Download - 1. Rancangan Penelitian

Transcript
  • Rancangan Penelitian1. Pengertian rancangan penelitian2. Hubungan rancangan penelitian dengan pembUktian hipotesis - Hubungan kausal - Validitas eksternal dan internal3. Rancangan penelitian survey4. Rancangan penelitian percobaan - Prinsip dasar - Jenis rancangan percobaan (RAI/RAK) - Percobaan factorial5. Rancangan quasi eksperimental6. Rancangan penelitian klinik

  • RANCANGAN PENELITIANSusilawati

  • Pengertian Rancangan Penelitian(Research design= model penelitian)

    Apakah sebenarnya hakekat penelitian itu?Mengapa penelitian perlu dirancang?Apakah esensi atau fungsi rancangan penelitian?

  • Apakah sebenarnya hakekat penelitian itu?Hakekat suatu penelitian adalah konfirmasi kebenaran hipotesis dalam rangka menjawab permasalahan yang ada. Dari permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan teori, fakta yang diperoleh pada penelitian terdahulu, dan asumsi peneliti, dikembangkan kerangka teoretik yang mendasari perumusan hipotesis. Pada jalur konkrit dari permasalahan tsb dilakukan observasi empirik atas fenomena-fenomena penelitian sehingga dihasilkan data.Keberhasilan penelitian ditentukan dgn mempertanyakan seberapa jauh data yg diperoleh tsb relevan (bergayut) dengan jawaban yang dikehendaki.

  • Signifikansi Ketergayutan (relevansi) data dalam Penelitian

    Teori + fakta kiyas

    + Asumsi peneliti

    Observasi empirik

    KETERGAYUTAN ?

    HIPOTESIS

    MASALAH PENELITIAN

    FENOMENA PENELITIAN

    DATA

    JAWABAN YANG ADEKUAT

  • Lanjutan..Sifat ketergayutan data dengan jawaban yang akurat dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu:Apakah hipotesis menjawab secara adekuat permasalahan yang ada.Apakah operasionalisasi hipotesis menjadi variabel-variabel penelitian (fenomena yang diobservasi) dilakukan secara tepat.

  • Mengapa penelitian memerlukan rancangan?

    Ketiadaan rancangan dalam penelitian sama halnya dengan ketiadaan gambar dalam membangun suatu rumah.Untuk menjawab pertanyaan diatas secara lebih dlm lagi , ada 2 hal yang perlu di kaji diatas, yaitu:1. Ketergayutan data yang diperoleh2. Untuk mendapatkan data yang relevan tsb dapat ditempuh lebih dari 1 jalan, sehingga: a.Jalan manakah yang menjamin data tsb diperoleh secara objektif dan memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas? b. Jalan manakah yang secara teknis lebih efektif dan efisien?

  • LanjutanLima (5) kriteria yg melatarbelakangi mengapa suatu penelitian perlu dirancang, yi:Ketergayutan data-- sifatnya mutlakObjektivitas Validitas jika dimungkinkan perlu dipenuhiReliabilitasTeknis pelaksanaan yang efektif & efisiensi-baru dipertimbangkan setelah ke-4 criteria sebelumnya relative terpenuhi- Dalam praktek tidak mungkin suatu penelitian dapat memenuhi ke5 kriteria tsb sekaligus, karena adanya faktor-faktor metodologik & teknis yang membatasi.

    Upaya seorang peneliti adl mengusahakan agar seoptimal mungkin ke5 kriteria tsb dipenuhi.

  • Dalam kaitan dengan upaya pengoptimalan tsb, perlu diingatkan bahwa ke5 kriteria tsb tidak sama bobot keharusan pemenuhannya. Kriteria ketergayutan data merupakan keharusan yang mutlak sifatnya. Sementara criteria objektivitas, validitas dan reliabilitas sepanjang dimungkinkan secara metodologik juga perlu dipenuhi. Criteria ke5 baru dipertimbangkan setelah keempat criteria sebelumnya relatif terpenuhi.

  • Apakah esensi atau fungsi suatu rancangan penelitian?Contoh: Telah ditemukan suatu obat baru, yang secara teoritik (berdasar rumus kimiawinya ) dan diuji invitro dapat membunuh mikobakteri lepra.Obat tsb kmd diujicobakan pada sejumlah penderita lepra dan ternyata setelah jangka waktu ttt sebagian penderita menunjukkan gejala kesembuhan. Pertanyaan yang perlu dikaji adalah:Benarkah kesembuhan tjd karena pengaruh pemberian obat tsb?Kalau benar, sejauh manakah penelitian berguna, dengan ungkapan lain, dapatkah tiap penderita lepra dilakukan terapi dengan obat tsb?

  • Lanjutan.1. Benarkah kesembuhan tjd krn pengaruh pemberian obat tsb? - Benar, bahwa kesembuhan tjd krn pengaruh obat, Apabilakesembuhan tsb bkn tjd secara kebetulan/kesembuhan tjd bukan karena factor lain. - Thd kemungkinan kebetulan peneliti dpt menyingkirkan dgn menggunakan analisis statistik dalam pengolahan data. - Sementara untuk menyingkirkan kemungkinan pengaruh factor lain, peneliti perlu menggunakan rancangan penelitian yang adekuat. - Adekuatitas disini berarti berkaitan dgn masalah validitas dalam. - Validitas dalam diperoleh dgn pengendalian varians.

  • Lanjutan.2. Kalau benar, sejauh manakah penelitian berguna, dengan ungkapan lain, dapatkah tiap penderita lepra dilakukan terapi dengan obat tsb? Ujicoba tsb berguna, jika hasilnya dapat digeneralisasikan pada populasi. Hal ini dimungkinkan jika digunakan dengan rancangan penelitian yang adekuat. Adekuatitas disini berarti berkaitan dengan masalah validitas luar.

  • Lanjutan..Dengan melihat jawaban-jawaban diatas diketahui bahwa esensi / fungsi rancangan penelitian ialah mengupayakan optimasi secara berimbang validitas dalam & validitas luar suatu penelitian.Istilah berimbang disini perlu ditekankan, karena diketahui bahwa mengupayakan validitas dalam secara penuh (pada kasus2 penelitian ttt) akan dapat menurunkan validitas luar, dan sebaliknya.

  • Lanjutan: KESIMPULAN: - Pengertian Rancangan Penelitian: Suatu rencana, struktur dan strategi penelitian yang dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi dgn mengupayakan optimasi yang berimbang antara validitas dalam dan validitas luar, dengan maksud melakukan pengendalian varians. RENCANA, karena rancangan tsb memuat secara sistematis keseluruhan kegiatan yang akan dilakukan peneliti. STRUKTUR , karena rancangan penelitian melakukan strukturisasi penelitian. Yang dimaksud dengan strukturisasi ialah di dalam rancangan penelitian tergambar model atau paradigma operasionalisasi variabel penelitian,yaitu diidentifikasi jenis dan sifat variabel serta hubungan antar variabel tsb. STRATEGI ,karena didalamnya terkandung petunjuk prosedural bagaimana rencana dan strukturisasi tsb dapat dijalankan shg permasalahan penelitian secara adekuat terjawab dan varians dapat dikendalikan.

  • Penyusunan Rancangan Penelitian Yang AdekuatSuatu rancangan penelitian disebut ADEKUAT apabila penelitian yang dilakukan atas dasar rancangan tsb:1. Dapat menjawab persoalan penelitian yang dihadapi atau secara adekuat dapat menguji kebenaran hipotesis, dan 2. Sejauh mungkin dpt mengendalikan / mengontrol varians.Apa yang dimaksud dengan pengendalian varians ? Bagaimana seorang peneliti dpt melakukan pengendalian tsb?

  • Adalah upaya metodologik yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk dapat meningkatkan validitas data suatu penelitian.

    Upaya pengendalian varians dalam suatu penelitian:a. Meniadakan pengaruh variabel-variabel luar, b. Mengaktualkan secara nyata pengaruh variabel yang ditelitic. Meniadakan kesalahan2 yang tjd berkaitan dengan kegiatan pengukuran. Pengendalian Varians:

  • - Tiga (3) macam langkah yang harus dilakukan peneliti dalam rangka melakukan upaya pengendalian varians, yaitu:a. Maksimasi varians penelitianb. Kontrol variabel luar dan c. Minimasi varians kesalahan Upaya Pengendalian Varians

  • a. Maksimasi varians penelitianVarians penelitian: Variabilitas nilai variabel terikat yang terjadi akibat pengaruh variabel bebas atau variabel perlakuan. Maksimasi varians penelitian : Mengupayakan agar variabilitas perubahan yang terjadi pada variabel terikat tsb sebesar mungkin. Kondisi tsb dapat dicapai JIKA variasi variabel bebas atau variabel perlakuan yang digunakan juga besar

    ( A ) : A-1

    B-n

    A-2, dst

    (B)

    B-2, dst

    A-n

    B-1

  • Lanjutan Maksimasi varians penelitianMisalnya Akan dikaji pengaruh variabel A thd variabel B, maka agar variabilitas nilai variabel B (rentang B-1 ad B-n) besar, berarti variabilitas nilai variabel A (rentang A-1 ad A-n) yang dikenakan juga harus besar. Besar varians penelitian (variabilitas nilai variabel B) ini amat bermanfaat untuk menilai pengaruh variabel bebas yang tidak begitu nyata.Contoh konkrit misalnya dalam suatu penelitian eksperimental untuk menguji besar dosis suatu obat terhadap kecepatan kesembuhan suatu penyakit, maka varians dosis yang digunakan diupayakan seluas mungkin (dalam batas-batas terapetik), sehingga kalau memang besar dosis itu berpengaruh akan tampak pada kecepatan kesembuhan penyakit

  • Lanjutan Maksimasi varians penelitianContoh lain, dalam survey analitik u/ mengetahui pengaruh pengaruh tingkat pendidikan individu terhadap akseptabilititas metode KB tertentu, maka subjek-subjek penelitian yang dipilih hendaknya cukup besar variansi pendidikannya (sejak dari tidak sekolah sampai dengan pascasarjana, misalnya.). Sehingga kalau memang tingkat pendidikan berpengaruh, akan tampak pada akseptabilitas metode KB. Sebaliknya , kalau tidak ada perbedaan akseptabilitas juga jelas.

  • Lanjutan Maksimasi varians penelitianAkan tetapi, bila perbedaan akseptabilitas tidak jelas (hanya sedikit), sementara subjek yang digunakan hanya dibatasi tingkat SMP dan SMA saja,maka tidak dapat dipastikan apakah tingkat pendidikan tsb berpengaruh atau tidak. Demikian juga halnya pada contoh dosis obat tsb diatas, kalau perbedaan kecepatan kesembuhan tidak begitu nyata, sementara variasi dosis hanya kecil,tidak dapat diinterpretasi apakah perbedaan dosis mempengaruhi kecepatan penyembuhan atau tidak.

  • b. Kontrol variabel luar Kalau yang akan dipelajari adalah pengaruh variabel (A) terhadap variabel (B), maka usahakan bahwa dalam penelitian tsb variabel-variabel (C) sampai dengan (I) dst, tidak berpengaruh Upaya pengontrolan atau pengendalian variabel luar berarti secara metodologi meniadakan pengaruh variabel luar tsb

    1.

    2.

    DESKRIPTIF

    CROSS SECTIONAL

    SURVEY/ OBSERVASIONAL / NON ESKPERIMENTAL

    CASE CONTROL

    ANALITIK

    COHORT

    QUASI EXPERIMENTAL

    EXPERIMENTAL

    TRUE EXPERIMENTAL

  • Lanjutan Kontrol Variabel luar..Cara mengendalikan variabel luar :1. Memilih subjek-subjek penelitian dengan kondisi variabel luar yang betul-betul homogen- secara praktis sulit dijumpai. 2. Melakukan randomisasi subjek pd waktu melakukan pengelompokan -tindakan yang paling ideal yang dapat dilakukan peneliti utk mengupayakan pengendalian thd variabel luar. -Randomisasi disini berbeda dengan pengertian randomisasi sebagai metode pemilihan sampel. -Randomisasi yang dimaksud adalah membagi subjek penelitian (yang telah dipilih sebagai sampel) dalam kelompok-kelompok penelitian dengan teknik random. - Pada penel klinik/penel dgn subjek penderita (manusia), randomisasi ini sukar dilakukan, baik atas pertimbangan teknik maupun pertimbangan etik. --Untuk ini, seorang peneliti dapat melakukan pengelompokan subjek dengan teknik matching, 3. Melakukan pengelompokan subjek penelitian secara matching.

  • Lanjutan Kontrol Variabel luar..- Teknik matching, yaitu menyamakan kondisi subjek atas variabel ttt, antara satu kelompok dengan kelompok lain. - Teknik matching ini dilakukan pada penelitian case control dan penelitian cohort.

  • c. Minimasi kesalahan varians kesalahanVarians kesalahan atau varians error: variasi nilai dari data yang terjadi akibat kesalahan pengukuran.

    Upaya minimasi varians kesalahan dgn:1. Mengurangi sejauh mungkin kesalahan pengukuran dgn cara melakukan pengendalian thd kondisi atau lingkungan saat dilakukannya pengontrolan. ATAU Peneliti mengupayakan pengendalian thd kesalahan sistematik pengukuran. 2. Meningkatkan reliabilitas pengukuran

  • Bahan-Bahan Penyusunan Rancangan Penelitian:Permasalahan dan tujuan penelitianRumusan hipotesis dan operasionalisasinyaSubjek penelitian, batas & keluasan populasi, teknik pemilihan serta besar sampelPengelompokan subyekPengaruh lingkungan penelitianInstrumentasi dan pengukuran , termasuk masalah validitas dan reliabilitasnyaModel pengolahan data, termasuk analisis statistik yang digunakan.

  • Lanjutan..Berdasar satu permasalahan penelitian, dgn sendirinya dapat dikembangkan lebih dari satu rancangan penelitian. Namun rancangan penelitian mana yang dipilih peneliti, akan tergantung pada berbagai pertimbangan. Pertimbangan yang mesti diperhatikan peneliti (sebagai pertimbangan pokok) adalah bahwa rancangan penelitian hendaknya :1. Memenuhi 5 kriteria yg telah dipelajari diatas 2. Cukup adekuat, dalam pengertian ada optimasi yang berimbang antara validitas dalam dan validitas luar.

  • Lanjutan.. Dua pertimbangan pokok tsb yang digunakan peneliti untuk menilai dan memilih rancangan penelitian mana yang akan dikerjakan, apabila thd suatu permasalahan penelitian tersedia (dapat disusun) lebih dari 1 rancangan.

  • Rancangan Penelitian

    1.

    2.

    DESKRIPTIF

    CROSS SECTIONAL

    SURVEY/ OBSERVASIONAL / NON ESKPERIMENTAL

    CASE CONTROL

    ANALITIK

    COHORT

    QUASI EXPERIMENTAL

    EXPERIMENTAL

    TRUE EXPERIMENTAL

  • Rancangan Penelitian Survey--Tidak dilakukan intervensi atau perlakuan thd variabel, lalu dilihat perubahannya pada variabel yang lain, Tetapi sekedar : - Mengamati terhadap fenomena alam/sosial yang terjadi ATAU- Mencari hubungan fenomena tsb dgn variabel2 yg lain--Dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu ttt, tetapi tidak seluruh objek diteliti, tetapi melalui perwakilan dari seluruh objek tsb.--Perwakilan seluruh objek yg diambil disebut SAMPEL, OKI penelitian survey selalu melakukan pengambilan sampel

  • Rancangan Penelitian Survey Deskriptif--Dilakukan terhadap sekumpulan objek yang bertujuan : Melihat gambaran fenomena (kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi.--Umumnya digunakan u/ membuat penilaian thd suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, lalu hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tsb.-- Suatu penelitian yg dilakukan u/ mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yg tjd di dlm masyarakat.--Bidang kes-masy survey deskriptif digunakan untuk menggambarkan /memotret masalah kesehatan serta yang terkait dgn kes sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas ttt.

  • Lanjutan Langkah dalam rancangan survey deskriptif:

    Memilih masalah yang akan ditelitiMerumuskan dan mengadakan pemberantasan masalah, kemudian berdasarkan salah satu masalah tsb diadakan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi dan teori-teori sbg dasar menyusun kerangka konsep penelitianMengidentifikasi variabel-variabel yang akan diamati atau dikumpulkanMerumuskan dan memilih teknik pengumpulan dataMenentukan kriteria atau kategori untuk mengadakan klasifikasi dataMenentukan teknik dan alat pengumpul data yang akan digunakanMelaksanakan penelitian atau pengumpulan dataMelakukan pengolahan dan analisis dataMenarik kesimpulan atau generalisasiMenyusun dan mempublikasikan laporan penelitian

  • Lanjutan Jenis penelitian dgn rancangan survey deskriptif:1. Survey Rumah Tangga - Adl survey deskriptif yang ditujukan kpd RT. - Biasanya, pengumpulan data dilakukan dgn wawancara kpd kepala keluarga - Informasi yang diperoleh dari KK ini tdk saja informasi mengenai di KK tsb, tetapi juga informasi ttg diri /keadaan anggota keluarga yang lain & bahkan informasi ttg rumah dan lingkungannya.

  • Lanjutan 2. Survey Morbiditas- Adl survey deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kejadian dan distribusi penyakit dalam masy atau populasi- Survey ini sekaligus digunakan untuk mengetahui incidence atau kejadian suatu penyakit maupun prevalensi (prevalence)

  • Lanjutan 3. Survey Analisis JabatanBertujuan untuk:- mengetahui ttg tugas dan tanggungjawab para petugas kes serta kegiatan2 para pet tsb sehubungan dengan pekerjaan mrk.- Mengetahui status dan hub antara satu dgn lainnya, atau hubungan antara atasan dgn bawahan, kondisi kerja, serta fasilitas yang ada untuk melaksanakan tugas.

  • Lanjutan 4. Survey Pendapat Umum Tujuan: - Untuk memperoleh gambaran ttg pendapat umum thd suatu program pelayanan kesehatan yang sedang berjalan dan yang menyangkut seluruh lapisan masy. - Untuk menggali pendapat masy atau publik ttg yan kes dan masalah2 kes. masy

  • Rancangan Penelitian Survey AnalitikAdl survei/penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. LALU melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko dengan efek..Faktor efek adalah: Suatu akibat dari adanya faktor risikoFaktor risiko adalah: suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh)ex: -Merokok, faktor risiko tjdnya peny. kanker paru2 (efek) -Hipertensi, salah satu faktor risiko peny jantung (efek). Dibedakan dalam 3 jenis rancangan penelitian -Cross Sectional -Case Control- Cohort

  • Rancangan Penelitian Cross Sectional (transversal)Mrp penelitian epidemiologi yang paling sering dilakukan. Paling lemah diantara penelitian analitik yang lain-- krn penelitian CS secara metodologik merupakan penelitian yang paling mudah dan sederhana. Tidak dijumpai hambatan yang berupa pembatasan-pembatasan ttt, terutama yang berkaitan dengan subyek penelitian, sebagaimana pada penelitian analitik yang lain.Perlu pemahaman /pengertian dasar ttg: agen, faktor risiko,dan efek , karena 3 hal ini mrp obyek sentral pada penelitian2 analitik.

  • Lanjutan .. -- Faktor risiko- Adalah faktor2 atau keadaan2 yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit/status kesehatan ttt. (mempengaruhi mengandung pengertian menimbulkan risiko lebih besar pd individu/masyarakat u/ terjangkitnya suatu penyakit / terjadinya status kesehatan ttt.

    - Mungkin baru dalam taraf dugaan, perkiraan/memang sudah dibuktikan kebenarannya.

    - Pada tingkat individu dikenal 2 macam faktor risiko, yaitu: a. Faktor risiko yang berasal dari dalam diri organisme (faktor risiko intrinsik) b. Faktor risiko yang berasal dari lingkungan (faktor risiko ekstrinsik)

  • Lanjutan .. Faktor risiko Intrinsik -Adl berupa tingkatan suseptibilitas individu thd suatu peny. -Individu yang suseptibel thd suatu penyakit berarti lebih peka atau lebih mudah terjangkit penyakit ttt. -Keadaan suseptibel dipengaruhi f. genetik + f. Lingk. - Contoh:1. Keadaan yang berkaitan dengan faktor genetik, baik yang berkaitan dengan jelas maupun yang berkaitan dengan jelas maupun yang masih samar,misalnya suseptibilitas ras negroid terhadap tuberkulosis lebih tinggi daripada ras kaukasoid.

  • Lanjutan .. 2. Faktor jenis kelamin dan usia. Dikenal penyakit2 ttt yang cenderung diderita o/ individu dgn jenis kelamin/usia ttt.3. Faktor2 anatomi/faali tertentu. Dikenal bagian2 tubuh ttt (kulit/mukosa, misalnya) yg relatif tidak permiabel thd banyak agen infeksi (mikroorganisme ), tetapi thd agen yang bersifat fisik (Trauma) amat peka.4. Faktor nutrisi Misalnya: - Malnutrisi meningkatkan suseptibilitas individu thd peny infeksi, - Sebaliknya over weight meningkatkan risiko terserang bencana serebrovasekuler.Faktor 1, 2,3 (faktor predisposisi) sedangkan faktor 4 (faktor predileksi).

  • Lanjutan .. Faktor risiko Ekstrinsik -Adl faktor2 lingk yg memudahkan individu terjangkit suatu penyakit. -Berdasar ujud keadaannya, berupa keadaan fisik, kimiawi, biologik, psikologik, maupun sosial-budaya. - Ada 2 mekanisme bagaimana faktor ekstrinsik ini mempengaruhi keterjangkitan individu oleh penyakit, yi:1. Meningkatkan suseptibilitas individu, atau2. Mempengaruhi atau merupakan exposure agen penyakit.

  • Lanjutan .. Agen penyakit:- Adalah substansi, organisme, atau kondisi lingkungan yang beraksi secara langsung pd individu shg individu jatuh sakit.- Merupakan faktor yang harus ada untuk terjadinya suatu penyakit, atau causa prima. - Agen bersifat tunggal (hampir semua penyakit infeksi) , sementara yang ganda (penyebab kanker). .

  • Aplikasi metodologi dari faktor2 risiko tsb dalam penelitian adl:- Efek selalu merupakan variabel tergantung (var .terikat)- Faktor risiko dapat merupakan variabel bebas (a) variabel perantara (b) variabel pendahulu (c) atau variabel prakondisi (d)

    Skema hub Agen, FR dan organisme

    FAKTOR RISIKO:

    EKSTERNAL INTERNAL

    (Kepekaan)

    ORGANISMEAGEN

    SAKIT

    AGEN

  • Skematis korelasi antar FR dengan efekKorelasi diatas perlu diperhatikan oleh peneliti dalam pengembangan rancangannya sejak dari pemilihan subjek, pengelompokan subjek sampai analisis hasilnya.

    EFEK

    FR (a)

    FR (b)

    EFEK

    FR (a)

    FR (c)

    EFEK

    FR (a)

    FR (d)

    EFEK

    FR (a)

  • Pengertian dasar rancangan cross sectionaladalah penelitian non eksperimental dalam rangka mempelajari dinamika korelasi-antara faktor2 risiko dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan ttt, dengan model pendekatan point time. Variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada saat yang sama. Pengertian saat yang sama disini bukan berarti pada satu saat observasi dilakukan pada semua subyek untuk semua variabel, tetapi tiap subyek hanya diobservasi satu kali saja, dan faktor risiko serta efek diukur menurut keadaan atau status waktu diobservasi.

  • Skema Rancangan Penelitian Cross Sectional

    POPULASI (sampel)

    AGEN

    FR (-)

    FR (+)

    FR (-)

    FR (-)

    FR (+)

    FR (+)

  • Langkah-langkah esensial dalam rancangan penelitian Cross SectionalMengidentifikasi variabel-variabel penelitian: mana faktor risiko, mana efek, mana faktor risiko yang tidak dipelajari efeknya, sehingga perlu dikendalikan pengaruhnya.Menentapkan subyek penelitian, dengan memperhatikan atau mengusahakan variabilitas yang besar pada faktor risiko yg dipelajari , dan mengusahakan variabilitas minimum pada faktor yang tidak dipelajari (variabel luar atau variabel kontrol).Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor risiko dan efek sekaligus pada saat yang sama, menurut status keadaan variabel pada saat itu.Melakukan analisis korelasi atau perbedaan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi.

  • Tahapan Kegiatan Rancangan Cross SectionalContoh Gambaran tahapan penelitian CS :Suatu penelitian mencoba menetapkan hubungan antara tingkat pendidikan, status ekonomi orang tua dan sanitasi lingkungan dengan status gizi dan angka diare anak balita. - Penelitian tsb direncanakan dengan rancangan CS.- Hal2 apa yg perlu dipersiapkan & dilakukan peneliti?

  • Lanjutan tahapan..Pertama , melakukan identifikasi variabel2 penelitian, dari contoh diatas , ada berbagai macam kemungkinan, yaitu:A: tingkat pendidikanB: Status ekonomiC : sanitasi lingkunganD: Status gizi anakE : Angka diare anak

    A

    A

    D

    D

    B

    C

    E

    C

    B

    E

    (I )

    ( II )

    A

    C

    E

    D

    B

    (III )

  • LanjutanModel korelasi (I) : A, B, dan C adl variabel2 bebas, sementara D dan E adalah variabel tergantung.Model (II) : A dan B adalah variabel bebas, C adalah variabel perantara,sementara D dan E adalah variabel tergantung.Model (III) berbeda lagi, yaitu A adalah variabel pendahulu , disamping berlaku sebagai variabel prakondisi bagi bekerjanya variabel B. B adalah variabel bebas, C dan E adalah variabel-variabel perantara, sementara D variabel tergantung.Model mana yang paling tepat untuk dipilih , tergantung pada landasan teori yang digunakan peneliti dalam mengembangkan hipotesis yang diajukan. Hal yang jelas adalah bahwa bagan tsb akan mempengaruhi cara pengelompokan subjek dan analisis hasil penelitian.Masih dalam rangka langkah pertama ini, perlu diidentifikasi pula variabel-variabel luar, misalnya ; adanya fasilitas pelayanan kesehatan, kebiasaan makan dsb yang berpengaruh pada variabel tergantung (status gizi dan angka diarre)

  • LanjutanKedua, ialah melakukan identifikasi subjek penelitian. Maksudnya apakah, dikaitkan dengan tujuan penelitian, akan diambil subjek2 dari daerah ttt, seberapa luas batas populasi - Selanjutnya , perlu ditetapkan apakah seluruh subjek dalam populasi akan diteliti atau perlu sampelnya saja. - Kalau sampel, teknik pemilihan sampel apa yang tepat digunakan dan berapa besarnya?- Dalam penetapan langkah identifikasi subjek dan teknik pemilihan sampel ini perlu diupayakan bahwa variabel yang diperhitungkan (baik bebas, tergantung, pendahulu, dsb/ diupayakan yang besar variasinya, sementara untuk variabel luar diupayakan yang minimum variasinya)Hal ini akan lebih mudah diupayakan kalau penelitian bersifat murni untuk menganalisis faktor-faktor diatas, sehingga tidak ada keterikatan dengan tempat ttt. Untuk ini pemahaman peneliti tentang keadaan populasi yang akan diteliti amat menentukan.

  • LanjutanKetiga, melaksanakan observasi atau pengukuran terhadap variabel yang merupakan efek maupun variabel yang merupakan faktor risiko. Keempat, melakukan analisis hasil.- Setelah dilakukan penyekalaan dan pengelompokan data penelitian yang diperoleh pada langkah sebelumnya, kemudian dilakukan analisis.- Analisis ini dapat berupa suatu uji statistik dalam rangka pembuktian kebenaran hipotesis ,ataupun suatu analisis deskriptif dalam rangka mengetahui angka-angka yang mencerminkan kontribusi faktor risiko tersebut risiko relatif. Pemilihan uji statistik dalam rangka pembuktian kebenaran hipotesis tergantung pada: a. Tingkat pengukuran (level of measurement) variabel yang dihadapi, dan b. Kedudukan (time ordering) satu variabel terhadap lainnya.

  • ANGKA RISIKO RELATIF PADA RANCANGAN CSAngka risiko dalam kaitan ini ialah kemungkinan timbul atau berkembangnya suatu efek atau penyakit dihubungkan dengan faktor risiko ttt. Risiko ini dicerminkan oleh kasus-kasus baru dalam populasi ttt pada periode waktu ttt.Dikenal 2 macam risiko yaitu risiko absolut dan risiko relatif. Risiko Absolut (RA) dapat diformulasikan dengan rumus:

    RA = 0 : berarti tidak ada kasus

    RA = 1 ; berarti semua subjek menjadi sakit

    Jumlah Kasus baru

    RA= ------------------------- (=0 (1)

    Jumlah seluruh subjek

  • Lanjutan angka RR.Risiko relatif (RR) lebih bersifat informatif oleh karena dikaitkan dengan exposure faktor risiko ttt,dan sekaligus dibandingkan dengan kelompok non exposure. RR1: Benar-benar sebagai faktor risiko untuk timbulnya penyakit ttt. Misalnya: RR otitis media akut terhadap menurunnya pendengaran adalah lebih dari 3. Dalam hal ini berarti otitis merupakan faktor risiko yang amat kuat untuk terjadinya penurunan pendengaran.

  • Lanjutan angka RR.Perhitungan RR tidak sama untuk satu rancangan penelitian epidemiologik dengan rancangan epidemiologik yang lain. Untuk rancangan penelitian CS besar risiko relatif dicerminkan dengan angka rasio prevalensi (prevalence ratio, RP).RP adalah jumlah subjek dengan efek positif (prevalensi penyakit) pada semua subjek dengan faktor risiko positif dibagi jumlah subjek dengan efek positif pada semua subjek dengan faktor risiko negatif. RP adalah angka yang menggambarkan prevalensi dari suatu penyakit dalam populasi yang berkaitan dengan faktor risiko yang dipelajari, atau yang timbul sebagai akibat faktor risiko ttt.Untuk menghitung besar rasio prevalensi terlebih dahulu diingtakan kembali skema rancangan CS seperti terlihat pada halaman berikut.

  • Lanjutan angka RR.Untuk menghitung besar rasio prevalensi terlebih dahulu harus diingatkan kembali skema rancangan CS sbb:Dari rancangan CS akhirnya diperoleh 4 kelompok subjek, yaitu :Subjek dengan faktor risiko dan efek positifSubjek dengan faktor risiko positif dan efek negatifSubjek dengan faktor risiko negatif dan efek positifSubjek dengan faktor risiko dan efek negatif.

    (A)

    (B)

    (C)

    (D)

    POPULASI (sampel)

    AGEN

    FR (-)

    FR (+)

    FR (-)

    FR (-)

    FR (+)

    FR (+)

  • Lanjutan angka RR.Dari skema tsb besar rasio prevalensinya rancangan CS dapat diformulasikan dengan rumus sbb:

    ACRP = :( A + B ) ( C + D )

  • Keunggulan dan Keterbatasan Rancangan CSKeunggulan: 1. Mudah dilaksanakan karena ekonomis dari segi waktu, hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.2. Banyak variabel, baik berupa faktor risiko maupun efek yang dapat dieksplorasi dan dipelajari korelasi atau pengaruhnya.

    Keterbatasan :1. Dibutuhkan subjek penelitian yang besar, apalagi bila variabel yang dipelajari banyak.2. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara lebih akurat.3. Faktor risiko kadang-kadang sulit diukur dengan akurat4. Tidak valid utk meramalkan suatu kecenderungan (nilai prognostiknya lemah)5. Kesimpulan korelasi faktor risiko dengan efek paling lemah dibanding dua rancangan epidemiologik yang lain.

  • Rancangan Penelitian Case Control (retrospektif) Mrpk penelitian epidemiologik non eksperimental yang lebih maju dibanding penelitian CS. Langkah kemajuan rancangan CC adalah : digunakannya kelompok subjek kontrol, sehingga hasil korelasi yang diperoleh bersifat lebih tajam. Istilah Case & Control sendiri sudah menunjukkan bahwa , terhadap tiap kasus , yaitu subjek dengan atribut efek positif dicarikan kontrolnya yaitu subjek dengan atribut efek negatif.

  • Pengertian Dasar Rancangan Penelitian Case ControlPenjelasan tentang dinamika korelasi faktor2 risiko dan efek untuk rancangan CC ini sama dengan apa yang telah diuraikan pada bagian awal rancangan CS. Perbedaan yang ada adalah yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari, yaitu menggunakan pendekatan retrospektif. Maksud pendekatan retrospektif adalah bahwa efek diidentifikasi lebih dahulu, baru kemudian faktor risiko dipelajari secara retrospektif. Dengan ungkapan lain , efek baik berupa penyakit atau status kesehatan ttt, diidentifikasi pada masa kini, sementara faktor risiko (kausa) diidentifikasi adanya pada masa lalu.

  • Skema Rancangan Penelitian Case Control

    Retrospektif

    MATCHING

    Retrospektif

    EFEK (+)

    EFEK (+) =KASUS

    EFEK (-)

    POPULASI (SAMPEL)

    EFEK (+)

    EFEK (-) =KONTROLUS

    =KASUS

    EFEK (-)

  • Lanjutan.Pada rancangan CC jumlah faktor risiko yang dipelajari dapat dibatasi. Keterbatasan jumlah faktor risiko ini akan meningkatkan potensi rancangan ini dalam mengeksplorasi korelasi antara faktor risiko dengan efek. Hal inilah yang melatar belakangi mengapa rancangan CC mempunyai validitas yang lebih tinggi dari dapat rancangan CS dalam mempelajari etiologi atau perkembangan suatu penyakit. Seperti terlihat pada skema, pembatasan faktor risiko tsb dilakukan dengan teknik matching, yaitu pemilihan subjek-subjek kontrol yang sama dengan subjek2 kasus untuk faktor2 risiko yang akan dikendalikan.

  • Tahapan Kegiatan Rancangan Case ControlIdentifikasi variabel2 penelitian (faktor2 risiko & efek)Penentapan subjek penelitian (populasi dan sampel)Identifikasi kasusPemilihan subjek kontrolMelakukan pengukuran retrospektif, danMelakukan analisis hasil.

  • Lanjutan.Contoh: Akan diteliti hubungan antara kelahiran BBLR dengan kebiasaan merokok waktu hamil. Misalnya telah diketahui bahwa faktor2 usia, paritas ibu, ante natal care (ANC) merupakan faktor yang berpengaruh pada BBLR tsb, baik secara positif maupun negatif. - Langkah-langkah yang dilakukan untuk meneliti hubungan diatas dengan menggunakan rancangan CC adalah sbb:

  • Lanjutan tahapan..Pertama , dilakukan identifikasi variabel2 penelitian dan menyusun kedudukan masing-masing dalam time ordering. Dari contoh diatas berarti:- Variabel tergantung (efek) : kelahiran dengan berat bayi rendah.- Variabel bebas (faktor risiko) yang dipelajari : kebiasaan merokok waktu hamil- Variabel bebas (faktor risiko) yang dikendalikan : paritas, usia dan ANC.- Penetapan variabel-variabel diatas meliputi juga penetapan definisi operasionalnya. Misal: Berapa batas BBLR itu? Bagaimana pengukuran kebiasaan merokoknya dan bagaimana penyekalaannya? Kalau diadakan penyekalaan perokok berat, sedang dan ringan misalnya, bagaimana kriteria masing-masing, berapa batang sehari?

  • Lanjutan tahapan..Langkah kedua, menetapkan populasi penelitian. - Penetapan populasi dilakukan sesuai dgn prosedur.- Selanjutnya, apakah seluruh populasi akan diteliti atau akan diambil sampelnya, tergantung pd pertimbangan perkiraan jumlah kasus yang akan dipelajari. - Dalam hal jumlah kasus diperkirakan sedikit, maka penelitian seluruh populasi tidak dapat dihindari. Kalau sampel, bagaimana teknik pemilihannya,berapa besarnya?

  • Lanjutan tahapan.. - Berbeda dgn rancangan CS, penetapan subjek penelitian pd rancangan CC tidak perlu terlalu memperhatikan maksimasi variabilitas faktor risiko yang dipelajari & minimasi variabilitas faktor risiko yang tidak dipelajari. Hal itu tidak perlu diperhatikan krn faktor risiko dikendalikan dengan matching.- Dengan contoh diatas misalnya, populasi diambil dari Desa Sukamaju periode kelahiran awal 2010 sampai dengan akhir 2012. Karena diperkirakan jumlah kasus sedikit, diputuskan meneliti seluruh populasi.

  • Lanjutan tahapan..Langkah ketiga, melakukan identifikasi kasus. - Kasus diperoleh secara langsung pada populasi atau sampel yang telah ditetapkan diatas. - Kasus : subjek2 yg mempunyai kriteria efek positif.- Dalam contoh diatas, berarti perlu dilakukan Case finding thd tiap kelahiran dengan BBLR di desa Sukamaju pd periode 2010-2012. Jadi, kasus pada contoh diatas: ibu yang melahirkan dengan BBLR di desa sukamaju , antara tahun 2010-2012.

  • Lanjutan tahapan..Pada penelitian/penyakit lain, kasus dpt diperoleh dari penderita yang berobat atau dirawat dirumah sakit, tergantung pada penetapan populasi penelitian yang diinginkan peneliti. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah perlunya kecermatan dalam penetapan subjek kasus ini , terutama bila berhadapan dengan jenis penyakit yang diagnosisnya tidak mudah. Bila keadaan memungkinkan penggunaan metode dan alat diagnosis yang lebih canggih termasuk pemeriksaan laboratorium, merupakan upaya peningkatan metodologik yang disarankan. Oleh karena disadari, kesalahan dalam menetapkan subjek kasus ini (positif palsu) akan berakibat kesalahan pada seluruh hasil penelitian.

  • Lanjutan tahapan..Langkah keempat, melakukan pemilihan kontrol. - Subyek kontrol dipilih dari populasi atau sampel penelitian sebagaimana subyek kasus diambil. - Untuk ini maka variabel bebas yang merupakan faktor risiko yang akan dikendalikan dijadikan faktor yang diimbangkan (dimatch). - Secara praktis, dari contoh diatas, tiap kali ditemukan subjek kasus dengan kriteria usia, paritas dan status ANC ttt, dicari seorang subjek kontrol, subjek dengan kriteria efek negatif yaitu ibu yang melahirkan dengan berat bayi normal dengan usia, paritas dan status ANC yang sama.

  • Lanjutan tahapan..Dari uraian di atas diketahui bahwa pada akhirnya antara kelompok subjek kasus dengan kelompok subjek kontrol akan ada perimbangan mengenai keadaan variabel-variabel luar, atau variabel bebas yang merupakan faktor risiko yang tidak dikehendaki pengaruhnya pada efek (kelahiran dengan BBLR).Pemilihan subjek kontrol ini akan mengalami kesulitan bila banyak faktor risiko yang harus dikendalikan, apalagi bila subjek penelitiannya sendiri juga terbatas. Untuk mengatasi hal ini, maka satu atau dua faktor risiko yang semula akan dikendalikan pengaruhnya tsb dimasukkan sebagai faktor risiko yang dipelajari, dengan dilakukan penyekoran, untuk kemudian diperhitungkan atau dikendalikan pengaruhnya terhadap efek dengan analisis statistik.

  • Lanjutan tahapan..Langkah kelima, melakukan identifikasi retrospektif terhadap ada/ tidak adanya faktor risiko yang dipelajari pada kedua kelompok subjek penelitian tersebut. - Dengan contoh diatas, berarti mencari keterangan tentang apakah subjek penelitian pada waktu hamil yang terakhir merokok atau tidak, dan kalau merokok seberapa berat : perokok ringan, sedang, atau berat.- Seorang peneliti dapat mendapatkan informasi ttg faktor risiko di masa lalu ini, dengan 2 jalan , yi: a. Dengan melakukan anamnesa/wawancara pada subjek penelitian/keluarga dekatnya atau, b. Dengan melihat catatan tentang subjek, misalnya untuk penyakit2 ttt.

  • Lanjutan tahapan..Seberapa jauh hasil pengukuran retrospektif ini memenuhi syarat validitas dan reliabilitas, amat tergantung pada jenis fenomena apa yang menjadi faktor risiko tsb dan cara bagaimana informasi tentang fenomnea tsb diperoleh. Kalau fenomena tetang kemerokokan seperti contoh diatas, tidaklah terlalu sulit untuk diperoleh. Akan tetapi kalau faktor risiko tsb misalnya hipovitaminosis C atau fenomena lain yang sejenis, peneliti akan mengalami kesulitan melakukan eksplorasi. Untuk ini maka rancangan COHORT merupakan pilihan rancangan yang dianjurkan.

  • Lanjutan tahapan..Langkah terakhir, melakukan analisis hasil.

    Sebagaimana pada rancangan CS, analisis data hasil rancangan penelitian CC juga berupa uji statistik dalam rangka pembuktian kebenaran hipotesis (korelasi antara faktor risiko dengan efek) dan analisis deskriptif dalam rangka mengetahui besarnya risiko negatif.

  • Lanjutan tahapan..Untuk pembuktian hipotesis uji statistiknya yang digunakan tergantung pada jenis variabel (level of meaurement) apa yang diperoleh dari pengukuran faktor risiko dan efek diatas, dan bagaimana kedudukannya masing2. Pada umumnya , kalau yang dihadapi adalah variabel berskala nominal atau ordinal (seperti pada contoh merokok diatas), uji perbedaan proporsi dengan teknik chi kuadrat atau yang sejenis merupakan cara analisis yang terpilih.

  • ANGKA RISIKO PADA RANCANGAN CASE CONTROL- Penetapan risiko relatif pd rancangan CC tidak dapat secara langsung,oleh karena pd rancangan ini tidak dipakai populasi tota / sampelnya , sehingga kelompok kasus dan kelompok kontrol tidak representatif menggambarkan populasi. - Risiko relatif untuk rancangan case control dihitung secara tidak langsung, yaitu dengan mencari ODDS RATIO (OR).

  • Lanjutan angka OR.- Untuk menghitung ODDS RATIO ini kita pelajari lagi skema rancangan case control berikut :Dari skema tsb diketahui adanya empat kelompok subjek (A, B, C, dan D) yang merupakan pasangan kombinasi faktor risiko dengan efek.

    (A)

    Retrospektif

    (B)

    MATCHING

    (C)

    Retrospektif

    (D)

    EFEK (+)

    EFEK (+) =KASUS

    EFEK (-)

    POPULASI (SAMPEL)

    EFEK (+)

    EFEK (-) =KONTROLUS

    =KASUS

    EFEK (-)

  • Lanjutan angka RR.

    ODDS RATIO diperoleh dengan rumus: A x D OR = --------- B x C

    Walaupun ODDS Ratio ini tidak menunjukkan secara tepat risiko relatif suatu penyakit, tetapi dalam praktek amat membantu. Oleh karena , apabila insidensi efek (penyakit) yang diselidiki kurang dari 20% pada kedua kelompok dengan exposure faktor risiko, maka besar odds ratio praktis sama dengan besar risiko relatif (RR).

  • Keunggulan dan Keterbatasan Rancangan CCKeunggulan: 1. Tidak menghadapi kendala etik, seperti pada rancangan eksperimental/rancangan cohort.2. Adanya kesamaan kurun waktu antara kelompok kasus dengan lelompok kontrol , dan adanya pembatasan atau pengendalian faktor risiko, shg hasil penelitian lebih tajam3.Tidak diperlukan investasi waktu, dan lebih ekonomis, baik dari terbatasnya subjek, pengukuran maupun aspek teknis yang lain.

  • Keunggulan dan Keterbatasan Rancangan CCKeterbatasan :Tidak dapat diketahui efek variabel luar yang oleh karena keterbatasan teknis tidak ikut terkendali dengan matching.Pengukuran variabel yang retrospektif mempunyai kelemahan, terutama obyektivitas dan realibilitasnya. Sehingga untuk faktor2 risiko yang tidak dapat diperoleh dengan pasti informasinya, baik dengan anamnesis maupun data sekunder, amat riskan untuk diteliti dengan rancangan ini.Bias peenelitian dapat terjadi, oleh karena tidak dapat dilakukan blind measurementKadang-kadang amat sulit untuk melakukan pemilihan kelompok kontrol dengan matching, baik karena banyaknya faktor risiko yang harus dikendalikan, maupun sedikitnya subjek penelitian..

  • Rancangan Penelitian Cohort (prospektif) Mrp penelitian epidemiologic non-eksperimental yang paling powerful dalam mengkaji hubungan antara factor risiko dengan efek atau penyakit.

    Beberapa keunggulan metodologik memungkinkan pengaruh faktor risiko terhadap efek dipelajari secara lebih cermat pada rancangan penelitian cohort dibandingkan dengan dua rancangan sebelumnya.

  • Pengertian Dasar Rancangan Penelitian Cohort (prospektif) Rancangan penelitian cohort adalah rancangan penelitian epidemiologic yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan efek, dengan pendekatan longitudinal ke depan , pendekatan prospektif. Faktor risiko yang dipelajari diidentifikasi dulu, kemudian diikuti secara prospektif timbulnya efek (penyakit atau status kesehatan tertentu).Kesimpulan hasil penelitian diketahui dengan membandingkan proporsi subjek yang menjadi sakit (efek positif) antara kelompok subjek dengan faktor risiko positif (kelompok penelitian) dengan kelompok subjek dengan faktor risiko negatif (kelompok kontrol).

  • Skema Rancangan Penelitian Cohort

    Prospektif

    Prospektif

    POPULASI (SAMPEL)

    FR (+)

    SUBJEK DENGAN

    EFEK NEGATIF

    FR (+)

    FR ( - )

    FR (+)

    FR ( - )

    FR ( - )

  • Lanjutan.Pada rancangan penelitian cohort jumlah faktor risiko yang dipelajari dapat dibatasi. Pembatasan jumlah faktor risiko ini merupakan salah satu hal yang meningkatkan potensi rancangan ini dalam mengeksplorasi korelasi antara factor risiko dengan efek, sehingga merupakan penelitian non eksperimental yang paling valid dalam mengkaji faktor etiologi dan perkembangan suatu penyakit. Faktor lain adalah dapat diikutinya secara longitudinal pengaruh factor risiko tersebut dari satu saat kesaat lain, sehingga gambaran yang lebih jelas tentang pengaruhnya terhadap kejadian efek dapat diketahui secara lebih tepat.

  • Lanjutan.Suatu contoh yang populer rancangan cohort dilakukan oleh Doll dan Hill (1964) mengenai hubungan antara kebiasaan merokok dengan kematian akibat kanker paru, yang diamati pada dokter2 inggris selama periode 7 tahun. Mereka, dengan cara kuesioner, menetapkan factor risiko kemerokokan para dokter,dan didapatkan 25.769 perokok (FR+) dan 5.439 bukan perokok (FR-). Efek , yang berupa kematian oleh kanker paru, diketahui dengan laporan hasil autopsi dan diagnosis patologi anatomi Secara garis besar hasil penelitian Doll dan Hill tersebut dapat dirangkum dalam tabel berikut:

    Jumlah

    Kematian dalam 7 tahun

    Perokok

    25.769

    133 (5,16 permil)

    Bukan Perokok

    5.439

    3 (0,55 permil)

    31.208

    136

  • Tahapan Kegiatan Rancangan CohortIdentifikasi faktor-faktor risiko dan efekPenetapan subjek penelitian (penetapan populasi dan sample)Identifikasi subjek dengan efek negatifPemilihan subjek dengan factor risiko positif dari subjek tersebut dalam butir cPemilhan subjek (kelompok) controlObservasi perkembangan subjek sampai waktu tertentu, untuk kemudian mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok.Analisis hasil

  • Lanjutan.Contoh: Akan diteliti hubungan antara pemakaian alas kaki (sandal) dari bahan kulit gajah dengan terjadinya dermatitis kontak. Diketahui, misalnya factor usia tertentu, penderita asma, dan ras merupakan factor predisposisi untuk kelainan kulit tsb.

    Langkah-langkah yang dikerjakan untuk meneliti hubungan tersbut dengan rancangan cohort adalah sbb:

  • Lanjutan.Langkah pertama, dilakukan identifikasi variabel-variabel penelitian , termasuk menetapkan kedudukan variabel2 tersebut satu dengan yang lain (time ordering). Dengan contoh diatas, dapat diidentifikasi :

    - Variabel tergantung atau efek : dermatitis kontak- Variabel bebas atau factor risiko yang dipelajari : pemakaian alas kaki (sandal) dari kulit gajah,- Variabel bebas yang dikendalikan :usia, penderita asma dan ras.

  • Lanjutan.Langkah kedua , penetapan populasi penelitian. - - Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk penetapan ini sama persis dengan penetapan populasi pada rancangana CC. - Cara yang sama juga dilakukan untuk penetapan cara pemilihan dan besar sampelnya, kalau telah diputuskan bahwa penelitian dilakukan tidak pada seluruh subjek dalam populasi.

  • Lanjutan.- Misalnya kita menetapkan kecamatan Sukamulia sbg populasi penelitian, dengan pertimbangan didaerah tsb banyak diproduksi & digunakan kulit gajah sbg alas kaki & keadaan daerahnya mencerminkan keragaman seperti daerah2 lain di Indonesia.- Kemudian krn batas daerah populasi terlalu luas, maka diputuskan untuk melakukan pemilihan sampel, misalnya dengan cara klaster.- Dari tiap klaster sampel kemudian dapat diidentifikasi calon subjek penelitian seperti yang akan dipilih pada langkah ketiga dan keempat

  • Lanjutan.Langkah ketiga , pemilihan subjek dengan efek negatif.- Dalam contoh diatas berarti semua pemakai sandal di klaster sampel yang terpilih dari kecamatan Sukamulia yang tidak menderita dermatitis kontak. - Pada langkah ini perlu ditekankan pentingnya kecermatan dalam penetapan diderita atau tidaknya suatu penyakit oleh seorang subjek. - Kalau pada rancangan CC ketidakcermatan dapat menimbulkan penetapan positif palsu, maka pada rancangan cohort akan menimbulkan penetapan negatif palsu, yang kedua-duanya akan mengakibatkan penelitian menjadi kurang valid.

  • Lanjutan.Langkah keempat , mengidentifikasi subjek2 penelitian dengan faktor risiko positif dari subjek dengan efek negatif. - Dengan contoh di atas, berarti pd langkah ini peneliti melakukan identifikasi subjek2 pemakai sandal dari kulit gajah dari kelompok subjek yg tidak berpenyakit dermatitis kontak, sebagaimana telah diidentifikasi pd langkah sebelumnya.

  • Lanjutan.Langkah kelima, adalah pemilihan subjek control. - Berdasar skema diatas, bahwa subjek kontrol adl: subjek dengan efek maupun faktor risiko negatif. - Dgn contoh diatas, pada langkah ini, subjek2 kontrol yang dipilih adl individu bukan pemakai sandal dari kulit gajah. - Dan jika diputuskan tanpa matching, berarti seluruh subjek pada klaster sample dari kecamatan Sukamulia dipakai semua. - Akan tetapi, bila diputuskan dengan matching, subjek kontrol yang dipilih hanyalah mereka yang variabel2: usia, kependeritaan asma , dan rasnya sama dengan subjek pemakai sandal dari kulit gajah yang diperoleh pada langkah keempat.

  • Lanjutan.Langkah keenam, mengamati timbulnya efek pd kedua kelompok subjek.- Dalam contoh diatas berarti mengikuti perkembangan sampai terjadinya dermatitis kontak. Ada beberapa pertanyaan yang perlu dikaji, yaitu: a. Berapa lama pengamatan dilakukan? (Tahun, Bulan, dll) b. Bagaimana kalau ada subjek penelitian yg keluar dari pengamatan atau drop out? (cohort tanpa matching, subjek yang hilang dapat diabaikan, cohort dengan matching, subjek yang hilang tersebut perlu dikompensasi dengan mengeluarkan pasangannya, yaitu pasangan pada waktu matching , dari subjek penelitian.) c. Bagaimana cara monitoring dilakukan? (tunggal atau berkala)

  • Lanjutan.Langkah ketujuh, analisis hasil. - Pada dasarnya analisis hasil pada rancangan cohort sama dengan rancangan CC. -Uji perbedaan proporsi subjek dengan efek positif antar kedua kelompok penelitian pada umumnya dilakukan dengan uji chi kuadrat, atau uji yang sejenis.

  • ANGKA RISIKO PADA RANCANGAN COHORT-Ada perbedaan perhitungan dan makna antara angka-angka risiko pada ketiga rancangan surevi epidemiologic.

    - Pada rancangan penelitian CS angka risiko berupa rasio prevalensi, yang mencerminkan prevalensi penyakit dalam suatu populasi berkaitan dengan factor risiko yang dipelajari.

    - Sementara Odds ratio, yang merupakan angka risiko rancangan CC tidak menggambarkan secara pasti risiko relative, hanya mendekati saja.

    - Pada rancangan cohort angka risiko ini berupa risiko relative yang menggambarkan insidensi penyakit dalam populasi sehubungan dengan factor risiko yang dipelajari.

  • Lanjutan

    - Risiko relative (RR) adalah angka kejadian efek atau insidensi penyakit , pada kelompook subjek dengan faktor risiko positif dibagi angka kejadian efek pada kelompok subjek dengan faktor risiko negatif.- Untuk pengukuran RR tsb perlu diingtakan kembali skema rancangan cohort .- Dari skema rancangan tsb didapatkan 4 kelompok subjek, yaitu kelompok (A), (B), (C) dan (D), yang merupakan kombinasi antara factor risiko dengan efek. Perhatikan skema berikut

  • Lanjutan..Dengan melihat skema diatas, RR dapat dihitung dengan rumus: A CRR = -------- + ------------- A+B C+D

    ( A )

    Prospektif

    ( B)

    Prospektif

    ( C )

    ( D )

    FR (+)

    SUBJEK DENGAN

    EFEK NEGATIF

    DARI POPULSI SAMPEL

    FR (+)

    FR ( - )

    FR (+)

    FR ( - )

    FR ( - )

  • Lanjutan- Kalau rumus ini dikenakan pada contoh hasil penelitian Doll dan Hill didepan, akan diperoleh RR sbb:

    Jumlah

    kematian dalam 7 tahun:

    Perokok

    : 25.769

    133 (5,16 permil)

    Bukan Perokok

    : 5.439

    3 (0.55 permil)

    ------------

    --------

    31.208 136

    Dari data tsb diketahui bahwa insidensi kematian kanker paru pada kelompok perokok adalah 5,16 dari tiap 1000 subjek, sementara insidensi kematian kanker paru pada kelompok bukan perokok adalah 0,55 dari tiap 1000 subjek.

  • Lanjutan.

    Dari angka-angka insidensi ini maka RR terjadinya kematian karena kanker paru sehubungan dengan faktor risiko merokok adalah:

    RR = 5,16: 0,55 = 9,38

    Interpretasi RR tsb adalah bahwa kemungkinan terjadinya kematian oleh karena kanker paru pada perokok 9,38 kali lebih besar di bandingkan dengan bukan perokok.

  • Lanjutan.

    Disamping RR pada rancangan cohort juga dapat dihitung Risiko Atributif , yaitu : angka insidensi penyakit pada kelompok subjek dengan factor risiko positif di kurangi angka insidensi penyakit pada kelompok subjek dengan factor risiko negative. Dengan skema rancangan di atas, formulasi rumus RA adalah sbb:

    A C

    RA = ------ - ------

    A+B C+D

    Dengan menggunakan data Doll dan Hill, maka diperoleh RA sebesar:

    RA = 5,16 0,55 = 4,61 tiap 1000 subjek.

  • Keunggulan dan Keterbatasan Rancangan CohortKeunggulan: Ada uniformitas observasi, baik terhadap FR maupun efek dari saat ke saat, juga dimungkinkan penggunaan pengukuran yang baku.Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok sejak awal penelitianDapat secara langsung menetapkan besarnya angka risiko dari satu saat ke saat yang lain.Memungkinkan dilakukannya peningkatan metodologik, seperti dimasukkannya waktu dalam unit analisis subjek, penelitian cohort yang retrospektiof maupun kombinasi dengan eksperimental.

  • LanjutanKeterbatasan: Membutuhkan waktu, sarana dan subjek penelitian yang cukup besar dan membutuhkan pengelolaan yang lebih rancu, sehingga secara ekonomis lebih mahal.Kemungkinan adanya subjek yang DO sehingga cukup mengganggu analisis hasil.Pada jenis penyakit atau tindakan tertentu akan menghadapi kendala etik.

  • Rancangan Penelitian EksperimentalDisebut juga rancangan percobaan, rancangan sebab-akibat yaitu :penelitian yang dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi sebab akibat. Korelasi sebab-akibat ini dipelajari dengan memberikan perlakuan atau manipulasi pada subjek penelitian, untuk kemudian dipelajari efek perlakuan tsb. Dibandingkan dengan rancangan penelitian analitik non-eksperimental, rancangan eksperimental ini mempunyai kapasitas uji korelasi yang paling tinggi.

  • Lanjutan.Pada penelitian CS, CC,dan cohort pengujian hanya sampai pada tingkat ada tidaknya korelasi antara fenomena kausa (factor risiko) dengan fenomena efek (penyakit), sementara kedalaman korelasi sebab-akibat tidak dapat diuji secara empirik.

    Kesimpulan adanya mekanisme sebab-akibat pada penelitian-penelitian non eksperimental hanya sampai pada tingkat dugaan atau dugaan keras, berdasar atas landasan teoritik atau penelaahan logic yang dilakukan peneliti.

  • Pengertian Dasar Rancangan Penelitian EksperimentalInti rancangan penelitian eksperimental adalah adanya manipulasi atau perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian, kemudian efek manipulasi tsb diobservasi.

    Secara klasik rancangan ini diujudkan dalam bentuk penelitian yang membagi subjek penelitian menjadi 2 kelompok yang sama persis keadaannya, satu (1) kelompok diberi perlakuan (kelompok perlakuan, kelompok eksperimental), sementara kelompok lain tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol).

    Efek perlakuan diketahui dengan membandingkan perubahan (perbedaan perubahan) yang terjadi antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.

  • Lanjutan.Dalam rancangan penelitian eksperimental ada 3 ciri esensial yang harus ada , yaitu:a. Manipulasi suatu variabel,b. Memonitor perubahan (efek) pada variable lain,c. Pengendalian pengaruh variabel yang tidak dikehendaki.

    MANIPULASI Variabel eksperimental

    PENGENDALIAN

    Variabel non-eksperimental

    MEMONITOR efek pada variabel tercoba

  • Pembagian Variabel Rancangan Eksperimental1. Variabel tercoba: yaitu variabel yg dipelajari perubahan performancenya (efek) akibat perlakuan pada variable lain. (Disebut juga : V tergantung, V. terpengaruh,efek, dependent variable , criterion variable, post test)2. Variabel eksperimental (disebut juga variable perlakuan) : adalah variable yang dimanipulasi performance-nya untuk dipelajari efeknya pada variable tercoba.Variabel non-eksperimental , yaitu tiap variabel yang diketahui atau secara teoritis mempunyai pengaruh terhadap variabel tercoba, tetapi yang tidak diinginkan pengaruhnya.( Nama lainnya: Variabel luar, variabel pengacau. )- Dikenal 2 macam variabel non eksperimental : a. Variabel terkendali, yaitu variabel luar yang dapat dikendalikan pengaruhnya oleh peneliti. b. Variabel tak terkendali, yaitu variabel yang pengaruhnya tidak dapat dikendalikan.

  • Pendengalian terhadap variabel non eksperimentalDengan rancangan penelitian, yi:Pengendalian yang diupayakan dengan menyamakan kondisi variabel tsb pada subjek-subjek perlakukan dengan subjek-subjek kontrol.Alternatif : Pembatasan subjek, Randomisasi subjek, Matching2. Dengan pengujian statistik Dilakukan jika kesulitan teknik variabel non eksperimental tidak dapat dikendalikan dengan rancangan penelitian di atas.