Download - 1. Pengertian Pengangkutan

Transcript
Page 1: 1. Pengertian Pengangkutan

22

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pengangkutan

Kata “pengangkut” berasal dari kata dasae “angkut” yang memiliki arti

mengangkat dan membawa. Dalam kamus hukum tertulis bahwa, pengangkutan

adalah timbal balik antara pengangkut dam pengirim, dimana pengangkut

mengikatkan diri untuk melakukan pengangkutan barang dan/atau orang dari

suatu ke tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim

memngikatkan diri untuk membayar ongkos angkutan.1

Dalam hal pengangkutan barang, pengangkutan dapat diartikannya yaitu

memindahkan barang-barang produksi dan barang oerdagangan ke tempat

konsumen dan sebaliknya bagi para produsen pengangkutan barang pengangkut

barang memungkinkan mereka memperoleh bahan-bahan yang mereka

perlukan untuk memproduksi barang.

Mengenai definisi pengangkutan secara umum dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Dagang (KUHD) tidak ada, yang ada hanya mengani

pengangkutan laut yang dinyatakan dalam Pasal 466 KUHD dikatakan bahwa :

“Pengangkutan dalam artian bab ini adalah barang siapa

yang baik dengan perjanjian carter menurut waktu atau

carter menurut perjalanan, baik dengan perjanjian lainnya

mengikatkan untuk menyelenggarakan pengangkutan barang

yang seluruhnya barang yang seluruhnya barang atau

sebagian melalui lautan”.2

Kemudian dalam Pasal 521 KUHD menyatakan: “Pengangkutan dalam

artian bab ini adalah barang siapa yang baik dengan carter menurut waktu atau

carter menurut perjalanan baik dengan perjanjian lain mengikatkan dirinya

1Setiawan Widagdo, Kamus Hukum, Penerbit PT. Prestasi Pustaka, Jakarta, 2012, hlm. 413 2R. Subekti, dkk, Kitab UndangUndang hukum Dagang, PT Pradnya Paramita,Jakarta,Cetakan

27,2002, hlm 134

Page 2: 1. Pengertian Pengangkutan

23

untuk menyelenggarakan pengangkutan orang (penumpang) seluruhnya atau

sebagian melalui lautan”.3

Pelaksanaan pengangkutan ini haruslah ada persetujuan terlebih dahulu

dan ada kesepakatan diantara pihak yang bersangkutan, dan tidak terlepas

dengan syarat-syarat perjanjian yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (KUHPer).

Menurut Sution Usman Adji, bahwa pengangkutan adalah : “Sebuah

perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkutan mengikatkan diri untuk

menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang dari tempat tujuan tertentu,

sedangkan pihak lainnya berkeharusan memberikan pembayaran biaya tertentu

untuk pengangkutan tersebut”.4

Sebelum pengangkutan dilaksanakan pada umumnya terjadi suatu

perjanjian antara pihak pengangkut dengan pihak pengirim barang. Perjanjian

pengangkutan pada pembahasan ini adalah perjanjian pengangkutan darat

dengan menggunakan kendaraan bermotor berupa bus yang pada dasarnya sama

dengan perjanjian pada umumnya. Artinya untuk sahnya suatu perjanjian

haruslah memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata

tentang mengikatnya suatu perjanjian. Menurut Pasal 1320 KUHPerdata syarat

sahnya suatu perjanjian adalah :

a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.

c. Suatu hal tertentu.

d. Suatu sebab yang halal.

Kemudian Pasal 1388 KUHPerdata menyatakan :

1. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya.

2. Perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat

kedua belah pihak.

3. Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

3Ibid 4Sutiono UsmanAdji, dkk, “Hukum Pengangkutan Di Indonesia”,Penerbit Rineka Citra,

Bandung,1990, hlm 6

Page 3: 1. Pengertian Pengangkutan

24

Pihak-pihak yang mengadakan perjanjian disini adalah pihak pengangkut

dengan pengirim barang, jadi dapat dikatakan perjanjian pengangkutan pada

dasarnya sama dengan perjanjian pada umumnya, dimana ketentuan dasarnya

seperti yang telah disebutkan di atas.

Dapat disimpulkan bahwa pengangkutan adalah perjanjian pengangkutan

yang dilakukan berupa perjanjian pengangkutan dan perjanjian pengangkutan

pada umumnya yang bersifat tidak tetap atau disebut dengan pelayanan berkala.

Artinya dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan tidak terus menerus

tetapi hanya kadangkala, jika pengirim membutuhkan pengangkutan untuk

mengirim barang.5 Perjanjian yang bersifat pelayanan berkala ini terdapat pada

pasal 1601 KUHPerdata yaitu pada bagian ketentuan umum.

2. Jenis-jenis Pengangkutan

Pengangkutan sebagai sarana untuk mempermudah sampainya seseorang

atau barang disuatu tempat dan dilakukan dengan berbagai cara dan dengan

menempuh perjalanan yang berbeda. Ada yang melalui darat, laut, udara.

Dimana pengangkut berfungsi untuk memindahkan barang atau orang dari suatu

tempat ke tempat lain dengan maksud meningkatkan daya guna adan nilai dari

barang tersebut.

Dimana pengangkutan yang sering digunakan di dalam dunia

pengangkutan terbagi atas 3 jenis pengangkutan yaitu:

1. Pengangkutan Darat

2. Pengangkutan Udara

3. Pengangkutan di Perairan.

Transportasi atau pengangkutan dapat dikelompokan menurut macam

atau jenisnya yang dapat ditinjau dari segi barang yang diangkut, dari segi

geografis transportasi itu berlangsung, dari sudut teknis serta sudut alat

angkutannya. Secara rinci klasifikasi transportasi sebagai berikut :

Dari segi yang diangkut, transportasi meliputi:

1. Angkutan penumpang (passanger)

2. Angkutan barang (goods)

5 Mr. R. Soekardono, Hukum “Dagang Indonesia” Penerbit Soeroeng, Jakarta,1961,hlm 10

Page 4: 1. Pengertian Pengangkutan

25

3. Angkutan pos (mail).

Pengangkutan darat mempunyai ruang lingkup yang luas seperti angkutan

yang dilakukan pada jalan raya serta rel kereta api.6 Dalam undang-undang No.

3 tahun 1965 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya tidak ada pengaturan

hak dan kewajiban mengenai pengangkutan barang maupun penumpang.

3. Objek dan Pihak Dalam Pengangkutan

Sebagaimana yang telah diuraikan pada uraian sebelumnya bahwa

pengangkutan adalah perjanjian timbal balik pengangkut dengan pengirim,

dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan

barang atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat,

sedangkan pihak pengirim mengikatkan diri untuk membayar angkutan.

Agar terlaksananya pengangkutan tersebut dengan baik sesuai dengan

tujuannya, maka dilaksanakan pengangkutan yang diadakan perjanjian antara

pihak pengangkut dengan pihak pengirim barang. Dimana objek pengangkutan

antara lain:

a. Pengangkutan Barang

Dalam pengangkutan barang yang menjadi objek pengangkutan

adalah “barang”. Barang yang dimaksud adalah barang yang sah dan

dilindungi oleh undang-undang.

b. Pengangkutan Orang

Berbeda dengan pengangkutan barang, yang menjadi objek dalam

perjanjian pengangkutan adalah “orang”. Dalam hal perjanjian

pengangkutan orang penyerahan kepada pengangkut tidak ada.

Wiwoho Soedjono menjelaskn bahwa di dalam pengangkutan di laut

terutama mengenai pengangkutan barang, maka perlu diperhatikan adanya

tiga unsur yaitu : pihak pengirim, pihak penerima barang dan barang itu

sendiri.7

Perjanjian pengangkutan barang pihak yang terkait bisa terdiri dari:

6Fardan, Tanggung Jawab Pengangkutan Terhadap Penumpang pada Angkutan Jalan Menurut

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Jurnal Ilmu Hukum Legal opinion,Edisi 1, Volume 1

tahun 2013, h.3

7 Wiwoho Soejono, “Hukum Pengangkutan Indonesia”, Semarang,1999, hlm 28

Page 5: 1. Pengertian Pengangkutan

26

1. Pihak pengangkut (penyedia jasa pengangkutan), yaitu pihak yang

berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak

atas penerimaan pembayaran seperti yang diperjanjikan.

2. Pihak pengirim barang (pengguna jasa angkutan), yaitu pihak yang

berkewajiban untuk membayar ongkos angkutan sesuai yang telah

disepakati dan berhak memperoleh jasa pelayanan angkutan atas barang

yang dikirim.

3. Pihak penerima barang (pengguna jasa angkutan), sama dengan pihak

pengirim namun ada kalanya pihak pengirim barang juga sebagai pihak

penerima barang yang diangkut ketempat tujuan.

4. Fungsi dan Sifat Pengangkutan

Fungsi pengangkutan adalah sangat penting sekali dalam kehidupan

masyarakat, terutama dalam perdagangan, mengingat kegiatan pengangkutan

merupakan sarana memindahkan barang dari produsen ke agen atau grosir dan

selanjutnya samapi ke konsumen dalam hal angkutan barang.

Sedangkan untuk pengangkuta prnumpang (orang), maka pengangkutan

berfungsi untuk memindahkan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain

yang menjadi tujuan. Dengan jasa pengangkutan barang atau penumpang dapat

berpindah-pindah dari tempat asal ke tempat tujuan.

Fungsi pengangkutan itu adalah dengan dilakukannya kegiatan

pengangkutan itu maka barang atau benda yang diangkut itu akan meningkatkan

daya guna maupun nilai ekonomisnya.

Sifat-sifat pengangkutan menurut Pasal 1601 – Pasal 1604 KUHPerdata.

Dapat dikemukakan bahwa pemborong merupakan redaksi Pasal 1601 sendiri,

pihak pemborong harus menciptakan sesuatu tertentu (een bepaald werks tot

stand to brengen) bagi pihak yang memborong (aanbesteder), jadi sebuah

benda baru (gedung, jalan kereta api, dan sebagainya) yang tadinya belum ada,

kenyataannya sukar dapat dipergunakan pada pengangkutan, sama sekali tidak

diperjanjikan perwujudan benda baru, melainkan pengangkut yang baik akan

sekeras-kerasnya berusaha supaya benda muatan yang dipercayakan kepadanya

secara utuh dan lengkap, tidak berubah atau tidak rusak sampai tempat tujuan.

Page 6: 1. Pengertian Pengangkutan

27

Pada umumnya hubungan hukum antara pengangkut dengan pihak

memakainya itu adalah bermacam-macam yaitu sama tinggi, sama rendah atau

kedua belah pihak adalah gecoordineerd. Tidak ada imbangan majikan terhadap

buruh atau imbangan gesubordineerd pada hubungan hukum antara pemakai

pengangkutan dan pengangkut.

Karena sifat perjanjian pengangkutan adalah sebuah perjanjian untuk

melakukan pelayanan berkala (een overeenkomsetot het verrichten van enkelen

diensten). Sesuai dengan Pasal 1601 KUHPerdata, dalam bahasan ini sifat

pengangkutan memindahkan barang dari tempat yang satu ketempat yang lain

dengan mengharapkan upah dari usahanya, dan proses yang dilakukan secara

berkala tidak seperti majikan dan pembantu yang secara terus menerus.

5. Tanggung Jawab Dalam Hukum Pengangkutan

Pengusaha pengangkutan bertanggung jawab atas keselamatan barang,

kelambatan datangnya barang, kerusakan dan kehilangan barang yang diangkut

dengan demikian posisi pengusaha pengangkutan sama dengan pengangkutan

yang dimaksud dalam Pasal 91 KUHD yang berbunyi: “Pengangkut harus

menanggung segala kerusakan yang terjadi pada barang-barang angkutan

lainnya setelah barang itu mereka terima untuk diangkut, kecuali kerusakan-

kerusakan yang diakibatkan karena suatu cacat pada barang itu sendiri karena

keadaan yang memaksa atau karena kesalahan atau kelupaan si pengirim”.

Tanggung jawab dalam hukum pengangkutan diatur dalam Pasal 1236

KUHPerdata menyatakan : “Pengangkut wajib mengganti biaya, rugi dan bunga

yang layak harus diterima bila ia tidak menyerahkan atau tidak merawat

sepantasnya untuk menyelamatkan barang-barang angkutan”.

Pasal 438 ayat 3 KUHD menyatakan : “Ia bertanggung jawab atas

perbuatan dari mereka, yang dikerjakannya dan untuk segala benda yang

dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan tersebut”.

Dalam hukum pengangkutan dikenal tiga prinsip tanggung jawan yaitu :

tanggung jawab karena kesalahan, tanggung jawab karena praduga, dan

tanggung jawab mutlak.8

8 Mr. E Suherman, Op-Cit, Hlm 18

Page 7: 1. Pengertian Pengangkutan

28

1. Tanggung Jawab Karena Kesalahan (foult liability)

Menurut prinsip ini, setiap pengangkut yang melakukan kesalahan

dan penyelenggaran pengangkutan harus bertanggung jawab membayar

segala kerugian yang timbul akibat kesalahannya. Pihal yang menderita

yang menderita kerugian wajib membuktikan kesalahan pengangkut. Beban

pembuktian ada pada pihak yang dirugikan bukan pada pihak pengangkut.

Prinsip ini diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata tentang perbuatan

melawan hukum sebagai aturan umum. Sedangkan aturan khusus

ditentukan dalam undang-undang yang mengatur masing-masing jenis

pengangkutan. Pengertian kerugian yang diderita oleh pengguna jasa tidak

termasuk keuntungan yang diperoleh ataupun biaya pelayanan yang sudah

dinikmati.

2. Tanggung Jawab Karena Praduga (presmption liability)

Menurut prinsip ini, pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab

atas segala kerugian yang timbul dari pengangkut yang diselenggarakan.

Tetapi jika pengangkut dapat membuktikan bahwa dia tidak bersalah, maka

dia dibebaskan dari tanggung jawabmembayar ganti rugi. Yang dimaksud

“tidak bersalah” yaitu tidak melakukan kelalaian, telah berupaya melakukan

tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian atau peristiwa yang

menimbulkan kerugian itu tidak mungkin dihindari.9

KUHD juga menganut prinsip tanggung jawab karena praduga. Hal

ini dapat dipahami dalam Pasal 468 ayat 2 KUHD yang menentukan bahwa

barang yang diangkut itu tidak diserahkan sebagian atau seluruhnya atau

rusaknya, pengangkut bertanggung jawab mengganti kerugian kepada

pengirim kecuali jika ia dapat membuktikan bahwa tidak diserahkan sebagai

atau seluruh atau rusaknya barang itu karena peristiwa yang tidak dapat

dicegah atau tidak dapat dihindari.

3. Tanggung Jawab Mutlak (absolute liability)

Menurut prinsip ini, pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap

kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa

9 Mr. E. Suherman, Op-Cit, hlm 23

Page 8: 1. Pengertian Pengangkutan

29

keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. Prinsip ini tidak

mengenal beban pembuktian unsur kesalahan tak perlu dipersoalkan.

Pengangkut tidak mungkin bebas dari tanggung jawab dengan alasan

apapun yang menimbulkan kerugian itu. Prinsip ini dapat dirumuskan

dengan kalimat pengangkut bertanggung jawab atas setiap kerugian yang

timbul karena peristiwa apapun dalam menyelenggarakan pengangkutan.

Dalam perundang-undangan mengenai pengangkutan ternyata prinsip

tanggung jawab mutlak diatur. Hal ini tidak diatur mungkin karena alasan

bahwa pengangkut berusaha di bidang jasa angkutan tidak perlu dibebani

dengan resiko yang terlalu berat. Namun tidak berarti bahwa pihak-pihak

tidak boleh saja menjanjikan penggunaan prinsip ini untuk kepentingan

praktis penyelesaian tanggung jawab, berdasarkan asas kebebasan

berkontrak. Jika prinsip itu digunakan maka di dalam perjanjian

pengangkutan harus dinyatakan dengan tegas, misalnya pada dokumen

pengangkutan.

Pengusaha angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang

diderita oleh penumpang, dan pengirim barang karena kelalaiannya dalam

melaksanakan pelayanan angkutan (Pasal 45 ayat 1) UULAJR.

Dalam pelaksaan angkutan, keselamatan penumpang atau barang

yang diangkut pada dasarnya berada dalam tanggung jawab pengusaha

angkutan.10 Dengan demikian, sudah sepatutnya apabila kepada pengusaha

angkutan dibebankan tanggung jawab terhadap setiap kerugian yang di

derita oleh penumpang atau pengirim barang yang timbul karena

pengangkutan yang dilakukannya.

Tanggung jawab pengusaha angkutan umum terhadap pemilik barang

(pengirim) dimulai sejak barang diterima untuk diangkut sampai

diserahkannya barang kepada pengirim atau penerima (Pasal 46 ayat 3 dan

4 UULAJR). Besarnya ganti rugi adalah sebesar kerugian yang secara nyata

ini adalah ketentuan undang-undang yang tidak boleh disimpangi oleh

pengangkut melalui ketentuan perjanjian yang menguntungkannya karena

10 Mr. E. Suherman, Op-cit, hlm 25

Page 9: 1. Pengertian Pengangkutan

30

ketentuan ini bersifat memaksa (dwingendrecht). Tidak termasuk dalam

pengertian kerugian secara nyata diderita dantara lain:

1. Keuntungan yang diharapkan dapat terpenuhi.

2. Biaya atas layanan yang telah dinikmati.

6. Perjanjian Pengangkutan dan Hak serta Kewajiban Para Pihak

Pada pokok bahasan ini penulis akan menguraikan dua konsep yaitu

mengenai perjanjian pengangkutan dan konsep mengenai hak dan kewajiban

para pihak dalam angkutan darat.

1. Perjanjian Pengangkutan

Untuk menyelenggarakan pengangkutan, maka terlebih dahulu ada

perjanjian antara pengangkut dan pengirim, perjanjian pengangkutan adalah

persetujuan dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan

pengangkutan penumpang atau barang dari suatu tempat ke tempat tujuan

tertentu dengan selamat dan pengirim mengikatkan diri untuk membayar

biaya angkutan.11

Perjanjian pengangkutan selalu digunakan secara lisan tetap didukung

oleh dokumen pengangkutan yang membuktikan bahwa perjanjian sudah

terjadi.

Dalam perjanjian pengangkutan, kedudukan para pihak yaitu

pengirim dan pengangkut sama tinggi, yakni tidak seperti dalam perjanjian

perburuhan, dimana para pihak tidak sama tinggi, yakni majikan

mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada buruh. Kedudukan para pihak

dalam perjanjian perburuhan ini disebut kedudukan subordinasi

(gesubordineerd), sedangkan kedudukan para pihak dalam perjanjian

pengangkutan adalah sama tinggi atau kedudukan koordinasi

(gecoordineerd).

Dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan, hubungan kerja

anatara pengirim dan pengangkut tidak harus terus menerus, tetapi hanya

kadang kala, jika pengirim membutuhkan pengangkutan untuk mengirim

barang. Hubungan semacam ini disebut “pelayanan berkala” sebab

11Abdul Kadir Muhammad, “Hukum pengangkutan Niaga”, Penerbit PT Citra Aditya, Bandung,

1998, hlm 35

Page 10: 1. Pengertian Pengangkutan

31

pelayanan ini tidak bersifat tetap, hanya kadang kala saja, bila pengirim

membutuhkan pengangkutan, perjanjian berkala ini diatur dalam Pasal 1601

KUHPerdata.

Dalam undang-undang ditentukan bahwa pengangkut baru

diselenggarakan setelah biaya. Angkutan dibayar terlebih dahulu, tetapi

disamping ketentuan undang-undang juga berlaku kebiasaan masyarakat

yang dapat membayar biaya angkutan, kemudian perjanjian pengangkutan

biasanya meliputi kegiatan pengangkutan dalam arti luas yaitu kegiatan

memuat, membawa dan menurunkan atau membongkar barang.

Pengangkutan dalam arti luas ini erat hubungannya dengan tanggung jawab

pengangkut apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian. Artinya

tanggung jawab pengangkut mulai berjalan sejak penumpang atau barang

dimuat dalam alat pengangkut sampai barang dibongkar dari alat

pengangkut atau kemudian diserahkan kepada penerima.

Tanggung jawab dapat diketahui dari kewajiban yang telah ditetapkan

dalam perjanjian atau undang-undang. Kewajiban pengangkutan adalah

menyelenggarakan pengangkutan. Kewajiban ini mengikat sejak

penumpang atau pengirim melunasi biaya angkut.

Apabila penumpang mengalami kecelakaan ketika naik alat

pengangkut atau selama dangkut, atau ketika turun dari alat pengangkut

bertanggung jawab membayar segala kerugian yang timbul akibat

kecelakaan yang terjadi itu. Demikian juga halnya pada pengangkutan

barang, pengangkut bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul

akibat peristiwa yang terjadi dalam proses pengangkutan sejak pemuatan

sampai pembongkaran barang ditempat tujuan. Beda dengan barang bawaan

yang barang bawaan tersebut dapat diberikan ganti kerugiannya apabila

terjadi masalah.12

Tetapi tanggung jawab pengangkut ini dibatasi oleh undang-undang.

Dalam undang-undang ditentukan bahwa pengangkut bertanggung jawab

terhadap segala kerugian yang timbul akibat kesalahan, kecuali :

a. Keadaan memaksa (force majeur)

12 Ibid

Page 11: 1. Pengertian Pengangkutan

32

b. Cacat barang itu sendiri

c. Kesalahan dan kelalaian pengirim atau pemilik barang.

Menurut Purwostjipto perjanjian pengangkutan adalah perjanjian

timbal balik antara pengangkut dengan pengirim. Dimana pihak pengangkut

mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau dari

satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pihak

pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.13

Menurut R. Soekardono, bahwa perjanjian pengangkutan adalah

sebuah perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri

untuk menyelenggarakan pengangkutan ke tempat tujuan tertentu, pihak

lainnya (pengirim) berkewajiban untuk membayar biaya tertentu untuk

pengangkutan.14

Kemudian ada kelompok yang menyatakan bahwa perjanjian

pengangkutan suatu perjanjian untuk melakukan pekerjaan.15 Purwosutjipto

berpendapat bahwa perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian

campuran, karena mempunyai unsur:

a. Pelayanan berkala (Pasal 1601 KUHPer)

b. Unsur penyimpanan, adanya penetapan dalam Pasal 468 ayat 1 KUHD

c. Unsur pemberian kuasa terdapat dalam Pasal 371 ayat 1 KUHD.

2. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Dalam setiap perjanjian, sudah tentu harus ada pihak-pihak yang

mengadakan perjanjian itu. Karena tanpa adanya pihak-pihak tersebut maka

perjanjian pengangkutan, apabila tidak ada pihak yang mengadakan

perjanjian maka perjajian pengangkutan tidak akan lahir.

Sebagaimana yang telah diuraikan diatas bahwa perjanjian

pengangkutan adalah suatu perjanjian timbal balik antara pengangkut

dengan pengirim barang, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk

membayar uang angkutan sebagaimana yang telah diperjanjikan

sebelumnya.

13HMN. Purwosutjipto, Op-Cit, hlm13 14Mr. Soekardono, Op-Cit, hlm 10 15Achmad Ichsan, Hukum Dagang Lembaga Surat-Surat Barharga, Pengangkutan”, Pradnya

Paramita,jakarta, 1981, hlm 409

Page 12: 1. Pengertian Pengangkutan

33

Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa pihak-pihak dalam

perjanjian pengangkutan adalah “pengangkut dan pengirim”. Pengangkut

adalah orang yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan

pengangkutan.16 Sedangkan pengirim adalah orang yang mengikatkan

dirinya untuk membayar uang angkutan sebagai imbaan jasa yang dilakukan

pihak.

Dalam perjanjian pengangkutan ini adakalnya penerima bertindak

sebagai pihak ketiga yang berkepentingan untuk itu, misalnya seseorang

yang mau pindah ketempat lain maka yang bersangkutan perlu mengadakan

perjanjian pengangkutan dengan pihak yang berkecimpung di dalam bidang

pengangkutan untuk mengangkut barang-barang ke tempat yang dituju.

Disini pemilik barang tersebut selain bertindak sebagai penerima, juga

bertindak sebagai pengirim.

Sedangkan kewajiban si pengirim barang adalah membayar uang

angkutan sebesar yang telah diperjanjikan dalam surat muatan. Dan

pembayar uang angkutan ini juga dapat dilakukan oleh si penerima apabila

belum dibayar oleh si pengirim. Ini dapat di ketahui si penerima dalam surat

muatan yang diterimanya, karena dalam surat muatan dicantumkan apakah

uang angkutan sudah dibayar atau belum. Jika uang angkutan belum dibayar

maka penerima berkewajiban untuk membayarnya sebagaimana yang

ditentukan dalam surat muatan.

Jadi dalam hal ini pihak penerima dapat menjadi pihak yang

berkepentingan dalam perjanjian pengangkutan setelah ia menyatakan

kehendaknya untuk menerima barang dan si penerima barang tersebut

berkewajiban untuk membayar uang angkutan barang itu.

Dalam KUHD juga diatur mengenai hak dan kewajiban serta

tanggung jawab dari pada pengangkut atau penyelenggara.

Hak pengangkut atau penyelenggara pengangkutan yang ada dalam

KUHD adalah:

1. Mendapatkan pembayaran atas prestasi yang dilakukan.

16 Sution Usman Adji,dkk, Op-Cit, hlm 6

Page 13: 1. Pengertian Pengangkutan

34

2. Pengangkut berhak atas suatu penggantian kerugian yang dideritakan

karenakan surat menyurat yang diperlukan untuk pengangkut tersebut

tidak diserahkan kepadanya sebagaimana mestinya.(Pasal 478 ayat 1

KUHD).

3. Pengangkut berhak menerima penggantian kerugian yang dideritanya

karena pengiriman telah memberikan keterangan yang salah atau tidak

lengkapnya tentang macam dan sifatnya barang tersebut, kecuali ia tahu

sepatutnya mengetahui akan sifat dan macam-macam barang tersebut

(Pasal 479 ayat 1 KUHD).

Selain adanya hak pada si pengangkut atau penyelenggara,

pengangkut juga mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang diatur

dalam KUHD. Dimana kewajiban dan tanggung jawab pengangkut atau

penyelenggaraan pengangkutan itu adalah:

1. Pengangkut wajib menjaga keselamatan barang yang diangkutnya mulai

saat diterimanya hingga diserahkannya barang tersebut. (Pasal 468 ayat

1 KUHD).

2. Pengangkut wajib mengganti kerugian yang disebabkan karena barang-

barang tersebut seluruhnya atau sebagian tidak dapat diserahkan dan

barang tersebut rusak kecuali apabila si pengangkut dapat membuktikan

bahwa tidak diserahkannya barang atau kerusakan tersebut disebabkan

oleh suatu malapetaka yang tidak dapat dicegah ataupun dihindarkan

atau memang cacat tersebut adalah bawaan dari barang itu atau karena

kesalahan dari si pengirim. (Pasal 468 ayat 2 KUHD).

3. Pengangkut wajib bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan

karena keterlambatan penyerahan barang yang dikirimkan kecuali

apabila si pengangkut dapat membuktikan bahwa keterlambatan

tersebut disebabkan malapetaka yang tidak dapat dicegah ataupun

dihindarkan. (Pasal 447 KUHD).

7.Ganti Kerugian Terhadap Penumpang dan Barang Angkutan

Dalam perjanjian pengangkutan barang dengan kendaraan bermotor

melalui jalan raya, ada kalanya tidak terlaksana dengan baik sebagaimana yang

dikehendaki oleh pihak, sehingga menimbulkan kerugian pihak tersebut.

Page 14: 1. Pengertian Pengangkutan

35

Timbulnya kerugian tersebut dapat terjadi karena suatu keadaan atau

kejadian sehingga menghalangi pengangkut untuk melaksanakan kewajiban.

Kejadian tersebut misalnya karena suatu hal yang tidak dapat dipersalahkan

kepada pengangkut (Overmatch atau keadaan memaksa atau force majeure).

Dalam hal ini kewajiban untuk memikul kerugian akibat dari kejadian

tersebut dinamakan “resiko”. Kerugian juga dapat terjadi karena cacat pada

barang itu sendiri dan juga akibat dari kesalahan atau kealpaan pihak pengirim.

Selain itu kerugian juga dapat ditimbulkan sebagai akibat tidak sempurnanya

pelaksanaan kewajiban dari pihak pengangkut.

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa kewajiban pengangkut adalah

melaksanakan pengangkutan barang mulai dari tempat pemuatan barang sampai

ditempat tujuan dengan selamat serta tepat waktunya. Jika barang yang diangkut

itu selamat, maka akan timbul dua hal, yaitu barang sampai ke tempat tujuan

tetapi rusak sebagian atau seluruhnya dan mungkin barangnya tidak sampai di

tempat (musnah), mungkin disebabkan karena terbakar, dicuri orang dan lain-

lain.

Masalah lain yang sering timbul dalam pengangkutan yaitu tentang waktu

sampai barang di temapt tujuan tidak sesuai dengan perjanjian sebelumnya

sehingga menimbulkan kerugian pada pihak yang punya barang atau pihak

pengirim.

Hal-hal yang dapat digolongkan dengan kemusnahan atau kesalahan

barang yang ditimbulkan diluar kesalahan atau kelalaian pihak pengangkut

dalam perjanjian pengangkutan barang adalah karena memaksa (overmatch

atau force majeure), cacat pada barang itu sendiri yaitu dapat diketahui oleh

pengangkut sebelum pengangkut barang, kesalahan oleh kelalaian pengirim itu

sendiri.

Pemikiran tentang overmatch (keadaan memaksa) terdapat dua aliran

yaitu:

1. Aliran objektif (de objective overmatch leer) atau absolut yaitu debitur

berada dalam keadaan memaksa apabila pemenuhan prestasi itu tidak

mungkin dilaksanakan oleh siapapun juga setiap orang. Dalam ajaran ini

pikiran para sarjana tertuju pada bencana dalam ataupun kecelakaan yang

Page 15: 1. Pengertian Pengangkutan

36

hebat, sehingga dalam keadaan demikian siapapun tidak dapat memenuhi

prestasi, juga barang musnah atau hilang di luar perdagangan. Dianggap

sebagai keadaan memaksa. Misalnya kendaraan bermotor yang mengangkut

tersebut ditimpa longsor tanah ditengah jalan.

2. Aliran subjektif (de subjective overmatch leer) atau relatif, yaitu keadaan

memaksa itu ada apabila debitur masih mungkin melaksanakan prestasi,

tetapi praktis dengan kesukaran atau pengorbanan yang lebih besar,

sehingga dalam keadaan yang demikian itu kreditur tidak dapat menuntut

pelaksanaan prestasi. Misalnya putusnya jalan dan jembatan, sehingga sulit

untuk mengoper barang tersebut karena biaya pengoperannya lebuh mahal

dari keuntungan yang diperoleh.

Terhadap penumpang selama proses angkutan berlangsung, pengemudi

diberikan wewenang dalam Pasal 47 UULAJR untuk menurunkan penumpang

dan barang diangkut di tempat perhentian terdekat, apabila membahayakan

keamanan dan keselamatan angkutan.

Wewenang ini benar dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan

kepatutan antara lain:17

a. Penumpang yang melakukan keributan atau pencurian dalam kendaraan dan

sudah diperingatkan terlebih dahulu.

b. Barang yang diangkut ternyata berbahaya bagi keselamatan angkutan.

c. Barang yang dapat mengganggu penumpang karena bau busuk.

Pengangkut lalai dalam melakukan tugasnya, maka sesuai dengan

ketentuan Pasal 45 UULAJR pengusaha angkutan bertanggung jawab atas

kerugian yang diderita oleh penumpang, pengirim barang, atau pihak ketiga.

Tanggung jawab terhadap pemilik barang dimulai sejak barang diterima

pengirim sampai barang diserahkan kepada penerima ditempat tujuan yang

telah disepakati. Namu pengusaha angkutan umum betanggung jawab atas

kerugian yang timbul apabila ia dapat membuktikan, diantaranya:

1. Peristiwa yang tidak diduga terlebih dahulu (force majeure, Pasal 1244

KUHPerdata).

17Sinta Uli, “Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan Laut,

Angkutan Udara.”Penerbit USU pres 2006, Medan, 2006.

Page 16: 1. Pengertian Pengangkutan

37

2. Cacat pada barang itu sendiri.

3. Kesalahan atau kelalaian pengirim atau ekspeditur (Pasal 91 KUHD).

Berikut diatas merupakan hal yang perlu diperhatikan penumpang

maupun pengirim barang dalam pengangkutan dalam tanggung jawab

pengusaha pengangkutan dalam melaksanakan tugasnya baik terhadap

penumpang maupun barang angkutan.

Page 17: 1. Pengertian Pengangkutan

38

ANALISIS

1. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Pengguna

Jasa Aplikasi Go-Send Dalam Kegiatan Pengangkutan Barang

Berdasarkan Undang-Undang Tentang Lalu Lintas Dan

Pengangkutan Barang.

Dengan pemahaman bahwa perlindungan konsumen mempersoalkan

perlindungan (hukum) yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk

memperoleh barang dan jasa dari kemungkinan timbulnya kerugian karena

penggunaannya, maka hukum perlindungan konsumen dapat dikatakan sebagai

hukum yang mengatur tentang pemberian perlindungan kepada konsumen

dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sebagai konsumen. Dengan demikian,

hukum perlindungan konsumen mengatur hak dan kewajiban konsumen, hak

dan kewajiban produsen pelaku usaha, serta cara-cara mempertahankan hak dan

menjalankan kewajiban itu.

Jika perlindungan konsumen diartikan sebagai segala upaya yang

menjamin adanya kepastian pemenuhan hak-hak konsumen sebagai wujud

perlindungan kepada konsumen, maka hukum perlindungan konsumen tiada

lain adalah hukum yang mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya

perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen.

Dengan menggabungkan uraian di atas, hukum perlindungan dapat di

definisikan :

“Keseluruhan peraturan hukum yang mengatur hak-hak dan

kewajiban-kewajiban konsumen dan produsen yang timbul

dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya, dan

mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya

perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen.”

Sehubungan dengan pengguna jasa aplikasi Go-send dalam Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, memberikan

perlindungan kepada konsumen, antara lain:

Page 18: 1. Pengertian Pengangkutan

39

1. Pasal 4, Hak-hak konsumen sebagai berikut : Hak atas kenyamanan,

keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa. Hak

untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi jaminan yang dijanjikan.

2. Pasal 7, Pelaku usaha dalam menjalankan usahanya harus memiliki itikad

baik, dengan memberi informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

kondisi barang serta memberi penjelasan tentang penggunaannya.

3. Pasal 8, Pelaku usaha dilarang, pengertian dilarang dalam pasal ini

cenderung kepada kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku usaha antara

lain; wajib memasang label dengan menginformasikan komposisi yang

terkandung dalam barang yang diedarkan atau diperdagangkan

informasinya harus disampaikan dalam Bahasa Indonesia.

4. Pasal 19, Tanggung jawab pelaku usaha terhadap kerugian yang diterima

oleh konsumen akibat dari mengkonsumsi barang yang diperdagangkan.

5. Pasal 62, Atas pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha sebagai diatur

dalam pasal 8, pelaku usaha mendapatkan sanksi pidana.

Dari uraian pasal-pasal dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen diatas, dihubungkan dengan perlindungan

hukum bagi konsumen terhadap pengguna jasa aplikasi Go-send.

Angkutan merupakan suatu proses atau gerakan dari suatu tempat ke

tempat lain. Definisi angkutan menurut Pasal 1 Angka (3) Undang-Undang No.

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah perpindahan

orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan

kendaraan di ruang lalu lintas jalan.18 Berdasarkan ulasan tersebut dapat

diartikan bahwa pengangkut mengandung pengertian suatu proses kegiatan

memuat barang atau mengangkut orang, membawa barang atau penumpang

sehingga terjadi perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan

dibantu oleh sarana atau alat transportasi yang disebut kendaraan. Terkait

pengangkutan barang, proses yang terjadi adalah pemindahan barang milik

pengirim dari tempat asal kepada penerima di tempat tujuan yang telah

ditentukan. Dengan demikian, dalam hal ini terdapat tiga komponen dasar

18 Lihat Pasal 1 Angka (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Page 19: 1. Pengertian Pengangkutan

40

dalam pengangkutan barang yaitu: Pengirim, Jasa angkut atau alat angkut, dan

Penerima.

Pengangkutan sebagai sebuah proses kegiatan yang memerlukan alat

pengangkutan untuk mengangkut barang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan

yang ditentukan. Pada umumnya kegiatan pengangkutan di jalan raya

menggunakan kendaraan sebagai alat transportasi atau sarana angkut untuk

membawa ataupun menindahkan barang. Jika kita lihat dalam Pasal 47 ayat (1)

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

memnyebutkan bahwa kendaran terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan

tidak bermotor.

Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh

tenaga manusia dan/atau hewan.19 Sedangkan kendaraan bermotor adalah setiap

kendaraan yang dipergerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain

kendaraan yang berjalan di atas rel. 20 kendaraan bermotor dalam hal ini

dikelompokkan lagi berdasarkan jenisnya, yaitu: sepeda motor, mobil

penumpang, mobil bus, mobil barang, dan kendaraan khusus.21 Dalam hal

pelaksanaan pengangkutan ditujukan untuk menjalankan kegiatan transportasi

umum, maka alat transportasi atau kendaraan yang dipergunakan haruslah alat

transportasi umum atau dengan kata lain dalam undang-undang tersebut diatas

adalah kendaraan bermotor umum.

Seluruh kegiatan pengangkutan dalam suatu negara haruslah

dilaksanakan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku, baik pengangkutan di

darat, laut, maupun udara. Hal ini agar dapat menjamin kepastian dan ketertiban

hukumnya. Sehingga seluruh pelaksaan kegiatan pengangkutan dapat berfungsi

dan bermanfaat dengan baik, serta terwujudnya kegiatan pengangkutan yang

aman, selamat, tertib dan lancar. Begitupun halnya dengan kegiatan

pengangkutan barang di darat yang dilaksanakan melalui layanan Go-send

haruslah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Terdapat beberapa peraturan yang mengatur mengenai pelaksaan

pengangkutan barang melalui layanan Go-send. Dalah satunya adalah Undang-

19 Lihat Pasal 1 angka 9 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 20 Lihat Pasal 1 angka 8 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 21 Lihat Pasal 47 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Page 20: 1. Pengertian Pengangkutan

41

Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Apabila

mengkaji Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan maka terdapat beberapa Pasal yang terkait dengan pelaksanaan

pengangkutan barang, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pasal 137 ayat (3), mengatur bahwa : “Angkutan barang dengan kendaraan

bermotor wajib menggunakan mobil barang”.

2. Pasal 138 ayat (3), mengatur bahwa : “Angkutan umum orang dan/atau

barang hanya dilakukan dengan kendaraan bermotor umum”.

Selain Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terdapat juga

peraturan teknis yang mengatur tentang pengangkutan barang di jalan raya yang

terkait dengan pelaksaan pengangkutan barang melalui Go-send yaitu Peraturan

Pemerintah No. 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan. Dalam Peraturan

Pemerintah ini terdapat Pasal yang memuat ketentuan terkait pengangkutan

barang yaitu sebagai berikut :

1. Pasal 10 ayat (1) mengatur bahwa : “Angkutan barang dengan

menggunakan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

ayat (1) huruf a wajib menggunakan mobil barang .”

2. Pasal 10 ayat (2) mengatur bahwa : “Dalam hal memenuhi syarat teknis,

angkutan barang dengan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dapat menggunakan mobil penumpang, mobil bus, atau sepeda

motor”.

3. Pasal 10 ayat (4) mengatur bahwa : “Persyaratan teknis sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) untuk sepeda motor meliputi” :

a. muatan memiliki lebar tidak melebihi stang kemudi.

b. Tinggi muatan tidak melebihi 900 (sembilan ratus) milimeter dari atas

tempat duduk pengemudi.

c. Barang muatan ditempatkan di belakang pengemudi.

4. Pasal 11 mengatur bahwa : “Angkutan barang dengan menggunakan mobil

penumpang, mobil bus, atau sepeda motor sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 harus memperhatikan faktor keselamatan”.

Di era globalisasi ini hadirlah layanan Go-send sebagai suatu layanan

yang menawarkan jasa untuk memindahkan atau mengangkut barang dari suatu

Page 21: 1. Pengertian Pengangkutan

42

tempat ke tempat tertentu yang menggunakan sepeda motor dan dengan di

pungut tarif atau pembayaran tertentu sebagai biaya angkut. Go-send

merupakan layanan dalam aplikasi Gojek, dimana Gojek adalah sebuah aplikasi

ciptaan PT. GOJEK Indonesia. Dalam menjalankan kegiatan menjalankan

kegiatan pengangkutan PT. GOJEK Indonesia bermitra dengan pengemudi

ojek. Melalui sistem dalam aplikasinya PT. GOJEK Indonesia akan

menghubungkan pengguna jasa ojek (konsumen yang akan megirim barang)

dengan pengemudi ojek.22 Pengemudi ojek akan mengatur atau mengirim

barang milik pengirim dari suatu tempat kepada penerima ditempat tertentu.

Dalam layanan Go-send ini pihak yang melaksanakan kegiatan

pengangkutan adalah pengemudi ojek, sehingga pembayaran sejumlah uang

tertentu sebagai biaya angkut yang harus diserahkan kepada pengemudi ojek.

Sejumlah uang tersebut selanjutnya akan menjadi milik pengemudi ojek.

Namun dengan ketentuan sekian persen akan dibagi dengan PT. GOJEK

Indonesia sebagai komisi telah menghubungkan pengguna jasa ojek dengan

pengemudi ojek melalui aplikasinya.23

Go-send ini melayani pengiriman jasa antar barang, dokumen dengan

cepat, tanpa batas waktu dan jarak dalam satu wilayah. Go-send sangat

membantu dalam segala urusan pengangkutan barang di satu wilayah. Layanan

Go-send ini real time, maksimal barang yang diangkut adalah 20 kg dan

terdapat jaminan asuransi dari Go-jek sebesar 10 juta.24

Go-send sekarang telah menjadi alternatif oleh berbagai pihak untuk jasa

pengiriman barang. Bahkan e-commerce juga membuat Go-send sebagai

pilihan pengiriman barang di toko onlinenya. Bahkan beberapa Online Shop

membuat promo free ongkir untuk pengguna jasa kirim barang via Go-send.

Kita dapat mengecek terlebih dahulu ongkir sebelum melakukan pemesanan

Go-send, dengan masuk ke aplikasi Go-send lalu memasukkan alamat

pengambilan barang, lalu alamat pengirim barang dan isi detail jenis barang lalu

ongkos kirim akan keluar secara otomatis.

22Dikutip dari https://www.go-jek.com/terms, yang diakses tanggal 13 November 2020 23Hasil wawancara dengan M. Imam Setiawan sebagai pengemudi ojek di Salatiga, pada tanggal

14 November 2020 24Dikutip dari https://www.ulihape.com/2017/11/jasa-pengiriman-go-send-go-box.html yang

diakses tanggal 27 November 2020

Page 22: 1. Pengertian Pengangkutan

43

Go-send memiliki beberapa keunggulan yaitu, sebagai berikut:

1. Tarif ongkirnya murah dengan diskon 15% setiap pembayaran

menggunakan gopay

2. Selama barang dalam pengiriman maka konsumen dapat melacak

perjalanan driver

3. Asuransi maksimal 10 juta

4. Tidak ada batas jarak dan waktu

5. Cepat dan aman.

Tidak hanya layanan Go-send saja yang terdapat dalam fitur Go-jek

melainkan ada juga layanan Go-box. Go-box merupakan layanan pengangkutan

barang dengan mobil box, mobil pickup, dan trick engkel. Jasa pengiriman

barang menggunakan kendaraan roda empat untuk pengiriman barang yang

lebih besar. Go-box sangat mempermudah apabila sedang pindahan kos, bisa

juga saat sedang melakukan pindahan rumah, atau dapat juga saat kita sedang

melakukan renovasu rumah dan harus belanja bahan material bangunan bisa

menggunkan fitur Go-box dalam aplikasi Go-jek sesuai dengan kebutuhan

masing-masing. Go-box bukan hanya menerima pesanan personal, melainkan

secara coorporate juga, jadi kalian yang mempunyai bisnis dan belum sampai

tahap logistik bisa terlihat profesional dengan mengandalkan Go-box sebagai

solusi bisnis kalian.

Cara pesannya juga sangat mudah karena masih dalam aplikasi Go-jek,

klik Go-box lalu seperti biasa tentukan alamat penjemputan dan alamat antar

barang, dan kita bisa memilih empat tipe kendaraan bisa yang bak terbuka,

mobil box, truk, atau mobil engkel juga bisa. Harganya juga murah serta

terdapat helper plus asuransinya juga. Estimasi biaya dapat di cek dari website

supaya yakin jika tarif Go-box bersahabat.

Go-box juga memiliki keunggulan, yaitu sebagai berikut:

1. Solusi pindahan rumah dan pengiriman barang besar dalam jumlah banyak

2. Jasa pengiriman barang ukuran 10 kg keatas

3. Ada empat pilihan tipe kendaraan roda empat yang bisa disesuaikan dengan

kebutuhan

4. Asuransi dengan pertanggungan sampai 500 juta

Page 23: 1. Pengertian Pengangkutan

44

5. Cek estimasi ongkos dari website

6. Area pengiriman sampai 15 kota

7. Terdapat shipper/helper

8. Tersedia Go-box bisnis

9. Voucher Go-box yang bisa ditulis sesuai dengan nama sendiri.

Go-send dan Go-box ternyata ada fitur lain yang menyediakan layanan

pengiriman barang oleh aplikasi Go-jek yaitu Go-shop. Fitur Go-shop ini dapat

menyuruh Go-jek belanja barang yang anda inginkan dari sebuah toko. Anda

dapat membayar ongkir dengan tunai dan harga barang langsung ke driver Go-

jek ketika barang sudah sampai dirumah anda. Sangat mudah karena pembeli

tidak perlu transfer uang.

Go-shop dapat juga melayani berbelanja kosmetik, bumbu dapur, barang

elektronik dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Driver siap

mengantarkan segala macam kebutuhan tanpa minimum pembelanjaan dengan

jarak maksimum 25 km. Cara pemesanan dalam Go-shop juga sangat mudah,

dan Go-shop telah didukung fitur chat dalam aplikasi. Saat driver telah

mengambil pesanan kita bisa melihat lokasi keberadaan dan menghubunginya

langsung lewat panggilan telefon atau fitur chat dalam aplikasi. Sekarang kita

tidak perlu keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan dapur, kosmetik, maupun

barang elektronik semua lebih mudah dengan Go-shop25.

Berdasarkan Pasal dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan juga Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun

2014 Tentang Angkutan Jalan yang disebutkan diatas, maka penulis dapat

menganalisis mengenai kegiatan pengangkutan barang yang dilaksanakan

melalui layanan Go-send sebagai berikut:

Pertama, menganalisis terkait pasal-pasal dalam Undang-Undang No. 22

Tahun 2009. Merujuk pada Pasal 137 ayat (3) yang menentukan bahwa kegiatan

angkutan barang dengan kenadaraan bermotor wajib menggunakan mobil

barang. Dalam hal ini mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang

25Dikutip dari https://www.gojek.com/blog/gojek/tampilan-baru-go-shop/ yang diakses tanggal 27

November 2020

Page 24: 1. Pengertian Pengangkutan

45

sebagian atau seluruhnya untuk mengangkut barang.26 Sedangkan layanan Go-

send sebagaimana telah dijelaskan diatas dalam prakteknya melakukan kegiatan

angkutan barang dengan menggunakan sepeda motor dan buka mobil brang.

Dalam Pasal 137 ayat (3) tersebut terdapat kata “wajib” yang jika kita lihat

daalam Kamus Besar Indonesia, wajib memiliki arti harus dilakukan, tidak

boleh dilaksanakan (ditinggalkan).27 Sedangkan dalam norma hukum kata

“wajib” biasanya mengandung konsekuensi sanksi. Sanksi memperlihakan sisi

hukum yang memaksa (dwingend recht).

Pasal selanjutnya dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 adalah Pasal

138 ayat (3), yang mengatur bahwa “angkutan umum orang dan/atau barang

hanya dilakukan dengan kendaraan bermotor umum”. Angkutan umum

merupakan angkutan untuk masyarakat umum. Angkutan umum adalah

angkutan yang diperuntukan untuk masyarakat secara umum yang dilakukan

dengan sistem sewa atau membayar, baik untuk mengangkut penumpang

ataupun barang. Dalam hal ini intinya terjadi pemugutan sejumlah biaya tertentu

yang dijadikan sebagai ongkos angkutan. Jika kita lihat dalam prakteknya

pengemudi ojek melalui layanan Go-send dapat dikatakan melaksanakan

kegiatan angkutan umum yakni angkutan umum barang.

Layanan Go-send dalam prakteknya melakukan kegiatan perpindahan

barang milik pengirim dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan

menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas dalan dan tentunya dipungut

bayaran. Penulis dapat menilai bahwa segi kegiatan, layanan Go-send termasuk

kegiatan angkutan umum. Layanan Go-send diperuntukan untuk masyarakat

umum, dan dalam layanan tersebut terjadi pengangkutan barang yang dilakukan

dengan sistem membayar. Sehingga hal yang perlu diperhatikan dalam

menyelenggarakan angkutan umum salah satunya adalah ketentuan kendaraan

atau alat angkutnya. Kendaraan yang harus dipergunakan untuk angkutan

umum adalah kendaraan bermotor umum. Kendaraan bermotor umum adalah

26Lihat penjelasan Pasal 47 ayat (2) huruf d UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan

Jalan. 27Dikutip dari http://kbbi.web.id/wajib yang diakses tanggal 13 November 2020

Page 25: 1. Pengertian Pengangkutan

46

setiap kendaraan yang dipergunakan untuk angkutan barang dan/atau orang

dengan dipungut bayaran. 28

Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa kendaraan yang digunakan

oleh pengemudi ojek dalam layanan Go-send adalah sepeda motor. Sepeda

motor menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bukanlah

sebagai kendaraan bermotor umum yang dapat berfungsi sebagai transportasi

umum. Jika kita lihat Pasal 47 ayat (3) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009,

tidak mengelompokkan sepeda motor sebagai fungsi kendaraan bermotor

umum.

Dalam Pasal 47 ayat (3) kendaraan yang dikelompokan sebagai fungsi

kendaraan bermotor umum hanyalah mobil penumpang, mobil bus, dan mobil

barang. 29 Sehingga dalam menyelenggarakan kegiatan angkutan umum

kendaraan yang dapat dipergunakan hanyalah mobil penumpang, mobil bus,

dan mobil barang. Dalam hal ini menurut penulis terjadi penyimpangan. Go-jek

melalui layanannya Go-send melaksanakan angkutan umum tetapi tidak

mengindahkan ketentuan atau syarat dalam melaksanakan angkutan umum,

yakni salah satunya dari segi kendaraan yang digunakan.

Kedua, menganalisis terkait pasal-pasal dalam Peraturan Pemerintah No.

74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan. Pada Pasal 10 ayat (1) memuat

ketentuan bahwa “Angkutan barang dengan menggunakan kendaraan bermotor

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a wajib menggunakan

mobil barang”, hal ini berarti masih sesuai dengan amanat dalam Pasaal 137

ayat (3) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan yang menyatakan bahwa “ Angkutan barang dengan kendaraan bermotor

wajib menggunakan mobil barang”. Namun selanjutnya jika kita lihat dalam

Pasal 10 ayat (2) Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2014 Tentang Angkutan

Jalan, menyatakan bahwa “Dalam hal memenuhi persyaratan teknis, angkutan

barang dengan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

menggunakan mobil penumpang, mobil bus, atau sepeda motor”. Hal ini berarti,

sepeda motor sebgai kendaraan bermotor dapat diguamakan dalam angkutan

28 Lihat Pasal 1 angka 10 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan. 29 Lihat Pasal 47 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.

Page 26: 1. Pengertian Pengangkutan

47

barang. Dengan memenuhi persyaratan teknis yang telah ditentukan selanjutnya

melalui ayat (4), sepeda motor dapat digunakan untuk kegiatan angkutan

barang.

Persyaratan teknis yang dimaksud adalah muatan memiliki lebar tidak

melebihi stang kemudi, tinggi muatan tidak melebihi 900 (sembilan ratus)

milimeter dari atas tempat duduk pengemudi, barang muatan ditempatkan di

belakang pengemudi. Berdsarkan persyaratan teknis tersebut, apabila melihat

peraturan terkait pengiriman barang yang ditetapkan pleh PT. GOJEK

Indonesia juga sudah cukup baik. Melalui syarat dan ketentuan pada website

resimnya PT. GOJEK Indonesia mengatur bahwa Go-jek tidak memberikan

layanan pengiriman untuk barang-barang sebagai berikut :30

1. Barang yang dilarang pihak berwajib untuk dimiliki dan diedarkan,

pengiriman barang dari dan ke penjara.

2. Pengiriman binatang peliharaan atau binatang lain.

3. Pengiriman barang yang dimensinya lebih dari 70 cm (panjang), 50 cm

(lebar), 50 cm (tinggi) atau barang yang melebihi berat 20kg.

4. Mengngkut barang-barang ilegal atau berbahaya atau barang-barang curian,

termasuk pada barang-barang yang mengandung bahan berbahaya atau

beracun, obat-obatan atau material terlarang atau ilega.

5. Mengangkut atau mengirimkan barang-barang berharga atau barang yang

bernilai lebih dari Rp. 10.000.000,-

Persyaratan teknis dalam layanan Go-send memang sudah cukup bagus

dan telah mencerminkan persyaratan teknis sebagaimana yang ditentukan

dalam Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2014. Namun diperbolehkannya

secara bersyarat penggunaan sepeda motor sebagai kendaraan untuk angkutan

barang sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 10 ayat (2) Peraturan

Pemerintah No. 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan tersebut memicu

adanya permasalaha baru. Bahwa dalam hal ini yang dimaksud dengan

angkutan barang yang dapat menggunakan sepeda motor adalah angkutan

barang dalam fungsi seperti apa. Apakah angkutan barang tersebut dalam fungsi

untuk mengangkut barang pribadi saja atau juga termasuk ketika angkutan

30 Dikutip dari https://www.go-jek.com/terms yang diakses tanggal 13 November 2020

Page 27: 1. Pengertian Pengangkutan

48

barang dilaksanakan dalam fungsi untuk menjalankan angkutan umum. Terkait

hal ini dalam penjelasan Pasal 10 ayat (2) juga tidak dijelaskan secara rinci.

Mungkin kegiatan angkutan barang menggunakan sepeda motor

dilaksanakanhanya sebagai fungsi untuk mengangkut barang perseorangan atau

barang pribadi saja dapat diperbolehkan, namun apabila hal ini dilaksanakan

dengan maksud untuk angkutan umum seperti halnya layanan Go-send maka

akan bertentangan dengan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Pasal 138 ayat (3) Undang-

Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur

bahwa “Angkutan umum orang dan/atau barang hanya dilakukan dengan

kendaraan bermotor umum”.

Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan memang tidak ada Pasal yang sevara tegas melarang

beroperasinya angkutan umum dan beroda dua seperti sepeda motor. Namun

dalam Pasal 138 ayat (3) telah dengan jelas menentukan bahwa angkutan umum

orang dan/atau barang hanya dilakukan dengan kendaraan bermotor umum.

Penggunaan kata “hanya” dalam pasal tersebut bermakna bahwa tidak ada

pilihan kendaraan lain selain menggunakan bermotor umum. Undang-Undang

telah dengan tegas mengatur bahwa jenis kendaraan yang dapat dipergunakan

untuk angkutan ummum orang dan/atau barang hanyalah jenis kendaraan yang

tolonh sebagai kendaraan umum. Sehingga apabila angkutan umum barang

tidak menggunakan kendaraan bermotor umum dapat dianggap melakukan

pelanggaran terhadap pasal tersebut.

Berdasarkan penelitian, sampai saat ini juga masih belum ada aturan tegas

dari pemerintah yang melarang dan memberikan sanksi terkait adanya

pelaksanaan angkutan umum orang dan/atau barang sepeda motor. Tidak

adanya aturan tegas yang mengatur tentang pelaksanaan angkutan umum

dengan menggunakan sepeda motor tersebut menjadikan eksistensi layanan

angkutan umum barang seperti halnya Go-send ini terus ada. Walaupun dalam

hal ini pelaksanaan angkutan umum menggunakan sepeda motor bertentangan

dengan hukum, karena sepeda motor bukanlah kendaraan untuk angkutan

umum orang dan/atau barang.

Page 28: 1. Pengertian Pengangkutan

49

Sejauh ini terkait maraknya transportasi berbasis online, pemerintah baru

mengeluarkan aturan yang mengatur mengenai pelaksanaan angkutan umum

orang. Aturan tersebut adalah melalui Peraturan Menteri Perhubungan

Angkutan Republik Indonesia Nomor PM 32 Tahun 32 Tahun 2016 Tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan kendaraan bermotor umum tidak

dalam trayek.31 Aturan ini hanya terkait angkutan orang dengan menggunakan

kendaraan bermotor umum seperti mobil penumpang umum atau bus dengan

tidak mempunyai lintasan dan waktu tetap. Ruang lingkup dari aturan ini juga

telah meliputi pengawasan, sanksi administratif dan peran serta masyarakat.

2. Bentuk Ganti Kerugian Yang Diberikan Oleh Pihak Gojek Atas

Klaim Kehilangan Barang Yang Terjadi Pada Jasa Gosend

Yang Di Tawarkan.

Berkaitan dengan tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian dalam

pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan

Go-send dalam aplikasi Go-jek ini akan menjawab siapa pihak yang dibebani

tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian. Maka mendapatkan jawaban

terkait pihak yang harus bertanggung jawab apabila terjadi kerugian. Maka

untuk mendapatkan jawaban terkait pihak yang harus bertanggung jawab apabila

terjadi kerugian dalam pelaksanaan pengangkutan barang melakukan layanan

Go-send adalah pertama-tama penulis mengkaji tentang kedudukan pihak PT.

GOJEK Indonesia sebagai pemilik dan penyedia aplikasi Go-jek dalam

penyelenggaraann pengangkutan ini.

Melalui website resminya PT.GOJEK Indonesia menyatakan bahwa PT.

GOJEK Indonesia adalah suatu perseroan yang yang didirikan berdasarkan

hukum Negara Republik Indonesia. PT.GOJEK Indonesia adalah perusahaan

teknologi dan bukanlah perusahaan transportasi atau kurir sehingga tidak

memberikan layanan transportasi atau kurir. PT.GOJEK Indonesia tidak

memperkerjakan penyedia layanan sehingga tidak bertanggung jawab atas setiap

tindakan dan/atau kelalaian penyedia layanan. Penyedia layanan yang dimaksud

adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan jasa pelayanan

31Lihat Peraturan Meteri Perhubungan Nomor PM 32 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan

Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek.

Page 29: 1. Pengertian Pengangkutan

50

dan selanjutnya bekerja sama dengan PT.GOJEK Indonesia. 32 Penyedia layanan

misalnya pengemudi ojek atau bisa disebut driver Go-jek. Dengan kata lain PT.

GOJEK Indonesia merupakan perusahaan jasa berbasis teknologi aplikasi yang

berfungsi untuk mempertemukan masyrakat sebagai pembeli dan penjual.

Merujuk pada pernyataan resmi tersebut dimana PT. GOJEK Indonesia

menyatakan bahwa PT. GOJEK Indonesia tidak memperkerjakan penyedia

layanan (pengemudi ojek), maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan

yang terjadi antara PT. GOJEK Indonesia dengan pengemudi ojek bukanlah

hubungan kerja sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang

Ketenagakerjaan. Dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan mendefinisikan “Hubungan kerja adalah hubungan

antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang

mempunyai unsur pekerja, upah, dan pemerintah”.

Dengan tidak terpenuhinya unsur-unsur tersebut maka hubungan yang

terjadi antara PT. GOJEK Indonesia dengan pengemudi ojek sudah jelas

bukanlah hubungan kerja. Hubungan yang terjadi antara keduanya adalah

kemitraan. Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung

maupun tidak langsung atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai,

memperkuat, dam menguntungkan yang melibatkanpelaku usaha mikro, kecil,

menegah dengan usaha besar. 33

Hafsah dalam bukunya mendefinisikan kemitraan adalah strategi bisnis

yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk

meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling

membesarkan. 34 Sehingga oleh karena hubungan yang terjadi adalah hubungan

kemitraan, maka tidak ada kewajiban bagi pengusaha untuk bertanggung jawab

atas kelalaian atau kesalahan dari pekerjanya, sebagaimana yang ada dalam

hubungan kerja. Dalam hubungan kemitraan berarti setiap pelaku usaha

memiliki tanggung jawab masing-masing, begitupun halnya dengan PT. GOJEK

Indonesia dan pengemudi ojek. Masing-masing begitupun halnya dengan PT.

GOJEK Indonesia dan pengemudi ojek, masing-masing memiliki tanggung

32 Dikutip dari https://www.go-jek.com/terms, yang diakses tanggal 13 November 2020. 33 Lihat Pasal 1 angka 13 UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 34 Hafsah. Kemitraan Usaha Konsepsi Dan Strategis, (Jakarta : Penebar swadaya, 2000), hlm 43.

Page 30: 1. Pengertian Pengangkutan

51

jawab terhadap kegiatan usaha yang dijalankan. PT. GOJEK Indonesia dalam

hal ini juga tidak diwajibkan untuk bertanggung jawab atas kelalaian atau

kesalahan pengemudi.

Melihat status PT. GOJEK Indonesia yang merupakan perusahaan aplikasi

maka tanggung jawabnya yang di embannya berbeda dengan tanggung jawab

perusahaan transportasi pada umumnya begitupun dengan izin. Perusahaan

aplikasi tidak wajib memiliki izin usaha seperti perusahaan transportasi. Untuk

mengetahui lebih rinci perbedaannya, berikut uraian perbandingan antara bentuk

dan tanggung jawab hukum perusahaan penyedia aplikasi transportasi dengan

perusahaan penyedia transportasi umum. 35

Perbandingan Antara Bentuk Dan Tanggung Jawab Hukum

Perusahaan Penyedia Aplikasi Transportasi Dengan Penyedia

Transportasi Umum

No. Ruang

Lingkup

Perusahaan Aplikasi

(Go-jek, Grab)

Perusahaan

Transportasi Umum

(Taksi, Rental Mobil)

1. Bentuk

Badan

Hukum

Perseroan Terbatas (PT) Perseroan Terbatas (PT)

2. Perizinan 1. Tanda Daftar

Perusahaan (TDP)

2. Surat Ket. Domisili

Perusahaan (SKDP)

3. Surat Izin Usaha

Perdagangan (SIUP)

4. Izin Prinsip/Izin

Usaha dari BKPM

(untuk

1. Tanda Daftar

Perusahaan (TDP)

2. Surat Ket. Domisili

Perusahaan (SKDP)

3. Surat Izin Usaha Jasa

Transportasi (SIUJT)

4. Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP)

5. Izin Penyelenggaraan

Angkutan Orang Dalam

35Bimo Prasetio dan Sekar Ayu Primandani, Menyibak Tanggung Jawab Hukum Penyedia

Aplikasi Transportasi, Strategi Hukum : 23 Desember 2015, dikases melalui

http://strategihukum.net/di-balik-gojek-grabtaxi-dan-uber-menyibak-tanggung-jawab-

hukumpenyedia-aplikasi-transportasi pada tanggal 14 November 2020.

Page 31: 1. Pengertian Pengangkutan

52

PMA/perusahaan modal

asing)

5. Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP)

Trayek atau Tidak

Dalam Trayek

6. Izin Penyelenggaraan

Angkutan Barang

Khusus dan Alat Berat

7. Sertifikasi Uji Tipe

Kenderan Bermotor

8. Pengesahan Rancang

Bangun dan Rekayasa

Kendaraan Bermotor

3. Tanggung

Jawab

1. Terhadap

Penggunaan aplikasi

yang digunakan untuk

memesan jasa

transportasi

2. Tunduk pada

ketentuan yang ada

pada UU ITE

3. Tunduk pada

tanggung jawab yang

ada pada UU

perlindungan

Konsumen

1. Terhadap

penyelenggaraan jasa

transportasi umum yang

diberikan kepada

konsumen

2. Tunduk pada

tanggung jawab yang

ada pada UU Lalu

Lintas dan Angkutan

Jalan, serta peraturan

terkait lainnya.

3. Tunduk pada

tanggung jawab yang

ada pada UU

Perlindungan

Konsumen

4. Pelaku Usaha

Pesaing

Perusahaan atau badan

usaha yang

menjalankan dan

mengembangkan

teknologi aplikasi

sejenis

Perusahaan atau badan

usaha yang

menyediakan jasa

transportasi umum

Page 32: 1. Pengertian Pengangkutan

53

5. Hubungan

Perusahaan

dan

Pengemudi

Hubungan kemitraan Hubungan Kerja, dalam

beberapa perusahaan

ada yang hubungan

mitra bedasarkan

perjanjian

Berdasarkan uraian tabel diatas dapat memperjelas bahwa PT. GOJEK

Indonesia sebagai perusahaan penyedia aplikasi ternyata memiliki perbedaan

dengan perusahaan transportasi umum. Begitupun dengan tanggung jawab yang

dimilikinya, dimana perusahaan penyedia aplikasi sepeti PT. GOJEK Indonesia

hanya bertanggung jawab pada pengguna teknologi aplikasi yang disediakan,

misalnya tanggung jawab atas data dan informasi pribadi konsumen yang

menggunakan aplikasi tersebut. Bukan pada penyelenggaraan angkutan

umumnya. Perbedaan pola tanggung jawab ini memiliki potensi terjadi masalah

di masyarakat, karena terlihat bahwa penyedia aplikasi memiliki ttanggung

jawab terbatas.

Berdasarkan penjelasan penulis diatas jadi PT. GOJEK Indonesia tidak

dapat dimintai tanggung jawab terkait pelaksanaan pengangkutan barang. PT.

GOJEK Indonesia hanya dapat dimintai pertanggung jawaban terkait

penggunaan aplikasi yang disediakan untuk mnenghubungkan penyediaan jasa

transportasi (pengemudi ojek) dengan pengguna jasa transportasi (penumpang

atau pengirim). Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, para pihak

dalam pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan Go-send ini antara lain

adalah PT. GOJEK Indonesia sebagai pihak penghubung, pengemudi ojek

sebagai pihak pengangkut, dan konsumen sebagai pihak pengirim dan/atau

penerima. Ketika PT. GOJEK Indonesia sebagai pihak penghubung dapat

dimintai pertanggung jawaban terkait penyelenggaraan angkutannya, maka

pihak selanjutnya yang memungkinkan untuk dimintai pertanggung jawaban

adalah pengangkut.

Pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan barang mulai dari tempat

pemuatan sampai tempat tujuan dengan selamat. Ada dua kemungkinan yang

akan terjadi apabila barang yang dikirim tidak selamat yaitu barang samapi pada

Page 33: 1. Pengertian Pengangkutan

54

tujuan dalam keadaan musnah atau barang sampai pada tujuan dalam keadaan

rusak. Barang musnah artinya barang telah terbakar, tenggelam, atau dicuri.

Barang rusak artinya meskipun barangnya ada tetapi barang tersebut tidak dapat

digunakan sebagaimana mestinya. Keadaan tidak selamat menjadi tanggung

jawab pengangkut sehingga harus memberilkan ganti rugi atas barang yang

musnah atau rusak. Hal tersebut dikecualikan apabila kerugian tersebut terjadi

atas sebab-sebab cacat pada barang itu sendiri, karena kesalahan atau kelalaian

pengirim sendiri.

Cacat pada barang artinya memang adanya sifat pembawaan dari barang

itu sendiri yang menyebabkan rusak atau terbakarnya dalam perjalanan,

misalnya sifat barangnya yang mudah pecah atau terbakar. Sehingga dari sifat

bawaan inilah yang memudahkan terjadinya cacat pada barang. Lain halnya

apabila kerusakan atau terbakarnya barang disebabkan karena salah penempatan

atau kelalaian pengangkut, maka kerugiannya dapat dibebankan pada

pengangkut.

Kelalaian dari pengirim sendiri misalnya seperti pengirim mengirim

barang dengan pengepakan yang kurang baik, artinya mudah untuk terjadi

kerusakan pada saat dalam perjalanan. Dalam hal pengangkut mengetahui

kelalaian atau kesalahan pengirim itu maka pengangkut harus menolak atau

memperingatkan atau dapat mencatatnya dalam surat muatan bahwa pengepakan

kurang sempurna.

Sebab lain yang menjadi alasan pengangkut untuk tidak bertanggung

jawab adalah karena keadaan yang memaksa. Keadaan memaksa ada dua jenis

yaitu keadaan memaksa objektif dan keadaan memaksa subjektif. Keadaan

memaksa objektif adalah keadaaan yang benar-benar sama sekali tidak dapat

dihindari oleh pengangkut, sedangkan keadaan memaksa subjektif adalah

adanya keadaan dimana pengangkutan sudah berusaha sebisa mungkin untuk

mencegah adanya kerugian namun juga tidak berhasil.

Pengemudi ojek sebagai pengangkut yakni sebagai penyelenggara

pengangkutan barang dapat diminta pertanggung jawaban secara perseorangan,

karena pengemudi ojek dalam pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan

sepeda motor melalui layanan Go-send dalam aplikasi Go-jek tidak dalam

Page 34: 1. Pengertian Pengangkutan

55

naungan sebuah perusahaan angkutan umum. Apabila melihat Undang-Undang

No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Jalan maka tanggung jawab yang

ada dalam Undang-Undang tersebut sebagian besar lebih diperuntukkan kepada

perusahaan angkutan umum yang menjalankan kegiatan usaha pengangkutan.

Tanggung jawab perusahaan angkutan umum dalam Undang-Undang No.

22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Jalan yang dimaksud diantaranya

sebagai berikut:

1. Pasal 188, mengatur bahwa: “Perusahaan angkutan umum wajib mengganti

kerugian yang di derita oleh penumpang atau pengirim barang karena lalai

dalam melaksanakan pelayanan angkutan”.

2. Pasal 189, mengatur bahwa: “ Perusahaan angkutan umum wajib

mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal

188”.

3. Pasal 191, mengatur bahwa: “Pengemudi kendaraan bermotor umum dapat

menurunkan penumpang dan/atau barang yang diangkut pada tempat

pemberhentian terdekat jika penumpang dan/atau barang yang diangkut

dapat membahayakan keamanan dan keselamatan angkutan”.

4. Pasal 193, mengatur bahwa:

1) Perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang

diderita oleh pengirim barang karena barang musnah, hilang atau rusak

akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali terbukti bahwa musnah,

hilang, atau rusaknya barang disebabkan oleh suatu kejadian yang dapat

dicegah atau di hindari atau kesalahan pengirim.

2) Kerugian sebagaimana dimaksud ayat (1) dihitung berdasarkan

kerugian yang nyata-nyata dialami.

3) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud dpada ayat (1) dimulai sejak

barang diangkut sampai barang diserahkan ditempat tujuan yang

disepakati.

4) Perusahaan angkutan umum tidak bertanggung jawab jika kerugian

disebabkan oleh pencantuman keterangan yang tidak sesuai dengan

surat muatan angkutan barang.

Page 35: 1. Pengertian Pengangkutan

56

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran ganti kerygian diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

5. Pasal 194, mengatur bahwa:

1) Perusahaan angkutan umum tidak bertanggung jawab atas kerugian

yang diderita oleh pihak ketiga, kecuali pihak ketiga dapat membuktikan

bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan perusahaan

angkutan umum.

2) Hak untuk mengajukan keberatan dan permintaan ganti kerugian pihak

ketiga kepada perusahaan angkutan umum sebagaimana dimaksud ayat

(1) disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung

mulai tanggal terjadinya kerugian.

6. Pasal 195, mengatur bahwa:

1) Perusahaan angkutan umum berhak untuk menahan barang yang

diangkut jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban dalam

batas waktu yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian angkutan.

2) Perusahaan angkutan umum berhak memungut biaya tambahan atas

barang yang disimpan dan tidak diambil dengan sesuai dengan

kesepakatan.

3) Perusahaan angkutan umum berhak menjual barang diangkut secara

lelang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika

pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan

kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Dalam pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan Go-send, satu-

satunya pihak yang dapat dimintai pertanggung jawaban apabila terjadi kerugian

adalah pengemudi ojek, karena pengemudi ojek adalah pihak yang

melaksanakan pengangkutan barang milik pengirim. Pengemudi ojek dalam hal

ini disebut sebagai pengangkut, sehingga apabila terjadi kerugian maka pengirim

dapat meminta ganti rugi kepada pengangkut.

Pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan Go-send dalam

aplikasi Go-jek jika dikaji berdasarkan perspektif hukum perjanjian, maka pasa

dasarnya telah terjadi perjanjian antara pengemudi ojek dalam hal ini sebagai

pihak pengangkut dengan konsumen sebagai pihak pengirim barang. Menurut

Page 36: 1. Pengertian Pengangkutan

57

H.N.M Purwosujipto, perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal balik

antara pengangkut dengan pengirim barang, dimana pengangkut mengikatkan

diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu

tempat ke tempat tujuan dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri

untuk membayar uang angkutan.

Terjadinya perjanjian pengangkutan didahului oleh serangkaian perbuatan

penawaran (offer) dan penerimaaan (acceptance) yang dilakukan oleh

pengangkut dan pengirim atau penumpang secara timbal balik. Cara terjadinya

perjanjian pengangkutan dapat secara langsung antara pengangkut dan pengirim

atau penumpang, yakni dengan adanya penawaran dari salah satu pihak baik

pengangkut maupun pengirim atau penumpang. Selain itu dapat secara tidak

langsung dengan menggunakan jasa perantara yaitu ekspeditur atau agen

perjalanan.36

Suatu perjanjian pengangkutan terjadi dan mengikat pada para pihak

biasanya dibuktikan oleh dokumen angkutan, melalui dokumen angkutan

tersebut dapat diketahui saat terjadi perjanjian pengangkutan yakni berdasarkan

tempat, tinggal, tanda tangan yang tertulis pada dokumen angkutan.37 Pada

angkutan kendaraan umum, karcis penumpang atau surat angkutan barang

merupakan tanda bukti telah terjadinya perjanjian pengangkutan dan

pembayaran biaya angkutan. Dokumen pengangkutan pada dasarnya terbentuk

karena adanya perjanjian pengangkutan, meskipun perjanjian pengangkutan itu

sendiri pada asanya tidak mengharuskan dalam bentuk tertulis (dokumen

angkutan), karena perjanjian pengangkutan dapat terjadi dengan lisan.

Berikut dapat penulis jelaskan sistem pemesanan dalam aplikasi Go-jek

yang menentukan terjadinya perjanjian pengangkutan antara pengemudi ojek

dengan pengirim. Dalam layanan Go-send, hal pertama adalah calon pengirim

barang mengirimkan permintaan untuk memesan layanan kepada penyedia

layanan (pengemudi ojek), setelah itu sistem dalam aplikasi akan mendeteksi

lokasi dari pengirim barang dan menginformasikan lokasi tersebut kepada

pengemudi ojek terdekat. Pengemudi ojek memiliki kebijakan sendiri dan

36 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit., hlm 90. 37 Ibid., hlm 91.

Page 37: 1. Pengertian Pengangkutan

58

menyeluruh untuk menerima atau menolak setiap permintaan barang atas

layanan Go-send. Jika pengemudi ojek menerima permintaan tersebut, aplikasi

Go-jek akan memberitahu pengirim barang dan memberikan informasi

mengenai pengemudi ojek yang akan mengirim barang, termasuk nama

pengemudi ojek, nomor polisi kendaraannya, dan nomer telepon yang dapat

dihubungi. Dalam aplikasi Go-jek ini juga memungkinkan pengirim barang

untuk melihat perkembangan pengemudi ojek menuju titik penjemputan barang

secara langsung dan nyata.38

Berdasarkan sistem yang berlaku dalam aplikasi Go-jek tersebut maka

ketika pengirim barang telah meminta untuk barangnya diangkut ke tempat

tertentu dan pengangkut (pengemudi ojek) menerima serta menyanggupi

permintaannya maka disinilah telah terjadi perjanjian pengangkutan. Perjanjian

pengangkutan tersebut terjadi dalam bentuk transaksi elektronik. Sebagaimana

yang telah dijelaskan di atas bahwa dalam perjanjian pengangkutan pada asasnya

tidak mewajibkan perjanjian tersebut dibuat dalam bentuk tertulis, karena

perjanjian pengangkutan dapat terjadi secara lisan, begitupun juga dapat dalam

bentuk transaksi elektronik seperti halnya dalam sistem pemesanan layanan Go-

send dalam aplikasi Go-jek. Selama perjanjian tersebut sesuai dengan syarat sah

dari suatu perjanjian maka perjanjian tersebut tetaplah sah.

Perjanjian pengangkutan yang dibuat secara sah akan mengikat kedua

belah pihak yaitu pengangkutan dengan pengirim. Berdasarkan perjanjian

tersebut maka akan melahirkan kewajiban dan hak yang perlu direalisasikan

melaluui penyelenggaraan pengangkutan yang aman dan selamat serta ikut

pembayaran biaya angkut. Dengan adanya kewajiban dan hak inilah yang

kemudian menimbulkan tanggung jawab bagi para pihak. Dari kewajiban

tersebut timbulah tanggung jawab pengangkut, maka segala sesuatu yang

mengganggu keselamatan barang menjadi tanggung jawab pengangkut. Dengan

demikian, berarti pengangkutan kewajiban menanggung segala kerugian yang

diderita oleh pengirim barang yang diangkutnya tersebut. Wujud tanggung

jawab tersebut dapat ganti rugi (kompensasi).39

38Dikutip dari website resmi PT. GO-JEK Indonesia melalui https://www.go-jek.com/terms, pada

tanggal 15 November 2020. 39 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, op. cit., hlm 377.

Page 38: 1. Pengertian Pengangkutan

59

Bagi pengangkut wajib bertanggung jawab sejak diterimanya barang yang

dimintakan kepadanya untuk dikirim sampai terlaksananya tujuan perjanjian

pengangkutan tersebut, yaitu telah sampainya barang ke alamat penerima dengan

selamat sesuai dengan keadaan semula pada saat diterimanya barang barang

tersebut oleh pengangkut. Pada dasarnya pengangkut bertanggung jawab atas

kerugian yang timbul akibat peristiwa yang terjadi dalam proses pengangkutan

sejak pemuatan, pengantaran, sampai penyerahan barang kepada penerima,

kecuali dalam perjanjiannya diperjanjikan sejak pemuatan, pengantaran, sampai

penyerahan barang kepada penerima, kecuali dalam perjanjiannya diperjanjikan

lain.

Dalam hal terjadi kerugian pada pelaksanaan pengangkutan barang

menggunakan sepeda motor melalui layanan Go-send maka upaya hukum yang

dapat ditempuh oleh para pihak yang merasa dirugikan dapat dengan jalur litigasi

maupun non litigasi. Melalui jalur non litigasi para pihak dapat terlebih dahulu

untuk melakukan negosiasi dan/atau mediasi untuk mendapatkan ganti kerugian

sehingga tercapai keadilan satu sama lain. Opsi kedua adalah melalui jalur

pengadilan atau litigasi. Bagi pihak yang merasa dirugikan dapat melakukan

gugatan secara perdata baik perbuatan melawan hukum maupun wanprestasi

terkait perjanjian pengangkutan yang dibuat para pihak.

Membahas soal tanggung jawab maka akan ada pula wujud atau bentuk

tanggung jawabnya. PT. GOJEK Indonesia dalam website resminya menyatakan

bersedia untuk memberikan bantuan keuangan jika pengguna mengalami

kecelakaan, menderita cidera atau meninggal saat dijemput oleh pengemudi

ojek. Jumlah bantuan keuangan akan ditentukan berdasarkan kebijakan PT.

GOJEK Indonesia juga memberikan biaya ganti rugi untuk kehilangan barang

dalam layanan Go-send sampai dengan Rp. 10.000.000, selama barang tersebut

sesuai dengan informasi yang diberikan san sesuai dengan syarat yang

ditentukan dalam pengiriman barang melalui layanan Go-send. Nominal

penggantian akan berdasarkan struk pembelian dan/atau mengacu kepada nilai

wajar harga barang. PT. GOJEK Indonesia juga telah menyatakan bahwa tidak

memiliki asuransi untuk barang yang dikirimkan dan oleh karena jika pengirim

Page 39: 1. Pengertian Pengangkutan

60

barang ingin barang tersebut diasuransikan selama pengiriman, silahkan

menyediakan asuransi sendiri. 40

Langkah yang diambil oleh PT. GOJEK Indonesia ini menurut penulis

sangatlah bagus. Walaupun pada dasarnya PT. GOJEK Indonesia tidak wajib

bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengangkutan, namun PT. GOJEK

Indonesia tetap bersedia memberikan bantuan dan santunan terhadap

penumpang maupun pengirim barang yang mengalami kerugian. Dalam hal ini

PT. GOJEK Indonesia hanya memiliki tanggung jawab hukum terbatas yaitu

hanya pada pengguna aplikasi yang disediakan. Bentuk dari ganti kerugian ini

penulis merupakan langkah yang tepat bagi PT. GOJEK Indonesia untuk

menjaga brand dan citra baik perusahaan serta sebagai bentuk kepeduliannya

terhadap pengguna aplikasi.

40Dikutip dari penjelasan syarat dan ketentuan serta tanggung jawab PT. GO-JEK Indonesia, yang

diakses melalui https://www.go-jek.com/terms pada tanggal 15 November 2020