Download - 105667132 Lp Askep Pneumonia

Transcript
Page 1: 105667132 Lp Askep Pneumonia

A. DEFINISI

Pneumonia  adalah proses agen infeksius seperti virus, bakteri,

mycoplasma (fungi) dan aspires substansi asing, berupa radang paru-paru

yang disertai eksudasi dan konsolidasi juga dapat dilihat melalui gambaran

radiologis, yang ditandai oleh gejala  klinis batuk,  demam tinggi dan  disertai

adanya  napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian  bawah  ke  dalam.

Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk 

pneumonia  baik  pneumonia  maupun bronchopneumonia disebut pneumonia

(Depkes RI, 2002).

Definisi lain

menyebutkan pneumonia

adalah penyakit saluran

napas bawah  (lower

respiratory tract (LRT)) 

akut, biasanya disebabkan

oleh infeksi (Jeremy, 2007).

Sebenarnya pneumonia bukan penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-

macam dan diketahui ada sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus,

mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel. Penyakit ini

dapat terjadi pada semua umur, walaupun manifestasi klinik terparah muncul

pada anak, orang tua dan penderita penyakit kronis (Elin, 2008).

Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi

pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul

1

Page 2: 105667132 Lp Askep Pneumonia

sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi.“(A. Aziz

Alimul : 2006 )”

Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan

terutama oleh bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita

(Said 2007).

B. ETIOLOGI

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:

1. Pneumonia bakteri

Ditandai oleh eksudat intra alveolar supuratif disertai konsolidasi. Proses

infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi. Terdapat konsolidasi dare

seluruh lobus pada pneumonia lobaris, sedangkan pneumonia lobularis atau

broncopneumonia menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang berbecak

dengan diameter sekitar 3-4 cm, mengelilingi dan mengenai broncus.

2. Pneumonia Pneumokokus

Pneumokokus mencapai alveolus-alveolus dalam bentuk percikan mucus

atau saliva. Lobus paru bawah paling sering terserang, karena pengaruh gaya

tarik bumi. Bila sudah mencapai dan menetap di alveolus, maka pneumokokus

menimbulkan patologis yang khas yang terdiri dare 4 stadium yang berurutan :

a) Kongesti (4-12 jam pertama) eksudat serusa masuk dalam alveolus-

alveolus dare pembuluh darah yang bocor dan dilatasi

2

Page 3: 105667132 Lp Askep Pneumonia

b) epatisasi merah (48 jam berikutnya) paru-paru tampak merah dan

tampak bergranula karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit

polimorfonuklear mengisi alveolus-alveolus

c) hepatisasi kelabu (3-8 hari) paru-paru tampak abu-abu karena leukosit

dan fibrin mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang.

d) Resolusi (7-11 hari) eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh

mikrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.

Timbulnya pneumonia pneumokokus merupakan suatu kejadian yang tiba-

tiba, disertai menggigil, demam, rasa sakit pleuritik, batuk dan sputum yang

berwarna seperti karat. Pneumonia pneumokokus biasanya tidak disertai

komplikasi dan jaringan yang rusak dapat diperbaiki kemabali. Komplikasi

tentang sering terjadi adalah efusi plura ringan. Adanya bakterimia

mempengaruhi prognosis pneumonia. Adanya bakterimia menduga adanya

lokalisasi proses paru-paru yang tidak efektif. Akibat bakterimia mungkin

berupa lesi metastatik yang dapat mengakibatkan keadaan seperti meningitis,

endokariditis bacterial dan peritonitis. Sudah ada vaksin untuk merlawan

pneumonia pneumokokus. Biasanya diberikan pada mereka yang mempunyai

resiko fatal yang tinggi, seperti anemia sickle-sell, multiple mietoma,

sindroma nefrotik, atau diabetes mellitus.

3. Pneumonia Stafilokokus

Mempunyai prognosis jelek walaupun diobati dengan antibiotika.

Pneumonia ini menimbulkan kerusakan parenkim paru-paru yang berat dan

sering timbul komplikasi seperti abses paru-paru dan empiema. Merupakan

3

Page 4: 105667132 Lp Askep Pneumonia

infeksi sekunder yang sering menyerang pasien yang dirawat di rumah sakit,

pasien lemah dan paling sering menyebabkan broncopneumonia.

4. Pneumonia Klebsiella / Friedlander

Penderita ini berhasil mempertahankan hidupnya, akhirnya menderita

pneumonia kronik disertai obstruksi progresif paru-paru yang akhirnya

menimbulkan kelumpuhan pernafasannya. Jenis ini yang khas yaitu,

pembentukan sputum kental seperti sele kismis merah (red currant jelly).

Kebanyakan terjadi pada lelaki usia pertengahan atau tua, pecandu alcohol

kronik atau yang menderita penyakit kronik lainnya.

5. Pneumonia pseudomonas

Sering ditemukan pada orang yang sakit parah yang dirawat di rumah sakit

atau yang mnenderita supresi system pertahanan tubuh (misalnya mereka yang

menderita leukemia atau transplantasi ginjal yang menerima obat

imunosupresif dosis tinggi). Seringkali disebabkan karena terkontaminasi

peralatan ventilasi.

6. Pneumonia Virus

Ditandai dengan peradangan interstisial disertai penimbunan infiltrat

dalam dinding alveolus meskipun rongga alveolar sendiri bebas dare eksudat

dan tidak ada konsolidasi. Pneumonia virus 50 % dare semua pneuminia akut

ditandai oleh gejala sakit kepala, demam dan rasa sakit pada otot-otot yang

menyeluruh, rasa lelah sekali dan batuk kering. Kebanyakan pneumonia ini

ringan dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak

mengakibatkan kerusakan paru-paru yang permanen. Pengobatan pneumonia

virus bersifat sympomatik dan paliatif, karena antibiotik tidak efektif terhadap

4

Page 5: 105667132 Lp Askep Pneumonia

virus. Juga dapat mengakibatkan pneumonitis berbecak yang fatal atau

pneumonitis difus.

7. Pneumonia Mikoplasma

Serupa dengan pneumonia virus influenza, disertai adanya pneumonitis

interstitial. Sangat mudah menular tidak seperti pneumonia virus, dapat

memberikan respon terhadap tetrasiklin atau eritromisin.

8. Pneumonia Aspirasi

Merupakan pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi isi lambung.

Pneumonia yang diakibatkannya sebagian bersifat kimia, karena diakibatkan

oleh reaksi terhadap asam lambung, dan sebagian bersifat bacterial, karena

disebabkan oleh organisme yang mendiami mulut atau lambung. Aspirasi

paling sering terjadi selama atau sesudah anestesi (terutama pada pasien

obstretik dan pembedahan darurat karena kurang persiapan pembedahan),

pada anak-anak dan pada setiap pasien yang disertai penekanan reflek batuk

atau reflek muntah. Inhalasi isi lambung dalam jumlah yang cukup banyak

dapat menimbulkan kematian yang tiba-tiba, karena adanya obstruksi,

sedangkan aspirasi isi lambung dalam jumlah yang sedikit dapat

mengakibatkan oedema paru-paru yang menyebar luas dan kegagalan

pernafasan. Beratnya respon peradangan lebih tergantung dare pH dare zaat

yang diaspirasikan. Aspirasi pneumonia selalu terjadi apabila pH dan zat yang

diaspirasi 2,5 atau kurang. Aspirasi pneumpnia sering menimbulkan

kompliokasi abses, bronchiectase, dan gangrean. Muntah bukan sarat

masuknya isi lambung kedalam cabang tracheobronchial, karena regurgitasi

dapat juga terjadi secara diam-diam pada pasien yang diberi anestesi. Paling

5

Page 6: 105667132 Lp Askep Pneumonia

penting pasien harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar secret

orofarengeal dapat keluar dare mulut.

9. Pneumonia Hypostatik

Pneumonia yang sering timbul pada dasar paru yang disebabkan oleh nafas

yang dangkal dan terus menerus dalam posisi yang sama. Daya tarik bumi

menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru dan infeksi membantu

timbulnya pneumonia yang sesungguhnya

10. Pneumonia Jamur

Tidak sesering bakteri. Beberapa jamur dapat menyebabkan penyakit paru

supuratif granulomentosa yang seringkali disalah tafsirkan sebagai TBC.

Banyak dare infeksi jamur bersifat endemic pada daerah tertentu. Contohnya

di US, hystoplasmosis (barat bagian tengah dan timur), koksibiodomikosis

(barat daya) dan blastomikosis (tenggara). Spora jamur ini ditemukan dalam

tanah dan terinhalasi. Spora yang terbawa masuk kebagian paru yang lebih

difagositosis terjadi reaksi peradangan disertai pembentukan kaverne. Semua

perubahan patologis ini mirip sekali dengan TBC sehingga perbedaan kurang

dapat ditentukan dengan menemukan dan pembiakan jamur dare jaringan

paru.tes serologi serta tes hypersensitifitas kulit yang lambat belum

menunjukan tanda positif sampai beberapa minggu sesudah terjadi infeksi,

bahkan pada penyakit yang berat tes mungkin negatif. Pneumonia jamur

sering menimbulkan komplikasi pada stadium terakhir penyakit tersebut,

terutama pada penyakit yang sangat berat, misalnya Ca atau leukemia, candida

alicans adalah sejenis ragi yang sering ditemukan pada sputum orang yang

sehat dan dapat menyerang jaringan paru. Penggunaan antibiotik yang lama

6

Page 7: 105667132 Lp Askep Pneumonia

juga dapat mengubah flora normal tubuh dan memungkinkan infasi candida.

Amfotinsin B merupakan obat terpilih untuk infeksi jamur pada paru.

C. KLASIFIKASI

Klasifikasi menurut secara klinis menurut Zul Dahlan (2001) :

1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :

a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan

opasitas lobus atau lobularis.

b. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat

lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.

2. Berdasarkan faktor lingkungan :

a. Pneumonia komunitas à sporadis atau endemic, muda dan orang tua

b. Pneumonia nosokomial à didahului oleh perawatan di RS

c. Pneumonia rekurens à mempunyai dasar penyakit paru kronik

d. Pneumonia aspirasi à alkoholik, usia tua

e. Pneumonia pd gangguan imun à pada pasien transplantasi, onkologi,

AIDS

3. Berdasarkan sindrom klinis :

a. Pneumonia bacterial, memberikan gambaran klinis pneumonia yang

akut dgn konsolidasi paru, dapat berupa :

1) Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai parenkim

paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar

2) Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi klinis

atipikal yaitu perjalanan penyakit lebih ringan (insidious) dan

7

Page 8: 105667132 Lp Askep Pneumonia

jarang disertai konsolidasi paru. Biasanya pada pasien penyakit

kronik

b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan

Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.

Klasifikasi berdasarkan etiologi, dibagi atas :

1. Bakterial : Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, H. influenza,

Klebsiella,dll.

2. Non bacterial : tuberculosis, virus, fungi, dan parasit

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :

1. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan

umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal

merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya

menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.

2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.

Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus

stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired

pneumonia.

3. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi

infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme,

bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.

8

Page 9: 105667132 Lp Askep Pneumonia

4. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada

agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan

organisme perusak.

D. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif

seperti menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang

pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi

di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di

saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut

akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme

imun sistemik, dan humoral.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons

inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi

leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan

eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto

toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan

dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal

ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang

terjadi pada bronkiolitis.

9

Page 10: 105667132 Lp Askep Pneumonia

E. WOC/PATHWAY

10

Virus Bakteri Jamur

Masuk kesaluran pernafasan

Paru-paru

Bronkus & alveoli

InfeksiResiko penyebaran infeksi

Peradangan/ inflamasiReseptor nyeri: Histamine, Prostaglandin, Bradikinin

Reseptor peradangan

Suhu tubuh meningkat

Nyeri Akut

Micoplasma (mirip bakteri)

HipothalamusMengganggu kerja makrofag

Cairan Edema

Produksi sekreet meningkat

Bersihan jalan napas tidak efektif

Dispnea

Ketidakefektifan pola napasBatuk

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh

Penekanan diafragma

Keringat berlebih

Risiko tinggi kekurangan cairan &elektrolit

Difusi gas antara O2 & CO2 di alveoli terganggu

Gangguan pertukaran gas

Kapasitas transportasi O2 menurun

Peningkatan tekanan Intra abdomen

Mual / muntah

Ada sumber infeksi di saluran pernafasan

Obstruksi mekanik saluran pernafasan karena aspirasi bekuan darah, pus, bagian gigi yang menyumbat makanan dan tumor bronkus

Daya tahan saluran pernafasa yang terganggu

Nyeri dada

Agen infeksius

Aspirasi Faktor lingkungan

Hipertermi

Page 11: 105667132 Lp Askep Pneumonia

F. MANIFESTASI KLINIK

1. Menggigil, demam

2. Nyeri dada

3. Takipnea

4. Bibir dan kuku sianosis

5. Sesak nafas

6. Batuk Ronci

7. Kelelahan

G. KOMPLIKASI

1. Efusi pleura

2. Hipoksemia

3. Pneumonia kronik

4. Bronkaltasis

5. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-

paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps).

6. Komplikasi sistemik (meningitis)

7. Bronco pneumonia

H. FAKTOR RESIKO

1. Usia diatas 65 tahun

2. Aspirasi secret orofaringeal

3. Infeksi pernapasan oleh virus

4. Penyakit pernapasan kronik

11

Page 12: 105667132 Lp Askep Pneumonia

5. Kanker

6. Trakeostomi

7. Bedah abdominal

8. Riwayat merokok

9. Alkoholisme

10. Malnurisi

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,

bronchial); dapat juga menyatakan abses)

2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat

mengidentifikasi semua organisme yang ada.

3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis

organisme khusus.

4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan

luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.

5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis

6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda

asing

12

Page 13: 105667132 Lp Askep Pneumonia

J. PENATALAKSANAAN

Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian

antibiotik yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2 untuk

menanggulangi hipoksemia.

Beberapa contoh pemberian antibiotic seperti :

1. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.

2. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus

3. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia

mikroplasma.

13

Page 14: 105667132 Lp Askep Pneumonia

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

A. PENGKAJIAN

1. Data dasar pengkajian pasien

2. Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

3. Sirkulasi

Gejala : riwayat adanya

Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat

4. Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes

mellitus

Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,

penampilan kakeksia

(malnutrisi)

5. Neurosensori

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

Tanda : perusakan mental (bingung)

6. Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,

artralgia.

Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk

membatasi gerakan)

14

Page 15: 105667132 Lp Askep Pneumonia

7. Pernafasan

Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.

Tanda :

sputum:merah muda, berkarat

perpusi: pekak datar area yang konsolidasi

premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi

Bunyi nafas menurun

Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku

8. Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan

steroid, demam.

Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar

9. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari

Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas

pemeliharaan rumah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial,

pembentukan edema, ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.

2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen

darah ditandai dengan sianosis.

15

Page 16: 105667132 Lp Askep Pneumonia

3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk

menetap.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan

proses infeksi

5. Ketidakefektifan pola napas b.d peradangan ditandai dengan dispnea

C. RENCANA KEPERAWATAN

Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi

trachea bronchial, peningkatan produksi sputum

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan slama 3 x 24 jam di

harapkan jaln nafas klien adekuat.

Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan

1. Bunyi nafas tak normal

2. Dispnea, sianosis

3. Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.

Jalan nafas efektif dengan kriteria:

1. Batuk efektif

2. Nafas normal

3. Bunyi nafas bersis

4. Sianosis

16

Page 17: 105667132 Lp Askep Pneumonia

No. Intervensi Rasional

1 Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan

dan gerakan dada

takipnea, pernafasan dangkal dan

gerakan dada tak simetris sering

terjadi karena ketidaknyamanan

adanya cairan yang ada di paru

2 Auskultasi area paru, catat area

penurunan 1 kali ada aliran udara dan

bunyi nafas

penurunan aliran darah terjadi pada

area konsolidasi dengan cairan.

3 Biarkan teknik batuk efektif batuk adalah mekanisme pembersihan

jalan nafas alami untuk

mempertahankan jalan nafas paten.

4 Penghisapan (suction) sesuai indikasi. merangsang batuk atau pembersihan

jalan nafas suara mekanik pada faktor

yang tidak mampu melakukan karena

batuk efektif atau penurunan tingkat

kesadaran.

5 Berikan cairan cairan (khususnya yang hangat)

memobilisasi dan mengeluarkan secret

6 Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian obat sesuai indikasi

alat untuk menurunkan spasme

bronkus dengan mobilisasi sekret,

analgetik diberikan untuk

memperbaiki batuk dengan

menurunkan ketidaknyamanan tetapi

harus digunakan secara hati-hati,

karena dapat menurunkan upaya

batuk/menekan pernafasan.

17

Page 18: 105667132 Lp Askep Pneumonia

Dx 2 :Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa

oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:

Dispnea, sianosis, takikardia, gelisah/perubahan mental, hipoksia, sianosis,

sesak, gelisah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan.

Kriteria hasil : GDA dalam rentang normal, tak ada gejala distress

pernafasan dan warna kulit tidak pucat.

No. Intervensi Rasional

1 Kaji frekuensi/kedalaman dan

kemudahan bernafas

manifestasi distress pernafasan

tergantung pada indikasi derajat

keterlibatan paru dan status

kesehatan umum.

2 Observasi warna kulit, membran

mukosa dan kuku. Catat adanya

sianosis perifer (kuku) atau sianosis

sentral.

sianosis kuku menunjukkan

vasokontriksi respon tubuh terhadap

demam/menggigil namun sianosis

pada daun telinga, membran mukosa

dan kulit sekitar mulut menunjukkan

hipoksemia sistemik.

Kaji status mental. gelisah mudah terangsang, bingung

dan somnolen dapat menunjukkan

hipoksia atau penurunan oksigen

serebral.

Kolaborasi: berikan terapi oksigen

dengan benar misal dengan nasal plong

: mempertahankan PaO2 di atas 60

mmHg. O2 diberikan dengan metode

18

Page 19: 105667132 Lp Askep Pneumonia

master, master venturi. yang memberikan pengiriman tepat

dalam toleransi.

Dx 3: Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap

ditandai dengan:nyeri dada, sakit kepala, gelisah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien

menyatakan nyeri hilang / terkontrol

Kriteria Hasil: menunjukkan rilaks, istirahat atau tidur, dan peningkatan

aktifitas dengan tepat.

No. Intervensi Rasional

1 Tentukan karakteristik nyeri, misal

kejang, konstan ditusuk.

: nyeri dada biasanya ada dalam

seberapa derajat pada pneumonia,

juga dapat timbul karena pneumonia

seperti perikarditis dan endokarditis.

2 Pantau tanda vital Perubahan FC jantung/TD menu

bawa Pc mengalami nyeri, khusus

bila alasan lain tanda perubahan

tanda vital telah terlihat.

3 Berikan tindakan nyaman pijatan

punggung, perubahan posisi, musik

tenang / berbincangan.

tindakan non analgesik diberikan

dengan sentuhan lembut dapat

menghilangkan ketidaknyamanan

dan memperbesar efek derajat

analgesik.

5 Kolaborasi: Berikan analgesik dan obat dapat digunakan untuk menekan

19

Page 20: 105667132 Lp Askep Pneumonia

antitusik sesuai indikasi batuk non produktif atau menurunkan

mukosa berlebihan meningkat

kenyamanan istirahat umum.

Dx 4 :Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap

demam dan proses inflamasi ditandai dengan tujuan:

Tujuan : Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan

proses infeksi, Anoreksia distensi abdomen

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dengan:

1. Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan

2. Pasien mempertahankan meningkat BB

No. Intervensi Rasional

1 identifikasi faktor yang menimbulkan

mual/muntah, misalnya: sputum,

banyak nyeri.

pilihan intervensi tergantung pada

penyebab masalah.

3 Berikan makan porsi kecil dan sering

termasuk makanan kering (roti

panggang) makanan yang menarik oleh

pasien.

tindakan ini dapat meningkat

masukan meskipun nafsu makan

mungkin lambat untuk kembali.

4 Evaluasi status nutrisi umum, ukur

berat badan dasar.

adanya kondisi kronis keterbatasan

ruangan dapat menimbulkan

malnutrisi, rendahnya tahanan

terhadap inflamasi/lambatnya respon

terhadap terapi.

20

Page 21: 105667132 Lp Askep Pneumonia

Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas

mulut, penurunan masukan oral.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan eperawatan selama 3 x 24 jam di

harapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi

Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan

dengan parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa

lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.

No. Intervensi Rasional

1 Kaji perubahan tanda vital contoh

peningkatan suhu demam memanjang,

takikardia.

suhu/memanjangnya demam meningkat

laju metabolik dan kehilangan cairan

untuk evaporasi.

2 Kaji turgor kulit, kelembapan membran

mukosa (bibir, lidah)

indikator langsung keadekuatan volume

cairan, meskipun membran mukosa mulut

mungkin kering karena nafas mulut dan

O2 tambahan.

3 Catat laporan mual/muntah gejala ini menurunkan masukan oral

4 Kolaborasi: beri obat indikasi misalnya

antipiretik, antimitik.

pada adanya penurunan masukan banyak

kehilangan penggunaan dapat

memperbaiki/mencegah kekurangan

5 Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau

sesuai kondisi individual

pemenuhan kebutuhan dasar cairan

menurunkan resiko dehidrasi.

21

Page 22: 105667132 Lp Askep Pneumonia

DAFTAR PUSTAKA

Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan &

Manajemen Edisi 2. Jakarta : EGC

Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan

Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Indriasari, Devi. 2009. 100% Sembuh Tanpa Dokter A-Z Deteksi, Obati dan

Cegah Penyakit. Yogyakarta : Pustaka Grhatama

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Balita,

Orang Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer : Jakarta

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit

Ed. 6 Vol 2. EGC. Jakarta.

Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta :    

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI

Alsagaff, Hood & Mukty, Abdul (Editor). 2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.

Cetakan kesepuluh, Airlangga University Press. Surabaya.

Depkes RI.2007.Bimbingan keterampilan Tata laksana Pneumonia Balita. Ditjen

P2PL , Jakarta

Jeremy, P.T. 2007. At Glance Sistem Respirasi. Edisi Kedua. Erlangga Medical

Series. Jakarta

Kozier, B.,Erb, G.,Snyder,S.J.,2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan

Konsep Proses dan Praktik Edisi ketujuh, Jakarta;EGC.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Balita, Orang

Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer, Jakarta

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Salemba Medika, Jakarta

Wilkinson, Judith M. 2013. Diagnosis Nanda, intervensi NIC, Kriteria hasil NOC.

Alih bahasa Esty wahyuningsih. Ed.9. ECG.Jakarta.

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan        

Sistem Pernafasan .Jakarta : Salemba Medika

KTW. 2010. Suplementasi Zinc Menurunkan Kejadian Pneumonia Pada Anak-

anak.

22