berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu, seimbang, serasi, dan selaras untuk mewujudkan kesejahteraan dan keamanan segenap bangsa dan seluruh tumpah darah dengan tetap memperhatikan kepentingan daerah penghasil secara proporsional dalam keadilan. Oleh karena itu, UUD 1945 sudah seharusnya dan sewajarnya menjadi landasan konstitusional dari Wawasan Nusatara yang merupakan cara pandang bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

20. Unsur Dasar Konsepsi Wasantara.

Konsepsi Wawasan Nusantara, sesungguhnya terdiri dari tiga unsur dasar, yakni Wadah (contour), Isi (content), dan Tata laku (conduct).Dimana, kKetiganya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Wadah (Contour)

Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam konsepsi Wasantara diantaranya meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan penduduk dengan segala aneka raga budaya. Setelah menegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud suprastruktur politik. Sementara itu, wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah berbagai lembaga dalam wujud infrastruktur politik.

b. Isi (Content)

Isi Wasantara, adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai aspirasi yang berkembang dimasyarakat maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut diatas, bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan kehidupan nasional. Disisi lain, isi menyangkut dua hal yang esensial, yaitu: (i)

Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta pencapaian cita-cita dan tujuan nasional; (ii)

Persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan yang meliputi semua aspek kehidupan nasional.c. Tata Laku (Conduct)

Tata laku Wasantara, merupakan hasil interaksi (perpaduan harmonis) antara wadah dan isi, yang terdiri dari tata laku bathiniah dan lahiriah. Tata laku bathiniah mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia, sedangkan tata laku lahiriah

tercermin dalam tindakan, perbuatan, dan prilaku dari bangsa Indonesia. Kedua hal tersebut, akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian bangsa Indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta kepada bangsa dan tanah air sehingga menumbuhkan nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional.

21. Hakikat Wasantara.

Hakikat Wawasan Nusantara, adalah keutuhan nusantara dalam pengertian: cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi kepentingan nasional. Hal tersebut berarti bahwa setiap warga bangsa dan aparatur negara harus berpikir, bersikap, dan bertindak secara utuh, menyeluruh demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Demikian juga, produk yang dihasilkan oleh lembaga negara harus dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia, tanpa menghilangkan kepentingan lainnya, seperti kepentingan daerah, golongan, dan orang per orang.

22. Asas-Asas Wasantara.

Asas Wawasan Nusantara merupakan ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara, dan diciptakan demi tetap taat dan setianya komponen pembentuk bangsa Indonesia terhadap kesepakatan bersama. Harus disadari bahwa jika asas wawasan nusantara diabaikan, komponen pembentuk kesepakatan bersama akan melanggar kesepakatan bersama tersebut, yang berarti tercerai berainya bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu, Asas Wawasan Nusantara diantaranya terdiri dari : kepentingan yang sama, tujuan yang sama, keadilan, kejujuran, solidaritas, kerjasama, dan kesetiaan terhadap ikrar atau kesepakatan bersama demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan.

Adapun rincian dari asas tersebut berupa:

Kepentingan yang sama. Ketika menegakkan dan merebut kemerdekaan, kepentingan bersama bangsa Indonesia adalah menghadapi penjajahan secara fisik dari bagian lain. Sekarang, bangsa Indonesia harus menghadapi sejenis “penjajahan” yang berbeda dari negara asing. Misalnya, kehidupan dalam negara bangsa Indonesia yang mendapat tekanan dan paksaan baik secara halus maupun kasar dengan cara adu domba dan/atau pecah belah bangsa dengan menggunakan dalih HAM, demokrasi, dan lingkungan hidup atau nilai universal lainnya. Sementara itu, tujuan yang sama adalah tercapainya kesejahteraan dan rasa aman yang lebih baik dari pada sebelumnya.

Keadilan, yang berarti kesesuaian pembagian hasil dengan adil, jerih payah usaha, dan kegiatan baik orang perorangan, golongan, kelompok maupun daerah.

Kejujuran, yang berarti keberanian berpikir, berkata, dan bertindak sesuai realita serta ketentuan yang benar biarpun realita atau ketentuan itu pahit dan kurang enak didengarnya. Demi kebenaran dan kemajuan bangsa dan negara, hal ini harus dilakukan.

Solidaritas, yang berarti diperlukannya rasa setiakawan, mau memberi dan berkorban bagi orang lain tanpa meninggalkan ciri dan karakter budaya masing-masing.

Kerjasama, yang berarti adanya koordinasi, saling pengertian yang didasarkan atas kesetaraan sehingga kerja kelompok, baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang lebih besar, dapat tercapai demi terciptanya sinergi yang lebih baik.

Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama untuk menjadi bangsa dan mendirikan negara Indonesia, yang dimulai, dicetuskan, dan dirintis oleh Boedi Oetomo pada tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, dan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17

Agustus 1945. Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama ini sangatlah penting dan menjadi tonggak utama terciptanya persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan. Jika kesetiaan terhadap kesepakatan bersama ini goyah apalagi ambruk, dapat dipastikan bahwa persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan bangsa Indonesia akan hancur berantakan pula. Ini berarti hilangnya Negara Kesatuan Indonsia.

23. Arah Pandang Wasantara.

Dengan latar belakang budaya, sejarah, kondisi, konstelasi geografi, dan perkembangan lingkungan strategis serta berbagai alasan terurai maupun lainnya. Arah pandang Wawasan Nusantara dapat meliputi arah pandang ke dalam dan keluar sebagai berikut :

a. Arah Pandang ke Dalam

Arah pandang kedalam, bertujuan menjamin perwujudan persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional, baik aspek alamiah maupun aspek sosial. Selain itu, arah pandang ke dalam mengandung arti bahwa bangsa Indonesia harus peka dan berusaha untuk mencegah dan mengatasi sedini mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan harus mengupayakan tetap terbina dan terpeliharanya persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan .

b. Arah Pandang ke luar

Arah pandang keluar, ditujukan demi terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba berubah maupun kehidupan dalam negeri serta dalam melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, serta kerja sama dan sikap saling hormat menghormati. Selain itu, arah pandang ke luar mengandung arti bahwa dalam kehidupan internasionalnya,

bangsa Indonesia harus berusaha mengamankan kepentingan nasionalnya dalam semua aspek kehidupan. Dimana, diantaranya dari aspek politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan demi tercapainya tujuan nasional sesuai dengan yang tertera pada pembukaan UUD 1945.

24. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Wasantara.

a. Kedudukan

Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional bangsa Indonesia, merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, Wawasan Nusantara menjadi landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional.

Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari stratifikasinya sebagai berikut :

Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar negara berkedudukan sebagai landasan idiil.

Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi negara, berkedudukan sebagai landasan konstitusional.

Wawasan Nusantara sebagi visi nasional, berkedudukan sebagai landasan visional.

Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional, berkedudukan sebagai landasan operasional.

Paradigma di atas perlu dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan maupun berbagai kebijakan. Paradigma nasional itu, secara

struktural dan fungsional mewujudkan keterkaitan hierarkis piramidal dan secara instrumental mendasari kehidupan nasional yang berdimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa , dan bernegara.

b. Fungsi

Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah maupun seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Tujuan

Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa, atau daerah. Hal tersebut, bukan berarti menghilangkan kepentingan-kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa, atau daerah. Kepentingan-kepentingan tersebut tetap dihormati, diakui, dan dipenuhi, selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional atau kepentingan masyarakat banyak. Nasionalisme yang tinggi di segala bidang kehidupan demi tercapai tujuan nasional tersebut merupakan pancaran dari makin meningkatnya rasa, paham, dan semangat kebangsaan dalam jiwa bangsa Indonesia sekaligus sebagai hasil pemahaman dan penghayatan Wawasan Nusantara.

25. Sasaran Implementasi Wasantara.

Sebagai cara pandang dan visi nasional Indonesia, Wawasan Nusantara harus dijadikan arahan, pedoman, acuan, dan tuntunan bagi setiap individu bangsa Indonesia dalam membangun dan memelihara tuntutan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, implementasi dan penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pada kepentingan pribadi atau kelompok sendiri. Dengan kata lain, Wawasan Nusantara menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap dan bertindak dalam rangka, menghadapi, menyikapi, atau menangani berbagai permasalahan menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Implementasi Wawasan Nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh yang ditandai dengan berbagai hal sebagai berikut :

Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim penyelenggaraan Negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut nampak dalam mewujudkan pemerintahan yang kuat, bersih, demokratis (madani), aspiratif dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.

Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan ekonomi akan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil. Disamping itu, implementasi Wawasan Nusantara mencerminkan tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri.

Implementasi Wawasan Nusanatra dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima, dan menghormati segala bentuk perbedaan atau kebhinekaan sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Sang Pencipta (Tuhan/Allah). Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa

membedakan suku, asal usul daerah, agama atau kepercayaan, serta golongan berdasarkan status sosialnya.

Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan Hankam akan menumbuh-kembangkan kesadaran cinta (bangga) tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk sikap (upaya) bela negara pada setiap warga negara Indonesia. Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela negara ini akan menjadi modal utama yang akan menggerakkan partisipasi setiap warga negara Indonesia dalam menanggapi setiap bentuk ancaman, seberapapun kecilnya dan darimanapun datangnya, atau setiap gejala yang membahayakan keutuhan, keselamatan bangsa dan kedaulatan negara.

Dalam pembinaan seluruh aspek kehidupan nasional sebagaimana dijelaskan diatas, implementasi Wawasan Nusantara harus dan seharusnya menjadi nilai yang menjiwai segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku pada setiap strata di seluruh wilayah negara. Disamping itu, Wawasan Nusantra dapat diimplementasikan ke dalam segenap pranata sosial yang berlaku di masyarakat dalam nuansa kebhinnekaan sehingga mendinamisasikan kehidupan sosial yang akrab, peduli, toleran, hormat, dan taat hukum. Semua itu menggambarkan sikap, faham, dan semangat kebangsaan atau nasionalisme yang tinggi sebagai identitas atau jati diri bangsa Indonesia.

26. Pemasyarakatan/Sosialisasi Wasantara.

Untuk mempercepat tercapainya tujuan Wawasan Nusantara, di samping implementasi seperti tersebut diatas, perlu juga dilakukan pemasyarakatan materi Wawasan Nusantara kepada seluruh masyarakat Indonesia. Pemasyarakatan Wawasan Nusantara tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut :

Menurut sifat/cara penyampaiannya, yang dapat dilaksanakan diantaranya sebagai berikut : (i) Langsung, yang terdiri dari ceramah, diskusi, dialog, tatap muka; (ii)

Tidak langsung, yang terdiri dari media elektronik, media cetak..

Menurut metode penyampaiannya, diantaranya berupa : (i) Keteladanan, Melalui metode penularan keteladanan dalam sikap prilaku kehidupan sehari-hari kepada lingkungannya, terutama dengan memberikan contoh-contoh berfikir, bersikap dan bertindak mementingkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan atau golongan, sehingga timbul semangat kebangsaan yang selalu cinta (bangga) tanah air; (ii) Edukasi, yakni melalui metode pendekatan formal dan informal. Pendidikan formal ini dimulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, pendidikan karier di semua strata dan bidang profesi, penataran atau kursus-kursus, dan sebagainya. Sedangkan pendidikan non formal dapat di laksanakan di lingkungan rumah/keluarga, di lingkungan pemukiman, pekerjaan, dan organisasi kemasyarakatan; (iii) Komunikasi. Tujuan yang ingin dicapai dari sosialisasi Wawasan Nusantara melalui metode komunikasi adalah tercapainya hubungan komunikatif secara baik yang akan mampu menciptakan iklim saling menghargai, menghormati, mawas diri, dan tenggang rasa sehingga tercipta kesatuan bahasa dan tujuan tentang Wawasan Nusantara; dan (iv) Integrasi. Tujuan yang ingin dicapai dari pemasyarakat-an/sosialisasi Wawasan Nusantara melalui metode integrasi adalah terjalinnya persatuan dan kesatuan. Pengertian serta pemahaman tentang Wawasan Nusantara akan membatasi sumber konflik di dalam tubuh bangsa Indonesia baik pada saat ini maupun dimasa mendatang dan akan memantapkan kesadaran untuk mengutamakan kepentingan nasional dan cita-cita tujuan nasional.

Dalam melaksanakan pemasyarakatan, lingkup materi Wawasan Nusantara yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan tingkat, jenis, serta lingkungan pendidikan agar materi yang disampaikan tersebut dapat dimengerti dan dipahami. Dengan cara ini, diharapkan penerima materi akan memiliki kesatuan cara pandang yang sama yaitu Wawasan Nusantara.

27. Tantangan Implementasi Wasantara

Dewasa ini, kita menyaksikan bahwa kehidupan individu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan dalam bernegara sedang mengalami perubahan dan berbagai pergeseran. Disisi lain, kita juga menyadari bahwa faktor utama yang mendorong terjadinya proses perubahan tersebut adalah nilai-nilai kehidupan baru yang dibawa oleh negara maju (super power/G7) dengan kekuatan penetrasi globalnya yang tanpa batas dan menggunakan kekuatan pasar. Apabila kita menengok sejarah kehidupan manusia dan alam semesta, perubahan dalam kehidupan itu adalah suatu hal yang wajar dan alamiah/manusiawi. Dalam dunia ini, yang abadi dan kekal itu adalah perubahan serta Tuhan/Allah. Berkaitan dengan itu, Wawasan Nusantara yang sarat dengan nilai-nilai budaya bangsa dan telah dibentuk dalam proses panjang sejarah perjuangan bangsa sesungguhnya sudah dianggap tepat. Namun, apakah wawasan bangsa Indonesia yang terkait terutama tentang persatuan kesatuan itu akan hanyut tanpa bekas atau akan tetap kokoh dan mampu bertahan dalam terpaan nilai global yang menantang Wawasan Persatuan Bangsa ? Tantangan itu, harus mampu dijawab. Mengingat, antara lain pemberdayaan rakyat yang optimal, dunia yang tanpa batas, era baru kapitalisme, dan kesadaran warga negara yang belum sepenuhnya menjanjikan perubahan kearah kehidupan yang lebih baik dan positif jika pemilahan dan peruntukannya kurang cermat dan tepat.

a. Pemberdayaan Masyarakat

John Naisbit. Dalam bukunya, diantaranya di Global Paradox, ia menulis “To be a global powers, the company must give more role to the smallest part”. Buku tersebut, pada intinya, Global Paradox memberikan pesan bahwa negara harus dapat memberikan peran sebesar-besarnya kepada rakyatnya. Pemberdayaan masyarakat dalam arti memberikan peran dalam bentuk aktivitas dan partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan oleh negara-

negara yang sudah maju yang menjalankan Buttom up Planning. Sedangkan negara-negara berkembang, seperti Negara Kesatuan Republik Indonesia, masih melaksanakan program Top Down Planning karena keterbatasan kualitas SDM. Karena itu, NKRI memerlukan landasan opersional berupa GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara), yang kini sudah diganti dengan RPJPN (UU 17/2007) serta perundangan terkait lainnya.

Sementara itu, disadari bahwa Pembangunan Nasional yang dilakukan secara menyeluruh dan utuh belum sepenuhnya merata, sehingga masih ada beberapa daerah yang tertinggal pembangunannya. Hal ini, bisa saja menimbulkan keterbelakangan dalam berbagai aspek kehidupannya. Kondisi tersebut, bisa saja lalu menimbulkan kemiskinan dan kesenjangan sosial di masyarakat. Apabila kondisi ini berlarut-larut, masyarakat di beberapa daerah tertinggal akan berubah pola pikir, pola sikap, dan pola tindaknya. Mengingat, mereka sudah tidak berdaya dalam menerima berbagai aspek kehidupannya. Hal ini, bisa dianggap merupakan ancaman bagi tetap tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat, perlu ada prioritas utama pembangunan daerah tertinggal maupun Pulau Pulau Kecil Terluar/wilayah perbatasan agar masyarakat dapat berperan dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan di seluruh aspek kehidupan, yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang.

Sesuai pesan Global Paradox dan kondisi nasioal mengenai pemberdayaan masyarakat di atas, dapat menjadi tantangan Wawasan Nusantara. Nyatanya, pemberdayaan untuk kepentingan rakyat banyak yang perlu mendapat prioritas utama dan dukungan. Mengingat, Wawasan Nusantara memiliki makna persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan untuk lebih mempererat kesatuan bangsa diharapkan bisa menggugah semuanya.

b. Dunia Tanpa Batas

Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) maupun Perkembangan terkaitnya, seperti pengaruh global saat ini, sangat maju dengan pesat. Dengan perkembangan IPTEK yang sangat modern, khususnya di bidang teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi. Dunia seakan-akan menjadi sudah menyatu maupun menjadi kampong sedunia. Selain itu, Dunia menjadi transparan tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang demikian, bisa berdampak pada seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal tersebut, pada gilirannya dapat mempengaruhi pola pikir, pola sikap, dan pola tindak sebagaian masyarakat Indonesia. Keterbatasan kualitas SDM Indonesia di bidang IPTEK merupakan tantangan serius, mengingat penguasaan IPTEK merupakan nilai tambah untuk berdaya saing di percaturan global.

Sejalan dengan itu, Kenichi Omahe dengan buku-bukunya yang terkenal, seperti Borderless World dan The End of Nation State mengatakan bahwa dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas wilayah Negara dalam arti geografi dan politik relative masih tetap, namun kehidupan dalam satu negara tidak mungkin dapat membatasi kekuatan global yang berupa informasi, investasi, industri dan konsumen yang makin individualis.

Selain itu, Kenichi Omahe juga memberikan pesan bahwa untuk dapat menghadapi kekuatan global, suatu negara harus mengurangi peranan pemerintah pusat dan lebih memberikan peranan kepada pemerintah daerah dan masyarakat maupun diistilakan sebagai otonomi daerah (desentralisasi). Dengan memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah daerah, pemerintah memberikan kesempatan berpartisipasi yang lebih luas kepada seluruh masyarakat. Apabila masyarakat banyak yang

terlibat dalam upaya pembangunan, diharapkan hasilnya akan lebih meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa dalam percaturan global maupun dunia/internasional.

Kendati demikian, Perkembangan IPTEK dan perkembangan masyarakat global yang berkaitan dengan dunia tanpa batas merupakan tantangann Wawasan Nusantara. Mengingat, perkembangan tersebut akan dapat mempengaruhi pola pikir, pola sikap, dan pola tindak masyarakat Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Era Baru Kapitalisme

Sloan dan Zureker. Dalam bukunya, diantaranya yang berjudul Dictionary of Economics, menyebutkan bahwa kapitalisme (imperalisme ????) adalah suatu system ekonomi berdasarkan hak milik swasta atas macam-macam barang dan kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain. Lalu, pada gilirannya akan berkecimpung dalam aktivitas ekonomi yang dipilihnya sendiri maupun untuk mencapai laba bagi dirinya sendiri. Di era baru Kapitalisme seperti sekarang ini, carnya juga diubah dengan menggunakan system ekonomi untuk mendapatkan keuntungan dengan melakukan aktivitas secara luas dan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat yang memerlukan strategi baru, yaitu adanya keseimbangan.

Selain itu, Lester Thurow mendukungnya. Di dalam salah satu bukunya yang berjudul The Future of Capitalism, ia menegaskan diantaranya bahwa untuk dapat bertahan dalam era baru kapitalisme, kita harus membuat strategi baru, yaitu keseimbangan antara paham individualis dan paham sosialis. Era baru Kapitalsime, tidak terlepas dari globalisasi. Dimana, negara-negara kapitalis/besar, yaitu negara-negara maju akan berusaha mempertahankan eksistensinya

di bidang ekonomi dengan menekan negara-negara berkembang melalui isu global/universal yang mencakup demokratisasi, HAM (Hak Asasi Manusia), dan lingkungan maupun hukum. Selain itu, Strategi baru yang ditegaskan oleh Lester Thurow, pada dasarnya telah tertuang dalam nilai-nilai falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila yang mengamanatkan kehidupan yang serasi, selaras, dan seimbang antara individu, masyarakat, bangsa, serta semesta dan penciptanya.

Dari uraian di atas, tampak sekali bahwa kapitalisme yang semula dipraktekkan untuk keuntungan diri sendiri kemudian berkembang lagi menjadi strategi baru guna mempertahankan paham kapitalisme di era globalisasi dengan menekan pula negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, melalui isu global/internasionalisasi. Hal ini sangat perlu diwaspadai, karena merupakan tantangan bagi Wawasan Nusantara.

d. Kesadaran Warga Negara.

Pandangan Bangsa Indonesia tentang Hak dan Kewajiban atau dulunya kewajiban dan hak sudah mulai berubah. Bangsa Indonesia, melihat hak tidak terlepas dari kewajiban. Manusia Indonesia, baik sebagai warga negara maupun sebagai warga masyarakat, mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Hak dan kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan karena merupakan satu kesatuan. Tiap hak mengandung kewajiban, demikian pula sebaliknya. Kedua-duanya merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama. Negara kepulauan Indonesia yang menganut paham Negara Kesatuan menempatkan kewajiban di muka baru kemudiannya hak ?. Kepentingan umum masyarakat, bangsa, dan negara harus lebih diutamakan dari pada kepentingan pribadi atau golongan.

Sementara itu, Kesadaran (upaya) Bela Negara harus tetap dingat-ingatkan. Pada waktu dulu, merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia menunjukkan kesadaran bela negara yang tinggi dan optimal. Dimana, sama-sama diketahui bahwa seluruh rakyat bersatu padu berjuang tanpa mengenal perbedaan, pamrih dan sikap menyerah yang timbul dari jiwa heroisme dan patriotisme karena perasaan senasib sepenanggungan dan setia kawan dalam perjuangan fisik mengusir penjajah untuk merdeka. Namun, dalam mengisi kemerdekaan, perjuangan yang dihadapi adalah kemungkinannya perjuangan non fisik yang mencakup seluruh aspek kehidupan, khususnya dalam memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan social, korupsi, kolusi dan nepotisme dan dalam menguasai IPTEK, meningkatkan kualitas SDM, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sudah mulai mempriatinkan. Di dalam perjuangan non fisik , kesadaran bela negara mengalami penurunan yang tajam apabila dibandingkan dengan perjuangan fisik. Hal ini tampak dari kurangnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan adanya beberapa daerah yang ingin memisahkan diri dari NKRI sehingga mengarah ke disintegrasi bangsa.

Dari uraian diatas, tampak disadari bahwa pandangan bangsa Indonesia tentang hak dan kewajiban serta kesadaran bela negara yang dikaitkan dengan kesadaran warga negara secara utuh, tampak kesadaran di dalam persatuan dan kesatuan mengalami penurunan. Anak-anak/komponen/kekuatan bangsa belum sepenuhnya sadar bahwa, sebagai warga negara, mereka harus selalu mengutamakan kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi dan atau golongan. Kondisi ini merupakan tantangan bagi Wawasan Nusantara dan harus dicarikan solusinya.

28. Prospek Implementasi Wasantara

Beberapa teori mengemukakan tentang pandangan global, diantaranya dapat diurai sebagai berikuit :

Global Paradox, seperti jelas memberikan pesan bahwa Negara harus mampu memberikan peranan sebesar-besarnya kepada rakyatnya. Negara ini, perannya sangat kuat sehingga segala sesuatu atas eksistensi dan kemuliaan rakyatnya sangat dipengaruhi oleh atauran negara yang memihak.

Borderless World dan The End of Nation State, menyebutkan bahwa batas wilayah geografi relatif tetap, tetapi kekuatan ekonomi dan budaya global akan menembus batas tersebut. Selanjutnya, pemerintah daerah perlu diberi peranan yang lebih berarti. Ketidak mampuan peran pemerintah atau pemerintah daerah dalam mensejahterahkan dan mengamankan rakyatnya berakibat akan beralih kesetiannya ke negarabangsa lainnya.

Lester Thurow dalam bukunya The Future of Capitalism, memberi gambaran bahwa strategi baru kapitalisme adalah mengupayakan keseimbangan antara kepentingan individu (kelompok) dan masyarakat banyak serta antara negara maju dan negara berkembang. Oleh karena itu, konsep kapitalisme ini sangat berbeda dan bertentangan dengan ideologi Pancasila.

Hezel Handerson dalam bukunya Building Win Win World, mengatakan bahwa perlu ada perubahan nuansa perang ekonomi menjadi masyarakat dunia yang bekerja memanfaatkan teknologi yang bersih lingkungan serta mewujudkan pemerintah yang lebih demokratis. Pemimpin yang demokratis, harus dilalui secarah sah lewat pemilu sehingga kemungkinan suatu kepemimpinan modern selalu dibatasi dengan termin waktu dan keterujian.

Lan Marison dalam bukunya The Second Curve, menjelaskan bahwa dalam era baru timbul adanya peran pasar, konsumen, dan teknologi baru yang lebih besar, yang membantu terwujudnya masyarakat baru. Peran ini,

apabila tidak dicermeti dengan tepat akan menggerus atau menggerogoti komunitas ideal yang telah lama ada.

Diantara pesan pesan yang telah disampaikan, dalam nilai yang berkekuatan global di atas ternyata tidak satupun yang menyatakan tentang perlu adanya persatuan bangsa untuk menghindari konflik antar bangsa yang timbul karena kepentingan nasionalnya tidak terpenuhi. Berkaitan dengan itu, dapat diambil kesimpulan bahwa Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia dan sebagai visi nasional yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa masih saja tetap valid dan up tu date (berlaku/belum usang), baik untuk saat sekarang maupun masa mendatang. Prospek Wawasan Nusantara dalam era mendatang masih tetap relevan dengan mengantisipasi mersuknya norma-norma global. Untuk menghadapi gempuran nilai global, fakta kebhinekaan dalam setiap rumusan yang memuat persatuan dan kesatuan perlu lebih ditekankan. Dalam implementasinya peranan daerah dan rakyat kecil perlu lebih diberdayakan. Hal tersebut dapat diwujudkan, apabila faktor-faktor dominan berikut ini dipenuhi: Misalnya, keteladanan kepemimpinan nasional, pendidikan yang berkualitas dan bermoral kebangsaan, media massa yang mampu memberikan informasi dan kesan yang positif, serta keadilan dalam penegakan hukum dalam arti pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana agenda reformasi dan adanya keinginan kepemerintahan yang baik maupun mewujudkan masyarakat madani.

29. Keberhasilan Implementasi Wasantara.

Wawasan Nusantara, sedapat mungkin harus menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka menghadapi, menyikapi, dan menangani/mengatasi permasalahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang multidimensional dan berorientasi kepada kepentingan rakyat dan keutuhan/kedaulatan wilayah tanah air. Wawasan Nusantara, juga perlu diimplementasikan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam kehidupan politik, ekonomi,

sosial budaya, dan pertahanan keamanan serta dalam upaya menghadapi tantangan-tantangan dewasa ini maupun yang akan datang. Oleh karena itu, setiap warga negara Indonesia perlu memiliki kesadaran untuk : (i) Mengerti, memahami, dan menghayati hak dan kewajiban/kewajiban dan hak warga negara serta hubungan warga negara dengan negara, sehingga semakin sadar sebagai bangsa Indonesia yang harus cinta dan bangga tanah air berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara; (ii) Mengerti, memahami, dan menghayati bahwa di dalam menyelenggarakan kehidupannya berbangsa dan bernegara memerlukan konsepsi Wawasan Nusantara, sehingga sadar sebagai warga negara yang memiliki Wawasan Nusantara guna mencapai cita-cita dan tujuan nasional.

Untuk mengetuk hati nurani setiap warga Negara Indonesia maupun komponen/kekuatan bangsa lainnya agar sadar bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara diperlukan adanya jamak pendekatan dengan berbagai program yang teratur, terjadwal dan terarah. Hal ini akan mewujudkan keberhasilan dari implementasi Wawasan Nusantara sehingga Wawasan Nusantara terimplementasi dalam kehidupan nasional guna mewujudkan Ketahanan Nasional sebagai geostrategi.

KETAHANAN NASIONAL(TANNAS SEBAGAI LANDASAN KONSEPSIONAL)

..... kondisi dinamis suatu bangsa ..... berisi keuletan dan ketangguhan, .....

mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional melalui interaksi gatra alamiah dengan gatra sosial, yang secara hirarkhi berturutan

dibawah kendali gatra politik, ideologi, dan pengetrapan pendekatan jamak.....

dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa dan mengatasi ancaman ..... membahayakan integritas dan identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.

30. Keuletan dan Ketangguhan

Kehidupan bangsa dan negara Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, tidaklah pernah luput dari berbagai gejolak dan ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup maupun keutuhan berbangsa dan bernegara. Sungguh pun demikian, bangsa dan negara Indonesia selain telah mampu mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya terhadap ancaman dari luar, seperti berbagai agresi militer Belanda (ke II ??? masa kemerdekaan). Begitupun, ancaman dari dalam seperti pemberontakan-pembrontakan yang memisahkan diri dari NKRI. Namun, toh bangsa Indonesia tetap dan telah mampu menegakkan NKRI. Bahkan, dalam era Tri Kora (tahun 1960-an/Rebut kembali Irian Barat) telah mampu merebut kembali Irian Jaya/Papua ke dalam NKRI. Kendati setelah itu,

terjadi sebaliknya, yakni Pulau Sipadan dan Ligitan yang dianggap milik NKRI justru menjadi milik Malaysia ?????. Begitupun, dengan dalih referendum saudara kita di Timor Timur memisahkan diri dan memilih merdeka dari pada menghindahkan otonomi (Khusus).

Kenyataan ini, apapun resikonya yang harus dihadapi dengan nyata ketabahan. Selain itu, jika ditinjau dari aspek geopolitik dan geostrategi dengan posisi geografis, potensi sumber kekayaan alam serta besarnya jumlah dan kemampuan penduduk yang dimilikinya, sesungguhnya bangsa Indonesia telah menunjukan keuletannya dan ketangguhannya guna mewujudkan keunikan wilayahnya serta cita-citanya yang sekaligus menempatkan Indonesia menjadi ajang persaingan kepentingan dan perebutan pengaruh antar negara besar dan/atau adikuasa (Super Power/Power Majority) yang apabila kurang disikapi dengan bijaksana akan menimbulkan kerentanan. Hal tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak negatif sekaligus kemungkinannya positif terhadap segenap aspek kehidupan bangsa dan negara, sehingga harapannya satu sisi dalam kondisi yang ada dapat mempengaruhi lebih maju kehidupan berbangsa dan bernegara serta akan mempunyai fator deterence (penggentar). Disisi lain, tidak menutup kemungkinan apabila kurang diantisipasi akan membahayakan kelangsungan hidup dan eksistensi NKRI sendiri.

Selanjutnya, dihadapkan pada berbagai ancaman dan tantangan sebagaimana dikemukakan di atas dan berbagai prediksi lainnya. NKRI, nyatanya masih tetap tegak berdiri sebagai suatu bangsa dan negara yang merdeka, bersatu dan berdaulat. Hal tersebut, sesungguhnya membuktikan bahwa bangsa Indonesia telah memiliki keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, sehingga berhasil mengatasi setiap bentuk tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan dari manapun datangnya. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin eksistensi bangsa dan negara dimasa kini dan dimasa yang akan datang. Bangsa Indonesia harus tetap memiliki keuletan dan ketangguhan yang perlu dibina secara konsisten dan berkelanjutan. Kondisi kehidupan nasional yang demikian, merupakan salah satu pencerminan Ketahanan Nasional

yang didasari oleh landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan konseptual Wawasan Nusantara.

31. Konsepsi Dasar Tannas.

a. Pengertian Ketahanan Nasional

Pada dasarnya, beberapa penulisan tentang Ketahanan Nasional (Tannas) sungguh sangat banyak dan bervariasi. Misalnya, diuraikan bahwa Tannas adalah suatu kondisi dinamis bangsa yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk menghadapi dan mengatasi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG), baik yang datang dari dalam maupun dari luar, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas dan kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta tujuan nasional, seperti halnya pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat (Lemhannas, 2008). Selain itu, masih banyak lagi menyoal Tannas. Namun, yang patut dicermati adalah Tannas sendiri yang bersifat riil. Dimana, dapat dijelaskan bahwa Tannas yang bersifat riil atau Tannas secara Riil adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional melalui interaksi gatra alamiah dengan gatra sosial, yang secara hirarkhi berturutan dibawah kendali gatra politik, ideologi, dan pengetrapan pendekatan jamak kesejahteraan, keamanan, demokratik, kultur, dan sebaginya (agenda/tuntutan reformasi) dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa dan mengatasi ancaman (ATHG) baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas dan identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara

Tanpa mengabaikan pemaknaan arti Tannas dimaksud atau lainnya. Untuk menciptakan kondisi tersebut, terkait Tannas secara riil diperlukan adanya landasan konsepsional

Tannas, yaitu pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang selaras dalam seluruh aspek kehidupan nasional yang berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan Wasantara. Konsep Tannas yang berfungsi sebagai metode pembinaan kehidupan nasional. Pada dasarnya, bersifat komprehensif integral yang mempedomani tata nilai Pancasila sehingga menempatkan peran hak dan kewajiban, peran serta antara rakyat selaku warga negara dengan pemerintahnya, yang saling tersinerjikan dalam proses penyelenggaraan pembangunan nasional.

Selanjutnya, Tannas sebagaimana yang telah terurai merupakan pula kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan bangsa dan negara untuk menghadapi serta mengatasi segala bentuk ATHG, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta upaya perjuangan bangsa Indonesia. Selain itu, Tannas juga merupakan konsepsi pembangunan, pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan disegala aspek kehidupan nasional secara terpadu, selaras, seimbang, dan serasi dalam rangkah menciptakan kehidupan yang semakin maju, adil dan makmur. Kemantapan Tannas yang tinggi, akan mendorong keberhasilan pembangunan di bidang kesejahteraan nasional, dan sebaliknya kemantapan kesejahteraan nasional yang tinggi akan mendorong keberhasilan pembangunan di bidang keamanan nasional. Sementara itu, konsepsi Tannas di Indonesia sendiri merupakan konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelengaraan kesejahteraaan dan keamanan yang seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara. Dengan kata lain, konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia merupakan pedoman (sarana) untuk meningkatkan (metoda) keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dengan berbagai pendekatannya yang jamak seperti, kesejahteraan dan keamanan, demokrasi, budaya (kultur), dan sejenis

sehingga dalam konteks supremasi sipil yang disimbulkan dalam gatra politik harus disertai landasan/koridor ideologi yang berpengetrapan pendekatan jamak dimaksud serta idealnya adanya bagian persyaratan yang berupa diantarannya pernah ikut upaya bela negara, baik dalam artian secara komprehensif integral berdimensi militer dan nonmiliter atau rasukan keduannya sebagaimana dimaknai dalam UU (UU 3/2002).

b. Asas-asas Ketahanan Nasional

Asas Ketahanan Nasional Indonesia adalah tata laku yang didasari nilai-nilai yang tersusun berdasarkan pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara, yang terdiri diantaranya dari :

Asas Kesejahteraan dan Keamanan.

Kesejahteraan dan keamanan dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dan merupakan kebutuhan manusia yang mendasar serta esensial, baik sebagai perseorangan maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, kesejahteraan dan keamanan merupakan asas dalam Sistem Kehidupan Nasional. Tanpa kesejahteraan dan keamanan, Sistem Kehidupan Nasional tidak akan mungkin dapat berlangsung, sehingga kesejahteraan dan keamanan merupakan nilai intrinsik yang ada pada Sistem Kehidupan Nasional itu sendiri.

Asas Komprehensif Integral dan/atau Terpadu

Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh menyeluruh dan terpadu dalam bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi dan selaras dari seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, Ketahanan Nasional mencakup pula

ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh, menyeluruh, dan terpadu (komprehensif integral).

Asas Mawas Ke Dalam dan Mawas Ke Luar.

Sistem kehidupan nasional merupakan perpaduan segenap aspek kehidupan bangsa yang saling berinteraksi. Disamping itu, system kehidupan nasional juga berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya. Dalam proses interaksi tersebut dapat timbul berbagai dampak, baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan sikap mawas ke dalam maupun ke luar.

Mawas ke dalam.Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan

hakikat, sifat, dan kondisi kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai kemandirian yang proporsional untuk meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh. Hal ini tidak berarti bahwa Ketahanan Nasional mengandung sikap isolasi atau nasionalisme sempit.

Mawas ke luar.Mawas ke luar bertujuan untuk dapat

mengantisipasi, dan ikut berperan serta menghadapi dan mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri, serta menerima kenyataan adanya saling interaksi dan ketergantungan, dengan dunia internasional. Untuk menjamin kepentingan nasional, kehidupan nasional harus mampu mengembangkan kekuatan nasional, agar memberikan dampak ke luar dalam bentuk daya tangkal dan daya tawar. Namun, interaksi dengan pihak lain sesungguhnya diutamakan dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.

Asas Kekeluargaan.

Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesamaan, gotong-royong, tenggang rasa,

dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Sifat Ketahanan Nasional

Mandiri.

Ketahanan Nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengan keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas, dan kepribadiaan bangsa. Kemandirian (independent) ini, merupakan persyaratan untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global (interdependent).

Dinamis.

Ketahanan Nasional tidaklah tetap, melainkan dapat meningkat ataupun menurun tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara, serta kondisi lingkungan strategisnya. Hal ini, sesuai dengan hakikat dan pengertian bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah dan perubahan itu senantiasa berubah pula. Oleh karena itu, upaya peningkatan Ketahanan Nasional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya diarahkan untuk kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.

Wibawa.

Keberhasilan pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia secara berlanjut dan berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa yang dapat menjadi faktor yang diperhatikan pihak lain. Makin tinggi tingkat Ketahanan Nasional Indonesia, makin tinggi pula nilai kewibawaan nasional yang berarti makin tinggi tingkat daya tangkal yang dimiliki bangsa dan negara Indonesia.

Konsultasi dan Kerjasama.

Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada sikap konsultatif dan kerjasama, serta saling menghargai dengan mengandalkan pada kekuatan moral dan kepribadian bangsa.

32.Konsepsi Astra Gatra

a. Gatra Geografi

Dari goegrafi dapat diketahui tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia di atas bumi yang memberikan gambaran tentang bentuk kedalam dan bentuk keluarnya. Bentuk kedalam, menempatkan corak, wujud dan tata susunan, dan bentuk ke luar dapat diketahui situasi dan kondisi lingkungan, serta hubungan timbal balik antara negara dan lingkungannya. Negara Indonesia, sebagai wadah bangsa Indonesia dengan batas-batas nasionalnya, memberikan ciri yang membedakannya dengan negara lain dan memberikan kemungkinan untuk melangsungkan serta mengembangkan perikehidupan nasionalnya.

Kedudukan Indonesia yang secara Geografi (UU 43/2008) berada pada posisi silang, memberikan kepada Indonesia peranan yang sangat penting dalam persoalan global yang dapat berdampak positif dan jika tak dicermati bisa negatif. Sejauh mana memahami tentang gatra geografi bisa dikaitkan pada UU 43/2008 tentang wilayah negara, UU 17/1985 tentang Pengesahan Unclos, UU 6/1996 tentang Perairan Indonesia, UU 5/1983 tentang ZEEI, UU 2/1971 tentang Perjanjian antara RI dan Malaysia tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah Kedua Negara di Selat Malaka, UU 1/1973 tentang Landasan Kontinen Indonesia, UU 6/1973 tentang Perjanjian antara Indonesia dan Australia Mengenai

Garis-Garis Batas Tertentu Antara Indonesia dan PNG, dan UU 7/1973 tentang Perjanjian antara RI dan Republik Singapura Mengenai Garis Batas Laut Wilayah Kedua Negara di Selat Singapura.

b. Gatra Kekayaan Alam/Sumber Daya Alam

Kekayaan alam menurut jenisnya dibedakan, setidaknya dalam delapan golongan, diantaranya sebagai berikut :

Hewani (fauna); Nabati (flora); Mineral (minyak bumi, uranium, biji besi, batu bara dan lain-lain); Tanah (tempat tinggal, tempat berpijak, tempat bercocok tanam); Udara (sinar matahari, oksigen, karbodioksida); Potensi ruang angkasa; Energi alami (gas alam, panas alam, air artetis, geotermis); dan Air dan hutan.

Kekayaan alam tersebut, menurut sifarnya dibedakan dalam tiga golongan yaitu yang dapat diperbaharui, yang tidak dapat diperbaharui, dan yang tetap. Sejauh mana mengenai gatra kekayaan alam lihat juga UU 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU 5/1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya, UU 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, UU 6/1996 tentang Perairan Indonesia, UU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU 41/1999 tentang Kehutanan, UU 31/2004 tentang Perikanan, dan Perpres 10/2006 tentang Badan Pertanahan Nasional

c. Gatra Kependudukan/Sumber Daya Manusia.

Penduduk adalah sejumlah orang yang mendiami suatu tempat atau wilayah tertentu dalam waktu yang tertentu. Kependudukan adalah hal ikhwal yang berkaitan dengan

jumlah, susunan, persebaran, pertumbuhan, cirri-ciri, kualitas dan kesejahteraan penduduk serta kondisi lingkungannya. Dimana, unsur-unsur dominannya adalah meliputi : (i) Jumlah penduduk. Jumlah penduduk berubah karena kematian, kelahiran, pendatang baru dan orang yang meninggalkan wilayah. Jadi jumlah penduduk berubah akibat proses mortalitas, fertilitas dan migrasi; (ii) Komposisi Penduduk. Komposisi penduduk adalah susunan penduduk berdasarkan suatu pendekatan tertentu misalnya menurut umur, kelamin, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan dan sebagainya; (iii) Persebaran penduduk. Persebaran penduduk yang ideal adalah persebaran yang sekaligus dapat memenuhi persyaratan kesejahteraan dan keamanan yaitu persebaran dan mobilitas yang proporsional; (iv) Kualitas penduduk. Faktor yang mempengaruhi kualitas penduduk ialah factor fisik dan non fisik. Faktor fisik terdiri dari kesehatan, gizi dan kebugaran. Faktor non fisik ialah mentalitas dan intelektualitas.

Sejauh mana mengenai gatra Kependudukan lihat pula, UU 12/2006 tentang Kewarganegaraan, UU 13/2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, UU 23/2006 tentang Administrasi Kependudukan.

d. Gatra Ideologi.

Ideologi adalah suatu system nilai yang merupakan kebulatan ajaran yang memberikan motivasi. Dalam ideologi juga terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa. Keampuhan suatu ideologi tergantung kepada rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi serta menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia, baik sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat.

Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi dinamika kehidupan ideologi bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan yang dari luar maupun

dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung dalam rangka menjamin kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan Negara Republik Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan ketahanan ideologi tersebut, diperlukan diantara kondisi mental bangsa yang berlandaskan keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara serta pengalamannya yang konsisten dan berlanjut. Kelima sila dalam Pancasila, merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung didalamnya. Dalam mendukung ideologi tersebut, tentunya supremasi sipil yang dijadikan simbul/ikon kepemimpinan akibat adanya pilihan rakyat melalui Pemilihan Umum secara demokratis harus didasari dan/atau diatur oleh ideologi yang berpendekatan pengetrapan jamak, diantaranya kesejahteraan, keamanan, demokratik, dan berbagai nilai tambah lainnya serta terlekatinya nilai instrinsik atau upaya bela negara. Oleh karena itu, apapun peran, fungsi, dan tugas supremasi sipil yang diimbrioi dari partai politik atau sejenisnya harus ada lekatan kuat ideologi (Pancasila). Jika tidak, resikonya akan fatal yang memungkinkan diantaranya kurang terwujudnya tujuan nasional maupun kepentingan nasional dimana-mana selayaknya kepentingan untung sendiri dan/atau kelompoknya yang jelas akan sempit dan mengerucut.

e. Gatra Politik

Politik, adalah aspek kehidupan nasional yang di satu pihak berkaitan dengan kekuasaan/kekuatan dalam penyelenggaraan pemerintahaan negara. Dipihak lain, berkaitan dengan penyaluran aspirasi rakyat sebagai wujud dari kedaulatan ditangan rakyat.

Ketahanan politik, bisa diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan politik bangsa yang berisi keuletan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan

yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan kehidupan politik bangsa dan negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Dalam rangka mewujudkan ketahanan politik, diperlukan diantaranya kehidupan politik bangsa yang sehat dan dinamis, yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Stabilitas politik yang sehat dan dinamis, dapat diwujudkan oleh adanya keseimbangan, keserasian dan keselarasan hubungan antara penyelenggaraan pemerintah negara dan masyarakat.

Hubungan ini, tercermin dalam fungsi pemerintah negara sebagai penentu kebijaksanaan serta aspirasi dan tuntunan masyarakat sebagai tujuan yang ingin diwujudkan, sehingga kebijaksanaan pemerintahan negara tersebut haruslah serasi dan selaras dengan keinginan dan aspirasi masyarakat. Dalam konteks Ketahanan Nasional ini, masalah Politik meliputi dua bagian utama ialah Politik Dalam Negeri dan Politik Luar Negeri. Dimana, dalam kebijakannya mempunyai pola sendiri-sendiri yang tidak lepas dari kepentingan nasionalnya. Persoalan politik ini tak lepas dari adanya partai politik yang pada gilirannya dengan adanya demokrasi membuahkan adanya supremasi sipil. Supremasi sipil yang dimaknai bahwa siapapun yang menjadi pemimpin tidak lepas dari diantaranya pilihan rakyat melalui mekanisme pemilihan umum (Pemilu). Sementara itu, untuk menjadi supremasi sipil idealnya selain terlekati ideologi negaranya, juga sekaligus sudah terlekati diantaranya upaya bela negara yang dilakukan secara militer dan/atau nonmiliter (UU 3/2002).

Sejauh mana memahami gatra politik ini, lihat juga UU 2/2008 tentang Partai Politik, UU 3/2002 tentang Hanneg; UU 34/2004 tentang TNI; UU 17/2007 tentang RPJPN 2005-2025, dan Perpres 5/2010 tentang RPJPMN 2010-2014, Renstra K/L masing-masing.

f. Gatra Ekonomi

Ekonomi adalah salah satu aspek kehidupan nasional yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat, yang meliputi produksi, distribusi, serta konsumsi barang dan jasa. Usaha-usaha sebagaimana dimaksud, sesungguhnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara individu, maupun kelompok, serta cara-cara yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan.

Ketahanan ekonomi, diartikan pula sebagai kondisi dinamik kehidupan perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan hidup perekonomian bangsa dan negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Wujud ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang berlandaskan Pancasila, yang mengandung kemapuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta kemampuan menciptakan kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing tinggi dan mewujudkan kemakmuran rakyat yang adil dan merata. Dengan demikian, pembangunan ekonomi, sesungguhnya diarahkan kepada mentapnya ketahanan ekonomi, melalui terciptanya iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, tersedianya barang jasa, terpeliharanya fungsi lingkungan hidup, serta meningkatnya daya saing dalam lingkup perekonomian global. Gatra ekonomi ini, sesungguhnya sifatnya simetris dengan gatra sosial budaya dan Hankam.

g. Gatra Sosial Budaya.

Istilah sosial budaya, mencakup dua segi utama kehidupan bersama manusia, yaitu segi sosial dimana

manusia demi kelangsungan hidupnya harus mengadakan kerja sama dengan sesama manusia. Lalu, segi budaya yang merupakan keseluruhan tata nilai dan cara hidup yang manifestasinya tampak dalam tingkah dan hasil tingkah laku yang terlembagakan. Dengan demikian, pengertiaan sosial pada hakekatnya adalah pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai dan norma kebersamaan, rasa senasib spenanggungan, tertib sosial, dan solidaritas yang merupakan unsur pemersatu.

Adapun hakikatnya budaya adalah sistem nilai yang

merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta, rasa dan karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta merupakan kekuatan pendukung penggerak kehidupan yang menghasilkan karya. Selain itu, Ketahanan Sosial Budaya dapat diartikan pula sebagai kondisi dinamik social budaya bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Terganggunya kehidupan sosial bisa berdampak simetris dengan adanya gatra ekonomi dan Hankam.

h. Gatra Pertahanan dan Keamanan

Pertahanan dan keamanan Indonesia, yang pada dasarnya merupakan bagian direformasi adalah menuntut adanya kesemestaan daya upaya seluruh rakyat Indonesia sebagai satu sistem Pertahanan dan Keamanan Negara, dalam mempertahankan dan mengamankan negara demi kelangsungan hidup dan kehidupan bangsa dan Negara Republik Indonesia. Pertahanan dan keamanan Negara Republik Indonesia ini, dilaksanakan dengan menyusun, mengerahkan dan menggerakkan seluruh potensi nasional termasuk kekuatan masyarakat di seluruh bidang kehidupan nasioanal secara terintegrasi dan terkoordinasi.

Penyelenggaraan pertahanan, lalu kamanan secara nasional merupakan salah satu fungsi utama dari pemerintahaan dan Negara Republik Indonesia dengan TNI dan Polri sebagai intinya, guna menciptakan keamanan bangsa dan negara (Keamanan Nasional) dalam rangka mewujudkan Ketahanan Nasional Indonesia.

Ketahanan Pertahanan dan Keamanan, dapat pula (selain sesuaian UU 2/2002; UU 3/2002, UU 34/2004) diartikan sebagai kondisi dinamika kehidupan Pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di dalam menghadapi dan mengatasi segala TAHG yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan identitas, integrasi dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Sejauh mana memahami hal tersebut, bisa belajar di perguruan tinggi Pengkajian Ketahanan Nasional/Ilmu Pertahanan maupun lihat juga diantaranya pada konsepsi Agenda/Tuntutan Visi Reformasi di bidang Keamanan nasional (Hankam), Tap MPR VI-VII/1999, UU 2/2002 tentan POLRI, UU 3/2002 tentang Pertahanan Negara, UU 34/2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, UU 17/2007 tentang RPJPN 2005-2025, Perpres 41/2010 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara; Perpres 42/2010 tentang Komite Kebijakan Industri Pertahanan, Perpres 12/2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Perpres 46/2010 tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, dan berbagai kebijakan Menhan lainnya. Misalnya, Permenhan 22-23-24/2007-2/2010 masing masing tentang Strategi Pertahanan Negara, Doktrin Pertahanan Negara, dan Postur Pertahanan Negara serta MEF Komponen Utama, serta berbagai kebijakan dan strategi terkait dengan Hanneg maupun konteks Keamanan Nasional.

RPJMN (TAHAP II) 2010-2014(PERPRES 5/2010 - SEBAGAI LANDASAN OPERASIONAL)

.....“Pembangunan pertahanan ..... mencakup .....sistem dan strategi pertahanan, postur dan struktur pertahanan, profesionalisme TNI, pengembangan teknologi

pertahanan dalam mendukung ketersediaan alutsista, komponen cadangan, dan pendukung pertahanan diarahkan pada upaya terusmenerus untuk

mewujudkan kemampuan pertahanan yang melampaui kekuatan pertahanan minimal…… Selanjutnya,

......kemampuan pertahanan tersebut terus ditingkatkan agar memiliki efek penggentar yang disegani

untuk mendukung posisi tawar dalam ajang diplomasi” (UU 17/2007)

33. Perundang-Undangan Yang Simetris

Konon, sejak ditetapkannya UU RI No 10/2004 (UU10/2004), menjadikan materi Polstranas (politik dan strategi nasional) yang dulunya pernah diistilahkan atau digunakan/diwujudkan dengan rujukan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (Tap MPR RI IV/1999-GBHN) kini sudah tidak sesuai lagi

dan konsekuensinya layak dihapus. Terlebih, isinya Tap tersebut berlakunya hanya sampai tahun 2004 (Tahun 1999-2004). Namun, karena pentingnya esensi tersebut hapusannya bagi kepentingan Diklat (pendidikan dan pelatihan), pembelajaran mahasiswa maupun sebagai unsur yang dipandang mempunyai nilai tambah, maknanya dengan berbagai judulnya/perubahannya/kelanjutannya yang telah dihapus, masih saja sangat diperlukan dan relevan untuk disampaikan dalam konteks sejarahnya dan konteks filosofinya.

Berkaitan dengan hal itu, tanpa membuang hapusannya begitu saja untuk dapatnya dimanfaatkan ulang. Rangkaian lanjutannya maupun rangkaian kajiannya yang kini akhirnya bisa dikatakan terwujud sebagai pemaknaan RPJPMN sebagai landasan operasional, memuat diantaranya rujukan dari UUD 1945, UU 3/2002, UU 20/2003, UU 17/2007, peraturan perundangan terkait lainnya, tataran hirarkhi berturutan bawahnya, dan berbagai perspektif positif yang diorientasikan demi kepentingan pertahanan dan/atau Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang disadari filosofi diklatnya masih diistilahkan sebagai “Dwi Warna Purwa Cendekia Wusana” , yakni Pendidikan Hankamneg pada hakekatnya mewujudkan manusia Indonesia yang bermotivasi sebagai patriot pejuang Pancasila yang mahir dan trampil dalam profesinya untuk membela dan membangun negara (Kep Menhankam 16/M/XII/1984) tetap mewajibkan adanya materi ajaran pendidikan kewarganegaraan (Dikwar), termasuk didalamnya adalah penyesuaian/kelanjutan Polstranas (Soewarno dkk, 2001). Kendati demikian, dalam cermatan uraian/kajian yang akan disampaikan perlu pula disesuaikan dengan konteks dinamika kenegaraan. Misalnya, dengan memperhatikan model/analogi Peraturan Presiden/Inpres maupun visi dan misi negara (prioritas pembangunan nasional 2010-2014) dan/atau terbitnya kebijakan/perencanaan strategis, diantaranya dari Kemhan (Menteri Pertahanan) maupun dari dasar-dasar lain yang berkoridor pada tujuan/manajemen/kepentingan nasional. Dalam kerangka memberikan koridor/pedoman kepada peserta didik dan/atau kepentingan sejenisnya masih dipandang perlu untuk diberikan dukungan naskah (modul) yang senantiasa terus disesuaikan (kontiunitas/berkesinambungan).

Selanjutnya, dipahami pula bahwa runtutan RPJMN tahun 2004-2009 yang masih dianggap penting dan berkelanjutan. Lalu, lanjutannya RPJPMN tahun 2010-2014 yang didasarkan diantaranya pada UU 17/2007 tentang RPJP 2005-2025 akan tetap penting pula menjadi kajian prioritas sehingga RPJMN terkini (2010-2014), sebagai landasan operasional dan merupakan bagian penjabaran dari undang-undang (UU 17/2007) masih layak digunakan untuk mencapai tujuan negara. Hal ini, sekaligus dipandang sangat penting dijadikan acuan. Mengingat, adanya muatan yang terdapat pada landasan operasional ini merupakan kebijakan yang dirinci melalui program yang dilakukan oleh semua lembaga pemerintah dan masyarakat, yang didasari dengan skala prioritas, permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, dengan menyesuaikan berbagai dinamika kenegaraan yang terjadi, materi inti RPJMN 2010-2014 tanpa mengabaikan RPJPMN sebelumnya dengan rujukan perundang-undangan terkaitnya kiranya masih perlu untuk disampaikan secara garis besar.

34. Menyoal Esensi UU 17/2007.

a. Amandemen dan Tidak Berlakunya GBHN

Sejak reformasi digulirkan, termasuk diantaranya mengenai amandemen Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Pada dasarnya, esensi dibuatnya UU 17/2007 yang mengacu pada UUD 1945 menyatakan diantaranya tidak memberlakukan lagi dokumen Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sebagai gantinya, diberlakukannya UU 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 (sendiri). Dengan kata lain, adanya amandemen dengan berbagai implikasinya telah mengakibatkan terjadinya perubahan dalam pengelolaan pembangunan, yaitu dengan tidak dibuatnya lagi GBHN sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional untuk mewujudkan Masyarakat adil dan makmur.

Sebagai UU (UU 17/2007) pengganti GBHN, UU ini setidaknya mempunyai rujukan UU 25/2004 tentang system

perencanaan pembangunan nasional dan UU 10/2004 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya, diuraikan pula bahwa RPJPN ini diartikan sebagai dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan 2025. Selain itu, RPJPN diartikan pula sebagai dokumen perencanaan pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945..... dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional.... Dimana, dalam tataran bawahnya, misalnya untuk pemerintah di daerah direkomendasikan pentingnya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Sementara itu, jabaran dari RPJPN (setiap lima tahunan dan bertahap/berkelanjutan) sendiri adalah RPJMN. Dimana, RPJMN pada dasarnya merupakan dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 tahunan. Pada tataran bawahnya, RPJPMN ini harus dibuat RPJM Daerah. Dimana, RPJM Daerah dikatakan sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 tahunan yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah dengan berpedoman pada RPJP Daerah yang memperhatikan RPJMN.

Selanjutnya, diuraikan pula bahwa RPJPN merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara RI yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yang dikemas dalam bentuk rumusan visi, misi, dan arah pembangunan nasional. Kemasan itu, lalu menjadi pedoman dalam penyusunan RPJMN yang memuat visi, misi, dan program presiden. Dalam RPJPN, sudah barang tentu karena cakupannya menasional dan jangka panjang tentunya akan terkait dengan Rencana Kerja Pemerintah, masalah APBN, dan RPJP Daerah. Sejalan dengan makna RPJPN itu sendiri, dalam konteks pembangunan nasional. Di satu sisi Pembangunan nasional dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluru aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut, memuat

diantaranya kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti dengan menaikan tingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi demi generasi. Pelaksanaannya, dilakukan dalam konteks memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Disisi lain, Pembangunan Nasional dapat dikatakan juga sebagai suatu upaya untuk mengejar ketertinggalannya agar mempunyai posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat dunia.

Sementara itu, dengan ditiadakannya GBHN sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional dan diperkuatnya otoda dan desentralisasi pemerintahan, maka untuk menjaga pembangunan yang berkelanjutan, sebagaimana yang telah diuraikan. RPJPN menjadi sangat penting dan diperlukan. Terlebih, RPJPN merupakan perencanaan yang visioner dengan penjabaran melalui RPJMN I 2005-2009, II 2010-2014, III 2015-2019, IV 2020-2024. RPJPN ini, selanjutnya digunakan pula sebagai pedoman dalam penyusunan RPJMN yang sesuai dengan visi, misi, dan program presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat.

Lebih jauh, sebagai penjabaran RPJPN. RPJMN tentunya memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayaan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah, kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Berturutan berikutnya, adalah jabarannya Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang merupakan rencana pembangunan tahunan nasional, yang memuat prioritas pembangunan nasional (Baca selengkapnya UU 17/2007).

b. Tujuan RPJPN

Secara umum, dari UU yang ada dapat dirinci dan dimantapkan lagi beberapa Tujuan RPJPN yang ada diantaranya sebagai berikut : (i) Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan nasional; (ii) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antar Pusat dan daerah; (iii) Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (iv) Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan; dan (v) Mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Selain itu, tujuan dibuatnya UU terkait dengan RPJPN dalam sekian kali diurai sebagai berikut : (i) memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional; (ii) dengan (tujuan) visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak

Dalam kaitan itu, tujuan RPJPN yang diantaranya diwujudkan dalam visi, misi, dan arah pembangunan nasional. Mencerminkan cita-cita kolektif yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia serta strategi untuk mencapainya. Sementara itu, Visi RPJPN sendiri, merupakan penjabaran cita-cita berbangsa sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang menginginkan diantaranya masyarakat yang terlindungi, sejahtera dan cerdas serta berkeadilan, sedangkan Misinya, yaitu upaya-upaya ideal untuk mencapai visi tersebut. Misi ini, lalu dijabarkan kedalam arah kebijakan dan strategi pembangunan jangka panjang nasional. Dimana, semua itu diharapkan merupakan produk dari semua elemen bangsa, masyarakat, pemerintah, lembaga-lembaga negara, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi politik.

Sebagai simpulan, beberapa uraian dalam UU ini, menuntun adanya RPJP Daerah harus disusun dengan

mengacu pada RPJP Nasional yang harus sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah. Lalu, RPJP Daerah harus dijabarkan lebih lanjut dalam RPJM Daerah. Disini, Bappeda harus menyiapkan rancangan RPJP Daerah yang disusun melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbangda), dan seterusnya sebagaimana dimanahkan UU. Dimana, dalam UU ini terdiri dari 5 bab dan 9 pasal yang mengatur mengenai pengertian-pengertian, muatan RPJPN, pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJPN dan RPJPD, dan ruang untuk melakukan penyesuaian terhadap RPJMN dan RPJPD yang telah ada. Oleh karena itu, dengan berlakunya UU ini yang dilengkapi dengan lampiran, yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dari UU nya yang berisi Visi, Misi, dan Arah Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025. Bagi semua elemen bangsa, masyarakat, pemerintah, lembaga-lembaga negara, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan organisasi politik. Idealnya, harus dan wajib mengetahui dan mempedomaninya.

c. Lampiran (UU 17/2007)

UU ini sangat sempurnya, disamping adanya penjelasan juga dilengkapi lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari UU-nya sendiri. Dengan kata lain, dari pasal-pasal dan penjelasan yang ada, tidak seperti halnya kebanyakan UU lainnya. UU ini, nyatanya unik dengan memberikan tambahan lampiran yang penting dan merupakan bagian tak terpisahkan dari UU-nya sendiri. Dimana, lampirannya secara garis besar (sesuai daftar isi) menyampaikan pokok hal-hal sebagai berikut :

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN1.1 pengantar 1.2 pengertian1.3 maksud dan tujuan1.4 landasan1.5 tata urut

BAB II KONDISIN UMUM11.1 kondisi pada saat ini11.2 tantangan11.3 modal dasar

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN NASIONAL 2005-2025

BAB IV ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ..Arah pembangunan jangka panjang..Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab..Mewujudkan bangsa dan berdaya saing..Mewujudkan indonesia yang demokratis berlandaskan hukum..Mewujudkan indonesia yang aman, damai, dan bersatu..Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilanMewujudkan indonesia yang asri dan lestariMewujudkan indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasionalMewujudkan indonesia yang berperan aktif dalam pergaulan nasionalTahap dan skala prioritas..RPJM 1....dan seterusnya

BAB V PENUTUP

Selanjutnya, sejauh mana pokok hal-hal tersaebut yang sesuai daftar isi harus diuraikan. Dapat dibaca pada lampiran UU dimaksud, khususnya dalam kepentingan penulisan ini dapat dicermati mengenai “mewujudkan Indonesia yang aman, damai, dan bersatu” berikut keterkaitannya

d. Catatan-Catatan Penting.

Tidak habis disitu, yakni dalam konteks memahami uraian khususnya yang terkait dengan Hankam. Beberapa catatan penting untuk mendukung dan memperkuat UU tersebut, dapat dicermati sebagai berikut :

Kontek Sejarah.

Dicatat, bahwa antara tahun 1945-1965 (20 TAHUN PERTAMA, tidak banyak yang harus diceritakan) tidak begitu serius untuk dicermati. Namun, sejak tahun 1969-1997 (GBHN, mengkait setidaknya soal politik, hukum, dan sosial..) ada masalah GBHN yang harus diwujudakn secara bertahap. Dimana, pada gilirannya tahun (diawali) kisaran 1997 telah terjadi berbagai rentetan dan/atau akulasi krisis. Dimana, bermula dari krisis moneter, dan pada akhirnya diistilahkan krisis multidimensi. Dalam krisis ini, terjadi berbagai perubahan atau reformasi. Reformasi ini, nyatanya memberikan semangat politik dan cara pandang baru sebagaimana tercermin dalam perubahan UUD 1945. Perubahan yang mencolok, setidaknya tentang perubahan MPR yang tidak diamanatkan lagi untuk menetapkan GBHN. Presiden dan Wakil dipilih dalam satu pasangan serta langsung dipilih oleh rakyat. Lalu, adanya penguatan menyoal Desentralisasi dan penguatan Otoda.

Landasan.

Berbagai jamak landasan dalam UU ini, ditekankan sebagai berikut : Landasan idiil RPJP N adalah Pancasila dan landasan konstitusional UUD 1945, sedangkan landasan operasionalnya meliputi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berkaitan langsung dengan pembangunan nasional, yakni : (i) Tap MPR VII/2001 tentang Visi Indonesia Masa

Depan;(ii) UU 17/2003 tentang keuangan negara; (iii) UU 1/2004 tentang perbendaharaan negara; (iv) UU 25/2004 tentang SPPN; (v) UU 32/2004 tentang pemerintahan daerah; (vi) UU 33/2004 tentang pertimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Kondisi saat ini (Khususnya Mengenai Pertahanan Keamanan).

Kondisi saat ini, menurut UU dimaksud bahwa persoalan menegara dan pembangunan nasional banyak terkait dengan sosial budaya dan kehidupan beragama, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sarana dan prasarana, politik, pertahanan keamanan, hukum dan aparatur, wilayah dan tata ruang, sumber daya alam dan lingkungan hidup. Dimana, dalam perjalanan sejarah bangsa dan dalam setiap dinamika arah dan kebijakan politik negara, sistem pertahanan rakyat semesta terbukti telah menjadi sistem yang mampu menegakkan kedaulatan NKRI serta menjaga keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa.

Akan tetapi, dalam proses pelaksanaan fungsi sosial dan politik yang pernah dilakukannya pengelola/penyelenggara di bidang pertahanan dan keamanan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan strategi, teknologi, dan pembiayaan pertahanan keamanan tidak terarah pada pembentukan kekuatan wilayah dan keselamatan bangsa. Kemampuan TNI dalam melaksankan fungsinya dibidang pertahanan negara, sampai saaat ini masih memprihatinkan. Hal ini ditandai tidak saja menyangkut kondisi alat utama sisitem senjata (alutsista) yang tidak mencukupi atau mayoritas

peralatan yang usang secara umur dan teknologi, tetapi juga menyangkut SDM dan tingkat kesejahteraannya. Disamping itu, sebagai proses pengadaan, pemeliharaan, pengoperasian, dan pemenuhan suku cadang alutsista TNI masih memiliki ketergantungan pada negara-negara lain.

Selain itu, kondisi saat ini yang tak kala pentingnya, diantaranya Reposisi TNI dan Polri dengan Tap MPR VI/2000 dan VII, UU 3/2002, UU 2/2002, UU 34/2004....Walaupun demikian, reposisi tersebut berdampak pada adanya ketidak terkaitan penanganan masalah pertahanan dan keamanan dalam negeri yang seharusnya bersama-sama dengan keamanan sosial merupakan satu kesatuan dalam keamanan nasional (Kamnas). Dengan demikian, reformasi di bidang pertahan dan kemanan tidak hanya menyangkut pemisahan antara TNI dan Polri, tetapi juga mengenai penataan lebih lanjut hubungan antara keduanya secara kelembagaan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya masing.

Tantangan

Selanjutnya, beberapa tantangan yang perlu disikapi dengan serius diantaranya sebagai berikut : (i) Perubahan geopolitik internasional dengan

memudarnya prinsip multilarisme dan menguatnya pendekatan unilateralisme yang berdampak pada berkembangnya doktrin pertahanan pre-emptive strike akan mengubah sama sekali tataran politik internasional dan dapat menenmbus batas-batas yuridiksi sebuah negara diluar kewajaran hukum internasional yang berlaku saat ini, Hal tersebut, pada gilirannya akan melemahkan posisi tawar dalam ajang diplomasi internasional;

(ii) Membangun kekuatan pertahanan yang melampui kekuatan pertahanan minimal,

sehingga disegani dikawasan regional dan internasional;

(iii) Potensi ancaman meningkat, seperti terorisme, konflik komunal, kejahatan trans nasional, kejahatan terhadap kekayaan negara terutama di wilayah yuridiksi laut Indonesia dan wilayah perbatasan, berkembangnya variasi tindak kriminal konvensional...meningkatkan profesionalisme TNI seiring dengan peningkatan kesejahteraan prajurit serta penguatan kapasitas lembaga intelijen dan kontra intelijen dalam rangka menciptakan keamanan nasional;

(iv) Ancaman dan gangguan bagi kedaulatan negara, keselamatan bangsa, dan keutuhan wilayah sangat terkait dengan bentang dan posisi geografis yang sangat strategis, kekayaan alam yang melimpah, serta belum tuntasnya pembangunan karakter dan kebangsaan, terutama pemahaman mengenai masalah multikulturalisme yang dapat berdampak pada munculnya gerakan separatisme dan konflik horizonta;

(v) Situasi kekurangan jumlah dan ketidak siapan alutsista dan alat utama lainnya yang jika tidak dilakukan upaya percepatan penggantian, peningkatan, dan penguatan akan menyulitkan... diperburuk kelemahan sistemik komponen cadangan dan pendukung pertahanan (sampai saat ini belum terbit UU-nya) yang merupakan prasyarat berfungsinya sistem pertahanan semesta;

(vi) Membangun kemampuan pertahanan....meningkatkan jumlah dan kondisi alutsista TNI untuk mencapai kekuatan yang melampui kekuatan pertahanan minimal.....meningkatkan kesiapan komcaduk termasuk membangun kemampuan industri pertahanan nassional;

(vii) Upaya modernisasi alutsista TNI secara bertahap terhambat oleh embargo yang dilakukan oleh beberapa negara..rendahnya

upaya pemanfaatan industri nasional dalam memenuhi peratan pertahanan dan keamanan...kemandirian dan...diperlukan industri pertahanan...

Modal Dasar.

Dalam kerangka pembangunan nasional, termasuk pembangunan pertahanan dan keamanan. Beberapa modal dasar yang dipunyai dalam konteks sumber daya nasional (SDN) diantaranya sebagai berikut : (i) Seluruh sumber kekuatan nasional, baik yang

efektif maupun potensial, yang dimiliki dan didaya gunakan bangsa Indonesia dalam pembangunan nasional;

(ii) Wilayah Indonesia yang dideklarasikan pada tangga 13 Desember 1957 dan diterima menjadi bagian dari hukum laut internasional (UNCLOS, 1982) menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan wilayah laut terluas, jumlah pulau terbanyak, dan pantai terpanjang kedua dunia. Letak geografis Indonesia yang berada di katulistiwa serta diantara dua benua dan dua samudra sangat strategis bagi hubungan antar bangsa di dunia;

(iii) Bidang sosbud, ekonomi industri, wilayah, lingkungan hidup, pertahanan keamanan, maupun hukum dan aparatur negara;

(iv) Kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang terdapat di darat, laut dan udara dirgantara...;

(v) Penduduk dalam jumlah besar dengan budaya sangat beragam merupakan sumberdaya potensial dan produktif bagi pembangunan nasional;

(vi) Perkembangan politik....desentralisasi di bidang pemerintahan dan pengelolaan pembangunan

e. Visi dan Misi Pembangunan Nasional 2005-2025

Untuk mengetahui visi kedepan pembangunan nasional, dapat diuraikan secara pokok sebagai berikut :

Visi : Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur

Makna dari visi tersebut, diantaranya yang terpenting menyatakan bahwa Kemandirian adalah hakikat dari kemerdekaan, yaitu hak setiap bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri dan menentukan apa yang terbaik bagi bangsanya (proaktif dan bukan reaktif atau defensif). Kemandirian harus dicerminkan dalam setiap aspek kehidupan, baik hukum, ekonomi, politik, sosialbudaya, maupun pertahanan. Berkaitan dengan itu, diperlukan adanya SDM yang memiliki kepribadian bangsa, beraklak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi; Laju pertumbuhan penduduk yang lebih kecil....; Tingkat pendapatannya dan pembagiannya yang layak; Sistem demokrasi yang sesuai dengan budaya dan latar belakang sejarahnya..infrastruktur yang maju; serta tidak ada diskriminasi antarindividu, gender, wilayah.................

Dari visi tersebut, yang tak diuraikan disini satu persatu akibat adanya kepentingan tertentu. Lalu, diurai dan dijabarkan dengan (delapan) misi sebagai berikut : (i) Mewujudkan masyarakat beraklak mulia, bermoral,

beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila;

(ii) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; (iii) Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan

hukum;

(iv) (iv/4/empat) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu adalah membangun kekuatan TNI hingga melampui kekuatan esential minimum serta disegani dikawasan regional dan internasional...meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan dan kontribusi indistri pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta;

(v) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;

(vi) Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari; (vii) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan

yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional;

(viii) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.

Sementara itu, jika sudah ada visi dan misi maka tujuan yang diarakan adalah (Tujuan pembangunan jangka panjang 2005-2025) adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahapan pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berturutan, dalam pembuatan Rencana Strategis (Renstra) diantaranya .sasarannya .....diarahkan pada pencapaian Sasaran Pokok........ Terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta terjaganya keutuhan wilayah NKRI dan kedaulatan negara dari ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Adapun dari sasaran tersebut, ditandai hal sebagai berikut : (i) Terwujudnya Kamnas yang menjamin martabat

kemanusiaan, keselamatan warga negara, dan keutuhan wilayah dari ancaman dan gangguan Hankam (luar dan dalam negeri);

(ii) TNI yang profesional, komponen cadangan dan pendukung pertahanan yang kuat terutama bela negara masyarakat dengan dukungan industri pertahanan yang handal;

(iii) Polri yang profesional, partisipasi kuat masyarakat dalam bidang keamanan, intelijen, dan kontra intelijen yang efektif, serta mantapnya koordinasi antara institusi Hankam.

f. IV.1 Arah Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025

Dari arah pembangunan nasional yang ada, diantaranya terkait dengan pertahanan keamanan adalah....... 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu. Dimana, penjelasannya : (i) Keamanan nasional diwujudkan melalui keterpaduan

pembangunan pertahanan, pembangunan keamanan dalam negeri, dan pembangunan keamanan sosial yang diselenggarakan berdasarkan kondisi geografis, demografis, sosial dan budaya secara berwawasan nuasantara;

(ii) Pembangunan pertahanan yang mencakup sistem dan strategi pertahanan, postur dan struktur pertahanan, profesionalisme TNI, pengembangan teknologi poertahanan dalam mendukung ketersediaan alutsista, komcaduk pertahanan diarahkan pada upaya terus menerus untuk mewujudkan kemampuan pertahanan yang melampui kekuatan pertahanan minimal agar mampu menegakan kedaulatan negara dan menjaga keselamatan bangsa serta keutuhan wilayah NKRI yang meliputi wilayah darat tersebar dan beragam termasuk pulau-2 terluar, wilayah yuridiksi laut hingga meliputi ZEE Indonesia dan landasan kontinen, serta ruang udara nasional. Selanjutnya, kemampuan pertahanan tersebut terus ditingkatkan agar memiliki efek penggentar yang disegani untuk mendukung posisi tawar dalam ajang diplomasi;

(iii) ....efek penggentar..kemampuan menangkal ancaman di wilayah terluar Indonesia dan mempunyai kemampuan untuk mempertahankan wilayah daratan serta mengawasi dan melindungi wilayah yuridiksi laut Indonesia dan ruang udara nasional;

(iv) Postur dan struktur pertahanan (PS) matra darat diarahkan untuk mampu mengatasi kondisi medan dan topografis yang beragam, melakukan

pergerakan cepat antarwilayah dan antar pulau dan mengatasi ancaman dengan efisien;

(v) PS matra laut diarahkan untuk membangun kemampuan untuk mengatasi luasnya laut nusantara dipermukaan dan kedalaman dan memberikan dukungan dan kompabilitas terhadap pergerakan matra darat dan udara;

(vi) PS matra udara diarahkan untuk mampu melampui kebutuhan minimal penjagaan ruang udara nasional, memulai pemanfaatan ruang angkasa, dan memberikan dukungan operasi bersama antarmatra;

(vii) Strategi akuisisi alat teknologi tinggi dengan efek deterrence.......dan seterusnya.

35. Perpres RI 5/2010 Bagian Dari Jabaran UU 17/2007.

Beberapa hal penting dalam mencermati jabaran UU 17/2007, yang tertuang dalam Perpres 5/2010 adalah sebagai berikut :

(i) Menimbang; pasal 19 ayat (1) UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

(ii) Mengingat; pasal 4 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945; UU 17/2003 tentang Keuangan Negara; UU 25/2004; UU 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-20025.

Sementara itu, hal terpenting dan tak kala seriusnya dalam penjabaran dan pengertiannya dapat diperhatikan sebagai berikut :

(i) RPJM Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 tahun terhitung sejak 2010-2014;

(ii) RPJM kementerian/Lembaga tahun 10-14, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga, adalah dokumen perencanaan K/L untuk periode 5 tahun...;

(iii) RPJM Daerah..; (iv) RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi dan

program Presiden hasil Pemilu 2009. RPJM ini, Memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program K/L dan lintas K/L, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yg berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Dari hal penting dan uraian yang ada, didapat fungsi RPJPMN sebagai Pedoman bagi K/L dalam menyusun Rencana Strategi K/L; Bahan penyusunan dan perbaikan RPJM Daerah dengan mempertimbangkan tugas pemerintah daerah dalam mencapai sasaran nasional yang termuat dalam RPJMN; K/L dan Pemerintah Daerah melaksankan program dalam RPJM N yang dituangkan dalam Renstra K/L dan RPJM Daerah; K/L dan PD ....dapat melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Menteri dalam menyusun Renstra K/L; Akhirnya, hal-hal yang tercantum dalam lampiran Perpres ini, merupakan satu kesatuan serta bagian yang tak terpisahkan dari Perpres ini.

a. Catatan

Yang tak kala pentingnya adalah RPJMN merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJPN, yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program K/L dan lintas K/L, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam renja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Dalam RPJMN ini, dibagi dalam beberapa buku sebagai berikut :

(i) Buku I Memuat strategi, kebijakan umum, dan kerangka ekonomi makro yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan program aksi serta sebelas prioritas pembanguanan nasional dari Presiden Wk, SBY dengan Visi Terwujudnya

Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan.......;

(ii) Buku II Memuat rencana pembangunan yang mencakup bidang2 kehidupan masyarakat sebagaimana yang tertuang dalam RPJPN...dengan tema “Memperkuat sinergi antar bidang pembangunan” dalam rangka mewujudkan visi pembangunan nasional yang tercantum dalam buku I;

(iii) Buku III Memuat rencana pembangunan kewilayahan yang disusun dengan tema “Memperkuat sinergi antara Pusat dan daerah dan antar daerah” dalam rangka mewujudkan visi pembangunan nasional yang tercantum dalam buku I

b. Hal-Hal Penting

Patut dicatat karena begitu pentingnya adalah RPJMN 2010.... RPJMN ini, adalah pedoman bagi pemerintah pusat/daerah, masyarakat, dan dunia usaha dalam melaksanakan pembangunan dan dalam rangka mencapai tujuan bernegara yang tercantum dalam pembukaan UUD...

Selanjutnya, berturutan dicermati sebagai berikut : RPJMN 2010-2014-Renstra KL-RKP-RAPBNRPJPN 2005-2025- UU 17/2007Pasal 4, UU 25/2004 tentang Sisrenbangnas (SPPN)

I Prioritas BangnasII Arah dan Kebijakan Bidang PembangunanIII Arah Kebijakan Pembangunan/Kewilayahan

Penutup/kesimpulan

Visi dari RPJMN ini : Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, demokratis, dan Berkeadilan

Komitmen dan kepemimpinan nasional yang kuat dan demokratisKonsistensi Kebijakansanaan PemerintahKeberpihakan pada rakyatPeran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktifSistem birokrasi pemerintahan yang kuat, transparan, akuntabel, dan efisiensi

Visi Bangnas 2005-2025Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur

8 Misi1-4 Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu

Tahap skala prioritas utama da strategi RPJMN1.................2. 2010-2014memantapkan penataan kembali Indonesia disegala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas SDM termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya saing perekonomian

Visi Indonesia 2014Terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan

Misi1. melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera2. memperkuat pilar-2 demokrasi3. memperkuat dimensi keadilan dis semua bidang

Agenda utama I. Pembangunan ekonomi dan peningkatan kesehatan masyarakatII. Perbaikan tata kelola pemerintahanIII. Penegakan pilar demokratisIV. Penegakan hukum dan perkuatan koperasiV. Pembangunan yang inklusif dan berkeadilan

Sasaran Sasaran pembangunan ekonomi dan keseahteraanSasaran perkuatan pembangunan demokrasiSasaran penegakan hukum

Arah Jakum Pembangunan Nasional1. melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera2. memperkuat pilar-2 demokrasi dengan penguatan yang kompetitif, kelembagaan dan mengarah pada ....3. memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang

11 prioritas1. reformasi birokrasi dan tata kelola2. pendidikan3. kesehatan4. penanggulangan kemiskinan5. ketahanan pangan6. infrastruktur7. iklim investasi dan usaha8. energi9. lingkungan hidup dan bencana10. daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca konflik11. kebudayaan, kreatifitas, dan inovasi teknologi

Upaya untuk1. Percepatan pembangunan infrastruktur fisik2. Perbaikan infrastruktur lunak3. Perbaikan infrastruktur sosial4. Pembangunan kreativitas

Prioritas lanjutanDibidang politik, hukum, kamnas, perekonomian, kesejahteraan,.....

Arah jak bidang-2 pembangunan

1. Bidang sosial budaya dan kehidupan beragama2. ekonomi3. ilptek4. sarpras5. politik6. hankam7. hukum dan aparatur8. wilayahdan tataruang9. SDA dan LH

Arah dalam kebijakan pembangunan kewilayahan1. diluar jawa bali dan sumatra2. .....4 percepatan daerah tertinggal, kawasan strategis.........kawasan perbatasan, kawasan terdepan, kawasan terluar, daerah rawan terancam.........

Untuk memperkuat pentingnya hal-hal tersebut, perlu dicerahkan kembali masalah krusial sebagai berikut :

Bab I Kondisi Umum

21. Latar BelakangMewujudkan bangsa Indonesia yang lebih maju dan sejahtera, lebih mandiri, lebih aman dan damai, serta ;ebih demokratis dan adilCita-cita bangsa yang besar dan majuSejahtera, mandiri, demokratis, dan adil (Sabang sampai Merauke-Miangat sampai P Rote

Cita-cita leluhur1. terwujudnya penguatan kesejahteraan rakyat..........2. terwujudnya masyarakat bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat, dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta HAM3. terwujudnya pembangunan yang adil dan merata......

22. Pencapaian pembangunan nasional 2004-2009

OECD (organization of economic and cooperation development) bersama China, India, Brasil, Afrika Selatan masuk dikelompok Enhanced Engagement Countris atau negara yang makin ditingkatkan keterlibatannya dengan negara maju.Group 20---G20 20 negara 85% PDB (pendapatan domestik bruto) di duniaTerbangunnya tatanan pemerintahan yang makin bersih dan makin berwibawa (good governance and clean government)Laporan UNDP bertajuk Tac Klinc Corruption, Trans Forming Lives 2008Corruption Perception Index (CPI)2,0 tahun 2004, 2,6 tahun 2008, 2,8 tahun 2009

korupsi; perkara masuk dengan sisa perkara; jumlah penduduk miskin dengan tingkat kemiskinan; angkatan kerja, bekerja, pengangguran terbuka; perkembangan produksi pangan; angka partisipasi murni dan kasar; dan status kesehatan serta gizi masyarakat

23. Tantangan Bangnas

1, capaian laju pertumbuhan ekonomi sekitar 6% belum cukup unuk mewujudkan tujuan masyarakat Indonesia yang sejahtera2, percepatan pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang mengikut sertakan sebanyak mungkin penduduk Indonesia (inclusive growth)3, mengurangi kesenjangan antar daerah, pertumbuhan ekonomi harus tersebar keseluruh wilayah Indonesia terutama daearah yang memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi4, mengurang kesenjangan antara pelaku usaha, pertumbuhan ekonomi yang tercipta harus dapat memberikan kesempatan kerja seluas luasnya dan

lebih merta kesektor pembangunan yang banyak menyediakan lapangan kerja5, pertumbuhan ekonomi tak boleh merusak lingkungan hidup6. pertumbuhan infrastruktur makin penting jika dilihat dari berbagai dimensi7, sumber pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan harus berasal dari peningkatan produktivitas8, keberhasilan proses pembangunan ekonomi tergantung pada kualitas birokrasi9, demokrasi telah diputuskan sebagai adsar hidup berbangsa10, dalam sistem demokratisi, hukum harus menjadi panglima

BAB III Arahan RPJPN 2005-2025

31 Visi dan Misi RPJPN

Visi Bangnas ....... Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur

8 Misi Bangnas

Delapan misi Pembangunan nasional sebagai berikut : (i) mewujudkan masyarakat berakhlak mulia,

bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafa Pancasila;

(ii) mewujudkan bangsa yang berdaya saing; (iii) mewujudkan masyarakat bermoralitas berdasarkan

hukum; (iv) mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu; (v) mewujudkan pemerataan pembangunan dan

berkeadilan; (vi) mewujdkan Indonesia asri dan lestari; (vii) mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan

yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional;

(viii) mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional

Tahapan skala prioritas utama strategi RPJMN sebagai berikut :

(i) RPJMN I (2005-2009) diarahkan untuk menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang yang ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dan yang tingkat kesejahteraa rakyatnya meningkat;

(ii) (2010-2014) ditujukan untuk memantapkan penataan kembali Indonesia disegala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas SDM termasuk pengembangan kemampuan Iptek serta penguatan daya saing perekonomian;

(iii) (iii) ..........(iv) .........

32 Arah pembangunan JM ke 2

BAB IV Jakbangnas 2010....

411 Visi Indonesia

Terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan

Misi 1. melanjutkan pembangunan menuju bangnas sejahteraKetahanan pangan (food scurity), .......

Misi 2. memperkuat pilar demokrasi

Misi 3. memperkuat dimensi keadilan disemua bidangKoordinasikan, sinkronisasi, keterpaduan, kerjasama ...(antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha, dan

masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan inverstasi didaerahWilayah perbatasan, PPKT (inward looking jadi out...)kan, jah, keadilan, …Kota kecil dan menengahWilayah terpencil, terteinggal, wilayah bencanaPusat pelayanan terpadu, pemberdayaan perempuan dan anak.....412 Agenda Pembangunan

5 Agenda Utama sebagai berikut : (i) pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat; (ii) perbaikan tata kelola pemerintaha; penegakan pilar demokrasi; (iv) penegakan hukum dan pemberantasan korupsi; (v) pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.

I. Sumber daya alam (resource based) pengetahuan, yang berasal dari warisan tradisi budaya bangsa, ekonomi kreatif

II. Bottom up insklusif—masyarakatkan dilibatkan

413 Sassaran pembangunan

Keunggulan komperatif (coperative ...) energi terbarukan (reneweble energy)Sasaran pembangunan kesra.....ekonomi, pendidikan, kesehatan, pangan, energi, infrastruktur

Sasaran perkuatan pembangunan demokratis...meningkatkan kualitas demokrasi IndonesiaSarasan pembangunan penegakan hukum...tercapainya suasana dan ....

42 Arah Jakum Bangnas

421. Arah JakumArah Jakum sebagai berikut : (i) arah jakum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera; (ii) arah jakum untuk memperkuat pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat kelembagaan dan.......(iii) arah jakum untuk memperkuat dunia dalam semua bidang...........

422. priorits nasional. 11 prioritas....1 reformasi (sudah 50)

11 prioritas sebagai berikut : (i) reformasi birokrasi dan tata kelola; (ii) pendidikan; (iii) kesehatan; (iv) penanggulangan kemiskinan; (v) ketahanan pangan; (vi) infrastruktur; (vii) iklim investasi dan usaha; (vii) energi; (viii) lingkungan hidup dan bencana; (ix) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca konflik; (x) kebudayaan, kreatifitas, dan inovasi teknologi

infrastruktur....pembangunan dan pemulihan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, telekomnikasi, dan sistem informasi nasional yang melayani daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kualitas dan kuantitas produksi....

prioritas 6 Infrastruktur1. tanah dan tata ruang; jalan; perhubungan; perumahan rakyat; pengendalian banjir; telekomonikasi; transportasi rakyatprioritas 9 LH dan pengelolaan bencana1. perubahan iklim2. pengendalian kerusakan lingkungan3. sistem peringatan dini (penjaminan berjalannya fungsi sistem peringatan dini Tsunami (TEWS) dan suatu peringatan dini cuaca (MEWS) mulai 2010... peringatan dini iklim (CEWS) 20114. penanggulangan bencana (penguatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam mitasi.....

11 prioritas merupakan upaya untuk...

1. percepatan pembangunan infrastruktur fisik (meliputi prioritas 5 ketahanan pangan, 6 infrastruktur, 8 energi, 10 daerah tertinggal terdepan, terluar, dan pasca konflik)2. perbaikan infrastruktur lunak (prioritas 1 reformasi birokrasi dan tata kelola, 7 iklim investasi dan usaha)3. penguatan infrastruktur sosial (prioritas 2 pendidikan, 3 kesehatan, 4, 9 LH dan BA)

Prioritas lain

Bidang Pol, hukum, dan keamanan, dibidang perekonomian, dan jahra

Bid polhukam1. ....mekanisme prosedure penanganan terorisme2. pelaksanaan program deradikalisasi untuk mencegah terorisme3. peningkatan peran RI dalam mewujudkan perdamaian dunia4. peningkatan pelayan dan perlindungan TKI5. penguatan ... korupsi6. pelaksanaan perlindungan saksi dan pelapor7. pengembalian aset8. peningkatan kepastian hukum9. penguatan perlindungan HAM10. pemberdayaan industri strategis pertahanan

c. Lain-Lain

Bangsa yang besar dan majuCita2 untuk menjadikan negeri dan bangsa yang sejahtera, mandiri, demokratis, dan adil.Sabang sampai merauke, dari Miangas sampai pulau Rote.

Demokrasi, desentralisasi, dan amandemen konstitusi...Gejolak harga minyak, meroketnya harga pangan dan terjadinya kriisis keuangan global yang menyebabkan resesi dunia..

Politik yang aman, damai, adil, beretika, dan demokratis... daerah konflik utamanya Aceh, Maluku, Papua.

Cita luhurnyaTerwujudnya peningkatan jah rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan paada keunggulan daya saing, kekayaan SDA...SDM dan budaya bangsa yang didukung sepenuhnya oleh kemajuan penguasaan iptekTerwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta HAMTerwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapap dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia

Pencapaian pembangunan nasional 2004-2009Indonesia yang lebih aman, damai, adil, dan demokratis serta lebih sejahtera

Negara maju, OECD (Organization of economic and cooperation development)...Cina, India, BrazilKelompok “enhanced enggement countries” atau negara yang ditingkatkan.

Sikap tegas kejaksaan, kepolisian, KPKLaporan UNDP bertajuk Tackling corruption, transforming lives, 2008 menyatakan bahwa indek persepsi korupsi, corruption perception index (CPI) Indonesia telah menunjukan banyak perbaikan. Dalam

skala 1 sd 10, dengan keterangan bahwa skala 1 menunjukan persepsi terhadap suatu negara sebagai negara yang paling korup, 10 menunjukan paling bersih. Dari 2,0 pada tahun 2004, menjadi 2,6 tahun 2008 dan 2,8 pada tahun 2009.

Resolusi 1514 MU PBB yang berjudul “Declaration onthe Granting of Independence to Colonia Territories and Countries...”Setiap bangsa memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri (self-determination); berdasarkan hak tersebut setiap bangsa bebas untuk menentukan status politik mereka dan bebas untuk memilih bentuk pembangunan ekonomi, sosial dan budaya yang diinginkan.

Khusus untuk prinsip SD perlu ada ketegasan politik dari Indonesia yang menyatakan bahwa masalah penentuan nasib sendiri untuk seluruh komponen bangsa di Indonesia sudah selesai dilaksanakan“semua usaha pemisahan parsial atau total dari kesatuan nasional dan keutuhan teritorial suatu negara bertentangan dengan tujuan dan prinsip2 Piagam PBB”

Resolusi 1541 yang menegaskan bahwa hak penentuan nasib sendiri hanya dimiliki oleh bangsa2 terjajah dan tidak dimiliki oleh oleh bangsa2 yang telah menjadi komponen populasi suatu negara paska kolonial (termasuk Indonesia)....

Kelompok insurjensi mengandalkan tiga komponen perlawanan, yaitu ideologi, kepemimpinan, strategi, dan sumber daya...

Siklus konflik...normal, situasi kritis, eskalasi konflik, kekerasan bersenjata, pertempuran lawan inssurjensi, terminasi kekerasan bersenjata, deeskalasi konflik, normal

Fungsi militer, penangkalan, pencegahan, penindakan, pemulihan, penangkalan

BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Kondisi UmumLingkungan Strategis kawasan RegionalPerlombaan Senjata di Kawasan RegionalKepentingan dan Kebijakan Negara AdidayaWilayah laut Yuridiksi NasionalPerbatasan NegaraGangguan Keamanan di Wilayah Perbatasan dan Pulau TerdepanKejahatan Trans-NasionalPenyalagunaan NarkobaPerdagangan Manusia (human trafficking)TerorismeKeamanan dan Ketertiban MasyarakatKinerja Lembaga KepolisianPostur Pertahanan

Permasalahan dan Sasaran PembangunanPermasalahanSasaran PembangunanArah Kebijakan dan Strategi PembangunanArah Jak PembangunanStrategi Pembangunan

BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Kamnas, merupakan perwujudan dari salah satu tujuan bernegara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah dara Indonesia. Kamnas ini, mencakup pertahanan negara, keamanan dalam negeri, keamanan dan ketertiban masyarakat, serta keamanan sosial secara langsung maupun tidak langsung sangat dipengaruhi oleh dinamika politik, ekonomi, kesejahteraaan.........di dalam negri, serta dinamika keamanan di kawasan reg dan inter...

Embargo persenjataan dari luar negeriPemberdayaan industri pertahanan nasionalGangguan dan keamanan/pelanggaran hukum dilaut...pelanggaran hukum diwilayah laut yuridiksi nasional Indonesia

Gangguan keamanan dalam negeri belum hilang sama sekali dan telah berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi dan demokrasi, maka diperlukan upaya untuk memodernisasi kemampuan deteksi dini keamanan nasional.

Pencapaian visi Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan...Peningkatan kemampuan Hanneg, dan kondisi keamanan dalam negeri yang kondusif sehingga aktivitas masyarakat dan dunia usaha dapat berlangsung secara aman dan nyaman dengan strategi : peningkatan kemampuan pertahanan mencapai MEF; pemberdayaan industri poertahanan nasional; pencegahan dan penanggulangan gangguan keamanan dan pelanggaran hukum di laut (perompakan, illegal fishing, logging); peningkatan rasa aman dan ketertiban masyarakat; modernisasi deteksi dini kamnas; peningkatan kualitas kebijakan kamnas.

Kepentingan ekonomi, penguasaan SDA, migas, dan iar bersihDilancarkan tidak hanya oleh negara, tetapi juga oleh aktor-aktor bukan negara (non-state actors)Ancaman militer, tetapi juga berbentuk ancaman non-militer dengan menggunakan teknologi canggih dan bersifat lintas negaraIsu global, HAM,demokrasi, lingkungan hidup, good governance, dan terorismeKombinasi operasi soft power.... operasi hard power melalui pengerahan militer

Negara adidaya menerapkan kebijakan yang bertumpu pada penggunaan join operation yaitu soft power

melalui diplomasi, ekonomi, finansial, sosial budaya, media, dan embargo dengan hard power melalui pengerahan militer....

Konvensi PBB tentang Hukum laut 1982 (United nation Convention on law of The Sea-UNCLOS 1982)Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic state)PP 37 telah menentukan Alur laut Kepulauan Indonesia (ALKI)I-IIISelat Malaka 50.000 kapal/tahun

10 negara tetangga, Australia, India, Kepulauan Palau, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam

Malaysia, 10 daerah bermasalahSengketa perbatasan Ambalat (Indonesia dan Malaysia)

Pulau-2 terdepan (terluar)Aktivitas illegal, pencurian SDA dan pemindaan patok-2 perbatasan

Akibat instabilitas kawasan, perebutan penguasaan dan pemanfaatan secara illegal SDA dan SDE, peningkatan kapasitas non stae actorAncaman insurgency pelanggaran wilayah yuridiksi laut, pemanfaaatan ruang udara nasional secara ilegal, dan upaya penguasaan wilayah NKRI oleh negara lain.

MEF memerlukan mobilitas untuk memastikan kekuatan pertahanan dapat tergelar disetiap jengkal wilayahMencakup kemampuan untuk melakukan penyangkalan, penangkalan, pemukul, penggentar, dan rehabilitasi yang semua ini membutuhkan alutsista yang handal dan modern serta latihan terutama latihan gabungan secara reguler.

Permasalahan kesejahteraan prajurit yang tidak sepadan dengan resikonya.

Wilayah perbatasan dan pulau terdepan (terluar)Indonesia – Malaysia; Tanjung Datu, Gunung Raya, Gunung jagoi/S Buan, Batu Aum, Titik D 400, P Sebatik, tugu disebelah barat P Sebatik, S Sinapad, S Semantipal, Titik C 500-C 600, dan Titik B 2700-B 3100

Indonesia- PNG, daerah Wara Smoll yang merupakan wilayah NKRI tetapi tela dihuni, , diolah, dan dimanfaatkan secara ekonomis, administratif, serta sosial oleh warga PNG yang sejak dulu dilayani oleh pemerintah PNG

Indonesia-Timor Leste, batas darat untuk daerah Noel Besi, Manusasi, dan Dilumil/Memo

Ind-Thailand, Royal Proclamation tanggal 23-21981 secra sepihak mengumumkan ZEE berjarak 200 NM dari baselines Thailand dan mengusulkan landas kontinen dengan ZEE berhimpit. Namun sesuai UNCLOS 82 Indonesia bertpendapat ZEE mempunyai rejim hukum yang berbeda dengan landas kontinen

Malaysia mengklaim Ambalat di laut Sulawesi dan tidak konsisten dengan UNCLOS meskipun ZEE belum ditetapkan, sedangkan Indonesia berpendapat Blok Ambalat adalah sah secara hukum milik Indonesia

Batas darat sepanjang 3.053 km, saat ini baru terbangun 189 pos pertahanan dari total kebutuhan minimal sebanyak 396 pos pertahanan. Selain itu, dari 92 pulau terdepan (terluar) baru 12 yang memiliki pos pertahanan.

Industri pertahananIndustri pertahanan merupakan salah satu pilar penting keamanan nasional terutama pertahanan negara

Pengadaan alutsista TNI dan lat utama Polri dari luar negeri seyogyanya dihindari, jika...sudah dapat diproduksi oleh industri pertahanan nasional.Dikaitkan dengan proses alih teknologi, offset dan kerjasama produksi sehingga memperkuat industri pertahanan nasional dan memberikan nilai tambah bagi bangsa Indonesia.

Gangguan keamanan dan Pelanggaran Hukum di wilayah laut Yuridiksi Nasional

Kapal patroli, surveilance system, dan pos pertahanan dan keamanan.......

Keamanan dan keselamatan pelayaran di selat malaka dan ALKIRelatif bahaya, bagi pelayaran kapal asing. Revolusi dewan keamanan PBB 1816 pada tanggal 2 juni 2008 yang memberikan kewenangan kepada cooperating states untuk melakukan penegakan hukum terhadap perompak disekitar perairan Somalia, telah memunculkan kekhuatiran bagi negara-2 pantai, dan merupakan tantangan antara Indonesia bersama dengan Singapura dan Malaysia untuk meningkatkan kerjasama trilateral pengamanan Selat Malaka.

Perkembangan teknologi, kemudahan transportasi, dan perkembangan ekonomi dunia, kejahatan lintas negara yang juga merupakan kejahatan dengan katagori serius seperti narkotika, perdagangan dan penyelundupan manusia (human trafficking) serta kejahatan terorganisir dan terorisme juga mengalami peningkatan....

Deteksi dini yang masih belum memadaiProses pengumpulan data dan informasi, analisis dan rekomendasi kebijakan dan strategi yang dilakasanakan melalui fungsi intelijen dan kontraintelijen merupakan kunci utama dan penentu

awal penciptaan keamanan nasional yang meliputi pertahanan (defense), keamanan dalam negeri (homeland security), serta keamanan sosial/insani (social/human security).Deteksi dini, merupakan sumber utama pengambilan keputusan dan kebijakan oleh pimpinan negara (the mother of information and policy)Sistem persandian nasional, yang berpotensi mengganggu komunikasi strategis diantara pimpinan pemerintah di pusat dan daerah. Ketertinggalan teknologi deteksi dini.

Kesenjangan kapasitas lembaga penyusun kebijakan pertahanan keamanan negaraMunculnya potensi ancaman yang semakin variatif, memerlukan pengelolaan secara lebih terintegrasi, efektif, dan efisienTerbatasnya kerjasama antar instansi sehingga terkesan bertindak sendiri-2 bermuara pada kebutuhan adanya lembaga semacam dewan keamanan nasional yang mampu mengintegrasikan kerangka kebijakan kamnas. Munculnya kebijakan pengintegrasian/penyerasian kamnas diharapkan dapat meningkatkan kapasitas lembaga-2 kamnas baik secra kelembagaan berdasarkan tugas pokok dan funsi maupun dalam sinerginya dengan lembaga kamnas lainnya.

Sasaran pembangunanMampu melaksanakan operasi gabungan dan memiliki efek pengentar. Meningkatnya daya penggentar sistem pertahanan Indonesia akan menurunkan intensitas gangguan kedaulatan dan kewibawaan NKRI. Ditandai dengan meningkatnya profesionalisme personel TNI, meningkatnya kuantitas dan kualitas alutsista TNI, serta terbentuknya komponen bela negara.

Penginderaan dan pengawasan .....surveillance yang secara fungsional dilakukan oleh badan keamanan

laut (bakamla) terbentuk UU 17/2008 tentang Pelayaran.

PENUTUP

Si Vis Pacem Para Bellum ..... memelihara kondisi damai, dengan membangun kemampuan pertahanan yang

kuat ..... modern, efektif ....dan berdaya tangkal tinggi.

36. Pengakhiran.

Demikian naskah/tulisan yang dipandang singkat ini dibuat dan diberikan untuk memenuhi kebutuhan bahan ajaran atau kepentingan-kepentingan (bebrayan) lainnya sebagaimana telah diurai agar dapatnya dijadikan pedoman maupun acuan serta nilai tambah lainnya bagi peserta /mahasiswa maupun pihak-pihak lain yang berkompeten dalam meminati kemampuan kualitas terpeliharanya perdamaian. Hal-hal yang terkait sebagai penunjang maupun penguat, bisa di baca maupun diperhatikan pula pada lampiran-lampiran-nya yang merupakan bagian tak terpisahkan dari uraian sebelumnya. Sekian dan terima kasih. Semoga bermanfaat.

CATATAN/LAIN-LAIN

1945, UUD Negara RI 1945 bab XII ps 30 Hanneg dan Kamneg1946, UU RI 1/1946 tentang Peraturan Hukum Pidana

1954, 1954, Liddell Hart, B>H, Strategy, Frederick AP Publisher, New York.1957, Deklarasi Djuanda 13-12-1957 (Kesatuan kewilayaan Indonesia darat, laut, udara), aspek kesatuan, kesejahteraan, keamanan, rule of lawDelimitasi/demarkasi untuk batas laut internasionalNegara pantai (coastel state)Zona tambahan 24 mil lautZona ekonomi ekslusif 200 mil lautLandas kontinen (dasar laut) 350 mil lautGaris pangkal (baseliness)—garis pantai saat air surut---Indonesia negara kepulauanProses pembagian laut ini diikuti proses delimitasi batas maritimProses dengan negosiasi, mediasi, arbitrasi, ....Territoriate ZeeMaritiem Kringen Ordonante (Ordonasi entang laut teritorial dan lingkungan maritim---1939)1959, UU 23 Prp Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1908) sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 52 Prp Tahun 1960 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 170,'1',imbahan Lembaran Negara Nomor 2113);1960, UU 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria1961, Perpres 12 PRPS Tahun 1961 Tentang Pemberian Tunjangan Belajar.1963, UU RI 11/1963 tentang Subversif dihapus gantinya Intelijen belum ada1963, Sun Tzu, The Art of War, diterjemahkan oleh Samuel B Griffith, Oxford University Press.Abas Nasir, 2005, Membongkar Jamaah Islamiyah, Jakarta, GrafindoHS Sayidiman, 2005, Si Vis Pacem Para Bellum, Membangun Pertahanan Negara Yang Modern dan Efektif, Jakrta, Gramedia.Hendropriyono, 2009, Terorisme : Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, Jakarta, Kompas MN.Purwanto W, 2010, Terorisme di Indonesia Pasca Mom Marriott 2, Jakarta, CMB Press.Indra Widjaya, 1992, Falsafah Perang Sun Tzu, Bandung, Dunia Pusta Jaya.Denis MD, Dkk, (Terjemahan 2005), )1988, Menyusun Strategi, Badiklat Dephan, Jakrta.

Harun Nasution, 1985 Perkembangan Modern Dalam Islam, yayasan Obor Jakarta..T Hari Prihatono, 2006, Rekam Jejak Proses SSR Indonesia 200-2005, Pro-Patria Institute, SMitsuo Nakamura, dkk, 2005, Muhammadiyah Menjemput Perubahan, , Buku Kompas, Jakarta.Lukas Luwarso, 2001, Negara Dalam Bahaya, EL SAM, Jakarta.Pamoe Rahardjo, 1995, Badan Keamanan Rakyat (BKR), Majalah PETA, Jakarta, Jimly Asshiddiqie 2003, Konstitusi-Kontitusionalisme Indonesia, MK RI-Pusat Studi Hukum Tata Negara FH UI, JakartaFukuzawa Y (Arifin Bey-alibahasa), 1985 Jepang Diantara Feodalisme dan Modernisme, PT Pantja Simpati, Jakarta,Louis IH, (Sahat-penterjemah), 1985, Revolusi, Militerisasi dan Konsolidasi Pembangunan, PT Bina Aksara, Jakarta.Hari Prihatono, dkk, 2007, Aboe Bakar Loebis, 1992, Kilas Balik Revolusi, UI Pres, Jakarta.Pusat Pembinaan Mental ABRI, 1992, Wawasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman, Yayasan Panglima Besar Jenderal Sudirman, Jakarta.Keamanan Nasional : Kebutuhan Membangun Perspektif Integratif versus Pembiaran Politik dan Kebijakan, Pro Patria Institute, JakartaM. Sastrapratojo dkk, 1986, Menguak Mitos-Mitos Pembangunan, Gramedia, Jakarta.Nurcholish Madjid, 1987, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Mizan, Bandung.Richard AG, dkk, (Sukardi-alih bahasa), 1977, Krisis Komando : Salah Urus Dalam Angkatan Darat,.Fenton B, (Redaksi PA-terjemahan), 1980, Mafia Cina, Pustaka Azet, Jakarta.Franz Magnis Suseno, 1985, Etika Jawa, Gramedia, Jakarta.Deliar Noer, 1992, Ideologi, Politik, dan Pembangunan, Yayasan Risalah, Jakarta.M Yamin,, 1960, Proklamasi dan Konstitusi, Jambatan,, Jakarta.Dahrendorf, R, (Mandan-penterjemah), 1959, Konflik dan Konflik Dalam Masyarakat Industri, Rajawali, Jakarta.Dahl, RA, (Sahat S-penterjemah), 1985, Dilema Demokrasi Pluralis :Antara Otonomi dan Kontrol. ,Rajawali, Jakarta.Simon, dkk, 1980, Top Management Strategi, Kepner, New York.Riant Nugroho, dkk, 2005, Tantangan Indonesia, IKAPI, Jakarta.

Kansil, dkk, 1990, Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Erlangga, Jakarta.Ricklefs MC, 1993, Sejarah Indonesia Modern, Gadjah Mada University Press,Andre Beaufre, (Saleh-Alih bahasa), 1963, Pengantar Strategi, Pusdiklat Dephankam.Tsai Chih Chung, 1993, Manajemen dan Bisnis Strategi Militer Klasik Seni Berperang, Elek MK, Jakarta.Deacon R, 1983, Menyingkap Dinas Rahasia Jepang Kempei Tai, Upaya Swadaya Aksara, Jakarta, Clery Thomas, 1991, Seni Perang Jepang, Gramedia, Jakarta.Forum Komunikasi Badiklat, 2006, Wawasan Kebangsaan, Badiklat Dephan.UU RI 1/1946 tentang Peraturan Hukum PidanaLiddell Hart, BH, 1954, Strategy, Frederick AP Publisher, New York.Deklarasi Djuanda 13-12-1957 1959, UU 23 Prp Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1908) sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 52 Prp Tahun 1960 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 170,'1',imbahan Lembaran Negara Nomor 2113);UU RI 11/1963 tentang Subversif dihapus gantinya Intelijen belum adaSun Tzu, 1963, The Art of War, diterjemahkan oleh Samuel B Griffith, Oxford University Press.Perpu 23/1959 tentang Pencabutan UU 74 tahun 1957 dan penetapan keadaan bahayaClausewitz, Carl Von, 1976, On War, diedit dan diterjemahkan dari Vom Kriege, oleh Michael dan Peter Peret, Princeton University Pres.Geogle, September 2013.UU RI 5/1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif IndonesiaKep Menhankam Nomor : Kep/14/M/XII/1984 tanggal 20 Desember 1984 tentang Pokok-pokok Penyelenggaraan Pembinaan Pendidikan Pertahanan Keamanan Negara1985, UU 5/1985 ttg ReferendumUU 17/1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea/Konvensi PBB tentang Hukum LautTap MPR IV/MPR 1983 tentang Referendum

Kep Pangab No : Kep/04/IX/1987, tanggal 7-9-1987 tentang Sisdik ABRI.Keputusan Menhankam Nomor Kep/012/VII/1988 tanggal 31 Agustus 1988 tentang Penetapan Kodam sebagai Penyelenggara Tugas dan Fungsi (PTF) Dephankam di DaerahSurat Keputusan Menhankam Nomor : Skep 1357/VIII/1988 tanggal 31 Agustus 1988 tentang Pokok-Pokok Mekanisme Pelaksanaan Program dan Anggaran dalam Rangka Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi DephankamBerdasarkan Kep Menhan No : Kep/19/XII/2000 dan diubah dengan Kep/19a/M/XII/2000 tentang susunan organisasi dan tata kerja Dephan. Wadah/fungsi/dan penetapan Kodam sebagai PTF/Kanwil tanpa merubah atau belum mencabut Kep Menhankam No : Kep/012/VIII/1988 dan Skep/1357/VIII/1988 sebelumnya yang mengakomodasi kepentingan PTF.UU 1/1988 tentang perubahan atas UU Nomor 20/1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertahanan keamanan negara RIUU 20/1982 tentang ketentuan-2 Pokok hankam negRIUU 29/1954 tentang Pertahanan negara RI Tap MPR IV/MPR 1978 tentang GBHN UU RI 6/1996 tentang Perairan IndonesiaUU RI 27/1997 tentang Mobilisasi dan DemobilisasiUU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan HidupSetneg, 1998, Risalah BPUPKI dan PPKI, Jakarta.UU RI 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri.UU RI 27/1999 tentang Perubahan Kitab UU Hukum Pidana yang Berkaitan dengan Kejahatan terhadap Keamanan NegaraInstruksi Presiden RI No 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.UU RI 56/1999 tentang Rakyat Terlatih (Hansip)UU 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia (23 September 1999) Keppres 126/2001 tentang Hari NusantaraUU 3/2002 tentang Hanneg UU 1/1988 tentang perubahan atas UU 20/1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Hankamneg RI; Tap MPR RI VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI dan Kepolisian NRI dan Tap VI tentang Peran TNI dan Peran Kepolisian NRI.UU RI 2/2002 tentang Kepolisian Negara RIPeraturan PPUU RI 1/2002 tentang Terorisme

UU 15/2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU 1/2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi UUTAP MPR No 1/MPR/2003 ttg Peninjauan Terhadap ateri dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan TAP MPRI tahun 1960 sd 20022003, Azra A, Demokrasi, 2003, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta,UU 34/2004 tentang TNI (16 Oktober 2004) UU RI 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimanan telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU 12/2008.Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pernyataan Perubahan Status Keadaan Bahaya dengan Tingkatan Keadaan Darurat Militer menjadi Keadaan Bahaya dengan Tingkatan Keadaan Darurat Sipil di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 46);Perpres 2/2004 tentang Pernyataan perpanjangan keadaan bahaya dengan tingkat keadaan darurat sipil di provinsi nanggroe Aceh DarussalamUU 23 Prp Tahun 1959 tentang keadaan bahaya sebagaimanan telah diubah dua kali terakhir dengan UU 52 Prp 1960Perpres 81/2005 tentang Bakorkamla..1972-2003-2005Perpres 78/2005 tentang Pengelolaan PPKT (29 Desember 2005)UU 17/1985 tentang Pengesahan Unclos/Konvensi PBB tentang Hukum Laut; UU 5/1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistem; UU 21/1992 tentang Pelayaran; UU 24/1992 tentang Penataan Ruang..Usang; UU 6/1996 tentang Perairan Indonesia; UU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; UU 3/2001 ??? tentang pertahanan ???; UU 2/2002; UU 32/2004; UU 34/2004; PP 38/2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.

Letjen TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo, 2005, Si Vis Pacm Para Bellum Membangun Pertahanan Negara yang Modern dan Efektif, PT Gramedia , Jakarta.UU RI 5/2006 tentang Pengesahan Internasional Convention for The Suppression of Terrorist Bombings, 1997 (Konvensi Internasional Pemberantasan Pengeboman oleh Teroris, 1997 BPUU RI 6/2006 tentang Pengesahan International Convention for The Suppression of The Financing of Terrorism, 1999 (Konvensi Internasional Pemberantasan Pendanaan Terorisme, 1999) BPUU RI 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana BPPerpu 23 tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya.

PP 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 1960 tanggal 11 April 1960 tentang Permintaan dan Pelaksanaan Bantuan Militer.Keputusan Menhankam No : Kep/012/VIII/1988 tanggal 31 Agustus 1988 tentang Penetapan Kodam sebagai Penyelenggara Tugas dan Fungsi Dephankam di Daerah.Peraturan Menteri Pertahanan RI No : PER/24/M/XII/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Postur Pertahanan Negara.UU RI 43/2008 tentang Wilayah Negara.UU 1/1973 tentang Landas Kontinen IndonesiaUU 5/1983 tentang ZEEIUU 17/1985 tentang pengesahan UnclosUU RI 12/2008 tentang Perubahan Kedua UU 32/2004 ttg Pemerintahan daerahPerpres 7/2008 tentang Kebijakan Umum Pertahanan NegaraPermenhan 16/2008 tentang kebijakan penyelenggaraan HannegPeraturan Pemerintah 26/2008 tentang Rencana Tatat Ruang Wilayah NasionalPeraturan Pemerintah 26/2008 tentang Rencana Tatat Ruang Wilayah NasionalPermenhan RI 16 tahun 2008 tentang Kebijakan Penyelenggaraan HannegPermenhan 03 Tahun 2009 tentang Jakum Penggunaan Kekuatan TNI (8 April 2009)Kep Menhan : KEP/268/M/XII/2009 tentang Visi, misi dan Grand Strategi Hanneg di Lingkungan Dephan dan TNIPerpang TNI 81/XII/2009 tanggal 15 Desember 2009 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI tentang Operasi Penanggulangan TerorisKep Pan TNI 2/I/2007 tanggal 12 Januari 2007 tentang Doktrin Tri Dharma Eka Karma (Tri Dek)Peraturan Pemerintah RI 39/2010 tentang Administrasi Prajurit TNI; 33-3, 44-2, 47-6, 50-5, 51-3, 44-2, 57, 62-3, ---UU 34/2004Perpres 12/2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan (28 Januari 2010)UU 32/2004 tentang Pemda sebagaimanan telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU 12/2008; UU 26/2007 tentang Penataan Ruang; UU 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; UU 43/2008 tentang Wilayah NegaraPerpres 5/2010 tentang Renjana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010- 2014 (20 Januari 2010)

Perpres 34/2010 tentang BINPerpres 41/2010 tentang Kebijakan Umum Hanneg 2010-2014 (17 Juni 2010)Perpres 46/2010 tentang Badan Nasional Penanggulangan TerorismeKomisi I DPR RI dalam Rapat Kerja dengan Kemkopolhukam tanggal 12 Juni 2006 dan 31 Agustus 2009 telah merekomendasikan kepada pemerintah tentang perlunya suatu badan yang berwenang melakukan tugas penanggulangan terorismePerpres 42/2010 tentang Komite Kebijakan Industri PertahananPerpres 46/2010 tentang Badan Penanggulangan Terorisme (16 Juli 2010)UU 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri; UU 2/2002 tentang Kepolisian NRI; UU 15/2003 tentang Penetapan Perpu 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi UU; UU 32/2004...12/2008; UU 34/2004; Komisi I DPR RI dalam Rapat Kerja dengan Kementerian Koordinator Bid Polhukam tanggal 12 Juni 2006 dan 31 Agustus 2009 telah merekomendasikan kepada Pemerintah tentang perlunya membentuk suatu Badan yang berwenang melakukan tugas penanggulangan terorismePerpres 49/2010 tentang Tunjangan Operasi Pengamanan bagi Prajurit TNI dan PNS yang Bertugas Dalam Operasi Pengamanan Pada PPKT dan Wilayah Perbatasan (19 Juli 2010)Permenhan 02 Tahun 2010 tentang Minimum Essential Force Komponen Utama (5 Februari 2010)UUD 1945 Perubahan; UU 3/2002; UU 34/2004; RPJPN; RPJMN; Perpres 7/2008 tentang Jakum Hanneg; Permenhan 16/2008 tentang Jakgar Hanneg; Permenhan 9/M/XI/2007 tentang Renstra Bang Hanneg; Permenhan 23/2007 tentang Doktrin Hanneg; Permenhan 22 tentang Strategi Hanneg; Permenhan 24 tentang Postur Hanneg; Permenhan 07/X/2009 tentang Pengadaan Barang dan Jasa dengan Menggunakan Fasilitas KE; Prmenhan 10/X/2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Hanneg; Permenhan 15/VII/2009 tentang Pembinaan Teknologi dan Industri pertahanan; Permenhan 03/X/2009 tentang Jakum Gunkuat TNI; UU 26/2007 tentang Penataan Ruang; UU 32/2004 tentang PemdaPermenhan 17 Tahun 2010 tentang Kebijakan Pertahanan Negara Mengenai Tugas TNI Dalam Penanganan Teerorisme (! Oktober 2010 tanpa Menteri Hukum...)

UU 34/204; UU 3/2002; UU 15/2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU RI No 1 Tahun 2002 tentang Pemerantasan Tindak Pidana Terorisme; Perpres 7/208 tentang Jakum Hanneg; Permenhan 16/2008 tentang Jakgar Hanneg; Permenhan 03/2009 tentang Jakum Gunkuat TNIPeraturan Panglima TNI Nomor Perpang/86/XII/2010 tanggal 16 Desember 2010 tentang Buku petunjuk pelaksanaan prosedur perencanaan umum pelibatan TNI dalam misi PBB.UU 37/199 tentang Hubungan Luar Negeri, UU 24/2000 tentang Perjanjian internasional, UU 3/2002 tentang Hanneg, UU 17/2003 tentang Keuangan Negara, UU 34/2004 tentang TNI, Perpres 10/2010 tanggal 28 Januari 2010 tentang Susunan Organisasi TNI, Permenhan Per/23/M/XII/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Doktrin Hanneg RI, Perpang TNI 45/VI/2010 tanggal 15 Juni 2010 tentang Doktrin TNI Tridharma eka karma., Perpang TNI 32/VI/2009 tanggal 29 Juni 2009 tentang Bujuklak Perjanjian Internasional di Lingkungan TNI, Perpang 12/III/2009 tanggal 11 Maret 2009 tentang stratifikasi doktrin, Perpang TNI 25/IV/2010 tangal 7 April 2010 tentang Bujuklak tentang Pengelolaan Dana Reimbursement di lingkungan unit organisasi TNI, Perpang TNI 51/VIII/2010 tanggal 2 Agustus 2010 tentang Penetapan Indikator Kinerja di lingkungan TNIPermenhan 9/2011 tentang Pokok-Pokok Jakgar Tugas Bantuan TNI Dalam Menanggulangi Bencana Alam, Pengungsian, dan Bantuan Kemanusiaan.Permenhan 17/2010 tentang Jak Hanneg Mengenai Tugas TNI Dalam Penanganan Terorisme3 Maret 1950 berdasarkan surat keputusan mendagri No UR 32/2/21 tahun 1950 untuk mengubah detasemen polisi pamong praja menjadi satuan polisi pamong praja dan tanggal 3 maret dijadikan sebagai hari jadi satuan polisi pamong praja.PP 6/2010 tentang satuan polisi pamong prajaPermendagri 27/2009 tentang penggunaan senjata api bagi anggota satpol PPKeppres 56/1972 mengenai pelimpahan pembinaan organisasi pertahanan sipil yang bersifat non kombatan dari Dephankam kepada DepdagriSKB Menhan dan Mendagri Kep/37/IX/1975 dan No 240/1975 yang menggariskan tupoksi hansip adalah membantu dan memperkuat pelaksanaan Hankamnas di bidang perlindungan masyarakat

Kepmendagri 40/2001 tentang organisasi dan tata kerja Depdagri mengenai perubahan nomenklatur Hansip menjadi Linmas pada Ditjen Kesbang dan Linmas.Masterplan percepatan dan perluasan pembanguan ekonomi indonesia (MP3EI 2011-2025UUD Negara RI Tahun 1945, UU RI 2/2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, UU 3/2002 tentang Pertahanan Negara, UU 15/2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, UU 34/2004 tanggal 16 Oktober 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, UU 17/2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025, Perpres 41/2010 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara, Perpres 5/2010 tentang RPJMN 2010-2014, Kepres RI 63/2004 tanggal 5 Agustus 2004 tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional, dan Peraturan Perundang-Undangan terkait lainnyaPerpres 41/2011 tentang Jakum Hanneg 2010-2014, Permenhan 03/2010 tentang Rencana Strategis Hanneg Tahun 2010-2014, Kepmenhan 268/M/XII/2009 tanggal 17 Desember 2009 tentang Visi, Misi, dan Grand Strategi Hanneg di Lingkungan Kemhan dan TNI1965, PP 24/1965 tentang Perpanjangan Dinas Wajib MiliterUU 66/1958 tentang wajib MiliterPerpu 40/1960 tentang Perubahan dan tambahan UU 66 tahun 1958 tentang Wajib MiliterPerpu 39/1960 tentang Penyaluran Militer Wajib Darurat kedalam Rangka Wajib MiliterPerpu 40/1960 tentang Perubahan dan tambahan UU 66 tahun 1958Perpu 23/1959 tentang Pencabutan UU 74 tahun 1957 dan penetapan keadaan bahaya1971, UU 2/1971 tentang perjanjian antara RI dan Malaysia tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah kedua Negara di Selat Malaka1973, UU 1/1973 tentang landasan Kontinental IndonesiaUU 6/1973 tentang Perjanjian Antara Indonesia dan Australia Mengenai Garis-2 Batas Tertentu Antara Indonesia dan PNGUU 7/1973 tentang Perjanjian antara RI dan R Singapura mengenai Garis Batas Laut Wilayah kedua negara di Selat Malaka

1976, Clausewitz, Carl Von, On War, diedit dan diterjemahkan dari Vom Kriege, oleh Michael dan Peter Peret, Princeton University Pres.1981, UU Noitlor 8'Fahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);1978, Tap MPR IV/MPR/19781982, UU 20/1982, UU 1/1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik beserta Protokol Opsionalnya mengenai Hal Memperoleh Kewarganegaraan...UU 2/1982 tentang pengesahan Konvensi Mengenai Misi Khusus1983, UU RI 5/1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia1984, Kep Menhankam Nomor : Kep/14/M/XII/1984 tanggal 20 Desember 1984 tentang Pokok-pokok Penyelenggaraan Pembinaan Pendidikan Pertahanan Keamanan Negara1985, UU 5/1985 ttg ReferendumUU 13/2005 ttg APBN 2006Skep Pangab Nomor : Skep/385/VII/1985 tanggal 2 Juli 1985 tentang Petunjuk Pembinaan Pendidikan Luar NegeriUU 17/1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea/Konvensi PBB tentang Hukum LautTap MPR IV/MPR 1983 tentang Referendum1987, Kep Pangab No : Kep/04/IX/1987, tanggal 7-9-1987 tentang Sisdik ABRI.1988, Keputusan Menhankam Nomor Kep/012/VII/1988 tanggal 31 Agustus 1988 tentang Penetapan Kodam sebagai Penyelenggara Tugas dan Fungsi (PTF) Dephankam di DaerahSurat Keputusan Menhankam Nomor : Skep 1357/VIII/1988 tanggal 31 Agustus 1988 tentang Pokok-Pokok Mekanisme Pelaksanaan Program dan Anggaran dalam Rangka Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi DephankamBerdasarkan Kep Menhan No : Kep/19/XII/2000 dan diubah dengan Kep/19a/M/XII/2000 tentang susunan organisasi dan tata kerja Dephan. Wadah/fungsi/dan penetapan Kodam sebagai PTF/Kanwil tanpa merubah atau belum mencabut Kep Menhankam No : Kep/012/VIII/1988 dan Skep/1357/VIII/1988 sebelumnya yang mengakomodasi kepentingan PTF.UU 1/1988 tentang perubahan atas UU Nomor 20/1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertahanan keamanan negara RIUU 20/1982 tentang ketentuan-2 Pokok hankam negRI

UU 29/1954 tentang Pertahanan negara RI yang didasarkan pada UUDS RI tahun 1950 tidak sesuai....Tap MPR IV/MPR 1978 tentang GBHN1990, UU 5/1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya1992, UU RI 9/1992 tentang KeimigrasianUU RI 15/1992 tentang PenerbanganUU RI 23/1992 tentang KesehatanUU 12/1992 tentang Sistem Budidaya TanamanUU 21/1992 tentang Pelayaran1995, Surat Menteri Keuangan Nomor : S-452/MK.03/1995 tanggal 25 Juli 1995 tentang perubahan Angka Dasar Tunjangan Luar Negeri (ADTLN)1995, Kewiraan Untuk Mahasiswa, Lemhannas, Gramedia, Jakarta.1996, UU RI 6/1996 tentang Perairan Indonesia1997, UU RI 27/1997 tentang Mobilisasi dan DemobilisasiUU RI 31/1997 ttg Peradilan Militer (tak laku), UU 14/1985 ttg Mahkamah Agung (dirubah) UU 5/2004 ttg perubahan UU 14/1985UU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup1998, Keputusan Bersama antara Menhankam RI dan Mendikbud RI No Kep/01/II/1998 dan 046/U/1998 tanggal 27 Februari 1998 tentang Penyelenggaraan Program Magister Ketahanan Nasional di Lingkungan Perguruan TinggiSurat Keputusan Menhankam Nomor : Skep/283/M/V/1998 tanggal 1 Mei 1998 tentang Tunjangan Pokok Luar Negeri bagi Anggota ABRI dan PNS Dephan/ABRI yang bertugas pada Perwakilan RISurat Keputusan Menhankam Nomor : Skep/852/M/VII/1998 tanggal 31 Juli 1998 tentang Tunjangan Belajar Luar Negeri Bagi Prajurit ABRI dan PNS Dephankam/ABRISurat Edaran Dirjen Renumgar nomor : SE/24/VIII/1998/DRJA tanggal 19 Agustus 1998 tentang Tunjangan Belajar Luar Negeri Bagi Prajurit ABRI dan PNS Dephankam/ABRI1998, Setneg, Risalah BPUPKI dan PPKI, Jakarta.1999, UU RI 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri.UU RI 27/1999 tentang Perubahan Kitab UU Hukum Pidana yang Berkaitan dengan Kejahatan terhadap Keamanan NegaraInstruksi Presiden RI No 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.UU RI 56/1999 tentang Rakyat Terlatih (Hansip)UU 41/1999 tentang KehutananInpres 7/1999 AKIP

UU 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia (23 September 1999) UUD 1945 pasal 5, 20, 26. 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34; Tap MPR XVII/MPR/1998 tentang HAM2000, UU 24/2000 Perjanjian InternasionalUU RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan NasionalSkep Kasad No’ Skep/186/2000 tanggal 26 April 2000 tentang Buku petunjuk Administrasi Penerimaan Bintara dan Tamtama Prajurit Karier TNI AD2000, Buku Induk Wasantara, Lemhannas2001, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 yang mengatur tentang pembangunan yang berwawasan lingkungan serta tidak mengatur kepentingan pertahanan negaraKeppres 126/2001 tentang Hari NusantaraUU 22/2001 tentang minyak dan gas bumiBadan pelaksana kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumiEnergi sumberdaya mineralKontraktor kontak kerjasama (KKKS)PP 42/2002 Badan pelaksanaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumiPP 35/2004 tentang kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumiPP 34/2005 perubahan atas PP 35/2004UU 33/2004 tentang Perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan pemerintah daerahPP 55/2005 tentang dana perimbanganWilayah kerja 228---141 wilayah eksplorasi, 67 wilayah produksi, 20 wilayah coad bed methane----2001, Soewarno, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, Pokja Lemhannas, Jakarta.2002, UU 3/2002 tentang Hanneg (8 Januari 2002)UU 1/1988 tentang perubahan atas UU 20/1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Hankamneg RI; Tap MPR RI VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI dan Kepolisian NRI dan Tap VI tentang Peran TNI dan Peran Kepolisian NRI.UU RI 2/2002 tentang Kepolisian Negara RIUU RI 15/2002 Tindak Pidana Pencucian UangPeraturan PPUU RI 1/2002 tentang TerorismeKeputusan Menhan No : Kep/07/ M /VIII/2002 tanggal 12 Agustus 2002 tentang Ketentuan Tugas Belajar Di Perguruan /inggi Diluar Lembaga Pendidikan Dephan Dan TNI Bagi Prajurit TNI dan PNS.

Keputusan Menhan No : Kep/07/ M /VIII/2002 tanggal 12 Agustus 2002 tentang Ketentuan Tugas Belajar Di Perguruan /inggi Diluar Lembaga Pendidikan Dephan Dan TNI Bagi Prajurit TNI dan PNS.Surat Keputusan Dirjen Kuathan Dephan No : Skep/37/XII/2002 tanggal 2 Desember 2002 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Tugas Belajar Di Perguruan Tinggi Di Luar Lembaga Pendidikan Dephan Dan TNI Bagi Prajurit TNI Dan PNS.Skep Panglima TNI Nomor Skep/46/I/2002 tanggal 21 Januari 2002 tentang Petunjuk Administrasi Calon Perwira TNIPP (Peraturan Pemerintah) 38/2002 tentang Daftar oordinat Geografis TitikTitik Garis Pangkal Kepulauan IndonesiaUU 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana KorupsiUU 8/1981 tentang Hukum acara pidanaUU 28/1999 tentang penyelenggara negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotismeUU 31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimanan telah diubah dengan UU 20/2001 tentang perubahan atas UU 31/ 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi2003, UU 15/2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU 1/2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi UUUU RI 20/2003 tentang Sistem Pendidikan NasionalUU RI 19/2003 tentang BUMNUU RI 22/2003 tentang Sususnan dan Kedudukan MPR, DPR,DPD, DPRDUU RI 20/2003 tentang SisdiknasTAP MPR No 1/MPR/2003 ttg Peninjauan Terhadap ateri dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan TAP MPRI tahun 1960 sd 2002Skep Panglima TNI No : Skep/55/II/2003 tanggal 24-2-2003 tentang Petunjuk Indek Penyediaan Prajurit TNISkep Panglima TNI No : Skep/46/I/2003 tanggal 21-1-2002 tentang Petunjuk Administrasi Penerimaan Calon Prajurit TNI2003, Jimly A, Konstitusi-Konstitusionalisme, MK-UI, Jakarta.2003, Azra A, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta,2004, UU 34/2004 tentang TNI (16 Oktober 2004) UU 2/1988 tentang Prajurit ABRI; UU 3/2002 tentang Hanneg; Tap MPRI RI VI dan VIIUU RI 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimanan telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU 12/2008.UU 31/2004 Perikanan...UU 45/2009....

UU 25/2004 Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalUU 31/2004 tentang Perikanan, pasal 69 ayat 1 senjata api-----UU RI 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undanganUU 4/2004 ttg kekuasaan Kehakiman; UU 39/1999 UU 26/2000 ttg Pengadilan Ham; UU 39/1947 ttg KUHPMUU RI 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undanganUU RI 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undanganUU 4/2004 ttg kekuasaan Kehakiman; UU 39/1999UU 26/2000 ttg Pengadilan Ham; UU 39/1947 ttg KUHPMUU 38/2004 tentang JalanPeraturan Pemerintah (PP) 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)PP 21/2004 tanggal 5-8-2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah (RKA-KL)Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pernyataan Perubahan Status Keadaan Bahaya dengan Tingkatan Keadaan Darurat Militer menjadi Keadaan Bahaya dengan Tingkatan Keadaan Darurat Sipil di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 46);Kesepakatan Kerja Sama antara Dephan RI dan ITB No : MOU/02/IX/2004 dan No : 021/K01/DN/2004 tanggal 3-9-2004 tentang Pendidikan, Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan, serta Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Bidang Pertahanan.2004, Dennis, dkk (Terjemahan Badiklat Dephan), Menyusun Strategi, Jakarta.Perpres 2/2004 tentang Pernyataan perpanjangan keadaan bahaya dengan tingkat keadaan darurat sipil di provinsi nanggroe Aceh DarussalamUU 23 Prp Tahun 1959 tentang keadaan bahaya sebagaimanan telah diubah dua kali terakhir dengan UU 52 Prp 1960UU Noitlor 8” Tahun 1981 tentang Hukum Acara pidana2005, UU 13/2005 ttg APBN 2006PER/02/M/X/2005 tanggal 7 Oktober 2005 ttg Renstra Pembangunan Hanneg 2005-2009.Permenhan Nomor : PER/02/M/X/2005 tanggal 7 Oktober 2005 tentang Rencana Strategis Pembangunan Pertahanan Negara tahun 2005-2009.

Peraturan Menteri Pertahanan Nomor : PER/01/M/VIII/2005 tanggal 25 Agustus 2005 tentang Sususnan Organisasi dan Tata Kerja DephanPerpres 9/2005 Pejabat Eselon I (Kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja kementerian RI)Perpres 7/2005 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009Perpres 81/2005 tentang Bakorkamla..1972-2003-2005Peraturan Presiden No 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Sususan Organisasi, dan Tata Kerja Kementrian Negara RI.Peraturan Presiden RI No 68 tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan RUU, Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti UU, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan PresidenPerpres 78/2005 tentang Pengelolaan PPKT (29 Desember 2005)UU 17/1985 tentang Pengesahan Unclos/Konvensi PBB tentang Hukum Laut; UU 5/1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistem; UU 21/1992 tentang Pelayaran; UU 24/1992 tentang Penataan Ruang..Usang; UU 6/1996 tentang Perairan Indonesia; UU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; UU 3/2001 ??? tentang pertahanan ???; UU 2/2002; UU 32/2004; UU 34/2004; PP 38/2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.Surat Sekretaris Jenderal Nomor B/849/25/02/01/ Ortala tanggal 18 Oktober 2005 tentang Laporan Perkembangan Bulanan yang berkaitan dengan Lingkungan Strategis. Kep Panglima TNI No : Kep/19/IV/2005 tanggal 20-4-2005 tentang Petunjuk Dasar Pembinaan Personil dan Tenaga ManusiaSurat Sekretaris Jenderal Nomor B/849/25/02/01/ Ortala tanggal 18 Oktober 2005 tentang Laporan Perkembangan Bulanan yang berkaitan dengan Lingkungan Strategis. Permenkumham No. M-01.PR.07.10 Tahun 2005.

2005, Letjen TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo, Si Vis Pacem Para Bellum Membangun Pertahanan Negara yang Modern dan Efektif, PT Gramedia , Jakarta.2006, UU RI 5/2006 tentang Pengesahan Internasional Convention for The Suppression of Terrorist Bombings, 1997 (Konvensi Internasional Pemberantasan Pengeboman oleh Teroris, 1997 BP

UU RI 6/2006 tentang Pengesahan International Convention for The Suppression of The Financing of Terrorism, 1999 (Konvensi Internasional Pemberantasan Pendanaan Terorisme, 1999) BPUU RI 7/2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa Anti Korupsi) BPUU RI 8/2006 tentang Pengesahan Perjanjian Antara RI dan RR China Mengenai Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana ( Treaty Between The Republic of Indonesia and The People”s Republic of China on Mutual legal Assistance in Criminal Matters) BPUU RI 12/2006 tentang Kewarganegaraan. UU RI 13/2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban BPUU RI 8/2006 tentang Pengesahan Perjanjian Antara RI dan RR China Mengenai Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana ( Treaty Between The Republic of Indonesia and The People”s Republic of China on Mutual legal Assistance in Criminal Matters) BPUU RI 12/2006 tentang KewarganegaraanUU RI 23/2006 tentang Administrasi KependudukanPeraturan Presiden RI 10/2006 tentang Badan Pertanahan NasionalPP 40/2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan NasionalPeraturan Presiden RI 10/2006 tentang Badan Pertanahan NasionalPP 40/2006 tgl 29 November 2006 ttg Tata cara Penyusunan Rencana Pembangunan NasionalInstruksi Menhan Nomor INS/01/M/II/2006 tanggal 9 Pebruari 2006 tentang Tindak Lanjut Hasil Rapim Dephan tahun 2006 antara lain melaporkan kinerja bulanan satkerPeraturan Menteri Pertahanan RI Nomor : PER/09/M/IX/2006 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Pertahanan Negara (SPP Hanneg). 2007, UU RI 29/2007 tentang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota NKRIUU RI 21/2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang UU RI 22/2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu BPUU RI 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana BP

UU RI 47/2007 tentang Pengesahan Perjanjian Antara RI dan Australia tentang Kerjasama Keamanan (Agreement Between The Republic of Indonesia and Australia on The Framework for Security Cooperation) BPUU RI 26/2007 tentang Penataan Ruang.Perpu 23 tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya.PP 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 1960 tanggal 11 April 1960 tentang Permintaan dan Pelaksanaan Bantuan Militer.Keppres 44 tahun 1974 tentang Poko-Pokok Organisasi Departemen. Keputusan Menhankam No : Kep/012/VIII/1988 tanggal 31 Agustus 1988 tentang Penetapan Kodam sebagai Penyelenggara Tugas dan Fungsi Dephankam di Daerah.Surat Keputusan Menhankam No : Skep/1357/VIII/1988 tanggal 31 Agustus 1988 tentang Pokok-Pokok Mekanisme Pelaksanaan Program dan Anggaran Dalam Rangka Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Dephankam di Daerah.Peraturan Menteri Pertahanan RI No : PER/24/M/XII/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Postur Pertahanan Negara.Surat Kasal No : R/199-13/07/01/Set tanggal 15 Oktober 2009 perihal Kegiatan Reklamasi Lahan di Sebelah Kiri Lanal Batam.UU 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah pesisir dan Pulau-Pulau KecilPeraturan Pemerintah RI 2/2007 tentang Tata Cara Memperoleh, kehilangan, Pembatalan dan Memperoleh kembali Kewarganegaraan RI BPPP RI 25/2007 tentang Perubahan Kedua Atas PP 8/2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kade BPPER/22/M/XII/2007 ttg Strategi HannegPER/23/M/XII/2007 ttg Doktrin HannegPER/24/M/XII/2007, tgl 28 Des 2007 ttg Postur HannegKep Kasad No : Kep/1/I/2007 tanggal 2 Januari 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program dan Anggaran TNI AD TA 2007 Bidang PersonilKep Kasad No : Kep/1/I/2007 tanggal 2 Januari 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program dan Anggaran TNI AD TA 2007 Bidang Personil2008, UU RI 43/2008 tentang Wilayah Negara.

UU 2/1971 tentang perjanjian antara RI dan Malaysia tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah kedua Negara di Selat MalakaUU 1/1973 tentang Landas Kontinen IndonesiaUU 6/1973 tentang Perjanjian antra Indonesia dan Australia Mengenai garis-Garis Batas Tertent antara Indonesia dan PNGUU 7/1973 tentang Perjanjian antara RI dan Republik Singapura mengenai garis Batas laut Wilayah kedua negara di selat SingapuraUU 5/1983 tentang ZEEIUU 17/1985 tentang pengesahan UnclosUU 6/1996 tentan Perairan IndonesiaUU 18/2007 tentang Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah RI dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam tentang Penetapan Batas Landas Kontinen tahun 2003Kepres 89/1969 tentang Persetujuan antara Pemerintah RI da Pemerintah Malaysia tentang Penetapan garis Batas Landas Kontinen antara Kedua NegaraKeppres 42/1971 tentang Persetujuan antara pemerintah RI dan Pemerintah Commonwealth Australia tentang Penetapan batas-Batas Dasar Laut TertentuKepres 20/1972 tentang Persetuyjuuan antara Pemerintah RI, Pemerintah Malaysia dan Kerajaan Thailand tentang Penetapan Garis-garis Batas landas Kontinen di Bagian Utara Selat Malaka.UU RI 12/2008 tentang Perubahan Kedua UU 32/2004 ttg Pemerintahan daerahUU 2/2008 tentang Partai Politik (4 Januari 2008) UU 31/2002 tentang Partai Politik perlu diperbaharuhi...; UUD 1945 pasal 5, 6A, 20, 22E, 24C, 28, 28C, 28J;;;;UU 43/2008 tentang Wilayah NegaraUU 17/2008 tentang Pelayaran----Sea and Coast Guard---Lembaga Penjaga Laut dan Pantai------Perpres 7/2008 tentang Kebijakan Umum Pertahanan NegaraPermenhan 16/2008 tentang kebijakan penyelenggaraan HannegPeraturan Pemerintah 26/2008 tentang Rencana Tatat Ruang Wilayah NasionalSprin Kabadan Pembinaan Hukum TNI No Sprin/21/1/2008 tentang Tim Pokja Penyusunan Buku Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bagi Prajurit TNI Jilid VIIPeraturan Pemerintah 26/2008 tentang Rencana Tatat Ruang Wilayah NasionalPER/03/M/II/2008 tgl 18 -2-2008 ttg Buku Putih Hanneg 2008

Permenhan 13 tahun 2008 tanggal 7 Juli 2008 tentang Sistem Program dan Anggaran HannegSkep SKEP/07/M/I/2008 tgl 8 Januari 2008 ttg Kebijakan Menhan RI Tahun 2008.Sprin Kabadan Pembinaan Hukum TNI No Sprin/21/1/2008 tentang Tim Pokja Penyusunan Buku Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bagi Prajurit TNI Jilid VIISkep Dirjen Renhan Dephan SKEP/252/IX/2008 tanggal 30 September 2008 tentang Naskah Sementara Rancangan Rencana Strategis Pembangunan Hanneg 2010-2014Peraturan Pemerintah 26/2008 tentang Rencana Tatat Ruang Wilayah NasionalPermenhan RI 16 tahun 2008 tentang Kebijakan Penyelenggaraan HannegPermenhan 16 Tahun 2008 tentang Kebijakan Penyelenggaraan Hanneg (10 September 2008)UU 3/2002; UU 34/2004; Perpres 7/2008 tentang Jakum HannegSkep Menhan SKEP/559/M/I/2008 tangga 7 November 2008 tentang Visi dan Misi Rencana Pembangunan jangka Panjang hanneg Tahun 2005-2025Perpang TNI 73/XII/2008ntanggal 19 Desember 2008 tentang naskah sementara juklak tentang Prosedur pelibatan TNI dalam Misi PBB dan.....Bujuk Induk Perencanaan Umum TNI2009, Keppres 36/2009 tentang Tim Nasional Persiapan Pembangunan Jembatan Selat SundaPermenhan 05/2009 tanggal 23 April 2009 tentang Kebijakan Perencanaan pengembangan Hanneg Tahun 20010Surat Menhan K/32/17/10/39/DJREN tanggal 5 Februari 2009 tentang Kebijakan Perencanaan Program dan Anggaran Pertahanan tahun 2010KEP MENHAN NOMOR :KEP/268/M/XII/2009, Perpres 47 tahun 2009 tentang pembentukan dan organisasi kementerian negara maka penyebutan Dephan diganti menjadi Kementerian pertahanan. SEB Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan 0080/M.PPN/04/2009 SE -1223/MK/2009 tanggal 16 April 2009 perihal Pagu Indikatif dan Perencanaan Awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2010UU 52/2009 tentang Perkembangan Kependudukan (....BKKBN)

Permenhan 03 Tahun 2009 tentang Jakum Penggunaan Kekuatan TNI (8 April 2009)UU 3/2002; UU 34/2004; Perpres 7/2008 tentang Jakum Hanneg; Permenhan 16/2008 tentang Kebijakan Penyelenggaraan HannegKep Menhan : KEP/268/M/XII/2009 tentang Visi, misi dan Grand Strategi Hanneg di Lingkungan Dephan dan TNIPerpang TNI 81/XII/2009 tanggal 15 Desember 2009 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI tentang Operasi Penanggulangan TerorisKep Pan TNI 2/I/2007 tanggal 12 Januari 2007 tentang Doktrin Tri Dharma Eka Karma (Tri Dek)2010, Peraturan Pemerintah RI 39/2010 tentang Administrasi Prajurit TNI; 33-3, 44-2, 47-6, 50-5, 51-3, 44-2, 57, 62-3, ---UU 34/2004Perpres 12/2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan (28 Januari 2010)UU 32/2004 tentang Pemda sebagaimanan telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU 12/2008; UU 26/2007 tentang Penataan Ruang; UU 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; UU 43/2008 tentang Wilayah NegaraPerpres 5/2010 tentang Renjana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010- 2014 (20 Januari 2010)UU 17/2003 tentan Keuangan Negara; UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; UU 17/2007Perpres 34/2010 tentang BINPerpres 41/2010 tentang Kebijakan Umum Hanneg 2010-2014 (17 Juni 2010)UU 3/2002; UU 3/2002; UU 17/2007; Perpres 5/2010.Perpres 46/2010 tentang Badan Nasional Penanggulangan TerorismeKomisi I DPR RI dalam Rapat Kerja dengan Kemkopolhukam tanggal 12 Juni 2006 dan 31 Agustus 2009 telah merekomendasikan kepada pemerintah tentang perlunya suatu badan yang berwenang melakukan tugas penanggulangan terorismeJak Menhan RI Tahun 2010 (KEP/17/M/I/2010, 11 Januari 2010)Perpres 42/2010 tentang Komite Kebijakan Industri PertahananPerpres 46/2010 tentang Badan Penanggulangan Terorisme (16 Juli 2010)UU 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri; UU 2/2002 tentang Kepolisian NRI; UU 15/2003 tentang Penetapan Perpu 1 Tahun

2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi UU; UU 32/2004...12/2008; UU 34/2004; Komisi I DPR RI dalam Rapat Kerja dengan Kementerian Koordinator Bid Polhukam tanggal 12 Juni 2006 dan 31 Agustus 2009 telah merekomendasikan kepada Pemerintah tentang perlunya membentuk suatu Badan yang berwenang melakukan tugas penanggulangan terorismePerpres 49/2010 tentang Tunjangan Operasi Pengamanan bagi Prajurit TNI dan PNS yang Bertugas Dalam Operasi Pengamanan Pada PPKT dan Wilayah Perbatasan (19 Juli 2010)UU 8/1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimanan telah diubah dengan UU 43/1999; UU 3/2002; UU 34/2004; UU 43/2008 tentang Wilneg; Perpres 78/2005 tentang Pengelolaan PPKT Jak Menhan RI Tahun 2010 (KEP/17/M/I/2010, 11 Januari 2010)Permenhan 9/2010 tentang kebijakan perencanaan Hanneg Tahun 2011 (9 juli----22 september 2010)-----UU 3/2002, UU 25/2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional, UU 34/2004, UU 17/2007 tentang RPJPN 2005-2025, PP 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah, PP 21/2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Kementerian negara/Lembaga, PP 40/2006 tentang tata cara penyusunan rencana pembangunan nasional, Perpres 5/2010 tentang RPJMN 2010-2014, Perpres 41/2010, Permenhan 13/2008 tentang sistem program dan anggaran Hanneg, Permenhan 10/2009 sistem perencanaan pembangunan Hanneg, permenhan 3/2010 tanggal 23 maret 2010 tentang rencana strategis Hanneg Tahun 2010-2014...Permenhan 02 Tahun 2010 tentang Minimum Essential Force Komponen Utama (5 Februari 2010)UUD 1945 Perubahan; UU 3/2002; UU 34/2004; RPJPN; RPJMN; Perpres 7/2008 tentang Jakum Hanneg; Permenhan 16/2008 tentang Jakgar Hanneg; Permenhan 9/M/XI/2007 tentang Renstra Bang Hanneg; Permenhan 23/2007 tentang Doktrin Hanneg; Permenhan 22 tentang Strategi Hanneg; Permenhan 24 tentang Postur Hanneg; Permenhan 07/X/2009 tentang Pengadaan Barang dan Jasa dengan Menggunakan Fasilitas KE; Prmenhan 10/X/2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Hanneg; Permenhan 15/VII/2009 tentang Pembinaan Teknologi dan Industri pertahanan; Permenhan 03/X/2009 tentang Jakum Gunkuat TNI; UU 26/2007 tentang Penataan Ruang; UU 32/2004 tentang Pemda

Permenhan 09 Tahun 2010 tentang Kebijakan Perencanaan Hanneg Tahun 2011 (9 Juli 2010)UU 3/2002; UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; UU 34/2004 tentang TNI; UU 17/2007 tentang RPJPN 2005-2025; PP 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah; PP 21/2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga; PP40/2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional; Perpres 5/2010 tentang RPJMN 2010-2014; Perpres 41/2010 tentang Jakum Hanneg tahun 2010-2014Permenhan PER/01/M/VIII/2005 tanggal 25 Agustus 2005 tentang Sususnan Organisasi dan Tata Kerja Dephan sebagaimanan telah diubah dengan Permenhan PER/01.a./VIII/2005 tanggal 13 Juni 2008; Permenhan 13/2008 tanggal 7 Juli 2008 tentang Sistem Program dan Anggaran Hanneg; Permenhan 10/2009 tanggal 30 Juni 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Hanneg; Permenhan RI 03 tahun 2010 tanggal 29 Maret 2010 tentang Rencana Strategis Hanneg; SEB Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan No 018/M.PPN04/2010, SE 120/MK/2010 tanggal 6 April 2010 perihal Pagu Indikatif dan Rancangan Awal RKP tahun 2011Permenhan 16/2010 tentang Organisasi dan tata kerja Kemhan; UU 39/2008 kementerian negara; Perpres 47/2009 tentang pembentukandan organisasi kementerian negara; Perpres 24/2010 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kementerian serta susunan organisasi, tugas, fungsi eselon I KemnegPermenhan 17 Tahun 2010 tentang Kebijakan Pertahanan Negara Mengenai Tugas TNI Dalam Penanganan Teerorisme (! Oktober 2010 tanpa Menteri Hukum...)UU 34/204; UU 3/2002; UU 15/2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU RI No 1 Tahun 2002 tentang Pemerantasan Tindak Pidana Terorisme; Perpres 7/208 tentang Jakum Hanneg; Permenhan 16/2008 tentang Jakgar Hanneg; Permenhan 03/2009 tentang Jakum Gunkuat TNIKepmenhan KEP/17/M/I/2010 tentang Kebijakan Menhan RI Tahun 2010 (11 Januari 2010)Permenhan PER/01...; Permenhan 10 tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Hanneg (SPP Hanneg)Jak Menhan RI Tahun 2010 (KEP/17/M/I/2010, 11 Januari 2010)Perpres 47/2009 tanggal 3 Nov 2009 Kemhan

2010, Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/86/XII/2010 tanggal 16 Desember 2010 tentang Buku petunjuk pelaksanaan prosedur perencanaan umum pelibatan TNI dalam misi PBB.UU 37/199 tentang Hubungan Luar Negeri, UU 24/2000 tentang Perjanjian internasional, UU 3/2002 tentang Hanneg, UU 17/2003 tentang Keuangan Negara, UU 34/2004 tentang TNI, Perpres 10/2010 tanggal 28 Januari 2010 tentang Susunan Organisasi TNI, Permenhan Per/23/M/XII/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Doktrin Hanneg RI, Perpang TNI 45/VI/2010 tanggal 15 Juni 2010 tentang Doktrin TNI Tridharma eka karma., Perpang TNI 32/VI/2009 tanggal 29 Juni 2009 tentang Bujuklak Perjanjian Internasional di Lingkungan TNI, Perpang 12/III/2009 tanggal 11 Maret 2009 tentang stratifikasi doktrin, Perpang TNI 25/IV/2010 tangal 7 April 2010 tentang Bujuklak tentang Pengelolaan Dana Reimbursement di lingkungan unit organisasi TNI, Perpang TNI 51/VIII/2010 tanggal 2 Agustus 2010 tentang Penetapan Indikator Kinerja di lingkungan TNI2011, Permenhan 1/2011 tentang susunan dan tata kerja jabatan fungsional tertentu dan fungsional umum Kemhan; UU 43/1999 perubahan atas UU 8/1974 tentang pokok-pokok kepegawaian; Keppres 87/1999 rumpun jabatan fungsional PNS.Perpres 5/2011 tentang Universitas Pertahanan Sebagai Perguruan Tinggi yang Diselenggarakan Oleh Pemerintah (7 Februari 2011.PP 66/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah 17/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan PendidikanPP 17/2010Secara teknis dibina Kemdiknas dan secara teknis fungsional dibina oleh KemhanAPBN, berasal dari Non APBN menerapkan pola keuangan badan layanan umum...Ketentuan lebih lanjut diatur Menhan, Mendiknas, Menpan dan reformasi birokrasi2011, Permenhan 9/2011 tentang Pokok-Pokok Jakgar Tugas Bantuan TNI Dalam Menanggulangi Bencana Alam, Pengungsian, dan Bantuan Kemanusiaan.2010, Permenhan 17/2010 tentang Jak Hanneg Mengenai Tugas TNI Dalam Penanganan Terorisme2011, Permenhan 05/2011 tentang Jak Hanneg ...Tugas TNI Dalam Mengatasi Gerakan SeparatismeKomponen Pendukung

UU 7/1996 ketahanan panganDukunganinstansi terkaitMengacu pada inpres 5/2011 tentang Pengamanan Produksi Beras Nasional dalam menghadapi iklim ekstrim “11 menteriPanglima TNI...Panglima TNI : mengerahkan peralatan dan personil dalam memberikan dukungan untuk pengendalian organisme penggangu tumbuhan, penanganan bencana banjir dan kekeringan pada lahan pertanian padiPP 68/2002 tentang Cadangan Pangan NasionalUU 17/2008 tentang pelayaran3 Maret 1950 berdasarkan surat keputusan mendagri No UR 32/2/21 tahun 1950 untuk mengubah detasemen polisi pamong praja menjadi satuan polisi pamong praja dan tanggal 3 maret dijadikan sebagai hari jadi satuan polisi pamong praja.UU 32/2004 ps 13-14 huruf C; ps 27 huruf C; ps 148-149PP 6/2010 tentang satuan polisi pamong prajaPermendagri 27/2009 tentang penggunaan senjata api bagi anggota satpol PPUu 27/1997 tentang mobdemob...yang menyebutkan bahwa mobilisasi dikenakan terhadap warga negara yang termasuk perlindungan masyarakatKeppres 56/1972 mengenai pelimpahan pembinaan organisasi pertahanan sipil yang bersifat non kombatan dari Dephankam kepada DepdagriSKB Menhan dan Mendagri Kep/37/IX/1975 dan No 240/1975 yang menggariskan tupoksi hansip adalah membantu dan memperkuat pelaksanaan Hankamnas di bidang perlindungan masyarakatKepmendagri 40/2001 tentang organisasi dan tata kerja Depdagri mengenai perubahan nomenklatur Hansip menjadi Linmas pada Ditjen Kesbang dan Linmas.Kepmendagri 131 tahun 2003 tentang pedoman penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi di daerahPermendagri 10/2009 tentang penugasan satuan linmas dalam penanganan ketentraman, ketertiban dan keamanan penyelenggaraan PemiluUUD 1945 ps 28; 28 C (2); 28 E (3); 28 J (2).....UU 8/1985 OrmasFenomena Ormas saat inPartisipasi politik masyarakat sangat meningkat dan menyebar

Jumlah Ormas/LSM makin meningkat pesat (sektor, cakupan, aktorHubungan Ormas/LSM dengan pihak LN berkembag secara intensifMobilisasi masa (demo, protes) sangat intens dan beragamPenyalagunaan-abuse dan penyimpangan-misuse OL cenderung meningkat baik secara internal maupun eksternal (praktek pencucian uang, terorisme, dan gerakan separatis)Perangkat regulasi (UU 8/85) tidak lagi memadai untuk mengakomodasi seluruh dinamika perkembangan OLOrmas aktif mengawasi regulasi negara dan bersama pemerintah merumuskan regulasiMasih ada ormas yang berorientasi kekuasaan dan ekonomi, ketimbang melaksanakan fungsi aslinya yakni fungsi-2 voluunter (sukarela membangun masyarakat)Data ormas : nasional 100.000 (terdaftar/tidak);terdaftar Kemdagri 8.632 tercatat 2003-2010; masih aktif surat keterangan terdaftar 724Pembinaan ormas,LSM,LNL...PP 18/1986Peran kunci pemerintah (selaku regulator) : monitoring (kelembagaan-kegiatan; pengawasan (misuse-abuse); pemberdayaan (capacity building)Masterplan percepatan dan perluasan pembanguan ekonomi indonesia (MP3EI 2011-2025UU 26/2007 tata ruang; PP 26 RTRWN; PP15/2010 penyelenggaraan penataan ruangUU 22/2009 LLAJ; UU 23/2007/KA; UU 17/2008 Pelayaran; UU1/2009 Penerbangan; UU jalan 38/2004; Teknologi informasi dan komunikasi pasal 28 F UUD 1945Peraturan menteri kominfo 32/PER/MKOMINFO/10/2008 tentang kewajiban pelayanan universal telekomunikasi dengan tujuan mengatasi ketersediaan telekomunikasi pedesaan untuk ribuan desa diseluruhIndonesiaUU 4/2011 Ruang...geostina....UU 13/2003 tentang Ketenaga kerjaanPP 23/2004 Badan Nasional Sertifikat Profesi; atas perintah UU 13/2003UU 40/2009 tentang kepemudaanUU 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri, UU 24/200 tentang Perjanjian Internasional, 31/2004 tentang Perikanan, UU 9/1992 tentang Keimigrasian, UU 6/1996 tentang Perairan Indonesia, UU 3/2002 tentang Pertahanan Negara, UU 34/2004 tentang Tentara

Nasional Indonesia, UU 17/2007 tentang RPJPN, UU 43/2008 tentang Wilayah Negara, UU 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, UU 17/2008 tentang Pelayaran, UU 31/2004 tentang Perikanan, UU 5/1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, UU 47/2007 tentang Pengesahan Perjanjian Antara RI dan Australia tentang Kerjasama Keamanan, UU 15/1984 tentang PengelolaanSumber Daya Alam Hayati di ZEEI, UU 17/1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut), UU 2/2002, tentang Kepolisian, dan UU 45/2009 tentang Perikanan. UUD Negara RI Tahun 1945, UU RI 2/2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, UU 3/2002 tentang Pertahanan Negara, UU 15/2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, UU 34/2004 tanggal 16 Oktober 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, UU 17/2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025, Perpres 41/2010 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara, Perpres 5/2010 tentang RPJMN 2010-2014, Kepres RI 63/2004 tanggal 5 Agustus 2004 tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional, dan Peraturan Perundang-Undangan terkait lainnyaUU RI No 3/2002 tentang Pertahanan Negara; UU RI No 34/2004 tentang Tentara Nasional Indonesia; UU RI 17/2007 tentang RPJPN 2005-2025; UU 39/2008 tentang Kementerian Negara; UU RI 27/1997 tentang Mobilisasi dan Demobilisasi; UU RI 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri; UU 24/2000 Perjanjian Internasional; UU RI 2/2002 tentang Kepolisian Negara RI; UU RI 19/2003 tentang BUMN; UU 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; UU RI 43/2008 tentang Wilayah Negara; UU RI 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU 12/2008. ; UU 23 Prp Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 52 Prp Tahun 1960; UU RI 5/1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia; UU RI 6/1996 tentang Perairan Indonesia; UU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; UU RI 39/1999 tentang HAM; UU RI 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana; UU 26/2007 tentang Penataan Ruang.Perpres 41/2010 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara; Perpres 12/2010 tentang BNPP; Perpres 78/2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar; Perpres 47/2009 tentang

Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; PP 35/2005 tentang Dana Perimbangan; PP 55/2009 Perubahan Kedua Atas PP 35/2004; PP 21/2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, PP 22/2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana; PP 24/2008 tentang Peran Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana; PP (Peraturan Pemerintah) 38/2002 tentang Daftar oordinat Geografis TitikTitik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia; Kepres RI 63/2004 tanggal 5 Agustus 2004 tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional; Peraturan Presiden RI 10/2006 tentang Badan Pertanahan Nasional; Peraturan Pemerintah 26/2008 tentang Rencana Tatat Ruang Wilayah Nasional; Keppres 4/2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional; Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 1960 tentang Permintaan dan Pelaksanaan Bantuan Militer; Perpres 12/2010 tentang BNPP; Perpres 5/2010 tentang RPJMN 2010-2014. Permenhan No : PER/22/M/XII/2007 tentang Strategi Hanneg; Permenhan No : PER/23/M/XII/2007 tentang Doktrin Hanneg; Permenhan No : PER/24/M/XII/2007 tentang Postur Hanneg yang telah dikaji dan diperbaharui dengan Permenhan No : 2/2010 tentang MEF Komponen Utama; Permenhan No : 09/2010 tentang Jak Ren Hanneg Tahun 2011; Kepmenhan 17/M/2010 tentang Jak Menhan RI Tahun 2010; Keputusan Menhankam Nomor Kep/012/VII/1988 tentang Penetapan Kodam sebagai Penyelenggara Tugas dan Fungsi (PTF) Dephankam di Daerah; Kep Menhan No : kep/268/M/2009 tentang Visi, Misi, dan Grand Strategi Pertahanan Negara di Lingkungan Dephan dan TNI.Kepmenhan 05/M/2011 tanggal 4 Januari 2011 tentang Jakmenhan RI Tahun 2011-02-16Perpres 41/2011 tentang Jakum Hanneg 2010-2014, Permenhan 03/2010 tentang Rencana Strategis Hanneg Tahun 2010-2014, Kepmenhan 268/M/XII/2009 tanggal 17 Desember 2009 tentang Visi, Misi, dan Grand Strategi Hanneg di Lingkungan Kemhan dan TNIUU 6/2010 tentang Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Brunai Darussalam tentang Kerjasama di Bidang Pertahanan, PP 39/2010 tentang Administrasi Prajurit TNI,...Akan masuk menjadi program prioritas luncuran Tahun 2011, RUU Komcad, program prioritas I RUU Kamnas...selanjutnya Komduk dan Bela Negara

RUU diharmonisasi, RUU perubahan atas UU 7/1967 tentang Veteran RI, RUU Kitab UU Hukum Disiplin MiliterPermenhan 1/2011 tentang susunan dan tata kerja jabatan fungsional tertentu dan fungsional umum kemhan RI (20 Januari)UU 43/199 tentang Perubahan atas UU 8/1974 tentang pokok-2 Kepegawaian; UU 34/2004 tentang TNI; Keppres 87/1999 tentang Rumpun jabatan fungsional PNS; Permenhan 16/2010 tentang Organisasi dan tata Kerja KemhanPermenhan 16/2010 Organisasi dan tata kerja kemhan; UU 39/2008 Kementerian negara; Perpres 47/2009 Pembentukan dan organisasi kementerian negara; Perpres 24/2010 Kedudukan, tugas dan fungsi kemen serta susunan organisasi, tugas, fungsi eselon I KemenPermenhan 1/2011 Susunan dan tata kerja jabatan fungsional tertentu dan fungsional umum Kemhan; UU 43/1999 perubahan atas UU 8/1974 tentang pokok-2 Kepegawaian; Kepres 87/1999 Rumpun jabatan fungsional PNSPeraturan Pemerintah RI 39/2010 tentang Administrasi Prajurit TNI; 33-3, 44-2, 47-6, 50-5, 51-3, 44-2, 57, 62-3, ---UU 34/2004

DOKTRIN PERTAHANAN NEGARA

Umum

NKRI (UUD negara RI 1945) terbentuk melalui perjuangan panjang yang gigih dan pantang menyerah dari seluruh rakyat Indonesia untuk menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, dan berdaulat. Selain itu, adanya pluralisme bangsa Indonesia memaksa untuk bersatu dalam wadah final NKRI dengan filosofi Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika terus dipertahankan dan dikawal sepanjang waktu. Persatuan dan kesatuan bangsa, diantaranya merupakan factor penentu dalam menjaga dan mengawal NKRI. Hal tersebut, dalam pendekatan pertahanan yang komprehensif dan berfungsi sebagai kesatuan pertahnan. Menghadapi setiap ancaman dilakukan sesuai UU yang memadukan seluruh kekuatan bangsa . Begitupun, terkait dengan hal tersebut. Upaya pertahanan Negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga Negara yang diselenggarakan melalui fungsi pemerintah. Oleh karena itu, agar penyelenggaraan fungsi pemerintahan di bidang pertahanan dapat efektif sesuai nilai keindonesiaannya diperlukan suatu doktrin untuk menuntun sekaligus dijadikan sebagai salah satu perangkat utama dalam mengembangkan kebijakan dan strategi pertahanan Negara

Hakekat, Kedudukan, dan Landasan

Hakekat. Doktrin Pertahanan Negara pada hakekatnya adalah suatu ajaran tentang prinsip-prinsip fundamental pertahanan Negara yang diyakini kebenarannya, digali dari nilai-nilai perjuangan bangsa dan pengalaman masa lalu untuk dijadikan pelajaran dalam mengembangkan konsep pertahanan yang dikemas dalam bingkai kepentingan nasional

Kedudukan. Kedudukan doktrin berada pada tingkat strategis berskala nasional dalam mengelola system pertahanan Negara. Dimana, stratifikasinya terdiri atas doktrin dasar, doktrin induk, dan doktrin pelaksanaan

Landasan. Dalam doktrin hanneg yang dijadikan landasan atau acuan adalah : (i) Landasan Idiil, Pancasila yang merupakan dasar, falsafah, dan ideologi negara yang berisi diantaranya nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; (ii) Landasan Konstitusional, UUD negara RI tahun 1945 sebagai sumber dari segala sumber hukum; (iii) Landasan Yuridis, UU RI No 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara; (iv) Landasan Sejarah, Perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari penjajah serta upaya mempertahankan dan mengisinya sarat dengan nilai heroik, patriotik, dan nasionalisme; (v) Landasan Visional, Wawasan nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya sebagai satu kesatuan yang utuh dan merupakan geopolitik Indonesia; (vi) Landasan Konseptual, Ketahanan nasional merupakan geostrategi Indonesia sebagai implementasi dari konsep geopolitik (Wawasan Nusantara)

Perjuangan Bangsa Indonesia

Perjuangan bangsa Indonesia, tidak akan pernah lepas dari : (i) Jati Diri Bangsa, terejahwantahkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna berbeda-beda tetapi satu jua; (ii) Hakekat Perjuangan Bangsa, merupakan segala upaya untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; (iii) Cita-Cita Bangsa Indonesia, adalah bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur; (iv) Tujuan Nasional, adalah membentuk pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social; (v) Kepentingan Nasional, adalah tetap tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta terjaminnya kelancaran dan keamanan pembangunan nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan tujuan pembangunan dan tujuan nasional.

Hakekat Ancaman

Penilaian ancaman atau ancaman pada hakekatnya adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dalam negeri atau bersifat lintas negara maupun yang timbal di dalam negeri, yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Sementara itu, Penggolongan ancaman digolongkan dalam ancaman militer dan ancaman nonmiliter. Dari segi sumber dan aktor, ancaman berasal dari luar dan dalam negeri dengan aktornya dapat berupa negara atau bukan negara. Begitu, dimensinya bisa dari ideologi, politik sampai pada persoalan lainnya. Spektrumnya bisa saja cepat beruba, dari tertib sipil kestatus keadaan bahaya dan sebaliknya.

Konsepsi Pertahanan Negara

Hakekat Pertahanan Negara, merupakan segala upaya pertahanan yang bersifat semesta, yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh warga negara serta keyakinan akan kekuatan sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat

Hanneg itu, bersifat semesta. Dimana, merupakan model yang dikembangkan bukan karena alasan ketidakmampuan dalam membangun pertahanan yang modern melainkan sebagai pilihan yang paling tepat bagi pertahanan Indonesia yang diselenggarakan dengan keyakinan pada kekuatan sendiri berdasarkan atas hak dan kewajiban warga negara dalam usaha pertahanan negara

Tujuan dan Kepentingan Pertahanan negara, adalah untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman. Tiga aspek ini sangat fundamental dan sifatnya komprehensif serta final.

Fungsi Pertahanan Negara, berdasarkan hakekat, sifat dan tujuan kepentingan adalah untuk mewujudkan satu kesatuan pertahanan yang mampu melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah, serta keselamatan bangsa dari setiap ancaman baik yang datang dari luar maupun dalam negeri

Pandangan tentang Damai dan Perang, bagi Bangsa Indonesia adalah cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan dan kedaulatan. Hal ini didasarka pada spektrum konflik dan peibatan unsur pertahanan. Selain itu, Penyelenggaraan perdamaian, berupaya menciptakan kondisi yang aman, harmonis, dan tenteram baik dalam sistem global maupun nasional. Adapun penyelenggaraan Perang, diantaranya bertumpuh pada kekuatan dan kemampuan SDM, yakni rakyat Indonesia, baik militer maupun nonmiliter yang didukung Alutsista dan manajemen yang handal serta tangguh

Penyelenggaraan Hanneg

Dalam penyelenggaraan hanneg, Sishaneg dilakukan dengan melibatkan seluruh warga negara, wilayah serta segenap SDN yang dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan disiapkan secara total, terarah, dan berlanjut dengan memadukan pertahanan militer dan nirmiliter.

Strategi Hanneg, sangat vital dan menentukan keberhasilan upaya hanneg. Strategi ini berisi penangkalan dengan melibatkan instrumen politik, ekonomi, psikologi, teknologi dan militer. Akhirnya, strategi itu tak akan melupakan adanya perang. Dimana, ada perang rakyat semesta yang pada hakekatnya perang total seluruh rakyat Indonesia

Pembinaan Kemampuan Hanneg

Pokok-Pokok Bin Puan Hanneg, dilaksanakan sesuai dengan jakgar hanneg dan tetap berpedoman pada ketentuan pokok garhanneg. Dalam pembinaan kemampuan hanneg dikenal adanya postur hanneg. Dimana, Postur Hanneg merupakan wujud penampilan kekuatan pertahanan negara yang mencerminkan

kekuatan, kemampuan, dan gelar kekuatan hanneg. Terdiri, diantaranya dari postur Han mil, Nirmiliter, Intelijen Hanneg, dan Loghan.

Kewenangan dalam pembinaan ini adalah tingkat politik pada presiden. Sementara itu, merumuskan dan menetapkan jakhan serta mengkoordinasikan garhanneg dengan semua instansi adalah Menhan sekaligus sebagai pembantu presiden. Menteri/Kepala Lembaga/kementerian lain sebagai pembantu presiden dan reperesentasi pemerintah menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan kepentingan han. Khusus bagi panglima TNI. Panglima TNI, diantaranya menyelenggarakan perencanaan strategi dan opsmil baik tujuan OMP dan OMSP

STRATEGI PERTAHANAN NEGARA

Umum

Perkembangan geopolitik internasional berlangsung begitu cepat dan kompleks. Perkembangan tersebut, merupakan fenomena global yang mempengaruhi proses perubahan di segala bidang. Termasuk, terhadap tata kehidupan masyarakat dan hubungan antar negara. Sementara itu, Globalisasi yang didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) mendorong semakin ketatnya kompetisi antar bangsa dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya.

Dari sisi pertahanan dan keamanan, perkembangan tersebut berimplikasi terhadap perubahan situasi keamanan dan konteks strategis dengan munculnya isu-isu keamanan baru yang memerlukan penanganan lebih komprehensif. Perubahan tersebut mendorong negara-negara di dunia untuk menata kembali konsep-konsep pertahanannya menjadi lebih responsif dan adaptabel.

Pada lingkup nasional, misalnya. Di tengah berlangsungnya globalisasi yang mempengaruhi dinamika lingkungan strategis, bangsa Indonesia menghadapi sejumlah isu keamanan nasional (UU 17/2007) dengan karakteristik ancaman yang kompleks (Perpres 41/2010) serta permasalahan yang beragam. Sementara itu, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki karakteristik terdiri atas rangkaian kepulauan Nusantara dengan wilayah perairan dan udara yang terbentang sangat luas memerlukan sosok pertahanan negara yang efektif, tanggu, dan berdaya tangkal tinggi. Pertahanan negara yang efektif, tangguh, dan berdaya tangkal tinggi harus ditopang oleh strategi pertahanan negara yang tepat dan kontekstual sehingga mampu memaksimalkan pendayagunaan segenap sumber daya nasional

dalam memelihara kelangsungan hidup serta keutuhan bangsa dan negara.

Dalam kerangka itu, kemungkinan strategi pertahanan yang tepat harus mampu menjawab setidaknya tiga pertanyaan penuntun yang mendasar yaitu: (i) Apa yang dipertahankan; (ii) dengan apa mempertahankannya; (iii) serta bagaimana mempertahankannya.

Tanpa mengabaikan adanya jawaban terkait strategi. Esensi penyelenggaraan pertahanan negara dilakukan untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam wadah NKRI sebagai bangsa yang merdeka, bermartabat dan berdaulat. Dimana, indikator keberhasilan penyelenggaraan pertahanan negara tercermin dalam daya tangkal bangsa terhadap setiap ancaman yang membahayakan kehidupan bangsa dan negara baik yang datang dari luar maupun yang timbul di dalam negeri.

Disisi lain, adanya strategi adalah untuk menjamin tetap tegaknya NKRI serta mampu merespons tantangan pertahanan negara ke depan. Strategi pertahanan negara dikembangkan dalam sistem pertahanan semesta dengan memperhatikan kondisi geografi Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelago). Dalam konteks tersebut, strategi pertahanan negara dikembangkan dalam wujud strategi pertahanan berlapis yang mensinergikan pertahanan militer dengan pertahanan nirmiliter sebagai satu kesatuan. Strategi pertahanan berlapis merupakan manifestasi dari keikutsertaan seluruh warga negara Indonesia dalam upaya pertahanan negara dengan mendayagunakan segenap sumber daya nasional secara maksimal.

Implementasi dari strategi pertahanan berlapis diwujudkan dalam pertahanan militer sebagai inti kekuatan pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer dengan disokong oleh pertahanan nirmiliter dalam wujud komponen cadangan dan komponen pendukung yang UU harus diterbitkan. Keterpaduan antara pertahanan militer dengan pertahanan nirmiliter dalam strategi pertahanan berlapis diwujudkan dengan membangun daya tangkal, mengatasi dan menanggulangi setiap bentuk ancaman militer, perang berlarut, dan memulihkan keadaan negara. Penyelenggaraan pertahanan negara untuk membangun

daya tangkal bangsa dengan mewujudkan kapabilitas pertahanan militer yang kuat, profesional, serta disegani, mampu melaksanakan operasi militer (perang dan operasi militer selain perang). Pertahanan militer yang kuat disokong oleh peran pertahanan nirmiliter diwujudkan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional yang merefleksikan daya tangkal melalui diplomasi dengan posisi tawar yang tinggi, ekonomi yang kuat dan berdaya saing, psikologi yang memancarkan nasionalisme yang tinggi, rasa persatuan dan kesatuan bangsa, serta penguasaan Iptek untuk mewujudkan kemandirian bangsa, dan nasionalisme, komitmen, kepemimpinan nasional yang kuat dan demokratis, konsistensi kebijakan pemerintah, peran serta, dan sistem pemerintahan demokratis.

Penyelenggaraan pertahanan negara yang mampu mengatasi dan menanggulangi setiap bentuk ancaman militer yang mengancam kedaulatan, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa melalui pengerahan dan penggunaan kekuatan militer untuk melaksanakan Operasi Militer Perang atau Operasi Militer Selain Perang disokong oleh pertahanan nirmiliter. Peran pertahanan nirmiliter diwujudkan dalam peran diplomasi sebagai first line defence, diperkuat oleh peran rakyat sebagai kekuatan tidak bersenjata dalam memerankan diri melalui politik, ekonomi, psikologi, informasi, dan teknologi.

Penyelenggaraan pertahanan dengan perang berlarut sebagai kelanjutan dari upaya pertahanan negara dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan eksistensi NKRI ketika pelaksanaan operasi militer perang tidak dapat secepatnya mengatasi ancaman militer dari negara lain dengan melibatkan seluruh bangsa Indonesia baik militer maupun nirmiliter. Dalam konteks ini perang berlarut diletakkan di atas kesadaran akan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia untuk membela kemerdekaan dan kedaulatan NKRI.

Penyelenggaraan pertahanan negara yang mengintegrasikan pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter dalam upaya memulihkan keadaan negara yang terkena dampak peperangan, konflik, bencana atau ancaman dan gangguan lainnya.

Landasan Doktrinal

Landasan doktrinal Strategi Pertahanan Negara adalah Doktrin Pertahanan Negara Tahun 2007. Doktrin pertahanan negara berisi ajaran serta prinsip-prinsip fundamental yang digali dari pengalaman bangsa Indonesia serta dalam mengelola perkembangan lingkungan strategis baik global maupun regional. Ajaran dan prinsip fundamental dimaksud menuntun bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan pertahanan negara.

Dalam mengembangkan strategi pertahanan negara, Doktrin Pertahanan Negara menempati posisi yang sangat fundamental. Posisi doktrin tersebut menuntun pengembangan strategi pertahanan negara dalam merumuskan tiga substansi dasar strategi pertahanan yang meliputi tujuan atau sasaran yang ingin dicapai (ends), sumber daya yang digunakan (means), serta cara mencapai tujuan (ways).

Sasaran Strategis

Pertahanan negara Indonesia bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan Negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa Indonesia dari segala bentuk ancaman dan gangguan baik yang berasal dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Dalam mencapai tujuan tersebut pertahanan Negara Indonesia diselenggarakan dengan system pertahanan semesta yang memadukan pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter sebagai satu kesatuan pertahanan yang semesta dan mandiri.

Dalam strategi pertahanan Negara, tujuan tersebut tersebut di atas dijabarkan dalam Sasaran Strategis (ends), terdiri atas 5 (lima) sasaran strategis yang satu sama lain saling terkait. Substansi dari ke-enam sasaran strategis tersebut mencakup sasaran di bidang penangkalan, sasaran dalam menghadapi ancaman agresi militer, sasaran dalam mengatasi ancaman militer yang bentuknya bukan agresi militer, sasaran untuk mengatasi

ancaman nirmiliter, serta sasaran dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia dan stabilitas regional.

Terselenggaranya pertahanan negara untuk menangkal segala bentuk ancaman dan gangguan yang membahayakan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan seluruh bangsa

Indonesia.

Kepentingan nasional Indonesia yang vital dan permanen adalah tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam mewujudkan kepentingan nasional tersebut, maka pertahanan negara Indonesia diselenggarakan untuk menangkal dan mencegah segala bentuk ancaman dan gangguan baik yang bersumber dari luar maupun dari dalam negeri. Dalam mewujudkan komitmen bangsa Indonesia yang anti penjajahan dan penindasan suatu bangsa terhadap bangsa yang lain, maka orientasi penyelenggaraan pertahanan Negara diarahkan untuk sebesar-besarnya mewujudkan daya tangkal bangsa yang handal.

Kondisi global yang dinamis dan penuh ketidakpastian menuntut bangsa Indonesia untuk mengutamakan penangkalan. Konsepsi penangkalan Indonesia dibangun dan dikembangkan dengan system pertahanan semesta yang memadukan pertahanan militer dan nirmiliter sebagai satu kesatuan pertahanan yang utuh dan menyeluruh. Penerapan penangkalan Indonesia diwujudkan dalam pembangunan kekuatan serta penampilan segenap sumberdaya nasional sebagai sosok kekuatan pertahanan negara yang solid dan dinamis serta disegani kawan maupun lawan.

Terselenggaranya pertahanan negara untuk menghadapi Perang dari Agresi militer oleh negara asing.

Bagi bangsa Indonesia, ancaman pertahanan negara yang terbesar adalah agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata yang dilakukan oleh suatu negara yang mengancam kedaulatan Negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa. Sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, Indonesia tidak

akan membiarkan dirinya diancam, diintimidasi atau diserang oleh bangsa lain.

Dalam kondisi dimana Indonesia menghadapi tindakan agresi yang dilakukan oleh suatu Negara terhadap Indonesia, maka kekuatan pertahanan Negara akan dikerahkan untuk menyelenggarakan peperangan yang pelaksanaannya dengan operasi militer perang (OMP). Operasi militer perang merupakan pilihan terakhir bagi Indonesia serta diselenggarakan untuk membela kepentingan nasional dan menjaga dan melindungi kedaulatan Negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa.

Terselenggaranya pertahanan negara untuk menanggulangi ancaman militer yang mengganggu eksistensi dan kepentingan

NKRI.

Ancaman pertahanan negara selain yang berbentuk agresi juga terdapat ancaman militer yang berskala terbatas sehingga penanganannya dengan pendekatan tertentu yang berbeda dengan pendekatan untuk melawan agresi militer suatu negara. Bentuk ancaman militer dengan skala terbatas merupakan ancaman yang penanganannya dengan pendekatan melalui operasi militer selain perang. Penyelenggaraan pertahanan negara dengan pendekatan OMSP diarahkan untuk menanggulangi bentuk-bentuk ancaman seperti pelanggaran wilayah, spionase, sabotase, aksi terror bersenjata, separatisme, pemberontakan bersenjata dan perang saudara. Pendekatan penanganan dengan OMSP diselenggarakan dengan pengerahan dan penggunaan kekuatan dan sumber daya nasional yang tertentu, yang berbeda dengan pengerahan dan penggunaan kekuatan dalam konteks OMP. Terselenggaranya pertahanan negara dalam menangani ancaman

nirmiliter yang berimplikasi terhadap kedaulatan Negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa Indonesia.

Ancaman pertahanan negara yang membahayakan eksistensi bangsa dan negara dapat berbentuk ancaman nirmiliter. Ancaman nirmiliter tidak berbentuk fisik sehingga tidak dapat ditangani secara langsung dengan menggunakan

pendekatan kekuatan pertahanan yang bersifat hard-power. Ancaman nirmiliter tersebut pada dimensi tertentu dapat berakumulasi dan mengancam kepentingan nasional, bahkan mengancam kedaulatan, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa.

Kepentingan nasional dan eksistensi bangsa dan negara harus terlindungi dari ancaman nirmiliter yang berdimensi ideologi, politik, sosial budaya, Kamtibmas, keselamatan umum. Ancaman nirmiliter tidak dapat dihadapi dengan penggunaan kekuatan pertahanan yang bersifat fisik, sehingga apabila tidak ditangani akan menimbulkan risiko yang besar yang mengancam eksistensi NKRI. Ancaman nirmiliter terkait dengan stabilitas nasional, sehingga sangat mendasar untuk ditempatkan sebagai salah satu sasaran pertahanan negara.

Terselenggaranya pertahanan negara untuk mewujudkan perdamaian dunia dan stabilitas regional.

Dunia yang aman dan damai serta lingkungan regional yang stabil merupakan kepentingan nasional Indonesia yang diperjuangkan sepanjang waktu. Indonesia tidak dapat hidup dalam lingkungan global dan regional yang diwarnai oleh konflik yang berkecamuk. Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara Indonesia adalah ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Sejauh ini perdamaian dunia belum dapat diwujudkan. Di sejumlah negara masih terdapat konflik antar negara maupun bentuk-bentuk penindasan yang harus ditangani secara bermartabat. Indonesia melalui akan mengembangkan kerjasama pertahanan negara dengan negara lain sebagai menjadi wadah untuk bersama-sama dengan negara lain mempromosikan pandangan-pandangan dan langkah-langkah pemerintah Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia dan stabilitas regional.

Pembinaan Kemampuan Pertahanan Negara

Terdukungnya strategi pertahanan negara sangat ditentukan oleh kemampuan pertahanan negara. Kemampuan pertahanan negara hanya dapat terwujud melalui suatu usaha pembinaan yang diselenggarakan melalui pola pembinaan yang dirancang secara jelas, disertai dengan prinsip-prinsip dan sasaran pembinaan.

Pokok-Pokok Pembinaan Kemampuan Pertahanan Negara

Pembinaan kemampuan pertahanan negara pada hakikatnya merupakan pembinaan segenap sumber daya nasional, dilaksanakan sejak dini ke dalam komponen-komponen pertahanan negara, yakni komponen utama, komponen cadangan dan komponen pendukung dalam rangka mewujudkan suatu sistem pertahanan negara.

Pada masa damai, pembinaan kemampuan pertahanan negara diarahkan untuk mewujudkan daya tangkal nasional baik secara militer maupun nirmiliter. Pada masa perang, pembinaan kemampuan pertahanan negara diarahkan untuk mendinamisasi segenap sumber daya nasional menjadi kekuatan pertahanan untuk mendukung keberlanjutan perang sampai peperangan dapat dimenangkan. Pada masa pasca perang, pembinaan kemampuan pertahanan negara diarahkan untuk mengembalikan kemampuan pertahanan yang terkena kerusakan atau dampak perang.

Pembinaan Kemampuan pertahanan militer dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Pertahanan dan TNI sesuai lingkup fungsi dan kewenangan masing-masing.

Lingkup kewenangan pembinaan oleh Departemen Pertahanan mencakup penetapan kebijakan penyelenggaraan pertahanan negara, perumusan kebijakan umum penggunaan kekuatan TNI, penetapan kebijakan penganggaran, pengadaan, perekrutan, pengelolaan sumber daya nasional, serta pembinaan teknologi dan industri pertahanan yang diperlukan oleh TNI.

Lingkup Kewenangan pembinaan TNI mencakup pembinaan profesi TNI, pembinaan kekuatan TNI, pemeliharaan kesiapsiagaan

operasional; serta pemenuhan kebutuhan TNI bekerja sama dengan Departemen Pertahanan.

Pembinaan Kemampuan Pertahanan nirmiliter dilaksanakan oleh Departemen/LPND melalui penyusunan kebijakan dan pelaksanaan di lingkungan masing-masing dan dikoordinasikan dengan Departemen Pertahanan. Lingkup pembinaan yang dikoordinasikan mencakup aspek bela negara, penyiapan sumber daya nasional untuk pertahanan serta kebijakan penyelenggaraan pertahanan negara di bidangnya. Dalam rangka keikutsertaan warga negara dalam upaya penyelenggaraan pertahanan negara, Departemen/LPND menyelenggarakan fungsi pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pendidikan bela negara. Dalam rangka pembentukan Komponen Pertahanan Negara, Departemen/LPND memiliki peran dalam penyiapan sumber daya nasional untuk direkrut menjadi Komponen Cadangan serta pemberdayaan sumber daya nasional untuk menjadi Komponen Pendukung. Dalam bidang pertahanan sipil (civil defence) Departemen/LPND menyelenggarakan fungsi-fungsi untuk mengatasi ancaman nirmiliter sesuai dengan lingkup fungsinya. Tanggung jawab Departemen/LPND di luar bidang pertahanan teraktualisasi dalam permusan kebijakan di bidangnya yang berdimensi pertahanan baik untuk menghadapi ancaman militer maupun dalam kerangka pertahanan sipil.

Pembinaan kemampuan bersifat nasional yang mencerminkan kesemestaan. Bertumpu pada sumber daya manusia sebagai Pusat kekuatan (center of gravity) pertahanan negara, didukung oleh sistem senjata teknologi dan sistem senjata sosial dalam pengejawantahan sistem pertahanan rakyat semesta yang tanggap, tanggon dan trengginas.

Pembinaan kemampuan pertahanan dipersiapkan dan diselenggarakan sejak dini dan berkesinambungan, dengan mengandalkan pada kemampuan sendiri serta percaya pada kekuatan sendiri.

Sasaran Pembinaan Kemampuan Pertahanan Militer

Pembinaan kemampuan pertahanan militer diarahkan untuk membina komponen utama pertahanan negara yakni TNI yang profesional untuk memiliki kemampuan yang handal dalam

menjalankan fungsinya sebagai penangkal, penindak dan pemulih NKRI.

Pembinaan kemampuan pertahanan TNI, dilaksanakan melalui Pola Tri-matra Terpadu yang saling mengisi dan saling memperkuat.

Sebagai komponen utama, sasaran pembinaan kemampuan TNI adalah untuk memiliki kemampuan Intelijen, kemampuan pertahanan, kemampuan keamanan, dan kemampuan dukungan dan kemampuan pemberdayaan wilayah.

Kemampuan Intelijen

Kemampuan Intelijen mencakup kemampuan Intelijen Strategis, dan kemampuan intelijen pertempuran. Kemampuan intelijen strategis mencakup:

Pertama, kemampuan menganalisis perkembangan lingkungan strategis termasuk perkembangan situasi dalam negeri yang diperlukan dalam memetakan gejala, potensi ancaman atau ancaman nyata yang membahayakan atau mengancam NKRI.

Kedua, kemampuan melaksanakan penyelidikan, penginderaan dan pendeteksian dini terhadap setiap gejala atau kemungkinan ancaman yang dapat membahayakan atau mengancam NKRI.

Ketiga, kemampuan untuk melaksanakan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan, perang urat syaraf, penyesatan, dan perang informasi.

Keempat, kemampuan untuk melaksanakan kegiatan kontra intelijen, lawan spionase, lawan infiltrasi, serta lawan sabotase.

Kemampuan Intelijen Pertempuran mencakup:

Pertama, kemampuan menganalisis faktor-faktor militer dari cuaca, medan, dan musuh bagi kepentingan pertempuran.

Kedua, kemampuan melaksanakan penyelidikan, penginderaan dan pendeteksian dini terhadap setiap perkembangan kegiatan musuh bagi kepentingan strategi dan taktik pertempuran.

Ketiga, kemampuan untuk melaksanakan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan, perang urat syaraf, penyesatan, dan perang informasi bagi kepentingan pertempuran.

Keempat, kemampuan untuk melaksanakan kegiatan kontra intelijen, lawan spionase, lawan infiltrasi, serta lawan sabotase bagi kepentingan pertempuran.

Kemampuan Pertahanan

Kemampuan pertahanan yang dikembangkan:

Pertama, kemampuan pertahanan udara nasional yang mampu mengamankan NKRI, terdiri atas kemampuan pertahanan udara areal, pertahanan udara terminal dan pertahanan udara titik.

Kedua, kemampuan pertahanan udara nasional yang mampu memberi keleluasaan bagi matra laut dan darat dalam mengembangkan strategi pertempuran melalui payung udara dan bantuan tembakan yang maksimal.

Ketiga, kemampuan pemukul strategis yang mengintegrasikan pertahanan udara, laut dan darat yang dapat menghancurkan atau menghambat musuh yang hendak melakukan invasi ke wilayah NKRI, mulai dari luar batas ZEE, termasuk dalam penanganan dua daerah krisis sekaligus.

Keempat, kemampuan pertahanan wilayah yang bertumpu pada pertahanan pulau besar dan rangkaian pulau-pulau kecil.

Kelima, kemampuan perang semesta yang bertumpu pada perang gerilya yang mobil dan menghancurkan serta berkelanjutan.

Keenam, kemampuan perlawanan teknologi dan elektronika strategis untuk mengamankan sistem komunikasi dan

pancaran elektronika sendiri, serta mengacaukan sistem komunikasi dan pancaran elektronika lawan.

Kemampuan Keamanan

Pembinaan Kemampuan keamanan mencakup empat aspek:

Pertama, kemampuan pengamanan dalam rangka menegakkan stabilitas keamanan di laut dan udara nasional sesuai lingkup tugas TNI. Diwujudkan dalam membangun dan meningkatkan profesionalisme SDM yang dikukung oleh Alutsista yang memadai.

Kedua, kemampuan untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI dari keselamatan segenap bangsa dari setiap ancaman dan gangguan dari dalam negeri, antara lain separatis bersenjata, pemberontakan bersenjata, teroris bersenjata. Diwujudkan dalam kemampuan dan keterampilan prajurit, mobilitas yang didukung oleh Alutsista yang handal dan logistik yang memadai serta moril yang tinggi.

Ketiga, kemampuan penanggulangan dalam rangka kesiapan TNI apabila ditugasi untuk mengatasi kerusuhan massal, penanganan bencana alam, bantuan terhadap Kepolisian dan bantuan kepada Pemda serta bantuan SAR. Diwujudkan dalam kemampuan interoperabilitas SDM dan peralatan yang digunakan, serta kelengkapan piranti berupa tataran kewenangan (role of engagement) serta SOP.

Keempat, kemampuan untuk melindungi diri dan kesatuan dari ancaman teroris, sabotase, spionase, atau tindakan anarkis. Diwujudkan dengan membangun unit-unit khusus yang berkemampuan tinggi, efektif serta diperlengkapi dengan peralatan yang berpresisi tinggi untuk mencegah dampak pelanggaran terhadap kaidah-kaidah hukum dan demokrasi.

Kemampuan Dukungan

Dalam pertahanan militer, kemampuan dukungan merupakan unsur vital dalam pencapaian usaha pertahanan militer. Oleh karena itu kemampuan dukungan harus dibina dan

dikelola secara tepat dan profesional. Kemampuan dukungan dapat berupa dukungan berdimensi fisik dan nonfisik. Kemampuan dukungan fisik mencakup logistik, transportasi dan kesehatan. Sedangkan kemampuan dukungan nonfisik meliputi, komunikasi dan informasi (termasuk di dalamnya media pemberitaan), moril, administrasi-manajemen, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan pertimbangan geografi Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang terpisah satu sama lain, maka pembinaan kemampuan dukungan yang terpusat harus pula dikembangkan ke dalam pola-pola pembinaan kewilayahan.

Pembinaan kemampuan dukungan terpusat disesuaikan dengan dinamika dan strategi pertahanan, baik yang sifatnya langsung (direct combat support), maupun yang tidak langsung (indirect combat support). Pembinaan kemampuan dukungan kewilayahan berdasarkan strategi pertahanan berlapis yang disusun secara mendalam (defence in depth) dalam melaksanakan perang rakyat semesta, meliputi tenaga manusia, perbekalan daerah/wilayah, sarana prasarana, serta pranata sosial daerah yang diperlukan. Unsur dukungan yang menentukan meliputi dukungan moril, dukungan administrasi dan dukungan bidang Iptek. Dukungan moril dikembangkan dalam menjaga kesinambungan usaha dan daya tempur, yang meliputi, pendidikan dan latihan, kesejahteraan, kepemimpinan, disiplin serta jiwa korsa. Kemampuan dukungan administrasi dan manajemen dikembangkan dalam rangka perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian bagi terselenggaranya fungsi pertahanan dari aspek militer. Kemampuan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan untuk mendukung kebutuhan pertahanan.

Kemampuan Pemberdayaan Wilayah

Salah satu tugas TNI adalah membantu pemerintah dalam pemberdayaan wilayah pertahanan dengan cakupan penyiapan potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan, pelatihan dasar kemiliteran, serta pemberdayaan rakyat sebagai kekuatan pendukung. Tugas tersebut diselenggarakan TNI melalui Operasi Militer Selain Perang. Tugas pemberdayaan membutuhkan

kecakapan atau keahlian khusus, yang mencakup penguasaan karakteristik wilayah serta sumber daya yang ada di wilayah negara. Kemampuan pemberdayaan wilayah juga menyangkut penyiapan segenap sumber daya nasional yang meliputi wilayah negara beserta kekuatan pendukungnya untuk melaksanakan OMP pada saat diperlukan. Pelaksanaannya sesuai dengan kebutuhan sistem pertahanan negara dan kondisi keamanan negara yang berkembang.

Sasaran Pembinaan Kemampuan Pertahanan Nirmiliter

Pembinaan kemampuan pertahanan nirmiliter tidak diarahkan untuk menjadikan rakyat sipil sebagai tameng (human shield) dalam menghadapi ancaman militer dari negara lain. Pembinaan kemampuan pertahanan nirmiliter adalah dalam rangka memelihara kelangsungan hidup bangsa dan NKRI, yang diarahkan pada sasaran tumbuhnya peran serta rakyat dan seluruh sumber daya nasional, melalui pertahanan secara nonfisik (soft power) dalam rangka strategi pertahanan negara melalui profesi, pengetahuan dan keahlian, serta kecerdasan, sebagai dukungan terhadap kemampuan pertahanan militer.

Dalam rangka sistem pertahanan yang bersifat semesta, pembinaan kemampuan pertahanan nirmiliter diarahkan untuk terwujudnya komponen cadangan dan komponen pendukung dalam rangka kesiapsiagaan sebagai pengganda komponen utama.

Pembinaan pertahanan nirmiliter pada dasarnya melalui pembangunan nasional yang diselenggarakan oleh setiap Departemen/LPND sesuai dengan fungsi masing-masing dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat serta keadilan sosial.

Pembinaan kemampuan pertahanan nirmiliter, selain untuk membangun daya tangkal bangsa terhadap setiap ancaman, juga untuk mewujudkan daya tahan bangsa dari segala aspek kehidupan dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan.

Dalam sistem pertahanan yang bersifat semesta, pembinaan pertahanan nirmiliter mencakup:

Pembinaan Sumber Daya Manusia

Pembinaan sumber daya manusia (SDM) yang menjadi lingkup fungsi pertahanan nirmiliter mencakup pengelolaan komposisi dan penyebaran penduduk, peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan, kesehatan, hukum dan ekonomi. Pembinaan SDM dalam kerangka pertahanan negara berorientasi pada penanaman patriotisme dan nasionalisme bagi terwujudnya rasa cinta tanah air dan rasa memiliki NKRI, rela berkorban demi bangsa dan negara, serta bangga menjadi bangsa Indonesia.

Pembinaan kesadaran bela negara ditujukan bagi setiap warga negara agar memiliki kesiapan secara psiko-intelektual kebangsaan, untuk ditransformasikan menjadi komponen pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer sesuai dengan profesinya menjadi unsur kekuatan bangsa untuk menghadapi ancaman nirmiliter. Penyelenggaraan latihan dasar kemiliteran secara wajib bagi warga negara, dilaksanakan dalam rangka membangun daya tangkal bangsa secara terpadu.

Pembinaan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Buatan (SDAB)

Pembinaan diarahkan pada usaha-usaha pengelolaan, eksploitasi dan pengembangan SDAB yang bernilai strategis untuk kesejahteraan masyarakat. Pembinaan SDAB juga diarahkan untuk mewujudkan cadangan materiil strategis dan logistik wilayah pertahanan. Pembinaan SDAB dalam rangka transformasi ditujukan untuk kepentingan pertahanan dalam wujud Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung.

Pembinaan Sarana dan Prasarana

Pembinaan sarana dan prasarana dilaksanakan untuk kepentingan kesejahteraan sekaligus dapat didayagunakan untuk kepentingan pertahanan. Dalam konteks tersebut pembinaan ilmu pengetahuan dan pengembangan industri dan teknologi nasional menjadi salah satu prioritas untuk dilaksanakan bagi terwujudnya

kemandirian pertahanan serta secara bertahap yang pada gilirannya membangun efek tangkal yang efektif bagi pertahanan negara.

Lingkup pengembangan sarana dan prasarana dikembangkan mulai dari pembinaan SDM, transfer teknologi serta rekayasa teknologi untuk Alutsista dan peralatan pertahanan untuk dikembangkan dan menjadi produksi dalam negeri.

Pembinaan Wilayah

Pembinaan wilayah untuk kepentingan pertahanan yakni berupa penataan ruang yang memadukan kepentingan kesejahteraan dan kepentingan pertahanan. Pembinaan wilayah dalam rangka meningkatkan kemampuan pertahanan, dikelola dengan memperhatikan hak masyarakat dan kepentingan umum. Pembinaan wilayah, didayagunakan bagi kepentingan instalasi militer dan latihan militer yang strategis dan permanen. Pembinaan batas wilayah sebagai acuan penyelenggaraan fungsi pertahanan dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.

Pembinaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar sebagai wujud upaya menegakkan hak kedaulatan teritori NKRI. Pembinaan wilayah darat, laut dan udara sebagai satu kesatuan pertahanan nasional yang utuh dan menyeluruh dalam mewujudkan kepentingan nasional dan tujuan nasional. Pengelolaan wilayah antariksa untuk kesejahteraan dan pertahanan negara secara terpadu dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pembinaan Faktor-Faktor Nonfisik

Memasyarakatkan Ideologi Pancasila sebagai dasar negara sekaligus tata nilai yang mempersatukan bangsa Indonesia yang bhinneka dalam suku, agama, ras dan antar golongan tetapi menjadi satu bangsa Indonesia dan menegara dalam wadah NKRI.

Pendidikan Politik bagi masyarakat melalui lembaga pemerintah dan nonpemerintah sebagai bagian dari

pembangunan nasional seutuhnya dalam menumbuhkembangkan sistem politik Indonesia yang sehat dan dinamis. Pembangunan Ekonomi nasional yang sehat guna mencapai tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan.

Pelestarian nilai-nilai sosial budaya yang beraneka ragam dan bernilai tinggi merupakan kekayaan bangsa yang harus terus dipelihara dan dikembangkan. Peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui pendidikan agama dan kepercayaan setiap individu merupakan hak dasar insani setiap warga negara yang harus dihormati dan ditegakkan.

CURRICULUM VITAE

NAMA : Sugeng Berantas.PANGKAT/NRP : Kolonel Caj/33088JABATAN : Pamen Ditajenad/Staf Khusus DirajenadTEMPAT/TGL LAHIR : Surabaya/28 Januari 1959Agama : IslamStatus : K02NAMA ISTRI : Emi Rohma HeniNAMA ANAK : Lettu Cku Sutantya Edhy Cahyono

Wirya Agung Kusuma Putra

PENDIDIKANUMUM : SD-1971, SMP-1974, SMA-1977, S-1 Fisif

Unair-1984, S-2 PKN UI-1999MILITER : Sepamilwa ABRI 1985/1986, Sekalih Pa

Ajen 1992, Suslapa I Ajen 1994, Suslapa II Ajen 1996.

ALAMAT RUMAH : Asrama Zeni. Jl Raya Bogor KM 27 RT 1/8 No 17 Pasar Rabo Jakarta Timur/HP 0817890033

TANDA JASA : SL Kesetiaan 8, 16, 24, KEPN, dan Dwijasista.

RIWAYAT JABATAN

Pama Ajendam IV/Dip-1986Kaurtap Siminpermil Ajendam IV/Dip-1987Pama Bp. Satpamwal Denma Mabes ABRI-1989Pb. Kaur Tk. I Patpeg Sbg Mutasi Bagkepeg Roum Setjen Dhk-1990

Pb. Kaur Tk. I Sbg Rumga Setdiklat Pusdiklat Dhk-1990Pb. Kaur Tk. I Yanwal Sbgkepeg & Ku Bag TU Set Pusdiklat Dhk-1991Pb. Kaur Tk. I UrtasuarSbgum Bagrenmin-1992Ka Primkop Pusdiklat Dephankam-1994Pama Mabes ABRI-1996Psb.Ttk.I Litbangis Sbg Dep Pusdiklat Dephankam-1996Ps. Kasubbid Min Opsjar Pusdiklat Dephan-1999Kasubbid Gati PPBN Bidteman Pusdiklat-2000 Kasubbid Minopsjar Bidjar-2000 Kasubbid Gati PPBN -2000Ksb Anevmatjar Bidanevdiklat Pusdiklat SDM Dephan-2001Ksb anevsisdik bidanevdiklat Pusdiklat SDM Dephan-2001 Widyaswara Gol. V Badiklat SDM Dephan-2003Kasi Mindik Minkomput Ditpersvet Ditjen Kuathan Dephan-2006Kasi Gunkuat Subdit Jakum Ditjakstra Ditjen Strahan Dephan-2007Kasi Siap Subdit Jaklak Ditjakstra Ditjen Strahan Dephan-2008Tafung Gol. IV/ Kolonel Ditjakstra Ditjen Strahan Dephan-2009Analis Kaw Barat dan Timur Madya Ditanlingstra Ditjenstrahan Kemhan-2010Analis Madya Bidorg Ditrah Ditjen Strahan Kemhan-2010-2011Pamen Mabes TNI-Mabes AD-Ditajenad/Staf Khusus Dirajenad 2012

LAIN-LAIN

Suspaminu ABRIPelatihan Aplikasi Power Point W.

Sus CMI Penataran Seven Habits of Nighly Effective Tar P4 Tpadu Tar AkuntansiThe Managing Within a Trining System Tot Spama LANRISeminar perpektif Pasar Tradisional Seminar KSA VIII Lemhannas Seminar Sekolah KRA XXIV Sesko ABRI Seminar Nasional RUU Dikwar Seminar Materi dan KurikulumPelatihan Peningkatan KinerjaSus Jemen Renggar Han XXII Pelatihan Peningkatan Kinerja dengan Metode AccelearingBPKD Sakip Seminar Lan-NKRI Seminar Maritim Survellance Seminar Strategic Seminar Perspektif Pasar TradisionalWorkshop Kinerja Eselon IV Dephan Workshop Eselon III Seminar Ham dan Hanneg Defence Strategic Policy Development SeminarSeminar Nasional COGSeminar Hanneg yang TangguhSeminar Han TrimatraWorkshop SDM/SDAPembekalan Karier ke 2Dosen LB – DikwarPenulis di Majalah