1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia memiliki kedudukan sebagai makhluk individu serta makhluk sosial,
dimana dia selalu berinteraksi dengan manusia yang lain dalam kelompoknya. Di
dalam berinteraksi tersebut, mereka membutuhkan alat komunikasi yang telah
disepakati penggunaannya oleh sekelompok masyarakat. Bahasa sebagai alat
komunikasi merupakan salah satu ciri dasar manusia yang membedakannya dengan
makhluk lainnya. Dengan bahasa tersebut memungkin mereka untuk berkomunikasi,
menyampaikan ide, gagasan, pemikiran, perasaan, pengetahuan, atau pengalaman.
Seperti halnya koin, bahasa memiliki dua sisi yakni ekspresi dan isi yang keduanya
merupakan hal yang penting dalam berkomunikasi (Finnegan, 1992:3). Sedemikian
penting keberadaan bahasa tersebut sehingga membuat manusia tidak dapat lepas
dari pemakaian bahasa.
Seperti diketahui bahwa linguistik mempunyai berbagai cabang, mulai dari
fonetik sebagai cabang yang terkecil hingga analisis wacana sebagai satuan
kebahasaan yang terbesar dan berbagai penerapan linguistik dalam bidang yang
lainnya. Salah satu cabang diantaranya adalah sosiolinguistik. Bahasa yang
digunakan di masyarakat beserta kompleksitasnya menjadi bahan kajian dari
sosiolinguistik. Menurut Trudgill (1978:32-33) sosiolinguistik merupakan bagian
dari linguistik yang memberi perhatian pada bahasa sebagai fenomena sosial dan
2
budaya. Selain itu, bahasa yang digunakan di dalam masyarakat ternyata berbeda-
beda dan hal ini disebabkan oleh faktor sosial kemasyarakatan. Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Chaer (2010:2) bahwa sosiolinguistik merupakan ilmu
antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang empiris yang mempunyai
kaitan sangat erat. Sebagai gabungan dari dua ilmu, maka pendekatan linguistik saja
tidak mencukupi. Oleh karena itu peran sosiologi pun perlu untuk diperhatikan agar
terwujud pemahaman yang lebih menyeluruh.
Terkait dengan pemakaian bahasa di dalam masyarakat, hal tersebut akan
memunculkan berbagai variasi kebahasaan.Variasi bahasa ini muncul di antara
bentuk bahasa yang berbeda yang masih berada dalam satu komunitas tutur
(Halliday, 1984:74). Variasi bahasa tersebut dapat diakibatkan karena jenis kegiatan
yang dilakukan, media penyampaian, atau situasi percakapan. Jenis kegiatan dalam
bidang tertentu kemungkinan menggunakan variasi kebahasaan yang berbeda dengan
bidang yang lain, meskipun memiliki kata-kata yang sama. Hal ini terjadi karena
setiap jenis kegiatan memiliki referensi tersendiri atas suatu kata yang berakibat pada
variasi bahasa. Selain itu, media penyampaian juga memegang peranan yang penting.
Tentunya akan ada perbedaan antara penggunaan ragam bahasa lisan maupun tulisan
terkait dengan variasi bahasa. Sedangkan terkait dengan situasi percakapan, bahasa
yang digunakan dalam situasi formal dan informal memiliki perbedaan yang jelas.
Dalam situasi informal, seperti dalam percakapan di pasar, penutur cenderung
menggunakan bahasa informal. Sedangkan dalam situasi formal, seperti dalam
seminar maupun pidato, bahasa yang digunakan cenderung menggunakan bahasa
formal. Adanya variasi-variasi bahasa dalam masyarakat sesungguhnya dapat diteliti
3
mulai dari tingkat fonologi, kosakata, ciri-ciri tata bahasa, tingkat makna kata, dan
seterusnya (Fishman, 1972:5). Namun tingkat yang menunjukkan perbedaan paling
jelas di masyarakat perihal variasi bahasa justru terletak pada tataran kosakata yang
digunakan.
Terdapat beberapa jenis variasi bahasa yang ada di masyarakat. Variasi dapat
muncul pada masyarakat multibahasa, namun dapat pula pada masyarakat yang
hanya menggunakan satu bahasa. Dalam masyarakat satu bahasa, terdapat pembagian
variasi secara garis besar: berdasarkan pengguna (users) dan berdasarkan
penggunaan (uses). Variasi berdasarkan pengguna, dapat dilihat berdasarkan status
sosial, jenis kelamin, umur, suku, dan jenis jaringan sosial dimana orang tersebut
terlibat (Holmes, 1995:133). Berdasarkan penggunaan, variasi bahasa dapat dilihat
pada adanya gaya, konteks, register, kesopanan (Holmes, 1995:243). Dari pembagian
variasi bahasa tersebut, penelitian ini membatasi pada penggunaan satu bahasa saja,
lebih khusus mengkaji perihal penggunaan slang yang terdapat dalam salah satu situs
di internet.
Finnegan (1992:394) menyebutkan bahwa slang merupakan istilah kelas kata
yang berbeda dari bahasa standar yang ada dan yang digunakan oleh masyarakat.
Perbedaan ini dapat terletak pada sisi fonetik, leksikon dan gramatika.
Kecenderungan dari orang yang menggunakan ragam bahasa ini adalah adanya
tujuan untuk guyonan dan sikap ketidaksopanan. Dari sisi penggunaan, biasanya
slang hanya digunakan dalam kondisi informal dan biasanya digunakan oleh anak
muda. Sehingga seorang presiden tidak akan menggunakan slang dalam pidato
4
kenegaraannya karena melanggar kesopanan dari segi status penutur terhadap
pendengar maupun situasi pertuturan berlangsung.
Slang dapat muncul di berbagai komunitas masyarakat, seperti komunitas di
pasar, di sekolah, di tempat bermain, bahkan di dunia maya. Salah satu komunitas di
dunia maya yang cukup besar adalah situs 9gag.com. Penggunaan slang di situs
sangat kuat dan banyak, sehingga para pengguna situs tersebut bersama-sama
membentuk identitas tersendiri. Mereka menggunakan atau menciptakan slang serta
menciptakan karakter kartun dengan tujuan agar mereka teridentifikasi dan dikenal
oleh masyarakat. Dari slang dan kartun yang ada di 9gag.com, ada kemungkinan para
pengguna atau pengunjung situs tersebut kemudian menyebarkannya ke situs yang
lain atau menggunakannya di kehidupan nyata.
Dilihat dari alamat internet protocol address yang dimiliki, situs ini berkantor
di Seattle, Amerika Serikat dengan nama 9gag – Just for fun. Situs ini dibangun pada
sekitar tahun 2008. Berdasarkan trafik internet yang diperoleh dari situs alexa.com
(http://www.alexa.com/siteinfo/9gag.com, 13 Februari 2013, 22.11) diketahui bahwa
situs 9gag.com berada pada ranking 326 sebagai situs populer secara global dan
peringkat 977 sebagai situs populer di negara Amerika Serikat dari semua situs yang
ada. Walaupun demikian, keberadaan situs semacam ini mulai diminati oleh kaum
remaja, terutama di Indonesia. Seolah tidak ingin ketinggalan, banyak orang
Indonesia yang membuat situs yang hampir mirip dengan 9gag.com, seperti
1cak.com, 9uyon.com, na9a.com, bahkan 9gagid.com hampir mirip dengan situs asli
9gag.com.
5
Dari namanya, situs ini mengusung hal-hal yang lucu dengan guyonan yang
segar. Dengan deskripsi slogan yang terdapat di laman tersebut, yakni 9GAG is the
easiest way to have fun, situs ini menawarkan kejenakaan, kelucuan, lelucon, atau
sekedar kesenangan saja, sehingga pembaca atau pengguna dapat tertawa dan tidak
akan berhenti untuk melihat kiriman-kiriman dari pengguna yang lain. Untuk
menjadi pengguna, maka seseorang harus melakukan registrasi terlebih dahulu pada
bagian yang telah disediakan yang terintegrasi dengan jejaring sosial Facebook.
Namun, apabila sekedar ingin melihat-lihat kiriman dari pengguna, pengunjung tidak
perlu melakukan registrasi. Setelah menjadi anggota, pengguna dapat mengirimkan
tulisan, gambar, atau video sehingga pengguna lain juga dapat melihatnya, memberi
komentar, atau memberi pernyataan suka “Like” atas kiriman tersebut. Perlu
diperhatikan bahwa pengunjung situs ini tidak hanya berasal dari Amerika Serikat,
tetapi juga negara lain dari benua Eropa, Asia, Amerika, Australia, serta Afrika.
Selain mengirim sesuatu, pengunjung juga dapat mengomentari posting dari
pengguna lain yang kebanyakan dari mereka menggunakan bahasa Inggris. Ketika
posting atau gag banyak mendapat respon dari pengguna lain, maka akan disebut
dengan vote. Setelah mendapat cukup banyak vote, maka kirimannya akan berubah
menjadi trending. Ketika telah mencapai cukup banyak trending, maka kiriman tadi
akan berubah menjadi hot.
Sebuah kiriman yang menjadi hot akan mendapatkan banyak komentar dari
pengguna yang lain. Komentar yang ditulis pun beragam, dari yang sekedar memberi
pendapat, melucu, memuji, mengejek, memberi penilaian atau bahkan menghina.
Ada beberapa slang yang muncul di dalam komentar para pengguna tersebut, semisal
6
dafuq, likes, serta flies away. Slang tersebut sering dipakai oleh pengguna atau
pemberi komentar dengan maksud tertentu. Slang tersebut terdapat dalam kalimat
berikut ini yang diambil dari situs 9gag.com.
(1) DAFUQ! Julian Calendar ended last October 4, 1582! Dafuq! julian kalender akhir:KLP lalu oktober 4, 1582 ‘Dafuq! Kalender Julian berakhir pada 4 Oktober 1582 lalu’.
(2) You sir, deserve more likes. Kamu tuan, pantas lebih suka:J ‘Anda tuan, pantas mendapat tanda suka’.
(3) PSY has more views than JB *flies away*. PSY punya lebih penonton:J dari JB *rambut yang mudah rontok ‘PSY punya lebih banyak penonton dari JB *kabur’.
Pada kalimat (1), ada beberapa tahap untuk memerikan apa yang dimaksud
dengan kata tersebut. Slang dafuq dalam kalimat tersebut sebenarnya berbentuk
frasa, namun karena proses morfologis maka berubah menjadi kata. Di dalam bahasa
Inggris terdapat kecenderungan untuk menyingkat bahasa tulis menjadi pendek untuk
alasan kepraktisan. Kata determinan that dalam bentuk standar Inggris berubah
menjadi dat yang bertujuan untuk menyingkatnya. Kata dat berakhiran konsonan [-t]
karena memang dari kata awalnya juga berakhiran [–t]. Kluster [th-]
berkorespondensi dengan fonem [d-]. Dalam kata dafuq, terdapat dua silabe, yakni
{da-} dan {–fuq}. Silabe {da-} tidak diikuti dengan akhiran [–t], maka kata aslinya
pasti tidak memiliki akhiran tersebut. Dapat dirunut bahwa morfem {da-}
berkorespondensi dengan [th-] seperti pada kata that, sehingga dapat diketahui
bahwa morfem tersebut berasal dari kata the. Silabe {–fuq} memiliki kesamaan
7
tulisan dan bunyi /ᴧ/ dengan kata run /rᴧn/. Berdasarkan kata tersebut, maka
morfem {–fuq} dapat direkonstruksi fonetis menjadi fuck. Maka kata dafuq dapat
diketahui berasal dari frase what the fuck dengan menghilangkan kata what di depan.
Sehingga secara keseluruhan, slang ini mengalami perubahan ejaan dari tiga kata
menjadi dua kata dan selanjutnya digabung menjadi kata baru. Frase what the fuck
terkadang juga digunakan dalam bentuk yang lain, yakni bentuk akronim yang
menjadi WTF. Slang tersebut merupakan eufimisme yang bertujuan untuk
memperhalus pernyataan agar tidak mengancam muka lawan tutur. Apabila
menggunakan kata what the fuck, frase tersebut memiliki makna yang kasar dan
cenderung mengancam muka lawan tutur. Apabila dibandingkan dengan bentuk
asalnya (what the fuck), kata dafuq memiliki relasi sinonim karena makna keduanya
tetap sama meskipun telah terjadi proses perubahan morfologis.
Pada kalimat (2), kata likes lebih mengacu pada pernyataan pengguna atas
komentar seseorang. Ketika seseorang memasukkan komentar pada sebuah kiriman,
komentar tersebut akan muncul dengan diikuti pilihan reply, like, follow post di
bawahnya. Setiap pengguna dapat memberikan tanggapan atas komentar tersebut,
memberi pernyataan suka, atau mengikuti kiriman tersebut yang telah tersambung
secara otomatis dengan akun di jejaring sosial Facebook. Oleh karena itu, ketika
pengguna menuliskan slang tersebut, berarti dia setuju atau mendukung apa yang
telah ditulis oleh pengguna lain. Kata like dapat berdampingan membentuk frase
seperti have my like, these comments needs more likes, atau here take my like. Slang
like bermakna polisemi karena slang tersebut memiliki beberapa arti yang terdapat
unsur tertentu yang sama, seperti lambang jempol tangan yang merujuk pada like,
8
setuju dengan kiriman/komentar pengguna. Semua slang tersebut mempunyai satu
fungsi yang sama yakni slang yang berfungsi untuk memuji seseorang karena
komentarnya atau karena kelebihan yang dimilikinya.
Di kalimat (3), frase flies away bermakna terbang atau kabur dari suatu
kondisi. Kata PSY merupakan nama salah satu penyanyi dari Korea Selatan yang
mempopulerkan tarian Gangnam Style, sedangkan JB merupakan nama penyanyi
dari Kanada yakni Justin Beiber. Slang flies away memiliki beberapa bentuk seperti
fly away dan flew away yang kesemuanya tergantung pada kala kalimat yang
diungkapkan oleh pengguna. Terkadang di depan kata tersebut diawali dengan tanda
asteris (*) yang berarti bahwa pernyataan tersebut bertujuan untuk mengiringi
komentar dan selanjutnya penulis melakukan tindakan tertentu. Dalam kalimat (3)
yang menyatakan bahwa PSY lebih banyak ditonton dari pada Justin Beiber, penulis
berusaha untuk segera kabur atau melarikan diri dari situasi tersebut dengan maksud
agar menghindar dari situasi yang mungkin semakin memburuk karena komentar-
komentar yang saling berbalas tersebut. Terkait dengan makna kata asalnya, slang ini
bermakna sebagai polisemi karena memiliki satu kata memiliki makna yang berbeda,
tetapi terdapat unsur yang sama. Frase fly away yang bermakna asal rambut yang
mudah lepas memiliki kesamaan dengan slang kabur, yakni pergi dari suatu tempat
atau kondisi tertentu. Berdasarkan fungsinya, slang ini berfungsi untuk menyatakan
sikap atau perasaan dari pengguna 9gag.com atas komentar tertentu.
Dari keberadaan slang di situs 9gag.com, ada beberapa alasan yang
menyebabkan mengapa kajian ini disusun. Yang pertama, penelitian bahasa slang
akan selalu menarik untuk diteliti dan dikaji. Slang ini memiliki ciri-ciri khusus yang
9
berbeda dari komunitas yang lain, sehingga pengguna situs 9gag.com khususnya dari
Indonesia dapat berkomunikasi dengan baik tanpa terkendala budaya yang berbeda.
Kedua, penulis ingin mengenalkan bahasa dan budaya yang ada di 9gag.com kepada
masyarakat luas, sehingga masyarakat akan memahami apa yang sedang dibicarakan
di kiriman yang ada di situs tersebut dan timbul kesadaran pemahaman lintas budaya.
Ketiga, bagaimana proses penciptaan bahasa slang juga merupakan yang menarik
dari sudut pandang struktural karena slang ini memiliki ciri-ciri kebahasaan yang
unik. Dan yang keempat, faktor yang melatarbelakangi pemakaian bahasa ini
menjadi alasan yang sangat kuat karena pengguna situs ini berasal dari negara yang
berbeda-beda dengan karakter budaya yang berbeda pula.
1.2 Rumusan masalah
Dari apa yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana bentuk-bentuk dan proses pembentukan slang yang
digunakan dalam situs 9gag.com?
1.2.2 Bagaimana relasi makna slang dan perubahan makna slang dari bentuk
asli?
1.2.3 Bagaimana fungsi pemakaian slang di situs 9gag.com?
1.2.4 Bagaimana faktor-faktor sosial berpengaruh terhadap keberadaan slang
dalam situs 9gag.com?
10
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan-tujuan
yang hendak dicapai sebagai berikut:
1.3.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk dan proses pembentukan slang yang
digunakan dalam situs 9gag.com.
1.3.2 Mendeskripsikan relasi makna slang dan perubahan makna slang dari
bentuk asli.
1.3.3 Mendeskripsikan fungsi pemakaian slang di situs 9gag.com.
1.3.4 Mendeskripsikan faktor-faktor sosial yang berpengaruh terhadap
keberadaan slang dalam situs 9gag.com.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Secara teoretis
Penggunaan slang di masyarakat atau komunitas tertentu berkaitan erat
dengan kajian sosiolinguistik. Oleh karena itu, dengan adanya penelitian ini,
manfaat secara teoretis yang diperoleh yakni diharapkan dapat memperkuat
kajian sosiolinguistik, terutama terkait dengan penggunaan bahasa slang di
lingkup komunitas dunia maya yang sebagian besar penggunanya adalah kaum
remaja. Selain itu, kajian ini diharapkan juga mampu berkontribusi positif
terhadap perkembangan ilmu kajian analisis semantik bahasa Inggris serta
memperkaya keberagaman linguistik Inggris.
11
1.4.2 Secara praktis
Selain secara teoretis, kajian ini juga memiliki manfaat ditinjau dari sisi
praktisnya. Kajian mengenai penggunaan slang ini akan sangat membantu
masyarakat dalam memperkaya kosakata yang dimilikinya. Oleh karena itu
ketika pengguna menjelajahi dunia maya, terutama di situs komunitas
9gag.com, mereka tidak akan bingung atas maksud dari slang yang digunakan
di situs tersebut, selain juga dapat memperkaya kosakata bahasa Inggris. Selain
itu, manfaat yang dapat diperoleh adalah munculnya pemahaman lintas budaya
bahwa masyarakat Indonesia dapat belajar bagaimana orang luar negeri
menyampaikan pendapatnya melalui media internet, termasuk dengan bahasa
atau cara komunikasinya sehingga akan menambah wawasan kebahasaan dan
kebudayaan di masyarakat dengan tetap memperhatikan kearifan lokal.
1.5 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai penggunaan slang telah banyak dilakukan oleh para ahli
linguistik dengan fokus penelitian dan sumber data yang berbeda-beda. Berikut ini
akan dipaparkan perihal beberapa penelitian yang pernah dilakukan. Rahayu (1999)
mengadakan penelitian untuk tesisnya tentang slang dalam bahasa Jawa. Dia
mengungkapkan bentuk-bentuk satuan lingual yang dipakai dalam slang bahasa
Jawa, mengungkapkan cara pembentukan slang bahasa Jawa, hubungan semantis
antara bentuk dengan makna, dan menjelaskan fungsi slang dalam komunikasi yang
dilakukan oleh remaja di kawasan Malioboro Mall Yogyakarta.
12
Selanjutnya, penelitian dilakukan oleh Kurniawan (2011) yang mengambil
judul tentang slang bahasa Jerman. Peneliti tersebut memfokuskan pada karakteristik
variasi fonologis dan ortografis, variasi morfosintaktis, variasi leksikal, serta fungsi
dan pemakaian slang dalam bahasa Jerman. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa
sebagian besar struktur slang bahasa Jerman muncul berdasarkan prinsip ekonomi
bahasa yang menjadi kelebihan variasi bahasa ini. Tesis tersebut merupakan hasil
dari perluasan penelitian sebelumnya yang juga ditulis oleh Kurniawan mengenai
proses pembentukan kata dalam bahasa Jerman.
Kartini (2012) melakukan penelitian mengenai slang dengan batasan
geografis di daerah Kendari, ibukota provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan data analisis non-numeral.
Sebagian besar slang di Kendari dibentuk dari bahasa Indonesia serta beberapa kata
pinjaman dari bahasa daerah seperti bahasa Tolaki, bahasa Muna, bahasa Bugis, serta
pinjaman dari bahasa asing seperti Arab dan Inggris. Proses penciptaan slang terebut
meliputi pembalikan kata, pelesapan, atau penambahan sehingga tercipta kosakata
slang yang unik dan menarik.
Lestari (2005) juga mengadakan penelitian mengenai slang dengan obyek
data bahasa Indonesia kaum jayus dalam situs-situs kejayusan di internet. Kaum
jayus adalah sekelompok anak muda yang mempunyai kesenangan yang sama dalam
hal bercanda dan menjadikan sesuatu yang tidak penting menjadi hal yang penting
bagi mereka. Dengan mengambil data yang bersumber pada situs-situs internet dan
juga majalah remaja, penelitian tersebut menunjukkan bahwa bentuk-bentuk satuan
13
gramatika slang dapat dibedakan menjadi kata, frase serta kalimat. Proses
pembentukan slang meliputi beberapa penambahan, perubahan bunyi, pemendekan.
Setiawan (2010) di dalam tesisnya membicarakan tentang slang dalam situs
komunitas kaskus.com di internet. Dia mengungkapkan beberapa hal tentang slang
dalam kaskus.com, yakni bentuk dan proses penciptaan slang komunitas kaskus,
pemaknaan baru dari kata-kata lama pada slang komunitas kaskus, dan fungsi-fungsi
pemakaian slang tersebut. Keberadaan slang dalam komunitas ini sangat beragam
dan menarik, seperti kata pertamax, maho, serta gan. Pertamax merupakan
penambahan huruf di belakang dimana kata aslinya adalah pertama, penyingkatan
manusia homo menjadi maho, serta juragan yang disingkat menjadi gan. Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa komunitas kaskus merupakan komunitas internet
yang bersifat terbuka dan sebagian besar penggunanya berasal dari kalangan remaja.
Masih terkait dengan penelitian slang, Wijana (2010) di dalam pidato ilmiah
menyampaikan judul tentang bahasa gaul remaja Indonesia. Tulisan tersebut
membahas perihal slang yang digunakan oleh remaja Indonesia dari segi bentuk,
proses pembentukan, ejaan, makna dan sumber bahasa gaul. Berdasarkan bentuk,
slang dapat berbentuk biasa, akronim dan singkatan. Proses pembentukan slang
meliputi penggantian vokal dan konsonan, penambahan bunyi, proses penghilangan
bunyi serta pembalikan. Dari segi ejaan, slang dapat berupa ejaan yang menyerupai
ejaan bahasa Indonesia dan yang menyerupai ejaan bahasa asing. Makna yang
terkandung di dalam slang tersebut beragam, antara lain relasi makna sinonimi,
metafora, homonimi, eufimisme dan desefimisme, metonimia, kohiponimi, implisit
14
dan fonologis. Sumber dari slang dapat berasal dari bahasa Indonesia, bahasa daerah,
maupun bahasa asing seperti Inggris, Cina, Arab, Belanda, Jepang, dan sebagainya.
Terdapat hasil penelitian yang sama-sama menggunakan situs 9gag.com
sebagai sumber datanya. Buchel (2012) melakukan penelitian untuk tesis di
Universitatis Masarykianae yang berjudul Internet Memes as Means of
Communication. Meme adalah coretan gambar, foto, atau karakter tertentu yang
memiliki unsur humor atau sindiran atas permasalahan tertentu. Peneliti mengambil
tema meme dari beberapa situs humor yang memiliki tingkat lalu lintas akses internet
tinggi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa meme yang pada dasarnya sebuah
bahasa yang digunakan di internet atau media komunikasi online ternyata apabila
tidak dipahami dengan benar dan tanpa adanya pemahaman lintas budaya yang baik
dapat menimbulkan akibat yang buruk di dunia nyata karena adanya perbedaan
perspektif budaya di antara penutur dan lawan tuturnya.
Beberapa penelitian di atas berada dalam koridor slang dan hubungan
sosiolinguistik. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Setiawan cenderung
lebih baru dan memanfaatkan komunitas yang saat ini sedang berkembang.
Komunitas di internet menjadi hal yang menarik dalam kajian linguistik karena
anggota komunitas tersebut sudah tidak dibatasi lagi oleh aspek ruang, sehingga
perkembangan bahasa yang digunakan pastinya berkembang semakin pesat.
Sedangkan penelitian Buchel, walau menggunakan situs 9gag.com sebagai salah satu
sumber data, hanya menitikberatkan pada penggunaan meme atau karakter gambar
yang dikirim ke dalam situs tersebut tanpa memperhatikan komentar dari para
pengguna situs yang justru lebih berkaitan dengan aspek kebahasaan.
15
Dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang selama ini dilakukan masih
berada pada tataran slang yang digunakan dalam masyarakat, dengan latar belakang
sosial dan psikologis yang sempit karena komunitas tersebut tertutup, kecuali
penelitian Setiawan dan Buchel yang telah menunjukkan perbedaan. Hampir serupa
dengan apa yang telah dilakukan Setiawan, peneliti mencoba untuk mengkaji bahasa
slang yang digunakan dalam komunitas di internet. Yang menarik peneliti dalam
permasalahan ini adalah mengenai bahasa komunitas tersebut yang beranggotakan
remaja dan kaum muda yang tidak hanya berasal dari satu negara tapi dari berbagai
negara di dunia. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, kebudayaan
yang berbeda, bahasa yang berbeda, dan pastinya komunitas ini lebih luas dari yang
lainnya. Selain itu, alasan peneliti ini juga didasarkan atas bagaimana distribusi
komunitas internet ini terhadap bahasa informal bahasa Inggris. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk mengkaji bentuk slang, makna slang, fungsi pemakaian dan
faktor-faktor pemakaian slang komunitas tersebut.
1.6 Landasan Teori
Guna membahas unsur-unsur kebahasaan slang di komunitas di internet,
berikut ini akan dijelaskan teori-teori sosiolinguistik, variasi bahasa, slang, bahasa
dan sosial serta komunitas bahasa yang disampaikan oleh beberapa ahli terdahulu
sebagai landasan bagi kepentingan analisis data penelitian.
16
1.6.1 Teori Sosiolinguistik
Ditinjau dari namanya, sosiolinguistik menyangkut permasalahan antara
sosiologi dan linguistik. Sosiolinguistik fokus pada masalah kebahasaan yang terkait
dengan faktor-faktor sosial, situasional, dan kultural (Wijana & Rohmadi, 2006:7).
Holmes (1995:1) merumuskan sosiolinguistik sebagai bidang ilmu yang mengkaji
hubungan bahasa dengan masyarakat. Cara bagaimana seseorang berbicara
dipengaruhi oleh konteks sosial dimana penutur itu ada, kepada siapa dia berbicara,
dan untuk apa tujuan pembicaraan tersebut. Setiap orang memiliki perbedaan dalam
mengekspresikan pesan yang ingin disampaikan dan setiap orang juga memiliki gaya
bicara yang berbeda dalam konteks sosial. Hal ini dapat dilihat dari adanya variasi-
variasi linguistik yang keluar saat berkomunikasi yang dapat menunjukkan informasi
sosial penutur. Pilihan kata adalah salah satu lingkup variasi linguistik (Holmes,
1995:6).
1.6.2 Variasi Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam suatu kelompok sosial masyarakat satu dengan
yang lainnya berbeda dikarenakan adanya kelompok-kelompok sosial yang memiliki
kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang mereka anggap sesuai dengan
konteks sosial. Kecenderungan ini lebih disebabkan karena masyarakat mengikuti
kaidah-kaidah sosial yang beraneka ragam. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat
penutur bahasa memiliki berbagai keragaman bentuk serta fungsi. Adanya
keragaman ini menunjukkan bahwa bahasa memiliki variasi-variasi tertentu.
17
Keragaman bentuk menunjukkan bahwa bahasa tersebut senantiasa berubah
mengikuti perkembangan penggunaan bahasa di masyarakat. Variasi ini sebagai
akibat dari aktfiftas interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat penutur bahasa
yang majemuk.
Keragaman fungsi bahasa lebih ditekankan pada situasi pemakaiannya, yakni
dalam situasi resmi atau tidak resmi. Di dalam situasi resmi, bahasa yang digunakan
oleh penutur harus berbentuk bahasa baku baik dalam lisan ataupun tulisan. Hal ini
didorong oleh suasana keresmian peristiwa tutur yang menuntut adanya bahasa
resmi. Sedangkan dalam situasi tidak resmi, bahasa yang digunakan cenderung
berupa bahasa tidak baku. Asalkan lawan tutur memahami apa yang diutarakan,
maka tujuan dari komunikasi telah tercapai. Sebagai contoh, seseorang yang sedang
menyampaikan pidato pasti menggunakan bahasa baku. Ketika orang tersebut sedang
bercakap-cakap di rumah dengan keluarga, maka dia mengganti dengan ragam
bahasa tidak baku. Pemakaian variasi bahasa tidak resmi pada tataran komunikasi
lisan dan tulisan menjadikan slang banyak bermunculan.
Berdasarkan tingkat formalitasnya, ragam bahasa menurut Joss (1962) yang
telah dimodifikasi oleh Gleason (1965) terungkap bahwa ada lima ragam yang
dipakai (Alwasilah, 1985:54-55). Ragam pertama adalah (1) ragam beku, yakni
ragam yang digunakan dalam proses tertulis dan gaya orang yang tidak kita kenal,
serta tidak ada reaksi pendengar yang membuatnya merubah gaya berbicara orang
tersebut. Lalu (2) ragam formal, yaitu pendengar tidak banyak berperan,
menunjukkan adanya jarak antara penutur dengan lawan tutur, dan menandakan
adanya jarak yang kurang akrab sehingga penggunaan kata ulang, ungkapan dan
18
slang cenderung dihindari. Berikutnya adalah (3) ragam konsultatif, yakni gaya
ujaran dalam bisnis dan diskusi kelompok kecil dimana pendengar ikut terlibat dalam
pembicaraan dan mereka saling menjunjung informasi yang terkandung di dalamnya.
Sedangkan (4) ragam kasual adalah ragam dimana penutur tidak perlu
menyampaikan latar belakang pembicaraan dan bercirikan adanya perulangan istilah-
istilah tertentu dan penggunaan kalimat elipsis. Terakhir (5) adalah ragam intim,
yakni ragam yang bercirikan pemakaian kode bahasa yang bersifat pribadi dan relatif
tetap dalam kelompoknya. Pada ragam terakhir inilah slang muncul sebagai salah
satu ragam bahasa intim untuk menunjukkan kedekatan di dalam sebuah komunitas
tutur, tidak perlu tata bahasa yang lengkap atau formal maupun artikulasi yang
terang, namun cukup dengan ungkapan pendek, rahasia, serta jenaka (Nababan,
1991:23).
Nababan (1991:14) membagi variasi bahasa menjadi empat, yakni variasi
geografis (dialek), variasi perjalanan waktu (kronolek), variasi sosiologis (sosiolek)
dan variasi fungsional (fungsiolek). Berbeda dengan Nababan, Chaer (1995:62-73)
mengklasifikasikan variasi bahasa menjadi empat variasi, yaitu: (1) variasi bahasa
dari segi penutur (idiolek, dialek, kronolek/dialek temporal, dan sosiolek/dialek
sosial), (2) variasi bahasa dari segi pemakaian (register), (3) variasi bahasa dari segi
keformalan (ragam baku, resmi, formal, usaha/konsultatif, santai/kasual, dan
akrab/intim), dan (4) variasi bahasa dari segi sarana (lisan dan tulisan).
Berbeda dengan Nababan, Pateda (1990:52-76) membagi variasi bahasa ke
dalam beberapa kategori, yakni berdasarkan tempat, waktu, pemakai, situasi, dialek
terkait sapaan, status, serta pemakainya. Berdasarkan tempat, variasi bahasa dapat
19
berupa dialek, bahasa daerah, kolokial (yang selanjutnya berkembang menjadi
slang), serta vernakular. Berdasarkan waktu, variasi bahasa disebut juga sebagai
dialek temporal. Dari segi pemakai, variasi bahasa dapat diperinci atas glosolalia
(tuturan ketika orang kesurupan), idiolek, jenis kelamin, monolingual, rol (peran
salam situasi tutur), status sosial penutur, serta umur penutur. Variasi dilihat dari segi
pemakaiannya dapat dikelompokkan menjadi diglosia, kreol, lisan, non-standar,
pijin, register, repertories, reputations, standar, tulis, bahasa tutur sapa, kan (atau
cant, sejenis slang yang digunakan untuk merahasiakan sesuatu), dan jargon. Dari
segi situasi, variasi dibedakan menjadi bahasa dalam situasi resmi dan situasi tidak
resmi. Variasi bahasa dari statusnya dapat diperinci menjadi bahasa-bahasa seperti
bahasa ibu, daerah, lingua franca, nasional, negara, pengantar, persatuan dan resmi.
Faktor sosial juga turut mempengaruhi variasi bahasa, termasuk dengan
slang. Faktor sosial penggunaan bahasa slang dipengaruhi oleh faktor-faktor
nonlinguistik. Hymes memaparkan perihal etnografi komunikasi menjadi delapan
komponen tutur yang lebih dikenal dengan istilah SPEAKING, yakni kependekan
dari setting and scene, participants, ends, act sequence, key, instrumentalities, norms
of interaction and interpretation, genre. Etnografi ini mempengaruhi bagaimana
penggunanaan bahasa pada masyarakat tutur bahasa. Yang pertama, setting merujuk
pada waktu dan tempat yakni keadaan fisik yang nyata dimana percakapan
berlangsung. Sedangkan scene merujuk pada latar belakang psikologis yang abstrak,
atau situasi budaya pada saat tersebut. Participants di dalamnya terdapat beragam
kombinasi penutur-pendengar atau pengirim-penerima. Secara umum mereka saling
mengisi peran sosial tertentu. Ends mengacu pada hasil yang saling diharapkan dan
20
diketahui secara konvensional sebagaimana tujuan pribadi yang diharapkan oleh
penutur dari percakapan tersebut. Act sequence mengacu pada bentuk aktual dan isi
dari tuturan; antara lain berupa kata yang digunakan, bagaimana kata tersebut
digunakan, dan hubungan dari apa yang diucapkan dengan topik yang dibicarakan.
Key merujuk pada nada, cara atau semangat dimana pesan tertentu disampaikan:
ceria, serius, sombong, mencela, sarkastik, dan sebagainya. Instrumentalities
mengacu ke pilihan saluran komunikasi yang digunakan seperti lisan atau tulisan dan
juga terhadap bentuk aktual tuturan yang digunakan seperti bahasa, dialek, kode, atau
register yang dipilih. Norms of interaction and interpretation mengarah pada
perilaku dan kesopanan tertentu yang melekat pada pembicaraan dan juga bagaimana
hal-hal tersebut dipandang oleh orang yang tidak memiliki andil, seperti kekerasan
suara, diam, atau tatapan. Dan terkahir adalah Genre yang merupakan tipe ujaran
yang jelas batasnya, seperti puisi, ungkapan, teka-teki, atau khutbah (Wardhaugh,
1986:238-240).
Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa tidak semua komponen tutur tersebut
muncul dalam sebuah tuturan. Ada kalanya hanya beberapa komponen tutur saja
yang muncul dalam situasi tertentu. Hal ini disebabkan setiap komponen tutur
memiliki fungsi dan peran masing-masing. Maka sebenarnya tuturan seseorang
mencerminkan masyarakat tuturnya, dan oleh sebab itu tuturan itupun berkaitan erat
dengan norma dan nilai sosial budaya dari masyarakatnya. Sehingga ada beberapa
komponen tutur yang memang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh norma tutur
yang ada di masyarakat (Rahardi, 2001:28).
21
1.6.3 Slang
Slang merupakan sesuatu yang dapat dikenal oleh orang akan tetapi sulit
untuk didefinisikan. Banyak penutur bahasa memproduksi sejumlah besar kreativitas
dalam penggunaan slang dan kadang menjadi sumber bahan humor yang bagus.
Inilah salah satu sisi penggunaan bahasa yang paling kreatif. Berikut beberapa
pendapat perihal slang yang diungkapkan oleh para ahli. Slang merupakan variasi
bahasa yang tidak resmi dan dianggap memiliki taraf yang rendah dari pada bahasa
baku. Kridalaksana (2011:225) merumuskan slang sebagai suatu ragam bahasa tidak
resmi yang dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk
komunikasi interen sebagai usaha agar orang-orang dari kelompok lain tidak
mengerti; berbentuk kosakata baru dan cenderung berubah-ubah. Karena slang hanya
digunakan sebagai komunikasi interen di dalam kelompok tertentu, maka sering
terjadi perubahan slang dalam komunitas tersebut sehingga mengakibatkan slang
cenderung bersifat temporal (Chaer, 2010:67).
Ketika seorang remaja berada dalam sebuah komunitas tertentu, maka akan
ada usaha untuk mendekat ke anggota komunitas yang lainnya atau ada usaha
akomodasi sehingga muncullah solidaritas dalam komunitas. Usaha mendekat
tersebut dapat terjadi dalam bentuk tindakan, gaya hidup, dan juga pola berbicara.
Maka tidak heran bila setelah masuk ke dalam komunitas tertentu lalu berpindah ke
komunitas yang lain, terkadang aksen yang dipakai masih terpengaruh oleh
komunitas sebelumnya. Perilaku ini dapat memunculkan klaim dari orang tersebut
bahwa dia merupakan bagian dari komunitas tertentu karena dia telah berusaha
mendekat, atau bahkan masuk, menjadi anggota. Menurut Chambers (2001:171)
22
setidaknya ada dua syarat agar slang dapat diterima di dalam lingkungan sosial. Yang
pertama, slang harus dianggap sebagai sesuatu yang sembrono atau sebagai sesuatu
yang luar biasa oleh orang-orang tua. Setelah slang remaja mendapatkan popularitas,
maka slang yang lalu akan berubah. Yang kedua, penting bahwa slang tersebut
diterima dan saling dibagi diantara para remaja. Apabila tidak menggunakan slang
tersebut, seseorang yang ada di komunitas tertentu akan dianggap orang asing.
Dikarenakan sifatnya yang bebas, tidak mengikuti aturan tata bahasa yang
ada, maka slang secara umum telah melampaui batas-batas norma sosial masyarakat
sehingga membuatnya bebas untuk menggunakan ekspresi yang berbau tabu. Di
dalam bahasa Inggris, penggunaan kata fuck dan shit di dalam media publik telah
menjadi tanda kebebasan atau simbol perlawanan; tergantung pada sudut pandang
yang digunakan. Tanpa disadari, slang juga membangun satu norma tersendiri di
dalam komunitas tersebut sehingga para anggota dapat mengetahui mana yang
merupakan penyusup atau orang luar. Oleh karena itu, slang menjalankan fungsi
sosial, latar belakang serta pernyataan batasan sosial dan memungkinkan anggotanya
untuk menegaskan identitasnya sebagai bagian dari komunitas. Slang merupakan ciri
dari tuturan remaja dan mereka yang tidak memiliki kekuatan (Spolsky,1998:35-36).
Kosakata slang kadang terdiri atas kosakata biasa yang digunakan dalam arah
tertentu. Kata turkey merupakan kata biasa dalam bahasa Inggris dan bisa digunakan
dalam situasi formal sesuai dengan makna literalnya. Akan tetapi, didalam slang
mereka dapat digunakan sebagai kata penghinaan yang bermakna orang bodoh.
Ditambah lagi, slang juga menggunakan seperangkat proses pembentukan kata yang
umum untuk membuat kata baru. Blending adalah salah satu proses pembentukan
23
slang yang paling sering digunakan. Seperti dalam kata absotively dan posilutely
yang didasarkan atas kata absolutely dan positively. Proses imbuhan juga dapat
digunakan dalam pembentukan slang. Hal yang lain adalah penggunaan kata city
yang menjadi fenomena slang di Amerika, seperti dalam We’re in fat city yang
bermakna penutur berada di kota yang sangat besar (Akmajian, 1990:256-257).
Crystal (1992:59) menyampaikan bahwa slang merupakan permainan bunyi
dan huruf yang dapat dibentuk melalui proses penambahan, pemadatan, penggantian,
atau transposisi bunyi seperti yang terdapat pada contoh dari beberapa bahasa antara
lain dengan: (1) pembalikan, yaitu membalik kata-kata yang diucapkan (dibaca dari
kanan ke kiri), misalnya dalam bahasa Inggris: week menjadi keew (2) meletakkan
vokal pertama suatu kata ke depan kata, lalu menambahkannya dengan suku kata
tertentu, misalnya dalam bahasa Inggris right menjadi ightri, (3) menyisipkan satu
suku kata atau konsonan di antara dua suku kata, misalnya kata bapak menjadi
bokap, (4) saling menukarkan konsonan suatu kata dalam kata tertentu, misal rupiah
menjadi puriah, (5) membolak-balikkan susunan bunyi atau huruf dan (6) mengambil
bunyi atau huruf depan suatu kata.
Partridge (1954:6-7) mendeskripsikan bahwa ada 15 alasan mengapa slang
diciptakan dan digunakan, yakni (1) untuk kejenakaan, (2) karena kreatifitas
penggunanya, (3) agar berbeda dari yang lain, (4) untuk keindahan, (5) untuk
menarik perhatian, (6) agar terhindar dari kata-kata klise, (7) untuk memperkaya
bahasa dan kosakata, (8) agar padat dan konkrit, (9a) memperhalus kata, (9b)
mengurangi percakapan yang berlebihan, (9c) untuk meringankan tragedi atau duka,
(10) untuk berbicara kepada orang yang berbeda kelas sosialnya, (11) untuk
24
mempermudah hubungan sosial, (12) untuk keakraban/keintiman, (13) untuk
pengakuan sebagai anggota kelompok bagi penggunanya, (14) untuk menunjukkan
perbedaan antar kelompok, dan (15) untuk kerahasiaan. Memang tidak semua slang
dibuat untuk kesemua tujuan-tujuan tersebut. Sebuah slang memiliki motif tertentu
sebagaimana slang dafuq, like, dan flies away di atas.
1.6.4 Bahasa dan sosial
Investigasi mengenai bahasa tidak dapat dipisahkan dari aspek sejarah bahasa
tersebut atau distribusi dialek, hubungannya terhadap obyek, ide-ide, atau kejadian.
Semuanya menegaskan bahwa bahasa dan sosial saling terkait satu dengan yang lain.
Wardhaugh (1986:10-11) menjelaskan bahwa ada berbagai macam kemungkinan
hubungan antara bahasa dan sosial, yakni: struktur sosial dapat mempengaruhi
struktur bahasa (misal tingkat tutur terkait dengan umur penutur dan pendengar),
struktur bahasa dapat mempengaruhi struktur sosial (pemikiran yang mendasari
lahirnya hipotesis Whorf dan klaim dari Bernstein), struktur bahasa dan sosial saling
mempengaruhi (pendapat kaum Marxian bahwa perilaku ujaran dan perilaku sosial
berada dalam interaksi yang tetap), dan struktur bahasa dan struktur sosial bersifat
bebas (pendapat yang disampaikan Chomsky dengan pemikiran linguistik asosial).
Halliday (1984:33) membagi faktor-faktor sosial yang mempengaruhi
peristiwa tutur di dalam konteks situasi menjadi tiga dimensi, yakni Field of
discourse yang terkait dengan apa yang sedang berlangsung pada area penggunaan
aktivitas bahasa atau dalam bidang apa aktivitas bahasa itu terjadi. Mode of discourse
25
merujuk pada media atau piranti dari aktivitas bahasa dan hal ini berhubungan
dengan peran yang dimainkan oleh aktivitas bahasa dalam situasi, apakah berupa
percakapan atau tulisan. Sedangkan style of discourse lebih fokus pada hubungan di
antara partisipan, termasuk kedudukan sosial atau kekerabatan. Untuk dimensi yang
ketiga, Halliday merubahnya menjadi tenor yang mengacu pada interaksi partisipan
yang terlibat di dalamnya.
1.6.5 Komunitas Bahasa
Komunitas dapat diartikan sebagai kelompok sosial. Soekanto (1982:101)
menyatakan bahwa diperlukan beberapa persyaratan tertentu agar dapat menamai
himpunan manusia sebagai kelompok sosial, yakni:
1. Adanya kesadaran pada prinsip setiap anggota kelompok bahwa dia
merupakan sebagian dari kelompok itu.
2. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan yang lainnya.
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antar mereka
bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang
sama, tujuan yang sama, ideologi yang sama, dan sebagainya.
4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku
5. Bersistem dan berproses.
26
Setidaknya terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai komunitas
bahasa ini, yakni menurut pandangan subyektif dan obyektif (Meyerhoff, 2006:35).
Secara obyektif, sekelompok penutur akan dimasukkan ke dalam kelompok yang
sama jika distribusi variabel adalah konsisten terkait dengan faktor yang lain.
Sedangkan menurut sudut pandang subyektif, penutur akan dikelompokkan sebagai
komunitas bahasa apabila mereka saling berbagi rasa dan kepercayaan di dalam
sebuah keanggotaan. Menurut Bloomfield, komunitas bahasa dibentuk oleh aturan
mereka yang secara bersama-sama memiliki aturan-aturan bahasa yang sama
(Ohoiwutun, 2007:37). Disamping aturan-aturan bahasa yang dimiliki bersama,
setiap kelompok juga menganut konsep-konsep kebudayaan yang sama. Hal ini
disebabkan karena bahasa adalah bagian dari kebudayaan yang diwariskan dari
generasi ke generasi dan karena setiap kelompok manusia memiliki suatu kebutuhan
komunikasi.
1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang berarti bahwa prosedur
penelitian akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan, 1972:5). Dalam
melaksanakan penelitian ini, berikut akan dipaparkan perihal sumber data, metode
pengumpulan data, metode analisis data, serta metode penyajian hasil analisis data.
27
1.7.1 Sumber Data
Keberadaann sumber data merupakan tahapan penelitian yang sangat penting.
Pada tahap ini dibutuhkan kecermatan peneliti dalam memilih dan menentukan
sumber data karena nantinya akan mempengaruhi ketepatan serta kekayaan informasi
penelitian yang diperoleh (Sutopo, 2006:56). Sumber data dalam penelitian ini
diambil dari situs 9gag.com yang merupakan situs humor dari Amerika Serikat. Situs
ini berisi dengan kiriman gambar, video, atau kartun lucu yang disertai dengan frase
tertentu. Setiap kiriman dapat dikomentari oleh semua orang yang memiliki akun di
situs tersebut atau menggunakan akun yang terintegrasi dengan jejaring sosial
Facebook. Penelitian ini tidak mengambil keseluruhan kiriman sebagai sumber data
dikarenakan jumlahnya yang terlalu banyak yakni mencapai 6.400.000 kiriman. Oleh
karena itu, peneliti membatasi sumber data penelitian ini pada kiriman yang menjadi
What’s Hot dalam kurun waktu satu bulan yang diambil secara acak dengan
mempertimbangkan jumlah komentar yang lebih dari 50 komentar. Selanjutnya
setiap kiriman dilihat komentar-komentar di dalamnya secara kronologis sambil
mencatat komentar-komentar yang mengandung slang. Setelah komentar-komentar
tersebut dikumpulkan, tahap selanjutnya adalah memerikannya menjadi slang yang
berbentuk kata, frase maupun kalimat dan menentukan makna yang terkandung di
dalamnya.
Dalam menentukan makna slang ini diperlukan sumber acuan yang relevan
dan andal. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan beberapa sumber bahan acuan
berupa kamus dan sejenisnya di dalam penentuan makna slang, yakni Dalzell (2009),
Dalzell dan Victor (2007), Dalzell dan Victor (2008), Rosalind (2004), Green (1985),
28
Hughes (2006), Kipfer dan Chapman (2010), serta Thorne (2007). Selain
memanfaatkan sumber buku-buku, penelitian ini juga menggunakan sumber
informasi dari beberapa laman di internet.
1.7.2 Metode Pengumpulan Data
Bahan kajian penelitian ini adalah bahasa tulis yang ada di situs 9gag.com.
Data penelitian berupa kata, frase, maupun kalimat yang terdapat pada judul gambar
kiriman maupun komentar-komentar dari para pengguna situs. Dalam pengumpulan
data, peneliti menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap. Menurut
Sudaryanto (1993:133) metode simak adalah menyimak penggunaan bahasa dimana
metode ini dapat disejajarkan dngan metode pengamatan atau observasi dalam ilmu
sosial. Untuk teknik lanjutan peneliti menggunakan teknik lanjutan simak bebas libat
cakap atau metode observasi penuh (Mahsun, 2012:242-246). Dengan teknik ini
peneliti menyimak penggunaan bahasa yang ada di situs 9gag.com tanpa ikut
berpartisipasi dalam pembicaraan maupun komentar-komentar yang dikirim sehingga
tidak ikut menentukan pembentukan dan pemunculan calon data. Oleh karena itu
dalam penelitian ini tidak akan ada interferensi dari peneliti terhadap bahasa yang
digunakan oleh para pengguna.
1.7.3 Metode Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah analisis data.
Sudaryanto (1993:13-17) mengungkapkan bahwa metode analisis data dapat
menggunakan metode padan dan agih. Karena alat penentu berasal dari luar bahasa,
maka sub jenis metode dibagi menjadi padan referensial, padan fonetis artikulatoris,
29
padan translasional, padan ortografis, dan padan pragmatis. Dikarenakan data yang
digunakan berupa kata atau frase berbentuk tulis tanpa memperhatikan unsur
pengucapan, maka metode padan fonetis artikulatoris tidak digunakan. Kemudian
untuk teknik dasar yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu, yakni teknik
dasar yang menggunakan kemampuan peneliti untuk memilah satuan-satuan
kebahasaan (Sudaryanto, 1993:21). Selain metode padan, penelitian ini juga
menggunakan metode agih, yakni metode yang alat penentunya berasal dari dalam
bahasa tersebut. Teknik dasar yang digunakan adalah bagi unsur langsung,
sedangkan teknik lanjutan akan menyesuaikan dengan data yang nantinya akan
diperoleh.
1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Setelah tahap analisis data selesai dilakukan, maka tahap terakhir adalah
penyajian hasil analisis data. Sudaryanto (1993:144-145) membagi tahapan ini ke
dalam dua cara, yakni metode informal dan metode formal. Keduanya merupakan
bentuk dari tanggungjawab peneliti untuk memasyarakatkan hasil penelitiannya.
Metode informal adalah perumusan dengan menggunakan kata-kata yang biasa saja,
meski masih menggunakan istilah-istilah teknis. Sedangkan untuk metode formal,
penyajian hasil analisis data menggunakan tanda-tanda atau lambang yang umum
digunakan dalam ilmu bahasa. Mengingat penelitian ini bersifat deskriptif, maka
metode yang digunakan adalah informal yang disertai pemaparan.
30
1.8 Sistematika Penyajian
Penelitian ini akan disajikan ke dalam enam bab. Bab I merupakan
pendahuluan yang berisi beberapa hal, yaitu latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,
metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II akan berisi pembahasan
mengenai bentuk-bentuk dan proses pembentukan slang yang digunakan dalam situs
9gag.com. Bab III akan membahas makna slang dengan makna bentuk asli kata
tersebut, yakni sinonimi, homonimi, polisemi, metafora, dan eufemisme. Pada bab
IV akan dipaparkan mengenai fungsi pemakaian slang di situs 9gag.com
sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Partridge (1954). Bab V akan
membicarakan tentang faktor-faktor sosial yang berpengaruh terhadap keberadaan
slang dalam situs 9gag.com dengan memperhatikan mnemonik etnografi komunikasi
Hymes (1974) . Adapun pada bab terakhir atau bab VI akan berisi simpulan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dan saran yang diajukan peneliti untuk penelitian
selanjutnya.
Top Related