BAB 1PENDAHULUAN
Dosen Pengampu :Fauzan Adhim, SE., S.Fil., MM
Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanProgram Studi Pendidikan Ekonomi
Universitas Kanjuruhan Malang@ Maret 2010
4
APA YANG MENYEBABKAN LAHIRNYA FILSAFAT?1. PERTENTANGAN ANTARA MITOS DAN
LOGOS Dikalangan masyarakat Yunani dikenal
adanya mitos, sebagai suatu keyakinan lama yang berkembang dengan pesat misalnya mite kosmologi yang melukiskan kejadian alam. Lama-lama mitos hilang dikalahkan oleh logos, maka logos penyebab pertama lahirnya filsafat.
5
lanjutan2. RASA INGIN TAHU Karena mite hanya bersifat dongeng
belaka, maka orang mulai berpikir rasional, untuk mencari jawaban-jawaban yang logis. Keingintahuan terhadap alam semesta, keingintahuan terhadap penciptanya dsb.
De Omnibus Dubitandum
“Segala Sesuatu Harus Diragukan”(Rene Descartes)
Hamlet si peragu berseru kepada Ophelia kekasihnya
Ragukan bahwa bintang-bintang itu bersinarRagukan bahwa matahari itu bergerakRagukan bahwa kebenaran itu dustaTapi jangan ragukan cintaku
KEBENARAN adalah pernyataan tanpa RAGU…!
7
lanjutan3. RASA KAGUM Menurut Plato, filsafat lahir adanya
kekaguman manusia tentang dunia dan lingkungannya. Para filsuf atas kekagumannya mencoba merumuskan asal mula alam semesta.
Thales bapak filsafat Yunani, mengatakan alam semesta berasal dari air.
Definisi Filsafat berdasar Watak & Fungsi (Titus, dkk)
1. Informal: Sikap dan kepercayaan yg diterima scr tdk kritis.
2. Formal: Sikap kritis atas kepercayaan yg dijunjung tinggi.
3. Spekulatif: Hasil berbagai sains dan teknologi yg ditinjau dari pengalaman kemanusiaan.
4. Logosentris: analisis kata dan konsep.5. Aktual: problem yg berkembang di
masyarakat dan dicarikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Kedudukan Filsafat Dasar/Pengantar
MetafisikaEpistemologi
LogikaAksiologi
Fils. Ilmu
Etika
Fils. Bahasa
Fils.
Pikiran
Estetika
Fils. Sos
Fils. Pol
Fils.Agama
Honderich, 1995, Oxford Companion to Philosophy, p. 927.
Ciri-ciri Berpikir FilsafatRadikal; sampai ke akar persoalanKritis; tanggap thd persoalan yg
berkembangRasional; sejauh dpt dijangkau akal mnsReflektif; mencerminkan pengalaman
pribadi.Konseptual; hasil konstruksi pemikiranKoheren; runtut, berurutan.Konsisten; berpikir lurus/tdk berlawanan.Sistematis; saling berkaitan.Metodis; ada cara utk memperoleh
kebenaran.Komprehensif; menyeluruhBebas & bertanggungjawab
OBJEK FILSAFATObjek Material : Segala sesuatu yang ada
1. Tipikal / sungguh-sungguh ada2. Dalam kemungkinan3. Dalam pikiran/konsep
Objek Formal : Hakikat terdalam / substansi / esensi / intisari
Ketr.O.M. = Sesuatu hal yg dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), yg diselidiki,
yg dipelajari.O.F. = Cara memandang, meninjau, seorang peneliti terhadap OM-nya serta
prinsip-prinsip yang digunakan.OF Memberi keutuhan suatu ilmu
Membedakannya dengan bidang ilmu lain1 OM = sekian OF
Manfaat Filsafat Bagi Mhs
Membiasakan diri untuk bersikap kritis.
Membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional Opini & Argumentasi.
Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas).
Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah.
TERMINOLOGI FILSAFATFilsafat:
kegiatan/hasil pemikiran/permenungan yang menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pada makna di balik kenyataan/teori yang ada untuk disusun dalam sebuah sistem pengetahuan rasional....
Permenungan Kefilsafatan: percobaan utk menyusun sebuah sistem pengetahuan rasional yang memadai utk memahami dunia maupun diri sendiri.
Berpikir didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mencari arti bagi realitas yang muncul di hadapan kesadarannya dalam pengalaman dan pengertian
BERPIKIR DALAM FILSAFAT
Rasional: tahu & paham dengan akal budi
Logis: tahu & paham dengan teknik berpikir yang telah ditetapkan dalam aturan logika formal, yakni menyusun silogisme-silogisme dengan tujuan mendapatkan kesimpulan yang tepat dengan menghilangkan setiap kontradiksi.
Dialektik: menetapkan tesis dan antitesis dengan tujuan mendapat sintesis dengan mengaktifkan kontradiksi
Intuisi: diutamakan kemampuan inventif, mendapat pengetahuan segera tanpa terlalu mempedulikan prosedur atau langkah untuk sampai pada kepada pengetahuan tersebut
Taksonomi: susun klasifikasi dengan tujuan menyederhanakan kenyataan dan gejala dalam kategori
Simbolisme: lihat gejala sbg lambang dg tujuan mengerti apa yang dilambangkan
CIRI-CIRI PERSOALAN FILSAFATBersifat sangat umum (tak bersangkutan dg
objek2 khusus)Spekulatif, tak langsung menyangkut fakta (non-
faktawi)Bersangkutan dg nilai-nilai (kualitas abstrak yg
ada pd suatu hal)Bersifat kritis thd konsep dan arti2 yg biasanya
diterima bgt saja oleh ilmu Besifat sinoptik: mencakup struktur kenyataan
scr keseluruhanBersifat implikatif: jawaban suatu persoalan
memunculkan persoalan baru yg saling berhubungan.
Bersifat teoritik: lebih pada tindak reflektif, non-praktis.
CIRI-CIRI PEMIKIRAN FILSAFATBersifat radikal (sampai ke akar-akarnya, sampai pd
hakikat/esensi)Sistematis (adanya hub. fungsional antara unsur2
utk mencapai tujuan ttt)Berpikir ttg hal/proses umum, universal, ide2 besar,
bukan ttg peristiwa tunggal Konsisten/Runtut (tak terdapat pertentangan di
dalamnya) dan koheren (sesuai dg kaidah2 berpikir, logis)
Secara bebas, tak cenderung bias prasangka, emosi. Kebebasan ini berdisiplin (berpegang pd prinsip2 pemikiran logis serta tanggung jawab pd hati nurani sendiri)
Berusaha memperolah pandangan komprehensif/menyeluruh.
Secara konseptual hasil generalisir (perumuman) dan abstraksi dr pengalaman ttg hal2 serta proses2 individual melampaui batas pengalaman hidup sehari2
TUJUAN & MANFAAT FILSAFATMengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak
mungkin, mengajukan kritik & menilai pengetahuan ini, menemukan hakikatnya & menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk yang sistematis.
Bukan Problem Solving, tetapi memberi kejernihan dalam berpikir tentang sesuatu, memetakan secara komprehensif & radikal. Dengan filsafat, manusia mampu menghindar dari arogansi “akulah yang benar”, dogmatisme kepercayaan. Melalui filsafat semua argumen diakui sama potensinya dalam meraih kebenaran.
Para filosof tampak selalu gelisah, “semakin banyak tahu semakin merasa banyak yang belum diketahui”. Kebenaran, kebahagiaan, keadilan, keindahan, nilai-nilai itu selalu dalam proses & debatable, tak pernah finish tergenggam..! subjektif
Filsafat membicarakan fakta dengan 2 cara:
mengajukan kritik atas makna yang dikandung fakta
“sungguh finalkah fakta bahwa tangan itu materi padat?”
menarik kesimpulan yang bersifat umum dari fakta
“kebenaran bisa ganda: tangan materi padat sekaligus gelombang tak kasat mata”
JENIS-JENIS PERSOALAN FILSAFAT
Keberadaan (being) atau eksistensi (exixtence) cab. Metafisika
Pengetahuan (knowledge) atau kebenaran (truth)
cab. Epistemologi & Logika
Nilai-Nilai (values) cab. Etika (kebaikan) & Estetika
(keindahan)
Cabang Khusus Cabang Utama
•Metafisika• Epistemologi• Aksiologi• Logika• Etika• Estetika• Filsafat Manusia
•Filsafat Ketuhanan• Filsafat sejarah• Filsafat Ilmu• Filsafat Politik dan Ideologi• Filsafat Hukum• Filsafat Bahasa• Filsafat Komunikasi
Hubungan antara Filsafat Dan Ideologi
Perbedaan antara Filsafat & Ideologi
Filsafat Ideologi
1.Sistem Berfikir2.Berawal dari
ragu3.Landasan Logika4.Tujuan : Wisdom5. Individual
1.Sistem Kepercayaan
2.Berawal dari yakin
3.Landasan mitos4.Tujuan :
Kesejahteraan kelompok
5.Kolektif
Filsafat, Ideologi, dan Agama
Agama
Filsafat Ideologi
METAFISIKAMerupakan studi terdalam dari kenyataan/keberadaan
Persoalan Ontologis Makna dan penggolongan “ada”, “eksistensi”. Sifat dasar kenyataan
Persoalan Kosmologis Asal mula, perkembangan, struktur/susunan alam Hubungan kausalitas Permasalahan ruang dan waktu
Persoalan Antropologis• Hubungan tubuh dan jiwa• Kesadaran, kebebasan
EPISTEMOLOGIPelajari asal/sumber, struktur, metode, & validitas
pengetahuan
Theory of knowledge Episteme = pengetahuan + logos = ilmu
Apa yang dapat saya ketahui?Bagaimana manusia dapat mengetahui sesuatu?
Perbedaan pengetahuan apriori dengan aposteriori
LOGIKAIlmu, kecakapan, alat untuk berpikir secara lurus
Logos = nalar, kata, teori, uraian, ilmu
OM = pemikiran OF = kelurusan berpikir
Pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme Bagaimana manusia berpikir secara lurus?
Perbedaan logika material dan formal Penerapan logika induksi dan deduksi
Macam-macam sesat pikir
ETIKAFilsafat Moral
Ethos = watak; Mores = kebiasaaan; kesusilaan
OM = perilaku secara sadar dan bebas; OF = baik dan buruk
Syarat baik-buruknya perilaku Hubungan kebebasan berkehendak dengan perbuatan
susila Kesadaran moral, hati nurani
Pertimbangan moral dan pertimbangan yang bukan moral
ESTETIKAFilsafat Keindahan
Estetika berasal dari kata Yunani aisthesis = cerapan indera
Arti keindahan Subjektivitas, objektivitas, dan ukuran keindahan
Peranan keindahan dalam kehidupan Hubungan keindahan dengan kebenaran
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT1. Persoalan Keberadaan
A. Dari segi jumlahMonisme = satu kenyataan fundamentalDualisme = dua substansiPluralisme = banyak substansi
B. Dari Segi Kualitasspiritualisme = roh ~ idealismeMaterialisme = materi
C. Dari Segi Proses, Kejadian/PerubahanMekanisme = asas-asas mekanikTeleologi = alam diarahkan ke suatu tujuanVitalisme = kehidupan tidak semata-mata fisik-
kimiawiOrganisisme = hidup adl struktur dinamis, sistem
yg teratur
...2. Persoalan Pengetahuan
A. SumberRasionalisme = akal ~ deduksi
Empirisme = inderaRealisme = objek nyata dalam dirinya sendiriKritisisme = Pengamatan indera dan Pengolahan akal
B. HakikatIdealisme = proses mental/psikologis ~ subjektifEmpirisme = pengalamanPositivisme = pengetahuan faktawiPragmatisme = guna pengetahuan
...2. Persoalan Etika/Nilai-Nilai
Idealisme etis – idealDeontologisme etis – kewajibanEtika Teleologis = tujuanHedonisme = kenikmatanUtilitarisme = Kebahagiaan sebesar2nya utk man
sebanyak2nya.
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU
Perbedaannya, filsafat dengan metodenya mampu mempertanyakan keabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak mampu mempertanyakan asumsi, kebenaran, metode, dan keabsahannya sendiri.
Ilmu lebih bersifat ekslusif, menyelidiki bidang-bidang yang terbatas, sedangkan filsafat lebih bersifat inklusif.
Dengan demikian filsafat berusaha mendapatkan pandangan yang lebih komprehensif tentang fakta-fakta.
Ilmu dalam pendekatannya lebih bersifat analitik dan deskriptif: menganalisis keseluruhan unsur-unsur yang menjadi bagian kajiannya, sedangkan filsafat lebih sintetik atau sinoptik menghadapi objek kajiannya sebagai keseluruhan.
Filsafat berusaha mencari arti fakta-fakta. Jika ilmu condong menghilangkan faktor-faktor subjektivitas
dan menganggap sepi nilai-nilai demi menghasilkan objektivitas, maka filsafat mementingkan personalitas, nilai-nilai dan bidang pengalaman
keduanya tumbuh dari sikap refleksif, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan pada kebenaran
Filsafat itu tidak salah satu ilmu di antara ilmu-ilmu lain. "Filsafat itu pemeriksaan ('survey') dari ilmu-ilmu, dan tujuan khusus dari filsafat itu menyelaraskan ilmu-ilmu dan melengkapinya."
Filsafat mempunyai dua tugas: menekankan bahwa abstraksi-abstraksi dari ilmu-ilmu betul-betul hanya bersifat abstraksi (maka tidak merupakan keterangan yang menyeluruh), dan melengkapi ilmu-ilmu dengan cara ini: membandingkan hasil ilmu-ilmu dengan pengetahuan intuitif mengenai alam raya, pengetahuan yang lebih konkret, sambil mendukung pembentukan skema-skema berpikir yang lebih menyeluruh.
Hubungan ilmu dengan filsafat bersifat interaksi. Perkembangan-perkembangan ilmiah teoritis selalu berkaitan dengan pemikiran filsafati, dan suatu perubahan besar dalam hasil dan metode ilmu tercermin dalam filsafat. Ilmu merupakan masalah yang hidup bagi filsafat. Ilmu membekali filsafat dengan bahan-bahan deskriptif dan faktual yang sangat perlu untuk membangun filsafat. Tiap filsafat dari suatu periode condong merefleksikan pandangan ilmiah di periode itu. Ilmu melakukan cek terhadap filsafat dengan membantu menghilangkan ide-ide yang tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Sedangkan filsafat memberikan kritik tentang asumsi dan postulat ilmu serta analisa kritik tentang istilah-istilah yang dipakai
Filsafat dapat memperlancar integrasi antara ilmu-ilmu yang dibutuhkan. Searah dengan spesialisasi ilmu maka banyak ilmuwan yang hanya menguasai suatu wilayah sempit dan hampir tidak tahu menahu apa yang dikerjakan di wilayah ilmu lainnya. Filsafat bertugas untuk tetap memperhatikan keseluruhan dan tidak berhenti pada detil-detilnya.
Filsafat adalah meta ilmu, refleksinya mendorong peninjauan kembali ide-ide dan interpretasi baik dari ilmu maupun bidang-bidang lain.
Filsafat pada masa-masa awal kelahirannya dianggap sebagai mater scientiarum, induknya ilmu. Seiring dengan spesialisasi ilmu sampai dengan akhir-akhir ini, kekhususan setiap ilmu menimbulkan batas-batas yang tegas antara masing-masing ilmu. Tidak ada bidang pengetahuan lain yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah itu. Di sinilah filsafat berusaha mengatasi spesialisasi dengan mengintegrasikan masing-masing ilmu dan/dengan merumuskan pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusiaan yang luas.
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN SENI
Seni dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan manusia yang menjelajahi dan menciptakan realitas baru serta menyajikannya secara kiasan. Manusia membutuhkan seni, sebagaimana manusia membutuhkan filsafat dan ilmu, karena melalui seni manusia dapat mengekspresikan dan menanamkan apresiasi dalam pengalamannya.
Seni tidak bertujuan untuk mencari pengetahuan dan pemahaman sebagaimana filsafat, juga bukan seperti ilmu yang bertujuan mengadakan deskripsi, prediksi, eksperimentasi, dan kontrol, tetapi seni bertujuan untuk mewujudkan kreativitas, kesempurnaan, bentuk, keindahan, komunikasi, dan ekspresi.
merupakan sarana manusia untuk “tahu”, dalam arti tahu tentang dirinya sendiri, sesama, alam, maupun Sang
Penciptanya untuk kemudian tahu bagaimana bersikap, berbuat, dan bertanggung jawab dalam aneka macam
kompleksitas kehidupannya
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA
Filsafat bukan agama, meskipun banyak juga manusia dari berbagai belahan dunia yang menjadikan filsafat (dalam arti pandangan hidup) sebagai agama, misalnya filsafat konfusianisme.
Tujuan agama lebih dari sekedar pengetahuan, yakni untuk mencari keharmonisan, keselamatan, dan perdamaian. Agama yang matang dan kokoh akan mencantumkan latar belakang filsafat dan sekaligus menimba dan menyaring informasi dari ilmu. Ini diperlukan agama dalam rangka memberi jawaban komprehensif, integral, dan berwibawa (dalam arti tidak asal menjawab) terhadap berbagai pertanyaan dan gugatan.
Kasus-kasus yang membawa-bawa agama seperti terorisme, tentu bisa dirunut pada latar belakang filsafat dari agama tersebut, misalnya bagaimana pandangan agama tersebut terhadap kekerasan, keadilan, dan kemanusiaan.
Seperti kata Einstein, tanpa ilmu (dan filsafat), agama akan lumpuh.
merupakan sarana manusia untuk “tahu”, dalam arti tahu tentang dirinya sendiri, sesama, alam, maupun Sang
Penciptanya untuk kemudian tahu bagaimana bersikap, berbuat, dan bertanggung jawab dalam aneka macam
kompleksitas kehidupannya